pengaruh supervisi akademik kepala sekolah...
TRANSCRIPT
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
DI MTs NEGERI 29 JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh
Cipto Dwi Nugroho
NIM 1110018200077
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
v
ABSTRAK
Cipto Dwi Nugroho, NIM : (1110018200077), Pengaruh Supervisi AkademikKepala Sekolah terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di MTs Negeri 29Jakarta, Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan dua variabel. Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik kepalasekolah dengan kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini dilakukan di MTs.Negeri 29 Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakanrumus product moment dari Karl Pearson. Adapun yang menjadi sumber datapada penelitian ini yaitu kepala sekolah dan seluruh guru MTs Negeri 29 Jakartayang berjumlah 36 orang. Instrumen yang digunakan adalah angket. Yang terdiridari 40 item pertanyaan yang terdiri dari 20 item untuk supervisi akademik kepalasekolah,dan 20 item untuk kompetensi pedagogik guru.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara pengaruh supervisi akademik kapala sekolahdengan kompetensi pedagogik guru di MTs Negeri 29 Jakarta dengan nilaikorelasi 0,704. angka tersebut menunjukkan nilai korelasi yang tinggi, denganpersentasi variabel x (pengaruh supevisi akademik kepala sekolah) memberikanpengaruh sebesar 49.56% terhadap variabel y (kompetensi pedagogic guru)sementara sebesar 50.04% Di pengaruhi oleh factor lain.
Adapun saran yang yang dapat penulis berikan pihak MTs Negeri 29 Jakartayaitu untuk kepala sekolah sebagai supervisor diharapkan untuk meningkatkanserta mengembangkan program yang berkaitan dengan perbaikan proses belajarmengajar guru, mampu memberikan layanan dan bantuan serta mendorong guruagar ikut aktif dalam mengikuti program-program sekolah guna meningkatkankualitas guru, serta melakukan supervisi dengan memperhatikan prinsip-prinsipsupervisi akademik. sedangkan saran untuk guru berupa meningkatkankompetensi pedagogik dari hasil pelaksanaan supervisi akademik oleh kepalasekolah, sehingga akan menjadikan guru-guru MTs Negeri 29 Jakarta lebih baikdalam kegiatan proses belajar mengajar baik di kelas maupun di luar kelas.
Kata kunci : Perbaikan prosez belajar mengajar guru, Kualitas guru.
vi
ABSTRACT
Cipto Dwi Nugroho, NIM : (1110018200077), Pengaruh Supervisi AkademikKepala Sekolah terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di MTs Negeri 29Jakarta, Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
This research is quantitative research with two variables. The purpose ofthis research is to know the influence of the academic supervision of the principalpedagogic competence with the teacher. This research was conducted in 29Countries MTS. Jakarta. The methods used in this study using the formula fromKarl Pearson product moment. As for the data source in this research thatprincipals and teachers throughout the country 29 MTs Jakarta that amounted to36 people. The instruments used are the now. Consisting of 40 questions itemsconsisting of 20 items for academic supervision of the principal, and 20 items forpedagogic competence of teachers.
The results obtained from this research indicate that there is a significantrelationship between the influence of academic supervision early school teacher inpedagogic competence with MTs Country 29 Jakarta with 0,704 correlation value.the figure shows a high correlation values, with the percentage of variable x(influence academic supevisi headmaster) gives the influence of 49.56% of thevariable y (pedagogic competence of teachers) of 50.04% while on the influenceby another factor.
As for the suggestion that the author can give the Country 29 Jakarta MTsto the principal as a supervisor is expected to increase as well as developingprograms related to the improvement of teaching and learning, teachers are able toprovide services and support and encourage teachers to participate actively infollowing school programs in order to improve the quality of teachers, as well assupervision by observing the principles of academic supervision. While the adviceto teachers in the form of increasing the competence of pedagogic supervision ofimplementation of the results of the academic by the principal, so that teacherswill make MTs 29 Jakarta Country better in both teaching and learning activitiesin the classroom and outside the classroom.
Keywords: Academic principal Supervision, competence of pedagogy.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya layak bagi-Nya. Segala puja hanya pantas untuk-Nya.
Dialah Allah ‘azza wajalla. Dia yang Maha hidup, Yang Menghidupkan dan
Mematikan. Dia Yang Memungkinkan terjadinya segala yang tampak tidak
mungkin. Dia yang hadir lebih dari urat leher hamba-Nya, yang berlari
menghampiri lebih kencang dari langkah mereka yang mendekat kepada-Nya.
Maha suci Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, inayah-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi
Pedagogik Guru di MTs Negeri 29 Jakarta”.
Shalawat serta salam terucap kepada Rasulullah saw teladan umat islam.
Keluarganya, sahabatnya, serta semua orang yang meniti jalan hikmah dengan
teladannya. Beliaulah teladan agung sepanjang zaman.
Begitu banyak kendala dan hambatan yang tidak dapat dihindari oleh
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. namun berkat kritik, saran, bimbingan,
kontribusi material, pemikiran, gagasan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapa menyelesaikan penelitian ini serta penyusunan karya ilmiah ini.
Alhamdulillah.
Dengan segala hormat, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga,
kepada:
1. Dr. Nurlena Rifai, Phd., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Prodi Manajemen Pendidikan.
3. Dra. Yefnelty Z, M.Pd., Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan
arahan, waktu dan tenaga serta pikiran untuk memberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. Drs. Imam Sayuti, M.Pd, kepala MTs Negeri 29 Jakarta yang telah
memperkenankan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah ini.
5. Lulus Haryani, S.Pd, wakil kepala sekolah, beserta seluruh guru dan para staf
MTs Negeri 29 Jakarta yang telah telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian di sekolah ini.
viii
6. Ayahanda dan ibunda tercinta, Bapak Sarjono dan Ibu Sri Lestari yang
senantiasa tak pernah lelah memberikan kasih sayang, dukungan serta doa
nya sehingga penilitian ini dapat selesai.
7. Kakak ku yang tersayang, Ana Solekhah S.Pd.i yang selalu memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis sehingga terselesaikan penelitian ini.
8. Kanda Eko Arisandi, S.Pd yang selalu membimbing serta memberikan kritik
dan saran kepada penulis baik dalam akademis maupun organisatoris.
9. Kawan – kawan seperjuangan, Kanda Alwan Nahrowi Ridwan, Kanda
Ramonda, Kanda Ahmad Naufal, Kanda Faiz Izzat M, Yunda Kamaliah
Hamid, Yunda Yustasya, dan Kanda Zaini Abdillah yang telah memberikan
pelajaran yang berharga selama menjalani kuliah di Kampus pembaharu ini.
Terima kasih.
10. Kawan – kawan serta abang-abang pengurus HMI Cabang Ciputat periode
2014 – 2015 yang selalu memberikan inspirasi mengenai makna dari sebuah
perjuangan.
11. Kader-kader hmi Komisariat Tarbiyah yang tak bisa disebutkan satu persatu.
12. Teman teman seperjuangan, Manajemen Pendidikan angkatan 2010 yang
saling memberikan motivasi. Terima kasih,
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi para pembaca. Semoga Allah yang maha pengasih dan
penyayang membalas segala jasa baik kepada yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini. Amin...
Jakarta, 26 Januari 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ..................................................................... iii
UJI REFRENSI .................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Supervisi Akademik................................................................................... 8
1. Pengertian dan Tujuan Supervisi Akademik........................................ 8
2. Prinsip Supervisi Akademik .............................................................. 12
3. Teknik Supervisi Akademik .............................................................. 14
B. Kompetensi Pedagogik ............................................................................. 19
1. Definisi Kompetensi ........................................................................... 19
2. Definisi Kompetensi Pedagogik.......................................................... 20
3. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik ............................................ 22
C. Kerangka Berfikir .................................................................................... 34
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian ................................................................... 37
B. Tujuan penelitian ..................................................................................... 38
x
C. Metode penelitian ...........................................................................38
D. Populasi dan sampel .......................................................................38
E. Variable penelitian .........................................................................38
F. Teknik pengumpulan data ..............................................................39
G. Instrumen penelitian .......................................................................39
H. Teknik analisa data dan teknik interpretasi data ............................43
I. Hipotesis statistik ...........................................................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..............................................46
1. Sejarah MTs. 29 Negeri Jakarta ...............................................46
2. Visi dan Misi MTs. 29 Negeri Jakarta .....................................47
3. Tenaga Pendidik MTs. 29 Negeri Jakarta ................................48
4. Daftar Jumlah Peserta Didik ………………………………… 50
5. Sarana dan Prasarana ……………………………………….. 51
6.
B. Deskripsi Hasil Penelitian ..............................................................53
1. Deskripsi Data .........................................................................53
2. Analisis Data Dan Interpretasi Data .........................................59
C. Deskripsi Hasil Observasi Penelitian .............................................63
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................67
B. Saran................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ......................................................................
3.2 Kisi – Kisi Instrument Pengaruh Supervisi Akademik Kepala
Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di Mts
Negeri 29 Jakarta ........................................................................
3.3 Kisi – Kisi Lembar Observasi Pengaruh Supervisi Akademik
Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di
MTsNegeri 29 Jakarta .........................................................
4.1 Tenaga Pendidik 37 ............................................................
4.2 Daftar Jumlah Peserta Didik 40 ............................................
4.3 Sarana Prasana ...................................................................
4.4 Jumlah Nilai Skor Hasil Angket Kompetensi Pedagogik Guru
………………………………………………………………….
4.5 Distribusi Frekuensi kompetensi pedagogik guru
…………………………………………………………...…….
4.6 Jumlah Nilai Skor Hasil Angket Kompetensi Pedagogik Guru
……………………………………………………………........
4.7 Distribusi frekuensi Kompetensi Pedagogik Guru ……………
4.8 Table Penolong Untuk Nilai Korelasi Antara Variable X dan Y
………………………………………………………………….
4.9 Lembar Ceklist Observasi Pengaruh Supervisi Akademik
Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di
MTsNegeri 29 Jakarta …………………………………………
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Uji Refrensi.
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian.
Lampiran 4. Angket Penelitian Supervisi Akademik dan Kompetensi
Pedagogik Guru.
Lampiran 5. Skor Hasil Angket Penelitian Pengaruh Supervisi Akademik
Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di MTs
Negeri 29 Jakarta.
Lampiran 6. Rencana Program Supervisi Kelas MTs Negeri 29 Jakarta.
Lampiran 7. Jadwal Supervisi Tenaga Pendidik MTs Negeri 29 Jakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Lampiran 8. Rekap Hasil Supervisi Kelas MTs Negeri 29 Jakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Lampiran 9 Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan
mendirikan Republik ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam kaitan ini pemerintah menyusun suatu sistem pendidikan nasional,
yang dewasa ini telah di wujudkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan dalam konteks otonomi daerah diharapkan dapat
mengambil peran dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
(Sisdiknas, Pasal 3), berikut ini.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada uhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.1
Dalam hal ini, mutu pendidikan di Negeri ini sangat tergantung pada
komponen-komponen yang terdapat dalam dunia pendidikan, salah satu
diantaranya yang sangat berpengaruh pada keberhasilan dalam pendidikan
adalah kualitas guru dalam mengajar. Guru merupakan salah satu komponen
pendidikan yang sangat berperan penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Kedudukan guru sebagai tenaga pendidik di dalam dunia
pendidikan, khususnya pada lembaga pendidikan formal sangat penting.
Maka dari itu, jika ada sebuah kebijakan pendidikan maka meningkatkan
kompetensi guru adalah satu langkah yang strategis serta kongkrit untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip khusus. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
1 Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
2
berdasarkan Undang undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
pada Bab IV pasal 10 ayat 91 yang menyatakan bahwa “kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social,
dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”2
Selain itu di dalam undang undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1
menjelaskan secara jelas arti dari seorang guru yakni, “Guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan formal, dasar dan menengah.”3 Dengan adanya UU
Nomor 14 Tahun 2005, maka sudah seharusnya tidak ada lagi guru yang
hanya sekedar mentransferkan ilmunya, melainkan mempunyai tugas utama
seperti yang dijelaskan pada Undang-undang diatas.
Penjelasan tentang kompetensi berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”4 Dalam melaksanakan
tugas sebagai tenaga pendidik seorang guru harus mampu lebih terdepan
baik dalam pengetahuan, keterampilan ataupun perilaku. Untuk itu, maka
seorang guru selalu dituntut untuk meningkatkan kualitasnya.
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Akademik dan Kompetensi
Guru dijelaskan bahwa: ” Kualifikasi akademik guru SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1) .” (BSNP,
2007c: 6). Dalam PMPN ini juga disebutkan bahwa: ”Guru harus menguasai
empat kompetensi utama, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Keempat kompetensi itu terintegrasi dalam kinerja guru.”
(BSNP, 2007c: 8).5 Ini lah yang membedakan profesi guru dengan yang
2 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. 1, h. 753 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta; Kencana, 2011), Cet. 1, h. 4
4 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen5 Musfah, op. cit., h. 4
3
profesi yang lainnya. Dengan adanya aturan pemerintah yang seperti ini,
maka diharapkan ini sebagai penentu tingkat keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran peserta didik.
Sekolah sebagai wadah peningkatan mutu pendidikan berupaya
mengembangkan sumber daya yakni guru dengan bertujuan agar tecapainya
tujuan pendidikan. Hal ini tentu tidak terlepas dari tugas kepala sekolah
dalam mengupayakan kegiatan untuk menunjang guru dalam meningkatkan
kualitasnya agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan efektif.
Aktifitas dalam proses pembelajaran merupakan sebuah inti dari
pendidikan. Oleh sebab itu, Upaya dalam meningkatkan kualitas mengajar
guru salah satu caranya yakni dengan supervisi. Pada hakekatnya
pelaksanaan supervisi adalah suatu upaya dalam pembinaan, pengembangan
serta perbaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru.
Kepala sekolah mempunyai peran sebagai supervisor yang dimana
harus mampu melakukan berbagai pengawasan serta pengendalian untuk
meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan. Pengawasan serta pengendalian ini bertujuan segala kegiatan
yang dilakukan di sekolah agar selalu terarah pada tujuan yang ditetapkan.
Pada pelaksanaannya, supervisi yang terjadi di lapangan bagaikan dua
sisi mata uang yang berbeda. Pada satu sisi, supervisi bertujuan sebagai
penilaian seorang guru terhadap kompetensi yang dimilikinya, namun disisi
satu lagi pelaksanaan supervisi juga bertujuan memberikan layanan bantuan
serta bimbingan kepada guru sebagai tenaga pendidik. Pada saat ini,
supervisi lebih dilihat sebagai alat penilaian guru yang pada tujuan akhirnya
hanya untuk meningkatkan akreditasi sekolah yang dinilai dari aspek
supervisi guru. Ketika sekolah melihat supervisi hanya dari sisi ini, maka
sekolah telah melupakan sisi lain dari supervisi.
Selain itu sering pula dijumpai keadaan yang kurang harminos antara
guru atau pegawai dengan supervisor di sekolah, yakni kepala sekolah. Tak
sedikit kepala sekolah yang salah mengartikan supervisi. Supervisor hanya
4
mencari kesalahan–kesalahan yang dilakukan oleh seorang guru tanpa ada
pemecahan masalah, sehingga guru pun lebih mengambil jalan aman, sepeti
mengikuti kemauan kepala sekolah dan jangan samapai melakukan apa yang
tdak diskai kepala sekolah.
Pada akhirnya, berhasil atau tidaknya seorang siswabaik dalam hal
akademis, tergantung pada pengajaran guru dikelas. Ini merupakan salah
satu paradigma masyarakat terhadap dunia pendidikan. Maka dari itu, guru
sebagai tenaga pengajar memiliki beban dan tanggung jawab yang berat.
Terlalu pragmatis ketika hakekat supervisi hanya diartikan sebatas penilaian
tanpa mengedepankan bimbingan serta layanan untuk guru.
Sebagai tenaga pendidik yang dituntut meningkatkan kualiatasnya,
guru membutuhkan motivasi dari kepala sekolah. lebih seringnya metode
ceramah yang dilakukan oleh guru, maka tentu harus ada inovasi dalam
mengajar agar suasana murid dalam belajar meningkat.
Sebagai seorang pemimpin dan manajer dalam sekolah, kepala
sekolah sudah seharusnya mmberikan layanan bantuan serta bimbingan
dalam pengajaran, baik itu dilaksanakan secara terjadwal ataupun secara
dadakan. Yang terjadi pada MTs Negeri 29 Jakarta, pelaksanan supervisi
akademik dilaksanakan dua kali dalam setahun. Yakni pada bulan Maret -
April dan Oktober – November. Pelaksanaan supervisi ini dilakukan dari
pihak luar sekolah dan dilakukannya penilaian terhadap kinerja pengajaran
guru. Ini dapat dikatakan sebagai pelaksanaan supervisi yang terjadwalkan.
Namun adapula pelaksanaan yang dilakukan secara tidak terjadwalkan
atau dadakan di MTs Negeri 29 Jakarta ini, yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Yang dimaksud pelaksanaannya secara tidak terjadwalkan atau
dadakan ialah pelaksanaan supervisi dapat dilakukan sewaktu-waktu baik
itu bimbingan ataupun penilaian.
Keduanya sangat bagus jika dilakukan, karena pelaksanaan supervisi
tidak hanya melihat dari satu sisi melainkan dari dua sisi. Ini menandakan
adanya suatu usaha kegiatan pengawasan serta pengendalian pada supervisi
yang dilaksanakan di MTs Negeri 29 Jakarta. Namun tidak menutup
5
kemungkinan, dalam pelaksanaannya terdapat sebuah kelemahan ataupun
kekuatan.
Peran kepala sekolah sangat penting dalam hal ini. Walaupun dalam
pelaksanaan supervisi ada tahap penilaian, namun kepala sekolah sebagai
pemimpin dan manajer sekolah harus mampu meluruskan arti dari supervisi
yakni sebagai layanan bantuan serta bimbingan pada tahap pengajaran guna
meningkatkan kualitas mengajar guru.
Intensitas kehadiran kepala sekolah di sekolah juga merupakan hal
yang penting. Tak dapat dipungkiri bahwa tugas kepala sekolah selain
sebagai supervisor di sekolah, kepala sekolah juga mempunyai tugas diluar
sekolah. Dengan intensitas keberadaan kepala sekolah di sekolah,
diharapkan mampu memberikan bimbingan serta motivasi bagi guru-guru.
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
yang dituangkan dalam skripsi ini dengan judul ”Pengaruh Supervisi
Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di MTs
Negeri 29 Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas dapat di identifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah hanya
dilakukan sebatas penilaian.
2. Tidak terlihat ada tindak lanjut dari pelaksanaan supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
3. Terdapat beberapa guru yang termasuk ke dalam tipe perlu diawasi.
4. Intensitas bimbingan dari kepala sekolah masih kurang.
5. Perlu motivasi dari kepala sekolah untuk meningkatkan keahlian
pedagogik guru.
6. Metode pengajaran guru masih kurang inovatif.
6
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah yang telah
dipaparkan diatas, ada beberapa masalah terkait dan saling keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Tidak menutup kemungkinan, dalam
penelitian ini ada saja keterbatasan peneliti baik pada waktu, biaya, tenaga,
dan yang lainnya.
Oleh sebab itu, penelitian ini hanya membatasi masalah pada
pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi
pedagogik guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dibatasi
sebagaimana di atas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh antara supervisi akademik
kepala sekolah dengan kompetensi pedagogik guru?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini mencakup tiga hal yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbangan penting dalam memperluas wawasan bagi kajian
administrasi dalam partisipatif kepala sekolah.
b. Memperkaya kajian tentang kegiatan supervisi akademik kepala
sekolah yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu
pengetahuan dan mengembangkan supervisi pendidikan. Bermanfaat
bagi perkembangan masa depan bangsa pada umumnya, dan bagi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian menjadi masukan bagi kepala sekolah dalam hal
bagaimana upaya yang memungkinkan untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar.
7
b. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan acuan dalam pengelolaan supervisi akademik, sebagai
sarana untuk meningkatkan nilai –nilai pedagogis guru agar kedepan
lebih baik, sekaligus menjadi referensi dalam mengamalkan ilmu
terutama di lembaga pendidikan.
3. Manfaat bagi peneliti
a. Mendapatkan pengetahuan yang berarti dalam memahami secara
komprehensif mengenai proses dan berbagai upaya untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
b. Mendapatkan keterampilan dalam menganalisis berbagai
permasalahan pengelolaan sekolah, khususnya terkait dalam
pengaruhnya supervisi akademik dengan kompetensi pedagogik.
8
BAB II
ACUAN TEORITIK
A. Supervisi Akademik
1. Pengertian dan tujuan supervisi akademik
Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi
akademik. Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus memiliki dan
menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian dan
tujuan, prinsip-prinsip supervis akademik, dan teknik supervisi
akademik.
Supervisi akademik atau biasa dikenal dengan supervisi kilinis
dalam pelaksanaannya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesionalitas guru yang dilakukan dengan beberapa tahapan. Tidak
hanya berfokus pada profesionalitas guru, supervisi akademik juga
terfokus pada peningkatan hasil belajar siswa. Maka dari itu, adanya
supervisi akademik tidak hanya dipandang sebagai hubungan antara
supervisor dan yang disupervisi, melainkan juga proses pendidikan
secara keseluruhan.
Menurut sudarwan danim dan khairil, “pengertian supervisi
akademik adalah proses bantuan atau terapi profesional yang berfokus
pada upaya perbaikan pembelajaran melalui proses siklikal yang
sistematis dimulai perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif
terhadap penampilan guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran.”1
Menurut mulyasa, “supervisi akademik adalah bantuan profesional
kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan
yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera. Dengan cara itu
1 Sudarwan Danim, Khairil., Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 2, h. 179
9
guru dapat menggunakan umpan balikan tersebut untuk memperhatikan
kinerjanya.”2
Menurut suharsimi arikunto, “yang dimaksud dengan supervisi
akademik adalah suatu bentuk yang difokuskan pada peningkatan
kualitas mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematik untuk
langkah – langkah perencanaan, pelaksanaan pengamatan serta analisis
yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta
bertujuan untuk mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.”3
Dari beberapa pengertian para ahli yang diatas, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan supervisi akademik
adanya sebuah proses layanan bantuan yang ditujukan kepada guru
sebagai pendidik di sekolah guna meningkatkan kualitas mengajar serta
untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam mengajar yang dalam
prakteknya dibutuhkan tahap-tahap. Dari ketiga pengertian para ahli,
secara garis besar ada tiga tahap yang harus dilaksanakan dalam
pelaksanaan yakni, perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif.
Perencanaan dalam supervisi, yakni seorang supervisor mampu
merencanakan tujuan dilaksanakan supervisi. Sehingga nanti akan ada
tolok ukur sejauh mana yang disupervisi. Pengamatan, yakni segala
kegiatan yang dilakukan oleh guru, baik di kelas atau pun luar kelas,
seorang supervisor harus mengamati dengan waktu pelaksanaan yang
berkelanjutan.
Terakhir yaitu analisis intensif, pengamatan yang telah
dilaksanakan oleh supervisor harus dilakukan sebuah analisis, ini
digunakan untuk mengukur apa yang menjadi kelebihan dan kekuranan
seorang guru, sehingga nantinya seorang supervisor mampu memberikan
layanan umpan balik sehingga guru mampu merubah hal yang negatif
menjadi positif.
2 Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),Cet. 2, h. 2493 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1993), Cet. 2, h. 154
10
Maka dari itu, selain memahami pengertian dari supervisi
akademik, diperlukan pula untuk memahami tujuan supervis akademik.
Tujuan dilaksanakannya sebuah supervisi akademik di sekolah, tidak lain
adalah hanya melihat secara sekilas kegiatan guru tanpa adanya sebuah
umpan balik namun, yang terkadang lebih kepada sebuah teguran oleh
kepala sekolah. adanya tahap – tahap mulai dari perencanaan,
pengamatan serta analisis memang diperlukan, sehingga tujuan dari
sebuah supervisi memang akan terlaksana secara benar, efektif dan
efisien.
Secara terperinci, menurut sudarwan danim dan khairil, tujuan
supervisi akademik ialah:
a) Menjaga konsistensi motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakanproses pembelajaran.
b) Mendorong keterbukaan guru kepada supervisor mengenaikelemahan – kelemahannya sendiri dalam melaksanakanpembelajaran.
c) Menciptakan kondisi agar guru terus menjaga dan meningkatkanmutu praktik profesional susai dengan standar kompetensi dan kodeetik yang telah diciptakan dan disepakati.
d) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadappelaksanaan pembelajaran yang berkualitas, baik proses maupunhasilnya.
e) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkankualitas proses pembelajaran dengan jalan meningkatkan penguasaanilmu pengetahuan, teknologi, wawasan umum, dan keterampilankhusus yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
f) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan manganalisis masalahyang ditemukan dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupundi luar kelas.
g) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalahyang ditemukan dalam proses pembelajaran, sehingga benar – benarmemberikan nilai tambah bagi siswa dan masyarakat.
h) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif terhadapprofesi dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan, baik secaraindividual maupun kelompok dengan cara yang dilembagakan atauatas inisiatif sendiri.4
Tujuan yang disampaikan oleh Sudarwan Danim dan Khairil, yakni
tujuan supervisi akademik yang dijabarkan secara rinci. Artinya, tujuan
4 Sudarwan Danim, Khairil., Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 2, h.181-182
11
supervisi akademik yang dijabarakan semata – mata tidak hanya guru
mendapatkan bimbingan ketika mengalami kesulitan dalam kegiatan
belajar mengajar, melainkan ada proeses pengembangan diri dan
berkelanjutan yang harus dilakukan oleh guru. Baik itu dilakukan secara
individual maupun secara kelompok.
Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisiakademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Tiga tujuan supervisi akademik
1. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu gurumengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahamiakademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilanmengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
2. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untukmemonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatanmemonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah kekelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi denganguru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.
3. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong gurumenerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugasmengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannyasendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang
TIGA TUJUANSUPERVISI
Pengem-bangan
Profesio-nalisme
Pengawas-an kualitas
Penum-buhan
Motivasi
12
sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggungjawabnya.5
2. Prinsip Supervisi Akademik
Kepala sekolah secara tidak langsung dan mau tidak mau harus siap
dalam menghadapi problematika, persoalan atau kendala yang sering
terjadi dalam pelaksanaan supervisi akademik di sekolah. Seiring dalam
pelaksanaan supervisi akademik, tentu diperlukan adanya sebuah prinsip
yang memang harus dijalankan baik oleh supervisor maupun yang
disupervisi. sehingga dalam pelaksanaannya akan berjalan secara efktif
dan efisien.
Menurut Mulyasa, ada enam prinsip yang harus dilaksanakan
dalam supervisi akademik yaitu:
a) Hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hierarkis.b) Dilaksanakan secara demokratis.c) Terpusat pada guru.d) Didasarkan pada kebutuhan guru.e) Umpan balik berdasarkan data hasil observasi.f) Bersifat bantuan profesional.6
Dalam pandangan Mulyasa prinsip yang dilaksanakan dalam
supervisi akademik, terbagi menjadi tiga tahap, yakni konsultasi, proses,
dan umpan balik. Pertama hubungan konsultatif ini erat kaitannya dengan
masalah-masalah yang dihadapi guru dan disampaikan kepada supervisor
dan mempunyai sifat demokratis, artinya guru berhak mengemukakan
masalahnya. Kedua pelaksanaan proses, ini berkaitan dengan apa yang
menjadi kebutuhan guru dari masalah yang dihadapinya sehingga guru
merasa dibantu dalam memecahkan masalah.
Terakhir yakni umpan balik, ini berkaitan dengan perbedaan dari
guru sebelum diberikannya proses bantuan dan sesudah diberikan
bantuan. Umpan balik ini adalah hasil postif dari sebuah pelaksanaan
5 Supervisi Akademik Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Direktorat TenagaKependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga KependidikanDepartemen Pendidikan Nasional, 2007), h. 106 Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2012),Cet. 2, h.250
13
supervisi, baik terhadap supervisor, guru itu sendiri, proses pembelajaran
ataupun murid yang diajarkan.
Menurut Sudarwan danim dan Khairil, prinsip-prinsip supervisi
akademik adalah:
a) Hubungan supervisor dengan guru didasari semangat kolegitas yangtaat asas.
b) Setiap kelemahan atau kesalahan guru semata – mata digunakanuntuk tindakan perbaikan, tanpa secara eksplisit melabeli guru belumprofesional.
c) Menumbuhkembangkan posisi guru, mulai dari tidak profesionalsampai profesional sungguhan.
d) Hubungan antar supervisor dengan guru dilakukan secara objektif,transparan, dan akuntabel.
e) Diskusi atau pengkajian atas umpan balik yang segera atau yangdiketahui kemudian bersifat demokratis dan didasarkan pada datahasil pengamatan.
f) Hubungan antara supervisor dengan guru bersifat interaktif, terbuka,objektif dan tidak bersifat salah menyalahkan.
g) Pelaksanaan keputusan atau tindakan perbaikan ditetapkan ataskesepakatan atau kerelaan bersama.
h) Supervisor tidak mempublikasikan kelemahan – kelemahan guru dantidak menjadikan kelemahan supervisor sebagai dalih menerimabimbingan untuk tidak menerima bimbingan profesional darinya.
i) Fokus utama dan pelengkap kegiatan supervisi terpusat padakebutuhan dan aspirasi guru dan tetap berada diruang lingkup tugas– tugas pembelajaran.
j) Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan,pelaksanaan atau pengamatan, dan siklus balikan.7
Melihat pandangan para ahli mengenai prinsip supervisi, terlihat
adanya upaya yang sistematis, terencana dan berkesinambungan pada
prinsip supervisi yang telah dijelaskan. Ketiga upaya diatas merupakan
hal yang penting guna mendapatkan sebuah data dan informasi yang
objektif tentang permasalahan kelebihan ataupun kekurangan dalam
proses pembelajaran. Selain ketiga hal diatas, perlu adanya pengguanaan
alat perekam data seperti instrument penilaian yang tepat agar
mendapatkan hasil data yang objektif.
7 Danim, op. cit. h. 182-183
14
Sedangkan pandangan lain menurut Jasmani dan Syaiful Mustofa
mengenai prinsip supervisi adalah “Upaya sistematis, terencana, dan
berkesinambungan dalam prinsip supervisi pendidikan adalah prioritas
sehingga data atau informasi yang objektif tentang persoalan kekurangan
dan kelemahan pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran dapat
dijaring dan diperoleh secara ilmiah.”8
Dalam hal ini, penggunaan alat perekam data yang tepat sangat
dibutuhkan oleh seorang supervisor karena dengan begitu supervisor
akan memperoleh data dengan mudah dan objektif.
Selain itu dapat dipahami pula bahwa pelaksanaan supervisi
akademik harus didasarkan pada prinsip demokratis, kerja kelompok, dan
proses kelompok. Dengan arti kata, sejatinya pelaksanaan supervisi
akademik jauh dari sikap otoriter kepala sekolah. Supervisi akademik
pula harus mengedepankan hubungan kemanusiaan, berkesinambungan
dan objektif.
Pada dasarnya, semua prinsip yang telah dijelaskan oleh para ahli
sangat penting untuk dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan
supervisi akademik di sekolah. Dengan melaksanakan prinsip – prinsip
tersebut, maka proses pelaksanaan supervisi akademik akan berjalan
dengan baik dan maksimal sehingga tujuan dari pelaksanaan supervisi
akademik akan tercapai.
3. Teknik Supervisi Akademik
Praktik supervisi akademik yang selama ini berlangsung dapat
dikatakan dan terkesan berjalan dengan apa adanya. Sehingga banyak
supervisor yang mengadakan supervisi tanpa memperhatikan teknik-
teknik supervisi akademik yang baik dan tepat.
Teknik dalam pelaksanaan supervisi adalah suatu cara yang
dilakukan oleh supervisor guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai,
baik oleh individu maupun kelompok. Teknik merupakan langkah –
8 Jasmani dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan Terobosan Baru Dalam Peningkatan KinerjaPengawas Sekolah dan Guru, (Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA, 2013)cet. 1, h. 48
15
langkah kongkret yang dilakukan oleh supervisor untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Menurut Ngalim Purwanto, “teknik supervisi akademik terdiri atas
dua macam, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi
kelompok.”9
a. Teknik individual atau Perseorangan
Yang dimaksud teknik individual atau perseorangan adalah
supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan
diantaranya:
1) Mengadakan Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala
sekolah atau supervisor dalam rangka mengamati pelaksanaan
proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang
diperlukan dalam rangka pembinaan guru.
Menurut Ngalim purwanto, “kunjungan kelas ialah
kunjungan sewaktu – waktu yang dilakukan oleh supervisor
(kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau
mengamati seorang guru yang sedang mengajar.”10
Teknik ini berguna untuk melihat secara langsung kegiatan
guru dikelas. Supervisor dapat melakukan teknik ini sewaktu –
waktu sehingga guru harus selalu siap dinilai langsung oleh
supervisor. Sehingga dengan begitu ada harapan untuk guru agar
selalu terdorong dan termotivasi dalam meningkatkan kualitas
cara mengajar dikelas.
Teknik ini juga bermanfaat untuk supervisor agar melihat
secara langsung apa apa yang menajdi kendala guru dalam
mengajar dikelas, sehingga supervisor dapat langsung
memberikan umpan balik ketika guru selesai mengajar dikelas.
9 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2009),Cet. 19, h. 12010 Ibid.
16
Menurut Made Pidarta, “tujuan teknik supervisi kunjungan
kelas adalah untuk mendapatkan data sampel tertentu,
berdasarkan informasi sebelumnya. Data ini mencakup keadaan
guru dan situasi kelas”.11
Pada tahap teknik supervisi ini, seorang supervisor hanya
mengambil beberapa sampel data yang diinginkan oleh
supervisor, bukan data yang utuh. Hal ini dikarenakan
supervisor ingin mengetahui atau memeriksa data itu. Adapun
sebabnya menurut Made Pidarta dikarenakan:
a. hasil supervisi sebelumnya guru bersangkutan memilikikelemahan pada kegiatan itu.
b. menurut kesepakatan antar guru dengan supervisor padapertemuan balikan.
c. guru sendiri membutuhkan perbaikan pada bidang itu,sehingga supervisi hanya pada hal itu saja.
d. supervisor mendapat informasi bahwa guru tersebut lemahdalam hal tertentu, misalnya guru baru tidak berani menatapwajah siswa-siswa yang sudah remaja. Sehingga supervisorbutuh melihat hal itu saja.
e. inovasi atau kreativitas dalam pembelajaran, misalnyamenghitung dengan sempoa. Dalam hal ini supervisor hanyabutuh mengamati sampel guru membimbing siswa belajarmemanfaatkan sempoa dalam berhitung.12
2) Mengadakan kunjungan observasi
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak.
Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh
supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang
berlangsung.
“kunjungan kelas dapat dilakukan di sekolah sendiri
(intraschool visits) atau dengan mengadakan kunjungan ke
sekolah lain (interschool visits).” 13
11 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 1, h. 9912 Ibid., h. 8813 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2009),Cet. 19,h. 121.
17
Pada dasarnya, mengadakan kunjungan observasi kelas
sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi proses belajar
mengajar secara langsung, baik dari segi kelebihan ataupun
kekurangan. Pelaksanaan kunjungan observasi dapat dilakukan
di sekolah sendiri ataupun ke sekolah lain.
Selain itu tujuan dari pelaksanaan kunjungan observasi
adalah untuk memperoleh data secara objektif sehingga dapat
digunakan untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi dan
diperbaiki semaksimal mungkin.bagi guru sendiri data tersebut
dapat membantu mereka untuk memperbaaiki cara mengajar
untuk lebih baik.
Menurut Made Pidarta, “tujuan teknik supervisi observasi
kelas adalah (a) Untuk mengetahui secara keseluruhan cara-cara
guru mendidik dan mengajar, termasuk pribadi dan gaya
mengajarnya. (b) Untuk mengetahui respons kelas atau para
siswa”.14
3) Membimbing guru tentang tata cara mempelajari pribadi siswa
dan atau mengatasi problem yang dialami siswa.
Pada teknik individual ini, guru tidak hanya dibekali ilmu
dalam mengajar di kelas, melainkan juga seorang guru harus
dibekali dengan ilmu – ilmu yang mempelajari kepribadian
siswa sehingga guru tidak hanya ahli dibidangnya, tetapi juga
ahli dalam menghadapi dan mengatasi masalah pada siswa.
4) Membimbing guru dalam hal – hal berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah.
Kegiatan membimbing guru dalam hal kurikulum sekolah
semata – mata tidak hanya melalui pelatihan (workshop) tetapi
perlu disampaikan dengan cara individu seiring berjalannya
kegiatan belajar mengajar. Pada pelaksanaannya, guru pasti akan
mengalami kesulitan atau hambatan, salah satunya mengenai
14 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 1, h. 88
18
kurikulum. Maka dari itu, peran supervisor sekolah sebagai
pemberi bantuan layanan dan bimbingan mampu mengarahkan
guru yang mengalami kesulitan dalam hal kurikulum.
b. Teknik Kelompok
Pada teknik kelompok dalam supervisi, guru dikumpulkan
dalam kualifikasi yang sama dan dihadapkan pada beberapa
supervisor
1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Sekolah biasa mengadakan rapat baik itu dilaksanakan
secara terjadwal ataupun secara insidental. Dalam rapat biasanya
yang berkaitan khusus dengan permasalahan di sekolah. hal ini
dapat dikaitkan dengan proses belajar mengajar guru dikelas.
Tujuan diadakannya rapat utnuk menyapaikan informasi baru
yang berkaitan dengan pembelajaran, kesulitan yang dialami
guru, serta cara mengatasi masalahsecara bersama sama dengan
semua guru. Dengan begitu akan memakai waktu secara efisein
dalam pelaksanaan supervisi.
2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Menurut Ngalim purwanto, “diskusi kelompok dapat
diadakan dengan membentuk kelompok bidang studi sejenis
(biasanya untuk sekolah lanjutan).”15
Menurut Jasmani dan Syaiful Mustofa, “diskusi kelompok
adalah suatu kegiatan pengumpulan sekelompok orang dalam
situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk bertukar informasi
atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah-
masalah bersama”.16
15 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2009),Cet. 19, h. 12216 Jasmani dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan Terobosan Baru Dalam PeningkatanKinerja Pengawas Sekolah dan Guru, (Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA, 2013)cet. 1, h. 74
19
Kegiatan diskusi kelompok ini dapat mengambil beberapa
pertemuan seperti misalnya seminar ataupun kelompok studi.
Selain itu kegiatan kelompok diskusi ini berguna sebagai sarana
untuk membahas bersama – sama mengenai permasalahan
pendidikan dan pengajaran. Dengan situasi pertemuan seperti
ini, suasana pertemuan kelompok dengan supervisor akan
berjalan menyenangkan tanpa ada rasa tegang.
3) Mengadakan penataran – penataran (inservice training).
Untuk meningkatkan kualitas mengajar seorang guru, maka
seorang supervisor mampu mendorong serta mengajak guru
untuk mengembangkan pengetahuannya, salah satuny dengan
mengikuti sebuah kegiatan penataran. Penataran (inservice
training) biasanya dilakukan per-daerah maupun per-wilayah.
Sehingga seorang kepala sekolah yang sebagai supervisor di
sekolah, selain mengajak dan mendorong guru melakukan
penataran, kepala sekolah juga harus mampu memberikan tindak
lanjut dari guru yang telah mengikuti penataran.
Menurut Jasmani dan Syaiful Mustofa, “mengingat bahwa
penataran pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau
wilayah, tugas kepala sekolah adalah mengelola dan
membimbing pelaksanan tindak lanjut (follow up) penataran
tersebut.”
Oleh sebab itu, pengembangan kualitas guru bukan hanya
menjadi pekerjaan seorang guru, melainkan tugas seorang
supervisor dalam mengajak dan mendorong untuk mengikuti
penataran. Tujuannya adalah guna memenuhi tenaga
professional dan ahli dalam bidangnya.
B. Kompetensi Pedagogik
1. Definisi Kompetensi
Pada dunia pendidikan khususnya, terlebih pada proses
pembelajaran istilah kompetensi terkadang selalu disamaartikan dengan
20
kinerja. Tentu arti dari kata dua hal ini berbeda. Menurut Sudarwan
danim, “kinerja cenderung dipersepsi sebagai tampilan riil di dunia
kerja secara berbasis pada kompetensi dasar, sedangkan kompetensi
merupakan pra-kondisi, berupa penguasaan dasar teoritis tertentu untuk
dapat tampil secara rill pada tempat unit – unit layanan yang
diperlukan.”17
Memahami lebih lanjut dari pengertian kompetensi, menurut
Sudarwan Danim, “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
dan bertindak dari seorang tenaga profesional.”18
Menurut Uhar Saputra, “kompetensi merupakan karakteristik
individu yang mendasari perilaku seseorang dalam melaksanakan suatu
pekerjaan (kinerja), baik itu pengetahuan, keterampilan, sikap ataupun
motiv, yang akan mempengaruhi kinerja seseorang.”19
Sedangkan menurut Jejen Musfah, “pemaknaan kompetensi dari
sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait dengan fisik
dan mental, tetapi juga aspek spiritual.”20
Dari beberapa pengertian beberapa ahli, penulis menyimpulkan
bahwa kompetensi merupakan segala pengetahuan, keterampilan, serta
sikap yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik sehingga
mempengaruhi pada kinerja seorang pendidik dalam melaksanakan
tugasnya. Jika seorang tenaga pendidik mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan seta sikap, maka itu juga akan berdampak
pada karakteristik tenaga pendidik tersebut.
2. Definisi Kompetensi Pedagogik
Memahami definisi dari kompetensi pedagogik secara lebih
mendalam, maka pelu dipahami pengertian secara etimologis. Menurut
17 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 11118 Ibid.19 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT RefikaAditama, 2010), cet. 1, h.19620 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 1, h. 27
21
Marselus R. Payong “Secara etimologis, kata pedagogi berasal dari kata
Yunani, Paedos dan agagos (paedos = anak dan agoge = mengatur atau
membimbing.”21
Melihat pengertian pedagogis secara etimologis, yang artinya
membimbing anak, ternyata sudah dilaksanakan pada zaman Yunani.
Namun makna pedagogis masih terkesan perannya dilakukan oleh
orang tua karna hanya sebatas tanggung jawabnya.
Arti dari sebuah kompetensi yang penulis pahami, yakni sebuah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang salah satunya harus
dimiliki oleh tenaga pendidik. Lantas, jika digabungkan dengan
pedagogis, yang bermakna membimbing anak, maka inilah yang
menjadi sebuah keharusan dimiliki dari seorang tenaga pendidik saat
ini. Tidak sekedar mentransferkan ilmunya, namun mendidik dari sikap,
keterampilan maupun pengetahuan siswanya disekolah.
Oleh sebab itu, dalam proses mendidik inilah, pemerintah sebagai
penyelenggara pendidikan mengatur secara lebih sistematis dan
terperinci mengenai kompetensi pedagogik yang harus dimiliki dari
seorang tenaga pendidik. Penjabaran dari kompetensi pedagogik
mencakup dengan segala kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah,
sehingga ini menjadi bahan acuan dan landasan untuk pelaksanaan
pembelajaran pada saat ini.
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)
butir a dikemukakan bahwa “kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan perkembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”22
Secara garis hukum dan dasar pelaksanaan pendidikan, penjelasan
pasal 28 ayat (3) butir a telah jelas menerangkan bahwa dalam proses
21 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011), cet. 1, h. 2822 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),cet. 3, h. 75
22
pendidikan ketika seorang guru ingin terjun langsung untuk mengajar,
maka seorang guru harus mampu memahami kompetensi pedagogik
secara keseluruhan. Sehingga dalam pelaksanaannya, guru paham akan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga pendidik.
Peraturan menteri pendidikan nasional No. 16 tahun 2007 tentang
standar dan kualifikasi dan kompetensi guru telah menggarisbawahi 10
kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan
standar pedagogis. Kesepuluh kompetensi inti nitu adalah sebagai
berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori – teori belajar dan prinsip – prinsip pembelajaranyang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaranatau bidang pengembangan yang diampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi hasil belajar.i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.j. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.23
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pedagogik adalah merupakan kewenangan, pengetahuan
dan kemampuan yang diperlukan oleh seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
3. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik
Sebagai tenaga pendidik yang harus memahami kompetensi
pedagogik, guru pun harus dapat mengetahui apa saja yang menjadi
ruang lingkup kompetensi pedagogik. Sehingga dalam pelaksanaan
23 Payong, op. cit.,h. 29.
23
pembelajaran, guru akan melaksanakan pengajaran sesuai dengan ruang
lingkup yang telah dijabarkan pada kompetensi pedagogik.
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhistandar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secaranasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.
Di dalam permendiknas tersebut dirinci kompetensi inti guru dankompetensi guru dalam mata pelajaran. Tabel 3.1 merupakan standarkompetensi SMA/MA, dan SMK/MAK.24
Tabel 3.1Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK
No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATAPELAJARAN
Kompetensi Pedagodik
1. Menguasai karakteristikpeserta didik dari aspekfisik, moral, spiritual, sosial,kultural, emosional, danintelektual.
1.1 Memahami karakteristikpeserta didik yangberkaitan dengan aspekfisik, intelektual, sosial-emosional, moral,spiritual, dan latarbelakang sosial-budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensipeserta didik dalam matapelajaran yang diampu.
1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didikdalam mata pelajaranyang diampu.
1.4 Mengidentifikasikesulitan belajar pesertadidik dalam matapelajaran yang diampu.
24 Supervisi Akademik Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Direktorat TenagaKependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga KependidikanDepartemen Pendidikan Nasional Tahun, 2007), h. 19
24
2. Menguasai teori belajar danprinsip-prinsippembelajaran yangmendidik.
2.1 Memahami berbagaiteori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaranyang mendidik terkaitdengan mata pelajaranyang diampu.
2.2 Menerapkan berbagaipendekatan, strategi,metode, dan teknikpembelajaran yangmendidik secara kreatifdalam mata pelajaranyang diampu.
3. Mengembangkan kurikulumyang terkait dengan matapelajaran yang diampu.
3.1
3.2
Memahami prinsip-prinsip pengembangankurikulum.
Menentukan tujuanpembelajaran yangdiampu.
3.3 Menentukan pengalamanbelajar yang sesuai untukmencapai tujuanpembelajaran yangdiampu.
3.4 Memilih materipembelajaran yangdiampu yang terkaitdengan pengalamanbelajar dan tujuanpembelajaran.
3.5 Menata materipembelajaran secarabenar sesuai denganpendekatan yang dipilihdan karakteristik pesertadidik.
3.6 Mengembangkanindikator dan instrumenpenilaian.
4. Menyelenggarakanpembelajaran yangmendidik.
4.1 Memahami prinsip-prinsip perancanganpembelajaran yang
25
mendidik.
4.2
4.3
Mengembangkankomponen-komponenrancangan pembelajaran.
Menyusun rancanganpembelajaran yanglengkap, baik untukkegiatan di dalam kelas,laboratorium, maupunlapangan.
4.4 Melaksanakanpembelajaran yangmendidik di kelas, dilaboratorium, dan dilapangan denganmemperhatikan standarkeamanan yangdipersyaratkan.
4.5 Menggunakan mediapembelajaran dansumber belajar yangrelevan dengankarakteristik pesertadidik dan mata pelajaranyang diampu untukmencapai tujuanpembelajaran secarautuh.
4.6 Mengambil keputusantransaksional dalampembelajaran yangdiampu sesuai dengansituasi yang berkembang.
5. Memanfaatkan teknologiinformasi dan komunikasiuntuk kepentinganpembelajaran.
5.1 Memanfaatkan teknologiinformasi dankomunikasi dalampembelajaran yangdiampu.
6. Memfasilitasipengembangan potensipeserta didik untukmengaktualisasikan
6.1 Menyediakan berbagaikegiatan pembelajaranuntuk mendorong pesertadidik mencapai prestasi
26
berbagai potensi yangdimiliki.
6.2
secara optimal.
Menyediakan berbagaikegiatan pembelajaranuntukmengaktualisasikanpotensi peserta didik,termasuk kreativitasnya.
7. Berkomunikasi secaraefektif, empatik, dan santundengan peserta didik.
7.1 Memahami berbagaistrategi berkomunikasiyang efektif, empatik,dan santun, secara lisan,tulisan, dan/atau bentuklain.
7.2 Berkomunikasi secaraefektif, empatik, dansantun dengan pesertadidik dengan bahasayang khas dalaminteraksikegiatan/permainan yangmendidik yang terbangunsecara siklikal dari (a)penyiapan kondisipsikologis peserta didikuntuk ambil bagiandalam permainan melaluibujukan dan contoh, (b)ajakan kepada pesertadidik untuk ambilbagian, (c) responspeserta didik terhadapajakan guru, dan (d)reaksi guru terhadaprespons peserta didik,dan seterusnya.
8. Menyelenggarakanpenilaian dan evaluasiproses dan hasil belajar.
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian danevaluasi proses dan hasilbelajar sesuai dengankarakteristik matapelajaran yang diampu.
27
8.2 Menentukan aspek-aspekproses dan hasil belajaryang penting untukdinilai dan dievaluasisesuai dengankarakteristik matapelajaran yang diampu.
8.3 Menentukan prosedurpenilaian dan evaluasiproses dan hasil belajar.
8.4 Mengembangkaninstrumen penilaian danevaluasi proses dan hasilbelajar.
8.5 Mengadministrasikanpenilaian proses danhasil belajar secaraberkesinambungandengan mengunakanberbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasilpenilaian proses danhasil belajar untukberbagai tujuan.
8.7 Melakukan evaluasiproses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasilpenilaian dan evaluasi untukkepentingan pembelajaran.
9.1 Menggunakan informasihasil penilaian danevaluasi untukmenentukan ketuntasanbelajar
9.2 Menggunakan informasihasil penilaian danevaluasi untukmerancang programremedial dan pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikanhasil penilaian danevaluasi kepadapemangku kepentingan.
28
9.4 Memanfaatkan informasihasil penilaian danevaluasi pembelajaranuntuk meningkatkankualitas pembelajaran.
10. Melakukan tindakanreflektif untuk peningkatankualitas pembelajaran.
10.1
10.2
Melakukan refleksiterhadap pembelajaranyang telah dilaksanakan.
Memanfaatkan hasilrefleksi untuk perbaikandan pengembanganpembelajaran dalammata pelajaran yangdiampu.
10.3 Melakukan penelitiantindakan kelas untukmeningkatkan kualitaspembelajaran dalammata pelajaran yangdiampu.
Sedangkan pandangan lain menurut ahli yakni dari mulyasa,
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi delapan
hal yaitu:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;2) Pemahaman peserta didik; 3) Pengembangan kurikulum atau silabus;4) Perancangan pembelajaran; 5) Pelaksanaan pembelajaran yangmendidik dan dialogis; 6) Pemanfataan teknologi pembelajaran; 7)Evaluasi hasil belajar (EHB); 8) Pengembangan peserta didk untukmengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.25
a. Pemahahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Kompetensi dalam pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan perlu mendapat perhatian. Ini merupakan bagian dari
kompetensi pedagogis yang dimiliki oleh seorang guru. Secara
dasar, seorang guru harus paham dan mengerti makna dari
25 Mulyasa, op. cit., h. 75
29
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Ini merupakan
sebuah landasan yang selanjutnya akan akan mempengaruhi proses
pembelajaran. Sejatinya sebelum guru mengajarkan pengetahuan
yang dimilikinya, seorang guru mampu memahami landasan dari
sebuah kependidikan.
Menurut Ali Mudlofir, “pada tahap ini disamping
pengetahuan-pengetahuan teori tentang belajar mengajar, tentang
pelajar, diperlukan kemahiran dan keterampilan teknis mengajar”.26
Yang dimaksud kemahiran dan keterampilan mengajar adalah
penggunaan media pembelajaran, metode pembelajaran, serta
strategi mengajar dikelas. Tentu ini sangat diperlukan oleh seorang
guru dalam mengajar.
Mendidik adalah pekerjaan seorang guru di sekolah. Sehingga
pemahaman tentang dasar atau landasan dalam mendidik harus
dipahami oleh seorang guru.
b. Pemahaman peserta didik.
Pemahaman mengenai karakteristik peserta didik merupakan
bagian dari kompetensi pedagogik. Dengan memahami karakter
peserta didik, guru akan menguasai proses pembelajaran di kelas
karena dengan begitu guru akan lebih memahami cara mendidik
peserta didik di kelas.
Menurut Benjamin Bloom, “setidaknya ada dua karakteristik
individual siswa yang harus diperhatikan dalam memberikan
pelayanan yang optimal yakni karakteristik kognitif dan
karakteristik afektif.”27 Kognitif adalah yang berkaitan dengan
pemahaman keilmuan siswa, sedangkan afektif adalah berkaitan
dengan sikap. Maksud dari karakteristik kognitif dan afektif adalah
seorang guru mampu memahami karakter siswa yang berkaitan
26 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet. 1, h. 7927 Mulyasa, op. cit., h. 79.
30
dengan kognitif dan afektif. Kedua karakteristik ini sangat
berpengaruh terhadap pembelajaran serta hasil belajarnya.
c. Pengembangan kurikulum/silabus.
Dalam penyusunan materi yang akan disampaikan, guru
menggunakan buku sebagai bahan ajar serta acuan. Selain
menggunakan buku pelajaran, banyak buku penunjang bagi guru
dalam mempersiapkan materi sebelum disampaikan di kelas.
Meskipun demikian, guru harus memperhatikan poses
pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller (1985:
12) mencakup tiga hal:
1) Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK). TU danTK biasanyan merefleksikan posisi kurikulum secarakeseluruhan.
2) Mengidentifikasi materi yang tepat. Pengembangan kurikulumharus memutuskan materi apa yang tepat untuk kurikulum danmengidentifikasi criteria pemilihannya.
3) Memilih strategi belajar mengajar. Srategi belajar mengajardapat dipilih menurut beberapa criteria, yaitu: orientasi, tingkatkompleksitas, keahlian guru, dan minat siswa.28
Pada sebuah kurikulum biasanya ada kurikulum tersembunyi
dan adapula kurikulum terbuka. Begitupun dalam tujuan yang
ingin dicapai kurikulum, ada tujuan umum dan tujuan khusus.
Maka dari itu sebagai seorang pendidik guru harus betul-betul
memahami.
Identifikasi materi dan strategi belajar adalah praktek seorang
guru dalam mendidik. Dalam mengidentifikasi materi, guru
diharapkan mampu untuk jeli dalam memilah dan memilih materi
sehingga guru akan mendapat gambaran yang pas dalam strategi
belajar mengajar.
d. Perancangan pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar merupakan komponen penting di
dalam pendidikan. Keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar akan tergantung dari guru sebagai seorang
28 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 1, h. 35
31
pendidik. Kemampuan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Guru yang baik adalah guru yang menyiapkan segalanya, baik
materi, metode maupun media pembelajaran yang akan digunakan.
Sehingga ketika guru sudah memasuki kelas, tidak ada lagi
keraguan dalam mengajar. Hal ini akan menimbulkan dampak
positif dalam pembelajaran.
Menurut Ali Mudlofir, “dalam pelaksanaan pembelajaran,
seorang guru harus merancang sebuah pembelajaran sebelum
memasuki kelas. Kemampuan merencanakan program belajar
mengajar bagi profesi guru sama dengan mendesain bangunan bagi
seorang arsitek.”29
Sependapat dengan Ali Mudlofir, bahwa pendidikan adalah
investasi masa depan. Layaknya seorang arsitek yang ingin
menghasilkan gedung untuk masa depan, guru pun ingin
menghasilkan murid – murid yang berprestasi di masa depan, maka
keduanga harus mempunyai daya nalar untuk merancang sebuah
kegiatan sedemikian baik agar menjadi pondasi yang kokoh dan
menghasilaka yang diinginkan. Pada dasarnya perancangan
pembelajaran adalah pondasi untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
Menurut mulyasa, “perancangan pembelajaran sedikinya
mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan., perumusan
kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.”30
Merancang pendidikan menurut mulyasa diatas yang membagi
adanya tiga kegiatan adalah melihat kenyataan dilapangan.
Identifikasi kebutuhan adalah hal utama dalam merancang
pendidikan, karena kebutuhan itu sebuah hal yang memang
29 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet. 1, h. 7930 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),cet. 3, h. 76
32
seharusnya dipenuhi. Selanjutnya, Perumusan kompetensi dasar, ini
harus melihat pada identifikasi kebutuhan. Dan yang terakhir
penyusunan program pembelajaran ini terkait apa yang ingin
dilakukan dalam satu semester.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Penguasaan metode merupakan hal mendasar yang harus
dimiliki setiap guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru
dituntut untuk selalu cermat dalam memilih metode yang ingin
digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Menurut Mulyasa, “Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik.”31
Sering dijumpai bahwa banyak sekali kegagalan yang terjadi
pada guru dalam mengajar dikarenakan kurangnya interaksi antara
guru dengan peserta didiknya. Hal ini dapat disebabkan diantaranya
terlalu dominan seorang guru dalam menyampaikan materi,
sehingga menjadikan peserta didik sebagai pendengar yang baik.
Selain itu, kurangnya inovasi guru dalam mendidik di kelas,
sehingga murid selalu diibaratkan sebagai gelas kosong yang harus
diisi. Metode ceramah adalah metode yang terbilang mudah dan
masih sering dijumpai di beberapa kegiatan belajar mengajar di
sekolah sehingga menyebabkan peserta didik menjadi sungkan
untuk bertanya apalagi mengemukakan pendapatnya apabila tidak
dipersilahkan oleh guru.
Menurut Mulyasa, “dalam pembelajaran tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi
peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga
hal, pre – tes, proses, post – test.”32
31 Ibid., h. 103.32 Ibid.
33
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang secara efektif dan
efisien, tentu dibutuhkan sebuah media pembelajaran yang
digunakan agar materi yang disampaikan dapat disampaikan pula
secara efektif serta efisien.
Menurut Marselus, “James D Finn seorang tokoh teknoligi
pendidikan mengatakan, masa depan pendidikan akan berada
ditangan mereka yang mengahayati arti penting teknologi dan
memanfaatkannya dalam pembelajaran.”33
Hal ini menandakan, pentingnya media dalam sebuah
pembelajaran. Terlebih saat ini telah memasuki era globalisasi,
dimana segala sesuatunya menggunakan teknologi. James D Finn,
telah memperkirakan pentingnya tknologi dalam pendidikan smpai
sangat jauh. Dan terbukti saat ini dengan berkembangnya arus
globalisasi. Dapat dilihat tingkat pemahaman peserta didiknya
dalam pelajaran, perbedaan sekolah yang memakai media
pembelajaran dengan yang tidak memakai.
g. Evaluasi hasil belajar (EHB).
Salah satu tugas guru diantaranya adalah mengevaluasi hasil
belajar peserta didik. Guru harus menggunakan alat penilaian yang
tepat agar dapat mengukur kemajuan hasil belajar siswa dengan
tepat. Dengan begitu guru dapat memetakan siswa mana yang
sudah ada kemajuan dan mana yang belum.
Menurut Marselus, “evaluasi hasil belajar dilakukan untuk
mengtahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi
peserta didik yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes
kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan
sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.”34
33 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011), cet. 1, h. 3834 Ibid., h. 108.
34
Tujuan dari evaluasi hasil belajar ini adalah untuk mengambil
keputusan tentang hasil belajar peserta didik, memahami peserta
didik, dan memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.
Dengan demikian apa yang dilakukan oleh guru pada tahap
evaluasi ini akan berjalan secara terukur.
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Peserta didik merupakan individu yang memiliki beragam
bakat dan potensi. Dalam hal ini, guru sebagai pembimbing dan
pendidik di sekolah harus mampu mengarahkan peserta didik untuk
mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Sehingga
bakat dan potensi yang dimiliki oleh seorang peserta didik dapat
dikembangkan secara optimal.
Menurut mulyasa, “salah satu bagian dari kompetensi
pedagogik yang lainnya adalah pengembangan peserta didik.
Pengembangan pesera didik dapat dilakukan oleh guru melalui
kegiatan ekstrakulikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan
konseling.”35
Sejalan dengan mulyasa, kegiatan ekstrakulikuler merupakan
kegiatan untuk pengembangan diri peserta didik. Dengan mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler, peserta didik akan mengembangkan sikap
afektif dan psikomotoriknya sehingga akan mengimbangi sikap
kognitif yang didapat pada proses belajar mengajar.
C. Kerangka Berfikir
Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan
bagian dari program sekolah yang dimana kepala sekolah menjadi
supervisor guna mengukur sejauh mana kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Selain itu, kegiatan supervisi ini juga dilakukan untuk
35 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),cet. 3, h. 111
35
mengukur sejauh mana guru mampu melaksanakan tugasnya, khususnya
dalam kompetensi pedagogis.
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu dari empat kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik. Kompetensi pedagogik
menitik beratkan seorang pendidik agar lebih menguasai dala pengelolaan
peserta didik dikelas khususnya pada pemahaman wawasan atau landasa
kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan
kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengktualisasikan berbagaoi potensi yang dimiliki nya.
Supervisi akademik secara langsung berhubungan terhadap kinerja
guru. Ini berarti dengan adanya sebuah supervisi akademik, seorang
supervisor mempengaruhi perilaku mengajar gruru sehingga diharapkam
perilakunya semakin membaik dalam mengelola proses belajar mengajar.
Selanjutnya dengan semakin baiknya guru dalam mengelola proses belajar
mengajar, maka akan mempengaruhi perilaku belajar murid.
Melihat dari kondisi MTs Negeri 29 Jakarta yang dimana guru – guru
nya mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, kemudian
pengalaman mengajar yang berbeda, maka perlu adanya sebuah supervisi
yang dilakukan oleh pihak internal sekolah, yakni kepala sekolah. Namun
terkadang seorang kepala sekolah langsung percaya hanya dengan melihat
dari latar belakang pendidikan gurunya, tanpa adanya sebuah pengukuran
langsung mengenai kemampuan yang dimiliki oleh guru – guru di sekolah.
Dari uraian diatas, penulis berasumsi bahwa perlu adanya sebuah
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, agar kepala sekolah dapat
mengukur secara langsung kemampuan guru – guru di MTs Negeri 29
Jakarta, sehingga tidak hanya melihat latar belakang pendidikannya saja.
Dengan demikian tujuan akhir dari supervisi akademik ini adalah terbinanya
perilaku guru yang semakin baik dalam hal pengajaran di kelas sehingga
berdampak pada perilaku belajar murid yang lebih baik.
36
D. Hipotesis Penelitian
Dengan melihat dari permasalahan yang ada serta memahami
berdasarkan teori yang telah dipelajari, maka penulis mengambil
kesimpulan awal mengenai penelitian ini yakni pengaruh supervisi
akademik kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru.
a. Hipotesis Nol (Ho): Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi
pedagogik guru.
b. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi
pedagogik guru.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di MTs Negeri 29 Jakarta
yang beralamatkan Jalan Makmur RT 005 RW 03 Kelurahan Pondok
Ranggon Kecamatan Cipayung Kota Jakata Timur. Daerah ini secara
strategis terletak pada pinggiran Ibu Kota Jakarta yang hampir
berbatasan denhan Kota Bekasi Jawa Barat.
2. Waktu Penelitian
Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan sejak
bulan November 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No. Tahapan
Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Persiapan Oktober
2014
2. Observasi November
2014
3. Angket Desember
2014
4. Dokumentasi Desember
2014
Januari
2015
5. Konsultasi Oktober
2014
November
2014
Desember
2014
Januari
2015
38
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengaruh pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan
kompetensi pedagogik guru.
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, dibutuhkan sebuah informasi dan data yang dapat
dipertanggungjawabkan agar dari penelitian ini memperoleh hasil yang
maksimal. Maka dari itu, diperlukan sebuah metode penelitian didalam
proses penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat
korelasional yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan
dalam bentuk angka-angka, meskipun juga ada beberapa data kualitatif
sebagai pendukungnya, seperti kata-kata atau kalimat yang tersusun dalam
angket, kalimat hasil analisis atau konsultasi antara peneliti dan informan.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Yang dimaksud
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di Sekolah MTs
Negeri 29 Jakarta sebanyak 36.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam
penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh guru di sekolah
ini. MTs Negeri 29 Jakarta memiliki 36 guru. Maka dari itu sampel
yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 36 guru.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari:
1. Variabel bebas (X): Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah.
2. Variabel terikat (Y): Kompetensi pedagogik guru.
39
F. Teknik Pengumpulan Data
Secara umum teknik pengumpulan data yang dapat dan lazim
digunakan dalam sebuah penelitian adalah observasi, dokumentasi, dan
angket. Dalam penelitian ini pun, peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan itu, diantaranya:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati objek yang ingin diteliti. Dengan
kata lain, observasi dilakukan dengan jangka waktu tertentu guna
melihat dan memahami objek yang diteliti yakni MTs Negeri 29
Jakarta.
2. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan guna mengumpulkan data yang bersumber
baik dari arsip maupun dokumen, baik yang berada di MTs Negeri 29
Jakarta ataupun yang berada di luar MTs Negeri 29 Jakarta, yang ada
kaitannya pada penelitian ini.
3. Angket
Angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menggunakan pernyataan ataupun pertanyaan yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh orang yang meliputi sasaran angket
tersebut. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengumpulkan
data tentang supervisi dan kompetensi pedagogik guru. Angket ini
diberikan dan diisi oleh guru – guru MTs Negeri 29 Jakarta.
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup dalam
bentuk skala sikap sebagai instrument penelitian, yakni berupa pernyataan
yang jawabannya berbentuk pilhan jawaban. Angket tertutup untuk
mengungkap data tentang variabel terikat yaitu Supervisi akademik dan
kompetensi pedagogik. Pada bagian ini yang diungkap meliputi tujuan
supervisi akademik, prinsip supervisi akademik, teknik supervisi akademik,
serta ruang lingkup kompetensi pedagogik. Agket terdiri dari 40 item
40
pertanyaan pilihan yaitu 20 item pilihan untuk supervisi akademik kepala
sekolah dan 20 item untuk kompetensi pedagogik guru.
Alternatif jawaban menggunakan skala linkert dengan empat alternatif
jawaban, misalnya sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), dan
tidak sesuai (TS). Skor untuk jawaban dari pernyataan positif adalah SS=4,
S=3, KS=2, TS=1, sedangkan untuk peryataan negatif, skor sebaliknya.
Tabel 3.2
Kisi – Kisi Instrument Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di MTsNegeri 29 Jakarta
Variabel
PenelitianIndikator
Nomor
ItemJml
Supervisi
Akademik
Tujuan supervisi akademik
Prinsip supervisi akademik
Teknik supervisi akademik
1, 2, 3, 4, 5.
6, 7, 8, 9, 10.
11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 18,
19, 20.
5
5
10
Kompetensi
Pedagogik
Ruang lingkup kompetensi
pedagogik
a. Pemahahaman
wawasan atau
landasan
kependidikan.
b. Pemahaman peserta
didik.
c. Pengembangan
kurikulum/silabus.
d. Perancangan
pembelajaran.
e. Pelaksanaan
pembelajaran yang
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7,
8,
9, 11,
10,
4
3
1
2
1
41
mendidik dan
dialogis.
f. Pemanfaatan
teknologi
pembelajaran.
g. Evaluasi hasil belajar
(EHB).
h. Pengembangan
peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensi yang
dimilikinya.
12, 13, 14,
15, 16,
17, 18, 19, 20
3
2
4
40
1. Uji Validitas instrument penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, Validitas adalah ”suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.”1
Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan
sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar
menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi
dasar penyusunan instrumen.
Menurut Suharsimi Arikunto, pengujian ini menggunakan rumus
korelasi product moment dengan angka kasar seperti berikut:
= ∑XY–(∑X)(∑Y)√{N∑X2–(∑X)2}{N∑Y2–(∑Y)2}1 Suharsimi Arikunto., Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h. 211
42
Keterangan: rxy = Koefisien korelasi suatu butir
N = Cacah objek
X = Skor Butir
Y = Skor total
2. Reliabilitas Instrument
Yaitu suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karna instrument tersebut sudah baik.2
Untuk uji reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus Alpha dari
(Arikunto, 2010: 238) sebagai berikut:
11 = KK − 1 1 − ∑σb∑σtKeterangan:
r = reliabilitas instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan
b2 = Jumlah varian butir
t2 = Varian total
Tabel 3.3
Kisi – Kisi Lembar Ceklist Observasi Pengaruh Supervisi Akademik
Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru
di MTsNegeri 29 Jakarta
No. Objek Pengamatan Ya Tidak
1. Kepala sekolah menjalin hubungan yang bersifat
interaktif dan terbuka dengan guru-guru.
2. Kepala sekolah menerima kritik dan saran dari guru-
2 Ibid., h. 221
43
guru mengenai pelaksanaan supervisi akademik.
3. Kepala sekolah berinteraksi dengan guru-guru di luar
jam pelajaran.
4. Kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik
dengan prinsip demokratis.
5. Kepala Sekolah mengunjungi guru-guru ketika
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.
6. Kepala sekolah mengadakan rapat dengan guru-guru
setiap satu minggu sekali.
7. Kepala sekolah memberikan bantuan, pembinaan serta
pengarahan mengenai pembuatan RPP ataupun
Silabus.
8. Kepala sekolah memberikan ruang kepada guru-guru
untuk mengikuti workshop di luar sekolah.
9. Kepala sekolah mengadakan diskusi kelompok dengan
guru-guru.
10. Kepala sekolah memberikan tugas kepada guru-guru
dengan kebutuhannya masing-masing.
H. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data
Teknik analisa data merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk
menguraikan data yang di dapat agar lebih dipahami. Analisa data ini
merupakan mengolah data yang telah dikumpulkan secara keseluruhan,
sehingga dapat menentukan kesimpulan.
Dalam menentukan pengaruh dari pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru, maka diperlukan
langkah langkah dalam menganalisa data. Langkah yang diperlukan yaitu,
pertama membuat tabel distribusi frekuensi dari skor hasil angket. Kedua,
44
dari tabel tersebut ditentukan nilai mean (rata rata). Ketiga, setelah
didapatkan maka dikonsultasikan dengan tabel interpretasi.
Mengingat metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif yang bersifat korelasional maka diperlukan langkah – langkah
yang harus digunakan untuk menganalisis data sebagai berikut:
1. Uji hipotesis menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:
= ∑XY–(∑X)(∑Y)√{N∑X2–(∑X)2}{N∑Y2–(∑Y)2}Keterangan = rxy = Angka indek korelasi “r” Product moment
N = Number of cases
Xy = jumlah hasil perkiraan antara skor x dan y
X = jumlah seluruh skor x
Y = jumlah seluruh skor y
Selanjutnya dalam memberikan interpretasi secara sederhana
terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy), penulis
menggunakan pedoman atau ancar-ancar sebagai berikut:3
Besarnya “r” Product
Moment (rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan Y)
0,20 – 0, 40 Antara variabel X dan Y memang terdapat
3 Anas Sudjiono, Statistik Pendidikan,((Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 1, h. 193
45
korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan Y memang terdapat
korelasi yang sedang atau cukupan.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan Y memang terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan Y memang terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat
tinggi.
I. Hipotesis Statistik
Dalam penelitian ini, hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Ho == 0 (tidak ada hubungan)
2. Ha = = 0 (ada hubungan)
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam hasil penelitian ini, penulis membagi dua hasil penelitian yang
diantaranya gambaran umum objek penelitian dan deskripsi hasil
penelitian.Untuk gambaran umum hasil penelitian ini terdiri dari sejarah,
visi dan misi serta tenaga pendidik MTs Negeri 29 Jakarta.
1. Sejarah MTs Negeri 29 Jakarta
Awal berdirinya sekolah ini dikenal dengan MTs Negeri 7 Mode
Jakarta yang bertempat di daerah Penganten Ali, Ciracas. Namun pada
tanggal 17 Juli 2004, MTs Negeri 7 Mode Jakarta pada saat itu
dipimpin oleh Drs. H. Suhairi, M.Pd yang kemudian membuka kelas
jauh atau dinamakan sebagai Kampus B MTsN 7 Mode Jakarta yang
bertempat di jalan Makmur RT 005 RW 03 No. 50 Pondok Ranggon,
Cipayung Jakarta Timur dengan pimpinan lokasi yaitu bapak Jami’at,
S.Pd.
Pada sekitar bulan Februari tahun 2007, MTs Negeri 7 Mode
Jakarta mengalami pergantian kepemimpinan dalam menahkodai
sekolah ini, yang pada saat itu bapak Suhairi, M.Pd digantikan oleh
bapak H. Djunaidi AN S.Ag.
Kemudian pada tanggal 18 Juli 2009, kelas jauh MTs Negeri 7
Mode Jakarta atau disebut kampus B MTsN 7 jakarta, secara resmi
mengubah nama menjadi MTs Negeri 29 Jakarta dengan kepala
madrasah Drs. Saad, M.Pd.
Melihat dari sejarah MTs Negeri 29 Jakartayang telah dijelaskan
dapat terlihat bahwa MTs Negeri 29 Jakarta adalah pemekaran dari
MTs Negeri 7 Mode Jakarta yang ingin lebih memperkenalkan
madrasah kepada masyarakat, Karena pada saat itu madrasah masih
kurang diminati.
47
2. Visi dan Misi MTs Negeri 29 Jakarta
a. Visi MTs Negeri 29 Jakarta
“Terwujudnya Lingkungan Belajar Yang Aman, Nyaman, dan
Menggairahkan Berdasarkan IPTEK dan IMTAK”.
b. Misi MTs Negeri 29 Jakarta
Untuk mewujudkan VISI MTs Negeri 29 Jakarta tersebut,
maka ditentukan MISI dengan langkah strategis yang dinyatakan
berikut ini:
1) Mewujudkan kedisiplinan warga Madrasah.
2) Menciptakan lingkungan belajar yang menggairahkan
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan,
Produktif / PAIKEMPROD sehingga kelas memiliki
kecendrungan yang selalu hidup, bersemangat, dan demokrasi.
3) Mengembangkan pembelajaran yang berbasis Iptek yang
didasaro oleh jiwa keagamaan (Iman – Taqwa).
4) Menggali potensi peserta didik, sehingga dapat dikembangkan
secara optimal.
5) Mengembangkan pembelajaran untuk menghasilkan peserta
didik yang komprehensif dan kompetitif.
6) Meningkatkan kompetensi peserta didik dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
7) Memiliki keseimbangan dan keterpaduan antara ilmu
pengetahuan dam tekhnologi dengan iman taqwa.
8) Menciptakan suasana saling kerja sama antar warga madrasah.
9) Menerapkan manajemen transformatif melalui bimbingan,
tuntunan, pemberdayaan, atau anjuran kepada seluruh warga
madrasah untuk mencapai tujuan lembaga secara efektif dan
efisien.
10) Setelah melihat penjabaran visi dan misi MTs Negeri 29
Jakarta tersebut dapat disimpulkan bahwa MTs Negeri 29
Jakarta ingin menghasilkan lulusan yang ahli dalam IPTEK
48
dan tentu diimbangi dengan IMTAK. Jika selama ini
pandangan masyarakat terhadap madrasah itu hanya
mengedepankan IMTAK nya saja, maka MTs Negeri 29
merubah cara pandang itu dengan menyeimbangkan antara
IPTEK dan IMTAK, sehingga lulusannya mampu bersaing
secara global dengan diimbangin dengan iman dan taqwa.
3. Tenaga Pendidik
Berikut adalah daftar nama tenaga pendidik di MTs Negeri 29
Jakarta.
Tabel 4.1
Tenaga Pendidik dak Kependidikan
NO N A M AMATA
PELAJARAN
1 Drs. Imam Sayuti, M.Pd IPS Terpadu
2 Jasrul Authon HS, M.Pd Bahasa Indonesia
3 Jami’at, M.Pd Penjasorkes
4 A. Nawawi, S.Ag, MM Fiqih
5 Hj. Nurhayati, S.Ag Qurdis, Aqidah, Alquran
6 Lulus Haryani, S.Pd Seni Budaya
7 Frans Mustafa, S.Pd Bhs Arab, Hafalan Al Quran
8 Sri Indriyawati, S.Pd Bimbingan Karier
9 Nur’afiah Umiyati, S.Pd Matematika
10 Siti Fathiyah, S.Pd Matematika
11 Eti Herawati, S.Ag Bhs Inggris
12 Hasan Bisri, M.Pd IPA Terpadu
13 Drs. Imannudin, M.Pd IPA Terpadu
14 Sucipto, S.Pdi SKI
15 Ahmad Fadilah, S.Pd IPS Terpadu
16 Saidah Karomiah, M.Pd Fiqh, Hafalan Al Quran
17 Sukron Makmun, S.Ag Qurdist, Hafalan Al Qur’an
18 Prasetyo, S.Pd Bhs. Indonesia
49
19 Asti Rinto Rini, S.Pd Bhs. Indonesia
20 Eti Kurniati S.Pd IPS Terpadu, PLKJ
21 Arika Ratih Tri J, S.PdIPS Terpadu, PKN,
Keterampilan
22 Zainal Arifin, S.Pd IPA Terpadu
23 Rr Tati Farikhah, M.M IPS Terpadu
24 Umi Nurwijayati, S.Pd.Si IPA Terpadu, PLKJ
25 Noni Mulyani, S.Ag Aqidah Akhlak
26 Satya Wicaksono, S.Si Matematika
27 Suhardi, S.Kom Teknik Ilmu Komputer
28 Tourfatul Aini, S.Ag BK, SKI, Hafalan Al Qur’an
29 Afthon Imam B, M.Pd Seni Budaya, TIK
30 Achmad Darminto, S.Pd PKN
31 Taufan Fajar RS, S.Pd Penjasorkes
32 Titi Lestari, S.Pd Bhs. Inggris
33 Khotamah, S.Pd IPA Terpadu, PLKJ
34 Novi Nurhayati, S.Pd Penjaskes
35 Siti Azizah, S.Pd Bhs. Inggris
36 R. Wafiq Khoiron, S.PdBhs. Arab, BTQ, Hafalan Al
Qur’an.
37 Bayu Adi Permana, S.Pd Bimbingan Karier
Sumber : Daftar Tenaga Pendidik MTs Negeri 29 Jakarta.
MTs Negeri 29 Jakarta memiliki tenaga pendidik yang semuanya
berjumlah 37.Namun saat ini berjumlah 36 guru dikarenakan 1 orang
guru sudah tidak mengajar lagi di MTs. 29 Jakarta. Dari total jumlah
guru tersebut, semuanya telah menyelesaikan jenjang SI dan ada
Sembilan tenaga pendidik telah menyelesaikan S2.
50
4. Daftar Jumlah Peserta Didik
Jumlah peserta didik Tahun Ajaran 2014-2015 seluruhnya
berjumlah 618 orang. Yang mana penyebaran jumlah peserta didik tiap
kelas terdapat perbedaan yang tidak merata. Kelas VII terdapat 6
rombongan belajar, kelas VIII terdapat 5 rombongan belajar, dan kelas
IX terdapat 6 rombongan belajar. Dan berikut adalah daftar jumlah
peserta didik di MTs Negeri 29 Jakarta.
Tabel 4.2
Daftar Jumlah Peserta Didik
KELAS
JENIS KELAMIN
JUMLAHLAKI-LAKI PEREMPUAN
71 19 20 39
72 17 23 40
73 21 17 38
74 16 21 37
75 17 21 38
76 13 11 24
Jumlah 103 113 216
81 18 20 38
82 17 20 37
82 19 18 37
84 19 19 38
85 22 17 39
Jumlah 95 94 189
91 14 10 24
51
92 20 20 40
93 9 28 37
94 19 18 37
95 20 18 38
96 19 18 37
Jumlah 101 112 213
Total
Seluruhnya 299 319 618
Tabel. 4.2 Daftar Jumlah Peserta Didik di MTs Negeri 29 Jakarta
5. Sarana dan Prasarana
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, salah satu hal yang harus
diperhatikan adalah saran dan prasarana di sekolah. Jika sarana dan
prasarana yang ada disekolah tidak mendukung, maka proses belajar
mengajar akan terhambat dan pengelolaan kelas pun akan sulit
dilaksanakan. Dan adapun sarana dan prasarana yang terdapat di MTs
Negeri 29 Jakarta adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana
No. Ruang Jumlah
1 Kelas 17
2 Kepala Sekolah 1
3 Wakil Kepala Sekolah 1
4 Sapras Keuangan 1
5 Toilet Guru 2
6 Toilet Siswa 2
7 Kantin 1
52
8 Koperasi 1
9 Lapangan Badminton 1
10 Lapangan Upacara 1
11 Sport Center 1
12 Perpustakaan 1
13 UKS 1
14 Pramuka 1
15 OSIS 1
16 Bimbingan Konseling 1
17 Gudang 1
18 Masjid 1
Jumlah 37
53
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah mengetahui hasil data secara gambaran umum yang terdiri dari
sejarah, visi dan misi serta tenaga pendidik MTs Negeri 29 Jakarta, maka
selanjutnya adalah menjabarkan hasil penelitian secara data yang dimana
data-data ini diperoleh dengan cara memberikan angket kepada guru dan
kepala sekolah MTs. 29 Jakarta. Deskripsi hasil penelitian terdiri dari 2 sub,
diantaranya deskripsi data yang didalamnya jumlah skor nilai angket
individu serta analisis data dan interpretasi data yang didalamnya uji
hipotesis, uji signifikan serta perhitungan koefisien determinasi.
1. Deskripsi Data
Penelitian untuk mencari nilai korelasi antara Variabel X (pengaruh
Supervisi Akademik Kepala Sekolah) dengan Variabel Y (Kompetensi
Pedagogik Guru) telah menghasilkan temuan data-data yang diperoleh
dengan menggunakan angket. Untuk mengetahui data teserbut, maka
peneliti menjabarkan data-data yang diperoleh tersebut sebagai berikut:
a. Data Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah.
Untuk mengetahui tingkat pengaruh supervisi akademik kepala
sekolah, maka perlu diukur dengan menggunakan angket. Angket
yang disebarkan kepada responden diantaranya terdiri dari 20 item
pertanyaan. Kemudian angket diberikan kepada responden, yakni
guru-guru MTs. Negeri 29 Jakarta yang berjumlah 36 responden.
Angket yang diisi oleh responden kemudian diberi skor lalu diolah
serta dianalisis untuk mencari nilai mean (rata-rata). Untuk
mengetahui nilai jumlah skor hasil angket pengaruh supervisi
akademik kepala sekolah yang diisi oleh setiap responden dapat
dilihat sebagai berikut:
54
Tabel 4.4
Jumlah Nilai Skor Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
No.
Resp.
Skor No.
Resp.
Skor No.
Resp.
Skor No.
Resp.
Skor
1. 64 11. 46 21. 47 31. 63
2. 69 12. 66 22. 54 32. 58
3. 60 13. 60 23. 64 33. 61
4. 59 14. 53 24. 46 34. 63
5. 66 15. 61 25. 44 35. 58
6. 51 16. 60 26. 60 36. 62
7. 65 17. 78 27. 61
8. 41 18. 62 28. 59
9. 44 19. 59 29. 56
10. 57 20. 54 30. 54
Dari hasil pada data tabel tersebut, maka dapat dilihat skor
tertinggi didapat oleh responden no. 17 dengan jmlah skor
78.sedangkan skor terendah didapat oleh responden no. 8 dengan
jumlah skor 41. dari data jumlah skor tersebut, kemudian dianalisis
melalui langkah sebagai berikut:
1) Membuat tabel distribusi frekuensi, terlebih dahulu
menentukan:
a) Menentukan range (R)
R = nilai tertinggi – nilai terendah
= 78 – 41
= 37
b) Banyaknya kelas (k)
k = 1 + 3,322 log N
= 1 + 3,322 log 36
= 1 + 3,322 (1,602)
55
= 1 + 5,321
= 6,321 = 6 (dibulatkan menjadi 6)
c) Interval kelas (c)
c =
=
= 6,16 = 6 (dibulatkan menjadi 6)
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah.
Interval
kelas
Fi Xi Fixi
41 – 46 5 44 220
47 – 52 2 49 98
53 – 58 8 55 440
59 – 64 16 61 976
65 – 70 4 66 264
71 – 76 - - -
77 – 82 1 78 78
36 2076
2) Menentukan Nilai Mean (rata-rata)
Untuk menentukan nilai mean (rata-rata) dari angka yang
sudah didapat, maka dalam menentukannya menggunakan
rumus sebagai berikut:
56
Dari data yang didapat pada table diatas, maka dapat
diketahui: fixi = 2076 dan fi = 36
Maka, X = 2078 = 57.66 = 58 (dibulatkan menjadi 58)
36
Dari hasil yang di dapat diatas dan di konsultasikan ke
tabel interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
supervisi akademik kepala sekolah MTs Negeri 29 Jakarta
mendapatkan nilai 57.66 atau dibulatkan menjadi 58. Dengan
begitu, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah MTs
Negeri 29 Jakarta berada pada posisi sedang.
b. Data Kompetensi Pedagogik Guru
Untuk mengetahui tingkat Kompetensi Pedagogik Guru, maka
perlu diukur dengan menggunakan angket. Angket yang disebarkan
kepada responden diantaranya terdiri dari 20 item pertanyaan.
Kemudian angket diberikan kepada responden, yakni guru-guru
MTs. Negeri 29 Jakarta yang berjumlah 36 responden. Angket
yang diisi oleh responden kemudian diberi skor lalu diolah serta
dianalisis untuk mencari nilai mean (rata-rata). Untuk mengetahui
nilai jumlah skor hasil angket Kompetensi Pedagogik Guruyang
diisi oleh setiap responden dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.6
Jumlah Nilai Skor Hasil Angket Kompetensi Pedagogik Guru
No.
Resp.
Skor No.
Resp.
Skor No.
Resp.
Skor No.
Resp.
Skor
1. 68 11. 71 21. 66 31. 68
X = fixi
fi
57
2. 65 12. 68 22. 60 32. 69
3. 64 13. 77 23. 62 33. 76
4. 54 14. 60 24. 65 34. 66
5. 69 15. 66 25. 73 35. 67
6. 52 16. 55 26. 68 36. 61
7. 68 17. 80 27. 66
8. 54 18. 72 28. 73
9. 40 19. 62 29. 60
10. 76 20. 77 30. 61
Dari hasil pada data tabel tersebut, maka dapat dilihat skor
tertinggi didapat oleh responden no. 17 dengan jmlah skor 80.
sedangkan skor terendah didapat oleh responden no. 9 dengan
jumlah skor 40. dari data jumlah skor tersebut, kemudian dianalisis
melalui langkah sebagai berikut:
1) Membuat tabel distribusi frekuensi, terlebih dahulu
menentukan:
a) Menentukan range (R)
R = nilai tertinggi – nilai terendah
= 80 – 40
= 40
b) Banyaknya kelas (k)
k = 1 + 3,322 log N
= 1 + 3,322 log 36
= 1 + 3,322 (1,602)
= 1 + 5,321
= 6,321 = 6 (dibulatkan menjadi 6)
c) Interval kelas (c)
c =
58
c =
= 6,6 = 7 (dibulatkan menjadi 7)
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi Kompetensi Pedagogik Guru
Interval kelas Fi xi Fixi
40 – 46 1 40 40
47 – 53 1 52 52
54 – 60 6 57 342
61 – 67 12 64 768
68 – 74 11 70 770
75 – 81 5 77 385
36 2357
2) Menentukan Nilai Mean (rata-rata)
Untuk menentukan nilai mean (rata-rata) dari angka yang
sudah didapat, maka dalam menentukannya menggunakan
rumus sebagai berikut:
Dari data yang didapat pada tabel diatas, maka dapat
diketahui: fixi = 2357dan fi = 36
Maka, X = 2357 = 65.47 = 65 (dibulatkan menjadi 65)
36
X = fixi
fi
59
Dari hasil yang di dapat diatas dan di konsultasikan ke
tabel interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa Kompetensi
Pedagogik guru di MTs Negeri 29 Jakarta mendapatkan nilai
65.47 atau dibulatkan menjadi 65. Dengan begitu, Kompetensi
Pedagogik guru di MTs Negeri 29 Jakarta berada pada posisi
sedang.
2. Analisis Data dan Interpretasi Data
Setelah mengetahui nilai hasil skor angket individu kemudian
dianalisis sehingga mendapatkan nilai mean (rata-rata), maka nilai
tersebut perlu diinterpretasikan. Pada pengolahan data ini mengenai
interpretasi data, data yang didapat dari dua varibel yakni variabel X
(pengaruh Supervisi Akdemik) dan variabel Y (kompetensi Pedagogik
guru) dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi dari Karl
Pearsonyakni dengan rumus product moment.
a. Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi
product moment dari Karl Pearson. Untuk membantu proses
penghitungan data statistik, dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 4.8
Table Penolong Untuk Nilai Korelasi Antara Variable X dan Y
Resp X Y X2 Y2 XY
1 64 68 4096 4624 4352
2 69 65 4761 4225 4485
3 60 64 3600 4096 3840
4 59 54 3481 2916 3186
5 66 69 4356 4761 4554
6 51 52 2601 2704 2652
7 65 68 4225 4624 4420
60
8 41 54 1681 2916 2214
9 44 40 1936 1600 1760
10 57 76 3249 5776 4332
11 46 71 2116 5041 3266
12 66 68 4356 4624 4488
13 60 77 3600 5929 4620
14 53 60 2809 3600 3180
15 61 66 3721 4356 4026
16 60 55 3600 3025 3300
17 78 80 6084 6400 6240
18 62 72 3844 5184 4464
19 59 62 3481 3844 3658
20 54 77 2916 5929 4158
21 47 66 2209 4356 3102
22 54 60 2916 3600 3240
23 64 62 4096 3844 3968
24 46 65 2116 4225 2990
25 44 73 1936 5329 3212
26 60 68 3600 4624 4080
27 61 66 3721 4356 4026
28 59 73 3481 5329 4307
29 56 60 3136 3600 3360
30 54 61 2916 3721 3294
31 63 68 3969 4624 4284
32 58 69 3364 4761 4002
33 61 76 3721 5776 4636
34 63 66 3969 4356 4158
35 58 67 3364 4489 3886
36 62 61 3844 3721 3782
2058 2359 123871 156884 137522
61
Keterangan :
X = Variabel Bebas (Pengaruh Supervisi Akademik Kepala
Sekolah)
Y = variable Terikat (Kompetensi Pedagogik Guru)
Maka dari itu, untuk mengetahu seberapa besar pengaruh
supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik
guru selanjutnya adalah proses penghitungan nilai kolerasi dengan
menggunakan rumus product moment dari Karl Pearson sebagai
berikut: = ∑XY– ∑X ∑YN∑X2– ∑X 2 N∑Y2– ∑Y 2= 36.137522– 2058 2359√(36.123871– (2058)2(36.156884– (2359)2= 4950792– 48548224459356– 4235364 5647824– 5564881= 95970√223992.82943= 95970√18578579456= 95970136303,263= 95970136303= 0,70409309 = 0,704 (dibulatkan)
Dari perhitungan nilai kolerasi diatas dengan menggunakan rumus
product moment dari pearson diatas, maka dapat dilihat dengan
nilai sebesar 0,704. Jika nilai ini di interpretasikan, maka antara
62
hubungan variabel X dan variabel Y terdapat hubungan yang
sangat besar.
b. Uji Signifikasi
Setelah mendapatkan hasil nilai dari perhitungan di atas, maka
didapat r-hitungadalah 0,704.
c. Koefisien determinasi
Yang dimaksud dari koefisien determinasi adalah mencari
besarnya pengaruh yang terdapat pada variabel X terhadap variabel
Y. untuk menentukan nilai besarnya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y, maka harus menggunakan rumus sebagai berikut:
Diketahui:
r = 0,704
maka, dapat dimasukan ke dalam rumus sebagai berikut:
KD = 0,7042X 100%
= 0,495616 X 100%
= 49.56%
Dari perhitungan diatas, maka mendapatkan hasil nilai
koefisien determinasi sebesar 49.56%. hal ini menandakan bahwa
pengaruh supervisi akademik kepala sekolah memberikan pengaruh
sebesar 49.56% terhadap kompetensi pedagogik guru di MTs.
Negeri 29 Jakarta. Sedangkan 50.04% lainnya dipengaruhi oleh
faktor lain.
KD = r2 x 100%
63
C. Deskripsi Hasil Observasi PenelitianDalam mengamati suatu kerja cara supervisor dengan kegiatan belajar
mengajar guru di sekolah, maka penulis terjun langsung di dalam lingkup MTs
Negeri 29 Jakarta. Penulis menganalisis bagaimana pengaruh dari pelaksanaan
supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi guru di MTs Negeri
29 Jakarta. Selama penulis melakukan pengamatan di MTs Negeri 29 Jakarta,
banyak hal positif dan hal negatif dalam pelaksanaan supervisi maupun
kegiatan mengajar guru dalam hal kompetensi pedagogik.
Setelah penulis mempelajari supervisi pendidikan khususnya supervisi
akademik, maka penulis dapat mengidentifikasi bahwa kepala sekolah MTs
Negeri 29 Jakarta melakukan pendekatan kepada guru dengan menggunakan
teori Human Resources Development (pengembangan sumber daya manusia),
dimana supervisor menganggap bahwa guru merupakan mitra kerja bukan
bawahan.
Asumsi penulis berkesimpulan bahwa mengapa kepala sekolah
menggunakan teori Human Resources Development karena dia menganggap
bahwa setiap guru dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, kepala
sekolah sebagai manajer serta supervisor di sekolah memberikan tugas kepada
guru-guru sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Selama penulis melakukan pengamatan di MTs Negeri 29 Jakarta, penulis
melihat ada beberapa permasalahan dalam proses belajar mengajar, maka
penulis berusaha berkomunikasi dengan kepala sekolah agar dapat
memecahkan permasalahan yang terjadi. Solusi yang dilakukan oleh kepala
sekolah sebagai supervisor adalah dengan cara pendekatan personal atau
pribadi. Kemudian adapun teknik yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
dengan adanya pengarahan, pembinaan, serta memberikan motivasi kepada
para guru.
Melihat pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala
sekolah, maka hasil pengamatan observasi yang dapat penulis jabarkan adalah
sebagai berikut:
64
a. Kepala sekolah melakukan sosialisasi dengan guru-guru di MTs Negeri
29 Jakarta dengan menganut prinsip kekeluargaan, sehingga antara guru
dengan kepala sekolah dapat dikatakan sebagai mitra kerja.
b. Kepala sekolah memberikan layanan bantuan kepada guru dalam hal
pembuatan RPP, silabus, ataupun pembuatan soal untuk ujian.
c. Adanya prinsip keterbukaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
d. Kepemimpinan kepala sekolah dapat dikatakan oleh penulis sebagai
kepemimpinan demokratis. Hal ini dapat dilihat dari kepala sekolah
menerima kritik dan saran dari para guru dengan tujuan perbaikan guna
meningkatkan kualitas.
Setelah menjabarkan hasil pengamatan observasi, penulis juga melihat
beberapa kelemahan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor
diantarnya sebagai berikut:
a. Apabila terdapat kelemahan satu guru yang tidak sesuai dengan cara
pengajaran yang baik, maka kepala sekolah tersebut terkadang
menceritakan kelemahan guru tersebut kepada guru yang lainnya.
b. Jarangnya kepala sekolah hadir di disekolah sehingga menjadi kurang
intensnya komunikasi yang terjadi pada para guru dengan kepala sekolah.
c. Jarangnya supervisor melaksanakan teknik individual misalnya belum
pernah supervisor mengadakan kunjungan kelas, hal ini membuat para
guru mengajar sesuai dengan keinginannya sehingga tidak ada kreativitas
guru untuk mengadakan pembaharuan dalam teknik pembelajaran.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor terkadang masih kurang merata dalam
pemberian tugas, sehingga ini akan membuat kecemburuan yang terjadi
pada lingkungan guru-guru.
e. Cara pembinaan, pengarahan, dan perbaikan guru dilakukan kepala
sekolah kepada guru-guru yang hanya memiliki masalah dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis dan telah dijabarkan diatas,
maka penulis mengambil kesimpulan dalam melaksanakan tugas sebagai
supervisor tidaklah mudah. Agar menjadi supervisor yang baik maka
diperlukan untuk mempelajari ilmu supervisi diantaranya prinsip dan teknik
supervisi. Selain itu, menjadi seorang supervisor harus memiliki kewibawaan
serta memiliki kompetensi yang lebih dibandingkan guru-guru yang lain.
65
Tabel 4.8
Lembar Ceklist Observasi Pengaruh Supervisi Akademik
Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru
di MTsNegeri 29 Jakarta
No. Objek Pengamatan Ya Tidak
1. Kepala sekolah menjalin hubungan yang
bersifat interaktif dan terbuka dengan guru-
guru.
v
2. Kepala sekolah menerima kritik dan saran dari
guru-guru mengenai pelaksanaan supervisi
akademik.
v
3. Kepala sekolah berinteraksi dengan guru-guru
di luar jam pelajaran. v
4. Kepala sekolah melaksanakan supervisi
akademik dengan prinsip demokratis. v
5. Kepala Sekolah mengunjungi guru-guru ketika
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. v
Kepala sekolah mengadakan rapat dengan
guru-guru setiap satu minggu sekali. v
Kepala sekolah memberikan bantuan,
pembinaan serta pengarahan mengenai
pembuatan RPP ataupun Silabus.
v
Kepala sekolah memberikan ruang kepada
guru-guru untuk mengikuti workshop di luar
sekolah.
v
Kepala sekolah mengadakan diskusi kelompok
dengan guru-guru. v
Kepala sekolah memberikan tugas kepada
guru-guru dengan kebutuhannya masing-
masing.
v
66
D. Keterbatasan Penelitian
Praktek yang terjadi di lapangan dalam melakukan penelitian, berbagai
cara dilakukan oleh penulis untuk menjaga kemurnian penelitian ini, namun
tak bisa di pungkiri adanya keterbatasan yang secara akademis harus diakui
oleh penulis. Keterbatasan yang dimaksud adalah:
2) Pada tahap pelaksanaan pengisian angket penelitian oleh responden, ada
kemungkinan yang terjadi pengisian angket tidak sesuai dengan kondisi
atau keadaan yang sebenarnya terjadi atau di alami. Padahal dalam
penelitian ini, kebenaran data dalam pengisian angket adalah hal yang
paling utama.
3) Pada tahap penyusunan karya ilmiah ini, baik dalam penulisan atau
pengolahan data ataupun menganalisis data ada saja kemungkinan terjadi
kesalahan.
4) Keterbatasan yang lainnya yakni adalah waktu dan dana. waktu dan dana
ini bisa menjadi penyebab dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di MTs Negeri 29 Jakarta,
maka didapatkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang
Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi
Pedagogik Guru di MTs Negeri 29 Jakarta, maka penulis memperoleh hasil
data serta menjabarkannya sebagai berikut:
1. Setelah melakukan penelitian di MTs Negeri 29 Jakarta dan kemudian
menganalisis data tersebut, maka ditemukan adanya pengaruh antara
pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi
pedagogik guru di MTs Negeri 29 Jakarta dengan nilai korelasi 0,704.
Bila di interpretasikan, angka tersebut dikatakan sebagai nilai korelasi
yang sedang.
2. Penelitian ini mendapatkan hasil yakni pengaruh yang diberikan
variabel X (supervisi akademik kepala sekolah) terhadap variabel Y
(kompetensi pedagogik guru) yakni sebesar 49.56%. ini menandakan
bahwa pengaruh supervisi akademik menyumbang sebesar 49.56%
terhadap kompetensi pedagogic guru di MTs. Negeri 29 Jakarta.
Sedangkan 50.04% merupakan pengaruh lain-lainnya.
3. Dengan adanya hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan dalam pengawasan dan pengendalian kompetensi
pedagogik guru perlu adanya pelaksanaan supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
Dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
pengaruh supervisi akademik kepala sekolah di MTs Negeri 29 Jakarta
memberikan pengaruh terhadap kompetensi pedagogik guru. Pengaruh
supervisi akademik kepala sekolah memberikan pengaruh sebesar 49.56%
terhadap kompetensi pedagogik guru, sementara sebesar 50.04 %
dipengaruhi oleh faktor lainnya.
68
B. Saran
Adapun saran-saran yang mampu diberikan oleh penulis dengan
mempertimbangkan hasil data penelitian yang di peroleh sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Bagi Kepala sekolah MTs Negeri 29 Jakarta diharapkan terus
mampu meningkatkan serta mengembangkan program yang
berkaitan dengan perbaikan proses belajar mengajar guru.
b. Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah MTs
Negeri 29 Jakarta diharapkan mampu memberikan layanan dan
bantuan serta mendorong guru agar ikut aktif dalam mengikuti
program-program sekolah guna meningkatkan kualitas guru.
c. Bagi kepala sekolah MTs. Negeri 29 Jakarta diharapkan untuk
melakukan supervisi dengan memperhatikan prinsip-prinsip
supervisi akademik.
d. Kepala sekolah diharapkan melakukan teknik-teknik supervisi
akademik dengan cara melakukan diskusi bersama guru, rapat
dengan guru, memberikan pelatihan. Yang terpenting dan utama
adalah kunjungan kelas yang terjadi pada kapan saja. Dengan
begitu kepala sekolah mampu melihat secara langsung kompetensi
yang dimiliki oleh seorang guru.
2. Saran Bagi Guru MTs Negeri 29 Jakarta, yaitu:
a. Diharapkan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dari hasil
pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah, sehingga
akan menjadikan guru-guru MTs Negeri 29 Jakarta lebih baik
dalam kegiatan proses belajar mengajar baik di kelas maupun di
luar kelas.
b. Diharapkan kedepannya guru semakin memahami makna dari
kompetensi pedagogik. Sejatinya sekolah bukan hanya sebagai
tempat mentransfer ilmu, melainkan tempat mendidik peserta didik
agar lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Mudlofir Ali. Pendidik Profesional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana, 2011.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Danim Sudarwan, dan Khairil. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.
Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012.
Suharsimi Arikunto Suharsimi. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993.
Ngalim Purwanto Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Rosdakarya, 2009.
Danim Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana, 2011.
Suharsaputra Uhar. Administrasi Pendidikan Bandung: PT RefikaAditama, 2010.
R. Payong Marselus. Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta: PT Indeks, 2011.
Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008.
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010.
Jasmani dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan Terobosan Baru Dalam Peningkatan
Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013.
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Supervisi Akademik Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru, Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007.
LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN
SUPERVISI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PEDAGOGIk GURU
Nama Madrasah : ……………………………….
Alamat Madrasah/kota : ……………………………….
Mata Pelajaran : ……………………………….
No Angket : ……………………………….
PENGANTAR :
Angket ini bukan merupakan suatu tes dan tidak berpengaruh terhadap kegiatan proses
belajar mengajar bapak/ibu guru di dalam kelas. Harap mengisi angket ini tanpa ada perasaan
khawatir, serta tidak ada jawaban yang benar maupun yang salah. Bapak/ibu guru diharapkan
menjawab dengan jujur dan teliti sesuai dengan keadaan bapak/ibu guru pada saat ini.
Jawaban bapak/ibu guru bersifat pribadi dan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu,
mohon dalam mengerjakan angket ini dengan jujur dan sungguh – sungguh dengan
memperhatikan petunjuk pengerjaan dibawah ini.
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Tulislah identitas anda pada tempat yang tersedia.
2. Bacalah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini secara teliti dan cermat.
3. Pilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan bapak/ibu guru yang sebenarnya,
dengan cara memberi tanda ceklist (v) pada kolom pilihan.
4. Jawablah sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga kesimpulan yang diambil dari data
ini bisa benar.
Keterangan:
SS : Sangat Sesuai KS : Kurang Sesuai
S : Sesuai TS : Tidak Sesuai
L / P
No. Supervisi Akademik SS S KS TS
1. Kepala sekolah memberikan motivasi kinerja guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Kepala sekolah membimbing guru dalam menghadapi siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
3. Kepala sekolah menciptakan kesadaran guru tentang
tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang berkualitas.
4. Kepala sekolah membantu guru untuk senantiasa
memperbaiki dan meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, wawasan umum, dan keterampilan
khusus yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
5. Kepala sekolah membantu guru untuk dapat menemukan
cara pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses
pembelajaran.
6. Hubungan antara kepala sekolah dengan guru dilakukan
secara objektif , transparan, dan akuntabel.
7. Hubungan antara kepala sekolah dengan guru bersifat
interaktif, terbuka, objektif dan tidak bersifat menyalahkan.
8. Kepala sekolah mengadakan diskusi dan memberikan
umpan balik kepada guru mengenai hasil temuan supervisi.
9. Hubungan kepala sekolah dengan guru didasari semangat
kolegitas yang taat asas.
10. Kepala sekolah melaksanakan prosedur pelaksanaan
supervisi berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan atau pengamatan, dan siklus balikan atau
umpan balik.
11. Kepala sekolah mengadakan kunjungan kelas untuk
mengamati bapak/ibu guru yang sedang mengajar.
12. Kepala sekolah mengadakan kunjungan observasi untuk
seorang guru yang ditugaskan guna melihat atau mengamati
guru yang sedang mendemonstrasikan cara – cara mengajar.
13. Kepala sekolah membimbing guru tentang tata cara
mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problem yang
dialami siswa.
14. Kepala sekolah membimbing guru – guru dalam hal - hal
yang berhubungan dengan pelakasanaan kurikulum di
sekolah.
15. Kepala sekolah mengadakan pertemuan atau rapat utuk
memecahkan masalah yang terkait dengan kompetensi
pedagogik guru.
16. Kepala sekolah mengadakan diskusi kelompok.
17. Kepala sekolah mengadakan workshop yang berkaitan
dengan peningkatan kompetensi pedagogik guru.
18. Kepala sekolah melaksanakan fungsi pengendalian dalam
pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan
kinerja guru.
19. Kepala sekolah melaksanakan fungsi pengawasan dalam
pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan
kinerja guru.
20. Kepala sekolah bersikap independent pada saat pelaksanaan
supervisi akademik.
No. Kompetensi Pedagogik SS S KS TS
1. Bapak/Ibu guru membuat perencanaan pengajaran sebelum
mengajar (RPP).
2. Bapak/ibu guru mengerti tujuan pembelajaran.
3. Bapak/ibu guru mengerti dalam pembuatan RPP.
4. Bapak/ibu guru menggunakan buku pedoman lebih dari satu
sumber.
5. Bapak/ibu guru memberikan informasi kepada siswa tentang
proses kreativitas.
6. Bapak/ibu guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir replektif terhadap setiap masalah yang
dihadapi.
7. Bapak/ibu guru membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan untuk memberikan kritik yang membangun.
8. Bapak/ibu guru menggunakan system belajar siswa aktif
dalam mengajar dikelas.
9. Bapak/ibu guru melakukan pre-test pada saat sebelum
menerangkan materi pada saat mengajar di kelas.
10. Bapak/ibu guru melaksanakan pembelajaran yang menuntut
kreativitas dan menyenangkan.
11. Bapak/ibu guru melakukan post-test sebelum mengakhiri
pembelajaran pada saat mengajar di kelas.
12. Bapak/ibu guru mempersiapkan media pembelajaran
sebelum masuk ke dalam kelas.
13. Bapak/ibu guru menggunakan media dalam menerangkan
materi pada saat proses pembelajaran di kelas.
14. Bapak/ibu guru menggunakan alat peraga dalam
menyampaikan materi di kelas.
15. Bapak/ibu guru mengukur hasil belajar siswa dengan
memberikan tugas kepada siswa.
16. Bapak/ibu guru memetakan hasil belajar siswa untuk
mengetahui perubahan pada siswa.
17. Bapak/ibu guru mencoba mengetahui minat dan bakat
siswa.
18. Bapak/ibu guru mencari tahu penyebab kenakalan pada
siswa.
19. Bapak/ibu guru memberikan motivasi belajar pada siswa.
20. Bapak/ibu guru membimbing siswa untuk aktif dalam
kegiatan ekstrakulikuler.
SKOR HASIL ANGKET PENELITIAN
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KOMPETENS PEDAGOGIK GURU DI MTS NEGERI 29 JAKARTA
1. Skor Hasil Angket Supervisi Akademik Kepala Sekolah
No.Resp.
Nomor Butir Angket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JML1 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 642 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 693 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 604 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 595 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 666 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 4 3 3 3 517 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 658 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 3 2 4 3 2 3 1 3 3 2 419 1 2 1 1 1 1 2 3 4 3 4 4 3 2 3 2 1 2 2 2 44
10 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 5711 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 3 2 4612 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 6613 2 2 3 4 4 3 3 4 2 4 1 4 2 2 4 1 3 4 4 4 6014 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 2 4 3 3 3 53
15 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6116 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6017 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 7818 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 6219 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 5920 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 1 4 2 2 4 1 3 4 4 4 5421 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 4722 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 5423 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6424 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 1 1 2 2 3 2 2 3 2 3 4625 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4426 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 6027 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6128 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 5929 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 4 3 3 3 5630 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 5431 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 6332 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 5833 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6134 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 6335 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 5836 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62
2. Skor Hasil Angket Kompetensi Pedagogik Guru
No.Resp.
Nomor Butir Angket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JML1 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 682 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 653 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 644 3 3 3 4 4 2 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 545 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 696 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 527 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 688 4 2 3 2 3 2 3 4 3 1 2 3 4 2 3 2 4 3 2 2 549 3 2 4 3 3 2 2 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 40
10 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 7611 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 7112 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 6813 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7714 4 4 4 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 6015 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 6616 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 5517 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8018 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 7219 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 4 3 4 6220 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7721 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 66
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6023 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 6224 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6525 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 7326 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 6827 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 6628 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 7329 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 6030 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 6131 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 6832 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 6933 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 7634 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 6635 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 2 6736 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61
BIODATA PENULIS
Cipto Dwi Nugroho, lahir di Jakarta 19
Juli 1992. Menamatkan Sekolah dasar di SDN
Cilangkap 05 Petang di Jakarta pada tahun 2004.
Pada tahun 2004, pria yang biasa disapa Cipto ini
melanjutkan pendidikan formalnya ke kota
mangga yakni di MTs Al Zaytun Indramayu pada
tahun 2004-2007 dan MA Al Zaytun pada tahun
2007-2010.
Setelah menempuh enam tahun pendidikan
di kota mangga, dia lalu kembali pulang ke kota kelahirannya dan kemudian
melanjutkan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010. Aktif
dalam berorganisasi dimulai pada semester 3 yakni menjadi anggota biasa HMI
(2011), pengurus HMJ MP periode 2012-2013, pengurus BEM-F Tarbiyah
periode 2013-2014, pengurus HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat periode
2013-2014, dan pengurus HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015.
Saat ini Cipto tinggal di kawasan Cibubur tepatnya di Pondok Ranggon,
Jakarta Timur. Dia memiliki hobi membaca dan berolahraga, terutama bermain
futsal. dia juga suka bermain media sosial seperti facebook dan twitter. Untuk
mengenal lebih dekat dapat mengunjungi akun media sosial Facebook : Cipto Dwi
Nugroho dan Twitter : @ciptodwinugroho.