pengaruh skj lansia terhadap tekanan darah dan …eprints.ulm.ac.id/2931/1/pengaruh skj lansia 86...

14
86 PENGARUH SKJ LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG ISTIRAHAT PENDERITA HIPERTENSI RINGAN PADA LANJUT USIA Mita Erliana JPOK FKIP Unlam, Jl. Taruna Praja Raya Banjarbaru e-mail: [email protected] Abstrak: Pengaruh SKJ Lansia Terhadap Tekanan Darah dan Denyut Jantung Istirahat Penderita Hipertensi Ringan pada Lanjut Usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh latihan SKJ Lansia terhadap penurunan tekanan darah dan denyut jantung istirahat pada penderita hipertensi ringan. Adanya informasi yang menunjukkan bahwa di Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera” terdapat banyak penghuni Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera” yang menderita hipertensi. Penderita hipertensi yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha “ Budi Sejahtera” kebanyakan berjenis kelamin perempuan. Atas informasi tersebut, peneliti menghubungi Ketua Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera”, untuk dapat membantu para penderita hipertensi agar dapat melakukan latihan senam, sehingga dapat mencegah terjadinya serangan hipertensi dan sebagai terapi nonfarmakologis untuk pengobatan terhadap penderita hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan Pretest-posttest control design. Sampel ini adalah penderita hipertensi ringan yang berusia 60 70 tahun. Sampel lansia yang menderita hipertensi ringan berjumlah 30 orang dan lansia yang tidak menderita hipertensi ringan (normal) berjumlah 30 orang. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis statistik hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t amatan ulangan (pairs t- test) yaitu membedakan antara sebelum dengan sesudah perlakuan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan latihan SKJ Lansia terhadap penurunan tekanan darah. Latihan senam dapat menurunkan tekanan sistolik dan diastolik serta menurunkan denyut jantung istirahat, latihan senam menimbulkan efek seperti: beta blocker yang dapat menenangkan system saraf simpatikus dan melambatkan denyut jantung. Latihan SKJ Lansia dengan intensitas sedang, dengan lama latihan 20-60 menit sekali latihan, dan frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 8 minggu, menurunkan secara signifikan tekanan darah pada kelompok penderita hipertensi ringan; dengan penurunan sebesar 6,930% (sistolik) dan 5,309% (diastolik). Penurunan pada tekanan darah pada kelompok yang tidak menderita hipertensi (normal); dengan penurunan sebesar 5,637% (sistolik) dan 4,071% (diastolik). Sedangkan penurunan denyut jantung istirahat kelompok lansia yang menderita hipertensi mampu menurunkan sebesar 6,930% dan kelompok lansia yang tidak menderita hipertensi mampu menurunkan sebesar 5,637%. Kata kunci: SKJ lansia, tekanan darah, denyut jantung istirahat PENDAHULUAN Setiap hari manusia melakukan berbagai jenis kegiatan kerja, olahraga, bersenang-senang dan aktivitas lain. Akibatnya tubuh banyak mengalami perubahan, baik fisik, dan psikis. Seiring dengan penambahan usia atau adanya proses penuaan, maka kesehatan akan mengalami penurunan. Umumnya ketika seseorang memasuki usia lanjut, sering mempunyai gambaran yang serba buruk atas proses penuaan misalnya kondisi kesehatan yang memburuk, sering sakit sakitan, tidak berdaya, pikun dan sebagainya. Banyak orang beranggapan bahwa penyakit yang muncul pada-

Upload: hanhi

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

86

PENGARUH SKJ LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT

JANTUNG ISTIRAHAT PENDERITA HIPERTENSI RINGAN

PADA LANJUT USIA

Mita Erliana

JPOK FKIP Unlam, Jl. Taruna Praja Raya Banjarbaru

e-mail: [email protected]

Abstrak: Pengaruh SKJ Lansia Terhadap Tekanan Darah dan Denyut Jantung

Istirahat Penderita Hipertensi Ringan pada Lanjut Usia. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh latihan SKJ Lansia terhadap penurunan

tekanan darah dan denyut jantung istirahat pada penderita hipertensi ringan. Adanya

informasi yang menunjukkan bahwa di Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera”

terdapat banyak penghuni Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera” yang menderita

hipertensi. Penderita hipertensi yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha “ Budi

Sejahtera” kebanyakan berjenis kelamin perempuan. Atas informasi tersebut, peneliti

menghubungi Ketua Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera”, untuk dapat

membantu para penderita hipertensi agar dapat melakukan latihan senam, sehingga

dapat mencegah terjadinya serangan hipertensi dan sebagai terapi nonfarmakologis

untuk pengobatan terhadap penderita hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental, dengan Pretest-posttest control design. Sampel ini adalah penderita

hipertensi ringan yang berusia 60 – 70 tahun. Sampel lansia yang menderita hipertensi

ringan berjumlah 30 orang dan lansia yang tidak menderita hipertensi ringan (normal)

berjumlah 30 orang. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis

statistik hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t amatan ulangan (pairs t-

test) yaitu membedakan antara sebelum dengan sesudah perlakuan. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan latihan SKJ Lansia terhadap

penurunan tekanan darah. Latihan senam dapat menurunkan tekanan sistolik dan

diastolik serta menurunkan denyut jantung istirahat, latihan senam menimbulkan efek

seperti: beta blocker yang dapat menenangkan system saraf simpatikus dan

melambatkan denyut jantung. Latihan SKJ Lansia dengan intensitas sedang, dengan

lama latihan 20-60 menit sekali latihan, dan frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 8

minggu, menurunkan secara signifikan tekanan darah pada kelompok penderita

hipertensi ringan; dengan penurunan sebesar 6,930% (sistolik) dan 5,309% (diastolik).

Penurunan pada tekanan darah pada kelompok yang tidak menderita hipertensi

(normal); dengan penurunan sebesar 5,637% (sistolik) dan 4,071% (diastolik).

Sedangkan penurunan denyut jantung istirahat kelompok lansia yang menderita

hipertensi mampu menurunkan sebesar 6,930% dan kelompok lansia yang tidak

menderita hipertensi mampu menurunkan sebesar 5,637%.

Kata kunci: SKJ lansia, tekanan darah, denyut jantung istirahat

PENDAHULUAN

Setiap hari manusia melakukan

berbagai jenis kegiatan kerja, olahraga,

bersenang-senang dan aktivitas lain.

Akibatnya tubuh banyak mengalami

perubahan, baik fisik, dan psikis. Seiring

dengan penambahan usia atau adanya

proses penuaan, maka kesehatan akan

mengalami penurunan. Umumnya ketika

seseorang memasuki usia lanjut, sering

mempunyai gambaran yang serba buruk

atas proses penuaan misalnya kondisi

kesehatan yang memburuk, sering sakit

sakitan, tidak berdaya, pikun dan

sebagainya. Banyak orang beranggapan

bahwa penyakit yang muncul pada-

90 Jurnal Multilateral, Volume 12, No. 1 Juni 2013 hlm 86-99

86

manusia lanjut usia adalah hal yang biasa.

Anggapan ini tidak sepenuhnya benar

karena lanjut usia juga bisa dan punya

kesempatan dan hak untuk tetap hidup

sehat. Sebagian besar penyebab kesehatan

yang mengganggu lansia adalah

terjadinya proses degenerasi yang cukup

drastis akibat tidak adanya upaya

meminimalisasi proses penuaan melalui

berbagai aktifitas fisik dan kontrol

kesehatan yang rutin. Lanjut usia sendiri

dimaknai sebagai pertambahan umur

seseorang dengan disertai penurunan

kapasitas fisik yang ditandai dengan

penurunan massa otot serta kekuatannya,

laju denyut jantung maksimal,

peningkatan lemak tubuh dan penurunan

fungsi otak. Saat lanjut usia tubuh tidak

akan mengalami perkembangan lagi

sehingga tidak ada peningkatan kualitas

fisik.

Melakukan berbagai aktifitas fisik

ringan hingga sedang dan menyenangkan

menurut usia secara periodik dapat

meningkatkan kebugaran pada lansia.

Ketika seseorang memasuki usia lanjut

maka secara alamiah tubuh akan

mengalami proses penurunan fungsi. Pada

kondisi tersebut perlu dipikirkan

bagaimana di usia lanjut masih memiliki

kesempatan untuk melakukan berbagai

macam aktifitas yang bermanfaat. Selain

berfungsi sebagai upaya meningkatkan

kebugaran fisiknya, aktifitas fisik dapat

juga memberi penguatan terhadap

keselarasan antara mental, emosional dan

sosial pada lansia. Hidup bugar di usia

lanjut merupakan solusi yang dapat

dibentuk dan diciptakan oleh lansia guna

meningkatkan derajat kebermaknaan

hidup dalam kehidupan hari tua.

Seseorang dikatakan bugar jika sehat dan

mampu melakukan kegiatan sehari-hari

dengan baik tanpa mengalami kelelahan

yang berarti dan masih memiliki

semangat untuk menikmati waktu santai

atau kegiatan lain. Para lansia yang

memiliki kualitas fisik yang kurang baik

tentunya akan mengalami berbagai

hambatan dalam melaksanakan tugas serta

kerja dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai kendala fisik akan banyak

dialami apabila tidak didukung oleh

kualitas fisik yang baik. Oleh sebab itu

sangat beralasan bagi lansia untuk

melakukan berbagai upaya agar dapat

melakukan pembinaan fisik secara teratur

dan sistematis.

Salah satu penyakit yang sering

diderita pada lansia adalah hipertensi.

Hipertensi merupakan gejala yang paling

sering ditemui pada lansia dan menjadi

faktor risiko utama insiden penyakit

kardiovaskular. Karenanya, kontrol

tekanan darah menjadi perawatan utama

orang-orang lanjut usia. Pada lansia

umumnya terjadi hipertensi dengan

sistolik terisolasi yang berhubungan

dengan hilangnya elastisitas arteri atau

bagian dari proses penuaan. Jenis yang

demikian lebih sulit untuk diobati

dibanding hipertensi esensial. Tekanan

darah yang tidak terkontrol dapat

membebani jantung dan pembuluh darah

secara berlebihan sehingga mempercepat

penyumbatan pembuluh arteri yang

disebut artherosclerosis. Tekanan darah

tinggi merupakan salah satu dari tiga

faktor penyebab serangan jantung dan dua

faktor utama penyebab stroke. Dua

penyebab lainya adalah kolestrol dan

merokok. Pemeriksaan tekanan darah

yang dilakukan secara teratur dapat

mendeteksi lebih awal adanya tekanan-

90 Jurnal Multilateral, Volume 12, No. 1 Juni 2013 hlm 86-99

86

darah tinggi sehingga dapat

mempermudah untuk mengobati dan

mengatasinya serta mengurangi angka

kematian (Amelia Kamaludin,

www.ml.scribd.com).

Sistem peredaran darah pada

manusia tersusun atas jantung sebagai

pusat peredaran darah, pembuluh-

pembuluh darah dan darah itu sendiri.

Darah dipompa dari jantung dan mengalir

melalui pembuluh darah mulai dari yang

berdiameter besar sampai yang

berdiameter kecil menuju setiap organ

tubuh. Jumlah darah yang mengalir

ditentukan oleh kuatnya pompaan jantung

dan besarnya tekanan dalam pembuluh

darah. Sistolik adalah tekanan darah pada

saat jantung memompa darah ke dalam

pembuluh nadi (saat jantung mengkerut).

Diastolik adalah tekanan darah pada saat

jantung mengembang dan menyedot darah

kembali (pembuluh nadi mengempis

kosong).

Penyebab hipertensi pada lansia

adalah terjadinya perubahan-perubahan

pada: elastisitas dinding aorta menurun,

katub jantung menebal dan menjadi kaku,

kemampuan jantung memompa darah

menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, kemampuan jantung

memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal

ini terjadi karena kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

Data-data penelitian telah menemukan

beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut

adalah sebagai berikut: faktor keturunan,

umur (jika umur bertambah maka tekanan

darah meningkat), jenis kelamin, ras (ras

kulit hitam lebih banyak dari kulit putih),

kebiasaan hidup yang sering

menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah: konsumsi garam yang tinggi

(melebihi dari 30gr), kegemukan atau

makan berlebihan, stress,

merokok, minum alkohol, dan minum

obat-obatan (ephedrine, prednison,

epineprin).

Pengelolaan hipertensi bertujuan

untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi

kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan

darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip

pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

terapi tanpa obat digunakan sebagai

tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi

sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini

meliputi diet yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah: restriksi

garam secara moderat dari 10 gr/hr

menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol,

rendah asam lemak jenuh, penurunan

berat badan, penurunan asupan etanol dan

berhenti merokok.

Adanya informasi yang

menunjukkan bahwa di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Sejahtera yang

berada di Kota Banjarbaru Kalimantan

Selatan, terdapat banyak penderita

hipertensi. Kebanyakan penderita

hipertensi berjenis kelamin perempuan

Berdasarkan informasi tersebut, peneliti

berinisiatif untuk menghubungi Ketua

Pengelola di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Sejahtera Kota Banjarbaru

Kalimantan Selatan, untuk dapat

membantu para penderita hipertensi agar

dapat melakukan latihan olahraga aerobik,

sehingga dapat mencegah terjadinya

serangan hipertensi dan sebagai terapi -

90 Jurnal Multilateral, Volume 12, No. 1 Juni 2013 hlm 86-99

86

nonfarmakologis untuk pengobatan

terhadap hipertensi.

Melalui aktivitas aerobik, para

lansia yang menderita hipertensi

mendapatkan manfaat tambahan,

membantu tubuh tetap bugar dan segar

karena melatih tulang tetap kuat,

mendorong jantung bekerja optimal, dan

membantu menghilangkan radikal bebas

yang berada di dalam tubuh. Dapat

dikatakan bugar atau dengan perkataan

lain mempunyai kesegaran jasmani yang

baik bila jantung dan peredaran darah

baik sehingga tubuh seluruhnya dapat

menjalankan fungsinya dalam waktu yang

cukup lama. Salah satu olahraga aerobik

adalah Senam Kesegaran Jasmai Lanjut

Usia (SKJ Lansia). Senam lansia di

samping memiliki dampak positif

terhadap peningkatan fungsi organ tubuh

juga berpengaruh dalam meningkatkan

imunitas dalam tubuh manusia setelah

latihan teratur (Depkes, 1995).

Tingkat kebugaran dievaluasi

dengan mengawasi kecepatan denyut

jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan

denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya

menjadi lebih bugar, kecepatan denyut

jantung sewaktu istirahat harus menurun.

Melalui aktivitas aerobik SKJ Lansia,

para penderita hipertensi mendapatkan

manfaat tambahan, yaitu menghilangkan

keluhan penyakit ringan, juga dapat

menyegarkan tubuh karena dengan

berolahraga tubuh akan lebih terasa bugar,

sehat dan tubuh lebih ringan. Berdasarkan

hal tersebut maka perlu dikaji lebih lanjut

apakah dengan mengikuti latihan olahraga

yang bersifat aerobik dapat menurunkan

tekanan darah tinggi, dan sebagai salah

satu metode penyembuhan atau terapi

bagi penderita hipertensi?

Aktifitas atau latihan aerobik

sangat bermanfaat untuk untuk sistem

kardiovaskular. Latihan yang dilakukan

dalam waktu yang lama dan secara teratur

akan menyebabkan sistem kardiovaskular

bekerja secara efisien. Seseorang yang

telah melakukan latihan jasmani dapat

membantu mengerjakan suatu pekerjaan

atau aktivitas otot lebuh efisien dari pada

sebelum latihan. Pekerjaan atau aktivitas

dapat dilakukan dengan jumlah denyut

jantung yang lebih kecil; pada tekanan

darah yang lebih rendeh dan dengan

penggunaan oksigen oleh jantung yang

lebih sedikit dari pada seseorang yang

tidak terlatih.

METEDO PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimental, untuk

mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan

pada satu kelompok. Menurut Zainudin

(1988: 56) penelitian eksperimental pada

dasarnya adalah ingin menguji hubungan

antara suatu sebab (cause) dengan akibat

(effect). Dikatakan bahwa penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen karena

penelitian ini untuk mengetahui ada atau

tidak adanya pengaruh latihan aerobik

dalam penelitian ini SKJ Lansia terhadap

penurunan tekanan darah dan denyut

jantung istirahat terhadap penderita

hipertensi ringan pada lanjut usia yang

berada di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Sejahtera Kota Banjarbaru

Kalimantan Selatan.

Desain penelitian yang digunakan

adalah Pertest-postest control designt

(Sugiyono, 2011: 76). Dalam penelitian

ini, kelompok penderita tekanan darah

tinggi ringan dan kelompok pengontrol

diukur tekanan darah sebelum dan -

90 Jurnal Multilateral, Volume 12, No. 1 Juni 2013 hlm 86-99

86

sesudah mendapat perlakukan dengan

melakukan senam SKJ Lansia. Kelompok

objek X1 dan kelompok objek X3 diukur

tekanan darahnya terlebih dahulu

kemudian diberikan perlakuan P, setelah

beberapa waktu diukur kembali tekanan

darahnya dengan intrumen yang sama,

menjadi kelompok objek X2 dan X4

(Sugiyono, 2011: 76). Apabila ada

perubahan hasil pengukuran antara

sebelumnya (pretest) dan sesudah

(posttest), perlakuan (treatment),

dianggap ada pengaruh dari perlakuan

tersebut. Adapun desain penelitian

sebagai berikut :

X1 P X2

X3 P X4

Gambar. 1. Desain Penelitian

Keterangan:

X1 (pretest) : kelompok penderita hipertensi, diukur tekanan darahnya

sebelum mendapat perlakuan.

P (treatment) : Perlakuan berupa SKJ Lanjut Usia.

X2 (post test) : kelompok hipertensi diukur tekanan darahnya sesudah

mendapat perlakukan.

X3 (pretest) : kelompok yang tidak penderita hipertensi, diukur tekanan

darahnya sebelum mendapat perlakuan.

P (treatment) : Perlakuan berupa SKJ Lanjut Usia.

X4 (post test) : kelompok yang tidak penderita hipertensi, diukur tekanan

darahnya sesudah mendapat perlakukan.

Sebelum dan sesudah melakukan latihan

SKJ lansia, kelompok lansia yang

menderita hipertensi ringan dan kelompok

lansia bukan penderita hipertensi ringan

(normal) dilakukan pemeriksaan tekanan

darah dan denyut jantung istirahat.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengetahui perubahan pada tekanan

darah dan denyut jantung istirahat setelah

diberikan perlakuan berupa latihan SKJ

Lansia dengan frekuensi 3 kali dalam satu

minggu selama 8 minggu, intensitas 60 –

80 % denyut jantung maksimal, dan

dilakukan selama 30 menit setiap

pertemuan

Adapun program latihan disajikan pada

tabel 3 sebagai berikut:

Tabel. 1. Program Latihan SKJ Lansia

Lama latihan 8 minggu

Frekuensi 3 kali per minggu

Intensitas 60 – 80% DJM

Waktu (durasi) 30 menit

Mita Erliana, Pengaruh SKJ Lansia … 91

86

Type(model) Latihan SKJ Lansia

-pemanasan 5 menit

-Inti 15 menit

-pendinginan 10 menit

Tempat pelaksanaan penelitian adalah di

halaman Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Sejahtera Banjarbaru Kalimantan

Selatan. Waktu penelitian di laksanakan

selama 2 bulan yaitu bulan Desember

2011 sampai bulan Januari 2012 dengan

frekuensi latihan tiga kali dalam satu

minggu, sehingga dapat diketahui

pelaksanaan treatment (SKJ Lansia)

dilakukan sebanyak 24 kali tatap muka.

Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:

80). Populasi dalam sampel ini adalah

seluruh lansia yang berada di Panti Sosial

Tresna Werda Budi Sejahtera Kota

Banjarbaru Kalimantan Selatan yang

berjumlah 120 orang. Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011:

81). Sampel dalam penelitian ini adalah

para lansia putra dan lansia putri yang

menderita hipertensi yang berada di Panti

Sosial Tresna Werda Budi Sejahtera Kota

Banjarbaru Kalimantan Selatan sebanyak

30 orang dan kelompok kontrol lansia

putera dan puteri yang bukan penderita

hipertensi (normal) sebanyak 30 orang.

Sampel penelitian yang digunakan adalah

purposive sampling. Karakteristik sampel

dalam penelitian ini adalah mempunyai

usia 60 – 70 tahun dan tidak

menggunakan obat penurun tekanan

darah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di

Panti Sosial Tresna Werda Budi

Sejahtera Kota Banjarbaru Kalimantan

Selatan, yang dilakukan selama kurang

lebih dua bulan, dimulai pada bulan

Desember 2011 dan berakhir pada bulan

Januari 2012. Adapun subjek penelitian

ini adalah para lansia putra dan lansia

putri yang menderita hipertensi yang

berada di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Sejahtera Kota Banjarbaru

Kalimantan Selatan berjumlah 30 dan

kelompok kontrol yang tidak menderita

hipertensi (normal) 30 orang.

Karakteristik responden atau subjek

penelitian ini meliputi: Jenis kelamin,

umur dan lama menderita. Adapun

karakteristik subyek penelitian sebagai

berikut:

92 Jurnal Multilateral, Volume 12, No. 1 Juni 2013 hlm 86-99

86

1. Jenis Kelamin

Karakteristik subjek penelitian

berdasarkan jenis kelaminnya disajikan

pada tabel. 2. berikut ini.

Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada

Kelompok Lansia yang Menderita Hipertensi Ringan.

No Jenis Kelamin Frekuensi

(f)

Persentase

(%)

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

9

21

30,0

70,0

Total 30 100,0

Berdasarkan distribusi tabel tersebut,

secara visual dapat digambarkan dengan

diagram lingkaran sebagai berikut: Dari

tabel distribusi kelompok lansia yang

menderita hipertensi ringan, diketahui

bahwa mayoritas subjek penelitian

berdasarkan jenis kelaminnya adalah

perempuan dengan frekuensi 21 orang

(70,0%), sedangkan untuk laki-laki

dengan frekuensi 9 orang (30,0%).

2. Umur

Karakteristik subjek penelitian

berdasarkan kelompok umurnya disajikan

pada tabel. 3. berikut ini.

Tabel. 3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur pada

Kelompok Lansia yang Menderita Hipertensi Ringan.

No Umur Frekuensi

(f)

Persentase

(%)

1.

2.

60 – 65 Tahun

66 – 70 Tahun

11

19

36.7

63.3

Total 30 100,0

Dari tabel distribusi kelompok lansia yang

menderita hipertensi ringan, diketahui

bahwa mayoritas subjek penelitian

berdasarkan umurnya mayoritas berumur

66 -70 tahun dengan frekuensi 19 orang

(63,3%); sedangkan yang berumur 60-65

tahun sebanyak 11 orang (36,7%).

3. Lama Menderita

Karakteristik subjek penelitian

berdasarkan kelompok lama menderita

hipertensi disajikan pada tabel 4 berikut

ini.

Tabel. 4. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Menderita

Hipertensi pada Kelompok Lansia yang Menderita Hipertensi

Ringan.

No Lama Menderita Frekuensi

(f)

Persentase

(%)

1.

2.

3.

≤ 6 Bulan

7 – 12 Bulan

> 12 Bulan

3

19

8

10,0

63,3

26,7

Total

30 100,0

Mita Erliana, Pengaruh SKJ Lansia … 93

86

Dari tabel distribusi kelompok lansia yang

menderita hipertensi ringan, diketahui

bahwa mayoritas subjek penelitian

berdasarkan lama menderita hipertensi

mayoritas adalah 7-12 bulan dengan

frekuensi 19 orang (63,3%); disusul >12

bulan sebanyak 8 orang (26,7%); dan ≤6

bulan sebanyak 3 orang (10,0%).

Deskripsi Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini

digunakan t-test antar amatan ulangan

(pairs t-test) yaitu membedakan antara

sebelum dengan sesudah melakukan SKJ

Lansia dan uji t antar kelompok

(independent t-test), yaitu membedakan

tekanan darah sistolik, tekanan darah

diastolik dan denyut jantung istirahat

(DJI/menit) antara kelompok lansia

penderita hipertensi ringan dan kelompok

lansia yang bukan penderita hipertensi

ringan(normal). Sebelum dilakukan

analisis, terlebih dahulu harus memenuhi

beberapa prasyarat atau asumsi analisis,

antara lain: (1) data berdistribusi normal;

dan (2) variansi atau SD² antara data

sebelum dengan sesudah homogen.

1. Tekanan Darah Sistolik

Tekanan darah sistolik pada lansia

di Panti Sosial Tresna Werda Budi

Sejahtera Kota Banjarbaru Kalimantan

Selatan, sebelum dan sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok secara

ringkas disajikan pada tabel pada tabel 5

berikut ini.

Tabel 5. Tekanan Darah Sistolik

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Tend

ensi

Sentr

al

Tekanan Darah Sistolik

Pre-test Pos-test

Hipe

rtens

i

Ring

an

Nor

mal

Hipe

rtens

i

Ring

an

Nor

mal

Mini

mum

141 110 132 107

Maks

imum

159 140 150 132

Mean 151,

70

127

,23

141,

13

120

,00

Medi

an

153,

00

126

,00

141,

50

120

,00

Mode 155 126 140 122

Stand

art

5,58

4

7,0

40

4,61

4

6,3

79

Devi

asi

Keterangan:

Hipertensi Ringan TD

Sistolik 141 – 159 mmHg

Normal TD

Sistolik 100 – 140 mmHg

Berdasarkan analisis deskriptif,

pada kelompok lansia yang menderita

hipertensi ringan, sebelum diberikan

perlakuan berupa latihan aerobik dengan

SKJ Lansia, diperoleh angka-angka

tendensi sentral tekanan darah sistolik

berupa mean 151,70; median 151,70; dan

mode 155 serta SD 5,584. Sesudah

diberikan latihan SKJ Lansia diperoleh

mean 141,13; median 141,50; dan mode

140 serta SD 4,614. Adapun pada

94 Jurnal Multilateral, Volume 12, No. 1 Juni 2013 hlm 86-99

86

kelompok lansia bukan penderita

hipertensi ringan (normal) sebelum

diberikan perlakuan, diperoleh angka-

angka tendensi sentral tekanan darah

sistolik berupa mean 127,23; median

126,00; dan mode 126 serta SD 7,040.

Sesudah diberikan latihan diperoleh

mean 120,00; median 120,00; dan mode

122 serta SD 6,379.

Penurunan tekanan darah sistolik,

antara sebelum dengan sesudah diberikan

perlakuan berupa latihan aerobik dengan

SKJ Lansia, dalam skala persentase

penurunan disajikan pada tabel 8 berikut

ini:

Tabel 6. Penurunan (dalam %) Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah

Perlakuan

Tendensi Sentral Penurunan Tekanan Darah Sistolik (%)

Lansia Hipertensi Ringan Lansia Normal

Minimum 3,31 1,49

Maksimum 11,61 10,87

Mean 6,930 5,637

Median 6,850 5,710

Mode 4,76 3,17

Standart Deviasi 2,054 2,643

Tabel di atas memperlihatkan bahwa pada

kelompok lansia penderita hipertensi

ringan, sesudah diberikan perlakuan

berupa latihan aerobik denganSKJ Lansia,

terjadi penurunan tekanan darah sistolik

(dalam %) rata-rata 6,930; median 6,850;

mode 4,76; dan SD 2,054; sedangkan

pada kelompok lansia yang bukan

penderita hipertensi ringan (normal)

terjadi penurunan tekanan darah sistolik

rata-rata 5,637; median 5,70; mode 3,71

dan SD 2,643

2. Tekanan Darah Diastolik

Tekanan darah diastolik pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werda Budi

Sejahtera Kota Banjarbaru Kalimantan

Selatan, sebelum dan sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok secara

ringkas disajikan pada tabel pada tabel 7

berikut ini:

Tabel 7. Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Tendensi

Sentral

Tekanan Darah Diastolik

Pre-test Pos-test

Hipertensi

Ringan Normal

Hipertensi

Ringan Normal

Minimum 91 78 84 74

Maksimum 99 90 95 88

Mita Erliana, Pengaruh SKJ Lansia … 95

86

Mean 94,77 83,07 89,73 79,67

Median 95,00 82,00 91,00 79,00

Mode 92 80 91 80

Standart Deviasi 2,712 3,723 3,162 3,565

Keterangan:

Hipertensi Ringan TD Diastolik 91 –

99 mmHg

Normal TD Diastolik 60 – 90

mmHg

Berdasarkan analisis deskriptif,

pada kelompok lansia yang menderita

hipertensi ringan, sebelum diberikan

perlakuan berupa latihan aerobik dengan

SKJ Lansia, diperoleh angka-angka

tendensi sentral tekanan darah diastolik

berupa mean 94,77; median 95,00; dan

mode 92 serta SD 2,712. Sesudah

diberikan latihan SKJ Lansia diperoleh

mean 89,73; median 91,00; dan mode 91

serta SD 3,162. Adapun pada kelompok

lansia bukan penderita hipertensi ringan

(normal) sebelum diberikan perlakuan,

diperoleh angka-angka tendensi sentral

tekanan darah diastolik berupa mean

83,07; median 82,00; dan mode 80 serta

SD 3,723. Sesudah diberikan latihan

diperoleh mean 79,67; median 79,00; dan

mode 80 serta SD 3,565.

Penurunan tekanan darah

diastolik, antara sebelum dengan sesudah

diberikan perlakuan berupa latihan

aerobik dengan SKJ Lansia, dalam skala

persentase penurunan disajikan pada tabel

10 berikut ini:

Tabel 8. Penurunan (dalam %) Tekanan

Darah Diastolik Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Tendensi

Sentral

Penurunan Tekanan

Darah Diastolik (%)

Lansia

Hipertens

i Ringan

Lansia

Normal

Minimu

m

1,0

9

1,2

2

Maksimu

m

10,

53

8,0

5

Mean 5,3

09

4,0

71

Median 5,2

35

4,1

20

Mode 5,2

1

2,4

7

Standart

Deviasi

2,0

65

2,0

51

Tabel di atas memperlihatkan

bahwa pada kelompok lansia penderita

hipertensi ringan, sesudah diberikan

perlakuan berupa latihan aerobik dengan

SKJ Lansia, terjadi penurunan tekanan

darah diastolik (dalam %) rata-rata 5,309;

median 5,235; mode 5,21; dan SD 2,065;

sedangkan pada kelompok lansia yang

bukan penderita hipertensi (normal)

terjadi penurunan tekanan darah diastolik

rata-rata 4,071; median 4,120; mode 2,47

dan SD 2,051.

3. Denyut Jantung (DJI/menit)

Denyut jantung istirahat

(DJI/menit) pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werda Budi Sejahtera Kota

Banjarbaru Kalimantan Selatan, sebelum

dan sesudah perlakuan pada masing-

masing kelompok secara ringkas disajikan

pada tabel pada tabel 9 berikut ini:

96 Jurnal Multilateral, Volume 12, No. 1 Juni 2013 hlm 86-99

86

Tabel 9. Denyut Jantung Istirahat (DJI/menit) Sebelum dan Sesudah

Perlakuan

Tendensi

Sentral

Denyut Jantung (DJI/menit)

Pre-test Pos-test

Hipertensi

Ringan Normal

Hipertensi

Ringan Normal

Minimum 77 60 70 58

Maksimum 96 73 89 73

Mean 85,00 66,87 78,27 63,43

Median 84,00 66,00 78,50 62,50

Mode 78 72 74 60

Standart Deviasi 5,954 4,305 5,239 3,812

Keterangan:

Denyut Jantung (DJI/menit) normal 60-100 bpm

Tachycardia >100 bpm

Bradycardia <60 bpm

Berdasarkan analisis deskriptif,

pada kelompok lansia yang menderita

hipertensi ringan, sebelum diberikan

perlakuan berupa latihan aerobik dengan

SKJ Lansia, diperoleh angka-angka

tendensi sentral denyut jantung

(DJI/menit) berupa mean 85,00; median

84,00; dan mode 78 serta SD 5,954.

Sesudah diberikan latihan diperoleh

mean 78,27; median 78,50; dan mode 74

serta SD 5,239. Adapun pada kelompok

lansia yang bukan penderita hipertensi

ringan sebelum diberikan perlakuan,

diperoleh angka-angka tendensi sentral

denyut jantung istirahat (DJI/menit)

berupa mean 66,87; median 60,00; dan

mode 72 serta SD 4,305. Sesudah

diberikan latihan diperoleh mean 63,43

median 62,50; dan mode 60 serta SD

3,812.

Penurunan denyut jantung istirahat

(DJI/menit), antara sebelum dengan

sesudah diberikan perlakuan berupa

latihan aerobik dengan SKJ Lansia, dalam

skala persentase penurunan disajikan pada

tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Penurunan (dalam %) Denyut Jantung Istirahat (DJI/menit)

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Tendensi Sentral

Penurunan Denyut Jantung (%)

Lansia Hipertensi

Ringan Lansia Normal

Minimum 3,31 1,49

Maksimum 11,61 10,87

Mean 6,930 5,637

Mita Erliana, Pengaruh SKJ Lansia … 97

86

Median 6,850 5,710

Mode 4,76 3,17

Standart Deviasi 2,054 2,643

Tabel di atas memperlihatkan

bahwa pada kelompok lansia penderita

hipertensi ringan, sesudah diberikan

perlakuan berupa latihan aerobik dengan

SKJ Lansia, terjadi penurunan denyut

jantung istirahat (dalam %) rata-rata

6,930; median 6,850; mode 4,76; dan SD

2,054; sedangkan pada kelompok lansia

bukan penderita hipertensi ringan terjadi

penurunan penurunan denyut jantung rata-

rata 5,637; median 5,710; mode 3,17 dan

SD 2,643.

PEMBAHASAN

Patofisiologi hipertensi adalah mekanisme

yang menontrol kontraksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medula di otak. Dari

pusat vasomotor ini bermula dari saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumma

medula spinalis ke ganglia simpatis di

toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk

implus yang bergerak ke bawah melaui

saraf simfatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini neuron preganglion melepaskan

asetilkolin yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

di mana dengan dilepaskannya

norepinefrin mengakibatkan kontarksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsangan vasokontriktor.

Perubahan struktural dan fungsional pada

sistem pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada lanjut

usia. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat, dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekkuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung

dan peningkatan tahanan perifer (Smelzer,

Bare, 2002). Latihan olahraga yang

dilakukan agar dapat berpengaruh

terhadap efisiensi kerja jantung,

sebaiknya latihan berada pada intensitas

sedang yaitu denyut jantung 150-170 per

menit. Intensitas sedang kurang lebih

sama dengan 70-80% dari kapasitas

aerobik maksimal (Bompa, 1994: 78).

Berdasarkan analisi data penelitian ini

membuktikan ada pengaruh yang

signifikan latihan SKJ Lansia terhadap

penurunan tekanan darah dan denyut

jantung istirahat pada penderita hipertensi

ringan pada lanjut usia setelah melakukan

latihan 3 kali dalam seminggu selama 8

minggu (24 kali pertemuan). Berdasarkan

analisis data penelitian ini membuktikan

bahwa ada pengaruh positif yang

signifikan latihan SKJ Lansia terhadap

kelompok penderita hipertensi ringan dan

kelompok lansia bukan penderita

hipertensi setelah melakukan latihan 3

Mita Erliana, Pengaruh SKJ Lansia … 99

86

kali seminggu selama 8 minggu (24 kali

pertemuan), berupa penurunan tekanan

darah dan penurunan denyut jantung

istirahat. Menurut Kathlee L. Kuntaraf

dan Jonahan Kuntaraf, (1992: 152),

mengemukakan bahwa orang yang

melakukan latihan 3 kali seminggu (24

kali pertemuan) akan mengalami

peningkatan daya tahan kardio respirasi

dan mempunyai VO2 max yang lebih

baik, karena orang tersebut aktif

melakukan olahraga. Dengan berolahraga

atau mengikuti latihan senam SKJ Lansia

mempunyai berbagai manfaat, baik

manfaat fisik (meningkatkan komponen

kebugaran), manfaat psikis (lebih tahan

terhadap stress dan lebih tahan

berkonsentrasi) dan manfaat sosial

(menambah rasa percaya diri). Bagi

penderita hipertensi, dengan latihan

olahraga secara teratur 3 sampai 4 kali

dengan waktu 30 – 40 menit dan

intensitas latihan 60 – 80% dari denyut

jantung maksimal dapat menurunkan

tekanan darah ([email protected]).

Berdasarkan penelitian yang menyatakan

bahwa latihan olahraga dengan mengikuti

senam SKJ Lansia yang dilakukan secara

teratur merupakan cara sangat baik untuk

mencegah maupun mengobati tekanan

darah tinggi. Kebiasaan hidup dan

pengelolaan stress yang biasanya dialami

penderita. Respon dan adaptasi tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Respon dan adaptasi jantung terhada

senam SKJ Lansia

Senam SKJ Lansia merupakan olahraga

aerobik yang mempunyai pengaruh

menurunkan denyut jantung istirahat,

sehingga jumlah darah yang dikeluarkan

setiap denyut jantung bertambah. Hal

tersebut disebabkan karena ruang jantung

bertambah besar dan otot jantung

bertambah kuat. Kepadatan kapiler

(pembuluh darah kecil) di otot jantung

bertambah dan demikian pula dengan

elatisitas pembuluh darah koroner.

Penambahan elastisitas pembuluh darah

tidak hanya terjadi di pembuluh darah

jantung, namun disemua pembuluh darah

(Woerjati Soekarno, 1996: 2-4).

2) Respon dan adaptasi sistem pernafasan

SKJ Lansia

Irama pernafasan berubah sebelum,

selama dan setelah latihan dimulai. Segera

terjadi venilasi hebat, sampai mencapai

titik tertentu. Segera setelah latihan

berakhir, venilasi kembali ke nilai

istirahat. Ferkuensi pernafasan orang

berlatih lebih sedikit dibandingkan

dengan orang tak terlatih. Penurunan

frekuensi ini diimbangi dengan dalamnya

pernafasan pada orang terlatih.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik

berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh latihan SKJ lansia yang

diberikan 3 kali dalam seminggu

selama 8 minggu terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia yang

menderita hipertensi ringan sebesar

6,930% (sistolik) dan 5,309%

(diastolik).

2. Ada pengaruh latihan SKJ lansia yang

diberikan 3 kali dalam seminggu

selama 8 minggu terhadap penurunan

denyut jantung istirahat pada lansia

yang menderita hipertensi ringan

sebesar sebesar 6,930%.

3. Ada pengaruh yang signifikan (p<0,05)

SKJ Lansia terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita

hipertensi ringan di Panti Sosial Tresna

Mita Erliana, Pengaruh SKJ Lansia … 99

86

Werda Budi Sejahtera Kota

Banjarbaru Kalimantan Selatan. SKJ

Lansia mampu menurunkan tekanan

darah sebesar 6,930% (sistolik) dan

5,309% (diastolik) pada lansia

penderita hipertensi ringan. Penurunan

pada tekanan darah pada lansia bukan

penderita hipertensi (normal); dengan

penurunan sebesar 5,637% (sistolik)

dan 4,071% (diastolik).

4. Ada pengaruh yang signifikan

(p<0,05) SKJ Lansia terhadap

penurunan denyut jantung istirahat

pada lansia penderita hipertensi ringan

di Panti Sosial Tresna Werda Budi

Sejahtera Kota Banjarbaru Kalimantan

Selatan. SKJ Lansia mampu

menurunkan denyut jantung istirahat

pada lansia penderita hipertensi ringan

dengan penurunan sebesar 6,930% dan

lansia bukan penderita hipertensi

(normal) mampu menurunkan sebesar

5,637%.

DAFTAR PUSTAKA

Kamaludin. Amelia. (2010).

Penatalaksaan hipertensi non

farmakologis. Diambil pada tanggal

24 Juni 2011 dari www.

ml.scribd.com.

Athanasios J. Monalis. (2005). Exercise

and hypertension. Diterbitkan

dalam Journal europen society of

hypertension scientific newsletter:

update on hypertension

management, 2005;6:No.23.

Diambil pada tanggal 20 Mei 2012

dari [email protected].

Departemen Kesehatan RI. (1995).

Manual latihan fisik untuk usia

lanjut. Diambil pada tanggal 15

Januari 2012 dari

www.repository.usu.ac.id.

Smelzer & Bare (2002). Keperawatan

medikal bedah. Edisi 8. Vol 2.

Jakarta EGC.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Woerjati Soekarno. (1996). Teori &

praktek senam dasar. Klaten: PT.

Intan Pariwara.

Zainuddin, Muhamad. (1988).

Metodologi penelitian. Surabaya:

Erlangga University Press.