pengaruh radius penyebaran suhu terhadap...
TRANSCRIPT
Seminar Tugas Akhir
1
PENGARUH RADIUS PENYEBARAN SUHU TERHADAP PENEMPATAN JARAK MINIMAL
OPERASIONAL RADIANT WARMER
Deasy Fusvitasari Sonia1, Sari Luthfiyah, Skep, MKes2, Tri Bowo Indrato, ST, MT3
Jurusan Teknik Elektromedik
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
ABSTRAK
Radiant warmer adalah alat elektromedik yang berfungsi untuk memberikan kehangatan pada bayi
yang baru lahir, dimana bayi tersebut membutuhkan suhu yang sesuai dengan suhu didalam rahim
ibu antara 34°C – 37°C. Penelitian sebelumnya menemukan kemungkinan bahwa tingkat radiasi
panas yang diberikan kepada bayi oleh perangkat radiant warmer tidak sama dengan tingkat radiasi
panas yang diperlukan untuk keseimbangan panas, sehingga berpengaruh pada bayi dengan risiko
overheating pasif. Penggunaan multi radiant warmer pada kasus-kasus tertentu diduga akan terjadi
resiko hipertermi yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh radius
penyebaran suhu terhadap penempatan jarak minimal operasional radiant warmer. Metode yang
digunakan One Group Post Test Design. Instrument penelitian ini menggunakan temperature
digital untuk mengukur suhu sekeliling radiant warmer, dimana heater sebagai titik sumber radiasi
panas. Pengolahan data menggunakan uji GLM (General Linier Modul) didapat nilai signifikasi
untuk variabel setting suhu alat, derajat kemiringan/sudut dan jarak didapat nilai Sig.<0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh radius (sudut dan jarak) terhadap
penyebaran suhu. Hasil pengolahan data menggunakan uji Paired T Test didapat jarak minimal
penempatan radiant warmer yang aman pada samping kanan-kiri jarak 100cm, sedangkan pada sisi
depan belakang jarak 80cm dari heater. Melihat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pedoman bagi pengguna radiant warmer dalam penempatan operasional multi radiant warmer agar
hasil panas yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan bayi dan tidak terjadi dugaan hipertermia.
Kata Kunci: Radiant warmer, Radius Penyebaran Suhu, Jarak minimal operasional.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Kelangsungan hidup setiap bayi yang baru
lahir bergantung pada kemampuan untuk mengatur
suhu tubuhnya. Pada bayi baru lahir premature dan
sakit sering tidak mampu menjaga suhu tubuh
mereka pada tingkat yang konstan tanpa bantuan
eksternal dan mempunyai risiko stres dingin dan
hipotermia, yang dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas (Anna M. Fic,dkk, 2009).
Menurut WHO (1997), perlindungan termal
pada bayi baru lahir adalah serangkaian tindakan
yang diambil saat lahir dan selama kehidupan
pertama untuk memastikan bahwa bayi tidak
menjadi terlalu dingin (hypothermia) atau terlalu
panas (hyperthermia) dan mempertahankan suhu
tubuh normal 36,5 – 37,5°C.
Salah satu bantuan eksternal untuk menjaga
suhu bayi baru lahir yaitu Radiant warmer.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 118
tahun 2014 tentang Kompendium Alat Kesehatan
disebutkan bahwa Radiant Wamer adalah alat
kesehatan yang berguna untuk menjaga temperatur
tubuh bayi dengan panas radiant yaitu terdiri dari
elemen pemanas infra merah. Alat ini dapat
ditempatkan di atas tempat tidur bayi atau dapat
juga digabungkan dengan tempat tidur sebagai satu
unit. Karena pemanasan dengan energi infra merah
merupakan cara transfer energi yang efisien, maka
Seminar Tugas Akhir
2
bisa terjadi hipertemia ekstrim, kulit terbakar,
kerusakan otak permanen, atau bahkan kematian.
Dimana menurut Potter & Perry (2010)
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Sedangkan menurut Carpenito,
2001 Hipertermi adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko untuk mengalami
kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari
37,8°C per oral atau 38,8°C per rektal karena faktor
eksternal.
Pada ruang bersalin ponek 1 di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta terdapat 3 unit radiant
warmer. Dimana saat terjadi lonjakan pasien pada
ruang bersalin ponek 1, 3 unit radiant warmer
tersebut dioperasionalkan secara bersamaan dan
diletakkan berdekatan. Di saat situasi tersebut
banyak keluhan dari pengguna alat / user dimana
radiant warmer yang diharapkan dapat memberikan
suhu panas sesuai suhu yang disetting dan bertujuan
untuk menjaga temperatur tubuh bayi, tetapi pada
kenyataannya terjadi kenaikan suhu di salah satu
radiant warmer tersebut. Kasus tersebut sering
terjadi pada ruang bersalin ponek 1, jika tidak
segera diatasi dikhawatirkan akan
berdampak/beresiko terjadi hyperthermia pada bayi
baru lahir yang menggunakan radiant warmer.
Pada penelitian sebelumnya oleh Anna M.
Fic, dkk, 2010 menemukan solusi bagi masalah
neonatus yang mengalami dehidrasi saat sedang
dirawat di bawah radiant warmer, yaitu
menciptakan unit dengan memastikan hasilnya
stabil dan cukup akurat. Telah diamati bahwa dalam
hasil yang diperoleh kualitatif yang baik dengan
data eksperimen. Sebagai contoh, suhu rata-rata
kasur yang diperoleh dari percobaan dan hasil
numerik bervariasi hanya dalam 2°C, sehingga hasil
yang diperoleh dari penelitian tersebut memberikan
keyakinan bahwa teknik yang digunakan dalam
penelitian tersebut sesuai dan memberikan efek
lebih realistis. Pada kasus ini, udara diasumsikan
sebagai gas ideal yang tidak dapat dikompres, dan
oleh karena itu kerapatannya tergantung suhu,
asumsi ini dapat dibuat dalam situasi ketika
perubahan tekanan relatif kecil.
Dalam penelitian lain disebutkan
homeostasis termal sangat penting untuk menjamin
pertumbuhan dan kelangsungan hidup bayi baru
lahir. Kenaikan suhu inti secara tiba-tiba dapat
menyebabkan episode apnea, kematian mendadak,
dan bahkan perubahan suhu jaringan kecil dapat
meningkatkan risiko kematian neonatal. Unit
perawatan intensif menggunakan penghangat
bercahaya (Radiant Warmer) untuk
mempertahankan suhu tubuh stabil pada bayi baru
lahir, sebagai relatif terhadap inkubator, perangkat
ini memungkinkan peningkatan visibilitas dan
akses ke pasien. Namun, beberapa laporan
menunjukkan Radiant Warmer mempengaruhi bayi
dengan risiko overheating pasif. Terdapat
kemungkinan bahwa tingkat radiasi panas yang
diberikan kepada bayi oleh perangkat radiant
warmer tidak sama dengan tingkat radiasi panas
yang diperlukan untuk keseimbangan panas. Kedua,
variabel jarak antara lampu panas pada radiant
warmer dan berbagai daerah permukaan kulit bayi
menciptakan pola yang tidak rata di panas radiasi
densitas fluks di seluruh tubuh. Dengan demikian,
daerah kulit dalam jarak dekat ke lampu panas
(kepala dan dada) terkena tingkat yang lebih tinggi
dari panas radiasi, dan karena itu peningkatan suhu
yang tinggi dan terbakar, daripada bagian tubuh
yang lebih jauh dari sumber panas (perut dan kaki).
Dari penelitian tersebut dokter dan perawat harus
menyadari bahwa bayi yang baru lahir masih
berisiko overheating cepat, dengan tidak adanya
alarm (Y Molgat-Seon, dkk, 2013).
Berdasarkan hasil identifikasi dari latar
belakang masalah di atas, maka penulis ingin
melakukan penelitian mengenai pengaruh radius
penyebaran suhu yang dihasilkan dari radiant
warmer. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menentukan radius penyebaran suhu dan jarak
minimal penempatan multi radiant warmer.
Seminar Tugas Akhir
3
1.2 Batasan Masalah
Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak
terjadi pelebaran masalah dalam penyajiannya,
maka penulis membatasi pokok - pokok batasan
permasalahan yang akan dibahas yaitu :
1.2.1 Penelitian dilakukan pada 2 spesifikasi
radiant warmer (1 spesifikasi diwakili 3 unit
radint warmer), sehingga total alat yaitu 6
unit radiant warmer
1.2.2 Penelitian dilakukan pada suhu ruangan 24 -
26°C
1.2.3 Penelitian dilakukan pada range kelembapan
ruangan 45 – 60 %
1.2.4 Setting suhu radiant warmer pada 36°C,
37°C
1.2.5 Derajat kemiringan/ sudut radius
penyebaraan suhu 0°, 45° dan 90° pada posisi
kanan – kiri dan depan – belakang dari heater
1.2.6 Jarak radius penyebaran suhu dengan variabel
20 cm ( titik awal terdapat pada 20 cm diatas
matras radiant warmer yaitu 60 cm dari
heater)
1.2.7 Pengukurun suhu menggunakan thermometer
digital dan alat ukur Incubator Analyzer
1.3 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh radius (sudut dan jarak)
terhadap penyebaran suhu untuk penempatan
jarak minimal operasional radiant warmer?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh radius (sudut dan
jarak) terhadap penyebaran suhu untuk menentukan
penempatan jarak minimal operasional radiant
warmer.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Menentukan titik pengukuran dengan
melakukan perhitungan radius penyebaran
suhu pada derajat 0°, 45° dan 90° pada
posisi kanan – kiri dan depan – belakang
dari heater
1.4.2.2 Melakukan pengukuran penyebaran suhu
radiant warmer pada setting suhu 36°C,
37°C
1.4.2.3 Melakukan pengukuran penyebaran suhu
jarak variabel 20 cm (titik awal pengukuran
60 cm dari heater)
1.4.2.4 Menentukan penyebaran suhu radiant
warmer hingga suhu yang terukur sesuai
dengan suhu ruang dengan toleransi ±0,5°C
1.4.2.5 Menganalisis pengaruh radius penyebaran
suhu terhadap penyebaran suhu untuk
menentukan jarak minimal operasional
radiant warmer
1.5 Manfaat Penelitian
I.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.1.1 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa teknik elektromedik mengenai
radius penyebaran suhu pada radiant
warmer.
1.5.1.2 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa teknik elektromedik mengenai
jarak aman penempatan operasional radiant
warmer
I.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi Penulis
Dapat diimplementasikan ke instansi asal
dan sebagai acuan pembuatan SOP yang
lebih baik khususnya dalam jarak
penempatan dan penggunaan radiant
warmer secara aman.
1.5.2.2 Bagi Pengguna
Memudahkan kinerja pengoperasian
khususnya jarak radius penempatan
operasional radiant warmer.
1.5.2.3 Bagi Rumah Sakit
Menunjang mutu keamanan dalam
penggunaan radiant warmer secara
bersamaan.
Seminar Tugas Akhir
4
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Blok Diagram Konsep Penelitian
2.2 Desain Penelitian
Berdasarkan proses penelitian, rancangan
penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian
Pre Eksperimental dengan jenis penelitian One
Group Post Test Design yaitu Metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendali.
Perlakuan diukur
X O
X = Treatment / perlakuan yang diberikan
(Variabel Independen)
O = Observasi (Variabel Dependen)
Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut :
Radiant warmer diberikan beberapa treatment /
perlakuan setting suhu alat, derajat kemiringan
(sudut) dan jarak penyebaran suhu sehingga
mendapat hasil sesuai dengan pengujian hipotesa.
Dilakukan pengamatan dan pengukuran dengan
menggunakan thermometer dan Incubator/Radiant
warmer Analyzer.
Pengolahan data menggunakan uji GLM (General
Linier Modul) dengan konsep pengujian hipotesa
sebagai berikut :
Ho: dikatakan tidak ada pengaruh antara radius
terhadap penyebaran suhu
Ha: dikatakan adanya pengaruh antara radius
terhadap penyebaran suhu
Setelah ditemukan hipotesa yang sesuai dengan
hasil penelitian selanjutnya akan dilakukan uji beda
Paired T Test untuk menentukan jarak aman
penempatan multi operasional radiant warmer.
2.3 Variabel Penelitian
2.3.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang
nilainya dapat mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas yang diukur dalam penelitian ini
adalah :
1) Setting suhu radiant warmer : 36°C, 37°C
2) Derajat kemiringan / sudut radius penyebaran
suhu : kanan – kiri – depan – belakang dengan
sudut 0°, 45°, 90°
3) Jarak radius penyebaran suhu dengan variabel
20 cm (titik awal pada jarak 60cm dari heater)
2.3.2 Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Bagian yang termasuk
sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
1) Penyebaran suhu panas radiant warmer
2) Jarak minimal operasional radiant warmer
Kejadian di ponek 1 RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, Suhu pada
salah satu radiant warmer terjadi kenaikan suhu jika 3 unit
dioperasionalkan secara
bersamaan dan berdekatan
Permenkes no 118 tahun 2014,
Referensi jurnal dan WHO mengenai hyperthermia bayi baru
lahir yang disebabkan suhu
eksternal, salah satunya radiant warmer dan belum terdapat
ketentuan penempatan jarak min.
untuk multi radiant warmer
Analisis pengaruh radius terhadap penyebaran suhu
yang dihasilkan sumber
panas pada radiant warmer
Analisis jarak radius
penyebaran suhu dari radiant warmer hingga titik dimana
suhu ruangan tidak
terpengaruh suhu radiant warmer
Faktor :
1) Suhu dan kelembapan
ruangan
2) Setting suhu pada radiant
warmer
3) Derajat kemiringan
radius
penyebaran suhu
4) Jarak radius
penyebaran
suhu Pengukuran suhu
menggunakan thermometer
dan incubator analyzer yang ditempatkan pada titik-titik
yang sudah ditentukan. Titik
penempatan sensor suhu diukur dengan metode Cartesian dan
gelombang parabola
menggunakan mistar dan busur
Implementasi
Evaluasi
Keterangan :
: Tidak
Diteliti
: Diteliti
Seminar Tugas Akhir
5
2.4 Penempatan Bahan dan Alat
2.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
penulis adalah menggunakan data statistic dengan
uji multivariant yaitu membuktikan hipotesa
penulis ada tidaknya pengaruh antara radius
terhadap penyebaran suhu.
2.6 Prosedur Operasional Pengambilan Data
1) Siapkan alat radiant warmer pada ruangan
dengan suhu dan kelembapan yang diinginkan
2) Pasang kerangka penempatan thermometer
digital pada alat radiant warmer
3) Pasang thermometer digital pada kerangka
yang sudah terpasang pada alat radiant warmer
sesuai dengan sudut dan jarak yang sudah
ditentukan.
4) Letakkan Incu Analyzer diatas matras dan
operasionalkan sesuai dengan SPO yang ada
5) Operasionalkan alat radiant warmer sesuai
dengan SPO yang ada
6) Setting suhu radiant warmer sesuai yang
diinginkan untuk penelitian.
7) Tunggu hingga suhu stabil (suhu tampilan pada
Incu Analyzer yaitu T5 sesuai dengan suhu
setting pada alat radiant warmer)
8) Amati dan catat suhu yg tertampil pada alat
radiant warmer, incu analyzer dan
thermometer digital pada tabel observasi
9) Catat suhu dan kelambapan ruangan pada tabel
observasi
10) Pencatatan dan pengambilan data suhu pada
tampilan thermometer digital dilakukan
sebanyak 3 kali
11) Pindah letak penempatan thermometer digital
ke sudut dan jarak yang lain sesuai dengan
ketentuan, tunggu ± 1 jam hingga suhu
tampilan pada thermometer digital stabil
12) Ambil dan catat suhu yang tertampil pada
thermometer digital
13) Lakukan hal tersebut diatas hingga posisi sudut
dan jarak penyebaran yang diinginkan sudah
tercatat
14) Jika sudah selesai, matikan alat radiant
warmer sesuai SPO
Seminar Tugas Akhir
6
15) Matikan dan simpan incu analyzer pada
wadahnya
16) Lepaskan thermometer digital dan kerangka
penempatan dari alat radiant warmer
17) Simpan atau kembalikan alat radiant warmer
pada posisi / ruangan semula
3. Hasil Pengukuran Dan Analisis
3.1 Deskripsi Sebaran Suhu dan Suhu Ruang
(Kanan – Kiri)
Tabel. Perbandingan sebaran suhu dan suhu ruang (Kanan-Kiri)
Setting
Suhu
Radiant
Warmer
Sudut Jarak N Sebaran
Suhu
Suhu
Ruangan Selisih
36°C
-90 °
60 cm 18 24,79 24,66 0,13
80 cm 18 24,86 24,65 0,21
100 cm 18 24,52 24,65 0,13
120 cm 3 24,85 24,70 0,15
-45 °
60 cm 18 26,30 24,66 1,64
80 cm 18 25,27 24,65 0,62
100 cm 18 24,57 24,65 0,08
120 cm 3 24,63 24,70 0,07
0 ° 60 cm 18 31,11 24,66 6,45
80 cm 18 32,02 24,65 7,37
45 °
60 cm 18 25,65 24,66 0,99
80 cm 18 25,05 24,65 0,40
100 cm 18 24,51 24,65 0,14
120 cm 3 24,93 24,70 0,23
90 °
60 cm 18 24,73 24,66 0,07
80 cm 18 24,75 24,65 0,10
100 cm 18 24,44 24,65 0,21
120 cm 3 24,44 24,70 0,26
37°C
-90 °
60 cm 18 25,02 26,41 1,39
80 cm 18 24,88 26,40 1,52
100 cm 18 24,58 24,63 0,05
120 cm 3 24,36 24,60 0,24
-45 °
60 cm 18 26,76 26,41 0,35
80 cm 18 25,45 26,40 0,95
100 cm 18 24,77 24,63 0,14
120 cm 3 24,12 24,60 0,48
0 ° 60 cm 18 32,34 26,41 5,93
80 cm 18 32,79 26,40 6,39
45 °
60 cm 18 26,01 26,41 0,40
80 cm 18 25,01 26,40 1,39
100 cm 18 24,53 24,63 0,10
120 cm 3 23,87 24,60 0,73
90 °
60 cm 18 25,00 26,41 1,41
80 cm 18 24,84 26,40 1,56
100 cm 18 24,68 24,63 0,05
120 cm 3 24,21 24,60 0,39
Sumber : Lampiran 2A
(a)
(b)
Grafik. Sebaran suhu pada posisi kanan dan kiri radiant
warmer (a) setting suhu 36° (b) setting suhu 37°
menunjukkan semakin jauh sudut dan jarak
pengukuran dari sumber panas maka pengukuan
sebaran suhu yang didapat semakin rendah.
3.2 Sebaran Suhu dan Suhu Ruang (Depan-
Belakang)
Tabel. Perbandingan sebaran suhu dan suhu ruang
(Depan-Belakang) Setting Suhu
Radiant Warmer
Arah Sudut Jarak N Sebaran
Suhu Suhu
Ruang Selisih
36°C Depan
0 ° 60 cm 6 29,04 24,63 4,41
80 cm 6 30,19 24,67 5,52
45 ° 60 cm 6 24,92 24,63 0,29
80 cm 6 24,99 24,67 0,32
90 ° 60 cm 6 25,21 24,63 0,58
80 cm 6 24,48 24,67 0,19
Seminar Tugas Akhir
7
Belakang
0 ° 60 cm 6 31,24 24,67 6,57
80 cm 6 32,91 24,67 8,24
45 ° 60 cm 3 24,36 24,67 0,31
80 cm 6 24,13 24,67 0,54
90 ° 60 cm 6 25,01 24,67 0,34
80 cm 6 24,79 24,67 0,13
37°C
Depan
0 ° 60 cm 6 31,10 24,68 6,42
80 cm 6 30,93 24,68 6,25
45 ° 60 cm 6 25,34 24,68 0,66
80 cm 6 25,39 24,68 0,71
90 ° 60 cm 6 25,55 24,68 0,87
80 cm 6 24,78 24,68 0,10
Belakang
0 ° 60 cm 6 32,08 24,68 7,39
80 cm 6 34,28 24,68 9,60
45 ° 60 cm 3 24,76 24,68 0,07
80 cm 6 24,65 24,68 0,03
90 ° 60 cm 6 25,42 24,68 0,73
80 cm 6 25,06 24,68 0,38
Sumber : Lampiran 2B
(a)
(b)
Grafik (a) Sebaran suhu kombinasi arah dan sudut
(b) Sebaran suhu dengan kombinasi jarak dan sudut
menunjukkan bahwa pada posisi sudut 0° suhu
sebaran yang dihasilkan lebih tinggi daripada sudut
45° dan 90°.
3.3 Hasil Uji GLM Kanan-Kiri
Tabel. Hasil Uji GLM
Sumber Signifikasi Keterangan
Alat 0,000 Ada Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer 0,009 Ada Pengaruh
°Sudut 0,000 Ada Pengaruh
Jarak 0,000 Ada Pengaruh
Alat * Setting Suhu
Radiant Warmer 0,792
Tidak Ada
Pengaruh
Alat * °Sudut 0,000 Ada Pengaruh
Alat * Jarak 0,037 Ada Pengaruh
Seminar Tugas Akhir
8
Setting Suhu
Radiant Warmer *
°Sudut
0,023 Ada Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Jarak
0,325 Tidak Ada
Pengaruh
°Sudut * Jarak 0,000 Ada Pengaruh
Alat * Setting Suhu
Radiant Warmer *
°Sudut
1,000 Tidak Ada
Pengaruh
Alat * Setting Suhu
Radiant Warmer *
Jarak
0,990 Tidak Ada
Pengaruh
Alat * °Sudut *
Jarak 0,020 Ada Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
°Sudut * Jarak
1,000 Tidak Ada
Pengaruh
Alat * Setting Suhu
Radiant Warmer *
°Sudut * Jarak
1,000 Tidak Ada
Pengaruh
Sumber : Lampiran 3A
Interaksi kombinasi sudut dan jarak dari hasil
uji GLM diatas menunjukkan bahwa memiliki hasil
signifikasi p < α, dimana α = 0,005 maka Interaksi
sudut dan jarak memiliki pengaruh terhadap
penyebaran suhu.
3.4 Hasil Uji GLM Depan-Belakang
Tabel. Hasil Uji GLM
Sumber Signifikasi Keterangan
Setting Suhu
Radiant Warmer 0,001 Ada Pengaruh
Arah 0,007 Ada Pengaruh
Sudut 0,000 Ada Pengaruh
Jarak 0,295 Tidak ada
Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Arah
0,852 Tidak ada
Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Sudut
0,121 Tidak ada
Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Jarak
0,730 Tidak ada
Pengaruh
Arah * Sudut 0,000 Ada Pengaruh
Arah * Jarak 0,176 Tidak ada
Pengaruh
Sudut * Jarak 0,002 Ada Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Sudut * Arah
0,928 Tidak ada
Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Arah * Jarak
0,442 Tidak ada
Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Sudut * Jarak
0,902 Tidak ada
Pengaruh
Arah * Sudut *
Jarak 0,253
Tidak ada
Pengaruh
Setting Suhu
Radiant Warmer *
Sudut * Arah *
Jarak
0,554 Tidak ada
Pengaruh
Sumber : Lampiran 3B
Interaksi kombinasi sudut dan jarak dari hasil
uji GLM diatas juga menunjukkan bahwa memiliki
hasil signifikasi p < α, dimana α = 0,005 maka
Interaksi sudut dan jarak memiliki pengaruh
terhadap hasil rata-rata penyebaran suhu.
3.5 Hasil Uji Paired T Test Kanan-Kiri
Tabel. Hasil Uji Paired T Test
No
Setting
Suhu
RW
Sudut Jarak Pembanding Mean N Mean
Difference Sig. Ket
1
37°C
-90 °
100
cm
sebaran suhu 24,589 8
0,044 0,634 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,633 8
0,044 0,634 Tidak
Signifikan
2
36°C
-45 °
120
cm
sebaran suhu 24,633 3
0,067 0,808 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,700 3
0,067 0,808 Tidak
Signifikan
3
36°C
90 °
60
cm
sebaran suhu 24,735 8
0,069 0,512 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,667 8
0,069 0,512 Tidak
Signifikan
4
36°C
-45 °
100
cm
sebaran suhu 24,576 8
0,074 0,590 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,650 8
0,074 0,590 Tidak
Signifikan
5
36°C
90 °
80
cm
sebaran suhu 24,752 8
0,102 0,409 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,650 8
0,102 0,409 Tidak
Signifikan
6
36°C
-90 °
100
cm
sebaran suhu 24,526 8
0,124 0,178 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,650 8
0,124 0,178 Tidak
Signifikan
7
36°C
-90 °
60
cm
sebaran suhu 24,794 8
0,128 0,343 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,667 8
0,128 0,343 Tidak
Signifikan
8
36°C
45 °
100
cm
sebaran suhu 24,513 8
0,137 0,341 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,650 8
0,137 0,341 Tidak
Signifikan
9
37°C
-45 °
100
cm
sebaran suhu 24,772 8
0,139 0,240 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,633 8
0,139 0,240 Tidak
Signifikan
10
36°C
-90 °
120
cm
sebaran suhu 24,856 3
0,156 0,519 Tidak
Signifikan
suhu ruang 24,700 3
0,156 0,519 Tidak
Signifikan
Sumber : Lampiran 4A
Seminar Tugas Akhir
9
memperlihatkan kombinasi terbaik dari selisih
rata-rata (Mean Difference) yang paling rendah,
dimana hasil yang didapat tidak signifikasi dengan
hasil sig. > α (α = 0,05). Mean Difference
menunjukkan selisih rata-rata sebaran suhu
terhadap rata-rata suhu ruangan berikut 4 data dari
40 data yang hasil uji paired T test tidak signifikasi
(p>α) yaitu:
1. Pada suhu 36°C sudut -45° jarak 100 cm
memiliki selisih rata-rata suhu 0,067
2. Pada suhu 36°C sudut 90° jarak 60 cm di
memiliki selisih rata-rata suhu 0,069
3. Pada suhu 37°C sudut -90° jarak 100 cm di
memiliki selisih rata-rata suhu 0,044
4. Pada suhu 37°C sudut -45° jarak 100 cm di
memiliki selisih rata-rata suhu 0,240
3.6 Hasil Uji Paired T Test Depan-Belakang
Tabel. Hasil Uji Paired T Test Setting
Suhu
RW
Arah Sudut Jarak Pembanding Mean N
Mean
differe
nce
Sig KET
37°C Belakang 45 60 cm Sebaran Suhu 24,756 3 0,022 0,960 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,733 3 0,022 0,960 Tidak
Signifikan
37°C Belakang 45 80 cm Sebaran Suhu 24,650 6 0,033 0,823 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,683 6 0,033 0,823 Tidak
Signifikan
37°C Depan 90 80 cm Sebaran Suhu 24,783 6 0,100 0,235 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,683 6 0,100 0,235 Tidak
Signifikan
36°C Belakang 90 80 cm Sebaran Suhu 24,794 6 0,128 0,467 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,667 6 0,128 0,467 Tidak
Signifikan
36°C Depan 90 80 cm Sebaran Suhu 24,489 6 0,178 0,267 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,667 6 0,178 0,267 Tidak
Signifikan
36°C Depan 45 60 cm Sebaran Suhu 24,922 6 0,289 0,259 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,633 6 0,289 0,259 Tidak
Signifikan
36°C Depan 45 80 cm Sebaran Suhu 24,994 6 0,328 0,382 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,667 6 0,328 0,382 Tidak
Signifikan
36°C Belakang 45 60 cm Sebaran Suhu 24,367 3 0,367 0,406 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,733 3 0,367 0,406 Tidak
Signifikan
37°C Belakang 90 80 cm Sebaran Suhu 25,061 6 0,378 0,051 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,683 6 0,378 0,051 Tidak
Signifikan
37°C Depan 45 80 cm Sebaran Suhu 25,394 6 0,711 0,120 Tidak
Signifikan
Suhu Ruangan 24,683 6 0,711 0,120 Tidak
Signifikan
Sumber : Lampiran 4B
memperlihatkan kombinasi terbaik dari selisih
rata-rata (Mean Difference) yang paling rendah,
dimana hasil yang didapat tidak signifikasi dengan
hasil signifikasi sig. > α (α = 0,05). Mean Difference
menunjukkan selisih rata-rata sebaran suhu
terhadap rata-rata suhu ruangan berikut 4 data dari
14 data yang hasil ujinya tidak signifikasi (p>α)
yaitu:
1. Pada suhu 37°C belakang sudut 45° jarak
80 cm memiliki selisih rata-rata suhu 0,033
2. Pada suhu 37°C depan sudut 90° jarak 80
cm di memiliki selisih rata-rata suhu 0,378
3. Pada suhu 36°C belakang sudut 90° jarak
80 cm di memiliki selisih rata-rata suhu
0,128
4. Pada suhu 36°C depan sudut 90° jarak 80
cm memiliki selisih rata-rata suhu 0,178
4. Pembahasan
4.1 Deskripsi Penyebaran Suhu dan Suhu
Ruangan Kanan Kiri
Hasil deskripsi perbandingan sebaran suhu dan
suhu ruang menunjukkan bahwa dari 10 data yang
didapat 8 data menunjukkan pada jarak 100 cm
sebaran yang didapat memiliki selisih paling rendah
terhadap suhu ruang (mendekati suhu ruang),
sehingga dapat dikatakan bahwa 8 data yang
tertampil yaitu pada jarak 100 cm menunjukkan
dimana suhu sebaran sudah tidak terpengaruh
dengan suhu heater sebagai sumber panas dan pada
jarak 100 cm telah terjadi kesetimbangan thermal.
Hal tersebut sesuai dengan Hukum 0
termodinamika “Jika dua sistem berada dalam
kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka
mereka berada dalam kesetimbangan termal satu
sama lain”. Disebutkan juga pada jurnal “Pengaruh
Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material
Yang Berbeda” bahwa : “Jika benda dengan suhu
yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang
suhunya lebih rendah, maka suhu benda tersebut
akan turun dan selalu dalam arah cenderung
menyamakan dengan suhu ruangan, jika hal
tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan sama
dan keduanya dikatakan dalam keadaan
kesetimbang termal dan tidak ada lagi perpindahan
panas yang terjadi diantaranya” (Idawati Supu dkk,
2016).
Seminar Tugas Akhir
10
Hasil tersebut akan diperkuat dengan olah data
statistik menggunakan uji Paired T Test yaitu uji
beda pembandingkan suhu sebaran dengan suhu
ruang.
4.2 Deskripsi Penyebaran Suhu dan Suhu
Ruangan Depan-Belakang
Hasil deskripsi perbandingan sebaran suhu dan
suhu ruang menunjukkan bahwa dari 4 data yang
didapat menunjukkan pada jarak 80 cm sebaran
yang didapat memiliki selisih paling rendah
terhadap suhu ruang (mendekati suhu ruang),
sehingga dapat dikatakan bahwa pada jarak 80 cm
menunjukkan dimana suhu sebaran sudah tidak
terpengaruh dengan suhu heater sebagai sumber
panas dan pada jarak 100 cm telah terjadi
kesetimbangan thermal.
Hal tersebut sesuai dengan Hukum 0
termodinamika “Jika dua sistem berada dalam
kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka
mereka berada dalam kesetimbangan termal satu
sama lain”. Disebutkan juga pada jurnal “Pengaruh
Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material
Yang Berbeda” bahwa : “Jika benda dengan suhu
yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang
suhunya lebih rendah, maka suhu benda tersebut
akan turun dan selalu dalam arah cenderung
menyamakan dengan suhu ruangan, jika hal
tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan sama
dan keduanya dikatakan dalam keadaan
kesetimbang termal dan tidak ada lagi perpindahan
panas yang terjadi diantaranya” (Idawati Supu dkk,
2016).
4.3 Hasil Uji GLM
Dari hasil uji GLM baik pada posisi kanan-kiri
maupun depan-belakang terkait dengan radius yaitu
interaksi/kombinasi sudut dan jarak (memiliki nilai
signifikasi p < α, dimana α = 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima yaitu “Terdapat pengaruh
radius (sudut dan jarak) terhadap penyebaran
suhu”. Sesuai dengan teori Hukum Wien “panjang
gelombang rambatan energi radiasi tergantung dari
tinggi atau rendahnya suhu” Semakin jarak jauh
dari sumber panas maka suhu semakin menurun.
Sesuai juga dengan teori Hukum 0
termodinamika “Jika dua sistem berada dalam
kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka
mereka berada dalam kesetimbangan termal satu
sama lain”. Disebutkan juga pada jurnal “Pengaruh
Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material
Yang Berbeda” bahwa : “Jika benda dengan suhu
yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang
suhunya lebih rendah, maka suhu benda tersebut
akan turun dan selalu dalam arah cenderung
menyamakan dengan suhu ruangan, jika hal
tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan sama
dan keduanya dikatakan dalam keadaan
kesetimbang termal dan tidak ada lagi perpindahan
panas yang terjadi diantaranya” (Idawati Supu dkk,
2016).
Jika dilihat dari derajat kemiringan (sudut)
sesuai dengan teori Serway and Jewett pada buku
“Fisika untuk Sains dan Teknik” bahwa sumber
radiasi titik mengirim gelombang-gelombang
kearah luar secara radial ke semua arah. Suatu
permukaan yang menghubungkan titik-titik yang
sefase untuk situasi ini adalah sebuah bola, jadi hal
ini disebut gelombang bola. Selain hal tersebut
menunjukkan pengaruh geometri dari box heater
pada radiant warmer yaitu terdapat reflecting
surfaces yang berbentuk setengah lingkaran yang
menghasilkan sebaran radiasi panas menjadi 3
vektor sesuai dengan jurnal Anna M Fick (2013)
mengenai gambaran geometri box heater radiant
wamer dan menggambarkan ilustrasi dari bagian
yang berbeda di mana radiasi yang dipancarkan dari
sumber panas dapat diarahkan.
Setelah mengetahui bahwa terdapat pengaruh
radius (terkait sudut dan jarak) terhadap Sebaran
Suhu pada alat radiant warmer, peneliti selanjutnya
mengolah dan menguji lagi data eksperimental
untuk di uji beda yaitu pada radius (sudut dan jarak)
berapa sebaran suhu sudah tidak terpengaruh lagi
dengan sumber panas atau sebaran suhu yang
mendekati/sama dengan suhu ruang yaitu p > α
(tidak signifikan). Untuk menjawab pertanyaan
tersebut peneliti melakukan uji beda Paired T test.
Seminar Tugas Akhir
11
4.4 Hasil Uji Paired T Test Kanan-Kiri
Menurut hasil uji Paired T Test menunjukkan
hasil sebaran suhu terhadap suhu ruang yang
memiliki nilai p > α (tidak signifikasi) dari 19 data
terdapat 6 data dengan jarak 120 cm, 5 data dengan
jarak 100 cm, 4 data dengan jarak 80 cm dan 4 data
dengan jarak 60 cm. Dari data tersebut pada jarak
120 tidak dapat dijadikan pedoman karena memiliki
N=3 (tidak mewakili hasil penelitian) , sedangkan
pada jarak 100 cm memiliki N=18 (dapat mewakili
hasil penelitian).
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa jarak
100 cm pada sudut radius 45° dan 90° (kanan-kiri)
adalah jarak dimana suhu sebaran alat radiant
warmer sudah tidak terpengaruh dengan sumber
panas yang dihasilkan radiant warmer itu sendiri.
4.5 Hasil Uji Paired T Test Depan-Belakang
Menurut hasil uji Paired T menunjukkan hasil
sebaran suhu terhadap suhu ruang yang memiliki
nilai p > α (tidak signifikasi) dari 10 data terdapat
7 data dengan jarak 80 cm dan 3 data dengan jarak
60 cm.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa jarak 80
cm pada sudut radius 45° dan 90° (depan-belakang)
adalah jarak dimana suhu sebaran alat radiant
warmer sudah tidak terpengaruh dengan sumber
panas yang dihasilkan radiant warmer itu sendiri.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Secara menyeluruh penelitian ini
menyimpulkan bahwa:
5.2.1 Dapat menentukan titik pengukuran sudut
radius penyebaran suhu pada derajat 0°, 45°
dan 90° pada posisi kanan – kiri dan depan –
belakang dari heater untuk penempatan
thermometer digital dengan menggunakan
alat bantu busur dan kerangka bantu.
5.2.2 Pengukuran penyebaran suhu posisi kanan-
kiri alat pada setting suhu 36°C yaitu 25,84°C
dan suhu 37°C yaitu 26,10. Sedangkan posisi
depan-belakang alat didapat hasil rata-rata
penyebaran pada setting suhu 36°C yaitu
26,88°C dan suhu 37°C yaitu 27,56°C.
5.2.3 Pengukuran penyebaran suhu pada jarak
yang ditentukan membuktikan bahwa
semakin jauh jarak pengukuran dari sumber
panas, maka suhu penyebaran semakin
menurun pada posisi kanan-kiri, tetapi untuk
posisi depan-belakang terjadi kesetimbangan
thermal dimana jarak tidak mempengaruhi
suhu sebaran.
5.2.4 Didapatkan bahwa pada jarak radius 100cm
dari sumber panas pada posisi kanan-kiri
radiant warmer dan pada jarak radius 80 cm
dari tepi sumber panas pada posisi depan-
belakang suhu penyebaran mendekati suhu
ruangan (memiliki mean diferrence yang
kecil)
5.2.5 Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh radius (sudut dan jarak)
terhadap penyebaran suhu radiant warmer.
5.2 Saran
Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan
pada:
5.2.1 Terdapat faktor / variabel bebas yang
mungkin mempengaruhi dan perlu dilakukan
pengamatan serta penelitian lebih lanjut
seperti letak pendingin ruangan, posisi
radiant warmer, dimensi ruangan dan
material dinding / tiang penghalang.
5.2.2 Dapat dilakukan penelitian dengan
menggunakan spesifikasi radiant warmer
yang berbeda dan di tempat yang berbeda
dengan sampel yang dapat mewakili populasi
radiant warmer.
5.2.3 Untuk penggunaan dan operasional lebih dari
1 (multi) radiant warmer perlu di perhatikan
jarak penempatan antara radiant warmer
yaitu pada sisi kanan/kiri jarak penempatan
yang aman pada jarak 100 cm dari sumber
panas, sedangkan untuk sisi depan/belakang
jarak penempatan yang aman pada jarak 80
cm
5.2.4 Perlu adanya SOP untuk penempatan jarak
minimal operasional radiant warmer sesuai
dengan jarak yang sudah ditetapkan,
sehingga memudahkan pengguna dalam
Seminar Tugas Akhir
12
menempatkan dan mengoperasionalkan
radiant warmer.
DAFTAR PUSTAKA
Anna M. Fic, Derek B. Ingham, Maciej K. Ginalski,
Andrzej J. Nowak and Luiz Wrobel (2009)
Heat And Mass Transfer Under An Infant
Radiant Warmer - Development Of A
Numerical Model.
Anna M. Fic, Derek B. Ingham, Maciej K. Ginalski,
Andrzej J. Nowak and Luiz Wrobel (2013)
Modelling and Optimisation of The
Operation of a Radiant Warmer–Elsevier
Medical Engineering & Physics.
Committee on Enviromental Hazards. (1978)
Infant Radiant Warmers. Pediatrics Vol.61
No 1 January
Fluke biomedical.(2015)Incubator Analyzer.
Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi
(2016). Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas Pada Material Yang
Berbeda. Program Studi Fisika, Fakultas Sains
Universitas Cokroaminoto Palopo.
Maryati, Sujiarti dan Budiarti. (2010). Neonatus
Bayi dan Balita. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Ogunlesi TA. Radiant Warmer versus incubator
for regulating body temperature in newborn
infants: RHL commentary (last revised : 1
December 2009). The WHO Reproductive
Health Library; Geneva; WHO
Permenkes No.118 Menteri Kesehatan RI. 2014
Tentang Kompendium Alat Kesehatan.
Peter Soedojo. (2004) Fisika Dasar. Edisi II. Andi,
Yogyakarta
Raymond A. Serway and John W. Jewett, Jr (2004).
Fisika untuk Sains dan Teknik. Buku II edisi
6. Salemba Teknik, Jakarta
Ridwan (2006). Dasar – Dasar Statistika.
Alfabeta, Bandung
Roongpasert.K., Phasukkit,P., dan Airphaiboon,S
(2012). Heat Transfer Efficiency Analysis of
Infant Radiant Warmer by 3D Finite
Element Method. Biomedical Engineering
International Conference.
Sugiyono (2010). Statistika untuk Penelitian,
Alfabeta, Bandung
V. Wiratna Sujarweni(2015). SPSS untuk
Penelitian. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
Wahyu Aji (2015). Pengertian dan Pengelolahan
Data Statistik. http://www.laskarncc.com.
Diakses tanggal 18 Mei 2018
WHO. (1997) Thermal Protection of The
Newborn, a Practical Guide.
WHO. (2013) Medical Devices, Infant Radiant
Warmer.
Y Molgat-Seon, T Daboval, S Chou, dan O Jay.
(2013). Accidental overheating of a newborn
under an infant radiant warmer: a lesson for
future use. Article in Journal of perinatology:
official journal of the California Perinatal
Association. No.33:738-73
BIODATA PENULIS
Nama : Deasy Fusvitasari Sonia
TTL : Surabaya, 09 Desember 1984