pengaruh radius penyebaran suhu terhadap...

12
Seminar Tugas Akhir 1 PENGARUH RADIUS PENYEBARAN SUHU TERHADAP PENEMPATAN JARAK MINIMAL OPERASIONAL RADIANT WARMER Deasy Fusvitasari Sonia 1 , Sari Luthfiyah, Skep, MKes 2 , Tri Bowo Indrato, ST, MT 3 Jurusan Teknik Elektromedik POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA ABSTRAK Radiant warmer adalah alat elektromedik yang berfungsi untuk memberikan kehangatan pada bayi yang baru lahir, dimana bayi tersebut membutuhkan suhu yang sesuai dengan suhu didalam rahim ibu antara 34°C 37°C. Penelitian sebelumnya menemukan kemungkinan bahwa tingkat radiasi panas yang diberikan kepada bayi oleh perangkat radiant warmer tidak sama dengan tingkat radiasi panas yang diperlukan untuk keseimbangan panas, sehingga berpengaruh pada bayi dengan risiko overheating pasif. Penggunaan multi radiant warmer pada kasus-kasus tertentu diduga akan terjadi resiko hipertermi yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh radius penyebaran suhu terhadap penempatan jarak minimal operasional radiant warmer. Metode yang digunakan One Group Post Test Design. Instrument penelitian ini menggunakan temperature digital untuk mengukur suhu sekeliling radiant warmer, dimana heater sebagai titik sumber radiasi panas. Pengolahan data menggunakan uji GLM (General Linier Modul) didapat nilai signifikasi untuk variabel setting suhu alat, derajat kemiringan/sudut dan jarak didapat nilai Sig.<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh radius (sudut dan jarak) terhadap penyebaran suhu. Hasil pengolahan data menggunakan uji Paired T Test didapat jarak minimal penempatan radiant warmer yang aman pada samping kanan-kiri jarak 100cm, sedangkan pada sisi depan belakang jarak 80cm dari heater. Melihat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi pengguna radiant warmer dalam penempatan operasional multi radiant warmer agar hasil panas yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan bayi dan tidak terjadi dugaan hipertermia. Kata Kunci: Radiant warmer, Radius Penyebaran Suhu, Jarak minimal operasional. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kelangsungan hidup setiap bayi yang baru lahir bergantung pada kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya. Pada bayi baru lahir premature dan sakit sering tidak mampu menjaga suhu tubuh mereka pada tingkat yang konstan tanpa bantuan eksternal dan mempunyai risiko stres dingin dan hipotermia, yang dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas (Anna M. Fic,dkk, 2009). Menurut WHO (1997), perlindungan termal pada bayi baru lahir adalah serangkaian tindakan yang diambil saat lahir dan selama kehidupan pertama untuk memastikan bahwa bayi tidak menjadi terlalu dingin (hypothermia) atau terlalu panas (hyperthermia) dan mempertahankan suhu tubuh normal 36,5 37,5°C. Salah satu bantuan eksternal untuk menjaga suhu bayi baru lahir yaitu Radiant warmer. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 118 tahun 2014 tentang Kompendium Alat Kesehatan disebutkan bahwa Radiant Wamer adalah alat kesehatan yang berguna untuk menjaga temperatur tubuh bayi dengan panas radiant yaitu terdiri dari elemen pemanas infra merah. Alat ini dapat ditempatkan di atas tempat tidur bayi atau dapat juga digabungkan dengan tempat tidur sebagai satu unit. Karena pemanasan dengan energi infra merah merupakan cara transfer energi yang efisien, maka

Upload: buiminh

Post on 26-Apr-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seminar Tugas Akhir

1

PENGARUH RADIUS PENYEBARAN SUHU TERHADAP PENEMPATAN JARAK MINIMAL

OPERASIONAL RADIANT WARMER

Deasy Fusvitasari Sonia1, Sari Luthfiyah, Skep, MKes2, Tri Bowo Indrato, ST, MT3

Jurusan Teknik Elektromedik

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

ABSTRAK

Radiant warmer adalah alat elektromedik yang berfungsi untuk memberikan kehangatan pada bayi

yang baru lahir, dimana bayi tersebut membutuhkan suhu yang sesuai dengan suhu didalam rahim

ibu antara 34°C – 37°C. Penelitian sebelumnya menemukan kemungkinan bahwa tingkat radiasi

panas yang diberikan kepada bayi oleh perangkat radiant warmer tidak sama dengan tingkat radiasi

panas yang diperlukan untuk keseimbangan panas, sehingga berpengaruh pada bayi dengan risiko

overheating pasif. Penggunaan multi radiant warmer pada kasus-kasus tertentu diduga akan terjadi

resiko hipertermi yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh radius

penyebaran suhu terhadap penempatan jarak minimal operasional radiant warmer. Metode yang

digunakan One Group Post Test Design. Instrument penelitian ini menggunakan temperature

digital untuk mengukur suhu sekeliling radiant warmer, dimana heater sebagai titik sumber radiasi

panas. Pengolahan data menggunakan uji GLM (General Linier Modul) didapat nilai signifikasi

untuk variabel setting suhu alat, derajat kemiringan/sudut dan jarak didapat nilai Sig.<0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh radius (sudut dan jarak) terhadap

penyebaran suhu. Hasil pengolahan data menggunakan uji Paired T Test didapat jarak minimal

penempatan radiant warmer yang aman pada samping kanan-kiri jarak 100cm, sedangkan pada sisi

depan belakang jarak 80cm dari heater. Melihat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

pedoman bagi pengguna radiant warmer dalam penempatan operasional multi radiant warmer agar

hasil panas yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan bayi dan tidak terjadi dugaan hipertermia.

Kata Kunci: Radiant warmer, Radius Penyebaran Suhu, Jarak minimal operasional.

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Kelangsungan hidup setiap bayi yang baru

lahir bergantung pada kemampuan untuk mengatur

suhu tubuhnya. Pada bayi baru lahir premature dan

sakit sering tidak mampu menjaga suhu tubuh

mereka pada tingkat yang konstan tanpa bantuan

eksternal dan mempunyai risiko stres dingin dan

hipotermia, yang dapat menyebabkan peningkatan

morbiditas dan mortalitas (Anna M. Fic,dkk, 2009).

Menurut WHO (1997), perlindungan termal

pada bayi baru lahir adalah serangkaian tindakan

yang diambil saat lahir dan selama kehidupan

pertama untuk memastikan bahwa bayi tidak

menjadi terlalu dingin (hypothermia) atau terlalu

panas (hyperthermia) dan mempertahankan suhu

tubuh normal 36,5 – 37,5°C.

Salah satu bantuan eksternal untuk menjaga

suhu bayi baru lahir yaitu Radiant warmer.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 118

tahun 2014 tentang Kompendium Alat Kesehatan

disebutkan bahwa Radiant Wamer adalah alat

kesehatan yang berguna untuk menjaga temperatur

tubuh bayi dengan panas radiant yaitu terdiri dari

elemen pemanas infra merah. Alat ini dapat

ditempatkan di atas tempat tidur bayi atau dapat

juga digabungkan dengan tempat tidur sebagai satu

unit. Karena pemanasan dengan energi infra merah

merupakan cara transfer energi yang efisien, maka

Seminar Tugas Akhir

2

bisa terjadi hipertemia ekstrim, kulit terbakar,

kerusakan otak permanen, atau bahkan kematian.

Dimana menurut Potter & Perry (2010)

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang

berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk

menghilangkan panas ataupun mengurangi

produksi panas. Sedangkan menurut Carpenito,

2001 Hipertermi adalah keadaan dimana seorang

individu mengalami atau beresiko untuk mengalami

kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari

37,8°C per oral atau 38,8°C per rektal karena faktor

eksternal.

Pada ruang bersalin ponek 1 di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta terdapat 3 unit radiant

warmer. Dimana saat terjadi lonjakan pasien pada

ruang bersalin ponek 1, 3 unit radiant warmer

tersebut dioperasionalkan secara bersamaan dan

diletakkan berdekatan. Di saat situasi tersebut

banyak keluhan dari pengguna alat / user dimana

radiant warmer yang diharapkan dapat memberikan

suhu panas sesuai suhu yang disetting dan bertujuan

untuk menjaga temperatur tubuh bayi, tetapi pada

kenyataannya terjadi kenaikan suhu di salah satu

radiant warmer tersebut. Kasus tersebut sering

terjadi pada ruang bersalin ponek 1, jika tidak

segera diatasi dikhawatirkan akan

berdampak/beresiko terjadi hyperthermia pada bayi

baru lahir yang menggunakan radiant warmer.

Pada penelitian sebelumnya oleh Anna M.

Fic, dkk, 2010 menemukan solusi bagi masalah

neonatus yang mengalami dehidrasi saat sedang

dirawat di bawah radiant warmer, yaitu

menciptakan unit dengan memastikan hasilnya

stabil dan cukup akurat. Telah diamati bahwa dalam

hasil yang diperoleh kualitatif yang baik dengan

data eksperimen. Sebagai contoh, suhu rata-rata

kasur yang diperoleh dari percobaan dan hasil

numerik bervariasi hanya dalam 2°C, sehingga hasil

yang diperoleh dari penelitian tersebut memberikan

keyakinan bahwa teknik yang digunakan dalam

penelitian tersebut sesuai dan memberikan efek

lebih realistis. Pada kasus ini, udara diasumsikan

sebagai gas ideal yang tidak dapat dikompres, dan

oleh karena itu kerapatannya tergantung suhu,

asumsi ini dapat dibuat dalam situasi ketika

perubahan tekanan relatif kecil.

Dalam penelitian lain disebutkan

homeostasis termal sangat penting untuk menjamin

pertumbuhan dan kelangsungan hidup bayi baru

lahir. Kenaikan suhu inti secara tiba-tiba dapat

menyebabkan episode apnea, kematian mendadak,

dan bahkan perubahan suhu jaringan kecil dapat

meningkatkan risiko kematian neonatal. Unit

perawatan intensif menggunakan penghangat

bercahaya (Radiant Warmer) untuk

mempertahankan suhu tubuh stabil pada bayi baru

lahir, sebagai relatif terhadap inkubator, perangkat

ini memungkinkan peningkatan visibilitas dan

akses ke pasien. Namun, beberapa laporan

menunjukkan Radiant Warmer mempengaruhi bayi

dengan risiko overheating pasif. Terdapat

kemungkinan bahwa tingkat radiasi panas yang

diberikan kepada bayi oleh perangkat radiant

warmer tidak sama dengan tingkat radiasi panas

yang diperlukan untuk keseimbangan panas. Kedua,

variabel jarak antara lampu panas pada radiant

warmer dan berbagai daerah permukaan kulit bayi

menciptakan pola yang tidak rata di panas radiasi

densitas fluks di seluruh tubuh. Dengan demikian,

daerah kulit dalam jarak dekat ke lampu panas

(kepala dan dada) terkena tingkat yang lebih tinggi

dari panas radiasi, dan karena itu peningkatan suhu

yang tinggi dan terbakar, daripada bagian tubuh

yang lebih jauh dari sumber panas (perut dan kaki).

Dari penelitian tersebut dokter dan perawat harus

menyadari bahwa bayi yang baru lahir masih

berisiko overheating cepat, dengan tidak adanya

alarm (Y Molgat-Seon, dkk, 2013).

Berdasarkan hasil identifikasi dari latar

belakang masalah di atas, maka penulis ingin

melakukan penelitian mengenai pengaruh radius

penyebaran suhu yang dihasilkan dari radiant

warmer. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menentukan radius penyebaran suhu dan jarak

minimal penempatan multi radiant warmer.

Seminar Tugas Akhir

3

1.2 Batasan Masalah

Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak

terjadi pelebaran masalah dalam penyajiannya,

maka penulis membatasi pokok - pokok batasan

permasalahan yang akan dibahas yaitu :

1.2.1 Penelitian dilakukan pada 2 spesifikasi

radiant warmer (1 spesifikasi diwakili 3 unit

radint warmer), sehingga total alat yaitu 6

unit radiant warmer

1.2.2 Penelitian dilakukan pada suhu ruangan 24 -

26°C

1.2.3 Penelitian dilakukan pada range kelembapan

ruangan 45 – 60 %

1.2.4 Setting suhu radiant warmer pada 36°C,

37°C

1.2.5 Derajat kemiringan/ sudut radius

penyebaraan suhu 0°, 45° dan 90° pada posisi

kanan – kiri dan depan – belakang dari heater

1.2.6 Jarak radius penyebaran suhu dengan variabel

20 cm ( titik awal terdapat pada 20 cm diatas

matras radiant warmer yaitu 60 cm dari

heater)

1.2.7 Pengukurun suhu menggunakan thermometer

digital dan alat ukur Incubator Analyzer

1.3 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh radius (sudut dan jarak)

terhadap penyebaran suhu untuk penempatan

jarak minimal operasional radiant warmer?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh radius (sudut dan

jarak) terhadap penyebaran suhu untuk menentukan

penempatan jarak minimal operasional radiant

warmer.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Menentukan titik pengukuran dengan

melakukan perhitungan radius penyebaran

suhu pada derajat 0°, 45° dan 90° pada

posisi kanan – kiri dan depan – belakang

dari heater

1.4.2.2 Melakukan pengukuran penyebaran suhu

radiant warmer pada setting suhu 36°C,

37°C

1.4.2.3 Melakukan pengukuran penyebaran suhu

jarak variabel 20 cm (titik awal pengukuran

60 cm dari heater)

1.4.2.4 Menentukan penyebaran suhu radiant

warmer hingga suhu yang terukur sesuai

dengan suhu ruang dengan toleransi ±0,5°C

1.4.2.5 Menganalisis pengaruh radius penyebaran

suhu terhadap penyebaran suhu untuk

menentukan jarak minimal operasional

radiant warmer

1.5 Manfaat Penelitian

I.5.1 Manfaat Teoritis

1.5.1.1 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan

mahasiswa teknik elektromedik mengenai

radius penyebaran suhu pada radiant

warmer.

1.5.1.2 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan

mahasiswa teknik elektromedik mengenai

jarak aman penempatan operasional radiant

warmer

I.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Bagi Penulis

Dapat diimplementasikan ke instansi asal

dan sebagai acuan pembuatan SOP yang

lebih baik khususnya dalam jarak

penempatan dan penggunaan radiant

warmer secara aman.

1.5.2.2 Bagi Pengguna

Memudahkan kinerja pengoperasian

khususnya jarak radius penempatan

operasional radiant warmer.

1.5.2.3 Bagi Rumah Sakit

Menunjang mutu keamanan dalam

penggunaan radiant warmer secara

bersamaan.

Seminar Tugas Akhir

4

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Blok Diagram Konsep Penelitian

2.2 Desain Penelitian

Berdasarkan proses penelitian, rancangan

penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian

Pre Eksperimental dengan jenis penelitian One

Group Post Test Design yaitu Metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendali.

Perlakuan diukur

X O

X = Treatment / perlakuan yang diberikan

(Variabel Independen)

O = Observasi (Variabel Dependen)

Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut :

Radiant warmer diberikan beberapa treatment /

perlakuan setting suhu alat, derajat kemiringan

(sudut) dan jarak penyebaran suhu sehingga

mendapat hasil sesuai dengan pengujian hipotesa.

Dilakukan pengamatan dan pengukuran dengan

menggunakan thermometer dan Incubator/Radiant

warmer Analyzer.

Pengolahan data menggunakan uji GLM (General

Linier Modul) dengan konsep pengujian hipotesa

sebagai berikut :

Ho: dikatakan tidak ada pengaruh antara radius

terhadap penyebaran suhu

Ha: dikatakan adanya pengaruh antara radius

terhadap penyebaran suhu

Setelah ditemukan hipotesa yang sesuai dengan

hasil penelitian selanjutnya akan dilakukan uji beda

Paired T Test untuk menentukan jarak aman

penempatan multi operasional radiant warmer.

2.3 Variabel Penelitian

2.3.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang

nilainya dapat mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas yang diukur dalam penelitian ini

adalah :

1) Setting suhu radiant warmer : 36°C, 37°C

2) Derajat kemiringan / sudut radius penyebaran

suhu : kanan – kiri – depan – belakang dengan

sudut 0°, 45°, 90°

3) Jarak radius penyebaran suhu dengan variabel

20 cm (titik awal pada jarak 60cm dari heater)

2.3.2 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Bagian yang termasuk

sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

1) Penyebaran suhu panas radiant warmer

2) Jarak minimal operasional radiant warmer

Kejadian di ponek 1 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta, Suhu pada

salah satu radiant warmer terjadi kenaikan suhu jika 3 unit

dioperasionalkan secara

bersamaan dan berdekatan

Permenkes no 118 tahun 2014,

Referensi jurnal dan WHO mengenai hyperthermia bayi baru

lahir yang disebabkan suhu

eksternal, salah satunya radiant warmer dan belum terdapat

ketentuan penempatan jarak min.

untuk multi radiant warmer

Analisis pengaruh radius terhadap penyebaran suhu

yang dihasilkan sumber

panas pada radiant warmer

Analisis jarak radius

penyebaran suhu dari radiant warmer hingga titik dimana

suhu ruangan tidak

terpengaruh suhu radiant warmer

Faktor :

1) Suhu dan kelembapan

ruangan

2) Setting suhu pada radiant

warmer

3) Derajat kemiringan

radius

penyebaran suhu

4) Jarak radius

penyebaran

suhu Pengukuran suhu

menggunakan thermometer

dan incubator analyzer yang ditempatkan pada titik-titik

yang sudah ditentukan. Titik

penempatan sensor suhu diukur dengan metode Cartesian dan

gelombang parabola

menggunakan mistar dan busur

Implementasi

Evaluasi

Keterangan :

: Tidak

Diteliti

: Diteliti

Seminar Tugas Akhir

5

2.4 Penempatan Bahan dan Alat

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan

penulis adalah menggunakan data statistic dengan

uji multivariant yaitu membuktikan hipotesa

penulis ada tidaknya pengaruh antara radius

terhadap penyebaran suhu.

2.6 Prosedur Operasional Pengambilan Data

1) Siapkan alat radiant warmer pada ruangan

dengan suhu dan kelembapan yang diinginkan

2) Pasang kerangka penempatan thermometer

digital pada alat radiant warmer

3) Pasang thermometer digital pada kerangka

yang sudah terpasang pada alat radiant warmer

sesuai dengan sudut dan jarak yang sudah

ditentukan.

4) Letakkan Incu Analyzer diatas matras dan

operasionalkan sesuai dengan SPO yang ada

5) Operasionalkan alat radiant warmer sesuai

dengan SPO yang ada

6) Setting suhu radiant warmer sesuai yang

diinginkan untuk penelitian.

7) Tunggu hingga suhu stabil (suhu tampilan pada

Incu Analyzer yaitu T5 sesuai dengan suhu

setting pada alat radiant warmer)

8) Amati dan catat suhu yg tertampil pada alat

radiant warmer, incu analyzer dan

thermometer digital pada tabel observasi

9) Catat suhu dan kelambapan ruangan pada tabel

observasi

10) Pencatatan dan pengambilan data suhu pada

tampilan thermometer digital dilakukan

sebanyak 3 kali

11) Pindah letak penempatan thermometer digital

ke sudut dan jarak yang lain sesuai dengan

ketentuan, tunggu ± 1 jam hingga suhu

tampilan pada thermometer digital stabil

12) Ambil dan catat suhu yang tertampil pada

thermometer digital

13) Lakukan hal tersebut diatas hingga posisi sudut

dan jarak penyebaran yang diinginkan sudah

tercatat

14) Jika sudah selesai, matikan alat radiant

warmer sesuai SPO

Seminar Tugas Akhir

6

15) Matikan dan simpan incu analyzer pada

wadahnya

16) Lepaskan thermometer digital dan kerangka

penempatan dari alat radiant warmer

17) Simpan atau kembalikan alat radiant warmer

pada posisi / ruangan semula

3. Hasil Pengukuran Dan Analisis

3.1 Deskripsi Sebaran Suhu dan Suhu Ruang

(Kanan – Kiri)

Tabel. Perbandingan sebaran suhu dan suhu ruang (Kanan-Kiri)

Setting

Suhu

Radiant

Warmer

Sudut Jarak N Sebaran

Suhu

Suhu

Ruangan Selisih

36°C

-90 °

60 cm 18 24,79 24,66 0,13

80 cm 18 24,86 24,65 0,21

100 cm 18 24,52 24,65 0,13

120 cm 3 24,85 24,70 0,15

-45 °

60 cm 18 26,30 24,66 1,64

80 cm 18 25,27 24,65 0,62

100 cm 18 24,57 24,65 0,08

120 cm 3 24,63 24,70 0,07

0 ° 60 cm 18 31,11 24,66 6,45

80 cm 18 32,02 24,65 7,37

45 °

60 cm 18 25,65 24,66 0,99

80 cm 18 25,05 24,65 0,40

100 cm 18 24,51 24,65 0,14

120 cm 3 24,93 24,70 0,23

90 °

60 cm 18 24,73 24,66 0,07

80 cm 18 24,75 24,65 0,10

100 cm 18 24,44 24,65 0,21

120 cm 3 24,44 24,70 0,26

37°C

-90 °

60 cm 18 25,02 26,41 1,39

80 cm 18 24,88 26,40 1,52

100 cm 18 24,58 24,63 0,05

120 cm 3 24,36 24,60 0,24

-45 °

60 cm 18 26,76 26,41 0,35

80 cm 18 25,45 26,40 0,95

100 cm 18 24,77 24,63 0,14

120 cm 3 24,12 24,60 0,48

0 ° 60 cm 18 32,34 26,41 5,93

80 cm 18 32,79 26,40 6,39

45 °

60 cm 18 26,01 26,41 0,40

80 cm 18 25,01 26,40 1,39

100 cm 18 24,53 24,63 0,10

120 cm 3 23,87 24,60 0,73

90 °

60 cm 18 25,00 26,41 1,41

80 cm 18 24,84 26,40 1,56

100 cm 18 24,68 24,63 0,05

120 cm 3 24,21 24,60 0,39

Sumber : Lampiran 2A

(a)

(b)

Grafik. Sebaran suhu pada posisi kanan dan kiri radiant

warmer (a) setting suhu 36° (b) setting suhu 37°

menunjukkan semakin jauh sudut dan jarak

pengukuran dari sumber panas maka pengukuan

sebaran suhu yang didapat semakin rendah.

3.2 Sebaran Suhu dan Suhu Ruang (Depan-

Belakang)

Tabel. Perbandingan sebaran suhu dan suhu ruang

(Depan-Belakang) Setting Suhu

Radiant Warmer

Arah Sudut Jarak N Sebaran

Suhu Suhu

Ruang Selisih

36°C Depan

0 ° 60 cm 6 29,04 24,63 4,41

80 cm 6 30,19 24,67 5,52

45 ° 60 cm 6 24,92 24,63 0,29

80 cm 6 24,99 24,67 0,32

90 ° 60 cm 6 25,21 24,63 0,58

80 cm 6 24,48 24,67 0,19

Seminar Tugas Akhir

7

Belakang

0 ° 60 cm 6 31,24 24,67 6,57

80 cm 6 32,91 24,67 8,24

45 ° 60 cm 3 24,36 24,67 0,31

80 cm 6 24,13 24,67 0,54

90 ° 60 cm 6 25,01 24,67 0,34

80 cm 6 24,79 24,67 0,13

37°C

Depan

0 ° 60 cm 6 31,10 24,68 6,42

80 cm 6 30,93 24,68 6,25

45 ° 60 cm 6 25,34 24,68 0,66

80 cm 6 25,39 24,68 0,71

90 ° 60 cm 6 25,55 24,68 0,87

80 cm 6 24,78 24,68 0,10

Belakang

0 ° 60 cm 6 32,08 24,68 7,39

80 cm 6 34,28 24,68 9,60

45 ° 60 cm 3 24,76 24,68 0,07

80 cm 6 24,65 24,68 0,03

90 ° 60 cm 6 25,42 24,68 0,73

80 cm 6 25,06 24,68 0,38

Sumber : Lampiran 2B

(a)

(b)

Grafik (a) Sebaran suhu kombinasi arah dan sudut

(b) Sebaran suhu dengan kombinasi jarak dan sudut

menunjukkan bahwa pada posisi sudut 0° suhu

sebaran yang dihasilkan lebih tinggi daripada sudut

45° dan 90°.

3.3 Hasil Uji GLM Kanan-Kiri

Tabel. Hasil Uji GLM

Sumber Signifikasi Keterangan

Alat 0,000 Ada Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer 0,009 Ada Pengaruh

°Sudut 0,000 Ada Pengaruh

Jarak 0,000 Ada Pengaruh

Alat * Setting Suhu

Radiant Warmer 0,792

Tidak Ada

Pengaruh

Alat * °Sudut 0,000 Ada Pengaruh

Alat * Jarak 0,037 Ada Pengaruh

Seminar Tugas Akhir

8

Setting Suhu

Radiant Warmer *

°Sudut

0,023 Ada Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Jarak

0,325 Tidak Ada

Pengaruh

°Sudut * Jarak 0,000 Ada Pengaruh

Alat * Setting Suhu

Radiant Warmer *

°Sudut

1,000 Tidak Ada

Pengaruh

Alat * Setting Suhu

Radiant Warmer *

Jarak

0,990 Tidak Ada

Pengaruh

Alat * °Sudut *

Jarak 0,020 Ada Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

°Sudut * Jarak

1,000 Tidak Ada

Pengaruh

Alat * Setting Suhu

Radiant Warmer *

°Sudut * Jarak

1,000 Tidak Ada

Pengaruh

Sumber : Lampiran 3A

Interaksi kombinasi sudut dan jarak dari hasil

uji GLM diatas menunjukkan bahwa memiliki hasil

signifikasi p < α, dimana α = 0,005 maka Interaksi

sudut dan jarak memiliki pengaruh terhadap

penyebaran suhu.

3.4 Hasil Uji GLM Depan-Belakang

Tabel. Hasil Uji GLM

Sumber Signifikasi Keterangan

Setting Suhu

Radiant Warmer 0,001 Ada Pengaruh

Arah 0,007 Ada Pengaruh

Sudut 0,000 Ada Pengaruh

Jarak 0,295 Tidak ada

Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Arah

0,852 Tidak ada

Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Sudut

0,121 Tidak ada

Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Jarak

0,730 Tidak ada

Pengaruh

Arah * Sudut 0,000 Ada Pengaruh

Arah * Jarak 0,176 Tidak ada

Pengaruh

Sudut * Jarak 0,002 Ada Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Sudut * Arah

0,928 Tidak ada

Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Arah * Jarak

0,442 Tidak ada

Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Sudut * Jarak

0,902 Tidak ada

Pengaruh

Arah * Sudut *

Jarak 0,253

Tidak ada

Pengaruh

Setting Suhu

Radiant Warmer *

Sudut * Arah *

Jarak

0,554 Tidak ada

Pengaruh

Sumber : Lampiran 3B

Interaksi kombinasi sudut dan jarak dari hasil

uji GLM diatas juga menunjukkan bahwa memiliki

hasil signifikasi p < α, dimana α = 0,005 maka

Interaksi sudut dan jarak memiliki pengaruh

terhadap hasil rata-rata penyebaran suhu.

3.5 Hasil Uji Paired T Test Kanan-Kiri

Tabel. Hasil Uji Paired T Test

No

Setting

Suhu

RW

Sudut Jarak Pembanding Mean N Mean

Difference Sig. Ket

1

37°C

-90 °

100

cm

sebaran suhu 24,589 8

0,044 0,634 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,633 8

0,044 0,634 Tidak

Signifikan

2

36°C

-45 °

120

cm

sebaran suhu 24,633 3

0,067 0,808 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,700 3

0,067 0,808 Tidak

Signifikan

3

36°C

90 °

60

cm

sebaran suhu 24,735 8

0,069 0,512 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,667 8

0,069 0,512 Tidak

Signifikan

4

36°C

-45 °

100

cm

sebaran suhu 24,576 8

0,074 0,590 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,650 8

0,074 0,590 Tidak

Signifikan

5

36°C

90 °

80

cm

sebaran suhu 24,752 8

0,102 0,409 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,650 8

0,102 0,409 Tidak

Signifikan

6

36°C

-90 °

100

cm

sebaran suhu 24,526 8

0,124 0,178 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,650 8

0,124 0,178 Tidak

Signifikan

7

36°C

-90 °

60

cm

sebaran suhu 24,794 8

0,128 0,343 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,667 8

0,128 0,343 Tidak

Signifikan

8

36°C

45 °

100

cm

sebaran suhu 24,513 8

0,137 0,341 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,650 8

0,137 0,341 Tidak

Signifikan

9

37°C

-45 °

100

cm

sebaran suhu 24,772 8

0,139 0,240 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,633 8

0,139 0,240 Tidak

Signifikan

10

36°C

-90 °

120

cm

sebaran suhu 24,856 3

0,156 0,519 Tidak

Signifikan

suhu ruang 24,700 3

0,156 0,519 Tidak

Signifikan

Sumber : Lampiran 4A

Seminar Tugas Akhir

9

memperlihatkan kombinasi terbaik dari selisih

rata-rata (Mean Difference) yang paling rendah,

dimana hasil yang didapat tidak signifikasi dengan

hasil sig. > α (α = 0,05). Mean Difference

menunjukkan selisih rata-rata sebaran suhu

terhadap rata-rata suhu ruangan berikut 4 data dari

40 data yang hasil uji paired T test tidak signifikasi

(p>α) yaitu:

1. Pada suhu 36°C sudut -45° jarak 100 cm

memiliki selisih rata-rata suhu 0,067

2. Pada suhu 36°C sudut 90° jarak 60 cm di

memiliki selisih rata-rata suhu 0,069

3. Pada suhu 37°C sudut -90° jarak 100 cm di

memiliki selisih rata-rata suhu 0,044

4. Pada suhu 37°C sudut -45° jarak 100 cm di

memiliki selisih rata-rata suhu 0,240

3.6 Hasil Uji Paired T Test Depan-Belakang

Tabel. Hasil Uji Paired T Test Setting

Suhu

RW

Arah Sudut Jarak Pembanding Mean N

Mean

differe

nce

Sig KET

37°C Belakang 45 60 cm Sebaran Suhu 24,756 3 0,022 0,960 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,733 3 0,022 0,960 Tidak

Signifikan

37°C Belakang 45 80 cm Sebaran Suhu 24,650 6 0,033 0,823 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,683 6 0,033 0,823 Tidak

Signifikan

37°C Depan 90 80 cm Sebaran Suhu 24,783 6 0,100 0,235 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,683 6 0,100 0,235 Tidak

Signifikan

36°C Belakang 90 80 cm Sebaran Suhu 24,794 6 0,128 0,467 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,667 6 0,128 0,467 Tidak

Signifikan

36°C Depan 90 80 cm Sebaran Suhu 24,489 6 0,178 0,267 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,667 6 0,178 0,267 Tidak

Signifikan

36°C Depan 45 60 cm Sebaran Suhu 24,922 6 0,289 0,259 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,633 6 0,289 0,259 Tidak

Signifikan

36°C Depan 45 80 cm Sebaran Suhu 24,994 6 0,328 0,382 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,667 6 0,328 0,382 Tidak

Signifikan

36°C Belakang 45 60 cm Sebaran Suhu 24,367 3 0,367 0,406 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,733 3 0,367 0,406 Tidak

Signifikan

37°C Belakang 90 80 cm Sebaran Suhu 25,061 6 0,378 0,051 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,683 6 0,378 0,051 Tidak

Signifikan

37°C Depan 45 80 cm Sebaran Suhu 25,394 6 0,711 0,120 Tidak

Signifikan

Suhu Ruangan 24,683 6 0,711 0,120 Tidak

Signifikan

Sumber : Lampiran 4B

memperlihatkan kombinasi terbaik dari selisih

rata-rata (Mean Difference) yang paling rendah,

dimana hasil yang didapat tidak signifikasi dengan

hasil signifikasi sig. > α (α = 0,05). Mean Difference

menunjukkan selisih rata-rata sebaran suhu

terhadap rata-rata suhu ruangan berikut 4 data dari

14 data yang hasil ujinya tidak signifikasi (p>α)

yaitu:

1. Pada suhu 37°C belakang sudut 45° jarak

80 cm memiliki selisih rata-rata suhu 0,033

2. Pada suhu 37°C depan sudut 90° jarak 80

cm di memiliki selisih rata-rata suhu 0,378

3. Pada suhu 36°C belakang sudut 90° jarak

80 cm di memiliki selisih rata-rata suhu

0,128

4. Pada suhu 36°C depan sudut 90° jarak 80

cm memiliki selisih rata-rata suhu 0,178

4. Pembahasan

4.1 Deskripsi Penyebaran Suhu dan Suhu

Ruangan Kanan Kiri

Hasil deskripsi perbandingan sebaran suhu dan

suhu ruang menunjukkan bahwa dari 10 data yang

didapat 8 data menunjukkan pada jarak 100 cm

sebaran yang didapat memiliki selisih paling rendah

terhadap suhu ruang (mendekati suhu ruang),

sehingga dapat dikatakan bahwa 8 data yang

tertampil yaitu pada jarak 100 cm menunjukkan

dimana suhu sebaran sudah tidak terpengaruh

dengan suhu heater sebagai sumber panas dan pada

jarak 100 cm telah terjadi kesetimbangan thermal.

Hal tersebut sesuai dengan Hukum 0

termodinamika “Jika dua sistem berada dalam

kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka

mereka berada dalam kesetimbangan termal satu

sama lain”. Disebutkan juga pada jurnal “Pengaruh

Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material

Yang Berbeda” bahwa : “Jika benda dengan suhu

yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang

suhunya lebih rendah, maka suhu benda tersebut

akan turun dan selalu dalam arah cenderung

menyamakan dengan suhu ruangan, jika hal

tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan sama

dan keduanya dikatakan dalam keadaan

kesetimbang termal dan tidak ada lagi perpindahan

panas yang terjadi diantaranya” (Idawati Supu dkk,

2016).

Seminar Tugas Akhir

10

Hasil tersebut akan diperkuat dengan olah data

statistik menggunakan uji Paired T Test yaitu uji

beda pembandingkan suhu sebaran dengan suhu

ruang.

4.2 Deskripsi Penyebaran Suhu dan Suhu

Ruangan Depan-Belakang

Hasil deskripsi perbandingan sebaran suhu dan

suhu ruang menunjukkan bahwa dari 4 data yang

didapat menunjukkan pada jarak 80 cm sebaran

yang didapat memiliki selisih paling rendah

terhadap suhu ruang (mendekati suhu ruang),

sehingga dapat dikatakan bahwa pada jarak 80 cm

menunjukkan dimana suhu sebaran sudah tidak

terpengaruh dengan suhu heater sebagai sumber

panas dan pada jarak 100 cm telah terjadi

kesetimbangan thermal.

Hal tersebut sesuai dengan Hukum 0

termodinamika “Jika dua sistem berada dalam

kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka

mereka berada dalam kesetimbangan termal satu

sama lain”. Disebutkan juga pada jurnal “Pengaruh

Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material

Yang Berbeda” bahwa : “Jika benda dengan suhu

yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang

suhunya lebih rendah, maka suhu benda tersebut

akan turun dan selalu dalam arah cenderung

menyamakan dengan suhu ruangan, jika hal

tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan sama

dan keduanya dikatakan dalam keadaan

kesetimbang termal dan tidak ada lagi perpindahan

panas yang terjadi diantaranya” (Idawati Supu dkk,

2016).

4.3 Hasil Uji GLM

Dari hasil uji GLM baik pada posisi kanan-kiri

maupun depan-belakang terkait dengan radius yaitu

interaksi/kombinasi sudut dan jarak (memiliki nilai

signifikasi p < α, dimana α = 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima yaitu “Terdapat pengaruh

radius (sudut dan jarak) terhadap penyebaran

suhu”. Sesuai dengan teori Hukum Wien “panjang

gelombang rambatan energi radiasi tergantung dari

tinggi atau rendahnya suhu” Semakin jarak jauh

dari sumber panas maka suhu semakin menurun.

Sesuai juga dengan teori Hukum 0

termodinamika “Jika dua sistem berada dalam

kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka

mereka berada dalam kesetimbangan termal satu

sama lain”. Disebutkan juga pada jurnal “Pengaruh

Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material

Yang Berbeda” bahwa : “Jika benda dengan suhu

yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang

suhunya lebih rendah, maka suhu benda tersebut

akan turun dan selalu dalam arah cenderung

menyamakan dengan suhu ruangan, jika hal

tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan sama

dan keduanya dikatakan dalam keadaan

kesetimbang termal dan tidak ada lagi perpindahan

panas yang terjadi diantaranya” (Idawati Supu dkk,

2016).

Jika dilihat dari derajat kemiringan (sudut)

sesuai dengan teori Serway and Jewett pada buku

“Fisika untuk Sains dan Teknik” bahwa sumber

radiasi titik mengirim gelombang-gelombang

kearah luar secara radial ke semua arah. Suatu

permukaan yang menghubungkan titik-titik yang

sefase untuk situasi ini adalah sebuah bola, jadi hal

ini disebut gelombang bola. Selain hal tersebut

menunjukkan pengaruh geometri dari box heater

pada radiant warmer yaitu terdapat reflecting

surfaces yang berbentuk setengah lingkaran yang

menghasilkan sebaran radiasi panas menjadi 3

vektor sesuai dengan jurnal Anna M Fick (2013)

mengenai gambaran geometri box heater radiant

wamer dan menggambarkan ilustrasi dari bagian

yang berbeda di mana radiasi yang dipancarkan dari

sumber panas dapat diarahkan.

Setelah mengetahui bahwa terdapat pengaruh

radius (terkait sudut dan jarak) terhadap Sebaran

Suhu pada alat radiant warmer, peneliti selanjutnya

mengolah dan menguji lagi data eksperimental

untuk di uji beda yaitu pada radius (sudut dan jarak)

berapa sebaran suhu sudah tidak terpengaruh lagi

dengan sumber panas atau sebaran suhu yang

mendekati/sama dengan suhu ruang yaitu p > α

(tidak signifikan). Untuk menjawab pertanyaan

tersebut peneliti melakukan uji beda Paired T test.

Seminar Tugas Akhir

11

4.4 Hasil Uji Paired T Test Kanan-Kiri

Menurut hasil uji Paired T Test menunjukkan

hasil sebaran suhu terhadap suhu ruang yang

memiliki nilai p > α (tidak signifikasi) dari 19 data

terdapat 6 data dengan jarak 120 cm, 5 data dengan

jarak 100 cm, 4 data dengan jarak 80 cm dan 4 data

dengan jarak 60 cm. Dari data tersebut pada jarak

120 tidak dapat dijadikan pedoman karena memiliki

N=3 (tidak mewakili hasil penelitian) , sedangkan

pada jarak 100 cm memiliki N=18 (dapat mewakili

hasil penelitian).

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa jarak

100 cm pada sudut radius 45° dan 90° (kanan-kiri)

adalah jarak dimana suhu sebaran alat radiant

warmer sudah tidak terpengaruh dengan sumber

panas yang dihasilkan radiant warmer itu sendiri.

4.5 Hasil Uji Paired T Test Depan-Belakang

Menurut hasil uji Paired T menunjukkan hasil

sebaran suhu terhadap suhu ruang yang memiliki

nilai p > α (tidak signifikasi) dari 10 data terdapat

7 data dengan jarak 80 cm dan 3 data dengan jarak

60 cm.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa jarak 80

cm pada sudut radius 45° dan 90° (depan-belakang)

adalah jarak dimana suhu sebaran alat radiant

warmer sudah tidak terpengaruh dengan sumber

panas yang dihasilkan radiant warmer itu sendiri.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Secara menyeluruh penelitian ini

menyimpulkan bahwa:

5.2.1 Dapat menentukan titik pengukuran sudut

radius penyebaran suhu pada derajat 0°, 45°

dan 90° pada posisi kanan – kiri dan depan –

belakang dari heater untuk penempatan

thermometer digital dengan menggunakan

alat bantu busur dan kerangka bantu.

5.2.2 Pengukuran penyebaran suhu posisi kanan-

kiri alat pada setting suhu 36°C yaitu 25,84°C

dan suhu 37°C yaitu 26,10. Sedangkan posisi

depan-belakang alat didapat hasil rata-rata

penyebaran pada setting suhu 36°C yaitu

26,88°C dan suhu 37°C yaitu 27,56°C.

5.2.3 Pengukuran penyebaran suhu pada jarak

yang ditentukan membuktikan bahwa

semakin jauh jarak pengukuran dari sumber

panas, maka suhu penyebaran semakin

menurun pada posisi kanan-kiri, tetapi untuk

posisi depan-belakang terjadi kesetimbangan

thermal dimana jarak tidak mempengaruhi

suhu sebaran.

5.2.4 Didapatkan bahwa pada jarak radius 100cm

dari sumber panas pada posisi kanan-kiri

radiant warmer dan pada jarak radius 80 cm

dari tepi sumber panas pada posisi depan-

belakang suhu penyebaran mendekati suhu

ruangan (memiliki mean diferrence yang

kecil)

5.2.5 Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh radius (sudut dan jarak)

terhadap penyebaran suhu radiant warmer.

5.2 Saran

Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan

pada:

5.2.1 Terdapat faktor / variabel bebas yang

mungkin mempengaruhi dan perlu dilakukan

pengamatan serta penelitian lebih lanjut

seperti letak pendingin ruangan, posisi

radiant warmer, dimensi ruangan dan

material dinding / tiang penghalang.

5.2.2 Dapat dilakukan penelitian dengan

menggunakan spesifikasi radiant warmer

yang berbeda dan di tempat yang berbeda

dengan sampel yang dapat mewakili populasi

radiant warmer.

5.2.3 Untuk penggunaan dan operasional lebih dari

1 (multi) radiant warmer perlu di perhatikan

jarak penempatan antara radiant warmer

yaitu pada sisi kanan/kiri jarak penempatan

yang aman pada jarak 100 cm dari sumber

panas, sedangkan untuk sisi depan/belakang

jarak penempatan yang aman pada jarak 80

cm

5.2.4 Perlu adanya SOP untuk penempatan jarak

minimal operasional radiant warmer sesuai

dengan jarak yang sudah ditetapkan,

sehingga memudahkan pengguna dalam

Seminar Tugas Akhir

12

menempatkan dan mengoperasionalkan

radiant warmer.

DAFTAR PUSTAKA

Anna M. Fic, Derek B. Ingham, Maciej K. Ginalski,

Andrzej J. Nowak and Luiz Wrobel (2009)

Heat And Mass Transfer Under An Infant

Radiant Warmer - Development Of A

Numerical Model.

Anna M. Fic, Derek B. Ingham, Maciej K. Ginalski,

Andrzej J. Nowak and Luiz Wrobel (2013)

Modelling and Optimisation of The

Operation of a Radiant Warmer–Elsevier

Medical Engineering & Physics.

Committee on Enviromental Hazards. (1978)

Infant Radiant Warmers. Pediatrics Vol.61

No 1 January

Fluke biomedical.(2015)Incubator Analyzer.

Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi

(2016). Pengaruh Suhu Terhadap

Perpindahan Panas Pada Material Yang

Berbeda. Program Studi Fisika, Fakultas Sains

Universitas Cokroaminoto Palopo.

Maryati, Sujiarti dan Budiarti. (2010). Neonatus

Bayi dan Balita. Jakarta: CV. Trans Info

Media.

Ogunlesi TA. Radiant Warmer versus incubator

for regulating body temperature in newborn

infants: RHL commentary (last revised : 1

December 2009). The WHO Reproductive

Health Library; Geneva; WHO

Permenkes No.118 Menteri Kesehatan RI. 2014

Tentang Kompendium Alat Kesehatan.

Peter Soedojo. (2004) Fisika Dasar. Edisi II. Andi,

Yogyakarta

Raymond A. Serway and John W. Jewett, Jr (2004).

Fisika untuk Sains dan Teknik. Buku II edisi

6. Salemba Teknik, Jakarta

Ridwan (2006). Dasar – Dasar Statistika.

Alfabeta, Bandung

Roongpasert.K., Phasukkit,P., dan Airphaiboon,S

(2012). Heat Transfer Efficiency Analysis of

Infant Radiant Warmer by 3D Finite

Element Method. Biomedical Engineering

International Conference.

Sugiyono (2010). Statistika untuk Penelitian,

Alfabeta, Bandung

V. Wiratna Sujarweni(2015). SPSS untuk

Penelitian. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Wahyu Aji (2015). Pengertian dan Pengelolahan

Data Statistik. http://www.laskarncc.com.

Diakses tanggal 18 Mei 2018

WHO. (1997) Thermal Protection of The

Newborn, a Practical Guide.

WHO. (2013) Medical Devices, Infant Radiant

Warmer.

Y Molgat-Seon, T Daboval, S Chou, dan O Jay.

(2013). Accidental overheating of a newborn

under an infant radiant warmer: a lesson for

future use. Article in Journal of perinatology:

official journal of the California Perinatal

Association. No.33:738-73

BIODATA PENULIS

Nama : Deasy Fusvitasari Sonia

TTL : Surabaya, 09 Desember 1984