bab ii tinjauan pustaka a. hasil penelitian terdahulu...

40
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Tabel II.1 Matriks Hasil Penelitian Terdauhulu No Judul dan Tahun Penelitian Nama Peneliti Variabel Penelitian Rancangan Penelitian Hasil Penelitian 1 2 3 4 5 6 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun di PT Bayer Indonesia- Bayer Cropscience Surabaya (2011) Endah Yuliani, Ipop Sjarifah dan Lusi Ismayenti Variabel penelitian : pengelolaan limbah B3 Deskriptif Pengelolaan limbah B3 pada perusahaan PT Bayer Indonesia Bayer Crop Science meliputi : reduksi, pewadahan atau pengumpulan, penyimpanan sementara, pengemasan, pelabelan bahan dan simbol, pengangkutan intern, pemanfaatan, sedangkan untuk pengolahan dan pemusnahan dilakukan oleh pihak ke-3 telah sesuai dengan Peraturan pemerintah No. 85 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun akan tetapi terdapat ketidaksesuaian dengan Kep.01/BAPEDDAL/09/1999 yaitu mengenai pemberian simbol dan label yang jelas dalam kemasan B3. 2. Kegiatan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Ditinjau Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Pupuk Yuliana Zahra, Rico Januar Sitorus dan Hamzah Hasyim Pengelolaan B3 Deskriptif dengan pendekatan kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan pengelolaan B3 di PT. Pusri masih memerlukan perbaikan. Sulitnya melengkapi lembar data keselamatan bahan yang dipesan, belum memadainya sistem tanggap darurat gudang penyimpanan, belum dilengkapinya beberapa sarana keselamatan bagi petugas pengangkut, masih adanya pekerja yang belum

Upload: dangphuc

Post on 21-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel II.1 Matriks Hasil Penelitian Terdauhulu

No

Judul dan

Tahun

Penelitian

Nama

Peneliti

Variabel

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Hasil Penelitian

1 2 3 4 5 6

1. Pengelolaan

Limbah

Bahan Berbahaya

Beracun di

PT Bayer Indonesia-

Bayer

Cropscience Surabaya

(2011)

Endah

Yuliani, Ipop

Sjarifah dan Lusi

Ismayenti

Variabel

penelitian :

pengelolaan limbah B3

Deskriptif Pengelolaan limbah B3 pada

perusahaan PT Bayer

Indonesia Bayer Crop Science meliputi : reduksi,

pewadahan atau

pengumpulan, penyimpanan sementara, pengemasan,

pelabelan bahan dan simbol,

pengangkutan intern, pemanfaatan, sedangkan

untuk pengolahan dan

pemusnahan dilakukan oleh

pihak ke-3 telah sesuai dengan Peraturan pemerintah

No. 85 tentang Pengelolaan

Limbah Berbahaya dan Beracun akan tetapi terdapat

ketidaksesuaian dengan

Kep.01/BAPEDDAL/09/1999 yaitu mengenai pemberian

simbol dan label yang jelas

dalam kemasan B3.

2. Kegiatan Pengelolaan

Bahan

Berbahaya dan Beracun

Ditinjau Dari

Aspek

Keselamatan dan

Kesehatan

Kerja di PT. Pupuk

Yuliana Zahra, Rico

Januar

Sitorus dan Hamzah

Hasyim

Pengelolaan B3 Deskriptif dengan

pendekatan

kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya keselamatan

dan kesehatan kerja dalam

kegiatan pengelolaan B3 di PT. Pusri masih memerlukan

perbaikan. Sulitnya

melengkapi lembar data

keselamatan bahan yang dipesan, belum memadainya

sistem tanggap darurat

gudang penyimpanan, belum dilengkapinya beberapa

sarana keselamatan bagi

petugas pengangkut, masih

adanya pekerja yang belum

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

8

No

Judul dan

Tahun

Penelitian

Nama

Peneliti

Variabel

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Hasil Penelitian

1 2 3 4 5 6

Sriwidjaja

Palembang

(2011)

menggunakan alat pelindung

diri dan masih adanya

beberapa kemasan limbah B3 yang belum memiliki simbol.

3. Keamanan

Bahan Kimia

Berbahaya Pada

Karyawan

Percetakan Kota

Makassar

(2013)

Masita

Rahmatullah,

M.Furqan Naiem dan

Masyitha

Muis

Variabel

penelitian

meliputi : pengetahuan

penanganan,

pengetahuan penyimpanan,

tindakan

penanganan dan

tindakan penyimpanan.

Deskriptif

Survei

Hasil penelitian yang

dilakukan di industri

percetakan Kota Makassar tahun 2013

dapat disimpulkan bahwa :

tindakan penyimpanan responden tertinggi terdapat

pada kategori positif

sebanyak 107 orang (73,3%)

dan pada kategori negatif sebanyak 39 orang (26,7%).

Karyawan dengan

pengetahuan penanganan bahan kimia responden pada

kelompok pengetahuan

sedang yaitu sebanyak yaitu 60 orang (41,1%). Karyawan

dengan pengetahuan

penyimpanan bahan kimia

terbesar terdapat pada tingkat pengetahuan sedang sebanyak

95 orang (65,1%). Karyawan

dengan tindakan responden tertinggi pada penanganan

bahan kimia terdapat pada

kategori postif sebanyak 65 orang (44,5%). Karyawan

dengan tindakan responden

tertinggi pada penyimpanan

bahan kimia terdapat pada kategori positif sebanyak 107

orang (73,3%).

4. Pengelolaan dan

Karakterisasi

Limbah B3

Niken Hayudanti

Anggarini,

Megi

dan

Pengelompokkan dan

penyimpanan

limbah B3

Telah dilakukan pengelompokan dan

penyimpanan limbah B3

berdasarkan sifat fisik, kimia

dan berdasarkan potensi bahaya untuk tujuan

keamanan dan keselamatan di

Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3 pada

tahun 2014.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

9

No

Judul dan

Tahun

Penelitian

Nama

Peneliti

Variabel

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Hasil Penelitian

1 2 3 4 5 6

di PAIR

(Pusat

Aplikasi Isotop dan

Radiasi)

Berdasarkan Potensi

Bahaya

(2014)

berdasarkan sifat

fisik, dan kimia

dan berdasarkan potensi bahaya

Dari hasil pendataan limbah

B3 yang paling dominan

adalah limbah cair organik mencapai 61% kemudian

diikuti limbah cair anorganik

33% sedangkan sisanya sebesar 6% merupakan

limbah padat organik dan

limbah padat anorganik. Jika

dilihat dari potensi bahayanya, limbah cair yang

mudah terbakar mempunyai

persentase volume paling besar yaitu 47% dan diikuti

limbah cair korosif sebesar

26%, sedangkan limbah cair

yang belum teridentifikasi jumlahnya cukup besar, yaitu

9%. Dengan melihat dari

potensi bahaya tertinggi, Gudang Penyimpanan

Limbah B3 di Bidang KKL

diharuskan memiliki sirkulasi udara yang baik dan rak

penyimpanan limbah yang

terhindar dari panas matahari

langsung. 5. Studi

Tentang

Pengelolaan B3 di PT

Indopherin

Jaya

Probolinggo (2018)

Miflathul

Jannah

Pengelolaan B3 Deskriptif

-

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

10

B. Telaah Pustaka Yang Sesuai

1. Industri Kimia

a. Definisi Industri Kimia

Industri kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam

produksi zat kimia. Industri ini mencakup petrokimia, agrokimia,

farmasi, polimer, cat, dan oleokimia. Industri ini menggunakan proses

kimia, termasuk reaksi kimia untuk membentuk zat baru, pemisahan

berdasarkan sifat seperti kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi

oleh panas, serta metode-metode lain.

Industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan mentah yang

diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-sumber lain,

menjadi material, zat kimia, serta senyawa kimia yang dapat berupa

produk akhir atau produk antara yang akan digunakan di industri lain.

b. Industri Proses Kimia

Industri proses kimia adalah industri yang mengolah bahan baku atau

bahan mentah menjadi suatu hasil atau produk dengan memanfaatkan

proses-proses kimia. Proses-proses kimia yang dilakukan dalam industri

proses kimia adalah reaksi kimia dan peristiwa kimia fisik.

Peristiwa kimia fisik antara lain :

1) Pencampuran molekuler bahan-bahan dengan rumus dan struktur

molekul yang berlainan.

2) Pengubahan fase, antara lain : penguapan, pengembunan,

pengkristalan.

3) Pemisahan campuran menjadi zat-zat penyusunnya yang lebih murni.

Yang termasuk ke dalam industri proses kimia adalah :

1) Industri kimia dasar : yaitu industri proses kimia yang menghasilkan

produk zat kimia dasar, seperti asam sulfat (H2SO4) dan ammonia

(NH3).

2) Industri pengolahan minyak bumi atau petroleum refinery : pada

industri ini biasanya dihasilkan komponen-komponen bahan bakar

minyak (BBM), seperti : bensin, kerosene, bahan bakar penerbangan,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

11

solar, minyak diesel. Di samping itu dihasilkan juga produk-produk

selain komponen bahan bakar minyak (non BBM), seperti, pelumas,

wax, aspal, solvent maupun produk petrokimia.

3) Industri petrokimia : yaitu industri yang mengolah zat atau bahan

yang berasal dari fraksi minyak bumi, seperti : etilen (C2H4) dan

propilen (C3H6).

4) Industri pengolahan logam.

5) Industri oleokimia : yaitu industri yang mengolah zat atau bahan

yang berasal dari fraksi minyak atau lemak nabati atau hewani,

seperti pabrik CPO (Crude Palm Oil).

6) Industri agrokimia : yaitu industri yang memproduksi aneka pupuk

dan bahan kimia untuk budidaya pertanian, seperti pestisida, urea,

ammonium sulfat.

7) Industri makanan dan minuman, seperti : susu, gula, garam.

8) Industri bahan pewarna dan pencelup.

9) Industri bahan peledak.

10) Industri pulp dan kertas.

11) Industri semen dan keramik.

12) Industri karet, kulit dan plastik.

2. Bahan Kimia Berbahaya dan Bahan Berbahaya Beracun

a. Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Bahan Berbahaya Beracun

Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal

atau campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau

toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan

(Kepmenaker No. 187 Tahun 1999).

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan

B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

12

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No.74 Tahun 2001).

Definisi lain dari B3 adalah bahan buangan bentuk (padat, cair dan

gas) yang dihasilkan baik dari proses produksi maupun dari proses

pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya

dan sifat beracun terhadap ekosistem karena dapat bersifat korosif,

ekplosif, toksik, reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau, radioaktif

dan bersifat karsinogenik maupun mutagenik terhadap kesehatan manusia

dan lingkungan.

b. Kriteria bahan kimia berbahaya

Kriteria bahan kimia berbahaya meliputi :

1) Bahan beracun

2) Sangat beracun

3) Cairan mudah terbakar

4) Cairan sangat mudah terbakar

5) Gas mudah terbakar

6) Bahan mudah meledak

7) Bahan reaktif

8) Bahan oksidator

c. Klasifikasi bahan berbahaya dan beracun

Menurut PP No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3), B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Mudah meledak (explosive)

2) Pengoksidasi (oxidizing)

3) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)

4) Sangat mudah menyala (highly flammable)

5) Mudah menyala (flammable)

6) Amat sangat beracun (extremely toxic)

7) Sangat beracun (highly toxic)

8) Beracun (moderately toxic)

9) Berbahaya (harmful)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

13

10) Korosif (corrosive)

11) Bersifat iritasi (irritant)

12) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

13) Karsinogenik (carcinogenic)

14) Teratogenik (teratogenic)

15) Mutagenik (mutagenic)

d. Sifat-sifat Bahan Kimia Berbahaya

1) Bahaya Kesehatan :

a) Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka

pendek (akut) dan jangka panjang (kronis).

b) NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan mg/m3 atau

ppm.

c) NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara yang boleh

dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari.

Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan,

yakni :

(a) LD50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50

persen binatang percobaan mati.

(b) LC50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal

terhadap 50 persen binatang percobaan.

(c) IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan

yang berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.

2) Bahaya Kebakaran :

Kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar

atau membakar bahan lain. Kemudahan zat terbakar ditentukan oleh :

a) Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.

b) Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang

dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat

dibakar disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi

tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

14

flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain

ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.

c) Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.

3) Bahaya Reaktivitas

Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi

dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga

eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas

beracun.

3. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,

mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3. Dalam

hal ini, pengaturan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau

mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan

manusia dan makhluk hidup lainnya (PP No 74 tahun 2001).

Pengelolaan bahan berbahaya beracun meliputi :

a. Pengadaan B3

1) Setiap pembelian atau pengadaan bahan kimia (bahan kimia pabrik)

harus dicantumkan dengan jelas di dalam lembar PP atau PO tentang

kelengkapan informasi bahan berupa :

a) Labeling

b) Informasi dampak bahaya

c) Informasi P3K , APD, dan penaganan darurat.

2) Spesifikasi mutu kemasan atau wadah harus tertulis dengan jelas

dalam lembaran PP atau PO dengan memperhatikan keamanan,

ketahanan, efektifitas dan efisiensi. Khusus dalam hal drum (plastik

atau besi), botol atau bejana bertekanan, harus dicantumkan warna

yang disesuaikan dengan jenis atau golongan gas.

3) Setiap wadah bahan kimia harus dilengkapi dengan tanda resiko

bahaya serta tindakan pencegahan dan penanggulangannya. Pengguna

yang mengajukan pembelian bahan kimia berkewajiban melengkapi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

15

syarat-syarat K3. Bila spesifikasi dan syarat K3 yang dimaksud sudah

cukup lengkap dan memenuhi standart K3, maka pengajuan

pembelian dapat diproses dan direalisasikan pengadaannya.

4) Penerimaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Untuk memastikan penerimaan bahan kimia yang tepat, dapat

dilakukan dengan cara :

a) Melatih pegawai ruang penerimaan, tempat bongkar muat, dan tata

usaha untuk mengenali bahaya yang mungkin terkait dengan bahan

kimia khususnya B3 yang datang ke fasilitas. Mereka perlu tahu

apa yang harus dilakukan jika terjadi masalah, seperti kemasan

bocor atau terjadi tumpahan.

b) Melengkapi ruang penerimaan dengan peralatan yang sesuai untuk

bahan kimia. Ini meliputi rantai yang menahan silinder dan kereta

yang dirancang untuk memindah berbagai jenis kemasan bahan

kimia dengan selamat. Menyiapkan rak, meja, atau area terkunci

untuk kemasan untuk menghindari kerusakan akibat kendaraan

ruang penerimaan..

c) Jika pegawai pengiriman luar tidak menangani bahan sesuai standar

fasilitas penerimaan, segera perbaiki atau cari pengangkut atau

pemasok lain.

d) Nilai ambang batas (NAB ) bahan kimia ditetapkan sebagai

berikut:

1) Bahan kimia kriteria beracun : 10 ton

2) Bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton

3) Bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton

4) Bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton

5) Bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton

6) Bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton

7) Bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton

8) Bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

16

b. Pengangkutan B3

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun, pengangkutan B3 adalah

kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain dengan sarana

angkutan. Tata cara pengangkutan B3 meliputi:

1) Sebelum melaksanakan pekerjaaan pengangkutan bahan kimia

khususnya B3, pengawas atau atasan berkewajiban menyampaikan

informasi K3 serta resiko bahaya yang ada pada setiap pekerja.

2) Hanya pekerja yang sudah mengerti tugas dan tanggung jawab serta

adanya rekomendasi dari atasannya dibenarkan menangani pekerjaan

pengangkutan bahan berbahaya dan beracun.

3) Upaya preventif, pencegahan harus tetap dilakukan secara teratur

berupa pemeriksaan kelayakan peralatan kerja, kondisi muatan dan

kondisi fisik pekerja sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut.

4) Menaikkan dan menurunkan bahan berbahaya dan beracun harus

dilakukan dengan hati-hati, jika perlu buatkan bantalan karet atau

kayu.

5) Perlengkapan K3 (APD, APAR, P3K) harus tersedia dalam kondisi

siap pakai di lokasi kerja.

6) Kapasitas angkut alat angkut dan angkutan tidak diperbolehkan

melebihi kapasitas yang ada dan tidak boleh menghalangi pandangan

pengemudi atau sopir.

7) Pengemudi harus mengikuti peraturan lalu lintas yang ada dengan

selalu hati-hati dan waspada. Hindari tindakan tidak aman dan tetap

disiplin dalam mengemudikan kendaraan.

8) Jika kontak dengan bahan kimia, segera lakukan pertolongan pertama

pada korban dengan benar. Hubungi dokter atau tim medis untuk

penanganan selanjutnya.

Keamanan pengangkutan B3 merupakan faktor yang paling penting

untuk menghindari bahaya pada para pekerja. Untuk itu, dalam

pengangkutan B3, pengemudi atau setiap orang yang terlibat dalam

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

17

proses pengangkutan harus dibekali pengetahuan mengenai informasi K3

dan resiko bahaya B3 yang diangkut dan juga perlu mempertimbangkan

pengaturan muatan dalam proses pengangkutan.

c. Penyimpanan B3

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun, penyimpanan B3 adalah teknik

kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan kuantitas B3.

Penyimpanan B3 meliputi :

1) Gudang tempat penyimpanan bahan kimia harus dibuat sedemikian

rupa, hingga aman dari pengaruh alam dan lingkungan sekitarnya :

a) Memiliki sistem sirkulasi udara dan ventilasi yang cukup baik.

b) Suhu di dalam ruangan dapat terjaga konstan dan aman setiap saat.

c) Harus memiliki fasilitas air bersih yang mengalir

d) Aman dari beberapa gangguan biologis (burung, tikus, rayap, dan

lain-lain).

e) Aman dari potensi bencana.

2) Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) Pemisahan dan pengelompokan masing-masing bahan kimia untuk

menghindari adanya bahaya reaktivitas.

b) Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang dianjurkan

manufaktur untuk menghindari roboh (ambruk), sehingga tidak

mengakibatkan kerusakan dan mudah pembongkaran serta

kelihatan rapi.

c) Lorong agar tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda apapun

untuk melakukan inspeksi, jika perlu dibuatkan garis pembatas

lintasan alat angkat dan angkut.

d) Khusus bahan dalam wadah silinder atau tabung gas bertekanan

agar ditempatkan pada tempat yang teduh, tidak lembab dan aman

dari sumber panas seperti (listrik, api, ruang terbuka).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

18

e) Bahan kimia tidak langsung bersentuhan dengan lantai gudang

(menggunakan alas).

Program House Keeping harus dilaksanakan secara periodik dan

berkesinambungan yang meliputi: kebersihan, kerapihan dan

keselamatan.

3) Sarana K3 dan penanganan kondisi darurat haruslah disiapkan sesuai

dengan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan tindakan

pengendalian (HIRAC) dan digunakan sebagaimana mestinya

(peralatan safety atau APD, alat dan bahan untuk menangani

tumpahan dan ceceran, APAR, P3K, sarana untuk cuci tangan dan eye

wash).

4) Setiap pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki gudang

penyimpanan bahan kimia dan setiap pekerja yang memasuki gudang

harus memakai APD yang disyaratkan.

5) Inspeksi K3 oleh pekerja gudang harus dilaksanakan secara teratur

atau periodik yang meliputi pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan,

bahan, peralatan dan sistem. Segera amankan atau laporkan, jika

menemukan kondisi tidak aman kepada atasan.

6) Pada setiap penyimpanan bahan kimia harus dilengkapi dengan

labeling (label isi, safety, resiko bahaya) dan MSDS atau Lembar Data

Keselamatan Bahan (LDKB) yang tercantum dalam Peraturan Menteri

Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 87/M-Ind/Per/9/2009

tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan

Kimia.

7) Petugas gudang harus dilengkapi buku petunjuk atau pedoman K3

yang berkaitan dengan penyimpanan bahan kimia berbahaya dan

beracun.

8) Setiap pekerja dilarang makan dan minum ditempat penyimpanan

bahan kimia terutama yang beracun.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

19

9) Tindakan P3K harus dilakukan oleh yang berpengalaman. Segera

hubungi dokter atau tim medis atau bawa korban ke rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia berbahaya yaitu :

1) Penyimpanan bahan-bahan kimia berbahaya harus diawasi oleh

seorang yang kompeten dan tenaga kerja yang bersangkutan harus

terlatih dalam praktek keselamatan kerja.

2) Tenaga kerja dengan kelainan penglihatan, pendengaran atau

penciuman dan mereka yang berusia kurang dari 18 tidak dibenarkan

bekerja dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya.

3) Dalam hal bahan peledak, yang berwenang mungkin mensyaratkan

bahwa tenaga kerja yang memasuki tempat penyimpanan bahan

demikian harus memiliki izin khusus sesudah pemeriksaan tentang

bahaya-bahaya yang mungkin ada.

4) Mereka yang memasuki daerah penyimpanan bahan eksplosif atau

dapat terbakar tidak boleh membawa korek api dan harus dilarang

merokok.

5) Jika perlu, pakaian pelindung yang tepat harus dipakai.

6) Inspeksi periodik terhadap semua tempat penyimpanan bagi bahan-

bahan kimia berbahaya harus dilakukan oleh pengawas atau ahli

keselamatan kerja atau orang-orang yang kompeten

7) Kebersihan sebaik-baiknya harus diperhatikan

8) Bila ada bahaya kebakaran, tanda bahaya harus dipasang di dalam dan

juga diberi tanda keluar.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

20

d. Penggunaan B3

1) Sebelum menggunakan bahan kimia khususnya B3 harus diketahui

terlebih dahulu informasi bahayanya baik dari segi kebakaran,

kesehatan, reaktifitas, keracunan, korosif tumpahan dan peledakan)

serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya.

2) Perencanaan dan penerapan K3L harus dilakukan dengan sebaik-

baiknya pada setiap pekerjaan penggunaan bahan kimia berbahaya

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) APD yang sesuai dengan faktor resiko bahayanya (HIRAC), APAR

dan P3K harus disiapkan dan digunakan sebagaimana mestinya.

b) Kondisi kerja, lingkungan sudah dinyatakan aman oleh pihak yang

berwenang (Safety).

c) Peralatan kerja harus layak pakai.

d) Metode kerja atau cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif.

e) Kelengkapan administrasi sudah dipersiapkan (perijinan angkut,

perintah kerja, daftar pekerja).

f) Selama berlangsungnya kegiatan penggunaan bahan kimia, hindari

tindakan yang tidak aman. Bekerja sesuai dengan SOP dan MSDS

masing-masing bahan.

g) Bila pekerjaan tersebut belum selesai dan pelaksanaannya diatur

secara shift, maka setiap serah terima tugas dan tanggung jawab

harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Situasi dan kondisi kerja

menyeluruh harus dilaporkan dengan jelas terutama kondisi kerja

yang kurang aman dan perlu penanganan yang intensif.

h) Bila pekerjaan telah selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja,

lingkungan kerja, wadah sisa-sisa bahan agar segera dibersihkan

sampai betul-betul kondisi keseluruhan sudah aman.

i) Lakukan tindakan P3K dengan segera, jika terjadi kecelakaan

hubungi tim medis atau dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

21

e. Pembuangan Limbah B3

1) Tiap limbah baik karena rusak, pecah, kadaluarsa, maupun sisa hasil

proses yang tidak digunakan harus dibuang pada saluran khusus yang

disiapkan atau tempat sampah khusus B3

2) Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang.

Untuk zat-zat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga

buangan aman tidak lebih ambang.

3) Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan.

4) Semua wadah atau kemasan B3 harus dibakar dengan benar.

5) Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang

sesuai.

6) Hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram

7) Pemilihan wadah yang tepat di wadah yang terpecaya yang cocok

dengan isinya.

Dalam hal ini unsur pengelolaan bahan kimia meliputi : perencanaan

(Planing), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (Actuating) dan

pengendalian (Controlling).

a. Perencanaan (Planing)

Perencanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan

bahan yang tidak sesuai dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu

agar tidak terjadi penumpukan bahan kimia yang berlebihan disatu sisi

dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi disisi lain yang dapat

mengganggu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya penumpukan

bahan khususnya B3 akan mengganggu dan mambahayakan lingkungan,

serta dapat menimbulkan kecelakaan khususnya bahan-bahan yang sudah

kadaluarsa atau habis masa penggunaannya.

Perencanaan dilakukan untuk kurun waktu tertentu 1(satu) tahun

mulai dari perencanaan pengadaan, penyimpanan atau penggudangan,

dan penggunaannya. Dalam perencanaan ini meliputi identifikasi

kebutuhan bahan, klasifikasi bahan dan perencanaan penyimpanan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

22

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian untuk mengelola B3 meliputi penetapan tugas dan

wewenang personil pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam

pengorganisasian perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak yang

berkepentingan dengan B3 tersebut. Selain itu juga dilakukan penetapan

persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan memiliki syarat

penyimpanan tertentu.

Tabel II.2 Syarat Penyimpanan Bahan tertentu

Jenis atau Sifat Syarat Penyimpanan

Bahan Beracun Ruangan dingin dan berventilasi

Jauh dari sumber panas

Terpisah dari bahan kimia lain yang reaktif

Tersedia alat pelindung diri seperti masker, pakaian

pelindung, sarung tangan dan lain-lain

Bahan Korosif Ruang dingin dan berventilasi

Wadah tertutup dan berlabel

Terpisah dari zat beracun

Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker,

kacamata dan lain-lain

Bahan mudah

terbakar Ruang dingin dan berventilasi

Jauh dari sumber panas atau api

Tersedia alat pemadam kebakaran

Bahan mudah

meledak Ruang dingin dan berventilasi

Jauh dari sumber panas atau api

Bahan Oksidator Ruang dingin dan berventilasi

Jauh dari sumber panas atau api dan dilarang merokok

Jauh dari bahan reduktor dan mudah terbakar

Bahan reaktif

terhadap air Suhu ruangan dingin dan berventilasi

Bangunan kedap air

Pemadam kebakaran tersedia tidak menggunakan air

seperti CO2, Halon, Dry powder

Bahan rektif

terhadap asam Ruang dingin dan berventilasi

Jauh dari sumber api dan sumber api dan panas

Ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak

memungkinkan terbentuknya kantong-kantong hidrogen

karena reaksi asam akan terbentuk gas hidrogen yang

mudah terbakar

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

23

Jenis atau Sifat Syarat Penyimpanan

Gas bertekanan Disimpan dalam keadaan tegak atau berdiri dan terikat

Ruang dingin dan tidak terkena langsung panas matahari

Jauh dari api dan panas

Jauh dari bahan korosif yang merusak kran dan katup

Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis

bahan kimia berbahaya, dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat

interaksi dari bahan-bahan yang disimpan. Interaksi dapat berupa tiga hal

yaitu :

1) Interaksi antara bahan dan lingkungannya

2) Interaksi antara bahan dan wadah

3) Interaksi antar bahan

Salah satu sumber kecelakaan dalam menangani bahan kimia

berbahaya adalah faktor penyimpanan. Banyak sekali kebakaran dan

ledakan berasal dari tempat penyimpanan. Untuk dapat memahami cara

penyimpanan yang aman, maka selain harus mengetahui sifat-sifat

berbagai jenis bahan kimia berbahaya, juga perlu memahami reaksi kimia

akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan. Faktor lain yang perlu

diperhatikan adalah batas waktu penyimpanan

c. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan setiap kegiatan mulai dari pengelolaan (penyimpanan),

pemakaian dan pengawasan harus sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan. Prosedur harus digunakan untuk setiap kegiatan yang

berkaitan dengan penggunaan B3 oleh semua personil, baik sebagai

pengelola, pemakai maupun pengawas. Prosedur yang telah ditetapkan

harus telah teruji dan mengacu pada informasi yang telah ada pada setiap

bahan kimia.

d. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian (controlling) bahan kimia khusunya yang berbahaya

dan beracun (B3) merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan

pada setiap unsur-unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

24

pengorganisasian (organizing), dan pelaksanaan (actuating). Controlling

dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan audit terhadap dokumen dan

rekaman yang ada.

4. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya

Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan

yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat

penggunaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja,

alat-alat kerja dan lingkungan (Kepmenaker No. 187 Tahun 1999).

Setiap industri yang menggunakan, menyimpan, memakai,

memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib

mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Kepmenaker No. 187 Tahun

1999).

Pengendalian bahan kimia berbahaya dan beracun meliputi :

a. Penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.

1) Pengertian LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) atau MSDS

(material safety data sheet)

LDKB merupakan kumpulan data-data atau dokumen tentang sifat-

sifat suatu zat atau bahan baik sifat fisika maupun sifat kimia, cara

penanganan, penyimpanan, pemindahan dan pengelolaan limbah

buangan bahan kimia tersebut.

2) LDKB meliputi keterangan tentang :

a) Identitas bahan dan perusahaan.

b) Komposisi bahan.

c) Identifikasi bahaya.

d) Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

e) Tindakan penanggulangan kebakaran.

f) Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.

g) Penyimpanan dan penanganan bahan.

h) Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

25

i) Sifat fisika dan kimia.

j) Stabilitas dan reaktifitas bahan.

k) Informasi toksikologi.

l) Informasi ekologi.

m) Pembuangan limbah.

n) Pengangkutan bahan.

o) Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Informsi lain yang diperlukan pada MSDS berisikan :

a) Informasi umum

(1) Tanggal pembuatan

(2) Alamat produsen atau suplier

(3) Nomor seri CAS (Chemical Abstract Serial Number)

(4) Nama kimia

(5) Nama perdagangan dan sinonim

(6) Nama kimia lainnya

(7) Rumus struktur dan rumus kimia

(8) Tanda bahaya bahan kimia

b) Informasi komponen berbahaya

(1) Batas paparan tiap komponen

(2) Komposisi

(3) Persen berat

c) Informasi data sifat fisika

(1) Titik didih

(2) Tekanan uap

(3) Kerapatan uap

(4) Titik beku atau titik lelah

(5) Kerapatan cairan

(6) Persen penguapan

(7) Kelarutan

(8) Penampakan fisik dan bau

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

26

d) Informasi tentang data kemudahan terbakar dan ledakan

(1) Titik nyala

(2) Kemampuan terbakar

(3) Batas temperatur terendah yang menimbulkan ledakan

(4) Batas temperatur tertinggi yang menimbulkan ledakan

(5) Media atau bahan kimia yang digunakan untuk pemadaman

(6) Prosedur khusus untuk pemadaman

e) Informasi dan rektifitas

(1) Stabilitas bahan

(2) Pengaturan lokasi penempatan bahan

(3) Produk dekomposisi yang berbahaya

(4) Produk polimerisasi yang berbahaya

f) Informasi tentang bahaya kesehatan

(1) Efek terkena paparan yang berlebihan

(2) Prosedur pertolongan darurat dan pertolongan akibat

kecelakaan

(3) Kontak pada mata

(4) Kontak pada kulit

(5) Terhirup pada pernafasan

g) Informasi pengumpulan, pengelolaan, dan pengolahan limbah

(1) Langkah-langkah yang harus diambil untuk pengumpulan

limbah

(2) Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di lapangan

(3) Prosedur pengolahan dan pengolahan limbah di industri

(4) Metode pemusnahan limbah bahan kimia

h) Informasi perlindungan bahan kimia

(1) Perlindungan respiratory

(2) Ventilasi

(3) Sarung tangan pelindung lainnya

(4) Pelindung mata

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

27

(5) Peralatan pelindung lainnya

(6) Pengawasan perlindungan

i) Informasi penaganan awal khusus

(1) Penganan khusus dalam penggunaan dan penyimpanan

(2) Penanganan awal lainnya

j) Informasi dan transportasi

(1) Nama dan jenis transportasi

(2) Tanda kelas bahaya bahan

(3) Tanda label

(4) Tanda merk

(5) Prosedur darurat akibat kecelakaan

(6) Prosedur penganan awal yang harus dilakukan selama

transportasi

Untuk MSDS yang dibuat dari beberapa penyusun sering berbeda dalam

hal urutan penyajian, penonjolan dan prioritas materi, tidak memuat

beberapa prosedur pendukung, atau detail proses yang berlaku standar

tidak dituliskan secara lengkap. Meskipun demikian pengguna dapat

merujuk MSDS dari beberapa sumber untuk dikomparasikan sehingga

saling melengkapi.

1) Pelabelan dan Simbol Pada MSDS dan Bahan Berbahaya dan Beracun

a) Pelabelan dan Simbol Pada MSDS

Salah satu hal penting yang harus diketahui pada MSDS yakni

simbol tanda bahaya yang digunakan di MSDS. Pada MSDS tanda

bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal yakni bahaya dari segi

kesehatan, kemudahan terbakar, reaktivitas bahan dan bahaya

khusus, dan digunakan simbol belah ketupat yang terdiri dari 4

bagian (lihat gambar). Arti simbol tersebut adalah :

(1) Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala bahaya

kesehatan.

(2) Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala

bahaya kemudahan terbakar.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

28

(3) Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala

bahaya reaktivitas.

(4) Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala

bahaya khusus lainnya.

Simbol 2.1 Pada MSDS

Masing-masing bagian akan terisi dengan angka skore tertentu dengan

nilai 0, 1, 2, 3 atau 4 tergantung dari tingkat bahaya bahan kimia.

Skore 0 mengindikasikan bahan kimia tidak berbahaya, sedangkan

skore 1 menunjukkan bahaya pada level rendah dan skore 4

menunjukkan bahan tersebut termasuk sangat berbahaya. Detail arti

tingkat bahaya tersebut diuraikan pada tabel berikut. Untuk MSDS

yang dibuat dalam file teks, maka tanda bahaya di atas dituliskan

dalam bentuk 4 atau 3 angka berturutan. Penulisan pada jenis MSDS

ini adalah sebagai berikut : [4,1,1,0] atau [4,1,1] Kode angka tersebut

secara berturut-turut mengartikan tingkat bahaya dari segi kesehatan,

kemudahan terbakar, reaktivitas dan bahaya khusus lainnya.

Tabel II.3. Arti tingkat bahaya pada dokumen MSDS

Skor Arti

Bahaya Terhadap Kesehatan

4 Bahan kimia yang dengan sangat sedikit paparan (exposure)

dapat menyebabkan kematian atau sakit parah.

3 Bahan kimia yang dengan sangat sedikit paparan dapat

menyebabkan kematian atau sakit parah.

2 Bahan kimia yang dengan paparan cukup intens atau

berkelanjutan dapat menyebabkan kemungkinan sakit parah

atau penyakit menahun.

1 Bahan kimia yang dengan terjadinya paparan dapat

menyebabkan iritasi atau sakit.

0 Bahan kimia yang akibat paparan termasuk dalam kondisi

terbakar tidak mengakibatkan sakit atau bahaya kesehatan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

29

Skor Arti

Bahaya kemudahan Terbakar

4 Bahan kimia yang akan teruapkan dengan cepat atau sempurna

pada tekanan atmosfer dan temperatur kamar atau bahan kimia

yang segera terdispersi di udara dan bahan kimia tersebut akan

terbakar dengan cepat.

3 Bahan kimia berupa cairan atau padatan yang dapat menyala

pada semua temperatur kamar.

2 Bahan kimia yang harus dipanaskan atau dikondisikan pada

temperatur tinggi tertentu sehingga dapat menyala.

1 Bahan kimia yang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum

nyala dapat terjadi.

0 Bahan kimia yang tidak dapat terbakar.

Bahaya Reaktivitas

4 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan

meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau

bereaksi pada tekanan dan temperatur normal.

3 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan

meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau

bereaksi tetapi membutuhkan bahan inisiator atau harus

dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum inisiasi atau bahan

yang bereaksi dengan air dan menimbulkan ledakan.

2 Bahan kimia yang segera menunjukkan perubahan kimia

drastis akibat kenaikan temperatur atau tekanan atau reaksi

secara cepat dengan air dan mungkin membentuk campuran

bahan peledak dengan air.

1 Bahan kimia yang secara sendirian stabil tetapi dapat menjadi

tidak stabil akibat kenaikan temperatur atau tekanan.

0 Bahan kimia yang secara sendirian stabil kecuali pada kondisi

nyala api dan bahan tidak reaktif dengan air.

b) Pelabelan dan Simbol Bahan Kimia

Label adalah setiap keterangan mengenai bahan kimia yang

berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain.

Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Nomor: 87/M-Ind/Per/9/2009 tentang Sistem Harmonisasi Global

Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia, pada pelabelan terdiri dari

unsur :

1) Penanda Produk

2) Piktogram Bahaya

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

30

Piktogram Bahaya adalah suatu komposisi grafis yang terdiri dari

suatu simbol bahaya dan elemen–elemen grafis lainnya seperti

bingkai, pola latar belakang atau warna yang dimaksudkan untuk

menyampaikan informasi spesifik tentang suatu bahaya.

3) Kata Sinyal

Kata Sinyal adalah suatu kata, yaitu ”Bahaya” dan ”Awas”, yang

digunakan untuk menunjukkan tingkatan relatif suatu bahaya agar

pengguna waspada terhadap potensi bahaya suatu bahan kimia.

4) Pernyataan Bahaya

Pernyataan Bahaya adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk

tiap kategori dan kelas bahaya yang menguraikan sifat dasar

bahaya suatu bahan kimia dan jika perlu termasuk tingkat

bahayanya.

5) Identifikasi Produsen.

Dalam hal ini, pelabelan bahan kimia khususya B3 harus : mudah

terbaca, jelas terlihat, tidak mudah rusak, tidak mudah lepas dari

kemasannya dan tidak mudah luntur karena pengaruh sinar, udara

atau lainnya.

Simbol bahan berbahaya dan beracun diatur oleh Peraturan

Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2008 tentang tata cara

pemberian simbol dan label bahan berbahaya dan beracun bahwa :

simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat, warna dasar putih

dan garis tepi belah ketupat tebal berwarna merah. Simbol yang

dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan.

Sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut dan tempat

penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25 cm.

Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air air, goresan

dan bahan kimia yang mengenainya. Untuk di kendaraan

pengangkut, simbol dibuat dengan cat yang dapat berpendar. Simbol

pada bahan kimia disesuaikan dengan pelabelan dari klasifikasi

berdasarkan sifat bahan kimia itu sendiri, antara lain :

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

31

(1) Mudah meledak (explosive)

Simbol 2.2 Bahan Mudah Meledak

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

berupa gambar bom meledak (explosive atau exploded bomb)

berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang pada

suhu dan tekanan standar (25 ⁰C, 760 mmHg) dapat meledak dan

menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi kimia dan atau fisika

dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang

dengan cepat dapat merusak lingkungan disekitarnya..

(2) Pengoksidasi (oxsidizing)

Simbol 2.3 Bahan Pengoksidasi

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar

simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini

menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau

menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya,

terutama bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun

dalam keadaan hampa udara.

(3) Mudah menyala (flammable)

Simbol 2.4 Bahan Mudah Menyala

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar

simbol berupa gambar nyala api berwarna putih dan hitam.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

32

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik

sebagai berikut :

(a) Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar

karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;

(b) Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber

nyala api;

(c) Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;

(d) Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah

yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau

udara lembab;

(e) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0oC dan

titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC;

(f) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC -21oC;

(g) Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan

atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60oC (140oF)

akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api

atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode ”Closed-

UpTest”.

(h) Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25oC dan

760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran

melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia

secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan

kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang

hasil pengujiannya ”Set a Closed Cup Flash Point Test”-nya

menununjukkan titik nyala kurang dari 40oC;

(i) Aerosol yang mudah menyala;

(j) Padatan atau cairan piroforik;

(k) Peroksida organik.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

33

(4) Beracun (toxic)

Simbol 2.5 Bahan Beracun

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

berupa gambar tengkorak dan tulang bersilang.

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik

sebagai berikut :

(a) Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan

atau sakit yang cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh

melalui pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan tingkat sifat

racun ini didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun, sangat

beracun dan beracun);

(b) Sifat bahaya toksisitas akut.

(5) Berbahaya ( harmful )

Simbol 2.6 Bahan Berbahaya

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

berupa gambar silang berwarna hitam. Simbol ini untuk

menunjukkan suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas

yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat

menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

34

(6) Bersifat iritasi ( irritant)

Simbol 2.7 Bahan Bersifat Iritasi

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

berupa gambar tanda seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan

suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

(a) Padatan maupun cairan yang terjadi kontak secara langsung dan

atau terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat

menyebabkan iritasi atau peradangan;

(b) Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan

tunggal dapat menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau

pusing;

(c) Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada

kulit;

(d) Iritasi atau kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan

iritasi serius pada mata.

(7) Korosif (corrosive)

Simbol 2.8 Bahan Bersifat Korosif

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif.

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik

sebagai berikut :

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

35

(a) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;

(b) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020

dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur

pengujian 55oC;

(c) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam

dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.

(8) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment)

Simbol 2.9 Bahan Bersifat Berbahaya Bagi Lingkungan

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta

ikan berwarna putih. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan

yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan kimia

ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau

organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan,

seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon),

persistent di lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated

Biphenyls).

(9) Karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic, tetragenic,

mutagenic)

Simbol 2.10 Bahan Bersifat Karsinogenik, Teratogenik, dan

Mutagenik

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan

gambar menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada dada.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

36

Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang

atau berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan

sebagai berikut :

(a) Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;

(b) Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi

pembentukan dan pertumbuhan embrio;

(c) Mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan

kromosom yang berarti dapat merubah genetika;

(d) Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;

(e) Toksisitas terhadap sistem reproduksi dan/atau gangguan

saluran pernafasan.

(10) Bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)

Simbol 2.11 Bahan Dengan Bahaya Lain Berupa Gas

Bertekanan

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol

berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk

menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan

tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan atau terkena panas

atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.

b. Penunjukan Petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia Pada Industri atau

Perusahaan

1) Petugas K3 Kimia mempunyai kewajiban yaitu :

a) Melakukan identifikasi bahaya.

b) Melaksanakan prosedur kerja aman.

c) Melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat.

d) Mengembangkan pengetahuan K3 bidang kimia.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

37

2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan :

a) Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan.

b) Tidak dalam masa percobaan.

c) Hubungan kerja tidak didasarkan perjanjian kerja waktu tertentu

(PKWT).

d) Telah mengikuti kursus teknis K3 Kimia.

3) Ahli K3 Kimia mempunyai kewajiban :

a) Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-

undangan K3 bahan kimia berbahaya.

b) Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk

mengenai hasil pelaksanaan tugasnya.

c) Merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia

perusahaan atau instansi yang didapat karena jabatannya.

d) Menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya

di tempat kerja.

e) Melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian

resiko.

f) Mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan

penanggulangan keadaan darurat kepada pengusaha atau

pengurus.

4) Penunjukan Ahli K3 Kimia dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

5. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu alat atau pengaman yang

berguna untuk melindungi atau meminimalisir kecelakaan yang terjadi.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk melindungi rambut yang

terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari

bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan, benda atau

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

38

terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar

matahari, dan lain-lain. Jenis alat pelindung kepala antara lain:

1) Topi pelindung (Safety Helmets)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras

yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi

pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan

terhadap perubaha iklim, dan tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Topi pelidung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat gelas

(fiberglass) maupun metal. Topi pelindung dari bahan bakelite enak

dipakai karena ringan, tahan terhadap benturan, dan benda keras serta

tidak menyalurkan arus listrik. Sedangkan topi pelindung dari bahan

fiberglass tahan terhadap asam dan basa kuat. Bagian dalam dari topi

pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang

berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur pertukaran udara.

2) Tutup Kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi,

suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari

asbestos, kain tahan api atau korosi, kulit dan kain tahan air.

3) Topi (Hats/Cap)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran

atau debu atau mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dai kain

katun.

b. Alat Pelindung Mata (Eye Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan

bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di

udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi

gelombang elektromagnetik, panas radiasi matahari, pukulan atau

benturan, benda keras, dan lain-lain.

1) Kacamata (Spectacles)

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil,

debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

39

2) Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi dari mata gas, debu, uap dan

percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik

transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya

radiasi gelombang eletromagnetik mangion.

c. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas suara

yang masuk ke dalam telinga.

1) Sumbat telinga (Ear plug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu bahkan untuk

kedua telinga dari orang yang sama adalah berbeda. Untuk itu ear

plug harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan

bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter saluran

telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umunya berbentuk

lonjong dan tidak lurus. Ear plug dapat terbuat dari kapas, spon dan

malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (Disposable).

Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak

(Molded rubber atau plastic) dapat digunakan berulang kali (Non

Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB(A).

2) Tutup telinga (Ear muff)

Alat pelindung jenis ini terdiri dari 2 (dua) buat tutup telinga dan

sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa

yang berfungsi untuk menyerap suara frekuesi tinggi. Pada pemakaian

untuk waktu lama yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat

menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai

akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada

permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30

dB(A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan

benda keras atau percikan bahan kimia.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

40

d. Alat Pelindung Pernapasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari

resiko, paparan gas, uap, debu, atau udara yang terkontiminasi atau

beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan

pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka

perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar

kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui

antara lain :

a) Bentuk kontaminan di udara (gas, uap, kabut, fume, debu atau

kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut).

b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing

kontaminan.

d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi

mata dan kulit.

e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dan lain-lain.

Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak digunakan

perusahaan-perusahaan Antara lain:

1) Masker : alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau

partikel-partikel yang lebih besar masuk kedalam saluran perfasan.

2) Respirator : alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari

paparan debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Jenis-

jenis respirator ini Antara lain :

a) Chemical Respirator : merupakan catridge respirator

terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah. Catridge ini

berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel. Sedangkan

canister digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat

organik.

b) Mechanical Filter Respirator : alat pelindung ini berguna untuk

menangkap partikel-partikel zat padat, kabut, uap logam dan asap.

Resiptor ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

41

menangkap debu dan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi

atau pertikelo yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini

terbuat dari fiberglass atau wol dan serat sintetis yang dilapisi

dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.

e. Alat Pelindung Tangan (Hand’ Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi tangan dan bagian

lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, beda panas dan

dingin, kontak arus dengan listrik. Sarung tangan terbuat dari karet untuk

melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus listrik; sarung

tangan dari kulit untuk melindungi terhadap benda tajam, gorean; sarung

tangan dari kain atau katun untuk melindungi kontak dengan panas dan

dingin; dll. Dalam pemilihan sarung tangan yang tepat, sebelumnya perlu

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1) Potensi bahaya yang ada ditempat kerja, apakah berupa bahan kimia

korosif, benda panas, dingin, tajam atau benda keras.

2) Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet

alami tidak tepat pada pemaparan pelarut organik, karena karet alami

larut dalam pelarut organik.

3) Kepekaan objek yang dikerjakan, seperti pekerjaan yang halus dengan

membedakan benda-benda halus lebih tepat menggunakan sarung

tangan yang tipis.

4) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan

atau sampai bagian lengan dii.

f. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi kaki dan bagian

lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam atau kaca, lautan

kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Menurut jenis pekerjaan

yang dilakukan, sepatu keselamatan dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Sepatu pengaman pada pengecoran (Foundry Leggings). Sepatu ini

harus terbuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan

tingginya sekitar 35 cm, pada pemakaian sepatu ini, celana

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

42

dimasukkan ke dalam sepatu lalu dikencangkangkan dengan tali

pengikat sepatu.

2) Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung bahaya

peledakan. Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat

menimbulkan percikan bunga api.

3) Sepatu pengaman untuk pekerjaan yang berhubungan dengan listrik.

Sepatu ini terbuat dari karet anti elektrostatik, tahan terhadaptegangan

listrik sebesar 10.000 volt selama 3 menit.

4) Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan kontruksi. Sepatu ini

terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung

depannya (Steel box toe) .

g. Pakaian Pelindung (Body Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi seluruh atau

sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan

kimia, dll. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi

sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai dari daerah dada sampai lutut,

atau overallyaitu menutupi bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari kain

dril, kulit, plastik PVC atau Polythyline, karet, asbes atau kain yang

dilapisi aluminium. Apron tidak boleh digunakan di tempat–tempat kerja

dimana terdapat mesin–mesin yang berputar.

h. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki,

memanjat dan pada pekerjaan konstruksi bangunan.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

43

Table II.4 Inventarisasi Alat Pelindung Diri Menurut Faktor Bahaya

dan Bagian Tubuh yang Dilindungi

No. Faktor/Resiko

Bahaya

Bagian Tubuh Yang

Dilindungi

Jenis Alat Pelindung Diri

1. Benda berat / karet a. Kepala

b. Pergelangan kaki,

kaki dan jari kaki

a. Topi logam

b. Sepatu stellbox toe

2. Benda sedang tidak

terlalu berat

a. Kepala a. Topi alumunium / plastik

3. Benda berterbangan a. Kepala

b. Mata

c. Muka

d. Lengan, tangan dan

jari

e. Tubuh

a. Topi plastik / logam

b. Goggles

c. Tameng plastik

d. Sarung tangan kulit lengan

panjang

e. Jaket / jas kulit

4. Debu a. Mata

b. Muka

c. Pernapasan

a. Goggles

b. Penutup muka dari plastik

c. Respirator / masker

5. Percikan api dan

logam

a. Kepala

b. Mata

c. Muka

d. Bagian tubuh

e. Lengan, tangan dan

jari

f. Jari, kaki dan

tungkai

a. Topi plastik berlapis asbes

b. Goggles, kaca mata

keselamatan

c. Penutup muka dari plastik

d. Jaket dari asbes atau kulit

e. Sarung tangan asbes lengan

panjang

f. Sepatu kulit

6. Gas, asap, fume a. Mata

b. Muka

c. Pernafasan

d. Lengan, tangan dan

jari

e. Daerah kaki dan

tukai

a. Goggles

b. Penutup muka khusus

c. Gas masker yang

dilengkapi filter

d. Sarung tangan plastik /

karet lengan panajng

e. Sepatu yang konduktif

7. Cairan bahan kimia a. Kepala

b. Mata

c. Muka

d. Pernafasan

e. Lengan dan jari

tangan

f. Bagian tubuh

g. Daerah kaki dan

tungkai

a. Topi plastik/ karet

b. Goggles

c. Penutup dari plastik

d. Respirator tahan kimiawi

e. Sarung tangan plastik/ karet

f. Pakaian dari plastik / karet

g. Sepatu karet / plastik

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

44

No. Faktor/Resiko

Bahaya

Bagian Tubuh Yang

Dilindungi

Jenis Alat Pelindung Diri

8. Lingkungan panas a. Kepala

b. Mata

c. Bagian kaki dan

tungkai

d. Bagian tubuh

lainnya

a. Topi bahan asbes

b. Goggles dengan lensatahan

sinar infra

c. Sepatu tahan panas

d. Pakaian pelindung dari

asbes / bahan lain tanas

panas

9. Lingkungan basah /

berair

a. Kepala

b. Lengan, tangan dan

jari

c. Bagian tubuh

d. Daerah kaki dan

tungkai

a. Topi bahan asbes

b. Sarung tangan plastik

c. Pakaian khusus tahan air

d. Sepatu bot dari karet

10. Arus Listrik a. Kepala

b. Lengan, tangan dan

jari

c. Bagian Tubuh

a. Topi plastik / karet

b. Sarng tangan karet tahan

sampai 10.000 volt selama

3 menit

c. Pakaian dari bahan karet

11. Sinar yang

menyilaukan

a. Mata a. Goggles degan lensa

polaroid

12. Percikan api dan sinar

pada pengelasan

a. Mata

b. Muka

c. Bagian tubuh

d. Bagian kaki dan

tungkai

a. Googles dengan lensa

polaroid

b. Penutup muka dengan kaca

mata filter khusus

c. Jaket dari asbes / kulit

d. Sepatu lapis baja

13. Penyinaran radio aktif a. Bagian tubuh

b. Lengan, tangan dan

jari

a. Jaket karet / kulit dilapisi

timah hitam

b. Sarung tangan karet lapis

timah hitam

14. Kebisingan intensitas

tinggi

a. Telinga a. Ear muff atau ear plug

15. Lingkungan

menyebabkan

terpeleset

a. Kaki

b. Kepala

c. Bagian tubuh

a. Sepatu anti slip

b. Topi plastik / ogam

c. Jaket kulit

16. Dermatitis atau radang

pada kulit

a. Kepala

b. Bgian tubuh

c. Lengan, tangan dan

jari

d. Bagian kaik dan

tungkai

a. Topi plastik / karet, peci

b. Pakaian dari karet / palstik

c. Sarungan tangan karet/

plastik

d. Sepatu karet, zool bahan

kayu

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

45

6. Potensi Bahaya Bahan Kimia

Potensi bahaya bahan kimia yaitu potensi bahaya yang berasal dari

bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya

ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh pekerja melalui : inhalation

(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut kesaluran pencernaan), skin

contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh

pekerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk

potensi bahaya dapat berupa debu, gas, uap, asap, daya racun bahan

(toksisitas) dan cara masuk kedalam tubuh.

Potensi bahaya bahan kimia terdiri dari :

a. Potensi bahaya besar

Apabila : kuantitas bahan kimia berbahaya yang digunakan melebihi

atau lebih besar dari nilai ambang kuantitas (NAK)

b. Potensi bahaya menengah

Apabila : kuantitas bahan kimia berbahaya yang digunakan sama atau

lebih kecil dari nilai ambang kuantitas (NAK).

7. Penanggulangan Kecelakaan dan Keadaan Darurat

Bila terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan Bahan

Berbahaya dan beracun, maka setipa orang yang melakukan kegiatan

pengolahan B3 wajib :

a. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.

b. Menginformasikan tentang adanya kecelakaan Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3) kepada petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan

sistim tanggap darurat.

c. Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap

penanggulangan kecelakaan dan melakukan evakuasi bila diperlukan.

d. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat

Pemerintah kota setempat.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ...digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3347-BABII.pdf7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

46

C. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

e.

f.

g.

Manajemen

Pengelolaan

B3

Pengadaan

Pengangkutan

Penyimpanan

Penggunaan

Penmbuangan

Limbah

Bahan Kimia

B3 Non B3

Landasan atau Dasar

Peraturan

PT INDOPHERIN JAYA PROBOLINGGO

(Industri Kimia)

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti