bab ii teori dan perumusan hipotesis a. tinjauan...

19
6 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya ialah penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012) yang meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap tax avoidence, menggunakan alat analisis berupa analisis regresi berganda. Penelitiannya menunjukkan hasil bahwa komite kualitas audit dan audit yang signifikan mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak. Aktivitas penghindaran pajak tidak terpengaruh secara signifikan oleh kepemilikan institusional dan dewan komisaris. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) yang meneliti tentang pengaruh return on assets, leverage, corporate governance, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal pada tax avoidance, menggunakan alat analisis berupa analisis regresi linier berganda. penelitiannya memperoleh hasil bahwa return on assets (ROA), leverage, corporate governance, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance. return on assets (ROA), ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance sedangkan leverage dan corporate governance tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sari (2014) yang meneliti tentang pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan struktur kepemilikan terhadap tax avoidance, menggunakan alat analisis berupa

Upload: vudat

Post on 07-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

6

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya ialah

penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012) yang meneliti

tentang pengaruh corporate governance terhadap tax avoidence, menggunakan

alat analisis berupa analisis regresi berganda. Penelitiannya menunjukkan hasil

bahwa komite kualitas audit dan audit yang signifikan mempengaruhi aktivitas

penghindaran pajak. Aktivitas penghindaran pajak tidak terpengaruh secara

signifikan oleh kepemilikan institusional dan dewan komisaris.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) yang

meneliti tentang pengaruh return on assets, leverage, corporate governance,

ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal pada tax avoidance, menggunakan

alat analisis berupa analisis regresi linier berganda. penelitiannya memperoleh

hasil bahwa return on assets (ROA), leverage, corporate governance, ukuran

perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap tax avoidance. return on assets (ROA), ukuran perusahaan dan

kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax

avoidance sedangkan leverage dan corporate governance tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap tax avoidance.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sari (2014) yang meneliti tentang

pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan

struktur kepemilikan terhadap tax avoidance, menggunakan alat analisis berupa

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

7

analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris independen

memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance, komite audit tidak

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, dan ukuran perusahaan memiliki

pengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance, kompensasi rugi fiskal tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap tax avoidance, struktur kepemilikan tidak

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Darmawan dan

Sukartha (2014) yang meneliti tentang pengaruh penerapan corporate

governance, leverage, return on assets, dan ukuran perusahaan pada penghindaran

pajak, menggunakan alat analisis berupa analisis regresi linier berganda.

Penelitiannya menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh antara corporate

governance, ROA, dan ukuran perusahaan dengan penghindaran pajak. Variabel

leverage dalam penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh pada penghindaran

pajak.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Rinaldi dan Cheisviyanny (2015) yang

meneliti tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi

fiskal terhadap tax avoidance, menggunakan alat analisis berupa analisis regresi

berganda. Penelitiannya menunjukkan hasil bahwa profitabilitas memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap penghindaran pajak, sedangkan ukuran

perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan pada penghindaran pajak,

dan kompensasi fiskal hilang tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran

pajak.

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

8

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode

penelitian, penelitain ini menggunakan periode 2013 sampai 2015. Selain itu

objek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda karena dalam melakukan

sampling disyaratkan bahwa hanya perusahaan yang terdaftar di CGPI yang

menjadi objek penelitian ini. Kemudian variabel independen yang digunakan

dalam penelitian ini lebih lengkap karena mengombinasikan variabel-variabel

pada penelitian terdahulu.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Agency Theory

Menurut Ulum (2008:86-87) setiap masyarakat ekonomi dan juga

masyarakat politik dapat dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang

memiliki sumber daya (disebut principal) dan kelompok yang bertugas mengelola

sumber daya bagi kepentingan pihak principal (disebut agent). Teori ini

memandang bahwa terdapat potensi konflik diantara kedua kelompok tersebut,

pihak principal berkepentingan agar agent betul-betul mengelola sumberdaya

dengan baik sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan pihak principal. Akan tetapi

principal tidak selalu mudah mengakses dan mengetahui apa yang dilakukan oleh

pihak agent. Sebagai akibatnya dapat terjadi pengambilan keputusan yang tidak

optimal.

Agency theory timbul karena adanya pihak principal yang memercayakan

sumber daya yang dimilikinya untuk dikelola oleh pihak agent dimana akan

terdapat perbedaan kepentingan antara keduanya, pihak principal menginginkan

agar agent dapat mengambil keputusan terbaik untuk perusahaannya, tetapi pihak

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

9

agent yang merupakan pihak yang sangat mengetahui keadaan internal suatu

perusahaan cenderung memilih keputusan yang tidak berisiko agar kinerjanya

tetap dinilai baik oleh pricipal dan tidak menyebabkan pengalihan wewenang. Hal

tersebut biasa kita kenal sebagai asimetris informasi dimana hal tersebut bisa

diminimalisir dengan menyampaikan laporan keuangan kepada stakeholder,

karena laporan keuangan merupakan sarana komunikasi informasi keuangan

kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

2. Tax Avoidance

Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan salah satu upaya yang

dilakukan untuk meminimumkan atau bahkan menghilangkan beban pajak yang

masih berada dalam bingkai undang-undang atau peraturan perpajakan. Menurut

Suandy (2008:7) meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai

cara, mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai

dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan sering

disebut dengan perencanaan pajak (tax planning). Umumnya perencanaan pajak

merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak (WP) supaya

utang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan

perpajakan.

Penghematan pajak secara legal dapat dilakukan dengan strategi manajemen

pajak, dalam manajemen pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang

masih dalam bingkai peraturan perpajakan, maupun yang melanggar peraturan

perpajakan, kedua cara tersebut biasa kita kenal sebagai tax avoidance dan tax

evasion. Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

10

usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk memilimalkan beban pajaknya

dilakukan dengan tidak melanggar undang-undang perpajakan, Adapun cara

tersebut menurut Merks (2007:66-69) adalah: a) memindahkan subjek pajak

dan/atau objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus

atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan

(substantive tax planning), b) usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan

substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan

beban pajak yang paling rendah (formal tax planning), c) ketentuan anti

avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan

controlled foreign corporation (specific anti avoidance rule); serta transaksi yang

tidak mempunyai substansi bisnis (general anti avoidance rule).

Suandy (2008:7-8) menjelaskan bahwa penghindaran pajak dapat terjadi di

dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-undang dan berada dalam jiwa dari

undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang

tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang. Komite urusan fiskal

menyebutkan ada tiga karakter penghindaran pajak sebagai berikut: a) adanya

unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya

padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak, b) skema semacam

ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang atau menerapkan

ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang

sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang, c) kerahasiaan juga

sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para konsultan menunjukkan alat

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

11

atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat wajib pajak

menjaga serahasia mungkin.

3. Leverage

Menurut Adelina (2012) leverage (struktur utang) merupakan rasio yang

menunjukkan besarnya utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai

aktivitas operasinya. Leverage menggambarkan besarnya proporsi total utang

perusahaan terhadap total aset perusahaan yang memiliki tujuan untuk mengetahui

keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan tersebut.

Menurut Brigham dan Houston (2010:140) leverage akan memberikan tiga

dampak penting yaitu: a) menghimpun dana melalui utang, pemegang saham

dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas,

b) kreditor melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas

pengaman. Jadi, makin tinggi proporsi total modal yang diberikan oleh pemegang

saham, makin kecil risiko yang dihadapi oleh kreditor, c) jika hasil yang diperoleh

dari aset perusahaan lebih tinggi dari tingkat bunga yang dibayarkan, maka

penggunaan utang akan “mengungkit” (leverage) atau memperbesar

pengembalian atas ekuitas atau ROE.

Menurut Brigham dan Houston (2010:141) terdapat dua alasan di balik

dampak leverage yaitu: a) karena bunga dapat menjadi pengurang pajak,

penggunaan utang akan mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi

yang lebih besar bagi investor perusahaan, b) jika laba operasi sebagai presentase

terhadap aset melebihi tingkat bunga atas utang seperti yang umumnya

diharapkan, maka perusahaan dapat menggunakan utang untuk membeli aset,

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

12

membayar bunga atas utang, dan masih mendapat sisanya sebagai “bonus” bagi

pemegang saham.

Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga

yang harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan mengurangi

laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar

perusahaan akan menjadi berkurang.

4. Ukuran Perusahaan

Secara umum ukuran perusahaan (organization size) dapat diartikan sebagai

suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Kurniasih dan Sari (2013)

menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan suatu pengklasifikasian sebuah

perusahaan berdasarkan jumlah aset yang dimilikinya. Aset dinilai memiliki

tingkat kestabilan yang cukup berkesinambungan. Ukuran perusahan merupakan

skala besar kecilnya suatu perusahaan yang bisa diukur dengan berbagai cara

seperti total pendapatan, total aset, dan total ekuitas.

Menurut Sari (2014) ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori,

yaitu large firm, medium firm, dan small firm. Tahap kedewasaan perusahaan

ditentukan berdasarkan total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukkan

bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif

panjang.

Peraturan menteri perdagangan republik indonesia No. 46/M-DAG/PER/

9/2009 tentang penerbitan surat izin usaha perdagangan pasal 3, mengelompokkan

ukuran perusahaan atas: a) perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki aset

lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

13

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; b) perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih

dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; c) perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari

Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

Menurut Kurniasih dan Sari (2013) pada umumnya, perusahan dengan skala

besar lebih cenderung memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya daripada

menggunakan sumberdaya dari utang. Perusahaan besar secara logika akan

menjadi sorotan pemerintah karena merupakan perusahan yang dikenal publik,

sehingga perusahaan besar cenderung bersifat patuh dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya, sebaliknya bagi perusahaan kecil yang jarang menjadi

perhatian pemerintah cenderung bersifat tidak patuh dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya, oleh karena itu semakin besar ukuran perusahaan maka

ia akan mempertimbangkan risiko yang timbul apabila ia melakukan tax

avoidance, dan sebaliknya perusahaan kecil.

5. Return On Asstes

Penelitian yang dilakukan oleh Darmawan dan Sukartha (2014)

memaparkan bahwa return on assets (ROA) merupakan salah satu pendekatan

yang dapat mencerminkan profitabilitas suatu perusahaan. Pendekatan ROA

menunjukkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

14

total aset yang dimilikinya. ROA juga memperhitungkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan.

Menurut Rinaldi dan Cheisviyanny (2015) ROA menunjukkan efektifitas

perusahaan dalam mengelola aktiva baik modal sendiri maupun dari modal

pinjaman, investor akan melihat seberapa efektif perusahaan dalam mengelola

aset. ROA juga mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan

keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan

datang. Semakin tinggi ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga

semakin baik pengelolaan aset perusahaan.

Semakin tinggi rasio ROA maka semakin baik kinerja suatu perusahaan

dalam memperoleh laba bersih dengan menggunakan aset yang dimilikinya.

Menurut Derazhid dan Zhang (2003) tingkat profitabilitas perusahaan pada

umumnya berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif, hal tersebut terjadi

karena semakin efisien sebuah perusahaan maka perusahaan tersebut akan

membayar pajak yang lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif perusahan tersebut

menjadi rendah.

6. Kompensasi Rugi Fiskal

Kompensasi kerugian merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh

perusahaan untuk membawa kerugian yang dialami dalam suatu tahun pajak ke

tahun pajak berikutnya (mengkompensasi). Kompensasi kerugian dalam pajak

penghasilan diatur pada pasal 6 ayat (2) undang-undang No.36 tahun 2008 tentang

pajak penghasilan, diatur sebagai berikut : a) Kompensasi kerugian fiskal timbul

apabila untuk tahun pajak sebelumnya terdapat kerugian fiskal (SPT tahunan

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

15

dilaporkan nihil/lebih bayar tetapi ada kerugian), b) Kerugian fiskal timbul

apabila penghasilan bruto yang dikurangi oleh pengurangan yang diperbolehkan

mengalami kerugian, c) Kerugian fiskal tersebut dikompensasikan dengan

penghasilan neto fiskal atau laba neto fiskal dimulai tahun pajak berikutnya

sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut berturut-turut sampai dengan 5 (lima)

tahun, d) Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal berlaku

untuk tahun pajak mulai tahun 2009, untuk tahun pajak sebelumnya berlaku

ketentuan undang-undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan.

Menurut Kurniasih dan Sari (2013) terdapat beberapa poin penting yang

perlu diperhatikan dalam hal kompensasi kerugian ini adalah sebagai berikut : a)

Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian komersial.

Kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan biaya-biaya

yang telah memperhitungkan ketentuan pajak penghasilan, b) Kompensasi

kerugian hanya diperkenankan selama lima tahun ke depan secara berturut-turut.

Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada kerugian yang tersisa maka

sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan, c) Kompensasi kerugian

hanya diperuntukan bagi wajib pajak badan dan orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha yang penghasilannya tidak dikenakan PPh final dan perhitungan

pajak penghasilannya tidak menggunakan norma penghitungan, d) Kerugian

usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan penghasilan dari dalam

negeri.

7. Good Corporate Governance

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

16

Menurut forum for corporate governance in Indonesia

(http://www.fcgi.or.id/) pengertian good corporate governance adalah

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan. Annisa dan Kurniasih (2012) memaparkan bahwa

corporate governance adalah tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan

antara pemilik dan manajer perusahaan dalam menentukan arah kinerja

perusahaan.

Menurut Darmawan dan Sukartha (2014) penerapan corporate governance

bertujuan untuk meminimumkan konflik keagenan. Konflik keagenan muncul

apabila tujuan yang ingin dicapai oleh manajer perusahaan tidak sejalan dengan

kepentingan pemegang saham. Pemegang saham mengharapkan pendapatan

(dividen) yang maksimal atas dana yang mereka investasikan. Pihak manajemen

lebih mementingkan aktivitas operasional perusahaan dengan tidak membagikan

dividen dan mengalokasikannya sebagai laba ditahan. Keselarasan hubungan

pemegang saham dan manajer perusahaan akan mempengaruhi kebijakan

perpajakan yang akan digunakan.

Menurut Darmawan dan Sukartha (2014) penerapan corporate governance

dalam menentukan kebijakan perpajakan yang akan digunakan oleh perusahaan

berkaitan dengan pembayaran pajak penghasilan perusahaan. Pembayaran pajak

penghasilan didasarkan pada besarnya laba yang diperoleh perusahaan.

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

17

Perusahaan tentunya selalu menginginkan laba yang besar, namun laba besar akan

dikenakan beban pajak yang besar. Beban pajak yang besar menyebabkan

perusahaan akan berusaha untuk melakukan penghindaran pajak dengan risiko

yang kecil.

Menurut KNKG (2006: 5-7) asas- asas corporate governance meliputi : a)

Transparansi dimana untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,

perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara

yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan

oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya, b) Akuntabilitas dimana perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu

perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan

perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan, c) Responsibilitas dimana

perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai

good corporate citizen, d) Independensi dimana untuk melancarkan pelaksanaan

asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

18

organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh

pihak lain.

8. Peringkat CGPI oleh IICG

Menurut Hasan (2014), corporate governance perception index (CGPI)

adalah program riset dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-

perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang mendorong perusahaan

meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance (CG) melalui

perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dengan

melaksanakan evaluasi dan benchmarking. Program CGPI merupakan program

yang bersifat sukarela (voluntary), selektif dan elektif. Keikutsertaan perusahaan

merupakan sebuah pilihan (elektif) secara sukarela (voluntary) tanpa didasari oleh

dorongan memenuhi aturan (mandatory) dan mempertimbangkan kesiapan

internal perusahaan (selektif) dalam memutuskan berpartisipasi mengikuti CGPI

berdasarkan tema penilaian.

Hasil pemeringkatan program CGPI menggunakan norma penilaian

berdasarkan rentang skor yang dicapai oleh peserta CGPI dengan kategorisasi atas

tingkat kualitas implementasi GCG yang menggunakan istilah “terpercaya”.

Perusahaan yang mendapatkan nilai antara 55,00 s/d 69,99 mendapatkan predikat

sebagai perusahaan “cukup terpercaya”. Perusahaan yang mendapatkan nilai

antara 70,00 s/d 84,99% mendapatkan predikat sebagai perusahaan “terpercaya”.

Perusahaan yang mendapatkan nilai antara 85,00 s/d 100% mendapatkan predikat

sebagai perusahaan “sangat terpercaya”.

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

19

Corporate governance perception index memiliki 4 tahapan penilaian yang

meliputi: (1) self assessment dimana self assesment adalah penilaian mandiri oleh

seluruh organ, anggota, dan pemangku kepentingan dari perusahaan mengenai

kualitas pelaksanaan GCG di perusahaan. Pada tahapan ini perusahaan mengisi

kuesioner dengan mengajak responden memberikan persepsinya secara jujur dan

objektif guna memberikan umpan balik dan evaluasi kepada perusahaan. Daftar

responden terdiri dari 2 kalangan responden yakni responden internal dan

responden eksternal. Responden internal terdiri dari jajaran manajemen (presiden

komisaris, presiden direktur/direktur utama), dewan pengawas syariah, anggota

komite dibawah dewan komisaris dan komite eksekutif, pegawai manajerial dan

pegawai non manajerial termasuk corporate secretary, audit internal dan wakil

dari serikat pekerja. Responden eksternal terdiri dari investor institusi dan investor

minoritas, lembaga pembiayaan, asuransi, asosiasi industry, regulator, mitra kerja,

lembaga pemeringkat dan berbagai instansi lainnya, (2) kelengkapan dokumen

dimana kelengkapan dokumen adalah pemenuhan persyaratan penilaian dengan

menyerahkan berbagai dokumen yang telah dimiliki perusahaan dalam

pelaksanaan GCG dan dokumen lainnya terkait dengan tema penilaian. Bagi

perusahaan yang telah menyerahkan dokumen yang dipersyaratkan pada

penyelenggaraan pada CGPI sebelumnya, maka pada CGPI yang terbaru cukup

hanya memberikan pernyataan konfirmasi bahwa dokumen sebelumnya masih

berlaku. Jika terjadi perubahan, dokumen yang direvisi hari dilampirkan.

Dokumen tersebut akan dikaji dan dianalisa untuk kemudian dikelompokkan

menjadi tujuh bagian yang mewakili governance structure, governance system,

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

20

governance process, governance mechanism, governance output, governance

outcome, dan governance impact, (3) penyusunan makalah yang merupakan salah

satu pemenuhan persyaratan penilain yang menjelaskan serangkaian proses dan

program implementasi GCG di perusahaan dan upaya manajemen terkait dengan

tema penilaian. Uraian makalah menggambarkan arah dan fokus penilaian yang

sesuai dengan pedoman sistematika penulisan yang telah ditetapkan, dan tahapan

ke (4) Observasi dimana merupakan tahapan akhir penilaian sebagai salah satu

bagian penting dari proses riset dan pemeringkatan CGPI berupa peninjauan

langsung oleh tim penilaian CGPI untuk memastikan bahwa proses pelaksanaan

serangkaian program pelaksanaan GCG dan upaya manajemen terkait dengan

tema penilaian. Pelaksanaan observasi dilaksanakan dalam bentuk presentasi dan

diskusi tanya jawab dengan dewan komisaris dan direksi serta pihak lain yang

terkait dengan perusahaan.

Kerangka Konseptual

Menurut Sari (2014) kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep

untuk menjelaskan, mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara

variabel yang diteliti berdasarkan rumusan masalah, keterkaitan maupun

hubungan antar variabel yang diteliti diuraikan dengan berpijak pada kajian teori.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Page 16: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

21

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

C. Perumusan Hipotesis

Beberapa penelitian mengenai tax avoidance sudah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, sehingga pengembangan hipotesis dalam penelitian ini diambil

berdasarkan teori yang dikembangkan pada penelitian sebelumnya.

Hubungan leverage dengan tax avoidance

Menurut Darmawan dan Sukarta (2014) leverage merupakan tingkat utang

yang digunakan perusahaan dalam melakukan pembiayaan. Apabila perusahaan

menggunakan utang pada komposisi pembiayaan, maka akan ada beban bunga

yang harus dibayar. Teori trade off menyatakan bahwa penggunaan utang oleh

perusahaan dapat digunakan untuk penghematan pajak dengan memperoleh

insentif berupa beban bunga yang akan menjadi pengurang penghasilan kena

pajak . Uraian tersebut merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Leverage (X1)

Ukuran Perusahaan (X2)

Penghindaran Pajak / Tax Avoidance (Y)

Return On Assets (X3)

Kompensasi Rugi Fiskal (X4)

Good Corporate Governance (X5)

Page 17: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

22

H1: Leverage perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance

Hubungan ukuran perusahaan dengan tax avoidance

Menurut Rinaldi dan Cheisviyanny (2015) tax avoidance merupakan suatu

strategi pajak yang agresif yang dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan

beban pajak, sehingga kegiatan ini memunculkan risiko bagi perusahaan antara

lain denda dan buruknya reputasi perusahaan di mata publik. Semakin besar

ukuran perusahaan, maka perusahaan akan lebih mempertimbangkan risiko dalam

hal mengelola beban pajaknya.

Menurut Kurniasih dan Sari (2013) perusahaan besar akan menjadi sorotan

pemerintah, sehingga akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer

perusahaan untuk berlaku agresif atau patuh.

Perusahaan besar biasanya dapat memaksimalkan kemampuan sumber daya

yang dimilikinya, perusahaan besar dapat melakukan perencanaan pajak karena

adanya tenaga ahli dalam bidang tersebut. tetapi di sisi lain, perusahaan besar

tidak bisa leluasa memanfaatkan kesempatan tersebut karena dibatasi oleh

tingginya sorotan pemerintah maupun publik akan reputasi perusahaan besar

sehingga mereka merasa diawasi. Uraian tersebut merumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H2: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance

Hubungan return on assets (ROA) dengan tax avoidance

Menurut Derazhid dan Zhang (2003) tingkat profitabilitas (ROA)

perusahaan berpengaruh negatif dengan tarif pajak efektif karena semakin efisien

Page 18: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

23

perusahaan, maka perusahaan akan membayar pajak yang lebih sedikit sehingga

tarif pajak efektif perusahaan tersebut menjadi lebih rendah. Menurut Utami

(2013) semakin besar CETR mengindikasikan semakin rendah tingkat

penghindaran pajak.

Menurut Darmadi (2013) perusahaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi

dan memiliki pendapatan tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah,

karena perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan

keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai ROA maka semakin tinggi

laba yang diterima, perusahaan dengan laba yang tinggi dapat memposisikan

dirinya untuk melakukan manajemen pajak untuk mengurangi beban pajak yang

dimilikinya. Uraian tersebut merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Return on assets memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance

Hubungan kompensasi rugi fiskal dengan tax avoidance

Kurniasih dan Sari (2013) memaparkan bahwa kompensasi rugi fiskal

berpengaruh negatif terhadap tax avoidance, karena kerugian tersebut dapat

mengurangi beban pajak pada tahun berikutnya. Akibatnya, selama lima tahun

tersebut perusahaan akan terhindar dari beban pajak karena laba kena pajak akan

digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan, sehingga

pajak yang harus dibayarkan dapat diminimalkan karena angka laba terutang

menjadi kecil dan perusahaan tidak perlu lagi melakukan tindakan tax avoidance.

Menurut Sari (2014) perusahaan yang telah merugi dalam satu periode

akuntansi diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut

Page 19: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34984/3/jiptummpp-gdl-tantiwidya-47025-3-babii.pdf7 analisis regresi panel. Hasil penelitian menunjukan komisaris

24

dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan

digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya,

selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena

laba kena pajak akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian

perusahaan. Kedua uraian tersebut merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4: Kompensasi rugi fiskal memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance

Hubungan good corporate governance dengan tax avoidance

Darmawan dan Sukartha (2014) menjelaskan bahwa penerapan corporate

governance dalam menentukan kebijakan perpajakan yang akan digunakan oleh

perusahaan berkaitan dengan pembayaran pajak penghasilan perusahaan. Dewan

komisaris dalam menjalankan pengawasan dapat mempengaruhi manajemen

untuk menyusun laporan keuangan yang berkualitas.

Menurut Andriyani (2008) komisaris independen dapat melaksanakan

fungsi monitoring untuk mendukung pengelolaan perusahaan yang baik dan

menjadikan laporan keuangan lebih obyektif. Komite audit bertugas melakukan

kontrol dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk

menghindari kecurangan pihak manajemen. Berjalannya fungsi komite audit

secara efektif memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan

keuangan yang lebih baik serta mendukung good corporate governance. Uraian

tersebut merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5: Good corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap tax

avoidance