bab ii tinjauan penelitan terdahulu dan kajian …eprints.umm.ac.id/38632/3/bab ii.pdf · 9 bab ii...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Leries et al., (2013), yang meneliti mengenai Penerapan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP (studi
kasus Pada CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok). Penelitian ini
menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan sumber data
yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini
menunjukan bahwa CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok, belum
sepenuhnya menerapkan standar SAK ETAP dalam penyajian laporan
keuanganya, dan adannya kendala dalam menyusun laporan keuangan
karena tidak adannya pembagian tugas yang jelas antar bagian bidang.
Puspita (2013), yang meneliti mengenai Aplikasi Penyusunan
Laporan Keuangan Berbasis Sak Etap Pada Bagus Agriseta Mandiri.
Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus di mana dalam penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif pada latar belakang masalah
yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya
membuat kerugian dan keuntungan laporan, namun dalam penyajiannya,
tetap saja tidak sesuai dengan SAK ETAP dan laporan neraca keuangan,
arus kas dan ekuitas perusahaan tidak disajikan namun karena perusahaan
kurang memahami standar mengatur laporan keuangan yang sesuai dengan
standar SAK ETAP.
10
Pratiwi et al., (2014), yang meneliti mengenai Analisis Penerapan
SAK ETAP Pada Penyajian Laporan Keuangan PT. Nichindo Manado
Suisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah perusahaan belum
menyajikan laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan (CALK) serta terjadi inkonsistensi dalam penyajian
beberapa pos pada Neraca yang tidak diungkapkan dalam CALK.
Andriani et al., (2014), yang meneliti mengenai “Analisis Penerapan
Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Sebuah Studi Interaktif Pada Peggy Salon. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
dititikberatkan pada deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
Peggy Salon belum menerapkan pencatatan laporan keuangan berdasarkan
SAK ETAP. Laporan keuangan yang dibuat masih sangat sederhana dan
manual. Faktor yang menyebabkan kegagalan penerapan SAK ETAP ini
ada dua faktor yaitu dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
kurangnya pemahaman, kedisiplinan, dan sumberdaya manusia. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kurangnya pengawasan dari
stakeholder yang berkepentingan.
Muchid (2015), mengenai Penyusunan Laporan Keuangan UMKM
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK-ETAP) (Kasus pada UD. Mebel Novel’l di Banyuwangi).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan
11
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan laporan yang dibuat UD.
Mebel Novel’l hanya menggunakan pencatatan barang masuk dan keluar
setiap harinya yang dibuat oleh bagian keuangan.
Pardomuan & Pangemanan (2016), yang meneliti mengenai Analisis
Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP Pada Koperasi Bank
Sulut Go. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa laporan
keuangan pada Bank Sulut Go masih terdapat beberapa ketidaksesuian
dengan kaidah penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.
Darmayanti et at., (2017), penelitian yang membahas mengenai
Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP
Dan Penilaian Kinerja Pada UMKM Pengrajin Endek Mastuli “AYU
LESTARI” Di Desa Kalianget Kecamatan Buleleng. Jenis dari penelitian
ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa UMKM Endek Mastuli “Ayu
Lestari” masih belum sesuai dengan pedoman penyusunan laporan
keuangan berdasarkan SAK ETAP melainkan hanya menyusun laporan
pembayaran piutang saja.
Dalam proses penelitian ini masih mengacu pada standar keuangan
UMKM yang berlaku sebelumnya yaitu SAK ETAP. Karena standar
keuangan UMKM yang baru yaitu SAK EMKM (entitas mikro kecil dan
12
menengah) yang dikeluarkan pada 24 Oktober tahun 2016 masih belum
diterapkan dan efektif diterapkan pada 1 Januari 2018.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan media komunikasi dan
pertanggungjawaban antara perusahaan dan para sthakeholder atau pihak-
pihak yang memilki kepentingan dengan entitas (Suwardjono, 1994). Syam
(2014) mendefinisikan laporan keuangan sebagai produk atau hasil akhir
dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang nantinya
digunakan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan (Sugiri dan
Riyono, 2002). Laporan keuangan adalah sebagai laporan keuangan yang
ditujukan kepada berbagai pihak pengguna laporan keuangan akan
kebutuhan informasi keuangan umum entitas (Mackenzie et al., 2012). Dari
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan
adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan dampak bagi
manajemen untuk pengambilan berbagai keputusan-keputusan ekonomi
maupun bisnis.
Menurut Jusup (2011), dan Sugiri dan Riyono (2002) laporan
keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi terdiri atas:
1) Neraca
2) Laporan Laba-Rugi
3) Laporan Perubahan Modal
13
4) Laporan Arus Kas
Menurut Syam (2014), laporan keuangan harus disajikan secara
lengkap untuk pemberian informasi. Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1) Neraca
2) Laporan Laba-Rugi
3) Lapporan Perubahan Ekuitas
4) Laporan Arus Kas
5) Catatan atas Laporan Keuangan
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan usaha kecil dan menengah atau entitas
tanpa akuntabilitas publik (SME), yaitu untuk mengahasilkan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan bisnis (Mackenzie et al., 2012). Melihat pentingnya
laporan keuangan dalam menilai kesehatan perusahaan, maka laporan
keuangan harus disusun secara cermat dan terbebas dari bias (Pratiwi et al.,
2014). Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI,
2002) dalam (Sugiri dan Riyono, 2002) mengatakan tujuan laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi
keuangan.
b. Laporan keuangan menyajikan prestasi kinerja perusahaan.
14
c. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan
posisi keuangan perusahaan.
d. Laporan keuangan mengungkapkan informasi mengenai
yang penting dan relevan untuk kebutuhan pengguna laporan
keuangan.
Menurut Rudianto (2012), laporan keuangan memiliki tujuan umum
dimana tujuan penyajian laporan keuangan oleh sebuah entitas dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenai sumber-sumber ekonomi.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi.
c. Memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai untuk menganalisis perusahaan dalam
menghasilkan laba pada masa depan.
d. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi keuangan
yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan
untuk kebutuhan pemakai laporan keuangan beserta
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan.
15
C. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah
(SAK EMKM)
Menurut Suwardjono (2005), sebagai sebuah pedoman yang
nantinya akan digunakan oleh pemakai, maka standar akuntansi
menerapkan suatu objek yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-hal
berikut ini:
1. Identifikasi
Proses identifikasi ini merupakan aktivitas pertama yang dilakukan
untuk mengidentifikasi berbagai elemen, pos, atau objek statemen
keuangan yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi
dan kesalahan interprestasi oleh pemakai.
2. Pengakuan
Pengakuan ini berhubungan dengan pencatatan sejumlah rupiah ke
dalam system akuntansi, jumlah ini akan mempengaruhi suatu pos
dan tercermin dalam laporan keuangan. Pengakuan ini berhubungan
dengan apakah suatu transaksi yang terjadi di perusahaan tersebut
perlu dicatat atau tidak.
3. Pengukuran & Penilaian
Pengukuran & penilaian ini berhubungan dengan penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam
suatu transaksi keuangan. Pengukuran & penilaian ini sangat penting
karena berhubungan dengan nilai yang harus dicatat pertama kali
16
pada saat suatu transaksi terjadi dan sebagai data dasar dalam
penyusunan laporan keuangan.
4. Penyajian
Penyajian ini sendiri lebih mengenai bagaimana cara-cara
melaporkan elemen-elemen atau pos dalam laporan keuangan agar
elemen atau pos tersebut cukup informative.
SAK EMKM ini dimaksudkan atau dikhususkan untuk digunakan
oleh entitas mikro, kecil dan menengah. Dalam SAK EMKM bab 1
paragaraf 2, mendefinisikan entitas mikro, kecil, dan menengah (EMKM)
adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana yang
diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro,
kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 tahun
berturut-turut. SAK EMKM ini dapat digunakan oleh entitas yang tidak
termasuk dalam definisi dan kriteria berdasarkan SAK ETAP sebelumnya,
dan dapat digunakan oleh entitas jika otoritas mengizinkan entitas tersebut
untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.
Di dalam SAK EMKM ini memuat pengaturan akuntansi yang lebih
sederhana dari SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum
dilakukan oleh EMKM dan dasar pengukurannya murni menggunakan
biaya historis. Standar SAK EMKM ini lebih sederhana dibandingkan
dengan standar SAK ETAP yang dikeluarkan sebelumnya, karena usaha
17
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hanya melaporkan kedalam laporan
posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi selama periode, dan
catatan atas laporan keuangan (CALK). Sebagaimana dijelaskan dalam
SAK EMKM bab 2 paragraf 19 bahwa entitas menyusun laporan keuangan
dengan menggunakan dasar akrual, di mana pos-pos diakui sebagai asset,
liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi kriteria
pengakuan untuk masing-masing pos-pos tersebut.
Di dalam SAK EMKM bab 3 paragraf 2 mensyaratkan laporan
keuangan dilakukan dengan penyajian jujur atas pengaruh transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain yang sesuia dengan definisi dan kriteria
pengakuan asset, liabilitas, penghasilan, dan beban. Dan dalam SAK
EMKM bab 3 paragraf 3 penyajian wajar laporan keuangan mensyaratkan
entitas untuk menyajikan informasi untuk tujuan:
a. Relevan: informasi yang digunakan, diharapkan dapat digunakan
oleh para pengguna untuk pengambilan keputusan.
b. Representasi: informasi dalam laporan keuangan dapat
merepresentasikan secara tepat hal-hal yang dilaporkan dan laporan
keuangan bebas dari kesalahan dan bias.
c. Keterbandingan: informasi yang dihasilkan dapat dibandingkan
antar periode untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dan
digunakan untuk mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh
perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
18
d. Keterpahaman: informasi yang dihasilkan dan disajikan dapat
dengan mudah dipahami oleh pengguna laporan keuangan.
1. Penyajian laporan keuangan UMKM berdasarkan SAK
EMKM
Menurut IAI (2016), dalam SAK EMKM bab 3 paragraf 9 bahwa
laporan keuangan yang lengkap berdasarkan SAK EMKM minimum terdiri
dari tiga (3) bagian yaitu:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b. Laporan laba rugi selama periode;
c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian
pos-pos tertentu yang relevan.
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Laporan posisi keuangan adalah daftar yang menggambarkan
mengenai aset, liabilitas (kewajiban), dan ekuitas (modal) pada perusahaan
pada periode tertentu (Jusup, 2011). Dalam laporan posisi keuangan ini
dapat dilakukan dengan memasukkan semua akun asset kedalam sisi kiri
(kredit) dan memasukkan semua akun utang dan ekuitas ke sisi kanan
(debet) (Rudianto, 2012). Menurut IAI (2016), dalam SAK EMKM bab 4
paragraf 2 laporan posisi keuangan terdiri dari pos-pos berikut:
a) Kas dan setara kas
Kas merupakan aktiva paling liquid yang dapat digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan setiap saat diinginkan serta alat
19
pertukaran standart dan juga digunakan sebagai dasar untuk
mengukur semua pos-pos akun di perusahaan. Kas ini dapat dimiliki
dan dapat digunakan oleh perusahaan yang dapat berbentuk cek
kontan dan uang tunai (Rudianto, 2012). Kas ini dapat berupa uang
tunai, akun di bank, uang logam yang dapat digunakan dalam
operasi perusahaan pada tahun berikutnya (Syam, 2014).
b) Piutang
Piutang adalah aktiva yang timbul karena perusahaan menjual
barang atau jasa secara kredit, kepada konsumen atau pelanggan
dengan disertai perjanjian dari konsumen akan membayarnya pada
waktu tertentu di masa yang akan datang. Menurut Rudianto (2012),
piutang ini dapat timbul karena adannya tagihan perusahaan kepada
pihak lain akibat transaksi yang terjadi di masa lalu.
c) Persediaan
Persediaan adalah asset atau barang-barang yang dimilki oleh
perusahaan baik persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi dengan tujuan untuk dijual maupun untuk diproses
kembali oleh perusahaan. Di dalam SAK EMKM ini persediaan
diakui ketika diperoleh dan dicatat sebesar biaya perolehannya (IAI,
2016).
d) Asset tetap
Asset tetap adalah asset berwujud yang akan digunakan oleh
perusahaan dalam aktivitas operasinnya baik dalam bentuk siap
20
pakai maupun belum, yang memiliki masa manfaat lebih dari satu
tahun dan dimaksudkan untuk tidak dijual seperti tanah, gedung,
mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menunjang kegiatan
operasional perusahaan. Asset ini merupakan kumpulan kekayaan
yang akan digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh
penghasilan selama tahun berjalan (Rudianto, 2012). Asset tetap ini
dicatat sebesar biaya perolehannya dan memiliki manfaat ekonomik
yang dapat mengalir ke dalam perusahaan.
e) Utang usaha
Utang usaha adalah kewajiban lancar yang timbul dari aktivitas
operasional perusahaan. Utang usaha ini muncul karena adannya
pembelian barang atau jasa secara kredit yang akan dibayar di masa
yang akan datang. Kewajiban atau utang usaha ini akan jatuh tempo
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau utang jangka pendek
(Rudianto, 2012).
f) Utang Bank
Utang Bank adalah pinjaman modal dari Bank yang ditujukan untuk
perluasan usaha atau untuk mengembangkan usaha. Utang Bank ini
memiliki jangka waktu pelunasan lebih dari satu tahun atau biasa
disebut dengan utang jangka panjang.
g) Ekuitas
Ekuitas adalah aktiva perusahaan bersih atau jumlah dari asset yang
dimilki oleh perusahaan dikurangi dengan kewajiban. Ekuitas ini
21
berasal atau bersumber dari modal pribadi pemilik dan dari pinjaman
kepada pihak kreditor. Untuk perusahaan yang berbentuk perseroan
atau PT modal didapatkan dari modal saham dan laba ditahaan
perusahaan (Rudianto, 2012). Modal saham ini berasal dari
kontribusi pemilik modal kepada perusahaan dan sekaligus
menunjukkan bukti kepemilikan terhadap perusahaan.
22
Tabel 2.1
Laporan Posisi Keuangan
ENTITAS
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 20X8
ASET Catatan 20X8 20X7
Kas dan setara kas
Kas 3 Xxx Xxx
Giro 4 Xxx Xxx
Deposito 5 Xxx Xxx
Jumlah kas dan setara kas Xxx Xxx
Piutang usaha 6 Xxx Xxx
Persediaan Xxx Xxx
Beban dibayar di muka 7 Xxx Xxx
Asset tetap Xxx Xxx
Akumulasi penyusutan (xxx) (xxx)
Jumlah asset Xxx Xxx
Liabilitas
Utang usaha Xxx Xxx
Utang bank 8 Xxx Xxx
Jumlah liabilitas Xxx Xxx
EKUITAS
Modal Xxx Xxx
Saldo laba (defisit) 9 Xxx Xxx
Jumlah Ekuitas Xxx Xxx
Jumlah Liabilitas & Ekuitas Xxx Xxx
Sumber: Eksplosur Draft (ED) SAK EMKE
SAK EMKM tidak menentukan format dan urutan pos-pos yang
disajikan. Entitas dapat menyajikan asset lancar dan asset tidak lancar serta
liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang secara terpisah dalam
23
laporan posisi keuangan. Entitas mengklasifikasikan asset lancar sebagai
berikut:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan oleh entitas, dalam jangka waktu siklus operasi
normal;
b. Dimiliki untuk diperdagangkan;
c. Diharapkan untuk direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan
setelah akhir periode pelaporan; atau
d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya
dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan liabilitas
setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas jangka pendek, jika:
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus
akuntansi;
b. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah akhir periode pelaporan; atau
c. Entitas tidak mempunyai hak tanpa syarat untuk menunda
penyelesaian liabilitas setidaknya 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.
b. Laporan laba rugi selama periode
Laporan laba rugi adalah laporan yang dibuat untuk melihat kinerja
perusahaan selama satu periode tertentu. Di dalam laporan laba rugi ini
24
menggambarkan keberhasilan maupun kegagalan yang dicapai oleh
perusahaan untuk mencapai tujuannya, dengan melihat antara penghasilan
atau pendapatan yang diterima dengan beban yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan penghasilan tersebut (Jusup, 2011). Laba atau rugi selama
periode akuntansi dapat diketahui dengan cara mengurangkan pendapatan
selama satu periode dengan beban di periode yang sama (Rudianto, 2012).
Dalam kondisi seperti ini, apabila perusahaan memperoleh penghasilan
lebih besar dibandingkan dengan beban, maka dapat dikatan bahwa
perusahaan memperoleh laba. Sedangkan apabila penghasilan yang
diperoleh perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan beban maka dapat
dikatan perusahaan mengalami kerugian. Berdasarkan SAK EMKM bab 5
paragraf 4 mengatakan bahwa laporan laba rugi mensyaratkan untuk
memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui selama suatu
periode, kecuali SAK EMKM mensyaratkan lain. Menurut IAI (2016),
laporan laba rugi entitas dapat mencakup pos-pos sebagai berikut:
a) Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang diterima oleh perusahaan
sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa kepada konsumen atau
kenaikan modal yang didapat perusahaan akibat dari penjualan
produk perusahaan (Rudianto, 2012). Berdasarkan SAK EMKM bab
14 paragraf 2, pendapatan diakui ketika terdapat hak atas
pembayaran yang diterima atau yang masih harus diterima baik
sekarang maupun pada masa yang akan datang. Kemudian dalam
25
SAK EMKM bab 14 paragraf 4, mensyaratkan entitas dapat
mengakui pendapatan dari penjualan barang atau jasa ketika barang
tersebut telah dijual atau telah diberikan kepada pelaggan.
b) Beban keuangan
Beban keuangan adalah pengorbanan ekonomis yang dikelaurkan
oleh perusahaan untuk memperoleh barang atau jasa dalam aktivitas
operasi (Syam, 2014). Beban usaha ini dikeluarkan atau
dikorbankan oleh perusahaan untuk memperoleh pendapatan.
Menurut SAK EMKM bab 2 paragraf 25 menyatakan bahwa beban
diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan masa manfaat
ekonomiknya di masa depan telah dirasakan atau terjadi dan dapat
diukur secara andal.
c) Beban pajak
Beban pajak adalah jumlah antara pajak kini dan pajak tangguhan
yang diperhitungkan dalam laporan laba rugi untuk mengetahui laba
rugi bersih selama suatu periode tertentu.
26
Tabel 2.2
Laporan laba rugi
ENTITAS
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31
Desember 20X8
PENDAPATAN Catatan 20X8 20X7
Pendapatan usaha 10 Xxx xxx
Pendapatan lain-lain Xxx xxx
Jumlah Pendapatan Xxx xxx
BEBAN
Beban usaha Xxx xxx
Beban lain-lain 11 Xxx xxx
Jumlah Beban Xxx xxx
Laba (Rugi) sebelum
Pajak Penghasilan Xxx xxx
Beban pajak penghasilan 12 Xxx xxx
Laba (Rugi) setelah Pajak
Penghasilan
Xxx
xxx
Sumber: Eksplosur Draft (ED) SAK EMKM
Dalam laporan laba rugi disyaratkan untuk memasukkan semua
penghasilan dan beban yang diakui selama suatu periode, kecuali SAK
EMKM mensyaratkan lain. Entitas menyajikan pos dan bagian dari pos
dalam laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami
kinerja keuangan entitas.
27
c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan
rincian pos-pos tertentu yang relevan.
Catatan atas laporan keuangan adalah informai tambahan yang
diberikan oleh perusahaan menyangkut berbagai hal mengenai kebijakan
akuntansi dan informasi-informasi yang relevan dengan laporan keuangan
tersebut (Rudianto, 2012). Berdasarkan SAK EMKM bab 6 paragraf 4
mengatakan bahwa catatan atas laporan keuangan disajikan secara
sistematis sepanjang hal tersebut praktis dan sesuai dengan kondisi UMKM.
Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk silang ke informasi terkait
dalam catatan atas laoran keuangan. Kemudian dalam bab 6 paragraf 3
mengatakan bahwa informasi tambahan dan rincian yang disajikan
bergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh UMKM tersebut.
Sesuai dengan SAK EMKM bab 6 paragraf 2 bahwa catatan atas laporan
keuangan memuat:
a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan SAK EMKM;
b) Ikhtisar kebijakan akuntansi;
c) Informasi tambahan dan rician pos tertentu yang menjelaskan
informasi penting mengenai transaksi dan material sehingga
bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan yang
dibuat.
28
Tabel 2.3
Catatan Atas Laporan Keuangan
ENTITAS
Catatan Atas Laporan Keuangan
31 Desember 20X8
1. Umum
2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi
Penting
a. Pernyataan kepatuhan
b. Dasar penyusunan
c. Piutang usaha
d. Persediaan
e. Asset tetap
f. Pengakuan pendapatan dan beban
g. Pajak penghasilan
3. Kas
Kas kecil – Rupiah
4. Giro
PT. Bank – Rupiah
5. Deposito
PT. Bank – Rupiah
Suku bunga – Rupiah
6. Piutang usaha
Toko A
Toko B
Jumlah
7. Beban dibayar di muka
Sewa
Asuransi
Lisensi dan perizinan
Jumlah
8. Utang bank
9. Saldo laba
10. Pendapatan penjualan
Penjualan
Retur penjualan
Jumlah
11. Beban lain-lain
Bunga pinjaman
Lain-lain
Jumlah
12. Beban pajak penghasilan
Pajak penghasilan
20X8
xxx
xxx
xxx
4,50%
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
20X7
xxx
xxx
xxx
5,00%
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
29
Jenis informasi tambahan dan rincian pada catatan atas laporan
keuangan (CALK) yang disajikan bergantung pada jenis usaha yang
dilakukan oleh entitas. Catatan atas laporan keuangan disajikan secara
sistematis sepanjang hal tersebut praktis untuk dipahami oleh entitas.
D. Definisi dan Kriteria Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM)
Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
belum dikelola dengan manajemen modern yang menggunakan tenaga-
tenaga profesioanal (Marbun, 1996). Mackenzie et al. (2012) mengatakan
usaha kecil dan menengah atau UMKM ini adalah usaha yang tidak
mempunyai akuntabilitas publik atau tanggungjawab pada pihak luar atau
masyarakat secara umum dan mengeluarkan atau membuat laporan
keuangan hanya digunakan untuk kepentingan internal dan tidak untuk
tujuan umum bagi pengguna eksternal.
Pengertian Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) menurut
UU NO. 20 tahun 2008 bab 1 pasal 1 adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
30
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli dan UU NO. 20 tahun
2008 mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah, dapat diambil
kesimpulan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah adalah usaha yang
dilakukan oleh orang perorangan atau individu secara langsung dan tidak
terikat oleh suatu badan usaha lain. Dalam UU NO. 20 tahun 2008 bab 2
pasal 3 mengatakan bahwa tujuan dari usaha mikro, kecil, dan menengah
yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahannya dalam rangka
31
membangun perokonomian nasional yang berdasarkan demokrasi ekonomi
yang berkeadilan.
Kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah menurut UU NO. 20
tahun 2008 bab 4 pasal 6 adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Mikro
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
32
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).
Tabel 2.4
Kriteria UMKM
Jenis Usaha Asset Omzet
Usaha Mikro Maximal 50.000.000 Maximal 300.000.000
Usaha Kecil >50.000.000-500.000.000 >300.000.000-2.500.000.000
Usaha Menengah >500.000.000-10.000.000.000 >2.500.000.000-50.000.000.000
Sumber: UU NO. 20 tahun 2008 bab 4 pasal 6
Badan Pusat Statistik mengkatagorikan atau mengklasifikasikan
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) berdasarkan jumlah tenaga
kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tenaga kerja dari usaha
mikro, kecil, dan menengah adalah kurang dari 100 orang. Jumlah tenaga
kerja ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: usaha mikro memiliki
jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja
antara 5 – 19 orang, dan untuk usaha menengah memiliki jumlah tenaga
kerja antara 20 – 99 orang. Sedangkan untuk usaha besar memiliki jumlah
tenaga kerja lebih dari 100 orang.
33
Tabel 2.5
Jumlah Tenaga Kerja UMKM
Jenis Usaha Jumlah Tenaga Kerja
Usaha Mikro 1-4 Orang
Usaha Kecil 5-19 Orang
Usaha Menengah 20-99 Orang
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
E. Siklus Akuntansi
Proses akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terjadinnya
transaksi mulai dari buku transaksi sampai menjadi sebuah laporan
keuangan yang dapat dijadikan alat pertimbangan bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan. Siklus akuntansi adalah urutan kerja yang harus
dilakukan oleh akuntan sejak awal mulai dari transaksi hingga
menghasilkan laporan keuangan perusahaan (Rudianto, 2012). Siklus ini
dimulai dari bukti transaksi atau input yang kemudian diproses sehingga
menghasilkan output yang berupa laporan keuangan. Akuntansi memiliki
siklus akuntansi yang disebut Accounting Cycle yang memproses bukti
transaksi hingga menghasilkan sebuah informasi keuangan. Siklus
akuntansi ini tidak akan pernah berhenti atau memiliki keberlangsungan
usaha selama perusahaan tersebut masih beropasi dan tidak diliquidasi baik
oleh pemiliik maupun karena mengalami kebangkrutan.
34
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
Sumber: Syam (2011)
Dalam proses pencatatan akuntansi terdapat dua system pencatatan
yaitu berdasarkan akuntansi berbasis kas (Cash Basis Accounting) dan
berdasarkan dasar akrual (Accrual Basis Accounting). Di dalam metode
Cash basis ini pendapatan dilaporkan ketika uang telah diterima dan biaya
dilaporkan ketika uang telah dibayarkan, sedangkan metode Accrual basis
dimana pendapatan dilaporkan ketika terjadinnya transaksi dan biaya
dilaporkan ketika biaya tersebut digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan usaha atau transaksi tersebut sudah langsung
diakui oleh perusahaan meskipun uang kas belum diterima oleh perusahaan
(Rudianto, 2012).
Menurut Rudianto (2012), penjelasan mengenai proses atau siklus
akuntansi yang dilakukan oleh entitas dapat dijabarkan sebagai berikut:
35
1. dimulai dari proses transaksi, dimana transaksi ini biasannya
dilakukan oleh entitas untuk mendapatkan barang atau
perlengkapan dan penjualan produk.
2. Mencatat transaksi-transaksi yang telah dilakukan kedalam
sebuah jurnal atau buku jurnal. Pencatatan transaksi kedalam
buku jurnal dapat dilakukan berdasarkan nomor urut atau
berdasarkan tanggal terjadinnya transaksi.
3. Kemudian memosting akun yang berada di jurnal atau buku
jurnal kedalam buku besar sesuai dengan jenis transaksi dan
nama akun masing-masing.
4. Menentukan saldo-saldo dalam buku besar di akhir periode.
5. Berdasarkan daftar saldo pada akhir periode tersebut akuntan
dapat menyusun laporan keuangan perusahaan pada periode
yang bersangkutan.