bab ii tinjauan penelitan terdahulu dan kajian …eprints.umm.ac.id/38632/3/bab ii.pdf · 9 bab ii...

27
9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Leries et al., (2013), yang meneliti mengenai Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP (studi kasus Pada CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok, belum sepenuhnya menerapkan standar SAK ETAP dalam penyajian laporan keuanganya, dan adannya kendala dalam menyusun laporan keuangan karena tidak adannya pembagian tugas yang jelas antar bagian bidang. Puspita (2013), yang meneliti mengenai Aplikasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Sak Etap Pada Bagus Agriseta Mandiri. Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus di mana dalam penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif pada latar belakang masalah yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya membuat kerugian dan keuntungan laporan, namun dalam penyajiannya, tetap saja tidak sesuai dengan SAK ETAP dan laporan neraca keuangan, arus kas dan ekuitas perusahaan tidak disajikan namun karena perusahaan kurang memahami standar mengatur laporan keuangan yang sesuai dengan standar SAK ETAP.

Upload: lynga

Post on 11-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

9

BAB II

TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Leries et al., (2013), yang meneliti mengenai Penerapan Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP (studi

kasus Pada CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok). Penelitian ini

menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan sumber data

yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini

menunjukan bahwa CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok, belum

sepenuhnya menerapkan standar SAK ETAP dalam penyajian laporan

keuanganya, dan adannya kendala dalam menyusun laporan keuangan

karena tidak adannya pembagian tugas yang jelas antar bagian bidang.

Puspita (2013), yang meneliti mengenai Aplikasi Penyusunan

Laporan Keuangan Berbasis Sak Etap Pada Bagus Agriseta Mandiri.

Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus di mana dalam penelitian

ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif pada latar belakang masalah

yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya

membuat kerugian dan keuntungan laporan, namun dalam penyajiannya,

tetap saja tidak sesuai dengan SAK ETAP dan laporan neraca keuangan,

arus kas dan ekuitas perusahaan tidak disajikan namun karena perusahaan

kurang memahami standar mengatur laporan keuangan yang sesuai dengan

standar SAK ETAP.

Page 2: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

10

Pratiwi et al., (2014), yang meneliti mengenai Analisis Penerapan

SAK ETAP Pada Penyajian Laporan Keuangan PT. Nichindo Manado

Suisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah perusahaan belum

menyajikan laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan (CALK) serta terjadi inkonsistensi dalam penyajian

beberapa pos pada Neraca yang tidak diungkapkan dalam CALK.

Andriani et al., (2014), yang meneliti mengenai “Analisis Penerapan

Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) Sebuah Studi Interaktif Pada Peggy Salon. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang

dititikberatkan pada deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

Peggy Salon belum menerapkan pencatatan laporan keuangan berdasarkan

SAK ETAP. Laporan keuangan yang dibuat masih sangat sederhana dan

manual. Faktor yang menyebabkan kegagalan penerapan SAK ETAP ini

ada dua faktor yaitu dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu

kurangnya pemahaman, kedisiplinan, dan sumberdaya manusia. Sedangkan

faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kurangnya pengawasan dari

stakeholder yang berkepentingan.

Muchid (2015), mengenai Penyusunan Laporan Keuangan UMKM

berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK-ETAP) (Kasus pada UD. Mebel Novel’l di Banyuwangi).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

11

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan laporan yang dibuat UD.

Mebel Novel’l hanya menggunakan pencatatan barang masuk dan keluar

setiap harinya yang dibuat oleh bagian keuangan.

Pardomuan & Pangemanan (2016), yang meneliti mengenai Analisis

Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP Pada Koperasi Bank

Sulut Go. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa laporan

keuangan pada Bank Sulut Go masih terdapat beberapa ketidaksesuian

dengan kaidah penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.

Darmayanti et at., (2017), penelitian yang membahas mengenai

Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP

Dan Penilaian Kinerja Pada UMKM Pengrajin Endek Mastuli “AYU

LESTARI” Di Desa Kalianget Kecamatan Buleleng. Jenis dari penelitian

ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa UMKM Endek Mastuli “Ayu

Lestari” masih belum sesuai dengan pedoman penyusunan laporan

keuangan berdasarkan SAK ETAP melainkan hanya menyusun laporan

pembayaran piutang saja.

Dalam proses penelitian ini masih mengacu pada standar keuangan

UMKM yang berlaku sebelumnya yaitu SAK ETAP. Karena standar

keuangan UMKM yang baru yaitu SAK EMKM (entitas mikro kecil dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

12

menengah) yang dikeluarkan pada 24 Oktober tahun 2016 masih belum

diterapkan dan efektif diterapkan pada 1 Januari 2018.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan media komunikasi dan

pertanggungjawaban antara perusahaan dan para sthakeholder atau pihak-

pihak yang memilki kepentingan dengan entitas (Suwardjono, 1994). Syam

(2014) mendefinisikan laporan keuangan sebagai produk atau hasil akhir

dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang nantinya

digunakan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan (Sugiri dan

Riyono, 2002). Laporan keuangan adalah sebagai laporan keuangan yang

ditujukan kepada berbagai pihak pengguna laporan keuangan akan

kebutuhan informasi keuangan umum entitas (Mackenzie et al., 2012). Dari

pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan

adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan dampak bagi

manajemen untuk pengambilan berbagai keputusan-keputusan ekonomi

maupun bisnis.

Menurut Jusup (2011), dan Sugiri dan Riyono (2002) laporan

keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi terdiri atas:

1) Neraca

2) Laporan Laba-Rugi

3) Laporan Perubahan Modal

Page 5: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

13

4) Laporan Arus Kas

Menurut Syam (2014), laporan keuangan harus disajikan secara

lengkap untuk pemberian informasi. Hal ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1) Neraca

2) Laporan Laba-Rugi

3) Lapporan Perubahan Ekuitas

4) Laporan Arus Kas

5) Catatan atas Laporan Keuangan

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan dari laporan keuangan usaha kecil dan menengah atau entitas

tanpa akuntabilitas publik (SME), yaitu untuk mengahasilkan informasi

mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat untuk

pengambilan keputusan bisnis (Mackenzie et al., 2012). Melihat pentingnya

laporan keuangan dalam menilai kesehatan perusahaan, maka laporan

keuangan harus disusun secara cermat dan terbebas dari bias (Pratiwi et al.,

2014). Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI,

2002) dalam (Sugiri dan Riyono, 2002) mengatakan tujuan laporan

keuangan adalah sebagai berikut:

a. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi

keuangan.

b. Laporan keuangan menyajikan prestasi kinerja perusahaan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

14

c. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan

posisi keuangan perusahaan.

d. Laporan keuangan mengungkapkan informasi mengenai

yang penting dan relevan untuk kebutuhan pengguna laporan

keuangan.

Menurut Rudianto (2012), laporan keuangan memiliki tujuan umum

dimana tujuan penyajian laporan keuangan oleh sebuah entitas dapat dirinci

sebagai berikut:

a. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya

mengenai sumber-sumber ekonomi.

b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya

mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi.

c. Memberikan informasi keuangan yang membantu para

pemakai untuk menganalisis perusahaan dalam

menghasilkan laba pada masa depan.

d. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi keuangan

yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan

untuk kebutuhan pemakai laporan keuangan beserta

kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

15

C. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

(SAK EMKM)

Menurut Suwardjono (2005), sebagai sebuah pedoman yang

nantinya akan digunakan oleh pemakai, maka standar akuntansi

menerapkan suatu objek yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-hal

berikut ini:

1. Identifikasi

Proses identifikasi ini merupakan aktivitas pertama yang dilakukan

untuk mengidentifikasi berbagai elemen, pos, atau objek statemen

keuangan yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi

dan kesalahan interprestasi oleh pemakai.

2. Pengakuan

Pengakuan ini berhubungan dengan pencatatan sejumlah rupiah ke

dalam system akuntansi, jumlah ini akan mempengaruhi suatu pos

dan tercermin dalam laporan keuangan. Pengakuan ini berhubungan

dengan apakah suatu transaksi yang terjadi di perusahaan tersebut

perlu dicatat atau tidak.

3. Pengukuran & Penilaian

Pengukuran & penilaian ini berhubungan dengan penentuan jumlah

rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam

suatu transaksi keuangan. Pengukuran & penilaian ini sangat penting

karena berhubungan dengan nilai yang harus dicatat pertama kali

Page 8: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

16

pada saat suatu transaksi terjadi dan sebagai data dasar dalam

penyusunan laporan keuangan.

4. Penyajian

Penyajian ini sendiri lebih mengenai bagaimana cara-cara

melaporkan elemen-elemen atau pos dalam laporan keuangan agar

elemen atau pos tersebut cukup informative.

SAK EMKM ini dimaksudkan atau dikhususkan untuk digunakan

oleh entitas mikro, kecil dan menengah. Dalam SAK EMKM bab 1

paragaraf 2, mendefinisikan entitas mikro, kecil, dan menengah (EMKM)

adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana yang

diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro,

kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 tahun

berturut-turut. SAK EMKM ini dapat digunakan oleh entitas yang tidak

termasuk dalam definisi dan kriteria berdasarkan SAK ETAP sebelumnya,

dan dapat digunakan oleh entitas jika otoritas mengizinkan entitas tersebut

untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

Di dalam SAK EMKM ini memuat pengaturan akuntansi yang lebih

sederhana dari SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum

dilakukan oleh EMKM dan dasar pengukurannya murni menggunakan

biaya historis. Standar SAK EMKM ini lebih sederhana dibandingkan

dengan standar SAK ETAP yang dikeluarkan sebelumnya, karena usaha

Page 9: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

17

mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hanya melaporkan kedalam laporan

posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi selama periode, dan

catatan atas laporan keuangan (CALK). Sebagaimana dijelaskan dalam

SAK EMKM bab 2 paragraf 19 bahwa entitas menyusun laporan keuangan

dengan menggunakan dasar akrual, di mana pos-pos diakui sebagai asset,

liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi kriteria

pengakuan untuk masing-masing pos-pos tersebut.

Di dalam SAK EMKM bab 3 paragraf 2 mensyaratkan laporan

keuangan dilakukan dengan penyajian jujur atas pengaruh transaksi,

peristiwa, dan kondisi lain yang sesuia dengan definisi dan kriteria

pengakuan asset, liabilitas, penghasilan, dan beban. Dan dalam SAK

EMKM bab 3 paragraf 3 penyajian wajar laporan keuangan mensyaratkan

entitas untuk menyajikan informasi untuk tujuan:

a. Relevan: informasi yang digunakan, diharapkan dapat digunakan

oleh para pengguna untuk pengambilan keputusan.

b. Representasi: informasi dalam laporan keuangan dapat

merepresentasikan secara tepat hal-hal yang dilaporkan dan laporan

keuangan bebas dari kesalahan dan bias.

c. Keterbandingan: informasi yang dihasilkan dapat dibandingkan

antar periode untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dan

digunakan untuk mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh

perusahaan selama periode akuntansi tertentu.

Page 10: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

18

d. Keterpahaman: informasi yang dihasilkan dan disajikan dapat

dengan mudah dipahami oleh pengguna laporan keuangan.

1. Penyajian laporan keuangan UMKM berdasarkan SAK

EMKM

Menurut IAI (2016), dalam SAK EMKM bab 3 paragraf 9 bahwa

laporan keuangan yang lengkap berdasarkan SAK EMKM minimum terdiri

dari tiga (3) bagian yaitu:

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;

b. Laporan laba rugi selama periode;

c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian

pos-pos tertentu yang relevan.

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

Laporan posisi keuangan adalah daftar yang menggambarkan

mengenai aset, liabilitas (kewajiban), dan ekuitas (modal) pada perusahaan

pada periode tertentu (Jusup, 2011). Dalam laporan posisi keuangan ini

dapat dilakukan dengan memasukkan semua akun asset kedalam sisi kiri

(kredit) dan memasukkan semua akun utang dan ekuitas ke sisi kanan

(debet) (Rudianto, 2012). Menurut IAI (2016), dalam SAK EMKM bab 4

paragraf 2 laporan posisi keuangan terdiri dari pos-pos berikut:

a) Kas dan setara kas

Kas merupakan aktiva paling liquid yang dapat digunakan untuk

membiayai operasional perusahaan setiap saat diinginkan serta alat

Page 11: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

19

pertukaran standart dan juga digunakan sebagai dasar untuk

mengukur semua pos-pos akun di perusahaan. Kas ini dapat dimiliki

dan dapat digunakan oleh perusahaan yang dapat berbentuk cek

kontan dan uang tunai (Rudianto, 2012). Kas ini dapat berupa uang

tunai, akun di bank, uang logam yang dapat digunakan dalam

operasi perusahaan pada tahun berikutnya (Syam, 2014).

b) Piutang

Piutang adalah aktiva yang timbul karena perusahaan menjual

barang atau jasa secara kredit, kepada konsumen atau pelanggan

dengan disertai perjanjian dari konsumen akan membayarnya pada

waktu tertentu di masa yang akan datang. Menurut Rudianto (2012),

piutang ini dapat timbul karena adannya tagihan perusahaan kepada

pihak lain akibat transaksi yang terjadi di masa lalu.

c) Persediaan

Persediaan adalah asset atau barang-barang yang dimilki oleh

perusahaan baik persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan

barang jadi dengan tujuan untuk dijual maupun untuk diproses

kembali oleh perusahaan. Di dalam SAK EMKM ini persediaan

diakui ketika diperoleh dan dicatat sebesar biaya perolehannya (IAI,

2016).

d) Asset tetap

Asset tetap adalah asset berwujud yang akan digunakan oleh

perusahaan dalam aktivitas operasinnya baik dalam bentuk siap

Page 12: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

20

pakai maupun belum, yang memiliki masa manfaat lebih dari satu

tahun dan dimaksudkan untuk tidak dijual seperti tanah, gedung,

mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menunjang kegiatan

operasional perusahaan. Asset ini merupakan kumpulan kekayaan

yang akan digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh

penghasilan selama tahun berjalan (Rudianto, 2012). Asset tetap ini

dicatat sebesar biaya perolehannya dan memiliki manfaat ekonomik

yang dapat mengalir ke dalam perusahaan.

e) Utang usaha

Utang usaha adalah kewajiban lancar yang timbul dari aktivitas

operasional perusahaan. Utang usaha ini muncul karena adannya

pembelian barang atau jasa secara kredit yang akan dibayar di masa

yang akan datang. Kewajiban atau utang usaha ini akan jatuh tempo

dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau utang jangka pendek

(Rudianto, 2012).

f) Utang Bank

Utang Bank adalah pinjaman modal dari Bank yang ditujukan untuk

perluasan usaha atau untuk mengembangkan usaha. Utang Bank ini

memiliki jangka waktu pelunasan lebih dari satu tahun atau biasa

disebut dengan utang jangka panjang.

g) Ekuitas

Ekuitas adalah aktiva perusahaan bersih atau jumlah dari asset yang

dimilki oleh perusahaan dikurangi dengan kewajiban. Ekuitas ini

Page 13: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

21

berasal atau bersumber dari modal pribadi pemilik dan dari pinjaman

kepada pihak kreditor. Untuk perusahaan yang berbentuk perseroan

atau PT modal didapatkan dari modal saham dan laba ditahaan

perusahaan (Rudianto, 2012). Modal saham ini berasal dari

kontribusi pemilik modal kepada perusahaan dan sekaligus

menunjukkan bukti kepemilikan terhadap perusahaan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

22

Tabel 2.1

Laporan Posisi Keuangan

ENTITAS

Laporan Posisi Keuangan

31 Desember 20X8

ASET Catatan 20X8 20X7

Kas dan setara kas

Kas 3 Xxx Xxx

Giro 4 Xxx Xxx

Deposito 5 Xxx Xxx

Jumlah kas dan setara kas Xxx Xxx

Piutang usaha 6 Xxx Xxx

Persediaan Xxx Xxx

Beban dibayar di muka 7 Xxx Xxx

Asset tetap Xxx Xxx

Akumulasi penyusutan (xxx) (xxx)

Jumlah asset Xxx Xxx

Liabilitas

Utang usaha Xxx Xxx

Utang bank 8 Xxx Xxx

Jumlah liabilitas Xxx Xxx

EKUITAS

Modal Xxx Xxx

Saldo laba (defisit) 9 Xxx Xxx

Jumlah Ekuitas Xxx Xxx

Jumlah Liabilitas & Ekuitas Xxx Xxx

Sumber: Eksplosur Draft (ED) SAK EMKE

SAK EMKM tidak menentukan format dan urutan pos-pos yang

disajikan. Entitas dapat menyajikan asset lancar dan asset tidak lancar serta

liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang secara terpisah dalam

Page 15: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

23

laporan posisi keuangan. Entitas mengklasifikasikan asset lancar sebagai

berikut:

a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau

digunakan oleh entitas, dalam jangka waktu siklus operasi

normal;

b. Dimiliki untuk diperdagangkan;

c. Diharapkan untuk direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan

setelah akhir periode pelaporan; atau

d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya

dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan liabilitas

setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas jangka pendek, jika:

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus

akuntansi;

b. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan

setelah akhir periode pelaporan; atau

c. Entitas tidak mempunyai hak tanpa syarat untuk menunda

penyelesaian liabilitas setidaknya 12 bulan setelah akhir periode

pelaporan.

b. Laporan laba rugi selama periode

Laporan laba rugi adalah laporan yang dibuat untuk melihat kinerja

perusahaan selama satu periode tertentu. Di dalam laporan laba rugi ini

Page 16: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

24

menggambarkan keberhasilan maupun kegagalan yang dicapai oleh

perusahaan untuk mencapai tujuannya, dengan melihat antara penghasilan

atau pendapatan yang diterima dengan beban yang harus dikeluarkan untuk

mendapatkan penghasilan tersebut (Jusup, 2011). Laba atau rugi selama

periode akuntansi dapat diketahui dengan cara mengurangkan pendapatan

selama satu periode dengan beban di periode yang sama (Rudianto, 2012).

Dalam kondisi seperti ini, apabila perusahaan memperoleh penghasilan

lebih besar dibandingkan dengan beban, maka dapat dikatan bahwa

perusahaan memperoleh laba. Sedangkan apabila penghasilan yang

diperoleh perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan beban maka dapat

dikatan perusahaan mengalami kerugian. Berdasarkan SAK EMKM bab 5

paragraf 4 mengatakan bahwa laporan laba rugi mensyaratkan untuk

memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui selama suatu

periode, kecuali SAK EMKM mensyaratkan lain. Menurut IAI (2016),

laporan laba rugi entitas dapat mencakup pos-pos sebagai berikut:

a) Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang diterima oleh perusahaan

sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa kepada konsumen atau

kenaikan modal yang didapat perusahaan akibat dari penjualan

produk perusahaan (Rudianto, 2012). Berdasarkan SAK EMKM bab

14 paragraf 2, pendapatan diakui ketika terdapat hak atas

pembayaran yang diterima atau yang masih harus diterima baik

sekarang maupun pada masa yang akan datang. Kemudian dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

25

SAK EMKM bab 14 paragraf 4, mensyaratkan entitas dapat

mengakui pendapatan dari penjualan barang atau jasa ketika barang

tersebut telah dijual atau telah diberikan kepada pelaggan.

b) Beban keuangan

Beban keuangan adalah pengorbanan ekonomis yang dikelaurkan

oleh perusahaan untuk memperoleh barang atau jasa dalam aktivitas

operasi (Syam, 2014). Beban usaha ini dikeluarkan atau

dikorbankan oleh perusahaan untuk memperoleh pendapatan.

Menurut SAK EMKM bab 2 paragraf 25 menyatakan bahwa beban

diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan masa manfaat

ekonomiknya di masa depan telah dirasakan atau terjadi dan dapat

diukur secara andal.

c) Beban pajak

Beban pajak adalah jumlah antara pajak kini dan pajak tangguhan

yang diperhitungkan dalam laporan laba rugi untuk mengetahui laba

rugi bersih selama suatu periode tertentu.

Page 18: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

26

Tabel 2.2

Laporan laba rugi

ENTITAS

Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Yang Berakhir 31

Desember 20X8

PENDAPATAN Catatan 20X8 20X7

Pendapatan usaha 10 Xxx xxx

Pendapatan lain-lain Xxx xxx

Jumlah Pendapatan Xxx xxx

BEBAN

Beban usaha Xxx xxx

Beban lain-lain 11 Xxx xxx

Jumlah Beban Xxx xxx

Laba (Rugi) sebelum

Pajak Penghasilan Xxx xxx

Beban pajak penghasilan 12 Xxx xxx

Laba (Rugi) setelah Pajak

Penghasilan

Xxx

xxx

Sumber: Eksplosur Draft (ED) SAK EMKM

Dalam laporan laba rugi disyaratkan untuk memasukkan semua

penghasilan dan beban yang diakui selama suatu periode, kecuali SAK

EMKM mensyaratkan lain. Entitas menyajikan pos dan bagian dari pos

dalam laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami

kinerja keuangan entitas.

Page 19: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

27

c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan

rincian pos-pos tertentu yang relevan.

Catatan atas laporan keuangan adalah informai tambahan yang

diberikan oleh perusahaan menyangkut berbagai hal mengenai kebijakan

akuntansi dan informasi-informasi yang relevan dengan laporan keuangan

tersebut (Rudianto, 2012). Berdasarkan SAK EMKM bab 6 paragraf 4

mengatakan bahwa catatan atas laporan keuangan disajikan secara

sistematis sepanjang hal tersebut praktis dan sesuai dengan kondisi UMKM.

Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk silang ke informasi terkait

dalam catatan atas laoran keuangan. Kemudian dalam bab 6 paragraf 3

mengatakan bahwa informasi tambahan dan rincian yang disajikan

bergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh UMKM tersebut.

Sesuai dengan SAK EMKM bab 6 paragraf 2 bahwa catatan atas laporan

keuangan memuat:

a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan SAK EMKM;

b) Ikhtisar kebijakan akuntansi;

c) Informasi tambahan dan rician pos tertentu yang menjelaskan

informasi penting mengenai transaksi dan material sehingga

bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan yang

dibuat.

Page 20: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

28

Tabel 2.3

Catatan Atas Laporan Keuangan

ENTITAS

Catatan Atas Laporan Keuangan

31 Desember 20X8

1. Umum

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

Penting

a. Pernyataan kepatuhan

b. Dasar penyusunan

c. Piutang usaha

d. Persediaan

e. Asset tetap

f. Pengakuan pendapatan dan beban

g. Pajak penghasilan

3. Kas

Kas kecil – Rupiah

4. Giro

PT. Bank – Rupiah

5. Deposito

PT. Bank – Rupiah

Suku bunga – Rupiah

6. Piutang usaha

Toko A

Toko B

Jumlah

7. Beban dibayar di muka

Sewa

Asuransi

Lisensi dan perizinan

Jumlah

8. Utang bank

9. Saldo laba

10. Pendapatan penjualan

Penjualan

Retur penjualan

Jumlah

11. Beban lain-lain

Bunga pinjaman

Lain-lain

Jumlah

12. Beban pajak penghasilan

Pajak penghasilan

20X8

xxx

xxx

xxx

4,50%

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

20X7

xxx

xxx

xxx

5,00%

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

Page 21: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

29

Jenis informasi tambahan dan rincian pada catatan atas laporan

keuangan (CALK) yang disajikan bergantung pada jenis usaha yang

dilakukan oleh entitas. Catatan atas laporan keuangan disajikan secara

sistematis sepanjang hal tersebut praktis untuk dipahami oleh entitas.

D. Definisi dan Kriteria Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM)

Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

belum dikelola dengan manajemen modern yang menggunakan tenaga-

tenaga profesioanal (Marbun, 1996). Mackenzie et al. (2012) mengatakan

usaha kecil dan menengah atau UMKM ini adalah usaha yang tidak

mempunyai akuntabilitas publik atau tanggungjawab pada pihak luar atau

masyarakat secara umum dan mengeluarkan atau membuat laporan

keuangan hanya digunakan untuk kepentingan internal dan tidak untuk

tujuan umum bagi pengguna eksternal.

Pengertian Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) menurut

UU NO. 20 tahun 2008 bab 1 pasal 1 adalah sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

Page 22: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

30

langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh

badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha

nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing

yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli dan UU NO. 20 tahun

2008 mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah, dapat diambil

kesimpulan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah adalah usaha yang

dilakukan oleh orang perorangan atau individu secara langsung dan tidak

terikat oleh suatu badan usaha lain. Dalam UU NO. 20 tahun 2008 bab 2

pasal 3 mengatakan bahwa tujuan dari usaha mikro, kecil, dan menengah

yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahannya dalam rangka

Page 23: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

31

membangun perokonomian nasional yang berdasarkan demokrasi ekonomi

yang berkeadilan.

Kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah menurut UU NO. 20

tahun 2008 bab 4 pasal 6 adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Usaha Mikro

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus

juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Page 24: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

32

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima

puluh milyar rupiah).

Tabel 2.4

Kriteria UMKM

Jenis Usaha Asset Omzet

Usaha Mikro Maximal 50.000.000 Maximal 300.000.000

Usaha Kecil >50.000.000-500.000.000 >300.000.000-2.500.000.000

Usaha Menengah >500.000.000-10.000.000.000 >2.500.000.000-50.000.000.000

Sumber: UU NO. 20 tahun 2008 bab 4 pasal 6

Badan Pusat Statistik mengkatagorikan atau mengklasifikasikan

Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) berdasarkan jumlah tenaga

kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tenaga kerja dari usaha

mikro, kecil, dan menengah adalah kurang dari 100 orang. Jumlah tenaga

kerja ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: usaha mikro memiliki

jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja

antara 5 – 19 orang, dan untuk usaha menengah memiliki jumlah tenaga

kerja antara 20 – 99 orang. Sedangkan untuk usaha besar memiliki jumlah

tenaga kerja lebih dari 100 orang.

Page 25: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

33

Tabel 2.5

Jumlah Tenaga Kerja UMKM

Jenis Usaha Jumlah Tenaga Kerja

Usaha Mikro 1-4 Orang

Usaha Kecil 5-19 Orang

Usaha Menengah 20-99 Orang

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

E. Siklus Akuntansi

Proses akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terjadinnya

transaksi mulai dari buku transaksi sampai menjadi sebuah laporan

keuangan yang dapat dijadikan alat pertimbangan bagi manajemen untuk

pengambilan keputusan. Siklus akuntansi adalah urutan kerja yang harus

dilakukan oleh akuntan sejak awal mulai dari transaksi hingga

menghasilkan laporan keuangan perusahaan (Rudianto, 2012). Siklus ini

dimulai dari bukti transaksi atau input yang kemudian diproses sehingga

menghasilkan output yang berupa laporan keuangan. Akuntansi memiliki

siklus akuntansi yang disebut Accounting Cycle yang memproses bukti

transaksi hingga menghasilkan sebuah informasi keuangan. Siklus

akuntansi ini tidak akan pernah berhenti atau memiliki keberlangsungan

usaha selama perusahaan tersebut masih beropasi dan tidak diliquidasi baik

oleh pemiliik maupun karena mengalami kebangkrutan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

34

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi

Sumber: Syam (2011)

Dalam proses pencatatan akuntansi terdapat dua system pencatatan

yaitu berdasarkan akuntansi berbasis kas (Cash Basis Accounting) dan

berdasarkan dasar akrual (Accrual Basis Accounting). Di dalam metode

Cash basis ini pendapatan dilaporkan ketika uang telah diterima dan biaya

dilaporkan ketika uang telah dibayarkan, sedangkan metode Accrual basis

dimana pendapatan dilaporkan ketika terjadinnya transaksi dan biaya

dilaporkan ketika biaya tersebut digunakan oleh perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan usaha atau transaksi tersebut sudah langsung

diakui oleh perusahaan meskipun uang kas belum diterima oleh perusahaan

(Rudianto, 2012).

Menurut Rudianto (2012), penjelasan mengenai proses atau siklus

akuntansi yang dilakukan oleh entitas dapat dijabarkan sebagai berikut:

Page 27: BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

35

1. dimulai dari proses transaksi, dimana transaksi ini biasannya

dilakukan oleh entitas untuk mendapatkan barang atau

perlengkapan dan penjualan produk.

2. Mencatat transaksi-transaksi yang telah dilakukan kedalam

sebuah jurnal atau buku jurnal. Pencatatan transaksi kedalam

buku jurnal dapat dilakukan berdasarkan nomor urut atau

berdasarkan tanggal terjadinnya transaksi.

3. Kemudian memosting akun yang berada di jurnal atau buku

jurnal kedalam buku besar sesuai dengan jenis transaksi dan

nama akun masing-masing.

4. Menentukan saldo-saldo dalam buku besar di akhir periode.

5. Berdasarkan daftar saldo pada akhir periode tersebut akuntan

dapat menyusun laporan keuangan perusahaan pada periode

yang bersangkutan.