pengaruh pupuk p terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai berbiji besar pada budidaya kering dan...

50
LAPORAN PRAKTIKUM MK EKOLOGI PERTANIAN PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR KELOMPOK 04 Disusun oleh: Loretta Nauli Simanjuntak A24070039 Galvan Yudistira A24070040 Indri Fariroh A24070043 Aditya Permana Samosir A24070044 Dosen pembimbing: Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc

Upload: ivan-ara

Post on 27-Jul-2015

3.216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

LAPORAN PRAKTIKUM MK EKOLOGI PERTANIAN

PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan

PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada

BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

KELOMPOK 04

Disusun oleh:

Loretta Nauli Simanjuntak A24070039

Galvan Yudistira A24070040

Indri Fariroh A24070043

Aditya Permana Samosir A24070044

Dosen pembimbing:

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS

Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas tanaman

pangan yang penting di Indonesia. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-

polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur. Kedelai

dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Berdasarkan segi

agroekologi kedelai akan tumbuh optimal dengan toleransi keasaman tanah (pH

tanah) 5,8 – 7,0. Namun pada pH 4,5 kedelai juga dapat tumbuh. Pada pH

kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan alumunium.

Selain itu, pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang

baik.

Tanaman kedelai tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar

100-400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal kedelai membutuhkan

curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Praktikum budidaya kedelai ini dilakukan

pada kondisi lahan jenuh air dan lahan kering. Pemberian dosis pupuk P yang

berbeda-beda dilakukan untuk mengetahui pengaruh P terhadap produksi kedelai

ditinjau dari jumlah bintil akar dan bobot brangkasan kedelai, jumlah polong

basah serta bobot polong basah. Dosis P yang diberikan bervariasi dari 0 hingga

200 kg P2O5 per hektar. Sedangkan lingkungan tumbuh yang berbeda antara lahan

kering dan jenuh air, digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan marginal

terhadap produktivitas kedelai. Selain itu, penggunaan varietas yang toleran

terhadap lahan marginal juga dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui

produktivitas kedelai.

1.2 Tujuan

Mencari dosis pupuk P yang tepat pada kedelai berbiji besar pada budidaya

kering dan jenuh air.

Page 3: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedelai dengan Sistem Budidaya Jenuh Air

Kebutuhan pangan yang semakin meningkat dan semakin menyusutnya lahan-

lahan subur di pulau Jawa akibat konversi ke lahan non pertanian merupakan

contoh kompleksnya permasalahan pertanian di Indonesia. Lahan pasang surut

merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan pertanian. Luas lahan

pasang surut di Indonesia sekitar 20,1 juta hektar, dan sekitar 9,53 juta hektar

berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Lahan pasang surut yang mempunyai

potensi tinggi untuk ditanami kedelai seluas 2,08 juta ha, sedangkan yang

berpotensi sedang  seluas 1,33 juta ha.

Lahan pasang surut dibagi menjadi empat golongan menurut tipe luapan air

pasang,  yaitu tipe A, lahan terluapi oleh pasang besar (pada waktu bulan purnama

maupun bulan mati), maupun oleh pasang kecil (pada waktu bulan separuh). tipe

B, lahan terluapi hanya oleh pasang besar saja. tipe C, lahan tidak terluapi oleh air

pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya cukup

dangkal, yaitu kurang dari 50 cm. Tipe D, lahan tidak terluapi oleh air pasang

besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya dalam, lebih dari 50

cm.

Permasalahan pengembangan kedelai di lahan pasang surut adalah tingginya

kadar pirit yang menyebabkan rendahnya pH tanah pada saat kondisi teroksidasi.

Kadar pirit yang tinggi menyebabkan produktivitas kedelai di lahan pasang surut

masih rendah hanya sekitar 800 kg/ ha. Rendahnya produktivitas tanaman di lahan

pasang surut disebabkan oleh tingginya kemasaman tanah, kelarutan unsur Fe, Al

dan Mn serta rendahnya ketersediaan unsur hara terutama P dan K.  Oleh karena

itu perlu adanya usaha penurunan kadar pirit dan penambahan hara makro untuk

meningkatkan produktivitas kedelai di lahan pasang surut.

Adisarwanto (2000) berpendapat bahwa, genangan air sebenarnya merupakan

fenomena yang sering terjadi di lahan sawah, kelembaban tanah yang berlebihan

merupakan kendala dalam upaya meningkatkan produksi kedelai di lahan sawah.

Tanpa saluran drainase yang baik, kelembaban tanah menjadi tinggi dan

menyebabkan pertumbuhan tanaman kedelai menjadi tidak optimal, lingkungan

Page 4: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

tanah jenuh air yang ekstrem akan mengakibatkan akar tanaman menjadi busuk

karena kekurangan oksigen sehingga penyerapan unsur hara terhambat dan

akhirnya tanaman tumbuh kerdil (Rodiah dan Sumarno,1993). Ada 2 (dua) istilah

yang dikenal sehubungan dengan masalah kelebihan air, yaitu tanah tergenang

(water logging) dan tanah jenuh air (saturated soil). Kondisi air yang menggenang

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1) bertambah lamanya periode

musim hujan, (2) kuantitas curah hujan yang cukup deras setelah tanam kedelai,

(3) sistem drainase yang belum optimal.

Jenuh air dalam beberapa waktu selama pertumbuhan kedelai dapat

menurunkan hasil sampai 15-20%, untuk menekan kondisi jenuh air berlarut-larut

maka perlu dilakukan suatu usaha penelitian untuk mengetahui tingkat toleransi

dan adaptasi kedelai. Budidaya Jenuh Air (BJA) sebagai alternatif telah dapat

memperbaiki pertumbuhan dan peningkatan produksi dibandingkan irigasi biasa

pada beberapa varietas kedelai (Hunter et.al., 1980; Nathanson et.al., 1984;

Troedson et.al., 1984; Sumarno, 1986). Dari hasil penelitian pengembangan

bertanam kedelai di tanah jenuh air dilaporkan bahwa dengan budidaya jenuh air

diperoleh peningkatan hasil biji kedelai mencapai 2,4 ton/ha (Sumarno,1986). Di

Australia hasil dari tiap petak percobaan mencapai hingga 5,0 – 8,0 ton/ha atau

rata-rata mengalami peningkatan sebesar 10–25% (Lawn et.al., 1984; Troedson

et.al., 1983). Sementara itu, di Thailand Tengah dengan sistem tumpang sari

kedelai jenuh air bersama padi, diperoleh produksi kedelai yang meningkat dari

2,0 ton/ha menjadi 4,0 ton/ha (Pookpadi, 1994).

Pengaruh negatif kondisi tanah jenuh air tersebut dapat dikurangi, salah satu

upaya adalah dengan membuat saluran drainase dan tinggi permukaan air di dalam

saluran drainase agar selalu tetap pada tingkatan tertentu. Hal ini terkait dengan

kapasitas tanaman kedelai untuk memperbaiki pertumbuhannya melalui proses

aklimatisasi.

Usaha penurunan kadar pirit di lahan pasang surut dapat dilakukan dengan cara

pengaturan tinggi muka air agar kondisi tanah lebih reduktif. Adanya “Teknologi

Budidaya Jenuh Air” memberikan peluang untuk menurunkan kadar pirit.

Penurunan kadar pirit juga dapat dilakukan melalui “Tanpa Olah Tanah” atau

Page 5: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

“Pengolahan Tanah Ringan”, sehingga pirit tidak terangkat ke permukaan, serta

pemberian kapur dan pupuk kandang.

Budidaya Jenuh Air dan Penerapannya di Lahan Pasang Surut

Penelitian teknologi budidaya jenuh air telah dilakukan penulis sejak tahun

1990 dengan sumber dana dari Penelitian Dosen Muda, Penelitian Dasar, Hibah

Bersaing, Aplied Reseach Management Project (ARMP), dan pada tahun 2009

saat ini dapat dana dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk

diterapkan di lahan pasang surut di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago,

Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan.

Budidaya jenuh air merupakan penanaman dengan memberikan irigasi terus-

menerus dan membuat tinggi  muka air tetap. Air diberikan sejak tanaman

berumur 14 hari sampai polong berwarna coklat. Tinggi muka air tetap akan

menghilangkan pengaruh negatif dari kelebihan air pada pertumbuhan tanaman,

karena kedelai akan beraklimatisasi dan selanjutnya tanaman memperbaiki

pertumbuhannya. Tinggi muka air yang tepat di lahan pasang surut 15 cm di

bawah permukaan tanah, dengan lebar saluran 30 cm dan dalam saluran 25 cm.

Saluran air dipersiapkan pada setiap lebar bedengan 2 m. Adanya air pasang di

lahan pasang surut dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan budidaya jenuh air.

Pada saat pasang besar air akan semakin mudah masuk ke petakan melalui parit

(saluran) yang telah dipersiapkan, sedangkan jika pasang agak kecil dapat

didorong sedikit  dengan bantuan pompa air.

Penerapan Budidaya Jenuh Air (BJA) dapat dilakukan pada areal penanaman

dengan irigasi cukup baik maupun pada areal dengan drainase kurang baik seperti

lahan pasang surut. Di beberapa tempat, budidaya jenuh air dapat memperbaiki

pertumbuhan dan meningkatkan produksi dibandingkan budidaya kering.

Page 6: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Pada saat penelitian dilakukan di lahan pasang surut, kedelai ditanam dengan

jarak tanam 25 cm x 20 cm, 2

biji/ lubang (400 000 tanaman/

ha) dengan dosis pemupukan 2

ton kapur/ ha, 2.5 ton pupuk

kandang/ ha, 200 kg SP 36/ ha,

dan 100 kg KCl/ ha, dan diberi inokulum Rhizobium sp sebanyak 5 g/ kg benih.

Hasil pengujian varietas kedelai pada budidaya jenuh air di lahan pasang surut

menunjukkan bahwa varietas yang memberikan hasil tertinggi adalah Tanggamus,

kemudian Slamet, Anjasmoro, dan terendah adalah Wilis. Tanggamus dapat

mencapai hasil sebanyak 4,51 ton biji kering/ ha, karena mempunyai jumlah

polong isi terbanyak, meskipun mempunyai bobot 100 biji hanya 10 gram. Oleh

karena itu Tanggamus merupakan varietas terpilih yang akan dikembangkan

selanjutnya pada teknologi budidaya jenuh air di lahan pasang surut.

Pengelolaan Lahan Pasang Surut dengan Sistem

Budidaya Jenuh Air

Jika menggunakan Varietas Tanggamus yang

memberikan hasil 4,5 ton/ ha pada skala penelitian,

maka jika dikembangkan dengan skala usaha besar

biasanya mengalami transfer teknologi dengan

kehilangan hasil sekitar 40%, sehingga

produktivitas kedelai tercapai 2,7 ton/ ha. Untuk

memenuhi kebutuhan nasional sebesar 2,4 juta ton dengan kemampuan produksi

sebesar 0,7 juta ton, maka masih perlu menambah produksi sebesar 1,7 juta ton.

Oleh karena itu, jika ingin diusahakan di lahan pasang surut dengan produkivitas

2,7 ton/ ha perlu area seluas 630.000 ha dengan teknologi budidaya jenuh air.

Perlu dibentuk kawasan budidaya jenuh air agar dapat dikelola secara terpadu

dan tepat. Dalam pengelolaannya perlu diperhatikan beberapa hal. Tanam

serempak dalam bentuk kawasan budidaya jenuh air, agar hama dan penyakit

dapat ditekan terutama hama tikus. Penanaman dilakukan pada tipe luasan B dan

C yang airnya tersedia tetapi tidak terkena luapan banjir. Pola tanam perlu 

diperhatikan agar kedelai ditanam pada bulan Februari sampai Juli di lahan pasang

Page 7: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

surut agar air tersedia tapi salinitas belum tinggi. Perlu perbaikan tata air makro

dan mikro. Perlu disediakan sarana poduksi  kapur, pupuk P, K, dan Inokulan

dengan harga yang terjangkau bagi petani di lapangan. Perlu diajarkan  cara

penyimpanan benih kedelai sederhana di lapangan agar petani mampu mandiri

dalam penyediaan benih. Perlu difasilitasi agar kedelai dapat dipasarkan, karena

yang terjadi di lapangan sudah terbentuk jaringan pemasaranan kedelai impor,

sehingga meskipun kedelai lokal mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan

impor masih dibeli oleh pengarajin dengan harga lebih murah karena pengrajin

sudah tergantung dengan pemasok kedelai impor melalui penyediaan dana

pinjaman sebelumnya.

2.2 Kedelai dengan Sistem Budidaya Lahan Kering

Rekomendasi budidaya

Syarat benih: daya tumbuh di atas 80%, bernas, bebas hama/penyakit, tidak

keriput, murni dari varietas lain. Varietas unggul yang adaptasi seperti kipas putih,

kipas merah, wilis, dsb. Kebutuhan benih kedelai umumnya adalah: 120 kg

polong kering/ha, 80 kg bentuk biji/ha. Untuk penyiapan lahan, tanah diolah

sempurna, dibuat bedengan lebar 2 m, tinggi minimal 20 cm, panjang sesuai

kondisi lahan. Untuk penanaman, tanah ditugal sedalam 5 cm, tanam 1 biji/lubang

tanam, jarak tanam 40 x 15 cm.

Pemupukan

Takaran: 50 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl, kapur 400 kg/ha. Waktu

pemberian pupuk dasar dengan dosis 25 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl,

adalah satu hari sebelum/saat tanam. Untuk pupuk susulan: 25 kg urea/ha,

diberikan 30 hari setelah tanam. Kapur diberikan 2 kali, 7 hari sebelum tanam dan

umur 20 hari setelah tanam dengan takaran masing-masing 200 kg/ha. Pemberian

kapur dengan takaran 400 kg/ha, sebagai pupuk yang mensuplai unsur Ca sangat

diperlukan untuk polong dan pengisian biji kacang tanah. Cara pemberian pupuk

dasar adalah diberikan di samping barisan tanaman dengan jarak 5 cm dari lubang

tanaman. Untuk pupuk susulan jaraknya diperlebar hingga 7-10 cm dari barisan

tanam. Pemberian kapur susulan dengan cara dilarik 10 cm di samping baris

tanam.

Page 8: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Pemeliharaan

Penyiangan dilakukan 2 kali, umur sekitar 3 minggu dan 6 minggu setelah

tanam. Melakukan penyiangan saat berbunga sebaiknya jangan dilakukan karena

dapat menyebabkan bunga mudah rontok. Pengairan penting dilakukan terutama

saat berbunga, pembentukan polong dan pengisian biji. Bila curah hujan tidak

cukup dilakukan penyiraman secukupnya. Penggunaan insektisida dilakukan

apabila populasi hama sudah mencapai ambang kendali. Pengendalian hama

penting seperti ulat digunakan insektisida antara lain Decis, Dursban dan lain-lain.

Untuk pencegahan bakteri dapat diantisipasi dengan Agrept, sedangkan untuk

jamur digunakan Dithane atau Antracol. Penyemprotan fungisida apabila

intensitas penularan mencapai 35%. Fungisida yang digunakan disesuaikan

dengan gejala serangan.

Panen

Panen dilakukan dengan ditandai daun kuning dan kering, pohon kuning dan

coklat. Panen dilakukan dengan menggunakan sabit tajam, kemudian brangkasan

panen dikeringkan. Brangkasan kering dipecahkan dengan cara memukul dengan

kayu atau mesin perontok (thresser), kemudian biji dibersihkan. Biji yang sudah

bersih dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 12-14% untuk konsumsi, dan 9-

10% untuk calon benih. Biji yang sudah kering disimpan dalam wadah yang

bersih dan kering serta kedap udara.

2.3 Pengaruh Pupuk P

Lahan marginal adalah lahan yang memiliki tingkat keasaman

tanah yang tinggi seperti tanah ultisol, hydrandepth, atau histosol (Brawijaya,

2004 dalam Sofia, 2007). Pada tanah masam ini, unsur hara yang dibutuhkan

tanaman berada dalam bentuk ikatan kimia yang tidak dapat diserap langsung oleh

tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman kekurangan fosfat (P).

Unsur fosfor (P) dapat ditambahkan ke dalam tanah dengan memberikan pupuk

fosfat (P). Unsur P dapat terikat dalam bentuk Al-P, Fe-P dan Occluded-P.

Kekurangan P pada tanaman juga tidak dapat secara mudah dipenuhi dengan

pemberian pupuk P, karena pupuk P yang diberikan juga tidak dapat diserap

sepenuhnya oleh tanaman. Menurut Jones (1982) dari pupuk P yang diberikan

Page 9: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

hanya 10-30%  yang dapat diserap tanaman, selebihnya 70-90% tetap berada atau

terakumulasi di dalam tanah (Elfiati, 2005).

Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah nitrogen

(N) yang berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar (Ginting et

al., 2006). Unsur P merupakan salah satu unsur penyusun cadangan energi dalam

tanaman yaitu penyusun ATP dalam tanaman. Selanjutnya ATP ini merupakan

sumber utama dalam penyusunan protein maupun pembentukan biji pada tanaman

(Hasanudin, 2002).

Disamping itu penambahan pupuk P sangat penting untuk menambah

unsur fosfor pada tanah. Unsur fosfor sangat berguna bagi tanaman kedelai karena

dapat membantu pertumbuhan buah, bunga dan biji (Yandianto, 2003). Selain

berperan dalam pembentukan buah, bunga dan biji pada fase generatif, unsur

fosfor juga berperan dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan akar

tanaman. Kekurangan unsur ini dapat dilihat dari gejala pada tanamannya seperti

daun tua berubah warna menjadi tampak mengkilap merah keunguan kemudian

menjadi kuning keabuan dan rontok. Selain itu, batang menjadi kerdil dan tidak

menghasilkan bunga dan buah. Jika sudah terlanjur berbuah ukurannya kecil, jelek

dan lekas matang. Pupuk P didalamnya hanya terkandung hara P, dalam bentuk

P2O5. Jenis pupuk P yang terdapat di pasaran yaitu DS ( double superphosphate )

yang mengandung 36-38% P2O5, TSP ( triple superphospate ), yang mengandung

46% P2O5, dan SP-36 yang mengandung 36% P2O5 ( Redaksi Agromedia, 2007).

Menghadapi kendala-kendala dalam pemenuhan kebutuhan P pada tanaman

terutama pada kedelai yang membutuhkan banyak P untuk produksinya, maka

perlu suatu usaha yang dapat menguraikan unsur P yang terikat dalam tanah dan

mengefisienkan pemakaian pupuk P bagi tanaman. Salah satu

alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan kelompok mikroba

pelarut P, yaitu mikroba yang dapat melarutkan P yang terikat dan pupuk

P yang terakumulasi dalam tanah sehingga dapat diserap oleh tanaman (Ginting et

al., 2006) menyatakan bahwa pemanfaatan mikroba pelarut P diharapkan dapat

mengatasi masalah P pada tanah masam (Ginting et al., 2006)

Page 10: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Budidaya kedelai berbiji besar pada lahan kering dan jenuh air dilakukan di

kebun percobaan Cikarawang mulai hari Rabu, 14 Oktober 2009-Rabu, 16

Desember 2009.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan selama budidaya kedelai berbiji besar adalah sebagai

berikut:

Benih kedelai varietas Tanggamus

(toleran lahan masam)

Pupuk Kandang

Kapur

Pupuk KCL

Pupuk P2O5

Sedangkan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Cangkul

Timbangan digital

Ajir

Tugal

Penggaris

Tali rafia

Ember

Kamera

Alat tulis

3.3 Metode

Percobaan pada budidaya kering menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuan dosis pupuk P terdiri atas: 0 (P0), 50 (P1),

100 (P2), 150 (P3), 200 (P4) kg P2O5/ha. Sebagai pupuk dasar diberikan pupuk

kandang sebanyak 4 ton/ha, 2 ton kapur/ha, 100 kg KCl/ha yang disebar dan

dicampur sedalam lapisan olah dengan rotari atau cangkul pada 2 minggu sebelum

tanam. Ukuran petak 4 m x 5 m. Pada saat tanam kedelai diberi 5 g inokulan/kg

benih, dan 15 g Marshal/kg benih. Kedelai ditanam dengan jarak tanam 10 x 50

cm. Varietas kedelai yang digunakan adalah Tanggamus.

Sebagai pembanding akan ditanam kedelai pada budidaya jenuh air. Setiap

petak akan dikelilingi saluran air dengan lebar 30 cm dan dalam 20 cm. Air irigasi

akan diberikan sejak tanam sampai panen dengan ketinggian 10 cm dari

permukaan tanah. Ukuran petak 2 m x 3 m.

Page 11: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Variabel yang diamati dalam praktikum budidaya kedelai berbiji besar pada

lahan jenuh air dan lahan kering meliputi waktu 75% berbunga, tinggi tanaman,

jumlah daun trifoliate, jumlah cabang per tanaman, jumlah buku produktif per

tanaman, jumlah polong isi per tanaman, bobot biji, dan bobot basah brangkasan.

Waktu 75% berbunga terjadi pada saat tanaman berumur 6 MST untuk budidaya

kedelai di lahan kering dan 7 MST untuk budidaya kedelai di lahan jenuh air.

Untuk variabel pengamatan lainnya disajikan dalam tabel dan grafik berikut ini.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Budidaya Kering

Perlakuan Kel.Ulangan

ke-

Tinggi Tanaman Rata-rata dari 10 Tanaman Contoh (cm)

1 MST

2 MST

3 MST

4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

P0

2 1 4,7 12,51 16,71 22,7 30,28 42,45 43,188 2 5,685 11,42 17,01 23,83 29,67 37,61 43,1515 3 6,92 13,45 20 27,6 38,1 44 51,6

Rata-rata 5,768 12,46 17,91 24,71 32,68 41,35 45,98

P1

5 1 4,05 5,75 10,75 18,4 24,4 32,85 44,076 2 5,38 11,49 20,5 27,7 33,65 36,9 47,313 3 6,7 12,08 17,5 24,53 38,31 45,61 -

Rata-rata 5,377 9,773 16,25 23,54 32,12 38,45 45,69

P2

4 1 5,75 11,9 19,1 23,2 30,3 41,7 58,410 2 5,7 14,88 21,88 29,9 47,1 54,43 62,2312 3 7,25 14,78 17,9 23,53 33,34 36,85 -

Rata-rata 6,233 13,85 19,63 25,54 36,91 44,33 60,32

P3

1 1 5,375 11,41 19,4 25,13 36,58 42,28 53,87 2 4,5 19,4 21,25 21,7 35,05 36,5 38,3514 3 5,68 9,35 14,95 20,8 26,9 30,4 32,85

Rata-rata 5,185 13,39 18,53 22,54 32,84 36,39 41,67

P4

3 1 5,85 12,03 16,84 23,46 33,4 39,68 65,219 2 5,8 12,4 15,39 28,2 39,05 53,2 65,0511 3 6,73 12,65 19,73 24,11 35,05 45,75 57,56Rata-rata 6,127 12,36 17,32 25,26 35,83 46,21 62,61

Grafik 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Budidaya Kering

Page 12: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Pada perlakuan P2 yang menggunakan 100 kg P2O5/ha dalam budidaya

kedelai lahan kering, didapatkan tinggi rata-rata yang hampir sama dengan

perlakuan P4 yang menggunakan 200 kg P2O5/ha, yaitu sekitar 29 cm. Sedangkan,

pada perlakuan P3 yang menggunakan 150 kg P2O5/ha terlihat bahwa, tinggi

tanaman kedelai lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Untuk

perlakuan P0 dan P1 memiliki tinggi rata-rata di antara perlakuan P2 dan

perlakuan P4 serta perlakuan P3.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Budidaya Jenuh Air

Perlakuan Kel.Ulangan

ke-Tinggi Tanaman Rata-rata dari 10 Tanaman Contoh (cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MSTP0 13, 14, 15 1 5,7 9,4 15 20,8 26,9 30,4 32,9P1 4, 5, 6 1 5,1 10,4 17,5 23,8 27,3 33 40,6P2 10, 11,12 1 12,05 15,6 20,87 20,87 31,68 36,28 -P3 7, 8, 9 1 5,51 10,33 16,11 21,47 31,5 38,6 65P4 1 ,2, 3 1 6,4 11,89 16,99 22,58 29,18 38,15 38,93

Grafik 2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Budidaya Jenuh Air

Page 13: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Catatan: Pada 7 MST, kelompok 10, 11, 12 tidak melakukan pengamatan

sehingga tidak diperoleh data tinggi tanaman.

Berdasarkan, grafik diatas terlihat bahwa perlakuan P3 mempunyai

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain, yaitu

26,93 cm. Sedangkan, perlakuan P2 merupakan perlakuan yang kurang baik. Hal

ini terlihat dengan adanya rata-rata tinggi tanaman yang rendah, yaitu 19,6 cm.

Pada perlakuan P0 yang tidak menggunakan pupuk P2O5/ha, diperoleh rata-rata

tinggi tanaman sebesar 20,2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk P tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman.

Pada budidaya kedelai lahan kering, perlakuan yang paling baik adalah

perlakuan P2 yang menggunakan 100 kg P2O5/ha. Hal ini tercermin dengan rata-

rata tinggi tanaman sebesar 29,53 cm. Sedangkan, perlakuan P3 yang

menggunakan 150 kg P2O5/ha merupakan perlakuan yang paling baik pada

budidaya kedelai jenuh air. Dari kedua hal ini, terlihat bahwa dosis pupuk P tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan batang tanaman kedelai.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai

Budidaya Kering

Page 14: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Perlakuan KelompokUlangan

ke-

Jumlah Daun Trifoliate Rata-rata dari 10 Tanaman Contoh

1 MST

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

P0

2 1 0 2 3 5 6 7 88 2 0 1,75 2,8 4,6 7,65 8,05 8,5515 3 0 3,1 4,1 5,8 7,1 7,8 9

Rata-rata 0 2,283 3,3 5,133 6,917 7,617 8,517

P1

5 1 0 1,6 2,7 3,8 4,5 7 9,26 2 0 2 4,7 7,6 11,4 8,1 9,713 3 0 0 0 3,8 6,9 8  

Rata-rata 0 1,2 2,467 5,067 7,6 7,7 9,45

P2

4 1 0 1 3 5 7 9 1210 2 0 2 4,95 5,7 8,65 9,65 11,412 3 0 2 2,55 4,35 6,6 7,389  

Rata-rata 0 1,667 3,5 5,017 7,417 8,68 11,7

P3

1 1 0 2 3 6 8 9 127 2 0 3 5,8 5,6 6,5 9 9,414 3 1 2,3 3,7 5,5 6,6 7,3 7,5

Rata-rata 0,333 2,433 4,167 5,7 7,033 8,433 9,633

P4

3 1 1 2 3 4 6 8 99 2 0 1,4 2,7 5,8 9,4 10,5 11,811 3 2,4 4,1 7,1 11,6 14,7 16,6 18,4

Rata-rata 1,133 2,5 4,267 7,133 10,03 11,7 13,07

Grafik 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai

Budidaya Kering

Page 15: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Pada perlakuan P4 budidaya lahan kering diatas, terlihat bahwa tanaman

kedelai mengalami pertumbuhan daun yang signifikan. Selain itu, dari kelima

perlakuan diatas, dapat diketahui pula bahwa rata-rata jumlah daun per tanaman

adalah sebanyak lima daun trifoliate.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai

Budidaya Jenuh Air

Perlakuan KelompokUlangan

ke-

Jumlah Daun Trifoliate Rata-rata dari 10 Tanaman Contoh

1 MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MSTP0 13, 14, 15 1 1 2,3 3,7 5,5 6,6 7,3 7,5P1 4, 5, 6 1 0 2 3 5 7 9 11P2 10, 11,12 1 0 1,8 2,55 3,7 6,4 9,05 -P3 7, 8, 9 1 0 1,5 3,35 5,05 9,8 12,2 12,8P4 1 ,2, 3 1 0 2 3 4 7 9 9

Grafik 4. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai

Budidaya Jenuh Air

Page 16: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Catatan : Pada 7 MST, kelompok 10, 11, 12 tidak melakukan pengamatan

sehingga tidak diperoleh data jumlah daun.

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa perlakuan P2 merupakan perlakuan

yang memiliki jumlah daun trifoliate yang paling sedikit, yaitu sebanyak tiga

daun. Sedangkan, perlakuan P3 merupakan perlakuan yang paling baik. Hal ini

dikarenakan perlakuan P3 mempunyai jumlah daun trifoliate tertinggi, yaitu

sebanyak enam daun.

Sama halnya dengan tinggi tanaman, pupuk P juga tidak terlalu berpengaruh

nyata terhadap pembentukan daun trifoliate. Walaupun perlakuan P4 budidaya

lahan kering menggunakan dosis pupuk P yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan P3 budidaya jenuh air, tapi hal itu tidak menjamin bahwa perlakuan P4

mempunyai jumlah daun trifoliate yang lebih tinggi. Hal ini, terlihat bahwa

perlakuan P4 budidaya lahan kering mempunyai lima daun dan perlakuan P3

budidaya jenuh air memiliki jumlah daun trifoliate sebanyak enam daun.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering (Panen)

Page 17: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Perlakuan

KelUl. ke-

Tinggi

Tanaman (cm)

Σ Binti

l Akar

Σ Caba

ng

Σ Buku Produktif

Σ Buk

u Produktif Tota

l

Σ Polon

g Total

Bobot

Polong

Total (g)

Bobot Brangkasan

(g)

Bobot

Tajuk (g)

Bobot

Akar (g)

Batang Utama

Batang

Cabang

P0

2 1 56,5 39 3 8 12 20 43 8,8 42,3 38,8 3,58 2 56,0 26,7 3 11,8 8,7 21 38,8 8,2 27,8 26,2 1,715 3 56,1 31 3 8,7 10,7 19,3 35,8 7,7 31,2 28,7 2,5Rata-rata 56,2 32,2 3 9,5 10,4 20,1 39,2 8,2 33,8 31,2 2,6

P1

5 1 50,1 13,3 3,7 12,5 3,8 16 42,2 12,7 33,2 30,8 2,36 2 68,3 35,7 3,2 10,3 7,2 18 46,7 10 38,3 34 4,313 3 30,8 29,2 4,7     19 52,8 12,2 54,5 48,2 6,3Rata-rata 49,7 26,1 3,8 11,4 5,5 17,7 47,2 11,6 42 37,7 4,3

P2

4 1 58,8 18 3 7 12 19 51 12,3 38,8 35 3,8

10 2 75,83 22,7 4,83 9 14,3 23 59,5 12,3 44,5 41,2 3,312 3 61,7 29,4 0,67 8,2 5,7 14 38,5 8,2 52,7 47 5,7Rata-rata 65,4 23,4 2,8 8,1 10,7 18,7 49,7 10,9 45,3 41,1 4,3

P31 1 53,3 18 5 7 10 17 44,3 10,3 41,2 37 4,27 2 67,8 18,7 3,5 6,8 13,2 20 44,5 23 44,8 40,3 4,514 3 55,8 17,7 5,7 12 9,2 21,2 36,3 6,3 34,5 31,7 2,8Rata-rata 59,0 18,1 4,7 8,6 10,8 19,4 41,7 13,2 40,2 36,3 3,8

P4

3 1 56,4 21 4 10 10 20 39 7,5 30,3 28,2 2,29 2 67,6 21,5 7,3 9,2 11,7 21 51,3 7,1 62,2 58 4,211 3 66,8 29,8 4,2     10,7 32,2 6,5 31 27,7 3,3Rata-rata 63,6 24,1 5,2 9,6 10,8 17,2 40,8 7,0 41,2 38,0 3,2

Grafik 5. Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering (Panen)

Page 18: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Keterangan: BPBU : Buku Produktif Batang Utama

BPBC : Buku Produktif Batang Cabang

BPT : Bobot Polong Total

Berdasarkan grafik dan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan P2 saat

panen mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pada empat

perlakuan lainnya. Sedangkan untuk jumlah bintil akar, pada kedelai dengan

perlakuan P0 mempunyai jumlah bintil akar yang terbanyak diantara keempat

perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dosis pemupukan tidak

mempengaruhi banyaknya bintil akar pada kedelai secara nyata. Pupuk P

berpengaruh terhadap perkembangan akar. Apabila tanaman mengalami defisiensi

P, maka akar tanaman akan memanjang untuk mendapatkan unsur P di sekitar

pertanaman. Sedangkan jumlah cabang yang paling banyak terdapat pada

perlakuan P4. Pada jumlah cabang, kelima perlakuan mempunyai cabang yang

sama, karena pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap banyaknya cabang.

Pada buku produktif batang utama, perlakuan P1 memiliki jumlah buku yang

terbanyak sedangkan pada perlakuan P1, buku produktif batang cabang memiliki

jumlah yang paling sedikit. Pada jumlah buku produktif, pada perlakuan P0

menunjukkan hasil yang paling banyak. Pada jumlah polong total, perlakuan P2

menunjukkan jumlah terbanyak di antara keempat perlakuan lainnya. Pada bobot

polong total, perlakuan P3 mempunyai bobot polong terbanyak dibandingkan

perlakuan lainnya.

Page 19: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Menurut literatur, pupuk P berpengaruh terhadap buah, bunga, dan biji.

Semakin banyak dosis pupuk P, maka pengisian polong akan semakin banyak,

tetapi pada hasil yang diperoleh, berbeda dengan literatur. Hal ini bisa diakibatkan

oleh, penghitungan polong yang dilakukan saat panen basah kurang teliti, dan

banyak polong yang hampa ikut dihitung. Selain itu gulma, hama, dan penyakit

juga mempengaruhi pengisian polong, karena persaingan gulma dengan tanaman

dapat mempengaruhi pengambilan nutrisi untuk pengisian polong. Semakin besar

bobot polongnya, maka semakin kecil bobot akarnya, hal ini disebabkan karena

saat pengisian polong, pertumbuhan akar, daun, dan batang akan mencapai

maksimum karena semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman akan digunakan

untuk pertumbuhan generatif terutama untuk biji.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Jenuh Air (Panen)

Perlakua

n

Kelompok

Ulangan

ke-

Tinggi

Tanaman (cm)

Σ Bintil Akar

Σ Cabang

Σ Buku Produktif Σ Buku

Produktif

Total

Σ Polong Total

Bobot Polon

g Total (g)

Bobot Brangkasan

(g)

Bobot Tajuk

(g)

Bobot Akar (g)

Batang

Utama

Batang

Cabang

P0 13, 14,15 1 33,7 29,2 4,7 7,8 13,7 21,5 52,8 12,2 54,5 48,2 6,3P1 4, 5, 6 1 49,8 22 5 9 16 25 55 18,5 60,5 55,8 4,67P2 10, 11,12 1 53,9 26 3 10 8 17 47 11,5 79 73 6P3 7, 8, 9 1 64,5 12,7 2,7 4,8 7,5 12,3 49,2 10 38,2 35,8 2P4 1 ,2, 3 1 54,5 26 2 9 10 18 43 11,5 36,5 32,3 4,17

Grafik 6. Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Jenuh Air (Panen)

Page 20: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Keterangan: BPBU : Buku Produktif Batang Utama

BPBC : Buku Produktif Batang Cabang

BPT : Bobot Polong Total

Berdasarkan grafik, dapat dilihat tinggi kedelai perlakuan P3 pada budidaya

jenuh air mempunyai pertumbuhan yang paling baik di antara perlakuan lainnya.

Pada budidaya lahan kering, perlakuan P2 yang mempunyai pertumbuhan paling

baik. Pada jumlah bintil akar, pada perlakuan P0 mempunyai jumlah bintil akar

yang terbanyak, sama seperti pada lahan kering. Perlakuan P1 mempunyai jumlah

polong total pada jenuh air yang lebih banyak diantara perlakuan lainnya. Pada

lahan kering, perlakuan pada P2 memiliki jumlah polong yang lebih banyak.

Jumlah polong total pada jenuh air lebih banyak yaitu pada perlakuan P0 sebesar

52 dibandingkan jumlah polong total pada perlakuan P2 lahan kering yaitu 49.

Budidaya Jenuh Air (BJA) sebagai alternatif telah dapat memperbaiki

pertumbuhan dan peningkatan produksi dibandingkan irigasi biasa pada beberapa

varietas kedelai (Hunter et.al., 1980; Nathanson et.al., 1984; Troedson et.al.,

1984; Sumarno, 1986). Dari hasil penelitian pengembangan bertanam kedelai di

tanah jenuh air dilaporkan bahwa dengan budidaya jenuh air diperoleh

peningkatan hasil biji kedelai mencapai 2,4 ton/ha (Sumarno,1986).

Pada bobot akar, perlakuan P3 memiliki bobot yang paling rendah di antara

perlakuan lainnya. Sedangkan pada budidaya lahan kering, perlakuan P4 memiliki

bobot akar yang paling sedikit. Semakin besar dosis pupuk yang diberikan,

Page 21: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

berpengaruh pada jumlah bintil akarnya. Semakin banyak dosis pupuk P, bintil

akar akan semakin banyak dan bobot akar akan semakin kecil.

Budidaya jenuh air dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan

produksi dibandingkan budidaya kering. Budidaya jenuh air merupakan

penanaman dengan memberikan irigasi terus-menerus dan membuat tinggi  muka

air tetap. Air diberikan sejak tanaman berumur 14 hari sampai polong berwarna

coklat. Tinggi muka air tetap akan menghilangkan pengaruh negatif dari kelebihan

air pada pertumbuhan tanaman, karena kedelai akan beraklimatisasi dan

selanjutnya tanaman memperbaiki pertumbuhannya.

Pengaruh lingkungan seperti curah hujan juga berpengaruh terhadap genangan

air pada lahan jenuh air. Tanpa saluran drainase yang baik, kelembaban tanah

menjadi tinggi dan menyebabkan pertumbuhan tanaman kedelai menjadi tidak

optimal, lingkungan tanah jenuh air yang ekstrem akan mengakibatkan akar

tanaman menjadi busuk karena kekurangan oksigen sehingga penyerapan unsur

hara terhambat dan akhirnya tanaman tumbuh kerdil (Rodiah dan Sumarno,1993).

Sedangkan pada lahan budidaya kering, curah hujan yang tinggi berpengaruh pada

hama dan penyakit yang menyerang pada lahan kedelai. Saat curah hujan tinggi,

kelembaban juga tinggi sehingga mendukung pertumbuhan penyakit. Pengaruh

negatif kondisi tanah jenuh air tersebut dapat dikurangi, salah satu upaya adalah

dengan membuat saluran drainase dan tinggi permukaan air di dalam saluran

drainase agar selalu tetap pada tingkatan tertentu. Hal ini terkait dengan kapasitas

tanaman kedelai untuk memperbaiki pertumbuhannya melalui proses aklimatisasi.

OPT yang menyerang tanaman kedelai pada lahan kering adalah sebagai

berikut: Gulma

Digitaria sanguinis

Borreria alata

Axonopus compressus

Mimosa pudica

Phyllanthus urinaria

Mimosa invisa

Digitaria adscendes

Amaranthus dubius

Eleusine indica

Richardia brassiliensis

Hama Walang sangit

Page 22: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Belalang

Penyakit

Karat daun

OPT yang menyerang tanaman kedelai pada lahan jenuh air adalah sebagai

berikut: Gulma

Cleome rutidosperma

Phyllanthus urinaria

Mimosa pudica

Mimosa invisa

Cyperus sp.

Ludwigia octovalvis

Hama

Walang sangit

Belalang

Belalang pedang

BAB V

Page 23: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

KESIMPULAN

Berdasarkan beberapa metode perlakuan pada pupuk P yang diberikan pada

kedelai dengan varietas Tanggamus pada kondisi lahan kering dan jenuh air,

belum dapat ditemukan dosis pemupukan yang tepat untuk kedelai di lahan kering

maupun lahan jenuh air. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengamatan yang tidak

sesuai dengan literatur yang diberikan. Pupuk P berpengaruh terhadap

pertumbuhan buah, bunga, dan biji. Selain itu, pupuk P juga berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman dan akar kedelai. Semakin banyak dosis pupuk P yang

diberikan, maka jumlah bintil akar akan semakin banyak dan bobot akar akan

berkurang. Selain itu, jumlah polong maupun bobot polong pada lahan jenuh air

lebih besar dibandingkan kedelai pada budidaya lahan kering. Hal ini juga sesuai

dengan literatur yang menunjukkan bahwa budidaya jenuh air dapat meningkatkan

produksi dan memperbaiki pertumbuhan pada beberapa varietas terutama pada

varietas Tanggamus.

SARAN

- Saat praktikum hendaknya tepat dengan jam praktikum agar praktikum tidak

menunggu lama dan jam kuliah untuk selanjutnya tidak tergesa-gesa.

- Kesesuaian penyampaian informasi tentang morfologi kedelai hendaknya

disamakan agar praktikan tidak bingung dalam memahami penyampaian

informasi yang akan disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Adisarwanto, T. 2001. Bertanam Kedelai di Tanah Jenuh Air (Opsi Innovative

Pengelolaan Air untuk Kedelai di Lahan Sawah Irrigasi). Buletin Palawija.

Jurnal Tinjauan Ilmiah Penelitian Tanaman Palawija. 1 (2) : 2001. 16 hal

Adisarwanto, T. dan Suhartina. 2000. Toleransi Kedelai terhadap Kondisi

Tanah Jenuh Air pada Berbagai Fase Pertumbuhan. Laporan Teknis Tahun

1999/2000. 10 hal

Ghulamahdi, M., F, Rumawas, J, Wiroadmojo dan J, Koswara. 1991. Pengaruh

Pemupukan Fosfor dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Kedelai pada Budidaya Jenuh Air. Forum Pasca Sarjana. IPB

Bogor : 14 (1-2) : 25-34

http://bangkittani.com/.../kedelai-ditanam-dengan-sistem-budidaya-jenuh-air/ [19

Desember 2009]

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/biologi/pengaruh-bakteri-pelarut-fosfat

terhadap-produksi-tanaman-kedelai-glycine-max- [19 desember 2009]

www.pustaka-deptan.go.id [ 19 Desember 2009]

LAMPIRAN

Page 25: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

1. Data Curah Hujan Harian Dramaga

Lokasi : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

Lintang : 06.33'12,9'' LS

Bujur : 106.44'59,4'' BT

Elevasi : 190 m

TGL JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES                         

1                   - 23 0,22     33,9 - 313     27 - 144     55,2 - -5     0,4 - 486     35 - 2,47     - 39 TTU8     1,3 TTU 199     TTU 4,3 TTU10     - 1,5 -11     12 2,8 3012     5,3 20 TTU13     3 TTU 2414     1 9 7,615     12 78  16     4,2 3,9  17     - 1,9  18     35,5 48  19     4,6 TTU  20     - 27  21     - TTU  22     0,5 8  23     42,6 13  24     26 -  25     63 44  26     - 13  27     1,2 1,8  28     4,1 -  29     46,4 TTU  30     TTU 70  31                   1,6    

Jumlah                   416 407  

Page 26: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Keterangan : Satuan curah hujan dalam mm

(-) Tidak ada curah hujan

(0,0) Curah hujan tidak terukur (TTU)

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 1 (Ulangan 1)

Perlakuan P3

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate

1 MST

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

1 MST

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

1 5,45 11,45 18,3 27,25 30 35,25 44 0 2 3 5 7 9 122 5,35 11,65 17 25,75 39,25 43 75 0 2 3 6 7 8 113 5,6 11,25 21,3 25,25 39,75 45 43 0 2 3 6 8 9 114 5,45 11,15 20 25 39,5 41 46 0 2 3 6 7 9 105 5,55 11,19 20,4 24,25 35,25 46 57 0 2 2 5 7 9 116 5 10,7 18 24 30,25 33 37 0 2 3 6 8 9 117 5,15 12 20 24,27 35,25 44 64 0 2 3 6 8 9 128 5,85 11,75 22,2 25,5 39 42 59 0 2 3 5 7 8 149 5 11,5 17,5 22,5 35,5 47 54 0 2 4 6 8 10 13

10 5,35 11,45 19,3 27,5 42 46,5 59 0 2 3 5 8 9 12Rata-rata

5,38 11,41 19,4 25,13 36,58 42,28 53,8 0 2 3 6 8 9 12

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 2 (Ulangan 1)

Perlakuan P0

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST

1 4,75 11,85 15,7 22 30,5 48 48,6 0 2 3 5 6 7 82 5 12,3 14,9 21,5 28,3 44 45 0 2 3 5 6 8 93 5,5 13,1 18,9 26,5 31 40 40,1 0 2 3 6 7 7 74 4,75 13,8 17,4 23 35,4 44,5 45 0 1 2 4 5 6 65 5 12,75 16,7 20,5 27,3 37 37,5 0 2 3 4 5 6 76 5 12,3 18 25 28,8 44 45 0 2 3 5 6 8 97 3,75 12,2 15,6 21 29 47 48 0 1 2 4 5 7 88 4,5 12,05 16,4 22 28 35 35,7 0 1 2 4 5 6 7

Page 27: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

9 4,25 12,4 17,2 24 37 43,5 44,3 0 1 2 5 6 8 910 4,5 12,35 16,4 21,5 27,5 41,5 42,8 0 1 2 5 6 7 8

Rata-rata 4,7 12,51 16,7 22,7 30,28 42,45 43,2 0 2 3 5 6 7 8

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 3 (Ulangan 1)Perlakuan P4

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST

1 5,5 11,9 14,9 19 31,5 32 54,3 1 2 2 3 6 7 72 6,1 12,1 17 23,9 33,9 45 52,1 1 2 3 4 6 8 63 5,4 12,4 16,8 21,5 30 38 65,2 1 3 3 4 6 8 94 5,5 13,2 16,8 23,4 34,4 40,3 59,8 1 2 2 3 7 7 85 5,4 10,9 15,9 22,7 32,3 37,8 66,9 1 2 3 4 5 7 86 6,4 11,2 14,3 23,5 27,1 23,5 46,3 1 2 2 5 7 8 97 6 11,6 15,8 22,6 33,6 41,6 71,6 1 2 3 4 6 8 108 6,2 12,9 19,6 26 36,9 40,3 68,9 1 2 3 4 7 10 129 5,3 11,7 18,6 25 33,9 46 78,8 1 2 3 5 7 9 1010 6,7 12,4 18,7 27 40,4 52,3 88,2 1 2 3 5 7 11 15

Rata-rata 5,85 12,03 16,8 23,46 33,4 39,68 65,2 1 2 3 4 6 8 9

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 4 (Ulangan 1)

Perlakuan P2

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1 6,3 12 17 21,5 27 39 55,8 0 1 3 5 7 9 112 6,6 12,5 20 22 32 47 53 0 1 4 6 7 8 113 6,3 13 22 24 28 37 51 0 1 3 5 6 8 104 5,5 11 19 23,5 29 39 58 0 1 3 6 6 7 95 5,8 12 18 23 34 41 63 0 1 3 5 7 9 116 4,8 11 19 24 35 42 62 0 1 2 5 6 9 117 5,8 12 20 23 28 46,5 64 0 1 3 5 7 9 128 5,8 11,5 17 17,5 25 42 60 0 1 3 5 7 13 159 5,3 11 20 29,5 34 45,5 58 0 1 3 5 8 11 1410 5,3 13 18,5 24 31 38 59 0 1 3 4 8 10 12

Rata-rata

5,75 11,9 19,1 23,2 30,3 41,7 58,4 0 1 3 5 7 9 12

Page 28: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 5 (Ulangan 1)

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST

1 4 5,8 10 19,5 28,5 35 50 0 2 3 4 5 7 122 3,5 5,7 8,5 20,5 26,5 33 46,5 0 1 2 3 5 8 133 4,5 6,4 11 15,5 18 21 25,5 0 2 3 4 4 5 64 3 5,1 8,5 13 16 28 32,5 0 1 1 2 2 7 105 4 5,2 9 10 16 25,5 37,5 0 2 2 3 3 6 86 5 7,6 13 21,5 27,5 35,5 49 0 2 3 4 5 8 107 3,5 4,8 11,5 19 25,5 33 49,5 0 1 3 4 5 8 98 5 6,5 14,5 22 30,5 41 57,7 0 1 2 5 6 8 99 4 5,2 12 23,5 30 37 47,5 0 2 4 4 5 7 810 4 5,2 9,5 19,5 25,5 39,5 45 0 2 4 5 5 6 7

Rata-rata 4,05 5,75 10,8 18,4 24,4 32,85 44,1 0 1,6 2,7 3,8 4,5 7 9,2

Perlakuan P1

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 6 (Ulangan 2)

Perlakuan P1Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST

1 5,5 11,8 19,5 28 35,5 39 51 0 2 5 7 12 9 112 4,5 10 18 26 34 37 50 0 2 7 8 12 8 103 5 11,4 20 29,5 36,5 41 51 0 2 4 8 12 9 104 6 11,7 14,5 17 19 27 35 0 2 5 8 12 9 65 5,5 12,5 25,5 30,5 36 40 47 0 2 6 8 9 9 96 5,5 11,5 20,5 29 35 37 47 0 2 3 7 12 8 117 5,3 11,2 20,5 27 29,5 33 43 0 2 3 6 12 7 98 5,5 11,5 25 30,5 36,5 36 52 0 2 4 7 10 8 149 5,5 12 22,5 32 39,5 41 55 0 2 5 11 13 7 8

10 5,5 11,3 19 27,5 35 38 42 0 2 5 6 10 7 9Rata-rata

5,38 11,49 20,5 27,7 33,65 36,9 47,3 0 2 4,7 7,6 11,4 8,1 9,7

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 7 (Ulangan 2)

Perlakuan P3

Tanaman Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate

Page 29: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

Contoh ke-

1 MST

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

1 MST

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

1 0,25 24 24 24,5 37,5 39 41,5 0 3 6 6 7 11 92 5,25 18,5 19 19,5 37 38 39,5 0 4 6 7 8 11 113 6,25 20,5 23,5 24 43,5 44 47 0 2 5 5 6 9 84 5,5 20 25 25,5 34 36 38,5 0 4 7 5 6 11 105 5,5 24,5 25,5 25,5 45,5 47 47 0 4 6 5 7 10 106 5 14 15,5 15,5 28,5 31 33,5 0 4 6 4 8 8 107 3,25 20 23,5 24,5 40 41,5 46 0 3 5 9 7 8 88 5,5 21,5 23 24 35 36,5 37 0 2 6 5 5 9 119 4,25 8 9,5 9,5 15 15,5 15,5 0 2 5 5 6 5 810 4,25 23 24 24,5 34,5 36,5 38 0 2 6 5 5 8 9

Rata-rata 4,5 19,4 21,3 21,7 35,05 36,5 38,4 0 3 5,8 5,6 6,5 9 9,4

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 8 (Ulangan 2)

Perlakuan P0

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1 5 11,6 15,9 20,2 21,3 28 39,3 0 2 1,5 2,5 2 4 42 4,8 6,6 18,1 19,85 24,5 31 35,3 0 1 3 3,5 6,5 6 53 4,75 10,6 20,8 23,7 30,75 40,5 48,5 0 2 3 5 8 9 10,54 5,9 13,75 18,2 26,15 30,25 39,1 51,3 0 2 3 5 9 7,5 9,55 4,85 10,45 11,3 24,65 31,75 40,65 57 0 2 3,5 5,5 9 8,5 136 5,6 12,35 16,1 24,9 31 40,4 44,5 0 1,5 3 4,5 8,5 7,5 11,57 5,7 11,7 17,5 24,3 28,5 39,6 29,2 0 1,5 3 5 8 8 98 5,2 12,4 18,2 24,55 30,65 39,75 20 0 1,5 3 4,5 7 8 6,59 5,15 12,8 17,5 22,9 30,75 36,8 54 0 2 3 5 10 13 8,510 9,9 11,9 16,6 27,1 37,25 40,25 52,5 0 2 2 5,5 8,5 9 8

Rata-rata 5,69 11,42 17 23,83 29,67 37,61 43,1

01,75 2,8 4,6 7,65 8,05 8,55

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 9 (Ulangan 2)

Perlakuan P4

Tanaman Contoh

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

Page 30: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

ke-MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST

1 5,5 11,9 13,5 28 39,5 54 65 0 1 2 6 10 8 92 6 14 13,8 30,5 39,5 53 61 0 2 3 6 10 12 113 5,5 12 16,4 31,5 41 51 65,5 0 1 2 7 9 13 154 7 12,5 13,5 25,5 37 52 67 0 1 3 5 10 9 115 5,5 11,3 18 25,5 36,5 50 65 0 1 3 5 10 9 96 5,5 12 16 30 41,5 52 62 0 2 3 6 9 11 127 5,5 12,3 15,4 28 39,5 56 67,5 0 2 3 6 9 12 138 6,5 12,5 13 30 37 50 60,5 0 1 3 5 7 10 129 6 14 19 28 40,5 56 68 0 1 2 7 10 11 1410 5 11,5 15,3 25 38,5 58 69 0 2 3 5 10 10 12

Rata-rata 5,8 12,4 15,4 28,2 39,05 53,2 65,1 0 1,4 2,7 5,8 9,4 10,5 11,8

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 10 (Ulangan 2)

Perlakuan P2

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST

1 6,5 15 20,8 27,25 42,5 52 64,5 0 2 4,5 5,5 8 10 10,52 6,5 15,5 23,3 30,75 55,5 66 82,8 0 2 5 6 10 11 12,53 6 16,5 23,5 21,5 40 47 56,5 0 2 5 5,5 8 9,5 11,54 6 15,25 13,5 28,5 44,5 55,5 60 0 2 5 6 8 9,5 125 6,5 15,5 24,3 29,25 50 57 61,5 0 2 4,5 5 7 8,5 106 5 14,5 23,5 25,75 48,5 53,75 59 0 2 5 6 9 10 11,57 5 14 23 28,25 48 56,25 64,5 0 2 5,5 5,5 8,5 9,5 11,58 5 16 22,5 28,75 47,5 53,5 62 0 2 5 6 9,5 10,5 12,59 5,5 13 21 26,5 43,5 47,75 50,5 0 2 5,5 6 10,5 9 10,510 5 13,5 23,5 52,5 51 55,5 61 0 2 4,5 5,5 8 9 11,5

Rata-rata 5,7 14,88 21,9 29,9 47,1 54,43 62,2 0 2 4,95 5,7 8,65 9,65 11,4

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 11(Ulangan 3)

Perlakuan P4

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST

Page 31: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

1 6,85 17,5 21 27,4 33 45,5 57,7 1 4 5 11 14 16 182 6,25 10 15,8 18,7 33,2 44,8 58,5 3 4 6 11 14 17 193 6,75 11 16 26,6 37 48,6 57 2 4 7 12 15 18 204 6,8 18 22 18,4 27 37,8 49,5 3 5 8 13 16 18 205 6,25 9 17,5 22 36 47,8 57,5 2 4 8 12 16 16 176 6,75 10 21,5 25,8 37,3 48,5 60,5 2 4 8 12 15 17 187 6,25 15 24 29,3 39 47 58,5 3 4 7 10 13 15 178 7,5 15 24 30 33,5 44,5 58,3 2 4 8 12 15 16 189 6,9 12 22,5 26,6 37,5 47 58,6 3 4 7 12 15 17 1810 7 9 13 16,3 37 46 59,5 3 4 7 11 14 16 19

Rata-rata 6,73 12,65 19,7 24,11 35,05 45,75 57,6 2,4 4,1 7,1 11,6 14,7 16,6 18,4

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 12 (Ulangan 3)Perlakuan P2

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST

1 7,5 15,5 18 24,5 35,3 30   0 2 2,5 4 7 7,5  2 7,5 14,75 19,8 26,5 34,8 41,5   0 2 3 5 7 7,5  3 6,5 14,5 16,8 20,75 35,1 31,5   0 2 2,5 4 7 7,5  4 8 13,25 14 18,25 27,5 29,75   0 2 2 3 6 6  5 7,5 14,5 20 28,5 34,3 42,75   0 2 3 5 6 7,5  6 7,5 14,5 15,8 22,5 30,5 42   0 2 2 5 7 8,5  7 6,5 14,5 17,3 21 37 38   0 2 2 4 7 7  8 6,5 15,5 18,8 23,5 31 42   0 2 2,5 4 6 8,5  9 8 15,5 18 20,5 28,9 35,5   0 2 3 4 7 6,5  10 7 15,25 20,8 29,25 39 35,5   0 2 3 5,5 6 5.5  

Rata-rata 7,25 14,78 17,9 23,53 33,34 36,85   0 2 2,55 4,35 6,6 7,39  

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 13(Ulangan 3)

Perlakuan P1

Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1 6 12,5 21 22,75 39,57 45,57   0 0 0 3 7 7  

Page 32: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

2 6 11 20,3 30 44 51,25   0 0 0 5 8 9  3 7 13,4 10,3 30,75 24,5 28,5   0 0 0 2 5 5  4 6 11,3 16 23,75 41,75 51   0 0 0 5 8 9  5 7 12,7 19,8 28 42 50,5   0 0 0 5 7 9  6 6 11 16,5 23,25 36,5 43,5   0 0 0 3 6 7  7 6,5 12 17,5 17,5 42,25 49,5   0 0 0 4 8 9  8 6,5 10,6 17,8 30,25 40,5 48,25   0 0 0 4 7 9  9 7,5 12,8 15 20 32,5 43,5   0 0 0 3 6 7  10 8,5 13,5 21 19 39,5 44,5   0 0 0 4 7 9  

Rata-rata 6,7 12,08 17,5 24,53 38,31 45,61   0 0 0 3,8 6,9 8  

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 14 (Ulangan 3)

Perlakuan P3Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1 5,8 11 13,5 18 32 34 35 1 3 3 5 7 8 82 6,5 11 18 25 27 30 32 1 2 4 6 5 6 73 5,5 9 15,5 24 25 28 30 1 3 3 6 7 8 84 6,2 10 14 17 22 29 31 1 2 4 5 8 7 85 5,5 8,7 13 23 30 34 36 1 2 3 5 6 7 86 8 8,3 16,5 18 23 25 27 1 2 4 6 6 8 77 5,5 8,5 18 25 29 33 35 1 2 4 5 5 6 78 5,8 8,7 12,5 21 29 32 35,5 1 2 4 5 7 7 89 4 8,3 15,5 15 25 29 33 1 2 4 6 8 8 710 4 10 13 22 27 30 34 1 3 4 6 7 8 7

Rata-rata 5,68 9,35 15 20,8 26,9 30,4 32,9 1 2,3 3,7 5,5 6,6 7,3 7,5

Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Budidaya Kering Kelompok 15 (Ulangan 3)

Perlakuan P0Tanaman Contoh

ke-

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Trifoliate1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1

MST2

MST3

MST4

MST5

MST6

MST7

MST1 8 14,5 20 30 36 45 51 0 4 5 5 7 7 92 7 13,5 17,5 25,5 39 44 49 0 3 4 5 6 7 83 9 13,5 18,5 25 36 47 56 0 3 4 5 6 7 84 5 12 22 27,5 41 49 59 0 3 4 8 8 10 115 8 14 21,5 30 40 47 60 0 3 4 8 8 9 10

Page 33: PENGARUH PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KEDELAI BERBIJI BESAR pada  BUDIDAYA KERING dan JENUH AIR

6 7,2 13 20,5 26,5 38 39 42 0 3 4 7 10 10 117 6 13,5 16 29,5 38 41 51 0 3 4 5 5 7 88 5 13,5 24 26 37 40 45 0 3 4 5 6 7 99 7,5 14 20 30 35 42 49 0 3 4 5 7 7 810 6,5 13 20 26 41 46 54 0 3 4 5 8 7 8

Rata-rata 6,92 13,45 20 27,6 38,1 44 51,6 0 3,1 4,1 5,8 7,1 7,8 9