pengaruh produk domestik bruto (pdb), jumlah...
TRANSCRIPT
PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), JUMLAH BAGI HASIL
DAN JUMLAH KANTOR TERHADAP JUMLAH DEPOSITO
MUDHARABAH BANK SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2011-2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh:
Dita Meyliana
NIM: 1113085000054
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Dita Meyliana
Alamat : Graha Raflesia Blok F11/09 Citra Raya, Kel. Ciakar,
Kec. Panongan, Kab. Tangerang, Banten.
Telepon : 081314203386
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 16 Mei 1995
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
TK R.A Al-Aqabah Jakarta
Barat
2000 2001
SD SD Negeri 2 Cangkring Kabupaten
Wonogiri
2001 2007
SMP SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten
Wonogiri
2007 2010
SMA SMA Negeri 4
Kabupaten Tangerang
Kabupaten
Tangerang
2010 2013
Perguruan
Tinggi
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan
2013 2017
ii
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Institusi Tahun
Anggota OSIS SMP Negeri 2 Jatiroto 2008-2009
Anggota Pramuka SMP Negeri 2 Jatiroto 2008-2009
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMP Negeri 2
Jatiroto
2008-2009
Anggota Departemen Komunikasi dan Informasi HMJ
Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayaullah Jakarta
2014-2015
Anggota LiSEnSi UIN Syarif Hidayaullah Jakarta 2015-2016
D. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara tim maupun individu
Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Wors, Excel dan Powerpoint)
Mampu berkomunikasi dengan baik
E. PENGALAMAN KERJA
Magang di BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu Tangerang
F. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Tarman
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 19 Mei 1970
Pendidikan Terakhir : SMA
Ibu : Sri Sugiyanti
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 30 April 1975
Pendidikan Terakhir : SMA
iii
ABSTRACT
This study found the influence of Gross Domestic Product (GDP), the amount of
profit sharing and the number of offices to the number of mudharabah deposits of
Islamic banks in Indonesia. The data used in this research is quarterly data from
2011-2015 period. The method of analysis used in this research is Data Panel
Regression Analysis by using computer program Eviews version 9.0 and Microsoft
Excel 2010. The results in this study indicate that partially Gross Domestic Product
(GDP), the amount of profit sharing and the number of offices have a significant
influence on the amount Mudharabah deposits. This result is evidenced by a
significant value of 0.0000 that is smaller than 0.05 and has a positive direction. So
the greater of GDP, number of profit sharing and the number of offices, the greater
number of mudharabah deposits of Islamic banks in Indonesia.
Keywords: Gross Domestic Product (GDP), Profit Sharing, Number of Offices and
Number of Mudharabah Deposits.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini menemukan adanya pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah
bagi hasil dan jumlah kantor terhadap jumlah deposito mudharabah bank syariah di
Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulan periode
2011-2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Regresi Data Panel dengan menggunakan program komputer Eviews versi 9.0 dan
Microsoft Excel 2010. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah bagi hasil dan jumlah kantor memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Hasil ini dibuktikan
dengan nilai signifikan sebesar 0.0000 yaitu lebih kecil dari 0.05 dan memiliki arah
positif. Sehingga semakin besar PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor, maka
semakin besar pula jumlah deposito mudharabah bank syariah di Indonesia.
Kata Kunci : Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Bagi Hasil, Jumlah Kantor dan
Jumlah Deposito Mudharabah.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan dengan harapan dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Shalawat
serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa ajaran Islam hingga sampai kepada kita semua, semoga kita
semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik
tanpa bimbingan dan bantuan berbagai pihak dari mulai periode perkuliahan sampai
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang berjasa dalam hidup penulis dan dalam
penyusunan skripsi ini, yang terdiri dari:
1. Allah SWT, yang selalu mencurahkan nikmat dan karunia-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan ini hingga pada penyusunan
skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Tarman dan Ibu Sri Sugiyanti. Terima
kasih yang tak terhingga atas segala ridho, do’a, kerja keras, bimbingan, nasihat,
perhatian, semangat dan dukungannya yang selalu kalian berikan kepada saya,
hingga saya mampu menyelesaikan seluruh tanggung jawab ini. Adik saya Nadia
Faiza Az Zahra yang selalu menghibur dan memberikan perhatian kepada saya.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan, Bapak Dr. Amilin, SE,.
Ak., CA., QIA., BKP., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Ade
vi
Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H., selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A., selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan Ibu Fitri
Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada saya.
5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H., selaku dosen pembimbing pertama
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
arahan selama pembuatan skripsi ini hingga dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih atas segala saran dan dukungan yang Bapak berikan selama
pembuatan skripsi, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak.
6. Ibu Santi Yustini, SE., M.Ak., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama
pembuatan skripsi ini hingga dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih atas
segala saran dan dukungan yang Ibu berikan selama pembuatan skripsi, semoga
Allah SWT membalas kebaikan Ibu.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat dan berharga untuk saya selama masa perkuliahan.
8. Sahabat-sahabat terbaik Rifda Kamila, Silvia Puji Lestari, Rani Fiawati, Elfa
Oktavia Irsandi dan Windy Dwi Jayanti yang selalu menghibur, memberikan
motivasi dan mendukung saya selama masa perkuliahan. Terima kasih telah
menjadi sahabat terbaik untuk saya.
9. Teman-teman seperjuangan Idil Adhar, Erna Putri L, Ahmad Angri Ramadhan,
Rilo Wahyudi dan Juni Aernawati yang selalu setia membantu dalam pembuatan
skripsi.
10. Teman-teman PSY B 48 yang telah memberikan dukungan dan berbagi ilmu satu
sama lain semasa kuliah.
vii
11. Teman-teman angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dan berbagi ilmu
satu sama lain semasa kuliah.
12. Seluruh Mahasiswa Perbankan Syariah angkatan 2012 yang telah memberikan
banyak pelajaran dan pengalaman yang berharga untuk saya, dan seluruh
Mahasiswa Perbankan Syariah semua angkatan yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, terima kasih atas loyalitas dan waktunya selama masa perkuliahan.
13. Teman-teman KKN Einhil 2016, Amalia Suci Anisa, Muharromah, Mega Putri
Siregar, Musa Saiful Islam dan Hanif Razin Rahmatulah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak atas skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Mei 2017
Dita Meyliana
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................... 10
A. Landasan Teori ................................................................................... 10
B. Penelitian Sebelumnya ........................................................................ 36
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 43
D. Pengembangan Hipotesis .................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 49
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................ 49
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 50
D. Metode Analisis Data ........................................................................ 51
E. Operasional Variabel ........................................................................ 60
ix
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 63
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 63
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 74
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 100
A. Kesimpulan ....................................................................................... 100
B. Saran-Saran ....................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 108
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Presentase Pertumbuhan Deposito Mudharabah ......................... 4
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ....................... 16
Tabel 2.2 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil ...................................... 33
Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................. 40
Tabel 2.3 Lanjutan ..................................................................................... 41
Tabel 2.3 Lanjutan ..................................................................................... 42
Tabel 2.3 Lanjutan ..................................................................................... 43
Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian ............................................................ 50
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 81
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................... 82
Tabel 4.3 Hasil Uji White ........................................................................... 83
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Differensiasi ............................. 83
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Differensiasi ............................... 84
Tabel 4.6 Hasil Uji Common Effect Model ................................................. 85
Tabel 4.7 Hasil Uji Fixed Effect Model ...................................................... 85
Tabel 4.8 Hasil Uji Chow ........................................................................... 87
Tabel 4.9 Hasil Uji Random Effect Model .................................................. 87
Tabel 4.10 Hasil Uji Haussman .................................................................... 89
Tabel 4.11 Hasil Uji t ................................................................................... 90
Tabel 4.12 Hasil Uji F .................................................................................. 91
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................. 92
Tabel 4.14 Hasil Uji Model Regresi Data Panel ........................................... 93
Tabel 4.15 Hasil Uji Model Regresi Tiap Bank Umum Syariah .................... 94
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Aset, PYD dan DPK Bank Syariah .................... 1
Gambar 1.2 Komposisi DPK Bank Syariah di Indonesia .............................. 3
Gambar 2.1 Skema Akad Mudharabah ........................................................ 21
Gambar 2.2 Perbedaan Prinsip Revenue Sharing dan Profit Sharing ............. 32
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................. 44
Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah Deposito Mudharabah .......................... 75
Gambar 4.2 Perkembangan Produk Domestik Bruto ..................................... 77
Gambar 4.3 Perkembangan Jumlah Bagi Hasil ............................................. 78
Gambar 4.4 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah ............................. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah diperkenalkan dan diaplikasikan secara riil di Indonesia
ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992.
Perbankan syariah mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam
beberapa tahun terakhir. Perkembangan ini didukung dengan berdirinya beberapa
Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) serta Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS). Perkembangan ini juga ditandai dengan adanya
peningkatan baik dari segi aset, pembiayaan yang diberikan maupun dana pihak
ketiga yang dihimpun dari masyarakat.
Gambar 1.1
Perkembangan Aset, PYD dan DPK Bank Syariah di Indonesia
Tahun 2007-2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Otoritas Jasa Keuangan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Aset 36,53 49,55 66,09 97,51 145,4 195,0 242,2 272,3 296,2
PYD 27,94 38,19 46,88 68,18 102,6 147,5 184,1 199,3 213,9
DPK 28,01 36,85 52,27 76,03 115,4 147,5 183,5 217, 231,
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
Mili
ar R
p
2
Berdasarkan gambar 1.1 di atas dapat dilihat bahwa bank syariah terus
mengalami perkembangan setiap tahunnya baik dari segi aset, dana pihak ketiga
maupun pembiayaan yang diberikan. Perkembangan yang terus meningkat dari
tahun ke tahun ini menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayakan
dananya maupun menggunakan berbagai produk penyaluran dana pada bank
syariah. Perkembangan ini tentunya tidak terlepas dari bertambahnya pemahaman
masyarakat tentang konsep bank syariah di Indonesia.
Namun, selain perkembangan yang dialami dari tahun ke tahun, terdapat
pula beberapa permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi oleh bank syariah
di Indonesia. Agustianto (2016) mengungkapkan bahwa setidaknya ada beberapa
masalah yang menjadi kendala berkembangnya bank syariah di Indonesia yaitu
keterbatasan modal, sumber dana serta SDM maupun TI yang belum mumpuni.
Masalah sumber dana menjadi perhatian penting bagi bank syariah karena
lembaga keuangan bersaing dalam mengumpulkan sumber dana terutama dana
yang berasal dari masyarakat. Persaingan dalam mengumpulkan dana tersebut
tidak hanya terjadi antara bank syariah dan bank konvensional, melainkan juga
terjadi antara lembaga perbankan dengan lembaga keuangan non bank. Lembaga
keuangan bersaing menarik minat masyarakat untuk menempatkan dananya
melalui berbagai produk yang ditawarkan.
Fenomena krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008 yang menyebabkan
Bank Indonesia meningkatkan BI rate memiliki dampak bagi bank syariah.
Kenaikan BI rate yang direspon dengan kenaikan tingkat bunga bank
3
konvensional menyebabkan daya tarik menyimpan dana di bank konvensional
meningkat dan menurunnya minat masyarakat dalam menyimpan dana di bank
syariah. Dana yang dihimpun oleh bank syariah dari masyarakat menurun dan
pembiayaan yang disalurkan mengalami peningkatan. Meningkatnya dana keluar
yang tidak diimbangi dengan bertambahnya sumber dana akan meningkatkan
risiko likuditas bank syariah (Sudarsono, 2009:18).
Sumber dana yang berasal dari masyarakat atau dana pihak ketiga
merupakan sumber dana penting bagi operasional perbankan syariah. Selain itu
sumber dana yang berasal dari masyarakat juga menjadi tolok ukur tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Oleh sebab itu bank syariah selalu
mengupayakan untuk meningkatkan dana pihak ketiganya yang diperoleh dari
masyarakat.
Gambar 1.2
Komposisi Dana Pihak Ketiga Bank Syariah di Indonesia
Periode 2012-2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Otoritas Jasa Keuangan
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
2012 20132014
2015
Giro
Tabungan
Deposito
4
Berdasarkan gambar di atas, deposito menjadi produk yang memiliki porsi
paling besar dalam komposisi dana pihak ketiga bank syariah dibandingkan
produk lainnya seperti giro dan tabungan. Bahkan jumlahnya yang mencapai
140,000 miliar dan meningkat setiap tahunnya menunjukkan bahwa 60% dari total
keseluruhan dana yang diterima oleh bank syariah dalam bentuk deposito.
Deposito yang menggunakan akad mudharabah menjadi produk unggulan
bank syariah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih
menempatkan dananya dalam bentuk deposito mudharabah dibandingkan produk
simpanan lainnya. Tingginya minat masyarakat ini dapat dipahami karena
umumnya, bank syariah memberikan tingkat bagi hasil yang lebih tinggi pada
produk deposito mudharabah dibandingkan simpanan dalam bentuk giro maupun
tabungan.
Tabel 1.1
Presentase Pertumbuhan Deposito Mudharabah
Bank Syariah di Indonesia (2010-2015)
Tahun Deposito Mudharabah
Miliar Rp
Pertumbuhan
%
2010 44,072 -
2011 70,806 60.65
2012 84,732 19.67
2013 107,812 27.24
2014 135,628 25.80
2015 141,329 4.20
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, 2015
5
Berdasarkan tabel 1.1, deposito mudharabah pada bank syariah di Indonesia
mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Namun pada tahun 2015, pertumbuhan
deposito mudharabah tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Besarnya jumlah
deposito pada bank syariah sangat bergantung pada faktor-faktor internal maupun
eksternal serta fenomena yang terjadi pada perekonomian di Indonesia.
Besarnya nominal deposito mudharabah bank syariah sangat bergantung
pada peran masyarakat sebagai deposan. Masyarakat sebagai deposan dapat
memilih menempatkan dananya dalam berbagai produk simpanan baik deposito
pada bank syariah maupun bank konvensional. Oleh karena itu, bank syariah
selalu memperhatikan faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi minat
masyarakat dalam menempatkan dananya pada produk bank syariah.
Mengingat sebagian besar nasabah bank syariah juga merupakan nasabah
bank konvensional, mereka cenderung memilih menempatkan dananya pada
produk simpanan yang memberikan return yang lebih tinggi. Sehingga faktor bagi
hasil sebagai return dari investasi yang dilakukan menjadi faktor yang sangat
penting sebelum menempatkan dananya dalam deposito mudharabah pada bank
syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Kasri dan Kassim (2009) mendapatkan
hasil bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan positif terhadap deposito
mudharabah.
Teori yang dikemukakan oleh Keynes menyatakan bahwa tabungan
merupakan sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen. Sehingga
makin besar jumlah pendapatannya yang diterima oleh suatu rumah tangga, makin
6
besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya. Dan PDB sebagai salah
satu indikator tingkat pendapatan masyarakat ikut mempengaruhi jumlah deposito
mudharabah bank syariah. Hilman (2016) mendapatkan hasil dalam penelitiannya
bahwa PDB memiliki pengaruh positif terhadap jumlah deposito mudharabah.
Di samping faktor tingkat return dan pendapatan, faktor pelayanan bank
syariah di Indonesia dalam bentuk jumlah kantor juga mempengaruhi besarnya
jumlah deposito mudharabah. Meningkatnya jumlah kantor bank syariah akan
memudahkan masyarakat menempatkan dananya pada bank syariah terutama
dalam produk deposito mudharabah. Yudho (2010) melakukan penelitian dan
mendapatkan hasil bahwa jumlah kantor bank syariah berpengaruh positif secara
signifikan terhadap jumlah deposito bank syariah di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan variabel produk domestik bruto (PDB), jumlah
bagi hasil dan jumlah kantor bank syariah yang di duga memiliki pengaruh
terhadap jumlah deposito mudharabah bank syariah di Indonesia. Data yang
diambil dalam penelitian ini merupakan kurun waktu terbaru yaitu tahun 2011
sampai dengan tahun 2015.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Bruto
(PDB), Jumlah Bagi Hasil Dan Jumlah Kantor Terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah Bank Syariah di Indonesia Periode 2011-2015”.
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh PDB terhadap jumlah deposito mudharabah bank syariah
di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil terhadap jumlah deposito mudharabah
bank syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh jumlah kantor terhadap jumlah deposito mudharabah
bank syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor terhadap
jumlah deposito mudharabah bank syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh PDB terhadap jumlah deposito mudharabah bank
syariah di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil terhadap jumlah deposito
mudharabah bank syariah di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah kantor terhadap jumlah deposito
mudharabah bank syariah di Indonesia.
8
4. Untuk menganalisis pengaruh PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor
terhadap jumlah deposito mudharabah bank syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pembelajaran yaitu usaha
menganalisis suatu laporan keuangan, sehingga penulis dapat
mempraktekkan teori yang didapat selama perkuliahan dengan menganalisa
dan memecahkan masalah.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan khususnya tentang
produk perbankan syariah deposito mudharabah yang ada di Indonesia dan
juga dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian tentang perbankan syariah.
c. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi serta menambah
wawasan dan pengetahuan nasabah dan masyarakat tentang produk
perbankan syariah khususnya deposito mudharabah.
2. Kontribusi Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan
khususnya untuk meningkatkan dana pihak ketiga bank syariah.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan kebjakan-
kebijakan yang terkait produk bank syariah. Kebijakan itu nantinya
9
diharapkan mampu menggerakkan sektor riil di Indonesia serta dapat
meningkatkan perekonomian nasional.
c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja perbankan syariah
khususnya untuk menambah porsi deposito mudharabah.
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank syariah adalah badan usaha yang fungsinya sebagai penghimpun
dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat yang sistem dan
mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan hukum islam sebagaimana yang
diatur dalam Al-Quran dan Al-Hadis. Sedangkan dalam kamus perbankan,
yang dimaksud dengan bank syariah adalah bank yang menggunakan sistem
dan operasi perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam, yaitu mengikuti
tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang ditentukan oleh Al-Quran
dan Al-Hadis (Sadi, 2015:38).
11
b. Prinsip Bank Syariah
Menurut Arifin (2009:3), bank syariah didirikan dengan tujuan untuk
mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam,
syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta
bisnis yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank syariah adalah
sebagai berikut:
1) Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi
2) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah
3) Memberikan zakat
c. Tujuan Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
(Sudarsono, 2008:43)
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara Islam,
khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain
yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
12
kesenjangan amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan
kepada kegiatan usaha produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa
pembinaan nasabah seperti: program pembinaan pengusaha produsen,
pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas
perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang
diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang tidak
sehat antara lembaga keuangan.
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-
syariah.
d. Fungsi Modal Bank Syariah
Menurut Breton C. Leavit dalam buku (Arifin, 2009:160) terdapat
empat fungsi modal bank, yaitu:
1) Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransi, pada saat bank
mengalami keadaan insolvable dan likuiditas
13
2) Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga
kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi meskipun
mengalami kerugian
3) Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya guna
penawaran pelayanan bank
4) Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang
tidak tepat
e. Produk-Produk Bank Syariah
Menurut Arif (2012:34-59) jenis produk-produk bank syariah adalah
sebagai berikut:
1) Produk Penghimpunan Dana (Funding)
a) Tabungan
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, tabungan adalah simpanan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan
ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b) Deposito
Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
14
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah. Deposito adalah
bentuk simpanan nasabah yang mempunyai jumlah minimal tertentu,
jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada
tabungan.
c) Giro
Giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah
pemindahbukuan.
2) Produk Penyaluran Dana (Financing)
a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki
barang, dimana keuntungan bank telah ditentukan di depan dan
menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dibeli. Barang yang
diperjualbelikan dapat berupa barang konsumtif maupun barang
produktif. Akad yang digunakan dalam produk jual beli ini adalah
murabahah, salam dan istishna.
b) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha
kerja sama yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa
15
sekaligus, dimana tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya
keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi
hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di
muka. Akad yang digunakan dalam produk ini adalah mudharabah
dan musyarakah.
c) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan
jasa, dimana keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian
harga atas barang atau jasa yang disewakan. Namun dalam beberapa
kasus prinsip sewa dapat pula diserta dengan opsi kepemilikan.
Contoh yang termasuk dalam kategori ini adalah ijarah dan ijarah
muntahia bit tamlik (IMBT).
d) Pembiayaan dengan Akad Pelengkap
Pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk
memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip diatas.
Berikut akad pelengkap tersebut, yaitu: hawalah (alih hutang-piutang),
rahn (gadai), qardh (pinjaman uang), wakalah (perwakilan), kafalah
(garansi bank).
3) Produk Jasa (service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung)
antara pihak yang kelebihan dana (surplus of fund) dan kekurangan dana
(deficit of fund), bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan
16
jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa
atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa sharf (jual
beli valuta asing) dan wadi’ah (titipan).
f. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Sistem perbankan yang digunakan di Indonesia adalah dual banking
system yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel
berkut.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi
yang halal.
1. Investasi yang halal dan haram
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli atau sewa.
2. Memakai perangkat bunga
3. Profit dan falah oriented. 3. Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kemitraan.
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitur-kreditur
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah.
6. Menerapkan GCG Syariah yaitu
sharia compliance (kepatuhan
pada syariah).
5. Tidak terdapat Dewan Pengawas
Syariah
6. Menerapkan GCG perusahaan
yang baik sebagai sistem yang
mengatur hubungan dewan
komisaris, pemegang saham dan
stake hoolders.
Sumber: Antonio (2001:61) dan Mulazid (2016)
17
2. Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Menurut Adiwarman Karim (2009:204) Mudharabah adalah bentuk
kontrak antara dua pihak atau lebih dimana satu pihak berperan sebagai
pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh
pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan
untung.
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Antonio, 2001: 95).
b. Landasan Syariah
Menurut (Antonio, 2001:95) secara umum landasan dasar syariah al-
mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini
tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini:
1) Al-Qur’an
… …
18
“… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT…” (al-Muzzammil: 20)
Yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari surah al-Muzammil: 20
adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah
yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.
2) Al-Hadits
، ، ،
ه ( ه ، ى
ط )
―Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus
menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu
didengar Rasulllah, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dalam al-
Ausath dari Ibnu Abbas)
3) Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah.
19
Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip
Abu Ubaid.
c. Rukun Mudharabah
Menurut (Karim, 2009:205) faktor-faktor yang harus ada dalam akad
mudharabah adalah:
1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
2) Objek mudharabah (modal dan kerja)
3) Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
4) Nisbah keuntungan
d. Aplikasi Akad Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan
dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan
pada:
1) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya;
2) Deposito spesial (special investment), di mana dana yang dititipan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau
ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
1) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa
20
2) Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, di mana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan oleh shahibul maal (Antonio, 2001:97).
e. Manfaat Mudharabah
Menurut (Antonio, 2001:98) manfaat mudharabah antara lain:
1) Bank akan menerima peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah sehingga tidak mmeberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang
konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda
dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima
pembiayaan (nasabah) satu jumlah tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
f. Risiko Mudharabah
Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah, terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi. Diantaranya:
21
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur
(Antonio, 2001: 98)
g. Skema Mudharabah
Gambar 2.1
Skema Akad Mudharabah
Akad Mudharabah
Modal 100% Skill
Bagian Bagian
Keuntungan X Keuntungan Y
Modal 100%
Sumber: Ascarya (2008:61)
Shahibul Maal Mudharib
Kegiatan Usaha
Keuntungan
Modal
22
3. Deposito
a. Pengertian Deposito
Pengertian Deposito menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Untuk
mencairkan deposito yang dimiliki, deposan dapat menggunakan bilyet
deposito atau sertifikat deposito (Kasmir, 2014:70).
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah minimal
tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lenih tinggi daripada
tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu
dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat
mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk penghimpunan dana ini
biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan dana, sehingga selain
bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah satu sarana
berinvestasi (Arif, 2010:35).
b. Jenis-Jenis Deposito
Dalam praktiknya, terdapat paling tidak tiga jenis deposito, yaitu:
1) Deposito Berjangka
Deposito Berjangka (DB) merupakan deposito yang diterbitkan
dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka
biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan.
Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun
23
lembaga. Penarikan bunga deposito berjangka dapat dilakukan setiap
bulan atau setelah jatuh tempo atau sesuai jangka waktunya.
2) Sertifikat Deposito
Sama seperti halnya deposito berjangka, sertifikat deposito
merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu. Hanya
perbedaannya sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk
sertifikat serta dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada
pihak lain. Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito
dapat dilakukan di muka baik tunai maupun non tunai, di samping setiap
bulan atau jatuh tempo.
3) Deposito On Call
Deposit On Call (DOC) merupakan deposito digunakan untuk
deposan yang memiliki uang dalam jumlah besar, misalnya
Rp30.000.000,00 (tergantung bank yang bersangkutan) dan sementara
waktu belum digunakan. Penerbitan deposit on call memiliki jangka
waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan.
c. Deposito Mudharabah
Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip
syariah (Karim, 2009:303). Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI
telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Bank
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan nasabah bertindak
24
sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dengan demikian, bank syariah dalam
kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee),
yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.
Bank syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana
yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa
melanggar berbagai aturan syariah.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan
membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian tersebut.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana,
terdapat 2 (dua) bentuk mudharabah, yakni:
1) Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment Account , URIA)
Dalam deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA), pemilik dana tidak
memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam
mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun
ojek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah mempunyai hak dan
25
kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini ke
berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
2) Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account, RIA)
Berbeda halnya dengan deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA),
dalam deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), pemilik dana
memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam
mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara,
maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah tidak
mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan
dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan
memperoleh keuntungan (Karim, 2009:303).
4. Produk Domestik Bruto (PDB)
a. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut (Sunyoto, 2014:16) yang dimaksud dengan Gross Domestic
Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan
jasa yang diproduksi di dalam negara yang bersangkutan untuk kurun waktu
tertentu. Interpretasi dari pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa yang
akan dihitung dalam kategori GDP adalah produk atau output yang berupa
barang dan jasa dalam suatu perekonomian yang diproduksi oleh input atau
faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara yang bersangkutan
maupun oleh warga negara asing yang tinggal secara geografis di negara itu.
26
GDP dipakai sebagai media atau indikator yang baik untuk kehidupan
masyarakat. Naiknya GDP akan merefleksikan peningkatan pada standar
hidup masyarakat, dimana GDP juga meningkat dengan pengeluaran pada
bencana-bencana alam, epidemic yang mematikan, perang, kejahatan dan
kerusakan lainnya kepada masyarakat. Menurut Kurniawan (2015)
berdasarkan atas harga patokan yang dipakai, GDP dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) GDP berdasarkan atas harga yang berlaku
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. PDB
menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber
daya ekonomi, pergeseran dan struktur ekonomi suatu wilayah.
2) GDP berdasarkan atas harga konstan
PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang
dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau
pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh indeks harga.
b. Manfaat Perhitungan PDB
Menurut Rahardja dan Manurung (2008:28), manfaat perhitungan PDB
(produk domestik bruto) sebagai berikut:
27
1) Menganalisis tingkat kemakmuran suatu negara
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat
kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah
penduduk. Angka tersebut dikenal sebagai angka PDB per kapita.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak terlalu memerhatikan aspek
distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB perkapita kurang
memberikan gambaran yang lebih rinci tentang kondisi kemakmuran
suatu negara.
2) Menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk
menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat. Ada
hubungan yang positif antara tingkat PDB perkapita dengan tingkat
kesejahteraan sosial. Semakin tinggi PDB perkapita maka daya beli
masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin
baik, sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebasan memilih pekerjaan
dan masa depan, kondisinya makin meningkat. Apabila peningkatan PDB
perkapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
3) Mencerminkan tigkat produktivitas suatu negara.
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antarnegara, ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan:
a) Jumlah dan komposisi penduduk. ―Bila jumlah penduduk makin besar,
sedangkan komposisinya sebagian besar adalah penduduk usia kerja
28
(15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi, maka tingkat output dan
produktivitasnya dapat makin baik‖.
b) Jumlah dan struktur kesempatan kerja. ―Jumlah kesempatan kerja yang
makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat
dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi
tingkat produktivitas.
c) Faktor-faktor nonekonomi. Yang tercakup dalam faktor-faktor
nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan
sejarah perkembangan.
4) Penghitungan PDB dan kegiatan-kegiatan ekonomi tak tercatat
(Underground Economy)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat
Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Statistik
PDB mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara.
5. Bagi Hasil
a. Definisi Bagi Hasil
Menurut (Antonio, 2001:90) bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan
dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik
modal (shahibul maal) dan pengelola (mudharib). (Antonio, 2001:137)
memberikan penjelasan bahwa prinsip bagi hasil ini merupakan karakteristik
umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan.
Prinsip bagi hasil merupkan landasan operasional utama bagi produk-produk
29
pembiayaan mudharabah dan musyarakah dalam perbankan syariah. Prinsip
dasar inilah yang membedakan bank syariah dan bank konvensional.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
(Antonio, 2001:139) dalam bukunya menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi bagi hasil ada 2, yaitu:
1) Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah
dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
a) Investment rate, merupakan presentase aktual dana yang diinvestasikan
dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80
persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk
memenuhi likuiditas.
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode
ini:
Rata-rata saldo minimum bulanan
Rata-rata saldo harian
30
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang
digunakan.
c) Nisbah (Profit Sharing Ratio)
Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan
dan disetujui pada awal perjanjian
Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda
Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank,
misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya
sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2) Faktor Tidak Langsung
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya
(profit sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan
pendapatan yang akan diterima dikurangi biaya-biaya.
Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.
b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas
yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan
dan biaya.
31
c. Jenis Pola Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil di Indonesia diterapkan dengan dua metode, yaitu
profit sharing dan revenue sharing. Profit sharing menggunakan basis
perhitungan berupa laba yang diperoleh mudharib dalam mengelola
usahanya sedangkan revenue sharing menggunakan basis berupa pendapatan
yang diperoleh mudharib (Muhamad, 2014:256).
1) Profit Sharing
Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil
net dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Apabila suatu bank
menggunakan sistem profit sharing, kemungkinan yang akan terjadi
adalah bagi hasil yang akan diterima shahibul maal semakin kecil.
Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk
menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak
menurunnya jumlah dan pihak ketiga secara keseluruhan (Muhamad,
2014:256).
2) Revenue Sharing
Sementara pada revenue sharing (bagi pendapatan), perhitungan
bagi hasil didasarkan pada pendapatan usaha tanpa dikurangi beban
maupun biaya-biaya usaha. Sepanjang pegelola memperoleh revenue
maka pemilik modal mendapat bagi hasilnya. Pengelola dana harus
menjalankan usaha dengan prinsip prudent atau usaha penuh kehati-
32
hatian sehingga risiko kerugian dapat ditekan sekecil mungkin (Ifham,
2015:46).
Gambar 2.2
Perbedaan Prinsip Revenue Sharing dan Profit Sharing
Sumber: (Yaya, 2009:326)
Prinsip Reveue Sharing Prinsip Profit Sharing
Pendapatan
Bagi Hasil
Margin
Sewa
Lainnya
Pendapatan
Bagi Hasil
Margin
Sewa
Lainnya
Dasar
Perhitungan
Bagi Hasil
Dikurangi: Hak Bagi Hasil
Pihak Ketiga
Dikurangi: Pendapatan
operasioal lainnya
Dikurangi: Beban
Operasional
Laba/Rugi Bersih
Dikurangi: Beban Operasional
Pembiayaan Mudharabah
Laba/Rugi Bersih
Dasar
Perhitungan
Bagi Hasil
33
d. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Penerapan sistem bagi hasil pada bank syariah berbeda dengan
penerapan sistem bunga pada bank konvensional. Adapun perbedaan
tersebut dapat dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.2
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus
selalu untung.
a. Penentuan besarnya rasio/nisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
b. Besar prosentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan.
b. Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
c. Pembayaran bunga tetap seperti
dijanjikan tanpa pertimbangan
apakah proyek yang dijalankan
oleh pihak nasabah untung apa
rugi.
c. Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek yang
dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat seklaipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang booming.
d. Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
e. Eksistensi bunga diragukan
(kalau tidak dikecam) oleh semua
agama termasuk islam.
e. Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
Sumber: Antonio (2001:61)
34
6. Jumlah Kantor Bank Syariah
Office channeling dapat diartikan sebagai kantor yang berfungsi
menyalurkan atau meneruskan layanan syariah kepada masyarakat. Layanan
syariah adalah mekanisme kerjasama kegiatan pengimpunan dana antara kantor
cabang syariah dengan kantor bank konvensional yang sama dalam kegiatan
pengumpulan dana dalam bentuk giro, tabungan dan atau deposito (Frederic, 2008:
13).
Jumlah kantor bank syariah menjadi salah satu faktor yang mendukung
proses pelayanan antara pihak bank dengan nasabah. Semakin banyak kantor
didirikan, semakin mudah pula bagi masyarakat untuk memilih produk-produk
bank syariah. Lokasi kantor yang mudah dijangkau menjadi faktor pendukung
minat masyarakat dalam memilih bank syariah untuk menginvestasikan dananya.
Menurut Arif (2010:132), dalam praktiknya jenis-jenis kantor bank terdiri
dari:
a. Kantor Pusat
Kantor pusat merupakan kantor dimana semua kegiatan perencanaan
sampai kepada pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank memiliki satu
kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional
sebagaimana kantor bank lainnya akan tetapi mengendalikan jalannya
kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya.
35
b. Kantor Wilayah
Kantor wilayah merupakan kantor yang membawahi beberapa cabang
untuk beberapa wilayah. Tujuannnya adalah untuk memudahkan koordinasi
antar cabang dalam wilayah tersebut. Biasanya wilayah-wilayah dibentuk
berdasarkan jarak atau cabang yang ada.
c. Kantor Cabang Penuh/Utama
Kantor cabang penuh merupakan salah satu kantor cabang yang
memberikan jasa bank paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan
perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh
membawahi kantor cabang pembantu.
d. Kantor Cabang Pembantu
Kantor cabang pembantu merupakan kantor cabang yang berada di bawah
kantor cabang penuh dan kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian dari
kegiatan cabang penuh. Perubahan status dari cabang pembantu menjadi cabang
penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria
sebagai cabang penuh dari kantor pusat.
e. Kantor Kas
Kantor kas merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya
hanya meliputi teller saja. Dengan kata lain kantor kas hanya melakukan
sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada di bawah cabang pembantu
atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini banyak kantor kas yang dilayani
dengan mobil dan sering disebut kas keliling.
36
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumya yang relevan dan menjadi landasan dalam penelitian
ini antara lain:
Penelitian pertama dilakukan oleh Kasri dan Kassim (2009) yang berjudul
―Empirical Determinants of Saving in the Islamic Banks: Evidence from
Indonesia”. Variabel yang terkait yaitu tingkat suku bunga deposito bank
konvensional, bagi hasil deposito, pendapatan nasional dan kantor cabang. Hasil
penelitian ini adalah:
1. Bagi hasil deposito berpengaruh terhadap deposito mudharabah.
2. Tingkat suku bunga deposito bank konvensional berpengaruh negatif
terhadap deposito mudharabah.
3. Pendapatan nasional tidak berpengaruh terhadap deposito mudharabah bank
syariah.
4. Kantor cabang tidak berpengaruh terhadap deposito mudharabah bank
syariah.
Penelitian kedua dilakukan oleh Aryanto Yudho (2010) yang berjudul
―Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah Bank Syariah
di Indonesia Tahun 2002.1–2009.12‖. Variabel yang terkait yaitu PDB, tingkat
bagi hasil riil, tingkat bunga deposito riil dan jumlah kantor. Hasil penelitian ini
adalah:
1. Tingkat bagi hasil riil deposito berpengaruh signifikan terhadap deposito
mudharabah.
37
2. Jumlah kantor berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah.
3. Tingkat bunga riil tidak berpengaruh signifikan terhadap deposito
mudharabah bank syariah.
4. PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah bank
syariah.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Syukriah Ali dkk (2012) yang berjudul
―Macroeconomics Variables and Its Impact to Mudharabah Investment Deposits
in MalaysiaI‖. Variabel yang terkait yaitu PDB, Rate of Return (ROR) dan Inflasi.
Hasil penelitian ini adalah:
1. Rate of Return (ROR) memiliki pengaruh signifikan terhadap investasi
deposito mudharabah.
2. PDB tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap terhadap deposito.
3. Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap terhadap deposito.
Penelitian keempat dilakukan oleh Suratman (2013) yang berjudul
―Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS,
Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan dan Inflasi Terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2007-2011)‖.
Variabel yang terkait yaitu jumlah bagi hasil deposito, tingkat imbalan SBIS, suku
bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi. Hasil penelitian ini adalah:
1. Jumlah bagi hasil deposito mudharabah berpegaruh signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah
38
2. tingkat imbalan SBIS berpegaruh signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah
3. Suku bunga simpanan berjangka 1 bulan berpegaruh signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah
4. Inflasi berpegaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah
Penelitian kelima dilakukan oleh Fiska Yoviasari (2013) yang berjudul
―Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi dan Produk Domestik Bruto Terhadap
Deposito Mudharabah Bank Syariah di Indonesia‖. Variabel yang terkait yaitu
nisbah bagi hasil, inflasi dan PDB. Hasil penelitian ini adalah:
1. Nisbah bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya
deposito mudharabah
2. PDB hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya deposito
mudharabah
3. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya deposito
mudharabah.
Penelitian keenam dilakukan oleh Dini Yuliansyah (2013) yang berjudul
―Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
dan Inflasi terhadap Deposito Mudharabah Periode 2008-2013‖. Variabel yang
terkait yaitu jumlah uang beredar, SBIS dan inflasi. Hasil penelitian ini adalah:
1. Jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap deposito
mudharabah.
2. SBIS berpengaruh secara signifikan terhadap deposito mudharabah.
39
3. Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap deposito mudharabah.
Penelitian ketujuh dilakukan oleh Iim Hilman (2016) yang berjudul ―The
Factors Affecting Mudharabah Deposits of Sharia Banking in Indonesia‖.
Variabel yang terkait yaitu tingkat bagi hasil, tingkat bunga tabungan, tingkat
pertumbuhan Jakarta Islamic Index (JII) dan PDB. Hasil penelitian ini adalah:
1. Tingkat bagi hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah
simpanan mudharabah di bank syariah
2. Tingkat bunga tabungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah
simpanan mudharabah di bank syariah
3. Tingkat pertumbuhan Jakarta Islamic Index (JII) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap jumlah simpanan mudharabah di bank syariah
4. Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
jumlah simpanan mudharabah di bank syariah
40
Tabel 2.3
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Kasri
dan
Kassim
(2009)
Empirical
Determinants
of Saving in
the Islamic
Banks:
Evidence from
Indonesia
1. Variabel bagi
hasil deposito
dan kantor
cabang
1. Variabel tingkat
suku bunga
deposito
konvensional
dan pendapatan
nasional.
2. Model analisis
VAR
3. Tahun
penelitian Maret
2000 hingga
Agustus 2007
Bagi hasil deposito
berpengaruh terhadap
deposito mudharabah,
tingkat suku bunga
deposito memiliki
dampak negatif
terhadap deposito
mudharabah,
sedangkan pendapatan
nasional dan kantor
cabang tidak
berpengaruh terhadap
deposito mudharabah
bank syariah.
2
Yudho
(2010)
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Deposito
Mudharabah
Bank Syariah
di Indonesia
Tahun 2002.1–
2009.12
1. Variabel PDB
dan jumlah
kantor
1. Variabel tingkat
bagi hasil riil dan
dan tingkat bunga
deposito riil.
2. Objek penelitian
BUS dan UUS di
Indonesia
3. Tahun penelitian
2002-2009
dengan data
bulanan
4. Regresi linier
berganda
Variabel tingkat bagi
hasil riil deposito dan
jumlah kantor
berpengaruh
signifikan terhadap
deposito mudharabah.
Sedangkan tingkat
bunga riil dan PDB
secara statistik tidak
berpengaruh terhadap
deposito mudharabah
bank syariah.
Bersambung ke halaman selanjutnya
41
Tabel 2.3 (Lanjutan)
No Nama Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Syukriah
Ali dkk
(2012)
Macroeconomics
Variables and Its
Impact to
Mudharabah
Investment
Deposits
in Malaysia
1. Variabel PDB 1. Variabel rate of
return dan inflasi
2. Model analisis
menggunakan
SPSS
3. Tahun penelitian
2003-2011
dengan data
bulanan
4. Objek penelitian
Bank Negara
Malaysia
Rate of Return
(ROR) memiliki
pengaruh
terhadap investasi
deposito
mudharabah
sedangkan PDB
dan inflasi tidak
memiliki
pengaruh
terhadap terhadap
deposito
4 Suratman
(2013)
Pengaruh Jumlah
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah,
Tingkat Imbalan
SBIS, Suku
Bunga Simpanan
Berjangka 1
Bulan dan Inflasi
Terhadap Jumlah
Deposito
Mudharabah
(Studi Kasus PT.
Bank Syariah
Mandiri Tahun
2007-2011)
1. Variabel
jumlah bagi
hasil deposito
dan tingkat
imbalan SBIS
1. Variabel suku
bunga simpanan
berjangka 1
bulan dan inflasi
2. Regresi linier
berganda
3. Studi kasus pada
Bank Syariah
Mandiri
4. Tahun penelitian
2007-2011
Variabel jumlah
bagi hasil
deposito
mudharabah,
tingkat imbalan
SBIS, suku bunga
simpanan
berjangka 1 bulan
dan inflasi
berpegaruh
signifikan
terhadap jumlah
deposito
mudharabah
Bersambung ke halaman selanjutnya
42
Tabel 2.3 (Lanjutan)
No Penulis Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5 Yoviasari
(2013)
Pengaruh Nisbah
Bagi Hasil,
Inflasi dan
Produk
Domestik Bruto
Terhadap
Deposito
Mudharabah
Bank Syariah di
Indonesia
1. Variabel
bagi hasil
dan produk
domestik
bruto
1. Variabel
inflasi
2. Objek
penelitian
pada Bank
Muamalat
Indonesia,
Bank Syariah
Mandiri dan
Bank Syariah
Mega
Indonesia
3. Tahun
penelitian
yaitu 2008
sampai tahun
2012 dengan
data triwulan
Variabel nisbah
bagi hasil dan
PDB
berpengaruh
positif memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap besarnya
deposito
mudharabah
sedangkan
variabel inflasi
tidak ada
pengaruh yang
signifikan
terhadap besarnya
deposito
mudharabah.
6 Yuliansyah
(2013)
Analisis
Pengaruh Jumlah
Uang Beredar
(M2), Sertifikat
Bank Indonesia
Syariah dan
Inflasi terhadap
Deposito
Mudharabah
Periode 2008-
2013
1. Variabel
SBIS
1. Variabel
jumlah uang
beredar dan
inflasi
2. Tahun
penelitian
2008-2013
3. Metode OLS
Ordinary
Least Square
(OLS)
Jumlah uang
beredar, sertifikat
bank indonesia
syariah dan inflasi
berpengaruh
secara signifikan
terhadap deposito
mudharabah.
Bersambung ke halaman selanjutnya
43
Tabel 2.3 (Lanjutan)
No Penulis Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7 Hilman
(2016)
The Factors
Affecting
Mudharabah
Deposits of
Sharia
Banking in
Indonesia
1.Variabel
produk
domestik
bruto (PDB)
1. Variabel tingkat
bagi hasil,
tingkat bunga
bank
konvensiona,
tingkat
pertumbuhan
Jakarta Islamic
Index (JII)
2. Model analisis
Ordinary Least
Square (OLS)
3. Tahun
penelitian 2006-
2015
Tingkat bagi hasil,
tingkat bunga
tabungan, tingkat
pertumbuhan Jakarta
Islamic Index (JII) dan
Produk Domestik
Bruto (PDB) memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
jumlah tabungan
mudharabah di bank
syariah
Sumber: Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengkaji pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah
bagi hasil dan jumlah kantor terhadap jumlah deposito mudharabah pada bank
syariah di Indonesia periode 2011 sampai 2015. Berdasarkan kerangka teori yang
dikemukakan, penelitian ini dapat disederhanakan dan digambarkan dalam gambar
2.3 sebagai berikut:
44
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Bagi Hasil dan Jumlah Kantor
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Jumlah Bagi Hasil
(X2)
Produk Domestik
Bruto (X1)
Jumlah Deposito Mudharabah (Y)
Uji Asumsi Klasik
Uji Fixed Effect
Statistik Perbankan
Syariah
Badan Pusat
Statistik
Laporan Keuangan
Bank Syariah
Jumlah Kantor
(X3)
Uji Common Effect Uji Random Effect
Uji Chow Uji Haussman
Interpretasi dan Kesimpulan
Uji Fixed Effect
Uji Signifikansi
1. Uji t
2. Uji F
3. Koefisien Determinasi (R2)
45
Dari kerangka pemikiran di atas, dapat diuraikan bahwa PDB, jumlah bagi
hasil dan jumlah kantor diperkirakan mempengaruhi jumlah deposito mudharabah
pada bank syariah. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diprediksi bahwa semakin
tinggi atau rendah PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor maka semakin tinggi
atau rendah pula jumlah deposito mudharabah. Jadi tinggi rendahnya jumlah
deposito mudharabah sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor sebagai variabel independen.
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Teori yang dikemukakan oleh Keynes menyatakan bahwa tabungan
merupakan sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen. Sehingga
semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin tinggi tabungan masyarakat
(Sukirno, 2005:379). Dan PDB sebagai salah satu indikator tingkat pendapatan
masyarakat ikut mempengaruhi jumlah deposito mudharabah bank syariah.
Teori tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilman
(2016) yang menunjukkan bahwa PDB memiliki pengaruh positif terhadap
jumlah deposito mudharabah. Yoviasari (2013) juga mendapatkan hasil dalam
penelitiannya bahwa PDB berpengaruh terhadap besarnya deposito
mudharabah. Jadi diperkirakan bahwa PDB memiliki pengaruh terhadap
besarnya jumlah deposito mudharabah bank syariah di Indonesia. Berdasarkan
Interpretasi dan Kesimpulan
46
hasil penelitian Hilman (2016) dan Yoviasari (2013) maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : PDB tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah
Ha : PDB berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah
2. Pengaruh Jumlah Bagi Hasil terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Masyarakat dalam menempatkan dananya di bank syariah masih
dipengaruhi oleh motif untuk mencari keutungan melalui tingkat return yang
ditawarkan. Sehingga faktor bagi hasil sebagai return dari investasi yang
dilakukan menjadi faktor yang sangat penting bagi masyarakat sebelum
menempatkan dananya. Semakin tinggi jumlah bagi hasil yang ditawarkan
maka semakin tinggi pula minat masyarakat dalam menempatkan dananya pada
produk deposito mudharabah bank syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Kassim (2009) mendapatkan hasil bahwa
bagi hasil berpengaruh signifikan positif terhadap deposito mudharabah.
Hilman (2016) juga melakukan penelitian dengan hasil tingkat bagi hasil
berpengaruh terhadap jumlah tabungan mudharabah di bank syariah. Jadi
diperkirakan bahwa bagi hasil dapat mempengaruhi jumlah deposito
mudharabah bank syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Kassim
(2009) dan Hilman (2016) maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
47
H0 : Jumlah bagi hasil tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah
Ha : Jumlah bagi hasil berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah
3. Pengaruh Jumlah Kantor terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Faktor pelayanan bank syariah dalam bentuk jumlah kantor juga
mempengaruhi besarnya jumlah deposito mudharabah. Semakin banyaknya
jumlah kantor bank syariah akan memudahkan masyarakat menempatkan
dananya pada bank syariah terutama dalam produk deposito mudharabah.
Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2004) dan Yudho (2010)
menunjukkan bahwa jumlah kantor mempengaruhi jumlah deposito
mudharabah di Indonesia. Jadi dapat diperkirakan bahwa jumlah kantor bank
syariah ikut mempengaruhi jumlah deposito mudharabah. Berdasarkan hasil
penelitian Rachmawati (2004) dan Yudho (2010) maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Jumlah kantor tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah
Ha : Jumlah kantor berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah
48
4. Pengaruh PDB, Jumlah Bagi Hasil dan Jumlah Kantor terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah
Faktor-faktor seperti PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor
diperkirakan mempengaruhi jumlah deposito mudharabah bank syariah di
Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Hilman (2016) menunjukkan bahwa
bagi hasil dan produk domestik bruto berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah. Dan penelitian yang dilakukan oleh Yudho (2010) menunjukkan
tingkat bagi hasil dan jumlah kantor juga berpengaruh terhadap jumlah deposito
bank syariah. Berdasarkan hasil penelitian Hilman (2016) dan Yudho (2010)
maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor tidak berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.
Ha : PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor berpengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk domestik bruto
(PDB), jumlah bagi hasil, dan jumlah kantor terhadap jumlah deposito
mudharabah pada bank syariah di Indonesia. Periode yang diteliti dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2015 dengan data triwulan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder yan diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank syariah yang
dijadikan sampel, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu (time
series) dan data silang (cross section). Pengolahan data dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan piranti lunak Microsoft Excel 2010 dan piranti lunak
pengolahan data statistic Eviews versi 9.0.
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Non Probability Sampling artinya semua elemen dalam populasi tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Wijaya, 2013:28). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
50
Sedangkan sampel yang digunakan adalah Bank Umum Syariah yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan.
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah:
1. Bank Umum Syariah yang berdiri sendiri sejak tahun 2010 atau sebelumnya.
2. Bank Umum Syariah yang menyajikan laporan keuangan triwulan pada periode
2011-2015.
3. Bank Umum Syariah yang memiliki annual report dan laporan triwulan tahun
2011-2015 yang dapat diakses dari website masing-masing bank.
Berdasarkan kriteria di atas, maka bank umum syariah yang akan menjadi
objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Bank Umum Syariah
1 BM PT. Bank Muamalat Indonesia
2 BSM PT. Bank Syariah Mandiri
3 BNIS PT. BNI Syariah
4 BRIS PT. BRI Syariah
5 BSB PT. Bank Syariah Bukopin
6 BCAS PT. BCA Syariah
Sumber: Olahan peneliti
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
51
1. Data Sekunder
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu (time
series) dan data silang waktu (cross-section) dengan skala triwulan (quarterly)
yang diambil dari laporan keuangan bank melalui website masing-masing bank
serta website resmi lainnya yang sesuai dengan variabel penelitian seperti
Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penulis mengumpulkan data dengan membaca dari beberapa buku,
literatur, referensi, laporan keuangan, jurnal dan lain-lain yag berhubungan
dengan penelitian untuk mendapatkan teori dan konsep agar dapat memecahkan
permasalahan dan memperoleh data yang valid.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi data panel. Data panel merupakan data yang merupakan gabungan antara
data runtut waktu (time series) dan data silang waktu (cross section) (Ghozali,
2013:231).
Berdasarkan keseimbangan datanya, panel data dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu panel data seimbang (balanced panel) dan panel data tidak
seimbang (unbalanced panel). Panel data seimbang adalah jika setiap unit cross
section nya memiliki jumlah obeservasi time series yang sama. Sedangkan panel
data tidak seimbang, jika setiap unit cross section nya tidak memiliki jumlah
52
observasi time series yang sama. Penelitian ini termasuk dalam kelompok panel
data seimbang, karena setiap unit cross section nya mempunyai jumlah observasi
time series yang sama yaitu sebanyak lima tahun yang diukur secara triwulan.
1. Standarisasi Data
Standarisasi data dilakukan untuk mengurangi variasi data antar variabel.
Setiap variabel dalam penelitian ini memiliki satuan ukur yang berbeda,
sehingga data asli harus ditransformasi sebelum dianalisis. Caranya adalah
dengan mentransformasi data ke dalam bentuk Ln. Tujuan dilakukannya
standarisasi data adalah untuk menyamakan satuan, jadi nilai standard tidak lagi
tergantung pada satuan pengukuran melainkan menjadi nilai baku. Standarisasi
data ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu piranti lunak SPSS
versi 17.0.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang
telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai
residul dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Seperti diketahui,
bahwa uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka hasil uji statistik menjadi tidak valid
khususnya untuk ukuran sampel kecil (Ghozali, 2013:165).
53
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Jarque–
Bera (JB) dengan melihat nilai probability. Uji JB adalah uji normalitas
untuk sampel besar (asymptotic). Nilai JB statistik mengikuti distribusi Chi-
square dengan 2 df (degree of freedom) (Ghozali, 2013:165). Jika nilai
probability lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka data
dalam penelitian ini terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability
lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka data dalam
penelitian ini tidak terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara
variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat
korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas maka model
regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier (Suliyanto,
2011:81).
Ghozali (2013) mengukur multikolinieritas dilihat dari nilai Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolinierias adalah nilai tolerance < 0.10
atau sama dengan VIF >10. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama
dengan tingkat kolinieritas 0.90.
54
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang
tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi
memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan homokedastisitas
(Suliyanto, 2011:95).
Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data silang (cross
section) daripada pada data runtut waktu (time series). Heteroskedastisitas
tidak menyebabkan estimator (koefisien variabel independen) menjadi bias
karena residual bukan komponen menghitungnya. Namun menyebabkan
estimator jadi tidak efisien dan BLUE serta standard error dari model regresi
menjadi bias sehingga menyebabkan nilai t statistik dan F hitung bias
(misleading). Dampak akhirnya adalah pengambilan kesimpulan statistic
untuk pengujian hipotesis menjadi tidak valid (Ghozali, 2013:96).
Menurut Ghozali (2013), ada beberapa uji statistik yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas antara lain: (1)
Glejser, (2) White, (3) Breusch-Pagan-Godfrey, (4) Harvey, (5) Park. Dalam
penelitian ini, uji statistik untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan UJi White dengan melihat nilai probability Chi-square.
Jika nilai probability Chi-square lebih besar dari tingkat signifikansi α =
0.05 atau 5% maka data dalam penelitian ini tidak terkena
heteroskedastisitas. Sebaliknya jika nilai probability Chi-square lebih kecil
55
dari tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka data dalam penelitian ini
terkena heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada
pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Umumnya kasus
autokorelasi banyak terjadi pada data time series (Usman, 2008:135). Untuk
mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji
Lagrange Multiplier (LM Test) atau uji Breusch-Godfrey dengan melihat
nilai probability Chi-square. Jika nilai probability Chi-square lebih besar
dari tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka data dalam penelitian ini
tidak terkena autokorelasi. Sebaliknya jika nilai probability Chi-square lebih
kecil dari tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka data dalam penelitian
ini terkena autokorelasi.
3. Pengujian Model Regresi Data Panel
Berikut ini langkah-langkah pengujian model regresi data panel, sebagai
berikut:
a. Common Effect Model (CEM)
Langkah pertama untuk menguji model regresi data panel adalah
dengan menguji model Common Effect. Pada pendekatan model Common
Effect ini, seluruh data digabungkan tanpa memperdulikan waktu dan
perusahaan. Kemudian digunakan metode Ordinary Least Square (OLS)
atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
56
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dibandingkan
dengan kedua pendekatan lainnya.
b. Fixed Effect Model (FEM)
Langkah kedua untuk menguji model regresi data panel adalah dengan
menguji model Fixed Effect. Fixed effect maksudnya bahwa suatu objek
memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu.
Demikian juga dengan koefisien regresinya, besarnya tetap dari waktu ke
waktu. Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya, digunakan
variabel semu (dumi). Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik
Least Square Dummy Variable (LSDV).
c. Uji Chow
Langkah ketiga untuk menguji model regresi data panel adalah dengan
Uji Chow. Uji Chow adalah pengujian untuk menentukan apakah model
pendekatan yang digunakan adalah common effect atau fixed effect. Rumus
yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
Hipotesis uji Chow adalah:
H0 : menggunakan model pendekatan Common Effect Model
H1 : menggunakan model pendekatan Fixed Effect Model
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
57
d. Random Effect Model (REM)
Langkah keempat untuk menguji model regresi data panel adalah
dengan menguji model Random Effect. Pendekatan model Fixed Effect yang
menggunakan variabel dumi untuk data panel menimbulkan permasalahan
hilangnya derajat bebas dari model. Selain itu, model dumi bisa menghalangi
untuk mengetahui model aslinya. Oleh karena itu, estimasi perlu dilakukan
dengan model komponen eror atau Random Effect. Metode analisis data
panel dengan model Random Effect harus memenuhi persyaratan yaitu
jumlah cross section harus lebih besar daripada jumlah variabel penelitian.
e. Uji Haussman
Langkah kelima untuk menguji model regresi data panel adalah
dengan Uji Haussman. Uji Haussman adalah pengujian untuk menentukan
apakah model pendekatan yang digunakan adalah Fixed Effect Model atau
Random Effect Model. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan
menggunakan Chi-square statistik sehingga keputusan pemilihan model
akan dapat ditentukan secara statistik. Hipotesis uji Haussman adalah:
H0 : menggunakan model pendekatan Random Effect Model
H1 : menggunakan model pendekatan Fixed Effect Model
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
58
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji statistik t menunjukkan apakah variabel bebas atau indpenden yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara individu atau parsial
terhadap variabel dependen atau terikat. Jika nilai probabilitas t-statistic
lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka secara parsial
variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas t-statistic lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 0.05 atau 5% maka secara parsial variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif yang
hendak diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
H1 : Variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Uji F
Uji statistik F menunjukkan apakah variabel bebas atau independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen atau terikat. Jika nilai probabilitas F-statistic
lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka secara simultan
variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistic lebih kecil dari
59
tingkat signifikansi α = 0.05 atau 5% maka secara simultan variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatif yang hendak diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
H1 : Variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi koefisien
determinasi maka semakin tinggi variabel independen dalam menjelaskan
variase perubahan pada variabel dependennya (Suliyanto, 2011:39). Nilai
selalu terletak diantara 0 hingga 1.
memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi, dimana setiap
penambahan satu variabel independen dan pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai meskipun variabel yang dimasukkan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka digunakan Adjusted R Square ( ajd), adalah
indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu
variabel independen ke dalam suatu model regresi (Suliyanto, 201:39).
60
5. Model Regresi Data Panel
Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan data panel. Analisis
regresi dengan data panel digunakan sebagai alat untuk mengukur pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Analisis regresi ini
mempunyai persamaan sebagai berikut:
Yti = β0i + β1X1ti + β2X2ti + β3X3ti + eti
Sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
JDti = β0i + β1PDBti + β2JBHti + β3JKti + eti
Dimana:
JDti = jumlah deposito mudharabah
β0i = konstanta model regresi pada unit observasi ke-i
β1,β2,β3,β4 = koefisien variabel independen
PDB = produk domestik bruto
JBH = jumlah bagi hasil
JK = jumlah kantor
eti = koefisien eror
E. Operasional Variabel
Operasional variabel adalah. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
61
1. Variabel Dependent (Y)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah
Deposito Mudharabah. Deposito Mudharabah adalah deposito yang dijalankan
berdasarkan prinsip syariah dimana nasabah bertindak sebagai pemilik dana
(shahibul maal) dan bank syariah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jumlah keseluruhan deposito
mudharabah bank syariah di Indonesia periode 2011 sampai dengan 2015 yang
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank syariah yang dinyatakan
dalam bentuk miliar Rupiah (Rp).
2. Variabel Independent (X)
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Produk Domestik Bruto (X1)
Produk domestik bruto disini adalah nilai barang dan jasa yang
diproduksi di dalam negara yang bersangkutan untuk kurun waktu tertentu.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Badan
Pusat Statistik berdasarkan perhitungan triwulan, yaitu tahun 2011-2015
yang dinyatakan dalam bentuk miliar rupiah (Rp).
b. Jumlah Bagi Hasil (X2)
Jumlah bagi hasil merupakan variabel bebas ketiga (X3). Maksud dari
variabel ini adalah total jumlah bagi hasil deposito mudharabah yang
diterima oleh nasabah yang menitipkan dananya kepada bank syariah dalam
produk deposito mudharabah. Data diperoleh dari laporan keuangan bank
62
syariah yang dinyatakan dalam bentuk miliar rupiah (Rp). Data yang diambil
adalah data triwulan tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
c. Jumlah Kantor (X3)
Jumlah kantor bank syariah adalah cakupan jaringan bank syariah
sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada nasabah. Data operasional
jumlah kantor diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada Otoritas Jasa
Keuangan. Data yang diambil adalah data kurun waktu tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015.
63
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Objek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bank umum syariah di Indonesia. Bank umum syariah
(BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas
pembayaran (Soemitra, 2009: 61).
Sampai dengan bulan April 2017 , di Indonesia terdapat 13 Bank Umum
Syariah. Dan dari 13 BUS yang ada di Indonesia, dilakukan teknik pengambilan
sampel dengan menyeleksi bank umum syariah yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan. Sehingga diperoleh 6 bank umum syariah yang sesuai dengan
kriteria dan menjadi objek dalam penelitian ini. Selanjutnya akan dibahas 6 bank
umum syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini, diantaranya sebagai
berikut:
1. PT Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412
H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal
1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
64
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim,
pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi
peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen
dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari
sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
65
saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi
Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta
nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos
Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet.
BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka
cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan
aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan
Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat
diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu Bank Muamalat
memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia yang
dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh merchant berlogo
visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk
menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah,
namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok
nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,
66
lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70
award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan
yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh
Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial
Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai
The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia
(Hong Kong) (www.bankmuamalat.co.id).
2. PT Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
67
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru
BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan
konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.
Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan
sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan
nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris:
Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
68
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan
pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik (www.syariahmandiri.co.id)
3. BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,
transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap
sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang
No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha
Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang
menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor
Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500
69
outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan
operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap
aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai
oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari
DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin
off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi
waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek
regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap
pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap
keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161
Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20
Payment Point (www.bnisyariah.co.id).
70
4. BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin
dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank
BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah
kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah
bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan
nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip
syariah.
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank
BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku
Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
71
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,
jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada
segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank
ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi
dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan
jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor
Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan
penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip
Syariah (www.brisyariah.co.id).
5. PT Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT
Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah
bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut
berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank
Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo
Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta
Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah
Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31
Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar
72
dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank
Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi berdasarkan
surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991
tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang
dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam
perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui
tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun
2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian
Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan
Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah
Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember
2008, kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf
Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan
akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor
Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang
Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh
73
puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM
BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin
(www.syariahbukopin.co.id).
6. BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi
syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan
syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang
dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank Central
Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB)
yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah.
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat
Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji
Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan
usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah.
Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14
Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar
saham ke BCA Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997%
dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA
Finance.
74
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank
umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan
Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan
memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi
beroperasi sebagai bank umum syariah (www.bcasyariah.co.id).
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Data yang akan dideskripsikan pada penelitian ini terdiri dari satu data
dependen, yaitu jumlah deposito mudharabah dan data independen yang
berjumlah empat, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat imbalan SBIS,
jumlah bagi hasil deposito dan jumlah kantor bank syariah.
a. Deskripsi Variabel Jumlah Deposito Mudharabah
Deposito adalah simpanan pihak ketiga yang diamanahkan kepada
bank yang penarikannya dilakukan pada waktu tertentu sesuai yang
diperjanjikan (Ikatan Bankir Indonesia, 2014: 98). Produk deposito pada
bank syariah dilakukan berdasarkan prinsip mudharabah dimana bank
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) dan nasabah sebagai shahibul
maal (pemilik dana). Produk deposito mudharabah merupakan produk yang
paling banyak diminati oleh masyarakat untuk menginvestasikan dananya.
Berikut ini adalah data jumlah deposito mudharabah 7 bank umum syariah
75
yang menjadi objek dalam penelitian ini dari tahun 2011 triwulan I sampai
dengan 2015 triwulan IV.
Gambar 4.1
Perkembangan Jumlah Deposito Mudharabah
Periode 2011-2015 (dalam Miliar Rupiah)
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah deposito
mudharabah bank syariah di Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Peningkatan tersebut hampir terjadi pada semua bank syariah yang menjadi
objek dalam penelitian ini. Pada tahun 2011, jumlah deposito mudharabah
tertinggi dicapai oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar
Rp20.264.000.000.000 dan terendah dicapai oleh BCA Syariah sebesar
Rp534.000.000.000.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
BankMuamalat
BankSyariahMandiri
BNI Syariah BRI Syariah BankSyariahBukopin
BCA Syariah
2011 2012 2013 2014 2015
76
Pada tahun 2012, jumlah deposito mudharabah tertinggi dicapai oleh
Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar Rp22.002.000.000.000 dan terendah
dicapai oleh BCA Syariah sebesar Rp795.000.000.000. Pada tahun 2013,
jumlah deposito mudharabah tertinggi dicapai oleh Bank Muamalat yaitu
sebesar Rp27.155.000.000.000 dan terendah dicapai oleh BCA Syariah
sebesar Rp1.126.000.000.000.
Pada tahun 2014, jumlah deposito mudharabah tertinggi dicapai oleh
Bank Muamalat yaitu sebesar Rp31.496.000.000.000 dan terendah dicapai
oleh BCA Syariah sebesar Rp1.597.000.000.000. Pada tahun 2015, jumlah
deposito mudharabah tertinggi dicapai oleh Bank Syariah Mandiri yaitu
sebesar Rp30.918.000.000.000 dan terendah dicapai oleh BCA Syariah
sebesar Rp2.362.000.000.000.
b. Deskripsi Variabel Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang
diproduksi di dalam negara yang bersangkutan untuk kurun waktu tertentu
(Sunyoto, 2014:16). PDB merupakan alat pengukur pertumbuhan ekonomi
suatu negara. PDB juga digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan ekonomi
suatu negara. Berikut ini data PDB di Indonesia tahun 2011 triwulan I
sampai dengan 2015 triwulan IV.
77
Gambar 4.2
Perkembangan Produk Domestik Bruto
Periode 2011-2015 (dalam Miliar Rupiah)
Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat perkembangan PDB di
Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011,
PDB di Indonesia yaitu sebesar Rp7.831.726 miliar dan terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya hingga pada tahun 2015, jumlah PDB di
Indonesia yaitu sebesar Rp11.540.790 miliar.
c. Deskripsi Variabel Jumlah Bagi Hasil
Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dan pengelola dana (Setiadi, 2013: 81). Jumlah
bagi hasil artinya jumlah keseluruhan dana bagi hasil yang diberikan oleh
bank kepada nasabah yang menempatkan dananya pada produk deposito
bank syariah. Berikut ini adalah jumlah bagi hasil tujuh bank umum syariah
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
2011 2012 2013 2014 2015
Mili
ar r
up
iah
Tahun
78
yang menjadi objek penelitian tahun 2011 triwulan I sampai dengan tahun
2015 triwulan IV.
Gambar 4.3
Perkembangan Jumlah Bagi Hasil
Periode 2011-2015 (dalam Jutaan Rupiah)
Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah, data diolah
Berdasarkan gambar 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah bagi hasil
deposito bank umum syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini
cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011, rata-rata jumlah
bagi hasil deposito tertinggi dicapai oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar
Rp89.309.000.000 dan terendah dicapai oleh BCA Syariah yaitu sebesar
Rp1.094.000.000.
Pada tahun 2012, rata-rata jumlah bagi hasil deposito tertinggi dicapai
oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar Rp98.338.000.000 dan terendah
dicapai oleh BCA Syariah yaitu sebesar Rp1.521.000.000. Pada tahun 2013,
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
BankMuamalat
BankSyariahMandiri
BNI Syariah BRI Syariah BankSyariahBukopin
BCA Syariah
2011 2012 2013 2014 2015
79
rata-rata jumlah bagi hasil deposito tertinggi dicapai oleh Bank Syariah
Mandiri yaitu sebesar Rp97.114.000.000 dan terendah dicapai oleh BCA
Syariah yaitu sebesar Rp2.125.000.000.
Pada tahun 2014, rata-rata jumlah bagi hasil deposito tertinggi dicapai
oleh Bank Muamalat yaitu sebesar Rp127.789.000.000 dan terendah dicapai
oleh BCA Syariah yaitu sebesar Rp2.994.000.000. Pada tahun 2015, rata-
rata jumlah bagi hasil deposito tertinggi dicapai oleh Bank Syariah Mandiri
yaitu sebesar Rp114.547.000.000 dan terendah dicapai oleh BCA Syariah
yaitu sebesar Rp10.985.000.000.
d. Deskripsi Variabel Jumlah Kantor
Jumlah kantor layanan berfungsi menyalurkan atau meneruskan
layanan syariah kepada masyarakat. Jadi semakin banyaknya jumlah kantor
bank syariah maka kesempatan masyarakat untuk menabung juga semakin
besar dan meningkat. Berikut ini jumlah kantor tujuh bank umum syariah
yang menjadi objek dalam penelitian ini.
80
Gambar 4.4
Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah
Periode 2011-2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, data diolah.
Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa jumlah jaringan kantor
bank syariah terbesar di Indonesia dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri.
Dimana jumlahnya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada
tahun 2011, jumlah jaringan kantor Bank Syariah Mandiri yaitu sebanyak
468 kantor dan jumlah jaringan kantor terkecil dimiliki oleh Bank Syariah
Bukopin yaitu sebanyak 15 kantor.
Pada tahun 2012, jumlah jaringan kantor Bank Syariah Mandiri yaitu
sebanyak 565 kantor dan jumlah jaringan kantor terkecil dimiliki oleh Bank
Syariah Bukopin yaitu sebanyak 16 kantor. Pada tahun 2013, jumlah
jaringan kantor Bank Syariah Mandiri yaitu sebanyak 638 kantor dan jumlah
0
100
200
300
400
500
600
700
800
BankMuamalat
Bank SyariahMandiri
BNI Syariah BRI Syariah Bank SyariahBukopin
BCA Syariah
2011 2012 2013 2014 2015
81
jaringan kantor terkecil dimiliki oleh Bank Syariah Bukopin yaitu sebanyak
17 kantor.
Pada tahun 2014, jumlah jaringan kantor Bank Syariah Mandiri yaitu
sebanyak 712 kantor dan jumlah jaringan kantor terkecil dimiliki oleh BCA
Syariah yaitu sebanyak 17 kantor. Pada tahun 2015, jumlah jaringan kantor
bank syariah di Indonesia tidak mengalami peningkatan dan hampir sama
dengan tahun sebelumya.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
4
8
12
16
20
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Series: ResidualsSample 1 120Observations 120
Mean -1.11e-14Median 0.028613Maximum 0.512222Minimum -0.625456Std. Dev. 0.234978Skewness -0.473808Kurtosis 3.349293
Jarque-Bera 5.099911Probability 0.078085
Sumber : Output Eviews, data diolah.
Berdasarkan histogram uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa
probability JB > 0.05 (0.078085 > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
82
b. Uji Multikolinieritas
Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas
PDB JBH JK
PDB 1.000000 0.223918 0.150872
JBH 0.223918 1.000000 0.838768
JK 0.150872 0.838768 1.000000
Sumber: output Eviews, data diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antar
variabel independen (PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor) tidak ada
yang menunjukkan nilai korelasi diatas 0.9. Nilai korelasi tertinggi sebesar
0.838768 yaitu antara jumlah bagi hasil dengan jumlah kantor. Karena
0.838768 < 0.9 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terjadi
gejala multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam
penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan metode statistik
menggunakan uji White. Berikut ini hasil uji White untuk megetahui gejala
heteroskedastisitas.
83
Tabel 4.3
Hasil Uji White
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.473202 Prob. F(3,116) 0.2255
Obs*R-squared 4.404206 Prob. Chi-Square(3) 0.2210
Scaled explained SS 4.834241 Prob. Chi-Square(3) 0.1843
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdasarkan tabel hasil uji white dapat diketahui bahwa nilai
probability chi-square sebesar 0.2210. Nilai probability chi-square lebih
besar dari 0.05 (0.2210 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model penelitian.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan LM test. Hasil
dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Sebelum Differensiasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 83.85575 Prob. F(2,114) 0.0000
Obs*R-squared 71.43968 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa
nilai probability Chi-square kurang dari 0.05 (0.0000 < 0.05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model penelitian terdapat masalah autokorelasi.
Untuk mengoreksi masalah autokorelasi dalam model penelitian dapat
84
dilakukan differensiasi pada variabel yaitu D(Ln) hingga tidak terjadi
masalah autokorelasi dalam model penelitian. Berikut adalah hasil uji
autokorelasi setelah dilakukan differensiasi.
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Setelah Differensiasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.213156 Prob. F(2,113) 0.3011
Obs*R-squared 2.501432 Prob. Chi-Square(2) 0.2863
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa setelah dilakukan differensiasi, nilai
probability chi-square adalah 0.2863. Nilai ini lebih besar dari derajat
kesalahan α = 5% (0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model
penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi.
3. Pengujian Model Regresi Data Panel
Regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
tiga model pendekatan yaitu, common effect, fixed effect dan random effect.
a. Common Effect Model
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk menguji model regresi
data panel adalah dengan menguji model common effect.
85
Tabel 4.6
Hasil Uji Common Effect Model
Dependent Variable: JD?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/30/17 Time: 08:44
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 120
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PDB? 0.410989 0.017139 23.97978 0.0000
JBH? 0.558988 0.029943 18.66811 0.0000
JK? 0.322329 0.029379 10.97159 0.0000
R-squared 0.960931 Mean dependent var 29.50550
Adjusted R-squared 0.960263 S.D. dependent var 1.201945
S.E. of regression 0.239598 Akaike info criterion 0.004970
Sum squared resid 6.716617 Schwarz criterion 0.074657
Log likelihood 2.701808 Hannan-Quinn criter. 0.033270
Durbin-Watson stat 0.458880
Sumber: ouput Eviews, data diolah
b. Fixed Effect Model
Langkah kedua adalah dengan meregresikan data panel dengan model
fixed effect.
Tabel 4.7
Hasil Uji Fixed Effect Model
Dependent Variable: JD?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/30/17 Time: 08:45
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 120
86
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -33.61989 5.552758 -6.054629 0.0000
PDB? 1.573219 0.185132 8.497803 0.0000
JBH? 0.295335 0.050292 5.872376 0.0000
JK? 0.070066 0.056759 1.234438 0.2196
Fixed Effects
(Cross)
BCAS--C -0.954337
BM--C 0.821143
BNIS--C -0.209105
BRIS--C 0.128039
BSB--C -0.638755
BSM--C 0.853016
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.983989 Mean dependent var 29.50550
Adjusted R-squared 0.982835 S.D. dependent var 1.201945
S.E. of regression 0.157472 Akaike info criterion -0.787098
Sum squared resid 2.752520 Schwarz criterion -0.578036
Log likelihood 56.22587 Hannan-Quinn criter. -0.702197
F-statistic 852.7244 Durbin-Watson stat 0.719549
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
c. Uji Chow
Setelah mendapatkan hasil dari model uji common effect dan fixed
effect, untuk menentukan model yang akan dipilih maka dilakukan Uji
Chow. Dengan kriteria pengambilan keputusan jika nilai Chi-square > 0.05
maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga model yang dipilih adalah
common effect. Sedangkan jika nilai Chi-square < 0.05 maka H0 ditolak dan
H1 diterima, sehingga model yang dipilih adalah model fixed effect.
87
Tabel 4.8
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 30.793861 (5,111) 0.0000
Cross-section Chi-square 104.410054 5 0.0000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdasarkan tabel uji Chow di atas dapat diketahui bahwa nilai cross-
section Chi-square adalah 0.0000 < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model yang dipilih adalah model
fixed effect.
d. Random Effect Model
Langkah selanjutnya untuk menguji model regresi data panel adalah
menguji model bentuk random effect
Tabel 4.9
Hasil Uji Random Effect Model
Dependent Variable: JD?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/30/17 Time: 08:45
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 120
Swamy and Arora estimator of component variances
88
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -18.32819 4.443782 -4.124457 0.0001
PDB? 1.020510 0.140756 7.250194 0.0000
JBH? 0.439503 0.039123 11.23397 0.0000
JK? 0.241622 0.041941 5.761057 0.0000
Random Effects
(Cross)
BCAS--C -0.316461
BM--C 0.434684
BNIS--C -0.228125
BRIS--C -0.054443
BSB--C -0.208800
BSM--C 0.373145
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.218374 0.6579
Idiosyncratic random 0.157472 0.3421
Weighted Statistics
R-squared 0.837811 Mean dependent var 4.696962
Adjusted R-squared 0.833617 S.D. dependent var 0.416695
S.E. of regression 0.169970 Sum squared resid 3.351225
F-statistic 199.7390 Durbin-Watson stat 0.732289
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.917611 Mean dependent var 29.50550
Sum squared resid 14.16398 Durbin-Watson stat 0.173261
Sumber: ouput Eviews, data diolah
e. Uji Haussman
Setelah melakukan uji Chow dan memperoleh hasil bahwa model fixed
effect yang digunakan, selanjutnya dilakukan uji Hausman untuk memilih
antara model fixed effect dan random effect. Pemilihan model ini dilakukan
89
dengan kriteria jika nilai probability > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak,
artinya model yan dipilih adalah random effect. Sedangkan jika nilai
probability < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya model yang
dipilih adalah fixed effect.
Tabel 4.10
Hasil Uji Haussman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probability adalah
1.0000 > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model yang dipilih adalah Random Effec Model.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara parsial
variabel-variabel independen (PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor)
terhadap variabel dependen yaitu jumlah deposito mudharabah. Jika tingkat
signifikan > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila tingkat signifikan
90
< 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji
hipotesis secara parsial dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.11
Hasil Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -18.32819 4.443782 -4.124457 0.0001
PDB 1.020510 0.140756 7.250194 0.0000
JBH 0.439503 0.039123 11.23397 0.0000
JK 0.241622 0.041941 5.761057 0.0000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Penjelasan dari tabel uji-t adalah sebagai berikut:
1) Uji t terhadap PDB
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai t-statistik
sebesar 7.250194 dengan tingkat signifikan 0.0000. Karena tingkat
signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
secara parsial variabel independen PDB berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen yaitu jumlah deposito mudharabah.
2) Uji t terhadap Jumlah Bagi Hasil
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai t-statistik
sebesar 11.23397 dengan tingkat signifikan 0.0000. Karena tingkat
signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
secara parsial variabel independen jumlah bagi hasil berpengaruh secara
91
signifikan terhadap variabel dependen yaitu jumlah deposito
mudharabah.
3) Uji t terhadap Jumlah Kantor
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai t-statistik
sebesar 5.761057 dengan tingkat signifikan 0.0000. Karena tingkat
signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
secara parsial variabel independen jumlah kantor berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen yaitu jumlah deposito
mudharabah.
b. Uji F
Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel dependen (PDB, jumlah
bagi hasil dan jumlah kantor) secara simultan terhadap variabel dependen
yaitu jumlah deposito mudharabah maka digunakan uji F. Hasil dari uji
hipotesis secara simultan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji F
R-squared 0.837811 Mean dependent var 4.696962
Adjusted R-squared 0.833617 S.D. dependent var 0.416695
S.E. of regression 0.169970 Sum squared resid 3.351225
F-statistic 199.7390 Durbin-Watson stat 0.732289
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdasarkan hasil uji F di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F-
statistic adalah 0.000000. Nilai probabilitas sebesar 0.000000 < 0.05, maka
92
H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
simultan variabel-variabel dependen (PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah
kantor) memiliki pengaruh yang signifkan terhadap variabel dependen yaitu
jumlah deposito.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.837811 Mean dependent var 4.696962
Adjusted R-squared 0.833617 S.D. dependent var 0.416695
S.E. of regression 0.169970 Sum squared resid 3.351225
F-statistic 199.7390 Durbin-Watson stat 0.732289
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdasarkan tabel di atas, besarnya nilai Adjusted R-squared adalah
0.833617 atau sebesar 83.36%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah
deposito mudharabah secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel independen (PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor) sebesar
83.36%. Sedangkan sisanya sebesar 16.64% (100% - 81.39%) dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini seperti
inflasi, tingkat suku bunga, FDR, ROA, ROE, kurs, ukuran bank dan
lainnya.
93
5. Model Regresi Data Panel
Setelah dilakukan uji untuk melihat model pendekatan yang sesuai
dengan analisis regresi data panel, maka hasil uji model regresi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.14
Hasil Uji Model Regresi Data Panel
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -18.32819 4.443782 -4.124457 0.0001
PDB 1.020510 0.140756 7.250194 0.0000
JBH 0.439503 0.039123 11.23397 0.0000
JK 0.241622 0.041941 5.761057 0.0000
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model regresi antara
variabel dependen (JD) dan variabel independen (PDB, SBIS, JBH, JK) sebagai
berikut:
JDti = - 18.32819 + 1.020510 PDBti + 0.439503 JBHti + 0.241622 JKti +
4.443782ti
94
Tabel 4.15
Hasil Uji Model Regresi Tiap Bank Umum Syariah
Random Effect (Cross) Konstanta
BM—C 0.434684
BSM—C 0.373145
BNIS—C -0.228125
BRIS—C -0.054443
BSB—C -0.208800
BCAS—C -0.316461
Sumber: ouput Eviews, data diolah
Berdasarkan tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi tiap
Bank Umum Syariah sebagai berikut:
1) Persamaan model regresi Bank Muamalat
JD BM = 0.434684 + 1.020510 PDBti + 0.439503 JBHti + 0.241622 JKti +
4.443782ti
Konstanta sebesar 0.434684 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (PDB, JBH dan JK) pada observasi i dan periode ke t adalah
konstan, maka jumlah deposito mudharabah pada Bank Muamalat adalah
sebesar 0.434684.
2) Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri
JD BSM = 0.373145 + 1.020510 PDBti + 0.439503 JBHti + 0.241622 JKti
+ 4.443782ti
Konstanta sebesar 0.373145 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (PDB, JBH dan JK) pada observasi i dan periode ke t adalah
95
konstan, maka jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri
adalah sebesar 0.373145.
3) Persamaan model regresi BNI Syariah
JD BNIS = -0.228125 + 1.020510 PDBti + 0.439503 JBHti + 0.241622 JKti
+ 4.443782ti
Konstanta sebesar -0.228125 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (PDB, JBH dan JK) pada observasi i dan periode ke t adalah
konstan, maka jumlah deposito mudharabah pada BNI Syariah adalah
sebesar -0.228125.
4) Persamaan model regresi BRI Syariah
JD BRIS = -0.054443 + 1.020510 PDBti + 0.439503 JBHti + 0.241622 JKti
+ 4.443782ti
Konstanta sebesar -0.054443 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (PDB, JBH dan JK) pada observasi i dan periode ke t adalah
konstan, maka jumlah deposito mudharabah pada BRI Syariah adalah
sebesar -0.054443.
5) Persamaan model regresi Bank Syariah Bukopin
JD BSB = -0.054443 + 1.020510 PDBti + 0.439503 JBHti + 0.241622 JKti
+ 4.443782ti
Konstanta sebesar -0.208800 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (PDB, JBH dan JK) pada observasi i dan periode ke t adalah
96
konstan, maka jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Bukopin
adalah sebesar -0.208800.
6) Persamaan model regresi BCA Syariah
JD BCAS = -0.316461 + 1.020510 PDBti + 0.439503 JBHti + 0.241622
JKti + 4.443782ti
Konstanta sebesar -0.316461 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (PDB, JBH dan JK) pada observasi i dan periode ke t adalah
konstan, maka jumlah deposito mudharabah pada BCA Syariah adalah
sebesar -0.316461.
6. Interpretasi Hasil Penelitian
a. Pengaruh PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDB memiliki arah
positif dengan nilai koefisien sebesar 1.020510 yang artinya setiap kenaikan
1% PDB akan menyebabkan meningkatnya jumlah deposito mudharabah
sebesar 1.020510 satuan. PDB memiliki tingkat signifikan 0.0000 lebih kecil
dari 0.05. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa PDB berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah. Artinya jika PDB meningkat maka jumlah deposito
mudharabah pada bank syariah juga akan mengalami peningkatan.
Dalam teorinya jika PDB naik maka akan diikuti oleh meningkatnya
jumlah pendapatan masyarakat. Pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat
setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, maka sisanya
97
akan diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk investasi yang disediakan oleh
lembaga keuangan. Investasi dapat dilakukan oleh masyarakat dalam
berbagai bentuk, salah satunya deposito mudharabah. Investasi ini dilakukan
oleh masyarakat untuk berjaga-jaga apabila suatu saat nanti tidak memiliki
pendapatan lagi. Jadi pola menabung yang dilakukan oleh masyarakat sangat
tergantung pada pendapatan yang dimilikinya. Semakin besar pendapatan
masyarakat maka semakin besar pula kemampuannya untuk menabung.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Saliza
Zainal dkk (2009), Yoviasari (2013), dan Hilman (2016) yang menyatakan
bahwa PDB berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah bank
syariah karena kemampuan masyarakat untuk menabung atau melakukan
investasi sangat tergantung pada pendapatan yang dimiliki.
b. Pengaruh Jumlah Bagi Hasil terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah bagi hasil
memiliki arah positif dengan nilai koefisien sebesar 0.439503, yang artinya
jika jumlah bagi hasil meningkat sebesar 1% maka jumlah deposito
mudharabah juga akan meningkat sebesar 0.439503 satuan. Jumlah bagi
hasil memiliki tingkat signifikan 0.0000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini
menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
jumlah bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah.
98
Dalam teorinya, bagi hasil merupakan return atas investasi yang
dilakukan pada produk deposito yang besarnya tidak pasti dan tidak tetap.
Besarnya jumlah bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah tidak dapat
ditetapkan secara pasti dan sangat bergantung pada usaha yang dijalankan.
Apabila bagi hasil yang diberikan meningkat, maka keinginan masyarakat
untuk menabung juga akan mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan
bahwa dalam menginvestasikan dananya, masyarakat masih dipengaruhi
oleh motif mencari keuntungan. Sehingga masyarakat akan memilih untuk
menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang menghasilkan return
yang tinggi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Rachmawati dan Eki (2004), Kassim (2009), Yudho (2010) dan Suratman
(2013) yang menyatakan bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap
deposito mudharabah karena semakin besar jumlah bagi hasil yang
diberikan maka semakin besar pula jumlah deposito mudharabah pada bank
syariah.
c. Pengaruh Jumlah Kantor terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah kantor memiliki
arah positif dengan nilai koefisien sebesar 0.241622, yang artinya jika
jumlah kantor meningkat sebesar 1% maka jumlah deposito mudharabah
juga akan meningkat sebesar 0.241622 satuan. Jumlah kantor memiliki
tingkat signifikan sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti H0
99
ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kantor
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.
Dalam teorinya, jumlah kantor merupakan bentuk pelayanan bank
syariah kepada masyarakat. Ketika bank syariah memperluas jaringannya
dengan menambah jumlah kantor, maka kesempatan bank syariah untuk
menghimpun dana juga semakin besar. Bank syariah dapat menjangkau
nasabah-nasabah diberbagai daerah. Nasabah juga dapat dengan mudah
menemukan lokasi bank syariah dan menggunakan produk-produk yang
ditawarkan termasuk produk investasi dana dalam bentuk deposito
mudharabah. Banyaknya jumlah kantor yang dimiliki oleh bank syariah juga
menjadi tolok ukur tingkat kepercayaan masyarakat. Karena semakin banyak
jumlah kantor yang ada menunjukkan bahwa masyarakat masih
mempercayakan dananya pada bank tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yudho
(2010) dan Marifat (2016) yang menyatakan bahwa jumlah kantor
berpengaruh terhadap deposito mudharabah bank syariah karena semakin
banyak jumlah kantor yang didirikan oleh bank syariah maka semakin
banyak pula jumlah deposito mudharabah.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian regresi data panel yang telah dilakukan pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PDB, jumlah bagi hasil
dan jumlah kantor mempengaruhi jumlah deposito mudharabah bank syariah di
Indonesia. Sehingga semakin tinggi PDB sebagai indikator pendapatan
masyarakat, semakin tinggi jumlah bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah
dan semakin banyak jumlah kantor yang didirikan, maka semakin tinggi pula
jumlah deposito mudharabah bank syariah. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Variabel PDB memiliki tingkat signifikan 0.0000, karena tingkat signifikan
lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial variabel independen PDB
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu jumlah
deposito mudharabah. PDB memiliki arah koefisien positif, jadi semakin
besar PDB maka semakin besar juga jumlah deposito mudharabah bank
syariah.
2. Variabel jumlah bagi hasil memiliki tingkat signifikan 0.0000, karena tingkat
signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial variabel independen
jumlah bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
yaitu jumlah deposito mudharabah. Jumlah bagi hasil memiliki arah koefisien
101
positif, jadi semakin besar jumlah bagi hasil maka semakin besar juga jumlah
deposito mudharabah bank syariah.
3. Variabel jumlah kantor memiliki tingkat signifikan 0.0000, karena tingkat
signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial variabel independen
jumlah kantor berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu
jumlah deposito mudharabah. Jumlah kantor memiliki arah koefisien positif,
jadi semakin besar jumlah kantor maka semakin besar juga jumlah deposito
mudharabah bank syariah.
4. Variabel PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor secara bersama-sama
memiliki tingkat signifikan 0.000000, karena tingkat signifikan lebih kecil
dari 0.05 maka secara simultan variabel-variabel dependen (PDB, jumlah bagi
hasil dan jumlah kantor) memiliki pengaruh yang signifkan terhadap variabel
dependen yaitu jumlah deposito.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka
penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yang perlu memperoleh
penekanan di masa yang akan datang di antaranya:
1. Bank Syariah
Dengan adanya temuan bahwa PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah dengan
tingkat kontrubusi yang berbeda-beda menunjukkan bahwa perbankan syariah
102
masih sulit untuk lepas dari dampak ekonomi makro yang terjadi. Hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi bank syariah untuk mengevaluasi
perkembangan sistem agar tahan terhadap dampak makroekonomi yang terjadi
di Indonesia.
Peningkatan jumlah deposito mudharabah juga tidak terlepas dari faktor
internal yang terdapat pada bank syariah. Oleh karena itu hal yang dapat
dilakukan antara lain adalah penguatan modal, memiliki antisipasi terhadap
makroekonomi, adanya sistem manajemen yang baik serta sosialisasi terhadap
masyarakat luas terutama tentang produk bank syariah.
2. Bagi Nasabah
Hasil penelitian bahwa PDB, jumlah bagi hasil dan jumlah kantor
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah dengan
tingkat kontrubusi yang berbeda-beda diharapkan menjadi informasi yang
penting dan akan menambah wawasan serta pengetahuan bagi nasabah bank
syariah terutama terkait produk deposito mudharabah. Sehingga dapat
dijadikan landasan dalam mengambil keputusan terkait menginvestasikan
dananya dalam bentuk deposito mudharabah dan dapat dijadikan pedoman
pengambilan keputusan dalam berinvestasi yang dapat memberikan tingkat
keuntungan yang sesuai dengan harapan investor.
3. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan referensi
mengenai perbankan syariah bagi peneliti maupun peneliti selanjutnya yang
103
tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu deposito mudharabah. Selain
itu juga dapat dijadikan bahan referensi bagi kepustakaan pihak kampus. Untuk
peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel seperti: FDR,
ROA, ROE, kurs, ukuran bank dan lainnya. Periode penelitian juga dapat
diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat lebih akurat dan dapat
menjelaskan berbagai fenomena yang terkait dengan penelitian ini.
104
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Syukriah, Anita Abu Hasan and Kartini Kasim. ―Macroeconomics Variables
and Its Impact to Mudharabah Investment Deposits in Malaysia‖. Journal
Finance Management, ISSN: 10866-10869, 2012.
Antonio, M. S. ―Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik”. Gema Insani, Jakarta,
2001.
Arif, Nur Rianto.‖Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah”. Alfabeta, Bandung,
2010.
Arifin, Z. ―Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”. Azkia Publisher, Tangerang,
2009.
Ascarya. ―Akad dan Produk Bank Syariah”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2008.
Aziz, Hassanuddeen Abd. Dkk. ―Factors Determining Islamic Banks’ Deposits in
Qatar: An Empirical Study‖. International Journal of Economic Practices
and Theories, Vol. 4 No. 6, ISSN: 2247-7225, 2014.
Ghozali, Imam. ―Analisis Multivariate dan Ekonometrika Teori, Konsep dan
Aplikasi dengan Eviews 8‖. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2013.
Gumelar, Bayu Ayom. ―Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito dan
Jumlah Bagi Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi
Kasus PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012)‖. Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Hamid, Abdul. ―Buku Pedoman Penulisan Skripsi‖. FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010.
Hilman, Iim. ―The Factors Affecting Mudharabah Deposits of Sharia Banking in
Indonesia‖. International Journal of Business and Management Invention,
ISSN: 2319-8028, 2016.
105
Ifham, A. ―Ini Lho Bank Syariah! Memahami bank Syariah dengan Mudah‖. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015.
Karim, Adiwarman. ―Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan‖. Rajawali Pers,
Jakarta, 2009.
Kasmir. ―Manajemen Perbankan‖. Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
Kasri, Rahmatani A. dan Salina Hj. Kassim. ―Empirical Determinants of Saving in
the Islamic Banks: Evidence from Indonesia‖. Journal Islami Econ, Vol. 22
No. 2, 2009.
Marifat, Ifat. ―Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah,
Jumlah Kantor Layanan, Inflasi dan PDB terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia‖. Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Muhamad. ―Manajemen Keuangan Syari'ah: Analisis Fiqh & Keuangan‖. UPP
STIM YKPN, Yogyakarta, 2014.
Mulazid, Ade Sofyan. ―Pelaksanaan Sharia Complience pada Bank Syariah (Studi
Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Jakarta)‖. Jurnal Madania, Vol. 20, No.
1, 2016.
Piliyanti, Indah dan Tri Wahyuni. ―Tingkat Suku Bunga Deposito, Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah, Financing to Deposit Ratio, Tingkat Inflasi,
Ukuran Perusahaan serta Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Deposito
Mudharabah pada Bank Syariah Indonesia dan Malaysia‖. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam, Vol. 9 No. 1, 2014.
Paulus Kurniawan, Paulus. ―Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro‖. Andi Offset,
Yogyakarta, 2015.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. ―Teori Ekonomi Makro‖. Edisi
Keempat. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, Jakarta, 2008.
Rosadi, Dedi. ―Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews‖.
Andi Offset, Yogyakarta, 2012.
Sadi, M. ―Konsep Hukum Perbankan Syariah‖. Setara Press, Malang, 2015.
106
Sarjono, Haryadi. ―SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset‖.
Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Soemitra, Andi. ―Bank dan Lembaga Keuangan Syariah‖. Kencana, Jakarta, 2009.
Sudarsono, Heri. ―Bank dan Lembaga Keuanga Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi‖.
Edisi Ketiga. Ekonisia, Yogyakarta, 2008
Sudarsono, Heri. ―Dampak Krisis Keuangan Globa Terhadap Perbankan di
Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah‖.
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 3 No. 1, Juli 2009.
Suliyanto. ―Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS‖. Andi
Offset, Yogyakarta, 2011.
Sunyoto, E. U. ―Pengantar Ilmu Ekonomi Makro‖. Yogyakarta: CAPS,
Yogyakarta, 2014.
Surat Edaran Bank Indonesia No.10/16/DPM Tentang Tata Cara Penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang
Suratman. ―Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan
SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi Terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah‖. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013.
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Wirdyaningsih, K. P. ―Bank dan Asuransi Islam di Indonesia‖. Kencana, Jakarta,
2005.
Yaya, Rizal. ―Akuntansi Perbankan Syariah‖. Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Yoviasari, Fiska. ―Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi dan Produk Domestik
Bruto Terhadap Deposito Mudharabah Bank Syariah di Indonesia”. Skripsi,
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013.
Yudho, Aryanto. ―Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito
Mudharabah Bank Syariah di Indonesia Tahun 2002-2009‖. Tesis,
Universitas Indonesia, 2010.
107
Yuliansyah, Dini. ―Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah dan Inflasi Terhadap Deposito Mudharabah Periode
2008-2013‖. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Winarno, Wing. ―Analisis Ekonometrikadan Statistika dengan Eviews‖. Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2009.
www.bi.go.id di akses pada tanggal 21 November 2016
www.bps.go.id di akses pada tanggal 21 November 2016
www.ojk.go.id di akses pada tanggal 21 November 2016
www.syariahmandiri.co.id di akses pada tanggal 22 November 2016
www.bcasyariah.co.id di akses pada tanggal 22 November 2016
www.bnisyariah.co.id di akses pada tanggal 22 November 2016
www.brisyariah.co.id di akses pada tanggal 22 November 2016
www.syariahbukopin.co.id di akses pada tanggal 27 November 2016
www.bankmuamalat.co.id di akses pada tanggal 27 November 2016
Zainal, Noor Saliza dkk. ―Influenceof Economic Factors on Performance of
Investment and Mudharabah Accounts in Maybank, Malaysia‖. International
Journal of Economics and Finance, Vol. 1 No. 2, Agustus 2009.
108
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
Tahun Triwulan Bank
Jumlah
Deposito PDB Bagi Hasil Jumlah
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Jutaan Rp) Kantor
2011
Triwulan 1 BM 11,241 1,834,355 54,427 273
Triwulan 2 BM 13,196 1,928,233 64,808 279
Triwulan 3 BM 14,539 2,053,745 67,795 286
Triwulan 4 BM 19,625 2,015,392 77,572 287
2012
Triwulan 1 BM 18,120 2,061,338 68,309 298
Triwulan 2 BM 18,101 2,162,036 71,618 304
Triwulan 3 BM 19,734 2,223,641 81,326 326
Triwulan 4 BM 25,017 2,168,687 85,480 345
2013
Triwulan 1 BM 26,922 2,235,288 94,023 358
Triwulan 2 BM 26,841 2,342,589 71,620 380
Triwulan 3 BM 27,898 2,491,158 103,318 378
Triwulan 4 BM 26,957 2,477,097 106,712 387
2014
Triwulan 1 BM 28,525 2,505,196 108,669 446
Triwulan 2 BM 31,757 2,617,655 122,840 448
Triwulan 3 BM 32,839 2,746,532 129,903 448
Triwulan 4 BM 32,862 2,696,433 149,742 447
2015
Triwulan 1 BM 29,220 2,728,272 107,171 447
Triwulan 2 BM 25,007 2,868,866 100,617 449
Triwulan 3 BM 26,034 2,998,622 107,509 449
Triwulan 4 BM 27,751 2,945,028 132,954 436
2011
Triwulan 1 BSM 17,449 1,834,355 80,453 404
Triwulan 2 BSM 18,687 1,928,233 83,578 407
Triwulan 3 BSM 21,393 2,053,745 98,354 438
Triwulan 4 BSM 23,524 2,015,392 94,851 468
2012
Triwulan 1 BSM 22,779 2,061,338 103,254 501
Triwulan 2 BSM 22,098 2,162,036 104,832 528
Triwulan 3 BSM 21,300 2,223,641 93,560 535
Triwulan 4 BSM 21,826 2,168,687 91,704 565
109
2013
Triwulan 1 BSM 23,623 2,235,288 88,504 601
Triwulan 2 BSM 24,681 2,342,589 99,747 610
Triwulan 3 BSM 27,213 2,491,158 92,476 630
Triwulan 4 BSM 26,834 2,477,097 107,729 638
2014
Triwulan 1 BSM 28,989 2,505,196 107,823 711
Triwulan 2 BSM 29,169 2,617,655 111,401 711
Triwulan 3 BSM 30,684 2,746,532 108,749 711
Triwulan 4 BSM 31,935 2,696,433 110,048 712
2015
Triwulan 1 BSM 31,317 2,728,272 118,498 712
Triwulan 2 BSM 30,433 2,868,866 101,499 712
Triwulan 3 BSM 30,632 2,998,622 111,765 712
Triwulan 4 BSM 31,287 2,945,028 126,424 712
2011
Triwulan 1 BNIS 24,690 1,834,355 15,274 56
Triwulan 2 BNIS 23,075 1,928,233 13,419 70
Triwulan 3 BNIS 28,410 2,053,745 14,015 68
Triwulan 4 BNIS 32,453 2,015,392 14,719 68
2012
Triwulan 1 BNIS 32,147 2,061,338 20,338 76
Triwulan 2 BNIS 31,820 2,162,036 19,723 104
Triwulan 3 BNIS 33,418 2,223,641 20,466 186
Triwulan 4 BNIS 37,023 2,168,687 23,800 202
2013
Triwulan 1 BNIS 53,766 2,235,288 28,393 208
Triwulan 2 BNIS 47,404 2,342,589 29,429 227
Triwulan 3 BNIS 50,117 2,491,158 30,583 247
Triwulan 4 BNIS 49,167 2,477,097 24,360 247
2014
Triwulan 1 BNIS 60,059 2,505,196 7,461 240
Triwulan 2 BNIS 68,725 2,617,655 16,468 240
Triwulan 3 BNIS 77,556 2,746,532 26,641 240
Triwulan 4 BNIS 88,732 2,696,433 37,405 248
2015
Triwulan 1 BNIS 97,177 2,728,272 11,977 248
Triwulan 2 BNIS 92,037 2,868,866 23,879 249
Triwulan 3 BNIS 106,422 2,998,622 35,732 249
Triwulan 4 BNIS 104,048 2,945,028 47,845 251
2011
Triwulan 1 BRIS 4,810 1,834,355 33,433 100
Triwulan 2 BRIS 5,222 1,928,233 34,450 100
Triwulan 3 BRIS 6,816 2,053,745 43,821 100
Triwulan 4 BRIS 7,901 2,015,392 38,451 103
110
2012
Triwulan 1 BRIS 7,010 2,061,338 41,986 103
Triwulan 2 BRIS 7,406 2,162,036 42,008 113
Triwulan 3 BRIS 7,868 2,223,641 42,097 153
Triwulan 4 BRIS 9,393 2,168,687 43,489 176
2013
Triwulan 1 BRIS 10,466 2,235,288 51,941 184
Triwulan 2 BRIS 11,016 2,342,589 54,278 211
Triwulan 3 BRIS 10,939 2,491,158 57,079 211
Triwulan 4 BRIS 10,916 2,477,097 62,128 231
2014
Triwulan 1 BRIS 10,545 2,505,196 81,851 254
Triwulan 2 BRIS 11,284 2,617,655 81,879 254
Triwulan 3 BRIS 11,553 2,746,532 81,877 254
Triwulan 4 BRIS 12,653 2,696,433 81,016 265
2015
Triwulan 1 BRIS 12,691 2,728,272 81,069 265
Triwulan 2 BRIS 12,360 2,868,866 81,140 267
Triwulan 3 BRIS 13,710 2,998,622 81,243 267
Triwulan 4 BRIS 14,772 2,945,028 83,340 268
2011
Triwulan 1 BSB 1,289 1,834,355 9,584 14
Triwulan 2 BSB 1,398 1,928,233 8,277 14
Triwulan 3 BSB 1,667 2,053,745 8,709 16
Triwulan 4 BSB 1,917 2,015,392 10,505 15
2012
Triwulan 1 BSB 1,778 2,061,338 8,971 15
Triwulan 2 BSB 2,024 2,162,036 9,308 15
Triwulan 3 BSB 2,121 2,223,641 10,068 15
Triwulan 4 BSB 2,322 2,168,687 11,023 16
2013
Triwulan 1 BSB 2,597 2,235,288 13,356 15
Triwulan 2 BSB 2,719 2,342,589 13,572 15
Triwulan 3 BSB 2,746 2,491,158 14,251 16
Triwulan 4 BSB 2,591 2,477,097 13,983 17
2014
Triwulan 1 BSB 2,812 2,505,196 14,190 25
Triwulan 2 BSB 2,742 2,617,655 15,268 25
Triwulan 3 BSB 2,798 2,746,532 16,568 25
Triwulan 4 BSB 3,267 2,696,433 17,111 25
2015
Triwulan 1 BSB 3,200 2,728,272 16,964 23
Triwulan 2 BSB 3,312 2,868,866 15,612 23
Triwulan 3 BSB 3,495 2,998,622 17,451 23
Triwulan 4 BSB 3,808 2,945,028 18,878 23
111
2011
Triwulan 1 BCAS 501 1,834,355 793 16
Triwulan 2 BCAS 462 1,928,233 1,074 20
Triwulan 3 BCAS 493 2,053,745 1,024 23
Triwulan 4 BCAS 677 2,015,392 1,486 25
2012
Triwulan 1 BCAS 746 2,061,338 1,570 28
Triwulan 2 BCAS 721 2,162,036 1,405 29
Triwulan 3 BCAS 727 2,223,641 1,397 30
Triwulan 4 BCAS 985 2,168,687 1,712 30
2013
Triwulan 1 BCAS 947 2,235,288 1,691 31
Triwulan 2 BCAS 1,015 2,342,589 1,794 31
Triwulan 3 BCAS 1,132 2,491,158 2,219 33
Triwulan 4 BCAS 1,409 2,477,097 2,795 34
2014
Triwulan 1 BCAS 1,380 2,505,196 2,575 14
Triwulan 2 BCAS 1,497 2,617,655 2,740 14
Triwulan 3 BCAS 1,499 2,746,532 2,818 14
Triwulan 4 BCAS 2,009 2,696,433 3,842 17
2015
Triwulan 1 BCAS 2,030 2,728,272 9,219 15
Triwulan 2 BCAS 2,311 2,868,866 10,828 15
Triwulan 3 BCAS 2,247 2,998,622 10,528 15
Triwulan 4 BCAS 2,858 2,945,028 13,365 17
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah tahun 2011-2015
112
Lampiran 2: Data Variabel Penelitian (Ln)
Tahun Triwulan Bank Jumlah
Deposito PDB Bagi Hasil
Jumlah
Kantor
2011
Triwulan 1 BM 30.05064 35.14547 24.72013 5.60947
Triwulan 2 BM 30.21097 35.19538 24.89469 5.63121
Triwulan 3 BM 30.30783 35.25844 24.93975 5.65599
Triwulan 4 BM 30.60783 35.23959 25.07447 5.65948
2012
Triwulan 1 BM 30.52805 35.26213 24.94731 5.69709
Triwulan 2 BM 30.52698 35.30983 24.99461 5.71703
Triwulan 3 BM 30.61338 35.33792 25.12173 5.78690
Triwulan 4 BM 30.85057 35.31290 25.17155 5.84354
2013
Triwulan 1 BM 30.92397 35.34315 25.26681 5.88053
Triwulan 2 BM 30.92093 35.39003 24.99464 5.94017
Triwulan 3 BM 30.95958 35.45152 25.36108 5.93489
Triwulan 4 BM 30.92526 35.44586 25.39340 5.95842
2014
Triwulan 1 BM 30.98179 35.45714 25.41157 6.10032
Triwulan 2 BM 31.08912 35.50106 25.53415 6.10479
Triwulan 3 BM 31.12263 35.54912 25.59005 6.10479
Triwulan 4 BM 31.12337 35.53071 25.73218 6.10256
2015
Triwulan 1 BM 31.00588 35.54244 25.39769 6.10256
Triwulan 2 BM 30.85020 35.59269 25.33459 6.10702
Triwulan 3 BM 30.89045 35.63693 25.40084 6.10702
Triwulan 4 BM 30.95429 35.61889 25.61327 6.07764
2011
Triwulan 1 BSM 30.49035 35.14547 25.11094 6.00141
Triwulan 2 BSM 30.55886 35.19538 25.14905 6.00881
Triwulan 3 BSM 30.69413 35.25844 25.31184 6.08222
Triwulan 4 BSM 30.78907 35.23959 25.27557 6.14847
2012
Triwulan 1 BSM 30.75686 35.26213 25.36046 6.21661
Triwulan 2 BSM 30.72654 35.30983 25.37562 6.26910
Triwulan 3 BSM 30.68977 35.33792 25.26187 6.28227
Triwulan 4 BSM 30.71415 35.31290 25.24183 6.33683
113
2013
Triwulan 1 BSM 30.79327 35.34315 25.20631 6.39859
Triwulan 2 BSM 30.83708 35.39003 25.32590 6.41346
Triwulan 3 BSM 30.93475 35.45152 25.25021 6.44572
Triwulan 4 BSM 30.92070 35.44586 25.40288 6.45834
2014
Triwulan 1 BSM 30.99795 35.45714 25.40376 6.56667
Triwulan 2 BSM 31.00414 35.50106 25.43640 6.56667
Triwulan 3 BSM 31.05476 35.54912 25.41231 6.56667
Triwulan 4 BSM 31.09475 35.53071 25.42418 6.56808
2015
Triwulan 1 BSM 31.07519 35.54244 25.49816 6.56808
Triwulan 2 BSM 31.04656 35.59269 25.34331 6.56808
Triwulan 3 BSM 31.05308 35.63693 25.43966 6.56808
Triwulan 4 BSM 31.07424 35.61889 25.56291 6.56808
2011
Triwulan 1 BNIS 28.53484 35.14547 23.44942 4.02535
Triwulan 2 BNIS 28.46719 35.19538 23.31994 4.24850
Triwulan 3 BNIS 28.67519 35.25844 23.36339 4.21951
Triwulan 4 BNIS 28.80823 35.23959 23.41241 4.21951
2012
Triwulan 1 BNIS 28.79878 35.26213 23.73576 4.33073
Triwulan 2 BNIS 28.78855 35.30983 23.70505 4.64439
Triwulan 3 BNIS 28.83753 35.33792 23.74203 5.22575
Triwulan 4 BNIS 28.93998 35.31290 23.89295 5.30827
2013
Triwulan 1 BNIS 29.31308 35.34315 24.06941 5.33754
Triwulan 2 BNIS 29.18716 35.39003 24.10525 5.42495
Triwulan 3 BNIS 29.24280 35.45152 24.14371 5.50939
Triwulan 4 BNIS 29.22367 35.44586 23.91621 5.50939
2014
Triwulan 1 BNIS 29.42377 35.45714 22.73296 5.48064
Triwulan 2 BNIS 29.55855 35.50106 23.52468 5.48064
Triwulan 3 BNIS 29.67944 35.54912 24.00572 5.48064
Triwulan 4 BNIS 29.81406 35.53071 24.34507 5.51343
2015
Triwulan 1 BNIS 29.90497 35.54244 23.20625 5.51343
Triwulan 2 BNIS 29.85063 35.59269 23.89627 5.51745
Triwulan 3 BNIS 29.99585 35.63693 24.29931 5.51745
Triwulan 4 BNIS 29.97330 35.61889 24.59123 5.52545
114
2011
Triwulan 1 BRIS 29.20180 35.14547 24.23281 4.60517
Triwulan 2 BRIS 29.28397 35.19538 24.26277 4.60517
Triwulan 3 BRIS 29.55038 35.25844 24.50338 4.60517
Triwulan 4 BRIS 29.69802 35.23959 24.37265 4.63473
2012
Triwulan 1 BRIS 29.57850 35.26213 24.46060 4.63473
Triwulan 2 BRIS 29.63336 35.30983 24.46113 4.72739
Triwulan 3 BRIS 29.69393 35.33792 24.46324 5.03044
Triwulan 4 BRIS 29.87102 35.31290 24.49577 5.17048
2013
Triwulan 1 BRIS 29.97924 35.34315 24.67337 5.21494
Triwulan 2 BRIS 30.03040 35.39003 24.71738 5.35186
Triwulan 3 BRIS 30.02342 35.45152 24.76770 5.35186
Triwulan 4 BRIS 30.02133 35.44586 24.85246 5.44242
2014
Triwulan 1 BRIS 29.98670 35.45714 25.12817 5.53733
Triwulan 2 BRIS 30.05446 35.50106 25.12851 5.53733
Triwulan 3 BRIS 30.07800 35.54912 25.12848 5.53733
Triwulan 4 BRIS 30.16892 35.53071 25.11791 5.57973
2015
Triwulan 1 BRIS 30.17192 35.54244 25.11857 5.57973
Triwulan 2 BRIS 30.14554 35.59269 25.11944 5.58725
Triwulan 3 BRIS 30.24920 35.63693 25.12071 5.58725
Triwulan 4 BRIS 30.32380 35.61889 25.14619 5.59099
2011
Triwulan 1 BSB 27.88526 35.14547 22.98342 2.63906
Triwulan 2 BSB 27.96625 35.19538 22.83685 2.63906
Triwulan 3 BSB 28.14258 35.25844 22.88769 2.77259
Triwulan 4 BSB 28.28186 35.23959 23.07515 2.70805
2012
Triwulan 1 BSB 28.20683 35.26213 22.91732 2.70805
Triwulan 2 BSB 28.33653 35.30983 22.95418 2.70805
Triwulan 3 BSB 28.38305 35.33792 23.03271 2.70805
Triwulan 4 BSB 28.47356 35.31290 23.12327 2.77259
2013
Triwulan 1 BSB 28.58553 35.34315 23.31524 2.70805
Triwulan 2 BSB 28.63146 35.39003 23.33129 2.70805
Triwulan 3 BSB 28.64132 35.45152 23.38014 2.77259
Triwulan 4 BSB 28.58345 35.44586 23.36117 2.83321
115
2014
Triwulan 1 BSB 28.66514 35.45714 23.37585 3.21888
Triwulan 2 BSB 28.63992 35.50106 23.44903 3.21888
Triwulan 3 BSB 28.66013 35.54912 23.53079 3.21888
Triwulan 4 BSB 28.81491 35.53071 23.56299 3.21888
2015
Triwulan 1 BSB 28.79432 35.54244 23.55440 3.13549
Triwulan 2 BSB 28.82885 35.59269 23.47134 3.13549
Triwulan 3 BSB 28.88263 35.63693 23.58269 3.13549
Triwulan 4 BSB 28.96838 35.61889 23.66130 3.13549
2011
Triwulan 1 BCAS 26.94019 35.14547 20.49133 2.77259
Triwulan 2 BCAS 26.85966 35.19538 20.79466 2.99573
Triwulan 3 BCAS 26.92548 35.25844 20.74698 3.13549
Triwulan 4 BCAS 27.24202 35.23959 21.11935 3.21888
2012
Triwulan 1 BCAS 27.33867 35.26213 21.17434 3.33220
Triwulan 2 BCAS 27.30450 35.30983 21.06330 3.36730
Triwulan 3 BCAS 27.31261 35.33792 21.05759 3.40120
Triwulan 4 BCAS 27.61646 35.31290 21.26093 3.40120
2013
Triwulan 1 BCAS 27.57723 35.34315 21.24859 3.43399
Triwulan 2 BCAS 27.64617 35.39003 21.30771 3.43399
Triwulan 3 BCAS 27.75509 35.45152 21.52032 3.49651
Triwulan 4 BCAS 27.97399 35.44586 21.75110 3.52636
2014
Triwulan 1 BCAS 27.95375 35.45714 21.66912 2.63906
Triwulan 2 BCAS 28.03494 35.50106 21.73122 2.63906
Triwulan 3 BCAS 28.03610 35.54912 21.75929 2.63906
Triwulan 4 BCAS 28.32913 35.53071 22.06926 2.83321
2015
Triwulan 1 BCAS 28.33914 35.54244 22.94453 2.70805
Triwulan 2 BCAS 28.46888 35.59269 23.10540 2.70805
Triwulan 3 BCAS 28.44064 35.63693 23.07730 2.70805
Triwulan 4 BCAS 28.68140 35.61889 23.31591 2.83321
Sumber: Output SPSS versi 17.0, data diolah
116
Lampiran 3: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.473202 Prob. F(3,116) 0.2255
Obs*R-squared 4.404206 Prob. Chi-Square(3) 0.2210
Scaled explained SS 4.834241 Prob. Chi-Square(3) 0.1843
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/30/17 Time: 08:41
Sample: 1 120
Included observations: 120
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.132679 0.955345 0.138880 0.8898
PDB^2 7.29E-05 0.000772 0.094415 0.9249
JBH^2 -0.000398 0.000233 -1.707777 0.0904
JK^2 0.002484 0.001185 2.096835 0.0382
R-squared 0.036702 Mean dependent var 0.054755
Adjusted R-squared 0.011789 S.D. dependent var 0.084277
S.E. of regression 0.083778 Akaike info criterion -2.088516
Sum squared resid 0.814185 Schwarz criterion -1.995600
Log likelihood 129.3110 Hannan-Quinn criter. -2.050782
F-statistic 1.473202 Durbin-Watson stat 0.599276
Prob(F-statistic) 0.225494
Sumber: Output Eviews, data diolah
Lampiran 4: Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Differensiasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 83.85575 Prob. F(2,114) 0.0000
Obs*R-squared 71.43968 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/30/17 Time: 08:39
117
Sample: 1 120
Included observations: 120
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PDB -0.076616 0.100384 -0.763227 0.4469
JBH -0.025408 0.019357 -1.312584 0.1920
JK 0.020334 0.018861 1.078087 0.2833
C 3.226151 3.505236 0.920381 0.3593
RESID(-1) 0.706580 0.092570 7.632886 0.0000
RESID(-2) 0.090812 0.093745 0.968713 0.3347
R-squared 0.595331 Mean dependent var -1.11E-14
Adjusted R-squared 0.577582 S.D. dependent var 0.234978
S.E. of regression 0.152721 Akaike info criterion -0.871699
Sum squared resid 2.658908 Schwarz criterion -0.732324
Log likelihood 58.30194 Hannan-Quinn criter. -0.815098
F-statistic 33.54230 Durbin-Watson stat 1.959915
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews, data diolah
Lampiran 5: Hasil Uji Autokorelasi Setelah Differensiasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.213156 Prob. F(2,113) 0.3011
Obs*R-squared 2.501432 Prob. Chi-Square(2) 0.2863
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/30/17 Time: 08:39
Sample: 2 120
Included observations: 119
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.000510 0.013220 -0.038544 0.9693
D(PDB) 0.044132 0.203432 0.216936 0.8286
118
D(JBH) 0.001072 0.040339 0.026577 0.9788
D(JK) -0.010547 0.049672 -0.212331 0.8322
RESID(-1) -0.016091 0.094556 -0.170172 0.8652
RESID(-2) -0.147019 0.094733 -1.551931 0.1235
R-squared 0.021020 Mean dependent var -5.36E-18
Adjusted R-squared -0.022297 S.D. dependent var 0.141284
S.E. of regression 0.142850 Akaike info criterion -1.004934
Sum squared resid 2.305902 Schwarz criterion -0.864810
Log likelihood 65.79359 Hannan-Quinn criter. -0.948034
F-statistic 0.485262 Durbin-Watson stat 2.068526
Prob(F-statistic) 0.786658
Sumber: Output Eviews, data diolah
Lampiran 6: Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 30.793861 (5,111) 0.0000
Cross-section Chi-square 104.410054 5 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: JD?
Method: Panel Least Squares
Date: 05/30/17 Time: 08:45
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 120
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -8.704718 5.421041 -1.605728 0.1111
PDB? 0.659302 0.155576 4.237805 0.0000
JBH? 0.555485 0.029823 18.62584 0.0000
JK? 0.321673 0.029185 11.02178 0.0000
119
R-squared 0.961780 Mean dependent var 29.50550
Adjusted R-squared 0.960792 S.D. dependent var 1.201945
S.E. of regression 0.237998 Akaike info criterion -0.000347
Sum squared resid 6.570571 Schwarz criterion 0.092569
Log likelihood 4.020838 Hannan-Quinn criter. 0.037386
F-statistic 973.0281 Durbin-Watson stat 0.475011
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews, data diolah
Lampiran 7: Hasil Uji Haussman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to
zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
PDB? 1.573219 1.020510 0.014462 0.0000
JBH? 0.295335 0.439503 0.000999 0.0000
JK? 0.070066 0.241622 0.001463 0.0000
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: JD?
Method: Panel Least Squares
Date: 05/30/17 Time: 08:46
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 120
120
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -33.61989 5.552758 -6.054629 0.0000
PDB? 1.573219 0.185132 8.497803 0.0000
JBH? 0.295335 0.050292 5.872376 0.0000
JK? 0.070066 0.056759 1.234438 0.2196
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.983989 Mean dependent var 29.50550
Adjusted R-squared 0.982835 S.D. dependent var 1.201945
S.E. of regression 0.157472 Akaike info criterion -0.787098
Sum squared resid 2.752520 Schwarz criterion -0.578036
Log likelihood 56.22587 Hannan-Quinn criter. -0.702197
F-statistic 852.7244 Durbin-Watson stat 0.719549
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews, data diolah
Lampiran 8 : Hasil Uji Model Regresi Data Panel
Dependent Variable: JD?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/30/17 Time: 08:45
Sample: 2011Q1 2015Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 120
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -18.32819 4.443782 -4.124457 0.0001
PDB? 1.020510 0.140756 7.250194 0.0000
JBH? 0.439503 0.039123 11.23397 0.0000
JK? 0.241622 0.041941 5.761057 0.0000
Random Effects
(Cross)
BCAS--C -0.316461
BM--C 0.434684
BNIS--C -0.228125
121
BRIS--C -0.054443
BSB--C -0.208800
BSM--C 0.373145
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.218374 0.6579
Idiosyncratic random 0.157472 0.3421
Weighted Statistics
R-squared 0.837811 Mean dependent var 4.696962
Adjusted R-squared 0.833617 S.D. dependent var 0.416695
S.E. of regression 0.169970 Sum squared resid 3.351225
F-statistic 199.7390 Durbin-Watson stat 0.732289
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.917611 Mean dependent var 29.50550
Sum squared resid 14.16398 Durbin-Watson stat 0.173261
Sumber: Output Eviews, data diolah