pengaruh persepsi siswa atas kedisiplinan...

94
PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS KEDISIPLINAN GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X MAN BAWU JEPARA TAHUN AJARAN 2009-2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh NUR AMILATUS SA’ADAH NIM.063111010 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: phungkhue

Post on 07-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS KEDISIPLINAN

GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X MAN

BAWU JEPARA TAHUN AJARAN 2009-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

NUR AMILATUS SA’ADAH

NIM.063111010

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (Empat) eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

a.n. Sdr. Nur Amilatus Sa’adah

Kepada Yth.

Dekan Fakultas

Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami

kirimkan naskah skripsi Saudara:

Nama : Nur Amilatus Sa’adah

Nomor Induk : 063111010

Jurusan : Pedidikan Agama Islam

Judul Skripsi : PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS

KEDISIPLINAN GURU MATA PELAJARAN

AKIDAH AKHLAK TERHADAP MINAT

BELAJAR SISWA KELAS X MAN BAWU

JEPARA TAHUN AJARAN 2009-2010.

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera

dimunaqosyahkan

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, …………….. 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Abdul Kholiq, M. Ag Dra. Muntholi’ah, M. Pd

197109151997031003 196703191993032001

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tanggal Tanda Tangan

Abdul Kholiq, M. Ag

197109151997031003

Dra. Muntholi’ah, M. Pd

196703191993032001

Motto

���������� � ������ ��� ��������� ��� ��� ������ �� ���!�" �#�$�%� ���

���&'���( ���)���*�� +,�-���( ���)���*�� �.���/�'��0�

� ���: 0 2 �

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam

kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh

dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-

menasehati supaya menetapi kesabaran ”. (QS. Al-Ashr : 1-3).1

1Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an Departemen Agama RI,

Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Karya Toha Putra, 1995 ), hlm. 1099.

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sangat sederhana ini tidak akan berharga tanpa kehadiran

mereka, maka penulis mempersembahkan karya ini kepada:

1. Ayahanda (Ahmad Syafawi, S.Pd. I) dan Ibunda (Siti Hidayatun) yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do’anya yang tak henti-hentinya

selalu menyertaiku.

2. Adik-adikku (Nur Muhammad Thoha, Muhammad Husni Mubarok,

Ahmad Zainuddin Akmal dan si Bungsu Ahmad Musaddad ) yang tercinta

dan tersayang yang selalu mendukung dan membantu terselesaikannya

proses kuliah sampai skripsi ini.

3. Teman-teman PAI A Angkatan 2006, yang telah memberikan semangat

dari awal proses kuliah sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Kawan-kawanku seperjuangan di Kos BPI K25 yang telah banyak

membantu dan memberikan dukungan kepadaku, semoga silaturrahim ,kita

tidak akan terputus hingga akhir zaman.

5. Sahabat-sahabatku di KMJS dan PMII yang selalu mewarnai hari-hariku

di kampus IAIN Walisongo Semarang yang tercinta.

6. Segenap Civitas Akademika MAN Bawu Jepara yang telah banyak

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah selalu

meridhoi.

7. Semua pihak yang membantu atas terselesainya skripsi ini.

8. Pembaca yang budiman, semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa

yang telah diberikan Allah kepada kita kritik dan saran penulis harapkan.

KATA PENGANTAR

ا� ا����� ا�����

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,

tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta

inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pengaruh Persepsi Siswa atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran

2009-2010 “ dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam. Peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin

penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ahmad Muthohar, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan

skripsi.

3. Bapak Abdul Khaliq, M. Ag, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan

waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi

ini.

4. Ibu Dra. Muntholi’ah, M. Pd, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan

waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi

ini.

5. Bapak Daviq Rizal, M. Pd, selaku dosen wali yang mebina dan memberi

arahan selama kuliah.

6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

7. Bapak Drs. Suprapto, selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Bawu Jepara

yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

8. Ibu Iswati, S.Pd. I, selaku guru Aqidah Akhlak Kelas X1-X3 Madrasah

Madrasah Aliyah Negeri Bawu Jepara, yang telah membantu pencapaian

keberhasilan dalam penelitian ini.

9. Bapak, Ibu dan adik-adikku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan

kasih sayang yang sangat melimpah.

10. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan tempat bertukar pikiran

dalam proses penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil

yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah peneliti berdo’a, semoga

bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.

Semarang, Juni 2010

Penulis

Nur Amilatus Sa’adah

NIM. 063111010

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DEKLARASI .................................................................................................... xiii

ABSTRAK ........................................................................................................ xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

B. Penegasan Istilah........................................................................ 4

C. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB II : LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Persepsi ................................................................................ 8

a.Pengertian persepsi …………………………………….. 8

b.Proses terjadinya persepsi …………………………….. 9

c.Ciri-ciri persepsi………………………………………... 10

d.Aspek-aspek persepsi ………………………………….. 10

e.Prinsip-prinsip persepsi ………………………………... 11

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ………….. 12

2. Kedisiplinan Guru ................................................................ 14

a.Pengertian kedisiplinan ………………………………… 14

b.Pengertian guru atau pendidik …………………………. 20

c.Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru … 21

d.Indikator persepsi terhadap kedisiplinan guru ………… 23

3. Minat Belajar........................................................................ 24

a.Minat……………………………………………………. 24

1) Pengertian minat……………………………………. 24

2) Fungsi minat………………………………………… 25

3) Macam-macam minat……………………………….. 26

4) Unsur-unsur minat…………………………………... 26

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ………….. 26

b.Belajar…………………………………………………… 27

1) . Pengertian belajar ………………………………….. 27

2) . Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ………... 27

c.Minat belajar siswa……………………………………. 39

4. Pengaruh persepsi siswa pada kedisiplinan guru terhadap

minat belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak....... 40

B. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................. 42

C. Pengajuan Hipotesis ................................................................... 45

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Tujuan penelitian........................................................................ 45

B. Variabel penelitian ..................................................................... 45

D. Metode penelitian....................................................................... 47

D. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel .................... 49

E. Teknik pengumpulan data .......................................................... 51

F. Teknik analisis data.................................................................... 52

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data hasil penelitian .................................................. 55

B. Pengujian hipotesis .................................................................... 59

C. Pembahasan hasil penelitian ...................................................... 70

D. Keterbatasan penelitian .............................................................. 73

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 74

B. Saran-saran ................................................................................ 75

C. Penutup ...................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………..……. 76 BIODATA PENULIS …………………………….…………………………. 94

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Data Responden ................................................................................... 54

2 Data Angket Persepsi Siswa terhadap Kedisiplinan Guru Aqidah

Akhlak.................................................................................................. 55

3 Data Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak.................................................................................................. 56

4 Data Skor Nilai Variabel X ( Persepsi siswa tentang Kedisiplinan

Guru )................................................................................................... 57

5 Interval Nilai Variabel X...................................................................... 59

6 Data Skor Nilai Variabel Y( MinatBelajar Siswa) .............................. 60

7 Interval Nilai Variabel Y ..................................................................... 62

8 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Untuk Menghitung Regresi Linier

Sederhana Antara Variabel X dengan Variabel Y ............................... 62

9 Kriteria Penafsiran/Pedoman Ancar-ancar .......................................... 69

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan,

Semarang, Juni 2010

Deklarator,

Nur Amilatus Sa’adah

NIM 063111010

ABSTRAK

Nur Amilatus Sa’adah (NIM. 063111010) Pengaruh Persepsi Siswa

atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Minat Belajar

Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang :

Program Strata1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; 1) Persepsi siswa atas

Kedisiplinan guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN Bawu Jepara

Tahun Pelajaran 2009/2010; 2) Minat belajar siswa Kelas X MAN Bawu Jepara

Tahun Pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak; 3) Untuk

mengetahui pengaruh persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru pada minat

belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas X Semester II

MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010.

Penelitian ini menggunakan metode Kuosioner atau angket dengan

teknik koresional. subyek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik

Quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yang

menggunakan kuesioner atau angket. Penyebaran angket/kuesioner dilakukan

pada siswa kelas X1 sampai X3 MAN Bawu Jepara, di mana pengambilan angket

atau kuesioner dilakukan secara langsung.

1. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian

menggunakan analisis regresi dan korelasi. Pengujian hipotesis penelitian

menunjukkan bahwa : (1) Persepsi siswa atas Kedisiplinan guru di MAN

Bawu Jepara adalah ternilai baik. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan

metode angket yang berisi 30 pertanyaan dan hasil yang diperoleh dari

nilai rata-rata angket sebesar 108,6 yang berarti ada pada interval (106-

112) sehingga ternilai baik. (2) Minat belajar siswa MAN Bawu Jepara

Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah ternilai baik. Hal ini dapat dibuktikan

dengan menggunakan metode angket yang berisi 30 pertanyaan dengan

jumlah responden 30 siswa-siswi dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-

rata angket sebesar 104, yang berarti ada pada interval (97-104) sehingga

ternilai cukup. (3) Persepsi siswa atas kedisiplinan guru mata pelajaran

Aqidah Akhlak berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN

Bawu Jepara tahun pelajaran 2009-2010. Terbukti dengan hasil yang

diperoleh dari hasil perhitungan (nilainya sebesar 31,609), dikonsultasikan

dengan Ftabel (Ft), baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Freg

31,609> Ft(0,05 = 4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil

Freg lebih besar dari Ft, berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa

pada kedisiplinan guru dengan minat belajar siswa.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak

adalah

salah

satu

aspek

dalam

pembelajaran agama

Islam

di

Madrasah

Aliyah.

Aqidah Akhlak di Madrasah

Aliyah merupakan peningkatan dari Aqidah Akhlak yang telah dipelajari oleh

peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama.

Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari rukun iman mulai

dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-

Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan

dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asm’

al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam

realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-

karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta

didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama

dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis

multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan2 untuk

menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah

SWT. Selain itu untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia

dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam

kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-

nilai aqidah Islam.

2Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008, Bab VIII, Pasal B, Ayat 2.

Guna mencapai tujuan pembelajaran aqidah akhlah tersebut, perlu

dirancang desain pembelajaran yang sesuai. Metode pengajaran yang masih

konvensional terkadang membuat para siswa merasa tidak nyaman di kelas.

Rasa jenuh dan bosan pada saat pembelajaran agama merupakan tantangan

yang berat bagi seorang guru. Intensitas perhatian terhadap mata pelajaran

agama kini sudah mulai surut. Prioritas utama siswa adalah mata pelajaran

yang diujikan dalam ujian nasional. Terkadang pihak sekolah pun juga me-

nomordua-kan mata pelajaran agama, seperti aqidah akhlak. Padahal,

pelajaran agama merupakan filter utama atas hegemoni budaya yang negatif.

Seperti yang kita tahu dalam teori belajar, bahwa belajar itu

dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern dari siswa. Faktor intern misalnya,

minat belajar, motivasi individu untuk belajar dan sebagainya. Faktor ektern

misalnya guru (menyangkut penampilan guru, kedisiplinan guru, kemampuan

atau pengetahuan guru, kecakapan guru dalam mengajar, dll), sarana dan

prasarana sekolah, kondisi tempat belajar, dan lain-lain.

Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi

keberhasilan pembelajarn adalah minat. Porsi pembelajaran agama di

Madrasah Aliyah memang lebih banyak jika dibandingkan dengan di sekolah

menengah atas, sudah sepantasnya jika siswa madrasah aliyah lebih

memahami berbagai permasalahan agama dibandingkan dengan siswa SMA.

Akan tetapi, banyaknya jam pelajaran belum menjadi jaminan tingginya

pemahaman parea siswa. Hal ini disinyalir karena masih minimnya minat dan

perhatian siswa pada mata pelajaran agama.

Minat berangkat karena adanya motivasi, motivasi muncul karena

adanya kebutuhan. Sehingga minat menjadi sumber motivasi yang pokok.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang antar lain : jenis

kelamin, intellegensi yang mengarah pada minat pendidikan3, lingkungan,

3Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta : Bulan Bintang, t. t,) hlm.64

kesempatan untuk mengembangkan minat4, minat pada agama, minat pribadi,

perasaan senang, perasaan tertarik, motivasi, dan perhatian.

Minat belajar para siswa, salah satunya dibangun oleh profil guru saat

mengajar dari sudut pandang siswa. Sebagai contoh di lapangan, seorang

siswa akan malas mengerjakan pekerjaan rumah apabila Sang guru tidak

pernah menanyakan kembali tugas tersebut. Fakta lain, siswa tidak merasa

perlu datang lebih awal dalam pembelajaran karena Sang guru tidak datang

tepat waktu.

Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar adalah kecakapan guru.

Interkasi edukatif antara siswa dan guru pun harus terbina dengan harmonis,

agar timbul proses belajar mengajar yang penuh dengan kasih sayang dan

menyenangkan. Jika profil seorang guru kurang baik di depan siswa, itu akan

sangat mempengaruhi minat dan motivasi belajar para peserta didik.

Tinggi rendah penilaian siswa terhadap guru sangat berpengaruh pada

proses belajar mengajar, khususnya minat belajar siswa. Apabila guru tersebut

memiliki nilai yang cukup baik di mata siswa, maka para siswa pun akan

menghormati dan menghargai kehadiran guru di kelas. Begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itu, guru harus selalu menjaga dan mempertimbangkan

segala sikap dan perilakunya, baik itu di lingkungna sekolah maupun di luar

waktu pembelajaran. Contoh kecil adalah dengan mengutamakan kedisiplinan

guru dalam pembelajaran serta terus mengasah dan meningkatkan

pengetahuan guru tersebut.

Di sisi lain, perhatian dan kepedulian guru terhadap pembentukan

moral peserta didiknya, kini memang sudah terkikis. Para guru sudah

terpengaruh oleh paham Presentism5 yaitu sibuk mengurusi tugas hari ini yang

sifatnya jangka pendek, hasil bisa langsung dilihat dan dirasakan, misalnya

4Abu Ahmadi & A. Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka

Cipta,1991), hlm. 126-131 5Doni Koesoema A dan A. AriobimoNusantara, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger:

Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan,(Jakarta : Grasindo, 2009),

hlm. 139

bekerja sekedar memenuhi tuntutan agar siswanya lulus ujian. Persoalan

pendidikan budi pekerti pun terabaikan.

Beberapa argumen di atas lah yang melatarbelakangi niat penulis untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa atas

Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak terhadap Minat Belajar

Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009-2010”.

B. Penegasan Istilah

Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang timbul dari seseorang atau benda yang akan

membentuk watak dan kepercayaan atau perbuatan seseorang.6 Yang

dimaksud dalam skripsi ini adalah daya yang ditimbulkan oleh

profesionalisme guru sehingga dapat memotivasi belajar siswa

2. Persepsi Siswa

Persepsi adalah proses menggabungkan dan mengorganisasikan

data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian

rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan

diri kita sendiri. 7 Persepsi menyebabkan dua orang yang melihat atau

mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi yang berbeda tentang

apa yang dilihat atau dialaminya.8

Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah,

atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 9

3. Kedisiplinan Guru

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata

ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Kata

6Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993), hlm. 664. 7Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif

Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88. 8 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta :

Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99. 9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.

disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Di

antaranya, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau

tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.10

Sedangkan pengertian guru

adalah pendidik yang melakukan rekayasa pembelajaran.11

Guru

merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai

guru.12

Dalam informasi tentang wawasan wiyatamandala, kedisiplinan

guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi

semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan

tugas dan taggung jawab.13

“Kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap

penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam

menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap

pendidikan anak didiknya”.14

Kedisiplianan guru dipengaruhi oleh faktor

dari dalam diri dan luar guru tersebut.15

4. Minat Belajar

H. G. Tarigan berpendapat, bahwa minat merupakan kecenderungan

watak seseorang untuk berusaha terus menerus dalam mencapai suatu

tujuan.16

Sedangakn dalam buku pengantar filsafat pendidikan, Ahmad D.

Marimba menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa ke arah

sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai arti dan dapat memenuhi

kebutuhan kita.17

10 http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14

Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 11Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.

3. 12Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),

hlm. 5. 13http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14

Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 14http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14

Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 15D. Soemarmo, Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dalam Tata Tertib

Sekolah,i(Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1998), hlm.32 16Hadi Guntur Tarigan, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa , tanpa tahun),

hlm. 104. 17Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif,

1989), hlm.88

Minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah

suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada mata pelajaran atau proses

belajar mengajar yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk

mempelajarinya. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek minat

sebagai indikator minat belajar Aqidah Akhlak. Indikator tersebut, antara

lain, keinginan untuk berpartisipasi dalam belajar Aqidah Akhlak, dan

keyakinan untuk mempelajarinya. Minat peserta didik juga dapat

ditandakan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

5. Siswa

Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah,

atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.18

Sedangkan

siswa yang menjadi objek openelitian penulis adalah siwa kelas X-1

sampai X-3 MAN Bawu Jepara Semester II Tahun Ajaran 209-2010.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Persepsi Siswa Kelas X atas kedisiplinan guru mata pelajaran

Aqidah Akhlak di MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010?

2. Bagaimana minat belajar siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun ajaran

2009-2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak?

3. Adakah pengaruh persepsi siswa atas kedisiplinan guru mata pelajaran

Aqidah Akhlak terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara

tahun ajaran 2009-2010?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak peneliti capai dalam skripsi ini adalah :

1. Bagi Madrasah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan

bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan

untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas

pembelajaran di MAN Bawu Jepara.

18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.

2. Bagi pendidik dapat menjadi informasi persepsi siswa tentang tingkat

kedisiplinan guru yang diharapkan untuk lebih meningkatkan kedisiplinan

guru.

3. Bagi siswa dapat membantu menumbuhkan dan meningkatkan

pelaksanaan minat belajar siswa MAN Bawu Jepara.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan, persepsi

adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan.19

Perhatian merupakan syarat psikologis bagi individu dalam mengadakan

persepsi. Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh

aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan

objek. Dengan demikian, maka apa yang diperhatikan akan benar-benar

disadari oleh individu yang bersangkutan, karena itu kesadaran

mempunyai korelasi yang positif. Semakin diperhatikan suatu objek akan

semakin jelas bagi individu. Jadi apa yang diperhatikan benar-benar

disadari dan berada pada pusat kesadaran.

Hanif Ismail mengatakan persepsi adalah suatu proses mental

memberi makna atau arti terhadap sesuatu atau hal setelah kita

memperoleh informasi melalui indera. 20

Menurut Abdurrahman Saleh, persepsi merupakan proses

menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita

(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat

menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. 21

Sedangkan Bimo Walgito mengkatagorikan persepsi sebagai

suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan

19 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta :

Balai Pustaka, 2005), hlm. 880 20 Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta : DEPDIKNAS, 2006), hlm. 454 21 Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam

Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88.

untuk dikembangkan sedemik,ian rupa sehingga dapat menyadari

sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.

Sedangkan Bimo Walgito mengkatagorikan persepsi sebagai

suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan

proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga

disebut sensoris.22

Persepsi adalah apa yang ingin dilihat seseorang yang belum

tentu sesuai dengan fakta yang sebenarnya, yang menyebabkan dua orang

yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi

yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya.23

Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa

persepsi adalah tanggapan seseorang atas rangsangan yang diterimanya

dengan melalui pencernaan rangsang oleh alat inderanya.

b. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut ;

objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau

reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses

kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera

diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai

proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat

kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat atau apa yang

didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam

pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.24

Dua orang yang melihat hal dan kejadian yang sama di waktu

yang sama mungkin mempunyai interpretasi yang berbeda. Hal ini

berdasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh beberapa hal

22 Bimo walgito, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset,

2004), hlm.88 23 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta :

Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99. 24 Bimo walgito, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset,

2004), hlm.71

yang menyangkut kondisi dari diri mereka sendiri, hal yang dilihat atau

dialaminya serta kondisi lingkungan sekitarnya.

c. Ciri-ciri Persepsi :

Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada ciri-ciri

tertentu dalam dunia persepsi :

1) Modalitas, yakni rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai

dengan modalitas tiap indera (sahaya untuk penglihatan, bau untuk

penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan

bagi peraba dan sebagainya)

2) Dimensi ruang sehingga dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-

rendah, latar depan-belakang.

3) Dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda.

4) Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.25

d. Aspek- aspek Persepsi:

James F. Calhoun menyatakan, persepsi yang kita kenal

mempunyai tiga dimensi yang menandai konsep diri26

, yaitu:

1) Pengetahuan

Yaitu apa yang kita ketahui (atau kita angggap tahu) tentang

pribadi orang lain dari wujud lahiriyah, perilaku, masa lalu, perasaan,

motif, dan sebagainya.

2) Pengharapan

Yaitu gagasan atau harapan kita terhadap seseorang kemauan

kita ingin menjadi apa orang tersebut.

25 Aburrahman saleh dan Muhbib Abdul wahab, op Cit, hlm.89 26 James F Calhoun, Psikologi Tentang Penyesuain dan hubungan Kemanusian

(Semarang : IKIP Press, 1995), hlm.285

e. Prinsip-prinsip persepsi antara lain :

1) Persepsi itu relatif bukan absolut

Dasar pertama dari perubahan rangsang dirasakan lebih besar

dari pada rangsang yang datang kemudian. Keadaan ini tidak mutlak,

mengingat faktor lain yang berperan, misalnya intensitas perhatian.

2) Persepsi itu selektif.

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsang saja pada

saat tertentu. Ranangsan yang diterima tergantung pada apa yang

pernah dipelajari, apa yang menarik perhatian, dan ke arah mana

persepsi itu mempunyai kecenderungan.

3) Persepsi itu mempunyai tatanan.

Orang mempunyai rangsang dalam bentuk hubungan atau

kelompok-kelompok, jika rangsang itu tidak lengkap, maka ia akan

melengkapi agar menjadi jelas.

4) Persepsi dipengaruhi harapan dan kesiapan.

Harapan dan kesiapan penerimaan pesan akan menentukan

pesan mana yang dipilih untuk diterima dan diinterperetasikan.

5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan yang

lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi akan ditelusuri

karena adanya perbedaan individual, sikap dan motivasi. 27

Heterogenitas siswa dalam kelas memaksa seorang guru untuk

memperhatikan minat serta perhatian setiap siswa dalam kelas

(melakukan pendekatan individual). Mengingat tiap siswa bisa saja

mempunyai tanggapan (persepsi) yang berbeda dengan siswa lainnya

terhadap pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru di kelas.

27 Selameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Asdi

Mahakarya, 2003), hlm.103

Guru juga perlu memperhatikan dan mengoptimalkan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi persepsi siswa sebagai pendukung

kesuksesan tercapainya tujuan pembelajaran.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi :

Secara sederhana dapat dikatakan proses persepsi dimulai

dengan diterimanya stimulus lewat indera, kemudian diorganisasikan

dengan pengalaman-pengalaman masa lalu yang ada dalam diri seseorang

dan membentuk penilaian atas suatu hal tertentu.

Dari proses yang demikian tersebut tentu ada faktor-faktor yang

mempengaruhi, sehingga menyebabkan mengapa dua orang yang melihat

suatu yang sama mungkin memberikan interpretasi yang berbeda atas apa

yang telah dilihatnya. Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada

proses penginderaan saja, maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhinya :

1) Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan, manusia setiap saat akan menerima banyak

sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak

harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu

individu harus memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang

tertentu saja, sehingga objek gejala yang lain tidak akan tampil ke

muka sebagai obyek pengamatan.

2) Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara yang diam akan lebih

menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di

antara yang kecil, yang kontras latar belakangnya dan intensitas

rangsangnya paling kuat.

3) Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda

dalam pengamatannya dibanding yang tidak seniman. Anak-anak di

golongan ekonomi rendah meliohat koin lebih besar dari pada anak-

anak orang kaya.

4) Pengalaman Dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi

bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Cermin bagi kiita

tentu bukan barang yang baru, namun hal yang telah lama

berdampingan dengan kita.

Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Krech dan Cructhfield

dalam buku psikologi umum karya Alex Sobur, menyatakan beberapa

faktor yang mempengaruhi persepsi28

yaitu :

1) Faktor Fungsional

Yaitu faktor yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiran

(suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang

individu.

2) Faktor Struktural

Yaitu faktor yang timbul atau dihasilkan dari stimulus bentuk

dan efek netral yang ditimbulkan dari sistim syaraf individu. Maksud

dari faktor ini adalah jika seseorang masuk ke dalam suatu kelompok

28 Alex Sobur, Oemar Hamalik, Psikologi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003),

hlm.445-494

maka persepsi orang tersebut dapat dipengaruhi oleh persepsi

kelompoknya.

3) Faktor Situasional

Yaitu faktor yang berkaitan dengan bahasa non verbal petunjuk

proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk para linguistik

dan beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.

4) Faktor Personal

Yaitu pengalaman yang terdiri dari pengalaman motivasi dan

kepribadian.

2. Kedisiplinan Guru

a. Pengertian Kedisiplinan Guru

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin (dalam bahasa Inggris:

Disciplined : mendisiplinkan) yang mendapat awalan dan akhiran ke-an

yang mempunyai arti ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tata tertib.29

Sedangkan menurut istilah:

Disiplin mengandung arti sebagai suatu sikap menghormati,

menghargai dan mentaati segala peraturan dan ketentuan yang berlaku.30

Thomas Gordon mengatakan disiplin dipahami sebagai perilaku

dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan atau perilaku

yang diperoleh dari pelatihan, seperti misalnya disiplin dalam kelas atau

disiplin sebuah tim bola basket yang baik.31

Pendapat Ing Wardiman Djojonegoro, disiplin merupakan suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkai

29 Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar

Bahasa Indoneisa, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm.268 30 Muhammad Surya, Bina Keluarga (Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2003), Cet. I, hlm.

131 31Thomas Gordon, Menggajar Anak Berdisiplin diri, terjemahan, (Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 1996), cet. I, hlm,3

perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan dan ketertiban. 32

Sedangkan Elizabeth B. Hurlock menyatakan ; ”Discipline is

thus society’s way of teaching the child the moral behaviour approved

by the group”33

. (Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak

perilaku moral yang disetujui kelompok).

Dari beberapa penjelasan tersebut kita mengetahui bahwa disiplin

adalah sikap patuh atau taat terhadap peraturan yang merupakan

cerminan kualitas moral seseorang,

Dalam Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan. Seperti

Firman Allah dalam QS. Al-‘Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:

Î� óÇyèø9$#uρ ∩⊇∪ ¨β Î) z≈|¡ΣM} $# ’Å∀s9 A�ô£ äz ∩⊄∪ �ωÎ) t Ï% ©! $# (#θãΖ tΒ# u (#θè=Ïϑ tãuρ

ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#öθ|¹#uθs? uρ Èd,ysø9$$ Î/ (#öθ|¹# uθs? uρ Î�ö9 ¢Á9$$ Î/ ∩⊂∪

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan

merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih,

saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam

kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)34

Dalam ayat lain dijelaskan pula:

t(( .... ( t Οä3Ζ ÏΒ Í� ö∆F{$#’Í< 'ρé&uρΑθ ß™ §�9$##θãè‹ ÏÛr&uρ ©! $##θ ãè‹ÏÛ r&#þθ ãΨ tΒ# u Ï% ©!$#$ pκš‰r' ¯≈ tƒ

" Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan

taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan)

kamu....(An Nisa 59)35

Tata tertib (khususnya di sekolah) ditujukan untuk membentuk

sikap dan tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung

mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dqan

32 D. Soemarmo, Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dan tata tertib sekolah,

(Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 1997), hlm. 201 33 Elizabeth B. Hurlock, Child development Sixth Edition, (Mc. Hill. Inc, 1978), hlm. 393 34 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-15,

(Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003), hlm. 87 35 Ibid, hlm. 601

antagonistik. Disiplin yang permisif, cenderung membentuk sifat siswa

yang kurang bertanggung jawab, kurang menghargai otoritas, dan

egosentris. Sementara disiplin yang demokratis, cenderung

mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan tenang,

dan sikap bekerja sama.36

Dalam penerapan pendidikan kedisiplinan, harus memperhatikan

pula penanaman nilai moral untuk pembentukan kepribadian anak, yang

sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan. Dalam

ungkapan Dorothy Law Nolte dapat kita simak sebagai berikut37

:

Anak Belajar dari Kehidupannya

Jika anak dibesarkan dengan celaan,

Ia belajar memaki.

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,

Ia belajar berkelahi.

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,

Ia belajar rendah diri.

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,

Ia belajar menyesai diri.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi,

Ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan,

Ia belajar percaya diri.

Jika anak dibesarkan dengan pujian,

Ia belajar menghargai.

Jika anak dibesarkan dengan dukungan,

Ia belajar menyenangi dirinya.

Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan persahabatan,

Ia belajar menemukan cinta.

36 H. Syamsul yusuf, dkk, Toeri kepribadian, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2007),

Hlm.32 37 Ibid, Hlm.28

Mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati memang bukan

pekerjaan mudah. Diperlukan kerja keras dan kesabaran ekstra untuk

membuatnya memahami makna kedisiplinan dan tanggung jawab.

Menurut Susan Stiffelman, seorang terapis, taktik disiplin Anda harus

berubah seiring dengan proses tumbuh kembang anak. Sebagai orang

tua, berikut ini adalah beberapa tips yang dapat Anda terapkan untuk

mendisiplinkan sang buah hati sesuai tingkat usianya:

1) Balita

Alih-alih menghukum atau memarahi anak setelah dia berbuat

nakal, lebih baik cari tahu bagaimana cara menghindari hal-hal yang

memicunya berlaku seperti itu. Anak yang lapar, lelah, atau terlalu

distimulasi lebih mungkin bertingkah nakal. Jika dia melakukan

sesuatu yang salah, jelaskan menggunakan kalimat singkat yang

positif.

Misalnya, ketika anak bertingkah nakal dengan menendang

kucing peliharaan Anda, katakan padanya, ''Kitty senang dibelai

lembut.'' Lantas jika anak bersikap manis, jangan lupa untuk

memujinya dan memperlihatkan penghargaan Anda.

2) Anak-anak

Manfaatkan pertemuan keluarga untuk menetapkan rutinitas

rumah tangga, tugas-tugas, dan memberitahukan apa yang diharapkan

dari masing-masing orang. Cari cara untuk memberikan tugas kepada

anak, seperti memberi makan ikan, menyapu halaman, atau memilah-

milah cucian, untuk membantu mereka membangun rasa tanggung

jawab.

Daripada menguliahi anak secara panjang lebar atau memberikan

hukuman atas kelakukan buruknya, lebih baik pancing dia untuk

melakukan sesuatu yang Anda hargai. Katakan secara tulus

bagaimana perilaku tertentu yang ditunjukkannya membuat Anda

tersentuh. Misalnya, ''Ibu senang melihat kamu pulang sekolah tepat

waktu dan langsung mengerjakan PR. Terima kasih, Sayang.''

3) Menjelang remaja

Ketika beranjak remaja, anak akan sering memprotes jika Anda

memperlakukannya seperti anak kecil. Jika Anda mengharapkannya

melakukan sesuatu, bicaralah dengan tegas dan penuh percaya diri.

Jelaskan kepada anak mengapa dia perlu melakukan apa yang Anda

minta jika dia bertanya. Dengarkan keluhannya jika dia marah, tetapi

jangan tergoda untuk terlibat dalam debat dan negosiasi.

4) Remaja

Mendisiplinkan anak remaja berarti membimbingnya

menemukan apa yang benar dan tepat untuk dilakukan, selagi mereka

membangun arahnya sendiri. Ajarkan anak untuk bersikap terbuka

dengan meminta pendapat mereka tentang berbagai hal, dan

dengarkan tanpa menyela atau pun menghakimi. Berbicaralah kepada

mereka dengan sikap menghargai dan keinginan tulus agar dapat

lebih mudah memahami sudut pandang mereka.38

Pendidikan kedisiplinan sangat penting dan sangat erat kaitannya

dalam pembentukan moral. ‘Moralitas’ berasal dari kata sifat Latin

morali mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya

ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”,

artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan

tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai

yang berkenaan dengan baik dan buruk.39

Dalam sebuah artikel Harian Kompas, disebutkan pendapat Mawardi

Effendi di Padang, Minggu (2/5/2010), seusai menjadi inspektur upacara

pada peringatan Hari Pendidikan Nasional. Mawardi Efendi berpendapat

bahwa

"Pendidikan moral itu mutlak diperlukan. Satu hal yang bisa

memberikan bekal itu adalah dengan mengenyam pendidikan, baik

mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan moral

38 http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read/2010/04/28/7/ajarkan-disiplin-

sesuai-usia. (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.10 WIB) 39 http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/12/11/perbedaan-pengertian-etika-

moral-dan-etiket/ (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.01 WIB)

merupakan prioritas utama karena tujuan pendidikan itu adalah untuk

memanusiakan manusia dan menjadikannya manusia yang memiliki

kepribadian utuh. Pendidikan tidak hanya memprioritaskan kemampuan

kognitif (intelektual), tetapi juga afektif (sikap) dan psikomotor

(keterampilan). Pendidikan itu idealnya tidak hanya mementingkan satu

ranah intelektual saja, tetapi juga dari segi sikap dan keterampilannya.

Dengan pemberian pendidikan moral tersebut, diharapkan dapat

membentuk individu yang berkualitas sehingga bisa membangun bangsa

ini.”40

Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir

seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang

mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar

pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi

(ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini

kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan social di

Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang

matang. Di samping itu system pendidikan Indonesia lebih berorientasi

pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ

(intelengence Quetiont) yang walaupun juga di dalamnya terintegrasi

pendidikan EQ (Emotional Quetiont). Sedangkan warisan terbaik bangsa

kita adalah tradisi spritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih

banyak digemari oleh orang lain di luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual

Quetiont). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam pengembangan

pendidikan moral ini eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target

peningkatan IQ dan EQ siswa. 41

b. Pengertian Guru atau Pendidik

Pengertian Guru adalah pendidik yang melakukan rekayasa

pembelajaran. Rekayasa pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan

kurikulum yang berlaku.42

40http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/10473333/Pendidikan.Moral.Perlu.Sejak.Di

ni (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.28 WIB) 41 http://re-searchengines.com/0404lewa.html (Diambil pada 04-06-2010 pukul 19.47 WIB)

42 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 3

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan

masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di

tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi

juga di amsjid, di suaru/musholla, di rumah, dan sebagainya. Guru

memang menenpati kedudukan yang terhormat di masyarakat, karena

kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragujkan lagi figure guru

lah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang ynag

berkepribadian mulia. Oleh karena itu, di pundak guru diberikan tugas

dan tanggung jawab yang berat.43

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru.44

Berikut ini adalah syarat-syarat menjadi guru45

:

1) Memiliki Bakat sebagai Guru

2) Memiliki Keahlian sebagai Guru

3) Memiliki Kepribadian yang baik dan terintegrasi

4) Memiliki Mental yang Sehat

5) Memiliki pengalaman dan Pengetahuan yang Luas

6) Berbadan Sehat

7) Guru adalah Manusia Berjiwa Pancasila

8) Guru adalah Seorang Warga Negara Yang Baik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Guru

Kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri

orang tersebut juga dari lingkungannya. Berikut faktor-faktor yang

mempengaruhi kedisiplinan mengajar dari seorang guru46

:

43 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu pendekatan

Teoritis Psikologis), (Jakarta: IKAPI, 2005), hlm.31 44 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.

5. 45 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bymu Aksara, 2009), hlm.118 46 D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta

: CV Mini Jayay Abadi, 1997), hlm.32

1) Faktor dari dalam : faktor dari dalam diri manusia mendorong

manusia untuk menerapkan disiplin, antara lain :

a) Faktor Fisik, fisik yang kuat, segar dan sehat bagi seorang guru

akan sangat mempengaruhi kedisiplinan gurtu di sekolahan.

b) Faktor psikis : keinginan guru untuk melaksanakan tugas

menjgajar dengan sebaik mungkin dan adanya kebutuhan untuk

memenuhi cara agar tugas mengajarnya berhasil dengan baik akan

mendorong gur untuk berdisiplin dalam melaksanakan tugasnya.

c) Adanya inisiatif untuk selalu memperbaiki proses mengajar maka

akan mendorong guru berdisiplin dalam mengerjakan apa-apa

yang menyangkut tentang keberhasilan mengajar.

2) Faktor dari luar

a) Siswa

Sifat dan karakteristik siswa akan mempengaruhi

kedisiplinan guru dalam mengajar. Siswa yang rajin dan dapat

diajak untuk membangun interkasi yang baik antara guru dan

siswa akan menjadi motivasi tersendiri bagi guru untuk selalu

disiplin dalam mengajar.

b) Rekan-rekan guru

Jika ada seorang guru yang menjunjung tinggi kedisiplinan,

akan menggugah rekan guru yang lain untuk ikut menegakkan

kedisiplinan, begitu pula sebaliknya.

c) Tata tertib

Peraturan sekolah yang longgar, memungkinkan guru untuk

bersikap santai. Akan tetapi, apabila kedisiplinan menjadi hal

utama dalam peraturan sekolah tersebut, niscaya kedisiplinan

guru maupun siswa pun akan terbentuk.

Dolet Unaradjan mengatakan bahwa disiplin merupakan salah

satu indikasi kematangan pribadi seseorang.47

Telah dijelaskan bahwa

perilaku disiplin adalah perilaku yang taat dan patuh pada peraturan

(Matindas : 1987). Artinya, jika seseorang berperilaku disiplin, maka ia

akan mempertimbangkan tingkah laku yang sesuai dan patuh pada

peraturan-petaturan, larangan-larangan ataupun pembatasan-pembatasan

dari lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat.48

Dalam proses belajar mengajar, juga sangat diperlukan pribadi

guru yang matang. Indikasi kematangan pribadi guru tentunya dapat kita

lihat dari kedisiplinan diri dari guru tersebut, dengan melaksanakan

berbagai tugasnya dalam mendidik, di antaranya:

a) Menyerahkan kebudayaan pada anak didik berupa kepandaian,

kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

b) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai dengan cita-

cita dan dasar Negara kita Pancasila

c) Sebagai perantara dalam belajar (mitra siswa dalam belajar)

d) Pembimbing ke arah kedewasaan

e) Penghubung antara sekolah dan masyarakat.

f) Penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal tata tertib

dapat berjalan apabila guru dapat menjalani dahulu.

g) Sebagai administrator atau manajer seperti membuat buku kas,

daftar induk, rapor, daftar kehadiran, dsb.

h) Perencana kurikulum.

i) Sebagai pemimpin dan pembimbing para siswanya dalam

menghadapi dan memecahkan permasalahannya.

47 Dolet Unaradjan, Manajemen Disiplin, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

2003), hlm. 82 48 Ibid, hlm. 45

j) Sebagai Sponsor dalam kegiatan anak-anak seperti kegiatan

ekstrakurikuler atau membentuk kelompok belajar. 49

Seorang guru dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi apabila

mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagi pendidik dan pengajar

sebagaimana dipaparkan di atas.

d. Indikator Persepsi Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru

Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama :

1.) Seleksi : proses penyaringan oleh alat indera terhadap rangsangan

dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2.) Interpretasi: proses pengorganisasian informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang.

3.) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi.

Kita dapat menyimpulkan bahwa indikasi persepsi seseorang

dapat kita lihat dari sikap atau reaksinya terhadap rangsangan yang

datang padanya. Persepsi

49 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, (jakarta :

Rineka Cipta, 2000), hlm. 38-39.

seorang siswa terhadap kedisiplinan gurunya dapat kita amati

dari sikap atau reaksinya dalam pembelajaran di kelas. Di antaranya :

a) Intensitas perhatiannya terhadap penjelasan guru

b) Prosentasi dan ketepatan kehadiran siswa

c) Kekatifan dalam proses belajar mengajar

d) Respon terhadap ucapan dan perilaku guru dengan pemberian

penghormatan atau pengacuhan terhadap guru.

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang

merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk

mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dengan mengubah

persepsinya. 50

Jika kita ingin mengubah tingkah laku atau sikap para

siswa terhadap guru, kita harus mengubah persepsi siwa tersebut, tentu

dengan terlebih dahulu melakukan perubahan pada guru sebagai objek

atau sasaran persepsi tersebut.

Dari Beberapa Penjelasan di atas dapat kita tarik simpulan

indikator Persepsi Siswa terhadap kedisiplinan guru:

(1) Ketaatan pada peraturan sekolah dan lingkungan pendidikan.

(2) Ketaatan pada saat jam masuk dan jam pulang sekolah.

(3) Ketaatan pada saat jam istirahat.

(4) Ketaatan terhadap sistem sekolah.

(5) Pemberian sanksi bagi yang melanggar.

(6) Konsisten dengan peraturan

3. Minat Belajar

a. Minat

1) Pengertian Minat

H.G.Tarigan berpendapat, bahwa minat merupakan

kecenderungan watak seseorang untuk berusaha terus menerus dalam

50 Oemar Hamalik, Psikologi Umum,hlm.447

mencapai suatu tujuan.51

Sedangakn dalam buku pengantar filsafat

pendidikan, Ahmada D.Marimba menyatakan bahwa minat adalah

kecenderungan jiwa ke arah sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai

arti dan dapat memenuhi kebutuhan kita.52

Dalam bukunya, Drs.Syaiful Bahri Djamarah mengutip

pendapat Whiterington, bahwa minat merupakan kesadaran seseorang

bahwa suatu objek, seseorang/suatu soal atau suatu situasi

mengandung sangkut paut dengan dirinya.53

2) Fungsi Minat

Fungsi minat sebagai pendorong seseoorang, penguat hasrat

dan sebagai penggerak dalam berbuat yang berasal dari dalam diri

seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan dan arah tingkah

laku sehari-hari. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sardiman, bahwa fungsi

minat adalah:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, penggerak atau motor yang

melepaskan energi

b) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang serasi guna mencapai tujuan.54

Minat berangkat karena adanya motivasi, motivasi muncul

karena adanya kebutuhan. Sehingga minat menjadi sumber motivasi

yang pokok. Elizabeth B. Hurlock menyatakan interest are sources

motivation which drive people to do that they want to do..55

51 H.G. Tarigan, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa , tanpa tahun), hlm.

104. 52 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif,

1989), hlm.88 53Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 60 54Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pres, 2001),

hlm.84 55 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (London: Mc. Grow Hill International Book

Company, tanpa tahun), hlm.420

3) Macam-macam minat menurut H.C. Witheringthon:

a) Minat Primitif(biologis) : minat yang timbul dari kebutuhan dan

jaringan yang berkisar pada soal-soal makanan, kebahagiaan hidup,

atau kebebasan beraktivitas. Minat ini dapat diaktakan sebagai

minat kultural (sosial)

b) Minat Pelengkap : minat yang berasal dari perbuatan belajar yang

lebih tinggi tarafnya yang merupakan hasil dari pendidikan.

4) Unsur-unsur Minat :

a) Perasaan Senang

b) Perhatian

c) Kesungguhan

d) Motiv dan tujuan56

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat :

a) Jenis Kelamin

b) Intellegensi yang mengarah pada minat pendidikan57

c) Lingkungan

d) Kesempatan untuk mengembangkan minat58

e) Minat pada agama

f) Minat Pribadi

g) Perasaan senang

h) Perasaan tertarik

i) Motivasi

j) Dan perhatian59

56 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,

1995)hlm.180 57 Sarlita Marwan Sarwono, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum, (Jakarta :

Bulan Bintang, tanpa tahun) hlm.64 58 Abu Ahmadi & A. Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka

Cipta,1991), hlm. 126-131 59 Agustian Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

SpiritualESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya

Persada,2001), hlm.251

b. Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit

maupun implisit (tersembunyi). Menurut Gage (1984) belajar adalah

sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya

sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret

berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung

dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang

membawa kepada perubahan diri. Kemudian menurut Lester. Crow

mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-

kebiasaan, pengetahuan-pengetahuan dan sikap-sikap.60

Menurut Moh. Uzer Usman (1990;1) yang dikutip oleh Drs. B

Suryo Subroto Bahwa Proses belajar mengajar adalah suatu proses

yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas

dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu.61

Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar

merupakan kesatuan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan proses tindak lanjut yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu

yaitu pengajaran.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas

60 H. Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung; CV ALFABETA,

2003), hlm. 13. 61 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta; Rieneka Cipta,1997),

hlm. 19.

a) Faktor internal (dari dalam siswa), meliputi:

(1) Aspek fisiologis (keadaan fisik/lahiriah siswa).

(a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya.

Kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang

menandai kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-

sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas

siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang

lemah, apalagi jika di sertai pusing-pusing misalnya, dapat

menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk

mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa

sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman

yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola

istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin

terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini

penting, sebab perubahan pola makan-minuman dan

istirahat akan menimbulkan reaksi yang negatif dan

merugikan semangat mental siswa itu sendiri.62

Dalam hal ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan:

(1)) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan

ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani,

yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas

ngantuk, lekas lelah dan sebagainya. Terlebih-lebih

bagi anak-anak yang masih muda, pengaruh itu besar

sekali.

(2)) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu

belajar itu. seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk,

dan sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena

dipandang tidak cukup serius untuk

62 Muhibbin Syah,, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2002, cet-7, h. 132.

mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam

kenyataaannya faktor penyakit seperti ini sangat mengganggu

aktivitas belajar.

(b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani terutama fungsi panca

indera.

Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang

masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia

sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca

inderanya. Berfungsinya panca indera dengan baik merupakan

syarat untuk dapat belajar dengan baik. Dalam sistem

persekolahan dewasa ini di antara panca indera itu yang paling

memegang peranan belajar adalah mata dan telinga.63

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat

kesehatan indera pendengar dan penglihat, juga sangat

mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi dan

pengetahuan, khususnya yang disajikan di dalam kelas. Daya

pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah,

umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam

menyerap item-item informasi yang bersifat echonic dan econic

(gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah

terlambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem

memory siswa tersebut.64

(2) Aspek Psikologis

Aspek psikis atau rohaniah tidak kalah pentingnya

dalam belajar. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan

psikis, kemampuan, kemampuan intelektual, sosial, psikomotor

serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Untuk

kelancaran belajar bukan hanya dituntut

63 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005,

cet-13, h. 235. 64 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 133.

kesehatan jasmaniyah tetapi juga kesehatan rohaniah.

Seseorang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari

tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan perasaan,

frustasi, konflik-konflik psikis. Seseorang yang sehat rohaninya

akan merasakan kebahagiaan, dapat bergaul dengan teman

yang wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan orang

lain, dapat tidur nyenyak, selera makan normal dan

sebagainya.65

Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang

pada umumnya dipandang lebih esensial itu, sebagai berikut:

tingkat kecerdasan (intelegensi siswa), sikap siswa, bakat

siswa, minat siswa dan motivasi siswa.

(a) Intelegensi siswa

Intelegensi siswa pada umumnya diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat (Reber, 1998). Jadi, intelegensi sebenarnya bukan

persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-

organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui

bahwa peran otak dalam hubungannya intelegensi manusia

lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya.

Lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir

seluruh aktivitas manusia.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak

dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa, ini bermakna, semakin tinggi

kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar

pula peluangnya untuk meraih sukses.

65 Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, h. 62.

Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi

seorang siswa maka kecil peluangnya memperoleh

sukses.66

Setiap calon guru profesional sepantasnya

menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik

yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti

borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa

yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali

akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadahi di

sekolah karena pelajaran yang disampaikan terlalu mudah

baginya. Akibatnya ia menjadi bosan dan frustasi karena

kebutuhan keingintahuannya (Curiosity) merasa dibendung

secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan

merasa sangat payah mengikuti sajian pelajaran, karena

terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan

dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang

dialami rekannya yang positif tadi.

Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya

seprang guru menaikkan kelasnya setingkat lebih tinggi dai

tempatnya sekarang, sehingga dia mendapatkan kelas yang

tingkat kesulitan mata pelajarannya sesuai dengan tingkat

intelegensinya. Sementara itu untuk menolong siswa ayng

kecerdasannya di bawah normal, yang dapat dilakukan

adalah sebaliknya, yaitu menurunkan kelas yang lebih

rendah yang sesuai dengan kemampuannya.67

(b) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons

(respone tendency)dengan cara yang relatif terhadap obyek

66 Oemar Hamalik, Op cit, h. 147. 67 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 134.

rang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada

anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan

pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata

pelajaran, apabila jika diiringi kebencian kepada anda atau

kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan

belajar siswa tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu

pengetahuan yang bersifat conversing (sikap melestarikan

yang sudah ada). Walapun mungkin tidak menimbulkan

kesulitan belajar, namun prestasi yang dicapai siswa kurang

memuaskan.

(c) Bakat siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan

potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972;

Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang

pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai

prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas

masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan

intelegensi. Itulah sebabnya, seorang anak yang

berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar

biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child,

yakni anak yang berbakat. Dalam perkembangan

selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan

individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak

bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang

siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan

jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan

keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut

dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian

disebut bakat khusus (specific aptitude) yang konon tak

dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn

(pembawaan sejak lahir). Sehubungan dengan hal itu, bakat

dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

bidang-bidang studi tertentu.68

(d) Minat siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat

tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena

ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal

lainnya, seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan,

motivasi, dan kebutuhan.

Minat seperti yang dipahami orang selama ini dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa

terhadap bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang

siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika dan

memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa

lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatiannya yang

intensif terhadap materi itulah yang memungkikan siswa

tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi

yang diinginkan.

(e) Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal

organisme baik manusia ataupun hewan yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian

ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk

bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber,

1988).69

68 Ibid, h. 135-136. 69 Oemar Hamalik, Op cit, h. 151.

Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan,

motif, dan tujuan sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil

belajar. Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar,

karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan

tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling

berguna bagi kehidupan individu.70

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang

dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan

menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi

tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang

bersangkutan.

Adapun motivasi ekstinsik adalah hal dan keadaan

yang datang dari luar individu siswa yang juga

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

Contohnya: pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah,

suri tauladan orang tua atau guru dan sebagainya.

b) Faktor Eksternal

Seperti halnya faktor internal, faktor eksternal juga terdiri

atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial, dan faktor

lingkungan non sosial.

(1) Faktor lingkungan sosial71

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor di luar siswa, baik faktor fisik maupun sosial-

70 Wasti Seomanta, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, 1997, h. 115. 71 Oemar Hamalik, Op cit, h. 152.

psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat.

Pertama, keluarga, merupakan lingkungan pertama dan

utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi

proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat.

Kondisi dan suasana menyangkut keutuhan keluarga, iklim

psikologis, iklim belajar hubungan antar keluarga. Keluarga

yang tidak utuh, secara struktural maupun fungsional, kurang

memberi dukungan yang positif terhadap perkembangan

belajar. Ketidakutuhan dalam keluarga akan menimbulkan

kekurangseimbangan, baik dalam melaksanakan tugas-tugas

keluarga maupun dalam memikul beban-beban sosial

psikologis keluarga.

Hal ini dapat menimbulkan siswa kurang konsentrasi

dalam belajar. Iklim psikologis yang sehat akan diwarnai oleh

rasa sayang, saling mempercayai, keterbukaan, keakraban,

dan rasa saling memiliki diantara para anggota keluarga. Iklim

psikologis yang sehat akan mendukung pelancaran dan

keberhasilan dalam belajar. Sebab suasana yang demikian

dapat memberi ketenangan, kegembiraan, rasa percaya diri,

dorongan untuk berprestasi dan lain-lain.

Kedua, lingkungan sekolah juga memegang peranan

penting bagi perkembangan belajar para siswanya.

Lingkungan ini meliputi hubungan siswa dengan teman-

temannya, guru-gurunya serta staf sekolah yang lain. Para

guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang

simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan

rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan

berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi

kegiatan belajar siswa.

Ketiga, lingkungan masyarakat, dimana siswa atau

individu berada juga mempengaruhi terhadap semangat dan

aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana

warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup,

terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber

belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap semangat dan pekembangan belajar generasi

mudanya.72

(2) Faktor lingkungan non sosial.

Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak

berbilang jumlahnya, misalnya seperti; keadaan udara, suhu

udara, waktu (pagi, siang atau malam), tempat (letaknya,

pergedungan), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti

alat-alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan

sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).

Semua faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, dan

juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus diatur

sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan)

proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau

tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat seperti di

tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan

ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang

telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah.73

Gedung sekolah yang terletak di sepanjang jalan raya atau

jalan yang ramai, atau rumah yang terletak dekat lapangan bola,

kesemuanya itu menimbulkan banyak pengaruh yang sangat

mengganggu sehingga barulah diperlukan usaha tambahan jika

sipelajar hendak memusatkan perhatiannya kepada bahan studinya.

Bukti eksperimen menunjukkan bahwa faktor suara atau faktor lain

72 Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, h. 164-165.

73 Sumadi Suryabrata, Op Cit, h. 233

tenaganya saja. Meskipun demikian, mungkin pula ia akan semakin

terbiasa dengan perangsang-perangsang tersebut dan kemudian dan

kemudian ia tetap bisa melakukan pekerjaan dengan efisien.74

Contoh lain: kondisi rumah yang sempit berantakan serta

perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum

untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong

siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak

pantas dikunjungi. Kondisi yang seperti itu jelas akan berpengaruh

buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar

(study time preference, seorang bernama J. Biggers, 1980)

berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada

belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian

beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak

bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapan siswa

(Dunn et al, 1986). Di antara siswa ada yang sipa belajar pada pagi

hari, ada pula yang sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan

antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan

perbedaan study time preference antara seorang dengan siswa

lainnya.75

(3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning)

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

efisiensi pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti

serperangkat langkah operasinal yang direkayasa sedemikian rupa

74 L. Crow dan A. Crow, Op Cit, h. 325. 75 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 138.

untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar

tertentu (Lawson, 1991).76

Pendekatan belajar siswa ini dapat dibagi menjadi tiga

macam:

(1)) Pendekatang tinggi:

((1)) Speculative (berdasarkan pemikiran yang

mendalam)

((2)) Achieving (pencapaian prestasi tinggi)

(2)) Pendekatan sedang:

((1)) Analitical (berdasarkan pemilahan dan interpretasi

fakta dan informasi)

((2)) Deep (mendalam).

(3)) Pendekatan rendah:

((1)) Reproductive (bersifat menghasilkan kembali fakta

dan informasi)

((2)) Surface (pemukaan, bersifat lahiriah)

Siswa yang menggunakan pendekatan surface dan

reproductive misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar

(ekstrinsik) antara lain: takut tidak lulus yang mengakibatkan

dia malu. Oleh karen aitu, gaya belajarnya santai, asal hafal,

dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep dan

analitical biasanya mempelajari materi karena memang dia

tertarik dan merasa membutuhkan (intrinsik). Oleh karen aitu,

gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara

mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi

siswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi lebih

penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan

bermanfaat bagi kehidupannnya.

76 Ibid, h. 139.

Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan

achieving dan speculative pada umumnya dilandasi oleh motif

ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement

yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi

setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebig serius dari

pada siswa-siswa yang memakai pendekatan lainnya. Dia

memiliki keterampilan belajar (study skill) dalam arti sangat

cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang, kerja dan

penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman-

teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting. Sehingga

ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana untuk

terus maju ke depan (plans ahead).77

c. Minat Belajar Siswa

Minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah

suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada mata pelajaran atau proses

belajar mengajar yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk

mempelajarinya. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek minat

sebagai indikator minat belajar Aqidah Akhlak. Indikator tersebut, antara

lain, keinginan untuk berpartisipasi dalam belajar Aqidah Akhlak, dan

keyakinan untuk mempelajarinya. Minat peserta didik juga dapat

ditandakan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Keaktifan siswa mengundang aktivitas siswa yang sangat

diperlukan dalam pembelajaran. Sebab pada prinsipnya adalah berbuat

untuk mengutarakan tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, dalam hal

ini adalah kegiatan belajar. Rousseau memberikan penjelasan bahwa

segala pengetahuan itu harus diperoleh

77 Oemar Hamalik, Ibid, h. 137-139.

dari pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan

sendiri, baik secara rohani maupun teknis.78

Ini menunjukkan setiap

orang yang belajar harus aktif.

Minat timbul bersangkut paut dengan masalah kebutuhan.

Karena itu, guru memberikan motivasi dengan memanfaatkan

kebutuhan anak didik agar dia berminat untuk belajar. Sebaliknya,

guru bias memanfaatkan minat anak sebagai alat motivasi. Bila anak

didik berminat pada suatu mata pelajaran, ia akan memperhatikannya

dalam jangka waktu tertentu. Minat adalah unsure-unsur perhatian

yang mengandung perasaan. Minat merupakan kesadaran seseorang

bahwa suatu objek, seseorang atau suatu soal, atau suatu situasi

mengandung sangkut paut dengan diringa. Minat merupakan sebab

akibat dari perhatian.

Perhatian penting dalam interaksi edukatif. Untuk itu

mengamati suatu diperlukan perhatian. Anak harus melihat papan tulis,

gambar, guru, buku, tulisan dan bukan melihat ke luar jika ia ingin

belajar. Untuk itu anak harus diberikan rangsangan yang dapat

mempengaruhi kelakuannya agar terus memberikan perhatian kepada

pelajaran 79

4. Pengaruh Persepsi Siswa pada Kedisiplinan Guru terhadap Minat

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.

Manusia tergolong makhluk yang sangat bergantung dengan orang

lain (makhluk sosial), oleh karenanya manusai dalam kehidupan selalu

menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam hubungan itu, manusai

melskuksn penilaian / berpersepsi terhadap orang lain. Menurut Bimo

Walgito, bila objek persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi.

78 Sardiman, A..M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, edisi I (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2001) cet 9. hlm. 95

79 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit. Hlm.60-61

Maka objek persepsi dapat bermacam-macam., yaitu dapat berwujud

benda-benda juga dapat berwujud manusia.80

bila objek persepsi berbentuk

benda disebut persepsi benda, bila persepsi berbentuk manusia disebut

persepsi sosial. Dua persepsi ini hampir sama, bedanya manusai sebagai

objek persepsi mempunyai kemampuan-kemampuan dan perasaan,

harapan seperti individu yang mempersepsi, dari walaupun kadarnya

berbeda.

Persepsi merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,

menginterpretasi dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi tentang

sifat-sifatnya, kualitasnya, dan keadaan yang lain yang ada dalam diri

orang yang dipersepsi. 81

Hasil persepsi dapat menimbulkan sikap yang berwujud tidakan

atau melakukan sesuatu. Keinginan bertindak itulah merupakan suatu

bentuk minat yang meskipun hasil dari proses persepsinya berbeda-beda

antar satu dengan yang lain, karena adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan kesan.82

Menurut Thantowy. R MA, dkk, ada empat cara untuk mengetahui

minat seseorang :

a. Minat yang diekspresikan

b. Minat yang diwujudkan

c. Minat yang diinventarisasikan

d. Minat yang berdasarkan test83

Menurut Icek Azjen, Seorang Ahli Psikologi, teori minat menganut

perilaku terencana (theory of planned behaviour). Dalam teori tersebut

dijelaskan TPB membantu kita untuk memahami bagaimana perubahan

80 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (suatu pengantar) , (Yogya : Andi Offset, 1994), Cet.2,

hlm.53. 81 Ibid, hlm.56 82 Linda L. Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, (terj. Mari Juniati) , (Jakarta :

Erlangga, 1991), hlm.34 83 Thantowy. R, MA, Kamus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Econimic Student,

1993), hlm. 53

tingkah laku seseorang yang dapat dibentuk dan direncanakan. TPB

mempunyai 3 komponen yaitu :

a. Sikap seseorang terhadap konsekuensi tingkah lakunya

b. Norma subjektif berupa elemen sosial yaitu keyakinan seseorang apa

yang orang lain piker seharusnya ia lakukan.

c. Kontrol tingkah laku, yaitu beberapa tingkah untuk menentukan

intensitas seseorang dalam menampilkan tingkah laku.84

Minat merupakan reaksi dari sikap psikologid\s yang memiliki

motif dari seseorang yang telah melakukan persepsi terhadap sesuatu.

Misalnua, seseoang yang ingin menjadi dokter maka ia akan mempunyai

minat untuk masuk di fakultas kedokteran, karena ia mempunyai persepsi

bahwa fakultas kedokteran adalah salah satu-satunya sekolah yang dapat

mencetak orang yang menjadi seorang dokter.

B. Kajian penelitian yang relevan

Kajian skripsi atau karya ilmiah yang relevan, antara lain :

1) (Herlin Febriana Dwi Prasti: 1314990017, 2005), Mahasiswa UNNES

Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan. “Hubungan

antara Motivasi Belajar dengan Disiplin Belajar Siswa Pada Saat

Layanan Pembelajaran Kelas II SMU Negeri 1 Limbangan Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005.” Hasil penelitian menunjukkan

secara umum disiplin belajar siswa termasuk dalam kategori cukup

baik sedangkan pada motivasi belajar termasuk dalam kategori baik,

dengan besar hubungan antara motivasi belajar dengan disiplin belajar

sebesar 0,915 dimana harga r tabel nya = 0,714, karena r tabel < r

hitung maka berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

motivasi belajar dengan disiplin belajar.

2) (Endang Setiyowati: 073111334, 2009). Mahasiswa Kualifikasi Strata1

Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, ”Pengaruh

Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru Terhadap Motivasi

84 Mhtml:// www.valuebasedmanajement.net, diambil pada 15 Januari 2010

Belajar Siswa MI NU Nurus Shofa Karangbener Bae Kudus Tahun

Pelajaran 2008/2009”. Yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi

belajar siswa MI NU Nurus Shofa Karangbener Bae Kudus Tahun

Pelajaran 2008/2009 dengan nilai korelasi 0.293, maka tingkat

korelasinya termasuk dalam kategori lemah atau rendah.

3) (Ani Pratiwi: 1551403014, 2008). Mahasiswa UNNES jurusan

Psikologi, Fakultas Pendidikan, yang berjudul: “Hubungan Antara

Persepsi Siswa terhadap Pola Komunikasi Guru dan Siswa di Kelas

dengan Minat Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas X SMA 8 Semarang

Tahun Ajaran 2007-2008.” Hasil penelitian menunjukkan nilai r

=0,758 dengan p = 0,00 (p<0,05), yang artinya ada hubungan (korelasi

positif) antara persepsi siswa terhadap komunikasi guru dan siswa di

kelas dengan minat belajar bahasa inggris pada siswa kelas X SMAN 8

Semarang.

4) (Umar Faruq, 31022141, 2008). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, ”Pengaruh Minat Santri terhadap Efektivitas

Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Madrosatu Al-Qur’ani

Al-Aziziyah Bringin, Ngalian, Semarang.” hasil penelitian ini, dilihat

dari tabel frekuensi nilai mena dapat diketahui bahwa mean dari

variabel minat santri dalam menghafal Al-Qur’an adalah 5,51. Artinya,

kualitasnya baik. Karena terdapat antara interval 54-56. dan mean

keberhasilan menghafal Al-Qur’an adalah 52,675 yang menunjukkan

kualitas cukup (antara 52-54). Hasil analisis uji hipotesi diperoleh F reg

=7.57336. terlihat F reg >F tabel 1%= 7,31 dan F reg < F tabel 5%= 4,05.

Artinya signifikan. Hal ini dibuktikan dengan persamaan garis Y=

0,5114x + 24,49686. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis

yang diajukan diterima: ”Semakin tinggi minat santri semakin efektiiv

prestasi yang dicapai.”

5) (Musyarofah, 3102240, 2006). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, ”Persepsi Santri tentang Bimbingan dan

Kewibawaan Kiai Pengaruhnya terhadap Kedisiplinan Belajar Santri di

Pondok Pesantren Addanuriyah 2 Pedurungan, Semarang.” Penelitian

ini menunjukkan bahwa tingkat persepsi tentang bimbingan kiai

sebesar 78,52 (antrara 76-79) dapat dikatagorikan tinggi. Tingkat

persepsi santri tentang kewibawaan kiai adalah sebesar 83 (antara 80-

84) sehingga dikatagorikan cukup. Sedangkan tingkat kedisiplinan

santri sebesar 78,74 (antara 77-81) termasuk kategori cukup. Hasil

analisis uji hipotesi diperoleh F reg >F tabel = signifikan. Artinya ”ada

pengaruh persepsi santri tentang bimbingan dan kewibawaan kiai

terhadap kedisiplinan belajar santri di Pondok Pesantren Addanuriyah

2 Pedurungan, Semarang.”

6) (Elin Nurwanti, 3102298, 2005) Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang. ”Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan

Belajar Pengaruhnya terhadap Pestasi Belajar PAI siswa SMPN 1

Belik Kecamatan Pemalang.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

1) terdapat hubungan positif pola didik orang tua terhadap prestasi

belajar PAI siswa, 2) terdapat hungungan positif kedisiplinan belajar

terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat hubungan positif antara

pola didik orang tua dan kedisiplinan siswa.

7) (Heni Istiana, 3100018, 2005). ”Pengembangan Minat dan Bakat Seni

Baca Al-Qur’an (Qira’ati Al-Qur’an) pada siswa di MTs N Lasem

Kecamatan Lasem, Rembang tahun pelajaran 2004/2005. hasil

penelitian menunjukkan minat baca siswa dalam taraf cukup,

sedangkan bakat seni baca siswa tergolong rendah serta diketahui

bahwa minat dan bakat seni baca Al-Qur’an siwa dipengaruhi oleh

sarana pendukungnya.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian

di atas, mengingat belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh

persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru terhadap minat belajar siswa,

dengan demikian dalam judul ini masih menemukan relevansi dan

signifikasi untuk dilakukan penelitian.

C. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data.85

Sehingga hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang belum teruji

kebenarannya secara pasti. Artinya ia masih harus dibuktikan

kebenarannya.

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Semakin Tinggi

Tingkat Persepsi Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran

Akidah Akhlak Semakin Tinggi Pula Minat Belajar Siswa Kelas X Di

MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010

85 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D,

(Bandung: Alfabeta, 2006), cet. 2, hlm. 96.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi Siswa Kelas X Terhadap Kedisiplinan

Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN Bawu Jepara Tahun

Pelajaran 2009-2010

2. Untuk mengetahui minat belajar siswa Kelas X di MAN Bawu

Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010 pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak.

3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru

pada minat belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Siswa

Kelas X Semester II MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010.

B. Variabel Penelitian

1. Variable dan Indikator

a. Variabel

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian.86

Jadi variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.87

Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

1.) Variabel bebas atau independen variabel X adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat).88

Pada penelitian ini sebagai

86 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006), hlm. 118 87 Sugiono, OP Cit, hlm. 61 88 Ibid, hlm.61

variabel bebas adalah Persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru mata

pelajaran Aqidah Akhlak

2.) Variabel terikat atau dependen variabel Y adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas.89

Yang merupakan hasil dari perlakuan variabel bebas, yaitu:

Minat Belajar Siswa dalam mengikuti mata pelajaran Aqidah

Akhlak.Adapun sub variabel dan indikator dari persepsi siwa pada

kedisiplinan guru serta minat belajar dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

b. Indikator

1) Indikator Persepsi Siswa terhadap kedisiplinan guru:

a) Ketaatan pada peraturan sekolah dan lingkungan pendidikan.

b) Ketaatan pada saat jam masuk dan jam pulang sekolah.

c) Ketaatan pada saat jam istirahat.

d) Ketaatan terhadap sistem sekolah.

e) Pemberian sanksi bagi yang melanggar.

f) Konsisten dengan peraturan

2) Indikator Minat Belajar Siswa:

a) Perasaan Senang siswa dalam pembelajaran di kelas dan

senang terhadap mata pelajaran tersebut.

b) Perhatian siswa terhadap pembelajaran

c) Kesungguhan siswa dalam belajar, baik di dalam maupun di

luar kelas

d) Motivasi siswa dalam belajar

C. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.90

89 Ibid 90 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan R &

D, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm.3.

Oleh karena itu, Metode penelitian merupakan suatu cara yang

digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam

penelitian dan membuat analisa dengan maksud agar penelitian dan

kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dalam skripsi ini, peneliti melakukan beberapa langkah studi di

antaranya : Penggolongan jenis-jenis penelitian tergantung kepada pedoman

dari segi mana penggolongan itu ditinjau.91

Sedangkan penelitian dilihat dari

pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu penelitian

kuantitatif dan penelitian kualitatif.92

Adapun penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian lapangan

yang berpendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian kolerasional. Penelitian

lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data-data yang

sebenarnya terjadi di lapangan.

Tujuan penelitian adalah mempelajari secara intensif latar belakang,

status terakhir dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial

seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas.93

Sedangkan metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara analisis data bersifat kuantitatif /

statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.94

Bersifat kuantitatif berarti menekankan analisa pada data numerikal

(angka) yang diperoleh dengan metode statistik.95

91 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 2002), hlm.

3.

92 Syaifuddin Azwar, op. cit., hlm.5. 93 Ibid, hlm. 8.

94 Sugiyono, op.cit., hlm. 14.

95 Syaifuddin Azwar, op.cit., hlm.5.

Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu proses untuk

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat

keterangan yang ingin diketahui.

Sedangkan sifat korelasional adalah suatu penelitian yang bertujuan

menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi

variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.96

Dalam hal ini mencari data ada

tidaknya hubungan antara variabel dan apabila ada beberapa eratnya hubungan

serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

Teknik analisis korelasional ialah teknik analisis statistik mengenai

hubungan antar dua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional memeliki

tiga macam tujuan :

1. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang

benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan

atau korelasi.

2. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika

memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan

ataukah lemah.

3. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematik), apakah

hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau

menyakinkan (signifikan), ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak

menyakinkan.97

Dalam hal ini akan mencari seberapa besar pengaruh persepsi siswa

pada kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap minat belajar

siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun pelajaran 2009-2010. Untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut, peneliti menyebarkan angket

pada para siswa untuk mendapatkan data-data yang dapat digunakan dalam

skripsi ini.

96

Ibid, hlm. 8. 97 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2004), hlm. 188.

D. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel

a. Populasi

Populasi adalah onjek pengumpulan data yang cara pengumpulan

datanya menggunakan cara sensus. Yaitu mengunpulkan data dengan jalan

mencatat atau menelilti seluruh elemen yang menadi objek penelitian.

Dengan kata lain, sensus merupakan pencatatan data secara menyeluruh

(complete enumeration) terhadap elemen yang menjadi objek penelitian,

tanpa perkecualian. Kumpulan dari seluruh elemen ini disebut populasi atau

universe. 98

Siswa kelas X MAN Bawu Jepara tersebar dalam tujuh kelas, akan

tetapi pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak ada dua orang guru.

Mengingat pada judul penelitian, peneliti menggunakan kelas dengan yang

diampu oleh guru yang sama. Populasi penelitian yang penulis gunakan

adalah Kelas X-1 sampai X-3 yang diampu oleh Ibu Isnawati, S. Ag.

Sehingga, populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-1

sampai X-3 MAN Bawu Jepara yang berjumlah 122 siswa, dengan rincian

jumlah siswa: kelas X-1 40 siswa, X-2 sebanyak 42 siswa dan 40 siswa

berada dalam kelas X-3.

b. Sampel

Dan sampel sendiri adalah sebagian yang diambil dari populasi.99

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Quota

Sampling. Tujuannya adalah mengambil sampel sebanyak jumlah tertentu

yang dianggap dapat merefleksikan ciri populasi.100

Suharsumi Arikunto berpendapat, apabila subjeknya kurang dari 100,

lebih baik diambilo semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-

98 Anas Sudjiono, Op Cit, hlm. 26 99 Nana Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Transito, 1996, hlm. 6 100 Saifuddin Azhar, MA, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001),

hlm.88.

15% atau 20-25%.101

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah

25% dari populasi atau sebanyak 30 orang. Pengumpulan data pada teknik

quota sampling ini peneliti menghuhungi subjek yang memenuhi

persyaratan ciri-ciri populasi (siswa kelas X-1 sampai X-3 MAN Bawu

Jepara), tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih

dalam populasi), yang penting adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang

telah ditetapkan.102

Akan tetapi, dalam penelitian ini, pengambilan sampel

akan dibagi rata pada 3 kelas, dengan masing-masing 10 siswa pada tiap

kelasnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuosioner atau Angket

Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan untuk memperoleh data

berupa jawaban-jawaban dari pada responden (orang-orang yang

menjawab).103

Kuosioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

tingkat persepsi siswa kelas X terhadap kedisiplinan guru Aqidah Akhlak

serta mengetahui tingkat minat siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun

pelajaran 2009/2010 dalam materi Aqidah Akhlak.

Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner

terstruktur, yakni daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya,

sehingga responden cukup memilih alternatif jawaban yang sudah

disediakan sesuai dengan keadaaan dirinya. Metode kuesioner ini untuk

mengetahui tingkat persepsi siswa pada kedisiplinan guru mata pelajaran

Aqidah Akhlak dan minat belajar siswa kelas X1-X3 yang menjadi

responden dalam penelitian ini.

Adapun kuesioner yang digunakan untuk mengetahui persepsi siswa

adalah dengan skala pengukuran semantic deferensial, yaitu yang

101 Suharsumi Arikunto, OpCit, hlm. 112. 102 Ibid, hlm. 119. 103Koenjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1994, cet XIII,

hlm. 173

dikembangkan oleh Osgood. Skala ini dugunakan untuk mengukur sikap,

hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun

dalam satu garis kontinum yang jawaban ”sangat positifnya” terletak di

bagian kanan garis, dan jawaban yang ”sangat negatif” terletak di bagian

kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan

biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu

yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban, pada

rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung

pada persepsi responden kepada yang dinilai.104

Sedangkan untuk mengetahui tingkat minat siswa peneliti menggunakan

skala likert, yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala

likert, variabel diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.105

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yangberupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.106

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data

mengenai struktur organisasi, data-data guru dan identitas siswa.

F. Teknik Analisis Data

a. Analisa Awal

Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan

metode statistik. Karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif. Untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan.107

Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat

digunakan dengan menggunakan tehnik statistik deskriptif. Tujuan

104 Sugiyono, Op Cit, hlm. 140 105 Ibid, hlm. 135 106 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 231 107 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, hlm. 263

dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan tehnik ststistika adalah

untuk meringkas data menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti.108

Setelah menghimpunan data dengan menggunakan angket, kemudian

dilakukan pengolahan data untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa

terhadap kedisiplinan guru dan minat belajar siswa, yaitu menggunakan

teknik analisis regresi satu prediktor, langkahnya :

1. Mencari Korelasi antara kriterium dan prediktor:

22 )()( ΣΥΣΧ

ΣΧΥ=xyr

2. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak dengan

mengkonsultasikan hasil nilai xyr pada tabel r.

3. Mencari Persamaan Garis Regresinya:

Y = aX + K

Keterangan :

Y : Kriterium

X : Prediktor

a : Bilangan Koefisien Prediktor

K : Bilangan Konstan

Untuk mencari nilai a dan K kita dapat memilih menggunakan

metode skor kasar, yakni dengan memakai persamaan:

1) ∑XY = a∑X2

+ K∑X

2) ∑Y = a∑X + NK 109

3. Mencari Sumbangan Relatif antara Sesama Prediktor:

Freg = KR

KR

res

reg

RKreg = regdb

JK reg

108 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 86 109 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000), hlm.5

RKRes

= dbJK

res

res

JKreg

=a∑XY + K∑Y - ( )

N

Y2

JKres

= ∑Y2 - A∑XY - K∑Y

dbreg

= 1

dbres

= N-2

keterangan :

Freg = Harga F garis regresi

RKreg

= Rerata Kuadrat Residu

RKres = Rerata Kuadrat Residu

JKreg = Jumlah Kuadrat Regresi

JKres

= Jumlah Kuadrat Residu

dbreg

= Derajat Kebebasan Regresi

dbres

= Derajat Kebebasan Residu

b. Analisa Lanjut

Analisa lanjut ini merupakan analisa uji hipotesa untuk

menguji signifikansi dari Freg dibandingkan dengan cara Ftabel (Ft)

pada total signifikansi 5% atau taraf signifikansi 1% dengan

ketentuan sebagai berikut”

1) Jika Freg lebih besar dari Ft 1% atau 5% maka signifikan

(hipotesis penelitian diterima).

2) Jika Freg lebih kecil dari Ft 1% atau 5% maka non signifikan

(hipotesis penelitian ditolak).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.110

Oleh karena itu, Metode penelitian merupakan suatu cara yang

digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam

penelitian dan membuat analisa dengan maksud agar penelitian dan

kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dalam mendapatkan data primer ini peneliti yang menggali informasi

dari siswa-siswi MAN Bawu Jepara untuk mendapatkan data persepsi siswa

tentang Kedisiplinan Guru dan motivasi siswa. Data primer ini diperoleh

langsung dari siswa-siswi MAN Bawu Jepara dengan menggunakan instrumen

angket atau kuesioner.

Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan

kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia

memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna.111

Oleh karena itu, angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket atau

kuesioner yang akan disebarkan di MAN Bawu Jepara berupa angket atau

kuesioner tertutup untuk mengungkap persepsi siswa tentang Kedisiplinan

Guru dan Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara.

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian tersebut dapat dilihat

pada deskripsi sebagai berikut :

110 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan

R & D, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm.3. 111 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm.

136.

MAN Bawu Jepara

Tabel 1.

No Responden Nama kelas

1 R-1 Abdul Rohman

2 R-2 Ainun Naim

3 R-3 Devi Romantika

4 R-4 Eka Fitri Setyani

5 R-5 Evi Anita

6 R-6 M. Arik Maulana

7 R-7 M. Yuan Rifkiansyah

8 R-8 Siti Wahyuni

9 R-9 Sulistyaningsih

10 R-10 Winda Yuninda P

X1

11 R-11 Adri Nur Sanjaya

12 R-12 Anik Farida

13 R-13 Devi Nur Cahayati

14 R-14 Diah Isfiani

15 R-15 Edi Wahono

16 R-16 Fitri Alfiyanti

17 R-17 Ida Rahmawati

18 R-18 Lumatul Ulwiyah

19 R-19 Nova Ziyadatus Sa'idah

20 R-20 Tika Silfiana

X2

21 R-21 Amiril Mukminin

22 R-22 Eli Susi Laksita

23 R-23 Fatikhatus Sa'adah

24 R-24 Heldy Rosa Lia

25 R-25 Khudrotun Ni'mah

26 R-26 Marta Aristiyani

27 R-27 Novika Safitri

28 R-28 Rendi Fitriyanto

29 R-29 Ririn Handayani

30 R-30 Zainal Asiqin

X3

2. Data Hasil Angket Persepsi Siswa Tentang Kedisiplinan Guru MAN

Bawu Jepara serta Hasil Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah

AKhlak Tahun Pelajaran 2009/2010

Untuk menentukan nilai kuantitatif dari hasil angket adalah dengan

menjumlahkan skor jawaban angket dari responden sesuai dengan frekuensi

jawaban. Agar lebih jelas, maka dapat dilihat pada tabel berikut :

B. Pengujian Hipotesis

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengajukan hipotesis

bahwa “Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang

Kedisiplinan Guru terhadap Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun

Pelajaran 2009/2010”, artinya semakin tinggi persepsi siswa tentang

Kedisiplinan Guru, maka akan semakin tinggi pula Minat Belajar pada siswa

MAN Bawu Jepara.

Untuk analisis data ini, penulis menggunakan metode diskriptif,

maksudnya membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan sesuatu

masalah yang aktual dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan

data dan menganalisis.

1. Analisis Pendahuluan

Dalam analisis ini akan dideskripsikan pengaruh persepsi siswa

tentang Kedisiplinan Guru terhadap Minat Belajar siswa MAN Bawu

Jepara tahun pelajaran 2009/2010, berdasarkan data yang diperoleh dari

jawaban responden melalui daftar angket.

Setelah diketahui data-data tersebut diketahui, kemudian dihitung

untuk mengetahui tingkat hubungan masing-masing antara (variabel X)

dengan (variabel Y) dalam penelitian ini. Adapun langkahnya adalah

sebagai berikut :

Data yang diperoleh dari variabel bebas yaitu persepsi siswa

tentang Kedisiplinan Guru diberi kode X, sedangkan variabel motivasi

siswa diberi kode Y, kemudian dikuantitatifkan dengan cara memberi skor

nilai jawaban responden. Untuk penskoran variabel X dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.

Data Skor Nilai Variabel X(Persepsi Siswa Tentang

Kedisiplinan Guru MAN Bawu Jepara)

Alternatif Pensekoran N

o SL SR JR KD TP 5 4 3 2 1

Skor

Total

1 17 5 3 4 1 85 20 9 8 1 123

2 16 2 3 2 7 80 8 9 4 7 108

3 14 5 3 5 3 70 20 9 10 3 112

4 15 6 4 1 4 75 24 12 2 4 117

5 17 2 4 2 5 85 8 12 4 5 114

6 21 0 1 3 5 105 0 3 6 5 119

7 15 7 5 1 2 75 28 15 2 2 122

8 6 7 8 2 7 30 28 24 4 7 93

9 5 6 12 3 4 25 24 36 6 4 95

10 3 3 13 8 3 15 12 39 16 3 85

11 3 7 10 6 4 15 28 30 12 4 89

12 3 5 10 8 4 15 20 30 16 4 85

13 10 4 3 8 5 50 16 9 16 5 96

14 9 4 3 5 9 45 16 9 10 9 89

15 12 7 4 1 6 60 28 12 2 6 108

16 13 5 6 3 3 65 20 18 6 3 112

17 13 11 2 1 3 65 44 6 2 3 120

18 14 6 4 3 3 70 24 12 6 3 115

19 15 4 3 5 3 75 16 9 10 3 113

20 14 8 3 2 3 70 32 9 4 3 118

21 17 1 2 3 7 85 4 6 6 7 108

22 18 6 0 1 5 90 24 0 2 5 121

23 12 7 3 3 5 60 28 9 6 5 108

24 14 5 1 1 9 70 20 3 2 9 104

25 15 6 4 1 4 75 24 12 2 4 117

26 15 8 3 1 3 75 32 9 2 3 121

27 12 5 1 7 5 60 20 3 14 5 102

28 16 5 0 3 6 80 20 0 6 6 112

29 13 7 6 1 3 65 28 18 2 3 116

30 15 3 8 1 3 75 12 24 2 3 116

∑ 382 157 132 95 134 1910 628 396 190 134 3258

Berdasarkan dari tabel di atas, kemudian diadakan analisis

sebagai berikut:

a. Mencari Mean dan interval kelas minat mengikuti kegiatan

keagamaan siswa kelas X MAN BAwu Jepara:

X = N

X∑

=30

3258

= 108,6

b. Mencari banyak kelas

k = 1 + 3,3 . log N

= 1 + 3,3 . log 30

= 1 + 3,3 .1,47

= 5,851

c. Menentukan Range

Range = Nilai maksimal – nilai minimal

= 123-85

= 38

d. Menentukan interval kelas

i =

=6

38

= 6,3 (6)

Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean)

variabel X, maka digunakan pedoman kategori interval nilai sebagai

berikut :

Tabel 5.

Interval Nilai

Interval Nilai Kategori

85 – 91 Sangat Kurang

92 – 98 Kurang

99 - 105 Cukup

106 – 112 Baik

113 – 119 Sangat Baik

120 - 126 Istimewa

Dari hasil interval tersebut, maka dengan demikian dapat diketahui

nilai rata-rata (mean) variabel X adalah 108,6 dengan kategori baik.

Sedangkan untuk penskoran nilai jawaban responden variabel Y

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.

Data Skor Nilai Variabel Y(Minat Siswa MAN Bawu Jepara Tahun

Pelajaran 2009/2010 pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak)

Alternatif Pensekoran

No SL SR JR KD TP 5 4 3 2 1

Skor

Total

1 17 8 2 1 2 85 32 6 2 2 127

2 13 6 3 5 3 65 24 9 10 3 111

3 8 7 10 4 1 40 28 30 8 1 107

4 12 4 8 4 2 60 16 24 8 2 110

5 16 4 3 3 4 80 16 9 6 4 115

6 16 2 2 5 5 80 8 6 10 5 109

7 16 5 2 6 1 80 20 6 12 1 119

8 7 6 2 7 8 35 24 6 14 8 87

9 9 4 3 6 8 45 16 9 12 8 90

10 8 2 2 9 9 40 8 6 18 9 81

11 7 5 7 6 5 35 20 21 12 5 93

12 8 4 5 8 5 40 16 15 16 5 92

13 7 5 7 8 3 35 20 21 16 3 95

14 8 5 4 8 5 40 20 12 16 5 93

15 6 4 5 7 8 30 16 15 14 8 83

16 13 2 6 4 5 65 8 18 8 5 104

17 9 10 5 4 2 45 40 15 8 2 110

18 13 11 3 2 1 65 44 9 4 1 123

19 12 8 4 5 1 60 32 12 10 1 115

20 15 1 5 5 4 75 4 15 10 4 108

21 10 6 8 5 1 50 24 24 10 1 109

22 14 7 1 4 4 70 28 3 8 4 113

23 9 7 7 4 3 45 28 21 8 3 105

24 9 7 4 6 4 45 28 12 12 4 101

25 5 5 7 4 9 25 20 21 8 9 83

26 13 8 2 6 1 65 32 6 12 1 116

27 8 3 2 10 7 40 12 6 20 7 85

28 12 5 5 4 4 60 20 15 8 4 107

29 12 4 4 5 5 60 16 12 10 5 103

30 16 3 7 3 1 80 12 21 6 1 120

∑ 328 158 135 158 121 1640 632 405 316 121 3114

Setelah melihat tebal di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata

(mean) dari variabel Y dengan menggunakan rumus :

Y = N

Y∑

=30

3114

= 103,8

e. Mencari banyak kelas

k = 1 + 3,3 . log N

= 1 + 3,3 . log 30

= 1 + 3,3 .1,47

= 5,851

f. Menentukan Range

Range = Nilai maksimal – nilai minimal

= 127-81

= 46

g. Menentukan interval kelas

i =

=6

46

= 7.6 (8)

Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean)

variabel X, maka digunakan pedoman kategori interval nilai sebagai

berikut :

Tabel 7.

Interval Nilai

Interval Nilai Kategori

81 - 88 Sangat Kurang

89 - 96 Kurang

97 - 104 Cukup

105 - 112 Baik

113 – 120 Sangat Baik

121 - 127 Istimewa

Dari hasil interval tersebut, maka dengan demikian dapat diketahui

nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah 104 dengan kategori Cukup.

2. Analisis Uji Hipotesis

Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima

tidaknya hipotesa yang diajukan dalam skripsi ini, maka dibuktikan

dengan mencari nilai koefisien korelasi antara variabel persepsi siswa

tentang Kedisiplinan Guru (variabel X) dengan variabel Minat Belajar

siswa (variabel Y), dalam hal ini penulis menggunakan rumus regresi

linear sederhana. Tetapi sebelumnya akan disajikan terlebih dahulu tabel

kerja koefisien persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru (X) dengan

Minat Belajar siswa (Y).

1). Membuat Tabel penolong

Selanjutnya untuk menghitung korelasi dan regresi sederhana,

maka dapat menggunakan tabel penolong dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 8.

Tabel Kerja Koefisien Korelasi Untuk Menghitung Regresi Linier

Sederhana Antara Variabel X dengan Variabel Y

No X Y X2 Y2 XY

1 123 127 15129 16129 15621

2 108 111 11664 12321 11988

3 112 107 12544 11449 11984

4 117 110 13689 12100 12870

5 114 115 12996 13225 13110

6 119 109 14161 11881 12971

7 122 119 14884 14161 14518

8 93 87 8649 7569 8091

9 95 90 9025 8100 8550

10 85 81 7225 6561 6885

11 89 93 7921 8649 8277

12 85 92 7225 8464 7820

13 96 95 9216 9025 9120

14 89 93 7921 8649 8277

15 108 83 11664 6889 8964

16 112 104 12544 10816 11648

17 120 110 14400 12100 13200

18 115 123 13225 15129 14145

19 113 115 12769 13225 12995

20 118 108 13924 11664 12744

21 108 109 11664 11881 11772

22 121 113 14641 12769 13673

23 108 105 11664 11025 11340

24 104 101 10816 10201 10504

25 117 83 13689 6889 9711

26 121 116 14641 13456 14036

27 102 85 10404 7225 8670

28 112 107 12544 11449 11984

29 116 103 13456 10609 11948

30 116 120 13456 14400 13920

∑ 3258 3114 357750 328010 341336

Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan langkah

sebagai berikut :

1). Mencari Nilai Korelasi Variabel X dan Variabel Y antara pengaruh

persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru Minat Belajar siswa MAN

Bawu Jepara, dengan menggunakan rumus :

)()( 22 yx

xyrxy

ΣΣ

Σ=

∑xy

= 341336 - 30

)3114)(3258(

= 341336 – 338180.4

= 3155.6

= 357750 - 30

)3258( 2

= 357750 – 353818,8

= 3931,2

= 328010 - 30

)3114( 2

= 328010 – 323233,2

= 4776.8

)()( 22 yx

xyrxy

ΣΣ

Σ=

=

=

= 0.728

Dengan demikian nilai korelasi antara nilai kegiatan persepsi siswa

tentang Kedisiplinan Guru dengan Minat Belajar siswa MAN Bawu

Jepara yang menggunakan rumus di atas, maka nilai yang dapat

diketahui adalah 0,728.

2). Mencari nilai Koefisien Determinasi

Selanjutnya adalah mengetahui nilai koefisien determinasi variabel

X terhadap variabel Y, maka penulis lakukan proses perhitungan

dengan rumus :

(r)² x 100 % = (0,728) ² x 100 % = 0,53X 100 % = 53 %

3). Menghitung nilai-nilai a dan K

Diketahui :

∑N = 30

∑X = 3258

∑Y = 3114

∑X2 = 357750

∑Y2

= 328010

∑XY = 341336

a. Mencari a dan K dengan rumus :

∑XY = a∑X2

+ K∑X

∑Y = a∑X + NK 112

341336 = 357750 a + 3258 K (1)

3114 = 3258 a + 30 K (2)

104,768 = 109,806 a + K

103,8 = 108,6 a + K -

0.968 = 1,206 a

a =

= 0.802

Interpretasi nilai a pada persamaan (2)

3114 = 3258 a + 30 K

3114 = 3258 (0,8) + 30 K

30 K = 3114 – 2615,218

K = 498,781

30

K = 16,626

Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa nilai a adalah 0,8 dan

nilai K adalah sebesar 16,626.

4). Menyusun Persamaan Regresi

Menyusun persamaan regresi dengan menggunakan rumus :

Y = aX + K

Y = 0,8 X +16,626

5). Analisis Varians Garis Regresi

Freg = RKRK

res

reg

112 Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000),

hlm.5

RKreg = regdb

JK reg

RKRes

= dbJK

res

res

JKreg

=a∑XY + K∑Y - ( )

N

Y2

JKres

= ∑Y2 - a∑XY - K∑Y

dbreg

= 1

dbres

= N-2

keterangan :

Freg = Harga F garis regresi

RKreg

= Rerata Kuadrat Residu

RKres = Rerata Kuadrat Residu

JKreg = Jumlah Kuadrat Regresi

JKres

= Jumlah Kuadrat Residu

dbreg

= Derajat Kebebasan Regresi

dbres

= Derajat Kebebasan Residu

JKreg

=a∑XY + K∑Y - ( )

N

Y2

= (0,8) (341336)+ (16,92) (3114) -

= 273992,658 + 51773,562 – 323233,2

= 2533,021

JKres

= ∑Y2 - a∑XY - K∑Y

= 328010 – (0,8) (341330) – (16,92) (3114)

= 328010 – 273992,358 – 51773,562

= 2243,779

RKreg = regdb

JK reg

= 2533,021

1

= 2533,021

RKRes

= dbJK

res

res

= 2243,779

28

= 80,135

Freg = RKRK

res

reg

= 2533,021

80,135

= 31,609

3. Analisis Lanjut

Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y

diketahui selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r tabel pada r

product moment untuk diketahui signifikan dan untuk mengetahui apakah

hipotesa yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan

apabila ro yang kita peroleh sama dengan atau lebih besar daripada rt maka

nilai r yang telah kita peroleh itu signifikan demikian sebaliknya.

Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

Pada taraf signifikan 5% untuk responden berjumlah N = 30

didapat pada tabel adalah rt = 0,361 sedangkan ro = 0,728 yang berarti ro

lebih besar dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf signifikansi 5%

hasilnya adalah signifikan, yang berarti ada korelasi pengaruh yang positif

antara kedua variabel. Pada taraf signifikan 1% untuk responden

berjumlah N = 30 didapat pada tabel 0,463 sedangkan ro = 0,728, yang

berarti ada pengaruh yang positif antara kedua variabel.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa

sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal

pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar

proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan

unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan

menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional.

Didalam penelitian ini yang diteliti adalah bagaimana tingkat

Kedisiplinan Guru dan Minat Belajar siswa. Sehubungan dengan itu, maka

penelitian disini pengambilan data dilakukan dengan metode survey yang

menggunakan kuesioner atau angket. Penyebaran angket/kuesioner dilakukan

pada siswa kelas II sampai siswa kelasX MAN Bawu Jepara dengan jumlah

responden sebanyak 30 siswa, dimana pengambilan angket atau kuesioner

dilakukan secara langsung.

Setelah melihat tabel 8 dapat diketahui nilai rata-rata (mean) dari

variabel X yaitu persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru adalah 108,6

dengan kategori baik. sesuai pada tabel interval 106 - 112.

Sedangkan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean) variabel Y, yaitu

Minat Belajar siswa maka diketahui nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah

103,8 dengan menggunakan pedoman kategori interval nilai 97-104 maka

dengan demikian dapat diketahui nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah

dengan kategori cukup.

Langkah berikutnya adalah uji hipotesis nilai korelasi variabel X dan

variabel Y dengan menggunakan rumus di atas, maka nilai yang dapat

diketahui adalah 0.728.

Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y diketahui

selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r tabel pada r product

moment untuk diketahui signifikan dan untuk mengetahui apakah hipotesa

yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan apabila ro yang

kita peroleh sama dengan atau lebih besar daripada rt maka nilai r yang telah

kita peroleh itu signifikan demikian sebaliknya.

Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

Pada taraf signifikan 5% untuk responden berjumlah N = 30 didapat

pada tabel adalah rt = 0,361 sedangkan ro = 0,728 yang berarti ro lebih besar

dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf signifikansi 5% hasilnya adalah

signifikan, yang berarti ada korelasi pengaruh yang positif antara kedua

variabel.

Pada taraf signifikan 1% untuk responden berjumlah N = 30 didapat

pada tabel 0,463 sedangkan ro = 0,728, yang berarti ada pengaruh yang positif

antara kedua variabel. Berdasarkan analisis di atas membuktikan bahwa pada

taraf 5% hasilnya adalah signifikan, begitu juga taraf 1% hasilnya adalah

signifikan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima

kebenarannya pada taraf signifikan 5% dan pada taraf signifikan 1%

dikarenakan ro lebih besar daripada rt. Mengenai sifat suatu hubungan atau

pengaruh dari kedua variabel tersebut di atas, dapat dilihat pada penafsiran

akan besarnya koefisien korelasi yang umum digunakan adalah :

Tabel 9.

Kriteria Penafsiran/Pedoman Ancar-ancar

Besarnya “r” Product

Moment (Гxy ) Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara Variabel X dan Variabel Y memang

terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu

sangat lemah atau sangat rendah sehingga

korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada

korelasi antara Variabel X dan Variabel Y)

0,20 – 0,40 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang sedang atau cukupan.

0,70 – 0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang kuat atau tinggi.

0,90 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang sangat kuat atau sangat

tinggi.

Dari kriteria tersebut, maka nilai koefisien korelasi sebesar 0.728

termasuk kategori korelasi "Kuat atau Tinggi". Artinya persepsi siswa tentang

Kedisiplinan Guru kuat berpengaruh terhadap Minat Belajar siswa MAN

Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010.

Berdasarkan analisis data di atas maka Maka dapat diketahui variabel

penentu antara variabel X (persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru) dan

variabel Y (Minat Belajar siswa) sebesar 53 %, sedangkan sisanya sebesar

47% merupakan variabel lain yang belum diteliti oleh penulis. Sedangkan

hasil persamaan regresi :

Y = aX + K

= 0,8 X +16,92

Jika kita contohkan nilai persepsi siswa tentang kedisiplinan guru (X) adalah

100, maka dapat kita predeksikan nilai tingkat minat siswa (Y) sebagai berikut:

Y = aX + K

= 0,8 X +16,92

= 0,8 (100) + 16,92

= 80+ 16,92

= 96,92

Sedangkan untuk menafsirkan hasil uji analisis varians garis regresi

dapat ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Angka Sig > 5 % = terjadi korelasi yang sesungguhnya

2. Angka Sig < 5 % = tidak terjadi korelasi yang sesungguhnya.

Dengan berkonsultasi pada kriteria tersebut, ternyata harga Sig 0,005 =

4.20 berarti terjadi korelasi yang sesungguhnya.

Dalam uji Freg diketahui bahwa nilainya sebesar 31,609 kemudian

hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan Ftabel (Ft), baik pada taraf

kepercayaan 95% maupun 99%. Dengan demikian, Freg 31,609> Ft(0,05 =

4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil Freg lebih besar dari Ft,

berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa pada kedisiplinan guru

dengan minat belajar siswa.

D. Keterbatasan Penelitian

Sebagai kegiatan yang terkait dengan penelitian tentunya memerlukan

persiapan dalam segala hal. Di sini peneliti menyadari akan adanya kendala,

permasalahan dan hambatan yang harus dilalui.

Diantara sekian permasalahan atau hambatan yang paling terasa adalah

waktu dan biaya. Kendala waktu terjadi terkait dengan pembagiannya. Hal ini

terasa sulit bagi peneliti mengingat banyaknya kegiatan dan pekerjaan yang

peneliti lakukan. Terutama ketika proses pembimbingan dan administrasi yang

terkait penelitian ini terasa sangat berat mengingat jarak tempuh antara

kampus tempat menuntut ilmu dengan rumah sangat jauh, yaitu Jepara –

Semarang. Perjalanan yang jauh banyak menyita waktu ditambah dengan

transportasi yang harus dipakai.

Permasalahan berikutnya adalah biaya, dengan biaya yang minim

peneliti menyadari hal ini akan menghasilkan sesuatu yang kurang sempurna.

Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk melakukan efesiensi pada anggaran

uang saku dari orang tua dalam rangka penelitian ini.

Meskipun terdapat banyak kendala dan hambatan yang harus dihadapi,

peneliti wajib bersyukur akan nikmat dan karunia Allah SWT dengan

terselesaikannya penelitian ini.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Sejalan dengan penelitian yang dilakukan setelah melalui beberapa tahapan

prosedur ilmiah mulai dari tahap perencanaan, identifikasi masalah, pengumpulan

dan penyajian data sampai pada tahapan analisa data, sehingga akhirnya disajikan

dalam bentuk skripsi ini. Dari kesemuanya itu dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Persepsi siswa tentang Kedisiplinan guru di MAN Bawu Jepara adalah

ternilai baik. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan metode angket yang

berisi 30 pertanyaan dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata angket

sebesar 108,6 yang berarti ada pada interval (106-112) sehingga ternilai

baik.

2. Minat belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah

ternilai baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan metode

angket yang berisi 30 pertanyaan dengan jumlah responden 30 siswa-siswi

dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata angket sebesar 103,8, yang

berarti ada pada interval (97-104) sehingga ternilai cukup.

3. Persepsi siswa pada kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak

berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara

tahun pelajaran 2009-2010. Terbukti dengan hasil yang diperoleh dari

hasil perhitungan (nilainya sebesar 31,609), dikonsultasikan dengan Ftabel

(Ft), baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Freg 31,609> Ft(0,05

= 4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil Freg lebih besar

dari Ft, berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa pada

kedisiplinan guru dengan minat belajar siswa.

B. Saran-saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis selesaikan maka penulis akan

memberikan saran-saran yang diharapkan dapat ditindaklanjuti di MAN Bawu

Jepara terutama dalam Minat belajar siswa. Saran yang dapat penulis sampaikan

adalah sebagai berikut :

1. Kepada Pihak Madrasah dan Guru

a. Meningkatkan Kedisiplinan di sekolah. Dalam hal ini khususnya adalah guru diharapkan mengoptimalkan

serta meningkatkan kedisiplinannya dalam pelaksanaan pembelajaran dan kedisiplinan mentaati peraturan

sekolah. Tujuannya agar dapatpara siswa dapat mencontoh kedisiplinan guru tersebut dan dapat menin

gkatkan minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

b. Minat belajar merupakan hal yang sangat urgen. Di samping dapat

menggali serta mengembangkan potensi kepada siswa untuk terampil

dan lebih mendalami ilmu pengetahuan, juga menambah wacana

religiuitas yang bisa diterapkan. Supaya tujuan tersebut dapat

terealisasi, maka dari pihak Madrasah dan guru perlu memberikan

Motivasi dan contoh yang baik kepada anak didik supaya lebih

semangat dan giat dalam mengikuti kegiatan belajar di Madrasah.

2. Kepada Siswa

a. Sebagai generasi penerus cita-cita bangsa, seharusnya siswa-siswi lebih giat dalam belajar, tingkatkanlah

prestasi daan perilaku atau akhlak yang baik, terutama dalam hal beribadah karena kita hidup selain

sebagai makhluk sosial, juga sebagai makhluk Allah yang tidak lain adalah diharapkan selalu taat akan

perintah-perintah-Nya daan menjauhi larangan-Nya.

b. Para siswa hendaknya aktif dalam mengikuti kegiatan yang

direncanakan dan diselenggarakan oleh Madrasah supaya lebih

meningkatkan mutu keilmuan dan pengalaman.

C. Penutup

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat Nya, serta

pertolongan-Nya maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa

penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan

skripsi ini dari tahap awal sampai selesai. Banyak sumbangan pemikiran yang

telah penulis terima baik dalam bentuk diskusi, informasi, buku-buku maupun

dalam bentuk yang lain.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna

dan semua kebenaran hanya milik Allah. Untuk itu saran dan kritik dari semua

pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaannya.

Dan akhirnya penulis mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat

bagi penulis sendiri pada khususnya, serta bagi para pembaca pada umumnya.

Semoga Allah menjadikan kita dalam golongan orang-orang yang beruntung

baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin ya Robbal ‘alamien.

DAFTAR PUSTAKA

A, Doni Koesoema, dan A. AriobimoNusantara, Pendidik Karakter di Zaman

Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan

Pendidikan, Jakarta : Grasindo, 2009

Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka

Cipta,1991

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006

_______, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1995

Azhar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Jurnal Pendidikan dan kebudayaan Jakarta : DEPDIKNAS, 2006

Calhoun, James F, Psikologi Tentang Penyesuain dan hubungan Kemanusian,

Semarang : IKIP Press, 1995

Crow, Lester D, dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, dalam Kajian(eds),

Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984

Davidoff, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar, (terj. Mari Juniati) , Jakarta :

Erlangga, 1991

_______, KamusBesar Bahasa Indoneisa, Jakarta : Balai Pustaka, 2005

Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, jakarta :

Rineka Cipta, 2000

_______, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Suatu pendekatan

Teoritis Psikologis), Jakarta: IKAPI, 2005

Ginanjar, Agustian Ari, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

SpiritualESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta:

Arga Wijaya Persada,2001

Gordon, Thomas , Menggajar Anak Berdisipolin-diri, terjemahan, Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 1996, cet. I,

Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta : Andi Offset, 2000

_______, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bymu Aksara, 2009

http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/10473333/Pendidikan.Moral.Perlu.Se

jak.Dini

http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/12/11/perbedaan-pengertian-

etika-moral-dan-etiket/

http://re-searchengines.com/0404lewa.html

http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/

http://www.mediaindonesia

.com/mediaperempuan/read/2010/04/28/7/ajarkan-disiplin-

sesuai-usia.

Hurlock, Elizabeth B, Child development Sixth Edition, Mc. Hill. Inc, 1978

Koenjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1994, cet

XIII

Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat pendidikan Islam, Bandung : Al-Ma’arif,

1989

Mhtml:// www.valuebasedmanajement.net, diambil pada 15 Januari 2010

Morgan, Clifford T, Introduction to Psychology, New York : Mc. Graw Hill Book

Company INC, 1961,

Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008. hlm. 50.

Poerwadarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta :

Balai Pustaka, 2005

R, Thantowy, Kamus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Econimic Student, 1993

Sagala, Syaiful, M.Pd, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung; CV

ALFABETA, 2003.

Saleh, Abdurrahman, dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam Jakarta : Prenada Media, 2004, Cet.I.

Sardiman, A..M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, edisi I Jakarta PT

Raja Grafindo Persada 2001 cet 9.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta : Bulan Bintang,

tanpa tahun,

Selameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : PT. Adi

Mahakarya, 2003

Seomanta, Wasti, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, 1997

Siagian, Sondang P, Teori MOtivasi dan aplikasinya, Jakarta : Rineka Cipta,

2004, Cet.3

Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989

Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003

Soemarmo,D, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah,

Jakarta : CV Mini Jayay Abadi, 1997

Soemarmo,D, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dalam Tata Tertib

Sekolah, Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 1998

Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta; Rieneka

Cipta,1997

Sudijono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2004

Sudjana,Nana, Metode Statistika, Bandung: Transito, 1996

Sudjiono,Anas, Pengantar Statistik pendidikan, ,Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2001 Cet. 11

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R

&D, Bandung: Alfabeta, 2006, cet. 2

_______, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan

R & D, Bandung : Alfabeta, 2007

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Surya, Muhammad, Bina Keluarga, Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2003, Cet. I,

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005, cet-13

Syah, Muhiddin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2002, cet-7

Tarigan, Hadi Guntur, Membaca dalam Kehidupan, Bandung: Angkasa , tanpa

tahun

Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993

Unaradjan,Dolet, Manajemen Disiplin, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2003

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya,

2002.

Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (suatu pengantar) , Yogya : Andi Offset, 1994.

Cet.2.

_______, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 2004

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Nur Amilatus Sa’adah

Tempat/Tgl Lahir : Jepara, 15 April 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Kriyan, RT 15 RW 03, Kalinyamatan, Jepara.

(59462)

JENJANG PENDIDIKAN :

1 SDN Kriyan 04 Lulus Tahun 2000

2. MTs. Banat NU Kudus Lulus Tahun 2003

3. MAN 2 Kudus Lulus Tahun 2006

Kudus, Juni 2009

Penulis

Nur Amilatus Sa’adah

NIM. 063111010

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ................76

Lampiran 2. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa..............................................77

Lampiran 3 Angket Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ................................78

Lampiran 4. Angket Motivasi Siswa dan Jawaban .............................................82

Lampiran 5. Visi, Misi, dan Tujuan MAN Bawu Jepara .....................................86

Lampiran 6. Daftra Nama responden ...................................................................87

Lampiran 7 Data Skor Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ..........................88

Lampiran 8. Data Skor Angket Minat Belajar Siswa ...........................................89

Lampiran 9. Perhitungan Laboratorium Matematika……………………………90