pengaruh persepsi siswa atas kedisiplinan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS KEDISIPLINAN
GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X MAN
BAWU JEPARA TAHUN AJARAN 2009-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh
NUR AMILATUS SA’ADAH
NIM.063111010
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (Empat) eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
a.n. Sdr. Nur Amilatus Sa’adah
Kepada Yth.
Dekan Fakultas
Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami
kirimkan naskah skripsi Saudara:
Nama : Nur Amilatus Sa’adah
Nomor Induk : 063111010
Jurusan : Pedidikan Agama Islam
Judul Skripsi : PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS
KEDISIPLINAN GURU MATA PELAJARAN
AKIDAH AKHLAK TERHADAP MINAT
BELAJAR SISWA KELAS X MAN BAWU
JEPARA TAHUN AJARAN 2009-2010.
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera
dimunaqosyahkan
Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, …………….. 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Abdul Kholiq, M. Ag Dra. Muntholi’ah, M. Pd
197109151997031003 196703191993032001
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Abdul Kholiq, M. Ag
197109151997031003
Dra. Muntholi’ah, M. Pd
196703191993032001
Motto
���������� � ������ ��� ��������� ��� ��� ������ �� ���!�" �#�$�%� ���
���&'���( ���)���*�� +,�-���( ���)���*�� �.���/�'��0�
� ���: 0 2 �
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-
menasehati supaya menetapi kesabaran ”. (QS. Al-Ashr : 1-3).1
1Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an Departemen Agama RI,
Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Karya Toha Putra, 1995 ), hlm. 1099.
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sangat sederhana ini tidak akan berharga tanpa kehadiran
mereka, maka penulis mempersembahkan karya ini kepada:
1. Ayahanda (Ahmad Syafawi, S.Pd. I) dan Ibunda (Siti Hidayatun) yang
senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do’anya yang tak henti-hentinya
selalu menyertaiku.
2. Adik-adikku (Nur Muhammad Thoha, Muhammad Husni Mubarok,
Ahmad Zainuddin Akmal dan si Bungsu Ahmad Musaddad ) yang tercinta
dan tersayang yang selalu mendukung dan membantu terselesaikannya
proses kuliah sampai skripsi ini.
3. Teman-teman PAI A Angkatan 2006, yang telah memberikan semangat
dari awal proses kuliah sampai terselesaikannya skripsi ini.
4. Kawan-kawanku seperjuangan di Kos BPI K25 yang telah banyak
membantu dan memberikan dukungan kepadaku, semoga silaturrahim ,kita
tidak akan terputus hingga akhir zaman.
5. Sahabat-sahabatku di KMJS dan PMII yang selalu mewarnai hari-hariku
di kampus IAIN Walisongo Semarang yang tercinta.
6. Segenap Civitas Akademika MAN Bawu Jepara yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah selalu
meridhoi.
7. Semua pihak yang membantu atas terselesainya skripsi ini.
8. Pembaca yang budiman, semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa
yang telah diberikan Allah kepada kita kritik dan saran penulis harapkan.
KATA PENGANTAR
ا� ا����� ا�����
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,
tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Persepsi Siswa atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran
2009-2010 “ dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam. Peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Ahmad Muthohar, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi.
3. Bapak Abdul Khaliq, M. Ag, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan
waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi
ini.
4. Ibu Dra. Muntholi’ah, M. Pd, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan
waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi
ini.
5. Bapak Daviq Rizal, M. Pd, selaku dosen wali yang mebina dan memberi
arahan selama kuliah.
6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
7. Bapak Drs. Suprapto, selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Bawu Jepara
yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
8. Ibu Iswati, S.Pd. I, selaku guru Aqidah Akhlak Kelas X1-X3 Madrasah
Madrasah Aliyah Negeri Bawu Jepara, yang telah membantu pencapaian
keberhasilan dalam penelitian ini.
9. Bapak, Ibu dan adik-adikku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan
kasih sayang yang sangat melimpah.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan tempat bertukar pikiran
dalam proses penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil
yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah peneliti berdo’a, semoga
bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.
Semarang, Juni 2010
Penulis
Nur Amilatus Sa’adah
NIM. 063111010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DEKLARASI .................................................................................................... xiii
ABSTRAK ........................................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Penegasan Istilah........................................................................ 4
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II : LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Persepsi ................................................................................ 8
a.Pengertian persepsi …………………………………….. 8
b.Proses terjadinya persepsi …………………………….. 9
c.Ciri-ciri persepsi………………………………………... 10
d.Aspek-aspek persepsi ………………………………….. 10
e.Prinsip-prinsip persepsi ………………………………... 11
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ………….. 12
2. Kedisiplinan Guru ................................................................ 14
a.Pengertian kedisiplinan ………………………………… 14
b.Pengertian guru atau pendidik …………………………. 20
c.Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru … 21
d.Indikator persepsi terhadap kedisiplinan guru ………… 23
3. Minat Belajar........................................................................ 24
a.Minat……………………………………………………. 24
1) Pengertian minat……………………………………. 24
2) Fungsi minat………………………………………… 25
3) Macam-macam minat……………………………….. 26
4) Unsur-unsur minat…………………………………... 26
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ………….. 26
b.Belajar…………………………………………………… 27
1) . Pengertian belajar ………………………………….. 27
2) . Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ………... 27
c.Minat belajar siswa……………………………………. 39
4. Pengaruh persepsi siswa pada kedisiplinan guru terhadap
minat belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak....... 40
B. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................. 42
C. Pengajuan Hipotesis ................................................................... 45
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tujuan penelitian........................................................................ 45
B. Variabel penelitian ..................................................................... 45
D. Metode penelitian....................................................................... 47
D. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel .................... 49
E. Teknik pengumpulan data .......................................................... 51
F. Teknik analisis data.................................................................... 52
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data hasil penelitian .................................................. 55
B. Pengujian hipotesis .................................................................... 59
C. Pembahasan hasil penelitian ...................................................... 70
D. Keterbatasan penelitian .............................................................. 73
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 74
B. Saran-saran ................................................................................ 75
C. Penutup ...................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………..……. 76 BIODATA PENULIS …………………………….…………………………. 94
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data Responden ................................................................................... 54
2 Data Angket Persepsi Siswa terhadap Kedisiplinan Guru Aqidah
Akhlak.................................................................................................. 55
3 Data Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak.................................................................................................. 56
4 Data Skor Nilai Variabel X ( Persepsi siswa tentang Kedisiplinan
Guru )................................................................................................... 57
5 Interval Nilai Variabel X...................................................................... 59
6 Data Skor Nilai Variabel Y( MinatBelajar Siswa) .............................. 60
7 Interval Nilai Variabel Y ..................................................................... 62
8 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Untuk Menghitung Regresi Linier
Sederhana Antara Variabel X dengan Variabel Y ............................... 62
9 Kriteria Penafsiran/Pedoman Ancar-ancar .......................................... 69
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan,
Semarang, Juni 2010
Deklarator,
Nur Amilatus Sa’adah
NIM 063111010
ABSTRAK
Nur Amilatus Sa’adah (NIM. 063111010) Pengaruh Persepsi Siswa
atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Minat Belajar
Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang :
Program Strata1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; 1) Persepsi siswa atas
Kedisiplinan guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN Bawu Jepara
Tahun Pelajaran 2009/2010; 2) Minat belajar siswa Kelas X MAN Bawu Jepara
Tahun Pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak; 3) Untuk
mengetahui pengaruh persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru pada minat
belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas X Semester II
MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010.
Penelitian ini menggunakan metode Kuosioner atau angket dengan
teknik koresional. subyek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik
Quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yang
menggunakan kuesioner atau angket. Penyebaran angket/kuesioner dilakukan
pada siswa kelas X1 sampai X3 MAN Bawu Jepara, di mana pengambilan angket
atau kuesioner dilakukan secara langsung.
1. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian
menggunakan analisis regresi dan korelasi. Pengujian hipotesis penelitian
menunjukkan bahwa : (1) Persepsi siswa atas Kedisiplinan guru di MAN
Bawu Jepara adalah ternilai baik. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan
metode angket yang berisi 30 pertanyaan dan hasil yang diperoleh dari
nilai rata-rata angket sebesar 108,6 yang berarti ada pada interval (106-
112) sehingga ternilai baik. (2) Minat belajar siswa MAN Bawu Jepara
Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah ternilai baik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan menggunakan metode angket yang berisi 30 pertanyaan dengan
jumlah responden 30 siswa-siswi dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-
rata angket sebesar 104, yang berarti ada pada interval (97-104) sehingga
ternilai cukup. (3) Persepsi siswa atas kedisiplinan guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN
Bawu Jepara tahun pelajaran 2009-2010. Terbukti dengan hasil yang
diperoleh dari hasil perhitungan (nilainya sebesar 31,609), dikonsultasikan
dengan Ftabel (Ft), baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Freg
31,609> Ft(0,05 = 4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil
Freg lebih besar dari Ft, berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa
pada kedisiplinan guru dengan minat belajar siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak
adalah
salah
satu
aspek
dalam
pembelajaran agama
Islam
di
Madrasah
Aliyah.
Aqidah Akhlak di Madrasah
Aliyah merupakan peningkatan dari Aqidah Akhlak yang telah dipelajari oleh
peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama.
Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari rukun iman mulai
dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan
dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asm’
al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam
realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-
karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta
didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama
dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan2 untuk
menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah
SWT. Selain itu untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia
dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-
nilai aqidah Islam.
2Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008, Bab VIII, Pasal B, Ayat 2.
Guna mencapai tujuan pembelajaran aqidah akhlah tersebut, perlu
dirancang desain pembelajaran yang sesuai. Metode pengajaran yang masih
konvensional terkadang membuat para siswa merasa tidak nyaman di kelas.
Rasa jenuh dan bosan pada saat pembelajaran agama merupakan tantangan
yang berat bagi seorang guru. Intensitas perhatian terhadap mata pelajaran
agama kini sudah mulai surut. Prioritas utama siswa adalah mata pelajaran
yang diujikan dalam ujian nasional. Terkadang pihak sekolah pun juga me-
nomordua-kan mata pelajaran agama, seperti aqidah akhlak. Padahal,
pelajaran agama merupakan filter utama atas hegemoni budaya yang negatif.
Seperti yang kita tahu dalam teori belajar, bahwa belajar itu
dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern dari siswa. Faktor intern misalnya,
minat belajar, motivasi individu untuk belajar dan sebagainya. Faktor ektern
misalnya guru (menyangkut penampilan guru, kedisiplinan guru, kemampuan
atau pengetahuan guru, kecakapan guru dalam mengajar, dll), sarana dan
prasarana sekolah, kondisi tempat belajar, dan lain-lain.
Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajarn adalah minat. Porsi pembelajaran agama di
Madrasah Aliyah memang lebih banyak jika dibandingkan dengan di sekolah
menengah atas, sudah sepantasnya jika siswa madrasah aliyah lebih
memahami berbagai permasalahan agama dibandingkan dengan siswa SMA.
Akan tetapi, banyaknya jam pelajaran belum menjadi jaminan tingginya
pemahaman parea siswa. Hal ini disinyalir karena masih minimnya minat dan
perhatian siswa pada mata pelajaran agama.
Minat berangkat karena adanya motivasi, motivasi muncul karena
adanya kebutuhan. Sehingga minat menjadi sumber motivasi yang pokok.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang antar lain : jenis
kelamin, intellegensi yang mengarah pada minat pendidikan3, lingkungan,
3Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta : Bulan Bintang, t. t,) hlm.64
kesempatan untuk mengembangkan minat4, minat pada agama, minat pribadi,
perasaan senang, perasaan tertarik, motivasi, dan perhatian.
Minat belajar para siswa, salah satunya dibangun oleh profil guru saat
mengajar dari sudut pandang siswa. Sebagai contoh di lapangan, seorang
siswa akan malas mengerjakan pekerjaan rumah apabila Sang guru tidak
pernah menanyakan kembali tugas tersebut. Fakta lain, siswa tidak merasa
perlu datang lebih awal dalam pembelajaran karena Sang guru tidak datang
tepat waktu.
Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar adalah kecakapan guru.
Interkasi edukatif antara siswa dan guru pun harus terbina dengan harmonis,
agar timbul proses belajar mengajar yang penuh dengan kasih sayang dan
menyenangkan. Jika profil seorang guru kurang baik di depan siswa, itu akan
sangat mempengaruhi minat dan motivasi belajar para peserta didik.
Tinggi rendah penilaian siswa terhadap guru sangat berpengaruh pada
proses belajar mengajar, khususnya minat belajar siswa. Apabila guru tersebut
memiliki nilai yang cukup baik di mata siswa, maka para siswa pun akan
menghormati dan menghargai kehadiran guru di kelas. Begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu, guru harus selalu menjaga dan mempertimbangkan
segala sikap dan perilakunya, baik itu di lingkungna sekolah maupun di luar
waktu pembelajaran. Contoh kecil adalah dengan mengutamakan kedisiplinan
guru dalam pembelajaran serta terus mengasah dan meningkatkan
pengetahuan guru tersebut.
Di sisi lain, perhatian dan kepedulian guru terhadap pembentukan
moral peserta didiknya, kini memang sudah terkikis. Para guru sudah
terpengaruh oleh paham Presentism5 yaitu sibuk mengurusi tugas hari ini yang
sifatnya jangka pendek, hasil bisa langsung dilihat dan dirasakan, misalnya
4Abu Ahmadi & A. Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka
Cipta,1991), hlm. 126-131 5Doni Koesoema A dan A. AriobimoNusantara, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger:
Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan,(Jakarta : Grasindo, 2009),
hlm. 139
bekerja sekedar memenuhi tuntutan agar siswanya lulus ujian. Persoalan
pendidikan budi pekerti pun terabaikan.
Beberapa argumen di atas lah yang melatarbelakangi niat penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa atas
Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak terhadap Minat Belajar
Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009-2010”.
B. Penegasan Istilah
Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang timbul dari seseorang atau benda yang akan
membentuk watak dan kepercayaan atau perbuatan seseorang.6 Yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah daya yang ditimbulkan oleh
profesionalisme guru sehingga dapat memotivasi belajar siswa
2. Persepsi Siswa
Persepsi adalah proses menggabungkan dan mengorganisasikan
data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian
rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan
diri kita sendiri. 7 Persepsi menyebabkan dua orang yang melihat atau
mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi yang berbeda tentang
apa yang dilihat atau dialaminya.8
Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah,
atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 9
3. Kedisiplinan Guru
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata
ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Kata
6Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993), hlm. 664. 7Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88. 8 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99. 9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.
disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Di
antaranya, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau
tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.10
Sedangkan pengertian guru
adalah pendidik yang melakukan rekayasa pembelajaran.11
Guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru.12
Dalam informasi tentang wawasan wiyatamandala, kedisiplinan
guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi
semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan
tugas dan taggung jawab.13
“Kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap
penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam
menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap
pendidikan anak didiknya”.14
Kedisiplianan guru dipengaruhi oleh faktor
dari dalam diri dan luar guru tersebut.15
4. Minat Belajar
H. G. Tarigan berpendapat, bahwa minat merupakan kecenderungan
watak seseorang untuk berusaha terus menerus dalam mencapai suatu
tujuan.16
Sedangakn dalam buku pengantar filsafat pendidikan, Ahmad D.
Marimba menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa ke arah
sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai arti dan dapat memenuhi
kebutuhan kita.17
10 http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14
Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 11Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.
3. 12Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 5. 13http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14
Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 14http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14
Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 15D. Soemarmo, Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dalam Tata Tertib
Sekolah,i(Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1998), hlm.32 16Hadi Guntur Tarigan, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa , tanpa tahun),
hlm. 104. 17Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif,
1989), hlm.88
Minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah
suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada mata pelajaran atau proses
belajar mengajar yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk
mempelajarinya. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek minat
sebagai indikator minat belajar Aqidah Akhlak. Indikator tersebut, antara
lain, keinginan untuk berpartisipasi dalam belajar Aqidah Akhlak, dan
keyakinan untuk mempelajarinya. Minat peserta didik juga dapat
ditandakan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
5. Siswa
Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah,
atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.18
Sedangkan
siswa yang menjadi objek openelitian penulis adalah siwa kelas X-1
sampai X-3 MAN Bawu Jepara Semester II Tahun Ajaran 209-2010.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Persepsi Siswa Kelas X atas kedisiplinan guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak di MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010?
2. Bagaimana minat belajar siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun ajaran
2009-2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak?
3. Adakah pengaruh persepsi siswa atas kedisiplinan guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara
tahun ajaran 2009-2010?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak peneliti capai dalam skripsi ini adalah :
1. Bagi Madrasah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan
bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan
untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas
pembelajaran di MAN Bawu Jepara.
18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.
2. Bagi pendidik dapat menjadi informasi persepsi siswa tentang tingkat
kedisiplinan guru yang diharapkan untuk lebih meningkatkan kedisiplinan
guru.
3. Bagi siswa dapat membantu menumbuhkan dan meningkatkan
pelaksanaan minat belajar siswa MAN Bawu Jepara.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan, persepsi
adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan.19
Perhatian merupakan syarat psikologis bagi individu dalam mengadakan
persepsi. Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek. Dengan demikian, maka apa yang diperhatikan akan benar-benar
disadari oleh individu yang bersangkutan, karena itu kesadaran
mempunyai korelasi yang positif. Semakin diperhatikan suatu objek akan
semakin jelas bagi individu. Jadi apa yang diperhatikan benar-benar
disadari dan berada pada pusat kesadaran.
Hanif Ismail mengatakan persepsi adalah suatu proses mental
memberi makna atau arti terhadap sesuatu atau hal setelah kita
memperoleh informasi melalui indera. 20
Menurut Abdurrahman Saleh, persepsi merupakan proses
menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. 21
Sedangkan Bimo Walgito mengkatagorikan persepsi sebagai
suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan
19 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta :
Balai Pustaka, 2005), hlm. 880 20 Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta : DEPDIKNAS, 2006), hlm. 454 21 Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88.
untuk dikembangkan sedemik,ian rupa sehingga dapat menyadari
sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.
Sedangkan Bimo Walgito mengkatagorikan persepsi sebagai
suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga
disebut sensoris.22
Persepsi adalah apa yang ingin dilihat seseorang yang belum
tentu sesuai dengan fakta yang sebenarnya, yang menyebabkan dua orang
yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi
yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya.23
Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa
persepsi adalah tanggapan seseorang atas rangsangan yang diterimanya
dengan melalui pencernaan rangsang oleh alat inderanya.
b. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut ;
objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses
kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera
diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai
proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat
kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat atau apa yang
didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam
pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.24
Dua orang yang melihat hal dan kejadian yang sama di waktu
yang sama mungkin mempunyai interpretasi yang berbeda. Hal ini
berdasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh beberapa hal
22 Bimo walgito, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset,
2004), hlm.88 23 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99. 24 Bimo walgito, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset,
2004), hlm.71
yang menyangkut kondisi dari diri mereka sendiri, hal yang dilihat atau
dialaminya serta kondisi lingkungan sekitarnya.
c. Ciri-ciri Persepsi :
Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada ciri-ciri
tertentu dalam dunia persepsi :
1) Modalitas, yakni rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai
dengan modalitas tiap indera (sahaya untuk penglihatan, bau untuk
penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan
bagi peraba dan sebagainya)
2) Dimensi ruang sehingga dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-
rendah, latar depan-belakang.
3) Dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda.
4) Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.25
d. Aspek- aspek Persepsi:
James F. Calhoun menyatakan, persepsi yang kita kenal
mempunyai tiga dimensi yang menandai konsep diri26
, yaitu:
1) Pengetahuan
Yaitu apa yang kita ketahui (atau kita angggap tahu) tentang
pribadi orang lain dari wujud lahiriyah, perilaku, masa lalu, perasaan,
motif, dan sebagainya.
2) Pengharapan
Yaitu gagasan atau harapan kita terhadap seseorang kemauan
kita ingin menjadi apa orang tersebut.
25 Aburrahman saleh dan Muhbib Abdul wahab, op Cit, hlm.89 26 James F Calhoun, Psikologi Tentang Penyesuain dan hubungan Kemanusian
(Semarang : IKIP Press, 1995), hlm.285
e. Prinsip-prinsip persepsi antara lain :
1) Persepsi itu relatif bukan absolut
Dasar pertama dari perubahan rangsang dirasakan lebih besar
dari pada rangsang yang datang kemudian. Keadaan ini tidak mutlak,
mengingat faktor lain yang berperan, misalnya intensitas perhatian.
2) Persepsi itu selektif.
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsang saja pada
saat tertentu. Ranangsan yang diterima tergantung pada apa yang
pernah dipelajari, apa yang menarik perhatian, dan ke arah mana
persepsi itu mempunyai kecenderungan.
3) Persepsi itu mempunyai tatanan.
Orang mempunyai rangsang dalam bentuk hubungan atau
kelompok-kelompok, jika rangsang itu tidak lengkap, maka ia akan
melengkapi agar menjadi jelas.
4) Persepsi dipengaruhi harapan dan kesiapan.
Harapan dan kesiapan penerimaan pesan akan menentukan
pesan mana yang dipilih untuk diterima dan diinterperetasikan.
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan yang
lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi akan ditelusuri
karena adanya perbedaan individual, sikap dan motivasi. 27
Heterogenitas siswa dalam kelas memaksa seorang guru untuk
memperhatikan minat serta perhatian setiap siswa dalam kelas
(melakukan pendekatan individual). Mengingat tiap siswa bisa saja
mempunyai tanggapan (persepsi) yang berbeda dengan siswa lainnya
terhadap pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru di kelas.
27 Selameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Asdi
Mahakarya, 2003), hlm.103
Guru juga perlu memperhatikan dan mengoptimalkan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi persepsi siswa sebagai pendukung
kesuksesan tercapainya tujuan pembelajaran.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi :
Secara sederhana dapat dikatakan proses persepsi dimulai
dengan diterimanya stimulus lewat indera, kemudian diorganisasikan
dengan pengalaman-pengalaman masa lalu yang ada dalam diri seseorang
dan membentuk penilaian atas suatu hal tertentu.
Dari proses yang demikian tersebut tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhi, sehingga menyebabkan mengapa dua orang yang melihat
suatu yang sama mungkin memberikan interpretasi yang berbeda atas apa
yang telah dilihatnya. Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada
proses penginderaan saja, maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya :
1) Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan, manusia setiap saat akan menerima banyak
sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak
harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu
individu harus memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang
tertentu saja, sehingga objek gejala yang lain tidak akan tampil ke
muka sebagai obyek pengamatan.
2) Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di
antara yang kecil, yang kontras latar belakangnya dan intensitas
rangsangnya paling kuat.
3) Nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda
dalam pengamatannya dibanding yang tidak seniman. Anak-anak di
golongan ekonomi rendah meliohat koin lebih besar dari pada anak-
anak orang kaya.
4) Pengalaman Dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Cermin bagi kiita
tentu bukan barang yang baru, namun hal yang telah lama
berdampingan dengan kita.
Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Krech dan Cructhfield
dalam buku psikologi umum karya Alex Sobur, menyatakan beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi28
yaitu :
1) Faktor Fungsional
Yaitu faktor yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiran
(suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang
individu.
2) Faktor Struktural
Yaitu faktor yang timbul atau dihasilkan dari stimulus bentuk
dan efek netral yang ditimbulkan dari sistim syaraf individu. Maksud
dari faktor ini adalah jika seseorang masuk ke dalam suatu kelompok
28 Alex Sobur, Oemar Hamalik, Psikologi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003),
hlm.445-494
maka persepsi orang tersebut dapat dipengaruhi oleh persepsi
kelompoknya.
3) Faktor Situasional
Yaitu faktor yang berkaitan dengan bahasa non verbal petunjuk
proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk para linguistik
dan beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.
4) Faktor Personal
Yaitu pengalaman yang terdiri dari pengalaman motivasi dan
kepribadian.
2. Kedisiplinan Guru
a. Pengertian Kedisiplinan Guru
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin (dalam bahasa Inggris:
Disciplined : mendisiplinkan) yang mendapat awalan dan akhiran ke-an
yang mempunyai arti ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tata tertib.29
Sedangkan menurut istilah:
Disiplin mengandung arti sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai dan mentaati segala peraturan dan ketentuan yang berlaku.30
Thomas Gordon mengatakan disiplin dipahami sebagai perilaku
dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan atau perilaku
yang diperoleh dari pelatihan, seperti misalnya disiplin dalam kelas atau
disiplin sebuah tim bola basket yang baik.31
Pendapat Ing Wardiman Djojonegoro, disiplin merupakan suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkai
29 Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indoneisa, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm.268 30 Muhammad Surya, Bina Keluarga (Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2003), Cet. I, hlm.
131 31Thomas Gordon, Menggajar Anak Berdisiplin diri, terjemahan, (Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 1996), cet. I, hlm,3
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban. 32
Sedangkan Elizabeth B. Hurlock menyatakan ; ”Discipline is
thus society’s way of teaching the child the moral behaviour approved
by the group”33
. (Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak
perilaku moral yang disetujui kelompok).
Dari beberapa penjelasan tersebut kita mengetahui bahwa disiplin
adalah sikap patuh atau taat terhadap peraturan yang merupakan
cerminan kualitas moral seseorang,
Dalam Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan. Seperti
Firman Allah dalam QS. Al-‘Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:
Î� óÇyèø9$#uρ ∩⊇∪ ¨β Î) z≈|¡ΣM} $# ’Å∀s9 A�ô£ äz ∩⊄∪ �ωÎ) t Ï% ©! $# (#θãΖ tΒ# u (#θè=Ïϑ tãuρ
ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#öθ|¹#uθs? uρ Èd,ysø9$$ Î/ (#öθ|¹# uθs? uρ Î�ö9 ¢Á9$$ Î/ ∩⊂∪
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan
merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih,
saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam
kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)34
Dalam ayat lain dijelaskan pula:
t(( .... ( t Οä3Ζ ÏΒ Í� ö∆F{$#’Í< 'ρé&uρΑθ ß™ §�9$##θãè‹ ÏÛr&uρ ©! $##θ ãè‹ÏÛ r&#þθ ãΨ tΒ# u Ï% ©!$#$ pκš‰r' ¯≈ tƒ
" Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan
taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan)
kamu....(An Nisa 59)35
Tata tertib (khususnya di sekolah) ditujukan untuk membentuk
sikap dan tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung
mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dqan
32 D. Soemarmo, Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dan tata tertib sekolah,
(Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 1997), hlm. 201 33 Elizabeth B. Hurlock, Child development Sixth Edition, (Mc. Hill. Inc, 1978), hlm. 393 34 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-15,
(Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003), hlm. 87 35 Ibid, hlm. 601
antagonistik. Disiplin yang permisif, cenderung membentuk sifat siswa
yang kurang bertanggung jawab, kurang menghargai otoritas, dan
egosentris. Sementara disiplin yang demokratis, cenderung
mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan tenang,
dan sikap bekerja sama.36
Dalam penerapan pendidikan kedisiplinan, harus memperhatikan
pula penanaman nilai moral untuk pembentukan kepribadian anak, yang
sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan. Dalam
ungkapan Dorothy Law Nolte dapat kita simak sebagai berikut37
:
Anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesai diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta.
36 H. Syamsul yusuf, dkk, Toeri kepribadian, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2007),
Hlm.32 37 Ibid, Hlm.28
Mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati memang bukan
pekerjaan mudah. Diperlukan kerja keras dan kesabaran ekstra untuk
membuatnya memahami makna kedisiplinan dan tanggung jawab.
Menurut Susan Stiffelman, seorang terapis, taktik disiplin Anda harus
berubah seiring dengan proses tumbuh kembang anak. Sebagai orang
tua, berikut ini adalah beberapa tips yang dapat Anda terapkan untuk
mendisiplinkan sang buah hati sesuai tingkat usianya:
1) Balita
Alih-alih menghukum atau memarahi anak setelah dia berbuat
nakal, lebih baik cari tahu bagaimana cara menghindari hal-hal yang
memicunya berlaku seperti itu. Anak yang lapar, lelah, atau terlalu
distimulasi lebih mungkin bertingkah nakal. Jika dia melakukan
sesuatu yang salah, jelaskan menggunakan kalimat singkat yang
positif.
Misalnya, ketika anak bertingkah nakal dengan menendang
kucing peliharaan Anda, katakan padanya, ''Kitty senang dibelai
lembut.'' Lantas jika anak bersikap manis, jangan lupa untuk
memujinya dan memperlihatkan penghargaan Anda.
2) Anak-anak
Manfaatkan pertemuan keluarga untuk menetapkan rutinitas
rumah tangga, tugas-tugas, dan memberitahukan apa yang diharapkan
dari masing-masing orang. Cari cara untuk memberikan tugas kepada
anak, seperti memberi makan ikan, menyapu halaman, atau memilah-
milah cucian, untuk membantu mereka membangun rasa tanggung
jawab.
Daripada menguliahi anak secara panjang lebar atau memberikan
hukuman atas kelakukan buruknya, lebih baik pancing dia untuk
melakukan sesuatu yang Anda hargai. Katakan secara tulus
bagaimana perilaku tertentu yang ditunjukkannya membuat Anda
tersentuh. Misalnya, ''Ibu senang melihat kamu pulang sekolah tepat
waktu dan langsung mengerjakan PR. Terima kasih, Sayang.''
3) Menjelang remaja
Ketika beranjak remaja, anak akan sering memprotes jika Anda
memperlakukannya seperti anak kecil. Jika Anda mengharapkannya
melakukan sesuatu, bicaralah dengan tegas dan penuh percaya diri.
Jelaskan kepada anak mengapa dia perlu melakukan apa yang Anda
minta jika dia bertanya. Dengarkan keluhannya jika dia marah, tetapi
jangan tergoda untuk terlibat dalam debat dan negosiasi.
4) Remaja
Mendisiplinkan anak remaja berarti membimbingnya
menemukan apa yang benar dan tepat untuk dilakukan, selagi mereka
membangun arahnya sendiri. Ajarkan anak untuk bersikap terbuka
dengan meminta pendapat mereka tentang berbagai hal, dan
dengarkan tanpa menyela atau pun menghakimi. Berbicaralah kepada
mereka dengan sikap menghargai dan keinginan tulus agar dapat
lebih mudah memahami sudut pandang mereka.38
Pendidikan kedisiplinan sangat penting dan sangat erat kaitannya
dalam pembentukan moral. ‘Moralitas’ berasal dari kata sifat Latin
morali mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya
ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”,
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan
tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai
yang berkenaan dengan baik dan buruk.39
Dalam sebuah artikel Harian Kompas, disebutkan pendapat Mawardi
Effendi di Padang, Minggu (2/5/2010), seusai menjadi inspektur upacara
pada peringatan Hari Pendidikan Nasional. Mawardi Efendi berpendapat
bahwa
"Pendidikan moral itu mutlak diperlukan. Satu hal yang bisa
memberikan bekal itu adalah dengan mengenyam pendidikan, baik
mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan moral
38 http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read/2010/04/28/7/ajarkan-disiplin-
sesuai-usia. (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.10 WIB) 39 http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/12/11/perbedaan-pengertian-etika-
moral-dan-etiket/ (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.01 WIB)
merupakan prioritas utama karena tujuan pendidikan itu adalah untuk
memanusiakan manusia dan menjadikannya manusia yang memiliki
kepribadian utuh. Pendidikan tidak hanya memprioritaskan kemampuan
kognitif (intelektual), tetapi juga afektif (sikap) dan psikomotor
(keterampilan). Pendidikan itu idealnya tidak hanya mementingkan satu
ranah intelektual saja, tetapi juga dari segi sikap dan keterampilannya.
Dengan pemberian pendidikan moral tersebut, diharapkan dapat
membentuk individu yang berkualitas sehingga bisa membangun bangsa
ini.”40
Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir
seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang
mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar
pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi
(ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini
kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan social di
Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang
matang. Di samping itu system pendidikan Indonesia lebih berorientasi
pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ
(intelengence Quetiont) yang walaupun juga di dalamnya terintegrasi
pendidikan EQ (Emotional Quetiont). Sedangkan warisan terbaik bangsa
kita adalah tradisi spritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih
banyak digemari oleh orang lain di luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual
Quetiont). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam pengembangan
pendidikan moral ini eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target
peningkatan IQ dan EQ siswa. 41
b. Pengertian Guru atau Pendidik
Pengertian Guru adalah pendidik yang melakukan rekayasa
pembelajaran. Rekayasa pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan
kurikulum yang berlaku.42
40http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/10473333/Pendidikan.Moral.Perlu.Sejak.Di
ni (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.28 WIB) 41 http://re-searchengines.com/0404lewa.html (Diambil pada 04-06-2010 pukul 19.47 WIB)
42 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 3
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan
masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi
juga di amsjid, di suaru/musholla, di rumah, dan sebagainya. Guru
memang menenpati kedudukan yang terhormat di masyarakat, karena
kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragujkan lagi figure guru
lah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang ynag
berkepribadian mulia. Oleh karena itu, di pundak guru diberikan tugas
dan tanggung jawab yang berat.43
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru.44
Berikut ini adalah syarat-syarat menjadi guru45
:
1) Memiliki Bakat sebagai Guru
2) Memiliki Keahlian sebagai Guru
3) Memiliki Kepribadian yang baik dan terintegrasi
4) Memiliki Mental yang Sehat
5) Memiliki pengalaman dan Pengetahuan yang Luas
6) Berbadan Sehat
7) Guru adalah Manusia Berjiwa Pancasila
8) Guru adalah Seorang Warga Negara Yang Baik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Guru
Kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri
orang tersebut juga dari lingkungannya. Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan mengajar dari seorang guru46
:
43 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu pendekatan
Teoritis Psikologis), (Jakarta: IKAPI, 2005), hlm.31 44 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.
5. 45 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bymu Aksara, 2009), hlm.118 46 D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta
: CV Mini Jayay Abadi, 1997), hlm.32
1) Faktor dari dalam : faktor dari dalam diri manusia mendorong
manusia untuk menerapkan disiplin, antara lain :
a) Faktor Fisik, fisik yang kuat, segar dan sehat bagi seorang guru
akan sangat mempengaruhi kedisiplinan gurtu di sekolahan.
b) Faktor psikis : keinginan guru untuk melaksanakan tugas
menjgajar dengan sebaik mungkin dan adanya kebutuhan untuk
memenuhi cara agar tugas mengajarnya berhasil dengan baik akan
mendorong gur untuk berdisiplin dalam melaksanakan tugasnya.
c) Adanya inisiatif untuk selalu memperbaiki proses mengajar maka
akan mendorong guru berdisiplin dalam mengerjakan apa-apa
yang menyangkut tentang keberhasilan mengajar.
2) Faktor dari luar
a) Siswa
Sifat dan karakteristik siswa akan mempengaruhi
kedisiplinan guru dalam mengajar. Siswa yang rajin dan dapat
diajak untuk membangun interkasi yang baik antara guru dan
siswa akan menjadi motivasi tersendiri bagi guru untuk selalu
disiplin dalam mengajar.
b) Rekan-rekan guru
Jika ada seorang guru yang menjunjung tinggi kedisiplinan,
akan menggugah rekan guru yang lain untuk ikut menegakkan
kedisiplinan, begitu pula sebaliknya.
c) Tata tertib
Peraturan sekolah yang longgar, memungkinkan guru untuk
bersikap santai. Akan tetapi, apabila kedisiplinan menjadi hal
utama dalam peraturan sekolah tersebut, niscaya kedisiplinan
guru maupun siswa pun akan terbentuk.
Dolet Unaradjan mengatakan bahwa disiplin merupakan salah
satu indikasi kematangan pribadi seseorang.47
Telah dijelaskan bahwa
perilaku disiplin adalah perilaku yang taat dan patuh pada peraturan
(Matindas : 1987). Artinya, jika seseorang berperilaku disiplin, maka ia
akan mempertimbangkan tingkah laku yang sesuai dan patuh pada
peraturan-petaturan, larangan-larangan ataupun pembatasan-pembatasan
dari lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.48
Dalam proses belajar mengajar, juga sangat diperlukan pribadi
guru yang matang. Indikasi kematangan pribadi guru tentunya dapat kita
lihat dari kedisiplinan diri dari guru tersebut, dengan melaksanakan
berbagai tugasnya dalam mendidik, di antaranya:
a) Menyerahkan kebudayaan pada anak didik berupa kepandaian,
kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
b) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai dengan cita-
cita dan dasar Negara kita Pancasila
c) Sebagai perantara dalam belajar (mitra siswa dalam belajar)
d) Pembimbing ke arah kedewasaan
e) Penghubung antara sekolah dan masyarakat.
f) Penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal tata tertib
dapat berjalan apabila guru dapat menjalani dahulu.
g) Sebagai administrator atau manajer seperti membuat buku kas,
daftar induk, rapor, daftar kehadiran, dsb.
h) Perencana kurikulum.
i) Sebagai pemimpin dan pembimbing para siswanya dalam
menghadapi dan memecahkan permasalahannya.
47 Dolet Unaradjan, Manajemen Disiplin, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2003), hlm. 82 48 Ibid, hlm. 45
j) Sebagai Sponsor dalam kegiatan anak-anak seperti kegiatan
ekstrakurikuler atau membentuk kelompok belajar. 49
Seorang guru dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi apabila
mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagi pendidik dan pengajar
sebagaimana dipaparkan di atas.
d. Indikator Persepsi Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru
Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama :
1.) Seleksi : proses penyaringan oleh alat indera terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2.) Interpretasi: proses pengorganisasian informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang.
3.) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk
tingkah laku sebagai reaksi.
Kita dapat menyimpulkan bahwa indikasi persepsi seseorang
dapat kita lihat dari sikap atau reaksinya terhadap rangsangan yang
datang padanya. Persepsi
49 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, (jakarta :
Rineka Cipta, 2000), hlm. 38-39.
seorang siswa terhadap kedisiplinan gurunya dapat kita amati
dari sikap atau reaksinya dalam pembelajaran di kelas. Di antaranya :
a) Intensitas perhatiannya terhadap penjelasan guru
b) Prosentasi dan ketepatan kehadiran siswa
c) Kekatifan dalam proses belajar mengajar
d) Respon terhadap ucapan dan perilaku guru dengan pemberian
penghormatan atau pengacuhan terhadap guru.
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang
merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk
mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dengan mengubah
persepsinya. 50
Jika kita ingin mengubah tingkah laku atau sikap para
siswa terhadap guru, kita harus mengubah persepsi siwa tersebut, tentu
dengan terlebih dahulu melakukan perubahan pada guru sebagai objek
atau sasaran persepsi tersebut.
Dari Beberapa Penjelasan di atas dapat kita tarik simpulan
indikator Persepsi Siswa terhadap kedisiplinan guru:
(1) Ketaatan pada peraturan sekolah dan lingkungan pendidikan.
(2) Ketaatan pada saat jam masuk dan jam pulang sekolah.
(3) Ketaatan pada saat jam istirahat.
(4) Ketaatan terhadap sistem sekolah.
(5) Pemberian sanksi bagi yang melanggar.
(6) Konsisten dengan peraturan
3. Minat Belajar
a. Minat
1) Pengertian Minat
H.G.Tarigan berpendapat, bahwa minat merupakan
kecenderungan watak seseorang untuk berusaha terus menerus dalam
50 Oemar Hamalik, Psikologi Umum,hlm.447
mencapai suatu tujuan.51
Sedangakn dalam buku pengantar filsafat
pendidikan, Ahmada D.Marimba menyatakan bahwa minat adalah
kecenderungan jiwa ke arah sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai
arti dan dapat memenuhi kebutuhan kita.52
Dalam bukunya, Drs.Syaiful Bahri Djamarah mengutip
pendapat Whiterington, bahwa minat merupakan kesadaran seseorang
bahwa suatu objek, seseorang/suatu soal atau suatu situasi
mengandung sangkut paut dengan dirinya.53
2) Fungsi Minat
Fungsi minat sebagai pendorong seseoorang, penguat hasrat
dan sebagai penggerak dalam berbuat yang berasal dari dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan dan arah tingkah
laku sehari-hari. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sardiman, bahwa fungsi
minat adalah:
a) Mendorong manusia untuk berbuat, penggerak atau motor yang
melepaskan energi
b) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang serasi guna mencapai tujuan.54
Minat berangkat karena adanya motivasi, motivasi muncul
karena adanya kebutuhan. Sehingga minat menjadi sumber motivasi
yang pokok. Elizabeth B. Hurlock menyatakan interest are sources
motivation which drive people to do that they want to do..55
51 H.G. Tarigan, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa , tanpa tahun), hlm.
104. 52 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif,
1989), hlm.88 53Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 60 54Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pres, 2001),
hlm.84 55 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (London: Mc. Grow Hill International Book
Company, tanpa tahun), hlm.420
3) Macam-macam minat menurut H.C. Witheringthon:
a) Minat Primitif(biologis) : minat yang timbul dari kebutuhan dan
jaringan yang berkisar pada soal-soal makanan, kebahagiaan hidup,
atau kebebasan beraktivitas. Minat ini dapat diaktakan sebagai
minat kultural (sosial)
b) Minat Pelengkap : minat yang berasal dari perbuatan belajar yang
lebih tinggi tarafnya yang merupakan hasil dari pendidikan.
4) Unsur-unsur Minat :
a) Perasaan Senang
b) Perhatian
c) Kesungguhan
d) Motiv dan tujuan56
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat :
a) Jenis Kelamin
b) Intellegensi yang mengarah pada minat pendidikan57
c) Lingkungan
d) Kesempatan untuk mengembangkan minat58
e) Minat pada agama
f) Minat Pribadi
g) Perasaan senang
h) Perasaan tertarik
i) Motivasi
j) Dan perhatian59
56 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,
1995)hlm.180 57 Sarlita Marwan Sarwono, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum, (Jakarta :
Bulan Bintang, tanpa tahun) hlm.64 58 Abu Ahmadi & A. Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka
Cipta,1991), hlm. 126-131 59 Agustian Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
SpiritualESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya
Persada,2001), hlm.251
b. Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun implisit (tersembunyi). Menurut Gage (1984) belajar adalah
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret
berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung
dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa kepada perubahan diri. Kemudian menurut Lester. Crow
mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan-pengetahuan dan sikap-sikap.60
Menurut Moh. Uzer Usman (1990;1) yang dikutip oleh Drs. B
Suryo Subroto Bahwa Proses belajar mengajar adalah suatu proses
yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu.61
Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
merupakan kesatuan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan proses tindak lanjut yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu pengajaran.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas
60 H. Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung; CV ALFABETA,
2003), hlm. 13. 61 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta; Rieneka Cipta,1997),
hlm. 19.
a) Faktor internal (dari dalam siswa), meliputi:
(1) Aspek fisiologis (keadaan fisik/lahiriah siswa).
(a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya.
Kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang
menandai kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah, apalagi jika di sertai pusing-pusing misalnya, dapat
menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa
sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman
yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola
istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin
terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini
penting, sebab perubahan pola makan-minuman dan
istirahat akan menimbulkan reaksi yang negatif dan
merugikan semangat mental siswa itu sendiri.62
Dalam hal ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan:
(1)) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan
ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani,
yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas
ngantuk, lekas lelah dan sebagainya. Terlebih-lebih
bagi anak-anak yang masih muda, pengaruh itu besar
sekali.
(2)) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu
belajar itu. seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk,
dan sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena
dipandang tidak cukup serius untuk
62 Muhibbin Syah,, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2002, cet-7, h. 132.
mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam
kenyataaannya faktor penyakit seperti ini sangat mengganggu
aktivitas belajar.
(b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani terutama fungsi panca
indera.
Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang
masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia
sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca
inderanya. Berfungsinya panca indera dengan baik merupakan
syarat untuk dapat belajar dengan baik. Dalam sistem
persekolahan dewasa ini di antara panca indera itu yang paling
memegang peranan belajar adalah mata dan telinga.63
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
kesehatan indera pendengar dan penglihat, juga sangat
mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di dalam kelas. Daya
pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah,
umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam
menyerap item-item informasi yang bersifat echonic dan econic
(gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah
terlambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem
memory siswa tersebut.64
(2) Aspek Psikologis
Aspek psikis atau rohaniah tidak kalah pentingnya
dalam belajar. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan
psikis, kemampuan, kemampuan intelektual, sosial, psikomotor
serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Untuk
kelancaran belajar bukan hanya dituntut
63 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005,
cet-13, h. 235. 64 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 133.
kesehatan jasmaniyah tetapi juga kesehatan rohaniah.
Seseorang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari
tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan perasaan,
frustasi, konflik-konflik psikis. Seseorang yang sehat rohaninya
akan merasakan kebahagiaan, dapat bergaul dengan teman
yang wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan orang
lain, dapat tidur nyenyak, selera makan normal dan
sebagainya.65
Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang
pada umumnya dipandang lebih esensial itu, sebagai berikut:
tingkat kecerdasan (intelegensi siswa), sikap siswa, bakat
siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
(a) Intelegensi siswa
Intelegensi siswa pada umumnya diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat (Reber, 1998). Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-
organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui
bahwa peran otak dalam hubungannya intelegensi manusia
lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya.
Lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir
seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa, ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar
pula peluangnya untuk meraih sukses.
65 Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, h. 62.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi
seorang siswa maka kecil peluangnya memperoleh
sukses.66
Setiap calon guru profesional sepantasnya
menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik
yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti
borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa
yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali
akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadahi di
sekolah karena pelajaran yang disampaikan terlalu mudah
baginya. Akibatnya ia menjadi bosan dan frustasi karena
kebutuhan keingintahuannya (Curiosity) merasa dibendung
secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan
merasa sangat payah mengikuti sajian pelajaran, karena
terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan
dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang
dialami rekannya yang positif tadi.
Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya
seprang guru menaikkan kelasnya setingkat lebih tinggi dai
tempatnya sekarang, sehingga dia mendapatkan kelas yang
tingkat kesulitan mata pelajarannya sesuai dengan tingkat
intelegensinya. Sementara itu untuk menolong siswa ayng
kecerdasannya di bawah normal, yang dapat dilakukan
adalah sebaliknya, yaitu menurunkan kelas yang lebih
rendah yang sesuai dengan kemampuannya.67
(b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
(respone tendency)dengan cara yang relatif terhadap obyek
66 Oemar Hamalik, Op cit, h. 147. 67 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 134.
rang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada
anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan
pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata
pelajaran, apabila jika diiringi kebencian kepada anda atau
kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan
belajar siswa tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu
pengetahuan yang bersifat conversing (sikap melestarikan
yang sudah ada). Walapun mungkin tidak menimbulkan
kesulitan belajar, namun prestasi yang dicapai siswa kurang
memuaskan.
(c) Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972;
Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang
pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan
intelegensi. Itulah sebabnya, seorang anak yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar
biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child,
yakni anak yang berbakat. Dalam perkembangan
selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang
siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan
jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan
keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut
dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian
disebut bakat khusus (specific aptitude) yang konon tak
dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn
(pembawaan sejak lahir). Sehubungan dengan hal itu, bakat
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu.68
(d) Minat siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat
tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal
lainnya, seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.
Minat seperti yang dipahami orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
terhadap bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang
siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika dan
memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa
lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatiannya yang
intensif terhadap materi itulah yang memungkikan siswa
tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi
yang diinginkan.
(e) Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal
organisme baik manusia ataupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber,
1988).69
68 Ibid, h. 135-136. 69 Oemar Hamalik, Op cit, h. 151.
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan,
motif, dan tujuan sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil
belajar. Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar,
karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan
tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling
berguna bagi kehidupan individu.70
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi
tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang
bersangkutan.
Adapun motivasi ekstinsik adalah hal dan keadaan
yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Contohnya: pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah,
suri tauladan orang tua atau guru dan sebagainya.
b) Faktor Eksternal
Seperti halnya faktor internal, faktor eksternal juga terdiri
atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial, dan faktor
lingkungan non sosial.
(1) Faktor lingkungan sosial71
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor di luar siswa, baik faktor fisik maupun sosial-
70 Wasti Seomanta, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, 1997, h. 115. 71 Oemar Hamalik, Op cit, h. 152.
psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Pertama, keluarga, merupakan lingkungan pertama dan
utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi
proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat.
Kondisi dan suasana menyangkut keutuhan keluarga, iklim
psikologis, iklim belajar hubungan antar keluarga. Keluarga
yang tidak utuh, secara struktural maupun fungsional, kurang
memberi dukungan yang positif terhadap perkembangan
belajar. Ketidakutuhan dalam keluarga akan menimbulkan
kekurangseimbangan, baik dalam melaksanakan tugas-tugas
keluarga maupun dalam memikul beban-beban sosial
psikologis keluarga.
Hal ini dapat menimbulkan siswa kurang konsentrasi
dalam belajar. Iklim psikologis yang sehat akan diwarnai oleh
rasa sayang, saling mempercayai, keterbukaan, keakraban,
dan rasa saling memiliki diantara para anggota keluarga. Iklim
psikologis yang sehat akan mendukung pelancaran dan
keberhasilan dalam belajar. Sebab suasana yang demikian
dapat memberi ketenangan, kegembiraan, rasa percaya diri,
dorongan untuk berprestasi dan lain-lain.
Kedua, lingkungan sekolah juga memegang peranan
penting bagi perkembangan belajar para siswanya.
Lingkungan ini meliputi hubungan siswa dengan teman-
temannya, guru-gurunya serta staf sekolah yang lain. Para
guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang
simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan
rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
kegiatan belajar siswa.
Ketiga, lingkungan masyarakat, dimana siswa atau
individu berada juga mempengaruhi terhadap semangat dan
aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana
warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup,
terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber
belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap semangat dan pekembangan belajar generasi
mudanya.72
(2) Faktor lingkungan non sosial.
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak
berbilang jumlahnya, misalnya seperti; keadaan udara, suhu
udara, waktu (pagi, siang atau malam), tempat (letaknya,
pergedungan), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti
alat-alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan
sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).
Semua faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, dan
juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus diatur
sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan)
proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau
tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat seperti di
tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan
ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah.73
Gedung sekolah yang terletak di sepanjang jalan raya atau
jalan yang ramai, atau rumah yang terletak dekat lapangan bola,
kesemuanya itu menimbulkan banyak pengaruh yang sangat
mengganggu sehingga barulah diperlukan usaha tambahan jika
sipelajar hendak memusatkan perhatiannya kepada bahan studinya.
Bukti eksperimen menunjukkan bahwa faktor suara atau faktor lain
72 Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, h. 164-165.
73 Sumadi Suryabrata, Op Cit, h. 233
tenaganya saja. Meskipun demikian, mungkin pula ia akan semakin
terbiasa dengan perangsang-perangsang tersebut dan kemudian dan
kemudian ia tetap bisa melakukan pekerjaan dengan efisien.74
Contoh lain: kondisi rumah yang sempit berantakan serta
perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum
untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong
siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak
pantas dikunjungi. Kondisi yang seperti itu jelas akan berpengaruh
buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar
(study time preference, seorang bernama J. Biggers, 1980)
berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada
belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian
beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak
bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapan siswa
(Dunn et al, 1986). Di antara siswa ada yang sipa belajar pada pagi
hari, ada pula yang sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan
antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan
perbedaan study time preference antara seorang dengan siswa
lainnya.75
(3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning)
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
serperangkat langkah operasinal yang direkayasa sedemikian rupa
74 L. Crow dan A. Crow, Op Cit, h. 325. 75 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 138.
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu (Lawson, 1991).76
Pendekatan belajar siswa ini dapat dibagi menjadi tiga
macam:
(1)) Pendekatang tinggi:
((1)) Speculative (berdasarkan pemikiran yang
mendalam)
((2)) Achieving (pencapaian prestasi tinggi)
(2)) Pendekatan sedang:
((1)) Analitical (berdasarkan pemilahan dan interpretasi
fakta dan informasi)
((2)) Deep (mendalam).
(3)) Pendekatan rendah:
((1)) Reproductive (bersifat menghasilkan kembali fakta
dan informasi)
((2)) Surface (pemukaan, bersifat lahiriah)
Siswa yang menggunakan pendekatan surface dan
reproductive misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar
(ekstrinsik) antara lain: takut tidak lulus yang mengakibatkan
dia malu. Oleh karen aitu, gaya belajarnya santai, asal hafal,
dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep dan
analitical biasanya mempelajari materi karena memang dia
tertarik dan merasa membutuhkan (intrinsik). Oleh karen aitu,
gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara
mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi
siswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi lebih
penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan
bermanfaat bagi kehidupannnya.
76 Ibid, h. 139.
Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan
achieving dan speculative pada umumnya dilandasi oleh motif
ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement
yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi
setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebig serius dari
pada siswa-siswa yang memakai pendekatan lainnya. Dia
memiliki keterampilan belajar (study skill) dalam arti sangat
cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang, kerja dan
penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman-
teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting. Sehingga
ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana untuk
terus maju ke depan (plans ahead).77
c. Minat Belajar Siswa
Minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah
suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada mata pelajaran atau proses
belajar mengajar yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk
mempelajarinya. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek minat
sebagai indikator minat belajar Aqidah Akhlak. Indikator tersebut, antara
lain, keinginan untuk berpartisipasi dalam belajar Aqidah Akhlak, dan
keyakinan untuk mempelajarinya. Minat peserta didik juga dapat
ditandakan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa mengundang aktivitas siswa yang sangat
diperlukan dalam pembelajaran. Sebab pada prinsipnya adalah berbuat
untuk mengutarakan tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, dalam hal
ini adalah kegiatan belajar. Rousseau memberikan penjelasan bahwa
segala pengetahuan itu harus diperoleh
77 Oemar Hamalik, Ibid, h. 137-139.
dari pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, baik secara rohani maupun teknis.78
Ini menunjukkan setiap
orang yang belajar harus aktif.
Minat timbul bersangkut paut dengan masalah kebutuhan.
Karena itu, guru memberikan motivasi dengan memanfaatkan
kebutuhan anak didik agar dia berminat untuk belajar. Sebaliknya,
guru bias memanfaatkan minat anak sebagai alat motivasi. Bila anak
didik berminat pada suatu mata pelajaran, ia akan memperhatikannya
dalam jangka waktu tertentu. Minat adalah unsure-unsur perhatian
yang mengandung perasaan. Minat merupakan kesadaran seseorang
bahwa suatu objek, seseorang atau suatu soal, atau suatu situasi
mengandung sangkut paut dengan diringa. Minat merupakan sebab
akibat dari perhatian.
Perhatian penting dalam interaksi edukatif. Untuk itu
mengamati suatu diperlukan perhatian. Anak harus melihat papan tulis,
gambar, guru, buku, tulisan dan bukan melihat ke luar jika ia ingin
belajar. Untuk itu anak harus diberikan rangsangan yang dapat
mempengaruhi kelakuannya agar terus memberikan perhatian kepada
pelajaran 79
4. Pengaruh Persepsi Siswa pada Kedisiplinan Guru terhadap Minat
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
Manusia tergolong makhluk yang sangat bergantung dengan orang
lain (makhluk sosial), oleh karenanya manusai dalam kehidupan selalu
menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam hubungan itu, manusai
melskuksn penilaian / berpersepsi terhadap orang lain. Menurut Bimo
Walgito, bila objek persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi.
78 Sardiman, A..M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, edisi I (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2001) cet 9. hlm. 95
79 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit. Hlm.60-61
Maka objek persepsi dapat bermacam-macam., yaitu dapat berwujud
benda-benda juga dapat berwujud manusia.80
bila objek persepsi berbentuk
benda disebut persepsi benda, bila persepsi berbentuk manusia disebut
persepsi sosial. Dua persepsi ini hampir sama, bedanya manusai sebagai
objek persepsi mempunyai kemampuan-kemampuan dan perasaan,
harapan seperti individu yang mempersepsi, dari walaupun kadarnya
berbeda.
Persepsi merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterpretasi dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi tentang
sifat-sifatnya, kualitasnya, dan keadaan yang lain yang ada dalam diri
orang yang dipersepsi. 81
Hasil persepsi dapat menimbulkan sikap yang berwujud tidakan
atau melakukan sesuatu. Keinginan bertindak itulah merupakan suatu
bentuk minat yang meskipun hasil dari proses persepsinya berbeda-beda
antar satu dengan yang lain, karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kesan.82
Menurut Thantowy. R MA, dkk, ada empat cara untuk mengetahui
minat seseorang :
a. Minat yang diekspresikan
b. Minat yang diwujudkan
c. Minat yang diinventarisasikan
d. Minat yang berdasarkan test83
Menurut Icek Azjen, Seorang Ahli Psikologi, teori minat menganut
perilaku terencana (theory of planned behaviour). Dalam teori tersebut
dijelaskan TPB membantu kita untuk memahami bagaimana perubahan
80 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (suatu pengantar) , (Yogya : Andi Offset, 1994), Cet.2,
hlm.53. 81 Ibid, hlm.56 82 Linda L. Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, (terj. Mari Juniati) , (Jakarta :
Erlangga, 1991), hlm.34 83 Thantowy. R, MA, Kamus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Econimic Student,
1993), hlm. 53
tingkah laku seseorang yang dapat dibentuk dan direncanakan. TPB
mempunyai 3 komponen yaitu :
a. Sikap seseorang terhadap konsekuensi tingkah lakunya
b. Norma subjektif berupa elemen sosial yaitu keyakinan seseorang apa
yang orang lain piker seharusnya ia lakukan.
c. Kontrol tingkah laku, yaitu beberapa tingkah untuk menentukan
intensitas seseorang dalam menampilkan tingkah laku.84
Minat merupakan reaksi dari sikap psikologid\s yang memiliki
motif dari seseorang yang telah melakukan persepsi terhadap sesuatu.
Misalnua, seseoang yang ingin menjadi dokter maka ia akan mempunyai
minat untuk masuk di fakultas kedokteran, karena ia mempunyai persepsi
bahwa fakultas kedokteran adalah salah satu-satunya sekolah yang dapat
mencetak orang yang menjadi seorang dokter.
B. Kajian penelitian yang relevan
Kajian skripsi atau karya ilmiah yang relevan, antara lain :
1) (Herlin Febriana Dwi Prasti: 1314990017, 2005), Mahasiswa UNNES
Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan. “Hubungan
antara Motivasi Belajar dengan Disiplin Belajar Siswa Pada Saat
Layanan Pembelajaran Kelas II SMU Negeri 1 Limbangan Kabupaten
Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005.” Hasil penelitian menunjukkan
secara umum disiplin belajar siswa termasuk dalam kategori cukup
baik sedangkan pada motivasi belajar termasuk dalam kategori baik,
dengan besar hubungan antara motivasi belajar dengan disiplin belajar
sebesar 0,915 dimana harga r tabel nya = 0,714, karena r tabel < r
hitung maka berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara
motivasi belajar dengan disiplin belajar.
2) (Endang Setiyowati: 073111334, 2009). Mahasiswa Kualifikasi Strata1
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, ”Pengaruh
Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru Terhadap Motivasi
84 Mhtml:// www.valuebasedmanajement.net, diambil pada 15 Januari 2010
Belajar Siswa MI NU Nurus Shofa Karangbener Bae Kudus Tahun
Pelajaran 2008/2009”. Yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi
belajar siswa MI NU Nurus Shofa Karangbener Bae Kudus Tahun
Pelajaran 2008/2009 dengan nilai korelasi 0.293, maka tingkat
korelasinya termasuk dalam kategori lemah atau rendah.
3) (Ani Pratiwi: 1551403014, 2008). Mahasiswa UNNES jurusan
Psikologi, Fakultas Pendidikan, yang berjudul: “Hubungan Antara
Persepsi Siswa terhadap Pola Komunikasi Guru dan Siswa di Kelas
dengan Minat Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas X SMA 8 Semarang
Tahun Ajaran 2007-2008.” Hasil penelitian menunjukkan nilai r
=0,758 dengan p = 0,00 (p<0,05), yang artinya ada hubungan (korelasi
positif) antara persepsi siswa terhadap komunikasi guru dan siswa di
kelas dengan minat belajar bahasa inggris pada siswa kelas X SMAN 8
Semarang.
4) (Umar Faruq, 31022141, 2008). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, ”Pengaruh Minat Santri terhadap Efektivitas
Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Madrosatu Al-Qur’ani
Al-Aziziyah Bringin, Ngalian, Semarang.” hasil penelitian ini, dilihat
dari tabel frekuensi nilai mena dapat diketahui bahwa mean dari
variabel minat santri dalam menghafal Al-Qur’an adalah 5,51. Artinya,
kualitasnya baik. Karena terdapat antara interval 54-56. dan mean
keberhasilan menghafal Al-Qur’an adalah 52,675 yang menunjukkan
kualitas cukup (antara 52-54). Hasil analisis uji hipotesi diperoleh F reg
=7.57336. terlihat F reg >F tabel 1%= 7,31 dan F reg < F tabel 5%= 4,05.
Artinya signifikan. Hal ini dibuktikan dengan persamaan garis Y=
0,5114x + 24,49686. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis
yang diajukan diterima: ”Semakin tinggi minat santri semakin efektiiv
prestasi yang dicapai.”
5) (Musyarofah, 3102240, 2006). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, ”Persepsi Santri tentang Bimbingan dan
Kewibawaan Kiai Pengaruhnya terhadap Kedisiplinan Belajar Santri di
Pondok Pesantren Addanuriyah 2 Pedurungan, Semarang.” Penelitian
ini menunjukkan bahwa tingkat persepsi tentang bimbingan kiai
sebesar 78,52 (antrara 76-79) dapat dikatagorikan tinggi. Tingkat
persepsi santri tentang kewibawaan kiai adalah sebesar 83 (antara 80-
84) sehingga dikatagorikan cukup. Sedangkan tingkat kedisiplinan
santri sebesar 78,74 (antara 77-81) termasuk kategori cukup. Hasil
analisis uji hipotesi diperoleh F reg >F tabel = signifikan. Artinya ”ada
pengaruh persepsi santri tentang bimbingan dan kewibawaan kiai
terhadap kedisiplinan belajar santri di Pondok Pesantren Addanuriyah
2 Pedurungan, Semarang.”
6) (Elin Nurwanti, 3102298, 2005) Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang. ”Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan
Belajar Pengaruhnya terhadap Pestasi Belajar PAI siswa SMPN 1
Belik Kecamatan Pemalang.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
1) terdapat hubungan positif pola didik orang tua terhadap prestasi
belajar PAI siswa, 2) terdapat hungungan positif kedisiplinan belajar
terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat hubungan positif antara
pola didik orang tua dan kedisiplinan siswa.
7) (Heni Istiana, 3100018, 2005). ”Pengembangan Minat dan Bakat Seni
Baca Al-Qur’an (Qira’ati Al-Qur’an) pada siswa di MTs N Lasem
Kecamatan Lasem, Rembang tahun pelajaran 2004/2005. hasil
penelitian menunjukkan minat baca siswa dalam taraf cukup,
sedangkan bakat seni baca siswa tergolong rendah serta diketahui
bahwa minat dan bakat seni baca Al-Qur’an siwa dipengaruhi oleh
sarana pendukungnya.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian
di atas, mengingat belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh
persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru terhadap minat belajar siswa,
dengan demikian dalam judul ini masih menemukan relevansi dan
signifikasi untuk dilakukan penelitian.
C. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data.85
Sehingga hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang belum teruji
kebenarannya secara pasti. Artinya ia masih harus dibuktikan
kebenarannya.
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Semakin Tinggi
Tingkat Persepsi Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran
Akidah Akhlak Semakin Tinggi Pula Minat Belajar Siswa Kelas X Di
MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010
85 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D,
(Bandung: Alfabeta, 2006), cet. 2, hlm. 96.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah:
1. Untuk mengetahui persepsi Siswa Kelas X Terhadap Kedisiplinan
Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN Bawu Jepara Tahun
Pelajaran 2009-2010
2. Untuk mengetahui minat belajar siswa Kelas X di MAN Bawu
Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010 pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak.
3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru
pada minat belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Siswa
Kelas X Semester II MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010.
B. Variabel Penelitian
1. Variable dan Indikator
a. Variabel
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.86
Jadi variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.87
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
1.) Variabel bebas atau independen variabel X adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).88
Pada penelitian ini sebagai
86 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hlm. 118 87 Sugiono, OP Cit, hlm. 61 88 Ibid, hlm.61
variabel bebas adalah Persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak
2.) Variabel terikat atau dependen variabel Y adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.89
Yang merupakan hasil dari perlakuan variabel bebas, yaitu:
Minat Belajar Siswa dalam mengikuti mata pelajaran Aqidah
Akhlak.Adapun sub variabel dan indikator dari persepsi siwa pada
kedisiplinan guru serta minat belajar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
b. Indikator
1) Indikator Persepsi Siswa terhadap kedisiplinan guru:
a) Ketaatan pada peraturan sekolah dan lingkungan pendidikan.
b) Ketaatan pada saat jam masuk dan jam pulang sekolah.
c) Ketaatan pada saat jam istirahat.
d) Ketaatan terhadap sistem sekolah.
e) Pemberian sanksi bagi yang melanggar.
f) Konsisten dengan peraturan
2) Indikator Minat Belajar Siswa:
a) Perasaan Senang siswa dalam pembelajaran di kelas dan
senang terhadap mata pelajaran tersebut.
b) Perhatian siswa terhadap pembelajaran
c) Kesungguhan siswa dalam belajar, baik di dalam maupun di
luar kelas
d) Motivasi siswa dalam belajar
C. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.90
89 Ibid 90 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan R &
D, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm.3.
Oleh karena itu, Metode penelitian merupakan suatu cara yang
digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam
penelitian dan membuat analisa dengan maksud agar penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dalam skripsi ini, peneliti melakukan beberapa langkah studi di
antaranya : Penggolongan jenis-jenis penelitian tergantung kepada pedoman
dari segi mana penggolongan itu ditinjau.91
Sedangkan penelitian dilihat dari
pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif.92
Adapun penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian lapangan
yang berpendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian kolerasional. Penelitian
lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data-data yang
sebenarnya terjadi di lapangan.
Tujuan penelitian adalah mempelajari secara intensif latar belakang,
status terakhir dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial
seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas.93
Sedangkan metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara analisis data bersifat kuantitatif /
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.94
Bersifat kuantitatif berarti menekankan analisa pada data numerikal
(angka) yang diperoleh dengan metode statistik.95
91 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 2002), hlm.
3.
92 Syaifuddin Azwar, op. cit., hlm.5. 93 Ibid, hlm. 8.
94 Sugiyono, op.cit., hlm. 14.
95 Syaifuddin Azwar, op.cit., hlm.5.
Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu proses untuk
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
keterangan yang ingin diketahui.
Sedangkan sifat korelasional adalah suatu penelitian yang bertujuan
menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi
variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.96
Dalam hal ini mencari data ada
tidaknya hubungan antara variabel dan apabila ada beberapa eratnya hubungan
serta berarti atau tidaknya hubungan itu.
Teknik analisis korelasional ialah teknik analisis statistik mengenai
hubungan antar dua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional memeliki
tiga macam tujuan :
1. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang
benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan
atau korelasi.
2. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika
memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan
ataukah lemah.
3. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematik), apakah
hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau
menyakinkan (signifikan), ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak
menyakinkan.97
Dalam hal ini akan mencari seberapa besar pengaruh persepsi siswa
pada kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap minat belajar
siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun pelajaran 2009-2010. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut, peneliti menyebarkan angket
pada para siswa untuk mendapatkan data-data yang dapat digunakan dalam
skripsi ini.
96
Ibid, hlm. 8. 97 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 188.
D. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel
a. Populasi
Populasi adalah onjek pengumpulan data yang cara pengumpulan
datanya menggunakan cara sensus. Yaitu mengunpulkan data dengan jalan
mencatat atau menelilti seluruh elemen yang menadi objek penelitian.
Dengan kata lain, sensus merupakan pencatatan data secara menyeluruh
(complete enumeration) terhadap elemen yang menjadi objek penelitian,
tanpa perkecualian. Kumpulan dari seluruh elemen ini disebut populasi atau
universe. 98
Siswa kelas X MAN Bawu Jepara tersebar dalam tujuh kelas, akan
tetapi pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak ada dua orang guru.
Mengingat pada judul penelitian, peneliti menggunakan kelas dengan yang
diampu oleh guru yang sama. Populasi penelitian yang penulis gunakan
adalah Kelas X-1 sampai X-3 yang diampu oleh Ibu Isnawati, S. Ag.
Sehingga, populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-1
sampai X-3 MAN Bawu Jepara yang berjumlah 122 siswa, dengan rincian
jumlah siswa: kelas X-1 40 siswa, X-2 sebanyak 42 siswa dan 40 siswa
berada dalam kelas X-3.
b. Sampel
Dan sampel sendiri adalah sebagian yang diambil dari populasi.99
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Quota
Sampling. Tujuannya adalah mengambil sampel sebanyak jumlah tertentu
yang dianggap dapat merefleksikan ciri populasi.100
Suharsumi Arikunto berpendapat, apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambilo semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-
98 Anas Sudjiono, Op Cit, hlm. 26 99 Nana Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Transito, 1996, hlm. 6 100 Saifuddin Azhar, MA, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001),
hlm.88.
15% atau 20-25%.101
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah
25% dari populasi atau sebanyak 30 orang. Pengumpulan data pada teknik
quota sampling ini peneliti menghuhungi subjek yang memenuhi
persyaratan ciri-ciri populasi (siswa kelas X-1 sampai X-3 MAN Bawu
Jepara), tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih
dalam populasi), yang penting adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang
telah ditetapkan.102
Akan tetapi, dalam penelitian ini, pengambilan sampel
akan dibagi rata pada 3 kelas, dengan masing-masing 10 siswa pada tiap
kelasnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuosioner atau Angket
Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan untuk memperoleh data
berupa jawaban-jawaban dari pada responden (orang-orang yang
menjawab).103
Kuosioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
tingkat persepsi siswa kelas X terhadap kedisiplinan guru Aqidah Akhlak
serta mengetahui tingkat minat siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun
pelajaran 2009/2010 dalam materi Aqidah Akhlak.
Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner
terstruktur, yakni daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya,
sehingga responden cukup memilih alternatif jawaban yang sudah
disediakan sesuai dengan keadaaan dirinya. Metode kuesioner ini untuk
mengetahui tingkat persepsi siswa pada kedisiplinan guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak dan minat belajar siswa kelas X1-X3 yang menjadi
responden dalam penelitian ini.
Adapun kuesioner yang digunakan untuk mengetahui persepsi siswa
adalah dengan skala pengukuran semantic deferensial, yaitu yang
101 Suharsumi Arikunto, OpCit, hlm. 112. 102 Ibid, hlm. 119. 103Koenjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1994, cet XIII,
hlm. 173
dikembangkan oleh Osgood. Skala ini dugunakan untuk mengukur sikap,
hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun
dalam satu garis kontinum yang jawaban ”sangat positifnya” terletak di
bagian kanan garis, dan jawaban yang ”sangat negatif” terletak di bagian
kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan
biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu
yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban, pada
rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung
pada persepsi responden kepada yang dinilai.104
Sedangkan untuk mengetahui tingkat minat siswa peneliti menggunakan
skala likert, yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala
likert, variabel diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.105
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yangberupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.106
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai struktur organisasi, data-data guru dan identitas siswa.
F. Teknik Analisis Data
a. Analisa Awal
Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan
metode statistik. Karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif. Untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan.107
Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat
digunakan dengan menggunakan tehnik statistik deskriptif. Tujuan
104 Sugiyono, Op Cit, hlm. 140 105 Ibid, hlm. 135 106 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 231 107 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, hlm. 263
dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan tehnik ststistika adalah
untuk meringkas data menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti.108
Setelah menghimpunan data dengan menggunakan angket, kemudian
dilakukan pengolahan data untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa
terhadap kedisiplinan guru dan minat belajar siswa, yaitu menggunakan
teknik analisis regresi satu prediktor, langkahnya :
1. Mencari Korelasi antara kriterium dan prediktor:
22 )()( ΣΥΣΧ
ΣΧΥ=xyr
2. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak dengan
mengkonsultasikan hasil nilai xyr pada tabel r.
3. Mencari Persamaan Garis Regresinya:
Y = aX + K
Keterangan :
Y : Kriterium
X : Prediktor
a : Bilangan Koefisien Prediktor
K : Bilangan Konstan
Untuk mencari nilai a dan K kita dapat memilih menggunakan
metode skor kasar, yakni dengan memakai persamaan:
1) ∑XY = a∑X2
+ K∑X
2) ∑Y = a∑X + NK 109
3. Mencari Sumbangan Relatif antara Sesama Prediktor:
Freg = KR
KR
res
reg
RKreg = regdb
JK reg
108 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 86 109 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000), hlm.5
RKRes
= dbJK
res
res
JKreg
=a∑XY + K∑Y - ( )
N
Y2
∑
JKres
= ∑Y2 - A∑XY - K∑Y
dbreg
= 1
dbres
= N-2
keterangan :
Freg = Harga F garis regresi
RKreg
= Rerata Kuadrat Residu
RKres = Rerata Kuadrat Residu
JKreg = Jumlah Kuadrat Regresi
JKres
= Jumlah Kuadrat Residu
dbreg
= Derajat Kebebasan Regresi
dbres
= Derajat Kebebasan Residu
b. Analisa Lanjut
Analisa lanjut ini merupakan analisa uji hipotesa untuk
menguji signifikansi dari Freg dibandingkan dengan cara Ftabel (Ft)
pada total signifikansi 5% atau taraf signifikansi 1% dengan
ketentuan sebagai berikut”
1) Jika Freg lebih besar dari Ft 1% atau 5% maka signifikan
(hipotesis penelitian diterima).
2) Jika Freg lebih kecil dari Ft 1% atau 5% maka non signifikan
(hipotesis penelitian ditolak).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.110
Oleh karena itu, Metode penelitian merupakan suatu cara yang
digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam
penelitian dan membuat analisa dengan maksud agar penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dalam mendapatkan data primer ini peneliti yang menggali informasi
dari siswa-siswi MAN Bawu Jepara untuk mendapatkan data persepsi siswa
tentang Kedisiplinan Guru dan motivasi siswa. Data primer ini diperoleh
langsung dari siswa-siswi MAN Bawu Jepara dengan menggunakan instrumen
angket atau kuesioner.
Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia
memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna.111
Oleh karena itu, angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket atau
kuesioner yang akan disebarkan di MAN Bawu Jepara berupa angket atau
kuesioner tertutup untuk mengungkap persepsi siswa tentang Kedisiplinan
Guru dan Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara.
Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian tersebut dapat dilihat
pada deskripsi sebagai berikut :
110 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan
R & D, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm.3. 111 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm.
136.
MAN Bawu Jepara
Tabel 1.
No Responden Nama kelas
1 R-1 Abdul Rohman
2 R-2 Ainun Naim
3 R-3 Devi Romantika
4 R-4 Eka Fitri Setyani
5 R-5 Evi Anita
6 R-6 M. Arik Maulana
7 R-7 M. Yuan Rifkiansyah
8 R-8 Siti Wahyuni
9 R-9 Sulistyaningsih
10 R-10 Winda Yuninda P
X1
11 R-11 Adri Nur Sanjaya
12 R-12 Anik Farida
13 R-13 Devi Nur Cahayati
14 R-14 Diah Isfiani
15 R-15 Edi Wahono
16 R-16 Fitri Alfiyanti
17 R-17 Ida Rahmawati
18 R-18 Lumatul Ulwiyah
19 R-19 Nova Ziyadatus Sa'idah
20 R-20 Tika Silfiana
X2
21 R-21 Amiril Mukminin
22 R-22 Eli Susi Laksita
23 R-23 Fatikhatus Sa'adah
24 R-24 Heldy Rosa Lia
25 R-25 Khudrotun Ni'mah
26 R-26 Marta Aristiyani
27 R-27 Novika Safitri
28 R-28 Rendi Fitriyanto
29 R-29 Ririn Handayani
30 R-30 Zainal Asiqin
X3
2. Data Hasil Angket Persepsi Siswa Tentang Kedisiplinan Guru MAN
Bawu Jepara serta Hasil Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah
AKhlak Tahun Pelajaran 2009/2010
Untuk menentukan nilai kuantitatif dari hasil angket adalah dengan
menjumlahkan skor jawaban angket dari responden sesuai dengan frekuensi
jawaban. Agar lebih jelas, maka dapat dilihat pada tabel berikut :
B. Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengajukan hipotesis
bahwa “Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang
Kedisiplinan Guru terhadap Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun
Pelajaran 2009/2010”, artinya semakin tinggi persepsi siswa tentang
Kedisiplinan Guru, maka akan semakin tinggi pula Minat Belajar pada siswa
MAN Bawu Jepara.
Untuk analisis data ini, penulis menggunakan metode diskriptif,
maksudnya membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan sesuatu
masalah yang aktual dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan
data dan menganalisis.
1. Analisis Pendahuluan
Dalam analisis ini akan dideskripsikan pengaruh persepsi siswa
tentang Kedisiplinan Guru terhadap Minat Belajar siswa MAN Bawu
Jepara tahun pelajaran 2009/2010, berdasarkan data yang diperoleh dari
jawaban responden melalui daftar angket.
Setelah diketahui data-data tersebut diketahui, kemudian dihitung
untuk mengetahui tingkat hubungan masing-masing antara (variabel X)
dengan (variabel Y) dalam penelitian ini. Adapun langkahnya adalah
sebagai berikut :
Data yang diperoleh dari variabel bebas yaitu persepsi siswa
tentang Kedisiplinan Guru diberi kode X, sedangkan variabel motivasi
siswa diberi kode Y, kemudian dikuantitatifkan dengan cara memberi skor
nilai jawaban responden. Untuk penskoran variabel X dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.
Data Skor Nilai Variabel X(Persepsi Siswa Tentang
Kedisiplinan Guru MAN Bawu Jepara)
Alternatif Pensekoran N
o SL SR JR KD TP 5 4 3 2 1
Skor
Total
1 17 5 3 4 1 85 20 9 8 1 123
2 16 2 3 2 7 80 8 9 4 7 108
3 14 5 3 5 3 70 20 9 10 3 112
4 15 6 4 1 4 75 24 12 2 4 117
5 17 2 4 2 5 85 8 12 4 5 114
6 21 0 1 3 5 105 0 3 6 5 119
7 15 7 5 1 2 75 28 15 2 2 122
8 6 7 8 2 7 30 28 24 4 7 93
9 5 6 12 3 4 25 24 36 6 4 95
10 3 3 13 8 3 15 12 39 16 3 85
11 3 7 10 6 4 15 28 30 12 4 89
12 3 5 10 8 4 15 20 30 16 4 85
13 10 4 3 8 5 50 16 9 16 5 96
14 9 4 3 5 9 45 16 9 10 9 89
15 12 7 4 1 6 60 28 12 2 6 108
16 13 5 6 3 3 65 20 18 6 3 112
17 13 11 2 1 3 65 44 6 2 3 120
18 14 6 4 3 3 70 24 12 6 3 115
19 15 4 3 5 3 75 16 9 10 3 113
20 14 8 3 2 3 70 32 9 4 3 118
21 17 1 2 3 7 85 4 6 6 7 108
22 18 6 0 1 5 90 24 0 2 5 121
23 12 7 3 3 5 60 28 9 6 5 108
24 14 5 1 1 9 70 20 3 2 9 104
25 15 6 4 1 4 75 24 12 2 4 117
26 15 8 3 1 3 75 32 9 2 3 121
27 12 5 1 7 5 60 20 3 14 5 102
28 16 5 0 3 6 80 20 0 6 6 112
29 13 7 6 1 3 65 28 18 2 3 116
30 15 3 8 1 3 75 12 24 2 3 116
∑ 382 157 132 95 134 1910 628 396 190 134 3258
Berdasarkan dari tabel di atas, kemudian diadakan analisis
sebagai berikut:
a. Mencari Mean dan interval kelas minat mengikuti kegiatan
keagamaan siswa kelas X MAN BAwu Jepara:
X = N
X∑
=30
3258
= 108,6
b. Mencari banyak kelas
k = 1 + 3,3 . log N
= 1 + 3,3 . log 30
= 1 + 3,3 .1,47
= 5,851
c. Menentukan Range
Range = Nilai maksimal – nilai minimal
= 123-85
= 38
d. Menentukan interval kelas
i =
=6
38
= 6,3 (6)
Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean)
variabel X, maka digunakan pedoman kategori interval nilai sebagai
berikut :
Tabel 5.
Interval Nilai
Interval Nilai Kategori
85 – 91 Sangat Kurang
92 – 98 Kurang
99 - 105 Cukup
106 – 112 Baik
113 – 119 Sangat Baik
120 - 126 Istimewa
Dari hasil interval tersebut, maka dengan demikian dapat diketahui
nilai rata-rata (mean) variabel X adalah 108,6 dengan kategori baik.
Sedangkan untuk penskoran nilai jawaban responden variabel Y
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.
Data Skor Nilai Variabel Y(Minat Siswa MAN Bawu Jepara Tahun
Pelajaran 2009/2010 pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak)
Alternatif Pensekoran
No SL SR JR KD TP 5 4 3 2 1
Skor
Total
1 17 8 2 1 2 85 32 6 2 2 127
2 13 6 3 5 3 65 24 9 10 3 111
3 8 7 10 4 1 40 28 30 8 1 107
4 12 4 8 4 2 60 16 24 8 2 110
5 16 4 3 3 4 80 16 9 6 4 115
6 16 2 2 5 5 80 8 6 10 5 109
7 16 5 2 6 1 80 20 6 12 1 119
8 7 6 2 7 8 35 24 6 14 8 87
9 9 4 3 6 8 45 16 9 12 8 90
10 8 2 2 9 9 40 8 6 18 9 81
11 7 5 7 6 5 35 20 21 12 5 93
12 8 4 5 8 5 40 16 15 16 5 92
13 7 5 7 8 3 35 20 21 16 3 95
14 8 5 4 8 5 40 20 12 16 5 93
15 6 4 5 7 8 30 16 15 14 8 83
16 13 2 6 4 5 65 8 18 8 5 104
17 9 10 5 4 2 45 40 15 8 2 110
18 13 11 3 2 1 65 44 9 4 1 123
19 12 8 4 5 1 60 32 12 10 1 115
20 15 1 5 5 4 75 4 15 10 4 108
21 10 6 8 5 1 50 24 24 10 1 109
22 14 7 1 4 4 70 28 3 8 4 113
23 9 7 7 4 3 45 28 21 8 3 105
24 9 7 4 6 4 45 28 12 12 4 101
25 5 5 7 4 9 25 20 21 8 9 83
26 13 8 2 6 1 65 32 6 12 1 116
27 8 3 2 10 7 40 12 6 20 7 85
28 12 5 5 4 4 60 20 15 8 4 107
29 12 4 4 5 5 60 16 12 10 5 103
30 16 3 7 3 1 80 12 21 6 1 120
∑ 328 158 135 158 121 1640 632 405 316 121 3114
Setelah melihat tebal di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata
(mean) dari variabel Y dengan menggunakan rumus :
Y = N
Y∑
=30
3114
= 103,8
e. Mencari banyak kelas
k = 1 + 3,3 . log N
= 1 + 3,3 . log 30
= 1 + 3,3 .1,47
= 5,851
f. Menentukan Range
Range = Nilai maksimal – nilai minimal
= 127-81
= 46
g. Menentukan interval kelas
i =
=6
46
= 7.6 (8)
Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean)
variabel X, maka digunakan pedoman kategori interval nilai sebagai
berikut :
Tabel 7.
Interval Nilai
Interval Nilai Kategori
81 - 88 Sangat Kurang
89 - 96 Kurang
97 - 104 Cukup
105 - 112 Baik
113 – 120 Sangat Baik
121 - 127 Istimewa
Dari hasil interval tersebut, maka dengan demikian dapat diketahui
nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah 104 dengan kategori Cukup.
2. Analisis Uji Hipotesis
Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima
tidaknya hipotesa yang diajukan dalam skripsi ini, maka dibuktikan
dengan mencari nilai koefisien korelasi antara variabel persepsi siswa
tentang Kedisiplinan Guru (variabel X) dengan variabel Minat Belajar
siswa (variabel Y), dalam hal ini penulis menggunakan rumus regresi
linear sederhana. Tetapi sebelumnya akan disajikan terlebih dahulu tabel
kerja koefisien persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru (X) dengan
Minat Belajar siswa (Y).
1). Membuat Tabel penolong
Selanjutnya untuk menghitung korelasi dan regresi sederhana,
maka dapat menggunakan tabel penolong dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 8.
Tabel Kerja Koefisien Korelasi Untuk Menghitung Regresi Linier
Sederhana Antara Variabel X dengan Variabel Y
No X Y X2 Y2 XY
1 123 127 15129 16129 15621
2 108 111 11664 12321 11988
3 112 107 12544 11449 11984
4 117 110 13689 12100 12870
5 114 115 12996 13225 13110
6 119 109 14161 11881 12971
7 122 119 14884 14161 14518
8 93 87 8649 7569 8091
9 95 90 9025 8100 8550
10 85 81 7225 6561 6885
11 89 93 7921 8649 8277
12 85 92 7225 8464 7820
13 96 95 9216 9025 9120
14 89 93 7921 8649 8277
15 108 83 11664 6889 8964
16 112 104 12544 10816 11648
17 120 110 14400 12100 13200
18 115 123 13225 15129 14145
19 113 115 12769 13225 12995
20 118 108 13924 11664 12744
21 108 109 11664 11881 11772
22 121 113 14641 12769 13673
23 108 105 11664 11025 11340
24 104 101 10816 10201 10504
25 117 83 13689 6889 9711
26 121 116 14641 13456 14036
27 102 85 10404 7225 8670
28 112 107 12544 11449 11984
29 116 103 13456 10609 11948
30 116 120 13456 14400 13920
∑ 3258 3114 357750 328010 341336
Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
1). Mencari Nilai Korelasi Variabel X dan Variabel Y antara pengaruh
persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru Minat Belajar siswa MAN
Bawu Jepara, dengan menggunakan rumus :
)()( 22 yx
xyrxy
ΣΣ
Σ=
∑xy
= 341336 - 30
)3114)(3258(
= 341336 – 338180.4
= 3155.6
∑
= 357750 - 30
)3258( 2
= 357750 – 353818,8
= 3931,2
∑
= 328010 - 30
)3114( 2
= 328010 – 323233,2
= 4776.8
)()( 22 yx
xyrxy
ΣΣ
Σ=
=
=
= 0.728
Dengan demikian nilai korelasi antara nilai kegiatan persepsi siswa
tentang Kedisiplinan Guru dengan Minat Belajar siswa MAN Bawu
Jepara yang menggunakan rumus di atas, maka nilai yang dapat
diketahui adalah 0,728.
2). Mencari nilai Koefisien Determinasi
Selanjutnya adalah mengetahui nilai koefisien determinasi variabel
X terhadap variabel Y, maka penulis lakukan proses perhitungan
dengan rumus :
(r)² x 100 % = (0,728) ² x 100 % = 0,53X 100 % = 53 %
3). Menghitung nilai-nilai a dan K
Diketahui :
∑N = 30
∑X = 3258
∑Y = 3114
∑X2 = 357750
∑Y2
= 328010
∑XY = 341336
a. Mencari a dan K dengan rumus :
∑XY = a∑X2
+ K∑X
∑Y = a∑X + NK 112
341336 = 357750 a + 3258 K (1)
3114 = 3258 a + 30 K (2)
104,768 = 109,806 a + K
103,8 = 108,6 a + K -
0.968 = 1,206 a
a =
= 0.802
Interpretasi nilai a pada persamaan (2)
3114 = 3258 a + 30 K
3114 = 3258 (0,8) + 30 K
30 K = 3114 – 2615,218
K = 498,781
30
K = 16,626
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa nilai a adalah 0,8 dan
nilai K adalah sebesar 16,626.
4). Menyusun Persamaan Regresi
Menyusun persamaan regresi dengan menggunakan rumus :
Y = aX + K
Y = 0,8 X +16,626
5). Analisis Varians Garis Regresi
Freg = RKRK
res
reg
112 Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000),
hlm.5
RKreg = regdb
JK reg
RKRes
= dbJK
res
res
JKreg
=a∑XY + K∑Y - ( )
N
Y2
∑
JKres
= ∑Y2 - a∑XY - K∑Y
dbreg
= 1
dbres
= N-2
keterangan :
Freg = Harga F garis regresi
RKreg
= Rerata Kuadrat Residu
RKres = Rerata Kuadrat Residu
JKreg = Jumlah Kuadrat Regresi
JKres
= Jumlah Kuadrat Residu
dbreg
= Derajat Kebebasan Regresi
dbres
= Derajat Kebebasan Residu
JKreg
=a∑XY + K∑Y - ( )
N
Y2
∑
= (0,8) (341336)+ (16,92) (3114) -
= 273992,658 + 51773,562 – 323233,2
= 2533,021
JKres
= ∑Y2 - a∑XY - K∑Y
= 328010 – (0,8) (341330) – (16,92) (3114)
= 328010 – 273992,358 – 51773,562
= 2243,779
RKreg = regdb
JK reg
= 2533,021
1
= 2533,021
RKRes
= dbJK
res
res
= 2243,779
28
= 80,135
Freg = RKRK
res
reg
= 2533,021
80,135
= 31,609
3. Analisis Lanjut
Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y
diketahui selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r tabel pada r
product moment untuk diketahui signifikan dan untuk mengetahui apakah
hipotesa yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan
apabila ro yang kita peroleh sama dengan atau lebih besar daripada rt maka
nilai r yang telah kita peroleh itu signifikan demikian sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
Pada taraf signifikan 5% untuk responden berjumlah N = 30
didapat pada tabel adalah rt = 0,361 sedangkan ro = 0,728 yang berarti ro
lebih besar dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf signifikansi 5%
hasilnya adalah signifikan, yang berarti ada korelasi pengaruh yang positif
antara kedua variabel. Pada taraf signifikan 1% untuk responden
berjumlah N = 30 didapat pada tabel 0,463 sedangkan ro = 0,728, yang
berarti ada pengaruh yang positif antara kedua variabel.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa
sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal
pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar
proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan
unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional.
Didalam penelitian ini yang diteliti adalah bagaimana tingkat
Kedisiplinan Guru dan Minat Belajar siswa. Sehubungan dengan itu, maka
penelitian disini pengambilan data dilakukan dengan metode survey yang
menggunakan kuesioner atau angket. Penyebaran angket/kuesioner dilakukan
pada siswa kelas II sampai siswa kelasX MAN Bawu Jepara dengan jumlah
responden sebanyak 30 siswa, dimana pengambilan angket atau kuesioner
dilakukan secara langsung.
Setelah melihat tabel 8 dapat diketahui nilai rata-rata (mean) dari
variabel X yaitu persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru adalah 108,6
dengan kategori baik. sesuai pada tabel interval 106 - 112.
Sedangkan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean) variabel Y, yaitu
Minat Belajar siswa maka diketahui nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah
103,8 dengan menggunakan pedoman kategori interval nilai 97-104 maka
dengan demikian dapat diketahui nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah
dengan kategori cukup.
Langkah berikutnya adalah uji hipotesis nilai korelasi variabel X dan
variabel Y dengan menggunakan rumus di atas, maka nilai yang dapat
diketahui adalah 0.728.
Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y diketahui
selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r tabel pada r product
moment untuk diketahui signifikan dan untuk mengetahui apakah hipotesa
yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan apabila ro yang
kita peroleh sama dengan atau lebih besar daripada rt maka nilai r yang telah
kita peroleh itu signifikan demikian sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
Pada taraf signifikan 5% untuk responden berjumlah N = 30 didapat
pada tabel adalah rt = 0,361 sedangkan ro = 0,728 yang berarti ro lebih besar
dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf signifikansi 5% hasilnya adalah
signifikan, yang berarti ada korelasi pengaruh yang positif antara kedua
variabel.
Pada taraf signifikan 1% untuk responden berjumlah N = 30 didapat
pada tabel 0,463 sedangkan ro = 0,728, yang berarti ada pengaruh yang positif
antara kedua variabel. Berdasarkan analisis di atas membuktikan bahwa pada
taraf 5% hasilnya adalah signifikan, begitu juga taraf 1% hasilnya adalah
signifikan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima
kebenarannya pada taraf signifikan 5% dan pada taraf signifikan 1%
dikarenakan ro lebih besar daripada rt. Mengenai sifat suatu hubungan atau
pengaruh dari kedua variabel tersebut di atas, dapat dilihat pada penafsiran
akan besarnya koefisien korelasi yang umum digunakan adalah :
Tabel 9.
Kriteria Penafsiran/Pedoman Ancar-ancar
Besarnya “r” Product
Moment (Гxy ) Interpretasi
0,00 – 0,20
Antara Variabel X dan Variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu
sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara Variabel X dan Variabel Y)
0,20 – 0,40 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukupan.
0,70 – 0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat
tinggi.
Dari kriteria tersebut, maka nilai koefisien korelasi sebesar 0.728
termasuk kategori korelasi "Kuat atau Tinggi". Artinya persepsi siswa tentang
Kedisiplinan Guru kuat berpengaruh terhadap Minat Belajar siswa MAN
Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010.
Berdasarkan analisis data di atas maka Maka dapat diketahui variabel
penentu antara variabel X (persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru) dan
variabel Y (Minat Belajar siswa) sebesar 53 %, sedangkan sisanya sebesar
47% merupakan variabel lain yang belum diteliti oleh penulis. Sedangkan
hasil persamaan regresi :
Y = aX + K
= 0,8 X +16,92
Jika kita contohkan nilai persepsi siswa tentang kedisiplinan guru (X) adalah
100, maka dapat kita predeksikan nilai tingkat minat siswa (Y) sebagai berikut:
Y = aX + K
= 0,8 X +16,92
= 0,8 (100) + 16,92
= 80+ 16,92
= 96,92
Sedangkan untuk menafsirkan hasil uji analisis varians garis regresi
dapat ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Angka Sig > 5 % = terjadi korelasi yang sesungguhnya
2. Angka Sig < 5 % = tidak terjadi korelasi yang sesungguhnya.
Dengan berkonsultasi pada kriteria tersebut, ternyata harga Sig 0,005 =
4.20 berarti terjadi korelasi yang sesungguhnya.
Dalam uji Freg diketahui bahwa nilainya sebesar 31,609 kemudian
hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan Ftabel (Ft), baik pada taraf
kepercayaan 95% maupun 99%. Dengan demikian, Freg 31,609> Ft(0,05 =
4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil Freg lebih besar dari Ft,
berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa pada kedisiplinan guru
dengan minat belajar siswa.
D. Keterbatasan Penelitian
Sebagai kegiatan yang terkait dengan penelitian tentunya memerlukan
persiapan dalam segala hal. Di sini peneliti menyadari akan adanya kendala,
permasalahan dan hambatan yang harus dilalui.
Diantara sekian permasalahan atau hambatan yang paling terasa adalah
waktu dan biaya. Kendala waktu terjadi terkait dengan pembagiannya. Hal ini
terasa sulit bagi peneliti mengingat banyaknya kegiatan dan pekerjaan yang
peneliti lakukan. Terutama ketika proses pembimbingan dan administrasi yang
terkait penelitian ini terasa sangat berat mengingat jarak tempuh antara
kampus tempat menuntut ilmu dengan rumah sangat jauh, yaitu Jepara –
Semarang. Perjalanan yang jauh banyak menyita waktu ditambah dengan
transportasi yang harus dipakai.
Permasalahan berikutnya adalah biaya, dengan biaya yang minim
peneliti menyadari hal ini akan menghasilkan sesuatu yang kurang sempurna.
Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk melakukan efesiensi pada anggaran
uang saku dari orang tua dalam rangka penelitian ini.
Meskipun terdapat banyak kendala dan hambatan yang harus dihadapi,
peneliti wajib bersyukur akan nikmat dan karunia Allah SWT dengan
terselesaikannya penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Sejalan dengan penelitian yang dilakukan setelah melalui beberapa tahapan
prosedur ilmiah mulai dari tahap perencanaan, identifikasi masalah, pengumpulan
dan penyajian data sampai pada tahapan analisa data, sehingga akhirnya disajikan
dalam bentuk skripsi ini. Dari kesemuanya itu dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Persepsi siswa tentang Kedisiplinan guru di MAN Bawu Jepara adalah
ternilai baik. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan metode angket yang
berisi 30 pertanyaan dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata angket
sebesar 108,6 yang berarti ada pada interval (106-112) sehingga ternilai
baik.
2. Minat belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah
ternilai baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan metode
angket yang berisi 30 pertanyaan dengan jumlah responden 30 siswa-siswi
dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata angket sebesar 103,8, yang
berarti ada pada interval (97-104) sehingga ternilai cukup.
3. Persepsi siswa pada kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak
berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara
tahun pelajaran 2009-2010. Terbukti dengan hasil yang diperoleh dari
hasil perhitungan (nilainya sebesar 31,609), dikonsultasikan dengan Ftabel
(Ft), baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Freg 31,609> Ft(0,05
= 4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil Freg lebih besar
dari Ft, berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa pada
kedisiplinan guru dengan minat belajar siswa.
B. Saran-saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis selesaikan maka penulis akan
memberikan saran-saran yang diharapkan dapat ditindaklanjuti di MAN Bawu
Jepara terutama dalam Minat belajar siswa. Saran yang dapat penulis sampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Kepada Pihak Madrasah dan Guru
a. Meningkatkan Kedisiplinan di sekolah. Dalam hal ini khususnya adalah guru diharapkan mengoptimalkan
serta meningkatkan kedisiplinannya dalam pelaksanaan pembelajaran dan kedisiplinan mentaati peraturan
sekolah. Tujuannya agar dapatpara siswa dapat mencontoh kedisiplinan guru tersebut dan dapat menin
gkatkan minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
b. Minat belajar merupakan hal yang sangat urgen. Di samping dapat
menggali serta mengembangkan potensi kepada siswa untuk terampil
dan lebih mendalami ilmu pengetahuan, juga menambah wacana
religiuitas yang bisa diterapkan. Supaya tujuan tersebut dapat
terealisasi, maka dari pihak Madrasah dan guru perlu memberikan
Motivasi dan contoh yang baik kepada anak didik supaya lebih
semangat dan giat dalam mengikuti kegiatan belajar di Madrasah.
2. Kepada Siswa
a. Sebagai generasi penerus cita-cita bangsa, seharusnya siswa-siswi lebih giat dalam belajar, tingkatkanlah
prestasi daan perilaku atau akhlak yang baik, terutama dalam hal beribadah karena kita hidup selain
sebagai makhluk sosial, juga sebagai makhluk Allah yang tidak lain adalah diharapkan selalu taat akan
perintah-perintah-Nya daan menjauhi larangan-Nya.
b. Para siswa hendaknya aktif dalam mengikuti kegiatan yang
direncanakan dan diselenggarakan oleh Madrasah supaya lebih
meningkatkan mutu keilmuan dan pengalaman.
C. Penutup
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat Nya, serta
pertolongan-Nya maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan
skripsi ini dari tahap awal sampai selesai. Banyak sumbangan pemikiran yang
telah penulis terima baik dalam bentuk diskusi, informasi, buku-buku maupun
dalam bentuk yang lain.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna
dan semua kebenaran hanya milik Allah. Untuk itu saran dan kritik dari semua
pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaannya.
Dan akhirnya penulis mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat
bagi penulis sendiri pada khususnya, serta bagi para pembaca pada umumnya.
Semoga Allah menjadikan kita dalam golongan orang-orang yang beruntung
baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin ya Robbal ‘alamien.
DAFTAR PUSTAKA
A, Doni Koesoema, dan A. AriobimoNusantara, Pendidik Karakter di Zaman
Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan
Pendidikan, Jakarta : Grasindo, 2009
Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta,1991
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
_______, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1995
Azhar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jurnal Pendidikan dan kebudayaan Jakarta : DEPDIKNAS, 2006
Calhoun, James F, Psikologi Tentang Penyesuain dan hubungan Kemanusian,
Semarang : IKIP Press, 1995
Crow, Lester D, dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, dalam Kajian(eds),
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984
Davidoff, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar, (terj. Mari Juniati) , Jakarta :
Erlangga, 1991
_______, KamusBesar Bahasa Indoneisa, Jakarta : Balai Pustaka, 2005
Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, jakarta :
Rineka Cipta, 2000
_______, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Suatu pendekatan
Teoritis Psikologis), Jakarta: IKAPI, 2005
Ginanjar, Agustian Ari, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
SpiritualESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta:
Arga Wijaya Persada,2001
Gordon, Thomas , Menggajar Anak Berdisipolin-diri, terjemahan, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 1996, cet. I,
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta : Andi Offset, 2000
_______, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bymu Aksara, 2009
http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/10473333/Pendidikan.Moral.Perlu.Se
jak.Dini
http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/12/11/perbedaan-pengertian-
etika-moral-dan-etiket/
http://re-searchengines.com/0404lewa.html
http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/
http://www.mediaindonesia
.com/mediaperempuan/read/2010/04/28/7/ajarkan-disiplin-
sesuai-usia.
Hurlock, Elizabeth B, Child development Sixth Edition, Mc. Hill. Inc, 1978
Koenjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1994, cet
XIII
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat pendidikan Islam, Bandung : Al-Ma’arif,
1989
Mhtml:// www.valuebasedmanajement.net, diambil pada 15 Januari 2010
Morgan, Clifford T, Introduction to Psychology, New York : Mc. Graw Hill Book
Company INC, 1961,
Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008. hlm. 50.
Poerwadarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta :
Balai Pustaka, 2005
R, Thantowy, Kamus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Econimic Student, 1993
Sagala, Syaiful, M.Pd, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung; CV
ALFABETA, 2003.
Saleh, Abdurrahman, dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam Jakarta : Prenada Media, 2004, Cet.I.
Sardiman, A..M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, edisi I Jakarta PT
Raja Grafindo Persada 2001 cet 9.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta : Bulan Bintang,
tanpa tahun,
Selameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : PT. Adi
Mahakarya, 2003
Seomanta, Wasti, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, 1997
Siagian, Sondang P, Teori MOtivasi dan aplikasinya, Jakarta : Rineka Cipta,
2004, Cet.3
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989
Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003
Soemarmo,D, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah,
Jakarta : CV Mini Jayay Abadi, 1997
Soemarmo,D, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dalam Tata Tertib
Sekolah, Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 1998
Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta; Rieneka
Cipta,1997
Sudijono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2004
Sudjana,Nana, Metode Statistika, Bandung: Transito, 1996
Sudjiono,Anas, Pengantar Statistik pendidikan, ,Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2001 Cet. 11
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
&D, Bandung: Alfabeta, 2006, cet. 2
_______, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan
R & D, Bandung : Alfabeta, 2007
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Surya, Muhammad, Bina Keluarga, Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2003, Cet. I,
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005, cet-13
Syah, Muhiddin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2002, cet-7
Tarigan, Hadi Guntur, Membaca dalam Kehidupan, Bandung: Angkasa , tanpa
tahun
Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993
Unaradjan,Dolet, Manajemen Disiplin, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2003
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2002.
Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (suatu pengantar) , Yogya : Andi Offset, 1994.
Cet.2.
_______, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 2004
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Nur Amilatus Sa’adah
Tempat/Tgl Lahir : Jepara, 15 April 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Kriyan, RT 15 RW 03, Kalinyamatan, Jepara.
(59462)
JENJANG PENDIDIKAN :
1 SDN Kriyan 04 Lulus Tahun 2000
2. MTs. Banat NU Kudus Lulus Tahun 2003
3. MAN 2 Kudus Lulus Tahun 2006
Kudus, Juni 2009
Penulis
Nur Amilatus Sa’adah
NIM. 063111010
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ................76
Lampiran 2. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa..............................................77
Lampiran 3 Angket Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ................................78
Lampiran 4. Angket Motivasi Siswa dan Jawaban .............................................82
Lampiran 5. Visi, Misi, dan Tujuan MAN Bawu Jepara .....................................86
Lampiran 6. Daftra Nama responden ...................................................................87
Lampiran 7 Data Skor Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ..........................88
Lampiran 8. Data Skor Angket Minat Belajar Siswa ...........................................89
Lampiran 9. Perhitungan Laboratorium Matematika……………………………90