pengaruh perlakuan panas terhadap struktur dan morfologi
TRANSCRIPT
Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Struktur dan Morfologi Material Lapisan Barium Titanat (BaTiO3)/Barium Zirconium Titanat (BaZrTiO3) yang Disintesis dengan Metode Chemical
Solution Deposition
[1]Arda Yogatama, [2]Bambang Soegijono,[3]Rachmat Andika
[1][2][3]Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Email: [1][email protected]
[2][email protected] [3][email protected]
ABSTRAK
Material multi lapisan Barium Titanat (BaTiO3)/Barium Zirconium Titanat
(BaZrTiO3) berhasil ditumbuhkan pada substrat silikon (Si). Lapisan tersebut
disintesis dengan metode Chemical Solution Deposition yang diikuti dengan Spin
Coating. Dalam sintesis lapisan BTO/BZT tersebut dilakukan variasi siklus heat
treatment pada proses penambahan lapisan. Lapisan dikarakterisasi dengan XRD
dan SEM guna melihat mikrostruktur serta morfologi yang terbentuk. Parameter
sintesis lapisan didapatkan pada lapisan BTO/BZT dengan kecepatan putar 3000
rpm dengan proses pemanasan (1 Siklus). Terjadi peningkatan crystallite size
yang sebanding dengan peningkatan kristalinitas pada lapisan dengan proses
pemanasan (1Siklus). Crystallite size yang didapatkan kisaran diameter 42-48 nm.
Kata kunci :
BTO, BZT, Chemical Solution Deposition, Spin Coating, Crystallite size
ABSTRACT
Influence of Heat Treatment to Structure and Morphology on Material Barium Titanate (BaTiO3)/Barium Zirconium Titanate (BaZrTiO3) with
Chemical Solution Deposition Method
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
A multilayered material Barium Titanate (BaTiO3)/Barium Zirconium
Titanate (BaZrTiO3) has been successfully grown on a silicon substrate. The
aforementioned layer was synthesized employing the Chemical Solution
Deposition method and Spin Coating method. Temperature cycle variation was
conducted within the synthesis process of the layer addition process. The layer
was characterized using XRD and SEM in order to observe the microstructure and
the morphology of the newly added layer. Layer formation of BTO has been
optimized at 3000 rpm in one temperature cycle. There was a proportional
increase of crystallite size in respect to the increase in the crystalinity of the layer
within one temperature cycle. Crystallite size obtained ranges from 42-48nm in
diameter.
Keyword :
BTO, BZT, Chemical Solution Deposition, Spin Coating, Crystallite size
Latar Belakang
Setelah penemuan piezoelektrisitas oleh Curie bersaudara dan fenomena
ferroelektrisitas pada Garam Rochele oleh Joseph Valaseks mendorong para
peneliti untuk mengembangkan material basis ferroelektrik. Material ferroelektrik
merupakan material dielektrik yang dapat terpolarisasi spontan dan memiliki
kemampuan mengubah orientasi arah medan internalnya memalui penerapan
medan eksternal.
Material ferroelektrik banyak diaplikasikan dalam teknologi elektronika.
Konstanta dielektriknya yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai
penyimpan memori pada devais elektronik, sedangkan sifat piezoelektriknya
dapat digunakan sebagai mikroaktuator dan sensor.
Material ferroelektrik yang populer untuk dikembangkan antara lain :
Plumbum Srontium Titanat (PbSrTiO3), Plumbum Zirconium Titanat (PbZrTiO3),
dan Barium Titanat (BaTiO3). Hingga 1 Juli 2006 menurut arahan PBB dan PBDE
2002/95/EC (RoHS) negara – negara di Eropa melarang penggunaan plumbum
atau timbal karena ketidak ramahannya terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, para
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
peneliti memutuskan untuk tidak menggunakan material berbahan dasar Plumbum
(Pb). Material yang menjadi kandidat untuk menggantikan material berbahan
dasar plumbum antara lain adalah Barium Titanat (BaTiO3), selain bebas dari
plumbum, Barium Titanat juga memiliki konstanta dielektrik yang cukup tinggi.
Akan tetapi Barium Titanat memiliki nilai kebocoran arus. Pendopingan ion Zr4+
pada Barium Titanat dapat mengurangi kebocoran arus dan menaikan konstanta
dielektrik yang lebih tinggi (Andika et al., 2013).
Banyak metode yang dapat dilakukan untuk mensintesis lapisan material
ferroelektrik seperti Barium Tianat (BTO) dan Barium Zirconitum Titanat (BZT)
salah satunya adalah Chemical Solution Deposition (CSD). Metode Chemical
Solution Deposition merupakan metode penumbuhan larutan pada substrat.
Metode ini menjadi favorit untuk diteliti karena kemudahan dan faktor biaya yang
lebih rendah dibandingkan metode lain sepereti Chemical Vapour Deposition
(CVD), Pulsed Laser Deposition (PLD), dan Sputtering (Adem, 2003). Akan
tetapi dengan metode tersebut rentan dihasilkan sampel yang crack atau retak,
dengan adanya crack tersebut akan menurunkan preforma pada sampel yang akan
diperoleh. Selain itu, pada penelitian ini akan dibuat material BTO dan BZT yang
berlapis (BTO/BZT) guna melihat struktur dan morfologi dari lapisan tersebut.
Metode Penelitiaan
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Kimia Departemen
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam Universitas Indonesia
(FMIPA UI), dan proses pengambilan data karakterisasi pada beberapa lembaga
pengujian kimia serta material, seperti : Pusat Laboralotirium Terpadu Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, Laboratorium CMPFA Departemen
Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penelitian
berlangsung dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 4
Sintesis lapisan BaTiO3/Ba(ZrxTi1-x)O3 pada penelitian ini menggunakan
metode Chemical Solution Deposition. Prekursor yang digunakan adalah Barium
Asetat [Ba(C2H3O)2] 99%, Titanium Iso-Propoksida [Ti(OCH(CH3)2)4] 99,99%,
dan Zirconium n-butoksida (C16H36O4Zr) 99,99%, serta pelarut yang digunakan
adalah Asam Asetat (C2H4O2) 100% dan Ethylen Glycol [HOCH2CH2OH] 99,5%.
Semua prekursor dan pelarut yang digunakan ditimbang dengan timbangan digital
dalam gelas kima atau labu elenmeyer. Setelah semua prekursor dan pelarut telah
ditimbang dalam satu wadah maka akan dihomogenisasi dengan menggunakan hot
plate magnetic stirrer, selanjutnya larutan akan disaring dengan menggunakan
kertas saring sebelum disimpan ataupun digunakan.
Sampel dikarakerisasi DTA-TGA untuk mengamati laju dekomposisi dari
sampel sebelum dideposisi dan dari data tersebut didesain heat treatment yang
akan dilakukan pada tahap selanjutnya.
Deposisi dilakukan dengan metode Spin Coating. Larutan sampel diteteskan ke
atas substrat yang sudah berada pada landasan spin coater dengan pipet. Subtrat
yang digunakan pada penelitian ini adalah substrat Silikon (Si). Sampel (lapisan)
kemudian dikeringkan diatas hot plate lalu dilanjutkan dengan furnance.
Karaktersasi sampel lapisan berupa karakterisasi stuktur kristal dengan alat X-Ray
Diffractrometer (XRD) dan morfologi lapisan dengan menggunakan alat
Scanning Electron Microscopy (SEM).
Analisis struktur kristal diperoleh dari hasil karak terisasi X-Ray
Difraktometer (XRD). Analisis terhadap puncak pada pola XRD dilakukan
dengan mengamati data posisi (2θ), intensitas tiap puncak, dan lebar puncak atau
Full-Width Half Maximum (FWHM).
Tabel 1. Daftar prekursor dalam mensintesa lapisan BaTiO3/Ba(ZrxTi1-x)O3
Prekursor Sumber Kemurnian Ba(C2H3O)2 Aldirch Chemical Company, USA 99%
Ti(OCH(CH3)2)4 Aldirch Chemical Company, USA 99.99% C16H36O4Zr Aldirch Chemical Company, USA 99.99%
C2H4O2 Aldirch Chemical Company, USA 100% HOCH2CH2OH Aldirch Chemical Company, USA 99.50%
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 5
Hasil data dari XRD dapat digunakan untuk menentukan sifat struktural dari
fase pada material yang terbentuk, orientasi kristal, sertal ukuran kristalnya.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan grafik puncak-puncak dari data
XRD. Perubahan yang terjadi terhadap struktur kristal menyebabkan pelebaran
puncak pada kurva difraksi sinar-X tersebut (Meirama, 2012).
Terdapat dua identitas struktural dari material yang dapat diekstrak melalui
lebar kurva yang kita dapatkan dari difraksi sinar-X, yaitu crystallite size (ukuran
butir) dan microstrain. Banyak metode yang dapat memodelkan dan menghitung
sifat struktural tersebut. Salah satunya adalah metode Debye-Scherrer dan
Williamson-Hall.
Hasil dan Pembahasan
Untuk mempelajari fenomena termal pada sampel yang diberikan
perlakuan panas, peneliti melakukan analisa diferensial termal (DTA) dan
termogravitrimetrik (TGA) yang dilakukan dengan Simadzu DT30 pada sampel
bubuk sebanyak 10.5 mg dengan kenaikan temperatur sebesar 10oC/menit dan
pada rentang temperatur (30 – 800)oC.
Gambar 1. Kurva karakteristik termal BTO
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 6
Analisis termal dilakukan untuk melihat respon termal dari sampel dan
merancang heat treatment pada proses sintesis lapisan. DTA digunakan juga
untuk mengamati perbedaan temperatur terhadap temperatur referensi (Al2O3),
sedangkan TGA adalah Termobalance, mengamati perubahan massa dari sampel
selama pemanasan.
Kehilangan massa dari perkursor mengidentifikasian terjadinya
transformasi yang diikuti dengan pelepasan ikatan kimia, sehingga pada saat
ikatan lepas mengakibatkan atom-atom terpisah dan massa atom berkurang. Selain
itu kehilangan massa juga dapat mengisyaratkan adanya penguapan beberapa
impuritas pada sampel. Dari hasil analisis termal pada sampel pada Gambar 1
menunjukan muncul tiga (3) fenomena termal.
Fenomena pertama yang dapat ditunjukan pada gambar 1 adalah peristiwa
endotermik. Hal ini terjadi pada temperatur <200oC, pada temperatur tersebut
diperkirakan merupakan penguapan dari pelarut organik yang ada pada sampel.
Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah asam asetat. Pelarut ini
diketahui memiliki titik uap sebesar 117oC (Sigma Aldric - MSDS). Pada
fenomena ini diikuti juga dengan kehilangan massa sebesar 54.28 % (lihat pada
gambar 2 )
Gambar 2. Kurva kehilangan massa
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 7
Kedua, pada temperatur (150 – 400)o C teramati kembali fenomena
endotermik yang diikuti dengan dekomposisi massa sekitar 10.91 %. Hal ini
diperkirakan terjadinya dekomposisi dari perkursor yaitu Titanium Isopropoksida
dan Zirconium n-butoksida, perkursor alkoksida tesebut akan menguap pada
temperature (200 – 250)o C. Pada rentang temperatur itu juga diperkirakan terjadi
kembali penguapan dari sisa pelarut dan juga chelating agent yaitu ethylene
glycol. Pelarut ini memiliki titik uap sebesar 198o C (Sigma Aldric - MSDS).
Rentang temperatur ini ion Titanium akan terbentuk pada proses kristalisasi awal
(Putra, 2015)
Yang terakhir adalah terlihat adanya kehilangan massa pada temperatur >
650o C, hal ini juga diikuti lagi dengan fenomena endotermik. Hal ini berkaitan
dengan pelepasan karbonat menjadi CO2 serta proses kristalisasi pada sampel
(Bera & Sarkar, 2004).
Dengan demikian peneliti dapat merancang heat treatment pada sintesis
lapisan, yaitu 150o C merupakan proses drying dimana proses ini merupakan
proses untuk menguapkan pelarut, 400o C yaitu pirolisis yang berguna untuk
menghilangkan pelarut sisa dan mempersiapkan pertumbuhan kristal, serta yang
terakhir adalah annealing pada temperatur 750o C yang berguna untuk kristlisasi
dari lapisan yang akan dibentuk.
Untuk mendapatkan kualitas morfologi lapisan yang baik pada metode
spin coating, banyak faktor yang dapat mempengaruhi salah satunya adalah
kecepatan putar. Hal ini dapat mempengaruhi unifromitas dari lapisan sehingga
kualitas lapisan menjadi lebih baik.
Secara teori bahwa kecepatan putar akan sebanding dengan ketebalan dan
kerataan kontur lapisan. Ketidakrataan kontur dapat menyebabkan crack dan juga
peeling atau delaminasi lapisan yang menyebabkan lapisan rusak (Ashiri, Nemati,
& Sasani Ghamsari, 2014).
Pada Gambar 3 merupakan hasil lapisan dengan konsenrasi larutan BTO
dan larutan BZT dengan konsentrasi 0.5 M, serta konten Zr pada larutan BZT
sebesar 10%. Terlihat bahwa pada gambar (a) tumbuh lapisan yang lebih tebal
dari pada gambar (b), hal ini sesuai dengan teori, dimana gaya sentripetal yang
diberikan dari spin coater akan berbanding terbalik dengan ketebalan dari lapisan.
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 8
Semakin besar gaya, maka akan semakin tipis lapisan yang terbentuk. (Yofentina,
Viska, Hikam, Bambang, & P, 2010).
Ketebalan lapisan dapat mempengaruhi lapisan yang ingin dibentuk. Pada
sintesis lapisan BTO/BZT diusahakan agar lapisan dibuat semakin tipis, dengan
asumsi bahwa ketebalan lapisan tersebut dapat meningkatkan interaksi molekul
antar lapisan, sehingga multi-lapisan BTO/BZT terbentuk.
Kerataan kontur juga dapat mempengaruhi sifat dari lapisan. Ketidakrataan
dari kontur lapisan ditandai dengan banyaknya gradasi warna yang terbentuk,
seperti pada gambar 4.4 (a). Hal ini yang mendasari bahwa kecepatan putar yang
tepat untuk mensintesis lapisan BTO/BZT adalah 3000 rpm. Terbukti pula dari
hasil mikroskop optik pada Gambar 4.
Pada hasil mikroskop optik dari lapisan BTO/BZT dengan variasi
kecepatan putar (2000 dan 3000) rpm ini dapat dilihat pada Gambar 4. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa lapisan dengan kecepatan putar 3000 rpm
memiliki kualitas lapisan yang lebih merata.
Pada lapisan dengan kecepatan putar 2000 rpm terdapat fenomena hilocks.
Fenomena ini terjadi akibat adanya udara yang terjebak atau void, void tersebut
a) b)
Gambar 3 Lapisan BTO/BZT gambar (a) 2000 rpm, (b) 3000 rpm
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 9
dimungkinkan terbentuk akibat proses coating yang tidak tepat (Ashiri et al.,
2014).
Proses penipisan dengan kecepatan putar yang tidak tepat menyebabkan
gelembung udara terbentuk atau terjebak pada lapisan, sehingga pada proses
pemanasan udara yang terjebak terebut pecah dan memaksa lapisan menjadi
berlubang seperti yang ditunjukan pada Gambar 4 (a).
a) 3000 rpm b) 2000 rpm
Gambar Error! No text of specified style in document.. Lapisan BTO/BZT dengan variasi kecepatan putar diambil dengan Mikroskop Optik
Gambar 5. Hasil difraksi sinar-X lapisan BTO dan lapisan BZT
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 10
Pada penelitian ini dilakukan terlebih dahulu sintesis lapisan dari masing
masing lapisan yang akan ditumpuk atau stacking. Hal ini dilakukan guna menguji
parameter yang digunakan pada sintesis lapisan BTO/BZT. Parameter yang
digunakan adalah konsentrasi larutan, jumlah lapisan, konten dari Zr yang
didoping pada lapisan BZT, kecepatan putar spin coater, dan temperatur pada heat
treatment.
Pada Gambar 5 ditampilkan hasil dari karakterisasi X-ray Difraktrometer
dari lapisan BTO dan lapisan BZT. Lapisan tersebut menggunakan parameter
pembuatan yang sama yaitu, konsenterasi larutan BTO dan BZT sebesar 0.5 M , 5
lapis jumlah lapisan, 3000 rpm kecepatan putar, dan 450o C (pirolisis) serta 750o
C (annealing). Hanya satu parameter yang berbeda. Yaitu, pada lapisan BZT
ditambahkan konten Zirconium sebesar 10%.
Hasil dari difraksi sinar-X pada lapisan tersebut diolah dengan software
GSAS, lalu pola dari difraksi sinar-X dilakukan matching dengan software Match
menggunakan Data Base (ICDD : 00 – 036 – 0019). Dari hasil XRD menunjukan
bahwa material BTO (Barium, Titanium) dan BZT (Barium, Zirconium, Titaniun)
berhasil terdeposisi pada substrat.
Tingkat kekristalan dari BZT lebih rendah dibandingkan dengan BTO
pada substrat Si. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar 6 masing masing puncak
Gambar 6 Kenaikan intensitas hasil pola difraksi sinar-X lapisan BTO dan lapisan BZT yang dipotong pada 2θ (30.0 – 32.5)o
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 11
yang tumbuh pada BTO dan BZT mengalami peningkatan intensitas. Peningkatan
intensitas tersebut terjadi pada 2θ (22 o ; 32 o ; 38 o ; 45 o ; 52 o ; dan 56o).
Gambar 6 menunjukan perbedaaan intensitas dari lapisan BTO dan
lapisan BZT. Pola hasil difraksi sinar-X tersebut dipotong pada 2θ (30 o – 32.5o).
Penurunan intensitas pada ploa difraksi BTO ke BZT bukan hanya menunjukan
tingkat kekristalan dari lapisan tersebut yang menurun, akan tetapi penurunan
intensitas juga menunjukan bahwa makin sedikit reaksi antara TiO2 dan BaTi2O4
yang menyebabkan kristalinitas dari BZT menurun (Vasilescu et al., 2013).
Setelah mempelajari proses sintesis dari lapisan BTO dan BZT, didapatkan
optimasi parameter pada sintesa multi-lapisan BTO/BZT. Lapisan BTO/BZT
disintesis berdasarkan optimasi parameter yang dilakuakan pada sintesa lapisan
BTO dan BZT, tabel 2 menjelaskan optimasi parameter apa saja yang digunakan
dalam sintesis lapisan BTO/BZT.
Tabel 2. Parameter sintesis lapisan BTO/BZT
Parameter Nilai Satuan
Kecepatan Putar 3000 Rpm
Konsentrasi Larutan 0.5 Molar
Konten Zr 10 At%
Temperatur Annealing 750 Celcius
Menggunakan parameter sintesis pada tabel 2, lapisan BTO/BZT berhasil
di sintesis diatas substrat Silikon (Si), hal ini dibuktikan pada hasil pola difraksi
sinar-X pada Gambar 7.
Gambar 7 terbukti bahwa telah terdeposisi multi-lapisan BTO/BZT diatas
substrat Silikon (Si). Hasil dari pola difraksi tersebut juga identik dengan hasil
dari pola difraksi lapisan BTO dan lapisan BZT, hal ini membuktikan bahwa
hampir tidak terbentuk fasa lain pada sintesis tersebut. Hal tersebut dikonfirmasi
dengan hasil dari hasil refinment dengan GSAS dan matching fasa menggunakan
software Match dengan ICDD PDF #360019 .
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 12
Pada penelitian ini dilakukan dua variasi proses heat treatment (perlakuan
panas). Pertama, lapisan pertama (BTO/BZT1) disentesis dengan proses
penambahan lapisan yang dilakukan setelah proses pirolisis (1/2 siklus). Kedua,
lapisan (BTO/BZT2) dilakukan proses penambahan lapisan dilakukan setelah
lapisan sebelumnya sudah mengalami kristalisasi pada proses annealing.
Varisasi heat treatment (perlakuan panas) ini dilakukan untuk mengamati
hasil lapisan dari perbedaan proses pemanasan yang terjadi pada sintesis lapisan
BTO/BZT. Hasil dari lapisan BTO/BZT dilihat secara struktur kristal dan
morfologi dari lapisan BTO/BZT. Gambar 4.9 memperlihatkan hasil difraksi
sinar-X lapisan BTO/BZT dengan variasi heat treatment. BTO/BZT 1 merupakan
lapisan dengan pemanasan ½ siklus dan BTO/BZT 2 merupakan lapisan dengan
pemanasan 1 siklus.
Hasil pola difraksi sinar-X tersebut membuktikan bahwa, pada setiap
variasi perlakuan panas terdeposisi lapisan BTO maupun lapisan BZT. Hal ini
dibuktikan dengan munculnya puncak yang menunjukan terbentuknya material
BTO dan BZT tersebut, seperti yang ditunjukan pada 2 Theta 22o yang tumbuh
pada bidang kristal 0 0 2 (h k l) yang merupakan bidang milik BZT dan pada 2
Theta 38o bidang 1 1 0 (h k l) merupakan bidang dari BTO (Bacha, Deniard,
Richard-Plouet, Brohan, & Gundel, 2011).
Gambar 7. Perbandingan pola hasil difraksi sinar-X lapisan BTO/BZT sebelum di refinment (obs) dan setelah refinement (ref)
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 13
Untuk melihat perbedaan hasil lapisan dari variasi proses pemanasan
dilakukan analisis struktur kristal pada lapisan BTO/BZT. Analisis struktur yang
diamati yaitu, crystallite size (ukuran kristal), microstrain (regangan mikro), dan
konstata kisi atau prameter kisi. Untuk mengamati crystallite size dan microstrain,
hasil dari pola difraksi sinar-X dari lapisan BTO/BZT dilakukan dekonvolusi pada
kurva hasil XRD, dekonvolusi kurva tersebut dilakukan dengan software Peakfit
v4.
Setelah didapatkan paramater-parameter yang dibutuhkan untuk
menghitung crystallite size dan microstrain, perhitungan tersebut dilakukan
dengan dua metode yang berbeda. Metode pertama yaitu metode Debye-Scherrer
dan metode kedua adalah metode Williamson-Hall.
Tabel 3 Crystallite size (ukuran butir) dan Microstrain (regangan mikro) dihitung dengan metode Williamson-Hall dan Debye-Scherrer
Material Ukuran Butir Regangan Mikro
(no unit) W-H D-S BTO/BZT 1 42 nm 10.5 nm 0.0068 BTO/BZT 2 48 nm 11.4 nm 0.0060
Gambar 8. Pola difraksi sinar-X dari lapisan BTO/BZT
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 14
Dari Gambar 9 menunjukan bahwa peningkatan ukuran kristal terjadi,
baik ukuran kristal yang dihitung dengan Williamson - Hall ataupun Debye -
Scherrer. Hal tersebut diperkirakan terjadi akibat dari variasi heat treatment pada
proses pembentukan lapisan. Pengaruh proses pelapisan yang dilakukan setelah
annealing atau pada penelitian ini disebut 1 siklus (BTO/BZT 2) menyebabkan
pertumbuhan kristal pada lapisan BTO/BZT.
Pertumbuhan kristal berhubungan dengan nilai FWHM dari hasil pola
difraksi sinar-X. Dimana semakin besar FWHM maka semakin kecil ukuran
kristal yang terukur pada sebuah material. Hal ini dibuktikan pada Gambar 10.
Hasil plot kurva Williamson-Hall (W-H) berhubungan erat dengan nilai FWHM
yang diamati pada lapisan. Sesuai dengan persamaan (3.5) yang dilakukan dengan
metode kuadrasi kecil (least square) didapatkan nilai intercept yang lebih kecil
dari plot kurva W-H BTO/BZT2 dibandingkan intercept dari plot kurva W-H
BTO/BZT1.
Menurut metode Williamson-Hall nilai intercept tersebut
merepresentasikan nilai (kλ/D), dimana k adalah konstanta Scherrer yang bernilai
0.9, sedangkan λ adalah panjang gelombang dari sumber radiasi sinar-X yang
digunakan pada instrument XRD yang digunakan pada penelitian, dengan sumber
Gambar 9. Crystallite size lapisan BTO/BZT
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 15
Cu maka nilainya adalah 1.54 Angstrom. Dengan demikian nilai intercept hasil
kurva W-H berbanding terbalik dengan crystallite size (Meirama, 2012).
Pertambahan ukuran kristal juga mempengaruhi nilai dari konstanta kisi
pada material. Semakin besar ukuran kristal, semakin besar pula nilai dari
konstanta kisi yang ada pada material. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai intensitas
yang meningkat. Dengan intensitas yang tinggi menunjukan bahwa tingkat
keteraturan kristal meningkat, lihat Gambar 11 (Hadiati et al., 2013).
Gambar 10. Kurva W-H Plot lapisan BTO/BZT1 & BTO/BZT2
Gambar 11. Kenaikan intensitas hasil pola difraksi sinar-X lapisan BTO/BZT1 dan lapisan BTO/BZT2
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 16
Pada Gambar 11 menunjukan bahwa lapisan BTO/BZT 2 yang diberikan
proses heat treatment dengan proses pelapisan (1 siklus) memiliki intensitas yang
lebih tinggi dari lapisan BTO/BZT 1, dengan demikian nilai kristalinitas dari
lapisan meningkat. Hal tersebut terjadi akibat dari proses pemanasan lapisan.
Dengan menggunakan proses pemanasan (1 siklus) berarti bahwa proses
penambahan lapisan dilakukan ketika lapisan awal atau lapisan sebelumnya sudah
mengalami kristalisasi yang disebabkan dari proses annealing.
Hal ini diduga dapat mempengaruhi derajat kekristalan yang juga dapat
berpengaruh pada crystallite size dan parameter kisi yang terbentuk. Hasil nilai
parameter kisi dari lapisan dapat dilihat pada tabel 4.
Selain nilai dari parameter kisi pada Tabel 4 juga memperlihatkan nilai
dari tertragonalitas pada sampel BTO/BZT 1 dan BTO/BZT 2. Hasil ini
menunjukan bahwa lapisan BTO/BZT 2 memiliki nilai tetragonalitas yang lebih
besar. Sejalan dengan peningkatan crystallite size dan konstanta kisi. Nilai
tetragonaitas didapatkan dari proses pemanasan pada lapisan BTO/BZT 2 yang
menyebabkan parameter kisi kristal memanjang akibat perubahan volume unit sel
struktur kristal (Andika, 2013).
Hasil Karakterisasi SEM dapat dilihat pada Gambar 13 lapisan yang
diamati adalah lapisan BTO/BZT 2. Lapisan tersebut merupakan multi lapisan
dari BTO dan BZT yang memiliki hasil baik dari variasi siklus pemanasan pada
penelitian ini. Hasil SEM penampang melintang dari multi lapisan BTO/BZT
tersebut akan dibandingkan dengan hasil SEM penampang melintang dari lapisan
BZT (Gambar 12). Studi morfologi dari lapisan BTO/BZT dapat menentukan
ketebalan dari lapisan dan pada akhirnya dapat menentukan laju pertumbuhan
pada material multi lapisan tersebut.
Tabel Error! No text of specified style in document.. Parameter kisi lapisan BTO/BZT
Material a c c/a
BTO/BZT 1 4.1445 Å 4.0152 Å 0.9688
BTO/BZT 2 4.4198 Å 4.3269 Å 0.9789
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 17
Gambar 13 menunjukan hasil dari SEM lapisan BTO/BZT. Hasil
tersebut dapat memperlihatkan ketebalan dari lapisan BTO/BZT yang terbentuk.
Lapisan pertama adalah lapisan Barium Titanat (BTO) dan lapisan setelahnya
adalah lapisan Barium Zirconium Titanat (BZT). Terlihat samar multi lapisan
antara lapisan BTO dan lapisan BZT, perbedaan ketebalan dari lapisan pun samar
terlihat. Lapisan yang lebih di bawah (lapisan BTO) memiliki ketebalan lapisan
yang lebih tebal.
542.5 nm 597.4 nm
Gambar 12. Hasil SEM penampang melintang lapisan BZT
1.201 nm
312 nm
Gambar 13. Hasil SEM penampang melintang lapisan BTO/BZT
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 18
Kesimpulan dan Saran Proses sintesis multi lapisan Barium Titanat (BaTiO3)/Barium Zirconium Titanat (BaZrTiO3) dengan menggunakan metode Chemical Solution Deposition (CSD) telah selesai dilaksanakan. Kesimpulan yang didapatkan pada proses penelitian ini adalah :
1. Parameter penumbuhan lapisan BTO/BZT dengan metode CSD telah
diperoleh. Yaitu, kecepatan putar spin coating 3000 rpm dan konsentrasi
setiap larutan sebesar 0.5M.
2. Pada variasi perlakuan panas terlihat bahwa lapisan dengan proses heat
treatment (1 sklus) menghasilkan lapisan dengan kristalintas yang lebih
baik. Hal tersebut diverifikasi dari hasil pola difraksi XRD yang lapisan
BTO/BZT.
3. Struktur kristal lapisan BTO/BZT adalah perovskite tetragonal dengan
parameter kisi (a = b = 4.1 - 4.4 Å) dan (c = 4.0 - 4.3 Å).
4. Diameter crystallite size dari lapisan dapat teridentifikasi. Yaitu sekitar
10.5 - 48 nm. Diameter ukuran kristal dihitung dengan metode Scherrer
dan Williamson-Hall
5. Ketebalan Lapisan BTO/BZT dapat terlihat melalui hasil pengujian SEM
yaitu, 312-1201 nm.
SARAN
1. Untuk mendapatkan kualitas lapisan yang baik perlu dilakukan variasi :
(kemolaran, waktu tahan pada proses pemanasan, dan temperatu
annealing).
2. Diperlukan pengujian listrk atau polaritas untuk mengkarakteristik lapisan
lebih lanjut.
Daftar Acuan Adem, U. (2003). PREPARATION OF Ba. Preparation of BST Thin Film,
(December). Andika, R., Matematika, F., Ilmu, D. A. N., Alam, P., Studi, P., & Material, I.
(2013). FERROELEKTRIK LAPISAN TIPIS BARIUM ZIRCONIUM TITANATE ( BaZr x Ti 1-x O 3 ) MELALUI METODE CHEMICAL SOLUTION DEPOSITION.
Ashiri, R., Nemati, a., & Sasani Ghamsari, M. (2014). Crack-free nanostructured BaTiO3 thin films prepared by sol-gel dip-coating technique. Ceramics International, 40(6), 8613–8619.
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia 19
http://doi.org/10.1016/j.ceramint.2014.01.078 Bacha, E., Deniard, P., Richard-Plouet, M., Brohan, L., & Gundel, H. W. (2011).
An inexpensive and efficient method for the synthesis of BTO and STO at temperatures lower than 200°C. Thin Solid Films, 519(17), 5816–5819. http://doi.org/10.1016/j.tsf.2010.12.190
Bera, J., & Sarkar, D. (2004). Formation of BaTiO 3 from Barium Oxalate and TiO 2. October, 11, 131–137.
Hadiati, S., Ramelan, A., Varianti, V., Hikam, M., Soegijono, B., Saputri, D., & Irianti, Y. (2013). Kajian Variasi suhu Annealing dan Holding Time pada Penumbuhan Lapisan Tipis BaZr0,15Ti0,85 dengan Metode Sol Gel. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM, 36(1), 20–27.
Meirama, N. (2012). Sintesis dan karakterisasi struktur dan sifat optis nanopartikel ZnO didop Co menggunakan metode kopresipitasi.
Putra, Y. P. (2015). Pengaruh Parameter Konsentrasi dan Jumlah Lapisan terhadap Mikrostruktur serta Sifat Listrik pada Proses Sintesis Lapisan Barium Titanate (BaTiO3) dengan Metode Spin Coating.
Vasilescu, C. A., Crişan, M., Ianculescu, A. C., Rǎileanu, M., Gartner, M., Anastasescu, M., … Truşcǎ, R. (2013). Structure, morphology and optical properties of multilayered sol-gel BaTi0.85Zr0.15O3 thin films. Applied Surface Science, 265, 510–518. http://doi.org/10.1016/j.apsusc.2012.11.036
Yofentina, I., Viska, I. V, Hikam, M., Bambang, S., & P, A. M. W. (2010). Analisis Struktur Kristal Lapisan Tipis Dengan Metode Sol Gel, 65–68.
Pengaruh Perlakuan ..., Arda Yogatama, FMIPA UI, 2016