pengaruh perceived risk sensation seeking, dan...

145
PENGARUH PERCEIVED RISK, SENSATION SEEKING, DAN SUBSTANCE USE MOTIVES TERHADAP PERILAKU MENGONSUMSI GANJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) OLEH MUHAMMAD YASSIRULLAH 109070000233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Upload: nguyencong

Post on 14-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

PENGARUH PERCEIVED RISK, SENSATION SEEKING, DAN

SUBSTANCE USE MOTIVES TERHADAP PERILAKU

MENGONSUMSI GANJA

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

OLEH

MUHAMMAD YASSIRULLAH

109070000233

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan
Page 3: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan
Page 4: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan
Page 5: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

v

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

B) September 2015

C) Muhammad Yassirullah

D) XIV + 132 halaman

E) Pengaruh perceived risk, sensation seeking, dan substance use motives

terhadap perilaku mengonsumsi ganja : sebuah studi dengan metode analisis

regresi logistik

F) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang narkotika, memasukan ganja

pada jenis narkotika golongan I. Narkotika pada golongan tersebut, hanya

dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived risk, sensation

seeking (thrill & adventure seeking, experience seeking, boredom

suscepibility, dan disinhibition), dan substance use motives (coping motive,

conformity motive, enhancement motive, expansion motive dan social motive)

terhadap perilaku mengonsumsi ganja. Analisis data yang digunakan adalah

multiple logistic regression analysis pada taraf signifikansi 0,05. Pengambilan

sampel dilakukan dengan non-probability sampling yang melibatkan 302

individu yang tergabung dalam anggota atau simpatisan komunitas Indoganja

dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan kuisioner

online yang disebarkan melalui website, media sosial (seperti facebook &

twitter), dan mailing list komunitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan perceived

risk, sensation seeking (thrill & adventure seeking, experience seeking,

boredom suscepibility, dan disinhibition), dan substance use motives (coping

motive, conformity motive, enhancement motive, expansion motive dan social

motive) terhadap perilaku mengonsumsi ganja (Chi-Square = 65,555 p<0,000

df=10). Nilai nagelkerke’s R2sebesar 0,308 menunjukkan bahwa perilaku

mengonsumsi ganja yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah

30,8%, sedangkan 79,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar

penelitian ini. Prediksi terjadinya perilaku mengonsumsi ganja yang

dipengaruhi oleh keseluruhan independen variabel penelitian, sebesar 80,5%

(95,4% untuk yang mengonsumsi ganja, 21,3% untuk yang tidak

mengonsumsi ganja). Hasil uji hipotesis minor menunjukkan hanya variabel

perceived risk yang secara signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi

ganja (p=0,002), nilai Exp(B) atau odds ratio menunjukan setiap kenaikan

satu unit variabel perceived risk, maka perilaku mengonsumsi ganja akan

turun sebanyak 7,1%.

G) Bahan bacaan: 28 buku + 11 jurnal + 5 skripsi + 11artikel

Page 6: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

vi

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta

B) September 2015

C) Yassirullah Muhammad

D) XIV + 132 pages

E) The effect of perceived risk, sensation seeking, and substance use motives on

marijuana use behavior : a study with with logistic regression analysis

F) Indonesia’s Law No. 35 of 2009 on Narcotics, classify marijuana as narcotic

class I. Narcotic in this class, may be used for the benefit of the development

of science and technology, forbidden for the benefit of healthcare, and have

high risk potential for drug addiction.

This study aims to determine the effect of perceived risk, sensation seeking (

thrill and adventure seeking, experience seeking, boredom suscepibility, and

disinhibition) and substance use motives (coping motive, conformity motive,

enhancement motive, expansion motive and social motive) on marijuana use

behavior. Data analysis is using multiple logistic regression at significance

level of 0.05. Use non-probability sampling which involved 302 individuals

who joined the members or sympathizers of the community Indoganja and

Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), using the online questionnaire that is

disseminated through websites, social media (such as facebook and twitter),

and community mailing list.

The results showed that there was a significant effect of perceived risk,

sensation seeking (thrill & adventure seeking, experience seeking, boredom

suscepibility, and disinhibition), and substance use motives (coping motive,

conformity motive, enhancement motive, expansion motive and social motive)

on marijuana use behavior (Chi-Square = 65,555 p<0,000 df=10).

Nagelkerke’s R2

score is 0,308, which indicated marijuana use behavior

influenced by overall independent research variables are 30,8%, 79,2% was

influenced by other variables outside of this research. Marijuana use

behavior predicted by overall independent research variables are 80,5%

(95,4% for consuming, 21,3% for not consuming). The results showed, only

one minor hypothesis was a significant, only perceived risk variable was a

significant on marijuana use behavior (p=0,002), Exp(B) score or odds ratio

shows each increase of one unit of perceived risk variables, then marijuana

use behavior will decrease 7.1% .

evermenunjukan setiap kenaikan satu unit variabel perceived risk,

makaperilaku mengonsumsi ganja akan turun sebanyak 7,1%.

G) Reading Material : 28 book + 11 journal + 5 thesis + 11 article

Page 7: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“The purpose of life is to discover your

gifts and the meaning of life

is to give them away”

- Martin Seligman –

“Work like a psychologist, think like a

designer and play like children”

- Muhammad Yassirullah -

“Karya ini aku persembahkan untuk

kedua orang tua terutama untuk

Almarhum Ayahku yang selalu

mendoakan dalam setiap langkah

kehidupanku”

Page 8: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah melibatkan banyak pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi nyata bagi

penulis. Banyak sekali pelajaran dan hikmah yang penulis dapatkan baik selama

penyusunan skripsi, maupun selama kuliah di Fakultas Psikologi. Oleh karena itu,

dengan segala ketulusan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta Bapak Dr. Abdul Rahman

Saleh, M.Si., Bapak Ikhwan Lutfi M.Si., dan Ibu Dra. Diana Mutiah,

M.Si., selaku wakil dekan yang telah memfasilitasi pendidikan

mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan berakhlak dan

berkualitas.

2. Bapak Jahja Umar, Ph.D dan Bapak Baydhowi, M.Si, selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak kritik dan saran

kepada penulis selama masa penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk

seluruh waktu yang berharga dalam membimbing dan memberikan

masukan kepada penulis.

3. Ibu Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi., dan Ibu Dr. Rena Latifa, M.Psi

selaku penguji sidang munaqosah yang telah memberikan masukan

yang baik untuk perkembangan penelitian penulis.

4. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si., dan Ibu Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si

yang telah mendukung penulis layaknya seorang ibu bagi penulis

selama berkuliah di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Achmad Syahid, M.A, selaku dosen pembimbing akademik

dan seluruh dosen serta karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan limpahan ilmu dan

pelajaran tidak ternilai dan banyak membantu penulis.

6. Kedua Orang tua penulis yang tersayang, Bapak Endar Koesnandar

(alm) dan Ibu Nurlaila untuk segala curahan kasih sayang, kesabaran,

dukungan, ridho, dan doa yang tiada henti kepada penulis, tanpa

pengorbanan dan jerih payah kalian, penulis tidak akan dapat

menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih tak terhingga untuk kalian.

7. Para responden penelitian dari Komunitas Legalisasi Ganja Nusantara

(LGN) terutama untuk Bang Cipta dan Bang Dira yang telah bersedia

memberikan informasi dan membantu memudahkan penyebaran

kuesioner ini sehingga penulis tidak mengalami kesusahan dalam hal

kolektif data.

Page 9: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

ix

8. Seluruh mahasiswa angkatan 2009, khususnya teman seperjuangan di

kelas peminatan psikometri, dan penghuni Exclusive Class. Terima

kasih untuk semua waktu, kenangan, kebersamaan, pelajaran, bantuan

dan dukungan yang tak terhingga hingga akhir. Semoga kita akan

meraih kesuksesan bersama.

9. Seluruh Rekan organisasi yang pernah berjuang bersama penulis di

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2012-2013, Seluruh Pengurus dan

Delegasi Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) dari

tahun 2011 sampai 2015, Seluruh Sahabat-Sahabati Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Psikologi.

10. Seluruh Rekan Kerja penulis di Komunika Pedia dan Kubik Training

yang selalu memberikan kesempatan dan memfasilitasi untuk

mengembangkan diri dalam dunia profesional.

11. Rekan komunitas pandorasquad yang selalu membakar semangat untuk

berkreatifitas dan berkarya kepada penulis.

12. Semua pihak yang telah ikut berkontribusi terhadap penelitian ini.

Penulis sangat bersyukur dan hanya bisa berdo’a kepada semua pihak yang

telah membantu, semoga mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Amin.

Jakarta, Oktober 2015

Penulis

Page 10: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ..............................................................................................................v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB 1 Pendahuluan ..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................15

1.2.1 Pembatasan Masalah ...............................................................15

1.2.2 Perumusan Masalah ................................................................15

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................16

1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................16

1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................16

BAB 2 Landasan Teori ........................................................................................19

2.1 Perilaku Mengonsumsi Ganja .............................................................19

2.1.1 Pengertian Perilaku Mengonsumsi Ganja..................................19

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mengonsumsi

Ganja . ......................................................................................29

2.1.3 Indikator Perilaku Mengonsumsi Ganja...................................34

2.1.4 Pengukuran Perilaku Mengonsumsi Ganja ..............................35

2.2. Perceived Risk ....................................................................................35

2.2.1 Definisi Perceived Risk ............................................................35

2.2.2 Indikator Perceived Risk. ..........................................................37

2.2.2 Pengukuran Perceived Risk. .....................................................37

2.3 Sensation Seeking ...............................................................................37

2.3.1 Definisi Sensation Seeking .......................................................37

2.3.2 Dimensi Sensation Seeking ......................................................38

2.3.3 Pengukuran Sensation Seeking .................................................39

2.4 Substance Use Motive ..........................................................................39

2.3.1 Definisi SubstanceUseMotive ..................................................39

2.3.2 Dimensi Substance Use Motive ................................................40

2.3.3 Pengukuran Substance Use Motive ..........................................41

2.5 Kerangka Berpikir ..............................................................................42

2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................................46

2.6.1 Hipotesis Mayor .......................................................................46

Page 11: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

xi

2.6.2 Hipotesis Minor ........................................................................46

BAB 3 Metode Penelitian ....................................................................................48

3.1 Populasi dan Sampel ............................................................................48

3.2 Variabel Penelitian ...............................................................................48

3.3 Definisi Operasional Variabel ..............................................................49

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ..............................................................50

3.5 Uji Validitas Konstruk ........................................................................52

3.5.1 Uji Validitas KonstrukSkala Perceived Risk............................55

3.5.2 Uji Validitas KonstrukSkala Sensation Seeking ......................56

3.5.2.1 Thrill & Adventure Seeking ........................................56

3.5.2.2 Boredom Susceptibility ...............................................58

3.5.2.3 Disinhibition ...............................................................59

3.5.2.4 ExperienceSeeking ......................................................61

3.5.3 Uji Validitas Konstruk Skala Substance Use Motive ...............62

3.5.3.1 Conformity Motive ......................................................62

3.5.3.2 Coping Motive ............................................................64

3.5.3.3 Enhancement Motive ..................................................65

3.5.3.4 Expansion Motive .......................................................67

3.5.3.5 Social Motive ..............................................................68

3.6 Metode Analisis Data .........................................................................70

3.7 Prosedur Pengumpulan Data ..............................................................75

BAB 4 Hasil Penelitian ........................................................................................77

4.1 Gambaran Subjek Penelitian ..............................................................77

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ....................................................................77

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian.............................................................79

4.4.1 Analisis Regresi Logistik Variabel Penelitian .........................79

4.4.2 Proporsi Varian Masing-Masing Variabel Independen ...........90

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi, dan Saran ............................................................93

5.1 Kesimpulan .........................................................................................93

5.2 Diskusi ................................................................................................94

5.3 Saran .................................................................................................102

5.3.1 Saran teoritis...........................................................................102

5.3.2 Saran praktis ...........................................................................104

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................105

LAMPIRAN ........................................................................................................109

Page 12: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Item Perceived Risk ..............................................................51

Tabel 3.2 Blue Print Sensastion Seeking Scale ......................................................52

Tabel 3.3 Blue Print Skala Substance Use Motive .................................................52

Tabel 3.4 Muatan Faktor Perceived Risk ...............................................................56

Tabel 3.5 Muatan Faktor Thrill & Adventure Seeking ...........................................57

Tabel 3.6 Muatan Faktor Boredom Susceptibility ..................................................59

Tabel 3.7 Muatan Faktor Disinhibtion ...................................................................60

Tabel 3.8 Muatan Faktor Experience Seeking........................................................62

Tabel 3.9 Muatan Faktor Conformity Motive .........................................................63

Tabel 3.10 Muatan Faktor Coping Motive .............................................................65

Tabel 3.11 Muatan Faktor Enhancement Motive ...................................................66

Tabel 3.12 Muatan Faktor Expansion Motive ........................................................68

Tabel 3.13 Muatan Faktor Social Motive ...............................................................69

Tabel 4.1 Klasifikasi Dependen Variabel ..............................................................77

Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ................................................78

Tabel 4.3 Omnibus Test of Model Coefficients ......................................................79

Tabel 4.4 Model Summary .....................................................................................80

Tabel 4.5 Hosmer & Lemeshow Test .....................................................................80

Tabel 4.6 Classification Table ...............................................................................82

Tabel 4.7 Variables in The Equation .....................................................................82

Tabel 4.8 Descriptive Predicted Probability .........................................................87

Tabel 4.9 Proporsi Varian Masing-Masing Variabel Independen .........................91

Page 13: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ..............................................................................45

Gambar 3.1 Path Diagram Perceived Risk ............................................................55

Gambar 3.2 Path Diagram Thrill & Adventure Seeking ........................................57

Gambar 3.3 Path Diagram Boredom Susceptibility ...............................................58

Gambar 3.4 Path Diagram Disinhibition ...............................................................60

Gambar 3.5 Path Diagram Experience Seeking ....................................................61

Gambar 3.6 Path Diagram Conformity Motive......................................................63

Gambar 3.7 Path Diagram Coping Motive ............................................................64

Gambar 3.8 Path Diagram Enhancement Motive ..................................................66

Gambar 3.9 Path Diagram Expansion Motive .......................................................67

Gambar 3.10 Path Diagram Social Motive ............................................................69

Page 14: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisoner Penelitian...........................................................................109

Lampiran 2 Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatorik .................................116

Lampiran 3 Output SPSS Analisis Regresi Logistik ...........................................121

Page 15: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,

pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Narkotika berasal dari kata Yunani, yaitu narke yang berarti beku, lumpuh

dan dungu. Orang Amerika menyebutnya narcoticyang berarti sejenis obat-obatan

atau zat lainnya yang mempengaruhi mood atau perilaku, dan dijualsecara ilegal

tidak dipergunakan untuk kepentingan medis. Kemudian kata tersebut diikuti

orang Indonesia dengan kata narkotika (Blum, 1979; dalam Siregar, 2004).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009

tentang narkotika,narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atauperubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam tiga golongan :(1) Narkotika golongan I adalah narkotika

yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan, narkotika dalam golongan ini dilarang

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, yang termasuk dalam

Narkotika golongan I yaitu Opium, kokain, Tanaman ganja dan sebagainya; (2)

Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

Page 16: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

2

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai poteni tinggi mengakibatkan

ketergantungan; (3) Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan ketergantungan

(Undang-Undang Republik Indonesia, 2009).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009

tentang narkotika maka mengonsumsi ganja, merupakan bentuk dari pelanggaran

hukum.Pada pasal 112 ayat 1, dijelaskan bahwa mengonsumsi ganja dapat

diancam pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua

belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

Namun jika, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan termasuk

mengonsumsi ganja yang beratnya melebihi 5 (lima) gram, maka berdasarkan

Pasal 112 ayat (2), ancaman pidananya lebih berat, yaitu pidana penjara seumur

hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana disebutkan dalam Pasal

112 ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) (Undang-Undang Republik Indonesia,

2009).

Ganja merupakan narkotika yang banyak digunakan oleh kalangan

pemuda, ganja atau marijuana merupakan bentukherbaldari tanaman ganja, sebuah

produk daritanamancannabis sativa. Senyawaaktif utama

Page 17: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

3

dalamkanabisadalahTHC(tetrahydrocannabinol), yang memilikiefekpsikoaktifdan

fisikbila dihisapatau dimakan (Zhang, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), ganja adalah narkotika yang

paling banyak dibudidayakan, diperdagangkan, dan disalahgunakan di

dunia.Penyitaan ganja telah terjadi di hampir setiap negara didunia dan

mencangkup sekitar setengah dari semua penyitaan narkotika diseluruh dunia, dan

sekitar 147 juta orang atau 2,5% dari populasi penduduk, diperkirakan

mengonsumsi ganja setiap tahunnya (Zhang, 2008).

Sedangkan menurut data yang dipublikasikan oleh United Nation Office

on Drugs and Crime (UNODC) pada tahun 2009, berdasarkan data yang berhasil

dihimpun dari 125 – 205 juta responden populasi dunia, yang berusia 15 sampai

dengan 64 tahun, UNODC mengestimasi 2,8% sampai dengan 4,5% responden

telah mengonsumsi ganja pada satu tahun terakhir (United Nation Office on Drugs

and Crime, 2011).

Selanjutnya, data dari UNODC pada tahun 2009 menyatakan

bahwapenyitaan tanaman ganja di Asia Pasifik berkontribusi sebesar 5,5%

terhadap penyitaan yang dilakukan di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat dua

kali lipat di tahun-tahun berikutnya. Peningkatan tersebut palng banyak terjadi di

India dan Indonesia (United Nation Office on Drugs and Crime, 2011).

Tanaman ganja juga terus dibudidayakan dan diselundupkan dari

Kamboja, Laos, Indonesia, Myanmar dan Thailand. Informasi dari pihak pabean

menunjukkan bahwa Indonesia dan Thailand juga merupakan penghasil terbesar

dari getah ganja. Di Indonesia, lebih dari 200.000 tumbuhan ganja dimusnahkan

Page 18: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

4

oleh pemerintah pada tahun 2004, dan 24 ton narkotika disita pada tahun 2003.

Petugas yang berwenang di Indonesia mengklaim setengah dari produksi lokal

dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri, dan setengahnya lagi di ekspor ke

Australia, meskipun hal ini disangkal oleh pemerintah Australia (United Nation

Office on Drugs and Crime, 2006).

Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

pada tahun 2006, survei tersebut dilakukan padapopulasi dengan rentangan usia

10 sampai 60 tahun yang tinggal di daerah perkotaan maupun pedesaan, dan

penduduk perkotaan yang tinggal dirumah. Ganja merupakan narkotika yang

paling banyak dikonsumsi, hasil survei menunjukkan 85% populasi rumah tangga

pernah mengonsumsi ganja, 24,9 % diantaranya mengonsumsi ganja dalam satu

tahun terakhir. Selain itu, populasiyang tinggal di rumah kontrakan sebesar 83,9%

pernah mengonsumsi ganja, dan 28,6 % mengonsumsi ganja dalam kurun waktu

satu tahun terakhir (Padmohoedojo, 2006).

Berdasarkan pengungkapan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)

menunjukkan bukti bahwa, jumlah kasus narkotika jenis ganja pada tahun 2007

sebanyak 9.123 kasus, sedangkan pada tahun 2008 terjadi penurunan kasus

narkotika sebanyak 8.459 kasus, pada tahun 2009 sejumlah 8.722 kasus, pada

tahun 2010 sebanyak 7.092 kasus, dan pada tahun 2011 terdapat sebanyak 5.909

kasus (Badan Narkotika Nasional, 2012).

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Direktorat tindak pidana

narkotika, jumlah tersangka tindak pidana narkotika jenis ganja pada tahun 2007-

2011 menduduki posisi paling banyak, sebanyak 56.118 tersangka dari jumlah

Page 19: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

5

total 188.545 tersangka. Selanjutnya, pada posisi kedua dan ketiga adalah

tersangka kasus sabu-sabu dan alkohol, masing-masing sebanyak 55.619

tersangka dan 50.530 tersangka. Sedangkan sebanyak 26.208 tersangka jenis

narkotika lainnya seperti ekstasi,hasis, heroin, morfin dan sebagainya.

Berdasarkan data pembagian peran pada tersangka kasus narkotika pada tahun

2007-2011 ditemukan bahwa, tersangka yang berperan sebagai distributor

sebanyak 60,9 % atau 115.357 tersangka, selanjutnya yang berperan sebagai

konsumen sebanyak 38,8% atau 73.537 tersangka, 0,2% berperan sebagai

produsen dan 0,1% berperan untuk kultivasi (Badan Narkotika Nasional, 2012).

Berdasarkan data yang telah peneliti paparkan, tanaman ganja masih

banyak di konsumsi di Indonesia, walaupun tanaman ganja merupakan narkotika

golongan I yang sangat terlarang untuk dikonsumsi oleh individu. Larangan untuk

mengonsumsi ganja sudah diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia nomor

35 tahun 2009 tentang narkotika, karena mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan dan dapat menyebabkan efek berbahaya terhadap

kesehatan fisik seseorang.

Mengonsumsi ganja memiliki beberapa efek, efekyang paling akut dari

konsumsi ganja mencakup penurunan proses kognitif dan kinerja psikomotorik.

Efek kognitif meliputi penurunan kemampuan untuk belajar dan mengingat materi

baru, sedangkan efek psikomotorik termasuk koordinasi motorik terganggu dan

terbaginya perhatian (Zhang, 2008).Secara Umum, konsumsi ganja menimbulkan

efek ringan, secara relatif terjadinya kemabukan jangka pendek. Secara spesifik,

ganja dapat memproduksi berbagai pengalaman psikosensori akut termasuk

Page 20: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

6

distorsi persepsi (seperti halusinasi), menenangkan, kecemasan, paranoia akut,

inhibisi dan sebagainya. Periode kemabukan tergantung pola penggunaan dan

potensi, tapi cenderung bertahan untuk beberapa jam (Johnson, 2011).

Buktilain menunjukkan bahwa ganja dan cannabinoid lainnya dapat

memproduksi berbagai macam simtom psikotik yang bersifat sementara dan

penurunan fungsi kognitif seperti penurunan sementara pada pembelajaran, short

term memory, working memory, fungsi eksekutif, kemampuan abstraksi,

pengambilan keputusan dan atensi.Bukti lainnya juga menunjukkan bahwa onset

awal dan konsumsi ganja berat bisa meningkatkan bahaya berkembangnya

gangguan psikotik seperti skizofrenia (United Nation Office on Drugs and Crime,

2011).

Perdebatan mengenai baik atauburuknya konsumsi ganja untuk

pengobatan memang sudah lama terjadi. Sejak abad ke-19, efek pengobatan yang

dimiliki oleh ganja pun mulai menjadi perhatian dan mulai dipasarkan oleh

beberapa perusahaan obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit, seperti

rematik, encok, kolera, mengurangi depresi dan neurologia (penyakit yang

disertai kejang pada sepanjang urat syaraf) (Kring, Johnson, Davidson & Neale,

2010).

Senyawa didalam tumbuhan ganja yang bernama cannabinoid juga

berperan pada sistem reproduksi, pemulihan stress dan menjaga keseimbangan

homeostatis, meredakan rasa sakit, regulasi aktivitas motorik, serta mengontrol

fase-fase tertentu pada pemrosesan memori dan perlindungan sel saraf. selain itu

cannabinoid berperan juga dalam proses respon imunitas tubuh, bahkan

Page 21: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

7

berpengaruh juga dalam sistem kardiovaskuler dan pernapasan dengan mengatur

detak jantung, tekanan darah dan fungsi saluran pernapasan (Narayana, Syarif, &

Marentek, 2011).

Fungsi medis yang dimiliki oleh tanaman ganja tersebut, dijelaskan pada

artikel berjudul The Brains own marijuana oleh Nicol dan Alger (dalam Narayana

et al., 2011), sebagai akibat dari adanya zat endocannabinoid yang diproduksi

oleh otak manusia, dimana zat tersebut berfungsi sama persis dengan

tertahydrocannabinol (THC), zat psikoaktif utama yang dikandung oleh ganja.

Zat endocannabinoid tersebut diketahui berperan dalam hampir semua proses

fisiologis manusia, selain itu, sistem endocannabinoid juga disebut sebagai

pengatur keseimbangan global (homeostatis),pengatur sistem transmisi antarsel

dan saraf, dan aliran energi dalam tubuh manusia (Narayana et al., 2011).

Hasil beberapa penelitian menunjukkan fakta bahwa senyawa cannabinoid

yang hanya dihasilkan oleh tanaman ganja memiliki fungsi yang sama dengan

endocannabinoid yang dihasilkan oleh otak manusia. Oleh karena itu, tidak

mengherankan apabila ganja disebut sebagai tanaman obat yang memiliki fungsi

medis paling banyak dibandingkan tanaman obat lainnya (Ratsch, dalam

Narayana et al., 2011).

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa ganja memiliki efek adiktif.

Salah satu penelitiannya adalah sebuah observasi terkontrol yang dilakukan oleh

Compton, Dewey, dan Martin (dalam Kring et al., 2010) yang telah membuktikan

bahwa konsumsi ganja secara terus-menerus akan menghasilkan toleransi

(peningkatan jumlah pemakaian). Kemudian, survey dan studi laboratorium yang

Page 22: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

8

dilakukan sepuluh tahun terakhir ini menyatakan bahwa withdrawal symptoms,

seperti gelisah, cemas tegang, nyeri pada perut dan insomnia memang benar

terjadi pada pengguna ganja (Rey et al., dalam Kring et al., 2010).

Sementara itu, ada pula beberapa hasil penelitian yang membantah

argumen tersebut, dan menyatakan bahwa ganja sama sekali tidak mengandung

zat yang mengakibatkan penggunanya menjadi adiksi. Rogers menyatakan bahwa

ganja bukanlah narkotika yang dapat membuat ketergantungan fisik, dimana tidak

ada withdrawal symptoms ketika pengguna narkotika dihentikan. Ketergantungan

secara psikologis memang terjadi, tetapi hanya dengan tipe-tipe tertentu saja

(Rogers, dalam Putri, 2012).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukanCohen, Mannarino, Zhitova,

dan Capone penggunaan narkotika dan alkohol bisa sebagai mekanisme koping

untuk stres yang dialami pada saat masa kanak-kanak. Alkohol dan jenis narkotika

lainnya termasuk ganja bisa menurunkan simtom dari meningkatnya gairah dan

emosi yang tidak menyenangkan dan memproduksi emosi mati rasa atau euforia

(Hersen & Gross, 2008).

Menurut American Psychology Association,Mengonsumsinarkotika

menjadi salah satu klasifikasi gangguan ketergantungannarkotika sebagai

gangguan mental sejak diterbitkannya Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders 1st edition (DSM-I) pada tahun 1952, yang disamakan dengan

gangguan ketergantungan alkohol termasuk dalam subtipe dari patologi sosial.

Kemudian, pada DSM-III mendeskripsikan gangguan ketergantungannarkotika

dihubungkan dengan tujuh narkotika yang berbeda yaitu sedative-hypnotic-

Page 23: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

9

anxiolytics, opium, amfetamin, ganja, kokain, phencyclidine (PCP), dan

halusinogen. Pada DSM-IV ketergantungan narkotika secara spesifik sebagai

ketergantungan fisik maupun tidak, hal ini termasuk pada semua jenis narkotika

kecuali halusinogen dan PCP, dimana efek dari sindrom penarikan narkotika

belum diketahui (Stricker & Widiger, 2003).

Pada DSM-IV ketergantungan ganja seperti konsumsi yang kompulsif,

meningkatkan toleransi konsumsi, mengganggu pengaturan, dan konsumsi secara

terus menerus dapat menimbulkan konsekuensi negatif kepada fisik atau

psikologis, DSM-IV juga mendefinisikan penyalahgunaan ganja meliputi

pengulangan perilaku dalam kondisi yang berbahaya, permasalahan hukum yang

berhubungan dengan perilaku mengonsumsi ganja atau secara klinis dapat

mengganggu fungsi sosial, pekerjaan maupun pendidikan (Zhang, 2008).

Pada DSM-IV perilaku mengonsumsi narkotika tidak disebutkan dengan

kata addiction (kecanduan) tapi menyebutkannya dengan mengunakan kata abuse

(penyalahgunaan) atau dependence (ketergantungan), dimana ketika mengunakan

narkotika tersebut secara terus menerus mempunyai konsekusensi negatif

(Henderson, 2000).

UNODC menggolongkan pengguna ganja menjadi tiga golongan. Pertama,

pengguna ganja eksperimental, banyak ditemui pada usia remaja, pengguna ganja

pada golongan ini mengonsumsi ganja dikarenakan adanya dorongan teman

sebaya, biasanya mengonsumsi ganja hanya ingin mencari sensasi dan

pengalaman baru. Kedua, pengguna ganja rekreasi, pada golongan ini banyak

ditemui pada usia dewasa awal, individu menganggap bahwa mengonsumsi ganja

Page 24: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

10

merupakan aktivitas santai yang normal, mengonsumsi ganja dengan tujuan untuk

menikmati rasa mabuk yang ditimbulkan, sebagai bentuk relaksasi, menurunkan

rasa bosan, meningkatkan rasa percaya diri, menurunkan kecemasan atau untuk

membuat diri merasa lebih baik. Pengguna ganja rekreasi cenderung

mengonsumsi ganja pada hari libur. Ketiga, pengguna ganja jangka panjang atau

kronik, pengguna ganja yang mengonsumsi ganja dari usia muda dan terus

mengonsumsi ganja sampai umur 30 tahun bahkan lebih. Pengguna ganja kronik,

mengonsumsi ganja merupakan bagian dari rutinitas gaya hidup yang dijalani,

individu pada golongan ini mengonsumsi ganja dengan tujuan sebagai coping

stres, pelarian dari masalah, mengurangi rasa marah dan frustrasi (United Nation

Office on Drugs and Crime, 2011).

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengonsumsi ganja, seperti :

(1) faktor permasalahan hukum, berhubungan konteks kebudayaan yang sangat

mempengaruhi dalam peraturan hukum yang berlaku pada negara; (2) faktor

pengaruh keluarga, yang berkaitan dengan modeling, sikap dan manajemen dalam

prakteknya; (3) faktor pengaruh teman sebaya, merupakan pengaruh yang sangat

sering dan kuat untuk mempengaruhi perilaku remaja; (4) faktor perilaku,

berkaitan dengan bagian gaya hidup yang menyimpang dan perilakutidak

konvensional; (5) faktor psikologis, berkaitan pikiran dan perasaan (McMurran,

1994).

Penelitian tentang perilakumengonsumsi ganja sudah banyak diteliti oleh

para peneliti sebelumnya, baik menggunakan variabel demografis maupun

variabel psikologis. Peneliti pada penelitian ini menggunakan variabel

Page 25: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

11

psikologiyang mempengaruhi perilaku individu dalam mengonsumsi ganja,

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Pada penelitianBachman, Johnston, dan O’Malley(1998) dengan tujuan

ingin mengetahui faktor yang meningkatkan konsumsi ganja dikalangan pelajar.

penelitiandengan analisis multivariat regresi yang diperoleh dari data survei

nasional, menggunakan sampel senior sekolah menengah (kelas 12) dari tahun

1976 melalui 1996 (sekitar n = 61.000) dan kelas 8 dan kelas 10 dari tahun 1991

melalui 1996 (n = 87.911 dan 82.475).

Hasil dari penelitianBachman et al (1998) menemukan bahwa faktor gaya

hidup individual (seperti tingkatan kelas, pembolosan, komitmen religiusitas,

keluar malam untuk rekreasi) secara subtansial berhubungan dengan

perilakumengonsumsiganja tapi tidak menjelaskan perubahankonsumsi ganja dari

perbandingan tahun tersebut. Selain itu, menurunnya perceived risk(dipersepsikan

berisiko) dari berbahayanya menggunakan ganja terhadap kesehatan fisik

seseorang dan disapproval(penolakan mengonsumsi ganja)menyebabkan

meningkatnya konsumsi ganja di kalangan pelajar. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa perceived risk dan disapproval sebagai penentu konsumsi ganja (Bachman

et al., 1998).

Danseco, Kingery, dan Coggeshall (1999) meneliti perceived risk tentang

efek berbahaya yang ditimbulkan dari mengonsumsi ganja.Penelitian ini mengulas

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sebagai data sekunder. Danseco et

al., (1999) menganalisis data dari penelitian Monitoring The Future Survey tahun

1975 sampai dengan tahun 1997, dan data dari The NationalHousehold Survey on

Page 26: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

12

Drug Abuse tahun 1994.Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitiantersebut

diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa perceived risk yang lebih tinggi terdapat

pada individu yang tidak mengonsumsi ganja, dibandingkan dengan individu yang

menggunakan. Danseco et al (1999)menunjukkan bahwa perceived risk bisa

dikonstruk dari empat area (merugikan fisik, ketidaksetujuan orang tua,

ketidaksetujuan teman sebaya, dan perasaan takut ditangkap) dan mempunyai

beberapa karateristik (seperti locus of harm dan taraf konsumsi) (Danseco, et

al.,1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Kopstein, Crum, Calentano, dan Martin

(2001) meneliti dua variabel yang terdapat pada sensation seekingyaitu variabel

thrill and adventure seeking dan disinhibitionpada siswa kelas 8 dan kelas 11

yang berhubungan perilaku mengonsumsi rokok dan ganja. Penelitian ini

menggunakan populasi siswa sekolah laki-laki dan perempuan dari kelas 8

(n=1196) dan kelas 11 (n=1369) di daerah Dalware. Penelitian ini membagi dua

kategori perilaku mengonsumsi yaitu pengguna ringan dan pengguna berat,

individu dikategorikan sebagai pengguna ringan jika mengonsumsi ganja satu kali

pada satu bulan terakhir, sedangkan pengguna berat jika mengonsumsi ganja

sebanyak enam kali atau lebih dalam satu bulan terakhir.

Hasil penelitian Kopstein et al (2001) menunjukkan prevalensi

mengonsumsi ganja ringanpada siswa kelas 8 sebanyak 17% untuk siswa laki-laki

dan 13%untuk siswa perempuan, sedangkan siswa kelas 11 sebanyak 32% untuk

siswa laki-laki dan 23% untuk anak perempuan, kemudian prevalensi

mengonsumsi ganja berat pada siswa kelas 8 sebanyak 6% untuk siswa laki-laki

Page 27: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

13

dan 5% untuk siswa perempuan, sedangkan siswa kelas 11 sebanyak 18% untuk

anak laki-laki dan 10% untuk anak perempuan. Penelitian ini menemukan bahwa

salah satu variabel sensation seeking yaitu disinhibition secara signifikan

mempengaruhiperilaku mengonsumsi ganja baik dalam kategori ringan maupun

berat, sedangkan variabel thrill and adventure seeking tidak

mempengaruhi(Kopstein et al., 2001).

Untuk mengetahui lebih lanjut perilakumengonsumsi ganja, para peneliti

mengembangkan motif perilaku mengonsumsi ganjamelalui penelitian

sebelumnya yaitu motifdalamperilaku mengonsumsi alkohol dan rokok

(Zvolensky, Marshall, Johnson, Hogan & Bonn-Miller, 2009).

Dalampenelitian lain motif perilaku mengonsumsi

narkotikatermasukperilaku mengonsumsi ganja, disebut dengansubstance use

motives. substanceuse motives dapatdidefinisikan sebagai dorongan-dorongan

yang spesifik dalam diri individu yang membuat individu menggunakan

narkotika.

Penelitian Simon, Correia, dan Carey (2000) dengan membandingkan

hubungan antara substanceuse motivedengan perilaku mengonsumsi narkotika

pada pengguna alkohol dan pengguna ganja. Penelitian ini menggunakan

mahasiswa yang menggunakan narkotika yang telah berpengalaman (n=46),

kategori pengguna narkotika berpengalaman dinilai berdasarkan data diri yang

telah diisi, minimal telah mengonsumsi alkohol dan ganja sebanyak 60 kali

selama seumur hidupnya.

Page 28: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Simon et al (2000) menemukan

bahwa expansion motive paling signifikan berhubungan dengan

perilakumengonsumsi ganja, penelitian ini juga menemukan bahwa social motive

lebih besar mendukung perilaku mengonsumsi alkohol daripada perilaku

mengonsumsi ganja, kemudian untuk expansion motive lebih besar mendukung

perilaku mengonsumsi ganja daripada perilaku mengonsumsi alkohol, sedangkan

untuk enhancement motive, coping motive, dan conformity motive tidak ada

perbedaannya di antara perilaku mengonsumsi alkohol dan ganja (Simon et al.,

2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Comeau, Stewart dan Loba (2001) dengan

melihat hubungan antara variabel substance use motivesdalam perilaku

mengonsumsi alkohol, rokok, dan ganja dengan trait anxiety, anxiety sensitivity,

dan sensation seeking. Penelitian ini menggunakan empat variabel substanceuse

motives yaitu variabel coping motive, conformity motive, enhancement motive dan

social motive, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 508 orang dewasa(238

perempuan dan 278 laki-laki).

Hasil penelitianComeau et al (2001)menemukan, coping motivepada

pengguna ganja berhubungan positif dengan variabel anxiety sensitivity dan trait

anxiety, kemudian variabel conformity motivepengguna ganja juga berhubungan

positif dengan variabel anxiety sensitivity, sedangkan untuk variabel enhancement

motivepengguna ganja berhubungan negatif dengan variabel anxiety sensitivity.

Selain itu penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan

Page 29: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

15

antaraconformity motive pengguna ganja terhadapanxiety sensitivity, sedangkan

variabel lainnya tidak signifikan mempengaruhi (Comeau et al., 2001).

Penelitian lain yang dilakukkanSimon, Gaher, Correria, Hansen, dan

Christoper (2005) dengan menggunakan sampel 831 mahasiswa (pengguna ganja

n=309 dan pengguna alkohol n=731) dari dua universitas yang berbeda, dengan

analisis multigrup, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor psikologis

yang berhubungan dengan permasalahan terkait dengan perilaku mengonsumsi

ganja dan alkohol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa coping motive

dan enhancement motive secara signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi

ganja (Simon et al., 2005).

Berdasarkan fenomena dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku

mengonsumsi ganja yang banyak dilakukan oleh masyarakat pada usia remaja dan

dewasa di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul“Pengaruh Perceived Risk, Sensation Seeking, dan Substance Use

Motives, Terhadap PerilakuMengonsumsi Ganja:Sebuah Studi dengan Metode

Analisis Regresi Logistik.”

1.2 Pembatasan dan Perumusaan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak meluas, maka peneliti

membatasi penelitian hanya pada variabel yang diteliti. Peneliti menggunakan

variabel perilakumengonsumsi ganja sebagai dependen variabel dalam penelitian

Page 30: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

16

ini, dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja

sebagai independen variabel.

Independen variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1)

perceivedriskmenggunakanteori yang dilakukanpadapenelitian Bachman et al

(1998), yaituperceivedriskterhadapkesehatanfisik;(2)

sensationseekingmenggunakanteori yang dikembangkanoleh Zuckerman (1994)

denganempatdimensi, meliputi thrill&adventureseeking, experienceseeking,

boredomsuscepibility, dan dishinbittion; (3)

substanceusemotivesmenggunakanteori yang dikembangkanoleh Simon et al

(1998) yang meliputiempatdimensi,

yaitucopingmotive,conformitymotive,enhancementmotive, expansionmotive dan

socialmotive.

Adapun pembatasan padaperilaku mengonsumsi ganja yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu perilaku mengonsumsi ganja cara pengasapan atau

dihisap, seperti layaknya orang merokok tembakau.

1.2.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan perceived riskterhadap

perilakumengonsumsi ganja ?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan thrill & adventure

seekingterhadap perilakumengonsumsi ganja?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan boredom suscepibilityterhadap

perilakumengonsumsi ganja?

Page 31: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

17

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dishinbittion terhadap

perilakumengonsumsi ganja?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan experience seeking terhadap

perilaku mengonsumsi ganja?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan conformity motiveterhadap

perilakumengonsumsi ganja?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan coping motiveterhadap

perilakumengonsumsi ganja?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan enhancement motiveterhadap

perilakumengonsumsi ganja?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan expansion motiveterhadap

perilakumengonsumsi ganja?

10. Apakah ada pengaruh yang signifikan social motiveterhadap

perilakumengonsumsi ganja?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah

peneliti rumuskan, yaitu untuk menguji seberapa besar masing - masing variabel

mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan

Page 32: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

18

dengan psikologi terkait dengan adiksi dan penyalahgunaan narkotika

pada narkotika jenis ganja.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk

pihak terkait seperti Kepolisian Republik Indonesia, dan Badan

Narkotika Nasional (BNN) dalam mencegah penggunaan ganja ke arah

yang lebih berat dengan cara yang tepat.

Page 33: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

19

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian. Teori tersebut yaitu teori perilakumengonsumsi ganja, teori perceived

risk, teori sensation seeking, dan teori substance use motives, serta kerangka

berfikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Perilaku Mengonsumsi Ganja

2.1.1 Pengertian Perilaku Mengonsumsi Ganja

Para ahli psikologi memandang perilaku, semua jenis perilakusebagai

determinasi dari berbagai faktor. Faktor yang meliputinya berupa budaya,

keluarga, kelompok sosial, gaya hidup, lingkungan, keterampilan, pemikiran,

perasaan dan faktor fisik. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, akan bisa

menggambarkan pengaruh atau hubungan terhadap penggunaan narkotika.

Bagaimanapun, semua keseluruhan faktor tersebut harus diperhitungkan dalam

suatu pendekatan untuk memahami perilakupenggunaan narkotika.

Teori psikologi membantu untuk memahami proses dari faktor-faktor

tersebut, bagaimana faktor tersebut memberikan pengaruhnya terhadap perilaku

(McMurran, 1994).

Salah satu teori yang dapat digunakan untuk mengetahui perilaku adalah

teori classical conditioning yang didasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ivan

Pavlov. Pavlov meneliti tentang prosespencernaan pada anjing, dan bagian dari

penelitiannya Pavlov mengukur beberapa banyak air liur yang dihasilkan anjing

saat diberi makan. Pavlov menyadari anjing dalam eksperimennya mulai

Page 34: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

20

mengeluarkan air liur sesaat setelah mendengar dentingan suara dari ember

makanan.

Dalam eksperimen dengan anjing yang terkenal tersebut, Pavlov

menunjukkan bahwa ketika makanan diberikan pada anjing dengan dibarengi oleh

suara bel, akhirnya walaupunhanya ada suara bel saja akan membuat anjing

berliur. Dalam terminologi classical conditioning, makanan sebagai stimulus yang

tidak terkondisi dan suara bel sebagai stimulus yang terkondisi. Air liur sebagai

respon yang tidak terkondisiuntuk makanan, dan air liur sebagai respon

yangterkondisi untuk bunyi bel (McMurran, 1994).

Berdasarkan teori clasical conditioning, respon yang terkondisi merupakan

hal penting dalamranahperilakumengonsumsinarkotika, yang merupakan sebuah

stimulus spesifik, yang sering dihubungkan dengan penggunaan narkotika, hal

tersebut bisa jadi sebuahkeinginan untuk memuaskan hasrat penggunaan

narkotika. Selain itu respon untuk stimulus yang terkondisi dapat

digeneralisasikan, jika stimulus mirip dengan stimulus awal yang tidak terkondisi

sebelumnya, walaupun tidak identik, kemudian akan memunculkan respon yang

terkondisi. Bagaimanapun, telah terbukti bahwa organisme juga dapat

mendeskriminasi sebuah respon, jika stimulus menjadi sangat berbeda dari

stimulus awal yang tidak terkondisi sebelumnya (McMurran, 1994).

Teori lain yang juga dapat digunakan adalah teori operant conditioning

yang didasarkan penelitianoleh B.F Skinner. Teori operant conditioningtelah

memahami bagaimana perilaku beroperasi terhadap lingkungan untuk

menghasilkan perubahan perilaku diperlukan reinforce (penguat) atau

Page 35: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

21

punishment(hukuman).Reinforcement memungkinkan perilaku untuk meningkat,

reinforcement bisa berupa hal yang positif, berupa hadiah secara langsung (seperti

kepuasan fisik, mendapatkan barang yang diinginkan, atau dapat pengakuan dari

teman sebaya), atau bisa bersifat negatif, berupa menghindari atau keluar dari

pengalaman yang tidak menyenangkan (seperti keadaan fisik, psikis, atau sosial

yang tidak menyenangkan). Punishment memungkinkan perilaku menurun,

punishment bisa berupa positif secara langsung aversive (seperti kesakitan fisik,

kehilangan benda atau penolakan sosial), atau bersifat negatif yang berupa

mencegah untuk mendapatkan hasil yang positif (seperti menghilangkan

kesempatan untuk mendapatkan kepuasan fisik, psikologis atau sosial).

Reinforcement maupun punishment didefinisikan sebagai hubungan antar perilaku

dengan konsekuensinya (McMurran, 1994).

Teori perilakuyang lainnya adalah teori social learning, teori ini bisa

dipahami sebagai teori interaksi antara individu, lingkungan, dan perilaku

semuanya berinteraksi dan saling mempengaruhi. Teori ini mengungkapkan

bahwa individu mempunyai kapasitas untuk mengembangkan model kognitif

internal dari pengalaman, hal itu menyajikan panduan untuk pengambilan

keputusan dan tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Belajar dari

hasil pengamatan adalah aspek yang penting dalam teori ini. Pada teori classical

dan opperant conditioning individu belajar secara langsung melalui pengalaman

pribadi, tapi dalam teori social learning individu belajar dari pengalaman orang

lain, hal ini disebut sebagai modeling. Individu mempunyai kemampuan self-

regulation, informasi dari satu perilaku dibandingkan dengan standar internal

Page 36: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

22

terhadap informasi tersebut dan segala bentuk ketimpangan tersebut dibenarkan

olehperilaku yang diubah, standarisasi atau keduanya (McMurran, 1994).Inti dari

teori social learning adalah gagasan dari self-efficacy. self efficacy bisa

didefinisikan sebagai evaluasi seseorang terhadap kompetensi diri untuk

menampilkan sesuatu hal dalam stuasi yang spesifik, hal ini dapat mempengaruhi

seseorang untuk menentukan pilihan yang akan dilakukan, usaha yang akan

diberikan dan daya tahan dalam menghadapi tekanan (Bandura, dalam McMurran,

1994).

Menurut Petraitis, Flay dan Miller (1995), teori social learningdapat

menjelaskan bagaimana seseorang menggunakan narkotika. Ada dua hal yang

menyebabkan seseorang menggunakan narkotika berdasarkan teori ini. Pertama,

mengamati sosok yang menjadi role model menggunakan narkotika, contohnya

mengamati orang tua yang menggunakan alkohol untuk membuat dirinya tenang

atau mengamati teman sebaya menggunakan ganja untuk mempermudah interaksi

sosial. Kedua, mendengar ucapan dari seseorang yang menjadi sosok role

modelsaat membicarakan narkotika yang sering digunakan sehingga membuat

orang terpengaruh untuk menggunakan narkotika tersebut.

Teoriplanned behavior dapat juga digunakan sebagai teori untuk

menjelaskan perilakumengonsumsi narkotika. Teori ini menjelaskan bahwa

intensi dan perilaku merupakan fungsi dari tiga faktor penentu dasar. Faktor

personal merupakan attitude toward behavior atau sikap seseorang terhadap

perilaku. Sikap ini merupakan evaluasi positif atau negatif dari melakukan

perilaku tertentu yang menarik. Faktor kedua dari intensi merupakan persepsi

Page 37: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

23

seseorang dari tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukanperilaku

di bawah pertimbangan. Karena berhubungan dengan normatif yang

dirasakan, faktor ini dinamakan subjective norm atau norma subjektif.

Terakhir, faktor ketiga dari intensi merupakan kemampuan untuk menampilkan

perilaku kepentingan, dinamakan perceived behavioral control. Secara umum,

seseorang cenderung untuk melakukan suatu perilaku ketika mereka

mengevaluasinya secara positif, ketika mereka mengalami tekanan sosial untuk

melakukan itu, dan ketika mereka percaya bahwa mereka mempunyai maksud dan

kesempatan untuk melakukannya (Ajzen, 2005).

Menurut Petraitis et al., (1995)teori planned behavior dapat memprediksi

bagaimana seseorang menggunakan narkotika. Seseorang menggunakan narkotika

setelah : (1) membentuk kesan tentang kerugian dan keuntungan yang di dapat

dengan menggunakan narkotika; (2) mengembangkan sikap positif

terhadapperilakumengonsumsinarkotika; (3) mempercayai seseorang yang telah

memberikan narkotika untuk menggunakan narkotika tersebut, (4) meragukan

kemampuan diri sendiri untuk menolak tekanan menggunakan narkotika; (5)

membentuk keinginan untuk menggunakan narkotika pada masa yang akan datang

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori problem behavior sebagai

teori utama untuk menjelaskan perilaku penggunaan ganja. Teoriproblem

behaviordikembangkan oleh Richard Jessor.

Teori problem behavior merupakan teori yang sistematis, multivarian,

berdasarkan konsep kerangka psikososial yang awalnya berasal dari konsep dasar

nilai dan harapan (dalam Rotter 1954, 1985), Teori belajar sosial Bandura dan

Page 38: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

24

konsep anomie dari Merton (1957). Menurut Lewin (1951) Premis dasar teori,

semua perilaku merupakan hasil dari interaksi orang dan lingkungan,

mencerminkan "teori medan" perspektif dalam ilmu sosial. (Jessor, 2008)

Menurut Problem Behavior Theory, Perilaku adalah hasil dari interaksi

dalam dan antara tiga sistem yang dinamis, ketiga sistem tersebut adalah

personality system, perceived environment, dan behavior system. Nilai yang

terdapat dalam individu, harapan dan kepercayaan terhadap diri dan sikap

merupakan bagian personality system. Perceived environment system merupakan

gabungan dari dukungan, kontrol, pengaruh dan persetujuan dari orang tua dan

teman. Behavior system memasukan perilaku bermasalah sama seperti perilaku

konvensional (Jessor & Jessor, 1977)

Teori problem behavior adalah kerangka psikososial yang telah

dikembangkan untuk memperhitungkan variasi dari keterlibatan remaja dalam

perilaku bermasalah layaknya seperti perilaku konvensional. Perilaku bermasalah

adalah perilaku yang telah didefinisikan secara sosial sebagai masalah, sebagai

sumber keperihatinan, atau sebagai hal yang tidak diinginkan dalam norma atau

adat istiadat yang berlaku konvensional di masyarakat, dan biasanya

menimbulkan semacam respon kontrol sosial. Contoh dalam remaja memuat

perilaku kenakalan remaja, permasalahan minum-minuman keras, menggunakan

narkotika (seperti ganja, heroin, ekstasi dan sebagainya), melakukan kegiatan

seksual belum pada saatnya. Perilaku konvensional, sebaliknya, memuat hal

seperti kedatangan ke gereja, terlibat dalam aktivitas sekolah, dan perilaku lainnya

Page 39: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

25

yang diterima secara sosial, diterima secara norma dan sesuai secara institusional

untuk remaja dan pemuda (Donovan, Jessor, & Costa, 1991).

Menurut Eby, Teori problem behaviormenunjukan bahwa perilaku

berisiko atau berbahaya merupakan hasil dari pengaruh kombinasi tiga (3)

komponen umum dari kehidupan individu yaitu : personality system, perceived

enviroment system, dan behavior system. Masing-masing komponen memiliki

pengaruh yang membuat perilaku berisiko semakin besar kemungkinan terjadi

atau lebih kecil kemungkinan terjadinya. Komponen – komponen ini berinteraksi

dan mengakibatkan kecenderungan untuk terlibat dalam atau tidak terlibat dalam

perilaku berisiko. Aspek yang paling penting dalam teori ini adalah perilaku

merupakan dorongan dalam diri, individu melakukan perbuatan yang berisiko

untuk memenuhi pengembangan kebutuhan tertentu (Speilberg. 2004).

Teori problem behavior menyebutkan bahwa variasi yang terdapat dalam

sistem kepribadian, dan variasi persepsi tentang lingkungan individu dapat

memperhitungkan variasi yang muncul dalam perilaku bermasalah, dan dengan

secara bersama, lebih dapat memperhitungkan terjadinya perilaku dibandingkan

hanya satu hal saja (Lerner, Petersen, Silbereisen & Brooks-Gunn, 2013).

Teori problem behaviormempunyai kerangka psikosiosial yang

mencangkup tiga sistem, masing-masing sistem disusun oleh variabel yang

berperan sebagai pendorong atau sebagai kontrol melawan keterlibatan dalam

perilaku bermasalah. Keseimbangan antara dorongan dan kontrol menentukan

derajat kerawanan untuk perilaku bermasalah dalam setiap tiga sistemnya.

Keseluruhan tingkat kerawanan untuk perilaku bermasalah, menyeluruh di ketiga

Page 40: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

26

sistem, merefleksikan derajat psikososial konvensional-tidak konvensional

karakter masing-masing remaja. (Donovan et al., 1991).

Problem Behavior (perilaku bermasalah) atau bisa juga disebut sebagai

perilaku tidak konvensional secara konsisten sesuai dengan profil dari perbedaan

atribut individu. Dalam personality system, perilakutidak-konvensional

merupakan refleksi dari nilai rendah dalam prestasi akademik, nilai tinggi dalam

kemandirian, sikap yang rendah terhadap ketidaktoleransian terhadap kenakalan,

dan religusitas yang rendah. Dalam perceived enviroment system, tidak-

konvensional mengacu pada kurangnya ketidaksesuaian harapan antara orang tua

dan teman, pengaruh teman lebih kuat dibandingkan orang tua dalam

pengambilan keputusan, rendahnya ketidaksetujuan orang tua terhadap perilaku

bermasalah dan kuatnya modeling pada teman dalam keterlibatan pada perilaku

bermasalah. Dalam behavior system, tidak-konvensional mengacu pada besarnya

keterlibatan dalam berbagai macam perilaku bermasalah (seperti penggunaan

narkotika dan perilaku kenakalan) dan rendahnya keterlibatan dalam perilaku

konvensional (seperti aktivitas yang berhubungan dengan sekolah, kinerja

akademis, dan kedatangan ke gereja) (Donovan et al., 1991).

Problem Behavior Theory (PBT) telah sukses tidak hanya dalam

perhitungan terhadap variasi dalam keikutsertaan berbagai perilaku bermasalah

tapi juga dalam memperhitungkan perubahan dari keikutsertaan perilaku tersebut,

sebagai contohnya, dari bukan peminum menjadi peminum, dari peminum

menjadi peminum bermasalah, dari bukan pengguna ganja menjadi pengguna, dan

dari perawan menjadi tidak perawan (Fisher & Lerner, 2005).

Page 41: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

27

Menurut teori problem behavior, seseorang yang mengunakan narkotika

merupakan seseorang yang: (1) merasa dirinya kurang akrab dengan orang tuanya,

lebih dekat dengan teman sebaya dan lebih terpengaruh oleh teman dibandingkan

dengan orang tua; (2) mempunyai teman yang menggunakan narkotika dan

memaarkan untuk menggunakan narkotika; (3) mempunyai sikap toleransi dalam

penggunaan narkotika, (4) mempunyai nilai yang rendah dalam pencapaian

akademik dan (5) merasa teralienisasi, pemberontak dan pencari kebebasan dalam

lingkungan konvensional (Petraitis et al., 1995).

Untuk mengetahui tentang perilaku penggunaaan ganja akan lebih baiknya

terlebih dahulu mengetahui hal apa yang dapat diproduksi dari tumbuhan ganja.

Tumbuhan ganja dapat diproduksi menjadi tiga (3) kategori : (1) ganja herbal,

yang berasal dari daun dan bunga; (2) getah ganja, yang berasal dari hasil proses

sekresi dari tumbuhan ganja; (3) minyak ganja (United Nation Office on Drugs

and Crime, 2008).

Konsumsi daun ganja banyak digunakan dengan cara dibakar, dihisap

seperti layaknyamengonsumsirokok, teknik tersebut sering digunakan untuk

mengonsumsi ganja.Teknik tersebut seperti untuk membuat sejenis rokok dengan

menggunakan kertas gulung khusus atau material lain (seperti guntingan kertas

atau daun dari tumbuhan lokal). Teknik lainnya dapat menggunakan pipa untuk

tembakau, pipa air atau bong di mana asap didinginkan melalui ruang berair dan

sebagainya. Konsumsi daun ganja dengan cara tersebut juga sering dicampurkan

dengan tembakau. Selain daun ganja, getah daritumbuhan ganja juga dikonsumsi

Page 42: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

28

untuk di makan, biasa digunakan untuk campuran bumbu masakan (United Nation

Office on Drugs and Crime, 2008).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009,

menggunakan ganja merupakan sebuah penyalahgunaan, dikarenakan ganja

merupakan narkotika golongan I yang dilarang digunakan untuk kepentingan

pelayanan kesehatan, hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, dan untuk reagensia diagnostik (proses

mendeteksi suatu zat/bahan/benda yang digunakan oleh seseorang apakah

termasuk jenis narkotika atau bukan), serta reagensia laboratorium (proses

mendeteksi suatu zat/bahan/benda yang disita atau ditentukan oleh pihak Penyidik

apakah termasuk jenis Narkotika atau buka) dalam jumlah terbatas setelah

mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan. Konsumsi ganja dalam bentuk apapun dianggap sebagai

perilaku melawan hukum (Undang-Undang Republik Indonesia, 2009).

Sedangkan menurut Yatim dan Irwanto (1986),penyalahgunaan narkotika adalah

suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk menggunakan narkotika

termasuk ganja secara tidak tepat (Siregar, 2004).

Kopstein et al., (2001) menggolongkan pengguna ganja menjadi dua (2)

kriteria. Kriteria pertama yaitu, pengguna berat adalah individu yang merokok

ganja enam (6) kali atau lebih dalam jangka waktu satu (1) bulan terakhir. Kriteria

kedua yaitu, pengguna baru yang didefinisikan sebagai pengguna yang

menggunakan ganja sedikitnya sekali dalam satu (1) bulan terakhir.

Page 43: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

29

MenurutDiagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th

(DSM-V), individu dapat di diagnostik mengalami gangguan

perilakumengonsumsi ganja, jika menimbulkan masalah klinis, atau gangguan

dalam hubungan sosial, pekerjaan atau hal penting lainnya,dalam masa konsumsi

selama 12 bulan.(American Psychiatric Assosiaton, 2013).

Berdasarkan teori yang dikemukakan sebelumnya, peneliti menyimpulkan

bahwa perilakumengonsumsi ganja dapat didefinisikan sebagai tindakan

mengonsumsi ganja (baik herbal, getah atau minyak) dalam cara apapun yang

dilakukan secara sadar. Hal tersebut menjadi acuan peneliti untuk melakukan

pengukuran variabel terikat.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PerilakuMengonsumsi Ganja

Berdasarkan studi literatur diketahui bahwa. faktor-faktor yang

mempengaruhi perilakumengonsumsi ganja diantaranya :

1. Faktor Lingkungan

a. Pengaruh teman sebaya.Teori problem behaviormengemukakan

asumsi bahwa kerentanan dalam perilaku bermasalah (seperti

menggunakan ganja) merupakan hasil dari interaksi individu dengan

lingkungan. Inti dari interaksi ini terdapat pada kelekatan antara

keluarga dan teman sebaya. Teori ini berpendapat bahwa individu yang

menggunakan narkotika merupakan seseorang yang mempunyai

hubungan yang tidak akrab dengan orang tua, namun dekat dengan

teman sebaya, dan lebih terpengaruh dengan teman daripada dengan

orang tua (Petraitis et al., 1995).Menurut Kandel (1985) seseorang yang

Page 44: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

30

tidak menggunakan ganja lebih senang mempunyai teman dekat dengan

seseorang yang tidak menggunakan ganja juga, dan pengguna ganja

lebih senang mempunyai teman dekat dengan seseorang yang

menggunakan ganja juga. Penelitian lebih lanjut menerangkan bahwa

kesamaan bukan hanya untuk memprediksi dalam pemilihan teman, tapi

juga hubungan pertemanan lebih lanjut. Ketika tidak terjadi kesamaan,

individu akan cenderung memutuskan tali pertemanan atau

memodifikasi perilakunya untuk membangun harmoni. Oleh karena itu,

seleksi dan sosialisasi keduanya mempunyai peran dalam pertemanan

seseorang (McMurran, 1994).

b. Pengaruh role model.berdasarkan teori problem behavior, individu

menggunakan ganja karena sosok seseorang yang menjadi role

modelnya dalam lingkungan sosial dan juga perilakumengonsumsi

ganja yang dilakukan oleh keluarga maupun teman, individu

menggunakan ganja percaya bahwa teman ataupun keluarga

membolehkan individu tersebut untuk menggunakan ganja juga

(Petraitis et al., 1995).

c. Pengaruh keluarga. Faktor dalam keluarga yang mempengaruhi

seseorang menggunakan ganja meliputi toleransi atau diperbolehkannya

menggunakan ganja, peraturan terhadap perilaku yang tidak jelas dalam

keluarga, ketidakkonsistenan antara hadiah dan hukuman, ikatan

keluarga yang lemah dan tingkat konflik keluarga yang tinggi

(McMurran, 1994).

Page 45: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

31

d. pengaruh peraturan/hukum. Banyak perilaku yang diatur oleh

peraturan dalam budaya di kehidupan manusia. Semua narkotika diatur

oleh hukum termasuk batasan dalam penggunaan, penjualan dan

penyuplaian barang (McMurran, 1994). Di Indonesia ganja termasuk

pada narkotika golongan I yang berarti sangat ilegal untuk digunakan,

hal ini menjadi sebuah larangan dalam konsumsi ganja, karena jika

seseorang menggunakan ganja akan terjerat dengan masalah hukum

yang berlaku dan akan ditindak sesuai dengan aturan yang berlaku di

Indonesia.

2. Faktor Perilaku

a. Perkembangan perilaku. penelitian jangka panjang menunjukan

bahwa ada indikasi terhadap pengembangan perilakukonsumsi

narkotikayang dimulai dengan kenakalan, berkembang menuju ke

perilakumeminum alkohol dan merokok tembakau, kemudian mulai

merokok ganja, berpindah kepada masalahmengonsumsi alkohol dan

akhirnya menggunakan narkotika berbahaya lainnya. Hal yang perlu

dicermati pada kasus ini adalahurutan perkembangan tersebut tidak

menjadi sebuah perkembangan yang tak terelakan. Newcomb

danBentler (1989) berpendapat bahwa, keterlibatan dalam satu tahap

tidak secara langsung mempengaruhi keterlibatan pada tahap

selanjutnya, bagaimanapun keterlibatan dalam tahap selanjutnya tidak

mungkin tanpa adanya keterlibatan sebelumnya pada tahap sebelumnya

(McMurran, 1994).

Page 46: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

32

b. Perilaku tidak konvensional. Elliot et al (1985) menemukan bahwa

kenakalan dan keterlibatan dalam kelompok teman yang nakal, menjadi

bukti dalam penggunaan narkotika. Brook et al., (1989) perilaku tidak

konvensional mempunyai peran penting dalam awal penggunaan

narkotika (seperti ganja) dan sekali menggunakan narkotika kemudian

perilaku tidak konvensional menjadi tidak penting dan penggunaan

narkotika mempunyai pengaruhnya sendiri terhadap perilaku tersebut,

dalam penelitiannya juga menemukan bahwa inisiasi meminum alkohol

terkait dengan perilaku tidak konvensional atauperilaku tidak sesuai,

sedikitnya orientasi untuk bekerja, mempunyai toleransi pada perilaku

menyimpang dan ikut serta dalam perilaku kenakalan (McMurran,

1994).

c. Sensation seeking. Menurut Zuckerman, bahwaindividu yang senang

membangkitkan hasrat akan pengalaman mungkin lebih cenderung

untuk mengonsumsi alkohol dan narotika termasuk ganja, seperti

mengikutsertakan dalam kegiatan yang membahayakan (McMurran,

1994). Hasil penelitian lain menemukan bahwa dimensi dari sensation

seeking, Disinhibitiondiperhitungkan berhubungan dengan perilaku

merokok dan perilakumengonsumsi ganja sedangkan sensasi dan rasa

petualangan tidak signifikan (Kopstein et al., 2001).

3. Faktor Psikologis

a. Kepribadian. BerdasarkanPenelitian Terraciano, Lockenhoff, Crum,

Bienvenu (2008) untuk mengetahui perbedaan kepribadian dalam

Page 47: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

33

penggunaan narkotika seperti rokok, ganja, kokain dan heroin serta

individu yang bukan pengguna, menggunakan teori kepribadian Five

Factor Model. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa jika

dibandingkan dengan yang tidak merokok, perokok mempunyai skor

rendah dalam tipe kepribadian conscientiousness dan skor yang tinggi

dalam tipe kepribadian neuroticism, serupa pada pengguna kokain atau

heroin terdapat skor yang tinggi dalam tipe kepribadian neuroticism

danskor yang rendah pada tipe kepribadian conscientiousness,

sedangkan pada pengguna ganja terdapat skor yang tinggi dalam tipe

kepribadian oppenness to experince, skor rata-rata pada tipe

kepribadian neuroticism dan skor yang rendah pada tipe kepribadian

agreebleness dan conscientiousness(Terraciano et al., 2008).

b. Persepsi. Penelitian Wibberley dan Price (2000) dengan menggunakan

murid berusia 15 sampai 16 tahun dari 9 sekolah di daerah Menchester,

Inggris. Total keseluruhan berisi 1067 kuisoner tentang perasaan

tentang penggunaan narkotika. Salah satu pertanyaan menanyakan

tentang sebeberapa berbahayanya efek menggunakan berbagai jenis

narkotika pada kesehatan. Ganja di kategorikan sebagai sedikit

berbahaya, sangat sedikit berbahaya atau bahkan tidak berbahaya hanya

67,3% dari responden, sedangkan pada kasus penggunaan

ampetahamine sebanyak 24,8% dan heroin sebanyak 1,3%. Selanjutnya,

85,7% responden telah menggunakan ganja (Jenkins, 2006). Menurut

Penelitian Bachman et al. (1998) menemukan bahwa menurunnya

Page 48: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

34

perceived risk(persepsi risiko) seperti anggapan bahwa ganja dapat

berbahaya bagi kesehatan, bisa diperhitungkan sebagai meningkatnya

konsumsi ganja di kalangan pelajar (Bachman et al., 1998)

c. Motif. Individu melakukan segala jenis perilaku berdasarkan motif atau

dorongan baik dari dalam individu maupun dari luar individu. Pada

perilakumengonsumsi ganja, Simon (2000) mengembangkan lima (5)

buah motif berdasarkan penelitian sebelumnya, motif tersebut adalah

social motives, expansion motives, coping motives, enhancement

motives, dan conformity motives. Berdasarkan penelitian Comeau et al.,

(2001) bahwa . hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang

signifikan antara coping motive, conformity motive dan enhancement

motive dengan anxiety sensitivity; ada hubungan antara coping motive

dengan trait anxiety; dan hubungan yang tinggi terdapat pada anxiety

sensitivity diprediksi oleh conformity motive pada pengguna ganja

(Comeau et al., 2001).Penelitian lain yang dilakukan oleh Simon et al.

(2005) menunjukan bahwa enhancement motive dan coping motive

secara siginifikan berhubungan dengan permasalahan terkait

perilakumengonsumsi ganja.

2.1.3 Indikator Perilaku Mengonsumsi Ganja

Menurut UNODC (2011) perilaku mengonsumsi ganja adalah tindakan

seseorang menggunakan ganja dengan cara pengasapan atau dihisap. ganja dalam

bentuk herbal (tanaman) atau daun ganja kering yang dilinting dengan kertas

(papir) kemudian dibakar, dan dihisap seperti layaknya orang merokok tembakau.

Page 49: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

35

Menurut DSM V dijelaskan bahwa individu yang di diagnostik sebagai

gangguan penyalahgunaan ganja adalah individu yang dalam waktu 6 sampai 12

bulan, efek dari penggunaan ganja dapat menggangu kehidupan sosial dan

psikologis pengguna tersebut (American Psychiatric Assosiaton, 2013).

Sedangkan menurut UNODC pengguna ganja terbagi menjadi kategori, yaitu

pengguna ganja eksperimental, rekreasional maupun kronik (UNODC, 2011).

Dalam penelitian ini, peneliti tidak secara spesifik membatasi prilaku

mengonsumsi ganja sebagai gangguan penyalahgunaan ganja, ataupun

mengkategorikan perilaku mengonsumsi ganja sebagai pengguna eksperimental,

rekreasional atau kronik. Peneliti menyimpulkan bahwa perilaku mengonsumsi

ganja dapat dijelaskan sebagai perilaku seseorang menghisap ganja layaknya

menggunakan rokok, pada waktu satu bulan terakhir.

2.1.4 Pengukuran Perilaku Mengonsumsi Ganja

Dependent variable (DV) pada penelitian ini termasuk variabel kategorik,

hanya memiliki dua kemungkinan jawaban (ya/tidak). Alat ukur yang digunakan

adalah alat ukur yang dibuat sendiri oleh peneliti. Responden diminta untuk

menjawab pertanyaan “apakah anda mengonsumsi ganja pada satu bulan

terakhir?” pilihan jawaban yang diberikan yaitu “ya” dan “tidak”

2.2 Perceived Risk

2.2.1 Definisi Perceived Risk

Persepsi didefinisikan sebagai keseluruhan proses menangkap objek dan

kejadian dalam lingkungan luar, untuk merasakannya, memahaminya,

mengidentifikasikannya dan melabelkannya, dan bersiap untuk beraksi

Page 50: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

36

menghadapinya (Levitin, 2002). Persepsi juga di pengaruhi oleh sistem

keyakinan, sikap dan kebutuhan individu (Strickland, 2001). Menurut Roth (1986)

persepsi adalah informasi diperoleh melalui organ sensorik, kemudian

ditransformasikan melalui pengalaman objek, peristiwa, suara, rasa, dan

sebagainya (Eysenck & Keane, 2000).Individu sebelum melakukan perbuatan

yang berisiko, tindakan tersebut sebelumnya di nilai, diproses dan

ditransformasikan kedalam bentuk tindakan (Fischhoff et al., 1981). Proses

penilaian tersebut mendasari pembatasan fisik, hanya sebagai stimulus yang

dirasakan atau kognisi yang bisa di proses, dan beberapa tidak diperlukan faktor

psikologis yang nyata (Trimpop, 1994).

Perceived risk dapat didefinisikan sebagai pertimbangan dan penilaian

seseorang terhadap sesuatu hal yang berbahaya. pengalaman dan keyakinan

individu menjadi pertimbangan (Renn & Rohrmann, 2000). Perceived risk o

didefiniskan sebagai pertimbangaan pribadi, dalam berbagai aspek, hakikatnya

dan keseriusan risikonya, seringkali dibandingkan dengan penilaian para ahli

atau dihitung berdasarkan metode ilmiah dan/atau data-data (Speilberger, 2004).

Sedangkan menurut Danseco et al. (1999) Perceived risk merupakan keyakinan

tentang efek negatif atau berbahayanya penggunaan narkotika terhadap individu.

(Danseco, Kingery, & Coggeshall, 1999).

Peneliti menyimpulkan bahwa perceived risk adalah kepercayaan individu

mengenai efek negatif ataupun efek berbahaya yang dapat ditimbulkan olehi

narkotika terhadap kesehatan fisik diri sendiri.

Page 51: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

37

2.2.2 Indikator Perceived Risk

Perceived risk dalam penelitian ini dijelaskan sebagai keyakinan individu

terhadap efek berbahaya yang ditimbulkan dari mengonsumsi ganja terhadap

kesehatan fisik seseorang, mengonsumsi ganja dipercaya dapat menyebabkan

terjadinya gangguan kesehatan pada paru-paru, penurunan kemampuan otak,

bahkan dapat beresiko menyebabkan kematian pada penggunanya

2.2.3 Pengukuran Perceived Risk

Pengukuran perceived risk menggunakan lima (5) pertanyaan yang di

adaptasi dan modifikasi dari penelitian Bachman et al., (1998). Pengukuran

perceived risk pada kesehatan fisik.. Pengukuran perceived risk tersebut dengan

diukur melalui empat (4) pilihan jawaban yaitu : (1)sangat tidak setuju; (2) tidak

setuju; (3) setuju; (4) sangat setuju.

2.3 Sensation Seeking

2.3.1 Definisi Sensation Seeking

Menurut Eby, sensation seeking adalah perilaku yang berhubungan dengan

kebutuhan psikologis seperti rasa ingin tahu dan mengikutsertakan dalam kegiatan

untuk tujuan menstimulasi (Speilberg, 2004). Penelitian tersebut juga

menunjukan bahwa sensation seeking seorang cenderung meningkat ketika saat

berumur 19 tahun dan secara bertahap menurun sepanjang umur kehidupan

(Speilberg, 2004).

Peneliti menggunakan definisi sensastion seeking menurut Zuckerman

(1994).Sensation seeking merupakan trait yang didefinisikan sebagai mencari

sensasi dan pengalaman yang bervariasi, yang baru, rumit dan hebat, kemauan

Page 52: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

38

untuk menerima risiko secara fisik, sosial, hukum dan keuangan untuk

mendapatkan pengalaman (Zuckerman, 1994). Aspek risiko sebagai bayaran

untuk hadiah yang diterima karena pengalaman itu sendiri ( Zuckerman, 1994).

2.3.2 Dimensi Sensation Seeking

Zuckerman (1994) membagi sensation seeking menjadi empat (4)

dimensi, yaitu :

1. Thrill & Adventure Seeking.Dimensi ini merupakan bentuk

pengekspresian hasrat untuk ikut serta dalam kegiatan olahraga

ataupun aktifitas fisik yang berisiko lainnya untuk mendapatkan sensasi

yang tidak biasa dari kecepatan ataupun gravitasi seperti terjun parasut,

menyelam atau bermain ski. Karena kebanyakan aktifitas itu tidak

umum, maka item pada dimensi ini diekpresikan sebagai intensi (Saya

Ingin...) dibandingkan melaporkan pengalamanan yang telah terjadi.

Peneliti menyimpulkan bahwa thrill & adventure seeking merupakan

rasa ingin untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan

atau gravitasi yang tidak umum dilakukan.

2. Experience Seeking. Dimensi ini mencakup pencarian sensari baru dan

pengalaman menembus indra dan pikiran, seperti membangkitkan

musik, seni dan travel, dan tidak melalui konformitas sosial, seperti

bergabung dengan kelompok pinggiran dari masyarakat tidak

konvensional (seperti artis, hippie, homosexual). Peneliti menyimpulkan

bahwa experience seeking merupakan rasa suka terhadap gaya hidup

Page 53: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

39

yang tidak konvensional dan pencarian terhadap pengalaman yang baru

dan menarik.

3. Boredom Susceptibility. Dimensi ini merespentasikan ketidak-toleran

terhadap pengalaman yang berulang dalam bentuk apapun, seperti

halnya kerja rutinitas, dan orang yang membosankan.

4. Disinhibition. Dimensi ini mendeskrpisikan sensastion seeking melalui

aktifitas sosial seperti pesta, mabuk-mabukan dan berhubungan seksual.

Peneliti menyimpulkan bahwa disinhibition adalah keinginan dan

kesukaan untuk melakukan aktivitas sosial maupun seksual yang bebas

secara terbuka, walaupun kegiatan tersebut berisiko.

2.3.3 Pengukuran Sensation Seeking

Pengukuran sensation seeking dalam penelitian ini menggunakan

Sensation Seeking Scale Form V (SSS-V) yang diadaptasi dan modifikasi dari

penelitian Zuckerman (1994). SSS-Vterdiri dari empat (4) dimensi yaitu Thrill &

Adventure Seeking, Experience Seeking, Disinhibition, dan Boredom

Susceptibility. SSS-V terdiri dari 20 item dengan empat(4) pilihan jawaban yaitu :

(1) sangat tidak setuju; (2) tidak setuju; (3) setuju; (4) sangat setuju.

2.4 Substance Use Motive

2.4.1 Definisi Substance Use Motive

Substance use motives memprediksi bahwa ada perbedaan motif/dorongan

yang mungkin secara teoritis berhubungan dengan berbagai macam tipe masalah

(Johnson, 2010). Motif Kognitif dalam penggunaan narkotika dipercaya

menrespentasikan efek akan dicarinya narkotika. Penelitian motive dapat

Page 54: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

40

meningkatkan pemahaman dalam peran fungsional dari penggunaan narkotika

oleh pengguna (Simon et al., 2000).

Menurut Carman (1979) percaya bahwa “efek dorongan personal” untuk

mengonsumsinarkotika mengarahkan pada kebanyakan pengguna yang

bermasalah. Dalam kata lain, orang yang memuaskan diri dengan menggunakan

obat untuk tujuan penyembuhan diri, untuk menghilangkan tekanan psikologis

ataupun menghindari tantangan dibandingkan dengan alasan sosial ( seperti

tekanan teman sebaya, untuk menyesuaikan diri atau rasa malu) akan memeliki

masalah yang lebih besar karena penggunaan narkotika mereka (Sadava, 1987,

dalam Naraya et, al.).

Substance use motive dari penggunaan narkotika menyajikan kerangka

untuk memahami rangkaian dari fungsi emosi dalam hal mengunakan narkotika

dan masalah yang terkait dalam penggunannya (Copper et al., 1995; Cox &

Kelinger, 1988; dalam Simon et al., 2005). Simon mengidentifikasikan bahwa

ada faktor-faktor yang berbeda, dapat direplikasi dan internal konsistensi dari

motif mengonsumsi ganja.

Peneliti menyimpulkan bahwa substance use motive adalah dorongan-

dorongan yang spesifik dalam diri individu yang membuat individu

menggunakan narkotika.

2.4.2 Dimensi Substance Use Motive

Untuk Mengetahui dimensi substance use motive, peneliti menggunakan

teori Simon et al. Simon (1998) yang mengembangkan Marijuana Motives

Page 55: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

41

Measure (MMM), berdasarkan substanceuse motiveyang dikembangkan

dariDrinking Motive Measure. Yaitu :

1. Conformity Motive.Individu menggunakan ganja sebagai dikarenakan

dorongan untuk menjadi bagian dari kelompok.

2. Coping Motive.Individu menggunakan ganja sebagai dorongan untuk

meredakan dan/atau menghindari keadaan negatif emosional, seperti

halnya untuk menenangkan, untuk melupakan kegelishan, supaya

merasa lebih percaya diri, dan sebagainya.

3. Enhancement Motive. Individu menggunakan ganja sebagai dorongan

untuk memfaslitasi emosi positif yang ada dalam diri individu, seperti

halnya ganja membuat saya merasa senang, karena ganja

menyenangkan, karena ganja mengasikan, karena menyukai perasaan

saat menggunakan ganja, dan sebagainya.

4. Expansion Motive. Individu menggunakan ganja sebgai bentuk

dorongan untuk memperluas pengalamannya, seperti mencoba hal yang

berbeda, untuk memperluas kesadaran.

5. Social Motive. Individu menggunakan ganja sebagai dorongan

berafiliasi dengan orang lain. Seperti halnya cara untuk merayakan

sesuatu, untuk menjadi orang yang sosialita, karena menggunakan ganja

membuat perkumpulan lebih menyenangkan, dan sebagainya.

2.4.3 Pengukuran Substance Use Motive

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan Marijuana Motive Measure

(MMM) yang diadaptasi dan dimodifikasi dari penelitian Simon (1998), MMM

Page 56: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

42

bertujuan untuk mengetahui dorongan individu menggunakan ganja. MMM terdiri

dari lima (5) dimensi yaitu enhancement motive, conformity motive, expansion

motive, social motive, dan coping motive. MMM terdiri dari 24 item dengan

empat (4) pilihan jawaban yaitu : (1) sangat tidak setuju; (2) tidak setuju; (3)

setuju; (4) sangat setuju.

2.5 Kerangka Berpikir

Perilaku mengonsumsi ganja bisa disebut sebagai perilaku bermasalah

karena perilaku tersebut didefinisikan secara sosial sebagai masalah atau sebagai

hal yang tidak diinginkan dalam norma yang berlaku konvensional di masyarakat,

dan biasanya menimbulkan semacam respon kontrol sosial.

Mengonsumsi ganja juga disebut sebagai perilaku bermasalah dikarenakan

efek dari penggunaan jangka panjang dapat beresiko menurunkan fungsi kognitif

pemakai. Oleh karena itu, mengonsumsi ganja dipersepsikan dapat menimbulkan

resiko yang berbahaya untuk kesehatan fisik penggunanya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bachman (1999), menemukan bahwa

perceived risk berpengaruh signifikan secara negatif terhadap perilaku

mengonsumsi ganja pada anak sekolah menengah atas, penelitian ini menyatakan

bahwa menurunnya persepsi risiko tentang bahaya mengonsumsi ganja

menyebabkan terjadinya peningkatan angka konsumsi ganja dari tahun 1976

sampai dengan 1996 pada anak sekolah menengah atas.Selain itu menurut

penelitian yang dilakukan oleh Danseco (1999), perceived risk lebih tinggi

terdapat pada orang yang tidak mengonsumsi ganja. Berdasarkan penelitian

sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa perceived risk pada penelitian ini akan

Page 57: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

43

signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja secara negatif, artinya

semakin tinggi perceived risk, semakin rendah perilaku mengonsumsi ganja.

Selanjutnya, menurut Zuckerman (dalam McMurran, 1994) menyebutkan

bahwa individu yang mempunyai sensation seekingyang besar lebih cenderung

untuk mengonsumsi alkohol dan narotika termasuk mengonsumsi ganja. Selain

itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Kopstein (1999) dengan

menggunakan variabel sensation seeking yaitu thrill & adventure seeking dan

disinhibition, menemukan bahwa variabel disinhibition berpengaruh positif

terhadap perilaku mengonsumsi ganja. Penelitian yang dilakukan Kopstein (1999)

mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai keinginan dan kesukaan untuk

melakukan aktivitas sosial maupun seksual yang bebas secara terbuka akan

cenderung mengonsumsi ganja, walaupun kegiatan tersebut berisiko. Berdasarkan

penelitian sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa sensation seeking (thrill &

adventure, experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition) pada

penelitian ini akan signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja secara

positif, artinya semakin tinggi sensation seeking (thrill & adventure, experience

seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition), semakin tinggi pula perilaku

mengonsumsi ganja.

Kemudian, Simon (1998) menyatakan bahwa dengan melihat subtance use

motives akan mengetahui faktor yang mendorong perilaku mengonsumsi

ganjapada individivu. Simon et al., (2000) melakukan penelitian dengan

membandingkan subtance use motive pada pengguna ganja dan alkohol, penelitian

ini menemukan bahwa expansion motive secara signifikan berpengaruh lebih

Page 58: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

44

besar pada pengguna ganja dibandingkan pada pengguna alkohol, selain itu social

motivesecara signifikan berpengaruh lebih besar pada pengguna alkohol

dibandingkan pada pengguna ganja, sedangkan untuk variabel enhancement

motive, coping motive, dan conformity motive tidak ada perbedaan yang signifikan

antara pengguna ganja maupun alkohol. Selain itu, pada penelitian lain yang

dilakukan oleh Simon et al., (2005) dengan menggunakan dua dimensi dari

subtance use motive, yaitu variabel coping motive dan enhancement motive, hasil

penelitian menunjukan bahwa coping motive dan enhancement motive

berpengaruh signifikan terhadap perilaku mengonsumsi ganja pada mahasiswa.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa substance use

motive (coping motive, conformity motive, enhancement motive,expansion motive

dan social motive) pada penelitian ini akan signifikan mempengaruhi perilaku

mengonsumsi ganja secara positif, artinya semakin tinggi substanceuse motive

(coping motive, conformity motive, enhancement motive,expansion motive dan

social motive), semakin tinggi pula perilaku mengonsumsi ganja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, maka peneliti

berasumsi bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perceived risk, sensation

seeking (thrill & adventure, experience seeking, boredom suscepibility, dan

disinhibition) dan substanceuse motive (coping motive, conformity motive,

enhancement motive,expansion motive dan social motive) terhadap perilaku

mengonsumsi ganja.Berikut gambaran kerangka berpikir yang peneliti gunakan

dalam peneltian ini :

Page 59: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

45

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Page 60: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

46

2.6 Hipotesis Penelitian

2.6.1 Hipotesis Mayor

Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara perceived risk, sensation seeking (thrill

& adventure, experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition)dan

substance use motive (coping motive, conformity motive, enhancement

motive,expansion motive dan social motive) terhadap perilaku mengonsumsi

ganja.

2.6.2 Hipotesis Minor

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan perceived riskterhadap perilaku

mengonsumsi ganja.

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan thrill & adventure seeking terhadap perilaku

mengonsumsi ganja.

Ha3: Ada pengaruh yang signifikan boredom suscepibility terhadap perilaku

mengonsumsi ganja.

Ha4: Ada pengaruh yang signifikan disinhibition terhadap perilaku mengonsumsi

ganja.

Ha5: Ada pengaruh yang signifikan experience seeking terhadap perilaku

mengonsumsi ganja.

Ha6: Ada pengaruh yang signifikan conformity motive terhadap perilaku

mengonsumsi ganja.

Ha7: Ada pengaruh yang signifikan coping motive terhadap perilaku mengonsumsi

ganja.

Page 61: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

47

Ha8: Ada pengaruh yang signifikan enhancement motive terhadap perilaku

mengonsumsi ganja.

Ha9: Ada pengaruh yang signifikan expansion motive terhadap perilaku

mengonsumsi ganja.

Ha10: Ada pengaruh yang signifikan social motive terhadap perilaku mengonsumsi

ganja.

Page 62: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

48

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian,

definisi operasional, teknik pengambilan sampel, uji validitas, instrumen

penelitian, teknik pengambilan data, dan metode analisis data.

3.1 Populasi dan Sampel

Sampel penelitian ini merupakan individu yang terdaftar sebagai anggota

Lingkar Ganja Nusantara (LGN), maupun simpatisan yang mendukung gerakan

komunitas ini. Populasi dalam penelitian ini merupakan populasi dari komunitas

Lingkar Ganja Nusantara (LGN), peneliti mengasumsikan jumlah populasi

berdasarkan follower akun media sosial twitter komunitas @legalisasiganja, yaitu

sebanyak 63.095 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 302 orang. Teknik

pengambilan sampling yang digunakan yaitu teknik non probability sampling

yang berati peluang terpilihnya sampling tidak diketahui.

3.2 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa variabel, variabel –

variabel tersebut adalah :

1. Perilaku Mengonsumsi Ganja

2. Perceived risk

3. Sensastion seeking meliputi :

a. Thrill & Adventure Seeking

b. Boredom Suscepibility

c. Disinhibition

Page 63: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

49

d. Experience Seeking

4. Substance Use Motive meliputi :

a. Coping Motive

b. Conformity Motive

c. Enhancement Motive

d. Expansion Motive

e. Social Motive

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku mengonsumsi ganja,

variabel ini merupakan variabel kategoris dengan dua pilihan jawaban tidak

menggunakan ganja (0) dan menggunakan ganja (1). Sedangkan Variabel lainnya

merupakan variabel bebas.

3.3 Definisi Operasional Variabel

1. Perilaku mengonsumsi manja adalah tindakan seseorang menggunakan

ganja dengan cara pengasapan atau dihisap. ganja dalam bentuk herbal

(tanaman) atau daun ganja kering yang dilinting dengan kertas (papir)

kemudian dibakar, dan dihisap seperti layaknya orang merokok

tembakau.

2. Perceived risk adalah kepercayaan individu mengenai efek negatif

ataupun efek berbahaya dari mengonsumsi ganja terhadap kesehatan

fisik diri sendiri.

3. Thrill & adventure seeking adalah keinginan untuk terlibat dalam

olahraga outdoor atau aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan atau

gravitasi yang tidak umum dilakukan.

Page 64: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

50

4. Boredom suscepibility adalah tidak toleransi terhadap rutinitas, monoton

dan tidak melakukan apa-apa atau terhadap orang yang membosankan

5. Disinhibittion adalah keinginan untuk melakukan aktivitas sosial yang

bebas tanpa hambatan.

6. Experience seeking adalah rasa suka terhadap gaya hidup yang tidak

konvensional dan pencarian terhadap pengalaman yang baru dan

menarik.

7. Conformity motive adalah dorongan mengonsumsi ganja dengan

maksud untuk menjadi bagian dari kelompok

8. Coping motive adalah dorongan mengonsumsi ganja supaya dapat

meredakan dan/atau menghindari keadaan emosional yang bersifat

negatif.

9. Enhancement motive adalah dorongan mengonsumsi ganja untuk

memfasilitasi emosi positif yang ditimbulkan oleh konsumsi ganja.

10. Expansion motive adalah dorongan mengonsumsi ganja bertujuan untuk

memperluas pengalamannya, mencoba hal yang berbeda, dan

memperluas kesadaran.

11. Social motive adalah dorongan mengonsumsi ganja dengan tujuan untuk

dapat berafiliasi dengan orang lain.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Perilaku mengonsumsi ganja diukur dengan mengajukan sebuah

pertanyaan kepada sampel yakni “apakah Anda pernah mengonsumsi ganja pada

satu bulan terakhir?”. Dengan dua (2) pilihan jawaban yaitu : Pilihan satu (1)

Page 65: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

51

adalah ya ( mengonsumsi = 1), dilihat dari adanya perilaku yang dilakukan oleh

individu untuk mengonsumsi ganja. Sedangkan, pilihan dua (2) adalah tidak (

tidak mengonsumsi = 0), dilihat dari tidak adanya perilaku yang dilakukan oleh

individu untuk mengonsumsi ganja. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

kalimat “satu bulan terakhir” dikarenakan peneliti tidak mengukur perbedaan

pengguna ganja seperti yang di kategorikan oleh UNODC dengan tiga kategori,

yaitu pengguna ganja eksperimental, rekreasional maupun kronik. Peneliti hanya

ingin melihat variabel bebas yang paling mempengaruhi prilaku mengonsumsi

ganja secara umum.

Perceived risk diukur dengan menggunakan pertanyaan yang di adaptasi

dan modifikasi dari penelitian Bachman et al., (1998). Pengukuran perceived risk

tersebut menggunakan lima (5) item pernyataan, dan dengan diukur melalui empat

(4) pilihan jawaban yaitu : (1) sangat tidak setuju; (2) tidak setuju; (3) setuju; (4)

sangat setuju. blue print item perceived risk dapat dilihat dari tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Blue Print Skala Perceived Risk

Variable Favorable Unfavorable Total

Perceived risk 2, 5 1, 3, 4 5

Total 5

Sensation Seeking diukur dengan Sensation Seeking Scale Form V (SSS-

V) yang diadaptasi dan modifikasi. SSS-V terdiri dari empat (4) dimensi yaitu

thrill & adventure seeking, experience seeking, disinhibition, dan boredom

susceptibility. SSS-V terdiri dari 20 item dengan empat (4) pilihan jawaban mulai

dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju (Zuckerman, 1994 dalam Chang &

Liu, 2009). Berikut ini disajikan blue print skala sensation seeking :

Page 66: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

52

Tabel 3.2

Blue Print Skala Sensation Seeking

Dimension Favorable Unfavorable Total

Thrill & Adventure Seeking 2, 4, 7, 12, 14 5

Experience Seeking 9, 11, 17, 19, 20 5

Boredom Susceptibility 3, 6, 8, 13, 16 5

Disinhibition 1,5, 10, 15, 18 5

Total 20

Substance use motive diukur menggunakan skala baku Marijuana Motive

Measure (MMM) yang diadaptasi dan dimodifikasi. MMM terdiri dari 24 item

dengan empat (4) pilihan jawaban mulai dari sangat tidak setuju sampai sangat

setuju. MMM terdiri dari lima (5) dimensi yaitu conformity motive, coping motive,

enhancement motive, expansion motive, dan social motive (Simons et al., 1998).

blue print skala substance use motive :

Tabel 3.3

Blue Print Skala Substance Use Motive

Dimension Favorable Unfavorable Total

Conformity Motive 2, 8, 12, 19, 20 5

Coping Motive 1, 4, 6, 15, 17 5

Enhancement Motive 7, 10, 13, 18 4

Expansion Motive 9, 21, 22, 23, 24 5

Social Motive 3, 5, 11, 14, 16 5

Total 24

3.5 Uji Validitas Konstruk

Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap

validitas konstruk kelima instrument yang dipakai, yaitu Perceived Risk Scale,

Sensation Seeking Scale Form-V (SSS-V), Marijuana Motive Measure (MMM).

Peneliti melakukan uji validitas konstruk instrument tersebut dengan

menggunakan CFA (confirmatory factor analysis). Adapun logika dari CFA

(Umar, 2011):

Page 67: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

53

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang

didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau

pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor,

sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis

terhadap respon atas item-itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga

tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun

subtes bersifat unidimensional.

3. Langkah pertama dalam uji validitas dengan CFA ini yaitu pengujian

hipotesis apakah semua item mengukur satu faktor saja. Dengan data

yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi

antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.

Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut

benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara

matriks ∑ - matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji

dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka

hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas

tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya

mengukur satu faktor saja.

5. Jika model unidimensional fit, maka langkah selanjutnya menguji

hipotesis apakah setiap item signifikan atau tidak mengukur apa yang

Page 68: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

54

hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika nilai t-test>1,96 maka

item tersebut signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, jika

nilai t-test <1,96 maka item tersebut tidak signifikan, item yang

demikian digugurkan. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang

koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus

digugurkan. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat

positif (favorable).

6. Setelah diperoleh model fit dihitung skor faktornya. Penggunaan faktor

skor ini bertujuan untuk menghindari hasil penelitian yang bias akibat

dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian

ini bukanlah skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya,

melainkan justru true score yang diperoleh dengan memperhitungkan

perbedaan validitas dari setiap item. Namun demikian, untuk

menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif (Zscore)

maka peneliti mentransformasikan faktor skor tersebut menjadi T skor.

Dengan rumus T skor yaitu (Umar, 2011):

T score = (10 x factor score) + 50 (3.1)

Dalam hal ini T skor akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan

diharapkan seluruh faktor merupakan bilangan positif yang memiliki

rentangan diperkirakan antara 0 dan 100. Setelah didapat faktor skor

yang telah diubah menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan

dianalisis dalam uji hipotesis. Adapun pengujian analisis CFA seperti

Page 69: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

55

ini dilakukan dengan bantuan software LISREL 8.7 (Joreskog &

Sorbom, 2004)

3.5.1 Uji Validitas Konstruk Skala Perceived Risk

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur perceived risk. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi Square = 14.49, df = 5, P-Value = 0.01280, RMSEA = 0.079. Namun

setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu (1) kali terhadap model dengan

membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item yang dianalisis,

maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 7.69, df = 4, P-

Value = 0.10361, RMSEA = 0.055, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu perceived risk. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Path Diagram Perceived Risk

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

Page 70: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

56

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran perceived risk disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Muatan Faktor Perceived Risk

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

1 0.28 0.06 4.60 V

2 0.62 0.06 10.97 V

3 0.29 0.06 4.71 V

4 0.87 0.05 15.89 V

5 0.78 0.06 14.15 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor perceived risk karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif,

artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan, kemudian

item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor perceived risk.

3.5.2 Uji Validitas Konstruk Skala Sensation Seeking

3.5.2.1 Thrill & Adventure Seeking

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur thrill & adventure

seeking. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,

ternyata tidak fit, dengan Chi Square = 41.94, df = 5, P-Value = 0.0000, RMSEA

= 0.157. Namun setelah dilakukan modifikasi.sebanyak 2 kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 7.51, df

= 3, P-Value = 0.5725, RMSEA = 0.071, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Page 71: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

57

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu thrill & adventure seeking. Model fit

tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.2 Path Diagram Thrill & Adventure Seeking

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran thrill & adventure seeking disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5

Muatan Faktor Thrill & Adventure Seeking

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

2 0.57 0.09 6.71 V

4 0.27 0.08 3.56 V

12 -0.33 0.09 -3.83 X

14 0.52 0.08 7.08 V

7 0.54 0.08 7.23 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor thrill & adventure seeking, hanya item no 12 yang tidak signifikan (t <

Page 72: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

58

1.96) dan bertanda negatif, sedangkan yang item lainnya signifikan. Dengan

demikian, item no 12 akan digugurkan yang berarti item tersebut tidak akan ikut

dianalisis dalam perhitungan faktor skor, sedangkan item lainnya digunakan

dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor thrill & adventure seeking.

3.5.2.2 Boredom Susceptibility

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur boredom susceptibility.

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata

tidak fit, dengan Chi Square = 59.57, df = 5, P-Value = 0.00002, RMSEA = 0.128.

Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu (1) kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 5.85, df

= 4, P-Value = 0.21199, RMSEA = 0.039, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh Item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu boredom susceptibility. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.3 Path Diagram Boredom Susceptibility

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

Page 73: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

59

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari Item. Pengujiannya dilakukan dengan

melihat t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya Item

tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk

item pengukuran boredom susceptibility disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6

Muatan Faktor Boredom Susceptibility

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

3 0.37 0.07 5.16 V

6 0.58 0.08 7.68 V

8 0.28 0.07 3.84 V

13 0.68 0.08 8.44 V

16 0.38 0.07 5.37 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor Boredom Susceptibility karena semua item signifikan (t > 1.96) dan

bertanda positif, artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang

digugurkan, kemudian item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk

faktor Boredom Susceptibility.

3.5.2.3 Disinhibition

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur disinhibition. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan

Chi Square = 3.02, df = 5, P-Value = 0.69646, RMSEA = 0.000, nilai P-Value >

0.05 (tidak signifikan). Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh Item hanya mengukur satu faktor saja yaitu disinhibition. Model fit

tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Page 74: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

60

Gambar 3.4 Path Diagram Disinhibition

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya Item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran disinhibition disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Disinhibition

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

3 0.51 0.06 8.25 V

6 0.63 0.06 10.56 V

8 0.68 0.06 11.58 V

13 0.77 0.06 13.25 V

16 0.38 0.06 6.04 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor disinhibition karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif,

artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan, kemudian

item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor disinhibition.

Page 75: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

61

3.5.2.4 Experience Seeking

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur experience seeking. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak

fit, dengan Chi Square = 19.21, df = 5, P-Value = 0.00176, RMSEA = 0.097.

Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu (1) kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 2.30, df

= 4, P-Value = 0.68129, RMSEA = 0.000, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh Item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu experience seeking. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.5 Path Diagram Experience Seeking

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

Page 76: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

62

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran experience seeking disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Experience Seeking

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

9 0.53 0.06 8.32 V

11 0.80 0.07 12.14 V

20 0.39 0.07 5.99 V

17 0.47 0.06 7.24 V

19 0.54 0.07 8.52 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.8 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor experience seeking karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda

positif, artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan,

kemudian item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor

experience seeking.

3.5.3 Uji Validitas Konstruk Skala Substance Use Motive

3.5.3.1 Conformity Motive

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur conformity motive. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak

fit, dengan Chi Square = 70,60, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.209.

Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu (1) kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 7,05, df

= 4, P-Value = 0.13336, RMSEA = 0.050, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item

Page 77: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

63

hanya mengukur satu faktor saja yaitu conformity motive. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.6 Path Diagram Conformity Motive

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran conformity motive disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Conformity motive

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

2 0.54 0.06 9.53 V

8 0.75 0.05 14.37 V

12 0.78 0.05 15.32 V

19 0.86 0.05 17.65 V

20 0.78 0.05 15.22 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.9 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor Conformity Motive karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda

positif, artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan,

Page 78: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

64

kemudian item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor

conformity motive.

3.5.3.2 Coping Motive

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur coping motive. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi Square = 17,60, df = 5, P-Value = 0.00349, RMSEA = 0.092. Namun

setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu (1) kali terhadap model dengan

membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,

maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 4,70, df = 4, P-

Value = 0.31973, RMSEA = 0.024, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu coping motive. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.7 Path Diagram Coping Motive

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

Page 79: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

65

t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran coping motive disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Coping motive

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

1 0.68 0.06 11.91 V

4 0.80 0.05 14.78 V

6 0.82 0.05 15.71 V

15 0.62 0.06 10.95 V

17 0.63 0.06 11.20 V

Keterangan : Tanda V Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.10 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor coping motive karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif,

artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan, kemudian

item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor coping motive.

3.5.3.3 Enhancement Motive

Peneliti menguji apakah empat (4) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur enhancement motive. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak

fit, dengan Chi Square = 16.19, df = 2, P-Value = 0.00031, RMSEA = 0.154.

Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu (1) kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 0.40, df

= 1, P-Value = 0.52919, RMSEA = 0.000, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh Item

Page 80: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

66

hanya mengukur satu faktor saja yaitu enhancement motive. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.8 Path Diagram Enhancement motive

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran enhancement motive disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Enhancement motive

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

7 0.95 0.06 15.57 V

10 0.48 0.06 8.34 V

13 0.76 0.06 13.17 V

18 0.93 0.06 15.18 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa dari keempat item yang mengukur

faktor enhancement motive karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda

positif, artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan,

Page 81: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

67

kemudian item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor

enhancement motive

3.5.3.4 Expansion Motive

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur expansion motive. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak

fit, dengan Chi Square = 33.15, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.137.

Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak tiga (3) kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 0.34, df

= 2, P-Value = 0.84285, RMSEA = 0.000, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh Item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu Expansion motive. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.9 Path Diagram Expansion motive

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

Page 82: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

68

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran expansion motive disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Expansion motive

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

9 0.86 0.05 18.20 V

21 0.82 0.05 16.61 V

22 0.83 0.05 17.15 V

23 0.88 0.05 18.75 V

24 0.89 0.05 19.34 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.12 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor expansion motive karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda

positif, artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan,

kemudian item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor expansion

motive..

3.5.3.5 Social Motive

Peneliti menguji apakah lima (5) item yang ada bersifat unidimensional,

artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur social motive. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi Square = 63.46, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.197. Namun

setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu (1) kali terhadap model dengan

membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,

maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 4.38, df = 4, P-

Value = 0.35660, RMSEA = 0.018, nilai P-Value > 0.05 (tidak signifikan).

Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh Item

Page 83: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

69

hanya mengukur satu faktor saja yaitu social motive. Model fit tersebut

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.10 Path Diagram Social Motive

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu digugurkan atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran social motive disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.13

Muatan Faktor Social motive

Item Koefesien Standard Error Nilai t Signifikan

3 0.89 0.05 18.95 V

5 0.49 0.06 8.69 V

11 0.73 0.05 14.29 V

14 0.93 0.05 20.53 V

16 0.62 0.05 11.54 V

Keterangan : tanda V signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.13 terlihat bahwa dari kelima item yang mengukur

faktor social Motive karena semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif,

Page 84: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

70

artinya berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang digugurkan, kemudian

item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor social motive.

3.6 Metode Analisis Data

Pada penelitian psikologi banyak metode analisis data yang dapat

digunakan untuk menganalisis data penelitian. Pada Penelitian ini Variabel

dependennya merupakan variabel kategorik dengan dua pilihan (binary choice)

yaitu tidak mengonsumsi ganja (0) dan mengonsumsi ganja (1), dan memiliki

sepuluh variabel independen yang kontinum. Sehingga metode yang paling tepat

untuk menganalisis data atau menguji hipotesis nihil penelitian ini yaitu

menggunakan teknik analisis regresi logistik.

Regresi Logistik mempunyai manfaat yang sama dengan regresi linier

termasuk untuk menganalisis model multivariat. Regresi Logistik juga dapat

digunakan untuk menganalisis dua tipe variabel bebas, yaitu numeric dan dummy

variabel yang sama seperti pada regresi linier, selain itu regresi logistik juga dapat

digunakan untuk data yang tidak dapat di analisis menggunakan regresi linier

(Sweet & Grace-Martin, 2002).

Hal lain yang membuat peneliti menggunakan analisis regresi logistik,

karena analisis regresi logistik sangatlah efektif untuk mengestimasi kemungkinan

sebuah kejadian atau perilaku terjadi. Hal ini sudah banyak digunakan dalam

berbagai penelitian disiplin ilmu. Dalam penelitian bidang kesehatan, dimana

regresi logistik digunakan untuk mengestimasi kemungkinan seseorang individu

memulihkan diri pasca operasi. Dalam Penelitian Pendidikan, regresi logistik

digunakan untuk mengukur kemungkinan individu akan lulus dari sekolah. Dalam

Page 85: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

71

bidang kriminologi, regresi logistik digunakan untuk memahami faktor-faktor

yang mempengaruhi seseorang kriminal untuk mengulangi kejahatannya. Intinya

Regresi logistik dapat digunakan untuk menginterpretasikan satu hubungan

dengan menguji hubungan antara serangkaian variabel dan kemungkinan

terjadinya kejadian atau perilaku (Sweet & Grace-Martin, 2002).

Analisis regresi logistik adalah metode regresi yang menggambarkan

pengaruh beberapa variabel independen kontinum atau kategorik terhadap sebuah

variabel respon dikotomi kategorik (nominal/ordinal) atau biner. Variabel respon

(Y) pada metode regresi logistik dikatakan kategorik/biner karena terdiri atas dua

kategori yaitu 0 (tidak mengonsumsi ganja) dan 1 (mengonsumsi ganja). Analisis

regresi logistik bertujuan untuk memperoleh hubungan antara Xi dan Pi

(probability kejadian yang diakibatkan oleh Xi). Berapapun nilai X bila

disubtitusikan ke dalam fungsi logistik hasilnya akan berkisar antara 0 dan 1.

Penafsiran analisis regresi logistik dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk

probability (peluang) atau proporsi. Probability memiliki rentang angka antara 0

dan 1, sedangkan dalam analisis regresi linier penafsiran berdasarkan tinggi

rendah dari nilai skalanya (Agresti, 2007).

Penelitian ini menggunakan regresi logistik, maka penafsiran regresi

logistik terdiri dari empat level, yakni :

1. Logit (satuan dari log odds yang berfungsi mengubah persamaan non

linear menjadi linear. Sama seperti koefisien ß pada regresi linear biasa,

sehingga didapat informasi seberapa besar perubahan pada logit

perilaku menggunakan ganja setiap terjadi kenaikan satu unit pada X).

Page 86: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

72

2. Odds (odds yakni perbandingan antara probability kejadian terjadi

dengan kejadian tidak terjadi, sehingga didapat informasi berupa

seberapa besar probability perilaku menggunakan ganja dibanding

probability perilaku tidak menggunakan ganja).

3. Odds ratio (Odds ratio yaitu perbandingan dua kelompok odds,

sehingga didapat informasi berupa seberapa besar odds terjadinya

perilaku menggunakan ganja untuk kelompok pertama dibandingkan

dengan odds perilaku menggunakan ganja pada kelompok kedua).

4. Probability (merupakan seberapa besar kemungkinan kejadian terjadi,

sehingga didapat informasi berupa seberapa besar peluang terjadinya

perilaku menggunakan ganja pada seseorang dengan karakteristik

tertentu).

Penyelesaian dalam perhitungan pada analisis dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan persamaan non linear yaitu model logistik dengan

persamaan regresi logistik sebagai berikut (Agresti, 2007):

(3.2)

Dimana Pi adalah probability dari i, i merupakan perilaku mengonsumsi

ganja, e adalah the base of natural logarithms (yaitu matematika konstan 2,718), ß

merupakan koefisien regresi, X merupakan predictor dalam penelitian ini yakni

diantaranya:

X1 = Perceived Risk

X2 = Thrill & Adventure Seeking

X3 = Boredom Suscepibility

Page 87: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

73

X4 = Disinhibition

X5 = Experience Seeking

X6 = Coping Motive

X7 = Conformity Motive

X8 = Enhancement Motive

X9 = Expansion Motive

X10 = Social Motive

Penyelesaian persamaan 3.2 yakni dengan cara mengestimasi parameter ß

(parameter yang nilainya belum diketahui). Persamaan 3.2 masih dalam bentuk

nonlinear. Agar persamaan tersebut menjadi linear dan mudah diselesaikan maka

persamaan 3.2 di atas ditransformasikan menjadi persamaan dalam satuan ukuran

logaritma natural dengan cara dijadikan log odds. Satuan dari log odds disebut

logit. Cara merubah persamaan 3.2 menjadi logit, yakni sebagai berikut (Pampel,

2000).

1. Dimulai dengan mentransformasi probability (Pi) kedalam odds

hasilnya adalah odds dari kejadian. Dengan rumus sebagai berikut:

Oddsi =

(3.3a)

Atau

Oddsi= (3.3b)

Dimana Oddsi = Odds dari kejadian i

2. Kemudian diambil logaritma natural dari odds tersebut. Persamaan logit

adalah sebagai berikut:

Logit = Ln (

) (3.4)

Page 88: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

74

Dimana Pi = probability kejadian terjadi, Ln = logaritma natural

3. Sehingga didapat persamaan linear dalam satuan logit sebagai berikut :

Li= ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß...X...+ ßnXn (3.5)

Persamaan 3.5 merupakan persamaan linear dengan satuan logit, dengan

demikian persamaan tersebut dapat diselesaikan, besaran logit tersebut mulai dari

negatif tak hingga (−∞) sampai positif tak hingga (+∞) (Pampel, 2000). Namun

karena dalam satuan logit tidak berkaitan langsung dengan probability maka

interpretasi dari logit sulit dilakukan, oleh sebab itu setelah didapat penyelesaian

persamaan linear hasilnya ditransformasikan kembali kebentuk odds. Artinya

logit hanya untuk memperoleh koefisien ß tapi yang diinterpretasikan adalah

odds. Adapun persamaan odd seperti pada persamaan 3.3a dan 3.3b.

Besaran odds memiliki rentang antara 0 sampai dengan positif tak hingga

(+∞). Jika odds >1 (lebih besar dari 1) maka lebih mungkin untuk suatu kejadian

terjadi sedangkan jika odds antara 0 hingga 0,99 peluang untuk suatu kejadian

tidak terjadi lebih besar (Osborne, 2008).

Setiap odds bisa dibandingkan dengan odds yang lain atau biasa disebut

odds ratio (OR). Semakin rendah odds ratio, semakin rendah peluang kejadian

kelompok pertama terhadap yang kedua. Semakin besar odds ratio, semakin besar

peluang kejadian kelompok pertama terhadap yang kedua. Namun Odds ratio

hanya dapat digunakan jika variabel bebas merupakan variabel kontinum.

Berikut adalah sebuah rumus sederhana yang menjelaskan OR dalam

persentase perubahan odds untuk memudahkan dalam interpretasi (Osborne,

2008):

Page 89: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

75

% perubahan = (OR-1) 100 (3.6)

Langkah selanjutnya yaitu menginterpretasi probability sebagaimana yang

telah dituliskan pada persamaan 3.2 sebelumnya. Probability memiliki rentang

antara 0 - 1 dan menunjukkan kemungkinan dari suatu kejadian untuk terjadi atau

tidak terjadi.

Kemudian peneliti juga menguji signifikansi masing-masing variabel.

Signifikansi masing-masing variabel diukur dengan menggunakan Wald test.

Wald test untuk menguji signifikansi dari bobot ß ditemukan dengan cara:

W = (

)

(3.7)

Dimana B = koefisien regresi, SE = Standar Error

Wald test ini sejenis dengan Z test atau T test dalam regresi linier biasa.

Wald test dihitung untuk setiap prediktor dalam model (Osborne, 2008).

Perhitungan analisis model regresi logistik dalam penelitian ini

menggunakan software SPSS. Peneliti menggunakan tingkat keyakinan sebesar

95% atau dengan menggunakan α= 5%. dengan α adalah tingkat signifikansi yang

dipilih (taraf 0,05).

3.7 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian mengadakan

studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah

mendapatkan teori – teori secara lengkap kemudian menyiapkan, membuat dan

menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan skala baku. Skala-skala yang digunakan merupakan skala baku

yang sudah di adaptasi dan di modifikasi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia

Page 90: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

76

dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan peneliti. Selain itu peneliti juga

membuat kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel non-

probability sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada 26 Agustus 2014

sampai dengan 9 September 2014, menggunakan kuisoner online yang telah di

unggah ke dalam dunia maya, kemudian peneliti menyebarkan kuisoner online

tersebut dengan menggunakan jejaring media sosial yang dimiliki komunitas LGN

seperti twitter, grup facebook, website maupun mailing list. Pengambilan data

menggunakan kuisoner online dilakukan karena peneliti mempunyai keterbatasan

waktu dan biaya, selain itu di Indonesia, ganja merupakan narkotika golongan I,

sehingga akan susah menemui ataupun mencari responden yang mengaku sebagai

pengguna ganja jika bertatap muka secara langsung. Akhirnya, peneliti

mendapatkan sampel sebanyak 302 orang dengan rentang usia 17 tahun sampai

dengan 50 tahun.

Page 91: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.

Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, gambaran subjek penelitian,

analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. .

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang sampel

penelitian maka pada sub bab ini akan disampaikan hal-hal penting terhadap

penafsiran penelitian. Pada tabel 4.1 di bawah ini digambarkan banyaknya sampel

penelitian yang mengonsumsi ganja dan tidak mengonsumsi ganja.

Tabel 4.1

Klasifikasi Dependent Variabel

Subjek Penelitian Fr

ekuensi

Pe

rsentase Mengonsumsi

Ganja

2

41

79.

8% Tidak

Mengonsumsi Ganja

6

1

20,

2% Total 3

02

10

0% Total Responden untuk penelitian ini sebanyak 302 orang sampel

penelitian, 241 orang atau sebanyak 80% dari responden menyatakan

mengonsumsi ganja, sedangkan sisanya sebanyak 61 orang atau 20% tidak

mengonsumsi ganja.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Pada tabel 4.2 di bawah ini digambarkan hasil deskriptif statistik dari

variabel dalam penelitian ini yang berisi nilai mean, standar deviasi (SD), nilai

maksimum dan minimum dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan

dalam tabel deskripsi statistik sebagai berikut.

Page 92: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

78

Tabel 4.2

Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Minimum Maksimum Std. Deviation

Perceived Risk 37.21 77.18 8.86684

Thrill & Adventure Seeking 28.73 66.89 7.44014

Boredom Suscepibility 23.22 66.35 7.45666

Disinhibition 36.74 81.33 8.43733

Experience Seeking 27.34 70.62 8.23934

Conformity Motive 38.98 92.66 8.99774

Coping Motive 20.93 63.50 9.03363

Enhancement Motive 16.24 61.00 9.09849

Expansion Motive 18.00 59.89 9.52256

Social Motive 22.46 63.93 9.35519

Berdasarkan pada tabel 4.2, perceived risk mempunyai skor terendah

37,21 dan skor tertinggi 77.18 dengan standar deviasi 8,866. Pada thrill &

adventure seeking mempunyai skor terendah 28,73 dan skor tertinggi 66,89

dengan standar deviasi 7,440. selanjutnya Boredom Suscepibility mempunyai skor

terendah 23,22 dan skor tertinggi 66,35 dengan standar deviasi 7,456. Kemudian

Disinhibition mempunyai skor terendah 36,74 dan skor tertinggi 81,33 dengan

standar deviasi 8,437. Selanjutnya Experience Seeking mempunyai skor terendah

27,34 dan skor tertinggi 70,62 dengan standar deviasi 8,239. Pada Conformity

Motive mempunyai skor terendah 38,98 dan skor tertinggi 92,45 dengan standar

deviasi 8,997. Selanjutnya Coping Motive mempunyai skor terendah 20,93 dan

skor tertinggi 63,50 dengan standar deviasi 9,033. Kemudian Enhancement

Motive mempunyai skor terendah 16,24 dan skor tertinggi 61,00 dengan standar

deviasi 9,098. Selanjutnya Expansion Motive mempunyai skor terendah 18,00 dan

skor tertinggi 59,89 dengan standar deviasi 9,522. Selanjutnya Social Motive

Page 93: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

79

mempunyai skor terendah 22,46 dan skor tertinggi 63,93 dengan standar deviasi

9,355.

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

4.3.1 Analisis Regresi Logistik Variabel Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

logistik berganda dengan bantuan software SPSS 17.0. Dalam regresi logistik ada

tiga hal yang dilihat yaitu, melihat besaran R square untuk mengetahui berapa

persen (%) varian variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel

independen, kedua melihat apakah variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen, kemudian terakhir melihat pengaruh masing-

masing variabel independen dalam satuan logit, odds, dan probabilitas.

Langkah pertama, peneliti melihat kelayakan model dalam penelitian ini,

fit atau tidaknya keseluruhan independen variabel dalam penelitian ini dapat

diasumsikan secara akurat memprediksi perilaku mengonsumsi ganja. Hal

tersebut dilihat berdasarkan signifikansi dari model Chi-square dalam tabel

Omnibus Test sebagai berikut.

Tabel 4.3

Omnibus Test of Model Coefficients

Chi-square df sig

step 1 Step 65.555 10 .000

Block 65.555 10 .000

Model 65.555 10 .000

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Chi-square sebesar 65,555

derajat kebebasan sebesar 10 serta signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini

Page 94: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

80

menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini fit dengan data. Artinya, ada

pengaruh yang signifikan antara perceived risk, sensation seeking (thrill &

adventure seeking, experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition)

dan substance use motive (coping motive, conformity motive, enhancement

motive, expansion motive dan social motive) terhadap perilaku mengonsumsi

ganja.

Kemudian peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa

persen (%) varian perilaku mengonsumsi ganja yang dijelaskan oleh seluruh

variabel independen. Hal tersebut menggunakan pendekatan Cox & Snell R

Square dan Nagelkerke R Square. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel Model

Summary sebagai berikut.

Tabel 4.4

Model Summary

step -2 log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 238.344a .195 .308

a.Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates

changed by less than ,001.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perolehan Cox & Snell R Square

sebesar 0,195 atau 19,5%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi varian dari logit

perilaku mengonsumsi ganja yang dipengaruhi oleh seluruh variabel independen

dalam penelitian ini sebesar 19,5% , sedangkan 80,5% sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain di luar penelitian ini.

Nilai Nagelkerke R Square lebih reliabel untuk mengukur model dalam

penelitian ini, nilai Nagelkerke R Square normalnya memiliki angka yang lebih

tinggi daripada Cox & Snell R Square. Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai

Page 95: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

81

Nagelkerke R square sebesar 0,308 atau 30,8%. Artinya proporsi varian dari

logit perilaku mengonsumsi ganja yang dipengaruhi oleh seluruh variabel

independen dalam penelitian ini sebesar 30,8%, sedangkan 69,2% sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Selanjutnya, peneliti melihat alternatif dari Chi-square model

menggunakan Hosmer & Lameshow Test, hal ini dimaksudkan untuk melihat

model dalam penelitian ini memiliki fit yang bagus atau tidak secara statistik. Hal

tersebut dapat dilihat berdasarkan signifikansi dari model Chi-square dalam tabel

Hosmer & Lameshow Test sebagai berikut.

Tabel 4.5

Hosmer & Lemeshow Test

step Chi-square df Sig.

1 10.606 8 .225

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai Chi-square sebesar 10,606

derajat kebebasan sebesar 8 serta signifikansi sebesar 0,225 (p>0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini tidak signifikan secara statistik,

namun model yang diteorikan sudah fit dengan data. Artinya, ada pengaruh yang

signifikan antara perceived risk, sensation seeking (thrill & adventure seeking,

experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition) dan substance use

motive (coping motive, conformity motive, enhancement motive, expansion motive

dan social motive) terhadap perilaku mengonsumsi ganja.

Selanjutnya, selain melihat fit atau tidaknya model secara statistik dari

penelitian ini, peneliti juga melihat proporsi model yang telah diklasifikasi dari

penelitian ini, dengan tujuan untuk melihat seberapa besar model dalam penelitian

ini dapat memprediksi perilaku mengonsumsi atau tidak mengonsumsi ganja

Page 96: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

82

secara tepat yang dipengaruhi oleh seluruh independen variabel dalam penelitian

ini. Prediksi terjadi atau tidaknya perilaku mengonsumsi ganja dapat dilihat dari

tabel classification sebagai berikut.

Tabel 4.6

Classification Table

Mengobservasi

Memprediksi

Perilaku

Mengonsumsi Ganja

TIDAK YA Persentase

Benar

Step

1 Perilaku Mengonsumsi

Ganja

TIDAK 13 48 21.3

YA 11 230 95.4

Presentase Keseluruhan 80.5

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa model dalam penelitian ini

dapat memprediksi sebesar 21,3% untuk klasifikasi perilaku tidak mengonsumsi

ganja, dan 95,4% untuk klasifikasi perilaku mengonsumsi ganja. Prediksi model

dalam penelitian secara keseluruhan sebesar 80,5%. Artinya, model dalam

penelitian ini sudah cukup bagus karena bisa memprediksi sebesar 80,5% kondisi

yang terjadi.

Peneliti kemudian melihat koefisien regresi tiap independen variabel

terhadap perilaku mengonsumsi ganja. Adapun penyajiannya ditampilkan pada

tabel 4.7 sebagai berikut.

Tabel 4.7

Variables in The Equation

B S.E Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I for

EXP (B)

Lower Upper

Perceived Risk -.074 .024 9.559 1 .002 .929 .886 .973

Thrill & Adventure

Seeking .023 .024 .867 1 .352 1.023 .975 1.073

Page 97: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

83

Boredom Suscepibility .002 .024 .009 1 .924 1.002 .956 1.050

Disinhibition -.012 .024 .236 1 .627 .989 .944 1.036

Experience Seeking .015 .025 .352 1 .553 1.015 .967 1.065

Conformity Motive .020 .022 .852 1 .356 1.021 .977 1.066

Coping Motive -.018 .030 .356 1 .551 .983 .927 1.041

Enhancement Motive .038 .031 1.558 1 .212 1.032 .978 1.103

Expansion Motive .034 .024 2.076 1 .150 1.035 .988 1.084

Social Motive .044 .025 3.124 1 .077 1.045 .995 1.098

Constant -1.975 2.753 .521 1 .470 .139

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, cukup dengan melihat nilai signifikansi pada kolom. Jika sig < 0,05,

maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap perilaku

mengonsumsi ganja dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat hanya ada satu variabel yang signifikan

mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja yaitu perceived risk, dimana nilai

signifikansi koefisien regresi sebesar 0,002 (p< 0,05). Sedangkan variabel lainnya

yaitu thrill & adventure seeking, boredom suscepibility, disinhibition, experience

seeking, conformity motive, enhancement motive, expansion motive, dan social

motive tidak signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja dikarenakan

nilai signifikansi koefisien regresi dari masing-masing variabel > 0,05.

Untuk melakukan analisis regresi logistik penafsiran dilakukan melalui

empat level, yaitu logit, odds dan odds ratio, dan probabilitas. Logit atau log odds

merupakan log dari rasio dua probabilitas. Odds adalah rasio dari dua probabilitas,

sedangkan odds ratio adalah rasio dari dua odds, odds ratio dapat dilihat dari tabel

4.7 pada nilai Exp (B). Odds ratio dapat dijelaskan dalam bentuk persen

perubahan odds ratio (percent change), yaitu nilai perubahan pada odss ratio

dalam persen. Kemudian, probabilitas adalah peluang terjadinya perilaku

dibanding tidak terjadinya perilaku.

Page 98: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

84

Nilai B adalah koefisien logistik yang dapat digunakan untuk membuat

persamaan prediktif dalam satuan logit. logit perilaku mengonsumsi ganja yaitu:

Logit = -1,975 – 0,074 perceived risk* + 0,023 thrill & adventure seeking +

0,002 boredom suscepibility – 0,012 disinhibition + 0,015 experience

seeking + 0,020 conformity motive – 0,018 coping motive + 0,038

enhancement motive + 0,034 expansion motive + 0,044 social motive

(4.1)

Dari sepuluh hipotesis minor terdapat satu yang signifikan. Penjelasan dari

nilai logit, odds ratio, confidence interval serta perubahan odds ratio yang

diperoleh pada masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Variabel perceived risk memiliki nilai koefisien sebesar -0,074 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,002 (p<0,05) serta odds ratio sebesar 0,929

dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah 0,886 dan

setinggi-tingginya adalah 0,973. Artinya, secara negatif variabel

perceived risk signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumi ganja,

hal ini menunjukkan jika mengonsumsi ganja dipersepsikan berbahaya

terhadap kesehatan fisik maka perilaku individu untuk mengonsumsi

ganja akan menurun. Sedangkan persentase perubahan odds rationya

adalah 7,1% (100*[0,929-1]), hal ini dapat pula diinterpretasikan bahwa

setiap kenaikan satu unit variabel perceived risk maka perilaku

seseorang mengonsumsi ganja secara signifikan akan turun sebesarr

7,1%.

Page 99: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

85

2. Variabel thrill & adventure seeking memiliki nilai koefisien sebesar

0,023 dengan nilai signifikansi sebesar 0,352 (p>0,05) serta odds ratio

sebesar 1,023 dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya

adalah 0,975 dan setinggi-tingginya adalah 1,073, sedangkan

persentase perubahan odds rationya adalah 2,3% (100*[1,023-1]). Nilai

p menunjukkan 0,352 (p>0,05), artinya variabel thrill & adventure

seeking tidak signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

3. Variabel boredom suscepibility memiliki nilai koefisien sebesar 0,002

dengan nilai signifikansi sebesar 0,924 (p>0,05) serta odds ratio sebesar

1,002 dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah

0,956 dan setinggi-tingginya adalah 1,050 sedangkan persentase

perubahan odds rationya adalah 0,2% (100*[1,002-1]). Nilai p

menunjukkan 0,924 (p>0,05), artinya variabel boredom suscepibility

tidak signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

4. Variabel disinhibition memiliki nilai koefisien sebesar -0,012 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,627 (p>0,05) serta odds ratio sebesar 0,989

dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah 0,944 dan

setinggi-tingginya adalah 1,036. Persentase perubahan odds rationya

adalah 1,1% (100*[0,989-1]). Nilai p menunjukkan 0,627 (p>0,05)

artinya variabel disinhibition tidak signifikan mempengaruhi perilaku

mengonsumsi ganja.

5. Variabel experience seeking memiliki nilai koefisien sebesar 0,015

dengan nilai signifikansi sebesar 0,553 (p>0,05) serta odds ratio sebesar

Page 100: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

86

1,015 dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah

0,967 dan setinggi-tingginya adalah 1,065, sedangkan ersentase

perubahan odds rationya adalah 1,5% (100*[1,015-1]). Nilai p

menunjukkan 0,553 (p>0,05), artinya variabel experience seeking tidak

signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

6. Variabel conformity motives memiliki nilai koefisien sebesar 0,020

dengan nilai signifikansi sebesar 0,356 (p>0,05) serta odds ratio sebesar

1,021 dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah

0,977 dan setinggi-tingginya adalah 1,066, sedangkan persentase

perubahan odds rationya adalah 2,1% (100*[1,021-1]). Nilai p

menunjukkan 0,356 (p>0,05), artinya variabel conformity motives

tidak signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

7. Variabel coping motives memiliki nilai koefisien sebesar -0,018 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,551 (p>0,05) serta odds ratio sebesar 0,982

dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah 0,927 dan

setinggi-tingginya adalah 1,041, sedangkan persentase perubahan odds

rationya adalah 1,8% (100*[0,982-1]). Nilai p menunjukkan 0,551

(p>0,05), artinya variabel coping motives tidak signifikan

mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

8. Variabel enhancement motives memiliki nilai koefisien sebesar 0,038

dengan nilai signifikansi sebesar 0,212 (p>0,05) serta odds ratio sebesar

1,039 dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah

0,978 dan setinggi-tingginya adalah 1,103, sedangkan persentase

Page 101: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

87

perubahan odds rationya adalah 3,9% (100*[1,039-1 Nilai p

menunjukkan 0,212 (p>0,05), artinya variabel enhancement motives

tidak signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

9. Variabel expansion motives memiliki nilai koefisien sebesar 0,034

dengan nilai signifikansi sebesar 0,150 (p>0,05) serta odds ratio sebesar

1,035 dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah

0,988 dan setinggi-tingginya adalah 1,084, sedangkan persentase

perubahan odds rationya adalah 3,5% (100*[1,035-1]). Nilai p

menunjukkan 0,034 (p>0,05), artinya variabel expansion motives tidak

signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

10. Variabel social motives memiliki nilai koefisien sebesar 0,044 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,077 (p>0,05) serta odds ratio sebesar 1,045

dengan nilai confidence interval serendah-rendahnya adalah 0,995 dan

setinggi-tingginya adalah 1,098, persentase perubahan odds rationya

adalah 4,5% (100*[1,045-1]). Nilai p menunjukkan 0,077 (p>0,05),

artinya variabel social motives tidak signifikan mempengaruhi perilaku

mengonsumsi ganja.

Peneliti juga melihat probabilitas yang dihasilkan dari seluruh independen

variabel dari data penelitian ini menggunakan software SPSS, sehingga dapat

terlihat bahwa kemungkinan terjadinya perilaku mengonsumsi ganja yang

dipengaruhi oleh independen variabel dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat

dilihat dari tabel sebagai berikut.

Tabel 4.8

Descriptive Predicted Probability

Page 102: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

88

Minimum Maximum Mean Confidence Interval for mean

Lower Upper

.016 .988 .798 .775 .820

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kemungkinan terjadinya

perilaku mengonsumsi ganja yang dipengaruhi oleh variabel perceived risk,

sensation seeking (thrill & adventure seeking, boredom suscepibility,

disinhibition, dan experience seeking) dan substance use motive (conformity

motive, enhancement motive, expansion motive, dan social motive). Nilai rata-rata

pada tabel 4.8 menunjukkan nilai sebesar 0,798, hal ini menunjukkan bahwa

kemungkinan terjadinya perilaku mengonsumsi ganja yang dipengaruhi oleh

seluruh independen variabel dalam penelitian ini memiliki rata-rata sebesar

79,8%. Sedangkan nilai c confidence interval for mean memiliki nilai batas bawah

serendah-rendahnya 0,775 dan batas atas setinggi-tingginya 0,820, Artinya, jika

dilakukan penelitian berulang kali dengan menggunakan seluruh independen

variabel dalam penelitian ini, maka nilai rata-rata kemungkinan terjadinya

perilaku mengonsumsi ganja yang dipengaruhi oleh seluruh independen variabel

dalam penelitian ini memiliki batas bawah serendah-rendahnya 77,5% dan

setinggi-tingginya 82%.

Peneliti juga memberikan contoh menghitung probabilitas terjadinya

perilaku mengonsumsi ganja jika nilai dari masing-masing independen variabel

yang dimiliki seseorang diketahui. Berikut contoh yang peneliti lakukan untuk

odds seluruh IV, jika seseorang memiliki nilai perceived risk sebesar 77, thrill &

adventure seeking sebesar 66, boredom suscepibility sebesar 66, disinhibition

sebesar 81, experience seeking sebesar 70, conformity motive sebesar 92, coping

Page 103: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

89

motive sebesar 63, enhancement motive sebesar 61, expansion motive sebesar 59

dan social motive sebesar 63.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari nilai odds dari perilaku

mengonsumsi ganja. Log odds (logit) merupakan persamaan yang linear, namun

karena dalam satuan logit tidak berkaitan langsung dengan probability maka

interpretasi dari logit sulit dilakukan. Untuk itu setelah didapat penyelesaian

persamaan linear hasilnya ditransformasikan ke dalam bentuk odds. Level analisis

selanjutnya yaitu odds. Berikut ini persamaan odds:

Oddsperilaku = (4.1)

Persamaan 4.1 dapat digunakan untuk menghitung nilai odds dari

keseluruhan variabel independen. Berikut ini adalah contoh untuk interpretasi

analisis regresi logistik dalam satuan odds.

Oddsperilakui = (4.2)

Karena persamaan yang terbentuk terlalu panjang maka peneliti

menyingkatnya menjadi seperti pada persamaan (4.2), x adalah -1,975 – 0,074(77)

+ 0,023(66) + 0,002(66) – 0,012(81) + 0,015(70) + 0,020(92) – 0,018(63) +

0,038(61) + 0,034(59) + 0,044(63). Sehingga di dapat Odds = = 6,404

Artinya, individu dengan kriteria yang disebutkan di atas memiliki peluang

5,562 kali untuk mengonsumsi ganja dibandingkan tidak mengonsumsi ganja.

Kemudian jika sudah diketahui nilai odds nya maka kemudian yang

dilakukan adalah mencari probabiilitasnya. Dalam hal ini odds adalah rasio

dari probabilitas, sehingga penafsiran dapat dilakukan dalam level probabilitas.

Penafsiran dalam taraf probabilitas juga memiliki keuntungan di mana hasilnya

Page 104: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

90

akan lebih mudah untuk dipahami. Probabilitas dapat menunjukkan peluang

terjadinya perilaku mengonsumsi ganja dibandingkan tidak terjadinya perilaku

mengonsumsi ganja. Persamaan untuk menghitung probabilitas yakni sebagai

berikut:

probalitas perilaku mengonsumsi ganja :

(4.3)

Dari persamaan 4.3, dapat pula digunakan untuk menghitung probabilitas

dari perilaku mengonsumsi ganja dengan catatan independen variabelnya lebih

dari satu atau multiple regression (Agresti, 2007). peneliti dapat menghitung

peluang terjadinya mengonsumsi ganja individu dilihat dari nilai keseluruhan

variabel independen berdasarkan odds yang telah didapat pada persamaan 4.3

maka berikut ini perhitungan probabilitasnya:

probabilitas perilaku mengonsumsi ganja :

Artinya, peluang seseorang yang memiliki nilai perceived risk sebesar 77,

thrill & adventure seeking sebesar 66, boredom suscepibility sebesar 66,

disinhibition sebesar 81, experience seeking sebesar 70, conformity motive sebesar

92, coping motive sebesar 63, enhancement motive sebesar 61, expansion motive

sebesar 59 dan social motive sebesar 63 untuk mengonsumsi ganja sebesar 0,865

atau 86,5%.

4.3.1 Proporsi Varian Masing-Masing Variabel Independen

Langkah terakhir dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian pada

tahapan ini bertujuan untuk melihat berapa besar sumbangan proporsi varian dari

logit mengonsumsi ganja yang bisa dijelaskan oleh masing-masing variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini, variabel manakah yang

Page 105: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

91

memberikan sumbangan paling besar terhadap variabel dependen dilihat dari

besarnya nilai R2 change, semakin besar nilai R

2 change maka semakin

banyak sumbangan yang diberikan terhadap variabel dependen pada penelitian

ini. Hal tersebut seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9

Proporsi Varian Masing-Masing Variabel Independen

Independent Variabel Nagelkerke R2 R

2 Change

X1 .220 .220

X12 .224 .004

X123 .230 .006

X1234 .232 .002

X12345 .240 .008

X123456 .243 .003

X1234567 .260 .017

X12345678 .283 .023

X123456789 .295 .012

X12345678910 .308 .013

Keterangan : X1 = Perceived Risk; X2 = Thrill & Adventure Seeking; X3 =

Boredom Suscepibility; X4 = Disinhibition; X5 = Experience Seeking; X6 =

Conformity Motive; X7 = Coping Motive;X8 = Enhancement Motive; X9 =

Expansion Motive; X10 = Social Motive

berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui variabel independen yang

memberikan sumbangan terbesar adalah variabel perceived risk dengan R2

change sebesar 0,220 sedangkan variabel independen yang memberikan

sumbangan terkecil adalah variabel disinhibition dengan R2 change sebesar

0,002. Masing-masing variabel Dalam bentuk persentase dapat disampaikan

sebagai berikut :

1. Variabel perceived risk memberikan sumbangan sebesar 22% dalam

varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

Page 106: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

92

2. Variabel thrill & adventure seeking memberikan sumbangan sebesar

0,4% dalam varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

3. Variabel boredom suscepibility memberikan sumbangan sebesar

0,6% dalam varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

4. Variabel disinhibition memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam

varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

5. Variabel experience seeking memberikan sumbangan sebesar 0,8%

dalam varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

6. Variabel conformity motive memberikan sumbangan sebesar 0,3%

dalam varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

7. Variabel coping motive memberikan sumbangan sebesar 1,7% dalam

varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

8. Variabel enhancement motive memberikan sumbangan sebesar 2,3%

dalam varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

9. Variabel expansion motive memberikan sumbangan sebesar 1,2%

dalam varians logit perilaku mengonsumsi ganja.

10. Variabel social motive memberikan sumbangan sebesar 1,3% dalam

varians logit perilaku mengonsumsi ganja

Page 107: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

93

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini dijelaskan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah

dilakukan. Bab ini terdiri dari kesimpulan, diskusi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara

perceived risk, sensation seeking (thrill & adventure seeking, experience seeking,

boredom suscepibility, dan disinhibition) dan substance use motive (coping

motive, conformity motive, enhancement motive, expansion motive dan social

motive) terhadap perilaku mengonsumsi ganja. Sehingga hipotesis mayor pada

penelitian ini dapat diterima.

Dari sepuluh variabel independen yang diduga mempengaruhi perilaku

mengonsumsi ganja ditemukan satu (1) variabel yang signifikan, yaitu variabel

perceived risk saja sedangkan variabel lainnya (thrill & adventure seeking,

experience seeking, boredom suscepibility, disinhibition, coping motive,

conformity motive, enhancement motive, expansion motive dan social motive)

tidak secara signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

Variabel perceived risk memiliki nilai koefisien negatif, artinya variabel

perceived risk signifikan mempengaruhi logit perilaku mengonsumsi ganja, Dapat

pula diinterpretasikan setiap satu unit kenaikan perceived risk maka logit perilaku

mengonsumsi ganja akan turun. Selanjutnya, berdasarkan persentase perubahan

odds ratio dari variabel perceived risk diketahui bahwa setiap kenaikan satu unit

Page 108: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

94

perceived risk yang dimiliki individu, maka odds ratio akan naik, oleh karena itu

individu yang memiliki nilai perceived risk yang lebih tinggi mempunyai

kecenderungan lebih kecil sebesar 7,1% untuk mengonsumsi ganja. Variabel

perceived risk juga diketahui memiliki sumbangan varian terhadap logit perilaku

mengonsumsi ganja sebesar 22%.

Peneliti menyimpulkan bahwa, jika semakin tinggi persepsi individu

terhadap efek berbahaya yang dapat ditimbulkan oleh mengonsumsi ganja

terhadap kesehatan fisik, maka semakin rendah pula kecenderungan individu

untuk mengonsumsi ganja.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel independen (perceived

risk, thrill & adventure seeking, experience seeking, boredom suscepibility,

disinhibition, coping motive, conformity motive, enhancement motive, expansion

motive dan social motive) dalam penelitian ini dapat memprediksi perilaku

mengonsumsi ganja secara keseluruhan sebesar 80,5% (95,4% untuk memprediksi

yang mengonsumsi ganja, dan 21,3% untuk memprediksi yang tidak

mengonsumsi ganja).

Selain itu, penelitian ini memprediksi kemungkinan terjadinya perilaku

mengonsumsi ganja yang di pengaruhi oleh variabel independen (perceived risk,

thrill & adventure seeking, experience seeking, boredom suscepibility,

disinhibition, coping motive, conformity motive, enhancement motive, expansion

motive dan social motive) ketika variabel-variabel tersebut konstan memiliki nilai

rata-rata sebesar 79,8%.

Page 109: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

95

Perilaku mengonsumsi ganja secara signifikan dipengaruhi oleh perceived

risk. Berdasarkan hasil penelitian ini individu yang memiliki perceived risk

mempunyai kecenderungan untuk tidak mengonsumsi ganja. Hal ini senada

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Danseco, et al. (1999), hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa perceived risk yang lebih tinggi terdapat

pada individu yang tidak menggunakan narkotika, dibandingkan dengan individu

yang menggunakan narkotika, begitupula dengan narkotika jenis ganja.

Pemaknaan terhadap pengaruh mengonsumsi ganja pada kesehatan tubuh

membuat individu memutuskan untuk mengonsumsi ganja atau tidak, jika

individu menganggap bahwa mengonsumsi ganja tidak akan berdampak buruk

pada kesehatan, maka individu tersebut cenderung akan mengonsumsi ganja, dan

sebaliknya. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachman,

et al., (1998), bahwa menurunnya perceived risk tentang efek berbahayanya

menggunakan ganja dapat diperhitungkan sebagai meningkatnya perilaku ganja

di kalangan pelajar.

Menurut peneliti, responden dari penelitian ini memaknai ganja sebagai

jenis narkotika dan obat-obatan yang berbahaya. Menurut United Nation Office on

Drugs and Crime (2011) efek berbahaya yang ditimbulkan jika individu

mengonsumsi ganja, dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, fungsi

eksekutif, kemampuan abstraksi, pengambilan keputusan dan atensi, bahkan dapat

meningkatkan bahaya berkembangnya gangguan psikotik seperti skizofrenia.

Sedangkan perdebatan mengenai baik atau buruknya konsumsi ganja

sudah lama terjadi. Senyawa di dalam tumbuhan ganja yang bernama cannabinoid

Page 110: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

96

juga berperan pada sistem reproduksi, pemulihan stres dan menjaga kesimbangan

homeostatis, reaksi terhadap stimulus rasa sakit, regulasi aktivitas motorik, serta

mengontrol fase-fase tertentu pada pemrosesan memori. perlindungan sel saraf.

selain itu cannabinoid berperan juga dalam proses respon imunitas tubuh, bahkan

berpengaruh juga dalam sistem kardiovaskuler dan pernapasan dengan mengatur

detak jantung, tekanan darah dan fungsi saluran pernapasan (Narayana, et al.,

2011).

Pada penelitian ini, empat (4) variabel dari sensation seeking seperti thrill

& adventure seeking, experience seeking, boredom suscepibility, dan

disinhibition, masing-masing variabel tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku mengonsumsi ganja. Hasil penelitian ini berbeda dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Zuckerman, menurut Zuckerman individu

mempunyai sensation seeking lebih cenderung untuk mengonsumsi alkohol dan

narkotika termasuk mengonsumsi ganja, kegiatan mengonsumsi alkohol dan

mengonsumsi ganja seperti layaknya mengikutsertakan dalam kegiatan yang

membahayakan (dalam McMurran, 1994).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa

variabel thrill & adventure seeking, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku mengonsumsi ganja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Kopstein et al., (2011), menunjukkan bahwa individu yang

memiliki keinginan untuk terlibat dalam olahraga outdoor atau aktivitas fisik yang

melibatkan kecepatan atau gravitasi yang tidak umum dilakukan untuk mencari

sensasi petualangan yang menegangkan, belum tentu mempengaruhi individu

Page 111: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

97

mempunyai keinginan untuk mengonsumsi ganja sebagai bentuk pencarian

sensasi yang ingin dirasakan oleh individu tersebut.

Namun pada penelitian yang sama dilakukan oleh Kopstein et al., (2011),

penelitian tersebut mempunyai hasil yang berbeda pada variabel disinhibition,

pada penelitian Kopstein menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari variabel

disinhibition terhadap perilaku mengonsumsi ganja, sedangkan dalam penelitian

ini tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena individu

yang mempunyai variabel disinhibition, adalah individu yang mempunyai

keinginan untuk melakukan aktivitas sosial yang bebas tanpa hambatan, hal

tersebut belum tentu mempengaruhi individu untuk mengonsumsi ganja.

Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian sebelumnya

mungkin disebabkan oleh perbedaan budaya responden penelitian, bentuk dari

aktivitas sosial yang bebas tanpa hambatan di negara penelitian sebelumnya

dengan Indonesia itu berbeda.

Menurut Kopstein et al., (2011), bahwa perilaku mengonsumsi ganja pada

individu yang sudah dewasa menjadi sebuah perilaku yang dianggap normal,

sehingga variabel sensation seeking, lebih tepat digunakan untuk memprediksi

perilaku mengonsumsi ganja pada individu dalam masa perkembangan remaja.

Menurut Donohew et al. menyatakan bahwa individu yang mempunyai

variabel sensation seeking dalam diri, cenderung untuk memilih berteman dengan

individu yang mempunyai tingkat sensation seeking yang sama, karena berteman

dengan individu yang mengonsumsi ganja, sehingga hal tersebut mempengaruhi

individu untuk turut mengonsumsi ganja juga. Pengaruh teman yang

Page 112: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

98

menggunakan ganja menjadi variabel moderator dari variabel sensation seeking

terhadap mengonsumsi ganja. Sehingga peneliti berpendapat bahwa tidak adanya

pengaruh yang signifikan variabel sensation seeking (thrill & adventure seeking,

experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition) terhadap perilaku

mengonsumsi ganja dikarenakan adanya variabel lain yang berperan sebagai

variabel moderator (Roberti, 2004).

Dalam penelitian ini, lima (5) variabel dari substance use motive seperti

coping motive, conformity motive, enhancement motive, expansion motive dan

social motive tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

mengonsumsi ganja. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Simon, et al. (2000), pada penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel coping motive, conformity motive,

enhancement motive, expansion motive dan social motive terhadap perilaku

mengonsumsi ganja. Perbedaan hasil pada penelitian sangatlah mungkin terjadi

pada setiap penelitian, menurut peneliti bahwa perbedaan ini terjadi karena

responden dalam penelitian ini, tidak memerlukan adanya dorong-dorongan yang

spesifik untuk mempengaruhi individu untuk mengonsumsi ganja.

Pada penelitian ini, muncul asumsi bahwa ada overlapping antara masing-

masing independen variabel yaitu terjadinya overlapping antara variabel sensation

seeking (thrill & adventure seeking, experience seeking, boredom suscepibility,

dan disinhibition) dengan substance use motive (coping motive, conformity

motive, enhancement motive, expansion motive dan social motive). Berdasarkan

teori problem behavior seseorang berperilaku dikarenakan adanya interaksi dalam

Page 113: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

99

dan antara tiga sistem yang dinamis, ketiga sistem tersebut adalah personality

system, perceived environment, dan behavior system,berdasarkan teori tersebut

sensation seeking dan substance use motive digolongkan termasuk dalam sistem

kepribadian karena keduanya merupakan needs. Sehingga berdasarkan

penggolongan tersebut muncul asumsi bahwa ada overlapping antara variabel

sensation seeking dan substance use motives, hal tersebut diasumsikan sebagai

penyebab variabel sensation seeking dan substance use motive tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku mengonsumsi ganja.

Oleh karena itu, peneliti mencoba menganalisis regresi logistik dengan

menggunakan data dari penelitian ini, penelili mencoba melakukkan dua analisis

yang memisahkan variabel sensation seeking (thrill & adventure seeking,

experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition) dan substance use

motive (coping motive, conformity motive, enhancement motive, expansion motive

dan social motive) ke dalam dua analisis regresi logistik yang berbeda.

Pada analisis pertama, peneliti mencoba melihat pengaruh variabel

perceived risk dan sensation seeking (thrill & adventure seeking, experience

seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition) terhadap perilaku mengonsumsi

ganja. Peneliti melihat nilai signifikansi dari omnibus test, didapatkan nilai Chi

squere sebesar 49,991 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05), berarti

model dalam penelitian ini fit, jika model sudah fit maka analisis bisa dilanjutkan,

selanjutnya peneliti melihat signifikansi dari pengaruh variabel perceived risk dan

sensation seeking (thrill & adventure seeking, experience seeking, boredom

suscepibility, dan disinhibition) terhadap perilaku mengonsumsi ganja. Output

Page 114: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

100

regresi dengan model ini menunjukan hanya variabel perceived risk yang

signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja, dengan nilai signifikasi

sebesar 0,000 (p<0,05), sedangkan variabel sensastion seeking (thrill & adventure

seeking, experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition) tidak

mempengaruhi secara signifikan.

Selanjutnya, pada analisis kedua, peneliti mencoba melihat pengaruh

variabel perceived risk dan substance use motive (coping motive, conformity

motive, enhancement motive, expansion motive dan social motive) terhadap

perilaku mengonsumsi ganja. Peneliti melihat nilai signifikansi dari omnibus test,

didapatkan nilai Chi squere sebesar 63,995 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000

(p<0.05), berarti model dalam penelitian ini fit, jika model sudah fit maka analisis

bisa dilanjutkan, selanjutnya peneliti melihat signifikansi dari pengaruh variabel

perceived risk dan substance use motive (coping motive, conformity motive,

enhancement motive, expansion motive dan social motive) terhadap perilaku

mengonsumsi ganja. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Output

regresi dengan model ini menunjukan hanya variabel perceived risk yang

signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja, dengan nilai signifikasi

sebesar 0,001 (p<0,05), sedangkan variabel substance use motive (coping motive,

conformity motive, enhancement motive, expansion motive dan social motive)

tidak mempengaruhi secara signifikan.

Berdasarkan kedua analisis yang dilakukan oleh peneliti diatas, dapat

disimpulkan tidak ada overlapping antara variabel sensation seeking dengan

variabel substance use motive yang menyebabkan tidak signifikansinya kedua

Page 115: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

101

variabel tersebut mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja. Hal ini senada

dengan McMurran, sensation seeking merupakan bagian dari faktor perilaku

(behavior system) yang mempengaruhi seseorang memakai ganja, bukan sebagai

personality system.

Peneliti menggunakan problem behavior theory yang dikembangkan

Richard Jessor sebagai landasan teori untuk mengetahui perilaku seseorang

mengonsumsi ganja. Menurut teori ini seseorang mengonsumsi ganja merupakan

hasil dari interaksi dalam dan antara sistem kepribadian (personality system),

sistem persepsi terhadap lingkungan (perceived environment system) dan sistem

perilaku (behavior system). Berdasarkan teori problem behavior, peneliti

menggunakan beberapa independen variabel yang ditemukan dalam penelitian

sebelumnya, kemudian menggolongkan ke dalam ketiga sistem dalam teori

problem behavior, yaitu menggolongkan perceived risk sebagai perceived

environment system dalam teori problem behavior, sensation seeking sebagai

behavior system dalam teori problem behavior dan substance use motive sebagai

disebut personality system dalam teori problem behavior.

Peneliti menyadari kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak ada

pembatasan dalam kategorisasi pengguna ganja, tidak adanya pembatasan tersebut

diasumsikan sebagai penyebab variabel sensastion seeking (thrill & adventure

seeking, experience seeking, boredom suscepibility, dan disinhibition) dan

substance use motive (coping motive, conformity motive, enhancement motive,

expansion motive dan social motive) tidak berpengaruh secara signifikan.

Page 116: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

102

Menurut UNODC (2011) menggolongkan pengguna ganja menjadi tiga

kategori yaitu pengguna ganja eksperimental, pengguna ganja rekreasional dan

pengguna ganja kronik. Ketiga kategori itu mempunyai faktor-faktor yang

berbeda dalam mempengaruhi individu mengonsumsi ganja. UNODC (2011)

menyatakan bahwa pada pengguna ganja eksperimental, individu mengonsumsi

ganja dikarenakan dorongan teman sebaya dan rasa penasaran untuk mendapatkan

sensasi baru yang ditimbulkan karena mengonsumsi ganja, dalam penelitian ini

jika diasumsikan dengan kategori pada pengguna ganja eksperimental, maka

variabel thrill & adventure seeking, experience seeking, dan conformity motive

diasumsikan secara signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi ganja.

Selanjutnya, menurut UNODC (2011) pada pengguna ganja rekreasional, individu

mengonsumsi ganja diasumsikan dipengaruhi oleh variabel boredom suscepibility,

disinhibition, social motive, expansion motive, dan enhancement motive. Selain

itu, UNODC menyatakan bahwa pada pengguna ganja kronik, variabel coping

motive diasumsikan secara signifikan mempengaruhi perilaku mengonsumsi

ganja.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa

masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti

memberikan beberapa saran untuk pertimbangan sebagai penyempurnaan

penelitian selanjutnya, baik berupa saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Teoritis

Page 117: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

103

1. Berdasarkan koefisien determinasi, sumbangan efektif dari hasil

penelitian dengan menggunakan variabel perceived risk, thrill &

adventure seeking, experience seeking, boredom suscepibility,

disinhibition, coping motive, conformity motive, enhancement motive,

expansion motive dan social motive terhadap perilaku mengonsumsi

ganja adalah sebesar 30,6%, dan sisanya di pengaruhi oleh variabel

yang lain. Oleh karena itu, untuk penelitian berikutnya disarankan

untuk melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku

mengonsumsi ganja sehingga mungkin untuk mendapatkan pengaruh

yang lebih besar.

2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan adanya

pembatasan pada variabel demografis seperti jenis kelamin, usia,

jenjang pendidikan, status pekerjaan dan sebagainya. Hal tersebut

dapat menjadi variabel kontrol untuk variabel independen dalam

penelitian serupa, dan juga variabel demografis tersebut diharapkan

dapat lebih menggambarkan perilaku mengonsumsi ganja pada kondisi

demografis tertentu.

3. Berdasarkan teori problem behavior theory, peneliti menyarankan

untuk mereplikasi, dan mengadaptasi ketiga system yang dikembang

oleh Richard Jessor, yaitu personality system, perceived environment,

dan behavior system sebagai independen variabel untuk mempredisksi

perilaku mengonsumsi ganja di Indonesia.

Page 118: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

104

4. Berdasarkan kategorisasi pengguna ganja menurut UNODC, peneliti

menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan

pembatasan kategorisasi pengguna ganja pada responden penelitian.

Hal tersebut diharapkan dapat lebih jelas melihat variabel-variabel

dalam penelitian ini yang paling signifikan mempengaruhi perilaku

mengonsumsi ganja pada kategorisasi pengguna ganja yang spesifik.

5.3.2 Saran Praktis

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa perceived risk berpengaruh

signifikan secara negatif terhadap perilaku mengonsumsi ganja, artinya bahwa

semakin tinggi persepsi seseorang tentang efek berbahaya yang ditimbulkan oleh

mengonsumsi ganja, maka perilaku mengonsumsi ganja akan menurun. Oleh

karena itu, peneliti menyarankan kepada pemerintah khususnya Kepolisian

Republik Indonesia dan Badan Narkotika Nasional untuk lebih gencar

mensosialisikan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh mengonsumsi ganja dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan fisik walaupun mengonsumsi dengan

dosis yang sedikit saja, dengan hal itu akan dapat menurunkan angka pengguna

ganja di Indonesia.

Page 119: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

105

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Assosiaton. (2013). Diagnostic and statistical manual of

mental disorders 5th. Arlington : American Psychiatric Publishing

Ajzen, I., & Fishbein, M. (2005). The handbook of attitudes. US: Lawrence

Erlbaum Associates Publishers.

Agresti, A. (2007), An introduction to categorical data analysis (2nd edition).

New Jersey: John Willey & Son Inc.

Bachman, J.G., Johnston, L.D., & O’Malley, P.M. (1998). Explaining recent

increases in students' marijuana use: impacts of perceived risks and

disapproval, 1976 through 1996. American Journal of Public Health, 88(6)

887-892.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2012). Data tindak pidana

narkoba di indonesia pada tahun 2007-2011. Diunduh pada tanggal 18

Oktober 2013 dari

http://bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/31/20120531153207-

10234.pdf

Baum, A., Revenson, T.A., & Singer, J. (2012). Handbook of health psychology :

Second edition. New York : Taylor & Francis Group.

Chang, L.Y & Liu W. (2009). Sensation seeking and customer perceptions of

thematic entertainment : Evidance from theme motels in Taiwan. Social

Behavior and Personality: an international journal, 37(6), 753-765.

Comeau, N., Stewart, S.H., & Loba, P. (2001). The relations of trait anxiety,

anxiety sensitivity, and sensation seeking to adolescent motivation for

alcohol, cigarette, and marijuana use. Addictive Behaviors, 26(6), 803-825.

Danseco, E.R., Kingery, P.M., & Coggeshall, M.B. (1999). Perceived risk of harm

from marijuana use among youth in the USA. School Psychology

International, 20(1), 39-56.

Donovan, J.E, Jessor. R, & Costa, F.M. (1991). Adolesecent health behavior and

conventionality-unconventionality : an extension of problem behavior

theory. Health Psychology, 10(1), 52-61.

Eysenck, M.W., & Keane. M. (2000). Cognitive psychology a student’s handbook

: Fourth edition. New York : Psychology Press Ltd.

Fauzie, R. (2013). Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku tidak

memilih (non-voting behavior) pada pemilihan gubernur : Sebuah aplikasi

metode analisis regresi logistik. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fisher, C.B & Lerner, R.M. (2005). Encyclopedia of applied developmental

science Vol. 2. California : SAGE Publications, Inc

Page 120: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

106

Hayustiro, C. (2013). Orientasi tujuan dan kepribadian sebagai prediktor perilaku

menyontek : Sebuah studi dengan pendekatan regresi logistik. Skripsi tidak

dipublikasikan. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Henderson, E.C. (2000). Understanding Addiction. Mississippi : University press

of Mississippi.

Hersen, M. & Gross, A.M. (2008). Handbook of clinical psychology vol. 2

children and adolescents. New Jersey : John Wiley & Son, Inc.

Hosmer, D. W., & Lemeshow. S. (2000). Applied logistic regression :

Second edition. Canada: John Willey & Sons, inc.

Jenkins, R. (2006). Cannabis and young people : Reviewing the evidance. London

: Jessica Kingsley Publishers.

Jessor, R., & Jessor, R., (1977). Problem behavior and psychosocial development.

New York : Academic Press.

Jessor, R (2008). Problem-behavior theory : A brief overview. Diunduh pada

tanggal 14 Januari 2013 dari

http://www.colorado.edu/ibs/jessor/pb_theory.html

Johnson, B.A. (2011). Addiction Medicine: science and practice, Volume 1. New

York : Springer Science+Business Media.

Joreskog, K.G. & Sorbom, D. (2004). Lisrel 8.70. USA: Scientific Software

International. Inc.

Kopstein, A.N., Crum, R.M., Calentano, D.D., & Martin, S.S. (2001). Sensation

seeking needs among 8th and 11th graders : Characteristics associated with

cigarette and marijuana use. Drug and Alcohol Dependence 62(1) : 195-203.

Kring, A.M., Johnson, S.L., Davidson, G.C. & Naele, J.M. (2010). Abnormal

psychology 11th

edittion. New York : John Wiley & sons.

Laroche. M., McDougall, G.H.G., Bergeron, J. & Yang Z. (2004). Exploring how

intangibility affect perceived risk. Journal of Service Research, 6(4), 373-

389.

Lerner, R.M., Petersen, A.C., Seilberesen, R.K., & Brooks-Gunn, J. (2013). The

developmental science of adolescence : History through autobiography.

New York : Psychology Press.

Levitin, D.J. (2002). Foundations of cognitive psychology : Core readings. USA :

Massachusetts Instiute of Technology.

McMurran, M. (1994). The psychology of addiction. London : UK Taylor &

Francis Ltd., Publishers.

Narayana, D., Syarif, I.M., & Marentek, R.C. (2011). Hikayat pohon ganja 12.000

tahun menyuburkan peradaban manusia. Jakarta : PT. Gramedia.

O’Connell, A.A. (2006). Logistic regression models for ordinal response

variables. Logistic Regression. DOI:10.4135/9781412984812.

Page 121: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

107

Osborne, J. (2008). Best practices in quantitative methods: 24 binary logistic

regression. Sage research method. doi: 10.4135/9781412995627.

Padmohoedojo, P.G, (2006). National survey of illicit drug use and trafficiking

among household group in indonesia. ASPAC-NGO. Diunduh pada tanggal

25 Desember 2012 dari http://www.aspacngo.org

Pampel, F. C. (2000). Logistic regression: a primer sage quantitative applications

in the social sciences series. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Petraitis, J., Flay, B.R., & Miller, T.Q. (1995). Reviewing theories of adolescent

substance use :organizing pieces in the puzzle. Psychological Bulletin,

117(1) : 67.

Putri, D.F (2012). Hubungan antara tingkat penggunaan ganja dan aspek-aspek

fungsi psikososial. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia

Putri, R.S. (2014). Pengaruh tipe kepribadian dan konformitas terhadap keputusan

membeli sepatu wedges pada wanita di daerah Jakarta Selatan. Skripsi tidak

dipublikasikan. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Renn, O. & Rohrmann, B. (2000). Cross-cultural risk perception : A survey of

empirical studies. Dordrecht : Kluwer Academic Publishers.

Republik Indonesia. (2009). Undang-undang no. 35 tahun 2009 tentang

narkotika. Jakarta

Roberti, J.W. (2004). A review of behavioral and biological correlates of

sensation seeking. Journal of Research in Personality, 8(1), 256–279.

Sadava, S.W. (1987). Drug use and psychological theory. New York : The

Haworth Press, Inc.

Simon, J., Correia. C.J., Carey, K.B., & Borsari, B.E. (1998). Validating a five-

factor marijuana motives measure: relations with use, problems, and alcohol

motives. Journal of Counseling Psychology, 43(3), 265-273.

Simon, J., Correia. C.J., & Carey, K.B., (2000). Brief report : a comparison of

motives for marijuana and alcohol use among experinced user. Addictive

Behavior, 25(1), 156-160.

Simon, J.S., Gaher. M.R., Correria, C.J., Hansen, C.L., & Christoper, M.S.

(2005). An affective-motivational model of marijuana and alcohol among

college student. Psychology of Addictive Behaviors, 19(3), 326-33.

Siregar, M. (2004). Faktor – faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkotik

pada remaja studi deskriptif di panti sosial pamardi putra “insyaf” medan.

Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 3(2), 100-105.

Speilberger, C.D. (2004). The encyclopedia of applied psychology : three volume

set. Elsevier Academic Press.

Stricker, G. & Widiger, T.A (2003). Handbook of psychology vol. 8 clinical

psychology. New Jersey : John Wiley & Son, Inc.

Page 122: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

108

Strickland, B.R. (2001). The gale encyclopedia of psychology : Second edition.

USA : Gale Group.

Sweet, S.A & Grace-Martin, K. (2002). Data analysis with spss : A first course in

applied statistics. Huston : Allyn & Bacon

Trimpop, R.M. (1994). The psychology of risk taking behavior. Amsterdam :

Elsevier Science.

Umar, J. (2011). Uji validitas konstuk dengan analisis faktor konfirmatorik.

Bahan ajar tidak dipublikasikan. Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

United Nation Office on Drugs and Crime. (2006). Bulletin on narcotics vol.

LVIII, nos. 1 and 2, 2006 : review of the world cannabis situation. New

York : United Nations Publication

United Nation Office on Drugs and Crime. (2011). World drug report 2011. New

York : United Nations Publication

Yuniarti, K. (2013). Prediksi perilaku diet pada remaja akhir melalui analisis

regresi logistik. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Zhang, Y. (2008). Encyclopedia of global health : Marijuana abuse. SAGE

Publications, Inc. Doi : 10.4153/9781412963855.

Zuckerman, M. (1994). Behavioral expressions and biosocial bases of sensation

seeking. New York : Cambridge University Press.

Zvolensky, M.J., Marshall, E.C., Johnson, K., Hogan, J., Bernstein & Bonn-

Miller, M.O. (2009). Relations between anxiety sensitivity, distress

tolerance, and fear reactivity to bodily sensations to coping and conformity

marijuana use motives among young adult marijuana users. Experimental

and Clinical Psychopharmacology, 17(1), 31.

Page 123: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

109

Assallamu’alaikum Wr. Wb.

Selamat Pagi/Siang/Sore

Saya Muhammad Yassirullah, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk

penyusunan tugas akhir kuliah (skripsi), yang bertemakan perilaku psikologi,

sebuah studi dengan metode analisis regresi logistik.

Saya membutuhkan bantuan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini

dengan cara mengisi angket ini. Jawaban Anda tidak dilihat benar atau salah, dan

kerahasiaan jawaban Anda akan terjamin. Sebelumnya saya berterima kasih atas

kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi angket penelitian ini.

Jakarta, Agustus 2014

Hormat Saya,

Muhammad Yassirullah

DATA RESPONDEN

Nama (Inisial) : .................................................

Usia : .................................................

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi

......................................................

(Tanda Tangan)

Page 124: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

110

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan.

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih dari alternatif jawaban

yang tersedia pada tiap-tiap pernyataan. Jawablah dengan jujur dan seksama,

berdasarkan apa yang anda pahami pada setiap pernyataan. Tidak ada jawaban

benar atau salah, seluruh jawaban adalah benar selama itu sesuai dengan diri

Anda. Pastikan anda telah menjawab semua pernyataan yang tersedia.

Contoh Pengerjaan

Jika Anda sangat setuju dengan hal yang terdapat dalam pernyataan di bawah ini,

maka Anda dapat memberi tanda (X) pada kolom SS (sangat setuju).

No PERNYATAAN

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat

Setuju

1 Saya menyukaai makan makanan bergizi X

= SELAMAT MENGERJAKAN =

KETERANGAN

Pada Penilitian ini yang dimaksud dengan Mengonsumsi Ganja adalah perilaku

menggunakan daun ganja kering dengan cara dilinting dengan kertas (papir)

kemudian dibakar, dan dihisap seperti layaknya orang merokok tembakau.

Skala 1

Page 125: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

111

No PERNYATAAN

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat

Setuju

1

Menurut saya, jika saya mencoba

mengonsumsi ganja sekali saja, tidak

akan membuat kepala saya pusing

2

Saya percaya jika mengonsumsi ganja

akan membuat saya mengidap penyakit

paru-paru

3

Saya tidak percaya bila mengonsumsi

ganja dapat berbahaya terhadap

kesehatan tubuh saya

4

Saya yakin bila mengonsumsi ganja

secara rutin akan membuat saya tetap

sehat

5

Saya yakin bila mengonsumsi ganja

setiap hari akan berdampak buruk

terhadap kinerja otak saya

Skala 2

No PERNYATAAN

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat

Setuju

1

melakukan hubungan seksual sebelum

menikah merupakan hal yang patut di

coba

2 Saya senang mencoba kegiatan yang

mengasyikkan meskipun berbahaya

3 Menyaksikan foto-foto kegiatan wisata

orang lain sangatlah membosankan

Page 126: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

112

4 Saya suka kegiatan memanjat tebing

5 Berpesta sampai pagi adalah hal yang

saya inginkan

6 Saya senang bergaul dengan orang yang

suka mencoba hal-hal baru

7 Agar menarik perhatian orang lain saya

berkendara dengan kecepatan tinggi

8 Menurut saya, menunggu antrian adalah

hal yang menjemuhkan

9 Saya suka pesta yang tamunya bebas

untuk berekspresi

10 Saya ingin mencoba semua jenis

narkotika

11

Saya suka mendapatkan pengalaman

baru dan menegangkan walaupun hal itu

melanggar hukum atau melawan adat

istiadat

12 berselancar di lautan yang berombak

besar tentulah sangat mengasyikkan

13 Saya mudah merasa jenuh jika tidak ada

hal yang saya kerjakan

14 Menurut saya, melakukan kegiatan terjun

parasut merupakan hal yang patut dicoba

15 saya ingin minum minuman beralkohol

yang berkadar alkohol tinggi

16 bekerja di dalam ruangan secara terus

menerus membuat saya jenuh

17 Saya mengekspresikan diri saya dengan

menggunakan pakaian yang eksentrik

18 Saya ingin mengendarai sepeda motor

dengan kecepatan tinggi tanpa hambatan

Page 127: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

113

19

Saya senang bergaul dengan orang-orang

yang berpakaian eksentrik dan

berperilaku aneh

20

tidak ada salahnya mencoba kegiatan

yang dianggap oleh orang lain sebagai

perbuatan yang berdosa

Skala 3

No PERNYATAAN

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat

Setuju

1

Mengonsumsi ganja dapat

menghilangkan rasa kekhawatiran dalam

diri saya

2 Teman saya memaksa saya untuk

mengonsumsi ganja

3 Mengonsumsi ganja dapat lebih

memeriahkan suasana pesta

4 Mengonsumsi ganja dapat

menghilangkan rasa depresi

5

Mengonsumsi ganja dapat membuat

lebih supel dalam bergaul dengan orang

lain

6

Saya mengonsumsi ganja untuk

menghibur diri ketika dalam situasi hati

yang buruk

7 Saya suka perasaan yang ditimbulkan

saat mengonsumsi ganja

8

Mengonsumsi ganja membuat saya tidak

dianggap sebagai anak kecil oleh teman-

teman

Page 128: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

114

9 Mengonsumsi ganja dapat membuat

lebih terbuka terhadap pengalaman baru

10 Saya mengonsumsi ganja untuk

membuat saya merasa seperti di surga

11 Mengonsumsi ganja dapat membuat

suasana berkumpul lebih menyenangkan

12

Untuk menyesuaikan diri dengan

kelompok, maka saya mengonsumsi

ganja

13 Mengonsumsi ganja dapat memberikan

ketenangan

14 Mengonsumsi ganja dapat meningkatkan

suasana pesta dan perayaan

15 Mengonsumsi ganja dapat

menumbuhkan rasa percaya diri

16

Saya mengonsumsi ganja untuk

merayakan acara spesial dengan teman-

teman

17 Mengonsumsi ganja dapat melupakan

masalah – masalah yang dihadapi

18 Mengonsumsi ganja dapat membuat

bahagia

19 Saya Mengonsumsi ganja agar disukai

dalam pergaulan

20

Jika tidak mengkonsumsi ganja, maka

saya akan ditinggalkan oleh kelompok

saya

21 Mengonsumsi ganja dapat membuat

mengenal diri sendiri lebih baik

22 Mengonsumsi ganja dapat membantu

menghasilkan ide baru yang kreatif

Page 129: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

115

23 Mengonsumsi ganja dapat membantu

memahami hal-hal yang rumit

24 Mengonsumsi ganja dapat memperluas

kesadaran diri sendiri

Skala 4

No PERNYATAAN Tidak Ya

1 Apakah Anda pernah *mengonsumsi ganja

pada satu bulan terakhir?

= TERIMAKASIH =

Page 130: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

116

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file \\KOMUNIKAPEDIA-P\Users\Public\Achi's\Skripsweet

;)\data\perceived risk\perceived risk.PR2:

UJI VALIDITAS CONSTRUCK PERCEIVED DA NI=5 NO=302 MA=KM LA VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 KM SY FI=RISK.COR SE 1 2 3 4 5/ MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LK PERCEIVED FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 3 2 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 PD OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS

UJI VALIDITAS CONSTRUCK PERCEIVED

Number of Input Variables 5 Number of Y - Variables 0 Number of X - Variables 5 Number of ETA - Variables 0 Number of KSI - Variables 1 Number of Observations 302

UJI VALIDITAS CONSTRUCK PERCEIVED

Correlation Matrix

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 -------- -------- -------- -------- -------- VAR00001 1.00 VAR00002 0.13 1.00 VAR00003 0.19 0.31 1.00

Page 131: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

117

VAR00004 0.27 0.54 0.24 1.00 VAR00005 0.19 0.50 0.24 0.68 1.00

UJI VALIDITAS CONSTRUCK PERCEIVED

Parameter Specifications

LAMBDA-X

PERCEIVE -------- VAR00001 1 VAR00002 2 VAR00003 3 VAR00004 4 VAR00005 5

THETA-DELTA

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 -------- -------- -------- -------- -------- VAR00001 6 VAR00002 0 7 VAR00003 0 8 9 VAR00004 0 0 0 10 VAR00005 0 0 0 0 11

UJI VALIDITAS CONSTRUCK PERCEIVED

Number of Iterations = 6

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-X

PERCEIVE -------- VAR00001 0.28 (0.06) 4.60 VAR00002 0.62 (0.06) 10.97 VAR00003 0.29 (0.06) 4.71 VAR00004 0.87 (0.05) 15.89

Page 132: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

118

VAR00005 0.78 (0.06) 14.15

PHI

PERCEIVE -------- 1.00

THETA-DELTA

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 -------- -------- -------- -------- -------- VAR00001 0.92 (0.08) 12.07 VAR00002 - - 0.61 (0.06) 10.65 VAR00003 - - 0.13 0.91 (0.05) (0.08) 2.69 12.03 VAR00004 - - - - - - 0.24 (0.06) 4.34 VAR00005 - - - - - - - - 0.39 (0.05) 7.25

Squared Multiple Correlations for X - Variables

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 -------- -------- -------- -------- -------- 0.08 0.39 0.09 0.76 0.61

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 4 Minimum Fit Function Chi-Square = 7.91 (P = 0.095) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 7.69 (P = 0.10) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 3.69 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 15.68) Minimum Fit Function Value = 0.026

Page 133: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

119

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.012 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.052) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.055 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.11) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.37 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.099 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.086 ; 0.14) ECVI for Saturated Model = 0.100 ECVI for Independence Model = 1.40 Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 412.16 Independence AIC = 422.16 Model AIC = 29.69 Saturated AIC = 30.00 Independence CAIC = 445.71 Model CAIC = 81.50 Saturated CAIC = 100.66 Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.39 Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99 Relative Fit Index (RFI) = 0.95 Critical N (CN) = 505.93

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.031 Standardized RMR = 0.031 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.26

UJI VALIDITAS CONSTRUCK PERCEIVED

Modification Indices and Expected Change

No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X

No Non-Zero Modification Indices for PHI

Modification Indices for THETA-DELTA

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 -------- -------- -------- -------- -------- VAR00001 - - VAR00002 2.21 - - VAR00003 4.84 - - - - VAR00004 1.87 0.00 0.98 - - VAR00005 1.04 0.56 0.13 0.35 - -

Expected Change for THETA-DELTA

Page 134: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

120

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 -------- -------- -------- -------- -------- VAR00001 - - VAR00002 -0.07 - - VAR00003 0.12 - - - - VAR00004 0.06 0.00 -0.05 - - VAR00005 -0.04 0.05 0.02 -0.11 - -

Maximum Modification Index is 4.84 for Element ( 3, 1) of THETA-DELTA

UJI VALIDITAS CONSTRUCK PERCEIVED

Standardized Solution

LAMBDA-X

PERCEIVE -------- VAR00001 0.28 VAR00002 0.62 VAR00003 0.29 VAR00004 0.87 VAR00005 0.78

PHI

PERCEIVE -------- 1.00

Time used: 0.016 Seconds

Page 135: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

121

DESCRIPTIVES VARIABLES=PR TAS BS DIS ES CON_M COP_M ENH_M EXP_M SOC_M

/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptives

Notes

Output Created 22-Aug-2015 09:36:04

Comments

Input Data D:\Skripsweet ;)\data\DATA REGRESI

LOGISTIK.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

302

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated

as missing.

Cases Used All non-missing data are used.

Syntax DESCRIPTIVES VARIABLES=PR TAS

BS DIS ES CON_M COP_M ENH_M

EXP_M SOC_M

/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN

MAX.

Resources Processor Time 0:00:00.000

Elapsed Time 0:00:00.006

[DataSet1] D:\Skripsweet ;)\data\DATA REGRESI LOGISTIK.sav

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Perceived Risk 302 37.21 77.18 50.0000 8.86684

Thrill & Adventure Seeking

(SS)

302 28.73 66.89 50.0000 7.44014

Boredom Susceptibility (SS) 302 23.22 66.35 50.0000 7.45666

Disinhibtion (SS) 302 36.74 81.33 50.0000 8.43733

Experience Seeking (SS) 302 27.34 70.62 50.0000 8.23934

Page 136: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

122

Conformity Motives (SUM) 302 38.98 92.66 50.0000 8.99774

Coping Motives (SUM) 302 20.93 63.50 50.0000 9.03363

Enhancement Motives (SUM) 302 16.24 61.00 50.0000 9.09849

Expansion Motives (SUM) 302 18.00 59.89 50.0000 9.52256

Social Motives (SUM) 302 22.46 63.93 50.0000 9.35519

Valid N (listwise) 302

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES DV /METHOD=ENTER PR TAS BS DIS ES

CON_M COP_M ENH_M EXP_M SOC_M /SAVE=PRED /CLASSPLOT

/PRINT=GOODFIT CORR CI(95) /CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)

ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Notes

Output Created 22-Aug-2015 09:36:53

Comments

Input Data D:\Skripsweet ;)\data\DATA REGRESI

LOGISTIK.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Page 137: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

123

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

302

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing

Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES

DV

/METHOD=ENTER PR TAS BS DIS

ES CON_M COP_M ENH_M EXP_M

SOC_M

/SAVE=PRED

/CLASSPLOT

/PRINT=GOODFIT CORR CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)

ITERATE(20) CUT(0.5).

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.031

Variables Created or Modified PRE_1 Predicted probability

[DataSet1] D:\Skripsweet ;)\data\DATA REGRESI LOGISTIK.sav

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 302 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 302 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 302 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable

Encoding

Page 138: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

124

Original

Value Internal Value

TIDAK 0

YA 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Prilaku Mengonsumsi Ganja

TIDAK YA

Percentage

Correct

Step 0 Prilaku Mengonsumsi Ganja TIDAK 0 61 .0

YA 0 241 100.0

Overall Percentage 79.8

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.374 .143 91.889 1 .000 3.951

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables PR 46.693 1 .000

TAS 1.037 1 .308

BS .526 1 .469

DIS .221 1 .639

ES 6.104 1 .013

CON_M 2.393 1 .122

COP_M 29.867 1 .000

ENH_M 42.353 1 .000

Page 139: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

125

EXP_M 47.123 1 .000

SOC_M 30.697 1 .000

Overall Statistics 66.709 10 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 65.555 10 .000

Block 65.555 10 .000

Model 65.555 10 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 238.344a .195 .308

a. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.606 8 .225

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Prilaku Mengonsumsi Ganja =

TIDAK Prilaku Mengonsumsi Ganja = YA

Observed Expected Observed Expected Total

Step 1 1 16 20.452 14 9.548 30

2 15 10.661 15 19.339 30

3 11 7.957 19 22.043 30

4 7 5.985 23 24.015 30

5 4 4.710 26 25.290 30

Page 140: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

126

6 3 3.759 27 26.241 30

7 1 2.856 29 27.144 30

8 3 2.202 27 27.798 30

9 1 1.609 29 28.391 30

10 0 .811 32 31.189 32

Classification Tablea

Observed

Predicted

Prilaku Mengonsumsi Ganja

TIDAK YA

Percentage

Correct

Step 1 Prilaku Mengonsumsi Ganja TIDAK 13 48 21.3

YA 11 230 95.4

Overall Percentage 80.5

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a PR -.074 .024 9.559 1 .002 .929

TAS .023 .024 .867 1 .352 1.023

BS .002 .024 .009 1 .924 1.002

DIS -.012 .024 .236 1 .627 .989

ES .015 .025 .352 1 .553 1.015

CON_M .020 .022 .852 1 .356 1.021

COP_M -.018 .030 .356 1 .551 .982

ENH_M .038 .031 1.558 1 .212 1.039

EXP_M .034 .024 2.076 1 .150 1.035

SOC_M .044 .025 3.124 1 .077 1.045

Constant -1.975 2.737 .521 1 .470 .139

a. Variable(s) entered on step 1: PR, TAS, BS, DIS, ES, CON_M, COP_M, ENH_M, EXP_M, SOC_M.

Page 141: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

127

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a PR .886 .973

TAS .975 1.073

BS .956 1.050

DIS .944 1.036

ES .967 1.065

CON_M .977 1.066

COP_M .927 1.041

ENH_M .978 1.103

EXP_M .988 1.084

SOC_M .995 1.098

a. Variable(s) entered on step 1: PR, TAS, BS,

DIS, ES, CON_M, COP_M, ENH_M, EXP_M,

SOC_M.

Correlation Matrix

Constant PR TAS BS DIS ES CON_M

Step 1 Constant 1.000 -.550 -.396 -.155 -.078 -.012 -.401

PR -.550 1.000 .026 -.203 -.082 -.063 .052

TAS -.396 .026 1.000 -.054 -.036 -.173 .036

BS -.155 -.203 -.054 1.000 -.066 -.096 .091

DIS -.078 -.082 -.036 -.066 1.000 -.347 -.189

ES -.012 -.063 -.173 -.096 -.347 1.000 -.130

CON_M -.401 .052 .036 .091 -.189 -.130 1.000

COP_M -.037 .100 -.079 -.090 .050 -.084 -.065

ENH_M -.242 .078 .155 -.046 -.039 -.039 .212

EXP_M -.352 .332 -.087 -.035 .066 -.033 .110

SOC_M -.023 -.053 .102 -.092 -.169 -.011 -.143

Page 142: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

128

Correlation Matrix

COP_M ENH_M EXP_M SOC_M

Step 1 Constant -.037 -.242 -.352 -.023

PR .100 .078 .332 -.053

TAS -.079 .155 -.087 .102

BS -.090 -.046 -.035 -.092

DIS .050 -.039 .066 -.169

ES -.084 -.039 -.033 -.011

CON_M -.065 .212 .110 -.143

COP_M 1.000 -.489 -.085 -.273

ENH_M -.489 1.000 -.253 -.157

EXP_M -.085 -.253 1.000 -.086

SOC_M -.273 -.157 -.086 1.000

Page 143: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

129

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

20 +

+

|

|

|

Y |

F |

Y Y |

R 15 +

Y YY +

E |

Y YY |

Q |

YYYYY Y |

U |

Y YYYYYY Y |

E 10 +

YYY YYYYYYYYYY +

N |

YYYY YYYYYYYYYY |

C |

Y Y YYYYYYY YYYYYYYYYY |

Y |

Y Y YYYYYYYYYYYYYYYYYYY |

5 +

Y Y YY YY YYYYYYYYYYYYYYYYYYY +

|

YT T YY YYY YYYYYYYYYYYYYYYYYYY |

| T Y Y Y T

Y Y YYYTT TTYTYYYTTYYYTTTYYYYYTYYTYYYYYY |

| TTTTT T TY Y TT Y YY Y YY TTYYY TT T

YYTTTTTTT TTTTTYYTTTYYTTTTTTYYTTYTYTYYYY |

Predicted

---------+---------+---------+---------+---------+---------+------

---+---------+---------+----------

Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5

,6 ,7 ,8 ,9 1

Group:

TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTYYYYYYYYYYYYYYYY

YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY

Predicted Probability is of Membership for YA

The Cut Value is ,50

Symbols: T - TIDAK

Y - YA

Each Symbol Represents 1,25 Cases.

Page 144: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

130

EXAMINE VARIABLES=PRE_1 /PLOT NONE /STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Explore

Notes

Output Created 22-Aug-2015 09:37:56

Comments

Input Data D:\Skripsweet ;)\data\DATA REGRESI

LOGISTIK.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

302

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for

dependent variables are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no

missing values for any dependent

variable or factor used.

Syntax EXAMINE VARIABLES=PRE_1

/PLOT NONE

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 0:00:00.016

Elapsed Time 0:00:00.008

Page 145: PENGARUH PERCEIVED RISK SENSATION SEEKING, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38381/2/MUHAMMAD... · dan Legalisasi Ganja Nusantara (LGN), dengan menggunakan

131

[DataSet1] D:\Skripsweet ;)\data\DATA REGRESI LOGISTIK.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Predicted probability 302 100.0% 0 .0% 302 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Predicted probability Mean .7980132 .01128967

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .7757966

Upper Bound .8202299

5% Trimmed Mean .8230220

Median .8580293

Variance .038

Std. Deviation .19619351

Minimum .01696

Maximum .98806

Range .97109

Interquartile Range .19174

Skewness -2.063 .140

Kurtosis 4.677 .280