pengaruh penggunaan nipagin sebagai bahan pengawet makanan terhadap kesehatan tubuh dan keamanan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGGUNAAN NIPAGIN SEBAGAI BAHAN PENGAWET
MAKANAN TERHADAP KESEHATAN TUBUH DAN KEAMANAN PANGAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pengganti UTS
mata kuliah Kimia Bahan Makanan
Disusun oleh:
FITHRIANI
2010
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II PENGARUH PENGGUNAAN NIPAGIN SEBAGAI BAHAN
PENGAWET MAKANAN TERHADAP KESEHATAN TUBUH
DAN KEAMANAN PANGAN ……………………………………. 3
A. KEAMANAN PANGAN ………………………………………… 3
B. PENGAWETAN MAKANAN DAN HUBUNGANNYA
DENGAN SENYAWA BERACUN DALAM MAKANAN ….… 4
a. Zat Aditif dan Kesehatan ……………………………………. 4
b. Bahan Pengawet ……………………………………………. 5
c. Nipagin ……………………………………………………… 6
d. Dampak nipagin terhadap Kesehatan ………………………. 7
e. Penggunaan Nipagin sebagai Pengawet …………………….. 8
C. SISTEM JAMINAN MUTU KEAMANAN PANGAN
BERDASARKAN HACCP ............................................................ 9
a. Definisi HACCP …………………………………………….. 10
b. Prinsip HACCP ……………………………………………… 10
c. HACCP pada Industri Pangan ……………………………….. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pola hidup tiap individu khususnya mahasiswa telah mengalami perubahan
cukup besar, yakni lebih banyak menggunakan waktu di luar rumah, sehingga menuntut
jenis makanan yang praktis dalam penyiapan dan penyajian. Konsumsi makanan
menjadi lebih meningkat terutama yang berasal dari tepung terigu seperti roti dan mie
instant. Kandungan karbohidrat yang tinggi, menjadikan mie instant dijadikan sumber
karbohidrat pengganti nasi.
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Masalah keamanan
pangan di Indonesia mulai mencuat seiring timbulnya pertanyaan mengenai status
keamanan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Nipagin pada produk mie instan sekarang
ini. Hal ini dipicu oleh peristiwa di Taiwan, di mana produk instan asal Indonesia
ditarik karena mengandung BTP pengawet yang dianggap berbahaya.
Faktor keamanan pangan merupakan merupakan prasyarat universal bagi mutu
pangan yang baik. Dengan kata lain, untuk produk pangan, tidak ada artinya berbicara
citarasa dan nilai gizi, atau pun sifat fungsional yang bagus, tetapi produk tersebut tidak
aman untuk dikonsumsi.
Untuk mengontrol keamanan pangan dalam suatu industri diterapkan suatu
sistem kontol yang dikenal dengan HACCP. Bagi kalangan industri, HACCP sudah
tidak asing lagi. HACCP (hazard analysis critical control point) adalah suatu prosedur
untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengontrol bahaya-bahaya, secara langsung
beresiko yang berasal dari makanan. Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu
industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai
sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat
sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir
diproduksi masal dan didistribusikan. Pada beberapa negara, penerapan HACCP ini
bersifat sukarela dan banyak industri pangan yang telah menerapkannya. Di samping
karena meningkatnya kesadaran masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri
2
akan keamanan pangan, penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh
permintaan konsumen terutama dari negara pengimpor.
3
BAB II
PENGARUH PENGGUNAAN NIPAGIN SEBAGAI BAHAN PENGAWET
MAKANAN TERHADAP KESEHATAN TUBUH DAN KEAMANAN PANGAN
A. KEAMANAN PANGAN
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegahpangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Tujuan
utama peraturan pangan adalah pemilik perusahaan diisyaratkan dapat
mengidentifikasi dan mengawasi resiko keamanan pangan pada setiap tahap
persiapan dan penggunaan makanan menggunakan ‘analisis bahaya’.
Adapun prinsip-prinsip dalam keamanan pangan ialah: (1) Analisis potensi
bahaya dalam makanan pada tahap operasi; (2) Identifikasi titik-titik dalam operasi
dimana bahaya dapat terjadi; (3) Menentukan titik kritis untuk menjamin keamanan
pangan; (4) Identifikasi dan implementasi prosedur pengawasan dan pemantauan
secara efektif pada titik kritis; dan (5) Memeriksa sistem secar berkala.
Masalah yang kerap kali timbul di bidang keamanan pangan Indonesia yakni
masih ditemukannya produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan mutu
keamanan pangan, yaitu : (1) Penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang
atau melebihi batas dalam produk pangan; (2) Ditemukan cemaran kimia berbahaya
(pestisida, logam berat, obat-obat pertanian) pada berbagai produk pangan; (3)
Cemaran mikroba yang tinggi dan cemaran microba patogen pada berbagai produk
pangan; (4) Pelabelan dan periklanan produk pangan yang tidak memenuhi syarat;
(5) Masih beredarnya produk pangan kadaluwarsa, termasuk produk impor; (6)
Pemalsuan produk pangan; (7) Cara peredaran dan distribusi produk pangan yang
tidak memenuhi syarat; dan (8) Mutu dan keamanan produk pangan belum dapat
bersaing di pasar Internasional.
Untuk merecovery dari masalah akibat keamanan pangan tersebut perlu
diberlakukan prosedur pengawasan pangan. Salah satu program penting yang
dilakukan pada tahapan pengawasan pangan ialah HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point).
4
B. PENGAWETAN MAKANAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN SENYAWA
BERACUN DALAM MAKANAN
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air
yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu
sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan
kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun
masuknya mikroba perusak.
Untuk mencegah mudah rusaknya pangan, maka dilakukan pengawetan.
Salah satu teknik pengawetan makanan ialah penambahan zat tambahan makanan
(food additive) untuk memperpanjang masa simpan pangan.
a. Zat Aditif dan Kesehatan
Bahan tambahan makanan (BTM) atau yang sering dikenal dengan zat aditif
adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi,
pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif
dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap
terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang
selama proses pengolahan.
Jenis BTM sangat beragam sesuai dengan fungsi dan tujuan penggunaannya,
yaitu sebagai antioksidan, mencegah penggumpalan, mengatur keasamam makanan,
pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pengental, pengawet,
pewarna, pengeras, penyedap rasa, penguat rasa, sekuestran, enzim dan penambah
gizi, serta fungsi lainnya seperti pelembab, antibusa, pelarut, karbonasi, penyalut,
dan pengisi.
WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai
berikut : (1) Aman digunakan; (2)Jumlahnya sekedar memnuhi kriteri pengaruh
yang diharapkan; (3)Sangkil secara teknologi; dan (4) Tidak boleh digunakan
utnuk menipu pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal. Bahan baku
BTM dari bahan sintetik mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan
lebih murah. Namun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi
ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
5
kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik, baik pada hewan maupun
manusia.
b. Bahan Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasam, dan peruraian lain terhadap pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan tambahan pangan ini biasanya
ditambahkan ke dalam pangan yang mudah rusak, atau pangan yang disukai sebagai
medium tumbuhnya bakteri atau kapang. Pertumbuhan bakteri dicegah atau
dihambat tergantung dari jumlah pengawet yang ditambahkan dan juga pH atau
keasaman dari pangan.. Pengawet asam hampir tidak aktif dalam suasana netral,
dan aktivitasnya meningkat bila pH diturunkan.
Pengawet akan efektif bila digunakan dengan tepat pada bahan pangan
dengan kondisi tertentu.Umumnya bahan pengawet atau zat antimikroba dalam
bentuk asam lemah. Hal ini disebabkan kemampuan asam lemah dalam menembus
membran plasma mikroba lebih efektif dalam bentuk terprotonasi, dan akan sangat
efektif dalam bentuk tak terdisosiasi . Oleh karena itu, pKa (pH dimana 50% asam
dalam bentuk tak terdisosiasi) dari bahan pengawet sangat penting dalam pemilihan
bahan pengawet untuk aplikasi yang spesifik. pKa sangat berhubungan erat dengan
konstanta asam (Ka), karena pKa = -log Ka. Dari persamaan ini dapat dijelaskan
bahwa semakin besar nilai Ka maka semakin kecil nilai pKa, atau semakin kuat
suatu asam. Sebaliknya, semakin besar nilai pKa maka semakin lemah sifat
asamnya. Tabel berikut menunjukkan beberapa jenis pengawet yang digunakan
pada bahan makanan.
Jenis Pengawet Jenis/bahan
makanan
Konsentrasi yang
digunakan (%)
Referensi
Metil paraben Produk bakery, jus
buah, marmalade,
sirup, zaitun dan
pickle sour
vegetables
0,03-0,056Belitz dan Grosch
(1999)
Produk bakery,
minuman, dan sirup0,1 FDA (2001)
6
Kalsium propionat Sediaan keju 0,3 Depkes (1988)
Roti 0,3 Smith (1993)
Natrium asetat Keju 0,8Davidson dan
Branen (1994)Condiments dan
relishes9-10
Monoalurin Cottage cheese0,025-0,05
Bautista et al.
(1993)
Santan kelapa0,25-1,0
Maripatu et al.
(2003)
c. Nipagin
Nipagin merupakan senyawa fenolik, stabil di udara, sensitif terhadap
pemaparan cahaya, tahan terhadap panas dan dingin termasuk uap sterilisasi,
stabilitas menurun dengan meningkatnya pH yang dapat menyebabkan hidrolisis.
Mekanisme kerja senyawa fenolik adalah dengan menghilangkan permebilitas
membran sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat sistem transport elekrolit
yang lebih efektif terhadap kapang dan khamir dibandingkan terhadap bakteri, serta
lebih efektif menghambat bakteri Gram posistif dibandingkan dengan bakteri Gram
negatif (7,8,15)
Nipagin atau metil paraben adalah salah satu bentuk paraben yang diizinkan
sebagai pengawet yang aman untuk digunakan pada makanan, kosmetik ataupun
farmasi. Nipagin digunakan untuk menghambat laju pertumbuhan mikroba seperti
kapang dan kamir yang membuat makanan cepat rusak dan lazim digunakan pada
produk kosmetik sebagai pengawet.
Metil paraben (CH3(C6H4(OH)COO)) mempunyai sifat hampir tidak berbau,
berbentuk kristal putih, larut dalam air, etanol, propilen glikol dan eter, serta
memiliki titik lebur 125-128⁰C, dan mempunyai efek samping berasa pahit. Nama
lain dari metil paraben adalah Methyl 4-hydroxybenzoate; Methyl Chemosept;
Methyl Parasept; 4-Hydroxybenzoic acid methyl ester; Nipagin M; Tegosept M;
Aseptoform; Nipagin; 4-Hydroxy methyl benzoate.
Sebagai pengawet, paraben digunakan sebanyak 0,03 – 0,06% pada produk
bakery, jus buah, marmalad, sirup, zaitun dan pickle sour vegetables. Digunakan
7
pula pada produk minuman, produk buah-buahan, jam, jelly, gelatin, ikan asap, dan
salad dressing Paraben juga digunakan pada produk daging, snack berbahan dasar
sereal dan kentang, coated nut, dan produk konfeksioneri.
Metil paraben termasuk GRAS (Generally Recognize As Safe) Paraben
digunakan sebanyak 0,1% pada produk bakery, minuman dan sirup. Nilai
Acceptable Daily Intake (ADI) dari alkil ester paraben berkisar antara 0-7 mg/kg
berat badan. Namun, European Commission (EU) Scientific Committee for Food
(SCF) (1994), nilai ADI (Acceptable Daily Intake) berkisar antara 0-10 mg/kg berat
badan (untuk metil, etil dan propil paraben serta garamnya).
d. Dampak Nipagin terhadap Kesehatan
Metil paraben mudah diserap oleh saluran usus atau oleh kulit, misalnya pada
penggunaan produk perawatan tubuh seperti lotion dan deodorant. Penggunaan
jangka panjang produk inidapat membahayakan kesehatan karena berdasarkan
Journal of Applied Toxicology yang dipublikasikan pada Mei 2008, bahwa ester
paraben tidak selalu dipecah dan dikeluarkan oleh tubuh. Bertindak seperti estrogen
lingkungan, ester paraben menumpuk di organ reproduksi tubuh dan menyebabkan
masalah kesehatan kronis seperti kanker payudara dan infertilitas pria.
Kanker Payudara
Hubungan antara paraben dan kanker payudara adalah satu hal yang masih
kontroversial. Sebuah studi tahun 2004 yang diterbitkan dalam Journal of
Applied Toxicology melaporkan bahwa biopsi jaringan kanker payudara
mengungkapkan jumlah jejak paraben. Meskipun penelitian yang lebih besar
diperlukan untuk menetapkan peran kimia dalam menyebabkan kanker
payudara. Disarankan bagi mereka dengan kerentanan genetik untuk kanker
estrogen-dependent untuk menjauh dari metil dan paraben lainnya.
Infertilitas Pria
Paraben menyerupai hormon estrogen dalam tubuh wanita. Menurut studi
pada Januari 2009 yang diterbitkan dalam Journal of Reproduksi Toksikology,
parabens mungkin memiliki peran dalam infertilitas pria. Laporan penelitian
bahwa sifat estrogenik ringan dari bahan yang dapat mengubah kesehatan sel-sel
di testis, dan pada gilirannya bertanggung jawab untuk jumlah sperma lebih
rendah dan potensi reproduksi berkurang.
8
Alergi
Sebagian kecil orang dari masyarakat umum yang sensitif terhadap metil
dan paraben lainnya dapat menyebabkan dermatitis dan iritasi kulit pada orang
dengan alergi paraben. Sementara mereka adalah non-iritasi bagi kebanyakan
orang, individu rentan terhadap alergi kulit, eksim dan rosacea dapat mengambil
manfaat dari menggunakan produk paraben-free. Dalam penilaian terhadap
keselamatan paraben, Cosmetic Ingredient Review panel pakar menyimpulkan
bahwa pasien dengan kepekaan terhadap bahan bisa mentolerir penerapan
produk yang mengandung paraben pada kulit normal, tetapi tidak ketika
diterapkan pada kulit rusak atau peka.
e. Penggunaan Nipagin sebagai Pengawet
Paraben secara teknis dikenal sebagai ester dari asam para-hidroksibenzoat.
Bahan ini dikembangkan dari asam organik dan alkohol. Walaupun paraben adalah
produk alam, namun karena penggunaannya massal, paraben diproduksi secara
sintetis.
Sebagai zat pengawet makanan, Badan pengawas makanan dan obat Amerika
(FDA) menggolongkan Methylparaben atau nipagin dalam kategori Generally
Recognized as Safe (GRAS) yang larut dalam air.
Intinya Methylparaben dipakai untuk mencegah pembusukan dan kontaminasi
dari jamur sehingga produk tahan terhadap jamur dan mikroba dalam beberapa
jangka waktu.
Di Indonesia sendiri penggunaan nipagin sebagai bahan tambahan pangan
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang
bahan tambahan makanan yang berfungsi sebagai pengawet dengan batas
maksimum penggunaan.
Di kehidupan sehari-hari Methylparaben bisa ditemukan pada produk seperti:
- Kecap
- Sereal
- Produk roti
- Produk susu beku
- Minyak dan lemak
- Selai
9
- Sirup
- Produk coklat dan kakao
- Minuman kaleng
- Bumbu-bumbu kemasan
- Produk daging, ikan dan unggas
Sedangkan pada kosmetik, Methylparaben sering ditemukan pada:
- Pelembab wajah
- Produk anti-penuaan
- Pewarna rambut
- Produk pemutihan kulit
- Gel cukur
- Pembersih wajah
- Spray
- Shampo dan conditioner
- Maskara
- Eye shadow
- Alas bedak
Dan dalam industri farmasi, Methylparaben telah digunakan untuk
melindungi obat sejak 1924. Metil paraben digunakan untuk anti-bakteri seperti
pada:
- Antibiotik topikal
- Kortikosteroid
- Obat tetes mata
- Penisilin
C. SISTEM JAMINAN MUTU KEAMANAN PANGAN BERDASARKAN
HACCP
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang praktis dan
awet menunjang berkembangnya penggunaan BTM yang secara bermakna berperan
besar dalam rantai produksi dan pengolahan sejak abad ke-19. Seiring dengan
banyaknya laporan kasus keracunan makanan, Timbul berbagai diskusi dan
10
keprihatinan yang mendalam mengenai keamanan penggunaan BTM, termasuk
bagaimana langkah-langkah pengendalian yang tepat diperlukan.
a. Definisi HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem yang
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya bahaya (hazard) tertentu dan tindakan
pencegahan untuk dapat mengendalikannyaagar menjamin keamanan pangan.
Pada setiap perusahaan atau industri makanan digunakan sistem HACCP
sebagai salah satu sistem pengawasan pangan dan erat kaitannya dengan sistem
yang lain seperti GMP (Good Manufacturing Practices), ISO (International
Organization for Standardization) dan standar-standar lain yang berlaku di negara
bersangkutan dengan tujuan untuk menjamin kualitas makanan.
b. Prinsip HACCP
Terdapat 7 prinsip HACCP yang ditetapkan NACMCF (National Advisory
Committee on Microbiological Criteria for Foods) untuk menjamin keamanan
suatu pangan :
1. Analisis bahaya (hazard)
2. Identifikasi titik kendali proses (CCP)
3. Penetapan batas kritis
4. Penetapan Prosedur Pemantauan titik kendali kritis
5. Penetapan tindakan koreksi
6. Penetapan prosedur verifikasi
7. Penetapan prosedur system rekaman dan dokumentasi
c. HACCP pada Industri Pangan
Keuntungan penerapan HACCP pada industri pangan antara lain: (1) melalui
pengawasan proses, kerusakan dapat diidenfikasi sedini mungkin, oleh karena itu
pada saat akhir kemungkinan produk tersebut ditolak, akan sedikit; (2) melalui
identifikasi CCP, pembatasan dari aspek teknik dapat ditarget dalam manajemen;
dan (3) disiplin terhadap penerapan HACCP yang selalu berorientasi pada
perkembangan kualitas produk.
11
Analisa bahaya adalah evaluasi spedifik terhadap produk pangan dan bahan
mentah atau ingridiennya untuk menentukan resiko bahaya biologis, kimia, dan
fisika. Analisa bahaya tersebut terdiri dari dua tahap, yaitu: (1) analisis bahaya, dan
(2) penetapan kategori resiko bahaya.
Bahaya-Bahaya yang terdapat pada Pangan
Bahaya Biologis Bahaya Kimia Bahaya Fisika
Makrobiologi; lalat, tikus Cairan pembersih Pecahan kaca
Mikrobiologi; Migrasi pembungkus Logam
Bakteri pathogen Pestisida Batu
Parasit dan protozoa Alergen Kayu
Mycotoksin Logam-logam beracun,
Nitrat, nitrit, dan
komponen N-N-nitroso
PCBS
Plastik
Bagian dari hewan
Residu
Aditif makanan
12
BAB III
PENUTUP
Keamanan pangan merupakan salah satu masalah yang sangat krusial bagi
masyarakat saat ini. Pangan merupakan sumber energi dan berbagai zat gizi untuk
mendukung hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, diperlukan suatu
cara untuk mempertahankan jangka umur pangan yang ternyata mudah rusak, yakni
dengan menambah zat aditif, salah satunya pengawet nipagin. Zat aditif pada makanan
adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu.
Penggunaan nipagin dalam bahan pangan sebenarnya diperbolehkan selama
dalam batas aman. Penggunaan Nipagin dalam bahan pangan menurut Badan Keamanan
Pangan Eropa atau EFSO, aman untuk dipakai dengan batas aman 1000 miligram per
kilogram produk. Begitu pula standar CODEX, batas aman penggunaan nipagin adalah
1000 miligram per kilogram produk. Hanya saja untuk batas pemakaian nipagin sebgai
bahan tambahan pangantergantung peraturan setiap negara .
Untuk menjamin keamanan pangan diterapkan HACCP pada industri makanan
yang telah lama terbukti efektif meningkatkan pengetahuan produsen dan konsumen di
negara-negara maju, tapi belum sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat di negara
berkembang khususnya Indonesia.
13
DAFTAR RUJUKAN
http://www.smallcrab.com/kesehatan/780-apa-saja-bahaya-nipagin
http://www.essentialingredients.com/msds/Nipagin%20A.pdf
http://msds.chem.ox.ac.uk/ME/methyl_p-hydroxybenzoate.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Methylparaben
http://www.iro-taihe.com/091-Methylparaben.html
http://www.entrepreneur.com/tradejournals/article/102090889.html
http://www.chemyq.com/en/xz/xz13/124096cvgrn.htm
http://fun.clariant.com/fun/e2wtools.nsf/lookupDownloads/ESTERS.pdf/$FILE/ESTER
S.pdf
http://seafast.ipb.ac.id/index.php/articles/37-kesehatan/141-nipagin-indomie-layak-
konsumsi
http://www.jakartapress.com/www.php/news/id/16375/Nipagin-pada-Mie-Instan-
Berbahaya.jp
http://seafast.ipb.ac.id/index.php/articles/37-kesehatan/143-status-keamanan-mi-instan-
kasus-nipagin
http://www.google.co.id/#q=HACCP+dalam+industri+mie&hl=id&biw=1280&bih=60
4&sa=2&fp=8533cda2c2f06c54
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/02/pengaruh_penambahan_pengawet.pdf