pengaruh penggunaan alat peraga dakon matematika...

Download PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAKON MATEMATIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33756/1/SKRIPSI... · Peraga Dakon Matematika (Dakota) terhadap Hasil Belajar

If you can't read please download the document

Upload: truongdat

Post on 13-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAKON

MATEMATIKA (DAKOTA) TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas IV SD Negeri Cogreg 01,

Ciseeng Gn. Kapur, Parung Bogor)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

ASEP HIDAYAT

NIM: 1112018300036

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

i

ABSTRAK

ASEP HIDAYAT (NIM: 1112018300036). Pengaruh Penggunaan Alat

Peraga Dakon Matematika (Dakota) terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa. Skripsi. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga

Dakota terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Kelipatan

Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB). Dakota

merupakan salah satu alat peraga matematika untuk materi KPK dan FPB yang

menggabungkan antara permainan tradisional dakon dan pembelajaran

matematika. Dakota memiliki bentuk yang berbeda dengan dakon yang digunakan

sebagai permainan tradisional pada umumnya. Penelitian ini dilaksanakan di SD

Negeri Cogreg 01 tahun ajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan

adalah eksperimen semu (Quasi Exsperimental) dengan rancangan penelitian

Nonequivalent Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas

kelas eksperimen yang berjumlah 37 siswa dan kelas kontrol yang berjumlah 36

siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan

menggunakan alat peraga Dakota memperoleh nilai rata-rata hasil belajar

matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa

yang diajar tanpa menggunakan alat peraga Dakota. Selain itu, berdasarkan hasil

perhitungan uji pengaruh (effect sizes) dengan menggunakan rumus perhitungan

, diperoleh nilai effect sizes (d) sebesar 0,5. Nilai effect sizes yang

diperoleh menginterpretasikan bahwa penggunaan alat peraga Dakota memiliki

pengaruh dalam kategori yang sedang. Dengan demikian, ini menunjukkan

terdapat pengaruh yang baik dari penggunaan alat peraga Dakota terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Cogreg 01.

Kata Kunci: Dakota, Pembelajaran KPK dan FPB, Hasil Belajar Matematika,

Eksperimen Semu.

ii

ABSTRACT

ASEP HIDAYAT (NIM: 1112018300036). Influence Props Dakon

Mathematics (Dakota) for to Result of Students Math. Skripsi. Departement of

Government Elementary School Teacher Education (Primary Education), Faculty

of Tarbiyah and Teaching Science (FITK), State Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta, in 2016.

The purpose of this research is to recognize the effect of the use of props Dakota

on the results of students' mathematics learning on the subject of the Least

Common Multiple (LCM) and the Greatest Common Factor (GCF). Dakota is one

of the props of mathematics for the Least Common Multiple (LCM) and the

Greatest Common Factor (GCF) material that combines traditional game dakon

and learning of mathematics. Dakota has a different shape with dakon used as

traditional games in general. The research is held in SD Negeri Cogreg 01

academic year 2016/2017. The method of research is using by quasi-experimental

with the research design Nonequivalent Control Group Designs. The example in

this research consisted of experimental classes totaling 37 students and control

classes totaling 36 students. The results showed that students which taught using

props Dakota obtain an average value of mathematics learning outcomes are

higher compared with the results of learning math students taught without using

props Dakota. In addition, based on the results of test calculations the effect

(effect sizes) using Cohen's d calculation formula, the value of effect sizes (d) of

0.5. Values obtained interpret has effect sizes that use props Dakota has influence

in the medium category. Thus, it shows that there is a good influence on the use of

props Dakota on learning outcomes mathematics fourth grade students SD Negeri

Cogreg 01.

Keywords: Dakota, Learning LCM and GCF, Results Learning Mathematics,

Quasi-Experimental

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala piji bagi Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, hidayah, serta kuasa-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi

ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta

keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir nanti.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini

penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bimbingan, dukungan, bantuan, dan

kerjasama dengan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhigga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. Khalimi, M.Ag. Beserta staff dan jajarannya.

3. Dosen Pembimbing Akademik (PA), Dindin Ridwanuddin, M.Pd. yang

senantiasa memberikan arahan, saran serta bimbingan.

4. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Tita Khalis Maryati, S.Si., M.Kom. dan Fery

Muhamad Firdaus, M.Pd. yang telah membimbing dan meluangkan waktu,

tenaga serta pikirannya disela-sela kesibukan yang cukup padat untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguuruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalankan

perkuliahan.

6. Kepala SD Negeri Cogreg 01, dewa guru, staff serta siswa-siswi dimana

tempat penulis melaksanakan kegiatan penelitian.

7. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, yang telah

iv

membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman berbagai

literatur yang dibutuhkan.

8. Teristimewa dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan

rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis tercinta Bapak

Muhamad dan Ibu Umsiah, semoga sehat, panjang umur, dan selalu

senantiasa dalam lindungan, karunia, dan kasih sayang-Nya.

9. Kakak yang tak henti-hentinya mendoakan, memberikan dukungan,

semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan pendidikan S1 ini. Teristimewa

untuk Teh Evie, yang dengan sabar membantu penilis dalam menjaga dan

menjalankan usaha.

10. Keponakan, Nabilla Aliya Rahma, M. Zacky Alwan, M. Rizqi Maulana, dan

Sidqia Kahirun Nissa yang senantiasa memberikan canda dan tawa dikala

penulis merasakan kejenuhan.

11. Dewan guru SMK YAPIA Parung yang selalu memberikan semangat kepada

penulis selama menjalankan pendidikan, khususnya kepada: A.Roup Rahman,

M.Pd., Hamdah Jubaedah, S.Pd.I., Nursaidah, S.EI., Cahyadi, S.Si.,MM., Sri

Sumarni, S.Pd., Nia Handayani, S.Pd., Nani Sari Wahyuni, SE., Muchlis

Saeful, SE, dan Budi Wibowo, A.Md.

12. Seluruh kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI) 2012, teristimewa untuk PGMI A12. Semoga tali silaturahmi kita

selalu terjalin dengan baik.

13. Seluruh reseler/downline Asep Celuller, yang telah setia bergabung dan

bekerjasama hingga saat ini.

14. Sahabat. Zezen Syukrillah, Andrey, Didit Andriyan, Abdul Hakim, Tita

Nurlita Sari, Yuliyana, Junaedi, dan Hans Hermawan yang senantiasa

memberikan semangat, saran, serta canda dan tawa disetiap kesempatan.

Semoga tali persahabatan dan silatuhrami kita selalu terjalin dengan baik.

Sehat, semangat, dan sukses juga untuk kalian.

Hanya untaian doa yang dapat penulis panjatkan kehadirat-Nya, semoga

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini selalu

v

diberikan kesehatan, umur yang panjang, kelancaran, serta selalu dalam lindungan

dan karunia-Nya dalam menjalankan kegala aktivitas.Aamiin.

Akhir kata, besar harapan penulis semga skripsi ini dapat memberikan

manfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umunya.

Jakarta, Oktober 2016

Penulis

Asep Hidayat

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Kajian Teori tentang Alat Peraga .............................................. 7

a. Pengertian Alat Peraga ............................................................. 7

b. Permainan Tradisional Dakon ................................................. 10

c. Konsep KPK dan FPB ............................................................. 13

2. Kajian Teori tentang Hasil Belajar Matematika ..................... 15

a. Pembelajaran Matematika di Jenjang Pendidikan Dasar ......... 15

b. Pengertian dan Karakteristik Matematika ............................... 17

c. Hasil Belajar Matematika ........................................................ 21

B. Hasil Penelitian Relevan ................................................................. 29

C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 31

D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 33

vii

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 34

B. Metode Penelitian ............................................................................ 34

C. Variabel Penelitian .......................................................................... 35

D. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36

F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 36

1. Instrumen Tes ............................................................................... 36

2. Instrumen Non Tes ....................................................................... 38

G. Analisis Instrumen .......................................................................... 38

1. Uji Validitas .................................................................................. 39

2. Reliabilitas Instrumen ................................................................... 40

3. Taraf Kesukaran Soal ................................................................... 41

4. Daya Beda Soal ............................................................................ 42

H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 45

1. Analisis Data Tes ........................................................................ 45

a. Pengujian Prasyarat Analisis Data ........................................... 45

1) Uji Normalitas ..................................................................... 45

2) Uji Homogenitas ................................................................. 47

b. Pengujian Hipotesis ................................................................. 48

2. Uji Pengaruh (Effect Sizes) ........................................................ 50

3. Analisis Data Non Tes ................................................................ 51

I. Hipotesis Statistik ............................................................................ 51

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ................................................................................. 52

1. Hasil Belajar Matematika Pre test ................................................ 52

2. Hasil Belajar Matematika Post test .............................................. 52

3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Matematika ............................... 53

a. Hasil Pre test dan Post test ...................................................... 53

b. Kemampuan Jenjang Kognitif ................................................. 54

viii

B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Data Pre Test .............................................................................. 55

a. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................... 55

1) Normalitas ........................................................................... 55

a) Kelas Eksperimen ........................................................... 55

b) Kelas Kontrol ................................................................. 56

2) Homogenitas ....................................................................... 56

b. Pengujian Hipotesis Data Pre Test .......................................... 57

2. Data Post Test .............................................................................. 57

a. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................... 57

1) Normalitas ........................................................................... 57

a) Kelas Eksperimen ........................................................... 57

b) Kelas Kontrol ................................................................. 58

2) Homogenitas ....................................................................... 58

b. Pengujian Hipotesis Data Post Test ......................................... 59

c. Uji Pengaruh (Effect Sizes) ...................................................... 59

d. Hasil Angket Respon Siswa ..................................................... 60

C. Hasil dan Pembahasan terhadap Temuan Penelitian .................. 61

1. Hasil Belajar Matematika Materi KPK dan FPB ......................... 61

2. Desain Alat Peraga Dakota ........................................................... 62

3. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Peraga Dakota ............ 67

4. Hasil Belajar ditinjau dari Jenjang Kognitif ................................. 74

5. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 77

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 79

B. Saran .................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian ....................................................... 35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Intrumen .......................................................................... 37

Tabel 3.3 Validitas Soal ................................................................................ 40

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Reliabilitas Instrumen .................................. 41

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran Soal .................................................... 42

Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes .................................... 42

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda .......................................... 43

Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Beda Soal ............................................................. 44

Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes Hasil Belajar

Matematika Siswa ........................................................................ 44

Tabel 3.10 Interpretasi Nilai Effect Sizes ........................................................ 50

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pre test Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ................................................................................ 52

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Post test Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ......................................................................... 53

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pre test dan Post test Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ......................................................................... 54

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pre test .............. 56

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Pre test ............................... 56

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis (Uji T) Pre Test ........................ 57

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Post Test ............ 58

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Post Test ............................ 58

Tabel 4.9 HasilPerhitungan Uji Hipotesis (Uji T) Post Test ........................ 59

Tabel 4.10 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Penggunaan

Alat Peraga Dakota ....................................................................... 60

Tabel 4.11 Rata-rata Hasil Belajar Matematika Siswa ................................... 61

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anak-anak yang sedang Bermain Dakon ................................... 11

Gambar 2.2 Papan dan Biji Dakon pada Umumnya ...................................... 12

Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir .......................................................... 32

Gambar 4.1 Diagram Hasil Pre test dan Post test Jenjang Kognitif

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................ 54

Gambar 4.2 Papan Dakota Tampak Luar ....................................................... 62

Gambar 4.3 Papan Dakota Tampak Dalam .................................................... 63

Gambar 4.4 Biji Dakon .................................................................................. 63

Gambar 4.5 Siswa Menggali Informasi Materi yang dipelajari

secara Individu ........................................................................... 68

Gambar 4.6 Siswa Berlatih Menggunakan Alat Peraga Dakota .................... 69

Gambar 4.7 Contoh Hasil Kerja Individu (LKS) ........................................... 69

Gambar 4.8 Perwakilan Siswa Mengerjakan Soal di depan Kelas ................ 70

Gambar 4.9 Contoh Hasil Jawaban Siswa Materi

Kelipatan Persekutuan (1) .......................................................... 71

Gambar 4.10 Contoh Hasil Jawaban Siswa Materi

Kelipatan Persekutuan (2) .......................................................... 72

Gambar 4.11 Contoh Hasil Jawaban Siswa Menentukan KPK ....................... 72

Gambar 4.12 Contoh Hasil Jawaban Siswa Materi

Faktor Suatu Bilangan ................................................................ 73

Gambar 4.13 Contoh Hasil Jawaban Siswa Materi

Faktor Persekutuan ..................................................................... 73

Gambar 4.14 Contoh Hasil Jawaban Siswa Materi Menentukan FPB ............ 74

Gambar 4.15 Bentuk Soal Jenjang C1 ............................................................. 75

Gambar 4.16 Bentuk Soal Jenjang C2 ............................................................. 75

Gambar 4.17 Bentuk Soal Jenjang C3 ............................................................. 76

Gambar 4.18 Bentuk Soal Jenjang C4 ............................................................. 77

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol

Lampiran 9 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV

Sebelum Uji Validitas

Lampiran 10 Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV Sebelum

Uji Validitas

Lampiran 11 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV

Sebelum Uji Validitas

Lampiran 12 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV

Setelah Uji Validitas

Lampiran 13 Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV Setelah

Uji Validitas

Lampiran 14 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV

Setelah Uji Validitas

Lampiran 15 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV Pre

test dan Post test

Lampiran 16 Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV Pre test

dan Post test

Lampiran 17 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar Matematika Kelas IV

Pre test dan Post test

Lampiran 18 Hasil Perhitungan Uji Validitas

Lampiran 19 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas

Lampiran 20 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda

xii

Lampiran 21 Hasil Perhitungan Uji Taraf Kesukaran

Lampiran 22 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Instrumen

Lampiran 23 Daftar Nilai Pre test Kelas Eksperimen

Lampiran 24 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

Lampiran 25 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Lampiran 26 Daftar Nilai Pre test Kelas Kontrol

Lampiran 27 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol

Lampiran 28 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol

Lampiran 29 Perhitungan Uji Homogenitas Pre test

Lampiran 30 Perhitungan Uji T Pre test

Lampiran 31 Rekapitulasi Perhitungan Jenjang Kognitif Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol (Pre test)

Lampiran 32 Daftar Nilai Post test Kelas Eksperimen

Lampiran 33 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

Lampiran 34 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Lampiran 35 Daftar Nilai Post test Kelas Kontrol

Lampiran 36 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol

Lampiran 37 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol

Lampiran 38 Perhitungan Uji Homogenitas Post test

Lampiran 39 Perhitungan Uji T Post test

Lampiran 40 Perhitungan Uji Pengaruh (Effect sizes)

Lampiran 41 Rekapitulasi Perhitungan Jenjang Kognitif Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol (Post test)

Lampiran 42 Angket Respon Siswa

Lampiran 43 Rekapitulasi Angket Siswa

Lampiran 44 Uji Referensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata

pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan,

mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika

diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.1 Hal ini dilakukan untuk

membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,

dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pentingnya mempelajari matematika

ini juga dapat terliat dari jumlah alokasi waktu jam pelajarannya yang lebih

banyak jika dibandingkan dengan bidang studi lain.

Matematika mempelajari kajian yang abstrak atau objek dari matematika

adalah benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak, dalam hal ini dapat diartikan

bahwa objek matematika tidak mudah diamati dan dipahami dengan panca indera.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika matematika tidak mudah dipahami

oleh sebagian siswa, khususnya siswa tingkat sekolah dasar (MI/SD).2 Hal ini

dikarenakan siswa usia MI/SD umumnya masih berada pada tingkat operasional

konkrit artinya siswa belum mampu berpikir secara formal.

Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, seorang guru harus mampu

menemukan cara terbaik dalam menyampaikan konsep matematika yang

diajarknnya. Namun, kenyataannya hingga saat ini masih ada guru yang

memberikan konsep-konsep matematika sesuai jalan pikirannya, tanpa

memperhatikan bahwa jalan pikiran siswa berbeda dengan jalan pikiran orang

dewasa dalam memahami konsep matematika yang abstrak. Selain itu, cara guru

dalam menyampaikannya pun masih menggunakan metode ceramah konvensional

1Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,

2013), edisi pertama, h.183 2Siti Annisah, Alat Peraga Pembelajaran Matematika, Jurnal Tarbawiyah Vol. 11 No.1

Edisi Januari-Juli 2014.h.1

(http://stainmetro.ac.id/e-journal/index.php/tarbawiyah/article/view/297/283)

2

dan tidak menggunakan alat peraga dengan sejumlah alasannya. Keadaan seperti

ini diindikasikan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil

belajar matematika siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan wali kelas yang

dilakukan peneliti terkait pembelajaran dan hasil belajar matematika kelas IV di

SD Negeri Cogreg 01 pada hari Selasa, 01 Desember 2015 diperoleh informasi

sebagai berikut: Pertama, proses pembelajaran matematika masih berlangsung

secara klasikal, dimana guru menyampaikan materi dengan model pembelajaran

langsung (direct instruction) sehingga guru lebih berperan aktif dalam proses

pembelajran, sedangkan siswa hanya menerima informasi yang disampaikan guru,

sehingga siswa bersifat pasif yang menimbulkan rasa jenuh dan bosan dalam diri

siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Kedua, guru tidak menggunakan

media/alat peraga dalam proses pembelajaran, khususnya pada pokok pembahasan

KPK dan FPB guru hanya mengajarkan dengan cara-cara yang sudah ada

sebelumnya, ini mengakibatkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan

oleh guru dengan baik serta tidak adanya interaksi antar siswa selam proses

pembelajaran. Ketiga, masih terdapt siswa yang menganggap mata pelajaran

matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, rumit, banyak hafalan rumus dan

membosankan. Keempat, nilai/hasil belajar matematika masih rendah, ini dapat

dilihat dari hasil ulangan harian siswa yang masih di bawah nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 60. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di SD Negeri

Cogreg 01 perlu adanya evaluasi guna meningkakan hasil belajar matematika

siswa.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas yakni

dengan menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga ini bertujuan untuk

mengkongkritkan hal yang masih abstrak pada benak siswa, sehinga dapat dengan

mudah diterima siswa. Ini sejalan dengan pendapat Yunus (1942:78) dalam

bukunya yang dikutip oleh Azhar Arsyad

mengungkapkan, Bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya

bagi indera dan lebih dapat lebih menjamin pemahaman, orang yang

3

mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamanya dan lamanya bertahan

apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat

dan mendengarnya.3 Selain itu, berdasarkan kerucut pengalaman (Cone of

Experience) Edgar Dale pemerolehan hasil belajar pengalaman langsung oleh

siswa (what they do) memiliki presentease sebesar 90%.4 Hal ini juga di kuatkan

dengan pendapat yang diungkapkan oleh James L. Mursell yang menyatakan

bahwa belajar yang sukses (successful learning) adalah belajar dengan mengalami

sendiri.5

Salah satu alternatif alat peraga yang dapat digunakan dalam pengajaran

Kelipatan Perskutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

adalah dengan menggunakan alat peraga Dakon Matematika (Dakota). Dakota

adalah suatu inovasi baru sebagai alat peraga dalam pembelajaran matematika.

Alat peraga ini pertama kali dibuat dan digunakan oleh Slamet, salah seorang

pengajar di SD Negeri Tuyuhan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang, Jawa

Tengah dalam mengajarkan materi KPK dan FPB.6

Dakota merupakan salah satu alat peraga yang menggabungkan antara

permainan tradisional dan pembelajaran matematika. Sehingga diharapkan selain

mampu menjadi alat peraga dalam pembelajaran matematika yang menyenangkan

dan dapat meningkatkan penguasaan materi siswa pada pokok bahasan KPK dan

FPB, alat peraga Dakota juga diharapkan mampu melestarikan salah satu

permainan tradisional Indonesia yaitu dakon.

Penggunaan alat peraga Dakota dalam proses pembelajaran matematika

diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada

pokok bahasan KPK dan FPB serta membuat proses pembelajaran menjadi

menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik

3Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet.13, h.16

4Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru,(Jakarta: Gaung Persada,

2012), h.19 5Ibid.

6Hendriyo Widi, Ketika Dakon Menjadi Alat Peraga Matematika..., Harian Kompas,

Selasa, 14 Oktober 2008.

(http://nasional.kompas.com/read/2008/10/14/1730049/ketika.dakon.menjadi.alat.peraga

.matematika...)

http://nasional.kompas.com/read/2008/10/14/1730049/ketika.dakon.menjadi.alat.peraga.matematikahttp://nasional.kompas.com/read/2008/10/14/1730049/ketika.dakon.menjadi.alat.peraga.matematika

4

untuk membahas lebih lanjut penelitian tentang dakon matematika (Dakota) yang

berjudul: PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAKON

MATEMATIKA (DAKOTA) TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA, (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas IV SD Negeri

Cogreg 01, Ciseeng Gn. Kapur, Parung Bogor).

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang masalah yang telah peneliti utarakan di atas, maka

masalah yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Guru masih menerapkan pembelajaran yang klasikal (Teacher Center).

2. Siswa masih menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit, rumit,

dan banyak hafalan rumus.

3. Hasil belajar matematika siswa rendah atau masih di bawah nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) pada pokok bahasan KPK dan FPB.

4. Guru tidak menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika

pokok bahasan KPK dan FPB.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi, serta keterbatasan waktu

dan kemampuan yang dimiliki, maka perlu dibuat batasan masalah. Oleh karena

itu, peneliti membatasi pada masalah:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Cogreg 01.

2. Alat peraga yang digunakan adalah Dakon Matematika (Dakota) KPK dan FPB

yang dibuat dan dirancang sendiri oleh peneliti.

3. Materi pembahasan mengenai pokok bahasan Kelipatan Persekutuan Terkecil

(KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB).

4. Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif, yaitu

setelah siswa diberikan pembelajaran dengan alat peraga Dakota kemudian

siswa diberikan tes yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

matematika pada pokok bahasan KPK dan FPB. Aspek kognitif yang peneliti

5

gunakan yaitu pada tingkatan C1 (mengingat), C2 (memahami), C3

(menerapkan), dan C4 (menganalisis).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah

yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan alat peraga Dakota

lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar

tanpa menggunakan alat peraga Dakota?

2. Apakah alat peraga Dakota berpengaruh secara signifikan terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Cogreg 01 pada pokok bahasan

KPK dan FPB?

3. Bagaimana respon siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga dakota?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan

menggunakan alat peraga Dakota dan tanpa menggunakan alat peraga Dakota.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga Dakota terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas IV SD Negeri Cogreg 01 khususnya pada pokok

bahasan KPK dan FPB.

3. Mengetahui respon siswa setelah melaksanakan pembelajaran matematika

dengan menggunakan alat peraga Dakota.

F. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kontribusi bagi berbagai pihak, antara lain:

6

1. Bagi Siswa

Diharapkan dapat memotivasi dan mengatasi kejenuhan serta kepasifan siswa

dalam proses belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika

khususnya pada pokok bahasan KPK dan FPB.

2. Bagi Guru

Diharapkan menjadi acuan dan alternatif mengenai penggunaan alat peraga

dalam pembelajaran matematika, serta menjadikan pembelajaran matematika

lebih efektif dan menyenangkan.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan akan memberikan sumbangan saran yang baik pada sekolah tempat

penelitian khususnya dan sekolah lain pada umumnya, dalam rangka

meningkatkan mutu pengajaran matematika.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan

kontribusi bagi semua kalangan yang peduli terhadap dunia pendidikan,

terutama pada mata pelajaran matematika. Serta dapat dijadikan sebagai salah

satu kajian yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dan mendalam.

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

Terdapat beberapa teori yang akan dibahas pada bagian kajian teoretis ini,

diantaranya: kajian teori tentang alat peraga dan kajian teori tentang hasil belajar

matematika.

1. Kajian Teori tentang Alat Peraga

Dalam kajian teori tentang alat peraga akan dibahas beberapa pengertian,

diantaranya: Pengertian alat peraga, permainan tradisional dakon, dan konsep

KPK dan FPB.

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan

sebagai semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati). Oleh

karena itu, istilah media perlu dipahami terlebih dahulu sebelum dibahas lebih

lanjut mengenai alat peraga.

Kata media sendiri berasal dari bahsa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, atau penyalur. 7

Dalam Bahasa Arab, media disebut bentuk dari yakni

sinonim al-wasth yang artinya tengah. Kata tengah itu sendiri berarti berada

di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara (wasilah) atau

mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa juga

disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau

menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari sisi ke sisi lainnya.8

Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi

belajar atau penyalur pesan. Gerlach dan Ely (1971) menyatakan bahwa media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

7Rostina Sudayana, Media Pembelajaran Matematika (untuk guru, calon guru, orang tua,

dan pencinta matematika), (Bandung: Alfabeta, 2013),h.4 8Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru,(Jakarta: Gaung Persada,

2012), h.6

8

keterampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru, buku teks dan

lingkungan sekolah merupakan media.9 Secara lebih khusus, pengertian media

dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual atau verbal.

Batasan mengenai media telah pula dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya sebagai berikut:10

1) AECT (Associattion of Education and Communication Technology, 1977),

media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi.

2) Hamidjojo dalam Latuheru (1993), media sebagai semua bentuk perantara

yang digunakan oleh manusia untuk meyampaikan atau menyebar ide,

gagasan atau pendapat.

3) National Education Association (dalam Sadiman, dkk., 1986), media

sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik terletak maupun audio-visual dan

peralatannya.

Adapun alat peraga merupakan bagian dari media pendidikan. Yang

dimaksud dengan alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan segala

macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran.11

Menurut Estiningsih dan Iswadji yang dikutip oleh Pujiati mengungkapkan

bahwa alat peraga merupakan media pelajaran yang mengandung atau

membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari serta dapat pula diartikan sebagai

suatu perangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun

secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau

mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.12

Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep,

agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari.

9Sudayana, loc.cit.

10Ibid,. h.4-5

11Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.9

12Pujiati, Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP, (Yogyakarta:

Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika, 2004), h. 3

9

Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai

pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep.

Dalam memahami konsep matematika yang abstrak, anak memerlukan

alat peraga seperti benda-benda konkret (rill ) sebagai perantara atau

visualisasinya. Dalam pembelajaran matematika, penggunaan alat peraga juga

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suherman yang mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika kita

sering menggunakan alat peraga, dengan menggunakan alat peraga, maka:13

1) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama

siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan

karena itu akan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.

2) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena itu

lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-

tingkat yang lebih rendah.

3) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam

sekitar akan lebih dapat dipahami.

4) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam

bentuk model matematik yang dapat dipakai sebagai objek penelitian

maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi

bertambah banyak.

Dari uraian yang telah diuangkapkan di atas, maka dapat disimpulkan

mahwa alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran dan merupakan

alat bantu yang dapat membantu dalam memperjelas penyampaian konsep

sebagai perantara atau visualisai suatu pelajaran, sehingga siswa dapat

memahami konsep abstrak dengan bantuan benda-benda konkret. Dengan

menggunakan alat peraga konkrit diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi

dalam belajar, apalagi bila alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran

13

Siti Anisah, Alat Peraga Pembelajaran Matematika,Jurnal Tarbawiyah Vol.11 No.1 Edisi

Januari-Juli 2014, h. 3-4

(http://stainmetro.ac.id/e-journal/index.php/tarbawiyah/article/view/297/283)

http://stainmetro.ac.id/e-journal/index.php/tarbawiyah/article/view/297/283

10

dibuat dan dirancang semenarik mungkin tanpa menghilangkan fungsi dan

tujuan utamanya.

Dalam buku Media Pembelajaran Matematika (untuk guru, calon guru,

orang tua, dan para pencita matematika) karangan Sudayana, untuk membuat

alat peraga harus memenuhi persyaratan, antara lain:

1) Tahan lama.

2) Bentuk dan warnanya menarik.

3) Sederhana dan mudah dikelola.

4) Ukurannya sesuai.

5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real,

gambar, atau diagram.

6) Sesuai dengan konsep matematika.

7) Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya.

8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir

abstrak bagi siswa.

9) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi

alat peraga.

10) Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak).

b. Permaianan Tradisional Dakon

Indonesia memiliki banyak beragam permaian tardisional, salah satunya

adalah dakon. Dakon atau yang lebih familiar dengan sebutan congklak adalah

perminan tradisional yang jumlah pemainnya hanya dua orang.

Permainan dakon atau congklak dipercayai berasal dari Arab atau Afrika,

tergantung pada teori mana yang dipercayai. Bagaimanapun teori-teori yang

berkembang, kenyataanya bukti permaian yang paling tua ditemukan di Jordan,

Timur Tengah. Hal ini berdasarkan dari penemuan arkeologi yang menemukan

sebuah benda kuno berupa kepingan batu kapur yang berbentuk seperti papan

yang mirip dengan papan congklak seperti sekarang, bukti ini diperkirakan

sudah berusia 5000 SM.14

Dari Timur Tengah, permainan ini tersebar ke Afrika

dan Asia, penyebaran permaian ini di Asia dilakukan melalui para pedagang

14

Bimbingan, http://www.bimbingan.org/asal-usul-congklak.htm

11

Arab. Khusus di Asia Tenggara, permaian ini berkembang dari Malaka,

mengingat wilayah ini merupakan pusat perdagangan pada zaman dahulu.15

Zaman dahulu hanya orang istana yang bisa memainkan permainan ini.

Mereka menggunakan papan dengan ukiran berwarna merah. Namun, bagi

rakyat biasa yang juga ingin memainkan permainan ini harus

mencongkel/menggali dahulu tanah hingga membentuk lubang-lubang

menyerupai papan congklak. Sedangkan biji congklak bisa diganti dengan biji

buah-buahan atau batu kerikil.16

Dakon atau congklak memiliki berbagai macam sebutan diberbagai

macam daerah di Indonesia. Di Sumatera permainan ini kebanyakan dikenal

sebagai congkak. Di jawa, permainan ini dikenal sebagai congklak, dakon,

dhakon atau dhakonan. Di Lampung, permaian ini disebut dentuman lamban.

Di Sulawasi, permainan ini disebut sebagai mokaotan, maggaleceng,

aggalacang dan nogatara.17

Dakon atau congklak dimainkan secara berpasangan saling berhadapan

dengan papan dakon berada diantara pemain. Sebagaimana tampak pada

gambar berikut.

Gambar 2.1

Anak-anak yang sedang Bermain Dakon

15

Anak Bawang, Dakon/Congklak,(http://www.anakbawangsolo.org/2015/02/dakon.html#) 16

Bimbingan, op. cit., 17

Rizki Novri, (http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/571/jbptunikompp-gdl-rizkinovri-28506-

10-unikom r-i.pdf)

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/571/jbptunikompp-gdl-rizkinovri-28506-10-unikomhttp://elib.unikom.ac.id/files/disk1/571/jbptunikompp-gdl-rizkinovri-28506-10-unikom

12

Setiap pemain memiliki lubang penampung atau yang disebut

lumbung. dan beberapa lubang kecil (sawah). Ada tiga versi permainan dakon,

yaitu dakon dengan 10 lubang, 12 lubang, dan 16 lubang. Untuk dakon 10

lubang, maka akan digunakan 32 biji yang akan dibagikan secara adil pada

semua lubang kecil (yaitu 4 biji untuk setiap lubang kecil). Untuk dakon 12

lubang, maka akan digunakan 50 biji yang akan dibagikan secara adil pada

semua lubang kecil (yaitu 5 biji untuk setiap lubang kecil. Sedangkan untuk

dakon 16 lubang, maka akan digunakan 98 biji yang akan dibagikan secara adil

pada semua lubang kecil (yaitu 7 biji untuk setiap lubang kecil).18

Umumnya

papan dakon terbuat dari kayu atau plastik, sedangkan bijinya terbuat dari

cangkang kerang, biji -bijian (biji sawo), batu-batuan, kelereng atau plastik.

Sebagaimana tampak pada gambar berikut.

Gambar 2.2

Papan dan Biji Dakon pada Umumnya

Permaian dakon/congklak yang umumnya dimainkan oleh dua orang ini

memiliki tata cara atau aturan dalam bermainnya. Berikut tata cara dan aturan

dalam bermain congklak/dakon:19

18

Ariyadi Wijaya, Manfaat Permainan Tradisional untuk PMRI,

(httpstaff.uny.ac.idsitesdefaultfilespengabdianariyadi-wijaya-mscwijayaseminar-dan-workshop-

pmri-usd-2009manfaat-permainan-tradisional-untuk-pmri.pdf), h.7 19

Anak Bawang

13

Kedua pemain saling berhadapan. Dhakon diletakkan di antara keduanya.

Setiap sawah diisi dengan 7 biji dhakon (bisa kerikil, biji sawo atau biji buah

asam). Lumbung masing-masing pemain berada di sebelah kanan pemain.

Pemaian pertama mengambil biji di sawah yang dipilihnya. Kemudian

meletakkannya satu persatu biji dhakon ke setiap sawah yang dilewatinya dan

juga lumbungnya sendiri.

Aturan jalan: jika biji di tangan sudah habis dan di sawah terakhir masih

terdapat biji, maka pemain tetap melanjutkan. Semua biji di sawah terakhir itu

diambil dan dibagikan satu persatu kembali. Jika biji terakhir jatuh pada sawah

yang kosong di sawah lawan, maka pemain harus berhenti dan giliran pemain

lawan yang berjalan. Namun, jika biji terakhir jatuh pada sawahnya sendiri,

dan sawah di depannya berisi biji, maka biji itu berhak dimasukkan ke dalam

lumbungnya.

Permainan dilanjutkan hingga semua biji habis tersimpan di lumbungnya

masing-masing. Permainan berhenti karena tidak ada lagi biji yang bisa

diambil dari sawah. Pemenang ditentukan dengan menghitung jumlah biji yang

diperoleh. Siapa yang mendapat biji terbanyak, dialah pemenangnya.

Dakon yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan dakon pada

umumnya yang digunakan sebagai alat permainan tradisional. Dakon yang

digunakan merupakan hasil modifikasi yang menggabungkan permainan

tradisional dakon dengan pembelajaran matematika yang diberi nama Dakon

Matematika (Dakota) KPK dan FPB.

c. Konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan

Terbesar (FPB)

Bila A = B x C maka A merupakan kelipatan dari B, juga A merupakan

kelipatan dari C. Apakah A merupakan kelipatan A dan 1? Benar, sebab A = 1

x A atau A = A X 1.

Himpunan bilangan A adalah himpunan yang bilangan terkecilnya adalah

A dan bilangan-bilangan berikutnya diperoleh dengan cara menambahkan A

kepada bilngan sebelumnya, atau diperoleh dengan cara mengalikan A dengan

bilngan secara berurutan. Sehingga bilangan kelipatan A adalah {A, 2A, 3A,

14

4A, ...}. A bilangan ke-1, 2A bilangan ke-2, 3A bilangan ke-3, 4A bilangan ke-

4, 5A bilngan ke-5, dan seterusnya.20

Kelipatan persekutuan adalah himpunan irisan dari himpunan-himpunan

kelipatan. Secara umum dapat dikatakan bahwa jika A dan B merupakan dua

himpunan kelipatan dari dua bilangan yang berbeda, maka irisan anatara A dan

B, merupakan himpunan kelipatan persekutuan dari A dan B. Contohnya:

himpunan kelipatan A (2) = {2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20,....}, dan

himpunan B (4) = {4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, .....}, maka himpunan

kelipatan persekutuan atau irisan dari himpunan kelipatan A dan B = {4, 8, 12,

16, dan 20}.

Diantara persekutuan tersebut terdapat anggota persekutuan terkecil yang

disebut Kelipatan Persekutuan Terkecil.21

Dengan demikian 4 KPK dari 2 dan

4.

Secara umum dapat dikatakan, jika P merupakan himpunan kelipatan

persekutuan, maka anggota terkecil dari P disebut KPK.22

Faktor suatu bilangan adalah himpunan bilangan-bilangan yang habis

membagi bilangan tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

Zacky memiliki 10 buah kelereng. Zacky akan menyimpan kelereng ke

dalam beberapa kotak, dengan syarat setiap kotak berisi kelereng dengan

jumlah yang sama. Dapat disimpan ke dalam berapa kotak saja kelereng

tersebut?

Penyelesaiannya sebagai berikut:

Jika tersedia 1 kotak, maka kelereng yang dapat disimpan ada 10 buah.

Jika tersedia 2 kotak, maka kelereng yang dapat disimpan ada 5 buah.

Jika tersedia 5 kotak, maka kelereng yang dapat disimpan ada 2 buah.

Jika tersedia 10 kotak, maka kelereng yang dapat disimpan ada 1 buah.

20

Tatang Herman, dkk., Pendidikan Matematika 1, (Bandung: UPI Press, 2007), h.106 21

Nahrowi Adjie dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, (Bandung: UPI Press,

2006), h.207 22

Herman, op.cit., h.107

15

Jadi, banyaknya kotak yang dapat menyimpan 10 kelereng dengan

jumlah yang sama adalah 1, 2, 5, dan 10, yang merupakan bilangan-bilangan

yang habis membagi 10.

Apabila A adalah himpunan faktor dari 18, dan B adalah himpunan

faktor dari 24. Maka; A = {1, 2, 3, 6, 9, 18}, dan B = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}.23

Maka himpunan faktor persekutuan dari A dan B adalah irisan dari himpunan

faktor dari A dan B = {1, 2, 3, 6}.

Dari himpunan faktor persekutuan di atas, 6 merupakan faktor

persekutuan terbesar (FPB), maka 6 disebut FPB dari 18 dan 24. Sehingga

dapat dikatakan apabila A dan B adalah himpunan faktor-faktor dua buah

bilangan, maka FPB dari A dan B adalah anggota terbesar dari himpunan

sekutu A dan B.

2. Kajian Teori tentang Hasil Belajar Matematika

Dalam kajian teori tentang hasil belajar matematika yang akan dibahas

diantaranya: pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar, pengertian

dan karakteristik matematika dan hasil belajar matematika.

a. Pembelajaran Matematika di Jenjang Pendidikan Dasar

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.24

Anak-anak MI/SD adalah anak yang pada umumnya berada pada kisaran

usia 7-12 tahun. Menurut Peaget, anak pada usia ini masih berada pada tahap

berpikir operasional konkret, artinya bahwa siswa-siswi MI/SD belum bisa

23

Rosadi Lukman dan Dadan Hamdana, Pendidikan Matematika 1, (Jakarta: Departemen

Agama RI, 1998), h.240 24

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,

2013). Edisi pertama, h. 183

16

berfikir formal dan abstrak.25

Karena keabstrakannya matematika relatif tidak

mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya.26

Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat

bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan

disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh

siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret,

semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.27

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006

dikemukakan bahwa, mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:28

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar kosep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

25

Esti Yuli Widayati, dkk. Pembelajaran Matematika MI Learning Assistence Program for

Islamic School Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (LAPIS PGMI), (Surabaya: Aprinta, 2009),

edisi pertama, paket 1, h. 8 26

Susanto, op. cit., h.184 27

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2012), cetakan keempat, h. 1-2 28

A. Saepul Hamdani, dkk. Matematika 1 Learning Assistence Program for Islamic School

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (LAPIS PGMI), (Surabaya: Depag RI, 2008), Edisi

Pertama, Paket 3, h.9-10

17

Adapun pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki ciri-ciri

tersendiri, diantaranya:29

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

2) Pembelajaran matematika bertahap

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Berdasarkan tujuan dan ciri-ciri pembelajaran matematika di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika ditingkat

sekolah dasar harus bisa mengembangkan kemampuan bernalar melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat komunikasi

melalui tabel, grafik diagram, simbol dan model (alat peraga) dalam

menjelaskan gagasan. Pada pembelajaran matematika harus terdapat

keterkaitan anatara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan topik yang

akan diajarkan. Dalam matematika, setiap topik berkaitan dengan topik lain,

dan suatu topik menjadi prasyarat bagi topik lain.

b. Pengertian dan Karakteristik Matematika

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata

pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya

diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.

Perkataan ini asal katanya bahasa Yunani kuno mathema, yang berarti

pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dari kata

teknisnya menjadi pengkajian matematika.30

Kata mathematike berhubungan

pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu matein atau mathenein yang

artinya belajar (berpikir). Kata matrmatika juga diduga erat hubungannya

dengan kata dari Bahasa Sansekerta, atau widya yang berarti

29

Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI, 2006), h.25-26 30

Afidah dan Khairunnisa, Matematika Dasar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014),

h.ix

18

kepandaian, ketahuan, atau intelegensia.31

Jadi, berdasarkan asal katanya, maka

perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir

(bernalar).

Terdapat beberapa definisi matematika yang dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya:

Soedjadi, matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada

kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.32

H. W. Fowler, berpendapat mengenai hakekat matematika yaitu

Matematika

adalah ilmu abstrak mengenai ruang dan bilangan.33

Marshal Walker, mathematics maybe defined as the study of abstract

matematika dapat didefinisikan sebagai

studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya.34

Beberapa pengertian matematika yang dikemukakan di atas berfokus

pada tinjauan pembuat pengertian itu. Hal ini dikemukakan dengan maksud

agar dapat menangkap dengan mudah keseluruhan pandangan para ahli

matematika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu

pengetahuan yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak, mulai

dari konsep yang paling sederhana hingga konsep yang paling kompleks yang

kemudian diberi simbol-simbol, tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan

sistematis serta menggunakan penalaran deduktif.

Walaupun tidak ada deinisi tunggal yang disepakati, matematika

memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus yang terdapat pada pengertian

matematika. Karakteristik matematika dalam Hamdani, dkk.35

terdiri atas:

31

Wahyudi Kriswandani, Pengembangan Pembelajaran Matematika SD unit 1,

(http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2479/10/BOOK_Wahyudi-

Kriswandani_Pengembangan%20pembelajaran%20matematika%20SD_unit%201.pdf) 32

Heruman, loc. cit. 33

Rostina Sudayana, Media Pembelajaran Matematika (untuk guru, calon guru, orang tua

dan pencinta matematika), (Bandung: Alfabeta, 2013), h.2-3 34

Ibid., 35

A. Saepul Hamdani, dkk. op. cit., paket 2, h. 6-11

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2479/10/BOOK

19

1) Matematika memiliki objek kajian abstrak

Objek dasar yang dipelajari matematika merupakan sesuatu yang

abstrak, sering juga disebut obyek mental objek-objek itu merupakan

objek pikiran. Objek dasar itu meliputi :

a) Fakta, berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol

tertentu. Contohnya: simbol 3 secara umum sudah dipahami

sebagai bilangan tiga.

b) Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.

c) Prinsip, adalah objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat

terdiri dari atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan

oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana prinsip dapatlah

dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek

dasar matematika.

2) Matematika bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat

penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep

primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar

dalam pembuktian, sedangkan konsep primitif diperlukan untuk

menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian. Aksioma juga

disebut sebagai postulat (sekarang) atau pernyataan pangkal

(pernyataan yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan). Konsep

primitif yang juga disebut sebagai undefined term atau pengertian

pangkal yaitu unsur yang tidak perlu didefinisikan. Contohnya :

lambang bilangan yang digunakan sekarang: 1, 2, 3, dan seterusnya,

merupakan contoh sebuah kesepakatan dalam matematika. Siswa-

siswi tidak sadar menerima kesepakatan itu ketika mulai mempelajari

tentang angka atau bilangan. termasuk pula penggunaan kata satu

untuk lambang 1 atau sama dengan untuk =, juga merupakan

kesepakatan.

20

3) Matematika berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagai

pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan

dan diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Contohnya: seorang

siswa telah memahami konsep lingkaran. Ketika berada di dalam

dapur siswa dapat menggolongkan peralatan dapur yang berbentuk

lingkaran dan yang bukan.

4) Simbol dalam matematika kosong dari arti

Dalam matematika terlihat dengan jelas banyak simbol yang

digunakan, baik simbol yang berupa huruf ataupun bukan huruf.

Rangkaian simbol dalam matematika dapat membentuk model

matematika. Model matematika dapat berupa persamaan,

pertidaksamaan, bangun geometrik, dan sebagainya. Contoh simbol

yang kosong dari arti adalah huruf-huruf yang dipergunakan dalam

model persamaan x + y = z belum tentu bermakna atau berarti

bilangan. demikian juga tanda + belum tentu berarti operasi tambah

untuk dua bilangan. maka huruf dan tanda itu tergantung dari

masalah yang mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi, secra

umum huruf dan tanda dalam model x + y = z masih kosong dari arti,

terserah kepada yang akan memanfaatkan model-model matematika

itu.

5) Memperhatikan semesta pembicara

Sehubungan dengan pernyataan tentang kekosongan arti simbol

dan tanda dalam matematika di atas, ditunjukkan dengan jelas bahwa

dalam penggunaan matematika diperlukan kejelasan lingkup model itu

dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol

itu diartikan suatu bilangan. benar atau salahnya ataupun ada tidaknya

penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta

pembicaranya. Misalnya, dalam semesta pembicaraan bilangan bulat,

terdapat model 2x = 5. Kalau diselesaikan seperti biasa, tanpa

menghiraukan semestanyaakan diperoleh hasil x = 2,5. Akan tetapi,

21

kalu sudah ditentukan bahwa semestanya bilangan bulat, maka jawab

x = 2,5 adalah salah atau bukan jawaban yang dikehendaki. Jadi,

jawaban yang sesuai denga semestanya adalah tidak ada

jawabannya atau penyelesaiannya tidak ada.

6) Konsistensi dalam sistemnya

Dalam tiap-tiap sistem dan struktur berlaku ketaatasaan atau

konsistensi. Ini juga dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan struktur

tersebut tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema ataupun suatu

definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan

terlebih dahulu. Konsistensi itu berlaku baik dalam makna maupun

dalam hal penilaian kebenarannya. Kalau telah ditetapkan atau

disepakati bahwa a + b = x dan x + y = p, maka a + b + y harus sama

dengan p.

c. Hasil Belajar Matematika

Pada dasarnya setiap manusia dalam kehidupannya pasti belajar, baik

secara formal maupun informal. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai

proses perubahan prilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi

perubahan prilaku adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah

belajar jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan

sebelumnya.36

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan

dan makna yang terkandung dalam belajar.37

Banyak sekali definisi tentang belajar, untuk lebih memahami apa itu

belajar, berikut beberapa definisi belajar menurut para ahli, diantaranya:

Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

36

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima,2009), h.38 37

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2013 ), h.93

22

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.38

Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or

training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)

ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.39

Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif mengartikan

belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain

kemampuannya.40

Berdasarkan definisi-definisi yang diurikan di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar erat kaitannya dengan perubahan, yang diperoleh melalui proses

pemerolehan pengetahuan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan yang

telah dialaminya. Perubahan-perubahan itu tercermin dalam bentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Belajar merupakan proses dasar daripada perkembangan hidup manusia.

Melalui belajar manusia melakukan perubahan-perubahan, sehingga tingkah

lakunya berkembang. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan

kemampuan tertentu dalam berbagai jenis kinerja, sikap, minat atau nilai.

Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam

faktor. Adapun faktor-faktot itu, dapat kita bedakan menjadi dua

golongan:

a. Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang disebut faktor individual, dan

b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut dengan faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor

pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor

38

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), h.2 39

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakara: Rineka Cipta, 2011), Edisi Revisi,

Cet.3, h.13 40

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman

Konsep Umum dan Islami), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h.6

23

keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat

yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan

kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.41

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yakni:42

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa.

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), erat kaitannya dengan

kondisi jasmani seseorang, dimana jika kondisi jasmani seseorang

terganggu maka proses belajar akan terganggu.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah), banyak faktor yang

termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas

dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara

faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang

lebih esensial itu adalah : tingkat kecerdasan/intelegensi siswa,

sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yakni: faktor

lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a) Lingkungan sosial, yang termasuk dalam lingkungan sosial antara

lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat dimana siswa itu berada. Lingkungan sosial yang

lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan

keluarga siswa itu sendiri.

b) Lingkungan non sosial, faktor yang termasuk lingkungan non

sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

41

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.102 42

Syah, Op.Cit., h.129-136

24

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi stategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu

perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan khususnya kepada perubahan

yang bernilai positif yang berdasarkan pada pemerolehan pengalaman dan

faktor yang mempengaruhinya.

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda yang

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.43

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) merujuk

pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau suatu proses

yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.44

Hasil belajar siswa

pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang

kognitif, afektif, dan psikomotoris.45

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi

tiga ranah, yakni, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.46

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah

termasuk dalam ranah kognitif.47

Kategori-kategori dalam ranah kognitif ini

adalah:48

43

Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.94 44

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), crtakan ke.VI,

h.44 45

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), Cet.15, h.3 46

Ibid. 47

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2013), Cet ke-13, h. 49 48

Lorin W Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet ke-1, h. 99

25

a) Mengingat (Knowledge)

Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka

panjang. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah mengenali

(mengidentifikasi) dan mengingat kembali (mengambil). Proses

mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori

jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru

saja diterima. Sedangkan proses mengingat kembali adalah mengambil

pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya

menghendaki demikian.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi pembelajaran,

termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Proses

kognitif yang dilakukan siswa adalah menafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan

menjelaskan.

c) Mengaplikasikan (Application)

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-

prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan

masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni

mengeksekusi dan mengimplementasikan.

d) Menganalisis (Analysis)

Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunannya menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan

hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau

tujuan. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah membedakan,

mengorganisasi, dan mengatribusikan.

e) Mengevaluasi (Evaluation)

Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria

dan standar. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah memeriksa dan

mengkritik. Memeriksa ini dengan cara mengkoordinasi, mendeteksi,

memonitor, dan menguji.

26

f) Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang

orisinal. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah merumuskan atau

membuat hipotesis, merencanakan atau mendesain, dan memproduksi

atau mengkontruksi.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni: (a)

menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), (b) merespons atau

menanggapi (responding), (c) menilai atau menghargai (valuing), (d)

mengorganisasikan atau mengelola (organization), dan (e) berkarakter

(characterization).49

Berikut ini penjelasan masing-masing proses berpikir

afektif, yakni:50

a) Kemampuan menerima

Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam

menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya

dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Kemampuan

menerima atau memerhatikan terlihat dari kemauan untuk memerhatikan

suatu kegiatan atau suatu objek. Contoh hasil belajar afektif jenjang

menerima adalah peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib

ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan jauh-jauh.

b) Kemampuan merespons

Kemampuan merespons adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena

tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

Kemampuan merespons juga dapat diartikan kemampuan menunjukkan

perhatian yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu, dan kemampuan

menanggapi. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang menanggapi

49

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), Cet ke-3, h. 105 50

Ibid.

27

adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau

menggali lebih dalam lagi tentang konsep disiplin.

c) Kemampuan menilai

Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau

penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila

kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau

penyesalan. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah

tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku

disiplin, baik di sekolah, rumah maupun masyarakat.

d) Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan

Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan artinya

kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai

baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.

Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan mengorganisasikan

adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin.

e) Kemampuan menerima

Kemampuan berkarakter (characterization) atau menghayati adalah

kemampuan memadukan semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang yang memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan berkarakter adalah

peseta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir dalam bertindak

di sekolah, rumah, dan masyarakat.

3) Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill)

dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan,

yakni:51

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

51

Nana Sudjana, Op. Cit., h. 30

28

d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

sekolah. Hal ini dikarenakan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan para

siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.52

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah

agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika, selain itu juga,

dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar

dalam penerapan matematika.53

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan

Heruman dalam bukunya yang berjudul Model Pembelajaran Matematika di

Sekolah Dasar mengatakan, tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu

agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya, hasil belajar dapat diperoleh dengan mengadakan ujian-

ujian dimana pada akhirnya nilai tersebut digunakan sebagai ketuntasan siswa

dalam belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya sebagai alat ukur

keberhasilan siswa itu sendiri, namun bagi guru yang bersangkutan pula. Siswa

dan guru dapat melihat apakah proses akhir belajar tersenut memenuhi syarat

kelulusan atau tidak. Hal ini dapat membantu guru dalam menemukan dan

menyesuaikan alat bantu atau metode untuk mencapai hasil belajar yang

memuaskan. Dengan denikian, maka hasil belajar matematika adalah tingkat

penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mempelajari matematika dengan

tujuan kognitif.

52

Ibid., h. 23 53

Susanto, op. cit., h. 189

29

B. Hasil Penelitian Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan yang telah di lakukan oleh para

peneliti terkait dengan penggunaan alat peraga dakon dalam proses pembelajaran

matematika, diantaranya:

1. Sri Dartati, dalam penelitian tindakan kelasnya yang berjudul Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Alat Peraga Dakon bagi

Siswa Kelas IV SD Negeri Banjarsari 02 Semester I Tahun Pelajaran

2011/2012. 54

Hasil penelitian Sri Dartati menunjukkan adanya peningkatan

rata-rata hasil belajar pada setiap siklusnya, dari rata-rata kondisi awal sebesar

45, siklus I 66, dan siklus II menjadi 81,6. Sri Dartati menyimpulkan dengan

menggunakan alat peraga dakon hasil belajar matematika siswa kelas IV SD

Negeri Banjarsari 02 Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 pada materi

operasi hitung penjumlahan dapat ditingkatkan. Persamaan penelitian yang

dilakukan Sri Dartati dengan peneliti terletak pada penggunaan alat peraga

dakon dan hasil belajar matematika, sedangkan perbedaannya terletak pada

materi yang diajarkan, dimana Sri Dartati pada materi opertasi hitung

penjumlahan sedangkan peneliti pada materi KPK dan FPB.

2. Purwatiningsih, dalam penelitian tindakan kelasnya yang berjudul

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Permainan Dakon pada

Siswa Kelas IV SD Negeri I Pandanharum Kecamatan Gabus Kabupaten

Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012. 55

Hasil penelitian yang dilakukan

Purwatiningsih menunjukkan ketuntasan belajar matematika siswa sebesar

80% pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian 1 100.

Purwatiningsih menyimpulkan bahwa dengan menggunakan media dakon,

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri I

Pandanharum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

54Sri Dartati, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Alat Peraga Dakon

Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Banjarsari 02 Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi

pada Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2012.

(http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/670/1/T1_262010636_Judul.pdf) 55Purwatiningsih, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Permainan Dakon Pada

Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pandanharum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Tahun

Pelajaran 2011/2012, Skripsi pada Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2012.

(http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1357/1/T1_262010709_Judul.pdf)

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/670/1/T1_262010636_Judul.pdfhttp://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1357/1/T1_262010709_Judul.pdf

30

2011/2012 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian 1 100.

Persamaan penelitian yang dilakukan Purwatiningsih dengan yang dilakukan

peneliti terletak pada penggunaan media/alat peraga dakon dan hasil belajar

matematika, sedangkan perbedaannya adalah pada materi yang diajarkan,

dimana Purwatiningsih pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian,

sedangkan peneliti pada materi KPK dan FPB.

3. Thersi Astrea, dalam penelitian tindakan kelasnya yang berjudul Penerapan

Metode Demonstrasi dengan Menggunakan Media Dakon untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas I SDN Selat

Hilir Kapuas Tahun Ajaran 2014/2015. 56 Hasil penelitian Thersi Astrea

menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa, dari kondisi awal

ketuntasan siswa sebesar 32%, setelah dilakukan pembelajaran pada sikluas I

ketuntasan belajar siswa sebesar 64% dan 91% pada siklus II. Thersi Astrea

menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan metode demonstrasi

dengan menggunakan media dakon dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik kelas I SDN Selat Hilir Kapuas Tahun Ajaran 2014/2015. Persamaan

penelitian yang dilakukan Thersi Astrea dengan peneliti terletak pada

penggunaan alat peraga/media dakon, sedangkan perbedaannya terletak pada

subjek penelitian. Thersi Astrea menggunakan kelas I sebagai subjek

penelitian, sedangkan peneliti menggunakan kelas IV.

4. Evi Febriana, dalam penelitian lapangannya (field research) yang berjudul

Kontribusi Penggunaan Papan Dakon dalam Pembelajaran Matematika

Materi Perkalian terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas II MIM 02

Merden Banjarnegara. 57

Evi Febriana menyimpulkan hasil penelitiannya

bahwa dengan menggunakan media papan dakon dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa pada materi perkalian serta membuat suasana

56Thersi Astrea, Penerapan Metode Demonstrasi dengan Menggunakan Media Dakon

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas I SDN 6 Selat Hilir Kuala

Kapuas Tahun Ajaran 2014/2015, Skripsi pada Universitas Muhammadiyah, Palangkaraya, 2014.

(http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/download.php?id=986) 57

Evi Febriana, Kontribusi Penggunaan Papan Dakon dalam Pembelajaran Matematika

,

Skripsi pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015. (http://digilib.uin-

suka.ac.id/16500/2/11480004_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf)

http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/download.php?id=986http://digilib.uin-suka.ac.id/16500/2/11480004_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdfhttp://digilib.uin-suka.ac.id/16500/2/11480004_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf

31

pembelajaran menjadi menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa.

Persamaan penelitian yang dilakukan Evi Febriana dengan peneliti terletak

pada penggunaan media/alat peraga dakon serta meneliti tentang hasil belajar,

sedangkan perbedaanya terletak pada materi yang diajarkan. Evi Febriana

mengajarkan pada materi perkalian di kelas II, sedangkan peneliti mengajarkan

materi KPK dan FPB di kelas IV.

Dari keempat hasil penelitian tersebut di atas, menunjukkan bahwa adanya

keterkaitan yang relevan dengan penelitian peneliti yang berjudul

Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota) terhadap Hasil Belajar

. Keterkaitan itu terletak pada penggunaan media/alat peraga

dakon/congklak yang digunakan dalam proses penelitian. Seluruh hasil penel