pengaruh penambahan bahan kompatibilisasi pada nilon daur … · 2019. 8. 15. · 2 fakultas...
TRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana
2019
Pengaruh Penambahan Bahan
Kompatibilisasi pada Nilon Daur Ulang
Terhadap Kekuatan Fleksural Basis Gigi
Tiruan Nilon Termoplastik
Wijaya, Windy Putri
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15058
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
1
PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN KOMPATIBILISASI
PADA NILON DAUR ULANG TERHADAP KEKUATAN
FLEKSURAL BASIS GIGI TIRUAN NILON
TERMOPLASTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
WINDY PUTRI WIJAYA
NIM : 140600201
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Prostodonsia
Tahun 2019
Windy Putri Wijaya
Pengaruh Penambahan Bahan Kompatibilisasi pada Nilon Daur Ulang
terhadap Kekuatan Fleksural Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik
(xiii +70 hal)
Nilon adalah nama generik dari salah satu golongan termoplastik yaitu
golongan polamida. Inovasi bahan basis gigi tiruan berasal dari nilon membuka jalan
untuk tipe gigi tiruan yang baru yaitu gigi tiruan fleksibel. Nilon dalam keadaan solid
mempunyai ikatan rantai panjang molekul yang lebih teratur karena gaya tarik
menarik yang kuat antara rantai sehingga molekul mempunyai orientasi paralel yang
lebih sempurna yang mengakibatkan peningkatan dalam sifat-sifat mekanisnya. Nilon
termoplastik dimanipulasi dengan menggunakan teknik injection moulding, yaitu
menggunakan teknik injeksi ke dalam mould menggunakan injector yang akan
menghasilkan basis gigi tiruan dan nilon spru. Nilon spru akan menyebabkan
pencemaran lingkungan karena dibutuhkan waktu yang panjang untuk terurai maka
dari itu dibutuhkan upaya untuk mengurangi limbah nilon yaitu dengan cara daur
ulang. Proses daur ulang nilon akan menyebabkan penurunan dari sifat-sifat nilon
termasuk kekuatan fleksural sehingga untuk mengatasi kekuatan fleksural yang
menurun pada nilon daur ulang dilakukan teknik modifikasi dengan penambahan
bahan kompatibilisasi yaitu berupa nilon murni pada nilon daur ulang dan diharapkan
dengan penambahan nilon murni dapat memperbaiki kekuatan fleksural nilon
termoplastik setelah didaur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang terhadap
kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik. Rancangan penelitian ini
adalah eksperimental laboratoris. Sampel pada penelitian ini adalah nilon
termoplastik berbentuk batang uji dengan ukuran 64 x 10 x 3,3 mm. Jumlah sampel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
sebanyak 27 sampel untuk 3 kelompok. Sampel tersebut dilakukan uji
kekuatan fleksural, kemudian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui
perbedaan nilai kekuatan fleksural antara kelompok serta uji Mann-Whitney untuk
mengetahui pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang
terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok nilon murni
dengan nilon daur ulang dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), sedangkan didapatkan
hasil perbedaan yang tidak signifikan antara nilon murni dengan nilon kombinasi
dengan nilai p = 0,270 (p > 0,05), serta antara nilon kombinasi dengan nilon daur
ulang dengan nilai p = 0,122 (p > 0,05). Pada penelitian ini terlihat bahwa dengan
penambahan 60% nilon murni pada nilon daur ulang akan menghasilkan nilai
kekuatan fleksural yang lebih baik dari nilon daur ulang.
Daftar rujukan: 69 (1996-2018)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 14 Januari 2018
TIM PENGUJI
Ketua : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)
Anggota : 1. Siti Wahyuni, drg., MDSc
2. Ika Andryas, drg., MSc
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan
kepada kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Edi Wijaya dan Ibunda Syamsiah
yang telah membesarkan, memberi kasih sayang yang tidak terbalas, doa, nasehat,
semangat dan dukungan moril maupun materi kepada penulis. Saya juga
menyampaikan terima kasih kepada kakak saya yaitu, Adi, Willy, Wilfy, Wilham,
dan Wilson serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan
dukungan kepada saya selama penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, saya telah mendapat banyak bantuan, bimbingan
serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih serta
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator
Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara dan selaku ketua tim penguji atas kesempatan dan bantuan yang diberikan
sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
4. Siti Wahyuni, drg., MDSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan pengarahan, saran, nasehat dorongan, serta meluangkan waktu, tenaga
pemikiran dan kesabaran kepada saya selama penelitian dan penulisan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
5. Ika Andryas, drg., M.Sc selaku anggota tim penguji yang telah memberikan
saran dan masukan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp, Perio (K) selaku penasehat akademik
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa pendidikan maupun
selama penulisan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
7. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
8. Pimpinan dan seluruh karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Asnidar., AMTG selaku
laboran yang telah membantu saya dalam pembuatan sampel penelitian dan
memberikan dukungan kepada saya.
9. Pimpinan dan seluruh staf Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam pelaksanaan penelitian
10. Pimpinan dan seluruh staf Laboratorium IFRC Magister Mesin Universitas
Sumatera Utara, khususnya Maraghi Muttaqin., S.T yang telah membantu saya dalam
pelaksanaan penelitian.
11. Prana Ugi Gio, M.Si dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk
membantu saya dalam analisis statisik
12. Rekan bimbingan saya dalam menyelesaikan skripsi, Sherly Kurniawan,
Ayu Wanzura dan Piter J. Simamora yang telah bersama-sama berjuang, saling
mendoakan memberi semangat dan membantu dalam seluruh tahap penyelesaian
skripsi.
13. Sahabat terbaik saya yaitu Putra Diandro Utama Ritonga yang telah
memberikan dukungan, doa dan bantuan kepada saya selama penulisan skripsi ini.
14. Teman-teman terdekat saya: Khairida Nurul, Ririn Melissa, Muharissa
Yuni, Shafira Amalia dan Nichy Rilinda yang telah memberikan bantuan pikiran dan
semangat serta meluangkan waktu untuk memberikan dukungan moril selama
penyelesaian skripsi ini serta rekan-rekan sejawat stambuk 2014 yang tidak dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
disebutkan satu persatu atas segala bantuan, perhatian dan dorongan semangat
serta dukungan moril yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini
15. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di
Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara:
Actara R, Angeline J, Angeline T, Anita, Azizatul F, Desy J, Dicky G, Kavita G,
Lidya, Loshene M, Mahrizka D, Manogarie L, Miftahussakinah R, Monica E, Nia
Veronika, Riska Putri, Try Septian, Wilda S, Winna W, Yogi, Yuli K, Sharmila dan
para residen PPDGS Prostodonsia atas dukungan dan bantuannya selama penulisan
skripsi.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir
kata, saya mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu
Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan bagi kita
semua.
Medan, 24 Agustus 2018
Penulis
(Windy Putri Wijaya)
NIM: 140600201
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
HALAMAN PETSETUJUAN..........................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI............................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Permasalahan ................................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Basis Gigi Tiruan ............................................................................. 8
2.1.1 Pengertian ...................................................................................... 8
2.1.2 Persyaratan .................................................................................... 8
2.1.3 Bahan Basis Gigi Tiruan ............................................................... 9
2.1.3.1 Logam ......................................................................................... 9
2.1.3.2 Non-Logam ................................................................................ 9
2.1.3.2.1 Termoset........................................ .......................................... 9
2.1.3.2.2 Termoplastik............................................................................ 10
2.2. Nilon Termoplastik ......................................................................... 11
2.2.1 Pengertian ...................................................................................... 11
2.2.2 Komposisi ...................................................................................... 12
2.2.3 Keuntungan ................................................................................... 12
2.2.4 Kerugian........................................................................................ 13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
2.2.5 Indikasi dan Kontraindikasi........................................................... ............ 13
2.2.6 Sifat - Sifat..................................................................................... 14
2.2.6.1 Sifat Fisis...................................................... .............................. 14
2.2.6.2 Sifat Biologis dan Kemis............................................................ 16
2.2.6.3 Sifat Mekanis.............................................................................. 16
2.2.7 Manipulasi................................................................. .................... 18
2.3 Kekuatan Fleksural ........................................................................... 18
2.3.1 Pengertian ...................................................................................... 18
2.3.2 Faktor – Faktor yang Memengaruhi......................... ..................... 20
2.3.3 Alat Uji dan Cara Pengukuran....................................................... 20
2.4 Daur ulang Nilon .............................................................................. 21
2.4.1 Metode Daur Ulang ....................................................................... 21
2.4.2 Daur Ulang Mekanik ..................................................................... 22
2.4.2.1 Daur Ulang Mekanik Murni.......................... ............................. 23
2.4.2.2 Penambahan Bahan Kompatibilisasi............ .............................. 24
2.4.2.2.1 Kompatibilisasi Murni............................................................. 24
2.4.2.2.2 Kompatibilisasi Modifikasi............ ......................................... 25
2.5 Kerangka Teori ................................................................................. 26
2.6 Kerangka Konsep ............................................................................. 27
2.7 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 29
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ................................................ 29
3.2.1 Sampel Penelitian ........................................................................... 29
3.2.2 Besar Sampel Penelitian ................................................................. 30
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................... 31
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................... 31
3.3.2 Defenisi Operasional ...................................................................... 32
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 35
3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ............................................................ 35
3.4.2 Tempat Pengujian Sampel .............................................................. 35
3.4.3 Waktu Penelitian ............................................................................ 36
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 36
3.5.1 Alat Penelitian ................................................................................ 36
3.5.2 Bahan Penelitian ............................................................................. 41
3.6 Cara Penelitian .................................................................................. 43
3.6.1 Pembuatan Model Induk ................................................................ 43
3.6.2 Pembuatan Sampel ......................................................................... 43
3.6.2.1 Pembuatan Nilon Daur Ulang...................... ............................... 43
3.6.2.2 Pembuatan Sampel Kelompok A ................................................ 43
3.6.2.3 Pembuatan Sampel Kelompok B dan C ...................................... 46
3.6.2.4 Penyelesaian Sampel Kelompok A, B dan C .............................. 48
3.6.3 Pengukuran Kekuatan Fleksural ..................................................... 49
3.7 Analisis Data ..................................................................................... 50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
3.8 Kerangka Operasional Penelitian .................................................................. 51
3.8.1 Pembuatan Nilon Daur Ulang ........................................................ 51
3.8.2 Pembuatan Sampel.......................................................................... 52
3.8.3 Pengujian Sampel ........................................................................... 53
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Nilai Kekuatan Fleksural Nilon Termoplastik Murni, Nilon
Daur Ulang dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan
40% Nilon Daur Ulang ............................................................................ 54
4.2 Perbedaan Nilai Kekuatan Fleksural Nilon Termoplastik
Murni, Nilon Daur Ulang, dan Kombinasi 60% Nilon Daur
Kombinasi dengan 40% Nilon Daur Ulang ............................................. 55
4.3 Pengaruh Penambahan 60% Nilon Murni pada Nilon
Daur Ulang terhadap Kekuatan Fleksural Basis Gigi
Tiruan Nilon Termoplastik ...................................................................... 56
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Nilai Kekuatan Fleksural pada Nilon Termoplastik Murni,
Nilon Daur Ulang dan Kombinasi 60% nilon Murni dengan
40% Nilon Daur Ulang ............................................................................ 57
5.2 Perbedaan Nilai Kekuatan Fleksural antara Nilon
Termoplastik Murni, Nilon Daur Ulang dan Kombinasi 60%
Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang .......................................... 59
5.3 Pengaruh Penambahan 60% Nilon Termoplastik Murni
pada 40% Nilon Daur Ulang ................................................................... 60
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 63
6.2 Saran .................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Defenisi operasional variabel bebas........................................................ 32
2. Defenisi operasional variabel terikat....................................................... 33
3. Defenisi operasional variabel terkendali.................................................. 33
4. Defenisi operasional variabel tidak terkendali......................................... 35
5. Nilai kekuatan fleksural pada nilon termoplastik murni, nilon daur
ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur
ulang......................................................................................................... 54
6. Perbedaan nilai kekuatan flerksural, nilon daur ulang dan kombinasi
60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang...................................... 56
7. Pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang
terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik............ 56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Basis gigi tiruan nilon termoplastik...................................................... 11
2. Reaksi polimerisasi nilon termoplastik................................................. 12
3. Kurva stress-strain................................................................................. 19
4. Area elastis dan area plastis................................................................... 19
5. Injection flask......................................................................................... 36
6. Timbangan digital.................................................................................. 36
7. Lekron.................................................................................................... 37
8. Rubber bowl dan spatula........................................................................ 37
9. Vibrator.................................................................................................. 37
10. Cartridge................................................................................................. 37
11. Furnace................................................................................................... 38
12. Injector.................................................................................................... 38
13. Polishing motor ...................................................................................... 38
14. Mata bur fraser ....................................................................................... 39
15. Disk pemotong....................................................................................... 39
16. Desikator................................................................................................ 39
17. Universal Testing Machine.................................................................... 40
18. Inkubator................................................................................................ 40
19. Kaliper digital........................................................................................ 40
20. Nilon termoplastik.................................................................................. 41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
21. Malam spru............................................................................................. 41
22. Vaselin.................................................................................................... 41
23. Cold mould seal...................................................................................... 42
24. Lempengan karet.................................................................................... 42
25. Alumunium foil...................................................................................... 42
26. Penanaman model induk pada kuvet bawah........................................... 44
27. Pemasangan malam spru......................................................................... 44
28. Cartridge yang berisi nilon dimasukkan ke dalam furnace.................... 45
29. Proses injeksi nilon ke dalam mold........................................................ 46
30. Potongan nilon daur ulang...................................................................... 47
31. Perendaman sampel di inkubator............................................................ 49
32. Sampel setelah dilakukan pengujian....................................................... 49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat keterangan ethical clearance
2. Surat izin penelitian di Laboratorium Unit Jasa Industri Dental FKG USU
3. Surat izin penelitian di Laboratorium Biokimia FMIPA USU
4. Surat izin penelitian di Laboratorium IFRC Magister Mesin USU
5. Surat keterangan selesai penelitian di Laboratorium Unit Jasa Industri Dental
FKG USU
6. Surat keterangan selesai penelitian di Laboratorium Biokimia FMIPA USU
7. Surat keterangan selesai penelitian di Laboratorium IFRC Magister Mesin
USU
8. Analisis statistik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basis gigi tiruan mempunyai fungsi sebagai pendukung anasir gigi tiruan
sehingga basis gigi tiruan menerima tekanan fungsional dari pengunyahan untuk
mendukung struktur rongga mulut.1 Basis gigi tiruan harus mendekati syarat-syarat
basis gigi tiruan ideal diantaranya adaptasi yang akurat terhadap jaringan, mudah
dibersihkan, estetik, memiliki kekuatan yang tinggi, resisten terhadap abrasi, dimensi
yang stabil, thermal counductivity yang baik, tidak larut terhadap saliva. 1,2,3
Daya tahan dan sifat-sifat dari suatu basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh
bahan basis gigi tiruan tersebut.4 Bahan basis gigi tiruan yang dapat digunakan adalah
logam dan non-logam. Bahan basis gigi tiruan logam yang dapat digunakan antara
lain nikel-kromium, kobalt-kromium, dan titanium.5 Bahan basis gigi tiruan non-
logam terbagi menjadi dua yaitu termoset dan termoplastik. Bahan termoset
contohnya cross-linked, polimetil metakrilat, fenol-formaldehid, vulkanit.3 Bahan
termoplastik terbagi menjadi golongan poliamida, poliester, polikarbonat, dan akrilik
resin.6 Contoh bahan golongan poliamida adalah nilon termoplastik.
Nilon termoplastik mempunyai modulus elastisitas dan kekuatan fleksural
yang rendah, lebih resisten terhadap fatik, dan mempunyai kekuatan impak dan tensil
yang tinggi.7,8,9
Gigi tiruan fleksibel merupakan alternatif yang baik untuk gigi tiruan
konvensional (polymethyl methacrylate) karena memberikan estetik dan kenyamanan
yang baik.10
Gigi tiruan fleksibel sangat biokompatibel karena cangkolan yang
digunakan adalah non-metal clasp sehingga menjadikan gigi tiruan bebas logam.
Cangkolan yang dibuat dari nilon dapat dijadikan penahan pada gigi penyangga dan
juga memberikan estetis karena warna yang menyerupai jaringan gingiva.11,12
Menurut Singh JP dkk. (2013) seluruh subjek dalam penelitiannya lebih memilih gigi
tiruan fleksibel dibandingkan gigi tiruan PMMA karena seluruh subjek mempunyai
pengalaman yang buruk dengan gigi tiruan PMMA dan bahan basis gigi tiruan nilon
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
memberi mereka harapan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.10
Nilon adalah nama generik dari salah satu golongan termoplastik yaitu
golongan polamida. Nilon ditemukan sebagai hasil penelitian W.H Carothers yang
bekerja sama dengan Du pont Chemical Co. of America, pada saat mencari bahan
sintetik fiber (1928-1938). Nilon pertama kali dikenalkan sebagai bahan basis gigi
tiruan pada tahun 1950. Nilon merupakan hasil kondensasi antara diamine dan
dibasic acid.7
Nilon merupakan polimer crystalline sedangkan PMMA adalah
amorphous, dengan demikian nilon dalam keadaan solid mempunyai ikatan rantai
panjang molekul yang lebih teratur karena gaya tarik menarik yang kuat antara rantai
sehingga molekul mempunyai orientasi paralel yang lebih sempurna yang
mengakibatkan peningkatan dalam sifat-sifat mekanisnya.13
Kekuatan fleksural merupakan salah satu sifat mekanis basis gigi tiruan.
Kekuatan fleksural adalah kemampuan suatu bahan untuk meregang yang didapatkan
saat tercapainya ultimate flexibility dari suatu bahan sebelum proportional limit.14
Kekuatan ini sangat dipertimbangkan sebagai indikator kekuatan dari suatu material.
Kekuatan fleksural yang buruk dapat menyebabkan bahan basis gigi tiruan tidak
mampu menahan beban mastikasi yang berlebihan. Jika beban mastikasi masih
dibawah proportional limit, maka deformasi permanen tidak terjadi dan bahan
tersebut akan kembali ke dimensi awalnya. Akan tetapi, jika beban mastikasi
melebihi proportional limit maka bahan tersebut akan bersifat ireversibel.15,16
Menurut Wang dkk. (2003) kekuatan fleksural yang tinggi dibutuhkan oleh suatu
material untuk tahan terhadap tekanan pengunyahan yang dapat mengakibatkan
deformasi permanen. 17
Nilon termoplastik dimanipulasi dengan menggunakan teknik injection
moulding, yaitu menggunakan teknik injeksi ke dalam mold menggunakan injektor.18
Nilon merupakan material termoplastis yang akan berubah menjadi bentuk cair jika
dipanaskan dalam temperatur yang cukup sehingga mampu mengisi mold dengan
melewati spru. Material akan tersisa di spru dan memadat membentuk spru nilon.
Sejumlah besar limbah nilon berakhir di tempat pembuangan sampah karena sisa
nilon yang tersisa dalam spru dibuang setelah selesai proses.19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Limbah nilon ini mempunyai kerugian yaitu ketidakmampuan untuk terurai
dalam jangka waktu yang singkat.20
Hal ini dapat menimbulkan masalah pencemaran
lingkungan oleh karena itu untuk mengatasinya dapat dilakukan proses daur ulang.16
Proses daur ulang juga menguntungkan dari segi ekonomi karena limbah sisa dari
proses pembuatan dapat digunakan kembali.21
Scheirs (1998), Karayannidis dan
Achillas (2007) membagi empat metode daur ulang limbah polimer yaitu, in-plant
(primer), mekanis (sekunder), kimiawi (tersier) dan energy recovery (kuartener).22
Metode daur ulang kimiawi dan mekanis merupakan dua metode yang paling banyak
dilakukan dalam sebagian besar studi namun, dari sudut pandang industri daur ulang
mekanis merupakan metode yang paling sesuai karena biayanya rendah dan mudah
dilakukan.23
Proses daur ulang limbah polimer melibatkan beberapa siklus dengan suhu yang
tinggi yang akan menyebabkan lebih mudah terjadinya degradasi sifat termal,
mekanis, kimia dan fisis.21
Soja dkk. (2013) meneliti efek yang ditimbulkan dari daur
ulang mekanik pada nilon sisa dan didapatkan hasil pada Fourier Transformed
Infrared Spectroscopy (FTIR) menunjukkan ratio methyl CH3 meningkat, sementara
methylene CH2 menurun. Hal ini terjadi akibat pemotongan pada ikatan C-C
sehingga menghasilkan ikatan yang lebih pendek dengan kelompok methylene yang
lebih sedikit. Terjadinya pemotongan C-C ini akan berdampak pada sifat mekanis dan
fisis polimer.20
Terjadinya degradasi sifat-sifat dari proses daur ulang merupakan hal
yang tidak menguntungkan, maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut dapat
dilakukan penambahan bahan kompatibilisasi yaitu salah satunya dengan
menambahkan nilon murni pada nilon daur ulang. Meyabadi dkk. (2010) melakukan
penelitian dengan mengkombinasikan PA6 daur ulang:PA6 murni dengan
perbandingan konsentrasi diantaranya, 0%:100%, 25%:75%, 50%:50%, 75%:25%,
100%:0% hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai modulus elastisitas pada
perbandingan konsentrasi 25%:75% lebih tinggi dibandingkan dengan 50%:50%.24
Maspoch dkk. (2003) menyatakan bahwa terdapat penurunan sifat mekanis dengan
bertambahnya proporsi dari PA6 daur ulang dan perbandingan 30% PA6 daur ulang :
70% PA6 murni merupakan kombinasi yang paling baik.25
Oleh karena itu, peneliti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
melakukan penelitian untuk melihat pengaruh penambahan nilon murni pada nilon
daur ulang dengan persentase sebesar 60% nilon murni dan 40% nilon daur ulang
karena persentase nilon daur ulang yang melebihi nilon murni akan menurunkan
struktur nilon yang dihasilkan dan dengan harapan dapat memanfaatkan lebih banyak
nilon sisa.
1.2 Permasalahan
Nilon termoplastik merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam
pembuatan basis gigi tiruan fleksibel. Gigi tiruan fleksibel saat ini diminati oleh
banyak orang karena mempunyai estetis yang baik dan memberikan kenyamanan bagi
penggunanya. Namun nilon termoplastik merupakan bahan yang tidak dapat larut
sehingga nilon termoplastik tidak dapat dibuat dalam bentuk adonan dan mengisi
mold dengan teknik biasa tetapi harus menggunakan teknik injection moulding yaitu
dengan melelehkan bahan ke dalam kuvet melalui spru dibawah tekanan. Teknik ini
menyebabkan nilon yang tersisa di dalam spru akan mengeras kemudian dipotong
dan dibuang ke tempat sampah.
Berdasarkan hasil observasi beberapa kasus di Unit Jasa Industri Dental FKG
USU, persentase nilon sisa yang dibuang pada hasil polimerisasi basis gigi tiruan
nilon termoplastik adalah sebesar 19,5%. Limbah nilon dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan karena ketidakmampuan untuk terurai dalam waktu singkat,
untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan proses daur ulang limbah nilon.
Proses daur ulang limbah nilon memiliki kekurangan yaitu menyebabkan terjadinya
degradasi sifat termal dan mekanis, serta perubahan sifat kimia dan fisis. Salah satu
sifat mekanis adalah kekuatan fleksural. Kekuatan fleksural dibutuhkan pada saat
proses pengunyahan serta pemakaian dan pelepasan gigi tiruan. Pada saat
pengunyahan ataupun pemakaian dan pelepasan gigi tiruan akan menimbulkan
regangan. Kekuatan fleksural yang adekuat akan mencegah bahan mengalami
deformasi permanen sehingga bahan yang meregang dapat kembali ke dimensi
awalnya. Akan tetapi, kekuatan fleksural yang rendah akan menyebabkan bahan lebih
mudah mengalami deformasi permanen dan menjadi ireversibel (tidak bisa kembali
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
ke dimensi awalnya). Salah satu dampak yang ditimbulkan jika bahan mengalami
deformasi permanen adalah gigi tiruan menjadi longgar. Gigi tiruan yang longgar
akan menyebabkan resorpsi tulang alveolar terjadi lebih cepat karena tekanan vertikal
dari gigi tiruan yang longgar. Oleh karena itu diperlukan penambahan bahan
kompatibilisasi yaitu nilon murni pada nilon daur ulang untuk melihat apakah
kombinasi antara nilon murni dengan nilon daur ulang memiliki pengaruh terhadap
kekuatan fleksural karena terjadi perubahan berat molekul dan derajat kristalin pada
nilon sisa yang didaur ulang yang akan berdampak pada sifat mekanis nilon.
Penambahan bahan kompatibilisasi nilon murni mempunyai fragmen molekul yang
akan memperbaiki kepadatan nilon daur ulang sehingga terjadi peningkatan sifat
mekanis.
Vinay dkk. (2000) menambahkan nilon 6 daur ulang pada nilon 6 murni dengan
persentase yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase terbaik dengan
sifat-sifat mekanis dan fisis adalah 70% nilon 6 murni dan 30% nilon 6 daur ulang.
Vinay menghubungkan hal ini dengan pembentukan kristalin yang terjadi antara
komponen amida pada nilon 6 murni dan nilon 6 yang telah didaur ulang. Maspoch
dkk. (2003) menyatakan terjadi penurunan sifat mekanik yang drastis pada nilon daur
ulang yang tidak dikombinasikan dengan nilon murni. Persentase nilon daur ulang
harus di bawah nilon murni dan menilai bahwa kombinasi 30% nilon daur ulang
dengan 70% nilon murni merupakan kombinasi yang paling baik. Berdasarkan uraian
tersebut, maka peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh
penambahan nilon murni pada nilon daur ulang dan memilih kombinasi dengan
persentase sebesar 60% nilon murni dan 40% nilon daur ulang dengan harapan dapat
memanfaatkan lebih banyak nilon sisa, tetapi dengan persentase dibawah nilon murni
karena persentase nilon daur ulang yang melebihi nilon murni akan menurunkan
struktur nilon yang dihasilkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
1.3 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Berapa nilai kekuatan fleksural pada nilon termoplastik murni, nilon daur
ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang?
2. Apakah ada perbedaan nilai kekuatan fleksural antara nilon termoplastik
murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur
ulang?
3. Apakah ada pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur
ulang terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai kekuatan fleksural pada nilon termoplastik murni,
nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang.
2. Untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan fleksural antara nilon
termoplastik murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40%
nilon daur ulang.
3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon
daur ulang terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai kekuatan fleksural
basis gigi tiruan nilon termoplastik.
2. Sebagai bahan masukan mengenai metode daur ulang yang dapat digunakan
dalam bidang kedokteran gigi, khususnya dalam bidang prostodonsia.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai langkah untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh limbah nilon dengan cara proses daur ulang dan pemanfaatan limbah
nilon hasil polimerisasi basis gigi tiruan nilon termoplastik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
2. Sebagai langkah untuk mengurangi biaya yang mahal dalam pembuatan gigi
tiruan fleksibel dengan pemanfaatan hasil daur ulang limbah nilon untuk pembuatan
basis gigi tiruan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Basis Gigi Tiruan
2.1.1 Pengertian
Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan
lunak rongga mulut dan merupakan tempat melekatnya anasir gigi tiruan. Basis gigi
tiruan berfungsi sebagai pelindung dari sisa tulang alveolar yang masih ada,
mempertahankan kontur dari wajah, dan mempertahankan anasir gigi tiruan pada
posisi yang tepat.26
2.1.2 Persyaratan
Syarat-syarat bahan basis gigi tiruan yang ideal dan dapat digunakan sebagai
pembuatan basis gigi tiruan adalah sebagai berikut:1,3,5
a. Menyediakan dukungan untuk anasir gigi tiruan
b. Menambahkan stabilitas dan retensi dari gigi tiruan
c. Adaptasi yang rapat dengan jaringan mukosa dibawah basis gigi tiruan
d. Menyalurkan tekanan pada gigi penyangga dan sisa tulang alveolar
e. Mempunyai dimensi yang stabil
f. Tidak larut dan menyerap cairan rongga mulut
g. Mempunyai thermal conductivity yang baik
h. Harga ekonomis
i. Mudah dibersihkan
j. Dapat dilakukan relining jika diperlukan
k. Memiliki estetis yang memuaskan
l. Mempunyai sifat fisis, mekanis dan biologis yang baik seperti kekuatan,
kekakuan, tarnish, corrosion resistance, dan biokompatibel
Namun, sampai sekarang ini belum ada bahan basis gigi tiruan yang
memenuhi seluruh kriteria bahan basis gigi tiruan yang ideal. Akan tetapi, bahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
basis yang terbuat dari resin ataupun logam harus memiliki sifat-sifat yang mendekati
bahan basis gigi tiruan yang ideal.1
2.1.3 Bahan Basis Gigi Tiruan
Bahan basis gigi tiruan adalah suatu bahan yang digunakan untuk pembuatan
basis gigi tiruan. Bahan ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu basis logam
dan basis non-logam.3
2.1.3.1 Logam
Basis gigi tiruan logam dibuat dengan proses yang melibatkan pembuangan
malam dengan bahan logam. Basis gigi tiruan logam mempunyai keuntungan yaitu
lebih akurat terhadap jaringan mukosa dibawah basis gigi tiruan, dan tahan terhadap
abrasi.1,26
Selain itu, bahan basis gigi tiruan logam dapat menyalurkan panas dari
makanan dan cairan yang meningkatan perasaan senang yang didapatkan saat
makan.26
Akan tetapi, basis gigi tiruan logam tidak dapat digunakan pada pasien yang
alergi terhadap logam.5
2.1.3.2 Non-Logam
Bahan basis gigi tiruan non logam dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan
sifat termalnya, yaitu termoset dan termoplastik.3
2.1.3.2.1 Termoset
Bahan polimer termoset merupakan bahan yang hanya dapat dibentuk sekali
saja oleh karena bahan ini akan mengeras jika dipanaskan dan tidak akan melunak
ataupun larut jika dipanaskan kembali.3 Bahan polimer termoset mengalami proses
reaksi kimiawi yang menghasilkan ikatan silang pada plastik. Ikatan silang (cross-
linking) yang terjadi menyebabkan bahan polimer termoset ini mengeras ketika
dipanaskan dan sulit untuk dibentuk ulang.27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
2.1.3.2.2 Termoplastik
Bahan polimer termoplastik merupakan bahan yang dapat dilunakkan secara
berulang dengan cara dipanaskan dan diberi tekanan tanpa mengalami perubahan
struktur kimia.3
Pada umumnya bahan polimer termoplastik memiliki struktur
makromolekular yang linear atau bercabang. Struktur molekul yang bersifat non-
cross-linked ini membuat bahan polimer termoplastik mudah dilunakkan kembali.27
a. Poliester
Poliester merupakan bahan berbasis polyethylene terephthalate kopolimer.
Bahan ini mempunyai modulus elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bahan poliamida yang berarti bahan ini lebih kaku. Poliester merupakan bahan yang
biokompatibel dan estetis. Akan tetapi bahan ini mempunyai kekerasan yang rendah
dan rentan fraktur jika dibandingkan dengan poliamida dan polikarbonat.6,28
b. Polikarbonat
Bahan ini mempunyai penyerapan air yang rendah, permukaan yang keras,
tahan terhadap abrasi, kekuatan impak yang tinggi dan estetik yang baik. Selain itu,
modulus elastisitas pada bahan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
poliester dan poliamida. Akan tetapi, polikarbonat tidak mampu menahan keausan
dari beban oklusal dan tidak mampu mempertahankan vertikal dimensi dengan baik
sehingga bahan ini diindikasikan untuk kehilangan gigi insisivus dimana tekanan
oklusal tidak terlalu besar dan untuk pasien dengan kebutuhan estetis.6,29
c. Resin akrilik
Resin akrilik termoplastik merupakan bentuk modifikasi dari PMMA dengan
menambahkan sejumlah platicizer untuk mengubah ikatan intermolekuler sehingga
resin akrilik termoplastik bersifat lebih elastis, kuat, dan mempunyai kekuatan impak
yang tinggi dibandingkan PMMA dan dapat digunakan sebagai bahan basis gigi
tiruan fleksibel.30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
d. Poliamida
Salah satu jenis polimer termoplastik yang tergolong dalam golongan
poliamida adalah nilon termoplastik.7 Keuntungan yang dimiliki oleh golongan
poliamida yaitu tahan terhadap fraktur. Akan tetapi, golongan poliamida tidak dapat
berikatan dengan self-curing resin sehingga perbaikan gigi tiruan jika rusak dan reline
sulit untuk dilakukan.6
2.2 Nilon Termoplastik
2.2.1 Pengertian
Nilon adalah nama generik dari salah satu golongan termoplastik yaitu
poliamida. Nilon merupakan hasil kondensasi antara diamine dan dibasic acid. Nilon
ditemukan sebagai hasil penelitian W.H Carothers yang bekerja sama dengan Du
Pont Chemical Co. of America, pada saat mencari bahan sintetik fiber (1928-1938)
dan pertama kali dikenalkan sebagai bahan basis gigi tiruan pada tahun 1950.7 Sejak
tahun 1956 basis gigi tiruan yang menggunakan poliamida (nylon thermoplastics)
dapat digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan gigi tiruan berbasis resin yang
konvensional yaitu polymethyl methacrylate.17
Inovasi bahan basis gigi tiruan berasal dari nilon membuka jalan untuk tipe
gigi tiruan yang baru yaitu gigi tiruan fleksibel.10
Nilon termoplastik jika
dibandingkan dengan polymethyl methacrylate yaitu lebih tahan terhadap abrasi,
sangat elastis, kurang kaku, dan hampir tidak bisa pecah (Gambar 1).7
Gambar 1.Basis gigi tiruan nilon term-
oplastik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
2.2.2 Komposisi
Nilon merupakan hasil kondensasi antara diamine (NH2-(CH2)6-NH2) dan
dibasic acid (CO2H-(CH2)4-COOH) (Gambar 2).31
Nilon termoplastik memiliki
ikatan linear (ikatan polimer tunggal) sehingga nilon termoplastik lebih lemah dan
mudah meregang dibandingkan dengan ikatan polimer yang bercabang (cross-linked)
yang menyebabkan nilon lebih banyak menyerap air.17
Nilon merupakan polimer
crystalline sedangkan polymethyl methacrylate merupakan amorphous. Nilon dalam
keadaan solid mempunyai ikatan rantai panjang molekul yang lebih teratur karena
gaya tarik yang kuat antara rantai molekul sehingga molekul mempunyai orientasi
paralel yang lebih sempurna yang mengakibatkan peningkatan dalam sifat-sifat
mekanisnya.13
Sifat crystalline dari nilon ini mengakibatkan nilon kurang larut dalam
pelarut, ketahanan terhadap panas yang tinggi, dan kekuatan yang tinggi.7
Gambar 2.Reaksi polimerisasi nilon termoplastik
13
2.2.3 Keuntungan
Beberapa keuntungan nilon termoplastik sebagai bahan basis gigi tiruan
adalah sebagai berikut:7,11,32,
a. Warna bahan yang translusen sehingga menyerupai jaringan mukosa di
bawahnya
b. Tidak ada cangkolan yang terlihat pada permukaan gigi sehingga lebih
estetis
c. Sangat kuat dan fleksibel
d. Biokompatibel karena bebas monomer sisa
e. Tidak menimbulkan reaksi alergi karena tidak terdapat logam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
f. Tidak menyebabkan iritasi
g. Daya tahan terhadap fatik tinggi
h. Tidak mudah larut dalam pelarut
i. Tidak ada porositas
j. Tidak mudah patah
k. Nyaman pada saat pemakaian
2.2.4 Kerugian
Beberapa kerugian nilon termoplastik sebagai bahan basis gigi tiruan adalah
sebagai berikut:7,18,11,33,34
a. Lebih banyak menyerap air
b. Mudah mengalami diskolorasi
c. Anasir gigi tiruan akrilik dapat terlepas karena berikatan secara mekanis
terhadap nilon termoplastik
d. Modulus elastisitas lebih rendah dibandingkan dengan polymethyl
methacrylate
e. Memerlukan peralatan khusus dalam proses pembuatan
f. Pembentukan kekasaran permukaan setelah beberapa minggu pemakaian
g. Sulit dilakukan perbaikan jika rusak
2.2.5 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi bahan nilon termoplastik adalah sebagai berikut:31,34,35
a. Pasien alergi logam atau akrilik
b. Kehilangan beberapa gigi anterior
c. Pasien yang mementingkan estetis
d. Pasien dengan keterbatasan membuka mulut
e. Sebagai gigi tiruan sementara atau sebagai space maintainers
f. Pasien yang memiliki undercut yang banyak pada jaringan lunak dan
jaringan keras
g. Pasien dengan kondisi celah palatum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
h. Sebagai obturator
i. Pasien dengan kasus kanker mulut
Kontraindikasi bahan nilon termoplastik adalah sebagai berikut:36,37
a. Overbite yang besar (>4mm)
b. Gigi yang tersisa mempunyai undercut yang minimal karena akan
mengurangi retensi
c. Pada kasus bilateral-free end dengan bentuk knife-edge ridge disertai
dengan torus mandibular yang besar karena dapat menyebabkan gigi tiruan menjadi
tidak stabil
d. Ruang interarch yang tidak cukup (ruang <4mm untuk penempatan gigi)
e. Linggir yang flabby dan datar dengan dukungan jaringan lunak yang lemah
sehingga memerlukan gigi tiruan yang lebih kaku
2.2.6 Sifat-sifat
2.2.6.1 Sifat fisis
a. Kekasaran Permukaan
Permukaan yang kasar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan diskolorasi
dari gigi tiruan. Selain itu, juga dapat berperan sebagai kolonisasi mikroba dan
pembentukan biofilm.31
Abuzar dkk. (2010) membandingkan kekasaran permukaan
antara nilon dengan resin akrilik dan hasilnya menunjukan bahwa permukaan pada
nilon lebih kasar dibandingkan dengan resin akrilik, baik sebelum dipolis ataupun
setelah dipolis.38
Kekasaran permukaan pada nilon yang tidak dipolis kemungkinan
dipengaruhi oleh suhu saat penguraian permukaan mold yang dipanaskan dengan
suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan resin akrilik dan juga disebabkan oleh
tekanan pada saat injection molding.31
b. Stabilitas Warna
Stabilitas warna adalah salah satu faktor yang penting dalam bahan
kedokteran gigi. Perubahan warna merupakan indikator dari lamanya atau kerusakan
pada bahan tersebut.39
Sepúlveda-Navarro dkk. (2011) membandingkan stabilitas
warna antara basis gigi tiruan resin akrilik dengan nilon termoplastik resin pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
beberapa jenis minuman (kopi, cola, anggur merah, dan air distilasi) dengan
menggunakan ultraviolet-visible spectrophotometer dan hasil yang didapatkan nilon
termoplastik mempunyai perubahan warna yang signifikan setelah 15 dan 30 hari
perendaman dalam cola. Perubahan warna yang lebih besar pada nilon termoplastik
disebabkan oleh sifat penyerapan air yang tinggi.40
c. Penyerapan Air
Salah satu kekurangan nilon adalah penyerapan air yang tinggi. Air yang
diserap ke dalam bahan bertindak sebagai plasticizer yang akan menyebabkan
penurunan sifat-sifat mekanis bahan seperti kekerasan dan batas fatik.41
Penyerapan
air yang tinggi pada nilon termoplastik terjadi karena ikatan amida yang bersifat
hidrofilik sehingga molekul air akan masuk diantara rantai molekul utama
poliamida.17
Nilon mempunyai nilai penyerapan air dengan rata-rata (standar deviasi)
14,25 (1,45) g/mm2.
. Nilai maksimum penyerapan air untuk bahan basis gigi tiruan
menurut ADA adalah 32 g/mm2.35
d. Porositas
Nilon termoplastik hampir tidak memiliki porositas. Porositas yang terjadi
pada nilon termoplastik kemungkinan disebabkan oleh metode injeksi yang tidak
sesuai dengan prosedur pembuatan sehingga sewaktu pemanasan terdapat gelembung
udara yang masih terperangkap. Porositas dapat menyebabkan perubahan warna lebih
mudah terjadi pada nilon termoplastik.32,42
e. Perubahan Dimensi
Parvizi dkk. (2004) membandingkan perubahan dimensi pada injection-
molded nilon dengan PMMA konvensional dan mendapatkan hasil nilon mempunyai
nilai penyusutan paling tinggi yaitu 2,5% pada lengkung dimensinya, dimana 2.8 kali
lebih besar dari PMMA konvensional. Perubahan dimensi yang signifikan dari nilon
dapat memengaruhi ketepatan pemakaian dari gigi tiruan. Ketepatan dimensi nilon
yang rendah dapat dipengaruhi oleh penyerapan air, dimana nilon merupakan bahan
yang bersifat hidrofilik.31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
2.2.6.2 Sifat Biologis dan Kemis
a. Biokompabilitas
Biokompabilitas merupakan kemampuan suatu bahan agar mendapatkan
respon yang baik pada jaringan ketika bahan tersebut digunakan.43
Suatu material
yang layak dimasukkan ke rongga mulut harus tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak
bersifat karsinogenik ataupun dapat menimbulkan reaksi alergi.44
Nilon termoplastik
merupakan basis gigi tiruan yang sangat biokompatibel karena bebas monomer dan
logam. Selain itu, tidak menyebabkan luka pada jaringan karena bahan ini akan
menyerap air dan menyebabkan gigi tiruan lebih lembut dan kompatibel terhadap
jaringan.11
b. Pertumbuhan Bakteri
Candida albicans dapat melepaskan endotoksin yang merusak mukosa mulut
dan menyebabkan terjadinya denture stomatitis.45
Freitas dkk. (2011) menyatakan
bahwa pertumbuhan biofilm Candida lebih tinggi pada resin poliamida dibandingkan
dengan PMMA. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan poliamida menyediakan
tempat yang mudah untuk terjadi kolonisasi mikroba. Perbedaan ini disebabkan
karena jumlah monomer sisa yang lebih tinggi pada PMMA yang mengakibatkan
pengurangan adhesi dan menghambat pertumbuhan dari Candida.46
2.2.6.3 Sifat Mekanis
a. Kekuatan Impak
Kekuatan impak berhubungan dengan kemampuan suatu bahan untuk
menahan benturan yang terjadi karena jatuh yang tidak disengaja. Pengujian impak
dapat dilakukan dengan menggunakan charpy test yaitu dengan cara menghitung
penyerapan energi oleh spesimen pada saat fraktur.9 Sharma dkk. (2014) menyatakan
kekuatan impak pada nilon termoplastik adalah 0,76 0,03 kN. Hal ini disebabkan
karena nilon termoplastik memiliki sifat fleksibel sehingga tahan terhadap fraktur
ketika terjadi benturan yang kuat.18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
b.Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan relatif suatu bahan sampai batas
elastisnya. Semakin tinggi nilai modulus elastisitas suatu bahan berarti semakin kaku
bahan tersebut. Berdasarkan standar ISO 1567 basis gigi tiruan memerlukan
persyaratan modulus elastisitas sedikitnya 2000 MPa. Nilon termoplastik mempunyai
modulus elastisitas yang rendah yaitu 826 MPa yang berarti nilon bersifat elastis.8
c. Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil adalah ketahanan suatu bahan terhadap beban yang bekerja
paralel pada bahan yang menyebabkan bahan tersebut putus tarik.47
Nilon mempunyai
kekuatan tensil yang lebih tinggi dibandingkan dengan resin akrilik. Kohli dkk.
(2013) menyatakan kekuatan tensil pada nilon A100/M adalah 10,000-11,500lb./sq.
dibandingkan 7,000-8,000lb./sq. untuk akrilik.7
d. Kekuatan Fatik
Fatik adalah rusaknya atau patahnya suatu bahan yang disebabkan beban
berulang di bawah batas tahanan bahan.16
Nilon mempunyai sifat mekanis yang tahan
terhadap hantaman dan beban yang berulang, sehingga nilon lebih tahan terhadap
fatik dibandingkan dengan PMMA.7 McKeen LW (2016) meyatakan kekuatan fatik
nilon 6 yang diuji sebanyak 106
siklus adalah sebesar 19MPa.48
e. Yield Strength
Yield strength adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tekanan
dimana bahan sudah mengalami deformasi permanen namun masih dalam keadaan
utuh.16
Nilai yield strength pada nilon adalah sekitar 71,5 MPa.49
f. Kekuatan Fleksural
Kekuatan fleksural adalah kemampuan suatu bahan untuk meregang dan
kembali ke dimensi awalnya sebelum proportional limit atau deformasi permanen
terjadi.14
Kohli dkk. (2013) menyatakan bahwa Valplast (poliamida) mempunyai rata-
rata kekuatan fleksural 77,28 3,4 MPa dan rata-rata kekuatan fleksural pada
Lucitone FRS (poliamida) 73,78 2,1.9
Nilai minimum untuk kekuatan fleksural
menurut ISO adalah 65 MPa.50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
2.2.7 Manipulasi
Nilon hampir tidak larut pada pelarut sehingga tidak dapat dibuat dengan
bentuk adonan dan mengisi mold dengan teknik biasa, tetapi harus dilelehkan dan
diinjeksikan ke dalam kuvet di bawah tekanan.7
Kuvet disiapkan untuk proses injeksi
kemudian silinder pemanas dinyalakan hingaa panas suhu 280°C. Setelah itu
cartridge dimasukkan ke dalam silinder pemanas selama 11 menit agar butiran
termoplastik dalam cartridge mencair. Bahan dalam cartridge diinjeksi ke dalam
cetakan dengan penekanan sebesar 6-8 bar. Setelah 5 menit, tekanan dilepas dan
kuvet dikeluarkan dari alat injeksi dan dibiarkan dingin pada suhu kamar. Kemudian
kuvet dibuka, selanjutnya lempeng termoplastik dikeluarkan dari gips menggunakan
hook dan mallet.17
2.3 Kekuatan Fleksural
2.3.1 Pengertian
Kekuatan fleksural adalah kemampuan suatu bahan untuk meregang yang
didapatkan saat ultimate flexibility suatu bahan dicapai sebelum proportional limit.14
Proportional limit adalah batas tekanan yang dapat diberikan dimana kurva stress-
strain masih pada garis lurus (titik 0 ke A)(Gambar 3). Area pada kurva stress-strain
sebelum proportional limit disebut daerah elastis dan sesudah proportional limit
disebut daerah plastis (Gambar 4). Pada daerah elastis saat tekanan dilepas tidak ada
terjadi deformasi permanen dan bahan akan kembali pada dimensi awalnya. Akan
tetapi, pada daerah plastis saat tekanan dilepas bahan akan bersifat ireversibel atau
tidak kembali ke dimensi awalnya. Kekuatan fleksural dimulai dari daerah elastis
yaitu berupa garis dari titik 0 ke A (Gambar 3). Akan tetapi, modulus elastisitas
merupakan area segitiga pada daerah elastis yaitu area segitiga 0-1-A (Gambar 4).
Daerah plastis dimulai dari compressive yield strength (garis dari titik A ke B) yaitu
bahan sudah bersifat ireversibel tetapi belum mengalami kegagalan atau patah
(Gambar 4). Kemudian dilanjutkan ultimate strength (garis dari titik B ke titik C)
pada titik ini bahan masih dapat menerima beban maksimum yang dapat ditahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
sebelum patah (Gambar 4). Pada titik D bahan mengalami kegagalan atau patah
(Gambar 4).16
Kekuatan fleksural sangat dipertimbangkan sebagai indikator kekuatan dari
suatu material. Menurut Wang dkk. (2003) kekuatan fleksural yang tinggi dibutuhkan
oleh suatu material untuk tahan terhadap tekanan pengunyahan yang dapat
mengakibatkan deformasi permanen.14
Kekuatan fleksural yang buruk dapat
menyebabkan bahan basis gigi tiruan tidak mampu menahan beban mastikasi yang
berlebihan.17
Hanamaka dkk. (2011) membandingkan dua poliamida (Nilon 12 dan
Nilon PACM12), satu polietilen tereftalat dan satu polikarbonat didapatkan hasilnya
dua poliamida mempunyai nilai kekuatan fleksural pada proportional limit yang
terendah.51
Gambar 3. Kurva stress-strain
16
Gambar 4. Area elastis dan plastis16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kekuatan Fleksural
a. Derajat Crystalline
Derajat crystalline yang menurun akan menyebabkan berat molekul dari
bahan berkurang sehingga kepadatan bahan menurun. Hal ini akan menyebabkan
penurunan dari sifat-sifat mekanis bahan salah satunya kekuatan fleksural.25
b. Porositas
Porositas terjadi karena adanya udara yang terperangkap didalam bahan. Hal
ini dapat menyebabkan bahan tidak sepenuhnya padat yang akan menyebabkan bahan
mengalami penurunan dalam sifat mekanisnya termasuk kekuatan fleksural.52
c. Penyerapan Air
Penyerapan air dapat mengganggu dan melemahkan polimer yang akan
meyebabkan penurunan dari kekuatan fleksural pada keadaan jangka panjang.53
Salman dkk. (2011) menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada
kekuatan fleksural resin akrilik heat cured dan termoplastik nilon setelah direndam
dalam larutan pembersih gigi tiruan.17
d. Perubahan suhu (thermocycling)
Perubahan suhu akan menyebabkan terjadinya ekspansi termal dan
penyusutan dari bahan. Ekspansi termal dan penyusutan dari bahan ini menyebabkan
tebentuknya thermal stress. Thermal stress nantinya akan memengaruhi polaritas dari
molekul sehingga menyebkan difusi air ke ruang interstitial yang akan menyebabkan
penurunan dari kekuatan fleksural.9 Takakashi dkk. (2012) menyatakan bahwa
perubahan suhu (thermocycling) menyebabkan penurunan kekuatan fleksural dari
poliamida 54
2.3.3 Alat Uji dan Cara Pengukuran
Pengukuran kekuatan fleksural dilakukan dengan menggunakan alat Universal
Testing Machine. Sebelum dilakukan pengukuran kekuatan fleksural sampel terlebih
dahulu direndam didalam air pada suhu 37 ± 2°C selama 50 ± 1 jam. Pengujian
kelenturan dilakukan dengan metode three-point bending yang memiliki tiga titik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
utama, yaitu dua titik tumpuan pada pinggir spesimen uji dan satu titik pembebanan
pada bagian tengah spesimen. Jarak antara dua titik tumpuan adalah 50 mm.
Spesimen dibelokkan dengan kecepatan konstan yaitu rata-rata kecepatan 5 mm/min
sampai permukaan luar spesimen patah atau sampai maximum strain 5.0% dicapai,
yang mana yang terlebih dahulu terjadi. Kemudian dilakukan pengamatan grafik.50,55
2.4 Daur Ulang Nilon
Daur ulang polimer dilakukan karena dua alasan, yang pertama yaitu
ekonomis karena limbah dari spru dapat digunakan kembali. Alasan yang kedua
adalah faktor lingkungan karena akan menurunkan jumlah bahan plastik habis pakai
pada tempat pembuangan sampah.21
Sebagian besar limbah nilon berakhir di tempat
pembuangan sampah karena sisa nilon yang tersisa dalam spru dipotong ketika
mengeras dan dibuang setelah prosesnya.
Bahan polimer mempunyai keuntungan yaitu ketahanan yang tinggi terhadap
lingkungan dan sifat mekanis yang tinggi namun keuntungan ini dapat menjadi
kerugian karena bahan ini tidak dapat terurai dalam jangka waktu yang singkat
sehingga akan menyebabkan pencemaran lingkungan.20
Nilon daur ulang merupakan
nilon hasil injection moulding berbentuk spru yang telah melalui proses daur ulang
sebelum dimanipulasi kembali.24
2.4.1 Metode Daur Ulang
Secara umum terdapat empat metode daur ulang yang dilakukan pada limbah
polimer, yaitu in-plant, daur ulang mekanik, daur ulang kimiawi dan energy recovery.
22
a. Daur ulang primer (in-plant)
Daur ulang primer atau yang biasa disebut dengan in-plant merupakan metode
daur ulang untuk limbah yang belum terkontaminasi. Metode ini paling banyak
digunakan karena sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang banyak namun
metode ini hanya dapat mendaur ulang limbah yang tidak terkontaminasi.22
b. Daur ulang sekunder (mekanik)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Daur ulang sekunder berbeda dengan metode daur ulang primer. Metode daur
ulang sekunder membutuhkan pemisahan atau pemurnian pada pengolahannya.
Polimer tidak berubah saat daur ulang sekunder namun terjadi penurunan berat
molekul akibat pemotongan rantai (chain scission) yang akan mengakibatkan
penurunan dari sifat mekanis.56
Metode daur ulang sekunder merupakan metode yang
memungkinkan untuk dilakukan banyak orang dengan teknik yang lebih
disederhanakan. Secara umum metode daur ulang mekanik terdiri dari empat tahap,
yaitu pertama mengumpulkan material yang disortir. Tahap kedua material akan
dipotong dan dicacah kemudian dicuci dan dikeringkan di tahap ketiga, Kemudian
material akan dicairkan dan diproses kembali menjadi bentuk butiran (pellet) atau
langsung dibentuk menjadi produk baru.57
c. Daur ulang tersier (kimiawi)
Daur ulang tersier atau kimiawi atau feedstock bertujuan untuk merubah
limbah polimer menjadi monomer yang asli atau bahan kimia yang dapat
digunakan.22
Pada metode ini rantai polimer dirubah menjadi molekul yang lebih
kecil melalui proses kimia.56
d. Daur ulang kuartener (incineration)
Insenerasi (daur ulang kuartener) merupakan metode yang banyak digunakan
untuk pemulihan energi. Metode ini terutama digunakan untuk mengolah limbah
campuran dan sangat terkontaminasi yang tidak dapat didaur ulang dengan mudah
dan ekonomis menggunakan metode yang lain. Daur ulang kuartener dapat mengurai
racun dan limbah yang terjangkit infeksi menular.56
2.4.2 Daur Ulang Mekanik
Tahapan daur ulang pada mechanical recycling adalah sebagai berikut:58,59
a. Proses pencucian (washing)
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air sedangkan pencucian dengan
bahan kimia dilakukan untuk kasus tertentu (untuk menghilangkan lem dari plastik)
yaitu dengan menggunakan soda kausatik dan surfaktan
b. Tahap pemotongan (cutting/shredding)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
Pemotongan dilakukan dengan menggunakan gunting atau gergaji menjadi
bentuk serpihan untuk proses selanjutnya.
c. Tahap pemisahan kontaminan
Kertas, debu, dan kotoran yang lain disingkirkan dan dipisahkan dari bahan
yang akan didaur ulang biasanya dilakukan di dalam cyclone
d. Tahap pengapungan (floating)
Tipe serpihan yang berbeda dipisahkan pada tangki pengapungan berdasarkan
densitas dari bahan.
e. Tahap pencucian dan pengeringan (washing and drying)
Bahan dilakukan pencucian dengan air dan kemudian dikeringkan. Pengeringan
dilakukan minimal 6 jam untuk mendapatkan penampilan bahan yang baik.
2.4.2.1 Daur Ulang Mekanik Murni
Daur ulang mekanik murni tanpa penambahan bahan kompatibilisasi dapat
menurunkan berat molekul dari bahan tersebut dikarenakan adanya pemotongan
rantai (chain scission) yang akan mengakibatkan penurunan dari sifat mekanis bahan.
Pemotongan rantai dapat terjadi pada keadaan ada air dan sejumlah asam.58
Molekul
air yaitu H2O memiliki atom H pada unsur kimianya. Atom H akan masuk ke dalam
rantai dan berikatan dengan atom C pada nilon sehingga ikatan yang awalnya panjang
yaitu CH2-CH2-CH2 akan terpotong menjadi CH2 dan CH3-CH3 sehingga jumlah
CH3 lebih banyak dari CH2. Hal ini menyebabkan rantai polimer yang terbentuk
pada nilon daur ulang akan menjadi pendek dan ikatan rantai menjadi lemah dan tidak
teratur sehingga ruang intermolekul meregang.20
Akibatnya crystalline pada nilon
daur ulang berkurang dan menurunkan sifat mekanis pada nilon.27,60
Soja dkk. (2013) melakukan pengamatan menggunakan fourier transformed
infrared spectroscopy (FTIR) hasilnya menunjukkan jumlah grup methyl meningkat
sementara grup methylene mengalami penurunan. Selain itu, kekuatan tensil pada
limbah poliamida 6.6 juga mengalami penurunan yaitu dari 165,2 MPa menjadi 97,0
MPa setelah didaur ulang sebanyak 20 kali.20
Maspoch dkk (2003) menyatakan
penurunan sifat mekanis terjadi dengan peningkatan proses daur ulang. Sifat yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
paling terlihat mengalami penurunan adalah kekuatan tensil, kekuatan fleksural dan
kekuatan impak. Pada daur ulang yang pertama terjadi penurunan kepadatan sebesar
19% dan akan terus menurun dengan ditingkatkannya proses daur ulang. Hal ini
disebabkan penurunan berat molekul dari polimer yang disebabkan oleh chain
scission saat daur ulang sehingga kepadatan dan sifat mekanis polimer menurun.25
Crespo dkk. (2012) menyatakan kekuatan impak menunjukkan penurunan yang
progresif dengan ditingkatkannya proses daur ulang. Kekuatan impak menurun secara
drastis dari 45,09 J/m2
(PA6 murni) menjadi 28,61 J/m2
setelah lima kali dilakukan
proses daur ulang. Kepadatan juga mengalami penurunan sebanyak 72% dikarenakan
penurunan dari berat molekul akibat degradasi yang disebabkan oleh terpotongnya
rantai polimer.59
2.4.2.2 Penambahan Bahan Kompatibilisasi
Daur ulang mekanik dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan
kompatibilisasi. Penambahan bahan kompatibilisasi dapat meningkatkan sifat
mekanis dari polimer. Bahan kompatibilisasi akan menjadi kopolimer yang
mengandung fragmen molekul yang akan menyesuaikan limbah polimer dengan
bahan campuran dengan interaksi secara fisis-kemis.56
2.4.2.2.1 Kompatibilisasi Murni
Choudhury dkk. (2006) melakukan penelitian menggunakan bahan
kompatibilisasi Surlyn ionomer dan Fusabond untuk mendaur ulang berbahan dasar
nilon 6, kemudian membandingkannya dengan daur ulang tanpa penambahan bahan
kompatibilisasi. Penambahan bahan kompatibilisasi Surlyn ionomer dan Fusabond
pada polimer daur ulang meningkatkan ukuran dan derajat kepadatan crystalline dari
polimer daur ulang. Nilai kekuatan tensil meningkat sebanyak 20% pada penambahan
Surlyn ionomer dan 14% pada penambahan Fusabond dibandingkan dengan tanpa
penambahan bahan kompatibilisasi.61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
2.4.2.2.2 Kompatibilisasi Modifikasi
Daur ulang limbah nilon 6 dapat ditambahkan dengan nilon murni agar
penurunan sifat dari bahan tidak terjadi.20
Hal ini bertujuan untuk mengurangi cabang
dari ikatan yang terbentuk sehingga kepadatan dari polimer baru yang dihasilkan
tidak jauh berbeda dengan polimer murni. Bucella dkk (2012) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh penambahan nilon murni ke dalam nilon daur ulang yaitu
didapatkan struktur nilon yang lebih baik yang disebabkan karena terjadinya chain
extension. Mekanisme chain extension dapat mempertahankan sifat termal, mekanis,
maupun rheologinya.62
Maspoch dkk. (2003) membandingkan kombinasi antara nilon
daur ulang dengan nilon murni dengan perbandingan 50%:50% dan 30%:70%. Pada
perbandingan 50%:50% didapatkan nilai kekuatan fleksural sebesar 85 MPa
sedangkan pada perbandingan 30%:70% didapatkan nilai kekuatan fleksural sebesar
90 MPa. Maspoch menyimpulkan bahwa perbandingan yang paling baik yaitu dengan
mencampurkan 30% limbah nilon dengan 70% nilon murni.25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
2.6 Kerangka Konsep
Nilon Murni Nilon Sisa
crystalline
Gaya tarik
antara rantai
kuat
Ikatan rantara
molekul teratur
Ruang intermolekul padat
Sifat mekanis meningkat
Kekuatan fleksural
Nilon Daur Ulang Murni
Nilon Murni 60% + Nilon Daur Ulang 40%
Nilon Daur Ulang < Nilon Murni
Proses pemanasan ikatan rantai
polimer terpotong ikatan
menjadi pendek jumlah CH2 <
CH3
Derajat crystalline menurun
Ikatan rantai lemah ruang
intermolekul merenggang
Penyerapan air meningkat
Sifat mekanis menurun
Kekuatan fleksural
Terjadi mekanisme chain extension
Pemanjangan rantai kimia
ruang intermolekul memadat
Derajat crystalline meningkat
Penyerapan air menurun
Sifat mekanis semakin baik
Kekuatan fleksural
Daur Ulang
Bahan kompatibilisasi modifikasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Ho: Tidak ada perbedaan kekuatan fleksural antara nilon termoplastik murni,
nilon daur ulang dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang.
Ha: Ada perbedaan kekuatan fleksural antara nilon termoplastik murni, nilon
daur ulang dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang.
2. Ho: Tidak ada pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur
ulang terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik.
Ha: Ada pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang
terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Experimental Laboratoris.
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah nilon termoplastik yang terdiri dari:
1. Nilon murni
2. Nilon daur ulang
3. Kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang
Model induk terbuat dari stainless steel dan ukuran model induk yang akan
digunakan untuk pembuatan sampel adalah 64x10x3,3 mm (ISO 20795-1 Standard)
3,3
mm
64 mm 10 mm
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Federer.
Keterangan:
t = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan digunakan (t = 3) karena jumlah perlakuan sebanyak
tiga perlakuan yaitu nilon murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni
dengan 40% nilon daur ulang. Jumlah (r) tiap kelompok sampel dapat ditentukan
sebagai berikut:
( t-1) (r-1) ≥ 15
( 3-1 ) ( r-1 ) ≥ 15
2 ( r-1 ) ≥ 15
2r-2 ≥ 15
2r ≥ 15 + 2
r ≥ 17/2
r ≥ 8,5
Berdasarkan hasil di atas, jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah
sebanyak 8,5 sampel, maka jumlah sampel untuk tiap kelompok adalah 9 sampel dan
total jumlah sampel untuk tiga kelompok adalah sebanyak 27 sampel.
(t-1) (r-1) ≥ 15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Bebas:
Bahan basis gigi tiruan Nilon
Termoplastik (Bioplast, Japan),
yang berasal dari:
1. Nilon murni
2.Nilon daur ulang
3. Kombinasi 60% nilon murni
dan 40% nilon daur ulang
Variabel Terikat:
Kekuatan Fleksural
Variabel Tidak
Terkendali:
Ukuran nilon sisa
Variabel Terkendali:
1. Ukuran sampel
2. Jenis dan berat nilon termoplastik yang
digunakan
3. Perbandingan adonan gips keras dengan air
4. Waktu pengadukan gips keras
5. Suhu pemanasan nilon termoplastik
6. Waktu pemanasan nilon termoplastik
7. Teknik pemolesan
8. Proses pembersihan nilon sisa
9. Lama dan suhu pengeringan nilon sisa
10. Rasio perbandingan campuran nilon murni
dengan nilon daur ulang
11. Suhu perendaman
12. Lama perendaman
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
3.3.2 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Bebas
No Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur
1 Nilon murni Bahan termoplastik
golongan poliamida yang
digunakan sebagai bahan
basis gigi tiruan dan dapat
dilunakkan dengan
pemanasan dan mengeras
dengan pendinginan tanpa
perubahan struktur kimia
melalui teknik injection
moulding
- -
2 Nilon daur ulang Limbah nilon yang
dilakukan proses daur
ulang sehingga dapat
digunakan kembali
- -
3 Bahan
Kompatibilisasi
Bahan kompatibiliasi
berupa bahan nilon murni
yang ditambahkan pada
nilon daur ulang dengan
perbandingan berat 60% :
40%
Ordinal Timbangan
Digital
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Terikat
No Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur
1 Kekuatan fleksural Kemampuan suatu
bahan untuk meregang
sebelum patah yang
didapatkan saat
tercapainya ultimate
flexibility dari suatu
bahan sebelum
proportional limit
Rasio Universal
Testing
Machine
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Terkendali
No Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur
1. Ukuran sampel Sampel dengan ukuran
dalam bentuk batang 64
x 10 x 3,3 mm.
- Kaliper digital
2. Jenis dan berat nilon
termoplastik yang
digunakan
Bioplast (poliamida 6)
dengan 1 kuvet = 13
gram
- Timbangan
digital
3. Perbandingan adonan
gips keras dengan air
Perbandingan adonan
gips keras dengan air
untuk menanam sampel
dalam kuvet yaitu 100
gram gips keras : 30 ml
air.
- Gelas ukur
dan timbangan
4. Waktu pengadukan
gips keras
Waktu yang dibutuhkan
untuk mengaduk gips
keras adalah sekitar 1
menit (sehingga
homogen)
- Stopwatch
5. Suhu pemanasan Suhu yang digunakan - -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
nilon termoplastik untuk melunakkan
bahan nilon termoplastik
pada alat furnace, yaitu
225°C.
6. Waktu pemanasan
nilon termoplastik
Lamanya pemanasan
nilon pada furnace,
yaitu 20-25 menit.
- Stopwatch
7. Teknik pemolesan Cara pemolesan sampel
dihaluskan dengan
kertas pasir waterproof
ukuran 400, 600, dan
1000 dan dilanjutkan
dengan Scotch-Brite
brush yang dipasangkan
pada polishing motor
dengan kecepatan 500
rpm dan menggunakan
coarse pumice sehingga
mengkilat.
- -
8. Proses pembersihan
nilon sisa
Nilon sisa dibersihkan
dengan dari bekas gips
yang menempel
menggunakan lekron,
bur frasser, dan air
dingin
- -
9. Lama dan suhu
pengeringan nilon
sisa
Nilon sisa yang telah
dicuci dikeringkan
dalam desikator pada
suhu 37°C selama 24
jam.
- -
10. Rasio perbandingan
campuran nilon
Persentase nilon murni
adalah 60% yaitu 8
-
Timbangan
digital
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
murni dengan nilon
daur ulang
gram sementara nilon
daur ulang adalah 40%
yaitu 5 gram dari berat
total (13 gram)
11. Suhu perendaman Sampel direndam pada
suhu 37±1°C di
inkubator
- -
12. Lama perendaman Sampel direndam dalam
aquades selama 50±2
jam
- -
Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali
No Variabel Tidak
Terkendali
Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur
1. Ukuran nilon sisa Ukuran nilon sisa yang
dipotong dengan
menggunakan pisau
cutter secara manual
sesuai dengan ukuran
butiran nilon murni
dengan diameter 2 mm.
- Kaliper digital
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
3.4.1.1 Tempat Pembuatan Sampel
Laboratorium UJI Dental FKG USU
3.4.1.2 Tempat Pengujian Sampel
Laboratorium Biokimia FMIPA USU
Laboratorium IFRC Magister Teknik Mesin USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
1. Injection flask (Gambar 5)
Gambar 5. Injection flask
2. Timbangan digital (Gambar 6)
Gambar 6. Timbangan
digital
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
3. Lekron (Gambar 7)
Gambar 7. Lekron
4. Rubber bowl dan spatula (Gambar 8)
Gambar 8. Rubber bowl
dan spatula
5. Vibrator (Gambar 9)
Gambar 9. Vibrator
6. Cartridge (Gambar 10)
Gambar 10. Cartridge
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
7. Furnace (Gambar 11)
Gambar 11. Furnace
8. Plugger
9. Injector (Gambar 12)
Gambar 12. Injector
10. Polishing Motor (Gambar 13)
Gambar 13. Polishing
Motor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
11. Scotch-Brite Brush
12. Portable Dental Engine
13. Mata bur fraser (Gambar 14)
Gambar 14. Mata bur
fraser
14. Disk pemotong (Gambar 15)
Gambar 15. Disk
pemotong
15. Stopwatch
16. Pisau cutter
17. Alat Desikator (Gambar 16)
Gambar 16. Desikator
18. Universal Testing Machine (Shimadzu Servopulser, Japan) (Gambar 17)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Gambar 17. Universal
Testing
Machine
19. Inkubator (Gambar 18)
Gambar 18. Inkubator
20. Kaliper digital (Gambar 19)
Gambar 19. Kaliper digital
21. Rotary grinder
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
3.5.2 Bahan Penelitian
1. Nilon termoplastik (Gambar 20)
Gambar 20. Nilon termoplastik
2. Malam spru (Gambar 21)
Gambar 21. Malam spru
3. Gips keras
4. Vaselin (Gambar 22)
Gambar 22. Vaselin
5. Cairan Cold Mould Seal (Gambar 23)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Gambar 23. Cold Mould
Seal
6. Lempengan karet (Gambar 24)
Gambar 24. Lempengan
Karet
7. Aluminium foil (Gambar 25)
Gambar 25. Alumunium
Foil
8. Kertas pasir waterproof ukuran 400, 600, dan 1000
9. Coarse pumice
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
3.6 Cara Penelitian
3.6.1 Pembuatan Model Induk
Model induk dibuat dari logam stainless steel dengan ukuran 64 x 10 x 3,3 mm
untuk pembuatan mold sampel nilon.
3.6.2 Pembuatan Sampel
Sampel yang dibuat terdiri dari tiga kelompok, yaitu kelompok sampel nilon
murni (kelompok A), nilon daur ulang (kelompok B) dan sampel kombinasi nilon
murni 60% ditambah nilon daur ulang 40% (kelompok C)
3.6.2.1 Pembuatan Nilon Daur Ulang
Nilon daur ulang dibuat secara terpisah dengan cara memasang malam spru
dengan bentuk dan ukuran yang sama pada kuvet sehingga pada saat proses
pemotongan dapat diperoleh ukuran potongan yang relatif sama
3.6.2.2 Pembuatan Sampel Kelompok A
A. Penanaman Model Induk pada Kuvet Bawah
1. Penanaman kuvet dengan teknik injection moulding dilakukan dengan
menggunakan kuvet khusus untuk injeksi.
2. Kuvet dioleskan dengan bahan separasi vaselin.
3. Adonan gips dibuat dalam rubber bowl dengan perbandingan 100 gram gips
keras : 30 ml air.
4. Adonan gips diaduk dengan dengan spatula hingga homogen kemudian
dituang ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator.
5. Model induk dari logam stainless steel dengan ukuran 64 x 10 x 3,3 mm
dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips dalam kuvet, satu kuvet berisi
tiga model induk (Gambar 26).
6. Gips didiamkan selama 20 menit hingga mengeras.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Gambar 26. Penanaman model induk
pada kuvet bawah
B. Pemasangan Spru dan Pengisian Kuvet Atas
1. Setelah gips mengeras, spru terbuat dari malam yang digunakan sebagai jalan
masuk nilon diletakkan pada tepi model induk (Gambar 27).
Gambar 27. Pemasangan malam spru
2. Spru yang berlebihan dibuang dengan lekron.
3. Gips dioleskan dengan vaselin pada seluruh permukaannya.
4. Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah dan dikunci hingga rapat.
5. Adonan gips dibuat dalam rubber bowl dengan perbandingan 100 gram gips
keras : 30 ml air.
6. Kuvet diletakkan di atas vibrator dengan posisi vertikal dan vibrator
dijalankan.
7. Adonan gips dituang ke dalam kuvet melalui salah satu lubang pengisian
pada kuvet hingga adonan keluar dari lubang lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
8. Gips didiamkan selama 60 menit hingga mengeras.
C. Pengangkatan Model Induk dan Pembuangan Spru
1. Setelah gips yang mengeras, kuvet atas dan kuvet bawah dibuka dan model
induk dikeluarkan dengan lekron.
2. Spru dibuang dengan cara dipanaskan dengan air mendidih hingga tidak ada
lagi sisa spru pada gips.
3. Oleskan permukaan mold dan sekitarnya dengan Cold Mould Seal (CMS)
dengan menggunakan kuas.
4. Setelah itu kuvet atas dan bawah dipasang kembali.
D. Pengisian Nilon Murni pada Mold
1. Kuvet dipasangkan kembali dan dikunci.
2. Siapkan cartridge untuk pengisian butiran nilon murni kemudian potong
aluminium foil membentuk lingkaran dan diletakkan ke dalam cartridge.
3. Butiran nilon murni lalu dimasukkan ke dalam cartridge.
4. Sebelum cartridge dimasukkan ke furnace, furnace dipanaskan terlebih
dahulu selama 20 menit.
5. Kemudian cartridge yang berisi butiran nilon murni dipanaskan dalam alat
furnace pada suhu 225°C selama 25 menit (Gambar 28).
Gambar 28. Cartridge yang berisi
nilon dipanaskan ke
dalam furnace
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
6. Setelah butiran nilon meleleh, bagian dasar cartridge dilekatkan lempengan
karet dan dipasangkan pada alat injector.
7. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet dan
nilon diinjeksikan ke dalam mold (Gambar 29).
Gambar 29. Proses injeksi nilon
ke dalam mold
8. Biarkan di bawah tekanan selama 3 menit, lepaskan dari alat injector dan
biaarkan selama 30 menit.
3.6.2.3 Pembuatan Sampel Kelompok B dan C
Penanaman model induk pada kuvet bawah, pemasangan spru, pengisian kuvet
atas, pengangkatan model induk kelompok B dan C sama seperti pada kelompok A.
A. Pengolahan Nilon Sisa pada Kelompok B dan C
Nilon sisa berasal dari sisa nilon pada kelompok sampel A. Adapun tahapan
dari daur ulang nilon sisa yaitu :
1. Tahap pemotongan (cutting/shredding)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Nilon sisa (spru) dari pembuatan nilon murni dipotong dari sampel
menggunakan bur disk. Spru dibentuk dengan cara dipotong menggunakan pisau
cutter sesuai dengan ukuran butiran nilon murni (Gambar 30).
Gambar 30. Potongan nilon
daur ulang
2. Tahap pemisahan dengan bahan kontaminan (contaminant separation)
Bersihkan sisa gips yang melekat pada nilon menggunakan lekron dan dapat
dibantu dengan air dingin atau panas (dengan suhu maksimal 60°C).
3. Proses pencucian (washing)
Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan air.
4. Proses pengeringan (drying)
Nilon sisa yang sudah dicuci dikeringkan di dalam desikator pada suhu 37°C
selama 1 hari (24jam).
B. Pengisian Nilon Daur Ulang pada Mold
1. Kuvet bawah dan atas dipasang kembali.
2. Cartridge disediakan untuk pengisian butiran nilon daur ulang kemudian
potong aluminium foil membentuk lingkaran dan diletakkan pada dasar cartridge.
3. Butiran nilon daur ulang lalu dimasukkan ke dalam cartridge.
4. Sebelum cartridge dimasukkan ke furnace, furnace dipanaskan terlebih
dahulu selama 20 menit.
5. Kemudian cartridge yang berisi butiran nilon sisa hasil daur ulang
dipanaskan dalam alat furnace pada suhu 225°C selama 20 menit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
6. Setelah nilon meleleh, bagian dasar cartridge dilekatkan lempengan karet
dan dipasangkan pada alat injector.
7. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet dan
nilon daur ulang diinjeksikan ke dalam mold selagi panas kemudian dibiarkan di
bawah tekanan selama 3 menit dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras.
C. Pengisian Kombinasi Nilon Murni 60% dengan Nilon Daur Ulang 40%
pada Mold.
1. Kuvet bawah dan atas dipasang kembali.
2. Cartridge disediakan untuk pengisian butiran nilon termoplastik kemudian
potong aluminium foil membentuk lingkaran dan diletakkan pada dasar cartridge.
3. Butiran nilon termoplastik kombinasi nilon murni dengan nilon daur ulang
dimasukkan ke dalam cartridge dengan perbandingan nilon murni 60% dan nilon
daur ulang 40% dari berat keseluruhan.
4. Sebelum cartridge dimasukkan ke furnace, furnace dipanaskan terlebih
dahulu selama 20 menit.
5. Kemudian cartridge yang berisi kombinasi butiran nilon termoplastik
dipanaskan dalam alat furnace pada suhu 225°C selama 20 menit.
6. Setelah nilon meleleh, bagian dasar cartridge dilekatkan lempengan karet
dan dipasangkan pada alat injector.
7. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet
kemudian nilon murni 60% yaitu sebanyak 8g dan nilon daur ulang 40% yaitu
sebanyak 5g diinjeksikan ke dalam mold selagi panas. Selanjutnya, biarkan di bawah
tekanan selama 3 menit dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras.
3.6.2.4 Penyelesaian Sampel Kelompok A, B dan C
1. Sampel dikeluarkan dari kuvet dan dirapikan dengan fraser bur untuk
menghilangkan bagian yang tajam.
2. Permukaan sampel dihaluskan dengan kertas pasir waterproof ukuran 400,
600 dan 1000.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
3. Pemolesan dilanjutkan dengan Scotch-Brite brush yang dipasangkan pada
polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan coarse pumice hingga
mengkilat.
3.6.3 Pengukuran Kekuatan Fleksural
3.6.3.1 Cara Pengukuran Kekuatan Fleksural
1. Sampel ditempatkan di dalam gelas ukur dan direndam dalam aquades
dengan suhu 37±1°C selama 50±2 jam di inkubator (Gambar 31).
Gambar 31. Perendaman sampel di
Inkubator
2. Pengukuran kekuatan fleksural dilakukan dengan menggunakan alat
Universal Testing Machine.
3. Meletakkan nilon pada grip pengujian, peletakan pada tiga titik yaitu satu
titik pembebanan pada bagian tengah dan dua titik tumpuan pada bagian pinggir
nilon. Jarak antara dua titik tumpuan adalah 50±0,1 mm
4. Memulai pembebanan dengan kecepatan 5±1 mm/min sampai nilon patah
(Gambar 32).
Gambar 32. Sampel setelah di-
lakukan pengujian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
5. Sampel mengalami kegagalan, grafik diamati.
Nilai kekuatan fleksural untuk setiap sampel adalah dalam (MPa) dan dihitung
berdasarkan rumus berikut:
Keterangan:
P: Beban maksimum (N)
L: Jarak antar pendukung (mm)
b: Lebar lempeng (mm)
d: Tebal Lempeng
3.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah:
1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi
kekuatan fleksural masing-masing kelompok.
2. Uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan fleksural
rata-rata kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dibandingkan
dengan nilon murni dan nilon daur ulang.
3. Uji Mann-Whitney untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang
bermakna antara kelompok yang diberi perlakuan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
3.8 Kerangka Operasional Penelitian
3.8.1 Pembuatan Nilon Daur Ulang
Pengolahan nilon sisa
Daur ulang mekanik
Proses pemotongan nilon dengan
menggunakan bur disk atau pisau cutter
sesuai dengan ukuran butiran nilon murni
Pemisahan dari bahan kontaminan yang
melekat pada nilon yang dapat mengganggu
bahan yang didaur ulang
Proses pencucian dilakukan
dengan menggunakan air
Pengeringan dengan suhu 37°C di dalam
desikator selama 24 jam
Nilon daur ulang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
3.8.2 Pembuatan Sampel
Model induk dari stainless steel dengan
ukuran 64 x 10 x 3,3 mm
Penanaman model induk pada kuvet bawah
Pemasangan spru
Sisa spru dibuang dan model induk diangkat
Pemanasan furnace dan persiapan cartridge
Cartridge dimasukkan nilon termoplastik
Kelompok A
(nilon termoplastik
murni)
Kelompok B (nilon
daur ulang) Kelompok C (kombinasi
60% nilon murni dengan
40% nilon daur ulang
Injeksi bahan kombinasi
60% nilon murni dengan
40% nilon daur ulang ke
dalam mold
Injeksi bahan nilon
daur ulang ke dalam
mold
Injeksi bahan nilon
termoplastik murni
ke dalam mold
Penyelesaian akhir dan pemolesan
Sampel nilon termoplastik kelompok A, B dan C
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
3.8.3 Pengujian Sampel
Pengukuran kekuatan fleksural
Pengukuran kekuatan fleksural dengan
menggunakan alat Universal Testing Machine
Perendaman sampel dalam air dengan suhu 37±1°C selama 50±2 jam
Kelompok A
(nilon termoplastik
murni)
Kelompok B (nilon
daur ulang) Kelompok C (kombinasi
60% nilon murni dengan
40% nilon daur ulang
Meletakkan sampel pada grip pengujian
Sampel ditempatkan dengan jarak 50±0,1 antara
dua titik tumpuan
Sampel diberikan beban dengan kecepatan
crosshead 5mm/min hingga sampel mengalami
kegagalan atau patah
Pengumpulan data
Analisi data
Hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Nilai Kekuatan Fleksural Nilon Termoplastik Murni, Nilon Daur Ulang
dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang
Kekuatan fleksural diuji dengan menggunakan Universal Testing Machine
dengan cara pemberian beban dengan kecepatan crosshead 5mm/min hingga sampel
mengalami kegagalan atau patah. Satuan kekuatan fleksural adalah dalam MPa. Nilai
kekuatan fleksural terkecil pada kelompok A adalah 49,26 MPa, yang terbesar adalah
57,04 MPa. Nilai kekuatan fleksural terkecil pada kelompok B adalah 38,74 MPa,
yang terbesar adalah 51,40 MPa. Nilai kekuatan fleksural terkecil pada kelompok C
adalah 41,20 MPa, yang terbesar adalah 55,43 MPa (Tabel 5).
Tabel 5. Nilai kekuatan fleksural pada nilon termoplastik murni, nilon daur ulang,
dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang
No.
Sampel
Kekuatan Fleksural
Kelompok A (Nilon
Termoplastik Murni)
Kelompok B (Nilon
Daur Ulang)
Kelompok C (Nilon
Kombinasi)
1. 49,26 ** 38,74 ** 41,20 **
2. 50,53 41,75 53,24
3. 51,70 45,91 55,43 *
4. 54,57 50,90 42,82
5. 57,04 * 48,13 54,89
6. 52,76 42,69 44,47
7. 53,78 42,11 45,42
8. 55,72 47,03 52,05
9. 54,23 51,40 * 55,20
SD 53,29 2,48 45,41 4,36 49,41 5,83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Keterangan: * nilai terbesar
** nilai terkecil
Nilai rerata kekuatan fleksural dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata
kekuatan fleksural pada kelompok A adalah 53,29 MPa dengan standar deviasi
sebesar 2,48. Nilai rerata kekuatan fleksural pada kelompok B adalah 45,41 dengan
standar deviasi sebesar 4,36. Nilai rerata kekuatan fleksural pada kelompok C adalah
49,41 dengan standar deviasi sebesar 5,83 (Tabel 5). Nilai tertinggi diantara
kelompok A, B dan C terdapat pada kelompok A yaitu 57,04 MPa sedangkan untuk
nilai terendah terdapat pada kelompok B yaitu 38,74 MPa.
4.2 Perbedaan Nilai Kekuatan Fleksural Nilon Termoplastik Murni, Nilon
Daur Ulang, dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang
Pengujian normalitas dan homogenitas dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan uji untuk menganalisis perbedaan nilai antara kekuatan fleksural nilon
termoplastik murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40%
nilon daur ulang. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui bahwa sebaran data
normal dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas data diperoleh
bahwa nilai signifikansi pada kelompok A yaitu p = 0,98 (p > 0,05), kelompok B
yaitu p = 0,67 (p > 0,05) dan kelompok C p = 0,7 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa data yang diperoleh normal.
Setelah dilakukan uji normalitas data, maka dilakukan uji homogenitas data
untuk mengetahui bahwa data tersebut homogen dengan menggunakan uji Levene.
Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 8,393 dengan tingkat signifikansi p = 0,002 (p <
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak homogen. Uji yang
dilakukan selanjutnya adalah uji Kruskal-Wallis karena diperoleh data yang tidak
homogen. Hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh signifikansi p = 0,009 (p < 0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan fleksural yang signifikan antara
kelompok A, B, dan C (Tabel 6).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
Tabel 6. Perbedaan nilai kekuatan fleksural nilon termoplastik murni, nilon daur
ulang dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang
Kelompok
Kekuatan Fleksural
n SD p
A 9 53,29 2,48
0,009* B 9 45,41 4,36
C 9 49,41 5,83
Keterangan: * signifikan
4.3 Pengaruh Penambahan 60% Nilon Murni pada Nilon Daur Ulang
terhadap Kekuatan Fleksural Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik
Uji Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki
perbedaan yang bermakna. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terlihat perbedaan
yang bermakna diantara kelompok A dan kelompok B dengan nilai p = 0,001 (p <
0,05) sedangkan pada kelompok B dan kelompok C tidak terdapat perbedaan yang
bermakna dengan nilai p = 0,122 (p > 0,05) dan pada kelompok A dan kelompok C
dengan nilai p = 0,270 (p > 0,05) (Tabel 7). Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penambahan 60% nilon murni pada nilon daur
ulang terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik.
Tabel 7. Pengaruh penambahan 60% nilon murni pada nilon daur ulang terhadap
kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik
Kelompok n p
A dan B 9 0,001*
A dan C 9 0,270
B dan C 9 0,122
Keterangan : * signifikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
BAB 5
PEMBAHASAN
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental
laboratoris yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh penambahan nilon
termoplastik murni pada nilon daur ulang terhadap kekuatan fleksural basis gigi
tiruan nilon termoplastik dengan cara memberi perlakuan kepada satu atau lebih
kelompok eksperimen kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut
dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok nilon termoplastik murni).
5.1 Nilai Kekuatan Fleksural pada Nilon Termoplastik Murni, Nilon Daur
Ulang dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang
Tabel 5 menunjukkan nilai kekuatan fleksural terkecil pada kelompok A adalah
49,26 MPa, yang terbesar adalah 57,04 MPa. Nilai kekuatan fleksural terkecil pada
kelompok B adalah 38,74 MPa, yang terbesar adalah 51,40 MPa. Nilai kekuatan
fleksural terkecil pada kelompok C adalah 41,20 MPa, yang terbesar adalah 55,43
MPa. Hasil tersebut menunjukkan nilai kekuatan fleksural yang bervariasi pada setiap
sampel pada kelompok A, B dan C. Hal ini dapat disebabkan oleh micro porosity
yang tidak terlihat secara kasat mata dan macro porosity yang terlihat secara kasat
mata. Micro porosity dan macro porosity terbentuk karena masuknya udara selama
prosedur pemanasan pada saat nilon termoplastik dimanipulasi melalui proses
injection moulding.63
Porositas ini akan meyebabkan suatu bahan menjadi tidak
sepenuhnya padat sehingga akan menyebabkan penurunan dari sifat mekanisnya
termasuk kekuatan fleksural.52
Selain itu, persentase nilon daur ulang yang digunakan
sebagai sampel pada kelompok B dan C juga dapat menyebabkan nilai kekuatan
fleksural yang bervariasi. Persentase nilon daur ulang pada kelompok B adalah 100%
sedangkan pada kelompok C adalah 40%. Perbedaan persentase ini memengaruhi
nilai kekuatan fleksural nilon termoplastik karena persentase nilon daur ulang yang
lebih banyak akan menurunkan nilai kekuatan fleksural nilon termoplastik. Meyabadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
(2010) menyatakan bahwa semakin besar persentase nilon daur ulang maka glass
transition temperature (Tg) mengalami penurunan yang akan menyebabkan ikatan
hidrogen melemah sehingga ruang amorphous meningkat dan crystalline menurun
sehingga menyebabkan penurunan dari sifat mekanis nilon.24
Pemegangan sampel
yang sulit pada lathe machine ketika preparasi sampel juga dapat menyebabkan nilai
kekuatan fleksural bervariasi dikarenakan tebal sampel yang berbeda akan
memengaruhi nilai kekuatan fleksural tiap kelompok.
Kohli (2013) menyatakan nilon dalam keadaan solid mempunyai ikatan rantai
panjang molekul yang lebih teratur karena gaya tarik menarik yang kuat antara rantai
sehingga mempunyai orientasi paralel yang lebih sempurna yang mengakibatkan
peningkatan dalam sifat-sifat mekanisnya.13
Salah satu sifat mekanis bahan adalah
kekuatan fleksural. Kekuatan fleksural yang tinggi dibutuhkan suatu bahan untuk
mencegah bahan mudah mengalami deformasi permanen. Nilai median kekuatan
fleksural kelompok A adalah 53,78 MPa, kelompok B adalah 45,91 MPa dan
kelompok C adalah 52,05. Nilai median setiap kelompok sampel pada penelitian ini
menunjukkan nilai kekuatan fleksural dibawah standar ISO yaitu 65 MPa.
Takabayashi (2010) melakukan penelitian untuk membandingkan nilai kekuatan
fleksural antara tiga bahan poliamida, dua polikarbonat dan satu polietilen hasilnya
didapatkan poliamida mempunyai nilai kekuatan fleksural lebih rendah dari standar
ISO yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh ikatan linear yang dimiliki
poliamida sehingga menyebabkan bahan mudah menyerap air ke dalam struktur
polimer yang akan menyebabkan penurunan kekuatan fleksural.28
Perbedaan nilai
median tiap kelompok sampel menunjukkan nilai kekuatan fleksural yang terbesar
terdapat pada kelompok A dan nilai kekuatan fleksural yang terkecil terdapat pada
kelompok B. Hal ini menunjukkan nilai kekuatan fleksural pada kelompok A lebih
baik dibandingkan kelompok B dan C. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Maspoch dkk (2003) yang menyatakan terjadi penurunan sifat
mekanis yang drastis pada nilon daur ulang yang tidak dikombinasikan dengan nilon
murni. Persentase nilon daur ulang harus di bawah nilon murni dan menilai bahwa
kombinasi 30% nilon daur ulang dengan 70% nilon murni merupakan kombinasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
yang paling baik. Namun untuk mengoptimalkan penggunaan nilon sisa, maka
persentase nilon daur ulang ditingkatkan menjadi 40%.25
5.2 Perbedaan Nilai Kekuatan Fleksural antara Nilon Termoplastik
Murni, Nilon Daur Ulang dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon
Daur Ulang
Nilai median kekuatan fleksural pada kelompok A adalah 53,78 MPa,
kelompok B adalah 45,91 MPa, kelompok C adalah 52,05 MPa. Hasil uji
homogenitas menunjukkan data yang diperoleh tidak homogen. Uji homogenitas
berfungsi untuk menunjukkan bahwa unsur-unsur sampel penelitian homogen atau
sejenis. Hasil data tidak homogen berarti terdapat perbedaan pada unsur-unsur
penelitian yang dapat disebabkan oleh sampling error. Pada penelitian ini sampling
error kemungkinan terjadi karena jumlah sampel yang terlalu sedikit. Selain itu, tidak
adanya pengunci pada grip pengujian akan menyebabkan sampel bergeser saat
dilakukan pengujian. Data yang tidak homogen tidak dapat dilanjutkan dengan uji
parametrik maka dari itu uji yang digunakan selanjutnya adalah uji non-parametrik
yaitu uji Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis pada Tabel 6 menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok dengan nilai p = 0,009 (p < 0,05).
Adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok A dan B kemungkinan
disebabkan oleh reaksi pemotongan rantai C-C (chain scission) yang terjadi pada
proses daur ulang. Atom H akan masuk ke dalam rantai dan berikatan dengan atom C
pada nilon sehingga ikatan yang awalnya panjang yaitu CH2-CH2-CH2 akan
terpotong menjadi CH2 dan CH3-CH3 sehingga jumlah CH3 lebih banyak dari CH2.
Hal ini menyebabkan rantai polimer yang terbentuk pada nilon daur ulang menjadi
pendek dan ikatan rantai menjadi lemah dan tidak teratur sehingga ruang intermolekul
meregang. Akibatnya crystalline pada nilon daur ulang berkurang dan menurunkan
sifat mekanis pada nilon.20
Kuram dkk. (2013) membandingkan sifat mekanis dari
nilon murni dengan nilon daur ulang dan hasil penelitian menunjukkan nilon murni
memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan nilon daur ulang.64
Dutta (2008) menyatakan pemotongan rantai kimia diakibatkan karena polimer
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
mengikat air dan air akan tetap berikatan dengan rantai kimianya walaupun telah
dikeringkan. Molekul air yang menempati posisi antar polimer mengakibatkan ruang
antar molekul meregang dan berat molekul nilon daur ulang berkurang yang
menyebabkan penurunan sifat mekanis bahan.65
Crespo dkk. (2012) menyatakan kekuatan impak menunjukkan penurunan yang
progresif dengan ditingkatkannya proses daur ulang. Kekuatan impak menurun secara
drastis dari 45,09 J/m2
(PA6 murni) menjadi 28,61 J/m2
setelah lima kali dilakukan
proses daur ulang. Selain itu, kepadatan juga mengalami penurunan sebanyak 72%
dikarenakan penurunan dari berat molekul akibat degradasi yang disebabkan oleh
terpotongnya rantai polimer.59
Gotisolo dkk (2008) menyatakan kepadatan nilon daur
ulang menurun akibat berat molekul yang rendah. Pada penelitiannya, daur ulang
nilon dilakukan sebanyak lima kali dan hasil penelitiannya menunjukkan kepadatan
pada nilon daur ulang yang pertama lebih besar dibandingkan dengan daur ulang
kedua sampai dengan kelima. Menurunnya kepadatan akan menyebabkan penurunan
sifat-sifat mekanis nilon.21
5.3 Pengaruh Penambahan 60% Nilon Termoplastik Murni pada 40%
Nilon Daur Ulang
Berdasarkan uji statistik, terlihat bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok A dengan kelompok B yang berarti nilon murni mengalami penurunan
kekuatan fleksural yang cukup banyak ketika didaur ulang. Akan tetapi didapatkan
hasil perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok A dengan kelompok C yang
berarti nilon kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang mempunyai
nilai kekuatan fleksural yang mendekati nilon murni. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang terhadap
kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon termoplastik.
Kelompok kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang
menghasilkan struktur yang lebih baik dari kelompok nilon daur ulang dikarenakan
oleh mekanisme chain extension. Chain extension bertujuan untuk mengurangi
cabang dari ikatan yang terbentuk sehingga kepadatan dari polimer baru yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
dihasilkan tidak jauh berbeda dengan polimer murni. Bucella dkk (2012) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh penambahan nilon murni ke dalam nilon daur ulang yaitu
didapatkan struktur nilon yang lebih baik yang disebabkan karena terjadinya chain
extension. Mekanisme chain extension dapat mempertahankan sifat termal, mekanis,
maupun rheologinya.62
Vinay dkk. (2000) menambahkan nilon 6 daur ulang pada nilon 6 murni dengan
persentase yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase terbaik dengan
sifat-sifat mekanis dan fisis adalah 70% nilon 6 murni dan 30% nilon 6 daur ulang.
Vinay menghubungkan hal ini dengan pembentukan kristalin yang terjadi antara
komponen amida pada nilon 6 murni dan nilon 6 yang telah didaur ulang.66
Pada
penelitian ini, nilai median kekuatan fleksural pada kelompok C adalah sebesar 52,05
MPa lebih besar dibandingkan dengan kelompok B yaitu sebesar 45,91 MPa.
Berdasarkan hal tersebut, kelompok C memiliki nilai kekuatan fleksural yang lebih
baik dibandingkan dengan kelompok B. hal ini menunjukkan penambahan 60% nilon
murni pada 40% nilon daur ulang akan menghasilkan nilai kekuatan fleksural yang
lebih besar akibat mekanisme chain extension.
Kekuatan fleksural dibutuhkan saat pengunyahan sehingga deformasi permanen
tidak terjadi saat bahan menerima beban pengunyahan. Selain itu, kekuatan fleksural
juga dibutuhkan saat pemakaian dan pelepasan gigi tiruan. Pelepasan dan pemakaian
gigi tiruan akan menimbulkan regangan dari basis gigi tiruan oleh karena itu
dibutuhkan kekuatan fleksural yang tinggi agar basis gigi tiruan dapat kembali ke
dimensi awalnya tanpa mengalami perubahan atau deformasi permanen. Kekuatan
fleksural yang tidak adekuat akan menyebabkan basis gigi tiruan mengalami
deformasi permanen atau mengalami compressive yield strength yaitu basis gigi
tiruan menjadi longgar tanpa mengalami patah. Basis gigi tiruan yang longgar akan
menyebabkan resorpsi tulang alveolar lebih cepat. Mohan L (2018) menyatakan
terdapat pengaruh penambahan nilon murni pada nilon daur ulang terhadap
compressive yield strength basis gigi tiruan nilon termoplastik. Nilai compressive
yield strength pada nilon daur ulang yaitu didapatkan 47,891 MPa dan meningkat
pada perbandingan 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang yaitu 75,723 MPa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Modulus elastisitas merupakan parameter untuk mengetahui rigiditas suatu bahan.
Bahan basis gigi tiruan yang mempunyai modulus elastisitas yang rendah akan
bersifat lebih elastis sehingga lengan retentif dari cangkolan dapat masuk lebih dalam
ke undercut. Modulus elastisitas yang meningkat akan menyebabkan bahan menjadi
lebih kaku sehingga mengurangi retentif cangkolan.67,68,69
Kelemahan pada penelitian ini adalah proses pemotongan nilon sisa secara
manual sehingga akan menyebabkan ukuran dari butiran nilon tidak akurat sama
dengan butiran nilon murni serta kesulitan mengendalikan udara yang masuk saat
proses injeksi. Pada penelitian ini terlihat bahwa dengan penambahan 60% nilon
murni pada 40% nilon daur ulang akan menghasilkan nilai kekuatan fleksural yang
hampir sama baiknya dengan nilon murni. Akan tetapi, nilai median kekuatan
fleksural dari kelompok A, B dan C masih dibawah standar ISO yang telah ditentukan
yaitu 65 MPa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Nilai rerata kekuatan fleksural SD pada kelompok A adalah 53,29 2,48
MPa. Nilai rerata kekuatan fleksural SD pada kelompok B adalah 45,41 4,36
MPa. Nilai rerata kekuatan fleksural SD pada kelompok C adalah 49,41 5,83
MPa.
2. Ada perbedaan nilai kekuatan fleksural antara nilon termoplastik murni,
nilon daur ulang dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang
dengan nilai p = 0,009 (p < 0,05).
3. Ada pengaruh penambahan 60% nilon murni sebagai bahan kompatibilisasi
pada 40% nilon daur ulang terhadap kekuatan fleksural basis gigi tiruan nilon
termoplastik. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara nilon termoplastik murni dengan nilon daur ulang dengan nilai p =
0,001 (p < 0,05). Akan tetapi, didapatkan hasil tidak signifikan antara nilon daur
ulang dengan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dengan nilai
p = 0,122 (p > 0,05), serta antara nilon murni dengan nilon kombinasi 60% nilon
murni dengan 40% nilon daur ulang dengan nilai p = 0,270 (p > 0,05)
Pada penelitian ini terlihat bahwa dengan penambahan bahan kompatibilisasi
pada nilon daur ulang akan menghasilkan nilai kekuatan fleksural yang lebih besar
dari nilon daur ulang. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi 60% nilon murni
dengan 40% nilon daur ulang dapat digunakan sebagai basis gigi tiruan nilon
termoplastik karena nilai kekuatan fleksural yang mendekati nilon murni. Akan
tetapi, tetap harus diperhatikan syarat-syarat yang lain seperti sifat fisis, biologis,
kemis dan reologis serta sayarat-syarat yang diperlukan sebagai basis gigi tiruan yang
ideal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variasi penambahan nilon
termoplastik murni ke dalam nilon daur ulang terhadap nilai kekuatan fleksural nilon
termoplastik
2. Perlu dicari cara untuk pemegangangan sampel pada saat preparasi sampel
menggunakan lathe machine agar ukuran setiap sampel yang dihasilkan tidak berbeda
3. Perlu dilakukan pemakaian alat yang lebih terukur untuk cara pemotongan
nilon daur ulang sehingga diperoleh ukuran butiran nilon daur ulang yang sama atau
mendekati ukuran butiran nilon murni.
4. Perlu dilakukan cara untuk mendapatkan sampel yang tidak terdapat
mikroporositas yaitu dengan cara melihat sampel terlebih dahulu menggunakan
mikroskop.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
DAFTAR PUSTAKA
1. Carr AB, Brownman DT. McCracken’s Removable Partial Prosthodontics.
12th
ed. Canada: Elsevier 2011: 103.
2. Noort RV. Introduction to Dental Materials. 4th
ed. Edinburgh: Elsevier 2013:
176.
3. Manapillil JJ. Basic Dental Materials. 3rd
ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers 2010: 381-410.
4. Togatorop RS, Rumampuk JF, Wowor VNS. Pengaruh perendaman plat resin
akrilik dalam larutan kopi dengan berbagai kekentalan terhadap perubahan
volume larutan kopi. e-Gigi 2017; 5(1): 19-23.
5. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. 1st ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers, 2003: 439.
6. Fueki K, et al. Clinical application of removable partial dentures using
thermoplastic resin part II: Material properties and clinical features of non-
metal clasp dentures. J Prosthodont Res 2014; 58: 71-84.
7. Kohli S, Bhatia S. Polyamides in dentistry. IJSS 2013; 1(1): 20-25.
8. Tenripada N, Wahyuningtyas E, Sugianto E. Pengaruh derajat keasaman
saliva terhadap modulus elastisitas termoplastik nilon dan polikarbonat
sebagai bahan basis gigi tiruan. J Ked Gi 2014; 5(4): 336-341.
9. Machado AL, Puckett AD, Breeding LC, et al. Effect of thermocycling on the
flexural and impact strength of urethane-based and high-impact denture base
resins. Gerodontology 2011: 1-6.
10. Singh JP, Dhiman RK, Bedi RPS, Girish SH. Flexible denture base material:
A viable alternative to conventional acrylic denture base material. Contemp
Clin Dent 2011; 2(4): 313-7.
11. Shanmur SN, Jagadeesh KN, Kalavathi SD, Kashinath KR. “ Flexible
dentures” – an alternate for rigid dentures?. IJDSR 2010; 1:74-79.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
12. Gomes SGF, et al. Flexible resin: an esthetic option for partially edentulous
patients. Rev Gaucha Odontol 2014;63(1):81-86.
13. Kohli S, Bhatia S. Flexural properties of polyamide versus injection-molded
polymetacrylate denture base materials. Eur J Prosthodont 2013; 23(3): 6-10.
14. Wang L, D’Alpino PHP, Lopes LG, Pereira JC. Mechanical properties of
dental restorative materials: relative contribution of laboratory tests. J Appl
2003; 11(3): 162-167.
15. Mozarta M, Herda E, Soufyan A. Pemilihan resin komposit dan fiber untuk
meningkatkan kekuatan fleksural fiber reinforced composite (FRC). J PDGI
2010; 59(1): 29-34.
16. Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s restorative dental material. 13th
ed.
Philadelphia :Elsevier 2012: 45-50.
17. Sundari I, Sofya PA, Hanifa M. Studi kekuatan fleksural antara resin akrilik
heat cured dan termoplastik nilon setelah direndam dalam minuman kopi
uleekareng. JDS 2016; 1(1): 51-8.
18. Sharma A, Shashidhara HS. A review: Flexible removable partial dentures.
IOSR-JDMS 2014; 13: 58-62.
19. Singh K, Gupta N. Injection molding technique for fabrication of flexible
prosthesis from flexible thermoplastic denture base materials. WJD 2012;
192: 532-538.
20. Soja J, Miskolczi N. Degradation of reinforced and unreinforced waste
polyamides during mechanical recycling. HJIC 2013; 41(2): 131-136.
21. Goitosolo I, Eguaiazabal JI, Nazabal J. Effect of reprocessing on the structure
and properties of polyamide 6 nanocomposites. J Polym Degrad Stab 2008;
93: 1747-1752.
22. Achillas DS, et al. Material Recycling Trends and Perspectives. Greece:
InTech 2012:4-5, 49.
23. Hamad K, Kaseem M, Deri F. Recycling of waste from polymer materials: An
overview of recent works. J Polym Degrad Stab 2013: 2801-2812.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
24. Meyabadi TF, Mohaddes Mojtahedi MR, Mousavi Shoustari SA. Melt
spinning of reused nylon 6: structure and physical properties of as-spun,
drawn, and textured filaments. J Text I 2010; 101(6): 527-537.
25. Maspoch ML, Ferrando HE, Velasco JI. Characterisation of filled and
recycled PA6. Macromol Symp 2003: 295-303.
26. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of Complete Dentures. 6th
ed.
Shelton: People’s Medical Publishing House 2009: 8-10.
27. Odior A, Oyawale FA, Odusote JK. Development of a polyethylene recycling
machine from locally sourced materials. IEL 2012; 2(6): 42-43.
28. Takabayashi Y. Characteristics of denture thermoplastic rsins for non-metal
clasp dentures. Dent Mater J 2010; 29(4): 353-61.
29. Kutsch VK. Whitehouse J, Schermerhorn C, et al. The evolution and
advancement of dental thermoplastics. DentalTown 2003: 52-56.
30. Iwata Y. Assessment of clasp design and flexural properties of acrylic denture
base materials for use in non-metal clasp dentures. J Prosthodont Res 2016;
11: 1-9.
31. Vodjani M, Giti R. Poliamide as a denture base material: A literature review.
J Dent Shiraz Univ Med Sci 2015; 16: 1-9.
32. Tandon R, Gupta S, Agarwal SK. Denture base material: From past to future.
Ind J Dent Sci 2010; 2(2): 33-9.
33. Waskitho A, Tjahjanti E, Kusuma HA. Pengaruh surface treatment terhadap
kekuatan geser relining termoplastik nilon dengan resin akrilik kuring dingin.
J Ked Gi 2014; 5(3): 236-245.
34. Fueki K, Ohkubo C, Yatabe M, et al. Clinical application of removable
partial dentures using thermoplastic resin-part I: Definition and indication of
non-metal clasp dentures. J Prosthodont Res 2014; 58: 3-10.
35. Shah J, Bulbule N, Kulkarni S, et al. Comparative evaluation of sorption,
solubility and microhardness of heat cure polymethylmethacrylate denture
base resin & flexible denture base resin. J Clin Diagn Res 2014; 8(8): 1-4.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
36. Soesetijo FXA, Prijatmoko D, Hidajati L. Biocompability of thermoplastic
nylon flexible removable partial denture- A review. Int J Curr Res Aca Rev
2016; 4(10): 75-83.
37. Singh K, et al. Flexible thermoplastic denture base materials for aesthetical
removable partial denture framework. J Clin and Diagn Res 2013; 7(10):
2372-2373.
38. Abuzar MA, et al. Evaluating surface roughness of polyamide denture base
material in comparison with poly (methylmethacrylate). J Oral Sci 2010;
52(4): 577-581.
39. Hong G, et al. Influence of dental cleanser on the color stability of three types
of denture base acrylic resin. J Prosthet Dent 2009; 101:205-213.
40. Sepulveda-Navarro WF, et al. Color stability of resin and nylon as denture
base material in beverages. J Prosthodont 2011; 20: 632-638.
41. Hemmati MA, Vafaee F, Allahbakhshi H. Watersorption and flexural strength
of thermoplastic and conventional heat-polymerized acrylic resin. J Dent
2015; 12(7): 478-484.
42. Rahmah RA, Saputera D, Puspitasari D. Pengaruh asap rokok terhadap
perubahan warna pada basis gigi tiruan resin termoplastik nilon. Dentino Jur
Ked Gigi 2017; 2(1): 84-89.
43. Gautam R, et al. Biocompability of polymethylmethacrylate resin used in
dentistry. J Biomed Mater Res 2012: 1-7.
44. Mc cabe JF, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th
ed. Oxford: Blackwell
Publishing, 2008: 13-40.
45. Wahyuningtyas E. Pengaruh ekstrak grapthophyllum pictum terhadap
pertumbuhan candida albicans pada plat gigi tiruan resin akrilik. JDI 2008;
15(3): 187-191.
46. Freitas Fernandes FS, et al. Efficacy of denture cleansers on candida spp.
Biofilm formed on polyamide and polymethyl methacrylate resins. J Prosthet
Dent 2010; 105: 51-58.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
47. Setyawan PD, Sari NH, Putra DGP. Pengaruh orientasi dan fraksi volume
serat daun nanas terhadap kekuatan tarik komposit polyester tak jenuh.
Dinamika Teknik Mesin 2012; 2(1): 28-32.
48. McKeen LW. Fatique and tribological properties of plastics and elastomers.
3rd
ed. Oxford: Elsevier, 2016: 200-204.
49. Hedicke-Höchstötter K, etc. Novel polyamide nanocomposites based on
silicate nanotubes of the mineral halloysite. Compos Sci Technol
2009;69:330-334.
50. ISO 20795-1: 2008. Dentistry-Denture base polymers. International
Organization for Standardization.
51. Hanamaka I, Takakashi Y, Shimizu H. Mechanichal properties of injection-
molded thermoplastic denture base resins. Acta Odontol Scand 2011; 69: 75-
79.
52. Pero AC, et al. Reliability of a method for evaluating porosity in denture base
resin. Gerodontology 2011; 28: 127-33.
53. Ortengren U, et al. Water sorption and flexural properties of composites resin
cement. J Prosthodont 2000; 13(2): 141-7.
54. Takakashi Y, Hanamaka I, Shimizu H. Effect of thermal shock on mechanical
properties of injection-molded thermoplastic denture base resin. Acta
Odontol Scand 2012; 70: 297-302.
55. Anonymous.https://www.testresources.net/applications/test-types/flexural-
test/. (Desember 2017)
56. Ignatyev IA, Thielemans W, Beke BV. Recycling of a polymers: A review.
ChemSusChem 2014: 1-16.
57. Worrel E, Reuter MA. Handbook of recycling: state of the art for
practitioners, analysts, and scientist. Oxford: Elsevier 2014.
58. Al-Salem SM, Lettieri P, Baeyens J. Recycling and recovery routes of plastic
solid waste: A review. J WasMan 2009; 29: 2625-2643.
59. Crespo JE, Parres F, Peydro MA, et al. Study of rheological, thermal, and
mechanical behavior of reprocessed polyamide 6. Polym Eng Sci 2012: 1-10.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
60. Mantia FLP. Recycling of PVC & mixed plastic waste. Ontario: ChemTec
Publishing, 1996: 63-76.
61. Choudhury A, Mukherjee M, Adhikari B. Recycling of polyethylene/nylon 6
based waste oil pouches using compatibilizer. Indian J Chem Technol 2006;
13: 233-41.
62. Bucella M, Dorigato A, Pasqualini E. Thermo-mechanical properties of
polyamide 6 chemically modified by chain extension with polyamide/
polycarbonate blend. J Polym Res 2012: 1-9.
63. Utami M, Febrida R, Djustiana N. The comparison of surface hardness
between thermoplastic nylon resin and heat-cured acrylic resin. Padjajaran J
of Dentistry 2009; 21(3): 200-3.
64. Kuram E, et al. Investigating the effects of recycling number and injection
parameters on the mechanical properties of glass-fibre reinforced nylon 6
using taguchi method. Mater Design 2013; 49: 139-50.
65. Dutta SS. Water absorption and dielectric properties of Epoxy insulation.
Norwegian University of Science and Technology Department of Electrical
Power Engineering 2008: 21.
66. Vinay MN, et al. effect of addition of reprocessed nylon 6 with virgin material
for roller assembly used in printers. J Appl Polym Sci 2000; 78: 1737-47.
67. Hamanaka I, Iwamoto M, et al. influence of water sorption on mechanical
properties of injection-molded thermoplastic denture base resin. Acta
Odontol Scand 2014: 1-7.
68. Mohan L. Pengaruh penambahan nilon murni ke dalam nilon daur ulang
terhadap compressive yield strength basis gigi tiruan nilon termoplastik.
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2018.
69. Arda T, Arikan A. An in vitro comparison of retentive force and deformation
of acetal resin and cobalt-chromiun clasp. J Prosthet Dent 2005; 94: 267-74)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
Lampiran 1
Surat Keterangan Ethical Clearance
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian di Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
Lampiran 3
Surat izin Penelitian di Laboratorium Biokimia FMIPA USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
Lampiran 4
Surat Izin Penelitian di Laboratorium IFRC Magister Mesin USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
Lampiran 5
Surat Keterangan Selesai Penelitian di Laboratorium Unit Jasa Industri Dental
FKG USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
Lampiran 6
Surat Keterangan Selesai Penelitian di Laboratorium Biokimia FMIPA USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
Lampiran 7
Surat Keterangan Selesai Penelitian di Laboratorium IFRC Magister Mesin
USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
Lampiran 8
Analisis Statistik
Kekuatan Fleksural
Descriptives
Kekuatan Fleksural
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minim
um
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
Nilon Murni 9 53.291
80
2.484476 .8281
59
51.3820
7
55.2015
4
49.264 57.044
Nilon
Kombinasi
9 49.418
33
5.838833 1.946
278
44.9302
0
53.9064
5
41.202 55.439
Nilon Daur
Ulang
9 45.412
21
4.365826 1.455
275
42.0563
4
48.7680
8
38.749 51.408
Total 2
7
49.374
11
5.385246 1.036
391
47.2437
8
51.5044
4
38.749 57.044
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statis
tic df Sig.
Statis
tic df Sig.
Kekuatan
Fleksural
Nilon Murni .134 9 .200* .984 9 .982
Nilon
Kombinasi
.230 9 .188 .848 9 .070
Nilon Daur
Ulang
.178 9 .200* .948 9 .672
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
Test of Homogeneity of Variances
Kekuatan Fleksural
Levene Statistic df1 df2 Sig.
8.393 2 24 .002
Test Statisticsa,b
Kekuatan Fleksural
Chi-Square 9.422
df 2
Asymp. Sig. .009
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Uji Mann-Whitney: Nilon Murni v/s Nilon Kombinasi Test Statistics
b
Kekuatan Fleksural
Mann-Whitney U 28.000
Wilcoxon W 73.000
Z -1.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .270
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .297a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Uji Mann-Whitney: Nilon Murni v/s Nilon Daur Ulang
Test Statisticsb
Kekuatan Fleksural
Mann-Whitney U 4.000
Wilcoxon W 49.000
Z -3.223
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
Uji Mann Whitney: Nilon Kombinasi v/s Nilon Daur Ulang Test Statistics
b
Kekuatan Fleksural
Mann-Whitney U 23.000
Wilcoxon W 68.000
Z -1.545
Asymp. Sig. (2-tailed) .122
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .136a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA