pengaruh pembiayaan murabahah terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH
BMT BERKAH MADANI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (Se.Sy)
Oleh :
ANDI ABDULLAH SA’AD NIM. 203046101669
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH
BMT BERKAH MADANI
Oleh
ANDY ABDULLAH SA’AD NIM. 203046101669
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H/2010 M
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH
BMT BERKAH MADANI Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy)
Oleh
Andy Abdullah Sa’ad NIM. 203046101669
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Dr. Euis Amalia, M.Ag Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si NIP. 150 289 265 NIP. 150 326 914
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBIAYAAN MUROBAHA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH BMT BERKAH MADANI”, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 22 Juni 2010 Mengesahkan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 19550 5051 9825 31012
PANITIA UJIAN
Ketua : Drs,Djawahir Hezaizey (…....................………) NIP: 1955 10151979031002
Sekretaris : Drs. Ahmad Yani, MA. (…....................………) NIP: 1964 04121994031004 Pembimbing I : Dr.Euis Amalia.M.Ag (…....................………) NIP. 197107011918032002 Pembimbing II : Fahmi Muhammad Ahmadi.M.si (…....................………) NIP. 197412122003121002 Penguji I : Prof.Dr H.Ahmad Sutarmadi (…....................………) NIP. 19400805162021001 Penguji II : J.M.Muslimin,Ph.D (…....................………) NIP. 150295489
KATA PENGANTAR
Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Sholawat serta salam semoga tercurahkan
pada junjungan suri tauladan kita,Nabi Muhammad SAW
Tema skripsi ini penulis pilih atas pertimbangan besarnya pengaruh
pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatn nasabah.Hasil penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasabah yang menggunakan jasa
pembiayaan Murabaha pada BMT berkah madani.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH. MA, MM,Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,yang
telah mencurahkan buktinya kepada kami,
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku ketua
dan sekretaris Program Studi Mu’amalat (Ekonomi Islam) yang telah memberi
semangat dan dorongan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
i
3. Bapak Drs. Djawahir Hejaizziey, SH, MA dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, MA
selaku ketua dan sekretaris Program Non Reguler yang juga telah memberi
semangat dan dorongan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, selaku
dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberi
semangat dan dorongan serta arahan dalam membimbing baik secara lahir
maupun batin, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan
meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
7. Ibu Siti Umainah selaku manajer Bmt berkah madani dan seluruh staf dan
karyawan yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi..
8. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang mendalam Kepada Ayah Drs.H.Hasan Basri
Al-Magfurlah<ibu Hj.Dede Sa’diyah,S.Pd.I atas dukungan moril dan
materil,kesabaran,keikhlasan,perhatian dan kasih saying yang tak pernah habis
bahkan senantiasa berdoa dan bermunajat tiada henti-hentinya,Adik-adik ku
tercinta Hasbi,Nurul juga bang Yadi,K Didit, K Agus,Bang Jami,Bpk.Karsono,teh
iir,teh sur yang telah banyak membantu
ii
9. Sanak famili dan handai taulan serta rekan-rekan mahasiswa angkatan 2003
Program Studi Mu’alamat khusus Perbankan Syari’ah A Program Non Reguler
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dengan sukarela dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabat dekatku Khilda Zuraidah Zahara, S.Ag, yang telah memberikan saran dan
dukungannya kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
11. Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan guru-guru yang telah banyak
memberikan bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan
bantuan maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan
dan kelemahan. Oleh karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajian-
kajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.
5 November 2009 M Jakarta, 17 Dzulhijjah 1430 H
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
D. Studi Review Terdahulu .............................................................. 8
E. Sistematika Penyusunan .............................................................. 8
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah............................................................ 10
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah ...................................... 10
2. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah ........................... 13
3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah .......................... 16
4. Ketentuan Umum Murabahah ............................................... 18
5. Aplikasi Murabahah Pada BMT............................................. 21
A. Konsep Baitul Maal Wattamwil................................................ 22
1. Pengertian BMT .................................................................... 22
iv
2. Konsep Islam Tentang BMT ................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN
UMUM BMT BERKAH MADANI ................................................
A. Hipotesa ................................................................................. 26
B. Metode Penelitian .................................................................. 26
1. Sumber Data........................................................................... 27
2. Populasi Dan Sampel ............................................................ 27
3. Teknik Pengambilan Sampel.................................................. 28
4. Lokasi Penelitian ...................................................................29
C. Sejarah Singkat BMT Berkah Madani ...................................31
D. Visi dan MIsi BMT Berkah Madani ......................................32
E. Prinsip Operasional BMT Berkah Madani.............................33
F. Struktur Organisasi BMT Berkah Madani .............................34
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden .............................................................. 37
B. Pembiayaan Murabahah Terhadap Pendapatan Nasabah............. 40
C. Pengujian Hipotesa ..................................................................... 46
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 51
B. Saran-saran .................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Efektivitas penyaluran pembiayaan ...................................................... 67
Tabel 2 : Efektivitas pengembalian pembiayaan ................................................. 68
Tabel 3 : Efektivitas pembinaan BMT ................................................................. 69
Tabel 4 : Efektivitas pendayagunaan teknologi informasi ................................... 70
Tabel 5 : Prinsip prudensial PT. Permodalan BMT Ventura ............................... 71
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu fungsi dari lembaga keuangan syari’ah baik makro maupun
mikro adalah mendistribusikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.1 Selain itu, pembiayaan atau
financing merupaka bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan
merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan. Dengan demikian, pendapatan
bagi hasil atau keuntungan jual beli yang merupakan instrumen pembiayaan
perbankan syari’ah merupakan sumber pendapatan yang dominan.2 Melihat
kondisi seperti ini, maka salah satu fungsi dari lembaga keuangan adalah
menyalurkan pembiayaan.
Pembiayaan dipahami sebagai pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan oleh orang lain.3 Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap
efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh sebab itu, kualitas dari efisiensi
harus dijaga, agar jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah yang akibatnya
1Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. ke-1, h. 160
2Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), Cet. ke-4, h. 208
3Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2002), Cet. ke-1, h. 304
1
2
bukan saja menyebabkan tidak efektifnya pendapatan, tetapi lebih dari itu akan
menyebabkan kerugian bank karena tidak terbayarnya kembali dana bank yang
ditanamkan dalam pembiayaan itu.4 Dalam rangka meningkatkan efektivitas
bisnisnya, lembaga keuangan syari’ah biasanya memiliki beragam jenis
pembiayaan yang salah satunya adalah pembiayaan murabahah.
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah,
penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia
mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank
membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga
yang ditambah keuntungan atau di-mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang
kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plusprofit.5
Menurut Muhammad, murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank
dan nasabah di mana bank syari’ah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah
dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga
perolehan ditambah dengan margin atau keuntungan yang telah disepakati
bersama antara bank syari’ah dan nasabah.6 Dengan demikian, pembiayaan
murabahah merupakan suatu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk
4Nasruddin, “Pembiayaan Efektif Untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank”,
artikel diakses pada tanggal 15 April 2009 dari www.wikipedia.com 5Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah; Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonosia, 2004), Cet. ke-2, h. 62 6Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2005), Cet. ke-2, h. 201
3
membeli barang yang diperlukan dengan perjanjian bahwa nasabah akan
memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
pembiayaan. Dalam hal ini, pihak-pihak yang telah memberikan pembiayaan
seperti bank-bank syari’ah atau lembaga-lembaga keuangan mikro syari’ah
lainnya seperti BMT.
Salah satu lembaga keuangan syari’ah yang biasa mendistribusikan
pembiayaan murabahah adalah BMT. Fakta BMT yang paling menonjol adalah
keberhasilannya dalam penyaluran dana berupa pembiayaan yang diberikan
kepada anggota atau nasabah. BMT berhasil menjangkau pihak-pihak yang
selama ini tidak memiliki akses permodalan oleh perbankan. Sebagai contoh,
pembiayaan yang hanya bernilai ratusan ribu rupiah, dapat dilayani secara
profesional oleh BMT.7 Sekalipun nominalnya kecil, pembiayaan tersebut
terbukti sangat membantu para anggota atau nasabah untuk mengembangkan
usahanya. Setidaknya BMT membantu mereka untuk dapat mempertahankan
penghasilan dari usahanya. Pembiayaan yang diberikan dalam konteks kebutuhan
konsumsi pun terbukti mampu melindungi para anggota atau nasabah BMT dari
jeratan rentenir.
Sejak awal berdirinya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi.
Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat yang
secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah
7Awalil Rizky, BMT; Fakta dan Prospek Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UCY Press,
2007), Cet. ke-1, h. 9
4
yang miskin dan nyaris miskin. BMT-BMT berupaya membantu mengembangkan
usaha mikro dan usaha kecil, terutama bantuan permodalan. Untuk melancarkan
usaha membantu permodalan tersebut, yang biasa dikenal dalam istilah
pembiayaan dalam khazanah keuangan modern, maka BMT juga berupaya
menghimpun dana, terutama sekali yang berasal dari masyarakat lokal di
sekitarnya. Dengan kata lain, BMT pada prinsipnya berupaya mengorganisasi
usaha saling tolong menolong antar warga masyarakat suatu komunitas dalam
masalah ekonomi yang sudah barang tentu dimediasi oleh BMT.
Namun tidak semua BMT dapat memberikan pembiayaan kepada sektor
usaha kecil dan mikro. Banyak di antara para BMT yang mengalami kesulitan
dalam hal pemberian pembiayaan. Untuk mengatasi hal tersebut terkadang BMT
mengambil alternatif pendanaan yang penuh resiko. Bahkan menyerempat di
wilayah “abu-abu” prinsip pengelolaan keuangan syari’ah. Ironisnya, justru
terjadi pengendapan dana lebih dari 300 triliun rupiah dalam bentuk SBI dan
belum lagi dalam bentuk lainnya yang kita ketahui bersama bahwa dana-dana
tersebut diragukan produktifitasnya.8
Memang banyak cara yang bisa dilakukan BMT untuk mengatasi masalah
likuiditas tersebut. Namun sebagian besar pelaku BMT tetap menginginkan
sebuah skema yang mudah serta murah dalam memperoleh pendanaan dan tentu
saja dengan tetap memperhatikan keamanan serta ketentuan-ketentuan syari’ah.
8PT Permodalan BMT Ventura, 101 Things About Us, (Jakarta: PT Permodalan BMT
Ventura, 2009), h. 6
5
Oleh sebab itu sebagai ikhtiar untuk turut serta dalam meringankan serta
mengatasi persoalan permodalan di sektor usaha mikro dan kecil sekaligus secara
stimultan mengatasi kesulitan likuiditas pada BMT, maka BMT Berkah Madani
dianggap cukup berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan nasabahnya..
Seperti halnya BMT-BMT lain, BMT Berkah Madani juga memiliki
beragam jenis pembiayaan. Salah satu jenis pembiayaan yang disalurkan pihak
BMT Berkah Madani dalam upaya meningkatkan pendapatan nasabah adalah
jenis pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah pada BMT Berkah
Madani diberikan secara langsung kepada nasabah dengan persyaratan yang
cukup ringan. Hal ini disebabkan nasabah BMT Berkah Madani merupakan
kategori nasabah yang tergolong mikro dan kecil.
Oleh sebab itu, BMT Berkah Madani bertekad meningkatkan capaiannya
dalam mendukung usaha mikro dan kecil. Dalam mewujudkan tekad tersebut,
maka peranan investor baik dari perorangan, institusi nasional atau internasional,
swasta dan pemerintah yang telah mempercayakan dananya untuk dikelola oleh
BMT Berkah Madani menjadi penting. Kepercayaan itu akan dijaga dengan
berupaya menjalankan bisnis sesuai dengan tata kelola syari’ah, transparan, aman,
kompetitif, menguntungkan dan profesional.
Berangkat dari ilustrasi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “PENGARUH
PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PENINGKATAN
6
PENDAPATAN NASABAH BMT BERKAH MADANI”. Tema ini menarik
untuk dikaji, karena implikasinya sangat luas sehingga dapat menjadi bahan
perbandingan bagi institusi perbankan dalam rangka memberikan pembiayaan
bagi usaha kecil dan mikro.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi ruang lingkup
pembahasan yaitu sejauh mana pengaruh pembiayaan murabahah terhadap
peningkatan pendapatan nasabah.
Dari pembahasan masalah di atas, maka secara spesifik perumusan
masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pendapatan nasabah sebelum dan sesudah diberikan
pembiayaan murabahah ?
2. Bagaimana perubahan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah memperoleh
pembiayaan murabahah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki beberapa tujuan di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perubahan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah
memperoleh pembiayaan murabahah.
7
2. Mengetahui perubahan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah memperoleh
pembiayaan murabahah.
Adapun manfaat dari penelitian skripsi ini ini di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan pelajar dan
mahasiswa serta untuk menambah dan memperkaya bahan kajian dan pustaka.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menggambarkan penerapan
efektivitas pembiayaan murabahah pada BMT Berkah Madani, sedang bagi
penulis sendiri dan masyarakat adalah sebagai pengetahuan tentang sebuah
BMT berikut aktivitasnya.
D. Studi Review Terdahulu
Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang dapat dijadikan bahan
rujukkan diantaranya mengangkat tema mengenai al-Qardhul Hasan. Salah satu di
antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rini Yulianti.9 Dalam
penelitiannya, ia menekankan keefektifan pinjaman al-qardhul hasan yang
diberikan BMT kepada nasabah yang membutuhkan modal usaha untuk
9Rini Yulianti, “Efektivitas Pemanfaatan Al-Qardhul Hasan Bagi Pedagang Kecil; Studi Pada
BMT Husnayain Jakarta Timur”, Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 7 – 8
8
berkembang lebih baik dari usaha sebelumnya, dan diharapkan terjadi perubahan
yang signifikan terhadap usaha setelah diberikan pinjaman.
Dari penelitian tersebut di atas sudah jelas ada perbedaan yang akan
penulis angkat, yakni tentang pengaruh pembiayaan murabahah terhadap
peningkatan pendapatan nasabah. Di sini penulis lebih menekankan pada tingkat
pendapatan nasabah sebelum dan sesudah diberikan pembiayaan murabahah, dan
diharapkan terjadi peningkatan pendapatan nasabah yang signifikan terhadap
usaha setelah diberikan pembiayaan murabahah. Oleh sebab itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pembiayaan murabahah terhadap
peningkatan pendapatan nasabah BMT Berkah Madani.
F. Sistematika Penyusunan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab
dengan uraian sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review
terdahulu, dan sistematika penyusunan.
BAB II Landasan Teori. Ruang lingkup pembahasan landasan teori ini terdiri
dari pembiayaan murabahah terdiri atas pengertian murabahah,
landasan hukum murabahah, rukun dan syarat murabahah, ketentuan
umum murabahah dan aplikasi murabahah pada BMT.
9
BAB III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum BMT Berkah Madani
yang pembahasannya meliputi hipotesa, metode penelitian, sumber data,
populasi sample, teknik pengambilan data, teknik analisis data, lokasi
penelitian, sejarah singkat BMT Berkah Madani, visi dan misi BMT
Berkah Madani, prinsip operasional BMT Berkah Madani, produk
pembiayaan BMT Berkah Madani dan struktur organisasi BMT Berkah
Madani.
BAB IV Hasil Penelitian yang pembahasannya meliputi karakteristik
responden, Pembiayaan murabahah terhadap pendapatan nasabah,
Pengujian hipotesa.
BAB V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang merupakan
kristalisasi dari uraian bab-bab terdahulu yang kemudian diakhiri
dengan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Secara etimologis, kata murabahah berasal dari kata ربحا- يربح – حري
yang berarti beruntung.1 Secara terminologis, murabahah adalah bentuk jual
beli barang dengan tambahan harga (cost plus) atas harga pembelian yang
pertama secara jujur. Dengan murabahah ini, orang pada hakekatnya ingin
mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi
jual beli.2
Menurut Antonio, ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli
murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.3 Menurut
Anwar, murabahah adalah menjual sesuatu barang dengan harga pokok
ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang
1Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), Cet. ke-1, h. 119 2M. Abdul Mujieb, et.al., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994, Cet. ke-1,
h. 225 3Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah; Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia
Institut, 2000), Cet. ke-2, h. 145
10
11
ditentukan atau dibayar secara cicilan.4 Pengertian yang sama juga diberikan
Karim bahwa cara pembayaran murabahah dapat dilakukan baik dalam bentuk
lump sum (sekaligus) maupun dalam bentuk angsuran.5 Menurut Sutan Remy,
murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual
beli dengan cicilan.6
Sedangkan menurut Sumitro, murabahah adalah persetujuan jual beli
suatu barang dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan
yang disepakati bersama dengan pembayaran ditangguhkan satu bulan sampai
satu tahun. Persetujuan tersebut juga meliputi cara pembayaran sekaligus.7
Jika ditinjau dari aspek definisi, maka murabahah juga dapat dipahami sebagai
keuntungan yang disepakati. Oleh sebab itu, menurut Karim karakteristik
murabahah adalah sebagai berikut :
Si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Misalnya si fulan membeli unta 30 dinar, biaya-biaya yang dikeluarkan 5 dinar, maka ketika ia menawarkan untanya ia mengatakan : saya jual unta ini 50 dinar, saya mengambil keuntungan 15 dinar.8
Manan menegaskan dengan operasi murabahah, para nasabah BMT
membeli suatu komiditi menurut rincian tertentu dan menghendaki agar BMT
4M. Syafi’i Anwar, “Alternatif Terhadap Sistem Bunga”, Jurnal Ulumul Qur’an II, Edisi 9
Oktober 1991, h. 13 5Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia,
2003), Cet. ke-1, h. 161 6Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan
di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), Cet. ke-1, h. 64 7Warkum Sumitro, Azas-Azas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait; BMI dan Takaful di
Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 37 8Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 161
12
mengirimkannya kepada mereka berdasarkan tambahan harga tertentu
menurut persetujuan diawal akad antara kedua belah pihak.9 Dalam transaksi
murabahah, penjual harus menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual-
belikan dan tidak termasuk barang haram. Demikian juga harga pula harga
pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus
disebutkan dengan jelas.10 Dengan cara ini, si pembeli dapat mengetahui
harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual.
Melihat beberapa definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa
pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah
dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi.11 Melalui akad murabahah,
nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki
barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu.
Dengan kata lain, nasabah telah memperoleh pembiayaan dari BMT untuk
pengadaan barang yang dibutuhkan.
Dari beberapa pengertian di atas baik dalam literature fiqh maupun
praktisi perbankan, dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah kontrak jual
beli barang antara penjuyal dan pembeli dengan fasilitas penundaan
pembayaran baik untuk pembelian asset modal kerja maupun investasi dengan
harga asal ditambah dengan keuntungan dan jangka waktu yang telah
9Potan Arif Harahap, Ekonomi Islam; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Intermasa, 1992), Cet.
ke-1, h. 168 10Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2002), Cet. ke-1, h. 25 11Muhammad Syafi’i Antonio, et.al., Apa dan Bagaimana Bank Syari’ah, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1992), Cet. ke-1, h. 25
13
disepakati kedua belah pihak dan cara pembayarannya dapat dilakukan
sekaligus pada saat jatuh tempo ataupun dengan angsuran.
2. Landasan Hukum Murabahah
Murabahah adalah aqad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
zaman Nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya
Islam. Ketika Rasulullah SAW berprofesi sebagai pedagang,12 ia melakukan
aqad murabahah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau dari aspek
hukum Islam, maka praktek murabahah ini dibolehkan baik menurut Al-
Qur’an, hadits maupun ijma’ ulama.13
Adapun landasan hukum dari pembiayaan murabahah adalah firman
Allah SWT sebagai berikut :
⌧ ☺
).29 :النساء(Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu,
12Saat itu Rasulullah SAW berusia kira-kira 25 tahun, dan belum menjadi nabi. Lihat M.
Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Bandung: Mizan, 1997), h. 75 13M. Anwar Ibrahim, Konsep Profit and Loss Sharing System Menurut Empat Mazhab,
makalah tidak diterbitkan, h. 1 – 2. Menurut Al-Qur’an, lihat misalnya dalam surat Al-Mujammil ayat 20. Menurut Hadits, di antaranya adalah hadits Ibnu Abbas ra bahwa Nabi mengakui syarat-syarat yang ditetapkan Al-‘Abbas bin Abdul Muthalib kepada mudharib. Menurut ijma’ ulama, karena sistem ini sudah dikenal sejak zaman nabi dan zaman sesudahnya para sahabat banyak yang mempraktekkannya dan tidak ada yang mengingkarinya.
14
dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. Al-Nisa’ : 29).
Dalam ayat lain yang masih berkaitan dengan landasan hukum
pembiayaan murabahah adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
... ).275 : البقرة( ...
Artinya : “…. Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba …” (QS. Al-Baqarah : 175)
Pembiayaan murabahah tidak hanya tertera dalam Al-Qur’an, tetapi
juga terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
فيهن ثالث : قال وسلم عليه اهللا صلى النبي أن هعن اهللا رضي صهيب عن رواه (للبيع ال للبيت بالشعير البر وخلط والمقارضة، آجل، الى البيع : البرآة 14).ماجه ابن
Artinya : “Dari Suhaeb ra. sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : Ada tiga hal yang mengandung berkah yaitu jual beli tidak secara tunai, dan mencampuri gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).
Hadits lain yang erat kaitannya dengan masalah pembiayaan
murabahah adalah sabda Rasulullah SAW sebagai berikut :
وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال قال، عنه اهللا رضي عوف ابن عمر عن والمسلمون حراما احل او حالال حرم صلحا اال المسلمين بين جائز الصلح:
15).الترميذ رواه (حراما احل او حرم شرطا اال شروطهم علىArtinya : “Dari Amr bin Auf ra. berkata, bersabda Rasulullah SAW :
Perdamaian itu dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
14Al-Shan’any, Subul Al-Salaam, (Bandung: Dahlan Press, t.th), Juz III, h. 76 15Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulug Al-Marram Min Adillatil Ahkam, (Beirut: Daar Al-
Ihya, 1973), h. 175 - 176
15
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Turmudzi).
Selain Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW yang dijadikan landasan
sebagai dasar hukum murabahah, maka ijma’ ulama juga dapat dijadikan
acuan hukum murabahah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
Abdullah Syeed :
Al-Qur’an tidak membuat acuan langsung berkenaan dengan murabahah, walaupun ada beberapa acuan di dalamnya untuk menjual, keuntungan, kerugian dan perdagangan. Demikian pula, tidak ada hadits yang memiliki acuan langsung kepada murabahah. Karena nampaknya tidak ada acuan langsung kepadanya dalam Al-Qur’an atau hadits yang diterima umum, para ahli hukum harus membenarkan murabahah berdasarkan landasan lain.16
Menurut Imam Malik, murabahah itu dibolehkan dengan
berlandaskan pada orang-orang Madinah, yaitu ada konsensus pendapat di
Madinah mengenai hukum orang yang membeli baju di sebuah kota, dan
mengambilnya ke kota lain untuk menjualnya berdasarkan suatu kesepakatan
berdasarkan keuntungan.17 Imam Syafi’i mengatakan jika seseorang
menunjukkan komoditas kepada seseorang dan mengatakan “kamu beli
untukku, aku akan memberikan keuntungan begini, begitu”, kemudian orang
itu membelinya, maka transaksi itu sah.18 Sedangkan Marghinani serorang
faqih mazhab Hanafi membenarkan keabsahan murabahah berdasarkan
16Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum
Neorevivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004), Cet. ke-2, h. 119 17Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum
Neorevivalis, h. 120 18Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum
Neorevivalis, h. 120
16
kondisi penting bagi validitas penjualan di dalamnya, dan juga karena
manusia sangat membutuhkannya. Demikian pula Nawawi dari mazhab
Syafi’i, secara sederhana mengemukakan bahwa penjualan murabahah sah
menurut hukum tanpa bantahan.19
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa landasan hukum
pembiayaan murabahah tidak hanya tertera dalam Al-Qur’an, tetapi juga
terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai landasan yang kedua setelah
Al-Qur’an serta ijma’ para ulama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
landasan hukum pembiayaan murabahah adalah Al-Qur’an dan hadits
Rasulullah SAW serta ijma’ ulama.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Menurut Zulkifli, rukun murabahah terdiri atas pembeli dan penjual,
ijab dan qabul barang yang dibeli serta ada nilai tukar pengganti.20 Sedangkan
menurut Adiwarman, rukun murabahah itu terdiri atas pelaku, objek, ijab dan
qabul.21 Ulama Hanafiyah mengemukakan bahwa rukun murabahah adalah
ijab dan qabul. Sedangkan menurut Jumhur rukun murabahah itu terdiri atas
pembeli dan penjual, objek serta ijab dan qabul.22
Adapun syarat-syarat murabahah sesuai dengan rukun yang
dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah hal-hal yang berkaitan dengan
19Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum eorevivalis,
h. 120 20Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, h. 57 21Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 177 22Azharuddin Lathif, Fiqh Mu’amalah, h. 135
17
orang yang melakukan akad. Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang
melakukan aqad murabahah itu harus memenuhi syarat-syarat yaitu baligh
dan yang melakukan akad adalah orang-orang yang berbeda. Artinya
seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual
sekaligus pembeli.23 Sedangkan syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul,
para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari murabahah adalah kerelaan
kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak ini dapat dilihat dari ijab dan
qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa
syarat qabul itu harus sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan:
“Saya jual buku ini seharga Rp. 15.000,- Ijab dan qabul itu dilakukan dalam
satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang melakukan akad murabahah
hadir dan membicarakan topik yang sama.24
Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan barang yang
diperjualbelikan disebutkan bahwa barang itu ada atau tidak ada di tempat,
tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang
itu. Kemudian dapat manfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab
itu, bangkai, khamar dan darah tidak sah menjadi obyek jual beli. Barang
tersebut adalah milik orang yang berakad dan boleh diserahkan saat akad
berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi
berlangsung.25
23Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), Cet. ke-1, h. 115 24Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, h. 115 25Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, h. 116
18
Menurut Syafi’i Antonio, syarat murabahah itu meliputi penjual
memberi tahu biaya modal kepada nasabah, kontrak pertama harus sah sesuai
dengan rukun yang ditetapkan, kontrak harus bebas dari riba, penjual harus
menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian
dan penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.26 Secara
prinsip, jika syarat-syarat tidak terpenuhi, maka pembeli memiliki beberapa
pilihan yaitu melanjutkan pembelian seperti apa adanya, kembali kepada
penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual dan
membatalkan kontrak.27
4. Ketentuan Umum Murabahah
Murabahah merupakan jual beli yang berprinsip pada transparansi
dan kepercayaan. Kejujuran penjual menjadi hal penting dalam murabahah,
mengingat keadaan pembeli yang tidak memiliki pengetahuan tentang harga
beli yang pertama dan biaya-biaya yang dikeluarkan penjual ke atas barang.
Pembeli pun diharapkan percaya terhadap segala pemberitaan yang datang
dari penjual dan begitu juga sebaliknya. Agar kejujuran dan kepercayaan
dalam murabahah ini dapat direalisasikan, maka penjual harus menjelaskan
tentang biaya-biaya yang dianggap sebagai modal dan yang tidak bisa serta
keadaan modal yang bisa dijadikan sebagai dasar laba.
26 Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, h. 118 – 119 27Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Syari’ah, h. 146
19
Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Menurut Imam Malik
kondisi ini dapat dibagi menjadi tiga golongan pertama, bagian yang bisa
dianggap sebagai pokok harga dah mempunyai bagian laba. Kedua, bagian
yang bisa dijadikan sebagai pokok modal, tetapi tidak mempunyai bagian laba
dan ketiga, bagian yang tidak bisa dimasukkan ke dalam pokok modal dan
tidak juga mempunyai bagian laba.28
Bagian yang bisa dianggap sebagai pokok harga dan mempunyai
bagian laba. Bagian ini adalah biaya yang dikeluarkan penjual dan
berpengaruh serta melekat terhadap zat barang secara langsung. Misalnya
penjual berkata, “Saya membeli pakain ini dengan harga sekian, dan saya
mencelupkannya dengan ongkos sekian, atau dan saya membordirkannya
dengan biaya sekian”. Hukum biaya tambahan yang telah dikeluarkan penjual
dalam kasus tersebut di atas adalah seperti harga barang sebagai pokok modal.
Kemudian biaya-biaya yang telah digabungkan dengan harga barang tersebut
mempunyai bagian laba.
Bagian yang dimasukkan ke dalam pokok modal, tetapi tidak
mempunyai bagian laba, maka ia adalah perkara yang tidak mempunyai
pengaruh terhada zat barang secara tidak langsung, yaitu perkara-perkara yang
tidak mungkin bisa dilakukan oleh penjual. Misalnya jasa pengangkutan dan
penyewaan tempat untuk menyimpan barang, maka uang transport dan uang
28Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, (Riyadh: Maktabah Najar
Musthafa al-Baaz, 1995), Cet. ke-1, h. 375
20
sewat tersebut dapat diperhitungkan ke dalam pokok harga atau pokok modal,
tetapi tidak mempunyai bagian laba.
Bagian yang tidak bisa dimasukkan ke dalam pokok harga dan tidak
mempunyai laba, maka ia adalah perkara yang mempunyai pengaruh zat
barang baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu perkara-perkara
yang diusahakan sendiri oleh penjual. Misalnya penjual merangkap juga
sebagai seorang penjahit, kemudian ia menjahit pakaian yang ia beli, atau ia
seorang pencelup, kemudian pakaian itu dicelup sendiri. Perkara lainnya
seperti transportasi dan tempat penyimpanan barang yang melibatkan pihak
ketiga, maka hokum biaya ini tidak bisa diperhitungkan sebagai pokok
harga.29
Imam Hambali berpendapat bahwa apabila biaya-biaya tersebut harus
dibayarkan pada pihak ketiga, maka akan berpengaruh terhadap nilai barang
yang dijual, penjual boleh memasukkan biaya-biaya tersebut ke dalam pokok
harga dan membolehkan pembebanan pada harga jual. Sedangkan Imam
Syafi’i membolehkan semua biaya yang secara umum timbul dalam suatu
transaksi jual beli untuk dimasukkan ke dalam pokok harga dan kemudian
dapa dibebankan pada harga jual, selama biaya-biaya itu bermanfaat dan dapat
menambah nilai barang yang dijual. Namun mereka tidak membolehkan
biaya-biaya tenaga kerja untuk dimasukkan ke dalam pokok harga, karena
29Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Mazahibil Arba’ah, (Beirut: Daar Al-Fikr, tth), Cet.
ke-1, h. 534
21
menurut mereka komponen ini sudah termasuk ke dalam keuntungan. Adapun
Imam Hanafi, semua biaya yang dikeluarkan pedagang untuk mendatangkan
barang dapat diperhitungkan dalam pokok harga.30
Permasalahn yang kedua dari ketentuan umum murabahah adalah
menyangkut cara pembayaran. Cara pembayaran murabahah dapat dilakukan
secara tunai atau diangsur tergantung kesepakatan yang dibuat antara penjual
dan pembeli. Menurut Hanabilah, ketika seseorang menjual sesuatu seharga
Rp. 100.000,- bila dibayar secara angsur atau Rp. 50.000,- secara tunai, tidak
ada riba di dalamnya.31 Menurut Ibnu Qudamah dan Imam Nawawi,
membayar dengan harga yang lebih tinggi dalam jual beli secara tangguh/
tempo merupakan kebiasaan pedagang dan atas dasar ini tidak berarti apa-apa
membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk barang yang dijual secara
tunda.32
5. Aplikasi Murabahah Pada BMT
Dalam teknik BMT, murabahah adalah akad jual beli antara BMT
selaku penyai barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang.
BMT memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Harga jual
BMT adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati
bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh BMT.33
30Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Mazahibil Arba’ah, h. 535 – 536 31Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Al-Syaukani, Nailul Authar, (Kairo: Maktabah Al-
Dakwah Al-Islamiyah, tth), h. 152 32Ibnu Qudamah, Al-Mugni, (Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1994), Cet. ke-1, h. 281 33Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, h. 25
22
Pada BMT, prinsip murabahah memegang kedudukan kunci nomor
dua setelah bagi hasil dan pembiayaan murabahah ini sangat berguna bagi
seseorang atau perusahaan yang membutuhkan barang secara mendesak,
namun ia kekurangan dana dan pada saat ini boleh dikatakan ia dianggap
kekurangan likuiditas. Ia meminta pada BMT agar membiayai pembelian
barang tersebut dan ia bersedia membayarnya pada waktu yang telah
ditentukan. Dengan demikian, BMT membeli komoditi untuk para
nasabahnya dan menjual kembali sampai kepada harga yang maksimum yang
ditetapkan atau rasio laba harga yang dinyatakan sebelumnya.
Dengan kata lain, murabahah merupakan pembiayaan sistem jual beli
di mana BMT membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah.
Harga jual kepada nasabah adalah sebesar harga pokok barang ditambah
margin keuntungan yang telah disepakati antara pihak BMT dengan nasabah.
B. Konsep Baitul Maal Wat Tamwil
1. Pengertian BMT
Istilah BMT (Balai Usaha Mandiri Terpadu) adalah penggabungan dari
dua kata, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara etimologi baitul maal
berasal dari kata bait dan al-maal. Bait artinya bangunan atau rumah,
sedangkan al-maal berarti harta benda atau kekayaan, jadi secata harfiah,
baitul maal berarti rumah harta benda atau kekayaan. Namun demikian, kata
baitul maal diatikan sebagai pembendaharaan (umum atau Negara).34
34Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 161
23
Abu A’la al-Maududi memandang bahwa baitul maal adalah lembaga
keuangan yang dibangun atas landasan syariah oleh sebab itu pengelolaannya
harus dengan aturan syariah pula.35 Adapun yang dimaksud dengan baitul
maal adalah istilah fiqih Islam adalah suatu badan atau lembaga (instansi)
yang bertugas mengurusi kekayaan Negara terutama keuangan, baik yang
berkenaan dengan soal pemasukkan dan pengelolaan, maupun yang
berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lai-lain.
Definisi lain yang menjelaskan baitul maal ialah merupakan lembaga
keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (social)36.
Sedangkan baitul maal secara etimologi berasal dari kata bait dan tamwil.
Yang berarti bait adalah rumah dan tamwil adalah pembiayaan. Jadi baitut
tamwil adalaha rumah pembiayaan. Dan baitul tamwil secara terminologis
dapat diartikan sebagai lembaga (instansi) keuangan yang usaha pokoknya
menghimpun dana dari pihak ketiga (deposan) dengan memberikan
pembiayaan-pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan
menguntungkan. Atau baitut tamwil didefinisikan sebagai lembaga keuangan
yang kegiatannya adalah menghimpun dana masyarakat dan bersifat profit
motive.37
35Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove, 1997), Cet.
ke-5, h. 186 36Hertanto Widodo, et.al, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung: Mizan, 1999), h. 81 37Hertanto Widodo, et.al, Panduan Praktis Operasional BMT, h. 81
24
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
BMT adalah merupakan lembaga keuangan yang bertugas mengumpulkan
dan mengelola dana umat berdasarkan prinsip syariah Islam yang
dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian.
2. Konsep Islam Tentang BMT
Dalam perbankan konvensional dasar yang dijadikan adalah bunga
bank, dimana bunga bank selalu dibebankan seluruhnya kepada nasabah,
pihak bank tinggal menghitung hari dan tanggal untuk menunggu hasil
pelunasan,dan mempersiapkan surat sitaan atau denda, bagi mereka yang
tidak tepat waktu. Hal ini merupakan beban yang harus ditanggung oleh pihak
nasabah, karena suku bunga yang cukup tinggi biasa” mencekik leher”.
Sebagian orang mengatakan, bunga boleh diambil karena beban uang yang
diberikan tidak terlampau tinggi dan tidak berlipat ganda. Tetapi siapa yang
tahu suku bunga bank lebih rendah atau lebih tinggi untuk masa yang akan
datang
Para ulama Islam dan ahli ekonomi muslim yang berpendapat satu sama
lain dengan argumentasinya masing-masing apakah bunga bank sama dengan
riba, pendapat mereka dapat di kelompokan dalam empat kelompok yaitu :
a. Bunga bank sama dengan riba, yang berarti haram hukumnya.
b. Bunga bank adalah mutasyabihat (belum jelas) sebab dalil yang
mengharamkan belum jelas atau tidak kuat dan dalil yang menghalalkan
tidak kuat.
25
c. Bunga bank di haramkan, tetapi boleh jika dalam keadaan darurat
d. Bunga bank Halal,lebih banayak manfaatnya dari pada kerugiannya (
mudhorot)38
Allah melarang bagi orang yang memakan riba akan berakibat fatal
yaitu mereka akan mendapat siksa yang pedih,karena termasuk memakan
harta orang lain,dengan cara yang bathil.
⌧ ☺
Artinya : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS. An-Nisa : 161)
Dari gambaran ayat inilah dasar ajaran Islam melarang praktek riba,
yang banyak digunakan bank konvensional. Dengan dasar ini pula
pengoperasional BMT menggunakan pada sistem syariah.
38Karnaen Perwataamadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, ( Depok: Usaha
Kami,1996), Cet,Ke-I.h.156
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN
GAMBARAN UMUM BMT BERKAH MADANI
A. Hipotesa
Hipotesa pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
X ( Pembiayaan Murabahah) Y ( Pendapatan Nasabah)
Ho = tidak ada hubungan atau pengaruh antara besarnya pembiayaan yang didapat
dengan peningkatan pendapatan nasabah
H1 = ada hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara pembiayaan
murabahah dengan peningkatan pendapatan nasabah
B. Metode Penelitian
Pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam jenis desain penelitian
deskriptif1dari olahan data kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang
dipisah-pisahkan menurut kategori tertentu agar memperoleh kesimpulan.2
Menurut Marzuki, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan
1Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu pertama untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Kedua, untuk memprediksi fenomena sosial tertentu. Lihat Masri Singarimbun, et.al., Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), Cet. ke-1, h. 4 – 5
2Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), Cet. ke-2, h. 3
27
28
cara melukiskan keadaan obyek atau persoalan yang tidak dimaksudkan untuk
mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum.3
Oleh sebab itu, pembahasan hasil penelitian ini mengupayakan beberapa hal
seperti mencari informasi faktual yang mendetail dalam menjelaskan gejala yang
ada, mengidentifikasi masalah-masalah atau mendapatkan justifikasi keadaan dan
praktek-praktek yang sedang berlangsung, membuat konfirmasi dan evaluasi serta
mengetahui apa yang telah dikerjakan orang lain mengenai masalah atau situasi
yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana
dan pengambilan keputusan di masa depan.4
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden melalui wawancara dan questioner dengan karyawan dan
nasabah BMT Berkah Madani Depok.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan
atau data-data kualitatif yang dikeluarkan oleh BMT Berkah Madani
Depok yang akan diolah menjada data kuantitatif.
3Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE – UII, 2001), h. 8 4Penelitian deskriptif memiliki pengertian yang sangat luas dan mencakup segala macam
bentuk penelitian kecuali penelitian historis serta eksperimental dan penelitian deskriptif dalam arti luas biasanya diidentikan dengan penelitian survey. Lihat Mastuhu, et.al., Manajemen Penelitian Agama; Perspektif Teoritis dan Praktis, (Jakarta: INIS, 2000), h. 209
29
Selain itu data sekunder juga didapat dari buku-buku referensi
yang terkait dengan penelitian penulis diantaranya : Suhartono Irawan,
Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, Faisal
Sanapsiah, Format-Format Penelitian Sosial, Bandung: Rajawali Press.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruh unit analisis yaitu obyek yang akan
diteliti.5 Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan obyek penelitian
yang dipelajari dan diamati.6 Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah
BMT Berkah Madani yang berjumlah 15 orang.7
Dari populasi yang diteliti ada 15 orang responden, yang mayoritas
responden bertempat tinggal di daerah depok sekitar kantor BMT Berkah
Madani, dari 15 responden yang teliti mayoritas responden berjenis kelamin
laki laki 11 orang dan 4 orang responden perempuan. Dengan tingkat
pendidikan responden adalah SMA dengan jumlah 8 orang responden
kemudian 3 orang responden bertingkat sekolah dasar, yang selanjutnya
diikuti oleh sarjana dan strata diploma.
3. Teknik Pengambilan Data
Untuk kepentingan penelitian, pengambilan data dapat dilakukan
melalui :
5Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35 6Sanapsiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Bandung: Rajawali Press, 1992), h. 86 7Data diperoleh dari BMT Berkah Madani yaitu nasabah yang diberikan pembiayaan
murabahah oleh BMT yang bersangkutan.
30
Kuisioner.
Kuisioner ini merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam
bentuk daftar pertanyaan terstruktur agar responden dapat memberikan
jawaban lebih bebas dengan menggunakan istilah mereka sendiri dan menulis
ulasan-ulasan yang dianggap penting pada ruang yang telah disediakan.
Pertanyaan-pertanyaan pada questioner sebagian bersifat tertutup dimana
pilihan atau alternatif jawaban tersedia dan sebagian lagi bersifat terbuka
untuk menggali informasi yang mungkin muncul di luar pertanyaan yang
tersedia. Kuisioner ini akan diberikan pada seluruh responden yang telah
ditentukan sebagai sampel penelitin.
Kuesioner adalah mengumpulkan data primer mengenai persepsi para
responden mengenai metode pelatihan dan pengembangan yang telah
dilaksanakan oleh bank syariah tempat penelitian dilaksanakan.
Jenis pertanyaan dalam kuesioner ini merupakan pertanyaan tertutup karena
responden hanya memilih satu jawaban dari beberapa pertanyaan yang telah
ditentukan.
4. Teknik Analisis Data
Data yang disajikan dalam penelitian ini meruipakan hasil survei
questioner dan wawancara untuk kemudian kuantifisir dengan menggunakan
angka dan alat hitung dari sejumlah model deskriptif yang biasa digunakan
untuk mengukur besarnya pengaruh pembiayaan murabahah. Penelitian
31
deskriptif menurut Sugiyono8 diasumsikan sebagai penelitian yang ditujukkan
untuk tidak mengambil kesimpulan ataupun peramalan mengenai keseluruhan
data induk. Untuk itu, alat ukur statistik yang menjadi pilihan penulis dalam
penelitian ini adalah statistik non parametrik.
Dalam analisa data penelitian ini, penulis menggunakan pengujian Ho
(hubungan nol), dimana :
H0 = Tidak ada pengaruh antar variable-variabel yang ada
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara variable-variabel yang ada
Adapun untuk pengujian Ho (hubungan nol), penulis menggunakan uji
statistik rs (rangkaian spearman),9 yaitu :
)1(
61 2
2
−Σ
−=nn
dirs
dimana :
rs = Rank spearman
di = Beda (selisih) setiap pasang rank
n = Jumlah pasangan rank
Apabila terdapat nilai pengamatan yang sama, statistic rs dihitung dengan
rumus :10
8Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alvabet, 2002), h. 14 9Korelasi rangking spearman merupakan statistik yang paling awal dikembangkan dan
mungkin yang paling dikenal dengan baik. Kadang-kadang statistic ini disebut rho, merupakan kolerasi yang menuntut kedua variable pengamatan sekurang-kurangnya diukur dalam skala ordinal, sehingga obyek-obyek individu-individu yang diamati dapat dirangking dalam dua rangkaian berurut. Lihat Wijaya, Statistik Non Parametrik, (Bandung: Alvabeta, 2003), Cet. ke-3, h. 95
10Wijaya, Statistik Non Parametrik, h. 95
32
2 22
222
YXdiYXrs
ΣΣ
Σ−Σ+Σ=
dimana :
TxNNx Σ−−
=Σ12
32
12
3 ttTx −Σ=Σ
TyNNy Σ−
=Σ12
32
12
2 ttTy −Σ=Σ
Uji signifikansi rs, dilakukan dengan statistik t, yaitu : 21
2
s
s
r
nrt
−
−= ,11 dan
kaidah pengujian: tolah H0 jika t < - atau t > , dengan taraf nyata α
= 0,05.
)2(2/ −kat )2(2/ −kat
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan sekitar wilayah kelapa dua depok yang
merupakan nasabah BMT Berkah Madani yang beralamat Jalan Margonda
Raya No. 25 Depok Telp. (021) 7887293.
C. Sejarah Singkat BMT Berkah Madani
BMT Berkah Madani berbadan hukum koperasi jasa keuangan syariah
yang disahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
11Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik, (Jakarta: LP3ES, 1986), Cet. ke-11, h. 352
33
Menengah No. 486/BH/MENEG.I/V/2006. Operasional BMT Berkah Madani
dimulai tepat pada tanggal 10 Pebruari 2005 yang bertepatan dengan 1 Muharram
1426 H dengan aset awal Rp. 38.000.000.12 BMT Berkah Madani berlokasi di
Jalan Akses UI No. 44 Kelapa Dua Depok.
D. Visi dan Misi BMT Berkah Madani
Visi yang ingin diwujudkan oleh BMT Berkah Madani adalah menjadi
lembaga keuangan syariah yang terbaik dan terdepan secara nasional dalam
rangka memberikan solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro
dan kecil secara berkala dan berkelanjutan dengan berlandaskan pada prinsip
fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh. Sedangkan misi yang diemban oleh BMT
Berkah Madani di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun
non finansial.
2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas
masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi.
3. Menjadi BMT yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan
usaha nasabahnya.
4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder
melalui pelayanan terbaik kepada shareholder.13
12“Berangkat dari nol, asset BMT Berkah Madani Melonjak Tajam”, artikel diakses pada
tanggal 19 September 2009 melalui www.republika.co.id. 13Brosur BMT Berkah Madani Tahun 2009
34
E. Prinsip Operasional BMT Berkah Madani
Sebagai lembaga non bank, BMT Berkah Madani melakukan kegiatan
operasionalnya secara konsisten dengan mengacu kepada ketetapan-ketetapan
syar’i sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW
secara ijma’ dan fatwa ulama. Sedangkan dalam menjalankan usahanya, BMT
Berkah Madani menerapkan prinsip-prinsip syariah yang antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Mudharabah, yaitu prinsip kerja sama antara kedua belah pihak, dimana pihak
pertama (BMT Berkah Madani) menyediakan dana penuh (100%) sebagai
modal, sedang pihak kedua menjadi pengelola usahanya. Kerugian ditanggung
oleh pihak BMT Berkah Madani selama kerugian itu bukan akibat dari pihak
pengelola dan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.
2. Musyarakah, yaitu prinsip kerja sama antara kedua belah pihak untuk usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama.
3. Murabahah, yaitu prinsip jual beli antara penjual dan pembeli dengan harga
asal yang diketahui bersama, kemudian ditambahkan keuntungan tertentu
untuk si penjual sesuai dengan kesepakatan.
4. Ba’i al-Istishna, yaitu prinsip kontrak jual beli antara pembuat barang dan
pembeli. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli
dengan harga dan cara pembayarannya telah disepakati bersama.
35
5. Ijarah wa itiqna, yaitu prinsip-prinsip atau akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang di tangan si penyewa.
F. Struktur Organisasi BMT Berkah Madani
Adapun struktur organisasi BMT Berkah Madani adalah sebagai berikut :
1. Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Rapat Anggota Tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
BMT yang berbadan hukum koperasi, sehingga seluruh anggota memiliki hak
yang sama untuk meminta keterangan dan pertanggungjawaban dari Badan
Pengurus dan Badan Pengawas mengenai pengelolaan BMT. Pelaksanaan
rapat anggota dilaksanakan sekurang-kurangnya satu tahun sekali.14
2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Dewan ini wajib untuk diadakan dan dioperasionalkan untuk lembaga
keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Anggota
DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syariah dan muamalah yang
didukung oleh pemahaman terhadap pengetahuan umum di bidang
operasional BMT.
3. Badan Pengurus
Pengurus adalah orang-orang yang dipilih oleh anggota BMT dalam rapat
anggota. Pada tahap awal pendirian, pengurus biasanya dipilih dari badan
pendiri. Persyaratan pemilihan pengurus dicantumkan dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga secara umum.
14Standar Operasional Prosedur BMT Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
36
4. Badan Pengawasan
Badan ini diadakan sebagai bagian dari prinsip prudensial bagi BMT Berkah
Madani dalam melaksanakan operasionalnya.
5. Bidang Operasional
Bidang operasional berfungsi sebagai aparat manajemen yang ditugaskan
untuk membantu direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang operasional
BMT
6. Bidang Pemasaran
Bidang pemasaran bertugas untuk membantu direksi dalam menangani tugas-
tugas khususnya yang menyangkut pemasaran dan pembiayaan.
7. Bidang Keuangan
Bidang keuangan merupakan bidang yang melaksanakan pekerjaan yang
berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang.
Adapun susunan pengurus BMT Berkah Madani pada tahun 2009 adalah
sebagai berikut :
1. Dewan Pengawas Syariah
Ketua : Muhammad Haikal
Anggota : Arisson Haikal
2. Badan Pengawas
Ketua : Asril
Anggota : Rafi Saefulshaf
37
3. Badan Pengurus
Ketua Umum : Andi Estetiono
Ketua 1 : Budi Hartanto
Ketua 2 : Bambang Wahyudiono
Sekretaris 1 : Wawan S. Setiawan
Sekretaris 2 : Johan Machrobi
Bendahara 1 : Yoke Paramita
Bendahara 2 : Fevin Andryanto
Melihat struktur organisasi BMT Berkah Madani seperti dipaparkan di
atas, maka dapat dikatakan bahwa struktur organisasi BMT tersebut telah
memenuhi standar berdirinya sebuah institusi yang bergerak dalam pelayanan
masyarakat yang didukung oleh sumber daya insani yang unggul dan profesional.
Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi BMT Berkah Madani ini dapat
dilihat pada bagan lampiran struktur.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Secara umum, gambaran umum responden dalam penelitian ini adalah
nasabah yang mendapatkan pembiayaan murabahah di BMT Berkah Madani.
Masyarakat atau nasabah yang menjadi responden berasal dari masyarakat sekitar
lingkungan BMT Berkah Madani, ada juga yang berasal dari daerah di luar
lingkungan BMT Berkah Madani. Dalam penelitian ini, ada 15 sampel responden
yang merupakan sample jenuh.
Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan beberapa karakteristik
responden.
Bagan 1
Jenis Kelamin Nasabah
11
4
02468
1012
Laki Laki Perempuan
Jenis Kelamin Nasabah
38
39
Dari bagan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di atas dapat
dilihat dari 15 responden yang mendapat pembiayaan murabahah pada BMT
Berkah Madani lebih dominan responden yang mengisi angket adalah laki-laki
dengan persentase 73% sedangkan perempuan sebesar 27%. Ini berarti bahwa
laki-laki lebih banyak mendapatkan pembiayaan murabahah dibandingkan
perempuan.
Bagan 2
Tingkat Pendidikan Nasabah
Dapat lihat pula dari karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir, dari 15 orang responden ada yang berasal dari SD 20%, SMP
sebesar 6.7%, SMA sebesar 53.3%, D3 sebesar 6.7%, dan sarjana sebesar 13.3%.
Bagan di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir SMA lebih
dominan dibandingkan dengan pendidikan yang lainnya. Hal ini berarti bahwa
dengan tingginya pendidikan terakhir responden di tingkat SMA sangat
3
1
8
12
0
2
4
6
8
SD SMP SMA D3 SARJANA
Tingkat Pendidikan Nasabah
40
berpengaruh pada jenis pekerjaan nasabah pada usaha yang dilakukan yaitu
sebagai pengusaha.
Berikut ini bagan perbandingan daftar golongan rata-rata pendapatan
bulanan yang di dapat responden setiap bulannya ketika sebelum mendapatkan
pembiayaan murabahah dan sesudah mendapatkan pembiayaan murabahah seperti
terlihat dibawah ini.
Berdasarkan bagan perbandingan rata-rata pendapatan bulanan, terlihat
adanya perubahan yaitu pendapatan bulanan, sebelum mendapatkan pembiayaan
dari 15 orang responden diperoleh data mayoritas 40% responden mempunyai
rata-rata pendapatan bulanan sebesar < Rp 2000.000,- setiap bulannya dan 13.3%
responden berkisar Rp.9000.000,-.
Sedangkan pada gambar rata-rata pendapatan bulanan sesudah
mendapatkan pembiayaan murabahah rata pendapatan responden sebagai berikut
6.7% responden mendapatkan pendanaan sebesar Rp.800.000,-, 13.3% responden
mendapatkan pendapatan sebesar Rp.1.500.000.-, 13.3% responden pendapatan
1
2
3
1
2
1 1
2
1 1
0
1
2
3
6E+05 5E+06 7E+06 1E+07
Bagan 3Pendapatan Nasabah Sebelum Pembiayaan
1
2 2
1 1
2 2 2 2
0
0.5
1
1.5
2
8E+05 5E+06 1E+07
Bagan 4Pendapatan Sesudah
Pembiayaan
41
responden sebesar Rp. 2000.000,-, 6.7% responden pendapatannya sebesar
Rp.5000.000.-, 6.7% responden mendapatkan pendapatan sebesar Rp.6000.000,-,
dan 53% responden mempunyai pendapatan lebih dari Rp.7000.000,-.
B. Pembiayaan Murabahah Terhadap Pendapatan Nasabah
BMT Berkah Madani merupakan salah satu BMT yang merupakan salah
satu BMT yang bergerak dibidang lembaga keuangan non perbankan dengan
berlandaskan prinsip syariah. Kehadiran BMT Berkah Madani membawa angina
segar bagi pengusaha kecil dan menengah terutama bagi mereka yang
membutuhkan modal usaha. Dengan adanya BMT Berkah Madani diharapkan
dapat membantu pelaku usaha kecil dan menengah yang tak tersentuh oleh
perbankan umum.
Dalam perkembangannya, BMT Berkah Madani memberikan pembiayaan
kepada nasabahnya melalui beberapa jenis pembiayaan diantaranya pembiayaan
murabahah. Dalam memberikan pembiayaan tersebut, pihak BMT Berkah
Madani memberikan syarat-syarat yang relatif ringan dan mudah diikuti oleh para
calon nasabah yang notabene dari kalangan kecil dan menengah.
Penyaluran pembiayaan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan
kegiatan perbankan karena pembiayaan merupakan bagian terbesar sumber
penghasilan BMT. Kinerja dan kelangsungan usaha berdasarkan prinsip syariah
sangat dipengaruhi oleh kualitas penanaman dana atau pembiayaan. Hal ini sesuai
dengan fungsi BMT sebagai lembaga perantara jasa keuangan (financial
42
intermediary) yang tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Dari hasil
yang ditemukan, peningkatan ini terjadi setelah nasabah mengajukan pembiayaan
murabahah pada BMT Berkah Madani.
Pada dasarnya pembiayaan murabahah disalurkan kepada nasabah-
nasabah BMT Berkah Madani yang ditujukan untuk membantu usaha kecil dan
menengah dalam segi permodalan usaha sehingga dapat meningkatkan
keuntungan dari usaha yang sedang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Dengan
demikian, pendapatan nasabah tersebut mengalami kenaikkan yang signifikan
sehingga dapat mengangkat dan memberdayakan ekonomi mikro kecil dan
menengah.
Hal ini dapat ini dapat dilihat pada bagan grafik indikator peningkatan
pendapatan nasabah setelah mendapatkan pembiayaan murabahah dibawah ini.
Bagan 2
Perbandingan bagan di atas menunjukkan jawaban responden ketika
ditanyakan setujukah dengan pernyataan usaha harus tetap menguntungkan
0
5
10
SS S R TS STS
Bagan 5Menjaga Usaha Tetap
Menguntungkan Sebelum Mendapatkan Pembiayaan
02468
1012
SS S R TS STS
Bagan 6Menjaga Usaha Tetap
Menguntungkan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan
43
sebelum mendapatkan pembiayaan terlihat dari 15 responden mayoritas 9 orang
responden menjawab setuju dan 6 orang menjawab sangat setuju. Pada bagan
menjaga usaha tetap menguntungkan sesudah mendapatkan pembiayaan terjadi
adanya perubahan yang signifikan yang menunjukkan dari 15 orang responden
mayoritas 11 orang responden menjawab sangat setuju dan 4 orang menjawab
setuju. Hal ini berarti dengan adanya pembiayaan, maka pedagang memiliki rasa
tanggung jawab dalam menjaga usaha sebelumnya.
Dari perbandingan bagan di atas terlihat pada grafik mengecek
kelengkapan barang yang dijual sebelum mendapatkan pembiayaan. Dari 15
orang responden mayoritas responden 8 orang menjawab setuju, 5 orang
menjawab sangat setuju dan 2 orang responden menjawab ragu-ragu. Sedangkan
pada bagan mengecek kelengkapan barang yang dijual sesudah mendapatkan
pembiayaan mayoritas responden 10 orang menjawab sangat setuju, 5 orang
responden menjawab setuju.
0
2
4
6
8
SS S R TS STS
Bagan 7Mengecek kelengkapan barang
yang dijual sebelum mendapatkan pembiayaan
0
2
4
6
8
10
12
SS S R TS STS
Bagan 8Mengecek kelengkapan
barang yang dijual sesudah mendapatkan pembiayaan
44
Hal ini berarti bahwa dengan adanya pembiayaan, maka pedagang
diharapkan agar lebih teliti dalam mengecek kelengkapan barang yang dijual
sesudah memperoleh pembiayaan.
Selain mengecek kelengkaapan barang dagangan, kualitas dan mutu
barang seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
Dalam perbandingan bagan di atas menunjukkan adanya perubahan yang
signifikan antara memperhatikan kualitas dan mutu barang dagangan sebelum
dengan sesudah mendapatkan pembiayaan. Hal ini ditunjukkan pada bagan
memperhatikan kualitas dan mutu barang yang di jual sebelum mendapatkan
pembiayaan . dari 15 orang responden mayoritas 9 orang responden menjawab
sangat setuju dan 6 orang menjawab setuju. Sedangkan pada grafik bagan
memperhatikan kualitas dan mutu barang dagangan sesudah mendapatkan
pembiayaan dari 15 orang responden mayoritas 13 orang menjawab sangat setuju
dan 2 orang responden menjawab setuju.
0
2
4
6
8
10
SS S R TS STS
Bagan 9Memperhatikan kualitas dan mutu
barang yang dijual sebelum mendapatkan pembiayaan
0
2
4
6
8
10
12
14
SS S R TS STS
Bagan 10Memperhatikan kualitas dan
mutu barang yang dijual sesudah mendapatkan
pembiayaan
45
Hal ini berarti bahwa dengan adanya pembiayaan, maka pedagang lebih
memperhatikan kualitas dan mutu barang yang dijual sebelum mendapatkan
pembiayaan.
Dalam melakukan usahanya, tentunya mendapatkan keuntungan dari
hasil usaha nasabah tersebut. Dalam bagan grafik pendapatan nasabah
meningkat sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan menunjukkan
perbedaan yang sangat signifikan.
Dari perbandingan bagan di atas dapat dilihat adanya perbedaan. Pada
bagan pendapatan nasabah meningkat sebelum memperoleh pembiayaan 6
responden menjawab sangat setuju, 7 responden menjawab setuju dan 2
responden menjawab ragu-ragu. Sedangkan pada bagan grafik 8 pendapatan
nasabah meningkat sesudah memperoleh pembiayaan mayoritas 11 responden
menjawab sangat setuju dan 4 orang menjawab setuju.
Hal ini berarti adanya peningkatan pendapatan nasabah setelah
memperoleh pembiayaan murabahah dari pihak BMT Berkah Madani.
0
2
4
6
8
SS S R TS STS
Bagan 11Pendapatan nasabah meningkat
sebelum memperoleh pembiayaan
0
5
10
15
SS S R TS STS
Bagan 12Pendapatan nasabah meningkat sesudah
memperoleh pembiayaan
46
Pada saat memperoleh pembiayaan, maka pendapatan nasabah meningkat
dan tentunya nasabah memperoleh banyak keuntungan sebelum dan sesudah
memperoleh pembiayaan.
Pada perbandingan bagan di atas terdapat perbedaan yang sangat
signifikan dalam memperoleh banyak keuntungan sebelum dan sesudah
memperoleh pembiayaan. Pada bagan 9 memperoleh keuntungan sebelum
memperoleh pembiayaan 7 responden menjawab sangat setuju, 8 orang responden
menjawab setuju. Sedangkan pada bagan 10 memperoleh keuntungan sesudah
memperoleh pembiayaan mayoritas 11 orang responden menjawab sangat setuju
dan 4 responden menjwab setuju.
Dari perbandingan grafik bagan indikator peningkatan pendapatan
nasabah setelah memperoleh pembiayaan terlihat mayoritas nasabah
menunjukkan peningkatan pendapatan dari usaha yang dijalankan setelah
mendapatkan pembiayaan dibandingkan sebelum mendapatkan. Hal ini berarti
menunjukkan adanya keuntungan yang signifikan setelah nasabah memperoleh
pembiayaan.
0
2
4
6
8
SS S R TS STS
Bagan 13Memperoleh banyak keuntungan sebelum
memperoleh pembiayaan
0
5
10
15
SS S R TS STS
Bagan 14Memperoleh banyak keuntunan
sesudah memperoleh pembiayaan
47
C. Pengujian Hipotesa
1. Korelasi Rank Spearman
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, di uji dengan uji statistic
non parametrik yakni korelasi rank spearman untuk melihat hubungan antara
variabel pembiayaan murabahah dan tingkat pendapatan nasabah. Untuk uji
korelasi rank spearman dipilih dalam penelitian dengan pertimbangan bahwa
kedua variabel penelitian tingkat pengukurannya ordinal.
Rumus korelasi rank spearman yang digunakan dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
rs = ∑x2 + ∑y2-∑d2 (siegel and Castellan, 1988:239)
2√∑x2∑y2
∑x2 = N3- N – Tx
12
t = rank kembar
Tx = Jumlah rank kembar pada variabel x (pembiayaan murabahah)
Ty = Jumlah rank kembar pada variabel y (pendapatan nasabah)
Uji signifikan terhadap rs digunakan uji – t dengan rumus sebagai berikut :
t = rs√N – 2 t – rs kaidah keputusan
tolak Ho. Bila r ≥ t α, n- 2
terima Ho. Bila r < t α, n-2
48
Keeratan hubungan diinterpretasikan dengan menggunakan aturan
Guilford ( Guilford’s Empirical Rule) sebagai berikut:
0 → < 0.2 Slight correlation ; almost neglibible relationship
≥ 0.2 → < 0.4 Smal correlation ; low relationship
≥ 0.4 → < 0.7 Moderate correlation ; substantial relationship
≥ 0.7 → < 0.9 High correlation : dependable relationship
≥ 0.9 → < 1.0 Ver high correlation ; very dependable relationship
2. Pendapatan Sebelum dan Sesudah Pembiayaan Murabahah
• Formulasi Hipotesanya
Ho : r = 0 pendapatan sebelum pembiayaan murabahah = pendapatan
sesudah pembiayaan murabahah
H1 : r ≠ 0 pendapatan sebelum pembiayaan murabahah ≠ pendapatan
sesudah pembiayaan murabahah
• Taraf nyata (α) dengan t tabelnya :
α : 5% : 0.05 ; uji dua arah
db : n-1 : 15-1 : 14
t ( 0,01;15 ) : 1.960 atau -1.960
• Kriteria pengujiannya
Ho diterima apabila to<1.960
Ho ditolak apabila to>1.960
• Nilai uji statistik yang dipakai adalah
t = ð – uρ Sd/√n
49
• Penyelesaian
Dari tabel diperoleh :
Nilai rata-rata : ð= ∑d1 = 11 = 0.73 n 15 Variasi = sd2 = n ∑d2 (∑d)2
= 225 – 121 = 0.49
15 .(14)
Simpangan baku Sd = √Sd2 = √0.49 = 0.7
Maka nilai uji statistic uji t adalah
T = d-UP = 10.26 – 0 = 6.88 Sd / √15 5.8/3.87
3. Uji Dua Sample Berpasangan Wilcoxon
Uji ranking ini pada prinsipnya ingin menguji apakah dua sample yang
berpasangan satu dengan yang lain berasal dari populasi yang sama. Maka
maksudnya adalah subyek yang diukur sama namun diberi dua perlakuan.
Pendapatan sebelum dan sesudah pembiayaan murabahah
H1 : Pendapatan sebelum pembiayaan murabahah = pendapatan sesudah
pembiayaan murabahah
Ho : Pendapatan sebelum pembiayaan murabahah ≠ pendapatan sesudah
pembiayaan muarabahah
50
Table 15
NPar Tests
Descriptive Statistics
15 54.60 4.641 48 63
15 61.87 3.204 56 65
Pendapatan Sebelum Pembiayaan Murobaha Pendapatan Sesudah Pembiayaan Murobaha
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Wilcoxon Signed Ranks Ranks
N Mean Ranks Sum of Ranks Pendapatan sesudah pembiayaan
Negative Ranks Positive Ranks
1a
14b 1.00 8.50
1.00 119.00
Pendapatan sebelum pembiayaan
Ties Total
0c 15
a. Pendapatan sesudah pembiayaan murabahah < Pendapatan pembiayaan
b. Pendapatan sesudah pembiayaan murabahah > Pendapatan pembiayaan
c. Pendapatan sesudah pembiayaan murabahah = Pendapatan pembiayaan
Test Statisticsb
-3.353a
.001ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Pendapatan SesudahPembiayaan Murobaha- Pendapatan SebelumPembiayaan Murobaha
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Setelah dilakukan beberapa uji statistik, maka dapat diperoleh hasil
sebagai berikut :
51
Ho : Pembiayaan murobaha tidak mempunyai efek berarti pada peningkatan
pandapatan nasabah
Ha : Pembiayaan murobaha mempunyai efek berarti pada peningkatan
pandapatan nasabah
Pengambilan Keputusan:
dengan membandingkan nilai probabilitas dengan � = 5%
Jika probabilitasnya>0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitasnya<0,05 maka Ho ditolak
Dengan melihat probabilitas sebesar 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak artinya
Pembiayaan murobaha mempunyai efek berarti pada peningkatan pandapatan
nasabah.
Dari tabel di atas di dapat negative ranks (nilai negatif pada ranking) atau
selisih antara “sebelum” dam sesudah yang bernilai nol. Kemudian Sum of rank
(jumlah/hasil ranking) sebesar nol, dan mean of rank (nilai rata-rata ranking)
sebesar nol. Hal ini dikarenakan tidak ada selisih angka negatif pada nilai
negative ranks (nilai negatif pada ranking). Nilai positif rank (nilai positif pada
rangking) atau selisih antara sesudah dan sebelum yang bernilai positif, yang
mengandung arti bahwa nilai sesudah lebih besar dari nilai sebelum. Sehingga
adanya perubahan yang signifikan terhadap pendapatan sebelum pembiayaan
murabahah pada nasabah BMT Berkah Madani dengan pendapatan sesudah
pembiayaan murabahah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta
analisis yang dilakukan terhadap pengaruh pembiayaan murabahah terhadap
pendapatan nasabah BMT Berkah Madani, maka untuk mengakhiri penulisan
skripsi ini penulis mengambil beberapa kesimpula sebagai berikut:
1. BMT sebagai salah satu jenis lembaga keuangan dengan prinsip syariah
membawa dampak yang positif serta dapat diterima dengan baik untuk
masyarakat yang menjadi nasabahnya. Temua-temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa indicator – indikato pengaruh pembiayaan murabahah
terhadap peningkatan pendapatan nasabah yang baik. Selain itu juga BMT
memberika sejumlah manfaat yang dirasakan oleh anggotanya juga
mempunyai peranan dalam pemberdayaan ekonomi.
2. Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan hasil t sebesar 4,03 terletak di
daerah Ho ditolak. Maka keputusan menolak Ho mengandung arti bahwa ada
hubungan atau pengaruh positif yang di yang siginifikan antara pendapatan
sebelum pembiayaan murabahah terhadap pendapatan sesudah pembiayaan
murabahah. Tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sample berpasangan
wilcoxon, dari hasil uji tersebut didapat z sebesar -3.335 dengan tariff nyata
52
53
5% maka nilai z tersebut terletak didaerah Ho ditolah berarti pendapatan
sesudah pembiayaan murabahah ≠ pendapatan sebelum pembiayaan
murabahah. Dengan demikian, karena ada perubahan yang siginifikan dalam
pendapatan sesudah pembiayaan murabahah, berarti pembiayaan murabahah
yang diberikan BMT Berkah Madani berpengaruh positif terhadap perubahan
pendapatan nasabah.
B. Saran-saran
Dari hasil studi dan penela’ahan tentang kajian yang tertuang dalam
pembahasan skripsi ini, kiranya tidak berlebihan jika penulis mengemukakan
saran-saran sebagai berikut :
1. BMT Berkah Madani sebagai mitra ummat, dengan pembiayaan murabahah
ini diharapkan pembiayaan tersebut dapat terus diberikan bagi usaha mikro
kecil dan menengah khususnya yang betul-betul membutuhkan modal usaha.
Karena dilihat pada kondisi sekarang ini mencari pekerjaan sangat sulit, ingin
usaha pun kendala pada modal.
2. BMT Berkah Madani diharapkan dapat terus dikembangkan bentuk
pembiayaan murabahah dengan mempermudah proses pembiayaan yang
diberikan untuk para pelaku usaha mikro menengah
3. Bagi penulis dan masyarakat adalah memberikan pengetahuan tentang fungsi
serta kegunaan BMT serta sistem pembiayaan yang diberikan.
54
4. Diharapkan pada pemerintah untuk dapat berperan lebih terhadap pelaku
usaha yang tidak mendapatkan ruang diperbankan nasional terutama dalam
permodalan usaha.
55
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta:
Departemen Agama RI, 1984 A. Karim, Adiwarman, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: IIIT
Indonesia, 2003, Cet. ke-1
A. Mas’adi, Gufron, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. ke-1
Abdul Mudjieb, M., et.al., Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, Cet.
ke-1 Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Mazahibil Arba’ah, Beirut: Daar Al-Fikr, tth.,
Cet. ke-1 Al-Shan’any, Subulus Salam, Bandung: Dahlan Press, tth. Al-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Nailul Authar, Kairo: Maktabah
Al-Dakwah Al-Islamiyah, tth. Arif Harahap, Potan, Ekonomi Islam; Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Internusa, 1992,
Cet. ke-1 Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006, Cet. ke-4 Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992 Brosur BMT Berkah Madani Tahun 2009 Dajan, Anton, Pengantar Metode Statistik, Jakarta: LP3ES, 1986, Cet. ke-11 Faisal, Sanapsiah, Format-Format Penelitian Sosial, Bandung: Rajawali Press, 1992 Haekal, M., Sejarah Hidup Muhammad, Bandung: Mizan, 1997 Harun, Nasroen, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, Cet. ke-1
56
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Hafidz, Bulugul Maram Min Adillatil Ahkam, Beirut: Daar Al-Ihya, 1973
J. Maleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998,
Cet. ke-2 Lathif, Azharuddin, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: BPFE-UII, 2001 Mastuhu, et.al., Manajemen Penelitian Agama; Perspektif Teoritis dan Praktis,
Jakarta: INIS, 2000 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: AMP YKPN, 2002, Cet. ke-1 ----------------, Manajemen Dana Bank Syari’ah, Yogyakarta: Ekonosia, 2005, Cet.
ke-2 Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992 Perwaatmadja, Karnaen, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok: Usaha
Kami, 1996, Cet. ke-1 PT. Permodalan BMT Ventura, 101 Things About Us, Jakarta: PT. Permodalan BMT
Ventura, 2009 Qudamah, Ibnu, Al-Mugni, Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 1994, Cet. ke-1 Remy Sjahdeini, Sutan, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991, Cet. ke-1 Rizki, Awalil, BMT; Fakta dan Prospek Baitul Maal wa Tamwil, Yogyakarta: UCY
Press, 2007, Cet. ke-1 Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Riyadh: Maktabah Nazar
Musthafa Al-Baaz, 1995, Cet. ke-1 Standar Prosedur Operasional BMT Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001, Cet. ke-1