pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar kolesterol ldl dan hdl pada tikus putih lengkap

10
PENGARUH PEMBERIAN TEH HIJAU TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus strain wistar) dr. Endang Sriwahyuni*, Theresia Puspita**, Hippolyta Antari Puspa Putranti*** Abstrak Teh hijau mengandung polifenol utama berupa katekin dan flavonoid. Kandungan antioksidan yang tinggi pada katekin dan flavonoid ini dapat menghambat oksidasi kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL dalam serum darah. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL. Studi experimental menggunakan randomize control post test design dilakukan terhadap hewan coba tikus Wistar jantan dan betina yang dipilih secara random sampling dibagi ke dalam 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok “kontrol”, kelompok “diet normal + ekstrak teh hijau 0,015 gr/hr”, kelompok “diet normal + ekstrak teh hijau 0,030 gr/hr”, dan kelompok “diet normal + ekstrak teh hijau 0,045 gr/hr”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian teh hijau perlakuan dengan 3 dosis terhadap penurunan kadar kolesterol LDL pada tikus wistar (p value < α = 0,05), namun tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak teh hijau berdasarkan jenis kelamin terhadap kadar kolesterol LDL pada tikus wistar jantan dan betina. Pada kadar kolesterol HDL tidak terdapat pengaruh pemberian teh hijau perlakuan dengan 3 dosis dan berdasarkan jenis kelamin terhadap kadar kolesterol HDL pada tikus wistar jantan dan betina (p value > α=0,05. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk dapat melihat pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap penurunan kadar kolesterol LDL dan peningkatan kadar kolesterol HDL dengan menggunakan diet tinggi lemak (Aterogenik) dan menggunakan bahan percobaan yang homogen. Kata kunci : teh hijau, kadar kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL. Abstract Green tea consist of main polifenol like chatechin an flavanoid. The high antioxidant content at chatechin and flavonoid can prevent oxidation process of LDL cholesterol and increase HDL cholesterol content in blood serum. This research has purpose proving the effect of giving green tea to LDL cholesterol and HDL cholesterol content. Experimental study using randomize control post design that to be done to experimental of female and male strain wistar. Sample to be chosen by random sampling that divided to four group, this is “control group”, group “normal diet + green extract 0,015 gram/day”, group “normal diet + green tea extract 0,030 gram/day”, and group “normal diet + green tea extract 0,045 gram/day”. The result of research shows there is effect of giving green tea base on gender to LDL cholesterol content to female and male of strain wistar (ρ value < α=0,05), but there is no the effect of giving green tea extract base on gender to LDL cholesterol at female and male strain wistar. In HDL cholesterol content there is no effect of giving green tea to 3 (three) doses and base on gender to HDL choesterol for female an male strain wistar (ρ value > α=0,05). Base on this research, to be suggested in order to see effect of giving green tea extract in decreasing LDL cholesterol content and increase HDL cholesterol content by using high fat diet (Aterogenic) and using homogen experimental material. Key word : Green tea, LDL cholesterol content, HDL cholesterol content. * Laboratorium Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ** Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang *** Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan FKUB Malang

Upload: benz-zodiazepin

Post on 25-Nov-2015

131 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PEMBERIAN TEH HIJAU TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus strain

    wistar)

    dr. Endang Sriwahyuni*, Theresia Puspita**, Hippolyta Antari Puspa Putranti***

    Abstrak Teh hijau mengandung polifenol utama berupa katekin dan flavonoid. Kandungan antioksidan yang tinggi pada katekin dan flavonoid ini dapat menghambat oksidasi

    kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL dalam serum darah. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar

    kolesterol LDL dan kolesterol HDL. Studi experimental menggunakan randomize control post test design dilakukan terhadap hewan coba tikus Wistar jantan dan betina

    yang dipilih secara random sampling dibagi ke dalam 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok diet normal + ekstrak teh hijau 0,015 gr/hr, kelompok diet normal + ekstrak teh hijau 0,030 gr/hr, dan kelompok diet normal + ekstrak teh hijau 0,045 gr/hr. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian

    teh hijau perlakuan dengan 3 dosis terhadap penurunan kadar kolesterol LDL pada tikus wistar (p value < = 0,05), namun tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak teh

    hijau berdasarkan jenis kelamin terhadap kadar kolesterol LDL pada tikus wistar jantan dan betina. Pada kadar kolesterol HDL tidak terdapat pengaruh pemberian teh

    hijau perlakuan dengan 3 dosis dan berdasarkan jenis kelamin terhadap kadar kolesterol HDL pada tikus wistar jantan dan betina (p value > =0,05. Berdasarkan

    hasil penelitian ini, disarankan untuk dapat melihat pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap penurunan kadar kolesterol LDL dan peningkatan kadar kolesterol

    HDL dengan menggunakan diet tinggi lemak (Aterogenik) dan menggunakan bahan percobaan yang homogen.

    Kata kunci : teh hijau, kadar kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL.

    Abstract Green tea consist of main polifenol like chatechin an flavanoid. The high

    antioxidant content at chatechin and flavonoid can prevent oxidation process of LDL cholesterol and increase HDL cholesterol content in blood serum. This research has

    purpose proving the effect of giving green tea to LDL cholesterol and HDL cholesterol content. Experimental study using randomize control post design that to be done to

    experimental of female and male strain wistar. Sample to be chosen by random sampling that divided to four group, this is control group, group normal diet + green extract 0,015 gram/day, group normal diet + green tea extract 0,030 gram/day, and group normal diet + green tea extract 0,045 gram/day. The result of research shows there is effect of giving green tea base on gender to LDL cholesterol content to female

    and male of strain wistar ( value < =0,05), but there is no the effect of giving green tea extract base on gender to LDL cholesterol at female and male strain wistar. In HDL cholesterol content there is no effect of giving green tea to 3 (three) doses and base on gender to HDL choesterol for female an male strain wistar ( value > =0,05). Base on

    this research, to be suggested in order to see effect of giving green tea extract in decreasing LDL cholesterol content and increase HDL cholesterol content by using high

    fat diet (Aterogenic) and using homogen experimental material.

    Key word : Green tea, LDL cholesterol content, HDL cholesterol content.

    * Laboratorium Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ** Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

    *** Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan FKUB Malang

  • Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomor 1, April 2007

    3

    PENDAHULUAN Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh

    susunan makanan sehari-hari yang masuk ke dalam tubuh (diet). Faktor

    lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet adalah

    keturunan, umur, jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, dan exercise. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) adalah

    jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) karena kadar kolesterol yang tinggi akan menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah.

    Sedangkan pada kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) adalah jenis kolesterol yang bersifat baik atau

    menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan pada

    dinding pembuluh darah atau mencegah arteosklerosis (Djohan, 2004).

    Kadar kolesterol total dan LDL yang tinggi merupakan masalah yang penting

    karena termasuk dalam faktor risiko pada penyakit Jantung Koroner (PJK)

    (Djohan, 2004). Penyakit jantung koroner dan pembuluh darah yang

    lebih dikenal dengan Cardiovaskuler Disease (CVD) merupakan penyebab

    utama kematian yang ada di dunia sekarang ini (Ellie Whitney et al, 2005). Dalam laporan Statistik

    Asosiasi Jantung Amerika pada tahun 2000, ada 59,7 juta penduduk Amerika Serikat menderita penyakit kardiovaskuler. Sebanyak 12,2 juta orang diantaranya adalah penderita

    penyakit jantung koroner. Usaha pengendalian penyakit jantung

    koroner sebenarnya tidak hanya dengan penggunaan antioksidan

    sebagai bentuk pengendalian makanan tetapi juga meliputi

    olahraga, maupun obat-obatan. Untuk pengendalian dengan

    penggunaan obat-obatan yang dapat menurunkan kadar kolesterol pada penyakit jantung koroner pada saat

    ini dirasakan semakin mahal. Anjuran Departemen Kesehatan RI untuk back

    to nature yaitu kembali ke obat-obatan tradisional adalah suatu

    anjuran yang tepat. Hal ini dikarenakan bahannya yang mudah didapat, murah serta terjangkau oleh

    seluruh lapisan masyarakat. Teh merupakan functional food

    mengingat khasiat dan potensi yang terkandung di dalamn teh dapat

    meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber zat gizi (Pambudi,

    2006). Berdasarkan proses fermentasinya, teh

    dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu teh hitam, teh oolong atau teh merah, teh hijau, dan teh putih. Teh

    hitam dihasilkan melalui proses fermentasi sempurna, teh merah melalui

    proses semi fermentasi, sedangkan teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi,

    demikian juga dengan teh putih. Teh hijau, yang diproduksi dari daun teh

    yang diuapkan dan dikeringkan tanpa proses fermentasi, memiliki kandungan antioksidan lebih besar dibandingkan

    teh hitam maupun teh merah (Syah, 2006).

    Senyawa polifenol berperan sebagai penangkap radikal bebas hidroksil sehingga tidak mengoksidasi lemak,

    protein, dan DNA dalam sel. Katekin mencegah oksidasi LDL (Low Density

    Lipoprotein ) (Syah, 2006). Sub kelas dari polifenol adalah Subkelas dari

    polyphenols meliputi flavones, flavonols, flavanones , catechins, antocyanidin, dan isoflavones. Turunan flavonols adalah quercetin dan turunan catechins yaitu

    epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), dan

    epigalokatekin galat (EGCG). Selain itu terdapat juga asam galat, galokatekin

    galat (GCG), galokatekin (GC), katekin galat (CG), katekfn (C), asam amino,

    vitamin B, dan vitamin C. EGCG merupakan katekin yang membawa 10%-50% dari kandungan katekin pada daun

    teh, dan terlihat sebagai katekin yang aktivitas antioksidannya paling kuat.

    Sumber utama EGCG yang merupakan komponen dari katekin adalah berasal

  • Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomor 1, April 2007

    4

    dari teh hijau (Syah, 2006). EGCG dan quercetin merupakan antioksidan kuat dengan kekuatan 100 kali lebih tinggi

    daripada vitamin C dan 25 kali vitamin E yang juga merupakan antioksidan

    potensial (Pambudi, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang seberapa besar pengaruh

    pemberian teh hijau terhadap kadar kolesterol LDL-HDL pada Rattus

    novergicus strain wistar.

    METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah experimental

    laboratorik dengan menggunakan rancangan randomized control post test

    design. Sampel dalam penelitian ini adalah tikus

    putih Rattus norvegicus strain wistar dengan jenis kelamin betina dan jantan

    sbanyak 28 ekor (@ jenis kelamin 14 ekor) dan memenuhi kriteria inklusi.

    Kriteria Inklusi dan eksklusi Kriteria inklusi : tikus jenis Rattus

    norvegicus strain wistar, jenis kelamin betina dan jantan, umur 12 minggu, berat badan 120-160 gram, tikus aktif. Kriteria eksklusi : tikus yang selama

    penelitian tidak mau makan, tikus yang selama penelitian berlangsung mengalami

    penurunan keadaan fisik atau mati. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian diet normal

    kepada tikus putih / sampel kemudian di observasi selama 4 minggu dan

    dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok

    yang diberikan perlakuan teh hijau dengan 3 dosis (0,015 gr/hari, 0,030 gr/hari dan 0,045 gr/hari) selama 4

    minggu, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap kadar serum

    kolesterol LDL dan kadar serum kolesterol HDL pada tikus putih strain

    wistar.

    HASIL PENELITIAN Penyajian data karakteristik tikus

    meliputi : jumlah (N), diet / perlakuan,

    usia, jenis kelamin. Sedangkan penyajian data hasil penelitian berdasarkan pada

    masing-masing kelompok perlakuan meliputi : jumlah kadar kolesterol LDL (jantan dan betina) dan jumlah kadar kolesterol HDL (jantan dan betina).

    Dari gambar 4 diketahui bahwa rata-rata kadar kolesterol LDL tikus wistar jantan pada kelompok kontrol adalah 33,910,86. Rata-rata kadar

    kolesterol LDL pada kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,015 gr/hari adalah 31,7611,59. Rata-rata kadar kolesterol LDL pada

    kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,030

    gr/hari adalah 32,807,33 dan rata-rata kadar kolesterol LDL pada perlakuan

    kelompok dengan penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,45 gr/hari adalah

    20,068,51. Sedangkan rata-rata kadar kolesterol LDL tikus wistar betina pada

    kelompok kontrol tanpa adanya penambahan ekstrak teh hijau adalah 36,43,38. Rata-rata kadar kolesterol

    LDL pada kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,015

    gr/hari adalah 17,164,58. Rata-rata kadar kolesterol LDL pada kelompok

    perlakuan dengan penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,03 gr/hari adalah

    26,764,86 dan rata-rata kadar kolesterol LDL pada perlakuan dengan

    penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,045 gr/hari adalah 18,44,27. Sedangkan

    pada gambar 5 diketahui bahwa rata-rata kadar kolesterol HDL tikus wistar jantan pada kelompok kontrol adalah 33,14,94.

    Rata-rata kadar kolesterol HDL pada kelompok perlakuan dengan

    penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,015 gr/hari adalah 38,724,62. Rata-rata

    kadar kolesterol HDL pada kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak

    teh hijau dosis 0,030 gr/hari adalah 43,535,17 dan rata-rata kadar kolesterol LDL pada perlakuan kelompok dengan

    penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,45 gr/hari adalah 31,131,46. Sedangkan rata-rata kadar kolesterol HDL tikus wistar betina pada kelompok kontrol

  • Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomor 1, April 2007

    5

    tanpa adanya penambahan ekstrak teh hijau adalah 38,66,23. Rata-rata kadar

    kolesterol HDL pada kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak

    teh hijau dosis 0,015 gr/hari adalah 30,54,12. Rata-rata kadar kolesterol

    HDL pada kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,03 gr/hari adalah 32,765,92 dan rata-rata kadar kolesterol HDL pada perlakuan dengan penambahan ekstrak teh hijau dosis 0,045 gr/hari adalah 34,674,06.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    Perlakuan

    Kad

    ar K

    oles

    tero

    l LD

    L

    Jantan 33,9 31,76 32,8 20,06

    Betina 36,4 17,16 26,76 18,4

    Kontrol DN+0,015 DN+0,03 DN+0,045

    Gambar 4. Perbandingan Rata-Rata Kadar Kolesterol LDL Pada

    Tikus Wistar Jantan dan Betina

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    Perlakuan

    Kad

    ar K

    oles

    tero

    l HD

    L

    Jantan 33,1 38,72 43,53 31,13

    Betina 38,6 30,5 32,76 34,67

    Kontrol DN+0,015 DN+0,03 DN+0,045

    Gambar 5. Perbandingan Rata-Rata

    Kadar Kolesterol HDL Pada Tikus Wistar Jantan dan

    Betina

    Tabel 11. Data Hasil Penelitian pada Masing-Masing Kelompok Perlakuan.

    Kelompok Dosis

    K0 D1 D2 D3 Jumlah (N)

    Kolesterol LDL (mg/dl) Jantan Betina

    Kolesterol HDL (mg/dl) Jantan Betina

    7

    33,910,86 36,43,38

    33,14,94 38,66,23

    7

    31,7611,59 17,164,56

    38,724,62 30,54,12

    6

    32,87,33 26,764,86

    43,535,17 32,765,92

    6

    20,068,51 18,44,27

    31,131,46 34, 674,06

    Keterangan : (Ko : kontrol, Diet normal tanpa ekstrak teh hijau); (D1 : Diet normal + Sari Seduh Teh Hijau 0,015 gr/hr); (D2 : Diet Normal + Sari Seduh Teh Hijau 0,030 gr/hr); (D3 : Diet Normal + Sari Seduh Teh Hijau 0,045

    gr/dl); Kolesterol LDL (=0,020); Kolesterol HDL (=0,508)

  • Dari data pada tabel 11.

    dilakukan analisis statistik dengan Two-way Anova melalui program

    windows SPSS for release 14.0, diperoleh nilai signifikan pada kadar kolesterol LDL yaitu 0,020 (0,05) yang artinya bahwa tidak terdapat pengaruh

    pemberian teh hijau terhadap kadar kolesterol HDL pada tikus putih

    strain

    wistar baik yang berjenis kelamin jantan maupun betina.

    PEMBAHASAN

    Gambaran Umum Diet Normal Rattus novergicus strain wistar

    Perlakuan dalam penelitian ini dibedakan atas 4 (empat) kelompok perlakuan yang kesemua perlakuan

    sama diberi diet normal, namun perbedaannya terletak pada

    pemberian dosis Ekstrak Teh Hijau (ETHj) dalam Sari Seduh Teh Hijau

    yang masing-masing perlakuan adalah perlakuan I (P0) diet normal tanpa pemberian SSTHj ; perlakuan

    II (P1) diet normal + dengan pemberian SSTHj 0,015 gr/hr ; perlakuan III (P2) diet normal +

    dengan pemberian SSTHj 0,03 gr/hr dan perlakuan IV (P3) diet normal +

    dengan pemberian SSTHj 0,045 gr/hr. Diet yang diberikan berupa diet

    normal yang terdiri dari pakan PARs

    dengan campuran tepung terigu, komposisi zat gizinya adalah sebagai berikut 68,97% karbohidrat, 21,17%

    protein dan 9,87% lemak dan menghasilkan energi sebesar 103,8

    kalori. Jumlah per satu gram pakan adalah sebesar 3,46 kalori. Pakan

    yang diberikan adalah 30 gram per hari.

    Tujuan awal penelitian ini adalah pemberian diet normal pada semua

    kelompok perlakuan agar diharapkan awal intake zat gizi semua sama

    (homogen) yaitu semua pakan yang diberikan habis termakan, sehingga

    asupan / intake dari semua perlakuan sama sampai akhir penelitian dan diharapkan pada akhir penelitian

    dengan intake yang sama akan berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan profil lemak setelah dilakukan perlakuan dengan ekstrak

    teh hijau. Pengaruh Teh Hijau Terhadap Kadar

    Kolesterol LDL Penelitian terhadap hewan secara in vitro menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan teh mampu melindungi lipoprotein densitas rendah (LDL).

    Konsekuensi perlindungan LDL pada oksidasi oleh beberapa antioksidan dapat mencegah atau menghambat terjadinya penyakit (Syah, 2006). Menurut Person et,al dalam Syah,

    2006, melaporkan bahwa ekstrak teh hijau mampu menghambat oksidasi

    LDL pada konsentrasi rendah sekitar 0,08 mM-1,25mM.

    Secara umum rata-rata kadar kolesterol LDL tikus wistar jantan dan betina mengalami penurunan

    dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena kandungan EGCG

    dari katekin dalam ekstrak teh hijau mampu mencegah percepatan

    oksidasi kolesterol LDL sehingga dapat mencegah penyumbatan pembuluh darah (Syah, 2006).

    Pendapat ini seiring dengan sebuah penelitian yang melibatkan 240 pria

  • Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomor 1, April 2007

    7

    dan perempuan di Cina. Setengah dari partisipan mengkonsumsi

    ekstrak teh hijau selama 12 hari dan setengahnya mengkonsumsi plasebo. Setiap 375 mg kapsul dari gabungan

    ekstrak yang digunakan dalam penelitian itu mengandung theaflavin

    dan katekin yang setara dengan 35 cangkirteh hitam dan 7 cangkir teh hijau. Penelitian ini menunjukkan

    bahwa orang dengan tingkat kolesterol cukup tinggi setelah

    mengkonsumsi ekstrak teh hijau selama 12 hari mengalami penurunan

    kolesterol LDL sekitar 16 % (Syah, 2006).

    Dari hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL tikus wistar jantan dan betina kemudian dilakukan uji

    statistik Two-way Anova, dapat diketahui bahwa ada pengaruh pada

    perlakuan kadar kolesterol LDL yang signifikan (=0,020). Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak teh hijau

    dengan dosis 0,015 gr/hari, dosis 0,030 gr/hari dan dosis 0,045 gr/hari

    berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol LDL pada tikus

    wistar. Penurunan kadar kolesterol LDL tikus wistar pada perlakuan yang signifikan dapat dilihat pada

    kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dosis 0,045 gr/hari

    (=0,012). Hal ini diduga bahwa kadar katekin yang meningkat dapat menghambat oksidasi kolesterol LDL. Pendapat ini seiring dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Person et,al bahwa kemampuan penghambatan

    oksidasi LDL meningkat dengan semakin bertambahnya konsentrasi

    ekstrak teh hijau (Syah, 2006). Beberapa penelitian terakhir menyebutkan bahwa keempat

    komponen polifenol teh : epigalokatekin galat (EGCG),

    epikatekin galat (EGC), epigalokatekin (EGC), dan epikatekin

    (EC) merupakan antioksidan yang penting. Di antara keempat

    komponen tersebut, EGCG merupakan komponen yang paling

    potensial dan secara kimia mempunyai aktivitas biokomia yang paling kuat. Kemampuan senyawa katekin sebagai antioksidan telah

    banyak dibuktikan dengan kekuatan 100 kali lebih tinggi daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif daripada vitamin E. Aktivitas antioksidan teh

    hijau diketahui berhubungan dengan kandungan polifenolnya. Polifenol teh

    secara luas digunakan sebagai antioksidan alami dan mempunyai

    beberapa aktivitas biokimia, diantaranya adalah menghambat

    oksidasi kolesterol LDL (Syah,2006). Quersetin merupakan senyawa

    flavonoid dari kelompok flavanol, terutama terdapat pada tanaman teh. Quersetin memiliki sifat antioksidan

    yang sangat potensial. Aktivitas quersetin mampu menghambat reaksi

    oksidasi LDL. Quersetin memiliki antioksidan yang sebanding dengan -

    tokoferol dalam menghambat peroksidasi lipid. Produk oksidasi

    LDL dan lipid dapat menyebabkan luka pada pembuluh darah dalam

    waktu yang relatif singkat dan selanjtnya dapat menimbulkan

    sumbatan (plaque) akibat penimbunan kolesterol. Jika

    dikonsumsi teratur, quersetin dapat melindungi LDL dari reaksi oksidasi karena quersetin memiliki aktivitas

    antioksidan yang kuat karena memiliki tiga ciri pada strukturnya, yaitu 3,4-dihidroksi pada cincin B, 2,3-ikatan rangkap pada cincin C, sebuah gugus 3-dihidroksil pada

    cincin C, dan pada sebuah gugus 5-dihidroksil pada cincin A (Syah,

    2006). Pada hasil uji statistik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jenis kelamin

    terhadap kadar kolesterol LDL yang signifikan (=0,139). Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak teh hijau

  • Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomor 1, April 2007

    8

    pada tikus wistar jantan maupun betina tidak berpengaruh pada kadar

    kolesterol LDL. Pengaruh Teh Hijau Terhadap Kadar

    Kolesterol HDL Menurut Hartoyo, 2003, dalam Buku

    Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau mengatakan bahwa teh hijau

    juga mempunyai efek untuk menurunkan LDL kolesterol

    (kolesterol jahat) dan meningkatkan HDL kolesterol (kolesterol baik). Namun, walaupun mekanismenya belum diketahui dengan jelas, ada

    beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu mereduksi kolesterol dengan salah satu atau kombinasi

    mekanisme sebagai berikut : Menurunkan aktivitas 3-hydroksy-methylglutaryl Coenzim A reduktase (regulator enzim dalam biosintesis

    kolesterol). Menurunkan absorbsi kolesterol diet

    dan reabsorbsi asam empedu. Rata-rata kadar kolesterol HDL pada

    tikus wistar jantan pada kelompok perlakuan ekstrak teh hijau dengan

    dosis 0,030 gr/hari lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

    ekstrak teh hijau dengan dosis 0,015 gr/hari. Sedangkan rata-rata kadar kolesterol HDL tikus wistar betina pada kelompok kontrol lebih tinggi

    daripada kelompok perlakuan dengan 3 dosis tersebut.

    Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji Two-way anova menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pada perlakuan dan jenis kelamin terhadap kadar

    kolesterol HDL yang signifikan (=0,508 dan =0,312). Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak teh hijau

    dengan dosis 0,015 gr/hari, dosis 0,030 gr/hari dan dosis 0,45 gr/hari tidak berpengaruh terhadap peningkatan

    kadar kolesterol HDL dan pemberian ekstrak teh hijau pada tikus wistar

    jantan dan betina tidak berpengaruh

    pada kadar kolesterol HDL. Hasil penelitian ini tidak sependapat

    dengan penyataan Hartoyo, 2003, bahwa teh hijau dapat meningkatkan

    kolesterol HDL.

    Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini keterbatasan

    yang dihadapi oleh peneliti adalah : Terbatasnya dana penelitian sehingga

    penelitian ini kurang mendalam seperti misalnya dengan mengetahui

    pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar kolesterol LDL dan

    HDL dengan menggunakan diet Aterogenik pada tikus putih strain

    wistar. Keterbatasan waktu yan optimal dalam penelitian ini dikarenakan

    masa studi yang singkat. Terbatasnya kemampuan penelti

    untuk menjabarkan permasalahan sehingga kedalaman isi penelitian ini

    kurang sempurna.

    KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji statistik Two-

    way anova menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dengan perlakuan 3 dosis terdapat pengaruh terhadap kadar kolesterol LDL pada

    tikus wistar. Berdasarkan hasil uji statistik Two-

    way anova menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dengan

    perlakuan 3 dosis tidak terdapat pengaruh terhadap kadar kolesterol

    HDl pada tikus wistar. Berdasarkan hasil uji statistik Two-

    way anova menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau tidak terdapat pengaruh terhadap kadar

    kolesterol LDL dan kadar kolesterol HDL pada tikus wistar jantan dan

    tikus wistar betina.

    Saran Perlu penelitian lebih lanjut mengenai

    pengaruh ekstrak teh hijau dengan diberikan diet tinggi lemak

  • Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomor 1, April 2007

    9

    (aterogenik) terhadap kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol

    HDL. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak teh hijau terhadap

    sampel yang lebih bermakna yaitu kepada manusia sehingga dapat

    diketahui secara langsung efek yang akan ditimbulkan dari pemberian

    ekstrak teh hijau. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap

    berbagai merk jenis teh hijau yang beredar di pasaran yang banyak di

    konsumsi oleh masyarakat.

    DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2004. Penuntut

    Diit, edisi baru. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, edisi baru. Jakarta;

    PT. Gramedia Pustaka Utama. Azwar, Azrul. 2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan. Depok; Pada Seminar Kesehatan Obesitas,

    Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Sabtu 15 Februari 2004. Direktorat

    Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia. Budiyanto, MAK. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang; Bayu Media.

    Djohan, T. Bahri Anwar. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan

    Hipertensi. Sumatera Utara; Ahli Penyakit Jantung Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    Ellie Whitney and Sharon Rady Roflfes. 2005. UnderstandingNutrition-Tenth Edition. Thomsom-Wadsworth. Ermawati. Dr, MS Apt. 2002. Kiat

    Menurunkan Kadar Kolesterol Darah (Tanya Jawab).

    www.Republikaonline.co.id.htm diakses pada hari Sabtu tanggal 27

    Juli 2006 pukul 17:42 wib.

    Fulder, Stephen. 2004. Khasiat Teh Hijau. Jakarta; Prestasi Pustaka

    Publisher. Ginanjar, Genis. 2005. Klinik Sehat : Kegemukan dan Obesitas. Jakarta;

    http://www.yahoo.com diakses pada hari Jumat tanggal 18 November 1995

    pukul 14:53:39. Graham HN, 1984, The Pant and Its

    Manufacture : Chemistry and Consumtion of the Beverage. In Liss AR. The Methylxanthine Beverages and foods : Chemistry, Consumtion,

    and Health Effects. Prog Clin Biol Rev. Hanafiah, Ali Kemas. 2005.

    Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, edisi ketiga. Jakarta : Raja

    Grafindo Persada, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang.

    Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah. Jakarta; Penerbit

    Kanisius. Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Yogyakarta:

    Gajah Mada University Press. Linder, MC, 1992. Biokimia Nutrisi &

    Metabolisme dengan Pemeriksaan secara Klinis. UI Press, Jakarta.

    Lori, A.S dan Mary, B.C. 1994.

    Nutrition Science and Aplication. Florida; Saunders Collage Publishing. Mutadin, Zainun. 2002. Obesitas dan

    Faktor Penyebab. Jakarta; http://www.e-psikologi.com,

    diakses pada tanggal 13 Mei 2002 Pambudi, Joko. 2006. Potensi Teh

    Sebagai Sumber Zat Gizi dan Perannya Dalam Kesehatan. Jakarta;

    Pusat Peneliti dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan dan

    Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia.

    Pangastuti R. 1999. Pelatihan Gizi Klinik Bagi Tenaga Gizi Rumah Sakir

    RSUP. Dr. Sardjito. Yogyakarta. Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis Untuk Bidang

  • Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomor 1, April 2007

    10

    Pertanian. Jakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

    Soegondo, Sidartawan. 2004. Obesitas Terkait Kadar Kolesterol. Jakarta; http://www.kompas.com, diakses

    pada hari Jumat, 17 Desember 2004. Sulistiajani, D.A. 2000. Sehat dengan

    Menu Berserat. Jakarta; Trubus Asriwidya.

    Syah, Andi Nur Alam. 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta; PT. Agromedia

    Pustaka. Tuminah, Sulistyowati. . Teh

    (Camelia sinensis O.K. var. Assamica (Mast)) Sebagai Salah Satu Sumber

    Antioksidan. Jakarta; Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Pemberantasan Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Uyanto, Stanislaus S. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta; Graha Ilmu. Whitney & Rolfes. 2005.

    Understanding Nutrition, tenth edition. USA; Thomson Wadsworth,

    halaman 278-301.