pengaruh pemberian ekstrak biji buah … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati...

51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH JAMBLANG (Syzygium cumini) TERHADAP PENURUNAN JUMLAH SEL HATI NEKROSIS DAN APOPTOSIS PADA TIKUS (Rattus norvegicus) TERINDUKSI ISONIAZID SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIZKI ANNISYA G0008238 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Upload: halien

Post on 04-May-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH JAMBLANG

(Syzygium cumini) TERHADAP PENURUNAN JUMLAH SEL

HATI NEKROSIS DAN APOPTOSIS PADA TIKUS

(Rattus norvegicus) TERINDUKSI ISONIAZID

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RIZKI ANNISYA

G0008238

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK Rizki Annisya, G0008238, 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Buah Jamblang (Syzygium cumini) terhadap Penurunan Jumlah Sel Hati Nekrosis dan Apoptosis pada Tikus (Rattus norvegicus) Terinduksi Isoniazid, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian. Mengetahui perbedaan efek ekstrak biji jamblang (Syzygium cumini) dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only control groups design. Subjek penelitian adalah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar, dengan berat badan + 200 gram dan berumur 2-3 bulan, yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K[-]) diberi aquades, sedangkan kontrol positif (K[+]) diberi isoniazid sebanyak 40 mg pada hari ke ke-12 sampai hari ke-25. Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diberi ekstrak biji buah jamblang dengan dosis bertingkat (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) mulai hari ke-8 sampai hari ke-25 serta isoniazid 40 mg pada hari ke-12. Pada hari ke-26 tikus diterminasi diambil organ hatinya dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin. Kerusakan sel hati tikus diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada daerah lobus sentralis hati. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji One-Way Anova dan Bonferroni. Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way Anova pada kelompok dengan pemberian dosis ekstrak biji buah jamblang yang bervariasi (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptotis pada tikus terinduksi isoniazid, dengan nilai p < 0,001 (α = 0,05). Hasil uji Bonferroni menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok P1 dengan P3 (p = 1). Simpulan penelitian. Isoniazid dapat memberikan gambaran kerusakan sel hati pada tikus. Semua dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang menunjukkan aktivitas antioksidan dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apotosis pada tikus dengan induksi isoniazid, namun hasil terbaik ditunjukkan pada dosis pemberian 40 mg/tikus.

Kata kunci : ekstrak biji buah jamblang, isoniazid, sel nekrosis, sel apoptosis

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK Rizki Annisya, G0008238, 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Buah Jamblang (Syzygium cumini) terhadap Penurunan Jumlah Sel Hati Nekrosis dan Apoptosis pada Tikus (Rattus norvegicus) Terinduksi Isoniazid, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian. Mengetahui perbedaan efek ekstrak biji jamblang (Syzygium cumini) dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only control groups design. Subjek penelitian adalah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar, dengan berat badan + 200 gram dan berumur 2-3 bulan, yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K[-]) diberi aquades, sedangkan kontrol positif (K[+]) diberi isoniazid sebanyak 40 mg pada hari ke ke-12 sampai hari ke-25. Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diberi ekstrak biji buah jamblang dengan dosis bertingkat (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) mulai hari ke-8 sampai hari ke-25 serta isoniazid 40 mg pada hari ke-12. Pada hari ke-26 tikus diterminasi diambil organ hatinya dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin. Kerusakan sel hati tikus diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada daerah lobus sentralis hati. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji One-Way Anova dan Bonferroni. Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way Anova pada kelompok dengan pemberian dosis ekstrak biji buah jamblang yang bervariasi (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptotis pada tikus terinduksi isoniazid, dengan nilai p < 0,001 (α = 0,05). Hasil uji Bonferroni menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok P1 dengan P3 (p = 1). Simpulan penelitian. Isoniazid dapat memberikan gambaran kerusakan sel hati pada tikus. Semua dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang menunjukkan aktivitas antioksidan dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apotosis pada tikus dengan induksi isoniazid, namun hasil terbaik ditunjukkan pada dosis pemberian 40 mg/tikus.

Kata kunci : ekstrak biji buah jamblang, isoniazid, sel nekrosis, sel apoptosis

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK Rizki Annisya, G0008238, 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Buah Jamblang (Syzygium cumini) terhadap Penurunan Jumlah Sel Hati Nekrosis dan Apoptosis pada Tikus (Rattus norvegicus) Terinduksi Isoniazid, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian. Mengetahui perbedaan efek ekstrak biji jamblang (Syzygium cumini) dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only control groups design. Subjek penelitian adalah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar, dengan berat badan + 200 gram dan berumur 2-3 bulan, yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K[-]) diberi aquades, sedangkan kontrol positif (K[+]) diberi isoniazid sebanyak 40 mg pada hari ke ke-12 sampai hari ke-25. Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diberi ekstrak biji buah jamblang dengan dosis bertingkat (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) mulai hari ke-8 sampai hari ke-25 serta isoniazid 40 mg pada hari ke-12. Pada hari ke-26 tikus diterminasi diambil organ hatinya dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin. Kerusakan sel hati tikus diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada daerah lobus sentralis hati. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji One-Way Anova dan Bonferroni. Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way Anova pada kelompok dengan pemberian dosis ekstrak biji buah jamblang yang bervariasi (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptotis pada tikus terinduksi isoniazid, dengan nilai p < 0,001 (α = 0,05). Hasil uji Bonferroni menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok P1 dengan P3 (p = 1). Simpulan penelitian. Isoniazid dapat memberikan gambaran kerusakan sel hati pada tikus. Semua dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang menunjukkan aktivitas antioksidan dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apotosis pada tikus dengan induksi isoniazid, namun hasil terbaik ditunjukkan pada dosis pemberian 40 mg/tikus.

Kata kunci : ekstrak biji buah jamblang, isoniazid, sel nekrosis, sel apoptosis

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 3

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 5

1. Hati ................................................................................... 5

2. Biji Buah Jamblang (Syzygiumcumini) ............................... 7

3. Isoniazid .......................................................................... 10

4. Mekanisme Kerusakan Hati Akibat Isoniazid ................... 11

5. Nekrosis ........................................................................... 15

6. Apoptosis ......................................................................... 16

7. Mekanisme Biji Buah Jamblang sebagai Hepatoprotektor

terhadap Isoniazid ............................................................ 17

B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 20

C. Hipotesis ................................................................................. 20

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 21

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 21

B. Lokasi Penelitian ..................................................................... 21

C. Subjek Penelitian ..................................................................... 21

D. Teknik Sampling .................................................................... 22

E. Ekstrak Biji Buah Jamblang .................................................... 22

F. Rancangan Penelitian ............................................................... 23

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

G. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 24

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 24

1. Variabel Bebas .................................................................. 24

2. Variabel Terikat................................................................. 24

3. Variabel Luar .................................................................... 25

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan ........................... 25

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan .................. 26

I. Instrumentasi Penelitian ........................................................... 27

1. Alat .................................................................................... 27

2. Bahan ................................................................................ 28

J. Cara Kerja ............................................................................... 28

1. Pembuatan dan Dosis Ekstrak Biji Buah Jamblang ............ 28

2. Pembuatandan Dosis Isoniazid ......................................... 29

3. Persiapan Hewan Uji dan Tempat Penelitian ...................... 30

4. Penimbangan Berat Badan Tikus ....................................... 30

5. Perlakuan .......................................................................... 30

6. Pembuatan Preparat ........................................................... 31

7. Pengamatan ....................................................................... 32

K. Analisis Data ........................................................................... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 35

A. Hasil Penelitian ....................................................................... 35

B. Analisis Hasil .......................................................................... 37

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 40

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 44

A. Simpulan ............................................................................... 44

B. Saran ..................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 46

LAMPIRAN ................................................................................................. 52

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hingga saat ini gangguan fungsi ataupun kerusakan hati masih menjadi

masalah kesehatan di dunia. World Health Organization (WHO) menyebutkan

sekitar sepertiga dari jumlah penduduk dunia atau sekitar 2 trilyun orang

mengidap penyakit hati dengan angka kematian mencapai 1 juta jiwa (Reuters,

2011). Namun kenyataannya perkembangan pengobatan mengobati penyakit

hati sering menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti

gangguan ginjal, sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan

demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian parasetamol

(Madani dkk, 2008).

Kerusakan hati dapat disebabkan oleh banyak hal, dibuktikan pada

penelitian sebelumnya oleh Prasetyo (2010) dan Kusuma (2010), tidak hanya

penyakit yang disebabkan oleh virus namun dapat juga dari pola hidup yang

tidak sehat seperti konsumsi makanan yang mengandung minyak goreng

berlebihan, serta konsumsi alkohol. Selain itu konsumsi obat juga dapat

menginduksi terjadinya kerusakan hati contohnya obat anti tuberkulosis.

Isoniazid (INH) diberikan selalu pada kasus TB, bahkan INH diberikan

sebagai profilaksis pada pasien dengan tes Mantoux (+) dengan hasil rontgen

normal. Hingga saat ini tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia. Prevalensi TB di Indonesia masih tergolong tinggi, laporan WHO

tahun 2010 menyebutkan bahwa pada tahun 2009 peringkat Indonesia

menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 292.753 orang

(World Health Organization, 2010). Hal ini menunjukkan konsumsi INH yang

cukup banyak di Indonesia.

Pemakaian INH dapat menimbulkan efek samping seperti kenaikan

kadar aminotransferase yang terjadi pada 10% - 20% pasien beberapa minggu

setelah pengkonsumsian namun tidak menimbulkan gejala klinis yang khas

(Maddrey, 2005). Meskipun demikian 0,1% - 2% pasien mengalami kegagalan

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

hati akut (Maddrey, 2005). Sel-sel dengan inti nekrosis merupakan gambaran

histologis yang digunakan sebagai tolak ukur kerusakan hati akibat konsumsi

INH. Mekanisme INH yang diduga menyebabkan kerusakan hati belum dapat

secara pasti dibuktikan, namun secara hipotesis dikemukakan bahwa

kerusakan itu diakibatkan oleh zat toksik berupa monoasetilhidrazin (MAH)

melalui mekanisme radikal bebas (stress oksidatif) (Saukkonen dkk, 2006).

Kerusakan hati dapat terjadi secara akut ataupun kronik, hal ini

tergantung pada penyebabnya. Namun tindakan preventif tetap menjadi

perhatian utama sebelum terjadinya keparahan, di antaranya dengan

penggunaan zat hepatoprotektor yang alami dan sedikit menimbulkan efek

samping. Zat hepatoprotektor tersebut diharapkan dapat mencegah kerusakan

hati sekaligus mengurangi dampak kerusakan yang sudah terjadi.

Obat modern selalu menjadi fokus utama pengobatan, namun terkadang

selain efek penyembuhan, obat modern lebih sering menimbulkan efek

samping yang jauh lebih besar. Untuk itu dalam rangka mencari obat yang

lebih baik, baru-baru ini pengobatan herbal sedang digalakkan terutama di

negara-negara berkembang, begitu juga di Indonesia. Masih banyak obat-obat

tradisional nusantara yang belum dikaji secara ilmiah khasiatnya (Handayani,

2001). Keunggulan yang ditawarkan pengobatan herbal yaitu efek samping

yang ditimbulkan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan obat sintetik,

jika digunakan secara tepat, selain itu pada satu tanaman obat memiliki

beberapa efek farmakologi, dan lebih sesuai untuk penyakit-penyakit

metabolik degeneratif (Katno, 2008).

Dari berbagai jenis tanaman obat yang diketahui mengandung

antioksidan, salah satu yang menarik perhatian adalah biji buah Syzygium

cumini atau dikenal di Indonesia sebagai buah jamblang. Kandungan kimia

dari biji buah Syzygium cumini adalah gallic acid, asam elagat, corilagin,

ellagitannin, isoquercetin, quercetin, asam kafein, ferulic acid, guaiacol,

resorcinaldimethyl ether, lignaglucoside, veratrole, β-sitosterol, palmitic acid,

dan lain sebagainya (Sisodia dan Bhatnagar, 2009). Pada penelitian

sebelumnya biji tanaman ini dapat digunakan sebagai obat diabetes,

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

metrorrhagia, anti inflamasi, memperkuat gigi dan gusi serta sebagai

pengobatanuntuk Tinea capitis tipe tidak meradang dengan sedian lotion

(Kumar dkk, 2008; Modi dkk, 2010).

Asam elagat (EA) mempunyai kegunaan sebagai pengurai radikal bebas.

Asam elagat dilaporkan dapat menurunkan enzim penanda fungsi hepar pada

induksi toksisitas dengan karbon tetraklorida (CCl4). Karena itu, dapat

dikatakan bahwa kebocoran enzim dari membran sel hepatosit dapat

diturunkan oleh aksi stabilisasi membran yang diperankan oleh EA (Devipriya

dkk, 2007).

Berdasarkan latar belakang penulis ingin melakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh ekstrak biji jamblang sebagai hepatoprotektor dengan

melihat penurunan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis.

Sebagai model kerusakan hati tikus digunakan induksi INH.

B. Perumusan Masalah

Adakah pengaruh pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygium

cumini) terhadap penurunan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus

(Rattus norvegicus) terinduksi isoniazid?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan dosis pemberian ekstrak

biji buah jamblang (Syzygium cumini) dalam menurunkan jumlah sel hati

nekrosis dan apoptosis tikus (Rattus norvegicus) dengan induksi isoniazid.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai pengaruh perberian berbagai dosis ekstrak biji buah jamblang

(Syzygium cumini) terhadap penurunan sel hati yang mengalami nekrosis

dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) dengan induksi isoniazid.

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk

penelitian lebih lanjut pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi dalam

upaya memanfaatkan biji buah jamblang (Syzygium cumini) sebagai zat

antioksidan selanjutnya sebagai zat hepatoprotektor.

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hati

Hati adalah kelenjar tambahan dari sistem intestinal. Hati

merupakan kelenjar terbesar dengan berat antara 1,2 - 1,8 kg atau kurang

lebih 2,5% dari berat badan orang dewasa dan merupakan pusat

metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks (Amirudin, 2007).

Bloom dan Fawcett (2000) dan Amirudin (2007) menyatakan

bahwa hati menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen,

dengan permukaan atas membulat sesuai kubah diafragma. Hati terbagi

menjadi dua lobus yaitu lobus kiri dan lobus kanan. Lobus kanan lebih

besar dibandingkan lobus kiri.

Hati dalam keadaan normal mengandung darah yang sangat

banyak, sehingga menyebabkan warnanya merah tua atau merah tua

coklat. Konsistensinya kenyal dalam keadaan normal (Leeson dkk, 1996).

a. Lobulus Hati

Hati dapat didefinisikan sebagai unit fungsional organ berdasarkan 3

prinsip, yaitu :

1) Lobulus hati

Berbentuk heksagonal, panjangnya sekitar 2mm, dengan diameter

700μm. Pembagian lobulus hati ini merupakan pembagian cara

klasik yaitu berdasarkan atas aliran darah yang mengalir dari tepi

lobulus yang kemudian berkumpul di tengah vena sentralis, di

sudut-sudut luar lobuli terdapat kanalis porta (Leeson dkk, 1996;

Keller, 2009). Secara fungsional lobus hati berfungsi sebagai

tempat drainase dari vena sentralis (Keller, 2009).

2) Asinus hati

Berbentuk jajaran genjang, dibatasi oleh garis-garis yang

menghubungkan antar sinus ventralis dari tiap lobus. Sebagai unit

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

fungsional berperan sebagai daerah yang dialiri oleh cabang

terminal vena portae yang terdapat di sekeliling batas luar lobulus.

Berdasarkan jaraknya ke pembuluh darah, sel hati dibagi menjadi

tiga zona. Juncquira dan Carneiro (2007) serta Keller (2009)

menyebutkan darah yang masuk pertama akan melewati zona I

berlanjut ke zona II kemudian ke zona III (Tabel 1). Bersama

dengan aliran darah, zat-zat lain ikut diangkut (nutrisi, oksigen, dan

zat toksik) sehingga menggambarkan perbedaan fungsional di

antara ketiga zona tersebut.

Tabel 1. Zona pada Asinus Hati

Zona Keterangan Zona I Sel-selnya paling dekat dengan pembuluh darah

Berbentuk daerah elipsoid tepat mengelilingi

arteri hepatika dan vena porta terminal

Paling banyak dijumpai enzim yang terlibat

dalam metabolisme oksidatif dan

glukoneogenesis (zone of permanent function)

Zona II Sel-sel yang terletak ditengah asinus hati

Memiliki unsur enzim campuran disebut juga

”Intermediate zone”

Zona III

Sel-sel dekat ujung-ujung asinus

Banyak mengandung enzim yang terlibat dalam

glikolisis dan metabolisme obat dan lipid

Kaya isoenzim P-450

Disebut sebagai ”zone of permanent response”

(Bloom dan Fawcett, 2000; Juncquira dan Carneiro, 2007)

3) Triad Portal

Merupakan tempat-tempat dimana tiga atau lebih unit lobulus

bertemu, di sana terdapat akumulasi jaringan pengikat. Triad portal

mengandung cabang dari vena porta, arteri hepatica, dan duktus

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

biliferus (Juncquira dan Carneiro, 2007). Triad portal merupakan

unit fungsional berupa tempat mengalir empedu dari duktus

biliferus. (Keller, 2009).

b. Parenkim Hati

Parenkim hati terdiri dari sel-sel hati atau hepatosit dengan ukuran

yang berbeda-beda, tersusun radier, bertumpukan membentuk lapisan

sel yang tebal. Hepatosit berbentuk poligonal berukuran sekitar

20-35 μm dengan membran sel yang jelas (Leeson dkk, 1996).

Nukleusnya berbentuk bulat, berada di tengah, mengandung satu atau

lebih nukleoli serta terdapat bercak-bercak kromatin. Hepatosit

mempunyai fungsi paling utama dari stuktur lobulus hati, yaitu

absorbsi nutrisi, metabolisme nutrisi, dan tempat penyimpanan nutrisi,

produksi dan sekresi protein plasma dan hormon, serta pembentukan

dan sekresi empedu.

(A) (B)

Gambar 1. Sel Hati Normal Perbesaran 100 x (A); Perbesaran 400 x (B)

2. Biji Buah Jamblang (Syzygium cumini)

a. Sinonim

Myrtus cumini L. (1753), Eugenia jambolana Lamk (1789),

Syzygium jambolanum (Lamk) DC (1828), Eugenia cumini (L.) Druce

(1914) (IPTEKnet, 2010).

b. Nama lain

Di beberapa negara sebutan untuk Syzygium cumini berbeda-

beda. Di Cina, jamblang disebut disebut hainan pu tao, wu kou guo, zi

pu tao. Penduduk Negara India disebut java plum, black plum,

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

jambolan. Di Indonesia jamblang mempunyai sebutan yang berbeda

untuk beberapa daerah, di antaranya jambe kleng (Aceh),jamblang

(Sunda), juwet, duwet manting (Jawa), dhalas, dhuwak (Madura),

juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima), jambulan (Flores),

jamlang, duwet (Melayu) (IPTEKnet, 2010).

c. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium cumini

(USDA, 2011)

4) Deskripsi

(A) (B)

Gambar 2. Tanaman Jamblang (A); Buah Jamblang (B)

Jamblang biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar,

terutama di hutan jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai

ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Pohon dengan tinggi

10 - 20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang

banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1 - 3,5 cm. Helaian daun

lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

berbentuk baji, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas

mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm, warnanya hijau. Bunga

majemuk dengan cabang yang berjauhan, bunga duduk, tumbuh di

ketiak daun dan di ujung percabangan (Jadhav dkk, 2009).

Buahnya berbentuk lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda

hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan. Setiap buah

berbiji satu, bentuk lonjong, keras, warnanya putih. Berakar tunggang,

bercabang-cabang, berwarna cokelat muda (Dalimartha, 2003).

Biasanya, buah jamblang yang masak rasanya segar, agak asam dan

sepat.

5) Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi

Biji jamblang (Syzygium cumini) mengandung minyak

berwarna kuning pucat, lemak, resin, albumin, klorofil, alkaloid-

jambosine, tannin (3,6-hexahydroxydiphenoylglucose dan isomernya,

4,6-hexahydroxydiphenoylglucose), 1-galloylglucose,3-galloylglucose,

asam elagat, β-sitosterol, corilagin, ellagitannins, asam kafein,

isoquercetin, guaiacol, quercetin, gallic-acid, asam ferulat, dan

resorcinol dimethyl ether (Modi dkk, 2010).

Pada penelitian Modi dkk (2010), hasil untuk preliminary

phytochemical screening untuk biji jamblang dengan menggunakan

pengekstraksi alkohol 95%, ditunjukkan pada Tabel 2.

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Tabel 2. Preliminary Phytochemical Screening Biji Buah Jamblang

Kandungan Kimia Keterangan

Berbagai macam jenis asam -

Aleurone grains -

Alkaloid +

Protein & asam amino +

Karbohidrat -

Flavonoid ++

Fenol ++

Glikosida +

Saponin +

Tannin ++

Steroid +

Triterpenoids +

Minyak dan lemak -

(+) = ada; (++) = jumlah lebih banyak; (-) = tidak ada

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liu (2003)

Akindele dan Adeyemi (2007) kandungan kimia seperti saponin,

triterpenoids, flavonoid, tannin, steroid dan alkaloid yang mempunyai

efek antiinflamasi. Kandungan kimia tersebut terdapat dalam biji

jamblang memungkinkan pada beberapa penyakit kronik. Saponin

mempunyai pengaruh pada hipokolesterolemia dan aktivitas

antidiabetes (Rupasinghe dkk, 2003).

3. Isoniazid

Isoniazid (INH) adalah obat antituberkulosis yang digunakan

sebagai lini pertama pengobatan dan pencegahan. Isoniazid dipakai

sebagai terapi tunggal untuk profilaksis pada pasien dengan tes Mantoux

positif tetapi hasil foto rontgen menunjukkan hasil normal. Isoniazid biasa

diberikan secara kombinasi dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lainnya

seperti rifampisin, etambutol, pirazinamid, streptomisin.

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Konsumsi OAT dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

kerusakan hati. Salah satu efek samping dari INH yaitu dapat

menyebabkan hepatitis akut. Gambaran klinis yang tampak dari 1% pasien

yang mendapat INH adalah kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan

ikterus (Karthikeyan, 2004; Mahadevan, 2007).

4. Mekanisme Kerusakan Hati Akibat Isoniazid

Terdapat dua mekanisme kerusakan hati oleh obat, yaitu intrinsik

dan idiosinkratik. Mekanisme dari kerusakan sel hati yang disebabkan oleh

INH termasuk mekanisme idiosinkratik (Ramachandran dan Kakar, 2008;

Russmann dkk, 2009). Mekanisme idiosinkratik ini belum dapat dipastikan

kerjanya. Reaksi metabolik yang terjadi sebagian besar tidak dipengaruhi

oleh dosis pemberian dan bisa mengakibatkan kerusakan hepatoseluler

dan/atau kolestasis. Metabolisme reaksi idiosinkratik kemungkinan

berkaitan secara genetik atau terkait dengan variasi dari biotransformasi

obat, dengan dihasilkannya metabolit yang bersifat hepatotoksik yang

membutuhkan waktu lama pada proses detoksifikasi di hati (Chitturi dan

Farrell, 2002).

INH dimetabolisme oleh N-Acetyltransferase (NAT2) dan

Sitokrom P-450 2E1 (CYP2E1). Penelitian Huang dkk (2003) dan

Vuilleumier dkk (2006) mengenai gen manusia menunjukkan CYP2E1

terkait dengan kerusakan hati akibat OAT. Sebagian kecil dari INH secara

langsung dihidrolisis menjadi asam isonikotinat dan MAH (Tostmann

dkk,2008). Sebagian besar INH diasetilasi oleh NAT2 menjadi asetil-INH,

kemudian di hidrolisis menjadi asetilhidrazin dan asam isonikotinat (Huang

dkk, 2002; Huang dkk, 2003). Selanjutnya asetilhidrazin melalui proses

asetilasi oleh CYP2E1 menghasilkan diasetilhidrazin yang bersifat non

toksik, selain proses asetilasi asetilhidrazin juga dioksidasi oleh CYP2E1

menghasilkan derivat hepatotoksik yaitu monoasetilhidrazin (MAH)

(Maddrey, 2005; Saukkonen dkk, 2006).

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Gambar 3. Metabolisme Isoniazid

Sumber: Story dan Nelson, 2000; Maddrey, 2005; Tostmann dkk, 2007

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa secara genetik CYP2E1

terkait dengan kerusakan hati akibat OAT. Genotip CYP2E1 c1/c1

berhubungan dengan peningkatan aktivitas CYP2E1 yang menyebabkan

peningkatan produksi hepatotoksin, dalam hal ini MAH. Isoniazid

menghambat aktivitas CYP1A2, 2A6, 2C19 dan 3A4 (Desta dkk, 2001;

Wen dkk, 2002). Genotip CYP1A2 diduga terlibat dalam proses

detoksifikasi MAH (Jenner dan Timbrell, 1995).

Pengaruh stres oksidatif yang terkait pada kerusakan hati yang

disebabkan OAT masih menjadi hal yang diperdebatkan. Stres oksidatif

diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara oksidan (radikal bebas) dan

antioksidan, dalam hal ini oksidan lebih tinggi. Penurunan konsentrasi

glutation dan penurunan aktivitas glutation-S transferase, katalase dan

superoksida setelah pemberian INH pada tikus mengindikasikan bahwa

stres oksidatif terlibat dalam proses kerusakan hati (Sodhi dkk, 1997;

Chowdhary dkk, 2001). Penelitian pada hewan percobaan tikus yang

dilakukan Attri dkk (2001) menunjukkan bahwa free radical scavenger

Isoniazid

Asetil-isoniazid

AsetilasiOleh

NAT2

Asetilhidrazin

Hidrolisis

Diasetilhidrazin

AsetilasiOleh

NAT2

Hidrazin

Asam Isonikotinat (nontoksik)

Isonicotynil glycine

Hidrolisis

SitokromP450

Asetilasi

Hidrolisis

Hepatotoksin

OksidasiCYP 2E1

OksidasiCYP 2E1

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

glutation-related thiols, antioksidan glutation peroksidase dan katalase

dihambat oleh INH, walaupun aktivitas glutation reduktase meningkat.

Penelitian in vitro oleh Nicod dkk (1997) menunjukan bahwa eliminasi

glutation tidak mempengaruhi toksisitas INH, maka disimpulkan bahwa

glutation tidak secara langsung terlibat dalam efek toksisitas INH.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metabolit reaktif

MAH mungkin beracun pada jaringan melalui mekanisme radikal bebas.

Radikal bebas merupakan spesies kimiawi dengan satu elektron bebas tak

berpasangan di orbital terbesar. Adanya elektron tak berpasangan

menyebabkan radikal bebas secara kimiawi sangat tidak stabil dan mudah

bereaksi dengan zat kimia anorganik (Cotran dkk, 2010). Sifat reaktif ini

menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel

hidup seperti protein, lipid, karbohidrat, maupun nukleotida (Subroto,

2005). Tiga reaksi yang paling relevan dengan jejas sel yang diperantarai

radikal bebas adalah peroksidasi lipid membrane, fragmentasi DNA, dan

ikatan silang protein (Cotran dkk, 2010).

Radikal bebas berperan sebagai stimulator peroksidasi lipid

(Georgieva dkk, 2004). Peroksidasi lipid merupakan reaksi penanda

oksidasi dari asam lemak tak jenuh ke bentuk hidroperoksidasi lipid

(Hodgson dan Levi, 2004). Peroksidasi lipid ini dapat menyebabkan

kerusakan membran, inaktivasi enzim, peningkatan permeabilitas kapiler,

meningkatnya agregasi trombosit, tautan silang protein, penurunan sintesis

DNA, dan penurunan aktivitas enzim (Lu, 1995).

Membran sel hampir seluruhnya terdiri dari protein dan lipid.

Struktur dasarnya berupa lipid bilayer dan di antara lapisan lipid bilayer

tersebut terdapat molekul besar protein globular. Sedangkan struktur dasar

lipid bilayer sendiri terdiri atas molekul-molekul fosfolipid (Guyton dan

Hall, 1997). Molekul fosfolipid ini mengandung asam lemak tidak jenuh

yang mempunyai ikatan rangkap antara beberapa atom karbon

(Suryohudoyo, 1993). Ikatan ini mudah diserang oleh radikal bebas yang

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

berasal dari oksigen sehingga terbentuk senyawa peroksida lipid yang

dapat merusak membran sel (Cotran dkk, 2010).

Kerusakan membran sel menyebabkan membran sel menjadi lebih

permeabel terhadap beberapa substansi dan memungkinkan substansi

tersebut melewati membran secara bebas. Jika substansi tersebut adalah

radikal bebas, maka akan menyebabkan membran sel menjadi semakin

rusak (Cotran dkk, 2010). Perubahan permeabilitas membran yang

disebabkan peroksida lipid juga mengakibatkan pengaturan ion, nutrisi sel,

dan volume intra-ekstrasel menjadi terganggu. Peroksida lipid juga

menekan pompa Ca2+ mikrosom hati sehingga terjadi gangguan

homeostasis sel hati. Peningkatan Ca2+ intrasel akan mengaktivasi

fosfolipase (mencetuskan kerusakan membran), protease

(mengkatabolisasi protein membran dan struktural), ATPase

(mempercepat deplesi ATP) dan endonuklease (memecah material

genetik). Semua keadaan tersebut akan merusak sel hati.

Hati yang rusak akan mengalami regenerasi walaupun sel-selnya

diperbaharui secara lambat. Junqueira dan Carneiro (2007) menyebutkan

pada percobaan dengan hewan tikus, hati dapat memperbaiki

kerusakannya sampai 75% berat total hati hanya dalam waktu satu bulan.

Keberhasilan regenerasi sangat tergantung pada keutuhan kerangka dasar

jaringan. Pada hati yang cedera, jika kerangka retikulum masih utuh akan

terjadi regenerasi sel hati yang teratur dan struktur lobuli kembali normal

serta fungsinya akan pulih kembali (Cotran dkk, 2010).

Pada reaksi hipersentivitas, MAH yang dihasilkan oleh INH

mungkin bebas atau berikatan dengan protein hati, membentuk

"neoantigen". Antibody-dependent cytotoxic, T-cell, dan hipersentivitas

eosinofil mungkin terjadi, kemudian melepaskan tumor necrosis factor

alfa (TNF-α), interleukin (IL)-12, dan interferon gamma (IFN-γ) yang

menginduksi kematian sel terprogram (apoptosis). Apoptosis ini akan

dilawan oleh IL-4, IL-10, IL-13, dan monocyte chemotactic protein-1

sehingga terjadi keseimbangan (Kaplowitz, 2002). Namun jika terjadi

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

ketidakseimbangan maka akan terjadi kerusakan hepatoseluler yang

mempunyai kemampuan untuk memulai reaksi imunologi. Kerusakan sel

hati dapat menstimulasi aktivasi sel-sel lain, khususnya sel Kupffer dan

natural killer (NK) cell yang terkait dengan sistem imun bawaan. Sel-sel

tersebut berperan pada proses kerusakan hati dengan memproduksi

mediator proinflamasi dan mensekresi kemokin untuk menarik lebih

banyak sel-sel inflamasi datang ke hati. Menurut penelitian Blazka dkk,

(1996) dan Ishida (2002) selama proses kerusakan hati diproduksi berbagai

sitokin proinflamasi, seperti TNF-α, IFN-γ dan IL-1β, yang meningkatkan

kerusakan jaringan. Penelitian lain yang dilakukan Bourdi dkk (2002) dan

Masubuchi dkk (2003) mengungkapkan sistem imun bawaan juga

merangsang pengaktifan sitokin-sitokin yang berperan sebagai

hepatoprotektor seperti IL-10, IL-6, dan postaglandin.

5. Nekrosis

Ketika suatu sel tidak dapat kembali normal lagi atau tidak dapat

beregenerasi lagi setelah mendapat jejas berulang kali dengan durasi yang

panjang maka sel tersebut akan mengalami kematian (nekrosis) (Cotran

dkk, 2010). Apabila kerusakan hati terjadi berulang-ulang dan terus-

menerus maka akan terjadi nekrosis yang masif dari sel hati atau destruksi

unsur-unsur stromanya, sehingga terbentuk banyak jaringan ikat.

Kelebihan jaringan ikat ini mengakibatkan rusaknya struktur hati yang

disebut sirosis (Cotran dkk, 2010).

Kerusakan hepatoseluler akut dapat menimbulkan nekrosis pada

satu atau banyak hepatosit (nekrosis berkelanjutan). Pada beberapa kasus,

nekrosis berkelanjutan dapat didiagnosis berdasarkan zona yang terkena.

Zona III khas untuk asetaminofen, halotan, karbon tetraklorida, dan INH.

Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerusakan hati yang disebabkan

sitokrom P-450 yang banyak terdapat pada zona III. Nekrosis pada zona I

dan II jarang terjadi. Kokain dan ferro-sulfat berefek nekrosis pada zona I,

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

sedangkan beryllium berefek pada nekrosis zona II. Jika nekrosis ini

meluas maka dapat menyebabkan kegagalan hati akut.

Secara mikroskopis jaringan nekrosis seluruhnya berwarna

kemerahan dan tidak menyerap zat warna hematoksilin, sehingga sering

terlihat pucat. Pada nekrosis kerusakan banyak terjadi pada inti. Menurut

Price dan Wilson (2006) perubahan pada inti di antaranya adalah:

a. hilangnya gambaran kromatin

b. inti menjadi keriput, tidak vaskuler

c. inti tampak lebih padat, warna gelap hitam (piknosis)

d. inti terbagi-bagi atas fragmen-fragmen, robek (karioreksiss)

e. inti tidak lagi menyerap zat warna, karena itu pucat dan tidak nyata

(kariolisis).

Petunjuk paling positif bahwa sel telah mengalami nekrosis

diperoleh dari gambaran intinya, walaupun pada umumnya perubahan-

perubahan lisis tersebut dapat terjadi pada semua bagian sel (Price dan

Wilson, 2006).

6. Apoptosis

Kematian sel yang terprogram atau apoptosis merupakan suatu

komponen yang normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan

pada organisme multiseluler. Cotran dkk (2010) menjelaskan bahwa

apoptosis terjadi sebagai proses fisiologis, namun kemunculannya pada

proses patologis juga dipertimbangkan. Proses apoptosis diperlukaan

untuk mempertahankan homeostasis dimana kecepatan mitosis pada

jaringan seimbang dengan kematian sel. Apoptosis juga diperlukan untuk

terminasi sel yang mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,

infeksi virus dan keadaan yang mengakibatkan stress pada sel. Selain, itu

apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama

siklus menstruasi. Regresi payudara setelah masa menyusui dan atresia

folikel ovarium pada menopause.

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Proses apoptosis dibagi menjadi fase inisiasi dan fase eksekusi

(Cotran dkk, 2010). Fase inisiasi dapat dipicu oleh sinyal dari jalur

ekstrisik maupun jalur intrinsik. Jalur ekstrinsik terinisiasi oleh reseptor

kematian sel (Wallach dkk, 1999). Mekanisme apoptosis melalui jalur

ekstrinsik masih diperdebatkan dan belum jelas. Sedangkan jalur intrinsik

atau disebut juga jalur mitokondria terjadi akibat peningkatan

permeabilitas mitokondria dan pelepasan molekul pro-apoptosis ke dalam

sitoplasma, tanpa pengaruh dari reseptor kematian sel.

7. Mekanisme Biji Buah Jamblang sebagai Hepatoprotektor terhadap

Isoniazid

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa

kemungkinan terjadinya kerusakan hati disebabkan oleh stress oksidatif.

Stres oksidatif pada sel atau jaringan sinusoid mengacu pada peningkatan

Reactive Oxygen Species (ROS) dan penurunan sistem pertahanan

antioksidan yang menyebabkan ketidakseimbangan oksidan (radikal

bebas) dan antioksidan (Devipriya dkk, 2007).

Zat yang digunakan sebagai penangkal radikal bebas dikenal

sebagai antioksidan. Dalam ruang lingkup kimia istilah antioksidan

merupakan senyawa pemberi elektron (electron donors). Sedangkan dalam

ruang lingkup biologis istilah antioksidan berarti senyawa-senyawa yang

dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk dalam penghambatan

dan penghentian kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target

(Setiawan dan Suhartono, 2005). Antioksidan bermanfaat untuk

mengurangi kerusakan asam deoksiribonukleat dan menurunkan

peroksidasi lipid (Agustina dan Ahmad, 2003).

Berdasarkan fungsi spesifiknya antioksidan dibagi menjadi 3

kelompok besar, yaitu antioksidan primer, sekunder, dan tersier.

Antioksidan primer adalah golongan antioksidan yang berfungsi untuk

mencegah pembentukan radikal bebas. Antioksidan sekunder adalah

golongan antioksidan yang berfungsi menangkap radikal bebas dan

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

menghentikan pembentukan radikal bebas. Antioksidan tersier adalah

golongan antioksidan yang berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang

rusak oleh radikal bebas.

Kandungan kimia biji jamblang yang diduga dapat berperan dalam

pencegahan maupun penghambatan radikal bebas adalah asam elagat,

tannin, ellagitannin, quercetin, isoquercetin, caffeic acid, dan guaicol.

Pada penelitian, asam elagat (EA) terbukti dapat menurunkan

aktivitas enzim alkaline phosphatase (ALP) dan γ-glutamyl transferase

(GGT) pada tikus Wistar yang diinduksi alkohol. Hal ini dapat

dihubungkan dengan kemampuan antioksidan dari EA. Asam Elagat

menjadi senyawa fenol dan sebagai antioksidan, menguraikan radikal

bebas, dan menurunkan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS).

Asam Elagat juga dilaporkan dapat menurunkan enzim penanda fungsi

hepar pada induksi toksisitas dengan CCl4 (Devipriya dkk, 2007). Asam

elagat, gallic acid, dan corilagin secara in vitro menghambat tyrosinase,

xanthin oxidase, dan juga menghambat pembentukan radikal superoksida

(Han dkk, 2007).

Berdasarkan karakteristik struktural, tannin dibagi lagi menjadi dua

kelompok, yaitu gallotannin dan ellagitannin dari tannin yang dapat

terhidrolisis (Han dkk, 2007). Bahan makanan yang kaya akan ellagitannin

secara umum menunjukkan aktivitas penguraian radikal bebas yang tinggi

(Quideau, 2009). Flavonoid dan tannin merupakan antioksidan primer

maupun sekunder yang dapat mencegah terjadinya proses oksidasi lebih

lanjut dapat menghambat terbentuknya radikal peroksida pada tahap

propagasi (Subroto, 2005).

Quercetin dapat meningkatkan aktivitas beberapa enzim

antioksidan seperti glutation peroksidase (GPx), superoksida dismutase

(SOD), katalase (CAT), atau glutation reduktase (Han dkk, 2007).

Quercetin menghambat peroksidasi lipid melalui blokade enzim xanthine

oxidase, mengikat zat besi, dan secara langsung menguraikan radikal

hidroksil, peroksi, dan superoksida. Secara in vivo, glikosida quercetin

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

seperti isoquercetin mempunyai efek terapeutik sama seperti quercetin,

namun bioavailabilitasnya lebih baik (Appleton, 2010).

Efek antioksidan caffeic acid dan derivatnya termasuk dalam tiga

aspek, yaitu (1) anti-peroksidasi lipid; (2) pengurai radikal bebas; dan (3)

antioksidasi dari low density lipoprotein (Jiang dkk, 2005). Ferulic Acid

(FA) dapat menguraikan anion radikal superoksida dan menghambat

peroksidasi lipid. FA diketahui mempunyai efek hepatoprotektif pada

hewan coba yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (Srinivasan dkk,

2007). Guaiacol adalah pengurai radikal oksigen reaktif yang kuat, bekerja

dengan cara menghambat penurunan hidroksil (Mimura dkk, 2005).

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Terdapat pengaruh pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygium

cumini) terhadap penurunan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan

apotosis pada tikus (Rattus norvegicus) dengan induksi INH, dimana semakin

tinggi dosis ekstrak biji jamblang,semakin rendah jumlah sel hati nekrosis dan

apoptosis.

Ekstrak bijibuah jamblang

ellagic acid

ellagitannin

quercetin,isoquercetin

caffeic acid

sitokrom P450

Radikal Bebas

Isoniazid

Mono Asetilhidrazin (MAH)

hidrazin

kerentanan membran hepatosit

Merusak membran sel dan mengganggu pompa Ca2+

Nekrosis hepatoseluler

GPxCAT

faktor lain penyebab nekrosis :jamur, bakteri, virus, malnutrisi, reaksi hipersensitif

Guaiacolmediator hepatotoksik (TNF-α, IL-1,

IFN-γ)

: mengandung

: memacu

: menghambat

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

(k-1) (n-1) > 15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dimana hampir semua

variabel luar dikendalikan oleh peneliti sehingga efek manipulasi sepenuhnya

dapat dipelajari (Brotowidjojo, 1991), dengan post test only control groups

design.

B. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Histologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar

jantan dengan berat badan + 200gram, dan berumur 2-3 bulan. Tikus putih

diperoleh dari bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret. Besar sampel tiap kelompok perlakuan ditentukan menggunakan rumus

Federer (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998), yaitu:

Keterangan:

k : jumlah kelompok

n : jumlah sampel dalam tiap kelompok

Dalam penelitian ini, subjek dibagi menjadi 5 kelompok sehingga

berdasarkan rumus Federer didapatkan jumlah subjek masing-masing

kelompok sebagai berikut:

(k-1) (n-1) > 15

(5-1) (n-1) > 15

4 (n-1) > 15

(n-1) > 3,75

n > 4,75 n > 5

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Tiap kelompok dalam penelitian ini terdiri dari 6 ekor tikus (Rattus

norvegicus). Jadi besar sampel total adalah 30 ekor tikus.

D. Teknik Sampling

Purposive sampling adalah pengambilan sampel dari populasi

dilakukan secara sengaja sesuai persyaratan sampel yang diperlukan (Mustafa,

2000). Pada purposive sampling, ciri-ciri dan jumlah sampel yang diambil

ditetapkan atau ditentukan dahulu (Hadi, 2006).

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dengan

kriteria pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri yang telah diketahui

sebelumnya. Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 6 ekor tikus yang dipilih secara randomisasi.

Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif (K[-]), kelompok 2

sebagai kelompok kontrol positif (K[+]), kelompok 3 sebagai kontrol

perlakuan dosis 1 (P1), kelompok 4 sebagai kelompok perlakuan dosis 2 (P2),

dan kelompok 5 sebagai kelompok perlakuan dosis 3 (P3).

E. Ekstrak Biji Buah Jamblang

Buang jamblang yang digunakan harus dalam keadaan masak, dengan

warna ungu kehitaman di bagian luar (Dalimartha, 2003). Biji diambil

kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

Biji buah jamblang kering didapat dari toko herbal di Pasar Gede,

Surakarta. Ekstrak diperoleh biji buah jamblang yang dikeringkan, dihaluskan,

dan kemudian diekstraksi dengan cairan etanol. Ekstraksi dilakukan dengan

metode perkolasi. Ekstrak biji jamblang dibuat di LPPT Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta. Hasil ekstraksi kemudian dilarutkan dengan aquadest

ditambah carboxymethyl cellulose (CMC) 0,5% dan dimasukkan ke dalam

botol kaca yang disimpan dalam lemari pendingin.

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

F. Rancangan Penelitian

Keterangan :

S = Jumlah Sampel

K[-] = Kontrol negatif (aquades)

K[+] = Kontrol positif (INH 40 mg pada hari ke-12-25)

P1 = Tikus diberi ekstrak biji jamblang 100 mg/kg BB pada hari ke-

8-25 + INH 40 mg pada hari ke-12-25

P2 = Tikus diberi ekstrak biji jamblang 200 mg/kg BB pada hari ke-

8-25 + INH 40 mg pada hari ke-12-25

P3 = Tikus diberi ekstrak biji jamblang 400 mg/kg BB pada hari ke-

8-25 + INH 40 mg pada hari ke-12-25

OK[-] = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati

Kelompok I

OK[+] = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati

Kelompok II

OP1 = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati

Kelompok III

OP2 = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati

Kelompok IV

OP3 = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati

Kelompok V

Gambar 5. Skema Rancangan Penelitian

S

K[-]

P3

P2

P1

K[+]

Analisa statistik

OK[-]

OP3

OP2

OP1

OK[+]

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : dosis ekstrak biji jamblang (Syzygium cumini)

Skala variabel : skala ordinal

2. Variabel Terikat : jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis

Skala variabel : skala rasio

3. Variabel luar

a. Dapat dikendalikan : genetik, berat badan, makanan, umur, jenis

kelamin.

b. Tidak dapat dikendalikan : psikologis, hipersensitifitas, daya

regenerasi sel hati, imunitas

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas: Ekstrak Biji Buah Jamblang

Ekstrak biji buah jamblang adalah ekstrak yang dibuat dari biji

buah jamblang yang dikeringkan, dihaluskan, dan kemudian

diekstraksi dengan cairan etanol 70% dengan metode perkolasi.

Ekstrak biji buah jamblang dibuat di LPPT Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Ekstrak biji buah jamblang diberikan secara peroral dengan

metode sonde lambung dalam dosis 3 dosis berbeda untuk 3 kelompok

yang berbeda selama 18 hari berturut-turut.

Dosis untuk kelompok P1: 100 mg/kg BB/hari

Dosis untuk kelompok P2: 200 mg/kg BB/hari

Dosis untuk kelompok P3: 400 mg/kg BB/hari

2. Variabel Terikat: Jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis

Jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis adalah jumlah sel hati

rusak yang diakibatkan jejas toksik isoniazid pada 100 sel disekitar

arteri centralis. identifikasi sel nekrosis pada penelitian dievaluasi dari

mikroskop cahaya perbesaran 1000 x menunjukkan sel hati dengan

gambaran sitoplasma sel yang membengkak dan inti sebagai berikut:

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

a. Piknosis

inti keriput (mengecil), bertambah basofil, berwarna gelap

(hiperkromasi), batasnya tidak teratur.

b. Karioreksis

Inti mengalami fragmentasi atau hancur dengan meninggalkan

pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel

c. Kariolisis

Kromatin basofil menjadi pucat, inti sel kehilangan kemampuan

untuk diwarnai dan menghilang

Sel apoptosis adalah sel hati yang secara histologis dapat

dievaluasi dari mikroskop cahaya perbesaran 1000x menunjukkan sel

hati dengan gambaransel yang mengerut dan lebih bulat,sitoplasma

tampak lebih padat dan inti sel yang terkondensasi (piknosis).

Daerah yang akan diamati adalah daerah zona III lobulus hati,

yaitu merupakan daerah yang diduga sel-selnya akan rusak apabila

diberi INH.

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.

1. Variasi genetik

Faktor genetik yang dimaksud pada penelitian ini

adalah faktor genetik tikus putih (Rattus norvegicus). Untuk

meminimalkan pengaruh faktor genetik, digunakan tikus putih

dari galur Wistar yang dibagi ke dalam kelompok-kelompok

perlakuan menggunakan teknik randomisasi (Sihombing dan

Raflizar, 2010). Dipakai tikus karena dibandingkan dengan

mencit struktur anatomis esophagus tikus lebih tahan untuk

dilakukan pemberian bahan oral secara sonde lambung, tikus

tidak begitu fotofobik, dan aktifitasnya tidak terganggu oleh

manusia.

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Jenis Kelamin, umur

Tikus yang dipakai pada penelitian ini adalah tikus

jantan yang berumur ±3 bulan. Tikus jantan lebih stabil

dibandingkan tikus betina yang sering dipengaruhi secara

hormonal (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998).

Umur tikus dianggap dewasa dan matang secara fisik

maupun hormonal sekitar 2-3 bulan, dengan rentang umur

antara 40-60 hari. Tikus jantan mengalami maturasi pada umur

sekitar 45 hari (Suckow dkk, 2006).

3. Berat badan

Makan standar berupa pelet sesuai komposisi

(Lampiran 4) diberikan pada tikus 2 kali sehari, setiap pagi dan

sore hari. Makan ditempatkan pada wadah, sehingga tikus

dibiarkan makan pelet sesuai keinginan (ad libitum). Pelet

disediakan disetiap kandang percobaan sebesar 30 mg per hari.

4. Makanan

Kemungkinan terjadi peningkatan berat badan tidak

murni akibat perlakuan sangat mungkin terjadi apabila berat

badan tikus (Rattus norvegicus) tidak dikendalikan. Tikus yang

digunakan uuntuk penelitian ini memiliki berat badan 200g

dengan toleransi 20% (150-220g) (Manokaran dkk, 2008).

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

1. Suhu udara

Tikus ditempatkan dalam ruang bersuhu kamar, namun

tidak terdapat alat khusus untuk mengatur suhu dalam ruangan.

Suhu udara dalam laboratorium penelitian berkisar antara 20-

25°C (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998).

2. Kondisi psikologis tikus

Kondisi psikologis seperti stres tidak mungkin dihindari

pada tikus yang mendapat perlakuan. Stres dapat disebabkan

oleh perlakuan yang berulang dalam jangka waktu yang lama

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dan juga banyaknya tikus lain dalam 1 kandang yang dapat

menimbulkan perkelahian. Pengaruh stres ini dicoba

dikendalikan dengan waktu adaptasi, makanan dan minum

yang cukup, pencahayaan yang cukup (kandang tikus

didekatkan sedekat mungkin dengan jendela dari pukul 6.00

pagi sampai pukul 6.00 sore), serta ventilasi yang memadai.

3. Hipersensitifitas

Setiap individu mempunyai kepekaan terhadap suatu zat

yang berbeda. Hal ini menyebabkan reaksi hipersensitivitas

(tidak dapat diprediksi) yang dapat mempengaruhi

bioavaibilitas obat yaitu kecepatan obat yang diserap yang

dipengaruhi oleh motilitas usus. Maka digunakan hewan coba

dengan galur sama untuk meminimalkan perbedaan, walaupun

tidak menjamin bisa dikendalikan secara mutlak.

4. Daya regenerasi sel hati dan imunitas

Daya regenerasi sel hati dan sistem imun yang berkerja

pada tiap individu hewan coba bervariasi. Imunitas tergantung

pada zat perangsang (mediator) nyeri endogen penyebab

inflamasi dan zat inhibisi nyeri endogen yang dikeluarkan oleh

tubuh dalam proses inflamasi. Untuk meminimalkannya

digunakan hewan coba tikus yang berasal dari galur yang sama

(galur Wistar).

I. Instrumentasi Penelitian

1. Alat –alat yang digunakan

a. Kandang hewan percobaan

b. Timbangan digital dengan satuan miligram

c. Sonde lambung

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, dan

meja lilin)

e. Bekker glass 250 cc

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

f. Mikroskop cahaya

g. Gelas objek dan deck glass

h. Hand scoen

i. Gelas ukur

j. Lampu spiritus

k. Mortir

2. Bahan –bahan yang digunakan

a. Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar

b. Makanan hewan percobaan (pelet dan aquabides)

c. Ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini)

d. Isoniazid 300 mg

e. Aquabides

f. Bahan pembuatan preparat histologis

J. Cara Kerja

1. Pembuatan dan Dosis Ekstrak Biji Buah Jamblang

Ekstrak biji jamblangdibuat dengan metode perkolasi.

Sebelumnya biji buah jamblang dikeringkan, dihaluskan, dan

kemudian diekstraksi dengan cairan etanol 70%. Ekstrak didapat

dalam bentuk pasta padat.

Pembuatan suspensi ekstrak biji buah jamblang dilakukan

dengan cara memasukkan pasta ke dalam bekker glas kemudian

ditimbang, setelah itu diencerkan dengan aquades dan ditambah

dengan suspention agent (CMC 0,5%). Larutan tersebut kemudian

dihomogenkan dengan pengaduk manual tanpa pemanasan sampai

terbentuk suspensi.

Berat badan tikus yang digunakan + 200g (150g - 220g),

maka dosis ekstrak biji jamblang yang akan diberikan pada tikus

adalah:

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

a. 100mg/kg BB/hari

= ቀ100mg ×200g 1000g

ቁ /hari

= 20 mg/tikus/hari

b. 200mg/kg BB/hari

= ቀ200mg ×200g 1000g

ቁ /hari

= 40 mg/tikus/hari

c. 400mg/kg BB/hari

= ቀ400mg ×200g 1000g

ቁ /hari

= 80 mg/tikus/hari

Pemberian ekstrak biji buah jamblang dilakukan peroral

sehari sekali dengan dosis sesuai penelitian Sisodia dan Bhatnagar

(2009), 20 mg/tikus untuk kelompok P1, 40 mg/tikus untuk

kelompok P2, dan 80 mg/tikus untuk kelompok P3 tikus setiap hari

mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-25.

2. Pembuatan dan Dosis Isoniazid

Isoniazid (INH) yang diberikan berasal dari apotek Kimia

Farma, Surakarta, dengan bentuk tablet 300 mg. Tablet obat isoniazid

yang didapat kemudian dihancurkan dengan mortir, setelah itu

diencerkan dengan aquades, dihomogenkan sampai didapatkan larutan

isoniazid.

Dosis toksik INH pada manusia adalah 30 mg/kg BB (Desai

dan Agarwal, 2004). Faktor konversi untuk manusia dengan berat

badan 70 kg pada tikus dengan berat badan 200 g adalah 0,018

(Lampiran 1).

a. Dosis pada manusia dengan berat badan 70 kg

30 mg x 70 kg = 2100mg/manusia

b. Konversi pada tikus dengan berat badan 200 g

2100 mg x 0,018 = 37,8mg/tikus. Pembulatan (40 mg/tikus)

Daya muat maksimal lambung tikus adalah 5ml (Lampiran 2)

dan sebagian lambung tikus telah terisi dengan makanan dan minuman,

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

sehingga INH yang diberikan pada mencit secara oral adalah 1ml.

maka pelarut (aquabides) yang dibutuhkan adalah :

Maka tiap 1 tablet INH 300 mg dilarutkan dalam 7,5 ml

aquades sehingga didapatkan 40 mg INH dalam 1 ml larutan.

Pemberian INH pada kelompok K[+], P1, P2, dan P3 dilakukan pada

hari ke-12 sampai hari ke-25 (14 hari).

3. Persiapan Hewan Uji dan Tempat Penelitian

Kandang tikus disiapkan. Satu kandang berisi satu kelompok

yang terdiri dari enam ekor tikus. Sehingga terdapat 30 ekor tikus putih

(Rattus norvegicus)strain Wistar jantan berumur 2-3 bulandengan berat

badan + 200 gram (150 g – 220 g). Tikus diadaptasikan selama 7 hari

dengan lingkungan laboratorium tempat penelitian selama tujuh hari

dan diberi makanan standar ad libitum untuk tikus yaitu 30 mg pelet

per hari dan aquabides.

4. Penimbangan Berat Badan Tikus

Pada hari ketujuh dilakukan penimbangan berat badan dan penandaan

untuk menentukan dosis.

5. Perlakuan

Setelah penimbangan dan penentuan dosis selesai kemudian pada hari

ke delapan perlakuan terhadap hewan coba dimulai.

a. Kelompok kontrol negatif diberi aquabides 1 ml per oral per tikus.

b. Kelompok perlakuan 1 diberi ekstrak biji jamblang 20 mg/tikus

pada hari ke-8 sampai pada hari ke-25. Selain itu diberi INH pada

hari ke-12 sampai pada hari ke-25. Sehingga mulai hari ke-12

dalam satu hari tikus mendapatkan ekstrak biji jamblang dan

40 mg1 ml

= 300 mg

n

n = 300 mg ×1 ml

40 mg

n = 7,5 ml

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

INHsecara bersamaan, maka diberikan jeda yaitu ekstrak biji buah

jamblang diberikan 1 jam sebelum INH.

c. Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak biji jamblang 40 mg/tikus

pada hari ke-8 sampai pada hari ke-25. Selain itu diberi INH pada

hari ke-12 sampai pada hari ke-25. Mulai hari ke-12 pemberian

ekstrak biji buah jamblang dilakukan 1 jam sebelum INH.

d. Kelompok perlakuan 3 diberi ekstrak biji jamblang 80

mg/tikuspada hari ke-8 sampai pada hari ke-25. Selain itu diberi

INH pada hari ke-12 sampai pada hari ke-25. Mulai hari ke-12

pemberian ekstrak bijibuah jamblang dilakukan 1 jam sebelum

INH.

e. Kelompok kontrol positif diberi INH pada hari ke-12 sampai pada

hari ke-25.

f. Diluar jadwal perlakuan tikus diberikan makan pelet dan aquades

secara ad libitum

6. Pembuatan Preparat

Setelah 24 jam pada akhir pemaparan, yaitu hari ke-26 semua

hewan diterminasi dengan cara cervical dislocation. Jaringan hati

bagian kanan diambil untuk dibuat preparat histologi dengan metode

block paraffin. Pengirisan dilakukan pada bagian tengah dari hati lobus

kanan dengan ketebalan irisan 3-8 μm. Kemudian diamati dengan

mikroskop cahaya.

Telah disebutkan oleh Cormack (1994) bahwa prosedur

standar metode block paraffin sebagai berikut :

a. Contoh jaringan. Irisan jaringan dipotong dengan hati-hati,

memakai alat atau pisau untuk menghindari terjadinya distorsi

mikroskopik. Secepatnya dipotong langsung dimasukkan ke bahan

fiksasi.

b. Fiksasi. Bahan fiksasi mencegah terjadinya perubahan pasca

terminasi dan perubahan struktur lain dalam sel dan jaringan.

Selain itu juga dapat memadatkan jaringan lunak

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c. Dehidrasi. Dikerjakan dengan alkohol dengan kadar meningkat

sampai mencapai alcohol absolut.

d. Penjernihan. Blok jaringan yang telah didehidrasi dengan alkohol

dilakukan melalui deretan xilol sampai seluruh alkoholnya diganti

dengan xilol, sebagai persiapan untuk pemendaman.

e. Pemendaman. Blok jaringan dilakukan melalui paraffin cair

(beberapa kali diganti) yang akan mengisi semua celah yang

semula diisi oleh air, dan mengeras bila didinginkan, maka blok ini

siap dipotong.

f. Pemotongan. Setelah kelebihan paraffin dibuang, maka dapat

dibuat irisan tipis dengan menggunakan alat pemotong khusus

yang disebut mikrotom. Irisan dilakukan pada bagian tengah dari

hati kanan dengan ketebalan irisan 3-8μm.

g. Pemulasan dan perampungan akhir. Sebagian besar pemulasan

menggunakan larutan dalam air, sehingga paraffin yang terdapat

dalam jaringan sajian harus diganti dengan air. Hal ini dapat

dilakukan dengan melekatkan irisan jaringan pada kaca objek dan

dilakukan melalui deretan xilol untuk menghilangkan paraffin,

dimulai dari alkohol absolut kemudian pindah ke dalam alkohol

dengan kadar menurun, sampai akhirnya ke dalam air.

7. Pengamatan

Tiap hewan percobaan dibuat tiga preparat. Dari masing-

masing preparat diambil satu preparat yang mempunyai kerusakan

paling berat pada zona III. Dalam penelitian ini menggunakan 6

hewan percobaan dalam tiap kelompoknya sehingga akan diperoleh 18

angka untuk tiap kelompok percobaan. Banyaknya sel hati yang

mengalami kerusakan dihitung dari tiap 100 sel yang ada di zona III.

Pengamatan jaringan hati dengan perbesaran 100 kali untuk

mengamati seluruh lapang pandang, kemudian ditentukan daerah yang

mengalami kerusakan terberat pada zona III. Dari daerah zona III ini

dengan perbesaran 1000 kali dilakukan penghitungan jumlah sel yang

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mengalami nekrosis dan apoptosis. Hasil yang didapat dari masing-

masing kelompok dibandingkan secara statistik.

Secara umum skema cara kerja penelitian sebagai berikut.

K. Analisis Data

Pertama-tama data yang diperoleh diuji normalitasnya

menggunakan uji Shapiro-Wilk karena besar sampel ≤ 50. Kemudian

dilakukan juga uji varianss menggunakan Levene’s test. Hipotesis diuji

menggunakan uji One-Way Anova (Analysis of Variance) untuk

mengetahui adanya perbedaan rerata pada kelima kelompok perlakuan,

dengan syarat distribusi data normal, dan varians data harus sama (p >

0,05) (Dahlan, 2006). Jika terdapat perbedaan bermakna maka dilanjutkan

dengan uji Posthoc dengan derajat kemaknaan α = 0,05 untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan rerata sel yang menglami nekrosis dan

apoptosis antar kelompok (Dahlan, 2006).

purposive sampling30 ekor tikus putih strain Wistar,

umur 2-3 bulan, BB 200gram

randomisasi

HARI KE 8-25 diberikan ekstrak

biji Jamblang100mg/kg BB

Kelompok K+6 ekor tikus

Kelompok P16 ekor tikus

Kelompok P26 ekor tikus

Kelompok P36 ekor tikus

Kelompok K-6 ekor tikus

HARI KE 0-7 adaptasi

HARI KE 8-25diberikan ekstrak

biji Jamblang400mg/kg BB

HARI KE 8-25diberikan ekstrak

biji Jamblang200mg/kg BB

HARI KE 12-25 diberikan INH 40mg/tikus

Terminasi hari ke-26, koleksi hepar Lihat gambaran histologi hepar

Uji statistik ANOVA dan Post Hoc Test Least Significant Difference (LSD)

Terminasi hari ke-8, koleksi hepar

Lihat gambaran histologis hepar

Gambar 6. Skema Cara Kerja

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Jika syarat normalitas dan homogenitas data tidak terpenuhi, maka

digunakan uji non-parametrik yang sebanding yaitu uji Kruskal-Wallis.

Jika terdapat perbedaan signifikan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

Analisis statistik menggunakan program SPSS for Windows release 17.0

(Dahlan, 2006).

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji buah

jamblang (Syzygium cumini) dalam mengurangi kerusakan sel hepar tikus

yang diinduksi isoniazid (INH), didapatkan hasil pengamatan pada masing-

masing kelompok.

Gambar 7. Fotomikrograf daerah central lobules hepar tikus dengan

pengecatan Hematoksilin Eosin, perbesaran 1000 x.

A. Kelompok kontrol negatif. B. Kelompok kontrol positif.

C. Kelompok perlakuan 1. D. Kelompok perlakuan 2.

E. Kelompok perlakuan 3. Tampak pada masing-masing

kelompok, a: inti sel hepar normal, b: inti sel hepar piknosis,

c: inti sel hepar karyoreksis, d: inti sel hepar karyolisis, e: inti sel

hepar apoptosis.

Data hasil penelitian berupa data jumlah inti sel hati yang mengalami

nekrosis dan apoptosis yang dihitung dari 100 sel di sekitar lobulus centralis

hepar dengan perbesaran 1000 kali.

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Rerata jumlah kerusakan sel hepar tikus yang diinduksi INH pada

masing-masing kelompok disajikan padaTabel 3.

Tabel 3. Rerata Skor Kerusakan Sel Hepar Tikus yang Diinduksi Isoniazid pada Masing-Masing Kelompok

Kelompok N Rerata Simpang Baku

K[-] 6 15,78 6,26

K[+] 5 89,8 2,79

P1 5 68,6 1,69

P2 5 57,4 3,29

P3 6 70,11 1,71

(Data Primer, 2011)

Keterangan :

K[-] : Kelompok Kontrol Negatif (aquades)

K[+] : Kelompok Kontrol Positif (INH 40 mg/tikus)

P1 : Kelompok Perlakuan 1 (ekstrak biji jamblang 20mg/tikus + INH

40mg/tikus)

P2 : Kelompok Perlakuan 2 (ekstrak biji jamblang 40mg/tikus + INH

40mg/tikus)

P3 : Kelompok Perlakuan 3 (ekstrak biji jamblang 80mg/tikus + INH

40mg/tikus)

Hasil pengamatan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata jumlah inti

nekrosis dan apoptosis terendah dijumpai pada kelompok kontrol negatif yaitu

sebesar 15,78, sedangkan rerata jumlah inti nekrosis dan apoptosis tertinggi

terdapat pada kelompok kontrol positif yang hanya diberi INH yaitu 89,80.

Sedangkan rerata jumlah inti nekrosis dan apoptosis pada kelompok perlakuan

1, 2, 3 yang diberi INH dan ekstrak biji buah jamblang dengan dosis

bertingkat (rendah-sedang-tinggi) lebih sedikit dibandingkan kelompok

kontrol positif. Pada Gambar 5 berikut ini terlihat penurunan rerata jumlah inti

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

sel nekrosis dan apoptosis pada ketiga kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok kontrol positif.

Gambar 8. Diagram Perbandingan Kerusakan Sel Akibat Induksi Isoniazid

pada 5 Kelompok Penelitian

B. Analisis Hasil

Hasil yang diperoleh dari penelitian mula-mula diuji normalitas data

dengan menggunakan uji Saphiro Wilk untuk mengetahui apakah sebaran

data jumlah inti nekrosis dan apoptosis mempunyai distribusi normal. Hasil uji

Shapiro Wilk dirangkum dalam Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Nilai p Masing-Masing Kelompok dengan Uji ShapiroWilk

Kelompok penelitian N Nilai p

K[-] 6 0,18

K[+] 5 0,36

P1 5 0,61

P2 5 0,82

P3 6 0,35

0102030405060708090

K[-] K[+] P1 P2 P3

inti

sel n

ekro

sis d

an a

popt

osis

kelompok penelitian

Rerata sel nekrosis dan apoptosis

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Karena semua kelompok mempunyai nilai p > 0,05, maka data jumlah inti

nekrosis dan apoptosis berdistribusi normal.

Selanjutnya pada uji Levene didapatkan nilai p = 0,42 (p > 0,05), yang

berarti varians antar kelima kelompok homogen. Karena syarat uji parametrik

terpenuhi yaitu data berdistribusi normal dan varians data homogen, maka

analisis data dilanjutkan dengan uji statistic One-Way Anova pada kelima

kelompok. Uji One-Way Anova dengan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05)

dilakukan untuk membandingkan rerata jumlah inti sel nekrosis dan apoptosis

antara kelima kelompok penelitian.

Tabel 5. Perbedaan Rerata Jumlah Kerusakan Sel Hepar Tikus Kelima

Kelompok Perlakuan

Kelompok N Rerata Simpang Baku F P

K[-] (aquabides) 6 15,78 6,26 318,79 < 0,001

K[+] (TANPA ekstrak) 5 89,80 2,79

P1 (ekstrak dosis rendah) 5 68,60 1,69

P2 (ekstrak dosis sedang) 5 57,40 3,29

P3 (ekstrak dosis tinggi) 6 70,11 1,71

Pada uji One-Way Anova didapatkan nilai p< 0,001 yang artinya

paling tidak terdapat perbedaan rerata jumlah sel nekrosis dan apoptosis yang

bermakna di antara kelima kelompok.

Untuk mengetahui letak perbedaan rerata jumlah kerusakan inti sel

yang mengalami nekrosis dan apoptosis dari kelima kelompok tersebut

dilakukan uji Post Hoc dengan uji Bonferroni. Secara ringkas hasil uji

Bonferroni disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 6. Ringkasan hasil Uji Bonferroni (α = 0,05)

Perbandingan Kelompok Beda Rerata P Intepretasi

K[-] K[+] -74,02 < 0,001 Signifikan

K[-] P1 -52,82 < 0,001 Signifikan

K[-] P2 -41,62 < 0,001 Signifikan

K[-] P3 -54,33 < 0,001 Signifikan

K[+] P1 21,2 < 0,001 Signifikan

K[+] P2 32,4 < 0,001 Signifikan

K[+] P3 19,69 < 0,001 Signifikan

P1 P2 11,2 0,001 Signifikan

P1 P3 -1,51 1 Tidak signifikan

P2 P3 -12,71 < 0,001 Signifikan

Hasil uji Bonferroni menunjukkan bahwa perbandingan antara semua

kelompok menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,001), kecuali pada

perbandingan kelompok P1 dengan P3 didapatkan nilai p = 1 (p > 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa diantara dua kelompok tersebut tidak ada

perbedaan rerata jumlah inti nekrosis dan apoptosis yang signifikan.

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB V

PEMBAHASAN

Pengamatan pada penelitian ini adalah pengaruh pemberian ektrak biji

buah jamblang terhadap penurunan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan

apoptosis pada tikus yang dipapar dengan isoniazid (INH) sebagai agen

hepatotoksik. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol negatif,

kelompok kontrol positif, dan kelompok perlakuan memberikan gambaran sel hati

yang mengalami nekrosis dan apoptosis.

Gambaran nekrosis yang muncul pada kelompok kontrol negatif, yang

seharusnya memiliki gambaran histologis hati yang sehat dapat disebabkan oleh

agen-agen infeksius dari luar. Sedangkan gambaran nekrosis yang muncul pada

kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan merupakan trauma yang

ditimbulkan oleh metabolit reaktif hasil metabolism isoniazid. Menurut Junquira

dan Carneiro (2006), nekrosis adalah kematian sel yang merupakan proses

patologis, dapat disebabkan oleh mikroorganisme, virus bahan kimia, dan bahan-

bahan berbahaya lainnya sehingga selain ditemukan inti nekrosis, juga ditemukan

tanda-tanda peradangan.

Gambaran apoptosis yang muncul pada kelompok kontrol negatif

merupakan proses kematian secara fisiologis namun sel hati yang rusak tidak

sebanyak sel hati yang mengalami nekrosis. Istilah apoptosis mengacu pada

kerusakan sel radang tidak lebih dari 3% jumlah sel hati dalam satu lobus.

Sedangkan gambaran apoptosis yang muncul pada kelompok kontrol positif dan

perlakuan merupakan merupakan proses apoptosis yang menyertai proses nekrosis

yang diakibatkan oleh metabolit reaktif yang dihasilkan isoniazid. Pada trauma

yang menyebabkan peningkatan permeabilitas mitokondria, maka jalur yang

diinduksi bukan hanya nekrosis, tetapi jalur apoptosis juga terinduksi (Cotran dkk,

2010). Adanya sel yang apoptotik menunjukkan bahwa mekanisme apoptosis

dapat terjadi pada proses fisiologis maupun patologis (Cotran dkk, 2010).

Hasil uji Bonferroni menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dari

jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis antara kelompok kontrol

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

negatif dan kelompok kontrol positif (p < 0,05) yang berarti isoniazid dapat

menginduksi kerusakan sel hati pada tikus putih. Hal ini merupakan konfirmasi

bahwa INH dapat menimbulkan kerusakan sel hati (nekrosis) yang dinilai dari

gambaran histologis. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya

yang mengungkapkan bahwa metabolit reaktif dari hasil asetilasi INH yaitu MAH

(Mono Asetil Hidrazin) kemungkinan menjadi agen toksik pada jaringan melalui

produksi radikal bebas (Saukkonen dkk, 2006; Khadka dkk, 2009).

Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol positif

dengan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (p < 0,05). Hal ini disebabkan karena

kelompok perlakuan terjadi kerusakan sel akibat pemberian isoniazid dosis toksik.

Namun hasil pada kelompok perlakuan menunjukkan penurunan secara signifikan

pada jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis . Adanya penurunan

tingkat jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada kelompok

yang diberi ekstrak biji buah jamblang pada penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Sisodia dan Bhatnagar (2009) yang menunjukkan penurunan marker

enzim SGOT, SGPT, ALP, ACP, bilirubin (direct dan indirect) dan derajat

kerusakan sel hati pada tikus putih dengan induksi CCl4. Hasil pada penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak biji buah jamblang mempunyai kemampuan sebagai

antioksidan yang dapat mengurangi efek radikal bebas, dalam hal ini asetil

hidrazin dan hidrazin yang merupakan metabolit reaktif yang dihasilkan oleh

isoniazid sebagai induktor.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol negatif

dengan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (p < 0,05). Data tersebut menunjukkan

efek antioksidan ekstrak biji buah jamblang pada dosis perlakuan 1, 2, dan 3

dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis belum

dapat memberikan hasil mendekati keadaan paling baik, yaitu kelompok kontrol

negatif.

Hasil analisa penurunan jumlah sel yang mengalami nekrosis dan

apoptosis pada kelompok perlakuan 1 (dosis 20 mg/tikus) dengan kelompok

perlakuan 2 (dosis 40 mg/tikus) didapatkan perbedaan yang bermakna. Selain itu

rerata jumlah sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada kelompok

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

perlakuan 2 (57,4) lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan 1 (68,6). Maka

pemberian dosis ekstrak biji jamblang pada dosis 40 mg/tikus memberikan hasil

yang lebih baik dibandingkan dosis 20 mg/tikus. Hal tersebut terjadi karena

kandungan antioksidan pada ekstrak biji buah jamblang dosis sedang lebih banyak

daripada ekstrak biji buah jamblang dosis rendah.

Hasil analisa penurunan jumlah sel yang mengalami nekrosis dan

apoptosis pada kelompok perlakuan 2 (dosis 40 mg/tikus) dengan kelompok

perlakuan3 (dosis 80 mg/tikus) didapatkan perbedaan yang bermakna. Sedangkan

rerata jumlah sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada kelompok

perlakuan 2 (57,4) lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan 3 (70,11). Hal

ini menunjukkan bahwa efek antioksidan pada kelompok perlakuan 2 dengan

dosis 40 mg/tikus lebih baik dibandingkan kelompok perlakuan 3.

Hasil analisa penurunan jumlah sel yang mengalami nekrosis dan

apoptosis pada kelompok perlakuan 1 (dosis 20 mg/tikus) dengan kelompok

perlakuan3 (dosis 80 mg/tikus) didapatkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal

ini semakin menguatkan bahwa efek antioksidan pada kelompok perlakuan 3

dengan dosis 80 mg/tikus tidak dapat memberikan hasil yang lebih baik

dibandingkan kelompok perlakuan 1 maupun kelompok perlakuan 2. Salah satu

kemungkinannya adalah dosis yang diberikan pada kelompok perlakuan 3

melebihi dosis optimal. Menurut teori okupansi reseptor yang dikemukakan oleh

Alfred Joseph Clark dalam (Setiawati dkk, 2007) hubungan dosis obat dengan

efek yang ditimbulkan sebanding dengan jumlah reseptor yang diduduki oleh obat

tersebut. Terdapat Emax yaitu efek maksimal yang ditimbulkan oleh suatu

konsentrasi dosis. Peningkatan dosis obat tidak akan berarti lagi jika Emax telah

tercapai karena menurut prinsip teori okupansi reseptor, pada tahap ini semua

reseptor yang ada telah diduduki oleh obat. Kemungkinan dosis yang

menimbulkan Emax pada penelitian ini adalah dosis sedang (40 mg/tikus/hari)

sehingga dosis tinggi sebesar 80 mg/tikus/hari menjadi tidak efektif lagi dalam

menurunkan jumlah sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada tikus.

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Pada penelitian ini, terdapat beberapa kelemahan, di antaranya adalah:

1. Berat badan tikus tidak diukur denganf rekuensi teratur selama penelitian,

sehingga dapat menyebabkan pemberian dosis induktor (INH) yang berlebih.

2. Kandang tikus putih yang tidak dipisahkan sehingga mempengaruhi kondisi

psikologis tikus putih. sample pada tiap kelompok ditempatkan dalam 1

kandang bersamaan, sehingga kejadian untuk saling berkelahi besar. Adanya

luka dan infeksi dari luar akan memperburuk keadaan tikus.

3. Pemberian bahan induksi dan ekstrak dilakukan secara sonde lambung jika

tidak dilakukan dengan hati-hati dapat melukai bagian dalam dari saluran

pencernaan tikus, selain itu penggunaan satu alat untuk seluruh sample akan

mempermudah agen infeksius untuk tersebar ke tikus lain akan mempengaruhi

kondisi kesehatan tikus, bahkan semakin memperburuk keadaan tikus yang

sudah dalam kondisi tidak baik.

4. Penelitian ini dilakukan selama 2 kali, sehingga kondisi antara penelitian

pertama dan kedua tidak dapat dipastikan sama, walaupun sudah diusahakan

sesuai dengan prosedur yang sama.

5. Proses identifikasi sel apoptosis sulit dilakukan dikarenakan keterbatasan jenis

pengecatan pada preparat.

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Induksi isoniazid (INH) dapat menimbulkan gambaran kerusakan sel hati

secara histologis berupa nekrosis (piknotik, karyoreksis, dan karyolisis)

dan apoptosis.

2. Pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini) dapat

memberikan efek penurunan jumlah sel hati yang mengalami kerusakan

pada tikus akibat induksi isoniazid.

3. Dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygiumcumini) yang dapat

memberikan efek antioksidan terbaikdalam menurunkan jumlah sel yang

mengalami nekrosis dan apoptosis adalahdosis sedang40 mg/ tikus/hari.

4. Peningkatan dosis dari dosis sedang ke dosis tinggi (80 mg/ tikus/hari)

tidak meningkatkan efek penurunan terhadap kerusakan sel hati tikus

akibat induksi INH.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi lama pemberian

ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini) sehinggadiketahui dosis

dan waktu pemberian yang efektif untuk mencegah ataupun

mengurangi kerusakan sel hati tikus yang diinduksi INH.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik

(misalnyadengan teknikbiomolekuler) sehinggadidapatkan data yang

lebih lengkap tentang peran antioksidan khusunya fungsi

hepatoprotektor ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini).

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping

penggunaan ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini) dalam

jumlah dan waktu tertentu.

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI BUAH … · dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid Metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

4. Perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi senyawa antioksidan

pada biji buah jamblang yang paling bertanggungjawab terhadap

fungsi heaptoprotektor.

5. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan pengecatan yang

lebih spesifik untuk pengenalan sel apoptosis.