pengaruh pemberian beasiswa prestasi terhadap motivasi belajar peserta didik di smpn 3 tanjung tahun...
TRANSCRIPT
A. Judul
PENGARUH PEMBERIAN BEASISWA PRESTASI TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
B. Latar belakang masalah
Beasiswa adalah bantuan pemerintah maupun swasta berupa sejumlah
uang yang diberikan kepada siswa atau calon siswa warga negara Indonesia
yang sedang atau akan mengikuti pendidikan di sekolah, Beasiswa ini
bertujuan membantu siswa yang berbakat dan berprestasi dari kalangan
ekonomi kurang mampu agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Bantuan ini biasanya berbentuk dana untuk menunjang biaya atau
ongkos yang harus dikeluarkan oleh anak sekolah atau mahasiswa selama
menempuh masa pendidikan di tempat belajar yang diinginkan.
Namun bisa juga beasiswa ini di wujudkan dalam bentuk yang lain,
misalnya buku buku pelajaran, fasilitas belajar serta hal lain yang tujuannya
untuk memperlancar para penerima bantuan ini agar mereka bisa
menyelesaikan pendidikannya tanpa ada gangguan terutama yang berhubungan
dengan keuangan hingga tuntas atau lulus.
Hamzah B Uno (2006:29) menyebutkan bahwa Beasiswa prestasi
diberikan kepada siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun
prestasi non akademik tetapi lebih diutamakan bagi siswa yang berprestasi
dibidang akademik. Beberapa tujuan dari pemberian beasiswa ini antara lain
1
adalah : 1) Untuk membantu para pelajar atau mahasiswa agar mereka bisa
mencari ilmu sesuai dengan bidang yang ingin dikuasai, terutama bagi yang
punya masalah dalam hal pembiayaan. 2) Menciptakan pemerataan suatu ilmu
pengetahuan atau pendidikan kepada setiap orang yang membutuhkan. 3)
Menciptakan generasi baru yang lebih pintar dan cerdas. Karena dengan
adanya bantuan beasiswa ini maka seseorang terutama kaum muda bisa punya
kesempatan untuk mendapat pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Dari
sini akan tercipta sumber daya manusia baru yang lebih mampu menjawab
tantangan jaman yang terus maju ini. 4) Meningkatkan kesejahteraan. Setelah
tercipta sumber daya manusia baru yang cerdas, diharapkan mereka ini bisa
memberi bantuan lewat ide dan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya
ketika menjalani masa pendidikan. Karena ilmu pengetahuan tersebut bisa
diterapkan dalam masyarakat dengan tujuan untuk memajukan mereka
sehingga kemakmuran dan kesejahteraan lebih mudah dicapai.
Untuk meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik, selain pemberian
motivasi berupa beasiswa, diperlukan pula faktor pendukung lainnya yaitu
kondisi dari peserta didik itu sendiri, diantaranya kondisi fisiologis dan kondisi
psikologis. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:189) dalam buku Psikologi
Belajar menjelaskan tentang Kondisi fisiologis dan kondisi psikologis peserta
didik. Kondisi fisiologis terdapat dua macam, yaitu: kondisi fisiologis yang
bersifat umum dan yang bersifat khusus. Kondisi fisiologis umum berpengaruh
dalam menunjang proses belajar peserta didik. Peserta didik yang segar
jasmaninya serta kondisi kesehatan terawat dengan baik, akan meningkatkan
2
kemampuan belajarnya. Kondisi fisiologis khusus melibatkan cara
memfungsikan panca indera saat proses belajar berlangsung, terutama
penglihatan dan pendengaran. Peserta didik yang kondisi fisiknya lemah,
sering sakit-sakitan, cacat salah satu atau beberapa dari panca indera,
motivasinya juga akan kurang dibandingkan dengan anak yang normal. Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam
proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia
luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata
dan telinga. Oleh karena itu, baik pendidik maupun peserta didik perlu menjaga
pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang ,bersifat kuratif,
dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,
memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik,
mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya. Sedangkan kondisi
Psikologis, Setelah diterima sebagai peserta didik, merupakan suatu keharusan
bahwa kondisi psikologis harus benar-benar dipersiapkan. Hal ini perlu
disadari, oleh karena tanpa suatu kesadaran yang mantap, akan berakibat
tersendat-sendatnya proses dan keberhasilan belajar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Saifuddin Azwar (2002) membedakan kondisi psikologis ini dalam 2
kategori, yaitu variabel non kognitif dan kemampuan kognitif. Variabel non
3
kognitif terdiri dari minat, motivasi, dan variabel-variabel kepribadian lainnya.
Sedangkan variabel kognitif terdiri atas kemampuan khusus (bakat) dan
kemampuan umum (intelegensia).
Kemampuan Pembawaan, Kita ketahui bahwa tidak ada dua orang yang
pembawaannya sama. Juga di dalam kemampuan belajar, setiap orang
mempunyai potensi kemampuan sendiri-sendiri. Misalnya kemampuan
pembawaan berupa kecerdasan. Kecerdasan sangat menentukan kecepatan atau
penerimaan pelajaran. Tetapi jelas peserta didik yang cerdas tanpa memelihara
kecerdasannya yakni tanpa belajar dengan teratur, akan berakibat tersendat-
sendat perjalanan studinya. Sebaliknya, yang kurang cerdas, tapi belajar rajin,
teratur, terjadwal dan terprogram, meskipun tidak secepat kemampuan peserta
didik yang cerdas, akan tetap lancar studinya.
Kemauan Belajar (Minat dan Motivasi), Tak ada seorangpun yang
memungkiri, bahwa tanpa minat dan motivasi tidak akan tercapai hal yang
diharapkan. Motivasi adalah penting sekali bagi belajar. Untuk dapat memberi
motivasi pada orang yang belajar, kita harus mengetahui dasar psikis dari orang
yang belajar. Orang yang belajar adalah orang yang hidup yang telah
mempunyai kebiasaan-kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan, emosi,
sikap kecemasan serta ketakutan. Selain itu, manusia datang ke dunia telah
mempunyai keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan ini
makin lama makin meningkat dan makin kompleks.
Sikap terhadap Pendidik dan mata pelajaran, Sikap peserta didik terhadap
pendidik dan mata pelajarannya akan mempengaruhi proses belajarnya. Peserta
4
didik yang benci terhadap pendidik tidak akan lancar belajarnya. Mungkin
sikap siswa terhadap pendidik dipengaruhi oleh penampilan dan sikap dari
pendidik yang bersangkutan. Pendidik yang tidak ramah, selalu muram, dan
cara berpakaian yang kurang baik akan mempengaruhi sikap siswa. Demikian
pula sikap peserta didik terhadap mata pelajaran juga merupakan faktor
penentu keberhasilan belajar.
Bimbingan di dalam belajar, peserta didik butuh bimbingan. Beimbingan
ini perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta sehingga anak
tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa kesuksesan.
Bimbingan dapat menghindari kesalahan dan memperbaikinya.
Menurut kepala sekolah SMP Negeri 3 Tanjung, pemberian beasiswa
prestasi dipandang sangat penting. Hal tersebut di tujukan untuk meningkatkan
hasil belajar para peserta didik yang menerima beasiswa tersebut, dan
mengharapkan para peserta didik tersebut dapat menuntaskan pendidikannya di
SMP Negeri 3 Tanjung dengan hasil yang memuaskan dan berguna untuk
memudahkan mereka dalam melanjutkan pendidikannya pada sekolah-sekolah
lanjutan yang mereka inginkan.
Pemberian beasiswa prestasi di SMP Negeri 3 Tanjung telah di lakukan
semenjak sekolah tersebut mulai berdiri hingga sekarang, manfaat yang di
peroleh dalam proses belajar dan mengajar dari hal tersebut sangat dirasakan
baik itu oleh peserta didik maupun pendidik yang ada di SMP Negeri 3
Tanjung.
5
Untuk itu, penulis ingin mengambil salah satu faktor yaitu Pengaruh
Pemberian Beasiswa Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik, Penulis ingin
meneliti seberapa besar pengaruh pemberian beasiswa terhadap motivasi
belajar peserta didik SMPN 3 Tanjung dengan mengampil sampel
perbandingan motivasi belajar peserta didik beasiswa dan non beasiswa SMPN
3 Tanjung tahun pelajaran 2012/2013.
C. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang dapat
di rumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Pemberian
Beasiswa Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di SMPN 3 Tanjung Tahun
Pelajaran 2012/2013 ?”
D. Batasan masalah
Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
penulisan proposal ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat dan benar, maka
arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Penyusunan Proposal ini, penulis memberikan batasan mengenai :
1. Pengaruh pemberian beasiswa terhadap motivasi belajar Peserta Didik.
2. Motivasi belajar peserta didik di SMPN 3 Tanjung
6
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas,
maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Beasiswa Terhadap Motivasi
Belajar Peserta didik di SMPN 3 Tanjung Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik di SMPN 3
Tanjung Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Untuk mengetahui Perbedaan Motivasi Peserta didik yang mendapatkan
beasiswa dengan yang tidak mendapatkan beasiswa pada peserta didik di
SMPN 3 Tanjung Tahun Pelajaran 2012/2013..
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
khususnya maupun masyarakat pada umumnya mengenai pengaruh
Pemberian Beasiswa terhadap motivasi belajar peserta didik di SMPN 3
Tanjung tahun pelajaran 2012/2013.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai keaktifan
Peserta Didik dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar maupun
Motivasi belajar peserta didik di SMPN 3 Tanjung tahun pelajaran
2012/2013.
7
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan
penelitian yang sejenis pada waktu yang akan datang.
2. Manfaat praktis
a. Menyebarluaskan informasi mengenai arti pentingnya keaktifan Peserta
Didik dalam proses pembelajaran dan motivasi belajar untuk mendukung
pencapaian prestasi belajar secara optimal.
b. Sebagai calon pendidik, pengetahuan dan pengalaman selama
mengadakan penelitian ini dapat ditransformasikan kepada peserta didik
pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
G. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis
1. Penegasan pengertian istilah
a. Beasiswa
Beasiswa pada umumnya merupakan pemberian biaya untuk
pendidikan bagi peserta didik yang masih aktif mengikuti pembelajaran
di suatu sekolah atau perguruan tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, beasiswa dimaknai sebagai tunjangan yang diberikan kepada
pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar. Beasiswa juga bisa
dimaknai lain yakni sebagai dana siswa atau dharma siswa.
(www.artikata.com/arti-320966-beasiswa.php).
Menurut Agus Lahinta (2009) mengatakan pengertian beasiswa
adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada
perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan
8
pendidikan yang ditempuh. Beasiswa dapat diberikan oleh lembaga
pemerintah, perusahaan ataupun yayasan.
Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang
diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi
keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Beasiswa dapat diberikan
oleh lembaga pemerintah, perusahaan ataupun yayasan. Pemberian
beasiswa dapat dikategorikan pada pemberian cuma-cuma ataupun
pemberian dengan ikatan kerja (biasa disebut ikatan dinas) setelah
selesainya pendidikan. Beasiswa merupakan pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik yang mengalami kesulitan ekonomi dan/atau
memiliki motivasi yang baik. (http://id.wikipedia.org/wiki/Beasiswa).
b. Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah “Keadaan internal organisme (baik
manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu
dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah” (Gleitman, dalam Muhibbin, 1997:136).
Sedangkan menurut Daryanto motivasi adalah alasan atau dorongan
(1998:407). Menurut Dimyati (2002:80) motivasi adalah kekuatan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
prilaku mengajar.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku
individu belajar. Sedangkan Motivasi menurut Kartini Kartono (2004 :
9
18) adalah gambaran pendorong kerja disugestikan berwujud dan insentif
berupa uang sebagai satu-satunya rangsangan untuk bekerja. Belajar
sendiri di artikan sebagai sebagai suatu proses timbul atau berubahnya
tingkah laku melalui latihan (usaha pendidikan) dan dibedakan dengan
perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat
digolongkan kepada latihan usaha pendidikan itu sendiri (Hilgar, E.R,
1984 dalam Masrial, 1993 : 8)
2. Landasan teori
a. Pengertian Beasiswa
Beasiswa memiliki arti sebagai bantuan yang diberikan pada siswa
dalam bentuk dana atau uang yang akan digunakan untuk membantu
proses pendidikan. Sesuai dengan terminology dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi ke-3 (2002:141), beasiswa adalah “ tunjangan
yang diberikan kepada pelajar dan peserta didik sebagai bentuan biaya
belajar”. Beasiswa dimaksudkan sebagai bantuan yang diberikan pada
siswa balam bentuk dana atau berupa uang yang dapat digunakan untuk
membantu keperluan proses pendidikan.
Beasiswa adalah bantuan untuk membantu orang terutama bagi
yang masih sekolah atau kuliah agar mereka dapat menyelesaikan
tugasnya dalam rangka mencari ilmu pengetahuan hingga selesai
(anneahira.com). Bantuan ini biasanya berbentuk dana untuk menunjang
biaya atau ongkos yang harus dikeluarkan oleh anak sekolah atau
10
mahasiswa selama menempuh masa pendidikan di tempat belajar yang
diinginkan.
Beasiswa juga ditujukan untuk mengantisipasi mahalnya
memperoleh pendidikan yang diharapkan memenuhi segala kebutuhan
dalam proses belajar agar proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beasiswa berfungsi sebagai
bantuan dana bagi siswa yang kurang mampu maupun yang bermotivasi
untuk memperoleh pendidikan yang layak yang diberikan oleh suatu
lembaga pemerintah maupun swasta.
b. Jenis dan Penggunaan Beasiswa
Cahyadi (2004:9) menjelaskan bahwa jenis Beasiswa dibagi
menjadi dua, yaitu: pertama, beasiswa bagi peserta didik bermotivasi,
adalah beasiswa yang memang ditujukan kepada peserta didik yang
memiliki motivasi baik. Dan kedua, beasiswa yang diberikan kepada
peserta didik yang membutuhkan bantuan untuk menjalankan proses
pendidikannya.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1996), beasiswa digunakan untuk memenuhi keperluan biaya pendidikan
seperti iuran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), peralatan belajar
(buku, alat tulis, dan lain-lain), seragam, dan pengeluaran lain yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Dengan adanya bantuan dana atau
11
beasiswa ini peserta didik dapat memenuhi segala kebutuhan yang
berkaitan dengan proses pembelajaran.
Penetapan pemberian beasiswa kepada peserta didik didasarkan
atas beasiswa dan tingkat ekonomi peserta didik. Peserta didik dengan
tingkat ekonomi yang rendah, mendapatkan beasiswa untuk membantu
segala keperluan dalam proses pendidikan, sedangkan peserta didik
dengan motivasi yang baik mendapatkan beasiswa atas motivasi yang
diraih.
Jadi dapat disimpulkan bahwa beasiswa digolongkan berdasarkan
jenis dan penggunaannya terutama untuk bidang pendidikan. Jenis
beasiswa dikelompokkan berdasarkan lembaga pemberi beasiswa itu
sendiri dan macam beasiswa yang diberikan. Sedangkan penggunaan
beasiswa lebih diarahkan untuk memenuhi segala keperluan dalam
menjalakan proses pendidikan sehingga pemberian beasiswa lebih
efektif.
c. Tujuan Beasiswa
Secara umum penggunaan beasiswa adalah untuk meringankan
beban biaya pendidikan (Hasan, 2004). tujuan beasiswa yakni:
1) Untuk meningkatkan pemerataan dan kesempatan belajar bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan ekonomi.
2) Mendorong dan mempertahankan semangat belajar para peserta didik
agar mereka dapat menyelesaikan pendidikan tepat waktu.
12
3) Mendorong meningkatkan motivasi akademik sehingga memacu
peningkatan kualitas pendidikan. Pemberian beasiswa ditujukan untuk
mencukupi kebutuhan proses pembelajaran sesuai dengan yang
termuat dalam pedoman pemberian dan tujuan beasiswa.
Segala kebutuhan untuk memperlancar proses pembelajaran dapat
terpenuhi dengan adanya beasiswa yang berperan untuk membantu
pemerataan pendidikan dan memperlancar proses belajar dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan beasiswa adalah
untuk meringankan beban biaya pendidikan sehingga peserta didik dapat
memperoleh pendidikan yang layak tanpa harus terkendala oleh
mahalnya biaya pendidikan biaya pendidikan, dan dapat terus memacu
motivasi belajar peserta didik.
d. Pengertian motivasi
Motivasi menggambarkan suatu dorongan yang menggerakkan
manusia untuk bertindak dengan cara tertentu. Hal ini membuktikan
bahwa motivasi muncul karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan
menunjukkan adanya kekurangan yang dialami individu. Kekurangan
yang dapat bersifat fisiologis, psikologis, atau sosiologis. Kebutuhan
tersebut mendorong dan mengarahkan untuk mengurangi kekurangan
akan kebutuhan.
Motivasi juga merupakan cadangan energi dalam diri seseorang
yang nantinnya dapat digunakan dalam mewujudkan keinginannya.
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau
13
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan
pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya.
Memotivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya
dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan,
2006:141).
Menurut J.P. Chaplin (2000), motivasi adalah suatu variabel yang
ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor
tertentu didalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,
mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat
dan antusias mencapai hasil yang optimal. Perusahaan bukan hanya
mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi yang
terpenting setiap karyawan mau bekerja dengan giat dan berkeinginan
untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan
karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan jika karyawan tidak mau
bekerja giat.
Motivasi menurut Robbins (dalam Winardi, 2001:1) adalah
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam
memenuhi beberapa kebutuhan individual. Anorogo (2006:38) motivasi
adalah suatu model dalam menggerakkan dan mengarahkan seseorang
14
agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dalam mencapai
sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan dan tanggung jawab.
Mitchell dalam Winardi (2001:1) menyatakan motivasi mewakili
prosesproses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya,
dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang
diarahkan ke arah tujuan tertentu. Lebih lanjut Hodgetts dan Luthan
(dalam Usmara, 2006) mengemukakan motivasi sebagai proses
psikologis melalui keinginan yang belum terpuaskan, yang diarahkan ke
pencapaian tujuan.
Motivasi dapat berfungsi sebagai proses pemberian motif
(penggerak) kerja kepada karyawan sedemikian rupa sehingga mereka
mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Anorogo
(2001:34) memberikan pengertian motivasi adalah kebutuhan yang
mendorong perbuatan kearah suatu tujuan tertentu.
Motivasi menurut Edwin B. Flippo (dalam Hasibuan, 2006:143)
motivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan
organisasi agar mampu bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para
karyawan dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.
Sedangkan menurut Hamalik (1995) menyatakan bahwa motivasi
merupakan suatu proses tingkah laku yang diamati dan meramalkan
tingkah laku orang lain, serta menentukan karakteristik proses
berdasarkan petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut
15
dapat dipercaya apabila tampak kegunaanya untuk meramalkan dan
menjelaskan tingkah laku lainnya.
Jadi Motivasi dapat disimpulkan: (1) Sebagai suatu kondisi yang
menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. (2) Sebagai suatu
keahlian dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja
secara berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan
sekaligus tercapai. (3) Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku.
Pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku. (4)
Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. (5) Sebagai
kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
H. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Metode adalah pendekatan yang digunakan dalam rangka
mengadakan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi atau diteliti.
Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahli yang mengatakan bahwa
“Metode adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2008 : 1). Metode eksperimen adalah
suatu pendekatan dimana situasi atau gejala dibuat dengan sengaja
ditimbulkan” (Suharsimi Arikunto, 2002 : 12).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif sebagai pendekatan dalam mengumpulkan data. Metode
16
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivise, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci,pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Analisis kualitatif adalah analisa data dengan menggunakan
analisis deskriptif non statistic melalui penjelasan kata-kata yang
akhirnya dapat di tarik suatu kesimpulan. Secara garis besar langkah-
langkah dalam menganalisis data yaitu persiapan, tabulasi atau
perumusan data dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
(Suharsimi Arikunto, 1998:240).
Dalam menganalisis data yang bersifat kualitatif ini, maka
menggunakan pola berpikir deskriptif analisis induktif. Induktif yaitu
cara berfikir yang berangkat dari faktor-faktor khusus, peristiwa yang
konkrit, kemudian dari faktor dan peristiwa konkrit itu ditarik
generalisasi yang mempunyai sifat umum (Sutrisno Hadi, 2000:42).
Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Penelaahan seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu
wawancara, pengamatan, dokumentasi, gambar, foto dan lain
sebagainya.
17
b. Mereduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi yang
merupakan usaha membuat rangkuman inti.
c. Penyusunan dalam satuan-satuan, pertama satuan itu harus mengarah
pada satu pengertian atau tindakan yang diperlukan peneliti, dan
kedua satuan-satuan itu harus dapat disatukan.
d. Kategori, yaitu penyusunan kategori yang dalam hal ini salah satu
tumpukan dan seperangkat tumpukan yang telah disusun atas dasar
pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu.
e. Pemeriksaan keabsahan data, yaitu pemeriksaan data yang di dapat
secara keseluruhan untuk memastikan apakah sudah valid atau masih
ada yang dilakukan pengulangan atau revisi. (Lexi J. Moleong,
2001:190-193)
Sedangkan proses analisis data dilakukan setelah data yang
diperoleh sudah final artinya tidak lagi melakukan wawancara atau
observasi untuk mencari informasi. Analisis data dilakukan untuk
menemukan makna setiap data atau informasi kemudian ditafsirkan
dengan akal sehat (common sense) lantas di pilah-pilah kemudian
dibandingkan satu dengan yang lain. Apabila data-data yang ada sudah
dapat di pahami, maka dapat dilakukan usaha pencarian kekeliruan atau
kekurangan yang utama untuk kemudian diselesaikan, untuk menemukan
konsep-konsep pemecahan masalah dari sudut pandang sumber data itu.
(Hadari Nawawi dan H.Mimi, 1966:189-191)
18
2. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
1996:108). Sedangkan populasi menurut Sutrisno Hadi (1990:53)
adalah keseluruhan wilayah individu, obyek atau peristiwa untuk
digeneralisasikan. Dan menurut Sri ningsih (1983:87) populasi adalah
sejumlah individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama.
Beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa populasi adalah seluruh individu atau obyek penelitian yang di
dalamnya terdapat satu atau lebih sifat yang sama, yang merupakan
daerah untuk digeneralisasikan dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik dan Pendidik
SMP Negeri 3 Tanjung. Jumlah Pendidik SMPN 3 Tanjung 30 orang
dan jumlah peserta didik 280 dengan jumlah keseluruhan 310 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Hadi, 1990:57). Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (1998:117) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah sebagian dari jumlah populasi yang mewakili untuk di teliti baik
dari peserta didik dan unsur Pendidik SMPN 3 Tanjung. Dari unsur
Pendidik SMPN 3 Tanjung diambil 50% dari anggota sampel, yaitu 15
19
orang dari 30. Sedangkan dari unsur peserta didik diambil 20% dari
jumlah sampel, yaitu 56 orang dari 280, (Arikunto, 1998:120).
3. Data penelitian
a. Jenis dan sumber data
Penulisan proposal ini berupa penelitian lapangan, yaitu
penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa
kata-kata atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati. (Robert B
dan Steven J. yang dikutip Leay Moloeng, 1993 : 3).
Dalam penelitan kualitatif, analisa data dilakukan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam
analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data, melakukan perhitungan untuk merumuskan masalah,
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan.
b. Tekhnik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting
dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya.
Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan
cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif.
20
Suharsimi Arikunto (2002 : 136) menjelaskan bahwa metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Di dalam metode penelitian
kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3).
dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion).
Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu
ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh
setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut
dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus
masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang
memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya
dilakukan, dst. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi
yang diperoleh.
1) Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti
dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi
informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap
muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya
wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi
21
atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya.
Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil
wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah
diperoleh sebelumnya.
Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang
harus dilalui, yakni; 1) mengenalkan diri, 2) menjelaskan maksud
kedatangan, 3) menjelaskan materi wawancara, dan 4) mengajukan
pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang
komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan
pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat
sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan
tidak tegang, 2). cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan
informan, 3). mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke
yang serius, 4). bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5).
tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). tidak
menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7). tidak bersifat
mengpendidiki terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal
yang membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya
dilakukan secara sendiri, 10) ucapkan terima kasih setelah
22
wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada
informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1).
wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti
menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung
dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa
pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga
suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali; 2). wawancara terarah
(guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan
hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan
wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan,
yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan
yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau
peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan
daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa
kaku.
Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas
atau kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa
mengajukan pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain kurang
jelas, ditemui pula informan menjawab “tidak tahu”. Menurut
Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika terjadi
jawaban “tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak
23
lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu”
mengandung beberapa arti, yaitu:
a) informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga
untuk menghindari jawaban “tidak mengerti", dia menjawab
“tidak tahu”.
b) informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi
karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
c) pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi
informan, sehingga jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih aman
d) informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan
yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu" merupakan
jawaban sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang
perlu dipertimbangkan oleh peneliti.
2) Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian
kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman,
pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas,
kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh
24
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk
observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak
terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut penjelasannya:
a) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana
peneliti terlibat dalam keseharian informan.
b) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan
tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan
yang terjadi di lapangan.
c) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat
menjadi objek penelitian.
3) Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan
harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan
sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk
menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu
25
memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen
tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
4) Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi
terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna
sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari
diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya,
sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai
rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk
menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka
dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti.
Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan
diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.
4. Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian
(Yatim, 1996:11) Variabel dalam hal ini diartikan sebagai segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pengamatan peneliti (Rahman, 1998 : 52). Sering
pula diartikan bahwa variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut
Arikunto (1999 : 97) variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian beasiswa di SMPN
3 Tanjung tahun pelajaran 2012/2013.
26
b. Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar peserta didik
yang mendapatkan beasiswa di SMPN 3 Tanjung tahun pelajaran
2012/2013.
5. Analisis data
Analisis Data Kualitatif adalah proses kegiatan yang meliputi
mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan mensintesiskan data
selanjutnya memaknai setiap kategori data, mencari dan menemukan pola,
hubungan-hubungan dan memaparkan temuan-temuan dalam bentuk
deskripsi naratif, bagan, flow chart, matriks maupun gambar-gambar yang
bisa dimengerti dan pahami oleh orang lain.
Dalam penelitian kualitatif teknis analisis data yang digunakan belum
ada pola yang jelas sehingga belum ada panduan yang pasti. Hal ini
memungkinkan peneliti untuk menganalisis data berdasarkan tingkat
intelektual dan kreativitasnya sehingga membebaskan peneliti untuk
membentuk pola tersendiri yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,
menpendidiktkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan
mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus
atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut,
data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa
disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.
27
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti
mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang
sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu
pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di
dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena
memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian.
Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus,
sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan
karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya
tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih
bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini
diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan
konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data
kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai data dari masing-
masing variabel serta untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu
dilakukan analisis data.
a. Teknik Deskripsi Data
Data yang diperoleh dideskripsikan dengan menggunakan statistik
deskripstif, statistik deskriftif ini meliputi penentuan skor Maksimal ideal
(Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi).
Untuk menentukan harga Mi dan SDi adalah dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
28
Mi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal).
SDi = (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
(Wayan Nurkencana dan PPN. Sumartana, 1986 : 90).
Berdasarkan harga Mi dan SDi maka dibuat tabel konversi untuk
pengkategorian masing-masing variabel sebagai berikut :
Mi + SDi sampai Mi + 3 SDi = tinggi
Mi – 1 SDi sampai < Mi + 1 Sdi = sedang
Mi – 3 3 SDi sampai < Mi -1 SDi = rendah
(Wayan Nurkencana dan PPN. Sumartana, 1986 : 90).
b. Teknik Uji Persyaratan Analisis
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis statistik parametrik. Teknik ini dipilih didasarkan atas tujuan
tersebut, maka teknik yang paling tepat digunakan adalah teknik analisis
pragmentaris korelasi sederhana. Sesuai dengan teknik analisis yang dipilih
tentu saja diimbangi dengan persyaratan analisis yang harus dipenuhi. Maka
persyaratan analisis yang paling penting untuk dipenuhi adalah persyaratan
linieritas di samping uji normalitas data.
c. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah
data yang akan dianalisis dengan statistik berdistribusi normal atau tidak.
Untuk itu digunakan rumus chi-kuadrat sebagai berikut :
X2 =
29
Keterangan :
X2 = nilai chi-kuadrat
fo = frekuensi observasi
fh = frekuensi harapan
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 259)
Kriteria :
Data berdistribusi normal jika X2hitung < X2
tabel dan sebaliknya data yang
tidak berdistribusi normal jika X2hitung > X2
tabel pada taraf uji 95 %.
d. Uji Homogenitas Data
Untuk menguji homogenitas data dalam penelitian ini digunakan
untuk membuktikan homogenitas data dari beberapa sampel yang akan di
analisis dan dapat menguji dua atau lebih kelompok sampel.
Adapun rumus teknik uji Barlet tersebut adalah sebagai berikut :
X2 = Ln 10 { B - ∑ ( Ni – 1 ) log Si2 }
Keterangan :
Ln 10 = 2,3026 ( bentuk logaritma dari bilangan 10 )
B = Satuan Barlet
S = Standar deviasi total
Ni = Besaran ukuran sampel
Untuk B = (log S2) ∑ ( Ni – 1 )
Kriteria : “ Jika X2hitung > X2
tabel ( 1- ) (k-1), dimana ( 1- ) (k-1)
diperoleh dari daftar distribusi chi-kuadrat, maka data yang diperoleh
tidak homogen dan apabila X2hitung < X2
tabel , maka data yang diperoleh
tidak homogen pada taraf signifikansi 5 % atau taraf kebenaran 95%.
30
6. Pengujian hipotesis
Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
“Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari
suatu penelitian” (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16).
Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih perlu diuji
kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai
dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha)Ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pemberian beasiswa terhadap
motivasi belajar peserta didik di SMPN 3 Tanjung tahun pelajaran 2012/2013
(Ho)
Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pemberian beasiswa
terhadap motivasi belajar peserta didik di SMPN 3 Tanjung tahun pelajaran
2012/2013
Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik uji-t (t-tes).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan
signifikan tentang pemberian pemberian beasiswa dengan yang tidak
mendapatkan Beasiswa pada peserta didik di SMPN 3 Tanjung
31
Dengan keterangan:= Rata-rata sampel= Dugaan rata-rata populasi= Rata-rata populasi 1= Rata-rata populasi 2= Simpangan baku populasi
= Jumlah sampel= Varians populasi
= Simpangan baku sampelE.L.; Romano, Joseph P. (2005).
1. Tolak Ho, apabila t hitung > t table pada taraf uji 95 % dan
derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung < t table
maka Ho diterima pada taraf uji yang sama.
2. Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan
dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
I. Jadwal kegiatan penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari Bulan
Juli 2012 sampai dengan Bulan September 2012 dan tempat melakukan
penelitian ini yaitu di SMPN 3 Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat.
NO KEGIATAN
BULANJuli2012
Agustus2012
September2012
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Persiapan2 Penyusunan Proposal3 Konsultasi Proposal4 Perizinan5 Penyusunan Skripsi6 Konsultasi Skripsi
32
7 Seminar
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi
V). Jakarta : Rineka Cipta
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed
Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications
Definisi Beasiswa, Arti kata: Beasiswa. (online) (www.artikata.com/arti-320966-
beasiswa.php, di akses 7 September 2012)
Depdiknas. 2003. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Penyelenggaraan Pendidikan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar
dan Menengah (Keputusan Menteri Nomor 053/V/2001 Tanggal 19
April 2001. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Dirjen Manajemen
Dikdasmen Direktorat Pembinaan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama.
E.L.; Romano, Joseph P. (2005). Testing Statistical Hypotheses (edisi ke-3E).
New York: Springer
Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya..
33
Mulyana, Dedy. 2004. Metoologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas.
Pengertian beasiswa, definisi, fungsi manfaat dan tujuan beasiswa (0nline)
(http://www.anneahira.com, diakses 7 september 2012).
Siagian P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka
Cipta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3S
Sobry Sutikno, Jurnal Peran Pendidik Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar
Siswa, Kamis, 11 September 2007. www.depdiknas.go.id
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Sukmadinata, Syaodih Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Suparlan, 2007.Jurnal Dimensi Mutu Pendidikan, www.depdiknas.go.id
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas. (online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Beasiswa, di akses 7 september 2012).
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
34
35