efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing …digilib.unila.ac.id/57246/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Bintang
Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019)
(Skripsi)
Oleh
AGNIS PINASTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Bintang
Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
AGNIS PINASTI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas model pem-
belajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masa-
lah matematis siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1
Tanjung Bintang semester genap tahun pelajaran 2018/2019 yang terdistribusi
dalam tujuh kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VII B yang
dipilih dengan teknik cluster random sampling. Desain yang digunakan adalah
the randomized pretest-posttest control group design. Data penelitian diperoleh
melalui tes uraian pada materi perbandingan. Analisis data penelitian ini menggu-
nakan uji mann-withney u dan uji proporsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak lebih dari siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional, namun proporsi siswa yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematis terkategori baik pada kelas yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa.
Kata kunci: efektivitas, inkuiri terbimbing, pemecahan masalah matematis
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Bintang
Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
AGNIS PINASTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 6 Mei 1997. Penulis adalah anak
bungsu dari pasangan Bapak Amin Rivai, B.Sc. (Alm) dan Ibu Ummi Hidayati,
S.Pd., memiliki tiga orang kakak bernama Fariz Fathoni Hakka, Titis Pangesti,
dan Idqo Sukhamdhani Adam.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Tridharma Jatibaru
pada tahun 2003, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Jatibaru pada tahun 2009,
pendidikan menengah pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun
2012, dan pendidikan menengah atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada
tahun 2015. Melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN) pada tahun 2015, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
di Desa Pampangan, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus dan
menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Cukuh Balak,
Kabupaten Tanggamus tahun 2018.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kampus diantaranya
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) pada tahun 2015 sampai
2017 dan Forum Keluarga Besar Mahasiswa Pendidikan Matematika (Medfu)
pada tahun 2015 sampai 2019.
Moto
“Kerjakan dengan Ikhlas dan Selalu Bahagia”
Persembahan
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala, Dzat Yang Maha Sempurna.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah
Rasulullah Muhammad Shallallahu ’alaihi wassalam.
Ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku kepada:
Papaku tercinta Alm. Amin Rivai dan Mamaku tercinta Ummi Hidayati, yang
membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang, yang memberi semangat,
dan selalu mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan putrinya sehingga
putrinya ini yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik
untuk hamba-Nya.
Kakak-kakakku (Mas Ais, Kak Lia, Mbak Titis, Bang Aris, Mas Adam, dan Mbak
Ade) dan keponakan-keponakanku (Adel, Athar, Barra, dan Sakha), yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat, saran, dan hiburan di kala penat.
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat yang selalu ada dalam suka maupun duka, memberikan semangat
dan doa. Terima kasih untuk selalu ada dan melukiskan bahagia.
Almamater Universitas Lampung tercinta.
ii
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah di muka bumi ini, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Bintang Semester Genap Tahun Pelajaran
2018/2019)” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tulus ikhlas kepada:
1. Papaku tercinta (Alm. Amin Rivai) yang tak sempat melihat setiap
kelulusanku dan Mamaku terkasih (Ummi Hidayati) yang selalu ada untuk
mendoakan, memberi dukungan, motivasi, yang selalu mengingatkan untuk
selalu beribadah serta yang menjadi semangatku untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
iii
2. Kakak-kakakku Mas Ais, Kak Lia, Mbak Titis, Abang Aris, Mas Adam, dan
Mbak Ade yang selalu mendukung dan memotivasi untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
3. Keponakanku Adel, Athar, Barra, dan Sakha yang selalu ada untuk
menghibur di sela-sela mengerjakan skripsi.
4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing, memberikan perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan
saran yang membangun selama penulis menempuh pendidikan di Unila dan
dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
5. Bapak Agung Putra Wijaya, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
sumbangan pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran
yang membangun kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini selesai dan menjadi lebih baik.
6. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis
sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
7. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Unila yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Unila beserta jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
iv
9. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta jajaran dan staf yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unila yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
11. Bapak Drs. Siswo Maruto Adi, selaku Guru Mitra yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
12. Ibu Dra. Mariani, M.Pd.I., selaku Kepala SMP Negeri 1 Tanjung Bintang
beserta wakil kepala sekolah, dewan guru, dan karyawan yang telah memberi
kemudahan selama penelitian.
13. Siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Bintang semester genap tahun
pelajaran 2018/2019, khususnya siswa kelas VII A dan VII B yang telah
bekerja sama dan memberikan pengalaman berharga selama penelitian.
14. Lia Putri Novita Sari, teman sekamar yang selalu menemani, menyemangati,
dan memberi bantuan untuk penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
15. Amelia Kesumawati yang telah menemani peneliti selama perkuliahan sejak
menjadi mahasiswa baru.
16. Sahabat-sahabatku sekaligus suhu-suhuku di Generasi Muda yang kalau gak
drama gak asik Amelia Kesumawati, Lulu Sekardini, Kartika Kurniawati,
Yulia Pratiwi, Lia Putri Novita Sari, dan Ridwan Saputra yang selama ini
menyemangati, memberikan hiburan yang super receh, mengajariku
mengerjakan skripsi, dan memotivasi di kala sedang putus asa dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
v
17. Teman-teman seperjuangan, GEOMED 2015 atas kebersamaannya selama ini
dalam menuntut ilmu serta semua bantuan yang telah diberikan. Semoga
kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.
18. Kakak tingkatku angkatan 2013 dan 2014 serta adik tingkatku angkatan 2016,
2017, dan 2018 atas kebersamaanya.
19. Teman sekaligus keluarga selama 40 hari: Besta, Dina, Linda, Ratna, Nanda,
Selvi, Galih, Dendi, dan Devan, yang telah menemani dalam suka duka,
memberikan kenangan tak terlupakan, memberikan pengalaman baru, dan
bersama menghadapi kerasnya kehidupan KKN dan PPL (tangkil, jengkol,
dan naik turun bukit).
20. Teman-teman kosan Tia, Mbak Liza, Mbak Aya, Mbak Lulu, Arlin, Della,
Fifi, Cynthia, dan Yana yang selama ini telah mewarnai hari-hari di kosan.
21. Pak Liyanto, Pak Mariman, dan Mbak Elin atas bantuan dan perhatiannya
selama ini.
22. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 23 Mei 2019Penulis
Agnis Pinasti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iix
I.III. PENDAHULUAN ............................................................................ 01A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 01B. Rumusan Masalah......................................................................... 07C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 07D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 07
II.II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 09A. Kajian Teori .................................................................................. 09B. Definisi Operasional ..................................................................... 20C. Kerangka Pikir .............................................................................. 21D. Anggapan Dasar............................................................................ 24E. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 24
III.I METODE PENELITIAN................................................................ 26A. Populasi dan Sampel ..................................................................... 26B. Desain Penelitian .......................................................................... 26C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian................................................... 27D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 29E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 30F. Teknik Analisis Data..................................................................... 35
IV.I. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 45A. Hasil Penelitian ............................................................................. 45B. Pembahasan................................................................................... 50
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 58A. Simpulan ....................................................................................... 58B. Saran ............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 59
LAMPIRAN............................................................................................... 63
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing............................ 12
2.2 Tahapan Pembelajaran Konvensional................................................ 15
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 27
3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .. 30
3.3 Interpretasi Koefisien Reliabilitas...................................................... 32
3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda..................................................... 33
3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran.......................................................... 34
3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes............................................................ 35
3.7 Hasil Uji Normalitas Data Awal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis........................................................................................... 36
3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Awal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis .......................................................................................... 37
3.9 Hasil Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis........................................................................................... 40
3.10 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa yangMengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ....................... 44
4.1 Data Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ................. 45
4.2 Data Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis................. 46
4.3 Data Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .................. 47
4.4 Hasil Uji Hipotesis Pertama............................................................... 48
4.5 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Hasil Pekerjaan Siswa Pertama.......................................................... 5
1.2 Hasil Pekerjaan Siswa Kedua ............................................................ 5
1.3 Hasil Pekerjaan Siswa Ketiga ............................................................ 6
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN ....................................................... 063
A.1 Silabus Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing............................ 063
A.2 Silabus Pembelajaran Konvensional................................................ 069
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model InkuiriTerbimbing....................................................................................... 075
A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional .............. 095
A.5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) .............................................. 115
B. PERANGKAT TES................................................................................. 151
B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis......................................................................................... 151
B.2 Soal Pretest-Posttest ........................................................................ 153
B.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa dan Kunci Jawaban.............................................. 155
B.4 Validitas Isi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis......................................................................................... 162
C. ANALISIS DATA.................................................................................... 164
C.1 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis......................................................................................... 164
C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal TesKemampuan Pemecahan Masalah Matematis ................................. 166
C.3 Skor Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis............. 169
x
C.4 Uji Normalitas Data Awal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing....................................................................................... 173
C.5 Uji Normalitas Data Awal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional...... 175
C.6 Uji Homogenitas Data Awal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa .............................................................................. 177
C.7 Uji Perbedaan Data Awal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa .............................................................................. 179
C.8 Data Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswayang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .............. 182
C.9 Data Gain Kemampuan Pemecahan Masalah MatematisSiswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional........................ 183
C.10 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing....................................................................................... 184
C.11 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional...... 186
C.12 Peringkat Peningkatan Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa .............................................................................. 188
C.13 Uji Hipotesis Pertama Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa .............................................................................. 190
C.14 Skor Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ........... 193
C.15 Uji Normalitas Data Akhir Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing....................................................................................... 197
C.16 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswayang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .............. 199
C.17 Uji Hipotesis Kedua Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa ............................................................................. 201
C.18 Pencapaian Awal Indikator Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa .............................................................................. 203
xi
C.19 Pencapaian Akhir Indikator Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa .............................................................................. 208
D. TABEL-TABEL STATISTIK................................................................ 213
D.1 Tabel Uji Liliefors............................................................................ 213
D.2 Tabel Distribusi z............................................................................. 214
D.3 Tabel Distribusi t.............................................................................. 215
E. LAIN-LAIN.............................................................................................. 216
E.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ................................................... 216
E.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Pendahuluan..... 217
E.3 Surat Izin Penelitian......................................................................... 218
E.4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .......................... 219
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu bangsa dikategorikan maju dapat diukur dari kualitas sumber daya
manusianya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2009: 6) bahwa
keberhasilan pembangunan suatu bangsa diukur melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Salah satu indikator penentuan kualitas SDM
adalah tingkat pendidikan. Pendidikan adalah sektor terpenting untuk
meningkatkan kualitas SDM. Hal ini sejalan dengan pendapat Suntoro (2009: 1)
bahwa pendidikan mempunyai peranan yang menentukan bagi perkembangan dan
perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara sebab
dari situlah akan tercipta SDM yang berkualitas.
Pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal. Hal ini
sesuai dengan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 yang menyatakan bahwa
jalur pendidikan terdiri dari pendikan formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah yang
memiliki jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan di sekolah dilakukan melalui
kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran. Mata pelajaran yang
diberikan di sekolah cukup banyak, mulai mata pelajaran wajib hingga mata
2
pelajaran tambahan. Dari beberapa mata pelajaran tersebut, mata pelajaran
matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Pernyataan tersebut
sejalan dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 37 bahwa salah satu pembelajaran yang wajib ada di kurikulum pendidikan
dasar dan menengah adalah pembelajaran matematika. Menurut Suherman dkk
(2003: 57), pembelajaran matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika. Oleh karena itu, pembelajaran
matematika menjadi salah satu pembelajaran yang sangat penting diberikan
kepada siswa.
Pembelajaran matematika di sekolah memiliki beberapa tujuan. Menurut
Wardhani (2008: 2), tujuan mata pelajaran matematika di sekolah adalah agar
siswa memahami konsep matematis, menggunakan penalaran, memecahkan
masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan. Dari rumusan tujuan pembelajaran matematika
tersebut, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu
kemampuan penting untuk dimiliki siswa pada kegiatan pembelajaran
matematika.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis tidak didukung oleh
penguasaan siswa Indonesia yang masih rendah. Hal ini diperoleh dari hasil studi
Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2015. Menurut
OECD (2016: 4), rata-rata skor prestasi matematika siswa Indonesia berdasarkan
studi PISA yaitu 386 yang berada pada posisi 62 dari 70 negara. Rata-rata skor
tersebut tergolong rendah dibandingkan dengan rata-rata skor yang ditetapkan
3
oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yaitu
490. Aspek pada matematika yang diukur dalam PISA yaitu kemampuan
pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning), dan
kemampuan komunikasi (communication).
Rendahnya rata-rata skor PISA siswa Indonesia dapat terjadi karena beberapa
penyebab. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Karimah dan Fuad
(2017: 30), penyebab rendahnya rata-rata skor PISA Indonesia yaitu siswa
melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal PISA. Kesalahan tersebut terjadi
karena siswa tidak mampu merencanakan solusi dan menentukan metode yang
akan digunakan untuk meyelesaikan soal, sehingga siswa tidak dapat melakukan
prosedur atau langkah-langkah yang tepat dalam menyelesaikan soal. Menurut
Nisa dan Rejeki (2017: 1), terdapat empat jenis kesalahan siswa Indonesia dalam
mengerjakan PISA yaitu kesalahan pemahaman sebesar 10,97%, kesalahan
transformasi sebesar 4,52%, kesalahan keterampilan memproses sebesar 40,56%,
dan kesalahan menuliskan jawaban akhir sebesar 63,87%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada keterampilan memproses dan menuliskan jawaban
akhir menjadi kesalahan yang dominan. Kedua aspek tersebut termasuk ke dalam
aspek kemampuan pemecahan masalah. Dengan demikian, rendahnya rata-rata
skor matematika siswa Indonesia karena kemampuan pemecahan masalah
matematis masih tergolong rendah.
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang masih belum berkembang
juga ditemukan pada siswa SMP Negeri 1 Tanjung Bintang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP
4
Negeri 1 Tanjung Bintang pada 2 Oktober 2018 diketahui bahwa kurikulum yang
digunakan adalah Kurikulum 2013 revisi namun belum dapat diterapkan dengan
baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada 4 Oktober 2018, proses pembelajaran
yang selama ini digunakan oleh guru adalah pembelajaran ekspositori yang dalam
penelitian ini disebut dengan pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran
matematika, guru cenderung menjelaskan materi dan contoh soal kemudian
meminta siswa untuk mengerjakan soal pada buku paket kemudian dibahas
bersama sehingga mengakibatkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.
Hal tersebut mengakibatkan saat mengerjakan soal latihan, siswa kesulitan
menyelesaikan soal-soal tersebut. Ini disebabkan karena siswa tidak mampu
menguraikan permasalahan atau idenya terhadap suatu masalah yang diberikan.
Setelah selesai mengerjakan soal siswa pun tidak melakukan pemeriksaan kembali
dari hasil yang telah didapat. Hal ini terlihat dari salah satu contoh latihan soal
yang dikerjakan siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Tanjung Bintang, yaitu
“Diketahui harga 1 kg buah apel dua kali harga 1 kg buah salak. Jika ibu membeli
2 kg buah apel dan 5 kg buah salak maka ibu harus membayar Rp135.000,00.
Jika seseorang membeli 3 kg buah apel dan 4 kg buah salak, berapakah ia harus
membayar?”
Berikut ini adalah beberapa contoh hasil pekerjaan siswa yang mengerjakan soal
tersebut. Terdapat beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah yang
belum dicapai oleh sebagian besar siswa dalam mengerjakan soal latihan yaitu
dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaian permasalahan,
menyelesaikan rencana penyelesaian, serta memeriksa kembali dan menarik
kesimpulan.
5
Gambar 1.1. Hasil Pekerjaan Siswa Pertama
Pada Gambar 1.1, siswa belum memahami masalah yang diberikan. Siswa tidak
menuliskan apa saja yang diketahui pada soal. Sebanyak 17,25% siswa melakukan
kesalahan seperti Gambar 1.1.
Gambar 1.2. Hasil Pekerjaan Siswa Kedua
Pada Gambar 1.2, siswa belum mampu merencanakan penyelesaian permasalahan.
Sebanyak 30,125% siswa melakukan kesalahan seperti Gambar 1.2.
6
Gambar 1.3. Hasil Pekerjaan Siswa Ketiga
Pada Gambar 1.3, siswa sudah benar dalam penggunaan rumus penyelesaian
sehingga jawaban yang diberikan benar. Namun, siswa tidak memeriksa kembali
pekerjaannya dan menyimpulkan jawaban dari penyelesaian yang dikerjakan.
Sebanyak 28,5% siswa menjawab seperti Gambar 1.3. Hasil latihan soal sebagian
besar siswa menunjukkan bahwa siswa belum menguasai indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis. Dengan demikian, dari hasil latihan soal terlihat
secara umum kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Tanjung Bintang masih tergolong rendah. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu model pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
Salah satu model pembelajaran yang diduga mampu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa adalah pembelajaran inkuiri terbimbing. Model
pembelajaran inkuiri terbimbing ini adalah salah satu model yang disarankan oleh
Kurikulum 2013 revisi. Model pembelajaran ini memberikan peluang kepada
siswa utuk menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan. Oleh karena
itu, dari penemuan tersebut siswa dapat menemukan pemecahan yang tepat untuk
permasalahan. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing
7
mempermudah siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis dari apa yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, model pembelajaran
inkuiri terbimbing dianggap dapat memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
Berdasarkan masalah-masalah pembelajaran yang telah diuraikan khususnya me-
ngenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mate-
matis siswa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan informasi dalam pendidikan matematika berkai-
tan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing serta hubungannya dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
8
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang salah satu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Selain itu, dapat menjadi bahan pertimbangan pada penelitian berikutnya yang
sejenis di masa yang akan datang.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri memiliki popularitas dalam penelitian internasional,
kurikulum pendidikan serta proses pembelajaran. Menurut Suryani (2012: 43),
inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta atau terlibat mencari
informasi, mengajukan pertanyaan dan melakukan penyelidikan. Sejalan dengan
itu, Pedaste dkk (2012: 82) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah proses
menemukan konsep baru, dengan siswa merumuskan hipotesis dan kemudian
mengujinya dengan melakukan eksperimen dan atau melakukan pengamatan.
Menurut Shoimin (2014: 85), model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki
pengalaman belajar dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan
masalah yang diajukan. Oleh karena itu, model pembelajaran inkuiri adalah
kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif mencari informasi,
mengajukan pertanyaan dan melakukan penyelidikan agar siswa dapat
menemukan sendiri konsep-konsep yang ada pada setiap pembelajaran.
Model pembelajaran inkuiri yang telah dibahas merupakan model pembelajaran
inkuiri yang masih bersifat umum. Menurut Fathurrohman (2015: 106), ada
10
beberapa macam model pembelajaran inkuiri lainnya yaitu, modified inquiry
(inkuiri modifikasi), free inquiry (inkuiri bebas), inquiry role approach, invitation
into inquiry, pictorial riddle, synectics lesson, value clarification dan guided
inquiry (inkuiri terbimbing).
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing karena
didasarkan oleh sampel yang belum pernah mengikuti model pembelajaran
inkuiri. Menurut Schalk dkk (2018: 35), dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
siswa terlibat secara aktif dan mandiri dalam membuat, menguji serta
mengevaluasi hipotesis. Guru berperan sebagai pemberi petunjuk yang meng-
arahkan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang disusun dalam lembar kerja
yang diberikan kepada siswa. Menurut Fathurrohman (2015: 106), pembelajaran
inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya
guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa saat
melakukan kegiatan-kegiatan. Selain itu, menurut Rismawati dkk (2017: 14)
model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran dimana
guru menyediakan bimbingan kepada siswa dengan memberikan pertanyaan awal
tentang konsep-konsep yang akan dipelajari dan mengarahkannya ke dalam suatu
topik diskusi. Oleh karena itu, siswa yang memiliki kemampuan rendah tetap
mampu mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan dan siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat menjadi
efektif jika mengikuti suatu tahapan. Langkah-langkah kegiatan model inkuiri
menurut Sanjaya (2009: 200) sebagai berikut.
11
a. Orientasi
Pada tahap ini, guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Guru mengkondisikan siswa agar siap melaku-
kan proses pembelajaran.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoa-
lan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran dengan model
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
12
Adapun tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto,
2014: 83) diinterpretasikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa1. Mengajukan
pertanyaanataupermasalahan
Guru menyajikan masalah danmembimbing siswamengidentifikasi masalah.
Siswa mendapatpermasalahan danmengidentifikasimasalah tersebut.
2. Merumuskanhipotesis
Guru memberikan kesempatanpada siswa untuk curah pendapatdalam membuat hipotesis. Gurumembimbing siswa dalammenentukan hipotesis yangrelevan dengan permasalahan danmemprioritaskan hipotesis manayang menjadi prioritaspenyelidikan.
Siswa memberikanpendapat danmenentukan hipotesisyang relevan denganpermasalahan.
3. Mengumpul-kan data
Guru membimbing siswamendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupuntelaah literatur.
Siswa melakukanpercobaan maupuntelaah literatur untukmendapatkan data-dataatau informasi.
4. Menganalisisdata
Guru memberi kesempatan padatiap kelompok untukmenyampaikan hasil pengolahandata yang terkumpul
Siswa mengumpulkandan menganalisis dataserta menyampaikanhasil pengolahan datayang terkumpul.
5. Membuatkesimpulan
Guru membimbing siswa dalammembuat kesimpulan
Siswa membuatkesimpulan
Dikutip dari Gulo (Trianto, 2014: 83)
Berdasarkan Tabel 2.1, tahapan yang dilakukan dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pada tahap pertama, guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah yang
terdapat pada LKPD yang diberikan. Melalui LKPD, siswa dapat mengembang-
kan potensinya untuk dapat memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. Tahap
kedua, siswa dituntut untuk dapat mencurahkan pendapatnya dalam bentuk
13
hipotesis dengan bimbingan guru. Tahap selanjutnya, siswa mengumpulkan data
yang diperlukan dari sumber yang telah disediakan. Tahap keempat, siswa
menguji hipotesis dan menganalisis data yang telah diperoleh serta menyampaikan
hasil diskusinya dengan presentasi. Tahap akhir, guru membimbing siswa
membuat kesimpulan dari hasil diskusinya.
Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah sampai
membuat kesimpulan dengan bimbingan guru melalui eksperimen dan observasi.
Selanjutnya pada penelitian ini, tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang
digunakan adalah tahapan milik Gulo, yaitu 1) mengajukan pertanyaan atau
permasalahan, 2) merumuskan hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4) menganalisis
data, dan 5) membuat kesimpulan.
2. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih menggunakan cara
lama dengan guru sebagai pusat pembelajaran. Menurut Alwi (2007: 576),
konvensional adalah tradisonal, tradisional dapat diartikan sebagai sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun menurun. Oleh karena itu, pembelajaran
konvensional dapat dikatakan sebagai pembelajaran tradisional. Sejalan dengan
itu, Djamarah dan Zain (2014: 97) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional
adalah pembelajaran tradisional dimana guru lebih banyak menerapkan ceramah.
Pembelajaran ini telah dilakukan sejak dulu sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran. Pada pembelajaran ini,
14
siswa akan mudah bosan dan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru
mudah dilupakan. Guru selalu menguasai jalannya kegiatan pembelajaran. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi pasif saat kegiatan pembelajaran. Menurut
Khoirullah dkk (2016: 6), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang
sudah biasa dilakukan oleh guru di kelas, pembelajaran berlangsung terpusat pada
guru sebagai pusat informasi, dan siswa hanya menerima materi secara pasif.
Selain itu, Hamiyah dan Jauhar (2014: 168) mengungkapkan pembelajaran
konvensional berpusat pada guru dan hampir seluruh kegiatan pembelajaran
dikendalikan penuh oleh guru. Guru menjelaskan semua materi pada siswa.
Siswa mencatat hal-hal penting dan bertanya jika ada yang belum dipahami. Pada
pembelajaran ini, siswa sebagai objek belajar atau hanya sebagai pendengar dan
penerima informasi secara pasif. Dengan demikian, pembelajaran konvensional
adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dengan guru sebagai pusat
pembelajaran (teacher centered) dan siswa hanya sebagai penerima informasi
secara pasif.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini berupa pembela-
jaran ekspositori yang didominasi oleh guru sebagai sumber tunggal. Guru tidak
hanya memberikan materi tetapi juga memberikan contoh soal dan latihan soal
kepada siswa. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dan mencatat hal-hal
penting dari materi yang diberikan oleh guru. Siswa dapat bertanya jika kurang
paham dan dapat mengerjakan latihan soal secara individu atau berdiskusi dengan
kelompok. Adapun tahapan pembelajaran konvensional menurut Kardi dan Nur
(Mudhofir dan Rusydiyah, 2016: 4) disajikan pada Tabel 2.2.
15
Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Konvensional
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa1. Menyampikan
tujuan danmempersiap-kan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembe-lajaran, informasi latar belakang,pentingnya pelajaran,mempersiapkan siswa untuk belajar.
Siswa mendengarkan danmelakukan persiapan.
2. Mendemons-trasikanpengetahuandanketerampilan.
Guru mendemonstrasikanketerampilan dengan benar, ataumenyajikan informasi tahap demitahap.
Siswa mendengarkan.
3. Membimbingpelatihan
Guru merencanakan dan memberikanbimbingan pelatihan awal.
Siswa mengajukanpertanyaan.
4. Mengecekpemahaman danmemberikanumpan balik
Mengecek apakah siswa telahberhasil melakukan tugas denganbaik, memberi umpan balik.
Siswa menjawabpertanyaan-pertanyaandari guru.
5. Memberikankesempatanuntuk pelatihanlanjutan danpenerapan
Guru mempersiapkan kesempatanmelakukan pelatihan lanjutan,dengan perhatian khusus padapenerapan kepada situasi lebihkompleks dari kehidupan sehari-hari.
Siswa menerima tugasdari guru untuk pertemuanselanjutnya
Dikutip dari Kardi dan Nur (Mudhofir dan Rusydiyah, 2016: 4)
Berdasarkan Tabel 2.2, langkah-langkah yang dilakukan dapat dijabarkan sebagai
berikut. Pada tahap pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mem-
persiapkan siswa untuk belajar. Tahap kedua, siswa memperhatikan penjelasan
yang disampaikan guru mengenai materi yang diberikan. Siswa dapat bertanya
kepada guru apabila ada yang belum dipahami dari penjelasan materi yang
diberikan, serta mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Tahap ketiga,
siswa secara mandiri mengerjakan contoh soal untuk melatih pengetahuan awal
yang telah dimiliki. Tahap keempat, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa sebagai umpan balik. Tahap akhir, guru memberikan tugas kepada
siswa mengenai materi yang telah dipelajari.
16
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Dalam menyelesaikan persoalan matematis diperlukan kemampuan berpikir ting-
kat tinggi. Kemampuan tersebut salah satunya adalah kemampuan pemecahan ma-
salah. Menurut Effendi (2012: 3), kemampuan pemecahan masalah matematis
adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk melatih agar terbiasa menghadapi
berbagai permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang
studi lain ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks.
Menurut Robert L Solso (Mawaddah dan Anisah, 2015: 167), pemecahan masalah
adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi
atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kemampuan pemecahan
masalah matematis berarti kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat melatih
siswa untuk menyelesaikan masalah matematis.
Masalah matematis yang terdapat pada soal matematika memiliki ciri pemecahan
masalah. Menurut Ruseffendi (2005: 336), ciri dari soal atau tugas dalam bentuk
memecahkan masalah adalah ada tantangan dalam materi penugasan dan masalah
tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur yang sudah diketahui oleh
penjawab atau pemecah masalah. Menurut Suherman dkk (2003: 92), suatu masa-
lah memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya
akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dilakukan untuk menyele-
saikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang siswa dan siswa tersebut
langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
17
Agar suatu soal dapat dikatakan sebagai masalah maka harus memiliki syarat.
Menurut Suyitno (2006: 5), suatu soal dikatakan sebagai masalah bagi siswa jika
memenuhi beberapa syarat yaitu, siswa memiliki pengetahuan awal untuk
mengerjakan soal tersebut, diperkirakan siswa mampu mengerjakan soal tersebut,
siswa belum tahu algoritma atau cara menyelesaikan soal tersebut, serta siswa
mau dan berkehendak menyelesaikan soal tersebut. Setelah soal dapat dikatakan
sebagai masalah, soal tersebut dapat diberikan kepada siswa agar siswa dapat
memecahkannya.
Memecahkan masalah dapat dilakukan dengan mudah jika telah mengetahui
langkah-langkahnya. Polya (Suherman, 2003: 91) menjelaskan empat langkah
yang harus dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu, (1) memahami masalah,
pada aspek ini yang harus dicantumkan siswa meliputi apa yang diketahui dan apa
yang ditanya, (2) merencanakan penyelesaian permasalahan, aspek yang harus
dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi urutan langkah penyelesaian dan
mengarahkan pada jawaban yang benar, (3) menyelesaikan rencana penyelesaian,
aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi pelaksanaan cara
yang telah dibuat dan kebenaran langkah yang sesuai dengan cara yang dibuat,
dan (4) memeriksa kembali dan menarik kesimpulan. Aspek yang harus
dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi penyimpulan jawaban yang
diperoleh dengan benar atau memeriksa jawaban yang tepat. Ketika langkah-
langkah tersebut dilaksanakan maka akan mudah memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan pemecahan masalah dapat diartikan
sebagai kemampuan yang menunjukkan proses berpikir yang terarah secara
18
sistematis dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematis untuk
menghasilkan gagasan, ide dengan cara memahami masalah, merencanakan
penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah dan melakukan pengecekan
kembali terhadap jawaban yang didapatkan.
4. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas memiliki kata dasar efektif yang merupakan kata serapan dari bahasa
inggris yaitu effective. Menurut Alwi (2007), efektif berarti ada efeknya (akibat-
nya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab (tentang obat), dapat memba-
wa hasil dan berhasil guna (tentang usaha, tindakan) serta mulai berlaku (tentang
undang-undang, peraturan). Sementara, menurut Siagian (2001: 24) efektivitas
adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu
yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang
atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Menurut Arikunto (2006: 51), efektivitas
adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan. Sesuai dengan
pendapat Adisasmita (2011: 170), efektivitas adalah suatu keadaan dimana tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil memuaskan. Berdasarkan pendapat
tersebut, efektivitas adalah tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang diukur
dengan konsep yang telah ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas dalam penelitian ini berhubungan dengan pembelajaran. Menurut
Trianto (2014: 19), pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang
guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharap-
kan. Sejalan dengan itu, Fathurrohman (2015:16) menyatakan bahwa pembelaja-
ran adalah proses interaksi siswa dengan guru, dimana guru membantu siswa agar
19
dapat belajar dengan baik. Dengan demikian, pembelajaran adalah proses mem-
bantu siswa untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan kepada siswa
agar belajar dengan baik.
Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pem-
belajaran. Menurut Saefuddin dan Berdiati (2014: 34), pembelajaran efektif ada-
lah apabila tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan berhasil diterapkan dalam
pembelajaran. Pembelajaran efektif dapat tercapai jika dapat memberikan penga-
laman baru, membentuk kompetensi dan mengantarkan siswa ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal. Menurut Haryoko (2009: 3), efektivitas pembelajaran se-
cara konseptual dapat diartikan sebagai perlakuan dalam proses pembelajaran
yang memiliki ciri-ciri suasana yang dapat berpengaruh, atau hal yang berkesan
terhadap penampilan dan keberhasilan usaha atau tindakan yang berpengaruh ter-
hadap hasil belajar siswa. Depdiknas (2009: 4) menyatakan bahwa kriteria keber-
hasilan pembelajaran salah satunya ialah siswa menyelesaikan serangkaian tes,
baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes keterampilan yang mencapai tingkat ke-
berhasilan rata-rata 60%. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif jika
tujuan pembelajaran dapat tercapai dan memiliki kriteria-kriteria keberhasilan
dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan
dari suatu proses interaksi antar siswa dan siswa dengan guru dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada penelitian ini, model
pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan peme-
cahan masalah matematis apabila peningkatan kemampuan pemecahan masalah
20
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
tinggi dari yang mengikuti pembelajaran konvensional dan proporsi siswa yang
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis terkategori baik lebih dari
60% dari jumlah siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing.
B. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada kemampuan siswa dalam memperoleh informasi dengan cara
bereksperimen dan melakukan observasi untuk dapat memecahkan suatu
permasalahan. Dalam pelaksanaannya, guru ikut membimbing dalam kegiatan-
kegiatan tersebut. Tahapan pembelajaran ini yaitu mengajukan pertanyaan atau
permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
dan membuat kesimpulan.
2. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan
oleh guru dengan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered) dan
siswa hanya sebagai penerima informasi secara pasif. Pembelajaran konvensio-
nal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran ekspositori. Lang-
kah pembelajaran ini yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan,
mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, serta memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
21
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan yang me-
nunjukkan proses berpikir yang terarah secara sistematis dalam menyelesaikan
suatu permasalahan matematis untuk menghasilkan gagasan, ide dengan cara
memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan ma-
salah dan melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban yang didapatkan.
4. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses in-
teraksi antar siswa dengan guru dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Pada penelitian ini, model pembelajaran inkui-
ri terbimbing dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
matematis apabila (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional dan (2) proporsi siswa yang memiliki
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terkategori baik lebih dari
60% dari jumlah siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing.
C. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terdiri dari satu
variabel bebas dan satu variabel terikat. Model pembelajaran merupakan variabel
bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah
matematis.
22
Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan pe-
mecahan masalah matematis siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Pada model ini, siswa diharuskan menemukan informasi berupa ilmu pengetahuan
baru yang didapat dari eksperimen dan observasi. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing juga dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan mengikuti tahapan yang digunakan pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
Tahap pertama pada pembelajaran inkuiri terbimbing adalah mengajukan perta-
nyaan atau permasalahan. Pada tahap ini, siswa diberikan persoalan yang berkait-
an dengan fenomena sehari-hari yang berisi uraian suatu permasalahan yang
disajikan di dalam LKPD. Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah
yang terdapat pada LKPD. Pada tahap ini, siswa diminta memahami masalah
yang diberikan. Siswa dituntut untuk menentukan apa yang diketahui, ditanya,
syarat-syarat yang dapat dipenuhi dan menyatakan kembali masalah asli dalam
bentuk yang lebih operasional. Pengalaman belajar ini dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam melihat suatu permasalahan dan merumuskan masalah
Tahap kedua pada pembelajaran inkuiri terbimbing adalah merumuskan hipotesis.
Pada tahap ini, siswa merumuskan hipotesis berdasarkan permasalahan relevan
yang diberikan dengan bantuan guru. Siswa kembali memahami masalah dengan
memperhatikan syarat-syarat pada tahap pertama yang diberikan untuk merumus-
kan hipotesis. Pengalaman belajar ini dapat mengembangkan kemampuan siswa
dalam memahami masalah.
23
Tahap ketiga pada pembelajaran inkuiri terbimbing adalah mengumpulkan data.
Guru membimbing siswa mencari sumber-sumber lain untuk mendapatkan
informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah. Selain itu, siswa dapat
merencanakan penyelesaian dengan menyusun strategi yang dapat dipakai untuk
memecahkan masalah. Siswa akan mendiskusikan informasi atau data-data serta
strategi yang telah disusun dalam kelompoknya. Pengalaman belajar ini dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam merencanakan penyelesaian.
Tahap keempat pada pembelajaran inkuiri terbimbing adalah menganalisis data
atau menguji hipotesis. Siswa dituntut untuk merakit semua informasi yang dida-
patnya menjadi data yang valid. Pada tahap ini, siswa menguji hipotesis sesuai
rencana penyelesaian dengan menggunakan prosedur yang urut dan jelas serta me-
ngarah pada jawaban yang benar. Siswa dituntut untuk dapat menghubungkan,
mencatat dan menyampaikan hasil olah data yang telah terkumpul. Pengalaman
belajar ini dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masa-
lah sesuai rencana.
Tahap kelima pada pembelajaran inkuiri terbimbing adalah membuat kesimpulan.
Setelah siswa melewati setiap tahap, guru bersama siswa membuat kesimpulan
dari hasil diskusi yang telah dilakukan. Hasil yang didapat diperiksa kembali atau
diuji kebenarannya agar kesimpulan yang diperoleh benar. Pengalaman belajar ini
dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menguji kebenaran jawaban.
Berbeda dengan pembelajaran konvensional, guru masih banyak terlibat dalam
memberikan materi pembelajaran di dalam kelas. Siswa hanya memperhatikan
penjelasan materi yang diberikan oleh guru, kemudian siswa diberikan latihan
24
untuk dikerjakan. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dalam pembelajaran konvensional kurang berkembang dengan baik. Mela-
lui model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa mampu menemukan sendiri
solusi permasalahan secara bertahap dengan bantuan guru. Selain itu, melalui
pembelajaran yang efektif terdapat lebih dari 60% siswa yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kemampuan pemecahan masalah mate-
matis terkategori baik. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing
diduga efektif meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
D. Anggapan Dasar
Anggapan dasar pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Bintang memperoleh materi
yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing belum pernah diterapkan di SMP
Negeri 1 Tanjung Bintang sebelum penelitian diadakan.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan kemam-
puan pemecahan masalah matematis siswa.
25
2. Hipotesis Khusus
Terdapat hipotesis khusus dalam penelitian ini yaitu:
a. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis
terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
26
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tanjung Bintang semester genap
tahun pelajaran 2018/2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Tanjung Bintang semester genap tahun pelajaran 2018/2019 yang
terdistribusi secara merata baik dari segi jumlah sebanyak 224 siswa maupun
kemampuan matematis siswa dalam tujuh kelas dari VII A sampai VII G.
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random
sampling yaitu mengambil dua kelas sampel secara acak dari beberapa kelompok
tertentu. Berdasarkan teknik pengambilan sampel, terpilihlah dua kelas secara
acak yaitu kelas VII A dan VIIB sebagai sampel. Kelas VII A sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing
dan kelas VII B sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Banyaknya siswa pada setiap kelas adalah 29 siswa.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang
terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
model pembelajaran sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan
masalah matematis. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah the
27
randomized pretest-posttest control group design. Pada penelitian ini, diadakan
dua kali pengambilan data yaitu pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum
diberikan perlakuan untuk mendapatkan data awal kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Posttest dilakukan setelah diberikan perlakuan untuk
mendapatkan data akhir kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Garis
besar pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
KelompokPerlakuan
Pretest Pembelajaran PosttestEksperimen (R) O1 X O2
Kontrol (R) O1 C O2
Diadaptasi dari Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 268)
Keterangan :R = Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol secara acak (random)O1 = pretest kemampuan pemecahan masalah matematisO2 = posttest kemampuan pemecahan masalah matematisX = Model pembelajaran inkuiri terbimbingC = Model pembelajaran konvensional
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan perencanaan sebelum diadakannya penelitian,
yaitu:
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi penelitian.
Observasi ini dilakukan pada hari Kamis, 4 Oktober 2018 dengan Bapak Drs.
Siswo Maruto Adi selaku guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1
Tanjung Bintang. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data populasi kelas
28
VII yang terdistribusi secara merata ke dalam tujuh kelas dan diajar oleh dua
orang guru matematika.
b. Menentukan materi pembelajaran yang dibahas dalam penelitian yaitu materi
perbandingan.
c. Menyusun proposal penelitian.
d. Membuat perangkat pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Membuat instrumen tes yang digunakan dalam penelitian.
f. Mengonsultasikan bahan ajar dan instrumen dengan dosen pembimbing dan
guru bidang studi matematika.
g. Melakukan uji coba instrumen tes. Uji coba ini dilakukan pada 11 Januari 2019
di kelas VIII A dan pengujian validitas isi dilakukan oleh guru mitra. Data
yang diperoleh dari uji coba pada kelas VIII A diolah dengan bantuan Software
Microsoft Excel 2010 untuk menguji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran butir soal.
h. Menentukan sampel penelitian. Penentuan ini dilakukan pada 12 Januari 2019
menggunakan teknik cluster random sampling, dipilih kelas VII A dan VII B
sebagai sampel penelitian. Setelah itu, dilakukan pengundian untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil
pengundian, kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai
kelas kontrol.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan sebagai
berikut.
29
a. Mengadakan pretest kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas
eksperimen pada 14 Januari 2019 dan kelas kontrol pada 16 Januari 2019.
b. Melaksanakan pembelajaran selama lima pertemuan dimulai dari 14 Januari
2019 sampai dengan 30 Januari 2019 dengan menggunakan model pembelajar-
an inkuiri terbimbing pada kelas VII A dan model pembelajaran konvensional
pada kelas VII B.
c. Mengadakan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada 31 Januari 2019.
3. Tahap Penutup
Setelah melakukan tahap pelaksanaan, peneliti melakukan kegiatan sebagai
berikut.
a. Menganalisis data pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
b. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
c. Menyusun laporan penelitian yang berisi kesimpulan dan hasil penelitian.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Data kemampuan pemecahan masalah matematis
merupakan data kuantitatif yang didapat dari skor pretest dan skor posttest.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.
Tes dilakukan sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran.
30
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian dengan materi perbandingan
yang berjumlah 4 butir soal yang diberikan kepada siswa secara individu sebelum
dan setelah materi selesai diajarkan. Instrumen tes yang diberikan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Pedoman penskoran kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dimodifikasi dari Rahmat (2015: 110), dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
No Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor
1. Memahami Masalah
Tidak menuliskan yang diketahui danditanyakan dari soal
0
Menuliskan diketahui dan ditanyakan dari soaltetapi tidak tepat
Menuliskan salah satu saja apa yang diketahuiatau ditanyakan dari soal
1
Menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakandari soal tetapi salah satunya salah
2
Menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakandari soal dengan benar dan tepat
3
Skor Maksimum 3
2.MerencanakanPenyelesaianpermasalahan
Tidak ada rencana strategi 0Ada strategi tetapi kurang relevan 1Menuliskan model matematika tetapi hanyasebagian yang benar
2
Menuliskan model matematika dengan benardan lengkap
3
Skor Maksimum 3
3.Menyelesaikanrencana penyelesaian
Tidak ada penyelesaian
Menuliskan penyelesaian masalah tidaklengkap, tidak tepat, dan jawaban tidak benar
0
Menuliskan penyelesaian masalah tidaklengkap tetapi jawaban benar
1
Menuliskan penyelesaian masalah denganlengkap dan tepat tetapi jawaban tidak benar
2
31
No Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal/masalah SkorMenuliskan penyelesaian masalah denganlengkap, tepat, dan jawaban benar
3
Skor Maksimum 3
4.Memeriksa kembalidan menarik kesim-pulan
Tidak memeriksa kembali dan tidak menarikkesimpulan
0
Tidak memeriksa kembali tetapi menarikkesimpulan dengan benar
Memeriksa kembali dan menarik kesimpulantetapi tidak tepat
1
Memeriksa kembali jawaban dan menarikkesimpulan tetapi salah satunya tidak tepat
2
Memeriksa kembali dan menarik kesimpulandengan tepat dan benar
3
Skor Maksimum 3Dimodifikasi dari Rahmat (2015: 110)
Setelah perangkat tes tersusun, perangkat tersebut diujicobakan untuk mengetahui
kelayakan soal tersebut untuk digunakan. Menurut Arikunto (2011: 57), ciri-ciri
tes yang baik adalah apabila instrumen tes valid, reliabel, memiliki daya pembeda
butir soal minimal baik, dan tingkat kesukaran butir soal minimal sedang.
1. Validitas
Validitas instrumen penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Validitas isi dari
tes kemampuan pemecahan masalah matematis diketahui dengan cara menilai
kesesuaian isi yang terkandung dalam tes dengan indikator kemampuan pemecah-
an masalah matematis. Suatu tes dikategorikan valid jika butir-butir soal tes
sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis dan indikator
pencapaian kompetensi yang diukur. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan
kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dengan kemam-
puan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek (checklist). Peng-
ujian validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mitra. Hasil validasi
oleh guru mitra menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data
32
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa telah dinyatakan valid.
Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.4. Dengan demikian, ins-
trumen dapat diujicobakan kepada siswa di luar sampel. Uji coba dilakukan pada
kelas VIII A SMP Negeri 1 Tanjung Bintang dengan pertimbangan kelas tersebut
telah menempuh materi yang diujicobakan. Data yang diperoleh dari uji coba pada
kelas VIII A selanjutnya diolah dengan bantuan Software Microsoft Excel 2010
untuk menguji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal.
2. Reliabilitas
Menurut Sudijono (2011: 208), untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe
uraian menggunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut.
= − 1 1 − ∑Keterangan:r11 = Koefisien reliabilitas tesn = Banyaknya butir soal yang dikeluarkan dalam tes∑ = Jumlah varians skor tiap soal
= Varians total
Koefisien reliabilitas suatu instrumen tes diinterpretasikan berdasarkan pendapat
Sudijono (2011: 209) seperti dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (r11) Interpretasir11 < 0,70 Rendahr11 ≥ 0,70 Tinggi
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,79 yang
berarti instrumen tes yang digunakan memiliki reliabilitas tinggi. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.
33
3. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa
yang memperoleh nilai tertinggi hingga siswa yang memperoleh nilai terendah.
Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok
atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Menurut Arifin (2012: 146), rumus yang digunakan untuk daya pembeda adalah:
DP = KA − KBKeterangan :
DP : indeks daya pembeda suatu butir soalKA : rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok atasKB : rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok bawahSkor maks : skor maksimum suatu butir soal
Indeks daya pembeda butir soal yang digunakan menurut Arifin (2012: 146)
diinterpretasikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interpretasi0,39 < DP ≤ 1,00 Sangat baik0,29 < DP ≤ 0,39 Baik0,19 < DP ≤ 0,29 Cukup-1,00 ≤ DP ≤ 0,19 Kurang Baik
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa indeks daya pembeda soal nomor
1, 2, 3, dan 4 berturut-turut 0,39, 0,36, 0,32 dan 0,37. Hal ini menunjukkan
bahwa daya pembeda butir soal memiliki kriteria baik. Oleh karena itu, semua
butir soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.2.
34
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu butir soal dikatakan baik jika memiliki tingkat kesukaran sedang,
yaitu tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Seperti yang dikemukakan
Lestari dan Yudhanegara (2015: 224) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu
butir soal digunakan rumus:
= ̅Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran suatu butir soal̅ = Rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soalSMI = Skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum tiap butir soal
Tingkat kesukaran butir soal yang digunakan menurut Lestari dan Yudhanegara
(2015: 224) diinterpretasikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran InterpretasiTK = 0,00 Sangat Sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang0,70 < TK < 1,00 Mudah
TK = 1,00 Sangat Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa tingkat kesukaran soal nomor 1,
2, 3, dan 4 berturut-turut 0,54; 0,55; 0,66; dan 0,29. Hal ini menunjukkan bahwa
butir soal nomor 1, 2, dan 3 memiliki tingkat kesukaran sedang dan nomor 4
memiliki tingkat kesukaran sukar. Oleh karena itu, semua butir soal dapat
digunakan untuk mengumpulkan data. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.2. Hasil uji coba disajikan pada Tabel 3.6.
35
Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes
NoSoal
Validitas Reliabilitas DayaPembeda
TingkatKesukaran
Keputusan
1
Valid0,79
(Tinggi)
0,39 (Baik)0,54
(Sedang)
Layakdigunakan
2 0,36 (Baik)0,55
(Sedang)
3 0,32 (Baik)0,66
(Sedang)4 0,37 (Baik) 0,29 (Sukar)
Dari Tabel 3.6 diketahui bahwa soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematis pada penelitian ini telah memenuhi kriteria reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda yang ditentukan serta dinyatakan valid. Dengan
demikian, soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis layak digunakan
untuk mengumpulkan data.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data awal berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Dalam
penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan taraf
signifikan α = 0,05. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Prosedur pengujian menggunakan uji Lilliefors menurut Sudjana (2005: 466)
adalah sebagai berikut.
36
a. Mengubah data awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
menjadi bilangan baku z menggunakan rumus = ̅b. Menghitung peluang ( ) = ( ≤ )c. Menghitung proporsi , , … . . , yang lebih kecil atau sama dengan . Jika
proporsi ini dinyatakan oleh ( ), maka
( ) = , , … . . , ≤d. Menghitung selisih ( ) − ( ) kemudian menentukan harga mutlaknya
e. Mengambil nilai yang paling besar diantara nilai-nilai mutlak selisih tersebut.
Melambangkan nilai terbesar dengan L0
Kriteria uji, H0 ditolak jika > . Untuk hal lainnya, H0 diterima. Dengan
diambil dari daftar tabel uji Lilliefors untuk taraf nyata ∝ = 0,05.
Hasil uji normalitas data awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional disajikan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Hasil Uji Normalitas Data Awal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis
Kelas Keputusan Uji KesimpulanInkuiri Terbimbing
0,133 0,161H0 diterima Berdistribusi
NormalKonvensional
0,140 0,161H0 diterima Berdistribusi
Normal
Berdasarkan uji normalitas pada Tabel 3.7, diketahui bahwa data awal
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan Lampiran C.5.
37
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians-varians dalam
kedua sampel tersebut sama atau tidak sama. Rumusan hipotesis untuk uji ini
adalah:
H0 : kedua kelompok populasi memiliki varians yang sama
H1 : kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak sama
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas menurut Sudjana (2005:
249) adalah:
=Kriteria pengujian yang digunakan adalah tolak H0 jika ≥ ( , ) dalam
hal lainnya H0 diterima. ( , ) diperoleh dari perhitungan menggunakan
bantuan Software Microsoft Excel 2010. dengan taraf signifikan α = 0,05 dan
derajat kebebasan masing-masing sesuai dengan derajat kebebasan pembilang dan
penyebut. Hasil perhitungan uji homogenitas data awal kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa disajikan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Awal Kemampuan PemecahanMasalah Matematis
Kelas Varians FKeputusan
Uji Kesimpulan
Inkuiri Terbimbing 16,0251,122 2,130 H0 diterima
Kedua kelompokpopulasi memilikivarians yangsamaKonvensional 17,973
38
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.8, kedua kelompok populasi memiliki
varians yang sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6.
c. Uji Perbedaan Data Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Untuk menguji perbedaan data awal dilakukan uji kesamaan dua rata-rata satu
pihak (uji-t) dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 : ≤ (data awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak lebih dari
data awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional)
H1 : > (data awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
daripada data awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional)
Menurut Sudjana (2005: 239), pengujian hipotesis dilakukan dengan mengguna-
kan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) sebagai berikut.= dengan = ( ) ( )Keterangan:
: rata-rata data awal kemampuan pemecahan masalah matematis kelaseksperimen
: rata-rata data awal kemampuan pemecahan masalah matematis kelaskontrol
n1 : banyaknya siswa kelas eksperimenn2 : banyaknya siswa kelas kontrol
: varians pada kelas eksperimen: varians pada kelas kontrol: varians gabungan
39
Pada taraf signifikansi 5% dengan = ( + − 2 dan peluang (1 − ), H0
diterima jika < ( )( ), untuk harga t lainnya H0 ditolak.
Berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata satu pihak (uji-t) diperoleh= 5,16 dan ( , )( ) = 1,67. Karena nilai > ( , )( ). Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.7. Hal ini menunjukkan bahwa data awal kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada data awal kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian,
untuk menguji hipotesis penelitian digunakan data gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
2. Hipotesis Pertama
Besarnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada
kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional dihitung menggunakan rumus
gain ternormalisasi (normalized gain) menurut Hake (1998 : 64) sebagai berikut.
= − −Hasil perhitungan data gain kemampuan pemecahan masalah matematis
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 dan C.6. Sebelum melakukan
pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan homogenitas.
40
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data gain berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Uji normalitas
dilakukan dengan prosedur yang sama dengan uji normalitas pada data awal
kemampuan pemecahan masalah matematis. Hasil uji normalitas data gain
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional disajikan dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Hasil Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis
Kelas Keputusan Uji KesimpulanInkuiri Terbimbing
0,162 0,161H0 ditolak Tidak Berdistribusi
NormalKonvensional
0,111 0,161H0 diterima Berdistribusi
Normal
Berdasarkan uji normalitas pada Tabel 3.9, diketahui bahwa data gain siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berdistribusi normal dan
data gain siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.10 dan Lampiran C.11.
b. Uji Hipotesis Pertama
Setelah melakukan uji normalitas diketahui data gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing
tidak berdistribusi normal dan data gain kemampuan pemecahan masalah
41
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berdistribusi normal,
sehingga uji yang digunakan adalah uji Mann-Whitney U.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui median peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing
lebih tinggi dari siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hipotesis
yang digunakan sebagai berikut.
H0 : Median peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak lebih tinggi
dari median peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
H1 : Median peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
daripada median peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
Menurut Siregar (2015: 394), langkah pertama untuk menguji data peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah skor-skor pada kedua
kelompok sampel harus diurutkan dalam peringkat. Selanjutnya, dapat digunakan
rumus sebagai berikut. = + ( )− ∑= + ( )− ∑
Keterangan:U1 = Jumlah peringkat 1U2 = Jumlah peringkat 2n1 = banyaknya sampel pada kelas eksperimen
42
n2 = banyaknya sampel pada kelas kontrolR1 = Ranking ukuran sampel ke 1R2 = Ranking ukuran sampel ke 2U = min(U1, U2)
Statistik U yang digunakan adalah U yang nilainya lebih kecil, karena sampel
lebih dari 20, maka digunakan pendekatan kurva normal dengan mean = .
Standar deviasi dalam bentuk: = ( )Nilai baku dihitung dengan: =Pada taraf signifikan α = 0,05, kriteria pengujian yang digunakan adalah terima H0
Jika < , dan tolak H0 jika ≥ , . , dapat dilihat pada
tabel distribusi normal.
3. Hipotesis Kedua
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data akhir berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Uji normalitas
dilakukan dengan prosedur yang sama dengan uji normalitas pada data awal
kemampuan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan perhitungan uji
normalitas data akhir kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperoleh
nilai L0 = 0,131 dan Ltabel = 0,161. Berdasarkan kriteria pengujian H0 diterima
karena < . Dengan demikian, data akhir kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.15.
43
b. Uji Hipotesis Kedua
Uji proporsi dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa proporsi siswa yang
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis terkategori baik lebih dari
60% dari jumlah siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Telah diketahui bahwa data akhir kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing berdistribusi
normal, maka uji proporsi yang digunakan adalah statistik z dengan hipotesis
sebagai berikut.
H0 : ≤ 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematis terkategori baik tidak lebih dari 60% dari jumlah siswa
yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing)
H1 : > 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematis terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing)
Dalam penelitian ini, interpretasi kategori kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa menurut Arifin (2012: 299) ditentukan berdasarkan penilaian
acuan norma (PAN), maka digunakan nilai rata-rata ( ̅) dan simpangan baku (s).
Berdasarkan data akhir kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh ̅ = 29,41 dan s =6,93. Kategori kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri terbimbing diinterpretasikan pada Tabel 3.10.
44
Tabel 3.10 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswayang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Interpretasi Jumlah SiswaSangat Tinggi 3
Tinggi 5Sedang 14Rendah 5
Sangat Rendah 2
Siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis terkategori baik
adalah yang memiliki kriteria kemampuan pemecahan masalah matematis sedang,
tinggi, dan sangat tinggi atau skor akhir yang dimiliki siswa lebih dari 25,95. Hal
ini didasarkan pendapat Jusmawati dkk (2015: 36), salah satu kriteria
keefektivitan pembelajaran adalah rata-rata hasil belajar minimal berada pada
kategori sedang. Pada penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah skor akhir
kemampuan pemecahan masalah matematis. Dengan demikian, siswa yang
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis terkategori baik adalah 22
orang. Kategori kemampuan pemecahan masalah matematis selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.17.
Menurut Sudjana (2005: 234), pengujian hipotesis dilakukan dengan mengguna-
kan uji statistik z sebagai berikut. = −0,60,6 (1−0,6)Keterangan:
x : Banyaknya siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematisterkategori baik
n : Jumlah sampel
58
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak lebih dari peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Namun, proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis
terkategori baik pada kelas yang mengikuti model pembelajaran inkuiri
terbimbing mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa. Hal ini menunjukkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1
Tanjung Bintang semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan kepada praktisi pendidikan yang
ingin mengimplementasikan model pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya
memberikan waktu kepada siswa untuk beradaptasi dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran dan memperha-
tikan pengelolaan kelas serta efisiensi waktu dalam setiap tahapan model pembe-
lajaran inkuiri terbimbing agar proses pembelajaran berjalan secara optimal.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.Graha Ilmu, Yogyakarta. 212 hlm.
Alwi, H. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. 704 hlm.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Jenderal PendidikanIslam Kementerian Agama RI, Jakarta. 430 hlm.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,Jakarta. 356 hlm.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta, Bandung. 224 hlm.
Bidari, Masgusti Dinda. 2017. Efektivitas Model Pembelajaran Guided InquiryDitinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matmatis Siswa. JurnalPendidikan Matematika Unila. Vol. 5 No. 8. (Online). (http://jurnal.fkip.unila.ac.id), diakses 25 Februari 2019.
Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. Jakarta.
_________. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pusat Kurikulum,Balitbang Depdiknas, Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2014. Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta, Jakarta. 226 hlm.
Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode PenemuanTerbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan PemecahanMasalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. Hal. 1-10.Vol. 13 No. 2. (Online). (http://jurnal.upi.edu/file/Leo_Adhar.pdf), diakses 1Mei 2018.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif AlternatifDesain Pembelajaran yang Menyenangkan. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.244 hlm.
60
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., dan Hyun, H. H. 2012. How to Design andEvaluate Research in Education 8th Edition. McGraw-Hill, New York. 642hlm.
Hake, Richard R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: ASix-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for IntroductoryPhysics Courses. (Online), (http://www.montana.edu), diakses 20September 2018.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Bandung. 242hlm.
Hamiyah, Nur dan Jauhar, Muhammad. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Kelas.Prestasi Pustaka, Jakarta. 294 hlm.
Haryoko, Sapto. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual SebagaiAlternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro Vol. 5No. 1 Maret 2009. Sulawesi Selatan: Universitas Negeri Makasar.
Jusmawati, Upu, Hamzah, dan Darwis, Muhammad. 2015. Efektivitas PenerapanModel Berbasis Masalah Setting Kooperatif dengan Pendekatan Saintifikdalam Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 11 Makasar.Jurnal Daya Matematis. Hal. 30-40 Vol 3 No. 1 (Online),(http://ojs.unm.ac.id/JDM/article/view/1314). diakses 9 April 2019.
Karimah, Aminatul dan Fuad, Yusuf. 2017. Analisis Kesalahan Siswa dalamMenyelesaikan Soal PISA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Hal. 24-31 Vol. 1 No.6 (Online), (http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id), diakses 12November 2018.
Khoirullah, E.M., Yarmaidi, dan Utami, R.K.S. 2016. Perbedaan Hasil BelajarSiswa dengan Menggunakan Pembelajaran Concept Sentence danKonvensional. Jurnal Penelitian Geografi. Hal. 6 Vol. 3 No. 8 (Online),(http://jurnal. fkip.unila.ac.id), diakses 9 Oktober 2018.
Lestari, K.E. dan Yudhanegara, M.R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.Refika Aditama, Bandung. 384 hlm.
Mawaddah, Hana dan Anisah, Siti. 2015. Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika dengan MenggunakanModel Pembelajaran Generatif (Generatif Learning) di SMP. JurnalPendidikan Matematika. Vol. 3 No. 2 Hal. 167 (Online),(http://portalgaruda.org), diakses 14 November 2018.
Mudhofir, Ali dan Rusydiyah, Evi Fatimatur. 2016. Desain PembelajaranInovatif. PT. Raja Grafindo Perada, Jakarta. 176 hlm. (Online),(http://digilib.uinsby.ac.id/6464), diakses 8 Oktober 2018.
61
Nisa, Maryam Khoirun dan Rejeki, Sri. 2017. Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIIdalam Memecahkan Soal Matematika Model PISA Konten Quantity.Prosiding Sempoa : Seminar Nasional, Pameran Alat Peraga, danOlimpiade Matematika. Vol. 1 (Online), (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/8807/24.%20Makalah%20Revisi_Maryam.pdf?sequence=1&isAllowed=y).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia (EdisiRevisi). Rineka Cipta, Jakarta. 180 hlm.
OECD. 2016. Program for International Student Assessment (PISA) Result fromPISA 2015. (Online), (http://oecd.org/pisa/Pisa-2015-Indonesia.pdf), diakses18 April 2018. 8 hlm.
Pedaste, M., Mäeots, M., Leijen, Ä., dan Sarapuu, S. 2012. ImprovingStudents’inquiry Skills Through Reflection and Self-Regulation Scaffolds.Technology, Instruction, Cognition and Learning. Hal. 81–95 No. 9.(Online), (http://refhub.elsevier.com/S1747-938X(15)00006-8/sr0285),diakses 14 November 2018.
Rahmat, Aulia. 2015. Efektivitas Guided Inquiry Learning Ditinjau dariKemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Skripsi. UniversitasLampung, Bandarlampung. 120 hlm.
Rismawati, Sinon, I.L.S., Yusuf, I., dan Widyaningsih, S.W. 2017. PenerapanModel Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) TerhadapKeterampilan Proses Sains Peserta Didik di SMK Negeri 02 Manokwari.Jurnal Pendidikan. Vol. 8 No. 1. (Online), (https://journal.unilak.ac.id),diakses 20 September 2018.
Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. PT. Tarsio, Bandung. 301 hlm.
Saefuddin, Asis dan Berdiati, Ika. 2014. Pembelajaran Efektif. PT RemajaRosdakarya, Bandung. 196 hlm.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Kencana Prenada, Jakarta. 310 hlm.
Schalk, L., Edelsbrunner, P.A., Deiglmayr, Schumacher, R., dan Stern, E. 2018.Improved Application of the Control-of-Variables Strategy as a CollateralBenefit of Inquiri-Based Physics Education in Elementary School. Learningand Instruction. Hal. 34-45 Vol. 59. (Online), (https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2018.09.006), diakses 14 November 2018.
Shoimin, Aris.2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta. 240 hlm.
62
Siagian, P. Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,Jakarta. 230 hlm.
Siregar, Syofian. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi PerbandinganPerhitungan Manual dan SPSS. Prenadamedia Group, Jakarta. 548 hlm.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta. 504 hlm.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. PT. Tarsito Bandung, Bandung. 508 hlm.
Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman T., Suhendra, Prabawanto, S.,Nurjanah, dan Rohayati, A. 2003. Strategi Pembelajaran MatematikaKontemporer (Edisi Revisi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.324 hlm.
Suntoro, Agus. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika MenggunakanPendekatan Konstruktivistik dengan Multimedia Komputer Ditinjau dariAktivitas Belajar Siswa Kelas VIII. Tesis. Universitas Negeri Surakarta,Surakarta. 237 hlm.
Suryani, N. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Ombak, Yogyakarta. 209 hlm.
Suyitno, Amin. 2006. Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannyadi Sekolah. Universitas Negeri Semarang, Semarang. 100 hlm.
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. PrenadamediaGroup, Jakarta. 330 hlm.
Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTsuntuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. DepartemenPendidikan Nasional Direktorat Pusat Pengembangan dan PemberdayaanPendidikdan Tenaga Kependidikan Matematika, Yogyakarta. 50 hlm.