pengaruh nyeri neuropati terhadap kualitas hidup penderita
DESCRIPTION
Pengaruh Nyeri Neuropati terhadap kualitas hidup penderitaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri merupakan salah satu keluhan yang membuat pasien memutuskan untuk
berobat. Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain
(IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang dapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata,
berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.1,2
Nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptif dan neuropatik. Nyeri nosiseptif terjadi bila
ujung saraf sensorik pada kulit atau organ menerima rangsangan yang ditimbulkan
oleh kerusakan jaringan akibat stimulus mekanis, termal, kekurangan oksigen, dan
bahan kimia. Nyeri neuropati merupakan nyeri akibat kerusakan jaringan saraf dapat
karena; operasi, trauma, keganasan dan penyakit metabolik (mis. diabetic
neuropathy). Nyeri jenis ini dapat menimbulkan gejala nyeri spontan, rasa terbakar
atau mati rasa pada daerah tertentu. Nyeri neuropati merupakan nyeri kronik yang
bisa menetap selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Sehingga dalam karya
tulis ini akan dibahas lebih lanjut mengenai nyeri neuropati tersebut.1,2,3
Estimasi saat ini, nyeri neuropati menyerang 3% dari populasi umum. Salah satu
penelitian di Inggris menyatakan bahwa prevalensi nyeri kronik adalah 48% dan
prevalensi nyeri neuropati adalah 8%. Responden nyeri neuropati kronik kebanyakan
berjenis kelamin perempuan , dengan usia yang cukup tua, belum menikah, tidak
memiliki kualifikasi pendidikan dan merupakan perokok.1,2
Nyeri merupakan masalah yang sering terjadi pada orang yang selalu melakukan
aktivitas, contohnya pada pekerja industri, pekerja yang melakukan gerakan
tubuh,seperti tangan, kaki, dan yang lainnya secara berulang tanpa istirahat, serta
penyakit yang timbul akibat proses penuaan atau degenerasi. Nyeri sangat
mengganggu aktivitas seseorang yang melibatkan gerakan tersebut, sehingga
mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pada dasarnya nyeri
1
neuropati yang persisten memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan tidur,
fungsi emosional, suasana perasaan, fungsi fisik, dan fungsi peran sosial. Dampak
negatif nyeri neuropati terhadap berbagai aspek tersebut pada akhirnya akan
menimbulkan kondisi depresi dan gangguan kualitas hidup pada penderitanya.1,4,5,6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri neuropati didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer
maupun sentral, bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis
(akibat khemoterapi), metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya
herpes zoster. Nyeri neuropati bisa muncul spontan maupun dengan stimulus atau
bisa juga karena kombinasi antara keduanya.1,2
2.2 Epidemiologi
Epidemiologi nyeri neuropati belum cukup banyak dipelajari , sebagian besar karena
keragaman dari kondisi nyeri ini. Estimasi saat ini, nyeri neuropati menyerang 3%
dari populasi umum. Salah satu penelitian di Inggris menyatakan bahwa prevalensi
nyeri kronik adalah 48% dan prevalensi nyeri neuropati adalah 8%. Responden nyeri
neuropati kronik kebanyakan berjenis kelamin perempuan , dengan usia yang cukup
tua, belum menikah, tidak memiliki kualifikasi pendidikan dan merupakan perokok.1,2
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi nyeri neuropati terbagi menjadi dua:1,2,3,7
1. Berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya:
a) Perifer, dapat diakibatkan oleh neuropati, neuralgia pasca herpes zoster,
trauma susunan saraf pusat, radikulopati, neoplasma, dan lain-lain.
b) Medulla spinalis, dapat diakibatkan oleh multipel sklerosis, trauma medulla
spinalis, neoplasma, arakhnoiditis, dan lain-lain.
c) Otak, dapat diakibatkan oleh stroke, siringomielia, neoplasma, dan lain-lain.
2. Berdasarkan gejala :
3
a) Nyeri spontan (independent pain)
b) Nyeri oleh karena stimulus (evoked pain)
c) Gabungan antara keduanya
2.4 Etiologi
Nyeri neuropati dapat timbul karena kondisi-kondisi yang mempengaruhi sistem saraf
tepi atau pusat. Gangguan pada otak dan medulla spinalis dapat menyebabkan
munculnya nyeri neuropati. Aktivasi nervus simpatetik yang abnormal , pelepasan
katekolamin, dan aktivasi free nerve endings atau neuroma dapat menimbulkan
sympathetically mediated pain. Beberapa penyebab nyeri neuropati yang paling
sering adalah : 2,3
Nyeri neuropati perifer :
o Poliradikuloneuropati demielinasi inflamasi akut dan kronik
o Polineuropati alkoholik
o Polineuropati oleh karena kemoterapi
o Sindrom nyeri regional kompleks
o Neuropati jebakan (misalnya pada carpal tunner syndrome)
o Neuropati sensoris oleh karena HIV
o Neuralgia iatrogenik
o Neuropati sensoris idiopatik
o Kompresi atau infiltrasi saraf oleh tumor
o Neuropati oleh karena defisiensi nutrisional
o Neuropati diabetic
o Phnatom limb pain
o Neuralgia post herpetic
o Pleksopati post radiasi
o Radikulopati (servical, thorakal, atau lumbosakral)
o Neuropati oleh karena paparan toksik
o Neuralgia trigeminus
4
o Neuralgia post traumatic
Nyeri neuropati sentral
o Mielopati kompresif dengan stenosis spinalis
o Mielopati HIV
o Multiple sklerosis
o Penyakit Parkinson
o Mielopati post iskemik
o Mielopati post radiasi
o Nyeri post stroke
o Nyeri post trauma korda spinalis
o Siringomielia
2.5 Patofisiologi
Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di nosiseptor
disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi di jaringan saraf baik
serabut saraf pusat maupun perifer yang disebut nyeri neuropati. Trauma atau lesi
dijaringan akan direspon oleh nosiseptor dengan mengeluarkan berbagai mediator
inflamasi, seperti bradikinin, prostaglandin, histamine, dan sebagainya. Mediator
inflamasi dapat mengaktifasi nosiseptor yang dapat menimbulkan munculnya nyeri
spontan, atau membuat nosiseptor lebih sensitif (sensitasi) secara langsung maupun
tidak langsung. Sensitasi nosiseptor menyebabkan munculnya hiperalgesia. Trauma
atau lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya remodeling
atau hipereksibilitas membran sel. Di bagian proksimal lesi yang masih berhubungan
dengan badan sel dalam beberapa jam atau hari, tumbuh tunas-tunas baru (sprouting).
Tunas-tunas baru ini ada yang tumbuh dan mencapai organ target, sedangkan
sebagian lainnya tidak mencapai organ target dan membentuk semacam pentolan
yang disebut neuroma. Pada neuroma terjadi akumulasi berbagai kanal ion, terutama
kanal Na+ . Akumulasi kanal Na+ menyebabkan munculnya ectopic pace maker.
5
Disamping kanal ion juga terlihat adanya molekul-molekul tranduser dan rseptor baru
yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge, mekanisme
senstifitas abnormal, termosensitifitas dan kemosensitifitas. Ectopic discharge dan
sensitisasi dari berbagai reseptor (mekanik, termal, kimiawi) dapat menyebabkan
timbulnya nyeri spontan dan evoked pain.1,2,7
Lesi jaringan mungkin berlangsung singkat, dan biula lesi sembuh maka nyeri akan
hilang. Akan tetapi lesi yang berlanjut menyebabkan neuron-neuron di kornu dorsalis
dibanjiri potensial aksi yang mungkin mengakibatkan terjadinya sensitisasi neuron-
neuron tersebut. sensitisasi neuron di kornu dorsalis menjadi penyebab timbulnya
alodinia dan hiperalgesia sekunder. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa nyeri
timbul karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif baik perifer maupun
sentral.1,2,7
Baik nyeri neuropati perifer maupun sentral berawal dari sensitisasi neuron sebagai
stimulus noksious melalui jaras nyeri sampai ke sentral. Bagian dari jaras ini dimulai
dari kornu dorsalis, traktus spinotalamikus (struktur somatik) dan kolumna dorsalis
(untuk visceral), sampai thalamus sensomotorik, limbik, korteks prefrontal dan
korteks insula. Karakteristik sensitisasi neuron bergantung pada : meningkatnya
aktivitas neuron, rendahnya ambang batas stimulus terhadap aktivitas neuron itu
sendiri misalnya terhadap aktivitas stimulus yang nonnoksious, dan luasnya
penyebaran areal yang mengandung reseptor yang mengakibatkan peningkatan
letupan-letupan dari berbagai neuron. Sensitisasi ini pada umumnya berasosiasi
dengan terjadinya denervasi jaringan saraf akibat lesi ditambah dengan stimulasi yang
terus menerus dan impuls aferen baik yang berasal dari perifer maupun sentral dan
juga bergantung pada aktivasi kanal ion di akson yang berkaitan dengan reseptor
AMPA/kainat dan NMDA. Nyeri neuropati muncul akibat proses patologik yang
berlangsung berupa perubahan sensitisasi baik perifer maupun sentral yang
berdampak pada fungsi sistem inhibitorik dan gangguan interaksi antara somatik dan
simpatetik. Keadaan ini memberikan gambaran umum berupa alodinia dan
6
hiperalgesia. Permasalahan pada nyeri neuropati adalah menyangkut terapi yang
berkaitan dengan kerusakan neuron dan sifatnya ireversibel. Pada umumnya hal ini
terjadi akibat proses apoptosis yang dipicu baik melalui modulasi intrinsik kalsium di
neuron sendiri maupun akibat proses inflamasi sebagai proses ekstrinsik. Kejadian
inilah yang mendasari sebagai konsep nyeri kronik yang ireversibel pada sistem
saraf.1,2,7
Rasa nyeri akibat sentuhan ringan pada pasien nyeri neuropati disebabkan oleh karena
respon sentral abnormal serabut sensorik nonnoksious. Reaksi sentral yang abnormal
ini dapat disebabkan oleh faktor sensitisasi sentral, reorganisasi struktural, dan
hilangnya inhibisi.1,2,7
2.6 Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai hidupnya, dalam konteks sistem
nilai-nilai budaya di lingkungan hidupnya, yang berhubungan dengan standar tujuan
dan harapannya. Konsep persepsi ini akan mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis,
tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan/agama, dan hubungan individu
tersebut dengan lingkungannya.4,5,6
Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menganalisis kualitas
hidup, seperti Sickness Impact Profile, Karnofsky Scales, kuesioner Kidney Diseases
Quality of Life (KDQL), World Health Organization Quality of Life (WHOQOL),
dan Medical Outcomes Study 36-Item ShortForm Health Survey (SF-36). Kuesioner
SF-36 merupakan salah satu bentuk kuesioner generik yang banyak dipakai pada
penelitian-penelitian mengenai kualitas hidup, telah diterjemahkan dan divalidasi
dalam versi bahasa Indonesia, dan telah banyak digunakan pada berbagai penelitian
di Indonesia.4,5,6
2.7 Nyeri Neuropati dan Kualitas Hidup Penderita
7
Nyeri neuropati yang persisten memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan
tidur, fungsi emosional, suasana perasaan, fungsi fisik, dan fungsi peran sosial.
Dampak negatif nyeri neuropati terhadap berbagai aspek tersebut pada akhirnya akan
menimbulkan kondisi depresi dan gangguan kualitas hidup pada penderitanya. Suatu
penelitian oleh Lasry-Levy dan kawan-kawan di India mendapatkan bahwa 41%
penderita MH dengan nyeri neuropati mengalami gangguan psikologi berupa
gangguan cemas, depresi ringan, dan gangguan tidur. Pada penelitian lain didapatkan
bahwa 94% penderita dengan nyeri neuropati juga mengeluh mengalami gangguan
tidur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Reiss dan kawan-kawan didapatkan hasil
bahwa intensitas nyeri neuropatik pada penderita MH memiliki korelasi negatif
dengan semua domain pada kuesioner WHOQOL (domain fisik, psikologi, hubungan
sosial, dan lingkungan), meskipun secara statistik, hubungan yang bermakna hanya
tampak pada domain psikologi.4,5,6
2.8 Penatalaksanaan
1. Anti Depresan
Anti depresan yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri neuropati adalah
golongan trisiklik, seperti amitripilin, imipramin, maprotilin, desipramin.
Mekanisme kerja dari anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu memodulasi
transmisi dari serotonin dan norepinepfrine (NE). Anti depresan trisiklik
menghambat pengambilan kembali serotonin (5-HT) dan noradrenalin oleh
reseptor presinaptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga menurunkan
jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu
meningkatkan konsentrasi 5-HT di celah sinaptik. Hambatan reuptake
norepinefrine juga meningkatkan konsentrasi norepinefrine dicelah sinaptik
menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi
aktivitas adenilsiklase. Penurunan aktivitas adenilsiklase ini akan mengurangi
siklik adenosum monofosfat dan mengurangi pembukaan Si-Na. penurunan Si-Na
yang membuka berarti depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.3,7,8
8
2. Anti Konvulsan
Anti konvulsan merupakan gabungan berbagai macam obat yang dimasukkan
kedalam satu golongan yang mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan
abnormal dari neuron-neuron di sistem saraf sentral. Seperti diketahui bahwa
nyeri neuropati timbul karena adanya aktifitas abnormal dari sistem saraf. Nyeri
neuropati dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang dapat
menyebabkan nyeri spontan dan paroksimal. Reseptor NMDA dalam influks
Ca2+ sangat berperan dalam proses kejadian wind-up pada nyeri neuropati.
Prinsip pengobatan nyeri neuropati adalah penghentian proses hiperaktivitas
terutama dengan blok Si-Na atau pencegahan sensitisasi sentral dan peningkatan
inhibisi.3,7,8
3. Karbamazepin dan Okskarbazepin
Mekanisme kerja utama adalah memblok voltage-sensitive sodium channels
(VSSC). Efek ini mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari
neuron. Okskarbazepin merupakan anti konvulsan yang struktur kimianya mirip
karbamazepin maupun amitripilin. Pengobatan denga okskarbazepin
menunjukkan hasil yang memuaskan, sama atau sedikit diatas karbamazepin,
hanya saja okskarbazepin memiliki efek samping yang minimal.3,7,8
4. Lamotrigin
Merupakan anti konvulsan baru untuk stabilisasi membrane melalui VSSC,
merubah atau mengurangi pelepasan glutamat maupun aspartat dari neuron
presinaptik, meningkatkan konsentrasi GABA di otak. Khusus untuk nyeri
neuropati penderita HIV, digunakan lamotrigin dengan dosis hingga 300 mg per
hari. Efek samping utama lamotrigin adalah skin rash, terutama bila dosis
ditingkatkan dengan cepat.3,7,8
9
5. Gabapentin
Pengguanaan gabapentin untuk nyeri neuropati cukup popular, karena memiliki
efek yang cukup baik dengan efek samping minimal. Gabapentin dapat digunakan
sebagai terapi ,berabagai jenis neuropati. Hal ini sesuai dengan kemampuan
gabapentin yang dapat masuk kedalam sel untuk berinteraksi dengan reseptor α2β
yang merupakan subunit dari kanal Ca2+.3,7,8
2.9 Prognosis
Hasil akhir dari nyeri neuropati sangat tergantung pada penyebabnya. Neuropati
perifer sangat bervariasi mulai dari gangguan yang reversibel sampai komplikasi
yang dapat berakibat fatal. Beberapa neuropati perifer tidak bisa disembuhkan atau
membutuhkan waktu untuk penyembuhan. Pada kasus yang paling baik, saraf yang
rusak akan ber-regenerasi. Sel saraf tidak bisa digantikan jika mati namun
mempunyai kemampuan untuk pulih dari kerusakan. Kemampuan pemulihan
bergantung pada kerusakan dan umur seseorang dan keadaan kesehatan orang
tersebut. Pemulihan bisa berlangsung dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun
karena pertumbuhan sel saraf sangat lambat. Pemulihan sepenuhnya mungkin tidak
bisa terjadi dan mungkin juga tidak bisa ditentukan prognosis hasil akhirnya.6,9
Jika neuropati disebabkan oleh keadaan degeneratif seperti penyakit Charcot-Marie-
Tooth, kondisi seseorang akan bertambah buruk. Mungkin terdapat periode dimana
penyakit tersebut mencapai kondisi statis namun belum ada pengobatan yang telah
ditemukan untuk penyakit-penyakit degeneratif ini. Sehingga gejala-gejala akan terus
berlangsung dan mempunyai kemungkinan untuk memburuk. Beberapa neuropati
perifer dapat berakibat fatal. Keadaan yang fatal ini telah dikaitkan dengan kasus
difteri, keracunan botulisme dan lain-lain. Beberapa penyakit dengan neuropati juga
bisa berakibat fatal namun penyebab kematian tidak selalu berkaitan dengan
neuropati, seperti halnya pada kanker.6,9
10
2.10Pencegahan
Nyeri neuropati dapat dicegah hanya pada bentuk-bentuk dimana penyakit yang
mendasarinya dapat dicegah. Hal-hal yang dapat dilakukan seseorang untuk
pencegahan diantaranya adalah vaksinasi terhadap penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan neuropati seperti polio dan difteri. Pengobatan pada cedera fisik
sesegera mungkin dapat menolong mencegah kerusakan saraf yang permanen atau
memburuk. Kehati-hatian dalam menggunakan obat-obatan dan bahan-bahan kimia
tertentu, sangat disarankan untuk mencegah terpapar terhadap bahan-bahan
neurotoksik. Pengendalian penyakit-penyakit kronis seperti diabetes dapat juga
mengurangi kemungkinan terjadinya neuropati.6,9
Mengobati penyebab yang mendasari neuropati dapat mencegah kerusakan lebih jauh
dan dapat membantu penyembuhan lebih baik. Pada kasus infeksi bakteri contohnya
pada lepra atau penyakit Limme, dapat diberikan antibiotik untuk menghancurkan
bakteri penyebab infeksi. Infeksi virus lebih sulit diobati, karena antibiotik tidak
efektif membunuh virus. Neuropati yang berkaitan dengan obat-obatan, bahan kimia
dan racun diobati dengan menghentikan pajanan terhadap agen yang merusak. Bahan
kimia seperti EDTA digunakan untuk membantu tubuh mengkonsentrasikan dan
membuang beberapa racun. Neuropati diabetika dapat diobati dengan memperbaiki
kadar gula darah, namun gagal ginjal kronik mungkin memerlukan dialisis atau
bahkan transplantasi ginjal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan saraf. Pada
beberapa kasus seperti trauma kompresi atau tumor, mungkin diperlukan pembedahan
untuk menghilangkan tekanan pada saraf. 6,9
Skrining genetik dapat digunakan sebagai deteksi dini. Skrining genetik dapat
digunakan pada beberapa kondisi yang diwariskan namun tidak secara keseluruhan.
Pada beberapa kasus, adanya gen tertentu tidak selalu berarti bahwa orang tersebut
pasti akan terkena penyakit tersebut, karena masih dipengaruhi oleh lingkungan dan
faktor-faktor lain yang terlibat. Nyeri neuropati banyak ditemukan pada usia tua,
lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan pada laki – laki, pekerja keras
seperti buruh, tinggal dipedesaan, dan kurangnya pendidikan. Selain itu beberapa
11
faktor penyebab khusus dari suatu nyeri neuropati adalah pengendalian Gula Darah
yang kurang pada pasien dengan penyakit diabetes, termasuk kebiasaan merokok,
hipertensi, obesitas, hiperkolesterolnemia, dan durasi lamanya pasien tersebut
terjangkit penyakit diabetes.6,9
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya Nyeri neuropati adalah dengan cara
memantau atau mengubah gaya hidup, termasuk dalam membatasi penggunaan
tembakau dan akhohol. Mengatur berat badan yang sesuai dengan BMI untuk
mengurangi resiko diabetes, mencegh penyakit penuaan pada sendi, stroke, dan
menggunakan alat pekerjaan rumah tangga yang sesuai dengan ergonomis untuk
mengurangi resiko stress injuri yang berulang sehingga dapat membangkitkan
neuropati dan dapat menyebabkan nyeri neuropati.6,9
Diet dan gaya hidup, misalnya, akan mengurangi terjadinya penyakit yang
menyebabkan intervensi bedah, dan karena itu insiden nyeri neuropatik pascaoperasi.
Pendidikan dan promosi kesehatan seksual sangat penting dalam pencegahan HIV
dan neuropati terkait. Langkah-langkah Populasi untuk mengurangi insiden stroke,
seperti diagnosis dan pengobatan hipertensi dan hiperkolesterolemia, akan
mengurangi prevalensi-abad tral nyeri pasca-stroke. Kampanye publik yang bertujuan
untuk mengurangi terjadinya dan durasi nyeri punggung akan mencegah lumbar
radiculopathy.6,9
Untuk peripheral diabetic neuropati faktor risiko terbesar dari penyakit ini adalah
diabetes itu sendiri dan oleh karena itu diperlukannya managemen yang bagus untuk
diabetes itu sendiri. Makanan dan pola hidup berperan penting dalam mengatur
diabetes. Pada Postterpetic neuralgia sering pada orang tua yang terjangkit penyakit
herpes zoster. Faktor resiko lainnya adalah pasien dengan imunokompromis, dan
pada pasien dengan herpes zoster yang parah ( nyeri akut yang intens dan banyak
ruam ).6,9
12
BAB III
RINGKASAN
Nyeri neuropati didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer
maupun sentral, bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis
(akibat khemoterapi), metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya
herpes zoster. Nyeri neuropati bisa muncul spontan maupun dengan stimulus atau
bisa juga karena kombinasi antara keduanya. Nyeri neuropati dapat diklasifikasikan
berdasarkan letak anatomi dan gejala. Berdasarkan letak anatominya nyeri neuropati
dibagi menjadi tiga yaitu : tipe perifer, medulla spinalis, dan otak. Sedangkan
berdasarkan gejala dibagi menjadi nyeri spontan, nyeri karena stimulus, dan
gabungan dari keduanya.
Nyeri neuropati dapat timbul karena kondisi-kondisi yang mempengaruhi sistem saraf
tepi atau pusat. Gangguan pada otak dan medulla spinalis dapat menyebabkan
munculnya nyeri neuropati. Aktivasi nervus simpatetik yang abnormal , pelepasan
katekolamin, dan aktivasi free nerve endings atau neuroma dapat menimbulkan
sympathetically mediated pain.
Nyeri neuropati yang persisten memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan
tidur, fungsi emosional, suasana perasaan, fungsi fisik, dan fungsi peran sosial.
Dampak negatif nyeri neuropati terhadap berbagai aspek tersebut pada akhirnya akan
menimbulkan kondisi depresi dan gangguan kualitas hidup pada penderitanya.
Untuk penatalaksanaan nyeri neuropati dapat diterapi dengan anti depresan, amti
konvulsan, karbamazepin dan okskarbazepin, lamotrigin dan gabapentin. Prognosis
dan pencegahan dari nyeri neuropati adalah sangat bergantung dari etiologi dari nyeri
itu sendiri.
13
Daftar Pustaka
1. Borda AP, Charnay F, Sonnek V. Guidelines on Pain Management and Palliative
Care. European Association.2013
2. Nicholson B. Differntial Diagnosis: Nociceptive and Neurophatic Pain . The
American Journal of Managed Care. Juni 2006. P256-61
3. Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches for Today’s Clinical
Practice. 2002. Tersedia pada http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
4. Lustosa, AV., Nogueira, LT., Pedrosa, JI., Teles, JBM., Campelo, V.,. The Impact of
Leprosy on Health-related Quality of Life. Revista da Sociedade Brasileira
de Medecina Tropical, 44 (5). 2011: 621-626
5. Mirani, E. Pengaruh Konseling Genetika pada Tingkat Kecemasan dan Depresi
terhadap Penentuan Gender Ambigus Genitalia (tesis). Magister Ilmu Biomedik.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. 2009
6. Blair H. Smith , Nicola Torrance ; Epidemiology of Neuropathic Pain and Its Impact on
Quality of Life ; Springer Science Business Media; 2012 ; 10.1007/s11916-012-0256-0
7. Romanoff ME. Neurophatic Pain. In: Ramamurthy S, Alanmanou E, Rogers JN.
Decision Making in Pain Management. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2006. p86-
89
8. Beydoun A. Symptomatic Treatment of Neurophatic Pain: a focus on the role of
anticonvulsants. Tersedia pada http://www.medscape.com/viewprogram/220.htm
9. Robert HD. Advances in Neuropathic Pain. Arcl Neurol. 2003. 60: 1524-1534
14