neuropati otonom kardiovaskular

21
NEUROPATI OTONOM KARDIOVASKULAR DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2011 - 2012 Raharjo CN 1 , Riswan M 2 , Zufry H 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2 Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh, 3 Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh ABSTRAK Neuropati otonom kardiovaskular (NOK) merupakan bentuk umum disfungsi otonom yang dapat menyebabkan kelainan pada kontrol denyut jantung serta kecacatan dalam dinamika pembuluh darah. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis kelamin, umur, onset DM, dan komplikasi kronik DM terhadap NOK serta mendapatkan frekunsi kasus NOK pada pasien DM di RSUDZA. Penelitian dilakukan melalui studi cross-sectional dengan pendekatan deskriptif-analitik. Metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Dari rekam medik, dicatat umur, jenis kelamin, onset menderita DM, dan komplikasi kronik DM. Tes NOK dilakukan dengan menilai tekanan darah dan frekuensi nadi pada posisi tidur dan berdiri serta nilai QTc pada EKG. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi square dan Fisher exact test dengan derajat kepercayaan sebesar 95%. Jumlah responden yang mengalami NOK dijumpai sebanyak 36 orang (61%) dari 59 responden penelitian. Kasus NOK pada laki-laki dijumpai 62,5% dan pada perempuan 59,3%. Kasus NOK dijumpai sebanyak 62% pada kelompok umur 37 – 65 tahun dan 55,6% pada kelompok umur >65 tahun. Didapatkan kasus NOK dengan onset <5 tahun, 5-10 tahun, dan >10 tahun yaitu sebanyak 38,1%, 75%, dan 72,7%. Kemudian kasus NOK dijumpai pada responden yang memiliki komplikasi mikrovaskular sebanyak 73,7%, pada responden yang memiliki komplikasi keduanya dijumpai 70,8% dan responden yang tidak memiliki komplikasi dijumpai 31,3%. Hasil analisis data diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara NOK dengan jenis kelamin ( P= 0,799) dan umur (P= 0,725), namun ditemukan adanya hubungan antara NOK dengan onset DM (P= 0,027) dan dengan komplikasi kronik (P= 0,016). Kesimpulan penelitian ini yaitu ditemukan 61% pasien DM mengalami komplikasi NOK. Tidak terdapat hubungan antara NOK dengan jenis kelamin dan umur. Terdapat hubungan antara NOK dengan onset DM dan komplikasi kronik DM. Kata Kunci: NOK, jenis kelamin, umur, onset DM, komplikasi kronik DM. ABSTRACT 1

Upload: caesar-nche-nurhadiono

Post on 14-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

this is my research article, may be you can use it wisely :)

TRANSCRIPT

NEUROPATI OTONOM KARDIOVASKULAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2011 - 2012

Raharjo CN1, Riswan M2, Zufry H3

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh, 3Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh

ABSTRAK

Neuropati otonom kardiovaskular (NOK) merupakan bentuk umum disfungsi otonom yang dapat menyebabkan kelainan pada kontrol denyut jantung serta kecacatan dalam dinamika pembuluh darah. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis kelamin, umur, onset DM, dan komplikasi kronik DM terhadap NOK serta mendapatkan frekunsi kasus NOK pada pasien DM di RSUDZA. Penelitian dilakukan melalui studi cross-sectional dengan pendekatan deskriptif-analitik. Metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Dari rekam medik, dicatat umur, jenis kelamin, onset menderita DM, dan komplikasi kronik DM. Tes NOK dilakukan dengan menilai tekanan darah dan frekuensi nadi pada posisi tidur dan berdiri serta nilai QTc pada EKG. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi square dan Fisher exact test dengan derajat kepercayaan sebesar 95%. Jumlah responden yang mengalami NOK dijumpai sebanyak 36 orang (61%) dari 59 responden penelitian. Kasus NOK pada laki-laki dijumpai 62,5% dan pada perempuan 59,3%. Kasus NOK dijumpai sebanyak 62% pada kelompok umur 37 65 tahun dan 55,6% pada kelompok umur >65 tahun. Didapatkan kasus NOK dengan onset 10 tahun yaitu sebanyak 38,1%, 75%, dan 72,7%. Kemudian kasus NOK dijumpai pada responden yang memiliki komplikasi mikrovaskular sebanyak 73,7%, pada responden yang memiliki komplikasi keduanya dijumpai 70,8% dan responden yang tidak memiliki komplikasi dijumpai 31,3%. Hasil analisis data diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara NOK dengan jenis kelamin (P= 0,799) dan umur (P= 0,725), namun ditemukan adanya hubungan antara NOK dengan onset DM (P= 0,027) dan dengan komplikasi kronik (P= 0,016). Kesimpulan penelitian ini yaitu ditemukan 61% pasien DM mengalami komplikasi NOK. Tidak terdapat hubungan antara NOK dengan jenis kelamin dan umur. Terdapat hubungan antara NOK dengan onset DM dan komplikasi kronik DM.

Kata Kunci: NOK, jenis kelamin, umur, onset DM, komplikasi kronik DM.

ABSTRACT

Cardiovascular autonomic neuropathy (CAN) is a common form of autonomic dysfunction that can cause abnormalities in heart rate control as well as defects in the dynamics of blood vessels. This study aimed to determine the relationship between sex, age, onset of DM and DM chronic complication with CAN and then getting case of CAN in DM patients in RSUDZA. This study is conducted through a cross-sectional study with descriptive-analytic approach. Sampling method used is accidental sampling. From medical records, noting age, sex, diabetes onset, and DM chronic complications. CAN test conducted by assessing blood pressure and pulse frequency in the lying and standing positions as well as the QTc on ECG. Statistical analysis used was Chi square and Fisher Exact Test with 95% level of confidence. Number of respondents who experienced CAN is 36 people (61%) from 59 survey respondents. CAN is found 62,5% in men and 59,3% in women. CAN cases are found 62% in the age group 37 65 years and 55,6% in the age group >65 years. Obtain CAN cases with onset 10 years as many as 38,1%, 75%, and 72,7%. Then the CAN cases are found 73,7% in microvascular complication, 70,8% in both complication, and 31,3% in without complication. We obtain that there is no relationship between CAN with sex (P= 0,799) and with age (P= 0,725), but there is relationship between CAN with DM onset (P= 0,027) and with DM chronic complications (P= 0,016). Th conclusions are we get 61% DM patients develop CAN complications. There is no relationship between sex and age, but there is a relationship between DM onset and DM chronic complications with CAN.

Keywords: CAN, sex, age, onset diabetes mellitus,, DM chronic complications.3

1

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan. Saat ini lebih dari 180 juta orang didunia mengidap DM dan diperkirakan pada tahun 2025 meningkat menjadi 300 juta penduduk(Battiprolu et al, 2010). Prevalensi DM di Indonesia pun mengkhawatirkan, karena pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta penduduk menderita DM. Berdasarkan penelitian Wild et al (2004), angka tersebut akan meningkat tajam pada tahun 2030 menjadi sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia. Kasus diabetes sendiri menempati peringkat keenam penyakit penyebab kematian rata-rata penduduk Indonesia, yaitu 5,7% pada seluruh kematian di semua umur (Depkes RI, 2008).Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2 dan diabetes mellitus tipe lain (ADA, 2010). Hampir 90% dari seluruh kejadian diabetes adalah DM tipe 2 atau non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) (Wulandari, 2008).Diabetisi rentan mengalami komplikasi kronik yang disebabkan karena kondisi hiperglikemi yaitu kerusakan organ seperti ginjal, saraf, mata, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2010). Salah satu jenis komplikasi DM yang menyerang saraf adalah neuropati diabetik. Komplikasi ini melibatkan serabut saraf sensorik dan motorik serta serabut saraf otonom (Schnauer et al, 2008).Komplikasi DM tipe 2 yang sangat sulit ditentukan adalah kejadian penyakit jantung koroner (Scholte et al, 2010). Hampir 80% kematian pasien DM disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah yang merupakan komplikasi DM (Voulgari et al, 2010). Biasanya hal itu dikarenakan adanya iskemi yang terselubung yang merupakan gejala dari neuropati otonom kardiovaskular (NOK) (Scholte et al, 2010). DM dapat menyebabkan neuropati otonom yang melibatkan sistem saraf otonom jantung (Bengel et al, 2006). Dengan demikian NOK merupakan komplikasi neuropati diabetik yang menyerang saraf otonom jantung dan pembuluh darah (Hans, 2007; Waluyo, 2009).Telah diketahui bahwa sistem saraf otonom memodulasi listrik dan kontraktilitas otot jantung melalui serabut simpatis dan parasimpatis. NOK merupakan bentuk umum neuropati otonom diabetik dan menyebabkan kelainan dalam kontrol denyut jantung serta dinamika pembuluh darah pusat maupun perifer (Busui, 2010). Sztajzel (2004) mengemukakan bahwa ketidakseimbangan kontrol otonom mempengaruhi patofisiologi aritmia. Pasien DM memiliki gangguan pada fungsi otonom jantung, hal itulah yang menjadi faktor resiko bagi penyakit jantung dan pembuluh darah (Wu et al, 2007). Pada pemeriksaan EKG, ditemukan perubahan amplitudo yang signifikan pada amplitudo gelombang R, variabilitas detak jantung, interval QT, dan interval QTc (VanHoose et al, 2010).Yulizal (2007) mengatakan bahwa neuropati otonom kardiovaskular sangat dipengaruhi oleh lama menderita DM dan kontrol diabetes. Komplikasi lain seperti hipertensi akan memperburuk keadaan pasien DM yang mengalami neuropati otonom dan meningkatkan resiko kematian akibat gangguan fungsi jantung.(Felcio et al, 2010). Apabila melihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa diabetisi akan terus meningkat setiap tahunnya maka kejadian NOK pun akan terus meningkat (Scholte et al, 2010).Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin meneliti neuropati otonom kardiovaskular dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada penderita DM. Antara lain: faktor usia, jenis kelamin, onset DM dan komplikasi DM.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bersifat deskriptif-analitik dengan studi cross sectional mengenai neuropati otonom kardiovaskuler dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pasien diabetes mellitus. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Endokrin dan Metabolik, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh. Waktu penelitian dilaksanakan pada September 2011 Januari 2012.. Sampel penelitian adalah pasien yang berobat ke Poli Ilmu Penyakit Dalam RSUDZA pada bulan September 2011 Januari 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi serta memberikan izin tertulis untuk mengikuti penelitian.Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel penelitian secara kebetulan dalam rentang waktu tertentu.Kriteria inklusi :1. Pasien yang telah didiagnosis DM yang berobat ke Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh dan berumur 19 80 tahun serta bersedia menjadi responden.Kriteria eksklusi :1. Pasien DM yang memiliki riwayat kelainan jantung, kongenital, kelainan katup jantung, kelainan hipertiroidisme, dan dalam keadaan hamil.Alat atau instrumen yang digunakandalam penelitian ini adalah rekam medik, sfigmomanometer, arloji, dan elektrokardiogram (EKG).Definisi operasional penelitian ini terdiri dari:1. Usia diperoleh dari observasi rekam medik pasien DM yang datang berobat ke poliklinik endokrin RSUD dr.Zainoel abidin Banda Aceh.2. Jenis Kelamin diperoleh dari observasi rekam medik pasien yang datang berobat ke poliklinik endokrin RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.3. Onset DM yaitu lama menderita DM dari awal diagnosis, didapatkan dari rekam medik dan dikelompokkan menjadi onset selama 10 tahun.4. Komplikasi kronik DM didapatkan dari observasi pada rekam medik pasien dan dikelompokkan menjadi mikrovaskular, makrovaskular, keduanya, dan tanpa komplikasi.5. Dikatakan positif menderita NOK apabila salah satu dari tiga pemeriksaan kardiovagal abnormal, yaitu penurunan tekanan darah 20 mmHg pada sistol dan/atau 10 mmHg untuk diastol dan penurunan frekuensi nadi >20x/menit pada perubahan respon postural tubuh serta pemanjangan interval QTc >460 ms pada rekaman EKG.Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan komputer dengan menggunakan software Statistic Product and Service Solution (SPSS), melalui tahapan editing, coding, entry data, cleaning, dan analyzing. Jenis analisis yang dilakukan adalah analisis univariat. Dan bivariat. Analisis dengan menggunakan uji statistik Chi square dan uji alternatif Fisher exact test pada masing-masing variabel untuk mengetahui hubungan antara variabel yang terkait.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Pengumpulan data penelitian yang dilaksanakan tanggal 27 September 2011 - 31 Januari 2012 di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh diperoleh jumlah responden sebanyak 59 orang. Data responden penelitian terdiri dari umur, jenis kelamin, onset DM, dan komplikasi kronik DM, serta pasien DM yang mengalami NOK dipaparkan dengan distribusi frekuensi dan persentase kemudian dianalisis.

Tabel 1. Distribusi responden dan kasus neuropati otonom kardiovaskularDistribusi pasienFrekuensi (n)Persentase (%)

Jenis kelamin

Laki-laki3254,2

Perempuan2745,8

Umur (tahun)

18-3600

37-655084,7

>65915,3

Onset DM (tahun)

102237,3

Komplikasi kronik DM

Mikrovaskular1932,2

Makrovaskular00

Keduanya2440,7

Tanpa komplikasi1627,1

Neuropati otonom kardiovaskular

Positif NOK3661

Negatif NOK2339

Total59100

Tabel 2. Hubungan antara jenis kelamin responden dengan terjadinya neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitusKasus neuropati otonom kardiovaskular

Jenis kelaminPositifNegatifTotal

n%n%n%

Laki-laki2062,51237,532100

Perempuan1659,31140,727100

Total3661233959100

Tabel 3. Hubungan antara umur responden dengan terjadinya neuropati otonom kardiovaskular pada pasien DMKasus neuropati otonom kardiovaskular

Umur (tahun)PositifNegatifTotal

n%n%n%

37-653162193850100

>65555,6444,49100

Total3661233959100

Tabel 4. Hubungan onset diabetes mellitus responden dengan terjadinya neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitusKasus neuropati otonom kardiovaskular

Onset DM (tahun)PositifNegatifTotal

n%n%n%

101672,7627,322100

Total3661233959100

Tabel 5. Hubungan komplikasi kronik diabetes mellitus dengan tejadinya neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitusKasus neuropati otonom kardiovaskular

Komplikasi kronik DMPositifNegatifTotal

n%n%n%

Mikrovaskular1473,757,419100

Keduanya1770.8729,224100

Tanpa komplikasi531,31168,816100

Total3661233959100

1. 1. Neuropati otonom kardiovaskularNeuropati otonom kardiovaskular adalah gangguan fungsi saraf otonom pada jantung, hal itu dapat menyebabkan gangguan kontrol irama jantung dan perubahan dinamika pembuluh darah. Manifestasi yang dapat dilihat berupa takikardi saat istirahat, ortostatis, intoleransi olahraga, instabilitas jantung dan pembuluh darah saat operasi, miokard infark terselubung, dan peningkatan resiko kematian pada orang yang mengalami neuropati otonom kardiovaskular (Vinik and Ziegler, 2007). Berdasarkan hasil penelitian bahwa ditemukan kasus neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitus sebanyak 36 orang (61%) dari 59 responden yang diamati. Angka ini tidak jauh berbeda dari penelitian lainnya seperti di Medan 67,6%, Semarang 62,2%, Ujung pandang 66,7%, dan hasil penelitian prospektif selama 13 tahun di Swedia yang mendapatkan neuropati otonom kardiovaskular sebanyak 65% pada pasien DM tipe 2 (Yulizal, 2007). Kasus neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitus sangat bervariasi tergantung dari pemeriksaan yang dilakukan (Basu et al, 2010). Salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menilai tekanan darah dengan perubahan postural dari posisi tidur dan berdiri. Berdasarkan review Busui (2010), salah satu jenis pemeriksaan untuk menilai neuropati otonom kardiovaskular adalah dengan menilai perubahan tekanan darah akibat respon perubahan postural, atau biasa disebut hipotensi ortostatik. Namun, tingkat sensitivitasnya dalam menilai adanya neuropati otonom kardiovaskular masih lebih rendah daripada pemeriksaan variabilitas denyut jantung (Spallone et al, 2011). Perubahan dari berbaring ke berdiri dapat mengaktivasi kerja baroreseptor, sehingga dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan akselerasi jantung (Vinik and Ziegler, 2007). Hipotensi ortostatik terjadi akibat konsekuensi dari rusaknya serat simpatis vasomotor eferen, khusunya pada splanchic vasculature. Gejala yang berhubungan dengan hipotensi ortostatik meliputi lemah, pusing, gangguan penglihatan, bahkan syncope saat berdiri pada kasus yang paling parah. Hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah (20-30 mmHg pada tekanan sistolik dan/atau 10 mmHg pada tekanan diastolik) akibat respon perubahan postural tubuh (Busui, 2010). Pemeriksaan frekuensi denyut jantung merupakan salah satu cara dalam mendeteksi kejadian neuropati otonom kardiovaskular. Menurut Spallone, et al (2011) ada 3 (tiga) tes yang dapat dilakukan untuk menilai adanya neuropati otonom kardiovaskular dari pemeriksaan frekuensi denyut jantung. Pemeriksaan yang paling sensitif dalam penilaian neuropati otonom kardiovaskular adalah dengan maneuver valsava. Namun pemeriksaan ini merupakan kontraindikasi pada pasien dengan komplikasi perdarahan retina. Pemeriksaan berikutnya adalah penilaian frekuensi denyut jantung saat bernafas dalam dan yang terakhir adalah penilaian terhadap respon perubahan postural, posisi tidur kemudian berdiri. Pada penelitian ini digunakan penilaian frekuensi denyut jantung dengan respon perubahan postural yaitu dengan menghitung penurunan frekuensi denyut jantung sekitar 20 x/menit atau lebih setelah perubahan postural tubuh dari berbaring kemudian berdiri yang diakibatkan kelainan fungsi baroreseptor oleh karena neuropati saraf otonom (Vinik and Ziegler, 2007).Pemeriksaan elektrokardiogram untuk melihat interval QT ataupun QTc juga dilakukan pada penelitian ini. Menurut Van Hoose et al (2010), pada pasien diabetes mellitus yang telah mengalami neuropati otonom kardiovaskular dapat ditemukan pemanjangan interval QT atau interval QTc yang sudah dihitung menggunakan rumus Bazzet. Pemanjangan interval QTc (>460 ms) merupakan prediktor yang potensial untuk suatu aritmia jantung dan kematian mendadak pada pasien DM yang mengalami NOK (Yulizal, 2007). Patogenesis dari pemanjangan interval QT meliputi banyak faktor, termasuk ketidakseimbangan inervasi simpatis pada jantung, faktor metabolik intrinsik dan perubahan elektrolit miokardium, hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, dan faktor genetik (Busui, 2010). Pada meta-analisis dari 17 penelitian yang tercantum dalam review Busui (2010) didapat bahwa pemanjangan interval QTc merupakan pemeriksaan spesifik (86%) sebagai penanda adanya neuropati otonom kardiovaskular. Hal itu dapat memberikan spekulasi bahwa penderita DM dengan komplikasi NOK rentan terkena aritmia bahkan kematian mendadak (Vinik and Ziegler, 2007).Berdasarkan penelitian Spallone et al (2011) bila hasil salah satu pemeriksaan cardiovagal abnormal maka seseorang positif menderita neuropati otonom kardiovaskular pada tahap awal. Pada penelitian ini dilakukan tiga pemeriksaan cardiovagal yaitu pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi nadi dengan respon perubahan postural serta pemeriksaan interval QTc pada hasil EKG setiap responden, namun karena keterbatasan penelitian, hanya 30 responden saja yang mampu dilakukan pemeriksaan EKG. 2. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi neuropati otonom kardiovaskularA. Hubungan antara jenis kelamin dengan neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitusHasil penelitian ini menunjukan karakteristik responden yang bervariasi. Semua responden diambil secara acak dan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 32 orang (54,2%) sedangkan perempuan 27 orang (45,8%).Setelah dilakukan pemeriksaan, sebagian responden dinyatakan mengalami neuropati otonom kardiovaskular baik pada responden laki-laki maupun perempuan. Responden laki-laki 62,5% diantaranya menderita neuropati otonom kardiovaskular dan pada responden perempuan 59,3% diantaranya juga menderita neuropati otonom kardiovaskular.Menurut Spallone et al (2011), hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian neuropati otonom kardiovaskular masih kontroversi, hal itu disebabkan karena baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan dapat memiliki peluang yang sama untuk terkena neuropati otonom kardiovaskular. Berdasarkan uji statistik Chi square pada penelitian ini, tidak terdapat adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden dengan terjadinya neuropati otonom kardiovaskular (p>0,05).B. Hubungan antara umur dengan neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitusBerdasarkan umur, responden penelitian dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok umur 18-36 tahun, 37-65 tahun, dan > 65 tahun. Namun pada penelitian ini tidak ditemukan responden pada kelompok umur 18-36 tahun. Pada kelompok umur 37-65 tahun ditemukan sebanyak 50 orang (84,7%) dan kelompok umur > 65 tahun sebanyak 9 orang (15,3%). Dominasi responden yang berumur 37-65 tahun karena sebagian besar responden yang bersedia untuk diperiksa berada di kelompok umur tersebut.Berdasarkan umur, responden yang mengalami neuropati otonom kardiovaskular sebanyak 31 orang (62%) pada kelompok umur 37-65 tahun sedangkan 5 orang (55,6%) pada kelompok umur >65 tahun. Responden dengan kelompok umur 37-65 tahun cenderung mengalami neuropati otonom kardiovaskular. Hal itu disebabkan karena umur dari responden yang didapat tidak begitu variatif yang menjadi keterbatasan dari penelitian ini.Uji alternatif fisher exact test menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan kejadian neuropati otonom kardiovaskular (p>0,05). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Spallone et al (2011) yang menyatakan dengan bertambahnya umur maka terjadi peningkatan kejadian neuropati otonom kardiovaskular sekitar 38-44% . Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Yulizal (2007) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian neuropati otonom kardiovaskular.C. Hubungan antara lama menderita (onset) diabetes mellitus dengan neuropati otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitusPada penelitian ini onset diabetes mellitus dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu kelompok 10 tahun. Responden penelitian pada kelompok 10 tahun 22 orang (37,3%). Tidak terdapat dominasi onset diabetes mellitus pada responden penelitian ini.Berdasarkan onset diabetes mellitus, responden yang mengalami neuropati otonom kardiovaskular terbanyak pada kelompok 5-10 tahun yaitu 75% diikuti oleh kelompok >10 tahun yaitu 72,7% dan kelompok 5 tahun cenderung menderita neuropati otonom kardiovaskular sedangkan pasien yang memiliki onset diabetes mellitus