pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...

21
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI KARANG JAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL ILMIAH Oleh Nama : ANDRI ADI NPM : 4009161 Prodi : PendidikanMatematika DosenPembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd. 2. Yetri Ningsih, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2015

Upload: vungoc

Post on 02-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS VII SMP NEGERI KARANG JAYA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ARTIKEL ILMIAH

Oleh

Nama : ANDRI ADI

NPM : 4009161

Prodi : PendidikanMatematika

DosenPembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd.

2. Yetri Ningsih, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2015

The Influence Cooperative Learning Type Think Pair Share (TPS)

With Product Mathematics Study

by the Seventh Grade Students of SMP Negeri Karang Jaya

in the academic year 2014/2015

By Andri Adi1, Anna Fauziah

2, Yetri Ningsih

3

Abstrak

This study explained the product mathematics study by the seventh grade students

of SMP Negeri Karang Jaya. This study used qualitative research which focused

on type Think Pair Share (TPS) with product mathematic study by the students of

SMP Negeri Karang Jaya in the academic year 2014/2015. So, the objective this

study was to find out wheather or not there is any significant cooperative learning

type think pair share with product mathematics study by the seventh grade

students in the academic year 2014/2015. The purpose in the study is to know

about any significant between cooperative learning type Think Pair Share. The

population of this research was all grade students of SMP Negeri Karang Jaya.

The sample of this study was taken through cluster random sampling and the

sample of tis research was taken two class exist 62 students. Based on the result of

the analyzing the data, the researcher found in the pretest and posttest. The

average posttest was 54,29 with percent 74,54% complete. It means that the

alternative hypotheses (Ha) was accepted and the null hypotheses (Ho) is

rejected. So, there is any significant influence cooperative learning type think pair

share (TPS) with product mathematics study by the seventh grade students at SMP

Negeri Karang Jaya in the academic year 2014/2015.

Key words : influence, cooperative learning, and product mathematic study.

Pendahuluan

Matematika adalah salah satu bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari

SD hingga SLTA dan bahkan juga perguruan tinggi (Abdurrahman, 2009:253).

Mempelajari matematika bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang

terkandung dalam matematika itu sendiri. Matematika diajarkan menumbuh

kembangkan kemampuan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis, dan kritis

dalam memecahkan masalah.

Menurut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan

bahwa “matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan

dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan

matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat,

singkat, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran

keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang

menantang.”

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMP Negeri Karang Jaya dan

melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika. Ternyata siswa

kurang berminat pada pelajaran matematika dan hasil belajar siswa pada pelajaran

matematika masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari hasil ulangan harian

matematika siswa kelas VII berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). KKM yang ditetapkan di SMP Negeri Karang Jaya Kelas VII yaitu 70.

Mata pelajaran matematika tergolong rendah yaitu dari 189 siswa, sebanyak

36.36% siswa telah tuntas belajar dengan rata-rata nilai 73 dan 63,64% siswa

belum tuntas belajar dengan rata-rata nilai 64. Dalam kegiatan belajar-mengajar

di SMP Negeri Karang Jaya guru cenderung menggunakan pembelajaran

konvensional. Dimana pembelajaran berpusat pada guru dan juga guru hanya

berperan sebagai penyampaian informasi sedangkan siswa sebagai penerima

informasi saja sehingga proses pembelajaran menjadi pasif dan membosankan.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan

berbagai merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran Think Pair Share juga

memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak

kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah

dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh yang

signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil

belajar siswa kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015? ”.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015

setelah diterapkan metode Think Pair Share. Kemudian dengan adanya penelitian

ini, manfaat yang diterapkan adalah (1) Siswa, yaitu meningkatkan hasil belajar

matematika siswa karena siswa dituntut agar lebih aktif dalam pembelajaran

matematika, (2) Guru, memberikan alternatif lain bagi guru tentang model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa, (3)

Penulis, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan mutu

dan efektif belajar sebagai calon guru terutama pada mata pelajaran matematika.

Landasan Teori

Menurut pendapat Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah

perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan

seseorang secara alamiah. Sedangkan menurut Morgan (dalam Suprijono, 2009:3)

bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil

dari pengalaman.

Menurut Damyati dan Mudjiono (2002:3) hasil belajar merupakan hasil

dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi tindak mengajar diakhiri

dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu

puncak proses belajar.

Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan

cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkonstruksi konsep,

menyelesaikan persoalan, atau inkuri (Suyatno,2009:51). Menurut Suprijono

(2009:58) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar dalam kelompok.

Ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan berbagai kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Pelaksanaaan prosedur model pembelajaran kooperatif

dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif.

Pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu

pembelajaran yang bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang

“bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup

serasi dengan sesama, (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilann diakui oleh

mereka yang berkompeten menilai.

Ronger dan David Jhonson (dalam Lie, 2008:31) mengemukakan bahwa

tidak semua kerja kelompok dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Saling

ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4)

Komunikasi antar anggota, (5) Evaluasi proses kelompok.

Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di

Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (dalam Triono, 2009:6)

menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi

atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara

keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi

siswa lebih banyak berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Sedangkan menurut Suyatno (2009:54) model Think Pair Share adalah

model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara

eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara

mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab,

dan saling membantu satu sama lain).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Menurut Arikunto (2008:3) eksperimen adalah suatu cara untuk mencari

hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang

mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat

pemberian perlakuan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

Karang Jaya Tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 183 siswa dan terdiri

dari 6 kelas. Sampel yang dijadikan sebagai subyek penelitian diambil dua kelas

dengan menggunakan teknik random sampling untuk dijadikan sampel, karena

setiap kelas memiliki kemampuan yang sama (hasil wawancara dengan guru

dibidang kurikulum). Sehingga dengan cara mengundi terpilih dua kelas VII.I

dengan jumlah siswa 31 sebagai eksperimen yang diberi perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan kelas VII.II dengan

jumah siswa 33 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan teknik tes. “Tes

adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang dapat digunakan

untuk mengukur ketrampilan, kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok ” (Arikunto, 2010:193).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pair Share materi

Persamaan Linear Satu Variabel dikelas VII SMP Negeri Karang Jaya. Tes dalam

penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pre-test dilakukan sebelum

melaksanakan proses pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa,

sedangkan pos-test dilakukan setelah melaksanakan proses pembelajaran untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dengan menggunakan metode pembelajaran

aktif tipe Think Pair Share. Tes yang digunakan berbentuk uraian sebanyak lima

soal.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Hasil belajar Matematika

siswa Kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015 setelah

diterapkan Metode Think Pair Share secara signifikan tuntas”.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan lima kali pertemuan yaitu

dengan rincian satu kali pemberian pre-test, tiga kali mengadakan pembelajaran

dengan model Think Pair Share dan satu kali pemberian post-test.

Pemberian pre-test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada

materi kubus dan balok. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang

dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang diberikan. Kemampuan pre-

test tersebut menggambarakan kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran

yang akan disampaikan oleh guru. Setelah kemampuan pre-test siswa diketahui,

dilanjutkan kegiatan pembelajaran dengan model Think Pair Share, Kegiatan

pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada akhir penelitian

dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Kemampuan akhir

siswa adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi kubus dan balok yang

merupakan hasil belajar setelah proses pembelajaran.

Data Hasil Pre-test

Pemberian pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama tanggal 06

November 2014. Pelaksanaan pre-test ini berfungsi untuk mengetahui

kemampuan awal siswa tentang suatu materi atau topik sebelum dilakukan

pembelajaran. Soal yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari 5 soal.

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil pre-test siswa dapat

dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Data Pre-test

Nilai Kelas

Eksperimen Kontrol

Minimal 7 10

Maksimal 45 38

Rata-rata 27,81 28,1

Simpangan Baku 9,04 8,49

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa nilai minimal pada kelas

eksperimen adalah 7 dan maksimal adalah 45 sehingga belum ada yang mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM), rata-rata nilai Pre-test yang diperoleh

sebesar 27,81 dan simpangan baku sebesar 9,04. Sedangkan pada kelas kontrol

nilai minimal adalah 10 nilai maksimal 38, rata-rata nilai Pre-test yang diperoleh

sebesar 28,1 dan simpangan bakunya sebesar 8,49. Jadi,secara deskriptif dapat

disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa pada pengetahuan awal sama-sama

masih rendah dan tidak ada perbedaan yang berarti antara kelas eksperimen dan

kontrol ditinjau dari rata-rata nilai.

Data Hasil Post-test

Post-test dilaksanakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Think Pair

Share, dengan demikian dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Post-test

ini dilakukan pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan kelima pada tanggal 11

November 2014. Soal tes yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari lima

soal.

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil tes akhir

siswa dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Data Post-test

Nilai Kelas

Eksperimen Kontrol

Minimal 31 31

Maksimal 97 90

Rata-rata 74,52 74,19

Simpangan Baku 17,88 12,53

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai minimal pada kelas

eksperimen adalah 31 dan nilai maksimal adalah 97, rata-rata nilai Post-test kelas

Eksperimen yang diperoleh sebesar 74,52 dan simpangan baku sebesar 17,88.

Sedangkan pada kelas kontrol nilai minimal adalah 31 dan nilai maksimal adalah

90, rata-rata nilai Post-test yang diperoleh sebesar 74,19 dan simpangan bakunya

sebesar 12,53. Jadi, secara diskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir

antara kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol, karena kedua kelas

diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas,

dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran

konvensional.

Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat disimpulkan bahwa nilai

rata-rata post-test pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 84 %

dan rata-rata post-test pada kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 72%.

Hal ini berarti peningkatan rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol. Rata-rata nilai pre-test dan post-test dapat dilihat

pada grafik 4.1.

Grafik 4.1

Rata-Rata Nilai Hasil Pre-test ke Post-test

0

20

40

60

80

100

120

Eksperimen pre-test

Kontrol Pre-test

Eksperimen -post-test

Kontrol post-test

Minimal

Maksimal

Rata-rata

Simpanan Baku

Analisis Data (Pre-test )

Data penelitian yang diperoleh dari hasil post-test digunakan untuk

menguji hipotesis secara statistika. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah

“Ada pengaruh yang signifikan pendekatan Think Pair Share terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran

2014/2015.”. Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas.

Uji Normalitas 2

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji

normalitas data dengan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan

05,0 , jika tabelhitung22 maka data berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil perhitungan ( lampiran C) uji normalitas dapat

dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelas

2 hitung 2 tabel Kesimpulan

Eksperimen 2,64 1,073 Normal

Kontrol 7,66 1,073 Normal

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai hitung2 data Post-

test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil daripada tabel2 . Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa untuk data pre-test maupun data post-test

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat kedua kelompok data mempunyai

varians yang homogen atau tidak.

Berdasarkan hasil perhitungan ( lampiran C) uji homogenitas dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Tes Awal (pre-test)

Varians Skor hitungF dk tabelF Kesimpulan

Pre-test 0,88 62 1,81 Homogen

Berdasarkan tabel 4.4 menujukkan bahwa varians pada tes awal

adalah homogen karena tabelhitung FF pada taraf signifikan 05,0 dengan

dk = 62.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua rata-

rata. Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk membuktikan hipotesis dan

mendapatkan suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji

homogenitas yang telah dilakukan, maka kedua kelas pada pre-test dan post-

test berdistribusi normal dan homogen sehingga dengan demikian, uji

kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji-t.

Hipotesis statistika pre-test yang diuji adalah:

Ho : 21 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai kelas

eksperimen dengan kelas kontrol

Ha : 21 :

Berdasarkan hasil dari normalitas dan uji homogenitas, maka kedua

kelompok tes awal adalah normal dan homogen. Maka uji kesamaan dua

rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dapat

menggunakan uji-t. Hasil uji-t ( telampir ) untuk tes awal dapat dilihat pada

tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Hasil Tes hitungt Dk

tabelt Kesimpulan

Pre-test 0,13 62 1,67 tabelhitung tt , Ho diterima

Pada tabel 4.5, hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata hasil

tes pre-test diperoleh 13,0hitungt dengan 67,1tabelt karena tabelhitung tt

maka 0H diterima, menujukkan bahwa kelas eksperimen dan kontrol

mempunyai kemampuan awal yang berbeda dengan taraf signifikan 05,0

dengan dk= 62.

Analisis data tes akhir (post-test )

Berdasarkan hasil analisis kemampuan awal siswa, diperoleh bahwa

kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara

signifikan sehingga data yang digunakan dalam analisis kemampuan akhir siswa

kelas eksperimen dan kontrol.

Terdapat perbedaan rata-rata nilai kelas eksperimen

dengan kelas kontrol

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui kenormalan data,

digunakan uji normalitas data dengan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat).

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data

dengan taraf kepercayaan 05,0 , jika tabelhitung22 maka data

berdistribusi normal.

Berdasarkan perhitungan yang terlampir uji normalitas kelas

eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelas 2 hitung 2 tabel Kesimpulan

Eksperimen 3,48 1,073 Normal

Kontrol 3,79 1,073 Normal

Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa 2 hitung untuk kelas

eksperimen dan kontrol lebih kecil daripada 2 tabel. Berdasarkan ketentuan

pengujian normalitas dengan pengunaan uji kecocokan 2 ( chi-kuadrat ) dapat

disimpulkan bahwa masing-masing kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi

normal pada taraf signifikan 05,0 Dengan demikian tabelhitung22 .

Uji Homogenitas

Setelah diketahaui data dalam seberan normal, perlu dilakukan pengujian

homogenitas untuk mengetahui seragam tidaknya varians-varians yang diambil

dari kelas eksperimen dan kontrol.

Hasil uji homogenitas varians tes akhir pada taraf signifikan dapat dilihat

pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Tes Awal

Varians Skor hitungF dk tabelF Kesimpulan

Post-test 0,88 62 1,81 Homogen

Dari tabel 4.7 menujukkan bahwa hasil tabelhitung FF , hal ini berarti

bahwa kedua varians data kelas eksperimen dan kontrol homogen.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Adapun hipotesis yang digunakan untuk tes akhir (post-test ) adalah:

Ho : 21 :

Ha : 21 :

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka kedua

kelompok data adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua

rata-rata antara kelas eksperimen dan kontrol untuk data dapat digunakan uji-t

( terlampir ) untuk tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Rata-rata hasil belajar matematika pada kelas

eksperimen lebih dari kelas control

Rata-rata hasil belajar matematika pada kelas

eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol

Tabel 4.8

Hasil Perhitungan Hipotesis

Hasil Tes hitungt

Dk

tabelt

Kesimpulan

Post-test 0,09 62 1,67 tabelhitung tt , Ho diterima

Berdasarkan hasil perhitungan uji t mengenai kemampuan akhir

(terlampir ) yaitu Ho diterima. Hal ini menujukkan bahwa kemampuan akhir

siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kontrol dengan taraf kepercayaan

05,0 karena tabelhitung tt yaitu 09,0hitungt dan 67,1tabelt . Hal ini berarti

rata-rata kelas eksperimen lebih daripada rata-rata kelas kontrol. Dengan

demikian hipotesis yang diajukan pada penelitian ini dapat diterima

kebenarannya, dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan model

pembelajaran tipe Think pair Share terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pre-test siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan

awal siswa pada pengetahuan awal sama-sama masih rendah dan tidak ada

perbedaan yang begitu besar antara kelas eksperimen dan kontrol sedangkan hasil

post-test siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan

kontrol. Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka di lakukan uji persyaratan analisis

terlebih dahulu. Uji prasyatan analisis tersebut adalah uji normalitas dan uji

homogenitas. Hasil perhitungan uji normalitas, menujukkan bahwa nilai x² thitung

< x²tabel hal ini menujukan bahwa data kedua kelas berdistribusi normal. Begitu

juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, karena pada pre-test Fhitung <

Ftabel, begitu juga dengan post-test Fhitung < Ftabel, dengan demikian kedua varians

pre-test dan post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas VII.1 SMP Negeri Karang

Jaya dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

terdapat memberi siswa untuk berpikir siswa lebih banyak waktu untuk berpikir,

merespon dan saling membantu daripada menggunakan pembelajaran

konvensional. Hal ini menurut suyatno (2009:54) model kooperatif tipe Think

Pair Share tergolong tipe kooperatif dengan sintak: Guru menyajikan materi

klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswi bekerja kelompok dengan

cara berpasangan sebangku-bangku (Think-Pair), presentasi kelompok (Share).

Secara ringkas sintak pembelajaran tipe Think Pair Share, yaitu thinking

(berpikir), pairing (berpasangan), sharing (berbagi) sedangkan menurut Alma

(2010:49) pembelajaran konvensional adalah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuannya secara lisan kepada sejumlah siswa

yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam penerapannya model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shere ini siswa dituntut untuk lebih

aktif dan kreatif dalam mengerjakan soal atau masalah yang diberikan guru, siswa

dituntut untuk berpikir dan bertukar pikiran dengan teman sebangkunya sehingga

berbentuk suatu kerja sama yang aktif. Selain melatih kerja sama yang baik,

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shere melatih keberanian siswa

untuk tampil di muka umum atau dalam hal ini untuk tampil di depan kelas untuk

menjelaskan hasil kerja sama dengan teman satu bangkunya.

Pada pertemuan pertama, sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu

menginformasikan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share. Pada saat pembagian pasangan (sebangku), siswa diacak

terlebih dahulu oleh guru, sehingga tidak ada satu pasangan pun yang

mendapatkan pasangan yang semula (awal). Hal ini dilakukan karena apabila

pasangan awal yang digunakan kemungkinan besar jika mereka sama-sama pasif

atau suka ngobrol maka untuk tahap Pair tidak dapat berjalan dengan lancar.

Kemudian guru juga memberikan penjelasan bahwa dua kali untuk pertemuan

berikutnya tetap pada pasangan yang sudah ditentukan. Pada saat berlangsung

dengan materi persamaan dan pertidaksamaan linear dengan indikantor

menetukan bentuk setara dari PtLSV dengan cara kedua ruas di tambah,

dikurangi, dikali, atau dibagi dengan bilangan yang sama yang harus dicapai

dengan model tahap Think Pair Share, selebihnya pasangan yang lain masih

binggung. Pada tahap Think semua siswa mejalankan dengan baik, namun pada

tahap Pair timbul keribuatan dan untuk tahap Share juga masih banyak yang

malu-malu kedepan. Hal ini dikarena siswa tersebut belum terbiasa dengan model

tipe Think Pair Share dan juga siswa tersebut belum bisa bekerja sama dengan

baik serta siswa masih terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya memberikan umpan balik kepada siswa berupa pertanyaan dan

pemberian kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi persamaan dan

pertidaksamaan linear yang belum mereka pahami, selanjutnya peneliti mengajak

siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah di pelajari.

Pertemuan kedua dengan materi mendiskusikan pertidaksamaan linear satu

variabel dalam berbagai bentuk dan variabel di atas dapat dilihat bahwa siswa

dapat menjawab soal hanya beberapa langkah saja tidak sampai penyelesaian yang

benar pada nomor 1,2,3 serta masih menjawab salah pada soal nomor 4 dan 5 Hal

ini dikarenakan siswa kurang memahami soal dan menganggap soal sulit untuk

dikerjakan. Setelah pre-test dilaksanakan dilanjutkan proses pembelajaran dengan

model pembelajaran tipe Think Pair Share selama 3 kali pertemuan.

Pada pertemuan ketiga dengan materi persamaan linear dengan indikantor

menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel serta menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan menghitung serta menyelesaikan persamaan

linear satu variabel dengan bentuk pecahan ada sembilan pasang siswa yang dapat

melaksanakan tahap Think Pair Share dengan baik. Hal ini mengalami

peningkatan karena ada sembilan pasang siswa yang konsentrasi dalam berpikir,

berdiskusi dengan baik dengan teman sebangkunya dan berani berbagi ke depan

untuk mendiskusi bersama.

Selama penelitian dikelas VII1 SMP Negeri Karang Jaya terdapat hambatan

dan kesulitan yang ditemukan antara lain dari segi siswa yang pasif, pada tahap

Pair (berpasangan) siswa yang seharusnya membahas masalah yang mereka

kerjakan tetapi siswa memfaatkan waktunya untuk berbicara diluar materi

pelajaran yang kurang aktif dalam mencari penyelesaian masalah atau soal, pada

tahap Share juga masih banyak yang malu-malu. Mengatasi hambatan ini,guru

akan berkeliling kelas dan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus dilalui

oleh siswa. Hal ini dilakukan agar tahap-tahap dalam proses pembelajaran ini

dapat berjalan tertib dan dapat berhasil. Selain itu juga walaupun ada hambatan,

hal ini tidak menyurutkan konsentrasi siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat

dari hasil brlajar siswa sebesar, (54,29) dan jumlah siswa yang tuntas juga

mengalami peningkatan sebesar (74,54 %).

Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pendapat suyatno (2009:51)

menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share adalah

kegiatan pembelajaran dengan cara kelompok untuk bekerja sama saling

membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuri. Dan juga

sesuai dengan penelitian Nopri Puspita (2012) yang menyatakan bahwa hasil

belajar siswa yang diberikan modal pembelajaran kooperatif Think Pair Share

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Berdasarkan analisis secara statistik terbukti bahwa pembelajaran

matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat

meningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesis penelitian yang

diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, maka dapat

disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri

Karang Jaya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shar lebih

baik daripada siswa yang mengunakan pembelajaran konvensional. Sehingga

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatan hasil

belajar matematika siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa “Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri N

Karang Jaya setelah diterapkan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

secara signifikan sudah tuntas”. Rata-rata hasil belajar siswa setelah di terapkan

model Koperatif Tipe TPS sebesar 54,29 dan persentase jumlah siswa yang tuntas

sebesar 74,54%.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovativ. Surabaya: Masmedia Buana

Pustaka