pengaruh model pembelajaran inkuiri ...repository.uinjambi.ac.id/6052/1/tf_151115_wandika.pdfyaitu...

138
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 9 MUARO JAMBI SKRIPSI Oleh: WANDIKA NIM. TF 151115 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

    TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

    FISIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH

    KEJURUAN NEGERI 9

    MUARO JAMBI

    SKRIPSI

    Oleh:

    WANDIKA

    NIM. TF 151115

    PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • i

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

    TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

    FISIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH

    KEJURUAN NEGERI 9

    MUARO JAMBI

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Fisika

    Oleh:

    WANDIKA

    NIM. TF 151115

    PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

    Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No.

    Revisi

    Tgl.

    Revisi

    Halaman

    In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2018 R-0 - 1 dari 2

    Hal : Nota Dinas

    Lampiran : -

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    di

    Tempat

    Assalamu’alaikum wr.wb.

    Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta

    mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat

    bahwa skripsi saudara;

    Nama : Wandika

    NIM : TF.151115

    Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran inkuiri terbimbing Terhadap

    Pemahaman Konsep fisika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

    Negeri 9 Muaro Jambi

    Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

    Jurusan/Program Studi Tadris Fisika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai

    salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Program

    Studi Tadris Fisika.

    Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di

    atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas Perhatiannya kami ucapkan terima

    kasih.

    Jambi, 2 November 2020

    Pembimbing II

    Zainal Hartoyo, M.Pd

    NIDN. 2004128901

  • v

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah, Alhamdulillah hirobbil’alamin..

    Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Dan tak lupa sholawat

    beserta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad

    SAW.

    Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tuaku tercinta dan

    tersayang, yakni Ayahanda Rusli dan ibundaku Siti Halijah . Yang tak henti-

    hentinya selalu berdo’a serta memberikan pengerbonan yang lebih tanpa

    mengaharapkan balasan demi masa depan anaknya. Terima kasih untuk

    ayah ibu semoga Allah SWT selalau melindugi

    ayah dan ibu.

    Siti sarifah, Haris padilah, Kartini, Edi irawan Serta keluarga besarku,

    terima kasih banyak untuk do’a dan motivasi yang kalian berikan kepadaku

    sehingga menjadi penyemangat untukku dalam menyelesaikan semuanya,

    dan semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT.

    Selanjutnya terima kasih banyak untuk orang-orang yang ada dibalik layar

    hingga terselesainya skripsi ini : Riki Hardiansyah, Sumarni, Vino

    Pramudia, Mustakim, Rusli, Adi Saputra. Terima kasih untuk do’a, waktu,

    dan motivasi yang kalian berikan.

    Tak lupa untuk teman-teman Fisika A dan Fisika B angkatam 2015, yang

    selalu mengiringi perjuangan saya selama ini, membagi wawasan,

    pengetahuannya, dukungan sehingga saya dapat melewati masa-masa sulit,

    terima kasih untuk itu. Semoga kebaikan ini menjadi amal baik dan

    mendapat pahala dari

    Allah SWT.

    Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya

    persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya

    sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk

    kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

    Amin … ya Robbal Alamin

  • vi

    MOTTO

    َوتََعاَونُوْا َعلَي اْلبرِّ َوالتَّْقَوى َوالَ تََعاَونُوْا َعلَي اإِلْثِم َواْلُعْدَواِن َواتَّقُوْا ّللّاَ

    َشِديُد اْلِعقَابِ إِنَّ ّللّاَ

    Artinya: …Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

    takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

    pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah

    amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah ayat 2) (Depag RI, 2006).

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis haturkan

    sepenuhnya kepada Allah SWT, maha pencipta alam semesta, maha memberi

    dengan segala rahmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis

    diberi kejernihan dalam berpikir, ketenangan dalam berbuat, kekuatan dalam

    beraktifitas untuk menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Model

    Pembelajaran Inkuiri TerbimbingTerhadap Pemahaman Konsep Siswa Sekolah

    Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi”. Sholawat dan salam senantiasa

    penulis sampaikan kepada sosok manusia mulia yang telah Allah SWT janjikan

    syurga untuknya, dialah Rasullullah SAW.

    Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan pada jenjang pendidikan Strata Satu Program Studi Tadris

    Fisika UIN STS Jambi.

    Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulisan banyak mendapat

    bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai

    pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, Ma, Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan

    Thaha SaifuddinJambi.

    2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Bapak Boby Syefrinando M.Si selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha SaifuddinJambi.

    4. Ibu Dr.Tanti, M.Si dan Bapak Zainal Hartoyo, M. Pd selaku pembimbingan I

    dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing

    menyelesaikan skripsiini.

    5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi, umumnya telah banyak memberikan ilmunya kepada

    penulis.

  • viii

    6. Para karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi yang telah banyak memberikan bantuan kepada

    penulis.

    7. Bapak Awaludin S.Pd.I selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri

    9 Muaro Jambi dan Bapak Riki Satria S.Pd selaku Guru Bidang Studi Fisika

    Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 MuaroJambi

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

    sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan

    mengarah menuju kebaikan senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini

    bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca umumnya. Aamiin Ya

    Robbal’alamin.

    Jambi, November 2020

    Penulis

    -

    Wandika

    TF.151115

  • ix

    ABSTRAK

    Nama : Wandika

    Prodi : Tadris Fisika

    Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap

    Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9

    Muaro Jambi

    Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

    Terbimibng Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

    Negeri 9 Muaro Jambi. Penelitian ini menggunakan desain One Grup Pretest-

    Posttes tekniknya diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan, dengan demikian

    hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan

    dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. sedangkan teknik pengumpulan data

    menggunakan tes. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok subjek penelitian

    yaitu kelas X TBSM 1 kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan

    memberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Nilai dari uji n-gain, yaitu

    0.58 berarti model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki pengaruh sangat

    tinggi terhadap pemahaman konsep siswa, untuk nilai t-test thitung> ttabel (34,0 >

    2,045) pada taraf signifikan 5% Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis

    alternatif (Ha) diterima. Penelitian ini menemukan bahwa pembelajaran

    menggunakan model inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap

    pemahaman konsep siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 MuaroJambi.

    kata kunci

    :

    Model inkuiri terbimbing, Pemahaman Konsep

  • x

    ABSTRACT

    Name : Wandika

    Study program : Tadris Physics

    Tittle :

    The Effect of Guided Inquiry Learning Model Towards

    Understanding of the Concept of Muaro Jambi 9th

    Vocational High School Students

    This thesis aims to determine the effect of the Inquiry Inquiry Learning Model on

    the Concept Understanding of Students in the State Vocational High School 9

    Muaro Jambi. This study used the One Group Pretest-Posttest design, the

    technique was given a pre-test before being given treatment, thus the treatment

    results could be known to be more accurate, because it could compare with the

    conditions before being treated. while the data collection technique used tests. In

    this study, there were two groups of research subjects, namely class X TBSM 1,

    the experimental class which was treated by providing a guided inquiry learning

    model. The value of the n-gain test, which is 0.58 means that the guided inquiry

    learning model has a very high influence on students' conceptual understanding,

    for the t-test value tcount> ttable (34.0> 2.045) at a significant level of 5% So it

    can be concluded that the alternative hypothesis ( Ha) accepted. This study found

    that learning using the guided inquiry model had a significant effect on students'

    conceptual understanding of the State Vocational High School 9 MuaroJambi.

    Keywords : Inquiry Guided, Understanding The Concept

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    PERSETUJUAN SKRIPSI I ........................................................................................ ii

    PERSETUJUAN SKRIPSI II ...................................................................................... iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS............................................................................... iv

    PERSEMBAHAN ......................................................................................................... v

    MOTTO ......................................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii

    ABSTRAK ..................................................................................................................... ix

    ABSTRACT .................................................................................................................... x

    DAFTAR ISI.................................................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4

    C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 4

    D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

    E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian...................................................... 4

    BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoritik.............................................................................. 6

    B. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 13

    C. Kerangka Berfikir.............................................................................. 17

    D. Hipotesis Penelitian………………………………………………… 17

  • xii

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 18

    B. Pendekatan dan Desain Penelitian .................................................... 18

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 19

    D. Variabel-variabel dan perlakuan Penelitian ...................................... 20

    E. Instrument Penelitian ........................................................................ 20

    F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 25

    G. Hipotesis Statistik ............................................................................. 26 28

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil penelitian................................................................................... 28

    B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 34

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 37

    B. Saran ................................................................................................... 37

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 38

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel III.1 Desain One Group Pretest-Posttest ................................................. 19

    Tabel III.2 Populasi Penelitian ........................................................................... 19

    Tabel III.3 Kisi-Kisi Instrument Tes .................................................................. 21

    Tabel III.4 Kriteria n-gain .................................................................................. 24

    Tabel IV.1 Skor Pretest Kelas X TBSM ......................................................... 29

    Tabel IV.2 Skor Posttest Kelas X TBSM .......................................................... 31

    Tabel IV.3 Uji Normalitas Lilifors .................................................................... 33

    Tabel IV.4 Karakteristik Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ......... 34

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1 Tahapan Model ILD ...................................................................... 9

    Gambar II.2 Bagan Kerangka Fikir .................................................................... 16

    Gambar III.1 Desain Posttest Only Control Group Design ............................... 17

    Gambar IV.1 Histogram Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen .......... 33

    Gambar IV.2 Histogram Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol ................. 35

    Gambar IV.3 Perbandingan Indikator Penguasaan Konsep .................................. 38

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Nilai Ulangan Harian Populasi ...................................................... 46

    Lampiran 2. Uji Normalitas Populasi................................................................. 47

    Lampiran 3. Uji Homogenitas Populasi ............................................................. 54

    Lampiran 4. Permohonan Validasi ..................................................................... 55

    Lampiran 5. Validasi Bahasa ............................................................................. 57

    Lampiran 6. Validasi Soal Essay ....................................................................... 60

    Lampiran 7. Validasi Rpp ................................................................................ 63

    Lampiran 8. Silabus Fisika ................................................................................ 66

    Lampiran 9. RPP Kelas Eksperimen ................................................................. 75

    Lampiran 10. Modul Praktikum ........................................................................ 93

    Lampiran 11. Soal pretest-Posttest ..................................................................... 114

    Lampiran 12. Kunci Jawaban pretest-Posttest .................................................... 115

    Lampiran 13. Skor pretest-Posttest Kelas Eksperimen...................................... 117

    Lampiran 14. Uji Normalitas pretest-Posttest .................................................... 125

    Lampiran 15. Uji Homogenitas Sampel .............................................................. 127

    Lampiran 16. N-Gain .......................................................................................... 128

    Lampiran 17. T-Test ............................................................................................ 129

    Lampiran 28. Foto-Foto Kelas Ekperimen.......................................................... 137

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan

    syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika.Hal ini menunjukkan

    bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut

    pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.Kemampuan berpikir logis

    memerankan peranan penting dalam pemahaman dan pembelajaran konsep

    abstrak dalam sains dan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik. Penelitian

    yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan

    berpikir formal dengan prestasi belajar siswa dalam biologi, kimia, dan fisika.

    Berpikir formal membantu siswa untuk memahami konsep abstrak (Usdiyana,

    2009).

    Mata pelajaran fisika pada umumnya justru dikenal sebagai mata pelajaran

    yang “ditakuti” dan tidak disukai murid-murid. Kecenderungan ini biasanya

    berawal dari pengalaman belajar mereka dimana mereka menemukan kenyataan

    bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran „berat‟ dan serius yang tidak jauh dari

    persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui

    pendekatan matematis (Sugiharti, 2005).

    Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif apabila

    diselenggarakan oleh pembelajaran pemrosesan informasi. Hal ini

    dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekan pada bagaimana

    seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah

    informasi.Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah

    model inkuiri.Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk

    mencari atau memahami informasi. Strategi inkuiri berarti suatu kegiatan

    rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

    siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,

  • 2

    sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

    diri (Trianto, 2010).

    Sesuai dengan Permendiknas No 22 Tahun 2006 tujuan pembelajaran fisika

    adalah siswa mampu mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir untuk

    menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan berbagai masalah. Selain

    itu siswa juga harus menguasai konsep fisika serta keterampilan mengembangkan

    ilmu pengetahuan (Mustika, 2014).Oleh karenanya, pemahaman konsep yang

    benar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan oleh peserta didik. Kekeliruan

    dan ketidakpahaman persepsi siswa terhadap proses pembelajaran akan

    mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang dicapai oleh peserta didik.

    Sehingga pemilihan penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan aspek

    terpenting dalam upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep fisika

    peserta didik.

    Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa di Sekolah Menengah Atas

    dibidang studi fisika memiliki banyak permasalahan terkait dengan pemahaman

    konsep. Permasalahan pemahaman konsep dan motivasi tersebut meliputi:(1)

    Pemahaman konsep siswa masih berada dibawah kriteria yg diinginkan, (2)

    Pembelajaran fisika yang dilaksanakan oleh guru masih belum melibatkan siswa

    secara aktif dan terlalu menoton, (3) Kurangnya pemberian motivasi dari guru

    terhadap siswa mengenai pembelajaran fisika.

    Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa

    diketahui bahwa : (1) Siswa merasa sulit dalam memahami konsep dan rumus

    fisika, (2) Siswa merasa sulit dalam mengerjakan soal fisika, (3)Rendahnya

    motivasi siswa dalam belajar fisika, (4) Siswa merasa bosan dalam pembelajaran

    fisika karena metode yang digunakan oleh guru tidak bervariasi.

    Berdasarkan keterangan diatas diketahui nilai rata-rata Ujian nasional

    siswa sekolah menengah atas sangat rendah sekali menurut (puspendik

    kemdikbud, 2017).

  • 3

    Tabel 1.1

    Nilai rata-rata Ujian Siswa SMK N 9 Muaro Jambi pada mata pelajaran fisika

    No. Tahun Ajaran Nilai rata-rata

    1.

    2.

    3.

    2017

    2018

    2019

    51,98

    47,90

    45,82

    (Sumber Tata Usaha Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi)

    Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai fisika dari tahun ketahun semakin

    menurun dan disini kami mencari solusi agar dapat meningkatkan minat belajar

    siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

    Permasalahan ini harus dicarikan solusi untuk mengatasinya. Salah satu

    solusi yang diyakini dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah pembelajaran

    inkuiri terbimbing untuk membekali siswa pemahaman konsep dan memotivasi

    siswa dalam belajar fisika. inkuiri merupakan suatu pendekatan pembelajaran

    yang dinamis, dimana siswa dapat menjelajahi alam melalui pengamatan,

    mengajukan pertanyaan, membuat penemuan, dan menguji hasil temuannya untuk

    mencari/mendapatkan suatu penemuan baru.

    . Tangkas (2012), menemukan bahwa Pembelajaran InkuiriTerbimbing dapat

    meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep dan Keterampilan proses sains

    siswa kelas X SMAN 3 Amlapura. Abelta (2017), menemukan bahwa

    Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar melalui

    pemahaman konsep di SMPN 3 natar. Wayan sadia (2013), menemukan bahwa

    Pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

    konsep dan literasi sains siswa kelas X SMA PGRI 1 Amlapura

    Sukma (2016), menemukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing

    (guided inquiry) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA Negeri 11

    Samarinda. Budiasa (2016), menemukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing

  • 4

    dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP 1 Candipuro. Rahmani

    (2015), menemukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan

    keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa di SMP .

    Berdasarkan urairan beberapa peneliti diatas penelitian ini akan

    difokuskan ingin melihat pengaruh inkuiri terbimbing terhadap pemahaman

    konsep siswa pada pembelajaran fisika

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan diatas, maka

    permasalahan yang dapat teridentifikasi dalam penelitian ini adalah :

    1. Fisika kurang diminati oleh siswa karena pembelajaran masih bersifat

    abstrak.

    2. Model pembelajaran yang kurang bervariasi

    3. Sulitnya siswa memahami konsep mata pelajaran fisika.

    C. Pembatasan Masalah

    Agar permasalahan yang akan diteliti lebih terarah dan dapat sesuai

    dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis memberikan batasan masalah

    pada penelitian ini sebagai berikut :

    1. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan

    Negeri 9 Muaro Jambi

    2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Inquiri Terbimbing

    3. Model pembelajaran inquiri Terbimbing dengan pemahaman konsep

    4.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri

    terbimbingterhadap pemahaman konsep belajar siswaSekolah Menengah

    Atas?

  • 5

    2. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri

    terbimbingterhadap motivasi belajar siswaSekolah Menengah Atas?

    3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa mengenai penerapan model

    pembelajaran inkuiri terbimbin terhadap pemahaman konsep siswa Sekolah

    Menengah Atas?

    E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian:

    a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri

    terbimbing terhadap pemahaman konsep belajar siswa Sekolah

    Menengah Atas

    b. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri

    terbimbingterhadap motivasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas

    2. Kegunaan Penelitian :

    a.Memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis dalam pengaruh penerapan

    model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep dan

    motivasi belajar siswa.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoritik

    Deskripsi yang dimaksud disini adalah teori-teori yang dikemukakan oleh

    para ahli, khususnya permasalahan yang menyangkut permasalahan yang dapat

    dijadikan acuan dan pedoman untuk mengkaji masalah yang ada dilapangan.

    Untuk itu peneliti memerlukan teori dan konsep yang telah ada sebelumnya

    sebagai variabel-variabel yang akan diteliti.

    1. Model pembelajaran inkuiri

    Henrichsen & Jarret (2004). mengemukakan bahwa salah satu model

    pembelajaran yang merujuk kepada pandangan konstruktivisme mengenai

    pembentukan pengetahuan adalah model pembelajaran inkuiri. Dalam proses

    belajar mengajar, inkuiri digunakan sebagai metode pengajaran yang

    memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang

    akan dilakukan oleh siswa.

    a. Pengertian inkuiri

    Inkuiri berasal dari kata bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai

    proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang

    diajukan. Menurut Schmidt (2003:56) inkuiri adalah suatu proses untuk

    memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau

    eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

    pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir

    kritis dan logis.

    Sedangkan menurut Granger Meador (2010:6) dalam Inquiry Physics,

    menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

    dinamis, dimana siswa dapat menjelajahi alam melalui pengamatan, mengajukan

    pertanyaan, membuat penemuan, dan menguji hasil temuannya untuk

    mencari/mendapatkan suatu penemuan baru. Selain itu, Beluga Whales dalam

  • 7

    Science as Inquiry, menyatakan bahwa inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran

    yang kompleks, dimana siswa melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan,

    merumuskan pertanyaan, dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini

    dilakukan untuk mengasah keterampilan mereka agar hasil belaja rmereka

    menjadi lebih baik.

    Inkuiri memiliki pemaknaan yang lebih, yaitu mengajukan pertanyaan yang

    bermakna, yang melibatkan pemaknaan, performa dengan kegiatan intelektual

    untuk menghasilkan pengalaman yang mudahdialami.

    Dari pengertian-pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan inkuiri

    merupakan langkah-langkah intelektual siswa untuk mencari pengetahuan dan

    mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya

    sehingga dapat menciptakan seorang yang memiliki tingkah laku yang dapat

    memengaruhi kehidupan sehari-hari berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki

    dan dapat menumbuh kembangkan kekreatifannya untuk mencipta dari

    pengalaman-pengalaman yangdimiliki.

    Ciri-ciri pembelajaran inkuiri menurut Kuslan dan Stone (dalam satan dkk,

    2010:104) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Menggunakan keterampilan proses

    2) Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebihdahulu

    3) Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahanmasalah

    4) Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan masalahsendiri

    5) Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau

    eksperimen

    6) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan

    data mengadakan pengamatan, membaca/menggunakan sumberlain.

    7) Siswa melakukan penelitian secara individu atau

    kelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji

    hipotesistersebut.

    8) Siswa mengolah data sehingga mereka sampai padakesimpulan.

  • 8

    b. Karakteristik Inkuiri

    Kemampuan dalam inkuiri meliputi observasi, bertanya, hipotesis,

    pengumpulan data, dan interpretasi.

    1) Observasi

    Keterampilan menggunakan secara optimal dan proporsional seluruh alat indra

    untuk menggambarkan obyek dan hubungan ruang dan waktu atau

    mengukur karakteristik fisik benda-benda yangdiamati.

    2) Pertanyaan

    Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk

    mengembangkan atau mengukur tercapainya tingkat kognitif tertentu, atau

    keterampilan proses sains tertentu. Berdasarkan tingkat kognitif dan

    keterampilan proses sains yang terkandung dalam pertanyaan, pertanyaan

    dapat dibedakan menjadi beberapa macam.

    a) Pertanyaan pengetahuan (ingatan) dan pertanyaan observasi. Pertanyaan

    pengetahuan menuntut siswa untuk mengingat atau mengungkap kembali

    fakta-fakta yang penting untuk membangun konsep atauprinsip.

    b) Pertanyaan pemahaman dan keterampilan proses interpretasi/pre-

    diksi/inferensi. Pertanyaan pemahaman dirancang untuk

    mengembangkan atau mengukur pengertian terhadap gagasan, konsep,

    atau generalisasi yang disajikan dalam prosespembelajaran.

    c) Pertanyaan aplikasi, dan keterampilan merumuskan hipotesis. Pertanyaan

    aplikasi meminta siswa untuk menerapkan prinsip atau hukum.

    Penerapan yang dituntutberupa:

    (1) mencari contoh darikonsep

    (2) memecahkan masalahbaru

    (3) menggunakan konsep/prinsip/hukum untuk mempe-lajari halbaru

    d) Pertanyaan analisis dan keterampilan proses merancang dan

    melaksanakan eksperimen. Pertanyaan analisis meminta siswa untuk

    memperoleh alasan, hubungan, motif, makna (meanings) dan ciri-ciri

    yang tidak atau belum pernah dibahas dalampelajaran.

  • 9

    e) Pertanyaan sintesis. Louisiel dan Descamps (1992) menyatakan bahwa

    pertanyaan sintesis merupakan pertanyaan yang mendorong siswa untuk

    berpikir kreatif dan mampu melakukan tindakan problemsolving.

    f) Pertanyaan evaluasi. Pertanyaan evaluasi menuntut siswa untuk

    memberikan pandangan dan mengambil keputusan tentang baik atau

    buruknya suatu benda ataukejadian.

    3) Hipotesis

    Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan

    perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi dan interpretasi

    didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode

    induktif, maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep

    dengan metodededuktif.

    4) Pengumpulan data

    Pengukuran, pengumpulan data, dan penampilan ”fair test” digunakan untuk

    memperoleh fakta-fakta yang dibutuhkan untuk mendapatkan investigasi

    dan konsisten dengan fakta yang benar. Siswa dapat menjawab pertanyaan

    atau uji prediksi dengan beberapa ketentuan yang variabel telah diuji dan

    diukur secara sistematis.

    5) Interpretasi

    Interpretasi meliputi penemuan pola akibat dan mensintesis informasi agar

    menghasilkan pertanyaan tentang makna gabungan diantara variabel dan

    yakin bahwa data mendukung dihipotesis siswa.

    Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,

    dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan

    penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk

    memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual

    (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir

    menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk

    membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

    Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang

    menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Pembelajaran dengan

    model inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richard Suchman tahun 1962

  • 10

    (Joyce, 2000). Ia menginginkan agar siswa bertanya mengapa suatu peristiwa

    terjadi, kemudian ia mengajarkan pada siswa mengenai prosedur dan

    menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Siswa

    melakukan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisa data, sampai akhirnya

    siswa menemukan jawaban dari pertanyaan itu.

    Model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan

    secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

    sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri

    penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002:84).

    Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal

    yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri

    menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan

    menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek

    belajar.

    Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima

    pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk

    menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas

    yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari

    sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap

    percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru

    bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar

    siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab

    antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik

    bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari

    penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan

    intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran

    inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi

    bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

    Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973)

    sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan

    eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin

    melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas

    pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang

    lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

    Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai

    pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-

    gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan

  • 11

    inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-

    kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap

    pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang

    digariskan secara jelas (Hamalik, 1991).

    Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah

    sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku.

    Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan

    menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional

    (Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce , Cleaf (1991)

    menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas

    yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang

    berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan

    menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan

    oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan

    informasi.

    Sementara itu, Trowbridge (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai

    proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis,

    merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan

    masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi

    dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus

    pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan

    konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.

    Senada dengan pendapat Trowbridge, Amien (1987) dan Roestiyah (1998)

    mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang

    digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses

    discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya,

    misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,

    mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap

    objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

    Sebagai suatu model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran

    yang ada, inkuiri menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa

    yang diperlukan. Dalam model pembelajaran ini, siswa didorong untuk berfikir

    sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum

    berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh

    siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang

    dipelajari.

  • 12

    Dengan model ini, siswa dihadapkan kepada situasi bebas menyelidiki dan

    menarik simpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba hendaknya dianjurkan guru

    bertindak sebagai petunjuk jalan, guru membantu siswa agar mempergunakan ide,

    konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk

    mendapatkan pengetahuan yang baru.

    Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru merangsang aktivitas siswa

    dan membantu mereka dalam menemukan pe ngetahuan yang baru tersebut. Perlu

    diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam

    pelaksanaannya, tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan

    waktu yang digunakan. Pengetahuan baru dapat melekat lebih lama apabila siswa

    dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan menkonstruksi sendiri

    konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara

    perseorangan maupun kelompok.

    Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam model inkuiri ini dapat

    digambarkan sebagai berikut :

    Inkuiri Peran Guru Peran Siswa

    Sedikit bimbingan Menyatakan persoalan Menemukan pemecahan

    Banyak bimbingan Menyatakan persoalan

    Memberikan bimbingan

    Mengikuti petunjuk

    Menemukan

    penyelesaian

    Memperhatikan model inkuiri tersebut diatas dapat disampaikan kelebihan

    dan kekurangan yang dimilikinya (Suyitno, 2004:7). Kelebihan dari model inkuiri

    adalah : a) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, b) Siswa memahami benar bahan

    pelajaran, c) Menimbulkan rasa puas bagi siswa, dan d) Melatih siswa belajar

    mandiri. Adapun kekurangan dari model inkuiri adalah : a) Menyita waktu

    banyak, b) Menyita pekerjaan guru, c) Tidak berlaku untuk semua topic, dan d)

    Untuk kelas yang besar sangat merepotkan guru.

    Model pembelajaran inkuiri yang akan dijelaskan dalam blog ini

    adalah model latihan inkuiri (inquiry training) yang dimodifikasi. Guru

    memberikan problem dan menyediakan bahan, alat-alat dan Lembaran Kegiatan

    Siswa (LKS) kemudian siswa diminta untuk memecahkan problem tersebut

    melalui pengamatan, eksplorasi melalui prosedur penelitian untuk memperoleh

    jawabannya. Siswa diberi kemerdekaan yang cukup luas untuk memecahkan

    problem tersebut (Amien, 1987). Pembelajaran dengan model ini mengikuti lima

    tahapan sesuai dengan apa yang ditulis Joyce, B.et.al (2000) yaitu:

  • 13

    1. Tahapan pertama : Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada permasalahan. Pada tahap ini guru menyatakan situasi masalah

    dan menjelaskan prosedur inkuiri kepada siswa

    2. Tahapan kedua: Pengumpulan dan verifikasi data Tahap ini siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami,

    dan membuktikannya.

    3. Tahap ketiga: Eksperimen dan mengumpulkan data. Pada tahap ini siswa melakukan eksperimen yang mempunyai dua fungsi yakni eksplorasi yang

    mengetes secara langsung, melihat apakah yang akan terjadi, tidak

    memerlukan suatu teori atau hipotesis, tetapi boleh menggunakan ide-ide

    untuk terjadinya suatu teori. Sedangkan tes langsung berlaku apabila

    siswa-siswa mencoba suatu teori atau hipotesis.

    4. Tahap keempat: Merumuskan penjelasan. Pada tahap keempat ini guru mengajak siswa merumuskan penjelasan. Beberapa diantara siswa akan

    menemui kesulitan dalam mengemukakan informasi yang mereka peroleh,

    untuk memberikan uraian yang jelas. Mereka dapat memberikan

    penjelasan yang tidak mendetail

    5. Tahap kelima: Mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Pada tahap kelima siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka.

    Mereka boleh menentukan pertanyaan yang lebih efektif, pertanyaan yang

    produktif dan yang tidak, atau tipe informasi yang mereka butuhkan dan

    yang tidk diperoleh.

    Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa

    mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya

    seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban

    yang berawal dari keingin tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh

    Joyce, B, et. al (2000): “ The general goal of inquiry training is to help students

    develop the intellectual discipline and skills necessary to raise questions and

    search out answers stemming from their curiosity”,

    Dalam pembelajaran dengan metode inkuiri, siswa terlibat secara mental

    maupun fisik untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Dengan

    demikian siswa akan terbiasa bersikap seperti sikap ilmuan sains yang teliti,

    tekun/ulet, objektif/jujur, menghormati pendapat orang lain dan kreatif. Adapun

    manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan metode inkuiri ini,

    diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Bruner (Amin, 1987) antara lain

    adalah sebagai berikut:

    1. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik

    2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi

    proses belajar yang baru

    3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

  • 14

    4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya

    sendiri

    5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik

    6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang

    Pembelajaran melalui model seperti ini akan membawa dampak besar bagi

    perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pengajaran ini siswa

    mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa

    yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak seperti

    topik listrik (Winataputra, dalam Kaswan, 2004).

    Kourilsky (Hamalik, 2004), menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan

    inkuiri berpusat pada siswa dimana siswa dihadapkan ke dalam suatu masalah

    kemudian mencari jawaban melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas

    dan struktural. Dengan menitikberatkan pada proses menemukan langsung oleh

    siswa, maka penguasaan konsep tentang listrik dinamis dapat ditingkatkan

    sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa diharapkan juga dapat

    meningkat. Dengan keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran diharapkan

    siswa memiliki kecakapan hidup (life skill). Dengan kecakapan-kecakapan

    tersebut ia bisa mengenal potensi diri, eksistensi diri, kecakapan berpikir baik

    menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, yang

    kesemuanya bermuara pada kecakapan memecahkan masalah. (Depdiknas, 2004).

    Masalah adalah situasi yang dialami seseorang sehingga apa yang dialaminya

    berbeda dengan apa yang secara ideal diinginkannya (Heylighen dalam Haryanto,

    2006). Selanjutnya dikatakan bahwa sesorang yang mempunyai masalah bilamana

    ada pemisah antara keadaannya dengan apa yang diinginkannya dan dia tidak tahu

    bagaimana menghilangkan pemisah tersebut.

    Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan dengan berbagai

    macam masalah, yang memerlukan kita untuk mencari jalan keluar dengan

    berbagai keterampilan dan kemampuan untuk memecahkannya. Russeffendi

    (Osarizalsyam, 2006) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah pendekatan

    yang bersifat umum yang lebih mengutamakan proses dari pada hasil.

    Riset telah membuktikan mengenai proses pemecahan masalah. Gerace, J. W.

    et al (2005), mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah seorang siswa

    tidak hanya tergantung pada tingkat kematangannya tetapi juga ditentukan dari

    permasalahan yang mereka sendiri mengalaminya. Ia menyimpulkann bahwa

    kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, tidak hanya ditentukan oleh pola

    pikir melainkan dipengaruhi oleh kerja atau pelatihan.

  • 15

    Dengan demikian pembelajaran yang bernuansa pemecahan masalah harus

    dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang siswa untuk berfikir dan

    mendorong menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah.

    Belajar pemecahan masalah pada hakekatnya adalah belajar berpikir (learning to

    think) atau belajar bernalar (learning to reason), yaitu berpikir atau bernalar

    mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya

    untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai.

    Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah

    diantaranya Mettes (Arifin, 1984), menyatakan tahap-tahap dalam memecahkan

    masalah yaitu: tahap analisa, tahap perencanaan, tahap pemecahan masalah, tahap

    melakukan perhitungan, dan tahap pengecekan.

    Sedangkan Menurut Polya (Hudoyo, 1979) mengatakan bahwa pemecahan

    masalah sebagai usaha mencari jalan ke luar dari suatu kesulitan mencapai suatu

    tujuan yang tidak begitu saja dengan serta-merta dapat dicapai. Selanjutnya ia

    mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas

    intelektual yang sangat tinggi. Heller, et. al. (Huffman, 1997) mengatakan bahwa

    untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) yang

    dihadapi siswa dalam ilmu fisika dapat dilakukan dengan memberikan strategi

    bagaimana memecahkan masalah tersebut. Dalam penelitian ini strategi

    pemecahan masalah yang digunakan adalah strategi pemecahan masalah yang

    dikembangkan oleh Heler, et.al yang dikembangkan dengan beberapa tahapan.

    Tahap-tahap pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Heler, et.al

    (Huffman, 1997) mengacu pada lima tahapan meliputi:

    1) memfokuskan masalah (focus the problem)

    2) menguraikan secara konsep fisika (describe the physics)

    3) merencanakan solusi (plan the solution

    4) melaksanakan rencana pemecahan masalah (execute the plan)

    5) memberikan evaluasi pada solusi (evaluate the solution)

    c. Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran

    Inkuiri

    Sesuai dengan pokok bahasan yang telah diuraikan di atas, maka tahap-

    tahap yang ditempuh dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri (Putrayasa,

    1984), sebagai berikut.

  • 16

    1. Tahap pertama (Menginformasikan tujuan pembelajaran)

    Sebelum guru mengemukakan masalah yang akan dikerjakan siswa,

    terlebih dahulu guru menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan

    model pembelajaran inkuiri tanpa memberi informasi tentang teori yang akan

    dipelajari dan apersepsi. Selanjutnya, guru membagikan sebuah LKS yang di

    dalamnya terdapat bacaan, mereka diberikan waktu beberapa menit untuk

    memahami bacaan tersebut.

    2. Tahap kedua (Mengajukan permasalahan)

    Pada tahap ini guru mengajukan permasalahan (teka-teki) yang dapat

    menumbuhkan motivasi siswa untuk menemukan pendapatnya. Permasalahan

    tersebut berupa tugas atau pertanyaan.

    3. Tahap ketiga (Siswa menetapkan hipotesis dan melakukan proses

    penyelidikan).

    Pada tahap ini siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji

    lebih lanjut. Hipotesis yang ditetapkan berkaitan dengan permasalahan-

    permasalahan yang diajukan guru. Pada tahap ini terdapat dua kemungkinan yang

    muncul, yaitu: (3.1) siswa secara spontan melakukan penyelidikan atau

    penjelajahan tentang informasi/data untuk menguji hipotesis yang ditetapkan, baik

    secara individu maupun secara kelompok. Selanjutnya, siswa menarik

    kesimpulan; dan (3.2) siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk

    membuktikan hipotesis. Di sinilah guru membantu siswa, mendorong melakukan

    kegiatan belajar untuk mencari informasi berkaitan dengan permasalahan yang

    diajukan guru. Jawaban guru atas pertanyaan siswa hanya berkisar ya atau tidak,

    karena dalam model inkuiri ini siswa sendiri yang menemukan jawaban

    permasalahan yang diberikan oleh guru.

    4. Tahap keempat (Presentasi hasil penyelidikan oleh siswa).

    Pada tahap ini siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan

    jawaban/menarik simpulan. Selanjutnya, guru mengumpulkan hasil

    penyelidikan/eksperimen. Agar seluruh siswa yang ada dalam kelas terlibat untuk

    memecahkan permasalahan tersebut, maka setiap siswa mendapat giliran untuk

    memberikan alasan atau hasil pekerjaannya. Dengan demikian, siswa diarahkan

    untuk menjawab permasalahan tersebut.

    5. Tahap kelima (Penarikan simpulan bersama).

    Pada tahap ini guru mengajak dan membimbing siswa untuk merumuskan

    dan menemukan sendiri teori berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan dari

  • 17

    hasil tanya jawab di dalam kelas. Selanjutnya, guru memberi komentar dan

    penjelasan tentang hasil temuan mereka dan menjelaskan kembali teori atau

    konsep yang telah ditemukan.

    d. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

    Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan

    pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

    1) Orientasi

    Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau uklim

    pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar

    siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan

    mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi

    merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat

    tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan

    kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemampuan dan kemauan

    itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

    2) Merumuskan Masalah

    Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada sustu

    persoalan yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan adalah

    persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki

    itu.Dikatakan teka- teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan

    masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban

    yang tepat.Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi

    inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh

    pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental

    melalui proses berpikir

    3) Merumuskan hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

    dikaji.Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

    Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki

    landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu

    bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat

  • 18

    dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan

    pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai

    wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rsional dan logis.

    4) Mengumpulkan Data

    Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

    untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,

    mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

    mengembangkan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya

    memerlukan motivasi yangkuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan

    ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu,

    tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi

    yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa

    tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya

    ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru

    menmukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus

    menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui

    penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa

    sehingga mereka terangsang untuk berpikir.

    5) Menguji Hipotesis

    Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

    sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

    data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat

    keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan bukan hanyaberdasarkan

    argumentasi, akan tetapi harus didukung oelh data yang ditemukan dan dapat

    dipertanggungjawabkan.

    6) Merumuskan Kesimpulan

    Merumuskan kesimpulan adalah proses pendeskripsian temuan yang diperoleh

    berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan

    gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data

  • 19

    yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada

    masalah yanghendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan

    yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang

    relevan.

    Adapun tahapan dalam proses pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

    1) Tahap pertama (penyajian masalah)

    Pada tahap ini guru menunjukkan sebuah masalah (fenomena) kepada siswa

    baik berupa demonstrasi, atau pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan teka-

    teki. Aktivitas siswa pada tahap iniadalah:

    a) Siswa memberi respon positif terhadap masalah yang dikemukakan olehguru.

    b) Siswa mengidentifikasimasalah.

    c) Siswa mengungkapkan ideawalnya.

    2) Tahap kedua (pengumpulan dan verifikasi data)

    Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan

    masalah (fenomena) yang diajukan.Siswa dapat menghubungkannya dengan

    fenomena yang terjadi, kemudian membuat hipotesis. Aktivitas siswa pada tahap

    iniadalah:

    a) Siswa mengumpulkan informasi sambil berdiskusi untuk

    menjawab permasalahan yang diajukanguru.

    b) Siswa membuat dan mengemukakanhipotesis.

    3) Tahap ketiga (melakukan eksperimen)

    Pada tahap ini siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau arahan

    dari guru seperti yang terdapat dalam LKS yang telah disediakanoleh guru,

    kemudian siswa menuliskan hasil eksperimennya dalam LKS sehingga siswa

    dapat menjawab permasalahan yang diajukan guru diawal. Aktivitas siswa pada

    tahap iniadalah:

    a) Siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau bimbingan dari

    guru, alat dan bahan serta langkah-langkah percobaan dirumuskan olehguru.

    b) Siswa melakukan pengamatan dan kerjasama dalam pengumpulandata.

    c) Siswa mencatat data hasilpercobaan.

  • 20

    4) Tahap keempat (merumuskan penjelasan)

    Ada tahap ini siswa diminta mengolah dan menganalisis data hasil

    eksperimennya. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

    a) Siswa mendiskusikan hasil penyelidikan secaraberkelompok.

    b) Siswa menganalisis data hasilpercobaan.

    c) Siswa merumuskan dan menarik kesimpulan hasilpercobaan.

    5) Tahap kelima (mengadakan analisis terhadap proses inkuiri)

    Pada tahap ini siswa membuat dan mengemukakan kesimpulan yang

    sekaligus dapat menjawab pertanyaan guru diawal. Aktivitas siswa pada tahap ini

    adalah:

    a) Siwa mempresentasikan hasilpercobaan.

    b) Siswa terlibat aktif. dalam diskusi kelas sehingga dapat menganalisis pola

    penemuanmereka

    e. keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri

    Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak

    dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:37

    1) Strategi ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman

    aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga

    pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebihbermakna

    2) Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

    dengan gaya belajarmereka.

    3) Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan

    psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan

    tingkah laku berkat adanyapengalaman.

    4) Keuntungna lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan

    siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang

    memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang

    lemah dalambelajar.

    Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan,

  • 21

    diantaranya:

    1) Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit

    mengontrol kegiatan dan keberhasilansiswa.

    2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

    dengan kebiasaan siswa dalambelajar.

    3) Kadang-kadang dalam pengimplementasiannya, memerlukan waktu yang

    panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengna waktu yang

    telahditentukan.

    4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

    menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan

    oleh setiapguru.

    2. Pemahaman Konsep

    Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui pengaruh model inkuiri terbimbing

    terhadap hasil belajar. Peneliti lebih menspesifikkan penelitian pada hasil belajar

    yang berupa pemahaman konsep siwa dengan aplikasi taxonomi Bloom yang

    telah direvisi.

    a. Pemahaman(understanding)

    Revisi Taksonomi Bloom menekankan pada penggunaan taksonomi

    pendidikan dalam merencanakan kurikulum, pembelajaran, asesmen dan

    kesesuaian diantara ketiganya. Oleh karena itu merupakan suatu hal yang penting

    mengaplikasikan ini dalam pembelajaran fisika terutama dalam merumuskan

    tujuan pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa dalam belajar jika ditinjau

    dari aspek kognitif siswa. Rumusan tujuan pembelajaran terkait dengan aktivitas

    belajar dan penilaian hasil belajar, dalam penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui pengaruh model terhadap pemahaman siswa berdasarkan revisi

    taksonomi Bloom.

    Pemahaman diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami atau

    menanamkan. ”Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan

    yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk

  • 22

    menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan”.

    Seorang siswa dapat dikatakan paham yaitu apabila dia dapat membangun

    hubungan atau mengkonstruksikan inti dari berbagai ranah pengetahuannya atau

    menciptakan inti dari beberapa objek.Siswa yang paham adalah siswa yang dapat

    mengkoneksikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan yang baru

    didapatkannya. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu:

    1) Menafsirkan(interpreting)

    Penafsiran terjadi saat seorang siswa dapat mengubah suatu bentuk

    informasi pada bentuk infomasi yang lain. Misalnya dari grafik ke kalimat

    atau sebaliknya, dari kata ke angka atau sebaliknya, maupun dari kata ke

    kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. format assesment

    berupa format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan

    ganda (siswa memilih jawaban)

    2) Memberikan contoh(exemplifying)

    Mencontohkan atau mengilustrasikan dapat dilakukan seorang siswa dan

    dapat dikatakan paham saat dia dapat memberikan contoh dari suatu konsep

    atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh ini dapat

    menunjukkan bahwa seorang siswa sebagai wujud yang dapat atau mampu

    mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri-

    ciri dari konsep yang didapatkan tersebut untuk membuat contoh.

    Mencontohkan melibatkan proses indetifikasi ciri-ciri pokok dari konsep

    atau pun prinsip umum.. Format assesment: Format tes, jawaban singkat

    (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban)

    3) Mengklasifikasikan(classifying)

    Seorang siswa disebut memahami saat dia dapat mengenali bahwa sesuatu

    (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam

    kemampuan mengklasifikasikan ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau

    fenomena.

    Melibatkan proses medeteksi cri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan

  • 23

    contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Format Asesment: Tes Jawaban

    singkat, siswa diberi contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip

    yang sesuai dengan contoh.Tes Pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan

    kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsip dari pilihan-pilihan

    konsep atau prinsip.Atau siswa diberi sejumlah contoh dan diharuskan

    menentukan manakah yang termasuk dalam suatu kategori dan manakah

    yang tidak, atau diharuskan menempatkan satu contoh ke dalam salah satu

    dari banyak kategori.

    4) Meringkas(Summarizing)

    Merupakan kegiatan membuat suatu pertanyaan yang mewakili seluruh

    informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah tulisan.Meringkas

    menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya,

    yairu dapat menspesifikkan suatu kondisi. Proses membuat ringkasan

    informasi. Nama lain merangkum adalah menggeneralisasi dan

    mengabstraksi. Format asesmen: Tes jawaban singkat atau pilihan ganda

    yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman

    5) Menarik inferensi(inferring)

    Infering terjadi saat seorang siswa mampu mengabstraksikan sebuah

    sampel atau menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta.

    Misalnya, memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah

    komunitas berdasarkan data perkembangan populasi dalam sebuah

    komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama sepuluh tahun

    terakhir. Disebut juga mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi dan

    menyimpulkan. Format asesmen berupa tes melengkapi, tes analogi, dan tes

    pengecualian41

    6) Membandingkan(comparing)

    Seorang siswa dapat membandingkan saat dia dapat mendeteksi persamaan

    dan perbedaaan yang dimiliki oleh dua objek atau lebih. Melibatkan proses

    mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa,

  • 24

    ide, masalah, atau situasi seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa

    terkenal. Format asesmen berupa pemetaan.

    7) Menjelaskan(explaining)

    Siswa dapat menjelaskan saat dia dapat memberikan model dari suatu teori

    atau dapat mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu

    sistem. Menjelaskan, membuat dan menggunakan model sebab akibat

    dalam sebuah sistem. Format asesmen menjelaskan adalah berupa tugas-

    tugas penalaran, penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi.

    b. Pengertian konsep

    Kata konsep seringkali dipakai dalam beberapa cara oleh beberapa ahli seperti

    ahli filsafat, ilmuwan, psikolog, dan orang awam. Konsep diartikan sebagai

    kombinasi dari pengertian, nilai, dansimbol.

    Konsep merupakan konstruk (construct), sesuatu yang dibentuk oleh otak

    manusia dalam usahanya untuk memahami sesuatu dan mengatasi kesukaran yang

    ditimbulkannya. Konsep tidak dapat begitu saja dipindahkan dari seorang ke yang

    lainnya, tetapi dalam kenyataannya guru-guru sering mencoba melakukannya.

    Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relative

    sempurna dan bermakna, konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek,

    Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk mengelompokan

    ide, benda, atau peristiwa konsep merupakan abstrak, entitas mental yang

    universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau

    hubungan.

    B. Penelitian Yang Relevan diulang lagi yang SMA

    Fatmi, N. (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model

    Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses

    Sains Pada Siswa Sma. Jurnal Pendidikan Fisik. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui pengaruh model inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap

    keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Fluida Statik. Jenis penelitian

    adalah quasi experiment dengan two group pretest posttest design. Populasi dalam

    penelitian adalah seluruh siswa kelas XI-MIA semester I yang terdiri dari 4 kelas.

  • 25

    Pengambilan sampel sebanyak dua kelas dilakukan dengan cara cluster random

    sampling dengan kelas XI-MIA 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 37

    siswa dan kelas XI-MIA 3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 35 siswa.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa essay sebanyak 12 soal yang

    telah valid dan lembar observasi mengukur keterampilan proses sains selama

    proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata pretes kelas

    eksperimen adalah 23,51 dan kelas kontrol adalah 23,28. Setelah pembelajaran

    selesai diberikan postes dengan hasil nilai rata-rata kelas eksperimen 59 dan kelas

    kontrol 47,59. Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil terdapat pengaruh yang

    signifikan model inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa

    pada materi pokok Fluida Statik.

    Prahani, B. K., Soegimin, W. W., & Yuanita, L. (2017) dalam

    penelitiannya yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika

    Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatihkan Kemampuan Multi Representasi

    Siswa SMA. JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains). Penelitian ini bertujuan

    untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika model inkuiri terbimbing yang

    valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan kemampuan multi representasi siswa

    SMA. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model Kemp dan

    diujicobakan di kelas X SMAN 19 Surabaya semester genap tahun ajaran

    2013/2014 dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Pengumpulan data

    menggunakan metode observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data

    menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, kualitatif dan uji statistik non

    parametrik. Hasil penelitian ini menunjukkan,: 1) Perangkat pembelajaran yang

    dikembangkan berkategori valid; 2) Perangkat pembelajaran ditinjau dari

    keterlaksanaan RPP berkategori praktis dan aktivitas siswa sesuai dengan tahap-

    tahap pada model inkuiri terbimbing; dan 3) Keefektifan perangkat pembelajaran

    ditinjau dari: (a) Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari n-gain dengan

    kategori tinggi; (b) Peningkatan penguasaan kemampuan multi representasi siswa

    terlihat dari n-gain dengan kategori tinggi dan hasil analisis uji statistik non

    parametrik, yaitu: 1) tidak terdapat perbedaan kemampuan multi representasi awal

  • 26

    siswa pada kelas yang satu dengan kelas yang lain, 2) terdapat peningkatan

    kemampuan multi representasi siswa, dan 3) tidak terdapat perbedaan peningkatan

    kemampuan multi representasi siswa pada kelas yang satu dengan kelas yang lain;

    dan (c) Respon siswa terhadap perangkat dan pelaksanaan pembelajaran sangat

    positif. Disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran model inkuiri

    terbimbing yang dikembangkan valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan

    kemampuan multi representasi siswa SMA.

    Agustina Siregar, Suci (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

    Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Fisika

    Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor Di Kelas X Semester Ii Di Sma N. 1

    Namorambe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model

    Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar siswa Fisika Pada

    Materi Pokok Suhu dan Kalor Di Kelas X Semester II SMAN 1 Namorambe T.P

    2017/2018. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan

    two group pretest –posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas

    XI IPA yang terdiri dari 3 kelas. Pengambilan sampel secara cluster random

    sampling terdapat 2 kelas, X MIA 3 sebagai kelas eksperimen 30 siswa dan X

    MIA 2 sebagai kelas kontrol 30 siswa. Instrumen tes dalam bentuk pilihan

    berganda dengan jumlah 15 soal yang sudah divalidasi oleh validator dan lembar

    observasi. Untuk menguji hipotesis digunakan uji beda ( uji t), setelah uji

    prasyarat dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil penelitian

    menunjukkan nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 40,66 dan kelas kontrol

    36,44, hasil uji t diperoleh thitung = 1,80 dan ttabel= 2,002 karena thitung < ttabel

    maka kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama. Nilai rata-rata

    postes kelas eksperimen yaitu 70,22 dengan standar deviasi 8,88 dan kelas kontrol

    yaitu 10,81. Hasil nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji dengan

    menggunakan uji t satu pihak dan diperoleh hasil 5,15 > 2,43 yaitu thitung > ttabel

    pada taraf nyata 0,05 maka (Ha) diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada

    pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil

    Belajar siswaFisika Pada Materi suhu dan kalor Di Kelas X Semester II SMAN 1

  • 27

    Nmaorambe T.P 2017/2018

    Maulidiyah, R. (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model

    Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Pada

    Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor di SMAN Pakusari. Fisika

    merupakan cabang IPA yang mempelajari fenomena-fenomena tentang alam, hasil

    pemikiran dan eksperimen (Lestari, 2014: 60). Dalam proses pemahaman konsep

    IPA memiliki empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Empat

    unsur tersebut harus dimunculkan dalam suatu proses pembelajaran. Namun fakta

    dilapangan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa guru fisika di

    SMA Jember bahwa unsur sikap ilmiah masih belum dijadikan tujuan utama

    dalam pembelajaran. Sedangkan tujuan mata pelajaran fisika menurut badan

    standar nasional pendidikan (2006: 160) adalah mengembangkan pengalaman

    untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan hipotesis melalui percobaan,

    menguasai konsep fisika, percaya diri serta memupuk sikap ilmiah. Oleh karena

    itu diperlukan pembelajaran IPA yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tersebut

    dapat tercapai. Pembelajaran fisika perlu dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk

    menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

    berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (BSNP, 2006:

    159-160). Namun kenyataanya, keterampilan belajar dan pembelajaran yang

    berpusat pada siswa telah banyak dikembangkan, tetapi kurang maksimal dalam

    pengaplikasiannya terbukti dengan hasil observasi peneliti dibeberapa sekolah

    SMA di Jember bahwa model pembelajaran yang digunakan guru masih banyak

    yang melalui ceramah meskipun pada materi tertentu ada yang dilaksanakan

    secara inkuiri ilmiah. Pemilihan model maupun teknik pembelajaran yang tepat

    merupakan inovasi dalam pembelajaran dengan harapan dapat meningkatkan

    sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Upaya yang dapat digunakan adalah dengan

    menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. viii Jenis Penelitian ini

    adalah penelitian kuasi eksperimen.

    Sirait, N. R. (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model

    Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi

  • 28

    Pokok Suhu Dan Kalor Di Kelas X Semester Ii Sma Negeri 18 Medan. Penelitian

    ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

    terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di SMA Negeri 18

    Medan T.P. 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment. Populasi

    dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA Semester II yang terdiri

    dari 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling.

    Dengan mengambil 2 kelas dari 3 kelas secara acak, yaitu kelas X IPA 2 sebagai

    kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

    dan kelas X IPA 3 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran

    konvensional yang masing-masing berjumlah 32 orang. Instrumen yang

    digunakan adalah tes hasil belajar siswa yang berjumlah 6 soal dalam bentuk

    essay test, lembar observasi sikap, lembar observasi keterampilan, dan lembar

    observasi aktivitas. Uji hipotesis menggunakan uji t dengan taraf α = 0,05. Hasil

    pengujian awal melalui pretes diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen

    yaitu 11,7 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 10,0. Pengujian data pretes

    melalui uji normalitas menunjukkan kedua sampel berdistribusi normal. Pada uji

    homogenitas diperoleh Fhitung = 1,55 dan Ftabel = 2,37 sehingga Fhitung<

    Ftabel, maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Hasil analisis

    data dari uji t dua pihak diperoleh thitung = 1,624 < ttabel = 1,999 sehingga H0

    diterima berarti kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Nilai

    rata-rata postes kelas eksperimen = 50,2 dan kelas kontrol = 41,7. Hasil analisis

    uji t satu pihak diperoleh thitung = 1,692 dan ttabel = 1,667 sehingga thitung >

    ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh yang signifikan

    model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi

    pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA Negeri 18 Medan T.P.

    2015/2016.

    Berdasarkan penelitian yang relevan diatas peneliti ingin meneliti tentang

    model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep siswa dalam

    pembelajaran fisika. Untuk mengetahui berapa rata-rata skor pretest dan posttest

    pada kelas X SMK N 9 Muaro Jambi.

  • 29

    C. Kerangka Berpikir

    Pembelajaran fisika adalah siswa mampu mengembangkan kemampuan

    bernalar dan berpikir untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan

    menyelesaikan berbagai masalah. Selain itu siswa juga harus menguasai konsep

    fisika serta keterampilan mengembangkan ilmu pegetahuannya, Salah satu

    kemampuan berpikir adalah pemahaman konsep. Pemahaman konsep adalah

    kemampuan peserta didik untuk memahami makna yang dapat diungkapkan

    kembali dalam bentuk teori serta dapat diterapkan dalam suatu proses

    penyelesaian masalah.

    Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disalah satu Sekolah Menengah

    Kejuruan(SMK) Kabupaten Muaro Jambi dibidang studi fisika memiliki banyak

    permasalahan terkait pemahaman konsep. Pemahaman konsep tersebut meliputi :

    (1) Fisika kurang diminati oleh siswa karena pembelajaran masih bersifat abstrak,

    (2) Model pembelajaran kurang bervariasi, (3) Sulitnya siswa memahami konsep

    mata pelajaran fisika.

    Dengan demikian dalam pembelajaran fisika, pemahaman konsep merupakan

    landasan dasar bagi siswa untuk dapat lebih memahami tentang materi apa yang

    dipelajari sehingga dapat membuat siswa lebih lama mengingat pembelajaran

    tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan yaitu dengan menggunakan model

    inkuiri terbimbing dapat membuat siswa menjadi lebih aktif lagi dalam

    memahami isi materi yang diajarkan. Metode ini dapat membantu siswa

    menemukan konsep pada materi gerak lurus yang sedang mereka pelajari,

    sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

  • 30

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

    bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

    baru didasarkan pada materi yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

    empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat

    dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

    sebelum jawaban yang empiric(Darmawan, Deni. 2014:120)

    Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: Terdapat

    pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep

    fisika siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi.

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Waktu Dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9

    Muaro Jambi pada kelas X. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester satu

    bulan Juni-Agustus tahun ajaran2020/2021.

    B. Metode dan Desain Penelitian

    Metode penelitian ini menggunakan desain One Grup Pretest-Posttes.

    Pada penelitian ini diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan, dengan demikian

    hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan

    dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2014:74). Desain ini dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Tabel III.1

    Desain One Grup Pretest-Postest

    O1 X O2

    Keterangan :

    O1 = pretest pemahaman konsep

    X = pembelajaran fisika dengan metode inkuiri

    O2 = posttest pemahaman konsep

  • 32

    C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah

    dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian

    (Riduwan, 2016).Dari definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam

    penelitian adalah siswa kelas X SMKN 9 Muaro Jambi. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat dari tabel berikut:

    Tabel III.2

    Data Populasi Penelitian siswa Sekolah Menegah Kejuruan negeri 9 Muaro

    Jambi.

    2. Teknik Pengambilan Sampel

    Suharsimi Arikunto (2013) mengatakan bahwa Sampel adalah bagian dari

    populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti), sedangkan Sugiyono

    (2014) memberikan pengertian bahwa Sampel adalah sebagian dari jumlah

    dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Maka dapat disimpulkan bahwa

    sampel adalah sebagian dari jumlah populasi.

    Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara

    mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini

    harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar

    dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya

    (Riduwan,2016).

    Pengambilan sampel dalam penelitian dengan cara simple random

    sampling. simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari

    anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata

    Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa

    Laki-Laki

    X 30 30

    (Sumber Tata Usaha Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi)

  • 33

    (tingkatan) dalam anggota populasi dianggap homogen (sejenis) (Riduan,

    2018, hal:12).

    D. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian adalah gejala variabel yang bervariasi yaitu faktor-faktor

    yang dapat berubah-ubah ataupun dapat diubah untuk tujuan penelitian(Burhan

    Bungin, 2013). Variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokkan yang logis

    dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.

    1. Variabel Independen adalah variabel perlakuan. Peneliti menipulasi variabel

    independen untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada variabel dependen.

    2. Variabel Dependen kadang-kadang disebut juga variabel terikat karena

    variabel ini terikat pada variabel independen. Perubahan yang terjadi pada

    variabel dependen ini dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel

    dependen adalah hasil dari variabel independen (perlakuan). Dengan kata lain,

    output yang dihasilkan dari suatu penelitian eksperimen dilihat pada variabel

    dependennya (Narbuko.2012)

    Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat teridentifikasi bahwa penelitian ini

    mengandung dua variabel yaitu:

    a) Variabel Bebas (X) yakni model pembelajaran inkuiri terbimbing

    b) Variabel terikat (Y) yakni pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa

    menggunakan pembelajaran fisika

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu

    fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini

    disebut dengan variabel penelitian (Sugiyono,2014).

    1. Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing

    a) Definisi Konseptual

    Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi

    dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau

  • 34

    memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan

    menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Tahapan-tahapan dalam

    model Inkuiri terbimbing adalah : (1) penyajian masalah; (2) pengumpulan dan

    verifikasi data; (3) melakukan eksperimen; (4) merumuskan penjelasan; (5)

    mengadakan analisis terhadap proses inkuiri Pada setiap tahapan model inkuiri ini

    melibatkan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.

    b) Definisi Operasional

    Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam

    beberapa tahapan sebagai berikut:

    (1) Tahap pertama (penyajian masalah)

    Pada tahap ini guru menunjukkan sebuah masalah (fenomena)

    kepada siswa baik berupa demonstrasi, atau pertanyaan-pertanyaan yang

    menimbulkan teka-teki. Aktivitas siswa pada tahap iniadalah:

    a. Siswa memberi respon positif terhadap masalah yang

    dikemukakan olehguru.

    b. Siswa mengidentifikasi masalah.

    c. Siswa mengungkapkan ide awalnya.

    (2) Tahap kedua (pengumpulan dan verifikasi data)

    Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi yang berhubungan

    dengan masalah (fenomena) yang diajukan.Siswa dapat

    menghubungkannya dengan fenomena yang terjadi, kemudian membuat

    hipotesis. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah mengumpulkan informasi

    sambil berdiskusi untuk menjawab permasalahan yang diajukan guru

    serta membuat dan mengemukakan hipotesis.

    (3) Tahap ketiga (melakukan eksperimen)

    Pada tahap ini siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk

    atau arahan dari guru seperti yang terdapat dalam LKS yang telah

    disediakanoleh guru, kemudian siswa menuliskan hasil eksperimennya

  • 35

    dalam LKS sehingga siswa dapat menjawab permasalahan yang diajukan

    guru diawal. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

    d) Siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau bimbingan

    dari guru, alat dan bahan serta langkah-langkah percobaan

    dirumuskan olehguru.

    e) Siswa melakukan pengamatan dan kerjasama dalam

    pengumpulandata.

    f) Siswa mencatat data hasil percobaan.

    g) Merumuskan penjelasan

    Pada tahap ini siswa diminta mengolah dan menganalisis

    data hasil eksperimennya. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

    (1) Siswa mendiskusikan hasil penyelidikan secara

    berkelompok.

    (2) Siswa menganalisis data hasil percobaan.

    (3) Siswa merumuskan dan menarik kesimpulan hasil

    percobaan.

    h) Tahap kelima (mengadakan analisis terhada