pengaruh model pembelajaran inkuiri ...repository.uinjambi.ac.id/6052/1/tf_151115_wandika.pdfyaitu...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
FISIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NEGERI 9
MUARO JAMBI
SKRIPSI
Oleh:
WANDIKA
NIM. TF 151115
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
-
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
FISIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NEGERI 9
MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Fisika
Oleh:
WANDIKA
NIM. TF 151115
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
-
ii
-
iii
-
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No.
Revisi
Tgl.
Revisi
Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2018 R-0 - 1 dari 2
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
di
Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara;
Nama : Wandika
NIM : TF.151115
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran inkuiri terbimbing Terhadap
Pemahaman Konsep fisika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 9 Muaro Jambi
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan/Program Studi Tadris Fisika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Program
Studi Tadris Fisika.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di
atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas Perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Jambi, 2 November 2020
Pembimbing II
Zainal Hartoyo, M.Pd
NIDN. 2004128901
-
v
-
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Alhamdulillah hirobbil’alamin..
Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Dan tak lupa sholawat
beserta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tuaku tercinta dan
tersayang, yakni Ayahanda Rusli dan ibundaku Siti Halijah . Yang tak henti-
hentinya selalu berdo’a serta memberikan pengerbonan yang lebih tanpa
mengaharapkan balasan demi masa depan anaknya. Terima kasih untuk
ayah ibu semoga Allah SWT selalau melindugi
ayah dan ibu.
Siti sarifah, Haris padilah, Kartini, Edi irawan Serta keluarga besarku,
terima kasih banyak untuk do’a dan motivasi yang kalian berikan kepadaku
sehingga menjadi penyemangat untukku dalam menyelesaikan semuanya,
dan semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
Selanjutnya terima kasih banyak untuk orang-orang yang ada dibalik layar
hingga terselesainya skripsi ini : Riki Hardiansyah, Sumarni, Vino
Pramudia, Mustakim, Rusli, Adi Saputra. Terima kasih untuk do’a, waktu,
dan motivasi yang kalian berikan.
Tak lupa untuk teman-teman Fisika A dan Fisika B angkatam 2015, yang
selalu mengiringi perjuangan saya selama ini, membagi wawasan,
pengetahuannya, dukungan sehingga saya dapat melewati masa-masa sulit,
terima kasih untuk itu. Semoga kebaikan ini menjadi amal baik dan
mendapat pahala dari
Allah SWT.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya
sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Amin … ya Robbal Alamin
-
vi
MOTTO
َوتََعاَونُوْا َعلَي اْلبرِّ َوالتَّْقَوى َوالَ تََعاَونُوْا َعلَي اإِلْثِم َواْلُعْدَواِن َواتَّقُوْا ّللّاَ
َشِديُد اْلِعقَابِ إِنَّ ّللّاَ
Artinya: …Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah ayat 2) (Depag RI, 2006).
-
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis haturkan
sepenuhnya kepada Allah SWT, maha pencipta alam semesta, maha memberi
dengan segala rahmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis
diberi kejernihan dalam berpikir, ketenangan dalam berbuat, kekuatan dalam
beraktifitas untuk menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri TerbimbingTerhadap Pemahaman Konsep Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi”. Sholawat dan salam senantiasa
penulis sampaikan kepada sosok manusia mulia yang telah Allah SWT janjikan
syurga untuknya, dialah Rasullullah SAW.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada jenjang pendidikan Strata Satu Program Studi Tadris
Fisika UIN STS Jambi.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulisan banyak mendapat
bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, Ma, Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha SaifuddinJambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Boby Syefrinando M.Si selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha SaifuddinJambi.
4. Ibu Dr.Tanti, M.Si dan Bapak Zainal Hartoyo, M. Pd selaku pembimbingan I
dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing
menyelesaikan skripsiini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, umumnya telah banyak memberikan ilmunya kepada
penulis.
-
viii
6. Para karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang telah banyak memberikan bantuan kepada
penulis.
7. Bapak Awaludin S.Pd.I selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
9 Muaro Jambi dan Bapak Riki Satria S.Pd selaku Guru Bidang Studi Fisika
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 MuaroJambi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mengarah menuju kebaikan senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca umumnya. Aamiin Ya
Robbal’alamin.
Jambi, November 2020
Penulis
-
Wandika
TF.151115
-
ix
ABSTRAK
Nama : Wandika
Prodi : Tadris Fisika
Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9
Muaro Jambi
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimibng Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 9 Muaro Jambi. Penelitian ini menggunakan desain One Grup Pretest-
Posttes tekniknya diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan, dengan demikian
hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. sedangkan teknik pengumpulan data
menggunakan tes. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok subjek penelitian
yaitu kelas X TBSM 1 kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan
memberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Nilai dari uji n-gain, yaitu
0.58 berarti model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki pengaruh sangat
tinggi terhadap pemahaman konsep siswa, untuk nilai t-test thitung> ttabel (34,0 >
2,045) pada taraf signifikan 5% Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
alternatif (Ha) diterima. Penelitian ini menemukan bahwa pembelajaran
menggunakan model inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap
pemahaman konsep siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 MuaroJambi.
kata kunci
:
Model inkuiri terbimbing, Pemahaman Konsep
-
x
ABSTRACT
Name : Wandika
Study program : Tadris Physics
Tittle :
The Effect of Guided Inquiry Learning Model Towards
Understanding of the Concept of Muaro Jambi 9th
Vocational High School Students
This thesis aims to determine the effect of the Inquiry Inquiry Learning Model on
the Concept Understanding of Students in the State Vocational High School 9
Muaro Jambi. This study used the One Group Pretest-Posttest design, the
technique was given a pre-test before being given treatment, thus the treatment
results could be known to be more accurate, because it could compare with the
conditions before being treated. while the data collection technique used tests. In
this study, there were two groups of research subjects, namely class X TBSM 1,
the experimental class which was treated by providing a guided inquiry learning
model. The value of the n-gain test, which is 0.58 means that the guided inquiry
learning model has a very high influence on students' conceptual understanding,
for the t-test value tcount> ttable (34.0> 2.045) at a significant level of 5% So it
can be concluded that the alternative hypothesis ( Ha) accepted. This study found
that learning using the guided inquiry model had a significant effect on students'
conceptual understanding of the State Vocational High School 9 MuaroJambi.
Keywords : Inquiry Guided, Understanding The Concept
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN SKRIPSI I ........................................................................................ ii
PERSETUJUAN SKRIPSI II ...................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS............................................................................... iv
PERSEMBAHAN ......................................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian...................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik.............................................................................. 6
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 13
C. Kerangka Berfikir.............................................................................. 17
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………… 17
-
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 18
B. Pendekatan dan Desain Penelitian .................................................... 18
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 19
D. Variabel-variabel dan perlakuan Penelitian ...................................... 20
E. Instrument Penelitian ........................................................................ 20
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 25
G. Hipotesis Statistik ............................................................................. 26 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian................................................................................... 28
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 37
B. Saran ................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 38
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Desain One Group Pretest-Posttest ................................................. 19
Tabel III.2 Populasi Penelitian ........................................................................... 19
Tabel III.3 Kisi-Kisi Instrument Tes .................................................................. 21
Tabel III.4 Kriteria n-gain .................................................................................. 24
Tabel IV.1 Skor Pretest Kelas X TBSM ......................................................... 29
Tabel IV.2 Skor Posttest Kelas X TBSM .......................................................... 31
Tabel IV.3 Uji Normalitas Lilifors .................................................................... 33
Tabel IV.4 Karakteristik Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ......... 34
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Tahapan Model ILD ...................................................................... 9
Gambar II.2 Bagan Kerangka Fikir .................................................................... 16
Gambar III.1 Desain Posttest Only Control Group Design ............................... 17
Gambar IV.1 Histogram Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen .......... 33
Gambar IV.2 Histogram Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol ................. 35
Gambar IV.3 Perbandingan Indikator Penguasaan Konsep .................................. 38
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Ulangan Harian Populasi ...................................................... 46
Lampiran 2. Uji Normalitas Populasi................................................................. 47
Lampiran 3. Uji Homogenitas Populasi ............................................................. 54
Lampiran 4. Permohonan Validasi ..................................................................... 55
Lampiran 5. Validasi Bahasa ............................................................................. 57
Lampiran 6. Validasi Soal Essay ....................................................................... 60
Lampiran 7. Validasi Rpp ................................................................................ 63
Lampiran 8. Silabus Fisika ................................................................................ 66
Lampiran 9. RPP Kelas Eksperimen ................................................................. 75
Lampiran 10. Modul Praktikum ........................................................................ 93
Lampiran 11. Soal pretest-Posttest ..................................................................... 114
Lampiran 12. Kunci Jawaban pretest-Posttest .................................................... 115
Lampiran 13. Skor pretest-Posttest Kelas Eksperimen...................................... 117
Lampiran 14. Uji Normalitas pretest-Posttest .................................................... 125
Lampiran 15. Uji Homogenitas Sampel .............................................................. 127
Lampiran 16. N-Gain .......................................................................................... 128
Lampiran 17. T-Test ............................................................................................ 129
Lampiran 28. Foto-Foto Kelas Ekperimen.......................................................... 137
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan
syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika.Hal ini menunjukkan
bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut
pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.Kemampuan berpikir logis
memerankan peranan penting dalam pemahaman dan pembelajaran konsep
abstrak dalam sains dan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik. Penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan
berpikir formal dengan prestasi belajar siswa dalam biologi, kimia, dan fisika.
Berpikir formal membantu siswa untuk memahami konsep abstrak (Usdiyana,
2009).
Mata pelajaran fisika pada umumnya justru dikenal sebagai mata pelajaran
yang “ditakuti” dan tidak disukai murid-murid. Kecenderungan ini biasanya
berawal dari pengalaman belajar mereka dimana mereka menemukan kenyataan
bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran „berat‟ dan serius yang tidak jauh dari
persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui
pendekatan matematis (Sugiharti, 2005).
Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif apabila
diselenggarakan oleh pembelajaran pemrosesan informasi. Hal ini
dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekan pada bagaimana
seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah
informasi.Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah
model inkuiri.Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk
mencari atau memahami informasi. Strategi inkuiri berarti suatu kegiatan
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
-
2
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri (Trianto, 2010).
Sesuai dengan Permendiknas No 22 Tahun 2006 tujuan pembelajaran fisika
adalah siswa mampu mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir untuk
menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan berbagai masalah. Selain
itu siswa juga harus menguasai konsep fisika serta keterampilan mengembangkan
ilmu pengetahuan (Mustika, 2014).Oleh karenanya, pemahaman konsep yang
benar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan oleh peserta didik. Kekeliruan
dan ketidakpahaman persepsi siswa terhadap proses pembelajaran akan
mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang dicapai oleh peserta didik.
Sehingga pemilihan penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan aspek
terpenting dalam upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep fisika
peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa di Sekolah Menengah Atas
dibidang studi fisika memiliki banyak permasalahan terkait dengan pemahaman
konsep. Permasalahan pemahaman konsep dan motivasi tersebut meliputi:(1)
Pemahaman konsep siswa masih berada dibawah kriteria yg diinginkan, (2)
Pembelajaran fisika yang dilaksanakan oleh guru masih belum melibatkan siswa
secara aktif dan terlalu menoton, (3) Kurangnya pemberian motivasi dari guru
terhadap siswa mengenai pembelajaran fisika.
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa
diketahui bahwa : (1) Siswa merasa sulit dalam memahami konsep dan rumus
fisika, (2) Siswa merasa sulit dalam mengerjakan soal fisika, (3)Rendahnya
motivasi siswa dalam belajar fisika, (4) Siswa merasa bosan dalam pembelajaran
fisika karena metode yang digunakan oleh guru tidak bervariasi.
Berdasarkan keterangan diatas diketahui nilai rata-rata Ujian nasional
siswa sekolah menengah atas sangat rendah sekali menurut (puspendik
kemdikbud, 2017).
-
3
Tabel 1.1
Nilai rata-rata Ujian Siswa SMK N 9 Muaro Jambi pada mata pelajaran fisika
No. Tahun Ajaran Nilai rata-rata
1.
2.
3.
2017
2018
2019
51,98
47,90
45,82
(Sumber Tata Usaha Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi)
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai fisika dari tahun ketahun semakin
menurun dan disini kami mencari solusi agar dapat meningkatkan minat belajar
siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Permasalahan ini harus dicarikan solusi untuk mengatasinya. Salah satu
solusi yang diyakini dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah pembelajaran
inkuiri terbimbing untuk membekali siswa pemahaman konsep dan memotivasi
siswa dalam belajar fisika. inkuiri merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang dinamis, dimana siswa dapat menjelajahi alam melalui pengamatan,
mengajukan pertanyaan, membuat penemuan, dan menguji hasil temuannya untuk
mencari/mendapatkan suatu penemuan baru.
. Tangkas (2012), menemukan bahwa Pembelajaran InkuiriTerbimbing dapat
meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep dan Keterampilan proses sains
siswa kelas X SMAN 3 Amlapura. Abelta (2017), menemukan bahwa
Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar melalui
pemahaman konsep di SMPN 3 natar. Wayan sadia (2013), menemukan bahwa
Pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep dan literasi sains siswa kelas X SMA PGRI 1 Amlapura
Sukma (2016), menemukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA Negeri 11
Samarinda. Budiasa (2016), menemukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing
-
4
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP 1 Candipuro. Rahmani
(2015), menemukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa di SMP .
Berdasarkan urairan beberapa peneliti diatas penelitian ini akan
difokuskan ingin melihat pengaruh inkuiri terbimbing terhadap pemahaman
konsep siswa pada pembelajaran fisika
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan diatas, maka
permasalahan yang dapat teridentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Fisika kurang diminati oleh siswa karena pembelajaran masih bersifat
abstrak.
2. Model pembelajaran yang kurang bervariasi
3. Sulitnya siswa memahami konsep mata pelajaran fisika.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang akan diteliti lebih terarah dan dapat sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis memberikan batasan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 9 Muaro Jambi
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Inquiri Terbimbing
3. Model pembelajaran inquiri Terbimbing dengan pemahaman konsep
4.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbingterhadap pemahaman konsep belajar siswaSekolah Menengah
Atas?
-
5
2. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbingterhadap motivasi belajar siswaSekolah Menengah Atas?
3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa mengenai penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbin terhadap pemahaman konsep siswa Sekolah
Menengah Atas?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap pemahaman konsep belajar siswa Sekolah
Menengah Atas
b. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbingterhadap motivasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas
2. Kegunaan Penelitian :
a.Memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis dalam pengaruh penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep dan
motivasi belajar siswa.
-
6
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
Deskripsi yang dimaksud disini adalah teori-teori yang dikemukakan oleh
para ahli, khususnya permasalahan yang menyangkut permasalahan yang dapat
dijadikan acuan dan pedoman untuk mengkaji masalah yang ada dilapangan.
Untuk itu peneliti memerlukan teori dan konsep yang telah ada sebelumnya
sebagai variabel-variabel yang akan diteliti.
1. Model pembelajaran inkuiri
Henrichsen & Jarret (2004). mengemukakan bahwa salah satu model
pembelajaran yang merujuk kepada pandangan konstruktivisme mengenai
pembentukan pengetahuan adalah model pembelajaran inkuiri. Dalam proses
belajar mengajar, inkuiri digunakan sebagai metode pengajaran yang
memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang
akan dilakukan oleh siswa.
a. Pengertian inkuiri
Inkuiri berasal dari kata bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukan. Menurut Schmidt (2003:56) inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis.
Sedangkan menurut Granger Meador (2010:6) dalam Inquiry Physics,
menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
dinamis, dimana siswa dapat menjelajahi alam melalui pengamatan, mengajukan
pertanyaan, membuat penemuan, dan menguji hasil temuannya untuk
mencari/mendapatkan suatu penemuan baru. Selain itu, Beluga Whales dalam
-
7
Science as Inquiry, menyatakan bahwa inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran
yang kompleks, dimana siswa melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan,
merumuskan pertanyaan, dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini
dilakukan untuk mengasah keterampilan mereka agar hasil belaja rmereka
menjadi lebih baik.
Inkuiri memiliki pemaknaan yang lebih, yaitu mengajukan pertanyaan yang
bermakna, yang melibatkan pemaknaan, performa dengan kegiatan intelektual
untuk menghasilkan pengalaman yang mudahdialami.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan inkuiri
merupakan langkah-langkah intelektual siswa untuk mencari pengetahuan dan
mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
sehingga dapat menciptakan seorang yang memiliki tingkah laku yang dapat
memengaruhi kehidupan sehari-hari berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki
dan dapat menumbuh kembangkan kekreatifannya untuk mencipta dari
pengalaman-pengalaman yangdimiliki.
Ciri-ciri pembelajaran inkuiri menurut Kuslan dan Stone (dalam satan dkk,
2010:104) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Menggunakan keterampilan proses
2) Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebihdahulu
3) Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahanmasalah
4) Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan masalahsendiri
5) Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau
eksperimen
6) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan
data mengadakan pengamatan, membaca/menggunakan sumberlain.
7) Siswa melakukan penelitian secara individu atau
kelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji
hipotesistersebut.
8) Siswa mengolah data sehingga mereka sampai padakesimpulan.
-
8
b. Karakteristik Inkuiri
Kemampuan dalam inkuiri meliputi observasi, bertanya, hipotesis,
pengumpulan data, dan interpretasi.
1) Observasi
Keterampilan menggunakan secara optimal dan proporsional seluruh alat indra
untuk menggambarkan obyek dan hubungan ruang dan waktu atau
mengukur karakteristik fisik benda-benda yangdiamati.
2) Pertanyaan
Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk
mengembangkan atau mengukur tercapainya tingkat kognitif tertentu, atau
keterampilan proses sains tertentu. Berdasarkan tingkat kognitif dan
keterampilan proses sains yang terkandung dalam pertanyaan, pertanyaan
dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
a) Pertanyaan pengetahuan (ingatan) dan pertanyaan observasi. Pertanyaan
pengetahuan menuntut siswa untuk mengingat atau mengungkap kembali
fakta-fakta yang penting untuk membangun konsep atauprinsip.
b) Pertanyaan pemahaman dan keterampilan proses interpretasi/pre-
diksi/inferensi. Pertanyaan pemahaman dirancang untuk
mengembangkan atau mengukur pengertian terhadap gagasan, konsep,
atau generalisasi yang disajikan dalam prosespembelajaran.
c) Pertanyaan aplikasi, dan keterampilan merumuskan hipotesis. Pertanyaan
aplikasi meminta siswa untuk menerapkan prinsip atau hukum.
Penerapan yang dituntutberupa:
(1) mencari contoh darikonsep
(2) memecahkan masalahbaru
(3) menggunakan konsep/prinsip/hukum untuk mempe-lajari halbaru
d) Pertanyaan analisis dan keterampilan proses merancang dan
melaksanakan eksperimen. Pertanyaan analisis meminta siswa untuk
memperoleh alasan, hubungan, motif, makna (meanings) dan ciri-ciri
yang tidak atau belum pernah dibahas dalampelajaran.
-
9
e) Pertanyaan sintesis. Louisiel dan Descamps (1992) menyatakan bahwa
pertanyaan sintesis merupakan pertanyaan yang mendorong siswa untuk
berpikir kreatif dan mampu melakukan tindakan problemsolving.
f) Pertanyaan evaluasi. Pertanyaan evaluasi menuntut siswa untuk
memberikan pandangan dan mengambil keputusan tentang baik atau
buruknya suatu benda ataukejadian.
3) Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan
perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi dan interpretasi
didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode
induktif, maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep
dengan metodededuktif.
4) Pengumpulan data
Pengukuran, pengumpulan data, dan penampilan ”fair test” digunakan untuk
memperoleh fakta-fakta yang dibutuhkan untuk mendapatkan investigasi
dan konsisten dengan fakta yang benar. Siswa dapat menjawab pertanyaan
atau uji prediksi dengan beberapa ketentuan yang variabel telah diuji dan
diukur secara sistematis.
5) Interpretasi
Interpretasi meliputi penemuan pola akibat dan mensintesis informasi agar
menghasilkan pertanyaan tentang makna gabungan diantara variabel dan
yakin bahwa data mendukung dihipotesis siswa.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual
(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir
menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk
membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Pembelajaran dengan
model inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richard Suchman tahun 1962
-
10
(Joyce, 2000). Ia menginginkan agar siswa bertanya mengapa suatu peristiwa
terjadi, kemudian ia mengajarkan pada siswa mengenai prosedur dan
menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Siswa
melakukan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisa data, sampai akhirnya
siswa menemukan jawaban dari pertanyaan itu.
Model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002:84).
Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal
yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri
menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas
yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran
inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973)
sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai
pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-
gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan
-
11
inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-
kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang
digariskan secara jelas (Hamalik, 1991).
Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah
sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku.
Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan
menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional
(Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce , Cleaf (1991)
menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas
yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang
berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan
menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan
oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan
informasi.
Sementara itu, Trowbridge (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai
proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan
masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi
dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus
pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Senada dengan pendapat Trowbridge, Amien (1987) dan Roestiyah (1998)
mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang
digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses
discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya,
misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap
objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Sebagai suatu model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran
yang ada, inkuiri menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa
yang diperlukan. Dalam model pembelajaran ini, siswa didorong untuk berfikir
sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh
siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang
dipelajari.
-
12
Dengan model ini, siswa dihadapkan kepada situasi bebas menyelidiki dan
menarik simpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba hendaknya dianjurkan guru
bertindak sebagai petunjuk jalan, guru membantu siswa agar mempergunakan ide,
konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk
mendapatkan pengetahuan yang baru.
Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru merangsang aktivitas siswa
dan membantu mereka dalam menemukan pe ngetahuan yang baru tersebut. Perlu
diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam
pelaksanaannya, tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan
waktu yang digunakan. Pengetahuan baru dapat melekat lebih lama apabila siswa
dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan menkonstruksi sendiri
konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara
perseorangan maupun kelompok.
Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam model inkuiri ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Inkuiri Peran Guru Peran Siswa
Sedikit bimbingan Menyatakan persoalan Menemukan pemecahan
Banyak bimbingan Menyatakan persoalan
Memberikan bimbingan
Mengikuti petunjuk
Menemukan
penyelesaian
Memperhatikan model inkuiri tersebut diatas dapat disampaikan kelebihan
dan kekurangan yang dimilikinya (Suyitno, 2004:7). Kelebihan dari model inkuiri
adalah : a) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, b) Siswa memahami benar bahan
pelajaran, c) Menimbulkan rasa puas bagi siswa, dan d) Melatih siswa belajar
mandiri. Adapun kekurangan dari model inkuiri adalah : a) Menyita waktu
banyak, b) Menyita pekerjaan guru, c) Tidak berlaku untuk semua topic, dan d)
Untuk kelas yang besar sangat merepotkan guru.
Model pembelajaran inkuiri yang akan dijelaskan dalam blog ini
adalah model latihan inkuiri (inquiry training) yang dimodifikasi. Guru
memberikan problem dan menyediakan bahan, alat-alat dan Lembaran Kegiatan
Siswa (LKS) kemudian siswa diminta untuk memecahkan problem tersebut
melalui pengamatan, eksplorasi melalui prosedur penelitian untuk memperoleh
jawabannya. Siswa diberi kemerdekaan yang cukup luas untuk memecahkan
problem tersebut (Amien, 1987). Pembelajaran dengan model ini mengikuti lima
tahapan sesuai dengan apa yang ditulis Joyce, B.et.al (2000) yaitu:
-
13
1. Tahapan pertama : Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada permasalahan. Pada tahap ini guru menyatakan situasi masalah
dan menjelaskan prosedur inkuiri kepada siswa
2. Tahapan kedua: Pengumpulan dan verifikasi data Tahap ini siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami,
dan membuktikannya.
3. Tahap ketiga: Eksperimen dan mengumpulkan data. Pada tahap ini siswa melakukan eksperimen yang mempunyai dua fungsi yakni eksplorasi yang
mengetes secara langsung, melihat apakah yang akan terjadi, tidak
memerlukan suatu teori atau hipotesis, tetapi boleh menggunakan ide-ide
untuk terjadinya suatu teori. Sedangkan tes langsung berlaku apabila
siswa-siswa mencoba suatu teori atau hipotesis.
4. Tahap keempat: Merumuskan penjelasan. Pada tahap keempat ini guru mengajak siswa merumuskan penjelasan. Beberapa diantara siswa akan
menemui kesulitan dalam mengemukakan informasi yang mereka peroleh,
untuk memberikan uraian yang jelas. Mereka dapat memberikan
penjelasan yang tidak mendetail
5. Tahap kelima: Mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Pada tahap kelima siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka.
Mereka boleh menentukan pertanyaan yang lebih efektif, pertanyaan yang
produktif dan yang tidak, atau tipe informasi yang mereka butuhkan dan
yang tidk diperoleh.
Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya
seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban
yang berawal dari keingin tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Joyce, B, et. al (2000): “ The general goal of inquiry training is to help students
develop the intellectual discipline and skills necessary to raise questions and
search out answers stemming from their curiosity”,
Dalam pembelajaran dengan metode inkuiri, siswa terlibat secara mental
maupun fisik untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Dengan
demikian siswa akan terbiasa bersikap seperti sikap ilmuan sains yang teliti,
tekun/ulet, objektif/jujur, menghormati pendapat orang lain dan kreatif. Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan metode inkuiri ini,
diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Bruner (Amin, 1987) antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik
2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi
proses belajar yang baru
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
-
14
4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik
6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
Pembelajaran melalui model seperti ini akan membawa dampak besar bagi
perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pengajaran ini siswa
mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa
yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak seperti
topik listrik (Winataputra, dalam Kaswan, 2004).
Kourilsky (Hamalik, 2004), menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan
inkuiri berpusat pada siswa dimana siswa dihadapkan ke dalam suatu masalah
kemudian mencari jawaban melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas
dan struktural. Dengan menitikberatkan pada proses menemukan langsung oleh
siswa, maka penguasaan konsep tentang listrik dinamis dapat ditingkatkan
sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa diharapkan juga dapat
meningkat. Dengan keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran diharapkan
siswa memiliki kecakapan hidup (life skill). Dengan kecakapan-kecakapan
tersebut ia bisa mengenal potensi diri, eksistensi diri, kecakapan berpikir baik
menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, yang
kesemuanya bermuara pada kecakapan memecahkan masalah. (Depdiknas, 2004).
Masalah adalah situasi yang dialami seseorang sehingga apa yang dialaminya
berbeda dengan apa yang secara ideal diinginkannya (Heylighen dalam Haryanto,
2006). Selanjutnya dikatakan bahwa sesorang yang mempunyai masalah bilamana
ada pemisah antara keadaannya dengan apa yang diinginkannya dan dia tidak tahu
bagaimana menghilangkan pemisah tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan dengan berbagai
macam masalah, yang memerlukan kita untuk mencari jalan keluar dengan
berbagai keterampilan dan kemampuan untuk memecahkannya. Russeffendi
(Osarizalsyam, 2006) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah pendekatan
yang bersifat umum yang lebih mengutamakan proses dari pada hasil.
Riset telah membuktikan mengenai proses pemecahan masalah. Gerace, J. W.
et al (2005), mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah seorang siswa
tidak hanya tergantung pada tingkat kematangannya tetapi juga ditentukan dari
permasalahan yang mereka sendiri mengalaminya. Ia menyimpulkann bahwa
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, tidak hanya ditentukan oleh pola
pikir melainkan dipengaruhi oleh kerja atau pelatihan.
-
15
Dengan demikian pembelajaran yang bernuansa pemecahan masalah harus
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang siswa untuk berfikir dan
mendorong menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah.
Belajar pemecahan masalah pada hakekatnya adalah belajar berpikir (learning to
think) atau belajar bernalar (learning to reason), yaitu berpikir atau bernalar
mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya
untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah
diantaranya Mettes (Arifin, 1984), menyatakan tahap-tahap dalam memecahkan
masalah yaitu: tahap analisa, tahap perencanaan, tahap pemecahan masalah, tahap
melakukan perhitungan, dan tahap pengecekan.
Sedangkan Menurut Polya (Hudoyo, 1979) mengatakan bahwa pemecahan
masalah sebagai usaha mencari jalan ke luar dari suatu kesulitan mencapai suatu
tujuan yang tidak begitu saja dengan serta-merta dapat dicapai. Selanjutnya ia
mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas
intelektual yang sangat tinggi. Heller, et. al. (Huffman, 1997) mengatakan bahwa
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) yang
dihadapi siswa dalam ilmu fisika dapat dilakukan dengan memberikan strategi
bagaimana memecahkan masalah tersebut. Dalam penelitian ini strategi
pemecahan masalah yang digunakan adalah strategi pemecahan masalah yang
dikembangkan oleh Heler, et.al yang dikembangkan dengan beberapa tahapan.
Tahap-tahap pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Heler, et.al
(Huffman, 1997) mengacu pada lima tahapan meliputi:
1) memfokuskan masalah (focus the problem)
2) menguraikan secara konsep fisika (describe the physics)
3) merencanakan solusi (plan the solution
4) melaksanakan rencana pemecahan masalah (execute the plan)
5) memberikan evaluasi pada solusi (evaluate the solution)
c. Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran
Inkuiri
Sesuai dengan pokok bahasan yang telah diuraikan di atas, maka tahap-
tahap yang ditempuh dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri (Putrayasa,
1984), sebagai berikut.
-
16
1. Tahap pertama (Menginformasikan tujuan pembelajaran)
Sebelum guru mengemukakan masalah yang akan dikerjakan siswa,
terlebih dahulu guru menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri tanpa memberi informasi tentang teori yang akan
dipelajari dan apersepsi. Selanjutnya, guru membagikan sebuah LKS yang di
dalamnya terdapat bacaan, mereka diberikan waktu beberapa menit untuk
memahami bacaan tersebut.
2. Tahap kedua (Mengajukan permasalahan)
Pada tahap ini guru mengajukan permasalahan (teka-teki) yang dapat
menumbuhkan motivasi siswa untuk menemukan pendapatnya. Permasalahan
tersebut berupa tugas atau pertanyaan.
3. Tahap ketiga (Siswa menetapkan hipotesis dan melakukan proses
penyelidikan).
Pada tahap ini siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji
lebih lanjut. Hipotesis yang ditetapkan berkaitan dengan permasalahan-
permasalahan yang diajukan guru. Pada tahap ini terdapat dua kemungkinan yang
muncul, yaitu: (3.1) siswa secara spontan melakukan penyelidikan atau
penjelajahan tentang informasi/data untuk menguji hipotesis yang ditetapkan, baik
secara individu maupun secara kelompok. Selanjutnya, siswa menarik
kesimpulan; dan (3.2) siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk
membuktikan hipotesis. Di sinilah guru membantu siswa, mendorong melakukan
kegiatan belajar untuk mencari informasi berkaitan dengan permasalahan yang
diajukan guru. Jawaban guru atas pertanyaan siswa hanya berkisar ya atau tidak,
karena dalam model inkuiri ini siswa sendiri yang menemukan jawaban
permasalahan yang diberikan oleh guru.
4. Tahap keempat (Presentasi hasil penyelidikan oleh siswa).
Pada tahap ini siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan
jawaban/menarik simpulan. Selanjutnya, guru mengumpulkan hasil
penyelidikan/eksperimen. Agar seluruh siswa yang ada dalam kelas terlibat untuk
memecahkan permasalahan tersebut, maka setiap siswa mendapat giliran untuk
memberikan alasan atau hasil pekerjaannya. Dengan demikian, siswa diarahkan
untuk menjawab permasalahan tersebut.
5. Tahap kelima (Penarikan simpulan bersama).
Pada tahap ini guru mengajak dan membimbing siswa untuk merumuskan
dan menemukan sendiri teori berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan dari
-
17
hasil tanya jawab di dalam kelas. Selanjutnya, guru memberi komentar dan
penjelasan tentang hasil temuan mereka dan menjelaskan kembali teori atau
konsep yang telah ditemukan.
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau uklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan
mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemampuan dan kemauan
itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada sustu
persoalan yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki
itu.Dikatakan teka- teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat.Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi
inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji.Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki
landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu
bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat
-
18
dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan
pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai
wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rsional dan logis.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
mengembangkan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yangkuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu,
tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi
yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa
tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya
ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru
menmukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus
menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui
penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa
sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan bukan hanyaberdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oelh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses pendeskripsian temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan
gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data
-
19
yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada
masalah yanghendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
Adapun tahapan dalam proses pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1) Tahap pertama (penyajian masalah)
Pada tahap ini guru menunjukkan sebuah masalah (fenomena) kepada siswa
baik berupa demonstrasi, atau pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan teka-
teki. Aktivitas siswa pada tahap iniadalah:
a) Siswa memberi respon positif terhadap masalah yang dikemukakan olehguru.
b) Siswa mengidentifikasimasalah.
c) Siswa mengungkapkan ideawalnya.
2) Tahap kedua (pengumpulan dan verifikasi data)
Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
masalah (fenomena) yang diajukan.Siswa dapat menghubungkannya dengan
fenomena yang terjadi, kemudian membuat hipotesis. Aktivitas siswa pada tahap
iniadalah:
a) Siswa mengumpulkan informasi sambil berdiskusi untuk
menjawab permasalahan yang diajukanguru.
b) Siswa membuat dan mengemukakanhipotesis.
3) Tahap ketiga (melakukan eksperimen)
Pada tahap ini siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau arahan
dari guru seperti yang terdapat dalam LKS yang telah disediakanoleh guru,
kemudian siswa menuliskan hasil eksperimennya dalam LKS sehingga siswa
dapat menjawab permasalahan yang diajukan guru diawal. Aktivitas siswa pada
tahap iniadalah:
a) Siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau bimbingan dari
guru, alat dan bahan serta langkah-langkah percobaan dirumuskan olehguru.
b) Siswa melakukan pengamatan dan kerjasama dalam pengumpulandata.
c) Siswa mencatat data hasilpercobaan.
-
20
4) Tahap keempat (merumuskan penjelasan)
Ada tahap ini siswa diminta mengolah dan menganalisis data hasil
eksperimennya. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:
a) Siswa mendiskusikan hasil penyelidikan secaraberkelompok.
b) Siswa menganalisis data hasilpercobaan.
c) Siswa merumuskan dan menarik kesimpulan hasilpercobaan.
5) Tahap kelima (mengadakan analisis terhadap proses inkuiri)
Pada tahap ini siswa membuat dan mengemukakan kesimpulan yang
sekaligus dapat menjawab pertanyaan guru diawal. Aktivitas siswa pada tahap ini
adalah:
a) Siwa mempresentasikan hasilpercobaan.
b) Siswa terlibat aktif. dalam diskusi kelas sehingga dapat menganalisis pola
penemuanmereka
e. keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak
dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:37
1) Strategi ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebihbermakna
2) Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajarmereka.
3) Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanyapengalaman.
4) Keuntungna lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang
memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang
lemah dalambelajar.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan,
-
21
diantaranya:
1) Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilansiswa.
2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalambelajar.
3) Kadang-kadang dalam pengimplementasiannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengna waktu yang
telahditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan
oleh setiapguru.
2. Pemahaman Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui pengaruh model inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar. Peneliti lebih menspesifikkan penelitian pada hasil belajar
yang berupa pemahaman konsep siwa dengan aplikasi taxonomi Bloom yang
telah direvisi.
a. Pemahaman(understanding)
Revisi Taksonomi Bloom menekankan pada penggunaan taksonomi
pendidikan dalam merencanakan kurikulum, pembelajaran, asesmen dan
kesesuaian diantara ketiganya. Oleh karena itu merupakan suatu hal yang penting
mengaplikasikan ini dalam pembelajaran fisika terutama dalam merumuskan
tujuan pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa dalam belajar jika ditinjau
dari aspek kognitif siswa. Rumusan tujuan pembelajaran terkait dengan aktivitas
belajar dan penilaian hasil belajar, dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model terhadap pemahaman siswa berdasarkan revisi
taksonomi Bloom.
Pemahaman diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami atau
menanamkan. ”Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan
yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk
-
22
menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan”.
Seorang siswa dapat dikatakan paham yaitu apabila dia dapat membangun
hubungan atau mengkonstruksikan inti dari berbagai ranah pengetahuannya atau
menciptakan inti dari beberapa objek.Siswa yang paham adalah siswa yang dapat
mengkoneksikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan yang baru
didapatkannya. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu:
1) Menafsirkan(interpreting)
Penafsiran terjadi saat seorang siswa dapat mengubah suatu bentuk
informasi pada bentuk infomasi yang lain. Misalnya dari grafik ke kalimat
atau sebaliknya, dari kata ke angka atau sebaliknya, maupun dari kata ke
kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. format assesment
berupa format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan
ganda (siswa memilih jawaban)
2) Memberikan contoh(exemplifying)
Mencontohkan atau mengilustrasikan dapat dilakukan seorang siswa dan
dapat dikatakan paham saat dia dapat memberikan contoh dari suatu konsep
atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh ini dapat
menunjukkan bahwa seorang siswa sebagai wujud yang dapat atau mampu
mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri-
ciri dari konsep yang didapatkan tersebut untuk membuat contoh.
Mencontohkan melibatkan proses indetifikasi ciri-ciri pokok dari konsep
atau pun prinsip umum.. Format assesment: Format tes, jawaban singkat
(siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban)
3) Mengklasifikasikan(classifying)
Seorang siswa disebut memahami saat dia dapat mengenali bahwa sesuatu
(benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam
kemampuan mengklasifikasikan ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau
fenomena.
Melibatkan proses medeteksi cri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan
-
23
contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Format Asesment: Tes Jawaban
singkat, siswa diberi contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip
yang sesuai dengan contoh.Tes Pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan
kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsip dari pilihan-pilihan
konsep atau prinsip.Atau siswa diberi sejumlah contoh dan diharuskan
menentukan manakah yang termasuk dalam suatu kategori dan manakah
yang tidak, atau diharuskan menempatkan satu contoh ke dalam salah satu
dari banyak kategori.
4) Meringkas(Summarizing)
Merupakan kegiatan membuat suatu pertanyaan yang mewakili seluruh
informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah tulisan.Meringkas
menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya,
yairu dapat menspesifikkan suatu kondisi. Proses membuat ringkasan
informasi. Nama lain merangkum adalah menggeneralisasi dan
mengabstraksi. Format asesmen: Tes jawaban singkat atau pilihan ganda
yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman
5) Menarik inferensi(inferring)
Infering terjadi saat seorang siswa mampu mengabstraksikan sebuah
sampel atau menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta.
Misalnya, memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah
komunitas berdasarkan data perkembangan populasi dalam sebuah
komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama sepuluh tahun
terakhir. Disebut juga mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi dan
menyimpulkan. Format asesmen berupa tes melengkapi, tes analogi, dan tes
pengecualian41
6) Membandingkan(comparing)
Seorang siswa dapat membandingkan saat dia dapat mendeteksi persamaan
dan perbedaaan yang dimiliki oleh dua objek atau lebih. Melibatkan proses
mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa,
-
24
ide, masalah, atau situasi seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa
terkenal. Format asesmen berupa pemetaan.
7) Menjelaskan(explaining)
Siswa dapat menjelaskan saat dia dapat memberikan model dari suatu teori
atau dapat mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu
sistem. Menjelaskan, membuat dan menggunakan model sebab akibat
dalam sebuah sistem. Format asesmen menjelaskan adalah berupa tugas-
tugas penalaran, penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi.
b. Pengertian konsep
Kata konsep seringkali dipakai dalam beberapa cara oleh beberapa ahli seperti
ahli filsafat, ilmuwan, psikolog, dan orang awam. Konsep diartikan sebagai
kombinasi dari pengertian, nilai, dansimbol.
Konsep merupakan konstruk (construct), sesuatu yang dibentuk oleh otak
manusia dalam usahanya untuk memahami sesuatu dan mengatasi kesukaran yang
ditimbulkannya. Konsep tidak dapat begitu saja dipindahkan dari seorang ke yang
lainnya, tetapi dalam kenyataannya guru-guru sering mencoba melakukannya.
Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relative
sempurna dan bermakna, konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek,
Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk mengelompokan
ide, benda, atau peristiwa konsep merupakan abstrak, entitas mental yang
universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau
hubungan.
B. Penelitian Yang Relevan diulang lagi yang SMA
Fatmi, N. (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses
Sains Pada Siswa Sma. Jurnal Pendidikan Fisik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap
keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Fluida Statik. Jenis penelitian
adalah quasi experiment dengan two group pretest posttest design. Populasi dalam
penelitian adalah seluruh siswa kelas XI-MIA semester I yang terdiri dari 4 kelas.
-
25
Pengambilan sampel sebanyak dua kelas dilakukan dengan cara cluster random
sampling dengan kelas XI-MIA 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 37
siswa dan kelas XI-MIA 3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 35 siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa essay sebanyak 12 soal yang
telah valid dan lembar observasi mengukur keterampilan proses sains selama
proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata pretes kelas
eksperimen adalah 23,51 dan kelas kontrol adalah 23,28. Setelah pembelajaran
selesai diberikan postes dengan hasil nilai rata-rata kelas eksperimen 59 dan kelas
kontrol 47,59. Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil terdapat pengaruh yang
signifikan model inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa
pada materi pokok Fluida Statik.
Prahani, B. K., Soegimin, W. W., & Yuanita, L. (2017) dalam
penelitiannya yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika
Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatihkan Kemampuan Multi Representasi
Siswa SMA. JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains). Penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika model inkuiri terbimbing yang
valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan kemampuan multi representasi siswa
SMA. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model Kemp dan
diujicobakan di kelas X SMAN 19 Surabaya semester genap tahun ajaran
2013/2014 dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Pengumpulan data
menggunakan metode observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, kualitatif dan uji statistik non
parametrik. Hasil penelitian ini menunjukkan,: 1) Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan berkategori valid; 2) Perangkat pembelajaran ditinjau dari
keterlaksanaan RPP berkategori praktis dan aktivitas siswa sesuai dengan tahap-
tahap pada model inkuiri terbimbing; dan 3) Keefektifan perangkat pembelajaran
ditinjau dari: (a) Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari n-gain dengan
kategori tinggi; (b) Peningkatan penguasaan kemampuan multi representasi siswa
terlihat dari n-gain dengan kategori tinggi dan hasil analisis uji statistik non
parametrik, yaitu: 1) tidak terdapat perbedaan kemampuan multi representasi awal
-
26
siswa pada kelas yang satu dengan kelas yang lain, 2) terdapat peningkatan
kemampuan multi representasi siswa, dan 3) tidak terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan multi representasi siswa pada kelas yang satu dengan kelas yang lain;
dan (c) Respon siswa terhadap perangkat dan pelaksanaan pembelajaran sangat
positif. Disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran model inkuiri
terbimbing yang dikembangkan valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan
kemampuan multi representasi siswa SMA.
Agustina Siregar, Suci (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Fisika
Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor Di Kelas X Semester Ii Di Sma N. 1
Namorambe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar siswa Fisika Pada
Materi Pokok Suhu dan Kalor Di Kelas X Semester II SMAN 1 Namorambe T.P
2017/2018. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan
two group pretest –posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas
XI IPA yang terdiri dari 3 kelas. Pengambilan sampel secara cluster random
sampling terdapat 2 kelas, X MIA 3 sebagai kelas eksperimen 30 siswa dan X
MIA 2 sebagai kelas kontrol 30 siswa. Instrumen tes dalam bentuk pilihan
berganda dengan jumlah 15 soal yang sudah divalidasi oleh validator dan lembar
observasi. Untuk menguji hipotesis digunakan uji beda ( uji t), setelah uji
prasyarat dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil penelitian
menunjukkan nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 40,66 dan kelas kontrol
36,44, hasil uji t diperoleh thitung = 1,80 dan ttabel= 2,002 karena thitung < ttabel
maka kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama. Nilai rata-rata
postes kelas eksperimen yaitu 70,22 dengan standar deviasi 8,88 dan kelas kontrol
yaitu 10,81. Hasil nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji dengan
menggunakan uji t satu pihak dan diperoleh hasil 5,15 > 2,43 yaitu thitung > ttabel
pada taraf nyata 0,05 maka (Ha) diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada
pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil
Belajar siswaFisika Pada Materi suhu dan kalor Di Kelas X Semester II SMAN 1
-
27
Nmaorambe T.P 2017/2018
Maulidiyah, R. (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor di SMAN Pakusari. Fisika
merupakan cabang IPA yang mempelajari fenomena-fenomena tentang alam, hasil
pemikiran dan eksperimen (Lestari, 2014: 60). Dalam proses pemahaman konsep
IPA memiliki empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Empat
unsur tersebut harus dimunculkan dalam suatu proses pembelajaran. Namun fakta
dilapangan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa guru fisika di
SMA Jember bahwa unsur sikap ilmiah masih belum dijadikan tujuan utama
dalam pembelajaran. Sedangkan tujuan mata pelajaran fisika menurut badan
standar nasional pendidikan (2006: 160) adalah mengembangkan pengalaman
untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan hipotesis melalui percobaan,
menguasai konsep fisika, percaya diri serta memupuk sikap ilmiah. Oleh karena
itu diperlukan pembelajaran IPA yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tersebut
dapat tercapai. Pembelajaran fisika perlu dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (BSNP, 2006:
159-160). Namun kenyataanya, keterampilan belajar dan pembelajaran yang
berpusat pada siswa telah banyak dikembangkan, tetapi kurang maksimal dalam
pengaplikasiannya terbukti dengan hasil observasi peneliti dibeberapa sekolah
SMA di Jember bahwa model pembelajaran yang digunakan guru masih banyak
yang melalui ceramah meskipun pada materi tertentu ada yang dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah. Pemilihan model maupun teknik pembelajaran yang tepat
merupakan inovasi dalam pembelajaran dengan harapan dapat meningkatkan
sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Upaya yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. viii Jenis Penelitian ini
adalah penelitian kuasi eksperimen.
Sirait, N. R. (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi
-
28
Pokok Suhu Dan Kalor Di Kelas X Semester Ii Sma Negeri 18 Medan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di SMA Negeri 18
Medan T.P. 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA Semester II yang terdiri
dari 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling.
Dengan mengambil 2 kelas dari 3 kelas secara acak, yaitu kelas X IPA 2 sebagai
kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
dan kelas X IPA 3 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional yang masing-masing berjumlah 32 orang. Instrumen yang
digunakan adalah tes hasil belajar siswa yang berjumlah 6 soal dalam bentuk
essay test, lembar observasi sikap, lembar observasi keterampilan, dan lembar
observasi aktivitas. Uji hipotesis menggunakan uji t dengan taraf α = 0,05. Hasil
pengujian awal melalui pretes diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen
yaitu 11,7 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 10,0. Pengujian data pretes
melalui uji normalitas menunjukkan kedua sampel berdistribusi normal. Pada uji
homogenitas diperoleh Fhitung = 1,55 dan Ftabel = 2,37 sehingga Fhitung<
Ftabel, maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Hasil analisis
data dari uji t dua pihak diperoleh thitung = 1,624 < ttabel = 1,999 sehingga H0
diterima berarti kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Nilai
rata-rata postes kelas eksperimen = 50,2 dan kelas kontrol = 41,7. Hasil analisis
uji t satu pihak diperoleh thitung = 1,692 dan ttabel = 1,667 sehingga thitung >
ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh yang signifikan
model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA Negeri 18 Medan T.P.
2015/2016.
Berdasarkan penelitian yang relevan diatas peneliti ingin meneliti tentang
model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran fisika. Untuk mengetahui berapa rata-rata skor pretest dan posttest
pada kelas X SMK N 9 Muaro Jambi.
-
29
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika adalah siswa mampu mengembangkan kemampuan
bernalar dan berpikir untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
menyelesaikan berbagai masalah. Selain itu siswa juga harus menguasai konsep
fisika serta keterampilan mengembangkan ilmu pegetahuannya, Salah satu
kemampuan berpikir adalah pemahaman konsep. Pemahaman konsep adalah
kemampuan peserta didik untuk memahami makna yang dapat diungkapkan
kembali dalam bentuk teori serta dapat diterapkan dalam suatu proses
penyelesaian masalah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disalah satu Sekolah Menengah
Kejuruan(SMK) Kabupaten Muaro Jambi dibidang studi fisika memiliki banyak
permasalahan terkait pemahaman konsep. Pemahaman konsep tersebut meliputi :
(1) Fisika kurang diminati oleh siswa karena pembelajaran masih bersifat abstrak,
(2) Model pembelajaran kurang bervariasi, (3) Sulitnya siswa memahami konsep
mata pelajaran fisika.
Dengan demikian dalam pembelajaran fisika, pemahaman konsep merupakan
landasan dasar bagi siswa untuk dapat lebih memahami tentang materi apa yang
dipelajari sehingga dapat membuat siswa lebih lama mengingat pembelajaran
tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan yaitu dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing dapat membuat siswa menjadi lebih aktif lagi dalam
memahami isi materi yang diajarkan. Metode ini dapat membantu siswa
menemukan konsep pada materi gerak lurus yang sedang mereka pelajari,
sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik.
-
30
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada materi yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
sebelum jawaban yang empiric(Darmawan, Deni. 2014:120)
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: Terdapat
pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep
fisika siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi.
-
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9
Muaro Jambi pada kelas X. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester satu
bulan Juni-Agustus tahun ajaran2020/2021.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan desain One Grup Pretest-Posttes.
Pada penelitian ini diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan, dengan demikian
hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2014:74). Desain ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel III.1
Desain One Grup Pretest-Postest
O1 X O2
Keterangan :
O1 = pretest pemahaman konsep
X = pembelajaran fisika dengan metode inkuiri
O2 = posttest pemahaman konsep
-
32
C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian
(Riduwan, 2016).Dari definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian adalah siswa kelas X SMKN 9 Muaro Jambi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel III.2
Data Populasi Penelitian siswa Sekolah Menegah Kejuruan negeri 9 Muaro
Jambi.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Suharsimi Arikunto (2013) mengatakan bahwa Sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti), sedangkan Sugiyono
(2014) memberikan pengertian bahwa Sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Maka dapat disimpulkan bahwa
sampel adalah sebagian dari jumlah populasi.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara
mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar
dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya
(Riduwan,2016).
Pengambilan sampel dalam penelitian dengan cara simple random
sampling. simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari
anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata
Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa
Laki-Laki
X 30 30
(Sumber Tata Usaha Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Muaro Jambi)
-
33
(tingkatan) dalam anggota populasi dianggap homogen (sejenis) (Riduan,
2018, hal:12).
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala variabel yang bervariasi yaitu faktor-faktor
yang dapat berubah-ubah ataupun dapat diubah untuk tujuan penelitian(Burhan
Bungin, 2013). Variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokkan yang logis
dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.
1. Variabel Independen adalah variabel perlakuan. Peneliti menipulasi variabel
independen untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada variabel dependen.
2. Variabel Dependen kadang-kadang disebut juga variabel terikat karena
variabel ini terikat pada variabel independen. Perubahan yang terjadi pada
variabel dependen ini dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel
dependen adalah hasil dari variabel independen (perlakuan). Dengan kata lain,
output yang dihasilkan dari suatu penelitian eksperimen dilihat pada variabel
dependennya (Narbuko.2012)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat teridentifikasi bahwa penelitian ini
mengandung dua variabel yaitu:
a) Variabel Bebas (X) yakni model pembelajaran inkuiri terbimbing
b) Variabel terikat (Y) yakni pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa
menggunakan pembelajaran fisika
E. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu
fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini
disebut dengan variabel penelitian (Sugiyono,2014).
1. Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing
a) Definisi Konseptual
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
-
34
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Tahapan-tahapan dalam
model Inkuiri terbimbing adalah : (1) penyajian masalah; (2) pengumpulan dan
verifikasi data; (3) melakukan eksperimen; (4) merumuskan penjelasan; (5)
mengadakan analisis terhadap proses inkuiri Pada setiap tahapan model inkuiri ini
melibatkan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
b) Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam
beberapa tahapan sebagai berikut:
(1) Tahap pertama (penyajian masalah)
Pada tahap ini guru menunjukkan sebuah masalah (fenomena)
kepada siswa baik berupa demonstrasi, atau pertanyaan-pertanyaan yang
menimbulkan teka-teki. Aktivitas siswa pada tahap iniadalah:
a. Siswa memberi respon positif terhadap masalah yang
dikemukakan olehguru.
b. Siswa mengidentifikasi masalah.
c. Siswa mengungkapkan ide awalnya.
(2) Tahap kedua (pengumpulan dan verifikasi data)
Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan masalah (fenomena) yang diajukan.Siswa dapat
menghubungkannya dengan fenomena yang terjadi, kemudian membuat
hipotesis. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah mengumpulkan informasi
sambil berdiskusi untuk menjawab permasalahan yang diajukan guru
serta membuat dan mengemukakan hipotesis.
(3) Tahap ketiga (melakukan eksperimen)
Pada tahap ini siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk
atau arahan dari guru seperti yang terdapat dalam LKS yang telah
disediakanoleh guru, kemudian siswa menuliskan hasil eksperimennya
-
35
dalam LKS sehingga siswa dapat menjawab permasalahan yang diajukan
guru diawal. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:
d) Siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau bimbingan
dari guru, alat dan bahan serta langkah-langkah percobaan
dirumuskan olehguru.
e) Siswa melakukan pengamatan dan kerjasama dalam
pengumpulandata.
f) Siswa mencatat data hasil percobaan.
g) Merumuskan penjelasan
Pada tahap ini siswa diminta mengolah dan menganalisis
data hasil eksperimennya. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:
(1) Siswa mendiskusikan hasil penyelidikan secara
berkelompok.
(2) Siswa menganalisis data hasil percobaan.
(3) Siswa merumuskan dan menarik kesimpulan hasil
percobaan.
h) Tahap kelima (mengadakan analisis terhada