pengaruh model pembelajaran inkuiri...

Download PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3826/1/INDRI... · FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG ... dan siswa kelas VIII

If you can't read please download the document

Upload: haphuc

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

    INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR

    FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN

    GELOMBANG

    Skripsi

    Oleh:

    INDRI ELYANI

    105 016 300 593

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

  • i i

    ABSTRAK

    Indri Elyani (105016300593). Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri

    Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran dan

    Gelombang. Skripsi, Program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu

    Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri

    terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep

    getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Sholihin pada

    tahun pelajaran 2009-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

    quasi eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 36 orang dengan

    menggunakan teknik probability sampling dan dibagi menjadi dua kelompok,

    Kelas VIII 3 sebagai kelompok eksperimen dengan metode inkuiri terbimbing

    (guided inquiry) dan siswa kelas VIII 2 sebagai kelompok kontrol dengan metode

    konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif

    tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (option) yang

    digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep

    getaran dan gelombang. Dalam penelitian ini, diperoleh skor pretest untuk

    kelompok eksperimen adalah 36.94 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah

    35.17. Sedangkan hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-

    rata 77.17 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 62,06. Berdasarkan

    perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) diperoleh harga t tabel =

    2,00 t hitung = 3,20 dari hasil pengujian diperoleh t hitung < t tabel , dengan demikian

    Ho diterima Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Untuk hasil uji kesamaan

    dua rata-rata posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh

    harga t hitung sebesar 0,73 dan t tabel sebesar 1,76. Hasil pengujian diperoleh

    menunjukkan bahwa t tabel < t hitung. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima

    pada taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

    signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata

    skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang

    signifikan penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

    terhadap hasil belajar siswa.

    Kata kunci: Hasil belajar, metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided

    inquiry), metode konvensional.

  • ii ii

    ABSTRACT

    Indri Elyani (105016300593). The effect of The Guided Inquiry Method to

    Physic Students Learning Outcomes in Vibrating and Wave Concept. Thesis of

    Physics Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic

    University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

    The aim of this research is to know the effect of the guided inquiry method

    to physic students learning outcomes in vibrating dan wave concept. This research

    has done in MTs Jamiatus Sholihin school year 2009-2010. The research

    methodology was used Quasi Experiment method. To get the data, the research

    took 36 students as a sample by using Probability Sampling technique, after that

    the class was divided into two group, class VIII 3 to be experiments group with

    guided inquiry method and student class VIII 2 for control group with

    konventional method. The instrumentation of this research used an objective

    multiple choice test with four option to use for the effect physic students learning

    outcomes in vibrating and wave concept. In this research has result pretest score

    for experiments group is 36.94 and control group is 35.17. While posttest result

    score for experiments group is 77.17 and control group is 62,06. According to t-

    test statistic with faith standard 95% ( = 0.05) has get t table = 2,00, t count was =

    3,20 from the test results obtained by tcount,

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillah segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT,

    penggennggam alam semesta, penentu segala urusan dan tanpa dipinta oleh

    hamban-Nya selalu mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya. Hanya dengan

    karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada khalifah sepanjang masa, guru

    seluruh ilmu dan menjadi uswatun hasanah bagi seluruh ummat yaitu Muhammad

    SAW dan juga kepada keluarga, para sahabat, tabiin, dan seluruh ummat sampai

    akhir zaman.

    Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA.

    3. Prof. Dr Aziz Fachrurozi, M.A dan Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen

    pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan

    motivasi.

    4. Kepala Perpustakaan Tarbiyah dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku sebagai

    bahan referensi.

    5. Muhammad Syakir, S.Ag, Kepala MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas

    kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka

    penelitian skripsi serta atas doa dan motivasinya.

    6. Sri Nawati, S.Pd, guru bidang studi fisika MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh,

    atas bimbingan, arahan serta doanya.

    7. Seluruh guru-guru dan siswa/i MTs Jamiatus Sholihin, terimakasih atas

    bantuan, doa dan kerjasamanya.

    8. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta

    mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus. untuk adik-adikku tersayang

    dan seluruh keluarga atas doanya dan bantuannya baik moril maupun materil.

  • iv

    9. Teman-temanku seperjuangan Jurusan IPA Fisika 2005 atas doa dan

    motivasinya, kebersamaan kalian merupakan kebahagiaan yang tak ternilai

    harganya. Memang sungguh indah sesuat kebersamaan. Serta teman-teman

    yang paling kucintai: Juli, Leni, Yunita dan Yayan yang senantiasa

    mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis.

    10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak

    mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan saya. Terima

    kasih atas doa dan motivasinya semoga menjadi amal saleh di sisi Allah SWT,

    Amien.

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    Abstrack............................................................................................................. i

    Kata Pengantar ................................................................................................... iii

    Daftar Isi ............................................................................................................. v

    Daftar Tabel ....................................................................................................... vii

    Daftar Gambar .................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3

    C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4

    D. Perumusan Masalah..................................................................... . 4

    E. Tujuan Penelitian......................................................................... 4

    F. Manfaat Penelitian....................................................................... 4

    BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

    PERUMUSAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoritik..................................................................... 5

    1. Metode Inkuiri...................................................................... 5

    2. Metode Inkuiri Terbimbing.................................................. 13

    3. Hasil Belajar Fisika.............................................................. 19

    B. Penelitian yang Relevan............................................................ 23

    C. Kerangka Berpikir..................................................................... 25

    D. Perumusan Hipotesis................................................................. 25

    E. Materi Konsep............................................................................ 25

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Metode Penelitian......................................................................... 33

    B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 33

    C. Desain Penelitian.......................................................................... 33

    D. Populasi dan Sampel..................................................................... 34

    E. Teknik Pengambilan Sampel......................................................... 34

  • vi

    F. Variabel Penelitian..................................................................... 35

    G. Prosedur Penelitian.................................................................... 35

    H. Teknik Pengambilan Data......................................................... 36

    I. Instrumen Penelitian.................................................................. 36

    J. Teknik Analisis Data................................................................. 41

    K. Hipotesis Statistik...................................................................... 45

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Hasil............................................................................................ 46

    1.Hasil Belajar tidak menggunakan metode inkuiri termbing..... 46

    2.Hasil Belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing........... 47

    3.Uji Persyaratan Analisis........................................................... 51

    4. Interpretasi Data...................................................................... 52

    D. Pembahasan............................................................................... 54

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan............................................................................... 58

    B. Saran......................................................................................... 58

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59

    LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel halaman

    Tabel 1 Desain Penelitian........................................................................ 34

    Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Getaran Gelombang dan Bunyi................. 66

    Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pretes Kelas kontrol.................................. 46

    Tabel 4 Distribusi frekuensi postes Kelas Kontrol................................. 47

    Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen.......................... 48

    Tabel 6 Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen.......................... 48

    Tabel 7 Perbedaan Skor Pretes Postes Pada Kelas Kontrol dan Kelas

    Ekperimen.................................................................................... 49

    Tabel 8 Persentase Rata-Rata hasil belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas

    Kontrol........................................................................................ 49

    Tabel 9 Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas

    Ekperimen................................................................................... 50

    Tabel 10 Hasil Belajar Pretes dan Posttes Kelas Kontrol Dan Kelas

    Ekperimen................................................................................... 53

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar halaman

    Gambar 1 Kerangka Berpikir ................................................................. .......25

    Gambar 2 Ayunan Sederhana.........................................................................26

    Gambar 3 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......51

    Gambar 4 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......53

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Mata pelajaran fisika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit

    dan menakutkan. Kenyataan ini diperkuat dengan melihat rata-rata nilai ulangan

    siswa. Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa

    adalah kurangnya motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran

    yang belum maksimal, selain itu pembelajaran yang dirancang oleh sebagian guru

    bersifat monoton dan kurang menantang. Hal ini disebabkan oleh metode yang

    digunakan masih konvensional dan hanya memanfaatkan buku sebagai sumber

    belajar.

    Selama ini proses pembelajaran fisika cenderung bersifat teacher-

    centered dengan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang

    melibatkan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses pembelajaran.

    Pembelajaran seperti itu menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa dan

    rendahnya pemahaman siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika

    yang diperoleh. Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun

    langsung ke masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan

    pengetahuan/konsep tetapi tidak mengetahui proses dan bagaimana harus bersikap

    yang seharusnya dari konsep fisika yang dipelajari.

    Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah

    dengan mengupayakan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan

    karakteristik pelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran fisika baik digunakan

    sebagai tempat berlatih menjadi ilmuwan bagi siswa. Hal ini dapat dilakukan

    dengan mengusahakan sedini mungkin keterlibatan mental siswa dalam belajar

    agar dapat berpikir memahami ilmu yang diberikan bukan dengan cara menghapal

    tanpa pengertian yang jelas.

    Salah satu mata pelajaran wajib di sekolah adalah fisika, pelajaran ini

    memfokuskan pada kemampuan siswa dalam menganalisis pengetahuan yang

    dimiliki siswa dengan kehidupan sehari-hari dan siswa memahami konsep-konsep

  • 2

    fisika yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran fisika dewasa ini masih kering,

    bersifat hapalan dan kurang mengembangkan proses berpikir. Pada umumnya

    siswa tidak merasakan keterlibatan penalaran dalam mempelajarinya. Mereka juga

    tak mendapat contoh-contoh atau model mempelajari fisika secara baik dan benar.

    Herlen (1985), menyarankan agar pengajaran IPA dapat mengembangkan

    sikap ilmiah (scientific attitude) seperti sikap ingin tahu (curiopsity), kebiasaan

    mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for evidance), sikap luwes

    dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibility), kebiasaan bertanya secara kritis

    (critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan

    sekitar (sensitifity to living things and environment).

    Pada konteks belajar mengajar, strategi merupakan pola umum rentetan

    kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu stategi pada

    hakekatnya belum mengarah pada hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi

    masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh sedangkan untuk mencapai

    tujuan strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi tanpa

    adanya tujuan yang harus dicapai.

    Dalam suatu proses pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan

    itu dapat tercapai dengan opitimal. Tanpa strategi yang tepat dan tidak mungkin

    tujuan dapat tercapai. Banyak alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih

    dan digunakan oleh guru, namun pada prinsipnya tidak ada satupun metode

    pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok

    bahasan yang ada dalam setiap bidang studi yang diajarkan. Untuk itu, sebaiknya

    guru memilih model pembelajaran yang lebih tepat untuk digunakan.

    Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

    model pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi

    pelajaran, jumlah siswa, kemampuan guru dalam menggunakan berbagai jenis

    model pembelajaran, fasilitas yang ada dan waktu yang disediakan untuk

    penyajian. Dalam hal pemilihan model pembelajaran ini, guru dapat memilih

    berdasarkan kelebihan dan kekurangan model yang akan digunakan.

    Dalam hal ini peneliti mencoba melihat seberapa besar pengaruh minat

    belajar siswa jika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Di

  • 3

    samping faktor model faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan

    pencapaian keberhasilan siswa. Jadi dalam hal ini guru, siswa, materi pelajaran

    dan metode termasuk dalam sumber-sumber belajar.

    Pada penelitian ini peneliti mengambil salah satu dari model pembelajaran

    yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai acuan dalam penelitian ini.

    Model inkuiri terbimbing sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana

    siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat

    pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.. Tugas guru dalam

    kelas inkuiri terbimbing ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya,

    maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi

    informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama

    untuk menemukan suatu yang baru.

    Hal tersebutlah yang menjadikan penulis tertarik untuk meneliti lebih

    lanjut: Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil

    Belajar Siswa Pada konsep Getaran dan Gelombang.

    B. Identifikasi Masalah

    Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi

    masalah-masalah sebagai beriku:

    1. Rendahnya hasil belajar siswa.

    2. Pemahaman para siswa terhadap konsep fisika sangat kurang.

    3. Penggunaan model pembelajaran yang baik dan benar untuk meningkatkan

    hasil belajar siswa.

    4. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.

    C. Pembatasan Masalah

    Mengingat banyaknya permasalahan dan luasnya ruang lingkup

    pembahasan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada:

    1. Model inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menurut David M.

    Hason, yaitu dengan menggunakan komponen-komponen yang terdiri dari:

    Orientasi, ekplorasi, pembentukan konsep, aplikasi dan penutupan.

  • 4

    2. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hanya pada aspek

    kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson

    Krathwalhl pada jenjang C1 (pengetahuan), C2 ( pemahaman), C3 ( aplikasi)

    dan C4 (analisis) karena penelitian dilakukan pada tingkat SMP

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah

    sebagai berikut: Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh

    terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang?

    E. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

    untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing

    terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang.

    F. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Sebagai khasanah pengetahuan dalam pengembangan pemanfaatan model

    inkuiri terbimbing dalam rangka peningkatan kualitas dan hasil belajar siswa.

    2. Menambah wawasan bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dalam

    penelitian berikutnya.`

  • 5

    BAB II

    DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN

    HIPOTESIS

    A. DESKRIPSI TEORITIS

    1. Model inkuiri

    a. Pengertian dan Karakteristik Model Inkuiri

    NSES (National Science Education Standards) menggunakan istilah

    inkuiri dalam dua hal berbeda. Pertama, inkuiri menunjukan pada kemampuan

    siswa mengenbangkan kemampuan merancang dan melakukan investigasi ilmiah

    serta pemahaman siswa akan hakikat penemuan ilmiah. (Scientific Inquiry).

    Kedua, inkuiri menunjukan pada strategi belajar mengajar yang memungkinkan

    konsep ilmiah dikuasai melalui investigasi.1

    NSES mendefinisikan inkuiri sebagai berikut :

    Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi, membuat pertanyaan;

    memeriksa buku-buku sumber informasi lain untuk melihat apa yang diketahui,

    merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut

    bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan

    menginterpetasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta

    mengkomunikasikan hasil inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis

    dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.2

    Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.

    Karena inkuiri menuntut peserta didik berpikir. Model ini mendapatkan peserta

    didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.3

    Meskipun model ini berpusat pada kegiatan peserta, namun guru tetap

    memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru

    berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala

    1 National Research Cout. Cil, inquiry and the National Science Education Standards: A Guided

    for Teaching and Learning ( Washington DC: National Academy Press, 2000 ) 2 Ibid

    3 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, ( Bandung,

    PT Remaja Rosdakarya. 2004)h. 235

  • 6

    guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan instruksi-instruksi,

    melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada para peserta

    didik.4

    Suchman mengemukakan bahwa model inkuiri adalah suatu pola untuk

    para peserta didik belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan

    memiliki kesadaran akan kemampuannya.5 Sedangkan menurut Sumantri model

    inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan pada peserta

    didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.6

    Elliot Sief dalam Soejipto mengemukakan bahwa: Inquiry means to

    know how to find out things and to know how to solve problem. To inquiry about

    something means to seek out information to be curious to ask questions, to

    investigate and to know the skills that will help lead to resolution of problem.

    Inkuiri adalah cara untuk menemukan sesuatu dan memecahkan

    masalah. Untuk menyelidiki makna sesuatu, mencari informasi, menjadi ingin

    tahu, membuat pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan untuk mengetahui

    kemampuan-kemampuan pemecahan masalah.

    Alan Colburn dalam An inquiry Primer mendefinisikan inkuiri

    sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam

    dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat pada siswa, dan

    aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.7

    Inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan proses

    penyelidikan ilmiah yang mengarahkan siswa mengemukakan pertanyaan-

    pertanyaan dan melakukan pencarian dalam penyelidikan untuk mendapatkan

    pengetahuan yang baru.8

    Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk

    mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan mereka, belajar

    4 Ibid, h. 234

    5 Soewarno Peranan Model Inkuiri terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah.

    Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, No. 2. Tahun XXIX.( 2002 ): h.128 6 Ibid, h. 129

    7 http : //www.justisciencenow.com/inquiry.

    8 http//www.mcps.kl2.md.us/curriculum/science/instr/inqdescript.htm.

  • 7

    memecahkan masalah yang tidak memiliki solusi yang jelas, dan menjadikan hasil

    penemuan mereka sebagai solusi saat ini dan untuk masa yang akan dating.

    Dalam Dianne Oberg pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa

    kiarakteristik sebagai berikut. Inkuiri berdasarkan pada keingintahuan siswa, Data

    dan informasi aktif digunakan, diinterpretasikan, disaring, disimpulkan dan

    didiskusikan, siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka, guru

    memfasilitasi proses pengumpulan dan presentasi informasi, guru dan siswa

    menggunakan teknologi untuk kemajuan inkuiri, dan guru dan siswa lebih sering

    danlebih aktif berinteraksi.9

    Dari beberapa definisi inkuiri di atas penulis menyimpulkan bahwa

    inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkansiswa secara aktif dalam menemukan

    pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan

    data atau informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan

    percobaan, menganalisa hasil percobaan, menganalisa hasil percobaan dan

    membuat kesimpulan.

    b. Jenis-Jenis Model Inkuiri

    Menurut Heron model inkuiri terdiri dari tiga jenis, yaitu:

    1) Inkuiri Terstruktur (Structure Inquiry). Dalam inkuiri terstruktur siswa

    akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada

    pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.

    2) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry). Meskipun siswa melakukan

    penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi

    siswa yang menentukan prosedur penelitiannya.

    3) Inkuiri Terbuka (Open Inquiry). Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan

    penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka

    bentuk.10

    9 Dianne Orberg. Promoting Information Literaties: A Focus on Inquriry. (Argentina: World

    Library and Information Congress, 2004 ), diakses dari http://www.ifla.org/IV/ifla70/prog04.htm. 10

    Irfan Naufal. Sajap Maswan, A Guided Inquiry Learning Approach in a Web Environment

    Theory and Application, artikel diakses dari ( http://asiapasificodloumedu

    my/C33/1/231.pdf//search%22focus%20on%20%guided20%inquiry%22)

    http://asiapasificodloumedu/

  • 8

    DAvanzo dan McNeal mengemukakan tiga jenis model inkuiri, yaitu:

    1) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

    Dalam Guided Inquiry guru menyediakan pertanyaan, kemudian

    menyarankan dan mengawasi pendekatan yang digunakan siswa untuk

    menghadapi pertanyaan ini.

    2) Open-Ended Inquiry

    Dalam Open-Ended Inquiry guru memfasilitasi proses siswa memilih

    pertanyaanya dalam proses berinkuiri.

    3) Teacher-Collaborative Inquiry

    Dalam Teacher-Collaborative Inquiry guru dan siswa melakukan

    penyelidikan.dan bersama memilih pertanyaan dan strategi untuk menemukan

    jawaban yang awalnya tidak diketahui.11

    Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis inkuiri diatas, dapat

    disimpulkan bahwa pembagian inkuiri menjadi tiga jenis berdasarkan pada

    peranan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri tersebut.

    c. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inkuiri

    Sesuai dengan perkembangannya ada bermacam-macam langkah

    pelaksanaan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Suchman

    dalam Soewarso orang yang pertama kali mengembangkan model inkuiri dalam

    bukunya Developing Inquiry membagi menjadi tiga langkah.pertama,

    pengenalan masalah; kedua, pengumpulan data; ketiga, diskusi teknik-teknik

    inkuiri.12

    Menurut Jhon E. Bishop ada enam langkah dalam pelaksanaan model

    inkuiri: (1) memperkenalkan masalah; (2) mengumpulkan data; (3) menganalisa

    data; (4) membuat hipotesis; (5) menguji hipotesa; dan (6) membuat kesimpulan

    1) Memperkenalkan Masalah

    Guru dituntut untuk memperkenalkan kepada peserta didik suatu

    kejadian ataupokok bahasan yang dapat pelajari. Guru menginformasikan

    11

    http//elcornell ede//pubs/CFURP NARST 02.pdf//search%22focus20on%20guided%inquiry%22 12

    Soewarso opcit, h. 180

  • 9

    bermacam-macam permasalahan yang terdapat pada pokok bahasan tersebut.

    Kemudian guru akan menugaskan para peserta didik baiksecara individu atau

    kelompok untuk memecahkan masalah tersebut.

    2) Mengumpulkan Data

    Untuk memecahkan masalah yang dihadapinya peserta didik harus

    mengumpulkan data yang cukup. Pengumpulan data itu dapat diperoleh dengan

    bertanya kepada gurunya. Jika para peserta didik mendapat kesulitan dalam

    mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut, guru boleh

    membantu dengan Matrics Inquiry yaitudaftar kata-kata baikyang berhubungan

    maupun tidak dengan masalah yang ditentukan.

    3) Menganalisa Data

    Dalam langkah ini peserta didik mungkin bekerja secara individual

    ataupun secara kelompok. Data yang dikumpulkan dalam langkah ini sebelumnya

    dianalisa oleh anggota kelompok atau oleh peserta didik mentabulasi data mereka

    dan mencoba mengetahui dengan pasti arti data yang dikumpulkan.

    4) Membuat Hipotesa

    Hipotesa adalah suatu dugaan yang dilakukan sebelum penyelidikan

    dilakukan. Dugaan ini mungkin terbukti akan diterima, sedangkan jika tidak maka

    dugaan tersebuk tidak akan diterima. Dugaan sementara ini merupakan jawaban

    terhadap pertanyaan yang disampaikan gurupada langkah pertama.

    5) Menguji Hipotesa

    Setelah membuat hipotesa, peserta didik hendaknya menguji hipotesa

    tersebut. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi mempergunakan pengatahuan

    merekadan sumber-sumber lain untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dari

    hipotesa itu. Jika hipotesa itu salah peserta didik akan memperbaiki atau

    mengganti hipotesanya, tetapi jika hipotesanya benarakan dipergunakan untuk

    menentukan kesimpulan.

    6) Membuat Kesimpulan

    Setelah menevaluasi hipotesa, peserta didik dapat menguji kebenaran

    dan sebagai kesimpulan. Anggota-anggota kelompok diskusi menyetujui suatu

    kesimpulan dan salah satu dari anggota kelompok melaporkan hasil pemecahan

  • 10

    masalah mereka kepada guru. Di dalam langkah ini terjadilah diskusi kelas setiap

    kelompok melaporkan hasil diskusinya.13

    Albert Learning Center menentukan enam fase dalam inkuiri, yaitu

    planning, retrieving, processing, creating, sharing, dan evaluating.

    1) Perencanaan (Planning)

    Siswa harus memahami bahwa tujuan pokok pembelajaran berbasis

    inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuannya.pembelajaran inkuiri

    dimulai dengan ketertarikan siswa untuk keingintahuannya terhadap suatu pokok

    bahasan. Untuk siswa yang sedikit atau tidak sama sekali mempunyai latar

    belakang dari pengetahuan dari pokok bahasan yang akan dipelajari, guru harus

    memberikan informasi dan latar belakang pengetahuan yang akan memotivasi

    siswa.

    2) Mendapatkan dan analisis informasi (Retrieving)

    Tahap selanjutnya siswa mulai memikirkan informasi yang mereka

    punya dan yang mereka inginkan. Siswa mungkin perlu mempergunakan waktu

    sebaik-baiknya untuk menyelidiki infor masi yang berhubungan dengan pokok

    bahasan yang akan dipelajari. Guru membantu siswa memahami bahwa informasi

    yang meraka dapatkan baikitu dar ibuku perpustakaan , majalah, maupun situs

    internet, dihasilkan oleh orang yang dipercaya.

    3) Proses (Processing)

    Fase ini dimulai ketika siswa telah menemukan fokus untuk berinkuiri.

    Fokus tersebut adalah aspek dari pokok bahasan/topik sehingga siswa menentukan

    untuk melakukan investigasi/penyelidikan. Pada fase ini siswa memilih dan

    mencatat informasi yang berhubungan dengan topik yang dibahas dan informasi

    yang menjawab pertanyaan siswa.

    4) Produk (Creating)

    Pada fase ini, siswa mengorganisasi dan mensintesis informasi dan

    gagasannya. Mereka mengembangkan dan memperbaiki laporan serta

    merumuskan jawaban, solusi, dan kesimpulan. Pada fase ini siswa menghasilkan

    13

    Ibid, h. 180

  • 11

    produk yang tertuang baik dalam bentuk oral, visual, tulisan, gerak, maupun

    multimedia.

    5) Komunikasi (Sharing)

    Pada fase ini siswa mempresentasikan produk inkuiri mereka kepada

    guru atau teman mereka. Fase ini harus menjadi terbimbing, sehingga guru

    memiliki pengetahuan yang masuk akal mengenai fenomena yang mereka amati.

    6) Evaluasi (Evaluating)

    Pada fase evalusi, menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses

    penilaian seperti: dalam penyelidikan untuk menghasilkan produk.penilaian ini

    terletak pada penilaian pemahaman siswa terhadap proses dan proses terhadap

    penguasan konsep.14

    d. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri

    Model inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai

    berikut.

    1) Dapat membentukdan mengembangkan self consept pada diri siswa,

    sehingga siswa dapat mengertitentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

    2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

    belajar yang baru.

    3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap

    objektif, jujur dan terbuka.

    4) Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya

    sendiri.

    5) Memberi keputusan yang bersifat intrinsik.

    6) Situasi proses belajar mengajar jadi lebih merangsang.

    7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

    8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

    9) Dapat menghindari siswa dari cara-cara tradisional.

    14

    Alberta Learning 2004. Focus on Inquiry:A Teachers Guided toImplementing Inquiry-Based

    Learning. h. 10-13

  • 12

    10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mengasimilasi

    dan mengakomodasi informasi.15

    Adapun kelemahan dari model pembelajaran inkuiri dapat dikemukakan

    sebagai berikut.

    1) Model inkuiri memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok

    digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku.

    2) Model inkuiri tidak bisa digunakan pada setiap bidang pelajaran.

    3) Siswa lebih suka dengan model tradisional.

    4) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.16

    c. Peranan Model Inkuiri

    Di dalam perkembangannya ternyata model inkuiri mempunyai peranan

    penting terhadap pendidikan di sekolah. Sehingga besar guru-guru di Indonesia

    belum menggunakan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

    Pelaksanaan penggunaan model inkuiri mempunyai peranan penting baik maupun

    para peserta didik. Peranannya antara lain:

    1) Menekankan kepada proses informasi oleh peserta sendiri.

    2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan

    yang diperolehnya.

    3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan

    keterampilan dalam proses memperoleh kognitif peserta didik

    4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan

    dan sangat sulit melupakannya.

    5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena pserta

    didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.17

    15

    Roestyah N K. Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta. 2001 ), h. 76-77

    17

    Soewarso op cit, h. 129-130

  • 13

    2. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

    a. Pengertian Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

    Inkuiri terbimbing ( guided Inquiri ) merupakan salah satu model di

    mana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan.

    Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru

    memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat

    pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih

    lanjut.18

    Jadi, model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

    berupaya untuk menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada siswa, sehingga

    siswa lebih banyak belajar sendiri dan mampu mengembangkan kreativitasnya

    dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam model inkuiri terbimbing

    adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.

    Inkuiri terbimbing ( guided inquiry ) masih memegang peranan guru

    dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi. Akan

    tetapi siswa diharuskan untuk mendesain untuk merancang penyelidikan,

    mengenalisis hasil, dan sampai kepada kesimpulan.19

    Selain sebagai fasilitator

    tugas guru selanjutnya adalah memilih materi yang perlu disampaikan kepada

    siswa untuk dipecahkan dan siswabenar-benar ditempatkan sebagai subyek yang

    belajar tetapi bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan.

    b. Karakteristik Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

    Menurut Carlo C. Kuhthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik

    inkuiri terbimbing (guided inquiry) yaitu:

    1) Siswa belajar aktif dan terefleksi pada pengalaman

    Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif

    individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu

    dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari

    tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran

    Hands on (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang model otoriter dan

    18

    http://www.mcps.kl2.md.us/curiculum/science/instr/inq3levels.htm, 19

    Ronaldi. Bonnstetter. Inquiry; Learning from the past an Eye on the future,diakses dari

    (http://unr.rdu/homepage/jcannon/ejsebonnstetter/html)

  • 14

    menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri (penemuan). Sangat penting dalam

    pembelajaran bermakna.

    2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu

    Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk

    dasar untuk membangun pengetahuan baru. Ausubel prihatin dengan individu

    yang materi verbal/tekstual dalam jumlah yang besar di sekolah. Menurut Ausubel

    faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang

    mereka tahu.

    3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui

    bimbingan

    Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses yang

    mendalam yang membawa kepada sebuh pemahaman. Proses yang mendalam

    memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertnyaan-pertanyaan

    yang otentik mengenai objekyang telah digambarkan dari pengalaman dan

    keingintahuan siswa.

    Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan

    intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Pemahaman,

    aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi membantu merangsang inkuiri yang

    membawa kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.

    4) Perkembangan siswa secara bertahap

    Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas

    mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur,perkembangan ini

    merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, refleksi,

    menentukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan

    mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan nilai.

    5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

    Siswa belajar melalui semua pengertianya. Mereka menggunakan

    seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pengalaman yang

    mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.

  • 15

    6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain

    Siswa hidup di lingkungan sosial di mana mereka terus menerus saudara,

    guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang

    membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan di mana untuk mereka. Vigotsky

    berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada kognitif.20

    Berdasarkan karakteristik tersebut, inkuiri terbimbing merupakan sebuah

    pendekatan yang berfokus pada proses berpikir yang membangun pemahaman

    oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa pengalaman dan

    apa yang mereka telah tahu. Selain itu, siswa juga belajar melalui interaksi dengan

    orang lain yang berperan penting dalam kognitifnya.

    c. Tahap Pelaksanaan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

    Tahap pelaksanaan model inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) terdiri

    dari:

    1) Ketidaksesuian pristiwa/kejadian (discrepant event) dan menyajikan masalah

    Pembelajaran inkuriri terbimbing diawali dengan penyajiaan guru

    mengenai masalah yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah dan tidak bisa

    dipecahakan dengan segera. Wright memberikan suatu definisi mengenai

    ketidaksesuaian peristiwa (discriepant event) adalah fenomena yang terjadi

    kelihatannya bertentangan dengan perkiraan awal kita. Ketidaksesuaian peistiwa

    (dicriepant event) sangat penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang

    membuat mereka lebih keritis terhadap informasi

    2) Tambahan

    Setelah siswa membuat hipotesis dan mengetahui data yang relevan

    yang mendukung hipotesis kemudian guru perlu mengidentifikasi cara

    perkembangan pemikiran siswa. Pada tahap ini dapat dilakukan kegiatan diskusi.

    Dengan diskusi bakal alami siswa dapat terpelihara dan guru dapat

    20

    Carol C. Khukthan dan Ross. J. Todd.2006. Guied Inquiry: A Framework for Learning Throug

    School Libraries 2 lst Century School.

  • 16

    menggembangkan budaya mau mendengarkan atau bergiliran mengemukakan

    pendapat di dalam kelas.21

    Laine dan Heath mengemukakan 4 (empat) tahapan proses inkuiri

    terbimbing: :

    1) Mengumpulkan latar belakang informasi

    2) Membuat peta konsep

    Peta konsep digunakan untuk meringkas informasi yang telah ditemukan

    .3) Inkuiri/penemuan

    Yang termasuk kegiatan inkuiri ini adalah membuat pernyataan,

    memprediksi jawaban/membuat hipotensi, mendisain, percobaan dan melakukan

    percobaan

    4) Analisa data

    Setelah data/hasil diperoleh dari perobaan yang telah dilakukan,

    kemudian data tersebut dianalisis untuk diambil kesimpulan.22

    Dalam David M.

    Hanson kegiatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) terdiri dari 5 (lima) tahapan,

    yaitu :

    a) Orientasi

    Orientasi menyiapkan siswa untuk belajar orientasi memberikan

    motivasi untuk beraktivitas, menciptakan minat, membangkitkan keingintahuan,

    dan membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya.

    Pengenalan terhadap tujuan pembelajaraan dan kriteria keberhasilan

    memfokuskan siswa untuk menghadapi persoalan penting dan menentukan tingkat

    pengusaan yang diharapkan.

    b) Eksplorasi

    Pada tahap eksplorasi siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan

    observasi, mendisain eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganalisis

    21

    Thomas J. Lasley H. Thomas J. Matzynski dan James B. Rowley, Instructional Model Strategis

    foe Teaching in a Diverse Society, ( Wadswerth,2002), h.148 154 22

    23 PhyllisS lame dan Linda J. Heath, 2002, A Guided Inquiry in a Compater-Based Biology

    Laboratory Comference of the Association for Biology Laboratory education ( ABLE), Vol.23, h.

    152-153

  • 17

    data; menyelidiki hubungan; serta mengemukakan pernyataan dan menguji

    hipotensi.

    c) Pembentukan konsep

    Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuka.

    Pemahaman konseptual dikembangkan oleh keterlibatan siswa dalam penemuan

    bentuk penyampaian infofmasi melalui naskah atau (discriepant event) sangat

    penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang membuat mereka lebih

    keritis terhadap informasi melalui naskah atau ceramah.

    d) Aplikasi

    Aplikasi melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan,

    masalah, dan situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan bagi siswa

    untuk membentuk kepercayaan diri situasi yang sederhana dan konteks yang

    akrab. Pemehaman dan pembelajaran yang sebenarnya dipelihara pada

    permasalahan yang mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan baru ke

    dalam konteks yang tidak akrab, memadukannya dengan pengetahuan lain, dan

    menggunakannya pada cara yang baru dan berbeda untuk memcahkan masalah-

    masalah nyata didunia.

    e) Penutupan

    Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang

    dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah dan menilai penampilan mereka.

    validasi bisa diperoleh dengan melaporkan hasil kepada teman atau guru untuk

    mendapatkan pandangan mereka mengenai isi dan kulitas hasil.23

    d. Pembelajaran konstruktivis dan inkuiri terbimbing (guided inquiry)

    Inkuiri terbimbing (guided inquiry) ditemukan berdasarkan kepercayaan

    bahwa pembelajaran merupakan proses pembentukan individual dan sosial

    ditanamkan secara mendalam di amerika, dan telah dikembangkan oleh pemikiran

    pendidikan abad xx yang berpengaruh seperti jhon dewey, george kelly, Jerome

    bruner, jean piaget, dan lev vygotsky.

    23

    David M. Harson. Designing Process-Oriented Guided Inquiry Activities, ( Pasific Creast 2nd

    edition.2005), artikel diakses http:/www.pogil.org/downloadDesigning,POGIL Activities.pdf.

  • 18

    Pembelajaran konstruktivis memberikan perhatian kepada pencarian

    aktif siswa dalam menentukan pengertian dan pemahaman. Perhatian tersebut

    sebagai berikut :

    1) Siswa membentuk pengetahuan dan pemahaman yang mendalam lebih baik

    daripada pasif menerimanya.

    2) Siswa terlibat langsung dan ikut serta dalam penentuan pengetahuan baru.

    3) Siswa menghadapi pandangan alternatif dan gagasan yang bertentangan

    sehingga mampu mengubah pengetahuan sebelumnya menjadi pemahaman

    yang mendalam.

    4) Siswa mentransfer pengetahuan dan kemampuan baru ke situasi yang baru.

    5) Siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka serta penguasaan

    kemampuan isi dan kurikulum

    6) Siswa berperan bagi sosial/kelompoknya, menumbuhkan demokrasi, dan

    mengembangkan sosial/kelompok yang memiliki bayak pengetahuan.24

    Dari uraian diatas, inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat diartikan

    sebagai salah satu model pembelajaran berbasis inquiry/penemuan yang

    menyajian masalah dan penyelesaian dari masalah ditentukan guru. Masalah dan

    pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan

    jawabanya. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data

    dari masalah yang diajukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan,

    menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil

    penyelidikan.

    3. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Belajar pada hakikatnya mengandung makana terjadinya perubahan

    tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan latihan.25

    Di bawah ini

    beberapah pengertian belajar menurut para tokoh pendidikan.

    24

    Carol C, Kulhthan dan Ross J. Todd, 2006, Guided Inquiry Activitie: A Framework For

    Learning Through School Libraries on 2 1st Century School ( Contuctivist Learning and

    GuidedInquiry), artikel diakses dari http://cissl.scils.rutgets.edu/guidedinquiry/cons.htm.

  • 19

    Menurut teori Peaget, belajar adalah perubahaan dalam struktur mental

    yang berisi informasi dan perosedur pengoprasian pada informasi tersebut dimana

    pembelajaran menkostruksi pengetahuan dan secara aktif mencari makna

    pembelajaran tersebut. Sedangkan menurut skaianer hasil belajar adalah

    perubahan-perubahan dalam perilaku tampat pembelajaran sebagai hasil

    pengalaman dimana pemikiran siswa focus pada interaksi antara linkungan dan

    perilaku.

    Selain itu, Cormbac di dalam bukunya education psicology menyatakan

    bahwa; learning is shown by a change in behcviour as a result ofexperince,

    artinya belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam proses

    mengalami itu si pelajar mengunakan panca indranya.26

    Menurut pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu

    kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar haya mengingat, akan tetapi

    lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penugasan hasil

    latihan melainkan perubahan tingkah laku.

    b. Hasil Belajar Fisika

    Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

    akibat dari proses belajar yang dilakukannya berupa tercapainya tujuan-tujuan

    belajar yang diinginkan. Fisika mempelajari tentang berapa hal yang menyangkut

    materi serta pengetahuan tentang kejadian-kejadian alam. Hasil belajar fisika di

    sekolah bertujuan agar para siswa dapat menguasai dan memahami konsep fisika.

    Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam

    proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi tiga ranah, yakni

    ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,27

    ranah kognitif merkenan dengan hasil

    belajar intelektual yang terdiri enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

    pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

    25

    Syaiful Bahri Djamhari & Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar. ( Jakarta:Rineka

    Cipta,2006), h. 11 26

    Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), h. 27

    Drs. Ali Imran. Belajar dan Pembelajaran. (PT Dunia Pustaka Jaya ), h. 20-25

  • 20

    kognitif tingkat rendah dan ke empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat

    tinggi.

    Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

    penerimaan, jawaban atau reaksi, penialian, dan organisasi. Sedangkan ranah

    psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

    bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerakan reflek, keterampilan

    gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

    keterampilan kompleks dan gerakan ekspersif dan interpretatif.

    Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ke

    tiga ranah itu, ranah kognitif lah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

    sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi

    bahan pelajaran.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu keadaan

    atau nilai dari sesorang yang belajar, dan kempauanya untuk mengunakan apa

    yang di peroleh dari proses belajar mengajar serta apa yang diperoleh siswa dalam

    perose pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang diperolehnya. Dalam hal

    ini hasil pengalaman dari usaha seseorang dalam belajar dapat menyebabkan

    perubahan tingkah laku yang didapat setelah peroses belajar dean dapat diamati.

    Penilain pada hasil belajar mencakup seluruh aspek baik ranah kognitif,

    afektif dan psikomotor. Namun dalam hal ini penilaian hasil belajar pada

    penilaian ini diartikan sebagai tingkah penguahaan kognitif siswa pada materi

    pokok getaran dan gelombang.

    b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses

    hasil belajar siswa di sekolah. Secara garis besar ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi proses hasil belajar siswa di sekolah antara lain, faktor internal dan

    faktor internal.

  • 21

    1) Faktor yang dari dalam siswa (internal) yaitu:

    a) Faktor fisiologi terdiri dari kondisi kesehatan, kebugaran fisik, dan kondisi

    kesehan panca indera terutama pengelihatan dan pendengaran.

    b) Faktor fisikologis terdiri dari minat, bakat, intelegensi, motivasi dan

    kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan prsepsi, ingatan,

    berfkir dan kemampuan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa.

    2) Faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal) yaitu:

    a) Faktor lingkungan antara lain:

    (1) Lingkungan nonsosial/alami seperti kelembaban suhu, kelembaban

    udara, waktu (pagi, siang, malam) tempat letak gedung sekolah dan

    sebagainya.

    (2) Lingkungan sosial baik berwujudnya manusia dan representasinya

    termasuk budayanya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.28

    b) Faktor instrumental terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajar,

    guru dan kurikulum/materi pelajaran strategi belajar mengajar.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah ada

    materi yang dipelajari, faktor lingkungan siswa, faktor instrumental, keadaan

    individu siswa, dan proses belajar mengajar.

    Menurut Soedijarto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

    adalah latar belakang sosial ekonomi, lingkungan belajar di rumah, latar belakang

    kemampuan kognitif dan kuantitatif, sikap pelajar terhadap pendidikan, sikap

    positif pelajar terhadap IPA dan matematika, tingkah partisipasi pelajar, bentuk

    tes yang digunakan, frekuensi tes, dan cara guru berperan dalam proses belajar

    mengajar.

    Selain pengertian di atas, faktor yang pempengaruhi hasil belajar dari

    dalam siswa (internal) yaitu meliputi hal-hal seperti sikap terhadap belajar,

    motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan ajar,

    kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, intelegensi dan keberhasilan

    belajar. Sedangkan faktor eksternal belajar meliputi hal-hal seperti guru sebagai

    28

    Muhibin Syah, M.Pd. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosda Karya,

    2003), h. 137-138

  • 22

    pembina pelajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian,

    lingkungan sosial siswa disekolah dan kurikulum. Jadi hasil belajar tersebut

    dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal baik dari dalam siswa maupun faktor

    dari luar siswa.

    d.Hubungan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Hasil Belajar

    Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai upaya guru

    untuk menciptakan situasi yang memungkinkan siswa yang mengalami kesulitan

    belajar mampu mengingatkan hasil belajar semaksimal mungkin sehingga

    mencapai atau bahkan melampaui kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.

    Oleh karena itu, dalam mengajar harus memperhatikan karakteristik kesulitan

    yang dihadapi siswa sehingga dengan mudah guru tersebut dapat memberikan

    bantuan. Dalam arti mengajar tersebut harus diadakan perbaikan dan yang di

    betulkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar meliputi cara belajar, model,

    materi, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar.

    Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan kegiatan yang harus

    dilaksanakan guru apabila ingin keseluruhan siswanya berhasil mempelajari

    pelajaran yang diajarkan secara tuntas. Seperti yang telah diketahui bahwa taraf

    kemampuan siswa berbeda-beda dalam penyerap pelajaran, maka guru harus

    menentukan pendekatan yang tetap dalam pembelajaran inkuiri terbimbing,

    karena hal ini sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan yang akan dicapai siswa.

    Banyak diantara siswa kesulitan dalam menerima materi pelajaran yang

    ada di dalam ilmu fisika. Hal ini dikarenakan ilmu fisika merupakan ilmu yang

    bersifat empiris yang berarti ditentukan oleh bukti-bukti atau fakta yang didapat

    dalam penelitian ilmiah yang disusun secara sistematis dan terkontrol. Oleh

    karena ilmu fisika diperoleh berdasarkan pengamatan dan eksperimen, serta

    menghubungkan fakta-fakta berdasarkan model ilmiah maka guru yang bertindak

    sebagai fasilitator bertanggung jawab untuk membantu dan membimbing siswa

    untuk mencapai hasil yang optimal dan di harapkan guru dapat menciptakan

    situasi belajar yang baik dalam proses belajar yang efektif, efisien dan relevan.

  • 23

    Gejala kesulitan belajar merupakan salah satu gejala (gambaran) belum

    tercapainya perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Oleh karena itu, masih

    diperlukan proses belajar yang khusus dan dapat membantu pencapaian kebulatan

    tingkah laku sebagai hasil belajar. Dalam hubungan ini pembelajaran inquri

    terbimbing merupakan salah satu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dilakukan setelah melakukan

    kegiatan evaluasi atau tes unit atau satuan pokok bahasan.evaluasi ini bertujuan

    untuk mengetahui materi pelajaran yang belum dipahami dan dikuasai siswa.

    B. Penelitian yang Relevan

    Hasil penelitian Nurkhasanah tentang pembelajaran fisika dengan model

    inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

    ESQ.29

    Penelitian Bilkisti Hardiyono menunjukkan bahwa proses pembelajaran

    menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan kerja

    ilmiah dan hasil belajar siswa.30

    Penelitian Marnita menunjukkan bahwa dengan

    pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi inkuiri dapat meningkatkan

    penguasaan konsep siswa,31

    serta berdasarkan penelitian di Gill st Bernard School,

    New Jersey dijelaskan oleh Kukhtau dan Todd bahwa dengan pembelajaran

    inkuiri terbimbing siswa dapat menguasai konsep lebih mendalam.32

    c. Kerangka Berpikir

    Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan

    pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk mengembangkan

    keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen fisik, material, dan

    teknologi dari lingkunagan mereka secara ilmiah. Untuk itu setiap pembelajaran

    dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran semacam

    29

    .Nurkhasanah.2010 Pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing termodifikasi

    ditinjau dari kemampuan dan berpikir kritis siswaUniversitas Surakarta .2010 30

    Bilkisti Hardiyono. 2007 penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan

    keterampilan dan prestasi belajar siswa. Fakultas MIPA UM 31

    http://Page-your favorite. Com/ppsupi/abstract IPA 2004.htm! 32

    http//cissl/scils.rutgers.edu. Guided Inquiry/Char.htm

    http://page-your/

  • 24

    kemandirian berpikir, keaslian ide, dan kebebasan berpikir. Hal teersebut dapat

    meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial.

    Fisika merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara

    mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan

    pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar fisika juga merupakan

    penemuan. Belajar fisika menekankan kepada pemberian pengalaman secara

    langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dalam menggali alam

    sekitar dan memahaminya.

    Salah satu alternatif tersebut adalah dengan memberlakukan model

    pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini

    merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang bertujuan untuk

    mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan

    masalah, serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, membina dan

    mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, rasa ingin tahu, dan penalaran serta

    cara berpikir objektif baik secara individual maupun kelompok. Pada

    pembelajaran ini siswa melakukan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang

    diajukan guru tetapi siswa sendiri yang menentukan prosedur penyelidikannya.

    Sedangkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam penyelidikan yang

    dirancangnya.

    Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini siswa didorong untuk

    belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan

    prinsip serta guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman denagan

    melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsepnya

    sendiri. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini terdapat proses-proses

    mental yaitu menyajikan masalah, merumuskan pertanyaan, membuat hipotesis,

    mendesain dan melakukan eksperimen, mengummpulkan data, menganalisis dan

    menarik kesimpulan serta mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikan, melalui

    proses ini dapat membiasakan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran yang

    berpusat pada siswa. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing

    dapat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa

  • 25

    (Gambar 2.1 Kerngka Berpikir)

    D. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan hasil deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka

    dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh model

    pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa

    E. Materi Konsep

    1. Getaran

    a. Pengertian Getaran

    Kata getaran sering kamu dengar dan kamu gunakan dalam percakapan

    sehari-hari, apa yang dimaksud dengan getaran? bagaimana benda dikatakan

    bergetar? Untuk memahaminya lihat gambar di bawah ini:

    Pembelajaran

    Inkuiri

    Terbimbing

    Guru menyajikan

    masalah dan siswa

    mengadakan

    penelitian untuk

    memecahkan

    masalah tersebut Analisis data dan

    membuat kesimpulan

    Menyajikan masalah

    Penutup

    Membuat pertanyaan

    dan mengumpulkan

    data

    Membuat eksperimen

  • 26

    (Gambar 2.2 Ayunan Sederhana)

    Gantungkanlah sebuah benda pada seutas tali yang terikat seperti gambar

    di atas. Titik keseimbangan ayunan berada di titik B. kemudian, berilah gangguan

    pada ayunan tersebut sehingga benda bergerak menurut lintasan A-B-C. Amatilah

    apa yang terjadi! Apa yang terjadi dengan gerakan bandul?

    Saat benda melewati lintasan A-B-C, benda dikatakan telah melakukan

    setengah getaran. Demikian pula halnya jika melalui lintasan B-A-B. jika lintasan

    benda adalah A-B-C-B-A atau B-A-B-C-B, dikatakan benda telah menempuh satu

    kali getaran. jadi, Getaran adalah gerak bolak-balik (gerak periodik) dalam

    lintasan yang sama dan melalui titik seimbangnya.

    Simpangan terbesar yang mampu dilakukan benda, yaitu B-A atau B-C

    disebut amplitudo. Jadi, amplitudo adalah simpangan terbesar yang dapat dicapai

    benda dari titik seimbangnya. Selain beberapa contoh yang sudah dikemukakan,

    peristiwa getaran dapat ditemukan dalam gelombang TV dan gelombang radar.

    b. Periode Getaran

    Pernahkah kamu melihat bandul jam? Bandul jam selalu memiliki

    simpangan yang tepat karena pengaruh gaya per jam tersebut. Oleh karena itu,

    pada bandul jam dapat diamati adanya simpangan terbesar (amplitudo) dari waktu

    yang digunakan untuk melakukan getaran sempurna. Ternyata waktu yang

    digunakan untuk melakukan suatu getaran sempurna adalah tetap yang disebut

    dengan periode.

    Periode dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan untuk

    melakukan satu getaran penuh. Satuan periode adalah detik sedangkan

    lambangnya adalah T.

    B C A

  • 27

    Pada umumnya, pengukuran periode getaran tidak dilakukan untuk satu

    getaran karena selang waktu untuk melakukan satu getaran sangat singkat.

    pengukuran getaran dilakukan untuk sejumlah getaran, misalnya misalnya 10

    getaran sehingga didapatkan selang waktu untuk 10 getaran tersebut .

    c. Frekuensi Getaran

    Menurut definisi, periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk satu

    getaran penuh. Dalam satu detik berarti terjadi T

    1 getaran. Banyaknya getaran per

    sekon disebut frekuensi (f). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa T

    f1

    .

    Frekensi getaran ialah banyak gertaran yang terjadi setiap sekon. Jadi,

    frekuensi adalah kebalikan dari periode. Frekuensi getaran dilambangkan dengan

    f dan satuannya hertz (Hz). Hubungan antara frekuensi getaran (f) dan periode

    getaran (T) adalah

    Tf

    1 atau

    fT

    1

    Dengan T = periode (sekon)

    f =frekuensi (sekon

    1 atau Hz )

    semakin besar frekuensi, semakin kecil periode, dan sebaliknya, semakin

    besar periode, semakin kecil frekuensinya.

    2. Gelombang dan Perambatanya

    a. Pengertian Gelombang

    Gelombang merupakan getaran yang merambat. Sifat terjadinya,

    gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gelombang mekanik dan

    gelombang elektromagnetik.

    Gelombang mekanik adalah gelombang yang terjadinya disebabkan oleh

    peeristiwa getaran mekanik. Contoh gelombang mekanik yaitu gelombang pada

    permukaan air, gelombang bunyi, dan gelombang pada tali dan gelombang gempa.

    gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terjadinya disebabkan radio,

    gelombang TV, dan gelombang cahaya.

  • 28

    Pada gelombang tali tidak terjadi perpindahan medium ke arah rambatan

    gelombang, yang merambat adalah hasil usikan atau ganguan.

    b. Jenis Gelombang

    Berdasarkan arah rambatan dan arah getarannya, gelombang terbagi atas

    dua jenis, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Berikut akan

    dijelaskan kedua jenis gelombang tersebut.

    1) Gelombang Transversal

    Gelombang pada tali dan gelombang pada permukaan air merupakan

    contoh gelombang transversal. Ketika kamu memberikan ganguan pada slinkin,

    ganguan tersebut bergerak sepanjang medium, tetapi partikel-partikel medium

    bergetar dengan arah tegak lurus terhadap arah rambat ganguan. Dengan kata lain,

    arahgetaran pada slinki tegak lurus terhadap arah rambatan. Jadi pada gelombang

    transversal, arah rambat gelombang tegak lurus pada arah getarnya. Contoh lain

    gelombang transversal adalah gelombang cahaya.

    2) Gelombang Longitudinal

    Gelombang longitudinal dapat juga diamati pada slinki. Agar dapat

    mengamati gelombang longitudinal kamu dapat memberikan gangguan atau

    getaran pada slinki secara mendatar. Pada gelombang longitudinal terjadi pola

    rapatan dan renggangan. Pola rapatan terjadi karena adanya usikan atau gangguan

    yang kamu lakukan secara horizontal pada salah satu ujungnya. Rapatan pada

    slinki bergerak searah dengan rambatan gelombang.

    Dengan demikian, gelombang longitudinal dapat dinyatakan sebagai

    gelombang yang arah getarannya sejajar atau searah dengan arah rambatan.

    Contoh lain gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi, gelombang bunyi

    dan gelombang dalam air.

    c. Panjang Gelombang

    Berdasarkan uraian sebelumnya, pada gelombang transversal arah

    getaran tegak lurus terhadap rambatannya sehingga akan terbentuk bukit dan

    lembah gelombang, sedangkan pada gelombang longitudinal akan terbentuk

    rapatan dan rengggangan. Pemahaman tentang bukit dan lembah gelombang atau

    rapatan gelombang dapat diuraikan sebagai berikut.

  • 29

    1) Bentuk Gelombang Transversal

    Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus

    arah rambatannya. Arah rambat gelombang pada tali adalah sepanjang tali

    sedangkan getarannya adalah turun naik. Demikian juga dengan getaran pada

    permukaan air adalah turun naik secara vertikal dan merambat secara horizontal

    ke pinggir kolam. Satu gelombang terdiri atas satu bukit dan satu lembah. Panjang

    satu gelombang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang diberi lambang

    (lamda), dengan satuan meter.

    2) Bentuk Gelombang Longitudinal

    Pada gelombang longitudinal, panjang gelombang terdiri atas satu

    rapatan dan satu renggangan. Panjang gelombang longitudinal dapat dihitung

    mulai dari ujung renggangan pertama sampai ujung renggangan berikutnya atau

    dari ujung rapatan pertama sampai ujung rapatan selanjutnya.

    3) Periode dan Panjang Gelombang

    Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu

    getaran sempurna. Hal ini berarti pula bahwa periode adalah waktu yang

    diperlukan untuk membentuk satu gelombang.

    Dalam perambatannya, gelombang memiliki laju sebesar v. Jika untuk

    melewatkan satu gelombang dibutuhkan waktu T, dapat dinyatakan bahwa laju

    rambat gelombang sebagai berikut.

    Tv

    Dengan v = laju rambat gelombang (m/s)

    = panjang gelombang (m)

    T = periode getaran atau periode gelombang

    4) Hubungan antara Laju Rambat , Frekuensi, dan Panjang Gelombang

    Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama

    1 sekon. Frekuensi merupakan kebalikan periode (T).

    fT

    1 atau

    Tf

    1

    Hal ini berlaku pula pada frekuensi gelombang

  • 30

    Jadi, dapat dituliskan sebagai berikut.

    Tv

    atau v = . F

    3. Gelombang Bunyi

    a. Proses terjadinya Bunyi

    Bunyi pada hakikatnya adalah sesuatu yang dapat didengar oleh telinga

    yang kemudian disampaikan ke otak. Benda bergetar yang dapat menimbilkan

    gelombang bunyi disebut sumber bunyi. Gelombang bunyi memerlukan medium

    untuk merambat. Udara tempat merambatnya gelombang bunyi disebut zat antara

    atau medium antara. Selain udara, zat cair dan zat padat juga merupakan zat antara

    bagi gelombang bunyi di ruang hampa udara, bunyi tidak dapat merambat. Hal ini

    dibuktikan oleh seorang ilmuwan fisika Jerman bernama Otto Von guericke (

    1602-1686).

    b. Laju Rambat Bunyi

    Ketika terjadi petir, kadang-kadang bunyi dan cahaya datang bersamaan

    tetapi, kadang-kadang cahaya terlebih dahulu terlihat dan beberapa detik

    kemudian barulah terdengar bunyinya, hal tersebut menunjukan bahwa dalam

    perambatannya ke suatu tempat, bunyi memerlukan waktu lebih lama

    dibandingkan cahaya. Semakin jauh tempat yang ditujunya, semakin lama bunyi

    sampai ke tempat itu.

    Perbandingan jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi dari sumber

    bunyi ke pendengar dengan selang waktu dinyatakan dengan laju rambat bunyi.

    Jika jarak dinyatakan dengan s dan waktu dengan t , laju rambat bunyi v

    dirumuskan:

    t

    sv

    Dengan : v = laju rambat bunyi ( m/s )

    s = jarak bunyi dengan pendengar (meter)

    t = waktu ( sekon).

  • 31

    c. Frekuensi yang Dapat Didengar

    Indra pendengaran manusia hanya dapat mendengar bunyi yang

    memiliki frekuensi 20 Hz-20.000 Hz. Rentang frekuensi dari 20 Hz- 20000 Hz

    disebut frekuensi audiosonik atau sonik. Frekuensi di bawah 20 Hz disebut

    frekuensi infrasonik atau subsonik. Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut frekuensi

    ultrasonik. Bunyi infrasonic dapat didengar oleh binatang tertentu, seperti anjing

    dan jangkrik, sedangkan ultrasonic dapat didengar oleh kelelawar dan lumba-

    lumba.

    d. Nada

    Bunyi teratur memiliki frekuensi getaran yang tertentu. Bunyi dengan

    frekuensi tertentu disebut nada. Sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi getaran

    yang tidak teratur disebut desah. Tinggi rendahnya nada bergantung pada

    frekuensi getaran.semakin besar frekuensi getar suatu nada, semakin tinggi nada

    tersebut. Sebaliknya, semakin kecil frekuensi getar suatu nada maka semakin

    rendah nada tersebut.

    e. Peristiwa Resonansi

    Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena

    pengaruh getaran benda lain yang bergetar. Beberapa contoh peristiwa resonansi

    adalah pada alat musik seperti gitar, gendang dan gong. Pada gitar, bunyi atau

    nada dihasilkan oleh getaran senar. Getaran senar ini menggetarkan udara yang

    berada di dalam kotak gitar. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan senar

    terdengar lebih keras. Demikian pula pada gendang dan gong, udara yang berada

    diruangan dalamgendang dan ruangan dibalik lempeng gong ikut bergetar, akibat

    bergetarnya selaput gendang dan lempeng gong.

    4. Pemantulan bunyi

    a. Hukum Pemantulan Bunyi

    Bunyi dipantulkan menurut aturan-aturan tertentu, Hukum pemantulan

    bunyi sebagai berikut:

    1) Arah bunyi datang, garis normal, dan arah bunyi pantul terletak pada satu

    bidang datar.

    2) Besar sudut datang ( )i sama dengan besar sudut pantul ( )r .

  • 32

    b. Menghitung Laju Rambat Bunyi

    Ketika waktu tempuh antara sumber bunyi ke bidangpemantul dan

    kembali ke sumber bunyi, jarak tempuhnya adalah 2 kali jarak antara sumber

    bunyi dan bidang pemantul. Persamaannya,

    t

    sv

    2 atau

    2

    .tvs

    c. Pemanfaatan Pantulan Bunyi dalamKehidupan sehari-hari

    Pantulan bunyi dimanfaatkan juga untuk mengukur kedalaman laut,

    panjang lorong goa, mendeteksi cacat dan retak pada logam dan

    sebagainya.pengukuran kealamn laut ditentukan dengan teknik pantulan pulsa

    ultrasonic. Untuk itu, pada dinding kapal dipasang pembangkit getaran (osilator)

    dan penerima getaran (hidrofon).

    Gelombang bunyi yang dihasilkan dirambatkan melalui air laut dan

    akan dipantulkan oleh dasar laut yang diterima oleh alat khusus di kapal. Dengan

    mengetahui selang waktu antara gelombang yang dikirim dan yang diterima maka

    akan diketahui kedalaman laut dengan menggunakan persamaan berikut ini.

    tvs .2

    Dengan s = jarak/kedalaman laut (meter)

    v = laju rambat bunyi dalam air ( m/s)

    t = selang waktu antara gelombang yang dikirim dan diterima

    (sekon)

    .

  • 33

  • 33

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Metode Penelitian

    Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen

    yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu

    variabel. Dalam kontrol atau pengendalian variabel bisa dilakukan secara ketat

    atau secara penuh. Sehingga perlu dicari atau dilakukan pengontrolan yang sesuai

    dengan kondisi yang ada. Dimana peneliti harus dapat memilih dan menentukan

    variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak

    dilakukan sepenuhnya.

    Peneliti melakukan analisis dan evaluasi penguasaan konsep siswa

    terhadap pretest dan posttest yang kemudian diolah untuk mengetahui

    penguasaan dan peningkatan konsep siswa kelompok atas, kelompok tengah dan

    kelompok bawah pada tiap indikator serta mengetahui apakah kenaikan ini

    signifikan atau tidak setelah diterapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Tempat yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Madrasah

    Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan

    pada tahun pelajaran 2009/2010

    C. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pretest-posttest

    design, dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini

    menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol (diberikan perlakukan, menggunakan

    model konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan metode

    pembelajaran inkuiri terbimbing). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek

    yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini

    dapat digambarkan sebagai berikut:

  • 34

    Tabel 3.1 Desain Penelitian

    Kelas Pretest Treatment Posttest

    E T1 X1 T2

    C T1 X2 T2

    Keterangan:

    E : Kelas eksperimen

    C : Kelas kontrol

    T1 : Nilai pretest

    T2 : Nilai posttest

    X1 : Perlakuan (penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing).

    X2 : Tidak diberi perlakuan model inkuiri terbimbing

    D. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam

    penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Sedangkan populasi

    terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Jamiatus

    Sholihin.

    Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti.2 Sample yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII 3 sebagai kelas

    eksperimen dan kelas VIII 2 sebagai kelas kontrol.

    E. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Sampling

    dengan teknik simple random sampling. Probability Sampling adalah teknik

    pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

    (anggota) populasi untuk dipillih menjadi anggota sampel. Dikatakan sampel

    1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta,

    2002), h. 102 2 Ibid., h. 109

  • 35

    (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

    acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.3

    F. Variabel Penelitian

    Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam, dalam metodologi

    penelitian, variabel yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang akan menjadi

    objek penelitian.4 Dalam penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate variabel

    (hubungan antara dua variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan

    variabel dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel yang

    mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel variabel dependent (variabel

    terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel oleh variabel independent.

    Oleh karena itu variabel ini sering disebut dengan terpengaruh.

    Penelitian ini memiliki dua variabel. Pertama pengaruh metode

    pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas (Variabel X). Hasil

    belajar fisika siswa sebagai variabel terikat (variabel Y).

    G. Prosedur Penelitian

    Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Melakukan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum

    diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas

    eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol.

    2. Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran

    inkuiri terbimbig (X1).

    3. Melakukan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah di

    beri perlakuan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada

    kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

    4. Menganalisis T1 dan T2 untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang

    dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

    3 Sigiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,

    (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 120 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (yogyakarta: Rineka Cipta,

    1998), Cet Ke-XI, h. 120.

  • 36

    5. Menganalisis T2 untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran

    dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas

    eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

    6. Menganalisis T2 untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar fisika

    siswa setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri

    terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada

    kelas kontrol.

    7. Membandingkan T2 pada kelas eksperimen dengan T2 pada kelas kontrol

    untuk mengatahui pengaruh penerapan pembelajaran metode pembelajaran

    inkuiri terbimbing.

    8. Menerapkan uji statistik yang cocok untuk menentukan apakah pengaruh

    penerapan pembalajaran konvensional dengan metode pembelajaran inkuiri

    terbimbing itu signifikan atau tidak.

    H. Tehnik Pengambilan Data

    Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes.. Tes berupa pretes dan

    postes. Pretes adalah test hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa

    besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan metode pembelajaran inkuiri

    terbimbing dan postes adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran

    menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melihat ketuntasan

    hasil belajar dan apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa akibat

    adanya perlakuan.

    I. Instrumen Penelitian

    1. Instrument Hasil Belajar

    Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.Tes yang

    digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda pada konsep getaran dan

    gelombang. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa dengan 4 pilihan dan

    berjumlah 30 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi

    nilai 0. Tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen sama dengan kelas

    kontrol. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi

  • 37

    pengetahuan atau ingatan ( C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4).

    Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan

    menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat

    menjadi petunjuk dalam menulis soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes hasil belajar

    pada konsep getaran dan gelombang dapat dilihat pada tabel berikut:

    KISI KISI INSTRUMEN

    2. Kalibrasi

    Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu diuji

    cobakan kepada siswa kelas IX Mts Jamiatul Gulami. Uji coba ini dimaksudkan

    untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji

    validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda.

    a. Uji Validitas

    Materi Kompetensi

    Dasar Indikator

    Aspek Kognitif

    Soal C1 C2 C3 C4

    Getaran

    dan

    gelombang

    Mendeskripsikan

    konsep getaran

    dan gelombang

    serta contoh-

    contohnya

    Mengidentifikasi getaran

    pada kehidupan sehari-

    hari

    1,2 3 3

    Mengukur periode dan

    frekuensi getaran 4 5 6 3

    Menyelidiki

    karakteristik gelombang

    transversal dan

    gelombang lonitudinal

    7 8 9 3

    Mendeskripsikan

    hubungan antara

    kecepatan rambat

    gelombang frekuensi dan

    panjang gelombang

    10 11 12,13 4

    Mengaitkan konsep

    gelombangdalam

    kehidupan sehari-hari

    14,15 16 3

    Mendeskripsikan

    konsep bunyi

    dalam kehidupan

    sehari-hari

    Membedakan jenis-jenis

    frekuensi bunyi 17 18 19 3

    Memaparkan

    karakteristik gelombang

    bunyi

    20 21 22,23 4

    Menunjukan gejala

    resonansi dalam

    kehidupan sehari-hari

    24 25 26 27 4

    Memberikan contoh

    pemantulan bunyi

    dalamsehari-hari

    28 29 30 3

    Soal 11 9 7 3 30

  • 38

    Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes itu dapat mengukur apa

    yang hendak diukur atau istilahnya valid. Dalam penelitian ini digunakan validitas

    isi (content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan indikator

    yang dijudgment oleh praktisi pendidikan (dosen atau guru).

    Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Point

    Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk skor dikotomi (skor butir 0 atau 1).

    Untuk memberikan interpretasi terhadap angka rpbi dipergunakan tabel nilai r

    product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N nr). Adapun

    rumus rpbi yaitu:

    q

    p

    SD

    MMr

    t

    tp

    pbi

    ...................................................( 3.1)

    Keterangan:

    rpbi = angka indeks korelasi point biserial

    Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar

    Mt = mean dari skor total

    SDt = standar deviasi total

    p = proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item

    q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item5

    Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi

    dibandingkan dengan rtabel product moment dengan = 0,05 dengan rtabel sebesar

    0,304. Jika rpbi rtabel maka soal tersebut valid dan jika rpbi < rtabel maka soal

    tersebut tidak valid. Dari 30 butir soal yang diuji cobakan terdapat 27 butir soal

    yang valid. 6

    b. Uji Reliabilitas

    5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidkan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-

    14, h. 258 6 Lampiran

  • 39

    Reliabilitas adalah alat penilaian ketepatan atau keajegan alat tersebut

    dalam menilai apa yang dinilainya.7 Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus

    K-R 20 (Kuder-Richardson 20) karena skor butir soal berbentukskor dikotomi.

    2

    2

    111 s

    pqs

    n

    nr , dengan

    n

    n

    XX

    S

    2

    2

    2 ... ....................... (3.2)

    Keterangan:

    r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

    p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

    q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

    pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

    n = banyaknya item

    S = standar deviasi dari tes8

    Kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut:

    0,91 1,00 sangat tinggi

    0,71 0,90 tinggi

    0,41 0,70 cukup