pengaruh model icare introduction, connect, apply,...

70
PENGARUH MODEL ICARE (INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, REFLECT, EXTEND) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh : KHOIRUL ABDAN NIM: 1113026300043 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 18-Oct-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

PENGARUH MODEL ICARE (INTRODUCTION, CONNECT,

APPLY, REFLECT, EXTEND) TERHADAP KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SUHU DAN

KALOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

KHOIRUL ABDAN

NIM: 1113026300043

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

i

LEMBAR PENGESAHAN

Page 3: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Page 4: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Page 5: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

iv

ABSTRAK

Khoirul Abdan, 1113016300043. Pengaruh Model ICARE (Introduction,

Connect, Apply, Reflect, Extend) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa pada Materi Suhu dan Kalor. Skripsi Program Studi Tadris Fisika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa

pada materi suhu dan kalor yang disebabkan karena kegiatan pembelajaran masih

berpusat pada guru sehingga kurang menstimulus dan melatih keterampilan

berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penerapan model ICARE terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi

suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat

pada bulan April sampai Mei 2019. Sampel diambil secara purposive sampling

yang terdiri dari kelas X-2 Keperawatan (kelas eksperimen) dan kelas X-1

Farmasi (kelas Kontrol). Jumlah siswa kedua kelas sama yaitu 16 siswa, total

sampel 32 siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experiment

sedangkan nonequivalent control group design digunakan sebagai desain

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes uraian sebanyak

11 butir soal berdasarkan sub indikator berpikir kritis Robert H. Ennis, kemudian

jawaban siswa dianalisis menggunakan uji parametrik. Adapun uji statisitik yang

digunakan adalah uji-T. Hasil pengujian hipotesis dengan paired samples t test

pada α = 0,05 diperoleh nilai symp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,01 kesimpulan yang

didapat adalah H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan rata-rata

keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dengan demikian, model pembelajaran ICARE berpengaruh terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen meningkat lebih tinggi (N-gain 0,59 (sedang)), dibandingkan dengan

kelas kontrol (N-gain 0,39 (sedang)). Peningkatan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen masih rendah pada sub indikator mengatur strategi yang logis (N-gain

0,20), diperlukan praktikum yang sesuai dengan indikator soal pada tahapan

apply.

Kata kunci: Model ICARE, keterampilan berpikir kritis, suhu dan kalor.

Page 6: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

v

ABSTRACT

Khoirul Abdan, 1113016300043. The Effects of Model ICARE (Introduction,

Connect, Apply, Reflect, Extend) towards Student’s Critical Thinking Skills on

Temperature and Calor Materials. Skripsi of Physiscs Education Department

Programme, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah

State Islamic University Jakarta, 2019.

The research was supported by low level of critical thinking skills of students on

the material heat and temperature caused by learning activities is still teacher-

centered so that it doesn’t stimulate and train students’ critical thinking skills.

The objective of this study is to know the effects of applying model ICARE towards

student’s critical thinking skills on heat and temperature materials. The research

was appliedin SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat on April 2019 to May 2019.

Samples were taken by purposive sampling contain X-2 Keperawatan (experiment

class) and X-1 Farmasi (controlled class). The number of students of both classes

are 16 students, total samples are 32 students. The research method used is quasi

experiment and nonequivalent control group design is used to design the

research. The instrument used in the research was 11 essay items. The 11 items

are based on critical thinking sub-indicator Robert H. Ennis, The students

answered sheets are analyzed used parametric test. Statistic test used is t-test. The

result showed paired samples t-test on α = 0,05 showed symp value. Sig. (2-

tailed) 0,01 which mean H0 is rejected H1 accepted. There are differences of

students critical thinking skills in experiment class and controlled class. The

learning model of ICARE has significant effects towards student’s critical

thinking skills. Student’s critical thinking skills on experiment class are higher (N-

gain 0,59 (medium)) than controlled class (N-gain 0,39 (medium)). The results

showed that the model ICARE can be used as a choice to improve critical thinking

skills. The lowest increase in experiment class is sub-indicator governs a logical

strategy (N-gain 0,20), a practicum is needed in accordance with the sub-

indicator questions at the apply stage.

Key words: ICARE Model, Critical Thinking Skills, Heat and Temperature.

Page 7: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik dan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model

ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend) terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Suhu dan Kalor”. Sholawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada

keluarganya, para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.

Aamiin ya Rabbal‟alamiin.

Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih

tersebut disampaikan kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku ketua Program Studi Tadris Fisika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku penguji I dan Devi Solehat, M.Pd.,

selaku penguji II sidang skripsi.

4. Ai Nurlaela, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan Taufiq Al Farizi,

M.PFis., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu

dan pikirannya untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti

selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Erina Hertanti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan peneliti selama menjadi mahasiswa

pendidikan fisika.

6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Tadris Fisika yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses

perkuliahan.

Page 8: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

vii

7. Bahrozih, SE., MM. selaku Kepala SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat

yang telah memberikan izin melakukan penelitian di SMK tersebut.

8. Dewan guru, staf, karyawan dan siswa-siswi SMK Nusantara 02 Kesehatan

Ciputat, khususnya kelas X-2 Keperawatan dan X-1 Farmasi tahun ajaran

2018/2019.

9. Keluarga tercinta, Ibunda Romaelah, S.Pd, Ayahanda Supardi dan Fajar Dwi

Khasani, yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan

yang luar biasa kepada peneliti.

10. Sahabat-sahabatku, Rizki, Duta, Fikri, Yosi, dan Fathia yang telah membantu

peneliti dalam penyusunan skripsi.

11. Keluarga Besar Tadris Fisika 2013 yang senantiasa menjadi keluarga selama

di perantauan, tempat peneliti berproses untuk menjadi lebih baik.

12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran dan bimbingan yang

diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.

Amin.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

peneliti harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Juli 2019

Peneliti

Page 9: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ ii SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................ iv ABSTRACT ........................................................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii 1. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 5

D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

2. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS....................... 7 A. Deskripsi Teoritis........................................................................................... 7

1. Model ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend)............... 7

2. Keterampilan Berpikir Kritis .................................................................. 12

3. Kajian Materi Subjek Suhu dan Kalor .................................................... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 30

C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 33

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 36

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 37

B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................................... 37

C. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 38

1. Tahap Persiapan ...................................................................................... 38

2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 38

3. Tahap Akhir ............................................................................................ 39

D. Variabel Penelitian....................................................................................... 39

E. Populasi dan Sampel .................................................................................... 40

Page 10: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

ix

F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 40

G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 41

H. Kalibrasi Instrumen Tes ............................................................................... 43

I. Teknik Analisis Data ................................................................................... 49

1. Uji Normalitas ......................................................................................... 49

2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 50

3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 50

4. N-Gain (Normal Gain) ............................................................................ 51

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 53 A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 53

1. Data Hasil Pretest ................................................................................... 53

2. Data Hasil Posttest .................................................................................. 55

3. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ................................... 56

4. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Per

Indikator .................................................................................................. 57

5. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ...................................................... 58

B. Pembahasan ................................................................................................. 61

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 68 A. Kesimpulan .................................................................................................. 68

B. Saran ............................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69

Page 11: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram Tahapan dalam Model Pembelajaran ICARE ..................... 8

Gambar 2. 2 Peta Konsep Materi Suhu dan Kalor ................................................ 20

Gambar 2. 3 Perbandingan Skala pada Termometer Celcius, Fahrenheit, Reamur,

dan Kelvin. .................................................................................... 22

Gambar 2. 4 Aliran Panas Secara Konduksi Tidak Disertai Perpindahan Partikel.

....................................................................................................... 28

Gambar 2. 5 Perpindahan Kalor pada Peristiwa Angin Laut dan Angin Darat

Terjadi Secara Konveksi. ...................................................................................... 29

Gambar 2. 6 Perpindahan Kalor pada Air Mendidih Terjadi Secara Konveksi. ... 29

Gambar 2. 7 Tubuh Menjadi Hangat Ketika Berada Dekat dengan Api Unggun. 30

Gambar 2. 8 Kerangka Berpikir. ........................................................................... 35

Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian ........................................................................... 39

Gambar 4. 1 Diagram Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ........ 54

Gambar 4. 2 Diagram Distribusi Frekuensi Kemampuan Akhir Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ........ 55

Page 12: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ................................................ 14

Tabel 2. 2 Kalor Jenis dari berbagai zat ................................................................ 23 Tabel 3. 1 Desain Penelitian.................................................................................. 38

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis .............................. 41

Tabel 3. 3 Kategori Validitas ................................................................................ 44

Tabel 3. 4 Interpretasi Koefisien Korelasi ............................................................ 44

Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ........................................................ 45

Tabel 3. 6 Kriteria Penafsiran Indeks Reliabilitas ................................................ 46

Tabel 3. 7 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 46

Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Kesukaran............................................................... 47

Tabel 3. 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran ................................................................... 47

Tabel 3. 10 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................. 48

Tabel 3. 11 Hasil Uji Daya Pembeda .................................................................... 49

Tabel 3. 12 Kriteria Pengujian N-Gain ................................................................. 52 Tabel 4. 1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest ....................... 54

Tabel 4. 2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest ..................... 56

Tabel 4. 5 Rata-rata Hasil Perhitungan N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ............................................................................................... 57

Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan N-gain Keterampilan Berpikir Kritis Per Indikator

Berdasarkan Indikator Ennis R.H....................................................... 58

Tabel 4. 7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................................................... 59

Tabel 4. 8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................................................... 60

Tabel 4. 9 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest .......................... 60

Page 13: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. 1 Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan ................... 73

Lampiran A. 2 Hasil Angket Siswa pada Studi Pendahuluan ............................. 75

Lampiran A. 3 RPP Kelas Eksperimen ............................................................... 77

Lampiran A. 4 RPP Kelas Kontrol .................................................................... 116

Lampiran A. 5 Lembar Kerja Siswa(LKS) ....................................................... 137

Lampiran B. 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ............................ 155

Lampiran B. 2 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ........................................... 157

Lampiran B. 3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ..................................... 181

Lampiran B. 4 Soal Tes yang Digunakan.......................................................... 189

Lampiran B. 5 Lembar Validasi Ahli Materi .................................................... 204

Lampiran B. 6 Lembar Validasi Ahli Pendidikan ............................................. 206

Lampiran C. 1 Hasil Pretest .............................................................................. 209

Lampiran C. 2 Hasil Posttest ............................................................................. 211

Lampiran C. 3 Hasil Olah Data Per Indikator Berpikir Kritis .......................... 213

Lampiran C. 4 Uji Normalitas Hasil Pretest ..................................................... 217

Lampiran C. 5 Uji Normalitas Hasil Posttest .................................................... 219

Lampiran C. 6 Uji Homogenitas Hasil Pretest .................................................. 221

Lampiran C. 7 Uji Homogenitas Hasil Posttest ................................................ 222

Lampiran C. 8 Uji Hipotesis Hasil Pretest ........................................................ 223

Lampiran C. 9 Uji Hipotesis Hasil Posttest ...................................................... 225

Lampiran C. 10 Uji N-gain ............................................................................... 227

Lampiran C. 11 Hasil Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis perindikator 229

Lampiran D. 1 Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 232

Lampiran D. 2 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 233

Lampiran D. 3 Uji Refrensi ............................................................................... 235

Lampiran D. 4 Daftar Riwayat Hidup Penulis .................................................. 248

Page 14: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

1

1. BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan berpikir merupakan hal yang sangat penting dalam

pembelajaran. Keterampilan berpikir dapat membangun pengetahuan dan

pemahaman siswa terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Kurikulum 2013

saat ini menekankan keterampilan menalar, mengolah dan menyaji secara efektif,

kreatif, kritis, produktif, mandiri, kolaboratif, komunikatif dan solutif.1

Keterampilan berpikir kritis penting untuk dilatihkan karena berpikir kritis sebagai

keterampilan belajar dan inovasi yang diperlukan dalam persiapan siswa

menghadapi pendidikan setelah lulus sekolah atau dunia kerja.2 Oleh karena itu,

siswa harus memiliki keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis merupakan pemikiran yang masuk akal dan

reflektif yang berfokus untuk memutuskan sesuatu tentang apa yang harus

dilakukan atau dipercaya.3 Menurut Schafersman berpikir kritis merupakan

keterampilan belajar yang harus diajarkan pada siswa karena keterampilan ini

sangat diperlukan dalam kehidupan.4 Namun pada kenyataannya keterampilan

berpikir kritis siswa masih rendah.

Beberapa penelitan yang mengindikasikan bahwa keterampilan berpikir

kritis fisika masih rendah adalah penelitian Joko Purwanto dan Winarti yang

menyimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa Madrasah Aliyah se-DIY

masih pada kategori.5 Penelitian lain oleh Shan Duta, dkk. juga menyimpulkan

bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis mahasiswa jurusan pendidikan fisika

pada materi suhu dan kalor hanya sebesar 24,29 dari skala 100 padahal mahasiswa

pendidikan fisika merupakan calon guru yang harus melatihkan keterampilan

1 Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Kemendikbud, 2016), h. 11.

2 Emily R. Lai, “Critical Thinking: A Literatur Review”. Diakses dari

http://www.pearsonassesments.com . Diakses pada 20 Mei 2018. 3 Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 4.

4 Ibid., h. 2.

5 Joko Purwanto dan Winarti, “Profil Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Madrasah Aliyah se-DIY”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 7, 2016, h. 17.

Page 15: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

2

berpikir kritis kepada siswanya.6 Diperkuat penelitian Ferry Hadi Sutrisno, dkk.

yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada materi suhu dan

kalor masih dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata 30,69 dari skala 100.7

Siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami materi suhu dan kalor.

Hal ini karena pada materi suhu dan kalor siswa dituntut untuk berhitung dan

menghafal teori. Suhu dan kalor merupakan konsep yang banyak diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dibutuhkan kegiatan mengaplikasikan

konsep dalam proses pembelajaran. Selain itu, kompetensi dasar materi suhu dan

kalor pada kurikulum 2013 edisi revisi 2017 mengindikasikan siswa untuk

menganalisis proses pemuaian, perubahan wujud zat, dan perpindahan kalor

dengan konsep suhu dan kalor.8 Sejalan dengan hasil studi pendahuluan di salah

satu SMK swasta di Tangerang Selatan sebesar 92,12% dari 203 siswa kelas XI

dan XII menganggap bahwa materi suhu dan kalor adalah materi yang memiliki

tingkat kesulitan yang tinggi.

Terlepas dari faktor guru yang belum memberikan soal yang dapat

melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu penyebab rendahnya

keterampilan berpikir kritis siswa adalah pembelajaran yang masih berpusat pada

guru (teacher centered) yang menjadikan guru sebagai pemberi informasi

sedangkan siswa hanya sebagai objek pendengar atau penerima informasi. Cara

belajar pasif tidak akan mampu mendorong dan membimbing siswa sampai

mencapai keterampilan berpikir kritis.9 Fakta di lapangan model pembelajaran

yang diterapkan belum berpusat pada siswa (student centered). Guru masih sering

menggunakan metode konvensional dengan ceramah dan latihan soal sehingga

siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan

melatih keterampilan berpikir kritis.

6 Shan Duta, dkk. “Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Tahun Pertama Jurusan Fisika

Universitas Negeri Malang”, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM, Vol. 1, 2016, h. 467. 7 Fery Hadi Sutrisno, dkk. “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MAN 2 Tulungagung pada

Materi Suhu dan Kalor”, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM, Vol. 2, 2017, h. 177. 8 Sutejo, Fisika SMK/MAK Kelas X, (Bogor: Yudhistira, 2018), h. V.

9 DBE3, Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran, (Jakarta: USAID-DBE3 Life

Skills for youth, 2007), h. 7.

Page 16: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

3

Berdasarkan permasalahan di atas dapat diatasi dengan cara menerapkan

model pembelajaran yang berpusat pada siswa (teacher centered) pada kegiatan

pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dan interaktif dan dapat melatihkan

keterampilan berpikir kritis. Guru harus merancang pembelajaran yang dapat

melatihkan siswa berpikir kritis agar kesuksesan dalam belajar lebih optimal.

Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat dipakai untuk melatih

keterampilan berpikir kritis. Salah satu diantaranya adalah model pembelajaran

ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend).

Penelitian yang relevan mengenai model ICARE yaitu penelitian Muharti

dengan menerapkan model ICARE terbukti mempengaruhi keterampilan berpikir

kritis dan kemampuan kognitif dengan nilai effect size berturut-turut sebesar 2,71

dan 4,73 dengan kategori sangat besar.10

ICARE juga merupakan model yang

menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan guru sebagai fasilitator.11

Penelitian Maskur, Budi, dan Rochmad menggunakan kerangka ICARE yang

beracuan konstruktivisme pada mata pelajaran matematika, terbukti dapat

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir kreatif) sebesar 0,74

termasuk kategori tinggi.12

Penelitian lain yang telah dilakukan Yumiati dan

Endang Wahyuningrum yang menyimpulkan bahwa pembelajaran ICARE mampu

melatih kemampuan pemecahan masalah siswa yang merupakan salah satu

keterampilan berpikir tingkat tinggi.13

Model pembelajaran ICARE merupakan model pembelajaran aktif yang

memiliki beberapa keunggulan, yaitu (1) Memberikan motivasi kepada siswa

untuk lebih aktif dan meningkatkan rasa ingin tahunya, (2) Melatih siswa untuk

10

Yumiati dan Endang Wahyuningrum, “Pembelajaran ICARE (Inroduction, Connect,

Apply, Reflect, Extend) dalam Tutorial Online Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Mahasiswa UT”, Bandung: Infinity, h. 182. 11

David C. Byrum, “Instructional Development Using the ICARE Model with Novice

Designers”, Association for the Advancement of Computing in Education, Vol. 3, 2013. h. 5016. 12

Ali Maskur, dkk, “Pembelajaran Matematika dengan Strategi ICARE Beracuan

Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Materi Dimensi Tiga”,

Journal of Primary Education, Vol. 1, 2012. h. 89. 13

Mis Muharti, “Pengaruh Penerapan Model ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, and Extend) terhadap Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

SMK”. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2016, h. 81,

tidak dipublikasikan.

Page 17: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

4

membangun pengetahuannya sendiri sehingga dapat menumbuhkan keterampilan

berpikir kritis, (3) Memberikan siswa kesempatan untuk mengaplikasi konsep

yang telah dipelajari, (4) Memberikan siswa kesempatan untuk mengulang

kembali pembelajaran yang dipelajari pada tahap reflect dan extend sehingga

pengetahuan siswa menjadi lebih kuat dan bertahan lama dalam ingatan, dan (5)

Guru lebih fleksibel dalam mendesain pembelajaran sehingga dapat mengubah

pengalaman belajar siswa.14

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat

tema dengan judul “Pengaruh Model ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, Extend) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Suhu

dan Kalor.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang timbul dari latar belakang di atas diantaranya:

1. Keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah.

2. Siswa masih menganggap materi suhu dan kalor sebagai materi yang sulit

untuk dipelajari.

3. Suhu dan kalor merupakan konsep yang banyak ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari, guru belum menerapkan model pembelajaran yang

mengaplikasikan konsep suhu dan kalor pada proses pembelajaran.

4. Penerapan kurikulum 2013 di sekolah kurang maksimal karena kegiatan

pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

5. Siswa kurang aktif dan interaktif pada proses pembelajaran fisika di kelas.

6. Guru kurang menstimulasi dan melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

14

Wikan Budi Utami, dkk. Developments of Instructional Design ICARE Assisted

Learning Process, Advances in Social Science, Education and Humanities Research, Vol. 128,

2017. h. 35.

Page 18: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini

hanya dibatasi pada:

1. Indikator soal berpikir kritis menurut Robert H. Ennis yang digunakan hanya

9 sub indikator berpikir kritis; menjawab pertanyaan klarifikasi,

mengidentifikasi alasan, mempertimbangkan prosedur yang tepat,

kemampuan memberikan alasan, menilai laporan observasi berdasarkan

catatan observasi, membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan

fakta, membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan adanya

alternatif, menilai definisi yang telah dibuat, dan membuat strategi yang logis.

2. Keterampilan berpikir yang diukur hanya keterampilan kognitif.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh model ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, Extend) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah

diterapkan model ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend)?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui:

1. Pengaruh model ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend)

terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi suhu dan kalor.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah diterapkan model

ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend).

Page 19: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

6

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah

dalam hal ini siswa, guru dan peneliti sendiri:

1. Siswa

Keterampilan berpikir kritis dapat terlatih dan pemahaman mengenai konsep

suhu dan kalor dapat meningkat sehingga diperoleh nilai yang maksimal.

2. Guru

Model ICARE dapat menjadi inovasi dan memberikan inspirasi mengenai

model pembelajaran untuk mengajar fisika.

3. Peneliti

Penelitian ini dapat membuat peneliti lebih terlatih dan terbiasa melakukan

penelitian di bidang pendidikan.

Page 20: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

7

2. BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Model ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend)

a. Sejarah Model ICARE

Awalnya, model pembelajaran ICARE dirancang untuk pembelajaran sistem

online. Seiiring berjalannya waktu, pada tahun 2006 model ICARE mulai

digunakan sebagai model pembelajaran di kelas.15

Secara historis, model ini

diperkenalkan pada tahun 1998 oleh Bob Hoffman dan Donn Ritchie di San Diego

State University dalam dokumen mereka yang berjudul “Teaching and Learning

Online: Tools, Templates, and Training”.16

Dalam dokumen mereka

menerangkan bagaimana merancang Tools, Templates, and Training atau yang

dikenal dengan T3 workshop dengan menggunakan lima tahapan yang terdapat

dalam ICARE. Lima tahapan dalam model ICARE tersebut sesuai dengan

singkatannya, yaitu Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend. Penyusunan

perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran, peneliti

menggunakan model pembelajaran ICARE yang terdapat pada modul 1 dari

USAID-DBE3 dengan lima tahapan dalam ICARE.17

b. Tahapan Model ICARE

Tahapan model ICARE dapat dilihat seperti pada gambar 2.1. Adapun lima

tahapan model pembelajaran ICARE yang dimaksud pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

15

Carni, et. al., An Implementation of ICARE Aproach (Introduction, Connection,

Application, Reflection, Extension) to Improve The Creative Thinking Skills, Journal of Physics:

Conf. series 812 012.022, 2017, h. 2. 16

Bob Hoffman dan Don Ritchie, Teaching and Learning Online: Tools, Templates, and

Training, (California: Educational Resources Information Center (ERIC), 1998), h. 4. 17

DBE3, Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran, (Jakarta: USAID-DBE3 Life

Skills for youth, 2007), h. 12.

Page 21: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

8

Gambar 2. 1 Diagram Tahapan dalam Model Pembelajaran ICARE

1) Introduction (pengenalan)

Pada tahap ini, guru menetapkan isi pelajaran kepada siswa. Guru

menyampaikan informasi terkait proses pembelajaran kepada siswa, mencakup

penjelasan tentang tujuan dan sasaran yang diharapkan akan dicapai selama

kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru memperkenalkan siswa tentang fenomena

yang telah dirancang untuk pembelajaran kontekstual. Kemudian, para siswa

mengamati fenomena tersebut, dan mereka memiliki kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang sedang ditampilkan. Selain itu,

motivasi juga harus diberikan pada tahap ini untuk membuat siswa tertarik

terhadap materi yang akan dipelajari di kelas. 18

2) Connect (menghubungkan)

Pada tahap ini, guru mencoba untuk menghubungkan pengetahuan baru

dengan sesuatu yang sudah dipelajari siswa dari pembelajaran atau pengalaman

dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas, guru menunjukkan bahan

pembelajaran, dan ada sesi tanya jawab yang membuat siswa menceritakan apa

yang mereka ingat dari pengalaman belajar sebelumnya. Hal yang paling penting

18 Ibid, h. 12.

Introduction

Connect

Apply

Reflect

Extend

Page 22: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

9

pada tahap ini adalah penanaman konsep dengan cara mengajak para siswa untuk

merencanakan dan melakukan beberapa kegiatan secara mandiri atau kelompok

dalam konteks dunia nyata berdasarkan penyelidikan.

3) Apply (mengaplikasikan)

Tahap aplikasi merupakan tahap yang paling penting dari belajar. Setelah

siswa memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru dari tahap connect,

mereka harus diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dalam kegiatan sehari-hari mereka di sekolah. Tahap penerapan

pembelajaran mengambil periode terpanjang dalam proses pembelajaran karena

siswa dituntut melakukan eksperimen untuk menerapkan pengetahuan mereka

dalam konteks dunia nyata. Dan ini berbeda dari aplikasi sampel yang telah

dilakukan pada tahap sebelumnya, tahap connect.

4) Reflect (refleksi)

Dalam tahap ini, siswa memiliki kesempatan untuk merefleksikan apa yang

telah mereka pelajari di kelas. Dengan berbagai cara, tugas guru adalah untuk

menilai sejauh mana pembelajaran. Refleksi atau kegiatan lanjutan dapat

melibatkan diskusi kelompok dimana guru membimbing siswa untuk membuat

presentasi atau menjelaskan apa yang telah mereka pelajari. Sebagai alternatif,

mereka dapat membuat kegiatan menulis individu di mana siswa menulis

ringkasan dari hasil pembelajaran. Selain itu, aktivitas lanjutan juga bisa dalam

bentuk kuis cepat yang mana guru memberikan beberapa pertanyaan berdasarkan

isi dari objek. Poin penting pada tahap refleksi adalah guru harus memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan apa yang telah mereka pelajari di

kelas.19

5) Extend (perluasan)

Meskipun kegiatan belajar telah selesai, hal ini tidak berarti bahwa semua

siswa mampu untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Dalam hal ini,

guru harus melakukan tindakan perluasan yang mendukung pembelajaran lanjutan

bagi siswa. Tahap extend adalah kegiatan di mana guru menyajikan kegiatan yang

dapat menguatkan dan memperluas pembelajaran. Dengan kata lain, guru bisa

19

Ibid., h. 13

Page 23: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

10

memberikan kegiatan penyuluhan bagi siswa yang kurang dalam memahami

pelajaran atau memberikan tugas berupa pekerjaan rumah bagi siswa. Kegiatan

penyuluhan dapat mencakup penyediaan bahan bacaan pelengkap, melanjutkan

materi berikutnya atau beberapa pertanyaan untuk latihan.20

c. Keunggulan model ICARE

Model pembelajaran ICARE merupakan model pembelajaran aktif yang

memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dan meningkatkan rasa

ingin tahunya.

Siswa memperoleh motivasi yang disampaikan guru pada kegiatan

pendahuluan pembelajaran atau pada tahapan ICARE disebut introduction

(pengenalan). Tahapan introduction membuat siswa lebih aktif dan meningkatkan

rasa ingin tahunya karena pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran

pada materi suhu dan kalor. Dilanjutkan kegiatan tanya jawab mengenai hubungan

konsep suhu dan kalor dengan konsep materi sebelumnya yang telah dipelajari

sehingga menstimulus siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.

2) Melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan inti

pembelajaran yaitu melalui tahap connect (menghubungkan) dan apply

(mengaplikasi). Tahapan connect menstimulus siswa untuk menggali informasi

sebanyak-banyaknya melalui informasi yang diterima melalui demonstrasi atau

tayangan video yang ditampilkan oleh guru. Tahapan apply melatih siswa

membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan praktikum dan diskusi

kelompok. Siswa berusaha membuktikan kebenaran konsep suhu dan kalor dari

berbagai sumber yang dihubungkan dengan hasil praktikum sehingga sehingga

diharapkan pada tahap ini siswa dapat melatih keterampilan berpikir kritisnya

pada indikator menilai suatu definisi, menilai kredibilitas sumber, menilai laporan

observasi dan berinteraksi dengan orang lain.

3) Memberikan siswa kesempatan untuk mengaplikasi konsep yang telah

dipelajari.

20

Ibid., h. 13.

Page 24: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

11

Siswa diberikan kesempatan untuk mengaplikasi konsep yang telah

dipelajari pada tahap apply. Tahapan apply memberi kesempatan siswa untuk

melakukan praktikum sehingga siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah

mereka pelajari.

4) Memberikan siswa kesempatan untuk mengulang kembali pembelajaran yang

dipelajari.

Siswa diberikan kesempatan untuk mengulang kembali pembelajaran yang

telah dipelajari pada tahap reflect dan extend sehingga pengetahuan siswa menjadi

lebih kuat dan bertahan lama dalam ingatan. Tahapan reflect melatih siswa untuk

membuat konjektur, mencari alternatif dan menarik kesimpulan melalui kegiatan

diskusi antar kelompok dalam pembelajaran.

5) Guru lebih fleksibel dalam mendesain pembelajaran sehingga dapat

mengubah pengalaman belajar siswa.

Kegiatan pada kelima tahapan model pembelajaran ICARE mudah

diterapkan untuk pembelajaran di kelas sehingga guru lebih fleksibel dalam

mendesain pembelajaran yang dapat mengubah pengalaman belajar siswa. 21

d. Kelemahan model ICARE

Model pembelajaran ICARE merupakan model pembelajaran aktif yang

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut:22

1) Ketidakpaduan ide-ide dalam suatu pokok bahasan membuat usaha untuk

mengembangkan keterhubungan antar materi menjadi terabaikan.

2) Membutuhkan waktu yang lebih lama.

3) Guru harus melakukan persiapan dengan matang.

4) Tidak semua siswa terampil bertanya.

Berdasarkan beberapa kelemahan di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, Extend) memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama

21

Wikan Budi Utami, dkk. Developments of Instructional Design ICARE Assisted

Learning Process, Advances in Social Science, Education and Humanities Research, Vol. 128,

2017. h. 35. 22

Thobroni, Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik, , (Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia

2015), h. 287.

Page 25: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

12

sehingga waktu pembelajaran kurang efisien dan tidak semua siswa berani untuk

mengungkapkan pertanyaan dari apa yang belum dipahaminya.

2. Keterampilan Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir

Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan

penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.23

Dengan berpikir maka individu

akan menghasilkan ide maupun gagasan yang dapat membantu untuk

memecahkan masalah yang ditemuinya sehingga individu tersebut dapat

meggunakan proses berpikirnya untuk mencapai tujan yang diharapkan.

Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan

penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.24

Dengan berpikir maka individu

akan menghasilkan ide maupun gagasan yang dapat membantu untuk

memecahkan masalah yang ditemuinya sehingga individu tersebut dapat

meggunakan proses berpikirnya untuk mencapai tujan yang diharapkan.

b. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan suatu istilah yang cukup popular, terutama dalam

dunia pendidikan. John Dewey mendefiniskan berpikir kritis sebagai

pertimbangan aktif dan terus menerus serta teliti mengenai keyakinan terhadap

pengetahuan yang diterima dengan menyertakan alasan-alasan yang mendukung

dan kesimpulan yang menjadi kecenderungannya.25

Sedangkan berpikir kritis

yang dikemukakan oleh Ennis adalah „reasonable decision about what to believe

and what to do’. Keterampilan berpikir kritis berarti keputusan dengan penalaran

untuk memutuskan apa yang diyakini dan dilakukan.26

Menurut Ennis terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis yang

disingkat menjadi FRISCO (Focus, Reaseon, Inference, Situation, Clarity,

Overview). Adapun penjelasan dari keenam unsur dasar tersebut adalah sebagai

berikut.27

23

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.43. 24

Ibid. 25

Alec Fisher, Bepikir Kritis:Sebuah pengantar, (Jakarta:Erlangga, 2009), h. 2. 26

Robert H. Ennis, Critical Thinking, (United States of America: Prentice Hall, 1996), h.

xvii. 27

Ibid., h. 4-8

Page 26: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

13

1) Focus

Focus, artinya memfokuskan pertanyaan atau isu yang ada untuk

mengambil keputusan tentang apa yang diyakini dari permasalahan yang ada.

2) Reason

Reason, artinya mengetahui alasan-alasan rasional yang mendukung atau

menolak putusan-putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

3) Inference

Inference yaitu, membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang meyakinkan

dengan cara mengidentifikasi berbagai asumsi dan mencari alternatif pemecahan,

serta tetap mempertimbangkan bukti yang ada.

4) Situation

Situation yaitu, memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir

untuk membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-

istilah kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.

5) Clarity

Clarity yaitu, memberikan penjelasan tentang arti atau istilah-istilah yang

digunakan.

6) Overview

Overview yaitu, meninjau kembali dan memeriksa secara menyeluruh

keputusan yang diambil (yang dihasilkan dari FRISC).

Ennis mencetuskan 12 indikator yang harus dicapai untuk melatih

keterampilan berpikir kritis, berikut ini merupakan indikator berpikir kritis yang

digunakan dalam penelitian seperti pada tabel 2.1.

Page 27: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

14

Tabel 2. 1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis28

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Klarifikasi

dasar (Basic

Clarification)

a. Memfokuskan

pertanyaan

1) Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

2) Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk

mempertimbangkan

kemungkinan jawaban

3) Menjaga kondisi berpikir

b. Menganalisis

argumen

1) Mengidentifikasi kesimpulan

2) Mengidentifikasi alasan atau

premis

3) Mengidentifikasi asumsi

sederhana

4) Mengidentifikasi dan

menangani suatu

ketidaktepatan

5) Melihat struktur dari suatu

argumen

6) Membuat ringkasan

c. Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

1) Membuat pertanyaan untuk

meminta penjelasan

2) Menjawab pertanyaan untuk

menjelaskan suatu klarifikasi

28

Robert H. Ennis, “The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking

Dispositions and Abilities”. University of Lilyonis. 2011 h. 2-4.

Page 28: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

15

No Kelompok Indikator Sub Indikator

2. Dasar dalam

mengambil

keputusan

atau

dukungan

d. Menilai

kredibilitas

sumber

1) Mempertimbangkan keahlian

2) Mempertimbangkan

kemenarikan konflik

3) Mempertimbangkan kesesuaian

Sumber

4) Mempertimbangkan

penggunaan prosedur yang

tepat

5) Mempertimbangkan resiko atau

reputasi

6) Kemampuan untuk

memberikan alasan

e. Menilai

laporan

observasi

1) Melibatkan sedikit dugaan

2) Menggunkan waktu yang

singkat antara observasi dan

laporan

3) Menilai laporan observasi

berdasarkan kriteria catatan

observasi

4) Merekam hasil observasi

5) Menggunakan bukti-bukti yang

benar

6) Menggunakan akses yang baik

7) Memberikan penilaian terhadap

kompeten atau kesesuaian

dengan teknologi

8) Mempertanggungjawabkan

hasil observasi

Page 29: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

16

No Kelompok Indikator Sub Indikator

3 Inferensi f. Mendeduksi

dan menilai

deduksi

g. Menginduksi

dan

mempertimba

ngkan hasil

induksi (make

inferences

(roughly

induction”)

1) Siklus logika euler

2) Mengkondisikan logika

3) Menyatakan tafsiran

4) Mengemukakan hal-hal yang

umum

5) Mengemukakan kesimpulan

dan hipotesis

6) Mengemukakan hipotesis

7) Merancang eksperimen

8) Menarik kesimpulan sesuai

fakta

9) Memberikan asumsi yang

masuk akal

10) Menarik kesimpulan dari hasil

menyelidiki

h. Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

1) Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan berdasarkan latar

belakang fakta-fakta

2) Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan berdasarkan

penerapan fakta

3) Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan berdasarkan

adanya alternatif

Page 30: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

17

No Kelompok Indikator Sub Indikator

4 Memberikan

penjelasan

lanjut

i. Menilai suatu

definisi

1) Membuat bentuk definisi

„strategi membuat definisi‟

bertindak dengan memberikan

penjelasan lanjut

2) Memberikan penilaian terhadap

definisi yang telah dibuat

3) Mengidentifikasi dan

menangani ketidakbenaran

yang disengaja

4) Membuat isi definisi

j. Mengidentifik

asi asumsi-

asumsi

1) Penjelasan bukan pernyataan

2) Mengonstruksi argument

5 Mengatur

strategi dan

taktik

k. Menentukan

suatu tindakan

1) Mengungkap masalah

2) Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang

mungkin „merumuskan solusi

alternatif

3) Menentukan tindakan

sementara

4) Mengulang kembali

5) Mengamati penerapannya

l. Berinteraksi

dengan orang

lain

1) Menggunakan argumen

2) Menggunakan strategi logika

3) Menggunakan strategi retorika

4) Menunjukkan posisi, orasi, atau

tulisan.

Page 31: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

18

c. Tahapan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis memiliki enam tahap, yaitu menggali informasi

yang dibutuhkan, mengajukan dugaan, melakukan inkuiri, membuat konjektur,

mencari alternatif, dan menarik kesimpulan. Penjelasan enam tahapan berpikir

kritis adalah sebagai berikut:29

1) Menggali informasi

Masalah yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga menuntut siswa untuk

melakukan investigasi konteks, sebab tidak semua informasi diberikan secara

eksplisit.

2) Mengajukan dugaan

Siswa mengajukan dugaan penyelesaian masalah, beberapa siswa dalam

kelompok mengajukan beberapa penyelesaian

3) Melakukan inkuiri

Dalam inkuiri, individu mengajukan pertanyaan dan mencari informasi yang

cukup dengan mengkaji dan menganalisa informasi pada tahapan sebelumnya

untuk menjawab pertanyaan yang muncul.

4) Membuat konjektur

Suatu pernyataan nilai yang benar dihasilkan berdasarkan pengamatan atau

eksplorasi, percobaan, namun belum dibuktikan kebenarannya secara formal

dalam bentuk kesimpulan secara umum, tetapi tidak formal. Ketika pernyataan ini

dibuktikan secara fakta, maka konjektur tadi berubah namanya menjadi suatu

teorema.

5) Mencari alternatif

Siswa melalui tahap demi tahap sebelum menarik kesimpulan, siswa

mencoba untuk mencari alternatif terlebih dahulu. Siswa mencari alternatif

penyelesaian lain dari suatu persoalan yang dapat diselesaikan dengan beragam

cara penyelesaian.

29

Rosnawati, “Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika untuk

Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tingginya”, Seminar Nasional, Yogyakarta, 16 Mei 2009, h. 1-

6.

Page 32: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

19

6) Menarik kesimpulan

Kegiatan terakhir, siswa melihat kembali persoalan yang harus diselesaikan.

Pada tahapan menyusun konjektur siswa menyelesaikan sesuai dengan tahapan

berpikir dengan memanfaatkan semua kemampuan yang dimiliki terdahulu,

diakhir siswa mengembalikan penyelesaian pada persoalan semula.

d. Asesmen Berpikir Kritis

Fisher dan Solrven mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan

keterampilan dan interpretasi aktif serta evaluasi dari penyelidikan, komunikasi,

informasi dan argumen.30

Keterampilan berpikir kritis memerlukan kemampuan

mengingat dan memahami. Oleh sebab itu, kemampuan mengingat adalah bagian

terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir, artinya belum tentu

seseorang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami juga memiliki

kemampuan dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah

pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Dengan demikian,

untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut

berpikir.

Dari beberapa definisi keterampilan berpikir krits yang telah dikemukakan,

dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan suatu

keterampilan berpikir tingkat tinggi dimana seseorang dapat menggunakan

pikirannya dengan teliti, mencari informasi sampai jelas, mampu memecahkan

masalah yang dihadapkan padanya serta mampu berkomunikasi dengan baik.

Keterampilan berpikir kritis yang dimiliki seseorang tidak dapat tumbuh dengan

sendirinya tetapi harus dilatih dan membutuhkan proses agar keterampilan

tersebut dapat benar-benar ada pada setiap individu. Tujuannya adalah agar

pemahaman yang diperoleh menjadi lebih bermakna dan mendalam.

30

Debra McGregor, Developing Thinking: Developing Learning: A Guide to Thinking

Skills In Education, (New York: McGraw-Hill, 1997), h. 192.

Page 33: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

20

3. Kajian Materi Subjek Suhu dan Kalor

a. Peta Konsep

Peta konsep materi suhu dan kalor dapat dilihat pada gambar 2.2.

Alat ukur Menyebabkan

Berdasarkan skala

Berdasarkan jenis zat

yang diukur

Berkurang Bertambah

Berupa

Mekanisme

Perpindahannya

Gambar 2. 2 Peta Konsep Materi Suhu dan Kalor

b. Uraian Materi

1) Suhu

Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin suatu

benda. Benda yang panas dikatakan dikatakan memiliki suhu tinggi. Benda yang

dingin dikatakan memiliki suhu rendah. Suhu dapat didefinisikan sebagai ukuran

rata-rata energi kinetik yang memiliki molekul-molekul benda. Definisi ini

berdasarkan pada tinjauan mikroskopis.

2.Kalor 1.Suhu

Termometer

Reamur

Termometer

Celcius

Pemuaian Penyusutan

Perubahan

Suhu

Termometer

Termometer

Fahrenheit

Termometer

Kelvin

Termometer

Bimetal

Termometer

Zat Gas

Termometer

Zat Cair

Pemuaian

luas

Pemuaian

panjang

Pemuaian

volume

Radiasi Konveksi Konduksi

2.Kalor 1.Suhu

Perubahan Wujud

Page 34: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

21

2) Termometer

Termometer dibuat berdasarkan sifat termometrik zat. Sifat termometrik

adalah sifat zat yang dapat berubah akibat perubahan suhu pada benda tersebut.

Sebagai contoh, apabila zat cair dipanaskan maka volumenya akan naik.

Sebaliknya, apabila zat cair didinginkan maka volumenya akan turun. Naik atau

turunnya volume zat cair tersebut dimanfaatkan sebagai acuan untuk menentukan

suhu suatu benda. Namun, tidak semua zat cair dapat digunakan sebagai bahan

pengisi termometer.

Ada kriteria yang harus dipenuhi agar suatu zat dapat

digunakan sebagai bahan pengisi termometer, diantaranya memiliki pemuaian

yang teratur, mudah dilihat, dan tidak membasahi dinding termometer. 31

3) Skala Termometer

Setiap termometer pasti memiliki skala. Penetapan skala pada termometer

melalui tahapan penetapan titik tetap atas dan titik tetap bawah. Titik tetap

termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Penetapan titik tetap bawah

berdasarkan pada suhu ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas adalah

suhu air ketika mendidih.

Titik tetap bawah dipilih titik beku air, yaitu suhu campuran antara es dan

air pada tekanan normal (76 cm Hg) dinyatakan 0 . Titik tetap atas dipilih titik

didih air, yaitu suhu ketika air mendidih pada tekanan normal dinyatakan 100 .32

Terdapat empat skala termometer yang sering digunakan, yaitu skala

Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Perbandingan antarskala tersebut adalah

sebagai berikut.

31

Siti Wahyuni, Fisika Jilid 1 untuk SMK/MAK Kelas X (Bidang Keahlian Teknologi dan

Rekayasa, Kesehatan), (Jakarta: Sinektika, 2014), h. 194 32

Ibid., h. 195.

Page 35: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

22

Gambar 2. 3 Perbandingan Skala pada Termometer Celcius, Fahrenheit, Reamur,

dan Kelvin.

Misal terdapat dua buah termometer X dan termometer Y, maka perumusan

umum untuk menentukan nilai suhu pada termometer X dan termometer Y adalah

sebagai berikut. 33

(2.1)

Dengan

Tx = suhu pada termometer X;

Tbx = titik tetap bawah termometer X;

Tax = titik tetap atas termometer X;

Ty = suhu pada termometer Y;

Tby = titik tetap bawah termometer Y;

Tay = titik tetap atas termometer Y.

4) Kalor

Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda

bersuhu tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Kalor dapat menyebabkan

perubahan suhu suatu benda. Benda yang menerima kalor, suhunya menjadi lebih

tinggi. Benda yang melepaskan kalor, suhunya menjadi lebih rendah. Dengan

demikian, terdapat hubungan antara kalor dan perubahan suhu benda, yaitu

berbanding lurus. Artinya, jika suatu benda menerima (melepaskan) sejumlah

33

Ibid, h. 196.

Sumber: berpendidikan.com

Page 36: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

23

kalor yang besar maka perubahan suhuyang terjadi pada benda tersebut juga

besar.

Selain perubahan suhu benda, massa benda juga berpengaruh terhadap kalor

yang diserap atau dilepaskan. Misalnya pada saat memasak air menggunakan dua

buah bejana. Bejana pertama berisi 1 kg air, sedangkan bejana kedua berisi 4 kg

air. Apabila kedua bejana dipanaskan atau diberi kalor dengan jumlah yang sama

maka bejana yang berisi air lebih sedikit akan lebih cepat naik suhunya. Hal ini

berarti, untuk menaikkan suhu air sampai rentang suhu yang sama, air yang

massanya lebih kecil memerlukan kalor yang lebih kecil. Begitu pula sebaliknya,

air yang massanya lebih besar memerlukan kalor yang lebih besar juga.

5) Kalor jenis

Selain massa benda, dua benda yang berbeda yang diberi kalor yang sama

mengalami perubahan suhu yang berbeda. Ternyata, setiap benda memerlukan

jumlah kalor yang berbeda untuk perubahan suhu yang sama. Misalnya, 1 kg besi

dan 1 kg air diberi kalor yang sama besar. Ternyata, besi akan mengalami

kenaikan suhu yang lebih besar dibandingkan air. Karakteristik suatu benda yang

menyatakan kemampuan benda tersebut untuk menyerap kalor disebut dengan

kalor jenis. Jadi, kalor jenis didefinisikan sebagai banyakanya kalor yang

diperlukan oleh 1 kg benda untuk menaikkan atau menurunkan suhu benda

sebesar 1 atau 1 K. 34

Tabel 2. 2 Kalor Jenis dari berbagai zat35

No Zat Kalor Jenis

J.kg-1

. -1 kKal.kg

-1. -1

1. Air 4.200 1.000

2. Alkohol 2.400 580

3. Gliserin 2.400 580

4. Minyak tanah 2.200 550

5. Es 2.100 500

6. Uap air 2.010 480

34

Ibid., h. 204. 35

Ibid., h. 205.

Page 37: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

24

No Zat Kalor Jenis

J.kg-1

. -1 kKal.kg

-1. -1

7. Kayu 1.700 400

8. Alumunium 900 210

9. Marmer 860 210

10. Besi/baja 450 110

11. Seng 390 90

12. Tembaga 390 90

13. Kuningan 380 90

14. Perak 230 60

15. Raksa 140 30

16. Emas 130 30

17. Timbal 130 30

Dari uraian tersebut, hubungan antara kalor dengan massa, perubahan

suhu, dan kalor jenis dirumuskan sebagai berikut.

(2.2)

Dengan

= kalor yang diserap/ dilepas benda (J);

= massa benda (kg);

= kalor jenis benda (J.kg-1

. -1);

= perubahan suhu ( ).

Kapasitas kalor didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu suatu benda sebesar 1 .

(2.3)

Dengan

= kapasitas kalor benda (J/ ).

Dengan menggunakan hubungan antara kalor dan kapasitas kalor,

perumusan atas dapat dituliskan kembali dalam bentuk yang lain, yaitu sebagai

berikut.36

36

Ibid.

Page 38: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

25

(2.4)

6) Asas Black

Dua benda yang suhunya berbeda dicampur, maka akan terjadi aliran kalor

dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah hingga terjadi

kesetimbangan. Hal ini diselidiki oleh Joseph Black, seorang ilmuwan Inggris.

Black menemukan fakta bahwa banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya

lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu

lebih rendah. Pernyatan tersebut disebut asas Black yang dalam bentuk persamaan

sederhana dapat ditulis,

Qlepas = Qditerima (2.5)

dengan Qlepas adalah banyaknya kalor yang dilepas oleh benda bersuhu lebih

rendah. Dalam hal ini diasumsikan taka da kalor yang terbuang.

Berdasarkan asas Black berlaku persamaan berikut:37

atau (2.6)

7) Perubahan Wujud Zat

Besar kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud benda sebanding

dengan massa benda dan nilai karakteristik benda itu yang mewakili suatu besaran

yang mewakili suatu besaran yang disebut kalor laten. Kalor laten suatu zat

didefinisikan sebagai besar kalor yang diperlukan oleh 1 kilogram zat tersebut

untuk berubah wujud. Kalor laten secara umum dilambangkan dengan L,

sedangkan massa benda dilambangkan dengan m sehingga kalor (Q) yang

diperlukan untuk mengubah wujud benda dapat dirumuskan dengan:38

Q = m . L (2.7)

Dalam SI, satuan kalor laten adalah joule per kilogram (J/kg). Ada dua

macam kalor laten sehubungan dengan perubahan wujud zat, yaitu kalor laten

lebur atau disingkat kalor lebur (Lb) dan kalor laten uap atau disingkat kalor uap

(Lu).

37

Sutejo, Fisika SMK/MAK Kelas X, (Bogor: Yudhistira, 2018), h. 165. 38

Ibid., h. 171.

Page 39: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

26

Tabel 2.3 Kalor Laten Zat39

Zat Titik Lebur

( )

Kalor Lebur

(J.kg-1

)

Titik Didih

( )

Kalor Uap

(J.kg-1

)

Alumunium 660 2,45 x 104

2.450 1,14 x 104

Emas 1.063 6,45 x 104 2.660 1,58 x 10

6

Air 0 3,34 x 105 100 2,26 x 10

6

Raksa 507 1,18 x 104 903 2,72 x 10

5

8) Pemuaian

Benda akan mengalami pemuaian jika suhunya dinaikkan dan akan

menyusut jika suhunya diturunkan. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat, zat cair

dan gas. Pemuaian pada zat pada zat padat dibedakan menjadi tiga, yaitu muai

panjang, luas, dan ruang (volume). Rumus untuk menentukan muai panjang, luas

dan volume pada zat padat dapat dilihat pada tabel 2.3.

Gas hanya mengalami pemuaian volume. Pemuaian pada gas dapat

berlangsung pada tekanan tetap, volume tetap atau suhu tetap. Perumusan

pemuaian pada gas mengikuti hukum Boyle-Gay Lussac.

atau

(2.8)

Dengan

V = volume gas (m3)

T = suhu mutlak gas (K)

P = tekanan gas (N.m-2

)

Tabel 2.4 Rumus Menentukan Muai Panjang, Luas dan Volume pada Zat Padat40

Muai panjang Muai luas Muai volume

39

Ibid, h. 172 40

Siti Wahyuni, op.cit., h. 217

Page 40: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

27

9) Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor dapat dibedakan menjadi tiga cara, yaitu konduksi,

konveksi, dan radiasi:

a) Konduksi

Konduksi kalor pada banyak zat dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan

antar molekul. Tumbukan molekul mentransfer energi gerakan termal ke

sepanjang benda. Konduksi atau kecepatan aliran kalor dinyatakan oleh

hubungan,41

(2.9)

Di mana A adalah luas penampang suatu benda, l adalah jarak antara kedua

ujung, yang mempunyai temperature dan dan k adalah konstanta

pembanding atau konduktivitas termal yang merupakan karakteristik zat tersebut.

Zat-zat dimana k besar, menghantarkan kalor dengan baik dan cepat dinamakan

konduktor. Sedangkan zat-zat yang memiliki k yang kecil merupakan penghantar

kalor yang buruk atau isolator.42

Jadi, zat non logam umumnya merupakan

penghantar kalor yang buruk (isolator), termasuk air dan udara. Udara sebagai

isolator sering kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika malam hari,

udara terasa dingin sehingga kita sering tidur menggunakan selimut untuk

melindungi badan kita dari udara dingin. Udara yang terperangkap diantara badan

dan selimut berfungsi sebagai isolator, yang dapat menghambat perpindahan kalor

dari tubuh ke udara dingin di luar selimut yang menyebabkan badan kita tetap

hangat. Fenomena pada peristiwa konduksi dapat dilihat pada gambar 2.4.

41

Douglas C Giancoli, Fisika, Edisi 5, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 501. 42

Ibid, h. 502

Page 41: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

28

Gambar 2. 4 Aliran Panas Secara Konduksi Tidak Disertai Perpindahan Partikel.

b) Konveksi

Konveksi adalah proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul

dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila konduksi hanya melibatkan molekul

yang bergerak dalam jarak dekat dan bertumbukan, maka konveksi melibatkan

pergerakan molekul dalam jarak yang lebih jauh.43

Jadi, konveksi merupakan

transfer energi dengan cara perpindahan massa menempuh jarak yang cukup jauh.

Proses konveksi dapat diamati pada air yang dimasak di atas kompor. Air

yang berada di dasar wadah mendapatkan kalor dari nyala api secara konduksi.

Kemudian suhu air di dasar wadah akan bertambah sehingga volumenya naik.

Kenaikan volume ini yang menyebabkan massa jenis air menjadi lebih kecil

dibandingkan dengan air yang ada di bagian atas sehingga air menjadi lebih

ringan lalu bergerak ke atas. Perpindahan tersebut meninggalkan ruang kosong

yang langsung diisi oleh air yang belum panas dengan massa jenis lebih besar. Hal

ini akan terus terjadi sampai air bergerak dan terus berputar. Jadi, perpindahan

kalor secara konveksi dipengaruhi oleh perbedaan massa jenis fluida. Salah satu

contoh perpindahan kalor secara konveksi pada udara adalah peristiwa angin laut

dan angina darat, sedangkan perpindahan kalor secara konveksi pada air adalah

peristiwa air yang dimasak hingga mendidih seperti yang ditunjukkan pada

gambar 2.5 dan gambar 2.6.

43

Ibid., h. 504.

Page 42: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

29

Gambar 2. 5 Perpindahan Kalor pada Peristiwa Angin Laut dan Angin Darat

Terjadi Secara Konveksi.

Gambar 2. 6 Perpindahan Kalor pada Air Mendidih Terjadi Secara Konveksi.

c) Radiasi

Setiap kehidupan di bumi ini bergantung pada transfer energi oleh matahari.

Energi ini ditransfer ke bumi melalui ruang yang hampa. Bentuk transfer energi

dari matahari ke bumi dalam kalor dinamakan radiasi. Radiasi pada intinya terdiri

dari gelombang elektromagnetik. Jadi, radiasi merupakan transfer energi oleh

gelombang elektromagnetik yang tidak memerlukan adanya materi, seperti dari

matahari. 44

44

Ibid., h. 507.

Sumber: mikirbae.com

Page 43: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

30

Gambar 2. 7 Tubuh Menjadi Hangat Ketika Berada Dekat dengan Api Unggun.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah:

1. Yoanna Nurul Asri dan Dadi Rusdiana (2016) pada Jurnal Internasional yang

berjudul “ICARE Model Integrated with Science Magic to Improvement of

Students’ Cognitive Competence In Heat and Temperature Subject”. Peneliti

menyimpulkan bahwa model ICARE terpadu dengan “Science Magic”dapat

meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi suhu dan kalor.45

2. Mis Muharti (2016) pada tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model

ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend) terhadap

Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMK”. Peneliti

menyimpulkan bahwa model ICARE dapat meningkatkan kemampuan

kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa SMK pada materi elastisitas.46

3. Nori Agustini (2016) pada tesis yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend)

untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami dan Mengaplikasikan dalam

Konteks Dunia Nyata Siswa SMA”. Peneliti menyimpulkan bahwa penerapan

model ICARE dapat meningkatkan kemampuan memahami dan

45

Yoanna Nurul Asri and Dadi Rusdiana, ICARE Model Integrated with Science Magic to

Improvement of Students‟ Cognitive Competence In Heat and Temperature Subject, Advances in

Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), Vol. 57, 2017, p. 138. 46

Mis Muharti, “Pengaruh Penerapan Model ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, and Extend) terhadap Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

SMK”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2016, h. 81, tidak

dipublikasikan.

Sumber: fisikaasyik90.blogspot.com

Page 44: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

31

mengaplikasikan lebih baik dibandingkan dengan penerapan model

pembelajaran biasa.47

4. Yumiati dan Endang Wahyuningrum (2015) pada Jurnal Nasional yang

berjudul penelitian “Pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, Extend) dalam Tutorial Online untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Mahasiswa UT”. Peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran ICARE membuat pembelajaran e-learning efektif

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis.48

5. Fery Hadi Sutrisno, dkk. (2017) pada jurnal Nasional yang berjudul

“Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MAN 2 Tulungagung pada Materi Suhu

dan Kalor.” Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

berpikir kritis siswa masih dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata 30,69

dari skala 100.49

6. Yoni Sunaryo (2014) dalam jurnalnya “Model Pembelajaran Berbasis

Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematik Siswa SMA di Tasikmalaya” hasil penelitian ini menjelaskan

bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pada

pembelajarannya menerapkan model pembelajaran berbasis masalah lebih

baik dari peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik yang

pada pembelajarannya menerapkan model pembelajaran langsung.50

7. Carni, dkk. (2017) dalam jurnal Internasional yang berjudul “An

Implementation of ICARE Aproach (Introduction, Connection, Application,

Reflection, Extension) to Improve The Creative Thinking Skills.” Hasil

47

Nori Agustini, “Penerapan Model ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and

Extend) untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami dan Mengaplikasikan dalam Konteks

Dunia Nyata Siswa SMA”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,

2016, h. 80, tidak dipublikasikan. 48

Yumiati dan Endang Wahyuningrum, “Pembelajaran ICARE (Inroduction, Connect,

Apply, Reflect, Extend) dalam Tutorial Online Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis”, Infinity, Vol. 4, 2015, h. 182. 49

Fery Hadi Sutrisno, dkk. “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MAN 2 Tulungagung pada

Materi Suhu dan Kalor”, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, h. 177. 50

Yoni Sunaryo, “Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa SMA di Tasikmalaya”, Jurnal

Pendidikan dan Keguruan. Vol. 1, 2014, h. 50.

Page 45: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

32

penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran ICARE

dapat meningkatkan kemampuan berpikikir kreatif siswa dengan rata-rata

sebesar 0,52 dengan kategori sedang.51

8. Yoana Nurul Asri, dkk. (2016) dalam jurnalnya yang berjudul “Profil Sikap

pada Pembelajaran Suhu dan Kalor dengan Menggunakan Model

ICARE.”Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran

ICARE berdampak baik terhadap profil sikap siswa SMA pada materi suhu

dan kalor. 52

9. Mamik Suendarti dan Hawa Liberna (2018) dalam jurnalnya yang berjudul

“The Effect of I-CARE Learning Model on Students‟ Metacognition.” Hasil

penelitian ini mengemukakan bahwa hasil kemampuan metakognitif

matematika siswa dengan model ICARE lebih baik daripada hasil

kemampuan metakognitif matematika siswa dengan model pembelajaran

kontruktivisme.53

10. Ida Wahyuni dan Deo Demonta Panggabean (2017) dalam jurnalnya yang

berjudul “Need Assesment untuk Pengembangan Buku Ajar Mata Kuliah

Fisika SMA Disertai LKM Berorientasi ICARE untuk meningkatkan

Kreativitas dan Keterampilan Sains Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA

Universitas Negeri Medan.” Hasil penelitian ini menyatakan bahwa persepsi

dosen terhadap penggunaan LKM berorientasi ICARE dalam buku ajar fisika

SMA sangat dibutuhkan.54

11. Mahdian, dkk. (2019) dalam jurnalnya yang berjudul “Implementasi Model

Pembelajaran ICARE (Introduction-Connect-Apply-Reflect-Extend) terhadap

Keterampilan Proses Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non

51

Carni, et al., An Implementation of ICARE Aproach (Introduction, Connection,

Application, Reflection, Extension) to Improve The Creative Thinking Skills, Journal of Physics:

Conf. series 812 012.022, 2017, p. 4. 52

Yoana Nurul Asri, dkk., “Profil Sikap pada Pembelajaran Suhu dan Kalor dengan

Menggunakan Model ICARE”, Prosiding SNIPS 2016, Vol. 2, 2016, h. 943. 53

Mamik Suendarti dan Hawa Liberna, The Effect of I-CARE Learning Model on

Students‟ Metacognition, Journal of Mathematics Education, Vol. 3, 2018, p. 45. 54

Ida Wahyuni dan Deo Demonta Panggabean, Need Assesment untuk Pengembangan

Buku Ajar Mata Kuliah Fisika SMA Disertai LKM Berorientasi ICARE untuk meningkatkan

Kreativitas dan Keterampilan Sains Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Medan, Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya), 2017, h. 99.

Page 46: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

33

Elektrolit.” Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan

keterampilan proses sains siswa pada materi larutan elektrolit dan non

elektrolit yang belajar dengan model pembelajaran ICARE lebih tinggi

dibandingkan siswa yang belajar dengan model DI.55

12. Habibi Hidayat (2017) dalam jurnalnya yang berjudul “Implementation of

ICARE Learning Model Using Visualization Animation on Biotechnology

Course.” Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa nilai rata-rata hasil

belajar (middle test dan final test) bioteknologi mahasiswa FMIPA UI

mengalami peningkatan sebesar 75% pada middle test dan 68,63% pada final

test setelah diterapkan model pembelajaran ICARE berbantuan animasi

visual.56

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan penelitian Sutrisno dan Asri menunjukkan bahwa keterampilan

berpikir kritis siswa masih rendah. Keterampilan berpikir kritis merupakan

keterampilan berpikir yang penting untuk dilatihkan pada siswa karena

keterampilan tersebut sangat penting untuk kehidupan mereka di masa yang akan

datang. Salah satu penyebab kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa yaitu

karena kerapkali dalam proses pembelajaran guru masih menjadi pusat

pembelajaran. Guru menjadi pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai

objek penerima informasi saja. Sehingga siswa kurang mengoptimalkan

kemampuannya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir

kritis. Selain itu guru belum menstimulus keterampilan berpikir kritis siswa dan

banyak siswa yang menganggap konsep suhu dan kalor sebagai konsep yang sulit

untuk dipahami.

Berdasarkan permasalahan di atas dapat diatasi dengan melatih siswa

berpikir kritis melalui kegiatan pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik harus

merancang kegiatan pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan berpikir

55

Mahdian, dkk., “Implementasi Model Pembelajaran ICARE (Introduction-Connect-

Apply-Reflect-Extend) terhadap Keterampilan Proses Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit”, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Vol. 5, 2019, p. 96. 56

Habibi Hidayat, Implementation of ICARE Learning Model Using Visualization

Animation on Biotechnology Course, AIP Conference Proceeding, 2017, p. 4.

Page 47: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

34

kritis siswa agar kesuksesan dalam belajar lebih optimal. Salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan untuk melatih keterampilan berpikir kritis

adalah model pembelajaran ICARE.

Model pembelajaran ICARE merupakan model pembelajaran aktif yang

berpusat pada siswa dengan guru sebagai fasilitator. Model pembelajaran ICARE

melibatkan siswa secara langsung untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Model pembelajaran ICARE juga

melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga dapat

menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti keterampilan berpikir

kritis. Dengan menerapkan model ICARE siswa menjadi lebih aktif dalam

mengaplikasikan materi konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa akan

meningkat. Bagan kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Page 48: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

35

Gambar 2. 8 Kerangka Berpikir.

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Masih rendah

Penyebab:

Siswa masih menganggap konsep Suhu dan Kalor sebagai

konsep yang sulit untuk dipahami.

Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru

Guru kurang menstimulasi dan melatih keterampilan berpikir

kritis siswa.

Solusi: model pembelajaran ICARE

Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan siswa dapat

memahami, berperan aktif dalam belajar, dan menstimulus kemampuan

berpikir kritis.

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Meningkat

Page 49: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

36

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu: “Penggunaan model ICARE

(Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend) berpengaruh terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa pada materi suhu dan kalor”.

Page 50: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

37

3. BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara 02 Kesehatan yang

berlokasi di Jl. Tarumanegara Dalam No. 01 Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

Penelitian ini berlangsung selama 12 bulan, sedangkan untuk pengambilan data

dilakukan selama empat minggu dari tanggal 4 April sampai dengan 2 Mei 2019

pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi

experimental (eksperimen semu). Metode quasi experimental (eksperimen semu)

merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk mencari sebuah pengaruh dari

sebuah treatment (perlakuan) yang diberikan terhadap sebuah populasi atau

sampel, desain ini mempunyai kelas kontrol tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen.57

Metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan

tingkat keterampilan berpikir kritis siswa pada materi suhu dan kalor yang

diberikan pembelajaran dengan model ICARE dengan pembelajaran

konvensional. Desain penelitian ini menggunakan desain nonequivalent control

group design. Desain ini terdapat dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol)

yang tidak dipilih secara acak.58

Kedua kelas yang digunakan pada pelaksanaan penelitian ini diberikan

perlakuan yang berbeda. Kelas pertama diberikan perlakuan dengan model

pembelajaran ICARE sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas kedua dijadikan

kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional sesuai dengan yang biasa

digunakan guru disekolah tempat penelitian berlangsung.

Kedua kelas tersebut akan diberikan tes awal (pretest) sebelum dilakukan

perlakuan dan tes akhir (posttest) setelah dilakukan perlakuan dan hasil dari kedua

57

Sugiyono, Metode penelitian kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 116. 58

Ibid., h. 118.

Page 51: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

38

kelas tersebut dibandingkan oleh peneliti. Desain penelitian ini dapat dilihat dalam

rancangan sebagai berikut:59

Tabel 3. 1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

X1 : Pembelajaran berdasarkan model pembelajaran ICARE

X2 : Pembelajaran konvensional

O1 : Test awal (Pretest) sebelum diberikan perlakuan

O2 : Test akhir (Posttest) sesudah diberikan perlakuan

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga tahap prosedur penelitian yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan awal dari penelitian. Tahapan ini

meliputi merumuskan masalah yang akan diteliti; studi pendahuluan berupa

wawancara guru; penyusunan RPP; menganalisis beberapa sumber referensi;

pembuatan instrumen tes. Kemudian instrumen tes yang telah disusun divalidasi

oleh beberapa ahli dan siswa untuk menguji kelayakan instrumen yang digunakan

untuk pretest dan posttest sebagai tes pengukuran variabel yang akan dicapai.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan atau tahap pengambilan data dimulai dengan

memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui

kemampuan awal peserta didik terhadap konsep fisika yang akan dipelajari.

Kemudian, dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pembelajaran kepada kelas

eksperimen menggunakan model pembelajaran ICARE, sedangkan kelas kontrol

menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah proses pembelajaran dan

pembelajaran selesai, peserta didik diberikan posttest untuk mengetahui adanya

59

Ibid.

Page 52: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

39

pengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik pada materi suhu dan

kalor.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir merupakan tahapan analisis dan pelaporan. Pada tahap ini,

peneliti akan melakukan pengolahan dan menganalisis data yang diperoleh selama

pelaksanaan pembelajaran. Kemudian, peneliti akan menguji hipotesis penelitian

hingga penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

berikut.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu suatu atribut yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.60

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (Independent) dan

variabel terikat (Dependent). Variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian

ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent), yaitu Model Pembelajaran ICARE.

60

Ibid., h.64.

Tahap Awal

Merumuskan masalah

Studi pendahuluan (wawancara)

Menyusun RPP dan pembuatan instrumen tes

Menyelesaikan perizinan uji instrumen dan penelitian

Menguji kelayakan instrumen penelitian

Menganalisis data hasil uji kelayakan instrumen

Tahap Pelaksanaan

Pretest

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran ICARE

Posttest

Tahap Akhir

Menganalisis data hasil penelitian

Menguji Hipotesis

Penarikan kesimpulan penelitian

Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian

Page 53: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

40

2. Variabel Terikat (Dependent), yaitu Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada

Materi Suhu dan Kalor.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.61

Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas X di SMK Nusantara 02 Kesahatan Ciputat tahun

ajaran 2018/2019.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.62

Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X-2 Keperawatan sebagai kelas eksperimen

dan X-1 Farmasi sebagai kelas kontrol.

Teknik pemilihan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan

tertentu.63

Pengambilan sampel dengan teknik ini bertujuan untuk menentukan

kelas yang akan dijadikan subjek penelitian, sehingga dari beberapa kelas yang

menjadi populasi diambil dua kelas yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel

penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua tahapan dalam Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

yaitu tahap pertama dengan melakukan wawancara pada beberapa guru fisika di

Tangerang Selatan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan dan

keterampilan berpikir kritis peserta didik. Pada tahap kedua ketika

berlangsungnya pembelajaran dengan memberikan tes pada kelompok eksperimen

dan kontrol. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur pengetahuan, keterampilan maupun bakat yang dimiliki oleh

seseorang.64

61

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V.

(Jakarta: Rineka Cipta, 2002). h. 108.

62 Ibid. h. 109.

63 Sugiyono. loc. cit., h.126

64 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2013), cet. 15, h. 193

Page 54: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

41

Tes yang digunakan berupa pretest yang diberikan sebelum perlakuan dan

posttest yang diberikan setelah diterapkan model pembelajaran ICARE pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.65

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian adalah instrumen tes. Instrumen

tes dalam penelitian ini berupa soal uraian yang bertujuan untuk mengukur

keterampilan berpikir kritis peserta didik yang memenuhi indikator tes, yaitu (1)

bertanya dan menjawab pertanyaan; (2) menganalisis argumen; (3) menilai

kredibilitas dari sebuah sumber; (4) menilai laporan observasi; (5) membuat dan

menentukan hasil pertimbangan; (6) menilai suatu definisi; (7) berinteraksi

dengan orang lain. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal

uraian yang terdiri atas 11 soal dan diberikan kepada peserta didik kelas X SMK

Nusantara 02 kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Kisi-kisi instrumen tes keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada

tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis

No Sub Materi Kelompok Sub Indikator

Berpikir Kritis No Soal Jumlah

1. Suhu dan

Kalor

Klarifikasi dasar

Menjawab

pertanyaan

klarifikasi

3* 1

Klarifikasi

lanjut

Menilai definisi

yang telah dibuat

1* dan

13* 2

2.

Pemuaian

dan

Perubahan

Wujud zat

Klarifikasi dasar

Menjawab

pertanyaan

klarifikasi

4* dan 9 1

65

Sugiyono, op. cit., h. 148

Page 55: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

42

No Sub Materi Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis No Soal Jumlah

Dasar dalam

mengambil

keputusan atau

dukungan

Mempertimbangkan

prosedur yang tepat 5* dan 6 1

Inferensi

Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

berdasarkan fakta

12* 1

Mengatur

strategi dan

taktik

Mengatur strategi

yang logis

14 dan

15* 1

3.

Azas Black

dan

Perpindahan

Kalor

Dasar dalam

mengambil

keputusan atau

dukungan

Menilai laporan

observasi 7* dan 8 1

Kemampuan

memberikan alasan 16* 1

Inferensi

Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

berdasarkan adanya

alternatif

11* 1

Klarifikasi dasar

Mengidentifikasi

alasan 2* 1

Menjawab

pertanyaan

klarifikasi

10* 1

Page 56: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

43

H. Kalibrasi Instrumen Tes

Kalibrasi instrumen digunakan untuk mengetahui kualitas dan kelayakan

instrumen yang digunakan. Sebelum instrumen tes digunakan pada sampel,

terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa yang sudah mempelajari materi suhu dan

kalor. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari setiap butir soal.

Berikut uji coba yang dilakukan peneliti dengan bantuan Software anates A4.

1. Uji Validitas

Pada uji validitas dilakukan melalui dua tahap yaitu validitas konstruk dan

validitas lapangan.

a. Validitas Konstruk

Validasi konstruk pada penelitian ini menggunakan pendapat ahli

(Judgement expert) untuk menilai kesesuaian antara instrumen dengan aspek yang

diukur. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang sesuai dengan

lingkup yang diteliti. Validitas konstruk ini memiliki dua aspek yang dapat

diukur, yaitu aspek materi meliputi kesesuaian isi materi fisika dalam soal dengan

materi fisika yang digunakan dalam penelitian yaitu suhu dan kalor dan aspek

pendidikan meliputi kesesuaian indikator soal dengan indikator berpikir kritis,

indikator pembelajaran yang tercantum pada RPP, serta kaidah penulisan soal.

b. Validitas Lapangan

Validitas lapangan dilakukan setelah pengujian konstruk oleh ahli dengan

uji coba instrumen. Instrumen tersebut di uji cobakan pada sampel darimana

populasi diambil dengan jumlah sampel yang digunakan 37 siswa pada kelas XII-

1 Keperawatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Hasil validitas lapangan dapat dihitung menggunakan rumus product

moment (rxy) dari persen yang dinyatakan secara matematis pada persamaan 3.1.66

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ (3.1)

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y

66

Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi

Aksara,2006), h. 87.

Page 57: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

44

N = Jumlah responden

X = Skor item

Y = Skor total

Untuk mengetahui valid atau tidak validnya suatu butir soal (item), maka rxy

hitung dibandingkan dengan rxy tabel Product moment.

Tabel 3. 3 Kategori Validitas

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dan hasil uji validasi instrumen tes

dapat dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5.

Tabel 3. 4 Interpretasi Koefisien Korelasi67

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,81 ˂ rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,61 ˂ rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ˂ rxy ≤ 0,60 Cukup

0,21 ˂ rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 ˂ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

67

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 257.

Ketentuan nilai rtabel Kategori

rxy ≥ rtabel Valid

rxy ˂ rtabel Tidak Valid

Page 58: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

45

Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 16

Jumlah Siswa 37

Nomor Soal yang Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16

Jumlah Soal yang Valid 13

Presentase Soal yang Valid 81,25%

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui keajegan instrumen

dalam tes yang diukur. Artinya jika hasil tes tersebut dapat memberikan hasil yang

tetap maka tes tersebut dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang

tinggi.68

Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan cara menghitung koefisien

reliabilitas, rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tes uraian

menggunakan rumus Alpha, yaitu:69

(

) ( ∑

) (3.2)

Keterangan:

r = Jumlah butir soal

= Varians butir soal

= Varians skor total

68

Arikunto, op.cit., h. 100. 69

Ibid., h. 122.

Page 59: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

46

Kriteria penafsiran indeks reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.6.70

Tabel 3. 6 Kriteria Penafsiran Indeks Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 ˂ rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 ˂ rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 ˂ rxy ≤ 0.60 Cukup

0,20 ˂ rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 ˂ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah (Tidak Valid)

Pengujian relabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software

Anates A4 untuk menguji reliabilitas, kemudian output indeks koefisien

reliabilitas ditafsirkan dalam kriteria reliabilitas di atas. Hasil uji reliabilitas dapat

dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3. 7 Hasil Uji Reliabilitas

Statistik Reliabilitas

r11 0,95

Kesimpulan Sangat tinggi

3. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar.71

Soal yang dibuat terlalu mudah merangsang siswa untuk meningkatkan

kemampuan berpikirnya, sebaliknya soal yang terlalu sukar membuat siswa

menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena

terlalu jauh dari jangkauan kemampuan berpikirnya. Adapun persamaan untuk

menentukan tingkat kesukaran:

(3.3)

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar

70

Ibid., h. 89. 71

Ibid., h. 223.

Page 60: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

47

Js = Jumlah seluruh peserta tes

Klasifikasi yang lebih rinci mengenai nilai-nilai tingkat kesukaran dapat

dilihat pada tabel 3.8 berikut:72

Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 0,00 – 0,30 Sukar

2 0,30 – 0,70 Sedang

3 0,70 – 1,00 Mudah

Berikut kriteria tingkat kesukaran butir soal berdasarkan hasil analisis pada

16 soal yang diuji cobakan, diperoleh hasil analisis tingkat kesukaran butir soal

pada tabel 3.9.

Tabel 3. 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran

Tingkat Kesukaran

Butir Soal

Jumlah Soal Presentase

Mudah 1 6,25%

Sedang 11 68,75%

Sukar 2 12,50%

Sangat Sukar 2 12,50%

Jumlah 16 100%

4. Daya Pembeda

Daya Pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

72

Ibid., h. 225.

Page 61: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

48

rendah.73

Untuk menghitung daya pembeda dapat ditentukan dengan persamaan

berikut.74

(3.4)

Keterangan:

D = Indeks daya pembeda

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA = Proporsi peserta kelompok atas

JB = Proporsi peserta kelompok bawah

Adapun kriteria daya pembeda suatu butir soal didasarkan pada klasifikasi

yang dapat dilihat pada tabel 3.10.75

Tabel 3. 10 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

Negative Drop

0,00 – 0,20 Buruk

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

73

Ibid., h.226. 74

Ibid., h. 228. 75

Ibid., h. 232.

Page 62: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

49

Berikut kriteria daya pembeda berdasarkan hasil analisis pada 16 soal yang

diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3. 11 Hasil Uji Daya Pembeda

Kriteria Daya

Pembeda

Butir Soal

Jumlah Soal Presentase

Drop - -

Buruk 3 18,75%

Cukup 7 43,75%

Baik 6 37,50%

Sangat Baik - -

Jumlah 16 100%

I. Teknik Analisis Data

Data yang nantinya diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya

akan diolah dan dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab

pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis.76

Analisis data pada penelitian ini

menggunakan software SPSS untuk menguji normalitas, homogenitas, dan

hipotesis.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji asumsi yang digunakan untuk mengecek

apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak.77

Teknik yang digunakan

untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorof-Smirnov

dan Shapiro Wilk dengan bantuan Software Product and Service Solution (SPSS),

dengan langkah-langkah sebagai berikut:78

a. Tetapkan hipotesis statistik.

1) H0 = Data berasal dari populasi berdistribusi normal

76

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan RnD, (Bandung: Alfabeta,2011),

h.147. 77

Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,

2014), h. 153. 78

Ibid.

Page 63: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

50

2) H1 = Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

b. Gunakan taraf signifikan α = 5%.

c. Setelah melakukan pengolahan data, perhatikan nilai yang ditunjukan oleh

significance (sig.) pada output yang dihasilkan untuk memutuskan hipotesis

yang akan dipilih.

d. Kriteria pengambilan keputusan adalah:

1) Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

2) Jika signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas merupakan pengujian terhadap sebuah objek (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) yang bertujuan untuk mengetahui apakah objek

tersebut memiliki varian data yang sama (homogen) atau tidak79

. Uji homogenitas

dalam penelitian ini menggunakan uji One Way Anova pada Software Product and

Service Solution (SPSS) dengan langkah-langkah sebagai berikut:80

a. Tetapkan hipotesis statistik

1) Ho = tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (homogen)

2) H1 = ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (tidak homogen)

b. Gunakan taraf signifikan α = 0,05

c. Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data

d. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:

1) Jika sig. > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, yaitu kedua kelas memiliki

varian nilai yang sama (homogen)

2) Jika sig. ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu kedua kelas memiliki

varian nilai yang berbeda (tidak homogen)

3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh pada penerapan model pembelajaran ICARE

secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada penelitian ini

menggunakan uji hipotesis yang dilakukan dengan bantuan Software Product and

Service Solution (SPSS). Uji hipotesis yang digunakan dalam tahap ini harus

79

Ibid,. h. 167. 80

Ibid,. h. 168.

Page 64: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

51

sesuai dengan asumsi-asumsi statistik (uji normalitas dan uji homogenitas) yang

telah dilakukan. Langkah-langkah uji hipotesis menggunakan bantuan software

SPSS sebagai berikut:81

a. Tetapkan hipotesis statistik

1) Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata pretest hasil belajar siswa pada kedua

kelas

2) H1 = terdapat perbedaan rata-rata pretest hasil belajar siswa pada kedua kelas

b. Gunakan taraf signifikan α = 0,05

c. Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data

d. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:

1) Jika sig. (2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, yaitu tidak

terdapat perbedaan rata-rata pretest hasil belajar siswa pada kedua kelompok

2) Jika sig. (2-tailed) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu terdapat

perbedaan rata-rata pretest hasil belajar siswa pada kedua kelompok

4. N-Gain (Normal Gain)

Gain merupakan selisih antara nilai posttest dan pretest yang menunjukkan

peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran. Uji

N-gain digunakan untuk mengetahui “judgement nilai” hasil peningkatan yang

terjadi (tinggi/sedang/rendah).82

N-Gain (Normalized Gain) digunakan untuk

mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil N-Gain dapat

diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut.83

(3.7)

81

Ibid., h. 178. 82

Yanti Herlanti, Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.76. 83

Karman La Nani and Yaya S. Kusumah, The Effectiveness Ofict-Assisted Project Based

Learning In Enhancing Students’ Statistical Communication Ability, International Journal of

Education and Research: Vol.3 No. 8 August 2015, h. 190.

Page 65: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

52

Kriteria pengujian N-Gain menurut Hake dapat dilihat pada tabel 3.12.84

Tabel 3. 12 Kriteria Pengujian N-Gain

Nilai N-Gain (g) Kriteria

N-gain < 0,3 Rendah

N-gain 0,3 – 0,7 Sedang

N-gain > 0,7 Tinggi

84

Ibid., h. 191.

Page 66: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

68

4. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran ICARE memiliki pengaruh terhadap keterampilan

berpikir kritis siswa pada materi suhu dan kalor. Hal tersebut berdasarkan

pada hasil uji hipotesis dengan sig. (2-tailed) sebesar 0,01 (sig. (2-tailed)

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada

perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Dengan demikian, model pembelajaran ICARE

berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap indikator berpikir kritis yang

digunakan dalam penelitian mengalami peningkatan setelah penerapan model

ICARE dalam pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil uji N-gain dengan rata-

rata peningkatan per indikator berpikir kritis sebesar 0,59 dengan kategori

sedang.

B. Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian, saran yang dapat dipertimbangkan

antara lain:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model

ICARE dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, sehingga

model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai pilihan utama dalam

melakukan pembelajaran fisika yang bisa melibatkan siswa secara aktif dan

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada sub indikator

mengidentifikasi alasan, menilai laporan observasi berdasarkan kriteria

catatan observasi dan mengatur strategi yang logis masih dalam kategori

rendah, disarankan untuk penelitian selanjutnya kegiatan praktikum

disesuaikan dengan indikator soal pada tahapan apply sehingga siswa dapat

lebih melatihkan berpikir kritis pada sub indikator tersebut secara langsung.

Page 67: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

69

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Nori. “Penerapan Model ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect,

and Extend) untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami dan

Mengaplikasikan dalam Konteks Dunia Nyata Siswa SMA”, Tesis pada

Pascasarjana UPI Bandung: 2016. tidak dipublikasikan.

Ananda, Rusyidi, dan Rafida, Tien. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan.

Medan: Perdana Mulya Sarana, 2017.

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi

V. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

-------, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed. Jakarta: Rineka Cipta,

2013.

Asri, Y.N., dan Rusdiana, Dadi. ICARE Model Integrated with Science Magic to

Improvement of Students‟ Cognitive Competence in Heat and Temperature

Subject. Advances in Social Science, Education and Humanities Research

(ASSEHR). 57, 2016.

Asri, Y.N., dkk. Profil Sikap pada Pembelajaran Suhu dan Kalor dengan

Menggunakan Model ICARE. Prosiding SNIPS 2016. 2, 2016.

Byrum, D.C. Instructional Development Using the ICARE model with Novice

Designers. In R. McBride & M. Searson (Eds.), Procedings of Society for

Information Tecnology & Teacher Educational International Conference.

Association for the Advancement of Computing in Education (AAC). 2013.

Carni, et al. An Implementation of ICARE Approach (Introduction, Connection,

Application, Reflection, Extension) to Improve The Creative Thinking

Skills. Journal of Phisics; Conference Series. 812, 2017.

DBE3, Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran,Jakarta: USAID-DBE3

Life Skills for youth, 2007.

Ennis, Robert H, Critical Thinking. 1996.

-------, Robert H, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking

Disposition and Abilities. University of Lillinois. 1996.

Fisher, Alec, Bepikir Kritis:Sebuah pengantar. Jakarta:Erlangga, 2009.

Giancoli, D.C., Fisika, Edisi 5, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2001.

Page 68: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

70

Hidayat, Habibi. Implementation of ICARE Learning Model Using Visualization

Animation on Biotechnology Course. AIP Conference Proceeding. 2017.

Hoffman, Bob., dan Ritchie, Donn. Teaching and Learning Online: Tools,

Templates, and Training. Educational Resources Information Center

(ERIC), document resume, 1998.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Silabus SMK/MAK Mata Pelajaran

Fisika. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017.

Krisnawati, P.Y. dkk. Penerapan Model Pembelajaran ICARE (Introduction

Connection Application Reflection Extension) untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kumpulan Artikel

Mahasiswa pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI). 3, 2014.

La Nani, Karman and Kusumah, Yaya S. “The Effectiveness Ofict-Assisted

Project Based Learning In Enhancing Students‟ Statistical Communication

Ability, International Journal of Education and Research. 3, 2015.

Mahdian, dkk. Implementasi Model Pembelajaran ICARE (Introduction-Connect-

Apply-Reflect-Extend) terhadap Keterampilan Proses Sains pada Materi

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA

(JPPIPA). 5, 2019.

Maskur, Ali dkk. Pembelajaran Matematika dengan Strategi ICARE Beracuan

Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Materi

Dimensi Tiga. Journal of Primary Education. 1, 2012.

McGregor, Debra, Developing Thinking: Developing Learning: A Guide to

Thinking Skills In Education. (New York: McGraw-Hill), 1997.

Muharti, Mis. “Pengaruh Penerapan Model ICARE (Introduction, Connect,

Apply, Reflect, Extend) terhadap Kemampuan Kognitif dan Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa SMK”, Tesis pada Pascasarjana UPI Bandung: 2016.

tidak dipublikasikan.

OECD, “Programme For International Student Assassment (PISA) 2015”, 2016.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Razak, D.A. Wawancara. Tangerang Selatan, 17 April 2018.

Rosnawati, “Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika untuk

Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tingginya”, Makalah disampaikan pada

Seminar Nasional Revitalisasi MIPA dan Pendidikan MIPA dalam Rangka

Penguasaan Kapasitas Kelembagaan dan Profesionalisme Menuju WCU. 16

Mei. Yogyakarkat: FMIPA UNY 2009.

Page 69: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

71

Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi

Aksara. 2014.

Suendarti, Mamik dan Liberna, Hawa. The Effect of I-CARE Learning Model on

Students‟ Metacognition. Journal of Mathematics Education. 3, 2018.

Sugiyono, Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2011.

Sulistyo, Joko, 6 Hari jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala, 2011.

Sutejo. Fisika. Bogor: Yudhistira, 2018.

Sutrisno, F.H. dkk. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MAN 2 Tulungagung pada

Materi Suhu dan Kalor. Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana. 2, 2017.

Utami, W.B. dkk. Developments of Instructional Design ICARE Assisted

Learning Process, Advances in Social Science, Education and Humanities

Research.128, 2017.

Wahyuni, Ida dan Panggabean, D.D. Need Assesment untuk Pengembangan Buku

Ajar Mata Kuliah Fisika SMA Disertai LKM Berorientasi ICARE untuk

Meningkatkan Kreativitas dan Keterampilan Sains Mahasiswa Pendidikan

Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan. Prosiding SNFA (Seminar

Nasional Fisika dan Aplikasinya). 2017

Wahyuni, Siti. Fisika Jilid 1 untuk SMK dan MAK Kelas X. Jakarta: Sinektika

Parbuesa, 2014.

Yumiati dan Wahyuningrum, Endang. Pembelajaran ICARE (Introduction,

Connect, Apply, Reflect, Extend) dalam Tutorial Online untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa UT. Infinity. 4,

2015.

Page 70: PENGARUH MODEL ICARE INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46659/1/KHOIRUL...suhu dan kalor. Penelitian dilaksanakan di SMK Nusantara

72