pengaruh makroekonomi terhadap dana pihak ketiga...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MAKROEKONOMI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA
SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN
SYARI’AH DI INDONESIA
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master
Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Diajukan oleh
MUHAMMAD HAFIZH
NIM : 21170850000015
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Hafizh
No. Induk Mahasiswa : 21170850000015
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Magister Perbankan Syariah
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
oleh orang lain pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam tesis ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Jakarta,12 Juni 2019
Yang menyatakan
MUHAMMAD HAFIZH
NIM : 21170850000015
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Hafizh
Tempat, tanggal lahir : Medan, 10 Mei 1994
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat Asal : Dsn Madrasah, Pulau Banyak,
Kec.Tanjung Pura, Kab. Langkat,
Prov.Sumatera Utara
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Telephone : 081385456934
Email : [email protected]
Nama Orang tua
Ayah Muhammad Kamal Is
Ibu Kamaliyah R
PENDIDIKAN FORMAL
2000 - 2006 SDN 13 No.050736 Tanjung Pura
2006 - 2009 MTS Tarbiyah Waladiyah Tanjung Pura
2009 - 2012 MAN 2 Langkat
2012 - 2016 S1 Ekonomi Islam UIN Sumatera Utara
2017 - 2019 Jurusan Magister Perbankan Syariah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2013-2014
Cordinator Human Relationship Institute Of dakwah campus (UIN SU)
2014-2015
Chairman KSEI Universal islamic Economic UIN SU
2014-2015
Chairman divison of public Relation in GenBI Sumut
2015-2016
Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI Nasional)
vi
ABSTRACT
The main problems of DPK and profit and loss sharing financing in Islamic
banking in Indonesia are influenced by external factors have known as
macroeconomics. This research to determine the effect of macroeconomics on
deposits as well as their impact on financing profit loss sharing in Sharia banking
in Indonesia for the 2014-2018 periodh. The method used in this study uses path
analysis method with a trimming model. Processing data using IBM SPSS 25
tools.
The result of this research are that Macroeconomics simultaneously
affects DPK. The partial effect is that inflation does not affect DPK While The BI
Rate GDP, and IHSG affects DPK seen from a probability value of 0,000 < 0.05.
while Macroeconomics simultaneously influences the financing. While the
influence partially shows that inflation, BI Rate, IHSG and DPK affects the
financing of profit loss sharing. From the findings above, it can be concluded that
Macroeconomics has an effect on DPK and profit loss sharing financing.
Therefore, in order to further increase DPK and sharia banking profit-sharing
financing, the government through policies is expected to be able to maintain
Macroeconomic stability, namely stabilizing Inflation and the BI Rate so as not to
fluctuate too much, increasing the annual GDP Rill income every year and
suppress the exchange rate so that it does not fluctuate weakly, and keep the joint
stock price index (IHSG) to be more competitive.
Keywords : Macroeconomics, DPK, Profit and loss Sharing Financing, Islamic
banking
vii
ABSTRAK
Permasalahan utama DPK dan Pembiayaan bagi hasil pada perbankan Syariah di
Indonesia dipengaruhi faktor Eksternal diantaranya yaitu Makroekonomi.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh makroekonomi terhadap DPK serta
dampaknya terhadap pembiayaan bagi hasil Pada perbankan Syariah di Indonesia
periode 2014-2018. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (Path
analysis) dengan model trimming, alat Pengolahan data menggunakan tools IBM
SPSS 25.
Hasil temuan dari penelitian yaitu Makroekonomi secara simultan
berpengaruh terhadap DPK, adapun secara parsial Inflasi tidak berpengaruh
terhadap DPK, sedangkan BI Rate, PDB dan IHSG berpengaruh terhadap DPK.
Makroekonomi secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil
Sedangkan pengaruh secara parsial mnunjukkan bahwa inflasi, BI Rate, IHSG dan
DPK berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil. Dari temuan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa Makroekonomi berpengaruh terhadap DPK dan
pembiayaan bagi hasil. Oleh karena itu Untuk dapat lebih meningkatkan DPK dan
juga pembiayaan berbasis bagi hasil perbankan syari’ah, maka pemerintah melalui
kebijakan diharapkan dapat mampu menjaga stabilitas Makroekonomi, yaitu
menstabilkan Inflasi dan BI Rate agar tidak terlalu berfluktuasi, meningkatkan
terus pendapatan PDB Rill Masyarakat setiap tahunnya dan menekan angka kurs
agar tidak berfluktuasi melemah, serta menjaga Indeks harga saham gabungan
agar bisa lebih kompetitif.
Kata kunci: Makroekonomi, DPK, Pembiayaan Bagi hasil, Perbankan Syariah.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga
saya berhasil menyelesaikan tesis tentang Pengaruh Makroekonomi Terhadap
Dana Pihak Ketiga Serta Dampaknya Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia. Penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu prasyarat bagi
penulis dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Program Strata Dua (S2)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Magister Perbankan Syariah guna
memperoleh gelar M.E. Bimbingan dan dukungan telah banyak penulis dapatkan
dalam penyelesaian tesis ini. Maka dari itu dalam kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta Muhammad Kamal is dan ibunda
tercinta Kamaliyah R, yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan
moril dan materil selama ini.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin., S.E. Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE, MM selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan arahan kepada penulis dalam
menjalankan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Nur Hidayah M.A.,Ph.D selaku dosen pembimbing dan penasehat
akademik yang telah membimbing dan mengarahkan serta memotivasi dalam
penulisan tesis ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr.Indoyama Nasarudin, M.A.B selaku penguji sidang tesis yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan dan memotivasi
penulis agar tesis ini bisa terselesaikan dengan baik.
ix
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu
yang tidak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada Kakanda Mahalli Hakim S.T, DR.Ahmad Fuadi M.Pd, Muhammad
Harfan Alam.J A.Md, dan adinda Nazli Badrul Aini Ramadhani serta seluruh
keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu
motivasi, materi maupun non materi
8. Kepada guru-guru saya dari TK hingga sampai perguruan tinggi, keluarga
PELMA, Bapernas FoSSEI 2016, IKAFEBI UIN, Kahfi BBC, Mahasantri
DSN MUI, Alumni ISPE INDEF, KA FoSSEI, PTM UIN Jakarta, Alumni
KSEI UIE dan keluarga FoSSEI Sumbagut, Keluarga Toefl Legion, Alumni
MAN 2 angkatan 2012 yang senantiasa memberi dukungan, motivasi, dan
telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Kepada sahabat terbaik kelas Perbankan Syariah MPS angkatan 2017 yang
sudah memberikan motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian tesis ini.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
banyak membantu penulis sehingga tesis ini akhirnya bisa diselesaikan.
Akhirnya, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, karena
penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan tesis ini. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada tesis
ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis. Harapan penulis, semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang memerlukannya.
Jakarta, 12 Juni 2019
Penulis,
Muhammad Hafizh
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ........................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
ABSTRACT ........................................................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH SINGKATAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 13
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 14
1.4. Batasan Penelitian ......................................................................................... 15
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbankan Syariah ......................................................................................... 17
2.2. Makro Ekonomi ............................................................................................. 19
2.3. Inflasi ........................................................................................................... 19
2.3.1. Pengertian Inflasi ................................................................................. 19
2.3.2. Jenis jenis Inflasi .................................................................................. 21
2.3.3. Faktor-faktor penyebab inflasi dan kebijakan mengatasinya .............. 22
2.3.4. Hubungan Pengaruh Inflasi terhadap DPK dan pembiayaan .............. 24
2.4. BI Rate (Repo Rate) ....................................................................................... 26
xi
2.4.1. Pengertian BI Rate ............................................................................... 26
2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga ................................... 30
2.4.3. Hubungan Pengaruh BI Rate terhadap DPK dan pembiayaan ........... 31
2.5. Kurs (Nilai Tukar) ......................................................................................... 31
2.5.1. Pengertian Kurs (Nilai Tukar) ............................................................. 32
2.5.2. Hubungan Pengaruh Nilai Tukar terhadap DPK dan pembiayaan .... 36
2.6. Produk Domestik Bruto (PDB) ...................................................................... 38
2.6.1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) ......................................... 38
2.6.2. Hubungan Pengaruh PDB terhadap DPK dan pembiayaan ................ 43
2.7. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) ........................................................ 44
2.7.1. Pengertian IHSG .................................................................................. 44
2.7.2. Hubungan Pengaruh IHSG terhadap DPK dan pembiayaan .............. 45
2.8. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil ................................................. 47
2.8.1. Pembiayaan Mudharabah .................................................................... 49
2.8.2. Pembiayaan Musyarakah ..................................................................... 51
2.8.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan .................................. 55
2.9. Dana Pihak Ketiga ......................................................................................... 56
2.9.1. Pengertian dana pihak ketiga ............................................................... 56
2.9.2. Faktor faktor yang mempengarui pihak ketiga .................................... 59
2.10. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 61
2.11. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 75
2.12. Hipotesa .......................................................................................................... 77
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian .................................................................................... 79
3.2. Lokasi penelitian ............................................................................................ 79
3.3. Jenis dan Sumber data .................................................................................... 80
3.4. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 80
3.5. Definisi Operasional ...................................................................................... 81
3.6. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 84
3.7. Metode Analisis Data ..................................................................................... 85
xii
3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 85
3.7.2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 85
3.7.3. Analisis Jalur ........................................................................................ 88
a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural ......................... 90
b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada
koefisien regresi ............................................................................ 91
c. Uji Statistik F (Uji F) .................................................................... 94
d. Uji Statistik T (Uji t) ..................................................................... 95
e. Uji Koefisien Determinsi ( Uji R2) ................................................ 96
f. Menguji kesesuaian antar model analisis jalur .............................. 96
g. Merangkum ke dalam tabel ........................................................... 98
h. Memaknai dan menyimpulkan ...................................................... 98
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................................. 99
4.2.Hasil Penelitian ................................................................................................ 103
4.2.1. Analisis Deskrptif ................................................................................ 103
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 115
A. Uji Normalitas .................................................................................... 115
B. Uji Heterokesedasitas ......................................................................... 116
C. Uji Autokorelasi ................................................................................. 117
D. Uji Multikolinearitas .......................................................................... 118
4.2.3. Analisis Jalur (Path Analysis) .............................................................. 122
A. Pengujian Substruktur I .................................................................... 122
a. Uji secara simultan (uji F)............................................................. 124
b. Uji secara Parsial ( uji t ) .............................................................. 125
c. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)............................................... 127
d. Pengujian Substruktur 1 setelah triming ....................................... 129
B. Substruktur II .................................................................................... 134
a. Uji secara simultan (uji F)............................................................. 135
b. Uji secara Parsial ( uji t) ............................................................... 136
xiii
c. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)............................................... 138
C. Uji kesesuaian Model (good fiits) ..................................................... 142
4.3. Pembahasan Penelitian ................................................................................... 145
4.3.1. Memaknai Hasil Analisis Jalur ............................................................ 145
4.3.2. Pembahasan Penelitian Substruktur I Pengaruh Makro
Ekonomi terhadap DPK ........................................................................ 147
4.3.3. Pembahasan penelitian Substruktur II Pengaruh Makro
Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil ......................................... 152
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 155
5.2. Saran .............................................................................................................. 157
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 158
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 163
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah DPK Bank Syariah (BUS dan UUS) ............................................. 4
Tabel 1.2 Portofolio Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Jenis Akad................. 10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 62
Tabel 3.1 Data Variabel dan Sumber Data................................................................. 80
Tabel 4.1 Inflasi ......................................................................................................... 104
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif Inflasi ......................................................................... 104
Tabel 4.3 BI RATE .................................................................................................... 105
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskriptif BI Rate....................................................................... 106
Tabel 4.5 Kurs (Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar amerika) .................................. 107
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskriptif Kurs ........................................................................... 108
Tabel 4.7 Produk Domestik Brutto Riil ..................................................................... 109
Tabel 4.8 Hasil Uji Deskriptif PDB Riil .................................................................... 109
Tabel 4.9 IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) .................................................... 111
Tabel 4.10 Hasil Uji Deskriptif IHSG........................................................................ 111
Tabel 4.11 Dana Pihak Ketiga (DPK) ........................................................................ 112
Tabel 4.12 Hasil Uji Deskriptif DPK ......................................................................... 113
Tabel 4.13 Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil ........................................... 114
Tabel 4.14 Hasil Uji Deskriptif Pembiayaan bagi hasil ............................................. 114
Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................. 112
Tabel 4.16 Hasil Uji Mulltikolinieritas substruktur 1 ................................................ 119
Tabel 4.17 Hasil Uji Mulltikolinieritas substruktur 2 ................................................ 119
Tabel 4.18 Uji Multikolinieritas substruktur 1 Setelah Dikeluarkan Variabel Kurs.. 121
Tabel 4.19 Uji Multikolinieritas substruktur 2 tanpa Variabel Kurs dan PDB Riil ... 121
Tabel 4.20 Interprestasi koefisien korelasi (r)............................................................ 123
Tabel 4.21 Hasil Uji Korelasi..................................................................................... 123
Tabel 4.22 Hasil Uji F substruktur 1 ......................................................................... 124
Tabel 4.23 Hasil Uji t substruktur 1 ........................................................................... 125
Tabel 4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ......................................................... 127
Tabel 4.25 Hasil Uji F substruktur 1 setelah triming ................................................. 130
Tabel 4.26 Hasil Uji t substruktur 1 setelah triming .................................................. 131
Tabel 4.27 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 setelah triming ................................ 132
Tabel 4.28 Hasil Uji korelasi substruktur II ............................................................... 134
Tabel 4.29 Hasil Uji F Substruktur II ........................................................................ 135
Tabel 4.30 Hasil Uji t substruktur 2 ........................................................................... 136
Tabel 4.31 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 substruktur II ................................... 138
Tabel 4.32 Hasil rangkuman Koefisien pengaruh dari Analisis Jalur ........................ 147
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 perkembangan Sektor Perbankan Syariah Indonesia per 2018 .............. 2
Gambar 1.2 Skema Operasional Bank Syariah .......................................................... 3
Gambar 1.3 Grafik Pertumbuhan Perbankan Syariah ................................................ 4
Gambar 1.4 Grafik suku bunga acuan bank Indonesia .............................................. 6
Gambar 1.5 Grafik Inflasi di Indonesia tahun 2013-2018 ......................................... 6
Gambar 1.6 Grafik data Kurs beberapa tahun terakhir .............................................. 7
Gambar 1.7 Grafik data IHSG yang terus naik beberapa tahun terakhir ................... 8
Gambar 1.8 Data pembiayaan pebankan syariah per agustus 2018 ........................... 9
Gambar 2.1 Skema Aliran dana Bank Syariah........................................................... 18
Gambar 2.2 Skema Akad Mudharabah ...................................................................... 49
Gambar 2.3 Skema Akad Musyarakah....................................................................... 54
Gambar 2.4 Skema Pengumpulan dan penyaluran dana Bank Syariah ..................... 59
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................. 76
Gambar 3.1 Diagram Jalur Lengkap .......................................................................... 92
Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Y ................................... 92
Gambar 3.3 Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, X5 dan Y terhadap Z ........................ 93
Gambar 4.1 Mileston perkembangan perbankan syariah ........................................... 100
Gambar 4.2. Hasil Uji Normalitas.............................................................................. 116
Gambar 4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 117
Gambar 4.4 Hasil Uji Diagram Jalur Substruktur I.................................................... 129
Gambar 4.5. Diagram Jalur Struktur I Setelah Trimming .......................................... 134
Gambar 4.6. Hasil Uji Diagram Jalur Substruktur II ................................................ 134
Gambar 4.7. Diagram Jalur lengkap sebelum Trimming ........................................... 141
Gambar 4.8. Diagram Jalur secara lengkap setelahTrimming.................................... 141
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Perbankan Syariah BUS dan UUS di Indonesia ............................................. 163
Lampiran II Data penelitian ................................................................................................ 164
xvii
Daftar Istilah Singkatan
BEI : Bursa Efek Indonesia
BI : Bank Indonesia
BPS : Badan Pusat Statistik
BUS : Bank Umum Syariah
CAR : Capital Adequancy Ratio (Rasio kecukupan modal)
CEIC : Census and Economic Information Center (Lembaga)
DPK : Dana Pihak Ketiga
DSN : Dewan Syariah Nasional
IDX : Indonesia Stock Exchange Atau lebih dikenal BEI (Bursa Efek Indonesia)
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
JII : Jakarta Islamic Indeks
MUI : Majelis Ulama Indonesia
NPF : Non Performing Finance (Pembiayaan bermasalah)
NPL : Non Performing Loans (Kredit macet /Pembiayaan bermasalah)
OJK : Otoritas Jasa Keuangan
PDB : Produk Domestik Bruto
PUAB : Pasar Uang Antar Bank
PYD : Pembiayaan Yang Disalurkan
RDG : Rapat Dewan Gubernur
SBI : Sertifikat Bank Indonesia
SEKI : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
SPI : Statistik Perbankan Indonesia
SPS : Statistik Perbankan Syariah
SPSS : Statistical Product and Service Solutions. (alat analisis data)
UUS : Unit Usaha Syariah
YOY : Year On Year ( hitungan dari tahun ke tahun)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi suatu negara memerlukan pola pengaturan
pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu
serta dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-
lembaga perekonomian bahu-membahu mengelola dan menggerakkan semua
potensi ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga
keuangan, khususnya lembaga perbankan mempunyai peranan yang amat strategis
dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Bank merupakan suatu
lembaga keuangan, yaitu suatu badan yang berfungsi sebagai financial
intermediary atau perantara keuangan dari pihak yang kelebihan dana kepada
pihak yang kekurangan dana (sinungan, 2003 : 3).
Di Indonesia sistem perbankan yang digunakan adalah dual banking
system dimana beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan bank
konvensional. Berbeda dengan bank konvensional yang menerapkan bunga atas
simpanan yang diterima dan kredit yang diberikan, pada bank syariah tidak
mengenal sistem bunga, namun menerapkan sistem bagi hasil dan akad-akad
lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah (Darsono, et, al, 2017).
Dalam kegiatan operasionalnya yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat, bank syariah
membutuhkan sumber dana untuk mendukung perannya tersebut. Salah satu
kendala bagi setiap bank termasuk bank syariah adalah masalah kebutuhan dana
2
untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Pentingnya dana membuat bank
berusaha keras untuk mencari sumber-sumber dana yang tersedia (Kasmir, 2016 :
61). Hingga 31 September 2018, data perkembangan perbankan syariah yaitu
Gambaran 1.1.
Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia pada 2018
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2018
Untuk menopang kegiatan bank dalam menyalurkan dana melalui
pembiayaan, maka bank harus lebih dahulu melakukan penghimpunan dana agar
bisa melakukan penyaluran pembiayaan tersebut. Salah satu faktor penting dalam
menjalankan fungsi penyaluran dana yang harus diperhatikan bank adalah aspek
penghimpunan dana. Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat. Sebagai lembaga
keuangan, maka dana merupakan masalah bank yang paling utama. Tanpa dana
yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain, bank menjadi
tidak berfungsi sama sekali (Danupranata, 2016).
Dimana kunci keberhasilan manajemen bank syariah sangat ditentukan
oleh bagaimana bank tersebut dapat merebut hati masyarakat, sehingga peranan
bank syariah tersebut sebagai financial intermediary berjalan dengan baik
(Darsono et al., 2017). Jadi, bagaimana bank melayani sebaik-baiknya mereka
3
yang kelebihan uang serta melayani kebutuhan uang masyarakat melalui
pemberian pembiayaan. Hal inilah yang menjadi kunci keberhasilan manajemen
bank syariah (Muhammad, 2014 : 61)
Gambar1.2.
Skema Operasional Bank Syariah
Sumber : Ali sakti et,al, 2018
Dana untuk membiayai kegiatan operasional bank, dapat diperoleh dari
berbagai sumber, baik berasal dari modal sendiri (dana pihak kesatu), dana
pinjaman (dana pihak kedua), dan dana dari masyarakat atau dana pihak ketiga
(Darsono, 2017). Dari tiga jenis sumber dana tersebut, sumber dana dari
masyarakat (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi suatu
bank syariah dan merupakan ukuran keberhasilan bank syariah jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pentingnya sumber dana dari
masyarakat luas ini, disebabkan sumber dana tersebut menunjukkan tingkat
kepercayaan nasabah untuk menempatkan dananya di bank syariah (Kasmir, 2016
: 64). Berikut ini data perkembangan dana pihak ketiga (DPK) bank syariah:
4
Tabel 1.1
Jumlah DPK Bank Syariah (BUS dan UUS)
Jumlah Dana Pihak Ketiga (Milyar)
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah 1.082.155 1.492.281 1.985.053 2.326.812 2.599.876 2.973.123 3.646.049 4.143.752
Pertumbuhan 49.6% 37,9% 33,0% 17,22% 11,74% 14,36% 22,63% 12,01 %
Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK (Diolah oleh penulis, 2019)
dalam bentuk Grafik pertumbuhan Perbankan Syariah dari segi Asset, DPK,
Pembiayaan yang diberikan dalam lima tahun terakhir Adalah sebagai berikut:
Gambar 1.3.
Grafik Pertumbuhan Perbankan Syariah
Sumber : Snapshot perbankan syariah OJK (Diolah oleh penulis, 2019)
Pada tabel dan Grafik di atas terlihat bahwa pertumbuhan dana pihak
ketiga dan pembiayaan dari tahun 2012 hingga 2015 terus mengalami penurunan
meskipun terjadi kenaikan pada tahun 2016. Pertumbuhan dana pihak ketiga yang
terus menurun ini menjadi sebuah masalah tersendiri, hal ini menjadi sebuah
indikasi bahwa bank syariah belum terlalu dilirik masyarakat Indonesia untuk
445,24
5
dijadikan referensi dalam menempatkan dananya untuk ditabungkan di bank
syariah. Padahal dana pihak ketiga ini nantinya yang akan dipergunakan oleh bank
syariah untuk disalurkan kembali kepada nasabah melalui pembiayaan.
Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampuan
bank dalam menghimpun dana dari masyarakat, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga
diantaranya; produk bank, kebijakan suku bunga, kualitas layanan, suasana
kantor, lokasi kantor, dan reputasi kantor. Sedangkan faktor eksternalnya, seperti
kondisi perekonomian, kegiatan dan kondisi pemerintah, kondisi atau
perkembangan pasar uang dan pasar modal, kebijakan pemerintah, dan peraturan
Bank Indonesia (Rivai, 2007 : 408-409). Salah satu faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap penghimpunan dana pihak ketiga adalah kondisi
perekonomian yang ditunjukkan dengan kondisi makroekonomi. Kondisi
makroekonomi tersebut dapat dilihat dari indikator-indikatornya. Beberapa
indikator makroekonomi tersebut diantaranya terdiri dari BI Rate (Repo Rate),
inflasi, kurs, dan produk domestik bruto (PDB) dan IHSG (Rivai, 2007).
BI Rate atau sekarang berubah menjadi Repo Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia,
2018). Mengingat tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk
menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih
terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi
6
guna menambah tabungan (Paulin Kay, 2015). Berikut data BI Rate atau
Reporate beberapa Tahun Terakhir.
Gambar 1.4.
Grafik Suku Bunga Acuan Bank Indonsia
Sumber : Core Economy outlook, 2019
Menurut Karim (2017), Inflasi merupakan kenaikan harga barang-
barang/komoditas pada umumnya, atau turunnya nilai uang yang terus menerus.
Berikut perkembangan Grafik data Inflasi beberapa tahun terakhir.
Gambar 1.5
Grafik Inflasi 2013-2018
Sumber: BPS dan CEIC (diolah penulis, 2018
7
Bila inflasi naik, maka akan terjadi kenaikan pada harga nominal barang
dan jasa. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat akan mengalami penurunan.
Pendapatan yang semula dialokasikan sebagai savings akan digunakan sebagian
atau seluruhnya untuk kepentingan konsumsi, karena berkurangnya dana savings
secara agregrat, bank akan kesulitan dalam mendapatkan dana pihak ketiga.
(Cahyono, 2009).
nilai tukar uang/kurs adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang
asing (foreign currency) ke dalam harga mata uang domestik (domestic currency).
Sebagai contoh terhadap mata uang negara lain diantaranya seperti USD, Reminbi
(Yuan), Poundsterling, Yen, Euro, Rupiah, dan lainnya. misalnya saja USD
terhadap Rupiah, Jika nilai tukar Rupiah terhadap Dollar USA naik maka
permintaan akan barang ataupun jasa akan mengalami penurunan dan akan
menekan permintaan, jika permintaan turun akan disikapi oleh produsen dengan
mengurangi produksi. Bila produksi mengalami penurunan, maka masyarakat
selaku penerima balas jasa faktor produksi akan mengalami penurunan
pendapatan, akibatnya dana yang tersedia untuk diinvestasikan dan disimpan akan
berkurang, hal tersebut mengakibatkan bank kesulitan dalam melakukan
penghimpunan DPK (Cahyono, 2009).
Gambar 1.6
Grafik Data Kurs Rupiah terhadap USD tahun 2015-2018
Sumber: Core Economy (diolah penulis, 2019)
8
Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu
negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara
tersebut dan asing (Putong, 2013). Bila PDB naik, maka hal ini menggambarkan
kegiatan produksi dalam negeri yang meningkat. Pada kondisi tersebut
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi secara agregrat akan memperoleh
pendapatan yang lebih besar, akibatnya semakin banyak dana yang dapat
dialokasikan untuk simpanan dan investasi. Hal ini akan membuat bank lebih
mudah menjaring dana masyarakat sehingga dana pihak ketiganya akan
mengalami kenaikan (Cahyono, 2009).
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham
yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai indikator pergerakan harga
saham di IDX (Martalena & Malinda, 2011). Indeks ini mencakup pergerakan
harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (Saekhu, 2017).
Gambar 1.7
Grafik data IHSG yang terus naik beberapa tahun terakhir
Sumber : CEIC (diolah penulis, 2018)
9
Bila IHSG naik, maka imbal hasil simpanan bank akan menjadi tidak
menarik, akibatnya dana pihak ketiga mengalami penuurunan. Pada saat harga
saham-saham naik (tercermin dalam kenaikan IHSG), investasi dalam pasar
modal akan memberikan imbal hasil (return) yang lebih menarik dibandingkan
dengan investasi dalam bentuk tabungan dan simpanan bank lainnya. Akibatnya
masyarakat akan mengalihkan investasinya ke pasar modal. Bila IHSG turun,
maka imbal hasil simpanan bank akan menjadi lebih menarik, akibatnya dana
pihak ketiga mengalami kenaikan (Saekhu, 2017)
Bank Syariah harus selalu menjaga kemampuannya dalam melakukan
kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga. DPK yang telah dihimpun tersebut
kemudian disalurkan ke dalam bentuk pembiayaan. Dari pembiayaan yang
berhasil disalurkan ini nantinya yang akan menjadi sumber pendapatan bagi bank
syariah selain fee based income (Juhro, Darsono, Syarifuddin, & Sakti, 2018)
Gambar 1.8
Grafik Pembiayaan pebankan syariah per agustus 2018
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (diolah penulis : 2018)
10
Pada umumnya keuntungan dari penyaluran pembiayaan merupakan
komponen terbesar dari laba yang diperoleh bank syariah. Jika bank syariah ingin
kompetitif dalam bagi hasil kepada nasabah dan pada saat yang sama juga bisa
menghasilkan keuntungan yang tinggi, bank syariah harus berusaha meningkatkan
kinerjanya dalam hal penyaluran dana. Dari segi penyaluran, terdapat tiga prinsip
yang umum digunakan di perbankan syariah yaitu, jual beli, bagi hasil atau
investasi dan sewa (Annisa & Yaya, 2017).
Berikut total data pembiayaan yang telah berhasil disalurkan oleh bank
syariah dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2
Portofolio Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Jenis Akad
Jenis Akad
Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad
(dalam Milyar)
2011 % 2012 % 2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 % 2018
Mudharabah 113.759 11,2% 130.579 9% 154.119 7,6% 168.327 7,3% 178.427 7,3% 175.720 6,5% 186.748 5,9% 191.645
Musyarakah 196.882 19,3% 270.371 18,7% 414.003 20,3% 541.777 23,6% 655.441 26,7% 800.765 29,8% 1.057.392 33,5% 1.348.191
Murabahah 559.744 54,9% 842.647 58,2% 1.223.747 60,1% 1.362.089 59,3% 1.420.767 57,9% 1.543.492 57,4% 1.728.268 54,8% 1.824.267
Salam 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0
Istishna 3.946 0,4% 4.015 0,3% 5.920 0,3% 7.043 0,3% 8.339 0,3% 9.838 0,4% 12.267 0,4% 16.808
Ijarah 35.941 3,5% 65.509 4,5% 112.147 5,5% 128.754 5,6% 135.447 5,5% 114.416 4,3% 107.602 3,4% 117.559
Qardh 108.935 10,7% 135.339 9,3% 127.364 6,3% 89.679 3,9% 57.191 2,3% 47.411 1,8% 82.446 2,0% 86.203
Lainnya 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0
0 - 0
Total 1.019209 100% 1.448.461 100% 2.037.3000 100% 2.297.669 100% 2.455.759 100% 2.690.802 100% 3.154.776 100% 3.584.673
Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK (diolah penulis, 2018)
Dari data tersebut terlihat penyaluran pembiayaan bank syariah masih
didominasi oleh pembiayaan berdasarkan akad murabahah, sedangkan
11
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil yang terdiri dari akad mudharabah dan
musyarakah jumlahnya masih lebih kecil. Padahal, pembiayaan berbasis bagi
hasil inilah yang menjadi ciri khas bank syariah dan sangat berpotensi dalam
menggerakkan sektor riil (Andraeny, 2011). Sementara menurut Rahmat (2012)
produk-produk dari pembiayaan bagi hasil cenderung menghasilkan pendapatan
dan keuntungan yang lebih besar dibanding pembiayaan yang lain.
Kritik besar terhadap praktik perbankan syariah selama ini adalah
pembiayaannya didominasi oleh murabahah dan akad akad yang berbasis Fixed
return. Padahal idealnya Bank syariah menggunakan pembiayaan berbasis bagi
hasil. Hal ini diperkuat sebagaimana menurut pendapat Asutay, (2012) dalam
Aspirations of Islamic Moral Economy vs the Realities of Islamic Finance.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi pembiayaan diantaranya; dana pihak ketiga (DPK), tingkat
bagi hasil, dan non performing finance (NPF). Adapun faktor eksternal,
diantaranya adalah kondisi makroekonomi, yang dapat dilihat dari indikator
makroekonomi, seperti; suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inflasi, kurs,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Produk Domestik Bruto (PDB), SBI
(Rivai, 2007).
Ini sejalan dengan Riset (Sopiana, 2012) yang meneliti perbankan di
Indonesia pada tahun 1984 hingga 2010 menunjukkan pengaruh Makro ekonomi
(Suku Bunga SBI dan Inflasi) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0,94
(94%). Hasil penelitian yang dihasilkan (Faridah, 2013) juga menyatakan bahwa
12
DPK berpengaruh positif terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Riset
(Saekhu, 2017) menunjukkan indikator makroekonomi mempunyai pengaruh
besar yaitu SBI berdampak positif sedangkan nilai tukar, inflasi, Indeks Harga
Saham Gabungan Indonesia dan PDB berdampak negatif terhadap Pendanaan
DPK Perbankan Syariah di indonesia. Sementara itu Riset Muhammad Syahbudi
(2017) menunjukkan indikator makroekonomi (inflasi, bunga, kurs dan PDB)
97,0% berdampak mempengruhi pembiayaan Perbankan Syariah tahun 2010-
2016. Demikian pula riset Cahyono (2009) menunjukkan bahwa indikator
makroekonomi memberikan pengaruh terhadap DPK dan Pembiayaan pada Bank
Syariah Mandiri periode 2003-2008
Berdasarkan data grafik diatas, pertumbuhan dana pihak ketiga yang dalam
beberapa tahun terakhir cenderung mengalami trend penurunan serta masih relatif
rendahnya porsi pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil yang berhasil
disalurkan oleh perbankan syariah merupakan masalah yang yang cukup
signifikan melanda perbankan syariah di Indonesia. Banyak faktor yang
menyebabkan hal tersebut bisa terjadi namun salah satu faktor yang memberikan
andil cukup besar adalah terkait dengan kondisi makroekonomi, tentunya dengan
tidak serta merta mengesampingkan faktor lain yang mempengaruhinya. Dari
uraian latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga serta Dampaknya
terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia”.
13
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
dikemukakan identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu faktor eksternal yang
mempengaruhi perbankan syariah, salah satunya yaitu kondisi perekonomian
dimana tercermin dari Indikator Variabel Makrokonomi. Adapun beberapa
Variabel Makroekonomi yang diteliti yaitu Inflasi BI Rate, Kurs, PDB, dan IHSG
yang mempengaruhi terhadap besar atau kecilnya DPK (Dana Pihak Ketiga) Serta
dampaknya terhadap Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah
dan Musyarakah). Berdasarkan rumusan masalah di atas, dalam tesis ini disusun
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana pengaruh secara simultan Inflasi, BI Rate, Kurs Nilai tukar,
PDB Riil dan IHSG terhadap dana pihak ketiga (DPK)?
b. Bagaimana pengaruh secara simultan Inflasi, BI Rate, Kurs Nilai tukar,
PDB Riil dan IHSG terhadap Pembiayaan bagi hasil?
c. Bagaimana pengaruh secara parsial Inflasi terhadap dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan bagi hasil?
d. Bagaimana pengaruh secara parsial BI Rate terhadap dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan bagi hasil?
e. Bagaimana pengaruh secara parsial kurs terhadap dana pihak ketiga (DPK)
dan pembiayaan bagi hasil?
f. Bagaimana pengaruh secara parsial PDB terhadap dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan bagi hasil?
14
g. Bagaimana pengaruh secara parsial IHSG terhadap dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan bagi hasil?
h. Bagaimana pengaruh secara parsial dana pihak ketiga (DPK) terhadap
pembiayaan bagi hasil?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Inflasi, BI Rate, Kurs Nilai
tukar, PDB Riil dan IHSG terhadap dana pihak ketiga (DPK).
2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan BI Rate, inflasi, kurs, PDB riil,
IHSG dan DPK terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial inflasi terhadap DPK dan
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial BI Rate terhadap DPK dan
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
5. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial kurs terhadap DPK dan
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
6. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial PDB terhadap DPK dan
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
7. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial IHSG terhadap DPK dan
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
8. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial DPK terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
15
1.4. Batasan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah
pada penelitian ini yaitu:
1. peneliti membatasi penelitian ini hanya pada faktor eksternal perbankan
syariah yang akan dijadikan sebagai variabel eksogen yaitu kondisi
perekonomian yang tercermin dari indikator Makroekonomi, dimana
peneliti mengambil beberapa Variabel yakni; Inflasi, BI Rate (Repo Rate),
Kurs, PDB Riil dan IHSG.
2. Pada penelitian ini BI Rate yang kini menjadi Repo Rate yang digunakan
yaitu perhitungan BI melalui SEKI (Statistik Ekonomi dan keuangan
Indonesia) dan kurs yang digunakan yaitu berdasarkan nilai tukar antara
Rupiah terhadap USD dollar Amerika, sedangkan PDB Riil yang di
gunakan tidak memperhitungkan PNB sebagaimana Riset terdahulu
sebelumnya.
3. Peneliti membatasi penelitiannya hanya pada Dana Pihak Ketiga dan
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah dan
Musyarakah) sebagai variabel endogennya
4. Objek pada penelitian ini adalah Industri perbankan syariah di Indonesia
BUS (bank umum syariah) dan UUS (unit usaha syariah) tanpa mengikut
sertakan BPRS (bank pembiayaan rakyat syariah), dengan periode
penelitian dari Januari 2014 hingga Desember 2018.
16
1.5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan Manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Akademisi (Teori)
menambah pengetahuan dan wawasan tentang Variabel Ekonomi Makro
yang mempengaruhi dana pihak ketiga dan pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil. Serta sebagai referensi Bagi peneliti lain untuk
menambah informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya
2. Praktisi (Practice)
memberikan informasi Bagi masyarakat yang menginvestasikan dananya
diperbankan syariah di Indonesia atau memperoleh pembiayaan.
Memberikan informasi kepada pihak manajemen bank syariah mengenai
apa saja faktor eksternal yang mempengaruh pembiayaan pada perbankan
syariah
3. Kebijakan (Policy)
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan,
khususnya kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan moneter. Sebagai
bahan pertimbangan pemerintah dalam menjalankan fungsi sebagai
lembaga intermediasi. Untuk mengetahui Sejauh mana BI Rate, inflasi,
kurs, PDB riil, IHSG berpengaruh terhadap pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil baik secara langsung dan tidak langsung melalui dana
pihak ketiga (DPK).
17
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2. 1. Perbankan Syariah
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa lainnya (Kasmir, 2016 : 11). Sedangkan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan
bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. (Bank Indonesia : www.bi.go.id. 2018).
Sistem perbankan syariah telah diatur dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1992
tentang perbankan syariah yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10
tahun 1998 dan diperkuat dengan Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Adapun
penelitian ini hanya membahas tentang BUS dan UUS . Bank Umum Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, Terdapat beberapa bank syariah yang termasuk dalam bank umum
syariah, misalnya saja salah satu pelopor bank syariah di Indonesia yaitu Bank
Muamalat Indonesia.
Sedangkan Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit
kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
18
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di
luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah. Unit usaha syariah memiliki transaksi yang terpisah dari bank
konvensional karena semua transaksi syariah tidak boleh tercampur dengan
transaksi konvensional. Unit usaha syariah dapat melaksanakan fungsi sosial
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah).
Dalam setiap menjalankan kegiatannya harus berdasarkan akad yaitu
kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat
adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip
Syariah (DSN-MUI Institute : 2018).
Gambar 2.1
Skema Aliran dana Bank Syariah
Sumber : (Darsono et al., 2017)
19
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No. 21 tahun 2008 menyebutkan
bahwa bank syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat. Dimana kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana
merupakan kegiatan utama bank syariah. Dengan demikian, bank syariah harus
memiliki kemampuan dalam menghimpun dana dari masyarakat supaya
penyaluran dana dapat dilakukan secara optimal. DPK merupakan dana terbesar
yang dimiliki oleh bank dan sumber utama dalam pembiayaan yang dilakukan
bank syariah. Sebuah Kritik terhadap praktik perbankan syariah yang dalam
pembiayaannya didominasi oleh murabahah dan akad akad yang berbasis Fixed
return, padahal Idealnya Bank syariah menggunakan pembiayaan berbasis bagi
hasil sebagaimana diperkuat oleh pendapat Asutay, (2012) dalam Aspirations of
Islamic Moral Economy vs the Realities of Islamic Finance.
2.2. Makro Ekonomi
Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, bank tidak terlepas dari pengaruh
kondisi perekonomian yang dalam hal ini yaitu makroekonomi. Menurut Sukirno
(2016) menyatakan bahwa faktor-faktor ekonomi makro antara lain yaitu neraca
pembayaran, pendapatan nasional meliputi produk domestik bruto dan produk
nasional bruto, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat
pengangguran, nilai tukar valas, jumlah uang beredar, dan suku bunga serta pasar
uang dan pasar modal.
2.3. Inflasi
2.3.1. Pengertian inflasi
Mengenai teori inflasi, Karim (2017 : 135) menyatakan bahwa secara umum
inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
20
selama suatu periode waktu tertentu atau turunnya nilai uang yang terus menerus.
Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan
nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Dan secara lebih
sederhana inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
terus menerus. Jadi, kenaikan dari satu atau dua jenis barang saja dan tidak
menyeret harga barang lain tidak bisa disebut inflasi. Menurut Mankiw (2018),
dalam teori ekonomi makro inflasi selalu berkaitan dengan jumlah uang yang
beredar dan kebijakan moneter yang diambil pemerintah melalui bank sentral.
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas
terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap makro ekonomi
agregrat, seperti pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing,
tingkat bunga, dan bahkan distribusi pendapatan. Inflasi juga berperan dalam
memengaruhi mobilisasi dana lewat lembaga keuangan formal (Huda, 2009).
Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441M),
menggolongkan inflasi dalam dua golongan (Karim, 2016), yaitu :
a. Natural Inflation (inflasi alamiah), merupakan inflasi yang diakibatkan oleh
sebab-sebab alamiah, dimana orang tidak mempunyai kendali atasnya
(dalam hal mencegah). Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa natural inflation
adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregratif (AS)
atau naiknya permintaan agregratif (AD), seperti bencana alam.
b. Human Error Inflation atau false inflation. Inflasi ini merupakan inflasi
yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia. Human error inflation dapat
dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya, yaitu:
21
1) Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad
Administration)
2) Pajak yang berlebihan (Excessive Tax)
3) Pencatakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang
berlebihan (Excessive Seignorage)
2.3.2. Jenis-jenis inflasi
Adapun menurut Putong (2013) jenis-jenis Inflasi dapat dibedakan
berdasarkan penggolongannya masing-masing, yaitu:
a. Penggolongan inflasi berdasarkan atas parah tidaknya inflasi dibagi
menjadi:
1) Inflasi merayap atau ringan (creeping inflation). Merupakan inflasi
yang besarnya kurang dari 10% pertahun.
2) Inflasi sedang atau menengah (galloping inflation). Inflasi yang
besarnya antara 10% - 30% pertahun.
3) Inflasi berat (high inflation). Inflasi yang besarnya antara 30% -
100% pertahun.
4) Inflasi sangat tinggi (hyper inflation). Besarnya di atas 100%
b. Penggolongan inflasi berdasarkan sebabnya
1) Demand pull inflation. Inflasi yang timbul karena permintaan
masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.
2) Cost push inflation. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya
produksi.
22
c. Penggolongan inflasi berdasarkan asal dari inflasi Inflasi yang berasal
dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi yang berasal dari dalam
negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan pencetakan uang baru yang gagal.
1) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi
yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena
kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di negara-negara
langganan berdagang dengan negara kita.
2) Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan
eksportir (dan juga produsen barang-barang ekspor tersebut) naik.
2.3.3.Faktor-Faktor Penyebab Inflasi dan Kebijakan Cara Mengatasinya
Ada tiga sektor yang memungkinkan menjadi penyebab timbulnya inflasi,
yaitu sektor impor-ekspor, sektor tabungan-investasi dan sektor penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Apabila ekspor suatu negara lebih besar dari impornya
maka akan ada tekanan inflasi. Tekanan inflasi yang terjadi diakibatkan oleh
semakin besarnya jumlah uang yang beredar di dalam negeri karena penerimaan
devisa dari luar negeri. Demikian pula jika investasi suatu negara lebih besar dari
tabungannya, sehingga untuk membiayai investasi yang lebih besar dari tabungan
tersebut harus dikeluarkan uang baru maka akan timbul tekanan inflasi. Begitu
juga apabila anggaran belanja suatu negara mengalami defisit, artinya pengeluaran
pemerintah lebih besar dari penerimaannya, sehingga untuk menutupi pengeluaran
yang lebih besar itu harus dikeluarkan uang baru maka akan ada tekanan inflasi.
23
Apabila dari ketiga sektor ini terjadi tekanan inflasi maka diketahuilah inflasi
yang sesungguhnya (Mankiw, 2018).
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian, (Karim, 2017 : 139) karena :
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, fungsi dari unit
perhitungan.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya marginal propensity to save).
3. Mengakibatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to
consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif, yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia,
mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah poduktif seperti:
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya
Untuk mengatasi permasalahan inflasi, terdapat tiga kebijakan yang dapat
diterapkan untuk mengatasi inflasi tersebut, yaitu (Bank Indonesia : www.bi.go.id.
2018):
a. Kebijakan moneter. Sebahagian besar kebijakan ini berhubungan dengan
politik bank sentral. Maksud dari politik bank sentral ialah untuk
menyempitkan pemberian kredit baik oleh bank sentral sendiri maupun
24
oleh badan-badan kredit lainnya yaitu bank dagang. Dengan tujuan
akhirnya untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya.
b. Kebijaksanaan fiskal. Dalam kebijaksanaan fiskal ini ada tiga aspek dari
kebijakan tersebut yaitu penurunan pengeluaran pemerintah, menaikkan
pajak, dan mengadakan pinjaman pemerintah.
c. Kebijaksanaan non moneter. Kebijaksanaan non moneter untuk mengatasi
inflasi ada tiga macam, yaitu kenaikan hasil produksi, kebijaksanaan upah
dan pengawasan harga dan distribusi barang.
2.3.4.Hubungan Pengaruh Inflasi terhadap DPK dan pembiayaan
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh inflasi terhadap dana pihak ketiga
dan pembiayaan :
a. Bila inflasi naik, maka akan terjadi kenaikan pada harga nominal barang
dan jasa. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat akan mengalami
penurunan. Pendapatan yang semula dialokasikan sebagai tabungan dan
investasi akan digunakan sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan
konsumsi. Karena berkurangnya dana tabungan dan investasi secara
agregat, bank akan kesulitan dalam mendapatkan dana pihak ketiga.
b. Bila inflasi turun, maka harga barang dan jasa secara nominal akan
mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat
cenderung mengalami kenaikan. Pendapatan yang semula dialokasikan
sebagai konsumsi akan dapat disisihkan sebagai tabungan dan investasi.
Karena meningkatnya dana tabungan dan investasi secara agregat, bank
akan lebih mudah dalam mendapatkan dana pihak ketiga
25
Bank syariah sebaiknya menyikapi permasalahan inflasi secara berbeda.
Bank syariah dapat melakukan kampanye dan pendidikan masyarakat mengenai
ekonomi Islam dan bagaimana pandangan Islam terhadap fungsi uang. Dengan
mengembalikan fungsi uang ke fungsi dasarnya, diharapkan inflasi dan dampak
negatifnya tidak terjadi.
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh inflasi terhadap pembiayaan yaitu :
a. Bila inflasi naik, maka daya beli masyarakat akan mengalami penurunan.
Masyarakat terutama golongan berpenghasilan rendah akan terpaksa
mengurangi konsumsi yang mereka lakukan. Hal tersebut dilakukan
dengan cara menurunkan permintaan (demand) terhadap barang dan jasa
yang mereka konsumsi. Berkurangnya permintaan akan memaksa
produsen untuk mengurangi suplai dengan cara menurunkan produksi.
Berkurangnya produksi berarti kebutuhan erhadap modal kerja dan dana
investasi akan berkurang. Pada akhirnya kebutuhan terhadap pembiayaan
akan turun.
b. Bila inflasi turun, maka daya beli masyarakat akan mengalami
peningkatan. Jumlah barang atau jasa yang biasa dikonsumsi akan
diperoleh dengan harga lebih murah. Hal tersebut mendorong masyarakat
untuk melakukan konsumsi lebih banyak, bila tidak menambah savings.
Meningkatnya permintaan akan mendorong produsen untuk menambah
suplai dengan cara meningkatkan produksi. Meningkatnya produksi berarti
kebutuhan terhadap modal kerja dan dana investasi akan meningkat. Pada
akhirnya kebutuhan terhadap pembiayaan akan naik.
26
Pada bank syariah, Bank akan mengikat nasabah dengan kewajiban
membayar dalam suatu jumlah (yang bisa berubah sesuai dengan suku bunga
pasar) pada perjanjian awal. Namun prinsip dasar dalam bank syariah adalah
kerjasama atau investasi yang dilakukan bersama. Sehingga ada tanggungjawab
dari pihak bank syariah untuk menjaga kelangsungan usaha bahkan perkembangan
dari nasabah.
2.4. BI Rate / Repo Rate
2.4.1. Pengertian BI Rate yang kini menjadi BI 7-Day Repo Rate
BI Rate yang kini menjadi BI 7-Day Repo Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur
bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang
untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional
kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang
Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini
diharapkan akan diikuti oleh perkembangan suku bunga deposito, dan pada
gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-
faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan
BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan (www.bi.go.id, 2018).
27
Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan
melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan dengan cakupan
materi bulanan, yaitu:
a. Respon kebijakan moneter (BI Rate) diterapkan sampai dengan RDG
berikutnya.
b. Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan
memperhatikan efek kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam
mempengaruhi inflasi.
c. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan
stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG bulanan melalui
RDG mingguan.
Kebijakan BI Rate Menunggu Setahun, karena Setelah ada kebijakan
Bukan berarti masalah selesai setelah BI Rate turun. Uang yang bank-bank simpan
di BI tidak bisa langsung diambil. Bank-bank harus menunggu terlebih dahulu
selama setahun untuk bisa menarik uangnya. Karena itu, peredaran uang tidak
seketika langsung meningkat. Demikian juga apabila Bank Indonesia
menaikkan BI Rate, inflasi tidak serta merta langsung turun. Sebab beberapa bank
tidak ingin uang mereka tersimpan di BI selama setahun. Pertumbuhan ekonomi
yang ingin dicapai akan memakan waktu lebih lama.
BI 7-Day (Reverse) Repo Rate dan Tujuannya
Adanya kendala waktu tersebut membuat BI berinisiatif untuk
memberlakukan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate. Sesuai dengan namanya, rentang
waktu BI 7-Day (Reverse) Repo Rate lebih singkat daripada BI Rate. Lembaga
28
perbankan tidak perlu lagi menunggu hingga setahun untuk bisa menarik kembali
uangnya. Bank-bank bisa menarik uangnya setelah menyimpan selama 7 hari
(bisa 14 hari, 21 hari, dan seterusnya) di Bank Indonesia (BI). Kemudian
pengembalian tersebut ditambah dengan bunga yang besarannya seperti yang
dijanjikan sebelumnya.
Dengan jangka waktu yang lebih pendek, otomatis BI 7-Day
Rate memiliki suku bunga/rate yang lebih rendah dari pada BI Rate. Sejak
diberlakukan 19 Agustus 2016, Bank Indonesia (BI) berharap kebijakannya
tersebut dapat mengontrol dengan efektif tingkat suku bunga. Yang tentunya
berdampak pada penyaluran kredit dari bank-bank ke masyarakat menjadi lebih
lancar. Dan risiko kredit macet karena perubahan suku bunga yang tiba-tiba jadi
bisa diperkecil. Pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pun akhirnya
dapat tercapai. Sebagai pihak yang punya otoritas terhadap fluktuasi nilai rupiah,
kontrol inflasi, dan kebijakan moneter lainnya, Bank Indonesia punya peran besar
dalam membuat kebijakan mengenai BI Rate yang kini menjadi BI 7-Day Repo
Rate. Kebijakan ini memiliki dampak yang besar terhadap perekonomian nasional
secara umum. Dengan memahami peran BI 7-Day Repo Rate dalam perekonomian
nasional, kita akan bisa mengambil keputusan dan pilihan yang tepat terkait
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem keuangan di negara kita.
tingkat bunga menurut Boediono (2016) adalah sebagai harga yang harus
dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti
(misalnya setahun lagi). Suku bunga terdiri dari suku bunga riil dan suku bunga
nominal. Menurut Mankiw (2018) suku bunga nominal adalah jumlah suku bunga
29
riil ditambah dengan laju inflasi. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut
(Mankiw, 2018):
r = i -
keterangan:
r = suku bunga riil, i = suku bunga nominal dan = laju inflasi.
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan sebagai
ukuran menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh peminjam dana,
sedangkan tingkat bunga riil menunjukkan persentase dari nilai riil modal sebelum
dibungakan. Penetapan suku bunga merupakan instrumen langsung bank sentral,
baik untuk pinjaman maupun simpanan di dalam sistem perbankan. Penetapan
suku bunga dapat meliputi suku bunga tetap atau kisaran (spreads) antara suku
bunga pinjaman dan simpanan (Rivai, 2007).
Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong
untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna
menambah tabungan (Paulin Kay, 2015). Dalam teori keuangan modern yang
dikembangkan oleh Keynes, suku bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang.
Investasi juga tergantung atau merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.
Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila
keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang
30
harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk
penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha
akan lebih terdorong untuk melakukan investasi sendiri, sebab biaya penggunaan
dana juga makin kecil. Maka bank perlu menaikkan suku bunga untuk merangsang
minat menabung masyarakat. Sebaliknya jika investasi di masyarakat terlihat lesu,
maka bank akan menurunkan suku bunganya dengan asumsi, rendahnya suku
bunga akan merangsang masyarakat untuk berinvestasi. Menaikkan dan
menurunkan suku bunga tidak terlepas dari motif persaingan untuk menarik minat
peminjam dan penabung (Huda, 2009). Suku bunga seringkali menjadi senjata
ampuh bagi pihak perbankan konvensional untuk menarik nasabah sehingga
jumlah tabungan meningkat. Dalam kondisi ekonomi yang stabil tingginya suku
bunga akan merangsang minat menabung, namun mengurangi minat orang untuk
meminjam. Pada Riset penelitian yang hampir sama, sesuai dengan Jurnal atau
Penelitian terdahulu juga menggunakan Variabel BI Rate/ Repo Rate dalam
penlitian dengan mengambil data perbulan antara lain yaitu; penelitian
Herlisopiana (2012), Saekhu (2017), syahbudi (2017), Herni Ali &
Miftahurrohman (2015) dan Danil Maulana & Fakhruddin (2017).
2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga
Menurut Bertil Ohiln Robertson, penyebab tinggi rendahnya suku bunga
sangat tergantung kepada penawaran dan permintaan modal investasi, sedangkan
menurut Keynes, tinggi rendahnya permintaan suku bunga dipengaruhi oleh
penawaran dan permintan terhadap uang itu sendiri. Suku bunga yang tinggi akan
berdampak pada kenaikan tingkat harga, karena produsen menaikkan biaya
31
produksinya disebabkan naiknya biaya produksi. Hal ini sejalan dengan
pandangan Keynes bahwa suku bunga akan naik sesuai dengan produktivitas
marjinal, atau yang disebut efisiensi pertambahan pemakaian modal (the marginal
efficiency of capital) (Huda, 2009).
Selain yang telah disebutkan diatas, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi suku bunga, diantaranya adalah:
a. Likuiditas masyarakat
b. Ekspektasi inflasi
c. Besarnya suku bunga di luar negeri
d. Ekspektasi perubahan nilai tukar dan premi atas risiko
2.4.3.Hubungan Pengaruh BI Rate terhadap DPK dan pembiayaan
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh suku bunga SBI terhadap dana pihak
ketiga yaitu:
a. Bila suku bunga SBI naik, maka bank akan meningkatkan imbal hasil
atas dana simpanan yang dipercayakan kepadanya.
b. Bila suku bunga SBI turun, maka bank akan cenderung menurunkan
bagi hasil pada bank syariah.
Bank syariah seharusnya dapat menjaga diri dari pengaruh perubahan suku
bunga pasar dan SBI. Mengingat konsep dasar perbankan syariah atas imbal hasil
dana pihak ketiga adalah bagi hasil atas hasil pengelolaan dana tersebut.
Sedangkan pengelolaan dana tersebut diatur secara ketat oleh ketentuan –
ketentuan sehingga sesuai dengan syariat Islam. Sehingga arah dari pengelolaan
dana lebih kepada sektor riil. Sektor riil seharusnya jauh dari dampak perubahan
suku bunga SBI.
32
Sedangkan Pengaruh suku bunga SBI terhadap Pembiayaan Menurut
Cahyono (2009) yaitu :
a. Bila suku bunga SBI naik, maka bank akan membebankan suku bunga
atau bagi hasil dalam konteks bank syariah, yang lebih tinggi bagi
pembiayaannya.
b. Bila suku bunga SBI turun, maka bank akan membebankan suku
bunga atau bagi hasil dalam konteks bank syariah yang lebih rendah
bagi pembiayaannya.
Bank syariah tidak menggunakan sistem bunga. Pada pembiayaannya
nasabah dikenakan sejumlah nilai yang merupakan keuntungan bank dan
ditetapkan pada saat awal pembiayaan. Pada sistem ini, nilai tersebut tetap selama
masa pembiayaan berjalan yang artinya nilai cicilan hutang tidak akan berubah.
Apabila terjadi perubahan suku bunga pasar, beban cicilan yang harus ditanggung
nasabah tidak akan berubah.
2.5. Kurs (Nilai Tukar)
2.5.1. Pengertian Kurs
Menurut Douglas Greenwald Exchange Rate atau nilai tukar uang/kurs
mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign
currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency), yaitu harga mata
uang domestik dalam mata uang asing. Sedangkan J. Fabozzi dan Franco
Modigliani memberikan defenisi bahwa nilai tukar adalah sejumlah uang dari
suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang
negara lain (Supriana, 2013).
33
Dimana nilai tukar atau kurs valuta asing menunjukkan harga atau nilai
mata uang suatu negara dinyatakan dalam mata uang negara lain. Nilai tukar
valuta asing dapat juga didefenisikan sebagai jumlah uang domestik yang
dibutuhkan, yakni banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit
mata uang asing. Jadi nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga pertukaran
dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai
transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, investasi internasional,
atau aliran uang jangka pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis
ataupun batas-batas hukum (Karim, 2017).
Para ekonom membedakan kurs menjai dua, yaitu kurs nominal dan kurs
riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua
negara. Sebagai contoh, jika kurs antara Dollar USA dan Rupiah adalah Rp.10,000
per Dollar, maka kita bisa menukar 1 Dollar untuk Rp. 10,000 di pasar uang.
Sedangkan kurs riil (real exchange rate) merupakan harga relatif dari barang-
barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari
negara lain, kurs riil ini disebut juga dengan terms of trade (Mankiw, 2018).
Kurs didasari dua konsep yang pertama, konsep nominal merupakan
konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan berapa
jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata
uang dari negara lain. Kedua yaitu konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur
daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional (Halwani, 2005 :
157).
34
Dalam Islam fungsi uang mencakup tiga hal yaitu sebagai penyimpan nilai,
alat tukar, dan alat pengukur nilai. Sebagai fungsi alat tukar dan alat pengukur
nilai telah dilakukan oleh fiat money, tetapi peran fiat money sebagai penyimpan
nilai akan berbeda dalam ekonomi Islam, dimana uang itu sendiri tidak dapat
diperoleh keuntungan (interest). Menyimpan uang sebagai penyimpan nilai akan
terkikis keseimbangan riilnya karena inflasi dan pembayaran zakat. Dalam Islam
memegang uang hanya untuk transaksi dan menginvestasikan kelebihan dana pada
aset untuk mendapatkan keuntungan. Ketika tingkat bagi hasil meningkat maka
akan diperoleh substitusi dari uang terhadap aset-aset tersebut. Sedangkan dalam
ekonomi konvensional, fungsi uang tidak lagi menunjukkan esensinya sebagai alat
penyimpan nilai karena itu terjadi fluktuasi, maka dalam Islam stabilitas nilai uang
sangat penting dan objek fundamental dalam sebuah sistem ekonomi Islam (Akmal
Tarigan, 2007).
Perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing menyebabkan
perubahan dalam nilai tukar valuta asing. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing diantaranya adalah (Supriana, 2013):
1. Perubahan preferensi masyarakat
2. Perubahan harga barang ekspor dan impor
3. Kenaikan harga umum (inflasi)
4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengambilan investasi
5. Pertumbuhan ekonomi
35
Berbeda dengan pandangan Islam, adapun penyebab dari
apresiasi/depresiasi (fluktuasi) nilai tukar suatu mata uang di dalam Islam
digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (Karim, 2017):
1. Natural exchange rate fluctuation. Pergerakan ini terjadi akibat perubahan-
perubahan yang terjadi pada permintaan agregratif dan penawaran
agregratif.
2. Human error exchange rate fluctuation. Hal ini disebabkan oleh:
a. Korupsi dan administrasi yang buruk.
b. Pajak penjualan yang sangat tinggi.
c. Excessive seignorage (efek yang ditimbulkan oleh percetakan uang
yang berlebihan yang melebihi kebutuhan sektor riil).
Jenis Kurs Mata uang global yang diakui dunia internasional ada beberapa,
diantara nya yaitu Poundsterling, Dollar AS, Euro, Renminbi (Yuan China), Yen
Jepang dan lainnya. Namun Dalam Penelitian ini Kurs yang digunakan peneliti
adalah Rupiah terhadap USD dollar amerika, karena beberapa alasan antara lain
yaitu :
a. Dollar AS digunakan sebagai mata uang internasional karena
pergerakannya yang relatif stabil. Jika dibandingkan dengan banyak mata
uang negara maju, dolar memang punya nilai tukar cukup tinggi meski
pergerakannya tidak liar.
b. Hampir semua mata uang di versus kan ke mata uang dollar Amerika
Serikat.
c. Mata uang internasional yang dipakai dalam kegiatan ekspor impor
36
d. Data menunjukkan hampir 90 Persen Kegiatan Ekspor Indonesia Masih
Gunakan Dollar AS.
e. Transaksi Dagang di negara lain dengan memakai Mata Uang Lokal
kurang Diminati
Variabel kurs pada penelitian ini menggunakan kurs rupiah terhadap USD
(dollar amerika), karena peneliti mengambil referensi dari beberapa sumber Jurnal
/ penelitian sebelumnya yang menggunakan perbandingan kurs tersebut, antara
lain yaitu : Saekhu (2017), Syahbudi (2017), Achmad thohari (2010), Danil
Maulana & Fakhruddin (2017), Bethari Febianda (2015).
2.5.2. Hubungan Pengaruh Kurs terhadap DPK dan pembiayaan
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh kurs terhadap dana pihak ketiga :
a. Bila kurs naik, maka jika suatu mata uang menguat terhadap mata uang
negara lain, sehingga barang produksi atau jasa yang dihasilkan negara itu
akan menjadi lebih mahal bila dihitung dengan mata uang negara lain
tersebut. Akibatnya permintaan terhadap barang atau jasa diharapkan akan
mengalami penurunan dan tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan
subtitusi yang pada akhirnya akan semakin menekan permintaan.
Permintaan yang menurun akan disikapi oleh produsen dengan
menurunkan pasokan sehingga tercapai keseimbangan baru. Pengurangan
pasokan dilakukan dengan mengurangi produksi.
Bila produksi mengalami penurunan, masyarakat selaku
penerima balas jasa faktor produksi dan perusahaan selaku produsen akan
mengalami penurunan pendapatan. Akibatnya dana yang tersedia untuk
37
diinvestasikan dan disimpan akan berkurang. Hal tersebut mengakibatkan
bank akan kesulitan dalam melakukan penghimpunan dana pihak ketiga.
b. Bila kurs turun, maka jika suatu mata uang melemah terhadap mata uang
negara lain, sehingga barang produksi atau jasa yang dihasilkan negara itu
akan menjadi relatif lebih murah bila dihitung dengan mata uang negara
lainnya tersebut. Akibatnya permintaan terhadap barang atau jasa
diharapkan akan mengalami kenaikan. Permintaan yang naik akan disikapi
oleh produsen dengan meningkatkan pasokan sehingga tercapai
keseimbangan baru. Penambahan pasokan dilakukan dengan
meningkatkan produksi sehingga ekonomi mengalami percepatan. Dalam
ekonomi yang mengalami pertumbuhan, dana yang tersedia untuk
diinvestasikan dan disimpan akan meningkat. Akibatnya bank akan lebih
mudah dalam melakukan penghimpunan dana pihak ketiga.
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh kurs terhadap pembiayaan :
a. Bila kurs naik, maka jika suatu mata uang menguat terhadap mata uang
negara lain, sehingga barang produksi atau jasa yang dihasilkan negara itu
akan menjadi lebih mahal bila dihitung dengan mata uang negara lain
tersebut. Akibatnya permintaan terhadap barang atau jasa diharapkan akan
mengalami penurunan dan tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan
subtitusi yang pada akhirnya akan semakin menekan permintaan.
Permintaan yang menurun akan disikapi oleh produsen dengan
menurunkan pasokan sehingga tercapai keseimbangan baru. Pengurangan
pasokan dilakukan dengan mengurangi produksi sehingga ekonomi
38
mengalami perlambatan. Dalam ekonomi yang mengalami perlambatan,
kebutuhan akan dana untuk modal kerja maupun membiayai investasi akan
berkurang. Akibatnya bank akan kesulitan dalam menyalurkan
pembiayaan.
b. Bila kurs turun, maka jika suatu mata uang melemah terhadap mata uang
negara lain, maka barang produksi atau jasa yang dihasilkan negara itu
akan menjadi relatif lebih murah bila dihitung dengan mata uang negara
lain tersebut. Akibatnya permintaan terhadap barang atau jasa diharapkan
akan mengalami kenaikan. Permintaan yang naik akan disikapi oleh
produsen dengan meningkatkan pasokan sehingga tercapai keseimbangan
baru. Penambahan pasokan dilakukan dengan meningkatkan produksi
sehingga ekonomi mengalami percepatan. Dalam ekonomi yang
mengalami pertumbuhan, dana yang tersedia untuk diinvestasikan dan
disimpan akan meningkat. Akibatnya bank akan lebih mudah dalam
melakukan penghimpunan dana pihak ketiga.
Pada bank syariah tidak boleh menggunakan kurs mata uang sebagai alat
atau sarana mendapatkan keuntungan dengan cara yang spekulatif.
2.6. Produk Domestik Bruto (PDB)
2.6.1 Pengertian PDB
Pendapatan adalah besarnya jumlah hasil usaha yang diperoleh masyarakat
atau seseorang dari menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa. Pendapatan ini
juga menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan
suatu negara atau daerah dalam suatu tahun tertentu.
39
Pendapatan nasional dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu
(Sukirno, 2016) :
1. Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Product atau GNP), yaitu produk
secara keseluruhan yang dihasilkan oleh warga negara suatu negara tertentu.
2. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product atau GDP), yaitu produk
keseluruhan yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara tersebut.
Perbdaan antara PNB dan PDB yaitu :
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara atau domestik selama satu tahun.
GDP = Pendapatan Masyarakat DN (dalam negeri) + Pendapatan Asing DN
Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga barang atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan maupun instansi asing yang terkait, asalkan
wilayahnya masih dalam wilayah suatu negara atau domestik tersebut. Contohnya
seperti perusahaan X dari Jepang yang mempunyai cabang di Indonesia, hasil
berupa barang dan jasa tersebut termasuk ke dalam GDP. Barang yang dihasilkan
termasuk modal yang belum diperhitungkan, maka bersifat bruto atau/kotor.
Sedangkan Produk Nasional Bruto (Gross National Product) merupakan
nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
(nasional) selama satu tahun, termasuk yang dihasilkan oleh warga negara
tersebut yang dihasilkan dil uar negeri. Contohnya seperti seseorang pria dari
Indonesia yang menjual pakaian di Malaysia, hasil berupa barang dan jasanya
termasuk dalam GNP.
40
GNP = Pendapatan WNI DN + Pendapatan WNI LN (luar negeri) – Pendapatan
Asing DN
Dalam hal ini yang akan diteliti adalah pendapatan dalam pengertian yang
pertama, yaitu produk domestik bruto (PDB). Menurut Imamul Arifin & Gina
Hadi W (2009:11) “Indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi suatu Negara adalah tingkat Produksi Domestik Bruto (PDB)” Beberapa
alasan digunakannya PDB (bukan PNB) sebagai indikator pengukuran
pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut.
1. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan
seluruh aktivitas produksi di dalam perekonopmian. Hal ini, peningkatan PDB
mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi.
2. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow concept). Artinya,
perhitungan PDB mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode
tertentu. Perhitungan ini tidak mencangkup perhitungan pada periode
sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran dalam menghitung PDB
memungkinkan seseorang untuk membandingkan jumlah output pada tahun ini
dengan tahun sebelumnya.
3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik). Hal
ini memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi
yang diterapkan pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian
domestik.
41
Merujuk Pada Riset yang hampir sama yaitu Jurnal atau Penelitian
terdahulu yang juga menggunakan PDB Riil sebagai Indikator nya, antara lain
yaitu : saekhu (2017), Ari cahyono (2009), Ahmad Thohari (2010), Akhmad Deni
Mardiansyah, (2004)dan Febianda (2015), Syahbudi (2017).
Menurut Mankiw (2018) produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar
semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun
waktu tertentu. Sadono Sukirno (2016) memberikan pengertian bahwa produk
domestik bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan asing.
Sedangkan menurut pengertian lain, produk domestik bruto adalah nilai barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu yang
menjumlahkan semua hasil dari warga negara yang bersangkutan ditambah
warga negara asing yang bekerja di negara yang bersangkutan (Putong, 2013).
PDB nominal adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan harga
berlaku (memperhatikan faktor inflasi). PDB nominal mengukur nilai uang yang
berlaku dari output perekenomian. PDB riil adalah nilai barang dan jasa yang
diukur dengan menggunakan harga konstan (tanpa memperhatikan faktor inflasi).
PDB riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika
jumlah berubah tetapi harga tidak (Mankiw, 2018 : 17). Dimana PDB riil
mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Adapun dalam penelitian ini
menggunakan PDB riil sebagai salah satu variabel penelitiannya.
Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja
perekonomian, dimana tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam
42
nilai uang tunggal selama periode waktu tertentu. Ada dua cara menghitung PDB,
yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam
perekonomian, dan PDB sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa
perekonomian (Putong, 2013). terdapat tiga metode yang digunakan untuk
menghitung pendapatan nasional, yaitu:
1. Metode produksi. Metode produksi digunakan untuk menentukan besarnya
pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang
dihasilkan oleh sektor-sektor produktif.
2. Metode pendapatan. Metode ini menjumlahkan semua pendapatan dari faktor-
faktor produksi dalam perekonomian yaitu manusia (tenaga kerja), modal,
tanah, dan skill (keahlian). Bila tenaga kerja menghasilkan upah (Wages = W),
modal menghasilkan bunga (Interest = I), namun dalam ekonomi Islam modal
akan menghasilkan bagi hasil (return = r), tanah menghasilakn sewa (Rent =
R), dan skill atau keahlian menghasilkan profit atau keuntungan (Profit = P),
maka secara matematis dapat ditulis persamaannya menjadi:
Y = YW + YI + YR + YP atau Y = YW + Yr + YR + YP
3. Metode pengeluaran. Metode ini mencoba menghitung pendapatan nasional
dengan cara menjumlahkan semua pengeluaran baik yang dilakukan oleh
rumah tangga konsumen (C), rumah tangga swasta atau produsen (I), rumah
tangga pemerintah (G) dan ekspor neto (X-M).
Secara matematis persamaannya dapat dirumuskan menjadi:
Y = AE = C + I + G + (X-M), AE = Aggregrate Expenditure.
43
Perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan
pengeluaran relatif lebih mudah terutama dalam pendapatan dan pencacahannya,
alasannya sederhana karena biasanya setiap orang akan dengan mudah
memberikan informasi seputar pengeluarannya dari pada pendapatannya.
2.6.2. Hubungan Pengaruh PDB terhadap DPK dan pembiayaan
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh PDB terhadap dana pihak ketiga
a. Bila PDB naik, maka hal ini menggambarkan kegiatan produksi dalam
negeri yang meningkat. Pada kondisi tersebut masyarakat sebagai pemilik
faktor produksi secara agregat akan memperoleh pendapatan yang lebih
besar; baik karena peningkatan pendapatan maupun karena perluasan
penerima pendapatan. Akibatnya akan semakin banyak dana yang dapat
dialokasikan untuk simpanan (saving). Hal ini akan membuat bank lebih
mudah menjaring dana masyarakat sehingga dana pihak ketiganya akan
mengalami kenaikan.
b. Bila PDB turun, maka hal ini menggambarkan kegiatan produksi dalam
negeri yang mengalami perlambatan. Pada kondisi tersebut masyarakat
sebagai pemilik faktor produksi secara agregat akan memperoleh
pendapatan yang lebih kecil; baik karena menurunnya pendapatan maupun
karena berkurangnya jumlah penerimaan pendapatan. Akibatnya dana
yang dapat dialokasikan untuk simpanan (saving) akan mengalami
penurunan juga. Hal ini akan membuat bank kesulitan dalam menjaring
dana masyarakat sehingga dana pihak ketiganya akan mengalami
penurunan.
44
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh PDB terhadap pembiayaan :
a. Bila PDB naik, maka hal ini menggambarkan kegiatan produksi dalam
negeri yang meningkat. Pada kondisi tersebut kebutuhan perusahaan
selaku produsen terhadap modal kerja dan dana investasi akan meningkat.
Akibat dari kebutuhan tersebut pembiayaan yang dapat disalurkan bank
akan meningkat.
b. Bila PDB turun, maka hal ini menggambarkan kegiatan produksi dalam
negeri yang mengalami penurunan. Pada kondisi tersebut kebutuhan
perusahaan selaku produsen terhadap modal kerja dan dana investasi akan
berkurang. Akibatnya penyaluran pembiayaan akan mengalami penurunan.
Pada bank syariah, Dalam hubungan pembiayaan, kaitan antara bank dan
nasabah adalah suatu usaha bersama. Sehingga bank juga mempunyai
tanggungjawab terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan usaha nasabah.
Apabila pembiayaan diberikan kepada usaha kecil, hal ini akan mendorong usaha
kecil untuk lebih maju. Karena bank yang memiliki sumber daya dan pengetahuan
yang lebih baik terutama dalam manajemen dapat melakukan pendidikan.
Sehingga pembiayaan bukan hanya sebagai proses perolehan dana namun juga
knowledge transfer. Dengan majunya usaha-usaha yang dibiayai itu pada akhirnya
akan meningkatkan Produk Domestik Bruto.
2.7. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
2.7.1 Pengertian IHSG
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) merupakan salah satu indeks pasar
saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai indikator pergerakan
45
tren pasar saham, yang menggambarkan kondisi pasar pada suatu waktu, apakah
aktif atau lesu (Martalena & Malinda, 2011).
Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham
preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Selain IHSG, terdapat beberapa
indeks saham yang juga lazim digunakan, diantaranya adalah: indeks sektoral,
indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII) dan Kompas 100. Pergerakan IHSG
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Pengaruh
peristiwa-peristiwa dunia yang terjadi dan pergerakan indeks saham luar negeri
menjadi faktor eksternal yang dominan. Sedangkan faktor internal lebih
dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa dalam negeri yang terjadi dan pengaruh dari
pergerakan variabel-variabel makroekonomi lainnya seperti nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika, tingkat inflasi, suku bunga (deposite rate), suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan jumlah uang beredar (money supply). Banyak
faktor yang memengaruhi fluktuasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Fluktuasi ini disebabkan oleh pengaruh yang sangat kompleks. Menurut
Tandelilin perkembangan pasar modal Indonesia dapat dilihat dari gerakan IHSG
yang tampaknya sulit dilepaskan begitu saja dari pengaruh berbagai perubahan
kondisi makroekonomi, sosial, politik maupun keamanan (Martalena & Malinda,
2011).
2.7.2. Hubungan Pengaruh IHSG terhadap DPK dan pembiayaan
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh IHSG terhadap dana pihak ketiga:
a. Bila IHSG naik, maka imbal hasil simpanan bank akan menjadi tidak
menarik, akibatnya dana pihak ketiga mengalami penuurunan. Pada saat
46
harga saham - saham naik (tercermin dalam kenaikan IHSG), investasi
dalam pasar modal akan memberikan imbal hasil (return) yang lebih
menarik dibandingkan dengan investasi dalam bentuk tabungan dan
simpanan bank lainnya. Akibatnya masyarakat akan mengalihkan
investasinya ke pasar modal.
b. Bila IHSG turun, maka imbal hasil simpanan bank akan menjadi lebih
menarik, akibatnya dana pihak ketiga mengalami kenaikan. Pada saat
harga saham – saham turun (tercermin dalam penurunan IHSG), investasi
dalam pasar modal akan memberikan imbal hasil (return) yang tidak
menarik dibandingkan dengan investasi dalam bentuk tabungan dan
simpanan bank lainnya. Apalagi mengingat risiko yang lebih besar dalam
pasar modal dibandingkan simpanan bank yang dijamin oleh pemerintah.
Akibatnya masyarakat akan mengalihkan investasinya ke simpanan bank.
Menurut Cahyono (2009) Pengaruh IHSG terhadap pembiayaan
a. Bila IHSG naik, maka hal ini merupakan gambaran dari pertumbuhan
ekonomi yang meningkat, akibatnya pembiayaan mengalami kenaikan.
Pada saat harga saham - saham naik (tercermin dalam kenaikan IHSG),
menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami pertumbuhan. Untuk
membiayai pertumbuhan tersebut, perusahaan dapat menggunakan
beberapa sumber dana yaitu : internal (laba ditahan) maupun dari eksternal
: investor (berupa modal) dan kreditur (berupa pinjaman). Bank
merupakan sumber dana eksternal kreditur yang umum digunakan
perusahaan untuk mendanai investasi dan pemenuhan kredit modal
47
kerjanya. Akibatnya, saat IHSG naik umumnya penyaluran pembiayaan
akan meningkat.
b. Bila IHSG turun, hal ini merupakan gambaran dari pertumbuhan ekonomi
yang mengalami penurunan, akibatnya pembiayaan mengalami penurunan.
Pada saat harga saham - saham turun (tercermin dalam penurunan IHSG),
menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami perlambatan
pertumbuhan atau bahkan kemunduran. Perusahaan akan mengurangi
realisasi investasi. Bank yang merupakan sumber pendanaan bagi kegiatan
investasi akan kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan karena
perusahaan sedang kurang atau tidak membutuhkan. Akibatnya, saat IHSG
turun umumnya penyaluran pembiayaan juga akan mengalami penurunan.
2.8. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi
hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan sistem bagi hasil.
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh
pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank
syariah. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka
hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan
dibagi sesuai dengan prosi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian.
48
Pembagian usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan
nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam
menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan (Ismail, 2018).
Produk penyaluran dana dalam bank syariah dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu berdasarkan prinsip jual-beli, prinsip sewa, prinsip bagi hasil, dan
dengan akad pelengkap (Karim, 2017).
berdasarkan Syariah Enterprise Theory, pembiayan bagi hasil seharusnya
lebih besar daripada jenis akad transaksi yang lainnya, karena produk ini dinilai
lebih memiliki spirit dan nilai-nilai islam di bandingkan transaksi lainnya.
Pembiayaan bagi hasil yang disalurkan bank syariah memiliki produk-produk
yang ditawarkan. Menurut Rahmat, (2012) produk-produk dari pembiayaan bagi
hasil cenderung menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang lebih besar
dibanding pembiayaan yang lain. Sedangkan Andraeny, (2011) menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat bagi hasil maka semakin besar pula volume
pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan karena semakin banyak
keuntungan yang akan diperoleh bank. Rahmat, (2012) menyatakan bahwa untuk
mengatasi ketidakcocokan dari sumber dana dan pembiayaan bagi hasil tersebut
diperlukan suatu hubungan kemitraan antara bank syariah dengan lembaga
keuangan lain, contohnya seperti perusahaan asuransi dan pengelola dana pensiun
syariah. Sebagai contoh dinegara sudan, peraturan dinegara tersebut membatasi
bagi bank syariah di negara tersebut agar menyalurkan pembiayaan murabahah
maksimum sebanyak 30 %, sedangkan porsi yang lebih besar untuk pembiayaan
bagi hasil (Diana Yumanita, 2010). Penyaluran dana berdasarkan prinsip bagi
49
hasil terbagi menjadi dua jenis yaitu berdasarkan akad mudharabah dan akad
musyarakah.
2.8.1. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi maka ditanggung oleh pemilik
modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola, tetapi seandainya kerugian
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola
harus bertanggungjawab atas kerugian (antonio, 2017).
Gambar 2.2
Skema Akad Mudharabah
Sumber : (Darsono, Sakti, 2018)
Transaksi mudharabah tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal
dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak
hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
kelalaian. Sebagai wakil shahibul maal, mudharib diharapkan untuk mengelola
50
modal degan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal (Naja, 2011).
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al Muzammil (73): 20.
“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah”
Adapun rukun di dalam akad mudharabah yaitu terdiri dari; pemilik
modal (shahibul maal), pengelola usaha (mudharib), modal, nisbah
keuntungan, dan sighat atau akad (Antonio, 2017).
Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyadah
a. Mudharabah muthlaqah atau Unrestricted Investment Account (URIA).
Merupakan bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasai oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis (Antonio, 2017).
b. Mudharabah Muqayyadah atau Restricted Investment Account (RIA).
Mudharabah muqayyadah atau disebut dengan istilah restricted
mudharabah atau specified mudharabah merupakan kebalikan dari
mudharabah muthlaqah. Dimana si mudharib dibatasi dengan batasan
jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Namun dalam praktik perbankan
syariah saat ini, kini dikenal dua bentuk mudharabah muqayyadah,
yaitu (Karim, 2017):
1) Mudharabah Muqayyadah On balance-sheet (dicatat di neraca).
2) Mudharabah Muqayyadah Off balance-sheet (tidak di catat di neraca).
51
Aplikasi akad mudharabah dalam perbankan syariah pada sisi pembiayaan
diterapkan untuk (Karim, 2017):
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus (mudharabah muqayyadah), dimana sumber dana
khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh shahibul maal
2.8.2.Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai
nisbah yang disepakati dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi
kerjasama(Karim, 2017).
Landasan syariah tentang musyarakah terdapat pada Q.S. Sad (38): 24,
Allah Swt berfirman:
"Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa
Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur
sujud dan bertaubat (Q.S. Sad (38): 24).
52
Selain terdapat dalam al-Qur’an landasan hukum akad musyarakah juga
terdapat dalam hadis. Adapun hadis yang menjadi landasan musyarakah adalah
hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasullah Saw bersabda:
“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah berfirman: Aku menjadi orang
ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari mereka tidak
berkhianat kepada temannya. Jika ada yang berkhianat, aku keluar dari
(persekutuan) mereka." (Riwayat Abu Dawud dan dinilai shahih oleh Hakim)”
(Al-Asqalany, : 1430).
Adapun yang menjadi rukun akad musyarakah yaitu terdiri dari:
a. Para pihak yang bersyirkahz
b. Porsi kerjasama
c. Proyek atau usaha,
d. Ijab dan qabul (sighat)
e. Serta nisbah bagi hasil yang ditetapkan berdasarkan kesepatan bersama
orang yang bersyirkah.
Secara umum akad Musyarakah terbagi menjadi dua jenis, yaitu (Antonio, 2017):
a. Musyarakah pemilikan. Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan,
wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih.
b. Musyarakah akad (kontrak). Musyarakah akad tercipta dengan cara
kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari
mereka memberikan modal musyarakah. Mereka sepakat berbagi
53
keuntungan dan kerugian. Musyarakah ini terbagi menjadi berbagai jenis,
yaitu:
1. Syirkah Al-‘Inan. Merupakan kontrak antara dua orang atau lebih,
dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam
keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati diantara
mereka. Namun porsi masing-masing pihak, baik dalam dana
maupun kerja atau bagi hasil, berbeda sesuai dengan kesepakatan
mereka.
2. Syirkah Mufawadha. Merupakan kontrak kerja sama antara dua orang
atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Adapun syarat
utama dari jenis musyarakah ini adalah kesamaan dana yang
diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban hutang dibagi oleh
masing-masing pihak.
3. Syirkah A’maal/Abdan. Merupakan kontrak kerja sama dua orang se-
profesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama antara dua orang
arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang
penjahit untuk menerima pesanan pembuatan seragam sebuah kantor.
4. Syirkah Wujuh. Merupakan kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan pekerjaan baik serta ahli dalam bisnis. Mereka
54
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan, dan menjual
barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh tiap mitra.
5. Syirkah al-Mudharabah. Merupakan kerjasama atau percampuran
dana antara pihak pemilik dana dengan pihak lain yang memiliki
profesionalisme atau tenaga.
Gambar 2.3
Skema Akad Musyarakah
Sumber : (Darsono, ali sakti., 2017)
Sedangkan aplikasi penerapan akad musyarakah dalam perbankan syariah
adalah (Antonio, 2017) :
a. Pembiayaan proyek. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan
dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.
b. Modal ventura. Pada bank-bank yang diperbolehkan melakukan investasi
dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema
modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu,
55
dan setelah itu bank melakukan divestasi, baik secara singkat maupun
bertahap.
Al Harran dalam (Cleopatra, 2008), mengemukakan bahwa perkembangan
perbankan syariah dapat meningkat pesat dengan menaikkan porsi pembiayaan
musyarakah jangka panjang.Pada umumnya pembiayaan musyarakah jangka
panjang merupakan pembiayaan berskala besar yang dapat meningkatkan
pertumbuhan perbankan syariah.
Menurut Edwin, (2013) Tantangan aplikasi penerapan akad berbagi hasil di
perbankan syariah yaitu
1. Peranan ganda perbankan syariah
2. Bank tidak memiliki usaha riil
3. Bank tidak siap menangggung kerugian.
4. Semua nasabah mendapatkan bagi hasil
5. Metode bagi hasil yang berbelit-belit
2.8.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah tentunya bank
memperhatikan beberapa faktor tertentu untuk dapat menyalurkannya, seperti
(Mardiansyah, 2004).
a. Kapasitas pemberiaan pinjaman (lending capacity), merupakan dana idle
(menganggur) yang siap dikucurkan bank ke sektor riil. Semakin besar
lending capacity suatu bank maka semakin besar kemampuan bank dalam
menyalurkan dana yang dimilikinya ke sektor riil.
b. Tingkat suku bunga kredit/pinjaman.
56
c. Kecukupan modal, biasa dinilai dari rasio kecukupan modal (Capital
Adequancy Ratio/CAR).
d. Kredit macet (Non Performing Loans atau Non Performing Finance).
e. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi
pembiayaan diantaranya; dana pihak ketiga (DPK), tingkat suku bunga kredit atau
pinjaman bagi bank konvensional dan tingkat bagi hasil bagi bank syariah, serta
non performing finance (NPF). Adapun faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap pembiayaan diantaranya adalah kondisi makroekonomi, yang dapat
dilihat dari indikator makroekonomi, diantaranya; suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) (Rivai, 2007).
2.9. Dana Pihak Ketiga
2.9.1. Pengertian Dana Pihak Ketiga
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.10/19/PBI/2008 menjelaskan,
“dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank
kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Dengan
kata lain, dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam
arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga,
koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam
valuta asing.
57
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, maka
dana merupakan masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, bank
tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain, bank menjadi tidak berfungsi
sama sekali (Danupranata, 2016). Dana bank merupakan uang tunai yang dimiliki
bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan
(sinungan, 2003).
Menuruut Andraeny, Dana Pihak Ketiga (DPK) Adalah simpanan nasabah
dalam bentuk tabungan, giro dan deposito dalam rupiah dan valas asing yang
dihimpun bank syariah pada saat tertentu, dinyatakan dalam miliyaran rupiah
(Andraeny, 2011).
BUS/UUS menghimpun dana berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. Dana-dana dari masyarakat
yang disimpan dalam bank adalah merupakan sumber dana terbesar yang paling
diandalkan bank dan terdiri dari tiga jenis, yaitu : giro (demand deposit), deposito
(time deposits), dan tabungan (savings). Adapun penjelasannya yaitu (Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 ) :
a. Giro, merupakan simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindah bukuan. Dalam fatwa
Dewan Syariah Nasional disebut bahwa giro ada dua jenis, yaitu pertama,
giro yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan
58
perhitungan bunga. Kedua, giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro
yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.
b. Tabungan, merupakan simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi
dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan lainnya. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional disebut
bahwa tabungan ada dua jenis, pertama, tabungan yang tidak dibenarkan
secara prinsip syariah yang berupa tabungan dengan berdasarkan
perhitungan bunga, dan kedua, tabungan yang dibenarkan secara prinsip
syariah yakni tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.
c. Deposito, merupakan investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah
penyimpan dan bank syariah dan/atau unit usaha syariah. Dalam fatwa
Dewan Syariah Nasional, disebutkan depostio terdiri atas dua jenis, pertama,
deposito yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yaitu deposito yang
berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, deposito yang dibenarkan secara
syariah yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.
59
Gambar 2.4
Skema Pengumpulan dan penyaluran dana Bank Syariah
Sumber : (Darsono et al., 2018).
bank bukanlah pekerjaan mudah yang otomatis dapat dilakukan oleh bank
semenjak didirikannya. Beberapa hal pokok mengenai kredibilitas bank yang
perlu diperhatikan dalam melakukan penghimpunan dana masyarakat adalah
(Judisseno, 2005):
a. Kepercayaan masyarakat terhadap bank sebagai agent of trust.
b. Mitra terpercaya dalam pengembangan dan pembangunan (agent of
development).
c. Agent of services dalam arti bank memberikan solusi kemudahan berbagai
transaksi yang aman, cepat, tepat dan terpercaya.
2.9.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi dana pihak ketiga
Terkait dengan kemampuan bank, khususnya bank syariah dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat
tentunya bank menghadapi banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut meliputi faktor internal dan eksternal (Rivai, 2007):
60
a. Faktor internal. Adapaun faktor internal yang mempengaruhi penghimpunan
dana bank adalah produk bank, kebijakan suku bunga namun dalam bank
syariah menggunakan bagi hasil, kualitas layanan, suasana kantor, lokasi
kantor, dan reputasi kantor.
b. Faktor eksternal. Seperti kondisi perekonomian, kegiatan dan kondisi
pemerintah, kondisi atau perkembangan pasar uang dan pasar modal,
kebijakan pemerintah, dan peraturan Bank Indonesia.
Tuan Wai menyebutkan bahwa keputusan menabung setiap unit dalam
suatu ekonomi dipengaruhi oleh kemampuan (ability), kemauan (willingness), dan
kesempatan (opportunity) yang dimilikinya. (Mardiansyah, 2004):
Jadi, tabungan merupakan fungsi dari ketiga faktor tersebut, yang dapat
ditulis dengan persamaan
S = f (A, W, O)
Keterangan: S = tabungan A = kemampuan
W = kemauan O = kesempatan
Dimana setiap variabel dalam persamaan tersebut merupakan fungsi dari
variabel ekonomi dan non-ekonomi lain. Seperti kemampuan menabung seseorang
akan tergantung pada faktor pendapatan, struktur populasi (kepadatan), dan
kekayaan. Kemauan menabung tergantung pada besarnya suku bunga, perubahan
tingkat harga (inflasi), dan faktor kebudayaan. Sedangkan peluang atau
kesempatan untuk menabung tergantung terhadap keberadaan lembaga
intermediasi keuangan dan tingkat efisiensi modal marjinal.
61
2.10. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah hasil-hasil kajian terdahulu dan Pada bagian ini
dicantumkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Tujuan mencantumkan kajian terdahulu adalah untuk menunjukkan
penelitian yang memiliki persamaan dengan yang akan diteliti, letak perbedaannya
dengan yang akan diteliti sehingga jelas posisi permasalahan yang akan diteliti,
serta hasil dan metode yang digunakan oleh peneliti terdahulu.
Penelitian terdahulu yang relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan,
penulis mengklasifiksikannya menjadi 3 yaitu :
1) Berpengaruh Signifikan yaitu semua variabel bebas yang diteliti
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat baik secara parsial maupun
simultan
2) berpengaruh signifikan moderat yaitu variabel bebas yang diteliti hanya
sebagian berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat baik secara
parsial maupun simultan
3) tidak berpengaruh signifikan yaitu variabel bebas yang diteliti tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat baik secara parsial maupun
simultan.
Berikut hasil ringkasan table penelitiannya:
62
1. Penelitian Terdahulu berpengaruh Signifikan
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Analisis Pengaruh
Suku Bunga SBI Dan
Inflasi Terhadap
Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK)
Perbankan Di
Indonesia
Oleh :
(HERLI SOPIANA,
2012)
Publish : (Journal of
Economic &u
Development Volume
10, No.1
hal: 12 – 30
ISSN 1829-5843)
Jenis penelitian:
menggunakan
data sekunder
dengan metode
kuantitatif
Teknik analisis:
Menggunakan
pendekatan
ARMA dan
analisis regresi
linerar berganda
Sample:
perbankan di
Indonesia pada
tahun 1984
hingga 2010.
Variabel :
sama- sama
menggunakan
variabel BI Rate,
Inflasi, sebgai
variabel eksogen
dan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
sebagai variabel
Endogen
Obyek : sama
sama perbankan
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu PDB riil, IHSG,
dan kurs (niai tukar)
pada peneliti
sebelumnya.
Objek penelitian yaitu
bank syariah dengan
periode 2014-2018
sedangkan peneliti
sebelumnya pada objek
menggunakan bank
konvensional dengan
periode 1984-2010
Menggunakan analisis
jalur (Path Analysis)
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan analisis
regresi linear berganda
Hasil penelitian :
1. Secara Simultan ada
pengaruh antara Suku
Bunga SBI dan Inflasi
terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) sebesar
0,94 (94%) pada
perbankan di Indonesia
pada tahun 1984
hingga 2010
2. secara parsial SBI
Suku bunga memiliki
pengaruh positif pada
dana pihak ketiga
seperti yang
ditunjukkan oleh
koefisien sebesar
0,651888.
3. Sebaliknya, inflasi
memiliki pengaruh
negatif pada dana
pihak ke-3 seperti yang
ditunjukkan oleh
koefisien -0,2432
Ini dikarenakan
menguatnya nilai tukar
rupiah di pasar valuta
asing dan juga dapat
dikendalikannya harga-
harga barang dan jasa
di pasar oleh
pemerintah
Dampak Indikator
Makroekonomi
terhadap Dana Pihak
Ketiga Perbankan
Syariah
Oleh : (Saekhu, 2017)
Jenis Penelitian:
Kuantitaitif
menggunakan
data sekunder
periode bulanan
dari Januari
2003 sampai
Desember 2010.
Variabel :
Sama-sama
menggunakan
Makro Ekonomi
yaitu Inflasi,
Nilai Tukar
(Kurs), Bi Rate,
PDB, IHSG dan
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu pembiayaan bagi
hasil (mudharabah dan
musyarakah) serta
Variabel Dana pihak
Ketiga pada peneliti
sebelumnya
Hasil Penelitian :
1. indikator
makroekonomi
berdampak pada
pendanaan (deposito)
Bank Syariah Mandiri
2. suku bunga SBI
memiliki dampak
63
Publish :
Economica: Jurnal Ekonomi Islam –Volume 8, Nomor 1 (2017) Hal: 103 -130 ISSN: 2085-9325
Teknik
Analisis:
Penelitian ini
menggunakan
analisis Regresi
Linier dengan
metode
Ordinary Least
Square (OLS).
Sample Objek :
Perbankan
Syariah di
Indonesia
selama periode
1998-2008
Depsito Dana
Pihak Ketiga
(Dpk)
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
Objek: yaitu
Sama sama
perbankan
syariah
Menggunakan analisis
jalur (Path Analysis)
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan analisis
OLS (Ordinary Least
Square)
Obyek penelitian :
perbankan syariah
dengan tidak
mengikutkan BPRS
dengan periode 2014-
2018 sedangkan peneliti
sebelumnya yaitu
perbankan syariah
dengan periode 1998-
2008
negatif
karena Bank Syariah
melakukan strategi
dalam penghimpunan
Dana Pihak Ketiga,
agar terhindar dari
akibat yang
ditimbulkan oleh
kenaikan suku bunga
SBI seperti yang
terjadi di bank
konvensional
3. nilai tukar, inflasi,
Indeks Harga Saham
Gabungan Indonesia
dan PDB berdampak
positif Dana Pihak
Ketiga Perbankan
Syariah
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Pengaruh Variabel
Makro Ekonomi
Terhadap
Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah di
Indonesia
Oleh : Muhammad
Syahbudi, SE.I, MA
DKK (2017)
(Laporan Penelitian)
UIN Sumatera Utara
Jenis Penelitian:
kuantitatif
dengan data
sekunder
Teknik
Analisis:
menggunakan
model regresi
linier berganda,
data time series
dengan tools
eviews.
Objek Sample :
Perbankan
Syariah
Variabel :
sama - sama
menggunakan
Makro Ekonomi
yaitu Inflasi,
Nilai Tukar
(Kurs), BI Rate,
PDB, dan
Pembiayaan
Bank Syariah
metode :
Menggunakan
kuantitatif
dengan data
sekunder
objek : Sama
sama perbankan
syariah
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu IHSG (Indeks Harga
Saham Gabungan) dan
pembiayaan bagi hasil
(mudharabah dan
musyarakah) sedangkan
pada peneliti sebelumnya
menggunakan
pembiayaan modal kerja
Menggunakan analisis
jalur (Path Analysis)
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan Analisis
Regresi Linear beganda
dengan Eviews
Obyek penelitian yaitu
perbankan syariah dengan
tidak mengikutkan BPRS
dengan periode 2014-2018
sedangkan peneliti
Hasil penelitian :
1. secara simultan 97,0%
variabel inflasi, suku
bunga, kurs dan PDB
berpengaruh terhadap
pembiayaan
2. Nilai F-hitung > F-
tabel atau 56,46 > 2,36,
atau nilai p-value
adalah 0,017 < 5%
maka terdapat
pengaruh secara
simultan antara inflasi,
suku bunga, kurs dan
PDB terhadap
pembiayaan.
64
sebelumnya yaitu
perbankan syariah dengan
periode 2010-2016.
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Analisis Faktor-
Faktor Penentu
Penghimpun dan
Penyaluran Dana
Perbankan Beserta
Peramalannya
Oleh : (Akhmad Deni
Mardiansyah, 2004)
Tesis
Institut Pertanian
Bogor
Jenis Penelitian:
Penlitian ini
bersifat
Kuantitatif
dengan data
skunder
Teknik
Analisis:
ekonometrika
melalui analisis
regresi linier
berganda
Sample Objek :
Perbankan
Syariah
Variabel :
Sama-sama
menggunakan
PDB riil dan
inflasi sebagai
variabel
bebasnya, dan
DPK sebagai
variabel
terikatnya.
Objek : Sama-
sama
menggunakan
data sekunder dan
sampel penelitian
seluruh
perbankan
syariah di
Indonesia (tidak
termasuk BPRS)
Variabel:
Terdapat variabel yang
berbeda yaitu BI Rate,
kurs, dan IHSG
sedangkan variabel
terikatnya DPK dan
pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil
sedangkan Pada penelitian
terdahulu menggunakan
jumlah seluruh jenis
pembiayaan.
Metode analisis data :
analisis regresi linier
berganda dan analisis time
series dengan metode
dekomposisi, adapun pada
penelitian sekarang
menggunakan analisis
jalur (Path Analysis)
Periode penelitian:
penelitian sekarang di
mulai bulan Januari tahun
2011 hingga Desember
2018
Hasil penelitian :
1. Nisbah laba per DPK,
NPF, GDP riil, inflasi,
dan suku bunga
deposito riil perbankan
konvensional secara
signifikan berpengaruh
terhadap jumlah DPK
perbankan syariah.
2. lending capacity,
nisbah laba per
pembiayan, NPF, rata-
rata suku bunga kredit
perbankan
konvensional secara
signifikan berpengaruh
terhadap volume
pembiayaan yang
disalurkan perbankan
syariah.
3. tingkat bonus SWBI
tidak memperlihatkan
pengaruhnya secara
signifikan.
Analisis Pengaruh
Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar,
Inflasi, dan Jumlah
Uang Beredar (M2)
terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) serta
Implikasinya pada
Pembiayaan
Mudharabah di
Indonesia
Penelitian (Achmad
Thohari, 2010)
Jenis Penelitian:
kuantitatif
dengan data
sekunder
Teknik
Analisis:
metode analisis
jalur dengan
model struktural
dengan bantuan
program AMOS
16,0,
Variabel :
Sama-sama
menggunakan
nilai tukar rupiah
dan inflasi
sebagai variabel
eksogennya, dan
dana pihak ketiga
sebagai variabel
endogennya.
Sama-sama
menggunakan
metode analisis
Variabel :
variabel eksogen pada
penelitian sekarang
menggunakan lima
variabel eksogen yaitu BI
Rate, inflasi, kurs, dan
PDB riil dan IHSG
penelitian sekarang
menggunakan variabel
DPK dan pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah dan
musyarakah) sebagai
Hasil Penelitian :
1. variabel jumlah uang
beredar (M2) memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
dana pihak ketiga
2. variabel inflasi dan
nilai tukar rupiah
terhadap Dollar USA
memiliki pengaruh
yang negatif dan
signifikan terhadap
65
Sample Objek :
Perbankan
Syariah
Indonesia
jalur (path
analysis).
variabel endogenny.
Metode penelitian :
menggunakan program
AMOS 16,0 dengan data
triwulan mulai bulan
Juni tahun 2004 hingga
bulan Juli tahun 2010,
sedangkan pada penelitian
sekarang menggunakan
program SPSS
menggunakan data
bulanan mulai bulan
Januari tahun 2011 hingga
bulan Desember 2018.
dana pihak ketiga pada
perbankan syariah
3. jumlah uang beredar
(M2) dan dana pihak
ketiga (DPK) memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
pembiayaan
mudharabah pada
perbankan syariah di
Indonesia.
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Pengaruh Indikator
Makroekonomi
Terhadap Dana Pihak
Ketiga dan
Pembiayaan Bank
Syariah Mandiri
Oleh : (Ari
Cahyono, 2009)
Tesis
Universitas
Indonesia
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
dengan data
sekunder
Teknik
Analisis:
Data Sekunder
dengan metode
analisis yang
digunakan yaitu
analisis regresi
linier berganda.
Sample Objek :
Bank Syariah
Mandiri
Variabel :
Sama-sama
menggunakan
variabel inflasi,
BI Rate kurs, dan
PDB riil sebagai
variabel
bebasnya, dan
DPK sebagai
variabel
terikatnya.
Sama
menggunakan
jenis data
sekunder dengan
time series
Variabel :
Variabel terikat yang
digunakan pada penelitian
terdahulu
menggunakan DPK dan
pembiayaan (mudharabah
dan murabahah)
sedangkan pada
penelitian sekarang
menggunakan variabel
DPK dan pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah dan
musyarakah).
Objek Sampel :
penelitian terdahulu hanya
meneliti Bank Syariah
Mandiri dengan periode
mulai bulan Maret tahun
2003 hingga bulan
Desember tahun 2007,
sedangkan penelitian
sekarang ini sampel
penelitiannya adalah
seluruh bank syariah di
Indonesia (bank umum
syariah dan unit usaha
syariah) mulai bulan
Hasil penelitian:
1. indikator
makroekonomi
memberikan pengaruh
terhadap DPK dan
Pembiayaan Bank
Syariah Mandiri
2. suku bunga SBI
memberikan pengaruh
negatif, sedangkan
inflasi, kurs, IHSG,
dan PDB memberikan
pengaruh yang positif.
3. PDB memberikan
pengaruh positif yang
paling besar terhadap
Dana Pihak Ketiga dan
Pembiayaan Bank
Syariah Mandiri
66
Januari tahun 2011 hingga
bulan Desember 2018.
Metode analisis :
peneltian terdahulu
menggunakan analisis
regresi linier berganda,
sedangkan pada penelitian
sekarang menggunakan
metode analisis jalur
(Path Analysis).
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Pengaruh Variabel-
Variabel
Makroekonomi
Terhadap Dana
Pihak Ketiga
Perbankan Syariah
Di Indonesia
Periode 2011:1-
2014:12 Pendekatan
Vector Error
Correction Model
(Vecm)
Oleh : BETHARI
FEBIANDA (2015)
Jurusan Ilmu
Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis,
Universitas
Muhammadiyah
Yogjakarta
Jenis penelitian:
Kuantitaif
dengan data
skunder
Teknik
Analisis:
menggunakan
analisis regresi
linear berganda
Dengan Alat
estimasi Vector
Error
Correction
Model
(VECM).
Objek Sample:
Perbankan
Syariah Periode
2011:1-2014:12
Variabel :
Sama-sama
menggunakan
variabel
Independen:
Kurs rupiah,
PDB, dan
sebagai variabel
dependen nya
DPK,
menggunakan
data sekunder
(Time Series)
pada perbankan
syariah.
Variabel :
variabel terikatnya yaitu
DPK dan pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi
hasil.
Metode analisis:
data yang digunakan
pada penelitian terdahulu
menggunakan analisis
regresi linier berganda
dengan VECM,
sedangkan pada
penelitian sekarang
menggunakan metode
analisis jalur(Path
Analisis).
Periode penelitian:
penlitian
sekarang mulai bulan
Januari tahun 2011
hingga bulan Desember
2018
Hasil penelitian:
1. jangka pendek variabel
KURS, IHK dan PDB
berpengaruh signifikan
terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Perbankan Syariah di
Indonesia
2. jangka panjang hasil
estimasi menunjukkan
bahwa variabel KURS,
IHK, dan PDB
berpengaruh signifikan
terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Perbankan Syariah di
Indonesia
Are Macroeconomic
Factors Substantially
Influential For
Islamic Bank
Financing? Cross-
Country Evidence
Oleh : (Shamsun
Nahar & Niluthpaul
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
dengan data
sekunder
Teknik
Analisis:
Penelitian ini
menggunakan
Variabel :
Sama sama
meneliti variabel
makroekonomi
dan Pendanaan
(DPK)
Objek : sama
sama bank islam
Variabel :
Terdapat variabel yang
beda yaitu BI Rate,
IHSG, dan Pembiayaan
berbasis bagi hasil.
Objek : Perbankan
syariah indonesia
periode 2014-2018
Hasil Penelitian :
1. Tingkat pertumbuhan
PDB dan tingkat inflasi
memiliki hubungan
positif yang signifikan
dengan pembiayaan
bank syariah
2. pengaruh nilai tukar
pada pembiayaan bank
67
Sarker, 2016)
Publish : OSR
Journal of Business
and Management
(IOSR-JBM)
e-ISSN: 2278-487X,
p-ISSN: 2319-7668.
Volume 18, Issue 6
Ver. I (Jun. 2016),
PP 20-27
www.iosrjournals
.org
metode regresi
FGLS untuk
menganalisis
ketidakseimban
gan
Objek Sample :
data panel 172
bank Islam dari
48 negara
Muslim dan
Non-Muslim
yang memenuhi
kriteria seleksi
dan setidak nya
memiliki data
keuangan tiga
tahun yang
dapat diperoleh
untuk periode
yang mencakup
2004 hingga
2013.
Jenis penelitian:
sama sama
kuantitatif dan
data sekunder
sedangkan peneliti
sebelum nya mengambil
populasi 48 negara
dengan periode 2004-
2013
Metode : menggunakan
Path Anaysis sedangkan
sebelumnya
menggunakan Regresi
FGLS
syariah ditemukan
negatif, dan seperti
yang diharapkan bank
syariah pembiayaan
ditemukan signifikan
positif untuk negara-
negara dengan populasi
Muslim mayoritas
3. secara mengejutkan
dan tidak konsisten
dengan laporan umum
tentang pertumbuhan
luar biasa dari bank
syariah setelah global
krisis keuangan, studi
ini menemukan hasil
yang tidak signifikan
untuk volume
pembiayaan bank
syariah selama posting
periode krisis
keuangan global
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
The Impact Of
Macroeconomic
Variables On
Islamic Banks
Financing In
Malaysia
Oleh : (Solarin
Sakiru Adebola,
Prof. Wan Sulaiman
Wan Yusoff, Dr.
Jauhari Dahalan ,
2011)
Publish : Research
Journal of Finance
and Accounting
www.iiste.org
ISSN 2222-1697
(Paper) ISSN 2222-
2847
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
dengan data
skunder tim
series
Teknik
Analisis:
Menggunakan
metode
kausalitas
Granger di
kerangka model
koreksi
kesalahan
vektor (VECM)
Objek Sample :
Bank Malaysia
Variabel:
sama- sama
menggunakan
variable Macro
Economic , dan
pembiayaan
Obyek : sama
sama perbankan
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
- variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu Dana Pihak Ketiga,
Pembiayaan berbasis
bagi hasil, PDB riil, dan
Inflasi, pada peneliti
sebelumnya.
Objek penelitian yaitu
bank syariah Indonesia
dengan periode 2014-
2018 sedangkan peneliti
sebelumnya berfokus
pada bank Islam
Malaysia
Teknik analisis :
Menggunakan analisis
Path sedangkan peneliti
sebelumnya
Menggunakan metode
1. suku bunga secara
signifikan
mempengaruhi bank-
bank Islam dalam
pembiayaan di negara
Malaysia
2. pembiayaan bank
syariah lebih saling
melengkapi dari pada
menggantikan
pembiayaan bank
konvensional
3. bank syariah di
Malaysia harus
mengakomodasi lebih
banyak produk untung
dan rugi agar lebih
bebas bunga
68
2. Penelitian Terdahulu berpengaruh Signifikan Moderat
(Online) Vol 2, No
4, 2011)
kausalitas Granger di
kerangka model koreksi
kesalahan vektor
(VECM)
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga
(Dpk), Non
Performing Financing
Dan Tingkat Suku
Bunga Krdit
Terhadap
Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil
(Mudharabah) Pada
Perbankan Syariah
Indonesia
Oleh :(Herni Ali &
Miftahurrohman,
2015)
Publish :
(The Journal of
Tauhidinomics Vol. 1
No. 2 (2015) : 151-
166)
Jenis Penelitian:
menggunakan
metode
kuantitaif
dengan data
sekunder.
Teknik
Analisis:
metode analisis
yang digunakan
regresi linear
berganda
Sample:
Perbankan
Syariah
Indonesia
periode 2011-
2014
Variabel :
Sama sama
menggunakan
variabel BI Rate,
Dana Pihk Ketiga
(DPK), dan
pembiayaan
berbasis bagi
hasil
Tekhnik :
menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
Obyek :
penelitian yaitu
perbankan
Syariah
Variabel :
yang berbeda yaitu PDB
riil, IHSG, dan kurs (niai
tukar), dan inflasi pada
peneliti sebelumnya,
serta memasukkan
tambahan variabel
pembiayaan bagi
hasil(musyarakah)
Menggunakan analisis
jalur (Path Analysis)
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan analisis
regresi linear berganda
Objek penelitian yaitu
perbankan syariah
dengan periode 2014-
2018 dengan tidak
mengikutkan BPRS
sedangka peneliti
sebelumnya perbankan
syariah, Fokus pada
Bank Umum Syariah
dengan periode 2011-
2014
Hasil penelitian :
1. DPK yang ditemukan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pembiayaan
mudharabah
2. non performing
financing (NPF) tidak
berpengaruh terhadap
pembiayaan
mudharabah
3. suku bunga
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pembiayaan
mudharabah
4. Secara Simultan DPK,
NPF, Bi rate
berpengaruh terhadap
pembiayaan
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Analisis Hubungan
Variabel Makro
Dengan
Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga Di
Perbankan Umum
Jenis penelitian:
Kuantitatif
Data yang
digunakan
adalah data
sekunder
periode Januari
Variabel:
sama sama
mnggunakan
inflasi, nilai tukar
dan Bi Rate
dengan
penghimpunan
Variabel :
yang berbeda yaitu PDB
riil, IHSG, dan inflasi
pada peneliti sebelumnya
Menggunakan analisis
jalur Path sedangkan
Hasil penelitian :
1. uji variabel dana
pihak ketiga tidak
memiliki hubungan
kausalitas dengan
variabel inflasi dan
69
Oleh : (Danil
Maulana &
Fakhruddin, 2017)
Publish :
(Jurnal Ilmiah
Mahasiswa (JIM)
Ekonomi
Pembangunan
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Unsyiah
Vol.2 No.1 Februari
2017: 227-238 227)
2005 sampai
Desember 2015.
Teknik
Analisis:
Model yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah Vector
Autoregression
(VAR).
Sample :
Perbankan
Umum
dana pihak ketiga
(DPK)
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
peneliti sebelumnya
menggunakan analisis
VAR (Vector
Autoregression)
Objek penelitian yaitu
perbankan syariah
dengan periode 2014-
2018 sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan pada bank
umum dengan periode
2005-2015
nilai tukar,
2. variabel dana pihak
ketiga dengan variabel
suku bunga deposito
terdapat hubungan satu
arah.
3. Uji Impulse Response
Function (IRF) : dana
pihak ketiga merespon
secara negatif terhadap
shock variabel inflasi
dan merespon secara
positif terhadap shock
variabel suku bunga
deposito.
4. shock variabel nilai
tukar, dana pihak
ketiga merespon secara
fluktuatif (positif dan
negatif) dalam jangka
pendek.
5. Uji Forecast Error
Variance Decompositi
on (FEVD) : shock
variabel suku bunga
deposito memberikan
pengaruh yang paling
besar kepada variabel
dana pihak ketiga
dibanding variabel
inflasi dan nilai tukar
selama periode
penelitian
Analisis Pengaruh
Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan BI Rate
terhadap Tabungan
Mudharabah pada
Perbankan Syariah
Penelitian (Friska
Julianti, 2013)
Jenis Penelitian:
kuantitatif
dengan data
sekunder
Teknik analisis:
menggunakan
teknik analisis
regresi linier
berganda.
Sample Objek :
Variabel :
Sama-sama
menggunakan
variabel inflasi,
nilai tukar rupiah,
dan BI Rate
sebagai variabel
bebasnya,
Objek :
perbankan
syariah
Variabel :
penelitian terdahulu
menggunakan tabungan
deposito sebagai variabel
terikatnya, maka pada
penelitian sekarang
variabel terikatnya yaitu
DPK dan pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi
hasil.
Metode analisis:
pada penelitian
Hasil penelitian :
1. variabel inflasi
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
tabungan mudharabah
2. Variabel nilai tukar
(kurs) tidak
mempunyai pengaruh
terhadap tabungan
mudharabah.
70
Perbankan
Syariah
Jenis penelitian :
kuantitatif
menggunakan
data sekunder.
terdahulu menggunakan
analisis regresi linier
berganda, sedangkan
pada penelitian sekarang
menggunakan metode
analisis jalur.
Periode penelitian:
peneliti terdahulu,
periode mulai bulan
Agustus tahun 2008
hingga bulan Agustus
tahun 2012, sedangkan
penelitian sekarang
adalah dengan periode
penelitian mulai bulan
Januari tahun 2011
hingga bulan Desember
2018
3. variabel BI Rate
berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
tabungan mudharabah.
.
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Pengaruh BI Rate,
Inflasi, Kurs, Dan
Pdb Riil Terhadap
DPK dan
Pembiayaan
Berdasarkan Prinsip
Bagi Hasil Pada
Perbankan Syariah Di
Indonesia Periode
2009-2014
Oleh : (Iswadi, 2015)
jurnal
studiaeconomica/artic
le/view/240
Jenis Penelitian:
Menggunakan
kuantitaif,
dengan data
sekunder
Menggunakan
data Time series
triwulan
Teknik
Analisis:
metode analisis
jalur dengan
bantuan
program SPSS
Objek Sample :
Perbankan
Syariah
Variabel :
Sama sama
menggunakan
variabel
macroekonomi
(BI rate, Inflasi,
Kurs, Pdb) dan
dpk serta
pembiayaan
Sama sama
menggunakan
path analyisis
Objek :
perbankan
Syariah
Variabel :
perbedaan penelitian
terdahulu dengan
penelitian sekarang
variabel Bebas nya yaitu
IHSG (Indeks Harga
Saham Gabungan)
Menggunakan data time
series Bulanan
sedangkan peneliti
sebelumnya caturwulan
Metode analisis data
yang digunakan metode
analisis jalur (Path
Analisis) dengan model
struktural
Periode penelitian
sekarang mulai bulan
Januari tahun 2011
hingga bulan Desember
2018
Hasil penelitian :
1. Variabel BI Rate, Kurs
dan PDB Riil secara
simultan berpengaruh
signifikan terhadap
DPK pada Perbankan
Syariah di Indonesia.
2. BI Rate memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap
DPK
3. Kurs memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
DPK,
4. PDB Riil memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
DPK
5. setelah trimming,
variabel BI Rate,
Inflasi dan Dana Pihak
Ketiga secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan
71
berdasarkan prinsip
bagi hasil pada
Perbankan Syariah di
Indonesia
6. BI Rate memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap
pembiayaan
berdasarkan prinsip
bagi hasil.
7. inflasi memiliki
pengaruh negatif
terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip
bagi hasil
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
The Impact of
Macroeconomic
Factors on Credit
Risk in Conventional
Banks and Islamic
Banks: Evidence
from Indonesia
Oleh : Huey-Yeh
Lin1 , Nuraeni
Hadiati Farhani1 &
Meihua Koo2
(2016)
International
Journal of Financial
Research Vol. 7,
No. 4; 2016)
http://ijfr.sciedupres
s.com
Jenis Penelitian:
Panel data telah
digunakan
untuk
melakukan
analisis empiris
Teknik
Analisis:
Menggunakan
model regresi
OLS.
Objek Sample :
Sampel
penelitian
terdiri dari data
triwulanan dari
91 bank
konvensional
dan 11 Bank
Islam,
dari 2008
hingga 2015
Variabel:
sama- sama
menggunakan
variabel BI Rate,
Inflasi, kurs, dan
pmbiayaan
Obyek : sama
sama perbankan
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu PDB riil, IHSG,
dan (niai tukar) serta
pembiayaan bagi hasil
pada peneliti
sebelumnya.
Objek penelitian yaitu
bank syariah dengan
periode 2014-2018
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan pada bank
konvensional dan bank
syariah
Menggunakan analisis
Path sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan analisis
Model regresi OLS
Hasil Penelitian :
1. Hasil empiris
menunjukkan bahwa
bank syariah lebih
tahan selama krisis,
dan hanya dua
variabel (Nilai Tukar
dan Money Supply)
yang signifikan
terhadap risiko kredit
di bank syariah
2. bank konvensional
hampir semua
variabel signifikan
kecuali Indeks
Produksi Industri
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Pengaruh Faktor
Makro Ekonomi
Terhadap
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
Dengan data
Variabel:
sama- sama
menggunakan
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu PDB riil, IHSG,
Hasil Penelitian :
1. inflasi berpengaruh
negatif namun tidak
72
Penghimpunan Dana
Pada Bank Umum
Di Indonesia
Oleh : Sutono &
Batista Sufa Kefi
(2013)
Jurnal Ekonomi
Manajemen
Akuntansi –
ISSN 0853 – 8778
No. 34 / Th. XX /
April 2013
sekunder
Teknik
Analisis:
menggunakan
analisis regresi
linear berganda
Objek Sample :
Bank Umum Di
Indonesia
variabel Makro
ekonomi dan
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Obyek : sama
sama perbankan
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
dan pembiayaan berbasis
bagi hasil pada peneliti
sebelumnya.
Objek penelitian yaitu
bank syariah dengan
periode 2014-2018
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan bank
Umum Indonsia
Menggunakan analisis
jalur sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan analisis
regresi linear berganda
signifikan terhadap
DPK
2. Kurs berpengaruh
positif namun tidak
signifikan terhadap
DPK.
3. suku bunga SBI
berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
DPK
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Analisis Pengaruh
Makro Ekonomi
Terhadap Dana
Pihak Ketiga (Dpk)
Pada Bank Umum
Dan Bank Syariah
Di Kabupaten
Lamongan
Oleh : moch. Zaid al
kharis (2014)
Tesis
universitas
pembangunan
nasional ”veteran”
jawa timur
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
dengan data
sekunder
Triwulan
Teknik
Analisis:
Menggunakan
Analisis Regresi
Linear
Berganda
Objek Sample :
Bank Umum
dan Bank
Syariah di Kab.
Lamongan
Variabel:
sama- sama
menggunakan
Variabel Makro
Ekonomi (BI
Rate, Inflasi,
kurs, dan Dana
Pihak Ketiga
(DPK) sebagai
Obyek : sama
sama perbankan
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu PDB riil, IHSG,
dan pembiayaan berbasis
bagi hasil pada peneliti
sebelumnya.
Objek penelitian yaitu
bank syariah dengan
periode 2014-2018
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan bank
umum dan bank syariah
di kabupaten lamongan
saja.
Menggunakan analisis
jalur (path Amalyisis)
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan analisis
regresi linear berganda
Hasil Penelitian :
1. pengujian hipotesis
secara simultan
variabel bebas, yaitu
Inflasi (X1), Kurs
(X2), dan Suku bunga
SBI (X3) berpengaruh
signifikan terhadap
variabel terikatnya
Dana Pihak Ketiga
(DPK) Bank Umum
(Y1) dan Dana Pihak
Ketiga Bank Syariah
(Y2),
2. secara parsial, variabel
yang tidak berpengaruh
secara signifikan
adalah Inflasi (X1) dan
Suku Bunga SBI (X3)
terhadap Dana Pihak
Ketiga baik pada Bank
umum,maupun bank
Syariah
3. Variabel Tingkat Suku
Bunga SBI
73
berpengaruh secara
signifikan terhadap
Dana Pihak Ketiga
baik pada Bank
umum,maupun bank
Syariah
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Pengaruh Kurs,
Inflasi, Dana Pihak
Ketiga (Dpk), Dan
Pendapatan Bank
Terhadap
Pembiayaan Pada
Bank Umum
Syariah Devisa
Periode 2014-2016
Oleh :
SUPRIHATIN
(2017)
Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis
Surakarta
Jenis Penelitian :
metode
penelitian
kuantitatif,
dengan data
Sekunder
Teknik Analisis:
analisis
menggunakan
metode regresi
linier berganda.
Sedangkan
untuk mengolah
data
menggunakan
program (SPSS)
for Windows
versi 20.0.
Objek Sample :
Bank Umum
Syariah Devisa
Periode 2014-
2016
Variabel :
sama- sama
menggunakan
variabel Kurs,
Inflasi, Dana
Pihak Ketiga
(Dpk), Dan
Pembiayaan
Obyek : sama
sama perbankan
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
Variabel:
Terdapat yang berbeda
yaitu PDB riil, IHSG,
dan BI rater pada
peneliti sebelumnya.
Objek penelitian yaitu
perbankan syariah
Indonesia dengan
periode 2014-2018
sedangkan peneliti
sebelumnya Bank
Umum Syariah Devisa
Periode 2014-2016
Menggunakan Teknik
analisis jalur (Path
Analysis) sedangkan
peneliti sebelumnya
menggunakan Metode
regresi linear berganda
dengan SPSS
Hasil Penelitian :
1. uji F menunjukkan
bahwa secara simultan
variabel independen
kurs, inflasi, DPK, dan
pendapatan bank
berpengaruh terhadap
pembiayaan.
2. secara parsial dengan
menggunakan uji t
diperoleh inflasi dan
pendapatan bank tidak
berpengaruh terhadap
pembiayaan dengan
tingkat signifikansi
0,643 dan 0,531
3. kurs dan dana pihak
ketiga (DPK)
berpengaruh terhadap
pembiayaan karena
tingkat signifikansinya
sebesar 0,030 dan
0,044 < α (0,05)
4. Nilai R Square (R2 )
sebesar 0,441
menunjukkan, bahwa
sebesar 44,1%
pembiayaan dapat
dijelaskan oleh setiap
variabel independen
yang terdapat dalam
penelitian, sedangkan
sisanya sebesar 55,9%,
dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak
74
3. Penelitian Terdahulu Tidak berpengaruh Signifikan
termasuk dalam model
penelitian.
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil
Pengaruh Dana
Pihak Ketiga,
Tingkat Bagi Hasil
Dan Non
Performing
Financing Terhadap
Volume Dan Porsi
Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil
Pada Perbankan
Syariah Di
Indonesia
Oleh : Lintang
Nurul Annisa Rizal
Yaya (2015)
Publish : Jurnal
SHARE | Volume 4 |
Number 1 | January
- June 2015
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
dengan data
sekunder
Teknik Analisis
: Metode
analisis data
menggunakan
analisis regresii
linear berganda.
Objek Sampel :
Sampel yang
digunakan
adalah tujuh
bank umum
syariah dengan
objek penelitian
laporan
keuangan
triwulan dari
Juni 2010
hingga
September 2013
Variabel:
sama- sama
menggunakan
variabel Dana
Pihak Ketiga dan
Pembiayaan
Berbasis Bagi
Hasil
Obyek : sama
sama perbankan
syariah
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu Makroekonomi
(PDB riil, IHSG, dan
kurs (niai tukar), BI Rate
dan Inflasi pada peneliti
sebelumnya.
Objek penelitian yaitu
bank syariah dengan
periode 2014-2018
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan pada bank
syariah triwulan dari
Juni 2010 hingga
September 2013
Menggunakan analisis
Path sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan analisis
regresi linear berganda
Hasil Penelitian:
1. aspek volume, variabel
DPK, tingkat bagi hasil
dan NPF periode lalu
berpengaruh signifikan
terhadap volume
pembiayaan berbasis
bagi hasil periode
berikutnya.
2. Pada aspek proporsi
ditemukan bahwa
hanya variabel tingkat
bagi hasil penyaluran
pembiayaan periode
lalu yang berpengaruh
signifikan terhadap
porsi pembiayaan
berbasis bagi hasil
periode berikutnya
Penleitian atau
Jurnal
Metode
Penelitian Kesamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga
Dan Nilai Tukar
Terhadap
Pembiayaan Dengan
Dana Pihak Ketiga
Sebagai Variabel
Intervening
Perbankan Syariah
Di Indonesia 2013 –
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
dngan data
sekunder time
series
(Triwulan)
Teknik
Analisis:
Path Analyisis
Variabel:
sama- sama
menggunakan
variabel Inflasi,
Suku Bunga Dan
Nilai Tukar,
Pembiayaan dan
DPK
Obyek : sama
Variabel :
Terdapat yang berbeda
yaitu PDB riil, IHSG,
dan pembiayaan berbasis
bagi hasil
Periode penelitian yaitu
bank syariah dengan
periode 2014-2018
sedangkan peneliti
1. inflasi, suku bunga dan
nilai tukar tidak
berpengaruh terhadap
jumlah pembiayaan,
pembiayaan
mudharabah,
pembiayaan
musyarakah dan
pembiayaan
murabahah.
75
Diolah oleh penulis (2018)
2.11. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh ekonomi
Makro terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta dampaknya terhadap pembiayaan
berbasis bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah) pada perbankan syariah di
indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung Melalui Analisis jalur
(Path Analysis) yang mengacu pada penelitian terdahulu dengan menggunakan
data time series periode januari 2014 - Desember 2018, adapun kerangka
berfikirnya yaitu sebagai berikut:
2017
Oleh : MUHAMAD
KAVA NASIKIN
(2018)
IAIN SALATIGA
dengan Program
Eviews
Objek Sample :
Perbankan
Syariah
sama perbankan
syariah
Menggunakan
metode
kuantitatif
dengan data
sekunder
sebelumnya Perbankan
Syariah Di Indonesia
2013 – 2017
Menggunakan analisis
Path dengan struktural
sedangkan peneliti
sebelumnya
menggunakan path
analysis dengan program
eviews
2. Dana pihak ketiga
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
jumlah pembiayaan,
pembiayaan
musyarakah dan
pembiayaan
murabahah. Namun,
dana pihak ketiga tidak
berpengaruh terhadap
pembiayaan
mudharabah.
3. Hasil analisis jalur
menunjukkan bahwa
dana pihak ketiga tidak
dapat memediasi
pengaruh inflasi, suku
bunga dan nilai tukar
terhadap jumlah
pembiayaan,
pembiayaan
mudharabah,
pembiayaan
musyarakah dan
pembiayaan
murabahah.
76
Gambar 2.5
kerangka berfikir Penelitian
Keterangan:
X1 = Inflasi X2 =BI Rate X3 = Kurs X4 = PDB riil
X5 = IHSG Y = Dana pihak ketiga (DPK)
Z = Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil = Standar error
UJI ASUMSI KLASIK
1. UJI
Normalitas
2. Uji
Autokorelasi
3.Uji
Multikolinearitas
4. Uji
Heterokedasitas
UJI DETERMINASI (R2)
UJI SIMULTAN (UJI F)
UJI Parsial (UJI T)
Hasil dan Interprestasi Penelitian
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
77
2.12. Hipotesa
Berdasarkan tujuan penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh secara simultan Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil, IHSG
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Ho = 0 : Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil, IHSG tidak berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
Ha 0 : Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil, IHSG berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
2. Pengaruh secara simultan Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil, IHSG
terhadap Dana Pembiayaan Bagi hasil
Ho = 0 : Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil, IHSG tidak berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
Ha 0 : Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil, IHSG berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
3. Pengaruh secara Parsial Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
pembiayaan bagi hasil
H0 = 0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
Ha 0 : Inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
4. Pengaruh secara Parsial BI Rate terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
pembiayaan bagi hasil
78
H0 = 0 : BI Rate tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
Ha 0 : BI Rate berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
5. Pengaruh secara Parsial Kurs terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
pembiayaan bagi hasil
H0 = 0 : Kurs tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
Ha 0 : Kurs berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
6. Pengaruh secara Parsial PDB Riil terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
pembiayaan bagi hasil
H0 = 0 : PDB Riil tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
Ha 0 : PDB Riil berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
7. Pengaruh secara Parsial IHSG terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
pembiayaan bagi hasil
H0 = 0 : IHSG tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
Ha 0 : IHSG berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan pembiayaan bagi hasil
79
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris (empirical approach).
Pendekatan empiris adalah penelitian terhadap gejala-gejala sosial dan alam, yang
bertolak pada penggalian, pemaparan, penjelasan, penafsiran dan estmasi terhadap
gejala dan fenomena empiris. Umumnya metode yang digunakan pada penelitian
yang menggunakan pendekatan empiris adalah metode kuantitatif dan metode
kualitatif (Sugiyono, 2013).
Adapun dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis menelaah bagian-
bagian fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif
adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori
dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Dimana dalam penelitian ini
akan membahas pengaruh Inflasi (X1), BI Rate (X2), Kurs (Nilai Tukar rupiah)
(X3) dan PDB riil (X4) , IHSG (X5) terhadap DPK (Dana Pihak Ketiga) (Y) serta
Dampaknya terhadap Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Z).
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian seluruh BUS (bank
umum syariah) dan UUS (Unit Usaha syariah) di Indonesia. Lokasi penelitian ada
tiga tempat, yaitu Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Badan Pusat
Statistik.
80
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder
berupa data runtun waktu (time series). Menurut Wijaya, (2013 : 19) data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat
siap pakai dan juga mampu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan
walaupun dapat diolah lebih lanjut.
Dimana peneliti tinggal memanfaatkan data tersebut menurut
kebutuhannya. Peneliti menggunakan sumber data yaitu:
DATA SUMBER DATA
Produk Domestik Bruto (PDB Riil) BPS (Badan Pusat Statistik) dan
Kementerian Perdagangan
INFLASI Bank Indonesia / Div Moneter
Suku Bunga (BI Rate) Bank Indonesia / SEKI
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
(Kurs Rupiah) Bank Indonesia / SEKI
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IDX Pasar Modal / BEI
Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
Syariah
Otoritas Jasa Keuangan / Statistik
perbankan Syariah
Pembiayaan Bagi Hasil Musyarakah dan
Mudarabah
Otoritas Jasa Keuangan / Statistik
perbankan Syariah
Diolah penulis : 2018
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri
tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah di Indonesia, yaitu ada
202 bank. Yang meliputi bank umum syariah (14), unit usaha syariah (20) dan
81
bank pembiayaan rakyat syariah (168) pada 2018. Sedangkan sampel adalah
sebagian dari populasi yang diteliti (Supriadi, 2014). Dimana sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah dan unit usaha syariah yang ada
di Indonesia, yaitu ada 34 bank (14 BUS dan 20 UUS).
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling
dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling atau purposive
pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan
pertimbangan tertentu.
3.5. Definisi Operasional
Untuk memberikan batasan penelitian dalam memudahkan penafsiran
mengenai variabel-variabel yang digunakan, maka diperlukan penjabaran defenisi
operasional variabel, yakni sebagai berikut:
3.5.1.Variabel Eksogen
merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (endogen),baik
secara postifif maupun negatif, yaitu jika terdapat variabel eksogen,variabel
endogen juga hadir dengan setiap unit kenaikan dalam variabel eksogen, dan
terdapat pula kenaikan atau penuruan dalam variabel endogen. (Sugiyono,
2013). Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel eksogen yaitu:
a. Inflasi (X1) merupakan kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu atau
turunnya nilai uang yang terus menerus (Karim, 2017).
82
b. BI Rate / Repo Rate (X2) merupakan suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. (Bank Indonesia,
www.bi.go.id 2018).
c. Kurs (X3) nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu
yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain , dalam
hal ini harga mata uang Rupiah terhadap Dollar USA (Supriana, 2013).
d. PDB riil (X4) merupakan PDB riil adalah nilai barang dan jasa yang diukur
dengan menggunakan harga konstan (tanpa memperhatikan faktor inflasi).
PDB riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas
output jika jumlah berubah tetapi harga tidak (Mankiw, 2018 : 17).
e. IHSG (X5) IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) merupakan salah satu
indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai
indikator pergerakan tren pasar saham, yang menggambarkan kondisi pasar
pada suatu waktu, apakah aktif atau lesu (Martalena & Malinda, 2011).
3.5.2. Variabel Endogen
Variabel endogen ini adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat,karena adanya variabel bebas (Eksogen) (Sugiyono, 2013).
variabel endogen menjadi perhatian utama bagi peneliti, Maka dalam
penelitian ini yang menjadi variabel endogen adalah:
a. Dana pihak ketiga (Y) Adalah simpanan nasabah (Pihak Ketiga) dalam
bentuk tabungan, giro dan deposito berdasarkan prinsip syariah dalam
83
rupiah dan valas asing yang dihimpun bank syariah pada saat tertentu,
dinyatakan dalam miliyaran rupiah (Andraeny, 2011).
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Z) merupakan penyediaan
dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi
hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan sistem
bagi hasil (Undang-Undang No. 21 tahun 2008).
1. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi maka ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat
kelalaian si pengelola, tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian sipengelola, maka sipengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian (Antonio, 2017).
2. Sedangkan musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi kerjasama
(Karim, 2017).
84
3.6. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website
resmi Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI Rate, inflasi, kurs, PDB riil, IHSG,
dana pihak ketiga pada bank syariah dan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil. Data diambil dari Statistik Perbankan Syariah (SPS), Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia (SEKI), dan Badan Pusat Statistik dalam bentuk laporan
bulanan dan triwulan dalam periode Januari 2011 hingga Desember 2018.
Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Pustaka (Library Research). Penelitian ini mengumpulkan data dan
teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dengan
melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti
artikel, jurnal, buku dan penelitian terdahulu. Studi ini dilakukan untuk
mengumpulkan data pendukung sehingga mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang masalah yang sedang diteliti dan landasan teori untuk
menganalisisnya.
2. Studi Dokumentasi. Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen dapat berbentuk tulisan, foto/gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini
pengumpulan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-
bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang
digunakan merupakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series)
dengan skala perbulan yang diambil dari data bulanan historis yaitu Inflasi,
85
BI Rate, Kurs, PDB riil, IHSG, dana pihak ketiga, dan pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil yang diperoleh dari situs resmi Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik.
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis statistik deskriptif
Analisis deskriptif yaitu analisis yang ditunjukkan pada perkembangan dan
pertumbuhan dari suatu keadaan dan hanya memberikan gambaran tentang
keadaan tertentu dengan cara menguraikan tentang sifat-sifat dari objek penelitian
tersebut. Dalam hal ini penulisan dilakukan dengan menggunakan analisa
deskriptif, yaitu dengan membaca tabel-tabel, angka-angka yang tersedia
kemudian dilakukan uraian dan penafsiran.
3.7.2. Uji asumsi klasik
Seperti halnya dengan regresi linier berganda, pada analisis jalur juga akan
dilakukan uji asumsi klasik, karena analisis jalur merupakan perluasan dari regresi
linier berganda. Uji asumsi klasik dilakukan agar model regresi pada penelitian
signifikan dan representatif. Dalam analisis regresi berganda perlu menghindari
adanya penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam
penggunaannya. Sehingga sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik. Suatu model penelitian dikatakan cukup baik dan
dapat digunakan untuk memprediksi jika lolos serangkaian uji asumsi klasik yang
melandasinya. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan terdiri dari uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
86
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu jenis uji statistik untuk menentukan
apakah suatu populasi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2017). Model
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat
signifikasi dari nilai residual apakah terdistribusi secara normal atau tidak.
Dasar pengambilan keputusan pada uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), yaitu:
1) Jika nilai probabilitas nilai signifikansi > 0,05 berarti data residual
berdistribusi normal.
2) Jika nilai probabilitas nilai signifikansi < 0,05 berarti data residual tidak
berdistribusi normal.
Cara lain untuk menguji normalitas dapat dilakukan dengan melihat p-plot.
Adapun cara untuk melihat apakah data berdistribusi normal adalah dengan
melihat sebaran data di seputar garis diagonal. Data pada variabel yang digunakan
akan dinyatakan terdistribusi normal jika data tersebar mengikuti garis diagonal
atau garis linier.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
(korelasi) yang signifikan antar variabel bebas. Jika terdapat hubungan yang
cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas.
Hal ini tidak layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji multikolinieritas dengan SPSS
87
ditunjukkan lewat tabel Coefficient, yaitu pada kolom Tolerance dan kolom VIF
(Variance Inflated Factors). Tolerance adalah indikator seberapa banyak
variabilitas sebuah variabel bebas tidak bisa dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Antara variabel bebas dikatakan tidak terjadi korelasi jika nilai tolerance
lebih dari 10 persen dan memiliki nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi juga disebut Independent Errors digunakan untuk melihat
apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu (data time series). Uji ini dilakukan apabila data yang dianalisis
merupakan data time series. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
dalam suatu model penelitian dapat menggunakan uji Durbin Watson. Nilai
Durbin Watson yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Pada
= 5%, hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai
berikut:
1) Jika nilai Durbin Witson (DW) dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Jika nilai Durbin Witson (DW) diantara -2 sampai +2, berarti tidak
terdapat autokorelasi.
3) Jika nilai Durbin Witson (DW) diatas +2, berarti terdapat autokorelasi
negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bisa dilakukan jika data bersifat homoskedastisitas
yaitu kondisi dimana varians dari data adalah sama pada seluruh pengamatan,
sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika varian error untuk beberapa nilai X
88
tidak konstan atau berubah-ubah. Sebuah varian dikatakan homoskedastisitas jika
tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, sedangkan heteroskedastisitas terjadi ketika titik-
titik memiliki pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian
menyempit. Gejala heteroskedastisitas dapat diuji dengan metode Glesjer dengan
cara menyusun regresi antara nilai absolut residual dengan variabel bebas. Apabila
masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut
residual ( = 5%) maka dalam model tersebut tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas (nilai probabilitas variabel bebas (Sig) lebih besar daripada =
0,05 atau Sig > 0,05). Untuk mendeteksi ada dan tidaknya heteroskedastisitas
dapat menggunakan grafik plot yaitu antara prediksi variabel independen
(ZPRED) dengan residualnya (SDRESID).
3.7.3. Analisis Jalur (path analysis)
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur
(path analysis) model trimming dengan menggunakan SPSS. Analisis jalur
merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk menguji
kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan
oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah
yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap variabel
dalam model. Nilai regresi diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik
korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness-of-fit dihitung. Model terbaik
dipilih berdasarkan nilai goodness-of-fit (Ghozali, 2017).
Kelebihan memakai Analisis jalur merupakan pengembangan lebih
89
lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariat. Analisis jalur ingin menguji
persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen
sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel
mediating/intervening atau variabel antara.
Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung
antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel
dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel
dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa
besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel
intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan
langsung dan tidak langsung (Ghozali, 2017).
Sehingga dari penjelasan diatas, alasan peneliti menggunakan Path
Analysis yaitu Keunggulan Path Analysis dibandingkan analisis regresi berganda
yaitu:
1. Peneliti dapat secara simultan mengukur pengaruh variabel eksogen terhadap
variabel endogen.
2. Peneliti dapat menguji apakah model sudah cukup fit dengan data.
3. Peneliti dapat menguji model yang memiliki permasalahan multikolinieritas
(korelasi yang tinggi antara variabel eksogen).
4. Peneliti dapat melakukan pebandingan pengaruh langsung dan tidak langsung
dari variabel eksogen terhadap variabel endogen
5. Tekhnik analisis jalur ini sesuai yang akan digunakan dalam menguji
besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada
90
setiap diagram jalur dari hubungan kausalitas antar variabel X terhadap Y
serta dampaknya kepada Z. Analisis korelasi dan regresi merupakan dasar dari
perhitungan koefisien jalur dari penelitian yang ingin diteliti.
Pada diagram jalur digunakan dua jenis anak panah, yaitu; pertama, anak
panah satu arah yang menyatakan pengaruh langsung dari sebuah variabel eksogen
terhadap sebuah variabel endogen. Kedua, anak panah dua arah yang menyatakan
hubungan korelasional antara variabel eksogen (Riduwan & Kuncoro, 2014).
Adapun dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan model
trimming. Model trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki
suatu model struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel
eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan. Jadi, model trimming terjadi
ketika koefisien jalur diuji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak
signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih variabel yang tidak signifikan,
peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah dihipotesiskan.
Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang koefisien jalur tanpa
menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan.
Langkah-langkah pengujian analisis jalur model trimming sebagai berikut
(Riduwan & Kuncoro, 2014) :
a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
Hipotesis :
1) Inflasi, BI Rate, Kurs, PDB riil dan IHSG terhadap Dana Pihak Ketiga
H0: Inflasi, BI Rate, Kurs, PDB riil dan IHSG tidak berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
91
Ha: Inflasi, BI Rate, Kurs, PDB riil, dan IHSG berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Persamaan strukturalnya:
Y = pYX1 + pYX2 + pYX3 + pYX4 + pYX5 + 1
2) BI Rate, Inflasi, Kurs, dan PDB riil, IHSG dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
terhadap Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
H0: Inflasi, BI Rate, Kurs, PDB riil, IHSG dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
tidak berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pembiayaan
berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
Ha: Inflasi, BI Rate, Kurs, PDB riil, IHSG dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pembiayaan berdasarkan
Prinsip Bagi Hasil
Persamaan strukturalnya :
Z = pZX1 + pZX2 + pZX3 + pZX4 + pZX4 + pZX5 + 1
b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi
1) Menggambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan
rumuskan persamaan strukturnya yang sesuai dengan hipotesis. Berikut
diagram jalur lengkap
92
Gambar 3.1
Diagram Jalur Lengkap
Dilihat dari diagram jalur diatas, maka dapat diperoleh dua sub-struktur
linier sebagai berikut:
Substruktur1:
Gambar 3.2.
Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Y
93
Bila dirumuskan kedalam persamaan struktur matematis akan diperoleh
model sebagai berikut :
Y = pYX1 + pYX2 + pYX3 + pYX4 + pYX5 + 1
Keterangan:
Y = Dana pihak ketiga (DPK) X3 = Kurs
X1 = Inflasi X4 = PDB riil
X2 = BI Rate 1 = Residual error
X5 =IHSG
Substruktur II:
Gambar 3.3.
Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, X5 dan Y terhadap Z
Bila dirumuskan kedalam persamaan struktur matematis akan didiperoleh
model sebagai berikut:
Z = pZX1 + pZX2 + pZX3 + pZX4 + pZX5 + PYZ + 2
94
Keterangan:
Z = Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi Hasil
Y = Dana pihak ketiga (DPK)
X1 = Inflasi X2 = BI Rate
X3 = Kurs X4 = PDB Riil
X5 = IHSG 2 = Residual Error
2) Menghitung koefisien regresi untuk setiap sub-struktur yang telah
dirumuskan. Khusus untuk program SPSS menu analisis regresi,
koefisien path ditunjukkan oleh output yang dinamakan Coefficient yang
dinyatakan sebagai Standardized Coefficient atau dikenal dengan nilai
beta. Jika ada diagram jalur sederhana mengandung satu unsur hubungan
antara variabel eksogen dengan variabel endogen, maka koefisien path-
nya adalah sama dengan koefisien korelasi r sederhana.
c. Menghitung koefisien jalur secara simultan atau uji statistik F.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan atau keseluruhan. Uji secara simultan
(keseluruhan) hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
1) Kaidah pengujian signifikansi secara manual dengan menggunakan
tabel F. Rumus :
Keterangan : N = jumlah sampel
K = jumlah variabel eksogen
95
= R Square
Jika :
a) Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Dengan taraf signifikansi () = 5% atau 0,05.
b) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak
signifikan. Dengan taraf signifikansi ( ) = 5% atau 0,05.
2) Kaidah pengujian signifikansi dengan program SPSS.
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan.
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
d. Menghitung secara individual atau uji statistik t.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial atau individual. Secara individual uji statistik yang
digunakan adalah uji t. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi
hipotesis statistik sebagai berikut:
Ha : yx1 > 0
Ho : yx1 = 0
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi analisis jalur bandingkan antara
nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut:
96
1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
e. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel endogen. Nilai koefisien
determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel eksogen dalam menjelaskan variabel endogen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel eksogen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
endogen.
f. Menguji kesesuaian antar model analisis jalur
Uji kesesuaian model (goodness-of-fit) dimaksudkan untuk menguji
apakah model yang diusulkan memiliki kesesuaian (fit) dengan data atau tidak.
Shumacker dan Lomax serta Kusnendi mengatakan bahwa dalam analisis jalur
untuk suatu model yang disusulkan dikatakan fit dengan data apabila matriks
korelasi sampel tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi (reproduced
correlation matrix) atau korelasi yang diharapkan (expected correlation matrix).
Oleh karena itu, menurut Bachrudin dan Harapan Tobing rumusan hipotesis
statistik kesesuaian model analisis jalur dirumuskan seperti berikut.s
1) Ha : R R (). Artinya matriks estimasi berbeda dengan matriks korelasi
sampel.
97
2) Ho : R = R (). Artinya matriks korelasi estimasi tidak berbeda (sama)
dengan matriks korelasi sampel.
Shumacker dan Lomax memberikan petunjuk bagaimana menguji
kesesuaian model analisis jalur. Hal ini dapat digunakan uji statistik kesesuaian
model koefisien Q dengan rumus :
Keterangan :
Q = koefisien Q
R2M = koefisien determinasi multiple untuk model yang diusulkan.
R2M = 1- (1- R2
1).(1- R22).\...(1- R2
M)
M = koefisien determinan multiple R2M setelah koefisien jalur yang
tidak signifikan dihilangkan / M = R2M setelah dilakukan
trimming.
Apabila Q = 1, hal ini mengindikasikan model fit sempurna. Jika Q < 1,
untuk menentukan fit tidaknya model maka statistik koefisien Q perlu diuji
dengan statistik W yang dihitung dengan rumus:
Keterangan :
N = menunjukkan ukuran sampel.
d = banyaknya koefisien jalur yang tidak signifikan sama dengan
degree of freedom = derajat bebas.
Dasar pengambilan keputusan :
1) Jika Whitung ≥ 2 (df ; ), Artinya Ho ditolak (berarti matriks korelasi
sampel berbeda dengan matriks korelasi estimasi), maksudnya kedua
model tersebut signifikan
98
2) Jika Whitung ≤ 2 (df ; ), Artinya Ho diterima (berarti matriks korelasi
sampel tidak berbeda atau sama dengan matriks korelasi estimasi),
maksudnya kedua model tersebut tidak signifikan.
Keterangan : 2 adalah chi-kuadrat / chi-square
g. Merangkum ke dalam tabel
Setelah dilakuan pengujian dengan model triming maka semua hasil dari
pengujian dari substruktur 1 dan substruktur 2 dibentuk dlam skema dan
dirangkum kedalam tabel untuk melihat lebih jelas Variabel-Variabel yang
berpengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta total pengaruh antara
Makroekonomi terhadap dpk dan pembiayaan berbasis bagi hasil.
h. Memaknai dan menyimpulkan
Hasil dari skema dan rangkuman tabel tersebut dianalisis secara rinci ,
serta memaknai dari semua angka angka variabel yang telah di uji baik dari
substruktur 1 dan substruktur 2, sehingga bisa menyimpulkan tujuan hasil akhir
dari temuan temuan dari penelitian ini.
99
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
A. Profil Perbankan Syariah Indonesia
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank syariah
adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. (Bank Indonesia : www.bi.go.id. 2018).
Perkembangan perbankan syariah dimulai Tahun 1990, pada saat itu
Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan
Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di
Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih
mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990,
yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank
Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI
dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua
pihak yang terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah
berdirilah bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia
(BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991.
100
Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar
Rp.106.126.382.000,.
Gambar 4.1
Mileston perkembangan perbankan syariah
Sumber : OJK (diolah oleh penulis, 2019)
Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah
memperoleh perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional.
Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu hanya
101
diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil" pada
UU No.7 Tahun 1992 tanpa rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis
usaha yang diperbolehkan. Pada tahun 1998, pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat melakukan penyempurnaan UU No.7/1992 tersebut menjadi UU No.10
Tahun 1998, yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam
perbankan di tanah air (dual banking system), yaitu sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan syariah. Peluang ini disambut hangat
masyarakat perbankan, yang ditandai dengan berdirinya beberapa Bank Islam lain,
yakni Bank IFI, Bank Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega,
Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh dll.
Pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian
hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti: (i) UU No.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; (ii) UU No.19 tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (sukuk); dan (iii) UU No.42 tahun 2009 tentang
Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa. Dengan
telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan
syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.
Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,
dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional, sudah banyak
pencapaian kemajuan, baik dari aspek lembagaan dan infrastruktur penunjang,
perangkat regulasi dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi
102
masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem keuangan syariah kita
menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara internasional.
Pada akhir tahun 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan
berpindah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Maka pengawasan dan
pengaturan perbankan syariah juga beralih ke OJK. OJK selaku otoritas sektor
jasa keuangan terus menyempurnakan visi dan strategi kebijakan pengembangan
sektor keuangan syariah yang telah tertuang dalam Roadmap Perbankan Syariah
Indonesia 2015-2019. Roadmap ini diharapkan menjadi panduan arah
pengembangan yang berisi insiatif-inisiatif strategis untuk mencapai sasaran
pengembangan yang ditetapkan
Kegiatan bank syariah (Muhammad, 2017) merupakan implementasi dari
prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut:
1) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
2) Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time-value of money)
3) Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
4) Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
5) Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang
6) Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad
7) Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil dan Bank syariah
tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan.
Perkembangan perbankan syariah saat ini cukup menggembirakan, dimana
tercatat hingga tahun 2018 terdapat 14 Bank Umum Syariah, 20 Unit Usaha
Syariah dan 168 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan jika ditotalkan perbankan
103
syariah sebanyak 202 dengan jumlah keseluruhan jaringan kantor sebanyak 2670
unit. Dan saat ini tentunya perbankan syariah telah memiliki landasan hukum yang
kuat yang dapat mendorong perkembangannya lebih baik lagi serta pemerintah
yang sudah mulai intens memperhatikan perkembangan ekonomi syariah termasuk
lembaga keuangan syariah, dimana data perbankan syariah terakhir per desember
2018 marketshare nya mencapai 5,94% terdiri atas BUS memiliki porsi aset
sebesar 64,99%, sementara UUS sebesar 32,43% dan BPRS sebesar 2,58%.
Dengan nilai aset sebesar 489,69 triliun rupiah, dimana Indonesia menempati
posisi ke-9, pada Negara dengan Aset Perbankan Syariah Terbesar, di awal 2019
dengan total nasabah mencapai 23 juta Nasabah bank Syariah. Dan Perbankan
syariah tumbuh positif yaitu dari sisi Aset, DPK, maupun Pembiayaan dengan laju
pertumbuhan masing-masing sebesar 12,71%, 11,21%, dan 13,20%.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Deskriptif
a. Perkembangan Variabel Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara terus menerus pada
umumnya, atau turunnya nilai uang yang terus menerus. Pada penelitian ini Data
inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi bulanan, dimulai periode
Januari 2011 – Desember 2018. Data tersebut diperolah dari Statistik Ekonomi
dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui
situs www.bi.go.id.
104
Tabel 4.1 Inflasi
(dirubah dalam Desimal)
Sumber : Bank Indonesia (data diolah penulis, 2019)
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskriptif Inflasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Inflasi 96 .0279 .0879 .049954 .0169800
Valid N
(listwise) 96
Berdasarkan hasil uji analisis deskriptif pada tabel 4.3 terlihat bahwa inflasi
terendah terjadi pada bulan Agustus 2016 yaitu sebesar 0,0279 atau 2,79%,
sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2013 sebesar 0,0879 atau
8,79%, dan nilai rata-ratanya sebesar 0,049954 serta standar deviasi sebesar
0.0169800. Secara keseluruhan inflasi menurun tajam pada periode akhir
penelitian 2016. Penurunan tekanan inflasi ini tidak lepas dari penurunan harga
PERIODE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 7.02 % 3.65 % 4.57 % 8.22 % 6.96 % 4.14 % 3.49 % 3.25 %
Februari 6.84 % 3.56 % 5.31 % 7.75 % 6.29 % 4.42 % 3.83 % 3.18 %
Maret 6.65 % 3.97 % 5.90 % 7.32 % 6.38 % 4.45 % 3.61 % 3.40 %
April 6.16 % 4.50 % 5.57 % 7.25 % 6.79 % 3.60 % 4.17 % 3.41 %
Mei 5.98 % 4.45 % 5.47 % 7.32 % 7.15 % 3.33 % 4.33 % 3.23 %
Juni 5.54 % 4.53 % 5.90 % 6.70 % 7.26 % 3.45 % 4.37 % 3.12 %
Juli 4.61 % 4.56 % 8.61 % 4.53 % 7.26 % 3.21 % 3.88 % 3.18 %
Agustus 4.79 % 4.58 % 8.79 % 3.99 % 7.18 % 2.79 % 3.82 % 3.20 %
September 4.61 % 4.31 % 8.40 % 4.53 % 6.83 % 3.07 % 3.72 % 2.88 %
Oktober 4.42 % 4.61 % 8.32 % 4.83 % 6.25 % 3.31 % 3.58 % 3.16 %
Nopember 4.15 % 4.32 % 8.37 % 6.23 % 4.89 % 3.58 % 3.30 % 3.23 %
Desember 3.79 % 4.30 % 8.38 % 8.36 % 3.35 % 3.02 % 3.61 % 3.13 %
105
minyak internasional, sehingga harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia
relatif murah. Kenaikan inflasi secara tajam terjadi pada periode tahun 2013.
Meningkatnya tekanan inflasi tersebut terutama terjadi pada kelompok bahan
makanan, yang diakibatkan oleh kenaikan harga pangan secara global dan efek
ramadhan serta lebaran. Kondisi perekonomian tersebut membawa dampak pada
nilai inflasi yang cenderung berfluktuatif.
b. Perkembangan variabel BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. Data BI Rate yang digunakan pada penelitian ini adalah
perkembangan BI Rate perbulan, pad periode Januari 2011 – Desember 2018.
Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI)
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id
Tabel. 4.3 BI Rate
(dirubah dalam Desimal)
PERIODE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 6.50% 6.00% 5.75% 7.50% 7.75% 7.25% 4.75% 4.25%
Februari 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.75% 7.00% 4.75% 4.25%
Maret 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.50% 6.75% 4.75% 4.25%
April 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.50% 5.50% 4.75% 4.25%
Mei 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.50% 5.50% 4.75% 4.50%
Juni 6.75% 5.75% 6.00% 7.50% 7.50% 5.25% 4.75% 5.25%
Juli 6.75% 5.75% 6.50% 7.50% 7.50% 5.25% 4.75% 5.25%
Agustus 6.75% 5.75% 7.00% 7.50% 7.50% 5.25% 4.50% 5.50%
September 6.75% 5.75% 7.25% 7.50% 7.50% 5.00% 4.25% 5.75%
Oktober 6.50% 5.75% 7.25% 7.50% 7.50% 4.75% 4.25% 5.75%
Nopember 6.00% 5.75% 7.50% 7.75% 7.50% 4.75% 4.25% 6.00%
Desember 6.00% 5.75% 7.50% 7.75% 7.50% 4.75% 4.25% 6.00%
Sumber : SEKI Bank Indonesia (data diolah penulis, 2019)
106
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskriptif BI Rate
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BI Rate 96 .0425 .0775 .061432 .0113598
Valid N
(listwise) 96
Berdasarkan hasil uji analisis deskriptif pada tabel dapat dilihat bahwa BI
Rate terendah terjadi pada bulan September 2017- April 2018 yaitu sebesar 0,425
atau 4,25%, sedangkan BI rate tertinggi terjadi pada bulan November 2014 -
Februari 2015 sebesar 0,0775 atau 7,75%, dan nilai rata-rata BI Rate dari tahun
2011 hingga 2018 sebesar 0,061432 serta standar deviasinya sebesar 0,0113598.
Kebijakan menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI
Rate dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Beberapa dari faktor internal
tersebut adalah inflasi dan pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat. Selain dari faktor internal, dari sisi eksternal juga cukup mempengaruhi,
seperti harga bahan bakar minyak dan tingkat suku bunga di luar negeri.
Berdasarkan data yang telah dilampirkan di atas, terlihat dari awal tahun 2011
sampai pertengahan 2013, BI Rate terus mengalami penurunan hal ini dapat
dipahami sebagai respon terhadap tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia yang
juga ikut menurun serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang terus
mengalami penguatan. Dapat disimpulkan bahwa rata-ata kenaikan dan penurunan
tingkat Suku bunga di Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2018 selalu
berfluktuasi sesuai dengan perubahan setiap bulan. Pada agustus 2014, suku
bunga mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan ada kecenderungan yang
107
terjadi dari persaingan (pencarian) dana dan (penyaluran) kredit yang terjadi. Pada
april 2016, keputusan Bank Indonesia untuk memangkas atau menurunkan acuan
suku bunga, dengan harapan diikuti dengan pengurangan suku bunga kredit
perbankan serta likuiditas menyebar ke sector rill guna mendorong pertumbuhan
ekonomi.
c. Perkembangan Variabel Kurs
Nilai tukar mata uang/kurs adalah catatan harga pasar dari mata uang asing
dalam harga mata uang domestik. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
kurs transaksi tengah dari mata uang rupiah ke dolar US dengan perkembangan
kurs perbulan, periode Januari 2011 – Desember 2018. Data tersebut diperoleh
dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang dipublikasikan oleh
Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id. Dan dikuatkan dengan Data BPS
(Badan Pusat Statistik).
Tabel 4.5
Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar amerika ($/Rp)
PERIODE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 9057 9000 9698 12226 12625 13846 13343 13413
Februari 8823 9085 9667 11634 12863 13395 13347 13707
Maret 8709 9180 9719 11404 13084 13276 13321 13756
April 8574 9190 9722 11532 12937 13204 13327 13877
Mei 8537 9565 9802 11611 13211 13615 13321 13951
Juni 8597 9480 9929 11969 13332 13180 13319 14404
Juli 8508 9485 10278 11591 13481 13094 13323 14413
Agustus 8578 9560 10924 11717 14027 13300 13351 14711
September 8823 9588 11613 12212 14657 12998 13492 14929
Oktober 8835 9615 11234 12082 13639 13051 13572 15227
Nopember 9170 9605 11977 12196 13840 13563 13514 14339
108
Desember 9068 9670 12189 12440 13795 13436 13548 14481
Sumber : SEKI Bank Indonesia (data diolah penulis, 2019)
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskriptif Kurs
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kurs 96 8508 15227 11886 2002.420
Valid N
(listwise) 96
Berdasarkan hasil uji analisis deskriptif pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa
nilai kurs terendah terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu sebesar Rp.8.508, sedangkan
nilai kurs tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2018 yakni sebesar Rp.15.227.
Adapun nilai rata-ratanya sebesar Rp.11886 dengan standar deviasi 2002.420.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang mengalami
fluktuatif yang cenderung mengalami depresiasi. Pelemahan nilai tukar tersebut
dapat dipahami sebagai imbas dari kondisi perekonomian Indonesia yang terus
mengalami penurunan yang disebabkan oleh banyak faktor serta gejolak harga
minyak dunia yang berfluktuatif.
d. Perkembangan Variabel PDB Riil
Produk domestik bruto adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil dari
warga negara yang bersangkutan ditambah warga negara asing yang bekerja di
negara yang bersangkutan. Sedangkan PDB riil adalah nilai barang dan jasa yang
diukur dengan menggunakan harga konstan (tanpa memperhatikan faktor inflasi).
109
Data PDB Riil yang digunakan pada penelitian ini adalah perkembangan
PDB Riil perbulan, periode Januari 2011 – Desember 2018. Data tersebut
diperoleh dari kementerian perdagangan dan dikuatkan oleh Badan Pusat Statistik
melalui situs www.bps.id. Dikarenakan data PDB dalam bentuk triwulan, maka
data tersebut harus dirubah terlebih dahulu dalam bentuk bulanan dengan
melakukan interpolasi menggunakan bantuan software Eviews.
Tabel 4.7
Produk Domestik Brutto Riil (Milyar)
PERIODE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 602,821.90 679,303.80 735,021.20 825,863.10 899,736.80 971,639.80 1069,122.38 1176,385.17
Februari 611,091.50 686,436.80 743,646.90 832,262.20 907,560.70 981,822.21 1080,326.36 1188,713.23
Maret 620,441.70 695,597.70 753,810.30 841,752.30 919,181.80 994,884.55 1094,699.22 1204,528.08
April 630,751.30 711,420.80 765,524.10 857,806.70 941,22.59 1014,376.01 1116,146.22 1228,126.81
Mei 642,353.80 721,161.60 778,753.60 870,874.10 956,422.79 1030,757.73 1134,171.47 1247,960.50
Juni 655,128.00 729,454.50 793,511.40 884,427.70 971,241.52 1047,537.14 1152,634.33 1268,275.70
Juli 678,728.10 740,124.90 819,777.60 907,786.50 994,177.81 1075,564.92 1183,474.08 1302,209.54
Agustus 686,604.80 742,652.90 830,106.90 915,323.20 1001,804.37 1084,942.63 1193,792.64 1313,563.34
September 688,412.50 740,863.90 834,479.40 916,356.70 1002,640.21 1086,560.22 1195,572.52 1315,521.78
Oktober 671,896.00 723,138.00 822,778.30 897,996.00 996,685.34 1067,455.02 1174,550.53 1292,390.70
Nopember 670,756.80 721,429.90 822,824.80 895,691.90 983,939.74 1063,322.93 1170,003.87 1287,387.89
Desember 672,739.70 724,119.80 824,502.00 896,553.00 964,403.42 1061,159.98 1167,623.92 1284,769.17
Sumber : kemendag dan Badan Pusat Statistik (data diolah penulis, 2019)
Tabel 4.8
Hasil Uji Deskriptif PDB Riil
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PDB 96 602,821.90 1315,52178 927,2745.15 198989612707
Valid N (listwise) 96
110
Tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil uji deskriptif terhadap PDB Riil di
Indonesia periode Januari 2011 - Desember 2018. Pada tabel terlihat bahwa PDB
Riil terendah terjadi pada bulan Januari 2011 yaitu sebesar Rp.602.821,90 Milyar,
sedangkan nilai PDB Riil tertinggi terjadi pada bulan September 2018 yakni
sebesar Rp.1315.521,78 Milyar. Nilai rata-rata PDB Riil sebesar Rp.927,2745.15
(Milyar) serta standar deviasinya 198989612707.
Berdasarkan data PDB Riil yang telah dilampirkan pada tabel di atas,
tampak bahwa nilai pendapatan nasional Indonesia terus mengalami peningkatan.
Peningkatan ini tentu sangat bagus kontribusinya terhadap kondisi perekonomian
kita, hal itu dikarenakan pendapatan nasional menjadi salah satu indikator yang
mempengaruhinya. Semakin meningkatnya nilai PDB riil Indonesia telah
mengindikasikan bahwa nilai barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia terus
mengalami peningkatan yang secara langsung akan berimbas pada meningkatnya
jumlah pendapatan.
e. Perkembangan Variabel IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar
saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai indikator pergerakan
trend pasar saham, yang menggambarkan kondisi pasar pada suatu waktu, apakah
aktif atau sedang lesu. Data IHSG yang digunakan pada penelitian ini adalah
perkembangan data IHSG perbulan, periode Januari 2011 – Desember 2018. Data
tersebut diperoleh dari Lembaga IDX Pasar modal.
111
Tabel 4.9
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)/(Rupiah)
PERIODE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 3470 3985 4796 4620 5450 4771 5387 6597
Februari 3679 4122 4941 4768 5519 4845 5568 6189
Maret 3820 4181 5034 4840 5086 4839 5685 5995
April 3837 3833 5069 4894 5216 4797 5738 5984
Mei 3889 3956 4819 4879 4911 5017 5830 5799
Juni 4131 4142 4610 5089 4803 5216 5841 5936
Juli 3842 4060 4195 5137 4510 5386 5864 6019
Agustus 3549 4263 4316 5138 4224 5365 5901 5977
September 3791 4350 4511 5090 4455 5423 6006 5832
Oktober 3715 4276 4256 5150 4447 5149 5952 6056
Nopember 3822 4317 4274 5227 4593 5297 6356 6148
Desember 3942 4454 4419 5289 4615 5294 6606 6164
Sumber : IDX (Data diolah penulis, 2019)
Tabel 4.10
Hasil Uji Deskriptif IHSG
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IHSG 96 3470 6606 4931.72 778.489
Valid N
(listwise) 96
Tabel 4.11 di atas menunjukkan hasil uji deskriptif terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dari periode Januari 2011 - Desember 2018.
IHSG terendah terjadi pada bulan Januari 2011 yaitu sebesar Rp.3470, sedangkan
nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Desember 2017 yakni sebesar Rp.6606.
Untuk nilai rata-ratanya sebesar Rp.4931.72, dengan nilai standar deviasinya
sebesar 778.489.
112
f. Analisis Deskriptif Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak ketiga (DPK) dari masyarakat yang disimpan dalam bank
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank, dimana
terdiri dari tiga jenis yaitu; giro (demand deposit), deposito (time deposits), dan
tabungan (savings). Data DPK yang digunakan adalah perkembangan volume
DPK per bulan, pada periode Januari 2011 – Desember 2018. Data tersebut
diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dipublikasikan oleh
lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui situs www.ojk.go.id.
Tabel 4.11
Dana Pihak Ketiga (Milyar)
PERIODE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 75.814 116.518 148.731 177.930 210.761 229.094 277.714 335.185
Februari 75.085 114.616 150.795 178.154 210.297 231.820 281.084 331.943
Maret 79.651 119.639 156.964 180.945 212.988 232.657 286.178 339.909
April 79.567 114.018 158.519 185.508 213.973 233.808 291.889 340.186
Mei 82.861 115.206 163.858 190.783 215.339 238.366 295.606 339.749
Juni 87.025 119.279 163.966 191.470 213.477 241.336 302.013 341.216
Juli 89.786 121.018 166.453 194.299 216.083 243.184 307.638 339.195
Agustus 92.021 123.673 170.222 195.959 216.356 244.843 309.006 338.754
September 97.756 127.678 171.701 197.141 219.580 263.522 318.574 355.446
Oktober 101.804 134.453 174.018 207.121 219.478 264.678 319.124 355.919
Nopember 105.333 138.671 176.292 209.644 220.635 270.480 322.715 354.421
Desember 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175 279.335 334.719 371.828
Sumber : SPS Otoritas Jasa Keuangan (data diolah penulis, 2019)
113
Tabel 4.12
Hasil Uji Deskriptif DPK
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPK 96 75085 371828 210932 82387.892
Valid N (listwise) 96
Tabel 4.12 di atas menunjukkan hasil uji deskriptif terhadap DPK
perbankan syariah dari periode Januari 2011 - Desember 2018. DPK terendah
terjadi pada bulan Februari 2011 yaitu sebesar Rp.75.085 Milyar, sedangkan nilai
DPK tertinggi terjadi pada bulan Desember 2018 yakni sebesar Rp.371.828
Milyar. Untuk nilai rata-ratanya sebesar Rp.210932,7 Milyar, dengan nilai standar
deviasinya sebsar 82387.892.
Seiring dengan jumlah bank syariah baik bank umum syariah maupun
unit usaha syariah yang terus mengalami peningkatan, hal itu sangat
mempengaruhi kondisi volume dana pihak ketiga pada perbankan syariah yang
terus mengalami lonjakan. Jumlah kantor bank yang semakin banyak sehingga
dapat menyentuh berbagai daerah memang sangat mempengaruhi kemampuan
bank dalam menjaring nasabah untuk dapat menempatkan dananya di bank
syariah. Selain itu, pendapatan nasional kita yang terus mengalami peningkatan
juga telah menjadi faktor pendorong terbesar terhadap peningkatan volume DPK
yang ada di perbankan syariah.
f. Analisis Deskriptif Pembiayan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
Penyaluran dana atau pembiyaan berdasarkan prinsip bagi hasil terbagi
menjadi dua jenis yaitu berdasarkan akad mudharabah dan akad musyarakah.
114
Data pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil yang digunakan adalah
perkembangan volume pembiayaan per bulan, periode Januari 2011 – Desember
2018. Data tersebut diperolah dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang
dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui situs www.ojk.go.id.
Tabel 4.13
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Milyar)
PERIODE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 23.160 28.892 40.119 52.007 63.576 74.107 91.361 114.646
Februari 23.283 29.347 40.952 52.554 63.792 75.112 92.111 115.997
Maret 23.755 29.542 42.959 54.081 65.823 77.011 94.902 119.050
April 23.900 30.745 44.314 56.633 67.037 77.561 96.025 119.213
Mei 24.473 31.757 45.911 57.923 68.938 79.372 98.951 122.026
Juni 25.844 33.202 47.686 59.960 70.425 81.610 105.541 126.899
Juli 26.187 33.345 49.278 61.298 70.061 80.502 106.777 128.097
Agustus 27.120 34.231 49.182 61.630 70.992 81.257 107.788 134.221
September 27.399 35.840 50.079 62.966 72.271 83.924 110.059 136.892
Oktober 27.919 36.645 51.585 62.998 72.347 85.295 110.340 139.146
Nopember 28.412 37.714 52.558 64.313 73.072 87.021 111.691 138.141
Desember 29.195 39.690 53.499 63.690 75.533 93.713 118.595 145.507
Sumber : SPS Otoritas Jasa Keuangan (data diolah penulis, 2019)
Tabel 4.14
Hasil Uji Deskriptif Pembiayaan bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pembiayaan Bagi Hasil 96 23160 145507 68584,38 33387.442
Valid N (listwise) 96
Tabel 4.14 di atas menunjukkan hasil uji deskriptif terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil pada perbankan syariah dari periode Januari 2011 -
115
Desember 2018. Terlihat pada tabel, dimana volume pembiayan terendah terjadi
pada bulan Januari 2011 yaitu sebesar Rp.23.160 Milyar, sedangkan volume
pembiayaan tertinggi terjadi pada bulan Desember 2018 yakni sebesar
Rp.145.507 Milyar. Nilai rata-rata untuk pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil sebesar Rp.68.584,38 Milyar dengan nilai standar deviasinya sebesar
33387.442. Senada dengan volume dana pihak ketiga yang terus mengalami
peningkatan, peningkatan jumlah volume pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil pada bank syariah juga disebabkan perkembangan jumlah bank dan kantor
bank syariah (bank umum syariah dan unit usaha syariah) yang semakin menyebar
keberadaannya di Indonesia. Meningkatnya volume DPK tersebut kemudian akan
mempengaruhi peningkatan dana yang dapat disalurkan oleh bank syariah kepada
nasabahnya melalui pembiayaan.
4.2. Uji asumsi klasik
A. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengidentifikasi kenormalan suatu data.
Cara untuk menguji normalitas dapat dilakukan dengan melihat p-plot. Adapun
cara untuk melihat apakah data berdistribusi normal adalah dengan melihat
sebaran data di seputar garis diagonal. Data pada variabel yang digunakan akan
dinyatakan terdistribusi normal jika data tersebar mengikuti garis diagonal atau
garis linier.
116
Gambar 4.2.
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 4.2. dapat diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk
menyebar disekitar garis diagonal pada kurva p-plot (sebarannya tidak berjauhan),
dengan demikian data dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal.
B. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan
pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, dimana uji ini
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksaman varian
dari residual atau satu pengamatan lainnya. Untuk mendeteksinya dilihat dari titik
titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y pada grafik
Scatterplot.
117
Gambar 4.3.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sebaran data residual tidak
membentuk pola tertentu dan menyebar di bawah dan atas angka nol pada sumbu
Y, dengan demikian model terbebas dari gejala heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier
antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time
series). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model
penelitian dapat menggunakan uji Durbin watson. Nilai Durbin watson yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Pada = 5%, hasil
perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai Durbin watson (DW) dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
118
2) Jika nilai Durbin watson (DW) diantara -2 sampai +2, berarti tidak
terdapat autokorelasi.
3) Jika nilai Durbin watson (DW) diatas +2, berarti terdapat autokorelasi
negatif.
Tabel 4.15
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .998a .997 .996 .03119 .600
a. Predictors: (Constant), DPK, inflasi, BI rate, IHSG, kurs, PDB
b. Dependent Variable: Pembiayaan bagi hasil
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai Darbin Watson sebesar 0,600.
Dengan demikian nilai Durbin Watson tersebut berada pada interval antara -2
sampai dengan 2, sehingga dapat dipastikan bahwa model regresi linier berganda
tersebut tidak terdapat gejala autokorelasi.
D. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
(korelasi) yang signifikan antar variabel bebas. Uji multikolinieritas dengan SPSS
ditunjukkan lewat tabel Coefficient, yaitu pada kolom Tolerance dan kolom VIF
(Variance Inflated Factors). Tolerance adalah indikator seberapa banyak
variabilitas sebuah variabel bebas tidak bisa dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Antara variabel bebas dikatakan tidak terjadi korelasi jika nilai tolerance
lebih dari 10 persen (Tolerance > 0,01) dan memiliki nilai VIF kurang dari 10
(VIF < 10). Cara umum untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan
melihat adanya nilai R2 yang tinggi dalam model tetapi tingkat signifikan yang
119
sangat kecil dari hasil regresi tersebut dan cenderung banyak yang tidak
signifikan. Selain itu untuk menguji gejala multikolinearitas dengan melihat nilai
korelasi antara variabel eksogen di atas 0,8 maka terdapat gejala multikolinearitas.
Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolinieritas Substruktur 1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -11.148 3.252
Inflasi .010 .022 .016 .315 3.179
BI Rate -.131 .036 -.137 .253 3.958
Kurs .630 .152 .190 .172 5.816
PDB Riil .839 .125 .507 .063 15.837
IHSG .597 .080 .292 .238 4.206
a. Dependent Variable: DPK
Tabel 4.17
Hasil Uji Mulltikolinieritas Substruktur 2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -28.526 2.047
Inflasi -.026 .013 -.031 .313 3.192
BI Rate .153 .023 .122 .203 4.917
Kurs -.083 .099 -.019 .130 7.670
PDB Riil .745 .097 .344 .034 29.007
IHSG -.031 .065 -.012 .117 8.573
DPK .989 .078 .758 .019 51.310
a. Dependent Variable: Pembiayaan bagi hasil
120
Berdasarkan tabel di atas nilai tolerance lebih besar dari nilai batas yang
ditentukan yaitu sebesar 0,01. Namun untuk nilai VIF terdapat variabel yang
memiliki nilai VIF lebih besar dari 10, pada substruktur 1 yaitu variabel PDB Riil
(X4) sebesar 15,837, dan keterikatan nya kuat dengan (X3) sebesar 5,816
sedangkan variabel yang lain nilai VIF dibawah 10. Maka dapat disimpulkan
terdapat gejala multikolinieritas antara variabel PDB Riil dan Kurs.
Pada substruktur 2 PDB Riil (X4) sebesar 29.007 dan DPK 51.310 serta
kuat juga keterkaitannya dengan Variabel lain. sedangkan variabel yang lain nilai
VIF dibawah 10. Maka dapat disimpulkan terdapat gejala multikolinieritas antara
variabel PDB Riil, dan Dana Pihak Ketiga serta sedikit kuat dengan Kurs.
Cara mengatasi multikolinieritas, yaitu dengan membuang variabel bebas yang
diperkirakan sebagai penyebab multikolinieritas, atau dengan mengurangi atau
menambah observasi data lagi. Dalam kasus ini peneliti mengambil langkah
keduanya, hal ini dilakukan dengan pertimbangan keterkaitan antara variabel PDB
Riil dengan DPK dan kurs yang kaitannya memang sangat erat serta keterbatasan
waktu penelitian akhirnya melakukan mengurangi dan membuang varaibel
penyebab multikolinearitas.
Maka salah satu dari variabel antara PDB Riil, kurs dan DPK harus
dihilangkan dari model. Pada substruktur 1 Peneliti memutuskan untuk
mengeluarkan variabel kurs dari model, karena penelitian ini terdiri dari dua
substruktur maka kurs akan dikeluarkan pada substruktur I mengingat PDB riil
lebih besar pengaruhnya terhadap DPK, sedangkan untuk substruktur II variabel
PDB Riil dan kurs yang dikeluarkan, karena varibael DPK pada substruktur II
121
fungsiinya sebagai variabel Bebas dan Intervening sedangkan PDB Riil dan kurs
substruktur II hanya sebagai variabel bebas.
Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinieritas Substruktur 1 Setelah Dikeluarkan Variabel Kurs
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -21.012 2.526
Inflasi .018 .025 .028 .317 3.157
BI Rate -.084 .039 -.088 .280 3.569
PDB Riil 1.289 .071 .779 .254 3.938
IHSG .405 .074 .198 .359 2.783
a. Dependent Variable: DPK
Tabel 4.19
Hasil Uji Multikolinieritas Substruktur 2 Setelah Dikeluarkan Variabel Kurs
dan PDB Riil
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -14.138 .951
Inflasi -.052 .017 -.062 .337 2.963
BI Rate .172 .029 .138 .267 3.746
IHSG -.146 .060 -.054 .285 3.509
DPK 1.440 .037 1.103 .180 5.567
a. Dependent Variable: Pembiayaan bagi hasil
Setelah variabel tersebut dikeluarkan hasilnya menunjukkan bahwa nilai
tolerance lebih besar dari nilai batas yang ditentukan sebesar 0,01. Nilai VIF
122
semua variabel lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
terbebas dari gejala multikolinieritas.
4.2.3. Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur I
menganalisis pengaruh Inflasi, BI Rate, dan PDB Riil, IHSG terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK). Sedangkan substruktur II menganalisis pengaruh Inflasi, BI Rate,
Kurs, IHSG dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil.
A. Substuruktur I
1) Pengujian koefisien korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat derajat keeratan
hubungan linear antara dua atau lebih variabel, dan juga untuk mengetahui
bagaimana arah hubungannya. Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan
hipotesis untuk mengetahui hubungan yang signifikan.
Hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara dua variabel.
Dasar pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesa di atas adalah dengan
dasar probabilitas sebagai berikut:
a) Jika probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau (0,05 ≤ Sig), maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
b) Jika probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau (0,05 ≥ Sig), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
123
Tabel 4.20
Interprestasi koefisien korelasi (r)
Interval Koefisien (r) Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat kuat
0,60 – 0,7999 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup kuat
0,20 – 0,3999 Rendah
0,00 – 0,1999 Sangat rendah
Tabel 4.21
Hasil Uji Korelasi
Correlations
Inflasi BI Rate Kurs PDB Riil IHSG
Inflasi Pearson Correlation 1 .767** -.555** -.790** -.635**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60
BI Rate Pearson Correlation .767** 1 -.438** -.781** -.752**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60
Kurs Pearson Correlation -.555** -.438** 1 .805** .353**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .006
N 60 60 60 60 60
PDB Riil Pearson Correlation -.790** -.781** .805** 1 .756**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60
IHSG Pearson Correlation -.635** -.752** .353** .756** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .000
N 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
124
2) Pengujian secara simultan (Uji F)
Hipotesis:
H0 : Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil, IHSG tidak berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap DPK
Ha : Inflasi, BI Rate, Kurs, dan PDB Riil dan IHSG berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap DPK
Pengambilan keputusan :
a) jika F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan. Dengan taraf signifikansi () = 5% atau 0,05
b) jika F hitung ≤ F tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak
signifikan. Dengan taraf signifikansi () = 5% atau 0,05.
Kaidah pengujian signifikan dengan program SPSS
a) Jika 0,05 ≥ Sig, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
b) Jika 0,05 ≤ Sig, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
Tabel 4.22
Hasil Uji F substruktur 1
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.786 4 .697 521.205 .000a
Residual .073 55 .001
Total 2.860 59
a. Predictors: (Constant), IHSG, Inflasi, BI Rate, PDB Riil
b. Dependent Variable: DPK
Dari tabel Anova diperoleh nilai F untuk substruktur I sebesar 521.205
dengan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000. Karena nilai Sig < 0,05 (0,000 <
0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima, artinya berpengaruh
125
signifikan. kesimpulannya BI Rate, Inflasi, IHSG dan PDB Riil secara bersama-
sama atau simultan berpengaruh terhadap DPK pada perbankan syariah di
Indonesia.
3) Pengujian secara Parsial (Uji t)
Tabel 4.23
Hasil Uji t substruktur 1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -21.012 2.526 -8.319 .000
Inflasi .018 .025 .028 .719 .475
BI Rate -.084 .039 -.088 -2.143 .037
PDB Riil 1.289 .071 .779 18.149 .000
IHSG .405 .074 .198 5.482 .000
a. Dependent Variable: DPK
a) Pengaruh inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hipotesis :
H0 : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK).
Ha : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK).
Hasil uji t pada variabel Inflasi (X1) diperoleh probabilitas Signifikan
sebesar 0,475. Nilai Sig > 0,05 (0,475 > 0,05), maka keputusannya adalah
Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan yang berarti Inflasi tidak
berpengaruh secara parsial terhadap DPK.
b) Pengaruh BI Rate terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
126
Hipotesis :
H0 : BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Ha : BI Rate berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Hasil uji t pada variabel BI Rate (X2) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,037. Nilai Sig < 0,05 (0,037 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti BI Rate berpengaruh secara
parsial terhadap DPK.
c) Pengaruh PDB riil terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hipotesis :
H0 : PDB riil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Ha : PDB riil berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK).
Hasil uji t pada variabel PDB riil (X4) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,000 Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti PDB Riil berpengaruh secara
parsial terhadap DPK.
d) Pengaruh IHSG terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hipotesis :
H0 : IHSG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK).
127
Ha : IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK).
Hasil uji t pada variabel IHSG (X5) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,000 Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti IHSG berpengaruh secara
parsial terhadap DPK.
4) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.24
Hasil Uji R2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,972 atau 97,2%. Besarnya nilai koefisien determinasi tersebut
menunjukkan bahwa variabel eksogen yang terdiri dari, Inflasi (X1), BI Rate
(X2), PDB Riil (X4) dan IHSG (X5) mampu menjelaskan variabel endogen, yaitu
Dana Pihak Ketiga (Y) sebesar 97,2%, sedangkan sisanya sebesar 2,8% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
5) Persamaan struktural
Adapun persamaan stuktural pada substruktur I dari hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Y = YX1 + YX2 + YX3 + YX4 + YX5 + 1
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .987a .974 .972 .03656 .610
a. Predictors: (Constant), IHSG, Inflasi, BI Rate, PDB Riil
b. Dependent Variable: DPK
128
Y = 0.028 X1 + (-0.088) X2 + 0.779 X4 + 0.198 X5 + 1
Interpretasi dari persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Nilai koefisien jalur untuk variabel Inflasi (X1) menunjukkan nilai yang
negatif dan signifikan sebesar 0,028. Mempunyai arti jika inflasi
meningkat maka tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
volume dana pihak ketiga.
b) Nilai koefisien jalur untuk variabel BI Rate (X2) menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan sebesar -0.088. Mempunyai arti jika BI Rate
mengalami peningkatan maka volume dana pihak ketiga akan menurun,
begitu juga sebaliknya apabila BI Rate menurun maka dana pihak ketiga
akan mengalami peningkatan.
c) Nilai koefisien jalur untuk variabel PDB Riil (X4) menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan sebesar 0,779. Mempunyai arti jika PDB Riil
meningkat maka volume dana pihak ketiga juga akan meningkat, begitu
juga sebaliknya apabila PDB Riil mengalami penurunan maka dana pihak
ketiga juga akan menurun.
d) Nilai koefisien jalur untuk variabel IHSG (X5) menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan sebesar 0.198. Mempunyai arti jika IHSG meningkat
maka volume dana pihak ketiga juga akan meningkat, begitu juga
sebaliknya apabila PDB Riil mengalami penurunan maka dana pihak
ketiga juga akan menurun.
Dengan demikian dari hasil perhitungan di atas diperoleh diagram jalur
substruktur I adalah sebagai berikut
129
Gambar 4.4
Diagram Jalur Substruktur I
Hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien jalur yang tidak
signifikan yaitu variabel inflasi (X1), maka model pada substruktur I perlu
diperbaiki melalui metode trimming, yaitu mengeluarkan variabel inflasi (X1)
yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak signifikan dari analisisnya.
Kemudian diulang atau diuji lagi, namun variabel eksogen inflasi (X1) tidak
diikutsertakan.
Substruktur I setelah trimming
Setelah variabel inflasi dikeluarkan dari model maka substruktur I setelah
trimming akan menguji pengaruh BI Rate, kurs, PDB Riil, IHSG terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) pada perbankan syariah di Indonesia.
130
1) Pengujian secara simultan (Uji F)
Hipotesis:
H0 : BI Rate, PDB Riil dan IHSG tidak berpengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap DPK
Ha : BI Rate, PDB Riil dan IHSG berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap DPK
Tabel 4.25
Hasil Uji F setelah triming
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.785 3 .928 700.812 .000a
Residual .074 56 .001
Total 2.860 59
a. Predictors: (Constant), IHSG, BI Rate, PDB Riil
b. Dependent Variable: DPK
Dari tabel Anova diperoleh nilai F untuk substruktur I setelah dilakukan
trimming sebesar 700,812 (sebelum dilakukan trimming nilai F sebesar 521,205)
dengan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000 Karena nilai Sig < 0,05 (0,000 <
0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan
yang berarti BI Rate, PDB Riil, dan IHSG secara bersama-sama berpengaruh
terhadap DPK pada perbankan syariah di Indonesia.
131
2) Pengujian secara parsial (Uji t)
Tabel 4.26
Hasil uji t
Pengaruh variabel eksogen secara parsial terhadap variabel endogen yaitu:
a) Pengaruh BI Rate terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hasil uji t pada variabel BI Rate (X2) diperoleh probabilitas Sig sebesar 0,047.
Nilai Sig < 0,05 (0,008 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan yang berarti BI Rate berpengaruh secara parsial terhadap DPK.
b) Pengaruh PDB Riil terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
Hasil uji t pada variabel PDB Riil (X4) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,000. Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti PDB Riil berpengaruh secara
parsial terhadap DPK.
c) Pengaruh IHSG terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
Hasil uji t pada variabel IHSG (X5) diperoleh probabilitas Sig sebesar 0,000.
Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -20.138 2.205 -9.135 .000
BI Rate -.073 .036 -.076 -2.031 .047
PDB Riil 1.266 .063 .764 20.219 .000
IHSG .408 .073 .200 5.573 .000
a. Dependent Variable: DPK
132
diterima, artinya signifikan yang berarti PDB Riil berpengaruh secara parsial
terhadap DPK.
3) Koefisien Determinasi (R2 )
Tabel 4.27
Hasil uji R2
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,973 atau 97,3%. Nilai koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa
variabel eksogen yang terdiri dari BI Rate (X2), PDB Riil (X4) dan IHSG (X5)
mampu menjelaskan variabel endogen, yaitu DPK (Y) sebesar 97,3%, sedangkan
sisanya sebesar 2,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini.
4) Persamaan struktural
Adapun persamaan stuktural pada substruktur I setelah dilakukan trimming
adalah sebagai berikut:
Y = YX2 + YX4 + YX5 + 1
Y = -0.076 X2 + 0.764 X4 + 0.200 X5 + 1
Interpretasi dari persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Nilai koefisien jalur untuk variabel BI Rate (X2) menunjukkan nilai yang
negatif dan signifikan sebesar -0,076. Mempunyai arti jika BI Rate
mengalami peningkatan maka volume DPK akan menurun, begitu juga
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .987a .974 .973 .03640
a. Predictors: (Constant), IHSG, BI Rate, PDB Riil
b. Dependent Variable: DPK
133
sebaliknya apabila BI Rate menurun maka volume dana pihak ketiga justru
akan mengalami peningkatan.
b) Nilai koefisien jalur untuk variabel PDB Riil (X4) menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan sebesar 0,764. Mempunyai arti jika PDB Riil
meningkat maka volume DPK juga akan mengalami peningkatan, begitu
juga sebaliknya apabila PDB Riil mengalami penurunan maka dana pihak
ketiga di perbankan syariah juga akan menurun.
c) Nilai koefisien jalur untuk variabel IHSG (X5) menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan sebesar 0,200. Mempunyai arti jika IHSG meningkat
maka volume DPK juga akan mengalami peningkatan, begitu juga
sebaliknya apabila IHSG mengalami penurunan maka dana pihak ketiga di
perbankan syariah juga akan menurun.
d) Berdasarkan hasil nilai koefisien jalur tersebut, faktor yang paling
dominan berpengaruh terhadap DPK adalah PDB Riil. Hal itu ditunjukkan
dengan nilai koefisien jalurnya yang paling tinggi dibandingkan dengan
variabel lainnya, yaitu sebesar 0.764.
Dengan demikian diperoleh diagram jalur substruktur I setelah dilakukan
trimming adalah sebagai berikut:
134
Gambar 4.5.
Diagram Jalur Struktur I Setelah Trimming
c. Substruktur II
1) Koefisien korelasi
Tabel 4.28
Hasil Uji Korelasi
Correlations
Inflasi BI Rate Kurs PDB Riil IHSG DPK
DPK Pearson
Correlation -.780** -.823** .752** .975** .835** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
135
2) Pengujian secara simultan (Uji F)
Hipotesa :
H0 : Inflasi, BI Rate, Kurs, IHSG dan DPK tidak berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap Pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil
Ha : Inflasi, BI Rate, Kurs, IHSG dan DPK berpengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
Pengambilan keputusan :
a) Jika F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, Dengan taraf
signifikansi ( ) = 5% atau 0,05 artinya signifikan.
b) Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya Dengan
taraf signifikansi () = 5% atau 0,05 tidak signifikan.
Kaidah pengujian signifikan dengan program SPSS
a) Jika 0,05 ≥ Sig, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
b) Jika 0,05 ≤ Sig, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan
Tabel 4.29
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.839 4 1.210 1.750E3 .000a
Residual .038 55 .001
Total 4.877 59
a. Predictors: (Constant), DPK, Inflasi, IHSG, BI Rate
b. Dependent Variable: Pembiayaan bagi hasil
136
Dari tabel Anova diperoleh nilai F untuk substruktur II sebesar 1.750E3
dengan nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000. Karena nilai Sig < 0,05 (0,000 <
0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima, artinya berpengaruh
signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel eksogen yang terdiri dari
Inflasi, BI Rate, IHSG dan DPK secara simulatan atau bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel endogen, yaitu Pembiayan berdasarkan prinsip bagi hasil pada
perbankan syariah di Indonesia.
3) Pengujian secara individual (Uji t)
Tabel 4.30
Hasil Uji t substruktur 2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -14.138 .951 -14.866 .000
Inflasi -.052 .017 -.062 -3.006 .004
BI Rate .172 .029 .138 5.968 .000
IHSG -.146 .060 -.054 -2.444 .018
DPK 1.440 .037 1.103 39.265 .000
a. Dependent Variable: Pembiayaan bagi hasil
a) Pengaruh inflasi terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
Hipotesis:
H0 : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Ha : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
137
Hasil uji t pada variabel inflasi (X1) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,004. Nilai Sig < 0,05 (0,004 < 0,05), maka keputusannya H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan yang berarti bahwa inflasi berpengaruh secara
parsial terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil pada perbankan
syariah di Indonesia.
b) Pengaruh BI Rate terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
Hipotesis:
H0 : BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Ha : BI Rate berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Hasil uji t pada variabel BI Rate (X2) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,000. nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti BI Rate berpengaruh secara
parsial terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
c) Pengaruh IHSG terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
Hipotesis:
H0 : IHSG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Ha : IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Hasil uji t pada variabel IHSG (X5) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,018. Nilai Sig < 0,05 (0,018 < 0,05), maka keputusannya H0 ditolak dan Ha
138
diterima, artinya signifikan yang berarti nilai IHSG berpengaruh secara parsial
terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil pada perbankan syariah di
Indonesia.
d) Pengaruh DPK terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
Hipotesis:
H0 : DPK tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Ha : DPK berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Hasil uji t pada variabel DPK (Y) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,000. Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan yang berarti bahwa variabel eksogen (DPK)
berpengaruh secara parsial terhadap variabel endogen, yaitu pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (Z) pada perbankan syariah di Indonesia.
4) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.31
Hasil Uji R2
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,992 atau 99,2% yang menunjukkan bahwa variabel eksogen yang terdiri dari
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .996a .992 .992 .02629
a. Predictors: (Constant), DPK, Inflasi, IHSG, BI Rate
b. Dependent Variable: Pembiayaan bagi hasil
139
Inflasi (X1), BI Rate (X2), IHSG (X5) dan DPK (Y) mampu menjelaskan variabel
endogen, yaitu pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Z) sebesar 99,2% dan
sisanya sebesar 0,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini.
5) Persamaan struktural
Adapun persamaan stuktural yang diperoleh pada substruktur II adalah
sebagai berikut:
Z = ZX1 + ZX2 + ZX5 + ZY + 1
Z = - 0.062 X1 + 0.138 X2 + (- 0.054) X5 + 1.103 Y + 1
Sedangkan Interpretasi dari persamaan di atas adalah sebagai berikut:
a) Nilai koefisien jalur untuk variabel inflasi (X1) menunjukkan nilai yang
negatif dan signifikan sebesar -0,062. Mempunyai arti jika inflasi meningkat
maka pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil akan menurun, begitu juga
sebaliknya.
b) Nilai koefisien jalur untuk variabel BI Rate (X2) menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan sebesar 0,138. Mempunyai artinya jika BI Rate
meningkat maka pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil juga akan
meningkat, begitu juga sebaliknya.
c) Nilai koefisien jalur untuk variabel IHSG (X5) menunjukkan nilai yang
positif dan tidak signifikan sebesar -0,054. Mempunyai arti jika IHSG
meningkat maka pembiayaan berdasakan prinsip bagi hasil tidak mengalami
perubahan.
140
d) Nilai koefisien jalur untuk variabel DPK (Y) menunjukkan nilai yang positif
dan signifikan sebesar 1,103. Mempunyai arti jika DPK meningkat maka
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil akan mengalami peningkatan,
begitu juga sebaliknya.
e) Berdasarkan hasil nilai koefisien jalur tersebut, faktor yang paling dominan
berpengaruh terhadap pembiayaan adalah DPK (Y). Hal itu ditunjukkan
dengan nilai koefisien jalurnya yang paling besar bila dibandingkan dengan
varibel lain, yaitu sebesar 1.103
Dengan demikian diperoleh diagram jalur substruktur II sebagai berikut:
Gambar 4.6.
Diagram Jalur Substruktur II
Hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien jalur semua signifikan
maka model pada substruktur II tidak perlu diperbaiki melalui metode trimming.
141
Berdasarkan hasil dari koefisien jalur pada substruktur I dan II yang telah
dilakukan trimming, maka diagram jalur kemudian dapat digambarkan secara
keseluruhan dengan menggabungkan hasil dari uji substruktur I dan II yang
menggambarkan hubungan kausal antar variabel X1, X2, X3, X4, X5 dan Y
terhadap Z. Adapun gambar diagram jalur secara lengkap nya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 4.8.
Diagram Jalur secara lengkap sebelum Triming
Gambar 4.8.
Diagram Jalur secara lengkap setelah Triming
142
Hasil dari koefisien jalur pada substruktur I dan II yang telah dilakukan
trimming berubah menjadi persamaan struktur, yaitu:
Y = YX2 + YX4 + YX5 + 1 dn R2
Y = -0.076 X2 + 0.764 X4 + 0.200 X5 + 1 dan R2 = 0,973
Z = ZX1 + ZX2 + ZX5 + ZY + 1
Z = - 0.062 X1 + 0.138 X2 + (- 0.054)X5 + 1.103Y + 1 dan R2 = 0,992
C. Uji Kesesuaian Model (Koefisien Q)
Uji kesesuaian model (goodness-of-fit) dimaksudkan untuk menguji
apakah model yang diusulkan memiliki kesesuaian (fit) dengan data atau tidak.
Rumusan hipotesis statistik kesesuaian model analisis jalur dirumuskan seperti
berikut.
1) Ha : R R () Artinya matriks estimasi berbeda dengan matriks
korelasi sampel
2) Ho : R = R () Artinya matriks korelasi estimasi tidak berbeda (sama)
dengan matriks korelasi sampel
Shumacker dan Lomax memberikan petunjuk bagaimana menguji
kesesuaian model analisis jalur. Hal ini dapat digunakan uji statistik kesesuaian
model koefisien Q dengan rumus :
Keterangan :
Q = koefisien Q
R2m= koefisien determinasi multiple untuk model yang diusulkan.
R2m= 1- (1- R2
1).(1- R22)......(1- R2
p)
143
M = menunjukkan koefisien determinan multiple (R2m) setelah koefisien
jalur yang tidak signifikan yang dihilangkan atau M = R2m setelah
dilaukan trimming.
Apabila Q = 1, hal ini mengindikasikan model fit sempurna. Jika Q < 1,
untuk menentukan fit tidaknya model maka statistik koefisien Q perlu diuji
dengan statistik W yang dihitung dengan rumus:
Whitung = - (N-d) In Q
Keterangan : N = menunjukkan ukuran sampel
d = banyaknya koefisien jalur yang tidak signifikan sama dengan
degree of freedom = derajat bebas.
Dasar pengambilan keputusan :
1) Jika Whitung ≥ 2 (df ; ), Artinya Ho ditolak (berarti matriks korelasi
sampel berbeda dengan matriks korelasi estimasi), maksudnya kedua
model tersebut signifikan.
2) Jika Whitung ≤ 2 (df ; ), Artinya Ho diterima (berarti matriks korelasi
sampel tidak berbeda atau sama dengan matriks korelasi estimasi),
maksudnya kedua model tersebut tidak signifikan.
Koefisien determinan multiple atau R2m untuk model yang diusulkan dari
diagram jalur tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi sebelum dilakukan
trimming:
R2 = 0,972 (R2 substruktur I sebelum trimming)
R2 = 0,992 (R2 substruktur II sebelum trimming)
144
Rumus :
R2M = 1- (1- R2
1).(1- R22) = 1 – (1- 0,972).(1-0,992)
R2M = 1 - (0,028).(0,008) = 1 – (0.000224)
R2M = 0,999776
Koefisien determinan multipel atau R2M setelah koefisien jalur yang tidak
signifikan dihilangkan dan nilai tersebut diambil dari nilai R2 pada substruktur I
dan II.
R2 = 0,973 (R2 substruktur I setelah trimming)
R2 = 0,992 (R2 substruktur II setelah trimming)
M = R2M
M = 1- (1- R21).(1- R2
2)
M = 1- (1- 0,973).(1- 0,992)
M = 1- (0,027).(0,008) = 1 – (0,000216)
M = 0,999784
Uji Statistik Kesesuaian Model :
Q = 1 - 0,999776 = 0,000224 = 1,037
1 - 0,999784 0,000216
Dikarenakan nilai Q = 1 (1,037 = 1) mengindikasikan model fit sempurna.
maka untuk menentukan fit tidaknya model maka statistik koefisien Q perlu diuji
dengan statistik W yang dihitung dengan rumus (dengan ukuran sampel 60 dan d
= 1)
145
Whitung = - (N-d) In Q
Whitung = - (60 – 1) In 1,037 = - (59) (- 0,37)
Whitung = - 21,83
Dicari dari tabel distribusi [2] atau chi-kuadrat/chi-square untuk dk = 1
dengan = 0,05, diperoleh sebesar 3,841. Ternyata Whitung > 2 atau 21,83 >
3,841, maka Ho ditolak (artinya matriks korelasi sampel berbeda dengan matriks
korelasi estimasi), maksudnya kedua model signifikan. Kesimpulan model yang
diperoleh memiliki kemampuan untuk mengeneralisasikan tentang fenomena
yaitu variabel Dana Pihak Ketiga (Y) dan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (Z) dengan baik.
4.3. Pembahasan Penelitian
4.3.1. Memaknai Hasil Analisis Jalur
Berdasarkan hasil perhitungan secara keseluruhan, maka diketahui
pengaruh langsung dan tidak langsung pada analisis jalur, yaitu:
a) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil. Inflasi memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil sebesar -0,062. Artinya setiap
kenaikan Inflasi berarti pembiayaan turun
b) Pengaruh antara variabel BI Rate terhadap DPK. BI Rate memiliki
pengaruh langsung/pengaruh total terhadap DPK sebesar -0,088. Artinya
setiap kenaikan BI Rate maka DPK turun
c) Pengaruh antara variabel BI Rate terhadap pembiayaan bagi hasil. BI Rate
memiliki pengaruh langsung terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil sebesar 0,138. Pengaruh tidak langsung BI Rate terhadap
146
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil melalui DPK sebesar -0,097 (-
0,088 x 1,103). Pengaruh total BI Rate terhadap pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasill sebesar 0,056 (0,138 + (-0,097).
d) Pengaruh antara variabel PDB Riil terhadap DPK. PDB Riil memiliki
pengaruh langsung/pengaruh total terhadap DPK sebesar 0,779. Artinya
setiap kenaikan PDB Riil maka DPK akan meningkat naik.
e) Pengaruh antara variabel PDB Riil terhadap pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil. Pengaruh tidak langsung PDB Riil terhadap
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil melalui DPK sebesar 0,859 (
0,779 x 1,103). Pengaruh total PDB Riil terhadap pembiayaan sebesar
0,859.
f) Pengaruh antara variabel IHSG terhadap DPK. IHSG memiliki pengaruh
langsung/pengaruh total terhadap DPK sebesar 0,198
g) Pengaruh antara variabel IHSG terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil. IHSG memiliki pengaruh langsung terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil sebesar -0,054. Pengaruh tidak langsung
IHSG terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil melalui DPK
sebesar 0,218 (0,198 x 1,103). Pengaruh total IHSG terhadap pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil sebesar 0,218
h) Pengaruh antara DPK terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil. DPK memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil sebesar 1,103.
147
Tabel 4.32
Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, Pengaruh Total dan
Pengaruh Bersama
Pengaruh
Variabel
Koefisien
Jalur
Pengaruh Pengaruh
Bersama Langsung Tidak langsung
Melalui Y Total
X1Z - 0,062 - 0,062 - - 0,062 -
X2Y -0,088 -0,088 - -0,088 -
X2Z 0,138 0,138 -0,097 0,041 -
X4Y 0,779 0,779 - 0,779 -
X4Z 0,859 - 0,859 0,859 -
X5Y 0,198 0,198 - 0,198 -
X5Z 0,054 -0,054 0,218 0,164 -
Y Z 1,103 1,103 - 1,103 -
X2, X4, dan X5
Y
- - - - 0,973
X1, X2, X5 dan
Y Z
- - - - 0,992
Keterangan :
X1 = Inflasi X4 = PDB Riil Y = DPK
X2 = BI Rate X5 = IHSG Z = Pembiayaan bagi Hasil
adapun Pembahasan Penelitian interpretasi terhadap hasil penelitian yang
diperoleh dari analisis jalur yaitu sebagai berikut:
4.3.2. Pembahasan Penelitian Substruktur I Pengaruh Makro Ekonomi
terhadap DPK
Variabel BI Rate, PDB Riil dan IHSG secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap DPK pada Perbankan Syariah di Indonesia. Sedangkan Hasil
148
pengujian secara parsial sebelum dilakukan trimming terdapat satu variabel
eksogen yang tidak signifikan, yaitu Inflasi namun memiliki pengaruh positif
terhadap DPK. Hasil ini kurang sesuai dengan teori dimana inflasi akan
mengurangi hasrat seseorang untuk menabung sehingga dana yang bersumber dari
masyarakat akan menurun. Hal tersebut dikarenakan inflasi dapat menyebabkan
berkurangnya pendapatan riil masyarakat akibat turunnya nilai riil uang.
Berkurangnya pendapatan yang diperoleh tersebut mengakibatkan kemampuan
nasabah untuk menabung di bank menjadi turun karena pendapatan yang
diperoleh diprioritaskan untuk konsumsi atau diinvestasikan kepada sektor lain.
Di sisi lain, temuan pengaruh yang positif tersebut menunjukkan bahwa basis
nasabah perbankan syariah adalah nasabah spiritual meskipun keputusan-
keputusan rasional masih mempengaruhi mereka menempatkan dananya di
perbankan syariah, tentunya dengan keyakinan bahwa bank syariah merupakan
pilihan yang lebih baik untuk terhindar dari keharaman riba meskipun mereka
harus rela mengorbankan opportunity cost dari menurun nya nilai uang
diakibatkan inflasi.
Selain itu, hasil temuan ini juga mengindikasikan bahwa masyarakat tidak
terlalu memperdulikan faktor inflasi terhadap keputusan mereka menempatkan
dananya di perbankan syariah karena masih ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keputusan masyarakat sehingga pengaruh inflasi tidak signifikan
terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah.
Kemudian setelah dilakukan trimming, hasil pengujian secara parsial
menunjukkan semua variabel eksogen (BI Rate, PDB Riil dan IHSG) secara
149
signifikan berpengaruh terhadap DPK. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
BI Rate memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila
BI Rate mengalami kenaikan maka DPK akan mengalami penurunan, begitu juga
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Friska Julianti (2013),
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa BI Rate berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tabungan mudharabah. Adanya kenaikan BI Rate sebagai
tingkat suku bunga acuan pada bank konvensional akan membawa dampak
terhadap kinerja bank syariah. Sebab naiknya BI Rate akan mempengaruhi tingkat
suku bunga yang diikuti oleh naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga
pinjaman pada bank konvensional, sehinga masyarakat akan lebih cenderung
untuk menyimpan dananya di bank konvensional dibandingkan di bank syariah.
Selain itu, temuan ini juga menunjukkan bahwa perbankan syariah masih
sangat rentan terhadap risiko tingkat suku bunga (BI Rate) yang menjadi acuan
perbankan konvensional untuk menarik minat masyarakat. Pada mekanisme
operasionalnya, sebagaimana diketahui bahwa pada satu sisi bank syariah juga
menjalankan penghimpunan dana selayaknya bank umum baik dalam bentuk giro,
tabungan, dan deposito.
Namun di sisi lain, imbalan yang dapat diberikan bank syariah kepada para
nasabahnya sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan
dana dari penghimpunan dana yang disalurkan kembali kepada nasabah melalui
pembiayaan. Sehingga idealnya, nasabah tidak bisa mengharapkan pendapatan
yang pasti sebagaimana jika mereka menyimpan dananya di bank konvensional.
150
Hal ini yang membuat bank syariah menjadi berbeda dengan bank
konvensional. Fenomena ini akhirnya menimbulkan adanya istilah nasabah
spiritual dan nasabah rasional, dimana nasabah spiritual dianggap memiliki
loyalitas yang lebih tinggi kepada bank syariah dibandingkan dengan nasabah
rasional yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented). Dengan ekpektasi
tersebut, maka para nasabah rasional yang meletakkan dananya di bank syariah
tentu mengharapkan imbal hasil/return yang tinggi sehingga akan cenderung
untuk memindahkan dananya ke bank konvensional jika tingkat bunga naik.
Tentunya keputusan nasabah rasional ini akan secara langsung berpengaruh
negatif terhadap kegiatan penghimpunan dana pada bank syariah, yakni dana
pihak ketiga tentunya akan mengalami penurunan.
Sehingga temuan hasil penelitian yang memperoleh hasil negatif hubungan
antara BI Rate terhadap DPK mengindikasikan bahwa nasabah bank syariah
masih di dominasi oleh jenis nasabah yang rasional. Tentunya keputusan-
keputusan rasional tersebut akan mempengaruhi dana pihak ketiga perbankan
syariah. Namun realitanya, bank syariah pada umumnya masih menggunakan
tingkat suku bunga sebagai tolak ukur. Tingkat suku bunga masih dijadikan
rujukan untuk penentuan tingkat imbalan maupun bagi hasil yang diberikan bank
syariah baik itu dalam hal produk penghimpunan dana maupun pembiayaan.
Sehingga dapat diperkirakan hanya akan ada sedikit perbedaan antara
keuntungan yang akan diperoleh nasabah rasional dari bunga bank konvensional
dengan keuntungan dari produk penghimpunan dana pada bank syariah, apalagi
151
penetapan imbalan produk giro wadi’ah dan tabungan wadi’ah berupa bonus,
bukan bagi hasil.
PDB Riil memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPK, artinya
apabila terjadi kenaikan pada PDB Riil maka DPK juga akan mengalami
peningkatan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan 2 penelitian
sebelumnya oleh Ahmad Denny Mardiansyah (2004) dan Ari Cahyono (2009).
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa PDB Riil memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap DPK. Kenaikan PDB Riil merupakan gambaran
kegiatan produksi dalam negeri yang meningkat. Pada kondisi tersebut
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi secara agregat akan memperoleh
pendapatan yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa ketika pendapatan
masyarakat mengalami peningkatan, maka akan memiliki kelebihan dana yang
lebih besar setelah dikurangi konsumsinya sehingga semakin banyak dana yang
dapat dialokasikan untuk ditabungkan di bank syariah. Pengaruh positif dan
signifikan ini juga mengindikasikan bahwa, masyarakat lebih memilih
menempatkan dananya di perbankan syariah daripada berinvestasi di sektor lain
(sektor riil dan pasar modal) maupun menempatkan dananya di bank
konvensional.
IHSG berpengaruh signifikan terhadap DPK ini juga menandakan pada
penelitian periode ini ketika IHSG naik maka ada kecenderungan nasabah untuk
mengalihkan dananya berinvestasi ke saham atau pasar modal.
152
4.3.3. Pembahasan penelitian Substruktur II Pengaruh Makro Ekonomi
Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil.
Variabel BI Rate, Inflasi, IHSG dan Dana Pihak Ketiga secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil pada
Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil pengujian secara parsial, diketahui DPK
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penyaluran pembiayaan yang
diberikan oleh sebuah bank, baik itu bank konvensional maupun bank syariah.
Jadi, apabila DPK mengalami penurunan maka penyaluran pembiayaannya juga
akan menurun. Saat nilai tukar Rupiah melemah seperti yang telah dijelaskan pada
poin pengaruh kurs terhadap DPK, maka DPK akan mengalami penuruan.
Menurunnya DPK tersebut berimbas pada menurunnya volume pembiayaan yang
berhasil disalurkan oleh bank syariah, termasuk jenis pembiayaan yang
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Kemudian karena hasil pengujian secara parsial menunjukkan semua
variabel eksogen (BI Rate, Inflasi, dan IHSG dan DPK) secara signifikan
berpengaruh terhadap Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil maka tidak perlu
dilakukan triming kembali. Hasil pengujian secara parsial diketahui DPK
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil. Maksudnya, apabila terjadi kenaikan pada DPK maka
pembiayaan juga akan mengalami peningkatan. Hasil ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan Achmad Tohari (2010), dari hasil penelitiannya dia
memperoleh hasil bahwa DPK memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
volume pembiayaan mudharabah. Dalam kondisi normal pembiayaan sangat
153
tergantung pada besarnya dana yang tersedia, baik yang berasal dari pemilik
berupa modal maupun dari dana masyarakat (DPK). Artinya, semakin besar
funding suatu bank, maka semakin besar potensi bank yang bersangkutan dalam
penyediaan pembiayaan.
BI Rate memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil. Artinya apabila terjadi kenaikan pada
BI rate maka pembiayaan juga akan mengalami peningkatan, begitu juga
sebaliknya. Adanya kenaikan BI Rate sebagai tingkat suku bunga acuan pada
bank konvensional akan membawa dampak terhadap kinerja bank syariah. Sebab
naiknya BI Rate akan mempengaruhi tingkat suku bunga yang diikuti oleh
naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada bank konvensional.
Kenaikan suku bunga pinjaman tersebut tentunya akan menyebabkan masyarakat
enggan meminjam di bank konvensional disebabkan tingkat bunganya yang relatif
tinggi, sehingga masyarakat akan lebih cenderung beralih ke bank syariah dimana
pembiayaan lebih didasarkan pada bagi hasil.
Namun sebenarnya yang lazim digunakan saat ini dalam menentukan rate
pembiayaan syariah adalah menggunakan metode going rate pricing, yaitu
menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai benchmark (rujukan). Hal ini
terjadi, karena dalam kenyataannya bank syariah juga berkompetisi dengan bank
konvensional untuk mendapatkan nasabah yang bersifat floating customer
(nasabah rasional). Perilaku floating customer sangat dipengaruhi oleh tingkat
convenience dan perolehan keuntungan dari return yang didapat.
154
Hasil penelitian menunjukkan inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil. Artinya jika inflasi mengalami
kenaikan maka pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil akan mengalami
penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Cahyono
(2009), dimana inflasi memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan. Diketahui
bahwa inflasi merupakan salah satu instrumen variabel makro yang sangat
mempengaruhi tingkat suku bunga. Apabila inflasi mengalami kenaikan maka
biasanya akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga baik untuk tabungan
maupun pembiayaan. Seperti yang telah dijelaskan pada poin pembahasan BI Rate
terhadap pembiayaan berdasarkan bagi hasil di atas, bahwa dalam menentukan
rate pembiayaan bank syariah menggunakan metode going rate pricing, yaitu
menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai benchmark (rujukan). Hal ini
mengindikasikan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil pada bank
syariah sangat rentan terpengaruh oleh inflasi. Artinya ketika inflasi mengalami
peningkatan maka kemudian akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga,
dimana kenaikan suku bunga ini akan dijadikan rujukan oleh bank syariah untuk
menetapkan return pembiayaannya. Sehingga ketika inflasi naik maka
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil juga akan mengalami penurunan
disebabkan masyarakat enggan mengajukan pembiayaan ke bank syariah karena
return pengembalian yang harus dikembalikan semakin tinggi.
155
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil output Uji data dengan menggunakan analisis jalur (Path
analysis) dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dari hal tersebut
dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah ialah sebagai berikut:
1. Pengujian secara simultan Makroekonomi (Inflasi, BI Rate, PDB Riil, dan
IHSG) berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
sedangkan pengujian secara parsial yaitu
2.1. Hasil uji t pada variabel Inflasi (X1) diperoleh probabilitas Signifikan sebesar
0,475. Nilai Sig > 0,05 (0,475 > 0,05), maka keputusannya adalah Ho
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan yang berarti Inflasi tidak
berpengaruh secara parsial terhadap DPK.
2.2. Hasil uji t pada variabel BI Rate (X2) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,037. Nilai Sig < 0,05 (0,037 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti BI Rate berpengaruh secara
parsial terhadap DPK.
2.3. Hasil uji t pada variabel PDB riil (X4) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,000 Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti PDB Riil berpengaruh secara
parsial terhadap DPK.
2.4. Hasil uji t pada variabel IHSG (X5) diperoleh probabilitas Sig sebesar 0,000
Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha
156
diterima, artinya signifikan yang berarti IHSG berpengaruh secara parsial
terhadap DPK.
3. Pengaruh Makroekonomi ( Inflasi, BI Rate, IHSG) dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) secara simultan nilai F sebesar 1.750E3 dengan nilai probabilitas (Sig)
sebesar 0,000. Karena nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya
adalah H0 ditolak dan Ha diterima, artinya makroekonomi berpengaruh
terhadap Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. sedangkan pengujian
secara parsial yaitu
4.1. Hasil uji t pada variabel inflasi (X1) diperoleh probabilitas Sig sebesar 0,004.
Nilai Sig < 0,05 (0,004 < 0,05), maka keputusannya H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan yang berarti bahwa inflasi berpengaruh secara
parsial terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil pada perbankan
syariah di Indonesia.
4.2. Hasil uji t pada variabel BI Rate (X2) diperoleh probabilitas Sig sebesar
0,000. nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan yang berarti BI Rate berpengaruh secara
parsial terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
4.3. Hasil uji t pada variabel IHSG (X5) diperoleh probabilitas Sig sebesar 0,018.
Nilai Sig < 0,05 (0,018 < 0,05), maka keputusannya H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan yang berarti nilai IHSG berpengaruh secara
parsial terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil pada perbankan
syariah di Indonesia.
157
4.4. Hasil uji t pada variabel DPK (Y) diperoleh probabilitas Sig sebesar 0,000.
Nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan yang berarti bahwa variabel eksogen (DPK)
berpengaruh secara parsial terhadap variabel endogen, yaitu pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (Z) pada perbankan syariah di Indonesia.
5.2. Saran
a. Penelitian selanjutnya
Saran penulis dalam penelitian ini antara lain, peneliti selanjutnya hendaknya
dapat menambah sampel penelitian maupun rentang tahun waktu penelitian,
sehingga memiliki titik observasi yang lebih banyak dan lebih mencerminkan
keadaan sebenarnya. Serta Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
mengembangkan dan menambahkan variabel Makroekonomi lain seabagai
dependennya guna mengetahui adakah variabel-variabel yang secara teoritis
berpengaruh terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan pada perbankan syariah
di Indonesia, serta meneliti variabel independent pembiayaan lainnya seperti fixed
return murabahah. Penelitian selanjutnya juga diharapkan tidak hanya
mengguanakan data sekunder metode kuantitatif tetapi bisa dikembangkan dengan
menggunakan kuesioner (metode penelitian kualitatif).
b. Bank syariah
Saran untuk bank syariah yaitu perlu adanya antisipasi dalam melihat trend
perkembangan ekonomi nasional dan global karena faktor eksternal cukup
mempengaruhi keadaan pendanan bank dan penyaluran pembiayaannya.
Perbankan syariah diharapkan dapat lebih efektif lagi untuk mengembangkan
158
pembiayaan berbasis bagi hasil sebagai salah satu strategi yang menjadi
keunggulan kompetitif perbankan syariah kearah yang lebih produktif terhadap
masyarakat dibandingkan dengan pembiayaan murabahah yang berbsis fix return
dan cenderung ke arah konsumtif. Hal ini dikarenakan Pembiayaan bagi hasil
(Mudharabah dan musyarakah) dapat memberi manfaat yang lebih bagi
masyarakat dan lingkungan, tetapi juga bermanfaat bagi perbankan syariah itu
sendiri dalam keberlanjutan usahanya ke arah yang lebih produktif.
c. Investor
Investor harus mempertimbangkan profit. kerbemanfaatan dan berkelanjutan
bank syariah. Bank yang menggunakan pembiayaan bagi hasil sebagai strategi
produk secara berkesinambungan akan memiliki citra yang baik di masyarakat
sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Pada saat masyarakat
percaya dengan bank syariah maka akan meningkatkan loyalitasnya terhadap bank
syariah. Dengan demikian keberlanjutan perusahaan akan terjaga dengan
operasional pendanaan dan pembiayaan perbankan syariah berbasis bagi hasil
yang baik.
d. Pemerintah dan pembuat kebijakan
Pemerintah diharapkan mengeluarkan peraturan yang lebih jelas terkait dengan
kebijakan Makroekonomi. Peraturan terkait dengan kesetabilan Indikator
makroekonomi harus bisa dijaga sehingga di terima oleh semua lapisan
masyarakat dan bisa mendukung operasional perbankan Syariah. Pemerintah juga
harus berperan aktif dalam sosialisasi betapa pentingnya menjaga Makroekonomi
pada unit-unit bisnis ataupun masyarakat karena perusahaan (perbankan syariah)
159
dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan, sehingga
keduanya harus mengetahui betapa pentingnya sinergitas antara perusahaan
regulator dan masyarakat.
e. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu;
1) Jumlah sampel penelitian yang masih relatif terbatas yaitu BUS dan UUS
data bank syariah tanpa mengikutkan BPRS dan lembaga keuangan lainnya,
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel
penelitian.
2) Dalam penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian selama 5 tahun,
sehingga hasil jangka panjang masih bisa diabaikan. Untuk penelitian
selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode, sehingga
menghasilkan sampel yang lebih banyak dan menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
160
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Tohari (Penelitian) “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dollar, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) serta Implikasinya pada Pembiayaan Mudharabah di
Indonesia (2010).
Al-Asqalany, Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar. Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam. Mekkah:
Haramain, 1387 H.
Andraeny, D. (2011). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil
Dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Paper presented at the
Simposium Nasional Akuntansi XIV.
Antonio Syafi’i, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
Cetakan Keduapuluh Tujuh, Juni 2017.
Antonio, Muhammad Syafi’i DKK. Peta Keuangan Mikro Syari’ah Indonesia.
Jakarta: Tazkia Publishing, 2018
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Wacana Ulama & Cendikiawan.
Bogor: Tazkia Institute, 1999.
Ascarya dan Yumanita. 2005. “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi
Hasil di Perbankan Syariah Indonesia”. Buletin Ekonomi dan Perbankan ,
Juni 2005.
Asutay, Mehmet (2012) dalam Aspirations of Islamic Moral Economy vs the
Realities of Islamic Finance. UK : Durham University, di publish pada :
Asian and African Area Studies, 11 (2): 93-113, 2012.
Cahyono, Ari. Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga
dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Jakarta: Universitas Indonesia,
2009.
Cleopatra, Yuria Pratiwi. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Proporsi Aset Perbankan Syariah Di Indonesia. (Tesis),
Universitas Indonesia, Jakarta.
Danil Maulana, Fakhruddin . Analisis Hubungan Variabel Makro Dengan
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Di Perbankan Umum (Jurnal Ilmiah
Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 227)
Danupranata, Gita 2016. Manajemen Perbankan Syariah, Yogyakarta: Salemba
Empat.
161
Darsono, Ali sakti DKK. Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah Di
Indonesia. Depok: Rajawali Pers, 2017.
Darsono, Ali sakti DKK. Masa Depan Keuangan Syariah Indonesia.
Indonesia.Jakarta: Tazkia Publishing, 2017.
Darsono-Ali Sakti-Ascarya Dkk. Perbankan Syariah Di Indonesia kelembagaan
dan Kebijakan Serta Tantangan Ke Depan. Depok: Rajaali Pers, 2017.
Tarigan, Azhari Akmal, 2007, Pergumulan Ekonomi Syariah di Indonesia.
Bandung : Cita pustaka Media, 2007.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Sygma Examedia
Arkanlema, 2017.
Faridah, L. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah. (penelitian), Universitas
Muhammadiyah, Yogyakarta.
Friska Julianti, Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan BI Rate
terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah. Penelitian
(2013).
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 25. Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. Model Persamaan Struktural Konsep & Aplikasi Dengan
Program AMOS 21.0. Semarang: Universitas Diponegoro, 2013.
Halwani, Hendra. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Bogor.
Ghalia Indonesia. 2005.
Herli Sopiana, analisis pengaruh suku bunga sbi dan inflasi terhadap
penghimpunan dana pihak ketiga (dpk) perbankan di indonesia. Publish :
(Journal of Economic & Development HAL: 12 – 30 Volume 10, No.1 hal:
12 – 30 ISSN 1829-5843).
Herni Ali dan Miftahurrohman. analisis pengaruh dana pihak ketiga (dpk), non
performing financing dan tingkat suku bunga krdit terhadap pembiayaan
berbasis bagi hasil (mudharabah) pada perbankan syariah Indonesia. (The
Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 2 (2015): 151-166).
Huda, Nurul et. al. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana,
2009.
162
Huey-Yeh Lin1 , Nuraeni Hadiati Farhani1 & Meihua Koo2 , The Impact of
Macroeconomic Factors on Credit Risk in Conventional Banks and Islamic
Banks: Evidence from Indonesia. (http://ijfr.sciedupress.com International
Journal of Financial Research Vol. 7, No. 4; 2016).
Ismail. (2018). Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi. Edisi kelima.
Jakarta : Kencana.
Iswadi, Pengaruh BI Rate, Inflasi, Kurs, Dan Pdb Riil Terhadap DPK dan
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di
Indonesia Periode 2009-2014. (2015) jurnal studia economica/article
/view/240.
Judisseno, Rimsky K. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Karim, Adiwarman Azwar, Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajagrafindo persada,
2017.
Karim, Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi keempat.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016.
Karim, Adiwarman Azwar. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Cetakan 12
Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016.
Lintang Nurul Annisa Rizal Yaya. (2015), Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat
Bagi Hasil Dan Non Performing Financing Terhadap Volume Dan Porsi
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
Jurnal SHARE | Volume 4 | Number 1 | January - June 2015.
Mankiw, N. Gregory. Pengantar Ekonomi Makro Edisi 7. Jakarta: Salemba
empat, 2018.
Mardiansyah, Akhmad Denny. Analisis Faktor-Faktor Penentu Penghimpunan
dan Penyaluran Dana Perbankan Syariah Beserta Peramalnnya. Institut
Pertanian Bogor, 2004.
Martalena dan Malinda : pengantar pasar modal. Edisi Pertama. Yogyakarta :
Andi 2011.
Muhammad Syahbudi, Se.I, Ma, Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. 2017 (Laporan
Penelitian).
163
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : PT Raja Grafindo persada,
2014.
Naja, H.R. Daeng. Akad Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011.
Putong, Iskandar. Economics: Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra
Kencana Media, 2013.
Rahmat, A. (2012). Optimalisasi Pembiayaan Bagi Hasil Sebagai Upaya
Memberdayakan Umkm Yang Berkeadilan.
Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro. Cara Menggunakan dan Memaknai
Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta, 2012.
Rimsky K. Judisseno, 2005, “Sistem Moneter Dan Perbankan Di Indonesia”, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rivai, Veithzal, et. al. Bank & Financial Institution Managemen Conventional &
Sharia System. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Saekhu, Dampak Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga
Perbankan Syariah. Di Publish:( Economica: Jurnal Ekonomi Islam –
Volume 8, Nomor 1 (2017): 103 -130 ISSN: 2085-9325).
Sanusi, Anwar. Metodologi Penelitan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Shamsun Nahar1 , Niluthpaul Sarker2 (2016). Are Macroeconomic Factors
Substantially Influential For Islamic Bank Financing? Cross-Country
Evidence -OSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN:
2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. Volume 18, Issue 6 .Ver. I (Jun. 2016), PP
20-27 www.iosrjournals.org.
Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Akasara, 2003.
Solarin Sakiru Adebola, Prof. Wan Sulaiman Wan Yusoff, Dr. Jauhari Dahalan,
The Impact Of Macroeconomic Variables On Islamic Banks Financing In
Malaysia (Research Journal of Finance and Accounting www.iiste.org ISSN
2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol 2, No 4, 2011).
Solikin M.Juhro, Darsono DKK. Kebijakan Moneter Syariah Dalam Sistem
Keuangan Ganda Teori dan Praktik. Jakarta: Tazkia Publishing, 2018.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
164
Sukirno, Sadono. Makroekonomi: Teori Pengantar. Edisi k 3 Jakarta:
RajawaliPers, 2016.
Supriadi, Edy. SPSS + Amos. Jakarta : In Media, 2014.
Supriana, Tavi. Ekonomi Makro. Medan: USU Press, 2013.
Sutono & Batista Sufa Kefi, (2013).Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap
Penghimpunan Dana Pada Bank Umum Di Indonesia. (Jurnal Ekonomi
Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 2013).
Tony Wijaya, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta, Graha
Ilmu, 2013.
Vera Paulin Kay. Tabungan Dan Variabel Ekonomi Makro Yang
Mempengaruhinya Di Kota Ambon . Vol.VII, No.1, Mei 2015 ISSN: 1978-
3612 Cita Ekonomika,Jurnal Ekonomi.
Zulkifili, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2006.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Website Bank Indonesia 2018 : www.bi.go.id.
DSN-MUI 2018 : http://dsnmuiinstitute.com
Otoritas Jasa keuangan 2018 : https://www.ojk.go.id/
165
Lampiran 1
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia Keterangan
KP = Kantor Pusat KPO = Kantor Pusat Operasional
KC = kantor Cabang KCP/ UPS = Kantor Cabang Pembantu / Unit Pelayanan Syariah
KK = Kantor Kas Tidak termasuk Layanan Syariah
Kelompok Bank KPO/KC KCP/UPS KK
Bank Umum Syariah 478 1.199 198
1 PT. Bank Aceh Syariah 26 88 27
2 PT BPD Nusa Tenggara Barat Syariah 13 22 4
3 PT. Bank Muamalat Indonesia 83 152 57
4 PT. Bank Victoria Syariah 9 5 -
5 PT. Bank BRISyariah 52 206 12
6 PT. Bank Jabar Banten Syariah 9 55 1
7 PT. Bank BNI Syariah 68 190 17
8 PT. Bank Syariah Mandiri 130 423 53
9 PT. Bank Mega Syariah 25 34 7
10 PT. Bank Panin Dubai Syariah 15 3 -
11 PT. Bank Syariah Bukopin 12 7 4
12 PT. BCA Syariah 11 12 16
13 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 24 2 -
14 PT. Maybank Syariah Indonesia 1 - -
Unit Usaha Syariah 153 146 55
15 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk 9 1 -
16 PT Bank Permata, Tbk 11 2 1
17 PT Bank Maybank Indonesia, Tbk 13 - -
18 PT Bank CIMB Niaga, Tbk 15 - 3
19 PT Bank OCBC NISP, Tbk 9 - -
20 PT Bank Sinarmas 34 2 10
21 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. 22 46 7
22 PT BPD DKI 3 12 5
23 PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta 1 5 3
24 PT BPD Jawa Tengah 4 12 9
25 PT BPD Jawa Timur, Tbk 7 9 -
26 PT BPD Sumatera Utara 1 1 -
27 PT BPD Jambi 5 17 -
28 PT BPD Sumatera Barat 5 4 -
29 PT BPD Riau dan Kepulauan Riau 2 4 3
30 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 3 2 4
31 PT BPD Kalimantan Selatan 2 9 1
32 PT BPD Kalimantan Barat 1 4 6
33 PD BPD Kalimantan Timur 2 16 2
34 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 4 - 1
166
Lampiran II
Data Variabel Uji penelitian
periode
Inflasi
(persen)
BI RATE
(persen)
KURS
(rupiah)
PDB
(milyar)
IHSG
(rupiah)
Dana pihak
Ketiga
(milyar)
Pembiayaan
Bagi Hasil
x1 x2 x3 x4 x5 Y Z Jan-14 0.0822 0.0750 12226 82586310 4620 177930 52007
Feb-14 0.0775 0.0750 11634 83226220 4768 178154 52554
Mar-14 0.0732 0.0750 11404 84175230 4840 180945 54081
Apr-14 0.0725 0.0750 11532 85780670 4894 185508 56633
Mei-14 0.0732 0.0750 11611 87087410 4879 190783 57923
Jun-14 0.0670 0.0750 11969 88442770 5089 191470 59960
Jul-14 0.0453 0.0750 11591 90778650 5137 194299 61298
Agust-14 0.0399 0.0750 11717 91532320 5138 195959 61630
Sep-14 0.0453 0.0750 12212 91635670 5090 197141 62966
Okt-14 0.0483 0.0750 12082 89799600 5150 207121 62998
Nop-14 0.0623 0.0775 12196 89569190 5227 209644 64313
Des-14 0.0836 0.0775 12440 89655300 5289 217858 63690
Jan-15 0.0696 0.0775 12625 89973680 5450 210761 63576
Feb-15 0.0629 0.0775 12863 90756070 5519 210297 63792
Mar-15 0.0638 0.075 13084 91918180 5086 212988 65823
Apr-15 0.0679 0.0750 12937 94122059 5216 213973 67037
Mei-15 0.0715 0.0750 13211 95642279 4911 215339 68938
Jun-15 0.0726 0.0750 13332 97124152 4803 213477 70425
Jul-15 0.0726 0.0750 13481 99417781 4510 216083 70061
Agust-15 0.0718 0.0750 14027 100180437 4224 216356 70992
Sep-15 0.0683 0.0750 14657 100264021 4455 219580 72271
Okt-15 0.0625 0.0750 13639 99668534 4447 219478 72347
Nop-15 0.0489 0.0750 13840 98393974 4593 220635 73072
Des-15 0.0335 0.0750 13795 96440342 4615 231175 75533
Jan-16 0.0414 0.0725 13846 97163980 4771 229094 74107
Feb-16 0.0442 0.0700 13395 98182221 4845 231820 75112
Mar-16 0.0445 0.0675 13276 99488455 4839 232657 77011
Apr-16 0.0360 0.0550 13204 101437601 4797 233808 77561
Mei-16 0.0333 0.0550 13615 103075772 5017 238366 79372
Jun-16 0.0345 0.0525 13180 104753713 5216 241336 81610
167
Jul-16 0.0321 0.0525 13094 107556492 5386 243184 80502
Agust-16 0.0279 0.0525 13300 108494263 5365 244843 81257
Sep-16 0.0307 0.0500 12998 108656022 5423 263522 83924
Okt-16 0.0331 0.0475 13051 106745501 5149 264678 85295
Nop-16 0.0358 0.0475 13563 106332292 5297 270480 87021
Des-16 0.0302 0.0475 13436 106115998 5294 279335 93713
Jan-17 0.0349 0.0475 13343 106912237 5387 277714 91361
Feb-17 0.0383 0.0475 13347 108032636 5568 281084 92111
Mar-17 0.0361 0.0475 13321 109469922 5685 286178 94902
Apr-17 0.0417 0.0475 13327 111614621 5738 291889 96025
Mei-17 0.0433 0.0475 13321 113417147 5830 295606 98951
Jun-17 0.0437 0.0475 13319 115263432 5841 302013 105541
Jul-17 0.0388 0.0475 13323 118347407 5864 307638 106777
Agust-17 0.0382 0.0450 13351 119379263 5901 309006 107788
Sep-17 0.0372 0.0425 13492 119557251 6006 318574 110059
Okt-17 0.0358 0.0425 13572 117455052 5952 319124 110340
Nop-17 0.0330 0.0425 13514 117000387 6356 322715 111691
Des-17 0.0361 0.0425 13548 116762392 6606 334719 118595
Jan-18 0.0325 0.0425 13413 117638516 6597 335185 114646
Feb-18 0.0318 0.0425 13707 118871322 6189 331943 115997
Mar-18 0.0340 0.0425 13756 120452808 5995 339909 119050
Apr-18 0.0341 0.0425 13877 122812681 5984 340186 119213
Mei-18 0.0323 0.0450 13951 124796050 5799 339749 122026
Jun-18 0.0312 0.0525 14404 126827569 5936 341216 126899
Jul-18 0.0318 0.0525 14413 130220953 6019 339195 128097
Agust-18 0.0320 0.0550 14711 131356333 5977 338754 134221
Sep-18 0.0288 0.0575 14929 131552178 5832 355446 136892
Okt-18 0.0316 0.0575 15227 129239070 6056 355.919 139146
Nop-18 0.0323 0.0600 14339 128738789 6148 354.421 138141
Des-18 0.0313 0.0600 14481 128476916 6164 371.828 145507