pengaruh konsentrasi gel porang dan whipping cream
TRANSCRIPT
PENGARUH KONSENTRASI GEL PORANG DAN WHIPPING CREAM
TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA, FISIK DAN ORGANOLEPTIK ES KRIM
LABU KUNING (Cucurbita moschata)
LAPORAN SKRIPSI
Oleh:
M. BAGUS SANUBARI
NIM 155100101111058
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
i
PENGARUH KONSENTRASI GEL PORANG DAN WHIPPING CREAM
TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA, FISIK DAN ORGANOLEPTIK ES KRIM
LABU KUNING (Cucurbita moschata)
Oleh:
M. BAGUS SANUBARI
NIM 155100101111058
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknologi Pertanian
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Whipping
Cream Terhadap Karakteristik Kimia, Fisik dan
Organoleptik Es Krim Labu Kuning (Cucurbita
moschata)
Nama Mahasiswa : M. Bagus Sanubari
N I M : 155100101111058
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Pembimbing,
Dr. Ir. Aji Sutrisno, M.Sc.
NIP 19680223 199303 1 002
Tanggal Persetujuan:
.....................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Whipping
Cream Terhadap Karakteristik Kimia, Fisik dan
Organoleptik Es Krim Labu Kuning (Cucurbita
moschata)
Nama Mahasiswa : M. Bagus Sanubari
N I M : 155100101111058
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Tanggal Lulus Tugas Akhir:……………………………………………..
Dosen Penguji I,
Prof. Dr. Teti Estiasih, STP, MP.
NIP 197012262002122001
Dosen Penguji II,
Wenny Bekti Sunarharum, STP., M.Food.St., Ph.D
NIP 19820405200801215
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Aji Sutrisno, M.Sc.
NIP 196802231993031002
Ketua Jurusan,
Dr. Widya Dwi Rukmi Putri, STP., MP
NIP 197005041999032002
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Lahir di Tuban tanggal 8 Juli 1996 dari pasangan M.
Taufiqurrohman dan Endang Setyowati. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Latsari
Tuban pada tahun 2009, kemudian melanjutkan ke sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 3 Tuban dan lulus pada
tahun 2012, kemudian menyelesaikan sekolah menengah
atas di SMA Negeri 1 Tuban pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam
bidang organisasi BEM sebagai staff Kementrian Advokasi dan Kesejahteraan
Mahasiswa pada tahun 2016 dan sebagai staff Kementrian Komunikasi dan
Informasi pada tahun 2017. Penulis juga aktif pada organisasi Himalogista sebagai
staff ahli divisi Strategi Komunikasi Eksternal dan Media Informasi pada tahun
2018. Penulis pernah mengikuti kepanitiaan Orientasi untuk mahasiswa baru 2016
sebagai anggota divisi kesehatan, Pengenalan Kehidupan Kampus FTP 2016
sebagai anggota divisi pendamping, Pemilihan Wakil Mahasiswa FTP 2016
sebagai koordinator divisi Dekorasi Dokumentasi dan Multimedia, Himalogista
Great Event 11 pada tahun 2016 sebagai wakil koordinator divisi Sponsorship,
Himalogista Great Event 12 pada tahun 2017 sebagai koordinator divisi
Sponsorship, Himalogista Great Event 13 pada tahun 2018 sebagai steering
comitte divisi Sponsorship dan Dana Usaha. Pada tahun 2019, penulis berhasil
menyelesaikan pendidikan di Universitas Brawijaya, Fakultas Teknologi Pertanian,
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Terima Kasih kepada Allah S.W.T.
Karya kecilku ini aku persembahkan
Kepada kedua orang tuaku yang tersayang
M. Taufiqurrohman dan Endang Setyowati
Serta kakak-kakakku
Ana Amila
Yunita Kurniati
Dan seluruh keluarga
vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Whipping
Cream Terhadap Karakteristik Kimia, Fisik dan
Organoleptik Es Krim Labu Kuning (Cucurbita
moschata)
Nama Mahasiswa : M. Bagus Sanubari
N I M : 155100101111058
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Menyatakan bahwa,
SKRIPSI dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, saya bersedia dituntut
sesuai dengan hukum yang berlaku.
Malang,
Pembuat Pernyataan,
M. Bagus Sanubari
NIM. 155100101111058
vii
M. Bagus Sanubari. 155100101111058. Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Whipping Cream Terhadap Karakteristik Kimia, Fisik dan Organoleptik Es Krim Labu Kuning (Cucurbita moschata). SKRIPSI. Pembimbing: Dr. Ir. Aji Sutrisno, M. Sc.
RINGKASAN Labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan komoditas lokal yang cukup
melimpah di Indonesia. Kandungan gizi dalam labu kuning cukup lengkap
sehingga sesuai untuk menjadi sumber gizi yang potensial dan terjangkau bagi
masyarakat. Produksi labu kuning yang melimpah dan kandungan gizi yang
lengkap belum diimbangi dengan konsumsi masyarakat pada labu kuning. Oleh
karena itu, perlu adanya diversifikasi pangan untuk labu kuning agar digemari
masyarakat, salah satunya adalah dioleh menjadi es krim.
Es krim merupakan makanan yang tinggi kandungan lemak dan digemari
oleh masyarakat. Dengan bertambahnya kandungan lemak pada es krim maka
tekstur es krim akan semakin baik atau lembut. Lemak yang biasa digunakan
dalam pembuatan es krim adalah krim susu atau whipping cream yang memiliki
harga cukup tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan pengganti lemak untuk produk es
krim. Salah satu pengganti lemak yang potensial dipakai adalah gel yang dibuat
dari tepung porang. Tepung porang memiliki kandungan glukomanan lebih dari
88% yang memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga mampu mencegah
pembentukan kristal es yang besar yang berpengaruh pada tekstur es krim
menjadi keras dan sulit disendok. Glukomanan merupakan serat larut air sehingga
cocok untuk makanan diet bagi penderita diabetes dan obesitas. Dengan
demikian, pemanfaatan gel porang sebagai pengganti lemak pada es krim labu
kuning diharapkan dapat menghasilkan es krim labu kuning yang sehat dan dapat
meningkatkan konsumsi es krim labu kuning secara nasional.
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor I
adalah konsentrasi penambahan gel porang (0%, 2% dan 4%). dan faktor II adalah
konsentrasi penambahan whipping cream (0%, 6% dan 12%). Data dianalisa
menggunakan ANOVA, dan dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil
(BNT), dan DMRT jika interkasi berpengaruh nyata. Pemilihan perlakuan terbaik
dilakukan menggunakan metode de Garmo.
Konsentrasi gel porang dan konsentrasi whipping cream memberikan
pengaruh terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik dari es krim labu
kuning yang dihasilkan. Berdasarkan uji organoleptik diketahui bahwa kombinasi
perlakuan terbaik adalah penambahan gel porang 4% dan whipping cream 6%
dengan karakteristik warna L*, a*, b* sebesar 67,97; 14,93; 48,83, Kadar lemak
sebesar 4,45%, Kadar betakaroten sebesar 0,0945 µg/g, overrun sebesar 20,68%,
waktu leleh sebesar 6,89 menit/ gram serta kekerasan sebesar 10,27 N.
Kata Kunci: Labu Kuning, Es Krim, Gel Porang, Whipping Cream
viii
M. Bagus Sanubari. 155100101111058. Effect of Porang Gel Concentration and Whipping Cream on Chemical, Physical and Organoleptic Characteristics of Pumpkin Ice Cream (Cucurbita moschata). SKRIPSI. Supervisor: Dr. Ir. Aji Sutrisno, M. Sc.
SUMMARY
Pumpkin (Cucurbita moschata) is a local commodity which is quite abundant
in Indonesia. The nutritional content in pumpkin is quite complete so it is suitable
to be a potential and affordable source of nutrition for the community. Abundant
production of pumpkin and complete nutritional content has not been matched by
public consumption on pumpkin. Therefore, it is necessary to diversify food for
pumpkin so that people like it, one of which is obtained into ice cream.
Ice cream is a food that is high in fat and is popular with the public. With
increasing fat content in ice cream, the texture of ice cream will be better or softer.
Fat commonly used in making ice cream is milk cream or whipping cream which
has a high enough price. Therefore, we need a fat replacement for ice cream
products. One potential fat substitute used is a gel made from porang flour. Porang
flour has a glucomannan content of more than 88% which has the ability to absorb
water so as to prevent the formation of large ice crystals that affect the texture of
ice cream to be hard and difficult to scoop up. Glucomannan is a water-soluble
fiber making it suitable for diet food for diabetics and obesity sufferers. Thus, the
use of porang gel as a fat substitute in pumpkin ice cream is expected to produce
healthy pumpkin ice cream and can increase consumption of pumpkin ice cream
nationally.
The experimental design used in this study was a Factorial Randomized
Block Design (RBD) consisting of two factors. Factor I is the concentration of
adding porang gel (0%, 2% and 4%). and factor II is the concentration of the
addition of whipping cream (0%, 6% and 12%). Data were analyzed using ANOVA,
and followed by further DMRT tests. The selection of the best treatment is done
using the de Garmo method.
Porang gel concentration and whipping cream concentration influence the
physicochemical and organoleptic characteristics of the pumpkin ice cream
produced. Based on organoleptic test, it is known that the best combination of
treatments is the addition of 4% porang gel and 6% whipping cream with the
characteristic colors of L*, a*, b* of 67.97; 14.93; 48.83, Fat content of 4.45%,
Betacarotene content of 0.0945 µg / g, overrun of 20.68%, melting balance of 6.89
minutes / gram and hardness of 10.27 N.
Keyword: Pumpkin, Ice Cream, Gel Porang, Whipping Cream
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas segala rahmat dan hidayah-Nya, hingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas akhir ini yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Whipping
Cream Terhadap Karekteristik Kimia Fisik dan Organoleptik Es Krim Labu
Kuning (Cucurbita moschata). Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu
syarat mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tua dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan doa dan
dukungan baik moral maupun material.
2. Ir. Aji Sutrisno, M. Sc. Ph. D, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penyusun.
3. Dr. Widya Dwi Rukmi P., STP, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
4. Teman-teman yang selalu menguatkan dalam penyusunan tugas akhir.
Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan
pengalaman, penyusun mengharapkan saran dan masukan demi lebih baiknya
proposal tugas akhir ini. Akhirnya harapan penyusun semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.
Malang, September 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................... vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
SUMMARY ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3
1.5 Hipotesa ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1 Es Krim ...................................................................................................... 4
2.2 Labu Kuning ............................................................................................... 5
2.2.1 Taksonomi Labu Kuning ...................................................................... 6
2.3 Susu ........................................................................................................... 7
2.4 Gula ........................................................................................................... 8
2.5 Telur ........................................................................................................... 9
2.6 Susu Skim .................................................................................................. 9
2.7 Whipping Cream ...................................................................................... 10
2.8 Gel Porang ............................................................................................... 10
2.9 Gel Porang sebagai Pengganti Lemak ..................................................... 12
2.10 Tahapan Pembuatan Es Krim Labu Kuning ............................................ 13
2.10.1 Pencampuran Bahan ....................................................................... 13
2.10.2 Pasteurisasi ..................................................................................... 13
2.10.3 Homogenisasi .................................................................................. 14
2.10.4 Aging ............................................................................................... 14
xi
2.10.5 Pembuihan ...................................................................................... 14
2.10.6 Pembekuan ..................................................................................... 15
2.11 Karakteristik Es Krim .............................................................................. 15
2.11.1 Waktu Leleh ..................................................................................... 15
2.11.2 Overrun ........................................................................................... 16
2.11.3 Rasa ................................................................................................ 17
2.11.4 Tekstur ............................................................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 19
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................... 19
3.2.1 Alat .................................................................................................... 19
3.2.2 Bahan ................................................................................................ 19
3.3 Metode Penelitian .................................................................................... 19
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 21
3.5 Prosedur Penelitian .................................................................................. 21
3.5.1 Pembuatan Gel Porang ......................................................................... 21
3.5.2 Pembuatan Pasta Labu Kuning ............................................................. 22
3.5.3 Pembuatan Es Krim Labu .................................................................. 22
3.6 Pengujian dan Analisis Data ..................................................................... 23
3.6.1 Pengujian........................................................................................... 23
3.6.2 Analisa Data ...................................................................................... 24
3.7 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 25
3.7.1 Pembuatan Gel Porang ..................................................................... 25
3.7.2 Pembuatan Pasta Labu Kuning ......................................................... 26
3.7.3 Pembuatan Es Krim Labu Kuning ...................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 28
4.1 Karakteristik Labu Kuning ........................................................................ 28
4.2 Karakteristik Kimia Es Krim Labu Kuning ................................................. 29
4.2.1 Kadar Lemak ..................................................................................... 29
4.2.2 Kadar Beta Karoten ........................................................................... 31
4.3 Karakteristik Fisik Es Krim Labu Kuning ................................................... 32
4.3.1 Overrun ............................................................................................. 32
4.3.2 Waktu Leleh ....................................................................................... 35
4.3.3 Tingkat Kekerasan ............................................................................. 37
4.3.4 Warna ................................................................................................ 40
4.4 Pegujian Organoleptik .............................................................................. 46
xii
4.4.1 Kesukaan Warna ............................................................................... 47
4.4.2 Kesukaan Aroma ............................................................................... 49
4.4.3 Kesukaan Rasa ................................................................................. 51
4.4.4 Kesukaan Tekstur .............................................................................. 52
4.5 Gel Porang Sebagai Pengganti Lemak .................................................... 54
4.6 Perlakuan Terbaik .................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 62
LAMPIRAN ........................................................................................................ 66
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Syarat Mutu Es Krim ............................................................................ 5
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Pada Labu Kuning per 100 Gram Bahan ................... 6
Tabel 2.3 Kandungan Gizi Susu per 100g ........................................................... 8
Tabel 2.4 Komposisi Zat Gizi Gula Pasir (per 100 gram berat bahan) ................. 8
Tabel 2.5 Komposisi Zat Gizi Whipping Cream Anchor…………………………...10
Tabel 3.1 Formula Perlakuan Es Krim ............................................................... 20
Tabel 3.2 Formulasi Bahan dalam Pembuatan Es Krim Labu Kuning ................ 22
Tabel 4.1 Karakteristik Bahan Baku .................................................................. 28
Tabel 4.2 Rerata Kadar Lemak Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan
Konsentrasi Whipping Cream ............................................................ 30
Tabel 4.3 Rerata Overrun Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan
Konsentrasi Gel Porang Whipping Cream ......................................... 34
Tabel 4.4 Rerata Waktu Leleh Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan
Konsentrasi Gel Porang ..................................................................... 36
Tabel 4.5 Rerata Waktu Leleh Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan
Konsentrasi Whipping Cream ............................................................ 37
Tabel 4.6 Rerata Tingkat Kekerasan Es Krim Labu Kuning Akibat
Perbedaan Konsentrasi Gel Porang Whipping Cream ....................... 39
Tabel 4.7 Rerata Nilai Kecerahan (L*) Es Krim Labu Kuning Akibat
Perbedaan Konsentrasi Gel Porang .................................................. 41
Tabel 4.8 Rerata Nilai Nilai Kecerahan (L*) Es Krim Labu Kuning Akibat
Perbedaan Konsentrasi Whipping cream ......................................... 42
Tabel 4.9 Rerata Nilai Nilai Kemerahan (a*) Es Krim Labu Kuning Akibat
Perbedaan Konsentrasi Whipping Cream ......................................... 44
Tabel 4.10 Rerata Nilai Kekuningan Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan
Konsentrasi Gel Porang dan Konsetrasi Whipping Cream ................ 46
Tabel 4.11 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Warna Es Krim Labu Kuning ........ 48
Tabel 4.12 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Warna Es Krim Labu Kuning ........ 50
Tabel 4.13 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Warna Es Krim Labu Kuning ........ 52
Tabel 4.14 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Tekstur Es Krim Labu Kuning ...... 54
Tabel 4.15 Rerata Kadar Lemak Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan
Konsentrasi Gel Porang ................................................................... 56
Tabel 4.16 Rerata Overrun Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan
Konsentrasi Gel Porang .................................................................. 56
Tabel 4.17 Rerata Waktu Leleh Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan
Konsentrasi Gel Porang .................................................................. 57
Tabel 4.18 Parameter Fisik dan Organoleptik Es Krim Labu Kuning
Perlakuan Terbaik ........................................................................... 59
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Labu Kuning. ................................................................................... 7
Gambar 2.2 Struktur Kimia Glukomanan ........................................................... 11
Gambar 3 1 Diagram Alir Pembuatan Gel Porang ............................................. 25
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Pasta Labu Kuning ................................. 26
Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Es Krim Labu Kuning ............................. 27
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Kadar Lemak
Es Krim Labu Kuning ..................................................................... 29
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Kadar Betakaroten
Es Krim Labu Kuning ..................................................................... 31
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Overrun Es Krim Labu
Kuning ........................................................................................... 33
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Waktu Leleh
Es Krim Labu Kuning ..................................................................... 35
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Tingkat Kekerasan
Es Krim Labu Kuning ..................................................................... 38
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Nilai Kecerahan
Es Krim Labu Kuning ..................................................................... 40
Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Nilai Kemerahan
Es Krim Labu Kuning ..................................................................... 43
Gambar 4.8 Grafik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gel Porang dan
Konsentrasi Whipping Cream terhadap Nilai Kekuningan
Es Krim Labu Kuning ..................................................................... 45
Gambar 4.9 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream Terhadap Atribut Warna Es Krim Labu Kuning . 47
Gambar 4.10 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream Terhadap Atribut Aroma Es Krim Labu Kuning . 49
Gambar 4.11 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream Terhadap Atribut Rasa Es Krim Labu Kuning .... 51
Gambar 4.12 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream Terhadap Atribut Rasa Es Krim Labu Kuning .... 53
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Kadar Lemak dan Overrun Es Krim Labu
Kuning ......................................................................................... 55
Gambar 4.14 Grafik Hubungan Overrun dan Tingkat Kekerasan Es Krim Labu
Kuning ......................................................................................... 58
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Es krim adalah produk pangan beku yang telah dikenal oleh masyarakat di
berbagai negara. Es krim memiliki rasa manis, tekstur yang lembut, dan sensasi dingin
yang mampu memberikan kesejukan dalam tubuh. Es krim mengandung lemak
karena terbuat dari susu, terdapat protein dari bahan pengemulsi atau telur, dan
pemanis yang serupa berupa gula sehingga banyak yang menyukai es krim. Es krim
biasanya dijadikan sebagai makanan penutup (Padaga dan Sawitri, 2005).
Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata) merupakan jenis labu yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kandungan gizi dalam labu kuning
cukup lengkap yaitu terdapat karbohidrat, protein, provitamin A, vitamin B1, dan C
sehingga sesuai untuk menjadi sumber gizi yang potensial dan terjangkau bagi
masyarakat. Jumlah produksi labu kuning yang melimpah tidak diimbangi dengan
pemanfaatan yang optimal. Menurut Data Badan Pusat Statistik tahun 2012
menunjukkan hasil rata-rata produksi labu kuning seluruh Indonesia berkisar antara
20-21 ton per hektar, sedangkan konsumsi labu kuning di Indonesia masih sangat
rendah, yakni kurang dari 5 kg per kapita per tahun. Labu kuning selama ini hanya
digunakan dalam pembuatan makanan tradisional seperti kolak, wajit, dodol, manisan
atau bahkan hanya dikukus saja (Santoso et al., 2013).
Labu kuning tergolong pangan tinggi serat karena memenuhi persyaratan
minimal mengandung 6% serat pangan (Foschia et al., 2013). Mengingat kandungan
gizinya yang cukup lengkap, harga yang relatif murah, dan pemanfaatannya yang
masih kurang luas, maka labu kuning ini merupakan sumber gizi yang potensial untuk
dikembangkan sebagai salah satu alternatif penganekaragaman dalam pembuatan es
krim. Penggunaan labu kuning sebagai bahan untuk membuat es krim adalah salah
satu upaya untuk meningkatkan potensi dari labu kuning. Kandungan lemak pada labu
kuning yang cukup rendah mengakibatkan perlu adanya penambahan lemak dari
bahan lain sehingga dapat dihasilkan es krim dengan kualitas yang baik.
Bahan dasar pembuatan es krim biasanya adalah susu dan krim. Krim atau
whipping cream terbuat dari lemak hewani sehingga memliki harga yang cukup mahal.
2
Produk whipping cream yang beredar di Indonesia didominasi oleh produk impor.
Selain itu penambahan susu dan whipping cream akan meningkatkan kandungan
lemak dalam es krim. Oleh karena itu, adanya pengganti lemak sangat diharapkan
untuk dapat menekan biaya dan jumlah lemak pada es krim. Salah satu pengganti
lemak dan penstabil yang potensial digunakan dalam pembuatan es krim adalah
tepung porang. Tepung porang mengandung glukomanan lebih dari 88% (Sumarwoto,
2005), yang memiliki kemampuan menyerap air dan mengentalkan larutan sehingga
mampu mencegah pembentukan kristal es yang besar yang menyebabkan tekstur
menjadi kasar.
Glukomanan merupakan serat larut air yang memiliki sifat fungsional lain bagi
kesehatan antara lain adalah dapat mengurangi kolesterol dalam darah,
mempercepat rasa kenyang yang cocok untuk diet bagi penderita diabetes
(Sumarwoto, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pemanfaatan
tepung porang sebagai pengganti lemak diharapkan selain dapat menghasilkan es
krim yang sehat dan dapat dikonsumsi, juga dapat meningkatkan konsumsi es krim
labu kuning secara nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penilitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh penambahan berbagai konsentrasi gel porang dan
konsentrasi whipping cream yang berbeda terhadap karakteristik fisik, kimia
dan organoleptik serta perlakuan terbaik es krim labu kuning?
2. Bagaimana daya terima panelis pada es krim labu kuning dengan
penambahan berbagai konsentrasi gel porang dan konsentrasi whipping
cream yang berbeda?
3. Bagaimana pengaruh gel porang sebagai pengganti lemak dari whipping
cream pada es krim labu kuning?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi gel porang dan
konsentrasi whipping cream yang berbeda terhadap karakteristik fisik, kimia
dan organoleptik es krim labu kuning.
3
2. Mengetahui perlakuan terbaik pada kedua faktor terhadap karakteristik fisik,
kimia dan organoleptik dari es krim labu kuning.
3. Mengetahui daya terima panelis terhadap es krim berbahan dasar labu kuning
4. Mengetahui pengaruh gel porang sebagai pengganti lemak
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan
pengolahan labu kuning menjadi produk pangan es krim dan sebagai upaya
diversifikasi produk labu kuning serta pemanfaatan gel porang pada produk es krim.
1.5 Hipotesa
Diduga dengan perlakuan penambahan konsentrasi gel porang dan
konsentrasi whipping cream akan berpengaruh terhadap karakteristik fisik, kimia, dan
organoleptik pada produk es krim yang dihasilkan. Serta penambahan gel porang
diduga dapat berperan sebagai fat replacer.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Es Krim
Es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara
pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati,
gula dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan (SNI,
1995). Menurut Clarke (2012) es krim mempunyai struktur berupa busa yaitu gas yang
terdispersi dalam cairan, yang diawetkan dengan pendinginan sampai suhu beku. Es
krim tampak sebagai wujud yang padu, tetapi bila dilihat dengan menggunakan
mikroskop akan tampak empat komponen penyusun yaitu padatan globula lemak
susu, udara yang ukurannya tidak lebih dari 0,1 mm, kristal-kristal kecil es, dan air
yang melarutkan gula, garam dan protein susu. Es krim dibuat melalui proses
pembekuan dan agitasi dengan prinsip membentuk rongga udara pada campuran
bahan es krim atau Ice Cream Mix sehingga didapatkan pengembangan volume es
krim.
Berdasarkan kandungan lemak dan komponen solid non lemak, es krim
dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kategori standar, premium dan super
premium. Es krim yang termasuk kategori standar memiliki kadar lemak sebanyak
10%, kategori premium memiliki kadar lemak sebanyak 15% dan kategori super
premium memiliki kadar lemak 17%. Komponen solid non lemak es krim kategori
standar memiliki kadar sebanyak 11%, kategori premium sebanyak 10% dan kategori
super premium 9,25% (Didinkaem, 2006). Lemak susu merupakan sumber lemak
yang paling baik untuk mendapatkan es krim yang berkualitas baik. Lemak susu
berfungsi untuk membentuk kehalusan tekstur es krim. Bahan mengandung protein
yang dapat membantu proses emulsifikasi yaitu kuning telur dan susu skim (Nuraini,
2007).
5
Tabel 2.1 Syarat Mutu Es Krim SNI No. 01-3713-1995
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Penampakan - Normal
1.2 Bau - Normal
1.3 Rasa - Normal
2. Lemak %b/b Minimum 5,0
3. Gula dihitung sebagai sukrosa %b/b Minimum 8,0
4. Protein %b/b Minimum 2,7
5. Jumlah Padatan %b/b Minimum 34,0
6. Bahan tambahan makanan
Pewarna tambahan Sesuai SNI 01-0222-1995
Pemanis buatan Negatif
Pemantap dan pengemulsi Sesuai SNI 01-0222-1995
7. Overrun Skala industri 70%-80%
Skala rumah tangga 30%-
50%
8. Cemaran Logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks 1,0
Tembaga (Cu) mg/kg Maks 20,0
9. Cemaran Arsen mg/kg Maks 0,5
Badan Standarisasi Nasional (1995)
2.2 Labu Kuning
Labu kuning merupakan tanaman yang termasuk keluarga Cucurbitaceae
yang tumbuh dan dikonsumsi diseluruh dunia. Labu kuning juga dikenal sebagai
waluh (Jawa), pumpkin (Inggris), labu parang (Jawa Barat) merupakan tanaman yang
banyak tumbuh di Indonesia. Labu kuning berasal dari Amerika terutama negara Peru
dan Meksiko (Sudarto, 1993). Lima spesies labu kuning yang umum dikenal yaitu
Cucurbita maxima Duchenes, Cucurbita ficifolia Bouche, Cucurbita moschata
Duchenes, Cucurbita mixta dan Cucurbita L (Brotodjojo, 2010). Jenis tanaman ini
serumpun dengan tanaman timun, semangka, melon. Labu kuning atau waluh
merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A, B dan C, mineral, serta karbohidrat.
Daging buahnya pun mengandung antioksidan sebagai penangkal kanker. Sifat labu
6
yang lunak dan mudah dicerna serta mengandung karoten (pro vitamin A) cukup
tinggi, serta dapat menambah warna menarik dalam olahan pangan lainnya. Tetapi,
sejauh ini pemanfaatannya belum optimal. Adapun kandungan gizi labu kuning dapat
dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Pada Labu Kuning per 100 Gram Bahan
Kandungan gizi Kadar
Energi (Kal) 2,9
Protein (g) 1,1
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat/pati (g) 6,6
Kalsium (mg) 4,5
Fosfor (mg) 64,0
Zat besi (mg) 1,4
Vitamin A (SI) 180,0
Vitamin B (mg) 0,9
Vitamin C (mg) 52,0
Air (%) 91,20
BDD (%) 77,0
Sudarto (2000)
2.2.1 Taksonomi Labu Kuning
Dalam sistematika (taksonomi), tanaman labu kuning diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji )
Subdivisio : Angiospermae (biji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Sympetalae
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Species : Cucurbita moschata
(Sudarto, 2000)
7
Tanaman labu kuning merupakan suatu jenis tanaman sayuran menjalar dari
famili Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman semusim yang setelah
berbuah akan langsung mati. Tanaman labu kuning ini telah banyak dibudidayakan di
negara-negara Afrika, Amerika, India dan Cina. Tanaman ini dapat tumbuh didataran
rendah maupun dataran tinggi. Adapun ketinggian tempat yang ideal adalah antara
0–1500 m di atas permukaan laut
Gambar 2.1 Labu kuning (Brotodjojo, 2010).
2.3 Susu
Susu merupakan bahan dasar untuk membuat es krim, susu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis susu cair. Penggunaan susu dalam proses
pembuatan es krim bertujuan untuk memberikan bentuk atau body pada es krim,
menambah citarasa, melembutkan tekstur es krim, memperlambat pencairan, dan
mempertahankan mutu selama proses penyimpanan karena menahan pengkristalan
adonan es krim (Chan, 2008). Penentuan besarnya kadar susu dan jenis susu yang
digunakan merupakan salah satu hal penting mengingat susu sebagai bahan utama
pembuatan es krim. Penggunaan susu tidak hanya memengaruhi keseimbangan sifat-
sifat campuran tetapi untuk memenuhi syarat minimal lemak susu dalam es krim
(Arbuckle, 1997). Lemak dalam es krim juga mempengaruhi kestabilan adonan es
krim (Frandsen dan Arbuckle, 1981).
8
Tabel 2.3 Kandungan Gizi Susu per 100g
Kandungan zat gizi Komposisi
Energi (kkal) 61,0
Protein (g) 3,2
Lemak (g) 3,5
Karbohidrat (g) 4,3
Kalsium (mg) 143,0
Fosfor (mg) 60,0
Besi (mg) 1,7
Vitamin A (ug) 39,0
Vitamin B1 (mg) 0,03
Vitamin C (mg) 1,0
Air (g) 88,3
Depkes RI (2005)
2.4 Gula
Gula tidak hanya berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada es krim, namun
juga dapat menurunkan titik beku adonan es krim. Gula akan menghalangi
pembentukan kristal yang besar selama pembekuan produk. Hal ini dikarenakan gula
dapat menarik molekul air sehingga mengganggu pembentukan kristal es. Dengan
terganggunya proses pembentukan kristal maka kristal yang dihasilkan akan
berukuran kecil sehingga tekstur yang dihasilkan menjadi lembut.
Tabel 2.4 Komposisi Zat Gizi Gula Pasir (per 100 gram berat bahan)
Kandungan Zat Gizi Jumlah
Energi (kkal) 364
Protein (g) 0
Lemak (g) 0
Karbohidrat (g) 94
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 1
Sumber: (Darwin, 2013)
9
2.5 Telur
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa lezat,
mudah dicerna dan memiliki nilai gizi tinggi. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur,
58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi telur terdiri dari kadar air
73,7%, protein 12,9%, lemak 11,5 g, karbohidrat 0,9 g, dan abu 1,0 g (Samosir, 1993).
Macam-macam jenis telur antara lain telur ayam, telur bebek, puyuh, dan lain-lain
(Gardjito, 2009). Kualitas telur yang baik adalah telur yang utuh dan bersih dari
kotoran, masih segar, kuning telurnya masih utuh dan berada ditengah-tengah putih
telur serta memiliki tekstur yang kental, jika dipecahkan warnanya kuning dan tidak
kusam.
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang ditambahkan ke es krim.
Telur yang banyak digunakan dalam pembuatan es krim adalah telur ayam ras, dan
bagian telur nya yang digunakan adalah kuning telur yang berfungsi sebagai bahan
pengemulsi. Emulsifier atau bahan pengemulsi merupakan bahan berbentuk pasta
kental yang terbuat dari bahan alami. Fungsi penambahan emulsifier dalam
pembuatan es krim antara lain untuk memperbaiki pencampuran lemak dan air,
mengembangkan adonan dalam proses pengadukan, memperbaiki tekstur es krim,
dan memperlambat proses pencairan es krim (Chan, 2008). Emulsifier digunakan
untuk menghasilkan adonan yang merata, memperhalus tekstur dan meratakan
distribusi udara di dalam struktur es krim (Arbuckle, 1997). Paling sedikit sepertiga
kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier yang sangat
kuat adalah kandungan lesitin yang terdapat dalam kompleks lesitin-protein (Winarno,
1997).
2.6 Susu Skim
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal setelah krim diambil sebagian
atau seluruhnya. Susu skim merupakan sumber protein yang dibutuhkan sebagai
pengikat air dan emulsifikasi. Protein yang ada pada susu skim dibutuhkan untuk
membentuk lapisan permukaan yaitu mengelilingi globula lemak pada saat
homogenasi dan menyelubungi udara saat pembuihan. Protein adalah padatan bukan
lemak yang berfungsi untuk membentuk tekstur es krim, mampu
menaikkan overrun tanpa terbentuknya tekstur yang berkeping-keping. Skim adalah
10
bahan padatan yang terdiri dari protein, karbohidrat dan mineral, jadi bisa diambil dari
telur atau santan. Kadar skim dalam es krim antara 9-12% (Didinkaem, 2006).
2.7 Whipping Cream
Whipping cream salah satu sumber lemak yang digunakan untuk pembuatan
es krim. Sumber lemak dari whipping cream berasal dari lemak hewani maupun nabati
yang jumlah kandungannya tidak kurang dari 12%. Whipping cream merupakan
produk yang dihasilkan dari agitasi krim yaitu tahap pertama dalam agitasi mentega,
proses agitasi yang dihentikan sebelum emulsi terpecah dan butiran lemak terpisah.
Fungsi lemak dalam pembuatan es krim adalah sebagai pemberi tekstur halus,
penghasil citarasa dan memberi efek sinergis pada tambahan flavor yang digunakan.
Jika kandungan lemak dari es krim kurang dari 12%, maka tekstur es lebih kasar dan
terasa lebih dingin. Lemak yang sering digunakan dalam pembuatan es krim berasal
dari lemak hewani yang harganya relatif mahal. Whipping cream memiliki warna yang
cerah sehingga diduga dapat meningkatkan nilai kecerahan dari es krim labu kuning.
Semakin banyak whipping cream maka buih yang terbentuk semakin banyak dan
warna semakin cerah (Praptiningsih dkk, 2013). Whipping cream berperan sebagai
bahan pembuih sehingga dapat meningkatkan jumlah buih. Semakin banyak buih
yang terbentuk nilai overrun semakin tinggi dan tekstur es krim akan semakin lunak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliani (2001), es krim dengan overrun tinggi memiki
tekstur yang lunak.
Tabel 2.5 Komposisi Zat Gizi Whipping Cream Anchor
Kandungan Zat Gizi Jumlah
Energi (kkal) 335
Protein (g) 2,4
Lemak (g) 35,5
Gula (g) 3,1
Sodium (mg) 5
FatSecret (2017)
2.8 Gel Porang
Gel porang terbuat dari tepung porang yang dilarutkan dalam air dan kemudian
disterilisasi. Meurut Eri (2007), tepung porang yang dihasilkan dari umbi porang
11
mengandung 41,14% glukomanan, 24,09% pati, 11.62% serat kasar, 4,96% protein,
6,1% abu, 0,08% lemak dan 6,24% kalsium oksalat. Glukomanan adalah komponen
dari umbi porang yang digunakan sebagi pengental dan pembentuk gel. Glukomanan
mempunyai karakteristik yang unik, yaitu larutan 1% glukomanan mempunyai
viskositas 30.000 cP (Yaseen et,al. 2005). Karena tingginya nilai viskositas ini, tingkat
penyerapan air pada glukomanan menjadi tinggi dimana 1 gram glukomanan dapat
menyerap 100 gram air (Tatirat dan Charoenrein, 2011). Glukomanan memiliki berat
molekul yang relatif tinggi yaitu sebesar 200.000-2.000.000 Dalton dengan ukuran
antara 0,5-2 mm, yang 10-20 kali lipat lebih besar dari sel pati. Karena bobot molekul
yang relatif tinggi, glukomanan dapat menjadi kristal dan membentuk serat-serat halus
karena mempunyai sifat mampu untuk mengembang dalam air hingga mencapai
138% hingga 200% dengan cepat (Sumarwoto, 2007). Keadaan tersebut
menyebabkan glukomanan dapat dimanfaatkan lebih luas dibandingkan selulosa dan
galaktomanan. Selain itu, glukomanan dapat larut dalam air dingin, membentuk
massa yang bersifat kental. Perlakuan pemanasan sampai terbentuk gel, akan
mengakibatkan glukomanan tidak larut kembali di dalam air (Sumarwoto, 2007).
Struktur kimia glukomanan dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Struktur Kimia Glukomanan (Lee et al., 2014)
Gel porang dilaporkan dapat berfungsi sebagai penstabil es krim karena
kemampuan menyerap air dan mengentalkan larutan yang dimilikinya. Bila gel porang
digunakan untuk menggantikan gum biji locust sebagai penstabil dan ditambahkan
pada es krim, keju, dan produk-produk susu lainnya, gum porang akan menstabilkan
kualitasnya dengan mencegah pertumbuhan kristal es (Thomas, 1999).
12
2.9 Gel Porang sebagai Pengganti Lemak
Lemak pada es krim berfungsi mengelilingi dan menstabilkan gelembung-
getembung udara serta membentuk jaringan semi kontinu dan matriks lemak
sehingga menghasilkan es krim yang bertekstur lembut dan tahan terhadap
pelelehan. Lemak yang biasa digunakan pada pembuatan es krim adalah dengan
menambahkan shortening atau biasa disebut whip cream (Marshall and Arbuckle,
1996) Bahan pengganti lemak (Fat replacers) secara umum dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu fat substitute dan fat mimetic. Fat substitute adalah makromolekul
yang secara fisik maupun kimia mirip dengan trigliserida (lemak dan minyak) dan
secara teoritis dapat menggantikan lemak dalam jumlah atau perbandingan yang
sama. Fat substitute diperoleh dengan cara sintesis kimiawi atau modifikasi enzimatis
dari lemak atau minyak. Sedangkan fat mimetic adalah senyawa yang secara fisik
atau organoleptik menyerupai lemak, tetapi tidak dapat menggantikan lemak dalam
jumlah atau perbandingan yang sama. Fat mimetic berbasis karbohidrat seperti
karbohidrat tercerna seperti pati dan dekstrin, untuk karbohidrat bukan pati seperti
gum dan pektin, karbohidrat tidak tercerma seperti selulosa. Fat mimetic berbasis
protein dibuat dari berbagai sumber protein seperti telur, susu, whey, kedelai, gelatin,
dan gluten (Akoh, 1998).
Tepung porang atau konjak sangat dikenal dengan sifat kandungan
glukomanannya yang mudah membentuk gel (gelling agent) yang baik, dan serat yang
tinggi. Sifat ini digunakan untuk membuat berbagai macam makanan sehat atau
makanan diet di Asia seperti mie, makanan imitasi untuk vegetarian (udang, ham,
steak), roti, kue, edible film, pengganti lemak di ham, sosis dan bakso. Gel reversible
digunakan untuk soft candy, jeli, selai, yogurt, puding, es krim, makanan hewan.
Tepung konjak memiliki kekuatan pengental 10 kali lebih besar daripada kanji tepung
jagung. Tepung konjak mengentalkan dengan kelembutan dan penampakan luar yang
mengkilap. Tepung ini tidak menambahkan rasa pada rasa asli makanan (Rowell,
2005). Glukomanan pada tepung kojak merupakan polisakarida dari jenis
hemiselulosa yang terdiri dari ikatan rantai galaktosa, glukosa, dan mannosa. Ikatan
rantai utamanya adalah glukosa dan mannosa sedangkan cabangnya adalah
galaktosa. Glukomanan banyak terdapat dalam tanaman konjak sekitar 64 %. Konjak
glukomanan merupakan serat alam kental yang paling mudah larut dan membentuk
13
larutan yang sangat kental (Rowell, 2005). Dengan sifat yang dimiliki oleh porang,
diduga penambahan gel porang akan berperan sebagai fat mimetic pada es krim
2.10 Tahapan Pembuatan Es Krim Labu Kuning
2.10.1 Pencampuran Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan es krim dipersiapkan sesuai
formulasi yang telah ditentukan. Bahan-bahan tersebut kemudian ditimbang dan
dilakukan pencampuran yang kemudian dapat disebut sebagai Ice Cream Mix (Goff,
2002). Proses pencampuran bahan es krim dilakukan secara bertahap dan tidak boleh
sekaligus. Prosedur yang biasa dilakukan untuk pencampuran bahan es krim yaitu
mencampur bahan-bahan cair seperti susu, krim dan produk cair lainnya. Bahan yang
mudah larut dicampurkan terlebih dahulu sehingga memudahkan proses
homogenisasi. Marshall et al., (2003) menyatakan bahwa bahan-bahan yang tidak
larut sebaiknya dibiarkan dalam suspense sampai menyerap air secara penuh atau
terdispersi dalam ukuran kecil sehingga dapat terlarut dalam campuran akhir, lalu
dihomogenisasi.
2.10.2 Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan suatu proses memanaskan makanan dengan tujuan
membunuh organisme perusak seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir.
Pasteurisasi es krim mix dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sebagian besar
mikroba, terutama dari golongan patogen, melarutkan dan membantu pencampuran
bahan-bahan penyusun, menghasilkan produk yang seragam dan memperpanjang
umur simpan. Pasteurisasi Ice Cream Mix dapat dilakukan dengan empat metode
yaitu batch sistem pada suhu 68°C selama 25-30 menit, HTST (High Temperature
Short Time) pada suhu 79°C selama 25-30 detik, UHT (Ultra High Temperature) pada
suhu 99°C-130°C selama 4 detik, dan pasteurisasi vakum pada suhu 90°C-97°C
selama 2 detik (Winarno, 2002).
Buckle et al., (2010) menyatakan bahwa Ice Cream Mix dipasteurisasi sama
seperti susu tetapi dengan menggunakan panas yang lebih tinggi dan waktu yang
lebih lama untuk mengatasi pengaruh perlindungan terhadap penghancuran bakteri
yang disebabkan oleh lemak dan gula yang ditambahkan.
14
2.10.3 Homogenisasi
Homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk menyebarkan globula
lemak secara merata keseluruh produk, mencegah pemisahan globula lemak
kepermukaan selama pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus karena
ukuran globula lemak kecil, merata, dan protein dapat mengikat air bebas.
Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 700 C setelah pasteurisasi sebelum mix
menjadi dingin dengan suhu minimum 350 C. Manfaat homogenisasi yaitu bahan
campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan disperse globula lemak
selama pembekuan, memperbaiki tekstur dan kelezatan, mempercepat aging dan
produk yang dihasilkan lebih seragam (Winarno, 2002).
2.10.4 Aging
Aging merupakan proses pemasakan ICM dengan cara mendiamkan adonan
selama 3-24 jam dengan suhu 4,4°C atau di bawahnya. Tujuan aging yaitu
memberikan waktu pada stabilizer dan protein susu untuk mengikat air bebas,
sehingga akan menurunkan jumlah air bebas. Perubahan selama aging yaitu
terbentuk kombinasi antara stabilizer dan air dalam adonan, meningkatkan viskositas,
campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih halus, dan tampak mengkilap (Winarno,
2002).
Pada perlakuan pasteurisasi terjadi denaturasi protein globuler pada whipping
cream sehingga akan terjadi pengembangan protein. Pengembangan molekul protein
tersebut akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Pendinginan
pada saat aging menyebabkan gugus reaktif akan segera berikatam dengan bahan
penstabil membentuk selaput. Selaput-selaput yang terbentuk akan menyebabkan
terperangkapnya globula lemak, molekul air, dan gelembung udara sehingga
kekentalan Ice Cream Mix akan meningkat.
2.10.5 Pembuihan
Ice Cream Mix yang telah melalui proses aging apabila dibiarkan terlalu lama
dingin maka tidak akan dihasilkan es krim, melainkan gumpalan kristal es yang padat
dan rapat sehingga es krim menjadi keras dan tidak enak dimakan. Es krim yang
lembut dihasilkan dari proses pembuihan pada alat Ice Cream Maker setelah proses
aging. Pembuihan merupakan kunci dari pembuatan es krim yang baik. Pardaga dan
15
Purnomo (1992) mengatakan bahwa fungsi utama dari rongga pada es krim yaitu
membuat es krim menjadi ringan dan tidak terlalu padat, membuat es krim menjadi
lembut sehingga dapat berubah bentuk saat dimakan dan mengurangi rasa dingin
yang berlebih.
Prinsip kerja alat Ice Cream Maker yaitu adanya gerak rotasi pada pengaduk
dan pada tabung tempat bahan baku. Perputaran ini bertujuan untuk menambah
kehalusan dan melarutkan partikel padatan yang masih tersebar setelah proses aging.
Suhu tabung berkisar -10C sampai -250C dimana suhu ini dicapai dengan bantuan
refrigerator. Pembuihan pada Ice Cream Maker ini dilakukan kurang lebih 30 menit
atau sampai tercapainya overrun yang dikehendaki (Kompas, 2004).
2.10.6 Pembekuan
Pembekuan merupakan proses penurunan suhu produk sampai -180C yang
kemudian menghasilkan kristalisasi sebagian besar air dan beberapa padatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembekuan antara lain waktu pembekuan,
pengemasan sebelum pembekuan, metode pembekuan, dan suhu produk yang
dibekukan. Jumlah panas yang dipindahkan dan kecepatan perpindahannya
tergantung pada komposisi kimia masing-masing komponen (Gaonkar, 1995).
Semakin cepat pembekuan, kristal es yang terbentuk semakin kecil dan
seragam sehingga tekstur es krim yang dihasilkan akan lembut. Proses pembekuan
dianggap cukup apabila suhu di bagian tengah produk telah mencapai -180C. Suhu
pembekuan tergantung pada luas permukaan, suhu medium pendingin, kecepatan
pergerakan udara pendingin, suhu awal produk, serta ukuran dan kemasan produk
(Goff, 2002).
2.11 Karakteristik Es Krim
Es krim memiliki karakteristik yang penting bagi penerimaan konsumen.
Karakteristik tersebut antara lain adalah waktu leleh, tingkat pengembangan
(overrun), tekstur dan rasa.
2.11.1 Waktu Leleh
Tingkat leleh dari suatu es krim sangat mempengaruhi kualitas dari es krim
tersebut. Es krim yang terlalu mudah meleleh ataupun terlalu keras tidak disukai
16
konsumen. Konsumen menginginkan es krim yang memiliki body yang lembut namun
tidak mudah lumer. Mutu pelelehan dikatakan baik apabila produk yang meleleh
mempunyai sifat yang serupa dengan adonan asalnya (Naruki dan Kanoni, 1992).
Es krim yang berkualitas tinggi tidak cepat meleleh pada saat dihidangkan
pada suhu kamar. Cacat-cacat pada waktu leleh es krim dan hal-hal yang
mempengaruhinya adalah lambat leleh dan cepat leleh. Es krim yang lambat leleh
tetap dalam keadaan semula selama beberapa waktu. Kondisi ini kurang disukai
konsumen karena memberikan kesan terlalu banyak padatan yang digunakan. Hal
tersebut juga mencerminkan adanya proses pengolahan yang kurang memadai. Es
krim yang cepat meleleh disebabkan rendahnya jumlah padatan yang digunakan.
Kenampakan es krim yang cepat leleh akan cepat berubah yang menyebabkan
kosumen kurang suka.
2.11.2 Overrun
Overrun pada pembuatan es krim adalah pengembangan volume Ice Cream
Mix yaitu kenaikan volume antara sebelum dan sesudah proses pembekuan.
Komposisi adonan dari proses pembuatan es krim bepengaruh terhadap overrun.
Oksilia (2012) menyatakan bahwa overrun adalah jumlah peningkatan volume yang
disebabkan karena masuknya udara kedalam Ice Cream Mix. Gelembung-gelembung
udara yang terbentuk keberadaannya dapat mempertahankan adonan karena
diselubungi oleh lapisan-lapisan globula lemak dalam system emulsi.
Viskositas Ice Cream Mix penting untuk memberikan kepastian tentang
overrun dalam pembuatan es krim. Es krim yang mempunyai viskositas tinggi akan
mengalami kesulitan untuk mengembang dengan kata lain mempunyai overrun
rendah. Pengaruh overrun terhadap tekstur dan body es krim adalah semakin tinggi
nilai overrun akan menghasılkan es krim seperti salju dan overrun rendah akan
menghasilkan es krim yang lembek (Bennion, 1980).
Nilai overrun es krim yang baik antara 60-100 % biasanya dibuat dengan
komposisi lemak sebanyak 12-14 % dengan overrun rata - rata sebesar 80 %
Sedangkan Home Made Ice Cream biasanya mempunyai nilai overrun 30 - 50 %
(Bennion, 1980). Home Made Ice Cream bukan karena es krim dibuat di rumah tapi
karena dibuat dengan Ice Cream Maker yang hanya mengandalkan pengaduk dan
pendinginan, sedangkan buatan pabrik, ada proses memompakan udara kedalam
17
adonan selama pengadukan. Adonan yang diproses dengan cara Home Made lebih
sedikit mengandung udara sehingga adonan akan mengembang sekitar 30 %,
sedangkan buatan pabrik karena dipompa maka adonan akan mengembang sekitar
80% (Oksilia, 2012).
Rongga-rongga udara mempunyai tiga fungsi yaitu membuat es krim merjadi
ringan, lembut dan tidak berubah selama dimakan, dan mengisolasi dingin. Es krim
akan terialu dingin dalam mulut jika tanpa udara. Kandungan udara dalam es krim
kurang lebih 50% dari volume. Jumlah rongga udara yang terlalu kecil menyebabkan
es krim menjadi terlalu keras (Judkins dan Keener, 1996).
2.11.3 Rasa
Menurut Nelson dan Trout (1965) flavor merupakan parameter paling penting
pada penilaian kualitas es krim. Es krim dikonsumsi terutama karena rasa dan baunya
atau dengan kata lain penerimaan konsumen sebagian besar bergantung pada rasa
dan bau. Cacat rasa pada es krim dapat disebabkan oleh bahan yang digunakan dari
produk susu. Bahan penambah rasa (untuk rasa kurang tajam atau terlalu tajam).
Bahan pemanis (kurang manis, terlalu manis, manis yang tidak alami dengan
penggunaan bahan pemanis pengganti gula). Adanya pertumbuhan mikroorganisme
dalam adonan. Suhu mempengaruhi kuncup kecapan menangkap rangsangan rasa.
Es krim yang mencair akan terasa sangat manis dibandingkan es krim dalam keadaan
masih beku (Winamo, 2002).
2.11.4 Tekstur
Tekstur es krim adalah kombinasi dari sifat fisik partikel penyusunannya yang
dapat dirasakan oleh lidah. Sifat fisik tersebut dapat berupa ukuran dan kelembutan
partikel. Tekstur es krim yang baik ditunjukkan oleh kelembutannya yang terasa di
mulut (Webb et al., 1980). Menurut Arbuckle and Marshall (2000) tekstur es krim yang
lembut diperoleh jika kristal es yang terbentuk cukup kecil (35 mikrometer) dan cukup
banyak udara yang terperangkap dalam adonan selama pembekuan. Pembekuan
secara cepat penting untuk tekstur yang halus dan pembentukan kristal-kristal es yang
kecil. Tekstur es krim dibentuk oleh kristal-kristal es yang terdispersi di dalam kristal-
kristal udara sehingga es krim mempunyai rasa dan konsistensi dan rasa yang unik.
18
Semakin cepat proses pengerasan kristal es yang terbentuk semakin kecil dan tekstur
semakin halus.
Menurut Nelson dan Trout (1965), tekstur yang halus pada es krim sangat
dipengaruhi oleh komposisi campuran, pengolahan, dan penyimpanan. Cacat- cacat
pada es krim dan penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Kasar Terjadi karena bagian yang membentuk tekstur es krim terdiri dari
partikel beku yang relatif besar akibat pembekuan lambat dan fluktuasi
suhu yang tinggi.
2. Spongy Akibat adanya gelembung udara yang terlalu besar dalam es krim
yang sering terjadi pada es krim dengan overrun yang tinggi.
3. Sandy Terjadi karena kristalisasi laktosa yang tidak larut sehingga es krim
mempunyai partikel yang keras dan seperti pasir.
19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan dan Rekayasa Proses
Pangan, Laboratorium Bioteknologi, Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan,
Laboratorium Uji Sensori dan Ilmu Pangan Terapan, dan Food Production and
Training Center (FPTC) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2019 hingga Juli 2019.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan es krim dari labu kuning
adalah wadah baskom, pisau, gelas ukur, panci, kulkas, freezer, sendok, mixer (merk
Kirin), blender, Ice Cream Maker (merk Gelatiera gaggia), kompor gas, timbangan
analitik, timbangan, dan kertas label. Peralatan yang digunakan dalam proses
pembuatan gel porang adalah timbangan analitik, sendok, pengaduk kaca, beaker
glass, gelas ukur, kompor listrik, jar, plastik PE, dan autoklaf. Sedangkan peralatan
untuk analisa yang dibutuhkan adalah timbangan analitik, seperangkat glassware,
perangkat destilasi, desikator, labu soxhlet, oven, bola hisap, kertas saring, benang
wol, kuvet, sentrifuge, dan spektrofotometer.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan es krim adalah labu kuning yang
diperoleh dari Lai-Lai Swalayan, whipping cream (Anchor), susu full cream
(Greenfields), gula pasir (Gulaku), bubuk skim, kuning telur, garam, dan tepung
porang yang diperoleh dari PT. AMBICO. Bahan yang digunakan untuk analisa
meliputi aquades, petroleum eter, alkohol 95%, dan potassium dikromat.
3.3 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam pembuatan es krim labu kuning yaitu
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan dua faktor. Faktor
pertama konsentrasi gel porang (0%, 2%, dan 4%). Faktor kedua yaitu penambahan
konsentrasi whipping cream yang terdiri dari tiga level (0%, 6%, dan 12%) sehingga
akan diperoleh sembilan kombinasi perlakuan dengan tiga kali ulangan, total 27
20
satuan percobaan. Berikut merupakan rincian perlakuan yang digunakan dalam
penelitian ini.
Faktor I adalah penggunaan konsentrasi whipping cream yang terdiri dari 3 level (W)
yaitu :
W1 = Whipping cream 0%
W2 = Whipping cream 6%
W3 = Whipping cream 12%
Faktor II adalah penambahan gel porang yang terdiri dari 3 level (P) yaitu :
G1 = Konsentrasi gel porang 0%
G2 = Konsentrasi gel porang 2%
G3 = Konsentrasi gel porang 4%
Tabel 3.1 Formula Perlakuan Es Krim
Konsentrasi Whipping Cream Konsentrasi Gel Porang
G1 (0% gel porang)
W1 (Whipping cream 0%) G2 (2% gel porang)
G3 (4% gel porang)
G1 (0% gel porang)
W2 (Whipping cream 6%) G2 (2% gel porang)
G3 (4% gel porang)
G1 (0% gel porang)
W3 (Whipping cream 12%) G2 (2% gel porang)
G3 (4% gel porang)
Keterangan :
G1W1 : Penambahan konsentrasi gel porang 0% dan whipping cream 0%
G1W2 : Penambahan konsentrasi gel porang 0% dan whipping cream 6%
G1W3 : Penambahan konsentrasi gel porang 0% dan whipping cream 12%
G2W1 : Penambahan konsentrasi gel porang 2% dan whipping cream 0%
G2W2 : Penambahan konsentrasi gel porang 2% dan whipping cream 6%
21
G2W3 : Penambahan konsentrasi gel porang 2% dan whipping cream 12%
G3W1 : Penambahan konsentrasi gel porang 4% dan whipping cream 0%
G3W2 : Penambahan konsentrasi gel porang 4% dan whipping cream 6%
G3W3 : Penambahan konsentrasi gel porang 4% dan whipping cream 12%
Keterangan:
Gel porang yang digunakan dibuat dari perbandingan tepung porang dan air 1:50 atau
gel porang dengan konsentrasi 2% dimana setiap 1 gram porang dilarutkan pada air
sebanyak 50 ml kemudian dihomogenkan hingga terbentuk gel.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dalam proses pembuatan es krim labu kuning dilakukan melalui dua
tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan
dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Maret di Laboratorium Pengolahan dan
Rekayasa Pangan dan Laboratorium Bioteknologi Fakultas Teknologi Pertanian,
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Tujuan dari
penelitian pendahuluan yaitu untuk menentukan faktor yang paling bepengaruh
terhadap karakteristik es krim dalam penelitian yang terdiri dari dua faktor yaitu
ketetapan konsentrasi gel porang dan konsentrasi whipping cream.
Sedangkan penelitian lanjutan dilaksanakan mulai bulan April hingga selesai.
Penelitian lanjutan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
gel porang dalam berbagai variasi serta konsentrasi whipping cream terhadap kualitas
fisik dan organoleptik es krim labu kuning.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pembuatan Gel Porang (Modifikasi Dwiyanti, 2015)
1. Tepung porang ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam
gelas ukur 100 ml.
2. Ditambahkan air suhu 45oC sampai 50 ml.
3. Larutan tepung porang kemudian dimasukkan ke dalam jar kaca dan dilakukan
pengadukan manual menggunakan pengaduk kaca selama 15 menit
4. Jar kaca ditutup hingga rapat kemudian dimasukkan dalam plastik PE besar
dan diikat dengan karet. Setelah itu jar yang sudah terbalut plastik dimasukkan ke
dalam autoklaf untuk tahap sterilisasi selama 15 menit.
22
3.5.2 Pembuatan Pasta Labu Kuning (Modifikasi Provesi, 2014)
a. Dilakukan sortasi dan pencucian pada labu kuning
b. Dilakukan pembuangan biji
c. Dilakukan pengecilan ukuran 4-5 cm
d. Dikukus pada suhu 100oC selama 10 menit
e. Dikupas kulit labu kuning kemudian daging buah dihancurkan
3.5.3 Pembuatan Es Krim Labu
Es krim dibuat dengan menggunakan pasta labu kuning dengan perbandingan
whipping cream dan gel porang tertentu. Adapun formulasi bahan-bahan dalam
pembuatan es krim untuk seluruh perlakuan yang disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Formulasi Bahan dalam Pembuatan Es Krim Labu Kuning
Nama
Bahan Satuan
Proporsi
G1W1 G1W2 G1W3 G2W1 G2W2 G2W3 G3W1 G3W2 G3W3
Labu
kuning gram 175 175 175 175 175 175 175 175 175
Air mL 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Susu mL 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Gula gram 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5
Kuning
Telur gram 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Whipping
Cream gram 0 24.35 52 0 24.9 53.25 0 25.45 54.5
Bubuk
Skim gram 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Garam gram 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Gel
porang gram 0 0 0 7.8 8.3 8.85 15.9 16.95 18.15
Total gram 381.5 405.85 433.5 389.3 414.7 443.6 397.4 433.5 454.15
23
Tahapan proses pembuatan es krim labu kuning adalah sebagai berikut
a. Dilakukan persiapan bahan dasar yang meliputi bahan baku dan bahan
pembantu
b. Dilakukan penimbangan dan pengukuran bahan-bahan sejumlah yang
digunakan
c. Dilakukan pencampuran pasta labu, susu, gula bubuk skim, kuning telur
pencampuran gel porang (0% ; 2% ; 4%) , dan whipping cream (0% ; 6% ;
12%) kemudian di homogenisasikan dengan mixer selama 3 menit
d. Pasteurisasi campuran dilakukan pada suhu 72 °C selama 20 detik atau pada
suhu 80°C selama 25 detik
e. Dilakukan homogenisasi dengan mixer kecepatan 2 selama 3 menit
f. Dilakukan aging di dalam refrigerator pada suhu 4°C selama 4 jam
g. Dilakukan pembekuan dan pembuihan selama 30 menit dalam Ice Cream
Maker sampai suhunya mencapai-5°C
h. Dilakukan pengerasan dalam freezer pada suhu -15°C selama 24 jam.
3.6 Pengujian dan Analisis Data
3.6.1 Pengujian
A. Pengamatan Kimia
- Kadar Lemak Metode Soxhlet (Sudarmadji dkk, 1996)
- Betakaroten Metode spektrofotometri UV-VIS (Price, 1992)
B. Pengamatan Fisik
- Overrun (Idris, 1992)
- Waktu leleh (Nelson dan Trout, 1975)
- Tingkat kekerasan (Lloyd, 2001)
- Warna (Yuwono dan Susanto, 1998)
C. Pengamatan Organoleptik Hedonik (Rahayu, 2001)
- Rasa
- Warna
- Aroma
- Tekstur
24
D. Perlakuan terbaik (De Garmo et al., 1982)
3.6.2 Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan metode analysis of variance (ANOVA)
menggunakan software Microsoft Excel dan Minitab 17 untuk mengetahui perbedaan
atau pengaruh pada setiap perlakuan. Apabila hasil uji menunjukan adanya beda
nyata, dilakukan uji lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dan jika terjadi
interaksi antara keduanya diteruskan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range
Test). Data hasil uji organoleptik dianlisa menggunakan uji Hedonik menggunakan
ANOVA. Analisis perlakuan terbaik menggunakan metode indeks efektifitas De
Garmo (De Garmo et al., 1979)
25
3.7 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
3.7.1 Pembuatan Gel Porang
Tepung Porang
Ditimbang 1 gram
Dimasukkan pada jar kaca
250 ml
Air dengan suhu 45oC,
50 ml
Diaduk hingga membentuk
gel
Disterilisasi selama 15 menit
Gel Porang
Gambar 3 1 Diagram Alir Pembuatan Gel Porang (Modifikasi metode Faridah, 2014)
26
3.7.2 Pembuatan Pasta Labu Kuning
Labu Kuning
Sortasi
Pencucian
Pengecilan ukuran 4-5 cm
Pengukusan pada suhu 100oC selama 10 menit
Pengupasan
Air
Biji
Kulit
Penghancuran dan ditambahkan 50 mL
Pasta Labu Kuning
Analisa:
- Kadar
betakaroten
- Kadar Lemak
- Warna
- L*
- a*
- b*
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Pasta Labu Kuning (Modifikasi Provesi, 2014)
27
3.7.3 Pembuatan Es Krim Labu Kuning
Pasta Labu Kuning 225 g
Pencampuran
Pasteurisasi dengan pengadukan
(80oC, 3 menit)
Homogenisasi dengan mixer
(3,5 menit)
Aging (4oC, 4 jam)
Pembuihan dengan ice cream maker
(-5oC, 30 menit)
Pembekuan dan pengerasan pada freezer
(-18oC, 24 jam)
Es Krim Labu Kuning
Analisa Kimia:
- Kadar lemak
- Kadar betakaroten
Fisik
- Overrun
- Waktu leleh
- Kekerasan
- Warna (L*, a*, b*)
Organoleptik
- Rasa
- Warna
- Aroma
- Tekstur
- Susu 100 mL
- Gula 37.5
gram
- Susu Skim 3
gram
- Kuning telur 15
gram
Whipping Cream
(0%, 6%, 12%)
Gel Porang (0%,
2%, 4%)
Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Es Krim Labu Kuning (Modifikasi Zahro, 2015)
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Labu Kuning
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu kuning yang
kemudian dianalisa kadar betakaroten, lemak dan warna. Analisa bahan baku
dilkakukan dengan mengukus labu kuning kemudian dihaluskan terlebih dahulu.
Perbandingan hasil analisa bahan baku labu kuning dengan literatur dapat dilihat pada
Tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik Bahan Baku
Karakteristik Hasil Analisa Literatur
Kadar Lemak (%) 0,43 ± 0,03 0,3b
Kadar Betakaroten (µg/g) 0,86 ± 0,02 1,398c
Warna:
L* 45,10 ± 0,87 63,69a
a* 8,83 ± 1,45 13,83a
b* 31,97 ± 1,93 43.37a
Keterangan:
1. Setiap data (hasil analisa) merupakan rerata 3 kali ulangan
2. Angka di belakang simbol ± merupakan standard deviasi
3. Sumber : a) Sari (2018)
b) Sudarto (2000)
c) Safrini (2015)
Tabel 4.1 menunjukan hasil analisa kadar lemak labu kuning yang memiliki rerata
kadar lemak lebih tinggi dibandingkan literatur. Kandungan lemak labu kuning cukup
rendah oleh karena itu dibutuhkan tambahan lemak dari whipping cream untuk
membuat es krim berbahan labu kuning agar es krim memiliki tekstur yang creamy.
Menurut Yuliani (2005), komposisi dari setiap sayuran atau buah-buahan tidak sama.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain perbedaan varietas, keadaan
iklim tempat tumbuh, cara pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat
kematangan pada waktu dipanen, dan kondisi penyimpanan setelah dipanen.
Dari hasil analisa betakaroten menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan
dengan literatur. Menurut Majid (2010), kandungan total karoten dalam buah labu
kuning dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah. Labu kuning yang lebih matang
29
akan memiliki kadar betakaroten yang lebih tinggi. Kandungan karotenoid dapat
dipengaruhi faktor-faktor seperti varietas, tingkat kematangan, lingkungan, dan
kondisi penyimpanan (Yuliani, 2005).
Analisa warna menggunakan colour reader bertujuan untuk dapat melihat
intensitas warna dengan parameter kecerahan, kemerahan dan kekuningan. Hasil
analisa warna dengan color reader menunjukkan bahwa nilai kecerahan, kemerahan,
kekuningan lebih sedikit memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan literatur. Hal
tersebut bisa disebabkan perbedaan umur buah, keadaan iklim, tempat tumbuh, cara
pemeliharaan dan pemanenan buah, dan penyimpanan buah pasca panen
(Khurniyati, 2015).
4.2 Karakteristik Kimia Es Krim Labu Kuning
4.2.1 Kadar Lemak
Lemak adalah komponen terpenting pada produk es krim, adanya lemak akan
membuat es krim menjadi creamy. Menurut Standard Nasional Indonesia komposisi
es krim yang memenuhi syarat mutu adalah es krim dengan kandungan lemak minium
5%, gula yang dihitung sebagai sukrosa minimum 8%, protein minimum 2,7%, dan
jumlah padatan minimum 3,4%. Grafik pengaruh penambahan gel porang dan
konsetrasi whipping cream terhadap kadar lemak ditunjukkan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream terhadap Kadar Lemak Es Krim Labu Kuning
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
0% 6% 12%
Kad
ar L
em
ak (
%)
Konsentrasi Whipping Cream
Gel 0% Gel 2% Gel 4%
30
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi
whipping cream akan meningkatkan kadar lemak secara signifikan, sedangkan
peningkatan konsentrasi gel porang juga mengalami peningkatan namun tidak
signifikan. Kadar lemak es krim labu kuning akibat perlakuan konsentrasi gel porang
dan whipping cream memiliki nilai yang berkisar antara 2,26% hingga 7,50%. Hasil
analisa ragam kadar lemak es krim labu kuning berdasarkan konsentrasi gel porang
memberikan pengaruh tidak berbeda nyata, konsentrasi whipping cream memberikan
pengaruh nyata, dan interaksi kedua faktor tidak memberikan pengaruh nyata (α =
0,05). Penambahan gel porang dengan konsentrasi yang berbeda tidak
mempengaruhi kadar lemak es krim labu kuning.
Es krim labu kuning yang memiliki kadar lemak terendah adalah es krim
dengan konsentrasi gel porang 0%, sedangkan es krim labu kuning yang memiliki
kadar lemak paling tinggi adalah es krim dengan konsentrasi gel porang 4%. Menurut
Kurniawati (2010), pada tepung porang yang digunakan untuk pembuatan gel
mengandung kadar lemak sebesar 1,96%. Adanya lemak dengan jumlah yang tidak
terlalu banyak ini menyebabkan es krim labu kuning mengalami kenaikan kadar lemak
yang tidak terlalu signifikan.
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi whipping cream
memberikan pengaruh nyata (α = 0,05) terhadap kadar lemak es krim labu kuning,
sedangkan faktor konsentrasi gel porang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
kadar lemak es krim labu kuning. Rerata kadar lemak es krim labu kuning akibat
perlakuan penambahan whipping cream ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Rerata Kadar Lemak Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan Konsentrasi Whipping
Cream
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Kadar Lemak (%) BNT 5%
0 2,50 ± 0,26a 0,534
6 4,52 ± 0,17b
12 7,41 ± 0,08c
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
31
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa faktor konsentrasi whipping
cream memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar lemak es krim labu
kuning. Es krim yang memiliki rerata kadar lemak yang paling tinggi yaitu pada
perlakuan konsentrasi whipping cream 12%, sedangkan rerata kadar lemak yang
paling rendah yaitu pada perlakuan konsentrasi whipping cream 0%. Semakin tinggi
konsentrasi whipping cream maka kadar lemak pada es krim labu kuning semakin
meningkat. Menurut Masykuri (2012), whipping cream yang digunakan pada
pembuatan es krim mengandung lemak total sebesar 36% . Tingginya kadar lemak
pada whipping cream akan meningkatkan kadar lemak es krim labu kuning.
4.2.2 Kadar Beta Karoten
Labu kuning memiliki kadar betakaroten yang cukup tinggi. Betakaroten yang
terdapat dalam labu kuning juga dapat menggantikan penggunaan pewarna pada
proses pembuatan es krim. Betakaroten merupakan provitamin A yang ketika
dikomsumsi dan dicerna dalam tubuh berubah menjadi vitamin A yang aktif. Vitamin
A yang aktif ini akan berfungsi dan aktif memberikan porsi vitamin pada sasaran dan
fungsi vitamin tersebut (Majid, 2010).
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream terhadap Kadar Betakaroten Es Krim Labu Kuning
Berdasarkan Grafik 4.2 dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi
whipping cream akan menurunkan kadar betakaroten, begitupula peningkatan
konsentrasi gel porang akan menurunkan kadar betakaroten. Kadar betakaroten es
0.0000
0.0500
0.1000
0.1500
0.2000
0% 6% 12%
Be
taka
rote
n(µ
g/g)
Konsentrasi Whipping Cream
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
32
krim labu kuning akibat perlakuan penambahan gel porang dan whipping cream
berkisar antara 0,0801 µg/gram hingga 0,1482 µg/gram. Hal ini disebabkan
konsentrasi labu kuning yang turun dengan adanya penambahan gel porang dan
whipping cream. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel
porang, konsentrasi whipping cream, dan interaksi kedua faktor tidak memberikan
pengaruh nyata (α = 0,05) terhadap kadar betakaroten es krim labu kuning.
Kadar betakaroten paling tinggi yaitu pada konsentrasi gel porang 0% dan
kadar betakaroten terendah yaitu pada konsentrasi gel porang 4%. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi labu kuning yang semakin menurun dengan penambahan
persentase gel porang pada adonan es krim. Semakin tinggi gel porang yang
ditambahkan maka semakin rendah konsentrasi labu kuning pada adonan es krim.
Sehingga dengan penambahan gel porang maka kadar betakaroten pada es krim
akan menurun. Hal ini didukung oleh Safriani (2015), yang menyatakan bahwa
penurunan jumlah total labu kuning yang digunakan maka akan menurunkan kadar
beta karoten pada adonan.
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi whipping cream
tidak memberikan pengaruh nyata (α = 0,05) terhadap kadar lemak es krim labu
kuning. Hal ini disebabkan karena konsentrasi labu kuning yang semakin menurun
dengan penambahan persentase whipping cream pada adonan es krim. Semakin
tinggi whipping cream yang ditambahkan maka semakin rendah konsentrasi labu
kuning pada adonan es krim. Sehingga dengan penambahan whipping cream maka
kadar betakaroten pada es krim akan menurun. Hal ini didukung oleh Safriani (2015),
yang menyatakan bahwa penurunan jumlah total labu kuning yang digunakan maka
akan menurunkan kadar beta karoten pada adonan.
4.3 Karakteristik Fisik Es Krim Labu Kuning
4.3.1 Overrun
Overrun merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui
peningkatan volume es krim karena adanya udara yang terperangkap ke dalam
adonan es krim akibat adanya proses agitasi (Oksilia, 2012). Overrun pada
pembuatan es krim adalah pengembangan volume antara sebelum dan sesudah
proses pembekuan (Hadiwiyoto, 1983). Overrun menjadi karakteristik penting yang
menentukan kualitas pada produk es krim. Grafik pengaruh perlakuan penambahan
33
gel porang dan whipping cream terhadap nilai overrun es krim ditunjukkan pada
Gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream terhadap Overrun Es Krim Labu Kuning
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi
whipping cream akan meningkatkan overrun, dan peningkatan konsentrasi gel porang
akan meningkatkan overrun. Overrun es krim labu kuning akibat perlakuan
penambahan gel porang dan whipping cream berkisar antara 3,75% hingga 36,98%.
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel porang dan
konsentrasi whipping cream memberikan pengaruh nyata (α = 0,05) terhadap overrun
es krim labu kuning. Hasil analisa ragam juga menunjukkan adanya interaksi antara
konsentrasi gel porang dan konsetrasi whipping cream terhadap overrun es krim labu
kuning. Uji lanjut dengan DMRT dilakukan pada interaksi antara perbedaan
konsentrasi gel porang dan konsetrasi whipping cream terhadap overrun es krim labu
kuning untuk diketahui beda nyata tiap perlakuan. Rerata overrun akibat interaksi
perbedaan gel porang dan konsetrasi whipping cream disajikan pada Tabel 4.3
0
10
20
30
40
50
0% 6% 12%
Ove
rru
n (
%)
Konsentrasi Whipping Cream
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
34
Tabel 4.3 Rerata Overrun Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan Konsentrasi Gel Porang
Whipping Cream
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rerata overrun es krim labu kuning tertinggi
ditunjukkan pada perlakuan kosentrasi gel porang 4% dan konsentrasi whipping
cream 12%, sedangkan rerata overrun es krim labu kuning terendah ditunjukkan pada
perlakuan konsentrasi gel porang 0% dan konsentrasi whipping cream 0%. Dari data
diatas terdapat kecenderungan bahwa semakin besar konsentrasi gel porang yang
diberikan maka overrun akan semakin besar, begitu pula dengan penambahan
konsentrasi whipping cream yang semakin besar maka overrun juga akan semakin
besar.
Hal ini disebabkan karena gel porang memiliki sedikit kadar lemak dan
whipping cream yang banyak mengandung lemak. Penambahan gel porang dapat
meningkatkan overrun karena adanya air pada gel porang yang berpengaruh pada
pembentukan kristal es pada es krim dan peningkatan whipping cream menyebabkan
kandungan lemak semakin tinggi sehingga kemampuan membentuk struktur tiga
dimensi yang dapat memerangkap air dan udara menjadi lebih besar. Struktur tiga
dimensi ini terjadi selama proses pengocokan adonan es krim, dimana selama proses
pengocokan tersebut lemak akan pecah dan membentuk globular yang bestruktur tiga
Konsentrasi
Gel Porang
Konsentrasi Whipping
Cream
Rerata Overrun (%) DMRT
0% 0% 3,75 ± 0,08a 0,95
6% 17,35 ± 0,46d 1,04
12% 29,89 ± 0,81g 1,08
2% 0% 5,42 ± 0,11b 0,99
6% 20,69 ± 0,36e 1,06
12% 35,13 ± 0,61h 1,08
4% 0% 7,06 ± 0,14c 1,02
6% 22,78 ± 0,98f 1,08
12% 36,98 ± 0,90i
35
dimensi. Struktur globular memiliki ruang sehingga memudahkan terperangkapnya
udara di dalam adonan, sehingga adonan akan mengembang (Pangga, 2014).
4.3.2 Waktu Leleh
Waktu leleh merupakan waktu yang dibutuh produk es krim untuk meleleh
dengan sempurna pada suhu ruang. Produk es krim yang baik menunjukkan ada
resistensi yang tinggi terhadap pelelehan (Arbuckle & Marshall, 2003). Waktu leleh
merupakan karakteristik penting yang menentukan kualitas pada produk es krim.
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream terhadap Waktu Leleh Es Krim Labu Kuning
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi
whipping cream akan menurunkan waktu leleh es krim labu kuning, sedangkan
peningkatan konsentrasi gel porang akan meningkatkan waktu leleh es krim labu
kuning. Waktu leleh es krim labu kuning akibat perlakuan penambahan gel porang
dan whipping cream berkisar antara 3,79 menit/gram hingga 7,48 menit/gram. Hasil
analisa ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel porang dan konsentrasi
whipping cream memberikan pengaruh nyata, sedangkan interaksi keduanya tidak
memberikan pengaruh nyata (α = 0,05) terhadap waktu leleh es krim labu kuning.
Rerata waktu leleh es krim labu kuning akibat perlakuan penambahan whipping cream
ditunjukkan pada Tabel 4.4
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
0% 6% 12%
Wak
tu L
ele
h(m
en
it/g
)
Konsentrasi Whipping Cream
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
36
Tabel 4.4 Rerata Waktu Leleh Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan Konsentrasi Gel Porang
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Waktu Leleh (menit/g) BNT 5%
0 4,44 ± 0,76a 0,307
2 6,15 ± 0,47b
4 6,97 ± 0.47c
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa faktor konsentrasi gel porang
memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap waktu leleh es krim labu kuning. Es
krim yang memiliki rerata waktu leleh yang paling cepat yaitu pada perlakuan
konsentrasi gel porang 0%, sedangkan rerata waktu leleh yang paling lama yaitu pada
perlakuan konsentrasi gel porang 4%. Semakin tinggi konsentrasi gel porang maka
waktu yang dibutuhkan es krim labu kuning untuk meleleh akan semakin lama. Hal ini
disebabkan karena gel porang mampu mengikat air dalam adonan es krim yang
menyebabkan adonan menjadi kental. Peningkatan konsentrasi penstabil yaitu
tepung porang dalam adonan es krim menyebabkan partikel es yang terikat akan
semakin banyak sehingga es krim tidak mudah mencair dan memiliki waktu leleh yang
lebih lama (Harianto, 2013).
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa konsentrasi whipping cream
memberikan pengaruh nyata terhadap waktu leleh es krim labu kuning. Semakin tinggi
konsentrasi whipping cream maka waktu yang dibutuhkan untuk meleleh akan
semakin cepat. Rerata waktu leleh es krim labu kuning terhadap konsentrasi whipping
cream ditunjukkan pada Tabel 4.5
37
Tabel 4.5 Rerata Waktu Leleh Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan Konsentrasi Whipping
Cream
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Waktu Leleh (menit/g) BNT 5%
0 6,46 ± 1,12c 0,307
6 5,76 ± 1,35b
12 5,35 ± 1,42a
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa faktor konsentrasi whipping
cream memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap waktu leleh es krim labu
kuning. Es krim yang memiliki rerata waktu leleh yang paling cepat yaitu pada
perlakuan konsentrasi whipping cream 12%, sedangkan rerata waktu leleh yang
paling lama yaitu pada perlakuan konsentrasi whipping cream 0%. Semakin tinggi
konsentrasi whipping cream maka waktu yang dibutuhkan es krim labu kuning untuk
meleleh akan semakin cepat. Penggunaan whipping cream selain menambahkan
lemak juga akan menambah air dalam adonan es krim. Kadar air ini yang membuat
es krim lebih mudah meleleh. Kandungan lemak dan protein pada es krim dapat
menghasilkan tekstur lembut dan memberikan sifat pelelehan yang baik pada es krim.
Semakin tinggi jumlah kadar lemak maka waktu meleleh es krim akan semakin lambat.
Sebaliknya, jika semakin rendah jumlah kadar lemak maka waktu meleleh es krim
akan semakin cepat (Hartatie, 2011).
4.3.3 Tingkat Kekerasan
Tingkat kekerasan es krim merupakan salah satu parameter mutu es krim.
Tingkat kekerasan yang lebih rendah akan lebih disukai konsumen karena
menghasilkan es krim yang lunak. Tingkat kekerasan tekstur ditunjukkan melalui gaya
tekan indenter Tensile Strenght pada es krim labu kuning. Semakin tinggi nilai
kekerasan es krim maka es krim tersebut memiliki tekstur yang keras.
38
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi
Whipping Cream terhadap Tingkat Kekerasan Es Krim Labu Kuning
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa peningkatan
konsentrasi gel porang akan menurunkan gaya tekan es krim, dan peningkatan
konsentrasi whipping cream akan menurunkan gaya tekan es krim. Gaya tekan es
krim labu kuning akibat perlakuan penambahan gel porang dan whipping cream
berkisar antara 6,63 N hingga 15,20 N. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa
faktor konsentrasi gel porang dan konsentrasi whipping cream memberikan pengaruh
nyata (α = 0,05) terhadap gaya tekan es krim labu kuning. Hasil analisa ragam juga
menunjukkan adanya interaksi antara konsentrasi gel porang dan konsetrasi whipping
cream terhadap gaya tekan es krim labu kuning. Uji lanjut dengan DMRT dilakukan
pada interaksi antara perbedaan konsentrasi gel porang dan konsetrasi whipping
cream terhadap gaya tekan es krim labu kuning untuk diketahui beda nyata tiap
perlakuan. Rerata gaya akibat interaksi perbedaan gel porang dan konsetrasi
whipping cream disajikan pada Tabel 4.6
0
5
10
15
20
0% 6% 12%Ti
ngk
at K
eke
rasa
n (
N)
Konsentrasi Whipping Cream
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
39
Tabel 4.6 Rerata Tingkat Kekerasan Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan Konsentrasi Gel
Porang Whipping Cream
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rerata tingkat kekerasan es krim labu kuning
tertinggi ditunjukkan pada perlakuan kosentrasi gel porang 0% dan konsentrasi
whipping cream 0%, sedangkan rerata tingkat kekerasan es krim labu kuning terendah
ditunjukkan pada perlakuan kosentrasi gel porang 4% dan konsentrasi whipping
cream 12%. Dari data diatas terdapat kecenderungan bahwa semakin besar
konsentrasi gel porang yang diberikan maka tingkat kekerasan akan semakin rendah,
begitu pula dengan penambahan konsentrasi whipping cream yang semakin tinggi
maka tingkat kekerasan juga akan semakin rendah.
Hal ini disebabkan adanya rongga udara yang terbentuk sehingga
menyebabkan es krim mudah ditembus oleh alat Tensile Strenght yang berarti tingkat
kekerasannya semakin rendah dan peningkatan whipping cream menyebabkan
kandungan lemak semakin tinggi sehingga kemampuan membentuk struktur tiga
dimensi yang dapat memerangkap air dan udara menjadi lebih besar. Struktur tiga
dimensi ini terjadi selama proses pengocokan adonan es krim, dimana selama proses
pengocokan tersebut lemak akan pecah dan membentuk globular yang bestruktur tiga
Konsentrasi
Gel Porang
Konsentrasi Whipping
Cream
Rerata Tingkat
Kekerasan (%)
DMRT
0% 0% 15,20 ± 0,56h
6% 12.67 ± 0,40f 1,00
12% 9,70 ± 0,46c 0,95
2% 0% 14,50 ± 0,36gh 1,01
6% 11,23 ± 025de 0,99
12% 8,67 ± 0,25b 0,92
4% 0% 13,87 ± 0,25g 1,00
6% 10,27 ± 0,32cd 0,97
12% 6,63 ± 0,4a 0,88
40
dimensi. Struktur globular memiliki ruang sehingga memudahkan terperangkapnya
udara di dalam adonan, sehingga adonan akan mengembang (Pangga, 2014).
4.3.4 Warna
Warna merupakan salah satu parameter fisik yang sangat penting dalam
produk pangan. Warna dapat mempengaruhi daya terima konsumen, bahkan sebelum
produk dikonsumsi. Warna bahan pangan dipengaruhi oleh kenampakan bahan
tersebut dan kemampuannya untuk memantulkan, menyebarkan, menyerap, atau
meneruskan sinar tampak (Hamsah, 2013). Pengukuran warna dilakukan di tiga
tempat yang berbeda. Alat ini bekerja dengan mengukur warna yang dipantulkan dari
permukaan sampel sehingga dapat diamati perubahan warna produk. Hasil
pengukuran kromatometer dikonversikan (dikalibrasi) dalam sistem hunter dengan
lambang L*, a*, dan b* (Camus, 2000).
4.3.3.1 Kecerahan
Nilai L* menyatakan perbedaan terang dan gelap (+ = lebih terang, - = gelap).
Semakin tinggi nilai L* maka semakin terang. Semakin rendah nilai L* maka semakin
gelap warna yang dihasilkan (Camus, 2000). Grafik pengaruh perlakuan perbedaan
gel porang dan whipping cream terhadap nilai kecerahan (L*) es krim ditunjukkan
pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi Whipping
Cream terhadap Nilai Kecerahan (L*) Es Krim Labu Kuning
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
0% 6% 12%
Ke
cera
han
(L*
)
Konsentrasi Whipping Cream
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
41
Berdasarkan Gambar 4.11 dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi
whipping cream akan cenderung menyebabkan peningkatan nilai kecerahan (L*) pada
es krim labu kuning, begitu pula pada peningkatan konsentrasi gel porang akan
menunjukkan kecenderungan nilai kecerahan (L*) yang meningkat pada es krim labu
kuning. Hasil analisa nilai kecerahan (L*) es krim labu kuning dengan perlakuan
konsentrasi gel porang dan whipping cream memiliki hasil berkisar 63,47 hingga
74,00. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa kedua faktor, yaitu konsentrasi gel
porang dan konsentrasi whipping cream memberikan pengaruh nyata (α= 0,05)
terhadap nilai kecerahan (L*) es krim labu kuning. Rerata nilai kecerahan (L*) es krim
labu kuning akibat perbedaan konsentrasi gel porang ditunjukkan pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Rerata Nilai Kecerahan (L*) Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan Konsentrasi Gel
Porang
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Nilai Kecerahan (L*) BNT 5%
0 67,51 ± 4,95a 1,467
2 68,18 ± 5,25ab
4 68,51 ± 5,23b
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa penambahan gel porang pada konsentrasi 0%
dan 4% memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rerata nilai kecerahan
(L*) es krim labu kuning. Sedangkan penambahan gel porang konsentrasi 2% tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai kecerahan (L*) es krim
dengan penambahan gel porang konsentrasi 0% dan 4%. Semakin tinggi konsentrasi
gel porang yang ditambahkan, maka nilai kecerahan (L*) akan cenderung semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi gel porang, maka tingkat
kepekatan warna akan semakin rendah. Gel porang memiliki kadar air sebanyak 98%
sehingga akan memberikan warna yang tidak pekat atau lebih cerah.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai kecerahan (L*) es krim labu kuning
adalah penambahan konsentrasi whipping cream yang berbeda. Rerata nilai
kecerahan (L*) es krim labu kuning akibat perbedaan konsentrasi whipping cream
ditunjukkan pada Tabel 4.8
42
Tabel 4.8 Rerata Nilai Nilai Kecerahan (L*) Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan
Konsentrasi Whipping cream
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Nilai Kecerahan (L*) BNT 5%
0 63,50 ± 0,06a 1,467
6 67,08 ± 0,98b
12 73,62 ± 0,52c
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa penambahan whipping cream pada
konsentrasi 0%, 6% dan 12% memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
rerata nilai kecerahan (L*) es krim labu kuning. Semakin tinggi konsentrasi whipping
cream yang ditambahkan, maka nilai kecerahan (L*) akan cenderung semakin
meningkat. Penambahan whipping cream yang berwarna putih akan meningkatkan
kecerahan pada es krim. Selain itu penambahan pigmen karotenoid pada labu kuning
turut mempengaruhi tingkat kecerahan. Pigmen karotenoid memiliki hasil relatif tinggi
hal tersebut dikarenakan pigmen karotenoid memiliki warna yang cerah yaitu jingga
kekuningan sehingga dapat mempengaruhi tingkat kecerahan es krim (Hidayat,
2006).
4.3.3.2 Kemerahan (a*)
Nilai kemerahan atau redness (a*) merupakan parameter warna yang
menunjukkan tingkat warna merah suatu produk. Skala nilai a* yaitu -100 hingga 100
yang menyatakan tingkat warna hijau hingga merah (Pomeranz, 1994). Grafik
pengaruh perlakuan konsentrasi gel porang dan konsentrasi whipping cream terhadap
nilai kemerahan (a*) es krim labu kuning ditunjukkan pada Gambar 4.7
43
Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi Whipping
Cream terhadap Nilai Kemerahan (a*) Es Krim Labu Kuning
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi gel
porang menyebabkan tingkat kemerahan (a*) pada es krim labu kuning akan
menurun, begitu pula pada faktor peningkatan konsentrasi whipping cream akan
menyebabkan nilai kemerahan (a*) akan menurun. Hasil analisa nilai kemerahan (a*)
es krim labu kuning akibat perlakuan konsentrasi gel porang dan whipping cream
memiliki hasil berkisar antara 13,87 – 16,80. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa
faktor konsentrasi gel porang tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata,
namun konsentrasi whipping cream memberikan pengaruh nyata dan interkasi
keduanya tidak memberikan pengaruh berbeda nyata (α= 0,05) terhadap nilai
kemerahan (a*) es krim labu kuning.
Semakin tinggi konsentrasi gel porang yang ditambahkan maka nilai
kemerahan (a*) akan cenderung semakin menurun. Rerata nilai kemerahan (a*) es
krim labu kuning akibat penambahan konsentrasi gel porang memberikan hasil
berkisar antara 14,84 – 15,89. Penambahan gel porang tidak mempengaruhi tingkat
kemerahan es krim labu kuning karena gel porang tidak memiliki warna atau bening
sehingga tidak mempengaruhi warna.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai kemerahan (a*) es krim adalah
penambahan konsentrasi whipping cream yang berbeda. Rerata nilai kemerahan (a*)
es krim labu kuning akibat perbedaan konsentrasi whipping cream ditunjukkan pada
Tabel 4.9
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
0% 6% 12%K
em
era
han
(A
*)Konsentrasi Whipping Cream
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
44
Tabel 4.9 Rerata Nilai Nilai Kemerahan (a*) Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan
Konsentrasi Whipping Cream
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Nilai Kemerahan (a*) BNT 5%
0 16,10 ± 0,61a 1,874
6 15,47 ± 0,81ab
12 14,23 ± 0,32b
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa penambahan whipping cream pada
konsentrasi 0% dan 12% memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rerata
nilai kemerahan (a*) es krim labu kuning. Sedangkan penambahan whipping cream
konsentrasi 6% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai
kemerahan (a*) es krim dengan penambahan whipping cream konsentrasi 0% dan
12%. Semakin tinggi konsentrasi whipping cream yang ditambahkan, maka nilai
kemerahan (a*) akan semakin menurun. Whipping cream memiliki warna putih
sehingga penambahan whipping cream akan menjadikan warna es krim menjadi lebih
pucat. Selain itu pigmen karotenoid pada labu kuning akan mengalami penurunan
tingkat kemerahan akibat adanya penambahan whipping cream pada adonan es krim.
Pigmen karotenoid memiliki hasil relatif tinggi hal tersebut dikarenakan pigmen
karotenoid memiliki warna yang cerah yaitu jingga kekuningan sehingga dapat
mempengaruhi tingkat kecerahan es krim (Hidayat, 2006).
4.3.3.3 Kekuningan (b*)
Nilai kekuningan (yellowness) adalah parameter warna yang menunjukkan
tingkat warna kuning pada suatu produk. Nilai b* menyatakan warna kromatik
campuran kuning dan biru, dimana nilai b*+ dari 0 hingga +70 menyatakan warna
kuning dan nilai b*- dari 0 hingga -70 menyatakan warna biru (Camus, 2000). Grafik
pengaruh perlakuan perbedaan konsentrasi gel porang dan whipping cream terhadap
nilai kekuningan (b*) es krim ditunjukkan pada Gambar 4.8.
45
Gambar 4. 8 Grafik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi Whipping
Cream terhadap Nilai Kekuningan (b*) Es Krim Labu Kuning
Berdasarkan Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa penambahan gel porang
yang meningkat akan menyebabkan adanya kecenderungan kenaikan nilai
kekuningan (b*) pada es krim labu kuning, sedangkan pada konsentrasi whipping
cream memberikan kecenderungan penurunan nilai kekuningan (b*) pada produk es
krim labu kuning. Hasil analisa nilai kekuningan (b*) es krim labu kuning akibat
perlakuan konsentrasi gel porang dan whipping cream memiliki hasil berkisar antara
42,27 – 50,33. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel porang
dan konsentrasi whipped cream memberikan pengaruh yang berbeda nyata (α= 0,05)
terhadap nilai kekuningan (b*) es krim labu kuning. Hasil analisa ragam juga
menunjukkan adanya interaksi antara perbedaan konsentrasi gel porang dan
konsentrasi whipping cream terhadap kekuningan es krim labu kuning. Uji lanjut
dengan DMRT dilakukan pada interaksi antara perbedaan konsentrasi gel porang dan
whipping cream terhadap nilai kekuningan es krim labu kuning untuk mengetahui beda
nyata tiap perlakuan. Rerata nilai kekuningan akibat interaksi gel porang dan whipping
cream ditunjukkan pada Tabel 4.10
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0% 6% 12%K
eku
nin
gan
(b
*)
Konsentrasi Whipping Cream
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
46
Tabel 4.10 Rerata Nilai Kekuningan Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan Konsentrasi Gel
Porang dan Konsetrasi Whipping Cream
Konsentrasi
Gel Porang
Konsetrasi Whipping
Cream
Rerata Kekuningan
(b*)
DMRT
0% 0% 49,63 ± 1,00f 2,291
6% 45,80 ± 0,31c 2,178
12% 42,27 ± 0,86a 2,019
2% 0% 49,93 ± 1,07f 2,304
6% 46,30 ± 1,04cd 2,220
12% 42,80 ± 1,19ab 2,097
4% 0% 50,33 ± 0,65f
6% 48,83 ± 0,57ef 2,273
12% 46,83 ± 0,51cde 2,251
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rerata nilai kekuningan es krim labu kuning
tertinggi ditunjukkan pada perlakuan kosentrasi gel porang 4% dan konsentrasi
whipping cream 0%, sedangkan rerata nilai kekuningan es krim labu kuning terendah
ditunjukkan pada perlakuan kosentrasi gel porang 0% dan konsentrasi whipping
cream 12%. Dari data diatas terdapat kecenderungan bahwa semakin besar
konsentrasi gel porang yang diberikan tidak berpengaruh pada nilai kekuningan es
krim labu kuning, sedangkan dengan penambahan konsentrasi whipping cream yang
semakin besar maka akan menunjukkan kecenderungan penurunan nilai kekuningan.
4.4 Pegujian Organoleptik
Penilaian organoleptik es krim labu kuning dilakukan dengan menggunakan
metode kesukaan (Hedonic Scale Scoring) yaitu salah satu dari uji penerimaan.
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan sampel es krim labu kuning yang
memliki kode kepada 50 panelis tidak terlatih. Kemudian panelis diminta untuk
memberikan tanggapan untuk sampel es krim labu kuning yang disajikan. Tingkat
kesukaan disebut sebagai skala hedonik yang dalam pengujiannya menggunakan
skala 1-5 dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai. Hal ini dilakukan untuk
47
mengetahui adanya perbedaan untuk setiap perlakuan yang ada. Tingkat kesukaan
yang diujikan berupa warna, aroma, rasa, serta tekstur.
4.4.1 Kesukaan Warna
Kenampakan produk merupakan atribut yang penting pada suatu produk. Dalam
memilih sebuah produk konsumen akan mempertimbangkan kenampakan dari produk
tersebut terlebih dahulu dan mengesampingkan atribut sensori lainnya. Hal tersebut
dikarenakan kenampakan dari suatu produk yang bai cenderung akan dianggap
memiliki rasa yang enak dan memiliki kualitas yang tinggi (Meilgard et al., 2006). Pada
sebuah produk pangan, warna mempunyai pernanan yang penting dalam menarik
perhatian konsumen. Warna juga mempunyai peran sebagai tanda pengenal, atribut
mutu dan daya tarik.
Perlakuan penambahan berbagai konsentrasi gel porang dan konsentrasi
whipping cream pada es krim labu kuning diharapkan mendapatkan es krim dengan
warna yang disukai oleh konsumen. Pada penelitian ini mendapatkan hasil
pengamatan tingkat kesukaan terhadap warna es krim labu kuning berkisar antara
3,16 hingga 3,54. Untuk mengetahui hubungan pengaruh konsentrasi gel porang dan
konsentrasi whipping cream terhadap warna pada es krim labu kuning dapat dilihat
pada Gambar 4.9
Gambar 4.9 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi Whipping Cream
Terhadap Atribut Warna Es Krim Labu Kuning
0
2
4
6
0% 6% 12%
Skal
a K
esu
kaan
Konsentrasi Whipping Cream
Warna
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
48
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa pada atribut warna yang dihasilkan es krim
labu kuning dengan konsentrasi gel porang dan whipping cream yang berbeda tidak
memiliki perbedaan tingkat kesukaan yang terlalu besar. Untuk hasil tingkat kesukaan
secara lengkap dapat dilihat pada (Lampiran 9).
Berdasarkan uji Friedman (Lampiran 9), diperoleh hasil yang menunjukkan
bahwa penambahan gel porang (0%, 2%, 4%) dan penambahan konsentrasi whipping
cream (0%, 6%, 12%) memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan untuk
atribut warna es krim labu kuning (p<0,05). Hasil rerata tingkat kesukaan untuk atribut
warna akibat perlakuan konsentrasi gel porang dan whipping cream dapat dilihat pada
Tabel 4.11
Tabel 4.11 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Warna Es Krim Labu Kuning
Perlakuan (Konsentrasi Gel Porang, Konsentrasi
Whipping Cream) Tingkat Kesukaan
2%, 12% 3,28 ± 1,01a
4%, 12% 3,26 ± 1,08ab
0%, 12% 3,32 ± 1,08abc
4%, 6% 3,7 ± 0,76bcd
2%, 6% 3,78 ± 0,70d
2%, 0% 3,86 ± 1,03d
0%, 6% 3,8 ± 0,67d
4%, 0% 3,76 ± 1,00d
0%, 0% 3,96 ± 0,88e
Keterangan : 1) Setiap data hasil analisis merupakan 3 ulangan ± standar deviasi
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukkan perbedaan
nyata (p<0,05)
Tabel 4.11 menunjukkan nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap
warna es krim labu kuning dengan perbedaan konsentrasi gel porang dan whipping
cream. Nilai kesukaan terhadap warna paling paling rendah adalah kombinasi
perlakuan gel porang 4% dan whipping cream 12%. Sedangkan nilai kesukaan
terhadap warna paling tinggi adalah kombinasi perlakuan gel porang 0% dan whipping
cream 0%.
49
Pada produk es krim labu kuning meghasilkan perbedaan warna yang
disebabkan oleh konsentrasi whipping cream. Es krim labu kuning dengan konsentrasi
whipping cream yang tinggi cenderung kurang disukai oleh konsumen. Es krim labu
kuning dengan konsentrasi whipping cream 4% memiliki warna yang lebih pucat
dibandingkan dengan es krim labu kuning dengan konsentrasi whipping cream 0%.
4.4.2 Kesukaan Aroma
Parameter aroma menentukan penerimaan konsumen karena aroma atau
rangsangan bau menjadi impuls yang akan menuju ke syaraf penciuman dan
menggambarkan tentang karakteristik suatu produk. Aroma makanan atau minuman
adalah turunan dari sebagian komponen pangan yang terdeteksi oleh indra peciuman
manusia. Aroma makanan dapat bereaksi sehingga dapat mempengaruhi konsumen
sebelum konsumen menikmati makanan (Mahendradatta, 2007). Rerata nilai
kesukaan panelis terhadap aroma es krim labu kuning akibat konsentrasi gel porang
dan konsentrasi whipping cream dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi Whipping Cream
Terhadap Atribut Aroma Es Krim Labu Kuning
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa pada atribut aroma yang dihasilkan es krim
labu kuning dengan konsentrasi gel porang dan whipping cream yang berbeda tidak
memiliki perbedaan tingkat kesukaan yang terlalu besar. Untuk hasil tingkat kesukaan
secara lengkap dapat dilihat pada (Lampiran 8). Berdasarkan uji Friedman diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa penambahan gel porang (0%, 2%, 4%) dan
2.8
2.9
3
3.1
3.2
0% 6% 12%
Skal
a K
esu
kaan
Konsentrasi Whipping Cream
Aroma
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
50
penambahan konsentrasi whipping cream (0%, 6%, 12%) tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap tingkat kesukaan untuk atribut aroma es krim labu kuning (p>0,05).
Hasil rerata tingkat kesukaan untuk atribut aroma akibat perlakuan konsentrasi gel
porang dan whipping cream dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Aroma Es Krim Labu Kuning
Perlakuan (Konsentrasi Gel Porang, Konsentrasi
Whipping Cream) Tingkat Kesukaan
0%, 0% 3,00 ± 0,68a
4%, 0% 3,04 ± 0,73a
0%, 12% 3,04 ± 0,83a
2%, 0% 3,08 ± 0,75a
4%, 6% 3,10 ± 0,65a
0%, 6% 3,06 ± 0,89a
4%, 12% 3,08 ± 0,75a
2%, 12% 3,12 ± 0,82a
2%, 6% 3,14 ± 0,70a
Keterangan : 1) Setiap data hasil analisis merupakan 3 ulangan ± standar deviasi
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukkan perbedaan
nyata (p<0,05)
Tabel 4.12 menunjukkan nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap
aroma es krim labu kuning dengan perbedaan konsentrasi gel porang dan whipping
cream. Nilai kesukaan terhadap warna paling paling rendah adalah kombinasi
perlakuan gel porang 0% dan whipping cream 0% yaitu 3,00. Sedangkan nilai
kesukaan terhadap warna paling tinggi adalah kombinasi perlakuan gel porang 2%
dan whipping cream 6% yaitu 3,14. Pada penilaian atribut aroma, rerata penilaian
tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan. Berdasarkan ulasan yang diberikan
oleh panelis ketika melakukan uji organoleptik, aroma es krim labu kuning tidak terlalu
kuat.
51
4.4.3 Kesukaan Rasa
Rasa merupakan atribut yang melibatkan indra pengecap lidah sebagai
reseptornya. Atribut rasa menjadi penentu keberhasilan suatu produk untuk dapat
diterima oleh konsumen. Apabila rasa dari suatu produk tidak disukai maka produk
akan ditolak oleh konsumen. Grafik rerata nilai kesukaan konsumen terhadap atribut
rasa es krim labu kuning akibat perbedaan konsentrasi gel porang dan whipping dapat
dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi Whipping Cream
Terhadap Atribut Rasa Es Krim Labu Kuning
Gambar 4.11 menunjukkan bahwa pada atribut rasa yang dihasilkan es krim
labu kuning dengan konsentrasi gel porang dan whipping cream yang berbeda tidak
memiliki perbedaan tingkat kesukaan yang terlalu besar. Untuk hasil tingkat kesukaan
secara lengkap dapat dilihat pada (Lampiran 8). Berdasarkan uji Friedman diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa penambahan gel porang (0%, 2%, 4%) dan
penambahan konsentrasi whipping cream (0%, 6%, 12%) memberikan pengaruh
nyata terhadap tingkat kesukaan untuk atribut aroma es krim labu kuning (p<0,05).
Hasil rerata tingkat kesukaan untuk atribut rasa akibat perlakuan konsentrasi gel
porang dan whipping cream dapat dilihat pada Tabel 4.13
0
2
4
6
0% 6% 12%
Skal
a K
esu
kaan
Konsentrasi Whipping Cream
Rasa
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
52
Tabel 4.13 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Rasa Es Krim Labu Kuning
Perlakuan (Konsentrasi Gel Porang, Konsentrasi
Whipping Cream) Tingkat Kesukaan
0%, 0% 2,86 ± 0,97a
0%, 6% 3,00 ± 1,05ab
2%, 0% 3,46 ± 0,97bc
4%, 0% 3,38 ± 1,05bcd
0%, 12% 3,50 ± 1,07cd
4%, 6% 3,52 ± 0,86cd
2%, 6% 3,60 ± 0,83cd
4%, 12% 3,64 ± 1,10cd
2%, 12% 3,74 ± 0,89d
Keterangan : 1) Setiap data hasil analisis merupakan 3 ulangan ± standar deviasi
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukkan perbedaan
nyata (p<0,05)
Tabel 4.17 menunjukkan nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa
es krim labu kuning dengan perbedaan konsentrasi gel porang dan whipping cream.
Nilai kesukaan terhadap warna paling paling rendah adalah kombinasi perlakuan gel
porang 0% dan whipping cream 0% yaitu 2,86. Sedangkan nilai kesukaan terhadap
warna paling tinggi adalah kombinasi perlakuan gel porang 2% dan whipping cream
12% yaitu 3,74. Pada penilaian atribut rasa, rerata penilaian tidak memiliki perbedaan
yang terlalu signifikan. Berdasarkan ulasan yang diberikan oleh panelis ketika
melakukan uji organoleptik, rasa es krim labu kuning memiliki rasa labu kuning yang
cukup kuat.
4.4.4 Kesukaan Tekstur
Tekstur merupakan atribut yang penting untuk menentukan kualitas es krim
yang dihasilkan. Es krim dengan kualitas yang baik memiliki tekstur yang lembut,
padat, lunak, serta mudah untuk disekup (Goff, 2013). Grafik rerata nilai kesukaan
53
konsumen terhadap tekstur es krim labu kuning akibat perlakuan konsentrasi gel
porang dan whipping cream dapat dilihat pada Gambar 4.17.
Gambar 4.12 Grafik Pengaruh Konsentrasi Gel Porang dan Konsentrasi Whipping Cream
Terhadap Atribut Rasa Es Krim Labu Kuning
Gambar 4.12 menunjukkan bahwa pada atribut tekstur yang dihasilkan es krim
labu kuning dengan konsentrasi gel porang dan whipping cream yang berbeda tidak
memiliki perbedaan tingkat kesukaan yang terlalu besar. Untuk hasil tingkat kesukaan
secara lengkap dapat dilihat pada (Lampiran 8). Berdasarkan uji Friedman, diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa penambahan gel porang (0%, 2%, 4%) dan
penambahan konsentrasi whipping cream (0%, 6%, 12%) memberikan pengaruh
nyata terhadap tingkat kesukaan untuk atribut aroma es krim labu kuning (p<0,05).
Hasil rerata tingkat kesukaan untuk atribut rasa akibat perlakuan konsentrasi gel
porang dan whipping cream dapat dilihat pada Tabel 4.18
0
2
4
6
0% 6% 12%
Skal
a K
esu
kaan
Konsentrasi Whipping Cream
Tekstur
Gel Porang 0% Gel Porang 2% Gel Porang 4%
54
Tabel 4.14 Rerata Tingkat Kesukaan Atribut Tekstur Es Krim Labu Kuning
Perlakuan (Konsentrasi Gel Porang, Konsentrasi
Whipping Cream) Tingkat Kesukaan
0%, 0% 2,98 ± 0,96a
2%, 0% 3,10 ± 0,91ab
0%, 6% 3,20 ± 1,1abc
4%, 0% 3,26 ± 0,80abcd
0%, 12% 3,38 ± 0,90bcde
2%, 6% 3,50 ± 0,89cdef
4%, 6% 3,58 ± 0,86def
2%, 12% 3,62 ± 0,89ef
4%, 12% 3,72 ± 0,83f
Keterangan : 1) Setiap data hasil analisis merupakan 3 ulangan ± standar deviasi
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukkan perbedaan
nyata (p<0,05)
Tabel 4.14 menunjukkan nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap
tekstur es krim labu kuning dengan perbedaan konsentrasi gel porang dan whipping
cream. Nilai kesukaan terhadap warna paling paling rendah adalah kombinasi
perlakuan gel porang 0% dan whipping cream 0% yaitu 2,89. Sedangkan nilai
kesukaan terhadap tekstur paling tinggi adalah kombinasi perlakuan gel porang 4%
dan whipping cream 12% yaitu 3,72. Pada penilaian atribut tekstur, rerata penilaian
tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan. Berdasarkan ulasan yang diberikan
oleh panelis ketika melakukan uji organoleptik, tekstur es krim labu kuning cukup
lembut namun es krim perlakuan gel porang 0% dan whipping cream 0% sedikit lebih
keras.
4.5 Gel Porang Sebagai Pengganti Lemak
Pengganti lemak atau fat replacer yang ideal adalah yang mampu membentuk
mouthfeel, tekstur dan flavor, namun mampu mengurangi kadar lemak dan kalori. Fat
replacer secara umum dibagi 2 grup yaitu fat substitute dan fat mimetic. Fat substitute
55
memiliki struktur kimia hampir mirip dengan lemak dan biasa disebut sebagai fat
based fat replacer, sedangkan fat mimetic biasanya merupakan karbohidrat dan atau
protein based. Cheung et al. (2000) mengurangi kadar lemak pada mayonnaise
sebesar 10 – 30% dengan menggunakan fat mimetik. Gel porang terbuat dari tepung
porang dan air yang telah dipanaskan kemudian membentuk gel. Gel porang diduga
dapat berperan sebagai fat mimetic pada es krim. Untuk mengetahui lebih lanjut gel
porang sebagai fat mimetic diperlukan untuk membandingkan sifat-sifat dari es krim.
Menurut Handayani (2013) menyatakan bahwa kadar lemak akan meningkatkan sifat
fisik es krim yaitu overrun. Grafik hubungan kadar lemak dengan overrun dapat dilihat
pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Kadar Lemak dan Overrun Es Krim Labu Kuning
Korelasi yang terjadi antara kadar lemak dan overrun yaitu korelasi positif yang
dapat dilihat pada persamaan dengan nilai determinasi R2= 0,9624.Hal ini
menunjukkan bahwa kadar lemak mempengaruhi overrun sebesar 96,24%.
Peningkatan kadar lemak akan meningkatkan overrun yang berarti es krim memiliki
peningkatan volume yang cukup besar. Hal ini didukung oleh Handayani (2013), yang
menyatakan bahwa semakin tinggi kadar lemak pada es krim akan meningkatkan nilai
overrun. Hubungan kadar lemak dan overrun es krim labu kuning lebih lanjut dapat
dilihat pada Tabel 4.19 dan Tabel 4.20
y = 5.779x - 7.8912R² = 0.9624
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0 2 4 6 8
Ove
rru
n
Kadar Lemak
56
Tabel 4.15 Rerata Kadar Lemak Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan Konsentrasi Gel
Porang
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Kadar Lemak (%) BNT 5%
0 4,67 ± 2,55a 0,534
2 4,80 ± 2,44a
4 4,96 ± 2,41a
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Tabel 4.16 Rerata Overrun Es Krim Labu Kuning akibat Perbedaan Konsentrasi Gel Porang
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Overrun (%) BNT 5%
0 17,00 ± 13,07a 0,948
2 20,42 ± 14.86b
4 22,27 ± 14,97c
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Berdasarkan kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa faktor konsentrasi
gel porang tidak memberikan pengaruh nyata pada kadar lemak es krim labu kuning,
namun faktor konsentrasi gel porang memberikan pengaruh nyata terhadap overrun
es krim labu kuning. Hal tersebut diduga terjadi peningkatan kadar air pada adonan
akibat penambahan gel porang. Gel porang dibuat dengan mencampurkan 2 gram
tepung porang dan 100 mL air. Adanya air dapat menurunkan padatan pada adonan
es krim sehingga dapat meningkatkan overrun es krim (Handayani, 2013). Selain
berpengaruh kepada overrun, konsentrasi gel porang juga akan berprngaruh pada
waktu leleh es krim labu kuning.
57
Tabel 4.17 Rerata Waktu Leleh Es Krim Labu Kuning Akibat Perbedaan Konsentrasi Gel
Porang
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Kec Leleh (menit/g) BNT 5%
0 4,44 ± 0,76a 0,307
2 6,15 ± 0,47b
4 6,97 ± 0.47c
Keterangan : 1) Data merupakan rerata dari 3 kali ulangan ± standar deviasi.
2) Angka yang didampingi notasi berbeda menunjukan perbedaan nyata (α =
0,05)
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi gel porang
maka es krim labu kuning membutuhkan waktu lebih lama untuk meleleh. Hasil
analisa ragam menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi gel porang memberikan
pengaruh berbeda nyata terhadap waktu leleh. Hal ini didukung oleh Handayani
(2013) yang menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi tepung porang akan
menyebabkan es krim akan lebih lama meleleh. Penambahan konsentrasi stabilizer
yang tinggi akan menyebabkan pelelehan yang lambat (Champbell and Marshall,
1985). Tingginya konsentrasi tepung porang dalam es krim dapat mengontrol kristal
es dan mampu menyerap air bebas sehingga kristal es yang terbentuk berukuran kecil
(Thomas, 1999). Kristal es yang berukuran kecil juga akan meningkatkan overrun dan
berpengaruh pada tekstur atau tingkat kekerasan es krim. Grafik hubungan antara
overrun dan kekerasan es krim ditunjukkan pada Gambar 4.14
58
Gambar 4.14 Grafik Hubungan Overrun dan Tingkat Kekerasan Es Krim Labu Kuning
Kekerasan juga dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti overrun. Es krim
dengan nilai overrun tinggi akan menghasilkan tekstur yang lembut sehingga semakin
tinggi nilai overrun maka tingkat kekerasan es krim akan menurun. Hal ini didukung
oleh penelitan Suseno et al., (2015) yang menunjukkan bahwa peningkatan overrun
es krim akan menurunkan nilai kekerasan es krim.
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa gel porang dapat berperan sebagai
fat mimetic. Berdasarkan nilai overrun, es krim labu kuning akan mengalami
peningkatan overrun berbeda nyata dengan adanya penambahan konsentrasi gel
porang. Gel porang juga dapat mempertahankan ketahanan es krim es krim agar tidak
mudah leleh. Peningkatan overrun juga akan membuat tekstur es krim lebih lembut.
4.6 Perlakuan Terbaik
Perlakuan terbaik pada es krim labu kuning didapatkan dari perhitungan metode
indeks efektifitas (De Garmo et al., 1984). Penentuan perlakuan terbaik ini
berdasarkan dari perhitungan dan pembobotan terhadap setiap atribut pada hasil
pengujian organoleptik yang ditentukan oleh panelis. Nilai produk tertinggi merupakan
hasil pemilihan perlakuan terbaik.
Dari perhitungan pemilihan perlakuan terbaik berdasarkan parameter
organoleptik (Lampiran 9), didapatkan hasil perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan
dengan penambahan konsentrasi gel porang 4% dan konsentrasi whipping cream 6%.
y = -0.2234x + 15.86R² = 0.9609
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
Ke
kera
san
Overrun
59
Perlakuan tersebut memiliki karakteristik fisik, kimia serta organoleptik seperti pada
Tabel 4.22.
Tabel 4. 18 Parameter Fisik dan Organoleptik Es Krim Labu Kuning Perlakuan Terbaik
Karakteristik Perlakuan Terbaik Literatur
Parameter Kimia
Betakaroten (µg/g) 0,0945 -
Lemak (%) 4,45 Minimum 5,0%*
Parameter Fisik
Overrun (%) 20,68 35 – 50%*
Waktu Leleh (menit/gram) 6,89 10 – 15 menit*
Kekerasan (N) 10,27
Warna :
Kecerahan (L)
Kemerahan (a*)
Kekuningan (b*)
67,97
14,93
48,83
-
-
-
Parameter Uji Hedonik
Warna 3,7 Normal*
Aroma 3,1 Normal*
Tekstur 3,58 -
Rasa 3,52 Normal*
Keterangan: * = SNI 01-3713-1995
Berdasarkan Tabel 4.18 dapat diketahui perlakuan terbaik es krim labu kuning
berdasarkan parameter uji adalah es krim labu dengan konsentrasi gel porang 4%
dan konsentrasi whipping cream 6%. Hasil perlakuan terbaik es krim labu kuning jika
dibandingkan dengan es krim menurut SNI memiliki perbedaan. Kadar lemak es krim
labu kuning perlakuan terbaik sebesar 4,45% sedangkan menurut SNI es krim harus
memiliki kadar lemak minimal sebesar 5%. Hal ini disebabkan karena es krim labu
kuning menggunakan whipping cream yang lebih sedikit dan menggunakan gel
porang yang memiliki kadar lemak rendah. Overrun es krim labu kuning perlakuan
terbaik sebesar 20,68% sedangkan menurut SNI es krim harus memiliki nilai overrun
sebesar 35-50%. Es krim labu kuning pada penelitian ini memiliki kadar lemak yang
rendah sehingga memiliki nilai overrun yang rendah. Menurut Handayani (2013)
menyatakan bahwa kadar lemak akan meningkatkan sifat fisik es krim yaitu overrun.
Hasil analisa es krim labu kuning yang lain menunjukkan kadar betakaroten sebesar
60
0,0945 µg/g, kekerasan 10,27 N, nilai kecerahan (L) sebesar 67,97; nilai kemerahan
(a*) sebesar 14,93; nilai kekuningan (b*) sebesar 48,83. Berdasarkan uji hedonik
menghasilkan tingkat kesukaan warna sebesar 3,7 (agak suka), aroma sebesar 3,1
(agak suka), tekstur sebesar 3,58 (agak suka), rasa sebesar 3,52 (agak suka).
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1 Penambahan konsentrasi gel porang yang berbeda berpengaruh nyata (α=0,05)
terhadap overrun, waktu leleh, tingkat kekerasan, nilai kecerahan (L), nilai
kemerahan (a*), nilai kekuningan (b*), dan parameter organoleptik es krim labu
kuning.
2 Penambahan konsentrasi whipping cream yang berbeda berpengaruh nyata
(α=0,05) terhadap kadar lemak, overrun, waktu leleh, tingkat kekerasan, nilai
kecerahan (L), nilai kemerahan (a*) , nilai kekuningan (b*) dan parameter
organoleptik es krim labu kuning.
3 Interaksi antara konsentrasi gel porang dan penambahan konsentrasi whipping
cream terdapat pada overrun, tingkat kekerasan dan nilai kekuningan (b*).
4 Perlakuan terbaik yaitu es krim dengan penambahan gel porang 4% dengan
penambahan konsentrasi whipping cream 6% yang memiliki kadar betakaroten
0,0945 µg/g, kadar lemak 4,45%, overrun 20,68%, waktu leleh 6,89 menit/gram,
kekerasan 10,27 N, kecerahan 67,97, kemerahan 14,93, kekuningan 48,83,
kesukaan warna 3,7 (suka), kesukaan aroma 3,1 (agak suka), tingkat kesukaan
rasa 3,52 ( agak suka), dan tingkat kesukaan tekstur 3,58 (agak suka), serta
overall liking 3,46 (agak suka).
5.2 Saran
Saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji tepung porang sebagai
pengganti lemak.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan es krim labu kuning.
62
DAFTAR PUSTAKA
Akoh, C. C. 1998. Fat Replacers. A Publication of The Institute of Food Technologists Expert Panel on Food Safety and Nutrition Vol 52(3): 47-52.
Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Tanaman Pertanian. Badan Pusat Statistik. Yokyakarta.
Bennion. 1980. The Science of Food. John Willey and Sons. New York
Black, Thomas R. 1999. Doing Quantitative Research in The Social Sciences. Sage Publication. London
Brotodjojo LC. 2010. Semua Serba Labu Kuning. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton M. 2010. Ilmu Pangan. Terjemahan Purnomo H, Adiono. UI Press. Jakarta
Chan, L. A. 2008. Membuat Es Krim. Agromedia Pustaka. Jakarta
Clarke. 2012. The Science of Ice Cream. S.2ad. edition. RSC Publishing. New York.
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu. Perpustakaan Nasional. Jakarta.
De Garmo, E. P., W. G Sullivan and J. R. Canada. 1982. Engineering Economy. McMillan Publishing Company, Inc. New York.
Depkes RI. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Depkes RI. Jakarta.
Didinkaem. 2006. Es krim Nan Menggoda. http://www.halalguide.info/content.view/628
Dwiyanti, dkk. Penambahan Gel Porang Pada Pembuatan Kerupuk Puli. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1521-1530.
Eri, P.A., 2007. Kaji Tindak Pembuatan Tepung Porang dengan Hummer Mill dengan Metode Hembusan dan Proses Pemanasan untuk Menghilangkan Rasa Gatal. Laporan Penelitian. FTP-UNIBRAW. Malang.
Evanuarini, H. 2016. Karakteristik Low Fat Mayonnaise Yang Diformulasi Dari Rice Bran Oil, Tepung Porang, Dan Kefir. UGM
Fatsecret Indonesia. 2017. Whipping Cream. https://www.fatsecret.co.id/Dia ry.aspx?pa=fjrd&rid=33732&portionid=56463&portionamount=10,000 di akses pada 2 Agustus 2019
Foschia M, Peressini D, Sensidoni A, Brennan CS. 2013. The Effect of Dietary Fibre Addition on the Quality of Common Cereal Products. Journal of Cereal Sci. 8(4): 216-227.
Funami, T. 2011. Next Target for Food Hydrocolloid Studies Texture Design of Foods Using Hydrocolloid Technology. Food Hydrocolloids. 25: 1904–1914.
63
Gaonkar, A. G. 1995. Ingredient Interactions: Effect on Food Quality. Marcell Dekker. New York.
Gardjito, R. dan Rauf. 2009. Perencanaan Pangan Menuju Ketahanan Pangan dan Gizi serta Kedaulatan Pangan. Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM. Yogyakarta.
Goff, H. D. 2002. Effect of Biopolymers on Structure and Ice Recrystallization in Dynamically Frozen Ice Cream Model Systems. Journal of Dairy Science, 85, 2722-2732.
Goff, H.D., dan Richard W.H. 2013. Ice Cream, 7th ed. Springer. New York Hartatie, Endang Sri. 2011. Kajian Formulasi (Bahan Baku, Bahan Pemantap) dan
Metode Pembuatan Terhadap Kualitas Es Krim. Gamma 7(1): 20-26
Idris, S. 1992. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Animal Husbandry Project. Universitas Brawijaya. Malang.
Jimenez-Colmenero, F., S. Cofrades, A.M.Herrero, M.T. Solas dan C. RuizCapillas.2013. Konjac Gel for Use As Potential Fat Analogue For Healthier Meat Product Development: Effect Of Chilled And Frozen Storage. Food Hydrocolloids 30 (2013) 351-357
Judkins, H. F. & Keener, H. A. 1996. Milk Production and Processing. John Wiley& Sons, Inc. New York.
Khurniyati, M. I. 2015. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Kondisi Pasteurisasi (Suhu dan Waktu) terhadap Karakteristik Minuman Sari Apel Berbagai Varietas: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3: 2, 523-529.
Kompas. 2004. Dibalik Lembutnya Es Krim. Edisi 3 Desember 2004.
Kurniawati, A.D 2010. Pengaruh Tingkat Pencucian dan Lama Kontak dengan Etanol Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tepung Porang (Amorphophallus oncophyllus). Skripsi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Universitas Brawijaya. Malang
Lee, H. V.,S.B.A Hamid, and S.K. Zain. 2014. Review Article Conversion of Lignocellulosic Biomass to Nanocellulose: Structure and Chemical Process. Sci. World J. 1-20.
Marshall, R. T., Goff, H. D. & Hartel, R. W. 2003. Ice Cream. Plenum Publishers. New York
Marshall, R.T. dan W.S. Arbuckle. 2000. Ice Cream. 5th Edition. Aspen Publisher,Inc, Gaithersburg. Maryland.
Masykuri, Y. B. 2012. Resistensi Pelelehan, Overrun, Dan Tingkat Kesukaan Es Krim Vanilla Yang Terbuat Dari Bahan Utama Kombinasi Krim Susu Dan Santan Kelapa. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
64
Naruki, S dan S. Kanoni. 1992. Kimia dan Pengolahan Teknologi Hasil Ternak. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Nelson, J.A and Trout, G.M.1965. Judging Dairy Product. The Alsen Publishing Co. Mil Wankee. Michigan.
Nur Hidayat, Elfi Anis Saati. 2006. Membuat Pewarna Alami, ISBN 979-3842-51-2. PT. TRUBUS Agrisarana Surabaya.
Padaga, M dan H. Purnomo. 1992. Susu dan Produk Olahannya. Universitas Brawijaya. Malang
Padaga, M dan M. E, Sawitri. 2005. Es Krim yang Sehat. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Pangga, N.R. 2014. Penggunaan Whippy Cream Dalam Pembuatan Es Krim Soyghurt. Jurnal Online Mahasiswa Faperta Universitas Riau Vol 1 no 1
Praptiningsih, Y. dan T. R, Anisa. 2013. Karakteristik Es Krim Susu Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata L.) Dengan Variasi Jumlah Karagenan Dan Whipping Cream. Jurnal Agroteknologi, [S.L.], V. 7, N. 02, P. 150-156, Dec. 2013. Issn 2502-4906.
Provesi, J.G., Dias, C.O., Amboni, R.D., dan Amante, E.R. 2012. Characterization and Stability of Quality Indices on Storage of Pumpkin (Cucurbita moschata and Cucurbita maxima) Purees. International Journal of Food Science and Technology 47:67-74
Rahayu, W.P. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pangan. IPB. Bogor.
Rowell, R. M. 2005. Handbook of Wood Chemistry and Wood Composites. CRC Press. New York.
Safriani, N. 2015. Pemanfaatan Pasta Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Pada Pembuatan Mi Kering. Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2
Samosir, D. J., 1993. Ilmu Ternak Itik. Gramedia. Jakarta
Santoso, E., B. Basito. Rahadian, dan Dimas. 2013. Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Susu Terhadap Sifat Sensoris Dan Sifat Fisikokimia Puree Labu Kuning (Cucurbita moschata D). Jurnal Teknosains Pangan. 2(3) :16-24.
Sari, N.P. 2018. Pengaruh Lama Penyimpanan Dan Metode Pemasakan Terhadap Karakteristik Fisikokimia Labu Kuning (Cucurbita moschata). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.1:17-27
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1995. SNI 01-3713-1995. Syarat Mutu Es Krim. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.
Sudarmadji. S., Haryono, B., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.
Sudarto, Y. 2000. Budidaya Waluh. Penerbit Kasinus. Yogyakarta.
65
Sumarwoto. 2004. Review: Kandungan Mannan Pada Tanaman Iles-Iles (Amorphophallus muelleri Blume). Bioteknologi. Vol.4(1): 28-32
Sumarwoto. 2005. Iles-Iles (Amorphophallus muller Blume) Deskripsi dan Sifat-Sifat Lainnya. Biodiversitas. 6 (3):185-190.
Tatirat, O., and Charoenrein, S. 2011. Physicochemical Properties Of Konjac Glukomannan Extracted From Konjac Flour By A Simple Centrifugation Process, LWT-Food Sci. Technol. (44), 2059-2063.
Webb, B.H., A.H. Johnson, and J.A. Alford. 1980. Fundamental of Dairy Chemistry, 2nd edition. The AVI Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Yaseen, E.I., Herald, T.J., Aramouni, F. M. and Alavi, S., 2005. Rheological Properties Of Selected Gum Solutions. Food Res. Int. 38(2), 111−119.
Yuliani, L. N. 2001. Mempelajari Penambahan Stabilizer Dan Flavor Terhadap Stabilitas Emulsi Serta Overrun Es Krim Sari Tape. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Yuliani, S. 2005. Karakteristik Serbuk Labu Kuning (Cucurbita moschata). J. Teknologi dan Industri Pangan Vol. XVI No.2.
Yuwono, Sudarminto S. dan T. Susanto. 1998. Pengujian Fisik Pangan. Universitas Brawijaya. Malang
Zahro, C. dan C. N. Fithri. 2015. Pengaruh Penambahan Sari Anggur (Vitis vinifera L.) dan Penstabil Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Organoleptik Es Krim. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1481-1491
66
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Analisa
A. Analisa Kimia dan Fisik
1.1 Analisa Lemak
Prosedur pengukuran kadar lemak es krim dilakukan dengan metode ekstraksi
soxhlet (Sudarmadji dkk, 1997), sebagai berikut:
1. Sampel ditimbang sebanyak 10 gram diatas cawan petri beralaskan kertas
saring
2. Sampel dioven suhu 105oC selama kurang lebih 2 jam hingga kering
3. Kertas saring beserta sampel dibungkus dan diikat dengan benang
4. Kertas saring berisi sampel diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian
kondensor dipasang di atasnya dan labu lemak di bawahnya (labu lemak yang
akan digunakan telah dioven hingga beratnya konstan dan dicatat beratnya)
5. Tuangkan pelarut petroleum eter ke dalam labu lemak secukupnya (30-50mL)
6. Kemudian lakukan refluks selama 5 jam sampai pelarut yang turun kembali
ke labu lemak berwarna jernih
7. Proses refluks dihentikan, kemudian kondensir dan labu lemak dipisahkan dari
alat ekstraksi
8. Kertas saring yang berisi sammpel diambil
9. Keringkan labu lemak dalam oven hingga sisa pelarut habis dan ditimbang
%kadar lemak=(berat akhir labu+sampel)-berat labu awal
berat awal sampelx100%
1.2 Total β-karoten
1. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram kemudian ditambahkan alkohol 95%
sebanyak 5 mL. Campuran dihomogenkan dengan vortex mixer selama 1
menit.
2. Ditambahkan 10 mL petroleum eter ke dalam larutan dan divortex mixer
selama 5 menit. Larutan akan terpisah dan pada bagian atas terdapat larutan
kuning. Larutan kuning ini mengandung β-karoten.
67
3. Larutan kuning diambil 1 mL dan ditambahkan dengan 4 mL petroleum eter
kemudian divortex
4. Larutan dianalisa dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450nm
dengan petroleum eter sebagai blanko
Standar warna β-karoten
20 mg potassium dikromat dilarutkan dalam aquades hingga 100 mL. Diambil 5
mL dan dianalisa dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm
dengan menggunakan air sebagai blanko
Perhitungan : A 450(tst)x A450((std)x5,6
Bxμg/g βkaroten
Keterangan:
A 450 (tst) = absorbansi sampel pada λ = 450 nm
A 450 (std) = absorbansi karoten artifisial pada λ = 450 nm
B = Berat sampel
1.3 Analisa Overrun
Pengukuran Overrun dilakukan menurut Arbuckle (1986), yaitu dengan cara
adonan es krim sebelum dan sesudah diproses dalam Ice Cream Maker diukur
volumenya dengan menggunakan gelas ukur, kemudian hasil yang diperoleh
dimasukkan dalam rumus sebagai berikut:
%Overrun=(volume akhir-volume awal)
volume awalx100%
1.4 Analisa Waktu Pelelehan
Prosedur pengukuran waktu pelelehan es krim menurut Hubeis et al., (1996) adalah
sebagai berikut:
1. Sampel es krim ditimbang sebanyak 2 gram
2. Sampel dimasukkan ke dalam cup plastic kemudian ditutup rapat
3. Simpan sampel didalam freezer selama 2 hari, kemudian sampel dikeluarkan
dari freezer dan diletakkan pada tempat bersuhu ruang (25-30oC)
68
4. Pengukuran dilakukan menggunakan stopwatch yang dilakukan sejak es krim
dikeluarkan dari freezer sampai benar-benar mencair atau sudah tidak
terdapat kristal es.
1.5 Analisa Tingkat Kekerasan
1. Disiapkan sampel
2. Sampel diletakkan dibawah tensile strenght tepat dibawah jarum penusuk
3. Mesin dioperasikan
4. Beban dilepaskan lalu dibaca skala petunjuk setelah alat berhenti
5. Nilai dibaca pada layar
1.6 Analisa Warna
1. Sampel dimasukkan dalam wadah plastik bening
2. Colour reader dinyalakan
3. Tombol pembaca diatur pada L, a*, b*
4. Tombol target ditekan dan ditempelkan pada sampel
5. Hasil pembacaan dicatat
B. Prosedur Pemilihan Perlakuan Terbaik De Garmo
Untuk menentukan perlakuan terbaik digunakan metode Indeks Efektifitas
dengan prosedur pembobotan sebagai berikut:
a. Mengelompokkan parameter
Parameter fisik dan kimia dikelompokkan terpisah dengan parameter
organoleptik
b. Diberikan bobot 0-1 pada setiap parameter pada masing-masing kelompok.
Bobot yang diberikan sesuai dengan tingkat kepentingan setiap parameter
dalam mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen yang diwakili oleh
panelis.
Pembobotan=Nilai total setiap parameter
Nilai total parameter
69
Dihitung Nilai Efektivitas (NE) dengan rumus
NE=(Nilai perlakuan – Nilai terjelek)
(Nilai terbaik – Nilai terjelek)
Untuk parameter dengan rerata semakin besar semakin baik, maka nilai
terendah sebagai nilai terjelek dan nilai tertinggi sebagai nilai terbaik.
Sebaliknya untuk parameter dengan nilai terjelek dan nilai terendah sebagai
nilai terbaik
c. Dihitung nilai Produk (NH) (perkalian Nilai Efektivitas dengan bobot nilai).
d. Dijumlahkan nilai produk dari semua parameter pada setiap kelompok.
Kelompok yang mempunyai nilai produk tertinggi adalah perlakuan terbaik
pada kelompok parameter.
e. Kelompok terbaik dipilih dengan memilih perlakuan yang memiliki Nilai Produk
tertinggi untuk parameter organoleptik
C. Analisa Organoleptik
Pengujian sifat organoleptik pada es krim labu kuning in ditujukan untuk
pengujian tingkat kesukaan dengan menggunakan metode hedonic scale scoring
untuk membandingkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, rasa, aroma,
dan tekstur dari masing-masing sampel. Setiap panelis diminta untuk menuliskan
seberapa jauh tingkat kesukaan panelis terhadap sampel yang disajikan dengan
cara memberi nilai (skor) berdasarkan skala Numerik pada lembar uji organoleptic
(Rahayu, 2001).
70
LEMBAR UJI KESUKAAN
Nama panelis :
Hari / Tanggal :
Nama Produk : Es Krim Labu Kuning
Dihadapan saudara disajikan sejumlah produk es krim labu kuning. Saudara
diminta untuk memberi penilaian es krim berdasarkan warna, aroma, rasa dan
tekstur yang menggunakan kriteria sebagai berikut
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3= cukup suka
4 = suka
5 = sangat suka
No Sampel Warna Rasa Aroma Tekstur Keseluruhan
1. 654
2. 789
3. 569
4. 143
5. 254
6. 754
7. 134
8. 801
9. 423
71
LEMBAR UJI PEMILIHAN PERLAKUAN TERBAIK
Nama panelis :
Hari/Tanggal :
Nama Produk : Es Krim Labu Kuning
Dihadapan saudara telah tersedia sampel produk es krim labu kuning.
Saudara diminta untuk memberikan penilaian menurut tingkat kepentingannya
dengan nilai 1-4 (kurang penting-penting) untuk parameter organoleptik.
Parameter Organoleptik
Parameter Nilai Kepentingan
Tekstur
Warna
Aroma
Rasa
72
Lampiran 2. Formulasi Es Krim Labu Kuning
Formulasi G1W1 (0% ; 0%) Formulasi G1W2 (0% ; 6%) Formulasi G1W3 (0% ; 12%)
Bahan Berat Persen Bahan Berat Persen Bahan Berat Persen
Labu 175 g 45.87% Labu 175 g 43.12% Labu 175 g 40.37%
Susu 100 mL 26.21% Susu 100 mL 24.64% Susu 100 mL 23.07%
Air 50 mL 13.11% Air 50 mL 12.32% Air 50 mL 11.53%
Gula 37.5 g 9.83% Gula 37.5 g 9.24% Gula 37.5 g 8.65%
K Telur 15 g 3.93% K Telur 15 g 3.70% K Telur 15 g 3.46%
Whip C 0 g 0.00% Whip C 24.35 g 6.00% Whip C 52 g 12.00%
Skim 3 g 0.79% Skim 3 g 0.74% Skim 3 g 0.69%
garam 1 g 0.26% garam 1 g 0.25% garam 1 g 0.23%
gel 0 g 0.00% gel 0 g 0.00% gel 0 g 0.00%
Total 381.5 100.00% Total 405.85 100.00% Total 433.5 100.00%
Formulasi G2W1 (2% ; 0%) Formulasi G2W2 (2% ; 6%) Formulasi G2W3 (2% ; 12%)
Bahan Berat Persen Bahan Berat Persen Bahan Berat Persen
Labu 175 g 44.95% Labu 175 g 42.20% Labu 175 g 39.45%
Susu 100 mL 25.69% Susu 100 mL 24.11% Susu 100 mL 22.54%
Air 50 mL 12.84% Air 50 mL 12.06% Air 50 mL 11.27%
Gula 37.5 g 9.63% Gula 37.5 g 9.04% Gula 37.5 g 8.45%
K Telur 15 g 3.85% K Telur 15 g 3.62% K Telur 15 g 3.38%
Whip C 0 g 0.00% Whip C 24.9 g 6.00% Whip C 53.25 g 12.00%
Skim 3 g 0.77% Skim 3 g 0.72% Skim 3 g 0.68%
garam 1 g 0.26% garam 1 g 0.24% garam 1 g 0.23%
gel 7.8 g 2.00% gel 8.3 g 2.00% Gel 8.85 g 2.00%
Total 389.3 100.00% Total 414.7 100.00% Total 443.6 100.00%
Formulasi G3W1 (4% ; 0%) Formulasi G3W2 (4% ; 6%) Formulasi G3W3 (4% ; 12%)
Bahan Berat Persen Bahan Berat Persen Bahan Berat Persen
Labu 175 g 44.04% Labu 175 g 41.28% Labu 175 g 38.53%
Susu 100 mL 25.16% Susu 100 mL 23.59% Susu 100 mL 22.02%
Air 50 mL 12.58% Air 50 mL 11.80% Air 50 mL 11.01%
Gula 37.5 g 9.44% Gula 37.5 g 8.85% Gula 37.5 g 8.26%
K Telur 15 g 3.77% K Telur 15 g 3.54% K Telur 15 g 3.30%
Whip C 0 g 0.00% Whip C 25.45 g 6.00% Whip C 54.5 g 12.00%
Skim 3 g 0.75% Skim 3 g 0.71% Skim 3 g 0.66%
garam 1 g 0.25% garam 1 g 0.24% garam 1 g 0.22%
gelling 15.9 g 4.00% gelling 16.95 g 4.00% gelling 18.15 g 4.00%
Total 397.4 100.00% Total 423.9 100.00% Total 454.15 100.00%
73
Lampiran 3. Data Analisis Kadar Lemak
a. Data Tabel
b. Tabel Analisa Ragam
Sampel
Ulangan
Rerata STDEV 1 2 3
G1W1 2.114 2.080 2.584 2.260 0.282
G1W2 4.110 4.180 4.888 4.393 0.430
G1W3 7.627 6.890 7.478 7.331 0.389
G2W1 2.193 2.876 2.593 2.554 0.343
G2W2 4.601 4.315 4.421 4.446 0.145
G2W3 7.605 7.370 7.215 7.397 0.196
G3W1 3.094 2.277 2.668 2.680 0.409
G3W2 4.726 4.602 4.815 4.715 0.107
G3W3 7.094 7.631 7.769 7.498 0.357
SK dB JK KT F-Hitung F tabel
5%
Ulangan 2 0.27 0.14 1.43 3.63
Faktor G 2 0.41 0.21 2.17 3.63
Faktor W 2 109.67 54.84 575.25 3.63
Interaksi
G*W 4 0.09 0.02 0.23 3.01
Galat 16 1.53 0.10
Total 26 111.97
74
c. Tabel Uji Lanjut
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Kadar Lemak (%) BNT 5%
0 4,67 ± 2,55a 0,534
2 4,80 ± 2,44a
4 4,96 ± 2,41a
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Kadar Lemak (%) BNT 5%
0 2,50 ± 0,26a 0,534
6 4,52 ± 0,17b
12 7,41 ± 0,08c
75
Lampiran 4. Data Analisis Kadar Betakaroten
a. Data Tabel
Sampel
Ulangan
Rerata STDEV 1 2 3
G1W1 0.1439 0.1448 0.1559 0.1482 0.0067
G1W2 0.1211 0.1169 0.1172 0.1184 0.0023
G1W3 0.0832 0.0818 0.0870 0.0840 0.0027
G2W1 0.1463 0.1441 0.1362 0.1422 0.0053
G2W2 0.1209 0.1126 0.1172 0.1169 0.0042
G2W3 0.0742 0.0879 0.0818 0.0813 0.0068
G3W1 0.1273 0.1149 0.1223 0.1215 0.0062
G3W2 0.0949 0.0899 0.1012 0.0954 0.0056
G3W3 0.0831 0.0809 0.0762 0.0801 0.0035
b. Tabel Analisa Ragam
SK dB JK KT F-
Hitung F tabel 5%
Ulangan 2 0.05 0.02 0.99 3.63
Faktor G 2 0.04 0.02 0.79 3.63
Faktor W 2 0.06 0.03 1.34 3.63
Interaksi
G*W 4 0.09 0.02 0.90 3.01
Galat 16 0.38 0.02
Total 26 0.62
76
c. Tabel Uji Lanjut
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Betakaroten (µg/g) BNT 5%
0 0,12 ± 0,03a 0,268
2 0,11 ± 0,03a
4 0,09 ± 0.02a
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Betakaroten (µg/g) BNT 5%
0 0,14 ± 0,01a 0,268
6 0,11 ± 0,01a
12 0,08 ± 0,002a
Lampiran 5. Data Analisis Overrun
a. Data Tabel
Sampel
Ulangan
Rerata STDEV 1 2 3
G1W1 3.70 3.70 3.85 3.75 0.08
G1W2 16.95 17.24 17.86 17.35 0.46
G1W3 30.65 29.03 30.00 29.89 0.81
G2W1 5.36 5.36 5.56 5.42 0.11
G2W2 20.34 20.69 21.05 20.69 0.36
G2W3 35.48 35.48 34.43 35.13 0.61
G3W1 7.14 7.14 6.90 7.06 0.14
G3W2 21.67 23.33 23.33 22.78 0.96
G3W3 37.50 37.50 35.94 36.98 0.90
77
b. Tabel Analisa Ragam
SK dB JK KT F-Hitung F tabel 5%
Ulangan 2.00 0.08 0.04 0.13 3.63
Faktor G 2.00 133.88 66.94 224.57 3.63
Faktor W 2.00 3709.31 1854.65 6222.08 3.63
Interaksi G*W 4.00 15.03 3.76 12.60 3.01
Galat 16.00 4.77 0.30
Total 26.00 97.20
c. Tabel Uji Lanjut
Sampel Overrun Notasi DMRT Jumlah
G1W1 3.75 A 0.948051 4.70
G2W1 5.42 B 0.99422 6.41
G3W1 7.06 C 1.022997 8.08
G1W2 17.35 D 1.042603 18.39
G2W2 20.69 E 1.057149 21.75
G3W2 22.78 F 1.067585 23.85
G1W3 29.89 G 1.075807 30.97
G2W3 35.13 H 1.082131 36.21
G3W3 36.98 I 0 36.98
78
Lampiran 6. Data Analisis Waktu Leleh
a. Data Tabel
Sampel
Ulangan
Rerata STDEV 1 2 3
G1W1 5.3350 5.3471 5.1244 5.2688 0.1252
G1W2 4.3056 4.4201 4.0528 4.2595 0.1880
G1W3 3.6327 3.9375 3.7984 3.7895 0.1526
G2W1 6.3592 6.7249 6.8238 6.6360 0.2447
G2W2 6.1179 5.9237 6.3308 6.1242 0.2036
G2W3 5.8230 5.6245 5.6626 5.7034 0.1054
G3W1 7.4016 7.6789 7.3615 7.4806 0.1728
G3W2 6.9976 6.8591 6.8049 6.8872 0.0994
G3W3 6.7579 6.4291 6.4747 6.5539 0.1781
b. Tabel Analisa Ragam
SK dB JK KT F-Hitung F tabel 5%
Ulangan 2 0.01 15.06 480.07 3.63
Faktor G 2 30.11 2.85 90.96 3.63
Faktor W 2 5.71 0.01 0.23 3.63
Interaksi
G*W 4 0.35 0.09 2.82 3.01
Galat 16 0.50 0.03
Total 26 36.69
c. Tabel Uji Lanjut
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Kec Leleh (menit/g) BNT 5%
0 4,44 ± 0,76c 0,307
2 6,15 ± 0,47b
4 6,97 ± 0.47a
79
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Kec Leleh (menit/g) BNT 5%
0 6,46 ± 1,12a 0,307
6 5,76 ± 1,35b
12 5,35 ± 1,42c
Lampiran 7. Data Analisis Kekerasan
a. Data Tabel
SAMPEL
ULANGAN
RERATA STDEV 1 2 3
G1W1 15.3 14.6 15.7 15.20 0.557
G1W2 12.6 13.1 12.3 12.67 0.404
G1W3 10.1 9.8 9.2 9.70 0.458
G2W1 14.6 14.1 14.8 14.50 0.361
G2W2 11.2 11 11.5 11.23 0.252
G2W3 8.7 8.4 8.9 8.67 0.252
G3W1 13.6 13.9 14.1 13.87 0.252
G3W2 10.5 9.9 10.4 10.27 0.321
G3W3 6.8 6.1 7 6.63 0.473
b. Tabel Analisa Ragam
SK dB JK KT F-Hitung F tabel 5%
Ulangan 2 0.57 0.29 2.20 3.63
Faktor G 2 23.16 11.58 88.81 3.63
Faktor W 2 172.37 86.18 661.08 3.63
Interaksi G*W 4 2.87 0.72 5.50 3.01
Galat 16 2.09 0.13
Total 26 201.05
80
c. Tabel Uji Lanjut
Sampel
Tingkat
kekerasan Notasi DMRT Jumlah
G3W3 6.63 A 0.88 7.51
G2W3 8.67 B 0.92 9.59
G1W3 9.70 C 0.95 10.65
G3W2 10.27 CD 0.97 11.24
G2W2 11.23 DE 0.99 12.22
G1W2 12.67 F 1.00 13.67
G3W1 13.87 G 1.00 14.87
G2W1 14.50 GH 1.01 15.51
G1W1 15.20 H 0.00 15.20
81
Lampiran 8. Data Analisis Warna
a. Data Tabel
Sampel Warna Ulangan1 Ulangan2 Ulangan3 Rerata STDEV
G1W1 L 62.6 63.7 64.1 63.47 0.78
A 16.5 17.4 16.5 16.80 0.52
B 50.6 48.6 49.7 49.63 1.00
G1W2 L 66.5 65.4 66.2 66.03 0.57
A 16.9 16.1 16.2 16.40 0.44
B 46.7 46.1 44.6 45.80 1.08
G1W3 L 72.7 73.1 73.3 73.03 0.31
A 15.5 14.5 13.4 14.47 1.05
B 42.1 43.2 41.5 42.27 0.86
G2W1 L 63 63.1 64.3 63.47 0.72
A 15.7 16.9 14.7 15.77 1.10
B 49 51.1 49.7 49.93 1.07
G2W2 L 66.8 65.4 69.5 67.23 2.08
A 15.1 13.8 16.3 15.07 1.25
B 47.5 45.6 45.8 46.30 1.04
G2W3 L 74.2 73.4 73.9 73.83 0.40
A 15.5 13.1 14.5 14.37 1.21
B 42.2 43.4 42.8 42.80 0.60
G3W1 L 62.2 64.4 64.1 63.57 1.19
A 14.9 15.5 16.8 15.73 0.97
B 51 50.3 49.7 50.33 0.65
G3W2 L 67.1 68.7 68.1 67.97 0.81
A 14.3 15.4 15.1 14.93 0.57
B 49.3 48.2 49 48.83 0.57
G3W3 L 73.5 73.9 74.6 74.00 0.56
A 12.1 14.2 15.3 13.87 1.63
B 46.7 47.4 46.4 46.83 0.51
82
b. Tabel Analisa Ragam
Kecerahan (L*)
SK dB JK KT F-Hitung F tabel 5%
Ulangan 2 5.39 2.69 3.75 3.63
Faktor G 2 4.67 2.33 3.25 3.63
Faktor W 2 474.27 237.13 330.37 3.63
Interaksi G*W 4 2.67 0.07 0.93 3.01
Galat 16 0.38 0.72
Total 26 0.62
83
Kemerahan (a*)
SK dB JK KT F-Hitung F tabel
5%
Ulangan 2 1.00 0.50 2.09 3.63
Faktor G 2 4.91 2.46 4.91 3.63
Faktor W 2 11.52 5.76 0.43 3.63
Interaksi G*W 4 3.92 0.98 0.84 3.01
Galat 16 18.76 1.17
Total 26 40.11
Kekuningan (b*)
SK dB JK KT F-Hitung F tabel
5%
Ulangan 2 2.16 1.08 29.22 3.63
Faktor G 2 39.73 19.87 119.13 3.63
Faktor W 2 162.00 81.00 1.59 3.63
Interaksi G*W 4 14.28 3.57 5.25 3.01
Galat 16 10.88 0.68
Total 26 229.06
c. Tabel Uji Lanjut
Kecerahan
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Nilai Kecerahan (L*) BNT 5%
0 67,51 ± 4,95a 1,467
2 68,18 ± 5,25ab
4 68,51 ± 5,23b
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Nilai Kecerahan (L*) BNT 5%
0 63,50 ± 0,06a 1,467
6 67,08 ± 0,98b
12 73,62 ± 0,52c
84
Kemerahan (a*)
Konsentrasi Gel Porang (%) Rerata Nilai Kemerahan (a*) BNT 5%
0 15,89 ± 1,24a 1,874
2 15,07 ± 0,70a
4 14.84 ± 0,94a
Konsentrasi Whipping Cream (%) Rerata Nilai Kemerahan (a*) BNT 5%
0 16,10 ± 0,61a 1,874
6 15,47 ± 0,81ab
12 14,23 ± 0,32b
Kekuningan (b*)
Sampel Kekeuningan Notasi DMRT Jumlah
G1W3 42.27 A 2.019 44.289
G2W3 42.8 AB 2.097 44.897
G1W2 45.8 C 2.178 47.978
G2W2 46.3 CD 2.220 48.520
G3W3 46.83 CDE 2.251 49.081
G3W2 48.83 EF 2.273 51.103
G1W1 49.63 F 2.291 51.921
G2W1 49.93 F 2.304 52.234
G3W1 50.33 F 50.330
85
Lampiran 9. Data Analisis Hedonik
AROMA
Panelis G1W1 G1W2 G1W3 G2W1 G2W2 G2W3 G3W1 G3W2 G3W3
1 3 2 5 3 4 4 5 4 5
2 3 2 3 3 4 3 3 3 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 2 3 2 3 2 3 2 2 2
5 3 3 4 2 3 2 2 4 2
6 3 2 3 2 3 2 3 4 3
7 4 4 4 4 5 3 3 4 3
8 3 4 4 4 4 4 3 3 3
9 5 3 2 3 3 2 2 2 3
10 4 3 2 2 3 2 3 2 3
11 2 3 3 3 3 3 3 3 3
12 4 2 3 2 3 2 2 2 2
13 2 3 2 3 2 3 3 3 3
14 3 4 3 4 3 4 3 4 3
15 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 3 4 3 3 3 3
17 3 2 3 2 3 1 3 3 3
18 3 3 4 3 3 3 2 3 3
19 2 3 3 3 4 3 4 3 4
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 3 4 3 4 3 4 4 4 4
22 4 3 4 3 4 3 3 3 3
23 3 4 3 4 3 4 3 3 3
24 3 3 3 3 3 3 4 3 3
25 3 3 3 3 4 4 2 3 2
26 2 2 2 3 2 3 3 4 3
27 4 4 3 4 2 4 3 4 4
28 3 3 2 3 3 3 4 4 4
29 4 3 4 3 4 3 3 3 3
30 3 2 3 2 3 2 2 2 2
31 2 4 2 3 2 3 3 3 3
86
32 3 3 4 3 3 3 2 2 2
33 2 2 2 2 3 4 3 3 2
34 3 1 3 4 3 3 4 4 4
35 3 3 5 3 4 4 4 4 4
36 4 4 4 5 4 5 4 3 2
37 2 4 2 4 3 4 4 3 2
38 3 1 4 2 4 4 3 3 3
39 3 2 3 2 3 2 4 3 3
40 3 3 3 3 4 3 2 3 2
41 3 3 3 3 3 3 2 3 5
42 2 2 2 5 4 5 3 2 4
43 3 4 2 4 3 3 3 4 3
44 3 3 2 3 3 3 3 3 4
45 2 4 3 3 2 2 4 3 3
46 3 3 2 2 2 4 3 4 3
47 3 5 3 3 3 3 3 3 4
48 3 3 2 4 2 2 3 3 3
49 2 4 3 3 3 4 2 2 3
50 3 5 4 3 3 3 3 3 3
Rerata 3 3.06 3.04 3.08 3.14 3.12 3.04 3.1 3.08
STDEV
0.6848
21
0.8900
81
0.8320
13
0.751
597
0.700
146
0.8241
26
0.727
31
0.646
813
0.75159
7
87
Tabel Uji Lanjut
Uji Lanjut Friedman
Sampel Kode Sum of Ranks SoR + D
mut Notasi
G1W1 654 228 273 A
G3W1 258 241 286 A
G1W3 143 245 290 A
G2W1 134 249 294 A
G3W2 423 253 298 A
G1W2 789 254 299 A
G3W3 712 259 304 A
G2W3 801 260 305 A
G2W2 506 263 308 A
88
TEKSTUR
PANELIS G1W1 G1W2 G1W3 G2W1 G2W2 G2W3 G3W1 G3W2 G3W3
1 3 2 4 4 5 4 5 5 5
2 2 3 2 3 4 3 4 2 3
3 3 3 4 2 4 5 4 4 4
4 3 3 2 1 2 3 3 3 4
5 3 2 4 3 3 4 2 4 2
6 4 2 3 3 4 4 2 3 3
7 4 4 5 4 5 4 4 5 4
8 3 4 2 4 2 4 4 4 3
9 3 2 2 3 2 3 3 2 4
10 3 4 4 3 3 3 2 3 5
11 2 3 5 3 5 3 3 3 3
12 3 5 3 4 2 4 4 5 4
13 3 4 2 4 3 5 4 4 4
14 3 5 3 4 3 5 3 3 3
15 3 4 4 3 3 4 4 3 3
16 3 2 4 3 3 4 3 4 2
17 3 2 3 4 3 4 4 3 3
18 4 4 4 4 3 4 2 2 3
19 2 4 3 3 5 2 2 4 3
20 3 3 4 3 5 3 4 4 4
21 3 3 2 4 3 5 4 5 4
22 5 2 4 2 4 3 3 2 4
23 2 2 3 5 2 4 3 4 3
24 4 3 4 2 4 3 4 4 4
25 3 4 4 3 4 4 3 3 3
26 5 3 3 3 4 3 4 3 4
27 3 4 3 2 3 3 3 4 4
28 3 3 2 4 3 3 3 5 4
29 5 2 5 2 4 4 4 4 5
89
Tabel Uji Lanjut
30 4 3 4 3 4 2 4 4 3
31 4 3 3 2 3 3 3 3 3
32 4 5 4 4 3 5 3 2 5
33 4 4 2 3 2 2 3 3 5
34 2 2 3 2 4 4 4 4 3
35 4 2 4 2 3 5 3 3 4
36 4 3 4 3 4 5 4 4 4
37 3 4 5 2 5 4 3 3 3
38 2 1 4 2 4 4 3 3 4
39 1 2 2 2 4 4 4 4 2
40 3 4 4 3 5 3 1 3 3
41 3 2 2 2 3 3 3 4 4
42 3 1 3 5 3 5 3 3 3
43 2 3 3 3 4 3 3 5 5
44 3 4 4 4 4 3 4 4 4
45 2 5 4 3 3 4 2 4 4
46 1 4 4 3 3 3 4 5 5
47 2 5 3 4 3 2 3 4 4
48 2 3 4 3 4 3 4 4 4
49 1 4 3 3 4 4 3 3 5
50 2 5 3 5 3 3 2 3 5
Rerata 2.98 3.2 3.38 3.1 3.5 3.62 3.26 3.58 3.72
STDEV 0.958 1.09 0.90 0.91 0.89 0.85 0.80 0.86 0.83
90
WARNA
Panelis G1W1 G1W2 G1W3 G2W1 G2W2 G2W3 G3W1 G3W2 G3W3
1 5 3 4 4 5 4 5 4 4
2 5 3 3 4 3 2 4 3 5
3 5 5 4 4 4 4 5 4 4
4 5 4 3 3 4 4 3 3 4
5 4 4 3 4 2 3 3 4 4
6 4 4 2 3 4 5 4 3 3
7 5 4 5 4 5 4 3 5 4
8 4 4 3 2 5 4 5 4 2
9 5 4 1 3 3 3 3 3 3
10 3 4 4 4 3 2 3 5 5
11 2 4 5 2 4 5 3 3 3
12 4 5 4 3 4 5 5 4 4
13 4 4 4 5 5 3 2 3 4
14 3 5 4 2 3 4 4 4 5
15 5 3 3 4 4 3 3 3 3
16 4 3 4 4 4 2 4 3 2
Uji Lanjut Friedman
Sampel Kode Sum of Ranks SoR + D mut Notasi
G1W1 654 198 243 A
G2W1 134 209 254 A B
G1W2 789 228 273 A B C
G3W1 258 235 280 A B C D
G1W3 143 253 298 B C D E
G2W2 506 267 312 C D E F
G3W2 423 274 319 D E F
G2W3 801 287 332 E F
G3W3 712 300 345 F
91
17 4 2 3 2 3 2 4 4 4
18 4 4 4 5 4 4 1 3 4
19 2 4 5 3 3 3 2 4 4
20 4 4 5 3 4 3 5 4 4
21 4 4 5 5 5 4 5 3 4
22 5 3 3 5 4 4 3 2 2
23 3 4 3 4 3 4 2 4 4
24 4 4 3 1 4 3 5 4 4
25 4 4 4 4 4 3 3 2 3
26 5 3 1 4 4 3 4 4 1
27 3 4 2 3 4 3 3 4 4
28 3 4 2 5 3 2 2 5 4
29 2 3 4 4 5 4 5 4 4
30 5 3 3 4 4 3 4 5 1
31 4 4 5 3 4 3 3 4 4
32 4 5 4 4 3 5 4 3 3
33 4 3 2 3 4 2 3 4 3
34 3 3 3 4 4 1 3 5 5
35 4 5 5 5 3 4 4 4 2
36 4 4 3 4 4 5 4 4 4
37 3 4 2 4 4 2 3 4 4
38 4 4 3 2 4 4 5 4 3
39 2 4 1 4 4 4 4 5 4
40 4 5 4 5 5 3 4 3 2
41 4 3 2 5 3 2 5 5 1
42 4 4 4 5 4 5 4 3 3
43 5 4 3 5 4 4 4 3 1
44 4 4 2 5 3 3 5 3 3
45 4 3 3 5 3 2 4 4 2
46 5 4 4 4 4 2 5 4 3
47 3 4 3 5 3 3 5 3 3
92
48 4 3 3 4 3 3 4 4 2
49 5 3 4 5 4 3 4 3 2
50 5 4 3 5 3 2 4 3 3
Rerata 3.96 3.8 3.32 3.86 3.78 3.28 3.76 3.7 3.26
Stdev 0.88 0.67 1.08 1.03 0.71 1.01 1.00 0.76 1.08
Tabel Uji Lanjut
Uji Lanjut Friedman
Sampel Kode Sum of Ranks SoR + D mut Notasi
G2W3 712 204 249 A
G3W3 423 206 251 A B
G1W3 506 207 252 A B C
G3W2 801 251 296 B C D
G2W2 258 266 311 D E
G2W1 143 272 317 D E
G1W2 789 276 321 D E
G3W1 134 276 321 D E
G1W1 654 293 338 E
93
RASA
PANELIS G1W1 G1W2 G1W3 G2W1 G2W2 G2W3 G3W1 G3W2 G3W3
1 3 2 5 3 5 5 5 5 5
2 2 3 4 4 4 4 5 2 3
3 5 3 3 5 4 5 4 3 4
4 3 2 4 3 4 2 4 4 4
5 3 3 4 2 3 2 2 4 2
6 3 2 3 2 3 3 4 4 3
7 4 4 5 4 4 4 3 5 2
8 3 4 2 5 3 5 5 5 5
9 3 2 2 2 2 4 2 2 2
10 4 4 2 2 2 4 2 3 4
11 2 4 5 3 4 4 2 2 2
12 4 4 4 5 4 3 5 4 5
13 2 4 2 4 4 4 2 2 4
14 3 3 2 5 3 4 3 4 2
15 3 4 4 3 2 4 4 3 4
16 4 2 3 3 4 5 4 4 4
17 2 2 4 4 4 3 4 4 3
18 3 3 5 4 4 5 3 2 3
19 2 2 4 2 4 2 4 3 4
20 2 3 4 3 4 2 4 4 4
21 4 3 4 4 4 5 4 4 3
22 4 4 4 5 4 4 2 3 3
23 3 3 4 4 4 4 2 4 3
24 2 3 3 3 4 4 3 4 5
25 4 2 5 4 4 4 4 2 1
26 5 2 3 4 5 4 3 4 3
27 4 3 4 3 2 3 5 5 4
28 3 1 2 4 3 4 4 4 4
29 4 4 4 2 4 4 3 3 3
94
30 3 5 5 3 4 2 4 3 5
31 3 3 5 3 3 3 3 3 3
32 4 1 5 5 3 5 1 2 4
33 3 3 2 2 3 3 3 3 3
34 2 2 2 5 4 3 5 5 5
35 3 2 5 3 5 5 4 4 4
36 3 3 4 3 4 5 4 3 3
37 2 3 4 4 4 4 4 4 2
38 2 1 4 2 5 4 3 4 4
39 1 3 4 3 3 4 5 4 4
40 2 3 4 3 5 3 1 4 2
41 3 2 4 3 2 3 3 4 5
42 3 1 3 5 4 5 3 4 5
43 3 4 3 3 4 3 4 3 5
44 2 5 3 4 2 3 3 4 4
45 1 4 2 4 3 3 3 3 5
46 1 4 3 3 3 4 2 3 5
47 2 5 1 4 4 4 3 3 2
48 3 4 2 4 3 3 3 4 4
49 3 4 3 4 4 4 3 4 5
50 1 3 3 2 3 4 4 3 5
RERATA 2.86 3 3.5 3.46 3.6 3.74 3.38 3.52 3.64
SD 0.97 1.05 1.07 0.97 0.83 0.90 1.05 0.86 1.10
95
Tabel Uji Lanjut
Uji Lanjut Friedman
Sampel Kode Sum of Ranks SoR + D mut Notasi
G1W1 654 186 231 A
G1W2 789 205 250 A B
G2W1 143 242 287 B C
G3W1 134 249 294 B C D
G1W3 506 261 306 C D
G3W2 801 265 310 C D
G2W2 258 269 314 C D
G3W3 423 283 328 C D
G2W3 712 290 335 D
96
Lampiran 9. Perlakuan Terbaik
Panelis Tekstur Warna Aroma Rasa Total
1 3 1 2 4 10
2 2 4 3 1 10
3 2 4 1 3 10
4 1 2 3 4 10
5 3 2 1 4 10
6 3 1 2 4 10
7 4 3 1 2 10
8 3 2 1 4 10
9 1 4 2 3 10
10 4 3 2 1 10
11 2 1 4 3 10
12 3 1 2 4 10
13 3 1 2 4 10
14 3 2 1 4 10
15 2 4 3 1 10
16 2 3 4 1 10
17 3 1 2 4 10
18 2 3 1 4 10
19 3 2 1 4 10
20 3 2 1 4 10
21 3 2 1 4 10
22 3 1 2 4 10
23 3 1 2 4 10
24 3 2 1 4 10
25 3 2 1 4 10
26 4 1 2 3 10
27 2 1 3 4 10
28 3 2 1 4 10
29 3 2 4 1 10
97
30 2 3 4 1 10
31 3 2 1 4 10
32 3 2 1 4 10
33 4 2 1 3 10
34 4 2 1 3 10
35 3 2 4 1 10
36 4 1 2 3 10
37 2 4 1 3 10
38 4 1 2 3 10
39 1 2 3 4 10
40 3 2 1 4 10
41 1 3 2 4 10
42 3 1 2 4 10
43 3 1 2 4 10
44 4 2 1 3 10
45 4 1 2 3 10
46 3 2 1 4 10
47 1 3 2 4 10
48 4 2 1 3 10
49 3 2 1 4 10
50 2 3 1 4 10
Total 140 103 92 165 500
Rataan 2.8 2.06 1.84 3.3
Rangking 2 3 4 1
BV 0.28 0.206 0.184 0.33 1
BN 0.28 0.206 0.184 0.33
98
VARIABEL G1W1 G1W2 G1W3 G2W1 G2W2 G2W3 G3W1 G3W2 G3W3 Terbaik Terjelek Selisih
Warna 3.96 3.8 3.32 3.86 3.78 3.28 3.76 3.7 3.52 3.96 3.28 0.68
Rasa 2.86 3 3.5 3.46 3.6 3.74 3.38 3.52 3.64 3.74 2.86 0.88
Aroma 3 3.06 3.04 3.08 3.14 3.12 3.04 3.1 3.08 3.14 3 0.14
Tekstur 2.98 3.2 3.38 3.1 3.5 3.62 3.26 3.58 3.72 3.72 2.98 0.74
VARIAB
EL BV BN
G1W1 G1W2 G1W3 G2W1 G2W2 G2W3 G3W1 G3W2 G3W3
NE NH NE NH NE NH NE NH NE NH NE NH NE NH NE NH NE NH
Warna
0.2
1
0.2
1 1.00
0.2
1
0.7
6
0.1
6
0.0
6
0.0
1
0.8
5
0.1
8
0.7
4
0.1
5
0.0
0
0.0
0
0.7
1
0.1
5
0.6
2
0.1
3
0.3
5
0.0
7
Rasa
0.3
3
0.3
3 0.00
0.0
0
0.1
6
0.0
5
0.7
3
0.2
4
0.6
8
0.2
3
0.8
4
0.2
8
1.0
0
0.3
3
0.5
9
0.2
0
0.7
5
0.2
5
0.8
9
0.2
9
Aroma
0.1
8
0.1
8 0.00
0.0
0
0.4
3
0.0
8
0.2
9
0.0
5
0.5
7
0.1
1
1.0
0
0.1
8
0.8
6
0.1
6
0.2
9
0.0
5
0.7
1
0.1
3
0.5
7
0.1
1
Tekstur
0.2
8
0.2
8 0.00
0.0
0
0.3
0
0.0
8
0.5
4
0.1
5
0.1
6
0.0
5
0.7
0
0.2
0
0.8
6
0.2
4
0.3
8
0.1
1
0.8
1
0.2
3
1.0
0
0.2
8
TOTAL
0.2
1
0.3
7
0.4
6
0.5
5
0.8
1
0.7
3
0.5
0
0.7
3
0.7
5
99
Lampiran Dokumentasi
Uji Warna
Uji Waktu Leleh
Uji Betakaroten
Uji Lemak
Produk Es Krim Labu Kuning