pengaruh kondisi keuangan perusahaan, debt...

25
PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT, DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DI INDONESIA ABSTRAK Oleh: RIVAN APRIYAN NPM : 0811031049 Tlpn : 08976179312 Email : [email protected] Pembimbing I : Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan perusahaan, debt default, dan opini audit going concern tahun sebelumnya terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Sesuai teori keagenan bahwa pemisahan kepemilikan dengan pengendalian perusahaan akan menimbulkan konflik keagenan. Dalam meredakan konflik tersebut dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 hingga tahun 2011 yaitu sebanyak 137 perusahaan per tahunnya dan memiliki laporan auditor independen yang dipublikasi bersamaan dengan perioda pengamatan, baik opini yang diterima adalah opini going concern maupun opini non going concern.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang diambil dari data base Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai 2011 yang meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern ditolak.Sedangkan hipotesis 2 dan 3 yang menyatakan bahwa debt default dan opini audit going concern tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima. Kata kunci: Going Concern, Kondisi Keuangan Perusahaan, Debt Default, Opini Audit Going Concern Tahun Sebelumnya.

Upload: vanbao

Post on 11-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT,

DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN TAHUN SEBELUMNYA

TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DI

INDONESIA

ABSTRAK

Oleh:

RIVAN APRIYAN

NPM : 0811031049

Tlpn : 08976179312

Email : [email protected]

Pembimbing I : Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt.

Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan

perusahaan, debt default, dan opini audit going concern tahun sebelumnya

terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Sesuai teori

keagenan bahwa pemisahan kepemilikan dengan pengendalian perusahaan akan

menimbulkan konflik keagenan. Dalam meredakan konflik tersebut dibutuhkan

pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal

dan agen. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan

pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola

keuangan perusahaan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 hingga tahun 2011 yaitu

sebanyak 137 perusahaan per tahunnya dan memiliki laporan auditor independen

yang dipublikasi bersamaan dengan perioda pengamatan, baik opini yang diterima

adalah opini going concern maupun opini non going concern.Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data penelitian yang

meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang diambil dari data base

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai 2011 yang meliputi laporan

auditor independen dan laporan keuangan perusahaan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi keuangan

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan

dengan kondisi keuangan yang buruk berpengaruh negatif terhadap penerimaan

opini going concern ditolak.Sedangkan hipotesis 2 dan 3 yang menyatakan bahwa

debt default dan opini audit going concern tahun sebelumnya berpengaruh positif

terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.

Kata kunci: Going Concern, Kondisi Keuangan Perusahaan, Debt Default, Opini

Audit Going Concern Tahun Sebelumnya.

Page 2: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

THE EFFECT OF CORPORATE FINANCIAL CONDITION, DEBT

DEFAULT, AND PREVIOUS YEAR GOING CONCERN AUDIT

OPIONION TOWARDS ACCEPTANCE OF GOING CONCERN AUDIT

OPIONION IN INDONESIA

ABSTRACT

By:

RIVAN APRIYAN

NPM : 0811031049

Tlpn : 08976179312

Email : [email protected]

Pembimbing I : Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt.

Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt.

This research aims to determine the effect of financial condition, debt

default, and previous year going concern audit opionion towards acceptance of

audit opionion going concern. Agency theory as sets there separation in

ownership and controlling company will create an agency conflict. In solving this

conflict, independent third party is necessary to mediate the principal and agent.

Auditors will be able to harmonize the principal’s (shareholders) interest and

agent’s (manager) interest in manage corporate finance.

Sample used in this research is all manufacturing companies listed in

Indonesia Stock Exchange 2009-2011 period (137 companies each year) and

having published independent report. This research use secondary data taken from

Indonesia Stock Exchange (2009-2011) consist of independent auditor report and

financial report.

The results shows financial condition variable is not significantly affect

the acceptance of audit opinion going concern. This means hypothesis 1 which

saying bad corporate financial condition negatively affect the acceptance of audit

opinion going concern were rejected. While, hypothesis 2 and 3 which saying debt

default and previous year going concern audit opinion positively affect the

acceptance of audit opinion going concern were accepted.

Keywords : Going Concern, Corporate Financial Condition, Debt Default,

Pervious Year Going Concern Audit Opinion.

Page 3: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

1. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu

badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas

sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut

menjadi bermasalah. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap

akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan

tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek. Opini audit going concern

merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan

dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Para pemakai

laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai

prediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk

mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan

sesungguhnya. Kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan

melihat kondisi internal perusahaan, seperti kondisi keuangan perusahaan, status

debt default, dan opini audit going concern tahun sebelumnya.

Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan

sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going

concern (Ramadhany, 2004). Menurut Mckeo wn et. al. (1991) menyatakan

bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin

besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya

pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak

pernah mengeluarkan opini audit going concern. Kesangsian terhadap

kelangsungan hidup perusahaan merupakan indikasi terjadinya kebangkrutan.

Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan

bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi

mencapai tingkat keakuratan 82% dan menyarankan penggunaan model prediksi

kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan

perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Beberapa penelitian

sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi kebangkrutan menggunakan

Page 4: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan pendapat auditor dalam

mengelompokkan perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut (Altman dan

McGough, 1974; Koh dan Killough, 1990; Koh, 1991) dalam Fanny dan Saputra,

2005. Carcello dan Neal (2000) dalam Setyarno,dkk., (2009) menyatakan bahwa

semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar kemungkinan

perusahaan menerima opini going concern.

Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, indikator going concern

yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan audit adalah

kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (default). Debt default

didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaaan) dalam membayar utang

pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992 dalam

Praptitorini, 2009). Jika perusahaan dalam kondisi seperti ini maka kemungkinan

mengalami kebangkrutan sangat besar.

Pemberian opini going concern oleh auditor tidak terlepas dari opini audit

yang diberikan tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan

untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun

sebelumnya. Setyarno et. al. (2009) menyatakan bahwa auditor dalam

menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going

concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Penelitian

tersebut memberikan bukti empiris bahwa opini audit going concern tahun

sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern.

Uraian latar belakang masalah di atas mendorong peneliti melakukan

penelitian tentang pengaruh kondisi keuangan perusahaan, debt default, dan opini

audit going concern tahun sebelumnya pada penerimaan opini audit going

concern. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2009 - 2011.

Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Debt

Default, dan Opini Audit Going Concern Tahun Sebelumnya terhadap

Penerimaan Opini Audit Going concern pada Perusahaan Manufaktur yang

Page 5: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian

1.2.1 Perumusan Masalah

Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan

penerimaan opini audit going concern?

Apakah status debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan

opini audit going concern?

Apakah opini audit going concern tahun sebelumnya berpengaruh terhadap

kemungkinan penerimaan opini audit going concern?

1.2.2 Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian pada variable-variabel yang diduga

berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan Opini Audit Going Concern

yaitu Kondisi Keuangan Perusahaan, Debt Default, dan Opini Audit Going

Concern Tahun Sebelumnya. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI selama periode 2009 sampai 2011.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis pengaruh kondisi keuangan perusahaan, debt default, dan opini audit

going concern tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut:

1. Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan

terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.

2. Bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang ilmu akuntansi,

terutama berkaitan dengan pengauditan, khususnya dalam bidang keputusan

pemberian opini audit.

Page 6: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

3. Bagi pemberi pinjaman (kreditur) mengenai informasi kebangkrutan bisa

bermanfaat untuk mengambil keputusan perusahaan mana saja yang akan

diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor

pinjaman yang telah diberikan.

4. Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan

penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup

(going concern) perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini dengan

memperhatikan kondisi keuangan pada perusahaan.

5. Bagi investor, saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan

tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut

atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.

2. LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) dalam Mirna dan Indira (2009)

menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih

prinsipal yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi

mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan pada

agent. Dalam kaitannya dengan penerimaan opini audit going concern, agent

(manajemen) bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan hidup

perusahaan yang dipimpinnya. Agent mungkin akan takut mengungkapkan

informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan

untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Hal ini dapat memicu terjadinya

konflik keagenan. Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai

mediator pada hubungan antara prisipal dan agent.

Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjebatani kepentingan

pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak agent (manajer) dalam mengelola

keuangan perusahaan (Setiawan, 2009) dalam Mirna dan Indira (2009). Auditor

sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan pengawasan

terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan

Page 7: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

prinsipal melalui laporan keuangan. Prinsipal mengharapkan auditor memberikan

peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan.

2.2 Opini Audit

Tugas umum dari auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan

perusahaan. Opini yang diberikan auditor merupakan pernyataan kewajaran dalam

semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai

dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 1994, alenia 1). Pendapat atau

opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan

audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan

tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor

dan kesimpulan yang diperolehnya. Laporan keuangan merupakan sarana bagi

auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan,

untuk tidak menyatakan pendapat.

Terdapat lima jenis pendapat auditor menurut Mulyadi (2002), yaitu:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified

Opinion With Explanatory Language)

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualifield Opinion)

4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

2.3 Opini Audit Going concern

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Ketika

suatu entitas dinyatakan going concern, artinya entitas tersebut dianggap akan

mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak

akan mengalami likuidasi dalam jangka waktu pendek (Setyarno,dkk., 2009).

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk

memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya

(SPAP, 2004).

Page 8: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

2.4 Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan atau keadaan secara

utuh atas keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu. Kondisi

keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan

sesungguhnya. Menurut Mc Keown (1991) dalam Ramadhany (2004) semakin

memburuk atau terganggu kondisi perusahaan maka akan semakin besar

kemungkinan peusahaan menerima opini audit going concern.

Sampai dengan saat ini, Z Score model masih lebih banyak digunakan oleh

para peneliti, praktisi, serta para akademis di bidang akuntansi dibandingkan

model prediksi kebangkrutan lainnya untuk mengukur kondisi keuangan suatu

persahaan (Altman, 1993) dalam Fanny dan Saputra (2005). Model yang telah

dikembangkan oleh Altman ini telah mengalami suatu revisi pada tahun 1993.

Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar

model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan

manufaktur yang go publik melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-

perusahaan di sektor swasta. Model yang lama mengalami perubahan pada salah

satu variabel yang digunakan menjadi:

Z’ = 0.717Z1 + 0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5

Dimana:

Z1 = working capital / total asset

Z2 = retained earnings / total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/ total asset

Z4 = book value of equity / book value of debt

Z5 = sales / total asset.

Untuk menghitung Z Score dapat dilakukan dengan menghitung angka -

angka kelima rasio yang diambil dari laporan keuangan. Dengan cara mengalikan

angka-angka tersebut dengan koefisien yang diturunkan Altman, kemudian

hasilnya dijumlahkan. Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang

bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan

untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah

Page 9: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana dikategorikan

sebagai berikut:

TABEL 2.1

Kriteria titik cut off Model Z Score

Kriteria Nilai Z Score

Tidak bangkrut/ sehat jika Z lebih dari (>) 2,99

Bangkrut jika Z kurang dari (<) 1,20

Daerah rawan bangkrut (grey area) 1,20-2,99

2.5 Debt Default

Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk

membayar utang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan

Church, 1992) dalam Praptitorini dan Januarti (2007). Pada SAS 59 menyatakan

bahwa default utang dan retrukturisasi utang sebagai indikator potensial dalam

hubungannya dengan dikeluarkannya opini going concern. Dalam PSAK 30,

indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan

keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya

(default).

Hasil penelitian Chen dan Church (1992) dalam Praptitorini dan Januarti

(2007) memberikan bukti bahwa adanya suatu hubungan yang kuat antara obligasi

yang gagal bayar dengan penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan

penerbit obligasi tersebut. Jika perusahaan mengalami status default, maka

semakin besar kemungkinan menerima opini going concern. Hal ini dibuktikan

pada penelitian Carcello dan Neal (2000) dalam Setyarno,dkk., (2009),

Ramadhany (2004), serta Praptitorini dan Januarti (2007) yang menunjukkan

bahwa status debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit

going concern.

2.6 Opini Audit Going Concern Tahun Sebelumnya

Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya

akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar

Page 10: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada

tahun berjalan. Mutchler (1984) dalam Ramadhany (2004) melakukan wawancara

dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini

audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima

opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler menguji pengaruh ketersediaan

informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini

audit yang telah diterima perusahaan.

Hasilnya menunjukkan bahwa model analisis diskriminan yang

memasukkan tipe opini audit going concern tahun sebelumnya mempunyai

akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibandingkan

model yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1984), Carcello dan

Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2009),

Praptitorini dan Januarti (2007), serta Januarti (2009) menemukan hubungan

positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun

berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going

concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan

untuk menerima kembali opini audit going concern.

2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ada tidaknya

hubungan antara variabel dependen berupa opini audit going concern dengan

variabel independen berupa kondisi keuangan perusahaan, debt default, dan

opiniaudit going concern tahun sebelumnya. Kerangka pikir yang diajukan adalah

sebagai berikut:

Kondisi

Keuangan

Perusahaan

Penerimaan

Opini Audit

Going Concern

Debt Default

Opini Audit

Going Concern

Tahun

Sebelumnya

Page 11: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

2.8 Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini

going concern

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan keadaan perusahaan yang

sebenarnya (Ramadhany, 2004). Menurut Mc Keown (1991) dalam Ramadhany

(2004), semakin memburuk atau terganggu kondisi perusahaan maka akan

semakin besar kemungkinan peusahaan menerima opini audit going concern.

Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan, yaitu dimana

kondisi keuangan perusahaan tidak sehat, yang diukur dengan Z Score. Analisis

diskriminan Z Score selain berguna untuk memprediksi kebangkrutan, dapat juga

digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan.

Dengan menggunakan model prediksi Revised Z Score Altman, sebagai

proksi kondisi keuangan perusahaan, hasil penelitian Fanny dan Saputra (2005)

selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dari hasil-hasil penelitian

tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap

penerimaan opini going concern.

2. Pengaruh Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going

concern

Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam

memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban

utangnya / default (Ramadhany, 2004). Salah satu ciri yang berlawanan dengan

asumsi going concern adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban pada saat jatuh tempo. Pada SAS 59 menyatakan bahwa default utang

dan retrukturisasi utang sebagai indikator potensial dalam hubungannya dengan

dikeluarkannya opini going concern. Chen dan Church (1992)dalam Praptitorini

dan Januarti (2007) menunjukkan bahwa status debt default berpengaruh positif

terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan adanya status debt default, semakin besar kemungkinan perusahaan

menerima opini audit going concern. Maka hipotesis selanjutnya adalah sebagai

berikut:

Page 12: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

H2 : Debt Default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit

going concern.

3. Pengaruh Opini Audit Going Concern Tahun Sebelumnya terhadap

Penerimaan Opini Audit Going concern

Opini audit diterima suatu perusahaan di tahun sebelumnya menjadi salah

satu pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit perusahaan. Mutcler

(1984) dalam Ramadhany (2004) melakukan penelitian dengan mewawancarai

praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit

going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini

yang sama pada tahun berjalan. Penelitian Carcello (2000) dan Ramadhany (2004)

memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima sebelumnya

dengan opini audit tahun berjalan. Jika tahun sebelumnya perusahaan menerima

opini audit going concern, maka kemungkinan besar auditor akan menerbitkan

kembali opini audit going concern di tahun berikutnya. Dari hasil-hasil penelitian

tersebut, maka hipotesis selanjutnya adalah sebagai berikut:

H3 : Opini Audit Going Concern Tahun Sebelumnya berpengaruh positif

terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. METODA PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang

diambil dari database Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai 2011 yang

meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan.

3.2 Metoda Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain

adalah dengan melakukan dokumentasi penulis mencari data langsung dari

catatan-catatan atau laporan keuangan yang ada pada BEI. Data sekunder yang

diambil dari BEI ini terdiri dari laporan auditor independen dan laporan keuangan

perusahaan setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sesuai dengan

kriteria pemilihan sampel. Selain itu juga dengan melakukan studi pustaka yaitu

Page 13: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

pengumpulan data sebagai landasan teori serta penelitian terdahulu didapat dari

dokumen- dokumen, buku, internet serta sumber data tertulis lainnya yang

berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2011. Sedangkan untuk sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI pada tahun 2009 hingga tahun 2011 yaitu sebanyak 137

perusahaan per tahunnya dan memiliki laporan auditor independen yang

dipublikasi bersamaan dengan perioda pengamatan, baik opini yang diterima

adalah opini going concern maupun opini non going concern.

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Akumulasi

1

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-

2011

137 perusahaan x 3 tahun

411

2 Data laporan keuangan yang tidak tersedia dan tidak

lengkap -54

3 Data laporan keuangan yang dicatat menggunakan USD -24

Jumlah sampel total selama perioda penelitian 333

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah opini audit going concern.

Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy, bernilai

1 untuk opini going concern dan bernilai 0 untuk opini non going concern.

3.4.2 Variabel Independen

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen yang akan diuji

Page 14: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

tehadap opini audit going concern yang diterima perusahaan dari auditor

independen. Variabel independen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan model

prediksi kebangkrutan Revised Altman, yang terkenal dengan istilah Z Score.

Formulanya adalah:

Z’ = 0.717Z1 +0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4+ 0.998Z5

Dalam hal ini:

Z1 = net working capital/ total assets

Z2 = retained earnings/ total assets

Z3 = earnings before interest and taxes/ total assets

Z4 = book value of equity/ book value of debt

Z5 = sales/ total assets

Nilai Z diperoleh dengan menghitung kelima rasio tersebut berdasarkan data pada

neraca dan laporan laba/rugi dikalikan dengan koefisien masing-masing rasio

kemudian dijumlahkan dengan hasilnya.

2. Debt Default

Debt Default didefinisikan sebagai Kelalaian atau kegagalan perusahaan

untuk membayar utang pokok maupun bunganya pada saat jatuh tempo atau

kegagalan perusahaan memenuhi perjanjian hutang.

Variabel Dummy digunakan (1 untuk status Debt Default dan 0 untuk

tidak Debt Default) untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan

default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. Pada laporan keuangan, status

debt default dapat dilihat dalam laporan auditor independennya.

3. Opini audit Going Concern Tahun Sebelumnya

Opini audit yang yang diterima oleh auditor pada tahun sebelumnya.

Variabel ini menggunakan Variabel Dummy, yaitu 1 untuk Opini Audit Going

concern dan 0 untuk Opini Audit Non Going concern Tahun Sebelumnya.

Page 15: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Alat Analisis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regretion), yang

variabel terikatnya merupakan non parametrik (nominal) dan variabel bebasnya

merupakan parametrik (rasio). Model regresi logistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Ln 𝐺𝐶

1−𝐺𝐶 = α + β1 BANKRUPT + β2 DD + β3 PO +

Keterangan:

GC = Opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going

concern, 0 jika opini non going concern)

BANKRUPT = Prediksi kebangkrutan menggunakan persamaan revised Altman

DD = Debt Default (variabel dummy, 1 jika perusahaan keadaan

default 0 jika perusahaan tidak default)

PO = Opini audit going concern tahun sebelumnya (variabel dummy,

1 jika opini going concern, 0 jika non going concern)

α = konstanta

= kesalahan residual

3.5.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum

mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang diukur pada sampel. Analisis

statistik deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai

rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.5.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Page 16: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

sebagai berikut:

a. Uji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwa

data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model

dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun hasilnya jika ( Ghozali,

2009):

1. Jika nilai statistik Homer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan

atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada

perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga

Goodness of fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi

nilai observasinya

2. Jika nilai statistik Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar

dari 0,05 , maka hipotesis nol diterima dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat

diterima karena sesuai dengan data observasinya.

b. Uji Model Fit

Uji model fit digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan

telah fit atau tidak terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka Ho harus diterima atau

Ha harus ditolak (Ghozali, 2009). Statistik yang digunakan berdasarkan metode

maximum likelihood. Metode maximum likelihood adalah mencari koefisien

regresi sehingga probabilitas kejadian dari variabel dependen bisa setinggi

mungkin atau semaksimal mungkin. Besarnya probabilitas yang memaximumkan

kejadian ini disebut log of Likelihood (LL). Untuk menguji hipotesis nol dan

alternatif, -2 dikalikan dengan LL sehingga menjadi -2LL.

Page 17: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

Semakin kecil nilai -2LL, yang memiliki nilai minimum 0, maka semakin

baik model dan sebaliknya semakin besar nilai -2LL semakin kurang baik model.

c. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Estimasi parameter dapat dinilai melalui koefisien regresi dari masing-

masing variabel yang diuji apakah menunjukkan bentuk suatu hubungan antar

variabel dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sign)

untuk melakukan pengujian hipotesis. Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil

dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5% maka Ho

ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel independen berpengaruh

secara signifikan terhadap terjadinya variabel dependen. Begitu pula sebaliknya,

jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berarti Ho diterima dan Ha

ditolak, yang berarti bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap terjadinya variabel dependen.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Opini Audit Going Concern t 333 0 1 0.15 0.36

Z Score 333 -1637.2 29.71 -2.51 89.89

Debt Default 333 0 1 0.11 0.31

Opini AuditGoing Concern t-1 333 0 1 0.17 0.37

Keterangan :

t = Tahun ini

t – 1 = Tahun Sebelumnya

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil pengujian menunjukkan jumlah sampel (N) penelitian sebanyak 333

yang merupakan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang listing di

Page 18: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

BEI selama periode 2009-2011 dan memenuhi kriteria yang ditetapkan.

(1) Nilai rata-rata opini audit going concern sebesar 0,15 yang menunjukkan

bahwa 15% dari 333 laporan keuangan perusahaan sampel yang diteliti menerima

opini audit going concern. Dan dari nilai minimum dan maximum dapat

diketahui bahwa interval variabel dummy yang digunakan adalah 0 dan 1.

(2) Z Score minimum adalah (-1637.2) dimiliki oleh PT Hanson International,

Tbk pata tahun 2009. Sedangkan untuk nilai Z Score maximum dimiliki oleh PT

Sugi Sama Persada, Tbk pada tahun 2009 dengan nilai sebesar 29,71. Rata-rata

nilai Z Score adalah -2,51 menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang

dalam berada sampel berada dalam kondisi kebangkrutan. Standar deviasi yaitu

sebesar 89.894, artinya jarak antara nilai minimum dan nilai maksimum dari nilai

rata-rata (mean) adalah 89.894.

(3) Nilai rata-rata variabel debt default sebesar 0,11 yang menunjukkan bahwa

11% dari 333 laporan keuangan perusahaan sampel yang diteliti menerima status

debt default. Dan dari nilai minimum dan maximum dapat diketahui bahwa

interval variabel dummy yang digunakan adalah 0 dan 1.

(4) Variabel opini audit going concern tahun sebelumnya memiliki nilai rata-

rata sebesar 0,17 yang menunjukkan bahwa 17% dari 333 laporan keuangan

perusahaan sampel yang diteliti pada tahun sebelumnya menerima opini audit

going concern. Dan dari nilai minimum dan maximum dapat diketahui bahwa

interval variabel dummy yang digunakan adalah 0 dan 1.

Page 19: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

4.2 Pengujian Hipotesis

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Default 4.364 1.805 5.844 1 .016 78.602

Opini Tahun

Sebelumnya

6.626 1.138 33.89

8

1 .000 754.31

7

Z Score .000 .016 .003 1 .958 .999

Constant -

5.823

1.061 30.11

8

1 .000 .003

a. Variable(s) entered on step 1: Default, Opini Tahun Sebelumnya,

Kondisi Keuangan.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil perhitungan berdasarkan tabel 4.7 secara statistik maka

disimpulkan bahwa variabel debt default dan opini audit going concern tahun

sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern karena

memiliki hasil koefisien masing-masing sebesar 4.364 dan 6.626 dengan tingkat

signifikasi masing-masing sebesar 0.016 dan 0.000. Sedangkan untuk variabel

kondisi keuangan perusahaan memiliki koefisien 0.000 dengan tingkat

signifikansi 0.958 (p> 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kondisi

keuangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

audit going concern. Dengan demikian hipotesis 2 dan 3 yang menyatakan bahwa

debt default dan opini audit going concern tahun sebelumnya berpengaruh positif

terhadap penerimaan opini audit going concern diterima. Sedangkan hipotesis 1

yang menyatakan bahwa perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk

berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern ditolak.

Page 20: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini

audit going concern

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kondisi keuangan

perusahaan tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak

mendukung hipotesis pertama dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno, dkk (2006) yang

menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif pada

penerimaan opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan

temuan penelitian Indira Januarti (2009) yang menemukan bahwa kondisi

keuangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit

going concern.

Dalam penelitiannya, Indira menyebutkan bahwa fenomena perusahaan

yang memiliki kondisi keuangan yang buruk tidak mendapatkan opini audit going

concern bisa terjadi karena terlalu lamanya auditor menerima suatu penugasan

yang akan mengurangi independensinya ( ada yang mengaudit selama 10 tahun

pengamatan dan tidak terjadi pergantian auditor). Atau bisa jadi auditor

takut untuk mengeluarkan opini going concern karena justru akan menambah

buruk keadaan perusahaan karena para investor akan menarik dananya, ini sesuai

dengan hipotesis self fulfilling prophecy.

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengujian terhadap variabel yang

diproksikan dengan model prediksi kebangkrutan Revised Altman pada tabel 4.7

secara statistik menunjukkan nilai koefisien regresi positif sebesar 0.000 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.958 yang artinya hasil pengujian tersebut dapat

disimpulkan bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan tidak signifikan pada

tingkat signifikan 0,000 (<0,05) yang menunjukkan bahwa hipotesis ini ditolak.

4.3.2 Pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern

Debt default menunjukkan nilai koefisien regresi positif sebesar 4.364

dengan tingkat signifikansi sebesar 0.016 yang berarti signifikan, dengan

demikian perusahaan yang mengalami default akan menerima opini audit going

concern. Tanda koefisien variabel debt default yang positif menunjukkan

Page 21: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

hubungan yang searah, yang berarti semakin tinggi ketidakmampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban, semakin besar pula kemungkinan perusahaan

menerima opini audit going concern. Dapat dikatakan bahwa status hutang

perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor SIAE

(system informasi, auditing, etika profesi) untuk mengukur kesehatan keuangan

perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas

perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga

akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak

mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default. Auditor dalam

memberikan opini audit going concern akan mempertimbangkan status default

seperti yang tercantum dalam PSA 30. Jadi, perusahaan yang mendapat status debt

default kemungkinan besar menerima opini audit going concern.

4.3.3 Pengaruh opini audit going concern tahun sebelumnya terhadap

penerimaan opini audit going concern

Dari hasil pengujian statistik mengindikasikan bahwa perusahaan yang

tahun sebelumnya menerima opini going concern kemungkinan besar akan

menerima opini yang sama pada tahun berikutnya, mengingat untuk memperbaiki

kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relative lama. Hasil ini konsisten

dengan penelitian dari Mutchler (1985), Lennox (2004), Ramadhany (2004),

Indira dan Ella (2008), Eko dkk (2007), Mirna dan Indira (2007).

Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat

memperhatikan opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun

sebelumnya. Walaupun penerbitan kembali opini audit going concern tidak

semata-mata didasarkan pada opini audit going concern yang diterima pada tahun

sebelumnya, namun penerimaan opini audit going concern pada tahun

sebelumnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan

perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan

semakin mempersulit perusahaan untuk bangkit dari kesulitan yang dialami.

Page 22: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

4. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengaruh kondisi

keuangan perusahaan, debt default, dan opini audit going concern tahun

sebelumnya yang dapat mempengaruhi auditor dalam pemberian opini audit going

concern, maka dapat ditarik kesimpulan:

a. Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan model prediksi

kebangkrutan Revised Altman Z Score secara statistik tidak berpengaruh

signifikan dengan penerimaan opini audit going concern dengan nilai

koefisien positif sebesar 0.000 dengan signifikansi 0.958 (>0,05). Jadi dapat

disimpulkan bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern dan hipotesis

penelitian ditolak.

b. Hasil debt default secara statistik berpengaruh signifikan terhadap penerimaan

opini audit going concern dengan nilai kosfiesiensi positif sebesar 4.364

dengan signifikansi 0,016 (<0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa debt

default berpengaruh signifikan dalam pemberian opini audit going concern

pada perioda berjalan.

c. Hasil Opini audit going concern tahun sebelumnya secara statistik

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern dengan

nilai kosfiesiensi positif 6.626 dengan signifikansi 0,000 (<0,05). Hal ini dapat

disimpulkan bahwa opini audit going concern tahun sebelumnya berpengaruh

signifikan dalam pemberian opini audit going concern pada perioda berjalan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya :

1. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian terbatas pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat

mencakup semua hasil temuan untuk seluruh perusahaan publik

Page 23: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

2. Perioda penelitian hanya tiga tahun tahun yaitu tahun 2009-2011, sehingga

belum dapat melihat kecenderungan tren penerbitan opini audit going concern

dalam jangka panjang.

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian hanya tiga variabel saja, yaitu

kondisi keuangan perusahaan, debt default, dan opini audit going concern

tahun sebelumnya. Sedangkan masih banyak faktor-faktor lainnya yang dapat

mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, saran yang dapat diberikan

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dengan

memasukkan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak

mengelompokkan sampel hanya sebatas perusahaan yang mengalami rugi

bersih setelah pajak secara berturut-turut. Hal ini disebabkan agar kita juga

dapat melihat apakah perusahaan yang mendapatkan laba bersih setelah pajak

juga bisa menerima opini audit going concern. Terlebih dalam mengujur

variabel kondisi keuangan perusahaan, karena belum tentu perusahaan yang

mendapatkan laba memiliki kondisi keuangan yang baik.

2. Penelitian selanjutnya juga dapat menambah rentan waktu penelitian sehingga

dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh

auditor dalam jangka panjang dengan tetap membedakan antara perioda

kondisi krisis ekonomi global dan ekonomi normal.

3. Kepada manajemen perusahaan hendaknya mengenali lebih dini tanda-tanda

kebangkrutan usaha dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya

sehingga dapat mengambil kebijakan sesegera mungkin guna menghindari

masalah tersebut.

Page 24: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan

Publik. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.

Arens, Alvin, Loebbecke. 1995. Auditing An Integrated Approach Eight Edition.

New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Chen, Kevin C. W., and Bryan K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and

the Issuance of Opini Going-Concern Opinions. Auditing: A Journal of

Practice & Theory. Vol. 11, No. 2: 30-49.

Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. Opini Audit Going Concern : Kajian

Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan

Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta).

Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi

Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hofer, CW. 1980. Strategic Management: A case book in policy and planning.

Minesota: West Publishing

Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

_______________________. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

_____________________. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

(Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium

Nasional Akuntansi XII (6): 1-26.

Jensen, M. and Meckling, W. 1976.Theory of the Firm: Managerial Behavior

Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economics 3. pp.

305-360.

Koh, H dan Killough, L. 1990. The Use of Multiple Discriminant Analysis in the

Assesment of the Going-concern Status of an Audit Client. Journal of

Business, Finance and Accounting. Spring. 179-192.

McKeown, J, Mutchler, J dan Hopwood. W. 1991. Towards an Explanation of

Auditor Failure to Modify the Audit Opinions of Bankrupt Companies.

Auditing: A Journal Practice & Theory. Supplement. 1-13.

Page 25: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/020513-0811031049.pdf · Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, ... (SPAP, 1994, alenia 1)

Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam. Jakarta: Salemba Empat

Mutchler, J. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor's Going Concern

Opinion Decision. Journal of Accouning Research. Autumn. 668 - 68.

Petronela, Thio. 2004. Perkembangan Going Concern Perusahaan Dalam

Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance. 47-55.

Praptitorini, M. D. dan I. Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt

Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern.

Paper disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas

Hasanuddin, Makassar, 26-28 Juli 2007.

Putri, Ayu. 2011. Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi : Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Available at: http://www.pps.unud.ac.id/thesis/detail-79-opini-audit-going-

concern-dan-faktorfaktor-yang-memengaruhi-studi-pada-perusahaan-

manufaktur-di-bursa-efek-indonesia.html. (accessed 15 Januari 2013).

Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi, Vo. 4,

Hlm. 146-160.

Santosa, Arga Fajar dan Linda K. Wedari. 2007.”Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going

concern.” JAAI, Vol.11, NO.2, Desember 2007: 141-158.

Setyarno, Eko B., I. Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi

Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan

Perusahaan terhadap Opini Going Concern. Paper disajikan pada Simposium

Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus 2006.

Siahaan, Martha. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Available at: http://eprints.undip.ac.id/22568/.

(accessed 15 Januari 2013).

Zubaidah, Siti. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit

Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI.

Available at: http://eprints.unisbank.ac.id/92/. (accessed 15 Januari 2013).