pengaruh kesempatan kerja dan distribusi...
TRANSCRIPT
PENGARUH KESEMPATAN KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
TERHADAP PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI
JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
SILVIA NINGSIH
NIM. 11140840000014
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2020 M
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Silvia Ningsih
NIM : 11140840000014
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain tanpa
menyebutkan sumber asli ataupun tanpa izin pemilik karya
3. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan atas karya saya dan melalui pembuktian yang
dipertanggung jawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah
melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Januari 2020
Silvia Ningsih
11140840000014
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Silvia Ningsih
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 18 September 1996
3. Alamat : Jl. RE. Martadinata, Gg. Rambutan RT 04/RW 04,
Cipayung-Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
4. Telepon : 085697304451
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN 1 Ciputat Kota Tangsel tahun 2002-2008
2. SMPN 10 Kota Tangsel tahun 2008-2011
3. SMAN 1 Kota Tangsel tahun 2011-2014
III. Pengalaman Bekerja
1. Magang Bersertifikat BUMN di Telkom Indonesia Tahun 2018-2019
vi
ABSTRACT
This study aims to look at the effect of employment opportunities and income
distribution on the development of the agricultural sector in Central Java
Province for the period 1989-2018. This study uses secondary data and time
series data with the Ordinary Least Square (OLS) approach. The results of this
study indicate that the employment opportunity variable has a negative and
significant influence on the development of the agricultural sector in Central Java
Province, while the income distribution variable has a positive and significant
effect on the development of the agricultural sector in Central Java Province.
Keywords: Employment Opportunities, Income Distribution, Gross Domestic
Product in Central Java Province.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kesempatan kerja dan distribusi
pendapatan terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah
periode 1989-2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data time
series dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel kesempatan kerja memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah,
sedangkan variabel distribusi pendapatan mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
Kata Kunci: Kesempatan Kerja, Distribusi Pendapatan, Produk Domestik
Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah, OLS.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi Robbil'Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia yang berlimpah
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
"PENGARUH KESEMPATAN KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
TERHADAP PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI
JAWA TENGAH" dengan lancar tanpa halangan apapun. Shalawat serta salam
terlimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk meneliti industri kreatif yang ada
di Indonesia serta untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana. Selama
proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis
hadapi. Berkat petunjuk dari Allah SWT, doa keluarga, dukungan, bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis baik
secara langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Allah SWT, Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas izin dan
kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
2. Kedua orang tua, yang selalu memberikan rasa cinta, kasih sayang,
perhatian, motivasi, semangat, doa dan pelajaran yang tiada henti
diberikan kepada penulis. My everything!
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, M.Si, Lc selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Najwa Khairina, S.E., M.A. selaku Dosen Pembimbing, yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan memberikan ilmu tambahan kepada
penulis. Segala arahan dan perhatiannya menjadikan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang
beliau berikan akan menjadi amal shaleh, dan semoga Allah SWT
membalas kebaikan Ibu.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengalaman.
7. Seluruh Staff dan Karyawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku tersayang Tini BR Hutabarat,
Karina Chandra, Novia Cholistien, Hanny Octavia, Ella Azhari,
Suryani yang selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi.
x
9. Terimakasih kepada teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan
angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Untuk
sahabat-sahabatku tercinta Alfiani Rizqoh, Tiara Nurul Fadillah, Alida
Zia Syifa, Dwi Deby Oktaviana, Islamiyah, Anita Rahmawati, dan
Mala Hayati yang telah memberikan semangat, bantuan, serta
memberikan banyak pelajaran berharga.
10. Dan semua pihak yang ikut membantu yang tidak dapat disebutkan
satu per satu. Terimakasih untuk masukan, pembelajaran, semangat
dan kenangan lainnya.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis sadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharap
segala bentuk saran dan masukkan bahkan kritik yang membangun kepada penulis
dari berbagai pihak.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, maka penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak agar bermanfaat baik untuk
penulis dan semua pihak yang berkesempatan untuk membaca skripsi ini.
Jakarta, Januari 2020
Silvia Ningsih
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..... Error! Bookmark not
defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .... Error! Bookmark
not defined.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................ Error! Bookmark not defined.i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viiii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 13
A. Landasan Teori ........................................................................................... 13
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 37
xii
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 45
D. Hipotesis ..................................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 47
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 47
B. Data dan Sumber Data ............................................................................... 48
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 50
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 59
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 59
B. Analisis Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 60
C. Hasil Uji Asumsi Klasik............................................................................. 69
D. Hasil Regresi Linier Berganda ................................................................... 73
E. Analisis Ekonomi ....................................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 80
A. Kesimpulan ................................................................................................ 80
B. Saran ........................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................ 38
Tabel 4. 1. Histogram Normality Test .................................................................. 70
Tabel 4. 2. Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 71
Tabel 4. 3. Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM ............................. 72
Tabel 4. 4. Uji White Heteroskedastisitas ............................................................. 73
Tabel 4. 5. Hasil Regresi Linier Berganda ............................................................ 74
Tabel 4. 6. Uji t-Statistic........................................................................................76
Tabel 4. 7. Uji F-Statistic.......................................................................................76
Tabel 4. 8. Koefisien Determinasi..........................................................................77
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2018 ......... 6
Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Gini di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-
2018..........................................................................................................................9
Grafik 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Tengah................63
Grafik 4.2. Perkembangan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian di Provinsi Jawa
Tengah....................................................................................................................64
Grafik 4.3. Perkembangan Ratio Gini Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2018..66
Grafik 4.4. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun 1989-2018 Provinsi
Jawa Tengah...........................................................................................................68
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pilihan Kesempatan Kerja.................................................................16
Gambar 2.2. Kurva Lorenz…................................................................................24
Gambar 2.3. Koefisien Gini…...............................................................................25
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran..........................................................................25
Gambar 4.1. Peta Provinsi Jawa Tengah...............................................................59
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Normalitas .................................................................................. 86
Lampiran 2. Uji Multikolinearitas......................................................................... 86
Lampiran 3. Uji Heterokedastisitas ....................................................................... 87
Lampiran 4. Uji Autokorelasi ............................................................................... 88
Lampiran 4. Uji OLS ............................................................................................ 89
Lampiran 5. Data ................................................................................................... 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor
pertanian sebagai sumber mata pencaharian penduduknya, dengan demikian
sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Sektor pertanian menjadi sektor kunci dalam penyerapan tenaga kerja di
Indonesia. Pada tahun 2000 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian
mencapai 45 persen dari sembilan sektor yang ada, pada tahun 2015 turun
menjadi 33 persen.
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian
Indonesia, hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai basis atau
landasan pembangunan ekonomi. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan
pemerintah untuk menyesuaikan sektor pertanian dengan keadaan dan
perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan
yang menyangkut kesejahteraan bangsa (Setyabudi, 2005).
Sejak tahun 1990 perhatian pemerintah mulai diarahkan pada sektor
industri dan jasa seiring dengan terjadinya transformasi ekonomi dari negara
agraris menjadi negara industri sehingga peran sektor pertanian mulai
menurun dan menyebabkan struktur perekonomian, Produk Domestik Bruto
(PDB), Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan Politik mengarah pada sektor
industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan intensif capital.
2
Namun pada tahun 1997/1998 krisis ekonomi menunjukkan bahwa sektor
pertanian memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap goncangan
ekonomi dibandingkan sektor lain sehingga dapat menyelamatkan
pemerintahan dan negara dari kebangkrutan. Dari peristiwa tersebut
membuktikan bahwa sektor pertanian harus tetap mendapatkan perhatian
pemerintah karena memiliki dasar yang kuat sebagai penopang perekonomian
nasional.
Sektor pertanian memiliki peranan utama dalam perekonomian
nasional dan regional, antara lain dalam bentuk penyerapan tenaga kerja,
penyediaan pangan dan bahan baku industri, serta sumber mata pencaharian
utama bagi sebagian besar masyarakat, khususnya masyarakat di pedesaan,
sehingga bersama-sama dengan sektor industri, pembangunan sektor pertanian
menjadi motor utama pembangunan ekonomi.
Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang sangat penting
bagi perekonomian Indonesia. Prioritas pembangunan nasional adalah
peningkatan ketahanan pangan yang difokuskan pada peningkatan
ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan, percepatan
penganekaragaman pangan dan pengawasan keamanan pangan agar sesuai
karakteristik daerah (Ediwiyati. dkk, 2015).
Peranan sektor pertanian antara lain meningkatkan pendapatan dan
taraf hidup petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan
usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun
3
pasar luar negeri. Salah satu sektor pertanian yang cukup strategis adalah sub
sektor tanaman pangan. Pangan merupakan hajat hidup manusia dan salah satu
kebutuhan yang paling esensial untuk mempertahankan hidup (Hamid. dkk,
2013).
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, di
mana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan
kerja terserap. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di
Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan
sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan sejak lama untuk berbagai
kebutuhan dan kepentingan guna menciptakan kegiatan ekonomi daerah yang
selalu berkembang. Perekonomian suatu daerah yang dituangkan dalam
kebijakan ekonomi bertujuan untuk menciptakan kemakmuran yang
merupakan keadaan dimana setiap warga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya. Kemakmuran dicapai melalui kegiatan yang menghasilkan
pendapatan, sehingga pendapatan dapat digunakan sebagai alat ukur
kemakmuran. Peningkatan pendapatan masyarakat akan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas apabila mampu menurunkan
kemiskinan dan pengangguran.
Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya ekonomi harus menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di tengah tantangan kebutuhan akan
pemanfaatannya yang meningkat dan berbanding terbalik dengan
ketersediannya yang terbatas. Perekonomian Provinsi Jawa Tengah masih
bertumpu pada sektor pertanian sebagai penggerak roda perekonomian.
4
Pembangunan di sektor pertanian dalam arti luas mencakup subsektor tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Jawa Tengah dengan luas tanah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar
25,04 persen dari luas pulau Jawa atau 1,70 persen dari luas Indonesia,
memiliki luas lahan sawah sekitar 996 ribu hektar (30,61 persen) yang sangat
potensial untuk mengembangkan sektor pertanian. Bahkan dapat menjadikan
sektor pertanian sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi di masa
mendatang. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang paling banyak
menyerap tenaga kerja (lebih dari 40 persen), yang diharapkan dapat menjadi
solusi utama dalam penanggulangan masalah pengangguran di Jawa Tengah.
Di sisi lain, sektor pertanian juga sangat berperan dalam pembentukan
inflasi dimana komoditas barang-barang sektor pertanian lebih fluktuatif
dibandingkan dengan barang-barang sektor non pertanian. Besarnya
sumbangan inflasi komoditas pertanian tersebut besifat musiman, misalnya
pada hari raya keagamaan, sumbangan inflasi dari barang-barang sektor
pertanian akan memuncak, sedangkan pada awal tahun (sekitar bulan Februari
– Maret) sumbangannya akan kecil bahkan bisa negatif.
Pada triwulan I 2007 ini sektor pertanian mengalami pertumbuhan
tahunan yang tinggi yaitu 12,85 persen (yoy) dengan share of growth sebesar
2,80 persen. Pertumbuhan sektor pertanian dalam triwulan ini lebih
disebabkan oleh peningkatan produksi beberapa komoditas tanaman bahan
pangan seperti tanaman jagung dan buah-buahan. Produksi beras pada
5
triwulan ini cenderung lebih rendah dibanding triwulan I 2006, yang
disebabkan oleh terjadinya musim hujan setelah kemarau panjang yang
disertai kekeringan sehingga tidak hanya menyebabkan kekurangan air di
sebagian wilayah Jawa Tengah tetapi juga membuat masa tanam mundur.
Sementara itu apabila dilihat dari sumbangan inflasi menurut komoditasnya,
beras merupakan komoditas yang memberikan sumbangan inflasi tahunan
terbesar triwulan ini yaitu 1,57 persen. Hal ini menunjukkan laju inflasi
tahunan Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh komoditas bahan makanan
khususnya beras dan komoditas kelompok makanan.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang
memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya
ekonomi ini telah dimanfaatkan sejak lama untuk berbagai kebutuhan dan
kepentingan guna menciptakan kegiatan ekonomi daerah yang selalu
berkembang. Perekonomian suatu daerah yang dituangkan dalam kebijakan
ekonomi bertujuan untuk menciptakan kemakmuran yang merupakan keadaan
dimana setiap warga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Kemakmuran
dicapai melalui kegiatan yang menghasilkan pendapatan, sehingga pendapatan
dapat digunakan sebagai alat ukur kemakmuran. Peningkatan pendapatan
masyarakat akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas apabila
mampu menurunkan kemiskinan dan pengangguran.
Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya ekonomi harus menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di tengah tantangan kebutuhan akan
pemanfaatannya yang meningkat dan berbanding terbalik dengan
6
ketersediannya yang terbatas. Perekonomian Provinsi Jawa Tengah masih
bertumpu pada sektor pertanian sebagai penggerak roda perekonomian.
Pembangunan di sektor pertanian dalam arti luas mencakup subsektor tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Pembangunan pertanian di Jawa Tengah memiliki peranan penting dan
strategis dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan sektor pertanian
bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang
cukup besar terhadap kesempatan kerja, sumber pendapatan serta
perekonomian regional. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hasil
pembangunan disektor pertanian dapat diukur dari nilai PDRB yang
dihasilkan oleh sektor tersebut.
Grafik 1.1
Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2018
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah (diolah)
0,00
50.000.000,00
100.000.000,00
150.000.000,00
200.000.000,00
250.000.000,00
300.000.000,00
350.000.000,00
400.000.000,00
450.000.000,00
500.000.000,00
19
89
19
92
19
95
19
98
20
01
20
04
20
07
20
10
20
13
20
16
Pertanian
Pertambangan danPenggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan AirMinum
Bangunan
Perdagangan, Hotel danRestoran
Pengangkutan danKomunikasi
7
Pada grafik 1.1 menunjukan bahwa peningkatan PDRB terus terjadi
akibat peningkatan output dari berbagai lapangan usaha. Salah satu lapangan
usaha yang mengalami peningkatan berarti adalah sektor pertanian, Kontribusi
sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah terlihat dari
nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah tahun 2018, sektor pertanian menjadi
sektor terbesar kedua dalam PDRB sebesar 17,87 persen setelah sektor
industri pengolahan sebesar 43,70 persen dan yang terbesar ketiga adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,13 persen.
Hasil produksi sektor pertanian bermanfaat sebagai input bagi sektor
ekonomi lainnya, khususnya sektor modern. Kontribusinya terhadap PDRB
dan sebagai sektor yang mampu mendorong pertumbuhan sektor ekonomi
lainnya menunjukkan peran penting sektor pertanian terhadap perekonomian
Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian
Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat lebih lanjut dari kemampuannya dalam
penyerapan tenaga kerja. Menurut data BPS Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2011, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 5.376.452 juta jiwa
(33,78 persen), angka ini jauh lebih tinggi di atas sektor perdagangan, hotel
dan restoran (23,38 persen) dan industri pengolahan (19,14 persen).
Jumlah tenaga kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah
merupakan yang terbesar kedua di tingkat nasional atau sebesar 13,67 persen
dari 39.328.915 jiwa total tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia (BPS
Indonesia, 2012). Secara nasional, sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah
8
berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 4,90 persen dari jumlah
total tenaga kerja di Indonesia. Tingginya PDRB suatu daerah dapat
mengidentikkan besarnya pendapatan pada wilayah tersebut, namun belum
tentu terjadi pemerataan pada pendapatan masyarakatnya.
Berbagai data kependudukan memperlihatkan bahwa Indonesia masih
mengalami berbagai masalah ketenagakerjaan, permasalahan tersebut terutama
bersumber dari banyaknya penerimaan (supply) tenaga kerja dan rendahnya
kualitas sumber daya manusia. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang
dibutuhkan untuk menyerap angkatan kerja tidaklah sebaik apa yang
diharapkan, terutama pada sektor pertanian yang merupakan sektor yang
menyerap tenaga kerja terbanyak.
Masalah ketenagakerjaan perlu mendapatkan perhatian dalam
perencanaan pembangunan. Penyediaan kesempatan kerja yang luas sangat
diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang
masuk ke pasar tenaga kerja dan terciptanya kemerataan distribusi pendapatan.
Sempitnya lapangan kerja yang tersedia akan menyebabkan terjadinya
pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan yang akan membawa
masalah yang lebih besar lagi.
9
Grafik 1.2
Perkembangan Indeks Gini di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2018
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah (diolah)
Pada grafik 1.2 menjelaskan bahwa nilai indeks gini Provinsi Jawa
Tengah dari tahun 1989-2018 berkisar antara 0.21 sampai dengan 0.38. Nilai
ini menunjukkan bahwa tidak terjadi ketimpangan pendapatan yang
mengkhawatirkan di Provinsi Jawa Tengah. Nilai indeks gini tertinggi dimana
hampir mendekati angka satu di tunjukkan pada tahun 2013 sebesar 0.39,
sedangkan nilai indeks gini terendah ditunjukkan pada tahun 1989 yaitu
sebesar 0.21. Hampir sepanjang tahun 1989-2018 nilai indeks gini di Provinsi
Jawa Tengah masih jauh dari nilai satu, dengan kata lain distribusi pendapatan
di Provinsi Jawa Tengah ini relatif baik.
Kaldor (1956) menyatakan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan
yang tinggi akan diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sedangkan distribusi pendapatan yang lebih merata akan diiringi oleh
00:2100:21
00:2200:23
00:23
00:2600:27
00:2600:25
00:2500:26
00:2500:25
00:25 00:25
00:25
00:28
00:27 00:25
00:30
00:32
00:34 00:38
00:38
00:39
00:38
00:38
00:37
00:37
00:38
00:00
00:07
00:14
00:21
00:28
00:36
00:43
1989 1994 1999 2004 2009 2014
10
pertumbuhan ekonomi yang rendah (Boediono, 1982:85). Todaro (2006)
mengungkapkan kesenjangan pendapatan antar sektor industri modern dengan
sektor pertanian tradisional pada awalnya akan melebar dengan cepat sebelum
pada akhirnya menyempit kembali. Ketimpangan dalam sektor modern yang
tengah mengalami pertumbuhan pesat itu sendiri jauh lebih besar daripada
yang terkandung dalam sektor tradisional yang relatif stagnan ataupun
konstan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan.
Johansson (1999) menemukan hubungan negatif bahwa negara maju antara
presentase penduduk usia 65 tahun ke atas dan ketimpangan pendapatan.
Kuznets (1955) menunjukkan dalam hipotesisnya bahwa ada ketimpangan
wilayah urban-rural pada tahap awal pembangunan. Selama industrialisasi
migrasi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dan perkotaan dapat
menyebabkan kelompok-kelompok berpenghasilan rendah meningkat,
menyebabkan meningkatnya kesenjangan kota dan desa.
Selain urbanisasi dan dependensi rasio, Stewart (2000)
mengungkapkan upah minimum berpengaruh terhadap distribusi pendapatan
di beberapa Negara. Pertanyaan tentang dampak upah minimum terhadap
distribusi pendapatan dan kemiskinan masih menjadi kontroversi. Teori Neo-
Klasik mengungkapkan bahwa kenaikan upah minimum akan mengurangi
tenaga kerja, pengangguran bertambah yang pada akhirnya akan berdampak
pada meningkat nya kemiskinan dan ketimpangan. Berangkat dari pemikiran-
pemikiran tersebut maka penulis mengambil judul skripsi “Pengaruh
11
Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan Terhadap Pembangunan Sektor
Pertanian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dibagian sebelum ini dan dengan asumsi Cateris
Paribus rumusan masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kesempatan kerja terhadap pembangunan sektor
pertanian di Provinsi Jawa Tengah?
2. Bagaimana pengaruh distribusi pendapatan terhadap pembangunan sektor
pertanian di Provinsi Jawa Tengah?
3. Bagaimana pengaruh kesempatan kerja dan distribusi pendapatan secara
bersama-sama terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa
Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dijelaskan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kesempatan kerja terhadap pembangunan
sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui pengaruh distribusi pendapatan terhadap pembangunan
sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
3. Untuk mengetahui pengaruh kesempatan kerja dan distribusi pendapatan
secara bersama-sama terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi
Jawa Tengah.
12
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Pemerintah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan pemerintah di
Provinsi Jawa Tengah guna mengambil kebijakan pada pembangunan
sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan, agar hasil
penelitian mereka menjadi lebih baik lagi.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat ditampung untuk
bekerja pada suatu perusahaan. Kesempatan kerja ini akan menampung
semua tenaga kerja apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau
seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan
pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha, instansi, dimana seseorang bekerja
atau pernah bekerja (BPS, 2016).
Menurut Sumarsono (2009), kesempatan kerja yang dapat diciptakan
oleh suatu perekonomian tergantung pada pertumbuhan dan daya serap
masing-masing sektor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap tenaga kerja antara lain :
1) Kemungkinan subtitusi tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain.
2) Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan.
3) Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi.
4) Elastisitas persediaan faktor produksi perlengkap lainnya.
14
Kesempatan kerja mengandung pengertian besarnya kesediaan usaha
produksi dalam mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses
produksi, yang berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia
untuk bekerja yang ada dari suatu kegiatan ekonomi (produksi), termasuk
semua lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan semua pekerjaan yang
masih lowong. Kesempatan kerja dapat di ukur dari jumlah orang yang
bekerja pada suatu saat dari suatu kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja dapat
tercipta jika terjadi permintaan akan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga
dengan kata lain kesempatan kerja juga menunjukkan permintaan tenaga kerja
(Abdul Hasir, 2013: 25).
Fungsi permintaan tenaga kerja berdasarkan teori neoklasik, dimana pada
ekonomi pasar diasumsikan bahwa seorang pengusaha tidak dapat
mempengaruhi harga (price taker). Pada kondisi ini untuk memaksimumkan
keuntungan, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah pekerja yang
dapat digunakan.
Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada Simanjuntak (2001) :
1. Perkiraan tambahan hasil (output) yang diperoleh sehubungan dengan
penambahan seorang pekerja. Tambahan hasil tersebut dinamakan
tambahan hasil marjinal atau Marginal Physical Product dari pekerja
(MPPL).
2. Perhitungan jumlah penerimaan yang diperoleh dengan tambahan hasil
tersebut. Jumlah penerimaan ini dinamakan penerimaan marjinal atau
15
Marginal Revenue (MR). Maka, MR sama dengan nilai dari MPPL, yaitu
MPPL dikali dengan harga produk (P) per unit, sehingga MR = VMPPL =
MPPL . P, dimana VMPPL adalah Value Marginal Physical Product of
Labor.
3. Pengusaha akan membandingkan MR dengan biaya mempekerjakan
tambahan seorang pekerja. Jumlah biaya yang diperlukan untuk
mempekerjakan tambahan seorang karyawan adalah upah (W). Jika MR >
W, maka mempekerjakan seorang pekerja akan menambah keuntungan,
karena pengusaha akan terus menambah jumlah pekerja selama MR>W.
Menurut Fisher (1998), perusahaan akan menggunakan tenaga kerja
tambahan selama produk marjinal tenaga kerja (Marginal Product of Labor
atau MPL) melebihi biaya tenaga kerja tambahan. Biaya tenaga kerja
tambahan ditentukan oleh tingkat upah riil. Upah riil mengukur jumlah output
riil yang harus dibayar perusahaan kepada setiap pekerja. Jika dengan
mengupah seorang tenaga kerja lagi akan menghasilkan output sebesar MPL
dan biaya perusahaan atas upah riil, maka perusahaan akan mengupah tenaga
kerja tambahan selama MPL melebihi upah riil skedul dengan kemiringan
yang menurun pada Gambar 1.3 merupakan skedul permintaan tenaga kerja,
yang merupakan skedul MPL, perusahaan akan mengupah tenaga kerja
hingga titik dimana MPL sama dengan upah riil. Skedul MPL
memperlihatkan kontribusi kesempatan kerja tambahan terhadap output.
16
Gambar 2.1
Pilihan Kesempatan Kerja
Sumber : Fisher, 1998
Gambar 2.1 memperlihatkan jika perusahaan menggunakan tenaga kerja
L1, dan upah riil adalah (W/P)0, dimana W adalah upah nominal dan P adalah
harga output. Pada tingkat kesempatan kerja L1, perusahaan menggunakan
banyak tenaga kerja karena upah riil melebihi MPL pada tingkat kesempatan
kerja tersebut. Jika perusahaan harus mengurangi jumlah tenaga kerja yang
digunakannya, maka penurunan kesempatan kerja ini akan mengurangi output
sebesar MPL, sehingga akan mengurangi penerimaan perusahaan tersebut.
Pada sisi lain pengurangan tenaga kerja akan menurunkan biaya upah tenaga
kerja. Pada tingkat upah riil (W/P)0, penurunan kesempatan kerja perunit akan
menurunkan biaya upah nominal. Maka keuntungan bersih dari penurunan
17
kesempatan kerja sama dengan kelebihan vertikal dari upah riil terhadap
MPL.
Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa pada tingkat kesempatan
kerja L1, kelebihan upah riil tersebut cukup besar, sehingga perusahaan harus
mengurangi jumlah kesempatan kerja hingga mencapai L0. Pada titik tersebut
biaya tenaga kerja tambahan mengimbangi keuntungan dalam bentuk
kenaikan output. Pada tingkat kesempatan kerja L2, kontribusi kesempatan
kerja terhadap output MPL2 melebihi biaya upah riil tambahan, maka sangat
bermanfaat jika kesempatan kerja ditambah. Pada upah riil (W/P)0,
keuntungan perusahaan akan maksimum jika kesempatan kerjanya adalah L0.
Posisi kesempatan kerja yang optimal dari perusahaan tersebut diwujudkan
jika MPL (L) sama dengan upah riil:
MPL(L) = 𝑊
𝑃
a. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja
Pada suatu daerah dimana tingkat kesempatan kerjanya tinggi, hal
tersebut akan mengurangi tingkat pengangguran dan sebaliknya jika
kesempatan kerja itu rendah maka pengangguran akan meningkat. Tinggi
rendahnya tingkat kesempatan kerja di pengaruhi oleh beberapa komponen
pokok, komponen tersebut di suatu negara jenisnya berbeda-beda.
Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja,
yaitu :
18
a) Kondisi perekonomian.
b) Pertumbuhan penduduk.
c) Produktivitas atau kualitas sumber daya manusia.
d) Tingkat upah.
e) Struktur umur penduduk.
Kutipan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Kondisi perekonomian
Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas
produksi yang tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan
tingginya faktor produksi diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak
perusahaan yang menambah tenaga kerja baru.
b) Pertumbuhan penduduk
Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka
pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah
penduduk akan mengurangi kesempatan orang untuk bekerja.
c) Produktivitas atau kualitas sumber daya manusia
Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan
mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas
sumber daya manusia yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan yang di inginkannya.
19
d) Tingkat upah
Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas
produksi akan menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah
karyawannya, hal tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja.
e) Struktur umur penduduk
Semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan mudah, maka
kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya.
2. Distribusi Pendapatan
Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya
ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan
produktivitas yang dimiliki oleh setiap individu dimana satu individu atau
kelompok mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu atau kelompok lainnya, sehingga ketimpangan distribusi pendapatan
tidak terjadi di Indonesia saja tetapi juga terjadi di beberapa Negara di dunia.
Masyarakat yang berbeda mempunyai persepsi yang berbeda pula tentang apa
itu adil (merata) dan norma-norma sosial budaya nya, sehingga terjadi
kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemerataan tetap saja
menimbulkan consensus bahwa terjadi ketidakmerataan yang cukup besar
dalam hal distribusi pendapatan (Setianegara, 2008:88).
Untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan sebuah Negara dapat
dilihat dari berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan
20
ekonomi maupun dengan menggunakan non ekonomi. Penilaian dengan
menggunakan pendekatan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan
aspek pendapatan maupun aspek non pendapatan.
Linggar Dewangga, (2011:20) distribusi pendapatan nasional adalah
mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu
Negara di kalangan penduduknya. Distribusi pendapatan dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu : distribusi ukuran, adalah besar kecilnya bagian
pendapatan yang diterima masing-masing orang dan distribusi fungsional atau
distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi.
Menurut Dumairy (1996:56) distribusi pendapatan dalam kaitannya
dengan pemerataan pembagian pendapatan, dapat dilihat dari segi yaitu :
1. Distribusi pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat.
2. Distribusi pendapatan antar wilayah, dalam hal ini antar provinsi dan
antar kawasan (barat, tengah, timur).
3. Distribusi pendapatan antar daerah, dalam hal ini antar wilayah perkotaan
dan wilayah pedesaan.
Sedangkan menurut Todaro (2004:222) pembagian pendapatan dilihat
dari segi yaitu :
1. Pembagian pendapatan antar golongan (size distribution income).
2. Pembangunan pendapatan antar daerah perkotaan dan pedesaan (urban
regional income disparaties).
21
A. Mengukur Ketimpangan
Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi
pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan analisis dan kuantitatif.
Distribusi pendapatan perseorangan atau distribusi ukuran pendapatan dan
distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor
produksi (Smith, 2006:234).
1. Distribusi Ukuran
Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income)
atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) ini
merupakan ukuran yang paling sering digunakan oleh para ekonom.
Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang
diterima oleh setiap individu atau rumah tangga.
2. Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi pendapatan kedua yang lazim digunakan oleh
kalangan ekonom adalah distribusi pendapatan fungsional atau pangsa
distribusi pendapatan per faktor produksi (functional or factor share
distribution of income). Ukuran ini berfokus pada bagian dari
pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor
produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal). Teori distribusi pendapatan
fungsional ini pada dasarnya mempersoalkan presentase penghasilan
tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau
faktor produksi yang terpisah secara individual, dan
22
membandingkanna dengan presentase pendapatan total yang
dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba (masing-masing
merupakan perolehan dari tanah, modal, uang, dan modal fisik).
3. Distribusi Pendapatan Perorangan
Ukuran distribusi pendapatan perorangan (personal distribution)
merupakan ukuran yang paling umum digunakan oleh para ekonom.
Ukuran sederhana ini menunjukkan hubungan antara individu-
individu dengan pendapatan total yang mereka terima. Bagaimana
caranya pendapatan itu diperoleh tidak diperhatikan. Berapa banyak
pendapatan masing-masing pribadi, atau apakah pendapatan itu
berasal dari hasil kerja keras semata ataukah sumber-sumber lain.
Oleh karena itu, para ekonom dan ahli statistik lebih suka menyusun
semua individu menurut tingkat pendapatannya yang semakin tinggi
dan kemudian membagi semua individu tersebut kedalam kelompok-
kelompok yang berbeda-beda. Metode umum adalah membagi
penduduk ke dalam kuantil (5 kelompok) atau desil (10 kelompok)
sesuai dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi tersebut dan
kemudian menentukan proporsi dari pendapatan nasional total yang
diterima dari masing-masing kelompok tersebut (Arsyad, 1999:227).
B. Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income)
atau distribusi antar kelompok pendapatan (size distribution of income)
23
merupakan indikator yang paling sering digunakan. Ukuran ini secara
langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu
atau rumah tangga. Perlu diperhatikan disini adalah seberapa banyak jumlah
pendapatan yang diterima seseorang. Tidak peduli dari mana sumbernya, baik
itu dari bunga simpanna maupun tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun
warisan. Lokasi sumber penghasilan (desa atau kota) maupun sektor atau
bidang kegiatan yang menjadi sumber penghasilan juga diabaikan (Todaro,
2000:180).
Oleh karena itu, para ekonom dan ahli statistik cenderung mengurutkan
semua individu berdasarkan pendapatan yang diterimanya, kemudian
membagi total populasi menjadi sejumlah kelompok atau ukuran, biasanya
populasi dibagi menjadi 5 kelompok atau kuantil (quantile) atau kelompok
yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan mereka.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan beberapa proporsi yang ditentukan
oleh masing-masing kelompok dari pendapatan nasional total (Smith,
2004:222).
C. Indikator Pengukuran Distribusi Pendapatan
1. Kurva Lorenz
Metode lain yang biasanya dipakai untuk menganalisis statistik
pendapatan perorangan adalah dengan menggunakan Kurva Lorenz (Lorenz
Curve). Jumlah penerimaan pendapatan dinyatakan pada sumbu horizontal,
tidak dalam arti absolut melainkan dalam presentase kumulatif. Garis
diagonal dalam Kurva Lorenz melambangkan pemerataan sempurna (perfect
24
equility) dalam distribusi antar kelompok pendapatan masing-masing
presentase kelompok penerima pendapatan menerima presentase pendapatan
total yang sama besarnya, contoh 40% kelompok terbawah menerima 40%
dari pendapatan total, sedangkan 5% kelompok teratasnya hanya menerima
5% dari pendapatan total (Todaro dan Smith, 2004:223).
Gambar 2.2
Kurva Lorenz
Sumber : Dumairy, 1996
Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara
presentase penerima pendapatan dengan presentase pendapatan total yang
benar-benar mereka terima, misalnya dalam satu tahun. Semakin jauh jarak
Kurva Lorenz dengan garis diagonal (garis pemerataan sempurna) maka
semakin timpang atau tidak meratanya distribusi pendapatan. Semakin tinggi
tingkat ketimpangannya distribusi pendapatan di suatu negara maka bentuk
25
kurva lorenz pun akan semakin melengkung mendekati sumbu horizontal
bagian bawah.
2. Koefisien Gini
Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi
pendapatan dalam suatu negara bisa diperoleh dengan menghitung luas
daerah antara garis diagonal (kemerataan sempurna) dengan kurva Lorenz
dibandingkan dengan luas total dari separuh bujur sangkar dimana terdapat
kurva Lorenz tersebut. Koefisien Gini diambil dari nama ahli statistik Itali
yang bernama C. Gini yang menemukan rumusan tersebut pada tahun 1912.
Gambar 2.3
Koefisien Gini
𝑥 =−𝑏±√𝑏2−4𝑎𝑐
2𝑎𝐴 = 𝜋𝑟2
Sumber : Todaro dan Smith, 2006
𝐾𝑜𝑒𝑓. 𝐺𝑖𝑛𝑖 =Daerah Arsir A
Luas ∆ BCD
26
Secara matematis rumus koefisien Gini dapat disajikan sebagai berikut :
𝐾𝐺 = 1 − ∑(𝑋𝑖+1 − 𝑋𝑖)
𝑛
1
(𝑌𝑖 + 𝑌𝑖+1)
Atau
𝐾𝐺 = 1 − ∑ 𝑓𝑖𝑛1 (𝑌𝑖+1+ 𝑌𝑖)
Keterangan :
KG = Angka Koefisien Gini
Xi = Jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas i
Fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i
Yi = Jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas i
D. Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pendapatan
Menurut Lincolin Arsyad (2004:226), faktor penyebab ketidakmerataan
distribusi pendapatan antara lain :
1) Pembangunan sektor pertanian yang kurang merata. Dimana peranan
sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena
sebagian anggota masyarakat di negara-negara miskin menggantungkan
hidupnya pada sektor tersebut. Seperti halnya di Indonesia yang
merupakan negara agraris banyak daerah yang menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian yang tidak merata
mengakibatkan semakin sedikitnya masyarakat yang terserap dalam sektor
tersebut.
27
2) Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya
pendapatan perkapita.
3) Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
4) Ketidak merataan pembangunan antar daerah.
5) Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal
(capital intensive), sehingga presentase pendapatan modal dan harta
tambahan besar dibandingkan dengan presentase pendapatan yang berasal
dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.
6) Rendahnya mobilitas sosial.
7) Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha
golongan kapitalis.
8) Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi NSB dalam perdagangan
dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan
negara-negara terhadap barang-barang ekspor NSB.
9) Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri
rumah tangga, dan lain-lain.
10) Pendapatan perkapita masyarakat.
3. Pembangunan Sektor Pertanian
Pengertian pembangunan selama tiga dekade yang lalu adalah
kemampuan ekonomi nasional, dimana keadaan ekonomi mula-mula relatif
statis selama jangka waktu yang lama, untuk menaikan dan mempertahankan
28
suatu kenaikan GNP antara 5 sampai 7 persen atau lebih pertahun. Pengertian
ini sangat bersifat ekonomis.
Secara umum pengertian pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang
termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga
kehutanan. Sebagian besar kurang lebih dari 50 persen mata pencaharian
masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian
sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian
sebagai budidaya penghasil tanaman pangan, sedangkan pengertian pertanian
dalam arti luas tidak hanya mencakup pembudidayaan tanaman saja
melainkan membudidayakan serta mengelola di bidang peternakan seperti
merawat dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak seperti : ayam, bebek, angsa. Serta
pemanfaatan hewan yang dapat membantu tugas para petani, kegiatan ini
merupakan suatu cakupan dalam bidang pertanian (Bukhori, 2014).
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di Negara-Negara
berkembang. Peran atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi suatu negara menduduki posisi yang penting sekali. Hal ini antara
lain disebabkan oleh beberapa faktor (Totok Mardikanto, 2007:3). Faktor-
faktor tersebut di antara nya yaitu :
1. Sektor pertanian merupakan sumber persediaan bahan makanan dan
bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu Negara.
29
2. Tekanan-tekanan demografis yang besar di negara-negara berkembang
yang disertai dengan meningkatnya pendapatan dari sebagian penduduk
menyebabkan kebutuhan tersebut terus meningkat.
3. Sektor pertanian harus dapat menyediakan faktor-faktor yang
dibutuhkan untuk ekspansi sektor-sektor lain terutama sektor industri.
Faktor-faktor ini biasanya berwujud modal, tenaga kerja, dan bahan
mentah.
4. Sektor pertanian merupakan sektor basis dari hubungan-hubungan pasar
yang penting berdampak pada proses pembangunan. Sektor ini dapat
pula menciptakan keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang
yang bila disertai dengan kondisi-kondisi yang tepat dapat memberi
sumbangan yang besar untuk pembangunan.
5. Sektor ini merupakan sumber pemasukan yang diperlukan untuk
pembangunan dan sumber pekerjaan dan pendapatan dari sebagian besar
penduduk negara-negara berkembang yang hidup di pedesaan (Pratomo,
2010).
A. Peranan Sektor Pertanian
Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi
terletak dalam hal :
a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk
yang kian meningkat.
b. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian
mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier.
30
c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-
barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus-
menerus.
d. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah.
e. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Peran nyata sektor pertanian sebagai tumpuan pembangunan ekonomi
nasional pada masa krisis dan selama pemulihan ekonomi, maka sektor
pertanian perlu diposisikan sebagai sektor andalan dan didukung secara
konsisten dengan mengembangkan ekonomi yang bersifat resource based.
Atas dasar tersebut, potensi perekonomian pedesaan diharapkan akan menjadi
determinan dari perekonomian nasional secara keseluruhan dan dengan
demikian perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian pedesaan perlu
dicermati terutama dampaknya terhadap struktur kesempatan kerja dan
pendapatan di wilayah pedesaan (Resthiningrum, 2011).
B. Tahap-Tahap Pembangunan Pertanian
Ada 3 tahap perkembangan pembangunan pertanian, antara lain yaitu :
1. Pertanian tradisional
Dalam pertanian tradisional, produksi dan konsumsi sama banyaknya dan
hanya satu atau dua tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang
merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitasnya
rendah karena hanya menggunakan peralatan sangat sederhana (teknologi
yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit saja,
31
sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang
dominan.
Pada tahap ini hukum penurunan hasil (Law of Diminishing Return)
berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan
pertanian yang sempit. Kegagalan panen karena hujan (banjir), atau kurang
suburnya tanah, atau karena tindakan-tindakan pemerasan oleh para rentenir,
merupakan hal yang sangat ditrakuti oleh para petani. Tenaga kerja banyak
yang menganggur sepanjang tahun, walaupun para pekerja tersebut mungkin
bekerja penuh pada musim tanam dan musim panen. Para petani biasanya
hanya menggarap tanah hanya sebanyak yang bisa digarap oleh keluarganya
saja, tanpa memerlukan tenaga kerja bayaran, walaupun ada sekali. Keadaan
lingkungan sangat statis. Teknologi sangat terbatas dan sederhana, sistem
kelembagaan sosial kaku, pasar-pasar terpencar jauh, serta jaringan
komunikasi antara daerah pedesaaan dan perkotaan yang kurang memadai
cenderung akan menghambat perkembangan produksi. Dalam keadaan
demikian, kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para petani ini
barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha untuk bisa
mempertahankan kehidupan keluarganya.
2. Tahap pertanian tradisional menuju pertanian modern
Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah
mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor
komersil, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Mungkin
merupakan suatu tindakan yang tidak realistis jika menstransformasi secara
32
cepat suatu sistem pertanian tradisional kedalam sistem pertanian yang
modern (komersial). Upaya untuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam
pertanian tradisional seringkali gagal dalam membantu petani untuk
meningkatkan tingkat kehidupannya. Menggantungkan diri pada tanaman
perdagangan bagi para petani kecil lebih mengundang resiko daripada
pertanian subsistem murni karena risiko fluktuasi harga menambah keadaan
menjadi lebih tidak menentu.
3. Pertanian modern
Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern
yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal
dan teknologi yang tinggi pula. Pada tahap ini produksi pertanian seluruhnya
ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersil.
Pertanian modern (spesialisasi) bisa berbeda-beda dalam ukuran dan
fungsinya. Mulai dari jenis pertanian buah-buahan dan sayur-sayuran yang
ditanam secara intensif, sampai pada pertanian gandum dan jagung yang
sangat besar seperti di Amerika Utara. Hampir semua menggunakan peralatan
mekanis yang sangat hemat tenaga kerja, mulai dari jenis traktor yang paling
besar dan mesin-mesin panen yang modern, sampai pada teknik-teknik
penyemprotan udara yang memungkinkan satu keluarga bisa mengolah dan
menanami beribu-ribu hektar tanah pertanian.
C. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian
Menurut Lincolin Arsyad (1999:333) menganalisis syarat-syarat
pembangunan pertanian jika pertanian ingin dikembangkan dengan baik.
33
Mosher mengelompokan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua
yaitu syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar.
Syarat-syarat mutlak adalah :
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi hasil-hasil usaha
tani. Hasil-hasil ini tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan harga yang
cukup tinggi untuk menutupi biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan para
petani sewaktu memproduksinya. Di dalam memasarkan produk hasil-hasil
pertanian ini diperlukan adanya permintaan (demand) akan hasil-hasil
pertanian tersebut, sistem pemasaran, dan kepercayaan para petani pada
sistem pemasaran tersebut.
2. Teknologi yang senatiasa berkembang.
Teknologi pertanian berarti cara-cara bertani. Di dalamnya termasuk
cara-cara bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara tanaman
dan memungut hasil serta memelihara sumber-sumber tenaga. Juga termasuk
berbagai kombinasi jenis usaha oleh para petani agar dapat menggunakan
tenaga dan tanah mereka sebaik mungkin.
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian
memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus
oleh para petani. Diantaranya termasuk bibit, pupuk, obat-obatan
pemberantasan hama, makanan dan obat ternak. Pembangunan pertanian
34
memerlukan kesemua faktor di atas tersedianya di berbagai tempat dalam
jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang
mungkin akan menggunakannya.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani.
Para petani sebagai orang yang menginginkan kehidupan yang layak bagi
dirinya dan keluarganya, tentu ia harus berusaha untuk mencapai tujuan-
tujuannya tersebut dengan usaha taninya. Faktor utama yang merangsang
petani lebih bergairah untuk meningkatkan produksinya adalah perangsang
yang bersifat ekonomis. Faktor perangsang tersebut adalah harga hasil
produksi pertanian yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, dan
tersedianya barang-barang dan jasa yang ingin di beli oleh para petani untuk
keluarganya.
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
Syarat mutlak kelima adalah pengangkutan. Tanpa pengangkutan yang
efisien dan murah, keempat syarat mutlak lainnya tidak dapat berjalan dengan
efektif, karena produksi pertanian harus tersebar luas. Oleh karena itu,
diperlukan suatu jaringan pengangkutan yang bercabang luas untuk
membawa bahan-bahan perlengkapan produksi ketiap usaha tani, dan
membawa hasil usaha tani ke konsumen di kota-kota besar dan kecil.
Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar adalah :
1. Pendidikan Pembangunan
Pendidikan pembangunan di sini dititikberatkan pada pendidikan
nonformal yaitu berupa kursus-kursus, latihan-latihan, penyuluhan-
35
penyuluhan dan sebagainya. Pendidikan pembangunan ini bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas petani.
2. Kredit Produksi
Untuk meningkatkan produksi, para petani harus lebih banyak
mengeluarkan uang untuk membeli bibit unggul, obat-obatan
pemberantasan hama, pupuk, dan alat-alat lainnya. Pengeluaran-
pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau dengan
meminjam untuk jangka waktu antara saat bahan-bahan produksi, dan
peralatan itu dibeli dan saat hasil panen dapat dijual. Oleh karena itu
lembaga-lembaga perkreditan yang memberikan kredit produksi kepada
para petani merupakan suatu faktor pelancar yang penting bagi
pembangunan pertanian.
3. Kegiatan gotong royong petani.
Kegiatan gotong royong petani biasanya dilakukan secara informal. Para
petani bekerjasama dalam menanami tanaman mereka atau dalam
memanen hasil panen.
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
Sebagian besar usaha-usaha pembangunan pertanian ditujukan untuk
menaikan hasil panen tiap tahun dari tanah yang telah menjadi usaha tani.
Ada dua cara tambahan untuk mempercepat pembangunan pertanian
yaitu : Pertama, yaitu memperbaiki mutu tanah yang telah menjadi usaha
tani, misalnya dengan pupuk, irigasi, dan pengaturan pola tanah. Kedua,
36
mengusahakan tanah baru, misalnya pembukaan petak-petak sawah baru
(ekstensifikasi).
5. Perencanaan Nasional Pembangunan Pertanian.
Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak
dilakukan pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang
mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu.
D. Faktor – Faktor Produksi Dalam Usaha Tani
Lincolin Arsyad (2004), mendefinisikan usaha tani sebagai suatu
tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani atau keluarga
tani atau Badan tertentu lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak.
Usaha tani adalah setiap pengorganisasian yang dari sumber-sumber alam,
tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan dibidang pertanian.
Apabila ditinjau dari sudut pandang pembangunan pertanian, hal yang
terpenting dari usaha tani adalah bahwa usaha tani harus senantiasa berubah
dari waktu ke waktu baik dari segi ukuran maupun susunannya, pelaksanaan
usaha tani hendaknya berkembang lebih efisien. Usaha tani sudah tidak lagi
dilaksanakan secara primitif, namun harus lebih modern dan produktif demi
tercipta peningkatkan sektor pertanian.
Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua pengorbanan yang
diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik
dan menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 2003).
37
Menurut Yulianik (2006) menjelaskan bahwa faktor-faktor produksi
dikenal dengan istilah input dan hasil produksi sering dinamakan output.
Hubungan antara masukan dan keluaran diformulasikan dengan fungsi
produksi berikut :
Q = f (K,L,M.......)
Dimana Q mewakili keluaran selama periode tertentu, K mewakili
penggunaan mesin (yaitu modal) selama periode tertentu, L mewakili jam
masukan tenaga kerja, M mewakili bahan mentah yang dipergunakan, dan
notasi ini menunjukkan kemungkinan variabel variabel lain mempengaruhi
proses produksi.
Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi
yang lain (Soekartawi, 2003).
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan
penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut membahas hanya sebagian dari
variabel yang digunakan oleh penulis. Berikut beberapa penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan judul ataupun variabel-variabel penelitian.
38
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Penelitian Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Dessy Adriani,
Elisa Widayana
2015 Integrasi Pertumbuhan
Ekonomi dan Penciptaan
Kesempatan Kerja Sektor
Pertanian di Indonesia.
Metode regresi
dengan Vector
Auto Regression
(VAR)
Pertumbuhan kesempatan kerja selalu
berada di bawah pertumbuhan
ekonomi yang bersifat labor intensive
sehingga tidak mendukung penciptaan
kesempatan kerja baru. Pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja sektor
pertanian tidak terintegrasi secara
sempurna.
39
2 Siti Halimatus
Sa’diyah,
Irham
2016 Analisis peran sektor
pertanian dalam
mengurangi ketimpangan
pendapatan di wilayah
Papua sebelum dan
sesudah otonomi khusus.
Menggunakan
Metode Regresi
Linier Berganda
(OLS)
Kontribusi sektor pertanian perkapita
terhadap pertumbuhan GDP sebelum
otonomi lebih besar daripada saat
sesudah otonomi dilaksanakan.
Kemudian, ketimpangan pendapatan
per kapita antar wilayah di Papua lebih
besar setelah penerapan otonomi
khusus.
3 Ufira Hisbah,
Rita Yani Iyan
2016 Analisis peran sektor
pertanian dalam
perekonomian dan
kesempatan kerja di
Provinsi Riau.
Analisis Regresi
Data Panel
Sektor pertanian memiliki pengaruh
yang signifikan meningkatkan nilai
PDB di Provinsi Riau, kemudian
sektor pertanian juga memiliki efek
yang signifikan terhadap lapangan
40
kerja.
4 M. Rio Pratama 2017 Analisis pengaruh
pembangunan sektor
pertanian terhadap
kesempatan kerja dan
distribusi pendapatan di
Provinsi Sumatera Utara.
Menggunakan
Analisis Statistika
dengan Data Time
Series
sektor pertanian tidak berpengaruh
signifikan terhadap kesempatan kerja
di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan
untuk variabel pembangunan sektor
pertanian berpengaruh signifikan
terhadap distribusi pendapatan di
Provinsi Sumatera Selatan.
5 M. Ismail Mahir
Rangkuti
2016 Pengaruh Investasi dan
Pertumbuhan di Sektor
Pertanian Terhadap
Jumlah Tenaga Kerja
Sektor Pertanian.
Menggunakan
Metode Analisis
Regresi Linier
Berganda (OLS)
Investasi dan pertumbuhan
sebelumnya di sektor pertanian
berpengaruh secara positif terhadap
pertumbuhan pertanian, sedangkan
tenaga kerja berpengaruh negatif
41
terhadap pertumbuhan sektor
pertanian.
6 Arnold Pontoh
Sawotong
2015 Analisis Pengaruh
Distribusi Pendapatan
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat Kota
Manado.
Menggunakan
Analisis Regresi
Linier Berganda
(OLS)
Faktor distribusi pendapatan penduduk
Kota Manado yang diukur dengan
rasio gini mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap laju pertumbuhan
ekonomi Kota Manado dengan
koefisien positif.
7 Nurlina,
T. Muhammad
Iqbal Chaira.
2017 Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap
Distribusi Pendapatan di
Provinsi Aceh.
Menggunakan
Metode Regresi
Linier Sederhana
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
indeks Gini. Sehingga hipotesis yang
menyatakan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan
42
terhadap indeks gini di Provisi Aceh
dapat ditolak. Artinya pertumbuhan
ekonomi menjadikan distribusi
pendapatan menjadi merata.
8 Kamil Sertoglu,
Sevin Ugural,
dan Festus
Victor Bekun.
2017 The Contribution of
Agricultural Sector on
Economic Growth of
Nigeria.
Metode regresi
dengan Vector
Error Correction
Model (VECM)
PDRB pertanian dan sewa minyak
memiliki hubungan ekuilibrium jangka
panjang, dan hasil melalui uji VECM
menunjukkan bahwa kecepatan
penyesuaian variabel terhadap jalur
keseimbangan jangka panjangnya
rendah, meskipun hasil pertanian
memiliki dampak positif dan
43
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Nigeria.
9 Arzu Tay
Bayramoglu.
2015 The impact of agricultural
commodity price increases
on agricultural
employment in Turkey.
Metode regresi
dengan Vector
Auto Regression
(VAR)
Terdapat hubungan yg positif dan
signifikan antara harga komoditas
pertanian dan pekerjaan pertanian.
Terdapat pula bukti empiris tentang
hubungan antara pekerjaan pertanian
dan non-pertanian. Di indikasikan
bahwa pengaruh pekerjaan pertanian
terhadap pekerjaan nonpertanian tetapi
efek sebaliknya tidak valid.
10 Maria Garrone,
Dorien Emmers,
2019 Jobs and Agricultural
Policy: Impact of the
Menggunakan
analisis Data
Secara rata-rata subsidi CAP
mengurangi aliran tenaga kerja dari
44
Alessandro dan
Johan Swinnen.
common agricultural
policy on EU agricultural
employment.
Panel pertanian, tetapi efeknya adalah
sebagian besar pembayaran yang
dilakukan secara terpisah dengan
pembayaran pilar. Pembayaran pilar
tidak memiliki dampak terhadap
pengurangan aliran keluar dari
pertanian.
45
C. Kerangka Berpikir
Pembangunan nasional merupakan proses multi dimensional yang
menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem
sosial ekonomi, sikap masyarakat, dan lembaga-lembaga nasional dan
akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan (inequality)
dan pemberantasan kemiskinan. Dan dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan
dan strategi menuju arah yang di inginkan (Deddy T. Tikson, 2005).
Melihat dari keadaan dan ciri Negara Indonesia yang agraris maka,
pembangunan sektor pertanian tidak boleh dikesampingkan bahkan harus
diutamakan. Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional
melalui pembentukan PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan dan
bahan baku industri, pengentasan kemiskinan dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Melalui strategi pembangunan nasional dengan
memperhatikan keunggulan yang dimiliki Indonesia, revitalisasi pertanian
menjadi salah satu strategi utama pembangunan nasional.
Melalui pembangunan sektor pertanian diharapkan adanya
peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pemerataan distribusi
pendapatan. Bertolak dari teori yang mendasari penelitian ini maka dapat
disusun suatu model dalam penelitian ini (Gambar 2.4)
46
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan teoritis yang masih hsrus dibuktikan
kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Berdasarkan
acuan pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan
dengan penelitian di bidang ini dan dengan asumsi cateris paribus ,maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
a. Kesempatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
Kesempatan Kerja
(X1)
Distribusi
Pendapatan (X2)
Pembangunan
Sektor Pertanian (Y)
47
b. Distribusi Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
c. Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan secara simultan berpengaruh
terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian sangatlah menentukan dalam upaya menginput data
yang diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain metodologi penelitian
akan memberi petunjuk terhadap bagaimana penelitian ini akan dilakukan.
Metodologi juga mengandung makna mengenai prosedur dan cara melakukan
pengujian terhadap data-datang yang diperlukan untuk menjawab dalam
penelitian ini.
Penelitian ini menganalisis pengaruh kesempatan kerja dan distribusi
pendapatan terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1989-2018 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variabel
bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari
hubungan dengan variabel lain. (Sugiyono,2017).
Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan tentang
pengaruh kesempatan kerja dan distribusi pendapatan terhadap pembangunan
sektor pertanian khususnya di Provinsi Jawa Tengah
Ciri-ciri metode deskriptif yaitu :
49
1) Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat
penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual.
2) Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki
sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang
seimbang.
3) Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap
fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan
implikasi dari suatu masalah.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan, menemukan kualitas atau keistimewaan dari
pengaruh sosial yang dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui
pendekatan kuantitatif, Saryono (2010).
B. Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data adalah keterangan mengenai suatu hal yang sudah sering terjadi
dan berupa himpunan fakta, angka, grafik tabel, gambar, lambang, kata,
huruf, yang menyatakan sesuatu pemikiran, objek, serta kondisi dan situasi
(Nuzulla Agustina). Data merupakan segala sesuatu yang sudah dicatat
(recorded), dan segala sesuatu tersebut merupakan beberapa kejadian atau
fakta-fakta. Semua fakta dapat menjadi data apabila kita mencatatnya (baik
tertulis, merekam, atau bentuk pengabdian lainnya). Oleh karenanya fakta
merupakan bahan baku dalm suatu penelitian ilmiah.Tetapi fakta saja pun
50
tidak memilki arti apa-apa jika tidak dicatat, dikelola dan dianalisa dengan
baik. Jika data sudah diolah dan diinterpretasikan, maka data ini akan berubah
menjadi informasi.
Adapun beberapa jenis data menurut sumber dan cara pengumpulannya :
a. Data Primer
Pengertian data primer adalah sumber data yang didaptkan langsung dari
sumber aslinya berupa wawancara, jejak pendapat dari individu atau
kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu objek, kejadian atau hasil
pengujian (benda). Dengan kata lain peneliti membutuhkan pengumpulan data
dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian benda
(metode observasi).
Kelebihan data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran
berdasarkan dengan apa yang dilihat dan didengar oleh peneliti sehingga
unsur-unsur kebohongan dari sumber yang fenomenal dapat dihindari.
Kekurangan dari data primer sendiri adalah membutuhkan waktu yang
relatif lama serta biaya yang dikelurkan relatif cukup besar.
b. Data Sekunder
Pengertian data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data
yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literature
dan bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan kredit pada suatu
bank (Sugiono, 2008).
51
Kelebihan data sekunder adalah waktu dan biaya yang dibutuhkan
tentunya untuk penelitian untuk mengkasifikasi permasalahan dan
mengevaluasi data, relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pengumpulan
data primer.
Sedangkan kekurangan dari data sekunder adalah jika sumber data terjadi
kesalahan, kadaluwarsa atau sudah tidak relevan dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
Berdasarkan cara pengambilan data, yaitu bukan data dari hasil tinjauan
langsung, melainkan dari beberapa laporan data dari beberpa instansi maupun
hasil penelitian terdahulu, penelitian ini tentunya menggunakan data sekunder.
2. Sumber Data
Berdasarkan jenis data yang digunakan yaitu data sekunder,
sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara
tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada atau arsip baik
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Dengan begitu, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan
cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip, atau membaca
banyak e-book yang berhubungan dengan penelitiannya. Selain itu data yang
digunakan berasal dari beberapa laporan dari website lembaga atau instansi
pemerintah seperti Badan Pusat Statistik Jawa Tengah dan lain-lain.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah sebuah konsep yang mempunyai nilai yang bervariasi.
Dari nilai variabel tersebut dapat dibedakan menjadi empat tingkat skala yaitu
52
rasio, ordinal, nominal dan internal (Freddy Rangkuti). Variabel merupakan
konstur atau sifat yang akan dipelajari yang memiliki nilai yang bervariasi.
Variabel juga sebuah lambang atau nilai yang padanya kita letakkan
sembarang nilai atau bilangan (Kerlinger, 2006). Variabel penelitian adalah
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (Sugiyono,
2009), Dalam penelitian ini, variabel terikat yang menjadi objek utama
penelitian yaitu dari variabel Pembangunan Sektor Pertanian.
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independent merupakan variabel yang mempengaruhi dan yang
menjadi timbulnya variabel dependent (Sugiyono,2011). Dalam penelitian ini,
variabel terikat yang mempengaruhi Pembangunan Sektor Pertanian yaitu
Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan di Provinsi Jawa Tengah.
Maka dari itu model yang digunakan penelitian ini secara umum adalah :
Yit = β0 + βn Xn + it
Dimana:
Yit = Variabel dependen
β0 = Konstanta (intersept)
βn = Koefisien regresi
53
Xn = Variabel independen
it = Error term
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yakni
menggunakan metode analisis regresi time series pada regresi linier
berganda. Regresi linier berganda adalah perluasan dari regresi linier
sederhana yang terdapat dua ataupun lebih variabel bebas (independen)
yang digunakan sebagai predictor serta satu variabel tergantung
(dependen) yang akan diprediksi (Sarwono, 2012).
1. Model Analisis
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.Variabel
independen yang dimaksud yaitu Kesempatan Kerja dan Distribusi
Pendapatan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Pembangunan Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Dalam
mengestimasi hubungan fungsional antara satu beberapa variabel
independen dengan satu variabel dependen tersebut, maka instrumen
analisis yang dipakai adalah regresi berganda (Winarno, 2011:41).
2. Uji Asumsi Klasik
Model estimasi regresi linear yang ideal dan optimal harus
menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE). Terdapat beberapa permasalahan yang dapat
54
menyebabkan sebuah estimator tidak dapat memenuhi kriteria BLUE, antara
lain :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah nilai
residual yang telah distandarisasi pada model regresi, berdistribusi normal
atau tidak. Apabila nilai residual terstandarisasi tersebut mendekati nilai
rata-ratanya, dengan demikian maka nilai residual tersebut dapat
dikatakan berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:69). Salah satu
persyaratan yang diperlukan dalam penggunaan statistik parametrik
adalah uji normalitas (Sudarmanto, 2013:104).
Uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya distribusi faktor
gangguan (residual). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Analisis grafik adalah grafik histogram dan melihat normal
probability plot yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif
dengan distribusi normal. Sedangkan uji statistik dilakukan dengan
melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual.
Salah satu uji normalitas yang bisa digunakan pada Eviews yaitu uji
Jarque Bera. Nama uji Jarque Bera ini dinamakan sesuai dengan penemu
uji tersebut yaitu Carlos Jarque dan Anil K. Bera. Untuk mengetahui
suatu data berdistribusi normal univart dapat menggunakan uji Jarque
Bera (JB). Uji JB adalah suatu metode untuk menguji kenormalan data.
55
Pengujian menggunakan statistik Jarque Bera dengan hipotesa sebagai
berikut :
H0 : sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal,
H1 : sampel diambil dari populasi yang tidak berdistribusi
normal.
Uji Jarque Bera mempunyai distribusi chi-square dengan derajat bebas 2.
Jika hasil Jarque Bera lebih besar dari distribusi chi-square, maka H0
ditolak yang berarti tidak berdistribusi normal dan jika sebaliknya maka
berarti berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian tidak konstan, maka dapat dikatakan mengalami
heteroskedastisitas (Sudarmanto, 2013:240). Model regresi yang
memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas. Terdapat sejumlah metode yang bisa digunakan untuk
uji heteroskedastisitas. Antara lain metode diagram, maupun uji statistik
seperti uji korelasi spearman, uji white, uji goldfield-quandt, uji park, uji
godfrey, dan uji glejser.
Kaidah pengambilan keputusan yang diambil yaitu apabila nilai
residual dan nilai signifikansi korelasi antara variabel independen lebih
besar daripada nilai alpha, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
56
gejala heteroskedastisitas.Namun sebaliknya, apabila nilai residual dan
nilai signifikansi korelasi antara variabel independen lebih kecil daripada
nilai alpha, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala
heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:116).
c. Uji Multikoliniearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya
korelasi (keterkaitan) yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam
suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di
antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu (Sudarmanto, 2013:227).
Hipotesis yang akan diuji dalam membuktikan ada tidaknya
multikolinearitas antarvariabel bebas dinyatakan sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat hubungan antar variabel independen
H1 = Terdapat hubungan antar variabel independen
Alat statistik yang dipergunakan untuk menguji gangguan
multikolinearitas, antara lain adalah Variance Inflation Factor (VIF),
Korelasi Produk Momen dari Pearson, Condition Index (CI), ataupun
menggunakan Eigenvalues. Pada penelitian ini, yang digunakan adalah
dengan melihat VIF pada tabel koefisien regresi. Apabila nilai VIF
kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolinieritas atau terima H0.
Sebaliknya, apabila nilai VIF lebih dari 10 maka terjadi multikolinieritas
atau tolak H0 (Priyatno, 2010:67). Untuk menyelesaikan masalah
multikolinearitas dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
57
1) Menambah lebih banyak observasi.
2) Mengeluarkan salah satu variabel yang memiliki hubungan korelasi
yang kuat.
3) Mentransformasikan variabel independen, misalnya
mengkombinasikan variabel-variabel independen ke dalam satu
indeks.
4) Melakukan analisis regresi ridge.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara
suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana
adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi
antara observasi dengan data observasi sebelumnya, baik itu dalam
bentuk observasi deret waktu (time series) atau observasi cross section
(Sudarmanto, 2013:263).
Dalam data time series observasi diurutkan menurut urutan waktu
secara kronologis. Maka dari itu besar kemunginan akan terjadi
interkorelasi antara observasi yang berurutan, khususnya kalau interval
antara dua observasi sangat pendek. Untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM test) dimana apabila
probabilitas observasi R2 > α (5 %), maka bebas dari autokorelasi.
Apabila terjadi masalah autokorelasi maka hal ini dapat diatasi dengan
metode kuadrat terkecil umum atau GLS (Generalized Least Squared).
58
3. Uji Statistik Model
Evaluasi model berdasarkan kriteria statistik dilakukan dengan
beberapa pengujian, antara lain :
a. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi (R2) adalah angka yang menyatakan atau
digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan
oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat).
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel
dependen. Secara umum koefisien untuk data silang (cross section)
relatif lebih rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-
masing pengamatan, sedangkan data runtut waktu (time series) biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. Dari penelitian di
atas dengan menggunakan lebih dari dua variabel maka digunakan
adjusted R-Square karena lebih akurat dibandingkan dengan R2 .
b. Uji Signifikansi Individu (Uji Statistik t)
Uji-t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana
pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikatnya (Ghozali, 2011:98). Uji ini dapat dilakukan
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat
59
kolom signifikansi pada masing-masing t hitung atau membandingkan
signifikansi t dengan toleransi kesalahan 5%.
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap
variabel terikat, (Ghozali, 2012). Untuk menguji hipotesis ini digunakan
statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Dengan membandingkan nilai F table dengan F hitung, Apabila F
table > F hitung, maka H0 diterima apabila dan Ha ditolak , Apabila
F table < F hitung, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi apabila
probabilitas signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
signifikansi < 0.05, maka H0 ditolak Ha diterima (Ghozali,2012).
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Letak Geografis
Wilayah dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Tengah. Jawa
Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang
terletak di bagian tengah Pulau Jawa dengan batas-batas sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Samudra Hindia dan Daerah Istimewa
Yogyakarta
Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat
Sebelah Timur : Jawa Timur
Gambar 4.1
Peta Provinsi Jawa Tengah
Sumber : Google
61
Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah mencapai 32.548 km2 atau sekitar
25,04% dari luas Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau
Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat),
serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
2. Perekonomian
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana
mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja
terserap. Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian
utara dan selatan. Daerah Blora-Grobogan merupakan penghasil kayu jati.
Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah
Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di
Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok, Cilacap terdapat
industri semen.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan
Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup melimpah, dan
kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah
tambang minyak.
B. Analisis Deskripsi Data Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kesempatan kerja
yang dihitung dengan menggunakan satuan jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian (orang), distribusi pendapatan tahun 1989-2018 yaitu
distribusi pendapatan yang dihitung dengan menggunakan satuan Indeks, dan
62
data pembangunan sektor pertanian dimana menggunakan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) pertanian berdasarkan harga berlaku tahun 1989-2018
yang dihitung dalam satuan rupiah (Jutaan Rp). Adapun data yang ada
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. Deskripsi
data dari tiap-tiap variabel dapat disajikan sebagai berikut :
1. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja merupakan suatu jumlah atau peluang yang diterima
oleh suatu masyarakat akibat adanya pembangunan dalam sektor tertentu.
Secara keseluruhan jumlah orang yang bekerja yang dimuat dalam publikasi
Badan Pusat Statistik, sering digunakan sebagai petunjuk tentang luasnya
kesempatan kerja. Dalam pengkajian ketenagakerjaan, kesempatan kerja
sering dijadikan acuan sebagai permintaan tenaga kerja, kesempatan kerja
berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan
pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam
proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian,
keterampilan dan bakatnya masing-masing (Arfida dalam I Made Wirartha,
2010).
Menurut Soemitro Djojohadikusumo Usia Kerja adalah suatu tingkat
umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan
pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 55 tahun.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan
menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan tenaga kerja (mencari kerja atau
menganggur). Tenaga kerja (man power) adalah bagian dari angkatan kerja
63
yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan
barang atau jasa.
Angkatan kerja didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang
mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk
melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia.
Bukan angkatan kerja, yang termasuk di dalamnya adalah para remaja yang
sudah masuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencari pekerjaan
karena masih sekolah, termasuk Ibu rumah tangga.
Penduduk bukan usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia
kerja. Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang
sudah pensiun atau berusia lanjut.
Provinsi Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah penduduk tertinggi
dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia, dimana dari tahun
1989 sampai tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah cenderung
mengalami pengingkatan. Adapun gambaran jumlah penduduk di Provinsi
Jawa Tengah lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
64
Grafik 4.1
Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2018
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 4.1 menjelaskan menjelaskan bahwa perkembangan jumlah
penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 1989-2018 cenderung mengalami
peningkatan dengan jumlah penduduk pada tahun 1989 sebesar 28.057.916 jiwa
hingga tahun 2018 menjadi sebesar 34.490.835 jiwa. Pada grafik 4.1 terlihat jelas
bahwa pada tahun 2016 adanya penurunan jumlah penduduk dengan jumlah
penduduk sebesar 34.019.095 jiwa dengan jumlah penduduk bukan usia kerja
sebesar 8.282.399 jiwa, penduduk usia kerja sebesar 25.736.696 jiwa, angkatan
kerja sebesar 17.312.466 jiwa dan bukan angkatan kerja sebesar 8.470.433 jiwa.
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
65
Grafik 4.2
Perkembangan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1989-2018 (Orang)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 4.2 menjelaskan bahwa jumlah angkatan kerja di Provinsi Jawa
Tengah tahun 1989-2018 mengalami penurunan yaitu pada tahun 1989 jumlah
angkatan kerja sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah sebesar 6.669.626 jiwa,
terjadi kenaikan pada tahun 1991 sebesar 7.247.086 jiwa, akan tetapi terjadi
penurunan kembali dari tahun 1994 sampai pada tahun 2018 jumlah angkatan
kerja sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan yang sangat
drastis yaitu sebesar 4.220.536 jiwa.
2. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan merupakan suatu cerminan merata atau
timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
66
penduduknya. Bagi negara dengan tingkat pendapatan per kapita rendah, semakin
tidak merata distribusi pendapatannya, semakin besar pengaruh prefensi konsumsi
golongan kaya terhadap pola produksi dan permintaan agregat. Walaupun
golongan kaya merupakan kelompok kecil dalam masyarakat, namun dengan
kekuatan daya belinya mereka mampu mempengaruhi pola produksi sehingga
mengarah ke barang mewah. Jika distribusi pendapatan lebih merata pola
permintaan akan lebih mendorong produksi ke arah kebutuhan pokok yang
selanjutnya dapat menaikkan tingkat hidup masyarakat.
Menurut kriteria Bank Dunia, suatu negara dikatakan mengalami
ketidakmerataan tinggi bila koefisien gini berkisar antara 0,50 – 0,70 dan
ketidakmerataan sedang bila nilai koefisien gini berkisar antara 0,36 – 0,49 serta
ketidakmerataan rendah bila nilainya berkisar antara 0,20 – 0,35 (Lincolin
Arsyad, 2000:233).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat distribusi pendapatan di
Provinsi Jawa Tengah tahun 1989-2018 diperoleh hasil seperti yang disajikan
pada grafik berikut ini :
67
Grafik 4.3
Perkembangan Ratio Gini Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2018
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 4.3 menjelaskan bahwa perkembangan nilai ratio gini Provinsi
Jawa Tengah selama tahun 1989-2018 cenderung mengalami perubahan dengan
nilai ratio gini rata-rata berada di angka 0.25. Adapun nilai indeks gini terbesar
yaitu 0.39 yaitu pada tahun 2013 hal ini berarti pada tahun 2013 terjadi
ketidakmerataan pendapatan tertinggi di Provinsi Jawa Tengah selama tahun
penelitian. Sebaliknya nilai indeks gini terendah terjadi pada tahun 1989 yaitu
sebesar 0.21 hal ini berarti pada tahun 1989 terjadi ketidakmerataan terendah di
Provinsi Jawa Tengah dibandingkan tahun-tahun sesudahnya selama tahun
penelitian.
00:00
00:07
00:14
00:21
00:28
00:36
00:43
68
3. Pembangunan Sektor Pertanian
Pembangunan sektor pertanian merupakan suatu bentuk usaha-usaha atau
pun suatu proses menuju ke arah yang lebih baik di dalam sektor pertanian
dimana untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa atau masyarakat. Pertanian
merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat karena
sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.
Indonesia adalah negara agraris dimana berangkat dari hal tersebut maka
pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian nasional, yang berarti
bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dan seharusnya menjadi
penggerak dari kegiatan perekonomian negara.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi penyangga pangan
nasional, oleh karena itu produktivitas sektor pertanian terus dipicu. Berdasarkan
data yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) peningkatan PDRB terus
menjadi dari tahun 1989-2018 akibat peningkatan output dari berbagai lapangan
usaha. Berikut adalah data perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun
1989-2018 berdasarkan harga berlaku.
PDRB Provinsi Jawa Tengah cenderung meningkat setiap tahunnya, pada
data tahun 1989-2018 diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan
kontribusi terbesar kedua setelah industri pengolahan bagi PDRB.
69
Grafik 4.4
Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun 1989-2018 Provinsi Jawa Tengah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 4.4 menjelaskan bahwa PDRB Sektor Pertanian dari tahun 1989-
2018 mengalami kenaikan yang sangat berarti, pada tahun 1989 tercatat bahwa
PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah sebesar 5.956.023,22 rupiah, pada
tahun 1999 tercatat bahwa PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah sebesar
25.468.190,45 rupiah, mengalami kenaikan sebesar 19.512.167,23 rupiah. Pada
tahun 2010 tercatat bahwa PDRB Provinsi Jawa Tengah sebesar 86.665.684,94
rupiah hingga tahun 2018 yaitu sebesar 178.075.519,98 rupiah. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun
terus mengalami kenaikan dan ada kontribusi nya terhadap PDRB Provinsi Jawa
Tengah.
0,00
20.000.000,00
40.000.000,00
60.000.000,00
80.000.000,00
100.000.000,00
120.000.000,00
140.000.000,00
160.000.000,00
180.000.000,00
200.000.000,00
70
Berdasarkan grafik 4.4 terlihat jelas perkembangan PDRB Sektor
Pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun 1989-2018 cenderung mengalami kenaikan
yaitu dari 33.813.526,67 rupiah di tahun 2003 hingga 178.075.519,98 rupiah di
tahun 2018.
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dilakukan sebagai syarat penggunaan metode regresi.
Dengan terpenuhinya asumsi tersebut, maka hasil yang diperoleh dapat lebih
akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan. Asumsi tersebut adalah
asumsi normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Adapun
pengujian asumsi klasik yang dilakukan dengan program Eviews 9 pada penelitian
ini adalah :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan dengan uji Jarque Bera dengan kriteria penilaian
sebagai berikut :
a. Ha diterima jika probabilitas > level of significant (α) 5% berarti
berdistribusi normal.
b. Ho diterima jika probabilitas < level of significant (α) 5% berarti tidak
berdistribusi normal.
71
Berdasarkan uji normalitas menggunakan Histogram-Normality dan uji
Jaque-Bera yang diolah menggunakan program Eviews 9 maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Histogram Normality Test
0
1
2
3
4
5
6
7
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
Series: ResidualsSample 1989 2018Observations 30
Mean 1.13e-14Median -0.078504Maximum 1.242873Minimum -0.796316Std. Dev. 0.527508Skewness 0.378498Kurtosis 2.506663
Jarque-Bera 1.020532Probability 0.600336
Sumber : Eviews 9 (diolah)
Dari grafik histogram di atas dengan melihat nilai probability yang
nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% atau 0,600336 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada variabel penelitian adalah normal
dan Ha diterima atau Ho ditolak.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dlaksanakan supaya dapat melihat ada atau tidaknya
korelasi atau kaitan yang tinggi antara variabel - variabel independen, maka
hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependennya menjadi
72
terganggu. Pada penelitian ini, yang digunakan adalah dengan melihat VIF pada
tabel koefisien regresi. Apabila nilai VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi
multikolinieritas atau terima H0. Sebaliknya, apabila nilai VIF lebih dari 10 maka
terjadi multikolinieritas atau tolak H0.
Setelah data diolah menggunakan aplikasi eviews 8, maka hasilnya dapat
dilihat seperti pada gambar dibawah ini :
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas
Variable Coefficient
Variance
Centered
VIF
LABOR 2.158165 4.223646
GINI 1.043847 4.223646
Sumber : Eviews 9 (diolah)
Berdasarkan pada gambar hasil uji diatas bahwa variabel independen
(Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan) memiliki nilali centered VIF < 10.
Maka dapat diartikan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat
multikolinieritas atau tidak terdapat korelasi antar variabel.
3. Uji Autokorelasi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang
73
bebas dari autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis pada uji LM ini dapat dilihat
sebagai berikut :
a. Ha : probabilitas Chi-squared > α = 5%, berarti tidak ada autokorelasi
b. H0 : probabilitas Chi-squared < α = 5%, berarti ada autokorelasi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji Breusch-Godfrey untuk
lebih mudah memutuskan ada atau tidaknya masalah autokorelasi pada penelitian
ini. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menguji autokorelasi dapat dilihat
pada hasil output regression dibawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.754313 Prob. F(2,24) 0.4812
Obs*R-squared 1.715111 Prob. Chi-Square(2) 0.4242
Sumber : Eviews 9 (diolah)
Berdasarkan output diatas maka tampak hasil nilai probabilitas Chi-
Square adalah 0,4242 nilai ini menunjukkan bahwa probabilitas Chi-Square
0,4242 > 0,05 yang mengindikasikan bahwa data tidak mengandung masalah
autokorelasi.
74
4. Uji Heteroskedastisitas
Sebagaimana kita ketahui bahwa pengujian heterokedastisitas pada data
penelitian dapat dilakukan dengan uji White Heterokedasticity yang dilakukan
pada program Eviews 9. Setelah melakukan estimasi maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Uji White Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.786072 Prob. F(2,27) 0.0794
Obs*R-squared 5.132125 Prob. Chi-Square(2) 0.0768
Scaled explained SS 3.131616 Prob. Chi-Square(2) 0.2089
Sumber : Eviews 9 (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Chi-Squared
0,0768 > 0,05. Hal ini memberikan putusan bahwa tidak terdapat masalah
heterokedastisitas dalam model regresi pada penelitian ini.
D. Hasil Regresi Linier Berganda
Bentuk model dalam penelitian ini adalah linier. Analisis regresi dilakukan
dengan metode OLS. Persamaan yang diestimasi adalah :
Y = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3+ e
75
Metode ini sudah tersedia dalam perangkat lunak Eviews 9. Dari hasil regresi
dapat diketahui :
Tabel 4.5
Hasil Regresi Linier Berganda
Variable Coefficient Prob.
C 83.41448 0.0002
LABOR -3.191866 0.0387
GINI 3.750659 0.0010
F-Statistik 67.86057
R-Square 0.834072
Adjusted R-Square 0.821781
Sumber : Eviews 9 (diolah)
Berdasarkan hasil pada model linier yang telah disajikan diatas, selanjutnya
dapat dibuat suatu interpretasi statistik mengenai perubahan pada variabel
dependen yang disebabkan oleh perubahan pada variabel independen. Hasil
interpretasi statistik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hasil nilai koefisien Konstanta adalah 83,41448. Pada hasil ini dapat
disimpulkan bahwa tanpa adanya variabel-variabel independen, tingkat
pertumbuhan PDRB sektor pertanian sebesar 83,41%.
2. Nilai koefisien Tenaga Kerja (X1) adalah sebesar -3,191866 dengan nilai
probabilitas t-hitung sebesar 0,0387. Hal tersebut berarti ketika terjadi
peningkatan tenaga kerja sebesar 1% akan diikuti dengan penurunan
PDRB sektor pertanian sebesar -3,19%. Hal ini menunjukkan bahwa
76
hipotesis adanya pengaruh signifikan negatif antara variabel kesempatan
kerja terhadap PDRB sektor pertanian terbukti dan menolak H0.
3. Nilai koefisien distribusi pendapatan (X2) adalah sebesar 3,750659
dengan nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,0010. Hal tersebut berarti
ketika terjadi peningkatan distribusi pendapatan sebesar 1% akan diikuti
dengan kenaikan PDRB sektor pertanian sebesar 3,75%. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis adanya pengaruh signifikan positif antara
variabel distribusi pendapatan terhadap PDRB sektor pertanian terbukti
dan menolak H0.
Tabel hasil regresi di atas juga kemudian dapat digunakan untuk analisis
berikutnya yaitu uji hipotesis. Untuk menentukan diterima atau ditolak hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji hipotesis yang
terdiri dari Uji-T, Uji-F dan Uji Determinasi sebagai berikut :
1) Uji Signifikan Parsial (Uji t-Statistic)
Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel independen Kesempatan Kerja
dan Distribusi Pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap variabel
dependennya Pembangunan Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji t adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dan 90% atau taraf signifikan 10% (α = 0,1).
77
Tabel 4.6
Uji t-Statistic
Variable Coefficient Prob.
C 83.41448 0.0002
LABOR -3.191866 0.0387
GINI 3.750659 0.0010
Sumber : Eviews 9 (diolah)
Berdasarkan hipotesis di atas, maka pembuktian dari penelitian ini
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
a) Nilai probabilitas t-statistic pada variabel LABOR adalah 0.0387 < 0,05 (α
= 5%) yang artinya H1 diterima dan H0 ditolak.
b) Nilai probabilitas t-statistic pada variabel GINI adalah 0.0010 < 0,05 (α =
5%) yang artinya H1 diterima dan H0 ditolak.
Dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Kesempatan Kerja
dan Distribusi Pendapatan masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Pembangunan Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah yang
dibuktikan dengan uji t-statistic dan dilihat dari nilai probabilitas nya.
2) Uji Signifikan Simultan (Uji F-Statistic)
Tabel 4.7
Uji F-Statistic
Variable Coefficient Prob.
F-Statistic 67.86057 0.000000
Sumber : Eviews 9 (diolah)
78
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel independen dalam penelitian
ini memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel
dependennya. Uji F dilakukan dengan cara melihat nilai probabilitas dari F-
statistic apakah lebih kecil dari α = 5% atau 0,05. Jika nilai probabilitas F-statistic
> 0,05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen dalam penelitian
ini secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependennya.
Namun sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistic < 0,05 maka dapat diartikan
bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama
memiliki pengaruh terhadap variabel dependennya.
Berdasarkan tabel diatas bahwa hasil uji F pada penelitian ini memiliki nilai
koefisien sebesar 67.86057 dengan prob (F-Statistic) sebesar 0.000000 < 0,05.
Hasil ini dapat diartikan bahwa variabel bebas yaitu kesempatan kerja dan
distribusi pendapatan secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
3) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi
Sumber : Eviews 9 (diolah)
R-Squared 0.834072
Adjusted R-Square 0.821781
79
Koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel
dependennya. Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan pada tabel 4.
didapatkan hasil bahwa nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0.834072. hal
ini berarti bahwa 99% dari variasi Pembangunan Sektor Pertanian di Provinsi
Jawa Tengah tahun 1989-2018 mampu dijelaskan oleh variabel Kesempatan Kerja
dan Distribusi Pendapatan, sedangkan 1% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model penelitian ini.
E. Analisis Ekonomi
a. Pengaruh Kesempatan Kerja terhadap Pembangunan Sektor
Pertanian di Provinsi Jawa Tengah
Kesempatan Kerja berpengaruh signifikan dan negatif terhadap PDRB
sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah dengan koefisien sebesar -3,19%.
Artinya adalah jika terjadi peningkatan terhadap tenaga kerja sebesar satu persen
maka akan menurunkan tingkat PDRB sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah tenaga kerja tidak di iringi dengan
peningkatan lahan pertanian. Hal tersebut menyebabkan banyak petani yang
menganggur dan beralih fungsi ke sektor industri, sehingga menurunkan tingkat
PDRB di sektor pertanian.
80
b. Pengaruh Distribusi Pendapatan terhadap Pembangunan Sektor
Pertanian di Provinsi Jawa Tengah
Distribusi Pendapatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB
sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah dengan koefisien sebesar 3,75%.
Artinya adalah jika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada distribusi
pendapatan maka akan meningkatkan PDRB sektor pertanian di Jawa Tengah dan
juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,75 persen, dan
sebaliknya jika ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Jawa Tengah
menurun sebesar satu persen maka laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian di
Provinsi Jawa Tengah turun sebesar 3,75 persen, asumsi Cateris Paribus.
Penelitian ini menunjukkan adanya trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut sesuai
dengan teori Kuznets dan Kaldor yang menyatakan bahwa ketidakmerataan
distribusi pendapatan merupakan kondisi yang diperlukan bagi tercapainya
peningkatan ekonomi.
81
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang didapat dari penelitian,
diperoleh kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengaruh kesempatan kerja
dan distribusi pendapatan terhadap pembangunan sektor pertanian di Provinsi
Jawa Tengah selama periode 1989-2018 adalah sebagai berikut :
a. Diketahui hubungan antara kesempatan kerja terhadap pembangunan
sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah memiliki koefisien regresi X1
sebesar (-3,191866) dengan nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,0387 yang
menandakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara dua variabel
tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya peningkatan kesempatan
kerja tidak serta merta meningkatkan pembangunan sektor pertanian.
b. Selanjutnya, hubungan antara distribusi pendapatan terhadap
pembangunan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah memiliki
koefisien regresi sebesar 3,750659 dengan nilai probabilitas t-hitung
sebesar 0,0010 yang menandakan adanya hubungan yang signifikan antara
dua variabel tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya peningkatan
distribusi pendapatan maka akan meningkatkan pembangunan sektor
pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Kemudian data adjusted R square yang
didapat adalah sebesar 0,821781 atau 82,17%. Hal ini menunjukkan bahwa
82
variabel Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan memiliki proporsi
pengaruh terhadap Pembangunan Sektor Pertanian di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 82,17% sedangkan sisanya 17,83% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak ada didalam model regresi.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyadari
masih adanya kekurangan-kekurangan yang dapat disempurnakan oleh penelitian
selanjutnya di kemudian hari. Oleh karena itu, penulis mengajukan saran teoritis
dan praktis untuk dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya serta
dijadikan bahan pertimbangan bagi stakeholder dalam pengambilan kebijakan.
1. Saran Teoritis
a. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah cakupan
objek penelitian agar dapat memperlihatkan hasil penelitian yang
beragam.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel data
sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat dan mewakili
populasi secara tepat.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah variabel
indikator sehingga dapat mewakili dimensi dari tiap variabel yang
mungkin belum tercakup dalam penelitian ini.
2. Saran Praktis
a. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat kesempatan
kerja yang diukur dalam jumlah satuan angkatan tidak berpengaruh
83
signifikan terhadap pembangunan sektor pertanian di Jawa Tengah.
Maka dari itu diharapkan pemerintah atau stakeholder dapat membuat
regulasi atau kebijakan yang tepat untuk dapat mengatasi ketimpangan
tersebut.
b. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat distribusi pendapatan
yang diukur dalam gini rasio berpengaruh signifikan terhadap
pembangunan sektor pertanian di Jawa Tengah. Maka dari itu
diharapkan pemerintah atau stakeholder dapat membuat regulasi atau
kebijakan yang tepat untuk dapat mempertahankan kemerataan antara
distribusi pendapatan dengan pembangunan sektor pertanian di Jawa
Tengah.
84
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (1989-2018). Diambil kembali dari Statistik Jawa Tengah:
https://www.bps.go.id
Badan Pusat Statistik. (1989-2018). Diambil kembali dari Jawa Tengah Dalam
Angka: https://jateng.bps.go.id
Abdulah, R. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETIMPANGAN PENDAPATAN DI JAWA TENGAH. JEJAK Journal
of Economics and Policy 6, 42-53.
Arsyad, L. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Arsyad, L. (2004). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.
Gujarati, D. (2000). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit: Erlangga.
Irham, S. H. (2016). PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI
KETIMPANGAN PENDAPATAN DI WILAYAH PAPUA SEBELUM
DAN SESUDAH OTONOMI KHUSUS. Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1.
Iyan, U. I. (2016). ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM
PEREKONOMIAN DAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI RIAU.
JURNAL SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN, Tahun VII No.19, 45-54.
Jhingan. (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali
Press.
85
Kamil Sertoglu1, S. U. (2017). The Contribution of Agricultural Sector on
Economic Growth of Nigeria. International Journal of Economics and
Financial Issues, 7(1), 547-552.
Maria Garronea, D. E. (2019). Jobs and agricultural policy : Impact of the
common agricultural policy on EU agricultural employment. ELSEVIER,
583-601.
Nurlina1, T. I. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Distribusi
Pendapatan Di Provinsi Aceh . JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL.
1, NO. 2 OKTOBER , 1-9.
Ogbalubi, L. A. (2013). Agricultural Development and Emplyoment Generation:
The Nigeria Experience. Journal of Agriculture and Veterinary Science
(IOSR-JAVS), Volume 2, Issue 2 , 60-69.
Pratama, M. R. (2017). Pengaruh Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap
Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan di Provinsi Sumatera
Utara. Sumatera Utara: Skripsi.
Rizki Herdian Zenda1, S. (2017). PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA SURABAYA. Jurnal
Ekonomi & Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Maret, 371-384.
Siswi, Y. (2006). Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor produksi pada
usaha tani bawang merah di Kabupaten Brebes (Studi Kasus di Desa
larangan). Skripsi: Sarjana IESP FE UNDIP.
86
Soekartawi. (2003). Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: CV Rajawali.
Todaro, M. P. (2000). Ekonomi Untuk Negara Berkembang : Suatu Pengantar
Tentang Prinsip-Prinsip, Masalah dan Kebijakan Pembangunan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Todaro, M. P. (2000). Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Alih
Bahasa Indonesia : Burhanudin Abdullah dan Haris Munandar.
Yasrizal1, I. H. (2016). PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR
PERTANIAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN
KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA. JIEP-Vol. 16, No 1, Maret,
1412-2200.
87
LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
Series: ResidualsSample 1989 2018Observations 30
Mean 1.13e-14Median -0.078504Maximum 1.242873Minimum -0.796316Std. Dev. 0.527508Skewness 0.378498Kurtosis 2.506663
Jarque-Bera 1.020532Probability 0.600336
Lampiran 2. Uji Multikolinieritas
Variance Inflation Factors
Date: 08/23/19 Time: 13:24
Sample: 1989 2018
Included observations: 30
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
LN_LABOR 2.158165 52681.94 4.223646
LN_GINI 1.043847 1619.891 4.223646
C 380.3199 38174.97 NA
88
Lampiran 3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.786072 Prob. F(2,27) 0.0794
Obs*R-squared 5.132125 Prob. Chi-Square(2) 0.0768
Scaled explained SS 3.131616 Prob. Chi-Square(2) 0.2089
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/23/19 Time: 13:02
Sample: 1989 2018
Included observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.290719 5.670976 0.051264 0.9595
LN_LABOR^2 -0.006647 0.027439 -0.242239 0.8104
LN_GINI^2 0.103147 0.076294 1.351963 0.1876
R-squared 0.171071 Mean dependent var 0.268989
Adjusted R-squared 0.109669 S.D. dependent var 0.335818
S.E. of regression 0.316869 Akaike info criterion 0.633983
Sum squared resid 2.710961 Schwarz criterion 0.774103
Log likelihood -6.509743 Hannan-Quinn criter. 0.678808
F-statistic 2.786072 Durbin-Watson stat 1.732479
Prob(F-statistic) 0.079430
89
Lampiran 4. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.754313 Prob. F(2,24) 0.4812
Obs*R-squared 1.715111 Prob. Chi-Square(2) 0.4242
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 08/23/19 Time: 13:33
Sample: 1990 2018
Included observations: 29
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.004130 0.020345 0.203008 0.8408
D(LN_LABOR) 0.076330 0.312280 0.244427 0.8090
D(LN_GINI) -0.095626 0.351949 -0.271703 0.7882
RESID(-1) -0.264779 0.216134 -1.225070 0.2324
RESID(-2) -0.099708 0.216941 -0.459610 0.6499
R-squared 0.059142 Mean dependent var -4.12E-17
Adjusted R-squared -0.097668 S.D. dependent var 0.095087
S.E. of regression 0.099622 Akaike info criterion -1.619276
Sum squared resid 0.238190 Schwarz criterion -1.383535
Log likelihood 28.47950 Hannan-Quinn criter. -1.545445
F-statistic 0.377156 Durbin-Watson stat 1.973442
Prob(F-statistic) 0.822641
90
Lampiran 5. Uji OLS
Dependent Variable: LN_PDRB
Method: Least Squares
Date: 08/23/19 Time: 13:35
Sample: 1989 2018
Included observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LN_LABOR -3.191866 1.469069 -2.172713 0.0387
LN_GINI 3.750659 1.021688 3.671041 0.0010
C 83.41448 19.50179 4.277273 0.0002
R-squared 0.834072 Mean dependent var 18.91244
Adjusted R-squared 0.821781 S.D. dependent var 1.294997
S.E. of regression 0.546696 Akaike info criterion 1.724792
Sum squared resid 8.069664 Schwarz criterion 1.864911
Log likelihood -22.87187 Hannan-Quinn criter. 1.769617
F-statistic 67.86057 Durbin-Watson stat 0.402130
Prob(F-statistic) 0.000000
S
Lampiran 6. Data
- Data Sebelum di Transformasi
Data PDRB Provinsi Jawa Tengah
Tahun Jumlah PDRB Tahun Jumlah PDRB Tahun Jumlah PDRB
1989 5.956.023,22 1999 25.468.190,45 2009 79.342.553,91
1990 6.504.575,45 2000 26.124.205,65 2010 86.665.684,94
1991 7.572.221,64 2001 29.654.854,33 2011 95.078.348,99
1992 6.495.383,24 2002 33.668.128,27 2012 104.311.416,83
1993 7.810.639,73 2003 33.813.526,67 2013 113.922.758,60
1994 8.778.946,06 2004 38.492.121.60 2014 116.604.352,44
91
Tahun Jumlah PDRB Tahun Jumlah PDRB Tahun Jumlah PDRB
1995 10.631.588,88 2005 44.806.485,33 2015 157.201.723,92
1996 11.434.189,88 2006 57.364.981,87 2016
164.512.013,25
1997 13.184.650,58 2007 63.832.141,75 2017 168.535.066,67
1998 21.836.268,05 2008 72.862.985,73 2018 178.075.519,98
Data Rasio Gini
Tahun Ratio Gini
1989 00.21
1990 00.21
1991 00.22
1992 00.23
1993 00.23
1994 00.26
1995 00.27
1996 00.26
1997 00.25
1998 00.25
1999 00.26
2000 00.25
2001 00.25
2002 00.25
2003 00.25
2004 00.25
2005 00.28
2006 00.27
2007 00.25
92
Tahun Ratio Gini
2008 00.30
2009 00.32
2010 00.34
2011 00.38
2012 00.38
2013 00.39
2014 00.38
2015 00.38
2016 00.37
2017 00.37
2018 00.38
Data Angkatan Kerja di Provinsi Jawa Tengah
Tahun Penduduk Penduduk bukan
usia kerja
Penduduk
usia kerja
Angkatan
kerja
Bukan angkatan
kerja
1989 28.057.916 10.887.917 16,579,027 13.413.612 8.287.635
1990 28.578.090 10.074.140 17.648.848 13.735.977 8.330.971
1991 28.934.662 9.954.068 18.383.580 13.415.269 8.827.731
1992 29.154.590 9.850.863 19.112.847 13.836.250 8.201.256
1993 29.093.507 9.734.965 19.292.131 14.015.530 8.389.541
1994 29.313.421 9.609.573 19.855.151 14.436.321 9.149.839
1995 29.519.447 9.738.870 19.919.005 14.642.604 9.007.612
1996 29.698.845 9.593.889 20.103.035 14.394.169 9.379.077
1997 29.907.476 9.192.399 20.714.454 14.405.167 9.850.757
1998 30.385.445 9.278.504 21.105.313 14.949.263 9.624.980
1999 30.761.221 9.062.602 21.696.041 15.433.345 9.689.036
2000 30.775.846 8.698.013 22.077.833 15.129.122 10.172.714
2001 31.063.818 8.956.060 22.107.758 15.644.732 9.747.797
93
Tahun Penduduk Penduduk bukan
usia kerja
Penduduk
usia kerja
Angkatan
kerja
Bukan angkatan
kerja
2002 31.691.866 9.019.288 22.672.578 15.735.322 10.230.212
2003 32.052.840 8.851.359 23.201.481 16.108.778 10.374.439
2004 32.397.431 9.045.186 23.352.245 15.974.670 10.652.900
2005 32.908.850 8.908.095 24.000.755 16.634.255 10.689.224
2006 32.177.730 8.361.499 23.816.231 16.408.175 10.632.908
2007 32.380.279 8.269.595 24.110.684 17.664.277 7.513.895
2008 32.626.390 8.669.153 23.957.237 16.690.966 7.720.635
2009 32.864.563 8.784.425 24.080.138 17.087.649 7.581.876
2010 32.443.886 8.515.686 23.866.971 16.856.330 7.018.255
2011 32.725.378 8.373.852 24.269.760 16.918.797 7.244.607
2012 32.998.692 8.440.155 24.830.052 17.095.031 7.062.143
2013 33.264.339 8.414.797 24.849.542 16.986.776 7.357.786
2014 33.522.663 8.371.597 25.151.066 17.547.026 7.634.941
2015 33.774.141 8.328.652 25.445.489 17.298.925 8.193.538
2016 34.019.095 8.282.399 25.736.696 17.312.466 8.470.433
2017 34.257.865 8.236.283 26.021.582 18.010.612 8.051.391
2018 34.490.835 8.194.304 26.296.531 18.059.895 8.281.649
- Data Sesudah di Transformasi
Tahun LN_PDRB LN_GINI LN_LABOR
1989 16,60681703 -4,227875955 15,71307434
1990 16,75756752 -4,227875955 15,76092215
1991 16,95193234 -4,181355939 15,79611002
1992 17,03412411 -4,136904177 15,79607138
1993 17,39844402 -4,136904177 15,79587099
1994 17,48682553 -4,014301855 15,70922204
1995 17,65681133 -3,976561527 15,68523458
1996 17,77642583 -4,014301855 15,60503286
94
Tahun LN_PDRB LN_GINI LN_LABOR
1997 17,9147834 -4,053522568 15,59883976
1998 18,25356565 -4,053522568 15,62789389
1999 18,43565993 -4,014301855 15,65874231
2000 18,55784196 -4,053522568 15,62965559
2001 18,70756919 -4,053522568 15,72214023
2002 18,83918596 -4,053522568 15,63689015
2003 18,96231804 -4,053522568 15,72894312
2004 18,85876238 -4,053522568 15,64687384
2005 19,27269039 -3,940193882 15,58626632
2006 19,4574095 -3,976561527 15,53160764
2007 19,55988718 -4,053522568 15,63163559
2008 19,72124279 -3,871201011 15,55547152
2009 19,80172119 -3,80666249 15,58448354
2010 19,91283401 -3,746037868 15,54122442
2011 20,02764324 -3,634812233 15,54543452
2012 20,13714849 -3,634812233 15,47414884
2013 20,25085963 -3,608836746 15,45903816
2014 20,36669257 -3,634812233 15,45915394
2015 20,55999078 -3,634812233 15,36513626
2016 20,6298338 -3,66148048 15,43843531
2017 20,69997192 -3,66148048 15,27968984
2018 20,77655327 -3,634812233 15,25547269