pengaruh kecerdasan emosi dan kepribadian big...
TRANSCRIPT
PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN KEPRIBADIAN
BIG FIVE TERHADAP PUBLIC SPEAKING SELF-EFFICACY
SANTRI KELAS MUHADHARAH DI PONDOK PESANTREN
AL-AULIA BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Syifaunnadia
1112070000099
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018
MOTTO
Learn from yesterday, live for today,
hope for tomorrow
(Albert Einstein)
Persembahan Karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tua,
suami dan anakku tersayang...
Terima kasih atas do’a yang tiada henti...
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) November 2018
C) Syifaunnadia
D) Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Kepribadian Big Five terhadap Public
Speaking Self-efficacy Santri kelas Muhadharah di Pondok Pesantren Al-
Aulia Bogor
E) xiv + 70 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi (self
awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy, dan social
skills) dan kepribadian big five (extraversion, neurotisme, openess,
agreeableness, dan conscientiousness) terhadap public speaking self-efficacy
santri kelas muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 186 santri yang mengikuti kelas Muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor dan berusia 12-18 tahun. Pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan analisis
regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosi (self-awareness, managing
emotions, motivating oneself, empathy, social skills) dan kepribadian big five
(extraversion, neurotiscm, openness, agreeableness, consciencetiousness)
terhadap public speaking self-efficacy santri kelas Muhadharah di Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa
tedapat tiga variabel yang signifikan mempengaruhi public speaking self-
efficacy santri yaitu empathy, neuroticism, dan openess. Implikasi dari
penelitian ini dapat memberi masukan kepada pengurus pondok pesantren
agar memperhatikan public speaking self-efficacy sebagai bagian dari
pengembangan diri dalam setiap kelas Muhadharah.
G) Bahan bacaan: 47; Buku: 23 + Jurnal: 22 + Disertasi: 1 + Artikel: 1
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
B) November 2018
C) Syifaunnadia
D) The effect of emotional intelligence and big five personality on student’s
public speaking self-efficacy in Muhadharah class at Al-Aulia Islamic
Boarding School Bogor
E) xiv + 70 halaman + lampiran
F) The research was conducted to examine the effect of emotional intelligence
(self awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy, dan social
skills) and big five persnality (extraversion, neurotisme, openess,
agreeableness, dan conscientiousness) on student’s public speaking self-
efficacy in Muhadharah class at Al-Aulia Islamic Boarding School Bogor.
There was 186 participants in this research with caracteristic: students of
muhadharah class and between 12-18 years old. The method is multiple
regression analysis. The result of this research shows that emotional
intelligence emosi (self-awareness, managing emotions, motivating oneself,
empathy, social skills) and big five personality (extraversion, neurotiscm,
openness, agreeableness, consciencetiousness) have a significant effect on
student’s public speaking self-efficacy in Muhadharah class at Al-Aulia
Islamic Boarding School Bogor. The result of minor hypothesis testing shows
that empathy, neuroticism, and openess significantly affect on student’s
public speaking. The implication of this research is to inform boarding school
staff that public speaking self-efficacy as a part of self-edevelopment in
Muhadharah class.
G) Reading materials: 47; Books: 23 + Journals: 22 + Dissertation: 1 + Article: 1
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh kecerdasan emosi
dan kepribadian big five terhadap public speaking self-efficacy santri kelas
Muhadharah di pondok pesantren Al-Aulia Bogor”. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan ktia, Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam
bentuk sumbangan pikiran, tenaga dan waktu kepada penulis. Oleh karena itu,
perkenankanlah peulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr.
Abdul Mujib, M.Si, M.Ag. beserta seluruh jajaran dekanat lainnya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas terbaik kepada seluruh mahasiswa
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk menjadi lulusan yang
berkualitas.
2. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi.
Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan, masukan, kritikan
dan nasihat selama pembuatan skripsi ini.
3. Ibu Layyinah, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik kelas C 2012.
Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan dan dukungan
selama perkuliahan.
ix
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu, pengetahuan dan bantuannya
kepada penulis selama perkuliahan.
5. Kepada seluruh responden yang telah kooperatif dalam membantu penulis
selama pengumpulan data penelitian.
6. Kedua orang tua, suami, anakku. Terima kasih atas segala doa, kasih sayang,
motivasi dan semangatnya sehingga penulis bisa meneruskan perjuangan ini
sehingga mencapai hasil yang terbaik.
7. Seluruh teman-teman angkatan 2012 Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas segala sumbangan pikiran, dukungan
dan doa dalam penyelesaian skripsi.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama perkuliahan hingga
selesainya skripsi, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mohon
maaf karena tidak bisa menyebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah
SWT. penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu sangatlah diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk
penulis pribadi dan siapa saja yang membaca serta berniat mengeksplorasinya
lebih lanjut.
Jakarta, 14 November 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 8
1.2.1 Pembatasan Masalah ..................................................................... 8
1.2.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................ 10
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 10
BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................... 11
2.1 Public Speaking Self-efficacy ................................................................. 11
2.1.1 Definisi public speaking self-efficacy ........................................... 11
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi public speaking
self-efficacy ................................................................................... 12
2.1.3 Dimensi public speaking self-efficacy .......................................... 14
2.1.4 Pengukuran public speaking self-efficacy ..................................... 16
2.2 Kecerdasan Emosi .................................................................................. 16
2.2.1 Definisi kecerdasan emosi ............................................................. 16
2.2.2 Dimensi kecerdasan emosi ............................................................ 17
2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosi ...................................................... 19
2.3 Kepribadian Big Five .............................................................................. 20
2.3.1 Definisi kepribadian big five ......................................................... 20
2.3.2 Dimensi kepribadian big five ......................................................... 21
2.3.3 Pengukuran kepribadian big five ................................................... 23
2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................. 24
2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 25
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 28
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................. 28
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 28
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 31
3.3.1 Teknik pengumpulan data ............................................................. 31
xi
3.3.2 Instrumen penelitian ...................................................................... 31
3.3.2.1 Skala public speaking self-efficacy .................................. 32
3.3.2.2 Skala kecerdasan emosi .................................................... 32
3.3.2.3 Skala kepribadian big five ................................................. 33
3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................ 34
3.4.1 Uji validitas konstruk skala public speaking self-efficacy ............ 34
3.4.2 Uji validitas konstruk skala kecerdasan emosi .............................. 35
3.4.3 Uji validitas konstruk skala kepribadian big five .......................... 41
3.5 Teknik Analisis data ............................................................................... 46
BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 49
4.1 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................. 49
4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 49
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 51
4.4 Proporsi Varians ..................................................................................... 57
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................................ 60
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 60
5.2 Diskusi .................................................................................................... 61
5.3 Saran ....................................................................................................... 64
5.3.1 Saran metodologis ......................................................................... 65
5.3.2 Saran praktis .................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print skala public speaking self-efficacy ................................... 32
Tabel 3.2 Blue print skala kecerdasan emosi .................................................... 33
Tabel 3.3 Blue print skala kepribadian big five .................................................. 34
Tabel 3.4 Muatan faktor item public speaking self-efficacy ............................. 35
Tabel 3.5 Muatan faktor item self-awareness ................................................... 36
Tabel 3.6 Muatan faktor item managing emotions ........................................... 37
Tabel 3.7 Muatan faktor item motivating oneself ............................................. 39
Tabel 3.8 Muatan faktor item emphaty ............................................................. 40
Tabel 3.9 Muatan faktor item social skills ........................................................ 41
Tabel 3.10 Muatan faktor item extraversion ....................................................... 42
Tabel 3.11 Muatan faktor item neuroticism ........................................................ 43
Tabel 3.12 Muatan faktor item openess .............................................................. 44
Tabel 3.13 Muatan faktor item agreeableness .................................................... 45
Tabel 3.14 Muatan faktor item conscientiousness .............................................. 46
Tabel 4.1 Karakteristik sampel ......................................................................... 49
Tabel 4.2 Deskripsi statistik & kategorisasi skor variabel penelitian ............... 51
Tabel 4.3 Uji regresi bersama kecerdasan emosi dan kepribadian
big five terhadap public speaking self-efficacy ................................. 52
Tabel 4.4 Uji signifikansi regresi dari kecerdasan emosi dan kepribadian
big five terhadap public speaking self-efficacy .................................. 52
Tabel 4.5 Multiple regresi kecerdasan emosi dan kepribadian
big five terhadap public speaking self-efficacy .................................. 53
Tabel 4.6 Proporsi varians kecerdasan emosi dan kepribadian
big five terhadap public speaking self-efficacy .................................. 57
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir ...... ........................................................ 25
Gambar 3.1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Public Speaking
Self-efficacy .................................................................................. 81
Gambar 3.2 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Self-Awareness ............................................................... 82
Gambar 3.3 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Managing Emotion ........................................................ 83
Gambar 3.4 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Motivating Oneself ........................................................ 84
Gambar 3.5 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Empathy ......................................................................... 85
Gambar 3.6 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Social Skills .................................................................... 86
Gambar 3.7 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian
Big Five Dimensi Extraversion .................................................... 87
Gambar 3.8 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian
Big Five Dimensi Neuroticism ..................................................... 88
Gambar 3.9 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian
Big Five Dimensi Openness ......................................................... 89
Gambar 3.10 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian
Big Five Dimensi Agreeableness ................................................. 90
Gambar 3.11 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian
Big Five Dimensi Conscientiousness ........................................... 91
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ............................................................. 71
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ......................................................................... 73
Lampiran 3 Path Diagram dan Syntax Uji Validitas ............................................ 81
Lampiran 4 Output Statistik ................................................................................. 92
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan keagamaan
yang berkembang pesat di Indonesia. Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan
bahwa beberapa pesantren ada yang tetap berjalan meneruskan segala tradisi yang
diwarisi secara turun temurun, namun ada juga pesantren yang mencoba mencari
berbagai cara proses pendidikan yang inovatif dengan harapan menghasilkan
santri yang unggul.
Menurut Sasono, Hafiduddin dan Saefudin (1998), sebagai salah satu dari
pelaksana kegiatan keagamaan, pondok pesantren memiliki kharisma tersendiri
bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat menganggap bahwa pesantren
mampu mencetak kader ulama dan da’i kondang, sekaligus sebagai tempat
pendidikan yang mampu meningkatkan budi pekerti santrinya. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pembinaan yang terus menerus (continue) khususnya kepada
para pendukung dan pelaksana (da’i) dan umumnya kepada generasi-generasi
muda. Salah satunya adalah dengan mengadakan pembinaan dalam upaya
mengkaji dan mengembangkan metodologi dakwah sejak dini di pesantren, yaitu
dengan mengadakan kegiatan muhadharah.
Menurut Munawwir (1990), muhadharah berasal dari bahasa Arab, yaitu al-
muhadharatu yang berarti ceramah, kuliah. Sehingga muhadharah dipahamai
sebagai suatu kegiatan atau latihan berpidato (ceramah) yang menekankan skill
para santri yang bertujuan untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum
2
(public speaking). Pada saat kegiatan muhadharah berlangsung, santri dituntut
untuk berceramah melalui penguasaan materi, teknik berceramah, gaya bahasa,
mimik muka, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya para santri banyak
menemukan masalah ketika akan berceramah.
Peneliti melakukan studi elisitasi terhadap lima santri yang berusia 13-15
tahun di pondok pesantren Al-Falak Bogor yang dipimpin oleh Syekh Hakim
Tubagus Agus Fauzan. Kegiatan muhadharah di pondok pesantren tersebut
merupakan kegiatan mingguan yang dilaksanakan pada hari Sabtu malam.
Beberapa santri pada saat tampil memaparkan ceramahnya terlihat gugup, ragu-
ragu, malu-malu, sehingga lupa terhadap isi ceramah yang akan disampaikan.
Hasil wawancara peneliti kepada santri, banyak ditemukan masalah sulitnya
tampil berbicara di depan umum seperti sulitnya menemukan tema untuk
disampaikan, rasa malu yang timbul pada saat naik ke mimbar, demam panggung,
gelisah, gugup, dan tidak konsentrasi.
Kekhawatiran dalam berbicara di depan umum merupakan hal yang lazim
(Furukawa, T. A., Watanabe, N., Kinoshita, Y., Kinoshita, K., Sasaki, T., Nishida,
A., Okazaki, Y. & Shimodera, S, 2012). Bagi santri, kekhawatiran ini akan
mempengaruhi kelancaran saat berbicara di depan umum seperti tingkat
kecemasan yang tinggi, emosi yang negatif, dan kinerja yang buruk sehingga
diperlukan penanganan yang benar (Hua, F., Filaire, E., Giraud, T., Gomez, D. A.,
Soury, M., Martin, J. C., Devillers, L. & Scanff, C. L, 2016).
Menjadi penceramah yang baik tentunya memerlukan perencanaan dan
pengorganisasian topik atau materi. Ada tiga jenis berbicara di depan umum
3
berdasarkan tujuan yang dimaksudkan: informatif, persuasif, dan menghibur
(Wrench, J. S., Goding, A., Johnson, D. I. & Attias, B. A. 2012). Jenis berbicara
di depan umum yang paling umum adalah informatif. Tujuan dari pidato
informatif adalah untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain yang biasanya
terjadi di kelas. Berbicara persuasif adalah bagaimana pembicara mencoba
membujuk orang lain. Pembicara harus meyakinkan, memotivasi, dan mengajak
audiens untuk berubah atau bergerak menjadi lebih baik. Kemudian berbicara
menghibur melibatkan pengorganisasian beberapa peristiwa seperti menyajikan
dan menerima penghargaan. Sedangkan siswa yang mengikuti kelas berbicara di
depan umum memiliki beberapa manfaat. Manfaat ini termasuk mengembangkan
pemikiran kritis, menyetel keterampilan verbal dan non-verbal, dan mengatasi
rasa takut berbicara di depan umum.
Untuk mengatasi berbagai masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dibutuhkan self-efficacy ketika berbicara di depan umum yang disebut dengan
istilah public speaking self-efficacy, sehingga masalah-masalah yang dialami
tersebut dapat diatasi dengan baik dan benar.
Bandura (1997) menyebutkan self-efficacy sebagai suatu keyakinan individu
bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu dengan
berhasil. Hal ini akan mengakibatkan bagaimana individu merasa berpikir dan
bertingkah laku terhadap keputusan yang dipilih, usaha-usaha yang akan
dilakukan, dan keteguhannya pada saat menghadapi hambatan, memiliki rasa
bahwa individu mampu untuk mengendalikan lingkungan sosialnya. Bandura
(1997) juga menyatakan bahwa individu dengan self-efficacy tinggi akan mudah
4
berpartisipasi, bekerja lebih keras, bertahan lebih lama, menunjukkan minat yang
lebih besar dalam belajar, dan mencapai pada tingkat yang lebih tinggi.
Orang yang memiliki self-efficacy tinggi akan menghadapi tugas yang sulit
sebagai tantangan yang harus dikuasai daripada mengganggap sebagai ancaman
yang harus dihindari, mempunyai tujuan dan komitmen yang kuat. Sedangkan
orang dengan self-efficacy yang rendah akan menghindar dari tugas-tugas sulit,
cenderung menganggap sebagai ancaman, memiliki aspirasi rendah dan komitmen
yang lemah terhadap tujuan yang mereka pilih, ragu terhadap diri sendiri, dan
rentan terhadap stres dan depresi (Weiner & Craighead, 2009).
Public speaking adalah suatu aktivitas dimana pembicara berbagi pandangan
atau pendapat pada audiens dan sering diiringi dengan pengalaman takut dan
gugup sebelum dan selama berbicara di depan umum (Gareis, 2006). Tokoh
lainnya, menyatakan bahwa public speaking dianggap sebagai kemampuan yang
sangat penting untuk siswa. Individu yang memiliki kemampuan public speaking
yang baik maka individu tersebut dapat mengatasi masalah komunikasi
interpersonal dalam lingkungannya Omer (2014).
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang public speaking self-
efficacy. Dwyer dan Fus (1999) meneliti hubungan antara public speaking self-
efficacy dan kecemasan berbicara. Bygate (1987) menyatakan bahwa dalam
berbicara, kehadiran seorang teman bicara mengharuskan adanya dua kondisi,
yaitu kondisi timbal balik dan kondisi tekanan waktu. Kondisi timbal balik
mengacu pada lebih dari satu peserta dalam berbicara. Ini berarti bahwa
pembicara harus menyesuaikan dengan topik pendengar dan pendengar harus
5
secara aktif berpartisipasi dalam percakapan. Tekanan waktu mengacu pada
kurangnya persiapan dalam pidato secara spontan (Asakereh & Dehghannezhad,
2015). Selain itu, lingkungan yang menantang, merangsang, dan mendukung
dapat mempengaruhi pembelajaran bahasa dan keterampilan berbicara dalam
pembelajaran tertentu (Fraser, 2007; Kolb & Kolb, 2005).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi public speaking self-efficacy,
yaitu kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk
mengenali perasaan diri sendiri dan orang orang lain, memotivasi diri sendiri dan
mengelola emosi secara efektif dalam diri sendiri dan orang lain (Goleman, 1998).
Beberapa peneliti meneliti hubungan kecerdasan emosi dan public speaking
self-efficacy. Profesor Howard Gardner yang melakukan studi di bidang
kecerdasan manusia telah membentuk sebuah teori yang menjelaskan intelligence
quotient yang dimiliki oleh laki-laki. Ia menemukan tujuh jenis kecerdasan. Di
antara ketujuh kecerdasan tersebut, dua kecerdasan disebut sebagai kecerdasan
intrapersonal dan kecerdasan interpersonal yang merupakan komponen dari
kecerdasan emosional. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang
untuk mengendalikan diri melalui pengetahuan dan pemahaman tentang perasaan,
keinginan, kebutuhan dan tujuan pribadi. Dengan kemampuan ini, seseorang dapat
memotivasi dirinya sendiri. Sedangkan kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan dan kepekaan terhadap keadaan psikologis orang lain. Kemampuan
ini membantu seseorang untuk berempati dan berkomunikasi dengan baik dengan
orang lain. Jelas terlihat bahwa orang yang memiliki kedua kecerdasan ini dan
6
akan membentuk kecerdasan emosional yang tinggi (Yahaya, Ee, Bachok,
Yahaya, Bon, & Ismail, 2011).
Dari penelitian Gharetepeh, Safari, Pashaei, Razaei dan Bagher (2015)
ditemukan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan
emosi terhadap self-efficacy yang menyatakan bahwa orang-orang dengan
kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan
situasi hidup dan menggunakan keterampilan koping yang efektif saat
menghadapi masalah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mereka memiliki
unsur self-efficacy.
Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi dapat mengelola keadaan
emosi yang tidak menyenangkan dengan cara membuat diri mereka rileks,
mengalihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan, menenangkan diri, dan
mencari dukungan dari teman, keluarga, dan orang lain. Sehingga dapat merasa
tenang dan serta kegelisahan maupun kesedihan dapat teratasi (Weiner &
Craighead, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan
self-efficacy memainkan peran penting dalam mencapai keberhasilan akademis
(Gharetepeh et al., 2015)
Kepribadian big five juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
public speaking self-efficacy. Menurut McCrae dan Costa dalam Feist dan Feist
(2010), kepribadian big five merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi sifat
dasar kepribadian seseorang yang terungkap lewat analisis faktor sehingga dapat
memprediksi dan menjelaskan perilaku seseorang.
7
Djigic, Stojiljkovic dan Doskovic (2013) menyatakan bahwa kepribadian
mempengaruhi self-efficacy. Diantaranya yaitu dimensi consciencetiousness dan
openness. Individu yang memiliki consciencetiousness yang tinggi, cenderung
memiliki sifat pekerja keras, tekun, disiplin, dan teliti. Sedangkan individu yang
memiliki openness yang tinggi, cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
kreatif, imajinatif, dan memiliki keinginan yang tinggi untuk mencari dan
menghargai pengalaman.
Henson dan Chambers dalam Gungor, Kurt dan Ekici (2014) membuktikan
bahwa ada hubungan antara tipe kepribadian dan self-efficacy dengan korelasi
yang rendah. Lain halnya dengan Hartman (2006) yang meneliti hubungan antara
kepribadian dan self-efficacy. Hasil menunjukkan bahwa conscientiousness dan
extraversion berkorelasi positif dengan self-efficacy, sementara neuroticism
menampilkan hubungan negatif yang signifikan dengan self-efficacy. Selain itu,
opennes berkorelasi dengan self-efficacy dalam hal kreatifitas dan intelektual.
Sementara agreeableness tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
self-efficacy.
Mengingat sangat pentingnya public speaking self-efficacy agar santri
mempunyai keyakinan dalam diri bahwa mereka dapat tampil berbicara di depan
umum dengan baik dan benar sehingga anggapan masyarakat mengenai kader dai
yang dicetak dari pesantren dapat terlaksana. Untuk itu peneliti merasa perlu
untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi dan kepribadian big five berpengaruh
pada public speaking self-efficacy.
8
Berdasarkan pembahasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Kepribadian Big
Five terhadap Public Speaking Self-efficacy Santri Kelas Muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih spesifik, peneliti membatasi
permasalahan penelitian pada independent variable (kecerdasan emosi dan
kepribadian big five) dengan dependent variable public speaking Self-efficacy.
Adapun pengertian konsep pada variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Public speaking self-efficacy. Yang dimaksud public speaking self-efficacy
dalam penelitian ini merupakan keyakinan individu bahwa dirinya mampu
berbicara di depan umum, mengatasi rasa takut dan gugup di hadapan
audiens dalam memberikan informasi atau pandangannya secara efektif
(Bandura, 1997; Gareis, 2006).
2. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri
sendiri dan orang orang lain, memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi
secara efektif dalam diri sendiri dan orang lain (Goleman, 1998).
3. Kepribadian big five merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi sifat
dasar kepribadian seseorang yang terungkap lewat analisis faktor sehingga
dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku seseorang (McCrae dan Costa
dalam Feist & Feist, 2010).
9
4. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah santri Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor yang mengikuti kegiatan muhadharah.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosi (self awareness, managing
emotions, motivating oneself, empathy, dan social skills) dan kepribadian
big five (extraversion, neurotisme, openess, agreeableness, dan
conscientiousness) terhadap public speaking self-efficacy santri kelas
muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor?
2. Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosi dan kepribadian big five
terhadap public speaking self-efficacy?
3. Berapa proporsi varian dari masing-masing variabel?
1.3 Tujuan Penelitian
a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi (self
awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy, dan social
skills) dan kepribadian big five (extraversion, neurotisme, openess,
agreeableness, dan conscientiousness) terhadap public speaking self-
efficacy santri kelas muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor
b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kecerdasan emosi dan kepribadian big five terhadap public speaking self-
efficacy
10
c) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar proporsi varian
dari masing-masing variabel.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoriritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap bidang keilmuan
psikologi khususnya dalam bidang psikologi pendidikan.
1.4.2 Manfaat praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
gambaran public speaking self-efficacy santri di pondok pesantren dan dapat
dijadikan acuan bagi bagi pihak pesantren dalam memenuhi kebutuhan santri agar
mereka dapat mengatasi permasalahan yang terkait dengan kegiatan muhadharah.
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Public Speaking Self-efficacy
2.1.1 Definisi public speaking self-efficacy
Self-efficacy merupakan suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu dalam situasi tertentu dengan berhasil. Hal ini akan
mengakibatkan bagaimana individu merasa berpikir dan bertingkah laku terhadap
keputusan yang dipilih, usaha-usaha yang akan dilakukan, dan keteguhannya pada
saat menghadapi hambatan, memiliki rasa bahwa individu mampu untuk
mengendalikan lingkungan sosialnya (Bandura, 1997).
Bandura (1997) menjelaskan juga bahwa self-efficacy dikonseptualisasikan
sebagai sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuan untuk menghasilkan
pekerjaan atau tugas sesuai dengan harapan. Self-efficacy mempengaruhi
bagaimana perasaan individu, cara berfikir, memotivasi diri, dan bagaimana
individu bertingkah laku.
Luszczynska, Scholz dan Schwarzer (2005) mengatakan bahwa secara
umum self-efficacy adalah keyakinan dalam kompetensi seseorang untuk
mengatasi berbagai tuntutan stres atau keadaan menantang, sedangkan secara
spesifik self-efficacy dibatasi pada tugas tertentu. Self-efficacy mengacu pada
keyakinan individu bahwa mereka dapat melakukan apa yang diperlukan dalam
jenis tertentu dari situasi atau tugas, bukan harapan keberhasilan mereka secara
keseluruhan pada umumnya (Mischel, Shoda & Smith, 2004).
12
Public speaking adalah suatu aktivitas dimana pembicara berbagi pandangan
atau pendapat pada audiens dan sering diiringi dengan pengalaman takut dan
gugup sebelum dan selama berbicara di depan umum (Gareis, 2006). Sedangkan
menurut Omer (2014), public speaking dianggap sebagai kemampuan yang sangat
penting untuk siswa. Individu yang memiliki kemampuan public speaking yang
baik maka individu tersebut dapat mengatasi masalah komunikasi interpersonal
dalam lingkungannya.
Tokoh lainnya, Wrench, Goding, Johnson dan Attias (2012) menjelaskan
public speaking sebagai proses merancang dan menyampaikan pesan kepada
audiens. Public speaking yang efektif melibatkan pemahaman dan tujuan ketika
berbicara, memilih topik pidato yang akan dibahas, dan menyampaikan pesan
dengan terampil.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy public speaking yaitu keyakinan
individu bahwa dirinya mampu berbicara di depan umum, mengatasi rasa takut
dan gugup di hadapan audiens dalam memberikan informasi atau pandangannya
secara efektif (Bandura, 1997; Gareis, 2006).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi public speaking self-efficacy
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi public speaking self-efficacy,
diantaranya:
a. Enactive mastery experiences (pengalaman keberhasilan), yang berfungsi
sebagai indikator kemampuan. Sumber informasi ini memberikan pengaruh
besar pada efikasi diri individu karena didasarkan pada pengalaman-
pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa keberhasilan dan
13
kegagalan. Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self-
efficacy yang dimiliki seseorang, sedangkan kegagalan akan menurunkan
self-eficacynya. (Bandura, 1994, 1995, 1997; Maddux, 1995). Berkaitan
dengan public speaking self-efficacy, santri akan memperoleh mastery
experience ketika mereka mencoba untuk menyampaikan pidato di depan
teman-teman sekelas mereka. Ketika mereka berhasil menyampaikan pidato,
self-efficacy mereka akan meningkat. Namun, santri yang gagal dalam
menyampaikan pidato, self-efficacy mereka dapat ditingkatkan jika mereka
mempunyai keinginan untuk terus belajar dengan berlatih dan meningkatkan
diri mereka sendiri dalam melakukan yang lebih baik untuk tugas
berikutnya.
b. Vicarious experiences atau modeling (meniru), yang mengubah keyakinan
diri melalui kompetensi dan perbandingan dengan pencapaian orang lain.
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang
sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan self-efficacy
pada seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Sebaliknya,
pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian
individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi usaha
yang dilakukan (Bandura, 1994, 1995, 1997; Maddux, 1995). Ketika santri
mengamati temannya menyampaikan pidato dengan sukses, tentu akan
mengalami peningkatan efikasi berbicara di depan umum.
c. Verbal persuasion. Individu dapat diarahkan dengan bujukan, saran, nasihat,
dan bimbingan bahwa ia dapat meningkatkan keyakinan tentang
14
kemampuan-kemampuan yang dimiliki sehingga dapat mengarahkan
individu untuk berusaha lebih gigih dalam mencapai tujuan dan kesuksesan
(Bandura, 1994, 1995, 1997; Maddux, 1995). Kata-kata seperti “Anda
mampu”, “Anda kompeten”, merupakan pemicu kepribadian untuk menuju
kesuksesan (Barakatu, 2007). Feedback dari orang tua, guru, dan teman
sebaya yang dipercaya oleh santri dapat meningkatkan kepercayaan diri
siswa dalam kemampuan berpidato.
d. Physiological and emotional state. Informasi kemampuan individu sebagian
besar didapatkan dari somatik yang diteruskan ke fisiologis dan emosi.
Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan
tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang
cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak
diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau
gangguan somatic lainnya. (Bandura, 1994, 1995, 1997; Maddux, 1995).
Kecerdasan emosi dan kepribadian big five termasuk kedalam faktor ini.
Kecerdasan emosi seseorang dapat mengukur tingkat keyakinan mereka
dengan pengalaman emosi yang mereka alami. Emosi merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap efikasi diri, seperti yang diungkapkan
oleh Alwisol (2009) bahwa salah satu sumber efikasi diri adalah keadaan
emosi. Selanjutnya, kepribadian juga menentukan apakah individu
kompeten dalam melakukan perilaku tertentu.
2.1.3 Dimensi public speaking self-efficacy
Ada beberapa dimensi dari public speaking self-efficacy, yaitu:
15
a. Level/ magnitude. Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas
dimana individu merasa mampu atau tidak untuk melakukannya. Jika
individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitannya, maka keyakinan individu akan terbatas pada tugas-tugas yang
mudah, sedang atau tugas yang sulit, sesuai dengan batas kemapuan yang
dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-
masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah
laku yang akan dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku
yang dirasa mampu dilakukan dan menghindari tingkah laku yang berada di
luar batas kemampuan yang dirasakannya. (Bandura, 1995, 1997; Maddux,
1995; Zimmerman, 2000).
b. Generatily. Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan individu akan
kemampuannya melaksanakan tugas pada banyak aktivitas atau aktivitas
tertentu saja. Seseorang yang dapat menerapkan self-efficacy dalam berbagai
kondisi, maka semakin tinggi self-efficac yang dimilikinya. (Bandura, 1995,
1997; Maddux, 1995; Zimmerman, 2000).
c. Strength. Dimensi ini terkait dengan kekuatan dari self-efficacy seseorang
ketika berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu permasalahan. Self-
efficacy yang lemah dapat dengan mudah digoyahkan ketika menghadapi
sebuah tugas. Sebaliknya orang yang memiliki keyakinan yang kuat
tentunya akan bertahan pada usahanya meskipun terdapat banyak tantangan
dan rintangan sulit. (Bandura, 1995, 1997; Maddux, 1995; Zimmerman,
2000).
16
2.1.4 Pengukuran public speaking self-efficacy
Dalam penelitian ini, pengukuran public speaking self-efficacy menggunakan
General Self-efficacy Scale milik Ralf Schwarzer dari Universitas Freie, Berlin.
Skala self-efficacy Ralf Schwarzer pertama kali dikembangkan pada tahun 1981
oleh Jerusalem dan Ralf Schwarzer, yang versi aslinya dibuat dalam bahasa
Jerman. Awalnya skala self-efficacy ini terdiri dari 20 item, kemudian setelah
berkembang berkurang menjadi 10 item. Hanya saja, skala self-efficacy milik Ralf
Schwarzer ini tidak terdapat keterangan di dalamnya mengenai blue print skala
tersebut. Skala hanya disajikan dalam 10 item yang berisi pernyataan dengan
respon format dari skor 1 sampai 4, tanpa meyertakan item mana saja yang
termasuk favourable dan unfavourable. Skala self-efficacy milik Ralf Schwarzer
telah diadaptasikan dalam 14 budaya (Schwarzer & Jerusalem., 1995).
Alasan peneliti menggunakan skala milik Ralf Schwarzer dan Jerusalem
(1995) karena landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teori social cognitive milik Albert Bandura. Selain itu, menurut Ralf Schwarzer
dan Jerusalem (1995) koefisien reliabilitas skala self-efficacy ini antara 0.75
sampai 0.90 sehingga dapat dikatakan reliabel dan juga dapat dibuktikan melalui
validitas diskriminan dan validitas konvergen. Dengan demikian, skala ini dapat
dipergunakan pada masa dan jangka waktu yang berbeda serta dengan
karakteristik responden yang berbeda.
17
2.2 Kecerdasan Emosi
2.2.1 Definisi kecerdasan emosi
Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk
mengenali perasaan diri sendiri dan orang orang lain, memotivasi diri sendiri dan
mengelola emosi secara efektif dalam diri sendiri dan orang lain (Goleman, 2003;
Goleman, 1998; Lunenburg, 2011; Yahaya et al., 2011; Nawi et al., 2015).
Kecerdasan emosi juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk berpikir cerdas
tentang emosi dan menggunakannya untuk meningkatkan berpikir cerdas. Lebih
lanjut, Goleman menjelaskan kecerdasan emosi sangat penting sebagai penentu
pekerjaan dan kesuksesan karir.
Higgs dan Dulewicz dalam Yahaya et al. (2011) memberikan definisi
kecerdasan emosi secara luas yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan orang
lain serta mampu memotivasi diri untuk menyelesaikan tugas, kreatif, dan
berusaha untuk mencapai sesuatu secara maksimal, memperhatikan perasaan
orang lain dan dapat menangani hubungan sosial secara efektif.
Lain halnya dengan Salovey dan Mayers yang menjelaskan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan untuk memahami, menilai, dan mengekspresikan
emosi secara tepat; kemampuan untuk mengakses dan menghasilkan emosi untuk
berpikir dan bertindak; dan kemampuan untuk mengatur emosi untuk mendorong
pertumbuhan emosional dan intelektual (Mayer & Salovey, 1997; Bracket et al.,
2011).
2.2.2 Dimensi kecerdasan emosi
Ada beberapa dimensi dari kecerdasan emosi, yaitu:
18
a. Self-awareness. Kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan, untuk
memahami tanggapan emosional, mengenali bagaimana emosi dapat
mempengaruhi perilaku dan kinerja (Goleman, 2003; Goleman, 1998).
Orang dengan kesadaran diri yang tinggi dapat mengukur suasana hatinya
dan dapat memahami orang lain; terbuka terhadap feedback dari orang lain
ke arah yang lebih baik; dan mampu membuat keputusan yang baik
meskipun berada dalam ketidakpastian dan tekanan serta mampu
menunjukkan rasa humor. (Lunenburg, 2011).
b. Managing emotions. Kemampuan untuk tetap fokus dan berpikir jernih
bahkan ketika mengalami emosi yang kuat (Goleman, 2003; Goleman,
1998). Managing emotion ini mengacu pada seberapa baik kita
mengendalikan emosi, dorongan hati, dan sumber daya kita, berbuat
kejujuran dan integritas, fleksibel, dapat memanfaatkan peluang, dan tetap
optimis bahkan setelah gagal (Lunenburg 2011).
c. Motivating oneself. Kemampuan untuk menggunakan emosi terdalam
bertindak dan membimbing menuju tujuan, serta memungkinkan untuk
mengambil inisiatif dan bertekun dalam menghadapi rintangan dan
kemunduran (Goleman, 2003; Goleman, 1998). Motivating oneself ini
berorientasi pada hasil dan tujuan. Orang yang memiliki motivasi tinggi
akan menetapkan tujuan mereka sendiri dan orang lain, mencari cara untuk
memperbaiki kinerjanya, dan siap berkorban untuk memenuhi tujuan
tersebut (Lunenburg, 2011).
19
d. Empathy. Kemampuan untuk merasakan, memahami dan menanggapi apa
yang orang lain rasakan (Goleman, 2003; Goleman, 1998). Empathy ini
mengacu pada pemahaman dan kepekaan terhadap perasaan, pikiran, dan
situasi orang lain (Lunenburg, 2011).
e. Social skills. Kemampuan untuk mengelola emosi, menangani emosi,
mampu mempengaruhi dan menginspirasi orang lain (Goleman, 2003;
Goleman, 1998). Social skills ini mengacu pada kemampuan mengelola
perubahan, menyelesaikan konflik, membangun ikatan pribadi yang kuat,
mendukung kerja sama tim, dan memimpin (Lunenburg, 2011).
2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosi
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap alat ukur kecerdasan
emosi terdapat dua alat ukur yang mengukur kecerdasan emosi diantaranya
sebagai berikut:
a. Trait Meta-Mood Scale (TMMS)
Trait Meta-Mood Scale (TMMS) yang telah dikembangkan oleh Salovey
et.al. (2002) TMMS untuk mengukur secara relative stabil kestabilan
perbedaan individu dalam kecenderungan seseorangan untuk memberikan
perhatian pada suasana hati, emosi, mendiscriminasi secara jelas. TMMS
terbagi menjadi tiga faktor skala mencakup 48 item. Skala pertama yaitu
attention dengan jumlah item 21, skala kedua adalah clarity dengan jumlah
item 15, dan yang terakhir skala ketiga adalah repair dengan jumlah item
12.
20
b. Emotional Intelligence Questionnaire (EIQ)
Emotional Intelligence Questionnaire (EIQ) yang telah dikembang oleh
Daniel Goleman (2003). EIQ untuk mengukur berbagai kompetensi dari
emotional intelligence. EIQ mempunyai 50 item yang mengukur dimensi
dari emotional intelligence yaitu self-awareness, managing emotions,
motivating oneself, empathy, social skills.
Dari beberapa alat ukur yang dikemukakan, peneliti menggunakan alat ukur
Emotional Intelligence Questionnaire (EIQ), dikarenakan sesuai dengan kajian
teori yang digunakan dalam mengenali perasaan diri sendiri dan orang orang lain,
memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi secara efektif dalam diri sendiri dan
orang lain agar mampu berbicara di depan umum secara efektif.
2.3 Kepribadian Big Five
2.3.1 Definisi kepribadian big five
Kepribadian adalah karakteristik yang unik yang dapat mempengaruhi perilaku
dalam merespon situasi yang berbeda (Schultz & Schultz, 2009). Lebih lanjut,
Schultz dan Schultz (2009) menjelaskan kepribadian merupakan aspek yang
terlihat pada karakter seseorang yang menimbulkan kesan pada orang lain.
Raymond Cattel dalam Corr dan Matthews (2009) menggunakan
menggunakan trait untuk meprediksi perilku, ia mendefinisikan kepribadian
sebagai hal yang dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan dilakukan
individu dalam situasi tertentu, kemudian mendefinisikan apa yang akan individu
lakukan ketika menghadapi suatu hal. Sedangkan Gordon Allport mendefinisikan
kerpibadian sebagai dinamika yang terorganisir dari seorang individu secara psikis
21
menunjukkan keunikan individu tersebut dalam melakukan penyesuaian terhadap
lingkungan (Allport dalam Corr & Matthews, 2009).
McCrae dan Costa dalam Feist dan Feist (2010), menyatakan bahwa
kepribadian big five merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi sifat dasar
kepribadian seseorang yang terungkap lewat analisis faktor sehingga dapat
memprediksi dan menjelaskan perilaku seseorang. Kepribadian big five yang
dikembangkan oleh McCrae dan Costa ini mengenai taksonomi sifat dari
kepribadian yang seiring pertambahan usia cenderung mempertahankan struktur
kepribadiannya.
2.3.2 Dimensi kepribadian big five
Ada beberapa dimensi dari kepribadian big five, yaitu:
a. Extraversion. Seseorang dengan trait ini memiliki sifat yang selalu ingin
sibuk, bertindak penuh semangat dan berbicara dengan cepat, energik, kuat
memilih lingkungan yang dapat merangsang mereka dan sering mencari
kegembiraan (McCrae & Costa, 2003). Orang yang extraversion merupakan
orang yang ramah, tegas, senang beraktivitas dan banyak bicara serta
ditandai oleh perasaan dan pengalaman positif (Clark & Watson dalam
Rothmann & Coetzer, 2003)
b. Neuroticism. Seseorang dengan trait ini cenderung menyerah pada godaan,
menunjukkan ketidakmampuan dalam mengatasi stress, merasa cemas dan
malu dalam situasi sosial, frustrasi ketika berurusan dengan orang lain, serta
membuat hal-hal yang semakin rumit (McCrae & Costa, 2003). Seseorang
22
dengan neuroticism yang tinggi kurang mampu mengendalikan impuls, dan
mengatasi stress (Hough et al. dalam Rothmann & Coetzer, 2003)
c. Openness. Sifat trait ini mengacu pada imajinasi yang hidup dan
kecenderungan untuk mengembangkan lamunan yang rumit (kreatif) dalam
estetika itu terlihat dalam kepekaan terhadap seni dan kecantikan,
mengalami perasaan mereka sendiri dengan kuat, dan mereka menghargai
pengalaman tersebut, melihatnya sebagai sumber makna dalam kehidupan,
berempati dengan orang lain dalam situasi lain (McCrae & Costa, 2003).
Seseorang dengan openness yang rendah cenderung bersikap konvensional
dalam berperilaku dan konservatif dalam pandangan (Rothmann & Coetzer,
2003).
d. Agreeableness. Seseorang yang memiliki trait yang perhatian tanpa pamrih
untuk orang lain, murah hati, mudah percaya pada orang lain dan jarang
mencurigai maksud tersembunyi, menunjukkan kesederhanaan (McCrae &
Costa, 2003). Seseorang dengan agreeableness cenderung bersimpati
kepada orang lain dan sangat ingin membantu mereka (Rothmann &
Coetzer, 2003).
e. Consciencetiousness. Sifat trait ini teliti, rasional, tahu, umumnya
menganggap diri mereka sebagai seseorang yang memiliki kompetensi
tinggi, kesuksesan mereka dalam suatu organisasi membuat mereka efisien
dalam bekerja, mengejar yang terbaik dalam segala hal, mempunyai
kedipsilinan yang tinggi, membuat rencana terlebih dahulu dan berpikir
dengan hati-hati sebelum bertindak (McCrae & Costa, 2003). Seseorang
23
dengan conscientiousness cenderung berkemauan keras dan tekun
(Rothmann & Coetzer, 2003).
2.3.3 Pengukuran kepribadian big five
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap alat ukur kepribadian
big five terdapat dua alat ukur yang mengukur kepribadian big five, diantaranya
sebagai berikut:
a. Big Five Inventory (BFI)
BFI yang sebelumnya dikembangkan oleh McCrae Costa. BFI (Big Five
Inventory) terdiri dari 44 item dengan mengukur lima dimensi big five
(Extraversion vs. introversion, Agreeableness vs. antagonism,
Conscientiousness vs. lack of direction, Neuroticism vs. emotional stability,
Openness vs. closedness to experience) (Leung, Wong, Cham, & Lam,
2013).
b. International Personality Item Pool (IPIP)
International Personality Item Pool (IPIP) dikembangkan oleh Goldberg
terdiri dari 50 item dan 100 iten inventori yang dapat diunduh secara bebas
dari internet. Akan tetapi studi saat ini menggunakan 100 item yang terdiri
dari 20 item untuk masing-masing kepribadian big five yaitu extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness (John, Robins, &
Pervin, 2008).
Dari beberapa alat ukur yang dijelaskan, maka peneliti menggunakan alat
ukur Big Five Inventory (BFI) karena telah beberapa kali direvisi sehingga
didapatkan hasil sebanyak 22 item yang terdiri dari 3 item untuk extraversion, 5
24
item untuk agreeableness, 4 item untuk conscientiousness, 5 item untuk
neuroticism, dan 5 item untuk openness. Alat ukur ini memiliki factor loading
lebih dari 0.51 dan nilai reliabilitas yang baik, antara 0.69 sampai 0.81. Sehingga
alat ukur ini memiliki item-item yang valid.
2.4 Kerangka Berpikir
Public speaking self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa dirinya
mampu berbicara di depan umum, mengatasi rasa takut dan gugup di hadapan
audiens dalam memberikan informasi atau pandangannya secara efektif. Dalam
dunia pendidikan khususnya di pesantren yang dianggap sebagai pencetak kader
ulama dan da’i, tentunya santri memerlukan pembinaan dalam upaya mengkaji
dan mengembangkan metodologi dakwah sejak dini di pesantren melalui kegiatan
muhadharah.
Muhadharah merupakan kegiatan latihan berpidato atau ceramah yang
menekankan skill santri agar dapat berbicara di depan umum (public speaking).
Namun, pada kenyataannya santri banyak menemukan masalah ketika akan
berceramah seperti sulitnya menemukan tema untuk disampaikan, rasa malu yang
timbul pada saat naik ke mimbar, demam panggung, gelisah, gugup, tidak
konsentrasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan rendahnya public
speaking self-efficacy pada santri sehingga diperlukan penanganan yang benar.
Public speaking self-efficacy dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah kecerdasan emosi (self awareness, managing emotions, motivating oneself,
empathy, dan social skills) dan kepribadian big five (extraversion, neurotisme,
openess, agreeableness, dan conscientiousness)
25
Penelitian ini ingin menggali bagaimana kecerdasan emosi dan kepribadian
big five mempengaruhi public speaking self-efficacy santri kelas Muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor. Adapun kerangka berpikir dalm penelitian ini
tertera pada bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis mayor dan hipotesis minor,
yang akan diuraikan sebagai berikut:
a) Hipotesis mayor
26
Ada pengaruh dimensi kecerdasan emosi (self awareness, managing emotions,
motivating oneself, empathy, dan social skills) dan kepribadian big five
(extraversion, neurotisme, openess, agreeableness, dan conscientiousness)
terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor.
b) Hipotesis minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi self awareness pada kecerdasan
emosi terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi managing emotions pada
kecerdasan emosi terhadap public speaking self-efficacy santri kelas
muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi motivating oneself pada kecerdasan
emosi terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi empathy pada keceradan emosi
terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi social skills pada kecerdasan emosi
terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor.
27
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi extraversion pada kepribadian big
five terhadap public sepaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi neuroticism pada kepribadian big
five terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
H8 : Ada pengaruh yang dignifikan dimensi openess pada kepribadian big five
terhadap public sepaking self-efficacy santri kelas muhadharah di Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi agreeableness pada kepribadian big
five terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
H10 : Ada pengaruh yang dignifikan dimensi conscientiousness pada kepribadian
big five terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
28
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor memiliki 350 santri yang dipimpin oleh H.
Ibnu Zaky, S.Pdi. Pondok pesantren ini berada di Jl. KH. Abdul Hamid Km.03
Kp. Jawa Rt 02/02 Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
Kegiatan muhadharah di Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Itqon Bogor
dilaksanakan setiap satu kali dalam seminggu yaitu pada hari jumat (malam
sabtu). Adapun karakteristik sampel penelitian adalah sebagai berikut:
a. Santri aktif Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
b. Mengikuti kelas muhadharah.
c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 186 santri. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik accidental dimana sampel
yang diambil berdasarkan orang-orang yang kebetulan ditemui peneliti dan
memenuhi kriteria saja yang dipilih menjadi sampel penelitian. Penyebaran
kuesioner dilakukan di kelas muhadharah dengan cara peneliti membagikan
langsung kueseioner ke Pesantren Al-Aulia Bogor.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Dependent Variabel)
yaitu public speaking self-efficacy. Sedangkan Independent Variabel yaitu
kecerdasan emosi (self awareness, managing emotions, motivating oneself,
29
empathy, dan social skills) dan kepribadian big five (extraversion, neurotisme,
openess, agreeableness, dan conscientiousness).
1. Public speaking self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa dirinya
mampu berbicara di depan umum, mengatasi rasa takut dan gugup di
hadapan audiens dalam memberikan informasi atau pandangannya secara
efektif (Bandura, 1997; Gareis, 2006). Public speaking self-efficacy ini
diukur berdasarkan tiga aspek yaitu; magnitude, generality, dan strength
(Bandura, 1997) melalui alat ukur Ralf Schwarzer yaitu Generelasi Self-
efficacy Scale (Ralf Schwarzer et al., 1995) dan konstruksi alat ukur oleh
peneliti.
2. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri
sendiri dan orang orang lain, memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi
secara efektif dalam diri sendiri dan orang lain (Goleman, 1998). Ada
beberapa dimensi dari kecerdasan emosi menurut Goleman (1998), yaitu:
a. Self-awareness. Kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan,
untuk memahami tanggapan emosional, mengenali bagaimana emosi
dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja.
b. Managing emotions. Kemampuan untuk tetap fokus dan berpikir
jernih bahkan ketika mengalami emosi yang kuat.
c. Motivating oneself. Kemampuan untuk menggunakan emosi terdalam
bertindak dan membimbing menuju tujuan, serta memungkinkan
untuk mengambil inisiatif dan bertekun dalam menghadapi rintangan
dan kemunduran.
30
d. Empathy. Kemampuan untuk merasakan, memahami dan menanggapi
apa yang orang lain rasakan.
e. Social skills. Kemampuan untuk mengelola emosi, menangani emosi,
mampu mempengaruhi dan menginspirasi orang lain.
3. Kepribadian big five merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi sifat
dasar kepribadian seseorang yang terungkap lewat analisis faktor sehingga
dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku seseorang (McCrae dan Costa
dalam Feist & Feist, 2010). Ada beberapa dimensi dari kepribadian big five
menurut McCrae & Costa (2003), yaitu:
a. Extraversion. Seseorang dengan trait ini memiliki sifat yang selalu
ingin sibuk, bertindak penuh semangat dan berbicara dengan cepat,
energik, kuat memilih lingkungan yang dapat merangsang mereka dan
sering mencari kegembiraan.
b. Neuroticism. Seseorang dengan trait ini cenderung menyerah pada
godaan, menunjukkan ketidakmampuan dalam mengatasi stress,
merasa cemas dan malu dalam situasi sosial, frustrasi ketika
berurusan dengan orang lain, serta membuat hal-hal yang semakin
rumit.
c. Openness. Sifat trait ini mengacu pada imajinasi yang hidup dan
kecenderungan untuk mengembangkan lamunan yang rumit (kreatif)
dalam estetika itu terlihat dalam kepekaan terhadap seni dan
kecantikan, mengalami perasaan mereka sendiri dengan kuat, dan
mereka menghargai pengalaman tersebut, melihatnya sebagai sumber
31
makna dalam kehidupan, berempati dengan orang lain dalam situasi
lain.
d. Agreeableness. Seseorang yang memiliki trait yang perhatian tanpa
pamrih untuk orang lain, murah hati, mudah percaya pada orang lain
dan jarang mencurigai maksud tersembunyi, menunjukkan
kesederhanaan.
e. Consciencetiousness. Sifat trait ini teliti, rasional, tahu, umumnya
menganggap diri mereka sebagai seseorang yang memiliki
kompetensi tinggi, kesuksesan mereka dalam suatu organisasi
membuat mereka efisien dalam bekerja, mengejar yang terbaik dalam
segala hal, mempunyai kedipsilinan yang tinggi, membuat rencana
terlebih dahulu dan berpikir dengan hati-hati sebelum bertindak.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuesioner dengan tiga skala
berbentuk skala model Likert yaitu: skala public speaking self-efficacy, skala
kecerdasan emosi dan skala kepribadian big five. Skala ini berisi pernyataan
dengan respon format dari skor 1 sampai 4 (sangat tidak sesuai, tidak sesuai,
sesuai, sangat sesuai).
3.3.2 Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan tiga alat ukur untuk mengukur variabel yang
diteliti. Ketiga skala ini untuk mengukur public speaking self efficay, kecerdasan
emosi, dan kepribadian big five.
32
3.3.2.1 Skala public speaking self-efficacy
Skala public speaking self-efficacy diadaptasi dari skala milik Ralf Schwarzer
yaitu General Self-efficacy Scale. Skala self-efficacy Skala hanya disajikan dalam
10 item yang berisi pernyataan dengan respon format dari skor 1 sampai 4, tanpa
meyertakan item mana saja yang termasuk favourable dan unfavourable. Skala
self-efficacy milik Ralf Schwarzer telah diadaptasikan dalam 14 budaya
(Schwarzer, et. al., 1996).
Pengukuran menggunakan skala Likert dengan empat rentang penilaian (1=
sangat tidak sesuai, 2= tidak sesuai, 3= sesuai, dan 4= sangat sesuai). Pada skala
ini hanya terdapat jenis respon item favorable (Fav).
Tabel 3.1
Blue print skala public speaking self-efficacy
Dimensi Indikator Item
Total Fav UnFav
Level
Keyakinan individu atas
kemampuannya terhadap tingkat
kesulitan tugas
1, 3, 10
3
Generality
Keyakinan individu akan
kemampuannya dalam melaksanakan
tugas di berbagai aktivitas
4, 5, 6, 8, 9
5
Strength
Tingkat kekuatan keyakinan atau
pengharapan individu terhadap
kemampuannya
2, 7
2
3.3.2.2 Skala kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi diukur dengan Emotional Intelligence Questionnaire (EIQ)
yang telah dikembangkan oleh Daniel Goleman. EIQ untuk mengukur berbagai
kompetensi dari emotional intelligence. EIQ mempunyai 50 item yang mengukur
dimensi dari emotional intelligence yaitu self-awareness, managing emotions,
motivating oneself, empathy, social skills.
33
Pengukuran menggunakan skala Likert dengan empat rentang penilaian (1=
sangat tidak sesuai, 2= tidak sesuai, 3= sesuai, dan 4= sangat sesuai). Terdapat
dua jenis respon item, yaitu: favorable dan unfavorable.
Tabell 3.2
Blue print skala kecerdasan emosi
Dimensi Indikator Item
Total Fav UnFav
Self-
Awareness
Kemampuan untuk mengenali apa yang
dirasakan, untuk memahami tanggapan
emosional, mengenali bagaimana emosi
dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja
1, 6, 11, 16, 21,
26, 31, 36, 41,
46
10
Managing
Emotions
Kemampuan untuk tetap fokus dan
berpikir jernih bahkan ketika mengalami
emosi yang kuat
2, 7, 12, 17, 22,
27, 32, 37, 42 47 10
Motivating
Oneself
Kemampuan untuk menggunakan emosi
dalam bertindak dan membimbing menuju
tujuan, serta memungkinkan untuk
mengambil inisiatif dan bertekun dalam
menghadapi rintangan dan kemunduran
3, 8, 13, 18, 23,
28, 33, 38, 43,
48
10
Emphaty
Kemampuan untuk merasakan, memahami
dan menanggapi apa yang orang lain
rasakan
4, 9, 14, 19, 24,
29, 34, 39, 44 49 10
Social Skills
Kemampuan untuk mengelola emosi,
menangani emosi, mampu mempengaruhi
dan menginspirasi orang lain
5, 10, 15, 20,
25, 30, 35, 40,
45, 50
10
3.3.2.3 Kepribadian big five
Kepribadian big five diukur dengan BFI (Big Five Inventory) dikembangkan oleh
McCrae Costa. BFI (Big Five Inventory) awalnya terdiri dari 44 item dengan
mengukur lima dimensi big five (Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness,
Neurotisme, dan Openness). Akan tetapi peneliti menggunakan 22 item BFI yang
telah diuji kembali nilai validitasnya.
Pengukuran menggunakan skala Likert dengan empat rentang penilaian (1=
sangat tidak sesuai, 2= tidak sesuai, 3= sesuai, dan 4= sangat sesuai). Terdapat
dua jenis respon item, yaitu: favorable dan unfavorable.
34
Tabel 3.3
Blue print skala kepribadian big five
Dimensi Indikator
Item
Total Fav
Un
Fav
Extraversion Seseorang dengan trait memiliki sifat yang selalu ingin
sibuk, bertindak penuh semangat dan berbicara dengan
cepat, energik, kuat memilih lingkungan yang dapat
merangsang mereka dan sering mencari kegembiraan.
1, 5,
18
3
Agreeableness Perhatian tanpa pamrih untuk orang lain, murah hati,
mudah percaya pada orang lain dan jarang mencurigai
maksud tersembunyi, menunjukkan kesederhanaan.
4, 9,
12, 16,
22
5
Conscientiousn
ess
Teliti, rasional, tahu, memiliki kompetensi tinggi,
mengejar yang terbaik dalam segala hal, mempunyai
kedipsilinan yang tinggi, membuat rencana terlebih
dahulu dan berpikir dengan hati-hati sebelum bertindak.
6, 14,
17, 19
4
Neuroticism Menyerah pada godaan, ketidakmampuan untuk
mengatasi stress,dalam situasi sosial mereka cemas dan
malu, frustrasi dalam berurusan dengan orang lain,
membuat permusuhan atau hal-hal yang semakin rumit.
2, 7,
10, 15,
20
5
Openness Imajinatif, mengembangkan lamunan yang rumit
(kreatif) dalam estetika itu terlihat dalam kepekaan
terhadap seni dan kecantikan, mengalami perasaan
mereka sendiri dengan kuat, dan mereka menghargai
pengalaman tersebut, melihatnya sebagai sumber makna
dalam kehidupan, berempati dengan orang lain dalam
situasi lain.
3, 8,
11, 13,
21
5
3.4 Uji Validitas Konstruk
Semua instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya.
Uji validitas dilakukan menggunakan Confirmatory Factor Anlysis (CFA)
menggunakan program LISREL 8.70.
3.4.1 Uji validitas konstruk skala public speaking self-efficacy
Peneliti menguji apakah 10 item yang ada pada public speaking self-efficacy
bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur variabel public speaking
self-efficacy. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, didapat dengaan nilai chi-square = 131.92 df = 35 p-value = 0.0000
RMSEA = 0.122 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu peneliti
melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan korelasi antara
35
kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi diperoleh
model fit dengan nilai chi-square = 35.75, df = 26, p-value = 0.09628, RMSEA =
0.045.
Tabel 3.4
Muatan faktor item public speaking self-efficacy
Item Estimate S.E. T-Value P-Value Signifikansi
Item 1 0.66 0.08 8.58 0.09628 √
item 2 0.17 0.08 2.25 0.09628 √
Item 3 0.49 0.08 6.19 0.09628 √
Item 4 0.71 0.07 10.12 0.09628 √
Item 5 0.54 0.07 7.44 0.09628 √
Item 6 0.25 0.09 2.77 0.09628 √
Item 7 0.57 0.08 7.35 0.09628 √
Item 8 0.53 0.07 7.21 0.09628 √
Item 9 0.60 0.08 7.79 0.09628 √
Item 10 0.54 0.07 7.30 0.09628 √
Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus memnetukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.4, dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif
dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria dan
dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
3.4.2 Uji validitas konstruk skala kecerdasan emosi
Pada skala kecerdasan emosi terdiri dari lima dimensi, yaitu self-awareness, self
regulation, motivation, empathy, dan social skills dimana total item untuk semua
dimensi berjumlah 50. Hasil dari uji validitas konstruk pada setiap dimensi dari
kecerdasan emosi akan dijelaskan sebagai berikut:
36
1. Self awareness
Pengujian validitas konstruk terhadap self-awareness, peneliti menguji
apakah 10 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur
variabel self-awareness. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan
pertama kali didapatkan chi-square = 85.15, df = 35, P-value = 0.00001,
RMSEA = 0.088 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu
peneliti melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan korelasi
antara kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi
diperoleh model fit dengan nilai chi-square = 40.07, df = 30, P-value =
0.10359, RMSEA = 0.043.
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
self-awareness.
Tabel 3.5 Muatan faktor item self-awareness
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.42 0.08 5.39 0.10359 √
Item 2 0.73 0.07 10.54 0.10359 √
Item 3 0.69 0.07 9.80 0.10359 √
Item 4 0.55 0.07 7.46 0.10359 √
Item 5 0.43 0.08 5.57 0.10359 √
Item 6 0.77 0.07 11.27 0.10359 √
Item 7 0.51 0.08 6.79 0.10359 √
Item 8 0.48 0.08 6.29 0.10359 √
Item 9 0.28 0.08 3.56 0.10359 √
Item 10 0.55 0.08 7.27 0.10359 √
37
Berdasarkan tabel 3.5, dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
postif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi
kriteria dan dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
2. Managing emotions
Pengujian validitas konstruk terhadap managing emotions, peneliti menguji
apakah 10 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur
variabel managing emotions. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 84.32, df = 35, P-value =
0.00001, RMSEA = 0.087 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh
karena itu peneliti melakukan modifikasi terhadap model yaitu
membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan
beberapa kali modifikasi diperoleh model fit dengan nilai chi-square =
39.25, df = 30, P-value = 0.12029, RMSEA = 0.041. Berikut merupakan
tabel koefisien muatan faktor managing emotions.
Tabel 3.6
Muatan faktor item managing emotions
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.23 0.08 2.92 0.12029 √
Item 2 0.67 0.12 5.51 0.12029 √
Item 3 0.40 0.08 5.04 0.12029 √
Item 4 0.61 0.10 6.17 0.12029 √
Item 5 0.29 0.09 3.10 0.12029 √
Item 6 0.26 0.08 3.33 0.12029 √
Item 7 0.05 0.08 0.66 0.12029 x
Item 8 0.37 0.08 4.62 0.12029 √
Item 9 0.43 0.09 4.55 0.12029 √
Item 10 -0.32 0.08 -4.09 0.12029 x
Peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu didrop atau
tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
38
faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.6, dapat diketahui bahwa terdapat dua item yang
memiliki nilai koefisien t < 1.96 yaitu item 7 dan item 10. Dengan demikian
item tersebut harus di-drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis
selanjutnya. Sehingga terdapat 8 item yang telah memenuhi kriteria dan
dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
3. Motivating oneself
Pengujian validitas konstruk terhadap motivating oneself, peneliti menguji
apakah 10 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur
variabel motivating oneself. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan
pertama kali didapatkan chi-square = 181.99, df = 35, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.151 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu
peneliti melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan korelasi
antara kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi
diperoleh model fit dengan nilai chi-square = 33.25, df = 27, P-value =
0.13763, RMSEA = 0.040.
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
motivating oneself.
39
Tabel 3.7
Muatan faktor item motivating oneself
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.34 0.08 4.29 0.13763 √
Item 2 0.40 0.08 5.17 0.13763 √
Item 3 0.14 0.09 1.59 0.13763 x
Item 4 0.30 0.08 3.75 0.13763 √
Item 5 0.19 0.09 2.14 0.13763 √
Item 6 0.80 0.07 10.83 0.13763 √
Item 7 0.20 0.08 2.46 0.13763 √
Item 8 0.71 0.07 9.67 0.13763 √
Item 9 0.49 0.08 6.47 0.13763 √
Item 10 0.63 0.08 8.23 0.13763 √
Berdasarkan tabel 3.7, dapat diketahui bahwa terdapat satu item yang
memiliki nilai koefisien t < 1.96 yaitu item 3. Dengan demikian item
tersebut harus di-drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
Sehingga terdapat 9 item yang telah memenuhi kriteria dan dapat digunakan
untuk menghitung faktor skor.
4. Emphaty
Pengujian validitas konstruk terhadap emphaty, peneliti menguji apakah 10
item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur variabel
emphaty. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan pertama kali
didapatkan chi-square = 110.06, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.108 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu peneliti
melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan korelasi antara
kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi diperoleh
model fit dengan nilai chi-square = 45.21, df = 31, P-value = 0.04779,
RMSEA = 0.050.
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
40
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
emphaty.
Tabel 3.8
Muatan faktor item emphaty
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.45 0.08 5.84 0.04779 √
Item 2 0.43 0.08 5.66 0.04779 √
Item 3 0.77 0.07 11.03 0.04779 x
Item 4 0.52 0.08 6.55 0.04779 √
Item 5 0.63 0.07 8.77 0.04779 √
Item 6 0.61 0.07 8.48 0.04779 √
Item 7 0.63 0.07 8.88 0.04779 √
Item 8 0.47 0.08 6.17 0.04779 √
Item 9 0.54 0.07 7.35 0.04779 √
Item 10 -0.22 0.08 -2.83 0.04779 x
Berdasarkan tabel 3.8, dapat diketahui bahwa terdapat satu item yang
memiliki nilai koefisien t < 1.96 yaitu item 10. Dengan demikian item
tersebut harus di-drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
Sehingga terdapat 9 item yang telah memenuhi kriteria dan dapat digunakan
untuk menghitung faktor skor.
5. Social skills
Pengujian validitas konstruk terhadap social skills, peneliti menguji apakah
10 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur variabel
social skills. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan pertama kali
didapatkan chi-square = 107.46, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.106 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu peneliti
melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan korelasi antara
kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi diperoleh
model fit dengan nilai chi-square = 37.18, df = 31, P-value = 0.14171,
RMSEA = 0.039.
41
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
social skills.
Tabel 3.9
Muatan faktor item social skills
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.28 0.08 3.48 0.14171 √
Item 2 0.34 0.08 4.18 0.14171 √
Item 3 0.53 0.08 6.27 0.14171 √
Item 4 0.39 0.08 4.74 0.14171 √
Item 5 0.41 0.10 3.91 0.14171 √
Item 6 0.50 0.08 6.38 0.14171 √
Item 7 0.40 0.09 4.60 0.14171 √
Item 8 0.43 0.08 5.34 0.14171 √
Item 9 0.19 0.08 2.28 0.14171 √
Item 10 0.70 0.08 8.76 0.14171 √
Berdasarkan tabel 3.9, dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah
memenuhi kriteria dan dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
3.4.3 Uji validitas konstruk skala kepribadian big five
Pada skala kepribadian big five terdiri dari lima dimensi, yaitu extraversion,
neuroticism, opennes, agreeableness, conscientiousness dimana total item untuk
semua dimensi berjumlah 22.
1. Extraversion
Pengujian validitas konstruk terhadap extraversion, peneliti menguji apakah
3 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur variabel
extraversion. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
dua faktor yang dilakukan pertama kali, didapatkan chi-square = 87.82, df =
42
13, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.176. yang artinya model tersebut belum
fit. Oleh karena itu peneliti melakukan modifikasi terhadap model yaitu
membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan
beberapa kali modifikasi diperoleh model fit dengan nilai chi-square = 5.24,
df = 5, P-value = 0.38770, RMSEA = 0.016.
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
extraversion.
Tabel 3.10
Muatan faktor item extraversion
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.59 0.10 6.01 0.00000 √
Item 2 0.53 0.08 6.72 0.00000 √
Item 3 0.46 0.08 5.84 0.00000 √
Berdasarkan tabel 3.10, dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah
memenuhi kriteria dan dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
2. Neuroticism
Pengujian validitas konstruk terhadap neuroticism, peneliti menguji apakah
5 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur variabel
neuroticism. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, didapatkan model fit dengan nilai chi-square = 6.09, df = 5, P-
value = 0.29724, RMSEA = 0.034.
43
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
neuroticism.
Tabel 3.11
Muatan faktor item neuroticism
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.25 0.08 3.03 0.29724 √
Item 2 0.83 0.09 8.80 0.29724 √
Item 3 0.32 0.08 3.88 0.29724 √
Item 4 0.24 0.08 2.94 0.29724 √
Item 5 0.74 0.09 8.15 0.29724 √
Berdasarkan tabel 3.11, dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah
memenuhi kriteria dan dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
3. Openness
Pengujian validitas konstruk terhadap openess, peneliti menguji apakah 5
item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur variabel
openess. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan pertama kali
didapatkan chi-square = 19.17, df = 5, P-value = 0.00179, RMSEA = 0.124
yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu peneliti melakukan
modifikasi terhadap model yaitu membebaskan korelasi antara kesalahan
pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi diperoleh model fit
dengan nilai chi-square = 3.31, df = 3, P-value = 0.34604, RMSEA = 0.024.
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
44
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
openess.
Tabel 3.12
Muatan faktor item openess
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.72 0.08 9.65 0.34604 √
Item 2 0.74 0.08 9.28 0.34604 √
Item 3 0.55 0.08 7.13 0.34604 √
Item 4 0.75 0.07 10.69 0.34604 √
Item 5 0.59 0.07 8.12 0.34604 √
Berdasarkan tabel 3.12, dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah
memenuhi kriteria dan dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
4. Agreeableness
Pengujian validitas konstruk terhadap agreeableness, peneliti menguji
apakah 5 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur
variabel agreeableness. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan
pertama kali didapatkan chi-square = 20.21, df = 5, P-value = 0.00114,
RMSEA = 0.128 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu
peneliti melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan korelasi
antara kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi
diperoleh model fit dengan nilai chi-square = 4,77, df = 4, P-value =
0.31192, RMSEA = 0.032.
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
45
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
agreeableness.
Tabel 3.13
Muatan faktor item agreeableness
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.60 0.11 5.70 0.31192 √
Item 2 0.47 0.09 5.13 0.31192 √
Item 3 0.09 0.09 1.03 0.31192 x
Item 4 0.63 0.10 6.12 0.31192 √
Item 5 0.13 0.11 1.28 0.31192 x
Berdasarkan tabel 3.13, dapat diketahui bahwa terdapat dua item yang
memiliki nilai koefisien t < 1.96 yaitu item 3 dan item 5. Dengan demikian
item tersebut harus di-drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis
selanjutnya. Sehingga terdapat 3 item yang telah memenuhi kriteria dan
dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
5. Conscientiousness
Pengujian validitas konstruk terhadap conscientiousness, peneliti menguji
apakah 4 item yang bersifat unidimesional, artinya benar hanya mengukur
variabel conscientiousness. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model dua faktor yang dilakukan pertama kali, didapatkan chi-
square = 87.82, df = 13, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.176. yang artinya
model tersebut belum fit. Oleh karena itu peneliti melakukan modifikasi
terhadap model yaitu membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran.
Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi diperoleh model fit dengan nilai
chi-square = 5.24, df = 5, P-value = 0.38770, RMSEA = 0.016.
Setelah itu, peneliti melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
46
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor
conscientiousness.
Tabel 3.14
Muatan faktor item conscientiousness
Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.43 0.10 4.26 0.38770 √
Item 2 0.69 0.07 9.45 0.38770 √
Item 3 0.94 0.08 12.55 0.38770 √
Item 4 0.33 0.07 4.80 0.38770 √
Berdasarkan tabel 3.14, dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah
memenuhi kriteria dan dapat digunakan untuk menghitung faktor skor.
3.5 Teknik Analisa Data
Analisa data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah multiple
regression, untuk menguji pengaruh kecerdasan emosi (self awareness, managing
emotions, motivating oneself, empathy, dan social skills) dan kepribadian big five
(extraversion, neuroticism, opennes, agreeableness, conscientiousness) terhadap
public speaking self-efficacy.
Analisis multiple regression adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis dalam penelitian ini
menggunakan software SPSS Versi 20.0. Adapun persamaan regresi pada
penelitian ini adalah:
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10
Keterangan:
Y’ = Dependent Variable (DV) yang dalam hal ini adalah public speaking
47
self-efficacy
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing IV
X1 = Aspek Kecerdasan Emosi Self awareness
X2 = Aspek Kecerdasan Emosi Managing emotions
X3 = Aspek Kecerdasan Emosi Motivation
X4 = Aspek Kecerdasan Emosi Emphaty
X5 = Aspek Kecerdasan Emosi Social skills
X6 = Aspek Kepribadian Big Five Extraversion
X7 = Aspek Kepribadian Big Five Neuroticism
X8 = Aspek Kepribadian Big Five Openess
X9 = Aspek Kepribadian Big Five Agreeableness
X10 = Aspek Kepribadian Big Five Conscientiousness
Kemudian, peneliti melakukan analisis regresi berganda agar mendapatkan
model regresi yang paling sesuai (memiliki error terkecil). Melalui regresi
berganda akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi regresi berganda antara
public speaking self-efficacy dengan aspek kecerdasan emosi dan kepribadian big
five. Besarnya kemungkinan public speaking self-efficacy santri yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien
determinasi berganda atau R2. Fungsi R
2 ini adalah untuk melihat proporsi varians
dari public speaking self-efficacy santri yang dipengaruhi IV yang ada. R2
didapatkan dengan rumus:
48
Selanjutnya uji F untuk membuktikan signifikansi regresi, hal tersebut
menggunakan rumus:
dimana pembilang disini adalah R2 dengan df-nya (dilambangkan k), yaitu
sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan dfnya
N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan
nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV.
Kemudian peneliti melakukan uji T dari tiap-tiap IV yang dianalisis untuk
melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV. Uji T dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar error dari b. Hasil uji T
ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.
49
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 186 santri kelas muhadharah di Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor dengan karakteristik sampel yang diuraikan pada tabel
4.1.
Dari hasil presentase data yang ada pada tabel 4.1, diketahui bahwa sebesar
59% yang menjadi responden penelitian berada pada rentang usia 12-15 tahun dan
jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan sebesar 54%.
Tabel 4.1
Karakteristik sampel (N = 186)
Karakteristik n (%)
Usia
12-15 tahun
16-18 tahun
110 (59)
76 (41)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
86 (46)
100 (54)
4.2. Analisis Deskriptif
Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti melakukan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif tersebut bertujuan untuk menganalisis sejumlah data yang dikumpulkan
dalam penelitian guna memperoleh gambaran mengenai suatu variabel.
Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk menempatkan subjek ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan skor pada variabel yang diukur
apakah subjek tergolong kelompok dengan skor rendah atau skor tinggi.
Pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan menggunakan mean dari t-
score. Kategorisasi rendah ditetapkan dalam norma X < Mean. Kategorisasi tinggi
ditetapkan dalam norma X > Mean.
50
Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai
presentase kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel
akan dikategorikan sebagai tinggi dan rendah. Kategorisasi dilakukan untuk
menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara
berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.
Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi yang akan
peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum
mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan
tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan
nilai mean dan standar deviasi. Maka diperoleh nilai persentase kategori untuk
masing-masing variabel. Analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui skor tertinggi berada pada aspek
managing emotions sebesar 74.64 dan skor terendah berada pada aspek motivating
oneself sebesar 22.40. Dari tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa pada
variabel public speaking self-efficacy sebagian responden memiliki kemampuan
berbicara di depan umum yang rendah sebesar 51%. Responden memiliki self-
awareness berkategori seimbang yaitu sebesar 50%. Responden memiliki
managing emotions berkategori tinggi yaitu sebesar 51%. Responden memiliki
motivating oneself berkategori tinggi yaitu sebesar 53%. Responden memiliki
empathy berkategori tinggi yaitu sebesar 53%. Responden memiliki social skills
berkategori tinggi yaitu sebesar 52%. Responden memiliki extraversion
berkategori rendah yaitu sebesar 55%. Responden memiliki neuroticism
berkategori tinggi yaitu sebesar 52%. Responden memiliki openess berkategori
51
tinggi yaitu sebesar 52%. Responden memiliki agreeableness berkategori rendah
yaitu sebesar 52%. Responden memiliki conscientiousness berkategori tinggi
yaitu sebesar 53%.
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik & Kategorisasi Skor Variabel Penelitian (N=186)
Variabel
Nilai Statistik Kategorisasi Skor
Mean Std.
Deviation
Min Max Tinggi
n (%)
Rendah
n (%)
Public speaking
self-efficacy
50 8.73 26.72 73.89 91 (49%) 95 (51%)
Self awareness 50 8.95 23.56 66.33 93 (50%) 93 (50%)
Managing emotion 50 7.36 27.90 74.64 94 (51%) 92 (49%)
Motivating oneself 50 8.48 22.40 64.35 98 (53%) 88 (47%)
Empathy 50 8.78 23.79 69.17 99 (53%) 87 (47%)
Social skills 50 8.11 29.38 69.14 97 (52%) 89 (48%)
Extraversion 50 7.36 27.90 61.95 83 (45%) 103 (55%)
Neuroticism 50 8.52 29.27 65.96 96 (52%) 90 (48%)
Openess 50 8.73 31.94 71.95 96 (52%) 90 (48%)
Agreeableness 50 7.33 33.10 65.42 90 (48%) 96 (52%)
Conscientiousness 50 8.54 24.33 68.95 98 (53%) 88 (47%)
4.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Dalam melakukan uji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis
regresi dengan software SPSS 20.0. Dalam melakukan analisis regresi ada tiga hal
yang perlu dilihat, yaitu melihat besaran R² (R-square) untuk mengetahui berapa
persen (%) varians dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent
variable (IV). Kedua, uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-
masing koefisien regresi. Ketiga, melihat persamaan regresi yang digunakan
untuk melihat prediksi besaran public speaking self-efficacy santri jika
independent variable (IV) diketahui. Selanjutnya untuk tabel R² (R-square), dapat
dilihat pada tabel 4.3.
52
Tabel 4.3
Uji regresi bersama kecerdasan emosi dan kepribadian big five terhadap public speaking
self-efficacy.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .656a .430 .398 6.77849
a. Predictors: (Constant), conscientiousness, self_awereness, neuroticism, managing_emotion,
extravertion, openness, social_skill, motivating_oneself, agreeableness, empathy
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R-Square sebesar 0.430
atau 43% artinya kontribusi dari public speaking self-efficacy yang dapat
dijelaskan oleh semua independent variable yaitu kecerdasan emosi (self
awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy, dan social skills)
dan kepribadian big five (extraversion, neurotisme, openess, agreeableness, dan
conscientiousness) adalah sebesar 43% sedangkan 57% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini.
Selanjutnya peneliti melihat apakah seluruh independent variable
berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable. Adapun hasl uji F
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Uji signifikansi regresi dari kecerdasan emosi dan kepribadian big five terhadap public
speaking self-efficacy
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6069.934 10 606.993 13.210 .000b
Residual 8040.879 175 45.948
Total 14110.814 185
a. Dependent Variable: PSSE
b. Predictors: (Constant), conscientiousness, self_awereness, neuroticism, managing_emotion,
extravertion, openness, social_skill, motivating_oneself, agreeableness, empathy
Jika dilihat pada bagian kolom sig pada tabel 4.4, dapat diketahui nilai
(p<0.05), maka hipotesis nihil mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari seluruh independent variable terhadap public speaking self-
efficacy ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari variabel kecerdasan
53
emosi (self-awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy, dan
social skills) dan kepribadian big five (extraversion, neurotiscm, openness,
agreeableness, dan consciencetiousness) terhadap public speaking self-efficacy
santri kelas muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
Terakhir, peneliti melihat koefisien regresi setiap independent variable
yang disajikan pada tabel 4.5 di atas. Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi
tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang
signifikan terhadap public speaking self-efficacy. Dapat dilihat juga apakah dari
sepuluh IV (minor) berpengaruh secara positif atau negatif dan signifikan
terhadap DV.
Tabel 4.5
Multiple regresi kecerdasan emosi dan kepribadian big five terhadap public speaking self-
efficacy
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 22.091 6.239 3.541 .001
Self_awereness -.062 .085 -.064 -.735 .463
Managing_emotion .043 .075 .036 .569 .570
Motivating_oneself -.065 .083 -.063 -.789 .431
Empathy .292 .094 .294 3.122 .002
Social_skill .128 .086 .119 1.498 .136
Extravertion -.084 .080 -.071 -1.049 .296
Neuroticism -.244 .062 -.238 -3.955 .000
Openness .278 .075 .278 3.730 .000
Agreeableness .176 .095 .147 1.843 .067
Conscientiousness .097 .081 .095 1.191 .235
a. Dependent Variable: PSSE
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat disimpulkan persamaan regresinya
sebagai berikut:
Public speaking self-efficacy = 22.091 – 0.062 (self awareness) + 0.043
(managing emotion) – 0.065 (motivating oneself) + 0.292 (empathy) + 0.128
54
(social skills) – 0.084 (extraversion) – 0.244 (neuroticism) + 0.278 (openess) +
0.176 (agreeableness) + 0.097 (conscientiousness).
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan
dapat dilihat pada nilai sig pada kolom di atas, jika sig < 0.05 maka koefisien
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap public speaking self-
efficacy dan sebaliknya. Dari hasil di atas terdapat tiga variabel yang signifikan
pengaruhnya terhadap public speaking self-efficacy, yaitu empathy, neuroticism,
dan openness. Sedangkan sisanya tidak signifikan. Hal ini menyatakan bahwa dari
sepuluh hipotesis minor hanya terdapat tiga yang signifikan. Penjelasan dari nilai
koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent variable (IV)
adalah sebagai berikut:
1. Self awareness memiliki koefisien regresi sebesar -0.062 pada variabel
kecerdasan emosi dengan nilai sig sebesar 0.463 (sig > 0.05), yang berarti
hipotesis nihil diterima. Artinya self awareness tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
2. Managing emotion memiliki koefisien regresi sebesar 0.043 pada variabel
kecerdasan emosi dengan nilai sig sebesar 0.570 (sig > 0.05), yang berarti
hipotesis nihil diterima. Artinya managing emotion tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
3. Motivating oneself memiliki koefisien regresi sebesar -0.065 pada variabel
kecerdasan emosi dengan nilai sig sebesar 0.431 (sig > 0.05), yang berarti
55
hipotesis nihil diterima. Artinya motivating oneself tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
4. Empathy memiliki koefisien regresi sebesar 0.292 pada variabel kecerdasan
emosi dengan nilai sig sebesar 0.002 (sig < 0.05), yang berarti hipotesis
nihil ditolak. Artinya empathy secara positif memiliki pengaruh signifikan
terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di Pondok
Pesantren Al-Aulia Bogor. Artinya, semakin tinggi kemampuan santri
dalam memahami yang apa dirasakan orang lain maka semakin tinggi pula
kemampuan public speaking self-efficacynya.
5. Social skills memiliki koefisien regresi sebesar 0.128 pada variabel
kecerdasan emosi dengan nilai sig sebesar 0.136 (sig > 0.05) yang berarti
hipotesis nihil diterima. Artinya social skills tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
6. Extraversion memiliki koefisien regresi sebesar -0.084 pada variabel
kepribadian big five dengan nilai sig sebesar 0.296 (sig > 0.05), yang berarti
hipotesis nihil diterima. Artinya extraversion tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
7. Neuroticism memiliki koefisien regresi sebesar -0.244 pada variabel
kepribadian big five dengan nilai sig sebesar 0.000 (sig < 0.05), yang berarti
hipotesis nihil ditolak. Artinya neuroticism dengan arah negatif memiliki
56
pengaruh signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas
muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor. Artinya, semakin tinggi
rasa cemas, gugup, atau tidak mampu berbicara di depan umum yang
dimiliki santri maka semakin rendah kemampuan public speaking self-
efficacy.
8. Openess memiliki koefisien regresi sebesar 0.278 dpada variabel
kepribadian big five dengan nilai sig sebesar 0.000 (sig < 0.05), yang berarti
hipotesis nihil ditolak. Artinya secara positif openess memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor. Artinya, semakin tinggi kreativitas dan
rasa ingin tahu santri maka semakin tinggi pula kemampuan public speaking
self-efficacynya.
9. Agreeableness memiliki koefisien regresi sebesar 0.176 pada variabel
kepribadian big five dengan nilai sig sebesar 0.067 (sig > 0.05), yang berarti
hipotesis nihil diterima. Artinya agreeableness tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
10. Conscientiousness memiliki koefisien regresi sebesar 0.097 pada variabel
kepribadian big five dengan nilai sig sebesar 0.235 (sig > 0.05), yang berarti
hipotesis nihil diterima. Artinya conscientiousness tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di
Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor.
57
Dari penjabaran hasil di atas, maka dapat diketahui bahwa hipotesis minor
yang diterima berjumlah tiga dari sepuluh variabel yaitu empathy, neuroticism dan
opennes.
4.4. Proporsi Varians
Selanjutnya dianalisis juga bagaimana penambahan proporsi varians dari tiap
Independent Variable (IV) terhadap Dependent Variable (DV). Pada tabel 4.5
signifikansi bisa dilihat pada kolom pertama dari kanan, bila sig < 0.05 berarti
variabel tersebut signifikan. Sedangkan sumbangan varians yang diberikan
Independent Variable (IV) terhadap Dependent Variable (DV) bisa dilihat pada
baris R Square Change. Besarnya proporsi varians pada public speaking self-
efficacy santri kelas muhadharah terdapat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Proporsi varians kecerdasan emosi dan kepribadian big five terhadap public speaking self-
efficacy
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .222a .049 .044 8.53908 .049 9.522 1 184 .002
2 .296b .088 .078 8.38645 .039 7.758 1 183 .006
3 .355c .126 .112 8.23005 .039 8.022 1 182 .005
4 .411d .169 .150 8.05082 .042 9.194 1 181 .003
5 .430e .185 .162 7.99477 .016 3.547 1 180 .061
6 .433f .188 .161 8.00189 .003 .680 1 179 .411
7 .540g .292 .264 7.49263 .104 26.160 1 178 .000
8 .635h .404 .377 6.89455 .112 33.221 1 177 .000
9 .652i .426 .396 6.78655 .022 6.678 1 176 .011
10 .656j .430 .398 6.77849 .005 1.419 1 175 .235
Dari tabel di atas didapatkan informasi sebagai berikut:
1. Variabel self awareness memberikan sumbangan sebesar 4.9% terhadap
varians public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik dengan F Change = 9.522, df1 = 1 dan df2 = 184 dengan Sig. F
Change = 0.002 (sig < 0.05).
58
2. Variabel managing emotion memberikan sumbangan sebesar 3.9% terhadap
varians public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik dengan F Change = 7.758, df1 = 1 dan df2 = 183 dengan Sig. F
Change = 0.006 (sig < 0.05).
3. Variabel motivating oneself memberikan sumbangan sebesar 3.9% terhadap
varians public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik dengan F Change = 8.022, df1 = 1 dan df2 = 182 dengan Sig. F
Change = 0.005 (sig < 0.05).
4. Variabel empathy memberikan sumbangan sebesar 4.2% terhadap varians
public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F Change = 9.194, df1 = 1 dan df2 = 181 dengan Sig. F Change =
0.003 (sig < 0.05).
5. Variabel social skills memberikan sumbangan sebesar 1.6% terhadap
varians public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan F Change = 3.547, df1 = 1 dan df2 = 180 dengan Sig.
F Change = 0.061 (sig > 0.05).
6. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0.3% terhadap
varians public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan F Change = 0.680, df1 = 1 dan df2 = 179 dengan Sig.
F Change = 0.411 (sig > 0.05).
7. Variabel neuroticism memberikan sumbangan sebesar 10.4% terhadap
varians public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan secara
59
statistik dengan F Change = 26.160, df1 = 1 dan df2 = 178 dengan Sig. F
Change = 0.000 (sig < 0.05).
8. Variabel openess memberikan sumbangan sebesar 11.2% terhadap varians
public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F Change = 33.221, df1 = 1 dan df2 = 177 dengan Sig. F Change =
0.000 (sig < 0.05).
9. Variabel agreeableness memberikan sumbangan sebesar 2.2% terhadap
public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F Change = 6.678, df1 = 1 dan df2 = 176 dengan Sig. F Change =
0.011 (sig < 0.05).
10. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 0.5% terhadap
public speaking self-efficacy. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan F Change = 1.419, df1 = 1 dan df2 = 175 dengan Sig. F
Change = 0.235 (sig > 0.05).
Dengan demikian, terdapat tujuh dari sepuluh Independent Variable (IV),
yaitu self-awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy,
neuroticism, opennes, dan agreeableness yang berpengaruh secara signifikan
terhadap public speaking self-efficacy jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan
dari sumbangan proporsi variabel yang diberikan.
60
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian serta pengujian hipotesis yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian adalah adanya pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosi (self-
awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy, social skills) dan
kepribadian big five (extraversion, neurotiscm, openness, agreeableness,
consciencetiousness) terhadap public speaking self-efficacy santri kelas
muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia Bogor. Secara keseluruhan kecerdasan
emosi dan kepribadian big five memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
public speaking self-efficacy santri sebesar 43% dan 57% sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor diperoleh tiga variabel yang signifikan
mempengaruhi public speaking self-efficacy santri yaitu empathy, neuroticism,
dan openess. Variabel managing emotion, empathy, social skills, opennes,
agreeableness, dan conscientiousness memiliki arah yang positif. Sedangkan
variabel self-awareness, motivating oneself, extravertion, dan neuroticism
memiliki arah yang negatif. Dari keseluruhan variabel yang signifikan terhadap
public speaking self-efficacy santri yang memiliki pengaruh dari terbesar sampai
terkecil yaitu variabel empathy, opennes, dan neuroticism.
61
5.2. Diskusi
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar santri (59%) yang menjadi
responden penelitian berada pada rentang usia 12-15 tahun dan sebagian besar
santri (54%) adalah perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
santri (51%) memiliki kemampuan public speaking self-efficacy yang rendah.
Artinya, sebagian santri tidak memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam
berbicara di depan umum pada saat kegiatan muhadharah. Kekhawatiran dalam
berbicara di depan umum merupakan hal yang lazim (Furukawa et. al., 2011). Hal
tersebut dapat berupa rasa takut salah ketika berbicara di depan umum, cemas
berada di mimbar, dan tertekan mengenai apa yang harus dibicarakan. Namun
sebagai santri, kekhawatiran ini akan mempengaruhi kelancaran saat berbicara di
depan umum sehingga diperlukan penanganan yang benar.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi public speaking self-efficacy
antara lain enactive mastery experiences, vicarious experiences, imaginal
experiences, verbal persuasion, dan physiological and emotional state. Dalam
penelitian ini didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari kecerdasan
emosi (dengan dimensi self-awareness, managing emotions, motivating oneself,
empathy, dan social skills) dan kepribadian big five (dengan dimensi extraversion,
neurotiscm, openness, agreeableness, dan consciencetiousness) terhadap public
speaking self-efficacy santri kelas muhadharah di Pondok Pesantren Al-Aulia
Bogor. Dari sepuluh variabel, hanya ada tiga variabel yang berpengaruh secara
signifikan terhadap public speaking self-efficacy santri yaitu empathy,
neuroticism, dan openess.
62
Empathy dari variabel kecerdasan emosi berpengaruh positif secara
signifikan dengan public speaking self-efficacy. Semakin tinggi skor aspek
empathy maka semakin tinggi pula public speaking self efficacy. Hal ini berarti
kemampuan santri dalam memahami pikiran, perasaan dan pengalaman orang lain
dengan menempatkan diri pada posisi orang lain tanpa kehilangan identitas diri,
sikap pribadi, dan kendali reaksi emosi terhadap pengalaman emosi orang lain
memberikan pengaruh dalam meningkatkan public speaking self-efficacy santri.
Pemahaman yang melibatkan komponen kognisi dan afeksi tersebut membuat
individu mampu menghargai posisi dan perasaan orang lain, sebagai dasar
membina hubungan interpersonal yang baik dan menyenangkan (Setyawan,
2010).
Hal itu didukung oleh penelitian Gharetepeh, et. al. (2015) bahwa adanya
hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi terhadap self-efficacy
yang menyatakan bahwa orang-orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi
adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan situasi hidup dan menggunakan
keterampilan koping yang efektif saat menghadapi masalah. Empathy
berhubungan dengan perkembangan moral, sikap (Hoffman, 2001) dan
berkontribusi pada pengembangan afektif, pemahaman, dan kepedulian terhadap
orang lain (Arghode, Yalvac, & Liew, 2013).
Dalam penelitian ini self-awareness, managing emotion, motivating oneself,
dan social skills tidak berpengaruh secara signifikan terhadap public speaking
self-efficacy santri. Hal ini berarti santri cenderung belum dapat memahami dan
mengelola emosi secara efektif terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut
63
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gharetepeh, et. al. (2015)
yang menyatakan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara
kecerdasan emosi terhadap self-efficacy.
Neuroticism dari variabel kepribadian big five berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap public speaking self-efficacy. Hal ini berarti semakin tinggi
rasa cemas, gugup, atau tidak mampu berbicara di depan umum yang dimiliki
santri maka semakin rendah kemampuan public speaking self-efficacy. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartman (2006) yang
menyatakan bahwa neuroticism menampilkan hubungan negatif yang signifikan
dengan self-efficacy. Selain itu, Henson & Chambers dalam Gungor, et al. (2014)
membuktikan bahwa ada hubungan antara tipe kepribadian dan self-efficacy
dengan korelasi yang rendah.
Opennes dari variabel kepribadian big five juga berpengaruh positif secara
signifikan terhadap public speaking self-efficacy. Artinya semakin tinggi
kreativitas dan rasa ingin tahu santri maka semakin tinggi pula kemampuan public
speaking self-efficacynya. Djigic, et al. (2013) menyatakan bahwa kepribadian
mempengaruhi self-efficacy. Diantaranya yaitu dimensi consciencetiousness dan
openness. Individu yang memiliki consciencetiousness yang tinggi, cenderung
memiliki sifat pekerja keras, tekun, disiplin, dan teliti. Sedangkan individu yang
memiliki openness yang tinggi, cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
kreatif, imajinatif, dan memiliki keinginan yang tinggi untuk mencari dan
menghargai pengalaman. Lain halnya dengan Hartman (2006) yang meneliti
64
hubungan antara kepribadian dan self-efficacy. Hasil menunjukkan bahwa
opennes berkorelasi dengan self-efficacy dalam hal kreatifitas dan intelektual.
Dalam penelitian ini variabel extravertion, agreeableness, dan
conscientiousness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap public speaking
self-efficacy santri. Hal ini berarti, santri kelas muhadharah cenderung tidak
memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam berinteraksi, sulit diajak
bekerjasama, dan cenderung tidak teratur atau kacau. Hartman (2006) meneliti
hubungan antara kepribadian dan self-efficacy. Hasil menunjukkan bahwa
conscientiousness dan extraversion berkorelasi positif dengan self-efficacy,
sementara agreeableness tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
self-efficacy.
Mengingat sangat pentingnya public speaking self-efficacy agar santri
mempunyai keyakinan dalam diri bahwa mereka dapat tampil berbicara di depan
umum dengan baik dan benar sehingga anggapan masyarakat mengenai kader dai
yang dicetak dari pesantren dapat terlaksana. Untuk itu peneliti merasa perlu
untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi dan kepribadian big five berpengaruh
pada public speaking self-efficacy.
5.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyadari masih banyak
kekurangan atau keterbatasan dalam penelitian ini. Maka dari itu, peneliti
memberikan beberapa saran baik berupa saran metodologis maupun saran praktis.
Saran metodologis sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
meneliti dependent variable yang sama dan saran praktis sebagai bagian dari
65
kesimpulan dan masukkan bagi individu-individu baik yang secara langsung
terkait dengan penelitian ini, maupun individu atau pihak yang dapat menarik
manfaat dari penelitian ini.yang dapat menjadi pertimbangan sebagai
penyempurnaan untuk melakukan penelitian lain dengan dependent variable yang
sama.
5.3.1. Saran metodologis
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, ada beberapa saran metodologis
yang dapat peneliti ajukan untuk menjadi bahan pertimbangan pada penelitian
selanjutnya, antara lain:
1. Dalam penelitian ini, kesepuluh independent variable (IV) yang ada hanya
menyumbang 43% terhadap dependent variable (public speaking self-
efficacy), sedangkan 57% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, disarankan untuk
penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain seperti yang disebutkan
dalam faktor-faktor yang mempengaruhi public speaking self-efficacy lainnya
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Seperti mastery experience, vicarious
experience dan verbal persuasion.
2. Dalam alat ukur public speaking self-efficacy menunjukkan hasil yang baik
sehingga alat ukur ini dapat digunakan pada sampel lain dan menggunakan
sampel di pondok pesantren lain.
3. Dalam penelitian ini, subjek yang peneliti cakupannya hanya untuk Pondok
Pesantren Al-Aulia saja yang berada di daerah Bogor, sebaiknya untuk
66
penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menggunakan sampel
beberapa pesantren dan diluar dari Bogor atau luar pulau Jawa.
5.3.2. Saran praktis
Selain itu, peneliti mengajukan beberapa saran praktis yang dapat berguna untuk
meningkatkan public speaking self-efficacy santri pada uraian dibawah ini:
1. Peneliti menyarankan bagi pengurus pondok pesantren diharapkan dapat
memperhatikan public speaking self-efficacy sebagai bagian pengembangan
diri dalam setiap kelas Muhadharah.
2. Selain itu pihak pondok pesantren sebaiknya mengadakan suatu pelatihan
yang berhubungan dengan public speaking self-efficacy sebelum santri
tampil berbicara di depan umum. Misalnya membuat program keterampilan
perilaku baik secara verbal (mengutarakan dan mendengarkan kesulitan-
kesulitan yang dialami selama mengikuti kelas muhadharah) maupun secara
non-verbal (mempelajari ekspresi dan mimik muka)
3. Santri perlu meningkatkan kemampuan self awareness, managing emotion,
motivating oneself, dan social skills, serta santri yang memiliki kepribadian
extraversion, agreeableness, dan conscientiousness dapat mengembangkan
kemampuan lain selain berpidato.
67
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Arghode, V., Yalvac, B., & Liew, J. (2013). Teacher empathy and science
education: A collective case study. Eurasia Journal of Mathematics,
Science & Technology Education, 9, 89–98.
Asakereh, A. & Dehghannezhad, M. (2015). Student satisfaction with EFL
speaking classes: Relating speaking self-efficacy and skills achievement.
Issues in Educational Research, 25 (4), 345-363.
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. New York: Academic Press.
Bandura, A. (1995). Self-efficacy in changing societies. New York: Cambridge
University Press.
Bandura, A. (1997). Self-effi cacy: Th e exercise of control. New York: Freeman.
Barakatu, A. R. (2007). Membangun motivasi berprestasi: Pengembangan self-
efficacy dan penerapannya dalam dunia pendidikan. Jurnal lentera
pendidikan, 10, (1), 34-51.
Brackett, M. A., Rivers, S. E. & Salovey, P. (2011). Emotional intelligence:
Implications for personal, social, academic, and workplace success.
Journal of social and personality psychology compass, 10, (5), 88-103.
Bygate, M. (1987). Speaking. Oxford: Oxford University Press.
Corr, P. J. & Matthews, G. (2009). The cambridge handbook of personality
psychology. New York: Cambridge University Press.
Djigic, G., Stojiljkovic, S. & Doskovic, M. (2014). Basic personality dimensions
and teachers’ self-efficacy. Journal of social and behavioral sciences, 112,
593-602.
Dwyer, K. K., & Fus, D. A. (1999). Communication apprehension, self-efficacy,
and grades in the basic course: Correlations and implications. Basic
Communication Course Annual, 11, 108-132.
Feist, Jess & Feist, Gregory. (2010). Teori kepribadian edisi 7 buku 1. Salemba
Humnika : Jakarta.
Feist, Jess & Feist, Gregory. (2010). Teori kepribadian edisi 7 buku 2. Salemba
Humnika : Jakarta.
Fraser, B. J. (2007). Classroom learning environments. In S. K. Abell, & N. G.
Lederman (Eds.), Handbook of research on science education (pp. 103-
124). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
68
Furukawa, T. A., Watanabe, N., Kinoshita, Y., Kinoshita, K., Sasaki, T., Nishida,
A., Okazaki, Y. & Shimodera, S. (2012). Public speaking fears and their
correlates among 17,615 japanes adolescents. Journal of the Pacific Rim
College of Psychiatrists, (1-6).
Gareis, E. (2006). Guidelines for public speaking. New York: Baruch Collage.
Gharetepeh, A., Safari, Y., Pashaei, T., Razaei, M. & Kajbaf, M. B. (2015).
Emotional intelligence as a predictor of self-efficacy among students with
different levels of academic achievement at kermanshah university of
medical sciences. Journal of advances in medical education and
professionalism, 3, (2), 50-55.
Goleman, D. (1998). Working with emotional intelligence . New York : Bantam
Book.
Goleman, D. (2003). An EI-based theory of performance. In C.Cherniss & D.
Goleman (Eds.) The emotional intelligence workplace. San Francisco :
Jossey- Bass.
Gungor, F., Kurt, H. & Ekici, G. (2014). The relationship between personality
types and self-efficacy perceptions of student teachers. Journal of social
and behavioral sciences, 116, 786-790.
Hancock, A. B., Stone, M. D., Brundage, S. B. & Zeigler, M. T. (2010). Public
speaking attitudes: Does curriculum make a difference?. Journal of voice,
24, (3), 302-307.
Hartman, R. O. (2006). The five-factor model and career self-efficacy: General
and domain-specific relationships. Dissertation. US: The Ohio State
University.
Hoffman, M. L. (2001). Empathy and moral development: Implications for caring
and justice. Cambridge: Cambridge University Press.
Hua, F., Filaire, E., Giraud, T., Gomez, D. A., Soury, M., Martin, J. C., Devillers,
L. & Scanff, C. L. (2016). Predicting a failure of public speaking
performance using multidimensional assessment. Jurnal of sports science,
4, 197-209.
John, O. P., Robins, R. W. & Pervin, L. A. (2008). Handbook of personality. New
York: The Guilford Press.
Kolb, A. Y. & Kolb, D. A. (2005). Learning styles and learning spaces:
Enhancing experiential learning in higher education. Academy of
Management Learning & Education, 4 (2), 193-212.
Leung, D.Y., Wong, E. M., Chan, S. S. & Lam, T. (2013). Psychometric
properties of the big five inventory in a chinese sample of smokers
69
receiving cessation treatment: A validation study. Journal of nursing
education and practice, 3, (6), 1-10.
Lunenburg, F. C. (2011). Emotional intelligence in the workplace: Application to
leadership. Journal of management, business, and administration, 14, (1),
1-6.
Luszczynska, A., Scholz, U., Schwarzer, R. (2005). The general self-efficacy
scale: Multicultural validation studies. Journal of Psychology, 139, (5),
439-457.
Maddux, J. E. (1995). Self-efficacy, adaptation, and adjustment: Theory,
research, and application. New York: Plenum Press.
Mayer, J. D. & Salovey, P. (1997). What is emotional intelligence?. New York:
Basic Book.
McCrae, R. R. & Costa, P. T. (2003). Personality in adulthood: A five-factor
theory perspetive. New York: The Guliford Press.
Mischel, W. (2004). Introduction to personality: Toward an integration, 7th ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc.
Munawwir, A. W. (1990). Kamus al-munawwir. Yogyakarta: Pondok pesantren
al-munawwir.
Nawi, N. H., Redzuan, M., Hashmi, S. I. & Din, A. (2015). Big-five personality
traits and its effect on emotional intelligence among public school
personnel in malaysia. Journal of southeast asia psychology, 3, 1-14.
Omer, N. (2014). Public speaking instruction: abridge to improve english
speaking Competence and reducing communication apprehension. Journal
of linguistics and communication, 2, (4), 45-68.
Rothmann, S. & Coetzer, E. P. (2003). The big five personality dimensions and
job performance. Journal of industrial psychology, 29, (1), 69-74.
Salovey, P., Stroud, L. R., Woolery, A. & Epel, E. S. (2002). Perceived emotional
intelligence, stress reactivity, and symptom reports: Further explorations
using the trait meta-mood scale. Journal of psychology and health, 17, (5),
611-627.
Sasono, A., Hafiduddin, D. & Saefudin. (1998). Solusi islam atas problematika
umat: Ekonomi, pendidikan, dan dakwah. Jakarta: Gema Insani Press.
Schultz, D. P. & Schultz, S. E. (2009). Theories of personality. USA: Wadsworth.
Schwarzer, R. & Jerusalem, M. (1995). Generalized self-Efficacy scale. In J.
Weinman, S. Wright, & M. Johnston, Measures in health psychology: A
70
user’s portfolio. Causal and control beliefs). Windsor, UK: NFER-
NELSON.
Setyawan, I. (2010). Peran kemampuan empati pada efikasi diri mahasiswa
peserta kuliah kerja nyata PPM POSDAYA. Proceeding Konferensi
Nasional II Ikatan Psikologi Klinis – Himpsi. 296 – 300.
Weiner, I. B. & Craighead, W. E. (2009). The corsini encyclopedia of psychology.
USA: John Wiley & Sons, Inc.
Wrench, J. S., Goding, A., Johnson, D. I. & Attias, B. A. (2012). Public speaking
practice and ethics. New York: NCA.
Yahaya, A., Ee, N. S., Bachok, J. D., Yahaya, N., Bon, A. T. & Ismail, S. (2011).
The relationship of dimensions of emotional intelligence and academic
performance in secondary school students. Journal of elixir psychology,
41, 5821-5826.
Zimmerman, B. J. (2000). Self-efficacy: an essential motive to learn. Jourmal of
educational psychology, 25, 82-91.
71
Lampiran 1
Surat Keterangan Penelitian
72
73
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya, Syifaunnadia mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta sedang mengadakan penelitian mengenai
keterampilan belajar santri di kelas Muhadharah untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Adik-adik untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Silahkan Adik-adik mengisi kuesioner ini
dengan mengikuti petunjuk yang diberikan. TIDAK ADA JAWABAN YANG
BENAR ATAU SALAH dalam kuesioner ini. Pilihlah jawaban sesuai dengan
keadaan Adik-adik saat ini. Data diri dan jawaban Adik-adik akan sangat
bermanfaat bagi penelitian dan dijamin KERAHASIAANNYA.
Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Peneliti,
Syifaunnadia
74
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. (WAJIB DIISI)
Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : L/ P (lingkari)
Ttd,
(..............................)
75
SKALA A
PETUNJUK
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai kondisi saat kegiatan
muhadharah, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Adik-adik diminta
untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri
Adik-adik, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban
yang telah tersedia.
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh:
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya suka membantu teman
√
Artinya: Saya orang yang benar-benar suka membantu teman
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Penguasaan materi pidato yang sulit selalu berhasil
bagi saya, kalau saya berusaha
2 Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya akan
mencari cara untuk mencapai tujuan saya
3 Saya tidak mempunyai kesulitan untuk tampil
berbicara di depan umum
4 Ketika saya lupa isi pidato, saya selalu tahu
bagaimana saya harus menampilkan yang terbaik
5 Ketika saya akan menampilkan tema pidato yang
baru, saya tahu bagaimana menyampaikannya
6 Saya yakin mempunyai solusi dalam setiap masalah
yang saya hadapi
7
Saya yakin dapat menghadapi kesulitan saat tampil
di depan umum dengan tenang, karena saya selalu
dapat mengendalikan kemampuan saya
8
Ketika melihat ekspresi pendengar mulai bosan,
saya yakin dapat mempunyai banyak ide untuk
mengatasinya
9 Ketika saya mulai gugup, saya yakin dapat
menanganinya dengan baik
10 Apapun tema pidato yang diberikan, saya yakin
dapat siap menampilkannya
76
SKALA B
PETUNJUK
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai kondisi saat kegiatan
muhadharah, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Adik-adiik diminta
untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri
Adik-adik, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban
yang telah tersedia.
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh:
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya suka membantu teman
√
Artinya: Saya orang yang benar-benar suka membantu teman
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya segera menyadari ketika saya kehilangan
kesabaran saya
2 Saya bisa menangani situasi buruk dengan cepat
3 Saya bisa memotivasi diri saya ketika menghadapi
pelajaran yang sulit
4 Saya bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain
5 Saya pendengar yang baik
6 Saya tahu kapan saya merasa senang
7 Saya tidak memperlihatkan perasaan saya
8 Saya dapat menjalankan kegiatan di pesantren dan
sekolah
9 Saya sangat berempati pada masalah orang lain
10 Saya tidak pernah mengganggu pembicaraan teman
saya
11 Saya menyadari kapan saya merasa stress
12 Teman saya jarang memberi komentar tentang sifat
atau perubahan perilaku saya
13 Saya mengerjakan tugas sampai batas akhir ketika
dikumpulkan
14 Saya bisa tahu jika teman saya tidak senang dengan
saya
77
No. Pernyataan STS TS S SS
15 Saya pandai beradaptasi dan bergabung dengan
teman-teman
16 Saya menyadari ketika saya menjadi emosional
17 Saya jarang merasa emosi pada teman saya
18 Saya tidak membuang-buang waktu
19 Saya tahu dan dapat mendiskusikan jika sebuah
kelompok belajar tidak kompak satu sama lain
20 Manusia adalah hal yang paling menarik dalam
hidup saya
21 Ketika saya merasa cemas saya dapat
menjelaskan alasannya
22 Saya tidak terganggu dengan teman-teman yang
banyak tingkah
23 Saya tidak berbohong
24 Saya mengerti kenapa teman saya menghindari
saya
25 Saya suka bertemu orang baru dan mengetahui apa
yang membuat mereka merasa percaya
26 Saya tahu kapan saya merasa gelisah
27 Saya secara sadar dapat mengubah pikiran saya atau
perasaan saya
28 Saya percaya manusia harus berusaha keras dahulu
29 Setiap individu itu berbeda
30 Saya membutuhkan banyak teman agar lebih
menarik dalam belajar
31 Menyadari emosi saya sendiri adalah hal yang
sangat penting bagi saya setiap saat
32
Setelah saya tampil berpidato di hadapan pendengar
saat muhadharah, saya bisa menghilangkan
ketegangan dalam diri saya
33 Menunda kepuasan adalah kebijakan yang saya
pegang
34 Saya bisa mengerti jika saya merasa gelisah
35 Saya suka mengajukan pertanyaan untuk
mengetahui hal apa yang penting untuk orang lain
36 Saya bisa tahu jika teman saya marah atau
mengganggu saya
37 Saya jarang merasa khawatir menghadapi kegiatan
sehari-hari
38 Saya percaya pada semangat yang saya punya akan
menghasilkan sesuatu yang baik
78
No. Pernyataan STS TS S SS
39 Saya bisa mengerti kenapa tindakan saya kadang-
kadang menyinggung orang lain
40 Saya berpendapat bahwa belajar dengan teman
yang lamban adalah tantangan bagi saya
41 Saya bisa marah dengan cepat sehingga tidak ada
lagi yang bisa mempengaruhi saya
42 Saya dapat menahan emosi saya
43 Saya dapat memotivasi diri saya sendiri bahkan
ketika saya merasa sedih
44 Saya dapat melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain
45 Saya menerima perbedaan
46 Saya tahu apa yang membuat saya bahagia
47 Saya tidak ingin orang lain mengetahui perasaan
saya
48 Motivasi adalah kunci keberhasilan saya
49 Saya sulit menerima perbedaan pendapat
50 Saya biasanya membangun hubungan yang solid
dengan teman
79
SKALA C
PETUNJUK
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai kondisi saat kegiatan
muhadharah, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Adik-adiik diminta
untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri
Adik-adik, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban
yang telah tersedia.
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh:
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya suka membantu teman
√
Artinya: Saya orang yang benar-benar suka membantu teman
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya adalah orang yang gemar bicara
2 Saya adalah orang yang pemurung
3 Saya adalah orang yang memiliki banyak ide baru
4 Saya adalah orang yang bermanfaat bagi lingkungan
sekitar dan tidak egois
5 Saya adalah orang yang bersemangat
6 Saya adalah seorang penceramah yang handal
7 Saya adalah orang yang mudah panik atau takut saat
tampil di depan umum
8 Saya adalah orang yang berbakat dalam bidang
muhadharah
9 Saya adalah orang yang memiliki sifat pemaaf
10 Saya suka khawatir secara berlebihan
11 Saya orang yang gemar berimajinasi
12 Saya orang yang mudah percaya dengan orang lain
13 Saya adalah orang yang kreatif
14 Saya orang yang tekun dan menyelesaikan tugas yang
saya kerjakan
15 Saya orang yang mengikuti perasaan saya
16 Saya adalah orang yang perhatian dan baik kepada semua
orang
80
No. Pernyataan STS TS S SS
17 Saya orang yang mengerjakan tugas dengan baik
18 Saya adalah orang yang mudah bergaul
19 Saya menampilkan pidato sesuai dengan teks yang telah
saya buat sebelumnya
20 Saya orang yang mudah gugup saat tampil berbicara di
depan umum
21 Saya adalah orang yang senang mengutarakan ide-ide saat
berceramah
22 Konsentrasi saya mudah terganggu ketika pendengar tidak
tertib (gaduh)
TERIMA KASIH
81
Lampiran 3
Path Diagram dan Syntax Uji Validitas
Gambar 3.1
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Public Speaking Self-Efficacy
UJI VALIDITAS KONSTRUK PUBLIC SPEAKING SELF-EFFICACY DA NI=10 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=PSSE.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY LK PUBLIC SPEAKING SELF-EFFICACY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
LX 10 1 FR TD 10 6 TD 9 7 TD 9 8 TD 7 1 TD 3 1 TD 9 1 TD 6 4 TD 6 1 TD 6 3 PD OU SS TV MI
82
Gambar 3.2
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Self-Awareness
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF-AWARENESS DA NI=10 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=SA.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY LK SELF-AWARENESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
LX 10 1 FR TD 10 8 TD 10 2 TD 4 1 TD 7 1 TD 5 1 PD OU SS TV MI
83
Gambar 3.3
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi Dimensi Managing Emotions
UJI VALIDITAS KONSTRUK MANAGING EMOTIONS DA NI=10 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=ME.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY LK MANAGING EMOTIONS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
LX 10 1 FR TD 4 2 TD 6 1 TD 8 1 TD 5 2 TD 9 2 PD OU SS TV MI
84
Gambar 3.4
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi Dimensi Motivating Oneself
UJI VALIDITAS KONSTRUK MOTIVATING ONESELF DA NI=10 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=MO.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY LK MOTIVATING ONESELF FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
LX 10 1 FR TD 5 4 TD 3 1 TD 2 1 TD 6 5 TD 6 3 TD 4 3 TD 5 3 PD OU SS TV MI
85
Gambar 3.5
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi Dimensi Emphaty
UJI VALIDITAS KONSTRUK EMPHATY DA NI=10 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI= E.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY LK EMPHATY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
LX 10 1 FR TD 9 1 TD 8 1 TD 4 3 TD 8 6 PD OU SS TV MI
86
Gambar 3.6
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Social Skills
UJI VALIDITAS KONSTRUK SOCIAL SKILLS DA NI=10 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=SS.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY LK SOCIAL SKILLS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
LX 10 1 FR TD 7 5 TD 6 4 TD 7 3 TD 5 3 TD 10 5 TD 4 1 PD OU SS TV MI
87
Gambar 3.7
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian Big Five Dimensi Extraversion
UJI VALIDITAS KONSTRUK EXTRAVERSION DA NI=3 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 PM SY FI=EX.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR LK AGREEABLENESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 PD OU SS TV MI
88
Gambar 3.8
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian Big Five Dimensi Neuroticism
UJI VALIDITAS KONSTRUK NEUROTICISM DA NI=5 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=N.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR LK NEUROTICISM FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 PD OU SS TV MI
89
Gambar 3.9
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian Big Five Dimensi Openess
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPENESS DA NI=5 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=O.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY LK OPENESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 3 2 TD 2 1 PD OU SS TV MI
90
Gambar 3.10
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian Big Five
Dimensi Agreeableness
UJI VALIDITAS KONSTRUK AGREEABLENESS DA NI=5 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=A.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY LK AGREEABLENESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 1 PD OU SS TV MI
91
Gambar 3.11
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Skala Kepribadian Big Five Dimensi Consciencetiousness
UJI VALIDITAS KONSTRUK CONSCIENCETIOUSNESS DA NI=4 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=C.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK CONSCIENCETIOUSNESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 3 2 TD 4 3 PD OU SS TV MI
92
Lampiran 4
Output Statistik
Statistics
PSSE Self_aware
ness
Managing_
emotion
Motivating_
oneself Empathy Social_skill
Extraver
tion Neuroticism Openness
Agreeable
ness
Conscientious
ness
N Valid 186 186 186 185 186 186 186 186 186 186 186
Missing 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Mean 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000
Median 49.7496 50.0220 50.2699 50.7751 50.6239 50.2726 49.6594 50.6874 50.0560 49.9352 51.0844
Std. Deviation 8.73354 8.95267 7.36081 8.48221 8.78855 8.11477 7.36557 8.52094 8.73185 7.33227 8.54877
Minimum 26.72 23.56 27.90 22.40 23.79 29.38 27.90 29.27 31.94 33.10 24.33
Maximum 73.89 66.33 74.64 64.35 69.17 69.14 61.95 65.96 71.95 65.42 68.95
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .656a .430 .398 6.77849 .430 13.210 10 175 .000
a. Predictors: (Constant), conscientiousness, self_awereness, neuroticism, managing_emotion, extravertion, openness, social_skill, motivating_oneself,
agreeableness, empathy
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6069.934 10 606.993 13.210 .000b
Residual 8040.879 175 45.948
Total 14110.814 185
a. Dependent Variable: PSSE
b. Predictors: (Constant), conscientiousness, self_awereness, neuroticism, managing_emotion,
extravertion, openness, social_skill, motivating_oneself, agreeableness, empathy
93
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 22.091 6.239 3.541 .001
Self_awereness -.062 .085 -.064 -.735 .463
Managing_emotion .043 .075 .036 .569 .570
Motivating_oneself -.065 .083 -.063 -.789 .431
Empathy .292 .094 .294 3.122 .002
Social_skill .128 .086 .119 1.498 .136
Extravertion -.084 .080 -.071 -1.049 .296
Neuroticism -.244 .062 -.238 -3.955 .000
Openness .278 .075 .278 3.730 .000
Agreeableness .176 .095 .147 1.843 .067
Conscientiousness .097 .081 .095 1.191 .235
a. Dependent Variable: PSSE
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .222a .049 .044 8.53908 .049 9.522 1 184 .002
2 .296b .088 .078 8.38645 .039 7.758 1 183 .006
3 .355c .126 .112 8.23005 .039 8.022 1 182 .005
4 .411d .169 .150 8.05082 .042 9.194 1 181 .003
5 .430e .185 .162 7.99477 .016 3.547 1 180 .061
6 .433f .188 .161 8.00189 .003 .680 1 179 .411
7 .540g .292 .264 7.49263 .104 26.160 1 178 .000
8 .635h .404 .377 6.89455 .112 33.221 1 177 .000
94
a. Predictors: (Constant), self_awereness
b. Predictors: (Constant), self_awereness, managing_emotion
c. Predictors: (Constant), self_awereness, managing_emotion, motivating_oneself
d. Predictors: (Constant), self_awereness, managing_emotion, motivating_oneself, empathy
e. Predictors: (Constant), self_awereness, managing_emotion, motivating_oneself, empathy, social_skill
f. Predictors: (Constant), self_awereness, managing_emotion, motivating_oneself, empathy, social_skill, extravertion
g. Predictors: (Constant), self_awereness, managing_emotion, motivating_oneself, empathy, social_skill, extravertion, neuroticism
h. Predictors: (Constant), self_awereness, managing_emotion, motivating_oneself, empathy, social_skill, extravertion, neuroticism, openness
*tabel dibawah ini merupakan lanjutan dari tabel di atas
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
9 .652b .426 .396 6.78655 .022 6.678 1 176 .011
10 .656c .430 .398 6.77849 .005 1.419 1 175 .235
b. Predictors: (Constant), opennes, managing_emotion, neuroticism, extravertion, self_awereness, motivating_oneself, social_skill, empathy, agreeableness
c. Predictors: (Constant), openness, managing_emotion, neuroticism, extravertion, self_awereness, motivating_oneself, social_skill, empathy, agreeableness,
conscientiousness