pengaruh infusum daun alpukat dalam menghambat … · ii pernyataan mengenai tesis dan informasi...

83
PEN MEN NGARUH NGHAMB R IN H INFUSU BAT PEM GIN RINI MAD SEKOLA NSTITUT UM DAUN MBENTUK NJAL TIK DYASTUT AH PASCA PERTAN 2010 N ALPUKA KAN KRIS KUS TI PURWO ASARJAN NIAN BOG AT DALA STAL PAD ONO NA GOR AM DA

Upload: trananh

Post on 05-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

PENMEN

NGARUHNGHAMB

R

IN

H INFUSUBAT PEM

GIN

RINI MAD

SEKOLANSTITUT

UM DAUNMBENTUKNJAL TIK

DYASTUT

AH PASCAPERTAN

2010

N ALPUKAKAN KRIS

KUS

TI PURWO

ASARJANNIAN BOG

AT DALASTAL PAD

ONO

NA GOR

AM DA

Page 2: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun

Alpukat dalam Menghambat Pembentukan Kristal pada Ginjal Tikus adalah

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2010

Rini Madyastuti Purwono B351070021

Page 3: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

iii

SUMMARY

RINI MADYASTUTI PURWONO. The effect of Avocado leaves (Persea americana Mill) Infusion in Inhibition of Crystallization Development in Rat Kidney. Under the direction of IETJE WIENTARSIH, SETYO WIDODO dan EVA HARLINA.

ABSTRACK

The objective of this research is to explore the influence of infusum of avocado leaves by the inhibition activity of crystallization formation in the rat kidneys. Twenty heads of white male rats with body weight average of 200-250 grams were used in this research. The animals were divided into four groups, A,B,C dan D, five animals each, respectively. Group A as control received drinking water ad libitum, group B as positive control received ethylene glycol solution, group C received ethylene glycol and 5% of infusum avocado leaves and group D received ethylene glycol and 10% of infusum avocado leaves. Blood sample were aspirated intracadially for kidney function test and kidney slides for histopathologic examination. The results show that the ethylene glycol reduce glomeruler filtration rate and alters the morphologic structure of renal glomeruli and tubules. The crystal formation is formed after ethylene glycol drenching and fragmented/polarized after administration of infusum avocado leaves. The formation and polarization process of crystallization will be discussed in details.

Page 4: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

iv

RINGKASAN

RINI MADYASTUTI PURWONO. Pengaruh Infusum Daun Alpukat (Persea americana Mill) dalam Menghambat Pembentukan Kristal pada Ginjal Tikus. Dibimbing oleh IETJE WIENTARSIH, SETYO WIDODO dan EVA HARLINA.

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan tumbuhan obat dan saat ini penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung meningkat. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi obat secara empiris adalah tumbuhan alpukat.

Batu ginjal menempati urutan ketiga masalah sistem urinari setelah infeksi saluran kemih dan kelainan prostat. Tingkat kekambuhan setelah serangan pertama adalah 14%, 39% dan 52% pada tahun ke 1, 5 dan 10. Adanya tingkat keterulangan yang tinggi maka upaya-upaya preventif lebih dianjurkan dibandingkan pengobatan. Batu ginjal terdiri dari kristal-kristal kecil yang berikatan dan membentuk masa yang lebih besar. Apabila kristal penyusun batu ginjal dapat dihambat proses agregasinya, maka batu ginjal tidak akan terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan fitokimia infusum daun alpukat dan pengaruhnya dalam menghambat pembentukan kristal ginjal.

Sebanyak dua puluh ekor hewan coba tikus dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor. Group A merupakan kelompok kontrol negatif yang diberi air minum ad libitum. Group B adalah kelompok kontrol positif yang diberi air minum berisi 0,75% etilen glikol dan 2% amonium klorida (inducer) ad libitum. Group C dan D adalah kelompok yang diberi inducer dan dicekok larutan infusum daun alpukat 5% dan 10%. Perlakuan dilaksanakan selama 10 hari.

Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0, 5 dan 11 secara intrakardial. Serum dianalisis untuk mengetahui kadar kreatinin, ureum dan laju flitrasi glomerulus. Pada hari ke- 11 dilakukan nefrotomi, dan ginjal dibuat preparat histopatologi untuk diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilli-Eosin. Pengamatan histopatologi dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan mikroskop cahaya, sedangkan pengamatan kristal dilakukan dengan menggunakan mikroskop polarisasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan.

Hasil pemeriksaan parameter non spesifik simplisia menunjukan kadar air 4,19% dan kadar abu 4,25%. Hasil uji tapis infusum daun alpukat mengandung flavonoid, tanin, kuinon dan saponin.

Pada hari ke-11 rata-rata kadar ureum serum kelompok yang diberi infus daun alpukat lebih rendah dan berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol positif), sedangkan kadar kreatinin serum kelompok yang diberi infus daun alpukat cenderung lebih rendah (p>0,05) dibanding kelompok kontrol positif.

Penurunan rata-rata nilai kreatinin klirens pada kelompok B karena adanya paparan bahan nefrotoksik yang menyebabkan acute tubular necrosis. Pada tahap selanjutnya akan terjadi vasokontriksi dan mengakibatkan kenaikan tekanan darah sistemik yang berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus.

Page 5: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

v

Etilen glikol merupakan bahan yang bersifat nefrotoksik sehingga menimbulkan perubahan histopatologi pada ginjal berupa edema glomerulus dan kelainan tubulus berupa droplet hyalin, endapan protein di lumen dan epitel yang nekrotik. Pemberian infusum daun alpukat dapat menurunkan persentase lesio nekrosis tubular ginjal.

Pada kelompok yang diinduksi etilen glikol terbentuk terbentuk kristal yang cukup besar di daerah duktus kolektivus, sedangkan [pada kelompok yang diberi infuse daun alpukat ditemukan Kristal dengan ukuran sangat kecil di dalam tubulus proksimal ginjal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian infusum daun alpukat dapat menghambat terbentuknya kristal di tubulus ginjal dengan mencegah proses agregasi kristal.

Pemberian infusum daun alpukat menghasilkan metabolit asam dihidrofenilasetat, asam metahidroksifenilasetas dan asam 4-hidroksi-3-metoksifenilasetat. Ketiga metabolit merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksilat. Adanya gugus karboksilat ini akan cenderung beresonansi dan menghasilkan ion hidrogen yang selanjutnya akan menggeser kesetimbangan reaksi dari kalsium oksalat untuk mengurai kembali menjadi ion-ion. Dengan demikian proses pembentukan endapan kalsium oksalat dapat dihambat karena proses perkembangan inti menjadi massa batu ginjal dapat dihambat.

Page 6: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Pengaruh infusum daun Alpukat dalam menghambat pembentukan kristal pada ginjal tikus

Nama : Rini Madyastuti Purwono

NRP : B351070021

Program Studi : Ilmu Biomedis Hewan

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Dr.Dra. Hj. Ietje Wientarsih MSc. Apt. Ketua

Dr.drh. Setyo Widodo Dr. drh. Eva Harlina MSi, APVet. Anggota Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Biomedis Hewan

Prof.Dr.Drh.Bambang Pontjo MS APVet Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro MS

Page 7: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

vii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis

yang berjudul ”Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

Pembentukan Kristal pada Ginjal Tikus” yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Master pada Program Studi Ilmu Biomedis Hewan,

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari

bulan Mei 2009 hingga Januari 2010.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Ibu Dr. Dra. Hj. Ietje Wientarsih Apt. MSc. selaku ketua komisi

pembimbing, Bapak Dr. Drh. Setyo Widodo dan Dr. Drh. Eva Harlina MSi

sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan tulus telah memberikan

bimbingan, nasihat, dorongan semangat serta menyediakan waktu selama

pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Dr.Drh.Ekowati Handharyani MSi atas kesediaannya untuk menelaah

tesis ini serta menjadi Penguji Luar Komisi pada ujian tesis.

Terima kasih juga disampaikan kepada Sdr. Puji Handoko di Laboratorium

Farmasi, Bapak Soleh, Bapak Kasnadi dan Bapak Endang di Bagian Patologi

Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi FKH-IPB, Ibu Hj Asmarida dan Ibu

Sri Hartini di Laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi dan

Farmakologi.

Khusus kepada mahasiswa FKH Isnia Nurulazmy dan Ikrar Trisnaning

Hardi Utami. Mahasiswa Farmasi Universitas Pakuan Dina Rubina, Jatnika

Wijaksana dan Resha Vyata, yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian

ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman

seperjuangan IBH 2007 dan BRP 2007, drh Sosetyoratih, drh Budhi Jasa

Widyananta, drh. Faisal Jamin, drh. Siti Aisyah, drh. Taufik Purna Nugraha,

Page 8: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

viii

Dadang Djaenudin dan Lutvi MSi, yang telah memberikan kebersamaan dalam

menjalani masa pendidikan pasca ini dan semangatnya serta dukungannya.

Terima kasih yang setulusnya atas doa dan dorongan semangat yang telah

diberikan kepada Mamah Warsiati, Mas Heri Triyanto, Mas Isnan Triswanto dan

Krisna Wuriyanto.

Akhirnya dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, tulisan ini

kupersembahkan kepada suami Heri Herwanda, Nabila Keyla Nazline dan

Fadhlan Aidil Akbar atas cinta kasih, pengertian, kesabaran, dorongan semangat

dan dukungan yang selalu diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2010

Rini Madyastuti Purwono

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 8 Juni 1978 dari Ayah AK

Purwono dan Ibu Warsiati. Penulis merupakan anak keempat dari lima

bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Farmasi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, lulus pada

tahun 2000. Pada tahun 2007, penulis diterima di Mayor Ilmu Biomedis Hewan

pada program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2010. Beasiswa

pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPS.

Penulis mulai diangkat menjadi PNS pada Institut Pertanian Bogor pada

tahun 2006 hingga saat ini. Saat ini penulis membantu Mata kuliah sediaan

farmasi dan terapi umum pada tingkat sarjana dan ilmu reseptir pada jenjang

Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

x

DAFTAR ISI

  Halaman  

DAFTAR TABEL .......................................................................................... Xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... Xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. Xiv

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................ 3

Tujuan ..................................................................................................... 3

Manfaat ................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4

Alpukat (Persea americana Mill) .......................................................... 4

Flavonoid ................................................................................................ 7

Ekstrak dan Infus ..................................................................................... 8

Hewan Percobaan ................................................................................... 8

Kristal Urin ............................................................................................. 10

Batu Kalsium Oksalat ............................................................................. 12

Etilen Glikol ........................................................................................... 14

Ginjal ............................................................................................................................. 16

Histologi Ginjal ......................................................................................................... 18

METODE PENELITIAN ..................................................................................... 20

Waktu dan Tempat ................................................................................. 20

Bahan dan Alat ..................................................................................... 20

Determinasi dan Pengumpulan Daun Alpukat ....................................... 20

Pembuatan serbuk simplisia Daun Alpukat ............................................ 20

Penapisan Fitokimia ................................................................................ 21

Pembuatan Larutan Infus Daun Alpukat ................................................ 22

Page 11: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xi

Induksi Hewan Coba .............................................................................. 22

Desain Penelitian .................................................................................... 22

Analisis Ureum Serum ........................................................................... 23

Analisis Kreatinin Serum ....................................................................... 23

Analisis Klirens Kreatinin ...................................................................................... 23

Pembuatan Preparat Hematoksilin-Eosin .......................................................... 24

Evaluasi Histopatologi ............................................................................................. 24

Analisa data ................................................................................................................. 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 25

Kadar air, Kadar Abu dan Penapisan Fitokimia .............................................. 25

Kadar Ureum Serum ................................................................................................ 26

Kadar Kreatinin Serum ............................................................................................ 28

Nilai Klirens Kreatinin ............................................................................................ 30

Evaluasi Histopatologi Ginjal Tikus ................................................................... 32

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 39

Kesimpulan .................................................................................................................. 39

Saran .............................................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 40

 

Page 12: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Data Biokimia Tikus ..………………………………………………... 10

2 Komposisi penyusun batu ginjal ……………………………………... 13

3 Literatur pengguna etilen glikol dan amonium klorida sebagai induser urolitiasis pada tikus …………………………………………………..

16

4 Parameter renal ekskretori tikus ……………………………………… 17

5 Hasil uji penapisan fitokimia simplisia dan infusum daun alpukat …... 25

6 Rerata kadar ureum serum (mg/dl) tikus dari seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11 ……………………………….….

27

7 Rerata kadar kreatinin serum (mg/dl) tikus dari seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11 ………………………………….

29

8 Rerata nilai klirens kreatinin (ml/mnt) seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11………………………………………………

31

Page 13: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman Alpukat (Persea americana) Mill …………………...…….. 5

2 Struktur dari metabolit sekunder flavonoid, isoflavon Dam neoflavonoid …………………………………………………..…........

7

3 Hewan coba tikus galur Sprague Dawley ……………………………. 9

4 Tahapan utama dalam kristalisasi garam kalsium …………………… 11

5 Metabolisme etilen glikol setelah pemberian peroral ……………..…. 15

6 Anatomi ginjal tikus ………………………………………………….. 17

7 Histologi ginjal normal ………………………………………………. 18

8 Rerata kadar ureum (mg/dl)serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11 ……………………………………

27

9 Rerata kadar kreatinin (mg/dl)serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11 ……………………………………

29

10 Rerata Nilai klirens kreatinin (ml/mnt) serum tikus Seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11 ………………………..

31

11 Edema glomerulus dan tubulus nekrotik pada kelompok B Pasca pemberian etilen glikol …………………………………………

33

12 Tubulus nekrotik dengan endapan protein di lumen Pada kelompok B …………………………………………………..…

34

13 Hyalin droplet di epitel tubulus proksimal dan tubulus Nekrotik pada ginjal tikus kelompok B ………………………………

34

14 Kristalisasi pada ginjal tikus kelompok B di daerah Duktus kolektivus …………………………………………………….

35

15 Kristal dengan ukuran kecil di lumen tubulus distal ginjal Kelompok C ………………………………………………………….

37

16 Kristal dengan ukuran sangat kecil di lumen tubulus distal ginjal Kelompok D ……………………………………………………

37

Page 14: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil determinasi tanaman alpukat ….……………………………...... 45

2 Analisis statistik kadar ureum serum ………………………………….. 46

3 Analisis statistik kadar kreatinin serum ……………………………….. 54

4 Analisis statistik klirens kreatinin ……………………………………... 61

Page 15: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki plasma nutfah berupa

tumbuhan yang tergolong cukup beragam di dunia. Dari 40 ribu jenis tumbuhan

yang ada di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Dari 30 ribu jenis

tumbuhan di Indonesia, 90% merupakan tanaman obat, namun baru 17% yang

sudah dimanfaatkan secara komersil sebagai bahan baku obat tradisional. Saat ini

penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung meningkat, sejalan dengan

kecenderungan kembali ke alam (back to nature). Sumber daya alam yang

melimpah merupakan peluang dalam pengembangan bahan alam sebagai obat

alternatif (obat tradisional) dalam menyembuhkan penyakit.

Saat ini penggunaan obat tradisional semakin banyak digunakan karena

harga yang relatif murah, praktis dalam pemakaian, bahan baku yang mudah

diperoleh dan efek samping yang relatif kecil (Sofowara dan Abayoni 1982).

Dengan meningkatnya penggunaan obat tradisional, mendorong para ahli untuk

meneliti zat aktif melalui serangkaian pengujian standar di laboratorium.

Pengujian laboratorium yang harus dilakukan antara lain uji penapisan fitokimia

untuk mengetahui kandungan senyawa pada bahan tersebut, uji toksisitas untuk

mengetahui keamanan apabila dikonsumsi untuk pengobatan, uji eksperimental

terhadap hewan percobaan dan uji klinis untuk memastikan efek farmakologi.

Salah satu tanaman yang memiliki potensi obat secara empiris adalah daun

tanaman alpukat (Persea americana Mill). Alpukat (Persea americana Mill)

merupakan keluarga Lauraceae. Daun alpukat selama ini hanya dikenal sebagai

limbah yang tidak pernah dimanfaatkan, namun sebagian masyarakat telah

menggunakan daun alpukat sebagai diuretik, analgesik, anti radang, anti

hipertensi, anti hipoglikemia, anti diare, mengobati sakit tenggorokan dan

perdarahan (Brai et al. 2007). Penapisan fitokimia telah dilakukan oleh Wientarsih

et al. (2008), dan hasilnya adalah ekstrak etanol daun alpukat mengandung

flavonoid yang memberikan aktivitas diuretik.

Page 16: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xvi

Menurut Barnes et al. (2002), kombinasi kalium dan flavonoid

memberikan aktivitas diuretik yang cukup kuat. Pada umumnya tanaman yang

mempunyai kandungan kalium mempunyai efek sebagai penghancur batu saluran

kemih secara in vitro. Menurut Alfianti (2009), kandungan kalium dalam ekstrak

etanol daun alpukat cukup tinggi. Simanjuntak (2007), menyatakan infusum daun

alpukat lebih banyak melarutkan kalsium oksalat pada batu ginjal dibandingkan

dengan infusum herba meniran. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wientarsih et

al. (2008) memberikan hasil bahwa ekstrak etanol daun alpukat dosis 100

mg/kgbb dan 300 mg/kgbb mempunyai aktivitas diuretik dan menghambat

terjadinya mineralisasi kalsium oksalat pada tikus putih.

Menurut Bahdarsyam (2003), Indonesia merupakan salah satu negara yang

dilalui sabuk batu sehingga memiliki tingkat insiden batu ginjal yang cukup

tinggi. Batu ginjal menempati urutan ketiga setelah infeksi saluran kemih dan

kelainan prostat. Tingkat kekambuhan setelah serangan pertama adalah 14%, 39%

dan 52% pada tahun ke 1, 5 dan 10 secara berurutan. Semakin tinggi resiko untuk

terjadinya keterulangan batu ginjal maka upaya-upaya preventif lebih dianjurkan

dibandingkan pengobatan.

Batu ginjal adalah benda-benda padat yang ditemukan di dalam ginjal

yang terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di

dalam air kemih. Batu ginjal terdiri dari kristal-kristal kecil yang terakumulasi.

Kristal dapat mengendap di dalam saluran kemih ketika urin dalam kondisi

supersaturasi. Sebelum menjadi batu ginjal, kristal harus mengalami proses

pengikatan di ginjal (Verkoelen et al. 2005). Pada kondisi normal dan sehat

pembentukan kristal tetap terjadi, kristal akan berikatan dengan permukaan sel

epitel tubulus yang selanjutnya akan difagositosis oleh makrofag atau lisosom sel

tersebut (Tsujita 2007).

Sekitar 80% batu ginjal merupakan batu kalsium yang umumnya terdiri

dari kalsium oksalat (CaOx) (Katzung 1995). Kristal kalsium oksalat sangat

umum ditemukan pada kondisi hiperoksaluria. Hiperoksaluria sekunder dapat

diperoleh dari pola makan atau gaya hidup yang berlebihan dalam mengkonsumsi

makanan kaya oksalat seperti coklat, kacang-kacangan dan bayam serta diet tinggi

Page 17: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xvii

protein hewani (Shekarriz et al. 2008). Selanjutnya kristal harus mengalami

interaksi dengan epitel sel untuk menjadi nefrolit (batu ginjal).

Ketersediaan bahan daun alpukat yang berlimpah merupakan suatu

peluang dalam memberikan alternatif pengobatan asli Indonesia. Daun alpukat

yang mengandung kalium dan flavonoid diharapkan mempunyai aktivitas

menghambat pembentukan kristal di ginjal.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan fitokimia infusum

daun alpukat dan pengaruh pemberian infusum daun alpukat dalam menghambat

pembentukan kristal pada ginjal tikus yang diinduksi etilen glikol.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah tentang daun

alpukat, sebagai landasan menjadikan daun alpukat sebagai obat alternatif dalam

pencegahan terjadinya keterulangan kasus batu ginjal. Melalui penggunaan obat

herbal ini diharapkan pencegahan penyakit batu ginjal tidak mahal lagi dan dapat

mengurangi resiko toksik dari bahan-bahan kimia sehingga dapat meningkatkan

kesehatan masyarakat Indonesia.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat akan khasiat daun alpukat serta nilai tambah bagi pohon alpukat

secara ekonomis.

Page 18: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xviii

TINJAUAN PUSTAKA

Alpukat (Persea americana Mill)

Pohon alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama

alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur atau Jawa Tengah), jamboo pokat

(Batak), pookat (Lampung) dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran

rendah Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1920-

1930. Indonesia telah membudidayakan 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah

dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul.

Pohon alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu

5-1500 m di atas permukaan laut, tetapi tanaman ini akan tumbuh subur dengan

hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m di atas permukaan laut.

Tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah

dengan ketinggian 1000-2000 m, sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-

1000 m di atas permukaan laut (Prihatman 2000).

Taksonomi alpukat (Persea americana Mill) menurut Prihatman (2000)

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivis : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Ranales

Keluarga : Lauraceae

Marga : Persea

Spesies : Persea americana Mill

Negara-negara penghasil alpukat terbesar di dunia adalah Amerika

(Florida, California, Hawai), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan

sedangkan di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera,

Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

Page 19: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xix

Gambar 1 Tanaman Alpukat (Persea americana Mill).

Morfologi

Alpukat merupakan tanaman hortikultura yang dapat tumbuh dan ditanam

di daerah yang agak kering dan basah serta dapat tumbuh dengan baik pada

tanah yang gembur, tidak mudah digenangi air, dan pH tanah berkisar antara

5,5-6,5.

Alpukat (Persea americana Mill) merupakan famili Lauraceae. Tanaman

ini berbentuk pohon, tinggi 3-10 m, ranting teguh berambut halus, perbungaan

berupa malai terletak dekat ujung ranting dan berbunga banyak. Buah berbentuk

bola lampu sampai berbentuk bulat telur, panjang 5-20 cm, lebar 5-10 cm, tanpa

sisa bunga, warna buah hijau atau kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau

ungu sama sekali. Buah memiliki biji satu berbentuk bola, garis tengah 2,5-5

cm. Tanaman alpukat dapat diperbanyak dengan menggunakan biji.

Pemeliharaan tanaman ini mudah seperti tumbuhan lain, dibutuhkan cukup air

dengan penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama

pupuk dasar. Tanaman ini menghendaki tempat yang cukup sinar matahari.

Page 20: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xx

Deskripsi Daun

Daun alpukat merupakan daun tunggal, bertangkai, letak tersebar dan

menumpuk di ujung ranting. Daun berbentuk oval sampai lonjong, panjang 10-

20 cm, lebar 3 cm, panjang tangkai 1,5-5 cm. Panjang helaian daun 10- 20 cm,

lebar 3-10 cm. Pangkal daun dan ujung daun meruncing, pinggir daun rata,

kadang-kadang agak menggulung ke atas. Permukaan daun licin, warna hijau

sampai hijau kecoklatan atau coklat keunguan, penulangan menyirip, panjang

tangkai daun 1,5 sampai 5 cm.

Kandungan Kimia

Tanaman alpukat mengandung senyawa kimia pada setiap bagiannya yaitu :

1. Kulit ranting mengandung beberapa zat kimia yaitu minyak terbang seperti

metilkavikol, alpapien, tanin, dan flavonoid.

2. Daun mengandung saponin, alkaloida, flavonoid, polifenol, quersetin dan

gula alkohol persit.

3. Buah alpukat mengandung betakaroten, klorofil, vitamin E, dan vitamin B-

kompleks yang berlimpah

4. Biji alpukat mengandung protein dan lemak

Manfaat Alpukat

Menurut Winarto (2007), manfaat dan khasiat daun alpukat antara lain

untuk mengobati sariawan, kencing batu, sakit kepala, nyeri saraf (neuralgia),

nyeri lambung, saluran napas membengkak (bronchial swellings), sakit gigi,

menstruasi tidak teratur dan melembabkan kulit kering. Biji alpukat berguna

sebagai anti radang, adstringent dan analgesik. Kulit ranting berkhasiat untuk

pelancar menstruasi, emolient, anti bakteri dan penyembuh batuk (Hariana 2007).

Maryati et al. (2007) menyatakan bahwa hasil penapisan fitokimia daun

alpukat (Persea americana Mill) menunjukkan adanya golongan senyawa

flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid atau triterpenoid. Penelitian

oleh Brai et al. (2007) menunjukan bahwa ekstrak air dan ekstrak metanol daun

alpukat dapat menurunkan berat badan dan kadar lemak hati pada tikus

hiperlipidemia. Penelitian yang dilakukan oleh Antia et al. (2005)

Page 21: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

 

m

h

F

b

(

f

i

d

f

a

d

b

e

t

a

a

a

t

memperlihat

hipoglikemi

Flavonoid

Flavo

berlebih di

15 atom kar

(C3) sehin

fllavonoid d

isoflavon. L

diidentifikas

flavonol, dan

Gambar 2

Anto

adalah pigm

dan biru . P

buah tertent

epidermis.Se

tempat sinte

Lin

adalah maka

atau mengo

aktivitas ant

thrombotic,

tkan bahw

k terhadap t

onoid meru

alam. Flavo

rbon, dimana

ngga memb

dapat digol

Lebih dari

si, namun ad

n flavon.

2 Struktur neoflavon

osianin (dari

men berwarna

Pigmen ini ju

tu, batang, d

ebagian besa

esisnya ada d

dan Wen (2

anan yang m

obati penyak

ti alergi, an

vasodilatasi

wa ekstrak

ikus yang di

upakan meta

onoid memp

a dua cincin

bentuk susu

longkan me

2000 flav

da tiga kelom

dari metanoid.

i bahasa Yu

a yang umum

uga terdapat

daun dan b

ar flavonoid

di luar vakuo

2006), flavo

memberikan

kit. Beberap

ntiviral, anti

i dan anti kar

air daun

iinduksi den

abolit sekun

punyai keran

benzene (C

unan C6-C

enjadi 3 ya

vonoid yang

mpok yang u

abolit sekun

unani antho

mnya terdap

t di berbaga

ahkan akar.

d tersimpan d

ola..

onoid merup

kontribusi t

pa penelitian

inflamasi, h

rsinogenik (

alpukat m

gan aloksan

nder yang te

ngka dasar k

C6) terikat pa

C3-C6. Ber

aitu flavono

g berasal

umum dipel

nder Flavo

os , bunga

at di bunga b

ai bagian tum

Flavonoid

di vakuola s

pakan nutrac

erhadap kes

n tentang fl

hepatoprotek

Seyoum et a

memberikan

monohidrat

erdapat dala

karbon yang

ada satu rant

rdasarkan s

oid, neoflav

dari tumbu

lajari, yaitu

onoid, isofl

dan kyanos

berwarna me

mbuhan lain

sering terda

el tumbuhan

ceutical. Nu

ehatan, bisa

flavonoid, m

ktif, anti ok

al. 2006).

  xxi

n aktivitas

t.

am jumlah

terdiri dari

tai propane

strukturnya

vonoid dan

uhan telah

antosianin,

lavon dan

s, biru-tua)

erah, ungu,

n misalnya,

apat di sel

n walaupun

utraceutical

a mencegah

menunjukan

ksidan, anti

Page 22: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxii

Menurut Singh (2005), pemberian derivate flavonoid dapat memperbaiki

kerusakan-kerusakan pada ginjal dengan kapasitas aktivitas antioksidannya dan

penangkap radikal bebas (radical scavenging). Aktivitas antioksidan akan

menghambat enzim-enzim yang berperan dalam pembentukan oksigen spesies

seperti lipooksigenase, siklooksigenase, monooksigenase dan NADPH oksidase.

Ekstrak dan Infus

Infus adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut air dengan pemanasan

hingga 90ºC selama 15 menit. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan

kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan

pelarut cair (Anonim 2000). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan.

Ekstraksi secara umum ada dua metode yaitu dengan cara dingin dan cara

panas. Metode ekstraksi cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi. Maserasi adalah

proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Perkolasi adalah

ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruangan, sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-

5 kali dari bahan. Metode ekstraksi dengan cara panas yaitu refluks, soxhlet,

digesti, dekok dan infus (Anonim 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ekstraksi adalah ukuran simplisia

dan pelarut. Pelarut air masih banyak digunakan karena caranya mudah. Untuk

produksi komersil, umumnya digunakan pelarut air dengan kandungan alkohol

rendah dan dikeringkan dengan cara semprot kering.

Hewan Percobaan

Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan

untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan

berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik

Page 23: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

 

(

m

m

g

t

d

u

d

p

A

T

M

M

d

k

d

(Malole et a

memenuhi

manusia, be

galur genetis

Hew

toksikologi a

didapat, dan

untuk tujuan

dipelihara, m

penelitian (M

Men

Animalia, F

Theria, Ordo

Muridae, Su

Malole et a

digunakan u

kecil, dan e

disajikan dat

al. 1989). H

kriteria tert

erkembangbi

s murni, sert

Gambar 3

wan coba ya

adalah menc

n mudah dita

n penelitian

merupakan h

Malole et al.

nurut Suckow

ilum : Chord

o : Rodentia

ubfamili : M

l. (1989), tik

untuk penel

ekornya leb

ta biokimia

Hewan perco

tentu, antar

iak dengan c

ta murah sec

Hewan coba

ang umum d

cit dan tikus

angani (Lu 1

, karena hew

hewan yang

1989).

w et al. (20

data, Subfilu

, Subordo : M

Murinae, Gen

kus Galur Sp

itian. Memp

bih panjang

tikus.

obaan yang

ra lain kem

cepat, mudah

cara ekonom

tikus jantan g

digunakan d

putih. Hewa

1995). Tikus

wan ini tela

relatif sehat

06), taksono

um : Vertebr

Myomorpha

nus : Rattus

Sprague-Daw

punyai ciri

dari badan

digunakan d

miripan fun

h didapat da

mis (Subahag

galur Sprague

dalam penel

an ini dipilih

s putih telah

ah diketahui

t dan cocok u

omi tikus pu

rata, Kelas :

a, Superfami

dan Spesies

wley merupa

berwarna p

nnya (Gamb

dalam penel

ngsi fisiolog

an dipelihara

io et al. 199

e-Dawley.

litian farmak

h karena mur

digunakan

i sifat-sifatn

untuk berba

utih adalah:

Mammalia,

li : Muroida

s : Rattus sp

akan galur y

utih albino,

bar 1). Pad

 xxiii

litian harus

gis dengan

a, memiliki

7).

kologi dan

rah, mudah

secara luas

nya, mudah

agai macam

Kingdom:

, Subclass :

ae, Famili ::

p. Menurut

yang umum

berkepala

da Tabel 1

Page 24: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxiv

Tabel 1 Data biokimia tikus

Parameter Biokimia Nilai Natrium 137 - 154 mmol/L Kalium 4,0 - 6,6 mmol/L Klorida 99 – 108 mEq/L Fosfat 2.1 - 2.8 mmol/L Glukosa 4.5-8.95 mmol/L Bilirubin 0.51 – 6.67 mcmol/L BUN (Urea) 25.94 g/dl – 77.78 mg/dl Kolesterol 0.50 – 0.91 mmol/L Total Bilirubin 0.51 – 6.67 mol/L Protein 60 - 79 g/L Albumin 32 – 38 g/L Globulin 28 – 40 g/L Alb/Glob.Ratio 0.9 – 1.1 Creatinin 0.2 - .0.8 mg/dl Serum Alk.Phosphate 71 – 299 mU/ml SGOT (ASAT) 77 – 622 mU/ml SGPT (ALAT) 28 – 418 mU/ml Sumber : Dhawan et al. (1997)

Kristal Urin

Kristal urin adalah perubahan fase dari senyawa yang terlarut dalam urin

melewati titik keseimbangan fase likuid menjadi fase solid dalam lingkungan

supersaturasi. Ketika ion penyusun batuan dalam urin konsentrasinya sangat

tinggi, maka ion akan cenderung saling berdekatan membentuk struktur kristal

yang tidak mudah larut. Beberapa faktor lingkungan dalam urin sangat berperan

dalam pembentukan kristal yaitu pH, suhu dan konsentrasi ion. Ketika konsentrasi

suatu ion penyusun batu ginjal dalam urin rendah dan masih mampu untuk

melarut membentuk larutan garamnya maka kondisi urin disebut undersaturasi.

Supersaturasi adalah kondisi urin yang mengandung ion penyusun batuan ginjal

dalam jumlah berlebih. Ketika kondisi lingkungan supersaturasi, maka kondisi ini

merupakan faktor utama yang berperan dalam pembentukan kristal spontan. Oleh

karena itu salah satu upaya pencegahan terjadinya batu ginjal yang efektif adalah

dengan mencegah terbentuknya kondisi supersaturasi (Stoller dan Meng 2007).

Proses pembentukan kristal dalam ginjal meliputi beberapa tahapan dan

merupakan proses yang sangat kompleks. Tahapan pembentukan dimulai dari

nukleasi, agregasi dan pertumbuhan. Proses pembentukan nukleasi hingga

Page 25: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxv

menjadi batuan ginjal disajikan pada Gambar 4. Tahap pertama pembentukan

kristal adalah nukleasi, dimana ion di dalam urin akan bersatu membentuk

senyawa yang tidak larut (presipitat). Presipitat ini akan berkembang menjadi

struktur kristal. Struktur kristal yang terbentuk akan mengalami proses agregasi

membentuk struktur kristal yang lebih besar, dan pada tahap akhir akan terbentuk

batu ginjal.

Gambar 4 Tahapan pembentukan kristalis garam kalsium. Sumber: Tiselius et al. (1996).

Proses perubahan dari ion menjadi kristal memerlukan ikatan kimia dalam

interaksi ion-ion penyusun batu ginjal. Adanya kekuatan Van der Waals, viscous

binding dan solid bridge akan menarik dan mempertahankan partikel ion untuk

bersatu. Kekuatan potensial zeta (daya tolak menolak elektrostatik) akan

mempengaruhi agregasi dan disagregasi partikel kristal. Faktor-faktor penghambat

kristal seperti sitrat, pirofosfat dan polimer asam merubah kekuatan potensial zeta

yang akan mempengaruhi agregasi dan disagregasi partikel.

Retensi kristal menjadi faktor utama yang berperan dalam berkembangnya

suatu kristal menjadi batuan yang solid. Retensi kristal merupakan interaksi antara

sel epitel dan partikel kristal. Adanya perlukaan pada sel epitel akibat paparan

bahan nefrotoksik dapat meningkatan afinitas kristal pada permukaan membran

sel (Wiessner et al. 2001). Perlukaan sel akan mengakibatkan perubahan struktur

dari lipid membran, sehingga sel kehilangan polaritas dan terjadi perubahan pada

permukaan membran sel. Hal ini semua merupakan kodisi ideal untuk

memperoleh daya afinitas kristal yang kuat dengan epitel sel membran.

Page 26: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxvi

Selain mengandung ion dalam kondisi supersaturasi, urin juga

mengandung faktor-faktor inhibitor kristal ginjal. Beberapa faktor inhibitor

tersebut antara lain adalah sitrat, magnesium, pirofosfat, osteopontin dan

nefrokalsin. Kurangnya faktor inhibitor sangat berperan dalam pembentukan batu

ginjal. Umumnya faktor inhibitor menghambat pembentukan batu ginjal dari

mulai tahap nukleasi, agregasi dan retensi kristal (Pearle dan Nakada 2009).

Batu Ginjal Kalsium Oksalat (CaOx)

Batu kalsium oksalat merupakan batuan yang paling banyak ditemukan

dengan kasus ± 75-85%. Dalam dunia veteriner khususnya hewan kecil, tingkat

insiden kasus batu ginjal kalsium oksalat sebesar 30 -35% pada kucing dan 50-

55% pada anjing (Tilley&Smith 2004). Batu kalsium oksalat terdapat dalam dua

tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Faktor resiko batu kalsium oksalat adalah

hiperkalsiuria, hiperoksaluria dan hipositraturia. Hiperoksaluria primer terjadi

karena adanya defek secara genetis. Hiperoksaluria sekunder umumnya diperoleh

dari makanan kaya akan oksalat seperti coklat dan kacang-kacangan.

Kejenuhan di dalam urin terjadi karena ion oksalat bertemu kalsium

membentuk kristal kalsium oksalat yang tidak dapat larut kembali. Kristal ini

selanjutnya akan mengalami nukleasi, agregasi dan tumbuh menjadi batuan solid

yang mengandung campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Macam-

macam batu ginjal beserta komposisinya dapat dilihat pada Tabel 2.

Kondisi hiperoksaluria merupakan pencetus terbentuknya kristal ginjal

kalsium oksalat. Oksalat bersifat sitotoksik sehingga dapat menyebabkan kondisi

perlukaan pada sel epitel dan tubular nekrosis akut. Hiperoksaluria digolongkan

menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Hiperoksaluria primer umumnya bersifat

genetis seperti defisiensi enzim alkohol dehidrogenase. Hiperoksaluria sekunder

diperoleh dari sumber makanan dan degradasi vitamin C.

Page 27: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxvii

Tabel 2 Komposisi penyusun batu ginjal

Kelompok Nama Senyawa Rumus Kimia Karbonat Kalsium karbonat CaCO3 Sistin Oksalat Sistin SCH2CH(NH2)COOH Kalsium oksalat monohidrat CaC2O4.H2O Kalsium oksalat dihidrat CaC2O4.2H2O Fosfat Kalsium fosfat Ca5(PO4)3(OH) Hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 Karbonit-apatit Ca10(PO4,CO3OH)6(OH)2 Kalsium hidrogen fosfat dihidrat CaHPO4.2H2O Trikalsium fosfat Ca3(PO4)2 Oktakalsium fosfat CaH(PO4)3.5H2O Magnesium amonium fosfat heksahidrat MgNH4PO4.6H20 Silika asam urat

Magnesium hidrogen fosfat trihidrat MgHPO4.3H2O

Silikon dioksida SiO2 Urat Asam urat C5H4N4O3 Asam urat dihidrat C5H4N4O3.2H2O Amonium asam urat C5H4N4O3NH4 Sodium asam urat monohidrat C5H3N4O3Na.H2O

Sumber : Stockham dan Scott (2008)

Diduga ada dua kondisi yang terlibat dalam proses pembentukan batu

ginjal yaitu supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang

menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume dan

kimia urin yang menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi, asam

urat dan mineral kalsium fosfat membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat

kemudian merekat di inti untuk membentuk campuran batu (Ratu et al. 2006).

Nukleusasi kalsium oksalat diinduksi oleh satu atau beberapa kondisi,

salah satunya adalah hiperoksaluria. Kondisi hiperoksaluria akan meningkatkan

supersaturasi kalsium oksalat di dalam urin dan menghasilkan kristal kalsium

oksalat yang terdeposit pertama kalinya di papilla. Oksalat dalam tubuh diperoleh

dari makanan, degradasi vitamin C dan dihasilkan oleh liver sehingga pada

kondisi normal juga terdapat oksalat. Pada kondisi hiperoksaluria, paparan

terhadap sel epitel dapat menyebabkan kerusakan oksidatif, kerusakan

mitokondria, respon inflamasi dan perubahan dalam ekspresi kristalisasi inhibitor.

Oksalat dapat merangsang pembentukan kristal dengan mempersiapkan sel-sel

debris untuk nukleusasi (Morengo dan Romani 2008).

Page 28: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxviii

Etilen Glikol

Etilen glikol atau 1, 2 etanadiol merupakan derivat alkohol dihidroksi.

Etilen glikol atau glikol alkohol mempunyai rumus molekul C2H6O2, berat

molekul 62.07 gram/mol, tidak berbau, tidak berwarna, cair, berasa manis dan

toksik. Etilen glikol merupakan bahan yang banyak digunakan sebagai cairan anti

beku, penghilang es, pelapis permukaan, pemindah panas, pendingin industri,

pengemulsi hidrolik dan surfaktan. Pada daerah yang mengalami musim salju,

etilen glikol digunakan untuk mencegah pembekuan pada air radiator mobil.

Kasus keracunan pada hewan peliharaan banyak terjadi secara tidak sengaja

akibat mengkonsumsi cairan tersebut karena rasanya yang manis.

Metabolisme etilen glikol terdiri dari empat tahapan dan tahap pertama

terjadi di liver. Pada tahap ini etilen glikol di metabolisme menjadi glikoaldehid

dengan bantuan enzim alkohol dehidrogenase (ADH), sedangkan pada tahap

kedua glikoaldehid dengan cepat dirubah menjadi glikolat. Tahap ketiga adalah

metabolisme berlanjut dari glikolat menjadi glioksilat dimana pada tahap ini

proses metabolisme berjalan lambat yang diikuti dengan akumulasi glikolat.

Glikolat bertanggung jawab terhadap terjadinya kondisi metabolik asidosis

sehingga merupakan penanda pada kondisi terjadinya keracunan etilen glikol.

Tahap keempat, metabolisme glioksilat menjadi oksalat, yang selanjutnya dengan

cepat membentuk kalsium oksalat dan akan terakumulasi dalam bentuk kristal

khususnya di daerah ginjal (Walder 1994). Ginjal merupakan organ yang paling

peka terhadap etilen glikol dan merupakan target organ primer. Tahapan

metabolisme etilen glikol disajikan pada Gambar 5, yang berawal di organ hati.

Keracunan etilen glikol pada manusia dan hewan dimulai dengan metabolik

asidosis, komplikasi kardiopulmonari, gagal ginjal akut, koma, yang diikuti

kematian (Jacobsen dan Martin 1986). Gagal ginjal terjadi karena nekrosis sel

tubular proksimal dan adanya kristal kalsium oksalat di ginjal. Hipokalsemia

dapat terjadi karena kalsium membentuk batuan sehingga tidak dapat direabsorpsi

oleh ginjal (Cox et al. 2004).

Page 29: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxix

Gambar 5 Metabolisme etilen glikol setelah pemberian peroral.Sumber : Cox et al. 2004.

Etilen glikol dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen yang disertai

infark seluruh nefron yang disebut nekrosis korteks akut. Hiperoksaluria akibat

intoksikasi etilen glikol dapat menginduksi terjadinya kerusakan pada tubular

renal dan nefrolitiasis kalsium oksalat. Hiperoksaluria merupakan model yang

banyak digunakan dalam berbagai studi mengenai nefrolitiasis kalsium oksalat

(Green et al. 2005). Kelebihan dari penggunaan model etilen glikol adalah murah

dan mudah dalam pemberiannya. Penggunaan etilen glikol sebagai penginduksi

dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan zat kimia lain seperti amonium

klorida (Fan et al. 1999). Berbagai penelitian yang menggunakan etilen glikol

sebagai induser dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 30: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxx

Tabel 3 Penggunaan etilen glikol dan amonium klorida sebagai induser urolitiasis pada tikus jantan

Peneliti Strain Tikus Perlakuan Periode Kristal Ginjal Boeve et al. 1993 Winstar 0.8% EG + 1% AC 24 hari 0% Khan et al. 1995 SD 0.5 % EG 24 hari 16.7% 0.75% EG 24 hari 50% 1% EG 15, 29 hari 75% dan 50%Lee et al. 1992 SD 0.75% EG + 2% AC 7 hari 100% Li et al. 1992 Wistar 0.5% EG 28 hari 71.4 % Lyon et al. 1966 SD 1% EG 28 hari 62.5% 1% EG 28 hari 23.1% 1% EG + 1% AC 28 hari 83.3% Sumber: Fan et al.(1999)

Ginjal

Organ ginjal merupakan bagian dari sistem urinari yang memiliki peranan

dalam proses filtrasi, metabolisme dan ekskresi hasil-hasil metabolisme. Ginjal

adalah organ tubuh yang fungsi utamanya adalah memelihara keseimbangan

cairan, elektrolit dan mengatur tekanan darah (Hartono 1992).

Tikus memiliki ginjal dengan tekstur permukaan halus dan warna merah

kecoklatan. Berat ginjal tikus umumnya mencapai 0,76% dari total berat

badannya. Ginjal sebelah kanan memiliki posisi cranial dibandingkan ginjal

sebelah kiri. Palpasi ginjal lebih mudah dilakukan pada hewan usia muda

dibandingkan dewasa karena pada yang dewasa diselimuti lapisan lemak

(Boorman et al. 1990). Ginjal tikus unilobular (memiliki satu piramid), tidak

seperti manusia yang umumnya memiliki 10-14 lobul (Tucker 2003). Ginjal

unilobular tidak hanya dimiliki oleh golongan rodentia tetapi dimiliki juga oleh

golongan lagomorpha dan insectivora (Fox et al. 2002). Anatomi ginjal tikus

unilobular disajikan pada Gambar 6.

Ginjal tikus memasuki ureter secara langsung dengan kondisi unipapila

dan satu kalik. Korteks ginjal merupakan zona yang terdiri dari piramida-piramida

ginjal. Korteks terdiri dari semua glomerulus dan medula terdiri dari ansa Henle,

vasa rekta dan bagian akhir dari duktus kolektivus. Fornice pada ginjal tikus

memiliki bentuk yang spesifik dengan posisi evaginasi memanjang pada renal

pelvis, dimana epitelnya memiliki kesamaan dengan epitel pada duktus

pengumpul. Fornice tikus berada dekat dengan loop Henle dan berperan dalam

Page 31: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxi

Gambar 6 Anatomi ginjal tikus. P: papilla, M:medulla, C: korteks, Rp:renal pelvis. Sumber : Suckow et al. (2006).

menentukan konsentrasi urea di dalam papila (Suckow et al. 2006). Ginjal tikus

dewasa memiliki kurang lebih 30.000 nefron. Nefron merupakan unit dasar ginjal

yang memiliki fungsi dasar membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari

substansi yang tidak diinginkan oleh tubuh. Biasanya substansi tersebut berasal

dari hasil metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan ion-ion natrium,

kalium, klorida serta ion-ion hidrogen dalam jumlah yang berlebihan (Guyton

1994). Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Glomerulus berbentuk lobus

dan terdapat lapisan viseral yang menutupinya. Pada Tabel 4 disajikan data

parameter ekskretori renal pada hewan coba tikus.

Tabel 4 Parameter renal ekskretori pada tikus

Parameter Nilai

Blood urea nitrogen 21 Volume urin 5.5-6.2 ml/24 jam/100 g bb Na+ ekskresi 191.6 µmol/24 jam/100 g bb K+ ekskresi 794 µmol/24 jam/100 g bb Protein 30-100 mg/100 ml Osmolaritas Urin 1659 mOsm/kg H2O Spesifik Gravity 1.050-1.062 GFR 1.01-1.236 ml/min/100 g bb U/P insulin 431 mg/ml Inulin klir 857 µl/min/100 g PAH klirens 1.341 ml/min/100 g Fraksi filtrasi 35-45% Laju aliran urin 4.8-5.2 µl/min/100 g Sumber: Suckow et al. (2006)

Page 32: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxii

Sel-sel penyusun lapisan viseral disebut podosit. Kapsul Bowman memiliki

dinding tipis dan terdapat epitel squamosa yang lebih tebal pada sisi saluran

kemih. Tikus memiliki dua tipe loop Henle yaitu pendek dan panjang (Suckow et

al. 2006).

Histologi Ginjal

Ginjal dibungkus oleh kapsula yang terdiri dari jaringan ikat kolagen padat

yang dengan mudah dikupas. Tepi medial melekuk sangat dalam yang disebut

hilus ginjal. Jika ginjal dipotong sejajar dengan permukaannya, akan membagi

ginjal menjadi dua bagian yang sama tebal. Parenkim ginjal terdiri dari korteks

dan medula. Korteks ginjal tampak merah gelap bergranula sedangkan medula

lebih cerah daripada korteks (Geneser 1994). Histologi ginjal normal disajikan

pada Gambar 7.

Gambar 7 Histologi ginjal normal. p: tubulus proksimal, d: tubulus distal. Sumber :

http://www.siumed.edu/~dking2/crr/RN003b.htm

Nefron merupakan unit fungsional ginjal yang memiliki enam segmen

yang cukup jelas: korpuskel renalis, tubuli konvoluti, tubuli proksimalis, segmen

Henle tipis, segmen Henle tebal dan tubuli distalis. Tubuli konvoluti proksimalis

dan distalis terdapat pada korteks, di sekitar korpuskel renalis. Tubuli rekti

proksimalis, distalis dan segmen tipis membentuk jerat Henle. Tubuli rekti

Page 33: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxiii

proksimalis tebal yang turun, segmen tipis yang turun dan naik membentuk

segmen nefron yang tipis. Segmen tebal yang naik merupakan bagian dari tubuli

rekti distalis.

Korpuskel renalis terdiri atas bagian permulaan nefron yang melebar,

terdapat di daerah Korteks. Korpuskel renalis terdiri dari glomerulus, yang

dibungkus oleh kapsula Bowman. Lapisan luar kapsula yaitu lapis parietalis

merupakan batas luar korpuskel ginjal. Lapis dalam yaitu lapis viseralis

membungkus kapiler glomerulus. Ruang di antara kedua lapisan disebut ruang

kapsula (ruang urin). Proses filtrasi dalam pembentukan ultrafiltrat yang berasal

dari darah, melalui kapiler glomerulus, melalui dinding-dinding dan lapis viseral

yang selanjutnya di simpan di dalam ruang kapsula (Geneser 1994).

Tubuli proksimalis pada nefron memiliki dua segmen utama yaitu bagian

yang berliku-liku (pars konvoluti) dan bagian yang lurus (pars rekti). Pada

sayatan melintang tubuli proksimalis, sel epitel berbentuk piramida dengan inti

bulat terletak di pinggir. Permukaan bebasnya memiliki mikrovili panjang disebut

brush border, mirip sikat yang mempersempit lumen tubuli proksimalis.

Tubuli distalis dan tubuli proksimalis bercampur di dalam korteks, tetapi

dengan ciri histologik dapat dibedakan. Sayatan melintang maupun miring pada

tubuli distalis tampak lebih sedikit, karena memang panjangnya kurang dari tubuli

proksimalis. Lumen dari tubuli distalis lebih besar, karena epitelnya lebih rendah,

selnya sempit dan intinya tampak lebih banyak dibandingkan sayatan melintang

tubuli proksimalis. Tubuli distalis tidak mempunyai brush border pada permukaan

epitel, dan sitoplasmanya tampak lebih pucat serta kurang asidofilik (Dellman dan

Brown 1992).

Page 34: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxiv

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium

Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi dan Laboratorium

Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, FKH-IPB serta

Laboratorium Mikro SEAFAST IPB. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan

Mei 2009 hingga Januari 2010.

Bahan dan Alat

Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague Dawley

dengan jenis kelamin jantan. Bahan yang digunakan adalah simplisia daun

alpukat, etanol 70%, aquadest, NaOH 10%, H2SO4, kloroform, amoniak, pereaksi

Mayer, pereaksi Dragendorf, pereaksi Wagner, FeCl3 1%, etilen glikol, amonium

klorida, eter, kit kreatinin, kit urea, PGA, betadine, NaCl 0,9%, furosemide, BNF

10%, alkohol bertingkat, alkohol absolut, xylol bertingkat, xylol absolut, paraffin,

pewarna Hematoksilin-Eosin dan nitrogen cair. Alat yang digunakan adalah

beaker glass, termometer, vacuum drying, timbangan, corong, kompor, sonde oral

tikus, kandang tikus, syringe, vacutainer blood, tabung eppendorf,

spektrofotometer UV/VIS, mikropipet, dan tabung reaksi.

Metodologi

Determinasi dan Pengumpulan Daun Alpukat

Daun alpukat diperoleh dari Balai Penelitian Tumbuhan Rempah dan Obat

(BALITRO) Bogor dan dilakukan determinasi di Pusat Penelitian LIPI Cibinong.

Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Alpukat

Daun alpukat yang dipilih adalah yang terletak di tengah dan daun yang

sudah tua. Daun dibersihkan dengan air mengalir hingga bersih dan dikeringkan

dengan cara dijemur. Simplisia kering daun alpukat diserbukan dan diayak dengan

ayakan mesh 16 sehingga diperoleh serbuk daun alpukat. Kemudian serbuk

Page 35: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxv

disimpan dalam wadah bersih dan ditutup rapat. Pembuatan simplisia dilakukan di

Balai Penelitian Tanaman Tropis Bogor.

Penapisan Fitokimia

Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman dapat diketahui

melalui perlakuan metode pemisahan, pemurnian, dan identifikasi kandungan di

dalam tanaman dengan penapisan fitokimia (Harbone 1987). Kandungan senyawa

organik yang umum diidentifikasi adalah alkaloid, tanin, flavonoid, saponin,

steroid, dan triterpenoid.

Uji Flavonoid.

Sebanyak 0,1 g serbuk daun alpukat ditambah metanol hingga terendam,

lalu dipanaskan. Ke dalam larutan ditambahkan NaOH 10% atau H2SO4 pekat.

Apabila terbentuk warna merah karena penambahan NaOH 10%, menunjukan

adanya senyawa fenolik hidrokuinon, sedangkan warna merah akibat penambahan

H2SO4 pekat menunjukkan adanya flavonoid.

Uji Alkaloid.

Sebanyak 0.1 g serbuk daun alpukat ditambah 5 ml kloroform dan 3 tetes

amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 tetes H2SO4 2M.

Fraksi asam dibagi menjadi tiga tabung, kemudian masing-masing ditambahkan

pereaksi Dragendorf, Meyer dan Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan

terbentuknya endapan putih pada pereaksi Meyer, endapan merah pada pereaksi

Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi Wagner.

Uji Tanin.

Sebanyak 0,1 g serbuk daun alpukat ditambahkan 5 ml aquades,

dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dan ke dalam filtratnya

ditambahkan 5 tetes FeCl3 1% (b/v). Apabila terbentuk warna biru tua atau hitam

kehijauan menunjukan adanya tanin.

Page 36: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxvi

Uji Kuinon.

Sebanyak 0,1 g serbuk daun alpukat ditambahkan etanol 70%, kemudian

ditambah gelatin dan disaring. Ke dalam filtrat ditambahkan NaOH 1 N. Jika

terbentuk warna merah berarti mengandung kuinon.

Uji Saponin.

Sebanyak 0,1 g serbuk daun alpukat ditambah 5 ml aquadest, dipanaskan

5 menit, kemudian dikocok selama 5 menit. Busa yang terbentuk setinggi kurang

lebih 1 cm dan tetap stabil setelah didiamkan selama 10 menit menunjukkan

adanya saponin.

Pembuatan Larutan Infusum Daun Alpukat

Ekstraksi daun alpukat dilakukan dengan metode panas yaitu infusum

dengan menggunakan pelarut air. Serbuk simplisia daun alpukat yang telah

ditimbang selanjutnya dimasukkan dalam wadah panci infusum dan dicampur

dengan pelarut air. Selanjutnya dilakukan pemanasan hingga 90°C selama 15

menit. Setelah dingin dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring

dan filtrat ditampung.

Induksi Hewan Coba (Touhami et al. 2007; Khan et al. 1995)

Induksi kristalisasi pada hewan coba tikus dilakukan dengan

menggunakan etilen glikol dan amonium klorida. Konsentrasi induser yang

digunakan adalah larutan 0.75% etilen glikol dan 2% amonium klorida.

Pemberian induser dicampur dalam air minum dan diberikan ad libitum selama 10

hari.

Desain Penelitian

Sebanyak 20 ekor tikus jantan strain Sprague Dawley dibagi menjadi

empat kelompok perlakuan yaitu:

1. Kelompok A : kelompok kontrol, hanya diberi minum aquades ad libitum

2. Kelompok B : kelompok kontrol positif, diberi minum aquades ad libitum yang

mengandung induser.

Page 37: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxvii

3.Kelompok C : kelompok perlakuan , diberi minum aquades yang mengandung

induser dan dicekok infusum daun alpukat konsentrasi 5%.

4.Kelompok D : kelompok perlakuan 2, diberi minum aquades yang mengandung

induser dan dicekok infusum daun alpukat konsentrasi 10%.

Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0, 5 dan ke-11 secara

intrakardial. Darah tikus yang telah diambil didiamkan terlebih dahulu pada suhu

ruangan kurang lebih satu jam untuk mendapatkan serum, selajutnya di

sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit. Serum dianalis

terhadap kadar ureum dan kreatinin dengan menggunakan Kit komersil Human®.

Organ ginjal diambil untuk dibuat preparat histopatologi dan diwarnai dengan HE.

Analisis Ureum

Sebanyak 10µl serum dipipet dan ditambahkan 1000 µl enzim reagen,

kemudian diaduk hingga homogen menggunakan vortex. Serum kemudian

disimpan dalam water bath untuk menjaga temperatur 37°C agar reaksi berjalan

dengan baik. Analisis konsentrasi ureum dalam serum menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm.

Analisis Kreatinin

Sebanyak 0,1 ml serum dipipet dan ditambahkan enzim reagen sebanyak

1,0 ml, kemudian diaduk hingga homogen menggunakan vortex. Serum kemudian

dipanaskan dalam water bath untuk menjaga temperatur 37°C. Analisis

konsentrasi kreatinin dalam serum menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang 492 nm.

Analisis Klirens Kreatinin

Laju filtrasi glomerulus diukur berdasarkan nilai klirens kreatinin. Analisis

klirens kreatinin dilakukan dengan menempatkan tikus dalam kandang metabolit

dan urin ditampung selama 24 jam. Volume urin selama 24 jam diukur dan diukur

pula kadar kreatinin urin. Klirens kreatinin dihitung dengan menggunakan rumus:

Kadar kreatinin dalam urin 24 jam x volume urin 24 jam [ml/menit] Kadar kreatinin serum x 1440

Page 38: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xxxviii

Pembuatan Preparat Histopatologi

Pembuatan preparat histopatologi organ ginjal diawali dengan sampling

atau pemotongan organ, lalu potongan organ dimasukan dalam tissue casette dan

difiksasi dalam larutan fiksatif Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%. Proses

selanjutnya adalah dehidrasi dengan mencelupkan jaringan ke dalam larutan

alkohol 70%, 80%, 90% dan 100%, kemudian dilanjutkan dalam larutan alkohol

absolut I, II dan III. Tahapan selanjutnya adalah penjernihan jaringan (clearing)

dengan memasukan jaringan ke dalam xylol I, II dan III. Selanjutnya dilakukan

embedding yaitu penanaman jaringan dalam blok-blok parafin. Blok parafin yang

telah mengeras dipasang dalam mikrotom untuk selanjutnya dilakukan

pemotongan jaringan (sectioning). Potongan jaringan yang sudah berada di gelas

objek dideparafinisasi dan rehidrasi untuk selanjutnya dilakukan pewarnaan

Hematoksilin-Eosin. Pengamatan sediaan histopatologi dilakukan dengan

menggunakan mikroskop cahaya dan polarisasi.

Evaluasi Histopatologi

Evaluasi histopatologi dilakukan terhadap glomerulus maupun tubulus

seluruh kelompok hewan coba dan disajikan secara deskriptif. Selain itu juga

diamati adanya kristal yang terbentuk.

Analisis Data

Hasil evaluasi parameter pengamatan dianalisis dengan menggunakan

sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air, Kadar Abu dan Penapisan Fitokimia

Hasil pemeriksaan parameter spesifik menunjukan bahwa serbuk daun

alpukat yang dihasilkan agak kasar, berwarna hijau tua, rasa sepat, dan berbau

aromatik yang khas. Hasil pemeriksaan parameter non spesifik serbuk daun

alpukat yaitu kadar air sebesar 4,19 % dan kadar abu sebesar 4,25%. Kadar air

berfungsi menjaga kualitas simplisia agar tidak ditumbuhi jamur dan tidak

Page 39: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

 

m

k

p

m

H

T

T

e

e

d

p

a

d

y

A

y

a

3

d

f

melebihi 5%

kadar abu u

sebagai per

pemeriksaan

Pena

mengetahui

Hasil penap

Tabel 5.

Tabel 5 Haam

Pelar

ekstraksi. Pe

ekstrak apak

digunakan p

serbuk simp

polar sehing

Hasi

americana M

dan alkaloid

yang terdiri

Almeida et a

yang terda

arabinopiran

3-O- -gluko

derivat dari

flavonoid ya

MetabolFla

TKSaAlTri

% sebagai pe

untuk menge

rsyaratan b

n ini kedua k

apisan fitokim

senyawa m

pisan fitokim

asil uji penapmericana Mill)

rut merupa

emilihan pel

kah senyaw

pelarut air da

plisia. Denga

gga dapat ter

l uji penap

Mill), menun

d. Menurut

dari dua in

al. (1998), te

apat dalam

nosida, quers

opiranoside.

flavonoid. P

ang diperole

lit Sekunder avonoid

Tanin Kuinon aponin lkaloid iterpen

ersyaratan ba

etahui kandu

baku Mater

kadar abu da

mia merupak

etabolit seku

mia simplisi

pisan fitokim)

akan faktor

larut tergant

wa polar, no

an memberik

an demikian

ekstrak deng

pisan fitokim

njukan adany

Sastrohami

nti fenolat y

elah berhasi

infusum

setin 3-O-

. Quersetin t

Pada penelit

eh. Aktifitas

aku Departe

ungan miner

ria Medika

an air adalah

kan suatu m

under yang

ia dan infus

mia simplisia

yang haru

tung kepada

on polar ata

kan hasil pen

n senyawa m

gan menggun

mia terhadap

ya golongan

idjojo (1996

yang dihubun

il menginden

daun alpu

-L-ramnopir

termasuk go

tian ini tidak

farmakolog

SimpliasiaPositif

Positif Positif Positif Negatif Positif

men Keseha

ral dan tidak

Indonesia

terbakukan.

metode kimia

terkandung

sum daun a

dan infusum

us diperhat

senyawa ya

au semipola

napisan yang

metabolit yan

nakan pelaru

p infusum

n senyawa fl

6), flavonoid

ngkan denga

ntifikasi deri

ukat yaitu

ranosida (qu

olongan flav

k sampai m

gi dari flavo

atan (2004),

k boleh mel

(1978). P

.

yang digun

dalam suatu

alpukat disaj

m daun alpuk

tikan dalam

ang ingin dit

ar. Pada pen

g hampir mi

ng terkandu

ut air.

daun alpuk

lavonoid, tan

d memiliki

an tiga satu

ivat senyawa

quersetin

uersitrin) dan

vonolol dan m

mengidentifik

onoid adalah

InfusuPositi

PositiPositiPositiNegatNegat

 xxxix

sedangkan

ebihi 4,9%

Pada hasil

akan untuk

u simplisia.

ajikan pada

kat (Persea

m kegiatan

tarik dalam

nelitian ini

irip dengan

ung bersifat

kat (Persea

nin, kuinon

atom C15

uan karbon.

a flavonoid

3-O- -D-

n quersetin

merupakan

kasi derivat

h antialergi,

um if

if if if tif tif

Page 40: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xl

antiviral, antiinflamasi, hepatoprotektif, antioksidan, antithrombotic, vasodilator

dan anti karsinogenik (Seyoum et al. 2006).

Tanin merupakan senyawa polifenol yang membentuk kompleks dengan

protein tertentu dan membentuk polimer stabil yang tak larut dalam air (Harbone

1987). Aktivitas biologis dan farmakologis dari tanin yang telah diketahui antara

lain astringensia, anti tumor, anti oksidasi, anti hipertensi, anti bakteri, anti jamur,

anti diabetes, dan anti helmintik (Riocaesar 2010).

Kuinon merupakan senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar

seperti kromofor pada benzikuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon

isoprenoid. Benzikuinon, naftokuinon, antrakuinon biasanya terhidroksilasi dan

bersifat senyawa fenol, sehingga diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan

kuinon bebasnya (Harbone 1987).

Pengujian Fungsi Ginjal

Pengujian fungsi ginjal dapat dilakukan melalui keterwakilan laju filtrasi

glomeruler (LFG) dan tubuler. LFG dapat diukur melalui pengujian kadar ureum,

kreatinin dan klirens kreatinin, sedangkan fungsi tubuler dengan melakukan

pengujian Anti Diuretic Hormone Response Test dan uji deprivasi air. Pada

penelitian ini diukur kadar ureum, kreatinin dan klirens kreatinin (Kaneko et al.

2008).

Kadar Ureum Serum

Ureum diproduksi di hati yang berasal dari metabolisme amoniak dan

merupakan hasil katabolisme protein. Ureum akan diekskresikan melalui ginjal

dan difiltrasi dengan bebas melalui glomerulus. Selanjutnya metabolit ini akan

mengalami reabsorpsi pasif di dalam tubulus. Secara normal sekitar setengahnya

akan direabsorpsi tetapi tergantung kepada kondisi hidrasi dan laju pembentukan

urin di dalam tubulus (Bush 1991). Ureum dapat memberikan informasi mengenai

LFG secara kasar, karena berbagai faktor non renal dapat meningkatkan kadarnya

dalam darah. Rerata kadar ureum serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada

hari ke-0, 5 dan 11 disajikan pada Tabel 6.

Page 41: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xli

Tabel 6 Rerata kadar ureum (mg/dl) serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11

Kelompok Kadar Kreatinin Serum (mg/dl)

Hari ke-0 Hari ke-5 Hari ke-11 A (Kontrol) 38,444±3,564c 49,950±8,728c 50,550±10,050c

B (Induksi) 40,488±6,869c 61,242±4,741c 144,317±28,665a C (Infusum 5%) 46,296±4,833c 51,870±9,815c 92,982±22,809b D (Infusum 10%) 35,945±20,18c 41,043±25,203c 57,978±37,528c

Keterangan : Huruf superkrip yang sama pada kolom yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05)

Menurut Hrapkiewicz dan Medina (2007), kadar ureum normal tikus

Sprague Dawley dewasa adalah 32,1 - 44,94 mg/dl, sedangkan rerata kadar ureum

seluruh kelompok sebelum perlakuan adalah 35,945 - 46,296 mg/dl. Berbedanya

kadar ureum serum tikus yang digunakan dibanding nilai referensi kemungkinan

dipengaruhi oleh perbedaan strain, berat badan dan jenis kelamin. Ilustrasi dari

rerata kadar ureum (mg/dl) serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-

0, 5 dan 11 disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Rerata kadar ureum (mg/dl) serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11.

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, rerata kadar ureum kelompok A

pada hari ke-0 adalah 38,444 mg/dl, pada hari ke-5 perlakuan mengalami

kenaikan menjadi 49,950 mg/dl dan pada akhir perlakuan nilai ureum menjadi

50,550 mg/dl. Pada kelompok B terjadi kenaikan nilai rataan kadar ureum, dari

40,488 mg/dl menjadi 61,242 mg/dl, dan terjadi peningkatan yang tinggi pada hari

ke-11 yaitu 144,317 mg/dl. Pada kelompok C, rerata kadar ureum sebelum

perlakuan adalah 46,296 mg/dl, pada hari ke-5 perlakuan menjadi 51,870 mg/dl

Page 42: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xlii

dan naik menjadi 92,982 mg/dl pada hari ke-11, sedangkan pada kelompok D

rerata kadar sebelum perlakuan adalah 35,945 mg/dl dan pada pada hari ke-5

menjadi 41,043 mg/dl dan naik menjadi 57,978 mg/dl pada hari ke-11.

Berdasarkan perhitungan statistik, kadar rataan ureum kelompok C dan D berbeda

nyata (p<0,05) dengan kelompok B. Gambar di atas menunjukkan pada kelompok

induksi etilen glikol (kelompok B) terjadi peningkatan kadar ureum serum yang

nyata (p<0,05) dibanding kontrol. Setelah pemberian infusum terjadi penekanan

peningkatan kadar ureum dan penekanan terkuat terjadi pada kelompok D.

Rerata kadar ureum serum pada kelompok B menunjukkan peningkatan

selama periode perlakuan dan kondisi ini disebut azotemia. Menurut Bush (1991),

kondisi yang dapat menyebabkan renal azotemia adalah acute tubular necrosis

(ATN) yang bisa disebabkan oleh bahan nefrotoksik. Peningkatan rerata ureum

pada kelompok B menunjukkan kuatnya bahan yang bersifat nefrotoksik. Dengan

demikian infusum daun alpukat dapat mengoreksi peningkatan kadar ureum

darah.

Kadar Kreatinin Serum

Kreatinin adalah molekul yang mempunyai berat molekul 113 dan berasal

dari hasil degradasi kreatin dan kreatin fosfat yang terjadi di dalam otot (Kaneko

et al. 2008). Kreatinin diekskresikan seluruhnya ke dalam urin dan kadarnya

sangat dipengaruhi oleh fungsi ginjal. Meningkatnya kreatinin dalam darah

merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal dan meningkatnya metabolisme otot.

Kadar kreatinin serum dan urin dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi

glomerulus (Lu 1995).  Rerata kadar kreatinin serum tikus seluruh kelompok

perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rerata kadar kreatinin (mg/dl) serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11

Kelompok Kadar Kreatinin Serum (mg/dl) Hari ke-0 Hari ke-5 Hari ke-11

A (Kontrol) 0,982±0,100a 0,707±0,458 a 1,044±0,084 a B (Induksi) 1,091±0,508 a 1,164±0,659 a 1,477±0,664 a C (Infusum 5%) 0,908±0,150 a 1.143±0,515 a 1,045±0,284 a D (Infusum 10%) 0,800±0,075 a 1.040±0,628 a 0,902±0,028 a

Keterangan : Huruf superkrip yang sama pada kolom yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0.05)

Page 43: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xliii

Kadar kreatinin sebelum perlakuan pada kelompok A, B, C dan D

sepanjang pengamatan berkisar antara 0,707 - 1,091 mg/dl, relatif lebih tinggi dari

yang dilaporkan oleh Hrapkiewicz & Medina (2007) yang berkisar antara 0,2 - 0,8

mg/dl. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin adalah pakan, status

hidrasi, aktivitas, perkandangan dan penggunaan obat-obatan tertentu (Kaneko et

al. 2008). Ilustrasi rerata kadar kreatinin serum tikus seluruh kelompok perlakuan

pada hari ke-0, 5 dan 11 disajikan pada Gambar 9.

 

Gambar 9 Rerata kadar kreatinin (mg/dl) serum tikus seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11.

Rerata kadar kreatinin pada kelompok A sebelum perlakuan adalah 0,982

mg/dl, pada hari ke-5 menjadi 0,707 mg/dl dan pada hari ke-11 menjadi 1.044

mg/dl. Rerata kadar kreatinin pada kelompok B sebelum perlakuan adalah 1,091

mg/dl, pada hari ke-5 perlakuan meningkat menjadi 1,164 mg/dl, dan pada hari

terakhir perlakuan mengalami peningkatan lagi menjadi 1,477 mg/dl. Rerata kadar

kreatinin kelompok C sebelum perlakuan adalah 0,908 mg/dl, kemudian

mengalami peningkatan seiring dengan lama perlakuan, yaitu pada hari ke-5

menjadi 1,143 mg/dl dan pada hari terakhir perlakuan mengalami penurunan

menjadi 1,045 mg/dl. Untuk kelompok perlakuan D, rerata kadar kreatinin

sebelum perlakuan adalah 0.800 mg/dl selanjutnya pada hari ke-5 menjadi 1,040

mg/dl dan pada hari ke-11 mengalami penurunan menjadi 0,902 mg/dl. Tabel 7

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

0 5 11Hari

Kadar Kreatinin (mg/dl)

K ontrol

P os itif

Infus  5%

Infus  10%

Page 44: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xliv

menunjukkan bahwa rerata kreatinin serum tidak berbeda nyata pada seluruh

kelompok perlakuan (p>0.05).

Kadar kreatinin serum pada kelompok B, menunjukan hasil yang

cenderung mengalami kenaikan dari periode perlakuan hari ke-0 hingga hari ke-

11. Menurut Kaneko et al. (2008), hubungan antara kreatinin dan laju filtrasi

glomerulus (LFG) adalah kurvalinier, yang berarti ketika laju filtrasi glomerulus

mengalami penurunan maka akan diikuti dengan kenaikan kadar kreatinin. Kadar

kreatinin dalam serum merupakan indikator yang baik untuk mengetahui laju

filtrasi glomerulus sebagai petunjuk adanya gangguan fungsi ginjal.

Kadar kreatinin serum pada kelompok C dan D mengalami penurunan

setelah hari ke-5 perlakuan dengan menunjukkan pola yang sama. Hal ini

mengindikasikan kuatnya peran infusum dalam mengembalikan atau mengoreksi

atau meningkatkan LFG.

Nilai Klirens Kreatinin

Klirens kreatinin (KK) adalah laju pembersihan kreatinin dari plasma oleh

ginjal. Parameter ini sangat sensitif dan pilihan utama dalam menentukan laju

filtrasi glomerulus per satuan waktu tertentu. Rerata nilai KK pada seluruh

kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11 disajikan pada Tabel 8.

Klirens kreatinin pada kelompok A relatif dinamis, pada hari ke-0 adalah

0,952 ml/menit, selanjutnya pada pengukuran hari ke-5 diperoleh 2,154 ml/menit

dan pada hari ke-11 menjadi 0,819 ml/menit. Pada kelompok B, nilai klirens

kreatinin pada hari ke-0 adalah 2,893 ml/menit, selanjutnya pada hari ke-5

mengalami penurunan menjadi 1,563 ml/menit dan pada periode berakhirnya

perlakuan pada hari ke-11 menjadi 1,206 ml/menit. Pola antara kelompok A dan B

sangat bertolak belakang, nyata terjadi penurunan signifikan pada kelompok B

(p<0,05). Yang juga menunjukkan kurva linier penurunan KK adalah penurunan

LFG (Stockham dan Scott 2002).

Tabel 8 Rerata nilai kreatinin klirens (ml/menit) seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11

Kelompok Kadar Kreatinin Serum (mg/dl) Hari ke-0 Hari ke-5 Hari ke-11

A (Kontrol) 0,952±0,764c 2,154±1,458cde 0,819±0,805c

Page 45: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xlv

B (Induksi) 2,893±1,157bcd 1,563±1,065de 1,206±1,027de C (Infusum 5%) 4,821±1,362a 2,058±1,139cde 2,432±1,535bcde

D (Infusum 10%) 4,250±0,684ab 2,616±1,664bcde 3,786±1,834abc Keterangan : Huruf superkrip yang sama pada kolom yang sama menunjukan hasil yang tidak

berbeda nyata (p>0.05)

Ilustrasi rerata nilai kreatinin klirens seluruh kelompok perlakuan pada

hari ke-0, 5 dan 11 disajikan pada Gambar 10.

 

Gambar 10 Rerata nilai kreatinin klirens (ml/menit) seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0, 5 dan 11

Pada kelompok C, nilai klirens kreatinin mengalami penurunan dari 4,821

ml/menit menjadi 2,058 ml/menit dan mengalami sedikit kenaikan pada hari ke-

11 menjadi 2,432 ml/menit. Pada kelompok D, nilai rerata klirens kreatinin pada

hari ke-0 adalah 4,25 ml/menit, selanjutnya mengalami penurunan pada hari ke-5

menjadi 2,616 ml/menit dan pada hari ke-11 mengalami kenaikan menjadi 3,786

ml/menit. Pada kelompok C dan D, klirens kreatinin menunjukkan pola yang

relatif sama. Penurunan terlebih dahulu pada lima hari pertama menunjukkan

kuatnya pengaruh kerusakan LFG oleh etilen glikol, dan setelah itu mulai terjadi

koreksi perbaikan LFG.

Dari data kadar ureum serum, kreatinin serum dan nilai KK, terbukti

bahwa pemberian etilen glikol dapat menurunkan LFG, dan akan terkoreksi

mendekati kontrol secara linier setelah pemberian infusum daun alpukat.

Evaluasi Histopatologi Ginjal Tikus

0

1

2

3

4

5

6

0 5 11 Hari

Kreatinin Klirens (ml/mnt)

K ontrol

P os itif

Infus  5%

Infus  10%

Page 46: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xlvi

Etilen glikol merupakan bahan yang bersifat nefrotoksik dan penginduksi

kristal oksalat di ginjal (Seyoum et al. 2008). Adanya oksalat akan menghasilkan

radikal bebas yang mengakibatkan sel dalam kondisi stress oksidatif. Kondisi ini

menginisiasi pelepasan mediator-mediator vasoaktif dengan efek vasokontriksi

pembuluh darah, dalam hal ini pembuluh darah ginjal dan berdampak pada

penurunan LFG.

Dampak dari vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan ginjal

mengalami iskemia. Mekanisme penurunan laju aliran darah adalah dengan

mengubah transport ion pada permukaan lumen, menurunkan absorpsi natrium

sehingga konsentrasi natrium di tubulus distal meningkat. Peningkatan

konsentrasi natrium akan menstimulasi renin angiotensin yang berdampak pada

vasokontriksi dan penurunan laju aliran darah (Gavin et al. 2007). Pelepasan

rennin angiotension menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah sistemik dan

tekanan perfusi ginjal. Kenaikan tekanan perfusi ginjal akan dirasakan oleh

reseptor regang miotonik dalam arterial aferen dan mengakibatkan kontraksi pada

arterial aferen. Dampak vasokontriksi dari arterial aferen adalah penurunan renal

plasma flow (RPF), tekanan kapiler glomerulus (Pgc) dan LFG (Prince dan

Wilson 2002).

Induksi kerusakan ginjal oleh bahan nefrotoksik etilen glikol diamati

melalui gambaran histopatologi dan perhitungan lesio yang terjadi. Hasil

pemeriksaan histopatologi ginjal tikus yang dipapar etilen glikol ditemukan

perubahan-perubahan pada glomerulus dan tubulus. Perubahan yang ditemui

berupa edema glomerulus, degenerasi tubulus yang dicirikan inti epitel yang

membengkak, lepas dari membran basal, adanya droplet hyalin, lumen yang

penuh dengan endapan protein hingga tubulus yang nekrotik yang ditandai dengan

intinya yang piknotis. Menurut Nurulazmy (2010), persentase tubulus nekrotik

pada kelompok yang diinduksi etilen glikol (kelompok B) sebanyak 64,2%, lebih

tinggi dan berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan kelompok yang diberi infus daun

alpukat (19,5% & 18%). Keadaan ginjal pada kelompok B sudah dapat

dikatagorikan mengalami acute tubular necrotic (ATN). Rendahnya persentase

tubular nekrotik pada kelompok C dan D mempertegas bahwa infusum daun

alpukat memiliki peluang terhadap perbaikan struktur - morfologi nefron ginjal.

Page 47: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xlvii

Edema glomerulus ditandai dengan adanya protein pada mesangium

hingga ke ruang Bowman dan terjadi perluasan ruang Bowman (Gambar 11).

Pada pewarnaan HE terlihat adanya protein yang berwarna merah muda yang

memenuhi mesangium hingga ke ruang Bowman. Endapan protein di mesangium

dan ruang Bowman di duga merupakan molekul-molekul proinflamasi dan protein

kemoaktraktif yang terinisiasi akibat induksi etilen glikol.

Gambar 11 Edema glomerulus (panah) dan tubulus nekrotik (bintang) pada kelompok B

pasca pemberian etilen glikol. Pewarnaan HE,. perbesaran 400x.

Gambar 12 Tubulus nekrotik dengan endapan protein di lumen (bintang) pada kelompok B. Pewarnaan HE, perbesaran 400x.

Page 48: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xlviii

Hasil pengamatan histopatologi yang lain adalah ditemukan lesio endapan

protein dalam lumen tubulus (Gambar 12). Adanya protein di lumen disebabkan

oleh lolosnya protein plasma dari kapiler glomerulus yang kemudian mendiami

lumen tubulus. Banyaknya protein dalam lumen tubulus juga dapat disebabkan

oleh jumlah protein yang melebihi kapasitas absorpsi sel epitel tubulus. Endapan

protein tersebut akan di fagosit oleh lisosom. Protein yang difagosit oleh lisosom

akan mengalami akumulasi di sitoplasma yang disebut droplet hyaline (Gambar

13) (Cheville 2006).

Gambar 13 Hyalin droplet (panah) di epitel tubulus proksimal, dan tubulus nekrotik

(bintang) pada ginjal tikus kelompok B. Pewarnaan HE, perbesaran 400x. Penurunan laju aliran darah ke ginjal mengakibatkan sel-sel ginjal

mengalami iskemia. Kondisi iskemia yang berkepanjangan akan mengakibatkan

sel epitel tubulus proksimal, distal, loop Henle dan duktus pengumpul mengalami

degenerasi hingga nekrotik (Gambar 12, 13). Hasil metabolisme etilen glikol

bersifat toksik bagi sel epitel tubulus, dan oksalat menimbulkan perlukaan pada

sel-sel epitel. Adanya perlukaan pada sel epitel dapat menghasilkan radikal bebas

yang memodifikasi lipid dan protein membran sel. Sel epitel yang dalam kondisi

stress oksidatif kehilangan kemampuan untuk menyembuhkan perlukaannya.

Dampak lanjut dari modifikasi membran sel adalah kematian sel (Meimaridou et

al. 2006).

Kristal - kristal oksalat yang terbentuk sebagai metabolit etilen glikol

membuka peluang afinitas yang tinggi/kuat terhadap kalsium. Pada keadaan ATN,

Page 49: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

xlix

kalsium yang seharusnya mengalami reabsorpsi tubuler menjadi gagal dan berada

bebas di dalam lumen tubuli sehingga secara agregat bereaksi dengan oksalat

menjadi kalsium oksalat, suatu endapan garam lemah oksalat (Gambar 14).

Gambar 14 Kristalisasi (panah) pada ginjal tikus kelompok B di daerah duktus kolektivus (bintang) (HE, cahaya Polarisasi 400x).

Menurut Tiselius et al. (2002), agregasi kristal umumnya terjadi di daerah

duktus pengumpul karena di daerah ini kondisi pH rendah sehingga kondusif bagi

proses agregasi kristal yang diinduksi etilen glikol. Agregasi kristal jarang

ditemukan di daerah tubulus proksimal karena adanya proses disolusi kristal oleh

enzim lisosom dari epitel tubulus.

Adanya perlukaan pada epitel tubulus atau duktus kolektivus akibat

hiperoksaluria akan menyebabkan interaksi antara nukleus kristal dan sel. Nukleus

kristal dapat tumbuh dan berkembang menjadi batu harus dalam kondisi melekat

dan bertahap, sehingga mengalami agregasi membentuk masa yang lebih besar.

Metabolit etilen glikol yang berperan dalam pembentukan kristal adalah

oksalat (C2O4 2-). Oksalat memiliki afinitas yang tinggi dengan kalsium sehingga

akan bereaksi membentuk garam kalsium oksalat (CaC2O4). Garam kalsium

oksalat merupakan garam dari asam lemah (asam oksalat). Ikatan kalsium oksalat

yang terbentuk masih bersifat labil sehingga kesetimbangan reaksi masih mungkin

bergerak ke kanan dan ke kiri. Persamaan di bawah ini menunjukan reaksi

kesetimbangan kalsium oksalat:

Page 50: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

l

H2C2O4 (aq) + Ca2+ CaC204 (s) + 2H3O+

CaC204 (s) Ca2+ (aq) + C2O4

2-

Pemberian amonium klorida bertujuan membantu kelarutan dari kalsium

oksalat karena efek ion sejenis yang akan menggeser kesetimbangan reaksi.

Dalam ginjal terjadi ikatan antara ion Cl- dan Ca2+ sehingga menghasilkan garam

CaCl2. Reaksi disosiasi amonium klorida dapat dilihat sbb; `

NH4Cl (s) NH4+ + Cl-

NH4+ + H20 NH3 + H3O +

Ca2+ + Cl- CaCl2

Adanya CaCl2 :

CaCl2 Ca2+ (aq) + 2Cl- (aq)

Akibat pemberian infusum daun alpukat 5% dan 10%, kristal kalsium

oksalat yang terbentuk dari kerusakan tubuler (ATN), tampak inti kristalnya

hilang atau terpecah (terfragmentasi). Hal ini dapat dilihat dari ukuran dan

sebaran kristal yang kecil-kecil pada kelompok C dan D (Gambar 15 dan 16).

Page 51: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

li

Gambar 15 Kristal dengan ukuran kecil di lumen tubulus distal ginjal kelompok

C. Pewarnaan HE, cahaya Polarisasi 400x.

Gambar 16 Kristal dengan ukuran sangat kecil di lumen tubulus distal ginjal kelompok D. Pewarnaan HE, cahaya Polarisasi 200x.

Hasil metabolisme infusum daun alpukat berupa 3,4 dihydrophenylacetic

acid, metahydroxyphenylacetic acid dan 4-hydro-3-methoxyphenylacetic acid

dalam urin (Gross et al. 1996). Garam asetat ini memiliki gugus karboksil pada

Page 52: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lii

posisi Cα. Adanya kalsium oksalat seperti diuraikan di atas menghasilkan reaksi

dengan metabolit dari infusum daun alpukat sebagai berikut :

HO

HO

O

OH

homoprotocatechuic acid                               

HO

HO

O

O

homoprotocatechuic acid                  

CaC204 (s) Ca2+ (aq) + C2O4

2-

C2O4 2- + H3O

+ HC204 - + H2O

H3O+ sebagai hasil resonansi gugus karboksilat akan mengubah suasana

pH dan akan menggeser kesetimbangan reaksi kimia. Ion kalsium oksalat akan

mengalami pergeseran ke arah titik equilibrium dengan bergerak ke kanan

membentuk ion hidrogen oksalat dan air. Semua kalsium oksalat yang terbentuk

akan melarut perlahan-lahan sehingga endapan kristal yang lebih besar tidak akan

terbentuk.

Dengan adanya flavonoid dalam infusum daun alpukat membantu

penghambatan pembentukan kristal dengan cara mencegah peroksidase membran

epitel tubulus sebagai lipid peroksidase (Grases et al. 2009). Daya antioksidan

dari quersetin (derivate flavonoid) cukup tinggi sehingga dapat mengikat radikal

bebas yang dapat mengakibatkan perlukaan dan perubahan struktur membran sel

(Ameha et al. 2006). Salah faktor penentu kesuksesan dalam pembentukan kristal

adalah adanya interaksi kristal dengan sel yang mengalami perlukaan. Ketika

adanya antioksidan quersetin maka perlukaan pada epitel sel dapat dihambat.

 

 

 

 

 

H3O +

Page 53: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

liii

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa etilen glikol sebagai

bahan nefrotoksik dapat menurunkan laju filtrasi glomeruler yang dibuktikan dari

pengujian kadar ureum dan kreatinin serum serta nilai klirens kreatinin.

Perubahan morfologi ginjal akibat etilen glikol dapat dilihat dari lesio pada

glomerulus dan tubulus serta terbentuknya kristal yang kuat di duga sebagai

kristal oksalat.

Pemberian infusum daun alpukat dapat mengkoreksi laju filtrasi

glomeruler dan memecah (menjadikan fragment) kristal oksalat melalui reaksi

dengan metabolit dari infusum daun alpukat dan di dukung oleh peran flavonoid

dalam mencegah peroksidase membrane epitel tubulus. Pemberian infusum daun

alpukat dapat menurunkan presentase tubuler nekrotik ginjal.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat kristalisasi dengan waktu induksi dan waktu perlakuan yang lebih lama.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari mekanisme aktivitas

infusum daun alpukat dalam menghambat kristalisasi kalsium oksalat.

3. Perlu dilakukan pengujian dari isolat tunggal infusum daun alpukat untuk mengetahui zat yang berperan dalam menghambat pembentukan kristal.

Page 54: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

liv

DAFTAR PUSTAKA

Alfianti, Prasetyorini, Madyastuti R. 2009. Formulasi sediaan tablet ekstrak daun Alpukat (Persea americana Mill) dengan berbagai konsentrasi PVP K30 sebagai bahan pengikat. Skripsi. Universitas Pakuan. Bogor Almeida AP, Miranda MMFS, Simoni IC, Wigg MD, Lagrota MHC, Costa SS.

1998. Flavonolol monoglycosides isolated from the antiviral fractions of Persea americana (Lauraceae) leaf infusion. Phytother Res 12:562-567.

Anonim. 1978. Materia medika Indonesia. Edisi II. Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.

Anonim. 2004. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Antia BS, Okokon JE dan Okon PA. 2005. Hypoglycemic activity of aqueous leaf

extract of Persea americana Mill. Indian Jurnal of Pharmacology 37 (5):325-326.

Asplin JR. 2000. Hyperoxaluric calcium nephrolithiasis. Endocrinol Metab Clin North Am 31: 927-949. Badarsyam. 2003. Spektrum Bakteriologik pada Berbagai Jenis Batu Saluran Kemih Bagian Atas. Digitized by USU Digital Library. Barnes J, Anderson LA, Phillipson JD. 2002. Herbal medicine a guide for

healthcare professionals. Pharmaceutical Press. London-Chicago. Brai B I C, Odetola A A, Agomo P U. 2007. Effects of Persea americana leaf

extracts on body weight and liver lipid in rats fed hyperlipidaemic diet. African J of Biotech. 6(8): 1007-1011

Bush BM. 1991. Interpretation of laboratory result for small animal clinician. London. Blackwell Scientific Publication. Hlm.224-225

Cheville N.F. 2006. Introduction to veterinary pathology. Third Edition. Iowa Satate University Press. Iowa.

Cogolludo A, Frazziano G, Briones AM, Cobeno L, Moreno L, Lodi F, Salaices M, Tamargo J, Perez-Vizcaino F . 2007. The dietary flavonoid quercetin activates BKCa current in Coronary Arteries via Production of H2O2. Role in Vasodilatation. Cardivascular Research 73: 424-431.

Cohen AH, Fogo AB, Bruijn JA, Colvin RB, Jennete JC. 2006. Fundamentals of renal pathology. New York: Springer.

Cox RD, Phillips WJ. 2004. Ethylene glycol toxicity. Military Medicine 169(8):660-663.

Cruzan G ,Corley RA, Hard GC, Mentens JJWM, McMartin K, Snelling WM, Gingel R, Deyo JA. 2004. Subchronic toxicity of ethyelen glycol in Wistar and F-334 rats related to metabolism and clearance of metabolits. Toxicological Science 81(2):502-511.

Cunningham JG. 2002. Textbook of veterinary physiology. Ed ke-3. USA:WB Saunders Company.Pp:325-375

Dellmann HD dan Brown EM. 1992. Buku teks histology veteriner. R. Hartono, penerjemah: Siti SJ, pendamping. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari Textbook of Veterinary Histology. hlm 393-403,414-424.

Page 55: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lv

Depkes RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta. Dhawan BN, Srimal RC. 1997. Laboratory manual for pharmacological

evaluation of natural products. India: International Centre for Science and High Technology.

Fan J, Glass MA, Chandhoke PS. 1999. Impact of ammonium chloride administration on a rat ethylene glycol urolithiasis model. Scanning Microsc 13:299-306.

Fox JG, Cohen BJ, Loew FM. 2002. Laboratory animal medicine. New York: Academic Press Inc Harcourt Brace Jovanovich.

Gavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic basic of veterinary disease. Ed ke-4. Musby Elsevier.

Geneser F. 1994. Buku Teks Histologi. Jilid 2. Arifin Gunawijaya, penerjemah. Jakarta : Binarupa Aksara. Terjemahan dari Textbook of Histology. Hlm:157-160, 205-209, 229-230.

Grases F, Prieto RM, Gomila I, Sanchis P, Bauza AC. 2009. Phytotherapy and renal stones: The role of antioxidant. A pilot study in Wistar rats. Urol Res 37:35-40. Green ML, Hatch M, Freel RW. 2005. Etylen glycol induces hyperoxaluria

without metabolic acidosis in rats. Am J Physiol Renal Physiol 289:F536-F543

Gross M, Pfeiffer M, Campbell D, Slavin J, Potter J. 1996. The quantitation of metabolites of quercetin flavonols in human urine. Cancer Epidemiol Biomarker Prev 5(9):712-20.

Guyton AC. 1994. Buku ajar fisiologi kedokteran (terjemahan oleh Ken Ariata Tengadi dkk). Jakarta:EGC.

Hartono R. 1992. Histologi veteriner. Ed ke-3. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hrapkiewicz K dan Medina L. 2007. Clinical laboratory animal medicine. Iowa : Blackwell Publishing. Hlm 343-346.

Hutchinson JS. 2010. Acid-Base Equilibrium. http://cnx.org/content/m1259/1.3 Jacobsen D dan McMartin KE. 1986. Methanol and ethylene glycol poisoning

mechanism of toxicity, clinical course, diagnosis and treatment. Med Toxicol 1:309-334.

Jouad H, Lacaille-Dubois MA, Lyoussi B, Eddouks M. 2001. Effects of the flavonoids extracted from Spergularia purpurea Pers. on arterial blood pressure and renal function in normal and hypertensive rats. J Ethno:72 (2):159-163

Katzung dan Bertram G. 1995. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3 Jilid 2 Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, EGC.

Khan SR. 1997. Interaction between stone forming calcific crystal and macromolecules. Urol Int 59:59-71.

Laroubi A, Touhami M, Farouk L. 2007. Prophylaxis effect of Trigonella foenum graecum L., seeds on renal stone formation in rats. Phytoterapy Research 21:921-925.

Lu FC. 1995. Toksikologi dasar. Terjemahan Edi Nugroho. Jakarta : UI Press. Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan di

laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Page 56: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lvi

Marengo SR, Romani AMP. 2008. Oxalate in renal stone disease: the terminal metabolite that just wont go away. Nat Clin Pract Nephrol 4(7): 368-377.

Meimaridou E, Lobos E, Hothersall S. 2006. Renal oxidative vulnerability due to changes in mitochondrial-glutathione and energy homeostasis in a Rat model of calcium oxalate urolithiasis. Am J Physiol Renal Physiol 291: F731-F740. Merck&Co.Inc. 2000. Ethylene glycol toxicity. Eight Edition. The Merck

Veterinary Manual. CD-ROM Morales AI, Vicente Sanchez C, Santiago Sandoval JM, Egido J, Mayoral P,

Arevalo MA, Fernandez-Tagarro M, Lopez-Novoa JM, Perez-Barriocanal. 2006. Protective effect of quercetin on experimental chronic cadmium nephrotoxicity in rats based on its antioxidant properties. Food and Chem. Toxicol 44:2092-2100.

Nurulazmy I, Harlina E, Madyastuti R. 2010. Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Yang Diberi Etilen Glikol Dan Infus Daun Alpukat (Persea americana Mill.). Skripsi. Bogor: PB.

Pearle MS, Nakada SY. 2009. Urolithiasis medical and surgical management. London-Informa Healthcare.

Prihatman K. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. Jakarta:BAPPENAS.

Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Cetakan ke1.Volume 2. Brahm U Jakarta-Penerbit EGC. Terjemahan dari Pathophysiology : Clinical concepts of disease precess. hlm 867-889.

Ratu G, Badji A, Hardjoeno. 2006. Profil analisis batu saluran kemih di laboratorium patologi klinik. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory Vol. 12 (No. 3):114-117

Robertson WG, Markwell PJ. 1999. Predicting the calcium oxalate crystallization potential of cat urine. Waltham Focus (9): 32-33.

Rosa LA, Parilla EA, Aguilar GAG. 2010. Fruit and Vegetable Phytochemicals Chemistry, Nutritional Value and Stability. Blackwell Publishing. Hlm 54.

Sastrohamidjojo H. 2005. Sintesis bahan alam. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Seymon A, Asres K, El-fiky FK. 2006. Structure radical scavenging activity relationship of flavonoids. Phytochemistry (67):2058-2070.

Shekarriz B, Stoller ML. 2008. Hyperoxaluria. http://emedicine.medscape.com Simanjuntak, Timbul M. 2007. Pengaruh infusum tumbuhan obat terhadap pelarut

kalsium dalam batu ginjal. Unika Atma Jaya. Sofowara dan Abayoni. 1982. Medicinal plants and traditional medicine in Africa.

John Wiley and Sons Limited Chichestern. New York. Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamental of veterinary Clinical Pathology.

2nd Ed. Iowa : Blackwell Publishing. Stoller ML, Meng MV. 2007. Urinary Stone Disease: The Practical Guide to

Medical and Surgical Management. New Jersey: Humana Press. Subahagio, Rahman I, Ibnusahni, Sutarjo, Sulaksono ME. 1997. Pengaruh Faktor Keturunan dan Lingkungan terhadap Sifat-Sifat Biologis Terlihat pada Hewan Percobaan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Pengembangan Kesehatan Vol. VII (1).

Page 57: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lvii

Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL. 2006. The Laboratory Rat. Elsevier San Diego Academic Press.

Tilley LP, Smith FWK. 2004. The 5-Minute Veterinary Consult: Canine and Feline. IOWA : Blackwell Publishing.

Tisellius HG. 1996. The patient with renal stone disease, www.oup.co.uk/pdf/medicine/otcn3ch8_1.pdf

Touhami M, Laroubi A, Elhabazi K, Loubna F. 2007. Lemon juice has protective activity in a rat urolithiasis model. Bmc Urol Vol 7.

Verkoloen. 2007. The Role of hyaluronan in renal stone disease. http://www.glycoforum.gr.jp/science/hyaluronan/HA29/HA29E.html

Walder AD, Tyler CKG. 1994. Ethylene glycol antifreeze poisoning. Three case reports and a review of treatment. Anesthesia 57(5):464-471

Wientarsih I, Madyastuti R, Prasetyo BF. 2008. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Gertn) terhadap Batu Ginjal Buatan dan Diuretik pada Tikus Putih. Laporan Hasil Penelitian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wiessner JH, Hasegawa AT, Hung LY, Mandel GS. Mandel NS. 2001. Mechanisms of calcium oxalate crystal attachment to injured renal collecting duct cells. Kidney Int 59:637-644.

Winarsi H. 2005. Isoflavon berbagai sumber, sifat dan manfaatnya pada penyakit degeneratif. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Yokozawa T, Nakagawa T, Oya T, Okubo T and Juneja LR. 2005. Green Tea

Polyphenols and Dietary Fibre Protect Against Kidney Damage in Rats with Diabetic Nephropathy. J Pharm Pharmacol 57: 773-780.

Page 58: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lviii

Page 59: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxiii

LAMPIRAN

Page 60: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxiv

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat

Page 61: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxv

Lampiran 2 Analisa statistik urea serum

Urea Serum (mg/dl)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

kelompok 4 Dosis10% Dosis5% Induksi normal

hari 3 0 5 11

r 5 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 59

Number of Observations Used 58

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model 23 47007.86613 2043.82027 5.18 <.0001

Error 34 13403.38892 394.21732

Corrected Total

57 60411.25505

Pada uji-F diatas nilai-p(0.0001) < alpha 5% artinya model RAL in time significant

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.778131 34.19696 19.85491 58.06045

R-square 77.81% artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh faktor2 dalam model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh factor lain di luar model

Page 62: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxvi

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

kelompok 3 10661.41390 3553.80463 9.01 0.0002

hari 2 20128.71539 10064.35770 25.53 <.0001

r(hari) 12 3325.80410 277.15034 0.70 0.7375

kelompok*hari 6 12891.93274 2148.65546 5.45 0.0005

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

kelompok 3 12559.25639 4186.41880 10.62 <.0001

hari 2 20802.53120 10401.26560 26.38 <.0001

r(hari) 12 2440.35488 203.36291 0.52 0.8896

kelompok*hari 6 12891.93274 2148.65546 5.45 0.0005

Dari output diatas diperoleh kesimpulan bahwa kelompok significant(berbeda nyata), pengaruh hari juga significant, dan interaksi antara hari dan kelompok juga significant. Kesimpulan ini diperoleh dilihat dari nilai-p yang kurang dari alpha 5%.

Tests of Hypotheses Using the Type III MS for r(hari) as an Error Term

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

hari 2 20802.53120 10401.26560 51.15 <.0001

Page 63: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxvii

UJI LANJUT KELOMPOK

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 34

Error Mean Square 394.2173

Harmonic Mean of Cell Sizes 14.48276

Note: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2 3 4

Critical Range 14.99 15.76 16.26

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N kelompok

A 77.566 14 Induksi

A

A 65.145 14 Dosis5%

B 46.315 15 normal

B

B 44.989 15 Dosis10%

Page 64: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxviii

UJI LANJUT HARI

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 12

Error Mean Square 203.3629

Harmonic Mean of Cell Sizes 19.32203

Note: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2 3

Critical Range 10.00 10.46

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N hari

A 83.412 19 11

B 51.026 20 5

C 40.114 19 0

Page 65: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxix

DESKRIPTIF

The GLM Procedure

Level of kelompok

N respon

Mean Std Dev

Dosis10% 15 44.9890667 28.2012541

Dosis5% 14 65.1450000 25.7464231

Induksi 14 77.5657143 47.0457737

normal 15 46.3146667 9.3545641

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

0 19 40.1136316 11.1241290

5 20 51.0263000 15.1315637

11 19 83.4116316 43.7881731

Level of kelompok

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

Dosis10% 0 5 35.945800 20.1850536

Dosis10% 5 5 41.043200 25.2032179

Dosis10% 11 5 57.978200 37.5281740

Dosis5% 0 4 46.942500 4.8337934

Dosis5% 5 5 51.870000 9.8156482

Dosis5% 11 5 92.982000 22.8089263

Induksi 0 5 40.488000 6.8690880

Induksi 5 5 61.242000 4.7413416

Page 66: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxx

Level of kelompok

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

Induksi 11 4 144.317500 28.6647151

normal 0 5 38.444000 3.5646080

normal 5 5 49.950000 8.7283590

normal 11 5 50.550000 10.0503980

Uji LANJUT INTERAKSI KELOMPOK dengan HARI 

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 46

Error Mean Square 344.4292

Harmonic Mean of Cell Sizes 4.8

Note: Cell sizes are not equal.

Number of Means

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Critical Range

24.11

25.36

26.18

26.77

27.22

27.58

27.88

28.12

28.33

28.51

28.66

Page 67: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxi

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 144.32 4 indks*11

B 92.98 5 Dos5%*11

C 61.24 5 indks*5

C

C 57.98 5 Dos10%*1

C

C 51.87 5 Dos5%*5

C

C 50.55 5 normal*1

C

C 49.95 5 normal*5

C

C 46.94 4 Dos5%*0

C

C 41.04 5 Dos10%*5

C

C 40.49 5 indks*0

C

C 38.44 5 normal*0

C

Page 68: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxii

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

C 35.95 5 Dos10%*0

 

Dari hasil uji lanjut interaksi kelompok dengan hari diperoleh kesimpulan bahwa interaksi antara induksi dengan hari ke 11 menghasilkan respon yang paling tertinggi dan berbeda nyata dengan semua kombinasi antara kelompok dengan Hari

Page 69: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxiii

Lampiran 3 Analisis statistik kreatinin serum

Kreatinin Serum (mg/dl)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

kelompok 4 Dosis10% Dosis5% Induksi normal

hari 3 0 5 11

r 5 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 60

Number of Observations Used 60

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model 23 3.15704695 0.13726291 0.66 0.8527

Error 36 7.50098190 0.20836061

Corrected Total

59 10.65802885

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.296213 44.51446 0.456465 1.025432

Pada uji-F diatas nilai-p(0.8527) > alpha 5% artinya model RAL in time tidak significant

Page 70: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxiv

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

kelompok 3 1.10069861 0.36689954 1.76 0.1721

hari 2 0.29703306 0.14851653 0.71 0.4971

r(hari) 12 1.03023011 0.08585251 0.41 0.9491

kelompok*hari 6 0.72908516 0.12151419 0.58 0.7413

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

kelompok 3 1.10069861 0.36689954 1.76 0.1721

hari 2 0.29703306 0.14851653 0.71 0.4971

r(hari) 12 1.03023011 0.08585251 0.41 0.9491

kelompok*hari 6 0.72908516 0.12151419 0.58 0.7413

Semua nilai-p > alpha 5% artinya tidak ada factor yang significant

Tests of Hypotheses Using the Type III MS for r(hari) as an Error Term

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

hari 2 0.29703306 0.14851653 1.73 0.2187

Page 71: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxv

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 36

Error Mean Square 0.208361

Number of Means 2 3 4

Critical Range .3380 .3554 .3667

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N kelompok

A 1.2442 15 Induksi

A

A 1.0323 15 Dosis5%

A

A 0.9141 15 Dosis10%

A

A 0.9112 15 normal

Page 72: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxvi

Kreatinin Serum (mg/dl)

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 12

Error Mean Square 0.085853

Number of Means 2 3

Critical Range .2019 .2113

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N hari

A 1.11691 20 11

A

A 1.01360 20 5

A

A 0.94579 20 0

Page 73: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxvii

Kreatinin Serum (mg/dl)

The GLM Procedure

Level of kelompok

N respon

Mean Std Dev

Dosis10% 15 0.91406667 0.35353449

Dosis5% 15 1.03226667 0.33984103

Induksi 15 1.24423167 0.59509702

normal 15 0.91116187 0.29672786

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

0 20 0.94578570 0.27273065

5 20 1.01360000 0.55702919

11 20 1.11690945 0.40081423

Level of kelompok

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

Dosis10% 0 5 0.80020000 0.07568818

Dosis10% 5 5 1.04020000 0.62819042

Dosis10% 11 5 0.90180000 0.02862167

Dosis5% 0 5 0.90860000 0.15022583

Dosis5% 5 5 1.14320000 0.51566869

Dosis5% 11 5 1.04500000 0.28467086

Induksi 0 5 1.09148560 0.50843024

Induksi 5 5 1.16440000 0.65949473

Page 74: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxviii

Level of kelompok

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

Induksi 11 5 1.47680940 0.66431238

normal 0 5 0.98285720 0.10020382

normal 5 5 0.70660000 0.45853004

normal 11 5 1.04402840 0.08412047

   

Page 75: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxix

Lampiran 3 Analisa statistik Klirens Kreatinin

Klirens kreatinin (ml/detik)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

kelompok 4 Dosis10% Dosis5% Induksi normal

hari 3 0 5 11

r 5 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 56

Number of Observations Used 53

Page 76: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxx

Klirens Kreatinin (ml/menit)

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model 23 101.8705549 4.4291546 3.60 0.0007

Error 29 35.6594102 1.2296348

Corrected Total

52 137.5299652

Pada uji-F diatas nilai-p(0.0007) < alpha 5% artinya model RAL in time significant

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.740715 47.13647 1.108889 2.352508

R-square 74.07% artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh faktor2 dalam model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh factor lain di luar model

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

kelompok 3 40.37736920 13.45912307 10.95 <.0001

hari 2 14.26591226 7.13295613 5.80 0.0076

r(hari) 12 25.20004852 2.10000404 1.71 0.1168

kelompok*hari 6 22.02722495 3.67120416 2.99 0.0214

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

kelompok 3 37.95048629 12.65016210 10.29 <.0001

hari 2 14.22945461 7.11472730 5.79 0.0077

r(hari) 12 24.67923053 2.05660254 1.67 0.1259

kelompok*hari 6 22.02722495 3.67120416 2.99 0.0214

Page 77: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxxi

Dari output diatas diperoleh kesimpulan bahwa kelompok significant(berbeda nyata), pengaruh hari juga significant, dan interaksi antara hari dan kelompok juga significant. Kesimpulan ini diperoleh dilihat dari nilai-p yang kurang dari alpha 5%.

Tests of Hypotheses Using the Type III MS for r(hari) as an Error Term

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

hari 2 14.22945461 7.11472730 3.46 0.0651

Page 78: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxxii

UJI LANJUT KELOMPOK

Duncan's Multiple Range Test for respon Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 29

Error Mean Square 1.229635

Harmonic Mean of Cell Sizes 12.92308

Note: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2 3 4

Critical Range .8922 .9375 .9669

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N kelompok

A 3.6207 10 Dosis10%

A

A 2.9811 14 Dosis5%

B 1.9361 14 Induksi

B

B 1.3090 15 normal

Dosis 10% dan dosis 5% tidak berbeda nyata, induksi dan normal tidak berbeda nyata, sedangakan dosis 10%,dosis5% berbeda nyata dengan induksi,normal

Page 79: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxxiii

UJI LANJUT HARI

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 12

Error Mean Square 2.056603

Harmonic Mean of Cell Sizes 17.65385

Note: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2 3

Critical Range 1.052 1.101

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N hari

A 3.0840 18 0

A

B A 2.0404 18 5

B

B 1.9085 17 11

Page 80: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxxiv

Laju Klirens kreatinin (ml/menit)

The GLM Procedure

Level of kelompok

N respon

Mean Std Dev

Dosis10% 10 3.62070000 1.42819778

Dosis5% 14 2.98114286 1.74313078

Induksi 14 1.93607143 1.25442260

normal 15 1.30899333 1.15998163

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

0 18 3.08399444 1.79982241

5 18 2.04038889 1.23620706

11 17 1.90847059 1.61525130

Level of kelompok

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

Dosis10% 0 4 4.25000000 0.68363782

Dosis10% 5 3 2.61633333 1.66389012

Dosis10% 11 3 3.78600000 1.83388849

Dosis5% 0 4 4.82150000 1.36225854

Dosis5% 5 5 2.05800000 1.13966486

Dosis5% 11 5 2.43200000 1.53472831

Induksi 0 5 2.89260000 1.15698457

Induksi 5 5 1.56300000 1.06535112

Page 81: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxxv

Level of kelompok

Level ofhari

N respon

Mean Std Dev

Induksi 11 4 1.20675000 1.02694673

normal 0 5 0.95258000 0.76380252

normal 5 5 2.15460000 1.45823774

normal 11 5 0.81980000 0.80489763

Duncan's Multiple Range Test for respon

Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 41

Error Mean Square 1.471674

Harmonic Mean of Cell Sizes 4.260355

Note: Cell sizes are not equal.

Number of Means

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Critical Range

1.679

1.765

1.822

1.862

1.894

1.918

1.938

1.955

1.969

1.981

1.991

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

Page 82: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxxvi

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 4.8215 4 Dos5%*0

A

B A 4.2500 4 Dos10%*0

B A

B A C 3.7860 3 Dos10%*1

B C

B D C 2.8926 5 indks*0

B D C

B E D C 2.6163 3 Dos10%*5

B E D C

B E D C 2.4320 5 Dos5%*11

E D C

E D C 2.1546 5 normal*5

E D C

E D C 2.0580 5 Dos5%*5

E D

E D 1.5630 5 indks*5

E D

E D 1.2068 4 indks*11

E

E 0.9526 5 normal*0

E

Page 83: Pengaruh Infusum Daun Alpukat Dalam Menghambat … · ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Infusum Daun Alpukat dalam Menghambat

  

lxxxvii

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

E 0.8198 5 normal*1