artikel penelitian tentang pemanfaatan ekstrak biji alpukat

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Alpukat (Perseae Americana Mill ) berasal dari Amerika Tengah, sekarang banyak tumbuh didaerah tropis dan subtropis yang banyak curah hujannya, alpukat juga dapat tumbuh ditanah berpasir granit, dekomposit, selain itu alpukat juga toleran terhadap keasaman dan kebasaan tanah. Buah alpukat merupakan buah yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, buah ini mempunyai rasa enak. Daging buah alpukat dapat digunakan sebagai bahan pangan dalam masakan atau makanan, selain itu buah alpukat juga memiliki manfaat yang beraneka ragam. Selain bisa digunakan untuk makanan buah segar, daging buah alpukat juga dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar kosmetik, juga mempunyai daya anti bakteri terhadap Stapiloccocus (Baga kallie.1997, Mono Rahardjo, 2006). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sediaan krim nutrisi dengan ekstrak buah alpukat (Perseae americana Mill) dalam berbagai konsentrasi (2,5%, 5% dan 7,5%) mempunyai aktivitas untuk melembabkan, dan menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan (Riska Indryani, 2005). Bagian lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda, sebagai obat tradisional. Daging buah dari alpukat dapat digunakan untuk mengobati sariawan, dan melembabkan kulit kering, selama ini alpukat banyak dimanfaatkan daging buahnya saja, sedangkan bagian 1

Upload: fitriyatun-nur-jannah

Post on 23-Oct-2015

798 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

mendeskripsikan tentang pemanfaatan dan pengaruh peningkatan ekstrak biji alpukat terhadap pengaruh pembutan sabun transparan

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAHAlpukat (Perseae Americana Mill ) berasal dari Amerika Tengah, sekarang

banyak tumbuh didaerah tropis dan subtropis yang banyak curah hujannya, alpukat

juga dapat tumbuh ditanah berpasir granit, dekomposit, selain itu alpukat juga toleran

terhadap keasaman dan kebasaan tanah. Buah alpukat merupakan buah yang tidak

asing lagi bagi masyarakat Indonesia, buah ini mempunyai rasa enak. Daging buah

alpukat dapat digunakan sebagai bahan pangan dalam masakan atau makanan, selain

itu buah alpukat juga memiliki manfaat yang beraneka ragam. Selain bisa digunakan

untuk makanan buah segar, daging buah alpukat juga dapat dimanfaatkan untuk bahan

dasar kosmetik, juga mempunyai daya anti bakteri terhadap Stapiloccocus (Baga

kallie.1997, Mono Rahardjo, 2006). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

sediaan krim nutrisi dengan ekstrak buah alpukat (Perseae americana Mill) dalam

berbagai konsentrasi (2,5%, 5% dan 7,5%) mempunyai aktivitas untuk melembabkan,

dan menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan (Riska Indryani, 2005).

Bagian lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda, sebagai

obat tradisional. Daging buah dari alpukat dapat digunakan untuk mengobati

sariawan, dan melembabkan kulit kering, selama ini alpukat banyak dimanfaatkan

daging buahnya saja, sedangkan bagian bijinya belum banyak dimanfaatkan untuk

kosmetika. Dalam biji alpukat kering bila diperas menghasilkan minyak alpukat

bewarna putih agak hijau, mengandung 77 % gliserida dan 11 % asam linoleat yang

memiliki nilai tambah yang lebih baik. Gliserin diharapkan dapat bermanfaat sebagai

emolient bagi kulit juga bermanfaat pada pembuatan sabun yang akan dibuat yaitu

sebagai wetting agent (Baga kallie.1997, Mono Rahardjo, 2006).

Sabun dibedakan menjadi dua macam yaitu sabun padat (batangan) dan sabun

cair. Sabun padat (batangan) opaque, sabun translucent dan sabun transparan,

perbedaan pada masing-masing sabun ini terdapat pada tingkat transparansinya, sabun

opaque memiliki tampilan yang tidak transparan, sabun translucent agak transparan,

sementara sabun transparan sesuai dengan penyebutannya memiliki tampilan yang

transparan. Secara umum sabun transparan dibuat dengan cara melarutkan sediaan

minyak dan basa untuk membuat stok sabun yang selanjutnya dilarutkan dengan

1

Page 2: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

etanol untuk membentuk larutan yang jernih. Sabun transparan seringkali juga disebut

sebagai sabun gliserin karena ditambahkan 10-15 % gliserin, yang menghasilkan busa

lebih lembut dikulit dan penampakannya lebih berkilau dibandingkan sabun lain

(Hambali, Mira, 2005).

Dalam penelitian ini akan dipelajari pengaruh peningkatan konsentrasi ekstrak

etanol biji alpukat (Perseae americana Mill) terhadap formulasi sabun padat

transparan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan latar belakang diatas maka dapat diuraikan perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah peningkatan konsentrasi ekstrak biji alpukat dapat meningkatkan

kekerasan.

2. Apakah peningkatan konsentrasi ekstrak biji alpukat dapat meningkatkan

tingkat kelembaban dan kesan kesat.

1.3 TUJUAN

Mencari konsentrasi ekstrak biji alpukat yang dapat memberikan kekerasan

ketransparanan, kelembaban, kelembutan, dan kesan kesat yang terbaik dan sesuai

dengan standar SNI terhadap formulasi sabun padat transparan.

1.4 MANFAAT

1. Memperoleh formula sabun padat transparan ekstrak biji alpukat yang terbaik

ditinjau dari tingkat kekerasan, kelembaban dan juga fungsinya sebagai

emolient.

2. Memanfaatkan penggunaan minyak nabati yang sangat berlimpah dipasaran.

3. Memberikan informasi lain tentang bagian buah yang belum biasa

dimanfaatkan.

1.5 TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman alpukat merupakan tanaman buah. Tanaman alpukat berasal dari

daratan rendah dan dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke

Indonesia pada abad ke 18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah

2

Page 3: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

meneliti 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk

memperoleh varietas unggul untuk meningkatkan kesehatan gizi, khususnya di daerah

dataran tinggi. Adapun klasifikasi ALPUKAT / AVOCADO ( Perseae

americana Mill) yaitu :

Kingdom Plantae

Sub-kingdom Tracheobionta

Divisi Spermatophyta

Sub-divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Bangsa Ranales

Keluarga Lauraceae

Marga Persea

Spesies Perseae americana Mill

Tanaman alpukat berupa pohon dengan ketinggian 3-10 m, ranting tegak dan

berambut lurus, daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat telur atau corong,

awalnya berbulu pada kedua belah permukaannya dan lama-kelamaan menjadi licin.

Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting, bunganya sangat

banyak berdiameter 1-1,5 cm, bewarna kekuningan, berbulu halus dan benang sari

dalam 4 karangan, buah alpukat berbentuk bola lampu sampai bulat telur, bewarna

hijau kekuningan berbintik ungu, gandul/halus, dan harum, biji berbentuk bola dan

hanya terdapat satu biji dalam 1 buah (Materia Medika Indonesia, 1996).

Kandungan kimia tanaman alpukat dapat dilihat dari sifat kimiawi dan efek

farmakologis yaitu: daun berasa pahit, kelat, peluruh kencing, biji anti radang,

menghilangkan sakit, dan rematik. Kandungan kimia : buah dan daun mengandung

saponin, alkaloida, dan flavonoida, buah juga mengandung tanin dan daun

mengandung polifenol, quersetin dan gula alkohol.

Buah alpukat mengandung minyak sekitar 8-18% yang banyak digunakan

untuk campuran kosmetik, fitosterol, seperti beta-sitosterol yang dapat menurunkan

kadar gula dalam darah dan kolesterol, dalam minyak alpukat terkandung lemak jenuh

14%, lemak tak jenuh 75%, kadar air < 0,2%, vitamin A 90 IU/100 gram sebagai

retinol, vitamin E 11,2 mg. Biji alpukat mengandung 77 % gliserida dan 11% asam

linoleat.

3

Page 4: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

Biji alpukat bila diperas menghasilkan minyak alpukat bewarna putih agak

hijau, mengandung 77 % gliserida dan 11 % asam linoleat yang memiliki nilai tambah

yang lebih baik, banyak digunakan untuk obat gosok, kosmetik dan sabun. Minyak

alpukat karena sifat-sifatnya memiliki prospek menggantikan vaselin yang saat ini

banyak digunakan (Baga kallie.Moehd,1997).

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat pada

simplisia. Simplisia mengandung senyawa aktif yang berbeda-beda dan mempunyai

struktur kimia yang berbeda-beda, sehingga metode didalam penarikan senyawa aktif

didalam simplisia harus memperhatikan faktor seperti : udara, suhu, cahaya, logam

berat (Anonim, 2000).

Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk

simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas (Anonim, 2000). Makin

halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi dalam

pelaksanaannya tergantung pada sifat fisik dan sifat kimia simplisia yang

bersangkutan, serbuk yang terlalu halus dapat mempersulit penyaringan karena butir-

butir halus membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan penyaringan serta

serbuk yang terlalu halus menyebabkan banyak dinding sel yang pecah, sehingga zat

yang tidak diinginkan pun ikut kedalam hasil penyarian (Anonim, 1986). Pembasahan

serbuk dilakukan pada penyarian. Dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-

besarnya kepada cairan penyari memasuki pori-pori dalam simplisia sehingga

mempermudah penyarian selanjutnya.

Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia), sabun mandi adalah senyawa

natrium dan kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani

berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan

menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan

(SNI, 1994). Sabun yang biasa digunakan dibuat melalui reaksi saponifikasi dari

minyak dan lemak dengan NaOH atau KOH. Sabun yang dibuat menggunakan NaOH

disebut sabun keras sementara sabun yang dibuat menggunakan KOH dikenal sebagai

sabun lembut atau sabun lembek, sabun mandi biasanya termasuk jenis sabun keras

(Mitsui,T.1997).

Tiga elemen penting dalam mekanisme kerja sabun adalah tempat susbstratnya

berasal (kulit manusia, pakaian, alat gelas dan perkakas lainya), jenis kotoran yang

akan dibersihkan (padat atau minyak, kepolaran, sifat elektrolit, dan lainya), serta

kemampuan membersihkan dari sabun itu sendiri (Rosen, MJ. 1978).

4

Page 5: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

Secara umum prinsip pembuatan sabun ada dua macam (Mitsui 1997) :

1. Reaksi saponifikasi, yaitu reaksi antara minyak atau lemak dengan

alkali kuat menghasilkan gliserol dan asam lemak (sabun).

2. Reaksi netralisasi, yaitu minyak dan lemak sebelumnya dipecah

menjadi asam lemak dan gliserol, lalu asam lemak dinetralkan melalui

reaksi dengan larutan alkali kuat menghasilkan sabun.

Metode pembuatan sabun ada beberapa cara, antara lain sebagai berikut :

a. Metode Panas (full boiled)

Secara umum proses ini melibatkan reaksi saponifikasi dengan

menggunakan panas yang menghasilkan sabun dan membebaskan gliserol.

Tahap selanjutnya dilakukan pemisahan dengan penambahan garam (salting

out), kemudian akan terbentuk 2 lapisan yaitu bagian atas merupakan lapisan

sabun yang tidak larut didalam air garam dan lapisan bawah mengandung

gliserol, sedikit alkali dan pengotor-pengotor dalam fase air (Soap making

methods, 2008 ).

b. Metode Dingin

Cara ini merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan dan tanpa

disertai pemanasan. Namun cara ini hanya dapat dilakukan terhadap minyak

yang pada suhu kamar memang sudah berbentuk cair. Minyak dicampurkan

dengan larutan alkali disertai pengandukan terus menerus hingga reaksi

saponifikasi selesai. Larutan akan menjadi sangat menebal dan kental.

Selanjutnya dapat ditambahkan pewarna, pewangi dan zat tambahan lain.

Berbeda dengan fully-boiled process, gliserol yang terbentuk tidak dipisahkan.

Ini menjadi suatu nilai tambah tersendiri kerena gliserol merupakan humektan

yang dapat memberikan kelembaban. Lapisan gliserol akan tertinggal pada

kulit sehingga melembabkan kulit. Proses pembuatan sabun secara dingin

dikenal menghasilkan kualitas sabun yang tahan lama. Sabun dari minyak

kelapa dapat dibuat dengan proses ini (Srivasta,SB,1974).

a. Metode Semi-Panas (semi boiled)

Teknik ini merupakan modifikasi dari cara dingin. Perbedaannya

hanya terletak pada pengggunaan panas pada temperatur70-80C. Cara ini

5

Page 6: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

memungkinkan pembuatan sabun dengan menggunakan lemak bertitik leleh

lebih tinggi (Soap making methods, 2008).

1.6 KERANGKA KONSEP

Buah alpukat (Perseae Americana Mill) merupakan buah yang banyak

dimanfaatkan sebagai bahan pangan dalam masakan atau makanan. Selain itu daging

buah alpukat banyak juga dimanfaatkan untuk bahan dasar kosmetik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sediaan krim nutrisi dengan ekstrak buah alpukat dalam berbagai

konsentrasi (2.5%, 5%, dan 7.5%) mempunyai aktifitas untuk melembabkan dan

menghaluskan kulit kering serta aman digunakan. Selama ini hanya daging buah

alpukat saja yang banyak digunakan sedangkan bagian bijinya belum banyak

dimanfaatkan. Dalam biji alpukat kering bila diperas menghasilkan minyak alpukat

bewarna putih agak hijau mengandung 77 % gliserida dan 11% linolerik yang

memiliki nilai tambah yang baik untuk melembabkan kulit, selain alpukat juga

mengandung antioksidan. Pemanfaatan biji buah alpukat belum banyak dibuat dalam

bentuk sediaan formula.

Pada penelitian ini dibuat sabun padat transparan karena sabun padat

transparan merupakan sabun mandi dengan tampilan yang transparan, menghasilkan

busa lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih berkilau dan lebih menarik

dibandingkan jenis sabun lainnya. Komponen utama pembuatan sabun padat

transparan adalah gliserin, sukrosa dan alkohol. Gliserin dan sukrosa berfungsi

sebagai humektan dan emolien, selain sebagai pembentuk ketransparanan juga dapat

membuat kulit menjadi lebih lembut. Sedangkan sukrosa unsur yang juga digunakan

sebagai pelarut dalam sabun padat transparan. Sabun padat transparan ekstrak biji

buah alpukat dibuat dengan berbagai peningkatan konsentrasi ekstrak biji buah

alpukat, 2.5% untuk formula I, 5% untuk formula II, 7.5% untuk formula III dan 10%

untuk formula IV. Peningkatan konsentrasi dimaksudkan untuk mencari konsentrasi

yang tepat untuk memenuhi syarat standar SNI serta dapat melembabkan dan

memberikan kesan kesat pada kulit.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pembuatan sabun

padat transparan semi panas. Metode ini dipilih karena pada umumnya pembuatan

sabun dengan menggunakan minyak lemak bertitik leleh tinggi dibuat melalui proses

semi panas. Selain itu metode semi panas dipilih karena pada proses ini tidak

dilakukan pemisahan gliserol, seperti pada metode panas. Gliserol digunakan sebagi

pembentuk ketransparanan, dan dapat melembabkan kulit.

6

Page 7: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

BAB II

METODELOGI PENELITIAN

2.1 ALAT

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini : Timbanagan analitik,

oven, rotary evaporator, termometer, penangas air, cetakan sabun,

penetrometer dan alat- alat gelas.

2.2 BAHAN

Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

ekstrak biji buah alpukat, etanol 96%, minyak kelapa, minyak jarak, asam

stearat, natrium hidroksida, gliserin, gula, dinatrium edetat, BHT dan air

suling.

2.3 CARA KERJA

a. Pengumpulan dan Penyiapan Simplisia

Bahan yang digunakan adalah biji buah alpukat (Persea americana

Mill). Buah alpukat dikumpulkan, lalu dibersihkan dari kotoran, dan

dipisahkan dari kulit dan dagingnya, kemudian bijinya diambil, dicuci

bersih dirajang lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 400C-500C

kemudian dihaluskan dengan blender.

b. Determinasi Simplisia

Biji buah alpukat yang matang terlebih dahulu dideterminasi.

Determinasi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, pusat

penelitian biologi. Hebarium Bogoriensse kota Bogor.

c. Metode Ekstraksi

Sejumlah serbuk biji buah alpukat diekstraksi dengan cara maserasi

menggunakan pelarut etanol 96%. Maserasi dilakukan dengan cara

didiamkan 24 jam, dilakukan berulang kali hingga larutan jernih dengan

pengaduk menggunakan stirer sampai terekstraksi sempurna. Kemudian

filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator.

7

Page 8: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

d. Penapisan Fitokimia

1. Alkaloid

Sebanyak 500 mg serbuk simplisia ditambahkan 1 ml asam klorida

2 N dan 9 ml air, kemudian dipanaskan dipenangas air selama 2 menit,

didinginkan dan disaring. Filtrat yang didapat diambil 3 tetes dan di

letakkan ke kaca arloji. Pada masing-masing filtrat ditambahkan 2

tetes pereaksi bouchardt LP, pereaksi mayer LP dan dragendroff.

Hasil positif dengan peraksi bourchard ditunjukkan dengan

terbentuknya endapan warna coklat sampai hitam dan dengan pereaksi

mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning

yang larut dalam metanol P. Dragendrof LP terbentuk warna merah

bata. Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk

tidak mengandung alkaloid.(Anonim, 1996).

2. Steroid / Terpenoid

Sebanyak 3 gram serbuk simplisia disari dengan 30 ml campuran 7

bagian volume etanol (95%) P dan 3 bagian air lalu dimaserasi selama

10 menit, dinginkan dan disaring. Kemudian 20 ml filtrat ditambahkan

25 ml air dan 25 ml timbal asetat 0.4 M, dikocok dan didiamkan

selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari 3 kali, tiap kali dengan 20

ml campuran 3 bagian volume kloroform P dan 2 bagian volume

isopropanolol P. Hasil penyaringan dikumpulkan, ditambahkan

natrium sulfat anhidrat P, disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih

dari 500C. Sisa dilarutkan dengan 2 ml metanol dan larutan yang

diperoleh disebut larutan percobaan.

Larutan percobaan sebanyak 0.1 ml diuapkan sampai kering diatas

penangas air, kemudian ditambahkan pereaksi Lieberman-Bouchardt

yaitu 5 ml asam asetat anhidrat P dan 10 tetes asam sulfat P. Hasil

Positif steroid/triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna hijau.

(Harbone, 1996).

3. Saponin

Sebanyak 500 mg serbuk simplisia ditambahkan 10 ml air panas

dan didinginkan, kemudian disaring. Filtrat yang di dapat dimasukkan

kedalam tabung reaksi dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Bila

8

Page 9: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

terbentuk buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi

1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih

tidak hilang maka serbuk simplisia mengandung saponin.

4. Flavonoid

Sebanyak 2 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml air panas

didihkan selama 15 menit, disaring dengan kertas saring diperoleh

filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan Sebanyak 1 ml

larutan percobaan diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 2 ml

etanol 95 % P dan ditambahkan 500 mg serbuk seng P serta 2 ml asam

klorida 2 N, diamkan selama 1 menit tambahkan 10 tetes asam klorida

pekat P. jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah

intensif, menunjukkan adanya flavonoid (glikosida 3-flavonol).

5. Tanin

Sebanyak 500 mg serbuk simplisia diekstraksi dengan etanol

diuapkan sampai kering diatas penangas air, sisa dilarutkan dengan 20

ml air panas dan didinginkan. Setelah itu ditambahkan 10 tetes

natrium klorida 10 % dan disaring. Larutan yang diperoleh disebut

larutan percobaan.

Pelarut percobaan ditambahkan 3 tetes larutan besi (III) klorida

perubahan warna menjadi biru hitam atau hijau coklat menunjukkan

adanya tanin.

6. Gula

Sebanyak 0,1 ml larutan percobaan diuapkan diatas penangas air.

Sisanya ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi molish LP,

kemudian ditambahkan melalui dinding 2 ml asam sulfat P. cincin

warna ungu yang terbentuk pada batas cairan menunjukkan adanya

ikatan gula.

e. Pembuatan sabun padat transparan dengan ekstrak etanol biji buah alpukat

1. Asam stearat dilebur dalam minyak kelapa, minyak jarak dan BHT

(yang telah dilarutkan dalam minyak) pada suhu 600C-800C, hingga

lebur.

2. Ditambahkan lartan NaOH 30 % pada suhu 600 C-800 C, diaduk

sampai terbentuk massa yang homogen dan kalis.

9

Page 10: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

3. Ditambahkan gula dan natrium edetat (yang sudah larut dalam air)

Ditambahkan gliserin, diaduk homogen.

4. Ditambahkan ekstrak etanol biji alpukat (yang telah dilarutkan

dalam etanol) pada suhu 600C-800C, diaduk sampai terbentuk

massa yang transparan dan homogen.

5. Ditambahkan parfum pada suhu 50-600 C, diaduk sampai terbentuk

massa yang transparan.

6. Campuran dituangkan dalam cetakan, didiamkan sampai mengeras

kemudian sabun dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan evaluasi.

2.4 TEKNIK ANALISA DATA

Uji penerimaan ( uji kesukaan / uji hedonic dan organoleptis )

Dalam uji hedonic panelis diminta tanggapan pribadinya tentang

kesukaannya terhadap kelembutan sabun dan kesan kesat sabun yang

diberikan dengan membandingkan formula 1 dengan konsentrasi (2,5%),

formula 2 dengan konsentrasi (5%), formula 3 dengan konsentrasi (7,5%), dan

formula 4 dengan konsentrasi (10%) dan menanyakan tingkat kesukaan

mereka terhadap formula sabun yang diberikan. Dalam uji penerimaan ini,

diberi informasi dahulu kepada para panelis tentang cara pengisian kuisoner

sebelum dan selama uji berlangsung. Data yang telah didapat diuji secara

stastistik dengan menggunakan uji kruskal wallis

Hipotesis

Ho= tidak ada perbedaan antara kelima formula

H1= ada perbedaan antara kelima formula

Jika asymp Sig > alfa, maka Ho ditolak, artinya tidak ada perbedaan

antara kelima formula. Jika asymp Sig <, maka Ho diterima artinya ada

perbedaan antara kelima formula (Santoso. Singgih. 2007).

10

Page 11: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PENELITIAN

1. Pengumpulan dan Penyiapan Simplisia

Biji buah alpukat basah : 6,75 kg

Biji buah alpukat kering : 3,53 kg

Serbuk simplisia biji buah alpukat, berupa serbuk halus,warna coklat,

rasa pahit dan berbau khas.

2. Hasil determinasi tumbuhan

Dari hasil determinasi yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Jawa

Barat dengan nama Perseae americana Mill. Famili Auraceae, yang tidak lain

adalah nama lain dari alpukat.

3. Hasil perolehan ekstrak

Ekstak etanol 96 % cair : 3,53 kg

Ekstrak etanol 96 % pekat : 673 mg

Pemerian pekat biji buah alpukat berupa cairan kental, rasa pahit, berbau khas.

4. Hasil penapisan fitokimia

Tabel 4.1 hasil penapisan fitokimia

No Identifikasi Reagen Hasil

1 Alkaloid Mayer dan dragendrof Positif2 Steroid/ triterpenoid Liberman-bouchardt Negatif3 Saponin HCl Positif4 Flavonoid Serbuk seng + HCl pekat Negatif5 Tanin NaCl Positif6 gula Molish Negatif

5. Hasil evaluasi sabun padat ekstrak biji buah alpukat

Tabel 5.1 hasil evaluasi sabun

Formula sabun

pH sabun Jumlah asam lemak (%)

Asam lemak tidak tersabunkan (%)

Asam lemak bebas (%)

Kekerasan sabun (mm/5s)

I 9,5 66,75 9,3 0,041 4II 9,4 80,55 9,5 0,082 5III 9,6 83,54 9,6 0,1 6IV 9,3 85,55 9,56 0,082 7

11

Page 12: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

3.2 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sabun padat transparan sesuai

ketentuan SNI 06-3532-1994 yang meliputi pH sabun, jumlah asam lemak, asam

lemak bebas, lemak bebas tak tersabunkan, dan kekerasan sabun. Dalam penelitian ini

metode yang digunakan dalam pembuatan sabun padat transparan adalah metode semi

panas.

Buah alpukat selama ini paling banyak digunakan hanya daging buahnya saja.

Pada penelitian ini biji buah alpukat digunakan sebagai zat aktif pada formula sabun

padat transparan. Dalam biji buah alpukat kering bila diperas menghasilkan minyak

alpukat bewarna putih agak hijau yang mengandung 77% gliserida dan 11 linolerik

yang memiliki nilai tambah yang lebih baik untuk melembabkan kulit. Pemanfaatan

biji buah alpukat masih dilakukan secara tradisional, belum banyak dibuat dalam

bentuk formula. Sabun padat transparan yang dibuat dalam formula ini dapat

digunakan untuk kulit kering, karena mengandung gliserida yang tinggi yang dapat

melembabkan kulit kering.

Dalam penelitian ini dilakukan determinasi biji buah alpukat terlebih dahulu.

Untuk mengetahui asal-usul biji buah alpukat, meliputi genus dan spesies dari biji

buah alpukat yang dipakai. Kemudian dilakukan pembuatan serbuk simplisia untuk

dibuat ekstrak etanol biji buah alpukat. Serbuk simplisia biji buah alpukat diekstraksi

menggunakan pelarut etanol 96% dengan cara maserasi. Maserasi bertujuan untuk

menarik zat-zat berkhasiat yang tidak tahan pemanasan. Keuntungan penyarian

dengan maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan

mudah digunakan. Etanol 96% digunakan sebagai cairan penyari karena etanol 96%

merupakan pelarut yang selektif, tidak toksik, lebih mudah menguap dan mampu

mencegah pertumbuhan bakteri dan kapang.

Pada penelitian ini dibuat sabun padat transparan dengan konsentrasi ekstrak

biji buah alpukat 2.5% untuk formula I, 5% untuk formula II, 7.5% untuk formula III

dan 10% untuk formula IV. Tujuan Mencari konsentrasi ekstrak biji alpukat yang

terbaik sebagai bahan aktif dalam sabun padat transparan. Pengujian sabun meliputi

jumlah asam lemak, jumlah asam lemak bebas, kekerasan sabun. Hasil akhir

menunjukan bahwa sabun memenuhi persyaratan standar SNI.

Pada formula sabun padat transparan ini digunakan dua minyak yaitu minyak

kelapa dan minyak jarak. Minyak kelapa mengandung banyak asam lemak yang

membuat sabun menjadi padat dan berbusa. Minyak jarak mempunyai sifat yang

12

Page 13: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

jernih dan trasparan sehingga banyak digunakan dalam pembuatan sabun transparan.

Bahan lain yang harus ditambahkan pada formula sabun padat transparan adalah gula,

gliserin, dan etanol sebagai pembentuk transparasi juga sebagi pelembab dan

pelembut, BHT (butil hidroksi toluen) ditambahkan sebagai antiokasidan. Kemudian

ditambahkan dengan NaOH agar sabun yang dihasilkan bentuk padatan tidak lembek.

Pada proses saponifikasi, asam stearat sebelumnya dilebur dahulu bersama-

sama dengan minyak kelapa dan minyak jarak. BHT dilarutkan kedalam komponen

minyak karena sifat kelarutan BHT yang larut minyak. Larutan NaOH ditambahkan

ke dalam komponen minyak pada suhu 700C-800C sedikit demi sedikit agar reaksi

berjalan dengan baik hingga terbentuk massa yang homogen dan kalis. Penambahan

NaOH pada suhu diatas 800C akan membuat masa jadi tidak homogen dan encer.

Pada penambahan gula dan dinatrium edetat kedalam stok sabun sebaiknya dilarutkan

terlebih dahulu agar tidak menggumpal. Larutan gula, dinatrium edetat dan gliserin

dimasukan satu persatu kedalam stok sabun pada suhu 700C-800C sedikit demi sedikit

hingga terbentuk massa yang homogen. Ekstrak biji buah alpukat dimasukan kedalam

etanol hingga homogen. Proses pencampuran bahan-bahan tersebut dilakukan diatas

penangas air ditambahkan parfum dan didiamkan hingga menjadi keras.

Evaluasi Sabun (SNI 06-3532-1994)

a. Jumlah Asam Lemak

Jumlah asam lemak adalah keseluruhan asam lemak baik asam lemak yang

terikat dengan natrium atau asam lemak bebas ditambah asam lemak netral.

Prinsip penetapan jumlah asam lemak adalah pemisahan jumlah asam lemak dari

ikatan sabun natrium dengan penambahan asam kuat, kemudian mengekstraknya

dengan cake yang berisi campuran mikroparafin, asam lemak bebas, lemak netral

dan miyak mineral yang mungkin ada. Jumlah asam lemak pada formula sabun B,

C dan D lebih dari 70%, artinya sabun masuk kedalam tipe I dan tipe superfat.

Menurut ketentuan dalam SNI 06-3532-1994 sabun tipe I dan tipe superfat

mempunyai kadar asam lemak lebih dari 70%, sedangkan formula sabun A masuk

kedalam tipe II yang mempunyai kadar asam lemak 64-70% ( SNI).

Pada pemerikasaan, sabun B, C, dan D mengandung asam lemak lebih besar

dari pada sabun A. Hal ini mungkin disebabkan ada sebagian asam lemak yang

menguap pada proses pemanasan diatas tangas uap. Namun hasil ini memenuhi

syarat standar SNI.

13

Page 14: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

b. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam sampel sabun, asam

lemak bebas masih ada pada sabun disebabkan tidak mengalami reaksi

penyabunan (SNI). Pada uji pendahuluan, pemerikasaan ini dilakukan untuk

mengetahui adanya kelebihan asam lemak bebas atau alkali bebas. Sabun yang

mengandung alkali bebas tidak baik karena dapat mengiritasi kulit, sedangkan

makin besar kadar asam lemak bebas maka sabun makin besar kecenderungan

berbau tengik. Sampel sabun dididihkan dengan etanol netral, jika indikator

fenolftalein menunjukkan warna merah maka yang diperiksa adalah alkali bebas,

tetapi jika fenolftelin tidak bewarna maka yang diperiksa adalah kadar asam

lemak bebas. Hasil ini menunjukan bahwa jumlah asam lemak pada pembuatan

sabun padat transparan memenuhi syarat SNI yaitu < 2,5%.

c. Uji Kekerasan Sabun

Uji kekerasan bertujuan untuk mengetahui seberapa keras sediaan pada sabun

dengan menggunakan alat penetrometer dalam satuan mm / 5 detik. Semakin

keras sediaan pada sabun maka semakin kecil nilai kekerasan yang dihasilkan.

Sebaliknya semakin lunak sediaan pada sabun maka semakin besar nilai kekerasan

yang didapat. Pada ke 4 formula didapat nilai kekerasannya 4 mm untuk formula

I, 5 mm untuk formula II, 6 mm untuk formula III, dan 7 mm untuk formula IV.

Namun dalam SNI, nilai kekerasan pada sabun tidak diuraikan atau tidak ada nilai

standarnya.

14

Page 15: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

1. Ekstrak biji buah alpukat dapat dibuat menjadi sabun padat, namun tidak

membentuk ketransparanan yang diinginkan dikarenakan warna alami dari

ekstrak biji alpukat yang berwarna coklat kehitaman.

2. Peningkatan konsentrasi ekstrak biji alpukat mempengaruhi tingkat kekerasan

pada sabun. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji buah alpukat kekerasan

sabun semakin berkurang.

3. Peningkatan konsentrasi ekstrak biji buah alpukat mempengaruhi kesan kesat,

dan kelembutan pada sabun.

4.2 SARAN

1. Mencari konsentrasi yang lebih tepat untuk formula sehingga dapat memenuhi

keseluruhan syarat dari SNI.

2. Mencari konsentrasi yang lebih teapat untuk mendapatkan formula sabun

transparan dengan warna yang alami.

15

Page 16: Artikel Penelitian tentang Pemanfaatan ekstrak biji Alpukat

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Retno, dkk. 2010. Pengambilan Minyak Biji Alpukat (Perseae

Americana Mill) Dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 17 No. 2

Tahun 2010

Sari, Indah Tuti, dkk. 2010. Pembuatn Sabun Padat dan Sabun Cair dari Minyak Jarak. Jurnal

Teknik Kimia. Vol. 17 No. 1 Tahun 2010

Handayani, Hika Citra. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji

Alpukat (Perseae Americana Mill). Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Jakarta.

Fessenden Ralp J., Fessendent Joan S. 1982. Kimia Organik. Jilid II. Penerbit Erlangga. Hal

409-411

Anonim. 2005. “Alpukat / Avokado”. Diakses melalui http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?

mnu=6&ttg=2&doc=2a1# pada hari Minggu, 29 Desember 2013 pukul 11.45 WIB

16