karakterisasi ekstrak biji pepaya (carica pubescens) …
TRANSCRIPT
KARAKTERISASI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica pubescens) SERTA
UJI ANTIBAKTERI TERHADAP EnteropathogenicEscherichia coli
(EPEC)PENYEBAB DIARE PADA MENCIT JANTAN
Rina Wijayanti, Nisa Febrinasari
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Jalan Kaligawe KM 4 Semarang 50012 Telp (+6224) 6583584 Fax (+6224) 6594366,
email [email protected]
ABSTRAK
Diare merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara maju maupunberkembang. Di Indonesia, diare menyebabkan kematian sebanyak 3,5% padasegala usia. Salah satu penyebab diare yaitu Enteropathogenic Escherichia coli(EPEC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi ekstrak bijipepaya (Carica pubescens) secara kualitatif dan kuantitif serta aktivitasnyasebagai antibakteri terhadap EPEC penyebab diare pada mencit jantan.
Karakterisasi ekstrak biji pepaya dinilai berdasarkan hasil uji kualitatifmelalui skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa kimia, serta ujikuantitatif untuk mengetahui kadar flavonoid dengan pembanding kuersetin.Aktivitas antibakteri dilakukan pada 24 ekor mencit yang dibagi menjadi 6kelompok uji yaitu kelompok baseline diberikan pakan dan minum standar selama7 hari, kelompok kontrol negatif diberikan EPEC 1 ml peroral selama 7 hari,kelompok kontrol positif diberikan EPEC 1 ml selama 7 hari dan antibiotiknifuroxazide 500 mg setiap 8 jam selama 72 jam peroral diberikan pada hari ke 8,kelompok ekstrak biji pepaya dosis (700, 800 dan 900) mg/KgBB masing-masingdiberikan setiap 8 jam selama 72 jam peroral setelah diinduksi EPEC 1 ml.Parameter yang diamati adalah jumlah koloni bakteri EPEC pada feces mencit.
Uji kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa ekstrak biji pepayamengandung tanin, flavonoid, fenol, terpenoid, alkaloid, dan saponin, dengankadar flavonoid sebesar 55,6 mg/g QE. Analisis data menggunakan uji one-wayANOVA dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil yang didapatkan terdapat perbedaansignifikan (P<0,005)antara kontrol negatif dengan kelompok baseline, kontrolpositif dan dosis ekstrak 800 dan 900 mg/kgBB. Kelompok kontrol positif dengankelompok baseline, dosis ekstrak 800 dan 900 mg/kgBB tidak memiliki perbedaansignifikan (P>0,005).
Kesimpulan yang diambil adalah ekstrak biji pepaya (Carica pubescens)mengandung tanin, flavonoid, fenol, terpenoid, alkaloid, dan saponin, dengankadar flavonoid sebesar 55,6 mg/g QE, serta memiliki aktivitas sebagai antibakteriterhadap EPEC penyebab diare pada mencit jantan.
Kata Kunci : Ekstrak Biji Pepaya (Carica pubescens), EnteropathogenicEscherichia coli (EPEC), diare
PENDAHULUAN
Diare merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara maju maupun
berkembang. Penyakit tersebut ditandai dengan aktivitas buang air besar dengan
tinja berbentuk cair atau setengan cair dan kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya (lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam) (Zein, et al, 2004). Di Indonesia,
diare menyebabkan kematian sebanyak 3,5% pada segala usia.Pada tahun 2000
sampai tahun 2010 survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare
Departemen Kesehatan didapatkan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000
insiden diare yaitu 301/1000 penduduk, tahun 2003 insiden diare naik menjadi
347/1000 penduduk dan tahun 2006 insiden diare naik menjadi 423/1000
penduduk (Kepmenkes RI, 2011).
Morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kasus diare disebabkan karena
foodborne infection dan waterborn infection yang disebabkan karena bakteri
Shigella sp., Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Campylobacter jejuni,
Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), Staphylococcus aureus, Bacillus
cereus, Clostridium prefingens, dan Vibrio cholera. Secara umum penyakit infeksi
dapat disembuhkan dengan menggunakan antibiotik, tetapi dapat memungkinkan
bakteri beradaptasi terhadap lingkungan dengan membentuk strain-strain baru
yang resisten terhadap antibiotik tertentu (Alanis, 2005; Tjay dan Rahardja, 2002;
Setiawan, 2006).Keadaan ini membuat penelitian mulai diarahkan untuk mencari
bahan obat alternatif dengan biaya yang lebih murah namun tetap efektif sebagai
obat antibakteri (Alanis, 2005). Bahan obat alternatif ini berasal dari tumbuhan
yang berkhasiat sebagai obat. Salah satu tanaman yang terbukti bersifat antibakteri
adalah biji pepaya (Carica pubescens).
Penelitian yang dilakukan Martiasih (2012) menyebutkan bahwa ekstrak
biji pepaya (Carica papaya L.) pada konsentrasi 100% mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes dengan
diameter hambatan masing-masing sebesar 13,75 mm dan 11,5 mm. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Paramesthi (2014) menunjukkan bahwa uji efektivitas
ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) sebagai antibakteri terhadap bakteri
Escherichia coli dapat dilihat pada konsentrasi 75% dengan diameter zona hambat
14,75 mm. Purwaningdyah, et al., (2015) berpendapat bahwa ekstrak biji pepaya
(Carica papaya L.) mempunyai aktivitas sebagai antidiare pada mencit yang
diinduksi Salmonella typhimurium dengan dosis 800 mg/KgBB. Berdasarkan
uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai karakterisasi ekstrak biji
pepaya (Carica pubescens) serta uji aktivitas sebagai antibakteri terhadap EPEC
penyebab diare pada mencit jantan.
METODE
Peralatan yang dipergunakan adalah timbangan elektrik mg (Heidolph),
timbangan elektrik gram(Protis), seperangkat alat maserasi, Vacuum Rotary
Evaporator (Heidolph), blender (Maspion), ayakan (ukuran 60 mesh), gelas ukur
50 ml (Pyrex), becker glass (Pyrex), labu ukur (Pyrex), labu takar (Pyrex), pinset,
jarum suntik skala 1 ml (One Med), jarum sonde peroral, kertas saring, pipet tetes,
lemari pengering, autoklaf, oven, tabung reaksi (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex),
mikropipet, tip biru, cawan petri, jarum ose, spuit, kandang mencit, sonde, botol
minum, wadah ransum mencit, pot salep, lampu spiritus, swab kapas steril,
magnetic stirrer, LAF, batang pengaduk, Aluminium foil dan inkubator,
spektrofotometer UV-Vis.
Bahan dalam penelitian ini adalah biji pepaya (Carica pubescens) umur 3
bulan dari Dieng, Wonosobo Jawa Tengah, mencit jantan (Swiss webster) berumur
2 bulan dengan berat 25 gram, Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), etanol
70%, aquades, Brilliance E.coli/Coliform Selective medium, larutan Mc. Farland
satndar No. 2, antibiotik Nifuroxazide, NaCl 0,9%, pakan dan minum standar
untuk mencit, kuersetin (Sigma).
Tahapan penelitian ini adalah ekstraksi biji pepaya sebanyak 450 gram
simplisia kering biji pepaya dilarutkan dalam 4500 ml etanol 70%, dilanjutkan
dengan skrining fitokimia ekstrak kental, pengukuran kadar flavonoid secara
spektrofotometri UV-Vis. Aktivitas antibakteri dilakukan pada 24 ekor mencit
yang dibagi menjadi 6 kelompok uji yaitu kelompok baseline diberikan pakan dan
minum standar selama 7 hari, kelompok kontrol negatif diberikan EPEC 1 ml
peroral selama 7 hari, kelompok kontrol positif diberikan EPEC 1 ml selama 7
hari dan antibiotik nifuroxazide 500 mg setiap 8 jam selama 72 jam peroral
diberikan pada hari ke 8, kelompok ekstrak biji pepaya dosis (700, 800 dan 900)
mg/KgBB masing-masing diberikan setiap 8 jam selama 72 jam peroral setelah
diinduksi EPEC 1 ml. Parameter yang diamati adalah jumlah koloni bakteri EPEC
pada feses mencit.
1 2 3
4
5
6
Data rata-rata jumlah koloni bakteri pada feses mencit jantan (Swiss
webster) yang diinduksi EPEC dilakukan uji normalitas (Saphiro-wilk Test) dan
uji homogenitas (Levene Test). Data yang didapatkan normal dan homogen maka
diolah menggunakan statistik one-way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%,
p=0,05, kemudian pilih post Hoc diteruskan dengan uji LSD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak biji carica (Carica pubescens) yang diperoleh berwarna coklat,
dengan rendemen sebesar 3,39 %. Hasil identifikasi fitokimia ekstrak tersaji pada
Tabel 1 dan Gambar 1, sedangkan hasil pengukuran kadar flavonoid tertuang pada
Tabel 2.
Tabel 1. Hasil identifikasi fitokimia ekstrak biji pepaya (Carica pubescens)
ParameterUji
Reagen Positif Jika HasilKesimpula
nTanin FeCl3 Hijau
KehitamanHijauKehitaman
Positif
Flavonoid C2H6O,NaOH
Merah Merah Positif
Fenol FeCl3 Hijaukehitaman
HijauKehitaman
Positif
Terpenoid CH3COOH, CHCl3,H2SO4
MerahKecoklatan
MerahKecoklatan
Positif
Alkaloid NaOh,Wagner
SedimenKecoklatan
SedimenCoklat
Positif
Saponin H2O Buih TerdapatBuih
Positif
Keterangan :
1. Uji Saponin2. Uji Alkaloid3. Uji Terpenoid4. Uji Fenol5. Uji Flavonoid6. Uji Tanin
Gambar 1. Hasil identifikasi fitokimia ekstrak biji pepaya (Carica pubescens)
Tabel 2. Kadar Flavonoid Total Ekstrak Biji Carica
Kadar Flavonoid Total(mg/g ekstrak) X
SD
58,4 mg/g QE55,6 3,409757,6 mg/g QE
50,8 mg/g QERata-rata jumlah koloni setiap kelompok perlakuan mencit dapat dilihat pada
Tabel 3dan Gambar 2.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni Bakteri pada Feses Mencit
No KelompokPengenceran TPC
CFU/mLRata-rata10-3 10-4 10-5
1. Baseline KONT* 7,8 x 105 TSUD* 7,8 x 105
8,4 x105
KONT* 9,9 x 105 TSUD* 9,9 x 105
KONT* 9,5 x 105 TSUD* 9,5 x 105
KONT* 6,3 x 105 TSUD* 6,3 x 105
2. Kontrol negatif TBUD* 1,9 x 106 3,2 x 106 1,9 x 106
2,0 x106
2,7 x 106 1,5 x 106 TSUD* 1,5 x 106
2,3 x 106 2,1 x 106 TSUD* 2,1 x 106
KONT* 2,5 x 106 8,2 x 106 2,5 x 106
3. Kontrol positif KONT* 1,2 x 106 KONT* 1,2 x 106
1,1 x106
KONT* 1,3 x 106 8,8 x 106 1,3 x 106
1,6 x 106 1,0 x 106 TSUD* 1,0 x 106
KONT* 9,6 x 105 KONT* 9,6 x 105
4. Ekstrak700mg/kgbb
KONT* 1,7 x 106 8,0 x 106 1,7 x 106
1,4 x106
KONT* 1,8 x 106 9,6 x 106 1,8 x 106
KONT* 1,9 x 106 9,8 x 106 1,9 x 106
2,5 x 106 2,2 x 106 8,8 x 106 2,2 x 105
5. Ekstrak800mg/kgbb
KONT* 1,3 x 106 9,3 x 106 1,3 x 106
1,1 x106
KONT* 1,4 x 106 7,8 x 106 1,4 x 106
TBUD* 1,5 x 106 9,7 x 106 1,5 x 106
KONT* 3,8 x 105 KONT* 3,8 x 105
6. Ekstrak900mg/kgbb
3,0 x 105 1,8 x 106 8,7 x 106 1,8 x 106
1,2 x106
KONT* 1,5 x 106 9,9 x 106 1,5 x 106
KONT* 8,5 x 105 4,6 x 106 8,5 x 105
KONT* 7,8 x 105 KONT* 7,8 x 105
*Keterangan : TBUD = Terlalu banyak untuk dihitungTSUD = Terlalu sedikit untuk dihitung
KONT = Terkontaminasi oleh mikroorganisme lainTPC = Total Plate CountCFU = Colony Form Units
Gambar 2. Rerata Jumlah Koloni Bakteri pada Feses Mencit
Data jumlah koloni bakteri yang diperoleh dilakukan analisis statistik untuk
melihat normalitas dan homogenitas menggunakan analisis Shapiro Wilk. Hasil
analisis Shapiro Wilk menunjukan data jumlah koloni bakteri semua kelompok
terdistribusi normal dan homogen dengan uji Levene-test (p>0,05). Data yang
terdistribusi normal dan homogen dapat dilanjutkan analisis statistik dengan one-
way ANOVA. Hasil analisis statistik menunjukan perbedaan signifikan (p<0,05)
dengan nilai signifikansi 0,001, kemudian dilanjutkan uji post Hoc. Hasil uji post
Hoc tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4.Hasil Uji Post Hoc TestsPerlakuan Sig.
Kontrol negatif Baseline Kontrol positifDosis 700 mg/KgBBDosis 800 mg/KgBBDosis 900 mg/KgBB
.000*
.003*
.701
.004*
.008*Kontrol positif Baseline
Kontrol negatifDosis 700 mg/KgBBDosis 800 mg/KgBBDosis 900 mg/KgBB
.293
.003*
.007*
.908
.652Ket:
* : Berbeda bermakna
PEMBAHASAN
Skrining fitokimia ekstrak biji carica (Carica pubescens) dilakukan di
Laboratorium Prodi Farmasi FK Unissula secara kualitatif dengan metode tabung
dan reaksi warna. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan pengamatan reaksi
warna (Kristianti,et al., 2008). Dilakukannya skrining fitokimia pada ekstrak biji
carica (Carica pubescens) untuk mengetahui kandungan zat aktifpada ekstrak dan
memastikan bahwa proses ekstraksi serta pemekatan ekstrak tidak merusak
senyawa yang terkandung dalam ekstrak (Febriani, et al., 2015). Hasil skrining
fitokimia menunjukan bahwa ekstrak biji carica (Carica pubescens) mengandung
senyawa golongan tanin, flavonoid, fenol, terpenoid, alkaloid dan saponin. Hasil
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabirin, et al. tahun 1994.
Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki fungsi penting pada
tanaman dan banyak diteliti karena memiliki efek farmakologi yang bermacam –
macam (Sathishkumar, et al., 2008).Penetapan kadar flavonoid total dilakukan
secara kolorimetri menggunakan pereaksi AlCl3 dengan pengukuran secara
spektrofotometrik dengan kuersetin sebagai standarnya. Prinsip penetapan kadar
flavonoid yaitu reaksi antara flavonoid dan AlCl3sehingga membentuk warna
kuning, penambahan NaOH akan membentuk warna merah muda (Rohman A,
2010).
Penetapan kadar flavonoid digunakan baku kuersetin. Penggunaan
kuersetin sebagai baku standar dikarenakan kuersetin merupakan salah satu
golongan glikosida flavonoid yang banyak ditemukan pada jenis tanaman, dengan
menggunakan panjang gelombang maksimal 510 nm pada menit kesatu. Kadar
flavonoid total dinyatakan dalam mg/gram QE. Penetapan kadar flavonoid
dilakukan dengan penambahan pereaksi NaNO2, AlCl3 dan NaOH kemudian
dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, dengan
dilakukan tiga kali replikasi.
Hasil pengukuran 3 replikasi ekstrak kadar flavonoid didapatkan hasil
kadar 58,6 mg/g QE, 57,6 mg/g QE dan 50,8 mg/g QE. Flavonoid terdiri atas
aglikon dan glikosida. Keduanya memiliki kelarutan yang berbeda glikosida
mudah larut dalam air. Aglikon hanya larut sedikit dalam air, sehingga flavonoid
dapat larut dalam etanol. Faktor yang diduga dapat mempengaruhi kadar
flavonoid total ekstrak etanolik biji carica (Carica pubescens) adalah adanya jenis
senyawa flavonoid lain yang belum diketahui yang memiliki gugus hidroksil
sehingga dapat membentuk ikatan intermolekuler dengan gugus hidroksil pada
etanol dan mampu meningkatkan kelarutan flavonoid dalam etanol, kandungan
senyawa organik lain seperti senyawa saponin dan senyawa tanin dalam ekstrak
etanolik biji carica(Carica pubescens) diduga bisa mempengaruhi kadar flavonoid
total (Su, et al., 2007).
Pada penelitian ini jumlah koloni bakteri merupakan parameter yang
digunakan untuk melihat aktivitas antibakteri. Pengamatan jumlah koloni bakteri
dilakukan dengan menggunakan metode Total Plate Count (metode hitung cawan)
secara duplo yaitu pengamatan koloni bakteri pada feses yang dilakukan dengan
cara menghitung koloni bakteri yang tumbuh pada media kultur, yang bertujuan
untuk mengetahui jumlah mikroba selama penyimpanan (Pritanti, 1995).
Perhitungan dapat dilakukan secara manual dengan memberi tanda titik
dengan menggunakan spidol pada petri disk atau dengan menggunakan colony
counter (Soemarno, 2000). Tiap-tiap petri disk dari pengenceran berbeda dihitung
jumlah koloninya kemudian dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut:
Koloni per ml/per gram = jumlah koloni per cawan x
1faktor pengenceran
Satuan koloni ditetapkan berdasarkan jumlah koloni per 1 gram sampel.
Idealnya jumlah koloni per-petri yang boleh dihitung yaitu antara 30 - 300 cfu
(colony form unit) (Soemarno, 2000).
Berdasarkan hasil uji post Hoc, pada kelompok baseline dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif terdapat perbedaan signifikan (p<0,05), hal ini
menunjukkan bahwa tingginya jumlah koloni bakteri E. coli pada feses mencit
perlakuan EPEC diduga disebabkan oleh bakteri EPEC telah berkolonisasi di
dalam saluran pencernaan mencit percobaan. Brooks, et al., (2007) menyatakan
bahwa ketika EPEC masuk ke dalam tubuh, bakteri langsung melekat atau
menempel pada sel epitel. Setelah menempati tempat infeksi primer, bakteri
tersebut memperbanyak diri dan menyebar secara langsung ke aliran darah
melalui jaringan atau sistem limfatik. Proses infeksi memungkinkan bakteri
menyebar luas dalam tubuh dan mencapai jaringan yang sesuai untuk
multiplikasinya.
Total koloni E. coli yang dihitung pada penelitian ini merupakan total E.
coli pada feses, yang tidak secara khusus menghitung koloni EPEC. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya perbedaan khusus antara karakteristik EPEC (E.
coli patogen) dengan E. coli non patogen (mikroflora normal) pada media selektif
E.coli (Arief, et al., 2010).
Kelompok kontrol negatif dibandingkan dengan kelompok ekstrak 700
mg/KgBB tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05), kondisi ini membuktikan
bahwa pada dosis tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap viabilitas bakteri
EPEC. Hal ini disebabkan karena banyaknya kandungan senyawa flavonoid
ekstrak biji pepaya pada dosis tersebut belum mampu menghambat pertumbuhan
E. coli pada saluran pencernaan (Husein, et al., 2007).
Terdapat perbedaan signifikan pada kelompok negatif dibandingkan
dengan kelompok ekstrak 800 dan 900 mg/KgBB (p<0,05), hal ini menunjukkan
bahwa pada dosis tersebut ekstrak mempunyai sifat bakteriostatik, yaitu
berkemampuan untuk menghambat (menekan) pertumbuhan jumlah bakteri pada
kondisi normal (Brooks, et al., 2007). Ekstrak biji pepaya memiliki kandungan
senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin. Hal ini senadadengan
penelitian yang dilakukanSabirin, et al., (1994)bahwa biji Carica pubescens
mengandung beberapa senyawa metabolit diantaranya flavonoid, tocophenol,
terpenoid, alkaloid, karpain, enzim papain, enzim khimoprotein dan lisozim.
Senyawa flavonoid, alkoloid, dan tanin berfungsi sebagai antioksidan dan
antibakteri (Dhiah, et al., 2013). Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri
adalah dengan menghambat sintesis di dinding sel bakteri. Pada konsentrasi
rendah flavonoid dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan
bocornya metabolit penting sehingga sistem enzim bakteri akan terhambat,
sedangkan pada konsentrasi tinggi akan mengendapkan protein sel sehingga
enzim bakteri akan inaktif (Suwandi, 2012). Aktivitasnya juga dapat disebabkan
karena flavonoid membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein
terlarut serta membentuk kompleks dengan struktur tertentu pada dinding sel
bakteri seperti adhes, polipeptida dan enzim (Cowan, 1999).
Fitrial (2009) juga menambahkan bahwa senyawa fenolik dapat bereaksi
dengan komponen fosfolipid dari membran sel sehingga meningkatkan
permeabilitas membran sel atau menyebabkan perubahan pada komponen asam
lemak dan kandungan fosfolipid. Kondisi ini menimbulkan kekacauan pada sistem
membran sitoplasma, yang menyebabkan terbebasnya sitoplasma bakteri.Selain
flavonoid, Kartini (2012) menyebutkan bahwa biji pepaya juga mengandung
senyawa tanin. Tanin yang terkandung dalam biji pepaya diduga mempunyai efek
yang sama dengan senyawa fenolik (flavonoid) yaitu bereaksi dengan membran
sel bakteri dan inaktivasi enzim. Tanin diketahui mempunyai daya antibakteri
dengan cara mempresipitasi protein. Tanin dapat mengkerutkan dinding sel atau
membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibatnya sel
tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau
bahkan mati (Ajizah, 2004). Hasil penelitian Fitrial (2009) membuktikan bahwa
tanin memiliki aktivitas antibakteri pada hewan coba yang dipaparkan EPEC
dengan 2 cara yaitu yang pertama dapat menghambat protease ekstraseluler yang
diproduksi oleh EPEC untuk mendegradasi mucin, akibatnya EPEC tidak dapat
melekat pada epitel usus dan yang kedua dapat mengendapkan protein sehingga
terjadi penurunan sekresi yang membuat mukosa usus lebih resisten terhadap
invansi EPEC. Selain itu, juga diketahui bahwa molekul tanin dapat mengkelat
ion-ion bivalen pada membrane sel. Terlepasnya kation-kation tersebut dari
membran terluar bakteri, akan memudahkan masuknya senyawa antibakteri ke
dalam sel. Membran sel bakteri mengandung lapisan lipopolisakarida yang terikat
satu sama lain oleh kation divalent Ca2+ dan Mg2+ (Fitrial, 2009).
Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri adalah dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. Selain itu,
alkaloid bekerja dengan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan dan
menghambat enzim topoisomerase yang mempunyai peran sangat penting dalam
proses replikasi, transkripsi dan rekombinasi DNA dengan cara memotong dan
menyambungkan rantai tunggal dan rantai ganda DNA (Campbell, 2010).
Kandungan yang dimiliki ekstrak biji pepaya adalah senyawa saponin, yang
mempunyai mekanisme kerja dengan cara menyebabkan kebocoran protein dan
enzim di dalam sel. Saponin dapat berdifusi melalui membran luar dan dinding sel
yang rentan kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan
mengurangi kestabilan membran sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor
keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. Agen antimikroba yang
mengganggu membran sitoplasma bersifat bakterisida (Cavalieri, 2005).
Pada kelompok positif dibandingkan kelompok dosis 800 dan 900
mg/KgBB tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05), hal ini menunjukkan
bahwa ekstrak biji pepaya dengan dosis tersebut memiliki efek antibakteri yang
menyerupai dengan antibiotik nifuroxazide. Antibiotik nifuroxazide merupakan
antibiotik yang tergolong ke dalam turunan nitrofuran yang bermanfaat sebagai
antiseptik usus yang efektif terhadap E. coli. Nitrofuran adalah kelompok
antibiotik yang sangat mudah terurai dalam jaringan tubuh (Widiastuti, R dan
Yuningsih, 2007; Cooper et al., 2008). Hasil penelitian membuktikan bahwa
nifuroxazide sangat cepat diabsorbsi oleh usus halus dan memungkinkan sedikit
yang diekskresikan melalui feses. Selanjutnya, dalam hati dirombak menjadi
metabolit inaktif (aminofuran).Diduga nifuroxazide bekerja dengan menghambat
sistem enzim bakteri termasuk siklus asam trikarboksilat (Tjay dan Rahardja,
2002).
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah ekstrak biji pepaya (Carica
pubescens) mengandung tanin, flavonoid, fenol, terpenoid, alkaloid, dan saponin,
dengan kadar flavonoid sebesar 55,6 mg/g QE, serta memiliki aktivitas sebagai
antibakteri terhadap EPEC penyebab diare pada mencit jantan.
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah perlu dilakukan uji toksisitas akut
sehingga dapat diketahui keamanannya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada DIKTI yang telah mendanai
penelitian melalui program Penelitian Dosen Pemula tahun 2017.
DAFTAR REFERENSI
Ajizah, Aulia, 2004, Sensitifitas Salmonella Typhimurium Terhadap EkstrakDaunPsidium guajava L, Journal bioscientiae, Volume 1, no 1, hal 31-38.
Alanis, A. J, 2005, Resistance to Antibiotics: Are We in the Post-Antibiotic Era?.Archives of Medical Research, 36: 697–705.
Arief, I.I., B. Sri L. J., M. Astawan & A. B. Witarto, 2010, Efektivitas ProbiotikLactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus 2B4 sebagaiPencegah Diare pada Tikus Percobaan,Media Peternakan, 33.
Brooks G.F., Butel J. S., Morse S. A., 2007, Mikrobiologi Kedokteran JawetzMelick & Adenberg, Edisi ke-22, Jakarta: EGC.
Campbell, N. A., Jane B. R., Lisa A. Urry., Michael B.C., Steven A.W., Peter VMinorsky and Robert B Jackson, 2010, Biologi jilid 1, Edisi 8, Erlangga,Jakarta.
Cavalieri, S J., Rankin I D., Harbeck R J., Sautter R S., McCarter Y S., Sharp SE., Ortez J H and Spiegel C A, 2005, Manual of Antimicrobial SusceptibilityTesting, American Society for Microbiology, USA.
Cooper, K.M., R.J. Mccracken, M. Buurman and D.G. Kennedy, 2008, Residuesof Nitrofuran Antibiotic Parent Compounds and Metabolites In Eyes OfBroiler Chickens, Food Addit, Contam, Part A Chem. Anal. Control ExpoRisk Assess, 25: 548-56.
Cowan, M.M., 1999, Plant Product as Antimicrobial Agents, Oxford, MiamyUniversity.
Dhiah, Novalina, Sugiyarto dan Ari Susilowati, 2013, Aktivitas AntibakteriEkstrak Caricapubescens dari Dataran Tinggi Dieng terhadap BakteriPenyebab Diare, Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Febriani, D., Mulyanti, M., Rismawati, E., 2015, Karakterisasi Simplisia danEkstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.), Prosiding PenelitianSPeSIA Unisba, Hal 475-480, ISSN : 2460-6472.
Fitrial, Y, 2009, Analisis Potensi Biji dan Umbi Teratai (Nymphaea pubescensWild.) untuk Pangan Fungsional Prebiotik dan Antibakteri EscherichiacoliEnteropatogenik K.1.1, Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor.
Hussein, H. K. A., Najeh H. K. dan Zuhair H.A, 2007, Study of BiologicalActivity of Aqueous Extract of Cuminum cyminum L and Hibiscussabdariffa L and Detection of Some Active Groups In Them, Journal ofKarbala University.
Kartini, H.N, 2012,Pengaruh Lama Penyeduhan dan Lama Penyimpanan terhadapAktivitas Antioksidan Teh Rosela (Hibiscus sabdariffa), Repository, upi,edu, Universitas Pendidikan Indonesia.
Kepmenkes RI, 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor : 2406/MENKES/PER/XII/2011.
Kristianti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. 2008. Buku AjarFitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPAUniversitas Airlangga. P.47-48.
Martiasih, Maria, 2012, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Pepaya Terhadap E.Colli dan Streptococcus Pyogenes, Fakultas teknologi Univesitas Atma JayaYogyakarta.
Paramesthi Niken N, 2014, Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.)sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Escherichia coli,Skripsi, UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Pritanti, L, 1995, Uji Viabilitas Candida Tropicalis, Strain G XIII 2.A,terhadapSenyawa Fenol Pada Medium Air Laut Sintetik., Balibang Mikrobiologi.Bogor: LIPI.
Purwaningdyah Yunia Galih, Widyaningsih Tri Dewanti dan Wijayanti Novita,2015, Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.) sebagai
Antidiarepada Mencit yang diinduksi Salmonella typhimurium,FTPUniversitas Brawijaya Malang.
Rohman, A., Riyanto, S., Yuniarti, N., Saputra, W.R., Utami, R., and Mulatsih, W.,2010, Antioxidant Activity, Total Phenolic and Flavonoid of Extrac andFractions of Red Fruits (Pandanus conoideus Lam), Int Food Research J.,17:97-106.
Sabirin, M., Hardjono S Dan Respati S., 1994. Pengantar Praktikum KimiaOrganik Ii. Ugm-Yogyakarta.
Sathishkumar, T., Baskar, R., Shanmugam, S., Rajasekaran, P., Sadasivam, S., danManikandan,V. 2008. Optimation of Flavonoids Extraction from the Leavesof Tabernaemontana heyneana Wall. Using L16 Orthogonal Design. Natureand science. 6. (3) : 10 – 21.
Setiawan B, 2006, Diare akut karena infeksi, Dalam: Sudoyo A, Setyohadi B,Alwi I et al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Ed IV, Departemen IPDFK UI, Jakarta.
Su, X., Duan, J., Jiang, Y., Duan, X., and Chen. F. 2007. Polyphenolic Profile andAntioxidant Activities of Oolong Tea Infusion Under Various SteepingConditions. International Journal of Molekular Science. 8 : 1196 – 1205.
Suwandi Trijono, 2012, Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela MenurunkanMalondialdehid Pada Tikus yang diberi Minyak Jelantah, Tesis, ProgramStudi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana, Universitas Udayana,Denpasar.
Tjay Tan Hoan dan Rahardja Kirana, 2002, Obat-obat Penting Edisi Kelima, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widiastuti, R dan Yuningsih, 2007, Residu Nitrofuran pada Telur Ayam Ras yangDijual Di Beberapa Pasar Di Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor. : 583-587.
Zein, U., Khalid, H. dan Josia, G, 2004, Diare Akut Disebabkan Bakteri. Dalam:e-USU Repository Universitas Sumatra Utara, http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf, Tanggal akses: 1/01/201.