pengaruh implementasi pengendalian internal, good governance dan total quality management terhadap...

20
Pengaruh Implementasi Pengendalian Internal, Good Governance dan Total Quality Management terhadap Profesionalisasi Manajemen Lembaga Amil Zakat (Studi Kasus pada BMT Alfa Dinar sebagai Mitra Pengelola Zakat Dompet Dhuafa) Harry Sumantri H. F0312059

Upload: harry-sumantri-hartasa

Post on 16-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pengaruh Implementasi Pengendalian Internal, Good Governance dan Total Quality Management terhadap Profesionalisasi Manajemen Lembaga Amil Zakat

TRANSCRIPT

Pengaruh Implementasi Pengendalian Internal, Good Governance dan Total Quality Management terhadap Profesionalisasi Manajemen Lembaga Amil Zakat(Studi Kasus pada BMT Alfa Dinar sebagai Mitra Pengelola Zakat Dompet Dhuafa)

Harry Sumantri H.F0312059

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Sebelas MaretSemester Gasal 2014/2015BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangZakat adalah ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja, namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusiaan yang bernilai sosial. Zakat memiliki manfaat penting dan strategis dari sudut pandang Islam maupun dari aspek kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan pada sejarah perkembangan Islam yang diawali sejak kepemimpinan Rasulullah SAW. Zakat telah menjadi sumber pendapatan keuangan negara yang memiliki peranan sangat penting, antara lain sebagai sarana pengembangan agama Islam, pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang mampu, serta bantuan lainnya.Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan sebagai rukun yang penting setelah shalat. Dalam Al-Quran, tidak kurang dari 28 ayat menyebutkan perintah shalat dengan perintah zakat dalam satu ayat sekaligus. Diantaranya dalam surat At-Taubah ayat 18 yang artinya:Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjukDi Indonesia sendiri, pengelolaan lembaga amil zakat telah diatur dalam Undang-Undang RI No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang menggantikan Undang-Undang No. 38 tahun 1999. Dalam Undang-Undang RI No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 16 ayat (1) menyatakan bahwa Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNA Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya. Sedangkan dalam pasal 17 menyatakan bahwa Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.Menurut Sigit Hermawan dan Gianti Astriana (2010) Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqoh (ZIS) dalam arti seluasluasnya. Dalam hal ini, Indonesia memiliki potensi dana yang sangat besar untuk pengelolaan ZIS. Namun, terdapat beberapa hal yang menghambat untuk merealisasikan zakat itu. Salah satu diantaranya adalah permasalahan adanya sikap kurang percaya terhadap para penyelenggara zakat itu sendiri yang ditujukan kepada lembaga amil zakat.Zakat plays an important role in Islamic life as amonetary and economic mechanism do support groups of underprivileged or asnaf (Hairunnizam et. al. 2010 dalam Jamaliah Said et. al. 2014). Pernyataan tersebut menegaskan bahwa zakat mampu menjadi peluang bagi suatu negara dalam mengentaskan kemiskinan di negaranya. Tentu hal tersebut harus disertai dengan pembenahan manajemen pada Lembaga Amil Zakat di Indonesia melalui profesionalisasi agar masyarakat percaya dan membayar zakat secara organisasional. Setelah zakat terkumpul dan diorganisasikan dengan baik oleh LAZ maka pendistribusian kepada yang hak untuk menerima menjadi tepat sasaran dan diharapkan akan mengentaskan golongan orang kurang mampu di Indonesia.Kegiatan yang dilakukan oleh LAZ tersebut akan berjalan dengan baik dan secara teratur dapat menjadi titik balik dari perbaikan ekonomi Indonesia melalui salah satu komponen ekonomi Islam (zakat) apabila manajemen memiliki pengendalian internal dan good governance yang baik. Pengendalian internal dan good governance akan menjadi kunci dalam penilaian apakah kualitas manajemen keseluruhan (Total Quality Management) sudah mengindikasikan suatu keberhasilan dari tujuan organisasi secara makro. Ketiga penilaian tersebut (pengendalian internal, good governance, dan Total Quality Management) akan menjadi acuan bagi peneliti untuk mengetahui apakah manajemen suatu lembaga amil zakat di Indonesia dapat dikatakan profesional dalam melaksanakan tugasnya.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Apakah implementasi pengendalian internal mempengaruhi profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat?2. Apakah implementasi good governance mempengaruhi profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat?3. Apakah total quality management mempengaruhi profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat?C. Tujuan PenelitianSecara spesifik, proposal penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan:1. Pengaruh implementasi pengendalian internal pada profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat.2. Pengaruh implementasi good governance pada profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat.3. Pengaruh total quality management pada profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat.D. Manfaat PenelitianDiharapkan hasil dan temuan dari penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:1. Bagi PenelitiPenelitian ini menambah wawasan peneliti dan dapat memberikan bekal bagi penelitian lanjutan.2. Bagi AkademisiPenelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya dan diharapkan penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.3. Bagi PraktisiPenelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengaruh elemen-elemen yang menentukan profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi organisasi lembaga zakat di masa yang akan datang dalam membuat kebijakan strategis.BAB IITINJAUAN PUSTAKAPembahasan pada bab ini bertujuan untuk menguraikan tinjauan pustaka yang memuat teori-teori relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga diuraikan posisi studi, kerangka pemikiran dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini.A. Landasan Teori1. Profesionalisasi Manajemen Lembaga Amil ZakatProfesional adalah kata benda dari profesi yang mempunyai lawan kata dengan amatir. Profesional adalah seseorang yang mempraktekkan suatu profesi dan seseorang yang dipandang sebagai ahli dalam suatu cabang ilmu. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi profesional/ahli seharusnya ia terus menerus meningkatkan mutu pengetahuannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang ia geluti, ini sesuai dengan pendapat Peter Jarvis (1983 : 27) dalam Fikri Aulia (2010)in order to be master of branch of learning it is essential for a practitioner to continue his learning after initial education and some professions have institutionalized education Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti kemampuan profesional. Dedi Supriadi (1998) dalam Fikri Aulia (2010) mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan dan/atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif. Menurut Eric Hoyle (1980) dalam Fikri Aulia (2010) konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu : ..the improvement of status and the improvement of practice. Pendapat ini mengemukakan bahwa dimensi yang pertama meliputi upaya yang terorganisir untuk memenuhi kriteria profesi yang ideal dan bila telah mencapai tingkatan profesi yang sudah mapan, maka upaya tersebut adalah mempertahankan serta membina posisi yang telah mapan tersebut. Dimensi kedua menurut Hoyle adalah penyempurnaan pelaksanaan (improvement of practice), meliputi penyempurnaan keterampilan secara terus menerus, serta pengetahuan dari pelaksanaannya.Untuk bisa menggarap secara optimal potensi yang dimiliki LAZ khususnya berkaitan dengan penghimpunan dana, maka hal yang harus dilakukan oleh LAZ, yaitu: a. Mengelola zakat secara profesional. Adapun persyaratan LAZ dapat dikatakan profesional (Hamid, Almisar. 2009:13), yaitu: 1. Memiliki kompetensi formal2. Komitmen tinggi menekuni pekerjaan3. Meningkatkan diri melalui asosiasi4. Bersedia meningkatkan kompetensi5. Patuh pada etika profesi dan 6. Memperoleh imbalan yang layakb. Meningkatkan transparansi pelaporan dan penyaluran yang tepat sasaran, serta program-program unik dalam pemberdayaan masyarakat.c. Meningkatkan sistem birokrasi yang sehat dan meningkatkan tata kelola yang baik (good governance) bagi LAZ. (Saefuddin, Jahar Asep. 2006:6).2. Pengendalian Internal(Plumlee and Yohn: 2010 dalam Ya-Fang Wang: 2013) menyatakan the internal control system is supposed to improve financial reporting reliability and therefore should reduce the number of restatements, but a restatement could signal a company lacks proper internal control. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap lembaga yang mempertanggungjawabkan dana yang dihimpun dari masyarakat harus mampu membuat laporan keuangan tanpa harus melakukan penyajian kembali karena kesalahan yang dilakukan manajemen. Selanjutnya menurut Laurent Ceppelletti (2009) menyatakan bahwa internal control is said to help ensure air and accurate financial reporting, manage risks, and give reasonable assurance regarding the achievement of entity objectives. Selain pelaporan keuangan yang adil dan akurat, pengendalian internal ditujukan untuk mengelola risiko dan memberikan keyakinan yang memadai mengenai tujuan suatu lembaga.Menurut Committee Of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO. 1992:13) yang juga disitir oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI.2001:319.2), pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut:Internal control is a proscess, affected by entitys board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the followng categories:(a) Effectiveness and efficiency of operation, (b) Reliability of financal reporting, and (c)Compliance with applicable laws and regulations.Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan demikian merupakan hal yang penting bagi semua manajer pada organisasi memahami pentingnya menerapkan dan memelihara pengendalian intern yang efektif yang merupakan tanggung jawab. Definisi COSO tentang pengendalian intern memperjelas bahwa pengendalian intern bukan hanya mempengaruhi laporan keuangan yang reliabel juga menunjukkan bahwa pengendalian seharusnya efektif untuk semua operasi. Untuk mencapai tujuan pengendalian intern, COSO (1992:16-18) menjelaskan komponen pengendalian intern, sebagai berikut:a. Lingkungan pengendalian (control environment)Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan pemilik suatu entitas terhadap pengendalian intern dan pentingnya pengendalian tersebut.b. Penaksiran risiko (risk assessment)Adalah sebagai suatu proses untuk mengidentifikasikan, menaksir, mengelola dan mengendalikan situasi atau kejadian-kejadian potensial untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan organisasi tercapai.c. Aktivitas pengendalian (control activity)Adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.d. Informasi dan komunikasi (information and communication)Tujuan terselenggarakan sistem informasi dan komunikasi adalah untuk mengidentifikasi, mencatat, memproses dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas organisasi.e. Pemantauan (monitoring).Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu.3. Good GovernanceKetika suatu organisasi menerapkan good governance maka publik setidaknya akan percaya atas apa yang dilakukan oleh organisasi tersebut, seperti halnya lembaga amil zakat yang tepercaya. Hal tersebut senada dengan pendapat (Kester, 1997 dalam Armand Picou dan Michael J. Rubach, 2006) yang mengatakan bahwa investors will recognize the possibility of good governance and will reflect their expectations of the actions of managers and boards of directors in the prices paid for the corporations securities. Selanjutnya menurut (Aguilera & Cuervo-Cazurra, 2004; Cadbury Code, 1992 dalam Ilir Haxi dan Hans ban Ees, 2010) mengatakan codes of good governance (CGGs) address deficiencies in formal contracts and institutions by suggesting best practices concerning executive remuneration, the independence of non-executive directors, the formation of board committees, the position of shareholders, and the role and position of the auditor. (O'Shea, 2005; OECD, 2004 dalam Mario Krenn, 2014) menyatakan a code of good governance can be considered a tool that includes a set of best practices designed to address deficiencies in corporate governance systems and to improve the quality of a firms corporate governance overall. Sebagian besar kode memiliki beberapa rekomendasi pada tujuh praktik berikut: a. Yang kuat, yang terlibat jajaran direksi.b. Keseimbangan eksekutif dan non-eksekutif direktur, termasuk direktur non-eksekutif independen.c. Pembagian tanggung jawab yang jelas antara ketua dan kepala eksekutif.d. Tepat waktu, informasi yang berkualitas untuk dewan.e. Prosedur yang transparan resmi bagi pengangkatan direksi baru.f. Pelaporan keuangan seimbang dan dimengerti.g. Pemeliharaan sistem suara pengendalian intern.4. Total Quality ManagementMengapa harus menggunakan Total Quality Management adalah pertanyaan yang cukup mendasar karena terdapat indikator lain selain TQM ini. Namun beberapa ahli setuju bahwa TQM ini adalah suatu penilaian terbaik apakah manajemen sebuah organisasi telah beroperasi secara keseluruhan yang menghasilkan kualitas di atas rata-rata. (Rungtusanatham et al., 2005 dalam Dr. Jaber Alruwaili, 2013) menyatakan bahwa scholars of TQM (Deming, 1986; Juran, 1992; Crosby, 1996; Ishikawa, 1985) subscribe do the view that total quality management is universal in its applicability. Selanjutnya (Jamaluddin Ahmad, 2013) menyatakan Total Quality Management puts the human factor as the most important factor in creating a quality public Services.Empat prinsip utama dalam TQM adalah sebagai berikut :1. Kepuasan pelanggan: kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu.2. Respek terhadap setiap orang : setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.3. Manajemen berdasarkan fakta : setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan (feeling). 4. Perbaikan berkesinambungan: melakukan proses secara sistematik dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. B. Kerangka PemikiranTujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara pengendalian internal, good governance dan total quality Management dengan profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat. Sebagai variabel bebas dari penelitian ini adalah pengendalian internal, good governance dan total quality management.Pengendalian Internal

H1

Good Governance

Profesionalisasi Manajemen LAZ

H2

H3Total Quality Management

C. HipotesisHipotesis yang dirumuskan untuk menjelaskan kerangka pemikiran di atas adalah:H1: Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap profesionalisasi manajemen LAZH2: Good governance berpengaruh positif terhadap profesionalisasi manajemen LAZH3: Total quality Management berpengaruh positif terhadap profesionalisasi manajemen LAZ

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA. Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena penelitian ini yang menjelaskan dan menerangkan secara objektif tentang bagaimana pengendalian internal, good governance dan total quality management terhadap profesionalisasi manajemen lembaga amil zakat.B. Tempat PenelitianPeneliti berencana untuk melakukan penelitian pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa Republik yaitu Baitul Mal Wal Tamwil (BMT) Alfa Dinar sebagai Mitra Pengelola Zakat (MPZ) di Jalan Pleret Utama No 5 Banyuanyar, Surakarta.C. Populasi dan SampelPopulasi: Seluruh anggota pada tiap divisi BMT Alfa DinarSampel: Kepala divisi pada tiap divisi BMT Alfa DinarD. Metode Pengumpulan DataUntuk data primer data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara yang dilakukan kepada tiap kepala divisi dalam Baitul Mal Wal Tamwil (BMT) Alfa Dinar.Sedangkan untuk data sekunder data dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang menyatakan tentang laporan manajemen yang sesuai dengan penelitian.E. Metode Pengolahan Analisis DataTeknik analisis data menggunakan tiga tahapan. Tahap pertama peneliti melakukan analisis bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan dengan grand tour dan minitour question dengan menggunakan analisis domain. Tahap kedua peneliti peneliti mereduksi lagi data agar lebih fokus dengan menggunakan minitour question, analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap terakhir peneliti setelah data selesai difokuskan, data diseleksi kembali dan menggunakan teknik analisis komponensial dan analisis tema dan akan ditarik kesimpulan pada hasil analisisnya.DAFTAR PUSTAKAAhmad, Jamaluddin. 2013. Local Government Bureaucracy and Implementation of Total Quality Management in Education Services Free In South Sulawesi Province. Public Policy and Administration Research. Vol. 3 No. 8Alruwaili, Jaber. 2013. Total Quality Management in Education Directorates in Saudi Arabia: Contrasting Provincial Case Studies. Public Policy and Administration Research. Vol.3 No. 6Aulia, Fikri. 2010. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan. Semarang: Pascasarjana UNNES. hlm. 5 par. 2_________. 2010. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan. Semarang: Pascasarjana UNNES. hlm. 5 par. 3_________. 2010. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan. Semarang: Pascasarjana UNNES. hlm. 5 par. 4Ceppelletti, Laurent. 2009. Performing an Internal Control Function do Sustain SOX 404 and Improve Risk Management: Evidence From Europe. Management Accounting Quarterly Summer. Vol. 10 No. 4Committee of Sponsoring Organization (COSO) of The Treadway Commision 2004. Enterprise Risk Management Integrated Framework: Executive Summary COSO. September 2004_________. 2002. Enterprise Risk Management Framework Key Concepts Briefing Document COSO. July 2002Departemen Agama RI. 2009. Mushaf Al-Quran dan Terjemah. Jakarta Utara: CV. Pustaka Al-Kautsar. hlm. 189 : 18.Hamid, Almisar. 2009. Nasib Lembaga Amil Zakat di Indonesia. Jakarta: Harian Republika.Haxhi, Ilir dan Hans ban Ees. 2010. Explaining Diversity in The Worldwide Diffusion of Codes of Good Governance. Journal of International Business Studies Vol. 41 hlm. 710-726.Hermawan, Sigit dan Gianti Astriana. 2010. Akuntansi Zakat, dan Upaya Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Lembaga Amil Zakat. Jurnal Ekonomi. Vol. 1 No. 2 November 2010, hlm. 34-42Krenn, Mario. 2014. Decoupling as a Sustainable Firm Response to Pressures for Convergence and Divergence in Corporate Governance: The Case of Codes of Good Corporate Governance. Journal of Management Policy and Practice vol. 15(4)Picou, Armand dan Michael J. Rubach. 2006. Does Good Governance Matter to Institutional Investors? Evidence from the Enactment of Corporate Governance Guidelines. Journal of Business Ethics (2006) 65: hlm. 5567Saefuddin, Jahar Asep. 2008. Zakat Antar Bangsa Muslim: Menimbang Posisi Realistis Pemerintah dan Organisasi Masyarakat Sipil. Media Jurnal Zakat dan Empowerment Vol 1 Agustus 2008, diterbitkan oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ)Said, Jamaliah et. al. 2014. A Comparative Study of Succesful Male and Female Enterpreuners: The Case of The Selangor Zakat Board. International Review of Social Sciences and Humanities. Vol. 7, No. 1 (2014), pp. 125-135Wang, Ya-Fang. 2013. Internal Control and Financial Quality: Evidence krom Post-SOX Restatement. Accounting and Taxation. Vol. 5 No. 1