pengaruh good corporate governance dan … · perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek ......
TRANSCRIPT
i
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
Skripsi oleh:
NOPRIYANTO
01121003075
AKUNTANSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
2017
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“...Sesunggunya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum kecuali mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”
(QS. Ar-Ra’d : 11)
“Karena sesunggunya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah : 6)
“Berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia”
(Andrea Hirata)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Kedua Orang Tua
Adikku
Keluarga Besar
Teman-teman Akuntansi’12
Universitas Sriwijaya
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul
“Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir
zaman, amin.
Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih
gelar sarjana Ekonomi Program Studi Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya. Skripsi ini membahas mengenai bagaimana pengaruh good
corporate governance dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan
dengan kinerja keuangan sebagai variabel moderating pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di bursa efek indonesia. Selama penulisan skripsi ini, penulis tidak
luput dari berbagai kendala. Namun kendala tersebut dapat diatasi berkat doa,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan baik dalam penyusunan
maupun penyajiannya. Selanjutnya penulis memohon maaf sebesar-besarnya
apabila terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan penulis menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan selanjutnya.
Inderalaya,
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Moderating pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai salah satu
syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Program Strata Satu (S-1) Fakultas
Ekonomi Universitas Sriwijaya.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE., selaku Rektor Universitas
Sriwijaya.
2. Bapak Prof. Dr. Taufiq, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya.
3. Bapak Arista Hakiki, S.E., M.Acc., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, dan Ibu Umi Kalsum, S.E., M.Si., Ak
selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.
4. Bapak Mukhtaruddin, S.E., M.Si., Ak., dan Bapak Ubaidillah, MM., Ak.,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membimbing serta memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Hj. Rela Sari, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan selama melaksanakan studi.
6. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi dan Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis
menempuh perkuliahan.
7. Kedua orang tuaku yang tiada henti mendoakanku setiap saat, memberikan
nasihat, dukungan moral, material, dan spiritual.
8. Ketiga adikku dan Oktarina Chandra yang selalu memberikan support dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
9. Seluruh Karyawan dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya yang
telah membantu dan mempermudah penulis dalam hal administrasi.
10. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi Jurusan Akuntansi Angkatan 2012
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, terima kasih atas kerjasama, bantuan,
dan dukungan selama masa perkuliahan.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dan dukungan hingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
12. Semoga Allah SWT membalas budi baik dan memberikan berkat-Nya dalam
setiap garis kehidupan kita.
Indralaya,
Penulis
xii
RIWAYAT HIDUP
Nama Mahasiswa : Nopriyanto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Taja Mulya / 04 November 1993
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah (Orangtua) : Dusun 1 RT. 03 RW. 1 Desa Taja Mulya
Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin
Alamat Email : [email protected]
Pendidikan Formal
SD : SD Negeri 2 Taja Mulya (2000-2006)
SMP : SMP Negeri 3 Betung (2006-2009)
SMA : SMA Plus Negeri 2 Banyuasin 3 (2009-2012)
Pengalaman Organisasi :Ketua Komisi A DPM FE Unsri periode 2014/2015
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS KARYA ILMIAH ............ iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAAN ..................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................ ix
SURAT PERNYATAAN ABSTRAKSI .................................................... x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 10
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
1.4. eManfaat Penelitian .................................................................... 11
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 14 2.1. Landasan Teori ........................................................................... 14
2.1.1. Agency Theory................................................................. 14
2.1.2. Stakeholder Theory ......................................................... 16
2.1.3. Good Corporate Governance .......................................... 17
2.1.4. Corporate Social Responsibility ...................................... 21
2.1.5. Nilai Perusahaan ............................................................. 25
2.1.6. Kinerja Keuangan ........................................................... 27
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................... 29
2.3. Hipotesis .................................................................................... 35
2.3.1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan ...................................................................... 35
2.3.2. Pengaruh Corporate Social ResponsibilityTerhadap Nilai
Perusahaan ...................................................................... 36
2.3.3. Pengaruh Kinerja Keuangan dalam hubungan Good
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan ......... 38
2.3.4. Pengaruh Kinerja Keuangan dalam hubungan Corporate
Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan ............ 39
2.4. Kerangka Pemikiran ................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 42
xiv
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 42
3.2. Jenis Penelitian ............................................................................. 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 43
3.4. Populasi dan Sampel ..................................................................... 43
3.5. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 44
3.6.1. Variabel Independen ......................................................... 44
3.6.2. Variabel Moderating ......................................................... 46
3.6.3. Variabel Dependen ............................................................ 47
3.6. Metode Analisis Data ................................................................... 47
3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................ 47
3.7.2. Analisis Menggunakan Partial Least Squares .................... 48
3.7.3.1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ......... 49
3.7.3.2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) ............. 51
3.7.4. Uji Hipotesis ..................................................................... 54
BAB IV GAMBARAN UMUM DATA PENELITIAN ............................... 55
4.1. Deskripsi Data.............................................................................. 55
4.2. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 55
4.3. Gambaran Umum Variabel Penelitian .......................................... 56
4.3.1. Good Corporate Governance ............................................. 56
4.3.2. Corporate Social Responsibility......................................... 57
4.3.3. Kinerja Keuangan .............................................................. 59
4.3.4. Nilai Perusahaan ................................................................ 60
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 62
5.1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 62
5.1.1. Analisis Deskriptif Variabel GCG ...................................... 62
5.1.2. Analisis Deskriptif Variabel CSR ....................................... 63
5.1.3. Analisi Deskriptif Variabel Kinerja Keuangan .................... 64
5.1.4. Analisi Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan ...................... 65
5.2. Analisis Partial Least Squares ...................................................... 66
5.2.1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ....................... 66
5.2.2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) .......................... 69
5.3. Pembahasan .................................................................................. 76
5.3.1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan ....................................................................... 76
5.3.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan ............................................................... 79
5.3.3. Pengaruh Kinerja Keuangan dalam hubungan GCG
Terhadap Nilai Perusahaan ................................................ 81
5.3.4. Pengaruh Kinerja Keuangan dalam hubungan CSR
Terhadap Nilai Perusahaan ............................................... 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 85
6.1. Kesimpulan .................................................................................. 85
6.2. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 86
xv
6.3. Saran ............................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88
LAMPIRAN .................................................................................................. 96
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai Komposit ........................................................................... 21
Tebel 2.2. Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................. 33
Tabel 3.1. Aspek Penilaian Self Assesment .................................................. 45
Tabel 3.2. Penjelasan Model ...................................................................... 48
Tabel 4.1. Proses Pemilihan Sampel Berdasarkan Kriteria........................... 55
Tabel 4.2. GCG Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015 ............................... 57
Tabel 4.3. CSR Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015 ................................ 58
Tabel 4.4. ROA Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015 ............................... 59
Tabel 4.5. Tobin’s Q Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015 ........................ 61
Tabel 5.1. Statistik Deskripitf Variabel GCG .............................................. 62
Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Variabel CSR ............................................... 63
Tabel 5.3. Statistik Deskriptif Variabel ROA .............................................. 64
Tabel 5.4. Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan ............................ 65
Tabel 5.5. Hasil Uji Convergent Validity ..................................................... 67
Tabel 5.6. Hasil Uji Descriminant Validity .................................................. 68
Tabel 5.7. Hasil Uji Composite Reliability, Crombachs Alpha, and AVE ..... 68
Tabel 5.8. Nilai R Square ............................................................................ 70
Tabel 5.9. Communallity dan Redundancy .................................................. 73
Tabel 5.10. Hasil Estimasi Model ................................................................. 75
Tabel 5.11. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 76
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tujuh Subjek Tanggung Jawab Sosial ISO 26000 .................... 25
Gambar 2.2. Kerangka Pemikirian ............................................................... 41
Gambar 3.1. Model Penelitian ...................................................................... 48
Gambar 5.1. Model Struktural ...................................................................... 69
Gambar 5.2. Hasil Model Struktural ............................................................. 70
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Perusahaan Sampel .......................................................... 96
Lampiran 2. Core subjects of social responsibility ISO26000 ......................... 97
Lampiran 3. Aspek Penilaian Self Assesment .................................................. 99
Lampiran 4. Data Self Assessment Good Corporate Governance .................... 100
Lampiran 5. Data Pengungkapan Corporate Social Resposibility.................... 111
Lampiran 6. Data Kinerja Keuangan ............................................................... 106
Lampiran 7. Data Nilai Perusahaan ................................................................. 107
Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data SmartPLS ................................................ 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi perkembangan dalam dunia bisnis semakin pesat yang
diikuti dengan persaingan yang semakin ketat pula. Perusahaan dituntut untuk
berpikir kritis, efektif dan efisien agar dapat unggul dalam persaingan tersebut.
Suatu perusahaan tentu menginginkan perusahaannya terus mengalami
perkembangan, memiliki kinerja keuangan yang baik, serta memiliki nilai
perusahaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Meningkatkan
nilai perusahaan dalam jangka panjang adalah salah satu dari tujuan perusahaan.
Pada perusahaan yang sudah go public penilaian investor terhadap perusahaan
tersebut dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang
ditransaksikan di bursa efek.
Industri perbankan merupakan perusahaan yang saat ini telah mengalami
perkembangan yang pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi. Perbankan,
secara khusus, merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Lembaga
intermediasi ini bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari
dalam maupun luar negeri, padahal dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut
bank menghadapi berbagai risiko, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko
operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko strategis, risiko kepatuhan
maupun risiko reputasinya, political dan sovereign risk (Tobing et al., 2013).
2
Mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan yang
semakin meningkat sehingga penerapan Good Corporate Governance (GCG)
menjadi sangat penting. Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi
daya saing perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumberdaya
dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh
kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga dapat beroperasi dan
tumbuh secara berkelanjutan. Windah dan Andono (2013) menyebutkan kunci
sukses dalam perusahaan untuk memperoleh keuntungan jangka panjang dan
dapat bersaing dengan baik dalam bisnis global adalah dengan penerapan GCG.
GCG selain dapat membantu perbankan atau perusahaan dalam menghadapi
tantangan dan risiko yang akan dihadapi juga memiliki manfaat lain. Menurut
Scott (2007), GCG akan menyediakan insentif yang sesuai bagi pimpinan dan
manajemen untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan perusahaan dan
pemegang saham, juga akan memfasilitasi proses monitoring yang efektif. GCG
merupakan suatu pedoman bagi manajer untuk mengelola perusahaan secara best
practice. Melalui penerapan GCG manajer akan dituntut untuk membuat
keputusan keuangan yang dapat menguntungkan stakeholder (Nuswandari, 2009).
Sedangkan perusahaan yang mengimplementasikan GCG tidak secara maksimal
pada akhirnya akan ditinggalkan oleh para investor, kurang dihargai oleh
masyarakat, dan dapat dikenakan sanksi apabila berdasarkan hasil penilaian
perusahaan tersebut terbukti melanggar hukum (Effendi, 2009).
Dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan
stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
3
undangan serta nilai-nilai etika (code of conduct) yang berlaku secara umum pada
industri perbankan, bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip GCG. Dijelaskan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance pada tahun 2006 prinsip-prinsip tersebut adalah,
keterbukaan (transparency) memiliki ukuran kinerja yang konsisten pada semua
jajaran bank berdasarkan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank yang
digambarkan sebagai pencerminan akuntabilitas pada bank (accountability),
berpegang pada dasar-dasar yang sesuai dengan etika perbankan dan menjamin
dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung-jawab bank
(responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam
pengambilan keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran
(fairness).
Penerapan GCG menjadi suatu perhatian yang sangat penting bagi semua
perusahaan terutama industri perbankan Indonesia setelah mengalami krisis
ekonomi tahun 1997-1998 yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan. Hal
serupa juga terjadi pada saat krisis ekonomi tahun 2008 yang juga menimpa
Amerika Serikat. Fenomena krisis tersebut tak lain dikarenakan buruknya tata
kelola perusahaan (bad governance) sehingga menghantarkan suatu negara
menuju krisis finansial (Uyun, 2015).
Skandal Enron dan WorldCom di Amerika, Marconi di Inggris dan Royal
Ahold di Belanda membuat perusahaan-perusahaan semakin teliti dalam
memperhatikan peran corporate governance. Hal serupa yang terjadi di Indonesia
4
adalah kasus PT Waskita Karya yang diketahui memanipulasi laporan
keuangannya dari tahun 2004–2008 hingga mencapai jumlah 400 milyar.
Kemudian pada tahun 2011 BPK mendapati temuan bahwa PT Jamsostek
melakukan pelanggaran dalam laporan keuangan. Berdasarkan temuan tersebut
negara dirugikan hingga Rp 7 triliun (Ridho dan Dwi, 2014).
Pada kasus perbankan, pembobolan dana milik PT. Elnusa yang terjadi pada
Bank Mega tahun 2011 senilai Rp 111 milyar yang terjadi akibat Bank Mega yang
menyalahgunakan tanggung jawabnya dan tidak menjalankan nilai-nilai
transparansi dalam pengelolaan dana nasabahnya. Kasus lainnya yang dikutip dari
Detik Finance adalah kasus Citibank yang terjadi pada Maret 2011 serupa dengan
bank Mega kasus pembobolan dana nasabah dilakukan oleh pihak internal bank
tersebut, karyawan senior bernama Melinda De dan rekan pegawai yang berstatus
sebagai teller membobol dana sebesar Rp 17 milyar dalam (Sahano, 2015).
Salah satu penyebab penyalahgunaan kepercayaan itu terjadi karena
kurangnya tata kelola yang baik dalam suatu perusahaan perbankan. Untuk itu
Good Corporate Governance sangat dibutuhkan dalam membangun kepercayaan
masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan
untuk berkembang dengan baik dan sehat (Tumewu dan Alexander, 2013).
Pentingnya GCG pada industri perbankan dalam rangka meningkatkan
kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang
berlaku umum pada industri perbankan. Hal inilah yang menjadi latar belakang
adanya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan
5
GCG pada tanggal 30 Januari 2006 yang kemudian diubah dengan PBI Nomor
8/14/PBI/2006 serta Surat Edaran Nomor 9/12/DPNP pada tanggal 30 Mei 2007
tentang ketentuan pelaksanaan GCG bagi bank umum.
Selain daripada GCG, Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
salah satu langkah strategis dalam meningkatkan nilai perusahaan dengan cara
membangun citra yang baik dari sudut pandang stakeholder. Anwar et al. (2010)
dalam Wardoyo dan Veronica (2013), mengatakan bahwa pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan (annual report) memperkuat citra perusahaan dan menjadi
sebagai salah satu pertimbangan yang diperhatikan investor maupun calon
investor memilih tempat investasi karena menganggap bahwa perusahaan tersebut
memberikan citra (image) kepada masyarakat bahwa perusahaan tidak lagi hanya
mengejar profit semata tetapi sudah memperhatikan lingkungan dan masyarakat.
Perusahaan harus menyadari bahwa kehadiran mereka akan selalu menjadi
bagian dari masyarakat sosial setempat sehingga sering kali perusahaan di tuntut
untuk tidak hanya mengahasilkan profit namum bertanggungjawab menghasilkan
manfaat bagi sosial. CSR berkaitan dengan etika dan moral yang sangat
mempengaruhi penilaian stakeholder terhadap perusahaan. CSR dapat diartikan
sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi
dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan hidup. Walaupun perusahaan
perbankan secara langsung tidak berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar, tetapi perbankan juga memiliki tanggung jawab atau kepeduliannya
terhadap lingkungan sekitar. Thompson dan Cowton (2004) dalam Rambe dan
Wira (2013), menyatakan bahwa bank dapat dilihat sebagai fasilisator dari
6
aktivitas industri yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Wacana
tentang CSR mendapatkan respon yang baik dari perusahaan karena pelaporan
perusahaan dalam aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial diyakini akan
mempertinggi citra perusahaan di mata masyarakat dan meningkatkan kesempatan
perusahaan untuk bertahan dan berkelanjutan (Suhardjanto, 2008).
Pengelolaan lingkungan dan hubungan sosial yang baik dapat menghindari
klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan citra dan pengaruh pada
perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan keuntungan ekonomi. Perusahaan
mengintegrasikan CSR ke dalam bisnis dengan mengembangkan program
terencana yang di kemas secara menarik. Bentuk dari implementasi aktivitas CSR
yang terintegrasi dengan strategi bisnis dapat dilihat pada perusahaan
PT.UNILEVER, dengan memberikan konseling kepada para petani kedelai hitam
untuk menghasilkan produk kedelai yang baik yang digunakan sendiri oleh
perusahaan sebagai bahan baku pembuatan kecap kedelai bango (Estiasih et al.,
2015).
CSR dapat melindungi kepentingan perusahaan itu sendiri, dengan
kemudahan masyarakat dalam menerima kehadiran perusahaan maka operasional
perusahaan dapat di jalankan tanpa gangguan. Sebaliknya, jika perusahaan terlibat
di dalam isu-isu pengerusakan lingkungan hidup tanpa adanya upaya dari
perusahaan untuk memberikan tanggung jawab sosial dan lingkungan maka akan
berdampak pada penolakan atas produk dari perusahaan tersebut seperti yang
terjadi pada PT. SINAR MAS yang mengalami boycott atas hasil produksi mereka
oleh Burger King, Netsle, and Kraft Foods di akibatkan karena dengan adanya
7
dugaan pengerusakan hutan tropis yang mengakibatkan peningkatan pemanasan
global (Estiasih et al., 2015). Selain daripada itu pada tahun 2016 kasus
pemboikotan juga dialami oleh PT. LAPINDO dimana masyarakat setempat
menolak untuk dilakukannya pengeboran sumur gas baru di wilayah mereka. Hal
ini terjadi sebagai respon dari musibah semburan lumpur panas di Kecamatan
Porong pada tahun 2006 lalu (Gupta, 2016).
Hal ini membuktikan pentingnya peranan CSR dalam membangun reputasi
yang baik bagi perusahaan serta menjadikan investor dan calon investor
mengetahui investasi sosial apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan
sehingga risiko perusahaan dalam menghadapi masalah sosial akan menurun.
Securities and Exchange Communication (SEC) merekomendasikan kepada
investor untuk tidak melakukan investasi pada perusahaan yang tidak ikut
berperan dalam kegiatan CSR (Rodriguez dan Jane, 2007). Oleh karena itu
dengan adanya pengungkapan tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan
lingkungan hidup, diharapkan akan menjadi informasi yang berguna bagi investor
dalam mengambil keputusan investasi yang pada akhirnya akan meningkatkan
nilai perusahaan.
Penerapan CSR memiliki kaitan yang erat dengan GCG untuk memengaruhi
nilai suatu perusahaan, karena para investor akan lebih tertarik menginvestasikan
modalnya apabila terdapat CSR pada suatu perusahaan. Adanya penerapan GCG
dan CSR akan meningkatkan produktifitas dan efisiensi perusahaan yang tentu
saja berimbas besar terhadap laba perusahaan yang berdampak pada kepercayaan
investor. Secara teoritis perusahaan yang memiliki laba yang semakin besar akan
8
lebih diminati oleh investor karena diharapkan dapat memberikan return yang
lebih besar bagi investor apabila mereka melihat dan menganalisa laporan
keuangan perusahaan terlebih dahulu. Sehingga sebelum mengambil keputusan
untuk melakukan investasi, mereka menghindari segala sesuatu yang dapat
menyebabkan kerugian dari investasi (Tumewu dan Alexander, 2013).
Penelitian mengenai pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan telah
dilakukan sebelumnya oleh Ratih (2011). Hasil penelitianya menunjukkan bahwa
Corporate Governance Percentage Index (CGPI) sebagai proxy GCG terhadap
nilai perusahan dengan Net Profit Margin (NPM) dan Return on Assets (ROA)
sebagai variabel intervening tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini
disebabkan faktor ekonomi makro yaitu terjadinya krisis keuangan global akibat
dari krisis keuangan di Amerika yang mulai memukul dunia bisnis pada tahun
2008 mengakibatkan kinerja keuangan terpengaruh atau terhambat
peningkatannya.
Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Retno dan Priantinah
(2012), yang melakukan penelitian GCG dan CSR terhadap nilai perusahaan yang
terdaftar di BEI periode 2007-2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa GCG
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol size dan
leverage pada perusahaan. Sedangkan peungkapan CSR berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan kualitas
pengungkapan CSR dari tahun 2007-2010 masih rendah.
Penelitian lainnya dipublikasikan oleh Mukhtaruddin et al. (2014) yang
menguji pengaruh mekanisme GCG dan CSR pada nilai perusahaan. Hasil
9
penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
dewan komisaris, komite audit, dan CSR memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Estiasih et al. (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh GCG dan
CSR terhadap nilai perusahaan yang di proksikan dengan Tobin's Q. Hasil
penelitian menunjukan CSR dan komite audit memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan direktur independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terbukti
hasil yang diperoleh masih kontradiktif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk menguji kembali hubungan antara GCG, CSR dan Nilai perusahaan.
Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian Estiasih et al. (2015). Objek dalam
penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2011-2015. Perbankan merupakan bisnis yang mengalami
perkembangan yang pesat, memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi, dan
berbasis kepercayaan masyarakat, serta memiliki regulasi yang lebih ketat
dibandingkan dengan perusahaan lainnya sehingga usaha ini lebih rentan apabila
tidak ditangani secara profesional, transparan dan hati-hati (prudential banking).
Dalam penelitian ini GCG di ukur dengan self assesment atas pelaksanaan
GCG yang dikembangkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan pengukuran CSR
dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility Dislousure Index
(CSRDI) berdasarkan item yang terdapat dalam ISO 26000 Guidance Standard on
10
Social Responsibility. Meskipun tidak secara keseluruhan, namun semua tema
yang ada di dalam ISO 26000 ini tetap relevan untuk seluruh organisasi baik
organisasi swasta, publik dan nirlaba (besar dan kecil) di negara maju dan di
negara berkembang (Mukhtarudin et al. 2014). Selain itu dalam penelitian ini
peneliti menggunakan kinerja keuangan yang di ukur dengan ROA sebagai
variabel moderating. Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul dari
penelitian ini adalah “Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan
Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 - 2015”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Good
Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR)
terhadap Nilai Perusahaan. Apakah Kinerja Keuangan mempengaruhi hubungan
antara GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh Good Corporate
Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Nilai
11
Perusahaan. Apakah Kinerja Keuangan mempengaruhi hubungan antara GCG
dan CSR terhadap Nilai Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu
akuntansi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembanding
bagi penelitian terdahulu dan sekaligus sebagai referensi yang dapat
dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya mengenai pengaruh Good
Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel moderating.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan para
praktisi untuk lebih berhati-hati kepada para manajernya agar melakukan
tindakan pengawasan yang lebih ketat dalam menyusun laporan keuangan
sehingga dapat mempertahankan relevansi nilai akuntansi.
2. Bagi investor dan calon investor hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai acuan tolak ukur untuk pengambilan keputusan yang
tepat, baik keputusan investasi, kredit, maupun yang lain.
12
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah yang menjadi inti
pemikiran dalam penelitian ini serta menjelaskan mengenai rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menejelaskan mengenai teori-teori yang melandasi dan berkaitan
dengan masalah dalam penelitian ini serta dijelaskan mengenai penelitian yang
terdahulu yang membantu menjelaskan mengenai permasalahan yang akan diteliti.
Selain itu diuraikan juga mengenai perumusan hipotesis penelitian yang akan
diuji.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai metode yang digunakan dalam penelitian
ini. Meliputi populasi dan sampel, jenis dan sumber data, definisi dan pengukuran
variabel, serta teknik analisis yang digunakan.
BAB IV : GAMBARAN UMUM DATA PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang deskripsi data dari populasi penelitian, sampel
penelitian, dan analisis statistik deskriptif variabel penelitian.
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan dan
penyajian hasil dari pengujian, serta pembahasan tentang hasil analisis yang
dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian serta temuan - temuan
penelitian terdahulu.
13
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dari keseluruhan hasil analisis pada bab
sebelumya, keterbatasan penelitian serta saran yang dapat dipertimbangkan dalam
penelitan selanjutnya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Agency Theory
Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan suatu model kontraktual
antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut principal
(pemegang saham) dan pihak lain disebut agent (manajer). Menurut Jensen dan
Meckling (1976:5) dalam Gumilang et al. (2015) teori agensi mengungkapkan
suatu hubungan yang terjadi antara principal dan agent. Retno dan Priantinah
(2012) menyatakan bahwa hubungan keagenan (agency relationship) terjadi
ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu
atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen. Principal memperkerjakan agent
untuk melakukan tugas sesuai dengan kepentingan principal, termasuk
pendelegasian otorisasi, pengambilan keputusan, dari principal kepada agent.
Karena manajer adalah pihak yang dikontrak untuk bekerja demi kepentingan
pemegang saham, maka pihak manajer harus mempertanggungjawabkan semua
pekerjaannya kepada pemegang saham.
Teori agensi menjelaskan adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan
(ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering
menimbulkan masalah-masalah keagenan (agency problems). Masalah-masalah
keagenan tersebut timbul karena adanya konflik atau perbedaan kepentingan
antara para pemegang saham sebagai principal dengan pihak manajemen sebagai
agent (Nuswandari, 2009). Perbedaan kepentingan antara principal dan agent
15
inilah yang menyebabkan agent mungkin tidak selalu melakukan tindakan-
tindakan untuk memaksimumkan kesejahteraan principal, justru lebih
mendahulukan kepentingannya untuk memaksimumkan utilitasnya.
Adanya perbedaan kepentingan ini membuat masing-masing pihak berusaha
memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Lumi dan Wahidahwati (2013)
mengungkapkan bahwa principal menginginkan pengembalian yang sebesar-
besarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan
kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agent menginginkan
kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi atau bonus atau
insentif yang “memadai” dan sebesar-besarnya atas kinerjanya. Menurut Terzaghi
(2012) bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang agent dalam
memenuhui tanggung jawabnya kepada principal akan memainkan beberapa
kondisi perusahaan agar seolah-olah target tercapai.
Teori keagenan menjelaskan bahwa konflik kepentingan antara agen dapat
dikurangi dengan mekanisme GCG guna menyelaraskan kepentingan yang ada
dalam suatu perusahaan. Dengan kata lain, dengan penerapan GCG diharapkan
dapat meminimalisir terjadinya masalah perbedaan kepentingan antara principal
dan agent, sehingga dapat mengurangi biaya agensi yang muncul dan menjaga
hak-hak pemegang saham yang kemudian akan meningkatkan nilai perusahaan
(Purbopangestu dan Subowo, 2014). Konsep GCG berkaitan dengan bagaimana
para pemegang saham yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
mereka, yakni manajer tidak akan melakukan kecurangan-kecurangan yang akan
merugikan para pemegang saham.
16
2.1.2. Stakeholder Theory
Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana
saja perusahaan bertanggungjawab. Stakeholder adalah semua pihak baik internal
maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun
dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perushaan. Menurut
Ghozali dan Chariri (2007) Stakeholder theory menjelaskan bahwa perusahaan
bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun
harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor,
konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Dengan
demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang
diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut.
Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa perusahaan harus menjaga
hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan
kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power
terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan, misalnya tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain.
Gray (1994) dalam Terzaghi (2012) mengatakan bahwa kelangsungan hidup
perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus
dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.
Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan
dengan para stakeholder-nya adalah dengan pengungkapakan informasi sosial dan
lingkungan. Terzaghi (2012) mengatakan bahwa pengungkapan sosial dianggap
sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. Dengan
17
pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi
yang dibutuhkan serta dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan dukungan
oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.3. Good Corporate Governance (GCG)
Hayati dan Gusnardi (2012) mendefinisikan bahwa GCG merupakan suatu
sistem tata kelola perusahaan yang baik guna mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan untuk mencegah timbulnya kecurangan atau kesalahan dari pihak
menejemen yang dapat merugikan komisaris, investor, kreditur, pemerintah dan
masyarakat serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Sedangkan KNKG (2006)
mendefinisikan GCG sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan norma yang berlaku.
GCG muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan
pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah
keagenan. Lumi dan Wahidahwati (2013) mengungkapkan bahwa mekanisme
GCG merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara
pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol di mana
selanjutnya dilakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut. GCG diarahkan
untuk menjamin dan mengawasi jalannya sistem governance dalam sebuah
organisasi. GCG diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara
18
pemilik dan manajer sehingga diharapkan tercapainya keselarasan kepentingan
yang akan meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham.
Prinsip-prinsip GCG seperti disebutkan dalam Pedoman Umum GCG
Indonesia yang disusun oleh KNKG tahun 2006 meliputi:
1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh stakeholder. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang - undangan tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
oleh pemegang saham, kreditur dan stakeholder lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur,
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Akuntabilitas merupakan
persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibility (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
19
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan stakeholder lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.
Yahya (2014) mengatakan melalui penerapan GCG diharapkan : (1)
perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional
perusahaan, serta mampu meningkatkan pelayanannya kepada stakeholder, (2)
perusahaan lebih mudah memperoleh dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat meningkatkan corporate value, (3) mampu meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, (4) pemegang
saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan sekaligus akan meningkatkan
deviden mereka.
Pada Good Corporate Governance menggunakan indikator penilaian yang
berasal dari penilaian self assessment atas pelaksanaan GCG. Penggunaan
indikator tersebut karena menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006
yang sekarang menjadi Nomor 8/14/PBI/2006 mengharuskan perbankan untuk
melakukan self assesment atas pelaksanaan GCG. Pada laporan tahunan hanya
terdapat kesimpulan dari penilaian self assesment, namun sebelumnya perusahaan
20
melakukan penilaian self assesment menggunakan kertas kerja yang berpedoman
pada lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP tahun 2007
tentang “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum”.
Pada Surat Edaran BI Nomor 9/12/DPNP tahun 2007 menyatakan bahwa
dalam penilaian tersebut terdapat sebelas faktor yang dinilai pada tiap-tiap kertas
kerja self assesment atas pelaksanaan GCG, yakni:
a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
c. kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
d. penanganan benturan kepentingan
e. penerapan fungsi kepatuhan
f. penerapan fungsi audit intern
g. penerapan fungsi audit ekstern
h. penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern
i. penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar
j. transparasi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan pelaksanaan
Good Corporate Governance
k. rencana strategis bank.
Hasil pada kertas kerja self assesment atas pelaksanaan GCG akan
menghasilkan peringkat pada tiap-tiap faktor atau aspek penilaian. Peringkat
tersebut akan dikalikan dengan bobot pada tiap-tiap faktor, ketentuan bobot dari
tiap faktor juga terdapat pada Surat Edaran BI Nomor 9/12/DPNP tahun 2007.
21
Tabel 2.1. Nilai Komposit
Nilai Komposit Predikat Komposit
Nilai komposit < 1,5 Sangat baik
1,5 ≤ Nilai komposit ≤ 2,5 Baik
2,5 ≤ Nilai komposit ≤ 3,5 Cukup baik
3,5 ≤ Nilai komposit ≤ 4,5 Kurang baik
4,5 ≤ Nilai komposit ≤ 5 Tidak baik
Sumber: Surat Edaran BI No. 9/12/DPNP (2007)
2.1.4. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat didefinisikan sebagai suatu
komitmen tanggung jawab perusahaan atas dampak dari keputusan dan kegiatan
yang dijalankan perusahaan dengan memberikan kontribusi bagi pembangunan
ekonomi berkelanjutan dengan cara terlibat dalam meningkatkan kesejahteraan
karyawan dan masyarakat, serta berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan.
Istilah CSR dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1994 melalui
bukunya “Cannibal with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century
Business” mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic
prosperity, environmental quality dan social justice (Oktafia, 2013). Konsep ini
menjelaskan bahwa perusahaan yang ingin menjaga kelangsungan usahanya harus
menjalankan usahanya tidak hanya mengejar keuntungan semata (profit), tetapi
mereka juga harus terlibat dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
22
masyarakat (people), serta berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet).
Menurut The World Business Council for Sustainable Devolepment, CSR
adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan
ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta
perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat
umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik
bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Crowther (2008) dalam Dewi
dan Priyadi (2013) mengatakan bahwa ada tiga prinsip dasar dari tanggung jawab
sosial (social responsibility). Pertama, Sustainability, berkaitan dengan bagaimana
perusahaan dalam melakukan aktivitasnya (action) tentang memperhitungkan
keberlanjutan sumberdaya dimasa depan. Kedua, Accountability, merupakan
upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah
dilakukan. Ketiga, Transparency, berperan untuk mengurangi asimetri informasi,
kesalahpahaman, khususnya pertanggungjawaban berbagai dampak dari
lingkungan.
CSR dapat meningkatakan nilai finansial dan mendorong munculnya
inovasi perusahaan serta dapat menemukan kesempatan untuk meningkatkan
kegiatan operasi dengan menganalisa data yang didapat dari pelaporan mereka
dan menyelenggarakan program pengembangan keuntungan. Keuntungan CSR
pada sektor jasa yaitu dengan mendapatkan hak, finansial, ansuransi, dan
keamanan (Karim et al., 2013). Menurut Djuitaningsih dan Wahdatul (2012)
perusahaan akan mengungkapkan aktivitas CSR yang telah dilakukan untuk
23
menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan
publik dan stokeholder lainnya tentang bagaimana perusahaan telah
mengintegrasikan kepedulian dalam setiap aspek kegiatan operasinya. Dengan
mengungkapakan informasi-informasi mengenai aktivitas CSR yang dilakukan
dalam operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan diharapkan perusahaan
bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat serta dukungan dari stakeholder
lainnya.
Deegan (2002) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan berbagai
motivasi yang mendorong manajer secara sukarela melaporkan informasi sosial
dan lingkungannya, lasan tersebut antara lain :
a. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada di dalam undang-undang.
b. Pertimbangan rasionalitas ekonomi (economic rationality). Bahwa CSR
memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan melakukan hal yang benar.
c. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan. Artinya, manajer
berkeyakinan untuk memperoleh informasi yang memuaskan tidak peduli
dengan biaya yang diperlukan untuk menyajikan informasi tersebut
d. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman. Lembaga pemberi
pinjaman sebagai bagian dari kebijakan manajemen risiko mereka cenderung
menghendaki peminjam untuk secara periodik memberikan berbagai item
informasi tentang kinerja dan kebijakan sosial dan lingkungannya.
e. Mematuhi harapan masyarakat. Sebagai sikap berjaga-jaga bila “kontrak
sosial” dilihat berdasarkan ketersediaan informasi yang berkaitan dengan
kinerja sosial dan lingkungan.
24
f. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap legitimasi perusahaan. Misalnya
pelaporan mungkin dipandang sebagai respon atas pemberitaan media yang
bersifat negatif.
g. Untuk mengatur kelompok stakeholder tertentu yang powerfull.
h. Untuk menarik dana investasi. Di lingkungan internasional, “ethical
investment funds” merupakan bagian dari pasar modal yang semakin
meningkat perannya.
i. Persyaratan industri atau code of conduct tertentu. Misalnya di Australia
industry pertambangan memiliki Code of Environmental Management. Jadi
ada tekanan tertentu untuk memenuhi aturan tersebut.
Berdasarkan ISO 26000, CSR adalah tanggung jawab organisasi atas dampak
dari keputusan dan kegiatan yang dijalankan organisasi baik terhadap masyarakat
maupun lingkungan melalui perilaku yang transparan dan etis yang memberikan
kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, memperhitungkan harapan pemangku kepentingan
sesuai dengan hukum yang berlaku serta konsisten terhadap norma-norma
internasional. ISO 26000 digunakan sebagai indikator untuk melakukan penilaian
terhadap pengungkapan CSR yang telah digunakan oleh 157 negara sebagai
panduan. ISO 26000 terbagi kedalam 7 (tujuh) core subjek yaitu: Tatakelola
Organisasi, Hak-Hak Asasi Manusia, Praktik Ketenagakerjaan, Lingkungan,
Praktik Operasi Adil, Isu Konsumen, dan Pelibatan dan Pengembangan
Masyarakat.
25
Gambar 2.1 Tujuh Subjek Tanggung Jawab Sosial ISO 26000
2.1.5. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran dari kepercayan masyarakat terhadap perusahaan
setelah melalui suatu proses kegiataan selama beberapa tahun. Retno dan
Priantinah (2012) menyatakan bahwa peningkatan nilai perusahaan yang tinggi
merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan. Nilai
perusahaan adalah sebuah indikator penilaian pasar terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.
Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian
investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham
perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public
(Retno dan Priantinah, 2012). Oleh sebab itu tujuan utama dari perusahaan yang
telah go public adalah untuk memaksimalkan tingkat kesejahteraan para
26
pemegang saham yang dapat digambarkan dari harga saham tersebut. Harga
saham yang tinggi menunjukkan nilai perusahaan yang juga tinggi sebagai
cerminan atas tingkat kepercayaan publik trhadap kinerja perusahaan tersebut.
Menurut Retno dan Priantinah (2012), para pemodal menyerahkan
pengelolaan perusahaan kepada para profesional, yaitu manajer ataupun komisaris
agar pencapaian nilai perusahaan dapat meningkat dan terdapat variabel-variabel
kuantitatif yang digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan, yaitu:
1. Nilai buku merupakan total ekuitas pemegang saham dibagi dengan jumlah
saham yang beredar.
2. Nilai pasar merupakan suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih
dari perusahaan. Apabila saham dari perusahaan diperdagangkan dalam
bursa sekuritas, maka nilai perusahaan dapat diukur berdasarkan nilai
pasarnya.
3. Nilai apprasial, diperoleh dari perusahaan independent appraiser.
4. Nilai arus kas, digunakan ketika melakukan penilaian merger atau akuisis
untuk mengestimasi arus kas bersih.
Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur nilai pasar
perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Dalam penelitiannya Rustiarini (2010)
mendefinisikan Rasio Tobin’s Q sebagai nilai pasar dari ekuitas ditambah dengan
total kewajiban dan kemudian dibagi dengan total aktivanya. Menurut Sukamulja
(2004) rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam
Tobin’s Q semua unsur hutang dan modal saham perusahaan dimasukkan dalam
perhitungan rasio ini, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas
27
perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. Dengan
memasukkan seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus
pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk
kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari
ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur.
Herawaty (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki Tobin’s Q
dengan nilai yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prosfek pertumbuhan
perusahaan semakin baik, karena investor akan mengeluarkan pengorbanan yang
lebih untuk perusahaan yang memiliki nilai pasar aset yang lebih besar daripada
nilai bukunya. Apabila nilai Q lebih kecil dari 1, berarti investasi dalam aktiva
tidak menarik.
2.1.6. Kinerja Keuangan
Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu,
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi. Sedangkan
kinerja keuangan adalah sebagai suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana perusahaan melaksanakan dan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012). Sudiyatno dan
Fatmawati (2013) menambahkan pengertian kinerja keuangan adalah suatu hasil
yang dicapai oleh suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya.
Tujuan dari pengukuran kinerja perbankan tidaklah jauh berbeda dengan
kinerja perusahaan pada umumnya. Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan
untuk perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat
28
bersaing dengan perusahaan lain. Selain itu, pengukuran kinerja juga dibutuhkan
untuk menetapkan strategi yang tepat dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan merupakan fondasi tempat
berdirinya pengendalian yang efektif. Penilaian kinerja bank sangat penting untuk
setiap stakeholders bank yaitu manajemen bank, nasabah, mitra bisnis dan
pemerintah di dalam pasar keuangan yang kompetitif.
Bank sebagai perusahaan jasa yang berorientasi laba, harus dapat menjaga
kinerja keuangannya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya. Profitabilitas
bank merupakan salah satu aspek yang dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai
kerhasilan bank dalam menjalankan operasinya. Analisis terhadap profitabilitas
bank merupakan analisis yang penting dilakukan karena dengan melakukan
analisis profitabilitas bank dapat mengukur efektivitas dan efisiensi penggunaan
sumber-sumber daya yang dimiliki bank selama periode tertentu (Sudiyatno dan
Fatmawati, 2013). Bank yang dapat menjaga kinerjanya dengan baik maka ada
kemungkinan nilai sahamnya dan jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kenaikan
nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indicator
naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan.
Kinerja perbankan sering dinilai terkait erat dengan tingkat kesehatan bank.
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator
utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang
bersangkutan. Dalam UU RI No 7 Tahun 1992 tentang perbankan pasal 29
disebutkan bahwa Bank Indonesia berhak untuk menetapkan ketentuan tentang
kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset,
29
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank.
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang
dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga Return
On Assets atau ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas
(Rahmi, 2014). Dalam penelitian Sudiyatno dan Fatmawati (2013) dijelaskan
bahwa ROA digunakan sebagai indikator performance atau kinerja bank
didasarkan pertimbangan bahwa ROA mengkover kemampuan seluruh elemen
aset bank yang digunakan dalam memperoleh penghasilan. Rasio ROA
mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan asetnya. Penggunaan ROA sebagai proksi profitabilitas pada
perusahaan perbankan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004.
2.2. Penelitian Terdahulu
Jo dan Harjoto (2011) dalam penelitiannya menganalisa pengaruh dari tata
kelola perusahaan internal dan eksternal serta mekanisme pengawasan atas pilihan
penerapan CSR terhadap nilai perusahaan yang menerapkannya. Alat ukur yang
digunakan untuk menghitung nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah rasio
Tobin’s Q. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pilihan penerapan CSR
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
kepemimpinan dewan perusahaan, dewan independen, dan kepemilikan
30
institusional berpengaruh relative lemah terhadap nilai perusahaan. Lebih lanjut
penelitian ini menemukan bahwa aktivitas penerapan CSR dapat meningkatkan
hubungan social di dalam perusahaan, seperti hubungan social antara pegawai an
perusahaan, peningkatan kualitas produk, memperkaya nilai perusahaan lebih dari
sekedar bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, namun juga dengan
memperkaya hubungan antara komunitas dan lingkungan.
Retno dan Priantinah (2012) meneliti pengaruh dari GCG dan CSR
Terhadap Nilai Perusahaan dengan variable kontrol Size, Jenis Industri,
Profitabilitas dan Leverage. Populasi dari perusahaan ini adalah perusahaan yang
terdaftar di BEI periode 2007-2010. Penelitian ini menunjukkan bahwa GCG
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol Size dan
Leverage. Sedangkan Pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size, Jenis industri,
Profitabilitas, dan Leverage.
Bidhari et al. (2013) menganalisa dan menjelaskan pengaruh dari informasi
pelaporan tanggung jawab social perusahaan terhadapa kinerja keuangan dan nilai
perusahaan di dalam industry perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Objek dalam penelitian ini adalah 15 perusahaan perbankan yang terdaftar
di bursa efek Indonesia berdasarkan kriteria populasi yang ditetapkan dengan
waktu observasi dari tahun 2008 hingga 2011. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang didapatkan melalui laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan. Peneliti mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan rasio
Return on Asssets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Return on Sales (ROS).
31
Sedangkan pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini menggunakan rasio
Tobin’s Q. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan CSR memberikan
dampak positif kepada seluruh rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pelaporan CSR dapat berpengaruh secara postif terhadap nilai perusahaan.
Rosiana dkk. (2013) dalam penelitiannya menganalisa pengaruh
pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI dengan Profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel yang
dipakai dalam penelitian adalah 55 data dari perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2008 sampai 2012. yang mana data dalam penelitian
berasal dari data sekunder yang diperoleh melalui teknik dokumentasi. Data
penelitian ini telah memenuhi syarat uji asumsi klasik dan uji kesesuaian model
yang diolah dengan menggunakan teknik regresi linier berganda dan teknik
Moderated Regression Analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
dan profitabilitas mampu memperkuat pengaruh pengungkapan CSR terhadap
nilai perusahaan.
Mukhtaruddin et al. (2014) menganalisa pengaruh dari mekanisme GCG
(dewan komisaris, dewan komisaris independen, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan komite audit) dan pengungkapan CSR terhadap nilai
perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2011 yang melaporkan
kegiatan CSR mereka. Sampel penelitian ini mencangkup 33 perusahaan yang
32
telah dipilih dengan menggunakan purposive sampling technique. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kepemilikan instistusional, kepemilikan manajerial,
dewan komisaris, komite audit serta pelaporan CSR memberikan dampak yang
positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan dewan komisaris independen
berdampak negative terhadap nilai perusahaan.
Agustina et al. (2015) menganalisa pengaruh dari mekanisme penerpan
GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan menggunakan CSR sebagai variable
intervening. Sampel dari penelitian ini adalah 20 perusahaan perbankang yang
terdaftar di Bursa Efek Indoensia (BEI). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial dan komisaris independen berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan kepemilikan
institusional menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan atas kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian ini juga mengemukakan bahwa pelaporan CSR bukan
merupakan variable intervening atas hubungan mekanisme penerapan GCG
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Estiasih et al. (2015) menganalisa pengaruh dari CSR dan GCG terhadap
nilai perusahaan, dengan menggunakan karakteristik perusahaan sebagai variable
pemoderisasi. Sampel dari perusahaan ini adalah 95 perusahaan manufakatur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012. Penilitian ini
menggunakan Moderation regression Analysis (MRA), penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa CSR dan komite audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara itu variable lain tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas memoderasi hubungan
33
di antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komisaris
independen terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dapat memoderisasi
CSR, kepemilikan institusional, dan komite audit, sedang ukuran perusahaan tidak
dapat memoderisasi kepemilikan manajerial dan komisaris independen terhadap
nilai perusahaan.
Tabel 2.2. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Variabel Hasil
1. Jo dan
Harjoto
(2011)
Independen : CSR,
Kepemimpinan Dewan
Perusahaan, Dewan
Independen,
Kepemilikan
Institusional
Dependen : Nilai
Perusahaan
CSR memiliki pengaruh secara
positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Kepemimpinan dewan
perusahaan, dewan independen,
dan kepemilikan institusional
berpengaruh relative lemah
terhadap nilai perusahaan.
2. Retno dan
Priantinah
(2012)
Independen : CSR dan
GCG
Dependen : Nilai
Perusahaan
Kontrol : Size, Jenis
Industri, Profitabilitas
dan Leverage
GCG meiliki pengaruh positif
terhadap Nilai Perusahaan dengan
variabel kontrol Size dan
Leverage. CSR berpengaruh
positif dan tidak signifikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan
variabel kontrol Size, Jenis
industri, Profitabilitas, dan
Leverage.
3. Bidhari,
Sandhika,
Ubud dan
Siti
(2013)
Independen : CSR
Dependen : Kinerja
Keuangan (ROA,
ROE, dan ROS)
Nilai Perusahaan
(Tobin’s Q)
CSR memberikan dampak positif
kepada seluruh rasio yang
digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini. CSR
berpengaruh postif terhadap nilai
perusahaan.
4. Rosiana,
Juliarsa,
dan Sari
(2013)
Independen : CSR
Dependen:
Nilai Perusahaan
(Tobin’Q)
Moderasi: Profitabilitas
(ROE)
CSR memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Profitabilitas mampu
memperkuat hubungan CSR dan
Nilai Perusahaan.
34
5. Mukhtaruddi
n,
Relasari, dan
Messa.
(2014)
Independen : Dewan
Komisaris, Dewan
Komisaris Independen,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial, dan Komite
Audit, CSR
Dependen : Nilai
Perusahaan
Kepemilikan instistusional dan
manajerial, dewan komisaris,
komite audit, CSR memberikan
dampak yang positif terhadap
nilai perusahaan.
Dewan komisaris independen
berdampak negative terhadap
nilai perusahaan.
6. Estiasih,
Hening W.,
dan Nur
(2015)
Independen : CSR,
Komite Audit,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional, dan
Komisaris Independen.
Dependen : Nilai
Perusahaan
Moderasi : Profitabilitas
dan Ukuran Perusahaan
CSR dan komite audit memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, sementara variable
lain tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Profitabilitas mampu memoderasi
hubungan kepemilikan manajerial
dan institusional, serta komisaris
independen terhadap nilai
perusahaan. Ukuran perusahaan
dapat memoderisasi CSR,
kepemilikan institusional, dan
komite audit.
7. Agustina,
Dhini,
Nina, dan
Sandy
(2015)
Independen :
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Manajerial, dan
Komisaris Independen
Dependen : Kinerja
Keuangan Perusahaan
Intervening : CSR
Kepemilikan manajerial dan
komisaris independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Kepemilikan institusional didapat
pengaruh yang tidak signifikan
atas kinerja keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini, pelaporan
CSR bukan merupakan variable
intervening dalam hubungan
mekanisme penerapan GCG
terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
35
2.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah, oleh karena itu harus diuji secara empiris.
Pengembangan hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
2.3.1. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
Menurut Randy (2013), GCG yang berfungsi sebagai alat kontrol dalam
perusahaan mampu mencegah atau mengurangi terjadinya konflik keagenan
dalam perusahaan. Oleh sebab itu penerapan GCG diharapkan mampu
mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan perusahaan dan pihak
manajerial yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara
menyeluruh (Retno dan Priantinah, 2012). Dengan demikian implementasi dari
GCG diharapkan menimbulkan persepsi positif investor yang ditunjukan dengan
reaksi positif terhadap saham perusahaan sehingga bermanfaat untuk menambah
dan memaksimalkan nilai perusahaan.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan
GCG sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan
berbagai partisipan dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. GCG
merupakan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya
harus seimbang hak dan kewajiban (Mukhtaruddin et al., 2014).
Tujuan GCG adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholders.
Terdapatnya hubungan antara GCG dengan nilai perusahaan dapat dilihat dari
36
pernyataan IICG tahun 2006 sebagaimana yang diadopsi dari Cadbury Committee
of united Kingdom, sebagai berikut : “The objective of corporate governance is to
create added value to the stakeholder” (Ratih, 2011).
Terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang GCG
dan pengaruhnya pada nilai perusahaan. Rustiarini (2010) menyatakan bahwa
nilai perusahaan dipengaruhi oleh GCG, hasil yang sama juga ditunjukkan oleh
penelitian Retno dan Priantinah (2012) yang menunjukan GCG berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2007-2010. Ini berarti peningkatan GCG akan mendorong peningkatan pada nilai
perusahaan. Ini menunjukan bahwa investor begitu memperhatikan informasi
tentang GCG ketika melakukan investasi di perusahaan. Berdasarkan penjelasan
di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan.
2.3.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan.
Dewi dan Priyadi (2013) menejelaskan bahwa perusahaan tidak lagi hanya
memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line),
melainkan harus meliputi aspek keuangan (profit), aspek sosial (people), dan
aspek lingkungan (planet), yang biasa disebut triple bottom line. Dalam statistik
pelaporan keberlanjutan GRI tahun 2011, bahwa sekitar 14% laporan keberlajutan
dilakukan oleh perusahaan yang bergerak disektor jasa keuangan. Hal ini menjadi
menarik karena pada umumnya tidak banyak perusahaan jasa yang melaporkan
37
aktivitas CSR mereka. Perusahaan perbankan adalah salah satu dari perusahaan
jasa yang melakukan hal sebaliknya (Karim et al., 2013).
Tujuan utama dari perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan secara
berkelanjutan. Tujuan-tujuan ini dapat dicapai apabila perusahaan memperhatikan
dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Dimensi tersebut terdapat di dalam
penerapan CSR yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban
dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar perusahaan (Mukhtaruddin et al.,
2014). Hal ini sejalan dengan paradigma enlightened self-interest yang
menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya
dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggungjawab sosial kepada
masyarakat (Retno dan Priantini, 2012).
Program CSR dapat membangun hubungan yang harmonis dan komunikasi
efektif antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Murwaningsih (2009)
menyatakan CSR adalah kegiatan yang diselenggarakan perusahaan untuk
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat di luar kegiatan utama perusahaan
yang bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham
namun tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. Menurut Rustiarini
(2010), perusahaan hanya akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi
tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu bentuk informasi
tersebut adalah pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan yang dapat menjadi
keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan
dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan
38
harga saham. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H2: Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan.
2.3.3. Pengaruh Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating dalam
Hubungan antara Good Corporate Governance dan Nilai Perusahaan
Good Corporate Governance (GCG) sangat dibutuhkan dalam membangun
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia
bisnis untuk berkembang dengan baik dan sehat. Menurut Suhartanti dan Asyik
(2015), GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan yang diharap dapat memberi dan meningkatkan nilai perusahaan
kepada para pemegang saham.
GCG menggambarkan bagaimana usaha manajemen mengelola aset dan
modalnya dengan baik sehingga meningkatkan produktifitas dan efisiensi
perusahaan (Tumewu dan Alexander, 2013). Pengelolaan aset dan modal suatu
perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang merupakan salah satu faktor
yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka
mencapai tujuannya. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik tentu saja
berimbas besar terhadap laba perusahaan yang merupakan tolak ukur kinerja
keuangan.
Semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan maka akan semakin kecil
kemungkinan risiko investasi yang akan ditanggung dan akan semakin
39
memperbesar kemungkinan return yang akan diperoleh, sehingga mengakibatkan
banyaknya investor yang melakukan investasi. Praktek GCG yang memadai serta
ditambah dengan Kinerja keuangan yang tinggi diharapkan akan semakin
meningkatkan nilai perusahaan.
H3 : Kinerja Keuangan mempengaruhi hubungan antara Good Corporate
Governance dengan Nilai Perusahaan.
2.3.4. Pengaruh Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating dalam
Hubungan antara Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan
Kinerja keuangan adalah suatu hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan
dalam menjalankan operasinya (Sudiyatno dan Fatmawati, 2013). Perusahaan
harus dapat menjaga kinerja keuangannya dengan baik terutama pada tingkat
profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu aspek yang dapat dijadikan tolok
ukur untuk menilai kerhasilan perusahaan dalam menjalankan operasinya
sehingga dapat menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan
investasi.
Strategi perusahaan seperti Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
dilakukan untuk memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal.
Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang CSR dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak melaksanakannya. Pengungkapan sosial
perusahaan dapat diwujudkan melalui kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial.
Adanya pengungkapan CSR dalam laporan keuangan dapat menambah
40
kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan
berkelanjutan (sustainable).
Hubungan antara profitabilitas dan CSR adalah ketika perusahaan memiliki
tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu
melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan
perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para
pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya
dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di
perusahaan tersebut (Donovan dan Gibson, 2000 dalam Dewi dan Priyadi (2013).
Wardoyo dan Veronica (2013) menambahkan bahwa dengan melaksanakan
CSR loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas
konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin
membaik dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat
profitabilitas perusahaan juga meningkat. Sehingga dapat disimpulakan bahwa
CSR akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan
meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan
adalah sebagai berikut.
H4 : Kinerja Keuangan mempengaruhi hubungan antara CSR terhadap
Nilai Perusahaan.
41
2.4. Kerangka Penelitian
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pemaparan pengaruh masing-masing variabel independen dan
variabel moderating terhadap variabel dependen yang telah disebutkan
sebelumnya, maka dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran mengenai sifat
dari hubungan masing-masing dalam penelitian ini melalui gambar di atas.
Berdasarkan kerangka pemikiran pada gambar diatas penulis bermaksud untuk
menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari variabel Good Corporate
Governance (GCG) dan Coorporate Social Responsibility (CSR) terhadap
variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan (CSR). Selain itu, penulis menggunakan
Kinerja Keuangan sebagai variabel moderating yang dianggap dapat
mempengaruhi hubungan GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas pengaruh Good Corporate Governance (GCG)
yang diukur dengan self assesment atas pelaksanaan GCG yang dikembangkan
oleh Bank Indonesia dan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam penelitian
ini adalah berdasarkan item yang terdapat dalam ISO 26000 Guidance Standard
on Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan yang diukur menggunakan
rasio Tobin’s Q. Serta mengetahui Kinerja Keuangan (ROA) mempengaruhi
hubungan antara GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan. Peneliti mengambil
sampel dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang menerbitkan secara lengkap laporan tahunan selama lima tahun (2011-2015).
3.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dengan metode kuantitatif
yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Selain itu penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Pada
akhirnya hasil penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel
melalui pengujian hipotesis.
43
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder. Data sekunder umumnya berasal dari bukti, catatan, atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter). Data sekunder pada
penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 hingga tahun
2015 melalui situs internet (www.idx.co.id) maupun website yang dimiliki
perusahaan.
Data-data literatur yang dibutuhkan dalam melakukan penyusunan
penelitian ini didapatkan dengan melakukan studi literatur dengan mempelajari,
meneliti dan mengkaji buku, jurnal, dan segala informasi yang berhubungan
dengan masalah penelitian dalam rangka mendapatkan landasan teoritis dalam
melakukan analisa atas penelitian.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan satu kesatuan atas dasar apa penelitian dilakukan dan
bagi siapa kesimpulan atas hasil penelitian diberlakukan (Sekaran, 2006).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Sampel merupakan sekumpulan dari sebagian anggota obyek yang diteliti.
Sampel yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan variabel penelitian. Kriteria
sampel yang akan digunakan yaitu:
44
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2011-2015
2. Perusahaan perbankan menerbitkan dan mempublikasikan laporan tahunan
(annual report) periode 2011-2015 secara lengkap yang diperoleh dari
website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id atau akses langsung ke
situs perusahaan terkait.
3. Perusahaan pebankan yang menggunakan satuan mata uang rupiah.
4. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.
3.5. Definisi Operasional Variabel
3.5.1. Variabel Independen (Eksogen)
3.5.1.1. Good Corporate Governance (GCG)
Variabel ini diukur dengan menggunakan menggunakan indikator
penilaian yang berasal dari penilaian self assessment atas pelaksanaan GCG.
Penggunaan indikator tersebut karena menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/PBI/2006 yang sekarang menjadi Nomor 8/14/PBI/2006 mengharuskan
perbankan untuk melakukan self assesment atas pelaksanaan GCG. Pada laporan
tahunan hanya terdapat kesimpulan dari penilaian self assesment, namun
sebelumnya perusahaan melakukan penilaian self assesment menggunakan kertas
kerja yang berpedoman pada lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
9/12/DPNP tahun 2007 tentang “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
bank umum”.
45
Hasil pada kertas kerja self assesment atas pelaksanaan GCG akan
menghasilkan peringkat pada tiap-tiap faktor atau aspek penilaian. Peringkat
tersebut akan dikalikan dengan bobot pada tiap-tiap faktor.
Tabel. 3.1. Aspek Penilaian Self Assesment
No Aspek yang dinilai Bobot (%)
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris 10
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi 20
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10
4. Penanganan benturan kepentingan 10
5. Penerapan fungsi kepatuhan bank 5
6. Penerapan fungsi audit intern 5
7. Penerapan fungsi audit ekstern 5
8. Fungsi manajemen risiko termasuk sistem pengendalian
intern
7,5
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
debitur besar (large exposures)
7,5
10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan
pelaksanaan Good Corporate Governance dan pelaporan
internal
15
11. Rencana strategis bank 5
Sumber: Surat Edaran BI No. 9/12/DPNP (2007)
Nilai akhir masing-masing faktor diperoleh dengan mengalikan bobot
persentase dengan hasil peringkat dari masing-masing faktor. Untuk mendapatkan
nilai komposit, bank harus menjumlahkan nilai akhir dari 11 (sebelas) faktor di
atas. Nilai komposit yang dihasilkan memiliki predikat komposit dari self
assesment GCG tersebut.
46
3.5.1.2. Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengukur
pengungkapan CSR adalah Corporate Social Responsibility Dislousure Index
(CSRDI) berdasarkan item yang terdapat dalam ISO 26000 Guidance Standard on
Social Responsibility. Dalam hal ini, CSR diperlakukan sebagai variable laten
dengan masing-masing indikatornya. Dalam penelitian Mukhtaruddin et al.,
(2014) CSRDI dirumuskan sebagai berikut:
3.5.2. Variabel Moderating
3.5.2.1. Kinerja Keuangan
Ada beberapa cara untuk menilai kinerja keuangan, salah satunya adalah
dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Dalam penelitian Sudiyatno dan
Fatmawati (2013) dijelaskan bahwa ROA digunakan sebagai indikator
performance atau kinerja bank didasarkan pertimbangan bahwa ROA mengkover
kemampuan seluruh elemen aset bank yang digunakan dalam memperoleh
penghasilan. ROA dihitung dengan menggunakan rumus (Rahmi, 2014):
47
3.5.3. Variabel Dependen (Endogen)
3.5.3.1. Nilai Perusahaan (Y)
Ada beberapa cara untuk menilai nilai perusahaan, salah satunya adalah
dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q adalah pengukuran yang lebih
teliti mengenai seberapa efektif manajemen mengelola sumber daya ekonomi
yang dimiliki perusahaan. Jika rasio Tobin’s Q berada di atas satu berarti bahwa
investasi dalam aset menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi dari
investasi dalam pengeluaran maka ini akan merangsang investasi baru. Sementara
itu, jika rasio Tobin’s Q di bawah satu maka investasi pada aset tidak menarik
(Herawaty, 2008).
Tobin’s Q dihitung dengan menggunakan rumus menurut Darmawati et al.
(2005) dalam Prasinta (2012) yang disesuaikan dengan kondisi transaksi
keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia, yaitu:
Tobin’s Q = (Saham Beredar x Clossing Price) + Liabilities
Total Assets
3.6. Metode Analisis Data
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan agar dapat memberikan gambaran
terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Deskripsi data yang
akan disajikan meliputi nilai maksimum, nilai minimum, mean, dan standar
deviasi. Berikut adalah statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian yang diperoleh dari 115 total sampel. Hasil statistik deskriptif
yang diperoleh dengan menggunakan Software SmartPLS 2.0.
48
3.6.2. Analisis Menggunakan Partial Least Squares
Gambar 3.1. Model Penelitian
Tabel 3.2. Penjelasan Model
Variabel Indikator
Eksogen:
GCG
(Good Corporate Governance)
SA = Self Asessment GCG yang
dilakukan Bank Indonesia
Eksogen:
CSR
(Corporate Social Responsibility)
TKO = Tata Kelola Organisasi
HAM = Hak-Hak Asasi Manusia
PK = Praktik Ketenagakerjaan
L = Lingkungan
PO = Praktik Operasi Yang Adil
IK = Isu-Isu Konsumen
PPM = Pelibatan Dan Pengembangan
Masyarakat
Endogen:
Nilai Perusahaan
Tobin’s Q
Moderasi:
Kinerja Keuangan
ROA (Return On Asset)
49
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least
Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling
(SEM) yang berbasis komponen atau varian. Menurut Ghozali (2006), PLS
merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis
kovarian menjadi berbasis varian.
SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori
sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis
yang powerfull (Ghozali, 2006), karena tidak didasarkan pada banyak asumsi.
Misalnya, data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS dapat sekaligus
menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan formatif.
Teknik pengolahan data dengan menggunakan metode SEM berbasis
Partial Least Square (PLS) memerlukan 2 tahap untuk menilai Fit Model dari
sebuah model penelitian (Ghozali, 2006). Tahap-tahap tersebut adalah sebagai
berikut:
3.7.2.1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Outer Model adalah model yang menspesifikasi hubungan antar variavel
laten dengan indikator-indikatornya. Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan
teknik analisa data dengan SmartPLS untuk menilai outer model yaitu Convergent
Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability.
50
a. Convergent Validity
Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score yang diestimasi
dengan Soflware PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin,
1998 (dalam Ghozali, 2006) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala
pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Dalam
penelitian ini akan digunakan batas loading factor sebesar 0,50.
b. Discriminant Validity
Discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep
dari masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model mempunyai
discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari
sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dengan nilai
loading lain terhadap variabel laten lainnya.
Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan
nilai square root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan
korelasi antara konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk
lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam
model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik.
Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reabilitas component score
variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan composite
51
reability. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan
Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2006).
c. Composite Reliability
Reliabilitas konstruk dapat dinilai dari nilai crombachs alpha, nilai
composite reliability dan nilai Average Variance Extracted (AVE) dari masing-
masing konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilai
crombachs alpha melebihi 0,7, nilai composite reliability meliebihi 0,70 dan AVE
berada diatas 0,50.
3.7.2.2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory)
menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori substantif.
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan Nilai R2, Effect Size (f2),Stone
Geisser test (Q2) Goodness of Fit (GOF, dan Estimasi Koefisien Jalur,.
a. Nilai R2
R2 seperti halnya pada R2 regeresi linier yaitu dapat digunakan untuk
menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten
dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2006). Ada tiga
kriteria nilai R2 yaitu:0,67 (baik), 0,33 (moderat) dan 0,19 (lemah).
52
b. Effect Size (f2)
f2 dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai R2 pada konstruk endogen.
Perubahan nilai R2 menunjukan pengaruh konstruk eksogen terhadap konstruk
endogen apakah memiliki penharuh yang subtantif. Menurut Cohen (1988) dalam
Ghozali (2006) menyebutkan nilai f2 0,02(kecil) 0,15(menengah), dan 0,35(besar).
Dimana:
R2 included = Nilai R2 yang di peroleh ketika konstruk eksogen dimasukan ke
model
R2 excluded = Nilai R2 yang di peroleh ketika konstruk eksogen dikeluarkan ke
model
c. Perdictive Relevance (Q2)
Dalam analisis PLS, Q2 menunjukkan kekuatan prediksi model. Nilai
model sebesar 0,02 menunjukkan model memiliki predictive relevance lemah,
nilai model sebesar 0,15 menunjukkan model memiliki predictive relevance
moderate dan nilai model sebesar 0,35 menunjukkan model memiliki
predictive relevance kuat. Rumus yang digunakan untuk menghitung Q2 adalah
sebagai berikut :
53
Dimana:
k = jumlah variabel endogen
d. Goodness of Fit (GoF)
Pengujian ini dilakukan untuk validaasi model secara keseluruhan yaitu
gabungan inner model dan outer model. GoF indexes 0,10 dinyatakan kecil (small
GoF), GoF indexes 0,25 dinyatakan medium dan GoF indexes 0,36 dinyatakan
besar (Large GoF).
Dimana:
Com = Communallity Indexes
Red = Redundancy Indexes
e. Estimasi Koefisien Jalur
Nilai estimasi koefisien jalur antara konstruk harus memiliki nilai yang
signifikan. Nilai yang dihasilkan berupa nilai t-hitung > t-tabel. Tingkat
signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebesar 5%.
54
3.7.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini juga dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran
dugaan penelitian atau hipotesis. Hasil korelasi antar konstruk diukur dengan
melihat path coefficients dan tingkat signifikansinya yang kemudian dibandingkan
dengan hipotesis satu sampai hipotesis tiga penelitian. Tingkat signifikansi yang
dipakai dalam penelitian ini adalah sebesar 5%.
55
BAB IV
GAMBARAN UMUM DATA PENELITIAN
4.1. Deskripsi Data
Penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2011-2015, yang dipublikasikan oleh website resmi
Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Perusahaan perbankan yang menjadi
populasi dalam penelitian ini sebanyak 41 perusahaan.
4.2. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Sampel data dalam
penelitian ini dipilih menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan kriteria-kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang sesuai dengan variabel penelitian. Berikut ini proses pemilihan sampel
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan:
Tabel 4.1. Proses Pemilihan Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah
Jumlah populasi (Perusahaan Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2015) 42
1 Perusahaan perbankan yang tidak terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2011-2015 (11)
2 Perusahaan perbankan yang tidak memiliki data yang lengkap
terkait dengan variabel penelitian (7)
3 Laporan keuangan yang disajikan dalam mata uang asing (0)
Jumlah sampel perusahaan 23
Jumlah total sampel observasi (dikali 5 tahun) 115
56
Berdasarkan pada kriteria sampel yang ditetapkan, maka Jumlah sampel
yang dapat digunakan pada penelitian ini sebanyak 23 perusahaan, dengan total
perusahaan yang dikeluarkan dari sampel yaitu sebanyak 18 perusahaan. Rincian
perusahaan yang dikeluarkan dari sampel adalah sebagai berikut: 11 perusahaan
dikeluarkan dari sampel karena tidak terdaftar secara berkala dalam periode 2011-
2015 dan 7 perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari sampel karena datanya tidak
lengkap, misalnya ketidaktersediaan penjelasan mengenai pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dan tidak di tuliskannya rangking GCG dalam
laporan tahunan.
4.3. Gambaran Umum Variabel Penelitian
4.3.1. Good Corporate Governance (GCG)
Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator penilaian yang berasal
dari penilaian self assessment atas pelaksanaan GCG. Penggunaan indikator
tersebut karena menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 yang
sekarang menjadi Nomor 8/14/PBI/2006 mengharuskan perbankan untuk
melakukan self assesment atas pelaksanaan GCG. Hasil pada kertas kerja self
assesment atas pelaksanaan GCG akan menghasilkan peringkat atau aspek
penilaian.
Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa variabel dependen GCG pada
tahun 2011–2015 yang memiliki nilai minimum sebesar 2 yaitu pada Bank Windu
Kentjana Internasional Tbk (MCOR) tahun 2012 dan Bank Pundi Indonesia Tbk
57
(BEKS) tahun 2015. Nilai maksimum dari GCG sebesar 5 yang dimiliki oleh 10
bank, dan nilai rata-rata dari GCG sebesar 4.2.
Tabel 4.3. GCG Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015
No. Kode Emiten GCG
2011 2012 2013 2014 2015
1 INPC 4 4 4 4 4
2 BBKP 4 3 4 4 4
3 BNBA 4 4 4 4 4
4 BBCA 5 5 5 5 5
5 BNGA 5 5 4 4 4
6 BDMN 4 4 4 4 4
7 BNII 5 5 5 5 4
8 BJBR 4 4 4 4 4
9 BMRI 5 4 5 5 5
10 BABP 3 3 4 3 3
11 BBNI 5 5 4 4 4
12 NISP 5 5 4 4 4
13 BSWD 4 4 4 4 3
14 PNBN 4 5 4 4 4
15 BNLI 5 5 4 4 4
16 BEKS 4 4 4 4 2
17 BKSW 4 4 5 5 5
18 BBRI 5 5 5 5 5
19 BSIM 4 4 4 4 4
20 BBTN 5 5 4 4 4
21 BTPN 5 5 4 4 4
22 BVIC 4 4 4 4 4
23 MCOR 3 2 4 4 4
MAKSIMUM 5
MINIMUM 2
RATA-RATA 4,2
Sumber: Laporan tahunan perusahaan sampel yang diolah (2016)
4.3.2. Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengukur
pengungkapan CSR adalah Corporate Social Responsibility Dislousure Index
(CSRDI) berdasarkan item yang terdapat dalam ISO 26000 Guidance Standard on
58
Social Responsibility yaitu jumlah item csr yang dilaporkan dibagi total item yang
seharusnya dilaporkan. Dalam hal ini, CSR diperlakukan sebagai variable laten
dengan masing-masing indikatornya.
Tabel 4.4. Pengungkapan CSR Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015
Maksimum Minimum Rata-rata
Tata Kelola Organisasi (TKO) 0.100 0.000 0.020
Hak-Hak Asasi Manusia
(HAM) 0.200 0.125 0.169
Praktik Ketenagakerjaan (PK) 0.125 0.025 0.112
Lingkungan (L) 0.100 0.000 0.062
Praktik Operasi Yang Adil
(PO) 0.125 0.050 0.090
Isu-Isu Konsumen (IK) 0.150 0.075 0.132
Pelibatan dan Pengembangan
Masyarakat (PPM) 0.175 0.000 0.122
Sumber: Laporan tahunan perusahaan sampel yang diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa variabel independen
pengungkapan CSR memiliki nilai maksimum pada indikator hak asasi manusia
sebesar 0,200 atau 8 item yang diungkapkan, sedangkan nilai meinimum pada
indiktor tatakelola organisasi, lingkungan, dan pengembangan masyarakat dengan
nilai sebesar 0,000 atau tidak ada item yang diungkapkan. Berdasarkan tabel 4.4
di atas, juga dapat diketahui rata-rata dari tujuh indikator pengungkapan CSR
pada laporan tahunan, yang paling tinggi indek pengungkapan CSR adalah pada
hak asasi manusia dengan rata-rata indek pengungkapan sebesar 0,0169atau 6,8
59
item pengungkapan, sementara indek pengungkapan yang paling rendah adalah
pada tatakelolah organisasi dengan indek sebesar 0,020 atau di bawah 1 item
pengungkapan (hampir tidak ada pengungkapan atas kinerja sosial pada laporan
tahunan).
4.3.3. Kinerja Keuangan
Tabel 4.5. ROA Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015
No. Kode
Emiten
Return On Asset
2011 2012 2013 2014 2015
1 INPC 0,720 0,660 1,390 0,780 0,330
2 BBKP 1,870 1,830 1,750 1,330 1,390
3 BNBA 2,110 2,470 2,050 1,520 1,330
4 BBCA 3,800 3,600 3,800 3,900 3,800
5 BNGA 2,850 3,200 2,800 1,400 0,240
6 BDMN 2,600 2,700 2,500 1,400 1,200
7 BNII 1,130 1,620 1,710 0,670 1,010
8 BJBR 2,650 2,460 2,610 1,920 2,040
9 BMRI 3,380 3,540 3,540 3,390 2,990
10 BABP -1,640 0,090 -0,930 -0,820 0,100
11 BBNI 2,900 2,900 3,400 3,500 2,600
12 NISP 1,900 1,790 1,810 1,800 1,700
13 BSWD 3,660 3,140 3,800 3,370 -0,770
14 PNBN 2,020 1,960 1,850 1,790 1,310
15 BNLI 1,660 1,700 1,600 1,200 0,200
16 BEKS -4,750 0,980 1,230 -1,590 -5,290
17 BKSW 0,460 -0,810 0,070 1,050 0,870
18 BBRI 4,930 5,150 5,050 4,740 4,190
19 BSIM 1,350 1,740 1,710 1,020 0,950
20 BBTN 2,300 4,700 4,500 3,600 3,100
21 BTPN 4,400 4,700 4,500 3,600 3,100
22 BVIC 2,650 2,170 1,970 0,800 0,650
23 MCOR 0,960 2,040 1,740 0,790 1,030
MAKSIMUM 5,150
MINIMUM -5,290
RATA-RATA 1,930
Sumber: Laporan tahunan perusahaan sampel yang diolah (2016)
60
Kinerja keuangan di dalam penelitian ini diukur dengan Return On Asset
(ROA) yang merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total
aset. Dengan pertimbangan ROA mengkover kemampuan seluruh elemen aset
bank yang digunakan dalam memperoleh penghasilan.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa variabel moderasi Kinerja
Keuangan pada tahun 2011-2015 memiliki nilai maksimum sebesar 5,150 yaitu
BBRI (Bank Rakyat Indonesia Tbk.) pada tahun 2012 . Nilai minimum dari
Kinerja keuangan sebesar -5,290 dimiliki oleh BEKS (Bank Pundi Indonesia
Tbk.) pada tahun 2015, dan nilai rata-rata dari Kinerja keauangan sebesar 1,930.
4.3.4. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini mengunakan rasio Tobin’s Q yang
dihitung dengan menggunakan rumus menurut Darmawati et al. (2005) dalam
Prasinta (2012) yang disesuaikan dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan-
perusahaan di Indonesia, yaitu: ((Saham Beredar x Clossing Price) + Liabilities)) /
Total Assets.
Tobin’s Q berada di atas satu berarti bahwa investasi dalam aset
menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi dari investasi dalam
pengeluaran maka ini akan merangsang investasi baru. Sementara itu, jika rasio
Tobin’s Q di bawah satu maka investasi pada aset tidak menarik (Herawaty,
2008).
61
Tabel 4.6. Tobin’s Q Perusahaan Sampel Tahun 2011-2015
No. Kode
Emiten
Q
2011 2012 2013 2014 2015
1 INPC 0,983 0,952 0,933 0,930 0,923
2 BBKP 1,004 0,998 0,986 1,000 0,988
3 BNBA 0,948 0,959 0,950 0,954 0,879
4 BBCA 1,400 1,385 1,348 1,445 1,401
5 BNGA 1,074 1,025 0,987 0,968 0,943
6 BDMN 1,095 1,163 1,025 1,053 0,981
7 BNII 1,165 1,117 1,046 0,997 0,974
8 BJBR 1,023 0,981 0,949 0,912 0,920
9 BMRI 1,172 1,178 1,129 1,153 1,424
10 BABP 0,997 1,028 0,996 1,003 0,970
11 BBNI 1,110 1,076 1,067 1,127 1,029
12 NISP 1,017 1,052 1,006 1,006 0,985
13 BSWD 1,055 1,386 1,030 1,076 1,432
14 PNBN 1,023 0,989 0,978 1,029 0,940
15 BNLI 1,031 1,012 0,996 1,004 0,958
16 BEKS 1,131 1,083 1,018 1,024 1,043
17 BKSW 1,455 1,343 1,115 1,064 1,004
18 BBRI 1,248 1,193 1,159 1,236 1,192
19 BSIM 1,069 1,032 1,023 1,075 1,068
20 BBTN 1,034 1,042 0,982 1,003 0,999
21 BTPN 1,305 1,388 1,220 1,148 1,001
22 BVIC 0,969 0,951 0,904 0,903 0,893
23 MCOR 1,021 1,005 0,963 0,998 1,052
MAKSIMUM 1,455
MINIMUM 0,879
RATA-RATA 1,066
Sumber: Laporan tahunan perusahaan sampel yang diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa variabel independen Nilai
Perusahaan memiliki nilai maksimum sebesar 1,455 yaitu pada BKSW (Bank
QNB Indonesia Tbk.) pada tahun 2011. Nilai minimun dari Nilai Perusahaan
sebesar 0.879 dimiliki oleh BNBA (Bank Bumi Arta Tbk.), dan nilai rata-rata dari
Nilai Perusahaan sebesar 1,006.
62
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan agar dapat memberikan gambaran
terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Deskripsi data yang
akan disajikan meliputi nilai maksimum, nilai minimum, mean, dan standar
deviasi. Berikut adalah statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian yang diperoleh dari 115 total sampel. Hasil statistik deskriptif
yang diperoleh dengan menggunakan Software SmartPLS 2.0.
5.1.1. Analisis Deskriptif Variabel Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu proses dan struktur
yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang
saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder nilai GCG perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2011–2015 menunjukkan nilai sebagai
berikut :
Tabel 5.1 Statistik Deskripitf Variabel GCG
Sumber: Data Sekunder yang Telah Diolah Dengan SmartPLS 2.0.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat nilai rata-rata GCG perusahaan
sampel selama tahun 2011–2015 adalah sebesar 4,2 dengan standar deviasi
Rata-rata Standar Deviasi Median Maksimum Minimum
4.2 0.624 4 5 2
63
sebesar 0,624 dan median sebesar 4, dari hasil tersebut nilai rata-rata > standar
deviasi menunjukkan bahwa variansi GCG perusahaan sampel selama tahun
2011–2015 tergolong rendah dan nilai rata-rata > median menunjukkan bahwa
GCG perusahaan sampel selama tahun 2011–2015 cenderung tinggi.
5.1.2. Analisis Deskriptif Variabel Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (GCG) dapat didefinisikan sebagai suatu
komitmen tanggung jawab perusahaan atas dampak dari keputusan dan kegiatan
yang dijalankan perusahaan dengan memberikan kontribusi bagi pembangunan
ekonomi berkelanjutan dengan cara terlibat dalam meningkatkan kesejahteraan
karyawan dan masyarakat, serta berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan. Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder nilai CSR perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2011–2015 menunjukkan
nilai sebagai berikut:
Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Variabel CSR
CSR Rata-rata Standar Deviasi Median Maksimum Minimum
TKO 0.020 0.040 0.000 0.100 0.000
HAM 0.169 0.016 0.175 0.200 0.125
PK 0.112 0.023 0.125 0.125 0.025
L 0.062 0.039 0.075 0.100 0.000
PO 0.090 0.015 0.100 0.125 0.050
IK 0.132 0.020 0.125 0.150 0.075
PPM 0.122 0.052 0.125 0.175 0.000
Sumber: Data Sekunder yang Telah Diolah Dengan SmartPLS 2.0.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat nilai rata-rata CSR perusahaan
pada ketujuh aspek CSR pada perusahaan sampel selama tahun 2011 – 2015
adalah menunjukkan nilai rata-rata > standar deviasi, hal ini menunjukkan bahwa
64
variansi CSR pada tujuh aspek CSR perusahaan sampel selama tahun 2011 – 2015
tergolong rendah. Selanjutnya, pada aspek tatakelolah organisasi (TKO),
lingkungsn (L) dan isu konsumen (IK) nilai rata-rata > median menunjukkan
bahwa CSR perusahaan sampel selama tahun 2011–2015 pada ketiga aspek
tersebut cenderung tinggi, sedangkan pada aspek hak-hak asasi manusia (HAM),
pratek ketenagakerjaan (PK), pratek operasi (PO) dan pelibatan dan
pengembangan masyarakat (PPM) memiliki nilai rata-rata < median yang
menunjukkan bahwa CSR perusahaan sampel selama tahun 2011–2015 pada
keempat aspek tersebut cenderung rendah.
5.1.3. Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Keuangan
Return On Asset (ROA) merupakan merupakan salah satu alat ukur kinerja
keuangan, yaitu tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu, dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi. Berdasarkan hasil
pengumpulan data sekunder nilai ROA perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI dalam kurun waktu 2011–2015 menunjukkan nilai sebagai berikut:
Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Variabel ROA
Sumber: Data Sekunder yang Telah Diolah Dengan SmartPLS 2.0.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata ROA perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2011–2015 adalah sebesar
1,930 dengan standar deviasi sebesar 1,709 dan median 1,830. Dari hasil tersebut
nilai rata-rata > standar deviasi menunjukkan bahwa variansi ROA perusahaan
Rata-rata Standar Deviasi Median Maksimum Minimum
1.930 1.709 1.830 5.150 -5.290
65
sampel selama tahun 2011–2015 tergolong rendah dan nilai rata-rata < median
menunjukkan bahwa ROA perusahaan sampel selama tahun 2011–2015
cenderung rendah.
5.1.4. Analisis Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran dari kepercayan masyarakat terhadap perusahaan
setelah melalui suatu proses kegiataan selama beberapa tahun. Berdasarkan hasil
pengumpulan data sekunder nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2011–2015 menunjukkan nilai sebagai berikut:
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan
Sumber: Data Sekunder yang Telah Diolah Dengan SmartPLS 2.0.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata Nilai Perusahaan pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2011–2015
adalah sebesar 1,066 dengan standar deviasi sebesar 0,135 dan median 1,023. Dari
hasil tersebut nilai rata-rata > standar deviasi menunjukkan bahwa variansi Nilai
Perusahaan pada perusahaan sampel selama tahun 2011–2015 tergolong rendah
dan nilai rata-rata > median menunjukkan bahwa Nilai Perusahaan pada
perusahaan sampel selama tahun 2011–2015 cenderung tinggi.
Rata-rata Standar Deviasi Median Maksimum Minimum
1.066 0.135 1.023 1.455 0.879
66
5.2. Analisis Partial Least Square (PLS)
Teknik pengolahan data dengan menggunakan metode SEM berbasis
Partial Least Square (PLS) memerlukan 2 tahap untuk menilai Fit Model dari
sebuah model penelitian (Ghozali, 2006). Tahap-tahap tersebut adalah sebagai
berikut:
5.2.1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Outer Model adalah model yang menspesifikasi hubungan antar variavel
laten dengan indikator-indikatornya. Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan
teknik analisa data dengan SmartPLS untuk menilai Outer Model yaitu
Convergent Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability.
a. Convergent Validity
Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score yang diestimasi
dengan Soflware PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi
lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin (1998) dalam
Ghozali (2006) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran
nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan
digunakan batas loading factor sebesar 0,50.
67
Tabel 5.5 Hasil Uji Convergent Validity
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
Berdasarkan tabel di atas, nilai loading factor indikator Praktek Operasi
(PO) adalah 0,246 dan Tatakelolah Organisasi (TKO) adalah 0,123, hal ini
menunjukkan bahwa indikator PO dan TKO tidak valid dalam mengukur variabel
CSR sehingga harus didrop dari model, sedangkan indikator yang lain telah
mempunyai nilai loading factor > 0,5 yang berarti valid dalam mengukur
konstruknya dan dapat digunakan dalam model.
b. Descriminant Validity
Discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep
dari masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model mempunyai
discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari
sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dengan nilai
loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity
diperoleh sebagai berikut:
CSR GCG Q ROA
HAM 0.682
IK 0.652
L 0.682
PK 0.548
PO 0.246
PPM 0.756
TKO 0.123
GCG 1.000
Q 1.000
ROA 1.000
68
Tabel 5.6 Hasil Uji Descriminant Validity
Indikator CSR GCG Q ROA
HAM 0.691 0.234 0.055 0.170
IK 0.685 0.139 0.135 0.368
L 0.731 0.482 0.023 0.359
PK 0.603 0.144 0.085 0.125
PPM 0.810 0.380 0.226 0.457
GCG 0.369 1.000 0.363 0.516
Q 0.210 0.363 1.000 0.314
ROA 0.475 0.516 0.314 1.000
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa seuruh indikator memiliki nilai
loading factor lebih besar dari loading factornya terhadap konstruk yang lainnya,
hal ini berarti seluruh indikator valid dalam mengukur konstruknya masing-
masing, tidak ada eliminasi variabel ataupun perpindahan posisi variabel dalam
model struktural yang akan dianalisa pada tahap berikutnya.
c. Composite Reliability and Crombach’s Alpha
Tabel 5.7 Hasil Uji Composite Reliability, Crombachs Alpha, and AVE
Composite Reliability
Cronbachs Alpha AVE
CSR 0.832 0,782170 0.500
GCG 1.000 1,000000 1.000
Q 1.000 1,000000 1.000
ROA 1.000 1,000000 1.000
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
Reliabilitas konstruk dapat dinilai dari nilai crombachs alpha, nilai
composite reliability dan nilai Average Variance Extracted (AVE) dari masing-
masing konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilai
69
crombachs alpha melebihi 0,7, nilai composite reliability meliebihi 0,70 dan AVE
berada diatas 0,50.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat nilai composite reliability dan
crombachs alpha seluruh konstruk > 0,7 yang berarti seluruh konstruk telah
memenuhi reliabilitas. Selain itu tabel di atas juga menujukan nilai AVE seluruh
konstruk > 0,5 yang menunjukkan seluruh konstruk reliabel.
5.2.2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Pengujian model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara
konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Hasil pengujian
Outer Model menunjukkan variabel Praktek Operasi (PO) dan Tatakelolah
Organisasi (TKO) harus didrop dari model sehingga model struktural yang akan
dievaluasi untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 5.1 Model Struktural
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
70
Gambar 5.2 Hasil Model Struktural
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
Hasil evaluasi model pengukuran menunjukkan hasil estimasi model
struktural dan seluruh indikator dan konstruk valid dan reliabel. Berdasarkan tabel
di atas, diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Nilai R2
R2 seperti halnya pada R2 regeresi linier yaitu dapat digunakan untuk
menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten
dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2006). Ada tiga
kriteria nilai R2 yaitu:0,67 (baik), 0,33 (moderat) dan 0,19 (lemah).
Tabel 5.8 Nilai R Square
R Square
CSR
GCG
Q 0,326458
ROA
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
71
Berdasarkan gambar 5.8 di atas, diperoleh nilai R Square untuk variabel
Nilai Perusahaan (Q) adalah sebesar 0,326 yang menunjukkan bahwa besar
kontribusi yang diberikan variabel CSR, GCG, Kinerja Keuangan (ROA) berikut
efek moderasinya terhadap variabel Q adalah sebesar 32,6% nilai ini termasuk
dalam kategori moderat, sedangkan sisanya sebanyak 67,4% variansi variabel Q
dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel CSR, GCG, ROA berikut efek
moderasinya.
b. Effect Size (f2)
f2 dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai R2 pada konstruk endogen.
Perubahan nilai R2 menunjukan pengaruh konstruk eksogen terhadap konstruk
endogen apakah memiliki penharuh yang subtantif. Nilai f2 0,02(kecil)
0,15(menengah), dan 0,35(besar).
1. Effect Size CSR terhadap Q
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai R Square Q jika variabel CSR
dimasukkan dalam model adalah sebesar 0,326, sedangkan nilai R Square variabel
Q tanpa variabel CSR adalah sebesar 0,280, hal ini berarti nilai f square variabel
CSR adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai f square sebesar
0,0682 yang mendekati 0,02 yang berarti besar kontribusi variabel CSR terhadap
Q adalah sebesar 6,82%, pengaruh variabel CSR terhadap variabel Q cukup kecil.
72
2. Effect Size GCG terhadap Q
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai R Square variabel Q jika variabel
GCG dimasukkan dalam model adalah sebesar 0,326, sedangkan nilai R Square
variabel Q tanpa variabel GCG adalah sebesar 0,264, hal ini berarti nilai f square
variabel GCG adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai f square sebesar
0,0920 yang mendekati 0,15 yang berarti besar kontribusi variabel GCG terhadap
Q adalah sebesar 9,2%, pengaruh variabel GCG terhadap variabel Q cukup kecil
3. Effect Size ROA terhadap Q
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai R Square variabel Q jika variabel
ROA dimasukkan dalam model adalah sebesar 0,326, sedangkan nilai R Square
variabel Q tanpa variabel ROA adalah sebesar 0,138, hal ini berarti nilai f square
variabel ROA adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai f square sebesar
0,2789 yang mendekati 0,35 yang berarti besar kontribusi variabel ROA terhadap
Q adalah sebesar 27,89%, pengaruh variabel ROA terhadap variabel Q cukup
besar.
73
c. Perdictive Relevance (Q2)
Dalam analisis PLS, Q2 menunjukkan kekuatan prediksi model. Nilai
model sebesar 0,02 menunjukkan model memiliki predictive relevance lemah,
nilai model sebesar 0,15 menunjukkan model memiliki predictive relevance
moderate dan nilai model sebesar 0,35 menunjukkan model memiliki
predictive relvance kuat.
Berdasarkan hasil perhitungan pada poin (a), diperoleh nilai variabel
Q adalah sebesar 0,326, dengan demikian nilai model adalah :
Hasil perhitungan di atas adalah nilai model sebesar 0,326 yang
mendekati 0,35 yang menunjukkan bahwa model memiliki predictive relevance
yang cukup kuat.
d. Goodness of Fit (GoF)
Tabel 5. 9 Communallity dan Redundancy
Communality redundancy
CSR 0,500
CSR * ROA 0,913
GCG 1,000
GCG * ROA 1,000
Q 1,000 0,168983
ROA 1,000
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
74
Berdasarkan nilai-nilai communallity indexes di atas, maka nilai
communallity indexes model adalah sebagai berikut :
Berdasarkan nilai-nilai redundancy indexes di atas, maka nilai redundancy
indexes model adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya diperoleh nilai communallity
indexes sebesar 0,902 dan redundancy indexes sebesar 0,169, dengan demkian,
nilai GoF model adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai GoF indexes model adalah
0,39 yang menunjukkan bahwa model memiliki GoF pada kategori Large
(Goodness of Fit model yang baik).
e. Estimasi Koefisien Jalur
Hasil analisis PLS selanjutnya adalah hasil analisis yang menunjukkan
pengaruh variabel CSR, GCG, ROA berikut efek moderasinya terhadap variabel
Q. Uji pengaruh dilakukan dengan membandingkan nilai t statistik dengan nilai t
tabel sebesar 1,982 (nilai t tabel pada n =115 dan taraf signifikan 0,05). Pengujian
75
dilanjutkan dengan melihat nilai original sampel yang akan menunjukkan arah
pengaruh variabel eksogen terhadap endogen.
Tabel 5.10 Hasil Estimasi Model
Original
Sample (O)
Sample Mean
(M)
Standard
Deviation (STDEV)
Standard
Error (STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
CSR -> Q -0.252 -0.219 0.084 0.084 2.998
CSR * ROA -> Q 1.191 1.105 0.281 0.281 4.243
GCG -> Q 0.063 0.062 0.038 0.038 1.682
GCG * ROA -> Q 1.121 1.173 0.189 0.189 5.940
ROA -> Q -1.831 -1.810 0.154 0.154 1.187
Sumber: Olah Data SmartPLS 2.0.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh beberapa hasil sebagai berikut :
Nilai t statistik pengaruh variabel CSR terhadap Q adalah sebesar 2,998 >
1,982 (t tabel) dengan nilai original sampel bertanda negatif sebesar -0,252 yang
menunjukkan bahwa variabel CSR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Q,
semakin banyak perusahaan melakukan CSR maka semakin rendah Q, begitu
sebaliknya.
Nilai t statistik pengaruh variabel GCG terhadap Q adalah sebesar 1,682 <
1,982 (t tabel) dengan nilai original sampel 0,063 yang menunjukkan bahwa
variabel GCG berpengaruh positif tidsk signifikan terhadap Q, peningkatan GCG
belum mampu meningkatkan Q.
Nilai t statistik pengaruh variabel hasil interaksi antara variabel ROA dan
CSR (ROA*CSR) terhadap Q adalah sebesar 4,244 > 1,982 (t tabel) yang
menunjukkan bahwa variabel ROA mampu memoderasi pengaruh variabel CSR
terhadap variabel Q.
76
Nilai t statistik pengaruh variabel hasil interaksi antara variabel ROA dan
GCG (ROA*GCG) terhadap Q adalah sebesar 5.940 > 1,982 (t tabel) yang
menunjukkan bahwa variabel ROA mampu memoderasi pengaruh variabel GCG
terhadap variabel Q.
5.3. Pembahasan
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Hipotesis
No Uraian
Original
Sample
(O)
t statistik Hasil
1
Good Corporate Governance
berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan
0.063 1.682
Tidak
Diterima
2
Corporate Social Responsibility
berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan.
-0.252 2.998 Tidak
Diterima
3
Kinerja Keuangan mempengaruhi
hubungan antara GCG dengan Nilai
Perusahaan.
1.121 5.940 Diterima
4
Kinerja Keuangan mempengaruhi
hubungan antara CSR terhadap Nilai
Perusahaan.
1.191 4.243 Diterima
5.3.1. Pengaruh Good Corporate Goverment terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini ditujukan untuk menguji
pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan. Variabel ini
diukur dengan menggunakan indikator penilaian yang berasal dari penilaian self
assessment atas pelaksanaan GCG. Penggunaan indikator tersebut karena menurut
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 yang sekarang menjadi Nomor
8/14/PBI/2006 mengharuskan perbankan untuk melakukan self assesment atas
77
pelaksanaan GCG. Pada laporan tahunan hanya terdapat kesimpulan dari penilaian
self assesment, namun sebelumnya perusahaan melakukan penilaian self
assesment menggunakan kertas kerja yang berpedoman pada lampiran Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP tahun 2007 tentang “Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi bank umum”.
Berdasarkan hasil uji analisis statistik pengaruh variabel GCG terhadap
Nilai Perusahaan adalah sebesar (t statistik) 1,682 < (t tabel) 1,982 dengan nilai
original sampel 0,063 yang menunjukkan bahwa variabel GCG berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil yang tidak
signifikan tersebut maka dapat diketahui bahwa hipotesis 1 tidak di terima.
Berdasarkan hasil yang tidak signifikan tersebut maka dapat diketahui
bahwa dalam penelitian ini GCG tidak dapat digunakan sebagai variabel yang
mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut Permatasari dan Novitasary (2014)
bahwa implementasi GCG yang baik pada bank tidak menjamin dapat
meningkatkan penilaian investor terhadap bank yang bersangkutan. Sebagai
contoh, penerapan prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh pihak manajemen
dalam penyaluran kredit menyebabkan kurangnya penyaluran dana kredit kepada
masyarakat. Dengan menurunnya kredit yang disalurkan, maka menurun pula laba
yang dihasilkan oleh bank. Ketika laba yang dihasilkan menurun, maka perhatian
pasar pun juga menurun. Selain itu investor dinilai masih belum mempercayai
pelaksanaan GCG di Indonesia mengingat munculnya kasus PT. Waskita, PT
Jamsosek, Bank Mega dan Citibank pada tahun 2011. Dengan demikian
78
pelaksanaan GCG di Indonesia harus lebih krdibel sehingga dapat dijadikan
sebagai indikator bagi investor dalam membuat keputusan investasi.
Hasil Penelitian mendukung penelitian Permatasari dan Novitasary (2014)
yang mengunakan self assesment sebagai ukuran penerapan corporate governance
di perusahaan perbankan dan Nuswandari, (2009) yang menggunakan Corporate
Governance Perception Index (CGPI) sebagai ukuran penerapan corporate
governance di perusahaan. Hal ini mungkin dikarenakan respon pasar terhadap
implementasi corporate governance tidak secara langsung akan tetapi
membutuhkan waktu. Pengaruh corporate governance terhadap kinerja pasar
cenderung baru dapat dilihat dalam jangka panjang karena terkait dengan tingkat
kepercayaan dari investor (Nuswandari, 2009).
Berbeda dengan hasil penelitian Rustiarini (2010) yang menyatakan bahwa
nilai perusahaan dipengaruhi oleh GCG, hasil yang sama juga ditunjukkan oleh
penelitian Retno dan Priantinah (2012) yang menunjukan GCG berpengaruh
positif terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan perbankan. Penerapan GCG
mampu mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan perusahaan
dan pihak manajerial yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara
menyeluruh. Dengan demikian implementasi dari GCG diharapkan menimbulkan
persepsi positif investor yang ditunjukan dengan reaksi positif terhadap saham
perusahaan sehingga bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai
perusahaan (Retno dan Priantinah, 2012).
79
5.3.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini ditujukan untuk menguji
pengaruh pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan, yang dilihat melalui
Corporate Social Responsibility Dislousure Index (CSRI) berdasarkan item yang
terdapat dalam ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility. Dalam
hal ini, CSR diperlakukan sebagai variable laten dengan masing-masing
indikatornya.
Berdasarkan hasil uji analisis statistik untuk pengaruh variabel CSR
terhadap Nilai Perusahaan adalah sebesar (t statistik) 2,998 > (t tabel) 1,982
dengan nilai original sampel bertanda negatif sebesar -0,252 yang menunjukkan
bahwa variabel CSR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Nilai
Perusahaan, semakin banyak perusahaan melakukan CSR maka semakin rendah
Nilai Perusahaan, begitu sebaliknya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap
Nilai Perusahaan. Alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal tersebut
adalah bahwa kemungkinan besar pengaruh CSR ini dinilai secara parsial
terhadap nilai perusahaan. Artinya Peningkatan pengeluaran perusahaan untuk
CSR yang tidak diikuti dengan perubahan rasio keuangan lain dari suatu
perusahaan seperti profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, pertumbuhan dan
rasio lainnya menyebabkan investor menilai bahwa peningkatan pengeluaaran
untuk CSR merupakan suatu pemborosan sumber daya perusahaan. Hal inilah
yang kemudian menyebabkan turunnya nilai perusahaan (Pramana dan Mustanda,
2016).
80
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Barnea dan Rubin (2006) yang berjudul “Corporate Social Responsibility as a
Conflict between Shareholders” menyatakan bahwa CSR dapat membawa
kerugian bagi perusahaan karena dapat menimbulkan biaya keagenan (Agency
Cost) dan biaya tambahan lainnya yang memboroskan sumber daya perusahaan
sehingga menurunkan kinerja dan nilai perusahaan. Menurut beliau, biaya
keagenan ini timbul akibat konflik kepentingan antara shareholders (insiders and
institutionals) yang memandang peningkatan pengeluaran untuk CSR adalah
sebagai upaya untuk meningkatkan citra positif perusahaan yang akan berdampak
kepada nilai perusahaan, namun juga dapat berarti sebagai pemborosan sumber
daya perusahaan apalagi bila tidak diikuti dengan peningkatan kinerja perusahaan
secara nyata.
Tidak sejalan dengan hasil penelitian Jo dan Harjoto (2011), yang
menunjukkan bahwa keterlibatan CSR secara positif mempengaruhi nilai
perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q yang disesuaikan dengan industri, hasil
tersebut mendukung hipotesis resolusi konflik. Hasil tersebut konsisten dengan
penelitian Bidhari et al. (2013), meningkatkan keterbukaan informasi CSR dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, terutama profitabilitas. Hasil ini
menunjukkan bahwa peningkatan keterbukaan informasi CSR membuat
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki
kesempatan untuk memperbaiki kinerja keuangannya selama kegiatan tanggung
jawab sosial dan pengungkapan dianggap sebagai investasi dan bukan sebagai
biaya yang mengurangi keuntungan. Meningkatkan keterbukaan informasi CSR
81
terhadap perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat
meningkatkan faktor penilaian reputasi investor sehingga nilai perusahaan
meningkat.
5.3.3. Kinerja Keuangan memoderasi pengaruh GCG terhadap Nilai
Perusahaan
Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan yang dilihat melalui Return
On Asset (ROA) sebagai variabel pemoderasi hubungan GCG terhadap Nilai
Perusahaan. Berdasarkan hasil uji analisis statistik untuk pengaruh variabel hasil
interaksi antara variabel ROA dan GCG (ROA*GCG) terhadap Nilai Perusahaan
adalah sebesar (t statistik) 5,940 > (t tabel) 1,982 dengan nilai original sampel
sebesar 1,121 yang menunjukkan bahwa variabel ROA secara positif dan
signifikan dapat memoderasi hubungan antara pengaruh GCG terhadap Nilai
Perusahaan.
GCG menggambarkan bagaimana usaha manajemen mengelola aset dan
modalnya dengan baik sehingga meningkatkan produktifitas dan efisiensi
perusahaan (Tumewu dan Alexander, 2013). Pengelolaan aset dan modal suatu
perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang merupakan salah satu faktor
yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka
mencapai tujuannya. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik tentu saja
berimbas besar terhadap laba perusahaan yang merupakan tolak ukur kinerja
keuangan.
82
Kinerja keuangan sering dinilai terkait erat dengan tingkat kesehatan bank.
Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur
dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat
(Rahmi, 2014). Sehingga semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan maka
akan semakin kecil kemungkinan risiko investasi yang akan ditanggung dan akan
semakin memperbesar kemungkinan return yang akan diperoleh, sehingga
mengakibatkan banyaknya investor yang melakukan investasi. Praktek GCG yang
memadai serta ditambah dengan kinerja keuangan yang tinggi akan ikut
meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauzi et al. (2011) yang
menggunakan mekanisme GCG dalam mengukur praktek GCG pada perusahaan,
hasil penelitian ini menunjukkan jika perusahaan memiliki ROA tinggi maka akan
memperkuat pengaruh hubungan antara GCG terhadap nilai perusahaan dan
sebaliknya jika perusahaan memiliki ROA rendah maka akan memperlemah
pengaruh hubungan antara GCG terhadap nilai perusahaan.
5.3.4. Kinerja Keuangan memoderasi pengaruh CSR terhadap Nilai
Perusahaan
Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan yang dilihat melalui Return
On Asset (ROA) sebagai variabel pemoderasi hubungan CSR terhadap Nilai
Perusahaan. Berdasarkan hasil uji analisis statistik untuk pengaruh variabel hasil
interaksi antara variabel ROA dan CSR (ROA*CSR) terhadap Nilai Perusahaan
adalah sebesar (t statistik) 4,243 > (t tabel) 1,982 dengan nilai original sampel
83
bertanda positif sebesar 1,191 yang menunjukkan bahwa variabel ROA secara
positif dan signifikan dapat memoderasi hubungan antara pengaruh CSR terhadap
Nilai Perusahaan. Hasil ini sejalan dengan hipotesis keempat sehingga H4
diterima.
Penelitian ini menyatakan bahwa peningkatan kinerja keuangan dapat
memperkuat hubungan CSR terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini disebabkan karena
ROA disebut Earning Power karena rasio ini mengambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan jumlah aktiva yang
dimiliki secara keseluruhan. Melalui rasio ini akan dapat mengetahui apakah
perusahaan telah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan ataukah tidak.
Perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang tinggi akan memiliki
lebih banyak sumber daya untuk melakukan aktivitas CSR. Menurut Heinze
(1976) dalam Rosiana et al, (2013) menjelaskan semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial
yang dilakukan perusahaan. Penelitian lain menyebutkan jika kinerja keuangan
menurun sementara CSR meningkat, hal itu menciptakan konflik yang
bertentangan dimana perusahaan tidak mau berinvestasi dalam kegiatan CSR
karena penurunan kinerja keuangan. Hal ini juga dapat disebabkan oleh investasi
CSR yang membutuhkan pengeluaran signifikan dapat menyebabkan kerugian
ekonomi jangka pendek (Johansson et al., 2015).
Aktivitas CSR diharapkan memberi dampak positif yang tercermin pada
keuntungan perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan. Ketika suatu
84
perusahaan melakukan pengungkapan CSR yang luas tetapi tingkat
profitabilitasnya rendah maka kepercayaan investor cenderung menurun sehingga
persepsi investor terhadap perusahaan menjadi rendah, begitu pula jika
pengungkapan CSR tinggi disertai dengan profitabilitas yang tinggi maka persepsi
investor terhadap perusahaan akan semakin meningkat (Pratiwi, 2016). Dengan
kata lain profitabilitas menjadi tolak ukur investor dalam menilai apakah
peningkatan pengeluaaran untuk CSR bukan merupakan suatu pemborosan
sumber daya perusahaan.
Hasil penelitan ini mendukung penelitian Rosiana et al., 2013 dan
Wulandari et al., 2016 bahwa tingkat profitabilitas yang semakin besar
menunjukkan perusahaan mampu mendapatkan laba yang semakin besar,
sehingga perusahaan mampu untuk meningkatkan aktivitas tanggung jawab sosial,
serta mengungkapkan tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan dengan
lebih luas. Namun penelitian tidak sejalan dengan penelitian Fauzi et al., 2016
yang menemukan bahwa pfofitabilitas memperlemah hubungan CSR terhadap
nilai perusahaan. Ketika perusahaan mencapai kinerja keuangan yang baik,
perusahaan berpikir tidak perlu mengungkapkan aktivitas lain.
85
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap Nilai Perusahaan, serta Kinerja Keuangan sebagai
variabel moderaasi terhadap hubungan GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2015.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
dalam bab lima, maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Good Corporate Governance (GCG) tidak memiliki peran yang signifikan
terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini dikarenakan belum adanya kepercayaan
investor terhadap pelaksanaan GCG di Indonesia sebagai akibat dari
munculnya kasus-kasus penyalahgunaan wewengang. Sehingga
implementasi GCG yang baik tidak menjamin adanya peningkatkan
penilaian investor.
2. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, semakin banyak perusahaan
menerapkan CSR maka semakin rendah nilai perusahaan, begitu pula
sebaliknya. Hal ini dikarenakan investor menilai pelaksanaan CSR dapat
menimbulkan biaya keagenan (Agency Cost) yang merupakan bentuk
86
pemboroskan sumber daya perusahaan. Sehingga peningkatan pengeluaran
untuk CSR harus diikuti dengan peningkatan rasio keuangan.
3. Kinerja keuangan mampu memoderasi pengaruh GCG terhadap nilai
perusahaan. Kinerja keuangan dapat menggabarkan baiknya penerapan
GCG dalam pengelolaan aset dan modal perusahaan sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam rangka
mencapai tujuannya.
4. Kinerja keuangan mampu memoderasi pengaruh CSR terhadap Nilai
Perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang tinggi
akan memiliki lebih banyak sumber daya untuk melakukan aktivitas CSR.
Selain itu kinerja keuangan menjadi tolak ukur investor dalam menilai
apakah peningkatan pengeluaaran untuk CSR bukan merupakan suatu
pemborosan sumber daya perusahaan.
6.2. Keterbatasan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain adalah :
1. Penggunaan sampel penelitian yang hanya pada perusahaan perbankan saja
mungkin tidak dapat menggambarkan keseluruhan kondisi penerapan GCG
dan CSR yang sebenarnya terjadi di Indonesia.
2. Terdapat unsur subjektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan CSR,
sehingga nilai pengungkapan yang diperoleh tidak dapat dijadikan acuan
bagi penelitian selanjutnya.
87
3. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan selama tahun 2011-2015
sehingga penggunaan sampel yang terbatas.
6.3. Saran
Dari simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, berikut adalah
beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas lingkup penelitian, tidak
hanya pada perusahaan perbankan dan periode penelitian ditambah waktunya
supaya di peroleh hasil penelitian yang akurat dalam jangka panjang.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan annual report dan
standar ISO 26000 dalam menilai pengungkapan CSR, tetapi menggunakan
sustainability report dan standar lainnya serta menggunakan persentasi laba
atau dana yang digunakan perusahaan untuk CSR.
3. Penelitian selanjutnya untuk variabel moderasi Kinerja Keuangan dapat
menggunakan indikator lain yang dapat mempengaruhi hubungan GCG dan
CSR terhadap Nilai perusahaan. Untuk mencerminkan kinerja keuangan dapat
digunakan rasio-rasio dari komponen analisis CAMELS (Capital, Asset
Quality, Management, Earning, Liquidity, and Sensitivity to Market Risk).
88
Daftar Pustaka
Agustina, Linda., Dhini Suryandari., Nina Oktarina. dan Sandy Arief. (2015).
The Influence of Good Corporate Governance Mechanisms to Financial
Performance with Corporate Social Responsibility as an Intervening
Variable. International Journal of the Computer, the Internet and
Management, Vol. 23, No.1, pp. 24-29.
Bank Indonesia. (2006). Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/14/PBI/2006,
(online). http://www.bi.go.id, Diakses 17 Juli 2016.
Bank Indonesia. (2006). Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/4/PBI/2006,
(online). http://www.bi.go.id, Diakses 17 Juli 2016.
Bank Indonesia. (2007). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/12/DPNP,
(online). http://www.bi.go.id, Diakses 17 Juli 2016.
Barnea, Amir and Amir Rubin. (2006). Corporate Social Responsibility as a
Conflict between Shareholders. Journal of Business Ethics, Vol. 97, No. 1,
pp. 71-86.
Bidhari, Sandhika Cipta., Ubud Salim. dan Siti Aisjah. (2013). Effect of
Corporate Social Responsibility Information Disclosure on Financial
Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia
Stock Exchange. European Journal of Business and Management, Vol. 5,
No.18, pp. 36-49.
Dewi, Sukmawati Safitri dan Maswar Patuh Priyadi. (2013). Pengaruh
Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate Social
Responsibilitydisclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di
Bei. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 2, No. 3, pp. 1-20.
Djuitaningsih, Tita. dan Wahdatul. (2012). Pengaruh Manajemen Laba dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Corporate Social
89
Responsibility Disclosure. Media Riset Akuntansi, Vol. 2, No. 2, pp. 187-
211.
Effendi, Muh. Arief. (2009). The Power of Good Corporate Governance Teori
and Implementasi. Jakaarta: Penerbit Salemba Empat.
Estiasih, Soffia Pudji., Hening W. Oetomo., Nur F. Asyik. dan Akhmad
Riduwan. (2015). The Influence of Corporate Social Responsibility and
Good Corporate Governance on Firm Value: The Characteristic of the
Company as Moderating Variable: International Journal of Business and
Behavioral Science, Vol. 5, No. 2, pp. 11-23.
Fahmi, Irham. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fauzi, Armi Sulthon., Ni Ketut Suransi, dan Alamsyah. (2006). Pengaruh GCG
dan CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Pemoderasi. Jurnal InFestasi, Vol. 12, No.1, pp. 1-19.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. www.fcgi.or.id
Ghozali, Imam. (2006). Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan
Partial Least Squares. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. dan A. Chariri. (2007). Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Gumilang, Fidya., Suhadak. dan Sri Mangesti R. (2015). Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Administrasi Bisnis, Vol. 23, No. 1, pp. 1-8.
Gupta, Bahana Patria. (2016). Lapindo Mengebor Sumur Baru, (online),
http://regional.kompas.com, Diakses 26 Januari 2016.
Hayati, Annur Fitri. dan Gusnardi. (2012). Pengaruh Penerapan Mekanisme Good
Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntanti, Vol
16, No. 03, pp. 364-379.
90
Herawaty, Vinola. (2008). Peran Praktek Corporate Governance sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10, No. 2, pp. 97-108.
Indonesia Stock Exchange. www.idx.co.id
Indonesian Institute for Corporate Governance. www.iicg.org
Jo, Hoje. dan Maretno A. Harjoto. (2011). Corporate Governance and Firm Value:
the Impact of Corporate Social Responsibility. Journal of Business Ethics,
103:351–383.
Johansson, Sebastian., Anton Karlsson, dan Christian Hagberg. (2015). The
Relationship between CSR and Financial Performance. Linnaeus
University. http://lnu.diva-portal.org, Diakses tanggal 04 Juni 2017.
Karim, Nina Karina., Mukhtaruddin., Taufiq Marwah., Abukosim. dan Yulia
Saftiana. (2013)The Quality of Voluntary Corporate Social Responsibility
Disclosure Effect on The Firm Value of Service Companies Listed in The
Indonesian Stock Exchange. Annual International Conference on
Accounting and Finance.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia. http://knkg-indonesia.com, Diakses
tanggal 26 Desember 2015.
Lumi, Maria Jessica. dan Wahidahwati. (2013). Pengaruh Manajemen Laba dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 2, No. 3, pp. 1-18.
Mukhtaruddin., Relasari. dan Messa Felmania. (2014). Good Corporate
Governance Mechanism, Corporate Social Responsibility Disclosure on
Firm Value: Empirical Study on Listed Company in Indonesia Stock
Exchange. International Journal of Finance & Accounting Studies, Vol. 2
No. 1 pp. 1-10.
91
Mukhtaruddin., Relasari., B. Bemby Soebyakto., A. Rifani Irham. dan Abukosim.
(2014). Earning Management, Corporate Social Responsibility Disclosures
and Firm’s Value: Empirical Study on Manufacturing Listed on IDX
Period 2010-2012. Net Journal of Business Management, Vol. 2, No. 3,
pp. 48-56.
Murwaningsih, E. (2009). Hubungan Corporate Governance, Corporate Social
Responsibility dan Corporate Financial Performance Dalam Satu
Continum. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 1, pp. 30-41.
Nuswandari, Cahyani. (2009). Pengaruh Corporate Governance Perception Index
terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 16, No.2, pp. 70-84.
Oktafia, Yufenti. (2013). Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Corporate Governance
Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, Vol.
2, No 2, pp. 676-704.
Permatasari, Ika dan Retno Novitasary. (2014). Pengaruh Implementasi Good
Corporate Governance terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di
Indonesia: Manajemen Risiko Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Ekonomi Kuantitatif Terapan,Vol. 7, No. 1, pp.52-59.
Pramana, I Gusti dan I Ketut Mustanda. (2016). Pengaruh Profitabilitas dan Size
terhadap Nilai Perusahaan dengan CSR sebagai Variabel Pemoderasi. E-
Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.1, pp. 561-594.
Prasinta, Dian. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Keuangan. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 2, pp. 1-7.
Pratiwi, Luh Winda. (2016). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Persepsi Investor dengan Profitabilitas dan
Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana, Vol. 5, No. 5, pp. 1439-1458.
92
Purbopangestu, H. Wisnu. dan Subowo. (2014). Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social
Responsibility sebagai Variabel Intervening. Accounting Analysis Journal,
Vol. 3, No. 3, pp. 321-333.
Rahmi, Ceria Lisa. (2014). Pengaruh Risiko Kredit, Risiko Likuiditas dan Risiko
Tingkat Bunga terhadap Profitabilitas. Jurnal Akuntansi, Vol. 2, No. 3, pp
1-22.
Rambe, Prima A. dan Winata Wira. (2013). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan
terhadap Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Perbankan.
Jurnal Ekonomi Maritim Indonesia, Vol. 4, No. 2, pp. 31-40.
Randy, Vincentius. dan Juniarti. (2013). Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2007-2011.
Business Accounting Review, Vol. 1, No. 2, pp. 306-318.
Ratih, Suklimah. (2011). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada
Perusahaan Peraih The Indonesia Most Trusted Company–CGPI. Jurnal
Kewirausahaan, Vol. 5, No. 2, pp. 18-24.
Retno, Reny Dyah. dan Denies Priantinah. (2012). Pengaruh Good Corporate
Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 11, pp.
84-103.
Ridho, Nailun Ahmad. dan Dwi Sulistian. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris, dan Leverage terhadap Luas
Pengungkapan Good Corporate Governance. Jurnal El-Muhasaba, Vol. 5,
No 1, pp. 116-132.
93
Rodriguez, L., C. dan J. LeMaster. (2007). Voluntary Corporate Social
Responsibility Disclosure SEC “CSR Seal of Aproval”. Business and
Society, Vol. 46, No 3, pp. 370-385.
Rosiana, Gusti Ayu., Gede Juliarsa, dan Maria M. Ratna. (2013). Pengaruh
Pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana,Vol. 5, No. 3, pp. 723-738.
Rustiarini, Ni Wayan. (2010). Pengaruh Corporate Governace pada Hubungan
Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Sahano, Stefan. (2015). Studi Deskriptif Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance pada Perusahaan Keluarga PT. Dua Suryo. AGORA
Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 3, No. 1, pp.231-239.
Sahono, Stefan. (2015). Studi Deskriptif Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance pada Perusahaan Keluarga Pt. Duta Suryo .
AGORA Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 3, No. 1, pp. 231-239.
Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Scott, David H. (2007). Strengthening The Governance and Performance Of
State-Owned Financial Institutions. Policy Research Working Paper 4321.
The World Bank.
Sekaran, Uma. (2006). Research Methods For Business Edisi 4, Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Sudiyatno, Bambang. dan Asih Fatmawati. (2013). Pengaruh Risiko Kredit dan
Efisiensi Operasional terhadap Kinerja Bank. Jurnal Organisasi dan
Manajemen, Vol. 9, No. 1, pp. 73-86.
Suhardjanto, Djoko. (2008). Environmental Reporting Practices: An Evidence
from Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 8, No. 2, pp. 33-46.
94
Suhartanti, Tutut. dan Nur Fadjrih Asyik. (2015). Pengaruh Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai
Variabel Moderating. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 4, No. 8, pp. 1-
15.
Sukamulja, Sukmawati. (2004). Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, Vol. 8, No.1, pp. 1-25.
Terzaghi, Muhammad Titan. (2012). Pengaruh Earning Management dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol. 2, No. 1. pp. 31-
47.
Tobing, Adil., Yandra Arkeman., Bunasor Sanim. Dan R. Nunung Nuryartono.
(2013). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap
Tingkat Kesehatan dan Daya Saing di Perbankan Indonesia. Jurnal School
of Business and Management - Institut Teknologi Bandung, Vol. 12, No. 3,
pp. 298-318.
Tumewu, Riana Christel. dan Stanly W. Alexander. (2013). Pengaruh Penerapan
Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2009-2013. Jurnal
Accountabillity, vol. 3, No. 1, pp. 1-10.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. www.hukumonline.com. Diakses 10 Januari 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Perbankan.
www.hukumonline.com. Diakses 17 Juli 2016.
Uyun, Qurrotul. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan Diukur dengan Nilai Eva Momentum. Jurnal
Akuntansi Unesa, Vol .4, No. 3, pp. 1-20.
95
Wardoyo dan Theodora Martina Veronica. (2013). Pengaruh Good Corporate
Governance, Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 4, No. 2,
pp. 132-149.
Windah, Gabriela Cynthia dan Fidelis Arastyo Andono. (2013). Pengaruh
Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Hasil Survei The Indonesian Institute Perception Governace (IICG)
Periode 2008. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2, No.
1, pp. 1-20.
Yahya, Yuda Nur. (2014). Pengaruh Skor IICG Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen. Vol. 3 No. 9 pp. 1-16.
96
Lampiran 1. Daftar Perusahaan Sampel
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
1 INPC Bank ArthaGraha Internasional, Tbk.
2 BBKP Bank Bukopin, Tbk.
3 BNBA Bank Bumi Arta, Tbk.
4 BBCA Bank Central Asia, Tbk.
5 BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk.
6 BDMN Bank Danamon Indonesia, Tbk.
7 BNII Bank Internasional Indonesia, Tbk.
8 BJBR Bank Jabar Banten, Tbk.
9 BMRI Bank Mandiri (Persero), Tbk.
10 BABP Bank MNC Internasional, Tbk.
11 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.
12 NISP Bank OCBC NISP, Tbk.
13 BSWD Bank of India Indonesia, Tbk.
14 PNBN Bank Pan Indonesia, Tbk.
15 BNLI Bank Permata, Tbk.
16 BEKS Bank Pundi Indonesia, Tbk.
17 BKSW Bank QNB Indonesia, Tbk.
18 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
19 BSIM Bank Sinar Mas, Tbk.
20 BBTN Bank Tabungan Negara, Tbk.
21 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Indonesia, Tbk.
22 BVIC Bank Victoria Indonesia,Tbk.
23 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk.
Sumber : www.idx.co.id
97
Lampiran 2. Core subjects of social responsibility ISO26000
CORE SUBJECT: TATA KELOLA ORGANISASI
Issue 1: Pengambilan keputusan Akuntabilitas, transparensi,
Issue 2: Perilaku etis,
Issue 3: Penghormatan pada kepentingan stakeholder
Issue 4:Kepatuhan pada hukum harus dimasukkan ke dalam pengambilan
Keputusan
CORE SUBJECT: HAK-HAK ASASI MANUSIA
Issue 1: Penelitian mendalam (due diligence)
Issue 2: Kondisi yang menimbulkan risiko HAM
Issue 3: Penghindaran pelanggaran
Issue 4: Penyelesaian keluhan
Issue 5: Diskriminasi dan kelompok-kelompok rentan
Issue 6: Hak-hak sipil dan politik
Issue 7: Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
Issue 8: Hak-hak fundamental ketenagakerjaan
CORE SUBJECT: PRAKTIK KETENAGAKERJAAN
Issue 1: Kerja dan hubungan ketenagakerjaan
Issue 2: Kondisi kerja dan jaminan sosial
Issue 3: Dialog ketenagakerjaan
Issue 4: Kesehatan dan keselamatan kerja
Issue 5: Pengembangan sumberdaya manusia dan pelatihan
CORE SUBJECT: LINGKUNGAN
Issue 1: Pencegahan polusi
Issue 2: Penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan
Issue 3: Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim
Issue 4: Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan restorasi habitat
CORE SUBJECT: PRAKTIK OPERASI YANG ADIL
Issue 1: Anti-korupsi
98
Issue 2: Keterlibatan yang bertanggung jawab dalam urusan politik
Issue 3: Kompetisi yang adil
Issue 4: Promosi tanggung jawab sosial dalam value chain
Issue 5: Penghormatan terhadap hak cipta
CORE SUBJECT: ISU-ISU KONSUMEN
Issue 1: Pemasaran yang adil, dengan informasi yang faktual dan tidak bias,
serta praktik kontraktual yang adil
Issue 2: Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan konsumen
Issue 3: Konsumsi yang berkelanjutan
Issue 4: Pelayanan dan dukungan terhadap konsumen, serta penyelesaian
keberatan
Issue 5: Proteksi dan privasi data konsumen
Issue 6: Akses terhadap pelayanan esensial
Issue 7: Pendidikan dan penyadaran
CORE SUBJECT: PELIBATAN DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
Issue 1: Pelibatan masyarakat
Issue 2: Pendidikan dan kebudayaan
Issue 3: Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan keterampilan
Issue 4: Pengembangan dan akses atas teknologi
Issue 5: Kesejahteraan dan peningkatan pendapatan
Issue 6: Kesehatan
Issue 7: Investasi sosial
Sumber : ISO/DIS 26000
99
Lampiran 3. Aspek Penilaian Self Assesment
No Aspek yang dinilai Bobot (%)
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris 10
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi 20
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10
4. Penanganan benturan kepentingan 10
5. Penerapan fungsi kepatuhan bank 5
6. Penerapan fungsi audit intern 5
7. Penerapan fungsi audit ekstern 5
8. Fungsi manajemen risiko termasuk sistem pengendalian
intern
7,5
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
debitur besar (large exposures)
7,5
10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan,
laporan pelaksanaan Good Corporate Governance dan
pelaporan internal
15
11. Rencana strategis bank 5
Sumber: Surat Edaran BI No. 9/12/DPNP (2007)
100
Lampiran 4. Data Self Assessment Good Corporate Governance
NO. KODE
EMITEN
SELF ASSESSMENT GCG
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
1 INPC 4 4 4 4 4
2 BBKP 4 3 4 4 4
3 BNBA 4 4 4 4 4
4 BBCA 5 5 5 5 5
5 BNGA 5 5 4 4 4
6 BDMN 4 4 4 4 4
7 BNII 5 5 5 5 4
8 BJBR 4 4 4 4 4
9 BMRI 5 4 5 5 5
10 BABP 3 3 4 3 3
11 BBNI 5 5 4 4 4
12 NISP 5 5 4 4 4
13 BSWD 4 4 4 4 3
14 PNBN 4 5 4 4 4
15 BNLI 5 5 4 4 4
16 BEKS 4 4 4 4 2
17 BKSW 4 4 5 5 5
18 BBRI 5 5 5 5 5
19 BSIM 4 4 4 4 4
20 BBTN 5 5 4 4 4
21 BTPN 5 5 4 4 4
22 BVIC 4 4 4 4 4
23 MCOR 3 2 4 4 4
Sumber: Olah Data 2016
101
Lampiran 5. Data Pengungkapan Corporate Social Resposibility
NO. KODE
EMITEN
CSR DISCLOSURE
2011
TK HAM PK L PO IK PPM
1 INPC 0,100 0,125 0,075 0,100 0,050 0,100 0,150
2 BBKP 0,100 0,200 0,125 0,075 0,100 0,150 0,150
3 BNBA 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,125 0,000
4 BBCA 0,100 0,150 0,075 0,025 0,100 0,150 0,175
5 BNGA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,175
6 BDMN 0,100 0,150 0,075 0,050 0,075 0,100 0,125
7 BNII 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,125
8 BJBR 0,100 0,150 0,075 0,100 0,075 0,100 0,175
9 BMRI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,100 0,175
10 BABP 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,100 0,075
11 BBNI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,100 0,150
12 NISP 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,100 0,125
13 BSWD 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,125 0,100
14 PNBN 0,100 0,150 0,025 0,050 0,100 0,125 0,100
15 BNLI 0,100 0,175 0,125 0,050 0,075 0,125 0,050
16 BEKS 0,100 0,175 0,125 0,000 0,100 0,125 0,075
17 BKSW 0,100 0,125 0,075 0,000 0,075 0,100 0,025
18 BBRI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,175
19 BSIM 0,100 0,175 0,125 0,025 0,050 0,125 0,125
20 BBTN 0,100 0,175 0,100 0,075 0,100 0,150 0,125
21 BTPN 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,150
22 BVIC 0,100 0,175 0,100 0,025 0,100 0,125 0,025
23 MCOR 0,100 0,175 0,100 0,000 0,100 0,150 0,050
Sumber: Olah Data 2016
102
NO. KODE
EMITEN
CSR DISCLOSURE
2012
TK HAM PK L PO IK PPM
1 INPC 0,100 0,125 0,075 0,100 0,050 0,100 0,125
2 BBKP 0,100 0,175 0,125 0,000 0,100 0,125 0,125
3 BNBA 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,125 0,000
4 BBCA 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,175
5 BNGA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,125
6 BDMN 0,100 0,175 0,100 0,050 0,075 0,150 0,125
7 BNII 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,125 0,175
8 BJBR 0,100 0,150 0,075 0,100 0,075 0,100 0,175
9 BMRI 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,100 0,175
10 BABP 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,100 0,075
11 BBNI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,100 0,175
12 NISP 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,125 0,125
13 BSWD 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,150 0,100
14 PNBN 0,100 0,150 0,050 0,025 0,100 0,125 0,150
15 BNLI 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,125 0,125
16 BEKS 0,100 0,175 0,125 0,000 0,100 0,125 0,075
17 BKSW 0,100 0,150 0,075 0,000 0,100 0,100 0,050
18 BBRI 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,175
19 BSIM 0,100 0,175 0,125 0,025 0,075 0,100 0,150
20 BBTN 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,125
21 BTPN 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,150
22 BVIC 0,100 0,175 0,125 0,025 0,100 0,125 0,025
23 MCOR 0,100 0,175 0,125 0,000 0,100 0,150 0,075
Sumber: Olah Data 2016
103
NO. KODE
EMITEN
CSR DISCLOSURE
2013
TK HAM PK L PO IK PPM
1 INPC 0,100 0,125 0,075 0,100 0,050 0,100 0,150
2 BBKP 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,125 0,175
3 BNBA 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,125 0,000
4 BBCA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
5 BNGA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,125
6 BDMN 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,150 0,150
7 BNII 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,150
8 BJBR 0,100 0,150 0,075 0,100 0,100 0,125 0,175
9 BMRI 0,100 0,200 0,125 0,100 0,100 0,125 0,175
10 BABP 0,100 0,150 0,100 0,000 0,100 0,075 0,050
11 BBNI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,125 0,175
12 NISP 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,150
13 BSWD 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,150 0,100
14 PNBN 0,100 0,150 0,050 0,025 0,100 0,125 0,175
15 BNLI 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,125 0,050
16 BEKS 0,100 0,150 0,075 0,000 0,100 0,100 0,050
17 BKSW 0,100 0,175 0,100 0,050 0,100 0,100 0,050
18 BBRI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,125 0,175
19 BSIM 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,125 0,175
20 BBTN 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,125
21 BTPN 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,150
22 BVIC 0,100 0,175 0,125 0,025 0,100 0,150 0,050
23 MCOR 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,150 0,075
Sumber: Olah Data 2016
104
NO. KODE
EMITEN
CSR DISCLOSURE
2014
TK HAM PK L PO IK PPM
1 INPC 0,100 0,200 0,125 0,100 0,050 0,125 0,150
2 BBKP 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,150 0,125
3 BNBA 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,125 0,000
4 BBCA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
5 BNGA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,175
6 BDMN 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,150
7 BNII 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
8 BJBR 0,100 0,150 0,075 0,100 0,100 0,125 0,175
9 BMRI 0,100 0,200 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
10 BABP 0,100 0,175 0,125 0,000 0,100 0,100 0,075
11 BBNI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
12 NISP 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,175
13 BSWD 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,125 0,100
14 PNBN 0,100 0,150 0,050 0,050 0,100 0,125 0,100
15 BNLI 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,125
16 BEKS 0,100 0,150 0,075 0,000 0,100 0,100 0,075
17 BKSW 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,125 0,050
18 BBRI 0,100 0,200 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
19 BSIM 0,100 0,175 0,125 0,050 0,050 0,100 0,150
20 BBTN 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,150
21 BTPN 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,150 0,125
22 BVIC 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,125 0,050
23 MCOR 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,150 0,075
Sumber: Olah Data 2016
105
NO. KODE
EMITEN
CSR DISCLOSURE
2015
TK HAM PK L PO IK PPM
1 INPC 0,100 0,200 0,125 0,100 0,100 0,125 0,150
2 BBKP 0,100 0,200 0,125 0,075 0,100 0,150 0,125
3 BNBA 0,100 0,150 0,100 0,000 0,100 0,125 0,050
4 BBCA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
5 BNGA 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,175
6 BDMN 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,150
7 BNII 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
8 BJBR 0,100 0,175 0,100 0,100 0,100 0,125 0,175
9 BMRI 0,100 0,200 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
10 BABP 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,150 0,050
11 BBNI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
12 NISP 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,175
13 BSWD 0,100 0,150 0,100 0,000 0,075 0,125 0,075
14 PNBN 0,100 0,150 0,025 0,025 0,100 0,125 0,100
15 BNLI 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,125
16 BEKS 0,100 0,175 0,125 0,050 0,100 0,125 0,050
17 BKSW 0,100 0,175 0,125 0,100 0,125 0,125 0,050
18 BBRI 0,100 0,175 0,125 0,100 0,075 0,150 0,175
19 BSIM 0,100 0,175 0,125 0,025 0,075 0,125 0,125
20 BBTN 0,100 0,175 0,125 0,100 0,100 0,150 0,175
21 BTPN 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,125
22 BVIC 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,075
23 MCOR 0,100 0,175 0,125 0,075 0,100 0,150 0,075
Sumber: Olah Data 2016
\
106
Lampiran 6. Data Kinerja Keuangan
NO. KODE
EMITEN
RETURN ON ASSET
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
1 INPC 0,720 0,660 1,390 0,780 0,330
2 BBKP 1,870 1,830 1,750 1,330 1,390
3 BNBA 2,110 2,470 2,050 1,520 1,330
4 BBCA 3,800 3,600 3,800 3,900 3,800
5 BNGA 2,850 3,200 2,800 1,400 0,240
6 BDMN 2,600 2,700 2,500 1,400 1,200
7 BNII 1,130 1,620 1,710 0,670 1,010
8 BJBR 2,650 2,460 2,610 1,920 2,040
9 BMRI 3,380 3,540 3,540 3,390 2,990
10 BABP -1,640 0,090 -0,930 -0,820 0,100
11 BBNI 2,900 2,900 3,400 3,500 2,600
12 NISP 1,900 1,790 1,810 1,800 1,700
13 BSWD 3,660 3,140 3,800 3,370 -0,770
14 PNBN 2,020 1,960 1,850 1,790 1,310
15 BNLI 1,660 1,700 1,600 1,200 0,200
16 BEKS -4,750 0,980 1,230 -1,590 -5,290
17 BKSW 0,460 -0,810 0,070 1,050 0,870
18 BBRI 4,930 5,150 5,050 4,740 4,190
19 BSIM 1,350 1,740 1,710 1,020 0,950
20 BBTN 2,300 4,700 4,500 3,600 3,100
21 BTPN 4,400 4,700 4,500 3,600 3,100
22 BVIC 2,650 2,170 1,970 0,800 0,650
23 MCOR 0,960 2,040 1,740 0,790 1,030
Sumber: Olah Data 2016
107
Lampiran 7. Data Nilai Perusahaan
No. Kode
Emiten
Q
2011 2012 2013 2014 2015
1 INPC 0,983 0,952 0,933 0,930 0,923
2 BBKP 1,004 0,998 0,986 1,000 0,988
3 BNBA 0,948 0,959 0,950 0,954 0,879
4 BBCA 1,400 1,385 1,348 1,445 1,401
5 BNGA 1,074 1,025 0,987 0,968 0,943
6 BDMN 1,095 1,163 1,025 1,053 0,981
7 BNII 1,165 1,117 1,046 0,997 0,974
8 BJBR 1,023 0,981 0,949 0,912 0,920
9 BMRI 1,172 1,178 1,129 1,153 1,424
10 BABP 0,997 1,028 0,996 1,003 0,970
11 BBNI 1,110 1,076 1,067 1,127 1,029
12 NISP 1,017 1,052 1,006 1,006 0,985
13 BSWD 1,055 1,386 1,030 1,076 1,432
14 PNBN 1,023 0,989 0,978 1,029 0,940
15 BNLI 1,031 1,012 0,996 1,004 0,958
16 BEKS 1,131 1,083 1,018 1,024 1,043
17 BKSW 1,455 1,343 1,115 1,064 1,004
18 BBRI 1,248 1,193 1,159 1,236 1,192
19 BSIM 1,069 1,032 1,023 1,075 1,068
20 BBTN 1,034 1,042 0,982 1,003 0,999
21 BTPN 1,305 1,388 1,220 1,148 1,001
22 BVIC 0,969 0,951 0,904 0,903 0,893
23 MCOR 1,021 1,005 0,963 0,998 1,052
Sumber: Olah Data 2016
108
Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data SmartPLS
Statistik Deskriptif
Var Rata-rata Standar Deviasi Median Maksimum Minimum
GCG 4.2 0.624 4 5 2
CSR
TKO 0.020 0.040 0.000 0.100 0.000
HAM 0.169 0.016 0.175 0.200 0.125
PK 0.112 0.023 0.125 0.125 0.025
L 0.062 0.039 0.075 0.100 0.000
PO 0.090 0.015 0.100 0.125 0.050
IK 0.132 0.020 0.125 0.150 0.075
PPM 0.122 0.052 0.125 0.175 0.000
ROA 1.930 1.709 1.830 5.150 -5.290
NP 1.066 0.135 1.023 1.455 0.879 SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
Convergent Validity
Outer Loading
CSR CSR * ROA GC G GCG * ROA Q ROA
GCG 1,00000
GCG*ROA 1,00000
HAM 0,681569
HAM*ROA 0,982935
IK 0,651967
IK*ROA 0,970689
L 0,681701
L*ROA 0,879984
PK 0,548432
PK*ROA 0,974031
PO 0,246496
PO*ROA 0,970335
PPM 0,755775
PPM*ROA 0,954779
Q 1,000000
ROA 1,000000
TKO 0,122643
TKO*ROA 0,386051
SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
109
Descriminant Validity Cross Loadings
CSR CSR * ROA GCG GCG * ROA Q ROA
GCG 0,369335 0,563084 1,000000 0,594418 0,362986 0,515775
GCG*ROA 0,510945 0,968118 0,594418 1,000000 0,407378 0,969921
HAM 0,690698 0,287619 0,233549 0,214256 0,054772 0,169544
HAM*ROA 0,521115 0,974540 0,532549 0,971248 0,331797 0,993758
IK 0,685010 0,401396 0,139273 0,369340 0,134600 0,367831
IK*ROA 0,527499 0,964369 0,504303 0,964177 0,358260 0,982723
L 0,730942 0,505183 0,481888 0,407680 0,022895 0,359186
L*ROA 0,658485 0,902875 0,587053 0,812755 0,373963 0,768499
PK 0,603113 0,234943 0,143551 0,165729 0,084773 0,124950
PK*ROA 0,548995 0,969973 0,528303 0,954882 0,341003 0,974985
PPM 0,809517 0,591873 0,380034 0,485540 0,226394 0,456881
PPM*ROA 0,659396 0,963647 0,533846 0,927273 0,464634 0,888802
Q 0,210097 0,398016 0,362986 0,407378 1,000000 0,313707
ROA 0,474983 0,960579 0,515775 0,969921 0,313707 1,000000 SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
Composite Reliability
Composite
Reliability
CSR 0,832029
CSR * ROA 0,981256
GCG 1,000000
GCG * ROA 1,000000
Q 1,000000
ROA 1,000000
SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
110
Cronbachs Alpha
Cronbachs Alpha
CSR 0,782170
CSR * ROA 0,976073
GCG 1,000000
GCG * ROA 1,000000
Q 1,000000
ROA 1,000000
SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
AVE
AVE
CSR 0,499928
CSR * ROA 0,912876
GCG 1,000000
GCG * ROA 1,000000
Q 1,000000
ROA 1,000000 SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
R Square
R Square
CSR
CSR * ROA
GCG
GCG * ROA
Q 0,326458
ROA
SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
111
R2 Include Corporate Social Responsibility
R2 Exclude Corporate Social Responsibility
112
R2 Include Good Corporate Governance
R2 Include Good Corporate Governance
113
R2 Include Return On Asset
R2 Include Return On Asset
114
Communality
Communality
CSR 0,499928
CSR * ROA 0,912876
GCG 1,000000
GCG * ROA 1,000000
Q 1,000000
SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
Redundancy
Redundancy
CSR
CSR * ROA
GCG
GCG * ROA
Q 0,168983
ROA
SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
Total Effects (Mean, STDEV, TValues)
Original Sample
Sample Mean (M)
Standard
Standard Error T Statistics
(O)
Deviation (STDEV) (STERR)
(|O/STERR)
CSR > Q 0,251557 0,218908 0,083906 0,083906 2,998066
CSR * ROA > Q 1,191191 1,104825 0,280711 0,280711 4,243480
GCG > Q 0,063188 0,061709 0,037559 0,037559 1,682377
GCG * ROA > Q 1,120605 1,172939 0,188665 0,188665 5,939664
ROA > Q 1,830530 1,810185 0,154192 0,154192 11,871730 SmartPLS Report: Report 19 Mei 2017 10:44:04
115
Hasil Model Struktural
116