faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di bursa...

45
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Dewi Safina Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya E-mail: [email protected] Abstrak Indonesia adalah negara berkembang yang tidak menganut atau bertolak dengan Agency Cost Model. Agency cost model merupakan biaya yang timbul dalam rangka mengendalikan atau memonitor tindakan manager agar sesuai dengan kepentingan principal (pemegang saham atau pemilik perusahaan). Dalam konteks agency cost model, kebijakan dividen digunakan untuk meminimalisasi agency cost yang timbul dari potensi conflict of intersts antara agent (manajer) dengan principal (pemilik perusahaan) akibat adanya pemisahan di antara kedua belah pihak tersebut. Di sisi lain, pada struktur modal, berdasarkan agency cost model, perusahaan yang memiliki struktur modal lebih banyak melibatkan modal asing (dari kreditur), maka lebih intensif pula pengawasan yang dilakukan oleh kreditur terhadap manajemen. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-keuangan yang listing di BEI pada tahun 2009-2011. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh 271 perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Devidend Policy, Profitabilitas, Risiko bisnis, Struktur aset, Likuiditas, dan Ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Devidend Policy tidak berpengaruh terhadap Leverage. Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap Leverage. Profitabilitas, Struktur aset, Likuiditas, dan Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Leverage. Kata kunci : Struktur Modal, Agency Theory Abstract 1

Upload: alim-sumarno

Post on 26-Dec-2015

329 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : DEWI SAFINA, SUSI HANDAYANI,

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Dewi SafinaJurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

E-mail: [email protected]

Abstrak

Indonesia adalah negara berkembang yang tidak menganut atau bertolak dengan Agency Cost Model. Agency cost model merupakan biaya yang timbul dalam rangka mengendalikan atau memonitor tindakan manager agar sesuai dengan kepentingan principal (pemegang saham atau pemilik perusahaan). Dalam konteks agency cost model, kebijakan dividen digunakan untuk meminimalisasi agency cost yang timbul dari potensi conflict of intersts antara agent (manajer) dengan principal (pemilik perusahaan) akibat adanya pemisahan di antara kedua belah pihak tersebut. Di sisi lain, pada struktur modal, berdasarkan agency cost model, perusahaan yang memiliki struktur modal lebih banyak melibatkan modal asing (dari kreditur), maka lebih intensif pula pengawasan yang dilakukan oleh kreditur terhadap manajemen.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-keuangan yang listing di BEI pada tahun 2009-2011. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh 271 perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Devidend Policy, Profitabilitas, Risiko bisnis, Struktur aset, Likuiditas, dan Ukuran perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Devidend Policy tidak berpengaruh terhadap Leverage. Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap Leverage. Profitabilitas, Struktur aset, Likuiditas, dan Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Leverage.Kata kunci : Struktur Modal, Agency Theory

Abstract

Indonesia is a developing country that does not adhere to or inconsistent with the Agency Cost Model. Model of agency cost is the cost incurred in order to control or monitor the actions of the manager to match the interests of principals (shareholders or owners of the company). In the context of agency cost model , dividend policy is used to minimize the agency cost arising from the potential conflict of intersts between the agent (manager) with the principal (the owner of the company) as a result of the separation between the two sides . On the other hand, the capital structure, based on agency cost models, which the company has a capital structure more involving foreign capital (of creditors), then more intensive monitoring is also undertaken by creditors against management.

The population of this study are all non - financial companies listed on the Stock Exchange in the year 2009-2011. Samples were taken by using purposive sampling method to

1

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

obtain 271 qualified companies as samples. This study uses regression analysis to determine the effect of independent variables consisting of dividend policy, profitability, business risk, asset structure, liquidity, and firm size .

The results showed that the dividend policy has no effect on leverage. Business risk has a negative effect on leverage. Profitability, asset structure, liquidity, and firm size has a positive effect on leverage .Keyword : Asset Structure, Agency Theory

PENDAHULUAN

Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang dihadapi oleh manajer

keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen, dan saham biasa yang

harus digunakan oleh perusahaan. Ketika perusahaan menggunakan hutang, biaya modal akan

sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan pada kreditur akan timbul

opportunity cost dari dana yang digunakan. Dalam menentukan struktur modal perusahaan,

banyak faktor yang mempengaruhinya, menurut Brigham dan Houston (2001:56) faktor-

faktor risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan, dan konservatisme atau agresivitas

manajemen merupakan faktor-faktor yang menentukan keputusan struktur modal khususnya

pada struktur modal yang ditargetkan (target capital structure).

Indonesia saat ini merupakan negara berkembang yang pada beberapa perusahaannya

tidak menganut atau bertolak belakang dengan prediksi agency cost model khususnya

monitoring mechanism/rationale of dividend. Agency cost model merupakan biaya yang

timbul dalam rangka mengendalikan atau memonitor tindakan manager agar sesuai dengan

kepentingan principal (pemegang saham atau pemilik perusahaan). Dasar dari agency cost

model ini adalah ketika manajer disadari bisa bertindak tidak sesuai dengan kepentingan

investor atau pemegang saham, maka pemegang saham menggunakan mekanisme tertentu

untuk mengontrol tindakan manager tersebut (Beiner, 2001).

Dalam konteks agency cost model yang dikembangkan oleh Michael Jensen dan

William Meckling, kebijakan dividen digunakan untuk meminimalisasi agency cost yang

2

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

timbul dari potensi conflict of intersts antara agent (manajer) dengan principal (pemilik

perusahaan) akibat adanya pemisahan di antara kedua belah pihak tersebut. Di sisi lain, pada

struktur modal, berdasarkan agency cost model, perusahaan yang memiliki struktur modal

lebih banyak melibatkan modal asing (dari kreditur), maka lebih intensif pula pengawasan

yang dilakukan oleh kreditur terhadap manajemen, sehingga ketergantungan pada dividen

sebagai sarana monitoring menjadi lebih kecil dibanding perusahaan dengan struktur modal

yang sebaliknya.

Dari hasil penelitian terkait, dinyatakan bahwa agency cost model juga merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengarui struktur modal. Pengertian struktur modal menurut

Weston dan Copeland (1992:82) adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka

panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Sedangkan menurut Lawrence,

Gitman (2000:79) definisi struktur modal adalah campuran dari utang jangka panjang dan

modal dalam perusahaan. Manajer perusahaan yang hanya meningkatkan kesejahteraannya

sendiri tanpa mengoptimalkan pemegang saham dinamakan dengan konflik keagenan

(agency conflik).

Penelitian mengenai struktur modal di Indonesia dilakukan oleh Saidi (2004) dengan judul

faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan non-keuangan go publik di

BEJ tahun 1997-2002, hasil penelitian ini menyatakan bahwa ukuran perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan aset, profitabilitas dan struktur kepemilikan, berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal. Simanjuntak (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi struktur modal adalah size, profit, asset, risk,

nondebt, dan cashflow. Menurut Nasrudin (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur

modal adalah ukuran perusahaan, pertumbuhan, profitabilitas, risiko, dan kesempatan

investasi. Berdasar uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

3

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Non-Keuangan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh dari Devidend

Policy, Profitabilitas, Resiko bisnis, Struktur aset, Likuiditas, dan Ukuran perusahaan

terhadap Leverage.

KAJIAN PUSTAKA

Struktur Modal

Investor dianggap sebagai pemain utama dalam pasar keuangan dan berpengaruh

dalam penguasaan perusahaan. Banyak orang berargumentasi bahwa investor merupakan

bagian penting di banyak sistem penguasaan perusahaan. Pemilik perusahaan (pemegang

saham) berperan sebagai pemantau dalam perusahaan di mana mereka memegang ekuitas.

Pemilik perusahaan memiliki hak yang berbeda, hak tersebut meliputi pemilihan dewan

direksi yang akan bertindak sebagai agen untuk memantau kinerja manajer perusahaan.

Chidambaran dan John (2000) berpendapat bahwa pemegang saham berperan penting dalam

penyaluran informasi kepada pemegang saham lainnya. Pemegang saham yang besar dapat

memperoleh informasi pribadi dari manajemen dan mengirimkan informasi tersebut untuk

pemegang saham lainnya.

Modigliani dan Miller (1958) menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan antara utang

dan ekuitas pembiayaan sehubungan dengan nilai perusahaan. Keputusan pembiayaan tidak

menambah nilai dan hal itu bukan urusan manajer. Banyak penelitian di perusahaan keuangan

telah dibuat untuk menjelaskan kondisi di mana struktur modal tidak mempengarui nilai

perusahaan. Keputusan struktur modal di negara berkembang belum menerima perhatian

yang sama dalam literatur. Namun, Booth et al. (2001) menganalisis data dari sepuluh negara

berkembang: India, Pakistan, Thailand, Malaysia, Zimbabwe, Meksiko, Brasil, Turki,

4

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Yordania dan Korea. Mereka menyatakan bahwa: Secara umum, rasio utang di negara

berkembang tampaknya akan dipengaruhi dengan hal yang sama dan jenis variabel yang

signifikan di negara berkembang. Namun, ada perbedaan sistematis dalam hal rasio yang

dipengarui oleh faktor negara, seperti GDP tingkat pertumbuhan, tingkat inflasi dan

pengembangan pasar modal.

Weston dan Copeland (1992:88) memberikan definisi struktur modal sebagai

pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal

pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal

disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham

preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham.

Menurut Lawrence, Gitman (2000:67), definisi struktur modal adalah campuran utang jangka

panjang dan modal dalam perusahaan. Struktur modal perusahaan menggambarkan

perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh

perusahaan. Menurut Lawrence, Gitman (2000:77), ada dua macam tipe modal yaitu modal

utang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Tetapi dalam kaitannya dengan

struktur modal, jenis modal utang yang diperhitungkan hanya utang jangka panjang.

Komponen Struktur Modal

1. Utang Jangka Panjang

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), utang jangka panjang merupakan salah satu

dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun,

biasanya 5–20 tahun. Pinjaman utang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka

(pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk

melunasi utang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (utang yang

diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai

nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut). Mengukur

5

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara

membagi total utang jangka panjang dengan total aset. Semakin tinggi debt ratio, semakin

besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi

perusahaan.

2. Modal Sendiri

Menurut Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan modal

menitikberatkan pada modal sendiri karena penggunaan utang dalam pembiayaan perusahaan

mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), modal sendiri (equity capital) adalah dana jangka

panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang

terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan.

Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost. Keuntungan dari

memiliki saham perusahaan bagi owner adalah dapat mengontrol perusahaan. Ada 2 (dua)

sumber utama dari modal sendiri yaitu:

a) Modal saham preferen

Saham preferen memberikan beberapa hak istimewa kepada para pemegang

sahamnya yang menjadikannya lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa.

Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang

banyak.

b) Modal saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya

dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham

biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa

setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan aset telah dipenuhi.

6

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dividen

Menurut Bhaduri (2002), menunjukkan bahwa jika sebuah perusahaan dipercaya

mendapat perhatian bagi orang luar, maka dapat menghindari premium informasi dan

mendapatkan akses ke sumber eksternal dana, terutama pasar ekuitas. John dan Williams

(1985) berpendapat bahwa perusahaan dengan reputasi untuk membayar aliran konstan

dividen menghadapi informasi yang kurang relevan ketika memasuki pasar ekuitas. Jadi, jika

pembayaran dividen merupakan sinyal dari kesehatan keuangan yang baik dan kapasitas

pengeluaran yang lebih tinggi, maka seseorang akan berharap adanya hubungan positif antara

pembayaran dividen dan leverage. Terlebih lagi, perusahaan dengan reputasi untuk

membayar aliran dividen akan dipantau oleh pasar modal. Menurut Zeckhauser dan Pound

(1990), Kepemilikan institusional dapat berperan sebagai perangkat pemantauan alternatif,

dan pasar modal akan mengurangi kebutuhannya sebagai sistem pemantauan eksternal. Jadi,

menurut teori keagenan, ada hubungan positif antara pembayaran dividen dan kepemilikan

institusi. Namun, adanya kepemilikan institusi mengurangi kebutuhan dividen sebagai sinyal

kinerja yang baik. Oleh karena itu, teori signal menunjukkan hubungan negatif antara dividen

dan kepemilikan institusi.

Profitabilitas

Menurut teori pecking order dengan adanya informasi asimetris, sebuah perusahaan

akan lebih memilih pembiayaan internal atas sumber dana lain dan akan mengeluarkan utang

jika keuangan internal habis. Alternatif paling menarik bagi perusahaan dengan cara

menerbitkan ekuitas baru. Menurut Donaldson (1961); Myers (1984), apabila perusahaan itu

untung atau laba, maka akan cenderung memiliki lebih banyak laba ditahan. Jadi,

menunjukkan hubungan negatif antara leverage dan profitabilitas masa lalu.

Diharapkan investor institusi akan lebih memilih untuk berinvestasi di perusahaan

yang menguntungkan. Hal ini karena keuntungan lebih pada perusahaan, semakin rendah

7

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

kemungkinan default dan harus menghadapi kesulitan keuangan dan kebangkrutan. Oleh

karena itu, diharapkan hubungan positif antara profitabilitas dan kepemilikan institusional.

Menurut Tong dan Ning (2004) menemukan bahwa ada bukti terbatas tentang investor

institusi yang lebih memilih untuk berinvestasi dengan perusahaan yang menguntungkan.

Mereka menemukan bahwa profitabilitas (diukur sebagai laba atas ekuitas) berhubungan

negatif dengan rata-rata saham yang dipegang oleh investor institusi. Laba atas ekuitas

digunakan sebagai indeks untuk profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini rasio laba

ekuitas (ROE).

Risiko Bisnis

Risiko bisnis dianggap salah satu faktor kunci yang dapat mempengaruhi struktur

modal pada perusahaan. Menurut Bhaduri (2002), sejak utang melibatkan komitmen

pembayaran periodik, leverage perusahaan sangat rentan terhadap kesulitan keuangan biaya.

Oleh karena itu, perusahaan dengan pendapatan stabil cenderung kurang leverage. Jadi,

menurut teori kebangkrutan, ada hubungan negatif antara risiko bisnis dan struktur modal.

Investor institusi cenderung untuk berinvestasi dalam perusahaan dengan risiko bisnis yang

rendah karena dengan tingginya volatilitas keuntungan, mereka cenderung memiliki

probabilitas tinggi untuk default dan menjadi bangkrut. Oleh karena itu, hubungan negatif

diharapkan antara risiko bisnis perusahaan dan kepemilikan institusi perusahaan. Pola

pengamatan ini menggunakan standar deviasi dari return aktiva sebagai indikator bagi risiko

bisnis perusahaan.

Struktur Aset

Menurut teori biaya keagenan, para pemegang saham sebuah perusahaan leverage

memiliki insentif untuk berinvestasi sub-optimal. Namun, semakin berwujud aset perusahaan,

sebagian besar asset dapat digunakan sebagai jaminan. Menurut Jensen dan Meckling

8

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(1976), aset yang dijaminkan dapat membatasi perilaku oportunistik tersebut. Oleh karena itu,

diharapkan hubungan positif antara aset berwujud dan utang.

Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan menunjukkan bahwa modal

yang optimal dan struktur kepemilikan dapat digunakan untuk meminimalkan biaya

keagenan. Dengan demikian, diharapkan hubungan negatif antara aset berwujud dan struktur

kepemilikan. Hal ini karena aset berwujud dapat bertindak sebagai jaminan atas tingkat utang

yang lebih tinggi. Oleh karena itu, investor institusi lebih memilih untuk berinvestasi dalam

perusahaan dengan aset berwujud yang rendah. Pola pengamatan ini menggunakan aktiva

tetap dibagi total aktiva sebagai Penyidik perusahaan tangibility (TANG).

Likuiditas

Rasio likuiditas memiliki efek positif dan negatif terhadap keputusan struktur modal,

dan diketahui efek bersih. Pertama, perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi mungkin

memiliki rasio utang yang relatif lebih tinggi karena kemampuan mereka lebih besar untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek. Argumen ini menunjukkan hubungan positif antara

likuiditas suatu perusahaan dan rasio utang. Atau, perusahaan dengan lebih banyak aset likuid

dapat menggunakan aset sebagai sumber keuangan untuk membiayai peluang investasi masa

depan. Jadi, posisi likuiditas perusahaan akan memiliki dampak negatif pada rasio leverage.

Sebuah argumen lebih lanjut untuk hubungan negatif dinyatakan oleh Myers dan Rajan

(1998) yang berpendapat bahwa ketika likuiditas biaya keagenan tinggi, kreditur luar

membatasi jumlah pembiayaan utang yang tersedia bagi perusahaan. Dengan demikian, akan

diharapkan hubungan negatif antara utang dan likuiditas.

Demikian pula, pengaruh likuiditas aset adalah sinyal ambigu untuk investor institusi.

Sebuah rasio likuiditas yang tinggi dapat dianggap sebagai sinyal negatif karena

menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi masalah tentang peluang keputusan investasi

jangka panjang. Oleh karena itu rasio likuiditas yang tinggi dapat dianggap sebagai sinyal

9

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

negatif untuk investor institusi. Namun, rasio likuiditas yang tinggi dapat dianggap menjadi

sinyal positif dari perusahaan, karena itu menandakan bahwa perusahaan dapat dengan

mudah membayar obligasinya dan dapat menghadapi risiko default yang lebih rendah. Jadi,

likuiditas yang tinggi akan menjadi sinyal positif bagi investor institusi. Oleh karena itu,

untuk mengukur pengaruh likuiditas, penelitian ini menggunakan rasio aktiva lancar terhadap

kewajiban lancar sebagai proxy untuk likuiditas aset perusahaan (LIQ).

Size

Ada bukti bahwa ukuran perusahaan memainkan peran penting dalam keputusan

struktur modal. Menurut Titman and Wessels (1988), perusahaan besar cenderung lebih

beragam dan tidak mudah mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, hubungan positif

diharapkan antara ukuran perusahaan dan perusahaan leverage. Menurut O'Brien dan

Bhushan (1990), investor institusi lebih memilih untuk berinvestasi di perusahaan besar

dengan keyakinan bahwa mereka memiliki risiko kebangkrutan yang rendah. Hal ini karena

perusahaan besar memiliki sumber daya yang diperlukan dan kemampuan untuk

meminimalkan risiko investasi saham mereka. Oleh karena itu mereka kurang tunduk

padakesulitan keuangan dan risiko kebangkrutan.

Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Dividend Policy (DPO) berpengaruh negatif terhadap Leverage.

H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Leverage.

H3 : Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap Leverage.

H4 : Struktur aset berpengaruh terhadap Leverage.

H5 : Likuiditas berpengaruh terhadap Leverage.

H6 : Size berpengaruh terhadap Leverage.

10

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

METODE PENELITIAN

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berupa

laporan keuangan yang diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dari situs

perusahaan non-financial yang bersangkutan. Populasi dalam penelitian ini adalah 364

perusahaan non-financial yang ada di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 271 perusahaan non-financial yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia milik

pemerintah maupun swasta selama kurun waktu tahun 2009-2011.

Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini ketentuan khusus data yang diambil pada perusahaan yaitu, harus

membagikan deviden secara berturut-turut. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang

digunakan yaitu dengan memberikan kriteria sebagai berikut :

1. Himpunan data berdasarkan laporan keuangan perusahaan non-keuangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Laporan keuangan perusahaan non-keuangan yang telah diaudit dengan tahun buku

berakhir 31 Desember berturut-turut selama periode penelitian (2009-2011).

3. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

4. Mempunyai data keuangan lengkap selama periode penelitian.

Berdasarkan keterangan dan data dari Bursa Efek Indonesia, maka diperoleh sampel

penelitian dari perusahaan non-keuangan sebanyak 271, dari 364 perusahaan yang terdaftar di

BEI selama periode tahun 2009-2011.

11

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Definisi Operasioal

Variabel Independen

Laverage

Sartono (2001:257) “leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (sources of

funds) oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan

keuntungan potensial pemegang saham”. Dengan kata lain, penggunaan leverage ditujukan

agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya,

sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau pemegang saham.

LEV =Utang Jangka PanjangEkuitas

Variabel Dependen

Dividend Policy

Sudana (2009:28), rasio ini mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang

dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang saham. Semakin besar rasio ini, berarti

semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan

perusahaan. Semakin kuat kemampuan perusahaan dalam membayar dividen maka semakin

kuat posisi kas perusahaan terhadap prosek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, akan

semakin tinggi nilai Dividend Policy (DPO) nya.

DPO=Deviden per sahamLaba setelah pajak

Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Perusahaan-perusahaan dengan profit

yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memperoleh manfaat

pajak. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas

12

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ini, salah satunya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan

diterima dalam bentuk dividen.

Menurut Greuning (2005:29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana

margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas

saham biasa rata-rata”. ROE mengukur kinerja perusahaan atas penggunaan ekuitas yang

telah diberikan. Penggunaaan leverage keuangan dalam jumlah yang tinggi meningkatkan

nilai ROE (karena lebih sedikit ekuitas yang digunakan), sehingga laba bersih dapat

dibagikan ke jumlah pemegang saham yang lebih sedikit, namun tingkat leverage keuangan

yang tinggi meningkatkan pula resiko perusahaan.

ROE= Laba bersihEkuitas pemilik

Resiko Bisnis

Brigham dan Houston (2006) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan risiko bisnis

adalah suatu fungsi dari ketidakpastian yang inheren di dalam proyeksi pengemblian atas

modal yang diinvestasikan di dalam sebuah perusahaan. Standart deviasi dalah ukuran

statistik mengenai variabilitas atau penyimpangan dari serangkaian hasil observasi. Menurut

Husnan, (2000:20) risiko didefinisikan sebagai deviasi standar dari tingkat keuntungan.

Semakin berfluktuasi tingkat keuntungan suatu saham, semakin berisiko investasi tersebut,

dan semakin tinggi tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari saham tersebut.

BR=logLaba bersihTotal aset

Struktur Aset

Menurut Mai (2006) Struktur aset (Tangibility) adalah komposisi relatif aset tetap

yang dimiliki oleh perusahaan. Tangibilitas merupakan perbandingan antara aset tetap

dengan total aset. Definisi lain menurut Kartini dan Arianto (2008:15) struktur aset adalah

perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership)

13

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Tangibilitas merupakan faktor yang

penting dalam keputusan pendanaan perusahaan, karena aset-aset berwujud (tangibles assets)

bertindak sebagai jaminan dan memberikan jaminan bagi para pemberi pinjaman dalam hal

terjadinya kesulitan keuangan.

TANG= Aset tetapTotal aset

Likuiditas

Munawir (2010:66), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih Oleh karena aset jangka

pendek umumnya digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek (yang merupakan

kewajiban lancar), kebanyakan ukuran Likuiditas membandingkan antara aset lancar dengan

kewajiban lancar. Tingkat Likuiditas yang tinggi dapat meningkatkan ‘keamanan’

perusahaan, namun tingkat Likuiditas yang berlebihan dapat mengurangi pengembalian

perusahaan.

LIQ= Aset LancarKewajiban Lancar

Ukuran Perusahaan

Menurut Mai (2006:234) Ukuran Perusahaan (Size) adalah tingkat penjualan, jumlah

tenaga yang terlibat dan total aset atau menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.

Definisi lain ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan-perusahaan besar juga cenderung lebih terdiversifikasi dan lebih tahan terhadap

risiko kebangkrutan. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang lebih kecil akan memiliki lebih

sedikit utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Perusahaan-perusahaan besar akan

memiliki kepastian yang lebih besar untuk melakukan pinjaman. Dengan demikian dapat

14

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

dinyatakan bahwa besarnya komponen utang akan berhubungan positif dengan ukuran

perusahaan.

¿ log Total Aset

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini dimaksudkan untuk

memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat multikolonieritas

dan heteroskedasitisitas serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi

normal (Ghozali, 2011:95).

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F

mengasumsikan bahwa nilai redisual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar

maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran dan (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar

pengambilan keputusan :

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau

grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogram, tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual

kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan

15

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik lain yang dapat digunakan

untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirnov (K-

S). Uji normalitas dapat dilakukan dengan cara uji statistik non-parametrik

KolmogorovSmirnov Test. Tingkat kesalahan (α) yang ditetapkan adalah sebesar 0,05 (α =

5%). Penarikan kesimpulan dilakukan dengan ketentuan, jika nilai signifikansi > 0,05, maka

data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka data tidak

terdistribusi secara normal.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas. Untuk mengidentifikasi ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan

dengan menghitung variance inflation factor (VIF). Apabila nilai tolerance <0,10 dan

VIF>10, maka variabel bebas mengalami gejala multikolinieritas, yang berarti bahwa

terdapat korelasi diantara variabel bebas. Untuk mengatasi gejala tersebut, maka salah satu

variabel bebas yang berkorelasi harus dihilangkan karena sudah terwakili oleh variabel bebas

lain sehingga tidak dibutuhkan dalam model regresi. Ukuran sampel terlalu kecil dapat

menimbulkan gejala multikolinieritas sehingga harus memperbesar ukuran sampel.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi gejala autokorelasi

atau tidak. Gejala autokorelasi adalah adanya korelasi pada varians error antar periode.

Gejala ini menyebabkan terjadinya interkorelasi diantara observasi yang berurutan sehingga

hasil regresi menjadi tidak efisien karena varians tidak minimum dan menjadikan tes

signifikansi tidak akurat. Untuk melihat ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat dari

besarnya angka Durbin-Watson (DW) yang dihasilkan. Kriteria pengujian untuk mengetahui

ada tidaknya gejala autokorelasi adalah sebagai berikut:

16

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1. Jika diantara du (batas atas)<DW<(4-du) berarti tidak terjadi autokorelasi.

2. Jika DW < batas bawah (d1) berarti terjadi autokorelasi positif.

3. Jika DW > (4-d1) berarti terjadi autokorelasi negatif

4. Jika d1 ≤ DW ≤ du dan 4-du ≤ DW ≤ 4-d1 berarti tidak dapat diketahui terjadi

autokorelasi atau tidak.

Uji Heteroskedasitisitas

Uji Heteroskedasitisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedasitisitas. Model regresi yang baik

adalah yang Homoskedasitisitas atau tidak terjadi Heteroskedasitisitas.

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitisitas yaitu dengan uji glejser.

Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai

absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual

lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nilai minimum, nilai maximum, mean dan standar deviasi.

Analisis Regresi Linier Berganda

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier

berganda. Hak ini dikarenakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

berjumlah lebih dari satu, yaitu Current Ratio, Perputaran piutang, dan perputaran modal

kerja. Persamaan regresi pada penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e

17

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dimana :

Y = Profitabilitas Perusahaan

α = Konstanta

X1 - X6 = Devidend policy, Profitabilitas, Resiko bisnis, Struktur aset, Likuiditas, Ukuran

perusahaan

β1 - β3 = Koefisien Regresi

e = error term

Pengujian Hipotesis

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel

dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan

atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai

variabel yang diketahui. Menurut Ghozali (2011:87) ketepatan fungsi regresi sampel dalam

menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini

dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statitistik t.

Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada

dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai

uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

Koefisien Determinasi

Koefisian determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel indpenden memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

18

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukkan kedalam mdel. Setiap tambahan satu variabel

independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan

untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regeresi terbaik.

Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan kedalam model.

Uji F

Uji F dilakukan dengan menguji secara bersama-sama (simultan) apakah semua

variabel independen yang digunakan dalam model regresi secara simultan dapat

mempengaruhi variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan

adalah dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel.

1. Bila F hitung < F tabel, variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

2. Bila F hitung > F tabel, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dependen (hipotesis diterima).

Uji t dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t masing-masing variabel pada

output hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifances level 0,05 (α = 5%). Kriteria

keputusannya adalah:

1. H0 ditolak jika signifikan t > 0,05, maka Ha diterima yang berarti bahwa secara

individual variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel independen.

19

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2. H0 tidak ditolak jika signifikan t < 0,05, maka Ha ditolak yang berarti bahwa secara

individual variabel independenden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Deskriptif:Tabel 1. Analisis deskriptif

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Dev

LEV 646 -.16 4.59 .52 .44

DPO 645 -2.05 9.23 -18.83 151.44

ROE 646 -9.16 62.12 .18 2.59

BR 647 -1.73 2.62 .07 .23

TANG 646 .079 .99 .49 .23

LIQ 646 .03 2.47 3.46 11.43

SIZE 646 8.12 1.90 13.77 1.82

Valid N 644

Sumber : Hasil Olah SPSS, 2014

Berdasarkan hasil diatas, diketahui bahwa pada variabel LEV menunjukan nilai

minimum -0,16 dan maksimum adalah 4,59 kemudian rata-rata variabel LEV adalah 0,52 dan

standar deviasinya 0,44. Variabel DPO menunjukan nilai minimum -2,05 dan nilai

maksimum 9,23 kemudian rata-rata variabel DPO adalah -18,83 dan standar deviasinya

151,44. Variabel ROE menunjukan nilai minimum -9,16 dan maksimum 62,12 kemudian

rata-rata variabel DPO adalah 0,18 dan standar deviasinya 2,59. Variabel BR menunjukan

nilai minimum -1,73 dan maksimum 2,62 kamudian rata-rata variabel BR adalah0,07 dan

standar deviasinya 0,23. Variabel TANG menunjukan nilai minimum 0,079 dan maksimum

0,99 kemudian rata-rata variabel TANG adalah 0,49 dan standar deviasinya adalah 0,23.

Variabel LIQ menunjukan nilai minimum 0,03 dan maksimum 2,47 kemudian rata-rata

variabel LIQ adalah 3,46 dan standar deviasinya 11,43. Variabel yang terakhir adalah

20

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

variabel SIZE yang menunjukan nilai minimum 8,12 dan nilai maksimum1,90 kemudian reta-

rata variabel SIZE adalah 13,77 dan standar deviasinya 1,82.

Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian regresi yang dilakukan pada persamaan regresi akan dilakukan pengujian

asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas, dan

uji autokorelasi. Berikut adalah hasil pengujian SPSS tersebut :

a) Uji normalitas

Tabel 2. Uji normalitas

Model

Asymp. Sig (2-tailed)

1 0,071 Sumber : Hasil olah SPSS, 2014.

Berdasarkan tabel hasil uji normalitas dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi menunjukan

angka 0,071 yang berarti lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi

normal.

b) Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independen). Berikut adalah hasil uji multikolonieritas :

Tabel 3. Uji Multikolonieritas

ModelCollinearity StatisticsTolerance VIF

(Constant)

DPO .989 1.011ROE .759 1.317BR .739 1.353TANG .947 1.056LIQ .989 1.011SIZE .953 1.050Sumber : Hasil olah SPSS, 2014

21

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa regresi 1 tersebut tidak ada

multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi, karena semua variabel

menunjukan nilai yang memenuhi syarat multikolonierikat yaitu VIF , 10 dan nilai tolerance

> 0,1.

c) Uji Heterokedastisitas

Tabel 4. Uji heterokedastisitas

ModelUnstd. Coef Std Coef t Sig.

B Std. Error Beta Constant -.084 .138 -.607 0.544DPO 3.244E-5 .000 .012 .348 0.728ROE -.008 006 -.051 -1.301 0.194BR .137 . .072 .077 1.908 0.057TANG .064 .063 .036 1.013 0.312LIQ .002 .001 .043 1.232 0.218SIZE .000 .008 -.003 -.089 0.929

Sumber : Hasil olah SPSS, 2014

Berdasarkan uji Glejser diatas, dapat diketahui bahwa signifikansi antara variabel

independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

d) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dlaam regresi linear ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

adalah uji Durbin Watson (DW Test). Hasil dari uji Durbin Watson menunjukan bahwa pada

penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Berikut adalah hasil dari uji Durbin Watson :

Tabel 5. Uji Durbin Watson

dL dU DW 4-DU Kriteria Kesimpulan1,76292 1,83831 1,903 2,097 Du<d<4-du 1,83831<1,903<2,097

Sumber : Hasil olahan SPSS, 2014

22

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam

model regresi 1, maka dilakukan analisis regresi linear berganda yang dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6. Regresi Linear Berganda

Var KoefisienStd.

Errort-statisitik Sig. Kesimpulan

Const 1,148 0,160 7,180 0.000DPO

-7.913E-5 0.000 0-.731 0.465Tidak

SignifikanROE -0.019 0.007 2.580 0.010 SignifikanBR -0.437 0.083 -5.279 0.000 SignifikanTANG 0.102 0.073 1.396 0.003 SignifikanLIQ 0.007 0.001 4.693 0.000 SignifikanSIZE 0.044 0.009 4.772 0.000 Signifikan R 0,516 R2 0.266F Hitung 10,726 Sig F 0.000

Sumber : Hasil olah SPSS, 2014

Berdasarkan tabel 6 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

LEV = 1,148+(-7,913E-5DPO)+0,019ROE+(-0,437BR)+(-0,102TANG)+(-0,007LIQ)+(-

0,044SIZE)

Pembahasan

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa semua variabel dependen pada penelitian

ini secara simultan berpengaruh terhadap Leverage. Hasil regresi linier berganda diatas dapat

dilihat bahwa devidend policy tidak ada pengaruh antara terhadap Leverage. Selain itu, hasil

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepemilikan institusional dan pembayaran

dividen. Oleh karena itu, tidak ada bukti bahwa investor institusional mempertimbangkan

kebijakan dividen perusahaan ketika memutuskan pada sejauh mana keputusan investasi

mereka di perusahaan. DPO mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang

dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang saham (Sudana, 2009:28), jadi seberapa besar 23

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

bagian laba bersih yang dibayarkan sebaagi deviden, tidak akan mempengaruhi penggunaan

dana pinjaman untuk membiayai asetnya.

Profitabilitas menunjukan adanya hubungan yang positif terhadap Leverage. Hal ini

menunjukkan bahwa Perusahaan lebih memilih pembiayaan internal daripada pembiayaan

utang. Tong dan Ning (2004) juga menemukan hubungan negatif yang signifikan antara rata-

rata jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi dan return on equity. Mereka

menyimpulkan bahwa ada bukti terbatas bahwa investor institusi lebih memilih perusahaan

dengan rasio profitabilitas yang tinggi.

Resiko bisnis berpengaruh terhadap Leverage. Pembiayaan utang melibatkan komitmen

untuk pembayaran berkala. Perusahaan dengan rasio utang yang tinggi cenderung

menghadapi biaya kesulitan keuangan yang tinggi. Sejak utang melibatkan komitmen

pembayaran periodik, leverage perusahaan sangat rentan terhadap kesulitan keuangan biaya.

Oleh karena itu, perusahaan dengan pendapatan stabil cenderung kurang leverage (Bhaduri,

2002).

Struktur aset menunjukan pengaruh positif terhadap Leverage. Ini berarti bahwa

perusahaan dengan aset lebih tetap dapat menggunakan aset tersebut sebagai jaminan. Hasil

ini sesuai dengan teori keagenan dari struktur modal.

Likuiditas menunjukan pengaruh positif terhadap Leverage. Studi ini menemukan

beberapa bukti bahwa likuiditas dapat berperan dalam menentukan struktur modal

perusahaan. Menurut trade-off model, Struktur modal ada hubungan positif antara nilai

likuidasi perusahaan dan leverage. Dengan demikian, nilai likuidasi diharapkan lebih tinggi

untuk perusahaan dengan aset yang lebih likuid. Selain itu, utang perusahaan secara positif

juga terkait dengan likuiditas aset (Harris dan Raviv, 1990)

Ukuran perusahaan menunjukan pengaruh positif terhadap Leverage. Perusahaan besar

memiliki sumber daya yang diperlukan dan kemampuan untuk meminimalkan risiko investasi

24

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

saham mereka dan karenanya tidak takut pada kesulitan keuangan dan risiko kebangkrutan.

Investor institusi lebih memilih untuk berinvestasi di perusahaan besar dengan keyakinan

bahwa mereka memiliki risiko kebangkrutan yang rendah (O’Brien dan Bhushan, 1990 dalam

Fernando et al., 2010).

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi atau R square berdasarkan tabel 6 menunujikan nilai 0,266. Hal

ini menunjukan bahwa semua variabel dependen pada penelitian in dapat menjelaskan

variabel Leverage sebesar 26,6%, sedangkan sisanya 73,4% dijelaskan oleh variabel lain

diluar penelitian ini.

KESIMPULAN

1. Devidend Policy tidak berpengaruh terhadap Leverage karena Devidend Policy hanya

mengukur besarnya laba bersih yang dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang

saham

2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Leverage karena perusahaan lebih memilih

pembiayaan internal daripada pembiayaan dari hutang.

3. Resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap Leverage karena sejak utang melibatkan

komitmen pembayaran periodik, leverage perusahaan sangat rentan terhadap kesulitan

keuangan biaya. Oleh karena itu, perusahaan dengan pendapatan stabil cenderung

kurang leverage.

4. Struktur aset berpengaruh positif terhadap Leverage karena perusahaan dengan aset

lebih tetap dapat menggunakan aset tersebut sebagai jaminan.

5. Likuiditas berpengaruh positif terhadap Leverage karena nilai likuidasi diharapkan

lebih tinggi untuk perusahaan dengan aset yang lebih likuid.

6. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Leverage karena investor institusi

lebih memilih untuk berinvestasi di perusahaan besar dengan keyakinan bahwa

25

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

mereka memiliki risiko kebangkrutan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono, 2001, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Empat, BPFE;

Yogyakarta.

Bathala, C., Moon, K. and Rao, R. (1994), “Managerial ownership, debt policy, and the

impact of institutional holdings: an agensy perspective”, Financial Management,

Vol.23, pp. 38-50.

Basil, A. and Peter, T. (2008), “The relationsship between capital structure and ownership

structure: new evidence from Jordanian panel data”, Manajerial Finance, Vol. 34,

pp.919-933.

Beiner, S. 2001. Theories and Determinants of Dividend Policy, Financial Management

24:51–81.

Bhaduri, S. 2002 “Determinants of corporate borrowing: some evidence from the indian

corporate structure”, Journal of Economic and Finance, Vol.26, pp.200-15.

Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2001. Manajemen Keuangan II. Jakarta:Salemba

Empat

Brigham, Eugene F and Joel F.Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, alih

bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Chidambaran, N.K. and John, K. (2000), “Managerial compensation, voluntary disclosure,

and large shareholder monitoring”, unpublished paper, New York University, New

York, NY.

26

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Donaldson,G., 1961," Corporate Debt Capacity: A Study of Corporate Debt Policy and the

Determination of Corporate Debt Capacity", Boston, Division of Research, Harvard

Graduate Scholl of Business Administration.

Fernando, G. D., Ahmed M., dan Randal J. E. 2010. Audit quality attributes, client size and

cost of equity capital. “Review of Accounting and Finance, Vol. 9, No. 4, pp. 363-381.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi

Keempat, Penerbit : Universitas Diponegoro.

Gitman, Lawrence J. 2000. Principles of Managerial Finance, seventeenth edition.

Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company

H. Greuning, 2005, Standar Pelaporan Keuangan Internasional : Pedoman Praktis, Jakarta :

Salemba Empat. (Penerjemah: Edward Tanujaya)

Harris, M. And Raviv, A. 1990. Capital Structure and the Informational role of Debt. Journal

of Finance, Vol. 45, hal. 321-349.

Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga. Yogyakarta :

UPP AMP YKPN

Jensen, M. and Meckling, W. (1976), “The theory o the firm: managerial behavior, agency

cocts, and ownership structure”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, pp. 305-360.

John, K. and William, J. (1985), “Dividends, dilution, and taxes: a signaling equilibrium”,

The Journal of Finance, Vol. 40, pp.1053-70.

Kartini dan Tulus Arianto, 2008, Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva

dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur, Jurnal

27

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Keuangan dan Perbankan, Vol. 12. No. 1. Januari 2008. Hal. 11 – 21. Universitas

Islam Indonesia, Yogyakarta.

Mai, Muhammad Umar., 2006, Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur

Modal Pada Perusahaan-Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta, Ekonomika, Hal.

228- 245. Politeknik Negeri, Bandung.

Modigliani, F. and Miller, M.H. (1958), “The cost of capital, corporation finance and the

theory of investment”, American Economic Review, Vol.48, pp. 261-97.

Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta.

Myers, S.C. and Rajan, R.G. (1998), “The paradox of liquility”, Quartely Journal of

Economics, Vol. 113, pp.733-71.

Nasrudin. (2004). Faktor-Faktor yang Menentukan Keputusan Struktur Modal: Studi Empirik

pada Perusahaan Industri Farmasi di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan

Investasi, Vol 5 No 1, Hal 47-60.

O’Brien, P.C. and Bhusan, R. (1990), “analyst following and institutional holding”, Journal

of Accounting Reserch, suplement, Vol.13, pp. 55-76.

Saidi. (2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan

Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis

dan Ekonomi, Maret 2004.

Sudana, I Made. 2009. Manajemen Keuangan: Teori dan Praktik. Surabaya: Airlangga

University Press.

28

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Sundjaja, Ridwan S., & Inge Barlian, 2003, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Kelima,

Literata Lintas Media, Jakarta.

Titman, S. and Wessels, R. (1988), “The determinants of capital structure choice”, Journal of

Finance, Vol. 43, pp. 1-19.

Tong, S. and Ning, Y. (2004), “Does capital structure affect instititional investor choice?”,

The journal of Investing, Vol.28, pp. 53-66.

Wasis, 1984, Manajemen Keuangan Perusahaan, Semarang: Sapta Wacana.

Weston, J. F. dan Copeland T. E., Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Erlangga., 1992.

Zeckhauser, R. and Pound, J. (1990), “Are large shareholders effective monitors? An

investigation of share ownership and corporate performance”, in Hubbard, R.G. (Ed.),

Asymmetric Information, Corporate Finance and Investment, University of Chicago

Press, chicago, IL, pp. 149-80.

29