pengaruh nilai tukar terhadap profitabilitas dan return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar...
DESCRIPTION
MKITRANSCRIPT
PENGARUH NILAI TUKAR TERHADAP PROFITABILITAS DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 ISU UTAMA
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam
mata uang negara lainnya (Madura, 1995). Perubahan nilai tukar merupakan salah
satu sumber ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan.
Kerugian dan kebangkrutan banyak perusahaan dalam beberapa dekade salah
satunya disebabkan oleh ketidakprofesionalan management dalam mengelola resiko
ini. Dengan adanya globalisasi, pasar semakin terbuka terhadap perdagangan dan
teknologi, sehingga jumlah perusahaan yang terpengaruh secara langsung dan tidak
langsung dengan nilai tukar semakin meningkat.
Apabila kondisi ekonomi suatu negara berubah maka nilai tukarnya pun akan
berubah. Hal ini disebakan oleh pengaruh beberapa faktor fundamental seperti
perbedaan tingkat inflasi, suku bunga, permintaan dan penawaran aset dari dua
negara yang mata uangnya ditentukan oleh nilai kursnya (Shapiro, 1997).
Risiko nilai tukar sangat berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang
domestik dengan nilai mata uang negara lain. Fluktuasi perubahan nilai tukar akan
menimbulkan risiko dimana semakin tinggi fluktuasinya maka risikonya akan semakin
besar, dan sebaliknya semakin rendah fluktuasinya maka risikonya akan semakin
kecil. Risiko nilai tukar uang akan menimbulkan laba dan rugi bagi perusahaan.
Penelitian Chandrarian dan Tearney (2000) menemukan bahwa ada pengaruh laba
atau rugi nilai tukar terhadap reaksi pasar modal.
Rothig, Semmler, dan Flascher (2005) berargumen bahwa pengaruh negatif
nilai tukar terhadap neraca keuangan dapat dihilangkan dengan praktik manajemen
resiko perusahaan. Manajemen resiko terhadap fluktuasi nilai tukar ini dilakukan
dengan hedging. Derivatif dapat menjadi instrument hedging penting pada
managemen resiko perusahaan, khususnya resiko nilai tukar. Penggunaan instrumen
ini untuk hedging harus dilakukan dengan tepat sehingga dapat memaksimalkan nilai
perusahaan.
Foreign exchange rate exposure merupakan dampak perubahan nilai tukar
pada perusahaan. Klasifikasi industri, kondisi persaingan, persentase perdagangan
luar negeri dan kapitalisasi pasar merupakan faktor ekonomi yang penting dalam
menentukan ukuran exposure terhadap earning dan harga saham. Menurut Bodnar
dan Marston (2000), perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi perusahaan melalui
berbagai cara seperti perusahaan berproduksi di dalam negeri untuk kebutuhan
penjualan domestik dan luar negeri (ekspor) dan perusahaan berproduksi dengan
menggunakan bahan baku impor.
Bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, depresiasi terhadap nilai mata
uang memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini
dikarenakan kemampuan bersaing harga pokoknya di pasar internasional meningkat.
Peningkatan ini selanjutnya akan memperbesar peluang perusahaan untuk
menghasilkan laba dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan dividen.
Kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen akan menarik minat
investor sehingga harga saham naik. Kenaikan harga saham akan meningkatkan
return yang diperoleh oleh investor.
Pada tingkat corporate, perubahan nilai tukar mempengaruhi nilai
perusahaan karena future cashflow perusahaan akan berubah seiring dengan
fluktuasi nilai tukar. Dengan kata lain, perubahan nilai tukar menjadi implikasi
penting bagi pengambilan keputusan finansial dan profitabilitas perusahaan.
Menurut Bodnar et al (1998), eksposure dari nilai tukar terkait dengan
pendapatan bersih dari foreign currency dan profit margin perusahaan sehingga
dampak dari nilai tukar dapat terlihat secara langsung. Bodnar (2000) menyatakan
bahwa perusahaan yang berorientasi ekspor akan mendapat keuntungan (profit
meningkat) ketika nilai tukar domestik mengalami penurunan (depresiasi).
1.2 Motivasi Penelitian
Mengingat pentingnya dampak fluktuasi nilai tukar terhadap perusahaan
mendorong penulis untuk menganalisa pengaruh perubahan nilai tukar terhadap
profitabilitas dan return saham pada perusahaan manufaktur.
1.3 Perumusan Masalah
Sesuai dengan apa yang dipaparkan dalam latar belakang, yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh perubahan nilai
tukar terhadap net income dan return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia. Pengaruh perubahan nilai tukar akan dilihat dari dua sisi yakni eksportir
dan non eksportir.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Melihat pengaruh perubahan nilai tukar terhadap net income dan return saham
perusahaan manufaktur.
2. Melihat perbedaan pengaruh perubahan nilai tukar pada perusahaan eksportir
dan
non eksportir.
3. Mengetahui mata uang mana yang paling berpengaruh pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberi gambaran bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
seperti manajer keuangan mengenai bagaimana dampak dari perubahan nilai tukar
pada perusahaan manufakur, sehingga dapat meminimalkan dan mengelola resiko
tersebut.
2. Sedangkan bagi investor dapat memperkirakan tingkat pengembalian yang
diharapkan dengan adanya perubahan nilai tukar.
BAB 2
Kajian Literatur dan Pengembangan Hipotesis
2.1. Teori
2.1.1 Investasi
Investasi adalah suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih aset
selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh pendapatan atau
peningkatan atas nilai investasi awal (modal). Tujuan dari investasi (Bodie, 2005)
adalah memaksimalkan imbal hasil (return) yang diharapkan dalam batas resiko yang
diterima.
2.1.2 Return Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang
dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset
perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain
dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2002:303) sekuritas (saham)
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya, sedangkan menurut
Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-
aset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi, saham adalah surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa
pemilik saham tersebut adalah juga
pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya
adalah dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan
kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Hartono, 2000: 107).
Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya
investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik
jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh
keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Konsep return atau kembalian (Ang 1997:97) adalah tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Return saham
merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari
investasinya di perusahaan tertentu. Return saham dapat dibedakan menjadi dua
jenis (Jogiyanto 2000), yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi
(expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah
satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penentu
return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return ekspektasi
merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat
tidak pasti.
2.1.3 Nilai Tukar Mata Uang
Menurut teori makro, nilai tukar merupakan suatu perbandingan nilai mata
uang negara terhadap mata uang negara lain atau tingkat harga yang disepakati
penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Sedangkan menurut
Madura (1995), nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang
dinyatakan dalam mata uang negara lainnya.
Menurut Adler (2003, hal 35), penguatan atau pelemahan nilai tukar mata uang
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Permintaan akan valuta asing mengalami kenaikan atau penurunan. Hal ini
umumnya terjadi karena adanya kebutuhan untuk membayar hutang yang
akan jatuh tempo.
Penawaran akan valuta asing yang banyak akan mengakibatkan nilai kurs
valuta asing tersebut akan melemah dan nilai mata uang domestik menguat.
Hal ini dapat terjadi karena hasil ekspor yang terus mengalir dan dananya
tidak dialirkan ke luar negeri oleh pihak eksportir
• Tingkat suku bunga. Pengaruh tingkat suku bunga akan mengundang
investor untuk menamkan modalnya di dalam atau di luar negeri, sehingga
permintaan valuta asing akan terpengaruh
Spekulan yang bermain di valuta asing. Bila para spekulan ini sudah masuk
ke pasar kenaikan atau penurunan kurs dapat berubah seketika dan dapat
juga bertahan lama.
• Informasi yang mendukung penawaran dan permintaan valuta asing. Setiap
informasi yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya oleh investor akan
mendorong sentimen investor untuk membeli atau menjual valuta asing
Menurut Salvatore (1997), mata uang dalam valuta asing dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Hard currency adalah mata uang yang mempunyai nilai relatif stabil, tidak sering
mengalami apresiasi (kenaikkan nilai) atau depresiasi (penurunan nilai) jika
dibandingkan dengan mata uang negara lain. Hard currency merupakan mata
uang yang dipilih dan digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung
dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Yang termasuk hard
currency adalah mata uang dari negara-negara industri maju seperti Dolar
Amerika Serikat (USD), Yen Jepang (JPY), Euro dan Poundsterling Inggris (GPB).
2. Soft currency adalah mata uang lemah yang kurang laku atau jarang digunakan
sebagai alat pembayaran atau satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan
keuangan internasional karena nilainya relatif kurang stabil serta sering
terdepresiasi jika dibandingkan dengan mata uang negara lain. Soft currency
umumnya terdiri dari mata uang negara-negara yang sedang berkembang yang
sifatnya sangat sensitif terhadap gejolak politik, perubahan kebijakan ekonomi
dan moneter pemerintah negara bersangkutan termasuk terhadap perubahan-
perubahan sosial ekonomi internasional.
2.1.3 Resiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Rate Risk)
Merupakan resiko yang muncul karena pergerakan (dengan arah) yang merugikan dari
nilai tukar atau resiko yang disebabkan oeh perubahan dari nilai tukar yang tidak
diharapkan. Resiko nilai tukar meningkat apabila:
• Perusahaan mengambil posisi dengan jumlah besar dalam valuta asing
• Pasar menjadi lebih fluktuatif (volatile)
2.1.4 Eksposur
Exposure adalah tingkat dimana perusahaan dipengaruhi oleh kurs (Faisal, 2001 :107).
Seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs valas secara umum
disebut eksposur (Kuncoro, 2000 : 242). Sementara, menurut Levi (2001 : 313)
eksposur merupakan gambaran dari tingkat atau derajat perubahan nilai suatu objek
dalam mata uang asal karena perubahan kurs. Eksposur berhubungan dengan nilai
mata uang domestik riil, yang terdapat pada aset dan kewajiban, atau pada
pendapatan operasi perusahaan sehingga nilai aset dan kewajiban ditentukan pada
suatu saat tertentu, dan nilai pendapatan operasi dihitung selama periode waktu
tertentu. Perubahan kurs yang lebih besar atau lebih kecil dari yang diharapkan yang
akan menimbulkan keuntungan atau kerugian atas aset, kewajiban, atau pendapatan
operasi. Menurut Faisal (2001 :
107) bahwa exposure memiliki tiga bentuk, yaitu:
1. Translation (Accounting) Exposure merupakan exposure laporan laba rugi dan
neraca MNC terhadap perubahan-perubahan nilai tukar nominal. Dihasilkan dari
fakta bahwa MNC harus mengkonsolidasikan rekeningnya ke dalam mata uang
lokal melalui cash flow-nya yang didenominasi dalam berbagai valas (mentranslasi
laporan keuangan yang didenominasi mata uang asing ke dalam mata uang lokal,
dimana aset dan liabilities tersebut merefleksikan keputusan-keputusan masa lalu
yang dibuat oleh perusahaan). Translation (accounting) exposure timbul dari
kebutuhan untuk maksud-maksud pelaporan dan konsolidasi, untuk mengkonversi
laporan keuangan operasi asing/luar negeri dari mata uang lokal (perusahaan
subsidiary) ke mata uang perusahaan induk (parent company). Jika kurs telah
berubah sejak periode pelaporan sebelumnya, translasi (restatement) dari assets
dan liabilities, revenues, gains, dan loses yang didenominasi dalam valas akan
menghasilkan gains/loses dalam valas (foreign exchange gains/loses).
2. Transaction Exposure adalah exposure valas perusahaan dalam transaksi-
transaksinya dengan negara lain dimana transaksi tersebut terjadi pada saat ini,
namun pembayarannya dilakukan pada masa datang. Pada saat jatuh
tempo/penyelesaian transaksi-transaksi tersebut menaikkan keuntungan-
keuntungan/kerugian-kerugian mata uang. Dengan kata lain, selama periode
komitmen-komitmen pembayaran atau penerimaan tersebut belum jatuh tempo,
kurs nominal dapat berubah dengan membuat nilai transaksi ada dalam resiko.
Eksposur transaksi terjadi ketika perusahaan terlibat dalam transaksi yang
didenominasi mata uang asing/valas yang akan terjadi di masa yang akan datang.
3. Economic Exposure adalah exposure valas cash flows perusahaan terhadap
perubahan-perubahan nilai tukar riil. Dengan kata lain, economic exposure adalah
mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai perusahaan
yang diukur dalam PV cash flows masa datang yang diharapkan/berfokus pada
dampak perubahan-perubahan nilai tukar terhadap nilai perusahaan yang diukur
dari present value dari seluruh cash flows masa datang yang diharapkan/expected
future cash flows. Eksposur yang didasarkan pada nilai-nilai pasar mengasumsikan
bahwa tujuan finansial perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan
pemegang saham.
2.2 Penelitian Sebelumnya
Dalam Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jeroen Ligterink dan Victor
Macrae yang bejudul A Firm-Specific Analysis of the Exchange-Rate Exposure of
Dutch Firms Yang meneliti tentang hubungan antara perubahan nilai tukar dan
tingkat pengembalian saham untuk sampel perusahaan non-keuangan Belanda
antara tahun 1994 dan 1998. mereka menemukan bahwa lebih dari 50 persen dari
perusahaan secara signifikan terkena risiko nilai tukar. Selain itu, semua perusahaan
dengan manfaat eksposur nilai tukar yang signifikan dari depresiasi gulden relatif
Belanda indeks mata uang perdagangan-tertimbang. Hasil ini menegaskan bahwa
perusahaan dalam perekonomian terbuka, seperti Belanda, menunjukkan eksposur
nilai tukar yang signifikan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa penggunaan
indeks mata uang perdagangan-tertimbang dan pelengkap penggunaan nilai tukar
individu. mereka juga mengukur faktor-faktor penentu eksposur nilai tukar. Seperti
yang diharapkan, mereka menemukan bahwa ukuran perusahaan dan rasio
penjualan luar negeri secara signifikan dan berhubungan positif dengan eksposur
nilai tukar. Berbeda dengan hipotesis kami, off-balance lindung nilai menggunakan
derivatif tidak memiliki efek yang signifikan. Akhirnya, sesuai dengan teori, mereka
menemukan bahwa eksposur berkurang secara signifikan melalui on-balance sheet
hedging, yaitu, melalui pinjaman luar negeri dengan memproduksi di pabrik-pabrik di
luar negeri.
2.3 Kerangka Penelitian
2.4 Pengembangan Hipotesis
Hubungan Antara Nilai Tukar Dengan Harga Saham
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat hubungan antara
nilai tukar dan indeks harga saham (Shapiro, 1996) yaitu:
1. Pendekatan Neraca Pembayaran (Balance of Payment Approach)
Permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing dipengaruhi oleh transaksi
antar negara yang meliputi perdagangan barang dan jasa serta transaksi modal.
Jika impor lebih besar maka neraca pembayaran akan defisit yang berarti
permintaan akan mata uang asing akan meningkat sehingga menurunkan mata
uang domestik dan sebaliknya. Melemahnya mata uang domestik ini akan
melemahkan daya beli berakibat pada penurunan pendapatan perusahaan yang
pada akhirnya akan menurunkan laba. Penurunan laba ini akan menurunkan nilai
perusahaan dan akhirnya menurunkan harga saham perusahaan tersebut.
2. Pendekatan Moneter (Monetary Approach)
Permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing dipengaruhi oleh faktor-
faktor moneter seperti jumlah uang beredar, pendapatan riil, perbedaan suku
bunga dan inflasi di kedua negara. Kenaikan supply uang domestik akan
menyebabkan kenaikan harga domestik secara proposional dan lewat paritas
daya beli (purchasing power parity) akan mendorong terjadinya depresiasi mata
uang domestik. Penurunan nilai tukar mata uang domestik ini pada akhirnya akan
menurunkan pendapatan perusahaan yang berarti juga penurunan harga saham
perusahaan tersebut.
3. Pendekatan Keseimbangan Portfolio (Portfolio Balance Approach)
Dalam pendekatan ini aset dianggap saling menggantikan sempurna dan investor
bisa menentukan pilihan investasinya secara bebas. Perubahan kekayaan akan
berdampak pada kenaikan permintaan aset finansial dan pemilihan portfolio
yang lebih menguntungkan. Kurs valuta asing dan suku bunga harus
menyesuaikan agar tercapai keseimbangan portfolio.
Pengaruh nilai tukar akan berbeda pada perusahaan yang berorientasi ekspor.
Perusahaan akan mendapat keuntungan dengan adanya depresiasi mata uang upiah
karena pendapatan yang berasal dari luar negeri akan menjadi lebih besar jika
ditukarkan dengan rupiah. Bila terjadi kenaikan nilai tukar US dollar terhadap rupiah,
perusahaan yang terdaftar di bursa akan mengeluarkan informasi untuk memberikan
kompensasi return untuk mengkompensasi kerugian investor asing akibat
terdepresiasinya nilai rupiah. Namun tindakan ini memerlukan waktu, sehingga pada
umumnya pasar akan mendiskon harga saham terlebih dahulu sehingga return akan
meningkat menyamai perubahan nilai kurs US dollar.
Adapun hipotesa yang ingin dibuktikan adalah :
: Perubahan nilai tukar tidak berpengaruh pada return saham manufaktur.
: Perubahan nilai tukar berpengaruh pada return saham manufaktur.
: Perubahan nilai tukar tidak berpengaruh pada net income perusahaan
Manufaktur
: Perubahan nilai tukar berpengaruh pada net income perusahaan
manufaktur
BAB 3
Metode Penelitian
3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang telah tersedia yang didapat dari :
Data-data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan
yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia. Adapun informasi yang digunakan
dalam penelitian adalah laporan keuangan setiap perusahaan dalam bentuk
net income dan nilai penjualan (ekspor) untuk setiap perusahaan.
• Website www.idx.co.id , www.bi.go.id dan www.finance.yahoo.com untuk
memperoleh data index harga saham gabungan, data harga saham
perusahaan dan nilai tukar Rupiah terhadap US$, Euro, dan Yen.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2013. Pemilihan perusahaan manufaktur
ditetapkan karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki
return saham yang relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan jasa atau
non manufacturing yang memiliki return yang fluktuatif. Sedangkan untuk periode
waktu dipilih dari periode Januari 2010 hingga Desember 2013 didasarkan atas
pertimbangan ketersedian data. Sampel yang dijadikan obyek dalam penelitian
adalah perusahaan yang tercatat pada indeks manufaktur. Indeks manufaktur adalah
indeks yang terdiri dari industri bahan dasar dan kimia, industri barang konsumsi dan
aneka industri di Bursa Efek Indonesia. Sampel perusahaan tersebut kemudian
digolongkan ke dalam satu karakter spesifik yakni volume ekspor. Sehingga terdapat
dua jenis perusahaan yakni perusahaan eksportir dan perusahaan non eksportir.
Perusahaan yang termasuk kedalam perusahaan eksportir adalah perusahaan yang
penjualan luar negerinya (nilai ekspornya) pada tahun 2010 lebih besar atau sama
dengan 50% dari total penjualan.
3.4 Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua
bagian antara lain :
• Varibel dependen dalam penelitian ini adalah return saham perusahaan atau
net income
• Variabel independen dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap
US$, Euro dan Yen
3.5 Defenisi Operasional
Variabel dependen dalam penelitian ini, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya adalah return saham perusahaan dan net income. Sementara variabel
independennya adalah pergerakan dari nilai tukar US$, Euro dan Yen. Deskripsi dan
definisi dari setiap variabel dependen dan independen yang terdapat pada model
persamaan antara lain :
3.5.1 Return saham perusahaan
Return saham yang digunakan merupakan return saham bulanan pada
periode Januari 2003-Desember 2006 yang didapat dari website
www.finance.yahoo.com. Return saham merupakan ukuran kinerja perusahaan yang
diformulasikan sebagai berikut:
Return = LN Pt / Pt-1
Dimana Pt = Harga saham perusahaan pada periode t
Pt-1 = Harga saham perusahaan pada periode t-1
3.5.2 Nilai tukar rupiah terhadap US$, Euro dan Yen
Data nilai tukar yang digunakan untuk regresi return merupakan data kurs tengah
pada setiap akhir bulan dari periode Januari 2003-Desember 2006 yang didapat dari
website bank Indonesia (www.bi.go.id). Variabel nilai tukar yang dipergunakan dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada tiga mata uang yakni Dolar AS, Euro dan Yen. Hal ini
dikarenakan ketiganya termasuk dalam kelompok hard currency yakni mata uang yang
nilainya relatif stabil dan diakui sebagai mata uang untuk transaksi ekonomi dan keuangan
internasional. Sedangkan untuk nilai tukar Poundsterling dihilangkan karena persentase
penggunaan nilai tukar poundsterling untuk transaksi keuangan pada perusahaan
manufaktur lebih kecil dibandingkan ketiga mata uang lainnya. Selain itu juga untuk lebih
memudahkan penulis sehingga penelitian ini dibatasi pada tiga mata uang asing yang
termasuk dalam hard currency yang digunakan. Menurut Sidharta (Majalah Usahawan,
Maret 2006), besar perubahan nilai tukar dihitung berdasarkan kenaikan atau penurunan
nilai tukar tersebut dari satu periode ke periode berikutnya yang diformulasikan sebagai
berikut:
Kurs = LN Kurst / Kurst-1
Dimana : Kurst = Kurs tukar periode t
Kurst-1 = Kurs tukar periode t-1
Sedangkan data nilai tukar yang digunakan untuk regresi net income adalah data kurs
tengah pada akhir bulan periode 3 bulan (kuartal) dari Januari 2010-Desember 2013.
3.5.3 Net Income
Data Net Income yang digunakan merupakan data kuartalan (per 3 bulan) dari
periode Januari 2010-Desember 2013 yang didapat dari laporan keuangan masing-masing
perusahaan.
3.6 Perumusan Model
Untuk mengetahui pengaruh pergerakan nilai tukar terhadap return saham maka
model persamaan regresi tersebut adalah :
Rit = αi + β1i ε¥ t + β2i ε£t + β3i ε$t + εit
Dimana :αi = Intersep
βi = Koefisien
εit = Error term
Rit = Return saham untuk perusahaan i
ε¥ t = Presentase perubahan nilai
tukar Yen terhadap rupiah
ε£t = Presentase perubahan nilai
tukar euro terhadap rupiah
ε$t = Presentase perubahan nilai
tukar dollar terhadap rupiah
Sedangkan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap kinerja perusahaan
maka model persamaan regresi tersebut adalah :
NETit = αi + β1i ¥ t + β2i £t + β3i $t + εit
Dimana :
αi = Intersep
βi = Koefisien
εit = Error term
Rit = Net Income untuk
perusahaan
i ε¥ t = Nilai tukar yen
terhadap rupiah
ε£t = Nilai tukar euro
terhadap rupiah
ε$t = Nilai tukar dollar terhadap rupiah