pengaruh fisioterapi oral terhadap refleks...
TRANSCRIPT
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013
147
PENGARUH FISIOTERAPI ORAL TERHADAP REFLEKS HISAP PADA
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Rini Dri Retnowati*, Roymond H.S.**, Supriyadi***
* Ruang Perawatan Anak RSD dr. Soebandi Jember
**Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universias Jember
*** Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universias Muhammadiyah Jember
ABSTRACT
The biggest problem of low-weight born baby is the immaturity of suction
reflex. One of the efforts undertaken o increase the suction reflex is to provide
early stimulation to the muscle tissue around the mouth. This study use pre-
experiment design with One Group pre-test post-test design with a view to analyze
the effect of oral physiotherapy on suction reflex on the low-weight born babies in
the perinatology hospitalization room of RSD dr Soebandi. The population of the
study was all low-weight born babies treated in BBLR perinatology room RSD dr
Soebandi Jember with 30 samples. Sampling technique used in the study was non-
probability purposive sampling. The process of intervention used oral
physiotherapy intervention protocol. The results of the research showed that the
suction reflex of low-weight born babies before having treatment of oral
physiotherapy was 100% weak while after treatment of oral physiotherapy their
suction reflex was 73,3% strong. The effectiveness of oral physiotherapy on
suction reflex on the babies of low-weight born through two-related sample test
(α≤0,05) indicated the p value=0,000. it can be concluded that there is
a significant effect of oral physiotherapy on the suction reflex of low-weight born
babies. oral physiotherapy effects on the increase of the suction reflex power on
the weight of low-weight born babies. A recommendation made from this study is
that oral physiotherapy can be conducted regularly to the low-weight born babies
of weak suction reflex.
Keywords : oral physiotherapy, suction reflex, low-weight born baby.
PENDAHULUAN
Dalam upaya mewujudkan
pembangunan kesehatan Nasional
(sehat untuk semua 2015) dan masih
tingginya Angka Kematian Bayi
35/1000 kelahiran hidup. Tahun
2003, maka perlu dilakukan segala
upaya untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB) tersebut
karena merupakan salah satu
indikator keberhasilan Pembangunan
kesehatan, sesuai dengan Millenium
Develpoment Goals Indonesia
(MDGs 2015) yaitu penurunan angka
kematian bayi sebesar 17/1000
kelahiran hidup. 2/3 nya adalah
kematian Neonatal (0-28 hari) dan
terbukti Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) merupakan salah satu
penyebabutama kematian neonatal
sebanyak 29% (Andi, 2007).
Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah adalah bayi baru lahir yang
berat lahirnya ≤ 2500 gram (Hasan,
2005). BBLR akan mengalami
banyak masalah antara lain:
hipotermi, sindroma gawat nafas,
perdarahan intrakranial, hiperbilli-
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013
148
rubinimia dan hipoglikemi karena
daya hisap bayi yang lemah sehingga
intake tidak adekuat sehingga banyak
menyumbang AKB yang tinggi di
Indonesia (Bobak, 2005). Penurunan
kematian bayi BBLR relatif lambat
dibanding bayi normal sehingga
upaya menurunkan kematian BBLR
merupakan kunci utama dalam
keberhasilan penurunan kematian
bayi (MDGs 2015).
Di RSD dr. Soebandi dari hasil
pengamatan peneliti bulan Maret -
Agustus 2009 menunjukkan jumlah
bayi di ruang Perinatologi adalah 550
bayi, 65% adalah BBLR (357 bayi).
Masalah yang terbesar dari BBLR
adalah imaturitas refleks hisap yang
lemah yaitu sebesar 70%. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk
menurunkan angka kematian BBLR
adalah dengan mengatasi masalah
yang terjadi terhadap reflek hisap
yang lemah, yaitu dengan
memberikan stimulasi sejak dini
berupa sentuhan pemijatan terhadap
jaringan otot disekitar mulut. Melalui
sentuhan dan stimulasi terutama
jaringan otot daerah sekitar mulut
dapat meningkatkan peredaran darah,
meningkatkan fungsi otot dan
merangsang refleks hisap pada bayi
terutama pada bayi premature
(BBLR) serta dapat meningkatkan
fungsi organ tubuh lainya (Hasri,
2008).
Lebih dari itu terapi sentuhan
atau stimulasi yang dilakukan sendiri
oleh ibunya mempunyai makna dan
sangat berpengaruh terhadap
hubungan batin atau hubungan
kejiwaan dianatara ibu dan bayi.
Bagi sang bayi terapi sentuhan atau
stimulasi dari sang ibu dapat
dirasakan sebagai sentuhan kasih
sayang yang sangat berarti bagi
pembentukan kepribadian yang
positif dikemudian hari.
Berdasarkan uraian tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang
Pengaruh fisioterapi oral terhadap
efektifitas reflek hisap pada Bayi
Berat Badan Lahir Rendah di Ruang
Perinatologi RSD dr Soebandi
Jember.
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh
fisioterapi oral terhadap reflek hisap
pada bayi berat badan lahir rendah
yang di rawat di ruang perinatologi
RSD dr Soebandi jember. Desain
penelitian ini adalah “Pra
Experiment” dengan rancangan One
Group Pre test – Post test dimana
subyek penelitian di lakukan
observasi sebelum dan sesudah di
berikan perlakuan dengan SOP yang
sudah di tetapkan dan pengukuran
variable Independen ( fisioterapi oral
) dengan SOP dan variable
Dependen (Reflek hisap ) dengan
alat bantu observasi,
Hasil penelitian tentang
pengaruh fisioterapi oral terhadap
refleks hisap bayi dengan berat
badan lahir rendah di Rawat Inap
ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi
Jember, sampel pada penelitian ini
berjumlah 30 responden,
dilaksanakan pada tanggal 1 Januari
sampai 28 Pebruari 2010. Hasil
penelitian iuraikan berdasarkan data
yang telah dikumpulkan melalui
observasi.
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013
148
Tabel 1. Refleks hisap bayi sebelum dilakukan fisioterapi oral
Karakterisik Sebelum Fisioterapi
n %
Lemah 30 0
Kuat 0 100
Jumlah 30 100
Karakteristik responden
berdasarkan refleks hisap sebelum
dilakukan fisioterapi oral di Instalasi
Rawat Inap Ruang Perinatologi RSD
dr. Soebandi Tahun 2010
menunjukkan bahwa, dari 30
responden semua bayi berat badan
lahir rendah mengalami refleks hisap
lemah (100%).
Tabel 2. Refleks hisap bayi sesudah dilakukan fisioterapi oral
Karakterisik Sesudah Fisioterapi
n %
Lemah 8 26,7
Kuat 22 73,3
Jumlah 30 100,0
Karakteristik responden
berdasarkan refleks hisap sesudah
dilakukan fisioterapi oral di Instalasi
Rawat Inap Ruang Perinatologi RSD
dr. Soebandi Tahun
2010menunjukkan bahwa, sebagian
besar responden sesudah dilakukan
fisioterapi oral adalah dengan refleks
hisap kuat yaitu sebesar 22 bayi
(73,3%)
Tabel 3. Pengaruh fisioterapi oral terhadap refleks hisap
Karakterisik
Refleks hisap Total P
value lemah Kuat
n % n % n %
Sebelum Fisioterapi 30 26,7 0 0,0 30 100 0,000
Sesudah Fisioterapi 8 26,7 22 73,3 30 100
Karakteristik responden
berdasarkan pengaruh fisioterapi oral
terhadap refleks hisap bayi berat
badan lahir rendah di Instalasi Rawat
Inap Ruang Perinatologi RSD dr.
Soebandi Tahun 2010 menunjukkan
bahwa berdasarkan hasil analisis
statistik dengan α≤0,05 didapatkan p
value=0,000. Dengan demikian H0
ditolak, artinya fisioterapi oral
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap refleks hisap
pada bayi dengan berat badan lahir
rendah.
PEMBAHASAN
Refleks Hisap Bayi Sebelum
Dilakukan Fisioterapi Oral
Berdasarkan data hasil
penelitian sebagaimana yang
ddddapat dijelaskan bahwa, dari 30
responden yang diambil sebagai
sampel penelitian semua mengalami
refleks hisap lemah (100%).
Bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) adalah bayi
yang berat badan lahirnya pada saat
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013
2
kelahiran kurang atau sama dengan
2500 gram (Badrushshalih, 2008).
Sedangkan bila diklasifikasikan bayi
dengan BBLR ini dapat digolongkan
menjadi Prematuritas murni dan
dismaturitas. Prematuritas dapat
didefinisikan sebagai Bayi lahir
dengan umur kehamilan kurang 37
minggu dan berat badan sesuai
dengan berat badan masa kehamilan
atau disebut Neonatus Kurang Bulan
Sesuai Masa Kehamilan
(NKBSMK). Sedangkan dismaturitas
adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, dismaturitas
dapat terjadi dalam preterm, term
dan posterm.
Dismatur ini dapat juga
Neonatus kurang bulan-Kecil untuk
Masa Kehamilan (NKB-KMK).
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa
Kehamilan (NCB-KMK). Neonatus
Lebih Bulan- Kecil Masa Kehamilan
(NLB-KMK).
Pada penelitian ini semua
bayi BBLR tidak dimasukkan ke
dalam kriteria penelitian.
Sebagaimana data yang telah
disebutkan dalam latar belakang
penelitian, bahwa di RSD dr.
Soebandi Jember masalah yang
terbesar dari BBLR adalah imaturitas
refleks hisap yang lemah yaitu
sebesar 70%, sehingga dalam
penelitian ini hanya bayi BBLR yang
mengalami refleks hisap lemah saja
yang diteliti. Bayi dengan BBLR
seringkali menimbulkan masalah
antara lain hipotermi, sindroma
gawat nafas, perdarahan intrakranial,
hiperbillirubinemia dan hipoglikemi
akibat dari refleks hisap yang lemah.
Hal ini diakibatkan imaturitas dari
fungsi dari organ-organ vitalnya.
Bayi dengan refleks hisap
lemah sebelum dilakukan fisioterapi
sangat berpengaruh terhadap asupan
nutrisi. Bila nutrisi bayi tidak
terpenuhi, akibat yang paling nyata
adalah akan terjadi penurunan berat
badan yang akan berakibat pada
kondisi-kondisi patologis lainnya
seperti yang sudah disebutkan diatas.
Pada keadaan ini tidak dilakukan
penatalaksanan secara baik maka
bayi akan jatuh dalam kondisi yang
lebih berat, akibatnya masa
perawatan di rumah sakit akan
semakin panjang, bila hal ini terjadi
keluarga akan semakin terbebani
oleh biaya yang besar dan ancaman
terjadinya infeksi nosokomial
semakin besar pula. Dengan
demikian bayi akan terancam
integritasnya.
Refleks Hisap Bayi Sesudah
Dilakukan Fisioterapi Oral
Berdasarkan data di atas
menunjukkan bahwa, sebagian besar
responden sesudah dilakukan
fisioterapi oral adalah dengan refleks
hisap kuat yaitu sebesar 22 bayi atau
73,3%.
Fisioterapi oral adalah suatu
sentuhan dan pijatan pada jaringan
otot daerah sekitar mulut untuk
melancarkan peredaran darah dan
merangsang syaraf-syaraf yang akan
memberikan pengaruh yang positif
(Roesli Utami, 2008). Beberapa
langkah dalam melakukan fisioterapi
oral adalah dengan melakukan
pemijatan yang diawali dari daerah
sekitar hidung, diakhiri pada daerah
rahang bayi. Teknik yang dapat
dilakukan adalah dengan senyum I,
senyum II, senyum III, dan lingkaran
kecil dirahang (small circles around
jaw) (Krausen, 1985).
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013
3
Sebagaimana yang sudah
diuraikan sebelumnya, bayi dengan
BBLR baik bayi dengan prematuritas
maupun dismaturitas sering timbul
masalah. Imaturitas menjadi
penyebab terpenting, hal ini
dikarenakan bayi yang sebenarnya
masih sangat bergantung pada
ibunya dan belum siap untuk hidup
di ekstrauterin. Perlu suatu
penatalaksanaan yang cermat dan
tepat untuk mempertahankan
integritasnya, mulai dengan
mempertahankan suhu tubuhnya
sampai dengan asupan nutrisinya.
Asupan nutrisi sangat penting dalam
mempertahankan kadar glukosa dan
mempertahankan suhu tubuhnya.
Asupan nutrisi sangat bergantung
pada kemampuan bayi memasukkan
nutrisi yaitu adanya refleks hisap
yang kuat. Bayi dengan BBLR sering
kali timbul pada masalah ini.
Untuk meningkatkan kekuatan
refleks hisap pada bayi dengan
BBLR ini perlu dilakukan suatu
usaha untuk meningkatkannya, yaitu
dengan melakukan stimulasi.
Stimulasi yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan fisioterapi
oral. Memberikan stimulasi sejak
dini berupa sentuhan pemijatan
terhadap jaringan otot disekitar
mulut. Melalui sentuhan dan
stimulasi terutama jaringan otot
daerah sekitar mulut dapat
meningkatkan peredaran darah,
meningkatkan fungsi otot dan
merangsang refleks hisap pada bayi.
Selain adanya peningkatan fungsi
otot disekitar mulut, efek lain dari
sentuhan pemijatan terhadap jaringan
otot disekitar mulut (fisioterapi oral)
ini adalah merangsang nervus X
(nervus vagus), sehingga
mengaktifkan refleks pada nervus X
dan merangsang timbulnya rasa lapar
pada bayi. Efek inilah yang
menyebabkan refleks hisap bayi
semakin meningkat. Berdasarkan
data penelitian diatas, fisioterapi oral
sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kekuatan refleks
hisap.
Pengaruh Fisioterapi Oral
Terhadap Refleks Hisap
Berdasarkan hasil analisis
statistik dengan α≤0,05 didapatkan p
value=0,000. Dengan demikian H0
ditolak, artinya fisioterapi oral
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap refleks hisap
pada bayi dengan berat badan lahir
rendah.
Mekanisme dasar fisioterapi
pada bayi adalah; 1) Pengeluaran
beta endorphin yang memberikan
efek; penurunan enzim ornitine
decarboxylase (ODC) suatu enzim
yang menjadi petunjuk peka bagi
pertumbuhan sel dan jaringan
(maturitas), penurunan pengeluaran
hormon pertumbuhan, penurunan
kepekaan ornitine decarboxylase
terhadap hormon pertumbuhan,
pengurangan sensasi taktil akan
meningkatkan pengeluaran suatu
neurochemical beta-endhorphine,
yang mengurangi pembentukan
hormon pertumbuhan karena
menurunnya jumlah dan aktifitas
ornitine decarboxylase jaringan; 2)
Aktifitas Nervus vagus
mempengaruhi penyerapan makanan,
pemijatan meningkatkan tonus
nervus vagus (saraf ke-X) yang akan
meningkatkan penyerapan gastrin
dan insulin, dengan demikian
penyerapan makanan lebih baik dan
berat badan lebih cepat meningkat
(Field dan Scanberg, 1986), 3)
Aktivitas nervus vagus (Nervus ke-
V) meningkatkan nafsu makan,
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013
4
peningkatan aktivitas nervus vagus
akan menyebabkan bayi capat lapar
yang akan menstimuli reflek hisap
dan akan lebih sering menyusu pada
ibunya;
Selain ketiga hal tersebut diatas
mekanisme dasar fisioterapi pada
bayi adalah peningkatan produksi
serotonin untuk mempertahankan
daya tahan tubuh, meningkatkan
kapasitas sel reseptor yang berfungsi
mengikat glucocorticoid sehingga
menurunkan kadar adrenalin
(hormon stress) yang akan
meningkatkan IgM dan Ig, serta
mengubah gelombang otak,
membuat bayi tidur lelap,
meningkatkan kesiagaan (alertness)
atau konsentrasi karena perubahan
gelombang otak yaitu penurunan
gelombang alfa dan meningkatkan
gelombang tetha, yang dapat dilihat
dengan electro encephalogram
(EEG).
Pada hakekatnya manusia
dilahirkan untuk mempertahankan
hidupnya menggunakan naluri dan
refleksnya. Refleks ini timbul oleh
karena rangsangan yang berasal dari
luar dirinya melalui pendengaran,
penglihatan, dan perabaan dari
kulitnya. Sehingga bayi yang baru
lahir akan menggunakan refleks-
refleks primitifnya seperti; rooting,
sucking, dan lain-lain. Bayi baru
lahir dengan berat badan yang rendah
mempunyai ketidakmaturan dalam
sistem persarafan dan fungsi organ
sehingga reflek-reflek tersebut
lemah. Walaupun seiring dengan
berjalannya waktu dan dengan
bertambahnya umur bayi
kemampuannya akan meningkat,
akan tetapi hal ini akan
meningkatkan ketergantungan bayi
akan terapi nitrisi yang tidak
fisiologis (infus dan sonde)
akibatnya meningkatkan morbiditas
dan mortalitas bayi dengan BBLR.
Dengan demikian bayi akan semakin
lama dirawat di rumah sakit dan ini
akan meningkatkan risiko terjadinya
infeksi nosokomial.
Fisioterapi merupakan suatu
upaya untuk meningkatkan
kemampuan refleks dengan
melakukan stimulasi terhadap enzim
yang mempengaruhi pertumbuhan
organ-organ vital bayi untuk
mempertahankan integritanya,
terutama terhadap nervus vagus
(nervus X) yang akan merangsang
rasa haus dan lapar pada bayi.
Berdasarkan data dari hasil
penelitian ini dapat dilihat adanya
peningkatan kekuatan refleks
menghisap pada bayi yaitu yang
semula semua bayi mempunyai
refleks hisap yang lemah setelah
dilakukan fisioterapi oral menjadi 22
bayi (73,3%) mempunyai refleks
hisap yang kuat, dengan nilai
p=0,000. Dengan demikian
fisioterapi oral mempunyai pengaruh
yang sangat kuat terhadap
peningkatan reflex hisap.
KESIMPULAN
1. Refleks hisap bayi Berat Badan
Lahir Rendah sebelum dilakukan
fisioterapi oral di Instalasi
Rawat Inap Ruang Perinatologi
RSD dr. Soebandi dari 30
(100%) responden mengalami
refleks hisap lemah.
2. Refleks hisap bayi Berat Badan
Lahir Rendah sesudah dilakukan
fisioterapi oral di Instalasi
Rawat Inap Ruang Perinatologi
RSD dr. Soebandi sebagian
besar adalah dengan refleks
hisap kuat sebesar 22 bayi atau
73,3%.
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013
5
3. Fisioterapi oral berpengaruh
terhadap refleks hisap pada bayi
Berat Badan Lahir Rendah di di
Instalasi Rawat Inap Ruang
Perinatologi RSD dr. Soebandi.
Berdasarkan analisis statistik p
value = 0,000
DAFTAR PUSTAKA
Andi ( 2007 ). Millenium
Development Goals
Indonesia, Jakarta Press.
Bobak (2005). Keperawatan
Maternitas. Jakarta. EGC.
Krausen (1985). Fisioterapi Oral,
Jakarta: EGC.
Roesli Utami (2008) Pedoman Pijat
Bayi, Jakarta: EGC.