pengaruh corporate governance dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA
PERUSAHAAN TERHADAP PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN
PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010
ABSTRAK
Oleh:
SEPTI GIAN SAPUTRI SIREGAR
NPM : 0851031055
Tlpn : 085279985318
Email :[email protected]
Pembimbing I : Drs. A. Zubaidi Indra, M. M, C. P. A.
Pembimbing II : Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc, Akt.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2006-
2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepemilikan
Institusional (INST), Ukuran Dewan Komisaris Independen (KOMP_INDPNDT),
Pergantian Dewan Direksi (PERG_DIRKSI), Current Ratio (CR),dan Ukuran
Perusahan (UKRAN_PERS).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 141
perusahaan, namun setelah digunakan teknik purposive sampling didapatkan
sampel sebanyak 10 perusahaan dengan perioda pengamatan selama 5 tahun
(2006-2010). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
logistik.
Hasil penelitian menggunakan tingkat signifikasi 5% menunjukkan bahwa
variabel Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
pergantian kantor akuntan publik, Ukuran Dewan Komisaris Independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik, Pergantian
Dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan
publik, Current Ratio berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap
pergantian kantor akuntan publik, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik.
Kata Kunci : Pergantian KAP, Kepemilikan Institusional,Ukuran Dewan
Komisaris Independen, Pergantian Dewan Direksi, CR,Ukuran Perusahaan,
Coporate Governance.
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE AND COMPANY
PERFORMANCE TOWARDS THE CHANGE OF ACCOUNTANT FIRMS
IN MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE 2006-2010 PERIOD
ABSTRACT
By:
SEPTI GIAN SAPUTRI SIREGAR
NPM : 0851031055
Tlpn : 085279985318
Email :[email protected]
Pembimbing I : Drs. A. Zubaidi Indra, M. M, C. P. A.
Pembimbing II : Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc, Akt.
This research aims to determine the effect of Corporate Governance and
Company Performance towards the change of Accountant Firms in manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2010 period. Variables use in
this research are Institutional Ownership (INST), Size of Independent Board of
Commissioners (KOMP_INPNDT), The Change of Board of Directors
(PERG_DIRKSI), Current Ratio (CR), and Company Size (UKRAN_PERS).
Population for this research are 141 manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange, nevertheless after using purposive sampling method
there’s 10 companies as sample with 5 years observation period (2006-2010).
Hypothesis were examined using logistic regression analysis.
The results from this research using 5% level of significant shows
Institutional Ownership has no significant effect towards the change of accountant
firms. Size of Independent Board of Commissioners has no significant effect
towards the change of accountant firms. The change of Board of Directors has no
significant effect towards the change of accountant firms. Current Ratio
negatively-insignificant towards the change of accountant firms and Company -
Size has no significant effect towards the change of accountant firms.
Keywords: The Change of Accountant Firms, Institutional Ownership, Size of
Independent Board of Commissioners, The Change of Board of Directors, Current
Ratio, Company Size, Corporate Governance.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan
baik bagi pihak eksternal maupun pihak internal dalam menentukan keputusan
ekonomi. Selain itu, laporan keuangan juga merupakan suatu bentuk
pertanggung jawaban pihak manajemen perusahaan kepada pihak yang
berkepentingan yaitu stakeholder. Laporan keuangan yang mendasari para
stekeholder dalam mengambil keputusan harus memiliki keandalan dan dapat
dipercaya. Oleh karena itu, manajemen perusahaan membutuhkan bantuan
jasa pihak ketiga yaitu auditor independen yang dapat memberikan jaminan
bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen benar-benar dapat
dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang mereka ambil.
Arens dan Leobbecke (2003) dalam Sukrisno (2007) menyatakan bahwa
independensi sebagai cara pandang yang tidak memihak dalam
penyelenggaraan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan
laporan audit.
Auditor tersebut kemudian melakukan audit laporan keuangan yaitu suatu
proses pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, (Agoes,2007).
Independensi auditor merupakan kunci pokok dari profesi auditor, termasuk
untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Apabila kedua pihak merasa puas
dalam kerjasama tersebut , maka perikatan tersebut akan dipertahankan,
((Wallace, dikutip oleh Clderon dan Ofobike, (2008) dalam Suparlan dan
Andayani (2010)). Namun kerjasama yang terjalin lama antara auditor dengan
klien diyakini akan menimbulkan konsekuensi ketergantungan yang tinggi
atau ikatan ekonomi yang kuat. Semakin tinggi keterikatan secara ekonomi
antara auditor terhadap klien maka semakin tinggi kemungkinan auditor untuk
memperbolehkan klien memilih metode akuntansi yang ekstrim. Hal seperti
ini terjadi pada kasus Enron (Suparlan dan Andayani, 2010). Salah satu
anjuran agar tetap objektif adalah memiliki rotasi wajib auditor karena dapat
mencegah hubungan yang lebih dekat dengan klien serta melindungi publik
melalui peningkatan kewaspadaan terhadap setiap kemungkinan
ketidaklayakan. Pergantian KAP memiliki dua sifat, yaitu bersifat wajib dan
sukarela. Pergantian KAP yang bersifat wajib adalah pergantian kantor
akuntan publik sesuai dengan peraturan pemerintah.
Di indonesia peraturan tersebut terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan
No 17/PMK.01/2008 tentang jasa Akuntan Publik yang menyatakan bahwa
pemberian jasa Akuntan Publik oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3
(tiga) tahun buku berturut-turut yang telah diperbaharui dalam Undang-
undang Republik Indonesia No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
Sedangkan pergantian KAP yang bersifat sukarela terjadi karena inisiatif klien
dan atau KAP akibat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Corporatre Governance atau tata kelola perusahaan merupakan suatu
rangkaian proses kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang
mempengaruhi pengarahan, pengeloolaan, serta pengontrolan suatu
perusahaan. Corporate Governance juga mencakup hubungan antara
stakeholder pihak utama yaitu : pemegang saham, manajemen, dan dewan
direksi yang ditujukan untuk mengoptimalisasikan hasil ekonomi dengan
penekanan kuat pada kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan publik
membutuhkan kepercayaan pemegang saham yang mendorongnya untuk
menjalankan corporate governance.
Jun et al. (2009) menguji asosiasi antara CG internal perusahaan dan jenis
pergantian auditor, menunjukkan adanya hubungan. Proksi untuk mengukur
CG dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan dan pemisahan
wewenang dalam organisasi yang ditinjau dari struktur organisasi yaitu dewan
komisaris dan dewan direksi. Kinerja Perusahaan adalah merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan
alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para
penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Proksi untuk kinerja perusahaan adalah Current Ratio dan ukuran
perusahaan. Current ratio dipilih dalam penelitian ini karena dapat
memperlihatkan kemampuan aset lancar perusahaan dalam membayar hutang
jangka pendeknya. Seluruh aset lancar dimasukan untuk menjamin hutang
lancar hal ini alasan mengapa tidak menggunakan quick ratio yang tidak
memasukkan persedian kedalam aset lancar. Karena aset lancar yang terbesar
dalam perusahaan manufaktur adalah persediaan sehingga persediaan
dimsukan dalam aset lancar sehingga ratio lokuiditas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah current ratio.Penelitian ini mereplikasi penelitian
Suparlan dan Andayani namun terdapat perbedaan yaitu dalam penelitian ini
hanya memakai variabel independen kepemilikan institusional, ukuran dewan
komisaris independen dan pergantian dewan direksi sebagai proksi Corporate
Governance dan Current Ratio dan ukuran perusahaan sebagai proksi dari
kinerja perusahaan. Sedangkan penelitian Suparlan dan Andayani
menggunakan variabel kepemilikan oleh publik, ROE, dan leverage juga
dalam penelitian mereka. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan terhadap Pergantian Kantor
Akuntan Publik pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006-2010.”
1.2. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
perumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap pergantian
Kantor Akuntan Publik?
2. Apakah Ukuran Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap
pergantian Kantor Akuntan Publik?
3. Apakah Pergantian Dewan Direksi berpengaruh terhadap pergantian
Kantor Akuntan Publik?
4. Apakah Current Ratio perusahaan berpengaruh terhadap pergantian
Kantor Akuntan Publik?
5. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pergantian Kantor
Akuntan Publik?
1.2.2. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang
lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah
sebagai berikut:
1. Corporate governance yang di teliti adalah kepemilikan institusional,
ukuran dewan komisaris independen, dan pergantian dewan direksi.
2. Kinerja perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Current ratio
dan Ukuran perusahaan.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh kepemilikan Institusional terhadap pergantian
Kantor Akuntan Publik.
2. Mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris independen terhadap
pergantian Kantor Akuntan Publik.
3. Mengetahui pengaruh pergantian dewan direksi terhadap pergantian
Kantor Akuntan Publik.
4. Mengetahui pengaruh Current ratio terhadap pergantian Kantor Akuntan
Publik.
5. Mengetahui pengaruh Ukuran perusahaan terhadap pergantian Kantor
Akuntan Publik.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan informasi bagi perusahaan klien mengenai hal-hal
yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan perikatan dan pergantian
Kantor Akuntan Publik.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan serta tambahan wawasan
terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai pergantian
Kantor Akuntan Publik.
3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi dan
informasi bagi para peneliti selanjutnya mengenai pembahasan pergantian
Kantor Akuntan Publik.
LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Teori Agensi
Teori Agensi membahas mengenai masalah prinsipal dan agen dalam
pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan, antara pemasok
modal yang berbeda, dan dalam pemisahan penanggungan resiko, pembuatan
keputusan dan fungsi pengendalian dalam perusahaan, Jensen dan Meckling
(1976). Pihak yang berperan sebagai prinsipal adalah pemegang saham,
sedangkan pihak yang bertindak sebagai agen adalah manajer.
Ketidaklengkapan informasi merupakan masalah yang kemudian muncul
dalam hubungan agensi yaitu saat tidak semua kondisi perusahaan diketahui
oleh kedua belah pihak atau yang biasa disebut dengan asimetri informasi.
Para investor sebagai prinsipal secara khusus tidak mengambil bagian dalam
rangka operasi harian perusahaan, tetapi mereka melimpahkan tanggung jawab
ini kepada manajemen yang berfungsi sebagai agen. Jika masing-masing pihak
bertindak menurut kepentingannya sendiri, pemisahan ini menghasilkan
konflik agensi. Solusi yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan
perikatan dengan auditor (KAP) untuk mengevaluasi kinerja manajer.
Perusahaan dengan biaya keagenan nol adalah perusahaan yang manajernya
memiliki seluruh saham perusahaan, sehingga tidak ada pemisahan
kepemilikan (Ang et al, 2000). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
masalah agensi disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan dan informasi
asimetri antara principal dan agent. Menurut Defond, dalam Suparlan dan
Andayani (2010) manajer melihat pergantian auditor dalam mengatasi konflik
agensi. Sedangkan Shleifer et al, (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010)
menyatakan corporate governance yang baik merupakan salah satu isu yang
penting dalam masalah keagenan.
2.2 Pergantian Kantor Akuntan Publik dan Corporate Governance
Perusahaan
Pergantian kantor akuntan publik dalam dunia usaha dilatar belakangi oleh
banyak hal. Lubis (2000) menyatakan bahwa bertambahnya KAP yang
beroperasi menciptakan suatu pilihan atau alternatif bagi perusahaan untuk
memilih KAP. Penyebab perusahaan melakukan pergantian KAP bukan hanya
karena adanya peraturan pemerintah, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain dalam corporate governance, antara lain Beasley (1996)
menyebutkan bahwa dewan direksi berperan dalam memonitor proses
pelaporan keuangan dan menemukan hubungan signifikan, Shleifer et al.
(1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyebutkan bahwa
kepemilikan institusional berperan mengawasi perilaku manajer untuk berhati-
hati dalam mengambil keputusan, Carey et al. (2000) dalam Suparlan dan
Andayani (2010) menyatakan proporsi kepemilikan saham non keluarga
meningkat, maka akan timbul permintaan monitoring dan audit berkualitas,
Jensen (1993) menyatakan kapasitas dewan komisaris untuk melakukan
monitoring lebih efektif seiring dengan besarnya dewan komisaris
independen, yang berakibat meningkatnya kualitas laporan keuangan, Citron
et al. (2001) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menemukan semakin besar
ukuran dewan direksi, semakin efektif memonitor proses pelaporan keuangan.
2.3 Coorporate Governance dan Struktur Kepemilikan Perusahaan
CG merupakan isu yang penting dalam masalah keagenan ((Shleifer et al.
(1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010)). Jun et al. (2009) menguji
asosiasi CG internal perusahaan dan jenis pergantian auditor dan
menggunakan tiga variabel sebagai proksi CG internal perusahaan adalah
kepemilikan terkonsentrasi, size suvervisory board, dan duality CEO dan
5 pimpinan dewan direksi. Perusahaan yang menjalankan CG yang secara
umum lemah lebih memungkinkan berganti ke auditor yang lebih rendah.
Bedard et al. (2004) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyebutkan
kondisi keterlibatan manajemen dan ketidakcukupan CG berpengaruh
terhadap penilaian, perencanaan audit dan keputusan fee audit. Menurut
Schleifer et al. (1986) dalam Suparlan dan Andayani (2010) tingginya
kepemilikan oleh investor institusional mendorong aktivitas monitoring
karena besarnya kekuatan voting mereka yang akan mempengaruhi kebijakan
manajemen. Bushee (1998) menyatakan kepemilikan institusional mempunyai
peran monitoring yang dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan
yang tidak akan merugikan perusahaan dalam jangka panjang.
Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan
bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh
kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Kaihatu,
2006) dalam Suparlan dan Andayani (2010). Mekanisme pengawasan dalam
teori agensi dapat dilakukan dengan mekanisme good corporate governance
(GCG). GCG sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan diharapkan dapat memberikan kepercayaan terhadap manajemen
dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), sehingga dapat
meminimalkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya keagenan.
Menurut Suparlan dan Andayani (2010), tingginya kepemilikan oleh investor
institusional mendorong aktivitas monitoring karena besarnya kekuatan voting
mereka yang akan mempengaruhi kebijakan manajemen. Kepemilikan
institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena
dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin
kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional
sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar
dalam pasar modal.
2.4 Kinerja Perusahaan dan Pergantian Kantor Akuntan Publik
Current ratio merupakan rasio likuiditas (liquidity ratio) yang
menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang telah jatuh tempo. Current ratio sendiri merupakan salah satu
indikator dari rasio likuiditas. Current ratio merupakan rasio antara aset lancar
dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini mengukur
aktiva yang dimiliki perusahaan dalam hutang lancar perusahaan (Husnan
Suad, 1994). Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan baik dimulai
dari yang sifatnya ringan (kesulitan likuiditas) sampai kesulitan keuangan
yang sifatnya parah (kesulitan solvabilitas). Sedangkan menurut Weston
(1995) bahwa CR digunakan untuk mengukur penyelesaian jangka pendek.
Sejauh mana tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang
diharapkan dapat dikonversi ke kas dalam jangka waktu yang kira-kira sama
dengan jatuh tempo tagihan. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan
kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya di bandingkan dengan yang
dibutuhkan sekarang.
Simunic et al. (1987), Francis et al. (1988), dan Abbott et al. (2000) dalam
Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan hubungan positif antara ukuran
klien dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi.
Perusahaan besar mungkin akan memerlukan biaya awal yang lebih besar
atau kenaikan biaya ketika melakukan pergantian KAP. Kenaikan biaya
tersebut dapat menyebabkan peningkatan hubungan antara keduanya.
Selain kenaikan biaya tersebut akan muncul pula tambahan biaya tidak
langsung yang dikeluarkan untuk memberikan informasi mengenai bisnis
perusahaan kepada auditor. Hal tersebut dikemukakan oleh Sinason et al.,
(2001) dalam Wijayanti (2010).
2.6 Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu
Kadir (1994) meneliti mengapa perusahaan berpindah kantor akuntan publik
menggunakan dua yaitu perspektif auditor dan perspektif klien.metode analisis
yang digunakan adalah regresi logistik. Variabel independen yang dipakai
yaitu pergantian manajemen, jasa-jasa selain audit preferensi kreditor.
Sedangkan variabel Dependen yang digunakan adalah auditor switching. Hasil
dari penelitian tersebut adalah:pergantian manajemen perusahaan, jasa-jasa
lain selain jasa audit, opini akuntan dan peferensi kreditor berpengaruh
signifikan terhadap perusahaan untuk berpindah KAP. Damayanti dan
Sudarma (2007) meneliti faktor-faktor perusahaan berpindah kantor akuntan
publik menggunakan metode analisis yaitu regresi logistik. Variabel
independen yang dipakai ukuran KAP, fee audit, pergantian manajemen,
opini akuntan, kesulitan keuangan, persentase perubahan ROA. Variabel
dependenyang digunakan adalah pergantian kantor akuntan publik. Hasil dari
penelitian: fee dan ukuran KAP mempunyai pengaruh terhadap pergantian
KAP, Pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan dan
persentase perubahan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian KAP.
Suparlan dan Andayani (2010) meneliti analisis empiris pergantian kantor
akunta publik setelah ada kewajiban rotasi audit dengan menggunakan metode
analisis regresi logistik. Variabel independen yang dipakai yaitu: investor
institusional, kepemilikan oleh publik, share growth, ukuran dewan komisaris,
pergantian manajemen, leverage, ROE, dan ukuran perusahaan. Variabel
dependen: pergantian kantor akuntan publik.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu: kepemilikan publik, penambahan jumlah
saham mempengaruhi pergantian KAP, investor institusional, pergantian
manajemen, ukuran dewan komisaris, leverage, ROE tidak berpengaruh
terhadap pergantian KAP. Sedangkan ukuran perusahaan berhubungan negatif
dengan pergantian KAP.
2.7 Model Penelitian
Model penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel penelitian
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
2.8 Pengembangan Hipotesis
2.8.1. Corporate Governance
2.8.1.1Kepemilikan Institusional
Sylvanata, 2005 mengatakan bahwa Kepemilikan institusional berperan
mengawasi perilaku manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan
dan berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan,
yaitu maksimalisasi perusahaan. Pengawasan institusi tersebut akan
mengurangi masalah keagenan. Wibowo dan Rossieta (2009) menyatakan
kepemilikan saham dapat menekan terjadinya moral hazard yang dilakukan
manajemen yang berhubungan dengan peningkatan permintaan kualitas audit.
Dengan demikian, perusahaan dengan kepemilikan saham oleh institusional
yang besar berpotensi melakukan pergantian KAP karena diakibatkan oleh
peningkatan permintaan kualitas audit. Marganingsih et al. (2008)
mendapatkan kepemilikan institusional berhubungan negatif dengan
kualifikasi audit.
Menurut Shleifer et al. (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010)
kepemilikan institusional berperan dalam mengawasi perilaku manajer untuk
berhati-hati dalam mengambil keputusan sehingga dapat mengurangi masalah
keagenan.
Pergantian KAP
Ukuran Dewan
Komisaris
Independen
Pergantian
Dewan Direksi
Current Ratio
Ukuran
Perusahaan
Kepemilikan
Institusional
Chan et al.(2007) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyebutkan bahwa
kepemilikan saham institusi menentukan peningkatan permintaan kualitas
audit, sehingga hipotesis yang diajukan sebagai berikut.
H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap pergantian
kantor akuntan publik.
2.8.1.2.Ukuran Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris, pemisahan CEO dengan dewan direksi, dan kepemilikan
institusional merupakan pengukur CG yang baik menurut Tally (2009) dalam
Suparlan dan Andayani (2010). Jensen (1993) dalam Suparlan dan Andayani
(2010) menyatakan kapasitas dewan komisaris untuk melakukan monitoring
lebih efektif seiring dengan besarnya dewan komisaris, yang mengakibatkan
meningkatnya kualitas laporan keuangan. Komisaris Independen merupakan
posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan
yang good governance. Dewan komisaris berwenang mengangkat KAP
melalui komite audit , maka hipotesisnya adalah:
H2: Ukuran Dewan Komisaris Independen perusahaan publik
berpengaruh positif terhadap pergantian kantor akuntan publik.
2.8.1.3 Pergantian Dewan Direksi
Beasley (1996) mendapatkan peran dewan direksi dalam memonitor proses
pelaporan keuangan berhubungan siqnifikan dan mempengaruhi kemampuan
memonitor proses penyiapan laporan keuangan. Citron et al. (2001) dalam
Suparlan dan Andayani (2010) menemukan semakin besar ukuran dewan
direksi , semakin efektif memonitor proses pelaporan keuangan.
Pergantian Dewan Direksi dapat disebabkan oleh keputusan rapat pemegang
saham maupun pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri sehingga
pemegang saham harus mengontrak atau mengganti manajemen baru yaitu
direktur utama. Pergantian direktur utama tersebut mungkin saja diikuti oleh
perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP
(Damayanti dan Sudarma, 2007).
Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan
akuntansinya (Nagy, 2005 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).
Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat.
Jika hal ini tidak terpenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti
auditornya (Joher et al., 2000 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Dari
pernyataan –pernyataan diatas maka, hipotesis yang diajukan adalah:
H3: Pergantian Dewan Direksi perusahaan berpengaruh positif terhadap
pergantian Kantor Akuntan Publik.
2.8.2 Kinerja Perusahaan
2.8.2.1 Current Ratio
Current ratio merupakan rasio likuiditas (liquidity ratio) yang
menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang telah jatuh tempo. Schwartz et al. (1995) dalam Suparlan dan
Andayani (2010) menyatakan perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan cenderung untuk berganti KAP, karena tidak mampu membayar fee
audit. Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan baik dimulai dari yang
sifatnya ringan (kesulitan likuiditas) sampai kesulitan keuangan yang sifatnya
parah (kesulitan solvabilitas). Pembayaran fee audit dilakukan jangka pendek ,
kurang dari satu tahun.
Dalam lingkungan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, terdapat
pengaruh yang besar terhadap putusnya hubungan kerja antara manajemen,
dan auditor yang menyebabkan perusahaan mengganti auditornya. Jika current
ratio relatif lebih tinggi, maka likuiditas jangka pendek dari struktur keuangan
akan lebih stabil.
Oleh karena itu, biaya audit dibebankan lebih rendah. Semakin likuid sebuah
perusahan maka semakin tidak ada kesulitan perusahaan dalam membayar fee
audit. Berdasarkan pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H4: Current Ratio perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian
Kantor Akuntan Publik.
2.8.2.2 Ukuran Perusahaan
Simunic et al. (1987), Francis et al. (1988), dan Abbott et al. (2000) dalam
Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan hubungan positif antara ukuran
klien dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi.
Penelitian menggunakan total aset sebagai proksi untuk firm size, akan
mencari KAP yang dapat menyediakan kualitas audit yang tinggi. Ettredge
(2009) dalam Suparlan dan Andayani (2010) mendapatkan ukuran perusahaan
berhubungan positif dengan pemilihan KAP besar.
Citron et al. (2001) dalam Suparlan dan Andayani (2010) mendapatkan
ukuran perusahaan berhubungan positif dengan pemilihan KAP the Big Six
dan pemilihan auditor yang berkualitas. Perusahaan besar mungkin akan
memerlukan biaya awal yang lebih besar atau kenaikan biaya ketika
melakukan pergantian KAP. Kenaikan biaya tersebut dapat menyebabkan
peningkatan hubungan antara keduanya. Selain kenaikan biaya tersebut
akan muncul pula tambahan biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk
memberikan informasi mengenai bisnis perusahaan kepada auditor. Hal
tersebut dikemukakan oleh Sinason et al., (2001) dalam Wijayanti (2010).
Berdasarkan argumen tersebut, maka dapat dikatakan bahwa biaya audit untuk
perusahaan kecil lebih sedikit jika dibandingkan dengan perusahaan besar.
Oleh karena itu hipotesisnya adalah:
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian
Kantor Akuntan Publik.
METODA PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang diambil
dari database Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai 2010 yang
meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan.
3.2 Metoda Pengumpulan Data
Metoda pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain
adalah dengan melakukan dokumentasi penulis mencari data langsung dari
catatan-catatan atau laporan keuangan yang ada pada BEI. Data sekunder yang
diambil dari BEI ini terdiri dari laporan auditor independen dan laporan
keuangan perusahaan setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sesuai
dengan kriteria pemilihan sampel. Selain itu juga dengan melakukan studi
pustaka yaitu pengumpulan data sebagai landasan teori serta penelitian
terdahulu didapat dari dokumen- dokumen, buku, internet serta sumber data
tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling. Adapun sampel ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan nonkeuangan dan noninvestasi yang terdaftar di BEI,
2. Telah melakukan pergantian KAP dalam periode tahun 2006 hingga tahun
2010,
3. Tidak diaudit oleh KAP yang sama selama enam tahun berturut-urut, ini
bertujuan untuk menghindari perusahaan tersebut berganti KAP karena
Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik.
4. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan, dan laporan
audit secara lengkap selama periode penelitian.
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah Akumulasi
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2006-2010
141
2 Perusahaan manufaktur yang melakukan delisting
tahun 2006-2010 dari BEI
(20) 121
3 Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik
selama periode 2006-2010
(86) 35
4 Tidak diaudit selama enam tahun berturut-turut
oleh Kantor Akuntan Publik yang sama
(23) 12
5 Data tidak lengkap (2) 10
Jumlah sampel total selama perioda penelitian 50
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen penelitian ini
adalah Pergantian Kantor Akuntan Publik yang merupakan variabel dummy.
Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai 1 bagi perusahaan yang
melakukan pergantian KAP dan nilai 0 jika tidak melakukan pergantian KAP.
3.4.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen terdiri dari: pertama, Kepemilikan Institutional
merupakan institusi keuangan yang mencakup perusahaan asuransi, bank,
dana pensiun, dan perusahaan investasi (Koh, 2003) dalam Suparlan dan
Andayani (2010). Kedua, Ukuran Dewan Komisaris Independen adalah
jumlah dewan komisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan. Dihitung
dengan membagi jumlah komisaris independen dengan keseluruhan jumlah
komisaris kemudian dikalikan dengan 100%. Ketiga, Pergantian Dewan
Direksi, diukur 1 jika perusahaan melakukan pergantian dewan direksi dan 0
jika sebaliknya. Pergantian Dewan Direksi dilihat dari laporan keuangan
tahunan pada catatan atas laporan keuangan bagian umum. Apabila terjadi
pergantian salah satu atau lebih dewan direksi maka diukur 1 begitu pula
sebaliknya. Keempat, Current ratio yaitu aset lancar dibagi kewajiban lancar.
Current Ratio merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.
Kelima, ukuran perusahaan diklasifikasikan berdasarkan besar kecilnya
jumlah penjualan. Dalam penelitian ini size diukur dari jumlah penjualan
perusahaan.
3.5 Alat Analisis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate
dengan menggunakan regresi logistik (logistic regretion), yang variabel
terikatnya merupakan non metrik dan variabel bebasnya merupakan metrik
(nominal).Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap satu variabel dependen yang
merupakan variabel dummy. Model regresi logistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
= β0+ + β2 KOMP_INDPNDT + β3 PERG_DIRKSI + β4 CR
+ β5 UKRAN_PERS
Keterangan:
Berg_KAP atau = Nilai rasio kemungkinan perusahaan berganti
KAP, menggunakan variabel dammy, 1 bagi
perusahaan yang berganti KAP dan 0 jika
sebaliknya.
β0 = Konstanta.
β1- β5 = Koefisien regresi.
INST = Investor institusional, menggunakan persentase
kepemilikan saham.
KOMP_INDPNDT = Ukuran Dewan Komisaris Independen, Dihitung dengan
membagi jumlah komisaris independen dengan
keseluruhan jumlah komisaris kemudian dikalikan
dengan 100%.
PERG_DIRKSI = Pergantian Dewan Direksi, menggunakan variabel dummy,
1 bagi perusahaan yang melakukan pergantian dewan
direksi dan 0 jika sebaliknya.
CR = Current Ratio.
UKRAN_PERS = Ukuran Perusahaan
e = Residual error
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum
mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang diukur pada sampel.
Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.
3.5.2 Pengujian Hipotesis
a. Uji Kelayakan Model Regresi
b. Uji Model Fit
c. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Sum Mean
Std.
Deviation
INST 50 ,00 68,60 678,41 13,5682 20,70339
KOMP_INDP
NDT
50 20,00 66,00 1789,00 35,7800 9,36186
CR 50 ,01 6,73 81,60 1,6320 1,49907
UKRAN_PE
RS
50 ,00 19690239,00 114909235,81 2298184,7162 4914904,
03063
Valid N
(listwise)
50
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian.
Berdasarkan Tabel 4.1, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
terhadap Kepemilikan Institusional menunjukkan nilai minimum sebesar 0 yaitu
pada Perusahaan AUTO, Unilever, DOID tahun 2006 dan 2010, MYRX tahun
2008, 2009, dan 2010, PRAS tahun 2006 dan 2010 dan SQMI tahun 2006 dan
2007, nilai maksimum sebesar 68,60 yaitu perusahaan SIMM dengan rata-rata
sebesar 13,5682.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap Ukuran Dewan
Komisaris Independen menunjukkan nilai minimum sebesar 20,00 yaitu
Perusahaan Unilever tahun 2006, 2007, dan 2008, nilai maksimum sebesar 66,00
yaitu Perusahaan MYRX tahun 2009 dengan rata-rata sebesar 35,7800. Hasil
analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap Current Ratio
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,01 yaitu Perusahaan MYRX tahun 2008,
nilai maksimum sebesar 6,73 yaitu Perusahaan SQMI tahun 2010 dengan rata-
rata sebesar 1,6320. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
terhadap Ukuran Peusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar 0 yaitu
Perusahaan MYRX tahun 2008 dan 2009, SIMM tahun 2010, dan SQMI tahun
2008, nilai maksimum sebesar 19.690.239 yaitu Perusahaan Uilever tahun 2010
dengan rata-rata sebesar 2.298.184,7162.
4.2 . Pengujian Hipotesis
4.2.1 Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of fit test)
Analisa pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi
logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan ini dilakukan dengan
menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada
bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow. Hosmer and Lemeshow’s Goodness
of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan
model. Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of fit -test statistics sama
dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada
perbedaan signifikan antara model dengan dengan nilai observasinya,
sehingga Goodness of fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya (Ghozali, 2007).
Tabel 4.2 Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 2,909 8 ,940
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari Table 4.2 secara statistik menunjukkan bahwa nilai dari pengujian Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test nilai chi square adalah 2,909 dengan
signifikansi sebesar 0,940. Dengan tingkat signifikansi lebih besar dari tingkat
signifikasi (α) sebesar 0,05 artinya H0 tidak dapat ditolak (diterima) karena model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2007). Hal ini berarti
model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada
perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati. Atau dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai
observasinya.
4.2.2 Uji Model Fit (Overall Model Fit)
Tabel 4.3 Nilai -2 Log Likehood (-2 LL Awal)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 66.407 ,480
2 66.406 ,490
3 66.406 ,490
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 66.406
c. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less than
.001.
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel 4.4 Nilai -2 Log Likehood (-2 LL Akhir)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant INST KOMP_INDPNDT PERG_DIRKSI
Step 1 1 59,883 -,603 ,016 ,027 ,423
2 59,623 -,902 ,022 ,035 ,481
3 59,620 -,936 ,023 ,036 ,480
4 59,620 -,937 ,023 ,036 ,480
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 66.406
d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
.001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration Coefficients
CR UKRAN_PERS
Step 1 1 -,072 ,000
2 -,085 ,000
3 -,086 ,000
4 -,086 ,000
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 66.406
d. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less
than .001.
Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 secara statistik menunjukkan perbandingan nilai antara -2
Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block number = 0) dengan nilai -2LL akhir
(Block number = 1). Nilai -2LL awal adalah sebesar 66.406. Setelah dimasukkan
kelima variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi
sebesar 59.620. Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL
function) dengan nilai - 2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan
bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2007).
Penurunan nilai -2 log likehood menunjukkan bahwa model penelitian ini
dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel yaitu
corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris
independen, dan pergantian dewan direksi) dan kinerja perusahaan (current ratio
dan ukuran perusahaan) kedalam model penelitian ini akan memperbaiki model fit
penelitian ini.
4.2.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Tabel 4.5 Nilai Nagelkerke’s R Square
Model Summary
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1 59,620a ,127 ,173
a. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less
than .001.
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.5 secara statistik, maka dapat dilihat bahwa hasil analisis
regresi logistik secara keseluruhan menunjukan nilai Cox & Snell R Square
sebesar 0,127. Cox & Snell merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R
Square pada regresi berganda yang didasarkan pada teknik estimasi Likelihood
dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterprestasikan
(Ghozali, 2007). Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,173 yang berarti
variabilitas variabel dependen Pergantian Kantor Akuntan Publik yang dapat
dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel independen :corporate governance
(kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris independen, dan pergantian
manajemen) dan kinerja perusahaan (current ratio dan ukuran perusahaan) adalah
sebesar 17,3%, sedangkan sisanya sebesar 82,7% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain di luar model penelitian.
4.2.4 Matrik Klasifikasi
Tabel 4.6 Matrik Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted
PERG_KAP Percentage
Correct .00 1.00
Step
1
PERG_KA
P
.00 7 12 36,8
1.00 2 29 93,5
Overall Percentage
72,0
a. The cut value is .500
Sumber: Hasil pengolahan data
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
perusahaan perusahaan berpindah KAP adalah sebesar 93,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan,
terdapat sebanyak 29 laporan keuangan yang diprediksi melakukan pergantian
KAP dari total 31 laporan keuangan yang berpindah KAP. Kekuatan prediksi
model perusahaan yang tidak berpindah KAP adalah sebesar 36,8%, yang berarti
bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 7 laporan keuangan
yang diprediksi tidak melakukan pergantian KAP dari total 19 laporan keuangan
yang tidak berganti KAP.
4.2.5 Uji Koefisien Regresi
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a INST ,023 ,021 1,197 1 ,274 1,023
KOMP_INDPNDT ,036 ,047 ,586 1 ,444 1,037
PERG_DIRKSI ,480 ,653 ,540 1 ,462 1,616
CR -,086 ,246 ,121 1 ,728 ,918
UKRAN_PERS ,000 ,000 ,908 1 ,341 1,000
Constant -,937 1,585 ,350 1 ,554 ,392
a. Variable(s) entered on step 1: INST, KOMP_INDPNDT, PERG_DIRKSI, CR, UKRAN_PERS.
Tabel 4.7 secara statistik menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik
pada tingkat signifikasi 5%.
Dari pengujian persamaan regresi logistik diatas maka diperoleh model regresi
logistik sebagai berikut :
= -0,937 + 0,023INST + 0,036 KOMP_INDPNDT +
0,480 PERG_DIRKSI – 0,086 CR + 0,000 UKRAN_PERS
4.2.6 Estimasi dan Interprestasinya
4.2.6.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap pergantian Kantor
Akuntan Publik
Variabel Kepemilikan Institusional menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,023
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,274., lebih besar dari α = 5%. Karena
tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-1 tidak berhasil
didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh
kepemilikan institusional terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Suparlan dan Andayani (2010), hal ini membuktikan bahwa kepemilikan
institusional berperan mengawasi manajer agar bertindak hati-hati, serta
melakukan pengawasan ketat, tetapi tidak dengan cara mengganti Kantor Akuntan
Publik. Kepemilikan institusional juga digunakan untuk menciptakan pengelolaan
organisasi secara transparansi dan akuntabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan
perusahaan tidak menganti Kantor Akuntan Publik yang lama karena Kantor
Akuntan Publik tersebut berkualitas.
4.6.2.2 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Independen terhadap Pergantian
Kantor Akuntan Publik
Variabel Ukuran Dewan Komisaris Independen menunjukkan koefisien regresi
sebesar 0,036 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,444, lebih besar dari
α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis
ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya
pengaruh ukuran dewan komisaris independen terhadap pergantian Kantor
Akuntan Publik. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010), hal ini gagal membuktikan bahwa
adanya pengaruh jumlah dewan komisaris independen terhadap pergantian kantor
akuntan publik. Dalam penelitian ini berarti bahwa banyaknya jumlah dewan
komisaris independen tidak selalu melakukan pengawasan dengan membuat
kebijakan untuk berganti Kantor Akuntan Publik.
4.6.2.3 Pengaruh Pergantian Dewan Direksi terhadap Pergantian Kantor
Akuntan Publik
Variabel Pergantian Dewan Direksi menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,480
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,462, lebih besar dari α = 5%. Karena
tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-3 tidak berhasil
didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh pergantian
dewan direksi terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kawijaya dan
Juniarti (2002), Damayanti dan Sudarma (2007), Suparlan dan Andayani (2010),
dan Wijayanti (2010). Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
pergantian manajemen tidak selalu serta diikuti oleh adanya pergantian kebijakan
perusahaan dalam menggunakan jasa suatu kantor akuntan publik. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan dan pelaporan akuntansi kantor akuntan publik
yang lama masih selaras dengan kebijakan menejemen baru dengan cara
melakukan negosiasi ulang. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kadir (1996), dan Sinarwati (2010).
4.6.2.4 Pengaruh CR terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik
Variabel CR menunjukkan koefisien negatif regresi sebesar 0,086 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0,728, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi
(p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-4 tidak berhasil didukung.
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh CR terhadap
pergantian Kantor Akuntan Publik. Hal ini gagal membuktikan bahwa adanya
pengaruh CR terhadap pergantian kantor akuntan publik. Kondisi perusahaan
klien yang mengalami kesulitan keuangan cenderung meningkatkan evaluasi
subjektivitas dan kehati-hatian auditor. Dalam kondisi seperti ini suatu perusahaan
akan cenderung melakukan pergantian KAP. Pergantian kantor akuntan publik
juga bisa disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan
untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan
penurunan kemampuan keuangan perusahaan. Namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesulitan keuangan justru tidak menjadi faktor penyebab
perusahaan untuk melakukan perpindahan KAP. Hal tersebut disebabkan karena
sebagian besar perusahaan yang dijadikan sampel menggunakan jasa KAP Non
Big Four, dengan demikian perpindahan ke penggunaan jasa KAP Big Four justru
akan semakin menyulitkan kondisi keuangan perusahaan karena kenaikan jasa
audit. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nasser et al (2006).
4.6.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pergantian Kantor Akuntan
Publik
Variabel Ukuran Perusahaan menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,000 dengan
tingkat signifikansi (p) sebesar 0,341, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat
signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-5 tidak berhasil
didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh Ukuran
Perusahaan terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Damayanti dan Sudarma (2007), Suparlan dan
Andayani(2010), dan Wijayanti (2010) .
Hasil penelitian menunjukkan adanya fenomena tingkat pertumbuhan klien tidak
menyebabkan perusahaan untuk melakukan Perpindahan Kantor Akuntan Publik.
Rudyawan dan Badera (2008) menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan
tidak berpengaruh pada kesangsian auditor terhadap kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Karena itu pertimbangan pihak manajemen untuk mempertahankan reputasi
perusahaan berkaitan dengan ukuran KAP di mata para shareholders-nya masih
menjadi faktor utama bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan penggunaan
jasa KAP lama.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression)
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh Kepemilikan
Institusional, Ukuran Dewan Komisaris Independen, Pergantian Dewan Direksi,
Current Ratio, Ukuran Perusahaan terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik
selama lima tahun pengamatan (2006-2010).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya :
1. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian terbatas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perioda penelitian hanya lima tahun yaitu tahun 2006-2010, sehingga
kurang dapat melihat kecenderungan pergantian kantor akuntan publik
dalam jangka panjang.
3. Auditor switching dalam penelitian ini hanya memperhatikan pergantian
pada tingkat KAP, tidak memperhatikan pergantian pada tingkat akuntan
publik.
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, saran yang dapat diberikan
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dengan
memasukkan seluruh jenis industri, baik industri manufaktur,
perdagangan, jasa, maupun keuangan sebagai obyek penelitian sehingga
dapat lebih bervariasi. Namun harus diperhatikan mengenai perbedaan
karakter tiap jenis perusahaan tersebut. Selain itu juga menambah rentan
waktu penelitian.
2. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan beberapa variabel
lain yang mungkin mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik
untuk meningkatkan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2007. Auditing (Pemeriksaan Akuntan ) oleh Kantor
Akuntan Publik.Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Ang, J.S., Cole, R.A., dan Lin, J.W. 2000. Agency Cost and Ownership
Structure. Journal of Financial. Vol. 55. No. 1. pp. 81-106
Beasley, M. 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between the
Board of Director Composition and Financial Statement Fraud.
Accounting Review. Vol. 71 pp. 443-465.
Bursa Efek Indonesia. n.d. Indonesian Capital Market Directory 2005-
2009. Jakarta: Bursa Efek Indonesia.
Bushee, B.J. 1998. The Influence of Institutional Investors on Myopic
R&D Investment Behavior. The Accounting Review. Vol. 3, pp.
305-333.
Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan
Publik”. Simposium Nasional Akuntansi 11, Pontianak.
Ghozali, I., 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Edisi Keempat. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D.N., and Porter, D.C.2009. Basic Econometrics. Singapore.
Mc. Graw-Hill.
Husnan, Suad. 1994, Manajemen Keuangan (Teori dan Penerapan
Keputusan Jangka Panjang), Edisi keempat, Yogyakarta :
BPFE.
Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BPFE
Jensen, M.C. 1993. Presidential Address: The Modern Industrial
Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control system.
Journal of France. Vol. 48. pp. 830-881.
Jensen, M.C, and WilliamH. M. 1976. Revolution, Exit and the Failure
of Internal Control System. Journal of financial Economics.
Vol. 3. Pp. 82-136
Jun, L.Z. and Liu, M. 2009. Auditor Switching from the Perspective of
Corporate Governance in China. Corporate Governance: An
International Review. Vol. 17 No. 4. pp. 476-491.
Kadir, M.N, 1994. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah
KAP. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang Jasa
Akuntan Publik.
Keputusan Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003 tentang Jasa
Akuntan Publik.
Lubis, F., 2000, Hubungan Dua Arah (Simultaneous) Antara Pendapat Audit
Dengan Pergantian Akuntan, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 2 No.
2, 171-181.
Marganingsih, A. 2008. Struktur Kepemilikan dan Mekanisme
Corporate Governance pengaruhnya pada penerimaan
Pendapatan Audit Kualifikasi. Integrity-Jurnal Akuntansi
Keuangan. Vol. 2. Pp. 367-390.
Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik.
Rudyawan, A.P. dan I.D.N. Badera. 2008. Opini Audit Going Concern:
Kajian berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan,
Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana, 4(2). http://ejournal.unud.ac.id?
Sugiyono. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Suparlan dan Andayani. 2010. Analisis Empiris Pergantian Kantor
Akuntan Publik setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit. Paper
disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII,
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, Purwokerto, 13-14
Oktober 2010.
Sylvanata Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium
Nasional Akuntansi VIII,2005.
Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik.
Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT
Percetakan Unila. Bandar Lampung.
Weston, J. Fred. dan Eugene, F. Brigham. 1995. Manajemen Keuangan.
Jakarta: Erlangga.
Wibowo, A. & Rossieta, H. (2009). Faktor-faktor determinasi kualitas
audit-suatu studi dengan pendekatan earning surprise
benchmark. http://openpdf.com/ebook/determinasi-pdf.html
Widarjono, Agus.2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Wijayanti, P.M. 2010. Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Auditor Switching Di Indonesia. Skipsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.