pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja...

29
PENGARUH DIVERSIFIKASI KORPORAT TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI ABSTRAK Oleh: PRISKA RISMA YESSICA NPM : 0851031045 Tlpn : 082372585954 Email : [email protected] Pembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan serta peran kepemilikan manajerial sebagai pemoderasi kinerja pada perusahaan yang terdiversifikasi. Penelitian ini menggunakan variabel diversifikasi yang diproksikan dengan indeks Herfindahl, kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q, dan kepemilikan manajerial. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 11 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006-2010. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier sederhana untuk menguji hipotesis pertama dan analisis regresi berganda dengan variabel moderat (Moderated Regression Analysis) untuk menguji hipotesis kedua. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pada hipotesis pertama, diversifikasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan pada hipotesis kedua menunjukan bahwa ternyata kepemilikan manajerial tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan. Kata kunci : Diversifikasi Korporat, kinerja keuangan, kepemilikan manajerial.

Upload: truongdat

Post on 07-Apr-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH DIVERSIFIKASI KORPORAT TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

ABSTRAK

Oleh:

PRISKA RISMA YESSICA

NPM : 0851031045

Tlpn : 082372585954

Email : [email protected]

Pembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt.

Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan

diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan serta peran kepemilikan

manajerial sebagai pemoderasi kinerja pada perusahaan yang terdiversifikasi.

Penelitian ini menggunakan variabel diversifikasi yang diproksikan dengan indeks

Herfindahl, kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q, dan

kepemilikan manajerial. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri atas 11 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama periode 2006-2010. Sampel penelitian diperoleh dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 17.0

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier sederhana untuk

menguji hipotesis pertama dan analisis regresi berganda dengan variabel moderat

(Moderated Regression Analysis) untuk menguji hipotesis kedua.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pada hipotesis pertama,

diversifikasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Sedangkan pada hipotesis kedua menunjukan bahwa ternyata kepemilikan

manajerial tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh diversifikasi

terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajerial bukan

merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi pengaruh diversifikasi

terhadap kinerja perusahaan.

Kata kunci : Diversifikasi Korporat, kinerja keuangan, kepemilikan manajerial.

THE INFLUANCE OF CORPORATE DIVERSIFICATION TO FIRM

PERFORMANCE WITH MANAGERIAL OWNERSHIP AS A

MODERATION VARIABLE

ABSTRACT

By:

PRISKA RISMA YESSICA

NPM : 0851031045

Tlpn : 082372585954

Email : [email protected]

Pembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt.

Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.

The purpose of this research was to determine the influance of

diversification’s policy to the firm performance and interaction of managerial

ownership as moderating variable of performance in diversified firms. This

research uses diversification’s variable that is measured using Herfindahl index,

financial performance is measured using Tobin's Q ratio and managerial

ownership. There are 11 companies of manufacturing firms listed on the

Indonesian Stock Exchange during 2006-2010 as sample of this research. The

samples are obtained by using purposive sampling method. Testing was

performed using SPSS version 17.0

This research uses linier regression analysis to test the first hypotesis and

multiple regression analysis with the moderated regression (Moderated

Regression Analysis) to test the second hypotesis.

The result of this research proves on the first hypotesis, diversification has

negative significant influance to firm performance. Meanwhile, the second

hypotesis proves that managerial ownership cann’t significantly to moderate the

influance of diversification to firm performance. Thus, managerial ownership is

not a moderating variable that is able to moderate the influance of diversification

to firm performance.

Keyword: Corporate diversification, firm performance, managerial ownership.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis global yang terjadi saat ini mempengaruhi kondisi perusahaan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Perdagangan bebas dan iklim investasi yang

terbuka menuntut perusahaan untuk terus bertahan di tengah persaingan yang

kompetitif dan juga menghasilkan keuntungan yang dapat menjamin

kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan yang mampu

melakukan inovasi dan terus mengembangkan serta meningkatkan kinerjanya

akan mampu bertahan. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki strategi bisnis

yang tepat agar dapat mempertahankan eksistensinya dan terus berkembang dalam

dunia bisnis.

Perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan juga

mempertahankan keunggulan bisnisnya. Dalam jangka panjang perusahaan dapat

melakukan pengembangan perusahaan maupun pengurangan skala ekonomis

usaha. Hal ini tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri dalam usaha

mengembangkan perusahaannya terlebih mengembangkan ekspansi usaha dan

memperluas pasar.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan ekonomi yang semakin

kompetitif menyebabkan permasalahan-permasalahan dalam perusahaan semakin

kompleks. Oleh karena itu, perusahaan harus cermat dan bijak dalam mengambil

keputusan terutama kebijakan strategisnya. Kebijakan ini yang akan digunakan

untuk mempertahankan atau meningkatkan keunggulan bisnisnya dalam

peningkatan kinerja perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan

pengembangan sektor usaha atau diversifikasi usaha yang

diwujudkan dalam bentuk ekspansi usaha dan perluasan pasar melalui strategi

diversifikasi segmen usaha.

Peningkatan kecenderungan diversifikasi korporat telah menjadi pokok

perdebatan apakah diversifikasi masih membawa manfaat bagi perusahaan atau

justru membawa dampak yang negatif terhadap keunggulan kompetitif jangka

panjang. Disatu sisi, pendapat mengatakan bahwa dengan adanya diversifikasi

perusahaan dapat meningkatkan skala ekonomis. Sementara di sisi lain, banyak

pendapat yang mengatakan bahwa strategi fokus dalam kompetisi ini justru

merupakan kunci utama terhadap keunggulan perusahaan dalam jangka panjang.

Saat ini, diversifikasi menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan ketika

perusahaan menghadapi persaingan ketat dan pertumbuhan pasar yang cepat.

Menurut George dan Kabir (2005) diversifikasi perusahaan dapat menciptakan

nilai perusahaan.

Pengembangan diversifikasi pada perusahaan harus dicocokkan pada peluang

industri. Perumusan strategi diversifikasi ini akan menjadi suatu alat dalam

menganalisis keunggulan dan juga kelemahan sehubungan dengan adanya peluang

serta ancaman yang terjadi dalam dunia bisnis. Seperti pada beberapa penelitian

sebelumnya, menjelaskan bahwa diversifikasi membawa pengaruh negatif bagi

kinerja. Perusahaan akan mengalami kerugian dan bahkan sampai menutup

usahanya.

Diversifikasi banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan modal yang

kuat untuk memperoleh laba perusahaan yang tinggi pada negara-negara dengan

kondisi perekonomian yang sedang berkembang. Di sisi lain, dalam kondisi

perekonomian yang belum kuat tersebut, tingkat risiko yang dihadapi juga relatif

tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada kinerja dan juga keberhasilan suatu

perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya. Selain itu diversifikasi juga dapat

meningkatkan kompleksitas struktur, manajerial dan organisasi perusahaan.

Beberapa penelitian menunjukkan ketidakkonsistenan mengenai pengaruh

diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan. Pada penelitian Gunarsih

(2004) yang meneliti pengaruh difersivikasi korporat terhadap kinerja

mengungkapkan bahwa adanya pengaruh positif diversifikasi terhadap kinerja.

Sedangkan menurut Satoto (2009) menjelaskan strategi diversifikasi berpengaruh

negatif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian yang berbeda-beda

mendorong Kusmawati (2008) untuk meneliti diversifikasi dengan menambahkan

kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi. Keberadaan manajemen

diduga memberikan pengaruh antara diversifikasi dan kinerja. Kusmawati (2008)

menyimpulkan bahwa diversifikasi tidak berpengaruh terhadap profitabilitas suatu

perusahaan. Namun, dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi

diversifikasi perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja. Dengan kata lain,

kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap keputusan manajer dalam

kebijakan diversifikasi.

Karena adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian tersebut, maka penelitian

ini akan menguji bagaimana pengaruh diversifikasi perusahaan terhadap kinerja

yang diukur dengan rasio Tobin’s Q, dengan menambahkan kepemilikan

manajerial sebagai pemoderasi.

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu dari mekanisme Good Corporate

Governance (GCG). Kepemilikan manajerial dapat membantu mengendalikan

konflik keagenan karena adanya pemisahan antara kepemilikan perusahaan

dengan pengelola perusahaan. Menurut Cruithley dan Hansen (1989), dalam

Kusmawati (2008), kepemilikan manajerial ini bertujuan untuk memberikan

kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan sehingga dengan

keterlibatan ini kedudukan manajer bisa sejajar dengan pemilik perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “ Pengaruh

Diversifikasi Korporat terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan

Manajerial sebagai Variabel Moderasi ”.

1.1. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1.2.1. Perumusan Masalah

1. Apakah diversifikasi korporat berpengaruh positif signifikan terhadap

kinerja perusahaan?

2. Apakah kepemilikan manajerial mampu memoderasi pengaruh

diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan?

1.2.2. Batasan Masalah

1. Sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2006-2010.

2. Perusahaan tersebut listing di BEI selama periode pengamatan.

3. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan tahunan dan pengungkapan

laporan segmen yang lengkap serta data mengenai kepemilikan manajerial

selama periode pengamatan.

4. Pengukuran kinerja perusahaan hanya menggunakan rasio Tobin’s Q

sebagai parameter tunggal.

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.2.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :

1. Pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan.

2. Peranan kepemilikan manajerial dalam peningkatan kinerja perusahaan

pada perusahaan yang terdiversifikasi.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan

terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

2. Memberikan informasi kepada praktisi seperti para manajer selaku

eksekutif perusahaan dan investor mengenai kebijakan diversifikasi

korporat.

3. Memberikan wacana atau studi literatur bagi pembaca mengenai

pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan dan

pengaruh kepemilikan manajerial antara diversifikasi korporat dengan

kinerja perusahaan.

4. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan atau

bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis

maupun penelitian yang lebih luas.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Keagenan

Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu basis teori yang mendasari

praktik bisnis pada perusahaan-perusahaan selama ini. Pada dasarnya, prinsip dari

teori ini menyatakan bahwa adanya hubungan kerja antara pihak prinsipal, yaitu

investor atau pemegang saham, dan juga agensi atau manajer. Hubungan ini

membentuk suatu kontrak kerja yang disebut nexus of contract.

Menurut Setyapurnama dan Norpratiwi (2004) menjelaskan bahwa hubungan

keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan

mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki bertambahnya

kekayaan dan kemakmuran dan juga lebih tertarik untuk memaksimalkan return

dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer menghendaki

bertambahnya kesejahteraan dan memaksimumkan kompensasinya. Dengan

demikian munculah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer.

Adanya perbedaan kepentingan ini, masing-masing pihak akan berusaha

memperbesar keuntungannya sendiri. Bila tidak ada pengawasan yang memadai

dari para pemegang saham, maka manajer dapat memainkan beberapa kondisi

perusahaan agar seolah-olah target perusahaan tercapai. Dalam hal ini manajemen

dalam mengelola perusahaan akan cenderung mementingkan kepentingannya

sendiri daripada meningkatkan nilai perusahaan walaupun dengan cara yang tidak

sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga hal ini dapat memicu biaya

keagenan. Perbedaan kepentingan juga mempengaruhi kebijakan perusahaan yang

menuntut manajemen untuk lebih efektif dan efisien dalam mengelola perusahaan

guna meningkatkan kinerja perusahaan.

Pengawasan secara luas perlu dilakukan dan diharapkan dapat mengurangi

masalah keagenan ini. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan

mengurangi biaya agensi yaitu dengan adanya kepemilikan saham oleh

institusional dan kepemilikan saham oleh manajemen.

2.2. Diversifikasi Korporat

Diversifikasi merupakan salah satu strategi alternatif yang diterapkan oleh

perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif dari para pesaing dengan cara

memanfaatkan sumber daya serta pengelolaan berbagai segmen bisnis yang

berbeda sehingga mampu bersaing di beberapa industri.

Para pendapat mengatakan definisi yang berbeda tentang pengertian diversifikasi.

Seperti pada Pakpahan (1990) menjelaskan diversifikasi berarti perluasan dari

produk yang diusahakan selama ini ke produk atau industri baru yang sebelumnya

tidak diusahakan. Menurut Harto (2005), diversifikasi korporat merupakan salah

satu bentuk penggabungan usaha dengan memperluas jumlah segmen usaha

maupun segmen geografis, memperluas pangsa pasar yang sudah ada atau

mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam. Menurut Pandya dan

Rao (1998) dalam Handayani (2009), diversifikasi korporat merupakan pilihan

strategi yang telah banyak digunakan oleh para manajer untuk meningkatkan

kinerja perusahaan. Montgomery (1994) mengungkapkan diversifikasi adalah

perusahaan yang memiliki beberapa unit bisnis atau anak perusahaan.

Diversifikasi dapat diklasifikasikan menjadi diversifikasi berkaitan dan

diversifikasi tidak berkaitan. Sebuah perusahaan dikatakan memiliki diversifikasi

berkaitan (tingkat diversifikasi rendah) atau diversifikasi horizontal ketika terjalin

hubungan diantara unit-unit bisnisnya. Misalnya, unit-unit yang berbagi produk

atau jasa, teknologi, atau jaringan distribusi. Tujuan diversifikasi berkaitan untuk

mengendalikan biaya dan mutu produksi yang mampu mengendalikan harga jual

dan meningkatkan pendapatan. Semakin terkait diversifikasinya maka semakin

rendah tingkat diversifikasinya. Sedangkan diversifikasi tidak berkaitan atau

diversifikasi vertikal tidak tergantung pada suatu bentuk keterkaitan dengan bisnis

yang ada. Diversifikasi tidak berkaitan dapat meningkatkan kinerja perusahaan

melalui efisiensi modal internal karena digunakan untuk usaha tidak terkait

dengan usaha utamanya.

Sebagian besar perusahaan-perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan

terdiversifikasi. Hal ini dapat diketahui dari bagian laporan keuangan yaitu catatan

atas laporan keuangan perusahaan yang memuat informasi tentang pelaporan

segmen usaha yang dimiliki oleh setiap perusahaan. Informasi pelaporan segmen

usaha tersebut berdasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No. 5 Revisi 2000 (IAI, 2009) yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang

memiliki berbagai segmen usaha dan geografis wajib melakukan pengungkapan

jika masing-masing segmen memenuhi kriteria penjualan, aktiva dan laba usaha

tertentu sebagai bagian dari laporan keuangan yang diterbitkan. Diversifikasi

tentunya membawa keuntungan bagi perusahaan, antara lain dapat memperluas

kelebihan aset khusus perusahaan dan berbagai sumber daya seperti brand names,

kemampuan manajerial, loyalitas konsumen, dan inovasi teknologi (George dan

Kabir, 2005).

Selain itu, diversifikasi juga memiliki kekurangan diantaranya; (1) adanya

kemungkinan proses mekanisme pasar modal internal tidak berjalan secara efisien

karena pendanaan alokasi ditujukan ke arah yang salah diantara divisi sehingga

menyebabkan nilai perusahaan menjadi lebih rendah, (2) dapat meningkatkan

penyimpangan informasi yang dilakukan secara sengaja oleh pihak manajer,

misalnya berupa penyimpangan anggaran modal yang menguntungkan divisi

mereka, (3) meningkatkan biaya proses informasi dan biaya asimetri informasi.

2.3. Kinerja Perusahaan

Besaran suatu kinerja perusahaan merupakan ukuran keberhasilan manajemen

dalam mengelola perusahaan. Bovee et al (1993) menjelaskan bahwa kinerja

merupakan ukuran atau tingkat dimana individu dan organisasi dapat mencapai

tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Menurut Daft (2003) menjelaskan

kinerja merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan menggunakan sumber

daya yang ada dengan perilaku yang efisien dan efektif. Pengertian hampir sama

juga dikemukakan oleh Kusnadi ( 2001) yang menjelaskan bahwa kinerja

merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan modal yang

dimilikinya secara efektif dan efisien guna memperoleh hasil yang maksimal.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu perusahaan (Rahayu,

2010). Penilaian kinerja keuangan berkaitan erat dengan informasi akuntansi.

Penilaian kinerja dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan serta dari segi

perubahan harga saham. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi

keuangan dan hasil operasi serta kinerja keuangan perusahaan yang tercermin

dalam laporan keuangan perusahaan. Hal ini sangat penting agar sumber daya

dapat digunakan secara optimal terutama dalam menghadapi perubahan

lingkungan. Kinerja keuangan juga dapat memotivasi para karyawan dalam

mencapai sasaran perusahaan sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Menurut Munawir (2002) penilaian kinerja keuangan memiliki beberapa peranan

bagi perusahaan, antara lain :

1. Dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah

dilakukan oleh perusahaan.

2. Untuk menentukan atau mengukut efisiensi setiap bagian, proses

atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat

dicapai oleh perusahaan tersebut.

3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian

individu yang telah diberikan wewenang dan tanggung jawab.

4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau

prosedur atau strategi yang baru untuk mencapai hasil yang lebih

baik.

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan

efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Efektivitas diukur melalui

kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang tepat untuk mencapai

tujuan, sedangkan efisien merupakan perbandingan antara masukan dan keluaran.

Efisiensi dalam konteks kinerja merupakan perbandingan antara output yang

dihasilkan dan input yang digunakan. Semakin banyak output yang dihasilkan dari

jumlah input tertentu yang digunakan, atau sebaliknya semakin sedikit input yang

digunakan dari sejumlah output yang dihasilkan maka dapat dikatakan bahwa

proses tersebut sudah berjalan secara efisien. Sedangkan efektifitas dalam suatu

kinerja perusahaan merupakan hubungan antara output sebagai

pertanggungjawaban dan tujuannya. Semakin banyak output yang dihasilkan

maka dapat dikatakan bahwa proses tersebut semakin efektif.

Dalam pengukuran kinerja perusahaan, penelitian ini mengukurnya dengan

menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q merupakan salah satu rasio yang

digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan. Untuk mengukur rasio ini

diperlukan data keuangan yang berasal dari laporan keuangan suatu perusahaan.

Dengan menggunakan rasio Tobin’s Q ini dapat diketahui nilai pasar perusahaan

karena aspek-aspek yang diperlukan mencakup harga pasar saham serta dapat

menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki oleh perusahaan

atau potensi pertumbuhan perusahaan. Dengan menggunakan nilai pasar ini, maka

akan memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap

kinerja perusahaan di masa lampau serta prospeknya di masa yang akan datang.

Dalam menghitung rasio Tobin’s Q menggunakan nilai market value yang berasal

dari jumlah saham beredar dikali dengan harga penutupan saham di akhir tahun,

kemudian di tambah total hutang dibagi total aset. Dengan demikian, rasio

Tobin’s Q dapat digunakan untuk mengukur potensi nilai pasar suatu perusahaan.

2.4. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dipandang sebagai salah satu mekanisme Coorporate

Governance yang dapat menurunkan konflik agensi melalui penyelarasan

kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Menurut Sujono dan

Soebiantoro (2007) dalam Sabrina (2010) mengatakan bahwa kepemilikan

manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki manajemen perusahaan

yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen. Yang

termasuk dalam kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan,

yaitu direktur dan komisaris.

Menurut penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976), dalam

Kusmawati (2008), menunjukkan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan

adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan.

Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka manajemen akan

cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang

saham dan juga untuk kepentingannya sendiri.

Kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa manajer memiliki saham

perusahaan dan berimplikasi terhadap kedudukan manajer yang sejajar dengan

pemegang saham. keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang

yang berbeda, yaitu mereka mewakili pemegang saham institusi dan juga mereka

merupakan tenaga-tenaga profesional yang diangkat oleh pemegang saham dalam

Rapat Umum Pemegang Saham, serta mereka juga duduk di jajaran manajemen

perusahaan karena turut memiliki saham.

Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen dapat sejajar kedudukannya

dengan pemegang saham sehingga manajer akan termotivasi untuk meningkatkan

kinerja perusahaan dan akan menurunkan kecenderungan manajer untuk

melakukan tindakan yang berlebihan serta bertanggung jawab atas kemakmuran

pemegang saham. Tidak hanya itu, manajer juga akan dapat merasakan langsung

manfaat dari keputusan yang diambil. Dengan demikian, kepemilikan manajerial

dianggap sebagai salah satu aspek yang dapat menyatukan kepentingan manajer

dan pemegang saham atau pemilik perusahaan.

Dari penjelasan di atas, kepemilikan manajerial merupakan kebijakan pemberian

kepemilikan berupa saham kepada struktur manajemen perusahaan agar

kedudukan manajer dengan pemegang saham dapat sejajar. Kaitannya dengan

diversifikasi adalah dengan adanya kedudukan yang sejajar maka segala dampak

kebijakan yang diambil oleh manajemen akan berpengaruh secara langsung

kepada manajer yang bersangkutan. Sehingga pada akhirnya manajer akan

bertindak sesuai dengan tujuan para pemegang saham, termasuk segala kebijakan

yang diambil seperti kebijakan diversifikasi, dapat dilakukan dengan cermat dan

hati-hati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amihud dan Lev (1981) bahwa

manajer dengan persentase kepemilikan yang lebih dapat melibatkan diri di dalam

memutuskan diversifikasi atau tidak.

2.5. Pengembangan Hipotesis

2.5.1. Diversifikasi Korporat dan Kinerja Perusahaan

Setiap keputusan yang diambil oleh para manajer bertujuan untuk

mengembangkan perusahaannya dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan

keputusan manajer dalam melakukan diversifikasi korporat ini diharapkan

perusahaan dapat memaksimumkan ukuran serta keragaman usaha. Jika suatu

perusahaan telah berhasil mengembangkan perusahaannya dan memperluas

usahanya maka secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal

ini dapat dilihat dari adanya peningkatan sumber daya yang digunakan untuk

kegiatan-kegiatan operasional, adanya peningkatan efisiensi, dan juga adanya

peningkatan kekuatan untuk menghadapi tantangan dalam dunia bisnis. Kinerja

yang baik menimbulkan suatu kompensasi yang dapat menjadi motivasi agar

perusahaan dapat berkembang lebih pesat lagi.

Secara teoritis, jika strategi diversifikasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien

maka seluruh proses aktivitas perusahaan juga akan berjalan dengan baik yang

selanjutnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Apalagi dengan

diversifikasi pada segmen bisnis yang berbeda akan membuka kesempatan

investasi yang baru. Hal ini secara tidak langsung memberikan nilai positif bagi

perusahaan yang sedang berkembang. Perusahaan membutuhkan suatu strategi

dalam memberikan aksen yang berbeda untuk usahanya. Dengan diversifikasi

akan memperbaiki kinerja perusahaan bahkan dapat meningkatkannya.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 : Diversifikasi korporat berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

2.5.2. Peranan Kepemilikan Manajerial Dalam Memoderasi Peningkatan

Kinerja Pada Perusahaan yang Terdiversifikasi

Akibat adanya ketidak konsistenan dari penelitian sebelumnya yang menyatakan

bahwa diversifikasi tidak selalu berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

perusahaan, maka diduga terdapat variabel lain yang ikut mempengaruhinya. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini dimasukkan variabel moderasi kepemilikan

manajerial yang digunakan dengan maksud mengetahui peranan dalam pengaruh

diversifikasi terhadap kinerja perusahaan.

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu komponen dari coorporate

governance yang dapat membatu mengurangi konflik keagenan. Kepemilikan

manajerial mampu memperngaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya

secara tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan

kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh

manajemen, sehingga manajer dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat

untuk mengurangi konflik keagenan.

Untuk memenuhi ambisi manajer dalam tujuan diversifikasi akan mendorong

manajer untuk memperbesar atau memperbanyak usaha dengan tidak

mempertimbangkan kepentingan pemilik. Oleh karena kepentingan inilah yang

menimbulkan masalah keagenan sehingga harus dipertimbangkan mengenai

reward yang akan diterima oleh manajer.

Penelitian ini menggunakan pemoderasi kepemilikan manajerial dengan alasan

bahwa apabila suatu perusahaan menerapkan kebijakan diversifikasi disertai

dengan adanya kebijakan kepemilikan manajerial, maka manajer akan

menjalankan perusahaan dengan lebih cermat dan hati-hati terutama dalam

menjalankan kebijakan diversifikasi. Adanya kesejajaran antara manajer dan

pemegang saham akan berpengaruh pada keputusan perusahaan yang diambil.

Jadi, dengan adanya peran kepemilikan manajerial maka tingkat diversifikasi

perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2 : Kepemilikan manajerial mampu secara signifikan memoderasi

pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan

3. METODA PENELITIAN

3.1. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder untuk

menjawab berbagai rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber

data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan tahunan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2006-

2010, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), internet, literatur, dan

sumber informasi lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti.

3.2. Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data periode pengamatan yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu dari periode tahun

2006-2010.

Sedangkan sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang listing pada periode yang ditentukan.

Teknik sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang

berarti sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan

tujuan penelitian. Adapun kriteria yang dijadikan sampel adalah :

1. Semua perusahaan yang termasuk perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dan mempublikasikan data

laporan keuangan berturut-turut selama periode 2006-2010.

2. Memiliki data laporan keuangan dan pengungkapan laporan segmen

lengkap selama periode 2006-2010.

3. Memiliki dan menampilkan data mengenai kepemilikan manajerial

selama periode 2006-2010.

Berdasarkan data yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan juga berdasarkan

kriteria yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 11 perusahaan manufaktur

yang menerbitkan laporan keuangan lengkap, laporan segmen dan data lengkap

mengenai kepemilikan manajerial dari tahun 2006-2010.

3.3. Definisi Operasional Variabel

3.3.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan . Kinerja

perusahaan diukur dengan Tobin’s Q. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai

berikut :

MVS = P X Q shares

D = (TL + I) - CA

Keterangan :

MVS : Nilai pasar ekuitas dari jumlah saham yang beredar

D : Nilai Total Hutang

TA : Total Aset

P : Harga saham penutupan akhir tahun

Qshares : Jumlah saham beredar akhir tahun

TL : Total hutang

CA : Aktiva Lancar

I : Persediaan

3.3.2. Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah diversifikasi korporat yang

diukur menggunakan indeks Herfindahl. Nilai herfindahl dapat dihitung dengan

mengukur dari jumlah kuadrat penjualan masing-masing segmen dibagi dengan

kuadrat total penjualan. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan : ∑i Pi² = total segmen penjualan

(∑i Pi)² = Total Penjualan

3.3.3. Variabel Moderasi

Variabel moderasi merupakan variabel yang mempengaruhi (memperlemah atau

memperkuat) variabel independen dan variabel dependen. Variabel moderasi

dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial yang merupakan pemegang

saham yang terdiri dari direktur dan komisaris dan aktif dalam pengambilan

keputusan. Perhitungan proporsi kepemilikan manajerial sebagai berikut:

3.4. Alat Analisis

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik

yaitu analisis regresi linier sederhana dan Moderated Regression Analysis. Untuk

hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linier sederhana. Kemudian,

untuk menguji pengaruh moderasi menggunakan Moderated Regression Analysis

(MRA) yang merupakan alat analisis untuk mengetahui efek interaksi antara

variabel dependen dan variabel independen sehingga dapat menghasilkan hasil

estimasi yang terbaik. Regresi yang merupakan model interaksi ini mengandung

interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen).

Model regresi yang diformulakan adalah sebagai berikut :

Y = + 1

X1 + e .......................................................(1)

Y = + 1

X1 +

2 X

2 +

3 X

1*X

2 + e ..............(2)

Keterangan :

Y = Kinerja perusahaan

α = Konstanta

β1 – β3 = Koefisien regresi

X1 = Diversifikasi Korporat

X2 = Kepemilikan manajerial

X1* X2 = Interaksi antara diversifikasi korporat dengan kepemilikan manajerial

e = Error, merupakan tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.

3.4.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi

suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, skewnes atau kemencengan distribusi (Ghozali,

2009). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang

lebih jelas dan mudah dipahami.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan nilai parameter penduga yang

sah. Nilai tersebut akan terpenuhi jika hasil uji asumsi klasiknya memenuhi

asumsi normalitas, serta tidak terjadi heteroskedastisitas, autokorelasi, dan

multikolinieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009).

Ada dua cara untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal

atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Analisis grafik yang digunakan adalah dengan melihat grafik

histogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi

yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot

dengan membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Sedangkan, uji statistiknya menggunakan Kolmogorov-Smirnov

dengan melihat tingkat signifikansinya. Uji ini dilakukan sebelum data

diolah. Jadi, pendeteksian normalitas data apakah terdistribusi normal

atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual

dinyatakan terdistribusi normal juka nilai signifikan Kolmogorov-

Smirnov di atas 0,05.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (Ghozali,

2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas di dalam

model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance

Inflation Factor (VIF).

c. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2009).

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot. Jika

pada grafik tidak memiliki pola tertentu yang jelas (bergelombang,

melebar, kemudian menyempit), serta tersebar di atas maupun di

bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokolerasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu model

regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali,

2009). Pendeteksian ada atau tidaknya autokolerasi menggunakan uji

Durbin-Watson.

Regresi yang baik adalah apabila tidak terdapat masalah autokolerasi.

Untuk menguji ada atau tidaknya dengan uji Durbin – Watson ini

dengan menggunakan rule of thumb, yakni nilai Durbin-Watson

memenuhi persamaan du < d < 4 – du , maka tidak terdapat

autokorelasi (Gujarati, 1995).

3.4.3. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan koefisien determinasi. Koefisien

determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Uji hipotesis dilakukan dengan:

a. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependennya. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu :

a. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig

≤ 0,05), maka hipotesis nol diterima, ini berarti bahwa secara

simultan variabel independen memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

b. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig

≥0,05), maka hipotesis alternatif diterima, ini berarti bahwa

secara simultan variabel independen tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing

variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Pada uji statistik t, nilai t hitung akan

dibandingkan dengan nilai t tabel, dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi

(Sig < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi

(Sig > 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif

Hasil pengujian secara statistik jumlah sampel (N) penelitian sebanyak 55 yang

merupakan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI pada periode 2006-2010 dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin’s Q menunjukkan nilai

terendah sebesar 0,06 yang berasal dari PT Sumi Indo Kabel Tbk. Sedangkan nilai

tertinggi berasal dari PT Mulia Industrindo Tbk sebesar 2,170. Adapun nilai rata-

rata (mean) sebesar 0,8658. Dalam hal ini nilai perusahaan yang diukur dengan

rasio Tobin’s Q menunjukkan angka di atas satu berarti investasi yang ditanamkan

dalam aktiva perusahaan memberikan hasil yang lebih besar daripada jumlah dana

yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan investasi.

Nilai minimum pada variabel diversifikasi yang diukur dengan indeks Herfindahl

sebesar 0,33 berasal dari PT Mandom Indonesia Tbk. Nilai tersebut dari

pembulatan hasil yaitu sebesar 0,332. Hal ini menjelaskan bahwa perusahaan

tersebut merupakan perusahaan paling terdiversifikasi segmen usahanya.

Sedangkan nilai maksimum sebesar 0,99 berasal dari PT Barito Pasific Tbk. Hal

ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut paling sedikit terdiversifikasi

dibanding perusahaan yang lainnya. Nilai rata-rata indeks herfindahl sebesar

0,5795. Dilihat dari nilai rata-rata tersebut menjelaskan bahwa perusahaan-

perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang terdiversifikasi. Dengan

demikian dapat terlihat dari indeks Herfindahl dimana perusahaan yang memiliki

nilai Herfindahl semakin mendekati angka nol, perusahaan tersebut merupakan

perusahaan yang terdiversifikasi atau memiliki tingkat diversifikasi yang tinggi.

Begitu juga sebaliknya, perusahaan dengan indeks Herfindahl mendekati angka 1

menunjukan perusahaan tersebut memiliki tingkat diversifikasi yang rendah.

Proporsi kepemilikan saham manajerial terendah sebesar 0,03 berasal dari PT

Tempo Scan Pasific Tbk. Nilai tersebut berasal dari persentase sebesar 0,027.

Sedangkan nilai kepemilikan manajerial tertinggi diperoleh oleh PT Berlina Tbk

sebesar 10,51. Nilai rata-rata dari persentasi kepemilikan manajerial sebesar

1,8762. Semakin besar persentase kepemilikan saham manajerial maka akan

menunjukkan bahwa semakin besar kecenderungan hak kontrol oleh pihak

manajemen perusahaan di dalam proses pengambilan keputusan suatu perusahaan.

4.2. Pengujian Hipotesis

4.2.1. Hipotesis I

Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier sederhana. Pengujian dilakukan

pada tingkat signifikasnsi 5 %.

Tabel 1. Hasil Pengujian Regresi Pada Hipotesis I

1. Adjusted R Square 0,133

2. F 0,004

3. Koefisien Regresi Diversifikasi -0,983

4. Signifikansi Diversifikasi 0,004

Hasil output SPSS menunjukkan besarnya Adjusted R Square sebesar 0,133 atau

sebesar 13,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen

(diversifikasi korporat) terhadap variabel dependen (kinerja perusahaan) hanya

sebesar 13,3 %. Sisanya sebesar 86,7 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model ini.

Diversifikasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 jauh dibawah 0,05 yang

berarti bahwa diversifikasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang

diproksikan dengan rasio Tobin’s Q. Namun, koefisien regresi menunjukan arah

negatif sebesar 0,983. Hal ini menunjukkan apabila diversifikasi korporat

ditingkatkan sebesar 1 angka maka kinerja perusahaan (Tobin’s Q) akan menurun

sebesar 0,983. Sebaliknya, bila tingkat diversifikasi diturunkan sebesar 1 angka

maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 0,983.

4.2.2. Hipotesis II

Dalam pengujian hipotesis 2 ini menggunakan model analisis regresi linier

berganda dengan variabel moderat atau Moderated Regression Analysis (MRA).

Dalam pengujian ini disertakan variabel moderasi yang merupakan perkalian

variabel diversifikasi dengan kepemilikan manajerial.

Tabel 2. Hasil Pengujian Regresi Pada Hipotesis II

1. Adjusted R Square 0,330

2. F 0,000

3. Diversifikasi Koefisien

Regresi: -0,937

Tingkat

Signifikansi:

0,004

4. Kepemilikan Manajerial Koefisien

Regresi: -0,063

Tingkat

Signifikansi:

0,002

5. Interaksi Diversifikasi

dengan Kepemilikan

Manajerial

Koefisien

Regresi: 0,217

Tingkat

Signifikansi:

0,124

Nilai adjusted R² yang diperoleh dari pengujian regresi ini sebesar 0,330 atau

sekitar 33,0 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen

(Diversifikasi korporat, kepemilikan manajerial, dan interaksi antara diversifikasi

dan kepemilikan manajerial) terhadap variabel dependen (kinerja perusahaan)

hanya sebesar 33,0 % . Sisanya 69,0 % (100 – 33,0) dipengaruhi oleh variabel-

variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.

Terlihat bahwa variabel diversifikasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004

jauh di bawah 0,05. Hal ini berarti diversifikasi berpengaruh signifikan terhadap

kinerja perusahaan (Tobin’s Q). Namun, memiliki arah negatif sebesar 0,937.

Koefisien regresi sebesar -0,937 berarti apabila diversifikasi ditingkatkan sebesar

1 angka maka kinerja perusahaan akan menurun sebesar 0,937. Sebaliknya

apabila tingkat diversifikasi diturunkan sebesar 1 angka maka akan meningkatkan

kinerja perusahaan sebesar 0,937.

Untuk variabel kepemilikan manajerial, tingkat signifikansi sebesar 0,002

dibawah 0,05. Hal ini berarti kepemilikan manajerial memiliki pengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan. Koefisien regresi untuk kepemilikan

manajerial adalah sebesar -0,063. Hal ini menunjukkan apabila variabel

kepemilikan manajerial ditingkatkan 1 angka maka kinerja perusahaan (Tobin’s

Q) akan menurun sebesar 0,063. Sebaliknya, bila kepemilikan manajerial

diturunkan 1 angka maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 0,063.

Variabel interaksi diversifikasi dan kepemilikan manajerial memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,124 berada di atas 0,05. Hal ini berarti variabel interaksi

diversifikasi dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja perusahaan. Namun, koefisien regresi untuk variabel moderasi antara

diversifikasi dengan kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,217. Hal ini

menunjukkan bahwa apabila keputusan manajemen untuk meningkatkan

diversifikasi sebanyak 1 angka maka akan meningkatkan kinerja perusahaan

sebesar 0,217. Sebaliknya, apabila keputusan manajemen untuk menurunkan

diversifikasi sebanyak 1 angka maka akan menurunkan kinerja perusahaan

sebesar 0,217.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan

Tingkat probabilitas variabel diversifikasi terhadap kinerja perusahaan

menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya sebesar 0,004 atau di bawah tingkat

signifikansi 0,05. Artinya, pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan

berpengaruh signifikan. Koefisien regresi menunjukkan arah negatif sebesar

0,983 maka hipotesis yang menyatakan bahwa diversifikasi memiliki pengaruh

positif signifikan terhadap kinerja perusahaan ditolak.

Penurunan kinerja oleh karena tingkat diversifikasi yang tinggi terjadi karena di

Indonesia sedang menghadapi keadaan ekonomi yang kurang stabil terutama

pada tahun 2008 sehingga strategi diversifikasi yang dilakukan kurang

memberikan tingkat keuntungan yang diharapkan. Dengan kata lain diversifikasi

dapat memperkecil kinerja perusahaan pada perusahaan – perusahaan di negara

dengan perekonomian sedang berkembang.

Pengaruh negatif yang terjadi dalam kaitannya dengan tingkat diversifikasi

terhadap kinerja ini juga dapat terjadi karena semakin terdiversifikasi suatu

perusahaan maka perusahaan tersebut akan tidak maksimal dalam mengelola

usaha tersebut. Perusahaan kesulitan mengontrol perkembangan investasi dalam

segmen usaha sehingga pertumbuhan segmen usaha kurang memuaskan dan hal

ini akan berpengaruh pada kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan

kehilangan peluang untuk berinvestasi pada segmen usaha yang dapat

menghasilkan return yang maksimal. Menurut Comment dan Jarrel (1995)

menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan diversifikasi segmen usaha

justru menjadi lebih tidak fokus dan menghasilkan kinerja yang buruk daripada

perusahaan yang fokus pada satu segmen saja.

Dalam prakteknya, diversifikasi belum tentu dapat meningkatkan kinerja

perusahaan. Kurang tepatnya jenis usaha yang didiversifikasikan pada perusahaan

yang menjadi sampel dalam penelitian ini menjelaskan bahwa jenis usaha

tersebut belum tentu cocok dengan kondisi di Indonesia sehingga mengakibatkan

penurunan kinerja perusahaan.

Selain itu, kurang tepatnya pendanaan alokasi investasi diantara divisi-divisi

segmen usaha juga menjadi faktor yang menyebabkan perusahaan terdiversifikasi

mengalami penurunan kinerja. Oleh karena itu, proses mekanisme pasar modal

internal menjadi tidak efisien sehingga menyebabkan lemahnya kinerja

perusahaan.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Lang dan Stulz (1994) yang

menjelaskan bahwa diversifikasi berpengaruh negatif terhadap kinerja

perusahaan. Proksi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu menggunakan

rasio Tobin’s Q. Penggunaan rasio Tobin’s Q didasari karena dengan rasio ini

dapat diketahui nilai pasar suatu perusahaan melalui aspek harga saham. Namun,

penelitian ini berbeda dengan penelitian Kusmawati (2008) yang menjelaskan

bahwa diversifikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

yang diproksikan dengan profitabilitas. Kusmawati menjelaskan tidak selalu

perusahaan yang memiliki banyak segmen usaha menghasilkan profitabilitas

yang lebih baik.

4.3.2. Kepemilikan manajerial sebagai pemoderasi kinerja pada

perusahaan yang terdiversifikasi

Hasil interaksi antara diversifikasi korporat dengan kepemilikan manajerial

memperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,124 yang berarti probabilitas berada di

atas tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan

bahwa kepemilikan manajerial mampu secara signifikan memoderasi pengaruh

diversifikasi terhadap kinerja perusahaan ditolak.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya (Kusmawati,

2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi

memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun, hasil

penelitian hipotesis kedua ini sama dengan penelitian Zakiy (2010) yang

menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan

sebagai pemoderasi kinerja perusahaan yang terdiversifikasi. Dalam

penelitiannya, hal ini didasari latar belakang karakteristik perusahaan-perusahaan

di Indonesia yang masih memberikan porsi yang terbatas bahkan cenderung

sedikit terhadap kepemilikan manajerial yang dimiliki direksi manajemennya.

Sehingga efek yang didapat tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

Ketidaksignifikan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi diversifikasi

perusahaan dengan kepemilikan manajerial di dalam pengaruh terhadap

perusahaan belum cukup mampu dijadikan variabel utama yang dapat mendorong

perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut. Dapat dikatakan

bahwa kepemilikan manajerial yang menurut teori dipandang dapat mengurangi

konflik keagenan ternyata bukanlah faktor utama dalam memberikan pengaruh

antara diversifikasi dan kinerja perusahaan.

Selain itu, tidak signifikan ini terjadi karena terlalu rendahnya proporsi saham

manajerial yang terdapat pada perusahaan yang terdiversifikasi dibandingkan

kelompok lainnya. Hal tersebut karena belum banyak perusahaan di Indonesia

(khususnya perusahaan dalam sampel) yang memiliki saham perusahaan yang

dikelolanya dengan jumlah yang cukup signifikan atau masih dibawah 10%.

Kepemilikan pada perusahaan yang menjadi sampel ini sebagian besar dimiliki

oleh pemegang saham pengendali sehingga tidak ada kesejajaran hubungan

antara manajer dengan pemegang saham. Dengan demikian, manajer tidak dapat

mengatur dan mengendalikan perusahaan dalam memutuskan kebijakan

diversifikasi untuk meningkatkan kinerja.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Diversifikasi korporat yang diproksikan dengan indeks Herfindahl

mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan

manufaktur yang diukur dengan rasio Tobin’s Q. Hal ini ditunjukkan

dengan taraf signifikansi sebesar 0,004 yang berarti berada di bawah 0,05

dengan koefisien regresi yang menunjukan sebesar -0,983. Ditolaknya

hipotesis pertama menunjukkan bahwa tingkat diversifikasi yang tinggi

ternyata justru menurunkan kinerja perusahaan.

2. Kepemilikan manajerial tidak mampu secara signifikan memoderasi

pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan yang

diproksikan dengan rasio Tobin’s Q. Hal ini ditunjukkan dengan taraf

signifikansi sebesar 0,124 yang berarti berada di atas 0,05 dengan

koefisien regresi sebesar 0,217. Ditolaknya hipotesis kedua menunjukkan

bahwa kepemilikan manajerial bukanlah variabel moderasi yang tepat

sebagai pemoderasi kinerja pada perusahaan-perusahaan yang

terdiversifikasi.

5.2. Saran

Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan. Oleh karena itu, peneliti

menyampaikan beberapa saran yaitu :

1. Dapat menambah jumlah sampel dan memperpanjang tahun pengamatan

sehingga penelitian dapat digeneralisasi.

2. Menambah atau mengganti proksi dari variabel kinerja perusahaan yang

digunakan dengan proksi lain seperti ROA, ROE, EVA (Economic Value

Added ) dan lain sebagainya.

3. Dapat menambah atau mengganti dengan memasukkan variabel

independen lain mengingat banyak variabel yang berperan dalam

mempengaruhi strategi diversifikasi korporat.

4. Dapat menambah atau mengganti variabel moderasi lain seperti

kompensasi eksekutif atau lainnya yang diduga dapat memecahkan konflik

keagenan antara manajer dan pemilik perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Barney, Jay B., 2002, Gaining And Sustaining Competitive,Second Edition.

Prentice Hall.

Bovee, Courtland L., M. Burkwood, John V. Thill, and George P. Dovel. 1993.

Management. Fourth Edition. Singapore : McGraw Hill.

Comment, R., and Jarrell, G. A. 1995. “ Corporate Focus And Stock Returns “.

Journal of Financial Economics, 37, 67-87.

Crutchley, Claire E. and Robert S. Hansen. 1989. A Test of the Agency Theory of

Managerial Ownership, Corporate Leverage, and Corporate Dividend.

Financial Management-Winter.

Daft, Richard L. 2003. Management. Sixth Edition. Thomas-South Western.

Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.

Academy of Management Review, 14, hal 57-74.

Fiakas, D. 2005. Tobin’s Q: Valving Small Capitalization Companies, Chrystal

Equity Research, April.

George, Rejie, P. 2007. Diversification and Firm Performance : The Moderating

Influence of Ownership Structure and Bussiness Group-Afiliation. South

Asian Journal of Management. Vol. 14, no.3, pp. 66

George, R., & Kabir, R. 2005. Corporate Diversification and Firm Performance:

Does the Organizational Form of the Firm Matter? FMA Annual Meeting,

Chicago,pp. 1-81.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Edisi Keempat. Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar: Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Gunarsih, Tri. 2004. Masalah Keagenan dan Strategi Diversifikasi. Kompak

Nomor 10. Hal 52-59

Handayani, Eka Agusti. 2009. Usaha Diversifikasi Dalam Meningkatkan Volume

Penjualan Produk Olahan. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang

Harto, Puji. 2005. Kebijakan Diversifikasi Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap

Kinerja: Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium

Nasional Akuntansi Vol. 8. Hal 297-303.

Hastuti, Theresia. 2005. “Hubungan Antara GCG dan Struktur Kepemilikan

dengan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.

Edisi Kelima. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Kaen, Fred R., 2003. A Blueprint for Corporate Governance: Strategy,

Accountability, and the Preservation of Shareholder Value. New York,

NY: American Management Association.

Kusmawati. 2008. Diversifikasi, Kepemilikan Manajerial, dan Kinerja

Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Bisnis. STIE Mussi. Vol. 6, No. 1, Hal.

12-23

Kusnadi, Zainal. 2001. Akuntansi Manajemen, Komprehensif, Tradisional

Temporer. Edisi Pertama. Malang : Universitas Brawijaya.

Lang, L.H.P., and R.E. Stulz. 1994. Tobin’s Q, Coorporate Diversification and

Firm Performance, Journal of Political Economy, Vol, 102, no. 6, pp.

1248-1280

Munawir S., 2002. “ Akuntansi Keuangan Dan Manajemen “. Edisi Revisi.

Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Pakpahan, A. 1990. Refleksi Diversifikasi dalam Teori Ekonomi dalam Suryana

et al (penyunting). Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Pandya Anil. M., Narendar V Rao, 1998. Diversification And Firm Performance:

An Empirical Evaluation. Journal Of Financial And Strategic Decisionc

Volume 11 Number 2: 67-81.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Sabrina, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Universitas

Diponegoro : diterbitkan.

Satoto, Shinta Heru. 2009. Strategi diversifikasi terhadap kinerja perusahaan.

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 2, Hal. 280-287

Stulz. 1990. Managerial discretion and optimal financing policies, Journal of

Financial Economics, 26, 3-27.

Sukamulja, Sukmawati. 2004. Good Corporate Governance di Sektor Keuangan :

Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan. Benefit. Vol. 8, No. 1

Sujono dan Ugy Soebiantoro. 2007. “ Pengaruh Struktur Kepemlikan Saham,

Laverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan “.

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, h. 41-48.

Universitas Lampung.2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan

Unila. Bandar Lampung.

Zakiy, M. 2010. Pengaruh Diversifikasi Perusahaan Dengan Variabel Moderasi

Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Pada Perusahaan Manufaktur.

Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.