pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan, komunikasi
TRANSCRIPT
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
iii
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI
INTERPERSONAL, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP
KOMITMEN ORGANISASI KEPALA SEKOLAH
(Studi Kasus pada SMK di Kota Medan)
Benyamin Situmorang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui faktor-faktor penentu komitmen organisasi
kepala sekolah SMK di Kota Medan, dan (2) menentukan Fixed Model atau model teoretik yang dapat
menggambarkan hubungan kausalistik antar variabel laten yang menentukan Komitmen Organisasi
kepala sekolah.
Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Medan dengan melibatkan
110 orang kepala sekolah sebagai responden. Data komitmen organisasi, budaya organisasi,
kepemimpinan, komunikasi interpersonal, dan kepuasan kerja dijaring dengan menggunakan
kuesioner pilihan berganda model skala Likert.
Instrumen penelitian terlebih dahulu diuji coba, yaitu untuk menguji validitas dengan korelasi
Product Moment dan untuk menguji reliabilitasnya dengan Formula Alpha dari Cronbach. Hasil uji
coba menunjukkan instrumen budaya organisasi terdiri atas 28 butir dengan reliabilitasnya 0,942;
instrumen kepemimpinan terdiri atas 30 butir dengan reliabilitasnya 0,897; instrumen komunikasi
interpersonal terdiri atas 35 butir dengan reliabilitasnya 0,923; instrumen kepuasan kerja terdiri atas
27 butir dengan reliabilitasnya 0,922; dan instrumen komitmen organisasi terdiri atas 36 butir dengan
reliabilitasnya 0,925.
Teknik analisis data dilakukan dalam dua tahap yakni secara deskriptif dan inferensial. Uji
Persyaratan analisis mencakup: uji normalitas data dan uji linieritas regresi. Uji normalitas data setiap
variabel menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnof Test. Uji kelinieran regresi antar variabel
dilakukan menggunakan statistik F test. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis jalur (path
analysis) dan untuk menguji kecocokan model teoretik digunakan uji goodness of fit dengan
menggunakan Chi Kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Komitmen organisasi kepala SMK di Kota Medan pada
umumnya cenderung dalam kategori tinggi, Budaya organisasi kepala SMK di Kota Medan pada
umumnya cenderung dalam kategori cukup, Kepemimpinan kepala SMK di Kota Medan pada
umumnya cenderung dalam kategori tinggi, Komunikasi Interpersonal kepala SMK di Kota Medan
pada umumnya cenderung dalam kategori tinggi, dan Kepuasan Kerja kepala SMK di Kota Medan
pada umumnya cenderung dalam kategori cukup. (2) Budaya organisasi berpengaruh langsung positif
terhadap kepemimpinan kepala SMK di Kota Medan ( = 0,514), (3) Budaya organisasi
berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal kepala SMK di Kota Medan ( =
0,307), (4) Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK di
Kota Medan ( = 0,220), (5) Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi
interpersonal kepala SMK di Kota Medan ( = 0,202), (6) Kepemimpinan berpengaruh langsung
positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK di Kota Medan ( = 0,205), (7) Komunikasi
interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK di Kota Medan (
= 0,211), (8) Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi
kepala SMK di Kota Medan ( = 0,259), (9) Kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap
komitmen organisasi kepala SMK di Kota Medan ( = 0,173), (10) Kepemimpinan berpengaruh
langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK di Kota Medan ( = 0,213), dan
(11) Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK di
Kota Medan ( = 0,206). Berdasarkan hasil penelitian melalui pengujian hipotesis yang menerima
kesepuluh hipotesis penelitian yang diajukan telah menemukan ssuuaattuu fixed model atau model teoretik
yang menggambarkan struktur hubungan kausal antara variabel budaya organisasi, kepemimpinan,
komunikasi interpersonal, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi kepala SMK.
Berdasarkan hasil penelitian, komitmen organisasi dapat ditingkatkan bila budaya organisasi,
kepemimpinan, komunikasi interpersonal, dan kepuasan kerja ditingkatkan. Untuk itu kepala SMK di
Kota Medan perlu mengevaluasi diri tentang budaya organisasi yang diterapkan, kepemimpinan yang
dilaksanakan, komunikasi interpersonal yang digunakan, dan kepuasan kerja yang dirasakan; sehingga
dapat meningkatkan komitmen organisasinya.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
iv
INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE, LEADERSHIP, INTERPERSONAL
COMMUNICATION, AND JOB SATISFACTION TO ORGANIZATIONAL COMMITMENT
OF SCHOOL PRINCIPALS
(Case Study on SMK in Medan)
Benyamin Situmorang
ABSTRACT
This study aims to (1) know the determinants of organizational commitment of vocational
school principals in Medan, and (2) determine the Fixed models or theoretical models that can
describe the relationship between variables latent causalistic and determine the principal organization
commitment.
The study was conducted at the Vocational School in Medan, involving 110 people as the
principal respondent. Data of organizational commitment, organizational culture, leadership,
interpersonal communication, and job satisfaction captured by using a multiple-choice questionnaire
Likert scale models.
Research instrument tested first, that is to test the validity of the Product Moment correlations
and to test the reliability of Cronbach Alpha Formula. The trial results show the organizational culture
instrument consists of 28 items with 0.942 reliability; leadership instrument comprises 30 items with
0.897 reliability; interpersonal communication instrument consists of 35 items with 0.923 reliability;
job satisfaction instrument consists of 27 items with 0.922 reliability, and commitment to the
instrument organization consists of 36 items with 0.925 reliability.
Techniques of data analysis conducted in two phases namely the descriptive and inferential.
Test Requirements analysis includes: a test of data normality and linearity of regression testing. Test
for normality of data each variable using One Sample Kolmogorov-Smirnof Test. Testing linearity of
regression between variables performed using the statistical F test. To test the hypothesis used path
analysis and to test the suitability of the theoretical models used goodness of fit test using Chi Square.
The results showed (1) Organizational Commitment of head SMK in Medan in general tend
to be in the high category, SMK head of organizational culture in Medan in general tend to be in the
category of pretty, Leadership of SMK head in Medan in general tend to be in the high category,
Interpersonal Communication of SMK head in Medan in general tend to be in the high category, and
Job Satisfaction of SMK head in Medan in general tend to be in the category of pretty.
(2) Organizational culture have direct positive impact on leadership of SMK in Medan ( = 0.514),
(3) Organizational culture of a positive direct effect on interpersonal communication SMK head in
Medan ( = 0.307), (4) direct influence organizational culture have positive effect on job
satisfaction SMK head in Medan ( = 0.220), (5) Leadership in a positive direct effect on
interpersonal communication SMK head in Medan ( = 0.202), (6) Leadership have positive direct
effect on job satisfaction of SMK head in Medan ( = 0.205), (7) interpersonal communication have
positive direct effect on job satisfaction SMK head in Medan ( = 0.211), (8) interpersonal
communication have positive direct effect on organizational commitment SMK head in Medan ( =
0.259) , (9) Job satisfaction have a direct positive effect on organizational commitment SMK head in
Medan ( = 0.173), (10) Leadership have a direct positive effect on organizational commitment
SMK head in Medan ( = 0.213), and (11) Organizational culture have a positive direct effect on
organizational commitment SMK head in Medan ( = 0.206). Based on the results of this study by
testing the hypothesis that receives tenth hypothesis proposed research has found a fixed model or
theoretical model that describes the structure of a causal relationship between the variables of
organizational culture, leadership, interpersonal communication, job satisfaction, and organizational
commitment of SMK head.
Based on this research, organizational commitment can be increased if the organizational
culture, leadership, interpersonal communication, and improved job satisfaction. To the head of SMK
in Medan evaluating themselves on applied organizational culture, leadership is implemented, the use
of interpersonal communication, and perceived job satisfaction; so as to enhance organizational
commitment.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
v
PENDAHULUAN
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan pendidikan kejuruan pada
khususnya. Namun demikian sampai saat ini belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sekolah
menengah kejuruan sebagai lembaga pendidikan formal, bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Oleh karena itu, pendidikan khususnya pendidikan kejuruan perlu diorganisir
dan diarahkan pada pencapaian lima pilar, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk mengetahui (learning to know), (3) belajar untuk berbuat
(learning to do), (4) belajar untuk hidup antar sesama secara berdampingan (learning together), dan
(5) belajar untuk membentuk jati diri (learning to be) (PP 19 tahun 2005).
Setelah diberlakukannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi pemerintahan
daerah, dimana memberi dampak terhadap pelaksanaan manajemen pendidikan yaitu manajemen
yang memberi ruang, gerak yang lebih luas kepada pengelolaan pendidikan untuk menemukan strategi
berkompetisi dalam era kompetitif untuk mencapai output pendidikan yang berkualitas dan mandiri,
tidak terlepas dari peranan kepala sekolah dan guru. Otonomi daerah juga melaksanakan manajemen
berbasis sekolah, yang menekankan pentingnya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif,
pemberdayaan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya pendidikan secara mandiri dan kreatif,
disertai dengan komitmen kepala sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah dan kinerja sekolah.
Kepala sekolah sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan mempunyai tugas yang
mencakup tiga bidang, yaitu: (a) tugas manajerial, (b) supervisi, dan (3) kewirausahaan (Surya
Dharma,2008:9).Kompetensi manajerial kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai sistem
yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, diataranya adalah pengetahuan tentang manajemen.
Manajemen berperan penting dalam pengelolaan pedidikan, sebagaimana diungkapkan Husaini
Usaman (2008:10) bahwa 80 persen masalah mutu pendidikan disebabkan oleh manajemennya,
Pada tingkat implementasi manajemen, kepala sekolah menengah kejuruan mempunyai peran
yang cukup strategis untuk mengkoordinasikan dan menggerakkan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah untuk mewujudkan visi, misi, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap, sehingga kepala sekolah dituntut menguasai perilaku
organisasi khususnya mengenai budaya organisasi, kepemimpinan, komunikasi interpersonal,
kepuasan kerja, dan komitmen organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pemerintah telah
memberdayakan kepala sekolah sedemikian rupa serta otonomi yang memberi ruang, gerak yang
lebih luas untuk mengelola pendidikan, namun dalam kenyataannya, mutu pendidikan di Indonesia
masih memprihatinkan. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia mencerminkan
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan dan rendahnya kualitas
SDM dapat dicermati dari laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang
pendidikan, United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
menunjukkan peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari peringkat 65 untuk tahun 2010
menjadi peringkat 69 untuk tahun 2011 di antara 127 negara di dunia, berada di bawah Malaysia dan
Brunei Darussalam (Kompas.com., 3 Maret 2011). Demikian juga Kepala Dinas Pendidikan Propinsi
Sumatera Utara pernah mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan di kota Medan sangat
memprihatinkan. Hal ini dinilai dari lemahnya sarana dan prasarana serta bobot mutu pendidikan yang
diusung oleh Kadis Pendidikan Propinsi Sumatera Utara. Faktor penyebab rendahnya mutu
pendidikan Sumatera Utara adalah masalah manajemen pengelolaan sekolah yang berkaitan erat
dengan peningkatan mutu sekolah. Umumnya manajemen sekolah di Sumatera Utara belum mampu
untuk menggali secara maksimal seluruh potensi yang ada agar mampu bersinergi dalam mendukung
proses kegiatan pembelajaran yang optimal (Bahrumsyah, 2009). Simanjuntak (2009: 5) dalam
penelitiannya melaporkan hasil survai pada tahun ajaran 2006/2007: lulusan SMK negeri Medan
hanya 23% yang bekerja di dunia usaha dan industri, yang mana salah satu faktor penyebab rendahnya
daya serap lulusan SMK tersebut adalah kepemimpinan kepala sekolah.
Manajemen pengelolaan sekolah yang baik seyogyanya mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat dan pihak swasta dalam pembangunan pendidikan termasuk merencanakan pembangunan
pendidikan di Sumatera Utara. Idealnya, harus terjadi sinergi antara tiga pilar utama dalam
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
vi
pelaksanaan pembangunan pendidikan yaitu sektor publik (masyarakat), sektor privat (swasta), dan
pemerintah.
Menyoroti kualitas pendidikan di Sumatera Utara, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera
Utara menghimbau untuk melaksanakan penelitian dengan sumber dana hibah bersaing. Beliau
menghimbau, dalam upaya perbaikan pendidikan di Sumatera Utara agar melakukan penelitian yang
berfokus pada pemetaan tenaga kependidikan. Sebagai tindak lanjut himbauan tersebut menghasilkan
20 judul penelitian kerjasama Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan Pascasarjana
Universitas Negeri Medan. Satu dari antara 20 judul tersebut menyimpulkan bahwa komitmen
organisasi kepala SMP di kota Medan termasuk dalam kategori cukup (Salman Bintang, 2011). Hal ini
menunjukkan bahwa komitmen organisasi kepala SMP di kota Medan masih berada di bawah kategori
baik. Penelitian pendidikan di Sumatera Utara pada umumnya menyoroti guru yang mencakup
kinerjanya maupun sikapnya. Khusus untuk kepala sekolah kebanyakan penelitian menyoroti kinerja
dan kepemimpinannya, namun hanya beberapa yang menyoroti komitmen kepala sekolah tersebut.
Pada pertengahan November 2008, Stuart Weston, Co-PDBE3 (Proyek Decentralized Basic
Education Three) adalah proyek lima tahun yang dirancang oleh USAID Indonesia, berkunjung ke
Binjai, Sumatra Utara menyatakan bahwa kemajuan di bidang pendidikan di Sumatera Utara akan
lebih berhasil jika semua pihak mempunyai komitmen yang tinggi untuk bersama-sama meningkatkan
kualitas pendidikan. Sejak tahun 2009 Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara
Bahrumsyah dalam mengimplementasikan programnya, menjelaskan banyak variabel yang
berpengaruh dalam mewujudkan programnya,satu di antaranya adalah memiliki komitmen dan tekad
yang kuat untuk berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa para pengelola pendidikan khususnya kepala
sekolah belum memiliki komitmen dalam menuntaskan masalah mutu pendidikan di Sumatera Utara,
sebagaimana juga disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Syaiful Syafri pada
acara USAID DBE3, menyatakan bahwa sebaik apaun program yang telah disusun untuk
meningkatkan kualitas siswa di sekolah, akan dapat berjalan dengan baik bila kepala sekolahnya
memiliki komitmen perubahan, cinta pekerjaannya, mampu bekerjasama dengan guru, dengan
masyarakat sebagai wali siswa.
Komitmen organisasi adalah keinginan anggota organisasi untuk tetap mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi. Penelitian Colquitt, Lepine, dan Wesson
(2009:8) yang terkenal dengan ”Integrative Model of Organizational Behavior”nya mengelompokkan
faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu mekanisme organisasi, mekanisme
kelompok, karakteristik individual, dan mekanisme individual. Berdasarkan hasil analisis terhadap
penelitian yang dilakukan Colquitt, Lepine, dan Wesson tersebut ditemukan bahwa secara empiris
terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi komitmen organisasi.
Komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai
kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi (Sopiah, 2008:155). Komitmen
organisasi menggambarkan sikap loyalitas individu terhadap organisasinya dan juga merupakan suatu
proses mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap organisasinya. Pengertian komitmen
organisasi ini mencakup tiga hal: (1) Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-
nilai organisasi; (2) Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi; dan (3)
Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan organisasi. Pedoman khusus untuk
mengimplementasikan sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan
meningkatkan komitmen organisasi adalah: (1) Berkomitmen pada nilai utama manusia; (2)
Memperjelas dan mengkomunikasikan misi anda; (3) Menjamin keadilan organisasi; (4)
Menciptakan rasa komunitas: dan (5) Mendukung perkembangan karyawan (Luthan, 2006:250).
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat
menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja (Edy Sutrisno,
2011:2).Setiap orang dalam suatu organisasi secara sadar ataupun tidak sadar mempelajari budaya
yang berlaku di dalam organisasinya. Misalnya seorang guru baru yang diterima dalam suatu sekolah,
ia akan berusaha mempelajari apa yang diwajibkan dan apa yang dilarang, apa yang baik dan apa yang
buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Budaya sistem sosial atau
organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja
anggota dan organisasi (Wirawan, 2007:7). Organisasi akan mampu beroperasi secara efisien bila ada
nilai yang diyakini bersama di antara karyawannya. Budaya organisasi bukan saja menyatukan, tetapi
juga memfasilitasi komitmen anggota organisasi kepada organisasi dan kelompok kerjanya. Budaya
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
vii
organisasi yang kondusif mengembangkan rasa memiliki dan komitmen tinggi terhadap organisasi dan
kelompok kerjanya (Robbins dan Judge, 2009:36)
Faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting dalam suatu organisasi, karena
pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan
sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak mudah, karena harus memahami setiap perilaku
bawahan yang berbeda-beda, bawahan harus dipengaruhi agar memberikan pengabdian dan
partisipasinya kepada organisasi secara maksimal.
Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain
dengan memimpin, membimbing, dan mempengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu agar
dicapai hasil yang diharapkan (Edy Sutrisno, 2009:231). Ada tiga implikasi penting dari pengertian
kepemimpinan ini, yakni: (1) Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau
pengikut. Karena kesediaan mereka menerima pengarahan dari pemimpin, anggota kelompok
membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan terjadinya proses kepemimpinan. (2)
Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota
kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa aktivitas anggota
kelompok, yang caranya tidak sama antara pemimpin yang satu dengan yang lain. (3) Di samping
secara sah mampu memberikan perintah atau pengarahan kepada bawahan atau pengikutnya,
pemimpin juga dapat mempengaruhi bawahan dengan berbagai cara. Sejalan dengan uraian di atas,
Manullang (2006:96-97) mengatakan kepemimpinan yang efektif membuat organisasi efektif, dan
sebaliknya kepemimpinan yang kurang efektif membuat organisasi gagal mewujudkan visi, misi, dan
tujuan, yang mana tanpa pimpinan, sebuah organisasi akan merupakan kerumunan manusia dan
peralatan. Sedangkan hubungan kepemimpinan dengan komitmen organisasi ditemukan penelitian
kepemimpinan tentang pertukaran pemimpin-anggota, yang menyimpulkan bahwa hubungan
pertukaran menurun berkorelasi dengan kejelasan peran yang lebih besar, kepuasan yang lebih tinggi,
komitmen organisasi yang lebih kuat, dan kinerja bawahan yang lebih baik (Gary Yukl, 2009:143).
Demikian juga penelitian Ambarita (2010:212) menyimpulkan bahwa kepemimpinan berpengaruh
langsung positif terhadap komitmen organisasi.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari
seseorang ke orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari terutama di dalam hubungan dengan orang lain
akan digunakan komunikasi, demikian pula di dalam pekerjaan dilakukan komunikasi agar tujuan
tercapai. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu interaksi sosial, dan
karenanya akan berpengaruh dalam organisasi atau dunia kerja. Pengoptimalan peran komunikasi
dalam organisasi menuntut pemahaman cara-cara dan macam komunikasi baik dengan bawahan,
sejawat, maupun dengan atasan. Pentingnya komunikasi dalam hubungannya dengan pekerjaan
ditunjukkan oleh banyaknya waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam pekerjaan.
Menurut Sopiah (2008:142) ada empat fungsi komunikasi, yaitu: komunikasi berfungsi sebagai
pengendali perilaku anggota, komunikasi berfungsi untuk membangkitkan motivasi karyawan,
komunikasi berperan sebagai pengungkapan emosi, dan komunikasi berperan sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
Untuk menumbuhkan komitmen organisasi, Gary Dessler (1982:2) mengemukakan sejumlah
cara yang bisa dilakukan, satu di antaranya adalah ”provide extensive two-way communication”, yaitu
menjalin komunikasi dua arah di organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting, karena terbukti besar
manfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri, dan masyarakat. Kepuasan kerja merupakan
suatu sikap individu terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan situasi kerja, kerja sama antar
individu, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang menyangkut faktor fisik dan psikolgis.
Sikap terhadap pekerjaan ini merupakan hasil dari sejumlah sikap khusus individu terhadap faktor-
faktor dalam pekerjaan, penyesuaian diri individu dan hubungan sosial individu di luar pekerjaan
sehingga menimbulkan sikap umum individu terhadap pekerjaan yang dihadapinya. Seseorang yang
tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kepuasan psikologis dan akhirnya akan
timbul sikap atau tingkah laku negatif dan pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi, sebaliknya
seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi akan dapat bekerja dengan baik, penuh semangat, aktif
dan dapat berprestasi lebih baik.
Memperhatikan Rencana Strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Kemendikbud pada tahun 2025 mengamanatkan perbandingan antara jumlah SMA dan SMK
mencapai 30% : 70 %. Artinya ke depan pemerintah lebih memfokuskan pendidikan yang bersifat
kejuruan (vokasi) dengan alasan mereka akan lebih siap menempati pekerjaan yang ada di dunia usaha
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
viii
dan dunia industri ketimbang menyiapkan lulusan yang diharapkan melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara dalam Renstra
2010-2014 merumuskan visi: “Terwujudnya sistem pendidikan masyarakat Sumatera Utara yang
berdaya saing dan berakhlak mulia,” salah satu misinya adalah “meningkatkan profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan”. Peningkatan profesionalisme kepala sekolah kejuruan termasuk
juga dalam misi tersebut. Lebih lanjut diungkapkan bahwa untuk mewujudkan misi tersebut, maka
sumber daya manusia di Sumatera Utara ditantang agar memiliki komitmen yang tinggi pada
perubahan dan inovasi pembelajaran. Hal tersebut secara implisit menunjukkan pentingnya suatu
penelitian yang berfokus pada perilaku kepala sekolah kejuruan khususnya.
Komitmen organisasi termasuk variabel yang mendukung keberhasilan manajer dalam
menjalankan fungsi-fungsi manajemennya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kepala
sekolah kejuruan selama ini, bahwan faktor-faktor penyebab kegagalan kepala sekolah
mengembangkan sekolahnya bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas, namun lebih banyak
disebabkan kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemennya, termasuk komitmen
organisasinya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi,
sehingga perlu dilakukan pembatasan. Pembatasan ini dilakukan karena ketebatasan waktu dan
kendala lainnya, sehingga hanya difokuskan pada beberapa variabel yang diduga berpengaruh
terhadap komitmen organisasi, yaitu: budaya organisasi, kepemimpinan, komunikasi interpersonal,
dan kepuasan kerja.
PERUMUSAN MASALAH Adapun masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan?
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komunikasi interpersonal?
3. Apakah kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap komunikasi interpersonal?
4. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja?
5. Apakah kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja?
6. Apakah komunikasi interpersonal berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja?
7. Apakah komunikasi interpersonal berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi?
8. Apakah kepuasan kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi?
9. Apakah kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi?
10. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi?
11. Apakah budaya organisasi dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh terhadap
komunikasi interpersonal?
12. Apakah budaya organisasi, kepemimpinan, dan komunikasi interpersonal secara simultan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja?
13. Apakah budaya organisasi, kepemimpinan, komunikasi interpersonal dan kepuasan kerja
secara simultan berpengaruh terhadap komitmen organisasi?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengkaji:
1. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepemimpinan.
2. Pengaruh budaya organisasi terhadap komunikasi interpersonal.
3. Pengaruh kepemimpinan terhadap komunikasi interpersonal.
4. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja.
5. Pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja.
6. Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja.
7. Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap komitmen organisasi.
8. Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi.
9. Pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi.
10. Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi.
11. Pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap komunikasi interpersonal secara
simultan.
12. Pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan, dan komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan kerja secara simultan.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
ix
13. Pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan, komunikasi interpersonal dan kepuasan kerja
terhadap komitmen organisasi secara simultan.
KAJIAN TEORETIK
1. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan kekuatan keterlibatan karyawan dalam suatu organisasi
(Colquit, Lepine, dan Wesson, 2009:67). Karyawan yang tinggal dengan organisasi untuk jangka
waktu yang panjang cenderung jauh lebih berkomitmen kepada orgnisasi dari pada mereka yang
bekerja untuk waktu yang lebih singkat. Pendapat yang senada dikemukakan Newstrom (2007:207)
yang menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan ”...the degree to which an employee
identifies with the organizational and wants to continue actively participating in it”. Sedangkan
Nawab dan Bhatti (2011:25) menyatakan: “Organization commitment can be defined as affiliation of
employees to the organization and involvement in it”. Komitmen organisasi menggambarkan sejauh
mana karyawan mengenali organisasi yang mempekerjakannya, yang merupakan keinginan karyawan
untuk berupaya besar dengan niatnya untuk tinggal dengan organisasi ataupun keterikatan dengan
organisasi untuk waktu yang lama disertai partisipasi aktif.
Mowday, Steers, dan Porter (2008:157) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai (1)
keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2) keinginan untuk berusaha keras
sesuai keinginan organisasi; dan (3) keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
Sikap yang menunjukkan loyalitas pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota
organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang
berkelanjutan. Allen dan Meyer (2006:249) mengusulkan tiga konsep sebagai model dalam komitmen
organisasi, yaitu: (1) komitmen afektif (affective), (2) komitmen berkelanjutan (continuance), dan (3).
komitmen normatif (normative). Lebih lanjut Colquit, LePine, dan Wesson yang terkenal
dengan”Integrative Model of Organizational Behavior”nya menjelaskan bahwa mekanisme
organisasi, mekanisme tim, dan karakteristik individu membangun mekanisme individu dalam upaya
menumbuhkan job performance dan komitmen organisasi. Paradigma teori yang dikemukakan oleh
Colquitt, LePine, dan Wesson dapat dilihat pada gambar 1, pada umunya berlaku pada manajemen
bisnis, namun dapat diadopsi dalam pendidikan, karena a) sampai saat ini paradigma teori tersebut
masih paling mutahir dan belum ada teori yang membantahnya, b) komitmen organisasi kepala SMK
yang dibahas dalam penelitian ini tidak terlepas dari tugas kepala SMK tersebut, salah satunya adalah
bidang kewirausahaan, yang memiliki hakekat yang sama dengan manajemen bisnis, dan c) dalam
penerapannya di lapangan, pada umumnya memiliki prinsip-prinsip yang sama antara bidang
pendidikan dengan bidang manajemen bisnis.
Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa kepuasan kerja secara langsung mempengaruhi
komitmen organisasi, sedangkan budaya organisasi melalui mekanisme individu (kepuasan kerja)
mempengaruhi komitmen organisasi.
Kepala sekolah menengah kejuruan sebagai tenaga kependidikan diatur oleh undang-undang nomor
20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 menyatakan bahwa tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan. Kepala sekolah menengah kejuruan sebagai pemimpin bertugas
mengarahkan guru dan staf dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan karakteristik pendidikan
kejuruan, dituntut untuk memiliki komitmen organisasi. Komitmen organisasi yang tinggi dimiliki
kepala sekolah untuk mencapai tujuan akan melahirkan ide-ide dalam mencapai visi dan misi
sehingga menimbulkan nilai-nilai individu yang ingin memajukan sekolahnya.
Berdasarkan uraian teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa komitmen organisasi kepala
sekolah menengah kejuruan dalam penelitian ini adalah bentuk keterikatan psikologis pada lembaga
yang ditandai dengan kepercayaan dan penerimaan pada nilai-nilai lembaga serta karakteristik
pendidikan kejuruan dan dorongan yang kuat melakukan usaha-usaha dalam mencapai visi dan misi
serta keinginan yang kuat untuk mempertahankan eksistensinya; dengan indikator-indikator yang
diwujudkan dalam bentuk penerimaan nilai-nilai dan tujuan lembaga serta karakteristik pendidikan
kejuruan (komitmen afektif), rasa bangga dan kesediaan bekerja keras untuk lembaga (komitmen
berkelanjutan), dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam lembaga (komitmen
normatif).
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
x
ORGANIZATIONAL
MECHANISMS
INDIVIDUAL MECHANISMS
GROUP
MECHANISMS
INDIVIDUAL
CHARACTERISTICS
Gambar 1 Integrative Model of Organizational Behavior
Sumber:Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson (2009). Organization
Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. New York:
The McGraw-Hill Com., Inc., p.8.
.
2. Budaya Organisasi
Budaya adalah merupakan tingkah laku serta gejala sosial yang menunjukkan identitas dan
citra suatu masyarakat. Colquitt, Lepine, dan Wesson (2009:7) mendefinisikan budaya organisasi
sebagai ”a field of study devoted to understanding, explaining, and ultimately improving the attitudes
and behaviors of individuals and groups in organization.” Budaya organisasi itu membahas,
menjelaskan, dan secara luas mengembangkan sikap dan perilaku individu dan kelompok dalam
organisasi. Sedangkan Edy Sutrisno (2011:2) mendefinisikan budaya organisasi sebagai perangkat
sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-
norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai
pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi yang terbentuk,
dikembangkan, dan diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktek yang dapat menyatukan nilai
budaya anggota dengan nilai budaya organisasi. Newstrom (2007:87) mendefinisikan ”Organizational
INDIVIDUAL
OUTCOM ES
Organizational
culture
Leadership
Styles & Behaviors
Organizational
Structure
Leadership
Power & Influence
Teams: Processes
Teams : Characteristics
Personality &
Cultural Values
Ability
Job
Satisfaction
Stress
Motivation
Trust, Justice,
& Ethnics
Learning &
Decision Making
Organizational
Commitment
Job
Performance
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xi
culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norms that are shared by an organization’s
members.” Seperangkat nilai-nilai ataupun norma-norma yang telah berlaku lama, diakui dan diikuti
oleh para anggota organisasi sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah
organisasi.
Dalam “Organizational Behavior System”nya Newstrom menggambarkan bahwa budaya
organisasi secara langsung mempengaruhi kepemimpinan dan komunikasi, ditunjukkan pada gambar
2.
Gambar 2. An Organizational Behavioral System Of Newstrom.
Sumber: John W. Newstrom (2007). Organizational Behavior. New York: McGraw Hill, p.26.
Penelitian yang dilaksanakan Robbins dan Judge (2009:585) mengemukakan tujuh
karakteristik primer yang bersama-sama menangkap hakekat dari budaya organisasi: (1) Inovasi dan
Pengambilan Resiko; (2) Perhatian terhadap detail; (3) Orientasi hasil; (4) Orientasi orang; (5)
Orientasi tim; (6) Keagresifan; dan (7) Kemantapan. Setiap karakteristik tersebut berada pada
kontinum dari rendah ke tinggi, sehingga dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik
ini, akan diperoleh gambaran gabungan atas budaya organisasi. Gambaran tersebut dijadikan dasar
bagi perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasinya, cara
penyelesaian urusan di dalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku. Budaya organisasi
sangat berperan dalam mengarahkan perilaku anggotanya sehingga para anggotanya akan melakukan
pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Berdasarkan uraian teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah seperangkat nilai-nilai, norma, asumsi, kepercayaan, prinsip-prinsip, dan
kebiasaan atau peraturan yang berlaku di dalam suatu organisasi yang mengatur dan mengarahkan
perilaku anggota-anggotanya dalam upaya melakukan suatu pekerjaan dalam memecahkan masalah,
Management’s:
Philosophy • Values • Vision • Mission • Goals
Organizational
culture Social
environment
Formal
organization
Informal
organization
Leadership • Communication • Group dynamics
Quality of work life
(QWL)
Outcomes:
Performance
Employee satisfaction Personal Growth and Development
Motivation
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xii
yang didefinisikan oleh indikator-indikator yang meliputi: inovasi dan pengambilan resiko, perhatian
terhadap detail, orientasi lapangan pekerjaan, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan, dan
kemantapan.
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) adalah proses mempengaruhi dan mendukung orang-orang
untuk bekerja secara antusias demi ketercapaian tujuan (Newstrom, 2007:159). Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa orang-orang yang dipimpin diharapkan bekerja secara sukarela dan antusias.
Cara dan kiat untuk mengajak orang untuk bekerja secara sukarela dan antusias tersebutlah yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Dari sudut manajemen, seorang kepala sekolah harus mampu
menetapkan tujuan yang akan dicapai organisasi, termasuk merancang taktik dan strategi yang tepat.
Dengan adanya taktik dan strategi yang tepat tersebut, maka organisasi akan berjalan lebih efisien dan
efektif dalam penggunaan anggaran. Sedangkan Edy Sutrisno (2009:232) menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan
penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Colquitt,
Lepine, dan Wesson (2009:441) mendefinisikan kepemimpinan sebagai ”...the use of power and
influence to direct the activities of followers toward goal achievement”. Sedangkan Lussier
(1997:390) secara sederhana mendefinisikan kepemimpinan itu sebagai “… process of influencing
employees to work toward the achievement of organizational objectives”. Mereka mengutamakan
penggunaan kekuasaan dan pengaruh untuk mengarahkan aktivitas anggota menuju pencapaian
tujuan. Pengarahan tersebut dapat mempengaruhi interpretasi anggota, aktivitas kerja, komitmen untuk
tujuan-tujuan penting, hubungan bersama anggota lainnya, dan akses untuk kerjasama serta dukungan
dari unit kerja lainnya.
Implikasi dari definisi-definisi tersebut: Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau
pengikut. Mereka setia menerima pengarahan dari pemimpin, membantu menentukan kedudukan
pemimpin, dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Kepemimpinan menyangkut suatu
pembagian kekuasaan, yang tidak seimbang di antara pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin
mempunyai kekuasaan untuk mengarahkan berbagai kegiatan anggota kelompok, namun para anggota
tidak dapat mengarahkan kegiatan pemimpin secara langsung, walaupun secara tidak langsung dapat
menggunakan berbagai cara. Pemimpin dapat menggunakan pengaruh, tidak hanya memerintah
bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi dapat juga mempengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya.
Keberhasilan kepala sekolah sebagai seorang pimpinan dalam mengarahkan bawahannya tidak
terlepas dari peran komunikasi baik langsung maupun tidak langsung. Kepala sekolah sebagai manajer
harus memiliki pengetahuan organisasi dalam melaksanakan tugas manajerial. Sebagai manajer harus
mampu menyusun program sekolah baik jangka pendek berupa RAPBS (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah), program jangka menengah maupun program jangka panjang.
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan menggerakkan, mengarahkan, mengkoordinasikan,
mengoptimalkan sumberdaya sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
dalam penelitian ini adalah kemampuan menanamkan keyakinan, memberdayakan siswa, guru,
pegawai, teknisi laboratorium/workshop dengan penuh perhatian dan pengarahan untuk memperoleh
dukungan dari mereka untuk mencapai visi dan misi yang didefinisikan dengan indikator-indikator
melaksanakan visi dan misi pemberdayaan bawahan, pembimbingan dan pengarahan, pengelolaan
administrasi, perbaikan dan pengembangan lembaga.
4. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim
kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi (Sopiah,2008:141).
Pertukaran informasi yang terjadi di antara pengirim dan penerima tidak hanya dilakukan dalam
bentuk lisan maupun tertulis, tetapi juga menggunakan alat komunikasi canggih. Newstrom (2007:45)
mendefinisikan “Communication is the transfer of information and understanding from one person to
anthoter person. Sedangkan Lussier (1997:320) menyatakan “Communication is the process of
transmitting information and meaning”. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xiii
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut
melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,
intonasi, titik putus vokal, dan sebagainya. Komunikasi ada dimana-mana, karena itu banyak orang
merasa telah mengetahui dan menguasainya. Dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hubungan
dengan orang lain, menggunakan komunikasi agar dapat mencapai tujuan. Dalam pekerjaan jenis
apapun selalu ada komunikasi, karena komunikasi merupakan sarana untuk berhubungan dengan
orang lain. Arah komunikasi yang terjadi bisa berbentuk:(1) komunikasi ke bawah; (2) komunikasi ke
atas; dan (3) komunikasi lateral. Komunikasi ke bawah, digunakan pimpinan dalam memberikan
instruksi kepada bawahannya; komunikasi ke atas, bawahan memberikan umpan balik pada atasan,
misalnya tentang informasi kemajuan pekerjaan atau informasi tentang masalah yang ada di lapangan;
dan komunikasi lateral, komunikasi horizontal sesama anggota dalam kelompok. Komunikasi ini
digunakan untuk mempermudah terjadinya koordinasi di antara anggota kelompok sehingga tidak
terjadi tumpang tindih pelaksanaan tugas di antara anggota.
De Vito (2005:4) mengemukakan bahwa suatu komunikasi interpersonal bisa efektif dengan
memperhatikan indikator-indikator: (1) keterbukaan, (2) empati, (3) dukungan, (4) kepositifan, dan
(5) kesetaraan. Kepala sekolah sebagai pendidik harus melakukan pengajaran, bimbingan, dan latihan
terhadap siswa, guru, dan pegawai serta teknisi laboratorium/workshop yang berkaitan dengan
perubahan sikap, mental dan kondisi fisik. Dalam melakukan tugasnya sebagai pendidik memerlukan
kemampuan berkomunikasi terutama dalam mensosialisasikan visi dan misi yang sesuai dengan
karakteristik pendidikan kejuruan, baik secara komunikasivertikal maupun komunikasi horizontal.
Berdasarkan uraian teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa komunikasi interpersonal kepala
sekolah dalam penelitian ini adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang
dalam rangka mensosialisasikan visi dan misi yang dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku
bawahan dan bersifat dialogis serta arus balik terjadi secara langsung, yang didefinisikan dengan
indikator-indikator keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesetaraan.
5. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang ditunjukkan seseorang dalam merasakan pekerjaannya.
Menurut Colquitt, Lepine, dan Wesson (2009:105) kepuasan kerja adalah “as a pleasurable
emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experiences”. Kepuasan kerja
merupakan suatu keadaan emosional yang menyenangkan yang dihasilkan atas penilaian pekerjaan
atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal
ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerjanya. Newstrom (2007:204) mengemukakan “Job satisfaction is a set of favorable or
unfavorable feelings and emotions with wich employees view their work.” Kepuasan kerja merupakan
seperangkat perasaan dan emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pekerjaan..
Mullins (2005:493) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai hasil persepsi individu terhadap
kesesuaian internal reward dan external reward, sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
Performance
(Accomplishment)
Satisfaction
Value of
Reward Skill and Traits Internal
Reward
Perceived
Equitable
rewards
Perceived effort-
reward
probability
Role perception
and oportunities
External
Reward
Effort
Gambar 3. The Porter and Lawler Satisfaction Model
Sumber: Mullins, Lauriel J. (2005). Management and Organizational Behavior. Edinburg Gate
Harlow: Prentice Hall, Inc. p.493
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xiv
Internal reward bersumber dari dalam diri sendiri termasuk hasrat untuk berhasil dan perasaan
bertanggungjawab. Eksternal reward bersumber dari penghasilan, kondisi kerja dan supervisi.
Menurut Porter Internal reward tersebut tidak berhubungan langsung dengan kinerja karena sangat
tergantung pada karakteristik pekerjaan yang menjadi tugas individu.
Kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi anggota organisasi maupun bagi organisasinya,
terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan organisasi. Semakin banyak aspek-
aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakannya, demikian sebaliknya. Robbins dan Judge (2009:119) menemukan bahwa
kepuasan kerja dipengaruhi oleh kerja itu sendiri sebesar 70 persen, pengawasan kerja 65 persen,
bayaran 58 persen, dan promosi jabatan 20 persen. Selanjutnya Newstrom (2007:214) menjelaskan
bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh penghasilan yang diterima individu, supervisi, profil
pekerjaan, sejawat dan kondisi pekerjaan. Mullins (2005:703) mengajukan dua cara untuk mengukur
kepuasan kerja, yaitu dengan mengukur kesesuaian antara yang diharapkan organisasi dengan yang
dicari individu dari pekerjaan, dan dengan cara mengukur kesesuaian keinginan individu dengan yang
diterimanya dari organisasi.
Berdasarkan uraian teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa kepuasan kerja kepala sekolah
dalam penelitian ini adalah pernyataan tercapainya suatu harapan ataupun sikap terhadap pekerjaan
yang menimbulkan perasaan senang terhadap pelaksanaan pekerjaan, yang didefinisikan dengan
indikator imbalan kerja, pengharapan atas pekerjaan, peningkatan karier, dukungan teman kerja, dan
pengawasan.
KERANGKA BERPIKIR
1. Pengaruh Langsung Budaya Organisasi terhadap Kepemimpinan
Budaya organisasi telah menjadi tema penting dalam penelitian-penelitian manajemen dan
bisnis dalam beberapa dekade terakhir. Karena setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang
mempengaruhi semua aspek organisasi dan perilaku anggotanya secara individual maupun kelompok.
Pengaruh budaya organisasi ini akan dirasakan orang, misalnya jika berada dalam suatu lembaga,
kemudian keluar dan memasuki lembaga lainnya. Budaya organisasi merupakan karakteristik
organisasi, bukan individu anggotanya. Isi budaya organisasi ada yang dapat diindera dengan mudah
seperti artefak dan ada yang sulit diindera seperti nilai-nilai, norma, asumsi dan filsafat organisasi. Isi
budaya organisasi diperkenalkan dan diajarkan serta diterapkan dalam kegiatan organisasi. Mereka
yang ingin menjadi anggota organisasi wajib memahami, merasa memiliki, dan menerapkannya dalam
perilakunya, ini semuanya tidak terlepas dari peran kepemimpinan kepala sekolah.
Keberhasilan kepemimpinan sebagian ditentukan oleh kemampuan pemimpin untuk
mengembangkan budaya organisasinya. Budaya organisasi merupakan seperangkat nilai yang
mengontrol interaksi antar individu dalam suatu organisasi, yang tidak terlepas dari aktivitas kepala
sekolah. Kepala sekolah dalam mengarahkan dengan cara mengenali bawahan, mendukung bawahan,
mengembangkan bawahan, memotivasi bawahan, membina hubungan dan mengayomi bawahan untuk
mencapai tujuan. Dalam penguatan norma, nilai-nilai maupun asumsi untuk mempengaruhi pola pikir,
sikap dan perilaku anggota organisasi tentu berkaitan juga terhadap kelancaran pelaksanaan tugas-
tugas kepala sekolah. Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa penguatan budaya organisasi
berpengaruh langsung terhadap keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.
2. Pengaruh Langsung Budaya Organisasi tehadap Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal akan terjadi apabila seorang dengan orang lain saling mengenal dan
berbicara satu sama lainnya, atau berusaha mempengaruhi satu sama lainnya dengan menggunakan
sistem lambang, yang biasanya lambang bunyi atau yang disebut bahasa. Komunikasi interpersonal
meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Budaya organisasi adalah norma yang
menginformasikan anggota organisasi mengenai apa yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat
diterima, nilai-nilai dominan yang dihargai organisasi di atas yang lainnya, asumsi dasar dan
kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi, peraturan main yang harus dipelajari jika
orang ingin dapat sejalan dan diterima sebagai anggota organisasi, dan filsafat yang mengarahkan
dalam berhubungan dengan karyawan dan kliennya. Menginformasikan apa yang dapat diterima dan
apa yang tidak dapat diterima perihal isi budaya organisasi membutuhkan komunikasi, Komunikasi
interpersonal kepala sekolah adalah suatu proses interaksi sosial dalam sekolah untuk menyampaikan
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xv
dan menerima informasi yang berlangsung secara formal maupun informal dan terjadi terus menerus
di saat melaksanakan tugas dan kegiatan pada sekolah. Komunikasi yang dapat dijalin kepala sekolah
dapat berupa komunikasi vertikal maupun komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal terjadi ke
bawah atau ke atas. Komunikasi ke bawah yaitu komunikasi antara kepala sekolah dengan guru dan
siswa serta tenaga kependidikan lainnya. Komunikasi ke atas adalah komunikasi kepala sekolah
dengan pimpinannya, sedangkan komunikasi horizontal adalah komunikasi antar sesama kepala
sekolah.
Budaya organisasi yang kohesi atau efektif tercermin pada kepercayaan, keterbukaan
komunikasi, kepemimpinan yang mendapat masukan, dan didukung oleh bawahan, pemecahan
masalah oleh kelompok, kemandirian kerja, dan pertukaran informasi. Strategi implementasi budaya
yang homogen pada organisasi dapat dilakukan melalui sosialisasi budaya organisasi.
Mensosialisasikan budaya organisasi ini dengan komunikasi yang dijalin, baik secara vertikal maupun
horizontal, sehingga akan mengoptimalkan fungsi-fungsi budaya organisasi. Berdasarkan uraian di
atas diduga bahwa penguatan budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komunikasi
interpersonal.
3. Pengaruh Langsung Kepemimpinan terhadap Komunikasi Interpersonal
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan
penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan. Kepemimpinan
merupakan faktor penentu dalam mengarahkan seluruh elemen yang ada di organisasi agar dapat
bekerja secara optimal. Untuk itu, peran kepala sekolah sangat menentukan pemberian pelayanan
yang baik kepada pelanggannya. Bila kepala sekolah dapat memberdayakan seluruh guru, pegawai
maupun siswa, maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Komunikasi merupakan penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada
penerima, baik secara lisan, tertulis, maupun menggunakan alat komunikasi. Pentingnya komunikasi
dalam hubungannya dengan pekerjaan ditunjukkan oleh banyaknya waktu yang dipergunakan untuk
berkomunikasi dalam pekerjaan. Gaya kepemimpinan yang berhasil jika berorientasi pada bawahan,
dan mendasarkan pada komunikasi. Dalam hal ini pemimpin sangat mempercayai bawahannya,
misalnya dalam setiap persoalan selalu mengandalkan ide-ide dan pendapat-pendapat bawahannya, ini
semua dilakukannya dengan komunikasi interpersonal yang terjalin, baik secara komunikasi vertikal
maupun komunikasi horizontal. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa kepemimpinan
berpengaruh langsung terhadap komunikasi interpersonal.
4. Pengaruh Langsung Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
Budaya organisasi merupakan norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayan, filsafat, kebiasaan
organisasi, dan sebagainya, yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin dan
anggotanya yang disosialisasikan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi
sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi
produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi. Pada umumnya budaya organisasi
cenderung diwujudkan oleh anggota organisasi. Budaya organisasi yang kuat akan dapat
mempengaruhi perilaku manusia untuk bertindak dalam melakukan tugas-tugasnya.
Kepuasan kerja pada dasarnya adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap pekerjaannya
yang dapat dilihat dari keyakinan, perasaan, dan perilakunya terhadap semua aspek yang terkait
dengan pekerjaannya sebagai kepala sekolah. Bila setiap anggota organisasi menyadari bahwa nilai-
nilai budaya organisasi mampu diimplementasikan dalam pekerjaannya, maka akan menimbulkan
kegairahan dan semangat bagi pimpinan untuk dapat melaksanakan setiap pekerjaannya dengan baik
serta memberikan pelayanan yang bermutu kepada pelanggannya. Hal ini akan menimbulkan
kepuasan bagi pimpinan, karena mereka dapat berbuat yang terbaik demi pencapaian tujuan
organisasi. Dengan demikian dapat diduga bahwa budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap
kepuasan kerja.
5. Pengaruh Langsung Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju
dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xvi
memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian,
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau suatu kelompok dalam upaya ke
arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan pada dasarnya
mengandung dua unsur, yaitu pengaruh dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan dapat terjadi pada
setiap saat selama sesuatu kegiatan memiliki tujuan dan perilaku manusianya dapat diarahkan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Kepuasan Kerja merupakan suatu tingkatan di mana kebutuhan, keinginan dan harapan dari
seseorang dapat terpenuhi yang dapat meningkatakan kinerja. Kepuasan kerja secara umum merujuk
pada perasaan kepuasaan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Dengan demikian, kepuasaan
meliputi perasaan positif dan negatif seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Pimpinan yang
memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikutnya, akan menimbulkan rasa senang dan gairah
dalam pelaksanaan kerjanya. Pimpinan yang dapat memenuhi harapan dan keinginan dari bawahannya
akan menciptakan kepuasan kerja. Pimpinan harus dapat memberikan pengaruh yang dapat diterima
semua bawahannya agar bawahannya dapat berbuat dan melakukan pekerjaannya dengan perasaan
senang sesuai dengan tuntutan organisasi. Seseorang yang memiliki kepuasan kerja akan menjadi
pekerja yang bersemangat sehingga tidak merasakan bekerja sebagai tugas yang harus diselesaikan
dengan penuh tanggung jawab. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa kepemimpinan berpengaruh
langsung terhadap kepuasan kerja.
6. Pengaruh Langsung Komunikasi Interpersonal terhadap Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempat kerjanya.
Kepuasan kerja adalah sikap terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya yang menimbulkan perasaan
senang atau tidak senang terhadap pekerjaannya. Salah satu sasaran penting dalam manajemen
sumberdaya manusia pada suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang
bersangkutan. Sebab dengan tercapainya kepuasan kerja tersebut diharapkan pencapaian tujuan
organisasi akan lebih baik dan akurat. Kepuasan kerja sebagai kombinasi dari kepuasan yang
diperoleh di dalam maupun di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap
emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya. Anggota organisasi
yang menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa puas jika hasil kerja
dan balas jasanya dirasa adil dan layak. Tidak ada tolok ukur tingkat kepuasan yang mutlak karena
setiap individu berbeda standar kepuasannya.
Komunikasi interpersonal merupakan proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan
atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari
sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus
vokal, dan sebagainya. Dan perpindahan pengertian yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi
data, tetapi seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada keterampilan-
keterampilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran informasi.
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri,
secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan balik yang diberikan oleh
lawan berbicara serta semua pesan yang disampaikan dapat diterima oleh lawan bicara dan adanya
efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut Kepuasan kerja merupakan suatu reaksi
emosional yang kompleks. Reaksi emosional ini adalah merupakan akibat dari dorongan, keinginan,
tuntutan dan harapan-harapan individu terhadap pekerjaan yang dihubungkan dengan realita-realita
yang dirasakannya, sehingga menimbulkan suatu bentuk reaksi emosional yang berwujud perasaan
senang, perasaan puas ataupun perasaan tidak puas, ini pada prosesnya tentu tidak terlepas dari
peranan komunikasi, baik komunikasi vertikal maupun komunikasi horizontal, karena pekerja yang
puas akan lebih suka berbicara positif tentang organisasinya. Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa
komunikasi interpersonal berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja.
7. Pengaruh Langsung Komunikasi Interpersonal terhadap Komitmen Organisasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan kepada pihak lain. Dalam organisasi atau
lembaga, komunikasi memiliki peran penting, terutama dalam membentuk organisasi yang efektif dan
efisien. Penyampaian informasi yang terjadi di antara pengirim dan penerima tidak hanya dilakukan
dalam bentuk lisan maupun tertulis, tetapi juga yang menggunakan alat komunikasi canggih. Aliran
komunikasi dalam organisasi merupakan pedoman ke mana seseorang dapat berkomunikasi. Aliran
komunikasi formal dalam organisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu komunikasi dari atas ke
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xvii
bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Untuk
menyampaikan maksud dan tujuan dari suatu organisasi, maka pimpinan akan berusaha
mengkomunikasikannya sebaik mungkin agar bawahan ataupun orang yang terlibat di dalam
organisasi tersebut dapat memahami.
Komitmen organisasi merupakan suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka
dari individu terhadap organisasinya. Komitmen organisasi adalah keberpihakan anggota organisasi
secara psikologis terhadap pekerjaannya dalam rangka pencapaian tujuan. Kepala sekolah dalam
melakukan pekerjaannya dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang manajemen, yaitu mampu
mangatur dan mengembangkan sistem pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik. Bila sistem manajemen di dalam organisasi dilaksanakan dengan baik, maka akan
menumbuhkan komitmen yang kuat terhadap pekerjaannya. Dalam menumbuhkan komitmen
organisasi, perlu menjalin komunikasi dua arah dalam organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
Komitmen organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap.
Komitmen kepala sekolah dalam melakukan pekerjaannya akan ditunjukkan pada hal-hal mempunyai
harapan akan keberhasilan dalam pekerjaan, mengharapkan peningkatan pendapatan yang memadai,
dan terdapat nilai-nilai rangsangan yang melekat pada individu dengan tujuan yang diinginkan,
sehingga mereka merasa puas bila bawahan melakukan pekerjaannya dengan baik dan menghasilkan
tujuan yang diinginkan. Berdasarkan uraian di atas di duga bahwa komunikasi interpersonal
berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi.
8. Pengaruh Langsung Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasi
Hubungan antara bawahan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam meningkatkan
produktivitas kerja. Kepuasan kerja dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari
pimpinan kepada bawahan, sehingga bawahan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang
penting dari organisasi kerja.. Komitmen organisasi adalah sebagai penerimaan seseorang atas nilai-
nilai organisasi, keterlibatan secara psikologis, dan loyalitas. Komitmen merupakan suatu sikap dan
perilaku yang saling mendorong (reinforce) antara satu dengan yang lain. Bila seseorang memiliki
komitmen tinggi terhadap organisasi, maka ia akan menunjukkan perilaku dan sikap yang positif
terhadap lembaganya, dia tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi, dan
memiliki keyakinan pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi.
Kepuasaan kerja terbentuk berdasarkan pengalaman terhadap lingkungan pekerjaannya serta
berdampak pada munculnya sikap atau tingkah laku tertentu, yaitu komitmen terhadap organisasi.
Seseorang yang merasa puas dalam melaksanakan setiap pekerjaannya maka ia akan senang dalam
bekerja sehingga tanpa disadari dia telah menunjukkan komitmennya terhadap organisasi dalam
bekerja, setidak-tidaknya dalam penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan
kesediannya untuk berusaha sungguh-sungguh atas nama organisasi dan tetap bertahan dalam
organisasi. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa kepuasan kerja berpengaruh langsung terhadap
komitmen organisasi.
9. Pengaruh Langsung Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi
Faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting dalam suatu organisasi, karena
pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan
sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah, karena harus memahami setiap perilaku bawahan yang
berbeda-beda. Kepemimpinan pada dasarnya merupakan cara yang dilakukan pemimpin dalam
mempengaruhi bawahannya untuk melakukan setiap kegiatan agar tercapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian, kepemimpinan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan penataan berupa
kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Komitmen merupakan suatu kekuatan yang mengikat seorang individu untuk melakukan suatu
aksi yang relevan dengan sasasaran tertentu. Ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi merupakan
kekuatan mengikat seseorang yang termanisfestasi dalam bentuk tanggungjawab, loyalitas dan
pengabdian yang tinggi dalam menjalankan peran dan tugas yang diembannya. Bila kepala sekolah
dapat melahirkan ide-ide yang dapat mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan guru serta melibatkan
semua unsur tenaga kependidikan dalam menentukan keputusan untuk kegiatan bersama, maka hal ini
akan menumbuhkan komitmen dalam dirinya untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan uraian di
atas diduga bahwa kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xviii
10. Pengaruh Langsung Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan
orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Budaya suatu organisasi
mempunyai karakter yang dalam mempengaruhi setiap anggotanya terlibat dalam melakukan aktivitas
dengan pemberian pelayanan yang terbaik demi peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain,
setiap organisasi harus memiliki keunggulan tertentu, didukung oleh budaya organisasi yang kuat dan
dipahami serta diterima oleh seluruh anggota organisasi secara konsisten. Budaya organisasi bukan
saja menyatukan, tetapi juga memfasilitasi komitmen anggota organisasi terhadap organisasi dan
kelompok kerjanya. Budaya organisasi yang kondusif mengembangkan rasa memiliki dan komitmen
tinggi terhadap organisasi dan kelompok kerjanya.
Komitmen organisasi adalah keinginan anggota organisasi untuk tetap mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kecocokan anggota organisasi dengan budaya yang berlaku dapat meningkatkan produktivitas,
kepuasan dalam bekerja, performance, komitmen organisasi dan keinginan untuk tetap tinggal di
perusahaan. Jika budaya organisasi dapat mengikat setiap orang yang terlibat dalam organisasi
tersebut, maka dalam diri orang tersebut akan timbul rasa untuk berbuat yang terbaik terhadap
organisasi tersebut, karena tumbuhnya kesadaran dalam dirinya bahwa dia merupakan bagian yang
penting dari organisasi tersebut. Artinya, ia akan berkomitmen untuk tetap mendukung organisasi,
karena adanya kesadaran dan rasa memiliki terhadap organisasi tersebut. Berdasarkan uraian di atas
diduga bahwa budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi.
HIPOTESIS PENELITIAN
1. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kepemimpinan kepala SMK.
2. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal kepala SMK.
3. Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal kepala SMK.
4. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK.
5. Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK.
6. Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK.
7. Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala
SMK.
8. Kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK.
9. Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK.
10. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini disebut metode survai, yang termasuk kategori penelitian ”explanatory atau
confirmatory”, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, yang
dilaksanakan pada SMK di Kota Medan sejak bulan Februari hingga Agustus 2012. Populasi
penelitian ini seluruh kepala SMK di Kota Medan yang berjumlah 152 orang yang terdiri atas 12
orang kepala SMK negeri dan 140 orang kepala SMK Swasta. Penentuan sampel berdasarkan rumus
Slovin sebesar 110 orang dengan cara proportional random sampling.
Data dikumpulkan dengan menggunakan angket pilihan berganda model skala Likert, setelah
terlebih dahulu diujicobakan. Pengujian hipotesis dengan analisis jalur setelah terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dengan statistik One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dan uji linieritas digunakan Analisis Variansi untuk tes linieritas regresi, dengan taraf
signifikansi α = 0,05.
Uji kesesuaian model (goodness of fit model) dengan koefisien Q. Jika Q = 1 mengindikasikan
model fit sempurna, tetapi jika Q < 1, untuk menentukan fit tidaknya model, maka statistik Q perlu
diuji dengan statistik W yang dihitung dengan rumus: W = - (N – d) ln Q, di mana N menunjukkan
ukuran sampel, d adalah banyak koefisien jalur yang tidak signifikan.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xix
HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data yang akan disajikan pada bagian ini meliputi data variabel Budaya Organisasi,
Kepemimpinan, Komunikasi Interpersonal, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi, Data tersebut
merupakan hasil kuantifikasi jawaban- jawaban responden atas angket yang disebarkan kepada Kepala
SMK sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang disebarkan sebanyak 110 set sesuai dengan
jumlah sampel penelitian. Deskripsi data setiap variabel penelitian disajikan dalam rangkuman pada
tabel 1 pada halaman berikut.
Berdasarkan analisis data pada tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa:
a. Skor budaya organisasi tertinggi adalah 126, skor terendah 53, dan rerata sebesar 96,109 serta
simpangan bakunya adalah 16, 463. Sedangkan skor tertinggi ideal 140, skor terendah ideal 28,
dan rerata skor ideal 84 serta simpangan baku ideal adalah 18,67. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa budaya organisasi Kepala SMK cenderung dalam kategori cukup.
b. Skor kepemimpinan tertinggi adalah 145, skor terendah 76, dan rerata sebesar 122,263 serta
simpangan bakunya adalah 12,913 Sedangkan skor tertinggi ideal 150, skor terendah ideal 30,
dan rerata skor ideal 90 serta simpangan baku ideal adalah 20. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala SMK cenderung dalam kategori tinggi.
c. Skor komunikasi interpersonal tertinggi adalah 175, skor terendah 105, dan rerata sebesar 141,873
serta simpangan bakunya adalah 15,094. Sedangkan skor tertinggi ideal 175, skor terendah ideal
35, dan rerata skor ideal 105 serta simpangan baku ideal adalah 23,33. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal Kepala SMK cenderung dalam kategori tinggi.
d. Skor kepuasan kerja tertinggi adalah134, skor terendah74, dan rerata sebesar 95,300 serta
simpangan bakunya adalah 9,462. Sedangkan skor tertinggi ideal 135, skor terendah ideal 27, dan
rerata skor ideal 81 serta simpangan baku ideal adalah 18. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa kepuasan kerja Kepala SMK cenderung dalam kategori cukup.
e. Skor komitmen organisasi tertinggi adalah180, skor terendah 106, dan rerata sebesar 149,618 serta
simpangan bakunya adalah17,782. Sedangkan skor tertinggi ideal 180, skor terendah ideal 36, dan
rerata skor ideal 108 serta simpangan baku ideal adalah 24. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa komitmen organisasi Kepala SMK cenderung dalam kategori tinggi.
Tabel 1. Rangkuman Perhitungan Statistik Deskriptif Data Penelitian
X1 X2 X3 X4 X5
N Valid 110 110 110 110 110
Missing 0 0 0 0 0
Mean 96,1091 122,2636 141,8727 95,3000 149,6182
Median 97,0000 123,5000 142,0000 95,0000 151,0000
Mode 107,00 123,00 145,00 95,00 164,00
Std. Deviation 16,46311 12,91374 15,09366 9,46219 17,78206
Variance 271,034 166,802 227,819 89,533 316,202
Range 73,00 69,00 70,00 60,00 74,00
Minimum 53,00 76,00 105,00 74,00 106,00
Maximum 126,00 145,00 175,00 134,00 180,00
Sum
Mean Ideal
Std.Deviation Ideal
Minimum Ideal
Maximum Ideal
10572,00
84,00
18,67
28,00
140,00
13460,00
90,00
20,00
30,00
150,00
15606,00
105,00
23,33
35,00
175,00
10483,00
81,00
18,00
27,00
135,00
16458,00
108,00
24,00
36,00
180,00
Keterangan: X1 = Budaya Organisasi
X2 = Kepemimpinan
X3 = Komunikasi Interpersonal
X4 = Kepuasan Kerja
X5 = Komitmen Organisasi
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xx
2. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
b.
Berdasarkan rangkuman hasil perhitungan di atas ditunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2-
tailed) > α = 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran keseluruhan data tidak
menyimpang dari distribusi normal, berarti asumsi normalitas telah dipenuhi.
c. Uji Linieritas
Pada tabel 3 berikut merupakan rangkuman hasil perhitungan uji linieritas hubungan variabel
eksogenus dengan variabel endogenus. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa untuk uji linieritas
semua signifikansi nilai Fh > 0,05 dan untuk uji keberartian regresi semua signifikansi nilai Fh < 0,05
berarti bentuk hubungan variabel eksogenus dengan variabel endogenus adalah linier sehingga asumsi
linieritas telah terpenuhi.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian persyaratan analisis telah dipenuhi, selanjutnya pengujian hipotesis dilaksanakan
untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Komputasi statistik koefisien
korelasi dan koefisien jalur berikut pengujiannya diringkas pada tabel 4 berikut.
a. Pengujian Hipotesis 1 (SubStruktur1)
Hipotesis yang diajukan adalah: Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap
kepemimpinan.
Tabel 2 Rangkuman Perhitungan Normalitas Kolmogorov-Simirnov Test
X1 X2 X3 X4 X5
N 110 110 110 110 110
Normal Parametersa,b
Mean 96,1091 122,2636 141,8727 95,3000 149,6182
Std. Deviation 16,46311 12,91374 15,09366 9,46219 17,78206
Most Extreme Differences Absolute ,107 ,128 ,106 ,092 ,089
Positive ,059 ,058 ,074 ,092 ,065
Negative -,107 -,128 -,106 -,070 -,089
Kolmogorov-Smirnov Z 1,121 1,345 1,107 ,961 ,930
Asymp. Sig. (2-tailed) ,162 ,054 ,172 ,314 ,352
a. Test distribution is normal
b. Calculated from data
Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Linieritas dan Uji Keberartian
No
Variabel Eksogen
terhadap
Variabel Endogen
Uji Linieritas
Uji Keberartian Regresi
Fh
Sig.
Status
Fh
Sig.
Status
1 X1 dengan X2 0,864 0,682 Linier 38,705 0,004 Signifikan
2 X1 dengan X3 1,252 0,206 Linier 21,952 0,001 Signifikan
3 X1 dengan X4 0,655 0,920 Linier 22,056 0,001 Signifikan
4 X2 dengan X3 0,922 0,599 Linier 16,029 0,001 Signifikan
5 X2 dengan X4 0,816 0,747 Linier 19,789 0,001 Signifikan
6 X3 dengan X4 1,490 0,081 Linier 17,669 0,001 Signifikan
7 X3 dengan X5 1,022 0,454 Linier 33,119 0,001 Signifikan
8 X4 dengan X5 1,320 0,164 Linier 25,690 0,001 Signifikan
9 X2 dengan X5 1,049 0,422 Linier 32,268 0,001 Signifikan
10 X1 dengan X5 1,029 0,448 Linier 34,580 0,001 Signifikan
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxi
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ha jika nilai
thitung < 0,05 Pada tabel 4 ditunjukkan bahwa = 0,514 dan t = 6,221 dengan taraf signifikansi
0,001; berarti Ho ditolak atau Ha diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Budaya
Organisasi berpengaruh langsung positif terhadap Kepemimpinan Kepala SMK.
Uji Sub Struktur 2 : Hipotesis 2 dan 3
Pengujian secara keseluruhan:
Ho : :Budaya Organisasi (X1) dan Kepemimpinan (X2) tidak berpengaruh langsung
terhadap Komunikasi Interpersonal (X3).
Ha : > 0: Sekurang-kurangnya ada satu dari dua variabel, yaitu Budaya Organisasi (X1) dan
Kepemimpinan (X2) berpengaruh langsung positif terhadap Komitmen Organisasi
(X3).
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai Fhitung < 0,05 atau terima Ho jika signifikansi
nilai Fhitung > 0,05. Karena hasil perhitungan menunjukkan Fhitung = 13,267 dengan taraf signifikansi
0,001 berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi dan kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal
Kepala SMK, oleh karena itu pengujian secara individual dapat dilakukan. Koefisien Determinasi
= 0,199 dan e3 = 0,894.
b. Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis yang diajukan adalah: Budaya organisasi bepngaruh langsung positif terhadap
komunikasi interpersonal.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ha jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Berdasarkan tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,307 dan t = 3,046 dengan taraf
signifikansi 0,003 berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Budaya Organisasi berpengaruh langsung positif terhadap Komunikasi Interpersonal Kepala SMK.
c. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis yang diajukan adalah: Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap
komunikasi interpersonal.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ha jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Berdasarkan tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,202 dan t = 2,000 dengan taraf
signifikansi 0,048 berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal Kepala SMK.
Tabel 4 Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi, Koefisien Jalur
dan Keberartiannya
Nomor
Hipotesis
Koefisien
Korelasi*
Koefisien
Jalur
thitung
signifikansi
Keterangan
1 = 0,514 = 0,514 6,221 0,001 Jalur Berarti
2 = 0,411 = 0,307 3,046 0,003 Jalur Berarti
3 = 0,359 = 0,202 2,000 0,048 Jalur Berarti
4 = 0,412 = 0,220 2,153 0,034 Jalur Berarti
5 = 0,394 = 0,205 2,050 0,043 Jalur Berarti
6 = 0,375 = 0,211 2,246 0,027 Jalur Berarti
7 = 0,484 = 0,259 3,003 0,003 Jalur Berarti
8 = 0,438 = 0,173 1,988 0,049 Jalur Berarti
9 = 0,480 = 0,213 2,337 0,021 Jalur Berarti
10 = 0,492 = 0,206 2,200 0,030 Jalur Berarti
*Semua koefisien korelasi signifikan {thitung lebih besar dari ttabel (5%) = 1,658}
i=3
j=1,2
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxii
Uji Sub Struktur 3: Hipotesis 4, 5 dan 6
Pengujian secara keseluruhan: Ho: : Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2) dan Komunikasi Interpersonal (X3)
tidak berpengaruh langsung terhadap Kepuasan Kerja (X4)
Ha: > 0: Sekurang-kurangnya ada satu dari tiga variabel, yaitu Budaya Organisasi (X1),
Kepemimpinan (X2) dan Komunikasi Interpersonal (X3) berpengaruh langsung positif
terhadap Kepuasan Kerja (X4).
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai Fhitung < 0,05 atau terima Ho jika signifikansi
nilai Fhitung > 0,05.
Karena hasil perhitungan menunjukkan Fhitung = 11,794 dengan taraf signifikansi 0,001 berarti
Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi,
kepemimpinan dan komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja
Kepala SMK, oleh karena itu pengujian secara individual dapat dilakukan.
Koefisien Determinasi = 0,250 dan e4 = 0,866.
d. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis yang diajukan adalah: Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap
kepuasan kerja.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Pada tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,220 dan t = 2,153 dengan taraf signifikansi 0,034
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja Kepala SMK.
e. Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis yang diajukan adalah: Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap
kepuasan kerja.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Pada tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,205 dan t = 2,050 dengan taraf signifikansi 0,043
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja Kepala SMK.
f. Pengujian Hipotesis 6
Hipotesis yang diajukan adalah: Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif
terhadap kepuasan kerja.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Pada tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,211 dan t = 2,246 dengan taraf signifikansi 0,027
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja Kepala SMK.
Uji Sub Struktur 4: Hipotesis 7, 8, 9,10
Pengujian secara keseluruhan:
Ho: : Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2), Komunikasi Interpersonal (X3) dan
Kepuasan Kerja (X4) tidak berpengaruh langsung terhadap Komitmen Organisasi (X5)
Ha: > 0: Sekurang-kurangnya ada satu dari empat variabel, yaitu Budaya Organisasi (X1),
Kepemimpinan (X2), Komunikasi Interpersonal (X3) dan Kepuasan Kerja (X4)
berpengaruh langsung positif terhadap Komitmen Organisasi (X5).
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai Fhitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai Fhitung > 0,05.
Karena hasil perhitungan menunjukkan Fhitung = 17,830 dengan taraf signifikansi 0,001 berarti Ho
ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi,
kepemimpinan, komunikasi interpersonal dan kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap
komitmen organisasi Kepala SMK, oleh karena itu pengujian secara individual dapat dilakukan.
i=4
j=1,2,3
i=5
j=1,2,3,4
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxiii
Koefisien Determinasi = 0,404 dan e5 = 0,772.
g. Pengujian Hipotesis 7
Hipotesis yang diajukan adalah: Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif
terhadap komitmen organisasi.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Pada tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,259 dan t = 3,003 dengan taraf signifikansi 0,003
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi Kepala SMK.
h. Pengujian Hipotesis 8
Hipotesis yang diajukan adalah: Kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap
komitmen organisasi.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Pada tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,173 dan t = 1,988 dengan taraf signifikansi 0,049
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi Kepala SMK.
i. Pengujian Hipotesis 9
Hipotesis yang diajukan adalah: Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap
komitmen organisasi.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Pada tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,213 dan t = 2,337 dengan taraf signifikansi 0,021
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK.
j. Pengujian Hipotesis 10
Hipotessis yang diajukan adalah: Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap
komitmen organisasi.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika signifikansi nilai thitung < 0,05 atau terima Ho jika
signifikansi nilai thitung > 0,05.
Pada tabel 4 di atas ditunjukkan bahwa = 0,206 dan t = 2,200 dengan taraf signifikansi 0,030
berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi Kepala SMK.
Selanjutnya, berdasarkan harga- harga koefisien korelasi dan koefisien jalur yang diperoleh
dari hasil perhitungan, dapat digambarkan diagram jalur (Path Diagram) yang merupakan fixed
model atau model teoretik yang menggambarkan hubungan kausalistik antar variabel penelitian yang
menentukan komitmen organisasi kepala SMK seperti pada gambar 4 berikut.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxiv
4. Uji Kesesuaian Model
Dalam kerangka analisis jalur, suatu model yang diusulkan dikatakan fit dengan data apabila
matriks korelasi sampel tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi (reproduced correlation
matrix) atau korelasi yang diharapkan (expected correlation matrix). Untuk menguji kesesuaian model
ini dengan menggunakan rumus:
Q =
= 1 – (1 -
)(1 - )(1 -
)(1 - )
Jika semua koefisien jalur signifikan, maka M = sehingga Q = 1. Jika Q = 1
mengindikasikan model fit sempurna. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tidak ada koefisien jalur
yang tidak signifikan, berarti Q = 1sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang diusulkan fit
sempurna (the fit is perfect) dengan data.
5. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Pada tabel 5 berikut ditunjukkan hasil rangkuman pengaruh langsung dan pengaruh tidak
langsung antara Budaya Organisasi (X1) dan Kepemimpinan (X2) terhadap Komunikasi Interpersonal
(X3)
ρ52 = 0,213
= 0,480
ρ51 = 0,206
= 0,492
X2
X5
X1
ρ32 = 0,202
= 0,359
0,211 (0,514)
ρ21 = 0,514
= 0,514
ρ31 = 0,307
= 0,411
ρ53 = 259 = 0,484
ρ42 = 0,205 = 0,394
ρ54 = 0,173 = 0,438
ρ41 = 0,220
= 0,412
X3
X4
e3= 0,894
e4= 0,866
e5= 0,772
e2= 0,867
Gambar 1. Model Teoretik Variabel Penelitian
(Hubungan kausal empiris X1, X2, X3, X4 terhadap X5)
Tabel 5 Rangkuman Pengaruh Langsung maupun Tidak Langsung
Budaya Organisasi (X1) dan Kepemimpinan (X2) terhadap Komunikasi
Interpersonal (X3)
Variabel
Pengaruh
Total
Pengaruh
Langsung
terhadap X3
Tidak langsung dari hasil perkalian
koefisien jalur langsung dengan
koefisien korelasi variabel
eksogenus
X1 X2
X1 0,094 - 0,032 0,126
X2 0,041 0,032 - 0,073
Jumlah Pengaruh yang melalui jalur 0,199
Jumlah Pengaruh yang tidak melalui jalur 0,801
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxv
Pada tabel 5 tersebut ditunjukkan bahwa total pengaruh langsung dan tidak langsung Budaya
Organisasi (X1) dan Kepemimpinan (X2) terhadap Komunikasi Interpersonal (X3) sebesar 0,199 atau
19,9 persen sedangkan sisanya sebesar 0,801 atau 80,1 persen dipengaruhi oleh faktor lain, baik
Komunikasi Interpersonal itu sendiri maupun faktor lainnya di luar variabel eksogenusnya.
Pada tabel 6 berikut disajikan rangkuman pengaruh langsung dan tidak langsung Budaya
Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2), dan Komunikasi Interpersonal (X3) terhadap Kepuasan Kerja
(X4).
,
Pada tabel 6 tersebut ditunjukkan bahwa total pengaruh langsung dan tidak langsung Budaya
Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2) dan Komunikasi Interpersonal (X3) terhadap Kepuasan Kerja
(X4) sebesar 0,250 atau 25,0 persen, sedangkan sisanya sebesar 0,750 atau 75,0 persen
dipengaruhi oleh faktor lain, baik Kepuasan Kerja (X4) itu sendiri maupun faktor lainnya di luar
variabel eksogenusnya.
Pada tabel 7 berikut disajikan rangkuman pengaruh langsung dan tidak langsung Budaya
Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2), Komunikasi Interpersonal (X3), dan Kepuasan Kerja (X4)
terhadap Komitmen Organisasi (X5).
Pada tabel 7 tersebut ditunjukkan bahwa total pengaruh langsung dan tidak langsung Budaya
Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2), Komunikasi Interpersonal (X3) dan Kepuasan Kerja (X4)
terhadap Komitmen Organisasi (X5) adalah sebesar 0,404 atau 40,4 persen, sedangkan sisanya
sebesar 0,596 atau 59,6 persen dipengaruhi oleh faktor lain, baik Komitmen Organisasi (X5) itu
sendiri maupun faktor lainnya di luar variabel eksogenusnya.
Tabel 6 Rangkuman Pengaruh Langsung maupun Tidak Langsung Budaya
Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2) dan Komunikasi Interpersonal (X3)
terhadap Kepuasan Kerja (X4)
Variabel
Pengaruh
Total
Pengaruh
Langsung
terhadap X4
Tidak langsung dari hasil perkalian
koefisien jalur langsung dengan
koefisien korelasi variabel
eksogenus
X1 X2 X3
X1 0,048 - 0,023 0,019 0,090
X2 0,042 0,023 - 0,016 0,081
X3 0,044 0,019 0,016 - 0,079
Jumlah Pengaruh yang melalui jalur 0,250
Jumlah Pengaruh yang tidak melalui jalur 0,750
Tabel 7 Rangkuman Pengaruh Langsung maupun Tidak Langsung Budaya
Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2), Komunikasi Interpersonal (X3)
dan Kepuasan Kerja (X4) terhadap Komitmen Organisasi (X5)
Variabel
Pengaruh
Total
Pengaruh
Langsung
terhadap X5
Tidak langsung dari hasil perkalian
koefisien jalur langsung dengan
koefisien korelasi variabel
eksogenus
X1 X2 X3 X4
X1 0,042 - 0,023 0,022 0,015 0,102
X2 0,045 0,022 - 0,020 0,014 0,101
X3 0,067 0,022 0,020 - 0,017 0,126
X4 0,030 0,015 0,014 0,016 - 0,075
Jumlah Pengaruh yang melalui jalur 0,404
Jumlah Pengaruh yang tidak melalui jalur 0,596
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxvi
6. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi data dan pengujian hipotesis, dilakukan pembahasan sebagai berikut.
Temuan penelitian hipotesis pertama menunjukkan budaya organisasi berpengaruh langsung positif
terhadap kepemimpinan, dan besar pengaruhnya adalah 0,264. Temuan ini mendukung pendapat
Newstrom (2007: 26) yang menyatakan budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap
kepemimpinan,sebagaim ditunjukkan dalam “An Organizational Behavioral System”nya.
Mereka yang ingin menjadi anggota organisasi wajib memahami, merasa memiliki, dan
menerapkannya dalam perilakunya, ini semuanya tidak terlepas dari peran kepemimpinan kepala
sekolah. Keberhasilan kepemimpinan sebagian ditentukan oleh kemampuan pemimpin untuk
mengembangkan budaya organisasinya (Wirawan, 2007: 8).
Temuan penelitian hipotesis kedua menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh
langsung positif terhadap komunikasi interpersonal kepala SMK, dan besar pengaruhnya adalah 0,094.
Mensosialisasikan budaya organisasi ini dengan komunikasi yang dijalin, baik secara vertikal maupun
horizontal, sehingga akan mengoptimalkan fungsi-
fungsi budaya organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Cable, dan Kim (2005: 232-233) yang
menyatakan bahwa budaya organisasi mencakup cara berinteraksi anggota organisasi, norma-norma
yang diakui bersama, serta nilai-nilai yang dipegang oleh organisasi, menganut filosofi tentang
kebijakan bagaimana anggota dan pelanggan diperlakukan, dimana cara berinteraksi tersebut tidak
terlepas dari adanya komunikasi interpersonal. Temuan ini mendukung pendapat Newstrom (2007:
26) yang menyatakan budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komunikasi sebagaimana
ditunjukkan dalam “An Organizational Behavioral System”nya.
Temuan penelitian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh langsung
positif terhadap komunikasi interpersonal kepala SMK, dan besar pengaruhnya adalah 0,041. Temuan
penelitian ini mendukung pendapat Robbins dan Judge (2009: 385) menyatakan bahwa komunikasi
menjalankan empat fungsi utama di dalam kelompok atau organisasi: pengendalian, motivasi,
pengungkapan emosi, dan informasi ; yang merupakan fungsi manajemen. Dan juga mendukung
pendapat Edy Sutrisno (2011: 232) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud
untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia
mengikuti kehendak pimpinan. Pentingnya komunikasi dalam hubungannya dengan pekerjaan
ditunjukkan oleh banyaknya waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam pekerjaan. Gaya
kepemimpinan yang berhasil jika berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan pada komunikasi.
Dalam hal ini pemimpin sangat mempercayai bawahannya, misalnya dalam setiap persoalan selalu
mengandalkan ide-ide dan pendapat-pendapat bawahannya, ini semua dilakukannya dengan
komunikasi interpersonal yang terjalin, baik secara komunikasi vertikal maupun komunikasi
horizontal.
Temuan penelitian hipotesis keempat menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh
langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK dan besar pengaruhnya adalah 0,048. Temuan
penelitian ini mendukung pendapat Colquit, Lepine, dan Wesson (2009: 8) yang terkenal
dengan”Integrative Model of Organizational Behavior”nya menjelaskan bahwa budaya organisasi
berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja. Demikian juga pendapat Colin Silverthone (2004:
592-599) menyatakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh nilai-nilai, norma ataupun asumsi, yang
merupakan cakupan budaya organisasi; serta penelitian Ambarita (2010: 213) juga menyatakan bahwa
budaya organsiasi berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja. Bila setiap anggota
organisasi menyadari bahwa nilai-nilai budaya organisasi mampu diimplementasikan dalam
pekerjaannya, maka akan menimbulkan kegairahan dan semangat bagi pimpinan untuk dapat
melaksanakan setiap pekerjaannya dengan baik serta memberikan pelayanan yang bermutu kepada
pelanggannya. Hal inilah yang menimbulkan kepuasan bagi pimpinan, karena mereka dapat berbuat
yang terbaik demi pencapaian tujuan organisasi.
Temuan penelitian hipotesis kelima menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh langsung
positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK, dan besar pengaruhnya adalah 0,042. Temuan penelitian
ini mendukung pendapat Colquit, Lepine, dan Wesson (2009: 8) yang terkenal dengan”Integrative
Model of Organizational Behavior”nya menjelaskan bahwa kepemimpinan berpengaruh langsung
terhadap kepuasan kerja. Temuan penelitian ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan Filley,
House, dan Kerr (2007: 289), menyimpulkan bahwa para pemimpin yang memperhitungkan dan
membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan, dan
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxvii
pelaksanaan kerja. Dan juga senada dengan penelitian Baihagi (2010: 105); Darwito (2008: 136),
Ambarita (2010: 212) yang menyimpulkan bahwa kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap
kepuasan kerja. Pimpinan yang memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikutnya, akan
menimbulkan rasa senang dan gairah dalam pelaksanaan kerjanya. Pimpinan yang dapat memenuhi
harapan dan keinginan dari bawahannya akan menciptakan kepuasan kerja.
Temuan penelitian hipotesis keenam menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal
berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK, dan besar pengaruhnya adalah
0,044. Temuan penelitian ini mendukung pendapat Edy Sutrisno (2009 : 82) yang menyatakan bahwa
komunikasi merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Adanya kesediaan pihak atasan
untuk mendengar, memahami, dan mengakui pendapat ataupun prestasi bawahannya sangat berperan
dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja. Temuan penelitian ini juga mendukung pendapat
Sopiah (2008: 172) yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan aspek kerja yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan suatu reaksi emosional yang
kompleks, yang berwujud perasaan senang, perasaan puas ataupun perasaan tidak puas, ini pada
prosesnya tentu tidak terlepas dari peranan komunikasi, baik komunikasi vertikal maupun komunikasi
horizontal, karena pekerja yang puas akan lebih suka berbicara positif tentang organisasinya.
Temuan penelitian hipotesis ketujuh menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal
berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK, dan besar pengaruhnya
adalah 0,067. Temuan penelitian ini mendukung pendapat Sopiah (2008: 164) dan Pertiwi (2011: 82)
yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempengaruhi komitmen organisasi. Untuk
menyampaikan maksud dan tujuan dari suatu organisasi, maka pimpinan akan berusaha
mengkomunikasikannya sebaik mungkin agar bawahan ataupun orang yang terlibat di dalam
organisasi tersebut dapat memahami. Dalam menumbuhkan komitmen organisasi, perlu menjalin
komunikasi dua arah dalam organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
Temuan penelitian hipotesis kedelapan menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK, dan besar pengaruhnya adalah 0,030.
Temuan penelitian ini mendukung penelitian – penelitian Colquit, Lepine, dan Wesson (2009: 8) yang
terkenal dengan”Integrative Model of Organizational Behavior”nya, Ambarita (2010: 214) dan
Guntur (2006: 87) menjelaskan bahwa kepuasan kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen
organisasi. Kepuasaan kerja terbentuk berdasarkan pengalaman terhadap lingkungan pekerjaannya
serta berdampak pada munculnya sikap atau tingkah laku tertentu, yaitu komitmen terhadap
organisasi. Temuan penelitian ini juga mendukung pendapat Sopiah (2008: 164) yang menyatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang bepengaruh terhadap komitmen organisasi.
Seseorang yang merasa puas dalam melaksanakan setiap pekerjaannya maka ia akan senang dalam
bekerja sehingga tanpa disadari dia telah menunjukkan komitmennya terhadap organisasi dalam
bekerja, setidak-tidaknya dalam penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan
kesediannya untuk berusaha sungguh-sungguh atas nama organisasi dan tetap bertahan
Temuan penelitian hipotesis kesembilan menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh
langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK, dan besar pengaruhnya adalah 0,045.
Temuan penelitian ini mendukung hasil-hasil penelitian Darwito (2008: 139), Baihagi (2010: 104),
Desianty (2005: 126), dan Ambarita (2010: 212) menyimpulkan bahwa kepemimpinan berpengaruh
langsung terhadap komitmen organisasi. Kepemimpinan pada dasarnya merupakan cara yang
dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya untuk melakukan setiap kegiatan agar
tercapai tujuan yang diharapkan. Bila kepala sekolah dapat melahirkan ide-ide yang dapat mendukung
dalam pelaksanaan pekerjaan guru serta melibatkan semua unsur tenaga kependidikan dalam
menentukan keputusan untuk kegiatan bersama, maka hal ini akan menumbuhkan komitmen dalam
dirinya untuk mencapai tujuan organisasi.
Temuan penelitian hipotesis kesepuluh menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh
langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK dan besar pengaruhnya adalah 0,042.
Temuan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan O’Reilly, Chatman, dan Caldwell (2011:
8) yang menyimpulkan bahwa kecocokan anggota organisasi dengan budaya yang berlaku dapat
meningkatkan produktivitas, kepuasan dalam bekerja, performance, komitmen organisasi dan
keinginan untuk tetap tinggal di perusahaan. Juga penelitian Nurjanah (2008: 126) yang
menyimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh total terhadap komitmen organisasi.
Jika budaya organisasi dapat mengikat setiap orang yang terlibat dalam organisasi tersebut, maka
dalam diri orang tersebut akan timbul rasa untuk berbuat yang terbaik terhadap organisasi tersebut,
karena tumbuhnya kesadaran dalam dirinya bahwa dia merupakan bagian yang penting dari organisasi
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxviii
tersebut. Artinya, ia akan berkomitmen untuk tetap mendukung organisasi, karena adanya kesadaran
dan rasa memiliki terhadap organisasi tersebut.
Berdasarkan hasil pengujian kesepuluh hipotesis sebagaimana telah diuraikan di atas
ditemukan suatu fixed model atau model teoretik yang menggambarkan hubungan kausalistik
antar variabel penelitian yang menentukan komitmen organisasi kepala SMK yang merupakan
pengembangan dari beberapa teori, utamanya ”Integrative Model of Organizational Behavior”
dari Colquitt, LePine, dan Wesson; Model Hubungan “An Organizational Behavioral System”
Newstrom, serta model hubungan teotetik Ambarita yaitu pengaruh kepemimpinan, budaya
organisasi, dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Penerimaan hipotesis kesepuluh yaitu: budaya organisasi berpengaruh langsung positif
terhadap komitmen organisasi dengan koefisien jalur ρ51 = 0,206 yang mana 10,2 % perubahan-
perubahan komitmen organisasi dapat ditentukan oleh budaya organisasi, merupakan pengembangan
dari ”Integrative Model of Organizational Behavior”dari Colquitt, LePine, dan Wesson; yang tidak
menjelaskan adanya pengaruh langsung budaya organisasi terhadap komitmen organisasi.
Penerimaan hipotesis kesembilan yaitu: kepemimpinan berpengaruh langsung positif
terhadap komitmen organisasi dengan koefisien jalur ρ52 = 0,213 , yang mana 10,1 % perubahan-
perubahan komitmen organisasi dapat ditentukan oleh kepemimpinan juga merupakan
pengembangan dari ”Integrative Model of Organizational Behavior”dari Colquitt, LePine, dan
Wesson; yang tidak menjelaskan adanya pengaruh langsung kepemimpinan terhadap komitmen
organisasi. Jika ”Integrative Model of Organizational Behavior” dari Colquitt, LePine, dan Wesson
menjelaskan bahwa kepuasan kerja secara langsung mempengaruhi komitmen organisasi, sedangkan
budaya organisasi dan kepemimpinan berpengaruh tidak langsung terhadap komitmen organisasi
melalui kepuasan kerja, namun hasil penelitian menemukan bahwa pengaruh langsung budaya
organisasi dan kepemimpinan terhadap komitmen organisasi lebih besar dari pengaruh langsung
kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana tertera
pada Tabel 7 bahwa pengaruh langsung budaya organisasi terhadap komitmen organisasi sebesar
0,042 (4,20%); pengaruh langsung kepemimpinan terhadap komitmen organisasi sebesar 0,045
(4,50%); sedangkan pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi sebesar 0,030
(3,00%).
Penerimaan hipotesis kedelapan yaitu kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap
komitmen organisasi dengan koefisien jalur ρ54 = 0,173 yang mana 7,50 % perubahan-perubahan
komitmen organisasi dapat ditentukan oleh kepuasan kerja adalah ”Integrative Model of
Organizational Behavior”dari Colquitt, LePine, dan Wesson; serta model hubungan teotetik
Ambarita yaitu pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi, dan kepuasan kerja terhadap
komitmen organisasi. Penerimaan hipotesis pertama yaitu: budaya organisasi berpengaruh langsung positif
terhadap kepemimpinan dengan koefisien jalur ρ21 = 0,514 yang mana 26,4 % perubahan-perubahan
kepemimpinan dapat ditentukan oleh budaya organisasi, juga merupakan pengembangan dari
”Integrative Model of Organizational Behavior”dari Colquitt, LePine, dan Wesson; serta model
hubungan teotetik Ambarita yaitu pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi, dan kepuasan
kerja terhadap komitmen organisasi. yang tidak menjelaskan adanya pengaruh langsung budaya
organisasi terhadap kepemimpinan, namun memberikan dukungan terhadap Model Hubungan “An
Organizational Behavioral System” Newstrom yang menjelaskan adanya pengaruh langsung
tersebut.
Penerimaan hipotesis kedua dan ketiga yaitu: budaya organisasi dan kepemimpinan
berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal adalah mendukung terhadap “An
Organizational Behavioral System” Newstrom yang menjelaskan bahwa budaya organisasi secara
langsung mempengaruhi komunikasi interpersonal. Berdasarkan tabel 5 pengaruh langsung budaya
organisasi terhadap komunikasi interpersonal adalah sebesar 0,094 (9,40%) dan pengaruh langsung
kepemimpinan terhadap komunikasi interpersonal adalah sebesar 0,041 (4,10%).
Penerimaan hiptesis keempat, kelima dan keenam yaitu: budaya organisasi, kepemimpinan,
dan komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja merupakan
pengembangan dari“An Organizational Behavioral System” Newstrom yang menjelaskan bahwa
budaya organisasi, kepemimpinan, dan komunikasi interpersonal secara tidak langsung mempengaruhi
kepuasan kerja melalui variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini; namun
mendukung terhadap ”Integrative Model of Organizational Behavior”dari Colquitt, LePine, dan
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxix
Wesson serta model hubungan teotetik Ambarita yaitu pengaruh langsung kepemimpinan dan budaya
organisasi terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan tabel 6 pengaruh langsung budaya organisasi
terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 0,048 (4,80%); pengaruh langsung kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja adalah sebesar 0,042 (4,20%); dan pengaruh langsung komunikasi interpersonal
terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 0,044 (4,40%).
Dengan demikian, hasil penelitian melalui pengujian hipotesis yang menerima kesepuluh
hipotesis penelitian yang diajukan telah menemukan suatu fixed model atau model teoretik yang
menggambarkan struktur hubungan kausal antara variabel budaya organisasi, kepemimpinan,
komunikasi interpersonal, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi kepala SMK sebagaimana
diajukan pada Gambar 4 Model Teoretik Variabel Penelitian.
KESIMPULAN
1. Komitmen organisasi kepala SMK di Kota Medan pada umumnya cenderung dalam kategori
tinggi, Budaya organisasi kepala SMK di Kota Medan pada umumnya cenderung dalam kategori
cukup, Kepemimpinan kepala SMK di Kota Medan pada umumnya cenderung dalam kategori
tinggi, Komunikasi Interpersonal kepala SMK di Kota Medan pada umumnya cenderung dalam
kategori tinggi, dan Kepuasan Kerja kepala SMK di Kota Medan pada umumnya cenderung
dalam kategori cukup.
2. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadapkepemimpinan kepala SMK di Kota
Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 26,4 % kepemimpinan kepala SMK di Kota Medan
dipengaruhi oleh budaya organisasinya.
3. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal kepala SMK di
Kota Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 9,4 % komunikasi interpersonal kepala SMK di Kota
Medan dipengaruhi oleh budaya organisasinya.
4. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK di Kota
Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 4,8 % kepuasan kerja kepala SMK di Kota Medan dipengaruhi
oleh budaya organisasinya.
5. Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap komunikasi interpersonal kepala SMK di
Kota Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 4,0 % komunikasi interpersonal kepala SMK di Kota
Medan dipengaruhi oleh kepemimpinannya.
6. Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK di Kota
Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 4,2 % kepuasan kerja kepala SMK di Kota Medan dipengaruhi
oleh kepemimpinannya.
7. Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja kepala SMK di
Kota Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 4,5 % kepuasan kerja kepala SMK di Kota Medan
dipengaruhi oleh komunikasi interpersonalnya.
8. Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala
SMK di Kota Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 6,7 % komitmen organisasi kepala SMK di Kota
Medan dipengaruhi oleh komunikasi interpersonalnya.
9. Kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK di Kota
Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 3,0 % komitmen organisasi kepala SMK di Kota Medan
dipengaruhi oleh kepuasan kerjanya.
10. Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK di Kota
Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 4,5 % komitmen organisasi kepala SMK di Kota Medan
dipengaruhi oleh kepemimpinannya.
11. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap komitmen organisasi kepala SMK di
Kota Medan. Hal ini ditunjukkan bahwa 4,2 % komitmen organisasi kepala SMK di Kota Medan
dipengaruhi oleh kepemimpinannya’
IMPLIKASI
Berdasarkan simpulan penelitian tersebut, maka dapat dilakukan peningkatan komitmen
organisasi kepala SMK melalui peningkatan (1) budaya organisasi, (2) kepemimpinan, (3) komunikasi
interpersonal dan (4) kepuasan kerja.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxx
1. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa budaya organisasi, kepemimpinan,
komunikasi interpersonal, dan kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap komitmen
organisasi. Ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi dapat ditingkatkan bila budaya organisasi,
kepemimpinan, komunikasi interpersonal, dan kepuasan kerja ditingkatkan. Hasil temuan dalam
penelitian ini, diperoleh konsistensi dengan model teoretik yang digunakan. Hasil temuan ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang relevan di kemudian hari, khususnya
yang berkaitan dengan komitmen organisasi.
2. Implikasi Teoretis
Peningkatan komitmen organisasi secara teoretis dapat dilakukan dengan:
a) memiliki kepercayaan dan menerima tujuan dan nilai organisasi; b) berkeinginan untuk berusaha
ke arah pencapaian tujuan organisasi; dan c) memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan sebagai
anggota organisasi. Dengan mengupayakan ketiga hal tersebut diharapkan komitmen organisasi
kepala SMK akan meningkat.
Peningkatan budaya organisasi dapat dilakukan dengan meningkatkan sosialisasi dan
penerapan aspek-aspek inisiatif dalam pengambilan keputusan, memahami nilai-nilai bersama secara
mendalam, komunikasi terhadap atasan dan bawahan, melakukan pengendalian, memberikan
penghargaan, meminta pengarahan dari atasan dan dukungan dari bawahan.
Peningkatan kepemimpinan dapat dilakukan dengan meningkatkan aspek-aspek pelaksanaan
visi dan misi, memberdayakan guru dan pegawai, pembimbingan dan pengarahan, pengelolaan
administrasi, perbaikan dan pengembangan.
Peningkatan komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan (a) keterbukaan setiap
berinteraksi dengan orang lain, dan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimulus yang
datang; (b) empati, yaitu merasakan sebagaimana dirasakan orang lain, suatu perasaan bersama
perasaan orang lain; (c) dukungan adakalanya terucapkan dan adakalanya tidak terucapkan, misalnya
dengan gerakan tubuh; (d) kepositifan yaitu terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang,
dan perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan; dan (e) kesetaraan yaitu jika orang-
orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesetaraan, bukan berarti bahwa orang-orang yang tidak
mempunyai kesetaraan tidak bisa berkomunikasi, tetapi hendaknya diketahui kesetaraan kepribadian
mereka.
Peningkatan kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara: (1) membuat pekerjaan menjadi
menyenangkan; (2) pemberian imbalan, benefit, dan kesempatan promosi yang adil; (3) menyesuaikan
orang dengan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka; dan (4) mendesain
pekerjaan agar menarik dan menyenangkan.
3. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang dikemukakan, maka diajukan implikasi kebijakan
sebagai berikut.
Penerapan budaya organisasi perlu ditingkatkan secara sistematis serta konsisten melalui sikap
dan perilaku yang mengarah pada peningkatan semangat kerja, loyalitas, disiplin, keterlibatan dan
keberpihakan dalam organisasi, termasuk kesetiaan terhadap tugas serta menerima tujuan dan norma-
norma yang berlaku, mematuhi peraturan, berperan aktif dalam kegiatan dan bertanggungjawab
terhadap pekerjaan.
Kepemimpinan yang sedang berlangsung perlu dipertahankan serta diupayakan
peningkatannya dengan menggali pengetahuan tentang kepemimpinan, pelatihan kepemimpinan,
workshop yang relevan secara intensif.
Kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin sekolah akan menjadi pemimpin yang sukses
bila mampu mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan. Untuk itu kepala sekolah perlu: (a)
merancang tugas yang hendak dilakukan, (b) memutuskan suatu cara untuk melakukan tugas tersebut,
(c) memilih orang yang hendak melakukan tugas tersebut, (d) memberitahu mereka mengapa tugas
tersebut harus dilakukan, (e) memberitahu mereka bagaimana cara mengerjakannya, dan (f)
memberitahu mereka kapan tugas tersebut dilaksanakan.
Dalam rangka menjalankan tugas-tugas kepemimpinan kepala sekolah diperlukan komunikasi
interpersonal baik secara vertikal maupun horizontal dengan pola keterbukaan, berempati, kesetaraan,
dan kepositifan.
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxxi
Untuk meningkatkan kepuasan kerja dapat dilakukan dengan (a) memberikan perhatian
terhadap peningkatan karier/pangkat bagi kepala sekolah, sehingga berusaha melaksankan tugasnya
dengan baik; memberikan penghargaan atau imbalan yang memadai, adil dan berkesinambungan bagi
kepala sekolah yang berprestasi; dan memberi pujian secara lisan maupun tertulis bagi kepala sekolah
yang melakukan tugasnya dengan baik dan disiplin.
Untuk meningkatkan komitmen organisasi dapat dilakukan dengan upaya (a) memberi
kesempatan dan bantuan dana kepada kepala sekolah untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang
berkaitan dengan tugas-tugas ke-kepala sekolahan, (b) memberi kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan bagi kepala sekolah dengan memberi izin mengikuti pendidikan
lanjutan, dan (c) memberikan perhatian yang simpatik terhadap masalah-masalah yang dihadapi
kepala sekolah, khususnya peningkatan karier atau kenaikan pangkat.
SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka dikemukakan beberapa saran bagi
berbagai pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pembinaan komitmen
organisasi kepala sekolah, sebagaimana berikut ini.
Hendaknya kepala sekolah terus membenahi diri dengan memahami dan menghayati betapa
pentingnya seorang pemimpin pendidikan memiliki komitmen organisasi, sehingga tidak menjadikan
sekolah yang dipimpinnya sebagai tempat kerja, tetapi lebih dari itu lagi yaitu menganggap sebagai
bahagian dari dirinya, sehingga harus dirawat dan dipelihara agar tetap sehat dan berkembang. Untuk
itu kepala sekolah perlu mengevaluasi diri tentang budaya organisasi yang diterapkan, kepemimpinan
yang dilaksanakan, komunikasi interpersonal yang digunakan, kepuasan kerja yang dirasakan, dan
komitmen organisasi yang dilaksanakan. Hasil evaluasi diri ini hendaknya dibahas bersama dengan
kepala sekolah lainnya dalam forum MKKS ataupun dengan para guru melalui diskusi-diskusi
informal.
Setiap pengambilan keputusan dan pemecahan berbagai permasalahan sekolah, hendaknya
kepala sekolah melibatkan seluruh sumberdaya manusia (guru, pegawai, teknisi, dan tenaga
kependidikan lainnya).
Hendaknya para guru dan tenaga kependidikan lainnya menerima ajakan kepala sekolah untuk
duduk bersama mengambil keputusan dan menyelesaikan permasalahan sekolah secara aktif dalam
rapat kerja sekolah, atau diskusi informal antar kepala sekolah dengan guru, sesama guru, dan warga
sekolah lainnya. Para guru tidak bersifat menunggu tetapi proaktif, serta mengembangkan sikap mau
berbuat yang terbaik secara ikhlas dan benar sebelum orang lain berbuat demikian.
Kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin sekolah harus memiliki sifat-sifat yang
menyenangkan semua orang yaitu: adil, suka melindungi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh
percaya diri. Sifat adil mencerminkan tidak membedabedakan siapa disalahkan dan siapa yang
dibenarkan, tidak ada anak emas, dan semuanya dihargai menurut jasa-jasa mereka. Sifat suka
melindungi maksudnya suka mengayomi sehingga bawahan selalu merasa aman dan tenteram dalam
perlindungannya. Sifat penuh daya tarik ditandai adanya keaktifan, kegembiraan, keramahan,
keberanian, kejujuran, dan penuh vitalitas yang tinggi serta menarik simpatik. Sifat penuh percaya diri
adalah menguasai persoalan yang dihadapi dan tahu cara penyelesaiannya.
Kepala sekolah sebagai penanggungjawab utama di sekolah harus memiliki kemampuan
menggerakkan dan mengarahkan semua sumberdaya manusia, agar menyenangi pekerjaannya masing-
masing, memiliki dedikasi yang tinggi serta penuh tanggungjawab sehingga pencapaian tujuan yang
diharapkan terlaksana dengan hasil yang memuaskan.
Hendaknya pengawas pendidikan mengefektifkan profesi kepengawasannya, baik dalam
pelaksanan supervisi akademik maupun supervisi manajerial yang benar, sebagai pelayan bagi kepala
sekolah, bukan sebagai pengawas belaka. Hasil-hasil supervisi digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja kepala sekolah serta komitmen organisasinya dalam rangka
pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Sedangkan hasil supervisi pendidikan,
monitoring, dan evaluasi dapat digunakan untuk membantu kepala sekolah menyusun program-
program sekolah yang lebih baik dari sebelumnya.
Hendaknya pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memperlakukan jabatan kepala sekolah
sebagai jabatan akademik dan bukan sebagai jabatan politis. sehingga dalam setiap pengangkatan
kepala sekolah atas dasar keprofesionalan ke-kepala sekolahan. Selain itu, juga menghargai prestasi
maupun hasil-hasil karya kepala sekolah, sehingga termotivasi untuk berbuat yang lebih baik agar
Sinopsis Komitmen Organisasi Kepala SMK
xxxii
meningkatkan kepuasan kerjanya. Menyelenggarakan seminar-seminar yang berkaitan dengan tugas
ke-kepala sekolahan secara intensif, dan seminar hasil-hasil penelitian tindakan sekolah.
Mengingat beberapa keterbatasan penelitian ini, disarankan bagi para peneliti untuk
mengadakan penelitian lanjutan untuk menemukan hasil pembuktian bahwa komitmen organisasi
dapat dipengaruhi oleh variabel eksogenus lainnya di luar budaya organisasi, kepemimpinan,
komunikasi interpersonal, dan kepuasan kerja; dengan mengatasi keterbatasan tersebut, serta
membandingkan antara SMK Negeri dan SMK Swasta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:
1. Pimpinan Universitas Negeri Medan yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Studi S3 Manajemen Pendidikan.
2. Pimpinan Program Pascasarjana Unimed yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian disertasi.
3. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan beserta stafnya, yang telah memfasilitasi pelaksanaan
penelitian dan penyelesaian disertasi.
4. Promotor yang dengan tulus dan ikhlas membimbing pelaksanaan penulisan proposal disertasi
hingga menjadi disertasi.
5. Teman-teman sejawat yang telah memberi motivasi selama studi serta penyelesaian disertasi.
6. Istri dan anak-anakku yang setia mendukung dan memberi semangat selama pelaksanaan
penelitian dan penyelesaian disertasi ini.