pengaruh budaya organisasi dan peran auditor...

169
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI INTERVENING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Oleh : Adi Bayu Saputra NIM : 11150820000008 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERAN AUDITOR

    INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN

    GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI

    INTERVENING

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)

    Oleh :

    Adi Bayu Saputra

    NIM : 11150820000008

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2020 M

  • ii

    PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERAN AUDITOR

    INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN

    GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI

    INTERVENING

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)

    Oleh:

    Adi Bayu Saputra

    NIM: 11150820000008

    Di Bawah Bimbingan

    Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc

    NIP. 19870604 201903 2 013

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2020 M

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

    Hari ini Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas

    mahasiswa:

    Nama : Adi Bayu Saputra

    NIM : 11150820000008

    Jurusan : Akuntansi (Audit)

    Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor

    Internal Terhadap Pencegahan Fraud dengan Good Corporate

    Governance Sebagai Intervening

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

    bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

    mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

    ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 11 April 2019

    1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA

    NIP: 19760924 200604 2 002

    2. Ismawati Haribowo, SE., M.Si.

    NIP: 19800909 201411 2 003

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Hari ini Kamis, 23 April 2020 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa:

    Nama : Adi Bayu Saputra

    NIM : 11150820000008

    Jurusan : Akuntansi (Audit)

    Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor Internal

    Terhadap Pencegahan Fraud dengan Good Corporate Governance

    Sebagai Intervening

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

    bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

    tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 23 April 2020

    1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. (....................................)

    NIP: 19760924 200604 2 002 Ketua Penguji

    2. Dr. Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA.,

    CMA., CPMA. (....................................)

    NIDN: 2009058601 Penguji Ahli

    3. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc (………………………)

    NIP: 19870604 201903 2 013 Pembimbing I

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Adi Bayu Saputra

    NIM : 11150820000008

    Jurusan : Akuntansi

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

    dan mempertanggungjawabkan.

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

    3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

    asli atau tanpa menyebut pemilik karya.

    4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas

    karya ini.

    Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah

    melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang telah

    ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

    untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar dapat

    dipergunakan dengan semestinya.

    Jakarta, 9 November 2019

    Adi Bayu Saputra

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. Identitas Pribadi

    1. Nama : Adi Bayu Saputra

    2. Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 30 Oktober 1997

    3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

    4. Alamat : Jl. H. Sapri RT. 06/RW. 03 Kelurahan

    Parung Serab, Kecamatan Ciledug, Kota

    Tangerang

    5. No. Telepon : 082112446028

    6. E-mail : [email protected]

    [email protected]

    II. Pendidikan Formal

    1. TK Az-Zahrah Jakarta Selatan Tahun 2002-2003

    2. SDN Parung Serab Tahun 2003-2009

    3. SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2009-2012

    4. SMAN 13 Tangerang Tahun 2012-2015

    5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2020

    III. Latar Belakang Keluarga

    1. Ayah : Misnan

    2. Ibu : Marsiyah

    3. Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

    IV. Pengalaman Organisasi

    1. Anggota Kelompok Ilmiah Remaja SMAN 13 Tangerang tahun 2013-

    2014

    2. Anggota English Club SMAN 13 Tangerang tahun 2012-2014

    3. Anggota Kumpulan Remaja Masjid Al-Abidin Parung Serab tahun

    2014-2015

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • vii

    4. Bendahara KKN Hujantara 183 Tahun 2018

    V. Pelatihan dan Workshop

    1. Workshop Anti Corruption Clearing House oleh KPK tahun 2015

    2. Company Visit ke KPK tahun 2017

    3. Workshop Audit Simulation by Accounting Student Association UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2018

    4. Workshop Accounting Research and Challenge Accounting Education

    In The World oleh Program Studi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta tahun 2018

  • viii

    THE EFFECT OF ORGANIZATIONAL CULTURE AND ROLE

    OF INTERNAL AUDITOR TOWARD FRAUD PREVENTION

    WITH GOOD CORPORATE GOVERNANCE AS INTERVENING

    ABSTRACT

    The purpose of this research is to examine the effect of organizational

    culture and role of internal auditor toward fraud prevention with good corporate

    governance as intervening. This research uses primary data by distributing

    questionnaires to employees working in manufacturing companies in DKI

    Jakarta. Sampling was done using convenience sampling method. The number of

    employees who became the sample in this research was 116 employees. The

    analytical method used to test the hypothesis is the path analysis using data

    analysis tool SmartPLS version 3.0

    The results of this research indicated that organizational culture has no

    effect to fraud prevention, role of internal auditor has no effect to fraud

    prevention, organizational culture has positively effect to good corporate

    governance, role of internal auditor has positively effect to good corporate

    governance, good corporate governance has positively effect to fraud prevention,

    organizational culture has significant effect to fraud prevention through good

    corporate governance, and role of internal auditor has significant effect to fraud

    prevention through good corporate governance.

    Keyword: organizational culture, role of internal auditor, good corporate

    governance, and fraud prevention

  • ix

    PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERAN AUDITOR

    INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN

    GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI

    INTERVENING

    ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh budaya

    organisasi dan peran auditor internal terhadap pencegahan fraud dengan good

    corporate governance sebagai intervening. Penelitian ini menggunakan data

    primer dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan yang bekerja pada

    perusahaan manufaktur di DKI Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan

    menggunakan metode convenience sampling. Jumlah karyawan yang dijadikan

    sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 116 karyawan. Metode analisis yang

    digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis jalur dengan menggunakan alat

    analisis data SmartPLS versi 3.0.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi tidak

    berpengaruh terhadap pencegahan fraud, peran auditor internal tidak berpengaruh

    terhadap pencegahan fraud, budaya organisasi berpengaruh positif terhadap good

    corporate governance, peran auditor internal berpengaruh positif terhadap good

    corporate governance, good corporate governance berpengaruh positif terhadap

    pencegahan fraud, budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan

    fraud melalui good corporate governance, dan peran auditor internal berpengaruh

    signifikan terhadap pencegahan fraud melalui good corporate governance.

    Kata Kunci: Budaya Organisasi, Peran Auditor Internal, Good Corporate

    Governance, Pencegahan Fraud

  • x

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Puji syukur kepada Allah Swt. atas segala rahmat dan karunianya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Budaya

    Organisasi dan Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Fraud dengan

    Good Corporate Governance sebagai Intervening”. Shalawat serta salam

    senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah menuntun

    kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti saat ini.

    Skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan studi S1

    Akuntansi dan sekaligus memperoleh gelar Sarjana Akuntansi Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak telah

    membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini tidak akan terwujud

    atau terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,

    penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan terima kasih sebesar-

    besarnya kepada:

    1. Kedua orang tua, yaitu Bapak Misnan dan Ibu Marsiyah yang selalu

    memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.

    2. Kedua adik penulis, yaitu Rizki Aprianzah dan Nabila Anantasya Almaira

    yang selalu menghibur penulis saat sedang penat dalam menyusun skripsi.

    3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku

    Dekan sekaligus Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan dan Dosen

    Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    5. Ibu Fitri Damayanti, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan dan Dosen Akuntansi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    6. Ibu Atiqah, SE., M.S.Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu

    memberikan masukan dan arahan di setiap semester.

  • xi

    7. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

    meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis serta selalu memberikan

    motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

    sangat baik.

    8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun tidak

    mengurangi rasa hormat penulis kepada mereka.

    9. Khususnya seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelajaran berharga selama

    penulis melaksanakan studi. Semoga ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat

    bagi penulis di masa yang akan datang.

    10. KAP Abdul Hamid dan Rekan yang telah memberikan penulis kesempatan

    magang sebagai auditor junior. Rekan magang Umayah, Endah, dan Kak

    Andien yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    11. Keluarga besar Akuntansi angkatan 2015 yang selalu memberikan masukan,

    semangat, dan saling sharing informasi dan pengalaman kepada penulis

    selama 4 tahun ini.

    12. Keluarga besar Akuntansi A 2015 yang selama 4 tahun ini selalu memberikan

    semangat, doa, dan saling kerja sama selama proses perkuliahan berlangsung.

    Telah banyak rintangan dan tantangan setiap semester yang telah dilewati

    bersama sampai saat ini.

    13. Bagi “The Gengges” (Bayu Dwi Cahyanto, Fachriza Fayyad Fauzan, dan

    Achmad Rifai) yang sering menghibur penulis selama perkuliahan dan juga

    sering sharing dan support ilmu yang dimiliki.

    14. KKN Hujantara 183 yang telah menjadi bagian dalam perjalanan kuliah

    penulis sekaligus teman dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

    Desa Tanjungrasa.

    15. Bagi Fauziah Umami yang merupakan orang spesial bagi penulis yang selalu

    membantu penulis dalam penyebaran kuesioner, menyusun skripsi, dan juga

  • xii

    selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.

    16. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    memberikan bantuan dan perhatiannya dalam proses penyusunan skripsi ini.

    Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa memberikan rahmat dan

    kebaikan seluruh pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa

    skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya waktu,

    pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

    mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai

    pihak.

    Semoga skripsi yang telah disusun oleh penulis dapat memberikan manfaat

    bagi pihak yang membacanya dan juga dapat dijadikan referensi tambahan bagi

    pihak yang membutuhkan.

    Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Jakarta, 9 November 2019

    Adi Bayu Saputra

  • xiii

    DAFTAR ISI

    COVER .....................................................................................................................

    COVER DALAM ................................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................. v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

    ABSTRACT ........................................................................................................ viii

    ABSTRAK ............................................................................................................ ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 11

    C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 11

    D. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 12

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 13

    A. Tinjauan Literatur .......................................................................................... 13

    1. Teori Planned Behavior ............................................................................. 13

    2. Teori Pentagon Fraud ............................................................................... 16

    3. Budaya Organisasi ..................................................................................... 19

    4. Peran Auditor Internal ............................................................................... 21

    5. Good Corporate Governance .................................................................... 23

    6. Pencegahan Fraud ..................................................................................... 28

    B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 36

    C. Pengembangan Hipotesis ............................................................................... 43

  • xiv

    D. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 48

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 49

    A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 49

    B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................. 49

    1. Populasi dan Sampel .................................................................................. 49

    2. Metode Pengambilan Sampel .................................................................... 50

    C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 50

    1. Penelitian Lapangan (Field Research)....................................................... 50

    D. Metode Analisis Data .................................................................................... 51

    1. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 52

    2. Outer Model atau Uji Model Pengukuran ................................................. 52

    a. Convergent Validity atau Uji Validitas Konvergen ............................... 53

    b. Discriminant Validity ............................................................................ 53

    c. Reliability atau Uji Reliabilitas ............................................................. 54

    3. Inner Model atau Uji Model Struktural ..................................................... 54

    a. R-Square ................................................................................................ 55

    b. Q-Square ............................................................................................... 55

    c. Goodness of Fit (GoF) ........................................................................... 56

    4. Uji Hipotesis .............................................................................................. 56

    5. Uji Efek Intervening .................................................................................. 57

    E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................................. 58

    1. Budaya Organisasi (X1) ............................................................................. 58

    2. Peran Auditor Internal (X2) ....................................................................... 58

    3. Pencegahan Fraud (Y) ............................................................................... 59

    4. Good Corporate Governance (Z) .............................................................. 59

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 61

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 61

    1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 61

    2. Karakteristik Profil Responden .................................................................. 66

    a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 66

    b. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur .............................................. 67

  • xv

    c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ....................... 67

    d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di Perusahaan ......... 68

    e. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ............................................ 68

    B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ................................................................. 69

    1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................................... 69

    2. Hasil Uji Outer Model atau Model Pengukuran ........................................ 72

    a. Hasil Uji Convergent Validity ............................................................... 72

    b. Hasil Uji Discriminant Validiity ........................................................... 75

    c. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................. 80

    3. Hasil Uji Inner Model atau Model Struktural ........................................... 81

    a. Hasil Uji R-Square ................................................................................ 82

    b. Hasil Uji Q-Square ................................................................................ 83

    c. Hasil Uji Goodness of Fit (GoF) ........................................................... 84

    d. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 84

    4. Hasil Uji Efek Intervening ......................................................................... 86

    C. Pembahasan ................................................................................................... 87

    1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud ...................... 87

    2. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Fraud ................ 88

    3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Good Corporate Governance ..... 89

    4. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Good Corporate Governance

    ........................................................................................................................ 90

    5. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Pencegahan Fraud ..... 91

    6. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud melalui

    Good Corporate Governance .................................................................... 92

    7. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Fraud melalui

    Good Corporate Governance .................................................................... 92

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 94

    A. Kesimpulan .................................................................................................... 94

    B. Saran .............................................................................................................. 95

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 105

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index) ................. 4

    Tabel 1.2 Tipe Fraudster Berdasarkan Jenis Fraud Yang Dilakukan ............. 5

    Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................... 36

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian.............................................. 60

    Tabel 4.1 Outer Loading Try Out Kuesioner Penelitian ................................ 61

    Tabel 4.2 Discriminant Validity Try Out Kuesioner Penelitian ..................... 63

    Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Try Out Kuesioner Penelitian ...................... 64

    Tabel 4.4 Data Sampel Penelitian .................................................................. 65

    Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 66

    Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur ....................... 67

    Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

    Terakhir .......................................................................................... 67

    Tabel 4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di

    Perusahaan...................................................................................... 68

    Tabel 4.9 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan .................... 69

    Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................... 69

    Tabel 4.11 Outer Loading ................................................................................ 73

    Tabel 4.12 Outer Loading Modifikasi ............................................................. 74

    Tabel 4.13 Cross Loading ................................................................................ 76

    Tabel 4.14 Outer Loading Modifikasi Kedua .................................................. 78

    Tabel 4.15 Cross Loading Setelah Pengujian Ulang ....................................... 79

    Tabel 4.16 Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha ................................ 80

    Tabel 4.17 Nilai R-Square ............................................................................... 82

    Tabel 4.18 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) ................................. 85

    Tabel 4.19 Indirect Effects ............................................................................... 86

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Model Teori Planned Behavior ...................................................... 14

    Gambar 2.2 Crowe’s Fraud Pentagon ............................................................... 17

    Gambar 2.3 Fraud Tree ..................................................................................... 31

    Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 48

    Gambar 4.1 Model Struktural Hasil Bootstrapping ........................................... 82

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Penelitian ............................................................................ 106

    Lampiran 2 Surat Keterangan dari Perusahaan ............................................... 112

    Lampiran 3 Kuesioner Pilot Test ..................................................................... 117

    Lampiran 4 Kuesioner Yang Akan Disebar..................................................... 123

    Lampiran 5 Identitas dan Jawaban Responden ................................................ 129

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Di dunia bisnis saat ini, perusahaan beroperasi dalam ruang lingkup yang

    lebih luas yaitu dalam lingkungan bisnis global multidimensi. Ruang lingkup

    yang lebih luas menuntut perusahaan agar mampu bersaing dengan

    perusahaan lainnya agar tetap bertahan (sustain) dalam menjalankan kegiatan

    operasi bisnisnya. Kegiatan operasi bisnis yang dijalankan mengharuskan

    perusahaan melakukan upaya efektif dan efisien agar mendapatkan hasil yang

    memuaskan sesuai dengan yang diharapkan.

    Dalam kegiatan operasi bisnisnya, perusahaan juga turut mengelola

    sejumlah besar data digital yang sangat penting guna mendukung kelancaran

    kegiatan operasi bisnis yang dijalankan. Tantangan dan rintangan yang

    dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi bisnis tidaklah

    mudah. Kondisi eksternal perusahaan membuat banyak pihak cukup khawatir,

    di antaranya ancaman pesaing bisnis di lingkup pasar yang baru, peraturan

    pemerintah yang sangat ketat dan ancaman resiko tindakan penegakan hukum

    dan litigasi yang mahal. Salah satu resiko yang sangat mengkhawatirkan bagi

    perusahaan-perusahaan tersebut adalah resiko tindakan kecurangan akuntansi

    (fraud). Hal tersebut sudah menjadi fokus perhatian bagi perusahaan-

    perusahaan saat ini. Banyak pemimpin bisnis mengakui potensi kerugian yang

    timbul dari tindakan fraud di antaranya kerugian menurunnya reputasi, biaya

    ekonomi yang timbul akibat aktivitas investigasi, denda, dan pinalti, serta

    biaya individu dalam bentuk tuntutan pidana. (Omar, Johari, dan Hasnan,

    2015).

    Berbicara mengenai fraud, memang bukan lagi menjadi hal yang asing

    saat ini. Praktik fraud terjadi baik di negara maju maupun berkembang. Fraud

    dapat dilakukan oleh pihak internal ataupun eksternal dari suatu perusahaan

    baik secara individu maupun kelompok. (Lorensa, 2018).

  • 2

    Menurut Wahono (2011) dalam Rahmayani (2014), kasus fraud yang

    muncul saat ini dalam bentuk berbagai macam. Hal tersebut tidak terlepas dari

    akibat perkembangan bisnis yang semakin kompleks dan peluang untuk

    melakukan investasi serta membuka usaha terbuka lebar. Faktor itulah yang

    mendorong timbulnya resiko terjadinya fraud pada perusahaan maupun

    instansi pemerintahan semakin meningkat. Jika melihat dari berbagai kasus

    yang terjadi baik di luar negeri maupun di dalam negeri, kasus fraud dapat

    terjadi di mana saja.

    Meningkatnya kasus fraud yang telah terungkap dalam beberapa tahun

    terakhir ini tentu membuat banyak pihak merasa khawatir. Menurut

    Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) tindakan fraud terbagi

    menjadi 3 jenis yang digambarkan dalam The Fraud Tree, yaitu (1)

    Corruption (korupsi); (2) Asset Misappropriation (penyimpangan atas aset);

    dan (3) Financial Statement Fraud (kecurangan laporan keuangan). Syahputra

    (2018) mengatakan bahwa korupsi merupakan salah satu jenis tindakan fraud

    yang paling banyak terjadi di beberapa negara saat ini termasuk di Indonesia.

    Di Indonesia, korupsi mulai terdengar sering oleh masyarakat sekitar tahun

    1997 sampai 1998, pada masa jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan diikuti

    dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Korupsi saat ini telah merambah

    ke berbagai sektor yang lain, seperti sektor publik, hukum, dan ekonomi

    dalam taksonomi kehidupan di Indonesia. Peraturan yang telah dibuat oleh

    pemerintah tidak mampu mengatasi tindakan korupsi yang terjadi di Indonesia

    (Aziz, 2017).

    Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 yang merupakan

    perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

    pemberantasan tindak pidana korupsi menyatakan bahwa korupsi merupakan

    tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang untuk memperkaya

    diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan

    negara atau perekonomian negara dengan cara menyalahgunakan wewenang,

    kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan.

  • 3

    Beberapa kasus besar korupsi yang terjadi di sektor publik Indonesia,

    antara lain: kasus korupsi KTP Elektronik yang merugikan uang negara

    sebesar Rp2,3 triliun, kasus mafia pajak yang merugikan negara sebesar Rp1,5

    triliun, kasus proyek wisma atlet di Hambalang yang merugikan keuangan

    negara sebesar Rp463,33 miliar, kasus suap dan tindak pidana pencucian uang

    Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2013-2018 terhadap beberapa kasus

    sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK), kasus korupsi simulatror

    SIM yang merugikan keuangan negara sebesar Rp121,83 miliar, dan masih

    banyak kasus yang lainnya (Lameng dan Dwiandra, 2018).

    Data dari transparency international yang mengeluarkan peringkat

    negara-negara berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception

    Index), menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2018 mendapat skor

    sebesar 38. Angka 38 menunjukkan angka yang tergolong masih rendah.

    Pasalnya pemberian skor untuk indeks persepsi korupsi dari 0-100 di mana

    angka 0 menunjukkan atau menggambarkan bahwa negara tersebut paling

    korup sedangkan 100 menunjukkan bahwa negara tersebut paling bersih dari

    tindakan korupsi. Dengan skor 38, membuat Indonesia berada pada peringkat

    89 di rangking CPI Internasional tahun 2018 dari 183 negara yang diukur

    indeks persepsi korupsinya. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN

    lainnya, Indonesia menempati peringkat 4 di bawah Singapura, Brunei

    Darussalam, dan Malaysia. Indeks persepsi korupsi yang diraih Indonesia

    pada tahun 2018 hanya sebesar 38, tidak terlepas dari masih banyaknya kasus-

    kasus korupsi di Indonesia hingga saat ini. Sebagai negara besar, tentu

    seharusnya membuat negara Indonesia berbenah untuk segera benar-benar

    memberantas korupsi yang masih ada di Indonesia (http://www.

    transparency.org).

    Berikut ini merupakan tabel data indeks persepsi korupsi dari 11 negara di

    ASEAN dari tahun 2012 sampai tahun 2018.

  • 4

    Tabel 1.1

    Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index)

    Negara 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012

    Singapura 85 84 84 85 84 86 87

    Brunei Darussalam 63 62 58 60 60 60 55

    Malaysia 47 47 49 50 52 50 49

    Indonesia 38 37 37 36 34 32 32

    Filipina 36 34 35 35 38 36 34

    Thailand 36 37 35 38 38 35 37

    Timor Leste 35 38 35 28 28 30 33

    Vietnam 33 35 33 31 31 31 31

    Laos 29 29 30 25 25 26 21

    Myanmar 29 30 28 22 21 21 15

    Kamboja 20 21 21 21 21 20 22

    Sumber: (http://www.transparency.org) diolah kembali

    Fraud yang terjadi di dunia bisnis saat ini bukan hanya dalam bentuk

    korupsi saja akan tetapi dalam bentuk lainnya yang dapat menimbulkan

    kerugian bagi perusahaan. Menurut ACFE pada tahun 2018 yang termuat

    dalam “Report to The Nations 2018 Global Study on Occupational Fraud and

    Abuse” bahwa terdapat banyak tipe pelaku fraud atau fraudster berdasarkan

    jenis fraud yang dilakukan di antaranya adalah (1) fraudster yang melakukan

    penyalahgunaan asset sebesar 58%; (2) fraudster yang melakukan

    penyalahgunaan asset dan korupsi sebesar 24%; (3) fraudster yang melakukan

    korupsi sebesar 9%; (4) fraudster yang melakukan korupsi, penyalahgunaan

    asset, dan kecurangan sebesar 4%; (5) fraudster yang melakukan

    penyalahgunaan asset dan kecurangan laporan keuangan sebesar 3%; (6)

    fraudster yang melakukan kecurangan laporan keuangan sebesar 1%; dan (7)

    fraudster yang melakukan korupsi dan kecurangan laporan keuangan sebesar

    1%. Berikut ini merupakan tabel fraudster berdasarkan jenis fraud yang

    dilakukan menurut ACFE 2018.

    http://www.transparency.org/

  • 5

    Tabel 1.2

    Tipe Fraudster Berdasarkan Jenis Fraud yang Dilakukan

    No. Tipe Fraudster Persentase

    1. Penyalahgunaan Aset 58%

    2. Penyalahgunaan Aset dan Korupsi 24%

    3. Korupsi 9%

    4. Korupsi, Penyalahgunaan Aset, dan Kecurangan Laporan

    Keuangan

    4%

    5. Penyalahgunaan Aset dan Kecurangan Laporan Keuangan 3%

    6. Kecurangan Laporan Keuangan 1%

    7. Korupsi dan Kecurangan Laporan Keuangan 1%

    Sumber: (ACFE, 2018)

    Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa fraudster yang melakukan fraud

    dengan penyalahgunaan aset lebih banyak dan sering dilakukan dibanding

    dengan fraud yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan fraud tidak

    selalu berkaitan dengan keuangan saja namun yang berkaitan dengan non-

    keuangan yang dapat merugikan juga dapat dilakukan. Selain itu, fakta bahwa

    fraudster yang melakukan jenis fraud lebih dari satu juga cukup banyak.

    Menurut ACFE (2018) kasus kecurangan yang memberikan dampak

    kerugian yang cukup besar adalah kecurangan laporan keuangan (financial

    statement fraud), di mana kerugian yang ditimbulkan mencapai $800.000 dari

    total rata-rata kerugian (median loss) walaupun kasus tersebut hanya sebesar

    10% dari total kasus fraud yang terjadi sebanyak 2.690 kasus selama tahun

    2018. Selain itu, skema fraud yang seringkali terjadi yaitu penyalahgunaan

    aset sebesar 89% dari total kasus tapi menimbulkan kerugian yang sedikit

    yaitu sebesar $114.000 dari total median loss. Fakta lain menunjukkan bahwa

    di wilayah Asia Pasifik kasus kecurangan (fraud) sering terjadi pada

    perusahaan yang bergerak di industry manufaktur. ACFE (2018) menunjukkan

    hasil di mana kasus fraud di perusahaan manufaktur terjadi sebanyak 38 kasus

    atau 17% dari total kasus fraud yang terjadi di industri lainnya. Selain itu,

    total rata-rata kerugian yang dialami oleh perusahaan manufaktur di wilayah

    Asia Pasifik akibat fraud adalah sebesar $500.000

  • 6

    Salah satu kasus kecurangan akuntansi (fraud) di dunia yang belum lama

    terjadi yaitu kasus Toshiba Corporation pada tahun 2015. Toshiba Corporation

    merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan listrik

    atau eletronik yang terdiversifikasi dan terkenal di seluruh dunia. Perusahaan

    ini berlokasi di wilayah Minato, Shibaura, Tokyo, Jepang. Skandal fraud yang

    dilakukan oleh Toshiba Corporation terungkap pada tahun 2015, di mana

    terjadi praktik kebohongan melalui accounting fraud senilai 1,22 miliar dolar

    Amerika. Upaya ini dilakukan dengan berbagai cara sehingga menghasilkan

    laba yang tidak rasional dan tidak sesuai dengan kenyataannya (K. Sari, 2017).

    Selain Toshiba Corporation, skandal fraud juga terjadi pada industri

    manufaktur lainnya. Tianhe Chemicals juga melakukan skandal fraud pada

    tahun 2014. Tianhe Chemicals merupakan perusahaan manufaktur kimia di

    Hongkong dituduh memberikan informasi palsu kepada investor berupa

    pertumbuhan pendapatan yang lebih dari 20% per tahun, sedangkan dokumen

    yang diserahkan kepada pemerintah atau regulator menunjukkan bahwa

    pendapatan dan laba yang lebih rendah secara signifikan. Selain itu, Tianhe

    Chemical juga dituduh membuat laporan keuangan yang melebihsajikan

    pendapatan serta keuntungan dan membuat data pajak yang berlawanan

    dengan melakukan sistem pembukuan ganda (Riley, 2014).

    Di Indonesia, kasus kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan

    manufaktur pernah terjadi pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Adhikara,

    (2011) menyatakan bahwa PT. Kimia Farma melakukan kecurangan akuntansi

    dengan cara penggelembungan laba. Laba bersih yang disajikan oleh PT.

    Kimia Farma pada akhir tahun 2001 sebesar Rp132 miliar dan laporan

    keuangan tersebut telah diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa

    (HTM). Namun, BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih yang

    disajikan oleh PT. Kimia Farma mengandung unsur rekayasa dan meminta

    untuk dilakukan audit ulang. Setelah dilakukan audit ulang ternyata ditemukan

    kesalahan cukup mendasar dan pada tahun 2002 PT. Kimia Farma menyajikan

    kembali laporan keuangan dengan laba sebesar Rp99,56 miliar lebih rendah

    24,7% atau Rp32,6 miliar dari laba sebelumnya yang dilaporkan.

  • 7

    Kasus kecurangan akuntansi lainnya pada perusahaan manufaktur di

    Indonesia terjadi pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Pada tahun

    2017, manajemen PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) melakukan

    penggelambungan dana sebesar Rp4 Triliun, penggelembungan pendapatan

    sebesar Rp662 Miliar, penggelembungan pos EBITDA (laba sebelum bunga,

    pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar Rp329 Miliar, dan penyelewengan

    aliran dana sebesar Rp1,78 Triliun melalui berbagai skema dari Grup AISA

    kepada pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen (Wareza, 2019).

    Dalam sebuah perusahaan atau organisasi terdapat suatu budaya yang

    berbeda antara satu dengan yang lain. Budaya merupakan salah satu bagian

    yang menjadi perhatian bagi perusahaan ataupun organisasi dalam upaya

    pencegahan fraud. Salah satu alasan yang mendasari atau mendorong

    seseorang berbuat fraud di dalam suatu perusahaan atau organisasi adalah

    karena adanya kesempatan (opportunity). Kesempatan untuk berbuat fraud

    disebabkan karena kondisi lingkungan sekitar yang mendukung. Hal ini tidak

    terlepas dari bagaimana konsep dari budaya yang ada di dalam perusahaan

    maupun organisasi. Menurut Hikmah, Oktaroza, dan Purnamasari (2018)

    budaya organisasi menggambarkan bagaimana ideologi dari organisasi

    maupun perusahaan tersebut. Budaya yang kuat mengindikasikan bahwa nilai-

    nilai yang menjadi inti dari perusahaan dalam hal kehidupan sehari-hari di

    tempat kerja telah dipatuhi dan diterapkan oleh para karyawan yang ada di

    dalamnya. Budaya organisasi yang kuat akan menciptakan suatu kondisi yang

    baik meliputi kebiasaan, bahasa, gaya, dan komunikasi. Selain itu, budaya

    organisasi yang baik akan membangun tata kelola yang baik dan sehat pula.

    Pemahaman terhadap budaya menjadi sesuatu yang harus diperhatikan

    bersama oleh seluruh anggota dari organisasi maupun perusahaan. Budaya

    yang sehat dan kuat akan membuat orang-orang yang ada di dalam perusahaan

    untuk bekerja secara tanggung jawab dan berkomitmen untuk menjalankan

    bisnis perusahaan secara baik dan terbebas dari upaya tindakan

    penyelewengan.

  • 8

    Budaya organisasi yang etis menunjukkan sikap dan perilaku dari seluruh

    anggota organisasi secara keseluruhan dapat membentuk budaya organisasi

    yang telah sesuai dan sejalan dengan filosofi organisasi tersebut (Saputra,

    2016). Penelitian yang dilakukan oleh Zelmiyanti dan Anita (2015)

    menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan

    terhadap pencegahan fraud di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumatera

    Barat. Sehingga diperlukan kondisi budaya organisasi yang baik dalam upaya

    untuk mencegah tindakan fraud yang akan terjadi di dalam organisasi maupun

    perusahaan.

    Hikmah (2018) menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh

    yang positif terhadap tindakan pencegahan fraud pada perusahaan BUMN

    Sektor Transportasi dan Pergudangan di Kota Bandung sehingga dapat

    dikatakan bahwa ketika budaya organisasi berjalan dengan baik di perusahaan

    maka upaya pencegahan terhadap fraud juga akan meningkat. Pengembangan

    budaya anti-fraud di dalam perusahaan memerlukan waktu yang cukup lama

    dan berkala. Diperlukan sinergitas seluruh elemen di dalam organisasi atau

    perusahaan untuk menciptakan budaya tersebut. Manajer perusahaan

    memberikan contoh bagaimana sikap ketika menghadapi tindakan fraud serta

    mengkomunikasikan kebijakan perusahaan berkaitan dengan tindakan

    terhadap perilaku fraud. Tanpa adanya dukungan yang kuat dari manajemen

    akan sulit tercipta budaya organisasi yang kuat dan berintegritas. Sehingga di

    dalam organisasi atau perusahaan tersebut akan rentan terhadap tindakan fraud

    (Sabau, Sendroiu, dan Sgardea, 2013).

    Pencegahan fraud merupakan salah satu upaya yang sangat tepat untuk

    meminimalisir dampak yang terjadi akibat praktik fraud. Bagi perusahaan,

    pemerintah, maupun organisasi pencegahan fraud dapat dilakukan dengan

    pembentukan sebuah unit kerja khusus yang bertugas untuk melakukan

    pengawasan dan pengendalian yaitu audit internal (Lorensa, 2018). Audit

    Internal memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya di dalam upaya

    pencegahan fraud. Menurut Barišić dan Tušek (2016) audit internal di dalam

    perusahaan merupakan bagian dari tata kelola perusahaan (Corporate

  • 9

    Governance). Efektivitas audit internal sangat membantu perusahaan dalam

    meningkatkan efektivitas tata kelola perusahaan secara keseluruhan. Selain

    itu, audit internal memberikan dampak positif bagi perusahaan yaitu dapat

    menambah nilai bagi perusahaan dengan memenuhi tujuan spesifik yang telah

    ditetapkan dalam aktivitas auditnya. Dengan kata lain bahwa ruang lingkup

    audit internal mempengaruhi kemampuannya untuk menambah nilai bagi

    perusahaan. Pelaksanaan audit internal yang baik tidak terlepas dari

    bagaimana peran auditor internal. Shamsuddin dan Johari (2014) menyatakan

    bahwa peran auditor internal di dalam perusahaan sangat penting karena

    memiliki peran yang spesifik yaitu menilai sistem pengendalian internal yang

    berisi aturan dan standar yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen. Dengan

    kata lain, auditor internal juga bertanggung jawab untuk memberikan saran

    tentang bagaimana meningkatkan sistem pengendalian dan tindakan korektif

    jika dibutuhkan. Saran yang diberikan biasanya didasarkan pada kemampuan

    auditor untuk meramalkan kejadian yang bersifat tidak pasti di masa depan

    yang dapat terjadi sebagai akibat lemahnya sistem pengendalian. Penelitian

    yang dilakukan oleh Taufik (2010) menunjukkan bahwa auditor internal

    memiliki pengaruh yang positif terhadap pencegahan fraud pada pemerintahan

    Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa peran dari

    auditor internal dalam mencegah fraud sangat penting.

    Fraud merupakan sesuatu tindakan yang dapat dilakukan oleh siapa saja

    baik pihak internal maupun eksternal dari organisasi atau perusahaan. Fraud

    yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal dari suatu perusahaan

    menunjukkan bahwa fungsi yang berada di dalam perusahaan tersebut tidak

    berjalan dengan baik dan konsisten serta pelaksanaannya tidak diawasi secara

    ketat (Marsandy dan Rahmaita, 2018). Dalam upaya pencegahan fraud

    diperlukan strategi pencegahan fraud yang efektif bagi perusahaan maupun

    organisasi. Menurut Hermiyetti (2010) strategi pencegahan fraud merupakan

    suatu bagian dari program-program yang dirancang untuk mencegah atau

    mengendalikan tindakan fraud. Strategi ini berhubungan dengan bagaimana

    cara-cara untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan

  • 10

    tindakan fraud dengan menciptakan kondisi-kondisi yang dapat berhubungan

    langsung dengan tindakan pencegahan fraud di dalam organisasi maupun

    perusahaan.

    Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

    governance) menjadi indikator yang menunjukkan bahwa suatu perusahaan

    telah dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Praktik good corporate governance menjadi sangat penting bagi perusahaan,

    di mana good corporate governance dapat dijadikan sebagai alat untuk

    mengendalikan manajemen dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan dan

    upaya membangun perusahaan yang sehat (Widuri dan Paramita, 2007).

    Perusahaan yang sehat umumnya terbebas dari hal-hal yang dapat merugikan

    dan merusak citra atau nilai perusahaan tersebut, salah satunya adalah

    tindakan fraud. Pengimplementasian good corporate governance menjadi

    suatu bentuk untuk mengurangi tindakan fraud tersebut. Hal tersebut didukung

    dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam good corporate governance yang

    harus dilaksanakan oleh perusahaan, yaitu transparansi, akuntabilitas,

    responsibilitas, independensi, dan kewajaran atau kesetaraan (Kristiana,

    Wahyuni, dan Sujana, 2017). Good corporate governance yang diharapkan

    dapat menjadi alat untuk mengurangi dan mencegah terjadinya tindakan fraud

    memerlukan kesinambungan fungsi dengan budaya perusahaan dan peran dari

    auditor internal untuk dapat berjalan secara maksimal.

    Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai budaya organisasi, peran auditor internal, dan good

    corporate governance yang berkaitan dengan pencegahan fraud. Penelitian ini

    merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Soleman pada

    tahun 2013. Modifikasi penelitian ini terletak pada penambahan variabel

    independen. Di mana pada penelitian yang dilakukan oleh Soleman

    menggunakan variabel pengendalian internal sebagai variabel independen

    sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mengganti variabel efektivitas sistem

    pengendalian internal dengan dua variabel independen yaitu budaya organisasi

    dan peran auditor internal. Dua variabel tersebut diadopsi dari penelitian yang

  • 11

    dilakukan oleh Zelmiyanti dan Anita pada tahun 2015. Berdasarkan fenomena

    dan teori yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor Internal

    Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Good Corporate Governance

    Sebagai Variabel Intervening”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

    permasalahan yang hendak diteliti yaitu sebagai berikut:

    1. Apakah budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

    pencegahan fraud?

    2. Apakah peran auditor internal memiliki pengaruh secara signifikan

    terhadap pencegahan fraud?

    3. Apakah budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

    good corporate governance?

    4. Apakah peran auditor internal memiliki pengaruh secara signifikan

    terhadap good corporate governance?

    5. Apakah good corporate governance memiliki pengaruh secara signifikan

    terhadap pencegahan fraud?

    6. Apakah budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

    pencegahan fraud dengan good corporate governance sebagai variabel

    intervening?

    7. Apakah peran auditor internal memiliki pengaruh secara signifikan

    terhadap pencegahan fraud dengan good corporate governance sebagai

    variabel intervening?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini

    bertujuan untuk memperoleh bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

    1. Pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud.

    2. Pengaruh peran auditor internal terhadap pencegahan fraud.

    3. Pengaruh budaya organisasi terhadap good corporate governance

    4. Pengaruh peran auditor internal terhadap good corporate governance

  • 12

    5. Pengaruh good corporate governance terhadap pencegahan fraud

    6. Pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud dengan good

    corporate governance sebagai variabel intervening

    7. Pengaruh peran auditor internal terhadap pencegahan fraud dengan good

    corporate governance sebagai variabel intervening

    D. Manfaat Penelitian

    Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka hasil dari penelitian ini

    diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi beberapa pihak

    di antaranya sebagai berikut:

    1. Bagi Perusahaan

    Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, hasil dari

    penelitian ini dapat memberikan informasi beserta masukan bagi

    karyawan, auditor internal dan manajemen yang bekerja di suatu

    perusahaan. Informasi yang diharapkan bermanfaat bagi mereka yaitu

    berkaitan dengan pentingnya budaya organisasi, peran auditor internal, dan

    good corporate governance terhadap upaya pencegahan fraud. Selain itu,

    hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak

    manajemen dan auditor internal untuk membangun budaya organisasi dan

    tata kelola yang baik sebagai bentuk pencegahan tindakan fraud.

    2. Bagi Kepentingan Akademik

    Diharapkan hasil dari penelitian ini mampu memberikan tambahan

    wawasan dan pengetahuan bagi para akademisi mengenai budaya

    organisasi, peran auditor internal, dan good corporate governance

    terhadap pencegahan tindakan fraud.

    3. Bagi Peneliti

    Untuk peneliti sendiri hasil dari penelitian ini menjadi sarana untuk

    menambah wawasan dan pengetahuan terkait budaya organisasi, peran

    auditor internal, dan good corporate governance terhadap pencegahan

    tidakan fraud.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Literatur

    1. Teori Planned Behavior

    Pada umumnya manusia berperilaku dengan cara yang masuk akal.

    Manusia sebelum berperilaku akan mempertimbangkan dampak yang akan

    timbul sebagai akibat dari tindakan mereka (Ajzen, 2005). Teori planned

    behavior merupakan teori perilaku yang dapat mengidentifikasikan

    keyakinan seseorang terhadap kendali atas sesuatu yang akan terjadi

    sebagai akibat dari perilaku yang telah dilakukan, hal tersebut dapat

    membedakan antara perilaku seseorang yang berkehendak dengan yang

    tidak berkehendak (Ajzen, 1991).

    Berbicara mengenai teori planned behavior, teori ini merupakan

    pengembangan dari Theory of Reason Action (TRA) yang lebih dahulu

    dikembangkan pada tahun 1967, teori tersebut terus mengalami revisi dan

    perluasan yang dilakukan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai

    tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia

    dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang mengena. Pada

    tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model Theory of Reason Action

    yang sudah ada tersebut dan kemudian diberi nama Theory of Planned

    Behavior (Achmat, 2010).

    Teori Planned Behavior merupakan suatu alat yang digunakan untuk

    memprediksi perilaku individu ketika individu tersebut tidak memiliki

    kontrol keinginan sendiri secara penuh untuk berperilaku. Individu

    tersebut memiliki hambatan atau kendala yang mengakibatkan perilakunya

    tidak bisa semaunya sendiri (Mahyarni, 2013). Teori Planned Behavior

    menyatakan bahwa terdapat tiga faktor pendorong niat seseorang untuk

    berperilaku. Faktor yang pertama adalah attitude toward the behavior

    (sikap terhadap perilaku) yang merujuk kepada penilaian seseorang

  • 14

    mengenai manfaat atau kerugian yang akan timbul apabila melakukan atau

    tidak melakukan perilaku tersebut. Faktor yang kedua adalah faktor sosial

    yang biasa disebut subjective norm (norma subjektif). Subjective norm

    mengacu kepada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu yang berasal

    dari orang-orang sekitar untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku

    tersebut. Faktor yang ketiga yang mempengaruhi niat seseorang untuk

    berperilaku adalah perceived behavioral control (persepsi kontrol

    perilaku) mengacu kepada penilaian seseorang terhadap kemudahan atau

    kesulitan dalam melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Teori Planned

    Behavior ditunjukkan pada gambar berikut ini:

    Gambar 2.1: Model Teori Planned Behavior

    Sumber: Ajzen (1991)

    Berdasarkan model teori planned behavior terlihat jelas bahwa

    perilaku seseorang dipengaruhi oleh niat untuk melakukannya. Terdapat

    tiga faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap niat seseorang

    untuk melakukan suatu perilaku. Berikut ini merupakan penjelasan

    mengenai tiga faktor tersebut:

    a. Attitude Toward the Behavior (Sikap Terhadap Perilaku)

    Ajzen menyatakan bahwa sikap terhadap perilaku ditentukan oleh

    keyakinan individu yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu

  • 15

    perilaku atau disebut juga behavioral beliefs. Di dalam teori planned

    behavior, Ajzen menyatakan bahwa behavioral belief dapat

    diungkapkan dengan cara menghubungkan suatu perilaku yang akan

    dilakukan dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin

    diperoleh apabila kita melakukan atau tidak melakukan perilaku

    tersebut. Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku jika

    perilaku tersebut dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya

    (Mahyarni, 2013).

    b. Subjective Norm (Norma Subjektif)

    Norma subjektif merupakan perasaan atau dugaan seseorang

    terhadap harapan-harapan yang berasal dari orang-orang yang berada

    di lingkup kehidupannya tentang dilakukan atau tidak dilakukannya

    perilaku tertentu. Hubungan sikap terhadap perilaku sangat ditentukan

    oleh keyakinan begitu juga norma subjektif dipengaruhi oleh

    keyakinan individu. Hal yang menjadi perbedaan adalah apabila

    hubungan sikap terhadap perilaku merupakan fungsi dari keyakinan

    terhadap perilaku yang hendak dilakukan (behavioral belief), maka

    norma subjektif merupakan fungsi dari keyakinan seseorang yang

    diperoleh dari pandangan orang lain yang berhubungan dengannya, di

    mana pandangan tersebut berkaitan dengan perilaku yang hendak

    dilakukan (Mahyarni, 2013).

    c. Perceived Behavioral Control (Persepsi Kontrol Perilaku)

    Ajzen (2005) menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku

    merupakan suatu persepsi individu berkaitan dengan kemampuannya

    untuk merealisasikan suatu perilaku tertentu. Individu akan menilai

    mudah atau sulit untuk merealisasikan perilaku. Dalam teori planned

    behavior, persepsi kontrol perilaku ditentukan oleh seberapa besar

    individu tersebut yakin akan ketersediaan sumber daya seperti

    peralatan, kompatibilitas, kompetensi, dan kesempatan yang

    mendukung atau menghambat perilaku yang hendak direalisasikan dan

    besarnya peran sumber daya tersebut dalam merealisasikan perilaku

  • 16

    tersebut. Semakin kuat keyakinan individu terhadap tersedianya

    sumber daya dan kesempatan yang dimiliki berkaitan dengan perilaku

    tertentu dan semakin besar pula peran sumber daya yang dimiliki oleh

    individu dalam upaya merealisasikan perilaku tersebut maka semakin

    kuat pula persepsi kontrol individu terhadap perilaku tersebut.

    Alasan peneliti menggunakan teori planned behavior di dalam

    penelitian ini karena teori planned behavior sesuai dengan tema dari

    penelitian ini yaitu pencegahan fraud. Pencegahan fraud merupakan

    bentuk upaya yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan dalam

    meminimalisir tindakan fraud yang jika tidak dicegah akan menimbulkan

    kerugian bagi perusahaan. Teori planned behavior digunakan oleh peneliti

    untuk melihat niat dari individu maupun perusahaan untuk melakukan

    upaya pencegahan fraud. Tentu saja, pencegahan fraud didahului oleh

    pertimbangan, dorongan dari berbagai pihak, dan aturan yang terdapat di

    dalam perusahaan untuk merealisasikan hal tersebut. Ketika seluruh pihak

    yang terdapat di perusahaan memiliki niat yang sama dan didorong oleh

    persepsi yang sama, aturan yang mendukung, serta seluruh pihak ingin

    bersikap untuk mencegah tindakan fraud maka upaya pencegahan fraud di

    dalam perusahaan tersebut dapat direalisasikan dengan mudah.

    2. Teori Pentagon Fraud

    Teori fraud merupakan teori yang menjelaskan faktor-faktor yang

    mempengaruhi seorang individu atau lebih melakukan tindakan fraud.

    Teori fraud merupakan teori klasik yang terus mengalami perkembangan

    saat ini. Istilah fraud telah dikenal sejak tahun 1944 oleh Edwin H.

    Sutherland dengan nama ”white-collar crime” atau kejahatan yang

    dilakukan oleh orang-orang professional. Pada tahun 1950an, Donald R.

    Cressey mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sutherland

    dan memformulasikan teori baru yang disebut “fraud triangle”. Menurut

    Cressey terdapat tiga alasan mengapa seseorang melakukan tindakan fraud

    yaitu: (1) peluang (opportunity), (2) pembenaran (rationalization), dan (3)

    tekanan (pressure). Teori fraud triangle kemudian menjadi dasar bagi

  • 17

    auditor untuk mengidentifikasi pelaku fraud selama beberapa dekade

    (Puspasari, 2015).

    Kemudian teori fraud triangle mengalami perkembangan pada tahun

    2004. Wolf dan Hermanson menciptakan teori fraud diamond yang

    merupakan penyempurna dari teori fraud triangle. Menurut Wolfe dan

    Hermanson (2004) sebagian besar fraud tidak dapat terjadi jika orang yang

    melakukannya tidak memiliki kemampuan (capability) yang tepat. Ketika

    terdapat peluang, insentif, dan rasionalisasi, maka seseorang harus

    memiliki kemampuan untuk merealisasikan tindakan fraud. Oleh karena

    itu, di dalam teori fraud diamond terdapat faktor kemampuan (capability)

    seseorang yang mendorong terjadinya tindakan fraud.

    Perkembangan teori fraud terus berkembang, pada tahun 2012 muncul

    teori pentagon fraud yang merupakan pengembangan dari teori triangle

    fraud dan diamond fraud. Teori ini dikembangkan oleh Crowe Horwath, di

    mana di dalam teori ini terdapat penambahan satu faktor yang mendorong

    terjadinya fraud yaitu faktor arrogance (arogansi) dan mengubah faktor

    capabilitiy yang sebelumnya terdapat di teori diamond fraud menjadi

    competence namun tetap memiliki makna yang sama. Pentagon fraud

    dapat dilihat pada gambar berikut ini:

    Gambar 2.2: Crowe’s Fraud Pentagon

    Sumber: Horwath (2012)

    Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lima faktor yang

    mendorong seseorang untuk melakukan tindakan fraud:

  • 18

    a. Pressure (Tekanan)

    Tekanan merupakan dorongan seseorang untuk melakukan

    tindakan fraud. Pada umumnya tekanan muncul karena kebutuhan atau

    masalah finansial, tapi banyak juga yang hanya terdorong karena

    keserakahan (Priantara, 2013).

    Tekanan membuat seseorang berani melakukan tindakan fraud.

    Menurut Tuanakotta (2017) seseorang yang memiliki kebutuhan

    keuangan yang mendesak (financial pressure) yang tidak dapat

    diceritakan kepada orang lain. Sehingga orang tersebut akhirnya

    melakukan tindakan fraud.

    b. Opportunity (Peluang)

    Peluang memungkinkan terjadinya penipuan. Hal ini umumnya

    disebabkan oleh lemahnya sistem pengendalian internal dalam suatu

    organisasi, kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan wewenang.

    Di antara tiga elemen segitiga penipuan, peluang adalah elemen yang

    paling mungkin diminimalisir melalui proses, prosedur, kontrol, dan

    upaya deteksi dini terhadap penipuan (Puspasari, 2015). Peluang

    terjadinya fraud juga dapat terjadi karena lemahnya sanksi dan

    ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja (Karyono, 2013).

    c. Rationalization (Rasionalisasi)

    Rasionalisasi adalah elemen penting untuk terjadinya penipuan, di

    mana pelaku selalu mencari pembenaran atas tindakannya. Sebagai

    contoh, pelaku fraud merasionalisasi bahwa tindakannya dalam

    melakukan penipuan adalah untuk kebahagiaan keluarganya dan

    orang-orang yang dicintainya, masa kerjanya sudah cukup lama dan

    dia merasa berhak mendapat lebih banyak (dalam posisi, gaji,

    promosi), laba perusahaan sangat besar sehingga tidak masalah

    baginya untuk mengambil bagian darinya (Puspasari, 2015).

    d. Competence (Kompetensi)

    Kompetensi merupakan keahlian yang dimiliki oleh seorang

    karyawan untuk mengabaikan sistem pengendalian internal yang

  • 19

    dimiliki oleh suatu perusahaan untuk melakukan tindakan fraud.

    Selain itu, dengan kompetensi seorang karyawan dapat

    mengembangkan strategi penyembunyian dan mengamati kondisi

    lingkungan sekitar perusahaan untuk memenuhi keinginan pribadinya

    dengan melakukan tindakan fraud (Horwath, 2012).

    e. Arrogance (Arogansi)

    Horwath (2012) menyatakan bahwa arogansi merupakan tindakan

    superioritas yang dimiliki oleh seseorang sebagai bentuk penguasaan

    terhadap hak yang dimilikinya dengan mengabaikan sistem

    pengendalian internal, kebijakan, dan peraturan-peraturan yang ada di

    dalam perusahaan. Mereka merasa bahwa hal tersebut tidak berlaku

    terhadap dirinya.

    3. Budaya Organisasi

    Budaya organisasi mengacu kepada sistem makna bersama yang

    dimiliki dan dianut oleh anggota-anggota di dalam suatu organisasi yang

    membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya (Robbins dan

    Judge, 2013). Menurut Danis (2004) dalam Dhany, Priantono, dan

    Budianto (2016) budaya organisasi merupakan suatu aturan dan nilai-nilai

    yang dimiliki oleh suatu organisasi yang dipahami, dijiwai, dan

    dipraktikkan oleh seluruh anggota organisasi tersebut sehingga aturan

    tersebut membentuk suatu makna tersendiri bagi organisasi dan aturan

    tersebut dijadikan sebagai dasar dalam berperilaku dalam organisasi.

    Fitri (2018) mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan

    suatu sistem yang berisi norma perilaku dan moral yang harus ditaati dan

    dipatuhi oleh seluruh pihak di dalam organisasi untuk mencapai tujuan

    organisasi. Budaya organisasi sangat penting karena akan mempengaruhi

    para anggota organisasi dalam bekerja sehingga tercipta perilaku yang

    baik. Menurut Kreitner dan Kinicki (2001) dan Wibowo (2011) dalam

    Fitri (2018) terdapat empat fungsi budaya organisasi yaitu sebagai berikut:

  • 20

    a. Memberi anggota identitas organisasional

    Identitas organisasi menggambarkan ciri khas yang dimiliki oleh

    suatu organisasi yang membedakan dengan organisasi yang lainnya.

    b. Memfasilitasi komitmen kolektif

    Budaya organisasi yang baik akan membuat anggota bangga dan

    bekerja dengan baik sehingga menimbulkan komitmen bersama untuk

    mengikuti norma yang ada dan hal tersebut harus dicapai secara

    bersama-sama.

    c. Meningkatkan sistem stabilitas sosial

    Meningkatkan stabilitas sistem sosial mencerminkan bahwa

    lingkungan kerja positif dan kuat, konflik dan perubahan dapat

    dikelola secara efektif, sehingga mampu membuat lingkungan dan

    interaksi sosial berjalan dengan stabil dan tanpa gejolak.

    d. Membentuk perilaku para anggota dengan menyadari kondisi

    lingkungan disekitarnya.

    Robbins dan Judge (2013) menyatakan bahwa budaya organisasi

    memiliki lima fungsi penting yaitu sebagai berikut:

    a. Budaya menciptakan suatu pembeda yang jelas antara satu organisasi

    dengan organisasi yang lainnya

    b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi para anggota organisasi

    c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih

    luas daripada kepentingan diri individual seseorang

    d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

    organisasi tersebut dengan memberikan standar-standar yang tepat

    untuk dilakukan oleh para karyawan

    e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang

    memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan

    Berkaitan dengan pencegahan fraud, budaya organisasi memiliki peran

    yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena budaya organisasi akan

    menggambarkan bagaimana perilaku individu karyawan bekerja dalam

    suatu perusahaan. Budaya organisasi yang baik akan mampu mencegah

  • 21

    karyawan dalam suatu perusahaan melakukan tindakan fraud. Sebagai

    contoh perusahaan memiliki kebiasaan merotasi karyawan dalam satu

    jabatan dengan tujuan agar karyawan bekerja secara maksimal dan penuh

    tanggung jawab sehingga tindakan fraud dalam diminimalisir, sistem

    komunikasi yang terjalin dengan baik antara manajemen dan karyawan,

    dan sistem perekrutan karyawan yang ketat sehingga karyawan yang

    diseleksi memiliki kriteria yang sesuai dengan perusahaan. Budaya

    organisasi seperti itu dapat mencegah tindakan fraud dapat terjadi.

    4. Peran Auditor Internal

    Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif

    yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan kontrol berbeda-

    beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan

    dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi

    perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal

    serta kebijakan dan prosedur internal yang bias diterima telah diikuti; (4)

    kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi; (5) sumber daya telah

    digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah

    dicapai secara efektif, dimana semua dilakukan dengan tujuan untuk

    dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi

    dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif (Sawyer,

    Dittenhofer, dan Scheimer, 2005).

    Berbicara mengenai peran auditor internal di dalam suatu perusahaan,

    pada saat ini peran tersebut semakin diperlukan. Umumnya perusahaan

    yang memiliki operasi dengan skala yang luas dan besar sangat

    membutuhkan peran auditor internal. Auditor internal memiliki peran yang

    sangat penting di dalam perusahaan.

    Peran auditor internal di dalam suatu perusahaan dapat menciptakan

    suatu tantangan bagi mereka untuk menjaga independensi. Pertama,

    terdapat kondisi yang kompleks dan perubahan dalam hal peraturan dan

    teknologi menimbulkan ambiguitas peran auditor internal. Kedua, peran

    auditor internal mengandung konflik. Konflik peran dalam lingkungan

  • 22

    auditor internal timbul akibat pertentangan yang berasal dari peran dalam

    melaksanakan audit dan peran dalam melaksanakan konsultasi. Pada saat

    melakukan audit, auditor internal harus menjaga independensi dengan

    tidak mendasarkan pertimbangan auditnya terhadap objek pemeriksaan.

    Akan tetapi, dalam peran konsultasi, auditor internal harus bekerja sama

    dan membantu objek pemeriksaan (Ahmad dan Taylor, 2009). Dalam

    perkembangannya, peran auditor internal yang dapat dijalankan terbagi

    menjadi tiga jenis, yaitu sebagai watchdog, consultant, dan catalyst

    (Suginam, 2017). Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga peran

    auditor internal tersebut:

    a. Watchdog

    Watchdog merupakan peran tertua dari auditor internal di mana

    peran ini mencakup pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung,

    dan mengecek. Tujuan dari peran ini adalah untuk memastikan

    ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kebijakan perusahaan. Proses

    audit yang dilaksanakan adalah audit kepatuhan (compliance audit).

    Fokus pemeriksaannya adalah terdapat variasi atau penyimpangan

    dalam sistem pengendalian internal suatu perusahaan. Audit kepatuhan

    dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi

    sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian

    internal. Oleh karena sifat pekerjaannya, peran watchdog umumnya

    akan menghasilkan rekomendasi yang memiliki dampak jangka

    pendek bagi perusahaan.

    b. Consultant

    Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa auditor internal

    dapat memberikan manfaat lain selain sebagai watchdog. Peran ini

    mengharuskan auditor internal memberikan saran dalam hal

    pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para

    manajer. Peran konsultan turut membuat auditor internal untuk selalu

    meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek

  • 23

    bisnis sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam

    memecahkan masalah.

    c. Catalyst

    Peran auditor internal sebagai katalisator adalah memberikan jasa

    kepada manajemen melalui saran-saran yang bersifat konstruktif dan

    dapat diimplementasikan untuk kemajuan perusahaan namun tidak ikut

    dalam aktivitas operasional perusahaan.

    Peran auditor internal sebagai watchdog, consultant, dan catalyst

    diperlukan perusahaan dalam upaya mencegah fraud. Menurut Dewi dan

    Apandi (2012) auditor internal memiliki peran untuk membantu

    manajemen dalam hal merancang dan memelihara efektivitas dan efisiensi

    struktur pengendalian internal yang dimiliki perusahaan. Auditor internal

    juga turut bertanggungjawab untuk menilai efektivitas dan efisiensi dari

    sistem pengendalian internal yang memberikan jaminan kualitas dan

    integritas dari proses pelaporan keuangan perusahaan. Sehingga laporan

    keuangan yang dihasilkan terbebas dari unsur kecurangan (fraud).

    Auditor internal dalam menjalankan kegiatan audit dapat menemukan

    temuan audit yang berkaitan dengan penyimpangan, kecurangan, dan

    kelemahan struktur sistem pengendalian internal sehingga auditor internal

    dapat memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar agar pihak

    manajemen dapat melakukan upaya perbaikan.

    5. Good Corporate Governance

    Menurut The Organization for Economic Cooperation and

    Development (OECD) corporate governance merupakan suatu sistem

    yang digunakan sebagai pengatur dan pengendali dari kegiatan bisnis

    operasi yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Corporate governance

    juga mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pembagian tugas, hak, dan

    kewajiban pihak-pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan seperti

    pemegang saham, dewan pengurus, manajer, dan semua stakeholder non-

    pemegang saham (Widuri dan Paramita, 2007).

  • 24

    Lestari (2013) mengatakan bahwa corporate governance merupakan

    suatu sistem yang mengatur bagaimana perusahaan atau organisasi

    dikendalikan dalam hal pelaksanaan kegiatannya agar sesuai dengan

    tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam corporate governance

    terdapat hal-hal yang mengatur secara jelas dan tegas hak dan kewajiban

    pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan suatu organisasi atau

    perusahaan.

    Menurut Agoes (2006), Good Corporate Governance merupakan suatu

    sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, para direksi,

    pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola yang

    perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan

    yang dilakukan oleh perusahaan dalam penentuan tujuan perusahaan,

    pencapaian tujuan tersebut, dan penilaian kinerja.

    Corporate governance mengacu pada bagaimana cara perusahaan

    diatur dan dikelola. Struktur tata kelola perusahaan dengan jelas

    menunjukkan bagaimana hak dan tanggung jawab dalam perusahaan yang

    dibagi di antara beragam pemangku kepentingan yang memiliki

    kepentingan dalam kegiatan operasi suatu perusahaan. Perusahaan

    diharapkan untuk turut memperhatikan lingkungan regulasi di mana

    perusahaan beroperasi. Perusahaan harus memutuskan mekanisme yang

    harus diikuti untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tata kelola

    memastikan bahwa perusahaan beretika dan transparan dalam semua

    transaksi dengan para pemangku kepentingannya (Zvavahera dan Ndoda,

    2014). Tujuan dari corporate governance merupakan untuk menciptakan

    nilai tambah yang bermanfaat bagi para pemilik kepentingan yang terlibat

    di dalam suatu perusahaan (Kelvianto dan Mustamu, 2018). Selain itu,

    corporate governance juga dimaksudkan untuk mencegah timbulnya

    kesalahan-kesalahan signifikan yang berdampak langsung terhadap

    strategi perusahaan dan untuk memastikan jika timbul kesalahan dapat

    segera diperbaiki agar tidak merugikan perusahaan (Hapsari, 2017).

  • 25

    Pelaksanaan good corporate governance tidak dapat dilepaskan dari

    aspek personil yang terlibat dan memegang peranan penting di dalam

    perusahaan. Hal tersebut dikarenakan, sebaik apapun sistem yang

    dibangun di dalam perusahaan tanpa adanya komitmen bersama dari setiap

    personil yang ada di perusahaan untuk memajukan perusahaan maka

    sistem tersebut tidak akan berjalan secara efektif (Christy dan Dewi,

    2013).

    Di tengah persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan perlu

    memperhatikan mengkaji ulang prinsip good corporate governance yang

    telah diimplementasikan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya

    perusahaan yang didirikan hanya untuk mencari keuntungan yang sebesar-

    besarnya semata tanpa memperhatikan implementasi prinsip-prinsip good

    corporate governance yang baik. Peran good corporate governance tidak

    hanya dibutuhkan oleh perusahaan yang menjual sahamnya ke public

    (perusahaan terbuka) tapi juga perusahaan keluarga (family) agar dapat

    mendongkrak kinerja perusahaan dan dapat bersaing dengan perusahaan-

    perusahaan lainnya (Kelvianto dan Mustamu, 2018).

    Menurut KNKG (2006) yang terdapat dalam Pedoman Umum Good

    Corporate Governance Indonesia terdapat lima prinsip yang harus

    diterapkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi bisnisnya,

    yaitu: Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan

    Kewajaran (Fairness). Prinsip-prinsip tersebut dapat membantu

    perusahaan mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk mencapai

    keberlangsungan usaha (sustainability) dan memperhatikan pemilik

    kepentingan di perusahaan (stakeholders). Prinsip-prinsip tersebut

    dijabarkan sebagai berikut:

    a. Transparansi (Transparency)

    Perusahaan diharuskan menyediakan informasi yang bersifat

    material dan relevan. Selain itu, informasi tersebut dapat dengan

    mudah diakses dan dipahami oleh pemilik kepentingan di perusahaan.

    Prinsip transparansi ini juga mengharuskan perusahaan secara inisiatif

  • 26

    mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan dalam

    peraturan perundang-undangan tetapi juga hal-hal yang dapat

    mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemegang saham,

    kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

    b. Akuntabilitas (Accountability)

    Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan

    kepentingan perusahaan namun tetap memperhitungkan kepentingan

    stakeholder. Prinsip akuntabilitas menjadi syarat yang harus dipenuhi

    oleh perusahaan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

    c. Responsibilitas (Responsibility)

    Perusahaan harus mematuhi aturan yang terdapat pada peraturan

    perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap

    masyarakat dan lingkungan sehingga kesinambungan usaha jangka

    panjang perusahaan dapat terjaga dan perusahaan tersebut diakui

    sebagai good corporate citizen.

    d. Independensi (Independency)

    Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

    masing bagian yang ada di perusahaan tidak saling mendominasi.

    Selain itu, perusahaan dikelola secara independen agar tidak dapat

    diintervensi oleh pihak lain.

    e. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)

    Perusahaan harus selalu memperhatikan kepentingan pemegang

    saham dan pemangku kepentingan lainnya sesuai dengan prinsip

    kewajaran dan kesetaraan.

    Pelaksanaan good corporate governance memiliki berbagai manfaat

    dan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Dwiridotjahjono (2009)

    terdapat beberapa manfaat dan keuntungan bagi perusahaan yang

    menerapkan good corporate governance dan pihak-pihak yang terkait

    secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan yaitu sebagai

    berikut:

  • 27

    a. Pelaksanaan good corporate governance membantu perusahaan

    meminimalisir agency cost yang akan timbul, di mana biaya tersebut

    muncul sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada manajemen,

    termasuk juga biaya penggunaan sumber daya perusahaan oleh

    manajemen untuk kepentingan pribadi maupun dalam rangka

    pengawasan terhadap perilaku manajemen itu sendiri.

    b. Perusahaan dapat meminimalisir cost of capital yang merupakan biaya

    yang harus ditanggung oleh perusahaan apabila mengajukan pinjaman

    kepada pihak kreditur.

    c. Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lebih baik sehingga

    akan menghasilkan keputusan yang optimal dan bermanfaat bagi

    perusahaan. Selain itu, pelaksanaa good corporate governance dapat

    meningkatkan efisiensi dan menciptakan budaya kerja yang lebih

    sehat.

    d. Good corporate governance meminimalisir atau menghindari tindakan

    penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pihak direksi dalam

    mengelola perusahaan. Dengan dihindari atau diminimalisir

    penyalahgunaan tersebut dapat menekan kerugian yang akan timbul

    bagi perusahaan maupun pihak yang berkepentingan lainnya.

    e. Good corporate governance akan meningkatkan nilai perusahaan di

    mata investor. Hal tersebut sebagai akibat dari meningkatkan

    kepercayaan investor kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka

    berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor dapat memudahkan

    perusahaan untuk mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk

    berbagai keperluan perusahaan.

    f. Bagi para pemegang saham, peningkatan kinerja perusahaan juga turut

    meningkatkan nilai saham mereka dan sekaligus jumlah dividen yang

    akan diterima.

    g. Pada prinsip good corporate governance, karyawan ditempatkan

    sebagai pihak stakeholder yang harus dikelola dengan baik oleh

  • 28

    perusahaan. Dengan prinsip tersebut membuat motivasi dan kepuasan

    kerja perusahaan juga akan meningkat.

    h. Pelaksanaan good corporate governance yang baik akan meningkatkan

    kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan dan sekaligus akan

    meningkatkan citra perusahaan.

    i. Penerapan good corporate governance secara konsisten akan

    berdampak terhadap meningkatnya kuaitas laporan keuangan

    perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena manajemen tidak dapat

    melakukan rekayasa laporan keuangan sebagai akibat adanya

    kewajiban untuk mematuhi aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku

    dan penyajian informasi secara transparan.

    6. Pencegahan Fraud

    Fraud menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE)

    dalam Fraud Examiners Manual 2006 yang dikutip oleh Karyono (2013)

    adalah kecurangan dengan adanya keuntungan yang diperoleh seseorang

    dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang

    sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur-unsur kejutan, tipu daya, licik,

    dan tidak jujur yang merugikan orang lain. Menurut Bologna dan

    Lindquist (1995), fraud adalah tindakan penipuan yang disengaja

    umumnya diterangkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian.

    Fraud dapat dilakukan terhadap pelanggan, kreditor, banker, investor,

    penjamin asuransi, dan pemerintah.

    Menurut Purba (2015) fraud adalah setiap perbuatan tidak jujur

    (penyalahgunaan atau penyimpangan jabatan) yang bertujuan mengambil

    uang (harta atau sumber daya orang lain maupun organisasi) melalui akal

    bulus, tipu muslihat, penipuan, kelicikan, penghilangan, kecurangan, saran

    yang salah, penyembunyian atau cara-cara lainnya yang dilakukan dengan

    sengaja oleh seseorang, yang mengakibatkan kerugian organisasi atau

    orang lain dan/atau menguntungkan pelaku. Sedangkan menurut Black

    Law Dictionary edisi kedelapan yang dikutip dalam Priantara (2013),

    fraud merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang disengaja untuk

  • 29

    mampu membohongi, atau suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur

    untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik

    orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan

    itu sendiri.

    Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa fraud

    merupakan tindakan tidak jujur yang dilakukan oleh seseorang atau lebih

    dengan memanfaatkan kedudukan di suatu perusahaan untuk mengambil

    seluruh harta dan sumber daya milik pihak lain guna memenuhi

    kepentingan pribadi dan akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain.

    ACFE (2018) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis fraud yang sering

    terjadi, yaitu korupsi (corruption), penyalahgunaan asset (asset

    misappropriation), dan kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial

    statement). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai ketiga jenis fraud

    tersebut.

    a. Korupsi (corruption), terbagi menjadi empat macam yaitu sebagai

    berikut:

    1) Konflik kepentingan (conflict of interest), penyalahgunaan

    wewenang yang sering dijumpai dalam berbagai bentuk, umumnya

    terjadi pada bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan

    keluarga serta krooni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan

    lembaga-lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun

    (Tuanakotta, 2017). Konflik kepentingan ini terjadi dalam skema

    purchase schemes dan sales schemes.

    2) Penyuapan (bribery) merupakan memberikan sesuatu yang bernilai

    baik berupa barang maupun jasa yang dilakukan dengan tujuan

    untuk mempengaruhi tindakan orang tersebut agar tujuan yang

    diharapkan tercapai. Tindakan penyuapan ini terbagi menjadi dua

    jenis, yaitu suap faktur (invoice kickbacks) dan tender yang bersifat

    kolusif (bid rigging)

    3) Pemberian illegal (illegal gratitutes) merupakan tindakan

    memberikan sesuatu kepada orang yang dimaksud sebagai bentuk

  • 30

    imbalan akibat tercapainya tujuan yang diharapkan. Illegal

    gratitutes hamper mirip dengan bribery, namun yang membedakan

    adalah illegal gratitutes terjadi setelah tindakan resmi dilakukan.

    4) Pungutan/pemerasan (economic exortion) yang merupakan

    kebalikan dari penyuapan.

    b. Penyalahgunaan aset (asset misappropriation), merupakan suatu

    perbuatan penyalahgunaan asset yang dimiliki oleh instansi atau

    perusahaan dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan pribadi.

    Penyalahgunaan asset terbagi menjadi dua jenis yaitu penyalahgunaan

    asset dalam bentuk kas dan penyalahgunaan aset dalam bentuk

    persediaan dan aset lainnya.

    1) Penyalahgunaan aset dalam bentuk kas (cash) umumnya sering

    dilakukan dalam tiga jenis berikut ini:

    a) Pencurian kas di tangan (theft cash on hand)

    b) Pencurian penerimaan kas (theft of cash receipts)

    c) Penipuan pencairan (fraudulent disbursements)

    2) Penyalahgunaan asset dalam bentuk persediaan dan asset lainnya

    (Inventory and all other assets) umumnya dilakukan dalam bentuk

    penyalahgunaan (misuse) dan pencurian (larceny).

    c. Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statements) adalah

    tindakan yang