peran auditor eksternal di bmt al-ishlah salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2519/1/farda...

145
PERAN AUDITOR EKSTERNAL DI BMT AL-ISHLAH SALATIGA Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy) Oleh : FARDA NUR ROHIMA NIM : 201 13 056 JURUSAN DIPLOMA TIGA ( D III ) PERBANKKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERAN AUDITOR EKSTERNAL DI BMT AL-ISHLAH

    SALATIGA

    Tugas Akhir

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)

    Oleh :

    FARDA NUR ROHIMA

    NIM : 201 13 056

    JURUSAN DIPLOMA TIGA ( D III ) PERBANKKAN SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai dari

    sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya

    kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Al Insyirah: 6-8)

    Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia adalah berperang di jalan

    Allah hingga pulang (HR. Tirmidzi)

    Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta (Albert

    Einstein)

  • vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

    ini dengan baik.Penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak dibantu, dibimbing, dan

    didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

    mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Kepala Jurusan D3 Perbankan Syariah yang telah banyak membantu dan

    memberi semangat dalam penyusunan tugas akhir ini.

    2. Dosen pembimbing Ibu Dr. Hikmah Endraswati, S.E., M.Si. yang selalu

    memberikan pengarahan, bimbingan dan semangat dalam penyusunan tugas

    akhir ini.

    3. Bapak ibu dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberi ilmu.

    4. Seluruh keluarga besar yang telah mendukung dan selalu mendoakan, Ibu, Ayah,

    Adik dan saudara-saudara.

    5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 jurusan D III Perbankan Syariah yang

    berjuang bersama dalam penulisan tugas akhir ini.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi

    beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayahNya kepada

    penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

    Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup

    para Rasul, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia

    dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya

    yang lurus.

    Tugas akhir yang berjudul “Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga”

    ini, diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya dalam bidang Ekonomi Syariah

    pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam Tugas Akhir ini, penulis

    akan memaparkan tentang peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah.

    Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang

    telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

    Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

    kepada:

    1. Yang terhormat Rektor IAIN Salatiga Bpk. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd.,

    2. Yang terhormat Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga Bpk.

    Dr. Anton Bawono, M.Si.

    3. Yang terhormat Ketua Jurusan DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga Bpk. Drs.

    Alfred L.,M.Si

  • ix

    4. Yang terhormat Ibu Dr. Hikmah Endraswati, S.E., M.Si. selaku dosen

    pembimbing yang selaku memberikan bimbingan, masukan, arahan dalam

    menyusun tugas akhir ini.

    5. Ibunda tercinta Nur Ngatiyah dan alm. Ayah tercinta Rohmat yang senantiasa

    mencurahkan cinta, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus

    untuk penulis.

    6. Segenap karyawan BMT Al-Ishlah Salatiga yang telah membantu dalam

    pembuatan Tugas Akhir ini.

    7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 jurusan D III Perbankan Syariah

    yang berjuang bersama penulis dalam penulisan tugas akhir.

    Semoga atas segala bantuan dan bimbingan serta semangat yang diberikan

    mendapatkan balasan yang melimpah dari Allah SWT dan semoga tugas akhir ini

    dapat memberikan sumbangan ilmu bagi lingkungan akademisi.

    Salatiga, 19 September 2016

    Penulis

  • x

    ABSTRAK

    Rohima, Farda Nur. 2016. Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga. Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Program Studi DIII Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran, prosedur dan tindak lanjut

    temuan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga.Metodologi yang penulis gunakan pada Tugas Akhir ini yaitu penelitian kualitatif dengan berdasarkan pengumpulan data di lapangan dan sumber-sumber lainnya.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor eksternal berperan penting bagi BMT Al-Ishlah dan membuat laporan keuangan BMT Al-Ishlah menjadi lebih baik. Prosedur pelaksaan audit dilaksanakan secara beruntutan sesuai ketentuan yang sudah diatur. Pelaksanaan audit dilaksanakan untuk memperbaiki laporan BMT dan menindak lanjuti hasil temuan.

    Kesimpulan dari penelitian ini yaitu auditor eksternal berperan penting bagi pihak BMT Al-Ishlah Salatiga untuk menjadikan BMT lebih baik lagi dan menjadikan BMT lebih dipercaya oleh pihak luar. Selain itu BMT dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga reputasi BMT sebagai salah satu lembaga keuangan Islam yang membuat laporan sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku.

    Kata Kunci : Peran, Auditor Eksternal, BMT Al-Ishlah

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ iv

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................... v

    MOTTO ................................................................................................................. vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

    ABSTRAK ............................................................................................................. x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

    B.Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

    C.Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

    D.Manfaat Penelitian.. ................................................................................... 6

    E.Metodologi Penelitian ................................................................................ 7

    F.Sistematika Penulisan ............................................................................... 10

  • xii

    BAB II LANDASAN TEORI

    A.Telaah Pustaka ...................................................................................... 11

    B.Landasan Teori .................................................................................... .13

    1.Pengertian Pengawas dan DPS .......................................................... 13

    2.Hakekat Audit .................................................................................... 14

    3.Pengertian Auditing .......................................................................... 14

    4.Peran dan Tanggung Jawab Auditor ................................................. 16

    5.Jenis-Jenis Audit ............................................................................... 19

    6.Standar Audit .................................................................................... 23

    7.Jenis Audit Sektor Publik/ Audit Eksternal ....................................... 25

    8.Standar Audit Sektor Publik .............................................................. 28

    9.Departemen Koprasi Dekopin dan Pusat Koperasi ........................... 30

    10.Regulasi Koprasi Tentang Audit ..................................................... 32

    11.Jenis Opini Audit ............................................................................ 38

    BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN

    A.Sejarah Pendirian BMT Al-Ishlah....................................................... 42

    B.Visi dan Misi ...................................................................................... 43

    C.Lokasi dan Wilayah Perusahaan ........................................................ 44

    D.Produk ................................................................................................ 44

    E.Badan Hukum dan Struktur Lembaga ................................................ 49

    F.Data Pertambahan Anggota Tahun 2013-2015 .................................. 50

    G.Data Laporan Laba Rugi 2013-2015 .................................................. 51

  • xiii

    H.Profil Ausditor Eksternal .................................................................... 52

    BAB IV ANALISIS

    A.Peran Auditor Eksternal ......................................................................... 53

    B.Prosedur Pelaksanaan Auditing ............................................................. 54

    C.Tindak Lanjut Hasil Temuan ................................................................. 58

    BAB V PENUTUP

    A.Kesimpulan ........................................................................................... 63

    B.Saran ..................................................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65

    LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Bagan Audit

    Gambar 2.2 Bagan Auditor

    Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi BMT Al-Ishlah

    Gambar 3.2 Daftar Anggota Baru BMT

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Laporan Laba Rugi tahun 2013-2015

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang Masalah

    Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik

    Indonesia Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 bab 1 pasal 1 menyatakan

    Pengawasan adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian

    kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi oleh

    pemerintah, dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi

    wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar

    pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi

    dilakukan secara baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari

    pihak terkait.

    Pengawasan di lembaga keuangan syariah (LKS) sangat penting dalam

    rangka untuk menjaga kesehatan dan stabilitas keuangan lembaga itu sendiri.

    Pengawasan dilakukan LKS untuk meminimalisir resiko yang mengakibatkan

    kerugian bagi nasabah dan lembaga, terlebih pengawasan untuk laporan

    keuangan. Pengawasan laporan keuangan dilakukan dengan cara mengaudit

    laporan keuangan. Menurut Holmes & Overmyers (1975) dalam Harahab (1995:

    11) mendefinisikan auditing adalah fungsi penyaksi yang melakukan

    pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan perusahaan yang disusun oleh

    manajemen. Menurut Arens dan Loebbecke (1980) dalam Harahab (1995: 11)

  • 2

    auditing adalah satu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan

    akuntansi yang memberi informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu

    pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar

    sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku.

    Tujuan audit adalah pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan yang

    independen. Laporan keuangan yang disajikan manajemen adalah daftar posisi

    keuangan (Neraca), hasil usaha (Laba Rugi), dan daftar perubahan posisi

    keuangan atau laporan arus kas. Berdasarkan pemeriksaannya ia memerlukan

    pendapat apakah laporan keuangan yang disusun menajemen wajar atau tidak

    dalam arti sesuai atau tidak dengan Standar Akuntansi Keuangan (Harahab, 1995:

    11). Fungsi auditing ini sudah lama ada semenjak adanya pemisahan antara

    pemilik dan manajemen atau antara agent dan principal. Audit dilakukan untuk

    memberikan keyakinan bahwa laporan penyajian manajemen, pihak manapun

    telah dapat dipercaya dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam proses

    pengambilan keputusan (Harahab, 1995: 13).

    Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan merupakan tanggung

    jawabnya. Laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen,

    dalam hal ini auditor eksternal, karena:

    1. Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak

    luar perusahaan menyebabkan perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya.

    2. Laporan keuangan kemungkinan mengandung kesalahan, baik yang disengaja

    maupun yang tidak disengaja.

  • 3

    3. Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified,

    diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan

    keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai

    dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (Fridati: 2005).

    Auditor Eksternal merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan

    akuntan publik, di mana salah satu jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan

    publik adalah jasa pemeriksaan audit pada laporan keuangan perusahaan yang

    disusun manajemen perusahaan. Perusahaaan dengan skala menengah keatas

    biasanya menggunakan jasa auditor eksternal untuk menilai kembali laporan

    keuangan perusahaannya. Pemeriksaan audit oleh auditor eksternal berguna agar

    laporan keuangan tersebut mampu disajikan secara lebih akurat dan terpercaya,

    karena laporan keuangan memiliki resiko informasi, yaitu bahwa laporan

    keuangan mungkin tidak benar atau tidak lengkap. Selain itu permeriksaan audit

    juga digunakan sebagai syarat untuk masuk ke pasar modal. Oleh sebab itu

    dikatakan bahwa pemeriksaan audit laporan keuangan meningkatkan kredibilitas

    laporan keuangan dengan menekan resiko informasi. Laporan keuangan tersebut

    mampu membawa keyakinan atas pihak eksternal yang akan atau sudah menjadi

    patner atas perusahaan tersebut (Grihardini, 2011: 1).

    BMT yang berbadan hukum maka dapat melakukan perbuatan hukum

    (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking), dapat

    melakukan transaksi dan membuat perjanjian akad, baik internal organisasi

    maupun eksternal organisasi, yaitu dengan anggota, pemerintah maupun

  • 4

    masyarakat. Hal inilah yang mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha

    Kecil dan Menengah untuk menerbitkan Surat Keputusan Menteri Nomor

    91/kep/MKUKM/IX/2004, berdasarkan ketentuan itu maka yang disebut Koperasi

    Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak

    di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil, sehingga

    semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam Koperasi Jasa

    Keuangan Syariah (KJKS), mempunyai payung hukum dan kegiatan legal

    operasionalnya dengan syarat memenuhi ketentuan perundang–undangan yang

    berlaku.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 Tentang Akuntan

    Publik, bab 1 pasal 1 menjelaskan tentang akuntan publik. Akuntan Publik adalah

    seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur

    dalam Undang-Undang ini. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing

    yang telah memperoleh izin berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan

    untuk memberikan jasa sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi keuangan

    historis.

    Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/seojk.05/2016 Tentang

    Laporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan

    Pembiayaan menyatakan bahwa fungsi auditor eksternal adalah efektivitas

    pelaksanaan tugas auditor eksternal dan kepatuhan perusahaan terhadap

    ketentuan, antara lain mengenai penyediaan semua catatan akuntansi dan data

    penunjang yang diperlukan bagi auditor eksternal, sehingga memungkinkan

  • 5

    auditor eksternal memberikan pendapatnya tentang kewajaran, ketaatan, dan

    kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar audit yang berlaku.

    Audit laporan keuangan penting dilakukan oleh lembaga keuangan dan

    perusahaan pada umumnya karena kewajiban hukum suatu perusahaan (PT)

    dilakukan audit. Misalnya, Pasal 68 ayat (1) UU No. 40 tahun 2007 tentang

    Perseroan Terbatas menyatakan Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan

    kepada akuntan publik untuk diaudit apabila memenuhi syarat tertentu. Kemudian

    UU Pasar Modal, UU Perbankan, dan beberapa peraturan perundang-undangan

    lainnya juga mengatur kewajiban audit laporan keuangan. Menurut Taylor &

    Glezen (1994:6-8) terdapat empat alasan perlunya audit atas laporan keuangan:

    1. There is a potential conflict between those who prepare information (management) and those who use information (owner, investors, creditor, and regulators). This potential conflict can result biased information.

    2. Information can have substantial economic consequences for a decision maker.

    3. Expertise is often required for preparing and verifying information. 4. Users of information frequently are prevented from direcly assessing the

    quality of information. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran

    Auditor Eksternal di BMT Al Ishlah Salatiga” yang akan dilakukan di

    lembaga keuangan BMT Al Ishlah Salatiga karena auditor berperan penting bagi

    lembaga keuangan karena menjadikan lembaga lebih maju dengan cara yang

    benar dan baik.

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka

    dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apa peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah?

    2. Bagaimana prosedur pelaksanaan auditing di BMT Al-Ishlah?

    3. Bagaimana tindak lanjut hasil temuan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah

    1. Untuk mengetahui apa saja peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah.

    2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan yang seperti apa saja yang dilakukan

    auditing di BMT Al-Ishlah.

    3. Untuk mengetahui bagaimana tindak lanjut hasil temuan auditor eksternal di

    BMT Al-Ishlah.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis

    sendiri, maupun para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.

    1. Manfaat akademis

    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan kemaslahatan keilmuan

    dalam lembaga keuangan syariah.

  • 7

    2. Manfaat bagi Pembaca

    Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dan

    dapat dijadikan sebagai kajian pustaka.

    3. Bagi Penulis

    Untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir progrm studi DIII

    Syariah IAIN Salatiga dan untuk menambah pengetahuan tentang Auditor

    Eksternal.

    E. Metodologi Penelitian

    1. Jenis penelitian

    Jenis penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian kualitatif yang

    didasarkan pada pengumpulan data di lapangan. Penelitian kualitatif adalah

    penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

    analisis dengan pendekatan induktif (Reinard, 2006)

    2. Jenis Data

    a. Data Primer

    Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

    secara langsung dari sumber datanya (Suryana, 2010). Data ini bersumber

    dari hasil observasi. Data primer yang penulis maksud disini tertuang pada

    bab ketiga yaitu berupa laporan objek penelitian dan juga pada bab

    keempat yaitu tentang auditor eksternal di BMT Al-Ishalah.

  • 8

    b. Data Sekunder

    Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

    dari berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010). Data ini bersumber

    dari hasil riset perpustakaan dan internet yang tertuang pada bab pertama

    dan bab kedua tentang landasan teori.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Riset Perpustakaan dan Internet

    Riset yaitu melalui pengumpulan data-data yang diperlukan melalui

    buku-buku di perpustakaan dan info-info di internet.

    b. Observasi

    Observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan

    langsung dilapangan. Bentuk observasi yang penulis lakukan yaitu melalui

    wawancara terhadap karyawan-karyawan BMT Al-Ishalah Salatiga untuk

    kemudiaan dianalisis lebih lanjut.

    c. Wawancara

    Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencairan data/informasi

    mendalam yang dijukan kepada responden/informan dalam bentuk

    pernyataan susulan setelah teknik angket dalam bentuk pernyataan lisan.

    Teknik in sangat diperlukan untuk mengungkap bagian terdalam

    (tersembunyi) yang tidak dapat terungkap lewat angket (Hikmah, 2011:

    79).

  • 9

    Teknik pengumpulan data ini digunakan penulis untuk mendapatkan

    keterangan-keterangan lisan melalui percakapan. Wawancara juga

    bertujuan agar terjalin hubungan baik antar pihak yang bersangkutan.

    d. Studi Dokumentasi

    Teknik dokumentasi yaitu penelusuran dan pengolahan data yang telah

    tersedia. Biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk

    keputusan atau kebijakan, sejarah dan hal lainnya yang berkaitan dengan

    penelitian (Hakmat, 2011: 83).

    Teknik pengumpulan data ini digunakan penulis untuk mendapatkan

    data melalui dokumen-dokumen yang ada di BMT Al-Ishlah Salatiga

    seperti jenis produk-produk, visi misi dan data lain yang diperlukan.

    4. Analisis Data

    Dalam penelitin ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode

    deskriptif merupakan metode penelitian yang diarahkan untuk memberi

    gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,

    mengenai sifat-sifat populasi di daerah tertentu. Analisis yang digunakan

    dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif analisis yang berarti interpretasi

    isi disebut dan disusun secara sistematis atau menyeluruh dan sistematis.

    Data-data yang diperoleh kemudian penulis analisis untuk mengetahui

    bagaimana peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga.

  • 10

    F. Sistematika Penulisan

    Sistematika

    Bab I Pendahuluan

    Pendahuluan terdiri dari hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan latar

    belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    metodologi penelitian dan sistematika penulisan

    Bab II Pembahasan teori

    Bab ini terdapat telaah pustaka dan sebagai bab untuk mengantarkan pada

    pembahasan-pembahasan teori yang digunakan dalam sebuah sistem ekonomi

    islam di masyarakat.

    Bab III Laporan objek penelitian

    Bab ini berisi tentang sejarah BMT, visi dan misi BMT, lokasi dan wilayah

    perusahaan, produk BMT, badan hukum dan struktur lembaga, data pertumbuhan

    anggota baru tahun 2013-2015, dan data laporan laba rugi tahun 2013-2015

    Bab IV Analisis

    Bab ini merupakan bagian inti dari penelitian, didalamnya memberikan suatu

    analisis data dari data-data yang telah diteliti.

    Bab V Penutup

    kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Telaah Pustaka

    Penelitian dilakukan oleh Hermawan (2010) di Universitas Pasundan

    Bandung. Menyimpulkan bahwa ada berbagai kesamaan antara auditor internal

    dan auditor eksternal memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan yang

    erat. Auditor internal memungkinkan tidak perlu lagi mengulang beberapa

    prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditor eksternal. Begitu juga

    sebaliknya, auditor eksternal tidak perlu mengulangi prosedur auditnya apabila ia

    menilai bahwa auditor internal telah berfungsi secara efektif. Auditor eksternal

    juga dapat meminta auditor internal membantu selama melaksanakan audit,

    sehingga diharapkan informasi keuangan yang disajikan BUMN memenuhi

    karakteritik kualitatif pelaporan keuangan yang pada akhirnya menumbuhkan

    kepercayaan pengguna.

    Penelitian Rapina, Saragi dan Carolina (2010) di Universitas Kristen

    Maranatha. Menyimpulkan bahwa berdasarkan tujuan penelitian ini pula, maka

    penulis menarik suatu hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa independensi

    eksternal auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

    pelaksanaan audit. Besarnya pengaruh independensi eksternal auditor yang

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelaksanaan audit dapat

    dilihat dari hasil perhitungan koefisien determinasi yang menunjukkan nilai

  • 12

    sebesar 14,8% sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,% dipengaruhi oleh faktor-

    faktor lain yang tidak diteliti.

    Penelitian dilakukan oleh Hawarid (2014) di Fakultas Ekonomi Universitas

    Tanjungpura. Menyimpulkan bahwa KJKS Kalbar Madani Pontianak telah

    menerapkan kebijakan–kebijakan yang seusai dengan PSAK 105 tentang

    pembiayaan mudharabah. Hal ini di tunjukkan dalam hal seperti, tidak

    diberlakukannya bunga namun terdapat kesepakatan nisbah bagi hasil yang

    sebelumnya telah didiskusikan secara bersama–sama oleh pemilik modal yaitu

    KJKS dengan pengelola dana. Kesepatan itu tertuang dalam suatu akad atau

    perjanjian. Selain itu, pengelola dana juga harus memberikan jaminan kepada

    KJKS untuk mengantisipasi penyelewengan dana yang bias saja dilakukan oleh

    pengelola dana tersebut.

    Penelitian yang dilakukan oleh Martamin (2006) tentang perbedaan

    pelaksanaan tindakan Supervisi antara Kantor Akuntan Publik dengan

    perusahaan. Hasil studi ini dapat menunjukkan bahwa terkecuali untuk aspek

    Kepemimpinan & Mentoring, tidak terdapat perbedaan pelaksanaan tindakan

    Supervisi terhadap auditor dalam dua aspek tindakan Supervisi sebagaimana yang

    direkomendasikan oleh Accounting Education Change Commission (AECC) yang

    meliputi aspek Kondisi Kerja dan aspek Penugasan demikian pula untuk aspek

    Kepuasan Kerja auditor antara Kantor Akuntan Publik dengan auditor internal di

    perusahaan khususnya tempat peneliti bekerja. Untuk aspek Kepemimpinan &

    Mentoring hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dalam

  • 13

    praktik antara Kantor Akuntan Publik dengan auditor internal di perusahaan.

    Perbedaan hasil pengujian dalam penelitian ini dengan hasil penelitian

    sebelumnya disebabkan adanya beberapa perbedaan praktik audit antara praktik

    audit di Amerika dengan praktik audit di Indonesia.

    Dari beberapa penelitian di atas, maka penelitian yang saat ini penulis susun

    dengan judul “Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga” belum pernah

    diteliti sebelumnya. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih

    membahas dalam hal peran, prosedur dan tindak lanjut temuan di BMT Al-Ishlah

    dan lebih sepesifik terdahap auditor eksternal.

    B. Landasan Teori

    1. Pengertian Pengawas dan DPS

    Pengawas adalah melakukan pengawasan secara periodik atas aktivitas

    manajemen, oprasional dan keuangan, sehingga dapat dipastikan aktivitas

    manajemen, oprasional dan keuangan BMT berjalan sesuai denganprosedur

    yang berlaku di BMT dan terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang

    dapat mengancam keberlangsungan BMT.

    Dewan pengawas syariah (DPS) adalah lembaga independen atau hakim

    khusus dalam fiqh muamalat. Namun DPS bisa juga anggota diluar ahli fiqh

    tetapi ahli juga di dalam lembaga keuangan islam dan fiqh muamalat. Dewan

    pengawas syariah lembaga yang berkewajiban mengarahkan, meriview dan

    mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa mereka

    mematuhi aturan dan prinsip syariah islam (Harahab, 2002: 207).

  • 14

    2. Hakekat Audit

    Menurut Mulyadi & Puradiredja (1998) dalam Ulum (2012 : 3) audit

    adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti

    secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan

    kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

    pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

    penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepantingan.

    Menurut Arens & Loebbecke (1996) dalam Ulum (2012 : 3) menyatakan

    bahwa audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti

    tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang

    dilakukan seorang kompeten dan independen untuk dapat menentuan dan

    melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah

    ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang independen dan

    kompeten.

    3. Pengertian Auditing

    Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,

    karena angkutan publik sebagai pihak yang akhli dan independen pada akhir

    pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi

    keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan independen arus kas

    (Agoes, 2012: 2)

    Menurut Holmes & Overmyers (1975) dalam Harahab (1995: 11)

    mendefinisikan auditing adalah fungsi penyaksi yang melakukan pemeriksaan

  • 15

    secara objektif atas laporan keuangan perusahaan yang disusun oleh

    manajemen. Menurut Arens dan Loebbecke (1980) dalam Harahab (1995: 11)

    auditing adalah satu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan

    akuntansi yang memberi informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu

    pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara

    wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku.

    Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran

    dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang

    sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens, 1995).

    Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan

    (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau

    organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

    trsebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

    keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi,

    2002).

    Menurut Mulyadi (2002) dalam Noverio (2011) auditor digolongkan menjadi

    tiga kategori, yaitu:

    a. Auditor Independen

    Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya

    kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan

    keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut umumnya ditujukan

    untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan.

  • 16

    b. Auditor Pemerintah

    Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi

    pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas

    pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi

    pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada

    pemerintah.

    c. Auditor Intern

    Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan

    negara atau swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah

    kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah

    dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan

    organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi serta

    menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian

    organisasi.

    4. Peran dan Tanggung Jawab Auditor

    Auditor memiliki peran yang sangat strategis, banyak pendapat yang

    menyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan

    keuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi

    melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediakan informasi yang

    relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan

    maupun bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban kepada

  • 17

    pemilik dan memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak

    mengandung informasi yang menyesatkan pemakainya (Baridwan, 1999).

    Kebutuhan akan laporan keuangan tidak lagi hanya disediakan untuk

    manajemen dan banker, namun telah meluas kepihak-pihak lain seperti

    pemerintah, investor, kreditur dan pemegang saham. Oleh karena itu,

    perusahaan harus membuat laporan keuangan yang transparan, akurat, tepat

    waktu dan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi berterima umum. Peran

    auditor jika dilihat dari segi lingkungan bisnis yang semakin berkembang,

    maka peran auditorpun semakin luas.

    Auditor harus mampu berperan menjadi moderator bagi perbedaan-

    perbedaan kepentingan antara berbagai pelaku bisnis dan masyarakat, agar

    mampu menjalankan peran tersebut, Auditor harus selalu menjaga mutu jasa

    yang diberikannya dan menjaga independensi, integritas dan objektivitas

    profesinya. Auditor harus bertanggung jawab kepada klien dan pihak ketiga

    atau secara khusus kepada (Mulyadi, 2002) dalam Noverio (2011):

    a. Pihak khusus (parties in privity) seperti klien.

    b. Pihak yang diuntungkan (primary beneficiaries) seperti direktur.

    c. Pihak-pihak terbatas (foreseen and limited classes) seperti pihak-pihak

    yang memerlukan laporan audit dalam melakukan bisnis.

    d. Pihak-pihak foreseeable (foreseeable parties) seperti investor.

  • 18

    e. Peran dan tanggung jawab auditor diatur dalam Standar Profesi Akuntan

    Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia ataupun

    Statement Auditing Standarts Board (ASB).

    Peran dan tanggung jawab auditor sebagai berikut (Mulyadi, 2002):

    a. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (frand),

    kekeliruan dan ketidak beresan. Dalam SPAS seksi 316 pendeteksian

    terhadap kekeliruan dan ketidak beresan dapat berupa kekeliruan

    pengumpulan dan pengelolaan data akuntansi, kesalahan estimasi

    akuntansi, kesalahan penafsiran prinsip akuntansi tantang jumlah,

    klasifikasi dan cara penyajian, penyajian laporan keuangan yang

    menyesatkan serta penyalah gunaan aktiva.

    b. Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan konflik.

    SPAP seksi 220 harus bersikap jujur, bebas dari kewajiban klien

    dan tid meak mempunyai kepentingan dengan klien baik terhadap

    manajemen maupun pemilik. Disamping itu sikap mempertahankan

    tindakan independensi dan penuh intregritas serta bebas dari hubungan-

    hubungan tertentu dalam wujud mempertahankan fakta (independent

    infact) dan menghindari pihak luar merugikan sikap independensinya

    (independent in appearasce).

    c. Tanggung jawab mengkonfirmasikan informasi yang berguna tentang

    sifat dan hasil proses audit. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa hasil

    evaluasi yang dilakukan,mengindikasikan adanya ancaman terhadap

  • 19

    kelangsungan hidup perusahaan, auditor wajib mengevaluasi rencana

    manajemen untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bila ternyata tidak

    memuaskan, auditor boleh tidak memberikan pendapat dan perlu

    diungkapkan.

    d. Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien.

    5. Jenis-Jenis Audit

    Secara umum dalam akuntan nonpublik, audit dibedakan dalam tiga jenis,

    yaitu audit laporan keuangan (financial statement audit), audit oprasional

    (operational audit), dan audit ketaatan (compliance audit) (Ulum, 2012: 5).

    a. Audit Laporan Keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan

    secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan

    diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.

    Umumnya, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.

    Sering kali juga dilakukan audit laporan keuangan yang disusun

    berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan

    kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Asumsi dasar dari suatu audit

    laporan keuangan adalah bahwa laporan untuk maksud berbeda. Oleh

    karenanya, jauh lebih efisien memperkerjakan satu auditor untuk

    melaksanakan audit dan membuat kesimpulan yang dapat diandalkan oleh

    semua pihak dari pada membiarkan masing-masing pihak melakukan audit

    sendiri-sendiri (Ulum, 2012: 5).

  • 20

    b. Audit Operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari

    prosedur dan metode operasi sesuatu organisasi untuk menilai efisiensi

    dan efektivitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit oprasional,

    auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk

    memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Tujuan audit operasional

    adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk

    peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan

    lebih lanjut (Ulum, 2012: 5).

    c. Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah

    mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang

    memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan

    swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana akuntan telah

    mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Ulum, 2012:

    6).

  • 21

    Gambar 2.1

    Sumber : Ulum, 2012

    Sedangkan dari sisi auditor, dikenal istilah eksternal auditor (akuntan publik),

    internal auditoar, dan governmenmtal auditor. Eksternal auditor atau juga disebut

    AUDIT

    Audit Kepatuhan Audit Laporan

    Keuangan Audit Operasional

    Laporan audit berisi pendapat auditor atas

    kepatuhan perorangan atau

    organisasi terhadap kebajikan,

    perundangan, peraturan

    Memeriksa seluruh atau sebagian

    aktivitas organisasi

    Memeriksa tindakan perorangan atau

    organisasi

    Memeriksa asersi dalam laporan

    keuangan

    Laporan audit berisi pendapat auditor atas kesesuaian

    laporan keuangan dengan prinsip

    akuntansi berterima

    umum

    Kriteria yang

    digunakan adalah prinsip akuntansi

    berterima umum

    Laporan audit berisi pendapat auditor atas kepatuhan perorangan

    atau organisasi terhadap kebajikan,

    perundangan,

    peraturan

    Kriteria yang digunakan adalah

    tujuan tertentu

    organisasi

    Kriteria yang digunakan adalah

    kebijakan, perundangan,

    peraturan

  • 22

    dengan akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik

    (KAP). Jasa yang diberikan mencakup berbagai jenis audit. Untuk bisa menjadi

    seorang akuntan publik yang memiliki KAP sendiri, harus memiliki izin dari

    Departemen Keuangan yang ditunjukkan dengan bukti kepemilikan nomor

    register. Akuntan publik merupakan auditor eksternal yang bekerja dan

    memperoleh imbalan (fee) berdasarkan kontrak dengan pihak perusahaan/entitas

    tertentu (Ulum, 2012: 7).

    Sedangkan internal auditor adalah akuntan yang berkerja pada suatu

    perusahaan dan ditempatkan sebagai auditor. Setatusnya karyawan dan dibayar

    oleh perusahaan. Biasanya bertugas melakukan compliance audit dan oprational

    audit (Ulum, 2012: 7).

    Sementara govermenmtal auditor adalah auditor yang bekerja pada sektor

    pemerintah (di Indonesia misalnya pada BPKP-Badan Pengawasan Keuangan dan

    pembangunan-dan BPK-Badan Pemeriksa Keuangan). Karena bkerja pada sektor

    pemerintah, maka setatusnya merupakan PNS dan digaji oleh negara.

    Govermenmtal Auditor melakukan semua jenis pekerjaan audit, baik laporan

    keuangan, audit kepatuhan, maupun audit oprasional (Ulum, 2012:7).

  • 23

    Gambar 2.2

    Sumber : Ulum, 2012:

    6. Standar Audit

    Menurut Arens & Loebbecke (1997) dalam Ulum (2012: 11) mengatakan

    bahwa standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan

    tanggungjawab profesionalnya, standar-standar ini meliputi pertimbangan

    mengenai kualitas profisional mereka, seperti keahlian dan independensi,

    persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Pedoman utama adalah sepuluh standar

    audit atau 10 Generally Acceptend Auditing Standards – GAAS. Sejak disusun

    Internal Auditor Eksternal Auditor Governmental Auditor

    Dolaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan

    pemerintah

    Dilaksanakan oleh auditor intern sebagai

    karyawan organisasi

    Dilaksanakan oleh auditor independen atas dasar kontrak

    kerja

    Mencakup sebagai tipe audit, terutama audit atas laporan

    keuangan

    Mencakup audit laporan keuangan,

    audit kepatuhan, dan audit oprasional

    Mencakup audit kepatuhan dan audit

    oprasional

    AUDITOR

  • 24

    ACIPA di tahun 1974 dan diadaptasi oleh IAI di Indonesia sejak 1973, dan

    sekarang disebut standar auditing yang ditetapkan IAI (SA-IAI), kecuali untuk

    perubahan-perubahan kecil, bentuknya tetap sama.

    Kesepuluh standar sebagaimana yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:

    a. Standar Umum

    1) Audit harus dilakukan dengan seorang atau lebih yang memiliki keahlian

    dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

    2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independen

    dalam sikap mental dipertahankan oleh auditor.

    3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

    menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

    b. Standar Pekerjaan Lapangan

    1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten

    harus disupervisi dengan semestinya.

    2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

    diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan

    lingkup pengujian yang harus dilakukan.

    3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

    pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang

    memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

  • 25

    c. Standar Pelaporan

    1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

    sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

    2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip

    akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan

    keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi

    yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

    3) Penguangkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang

    memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

    4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

    keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian

    tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat

    diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana

    auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus

    memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada,

    dan tingkat tanggungjawab yang dipikulnya (Ulum, 2012: 12).

    7. Jenis Audit Sektor Publik/ Audit Eksternal

    Ditinjau dari perspektif audit sector public sesuai dengan perkembangan dan

    tuntutan kebutuhannya, serta sifat, tujuan, dan ruang lingkupnya, dapat

    diklarifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu audit keuangan, audit kinerja/audit

    operasional, dan audit invetigasi (Ulum, 2012: 104).

  • 26

    Audit keuangan, secara tradisional adalah pemeriksaan keuangan dan

    ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku (compliance test), dengan

    tujuan.

    a. Menilai kewajaran laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran

    negara (budget accountability report) setiap manajemen instansi pemerintah

    atau instansi pemerintah sebagai satu kesatuan.

    b. Menilai dan memberikan pernyataan pendapat akuntan (opini) atau

    kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen entitas bisnis

    sector publik. Dalam hal ini, menilai dan menentukan:

    1) apakah laporan keuangan tersebuat telah disajikan secara layak mengenai

    posisi keuangan dan hasil usaha serta laporan perubahan posisi

    keuangannya, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

    2) Apakah prosedur atau prosesnya telah dilaksanakan berdasarkan

    ketentuan yang berlaku.

    3) Apakah tidak ada salah saji material yang berpengaruh terhadap laporan

    keuangan secara keseluruhan.

    Audit kinerja diartikan sebagai sebuah pengujian secara sistematis,

    terorganisasi dan objektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan sumber

    daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam

    memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan

    kerja. Audit kinerja adalah bagian integral dari manajemen terhadap hasil-hasil

    (managing for results) yang meliputi: perencanaan strategik, perencanaan kinerja

  • 27

    tahunan, anggaran berbasis kinerja, sistem pengindikator kinerja, analisis dan

    pelaporan capaian kinerja, secara audit kinerja.

    Menurut Rosjidi (2001) dalam Ulum (2012: 105) Senada dengan definisi

    tersebut, audit operasional juga diartikan sebagai evaluasi yang bebas, selektif,

    dan analitis terhadap suatu kegiatan, program, atau fungsi dengan tujuan untuk

    memberikan rekomendasi perbaikan kepada objek yang diaudit. Definisi lain

    yang menyatakan bahwa audit operasional/kinerja adalah pemeriksaan yang

    sistematis terhadap kegiatan, program organisasi, dan seluruh atau sebagian

    aktivitas, dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana

    digunakan secara ekonomis dan efisien, dan apakah tujuan kegiatan, program,

    dan aktivitas yang telah direncanakan dapat dicapai dengan efektif tidak

    bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

    Berdasarkan pengertian tersebut, ruang lingkup audit operasional meliputi

    penilaian terhadap: ekonomi dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan

    dana, efektivitas atau pemanfaatan hasil program (program result) (Ulum, 2012:

    105). Jenis audit sektor publik yang ketiga adalah audit investigasi, yang

    didefinisikan sebagai audit dengan tujuan khusus, yaitu membuktikan dugaan

    penyimpangan dalam bentuk: kecurangan (fraud), ketidakteraturan

    (irregularities), pengeluaran illegal (illegal expenitures) atau penyalahgunaan

    memenuhi: (1) unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan/atau, (2) Korupsi,

    Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang harus diungkapkan oleh auditor serta

    ditindaklanjuti oleh instansi yang berwewenang, kejaksaan atau kepolusian

  • 28

    berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Ulum,

    2012: 107).

    Standar pemeriksaan keuangan negara memasukan audit investigasi sebagai

    salah satu bagian dari pemeriksaan dengan tujuan tertentu, selain pemeriksaan

    atas sistem pengendalian intern pemerintah dengan pemeriksaan atas hal-hal lain

    di bidang keuangan (Ulum, 2012: 107).

    8. Standar Audit Sektor Publik

    Standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja yang harus dicapai,

    berbeda dengan prosedur yang merupakan urutan tindakan yang harus

    dilaksanakan untuk mencapai suatu standar tertentu. Standar audit merupakan

    ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh organisasi profesi audit, yang

    merupakan syarat-syarat minimum yang harus dicapai auditor dalam

    melaksanakan pemeriksaannya. Standar audit diperlukan untuk menjaga mutu

    pekerjaan auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya profesi auditor tetap mendapat

    kepercayaan dari masyarakat. Untuk meyakinkan pembaca laporan audit, maka

    auditor harus mencantumkan dalam laporannya bahwa pemeriksaannya telah

    dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku (Ulum, 2012: 107).

    Menurut Rosjidi (2001) dalam Ulum (2012: 108) standar audit sektor publik

    adalah ukuran mutu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang harus

    diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi audit agar dapat mencapai mutu

    pelaksanaan dengan laporan hasil audit yang dikehendaki. Ada empat standar

  • 29

    audit sektor publik yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang, yaitu sebagai

    berikut:

    a. Standar audit aparat pengawasan fungsional pemerintah, yang ditetapkan

    oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

    b. Setandar audit pemerintah (Government Auditing Standards), yang

    ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai Lembaga Tinggi

    Negara dan Lembaga Audit Eksternal Pemerintah. Standar audit pemerintah

    inilah yang kemudian diubah/diganti dengan Standar Pemeriksaan

    Keuangan Negara sebagai implementasi dari UU. No. 15 tahun 2004

    tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

    c. Standar audit perbankan, diterbitkan oleh Bank Indonesia, dikenalkan

    dengan nama Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB)

    d. Standar audit perpajakan, ditetapkan oleh menteri keuangan RI, merujuk

    pada standar audit US Spesial Revenues Service dan AICPA.

    1) Standar audit Aparat Pengawasan Pemerintah (APFP)

    Standraudit APFP merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang

    diperlukan APFP serta akuntan publik yang dtugaskan untuk melaksanakan

    tugas pokok dan fungi suatu APFP, untukmenjamin mutu hasil audit dan

    konsistensi pelaksanaan tugas audit (Ulum, 2012: 108).

    2) Standar Pemerikaan Keuangan Negara

    Sandar pemeriksaan keuangan negaramemuat persyaratan profesional

    Pemeriksa, mutu pelaksanaan Pemeriksan, dan persyaratan pemeriksaan

  • 30

    yang profesional. Pelaksnaan pemeriksaan yang didasarkan pada standar

    pemeriksaan akan menjamin kredibilitas informasi yanng dilaporkan atau

    diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian

    bukti secara objektif. Apabila pemeriksaan pemeriksa melaksanakan

    pekerjaannya dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan standar

    pemeriksaan maka hasil pekerjaannya tersebut akan dapat mendukung

    peningatan mutu pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara

    serta pengambilan keputusan peerintah.pemeriksaan pengelolaan dan

    tanggungjawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting

    dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik (Ulum, 2012: 111).

    Standar pemeriksaan keuangan negara dimaksudkan untuk dapat

    dijadikan patokan bagi par pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas

    pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara agar dapat

    memelihara kompetensi, integritas, onjektifitas dan independensi dalam

    perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan ekerjaan yang dilaksanakannya.

    Tujuan standar pemeriksaan keuangan negara adalah untuk membantu

    pemerintah, termasuk instansidan para pejabatnya dalam menyelenggarakan

    pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban keuangan negara, yang

    semakin baik (Ulum, 2012: 111).

    9. Departemen Koperasi Dekopin dan Pusat Koperasi

    Pengawas ini termasuk pengawas eksternal yaitu adalah pengawas yang

    berasal dari luar organisasi bersangkutan, baik dari organisasi pengawasan

  • 31

    fungsional maupun nonfungsional. Pelaksanaan pengawasan eksternal pada

    koperasi adalah sebagai berikut (Nugroho, 2011: 2)

    a. Pusat koperasi atau koperasi sekunder secara terus-menerus mengadakan

    peninjauan yang bersifat pembinaan dan pengawasan Departemen Koperasi

    dan Pengusaha Kecil setempat, yang secara aktif melakukan peninjauan ke

    masing masing koperasi dalam rangka pembinaan dan pemberian informasi

    rutin dari pemerintah

    b. Badan Penasehat dan Dewan Pembina Dewan pembina dan penasehat sesuai

    dengan fungsinya hanya memberi pembinaan serta nasehat pada pengurus

    dan pengawas. Mereka ini biasanya sosok yang dituakan atau secara

    struktural lebih dihormati sehingga tepat untuk dimintai saran, nasehat, dan

    petunjuk. Disini secara tidak langsung berarti juga bertindak sebagai

    pengawas asal mereka menyadari dan mempunyai fungsi tersebut serta mau

    dan mampu melaksanankannya.

    c. Manajer adalah pengawas operasional, yaitu fungsi yang melekat pada

    jabatannya karena mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab manajer

    mencakup semua bidang usaha atau koperasinya sehingga seluruh karyawan

    koperasi menjadi bawahannya. Hal ini berarti manajer menjadi pengawas

    atas segala kerja para karyawan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan

    sehari-hari.

    d. Anggota beradasarkan pada pasal 20 undang-undang No.25 tahun 1992, ayat

    2d, yang menyatakan bahwa anggota berhak mengemukakan pendapat atau

  • 32

    saran kepada pengurus, baik diminta maupun tidak. Dengan demikian,

    seandainya seorang anggota melihat ketidak beresan dalam pelaksanaan

    koperasi, dia secara langsung memberikan saran dan pendapat kepada

    pengurus, pengawas, Dewan Penasehat, dan Badan Pembina, atau ke kantor

    koperasi.

    e. Akuntan Publik, Koperasi Jasa Audit (KJA) dan akuntan publik merupakan

    pengawas keuangan yang professional. Namun sampai sekarang masih

    banyak koperasi yang tidak memanfaatkan layanan jasa akuntan publik

    sebagai pengawas. Hal ini disebabkan karena belum dirasa perlu dan juga

    banyak koperasi yang tidak mampu untuk membayar jasa pemeriksaan

    akuntan.

    10. Regulasi Koperasi Tentang Audit

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan

    Bab 1 (Ketentuan Umum)

    Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

    1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk

    memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

    2. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing yang telah memperoleh izin

    berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan untuk memberikan jasa

    sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi keuangan historis.

    3. Asosiasi Profesi Akuntan Publik adalah organisasi profesi Akuntan Publik

    yang bersifat nasional.

  • 33

    4. Asosiasi Profesi Akuntan adalah organisasi profesi Akuntan yang bersifat

    nasional.

    5. Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha

    yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

    mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini.

    6. Organisasi Audit Indonesia, yang selanjutnya disingkat OAI, adalah organisasi

    di Indonesia yang merupakan jaringan kerja sama antar-KAP.

    7. Kantor Akuntan Publik Asing, yang selanjutnya disingkat KAPA, adalah badan

    usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara tempat KAPA berkedudukan

    dan melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas

    informasi keuangan historis.

    8. Organisasi Audit Asing, yang selanjutnya disingkat OAA, adalah organisasi di

    luar negeri yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di

    negara yang bersangkutan, yang anggotanya terdiri dari badan usaha jasa

    profesi yang melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa

    audit atas informasi keuangan historis.

    9. Pihak Terasosiasi adalah Rekan KAP yang tidak menandatangani laporan

    pemberian jasa, pegawai KAP yang terlibat dalam pemberian jasa, atau pihak

    lain yang terlibat langsung dalam pemberian jasa.

    10. Rekan adalah sekutu pada KAP yang berbentuk usaha persekutuan.

  • 34

    11. Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat SPAP, adalah

    acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh

    Akuntan Publik dalam pemberian jasanya.

    12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

    keuangan.

    Pasal 2 Wilayah kerja Akuntan Publik meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    Bab 2 (Bidang Jasa)

    Bagian Kesatu Jenis Jasa Pasal 3

    (1) Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:

    a. jasa audit atas informasi keuangan historis;

    b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan

    c. jasa asurans lainnya.

    (2) Jasa asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan

    oleh Akuntan Publik.

    (3) Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik

    dapat memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,

    dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Bagian Kedua Pembatasan Pemberian Jasa Pasal 4

    (1) Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi

    keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat

    dibatasi dalam jangka waktu tertentu

  • 35

    (2) Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi

    keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah.

    Peraturan mentri negara koprasi dan usaha kecil dan menengah Republik

    Indonesia Nomor: 21/Per/M.KUKM/XI/2008

    Bab 1 (Ketentuan Umum), dalam pasal 1.

    Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

    a. Pengawasan adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan

    penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam

    Koperasi oleh pemerintah dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat

    yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah

    dengan tujuan agar pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan

    Pinjam Koperasi dilakukan secara baik dan terkendali sehingga

    menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait.

    b. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

    badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

    prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

    atas asas kekeluargaan.

    c. Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disebut KSP adalah Koperasi

    yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.

    d. Unit Simpan Pinjam Koperasi yang selanjutnya disebut USP Koperasi

    adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam, sebagai

    bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan.

  • 36

    e. Kesehatan KSP dan USP Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi

    yang dinyatakan sehat, cukup sehat kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak

    sehat.

    f. Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi adalah penilaian terhadap

    ukuran kinerja KSP dan USP Koperasi dilihat dari faktor-faktor yang

    mempengaruhi kelancaran, keberhasilan, pertumbuhan dan atau

    perkembangan serta keberlangsungan usaha KSP dan USP Koperasi

    dalam jangka pendek dan Jangka panjang,

    g. Pemeriksaan adalah proses untuk menyakini kebenaran atas penyajian

    laporan keuangan pertanggung jawaban pengurus koperasi baik dari aspek

    organisasi, aspek pengelolaan dan aspek keuangan koperasi.

    h. Pejabat pengawas simpan pinjam adalah Pegawai Negeri Sipil yang

    diangkat oleh Menteri untuk melakukan pengawasan terhadap KSP dan

    USP Koperasi.

    i. Standar Operasional Manajemen (SOM) adalah pedoman pengelolaan yang

    berisikan kebijakan dan strategi pengelolaan KSP dan USP Koperasi di

    bidang organisasi kelembagaan, usaha dan pengelolaan keuangan.

    j. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman operasional yang

    merupakan penjabaran lebih teknis dari SOM yang berisikan peraturan dan

    kebijakan serta tata cara kerja dan atau sistem prosedur kerja KSP dan

    USP Koperasi.

  • 37

    k. SPI adalah Sistem Pengendalian Intern merupakan kebijakan dan prosedur

    yang dijalankan oleh pengawas, pengurus dan manajemen KSP dan USP

    Koperasi untuk mengamankan kekayaan koperasi dan memberikan

    keyakinan yang memadai tentang keandalan informasi laporan

    pertanggungjawaban keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-

    undangan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi operasi.

    l. Auditor independen adalah akuntan publik yang melakukan tugas

    pemeriksaan terhadap laporan keuangan KSP dan USP Koperasi wajib

    audit, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan atau ditunjuk oleh menteri

    atau pejabat yang berwenang, untuk melakukan audit finansial dan atau

    investigasi terhadap KSP dan USP Koperasi setiap waktu apabila terjadi

    indikasi penyimpangan dari KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan.

    m. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di

    Bidang Koperasi.

    Bab II (Tujuan) Pasal 2

    Tujuan pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi :

    a. Mengendalikan KSP dan USP Koperasi agar dalam menjalankan kegiatan

    usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;

    b. Meningkatkan citra dan kredibilitas KSP dan USP Koperasi sebagai lembaga

    keuangan yang mampu mengelola dana dari anggota, calon anggota, koperasi

    lain dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi;

  • 38

    c. Menjaga dan melindungi asset KSP dan USP Koperasi dari tindakan

    penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab;

    d. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan KSP dan USP

    Koperasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan;

    e. Mendorong pengelolaan KSP dan USP Koperasi mencapai tujuannya secara

    efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota.

    Bab III (Penyelenggaraan pengawasan KSP dan USP Koprasi):

    Pasal 3: Pengawasan terhadap KSP dan USP Koperasi dilakukan oleh Menteri.

    Pasal 4: Ruang lingkup Pengawasan KSP dan USP Koperasi meliputi :

    a. Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal KSP dan USP Koperasi sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku

    b. Pemantauan perkembangan KSP dan USP Koperasi secara berkala melalu

    laporan keuangan KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan;

    c. Pemeriksaan terhadap KSP dan USP Koperasi yang menyangkut organisasi

    dan usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai Standar

    Operasional Manajemen (SOM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)

    KSP dan USP Koperasi;

    d. Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi sesuai standar kesehatan

    KSP dan USP Koperasi yang diatur dalam ketentuan yang berlaku;

    11. Jenis Opini Audit

    Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

    berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui

  • 39

    beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini

    yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Laporan audit

    adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Auditor dalam memberikan

    opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.

    Menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan

    keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan

    pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,

    hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang

    berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi auditor

    untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk

    menyatakan tidak memberikan pendapat. Terdapat 5 jenis opini audit, yaitu

    (Grihardini, 2011: 10):

    a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Dengan pendapat

    wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan

    menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip

    akuntansi berterima umum di Indonesia.

    b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified

    Opinion with Explanatory Language). Dalam keadaan tertentu, auditor

    menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam

    laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa

    pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan

    setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama

  • 40

    ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam

    laporan audit baku adalah:

    1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.

    2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

    3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang

    dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

    4) Penekanan atas suatu hal.

    5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

    c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar

    dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar

    laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan 12 prinsip

    akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang

    dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam

    keadaan:

    1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

    terhadap lingkup audit.

    2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

    akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia

    berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

    d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh

    auditor apabila laporan keuangan audit tidak menyajikan secara wajar laporan

    keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

  • 41

    e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Auditor menyatakan

    tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup

    memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan

    keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak

    independen dalam hubungannya dengan klien.

  • 42

    BAB III

    LAPORAN OBJEK PENELITIAN

    A. Sejarah Pendirian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al-Ishlah

    Perkembangan BMT sejak tahun 1992 sampai sekarang semakin

    berkembang. Hal ini dibuktikan semakin banyaknya lembaga-lembaga keuangan

    yang didirikan di Indonesia. Salah satunya yaitu BMT Al-Ishlah yang bertempat

    di Jl. Patimura 15B Salatiga. Lembaga ini berdiri sejak 10 September 1998

    hingga sekarang masih tetap eksis dengan mempertahankan fokus untuk

    menyejahterakan kehidupan ummat.

    Proses berdirinya BMT AL-ISHLAH bermula dari keinginan organisasi-

    organisasi Islam yang ada dilingkup Salatiga. BMT Al-Ishlah berdiri di bawah

    naungan Departemen Koperasi dan berbadan hukum KSU Al-Ishlah

    518/030/BH/VI/2004 yang bergerak dalam sektor simpan pinjam yang

    berorientasi pada masyarakat menengah kebawah.

    Menurut manajer BMT Al-Ishlah alasan dipilih usaha keuangan berbentuk

    koperasi adalah lebih mudah cara dan persyaratan pendiriannya, yaitu:

    1. Jangka waktu pinjamannya hanya 3 bulan.

    2. Tempat atau lokasi bisa dimana-mana seperti provinsi, kabupaten,

    kecamatan.

    3. Sifat keterbukaaan koperasi sesuai ajaran agama sehingga memungkinkan

    keanggotaannya bertambah terus.

    4. Mengutamakan golongan masyarakat menengah ke bawah.

  • 43

    Keanggotaan

    Keanggotaan BMT Al-Ishlah terbuka untuk semua komponen

    masyarakat di sekitarnya. Jumlah anggota pada akhir tahun 2013 kurang lebih

    sebanyak 4.000 orang. Pemanbahan anggota pada tahun 2014 berjalan relatif

    stabil. Anggota yang mengundurkan diri juga ada, namun jumlahnya tidak

    terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan penambahan anggota diatur lebih detail,

    sementara mereka yang mengundurkan diri dikarenakan pindah domisili dll.

    Namun demikian tidak mengurangi antusias dari masyarakat untuk mendaftar

    sebagai anggota “KJKS BMT AL-ISHLAH”.

    Sampai dengan tahun 2012, usaha yang dijalankan oleh KJKS BMT

    AL-ISHLAH tidak hanya sektor simpan pinjam dengan menggunakan pola

    syariah, namun juga pada sektor-sektor yang lain, seperti pengelolaan arisan

    bulanan yang diundi setiap tanggal 16, jasa tempat pembayaran rekening

    listrik dan telepon, kerjasama dengan biro perjalanan haji dan umroh. Hal ini

    dilakukan agar koperasi mempermudah anggota dalam mandapatkan motor

    dan pembayaran listrik serta telepon, melaksanakan ibadah haji dan umroh,

    serta meningkatkan pendapatan koperasi terutama diluar simpam pinjam.

    B. Visi dan Misi

    1. Visi “Menjalin kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan

    kepuasan anggota menjadi prioritas kami”

  • 44

    2. Misi a. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan memejukan

    lingkungan kerja pada umumnya

    b. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi

    anggotadengan prinsip syariah

    c. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan menyimpan

    d. Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota

    e. Memperkuat posisi tawar, sikap amanah dan jaringan komunikasi para

    anggota

    C. Lokasi dan Wilayah Perusahaan

    Lokasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) AL-Ishlah di Jl. Patimura No. 15 B

    Salatiga, Telp. (0298) 324598 dengan badan hukum 518/030/BH/VI/2004

    tanggal 7 juni 2004, dan NPWP 02.253.366.5-505.000 Tanggal 27 Juni 2005.

    D. Produk

    1. Pendanaan

    BMT AL ISLAH dalam melakukan usaha menghimpun dana dari

    masyarakat berupa simpanan mempunyai beberapa jenis usaha sebagai

    berikut :

    a. Simpanan berjangka

    Yaitu simpanan berdasarkan kaidah syariah mudhorobah al

    muthlaqoh , dimana mudhorib memberikan kepercayaan kepada BMT

    AL ISLAH untuk memanfaatkan dana yan gdapat digunakan dalam

  • 45

    bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada

    anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan

    dibagi antara anggota dan BMT sesuai nisbah ( bagi hasil ) yang

    disepakati di awal.

    b. Simpanan sukarela

    Simpanan sukarela adalah simpanan anggota selain simpanan

    pokok khusus, simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan

    sukareka dapat disetor dan ditarik sesuai dengan perjanjian yang diatur

    dalam Anggaran Rumah Tangga dan aturan khusus BMT.

    c. Simpanan Idul Fitri

    Yaitu simpanan dana dengan akad wadiah yad dhpmmah yang

    digunakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul Fitri.

    d. Simpanan Qurban

    Yaitu simpanan yang diperuntukkan untuk keperluan pembelian

    hewan qurban, penarikan dilakukan satu kali menjelang Idul Adha.

    Simpanan ini menggunakan prinsip mudhorobah muthlaqoh sehingga

    akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (

    bagi mitra ) dan 80% ( bagi BMT )

    e. Arisan sejahtera

    Arisan sejahtera dapat memberikan kemudahan bagi anggotauntuk

    menyalurkan keuangannya dengan baik, karena uang yang dibayarkan

    saat arisan sama dengan tabungan.

  • 46

    Ketentuan arisan sejahtera :

    1) Peserta arisan adalah yang telah mendaftarkan diri di BMT AL

    ISLAH pada saat dibuka pendaftaran

    2) Menyetor arisan sebesar Rp 100.000,00 tiap bulan untuk pengundian

    3) Penyelenggaraan arisan selama 15 bulan

    4) Pengundian arisan pada tanggal 16 setiap bulan di kantor BMT AL

    ISLAH untuk satu orang pemenang dengan disaksikan peserta arisan

    5) Peserta arisan (yang mendapatkan undian) mendapatkan uang sebesar

    Rp 1.500.000,00 setelah lunas setor setiap bulan.

    f. Talangan haji

    Membantu mewujudkan niat suci ibadah haji dan umroh,

    pembayarannya pun mudah, murah dan sesuai Syariah. Yaitu dengan

    menyetorkan dana minimal Rp 5.000.000,00

    g. Jasa pembayaran rekening listrik, tepon dan PDAM.

    Memudahkan nasabah dalam pembayaran rekening listrik dan telepon,

    listrik dan PDAM setiap bulan.

    Adapun syarat-syarat pembukaan tabungan adalah sebagaai berikut :

    1) Mengisi formulir tabungan

    2) Menyerahkan fotocopy identitas

    3) Setoran awal :

    a) Tabungan sukarela minimal Rp 10.000,00

    b) Deposito minimal Rp 1.000.000,00

  • 47

    c) Arisan Rp 100.000,00

    4) Setoran berikutnya minimal Rp 5.000,00

    2. Pembiayaan

    BMT AL ISLAH dalam menyalurkan dana kepada masyarakat berupa

    pembiayaan mempunyai beberapa jenis usaha sebagai berikut :

    a. Pembiayaan murobahah

    Yaitu akad jual beli atas barang tertentu, dalam transaksi jual beli

    tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan

    termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil. Sedangkan

    murobahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara BMT

    dengan nasabah.

    b. Pembiayaan musyarokah

    Yaitu pembiayaan sebagian dari modal usaha, dimana pihak BMT

    dapat dilibatkan dalam manajemennya . modal yang disetor dapat

    bebarnerupa uang, barang perdagangan, properti dan barang-barang yang

    dapat dinilai dengan uang.

    c. Pembiayaan mudhorobah

    Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah sebagai modal

    kerja dan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (untuk nasabah yang

    ingin berwirausaha).

  • 48

    d. Pembiayaan Salam

    Pembiayaan Salam diaplikasikan dalam pembiayaan jangka pendek

    untuk produksi agrobisnis atau industri jenis lainnya.

    e. Pembiayaan Qardh

    Yaitu meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan

    imbalan. Dalam literatur fiqih, Qardh dikategorikan sebagai akad

    tathowwu’ yaitu akad yang saling membantu dan bukan transaksi

    komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial, lembaga

    keuangan Syariah dapat memberikan fasilitas yang disebut Al Qardh al

    Hasan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk

    mendapatkannya. Secara Syariah peminjam hanya berkewajiban

    membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun Syariah membolehkan

    peminjam untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya,

    tetapi lembaga keuangan pemberi Qardh tidak diperkenankan untuk

    meminta imbalan apapun.

    Adapun syarat-syarat mengajukan pembiayaan adalah sebagai berikut :

    a. Mengisi formulir pembiayaan

    b. Fotocopy KTP

    c. Fotocopy KK

    d. Fotocopy surat nikah

    e. Fotocopy agunan ( BPKB/surat tanah )

    f. Bersedia disurvey

  • 49

    E. Badan Hukum dan Struktur Lembaga

    Berangkat dari semangat bahwa BMT Al-Ishlah adalah milik anggota

    bukan perorangan dan kelompok tertentu, maka BMT Al-Ishlah memilih

    badan hokum koperasi. BMT Al-Ishlah mendapatkan akta pendirian BMT

    No: 01/KSU-AL IshlahMM/III/2004 tanggal 5 Mei 2004. Dan memiliki

    badan hokum dengan No: 518/030/BH/VI/2004 tanggal 7 Juni 2004.

    Struktur organisasi suatu perusahaan merupakan suatu bentuk

    pengaturan dan pengalokasian tugas dan wewenang serta sumber daya

    diantara anggota-anggota organisasi sehingga dapat menjaga kelangsungan

    hidup perusahaan dan dapat mencapai sasaran/tujuan organisasi. Dalam

    organisasi diperlukan suatu struktur yang baik dan dirancang sedemikian

    rupa guna memperjelas tugas, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang dari

    tiap-tiap bagian dalam organisasi sehingga terbentuk jaringan komunikasi

    yang baik dalam pengambilan keputusan agar sasaran dan tujuan perusahaan

    tercapai. BMT Al-Ishlah Salatiga memiliki staf dan karyawan yang

    membantu dalam kegiatan operasional. Adapun struktur organisasi BMT Al-

    Ishlah sebagai berikut :

  • 50

    Gambar 3.1

    F. Data Pertambahan Anggota Tahun 2013-2015

    Dibawah ini menunjukan jumlah perambahan anggota baru yang ada di BMT

    Al-Ishlah pada tahun 2013-2015 :

    RAPAT ANGGOTA

    PENGURUS KETUA

    Joko Sutriono

    SEKRETARIS Amin Pramono

    BENDAHARA Hariyani

    DEWAN SYARIAH Mashudi

    Nurhidayah Ahmad Mutohir

    PENGAWAS Edi Triyanto

    MANAGER Rusdiana

    TELLER Anis Fatiha

    PEMBUKUAN

    Ika Kustyaningsih

    MARKETING

    Haryani Nafiatul Ummah,A.Mdi

  • Gambar 3.2

    Sumber : Manajer BMT Al

    G. Data Laporan Laba Rugi tahun 2013

    BMT Al-Ishlah setiap tahunnya mengalami penambahan atau pengurangan

    modal, dibawah ini menunjukkan laba yang dimiliki BMT Al

    tahun 2013-2015:

    Tabel 3.1

    No Tahun

    1 2013

    2 2014

    3 2015

    Sumber : RAT Tahun

    289

    250

    255

    260

    265

    270

    275

    280

    285

    290

    295

    Tahun 2013

    Manajer BMT Al-Ishlah

    Data Laporan Laba Rugi tahun 2013-2015

    Ishlah setiap tahunnya mengalami penambahan atau pengurangan

    ah ini menunjukkan laba yang dimiliki BMT Al

    2015:

    Laba

    Rp. 31.045.766

    Rp. 35.366.100

    Rp. 43.197.600

    RAT Tahun 2013-2015

    264

    292

    Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

    ANGGOTA BARU BMT

    51

    Ishlah setiap tahunnya mengalami penambahan atau pengurangan

    ah ini menunjukkan laba yang dimiliki BMT Al-Ishlah pada

  • 52

    H. Profil Auditor Eksternal

    Nama : Tri Marnanto

    Alamat Rumah : Jl. Argo Tunggal rt 03 rw No.02 Ledok Salatiga

    Riwayat : 1. Pensiunan Dinas Koprasi

    2.Pengawas KSP Manunggal Makmur Solo

    3. KAP Trasmisi Ahmad Semarang sebagai Auditor

  • 53

    BAB IV

    ANALISIS

    A. Peran Auditor Eksternal

    Auditor memiliki peran yang sangat strategis, banyak pendapat yang

    menyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan

    keuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi

    melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediakan informasi yang

    relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan maupun

    bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban kepada pemilik dan

    memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak mengandung informasi

    yang menyesatkan pemakainya (Baridwan, 1999).

    1. Peran auditor eksternal menurut pihak BMT Al-Ishlah

    Pihak BMT Al-Ishlah mengatakan bahwa “Auditor eksternal sangat berperan penting untuk meningkatkan perkembangan BMT Al-Ishlah agar lebih maju, untuk pengawasan secara eksternal, memberikan penilaian untuk memotifasi BMT agar lebih baik lagi karena auditor memberikan penilaian BMT itu layak atau tidak, BMT sesuai setandar atau tidak, dan memberikan saran-saran” kata manajer BMT Al-Ishlah (21 Juli 2016)

    2. Peran auditor eksternal bagi BMT Al-Ishlah menurut auditor eksternal

    Pihak auditor eksternal mengatakan bahwa “Auditor eksternal berperan sebagai penilai laporan keuangan, mendeteksi dan melaporkan kecurangan (frand), kekeliruan dan ketidak beresan, mempertahankan sikap independensi dan konflik, mengkonfirmasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil prose audit, tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. Auditor harus selalu menjaga mutu jasa yang diberikannya dan menjaga independensi, integritas dan objekvitas profesinya. Setidaknya auditor harus bertanggung jawab kepada klien dan pihak ketiga atau secara khusus kepada pihak BMT” kata auditor eksternal BMT Al-Ishlah (23 Juli 2016)

  • 54

    Penjelasan di atas menunjukkan bahwa auditor eksternal sangat berperan

    penting untuk lembaga BMT, karena dengan adanya audior eksternal dapat

    menjadikan BMT lebih maju, memberikan motifasi bagi pihak BMT, BMT

    dapat memperbaiki kesalahan terlebih dalam penyajian laporan keuangan agar

    sesuai dengan ketentuan dari kantor akuntan publik (KAP) dan menjadikan

    BMT Al-Ishlah lebih dipercaya lagi dari pihak eksternal.

    B. Prosedur Pelaksanaan Auditing

    Menurut Mulyadi (2001) dalam Rizki (2014) berpendapat bahwa

    Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa

    orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin

    penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

    Didalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur dimana prosedur-

    prosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatnya jika terjadi

    perubahan maka salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi prosedur-

    prosedur yang lain.

    Di bawah ini menjelaskan tentang prosedur auditor eksternal di BMT Al-

    Ishlah Salatiga:

    1. Prosedur Pelaksanaan auditing menurut pihak BMT Al-Ishlah

    Beberapa prosedur auditing menurut pihak BMT Al-Ishlah menatakan bahwa “Audit dilaksakan kurang lebih 1 tahun sekali, pada saat akhir tahun, contohnya audit pada tahun 2015 akhir yang diaudit RAT tahun 2014. Pembayaran auditor kurang lebih Rp 5.000.000 dan disubsidi dari pemerintah Rp 1.500.000 jadi BMT Al-Ishlah membayar Rp 3.500.000. Semua diaudit mulai dari manajemen, laporan keuangan, yang paling

  • 55

    penting adalah analisa laporan keuangan (laporan keuangan bisa diterima apa tidak, sehat atau tidak, hasil dari BMT diberi nilai oleh Auditor)” kata mager BMT Al-Ishlah (21 Juli 2016).

    Kegiatan sebelum audit dilaksanakan:

    a. Pemberitahuan dari pihak dinas BMT mana yang akan diaudit.

    b. Dinas mengadaan sosialisasi untuk BMT-BMT di Salatiga yang akan

    diaudit.

    c. Menjalankan pelatihan dari dinas, seperti mempelajari audit, penjelasan

    tentang cara mengaudit, penjelasan tentang apa saja yang akan diminta

    oleh pihak auditor kepada pihak BMT, pelatihan cara membuat laporan

    keuangan yang benar seperti neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian.

    d. Praktik langsung kelapangan.

    “Dalam pelaksanaan pelatihan auditor dilaksanakan selama 3 hari, yang diadakan oleh dinas Salatiga” kata manager BMT Al-Ishlah

    Pelaksanaan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah, yaitu: a. Auditor meminta data-data BMT seperti neraca, buku besar, jurnal, dan

    buku harian (minimal 3 bulan dan diambil secara acak).

    b. Mencocokkan hasil pembukuan yang ada di BMT Al-Ishlah.

    c. Mewawancarai pengelola BMT Al-Ishlah.

    d. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan di BMT Al-Ishlah,

    dokumentasi adalah pemeriksaan auditor atas dokumen untuk

    mendukung suatu transaksi akuntansi.

    e. Proses penilaian bagi auditor, “selama proses audit dilakukan auditor mengecak semua laporan keuangan yang ada di BMT Al-Ishlah, ketika

  • 56

    auditor merasa tidak jelas auditor berhak bertanya kepada karyawan BMT dan pihak BMT harus menjelaskan” kata manager BMT Al-Ishlah.

    f. Penerimaan penilaian dari auditor.

    2. Prosedur Pelaksanaan auditing menurut pihak Auditor Eksternal

    a. Pengamatan (Observation), “auditor mengamati laporan keuangan yang ada di BMT Al-Ishlah, dimulai dari neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian (minimal 3 bulan dan diambil secara acak).” Kata auditor eksternal BMT Al-Ishlah.

    Opservasi digunakan pada pengujian pengendalian yang tidak

    meninggalkan jejak audit atas bukti dokumenter. Auditor mengajukan

    pertanyaan kepada beberapa orang dan mengadakan pengujian observasi

    untuk menentukan siapa yang melaksanakan aktivitas tertentu atau

    bagaimana dan kapan aktivitas itu dilakukan.

    b. Permintaan Keterangan (enquiry), Meminta keterangan tentang tingkat keusangan sediaan di gudang “auditor akan meminta keterangan kepada karyawan BMT Al-Ishlah jika laporan keuangan BMT ada yang kurang jelas atau terjadi kerancuan laporan keuangan” kata auditor eksternal BMT Al-Ishlah.

    c. Konfirmasi, auditor meminta tanggapan tertulis dari pihak ketiga

    mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan.

    Auditor menggunakan bukti konfirmasi secara ekstentif. Jadi, pihak

    ketiga dari mana konfirmasi diminta akan tergantung pada akun mana

    yang sedang diaudit.

    d. Penelusuran (tracing), Menelusuri faktur penjualan ke dalam kartu piutan

    usaha.

  • 57

    e. Pemeriksaan Bukti Pendukung (vouching), bukti adalah segala

    informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang

    disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor

    sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.

    f. Penghitungan (counting), Footing terhadap jurnal penjualan dan

    Cross-footing terhadap jurnal pembelian

    g. Scanning, auditor eksternal mengatakan “Auditor mengambil 3 bulan contoh laporan keuangan di BMT Al-Ishlah secara acak untuk dijadikan acuan bahwa laporan keuangan tersebut sehat atau tidak”.

    h. Computer-asisted Audit Techniques, “Pengecekan oprasional di BMT Al-Ishlah sudah menggunakan computerisasi atau belum” kata auditor eksternal.

    i. Inspeksi, “Pengambilan contoh dari anggota secara langsung”.

    j. Penyerahan hasil auditor eksternal ke lembaga keuangan syariah untuk

    dicek ulang.

    k. Pelaksanaan Ulang (reperforming), “setelah hasil auditor diserahkan