pengaruh budaya

15
HASIL SMALL GROUP DISCUSSION PENGARUH BUDAYA TERHADAP KESEHATAN INDIVIDU, KELUARGA, KELOMPOK DAN MASYARAKAT KELOMPOK II SGD 1. Ni Komang Atika Adi Wulandari (1302105005) 2. Komang Noviantari (1302105006) 3. Ni Putu Intan Parama Asti (1302105007) 4. Ni Kadek Amara Dewi (1302105008) 5. Ni Putu Juliadewi Eka Gunawati (1302105033) 6. Ni Luh Diah Pradnya Kerthiari (1302105036) 7. I Ketut Dian Lanang Triana (1302105074) 8. I Gusti Ayu Angga Sukmaniti (1302105081) 9. Ni Pande Made Wahyu Diantari (1302105082) 10. Dewa Ayu Lydia Citra Dewi (1302105089)

Upload: julia-dewi-eka-gunawati

Post on 28-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

HASIL SMALL GROUP DISCUSSION

PENGARUH BUDAYA TERHADAP KESEHATAN INDIVIDU, KELUARGA, KELOMPOK DAN MASYARAKAT

KELOMPOK II SGD

1. Ni Komang Atika Adi Wulandari

(1302105005)

2. Komang Noviantari

(1302105006)

3. Ni Putu Intan Parama Asti

(1302105007)

4. Ni Kadek Amara Dewi

(1302105008)

5. Ni Putu Juliadewi Eka Gunawati

(1302105033)

6. Ni Luh Diah Pradnya Kerthiari

(1302105036)

7. I Ketut Dian Lanang Triana (1302105074)

8. I Gusti Ayu Angga Sukmaniti

(1302105081)

9. Ni Pande Made Wahyu Diantari

(1302105082)

10. Dewa Ayu Lydia Citra Dewi

(1302105089)PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2014HASIL DISKUSI 1. Pilih satu budaya yang ada di luar negeri (masing-masing kelompok tidak boleh sama). Pelajari berbagai budaya tersebut dan pandangan mereka tentang konsep sehat-sakit. Identifikasi keyakinan budaya tersebut tehadap :

a. Penyebab penyakit dan pencegahannya

b. Penyembuhan

c. Kebiasaan/pantangan yang berhubungan dengan kesehatan

d. Termasuk dalam kategori health beliefs" yang manakah?

Jawaban :

Selama berabad-abad, jutaan orang yang mewakili ratusan budaya dan kebangsaan yang berbeda meninggalkan negara kelahirannya untuk menjadikan Amerika Serikat rumah mereka. hingga kini, banyak dari imigran ini dengan rela melepaskan identitas budaya individu mereka dan mengadopsi budaya Eropa-Amerika dan bahasa Inggris sebagai milik mereka, sehingga arah kepada ciri Amerika Serikat yang dikenal sebagai wajan percampuran/melting pot. Dari bab materi edisi pertama oleh Rhonda M. Jones, Matin Royeen, dan Jeffrey L. Crabtree. Di jelaskan pertimbangan budaya dalam pengkajian pasien khusnya dalam hal konsep sehat-sakit. Dalam budaya Amerika-Eropa di tekankan pada kemandirian dan individualism.

Definisi sehat menurut budaya budaya etnis Eropa-Amerika adalah sesuatu lebih dari kondisi sakit, mereka memandang kesehatan sebagai suatu keadaan kesejahteran fisik dan mental. Jika seseorang sehat maka ia dapat mencapai aktivitas hidup sehari-harinya, akan memiliki energy positif untuk melakukan hal-hal, dan akan dapat menikmati hidup.Definisi sakit menurut budaya etnis Eropa-Amerika adalah tidak tercapainya kesejahteraan atau, dengan kata lain munculnya rasa sakit, malfungsi organ-organ tubuh tidak dapat melakukan apa yg diinginkan, kelainan tubuh.a. Penyebab penyakit menurut budaya etnis Eropa-Amerika adalah sebagian besar penyakit diyakini berasal dari infeksi, kondisi terkait stress atau kondisi makanan. Pencegahan menurut budaya Amerika-Eropa yang biasa diakukan adalah dengan mengkonsumsi vitamin secara mandiri b. Penyembuhan menurut budaya Amerika-Eropa adalah kebiasaan mereka juga secara rutin menggunakan pengobatan resep dan pertolongan mandiri misalnya produk herbal, obat bebas dan sebagainya oleh karena kultur dominan Amerika-Eropa menekankan individualitas.c. Kebiasaan/pantangan yang berhubungan dengan kesehatan budaya etnis Eropa-Amerika adalah masyarakat etnis Eropa-Amerika pantang dalam membiarkan rasa nyeri, mereka cenderung beristirahat total meskipun penyakit yang di alami tidak terlalu parah. Misalnya pilek atau sakit kepala.d. Dari penjabaran konsep sehat-sakit dari budaya etnis Eropa-Amerika, ini termasuk dalam kategori scientific/biomedical health beliefs karena penyakit di jelaskan di sebabkan oleh kuman,virus dan bakteri dan penanangan yangdi lakukan dengan meminum obat.2. Pilih satu budaya dalam kelompok anda (masing-masing kelompok tidak boleh sama) Sunda Jawa Timur Jawa Tengah/Barat NTT Lombok Batak Sulawesi Bali Atau budaya lain yang ada di Indonesia

Identifikasi keyakinan budaya tersebut terhadap:

a. Persepsi sehatb. Persepsi sakitc. Penyebab penyakit dan pencegahannyad. Penyembuhane. Kebiasaan makan, makanan pantangan yang berhubungan dengan kesehatan.f. Penyakit yang sering terjadi dan alasannya berhubungan denganbudaya tersebutJawaban :

BUDAYA BATAK

a. Persepsi sehatMenurut keyakinan orang Batak bahwa sehat adalah jika tondi (roh) yang ada di dalam tubuh tetap berada didalamnya sehingga masih mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Persepsi sakit Menurut kepercayaan orang Tapanuli atau Batak Toba, apabila seseorang jatuh sakit, tondi (roh) si sakit pergi kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tondi itu pergi, orang tersebut jatuh sakit, agar orang yang sakit dapat sembuh, tondi nya harus dipanggil kembali agar masuk ke dalam tubuh orang sakit tersebut (Tondi Mulak Tu Badan). Jika tondi itu sudah dipanggil berulang-ulang tidak pulang juga, berarti orang tersebut tidak ada harapan untuk sembuh atau hidup.Selain itu arti sakit bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring dan penyembuhannya melalui cara cara tradisional, atau ada juga yang membawa orang yang sakit tersebut kepada dukun atau orang pintar .c. Penyebab penyakit dan pencegahannyaBerdasarkan persepsi sakit menurut orang Tapanuli, penyebab sakit adalah karena tondi (roh) pergi dan meninggalkan tubuhya kesuatu tempat, dan hal tersebutlah yang menyebabkan jatuh sakit.Pencegahan terhadap penyakit atau supaya dapat hidup sehat , maka orang Batak mengonsomsi makanan atau minuman seperti : apapaga, airman, anggir, adolorab, alinggo, abajora, ambaluang, assigning dan arip arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan adanya charisma dan wibawa dan kesehatan menurut orang Batak dahulu , supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam merah, ayam putih, ayam hitam, ketan beras (nitak), jeruk purut, sirih beserta perlengkapannya.d. PenyembuhanPraktek kesehatan keluarga kepercayaan kuno Tapanuli atau Batak Toba adalah syamaisme, yaitu suatu kepercayaan dengan melakukan pemasukan roh ke dalam tubuh seseorang sehingga roh itu dapat berkata-kata. Orang yang menjadi perantara disebut Shaman. Shaman bagi orang Tapanuli disebut Si Baso (dukun wanita). Ketika Baso ini berkata-kata, bahasanya harus ditafsirkan secara khas.Pembicaraan inilah yang dipercayai akan menjadi pentunjuk bagi orang untuk pengobatan dan ramalan. Selain Baso, ada juga yang memegang peranan penting yaitu Datu, biasanya adalah seorang laki-laki. Berlainan dengan Baso, Datu di dalam kegiatannya tidak hanya menjadi perantara, melainkan langsung berbicara dengan roh dan Datu juga bertugas mengobati orang sakit.e. Kebiasaan makan, makanan pantangan yang berhubungan dengan kesehatan1) Kebudayaan minum tuakKebudayaan minum tuak pada masyarakat Batak khususnya Batak Toba biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Setelah bekerja di sawah ataupun diladang mereka kemudian berkumpul melepaskan lelah sambil bercerita-cerita. Saat itu dari pihak salah satu keluarga ada saja yang menyuguhkan tuak sehingga kebiasaan tersebut terus saja berlanjut. Tuak adalah minuman hasil fermentasi dari air pohon enau dan kelapa. Kadar alkohol dalam tuak yang dibiarkan lama sebanyak 10 % (Mustafa,1983), sedangkan menurut Sunanto (1993) kadar alkohol (etanol) dalam tuak yang diperdagangkan dan dikonsumsi di Sumatera Utara rata- rata 4 %. Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial untuk menghambat sistem saraf pusat (Darmono, 2008).2) Kebudayaan makan ikan asinMayoritas orang Batak sangat suka makan ikan asin. Bagi masyarakat batak tiada hari tanpa makan ikan asin. Ikon pada masyarakat batak modern adalah gulamo atau gambas (ikan asin) terutama jenis kapala batu atau hase-hase. Tentu saja kebiasaan makan ikan asin ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan.f. Penyakit yang sering terjadi dan alasannya berhubungan dengan budaya tersebut

1) ObesitasRisiko obesitas ditimbulkan karena kebiasaan mengonsumsi tuak. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa di dalam tuak mengandung alkohol. Sebuah penelitian di Inggris tahun 2003 menemukan bahwa ada kaitan meminum alkohol dengan perkembangan kejadian obesitas untuk sejumlah alasan. Minuman beralkohol adalah energi padat dan tidak dapat menggantikan makanan melainkan ditambahkan ke total asupan energi harian. Selain itu, penghambatan oksidasi karbohidrat dan lemak berpotensi meningkatkan penyimpanan lemak, oleh sebab itu dapat meningkatkan risiko obesitas (gemuk) ( Tolstrup, et al, 2008).2) Kelainan pada lambung dan ususPenyakit ini juga disebabkan oleh kebiasaan minum tuak yang dimana tuak tersebut mengandung alkohol. Pasien yang sering meminum alkohol akan dengan mudah ditemui kelainan pada lambungnya. Peradangan kronis yang terjadi pada saluran pencernaan akan membentuk erosi sampai tukak usus dan menyebabkan perubahan struktur dalam usus sampai akhirnya berubah menjadi sel-sel ganas (kanker). Peradangan kronis juga sering kali berlanjut menjadi penciutan hati (sirosis). Komplikasi lanjutannya bisa bermacam-macam, seperti pembengkakan pada perut, perdarahan pada saluran cerna sampai kanker usus besar ( Syam, 2012).3) Kanker Nasofaring (KNF)Kebiasaan makan ikan asin pada masyarakat batak dapat memicu terjadinya KNF. Pada sebuah penelitian dijumpai 41 (75%) penderita kanker nasofaring mempunyai kebiasaan makan ikan asin setiap hari ketika berumur dibawah 10 tahun dan dijumpai hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan ikan asin dengan jenis histopatologi. Ikan asin diyakini sebagai salah satu sumber nitrosamin yang memicu terjadinya KNF. Nitrosamin merupakan bahan kimia yang bersifat karsinogenik dan merupakan mediator yang dapat mengaktifkan virus Ebstein-Barr sebagai salah satu penyebab KNF. Pada proses pengasinan atau pengeringan ikan dengan sinar matahari terjadi reaksi biokimia berupa nitrosasi. Gugus nitrit dan nitrat yang terbentuk akan bereaksi dengan ekstrak ikan asin menjadi nitrosamin. Beberapa penelitian di China selatan menunjukkan resiko menderita KNF lebih tinggi pada orang yang sering makan ikan asin ketika berumur dibawah 10 tahun.3. Idetifikasi dan jelaskan faktor-faktor apa saja yang meyebabkan adanya beragam keyakinan tentang sehat-sakit pada berbagai budaya?Jawaban :Menurut konsep transkultural teori Leininger (1991) yang menjelaskan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" . Ketujuh komponen tersebut merupakan factor-faktor yang dapat menyebabkan adanya keragaman keyakina tentang sehat-sakit pada berbagai budaya. Tujuh faktor tersebut, antara lain :a. Faktor Tehnologi (Tecnological Factors)Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Jika suatu budaya dapat mengerti manfaat dari suatu teknologi kesehatan. Hal tersebut dapat menyebabakan persepsi tentang sehat-sakitnya pun akan lebih tepat. Pada suatu budaya yang kurang dalam teknologi, persepsi tentang kesehatannya hanya akan berfokus hanya pada aspek fisik.b. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religious and Philosophical Factors)Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Contohnya ada agama yang mengatakan bahwa penyakit adalah suatu akibat dari dosa yang telah kita perbuat atau penyakit itu adalah hukuman dari dosa yang telah kita perbuat.c. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga (Kinship and Social Factors)Faktor ini lebih di tekankan pada hubungan antar masyarakat (sosial) serta interaksi antar keluarga yang mempengaruhi persepsi tentang konsep-sehat sakit. Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.d. Nilai-Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Value and Life Ways)Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-normabudaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbataspada penganut budaya terkait. Nilai budaya mengandung hal yang di nggap baik dan buruk sehingga, dalam menyatakan sehat atau sakit individu akan berpedoman pada nilai-nilai tesebut.e. Faktor Kebijakan dan Peraturan Yang Berlaku (Political and Legal Factors)Kebijakan dan peraturan dari pemerintah sangatlah juga mempengaruhi konsep sehat-sakit seseorang, jika dalam suatu perintahan telah ada aturan atau undang-undang yang bersangkutan dengan sehat-sakit ini. Maka masarakat yang ada juga dapat menjadikanya persepsi sehat-sakit. Contoh di Indonesia menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan sehatf. Faktor Ekonomi (Economical Factors)Saat status ekonomi dari suatu daerah yang menganut budaya tertentu baik, maka persepsi nya tentang konsep sehat-sakit pun akan lebih banyak. Masyarakat di daerah tersebut tidak hanya menagnggap sakit itu sekedar fisik dapi juga biopsikospiritual. Hal tersebut juga dapat di lihat dengan melakukan rekreasi.g. Faktor Pendidikan (Educational Factors)Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka keyakinan tentang konsep sehat-sakit biasanya didukung oleh bukti bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Contohnya : Persepsi masyarakat Eropa yang lebih berbasis pada bukti-bukti ilmiah, dimana kita tahu kualitas pendidikan di Eropa yang sangat maju.4. bagaimana sikap anda bila bertemu dgn klien yg memiliki persepsi yg berbeda dengan anda tentang konsep sehat-sakit ?Jawaban :Sebagai perawat kita harus dapat bersikap terbuka dan menerima konsep sehat sakit klien karena kita menyadari bahwa manusia itu bersifat unik dan tidak sama dalam berbagai aspek baik biologi psikologi social dan spiritual. Setiap individu memiliki persepsi, pandangan atau kepercayaan yang berbeda-beda mengenai kultur atau budaya sebagai salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap keunikan mereka dan pandangan mereka terhadap persepsi sehat-sakit. Serta kita harus berusaha untuk meghargai bahwa nilai-nilai atau pandangan yang bersumber pada budaya setiap orang telah mengakar dan sulit untuk diubah. Oleh karena itu kita perlu mengkaji budaya sesuai dengan teori Leininger (1991) yang mana harus dipertahankan, dinegosiasikan maupun diubah untuk mendukung kesehatan mereka. Apabila budaya mereka merugikan atau menimbulkan berbagai penyakit untuk mereka, kita harus menawarkan untuk mengubah kebudayaan tersebut, tetapi apabila tidak bisa diubah kita dapat memodifikasi dengan yang tidak merugikan.

Dan dalam melakukan asuhan keperwatan tentunya kita tidak boleh melepaskan konsep sehat-sakit klien, dengan melakukn pengakjian tentang konsep sehat-sakit klien dan selanjutnya dapat di jadikan acun dalam menenentukan diagnose dan selanjutnya intervensi, implementasi serta evaluasiSIMPULAN

Persepsi tentang konsep sehat-sakit dalam setiap budaya tidaklah sama, karena banyak faktor yang mempengaruhi sesuai dengan teori Leininger (1991), antara lain : faktor tehnologi, faktor agama dan falsafah hidup , faktor sosial dan keterikatan keluarga, nilai-nilai budaya dan gaya hidup, faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku, faktor ekonomi, serta faktor pendidikan. Dari penjabaran konsep sehat-sakit dari budaya Eropa-Amerika, ini termasuk dalam kategori scientific/biomedical health beliefs karena penyakit di jelaskan di sebabkan oleh kuman,virus dan bakteri dan penanangan yangdi lakukan dengan meminum obat. Sementara, dalam budaya Batak kesehatan masih di kaitkan dengan hal yang bersifat mistis. Dan sikap yang dapat kita tunjukan pada klien dengan perbedaan persepasi tentang konsep sehat-sakit adalah terbuka dan menerima.DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38241/4/Chapter%20II.pdfhttp://aje.oxfordjournals.org/content/173/12/i.full. Di akses 4 Maret 2014

http://www.hrsa.gov/culturalcompetence/. Di akses 4 Maret 2014Rhonda M. Jones, Matin Royeen, dan Jeffrey L. Crabtree, Pertimbangan Budaya dalam Pengkajian Pasien

Gunawijaya, J (2010). Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif Transkultural dalam Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, Semester Genap FIK-UIMunir, Delfitri. Beberapa Aspek Karsinoma Nasofaring pada Suku Batak di Medan dan Sekitarnya.2006