pengaruh berbagai cairan penyari terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH BERBAGAI CAIRAN PENYARI TERHADAP KANDUNGAN POLIFENOL EKSTRAK
TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DAN UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI TABIR SURYA
FRANSISCUS X. YULLIE PRATANTO N111 07 693
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
PENGARUH BERBAGAI CAIRAN PENYARI TERHADAP KANDUNGAN POLIFENOL EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DAN
UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI TABIR SURYA
SKRIPSI
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
FRANSISCUS X. YULLIE PRATANTO N111 07 693
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2012
PERSETUJUAN
PENGARUH BERBAGAI CAIRAN PENYARI TERHADAP KANDUNGAN POLIFENOL EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DAN
UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI TABIR SURYA
Oleh : FRANSISCUS X. YULLIE PRATANTO
N111 07 693
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama, Pembimbing Pertama,
Drs. H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt. Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. NIP.: 19480727 197903 1 001 NIP.: 19610606 198803 2 002
Pada tanggal, 18 Juni 2012
PENGESAHAN
PENGARUH BERBAGAI CAIRAN PENYARI TERHADAP KANDUNGAN
POLIFENOL EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DAN UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI TABIR SURYA
Oleh : FRANSISCUS X. YULLIE PRATANTO
N111 07 693
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada tanggal 23 Mei 2012 Panitia Penguji Skripsi :
1. Subehan, S.Si., M. Pharm.Sc., Ph.D., Apt. (________________) (Ketua)
2. Drs. Abd. Muzakkir Rewa, M.Si., Apt. (________________) (Sekretaris)
3. Drs. H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt. (________________) (Anggota (Ex Officio))
4. Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. (________________) (Anggota (Ex Officio))
5. Dr. Mufidah, S.Si, M.Si., Apt. (________________) (Anggota)
Mengetahui, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP.: 19560114 198601 2 001
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri,
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar,
maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, 18 Juni 2012 Penyusun,
materai
Fransiscus X. Yullie Pratanto
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Allah Bapa di Surga, Yesus Kristus
PutraNya dan Bunda Maria atas penuh kuasa membimbingku serta
mengasihiku hingga saat ini, sehingga penulis mampu merampungkan
penyusunan skripsi ini sebagai syarat utama menggapai gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.
Banyak kendala yang penulis hadapi dalam rangka penyusunan
skripsi ini. Namun berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat melalui kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu, penulis
dengan tulus menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
- Ibu Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik dan
pembimbing pertama, Bapak Drs. H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt.,
selaku pembimbing utama, yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi dan selalu meluangkan waktu untuk memberi
motivasi, semangat, dan konsultasi.
- Kepada Bapak dan Ibu Penguji, untuk waktu kesediaan menguji dan
menguatkan penulis, kritik yang membangun pada hasil penelitian ini.
Serta saran dan masukan untuk melengkapi skripsi ini.
Demikian pula penulis menyampaikan terima kasih kepada :
- Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr. Elly
Wahyudin, DEA, Apt. Untuk kepemimpinan dan kebijakannya bagi
mahasiswa selama ini; serta Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil
Dekan III Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Bapak dan Ibu
vii
Dosen Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang tanpa pamrih
mengajari dan berbagi ilmu.
Karya ini khusus penulis persembahkan kepada orangtua dan
keluarga karena semua ini takkan ada artinya tanpa dukungan, cinta,
kasih sayang, dan perhatian penuh yang selalu tercurah dalam kehidupan,
terkhusus buat doa novena tanpa terputus dari Ibunda Yuliana P. dan
Ayahanda G.M. Poernomo. Matursuwun sanget segala amanah dan
asuhannya. Bagi kakanda Mas Iean, Mbak Tutik, Mas Theo, dan Mas
Valent beserta keluarga masing-masing yang selalu memberi kritik,
semangat dan dukungan doa. Adinda Maria Hastuti Retno yang telah
meluangkan waktu menyemangati penulis. Semoga penelitianmu selesai
dan berhasil dengan baik pula.
Kepada Eksudat Farmasi, Husban, Akmal, Rian, Suhendra, Iztas,
Ivan, Achsan, Paulus, Kardono, Agil, Masdhar, Kalvin, Santri, Fika, Sriani,
Nisa, Heriyah, Nurfaisyah, Yusrinda, Rathih, Nia, Irmalasari dkk.,
Evangeline, Milka, Suzy, Sendy, Novi Tuasikal, Yenny, Angela, Vero
Letsoin, Aze, Syahri, Afni, Nini, Musnaeni, Meinar, Murni, Ira, Gusti Ayu,
Ranny, dan semua teman-teman seangkatan yang belum disebut. Terima
kasih doanya. Terima kasih pula kepada teman-teman selama penelitian
yang selalu memberi semangat dan tenaganya, Ferliem, Tri, Citra, Made,
Acai, Alfred, Jihan, Yani, Rezi, Iva, Chris, Desta, Nurul, Afu, Alfons, Arifin,
Viani, Leo, Munawir, Jane Jovita, dan yang tidak tertulis disini. Keep on
Fighting ’Till The End.
viii
Kepada para senior, Bu Adri, Kak Lukman, Kak Asril, Kak Rahma,
dan Kak Ari, selaku pembimbing dalam bekerja dan kreativitas yang
sangat membantu selama proses penelitian.
Kepada sahabat penulis, Riyadi, Marco, Hendrik, Micky, Festus,
Richie, Milson, Setyo, Fidelis, Tari, Tika, Marlan, Hedwig, Junita, Susan,
Lazarus, Altinus, Meiny, Fredy, Jane Tatiratu, dan lain-lain yang belum
disebut. Kepada saudara-iku paguyuban Keluarga Mahasiswa Katolik
(KMK) Universitas Hasanuddin dan se-Kotamadya Makassar tanpa
terkecuali, Tuhan memberkati pelayanan dan pendidikan kita. Amin.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula penulis menyadari
bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan. Karena itu
diharapkan saran dan kritik terbaik yang membangun dari para pembaca.
Permohonan maaf yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
semua pihak yang pernah dirugikan oleh penulis. Akhirnya semoga karya
ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan kelak.
Tuhan selalu memberkati.
Makassar, Mei 2012
Fransiscus X. Y. Pratanto
ix
Abstrak
Telah dilakukan penelitian pengaruh berbagai cairan penyari terhadap kandungan polifenol ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) dan uji efektivitas sebagai tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total polifenol dari tiap ekstrak penyari, yaitu air suling (aquades), etanol 70%, dan aseton; dan uji efektivitas sebagai tabir surya dari ekstrak dengan kadar polifenol tertinggi. Besarnya kandungan polifenol didapatkan dari hasil analisis secara metode Folin Ciocalteau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar total polifenol ekstrak teh hijau penyari air suling, etanol 70%, dan aseton berturut-turut adalah 56,717% b/b; 53,991% b/b; dan 50,754% b/b. Hasil uji efektivitas sebagai tabir surya pada ekstrak air suling dilakukan dengan berbagai konsentrasi dinyatakan dalam hasil nilai perhitungan SPF (Sun Protecting Factor) adalah sebagai berikut: ekstrak konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan 50 bpj berturut-turut bernilai 1,244; 1,289; 1,378; 1,415; 1,686; 1,589; 1,718; 1,922; dan 2,036.
Kata Kunci: Teh, Camellia sinensis (L.) Kuntze, ekstrak teh hijau, total polifenol, tabir surya, SPF.
x
Abstract
A research has been conducted to knew the effect of different extraction eluents toward the polyphenol contents and the sunscreen activity of green tea extract. The purpose of this study was to determine total polyphenol contents from each extraction liquid, i.e. water, ethanol 70%, and aceton; and also to determine the effectivity of the highest polyphenol concentration in sunscreen test. The quantity of polyphenol was obtained from Folin Ciocalteau method, the results shown that the total concentration of polyphenol in green tea extract with different eluent are 56.717% w/w, 53.991% w/w, and 50,754 % w/w in water, ethanol 70%, and aceton extracts, respectively. The result of sunscreen effectivity test of water extract shown by its SPF value which are 1.244, 1.289, 1.378, 1.415, 1.686, 1.589, 1.718, 1.922, and 2.036 for 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, and 50% concentration of water extract, respectively.
.
Key Words: Tea, Camellia sinensis (L.) Kuntze, green tea extract, total polyphenols, sunscreen, SPF.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN ......................................................................................... ivi
PERNYATAAN .......................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vi
ABSTRAK………. ...................................................................................... ix
ABSTRACT……… ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
II. 1 Uraian Tanaman Teh ....................................................................... 4
II.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................................... 4
II.1.2 Morfologi Tanaman..................................................................... 4
II.1.3 Tempat Tumbuh ......................................................................... 5
II.1.4 Jenis dan Proses Pengolahan .................................................... 7
II.1.5 Kandungan Kimia Teh Hijau ....................................................... 9
II.2 Senyawa Polifenol dan Katekin ........................................................ 9
II.2.1 Polifenol ..................................................................................... 9
II.2.2 Katekin ..................................................................................... 10
II.3 Ekstraksi ......................................................................................... 11
II.3.1 Ekstraksi dan Ekstraksi ............................................................ 11
II.3.2 Cairan Penyari ......................................................................... 14
II.4 Uraian Kulit ..................................................................................... 15
II.4.1 Anatomi Kulit ............................................................................. 15
II.4.2 Fisiologi Kulit ............................................................................. 21
II.5 Tabir Surya ..................................................................................... 23
II.6 Spektrofotometer ............................................................................ 30
xii
II.6.1 Aplikasi ...................................................................................... 37
II.7 Uraian Bahan .................................................................................. 38
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................... 41
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ................................................... 41
III.2 Metode Kerja ................................................................................. 41
III.2.1 Pengambilan Sampel .............................................................. 41
III.2.2 Penyiapan Sampel .................................................................. 41
III.2.3 Ekstraksi Sampel ..................................................................... 43
III.2.4 Liofilisasi Sampel ..................................................................... 44
III.2.5 Kandungan Total Polifenol ...................................................... 44
III.2.5.1 Pembuatan Larutan Na2CO3 10% b/v .............................. 44
III.2.5.2 Pembuatan Larutan Stok Asam Gallat .............................. 44
III.2.5.3 Pembuatan Kurva Baku .................................................... 44
III.2.5.4 Penentuan Total Polifenol ................................................. 45
III.2.5.4.1 Pembuatan Larutan Sampel ........................................... 45
III.2.5.4.2 Penetapan Kadar Polifenol Total .................................... 46
III.3 Analisis Data .................................................................................. 46
III.4 Perhitungan SPF (Sun Protecting Factor) ..................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 48
IV.1 Hasil Penelitian.............................................................................. 48
IV.2 Pembahasan ................................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 58
V.1 Kesimpulan .................................................................................... 58
V.2 Saran .............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 59
LAMPIRAN .............................................................................................. 63
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Kimia Teh Hijau ............................................................ 9
2. Sifat Fisika dan Kimia Katekin ....................................................... 10
3. Tipe Kulit berdasarkan respon kulit terhadap paparan sinar surya ............................................................................................. 24
4. Hubungan Antara Warna dengan Panjang Gelombang Sinar Tampak ......................................................................................... 33
5. Kadar Total Polifenol Ekstrak Teh Hijau ........................................ 49
6. Hasil Perhitungan Nilai SPF .......................................................... 50
7. Hasil Uji Statistik One Way ANOVA : Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Total Polifenol ..................................................... 51
8. Konsentrasi dan Serapan Gelombang Asam Gallat ...................... 67
9. Perhitungan Kadar Polifenol di dalam Ekstrak Teh Hijau .............. 69
10. Kadar Total Polifenol Ekstrak Teh Hijau ........................................ 70
11. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 10 bpj ......................................................................... 72
12. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 15 bpj ......................................................................... 73
13. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 20 bpj ......................................................................... 74
14. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 25 bpj ......................................................................... 76
15. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 30 bpj ......................................................................... 78
16. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 35 bpj ......................................................................... 80
17. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 40 bpj ......................................................................... 82
18. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 45 bpj ......................................................................... 84
19. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF Ekstrak Air Suling Teh Hijau Konsentrasi 50 bpj ......................................................................... 86
xiv
20. Deskripsi Hasil Statistika antara Perlakuan terhadap Kadar Total Polifenol ................................................................................ 88
21. Uji Homogenitas : antara Perlakuan terhadap Kadar Total Polifenol......................................................................................... 88
22. Hasil ANOVA : Pengaruh Perlakuan (Variasi Penyari) terhadap Kadar Total Polifenol ..................................................................... 88
23. Parameter Duncan : Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Total Polifenol ................................................................................ 88
24. Deskripsi Hasil Statistika antara Replikasi terhadap Kadar Total Polifenol ................................................................................ 89
25 Uji Homogenitas : antara Replikasi terhadap Kadar Total Polifenol......................................................................................... 89
26. Hasil ANOVA : Pengaruh Replikasi terhadap Kadar Total Polifenol......................................................................................... 89
27. Parameter Duncan : Pengaruh Replikasi terhadap Kadar Total Polifenol......................................................................................... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rumus Struktur Senyawa Fenol ...................................................... 9
2. Rumus Struktur Katekin ................................................................. 11
3. Lapisan Kulit Normal dan Bagian-bagiannya ................................. 21
4. Spektrum Radiasi Sinar Ultraviolet ................................................ 23
5. Diagram Tingkat Energi Transisi Elektronik ................................... 34
6. Diagram Sederhana Spektrofotometer UV/Vis .............................. 35
7. Diagram Sederhana Spektrofotometer Single-Beam .................... 35
8. Diagram Sederhana Spektrofotometer Double-Beam ................... 36
9. Rumus Struktur Asam Gallat ........................................................ 38
10. Diagram Batang Kadar Polifenol Ekstrak Teh Hijau ..................... 49
11. Kurva Baku Asam Gallat ................................................................ 67
12. Kurva Uji Tabir Surya (panjang gelombang 200-400 nm) ............. 71
13. Perbesaran Kurva Serapan Gelombang pada Uji Tabir Surya ...... 71
14. Daun Teh (Camellia sinesis) .......................................................... 90
15. Teh hijau ........................................................................................ 90
16. Ekstrak Air Suling Teh Hijau .......................................................... 90
17. Ekstrak Etanol 70% Teh Hijau ....................................................... 91
18. Ekstrak Aseton Teh Hijau .............................................................. 91
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja Penelitian................................................................. 63
2. Penentuan Kurva Baku Asam Gallat ............................................ 65
3. Hasil Serapan Gelombang Sampel Ekstrak Teh Hijau ................. 66
4. Perhitungan Persamaan Kurva Baku Asam Gallat ....................... 67
5. Perhitungan Kadar Polifenol Total ................................................ 69
6. Kurva Uji Tabir Surya .................................................................... 71
7. Perhitungan Nilai SPF Berdasar Luas AUC .................................. 72
8. Analisis Statistika Kadar Total Polifenol ........................................ 88
9. Gambar Daun Teh dan Ekstrak Teh Hijau .................................... 90
10. Surat Determinasi Tumbuhan ...................................................... 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) suku Theaceae,
tumbuh di daerah tropis dan daerah sub tropis dengan curah hujan
sepanjang tahun tidak kurang dari 1500 mm, memerlukan kelembaban
yang tinggi dan temperatur udara berkisar antara 13-29,5°C, sehingga
tanaman ini tumbuh baik di dataran tinggi dan pegunungan yang berhawa
sejuk. (1)
Teh hijau adalah teh yang berasal dari pucuk daun teh yang
sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air menginaktivasi enzim
oksidase atau fenolase, sehingga oksidasi enzimatis terhadap katekin
dapat dicegah. Teh hijau memiliki kandungan senyawa polifenol antara
15-30% dari total beratnya. (1) Senyawa polifenolnya yaitu flavanoid
(quecertin, epigenin), dan katekin (epicatechin (EC), epicatechin-3-gallate
(ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin-3-gallate (EGCG). (2)
Khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya, yaitu polifenol,
yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang muda dan utuh.
Senyawa polifenol dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas
hidroksil (OH*) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dan DNA
dalam sel. (3)
Ekstraksi merupakan proses menarik suatu zat yang dapat larut
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang
2
mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah kecepatan difusi zat yang larut
melalui lapisan-lapisan batas antara cairan pengekstrak dengan bahan
yang mengandung zat tersebut. (4) Senyawa dari golongan polifenol
mudah larut dengan pelarut polar. Untuk senyawa yang hanya larut sedikit
kepolarannya memadai untuk diekstrak dengan baik menggunakan
metanol, etanol, atau aseton; dan metanol 80% merupakan pelarut yang
sering dipakai untuk ekstraksi flavonoid. (5)
Hasil penelitian Sho’irotul Hukmah (2007) menjelaskan bahwa
senyawa katekin teh hasil ekstraksi dengan variasi pelarut air, metanol
90% dan etanol 70% memiliki aktivitas antioksidannya berturut-turut
adalah sebesar 58,89%; 60,33%; 53,77%. (6)
Paparan sinar matahari kuat dapat menyebabkan eritema dan
sunburn. Paparan yang berlebihan dan berlangsung lama dapat
menimbulkan perubahan-perubahan degenerasi pada kulit (penuaan dini)
dan beberapa kanker kulit. (7)
Tabir surya ditujukan mampu melakukan mekanisme pencegahan
yang efektif terhadap paparan tiga jenis sinar UV yaitu sinar UV-A (λ=320–
400 nm), sinar UV-B (λ = 290–320 nm) dan sinar UV-C (λ = 200 – 290
nm). (7)
Aktivitas suatu sediaan tabir surya secara in vitro dapat ditentukan
dengan menentukan nilai SPF (Sun Protecting Factor) serta nilai
persentase transmisi eritema dan nilai presentase transmisi pigmentasi.
Ketiga parameter ini dapat ditentukan secara in vitro menggunakan
3
metode spektrofotometri. Dengan metode spektrofotometri, nilai SPF
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan nilai SPF = 10A.
(8,9,10)
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang timbul adalah
bagaimana pengaruh variasi cairan penyari terhadap kandungan total
polifenol dari ekstrak teh hijau dan berapa nilai SPF ekstrak yang
memberikan efek sebagai tabir surya? Untuk itu telah dilakukan penelitian
mengenai pengaruh berbagai cairan penyari terhadap kandungan
polifenol ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) dan uji
efektivitas sebagai tabir surya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total polifenol dari tiap
ekstrak penyari, yaitu air suling (aquades), etanol 70%, dan aseton, dan
uji efektivitas sebagai tabir surya dari ekstrak dengan kadar total polifenol
tertinggi. Besarnya kandungan polifenol didapatkan dari analisis kuantitatif
secara metode spektrofotometri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
II.1.1 Klasifikasi (12)
Menurut klasifikasi dalam dunia tumbuhan, tanaman teh (Camellia
sinensis (L.) Kuntze) terdaftar sebagai:
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotylydoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Theales
Suku : Theaceae
Marga : Camellia
Jenis : Camellia sinensis (L.) Kuntze
II.1.2 Morfologi (12)
Tanaman teh berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai belasan
meter. Namun tanaman teh perlu selalu dipangkas untuk memudahkan
pemetikan, sehingga tingginya mencapai 90-120 cm.
Mahkota tanaman teh berbentuk kerucut, daunnya berbentuk
jorong atau agak bulat telur/terbalik/lanset. Tapi daun bergerigi, daun
5
tunggal, dan letaknya hampir berseling, tulang daun menyirip, permukaan
atas daun muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawahnya memiliki
bulu hanya sedikit. Permukaan daun tua halus dan tidak berbulu lagi.
Bunga tunggal dan yang tersusun dalam rangkaian kecil, bunga
muncul dari ketiak daun, warnanya putih bersih dan berbau wangi lembut.
Namun ada bunga yang berwarna semu merah jambu, mahkota bunga
berjumlah 5-6 helai putik dengan tangkai yang panjang atau pendek dan
dari kepalanya terdapat tiga buah sirip, jumlah benang sari 100-200.
Buah teh berupa buah kotak berwarna hijau kecoklatan dalam
satu buah berisi satu sampai enam biji, rata-rata terdapat tiga biji. Buah
yang masak dan kering akan pecah dengan sendirinya serta bijinya ikut
keluar. Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pada satu sisinya, berwarna
putih selaku berwarna muda dan berubah menjadi coklat setelah tua.
Akar teh berakar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang.
Apalagi akar tunggangnya putus, akar-akar cabang akan menggantikan
fungsinya dengan arah tumbuh yang semula melintang menjadi ke bawah.
Akar bisa tumbuh besar dan dalam.
II.1.3 Tempat Tumbuh (12)
Teh dapat tumbuh dengan baik jika memenuhi syarat lingkungan,
meliputi :
a. Ketinggian tempat tumbuh dari permukaan laut
Tanaman teh adalah tanaman dataran tinggi. Ketinggian tempat
tumbuh yang ideal adalah 700-1200 m dari permukaan laut, yang mana
6
produksi pucuk teh optimal tercapai saat tanaman berumur tujuh tahun.
Pada ketinggian lebih dari 1200 m dari permukaan laut produksi daun teh
baru dicapai sesudah tanaman berusia 10 tahun, Karena pembentukan
tunas yang lambat, bahkan di tepat yang lebih tinggi lagi tanaman ini tidak
dapat bertunas. Tanaman teh tetap tumbuh di dataran rendah tetapi mutu
produksinya sangat rendah.
Tempat yang terlalu tinggi akan mempengaruhi identitas sinar
matahari, sebab apabila identitas sinar matahari berkurang akan
mengurangi produksi daun karena fluktuasi suhu siang dan malam hari
sangat drastis, yang dapat menghambat pertumbuhan teh tersebut. Sebab
tunas, ranting, dan cabang akan menjadi beku dan mati. Berdasarkan
ketinggian daerah penanaman ada lima golongan teh dikelolah
perkebunan di Indonesia. Kelima golongan ini adalah sebagai berikut :
1. Height grown, yaitu tanaman teh yang diusahakan di daerah dengan
ketinggian lebih dari 1500 m.
2. Good medium, yaitu tanaman teh yang diusahakan di daerah dengan
ketinggian antara 1200-1500 m.
3. Medium, yaitu tanaman teh yang diusahakan di daerah dengan
ketinggian 1000-2000 m.
4. Low medium, yaitu tanaman teh yang diusahakan di daerah dengan
ketinggian 800-1000 m.
5. Common, yaitu tanaman teh yang diusahakan di daerah dengan
ketinggian di bawah 800 m.
7
b. Curah hujan dan temperatur
Curah hujan rata-rata 2500-3500 mm per tahun baik untuk
tanaman teh, sedangkan curah minimum 1150-1400 mm per tahun
tanaman teh tidak dapat bertahan pada daerah tersebut. Daerah yang
basah dengan curah hujan yang banyak setiap tahun sangat cocok untuk
tanaman teh.
c. Tanah
Perkebunan teh yang cocok adalah mempunyai tanah yang
berkedalaman tinggi, berdrainase baik dan kaya unsure hara, sebab tanah
demikian mudah menyerap air dan mengeluarkan air, sehingga pada saat
hujan terus menerus tidak becek, cepat kering, dan mempunyai pH 5-6.
II.1.4 Jenis dan Proses Pengolahan (13)
Berdasarkan penanganan pasca panen, teh dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu :
1. Teh hijau
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi; daun teh
diperlakukan dengan panas sehingga terjadi inaktivasi enzim. Pemanasan
ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan udara kering dan pemanasan
basah dengan uap panas (steam). Pada pemanasan dengan suhu 85°C
selama 3 menit, aktivitas enzim polifenol oksidase tinggal 5,49%.
Pemanggangan (pan firing) secara tradisional dilakukan pada suhu 100-
200°C sedangkan pemanggangan dengan mesin suhunya sekitar 220-
300°C. Pemanggangan daun teh akan memberikan aroma dan flavor yang
8
lebih kuat dibandingkan dengan pemberian uap panas. Keuntungan
dengan cara pemberian uap panas, adalah warna teh dan seduhannya
akan lebih hijau terang.
2. Teh hitam
Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi. Dalam hal ini
fermentasi tidak menggunakan mikrobia sebagai sumber enzim,
melainkan dilakukan oleh enzim polifenol oksidase yang terdapat di dalam
daun teh itu sendiri. Pada proses ini, katekin (flavanol) mengalami oksidasi
dan akan menghasilkan thearubigin. Caranya adalah sebagai berikut :
daun teh segar dilayukan terlebih dahulu pada palung pelayu, kemudian
digiling sehingga sel-sel daun rusak. Selanjutnya dilakukan fermentasi
pada suhu sekitar 22-28°C dengan kelembaban sekitar 90%. Lamanya
fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir; biasanya dilakukan
selama 2-4 jam. Apabila proses fermentasi telah selesai, dilakukan
pengeringan sampai kadar air teh kering mencapai 4-6%.
3. Teh oolong
Teh oolong diproses secara semi fermentasi dan dibuat dengan
bahan baku khusus, yaitu varietas tertentu yang memberikan aroma
khusus. Daun teh dilayukan lebih dahulu, kemudian dipanaskan pada
suhu 160-240°C selama 3-7 menit untuk inaktivasi enzim, selanjutnya
digulung dan dikeringkan.
9
II.1.5 Kandungan Kimia Teh Hijau (Camellia sinensis (L.)Kuntze) (13)
Tabel 1. Kandungan Kimia Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
No.
Komponen % Berat Kering
1. Kafein 7,43 2. (-) Epikatekin 1,98 3. (-) Epikatekin gallat 5,20 4. (-) Epigallokatekin 8,42 5. (-) Epigallokatekin gallat 20,29 6. Flavonol 2,23 7. Theanin 4,70 8. Asam glutamate 0,50 9. Asam aspartat 0,50
10. Arginin 0,74 11. Asam amino lain 0,74 12. Gula 6,68 13. Bahan yang dapat mengendapkan alcohol 12,13 14. Kalium (Potassium) 3,96
Sumber : Hartoyo, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan.2003.
II.2 Senyawa Polifenol dan Katekin (34, 38, 39)
II.2.1 Polifenol (39)
Polifenol merupakan suatu senyawa yang mempunyai beberapa
gugus hidroksil (-OH) pada cincin aromatiknya. Senyawa yang termasuk
kedalam polifenol ini adalah semua senyawa yang memiliki struktur dasar
berupa fenol. Fenol sendiri merupakan struktur yang terbentuk dari
benzena tersubtitusi dengan gugus –OH. Gugus –OH yang terkandung
merupakan aktivator yang kuat dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik.
(39)
Gambar 1. Rumus Struktur Senyawa Fenol (Sumber: Del Rio, D.; Costa, L. G.; Lean. Polyphenols and health: What compounds are involved?. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases. 2010)
10
Polifenol dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
berdasarkan unit basanya antara lain asam gallat, asam sinamat, dan
flavon. Selain itu senyawa-senyawa polifenol jika berdasarkan komponen
penyusun fenolnya dapat dibagi menjadi fenol, pyrocatechol, pirogallol,
resorsinol, floroglucinol, dan hidroquinon. (39)
II.2.2 Katekin (34, 38, 39)
Katekin merupakan kelompok utama dari substansi teh hijau yang
paling berpengaruh terhadap seluruh komponen the. Dalam
pengolahannya, senyawa tidak berwarna ini, baik langsung maupun tidak
langsung selalu dihubungkan dengan semua sifat produk teh, yaitu rasa,
warna, dan aroma. (38)
Tabel 2. Sifat Fisika dan Kimia Katekin Sifat Fisika Sifat Kimia
Warna: putih Melting point: 104-106 °C
Boiling point: 254 °C
Tekanan uap: 1 mmHg pada 75 °C
Densitas uap: 3,8 g/m3
Flash point: 137 °C Eksplosion limits: 1,97% (batas atas)
Sensitif terhadap oksigen Sensitif terhadap cahaya (dapat mengalami perubahan warna apabila mengalami kontak langsung dengan udara terbuka) Berfungsi sebagai antioksidan
Substansi yang dihindari: unsur oksidasi, asam klorida, asam anhidrat, basa dan asam nitrat. Larut dalam air hangat
Stabil dalam kondisi agak asam atau netral (pH optimum 4-8)
Sumber: Syah, A. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. 2006. Katekin merupakan flavanoid yang termasuk dalam kelas flavanol
yang paling besar peranannya dalam berbagai khasiat istimewa teh.
Adapun katekin teh yang utama adalah epicatechin (EC), Epicatechin
11
gallat (ECG), Epigallocatechin (EGC), dan Epigallocatechin gallate
(EGCG). Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut dalam air, serta
membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. (38)
Gambar 2. Rumus Struktur Katekin, Epikatekin (EC), Gallokatekin (GC), Epigallokatekin (EGC), Epigallokatekin gallat (EGCG), dan Epikatekin gallat (ECG) (Sumber: Yang,C.S., Chung,J.Y., Yang,G., Chhabra,S.K. and Lee,M.J. Tea and tea polyphenols in cancer prevention. J. Nutrition Ed.130. 2000. hal. 472)
II.3 Ekstraksi
II.3.1 Ekstrak dan Ekstraksi (14, 15, 16)
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus
menjadi serbuk. (14)
Ekstraksi adalah proses penarikan zat yang dapat larut dari bahan
yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (sediaan galenik). Ekstraksi
adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah dan
12
menggunakan pelarut yang dipilih untuk melarutkan zat yang diinginkan.
Tiap-tiap bahan mentah obat disebut ekstrak, tidak mengandung hanya
satu unsur saja tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang
digunakan dan kondisi dari ekstraksi. (15)
Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan
zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Zat
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam
berbagai golongan senyawa. Struktur kimia yang berbeda-beda akan
mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut
terhadap pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman.
Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan
memudahkan pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat.
Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi :
1. Pembuatan serbuk, penyarian tergantung pada sifat fisik dan kimia
simplisia yang bersangkutan dan masing-masing simplisia mempunyai
derajat halus yang tepat untuk memperoleh hasil penyarian yang baik.
2. Pembasahan sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari
memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah
penyarian selanjutnya.
3. Penyarian, dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.
13
Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya dorong
tersebut hingga makin cepat penyarian.
Pemekatan, ekstrak dipekatkan melalui penguapan. Proses
penguapan dianjurkan menggunakan alat yang disebut rotavapor. (15)
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (16):
A. Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara
perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada
temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-
menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang
selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang dilakukan pada
temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban
bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
14
B. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan
alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu
pada temperatur lebih tinggi dari pada temperature ruangan, yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC
3. Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru, dilakukan dengam menggunakan alat soklet sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
4. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut
air pada temperatur 90oC selama 15 menit.
5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian denga menggunakan pelarut
air pada temperatur 90oC selama 30 menit.
II.3.2 Cairan Penyari
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini: (36)
15
1. Murah dan mudah diperoleh
2. Stabil secara fisika dan kimia
3. Bereaksi netral
4. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
5. Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
6. Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
7. Diperbolehkan oleh peraturan
II.4 Uraian Kulit
II.4.1 Anatomi Kulit (17, 18, 19, 20, 21)
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan
dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus
menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi
dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan
terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu
kelenjar holokrin yang besar. Luas permukaan kulit pada orang dewasa
1,5 m2 dan berat kulit sekitar 15% berat badan. (17,18)
16
Kulit dibagi menjadi 3 lapisan besar yaitu: (17-21)
1. Lapisan epidermis atau kutikula
Epidermis dari sudut kosmetik merupakan bagian kulit yang
menarik karena kosmetika dipakai pada epidermis itu. Lapisan epidermis
dibentuk oleh 5 lapisan sel yaitu stratum korneum (lapisan tanduk),
stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basal
(germinativum).
Stratum korneum merupakan lapisan tanduk yang terdiri dari sel-
sel kulit mati. Lapisan ini terdiri atas 15-20 baris sel tanduk. Daerah paling
tebal adalah telapak tangan dan kaki (sekitar 0,4-0,6 mm) tetapi paling
tipis pada daerah muka. Lapisan tanduk merupakan sel gepeng mati, tidak
berinti dan berhubungan erat satu sama lain sehingga merupakan
lembaran tanduk. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis
protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-
bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk melindungi tubuh
dari pengaruh luar. Keratin lapisan tanduk kulit mempunyai kekerasan
yang berbeda dengan kuku dan rambut. Lapisan tanduk sangat sedikit
mengandung air dan dapat menahan penguapan air dari lapisan yang
lebih dalam. Lapisan tanduk mempunyai daya serap terhadap air yang
cukup tinggi; hal ini akan terlihat jelas apabila kulit terendam air maka
lapisan tanduknya akan mengembung dan dapat mengelupas secara
utuh. Lama hidup keratinosit mulai sejak mitosis di lapisan basal sampai
terlepas dari lapisan tanduk (turn over time) berkisar 20-45 hari.
17
Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab
tipis yang bersifat asam, disebut Mantel Asam Kulit dengan tingkat
keasaman yang umumnya berkisar antara 4,5-6,5. Mantel asam kulit
mengandung unsur lemak (antara lain kolesterol dan malam/wax).
Tranggono (1987) menemukan bahwa pada 400 orang Indonesia,
ditemukan nilai pH pria 5,60 ± 0,08 dan wanita 5,86 ± 0,02. Karena itu
hendaknya pH kosmetika diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan
pH fisiologis “mantel asam” kulit, yaitu antara 4,5-6,5. Kosmetika demikian
disebut kosmetika dengan “pH-balanced’
Stratum lusidum (lapisan bening) berada tepat di bawah stratum
korneum dan dianggap sebagai lapisan yang berada di antara lapisan
korneum dan lapisan granuler yang mengandung eleidin. Lapisan ini
mengontrol keluar masuknya air melalui kulit. Lapisan ini jelas tampak
pada telapak tangan dan kaki. Antara stratum lusidum dan stratum
granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang
tidak bisa ditembus (impermeable). Sel di lapisan bening batasnya tidak
jelas, berinti gepeng dan tampak samar-samar. Protoplasmanya
mengandung eleidin yang terlihat jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum (lapisan butir) atau lapisan granuler
mengandung keratohialin yang merupakan zat pendahulu keratin. Sel
berbentuk kumparan, tersusun 2-4 baris. Ketebalan lapisan ini bervariasi,
lapisan yang paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Lapisan ini
tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,
18
berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir
keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi
katalisator proses pertandukan kulit.
Stratum spinosum (lapisan taju) terdiri dari beberapa lapis sel
yang berbentuk kubus dan seperti berduri, dengan inti yang besar dan
oval yang dihubungkan oleh tonofilamen (tonofibril) membentuk jembatan
antarsel. Di antara sel-sel taju terdapat ruang antarsel yang berguna untuk
distribusi cairan ekstraseluler dan melanin. Lebih ke arah dermis sel taju
banyak yang berada dalam keadaan mitosis. Sel-sel stratum spinosum
mengandung banyak glikogen dan disekitar sel-selnya terdapat cairan
limfe.
Stratum basal (lapisan benih) merupakan dasar epidermis,
berproduksi dengan mitosis. Stratum basal terdiri dari sel-sel berbentuk
kubus yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo epidermal dan
berbasis seperti pagar. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel yaitu sel
berbentuk kolumnur dan sel pembentuk melanin (melanosit); sel ini
mengandung butir pigmen (melanosomes). Sel-sel melanosit, yaitu sel-sel
yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk
pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya.
Warna kulit yang terlihat oleh mata ditentukan oleh faktor
pencahayaan dan sudut penglihatan mata, daya serap unsur-unsur
cahaya oleh lapisan kulit, daya urai cahaya matahari oleh lapisan kulit,
19
ketebalan sel-sel penyusun kulit dan ditemukannya bermacam-macam
bahan di kulit seperti karotenoid (kuning), oksi-Hb (merah), Hb (biru) dan
melanin (cokelat). Yang paling penting di antaranya ialah melanin yang
dibuat oleh melanosit. Istilah melanosit diartikan semua jenis sel yang
dapat menghasilkan pigmen gelap, sedangkan melanin berarti zat warna
yang mempunyai variasi warna dari kuning hingga hitam. Melanosit
mudah dikenal karena tidak mempunyai tonofibril dan desmosom.
Pembentukan melanin dalam melanosom terjadi di sekitar badan Golgi.
Melanosom berfungsi pula membawa melanin ke keratinosit melalui
dendrit. Premelanosom dibuat di retikulum endoplasma dan bersama
enzim tirosinase dipindahkan ke arah badan Golgi dan dimulailah
perencanaan pembentukan melanin secara teratur dengan berbagai
tingkat kematangan. Melanisasi dalam melanosom terdiri atas empat
tingkatan, yaitu pembentukan tirosinase dan beberapa filamen,
pembentukan filamen-filamen sudah banyak, mulai pembentukan melanin
(melanisasi) serta melanosom sudah cukup mengandung melanin.
Ada 2 macam pigmen melanin, yaitu eumelanin dan feomelanin.
Eumelanin memberikan warna gelap, terutama hitam, cokelat dan
variasinya. Pigmen ini tidak larut dalam hampir semua macam larutan,
mempunyai berat molekul yang tinggi, mengandung nitrogen dan terjadi
karena oksidasi polimerisasi bentuk intermediate yang berasal dari DOPA.
Sedangkan, feomelanin memberikan warna cerah, kuning sampai merah,
20
larut dalam alkali, mengandung nitrogen dan sulfur, terutama terdiri atas
benzotiazin dan benzotiazol, berasal dari sintesis sisteinildopa.
2. Lapisan dermis
Lapisan ini adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih
tebal dari pada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa
dengan elemen seluler, kelenjar rambut sebagai adneksa, terdiri atas :
a. Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, elastis dan retikulin.
3. Lapisan subkutan
Lapisan terdalam kulit adalah jaringan subkutan atau hipodermis.
Hipodermis berperan sebagai penyekat panas, penyerap tekanan, dan
penyimpan energi. Lapisan ini merupakan jaringan yang terdiri dari sel-sel
lemak yang tersusun dalam lobul dan terhubung pada dermis melalui
interkoneksi antara kolagen dan serabut elastin. Sel-sel utama dalam
hipodermis adalah fibroblas dan magrofag. Salah satu peran utama
hipodermis adalah membawa sistem vaskular dan neuron untuk kulit.
Hipodermis juga menjaga agar kulit melekat pada otot. Fibroblas dan
adiposit dapat distimulasi melalui sejumlah cairan interstisial dan cairan
limfa dalam kulit dan jaringan subkutan.
21
Gambar 3. Lapisan kulit normal dengan bagian-bagiannya (Sumber : Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Di dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed.3. 1999. hal. 6)
II.4.2 Fisiologi Kulit (22)
a. Sistem hidroregulator
Kulit memiliki permeabilitas yang sangat terbatas terhadap air.
Penyangga yang mengatur proses penetrasi ke dalam tubuh tidak lansung
pada permukaan kulit, tetapi berada di bawah lapisan korneal dan disebut
Rein’s barrier. Jaringan yang terletak di bawah membran ini
tersambungkan dengan kapiler-kapiler darah pada kulit, memiliki aliran
darah normal, dan memiliki kadar air 70-80%. Sedangkan kadar air pada
lapisan korneal yang terletak di atas membran ini sekitar 10%. Kadar air
yang rendah pada permukaan kulit akan menghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur. Kadar air pada lapisan korneal juga tidak boleh terlalu
22
rendah, karena elastisitas lapisan korneal tergantung pada kadar air. Jika
terlalu kering, kulit akan menjadi rapuh.
Hilangnya air dari kulit dipengaruhi oleh kelembaban udara.
Permukaan lapisan korneal mengandung senyawa hidrofilik dan lapisan
sebaseus, sehingga lapisan korneal tidak akan mengalami kekeringan
walaupun kelembaban atmosfer sangat rendah.
b. Pernapasan kulit
Seperti jaringan hidup lainnya, kulit juga membutuhkan oksigen
dan melepaskan karbon dioksida. Kulit mengambil oksigen dari
lingkungan sekitarnya hanya dalam jumlah sedikit, sedangkan oksigen
terbanyak diperoleh dari aliran darah. Pernapasan yang dilakukan oleh
kulit terbatas jika dibandingkan dengan pernapasan yang dilakukan oleh
paru-paru, namun kulit tetap membutuhkan oksigen yang diperoleh
langsung dari udara walaupun jumlahnya sangat sedikit.
c. Mantel asam
Kulit yang sehat mempunyai pH asam lemah. Lapisan lemak yang
menutupi stratum korneum biasanya mempunyai pH 4,5-6,5. Berdasarkan
uji pH wanita biasanya sedikit lebih tinggi (kurang asam) dari pada pria.
Mantel asam berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur. Istilah mantel asam diberikan bukan karena harga pH yang rendah,
tetapi karena adanya senyawa spesifik yang memproduksi asam. Hal ini
didukung oleh suatu penemuan yang menunjukkan bahwa lemak pada
kulit juga mengandung asam yang memiliki efek fungisidal (asam jenuh)
23
dan bakterisidal (asam tak jenuh). Jacobi dan Heinrich memilih mantel
asam pada kulit sebagai garis awal dari ketahanan tubuh melawan
pengaruh luar. Selain itu, kapasitas dapar dan kemampuan asam untuk
bergenerasi juga berperan penting dalam memberikan perlindungan.
II.5 Tabir Surya (9, 23)
Sinar matahari mencapai permukaan dari bumi, terdiri dari 44,3%
sinar tampak (400-760 nm), 49,5% sinar infra merah/IR (760-1 x 106 nm),
dan hanya 6,2% sinar UV (100-400 nm). Pada radiasi UV, 98% adalah
UV-A (320-400 nm) dan sisanya 2% adalah sinar UV-B (290-320 nm),
sementara itu sinar UV-C (100-290 nm), yang memiliki energi paling tinggi
dan paling berbahaya tidak sampai ke permukaan bumi karena tersaring
oleh ozon pada lapisan atmosfer. (9, 23)
Gambar 4. Spektrum Radiasi Sinar Ultraviolet (Sumber : Hill D. Human Exposure To Ultraviolet Radiation. 1999)
Pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang dalam
daerah UV-A akan menimbulkan warna kegelapan pada kulit (pigmentasi)
dengan cara menstimulasi pembentukan melanin pada lapisan dermis
yang bekerja sebagai lapisan pelindung pada kulit. Sinar UV-A juga dapat
menimbulkan sunburn namun lebih lemah dibandingkan sinar UV-B.
24
Sinar UV-A terbagi menjadi sinar UV-A I (340-400 nm) atau sinar UV-A
jauh dan sinar UV-A II (320-340 nm) atau sinar UV A dekat. Radiasi sinar
UV-B (sunburn spectrum) berpenetrasi di lapisan stratum korneum dan
epidermis yang cukup kuat untuk menyebabkan eritema (kulit terbakar
yang parah). Intensitas sinar UV-A yang sampai ke bumi kira-kira 10 kali
sinar UV-B. Sinar UV-A memiliki energi yang lebih rendah daripada UV-B,
namun UV-A dapat berpenetrasi ke dalam dermis menyebabkan elastosis
(kehilangan struktur pendukung dan elastisitas kulit). Sinar UV-C yang
mematikan disebut spektrum germisidal. Efek buruk sinar UV dipengaruhi
oleh faktor individu (sensitivitas seseorang), frekuensi, lama pajanan serta
intensitas radiasi sinar UV. (23-25)
Berdasarkan respon kulit terhadap paparan sinar surya berenergi
3 dosis eritema minimal (DEM), kulit manusia dapat dibedakan atas 6 jenis
kulit mulai, yakni (26)
Tabel 3. Tipe kulit berdasarkan respon kulit terhadap paparan sinar surya Tipe
Kulit
Warna Kulit
Konstitutif
Sensitifitas
Terhadap Sinar UV
Riwayat Eritema/Pigmentasi
I Putih Sangat sensitif Mudah eritema, tidak pernah
pigmentasi
II Putih Sangat sensitif Mudah eritema, pigmentasi minimal
III Putih Sensitif Eritema sedang, pigmentasi sedang
V Coklat
muda
Sensitif sedang Eritema minimal, mudah mengalami
pigmentasi dan pigmentasi sedang
V Coklat Sensitif minimal Jarang eritema, coklat tua
VI Coklat tua
atau hitam
Tidak sensitif Tidak pernah terbakar, coklat tua
atau hitam Sumber: Pathak MA. Sunscreens: topical and systematic approaches for protection of human skin against hafmful effect of solar radiation. 1982.
25
1. Eritema
Eritema merupakan salah satu tanda terjadinya proses inflamasi
akibat pajanan sinar UV dan terjadi apabila volume darah dalam
pembuluh darah dermis meningkat hingga 38% di atas volume normal.
Paparan sinar UV-B pada binatang menimbulkan eritema yang
berlangsung dalam dua tahap; eritema cepat selama beberapa detik dan
eritema lambat yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit sampai
beberapa jam. Pada manusia, respon eritema cepat biasanya hanya
terjadi pada orang yang mempunyai kulit tipe I dan II, tetapi respon
eritema lambat dapat terjadi pada setiap orang yang terpapar sinar UV-B
(27). Pada orang berkulit tipe III dan IV respon ini mulai tampak setelah 3-
12 jam dan mencapai puncaknya 20-24 jam setelah paparan UV-B yang
ditandai dengan eritema, diikuti juga dengan gatal dan nyeri pada daerah
yang terpapar sinar surya. (28)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinar UV-A dapat
menyebabkan respon eritema, tetapi kurang efektif dan hanya sinar UV-B
yang sangat efektif menyebabkan eritema dan menstimulasi pigmentasi
kulit. (26) Sinar UV-A membutuhkan 6000-1000 kali dosis yang dibutuhkan
sinar UV-B. Pada siang hari intensitas sinar UV-A sepuluh kali sinar UV-B.
(29) Sinar UV dosis tinggi menimbulkan respon eritema yang lebih cepat
dan mungkin menetap selama beberapa minggu pada orang berkulit
terang dan orang berusia lanjut. (30,31)
26
2. Pigmentasi
Peningkatan pigmen melanin setelah paparan sinar UV terjadi
dalam dua tahap; tipe cepat dan tipe lambat. Pigmentasi cepat (Immediate
pigmentation) merupakan pigmentasi akibat oksidasi melanin pada saat
paparan sinar UV-A, dan segera menghilang bila paparan dihentikan.
Respon ini tampak jelas pada orang berkulit gelap. Respon pigmentasi
lambat (delayed pigmentation) terjadi secara bertahap, 48-72 jam setelah
terpapar sinar UV-B akibat pembentukan melanin baru dan mencapai
puncaknya setelah 5-7 hari (28) dan menghilang setelah beberapa minggu
(31). Mekanisme melanogenesis setelah paparan sinar UV terdiri dari
aktivasi tirosinase oleh kerusakan DNA dan pemulihan DNA sebagai
signal bagi peningkatan melanogenesis. (29)
3. Penuaan dini (aging)
Paparan kronik sinar surya khususnya sinar UV-B menimbulkan
perubahan mikroskopik pada kulit berupa penipisan jaringan kolagen kulit
sehingga elastisitas kulit berkurang, timbul kerutan pada wajah dan
pigmentasi kulit, dan kelainan tersebut dikenal sebagai penuaan dini
(aging). Paparan kronis sinar UV-A tidak menimbulkan perubahan
mikroskopik tetapi bila ditambahkan fotosensitizer seperti methoxalen
akan menimbulkan efek yang sama dengan sinar UV-B. (32)
Secara alami, kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta
organ-organ di bawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain
dengan membentuk butir-butir pigmen kulit (melanin) yang sedikit banyak
27
memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar sinar matahari,
maka timbul dua tipe reaksi melanin: (17)
a. Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit.
b. Pembentukan tambahan melanin baru.
Secara lazim, ada dua cara perlindungan pada kulit: (17)
a. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, serta
pemakaian bahan-bahan kimia yang melindungi kulit dengan jalan
memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya titanium dioksida,
seng oksida, kaolin, kalsium karbonat, magnesium karbonat, talk,
silisium dioksida dan bahan-bahan dasar bedak (foundation).
b. Perlindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia. Ada dua
kelompok bahan kimia ini :
o Bahan yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan kulit
(tanning), misalnya dioksi aseton dan 8-metoksi psoralen, yang
dikonsumsi 2 jam sebelum berjemur. Bahan ini mempercepat
pembentukan pigmen melanin di permukaan kulit.
o Bahan yang menyerap UV-B tetapi meneruskan UV-A dalam kulit,
misalnya Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan derivatnya, sinamat,
antranilat, benzofenon, digalloyl trioleat, dan petrolatum veteriner
merah. PABA dan sejumlah bahan tersebut bersifat photosensitizer,
yaitu jika terkena sinar matahari terik seperti halnya di negara tropis
Indonesia dapat menimbulkan berbagai reaksi negatif pada kulit,
seperti photoallergy, phototoxic, di samping pencoklatan kulit (tanning)
28
yang tidak disukai oleh orang Asia yang menyukai kulit yang berwarna
putih.
Bahan-bahan kimia tabir surya dapat diklasifikasikan berdasarkan
tipe perlindungan yang diberikan baik sebagai penghalang fisik atau
penyerap kimia: (17)
a. Penghalang Fisik
Bahan kimia tabir surya ini memantulkan atau menghamburkan
radiasi UV. Contoh penghalang fisik terutama titanium dioksida (TiO2),
seng oksida (ZnO), dan petrolatum merah. Tabir surya ini menahan
rentang cahaya paling luas termasuk sinar UV, sinar tampak, dan sinar
infra merah.
b. Penyerap Kimia
Bahan penyerap kimia mengabsorpsi/menyerap radiasi UV yang
berbahaya. Bahan-bahan kimia ini terbagi atas dua bergantung pada tipe
radiasi yang dilindungi :
- Penyerap UV-A, adalah bahan-bahan kimia yang cenderung menyerap
radiasi dalam daerah 320-360 nm dari spektrum UV (benzofenon,
antranilat, dan dibenzoil metana)
- Penyerap UV-B, adalah bahan-bahan kimia yang menyerap radiasi
dalam daerah 290-320 nm dari spektrum UV (turunan PABA, salisilat,
dan turunan kamfer).
Kemampuan menahan sinar ultraviolet dan tabir surya dinilai
dalam faktor proteksi sinar (SPF) yaitu perbandingan antara dosis minimal
29
yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi
dengan tabir surya dengan yang tidak diolesi tabir surya. Nilai SPF ini
berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap
baik berada di atas 15. Pembagian tingkat kemampuan tabir surya
sebagai berikut :
1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antaranilat
2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat
3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivat PABA
4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non PABA dan
fisik.
Penentuan kekuatan produk tabir surya dapat dilakukan dengan
menggunakan pengukuran sederhana serapan gelombang produk dalam
larutan. Pertimbangan hubungan beberapa metode melibatkan hukum
Lambert-Beer. Turunan bentuk dari hukum Lambert-Beer yang digunakan
adalah: (11)
ctcmE ..%1
110II
s
−=
Keterangan: Is = intensitas sinar mula-mula I = intensitas sinar yang melewati larutan dengan ketebalan t cm c = konsentrasi bahan tabir surya dalam larutan (%)
1%cm 1E = absorpsitivitas, serapan gelombang dari larutan 1% pada
ketebalan larutan 1 cm.
30
4
s
%1cm 1 10
CAE ×=
Keterangan: A = serapan gelombang larutan 0,1 g/L dari sediaan tabir surya (dalam alkohol), menggunakan kuvet 1 cm
Cs = konsentrasi dari bahan tabir surya dalam sediaan tabir surya.
t500C c s
×=
sehingga,
karena SPF = , maka A 2010 SPF −=
II.6 Spektrofotometer (33)
Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang
diserap oleh atom atau molekul disebut spektrofotometer. Jenis
spektrofotometer yang tersedia berbeda-beda, tergantung pada cahaya
yang digunakan, apakah berkas cahaya tunggal atau berkas sampel dan
pembanding secara terpisah, dan apakah pengukurannya dilakukan pada
panjang gelombang tetap atau memindai spektrum pada berbagai panjang
gelombang. Seperti pada sebagian besar alat analitik, akurasi, presisi, dan
biayanya sangat bervariasi. (33)
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya atau lampu yang digunakan adalah dua lampu
terpisah yang digunakan secara bersama-sama, yang mencangkup
A 20
s
10II −=
sII
31
seluruh daerah tampak dan daerah ultraviolet spektrum elekteromagnetik.
Untuk senyawa yang menyerap pada daerah ultraviolet spektrum,
diperlukan lampu deterium. Deuterium merupakan salah satu isotop berat
hidrogen yang memiliki satu neutron lebih banyak dari hidrogen biasa di
dalam nukleusnya. Lampu deuterium merupakan sumber berenergi besar
yang mengemisikan cahaya dengan panjang gelombang kira-kira 200-370
nm dan digunakan pada semua spektroskopi di daerah ultraviolet
spektrum.
b. Monokromator
Pada sebagian besar pengukuran kuantitatif, cahaya yang
digunakan harus monokromatik, yaitu cahaya dengan satu panjang
gelombang tertentu. Cahaya monokromatik ini didapatkan dengan
melewatkan cahaya polikromatik (yaitu cahaya dengan berbagai panjang
gelombang) pada sebuah monokromator. Monokromator pada
spektrofotometer modern ada dua jenis, yaitu prisma atau kisi difraksi.
Prisma adalah suatu potongan kuarsa berbentuk segitiga, yang
membiaskan (atau membelokkan) cahaya yang melaluinya. Tingkat
pembiasan ini bergantung pada panjang gelombang cahaya, sehingga
seberkas cahaya putih dapat dipecah menjadi warna-warna komponennya
dengan melewati sebuah prisma. Prisma tersebut kemudian diputar untuk
memilih panjang gelombang tertentu yang diperlukan untuk penetapan
kadar. Kisi difraksi adalah suatu potongan kecil gelas kaca yang di
atasnya terdapat banyak garis berjarak sama, telah dipotong-potong
32
menjadi beberapa ribu per milimeter kisi, dan menghasilkan suatu struktur
yang tampak seperti sisir kecil. Jarak antara potongan-potongan tersebut
kurang lebih sama dengan panjang gelombang cahaya, sehingga
seberkas cahaya polikromatik akan dibiaskan menjadi panjang gelombang
komponen-komponennya oleh kisi-kisi tersebut. Kisi-kisi tersebut
kemudian diputar untuk memilih panjang gelombang.
c. Detektor
Setelah cahaya melewati sampel, penurunan intensitas yang
terjadi karena penyerapan diukur oleh detektor. Detektor biasanya berupa
suatu alat elektronik yang pintar disebut tabung fotopengganda
(photomultiplier tube), yang mengubah intensitas berkas cahaya menjadi
sinyal elektrik yang dapat diukur dengan mudah, dan juga bertindak
sebagai amplifier (penguat) untuk meningkatkan kekuatan sinyal secara
terus menerus. Cahaya yang memasuki tabung dan menabrak katoda,
sehingga melepaskan elektron yang bergerak ke arah anoda yang berada
di atasnya. Jika elektron menabrak anoda ini, elektron-elektron tersebut
melepaskan elektron lebih banyak lagi dan kemudian akan bergerak ke
anoda yang berada di atasnya dan proses ini akan terulang kembali.
Dengan cara inilah terbentuk kaskade elektron dan sinyalnya diperkuat.
Begitu meninggalkan tabung fotopengganda, sinyal elektrik segera
dihubungkan dengan suatu perekam jika diperlukan hasil cetakan, atau
yang lebih umum dihubungkan ke suatu layar yang dapat menampilkan
spektrum penyerapannya. Spektrofotometer modern saat ini kebanyakan
33
dihubungkan dengan komputer pribadi (personal computer) agar dapat
menyimpan banyak data atau untuk menyediakan akses ke tempat
kumpulan spektrum yang tersimpan pada piranti keras komputer tersebut.
Tabel 4. Hubungan Antara Warna dengan Panjang Gelombang Sinar Tampak Panjang
gelombang Warna yang diserap Warna yang diamati/
warna komplementer 400-435 nm
450-480 nm
480-490 nm
490-500 nm
500-560 nm
560-580 nm
580-595 nm
595-610 nm
610-750 nm
Ungu (lembayung)
Biru
Biru kehijauan
Hijau kebiruan
Hijau
Hijau kekuningan
Kuning
Jingga
Merah
Hijau kekuningan
Kuning
Jingga
Merah
Merah anggur
Ungu (lembayung)
Biru
Biru kekuningan
Hijau kebiruan
Sumber : Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. 2007
Pada umumnya molekul senyawa menyerap radiasi pada panjang
gelombang ultraviolet meskipun beberapa senyawa yang memiliki warna
akan radiasi pada panjang gelombang sinar tampak (visible). Serapan
radiasi UV/Vis terjadi melalui proses eksitasi elektron menuju tingkatan
energi yang lebih tinggi. Transisi ini terjadi dari tingkat energi elektron
pada keadaan dasar menuju tingkat energi elektron pada keadaan
tereksitasi. Serangkaian proses inilah yang akan menghasilkan spektra
senyawa tersebut.
34
Gambar 5. Diagram Tingkat Energi Transisi Elektronik (Sumber : Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. 2007)
Sumber cahaya untuk sinar tampak (400-800 nm) biasanya berupa
lampu tungsten filament atau lampu tungsten halogen. Untuk UV (200-400
nm), sumber cahaya biasanya adalah lampu deuterium. Sampel berupa
cairan encer dari sejumlah analit dengan menggunakan pelarut yang
memiiki serapan yang rendah. Larutan sampel ditempatkan dalam kuvet
yang pada umumnya memiliki ketebalan 1 cm, yang selanjutnya akan
dikur serapannya (42).
Gambar 6. Diagram sederhana spektrofotometer UV/Vis (Sumber : Kealey, D. dan Haines, P.J. Instant Notes : Analitycal Chemistry. 2002)
35
Spektrofotometer tebagi dalam dua tipe yaitu :
a. Spektrofotometer Single-Beam
Panjang gelombang yang sesuai dipancarkan menggunakan prisma,
sebuah cermin pemantul, dan sebuah celah yang akan memancarkan
cahaya monokromator yang berasal dari instrument. Panjang
gelombang yang tertera pada spektrofotometer dapat diatur menjadi
nilai yang lebih spesifik (41).
Gambar 7. Diagram sederhana sperktrofotometer Single-Beam (Sumber : Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2nd Ed. : Methodology, Theory, Instrumentation, Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. 2005)
Ket. A : sumber cahaya E : cermin collimator B : cermin condensing F : prisma
C : celah masuk G : kuvet D : celah H : phototube Sumber cahaya (A) akan diarahkan menuju cermin condensing
(B) dan akan memancarkan berkas sinar menuju celah masuk (C) yang
diatur dengan sudut 45o. Selanjutnya, berkas sinar akan diarahkan menuju
celah (D) yang dapat diatur ukurannya sesuai dengan panjang gelombang
yang diinginkan. Berkas sinar yang dihasilkan kemudian menuju cermin
collimator dimana berkas sinar akan menjadi parallel dan direfleksikan
oleh prisma (F) dan mengalami refraksi (41).
36
b. Spektrofotometer Double-Beam
Gambar 8. Diagram sederhana spektrofotometer Double-Beam (Sumber : Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2nd Ed. : Methodology, Theory, Instrumentation, Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. 2005)
Ket. VIS-LAMP : lampu tungsten UV-LAMP : lampu hydrogen (HL) P1 : cermin pengatur sumber cahaya M1,M2,M3,M4 : cermin FW : filter ES 1 : celah masuk ES 2 : celah keluar BS : pemecah berkas sinar R : sampel baku S : sampel DD 1, DD2 : diode detector
Setelah melewati cermin 1 (M1), berkas sinar yang dipancarkan
akan direfleksikan dan memasuki filter (FW) menuju celah masuk (ES 1)
dan dipancarkan ke monokromator. Selanjutnya, berkas sinar menuju
celah keluar (ES 2) dan jatuh pada cermin 2 (M2). Pemecah berkas sinar
(BS) akan memecah sinar yang berasal dari M2 menjadi dua bagian, satu
beras sinar akan menuju cermin 4 (M4) dan akan diarahkan pada sampel
baku (R) menuju diode detector (DD 1). Berkas sinar yang lainnya menuju
37
cermin 3 (M3) dan diarahkan pada sampel (S) menuju diode detector (DD
2) (41).
II.6.1 Aplikasi
Spektra UV/vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
a. Aspek Kualitatif
Data spektra UV/Vis secara sendiri tidak dapat digunakan untuk
identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung
dengan cara lain seperti spekroskopi infra merah, resonansi magnet
inti, dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk maksud
identifikasi/analisis kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang
diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah penjang gelombang
maksimum, intensitas, efek pH, dan pelarut yang kesemuanya itu
dapat dibandingkan dengan data yang suah dipublikasikan (40).
b. Aspek Kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas sinar dikenakan pada cuplikan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur
besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan
membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas
sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas
atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang
melaluisatu satuan luas penampang per detik. Serapan dapat terjadi
jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama
38
dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya
perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan
dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya akan tetapi
penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses
penyerapan. Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri
UV/Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan
yaitu (1) analisis zat tunggal atau analisis satu komponen, (2) analisis
kuantitatif campuran atau analisis dua komponen, dan (3) analisis
kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih atau analisis multi
komponen (40).
II.7 Uraian Bahan
1. Asam gallat (37)
Nama lain asam gallat adalah 3,4,5-trihydroxybenzoic acid, gallic
acid, gallate, dan 3,4,5-trihidroksibenzoat. Secara fisik berupa zat padat
kristal serbuk halus; berwarna putih kekuningan atau hampir coklat
kekuningan. Merupakan golongan asam fenolik C6-C1 atau
hidroksibenzoat, yaitu asam 3,4,5-trihidroksibenzoat.
Gambar 9. Rumus Struktur Asam Gallat. (Sumber : http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov /summary/summary.cgi?cid=370)
39
Rumus molekul C7H6O5. Berat molekul asam gallat adalah
170,12 g/mol. Praktis larut dalam air. Memiliki titik lebur tidak kurang dari
239,1oC. Asam gallat digunakan sebagai standar baku penentu polifenol
(kurva baku polifenol secara spektrofotometeri). Serapan gelombang pada
panjang gelombang antara 550-750 nm, penandaan fenol pada panjang
gelombang 660 nm (Fluka Analytical Sigma-Aldrich Chemie GmbH)
2. Natrium Karbonat (37)
Natrium Karbonat dikenal sebagai sodium carbonate, washing
soda, dan soda ash. Berupa padatan kristal berwarna putih, heptahidrat
bersifat higroskopis; tidak berbau. Rumus molekul natrium karbonat
adalah Na2CO3. Berat molekulnya 105,9784 g/mol. Kelarutan dalam air
yakni larut dalam 70 bagian air. Memiliki titik lebur 851oC. Natrium
karbonat digunakan sebagai larutan pereaksi yang memberikan suasana
asam.
3. Folin Ciocalteu (35, 37)
Reagen Folin Ciocalteu adalah pereaksi kimia yang terdiri dari
campuran asam fosfomolibdat dan fosfotungstat. Adanya inti aromatis
dapat mereduksi Folin Ciocalteu. Hasil oksidasi reduksi dari Folin
Ciocalteau membentuk warna biru yang dapat dibaca pada panjang
gelombang maksimal 765 nm.
Komposisi pereaksi Folin Ciocalteu yaitu: (35)
- Natrium Tungstat P (Na2WO4) 100 g
- Natrium Molibdat P(Na2MoO4) 25 g
40
- Asam Fosfat P(H2PO4) 50 mL
- Asam Klorida P (HCl) 100 mL
- Litium Sulfat (LiSO4) 150 g
- Brom P (Br2) 50 g
- Air Suling 1000 mL
Intensitas absorbsi pada panjang gelombang adalah proporsional
dengan konsentrasi fenol. Metode Folin Ciocalteau telah ditetapkan
sebagai prosedur resmi penetapan kadar total fenol dalam anggur oleh
OIV (Office Internacional de la Vigne et du vin) dan ditetapkan sebagai
prosedur standar analisis total fenolik oleh OIV pada tahun 1990.
41
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bejana
maserasi, eksikator silica gel, freeze dryer (Scanvac® Coolsafe Pro 100-4),
gelas piala (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), labu ukur (Pyrex®), penangas air
(Memmert®), pipet volume (Pyrex®), rotavapor (Buchi®), spektrofotometer
UV-Vis (Agilent®), dan timbangan analitis (Sartorius®).
Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling (aquades), air
suling bebas CO2, asam gallat (Merck®), aseton, etanol 70%, metanol pa
(Merck®), metanol 70%, metanol 90%, Na2CO3 (Merck®), simplisia daun
teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze), dan reagen Follin-Ciocalteu
(FC)(Merck®).
III.2 Metode Kerja
III.2.1 Pengambilan Sampel
Sampel daun teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) diperoleh dari
Kebun Teh Malino, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
III.2.2 Penyiapan Sampel
Sampel daun teh dipetik bagian pucuk hingga daun ke tiga dari
pucuk, kemudian dicuci bersih dengan air mengalir. Setelah itu,
dilanjutkan dengan pembuatan teh hijau melalui proses-proses khusus,
yakni;
42
1. Proses Pelayuan
1. Daun teh ditebar dalam wadah & diaduk-aduk untuk mengurangi
kandungan air yang terbawa pada daun.
2. Setelah itu daun teh dilayukan dengan melewatkan daun tersebut
pada silinder panas ± sekitar 5 menit (sistem panning), proses
pelayuan ini bertujuan untuk inaktivasi enzim sehingga akan
menghambat timbulnya proses fermentasi.
3. Menurunkan kadar air menjadi sekitar 60 - 70 %.
2. Proses Pendinginan
Bertujuan untuk menurunkan suhu pada daun setelah melalui
proses pelayuan.
3. Proses Penggulungan daun
1. Menggunakan mesin penggulung, bertujuan untuk memecah sel-sel
daun sehingga kandungan senyawa teh yang dihasilkan akan
maksimal. Daun yang dihasilkan sedapat mungkin tidak remuk /
hanya tergulung, dan mempunyai rasa yang lebih sepat.
3. Proses penggulungan berkisar antara 15 - 30 menit.
4. Proses Pengeringan
1. Proses pengeringan yang pertama dilakukan adalah dengan
menggunakan pengering konvensional, kemudian setelah itu
langsung dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan rotary drier.
Proses ini dlakukan pada suhu sekitar 110° - 135°C selama ± 30
menit.
43
2. Proses pengeringan pertama akan menurunkan kadar air menjadi
30-35 %, bertujuan memperpekat cairan sel.
3. Proses pengeringan kedua akan memperbaiki bentuk gulungan
daun, suhu yang dipergunakan berkisar antara 70°-95°C dengan
waktu sekitar 60-90 menit.
4. Daun teh hijau yang dihasilkan mempunyai kadar air 4-6 %.
5. Proses Penyerbukkan
Setelah sampel daun teh hijau kering dengan kandungan kadar air
sesuai, kemudian simplisia diserbukkan dan dilakukan pengayakan
dengan ayakan 60 mesh.
III.2.3 Ekstraksi Sampel
Serbuk simplisia teh hijau diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan cairan penyari etanol 70%, aseton, dan air suling. Masing-
masing sebanyak 300 g serbuk simplisia teh hijau dimasukkan ke dalam
tiap bejana maserasi I, II, dan III, lalu ditambahkan cairan penyari
sebanyak 1 liter (sampel terendam sempurna dalam bejana) berturut-turut,
yaitu etanol 70% pada bejana maserasi I, aseton ke bejana maserasi II,
didiamkan selama 5 hari sambil sesekali diaduk. Sedangkan penyari air
suling diseduh dengan air suling yang sudah didih selama 60 menit
dengan cara serbuk simplisia teh hijau dimasukkan ke dalam bejana III,
lalu ditambahkan aquades mendidih sebanyak 500 mL kemudian ditutup
rapat sambil sekali diaduk kemudian filtrat disaring. Maserat Etanol 70%
dan aseton yang terkumpul dipekatkan dengan rotavapor sampai
44
diperoleh ekstrak kental, sehingga dilakukan 3 kali ekstraksi. Kemudian
ekstrak kental tersebut diangin-anginkan hingga penyari menguap dan
ekstrak berwujud kering, kecuali ekstrak penyari air suling setelah
terfiltrasi harus selanjutnya diliofilisasi.
III.2.4 Liofilisasi Sampel
Ekstrak teh hijau penyari air suling yang diperoleh selanjutnya
dibekukeringkan (liofilisasi) menggunakan alat freeze dryer selama 48
jam, sehingga diperoleh ekstrak yang kering.
III.2.5 Kandungan Total Polifenol
III.2.5.1 Pembuatan Larutan Na2CO3 10%
Na2CO3 sebanyak 1,0 gram dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL,
lalu dilarutkan dengan 5 mL air suling bebas CO2, kemudian dicukupkan
volumenya dengan air suling bebas CO2 hingga batas. Didiamkan selama
satu malam pada tempat yang gelap.
III.2.5.2 Pembuatan Larutan Stok Asam Gallat
Asam gallat sebanyak 10,0 mg dimasukkan ke dalam labu ukur 10
mL, kemudian dilarutkan dengan 5 mL air suling bebas CO2, lalu
dicukupkan volumenya dengan air suling bebas CO2 sampai batas tanda
(diperoleh konsentrasi 1000 bpj).
III.2.5.3 Pembuatan Kurva Baku
Larutan asam gallat dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan
50 bpj dengan cara dipipet masing-masing 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 mL
larutan asam gallat ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian ditambah
45
dengan 100 µL reagen FC dihomogenkan dengan vortex selama 1 menit
dan ditambah 1 mL Na2CO3 10% b/v, dihomogenkan kembali selama 1
menit, lalu ditambah dengan air suling bebas CO2 sampai garis tanda (10
mL), masing-masing konsentrasi diukur serapannya pada panjang
gelombang 655 nm. Selanjutnya dibuat kurva antara serapan terhadap
konsentrasi.
II.2.5.4 Penentuan Total Polifenol
II.2.5.4.1 Pembuatan Larutan Sampel
Ekstrak ditimbang 10,0 mg, dimasukkan ke dalam vial selanjutnya
dilarutkan masing-masing ekstrak teh hijau penyari aquades, etanol 70%,
dan aseton dengan metanol pa., kemudian dipindahkan ke dalam labu
ukur 10 mL dan dicukpkan dengan metanol pa. hingga batas. lalu
dihomogenkan dengan vortex selama 1 menit. Diambil 1 mL dari sampel
berdasarkan masing-masing penyari kedalam labu tentukur 10 mL,
kemudian ditambah dengan 100 µL reagen FC dihomogenkan dengan
vortex selama 1 menit dan ditambah 1 mL Na2CO3 10% b/v,
dihomogenkan kembali dengan vortex selama 1 menit, lalu ditambah
dengan air suling bebas CO2 sampai garis tanda (10 mL), masing-masing
konsentrasi diukur serapannya pada panjang gelombang 655 nm.
Dilakukan replikasi triplo.
46
III.2.5.4.2 Penetapan Kadar Polifenol Total
Jumlah kadar polifenol total ditetapkan dengan mengukur serapan
pada panjang gelombang maksimum (655 nm), kemudian dihitung dengan
bantuan kurva baku.
Konsentrasi serapan gelombang Kadar Total Polifenol= x 100% Konsentrasi cuplikan ekstrak
III.3 Analisis Data
1. Jenis Data : Data Primer
2. Pengolahan Data : SPSS versi 16 untuk OS.Windows XP
3. Penyajian Data : Tabel
4. Analisis Data : Uji One Way ANOVA untuk melihat ada tidaknya
perbedaan kadar total polifenol dan Uji Duncan untuk melihat
pengaruh perlakuan (variasi penyari) terhadap kadar total teh hijau.
5. Hipotesis :
Hipotesis Variasi penyari pada ekstraksi teh hijau
berpengaruh terhadap kadar total polifenol
Ho = tidak ada perbedaan rata-rata kadar total polifenol antara
semua perlakuan variasi penyari pada ekstraksi teh hijau
berpengaruh terhadap kadar total polifenol. α > 0,05
Ha = ada perbedaan rata-rata kadar total polifenol antara semua
perlakuan variasi penyari pada ekstraksi teh hijau
berpengaruh terhadap kadar total polifenol. α < 0,05
47
III.4 Perhitungan SPF (Sun Protecting Factor)
Nilai SPF (Sun Protecting Factor) dihitung dengan terlebih dahulu
menghitung luas daerah di bawah kurva serapan (AUC) dari nilai serapan
pada panjang gelombang 290-400 nm dengan interval 5 nm. Nilai AUC
dihitung menggunakan rumus berikut: (34)
Aa = Serapan gelombang pada panjang gelombang a nm Ab = Serapan gelombang pada panjang gelombang b nm dPa-b = Selisih panjang gelombang a dan b
Nilai total AUC dihitung dengan menjumlahkan semua nilai AUC
pada tiap segmen panjang gelombang. Nilai SPF masing-masing
konsentrasi ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (10,
34)
λn = panjang gelombang terbesar ( dengan A ≥ 0,05 untuk ekstrak; dengan A ≥ 0,01 untuk sediaan)
λ1 = panjang gelombang terkecil ( 290 nm ) n-1 = interval aktivitas eritemogenik FP = faktor pengenceran ( FP =1 untuk ekstrak; FP=5 untuk sediaan uji)
2
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Penelitian tentang kandungan total polifenol dan efektivitas
sebagai tabir surya ekstrak teh hijau Camellia sinensis (L.) Kuntze ini
menggunakan sampel daun teh segar yang diolah menjadi teh hijau,
kemudian dimaserasi dengan berbagai penyari yaitu air suling, etanol
70%, dan aseton. Hasil ekstraksi berupa ekstrak teh hijau, yakni ekstrak
air suling, ekstrak etanol 70%, dan ekstrak aseton.
Penelitian yang dilakukan memberikan hasil sebagai berikut :
1. Penentuan panjang gelombang serapan gelombang ekstrak teh hijau
Ekstrak etanol 70% sampel kering 10 bpj, 20 bpj, 30 bpj, 40 bpj,
dan 50 bpj dan ekstrak aseton 10 bpj, 20 bpj, 30 bpj, 40 bpj dan 50 bpj
ditentukan serapan gelombangnya pada panjang gelombang 290-700 nm
dalam pelarut metanol pa.. Didapatkan puncak serapan gelombang pada
panjang gelombang 655 nm.
2. Pengukuran kurva baku asam gallat
Dipipet dari larutan stok asam gallat 1000 bpj untuk pengenceran 5
seri sebagai kurva baku dengan konsentrasi asam gallat 10 bpj, 20 bpj, 30
bpj, 40 bpj, dan 50 bpj ditentukan kurva serapan gelombangnya pada
panjang gelombang 655 nm dalam pelarut metanol pa. Hasil kurva baku
asam gallat dapat dilihat pada lampiran 2.
49
56.717
53.991
50.754
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
Kadar Polifenol Ekstrak
Ekstrak Air Suling
Ekstrak Etanol 70%
Ekstrak Aseton
3. Pengukuran serapan gelombang total polifenol ekstrak teh hijau
Setiap ekstrak penyari diukur serapan gelombangnya pada panjang
gelombang 655 nm dengan konsentrasi 100 bpj dalam pelarut metanol
pa.. Kurva serapan gelombang dapat dilihat pada grafik hasil serapan
gelombang sampel ekstrak (lampiran 3). Nilai serapan gelombang yang
diperoleh dapat diperhitungkan dengan hasil regresi kurva baku sehingga
diperoleh kadar total polifenol (tabel 5).
Tabel 5. Kadar Total Polifenol Ekstrak Teh Hijau Perlakuan Ekstrak Kadar rata-rata (%b/b) ± SD
1 Ekstrak Air suling 56,717 ± 0,372
2 Ekstrak Etanol 70% 53,991± 0,504
3 Ekstrak Aseton 50,754 ± 0,510
SD = Standar Deviasi
Gambar 10. Diagram Batang Kadar Polifenol Ekstrak Teh Hijau
50
4. Pengukuran serapan gelombang uji efektivitas sebagai tabir surya
Ekstrak air suling teh hijau memiliki nilai serapan gelombang yang
cukup besar (lampiran 3) dan kadar polifenol tertinggi (tabel 5) sehingga
diukur efektivitasnya sebagai tabir surya dengan konsentrasi ekstrak 10,
15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan 50 bpj, diukur serapan gelombangnya pada
panjang gelombang 290 - 380 nm (UV). Kemudian akan dihitung nilai SPF
(lampiran 7). Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Nilai SPF (Sun Protecting Factor)
Konsentrasi Ekstrak (bpj) Luas AUC Nilai SPF
Nilai rata-rata
SPF
10
6,274 1,245
1,244 6,245 1,243
6,260 1,244
15
10,601 1,290
1,289 10,597 1,289
10,577 1,289
20
15,616 1,379
1,378 15,585 1,378
15,660 1,380
25
16,542 1,414
1,415 16,580 1,415
16,659 1,417
30
28,104 1,685
1,686 28,139 1,686
28,140 1,686
51
35
24,479 1,587
1,589 24,538 1,589
24,590 1,591
40
29,143 1,718
1,718 29,127 1,718
29,108 1,717
45
35,213 1,923
1,922 35,222 1,923
35,153 1,921
50
38,323 2,037
2,036 38,294 2,036
38,288 2,036
5. Analisis Data
Data hasil penelitian pada tabel 5, yang berupa kadar total polifenol
teh hijau dianalisis dengan uji One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan
Post Hoc Test berupa uji Duncan. Data diolah dengan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 16 untuk Windows,
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Uji Statistik One Way ANOVA : Pengaruh Perlakuan (Variasi Penyari) Terhadap Kadar Total Polifenol (SPSS versi 16)
total_polifenol Jumlah Kuadrat
Derajat bebas (df) Rata-Rata F Sig.
Antar Kelompok 53,346 2 26,673 122,626 0,000 Dalam Kelompok 1,305 6 0,218 Jumlah 54,651 8
52
Perbedaan rata-rata kadar total polifenol antara seluruh kelompok
perlakuan dianalisis secara statistik didapatkan nilai Fhitung pada kadar
polifenol sebesar 122,626 dengan signifikansi sebesar 0,000 (α<0,05).
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α=5%, df1=2, df2=6,
hasil diperoleh untuk Ftabel sebesar 5,143.
Kriteria Pengujian :
Ho diterima, bila Fhitung < Ftabel
Ho ditolak, bila Fhitung > Ftabel
Nilai Fhitung > Ftabel (122,626 > 5,143), maka Ho ditolak. Ho ditolak berarti
ada perbedaan bermakna kadar total polifenol pada ekstrak teh hijau yang
dengan pelarut yang berbeda.
Hasil uji Duncan untuk jenis cairan penyari menunjukkan
perbedaan nyata, sedangkan replikasi menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna.
IV.2 Pembahasan
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai cairan
penyari terhadap kandungan polifenol ekstrak teh hijau dan uji efektivitas
sebagai tabir surya, dimana sampel yang digunakan adalah daun teh
(Camellia sinensis (L.) Kuntze) daerah asal Malino, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan. Daun teh dipetik pada pucuk yakni tiga helai
daun yang dihitung dari pucuk tiap tangkai tanaman teh. Pemetikan ini
dimaksud untuk mendapatkan bagian dari tanaman yang mengandung
polifenol terbanyak, umumnya adalah pucuk daun teh. Setelah daun
53
dipetik dan dicuci bersih kemudian dilayukan dan dikeringkan, proses
pelayuan ini bertujuan untuk menginaktivasi enzim oksidase atau fenolase
sehingga akan menghambat timbulnya proses fermentasi, dan dihasilkan
sampel teh hijau.
Pada pengukuran serapan gelombang visibel polifenol ekstrak,
ekstrak air suling, etanol 70%, dan aseton dilarutkan dengan metanol pa.
untuk meminimalkan perbedaan pengaruh pelarut pada pengukuran
serapan gelombang UV pada uji tabir surya. Pengaruh pelarut dalam
pengukuran serapan gelombang ekstrak sangat besar dalam menentukan
intensitas serapan. Pelarut yang paling disarankan adalah pelarut yang
dapat melarutkan ekstrak secara sempurna. Dari hasil pengukuran
penentuan serapan gelombang ekstrak, ekstrak air suling dan aseton
menunjukkan puncak serapan pada panjang gelombang 655 nm dan hasil
ini dijadikan standar metode pengukuran kadar total polifenol. Penetapan
kadar total polifenol dilakukan dengan metode kolorimetrik berdasar reaksi
redoks kompleks natrium tungstat dan natrium molibdat dari pereaksi folin
ciocalteu (FC) menghasilkan warna biru kehitaman dalam suasana alkali
yang dibentuk oleh larutan Na2CO3.
Kadar total polifenol dengan penyari air suling memberikan kadar
yang lebih tinggi dibanding dengan penyari lainnya (lihat tabel 5). Ekstrak
penyari air suling memiliki kadar total polifenol yaitu 56,717% b/b,
kemudian ekstrak penyari etanol 70% adalah 53,991% b/b dan terendah
adalah ekstrak penyari aseton yakni 50,754% b/b. Hal ini menunjukkan
54
bahwa senyawa polifenol mudah larut dalam pelarut bersifat polar (diwakili
oleh penyari air suling) karena senyawa fenol merupakan senyawa yang
mengandung 2 cincin aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari satu
sehingga suatu senyawa fenol dengan gugus hidroksil semakin banyak
memiliki tingkat kelarutan dalam air semakin besar atau bersifat polar.
Penelitian Septianingrum, dkk.(2010) dengan penyari etanol 95%
dan metode pengerjaan yang hampir sama didapatkan kadar polifenol
dari teh hijau adalah 193,0 mg/L. Hasil ini berbeda dibanding dengan
hasil yang diperoleh pada penelitian ini. Hal tersebut disebabkan sampel
tanaman teh yang digunakan berbeda baik secara varietas jenis
tanaman teh, sumber tumbuh tanaman, dan pengolahan menjadi teh
hijau pasca panen. Oleh karena didapatkan hasil bahwa ekstrak air
suling teh hijau memiliki kadar polifenol tertinggi pada penelitian ini
sehingga dapat diujikan potensi sebagai tabir surya secara in vitro.
Analisis statistika menggunakan ANOVA (Analysis of Variance)
pengaruh perlakuan terhadap kadar total polifenol didapatkan hasil bahwa
signifikan (sig.) perlakuan (variasi penyari) adalah bernilai 0.000 (α<0,05)
yang menunjukkan bahwa penyari sangat berpengaruh terhadap hasil
kandungan total polifenol ekstrak teh hijau. Pada uji homogenitas (tabel
20) antara perlakuan terhadap kadar polifenol diperoleh nilai signifikan
0,831, yang berarti bernilai > 0,05 sehingga bermakna varian data
tersebut adalah homogen. Dari tabel 22 (lampiran 8) uji Duncan
menunjukkan perbedaan tiap kelompok dapat dilihat pada mean yang
55
dihasilkan tiap kelompok berada dalam kolom subset yang sama atau
berbeda. Pada hasil uji ini menunjukkan ketiga kelompok perlakuan
berada pada kolom subset yang berbeda, kelompok ekstrak aseton masuk
pada subset 1, ekstrak etanol 70% masuk ke dalam kelompok 2, dan
ekstrak air suling masuk ke kolom 3. Dengan nilai signifikan (sig.) sebesar
1,000 tiap subset, mengindikasikan bahwa ketiga perlakuan ini memiliki
perbedaan yang signifikan (nyata). Pada uji ANOVA untuk pengaruh
replikasi terhadap kandungan total polifenol didapatkan signifikan 0,991
(tabel 25, lampiran 8) menunjukkan bahwa replikasi tidak mempengaruhi
kandungan polifenol ekstrak teh hijau pada tiap perlakuan. Uji Duncan
(tabel 26) menunjukkan nilai mean untuk tiap replikasi berada dalam
subset kolom yang sama mengindikasikan bahwa ketiga replikasi ini tidak
memiliki perbedaan terhadap kadar polifenol teh hijau tiap penyari,
sehingga hasil replikasi tidak berbeda pada penelitian ini.
Pada pengujian ekstrak penyari air suling sebagai tabir surya
menunjukkan puncak serapan pada panjang gelombang 279 – 282,5 nm.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut efektif digunakan sebagai
bahan tabir surya utamanya perlindungan terhadap sinar UV-C (279-290
nm) sebagian, dan sinar UV-B dan UV-A (290-400 nm), karena nilai
serapan gelombangnya terbanyak pada panjang gelombang ini, termasuk
pada hasil kurva spektrofotometer didapatkan kurva penyerapan pada
panjang gelombang 279-400 nm, sesuai dengan panjang gelombang
paparan sinar UV-B. Selain itu, menurut penelitian Elmet dkk., EGCG dan
56
ECG di dalam daun teh hijau mempunyai kemampuan sebagai
fotoproteksi terhadap sinar UV-A dan UV-B dan jika dikombinasikan
dengan tabir surya sintetik akan menghasilkan efek fototerapi tambahan
bersifat sinergisme sehingga dapat mencegah sunburn.(43) Intensitas
serapan meningkat secara linear dengan peningkatan konsentrasi ekstrak.
Interval aktivitas eritemogenik adalah interval panjang gelombang yang
dapat diserap oleh bahan tabir surya yang dapat menyebabkan eritema
yang ditunjukkan dengan serapan gelombang sebesar 0,05. Nilai rentang
aktivitas eritemogeniknya (lihat tabel 6) ditunjukkan pada panjang
gelombang dengan nilai interval gelombang adalah dua, dengan tujuan
untuk mendapatkan nilai detail serapan gelombang cahaya UV pada
spektrofometer sehingga pantauan tiap panjang gelombang dan nilai bisa
didapatkan secara akurat.
Pada konsentrasi 10 bpj ekstrak memiliki aktivitas eritemogenik dari
panjang gelombang 276 nm-342 nm, konsentrasi 15 bpj beraktivitas pada
276-372 nm, konsentrasi 20 bpj pada 276-388 nm, konsentrasi 25 bpj dari
panjang gelombang 276-386 nm, sedangkan 30, 35, 40, 45, dan 50 bpj
memiliki aktivitas eritemogenik dari panjang gelombang 276 nm – 400 nm.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak dengan konsentrasi 15 hingga 50 bpj
lebih kuat menyerap kekuatan sinar UV yang dapat menimbulkan eritema
pada rentang panjang gelombang yang lebih luas. Semua hal ini terjadi
karena pada polifenol teh hijau berperan sebagai antioksidan.
57
Dari hasil perhitungan nilai SPF, sampel ekstrak air suling dapat
berfungsi sebagai tabir surya mulai konsentrasi 10 bpj karena serapan
gelombangnya berada tepat pada nilai minimal 0,05 (panjang gelombang
342 nm), dan konsentrasi 40, 45, dan 50 bpj dengan nilai SPF yaitu 1,922
dan 2,036, artinya ekstrak air suling dengan konsentrasi 45 dan 50 bpj ini
termasuk tingkat perlindungan minimal SPF. Dalam matematika, nilai
hubungan konsentrasi ekstrak dan luas daerah di bawah kurva (AUC)
dapat diregresikan sehingga bila diharapkan pada formulasi untuk
mendapatkan nilai SPF yang dikehendaki maka dapat ditentukan berapa
konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran nilai serapan gelombang pada
panjang gelombang spektrofotometer UV-Vis pada berbagai ekstrak
penyari pilihan, analisis statistik, dan perhitungan nilai SPF sampel ekstrak
teh hijau Camellia sinensis, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak teh hijau penyari air suling memiliki kadar total polifenol
terbesar yakni 56,717% b/b, ekstrak etanol 70% yaitu 53,991% b/b,
dan kadar terendah adalah ekstrak aseton 50,754% b/b.
2. Cairan penyari tiap ekstrak berpengaruh secara nyata terhadap
kandungan kadar total polifenol tiap ekstrak teh hijau.
3. Ekstrak air suling dapat digunakan sebagai tabir surya dengan
perlindungan terhadap UV-A dan UV-B karena memiliki nilai serapan
yang baik pada mulai panjang gelombang 276 nm – 400 nm.
4. Nilai SPF dan tingkatan proteksi yang baik pada penelitian ini, dari
ekstrak air suling dengan konsentrasi 40, 45, dan 50 bpj berturut-turut
adalah 1,718, 1,922, dan 2,036 sebagai tingkat proteksi minimal.
V.2 Saran
Disarankan untuk dilakukan penentuan nilai SPF In Vivo ekstrak
dan krim tabir surya ekstrak teh hijau penyari aquades Camellia sinensis
(L.) Kuntze.
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartoyo. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 2003. Hal. 2, 4
2. Foster S. Alternative Medicine: Green Tea (Camellia sinensis) [monograph on the internet]. Throne Research. 2002 [dikutip 8 Februari 2011]. Available from: http://www.throne.com/media/alternative_medicine_review/monographs/GreenTeaMono.pdf
3. Sibuea, P. Minuman Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Web Association. 2003 [Dikutip 13 Juli 2011]. Available from: http://www. sinar harapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0528/kes2.html.
4. Anonim. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. 1986. Hal. 1-17 5. Robinson, Trevor. The Organic Constituents of Higher Plants 6th
edition. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. 1991. Hal. 193-208
6. Hukmah, S. Aktivitas Antioksidan Katekin dari Teh Hijau (Camellia
sinensis O.K. var. Assamica (Mast)) Hasil Ekstraksi dengan Variasi Pelarut dan Suhu. Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. 2007. Hal. 44
7. Walters, A. Kenneth, Michael S. Robert. Dermatologic, Cosmeceutic,
and Cosmetic Development. Informa Healthcare. New York. USA. 2008. Hal. 97
8. Soeratri W, Ifansyah N, Soemiati, Epipit. Penentuan Persentase
Transmisi Eritema dan Pigmentasi Beberapa Minyak Atsiri. Berk. Penel. Hayati. [serial on the internet]. 2005; [dikutip 12 Desember 2011]; Vol. 10: [117-121]. Available from: http://jounaldiscoveryindonesia.com/index.php/hayati/artcle/view/38/46
9. Nash JF, Tanner PR. Draelos ZD, Thaman LA, editors. Cosmetic Formulation of Skin Care Product. Taylor & Francis Group. New York. 2006. Hal. 137
10. Lowe NJ, Shaath NA. Sunscreens Development, Evaluation, and
Regulatory Aspects. Marcel Dekker. New York. 2000. Hal. 180, 230-232, 236-241, 422-423
60
11. Soepomo TG. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obat. UGM Press.
Yogyakarta. 1994 12. Tuminah S. Teh [Camellia sinensis O.K. var. Assamica (Mast)]
sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan. CDK [serial on the internet]. 2004; [dikutip 14 Februari 2011]; No.144 : [3 pages]. Available from : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_16AntioxidantTea.pdf/144_16AntioxidantTea.html
13. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope
Indonesia. ed 3. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Hal. 401
14. Ansel,H.C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed.4. Jakarta. Penerbit
Universitas Indonesia. 2005. Hal. 607 15. Harborne, J.B. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. ITB Press. Bandung. 1987 16. Tranggono RI, Latifah F. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2007. Hal. 6-8, 11-13, 20, 21, 81-83
17. Rata IGAK. Anatomi dan Fisiologi Melanin. Makalah disajikan dalam
Simposium Kelainan Pigmentasi Kulit dan Penanggulangannya. PADVI JAYA. Jakarta, 6 Januari 1988
18. Balsam MS, Saragin E. Cosmetic Science And Technology. 2nd ed.
Wiley Interscience. London. 1972. Hal. 198, 256, 286 19. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit. Lembaga penerbitan UNHAS.
Makassar. 2003. Hal. 133, 149 20. Tranggono RLS. Patofisiologi Melanin. Makalah disajikan dalam
Simposium Kelainan Pigmentasi Kulit dan Penanggulangannya. PADVI JAYA. Jakarta, 6 Januari 1988
21. Jellinek JS. Formulation and Function of Cosmetic. Wiley Interscience.
New York. 1970 22. Salvador A, Chisvert A. Analysis of Cosmetic Products. Elsevier.
Oxford. 2007. Hal. 83
61
23. Levy SB, UV filters. In: Paye M, Barel AO, Maibach HI, editors. Handbook of Cosmetic Science and Technology. 2nd ed. Marcel Dekker. New York. 2001. Hal. 451
24. Brown M, Fardell M. Sun Damage and Sunscreen Preparations. In: Butler, H. Poucher’s Perfumes, Cosmetic and Soaps. 10th ed. Kluwer Academic Publisher. Dordrecht. 2000. Hal. 469, 475, 476
25. Pathak MA. Sunscreens: Topical and Systemic Approaches for
Protection of Human Skin Against Harmful Effects Of Solar Radiation. J Am Acad Dermartol. 1982: 7. Hal. 285-312
26. Torres A, Enk CD, Hochberg M, Srebnik M. A Potential Natural Source
For UVA Protective Sunscreens. Photochemical and Photobiological Science. [serial on internet]. 2006; [dikutip 21 Februari 2009]; 5: [hal. 432-435]. Available from: http://www.csc.org/delivery/_Articleforfree.cfm?JournalCode=pp&Year=2006&ManuscriptID=b517330m&Iss=4
27. Pathak MA, Faanselow DL. Photobiology of melanin pigmentation:
dose/response of skin to sunlight and its contents. J Am Acad Dermatol. 1983; 9. Hal. 724-733
28. Kochevar IE, Pathak MA, Parrish JA. Photophysic, Photochemistry
and Photobiology. In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, editors. Dermatology in general medicine. 4th ed. McGraw-Hill Inc. New York. 1993. Hal. 1626-1655
29. Hill D. Human Exposure To Ultraviolet Radiation. Lancet. 1999. Hal.
699-700 30. Diffey BL. Human Exposure to Ultraviolet Radiation. In: Hawk JLM,
editor. Photodermatology. Hodder Arnold. London. 1999. Hal. 5-21 31. Fisher GJ, Wang ZQ, Datta SC, Varani J. Pathophysiology of
Premature Skin Aging Induced By Ultraviolet. N Engl J Med. 1997; 337. Hal. 1419-1428
32. Cairns D. Intisari Kimia Farmasi. Ed. 2. Terjemahan oleh Simanjuntak
J. Penerbit buku kedokteran. Jakarta. 2008. Hal. 155-158 33. Yang,C.S., Chung,J.Y., Yang,G., Chhabra,S.K. and Lee,M.J. Tea and
Tea Polyphenols In Cancer Prevention. J. Nutr., 2000. Hal. 472-478 34. Lestari R. Penentuan nilai SPF in vitro kristal yang diperoleh dari
ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
62
menggunakan spektrofotometer UV. Skripsi Fakultas MIPA Universitas Muhammadiyah Hamka. Jakarta. 2006
35. Singleton, V.L. and Rossi, J.A. Colorimetry of Total Phenolic with
Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent. Am. J. Enol. Vitic, 1965; 16. Hal. 147
36. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan Galenik.
Edisi II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1986. Hal. 26
37. O’Neil, Maryadele J. and Heckelman, Patricia E. The Merck Index : An
Encyclopedia Of Chemicals, Drugs, and Biologicals. 14th ed. 2006; 4345. Hal. 4346
38. Syah, A. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. PT. AgroMedia
Pustaka. Jakarta. 2006. Hal. 2-4, 15-26
39. Del Rio, D.; Costa, L. G.; Lean. Polyphenols and health: What compounds are involved?. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases. 2010. Available from http://www.dx.doi.org/10.1016%2Fj. numecd.2009.05.015
40. Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
2007
41. Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2nd Ed. : Methodology, Theory, Instrumentation, Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. New Delhi. New Age International Publisher. 2005
42. Kealey, D. dan Haines, P.J. Instant Notes : Analitycal Chemistry. UK :
Bios Scientific Publisher. 2002
43. Elmet CA., Singh D., Tubesting K., Matsui M., Katiyar S., Mukhtar H. Cutaneous Photoprotection from Ultraviolet Injury by Green Tea's Polyphenols. NCBI (seriall on the internet]. 2001 [cited 2012 Februari 8]; 44(3):425-32: [abstract]. Available from: http://www.ncbi.nim.nih.gov/pubmed/11209110
44. Septianingrum, Faradilla RHF, dkk. Kadar Fenol dan Aktivitas
Antioksidan Pada Teh Hijau dan Teh Hitam. Departemen Ilmu dan Teknologi pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2010
63
Lampiran 1 Skema Kerja 1. Ekstraksi Daun Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Nilai Total Kandungan
Polifenol ekstrak etanol 70%
Dipekatkan dengan rotavapor Dikeringkan
Ekstrak etanol 70%
teh hijau
Ekstrak aseton teh
hijau
Ekstrak air suling teh
hijau
Dipekatkan dengan rotavapor Dikeringkan
Dilarutkan dengan reagen Folin-Ciocalteu + Na2CO3 kemudian Spektrofometri pd panjang gelombang 655 nm Ditentukan nilai kandungan polifenol tertinggi.
Nilai Total Kandungan
Polifenol ekstrak aseton
Nilai Total Kandungan
Polifenol ekstrak air suling
Dilarutkan dengan reagen Folin-Ciocalteu + Na2CO3 kemudian Spektrofometri pd panjang gelombang 655 nm Ditentukan nilai kandungan polifenol tertinggi.
Dilarutkan dengan reagen Folin-Ciocalteu + Na2CO3 kemudian Spektrofometri pd panjang gelombang 655 nm Ditentukan nilai kandungan polifenol tertinggi.
Simplisia Daun Teh Hijau (Camellia sinensis)
Ekstraksi dengan
etanol 70%
maserasi
Ekastraksi dengan aseton
Ekstraksi dengan seduhan
air suling mendidih
Dipekatkan dengan rotavapor Diliofilisasi
64
2. Pengukuran SPF (Sun Protecting Factor) Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis (L.)
Kuntze)
Spektrofotometer UV pada panjang
gelombang 290-380 nm
Hitung nilai SPF
Dilarutkan dengan etanol absolut
Lakukan secara Triplo
65
Lampiran 2
Penentuan Kurva Baku Asam Gallat
66
Lampiran 3
Hasil Serapan gelombang Sampel Ekstrak Teh Hijau (Camellia
sinensis (L.) Kuntze)
67
Lampiran 4
Perhitungan Persamaan Kurva Baku Asam Galat
Dari hasil perhitungan menggunakan persamaan regresi diperoleh nilai :
a = 0,0179
b = 0,0112
r² = 0,9953
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
10 20 30 40 50
y = 0,0179 + 0,0112 x
No. Conc (bpj)
Abs.
1 10 0,14468
2 20 0,21420
3 30 0,35959
4 40 0,47792
5 50 0,57277
Ser
apan
gel
omba
ng (n
m)
Konsentrasi (bpj)
Gambar 11. Kurva Baku Asam Gallat
Tabel 8. Konsentrasi dan Serapan Gelombang Asam Gallat
68
Sehingga persamaan kurva baku adalah :
y = a + bx
y = 0,0179 + 0,0112 x
Contoh perhitungan konsentrasi jika serapan polifenol sebesar 0,65282 di
dalam ekstrak air suling teh hijau :
y = 0,0179 + 0,0112 x
0,6528 = 0,0179 + 0,0112 x
0,6528-0,0179 x = = 56,689 bpj
0,0112
69
Lampiran 5
Perhitungan Kadar Polifenol Total
Tabel 9. Perhitungan Kadar Polifenol di dalam Ekstrak Teh Hijau
Perulangan (Replikasi)
Ekstrak Serapan
gelombang (nm)
Konsentrasi (bpj)
1
Ekstrak Air Suling
0,65282 56,689
2 0,64913 56,359
3 0,65744 57,102
1
Ekstrak Etanol
70%
0,62591 54,287
2 0,62033 53,788
3 0,62155 53,897
1
Ekstrak Aseton
0,58014 50,212
2 0,59161 51,224
3 0,58715 50,826
Contoh Perhitungan Kadar Polifenol di dalam ekstrak air suling Teh
Hijau 0,6528-0,0179
x1 = = 56,689 bpj 0,0112 0,6491-0,0179
x2 = = 56,359 bpj 0,0112 0,6574-0,0179
x3 = = 57,102 bpj 0,0112
70
konsentrasi serapan gelombang Kadar % = x 100% konsentrasi cuplikan ekstrak
Contoh perhitungan kadar total polifenol di dalam ekstrak teh hijau
56,689 bpj Kadar 1 = x 100 % = 56,689 % 100 bpj 56,359 bpj Kadar 2 = x 100 % = 56,359 % 100 bpj 57,102 bpj Kadar 3 = x 100 % = 57,102 % 100 bpj (56,689 + 56,359 + 57,102) % Rata Kadar = = 56,717 % 3 Tabel 10. Kadar Total Polifenol Ekstrak Teh Hijau Perulangan
(Replikasi) Ekstrak
Kadar Total
Polifenol (%) Kadar rata-rata ± SD
1
Ekstrak Air Suling
56,689
56,717 ± 0,372 2 56,359
3 57,102
1
Ekstrak Etanol 70%
54,287
53,991 ± 0,504 2 53,788
3 53,897
1
Ekstrak Aseton
50,212
50,754 ± 0,510 2 51,224
3 50,826
71
Lampiran 6 Kurva Uji Tabir Surya
Gambar 12. Kurva Uji Tabir Surya (panjang gelombang 200-400nm)
Gambar 13. Perbesaran Kurva Serapan Gelombang pada Uji Tabir Surya
A
B
C
D
E
F
G
H
I
A = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 10 bpj
B = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 15 bpj
C = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 20 bpj
D = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 25 bpj
E = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 30 bpj
F = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 35 bpj
G = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 40 bpj
H = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 45 bpj
I = Kurva AUC pengujian ekstrak sebagai tabir surya konsentrasi 50 bpj
72
Tabel 11. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 10 bpj ekstrak 10 bpj (1) ekstrak 10 bpj (2) Ekstrak 10 bpj (3)
λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area 276 0.195 276 0.195 276 0.195 278 0.204 0.399 278 0.203 0.398 278 0.203 0.399 280 0.202 0.406 280 0.201 0.404 280 0.201 0.405 282 0.192 0.394 282 0.192 0.393 282 0.192 0.393 284 0.179 0.372 284 0.179 0.370 284 0.179 0.370 286 0.164 0.344 286 0.164 0.342 286 0.164 0.342 288 0.149 0.313 288 0.148 0.312 288 0.148 0.312 290 0.133 0.282 290 0.133 0.281 290 0.133 0.281 292 0.118 0.252 292 0.118 0.251 292 0.118 0.251 294 0.106 0.225 294 0.106 0.224 294 0.106 0.223 296 0.097 0.204 296 0.097 0.202 296 0.097 0.202 298 0.091 0.189 298 0.091 0.188 298 0.091 0.188 300 0.087 0.178 300 0.087 0.177 300 0.087 0.177 302 0.084 0.171 302 0.083 0.170 302 0.083 0.170 304 0.081 0.164 304 0.080 0.163 304 0.080 0.164 306 0.078 0.159 306 0.077 0.158 306 0.078 0.158 308 0.075 0.153 308 0.075 0.152 308 0.075 0.153 310 0.073 0.148 310 0.072 0.147 310 0.072 0.147 312 0.070 0.143 312 0.070 0.142 312 0.070 0.142 314 0.068 0.138 314 0.067 0.137 314 0.068 0.138 316 0.066 0.133 316 0.065 0.132 316 0.065 0.133 318 0.064 0.129 318 0.063 0.128 318 0.064 0.129 320 0.062 0.126 320 0.061 0.125 320 0.062 0.125 322 0.060 0.122 322 0.060 0.121 322 0.060 0.122 324 0.059 0.119 324 0.058 0.118 324 0.059 0.119 326 0.057 0.116 326 0.058 0.117 326 0.057 0.116 328 0.056 0.113 328 0.056 0.114 328 0.056 0.114 330 0.055 0.111 330 0.055 0.110 330 0.055 0.111 332 0.054 0.109 332 0.053 0.108 332 0.054 0.109 334 0.053 0.106 324 0.052 0.106 324 0.053 0.107 336 0.052 0.104 336 0.051 0.104 336 0.052 0.105 338 0.051 0.102 338 0.051 0.102 338 0.051 0.103 340 0.050 0.101 340 0.050 0.101 340 0.050 0.101 342 0.049 0.100 342 0.049 0.099 342 0.050 0.100 344 0.049 344 0.049 344 0.050 400 400 400
Total Luas Area 6.274 Total Luas Area 6.245 Total Luas Area 6.260 SPF 1.245 SPF 1.243 SPF 1.244
Lampiran 7 Perhitungan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Berdasar Nilai Luas AUC
73
Tabel 12. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 15 bpj
ekstrak 15 bpj (1) ekstrak 15 bpj (2) Ekstrak 15 bpj (3) λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area
276 0.317 276 0.317 276 0.318 278 0.319 0.636 278 0.318 0.635 278 0.320 0.638 280 0.310 0.629 280 0.310 0.628 280 0.309 0.629 282 0.293 0.603 282 0.293 0.602 282 0.292 0.602 284 0.271 0.564 284 0.270 0.563 284 0.270 0.563 286 0.246 0.517 286 0.246 0.516 286 0.246 0.516 288 0.221 0.467 288 0.221 0.467 288 0.220 0.466 290 0.196 0.417 290 0.196 0.416 290 0.195 0.416 292 0.171 0.367 292 0.171 0.367 292 0.171 0.366 294 0.151 0.323 294 0.151 0.322 294 0.151 0.322 296 0.137 0.288 296 0.137 0.288 296 0.137 0.288 298 0.127 0.264 298 0.127 0.264 298 0.127 0.264 300 0.120 0.248 300 0.120 0.248 300 0.120 0.247 302 0.115 0.235 302 0.115 0.235 302 0.115 0.235 304 0.110 0.225 304 0.110 0.225 304 0.110 0.225 306 0.106 0.216 306 0.106 0.216 306 0.106 0.216 308 0.101 0.207 308 0.102 0.207 308 0.101 0.207 310 0.098 0.199 310 0.097 0.199 310 0.097 0.198 312 0.093 0.191 312 0.093 0.191 312 0.093 0.190 314 0.090 0.183 314 0.090 0.183 314 0.089 0.183 316 0.086 0.176 316 0.086 0.176 316 0.086 0.176 318 0.083 0.170 318 0.083 0.170 318 0.083 0.169 320 0.081 0.164 320 0.081 0.164 320 0.080 0.164 322 0.078 0.159 322 0.078 0.159 322 0.078 0.158 324 0.076 0.154 324 0.076 0.154 324 0.076 0.154 326 0.074 0.150 326 0.074 0.150 326 0.074 0.150 328 0.072 0.146 328 0.072 0.147 328 0.072 0.146 330 0.071 0.143 330 0.071 0.143 330 0.070 0.142 332 0.069 0.140 332 0.069 0.140 332 0.069 0.139 334 0.067 0.136 334 0.067 0.136 334 0.067 0.136 336 0.066 0.134 336 0.066 0.134 336 0.066 0.133 338 0.065 0.131 338 0.065 0.131 338 0.065 0.131 340 0.064 0.129 340 0.064 0.129 340 0.064 0.128 342 0.063 0.127 342 0.063 0.127 342 0.063 0.126 344 0.062 0.125 344 0.062 0.125 344 0.062 0.125 346 0.061 0.123 346 0.061 0.123 346 0.061 0.123 348 0.061 0.122 348 0.061 0.122 348 0.060 0.122 350 0.060 0.120 350 0.060 0.121 350 0.060 0.120 352 0.059 0.119 352 0.059 0.119 352 0.059 0.119 354 0.058 0.118 354 0.059 0.118 354 0.058 0.117 356 0.058 0.116 356 0.058 0.116 356 0.058 0.116 358 0.057 0.115 358 0.057 0.115 358 0.057 0.115 360 0.056 0.113 360 0.056 0.113 360 0.056 0.113 362 0.055 0.112 362 0.055 0.112 362 0.055 0.111 364 0.055 0.110 364 0.055 0.110 364 0.055 0.110 366 0.054 0.108 366 0.054 0.108 366 0.054 0.108 368 0.052 0.106 368 0.052 0.106 368 0.052 0.106 370 0.051 0.104 370 0.051 0.104 370 0.051 0.103 372 0.050 0.101 372 0.050 0.101 372 0.050 0.101 374 0.050 374 0.050 374 0.050
Total luas Area 10.601 Total Luas Area 10.597 Total Luas Area 10.577 SPF 1.290 SPF 1.289 SPF 1.289
74
Tabel 13. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 20 bpj ekstrak 20 bpj (1) ekstrak 20 bpj (2) Ekstrak 20 bpj (3)
λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area 276 0.432 276 0.433 276 0.434 278 0.440 0.872 278 0.440 0.873 278 0.441 0.874 280 0.429 0.869 280 0.429 0.869 280 0.430 0.871 282 0.407 0.836 282 0.407 0.836 282 0.407 0.837 284 0.377 0.783 284 0.377 0.783 284 0.377 0.785 286 0.343 0.720 286 0.343 0.720 286 0.344 0.721 288 0.309 0.652 288 0.309 0.652 288 0.309 0.653 290 0.274 0.583 290 0.274 0.583 290 0.275 0.584 292 0.241 0.515 292 0.241 0.515 292 0.242 0.516 294 0.214 0.455 294 0.214 0.454 294 0.214 0.456 296 0.194 0.407 296 0.194 0.407 296 0.194 0.409 298 0.180 0.374 298 0.180 0.374 298 0.181 0.375 300 0.170 0.350 300 0.170 0.350 300 0.171 0.352 302 0.162 0.332 302 0.162 0.333 302 0.163 0.334 304 0.155 0.317 304 0.155 0.318 304 0.156 0.319 306 0.149 0.304 306 0.149 0.304 306 0.149 0.305 308 0.142 0.297 308 0.142 0.291 308 0.143 0.292 310 0.136 0.298 310 0.136 0.278 310 0.137 0.280 312 0.130 0.280 312 0.130 0.266 312 0.131 0.268 314 0.125 0.255 314 0.125 0.255 314 0.125 0.256 316 0.120 0.245 316 0.120 0.245 316 0.121 0.246 318 0.115 0.235 318 0.115 0.235 318 0.116 0.237 320 0.112 0.227 320 0.112 0.227 320 0.112 0.228 322 0.108 0.220 322 0.108 0.220 322 0.109 0.221 324 0.105 0.213 324 0.105 0.213 324 0.106 0.214 326 0.102 0.207 326 0.102 0.207 326 0.103 0.208 328 0.099 0.201 328 0.099 0.201 328 0.100 0.202 330 0.097 0.196 330 0.097 0.196 330 0.097 0.197 332 0.094 0.191 332 0.094 0.191 332 0.095 0.192 334 0.092 0.186 334 0.092 0.186 334 0.093 0.188 336 0.090 0.182 336 0.090 0.182 336 0.091 0.183 338 0.088 0.178 338 0.088 0.178 338 0.089 0.180 340 0.087 0.175 340 0.087 0.175 340 0.088 0.177 342 0.085 0.172 342 0.086 0.172 342 0.086 0.174 344 0.084 0.170 344 0.084 0.170 344 0.085 0.171 346 0.083 0.167 346 0.083 0.168 346 0.084 0.169 348 0.082 0.165 348 0.082 0.165 348 0.083 0.167 350 0.081 0.163 350 0.081 0.163 350 0.082 0.164 352 0.080 0.161 352 0.080 0.161 352 0.081 0.162 354 0.079 0.159 354 0.079 0.159 354 0.080 0.160 356 0.078 0.157 356 0.078 0.157 356 0.079 0.158 358 0.077 0.155 358 0.077 0.155 358 0.078 0.156 360 0.075 0.152 360 0.076 0.152 360 0.077 0.154 362 0.075 0.150 362 0.075 0.150 362 0.076 0.152 364 0.074 0.148 364 0.074 0.148 364 0.074 0.150 366 0.072 0.146 366 0.072 0.146 366 0.073 0.147 368 0.070 0.142 368 0.070 0.142 368 0.071 0.144 370 0.069 0.139 370 0.069 0.139 370 0.070 0.141 372 0.067 0.136 372 0.067 0.136 372 0.067 0.137 374 0.065 0.132 374 0.065 0.132 374 0.066 0.133 376 0.063 0.127 376 0.063 0.128 376 0.064 0.129
75
378 0.061 0.123 378 0.061 0.124 378 0.061 0.125 380 0.058 0.119 380 0.059 0.119 380 0.059 0.121 382 0.056 0.115 382 0.056 0.115 382 0.057 0.116 384 0.054 0.110 384 0.054 0.110 384 0.055 0.111 386 0.051 0.105 386 0.051 0.105 386 0.052 0.107 388 0.049 0.100 388 0.049 0.100 388 0.050 0.102 390 0.049 390 0.049 390 0.050 400 400 400
Total Luas Area 15.616 Total Luas Area 15.585 Total Luas Area 15.660 SPF 1.379 SPF 1.378 SPF 1.380
76
Tabel 14. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 25 bpj
ekstrak 25 bpj (1) ekstrak 25 bpj (2) Ekstrak 25 bpj (3) λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area
276 0.510 276 0.512 276 0.512 278 0.514 1.025 278 0.515 1.027 278 0.515 1.027 280 0.498 1.013 280 0.499 1.014 280 0.500 1.015 282 0.469 0.968 282 0.470 0.968 282 0.471 0.970 284 0.432 0.901 284 0.432 0.902 284 0.433 0.904 286 0.390 0.822 286 0.390 0.822 286 0.391 0.824 288 0.348 0.738 288 0.348 0.738 288 0.349 0.740 290 0.305 0.653 290 0.306 0.654 290 0.306 0.655 292 0.264 0.570 292 0.264 0.570 292 0.265 0.572 294 0.231 0.495 294 0.231 0.495 294 0.232 0.497 296 0.206 0.437 296 0.207 0.438 296 0.208 0.439 298 0.190 0.397 298 0.191 0.397 298 0.191 0.399 300 0.179 0.369 300 0.179 0.370 300 0.180 0.371 302 0.170 0.348 302 0.170 0.349 302 0.171 0.351 304 0.162 0.332 304 0.162 0.332 304 0.163 0.334 306 0.154 0.316 306 0.155 0.317 306 0.155 0.318 308 0.147 0.302 308 0.148 0.302 308 0.148 0.304 310 0.140 0.288 310 0.141 0.288 310 0.142 0.290 312 0.134 0.274 312 0.134 0.275 312 0.135 0.277 314 0.128 0.262 314 0.128 0.262 314 0.129 0.264 316 0.122 0.250 316 0.123 0.251 316 0.123 0.252 318 0.118 0.240 318 0.118 0.240 318 0.119 0.242 320 0.113 0.231 320 0.114 0.231 320 0.114 0.233 322 0.110 0.223 322 0.110 0.223 322 0.111 0.225 324 0.106 0.216 324 0.106 0.216 324 0.107 0.218 326 0.103 0.209 326 0.103 0.210 326 0.104 0.211 328 0.100 0.204 328 0.101 0.204 328 0.101 0.206 330 0.098 0.198 330 0.098 0.199 330 0.099 0.200 332 0.095 0.193 332 0.095 0.193 332 0.096 0.195 334 0.093 0.188 334 0.093 0.188 334 0.094 0.190 336 0.091 0.183 336 0.091 0.184 336 0.092 0.185 338 0.089 0.179 338 0.089 0.180 338 0.090 0.181 340 0.087 0.176 340 0.088 0.177 340 0.088 0.178 342 0.086 0.173 342 0.086 0.174 342 0.087 0.175 344 0.084 0.170 344 0.085 0.171 344 0.085 0.172 346 0.083 0.167 346 0.083 0.168 346 0.084 0.169 348 0.082 0.165 348 0.082 0.166 348 0.083 0.167 350 0.081 0.163 350 0.081 0.163 350 0.082 0.165 352 0.080 0.160 352 0.080 0.161 352 0.081 0.162 354 0.079 0.158 354 0.079 0.159 354 0.080 0.160 356 0.078 0.157 356 0.079 0.158 356 0.079 0.159 358 0.077 0.156 358 0.078 0.156 358 0.078 0.157 360 0.075 0.153 360 0.076 0.154 360 0.077 0.155 362 0.074 0.149 362 0.074 0.150 362 0.075 0.151 364 0.073 0.146 364 0.073 0.147 364 0.073 0.148 366 0.072 0.144 366 0.072 0.145 366 0.073 0.146 368 0.070 0.141 368 0.070 0.142 368 0.071 0.143 370 0.068 0.138 370 0.069 0.139 370 0.069 0.140 372 0.067 0.135 372 0.067 0.136 372 0.068 0.137 374 0.064 0.131 374 0.065 0.132 374 0.065 0.133 376 0.062 0.127 376 0.062 0.127 376 0.063 0.129
77
378 0.060 0.122 378 0.060 0.123 378 0.061 0.124 380 0.057 0.117 380 0.058 0.118 380 0.058 0.119 382 0.055 0.112 382 0.055 0.113 382 0.056 0.114 384 0.052 0.107 384 0.053 0.108 384 0.053 0.109 386 0.050 0.102 386 0.050 0.103 386 0.051 0.104 388 0.050 388 0.050 388 0.051 390 390 390 400 400 400
Total Luas area 16.542 Total Luas Area 16.580 Total Luas Area 16.659 SPF 1.414 SPF 1.415 SPF 1.417
78
Tabel 15. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 30 bpj
ekstrak 30 bpj (1) ekstrak 30 bpj (2) Ekstrak 30 bpj (3) λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area
276 0.816 276 0.817 276 0.818 278 0.825 1.641 278 0.825 1.642 278 0.826 1.644 280 0.800 1.625 280 0.800 1.625 280 0.801 1.627 282 0.754 1.554 282 0.754 1.555 282 0.754 1.555 284 0.694 1.448 284 0.695 1.449 284 0.695 1.449 286 0.628 1.322 286 0.629 1.323 286 0.628 1.323 288 0.561 1.189 288 0.561 1.190 288 0.561 1.190 290 0.494 1.055 290 0.494 1.055 290 0.494 1.055 292 0.428 0.922 292 0.429 0.923 292 0.429 0.923 294 0.375 0.803 294 0.375 0.804 294 0.375 0.804 296 0.337 0.712 296 0.337 0.712 296 0.337 0.712 298 0.311 0.648 298 0.311 0.649 298 0.311 0.648 300 0.293 0.604 300 0.293 0.604 300 0.293 0.604 302 0.278 0.571 302 0.279 0.572 302 0.279 0.571 304 0.266 0.545 304 0.266 0.545 304 0.266 0.545 306 0.254 0.520 306 0.255 0.521 306 0.254 0.520 308 0.243 0.497 308 0.243 0.498 308 0.243 0.498 310 0.232 0.475 310 0.232 0.476 310 0.232 0.476 312 0.222 0.454 312 0.222 0.454 312 0.222 0.454 314 0.212 0.434 314 0.212 0.434 314 0.212 0.434 316 0.203 0.415 316 0.204 0.416 316 0.204 0.416 318 0.195 0.399 318 0.196 0.399 318 0.196 0.399 320 0.189 0.384 320 0.189 0.385 320 0.189 0.385 322 0.183 0.372 322 0.183 0.372 322 0.183 0.372 324 0.178 0.360 324 0.178 0.361 324 0.178 0.361 326 0.173 0.350 326 0.173 0.350 326 0.173 0.351 328 0.168 0.341 328 0.168 0.341 328 0.168 0.341 330 0.164 0.332 330 0.164 0.332 330 0.164 0.332 332 0.160 0.323 332 0.160 0.324 332 0.160 0.324 334 0.156 0.316 334 0.156 0.316 334 0.156 0.316 336 0.153 0.308 336 0.153 0.309 336 0.153 0.309 338 0.149 0.302 338 0.150 0.302 338 0.150 0.302 340 0.147 0.296 340 0.147 0.297 340 0.147 0.297 342 0.145 0.291 342 0.145 0.292 342 0.145 0.292 344 0.142 0.287 344 0.143 0.287 344 0.143 0.287 346 0.140 0.283 346 0.141 0.283 346 0.141 0.283 348 0.138 0.279 348 0.139 0.280 348 0.139 0.279 350 0.137 0.275 350 0.137 0.276 350 0.137 0.276 352 0.137 0.274 352 0.135 0.272 352 0.135 0.272 354 0.133 0.270 354 0.134 0.269 354 0.134 0.269 356 0.132 0.266 356 0.133 0.267 356 0.133 0.266 358 0.131 0.263 358 0.131 0.264 358 0.131 0.264 360 0.128 0.259 360 0.128 0.260 360 0.128 0.260 362 0.126 0.253 362 0.126 0.254 362 0.126 0.254 364 0.124 0.249 364 0.124 0.250 364 0.124 0.250 366 0.122 0.245 366 0.122 0.246 366 0.122 0.246 368 0.119 0.241 368 0.119 0.241 368 0.119 0.241 370 0.116 0.235 370 0.117 0.236 370 0.117 0.236 372 0.113 0.230 372 0.114 0.230 372 0.114 0.230 374 0.110 0.223 374 0.110 0.224 374 0.110 0.224 376 0.106 0.216 376 0.107 0.217 376 0.107 0.217
79
378 0.102 0.209 378 0.103 0.209 378 0.103 0.209 380 0.098 0.201 380 0.099 0.201 380 0.099 0.202 382 0.095 0.193 382 0.095 0.194 382 0.095 0.194 384 0.090 0.185 384 0.091 0.185 384 0.091 0.186 386 0.086 0.176 386 0.086 0.177 386 0.086 0.177 388 0.081 0.167 388 0.081 0.168 388 0.081 0.168 390 0.077 0.158 390 0.077 0.158 390 0.077 0.159 392 0.072 0.149 392 0.073 0.150 392 0.073 0.150 394 0.068 0.140 394 0.068 0.141 394 0.068 0.141 396 0.064 0.131 396 0.064 0.132 396 0.064 0.132 398 0.060 0.123 398 0.060 0.124 398 0.060 0.124 400 0.056 0.116 400 0.056 0.116 400 0.056 0.116
Total Luas Area 28.104 Total Luas Area 28.139 Total Luas Area 28.140 SPF 1.685 SPF 1.686 SPF 1.686
80
Tabel 16. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 35 bpj ekstrak 35 bpj (1) ekstrak 35 bpj (2) Ekstrak 35 bpj (3) λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area
276 0.718 276 0.718 276 0.717 278 0.725 1.442 278 0.726 1.444 278 0.727 1.444 280 0.704 1.429 280 0.705 1.430 280 0.706 1.433 282 0.664 1.368 282 0.664 1.369 282 0.665 1.371 284 0.611 1.274 284 0.611 1.276 284 0.612 1.277 286 0.552 1.163 286 0.553 1.164 286 0.554 1.166 288 0.493 1.045 288 0.493 1.046 288 0.494 1.048 290 0.433 0.926 290 0.434 0.927 290 0.434 0.928 292 0.375 0.809 292 0.376 0.810 292 0.376 0.811 294 0.328 0.703 294 0.329 0.705 294 0.329 0.706 296 0.294 0.623 296 0.295 0.624 296 0.295 0.625 298 0.272 0.566 298 0.272 0.567 298 0.273 0.568 300 0.255 0.527 300 0.256 0.528 300 0.256 0.529 302 0.243 0.498 302 0.243 0.499 302 0.244 0.500 304 0.232 0.475 304 0.232 0.476 304 0.233 0.476 306 0.222 0.453 306 0.222 0.454 306 0.222 0.455 308 0.212 0.433 308 0.212 0.434 308 0.212 0.434 310 0.202 0.414 310 0.202 0.414 310 0.203 0.415 312 0.193 0.395 312 0.193 0.396 312 0.193 0.396 314 0.184 0.377 314 0.185 0.378 314 0.185 0.378 316 0.177 0.361 316 0.177 0.362 316 0.178 0.362 318 0.170 0.346 318 0.170 0.347 318 0.171 0.348 320 0.164 0.334 320 0.164 0.335 320 0.165 0.335 322 0.159 0.323 322 0.159 0.324 322 0.160 0.324 324 0.154 0.313 324 0.155 0.314 324 0.155 0.315 326 0.150 0.304 326 0.150 0.305 326 0.151 0.306 328 0.146 0.296 328 0.146 0.297 328 0.147 0.297 330 0.142 0.288 330 0.143 0.289 330 0.143 0.290 332 0.139 0.281 332 0.139 0.282 332 0.139 0.283 334 0.135 0.274 334 0.136 0.275 334 0.136 0.276 336 0.133 0.268 336 0.133 0.269 336 0.133 0.269 338 0.130 0.262 338 0.130 0.263 338 0.131 0.264 340 0.127 0.257 340 0.128 0.258 340 0.128 0.259 342 0.125 0.253 342 0.126 0.254 342 0.126 0.255 344 0.124 0.249 344 0.124 0.250 344 0.124 0.251 346 0.122 0.245 346 0.122 0.246 346 0.123 0.247 348 0.120 0.242 348 0.121 0.243 348 0.121 0.244 350 0.119 0.239 350 0.119 0.239 350 0.119 0.240 352 0.117 0.236 352 0.118 0.236 352 0.118 0.237 354 0.116 0.233 354 0.116 0.234 354 0.116 0.234 356 0.115 0.230 356 0.115 0.231 356 0.115 0.232 358 0.113 0.228 358 0.114 0.229 358 0.114 0.230 360 0.111 0.224 360 0.111 0.225 360 0.112 0.226 362 0.109 0.220 362 0.109 0.220 362 0.110 0.221 364 0.107 0.216 364 0.107 0.217 364 0.108 0.218 366 0.105 0.212 366 0.106 0.213 366 0.106 0.214 368 0.103 0.208 368 0.103 0.209 368 0.104 0.210 370 0.101 0.204 370 0.101 0.205 370 0.101 0.205 372 0.098 0.199 372 0.099 0.200 372 0.099 0.200 374 0.095 0.193 374 0.096 0.194 374 0.096 0.195 376 0.092 0.187 376 0.092 0.188 376 0.093 0.189
81
378 0.089 0.180 378 0.089 0.182 378 0.089 0.182 380 0.085 0.174 380 0.086 0.175 380 0.086 0.175 382 0.082 0.167 382 0.082 0.168 382 0.083 0.169 384 0.078 0.160 384 0.078 0.160 384 0.079 0.162 386 0.074 0.152 386 0.075 0.153 386 0.075 0.154 388 0.070 0.144 388 0.071 0.145 388 0.071 0.146 390 0.066 0.136 390 0.067 0.137 390 0.067 0.138 392 0.062 0.129 392 0.063 0.130 392 0.063 0.131 394 0.058 0.121 394 0.059 0.122 394 0.059 0.123 396 0.055 0.113 396 0.055 0.114 396 0.056 0.115 398 0.051 0.106 398 0.052 0.107 398 0.052 0.108 400 0.051 400 0.052 400 0.052
Total Luas Area 24.479 Total Luas Area 24.538 Total Luas Area 24.590 SPF 1.587 SPF 1.589 SPF 1.591
82
Tabel 17. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 40 bpj ekstrak 40 bpj (1) ekstrak 40 bpj (2) Ekstrak 40 bpj (3)
λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area 276 0.852 276 0.848 276 0.846 278 0.851 1.704 278 0.851 1.699 278 0.851 1.697 280 0.824 1.675 280 0.824 1.675 280 0.824 1.675 282 0.776 1.599 282 0.776 1.600 282 0.775 1.599 284 0.714 1.489 284 0.714 1.490 284 0.714 1.489 286 0.645 1.359 286 0.645 1.359 286 0.645 1.359 288 0.576 1.222 288 0.576 1.222 288 0.576 1.221 290 0.507 1.083 290 0.507 1.083 290 0.507 1.083 292 0.440 0.947 292 0.440 0.947 292 0.440 0.947 294 0.385 0.825 294 0.385 0.825 294 0.385 0.824 296 0.346 0.731 296 0.346 0.731 296 0.346 0.730 298 0.320 0.665 298 0.319 0.665 298 0.319 0.665 300 0.301 0.620 300 0.301 0.620 300 0.301 0.620 302 0.286 0.587 302 0.286 0.587 302 0.286 0.587 304 0.274 0.560 304 0.274 0.560 304 0.274 0.560 306 0.262 0.536 306 0.262 0.536 306 0.262 0.535 308 0.251 0.513 308 0.251 0.513 308 0.250 0.512 310 0.239 0.490 310 0.239 0.490 310 0.239 0.489 312 0.229 0.468 312 0.229 0.468 312 0.229 0.468 314 0.219 0.448 314 0.219 0.448 314 0.219 0.448 316 0.210 0.429 316 0.210 0.429 316 0.210 0.429 318 0.202 0.413 318 0.202 0.413 318 0.202 0.412 320 0.196 0.398 320 0.196 0.398 320 0.195 0.398 322 0.190 0.386 322 0.190 0.385 322 0.189 0.385 324 0.185 0.374 324 0.184 0.374 324 0.184 0.374 326 0.180 0.364 326 0.179 0.364 326 0.179 0.363 328 0.175 0.354 328 0.175 0.354 328 0.175 0.354 330 0.171 0.345 330 0.170 0.345 330 0.170 0.345 332 0.167 0.337 332 0.166 0.337 332 0.166 0.336 334 0.163 0.329 334 0.162 0.329 334 0.162 0.328 336 0.159 0.322 336 0.159 0.321 336 0.159 0.321 338 0.156 0.315 338 0.156 0.315 338 0.156 0.315 340 0.153 0.309 340 0.153 0.309 340 0.153 0.309 342 0.151 0.304 342 0.151 0.304 342 0.151 0.304 344 0.149 0.299 344 0.148 0.299 344 0.148 0.299 346 0.147 0.295 346 0.146 0.295 346 0.146 0.295 348 0.144 0.291 348 0.144 0.291 348 0.144 0.291 350 0.143 0.287 350 0.142 0.287 350 0.142 0.287 352 0.141 0.283 352 0.141 0.283 352 0.142 0.284 354 0.139 0.280 354 0.139 0.280 354 0.139 0.281 356 0.138 0.277 356 0.138 0.277 356 0.138 0.277 358 0.136 0.274 358 0.136 0.274 358 0.136 0.274 360 0.134 0.270 360 0.134 0.270 360 0.133 0.270 362 0.131 0.265 362 0.131 0.264 362 0.131 0.264 364 0.129 0.260 364 0.129 0.260 364 0.129 0.260 366 0.127 0.256 366 0.127 0.256 366 0.127 0.255 368 0.124 0.251 368 0.124 0.251 368 0.124 0.251 370 0.122 0.246 370 0.121 0.246 370 0.121 0.245 372 0.118 0.240 372 0.118 0.240 372 0.118 0.239 374 0.115 0.233 374 0.115 0.233 374 0.115 0.233 376 0.111 0.226 376 0.111 0.226 376 0.111 0.225 378 0.107 0.219 378 0.107 0.218 378 0.107 0.218
83
380 0.103 0.211 380 0.103 0.210 380 0.103 0.210 382 0.099 0.202 382 0.099 0.202 382 0.099 0.202 384 0.095 0.194 384 0.095 0.194 384 0.094 0.193 386 0.090 0.185 386 0.090 0.185 386 0.090 0.184 388 0.085 0.176 388 0.085 0.175 388 0.085 0.175 390 0.081 0.166 390 0.081 0.166 390 0.080 0.166 392 0.076 0.157 392 0.076 0.157 392 0.076 0.156 394 0.071 0.148 394 0.071 0.147 394 0.071 0.147 396 0.067 0.139 396 0.067 0.138 396 0.067 0.138 398 0.063 0.130 398 0.063 0.130 398 0.063 0.129 400 0.059 0.122 400 0.059 0.122 400 0.059 0.121
Total Luas Area 29.143 Total Luas Area 29.127 Total Luas Area 29.108 SPF 1.718 SPF 1.718 SPF 1.717
84
Tabel 18. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 45 bpj
ekstrak 45 bpj (1) ekstrak 45 bpj (2) Ekstrak 45 bpj (3) λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area
276 0.989 276 0.982 276 0.993 278 0.998 1.987 278 0.998 1.980 278 1.000 1.993 280 0.970 1.968 280 0.969 1.968 280 0.969 1.968 282 0.914 1.884 282 0.914 1.883 282 0.913 1.882 284 0.842 1.756 284 0.842 1.756 284 0.841 1.754 286 0.763 1.605 286 0.763 1.605 286 0.762 1.603 288 0.682 1.445 288 0.682 1.445 288 0.682 1.444 290 0.602 1.284 290 0.602 1.284 290 0.601 1.283 292 0.523 1.125 292 0.523 1.125 292 0.523 1.124 294 0.459 0.983 294 0.459 0.982 294 0.459 0.981 296 0.414 0.873 296 0.414 0.873 296 0.413 0.872 298 0.384 0.798 298 0.383 0.797 298 0.383 0.796 300 0.362 0.745 300 0.361 0.745 300 0.361 0.743 302 0.345 0.706 302 0.344 0.706 302 0.344 0.704 304 0.330 0.675 304 0.330 0.674 304 0.329 0.673 306 0.316 0.646 306 0.316 0.645 306 0.315 0.644 308 0.303 0.619 308 0.303 0.618 308 0.302 0.617 310 0.290 0.593 310 0.290 0.593 310 0.289 0.591 312 0.278 0.567 312 0.277 0.567 312 0.277 0.566 314 0.266 0.544 314 0.266 0.543 314 0.265 0.542 316 0.256 0.522 316 0.256 0.522 316 0.255 0.520 318 0.247 0.502 318 0.247 0.503 318 0.246 0.501 320 0.239 0.485 320 0.239 0.485 320 0.238 0.484 322 0.232 0.470 322 0.232 0.470 322 0.231 0.469 324 0.225 0.457 324 0.226 0.457 324 0.225 0.456 326 0.220 0.445 326 0.220 0.445 326 0.219 0.443 328 0.214 0.434 328 0.214 0.434 328 0.213 0.432 330 0.209 0.423 330 0.209 0.423 330 0.208 0.422 332 0.204 0.413 332 0.204 0.413 332 0.203 0.412 334 0.200 0.404 334 0.200 0.404 334 0.199 0.402 336 0.195 0.395 336 0.196 0.395 336 0.195 0.394 338 0.192 0.387 338 0.192 0.388 338 0.191 0.386 340 0.189 0.380 340 0.189 0.381 340 0.188 0.379 342 0.186 0.374 342 0.186 0.375 342 0.185 0.373 344 0.183 0.369 344 0.183 0.369 344 0.182 0.368 346 0.181 0.364 346 0.181 0.364 346 0.180 0.362 348 0.178 0.359 348 0.179 0.359 348 0.178 0.358 350 0.176 0.354 350 0.176 0.355 350 0.175 0.353 352 0.174 0.350 352 0.174 0.351 352 0.174 0.349 354 0.172 0.346 354 0.172 0.346 354 0.171 0.345 356 0.170 0.343 356 0.171 0.343 356 0.170 0.341 358 0.169 0.339 358 0.169 0.340 358 0.168 0.338 360 0.166 0.334 360 0.166 0.335 360 0.165 0.333 362 0.163 0.328 362 0.163 0.329 362 0.162 0.327 364 0.160 0.323 364 0.161 0.323 364 0.160 0.322 366 0.158 0.318 366 0.158 0.319 366 0.157 0.317 368 0.154 0.312 368 0.155 0.313 368 0.154 0.311 370 0.151 0.306 370 0.152 0.306 370 0.151 0.305 372 0.148 0.299 372 0.148 0.300 372 0.147 0.298 374 0.144 0.291 374 0.144 0.292 374 0.143 0.291 376 0.139 0.283 376 0.140 0.284 376 0.139 0.282
85
378 0.135 0.274 378 0.135 0.275 378 0.140 0.279 380 0.130 0.265 380 0.130 0.265 380 0.129 0.270 382 0.125 0.255 382 0.126 0.256 382 0.125 0.254 384 0.120 0.245 384 0.121 0.247 384 0.120 0.245 386 0.115 0.235 386 0.116 0.236 386 0.116 0.235 388 0.109 0.224 388 0.110 0.225 388 0.109 0.224 390 0.104 0.213 390 0.104 0.214 390 0.103 0.212 392 0.099 0.202 392 0.099 0.203 392 0.098 0.201 394 0.093 0.192 394 0.093 0.193 394 0.092 0.191 396 0.088 0.181 396 0.089 0.182 396 0.087 0.180 398 0.083 0.171 398 0.084 0.172 398 0.083 0.170 400 0.078 0.162 400 0.079 0.163 400 0.078 0.161
Total Luas Area 35.213 Total Luas Area 35.222 Total Luas Area 35.153 SPF 1.923 SPF 1.923 SPF 1.921
86
Tabel 19. Nilai Luas AUC dan Nilai SPF ekstrak air suling teh hijau konsetrasi 50 bpj ekstrak 50 bpj (1) ekstrak 50 bpj (2) Ekstrak 50 bpj (3)
λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area λ (nm) Serapan Gelombang Luas Area 276 1.093 276 1.099 276 1.102 278 1.103 2.196 278 1.102 2.201 278 1.104 2.206 280 1.067 2.170 280 1.067 2.169 280 1.067 2.171 282 1.004 2.071 282 1.004 2.071 282 1.004 2.071 284 0.924 1.929 284 0.924 1.929 284 0.924 1.928 286 0.836 1.761 286 0.836 1.760 286 0.836 1.760 288 0.747 1.584 288 0.747 1.583 288 0.747 1.583 290 0.658 1.405 290 0.658 1.405 290 0.658 1.404 292 0.571 1.229 292 0.571 1.228 292 0.571 1.228 294 0.500 1.072 294 0.500 1.071 294 0.500 1.071 296 0.450 0.951 296 0.450 0.950 296 0.450 0.950 298 0.417 0.867 298 0.416 0.866 298 0.416 0.866 300 0.393 0.809 300 0.392 0.809 300 0.392 0.808 302 0.374 0.767 302 0.374 0.766 302 0.374 0.766 304 0.358 0.732 304 0.358 0.732 304 0.358 0.731 306 0.343 0.701 306 0.343 0.700 306 0.343 0.700 308 0.329 0.672 308 0.328 0.671 308 0.328 0.671 310 0.315 0.644 310 0.314 0.643 310 0.314 0.643 312 0.301 0.616 312 0.301 0.615 312 0.301 0.615 314 0.289 0.590 314 0.288 0.589 314 0.288 0.589 316 0.278 0.567 316 0.277 0.566 316 0.277 0.565 318 0.268 0.545 318 0.267 0.545 318 0.267 0.544 320 0.259 0.527 320 0.259 0.526 320 0.258 0.526 322 0.251 0.510 322 0.251 0.510 322 0.251 0.509 324 0.244 0.496 324 0.244 0.495 324 0.244 0.495 326 0.238 0.482 326 0.238 0.482 326 0.237 0.481 328 0.232 0.470 328 0.232 0.470 328 0.232 0.469 330 0.227 0.459 330 0.226 0.458 330 0.226 0.458 332 0.221 0.448 332 0.221 0.447 332 0.221 0.447 334 0.216 0.437 334 0.216 0.437 334 0.216 0.436 336 0.212 0.428 336 0.211 0.427 336 0.211 0.427 338 0.208 0.419 338 0.207 0.418 338 0.207 0.418 340 0.204 0.412 340 0.204 0.411 340 0.204 0.411 342 0.201 0.405 342 0.201 0.404 342 0.200 0.404 344 0.198 0.399 344 0.198 0.398 344 0.197 0.398 346 0.195 0.393 346 0.195 0.393 346 0.195 0.392 348 0.193 0.388 348 0.192 0.387 348 0.192 0.387 350 0.190 0.383 350 0.190 0.382 350 0.190 0.382 352 0.188 0.378 352 0.188 0.378 352 0.188 0.378 354 0.186 0.374 354 0.186 0.374 354 0.186 0.373 356 0.184 0.370 356 0.184 0.370 356 0.184 0.369 358 0.182 0.367 358 0.182 0.366 358 0.182 0.366 360 0.179 0.361 360 0.179 0.361 360 0.179 0.360 362 0.176 0.354 362 0.176 0.354 362 0.175 0.354 364 0.173 0.349 364 0.173 0.348 364 0.173 0.348 366 0.170 0.343 366 0.170 0.343 366 0.170 0.343 368 0.167 0.337 368 0.167 0.337 368 0.166 0.336 370 0.163 0.330 370 0.163 0.330 370 0.163 0.329 372 0.159 0.322 372 0.159 0.322 372 0.159 0.322 374 0.155 0.314 374 0.154 0.313 374 0.155 0.313 376 0.150 0.304 376 0.150 0.304 376 0.150 0.304 378 0.146 0.296 378 0.145 0.294 378 0.145 0.294
87
380 0.140 0.285 380 0.139 0.284 380 0.139 0.284 382 0.135 0.274 382 0.134 0.274 382 0.135 0.274 384 0.129 0.264 384 0.129 0.263 384 0.129 0.263 386 0.123 0.252 386 0.123 0.251 386 0.123 0.252 388 0.117 0.240 388 0.117 0.239 388 0.117 0.240 390 0.111 0.228 390 0.111 0.227 390 0.111 0.227 392 0.105 0.216 392 0.105 0.215 392 0.105 0.216 394 0.099 0.204 394 0.099 0.204 394 0.099 0.204 396 0.093 0.192 396 0.093 0.192 396 0.093 0.192 398 0.088 0.182 398 0.088 0.181 398 0.088 0.181 400 0.083 0.171 400 0.083 0.171 400 0.083 0.171
Total Luas Area 38.323 Total Luas Area 38.294 Total Luas Area 38.288 SPF 2.037 SPF 2.036 SPF 2.036
88
Lampiran 8
Analisis Statistika Kadar Total Polifenol Ekstrak Teh Hijau
Analisis Statistika One Way ANOVA (Analysis Of Varian) Pengaruh Perlakuan dan Replikasi Terhadap Kadar Total Polifenol Tabel 20. Deskripsi Statistika Antara Perlakuan Terhadap Kadar Total Polifenol total_polifnol
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Max. Lower Bound Upper Bound
ekstrak air suling 3 5.67167E1 .372272 .214931 55.79189 57.64144 56.359 57.102 ekstrak etanol 70% 3 5.38237E1 .504017 .290994 52.57162 55.07571 53.287 54.287
ekstrak aseton 3 5.07540E1 .509827 .294349 49.48752 52.02048 50.212 51.224 Total 9 5.37648E1 2.613685 .871228 51.75572 55.77383 50.212 57.102
Tabel 21. Tes Homogenitas Antara Perlakuan Terhadap Kadar Total Polifenol total_polifnol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.191 2 6 .831
Tabel 22. Hasil ANOVA : Pengaruh Perlakuan (Variasi Penyari) Terhadap Kadar Total Polifenol (SPSS versi 16)
ANOVA
total_polifnol Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 53.346 2 26.673 122.626 .000 Within Groups 1.305 6 .218 Total 54.651 8 Tabel 23. Parameter Duncan : Pengaruh Perlakuan (Variasi Penyari) Terhadap Kadar Total Polifenol
Duncan total_polifnol
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
ekstrak aseton 3 5.07540E1 ekstrak etanol 70% 3 5.38237E1 ekstrak air suling 3 5.67167E1
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
89
Tabel 24. Deskripsi Statistika Antara Replikasi Terhadap Kadar Total Polifenol
Tabel 25. Tes Homogenitas Antara Replikasi Terhadap Kadar Total Polifenol
total_polifnol Levene Statistic df1 df2 Sig.
.083 2 6 .921
Tabel 26. Hasil ANOVA : Pengaruh Replikasi Terhadap Kadar Total Polifenol (SPSS versi 16)
ANOVA
total_polifnol Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .158 2 .079 .009 .991
Within Groups 54.493 6 9.082
Total 54.651 8
Tabel 27. Parameter Duncan : Pengaruh Replikasi Terhadap Kadar Total Polifenol
Duncan
replikasi N
Subset for alpha = 0.05
1
2 3 53.62333 1 3 53.72933 3 3 53.94167 Sig. .904
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
total_polifnol replikasi N Mean
Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 3 5.37293E1 3.274313 1.890426 45.59549 61.86318 50.212 56.689
2 3 5.36233E1 2.583969 1.491855 47.20440 60.04227 51.224 56.359
3 3 5.39417E1 3.138238 1.811863 46.14585 61.73748 50.826 57.102
Total 9 5.37648E1 2.613685 .871228 51.75572 55.77383 50.212 57.102
90
Lampiran 9 Sampel Daun Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) dan Ekstrak Teh Hijau Gambar 14. Daun Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) Gambar 15. Teh Hijau Gambar 16. Ekstrak Air Suling Teh Hijau
91
Gambar 17. Ekstrak Etanol 70% Teh Hijau Gambar 18. Ekstrak Aseton Teh Hijau
92
Lampiran 10 Surat Determinasi Tumbuhan