pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk n …eprints.stiperdharmawacana.ac.id/238/1/soleh...

69
PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT NILAM (Pogostemon cablin Benth.) (Skripsi) Oleh : Soleh Iskandar 11110006.P Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN pada Jurusan Agroteknologi SEKOLAH TINGGI PERTANIAN DHARMA WACANA KOTA METRO 2014

Upload: lediep

Post on 16-Jun-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK N TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT NILAM (Pogostemon cablin Benth.)

(Skripsi)

Oleh :

Soleh Iskandar

11110006.P

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Jurusan Agroteknologi

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN DHARMA WACANA

KOTA METRO

2014

PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT NILAM (Pogostemon cablin Benth.)

Oleh

SOLEH ISKANDAR

ABSTRAK

Tanaman nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditi penghasil devisa negara dan sumber pendapatan bagi petani. Namun produktifitas tanaman nilam saat ini masih rendah, maka perlu dilakukan upaya peningkatan produksi dengan cara perluasan perkebunan. Dalam

perluasan perkebunan ini dibutuhkan bibit dalam jumlah yang banyak. Bibit tanaman nilam dapat dihasilkan dengan perbanyakan secara setek (Wahid et al., 1990).

Disamping itu, upaya peningkatan pertumbuhan bibit dapat dilakukan dengan pemupukan, terutama dosis N seperti pupuk Urea (Marsono, 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Asal bahan setek terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam. (2) Dosis pupuk N terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam. (3) Interaksi asal bahan setek dan dosis pupuk N dalam meningkatkaan pertumbuhan bibit nilam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai bulan September 2014 di Kel. Dayamurni, Kec. Tumijajar, Kab. Tulang Bawang Barat. Penelitian dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial, terdiri atas dua faktor yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah asal bahan setek (B) yang terdiri atas 3 taraf yaitu: b1 = pucuk batang, b2 = tengah batang, b3 = pangkal batang. Faktor kedua adalah dosis pupuk N (N) yang terdiri atas 4 taraf yaitu: n0 = tanpa pupuk N, n1 = 1 g/polibag (setara 400 kg/ha), n2 =2 g/polibag (setara 800 kg/ha), n3 =3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha). Kemudian data diolah dengan analisis ragam dan perbedaan nilai tengah diuji dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Kesamaan ragam data (homogenitas) diuji dengan uji Bartlett.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Asal bahan setek tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati kecuali jumlah daun. Asal bahan setek dari pangkal batang menghasilkan jumlah daun lebih banyak daripada pucuk batang dan batang tengah. (2) Dosis pemberian pupuk N tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati kecuali bobot segar tunas. Pemberian pupuk N menghasilkan bobot segar tunas lebih tinggi daripada tanpa pemberian pupuk N, walaupun pemberian pupuk N 3 g/polibag menunjukkan hasil yang sama dengan dosis 1 g/polibag dan 2 g/polibag. (3) Tidak terdapat interaksi antara pemberian perlakuan asal bahan setek dan dosis pupuk N.

Judul Skripsi : PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN

DOSIS PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT NILAM (Pogostemon cablin Benth.)

Nama Mahasiswa : Soleh Iskandar

No. Pokok Mahasiawa : 11110006.P

Program Studi : Agroteknologi

Jurusan : Agroteknologi

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. NIP. 196509221989032001

Pembimbing II

Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si. NIP. 196803171994032003

2. Ketua Jurusan Agroteknologi,

Ir. Syafiuddin, M.P NIP. 196303091989031003

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji :

Ketua : Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. .............................

Penguji Utama : Ir. Sutomo, M.P ............................. Anggota : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si .............................

2. Ketua Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana Metro,

Ir. Rakhmiati, MTA NIP. 196304081989032001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 3 Desember 2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Dayamurni Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang

Bawang Barat pada tanggal 23 September 1989. dari ayah yang bernama Bukhori

dan ibu bernama Sarikem. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Tumijajar pada

tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan

di MTs Al-Munawaroh dan tamat pada tahun 2005. Penulis melanjutkan

pendidikannya di SMAN 1 Tumijajar dan lulus pada tahun 2008. Setelah tamat

SMA, penulis melanjutkan studi ke Kota Bandar Lampung dan diterima di

Politeknik Negeri Lampung (POLINELA) Jurusan Budidaya Tanaman Pangan,

Program Studi Hortikultura dan tamat tahun 2011.

Setelah lulus program D3, penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di S1

Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro pada jurusan/

program study Agroteknologi.

Motto

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison)

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-

nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. (Ernest Newman)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.

(Aldus Huxley)

Persembahan

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi,

dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang

menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha

besarannya.

Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan

penuh kerinduan pada sang revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia

yang beradab Habibana wanabiyana Muhammad SAW...

Pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat diselesaikan dengan baik, bila

meminjam pepatah lama “Tak ada gading yang tak retak” maka sangatlah pantas

bila pepatah itu disandingkan dengan karya ini. Karya ini merupakan wujud dari

kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna kesempurnaan dengan tanpa

berharap melampaui kemaha sempurnaan sang maha sempurna.

Dengan hanya mengharap ridho-Mu semata, ku persembahkan karya ini untuk

yang terkasih Bapak, Mamak dan keluarga yang doanya senantiasa mengiringi

setiap derap langkahku dalam meniti kesuksesan. Mohon dimaafkan bila ikhtiar

anak/adik/kakak mu ini tidak maksimal sesuai yang diharapkan. Terima kasih ku

ucapkan kepada sahabat – sahabatku yang telah memberikan bantuan yang tak

kenal lelah dan waktu.

Untuk mu dosen-dosenku, semoga Alloh selalu melindungimu dan meninggikan

derajatmu di dunia dan di akhirat, terima kasih atas bimbingan dan arahan selama

ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi manusia yang berharga

di dunia dan bernilai di akhirat. Alhamdulillahi robbil „aalamiin…

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T., karena berkat rahmat

dan karunia-Nya sehingga Skripsi Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Asal

Bahan Setek dan Dosis Pupuk N Terhadap Pertumbuhan Bibit Nilam

(Pogostemon cablin Benth.) ” dapat penulis selesaikan dengan baik, sebagai salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi

Agroteknologi Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana Metro.

Dengan telah selesainya penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Ir. Rakhmiati, MTA selaku Ketua STIPER Dharma Wacana Metro atas segala

kebijakan dan fasilitas dalam penyelesain studi di program studi agroteknologi

STIPER Dharma Wacana Metro.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. Selaku pembimbing utama penelitian, atas

segala bimbingan, bantuan, nasihat, motivasi dan saran yang sangat berarti

hingga selesainya penulisan hasil penelitian ini.

3. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si. sebagai pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan

dalam penulisan hasil penelitian ini.

4. Bapak Ir. Sutomo, M.P. Selaku penguji utama atas segala saran dan

pembahasan terhadap hasil penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen dan sivitas akademika STIPER Dharma Wacana Metro

yang telah memberikan banyak kemudahan dan fasilitas demi kelancaran

palaksanaan penelitian ini hingga selesai.

6. Kepala Laboratorium Ternak Politeknik Negeri Lampung yang telah

membantu dalam proses dan penyelesaian penelitian ini.

7. Kedua Orang tua, Kakak dan Adikku, Suci Saraswati, S.E.Sy., Anwar Sidik,

SP., Kurnia Darmawan, SP., Febrira Utami, SP., Sari Nurhidayati, SP., serta

seluruh keluarga dan saudara yang telah memberikan semangat, dukungan,

kasih sayang, dan senantiasa memberikan do’a yang tak pernah berhenti

kepada penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa STIPER Dharma Wacana Metro yang banyak

memberikan dukungan, bantuan tenaga dan waktu, serta andil dalam

kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.

Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dalam pengembangan tanaman nilam

dan kegiatan ilmiah. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, diharapkan berbagai kritikan dan saran yang bersifat membangun

untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini dari semua pihak.

.

Metro, 4 Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

ABSTRAK ....................................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4

1.3 Dasar pengajuan Hipotesis ...................................................................................... 4

1.4 Hipotesis .................................................................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Nilam (Pogostemon cablin

Benth.) ..................................................................................................................... 7

2.2 Perbanyakan Vegetatif Nilam................................................................................. 8

2.3 Pupuk Nitrogen (N) ................................................................................................ 10

III.BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................................. 14

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ....................................................................................... 14

3.3 Metode Penelitian .................................................................................................... 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian............................................................................................. 15

3.4.1 Persiapan Media Tanam dan Naungan ......................................................... 15 3.4.2 Persiapan Bahan Setek ................................................................................. 16 3.4.3 Pembibitan dan Pemeliharaan ....................................................................... 16 3.4.4 Aplikasi Pupuk N ......................................................................................... 17 3.4.5 Pengamatan ................................................................................................... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ....................................................................................................................... 19

4.1.1 Persentase Tumbuh Setek Nilam (%) ......................................................... 19 4.1.2 Nisbah Luas Daun (NLD) ......................................................................... 20 4.1.3 Panjang Tunas (cm) ................................................................................... 20 4.1.4 Jumlah Daun (helai) .................................................................................. 21 4.1.5 Bobot Segar Tunas (gram) ......................................................................... 22 4.1.6 Bobot Segar Akar (gram) .......................................................................... 22 4.1.7 Bobot Kering Tunas (gram) ....................................................................... 23 4.1.8 Bobot Kering Akar (gram) ........................................................................ 24

4.2 Pembahasan ........................................................................................................... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 27

5.2 Saran ...................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Persentase tumbuh bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (%) .................................................................................................. 19

2. Nisbah Luas Daun (NLD) bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (cm2/g) ............................................................................................ 20

3. Panjang tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (cm) ................................................................................................. 20

4. Jumlah daun bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (Helai) .............................................................................................. 21

5. Bobot segar tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 22

6. Bobot segar akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 23

7. Bobot kering tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 23

8. Bobot kering akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 24

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Deskripsi tanaman nilam varietas Sidikalang............................................................... 32

2. Persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N ....................................................................................................... 33

3. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh

asal bahan setek dan dosis pupuk N ............................................................................ 34

4. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh

asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................... 34

5. Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis

pupuk N ....................................................................................................................... 35

6. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh

asal bahan setek dan dosis pupuk N ............................................................................ 36

7. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh

asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................... 36

8. Panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N .......................... 37

9. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan

dosis pupuk N.............................................................................................................. 38

10. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan

dosis pupuk N (Transf √x)........................................................................................... 38

11. Jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N ................ 39

12. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N ............................................................................................. 40

13. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................................... 40

14. Bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N.................... 41

15. Analisis sidik bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan

dosis pupuk N.............................................................................................................. 42

16. Analisis sidik ragam bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (Transf √x) .................................................................... 42

17. Bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N ..................... 43

18. Analisis sidik bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan

dosis pupuk N.............................................................................................................. 44

19. Analisis sidik ragam bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................... 44

20. Bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N.................. 45

21. Analisis sidik bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan

dosis pupuk N.............................................................................................................. 46

22. Analisis sidik ragam bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (Transf √x) ............................................................ 46

23. Bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N ................... 47

24. Analisis sidik bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan

dosis pupuk N.............................................................................................................. 48

25. Analisis sidik ragam bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek

dan dosis pupuk N (Transf √x) ........................................................... 48

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Tata letak percobaan ................................................................................................... 49

2. Tata letak tanaman sampel per plot ............................................................................ 50

3. Pengadukan media semai setek nilam ........................................................................ 51

4. Penyiapan polibag setek nilam ................................................................................... 51

5. Pelabelan sampel ........................................................................................................ 51

6. Setek nilam pucuk batang .......................................................................................... 51

7. Setek nilam tengah batang .......................................................................................... 51

8. Setek nilam pangkal batang ........................................................................................ 51

9. Setek nilam umur 12 MST ......................................................................................... 52

10. Penimbangan bobot segar tunas ................................................................................. 52

11. Penimbangan bobot segar akar ................................................................................... 52

12. Pengovenan sampel .................................................................................................... 52

13. Penimbangan bobot kering tunas ............................................................................... 52

14. Penimbangan bobot kering akar ................................................................................. 52

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan tanaman yang banyak ditanam

untuk diambil minyaknya. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun,

batang dan tunas tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan

kandungan utamanya adalah patchouly alcohol yang berkisar antara 30 - 50 %.

Minyak nilam digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, antiseptik, sabun,

obat dan insektisida (Rukmana, 2004). Dengan berkembangnya industri parfum di

dalam dan di luar negeri, kegunaan tanaman nilam menjadi berkembang. Minyak

nilam juga digunakan sebagai pengikat bahan pewangi lain (fiksatif), sehingga

aroma parfum tersebut dapat bertahan lama (Rusli, 1991).

Komoditi minyak nilam termasuk bahan baku ekspor yang cukup laris di dunia

perdagangan Internasional. Indonesia adalah produsen utama minyak nilam dunia,

diikuti oleh Cina dan Brazil. Produk nilam sebagian besar diekspor ke negara-

negara industri parfum, terutama digunakan sebagai bahan pembuatan minyak

wangi, obat – obatan dan sebagainya (Daud, 1991).

Tanaman nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, dan

dimantapkan perannya sebagai salah satu komoditi penghasil devisa negara dan

sumber pendapatan bagi petani. Masalah yang dihadapi dalam budidaya nilam

saat ini antara lain masih rendahnya produktifitas yaitu sekitar 2 ton daun

kering/hektar/tahun, dan kualitas minyak nilam yang masih sangat beragam,

sementara budidaya tanaman nilam yang baik produktivitasnya dapat mencapai

sekitar 4 ton daun kering/hektar/tahun (Syakir et al., 1994).

Sehubungan dengan masih rendahnya produktifitas perlu dilakukan upaya ke arah

peningkatan produksi dengan cara perluasan areal dan peremajaan. Budidaya nilam

secara intensif dalam skala luas akan menambah jumlah produksi yang dihasilkan.

Dalam perluasan perkebunan ini dibutuhkan bibit dalam jumlah yang banyak. Bibit

tanaman nilam dapat dihasilkan dengan perbanyakan secara setek (Wahid et al.,

1990).

Setek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan

menggunakan sebagian batang, cabang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

menjadi tanaman baru. Keuntungan perbanyakan dengan setek adalah tanaman baru

yang diperoleh mempunyai sifat yang sama dengan induknya, umur seragam, dan

waktu perbanyakan lebih singkat untuk memperoleh tanaman dalam jumlah banyak

(Wudianto, 1998).

Pembentukan akar pada setek memerlukan energi yang diperoleh dari tubuhnya

sendiri. Energi tersebut diperoleh dari karbohidrat dan protein yang tersimpan

dalam jaringan. Setek yang kandungan karbohidrat tinggi akan lebih mudah

berakar daripada yang kerbohidrat rendah, sedangkan dengan kandungan protein

tinggi akan cepat pertumbuhan tunasnya, namun pertumbuhan akarnya akan

ketinggalan (Rismunandar, 1995). Setek yang baik merupakan setek yang mampu

menghasilkan akar dan tunas yang seimbang. Akar berfungsi untuk menyerap

unsur hara yang ada di dalam tanah dan akan di translokasikan ke daun. Daun

berperan penting di dalam proses fotosintesis. Dengan demikian perlu

dilakukakan kajian lebih mendalam bagian bahan setek mana yang kandungan

karbohidrat dan proteinnya yang seimbang sehingga berpengaruh baik terhadap

pertumbuhan bibit nilam.

Disamping itu, upaya peningkatan pertumbuhan bibit dapat dilakukan dengan

pemupukan, terutama dosis N seperti pupuk Urea. Pupuk urea adalah pupuk yang

mengandung unsur Nitrogen sebanyak 46 % yang berperan dalam pembentukan

dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti pembentukan klorofil,

membentuk lemak, protein dan memacu pertumbuhan daun, batang dan akar

(Marsono, 2005). Pemberian dosis pupuk N yang tepat akan memberikan

pertumbuhan bibit nilam yang lebih baik.

Menurut Harjadi (1973), kandungan bahan makanan pada setek tanaman terutama

protein, karbohidrat dan nitrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan akar serta tunas tanaman. Kecukupan nitrogen (N) baru terjadi

setelah penambahan dari luar berupa pemupukan Urea hingga 2 gram per

tanaman. Terdapat kecenderungan penambahan dosis urea lebih lanjut akan

berpengaruh buruk pada hasil tanaman, dari pengaruh nitrogen yang berlebihan,

namun hal ini tidak terlihat tegas/nyata. Oleh karena itu perlu kiranya diadakan

penelitian sehingga dapat dilihat sejauh mana pengaruh asal bahan setek dan dosis

pupuk N yang tepat terhadap pertumbuhan bibit nilam.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Asal bahan setek terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam (Pogostemon

cablin Benth.).

2. Dosis pupuk N terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam (Pogostemon

cablin Benth.).

3. Interaksi asal bahan setek dan dosis pupuk N dalam meningkatkaan

pertumbuhan bibit nilam (Pogostemon cablin Benth.).

1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis

Kebutuhan minyak nilam untuk industri kosmetika saat ini belum terpenuhi, hal

ini menjadikan peluang sekaligus tantangan untuk menyediakannya melalui teknik

budidaya nilam yang benar, agar tercapai berdasarkan kualitas maupun

kuantitasnya. Upaya pembudidayaan nilam dapat dilakukan dengan penyediaan

bibit setek. Penyediaan bibit setek yang tepat dapat memberikan pertumbuhan

nilam yang baik. Pemilihan asal bahan setek memberikan pertumbuhan nilam

yang berbeda-beda karena perbandingan karbohidrat dan nitrogen dalam setiap

bagian batang tanaman tidak sama (Syakir et al., 1992).

Keberhasilan setek membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase

pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan setek.

Hal tersebut berhubungan dengan kandungan berbagai zat yang berperan dalam

pembentukan akar dan tunas seperti auksin, karbohidrat, dan nitrogen (Syakir et

al., 1992). Setek memerlukan energi untuk pertumbuhan perakaran dan tunas,

energi tersebut yang diperoleh dari karbohidrat dan nitrogen yang tersimpan

dalam jaringan tanaman tersebut (Rismunandar, 1995).

Menurut Adi (2007), asal bahan setek bagian pangkal berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan setek tanaman gamal. Kombinasi perlakuan setek pucuk

dan lama perendaman dalam urin sapi yang mengandung unsur N selama 5 menit

dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman nilam dibandingkan penggunaan

bagian pangkal tanaman sebagai setek (Noverina, 2007).

Urea adalah pupuk nitrogen yang berwarna putih dengan rumus kimia Co(NH2)2,

berbentuk kristal dengan garis tengah ±1 mm dan mengandung nitrogen sebanyak

46 % (Marsono,2005). Sutejo (2002) menyatakan bahwa pupuk urea termasuk

golongan pupuk yang higroskopis di mana pada kelembaban relatif 73 % pupuk

ini mulai menarik air dari udara. Menurut Marsono (2005), menyatakan

keuntungan menggunakan pupuk urea adalah mudah diserap tanaman. Selain itu,

kandungan N yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal

tanaman.

Dosis pemberian pupuk merupakan salah satu yang perlu diperhatikan dalam

pemupukan. Bila diberikan terlalu tinggi, maka pertumbuhan tanaman akan

tertekan (terjadi plasmolisis) sedangkan bila diberikan terlalu rendah maka tujuan

pemupukan tidak tercapai (Nurahmi et al. 2013). Menurut Sunanto (1992),

pemberian pupuk Urea pada pembibitan tanaman kakao diberikan sebanyak

1igram urea/polibag, karena jika diberikan terlalu banyak maka tanaman akan

mudah rebah, tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Menurut Rukmana (2004), pemberian pupuk N pada budidaya nilam dengan dosis

250 kg/ha, 280 kg/ha dan 560 kg/ha dapat berpengaruh baik terhadap

pertumbuhan nilam, namun belum didapatkan hasil yang maksimum. Pada

pembibitan nilam menurut Nurahmi et al. (2013), dosis pupuk Urea terbaik dalam

pembibitan nilam adalah 2 gram urea/polibag. Perlu dikaji kembali penambahan

pupuk N terhadap setek nilam sehingga diperoleh pertumbuhan bibit nilam yang

maksimal dengan pemilihan asal bahan setek yang tepat.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah:

1. Setek yang berasal dari pucuk memberikan pengaruh terbaik terhadap

pertumbuhan setek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.).

2. Semakin tinggi dosis pupuk N yang diberikan, semakin baik pengaruhnya

terhadap pertumbuhan setek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.).

3. Terdapat interaksi antara asal bahan setek dan dosis pupuk N dalam

meningkatkan pertumbuhan bibit nilam. (Pogostemon cablin Benth.).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.)

Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nilam diklasifikasikan

sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Lamiales

Famili : Labiatae

Genus : Pogostemon

Spesies : Pogostemon, spp (Kardinan dan Ludi, 2004).

Nilam merupakan tanaman yang diambil minyak atsirinya (minyak nilam) yang

digunakan sebagai bahan baku industri wewangian dan kosmetika. Bagian

tanaman nilam yang paling berharga adalah daunnya karena minyak nilam yang

baik berasal dari daunnya. Kandungan yang terdapat di dalam minyak nilam

meliputi patchouli alcohol, patchouli comphor, eugenol, benzaldehide, cinnamic

aldehyde dan cadinene (Kardinan dan Ludi, 2004).

Pogostemon cablin Benth. atau dikenal sebagai nilam Aceh banyak diusahakan di

Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Nilam ini tidak berbunga

dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam Aceh sebesar 2,5 - 5,0 %. Nilam

Aceh termasuk jenis nilam yang bermutu tinggi dan banyak diincar konsumen

(Kardinan dan Ludi, 2004).

Tanaman nilam berakar tunggang, berbatang lunak dan berbuku-buku. Buku

batangnya menggembung dan berair, warna batangnya hijau kecokelatan. Daun

nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar

di tengah, meruncing keujung dan tepinya bergerigi. Tulang daunnya bercabang

ke segala penjuru. Apabila daun nilam diremas - remas akan muncul bau harum

(Suwandiyati,2009).

Nilam memiliki batang lurus, bercabang, dan daunnya kasar yang berasal dari

keluarga Labiatae. Minyak ini digunakan di dalam industri wangi-wangian dan

daun yang masih segar dapat digunakan sebagai obat diare dan sakit kepala

(Arpana et al., 2008). Disamping itu, minyak nilam juga dapat digunakan dalam

pembuatan sabun, hair tonik, dan aroma terapi industri (Zulkarnain, 2004).

Tanaman nilam dapat tumbuh pada dataran yang paling rendah hingga dataran

yang cukup tinggi, yaitu sampai dengan 2.000 m dpl. Tanaman ini memerlukan

suhu ideal antara 22º - 28º C dengan kelembaban di atas 75 %. Untuk mencapai

pertumbuhan optimal, tanaman nilam memerlukan air yang cukup pada saat awal

penanaman hingga proses pertumbuhan berlangsung. Selain itu, diperlukan juga

matahari yang cukup (Mangun, 2005).

2.2 Perbanyakan Vegetatif Nilam

Nilam diperbanyak dengan setek. Setek diambil dari batang yang sudah mengayu

dari bagian tanaman yang belum terlalu tua. Setek yang dipilih untuk bibit harus

bebas dari hama dan penyakit. Batang yang diambil untuk setek adalah yang

berdiameter 0,8 - 1,0 cm. Setek dipotong sepanjang 15 - 23 cm, dan paling sedikit

harus mempunyai 3 mata tunas atau 3 helai daun untuk setek pucuk. Sedangkan

untuk setek cabang harus mempunyai 3 - 5 mata tunas (Sudaryani dan Endang,

1990).

Keberhasilan setek membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase

pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan setek.

Hal tersebut berhubungan dengan kandungan berbagai zat yang berperan dalam

pembentukan akar dan tunas seperti auksin, karbohidrat, dan nitrogen (Syakir et

al, 1992).

Bahan pembangun yang dikandung bagian tanaman memungkinkan terbentuknya

akar, batang, dan tunas baru. Semakin cepat dan banyak terbentuknya akar, maka

semakin besar kemungkinan diperoleh bibit yang besar dan kuat. Kondisi bibit

yang kuat diharapkan lebih tahan terhadap bermacam-macam gangguan seperti

penyakit, hama, tanaman pengganggu maupun keadaan lingkungan yang kurang

menguntungkan dan akhirnya memberikan hasil lebih baik (Danoesastro, 1973).

Sampai sejauh ini bibit nilam diperoleh secara vegetatif yaitu dengan setek secara

langsung di kebun, namun memerlukan bahan setek yang lebih banyak dan

pertumbuhan tanaman kurang baik, serta kemungkinan setek yang mati lebih

banyak. Cara terbaik untuk menghemat bahan setek adalah dengan membuat

pembibitan setek terlebih dahulu sebelum langsung ditanam di kebun. Untuk

memperoleh pertumbuhan bibit setek optimal baik pertumbuhan akar maupun

tunas perlu dipilih bahan setek yang baik dan sehat dengan jumlah ruas tertentu

yaitu 2 ruas atau lebih (Mardani, 2007).

Kandungan bahan setek terutama persediaan karbohidrat dan nitrogen sangat

menentukan pertumbuhan akar dan tunas setek. Bila kandungan nitrogen tinggi

sedangkan kandungan karbohidrat rendah, pertumbuhan akar terhambat sedang

pertumbuhan tunas dipacu. Bahan setek dengan kandungan karbohidrat tinggi dan

kandungan nitogen yang cukup akan mempermudah pertumbuhan akar dan tunas

setek (Suryaningsih, 2004).

Walaupun zat makanan yang terdapat pada bagian tanaman yang dipergunakan

sebagai setek, memungkinkan pembentukan tunas batang dan tunas daun yang

baru. Namun, pembentukan akar baru adalah sangat penting di dalam menjamin

kelangsungan hidup tanaman bibit itu sendiri. Makin tinggi kecepatan

pembentukan akar dan makin banyak jumlah akar, makin besar dan kuat serta

cepat tumbuh menjadi tanaman baru (Sitompul dan Guritno, 1995).

2.3 Pupuk Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak. Pemberian nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan bagian

vegetatif tanaman, memperbanyak butir-butir hijau daun, menciptakan perakaran

yang lebat dan kuat (Leiwakabessy, 1977). Pemberian nitrogen pada setek

tanaman nilam diharapkan akan dapat mempercepat pertumbuhan tunas dan daun

serta menghasilkan perakaran yang baik.

Apabila tanaman kekurangan nitrogen, maka pertumbuhannya akan terganggu,

tanaman tumbuh kerdil, sistem perakarannya terbatas dan daunnya menjadi

kuning. Jadi unsur nitrogen (N) mutlak diperlukan selama berlangsungnya proses

pertumbuhan tanaman nilam. Namun apabila kelebihan nitrogen akan

mengakibatkan pengaruh buruk, tanaman akan mudah rebah karena banyak

menyerap air (sekulen), tidak tahan terhadap penyakit dan serangan hama

sehingga dapat menurunkan kualitas hasil (Sutejo, 2002). Salah satu pupuk yang

mengandung nitrogen adalah pupuk Urea. Pupuk Urea berwarna putih, berbentuk

kristal dengan rumus kimia CO(NH2)2 dan mengandung nitrogen sebanyak 46 %,

maksudnya setiap 100 kg urea mengandung unsur N sebanyak 46 kg (Nyakpa dan

Hasinah, 1985). Pupuk ini terbuat dari gas asam arang dan asam amoniak,

persenyawaan keduanya itulah menghasilkan pupuk berkandungan nitrogen

sebanyak 46 %. Nama lain dari urea adalah carbamite, carbamite resin, isourea,

carbonyl diamide, carbonyldiamine. Namun di kawasan eropa dikenal dengan

nama carbamite. Selain unsur N, unsur penyusun urea adalah karbon (C), Oksigen

(O), dan hidrogen (H). Jadi pupuk urea merupakan pupuk sintetis dari senyawa

anorganik yang diproduksi oleh pabrik menggunakan bahan-bahan kimia berkadar

hara nitrogen (N) tinggi. Pupuk ini merupakan salah satu jenis pupuk higroskopis

sehingga lebih mudah menguap di udara. Bahkan pada kelembaban 73 %, urea

sudah dapat menarik uap air dari udara sehingga mudah larut dalam air serta

mudah diserap oleh tanaman. Penyimpanannya juga harus lebih berhati-hati

dibandingkan dengan pupuk lain. Simpan di tempat kering tertutup rapat agar

lebih tahan lama serta tidak mudah menguap. Urea lebih mudah menjadi amoniak

dan karbondioksida di dalam tanah. Selain itu juga mudah terbakar oleh sinar

matahari.

Jenis pupuk nitrogen yang juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

tanaman, seperti misalnya amonium sulfat, pupuk ZA (Zwavelzure Amoniak),

chilisalpeter, ASN (Amonium Sulfat Nitrat), amoniumnitrat, amoniumklorida,dll.

Namun hingga saat ini urea merupakan salah satu jenis pupuk berkandungan

nitrogen paling tinggi dibandingkan jenis pupuk lainnya.

Jenis pupuk nitrogen berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu urea prill dan non prill. Urea prill lebih banyak dikenal oleh

masyakat dibandingkan non prill. Bentuk urea prill adalah berupa butiran kecil

serta halus. Urea prill bersifat higroskopis (mudah menyerap air di udara),

berwarna putih maupun berwarna merah muda (pink). Penggunaan urea prill dapat

ditebar langsung ke tanah atau dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air. Urea

prill mudah ditemukan di kios-kios pertanian terdekat. Jika pupuk ini sudah

mencair karena pemguapan berarti pupuk tersebut sudah rusak sehingga

kandungan utamanya nitrogen sudah terlepas sehingga pupuk sudah tidak dapat

dimanfaatkan untuk melakukan pemupukan. Selain itu, karena bentuknya kecil

memudahkan pupuk ini mengalami pelarutan, penguapan, maupun pencucian oleh

air hujan dibandingkan dengan jenis lain (Kurniati, 2013).

Urea non prill terdiri dari berbagai macam, antara lain urea tablet, urea ball

fertilizer, urea super granule (USG), serta urea briket. Urea tablet adalah urea prill

yamg sudah mengalami proses penempaan bertekanan tinggi sehingga berubah

menjadi bentuk tablet. Setelah urea prill berubah menjadi urea tablet, memiliki

efisiensi penggunaan hingga dua kali lipat dibandingkan ketika masih bentuk prill,

baik efisiensi tenaga kerja maupun efisiensi biaya pemupukan. Pemakain urea

tablet langsung diserap oleh tanaman utama karena pupuk berada dibawah

permukaan tanah sehingga menghambat pertumbuhan gulma. Dengan demikian

akan meningkatkan produktifitas tanaman (Kurniati, 2013).

Urea ball fertilizer merupakan urea berbentuk bola-bola kecil. Urea ball fertilizer

memiliki respon tinggi terhadap tanaman, unsur nitrogennya terlepas secara

lambat kemudian diikat kuat oleh partikel tanah yang nantinya akan terserap oleh

akar tanaman. Pupuk jenis ini cocok untuk pemupukan susulan. Urea super

granule (USG) merupakan pupuk urea yang memiliki kemiripan dengan urea prill,

namun berukuran lebih besar sehingga penguapannya lebih lambat dibandingkan

bentuk prill. Urea briket berbentuk cakram pipih, lengket, bersifat rapuh serta

mudah pecah. Urea briket merupakan proses lanjut dari urea prill yang dipadatkan

serta merupakan penyempurnaan dari urea super granule (USG) (Kurniati, 2013).

Urea non prill kurang familiar di kalangan petani dikarenakan harga di pasaran

lebih mahal daripada urea prill sehingga petani lebih memilih bentuk prill sebagai

upaya penekanan biaya produksi meskipun sebetulnya penggunaan urea non prill

lebi efisien (Kurniati, 2013).

Di Indonesia atas kepedulian pemerintahakan pentingnya kebutuhan urea bagi

tanaman kemudian menjadikan pupuk ini sebagai pupuk bersubsidi serta

menunjuk PT Pusri Palembang (Pupuk Sriwijaya), PT Pupuk Kujang, PT Pupuk

Kalimantan Timur, Tbk., PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik

sebagai produsen untuk memenuhi kebutuhan petani. Urea bersubsidi berwarna

merah muda (pink), diproduksi dengan tujuan mengamankan serta menghindari

penyalahgunaan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk penyaluran pupuk

bersubsidi, sedangkan urea putih diproduksi untuk non subsidi. Komposisi urea

bersubsidi adalah mengandung unsur hara N sebesar 46%, moisture 0,5%, kadar

biuret 1%, ukuran 1 - 3,35 mm, 90% Min serta berbentuk prill (Kurniati, 2013).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai bulan September 2014 di

Kelurahan Dayamurni, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat

yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian tempat 39 m dpl, jenis tanah

alluvial dan beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 25º C – 31º C.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu : batang nilam (pucuk batang,

tengah batang, pangkal batang) dari varietas Sidikalang dengan umur 7 bulan,

pupuk N (Urea), pupuk KCl, pupuk SP-36, ZPT growtone, tanah topsoil, pupuk

kandang sapi, polibag dengan ukuran 15 cm x 15 cm.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting, oven, ember,

timbangan digital, pisau, alat tulis, cangkul, label nama dan ayakan.

3.3 Metode penelitian

Penelitian dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial, terdiri atas dua faktor yang

diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah asal bahan setek (B) yang terdiri

atas 3 taraf yaitu : b1 = pucuk batang, b2 = tengah batang, b3 = pangkal batang.

Faktor kedua adalah dosis pupuk nitrogen (Urea) (N) yang terdiri atas 4 taraf

yaitu: n0 = tanpa pupuk Urea, n1 = 1 gram urea/polibag (setara 400 kg/ha), n2 = 2

gram urea/polibag (setara 800 kg/ha), n3 =3 gram urea/polibag (setara 1.200

kg/ha). Sehingga seluruhnya ada 12 kombinasi perlakuan (b1n0, b1n1, b1n2, b1n3,

b2n0, b2n1, b2n2, b2n3, b3n0, b3n1, b3n2, b3n3), setiap perlakuan diulang 3 kali dan

terdapat 10 polibag setiap satu satuan percobaan sehingga diperoleh 360 total

polibag. Setiap satu satuan percobaan diambil 5 tanaman sampel secara zig-zag.

Kemudian data diolah dengan analisis ragam dan perbedaan nilai tengah diuji

dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Kesamaan ragam data

(homogenitas) diuji dengan uji Bartlett.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Media Tanam dan Naungan

Media tanam yang digunakan adalah tanah topsoil. Selanjutnya tanah diayak dan

dicampur dengan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2 : 1, kemudian

dimasukkan ke dalam polibag berukuran 15 cm x 15 cm sebanyak ¾ bagian

polibag.

Pembuatan naungan menggunakan paranet dengan ditopang tiang - tiang dari

bambu setinggi 2 meter, kemudian ujung-ujung paranet diikatkan pada tiang-tiang

bambu tersebut. Naungan berfungsi untuk pengurangi penguapan berlebihan pada

pembibitan setek nilam karena terik cahaya matahari.

3.4.2 Persiapan Bahan Setek

Batang tanaman nilam yang digunakan sebagai bahan setek dalam penelitian ini

adalah varietas Sidikalang yang mempunyai umur relatif sama yaitu 7 bulan.

Batang yang diambil dipilih yang memiliki ruas dan memiliki bagian pucuk

batang. Kemudian dipotong menjadi tiga bagian (pucuk,tengah dan pangkal),

setiap bagian terdiri dari 3 buku dan masing-masing disisakan 1 daun. Masing-

masing bahan setek tersebut pangkal batangnya dipotong miring (45º) untuk

memperluas permukaan munculnya akar.

3.4.3 Pembibitan dan Pemeliharaan

Pembibitan nilam dilakukan di polibag untuk mempermudah melakukan

perawatan dan pengontrolan, menghemat penggunaan bibit serta dapat

mengurangi tingkat kematian akibat pemindahan ke kebun atau lahan (Santoso,

2007).

Penanaman setek di polibag dilakukan secara tegak lurus dengan membenamkan

setek sedalam 1 buku setek ke dalam media tanam polibag, kemudian tanah

dipadatkan mengelilingi setek agar setek tidak mudah roboh.

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, penyiangan dan pengendalian

hama. Penyiraman dilakukan sebanyak satu kali sehari yaitu pada sore hari.

Penyiraman dilakukan sampai tanah pembibitan betul-betul basah dengan tujuan

agar kelembaban tetap terjaga dan terpelihara. Penyiangan dilakukan setiap

minggu dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam polibag agar tidak terjadi

persaingan hara, cahaya, dan air. Untuk pengendalian hama dilakukan secara

mekanik, yaitu dengan mengambil dan membunuh secara langsung hama dari

tanaman yang terserang hama.

3.4.4 Aplikasi Pupuk N

Pupuk N yang digunakan adalah pupuk Urea, diberikan sesuai dengan dosis

perlakuan, yaitu; tanpa pupuk N (urea), 1 gram urea/polibag, 2 gram urea/polibag

dan 3 gram urea/polibag. Pupuk Urea diberikan sebanyak satu kali yaitu pada

umur 1 MST dengan cara melingkar dengan jarak 5 cm dari pangkal batang.

3.4.5 Pengamatan

Parameter pengamatan meliputi persentase tumbuh setek nilam, Nisbah Luas

Daun (NLD), panjang tunas, jumlah daun, bobot segar tunas, bobot segar akar,

bobot kering tunas, dan bobot kering akar, yang dilakukan pada 5 buah tanaman

sampel.

1. Persentase Tumbuh Setek Nilam (%)

Pengamatan setek tumbuh dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat tanaman

berumur 60 hari. Kemudian menghitung persentase setek tumbuhnya (%).

Persentase setek tumbuh =

x 100 %

Kriteria setek tumbuh yaitu setek sudah mampu membentuk tunas dan akar.

2. Nisbah Luas daun (NLD) (cm2/g)

Nisbah Luas Daun (NLD) adalah perbandingan luas daun (L) terhadap bobot

kering tanaman yang ada (W). NLD dihitung dengan rumus :

NLD = L/W

Keterangan : L = luas daun, W = bobot kering tanaman

Luas daun diperoleh dengan melakukan pengukuran pada akhir penelitian dengan

cara daun dipetik dan menggambar daun segar di atas kertas milimeter blok,

kemudian dihitung kertas yang tertutupi daun, dinyatakan dalam centimeter (cm2),

sedangkan bobot kering tanaman didapat setelah tanaman dikeringkan

menggunakan oven kemudian ditimbang.

3. Panjang Tunas (cm)

Dengan mengukur panjang tunas terpanjang mulai dari pangkal tunas sampai

pucuk tanaman. Pengukuran dilakukan pada 21 HST sampai 60 HST dengan

interval 10 hari.

4. Jumlah Daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada saat

umur 60 HST. Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka

sempurna.

5. Bobot Segar Tunas (gram)

Dilakukan pada akhir penelitian dengan cara memotong tunas segar dan

kemudian segera ditimbang.

6. Bobot Segar Akar (gram)

Dilakukan pada akhir penelitian dengan cara akar dipisahkan dengan batang

kemudian segera ditimbang setelah pemanenan.

7. Bobot Kering Tunas (gram)

Tunas segar yang telah dipotong dikeringkan dalam oven pada suhu 80º C

sampai mencapai bobot konstan lalu ditimbang.

8. Bobot Kering Akar (gram)

Akar segar yang telah dikeringkan di dalam oven pada suhu 80º C sampai

mencapai bobot konstan lalu ditimbang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Persentase Tumbuh Setek Nilam (%)

Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk

N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap

persentase tumbuh setek nilam (Lampiran 6).

Tabel 1. Persentase tumbuh bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (%)

Asal Bahan Stek (B)

Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ……………….. %.......................

Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

80,00

80,00

86,67

86,67

86,67

73,33

86,67

80,00

100,00

94,33

93,33

80,00

86,67

85,00

85,00

Rata-rata 82,22 82,22 88,89 88,89 Nilai BNT B = 14,71 BNT N = 16,99

Tabel 1 menunjukkan perbandingan nilai tengah persentase tumbuh bibit nilam

akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak

berbeda nyata.

4.1.2 Nisbah Luas Daun (NLD) (cm2/g)

Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk N

berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah luas

daun tumbuh setek nilam (Lampiran 9).

Tabel 2. Nisbah Luas Daun (NLD) bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (cm2/g)

Asal Bahan Stek

(B) Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ………..…………cm

2/g……………….

Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

3,74

3,70

3,72

3,53

3,81

3,23

3,29

3,34

3,30

3,26

3,30

3,30

3,46

3,54

3,39

Rata-rata 3,72 3,52 3,31 3,29 Nilai BNT B = 0,35 BNT N = 0,41

Tabel 2 menunjukkan perbandingan nilai tengah NLD bibit nilam akibat perbedaan

asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak berbeda nyata.

4.1.3 Panjang Tunas (cm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk N

berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang

tunas setek nilam (Lampiran 12).

Tabel 3. Panjang tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Asal Bahan Stek (B)

Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ………..……..…cm……...…………….

Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

16,07

16,13

16,70

16,00

16,57

16,53

16,63

16,70

15,50

16,53

17,37

16,33

16,31

16,69

16,27

Rata-rata 16,30 16,37 16,78 16,74

Nilai BNT B = 0,81 BNT N = 0,94

Tabel 3 menunjukkan perbandingan nilai tengah panjang tunas bibit nilam akibat

perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak berbeda

nyata.

4.1.4 Jumlah Daun (helai) Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa pemberian pupuk N berbagai dosis

tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, namun asal bahan setek

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dan tidak terdapat interaksi antara kedua

perlakuan (Lampiran 15).

Tabel 4. Jumlah daun bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Asal Bahan Stek (B)

Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ………..……..…helai…….…………….

Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

3,83

3,67

3,91

3,75

3,63

4,03

3,94

3,21

4,03

3,87

3,70

3,95

3,85 AB

3,55 A

3,98 B

Rata-rata 3,80 a 3,80 a 3,73 a 3,84 a Nilai BNT B = 0,33 BNT N = 0,38

Keterangan: Angka – angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk N memberikan jumlah daun

yang sama. tetapi perlakuan asal bahan setek menghasilkan jumlah daun yang

berbeda, setek yang berasal dari pangkal batang lebih banyak daunnya

dibandingkan pucuk batang dan batang tengah.

4.1.5 Bobot Segar Tunas (gram) Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek tidak berpengaruh

nyata terhadap bobot segar tunas, namun pemberian pupuk N berbagai dosis

berpengaruh nyata terhadap bobot segar tunas, dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot segar tunas setek nilam (Lampiran 18).

Tabel 5. Bobot segar tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Asal Bahan Stek

(B) Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ………..……..…gram……...……….

Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

5,53

6,10

5,67

6,30

5,90

6,80

5,70

6,60

6,73

6,80

6,73

7,27

6,08 A

6,33 A

6,62 A

Rata-rata 5,77 a 6,33 ab 6,34 ab 6,93b Nilai BNT B = 0.59 BNT N = 0,68

Keterangan: Angka – angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Tabel 5 memperlihatkan bahwa asal bahan setek memberikan bobot segar tunas

yang sama. Tetapi pemberian pupuk N dengan dosis 3 gram urea/polibag

memberikan bobot segar tunas lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk, 1 gram

urea/polibag dan 2 gram urea/polibag.

4.1.6 Bobot Segar Akar (gram)

Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk

N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

segar akar setek nilam (Lampiran 21).

Tabel 6. Bobot segar akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Asal Bahan Stek (B)

Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ………..……..…gram……...…………….

Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

2,67

3,00

3,13

2,80

2,70

3,40

3,50

3,03

3,67

3,20

3,50

3,50

3,04

3,06

3,43

Rata-rata 2,93 2,97 3,40 3,40 Nilai BNT B = 0,59 BNT N = 0,68

Tabel 6 menunjukkan perbandingan nilai tengah bobot segar akar bibit nilam

akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak

berbeda nyata.

4.1.7 Bobot Kering Tunas (gram)

Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk

N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

kering tunas setek nilam (Lampiran 24).

Tabel 7. Bobot kering tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Asal Bahan Stek

(B) Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ………..……..…gram……...…………….

Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

2,43

2,70

2,33

2,90

2,47

3,20

2,63

3,27

2,83

3,13

2,97

3,27

2,78

2,85

2,91

Rata-rata 2,49 2,86 2,91 3,12 Nilai BNT B = 0,43 BNT N = 0,50

Tabel 7 menunjukkan perbandingan nilai tengah bobot kering tunas bibit nilam

akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak

berbeda nyata.

4.1.8 Bobot Kering Akar (gram) Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk

N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

kering akar setek nilam (Lampiran 27).

Tabel 8. Bobot kering akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk

Asal Bahan Stek (B)

Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata

0 1 2 3 ………..……..…gram…...……………. Pucuk batang

Batang tengah

Pangkal batang

0,93

0,60

1,07

0,93

0,57

1,03

1,37

0,83

1,30

0,97

1,23

0,87

1,05

0,81

1,07

Rata-rata 0,87 0,84 1,17 1,02 Nilai BNT B = 0,36 BNT N = 0,41

Tabel 8 menunjukkan perbandingan nilai tengah bobot kering akar bibit nilam

akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak

berbeda nyata.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk N dengan berbagai dosis

belum memberikan pengaruh nyata terhadap peubah persentase tumbuh setek

nilam, nisbah luas daun, panjang tunas, jumlah daun, bobot segar akar, bobot

kering tunas dan bobot kering akar kecuali bobot segar tunas. Diduga karena

media yang digunakan untuk percobaan ditambah pupuk kandang sapi dengan

perbandingan 2 : 1 sehingga kandungan nitrogen pada media tanam mecukupi

untuk pertumbuhan setek nilam. Namun pada perkembangan lebih lanjut, bibit

setek menunjukkan pengaruh yang berarti pada bobot segar tunas dengan

penambahan dosis pupuk N. Hasil percobaan menunjukkan dengan penambahan

pupuk N menghasilkan bobot segar tunas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tanpa penambahan dosis pupuk N, namun penambahan pupuk N 3 gram

urea/polibag menunjukkan hasil yang sama dengan dosis 1 gram urea/polibag dan

2 gram urea/polibag.

Dari hasil penelitian penambahan pupuk N akan meningkatkan bobot segar tunas

setek nilam, menunjukkan bahwa penambahan pupuk N mempengaruhi proses

pertumbuhan setek nilam. Menurut Marsono (2005), menyatakan keuntungan

menggunakan pupuk urea (N) adalah mudah diserap tanaman. Selain itu,

kandungan N sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Pendapat di

perkuat pula oleh Rismunandar (1995), yang menyatakan bahwa Setek

memerlukan energi untuk pertumbuhan perakaran dan tunas, energi tersebut yang

diperoleh dari karbohidrat dan nitrogen yang tersimpan dalam jaringan tanaman

tersebut. Maka dengan penambahan pupuk N akan membantu untuk memenuhi

kebutuhan nitrogen dalam proses pertumbuhan setek nilam.

Asal bahan setek juga belum memberikan pengaruh nyata terhadap peubah

persentase tumbuh setek nilam, NLD, panjang tunas, bobot segar tunas, bobot

segar akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar kecuali jumlah daun. Asal

bahan setek dari pangkal batang menghasilkan jumlah daun lebih banyak daripada

pucuk batang dan batang tengah. Diduga karena pangkal batang memiliki umur

yang paling tua sehingga lebih banyak mengandung karbohidrat, dan nitrogen

untuk mencukupi energi untuk pertumbuhan tunas, hal ini sesuai yang

dikemukakan oleh Syakir et al.(1992), bahwa keberhasilan setek membentuk akar

dipengaruhi oleh umur tanaman, fase pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman

yang digunakan sebagai bahan setek. Hal tersebut berhubungan dengan

kandungan berbagai zat yang berperan dalam pembentukan akar dan tunas seperti

auksin, karbohidrat, dan nitrogen. Selain faktor dari dalam tanaman, tidak terjadi

interaksi antara bahan setek dan dosis pupuk N disebabkan oleh suhu yang

terlampau tinggi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman nilam tidak

seimbang, mengingat penelitian dilakukan pada saat musim kemarau. Suhu

optimal untuk perakaran setek berkisar antara 210 C sampai 270 C pada pagi dan

siang hari dan 150 C pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat

mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan

meningkatkan laju transpirasi (Syakir et al,1992).

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara asal bahan setek dan dosis

pupuk N. hal ini mengindikasikan bahwa penambahan dosis pupuk N tidak

dipengaruhi oleh asal bahan setek dan asal bahan setek memberikan hasil yang

sama pada penambahan dosis pupuk N.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal – hal sebagai

berikut :

1) Asal bahan setek tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati

kecuali jumlah daun. Asal bahan setek dari pangkal batang menghasilkan

jumlah daun lebih banyak daripada pucuk batang dan batang tengah.

2) Dosis pemberian pupuk N tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang

diamati kecuali bobot segar tunas. Pemberian pupuk N menghasilkan bobot

segar tunas lebih tinggi daripada tanpa pemberian pupuk N, walaupun

pemberian pupuk N 3 gram urea/polibag menunjukkan hasil yang sama

dengan dosis 1 gram urea/polibag dan 2 gram urea/polibag.

3) Tidak terdapat interaksi antara pemberian perlakuan asal bahan setek dan

dosis pupuk N.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan tingkat dosis N yang lebih tinggi dan

interval yang lebih jauh

DAFTAR PUSTAKA

Adi, K. K. 2007. Pengaruh Macam Batang Setek dan Posisi Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gamal (gliricidiasepium (Jacq) Steud). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Arpana, D.J. Bagyaraj, E.V.S. Prakasa Rao, T.N. Parameswaran dan B. Abdul Rahiman. 2008. Symbiotic Response of Patchouli (Pogostemoncablin (Blanco) Benth. to Different Arbuscular Mycorrhizal Fungi. Jurnal Advances in Environmental Biology.2(1): 20-24.

Danoesastro,H. 1973. Zat Pengatur Tumbuh dalam Pertanian. Yayasan Pembangunan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Daud, A. 1991. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Yasaguna. Jakarta

Harjadi, S. S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Dep. Agronomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Kardinan, A., dan Ludi, M. 2004. Mengenal Lebih Dekat Nilam Tanaman Beraroma Wangi Untuk Industri Parfum dan Kosmetika. Agromedia. Bogor.

Kurniati, N. 2013. Pupuk Urea. http://www.tanijogonegoro.com/2013/12/pupukurea.html. Diunduh pada 31 Desember 2015

Leiwakabessy, P.M. 1977. Ilmu Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Mangun, H. M. S. 2005. Nilam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mardani, D., Y. 2007. Pengaruh Jumlah Ruas dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Setek Nilam (Pogostemoncablin Benth). Fakultas Pertanian UNY. Yogyakarta.

Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. 150 hlm.

Noverina, S. 2007. Pengaruh Lama Perendaman Bagian Tanaman Yang Digunakan Sebagai Setek Dalam Larutan Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.). Fakultas pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Nurahmi, E., Kamarlis Karim, dan Tarmizi. 2013. Pengaruh Jumlah Ruas Setek dan Dosis Urea Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh : 80 – 87

Nurhasanah. 2006. Pengaruh Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Nilam (Pogostemoncablin Benth). Jurnal Budidaya Pertanian. Samarinda.

Nyakpa, M. Y. dan Hasinah HAR. 1985. Pupuk dan Pemupukan (Diktat). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Rukmana, H. R. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya.Kanisius, Yogyakarta.

Rusli, S. 1991. Pemurnian/peningkatan Mutu Minyak Nilam dan Daun Cengkeh. Prosiding Pengembangan Tanaman Atsiri di Sumatera, Bukit Tinggi, 4 – 8 - 1991. Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Obat, Bogor. Hal. 89-96.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sudaryani, T., dan Endang, S. 1990. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunanto, H. 1992. Cokelat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius, Yogyakarta.

Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT Asdi Mahasatya, Jakarta.

Suryaningsih.2004. Pengaruh Macam Zat Pengatur Tumbuh dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Fakultas Pertanian. UNS. Surakarta.

Suwandiyati, N. D. 2009. Pengaruh Asal Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan Bibit Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta

Syakir, M., M.H. Bintoro, D., dan Amrin, Y. D. 1992. Pengaruh Berbagai Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan Setek terhadap Pertumbuhan Setek Cabang Buah Lada. Pembr.Littri. 19(3-4): 59-65. Bogor.

Wahid, P. Wikardi, E. A. dan Asma, A. 1990. Perkembangan Penelitian Tanaman Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, edisi khusus Littro. VI (1): 23-28.

Wudianto, R. 1998. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta. 79 hlm.

Zulkarnain. 2004. In Vitro Culture of Pogostemon cablin, Benth. In Vitro Culture of Pogostemon cablin, Benth. (Nilam Plant): The Effect of NAA and BAP on Embryogenic Callus Proliferation and Subsequent Somatic Embryogenesis. MakaraSains. 8(3-8): 103-107.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi tanaman nilam varietas Sidikalang

Nomor Seleksi : 0013

Asal : Sidikalang (Sumatera Utara)

Tinggi tanaman (cm) : 70,70 – 75,69

Warna batang muda : Ungu

Warna batang tua : Ungu kehijauan

Bentuk batang : Persegi

Percabangan : Lateral

Jumlah cabang primer : 8,00 – 15,64

Jumlah cabang sekunder : 17,37 – 20,70

Panjang cabang primer (cm) : 43,01 – 61,69

Panjang cabang sekunder (cm) : 25,80 – 34,15

Bentuk daun : Delta, bulat telur

Pertulangan daun : Menyirip

Warna daun : Hijau keunguan

Panjang daun (cm) : 6,30 – 6,45

Lebar daun (cm) : 4,88 – 6,26

Tebal daun (mm) : 0,30 – 4,25

Panjang tangkai daun (cm) : 2,71 – 3,34

Jumlah daun/cabang primer : 58.07 – 130,43

Ujung daun : Runcing

Pangkal daun : Rata, membulat

Tepi daun : Bergerigi ganda

Bulu daun : Banyak, lembut

Produksi ternak segar (ton/ha) : 13,66 – 108,10

Produksi minyak (kg/ha) : 78,90 – 624,89

Kadar minyak (%) : 2,23 – 4,23

Kadar patchouli alkohol (%) : 30,21 – 35,20

Ketahanan terhadap

Meloydogyne incognita : Agak rentan

Pratylenchus bracyurus : Agak rentan

Radhopolus similis : Agak rentan

Ralstonia solanacearum : Toleran.

Peneliti : Yang Nuryani, Hobir, Cheppy

Syukur

dan Ika Mustika.

Sumber : Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 319/Kpts/Sr.120/8/2005 Tentang Pelepasan

Nilam Varietas Sidikalang Sebagai Varietas Unggul

Lampiran 2. Persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Pengamatan Ulangan Jumlah Perlakuan

Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

80,00

80,00

60,00

100,00

100,00

100,00

60,00

100,00

80,00

80,00

100,00

80,00

60,00

100,00

100,00

80,00

80,00

60,00

100,00

100,00

80,00

80,00

100,00

100,00

100,00

80,00

100,00

100,00

60,00

100,00

80,00

80,00

100,00

60,00

100,00

60,00

240,000

260,000

260,000

280,000

240,000

260,000

240,000

280,000

260,000

220,000

300,000

240,000

80,0000

86,6667

86,6667

93,3333

80,0000

86,6667

80,0000

93,3333

86,6667

73,3333

100,0000

80,0000

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 3. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

22,2083 1822,2083

22,2083 399,9861

1400,0139 6644,4584 156,6396

6487,8189

11,1041 165,6553 11,1041

133,3287 233,3356 302,0208 156,6395 308,9437

0,0368tn

0,5485tn

0,0368tn

0,4415tn

0,7726tn

0,5070tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 8488,8752 KK= 20,3128 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 71,8914 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 4. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,0712 5,5790 0,0708 1,1706 4,3375

20,7552

0,0356 0,5071 0,0354 0,3902 0,7229 0,9434

0,0377tn

0,5376tn

0,0376tn

0,4136tn

0,7663tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 26,4055 KK = 10,55%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 5. Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Pengamatan Ulangan Jumlah

Perlakuan Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

3,49

3,28

3,19

2,84

3,57

3,82

3,18

3,46

4,26

1,74

3,16

3,75

3,47

3,17

3,79

3,84

3,77

4,15

3,45

3,26

3,70

3,76

3,94

2,98

4,27

4,13

2,90

3,11

3,77

3,47

3,39

3,18

3,19

3,18

2,81

3,21

11,2300

10,5800

9,8800

9,7900

11,1100

11,4400

10,0200

9,9000

11,1500

9,6800

9,9100

9,9400

3,7433

3,5267

3,2933

3,2633

3,7033

3,8133

3,3400

3,3000

3,7167

3,2267

3,3033

3,3133

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 6. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

0,3776 1,6246 0,1339 1,0981 0,3924 3,9558 0,3413 3,6145

0,1888 0,1476 0,0669 0,3660 0,0654 0,1798 0,3412 0,1721

1,0501tn

0,8214tn

0,3726tn

2,0359tn

0,3638tn

1,9828tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 5,9581 KK= 12,2486 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 28,0704 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 7. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,0257 0,1033 0,0101 0,0686 0,0245 0,2420

0,0128 0,0093 0,0050 0,0228 0,0040 0,0110

1,1693tn

0,8540tn

0,4625tn

2,0784tn

0,3722tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 0,3711 KK = 5,28%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 8. Panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Pengamatan Ulangan Jumlah Perlakuan

Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

16,50

17,40

17,60

17,30

16,80

15,50

17,80

16,80

17,50

17,00

14,80

15,80

16,20

15,50

15,30

15,70

16,60

16,20

16,70

17,40

16,30

15,90

14,50

15,70

15,50

15,10

17,00

16,60

15,00

18,00

15,60

17,90

16,30

16,70

17,20

17,50

48,2000

48,0000

49,9000

49,6000

48,4000

49,7000

50,1000

52,1000

50,1000

49,6000

46,5000

49,0000

16,06671

16,0000

16,6333

16,5333

16,1333

16,5667

16,7000

17,3667

16,7000

16,5333

15,5000

16,3333

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 9. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

3,4459 7,1464 1,3157 1,2821 4,5486

20,5677 0,0859

20,4818

1,7229 0,6496 0,6578 0,4273 0,7581 0,9348 0,0859 0,9753

1,8430tn

0,6949tn

0,7037tn

0,4571tn

0,8109tn

0,0881tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 31,1601 KK= 5,8878 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 49,8174 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 10. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,0528 0,1093 0,0193 0,0181 0,0718 0,3109

0,0264 0,0099 0,0096 0,0060 0,0119 0,0141

1,8685tn

0,7033tn

0,6852tn

0,4280tn

0,8469tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 0,4730 KK = 2,93%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 11. Jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Pengamatan Ulangan Jumlah

Perlakuan Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

15,00

10,00

12,00

17,00

18,00

13,00

10,00

14,00

17,00

16,00

18,00

15,00

13,00

19,00

18,00

13,00

12,00

17,00

9,00

17,00

14,00

13,00

17,00

19,00

16,00

14,00

17,00

15,00

11,00

10,00

12,00

18,00

15,00

20,00

14,00

13,00

44,0000

43,0000

47,0000

45,0000

41,0000

40,0000

31,0000

49,0000

46,0000

49,0000

49,0000

47,0000

14,6667

14,3333

15,6667

15,0000

13,6667

13,3333

10,3333

16,3333

15,3333

16,3333

16,3333

15,6667

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 12. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

2,0000 97,4166 38,0000 11,6388 47,7777

195,3333 0,0964

195,2370

1,0000 8,8560

19,0000 3,8796 7,9629 8,8787 0,0963 9,2969

0,1126tn

0,9974tn

2,1399tn

0,4370tn

0,8969tn

0,0104tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 294,7500 KK= 20,2016 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 70,4371 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 13. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,1283 1,7181 1,1444 0,0595 0,5141 3,4769

0,0641 0,1561 0,5722 0,0198 0,0856 0,1580

0,4061tn

0,9883tn

3,6208*

0,1256tn

0,5422tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 5,3235 KK = 10,48%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 14. Bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk

N

Pengamatan Ulangan Jumlah Perlakuan

Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

5,20

6,10

5,30

7,30

6,40

5,30

6,20

5,70

4,70

7,10

7,60

6,50

6,00

7,20

5,10

6,50

6,20

5,60

6,30

6,80

5,80

6,30

5,70

7,80

5,40

5,60

6,70

6,60

5,70

6,80

7,30

7,70

6,50

7,00

6,90

7,50

16,6000

18,9000

17,1000

20,4000

18,3000

17,7000

19,8000

20,2000

17,0000

20,4000

20,2000

21,8000

5,5333

6,3000

5,7000

6,8000

6,1000

5,9000

6,6000

6,7333

5,6667

6,8000

6,7333

7,2667

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 15. Analisis sidik bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

1,7406 10,2756

1,7089 6,1267 2,4399

10,9128 0,2269

10,6859

0,8703 0,9341 0,8544 2,0422 0,4066 0,4960 0,2268 0,5088

1,7545tn

1,8832tn

1,7226tn

4,1171*

0,8198tn

0,4459tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 22,9290 KK= 11,1010 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 41,6084 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 16. Analisis sidik ragam bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,0627 0,3788 0,0631 0,2200 0,9567 0,3961

0,0313 0,0344 0,0315 0,0733 0,0159 0,0180

1,7414tn

1,9128tn

1,7527tn

4,0740*

0,8856tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 0,837677 KK = 5,14%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 17. Bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Pengamatan Ulangan Jumlah

Perlakuan Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

3,10

3,40

4,00

3,30

2,70

2,00

4,20

3,80

2,70

4,50

3,40

2,80

2,40

3,00

2,80

2,20

2,70

2,60

2,70

3,50

3,60

2,90

3,20

4,00

2,50

2,00

3,70

4,10

3,60

3,50

2,20

3,20

3,10

2,80

4,40

3,70

8,0000

8,4000

10,5000

9,6000

9,0000

8,1000

9,1000

10,5000

9,4000

10,2000

11,0000

10,5000

2,6667

2,8000

3,5000

3,2000

3,0000

2,7000

3,0333

3,5000

3,1333

3,4000

3,6667

3,5000

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 18. Analisis sidik bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

0,8317 3,8608 1,1267 1,8275 0,9066

10,9548 0,0401

10,9147

0,4158 0,3509 0,5633 0,6091 0,1511 0,4979 0,0401 0,5197

0,8352tn

0,7049tn

1,1314tn

1,2234tn

0,3035tn

0,0772tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 15,6474 KK= 22,2253 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 42,1762 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 19. Analisis sidik ragam bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,0536 0,2702 0,0801 0,1225 0,0675 0,7490

0,0268 0,0245 0,0400 0,0408 0,0112 0,0340

0,7875tn

0,7216tn

1,1772tn

1,1998tn

0,3305tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 1,0729 KK = 9,67%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 20. Bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Pengamatan Ulangan Jumlah

Perlakuan Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

2,30

3,00

2,40

3,30

3,20

2,00

2,70

2,50

1,80

3,60

3,10

2,60

2,90

3,20

2,00

3,00

2,70

2,10

3,50

3,00

2,10

2,70

2,30

3,70

2,10

2,50

3,50

3,10

2,20

3,30

3,60

3,40

3,10

3,30

3,10

3,50

7,3000

8,7000

7,9000

9,4000

8,1000

7,4000

9,8000

8,9000

7,0000

9,6000

8,5000

9,8000

2,4333

2,9000

2,6333

3,1333

2,7000

2,4667

3,2667

2,9667

2,3333

3,2000

2,8333

3,2667

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 21. Analisis sidik bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

0,8438 3,6688 0,1071 1,8733 1,6883 5,9161 0,1635 5,7526

0,4219 0,3335 0,0535 0,6244 0,2813 0,2689 0,1635 0,2739

1,5691tn

1,2403tn

0,1993tn

2,3221tn

1,0464tn

0,5969tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 10,4288 KK= 18,2310 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 35,0564 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 22. Analisis sidik ragam bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,0645 0,2885 0,0077 0,1473 0,1334 0,4554

0,0322 0,2622 0,0038 0,0491 0,0222 0,0207

1,5583tn

1,2668tn

0,1860tn

2,3719tn

1,0746tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 0,8084 KK = 7,90%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 23. Bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Pengamatan Ulangan Jumlah

Perlakuan Rata-rata

I II III ...........................cm.............................

b1n0

b1n1

b1n2

b1n3

b2n0

b2n1

b2n2

b2n3

b3n0

b3n1

b3n2

b3n3

1,20

1,30

1,80

1,10

0,50

0,80

1,80

1,40

0,90

1,80

1,30

0,60

0,70

1,00

0,80

0,20

0,40

0,60

0,50

1,30

1,20

0,60

1,00

1,20

0,90

0,50

1,50

1,60

0,90

0,30

0,20

1,00

1,10

0,70

1,60

0,80

2,8000

2,8000

4,1000

2,9000

1,8000

1,7000

2,5000

3,7000

3,2000

3,1000

3,9000

2,6000

0,9333

0,9333

1,3667

0,9667

0,6000

0,5667

0,8333

1,2333

1,0667

1,0333

1,3000

0,8667

Keterangan :

b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)

Lampiran 24. Analisis sidik bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa

2 11 2 3 6 22 1 21

1,0666 2,0408 0,5016 0,6097 0,9294 4,0000 0,0321 3,9679

0,5433 0,1855 0,2508 0,2032 0,1549 0,1818 0,0320 0,1889

2,9883tn

1,0204tn

1,3796tn

1,1178tn

0,8520tn

0,1697tn

3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

4,18

Total 35 7,1275 KK= 43,7335 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 40,0887 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)

Lampiran 25. Analisis sidik ragam bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F. Hit F.Tabel

Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak

2 11 2 3 6 22

0,1827 0,3648 0,0984 0,0893 0,1769 0,6955

0,0913 0,0331 0,0492 0,0297 0,0295 0,0316

2,8900tn

1,0491tn

1,5572tn

0,9423tn

0,9330tn

3,440 2,265 3,440 3,050 2,550

Total 35 1,2431 KK = 14,82%

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

Gambar 1. Tata Letak Percobaan

b2n0 b3n0

b3n2

b1n0 b1n2

b2n2

b1n1

b3n3 b1n0

b1n2 b2n0

b2n3

b2n2 b1n0

b2n1

b3n0 b3n1

b2n0

b1n1 b2n2

b3n3

b2n1 b1n3

b1n2

b3n2 b2n3

b3n1

b1n3 b3n3

b1n1

b2n3 b2n1

b1n3

b3n1 b3n2

b3n0

Keterangan :

b1 = pucuk batang

b2 = tengah batang

b3 = pangkal batang

n0 = 0 gram N/polibag

n1 = 1 gram N/polibag

n2 = 2 gram N/polibag

n3 = 3 gram N/polibag

Keterangan: = Tanaman Sampel

Gambar 2. Tata Letak Tanaman Sampel Per Plot

Gambar 3. Pengadukan media semai setek nilam

Gambar 4. Penyiapan polibag setek nilam

Gambar 5. Pelabelan sampel Gambar 6. Setek nilam pucuk batang

Gambar 7. Setek nilam tengah batang Gambar 8. Setek nilam pangkal batang

Gambar 9. Setek nilam umur 12 MST

Gambar 10. Penimbangan bobot segar tunas

Gambar 11. Penimbangan bobot segar akar

Gambar 12. Pengovenan sampel

Gambar 13. Penimbangan bobot kering tunas

Gambar 14. Penimbangan bobot kering akar