analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi robusta ...iccri.net/download/pelita...

15
159 PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013 Pelita Perkebunan 29(3) 2013, 159-173 Analisis Sifat-Sifat Pertumbuhan Setek pada Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre.) Analysis of Cutting Growth Characteristics in Robusta Coffee (Coffea canephora Pierre.) Ucu Sumirat 1*) , Fitria Yuliasmara 1) , dan Priyono 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia *) Alamat penulis (corresponding author): [email protected] Naskah diterima (received) 28 Januari 2013, disetujui (accepted) 28 Februari 2013 Abstrak Dalam pengembangan klon-klon kopi Robusta sangat diperlukan informasi karakteristik genetik batang bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan setek pada kopi Robusta sebagai akibat pengaruh genetik. Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan menggunakan 269 progeni hasil persilangan resiprokal antartiga tetua yaitu BP 409, BP 961, dan Q 121. Klon BP 308 sebagai penanda genotipe yang mudah tumbuh digunakan sebagai kontrol. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan dengan 10 setek tiap ulangan. Setiap ruas setek ditanam tunggal pada polibeg yang berukuran 15 cm x 25 cm tanpa menggunakan hormon. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa karakteristik perakaran setek kopi Robusta dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan variabel proporsi setek berakar, jumlah akar primer dan panjang akar, yaitu masing-masing mudah berakar (85,3%; 3,82 dan 6,68 cm), moderat (57,6%; 1,73 dan 4,01 cm) dan sulit berakar (25,1%; 0,58 dan 1,44 cm). Di sisi lain, pertumbuhan tunas pada setek kopi Robusta menunjukkan sifat dapat bertunas dengan baik yang ditunjukkan dengan persentase setek bertunas mencapai 98%. Berdasarkan pertumbuhan tu- nas dan akar setek progeni dapat dibagi menjadi dua kelompok, pertama yang cenderung dominan pada pertumbuhan pertunasannya dan kedua yang hampir mendekati keseimbangan pertumbuhan antara akar dan tunasnya. Berdasarkan hasil proporsi setek bertunas yang hampir mencapai 100% dan proporsi setek berakar yang sangat bervariasi, dapat diduga kuat bahwa pertumbuhan setek dimulai dan didominasi oleh pertumbuhan tunas. Kata kunci: Coffee canephora, progeni, keragaman genetik, setek, perakaran, pertunasan Abtract Development of Robusta coffee clones needs special characteristics for rootstock. This research was aimed to study the characteristics of cutting growth of Robusta coffee as influenced by genetic factor. The research was conducted at Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute using 269 progenies originated from reciprocal crossing populations among three parentals, namely BP 409, BP 961, and Q 121. BP 308 an easy cutting-propagated genotype was used as control. The research was arranged in three replications of randomized completely block design with 10 cuttings per replication. Each cutting was single planted in plastic polybag of 15 cm x 25 cm without any growth-regulator treatment. Cluster analysis procedure showed root growth characteristics which could be divided into three groups namely easy (85.3%, 3.82 and 6.68 cm), moderate

Upload: lethu

Post on 10-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

159

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Pelita Perkebunan 29(3) 2013, 159-173

Analisis Sifat-Sifat Pertumbuhan Setek pada Kopi Robusta(Coffea canephora Pierre.)

Analysis of Cutting Growth Characteristics in Robusta Coffee(Coffea canephora Pierre.)

Ucu Sumirat1*), Fitria Yuliasmara1), dan Priyono1)

1)Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia*)Alamat penulis (corresponding author): [email protected]

Naskah diterima (received) 28 Januari 2013, disetujui (accepted) 28 Februari 2013

Abstrak

Dalam pengembangan klon-klon kopi Robusta sangat diperlukan informasikarakteristik genetik batang bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikarakteristik pertumbuhan setek pada kopi Robusta sebagai akibat pengaruh genetik.Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia danmenggunakan 269 progeni hasil persilangan resiprokal antartiga tetua yaitu BP409, BP 961, dan Q 121. Klon BP 308 sebagai penanda genotipe yang mudahtumbuh digunakan sebagai kontrol. Percobaan disusun menggunakan rancanganacak kelompok, tiga ulangan dengan 10 setek tiap ulangan. Setiap ruas setekditanam tunggal pada polibeg yang berukuran 15 cm x 25 cm tanpa menggunakanhormon. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa karakteristik perakaransetek kopi Robusta dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan variabel proporsisetek berakar, jumlah akar primer dan panjang akar, yaitu masing-masing mudahberakar (85,3%; 3,82 dan 6,68 cm), moderat (57,6%; 1,73 dan 4,01 cm) dansulit berakar (25,1%; 0,58 dan 1,44 cm). Di sisi lain, pertumbuhan tunas padasetek kopi Robusta menunjukkan sifat dapat bertunas dengan baik yang ditunjukkandengan persentase setek bertunas mencapai 98%. Berdasarkan pertumbuhan tu-nas dan akar setek progeni dapat dibagi menjadi dua kelompok, pertama yangcenderung dominan pada pertumbuhan pertunasannya dan kedua yang hampirmendekati keseimbangan pertumbuhan antara akar dan tunasnya. Berdasarkanhasil proporsi setek bertunas yang hampir mencapai 100% dan proporsi setekberakar yang sangat bervariasi, dapat diduga kuat bahwa pertumbuhan setek dimulaidan didominasi oleh pertumbuhan tunas.

Kata kunci: Coffee canephora, progeni, keragaman genetik, setek, perakaran, pertunasan

Abtract

Development of Robusta coffee clones needs special characteristics forrootstock. This research was aimed to study the characteristics of cutting growthof Robusta coffee as influenced by genetic factor. The research was conductedat Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute using 269 progeniesoriginated from reciprocal crossing populations among three parentals, namelyBP 409, BP 961, and Q 121. BP 308 an easy cutting-propagated genotype wasused as control. The research was arranged in three replications of randomizedcompletely block design with 10 cuttings per replication. Each cutting was singleplanted in plastic polybag of 15 cm x 25 cm without any growth-regulatortreatment. Cluster analysis procedure showed root growth characteristics whichcould be divided into three groups namely easy (85.3%, 3.82 and 6.68 cm), moderate

160

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Sumirat et al.

(57.6%, 1.73 and 4.01 cm) and difficult (25.1%, 0.58 dan 1.44 cm) based onproportion of rooted cuttings, number of primary root and length of root,respectively. On the other side, growth of sprout showed good homogenouscharacteristic, mainly indicated by proportion of sprouted cuttings whichgenerally achieved up to 98% in average. Study on shoot-root ratio of cuttingsresulted in two groups of progenies, namely the first which tended to be domi-nant on sprout growth and the second which tended to balance their root andsprout growth. Based on proportion of sprouted cuttings which almost achievedup to 100% and various proportion of rooted cutting, it could be indicated thatgrowth of cuttings was started and dominated by the growth of sprout.

Key words: Coffee canephora, progeny, genetic variation, cutting, rooting, sprouting

akar. Untuk mendapatkan hasil terbaik, Pijut& Espinosa (2004) menyarankan perlunyadiketahui faktor-faktor yang menunjangkeberhasilan setek seperti bagian tanamanyang akan digunakan, waktu pengambilanbahan setek, perlakuan tanaman induk ataubahan setek, perlakuan penyetekan, dankondisi lingkungan penyetekan.

Perbanyakan kopi dengan cara setekmerupakan cara perbanyakan yang sederhanadan tidak memerlukan keahlian khusus bagipelakunya. Namun demikian, selain harusdiketahui faktor-faktor manipulasi yangmenunjang keberhasilan setek seperti yangdisampaikan di atas, diketahui bahwa responspertumbuhan setek antargenotipe menunjuk-kan keragaman (Purwadi & Taqwim, 1995;Madjid, 2007), sebagaimana pada spesieslain seperti cemara (Panetsos et al., 1994),kakao (Winarno, 2001), jeruk (Bhusal et al.,2001), dan Eucalyptus (Titon et al., 2006)yang pada akhirnya akan mempengaruhitarget jumlah bibit yang ingin dicapai.Terdapatnya keragaman respons per-tumbuhan setek antargenotipe menunjukkanterdapatnya keragaman faktor-faktor internalsetek pendukung kemampuan tumbuh yangkemungkinan dapat terkait dengan sifat-sifat agronomis maupun fisiologis yangdikendalikan secara genetik.

PENDAHULUAN

Perbanyakan secara vegetatif pada kopiRobusta ditujukan untuk menjaga kemurniangenetik suatu klon sebagai konsekuensi sifattanaman yang menyerbuk silang, terutamauntuk kegiatan perbanyakan klon-klonunggul dan pelestarian plasma nutfah. Kopikomersial terutama Robusta, merupakansalah satu spesies yang mudah diperbanyaksecara vegetatif dan telah dapat diaplikasikandalam produksi massal. Beberapa teknikperbanyakan secara vegetatif yang kiniumum dilakukan pada tanaman kopi dalamskala luas adalah penyambungan, setek(Wintgens & Zamarripa, 2004; Gatut-Suprijadi & Mubiyanto, 1998) dan secaramodern menggunakan teknik in vitro denganmetode embriogenesis somatik (Kumaret al., 2006; Ducos et al., 2007).

Perbanyakan secara konvensional melaluisetek terutama digunakan karena mudahdilaksanakan terutama oleh produsen bibitskala kecil ataupun oleh para petani. Namundemikian, setiap spesies memiliki metodekhusus tersendiri untuk mendapatkan tanamanhasil perbanyakan secara setek. MenurutHamilton & Midcap (2003), secara umumbahan untuk setek dapat dikelompokkanmenjadi tiga yaitu cabang, mata tunas, dan

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

161

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahuikemampuan genetik pertumbuhan setek kopiRobusta tanpa melibatkan zat pemacupertumbuhan sehingga dapat diketahuiseberapa besar sebenarnya keragamanpertumbuhan pada perbanyakannya secarasetek tersebut. Informasi yang didapat dalamstudi ini diharapkan dapat menjadi acuanuntuk pengembangan klon-klon yangmemiliki karakteristik khusus untuk batangbawah. Informasi ini juga dapat digunakansebagai acuan strategi teknik perbanyakankopi Robusta secara setek terutama padagenotipe-genotipe dengan produksi tinggi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di KebunPercobaan Kaliwining (45 m dpl.) yangmemiliki tipe iklim D menurut Schmidt &Ferguson (1951). Studi dilakukan padapopulasi yang dibentuk dari hasil persilanganresiprokal tiga genotipe tetua kopi Robustayang mempunyai jarak genetik jauhberdasarkan hasil pengujian Priyono et al.(1999) yaitu BP 409, BP 961, dan Q 121,yang merupakan koleksi Pusat PenelitianKopi dan Kakao Indonesia. BP 409merupakan klon komersial yang sulit untukdiperbanyak secara setek (Purwadi &Taqwim, 1995), sedangkan dua tetua laintidak diketahui kemampuan pertumbuhanseteknya. Selain itu, klon BP 308 diikutkansebagai kontrol dan penciri klon yang mudahberakar. Klon BP 308 merupakan klonkomersial yang ditujukan sebagai batangbawah yang tahan terhadap nematoda parasit(Mawardi et al., 2004).

Populasi bastar yang digunakan padapenelitian ini sebagian telah diverifikasikemurniannya secara molekuler oleh Priyonoet al. (2001) menggunakan teknik restric-tion fragments length polymorphism (RFLP)sehingga genotipe-genotipe kontaminan telah

dikeluarkan dari populasi. Jumlah progeniyang digunakan sebanyak 269 genotipe yangterdiri atas tiga kelompok hasil persilanganresiprok yaitu BP 961 x Q 121 sebanyak87 nomor (kode progeni “A”), BP 409 xQ 121 sebanyak 96 nomor (kode progeni“B”) dan BP 961 x BP 409 sebanyak 86nomor (kode progeni “C”).

Penelitian dilakukan menggunakanrancangan acak kelompok dengan tigaulangan. Setek yang digunakan berupawiwilan tanaman muda berasal dariKP Sumber Asin, Malang. Bahan entresyang digunakan adalah cabang semi berkayuyang ditandai dengan bagian kulit masihberwarna hijau tetapi telah kaku. Setek yangdigunakan berupa setek ruas tunggal dengansepasang buku. Jumlah ruas setek yangdigunakan sebanyak 10 tiap ulangan. Setiapruas setek ditanam tunggal pada polibegyang berukuran 15 cm x 25 cm tanpa meng-gunakan hormon. Tidak digunakannyahormon dimaksudkan agar kemampuanpertumbuhan pada setek hanya dipengaruhioleh kemampuan genetiknya. Media tanamyang digunakan berupa campuran yangdihomogenkan antara tanah dan pupukkandang dengan perbandingan 3 : 1. Setelahruas tertanam, dilakukan penyungkupanmassal menggunakan plastik tranparan dibawah naungan buatan dari daun kelapayang meneruskan cahaya difus kira-kira75%. Penyiraman dilakukan seminggu sekalidengan cara membuka sungkup sesaat,kemudian menutupnya kembali.

Peubah-peubah yang diamati padapenelitian ini yaitu jumlah tunas per setek,proporsi setek yang bertunas, proporsi setekyang berakar, proporsi setek yang bertunas-berakar, jumlah akar primer per setek,panjang akar per setek dan rerata panjangtunas per setek. Pengamatan dilakukan padasaat tanaman berumur tiga bulan. Waktupengamatan tiga bulan setelah penyetekan

162

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Sumirat et al.

merupakan waktu standar yang secara umumdigunakan dalam kegiatan penyetekan kopiRobusta karena pada saat itu akar setek telahmuncul (Wintgens & Zamarripa, 2004).Untuk mengetahui respons dan karakteristikpertumbuhan setek, dilakukan analisisgerombol (Johnson & Wichern 1992) denganmetode complete linkage, yang meliputitiga karakteristik pertumbuhan yaitupertumbuhan akar, pertumbuhan tunasdan perimbangan antara pertumbuhan akar-tunas. Karakteristik pertumbuhan akardianalisis dari peubah proporsi setek yangberakar, jumlah akar primer per setek, danpanjang akar per setek.

Karakteristik pertumbuhan tunasdianalisis dari peubah proporsi setek bertunas,jumlah tunas per setek, dan panjang tunasper setek. Karakteristik perimbanganpertumbuhan akar dan tunas dianalisis daripeubah proporsi setek bertunas-berakar, rasiopanjang akar-panjang tunas, dan nisbahjumlah akar-jumlah tunas. Sebelum analisisdilakukan, data distandarisasi terlebih dahuludengan cara membagi nilai peubah denganstandar deviasinya. Selain itu, prosedur analisiskomponen utama juga dilakukan untukmemaksimalkan penggerombolan terbaik.Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek kopiRobusta pada penelitian ini dilakukansekaligus pada tiga populasi yang digunakanagar didapat interpretasi data yang samauntuk ketiga populasi tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Respons pertumbuhan setek pada kopiRobusta dalam penelitian ini dibagi menjaditiga bagian yaitu respons pertumbuhanpada bagian akar, bagian tunas dan perimbanganpertumbuhan antara akar dan tunas. Pembagianini dimaksudkan agar karakteristik responspertumbuhan pada bagian tersebut dapatterlihat dengan jelas dari beberapa sudut

peubah yang mewakili, yang hal ini kadangkurang dapat terbaca bila analisis dilakukantiap peubah, sehingga diharapkan pembahasanakan lebih komprehensif.

Karakteristik Perakaran

Hasil analisis menunjukkan terdapat tigakelompok pertumbuhan perakaran setekseperti yang terlihat pada Gambar 1, darihasil pemotongan gerombol pada jarak 4,0.Semua klon tetua berada dalam satugerombol, sementara klon pembandingBP 308 berada pada gerombol lain.Karakteristik perakaran pada tiap geromboldisajikan pada Tabel 1 yang menunjukkanbahwa gerombol pertama yang beranggotakangenotipe-genotipe yang seteknya mudahberakar dibanding dengan dua gerombol lain,terlebih BP 308 yang selama ini dikenalsebagai klon yang mudah berakar jugatermasuk dalam gerombol ini. Gerombolkedua merupakan gerombol yangberanggotakan genotipe-genotipe yang sulitberakar, sedangkan gerombol ketigamerupakan gerombol yang beranggotakangenotipe-genotipe dengan kemampuanberakar sedang. Kemampuan berakarterutama diindikasikan dari proporsi setekyang telah berakar.

Genotipe-genotipe yang mudah berakarakan menghasilkan proporsi setek telahberakar yang tinggi (85,3%). Pada genotipe-genotipe yang sulit berakar, proporsi setekyang telah berakar hanya mencapai 25,1%.Dengan demikian, pada saat tersebut hanyasebagian kecil setek yang baru berakar, selainitu terlihat akar yang keluar merupakan akarinisiasi yang panjangnya hanya 1,44 cm.Pada penelitian ini, sebagian besar genotipeyang diuji memiliki kemampuan berakarsedang. Pada tiga bulan saat pengamatan,panjang akar setek mencapai 4,01 cm.Kemudahan dalam menumbuhkan akar pada

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

163

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

setek juga cenderung diindikasikan olehbanyaknya akar primer yang tumbuh.Genotipe-genotipe yang mudah berakar akanmenghasilkan akar primer, yang merupakanakar tunggang semu, yang banyaknya empatbuah dengan panjang akar mencapai 6,68cm. Di sisi lain, klon-klon yang sulit berakarrata-rata memiliki jumlah akar primer kurangdari satu atau dengan kata lain banyak setekyang pada saat pengamatan tidak memilikiakar. Sementara itu genotipe-genotipe yangmempunyai kemampuan tumbuh akar sedangtelah memiliki akar primer sebanyak satuhingga dua buah. Hasil ini sejalan denganpenemuan Purwadi & Taqwim (1995),Budijanto (2004) dan Madjid (2007) yangmemperlihatkan keragaman pertumbuhanakar pada genotipe-genotipe kopi Robustayang diujikan.

BP 409 merupakan klon yang dikenalsulit berakar pada perbanyakannya secarasetek (Purwadi & Taqwim, 1995), bertolak-

belakang dengan BP 308 yang dikenalmudah berakar. Kedua tetua yang lain,BP 961 dan Q 121, tidak pernah diketahuikemampuan berakar pada setek sebelumnya,namun berdasarkan hasil yang telah dicapaipada penelitian ini diketahui bahwa keduatetua tersebut berada dalam satu gerombolyaitu pada gerombol ketiga. Kemampuanberakar tiap tetua serta genotipe pembandingseperti yang tertera pada Tabel 2 yangmenunjukkan bahwa proporsi setek berakarpada Q 121 adalah yang terendah di antarasemua tetua. Selain itu jumlah akar primeryang dihasilkan juga sedikit, namun memilikipanjang akar primer yang lebih panjangdaripada BP 409. Klon BP 961 merupakantetua yang memiliki kemampuan setekberakar paling tinggi di antara semua tetua,begitu juga jumlah dan panjang akar primeryang dihasilkan. Namun, kemampuanberakarnya terlihat masih lebih rendahdibanding genotipe pembanding klon BP 308.

Gambar 1. Dendogram pengelompokan karakteristik pertumbuhan perakaran setek (berdasar peubah proporsisetek berakar, jumlah akar primer dan panjang akar)

Figure 1. Cluster dendogram of root growth characteristic of cuttings (based on variables of proportionof rooted cutting, number of primary root and length of primary root)

Jara

k pa

utan

Link

age

dist

ance

BP

308

BP

409

Q 1

21

BP

961

Gerombol 1

Cluster 1

Gerombol 2

Cluster 2

Gerombol 3

Cluster 3

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

164

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Sumirat et al.

Karakteristik Pertunasan

Hasil analisis menunjukkan terdapatempat kelompok pertumbuhan pertunasansetek seperti yang terlihat pada Gambar 2,dari hasil pemotongan gerombol pada jarakpautan 4.0. Berbeda dengan karakterpertumbuhan perakaran, tidak semua klontetua berada dalam satu gerombol. BP 409berada pada gerombol pertama, sedangkankedua tetua lain berada pada gerombolkeempat, sementara klon pembandingBP 308 berada pada gerombol kedua.Karakteristik pertunasan pada tiap geromboldisajikan pada Tabel 3 yang menunjukkanbahwa gerombol pertama merupakangerombol yang relatif sulit membentukpertunasan, di sisi lain ketiga gerombollainnya relatif mudah membentuk pertunasan.Namun demikian, walaupun gerombolpertama terlihat yang paling sulit membentukpertunasan tetapi secara keseluruhan semuagenotipe yang diujikan menunjukkanpertumbuhan pertunasan yang baik.

Perbedaan yang paling mencolokterletak pada karakter proporsi setek bertunasantara gerombol pertama dengan gerombollainnya. Pada karakter jumlah tunas, relatiftidak ada perbedaan yang berarti. Jumlahtunas lebih dari satu serta adanya setek yangbelum bertunas menunjukkan bahwa jumlahtunas yang dihasilkan per setek telah bertunasdapat mencapai dua atau lebih. Pada karakterpanjang tunas, gerombol pertama dangerombol ketiga serta gerombol kedua dangerombol keempat memiliki nilai yangrelatif tidak jauh berbeda. Berdasarkan hal-hal tersebut, terlihat bahwa pemotongan padajarak 4,0 relatif sulit menginterpretasikankarakteristik gerombol yang dihasilkan.Karakter yang menjadi pembeda per-tumbuhan pertunasan lebih terinterpretasidengan mudah pada karakter proporsi setekbertunas, sehingga pemotongan gerombollebih baik dilakukan pada jarak 6,0 yangmenghasilkan dua gerombol besar.Karakteristik pertunasan tiap gerombol padajarak 6,0 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 2. Karakteristik pertumbuhan perakaran setek umur tiga bulan pada genotipe tetua dan pembanding

Table 2. Root growth characteristic of three-month old cuttings of parental genotypes and control

PeubahVariables

Genotipe (genotypes)

Tetua BP 409Parental BP 409

Tetua Q 121Parental Q 121

Kontrol BP 308Control BP 308

Tetua BP 961Parental BP 961

Proporsi setek berakar, % 58.3 75.0 47.8 96.6Proportion of rooted cutting, %Jumlah akar primer 1.4 2.1 0.8 5.6Number of primary rootPanjang akar, cm 2.3 4.6 4.1 6.9Length of primary root, cm

Tabel 1. Karakteristik pertumbuhan perakaran setek umur tiga bulan berdasarkan hasil analisis gerombol

Table 1. Root growth characteristic of three-month old cuttings based on cluster analysis

Populasi (Population)

PeubahVariables

Gerombol pertamaFirst cluster24 genotypes

Gerombol keduaSecond cluster94 genotypes

Gerombol ketigaThird cluster155 genotypes

Proporsi setek berakar, % 85.3 25.1 57.6Proportion of rooted cutting, %Jumlah akar primer 3.82 0.58 1.73Number of primary rootPanjang akar, cm 6.68 1.44 4.01Length of primary root, cm

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

165

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Hasil pemotongan gerombol padajarak 6,0 memperlihatkan perbedaan yanglebih mudah diinterpretasikan daripadasebelumnya. Proporsi setek bertunasmenunjukkan perbedaan pada keduagerombol seperti yang telah diuraikansebelumnya. Demikian juga jumlah tunaspada kedua gerombol tersebut juga tetaprelatif tidak berbeda. Perbedaan yang lebihmenonjol terletak pada karakter panjangtunas yang menunjukkan pertumbuhanyang lebih baik pada gerombol kedua.Berdasarkan hasil tersebut, maka dapatdisimpulkan bahwa secara keseluruhanpertumbuhan pertunasan pada hampir semuagenotipe yang diujikan menunjukkanpertumbuhan yang baik.

Hasil penelitian Purwadi & Taqwim(1995) menunjukkan bahwa pertumbuhansetek untuk karakter jumlah tunas padabeberapa genotipe kopi Robusta tidakberbeda, namun sebaliknya berbeda nyatapada karakter panjang tunas dan berat keringtunas. Hasil ini juga diperkuat olehBudijanto (2004) dan Madjid (2007) yangmemperlihatkan hasil yang tidak berbedapada karakter jumlah tunas, dan sebaliknyamenunjukkan berbeda pada karakter panjangtunas. Selanjutnya, dinyatakan bahwakarakter pertumbuhan jumlah tunas setektampaknya tidak banyak dipengaruhi olehfaktor genetik. Hasil penelitian Purwadi &Taqwim (1995) juga menemukan hal yangsama bahwa BP 409 merupakan genotipe

BP

409

BP

308

BP

961

Q 1

21

1 0

8

6

4

2

0

Gerombol 1Cluster 1

Gerombol 2Cluster 2

Gerombol 3Cluster 3

Gerombol 4Cluster 4

Gambar 2. Dendogram pengelompokan karakteristik pertumbuhan pertunasan setek (berdasar peubah proporsisetek bertunas, jumlah tunas dan panjang tunas)

Figure 2. Cluster dendogram of root growth characteristic of cuttings (based on variables of proportionof sprouted cutting, number of sprout, and length of sprout)

166

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Sumirat et al.

yang panjang tunasnya pendek, bahkanberat kering tunas BP 409 merupakan yangpaling ringan.

Perimbangan Akar-Tunas

Karakteristik perimbangan pertumbuhanakar-tunas setek kopi diwakili oleh peubahproporsi setek yang bertunas-berakar, nisbah

jumlah akar-jumlah tunas, dan nisbahpanjang akar-panjang tunas. Hasil analisissebagaimana yang terlihat pada Gambar 3,dari hasil pemotongan gerombol pada jarak6,0. Tetua BP 409 dan Q 121 terlihat beradapada posisi yang sama yaitu gerombolpertama, sedangkan tetua lain yaitu BP 961berada pada gerombol kedua, bersamadengan klon pembanding BP 308. Karakteristik

Tabel 3. Karakteristik pertumbuhan pertunasan setek umur tiga bulan berdasarkan hasil analisis gerombol pada jarak pautan 4,0

Table 3. Sprout growth characteristic of three-month old cuttings based on cluster analysis at linkage distance of 4.0

PopulasiPopulation

PeubahVariables

RerataAverage

Proporsi setek bertunas, % 77.4Proportion of sprouted cutting, %Jumlah tunas 1.47Number of sproutPanjang tunas, cm 3.46Length of sprout, cm

Proporsi setek bertunas, % 99.6Proportion of sprouted cutting, %Jumlah tunas 1.85Number of sproutPanjang tunas, cm 7.02Length of sprout, cm

Proporsi setek bertunas, % 99.3Proportion of sprouted cutting, %Jumlah tunas 1.64Number of sproutPanjang tunas, cm 3.74Length of sprout, cm

Proporsi setek bertunas, % 93.2Proportion of sprouted cutting, %Jumlah tunas 1.60Number of sproutPanjang tunas, cm 6.41Length of sprout, cm

Gerombol pertama, 4 genotipeFirst cluster, 4 genotypes

Gerombol kedua, 144 genotipeSecond cluster, 144 genotypes

Gerombol ketiga, 88 genotipeThird cluster, 88 genotypes

Gerombol keempat, 37 genotipeFourth cluster, 37 genotypes

Tabel 4. Karakteristik pertumbuhan tunas umur tiga bulan berdasarkan hasil analisis gerombol pada jarak pautan 6,0

Table 4. Sprout growth characteristic of three-month old cuttings based on cluster analysis at linkage distance of 6.0

Populasi (Population)

Peubah

(Variables)

PeubahVariables Gerombol pertama, 4 genotipe

First cluster, 4 genotypesGerombol kedua, 269 genotipeSecond cluster, 269 genotypes

Proporsi setek bertunas, % 77.4 98.6Proportion of sprouted cutting, %Jumlah tunas 1.47 1.75Number of sproutPanjang tunas, cm 3.46 5.86Length of sprout, cm

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

167

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

lihatkan pertumbuhan tunas lebih serempakdibandingkan dengan pertumbuhan akar.Dalam hal ini, secara tidak langsung jugaterindikasi dengan nilai nisbah jumlah akar-jumlah tunas yang rendah kurang dari satudan nisbah panjang akar-panjang tunas yanghanya mencapai 0,53. Dengan demikian,gerombol pertama merupakan geromboldengan karakteristik anggota yang cenderungdominan dalam pertumbuhan pertunasandaripada pertumbuhan perakaran seteknya.

pertumbuhan akar-tunas setek pada tiapgerombol disajikan pada Tabel 5.

Hasil penggerombolan menunjukkanbahwa gerombol pertama merupakangerombol yang memuat anggota dengankemampuan perimbangan pembentukantunas dan akar yang rendah. Rendahnyaproporsi setek yang bertunas-berakardipengaruhi oleh rendahnya jumlah setekyang berakar seperti yang terlihat padapembahasan sebelumnya yang memper-

Proporsi setek bertunas-berakar, % 39.0 74.9Proportion of sprouted-rooted cutting, %Nisbah jumlah akar-tunas 0.63 1.71Number of root-sprout ratioNisbah panjang akar-tunas 0.53 0.98Length of root-sprout ratio

Tabel 5. Karakteristik pertumbuhan tunas dan akar setek umur tiga bulan berdasarkan hasil analisis gerombol pada jarak pautan 6,0

Table 5. Sprout and root growth characteristic of three-month old cuttings based on cluster analysis at linkage distance of 6.0

PeubahVariables

Populasi (Population)

Gerombol pertama,198 genotipeFirst cluster, 198 genotypes

Gerombol kedua, 75 genotipeSecond cluster, 75 genotypes

Jara

k pa

utan

Link

age

dist

ance

Gambar 3. Dendogram pengelompokan karakteristik perimbangan pertumbuhan perakaran dan pertunasansetek (berdasar peubah proporsi setek bertunas-berakar, nisbah jumlah akar primer-jumlahtunas dan nisbah panjang akar-panjang tunas)

Figure 3. Cluster dendogram of balancing root and sprout growth characteristic of cuttings (basedon variables of proportion of rooted-sprouted cutting, number of primary root-number ofsprout ratio and length of primary root-length of sprout ratio)

BP

409

BP

961

BP

308

8

7

6

5

4

3

2

1

0

Gerombol 1Cluster 1

Gerombol 2Cluster 2

Q 1

21

168

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Sumirat et al.

Pada gerombol kedua, pertumbuhan tunasdan akar lebih mendekati keseimbangan.Proporsi setek yang bertunas dan berakarlebih tinggi hampir dua kali lipat daripadagerombol pertama. Di sisi lain, jumlah akaryang dihasilkan juga jauh lebih banyak danbahkan cenderung lebih banyak daripadajumlah tunas yang terbentuk, namundemikian pertumbuhan akar dan tunascenderung relatif seimbang dengan nisbahpanjang akar-panjang tunas yang mendekatinilai 1. Dengan demikian, gerombol keduamerupakan gerombol dengan karakteristikanggota yang cenderung mendekatikeseimbangan pertumbuhan antara tunasdan akarnya walaupun dalam artian bukanperimbangan sebenarnya karena dominansipertumbuhan setek secara umum adalahtetap pada pertumbuhan tunasnya, yangterindikasi dari proporsi setek bertunas-berakar yang hanya mencapai 74,9%. Namundemikian, setek yang telah berakar cenderungmendominasi dalam pertumbuhan akarnyaterutama dalam pembentukan akar-akarprimer.

Berdasarkan hasil-hasil tersebut terlihatbahwa pertumbuhan setek pada kopi Robustadiawali dengan pertumbuhan tunasnya,selanjutnya diikuti dengan pertumbuhanakar. Hal ini berarti setek yang bertunasbelum tentu telah memiliki akar. Per-tumbuhan tunas yang lebih dahulu daripadapertumbuhan akar diduga terjadi karenapada setek telah memiliki mata tunas,sebaliknya tidak terdapat suatu jaringanbahkan sel yang langsung mengarahpada pertumbuhan akar. Pada kondisi ini,diduga energi yang diperlukan untukmendorong pertumbuhan tunas lebih kecildiperlukan daripada untuk mendorongpertumbuhan akar, karena untuk memulaipertumbuhan akar diperlukan tahapdiferensiasi sel pada batang setek menjadijaringan akar dan selanjutnya diikuti denganperkembangannya. Oleh sebab itu, panjang

akar akan lebih pendek daripada panjangtunas pada masa-masa awal pertumbuhansetek karena waktu yang diperlukan untukpertumbuhan akar lebih lama daripada untukpertumbuhan tunas.

Lebih jauh, untuk mengetahui karakteristikkedua gerombol tersebut lebih terperincidapat dilakukan pemisahan lagi pada jarak4,0 untuk gerombol pertama dan pada jarak5,0 untuk gerombol kedua, yang masing-masing menghasilkan dua gerombol baru.Karakteristik gerombol yang telah dipisahtersebut tercantum pada Tabel 6. Pada tabeltersebut terlihat bahwa hasil pemecahangerombol pertama menghasilkan nilai yangsemakin menguatkan pembahasan sebelumnyabahwa anggota pada gerombol pertamamerupakan genotipe-genotipe dengankemampuan perimbangan pertumbuhantunas dan akar yang rendah. Kedua geromboltampak lebih dominan dalam pembentukantunas daripada pembentukan akar, namungerombol pecahan kedua memilikikeseimbangan pertumbuhan yang jauh lebihbaik daripada gerombol pecahan pertama.Pada Tabel 6 tampak perbedaan utamagerombol pecahan dengan gerombol asalnyaterletak pada karakter nisbah jumlah akar-jumlah tunas dan nisbah panjang akar-panjang tunas. Pada gerombol pecahanpertama terlihat bahwa anggota-anggotanyamemiliki kecepatan tumbuh akar yang tinggisehingga panjang akarnya dapat melebihipanjang tunasnya, walaupun tunas lebihdahulu tumbuh. Selain itu, jumlah akarprimer yang terbentuk juga lebih banyakdaripada jumlah tunasnya. Dengan demikian,gerombol pecahan pertama menunjukkanpertumbuhan akar yang lebih dominandaripada tunasnya namun hal ini hanyaberlaku bagi setek yang telah berakar sajakarena hanya 71,9% dari populasi tersebutyang sudah membentuk akar. Lain halnyadengan gerombol pecahan kedua yang lebihmenonjol pada pembentukan akar primernya

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

169

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

yang banyak sedangkan pemanjanganakarnya relatif lambat dibandingkanpertumbuhan tunasnya. Hal ini terjadimungkin karena pertumbuhan akar relatifbaru sehingga terlihat pertumbuhan tunasmasih mendominasi. Sama halnya dengangerombol pecahan pertama, fenomena inihanya berlaku bagi setek yang telah berakarsaja. Hasil ini menguatkan indikasisebelumnya bahwa pertumbuhan tunasmendominasi pertumbuhan pada setekdaripada pertumbuhan akarnya pada awal-awal perkembangan setek. Perkembangan

setek selanjutnya akan didominasi oleh akarsetelah akar terbentuk. Hasil penelitianBudijanto (2004) dan Madjid (2007)memperlihatkan bahwa pada umur empatbulan setelah penyetekan, panjang akar telahmelebihi panjang tunas dari seluruh genotipeyang diamati.

Meskipun genotipe berpengaruhterhadap tingkat keberhasilan penyetekanseperti yang ditunjukkan pada penelitian ini,namun mengetahui faktor-faktor teknis yangmenunjang keberhasilan seperti yangdiungkapkan oleh Pijut & Espinosa (2004)

Tabel 6. Karakteristik pertumbuhan tunas dan akar setek umur tiga bulan pada pecahan gerombol pertama pada jarak pautan4,0 dan pecahan gerombol kedua pada jarak pautan 5,0

Table 6. Sprout and root growth characteristics of three-month old cuttings by separating first cluster at linkage distanceof 4.0 and second cluster at linkage distance of 5.0

Peubah (Variables)

Jarak pautan 4,0Linkage distance 4.0

Proporsi setek bertunas-berakar, % 19.9 + 9.8 46.3 + 12.8 71.9 + 9.6 77.1 + 10.5Proportion of sprouted-rooted cutting, %Nisbah jumlah akar-tunas 0.28 + 0.18 0.77 + 0.32 1.26 + 0.33 2.06 + 0.62Number of root-sprout ratioNisbah panjang akar-tunas 0.24 + 0.13 0.65 + 0.23 1.24 + 0.26 0.79 + 0.21Length of root-sprout ratio

Jarak pautan 5,0Linkage distance 5.0

Gerombol 2d

Cluster 2d

Gerombol 1c

Cluster 1c

Gerombol 2b

Cluster 2b

Gerombol 1a

Cluster 1a

Keterangan (Notes): a = dicirikan dengan anggota Q 121 (55 genotipe); b = dicirikan dengan anggota BP 409 (143 genotipe);c = dicirikan dengan anggota BP 961 (32 genotipe); d = dicirikan dengan anggota BP 308 (43 genotipe)[ a = marked by Q 121 as a member (55 genotypes); b = marked by BP 409 as a member (143 genotypes);c = marked by BP 961 as a member (32 genotypes); d = marked by BP 308 as a member (43 genotypes)].

Gambar 4. Respons pertumbuhan setek kopi Robusta pada umur tiga bulan, A) setek yang bertunas tapitidak berakar dan B) setek yang telah tumbuh tunas dan berbagai kondisi pertumbuhan akarnya

Figure 4. Growth response of Robusta coffee cuttings of three months old, A) rootless sprouted cuttingsand B) rooted sprouted cuttings

A B

170

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Sumirat et al.

tetap merupakan faktor yang juga berperananbesar untuk memaksimalkan keberhasilanpenyetekan. Musim pada saat dilakukannyapenyetekan merupakan salah satu faktoryang mempengaruhi keberhasilan penyetekan(Bhusal et al., 2001; Madjid, 2007). Padakopi Robusta sebagaimana yang dipaparkanoleh Madjid (2007), pertumbuhan setek akanlebih baik jika dilakukan pada awal musimhujan daripada awal musim kemarau. Olehkarena itu, kegiatan penelitian ini dilakukanpada awal musim hujan dengan harapanpotensi pertumbuhan setek akan maksimal.Selain itu, Agbo & Obi (2007) melaporkanbahwa umur bahan tanaman setek jugaberpengaruh terhadap keberhasilanpenyetekan, seperti halnya ukuran bahansetek (Kathiravan et al., 2009), bagiantanaman penyerta bahan setek misalnyakeberadaan daun atau cabang tambahan(Ho et al., 2010), modifikasi lingkunganpenyetekan (Pipattanawong et al., 2008;Hussain et al., 2012), pengaturan suhu(Zobolo, 2010), pengaturan intensitas cahaya(Zobolo, 2010), medium penyetekan(Winaryo et al., 1996), ketersediaan airselama penyetekan (Winaryo et al., 1996)dan perlakuan tanaman sumber bahansetek (Panetsos et al., 1994; Apine &Kondratovičs, 2005).

Keberhasilan penyetekan terutama diukurdari seberapa besar proporsi setek yang telahberakar. Beberapa karakteristik pertumbuhanlain secara umum lebih banyak digunakansebagai data penunjang. Namun demikian,beberapa karakter pertumbuhan lain tersebutpada akhirnya juga akan mempengaruhipertumbuhan setek berikutnya sebagai bibit(Budijanto, 2004) dan mungkin pada akhirnyasebagai tanaman dewasa. Terdapatnyakeragaman pertumbuhan setek, khususnyapada bagian perakaran mengindikasikankuatnya faktor genotipe dalam mempengaruhi

kapasitas penimbunan karbohidrat dalambahan setek. Hal ini mengingat bahwakarbohidrat merupakan sumber energipertumbuhan bahan setek (Apine &Kondratovičs, 2005). Keragaman kemampuantumbuh pada setek ini dapat dimanfaatkanoleh para pemulia sebagai dasar seleksi (Bhusalet al., 2001) untuk sifat-sifat tertentu,misalnya untuk mencari klon unggul yangmudah diperbanyak secara vegetatif atau untukklon unggul khusus batang bawah, terlebihrespons pertumbuhan setek pada penelitianini dihasilkan dari perlakuan setek tanpabantuan bahan pemacu pertumbuhan akar.

Penggunaan bahan pemacu pertumbuhanakar pada klon-klon yang mudah diperbanyaktidak akan banyak berpengaruh terhadaptingkat keberhasilan setek (Winarno, 2001;Koch et al., 2001), begitu juga bila metodepenyetekan yang tepat telah ditemukansehingga penggunaannya akan menjadipemborosan input produksi (Blythe & Sibley,2009). Di samping untuk kepentingan seleksi,hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuansebagai bahan pertimbangan apakahperbanyakan klon-klon kopi Robusta tertentudapat secara ekonomis diperbanyak melaluisetek atau cara perbanyakan lain. Penggunaanbahan pemacu pertumbuhan akar lebih tepatdiaplikasikan pada klon-klon yang tingkatkeberhasilannya rendah hingga moderat sepertiyang disampaikan sebelumnya. Namundemikian, dalam kasus tertentu persentasekeberhasilan pada klon-klon yang sulitdiperbanyak dengan bantuan bahan pemacupertumbuhan akar tidak akan drastis, sepertiyang ditunjukkan oleh Winarno (2001) padatanaman kakao. Dengan demikian untukproduksi massal perlu menggunakan tekniklain seperti penyambungan, atau memanfaat-kan teknik setek in vitro, atau langsungmenggunakan teknik embrio genesis somatik(Wintgens & Zamarippa, 2004).

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

171

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

KESIMPULAN

1. Karakteristik perakaran setek kopiRobusta dapat dikelompokkan menjaditiga berdasarkan variabel proporsi setekberakar, jumlah akar primer dan panjangakar, yaitu mudah berakar (85,3%; 3,82dan 6,68 cm), moderat (57,6%; 1,73 dan4,01 cm) dan sulit berakar (25,1%; 0,58dan 1,44 cm).

2. Pertumbuhan tunas pada setek kopiRobusta tergolong baik terutama dalamkeserempakan sifat proporsi setekbertunas yang secara umum mencapai98%.

3. Kajian perimbangan pertumbuhan tunasdan akar menunjukkan terdapat duakelompok yaitu kelompok yang dominanpada pertumbuhan pertunasan dankelompok yang mendekati keseimbanganpertumbuhan akar dan tunasnya.

4. Proporsi setek bertunas yang hampirmencapai 100% dan proporsi setek ber-akar yang sangat bervariasi menunjukkanbahwa pertumbuhan setek dimulai dandidominasi oleh pertumbuhan tunas,namun keberhasilan setek ditentukan olehtingkat keberhasilan perakaran.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikankepada Direktur Pusat Penelitian Kopi danKakao Indonesia, dan Direktur Nestle Researchand Development Center, Tours, France.Ucapan terima kasih juga disampaikankepada Bpk. Ir. Bambang Purwadi danDr. Surip Mawardi yang merancangpersilangan ini. Rasa terima kasih jugadisampaikan kepada Sdr. Buniman atasbantuannya dalam kegiatan pengamatan dankoleksi data.

DAFTAR PUSTAKA

Agbo, C.U. & I.U. Obi (2007). Variability inpropagation potentials of stem cuttingsof different physiological ages ofGongronema latifolia Benth. World Jour-nal of Agricultural Sciences, 3, 576-581.

Apine, I. & U. Kondratovičs (2005). Effect ofenvironmental factors on propagationof deciduous azalea by cuttings. I.Influence of stock plant managementon rooting and carbohydrate status. ActaUniversitatis Latviensis, 691, 31-40.

Bhusal, R.C.; F.Mizutani.; D. Moon &K.L. Rutto (2001). Propagation ofcitrus by stem cuttings and seasonalvariation in rooting capacity. PakistanJurnal of Biological Sciences, 4,1294-1298.

Blythe, E.K. & J.L. Sibley (2009). Winter stemcutting propagation of ‘Dwarf Buxford’holly without use of a conventionalauxin treatment. Horttechnology, 19,130-132.

Budijanto (2004). Analisis Daya Gabung danKorelasi Genotipik Sifat Perakarandan Pertunasan Setek dengan SifatPertumbuhan Bibit Kopi Robusta. Tesis,Magister Pertanian, Universitas Jember.

Ducos, J.; C. Lambot & V. Petiard (2007).Bioreactors for coffee mass propaga-tion by somatic embryogenesis. Inter-national Journal of Plant DevelopmentalBiology, 1, 1-12.

Gatut-Supriyadji & B.O. Mubiyanto (1998).Beberapa alternatif teknik perbanyakanvegetatif tanaman kopi. Warta PusatPenelitian Kopi dan Kakao, 14, 139-145.

Hamilton, D.F. & J.T. Midcap (2003). Propa-gation of Woody Ornamentals byCuttings. The Institute of Food andAgricultural Sciences, CIR 415, Uni-versity of Florida, United States.

Ho, K-Y.; S-D Wei & M-J Lee (2010).Cutting propagation by water cultureof Casuarina equisetifolia. TaiwanJournal Forest Science, 25, 191-199.

172

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Sumirat et al.

Hussain, I.; A.M. Khattak; N.U. Amin;F. Aman & M. Sajid (2012). Responof different pomegranate cuttings typesto different environmental conditions.Sarhad Journal Agriculture, 28, 15-18.

Johnson, R.A. & D.W. Wichern (1992).Applied Multivariate StatisticalAnalysis. 3rd eds. Prentice Hall,Englewood Cliffs, New Jersey.

Khatiravan, M.; A.S. Ponnuswamy & C. Vanitha(2009). Determination of suitablecutting size for vegetative propagationand comparison of propagules toevaluate the seed quality attributes inJatropha curcas Linn. Natural ProductRadiance, 8, 162-166.

Koch, R.C.; L.A. Biasi; F. Zanette &J.C. Possamai (2001). Vegetative propa-gation of Passiflora actinia bysemiharwood cuttings. Seminar:Ci. Agrárias, Londrina, 22, 165-167.

Kumar, V.; M.M. Naidu & G.A. Ravishankar(2006). Development in coffee biotech-nology in vitro plant propagation andcrop improvement. Plant CellularTissue Organic Culture, 87, 49-65.

Madjid, A. (2007). Pendugaan Daya Gabung danRagam Genetik Sifat-Sifat Agronomi SetekKlon Kopi Robusta (Coffea canephoraPierre var. Robusta Cheval.). Tesis,Magister Pertanian, Universitas Jember.

Mawardi, S.; R. Hulupi; Priyono; Gatut-Suprijadji; S. Wiryadiputra; A.M. Nur;Zaenudin; S. Hartobudoyo; Suhartono;Sudarsianto; A. Soedarsan &F.F. Leupen (2004). BP308 klon kopiRobusta tahan terhadap nematodaparasit. Warta Pusat Penelitian Kopidan Kakao Indonesia, 20, 1-20.

Panetsos, K.; A. Scaltsoyiannes & P. Alizoti(1994). Effect of genotype and cuttingtype on the vegetative propagation ofthe pine hybrid (Pinus brutia (Ten) xPinus halapensis (Mill)). AnnualScience Forest, 51, 447-454.

Pijut, P. M. & C. Espinosa (2004). Develop-ment of a rooted cutting propagationmethod for Prunus serotina. CombinedProceedings of The International PlantPropagators Society, 54, 129-131.

Pipattanawong, N.; S. Tiwong; B. Thongyean,R. Darak; P. Thamin & W. Techa(2008). Improvement of propagation byhardwood cuttings with and withoutusing plastic pavilions in fig (Ficuscarica L.). Kasetsart Journal NaturalScience, 42, 207-214.

Priyono; A. Henry; A. Deshayes; B. Purwadi& S. Mawardi (1999). The polymor-phism level of Coffea canephora inseveral clone couple, restrictionenzymes and probe sources. PelitaPerkebunan, 15, 152-161.

Priyono; A. Henry; A. Deshayes; B. Purwadi& S. Mawardi (2001). Verification ofhybrid progenies by using RFLP tech-nique on Coffea canephora Pierre.Pelita Perkebunan, 17, 1-9.

Purwadi, B. & M. Taqwim (1995). Kajiankeragaman genetik sifat perakaransetek kopi robusta (Coffea canephoraPierre var. Robusta Cheval.). ProsidingSimposium Pemuliaan Tanaman III,Jember, 47-52.

Schmidt, F.H. & J.H.A. Ferguson (1951). RainfallTypes Based On Wet And Dry PeriodRatios For Indonesia With Western NewGuinea. Verhandelingen. No. 42,Kementerian Perhubungan DjawatanMeteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Titon, M.; A. Xavier & W.C. Otoni (2006).Clonal propagation of Eucalyptusgrandis using the mini-cutting andmicro-cutting techniques. ScientiaForestalis, 71, 109-117.

Winarno, H. (2001). Kemampuan berakar setekbeberapa klon kakao dan responsnyaterhadap perlakuan bahan pemacuperakaran. Pelita Perkebunan, 17,55-63.

Analisis sifat-sifat pertumbuhan setek pada kopi Robusta

173

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 3, Edisi Desember 2013

Winaryo; A.M. Nur & Junaidi (1996).Pengaruh komposisi medium daninterval penyiraman terhadapkeberhasilan penyetekan lamtoro.Warta Pusat Penelitian Kopi danKakao, 12, 120-124.

Wintgens, J.N. & A. Zamarripa (2004).Coffee propagation. p. 87-136. In:J.N. Wintgens (Eds). Coffee: Growing,

Processing, Sustainable Production.WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.KgaA, Weinheim.

Zobolo, A.M. (2010). Effect of temperature,light intensity and growth regulatorson propagation of Ansellia africanafrom cuttings. African Journal of Bio-technology, 9, 5566-5574.

*********.