pengantar hukum - jaminan sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/transformasi setengah...

289

Upload: vodiep

Post on 31-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional
Page 2: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

1

EDISI 1

Pengantar Hukum - Jaminan Sosial

Asih Eka Putri & A. A. Oka Mahendra

Page 3: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

ii

Pengantar Hukum Jaminan Sosial

TRANSFORMASI SETENGAH HATIASKES, JAMSOSTEK, ASABRI, TASPEN KE BPJS MENURUT UU BPJS

Asih Eka Putri & A.A. Oka MahendraEdisi 1 Cetakan Pertama, April 2013

PUSTAKA MARTABATRuko Kebayoran Arcade Blok C2/31Jl. Boulevard Bintaro JayaPusat Kawasan Niaga, Sektor 7, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia – 15224www.jamsosindonesia.com

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN : 978-602-99638-1-6

Page 4: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

iii

Berangkat dari naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, negara Indonesia berfungsi sebagai alat di

tangan Bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945. Sejak itulah pemerintah secara substansial mulai menjalankan kewajibannya (amanah) sebagai pelayan publik terhadap rakyat (sebagai pemegang hak) yang memberinya kepercayaan untuk menjalankan (mengelola) pemerintahan. Langkah demi langkah, setahap demi setahap, negara seharusnya memiliki tujuan tersendiri. Mengingat tahap yang telah ditempuh bukan lagi tujuan tetapi sudah menjadi sejarah, maka ungkapan sakti ”For a fighting nation there is no journey’s end,” adalah tepat menuntun ke depan.

Pemerintahan adalah proses pemenuhan dan perlindungan kebutuhan dan kepentingan manusia dan masyarakat. Semua badan atau organisasi yang berfungsi memenuhi dan melindungi kebutuhan dan kepentingan manusia dan masyarakat, disebut pemerintah. Berbicara tentang kebutuhan manusia, ada tiga kebutuhan yang paling asasi: kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Ketiga-tiganya secara objektif mutlak diperlukan oleh setiap jiwa begitu terjadi pembuahan dalam kandungan ibunya. Kesehatan menyangkut energi penunjang kehidupan, pendidikan berkaitan dengan kualitas manusia, sedangkan keamanan berhubungan dengan kelangsungan hidup dari generasi ke generasi. Ketiga macam kebutuhan itu harus dilindungi dan dipenuhi. Karena sifatnya, upaya-upaya tersebut berjangka panjang bahkan terus tidak berkeputusan. Bahkan semua kebutuhan tersebut merupakan tanggung jawab negara untuk merealisasikannya. Untuk merealisasikannya pemerintah perlu melaksanakan jaminan sosial, khususnya atas kebutuhan kesehatan dan ketenagakerjaan.

Jaminan sosial merupakan amanat konstitusi yang terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

KATA PENGANTAR

Page 5: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

iv

Tahun 1945 serta dalam batang tubuh yaitu Pasal 28H (3) dan Pasal 34 memberikan jaminan bagi seluruh masyarakat untuk mendapat-kan jaminan sosial, dan juga memberikan jaminan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Tindak lanjut amanat konstitusi tersebut adalah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang ini mengatur tentang Badan Penyelenggara yang akan melaksanakan jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang SJSN. Undang-undang ini mengamanatkan adanya transformasi badan penyelenggara dari badan penyelenggara yang telah ada saat ini untuk menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Penyelenggaraan Jaminan Sosial keberadaannya sangat di-dambakan masyarakat, karena itu perlu komitmen dan kesungguhan Pemerintah dalam menyelenggarakan Jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan sekaligus membentuk Peraturan Perundang-undangan dan peraturan kebijakan sebagai payung hukum dan dasar hukum untuk melaksanakannya, oleh karena itu perlu kerja keras dan kesungguhan Pemerintah untuk dapat segera merealisasikannya. Dilihat dari aspek penggolongan hukum, maka hukum jaminan sosial termasuk dalam kategori hukum publik karena mengatur hubungan negara dan warga negara. Hukum jaminan sosial merupakan salah satu jenis hukum administrasi negara yang bersifat khusus, dan meliputi berbagai perangkat aturan yang kompleks dan tersebar dalam berbagai instrumen hukum. Pengaturan tersebut perlu untuk menyatukan sekaligus menyempurnakan pengaturan sistem jaminan sosial yang ada saat ini, agar tercipta sistem hukum jaminan sosial yang harmonis.

Catatan Penutup

Menyimak tulisan buku ini walaupun judulnya Transformasi Setengah Hati Persero, namun saya yakin keteguhan hati penulis Asih Eka Putri dan A.A Oka Mahendra dalam memaparkan keyakinan jaminan sosial agar terwujud dan tercipta dalam ruang sosial, akan membawa bangsa Indonesia terdepan dalam daya saing

Kata Pengantar

Page 6: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

v

dan ketentraman masyarakat. Harapan kita ke depan, dengan penyelenggaraan sistem jaminan sosial yang terencana dan baik, kita akan menuju negara kesejahteraan (welfare state) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab negara untuk mengamankan dan menyejahterakan kehidupan warganya.

Tantangan yang perlu dipikirkan adalah bagaimana keberadaan undang-undang BPJS ini memberikan keuntungan bagi negara dan tidak menimbulkan dampak kerugian pada sektor swasta, sehingga semuanya dapat berjalan secara harmonis. Oleh karenanya pembuatan undang-undang ini harus direncanakan dengan baik dengan menganalisis budget dan dampak fiskal yang ditimbulkan. Keuntungan dengan diterapkannya UU BPJS adalah bangsa kita akan memiliki SDM yang sehat dan lebih kuat, produktivitas masyarakat lebih meningkat dan keuntungan perekonomian yang lain, serta yang paling utama adalah angka kriminalitas dalam berbagai bentuk akan berkurang bila program ini berjalan dengan baik.

Sikap dari penulis buku ini patut kita apresiasi sebagai bagian dari nilai-nilai keutamaan dalam membangun manusia Indonesia yang sejahtera dan adil. Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dituntaskan dalam mengimplementasikan undang-undang yang sesuai dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Namun di atas semuanya itu, pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sudah berada pada rel dan jalur yang benar. Masyarakat yang sehat dan sejahtera akan membuat Negara Indonesia kuat dan jaya.

Irman Gusman(Ketua DPD RI)

Kata Pengantar

Page 7: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

vi

Pertama-tama saya menyambut gembira atas terbitnya buku ini. Walaupun saya secara pribadi tidak sepenuhnya setuju

dengan penilaian “setengah hati” atas proses transformasi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang sedang berlangsung, namun saya sangat mengapresiasi upaya keras para penulis untuk melakukan telaahan BPJS khususnya dari perspektif hukum. Penilaian “setengah hati” ini mungkin lebih dikarenakan masih tersendat-sendatnya perjalanan regulasi yang akan menjadi dasar yuridis untuk transformasi BPJS dimaksud.

Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah dirumuskan dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 dan UU No 24 Tahun 2011 memberi ruang yang cukup lebar untuk membangun sistem jaminan sosial nasional di Indonesia. Dalam ruang lebar itu ditemui berbagai peraturan perundang-undangan yang masih perlu disinkronkan, dan di sisi lain masih banyak ruang yang perlu diisi dengan regulasi lainnya. Karena adanya ruang regulasi itulah kita dihadapkan berbagai tantangan pada saat ini.

Perjalanan persiapan implementasi SJSN dan BPJS sudah dimulai, dan akan terus diupayakan selesai pada waktunya. Di satu sisi proses persiapan regulasi dan teknis operasional dilakukan, di sisi lain faktor-faktor di luar sistem yang akan dibangun pun dijadikan pertimbangan, antara lain kondisi ketenagakerjaan, kemampuan keuangan negara, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, dan yang tidak kalah penting adalah komitmen Pemerintah serta penyiapan masyarakat untuk memasuki era SJSN. Masyarakat luas juga harus dipahami sebagai stakeholder dalam sistem ini, lebih dari itu mereka menjadi subyek dalam SJSN yang kita bangun.

Buku ini membatasi diri pada perspektif hukum dan memberikan pemahaman tentang pasal-pasal yang dalam dalam UU BPJS. Berbagai isu hukum dimunculkan, ini benar-benar menjadi catatan bagi para perumus kebijakan. Buku ini telah berhasil memberikan kisi-kisi dalam upaya kita menyelesaikan proses regulasi lebih lanjut.

Kata Pengantar

Page 8: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

vii

Ada sejumlah peraturan perundang-undangan yang harus diterbit-kan agar BPJS dapat sah dibentuk dan dapat operasional secara mulus, untuk BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 dan untuk BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Juli 2015. Datangnya tanggal-tanggal momental itu memang harus dipersiapkan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya, jangan sampai ada yang cacat dan yang tertinggal baik dari aspek regulasi maupun dari aspek teknis operasional.

Saya selaku Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional berkomitmen untuk mengawal proses transformasi BPJS ini. Kepercayaan dan doa para pembaca sangat kami butuhkan.

Salam saya, SJSN menuju kehidupan yang lebih baik.

Chazali H. Situmorang (Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional)

Kata Pengantar

Page 9: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

viii

Program Jaminan Sosial, merupakan salah satu program yang dianggap strategis didalam mewujudkan kesejahteraan bagi

rakyat di banyak negara. Perkembangannya, sesuai dengan sistem politik dan ekonomi setiap negara. Jerman dengan “social state modelnya” dan Inggris, dengan “welfare state” modelnya. Kedua model itulah yang banyak berkembang di banyak negara, dengan berbabagi penyesuaian sesuai dengan sistem ekonomi dan politiknya.

Indonesia, dengan UUD 1945, telah memiliki UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU N0 23/2012 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ), yang merupakan wujud kehendak mewujudkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Dari UU No 40/2004 dan UU No. 23/2012, Sistem Jaminan Sosial yang diterapkan mendekati “welfare state model” dengan mengakomodir prinsip – prisip “social state model”. Hal ini disebabkan, oleh karena Indonesia memiliki UUD 1945, dimana dalam pasal 34 dikatakan :

1. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pasal ini diatur dalam undang-undang.

UU No. 40/2004 dan UU No. 23/2012, dengan demikian me-rupakan terjemahan dari pasal 34 UUD 1945. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang akan kita terapkan, dengan demikian merupakan khas Indonesia, sesuai dengan UUD 1945. Hal ini nampak dari kepesertaan program jaminan sosial, dimana diperkenalkan peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran), bagi masyarakat yang kurang mampu, dimana iurannya dibayar melalui APBN.

Kata Pengantar

Page 10: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

ix

Karena itu, pemahaman seperti ini perlu disosialisasikan kepada seluruh pemegang kepentingan, agar implementasinya bisa berjalan mulus. Hal ini diperlukan, mengingat implementasi UU No. 40/2004 sudah mengalami keterlambatan setidaknya lima tahun, sementara implementasi UU No. 23/2012 masih mengahadapi hal-hal yang nampaknya tidak mudah. Semuanya disebabkan pemahaman yang belum sama diantara semua yang berkepentingan dan semua yang bertanggung jawab terhadap implementasi kedua UU itu. Berbagai pendapat yang ada, termasuk dikalangan lembaga negara / instansi pemerintah, nampaknya masih harus disinkronisir, agar tumbuh persepsi yang sama, sehingga implementasi SJSN dapat diakselerasi.

Hal ini digambarkan dalam buku ini, yang berjudul “ TRANFOR-MASI SETENGAH HATI PERSERO” Askes, Jamsostek , Asabri , Taspen ke BPJS menurut UU BPJS.

Mudah-mudahan, dengan terbitnya buku ini, dapat dianggap sebagai krtitik yang membangun, sehingga terwujudnya SJSN dapat dipercepat. Hal ini penting kalau kita menyadari, bahwa Indonesia sudah sangat tertinggal jauh didalam mewujudkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh warganya. Hal ini nampak masih rendahnya kepesertaan program Jaminan Sosial di Indonesia.

Kepada Saudari Asih Eka Putri dan Saudara A.A Oka Mahendra kami sampaikan penghargaaaan dan apresiasi yang tinggi atas kepeduliannya terhadap Sistem Jaminan Sosial di Indonesia.

Dr. Sulastomo, MPH(Anggota dan Ketua Tim SJSN, 2001 – 2004)

Kata Pengantar

Page 11: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

x

Page 12: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iiiDAFTAR ISI ...................................................................................................... xiDAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiii

PENDAHULUAN CATATAN AKHIR TAHUN 2012 ........................................................ 1 CATATAN AKHIR TAHUN 2011 ........................................................ 5

BAGIAN PERTAMA : UU BPJS 1. UU BPJS Melaksanakan UU SJSN ......................................... 21 2. Materi Muatan UU BPJS Meluas........................................... 29 3. Delapan Peraturan Pemerintah ........................................... 32 4. Tujuh Peraturan Presiden ...................................................... 61 5. Satu Keputusan Presiden ....................................................... 86 6. Lima Peraturan Organisasi .................................................... 88 7. UU BPJS Mencabut UU Jamsostek ...................................... 97

BAGIAN KEDUA : PEMBENTUKAN BPJS 8. Dua BPJS ...................................................................................... 103

BAGIAN KETIGA : TATA KELOLA BPJS 9. BPJS, Badan Hukum Publik Menurut UU BPJS ................ 109 10. Fungsi, Tugas dan Wewenang BPJS ................................... 111 11. Hak dan Kewajiban BPJS ........................................................ 115 12. Organ BPJS .................................................................................. 119 13. Tata Cara Pemilihan dan Penetapan Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi ........ 122 14. Pemberhentian Anggota Dewan Pengawas atau Anggota Direksi ........................................................................ 124 15. Pengawasan Terhadap BPJS .................................................. 128

Page 13: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

xii

16. Pengelolaan Aset ..................................................................... 131 17. Dana dan Biaya Operasional BPJS ...................................... 133 18. Tiga Belas Larangan Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi ................................................................ 135 19. Kerjasama BPJS ......................................................................... 138

BAGIAN KEEMPAT : TRANSFORMASI PERSERO MENJADI BPJS 20. Memahami Transformasi Penyelenggara Jaminan Sosial ........................................................................... 143 21. Transformasi PT. Askes (Persero) ........................................ 155 22. Transformasi PT. Jamsostek (Persero) ................................ 170 23. Transformasi PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) ................................................................ 180 24. Transformasi JAMSOS, KUPU-KUPU, HEIMLICH ............. 182 25. Kiat Sukses Transformasi ....................................................... 184

PENUTUP : ORGANISASI JAMINAN SOSIAL .......................... 189

INDEKS ......................................................................................................... 197LAMPIRAN ...................................................................................................... 201DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 261TENTANG PENULIS ...................................................................................... 263

Daftar Isi

Page 14: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

xiii

DAFTAR SINGKATAN

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik IndonesiaAPBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraASABRI : Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik

IndonesiaASKES : Asuransi Kesehatan IndonesiaATM : Automatic Teller MachineBPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPK : Badan Pemeriksa Keuangan BUMN : Badan Usaha Milik NegaraDJSN : Dewan Jaminan Sosial NasionalDPR : Dewan Perwakilan RakyatHAM : Hak Asasi ManusiaJAMKESMAS : Jaminan Kesehatan MasyarakatJAMSOS : Jaminan SosialJAMSOSTEK : Jaminan Sosial Tenaga KerjaJHT : Jaminan Hari TuaJK : Jaminan KesehatanJKK : Jaminan Kecelakaan KerjaJKM : Jaminan KematianJKN : Jaminan Kesehatan NasionalJP : Jaminan PensiunJPK : Jaminan Pemeliharaan KesehatanKAJS : Komite Aksi Jaminan SosialKemHan : Kementerian PertahananKPA : Kuasa Pengguna AnggaranMK : Mahkamah KonstitusiNRI : Negara Republik IndonesiaOJK : Otoritas Jasa KeuanganPBI : Penerima Bantuan IuranPerPres : Peraturan PresidenPNS : Pegawai Negeri Sipil

Page 15: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

xiv

POLRI : Kepolisian Republik IndonesiaPP : Peraturan PemerintahPT : Perseroan TerbatasPTKP : Pendapatan Tidak Kena PajakPTKP K3 : Pendapatan Tidak Kena Pajak untuk pekerja

berkeluarga dengan 3 orang anakPUU : Pengujian Undang-UndangRKT T.A. : Rencana Kerja Tahunan Tahun AnggaranRPerPres : Rancangan Peraturan PresidenRPP : Rancangan Peraturan PemerintahRUPS : Rapat Umum Pemegang SahamSJSN : Sistem Jaminan Sosial NasionalSPI : Satuan Pengawas InternalTASPEN : Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai NegeriTNI : Tentara Nasional IndonesiaUMR : Upah Minimum RegionalUU : Undang-UndangUUD 1945 : Undang-Undang Dasar Negara R.I. Tahun 1945WNI : Warga Negara Indonesia

Daftar Singkatan

Page 16: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

xv

PENDAHULUANCatatan Akhir Tahun 2012 dan 2011

Page 17: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

xvi

CAtAtAN AkHir tAHUN 2012

Page 18: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

1

Tahun 2012,Tahun WanpresTasi

Waktu terus berjalan. Tak pernah menunggu, siapapun yang tak ikut bergerak akan ditinggal. Waktu tak pernah kembali.

Ia akan hilang sia-sia atau penuh makna. Waktu terus bergerak meninggalkan jejak. Jejak yang kita buat sendiri.

Hari ini, 31 Desember, hari terakhir tahun 2012. Pukul 00 nanti malam, terjadi pergantian tahun. Saat itu tahun 2012 sudah menjadi masa lalu dan tahun 2013 datang menjelang. Membawa sebuah harapan baru.

Banyak orang “merayakan” malam ”old and new” itu. Berbagai acara dilakukan. Ada yang pesta pora di hotel mewah,

atau tempat hiburan berkelas. Ada yang berkeliling kota sambil meniup terompet yang memekakkan telinga atau berjalan menikmati panggung hiburan yang disediakan pemerintah. Ada pula yang nongkrong sedih di rumah yang sedang kebanjiran.

Tetapi ada pula yang melakukan introspeksi atau mawas diri dan melakukan evaluasi atas capaiannya dalam tahun 2012 yang akan segera berlalu.

Maksudnya untuk mengetahui apa yang berhasil diraih dan apa yang belum, untuk ditingkatkan atau diperbaiki di masa mendatang.

Evaluasi KinErja PEmbEntuKan PEraturan PElaKsanaan uu bPjs

Momentum akhir tahun sangat tepat dipergunakan untuk membuat neraca mengenai apa yang telah kita lakukan selama tahun 2012.

Apakah tugas dan tanggung jawab yang kita emban telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Presiden, sebagai pemegang kekuasaan pemerintah menurut

1

Page 19: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero2

Undang-Undang Dasar, pantas untuk kita evaluasi kinerjanya terutama dalam menjalankan segala Undang-Undang dengan selurus-lurusnya.

Presiden disamping diberi atribusi kewenangan juga diberi delegasi kewenangan untuk membuat peraturan pelaksanaan Undang-Undang. Kewenangan tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, Presiden ditopang oleh kelembagaan pemerintahan dan birokrasi dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Tak ada alasan untuk tidak memenuhi kewajiban yang diembannya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.

Pada kesempatan ini, evaluasi kita fokuskan kepada pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS.

Sudahkah Presiden menjalankan perintah Undang-Undang BPJS dengan selurus-lurusnya, pada tahun 2012? Lebih spesifik lagi pertanyaannya, sudahkah Presiden menyelesaikan pembentukan peraturan pelaksanaan Undang-undang BPJS sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan?

Ada 8 Pasal Undang-Undang BPJS mendelegasikan pembentukan Peraturan Pemerintah dan 7 Pasal mendelegasikan pembentukan Peraturan Presiden.

Menurut Pasal 70 Undang-Undang BPJS peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang BPJS harus ditetapkan paling lama:a. 1 (satu) tahun untuk peraturan yang mendukung beroperasinya

BPJS Kesehatan; danb. 2 (dua) tahun untuk peraturan yang mendukung beroperasinya

BPJS Ketenagakerjaan.Artinya peraturan pelaksanaan untuk mendukung BPJS Kesehatan harus rampung pada 25 November 2012.

PrEsidEn WanPrEstasiSayangnya, hingga tahun 2012 berakhir belum satupun peraturan

pelaksanaan Undang-Undang BPJS ditetapkan. Itulah rekam jejak yang ditinggalkan Presiden selama tahun 2012 dalam pembentukan peraturan pelaksanaan Undang-Undang BPJS.

Page 20: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

3

Tahun 2012 adalah tahun wanprestasi. Karena peraturan pelaksanaan Undang-Undang BPJS yang harus diselesaikan paling lambat pada 25 November 2012, ternyata nihil. Padahal, peraturan perundang-undangan merupakan ration d’etre dari sistem jaminan sosial.

Sistem jaminan sosial lahir karena ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk menjamin terpenuhinya hak asasi setiap orang atas jaminan sosial dan terpenuhinya tugas Negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat.

Tanpa peraturan perundang-undangan yang adekuat dan operasional sistem jaminan sosial nasional sulit terselenggara secara efektif.

Presiden telah bersumpah untuk menjalankan segala undang-undang dengan selurus-lurusnya. Sumpah Presiden adalah janji bagi dirinya sendiri dan bagi seluruh rakyat. Janji harus dipenuhi!

Jika Presiden tidak melakukan apa yang telah dijanjikan, atau melaksanakan apa yang telah dijanjikan tetapi tidak sebagaimana mestinya atau terlambat melakukannya, maka Presiden dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. Atau Presiden tidak memenuhi kewajibannya.

Presiden dapat digugat di muka pengadilan untuk memenuhi kewajibannya. Gugatan seperti itu pernah dilakukan oleh KAJS di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan KAJS dikabulkan oleh Pengadilan. Apakah tahun 2013 gugatan serupa akan diajukan ke Pengadilan? Boleh jadi!

Tujuannya agar Presiden memenuhi kewajibannya melaksanakan Undang-Undang BPJS dengan selurus-lurusnya, sehingga sistem jaminan sosial nasional terselenggara secara efektif untuk menjamin seluruh rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.

Selamat tinggal tahun 2012 dengan segala cerita sukses dan kegagalan yang menjadi catatan sejarah. Tahun baru 2013 kita songsong dengan penuh harapan.

Catatan Akhir Tahun 2012

Page 21: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero4

CaTaTan akhir Tahun 2011

Page 22: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

5178

LIKU-LIKU PENGUNDANGAN

Dinamika sJsnDi GeDunG parlemen

Gedung Parlemen riuh rendah dengan perdebatan politik dan tak sepi dari isu-isu miring yang menerpa wakil rakyat yang terhormat. Di Gedung Parlemen kebijakan nasional dibahas dan diputuskan, baik menyangkut APBN maupun menyangkut pembentukan Undang-Undang yang mencerminkan arus utama politik anggaran dan politik hukum Negara kita.

Di sela-sela ramainya panggung politik di Senayan, selama tahun 2011 ada dua catatan penting dan menarik dilihat dari perspektif pelaksanaan SJSN.

Catatan pertama adalah bidang anggaran. Pada tahun 2011 Pemerintah dan DPR menempatkan perlindungan sosial melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) sebagai salah satu dari tujuh sasaran utama. Sayangnya, perluasan cakupan kepesertaan dan peningkatan manfaat program jaminan sosial sebagai pelaksanaan UU SJSN belum dijadikan prioritas. Bahkan para pengambil kebijakan terkesan ragu-ragu untuk melaksanakan program jaminan sosial untuk seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Karena ada kekhawatiran akan membawa konsekuensi beban fiskal yang berat. Padahal program jaminan sosial menurut UU SJSN menganut sistem kontribusi, warga Negara wajib membayar iuran. Hanya fakir miskin dan orang yang tidak mampu sajalah yang iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Celakanya, pelaksanaan SJSN tidak dianggap sebagai bagian dari percepatan pertumbuhan ekonomi, bahkan dipandang sebagai biaya yang harus ditanggung oleh Pemerintah.

Tidak mengherankan bila alokasi anggaran untuk mendukung pelaksanaan SJSN belum mendapat prioritas. Hal ini tampak jelas

5

Page 23: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero6

pada tema pembangunan nasional yang dicanangkan pada tahun 2011, ”Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan, Didukung oleh Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat Daerah”.

Catatan kedua adalah bidang legislasi. Meskipun dengan susah payah, DPR dan Pemerintah akhirnya berhasil mencapai kompromi untuk menyelesaikan pembahasan RUU BPJS yang telah mengalami perpanjangan pembahasan satu masa sidang. Pada 25 November 2011, UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) disahkan dan diundangkan.

UU BPJS membentuk 2 BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS tersebut merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden.

TIDAK SELURUHNYA KELABUTahun 2011 memang tidak seluruhnya kelabu. Ada juga seberkas

cahaya. Pepatah Inggris mengatakan “in every cloud there is a silver lining,” dalam setiap awan terdapat seguratan cahaya.

Berkas cahaya yang melegakan itu ialah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) pada tanggal 25 November 2011.

UU BPJS mengakhiri perdebatan panjang tentang perlu tidaknya transformasi badan penyelenggara jaminan sosial yang telah beroperasi selama hampir dua dekade. Tanpa perlu bersilang pendapat, sebenarnya dengan dibacakannya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 007/PUU-III/2005 pada tanggal 31 Agustus 2005, transformasi empat BUMN penyelenggara jaminan sosial – PT. Askes (Persero), PT. ASABRI (Persero), PT. Jamsostek (Persero), PT. TASPEN (Persero) - menjadi sebuah tuntutan hukum yang harus dilaksanakan.

Dalam Penjelasan Umum UU BPJS antara lain dikemukakan, ”UU ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN yang mengamanatkan pembentukan BPJS dan transformasi kelembagaan PT. Askes (Persero), PT. Jamsostek (Persero), PT. TASPEN (Persero), dan PT. ASABRI (Persero) menjadi BPJS. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program,

Page 24: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

7

aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Dengan UU BPJS dibentuk 2 BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan

BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Dengan pembentukan kedua BPJS tersebut jangkauan ke-pesertaan program jaminan sosial akan diperluas secara bertahap hingga melindungi seluruh penduduk Indonesia.

Dengan disahkannya UU BPJS, memang kelembagaan BPJS menjadi lebih jelas. Tetapi, UU BPJS memberikan tenggat waktu yang berbeda bagi kedua BPJS tersebut untuk mulai beroperasi.

PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan dan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014. Sedangkan PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014 dan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun dan program jaminan kematian bagi peserta selain peserta yang dikelola PT. TASPEN (Persero) dan PT. ASABRI (Persero), paling lambat 1 Juli 2015.

UU BPJS juga menentukan bahwa PT. ASABRI (Persero) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program ASABRI dan program pembayaran pensiun bagi pesertanya, ter-masuk penambahan peserta baru. Ketentuan yang sama bagi PT. TASPEN (Persero), PT. TASPEN (Persero) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program tabungan hari tua dan pembayaran pensiun bagi pensiunan pegawai negeri sipil, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan dialihkannya ke BPJS Ketenagakerjaan.

UU BPJS memberi kelonggaran pengalihan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua Pegawai Negeri ke BPJS Ketenagakerjaan hingga paling lambat pada tahun 2029. Suatu kurun waktu yang panjang, lebih dari 3 kali Rencana Pembangunan Jangka Menengah 5 tahun.

Catatan Akhir Tahun 2012

Page 25: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero8

8

DUO UU SJSN – UU BPJS

memasuki peraDaban Dunia

Indonesia merdeka mencatat sejarah baru. 25 November 2011 saat diundangkannya UU BPJS, adalah tonggak sejarah kedua dimulainya penataan ulang badan penyelenggara jaminan sosial rakyat Indonesia. UU BPJS melanjutkan sejarah yang tercatat pada tujuh tahun sebelumnya, yaitu pengundangan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) pada 19 Oktober 2004.

UU SJSN bersama UU BPJS mengakhiri anomali penyeleng-garaan jaminan sosial Indonesia yang terjadi hampir selama 20 tahun. Keduanya akan segera menutup praktek penyelenggaraan jaminan sosial yang bertentangan dengan prinsip-prinsip universal penyelenggaraan jaminan sosial di dunia, melalui dua cara.

Pertama, Negara tidak lagi mengumpulkan laba dari iuran wajib warga negara yang dipungut oleh badan usaha miliknya, melainkan ke depan Negara bertanggung jawab atas pemenuhan hak konstitusional rakyat atas jaminan sosial. Kedua, jaminan sosial Indonesia resmi keluar dari penyelenggaraan oleh badan usaha milik negara menjadi pengelolaan oleh badan publik.

REPOSISI RELASI NEGARA DAN WARGA NEGARA

Selama hampir 20 tahun kebijakan Pemerintah produk peme-rintahan otoriter di era Presiden Soeharto membebaskan Negara dari tanggung jawab konstitusional atas jaminan sosial. Negara terkesan hanya menikmati setiap laba yang didulang oleh empat badan usaha miliknya yang menyelenggarakan jaminan sosial - PT. Askes (Persero), PT. ASABRI (Persero), PT. Jamsostek (Persero) dan PT. TASPEN (Persero). Negara seolah lepas tangan bahkan dapat dikatakan gagal menjamin tersedianya kondisi kehidupan minimum yang layak bagi setiap orang.

Page 26: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

9

Masih jelas dalam ingatan kita, begitu lemahnya jaminan sosial Indonesia sehingga tidak berdaya menanggulangi krisis di awal tahun 1998 hingga pertengahan tahun 2000. Saat itu jalan pintas yang diambil oleh Pemerintah adalah membayarkan dana jaminan hari tua kepada peserta Jamsostek yang terkena pemutusan kerja dengan syarat telah mengiur sekurangnya 5 tahun. Peserta Jamsostek yang terkena PHK terpaksa harus merelakan dirinya menggendong predikat miskin agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang disediakan oleh program jaring pengaman sosial bidang kesehatan Kementerian Kesehatan.

Dua tahun pasca kejatuhan rezim Orde Baru, jaminan sosial diletakkan kembali sebagai hak konstitusional warga negara dalam amandemen kedua UUD Negara RI 1945 pada tahun 2000 dan amandemen keempat pada tahun 2002. Implementasinya diwujudkan dua tahun kemudian dengan diundangkannya UU SJSN pada tahun 2004. Namun reposisi Negara dan implementasi hak konstitusional warga negara atas jaminan sosial tidaklah berjalan mulus. Perlu menunggu 7 tahun (2004-2011) untuk mengundangkan peraturan pelaksanaan UU SJSN guna mengatur pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Tidak hanya menunggu kejelasan siapa pengelola program jaminan sosial, warga Negara Indonesia masih harus ekstra sabar dua tahun lagi (2012-2013) untuk menikmati program jaminan sosial. Perlu tambahan dua tahun untuk menuntaskan seluruh peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS sebelum BPJS beroperasi.

KELUAR DARI BADAN USAHA MILIK NEGARAUU BPJS mengimplementasikan prinsip nirlaba yang diatur

dalam UU SJSN. Prinsip nirlaba bermakna pengelolaan usaha untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta. UU BPJS segera akan mengakhiri praktek pengumpulan laba perusahaan dari iuran rakyat yang dikumpulkan secara paksa melalui kepesertaan wajib jaminan sosial.

Catatan Akhir Tahun 2011

Page 27: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero10

Peraturan ini segera mengakhiri penyelenggaraan program jaminan sosial oleh PT. Askes (Persero), PT. ASABRI (Persero), PT. Jamsostek (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) - empat badan usaha milik negara yang terdiri dari persekutuan modal dan bertanggung jawab kepada pemegang saham. Sudah menjadi ketentuan baku badan usaha milik negara, uang-uang yang diperoleh dari kegiatan perusahaan termasuk iuran jaminan sosial yang dibayarkan oleh peserta adalah pendapatan badan yang harus dipertanggungjawab-kan kepada pemegang saham. Peserta jaminan sosial tidak lebih berperan sebagai klien perusahaan yang tidak memilki kontrol pada kinerja perusahaan.

Sebaliknya, relasi peserta dan badan publik penyelenggara jaminan sosial, dikenal sebagai badan penyelenggara jaminan sosial – BPJS, menempatkan peserta sebagai pemilik dana. Peserta adalah pemangku kepentingan yang memiliki kontrol atas badan. BPJS “hanya” boleh membelanjakan uang yang dikumpulkan dari iuran peserta untuk pengelolaan program dan seluruh sisa hasil usaha dikembalikan untuk kepentingan peserta.

Prinsip nirlaba tidak dapat dilaksanakan oleh keempat BUMN Persero tersebut secara utuh. Watak keempat Persero tersebut tidak terlepas dari maksud dan tujuan pendirian Persero. Pasal 12 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN menetapkan bahwa maksud dan tujuan Persero adalah selain menyediakan barang dan/jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, juga untuk mengejar keuntungan guna meningkatkan hasil perusahaan.

UU BPJS memberi tenggat 2 tahun (1 Januari 2014) kepada PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) untuk beralih dari Persero-an menjadi Badan Hukum Publik. Dalam kurun waktu 2 tahun ke depan, Indonesia akan mengakhiri 20 tahun praktek anomali penyelenggara-an program jaminan sosial yang dimulai sejak Pemerintah Orde Baru menetapkan PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) sebagai perseroan milik Negara pada tahun 1992.

Tenggat yang lebih panjang diberikan kepada PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero). Kedua Persero yang mengelola

Page 28: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

11

dana sebagian kecil penduduk – pensiunan pegawai negeri, Prajurit TNI dan Anggota POLRI diberi tambahan 18 tahun untuk mengalih-kan programnya ke BPJS Ketenagakerjaan.

Transformasi kelembagaan jaminan sosial membuka jalan bagi Indonesia untuk sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang telah menempatkan Negara sebagai pelindung warganya melalui pembangunan jaminan sosial yang berkeadilan. Semoga terwujud.

Catatan Akhir Tahun 2011

Page 29: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero12

12

FASE KRITIS SJSN

poinT of no reTurn

Pelaksanaan SJSN sudah menyentuh point of no return. Tak ada waktu untuk menghentikan reformasi jaminan sosial Indonesia setelah hampir 8 (delapan) tahun terbengkalai.

Pengalaman pahit kegagalan menyelesaikan amanat Pasal 52 ayat (2) UU SJSN tidak boleh terulang. Tenggat lima tahun untuk menyesuaikan semua ketentuan yang mengatur mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial hingga 19 Oktober 2009, terlewati tanpa hasil. Lebih jauh lagi, dari dua puluh dua Pasal pendelegasian, hanya satu peraturan pelaksanaan UU SJSN berhasil diundangkan. Sisanya, ada rancangan peraturan pelaksanaan yang tengah dirumuskan dan dibahas materinya, ada pula yang belum diperbincangkan sama sekali.

Kelalaian ini membawa konsekuensi hukum kepada Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 120 Warga Negara Indonesia menggabungkan diri ke dalam “Komite Aksi Jaminan Sosial”, bersatu menggugat Pemerintah di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas kelalaian Pemerintah dan DPR dalam menyelenggarakan jaminan sosial bagi seluruh warga Negara Indonesia.

Para Penggugat yang tergabung dalam Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) tersebut, terdiri dari pimpinan atau wakil organisasi kemasyarakatan dari elemen serikat pekerja/serikat buruh, organisasi tani dan nelayan, organisasi mahasiswa, organisasi kepemudaan, tokoh masyarakat, asosiasi profesi, serta masyarakat umum. Kuasa hukum penggugat terdiri dari 17 advokat yang tergabung dalam Tim Pembela Rakyat untuk Jaminan Sosial.

Kesebelas tergugat adalah Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono - SBY), Ketua DPR RI (Marzuki Alie), Wapres RI (Budiono), Menko Kesra (Agung Laksono), Menko Perekonomian (Hatta Rajasa), Menteri Keuangan (Agus Martowardojo), Menteri Hukum dan HAM

Page 30: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

13

(Patrialis Akbar), Menteri Kesehatan (Endang Rahayu Sedyaningsih), Menteri Sosial (Salim Segaf Al-Jufri), Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Muhaimin Iskandar) dan Menteri Pertahanan (Purnomo Yusgiantoro).

“Rakyat” memenangkan gugatan dan sebagian tuntutannya dikabulkan. Majelis Hakim yang diketuai oleh Ennid Hassanuddin, SH. CN. MH, bersama dua anggotanya - Supraja, SH dan Sapawi, SH, bersepakat untuk menghukum Pemerintah dan DPR pada 13 Juli 2011. Ketiganya mewajibkan Penguasa Publik dan Wakil Rakyat untuk melaksanakan amanat UU SJSN dan membentuk UU BPJS.

Terasa ironis. Negara dan bangsa Indonesia dipermalukan oleh peristiwa gugatan warga Negara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Negara yang Pemerintahnya memproklamirkan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata, mengabaikan penyelenggaraan jaminan sosial semesta, setidaknya menangguhkan pelaksanaannya.

Ironi semakin terasa menyesakkan, saat menyimak pesan seorang wakil dari negara berkembang kepada duta-duta negara yang mengikuti konferensi jaminan sosial di Berlin Jerman, setahun setelah UU SJSN diundangkan:

“I believe that social security is the only way to guarantee the social dimension of globalization. Therefore, the question is not whether we can have social security but rather if we can allow ourselves not to invest in it. Those countries with consolidated

social security system are also in the leadership in term of competitivity and social peace”.1

(Dr. Alberto Sáenz Pacheo, President CCSS Costarica 2005)

1 Terjemahan: “Saya meyakini bahwa jaminan sosial adalah satu-satunya cara untuk menjamin terciptanya ruang sosial di era globalisasi. Oleh karena itu, pertanyaannya bukanlah apakah kita dapat memiliki jaminan sosial, melainkan lebih pada apakah kita mengizinkan diri kita untuk tidak berinvestasi padanya (jaminan sosial, red). Negara-negara yang memiliki sistem jaminan sosial yang padu adalah juga terdepan dalam daya saing dan ketentraman masyarakat.”

Catatan Akhir Tahun 2011

Page 31: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero14

SELESAIKAN SELURUH PERATURAN PELAKSANAAN

Peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS dan proses transformasi PT (Persero) menjadi BPJS saling terkait dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan SJSN.

Peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden diharapkan bersifat operasional. Artinya peraturan pelaksanaan tersebut sudah mengatur secara jelas dan rinci mengenai siapa melakukan apa, kapan dan bagaimana tata caranya, apa persyaratan yang harus dipenuhi, dan persoalan teknis lainnya yang terkait.

Yang tidak kalah pentingnya ialah peraturan pelaksanaan tersebut harus sinkron satu sama lain, tidak saling tumpang tindih atau saling bertentangan, sehingga membentuk satu sistem peraturan di bidang jaminan sosial yang harmonis dan dapat dilaksanakan secara efektif. Peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS sangat diperlukan oleh BPJS dalam menyelenggarakan fungsi, tugas, wewenang, hak dan kewajibannya.

Dari sisi lain, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero), serta Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) juga perlu segera melaksanakan tugas masing-masing yang ditentukan dalam Pasal 58 dan Pasal 61 UU BPJS. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggungjawab mengalihkan kedua Persero tersebut menjadi BPJS berikut mempersiapkan pengoperasian BPJS.

Perlu segera disepakati dan dilaksanakan strategi dan aksi yang jelas dan rinci sehingga reformasi jaminan sosial dan transformasi kedua Persero dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan dalam UU BPJS.

Pemerintah memimpin penyusunan peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS. Pemerintah wajib mengikutsertakan para pemangku kepentingan, para ahli, dan masyarakat yang peduli terhadap jaminan sosial. Dengan demikian peraturan pelaksanaan yang dihasilkan akan responsif terhadap aspirasi masyarakat, memperoleh legitimasi yang kuat dan efektif bekerja di lapangan.

Page 32: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

15

Kotak 1 : Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas Gugatan KAJS, 13 Juli 2011

mengabulkan sebagian tuntutan Penggugat, yaitu:1). Menolak eksepsi para tergugat,2). Menyatakan para tergugat telah lalai melaksanakan UU SJSN,3). Menghukum para tergugat untuk segera melaksanakan UU SJSN

dengan langkah-langkah konkrit sebagai berikut: a. mengundangkan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) sesuai dengan perintah pasal 5 ayat (1) UU SJSN,

b. membentuk peraturan pelaksana Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden sebagaimana diperintahkan UU SJSN,

c. melakukan penyesuaian 4 (empat) BUMN penyelenggara Jaminan sosial terhadap UU SJSN.

4). Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya,5). Menghukum para tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp. 2.300.000,- secara tanggung renteng.

menolak sebagian tuntutan Penggugat, yaitu:1). Memerintahkan para tergugat untuk meminta maaf kepada rakyat

Indonesia melalui media massa.2). Menghukum para tergugat untuk membayar ganti kerugian sebesar

Rp. 1,-.

Catatan Akhir Tahun 2011

Page 33: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero16

16

AGENDA TAHUN 2012 - 2013

mempersiapkan DiriunTuk perubahan

Tahun 2012-2013 merupakan tahun untuk mempersiapkan perubahan yang ditentukan dalam UU BPJS, sekaligus menyelesaikan peraturan pelaksanaan UU SJSN yang terbengkalai selama lebih dari 7 tahun. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan agar BPJS beroperasi secara efektif melaksanakan program jaminan sosial sebagaimana ditentukan dalam UU SJSN.

BPJS memerlukan kelengkapan peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS. Peraturan pelaksanaan untuk mendukung beroperasinya BPJS Kesehatan harus sudah dirampungkan dalam tenggat waktu 1 tahun pasca pengundangan UU BPJS, dan 2 tahun untuk BPJS Ketenagakerjaan. Artinya peraturan pelaksanaan untuk penyelenggaraan program jaminan kesehatan harus sudah diundangkan pada tahun 2012. Peraturan pelaksanaan untuk menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun harus sudah diundangkan selambat-lambatnya pada bulan November 2013.

Kita bersyukur, karena Pemerintah sebagai regulator dan salah satu aktor utama dalam penyelenggaraan SJSN sudah mulai bergerak. UU BPJS telah terbentuk. Presiden menunjuk Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) untuk mempersiapkan implementasi UU BPJS.

Menko Kesra, HR Agung Laksono, membentuk “Tim Penyiapan Pelaksanaan BPJS” pada 23 Februari 2012. Empat belas pimpinan lembaga tinggi Negara ikut bergabung dalam tim ini. Ia menunjuk Wakil Menteri Kesehatan sebagai ketua Tim Penyiapan BPJS Kesehatan dan Wakil Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagai ketua Tim Penyiapan BPJS Ketenagakerjaan. Tanggung jawab penyebarluasan informasi penyiapan BPJS dan edukasi publik diserahkan kepada

Page 34: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

17

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika.2

Di masa transisi (2012-2013) UU BPJS menugaskan Pemerintah bersama PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) untuk melakukan transformasi kelembagaan dan pengalihan program, kepesertaan, iuran dan manfaat ke BPJS. Lain halnya transformasi PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero), UU BPJS menugaskan Pemerintah untuk membentuk Peraturan Pemerintah sebagai pedoman transformasi PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan selambat-lambatnya pada tahun 2029.

SERIUS BERUBAH

Perubahan dari empat persero yang selama ini menyelenggara-kan program jaminan sosial menjadi 2 BPJS sudah menjadi perintah Undang-Undang, karena itu harus dilaksanakan. Perubahan yang multidimensi tersebut harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar berjalan sesuai dengan ketentuan UU BPJS.

DPR dan para pemangku kepentingan harus mengawal pelaksanaan UU BPJS dan UU SJSN, agar pelaksanaan jaminan sosial yang menyeluruh tidak tertunda lagi, seperti halnya pelaksanaan UU SJSN yang tidak menentu selama lebih dari 7 tahun.

Tugas utama Pemerintah adalah menyusun peraturan pelaksana-an UU SJSN dan UU BPJS, serta menetapkan standar, prosedur dan kriteria yang terkait dengan pelayanan publik di bidang jaminan sosial.

Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) ditugasi oleh UU BPJS untuk menyiapkan berbagai hal yang diperlukan untuk berjalannya proses transformasi atau perubahan

2 Keputusan Menko Kesra No. 17 Tahun 2012 tentang Tim Penyiapan Pelaksanaan BPJS: Menteri Sekretaris Negara, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Sekretaris Kabinet, Kepala Polisi RI.

Catatan Akhir Tahun 2011

Page 35: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero18

dari Persero menjadi BPJS dengan status badan hukum publik. Perubahan tersebut mencakup struktur, mekanisme kerja dan juga kultur kelembagaan.

Mengubah struktur, mekanisme kerja dan kultur kelembagaan yang lama, yang sudah mengakar dan dirasakan nyaman, sering menjadi kendala bagi penerimaan struktur, mekanisme kerja dan kultur kelembagaan yang baru, meskipun hal tersebut ditentukan dalam Undang-Undang.

Untuk itu diperlukan komitmen yang kuat dari mereka yang dipercaya mengemban tugas menyiapkan perubahan tersebut. Sebagai profesional tentu mereka paham bagaimana caranya mengatasi berbagai persoalan yang timbul dalam proses perubahan tersebut, dan bagaimana harus bertindak pada waktu yang tepat untuk membuat perubahan berjalan tertib efektif, efisien dan lancar sesuai dengan rencana.

Perubahan yang dipersiapkan dengan cermat, fokus pada hasil dan berorientasi pada proses implementasi Peraturan Perundang-undangan secara taat asas dan didukung oleh pemangku kepentingan, akan membuat reformasi jaminan sosial dan pembentukan BPJS memberi harapan yang lebih baik untuk pemenuhan hak konstitu-sional setiap orang atas jaminan sosial.

Page 36: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

19

baGian perTamauu bPjs

Page 37: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero20

Page 38: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

21

PERTAMA

uu bpJs melaksanakan uu sJsn

UU BPJS adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN. UU BPJS melaksanakan Pasal 5 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN (UU SJSN) pasca putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara Nomor 07/PUU/III/2005.

MATERI MUATAN

UU BPJS memuat materi pokok yang dikelompokkan ke dalam 18 bab dan terdiri dari 71 pasal. UU BPJS mengatur dua hal, yaitu tatakelola BPJS, pendaftaran kepesertaan dan pembayaran iuran. UU BPJS menetapkan pembentukan BPJS.

bab PErtama Bab pertama terdiri dari empat pasal, mengatur ketentuan umum,

asas dan prinsip penyelenggaraan SJSN, serta tujuan BPJS. Ketentuan umum berisi batasan pengertian atau definisi-definisi terkait tatacara penyelenggaraan program jaminan sosial. Bab pertama mengatur kembali asas dan prinsip penyelenggaraan SJSN yang telah diatur dalam UU SJSN.

bab KEduaBab kedua terdiri dari dua pasal, mengatur pembentukan dua

BPJS dan ruang lingkup BPJS. BPJS Kesehatan menyelenggarakan satu program, yaitu jaminan kesehatan. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 program terdiri dari jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

bab KEtigaBab ketiga terdiri dari dua pasal dan mengatur status dan

21

Page 39: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero22

tempat kedudukan BPJS. Status BPJS adalah badan hukum publik berkedudukan di ibu kota Negara RI dan bertanggungjawab kepada Presiden.

bab KEEmPatBab keempat terdiri dari lima pasal dan mengatur fungsi, tugas,

wewenang, hak dan kewajiban BPJS. Pembagian fungsi BPJS sesuai dengan ruang lingkupnya dan dilaksanakan dalam serangkaian tugas dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.

bab KElimaBab kelima terdiri dari enam pasal, mengatur pendaftaran peserta

dan pembayaran iuran. Sebagaimana diatur dalam UU SJSN, bab ini mengatur kembali kepesertaan wajib bagi setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Bab ini mengatur pula tatacara pendaftaran, pembayararan iuran dan tatacara pengenaan sanksi.

bab KEEnamBab keenam terdiri dari lima pasal, mengatur organ BPJS yang

terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi. Bab ini mengatur struktur organisasi beserta fungsi dan wewenang BPJS.

bab KEtujuHBab ketujuh terdiri dari sebelas pasal, mengatur persyaratan, tata

cara pemilihan dan penetapan dan pemberhentian anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi.

bab KEdElaPanBab kedelapan terdiri dari dua pasal, mengatur pertanggung-

jawaban BPJS. Pertanggungjawaban BPJS terdiri dari pertanggung-jawaban atas kinerja BPJS dan pertanggungjawaban atas kerugian yang ditimbulkan oleh BPJS akibat kesalahan pengelolaan dana jaminan sosial.

Page 40: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

23

bab KEsEmbilanBab kesembilan terdiri dari satu pasal, mengatur pengawasan

terhadap BPJS. Pengawasan terhadap BPJS terdiri dari pengawasan eksternal dan pengawasan internal.

bab KEsEPuluHBab kesepuluh terdiri dari lima pasal dan mengatur aset BPJS

dan aset dana jaminan sosial. Bab ini mengatur pemisahan aset yang dikelola oleh BPJS dan biaya operasional BPJS.

bab KEsEbElasBab kesebelas terdiri dari dua pasal, mengatur pembubaran

BPJS.

bab KEdua bElasBab kedua belas terdiri dari tiga pasal, mengatur penyelesaian

sengketa. Bab ini mengatur tatacara penyelesaian pengaduan, penyelesaian sengketa melalui mediasi dan penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

bab KEtiga bElasBab ketiga belas terdiri dari satu pasal, mengatur hubungan BPJS

dengan lembaga lain.

bab KEEmPat bElasBab keempat belas terdiri dari dua pasal, mengatur larangan bagi

anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi. Bab ini mengatur pula sanksi administratif dan tatacara pengenaannya kepada anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi.

bab KElima bElasBab kelima belas terdiri dari dua pasal, mengatur ketentuan

pidana yang dikenakan kepada Anggota Dewan Pengawas, Anggota Direksi dan Pemberi Kerja yang melanggar ketentuan UU BPJS dan UU SJSN.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 41: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero24

bab KEEnam bElasBab keenam belas terdiri dari satu pasal dan mengatur ketentuan

lain. Ketentuan lain dalam bab ini mencakup ketentuan tentang permintaan Presiden mengenai laporan BPJS, kebijakan khusus Pemerintah untuk menjamin kelangsungan program jaminan sosial, serta tindakan khusus Pemerintah untuk menjaga kesehatan keuangan dan kesinambungan penyelenggaraan program jaminan sosial.

bab KEtujuH bElasBab ketujuh belas terdiri dari satu pasal, mengatur peralihan PT.

Askes (Persero), PT. Jamsostek (Persero), PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) menjadi BPJS.

bab KEdElaPan bElasBab kedelapan belas terdiri 14 pasal, mengatur ketentuan

penutup. Ketentuan penutup mengatur tatacara penutupan PT. Askes (Persero), PT. Jamsostek (Persero) dan tatacara pengalihan program, aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajibannya ke BPJS. Bab ini mengatur pula pencabutan peraturan perundang-undangan yang mengatur kedua Persero tersebut. Perpanjangan waktu pengalihan program-program yang diselenggarakan oleh PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.

DUAPULUH SATU PERATURAN PELAKSANAAN

UU BPJS belum sepenuhnya operasional karena masih harus dilengkapi dengan peraturan pelaksanaan. DPR dan Pemerintah selaku Pembentuk UU BPJS masih menyisakan pekerjaan lanjut yang harus diselesaikan untuk mengoperasionalkan UU BPJS.

Duapuluh satu Pasal UU BPJS mendelegasikan pengaturan lanjut ke duapuluh satu peraturan pelaksanaan. Peraturan pelaksanaan UU BPJS harus selesai diundangkan sebelum BPJS Kesehatan atau BPJS Ketenagakerjaan beroperasi.

Keduapuluh satu pasal tersebut mendelegasikan pengaturan teknis ke 8 (delapan) Peraturan Pemerintah, 8 (delapan) Peraturan

Page 42: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

25

Presiden, 1 (satu) Keputusan Presiden, 1 (satu) Peraturan BPJS, 2 (dua) Peraturan Direksi dan 1 (satu) Peraturan Dewan Pengawas.

Duapuluh satu pasal UU BPJS mendelegasikan pengaturan teknis operasional ke peraturan di bawah undang-undang. Daftar pasal UU BPJS dan pendelegasiannya tertera pada tabel 1.

Delapan pasal mendelegasikan ke dalam Peraturan Pemerintah untuk mengatur delapan hal di bawah ini:

1). tata cara pengenaan sanksi administratif kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara dan setiap orang yang tidak mendaftarkan diri kepada BPJS; pendelegasian dari pasal 17 ayat (5).

2). besaran dan tata cara pembayaran iuran program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian; pendelegasian dari pasal 19 ayat (5) huruf b.

3). sumber aset BPJS dan penggunaannya; pendelegasian dari pasal 41 ayat (3).

4). sumber aset dana jaminan sosial dan penggunaannya; pen-delegasian dari pasal 43 ayat (3).

5). persentase dana operasional BPJS dari iuran yang diterima dan/atau dari dana hasil pengembangan; pendelegasian dari pasal 45 ayat (2).

6). tata cara hubungan BPJS dengan lembaga-lembaga di dalam negeri dan di luar negeri, serta bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi/lembaga internasional; pendele-gasian dari pasal 51 ayat (4).

7). tatacara pengenaan sanksi administratif kepada anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar ketentuan larangan; pendelegasian dari pasal 53 ayat (4).

8). tata cara pengalihan program Asuransi Sosial Angkatan Ber-senjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun dari PT. ASABRI (Persero) dan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT. TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan; pendelegasian dari pasal 66.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 43: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero26

Delapan pasal mendelegasikan ke Peraturan Presiden untuk mengatur tujuh hal di bawah ini:

1). tata cara penahapan kepesertaan wajib bagi Pemberi Kerja untuk mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti; pendelegasian dari pasal 15 ayat (3).

2). besaran dan tata cara pembayaran Iuran program jaminan kesehatan; pendelegasian dari pasal 19 ayat (5) huruf a.

3). tata cara pemilihan dan penetapan Dewan Pengawas dan Direksi; pendelegasian dari pasal 31.

4). tata cara pemilihan dan penetapan calon anggota Pengganti Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi antarwaktu; pendelegasian dari pasal 36 ayat (5).

5). bentuk dan isi laporan pengelolaan program; pendelegasian dari pasal 37 ayat (7).

6). gaji atau Upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi; pendelegasian dari pasal 44 ayat (8).

7). daftar pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasional Kementerian Pertahanan, TNI dan POLRI dan tidak dialihkan kepada BPJS Kesehatan; pendelegasian dari pasal 57 huruf c dan pasal 60 ayat (2) huruf b.

Satu pasal mendelegasikan ke keputusan Presiden untuk menetapkan keanggotaan panitia seleksi untuk memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi; pendelegasian dari pasal 28 ayat (3).

Satu pasal mendelegasikan ke Peraturan BPJS untuk mengatur pembentukan unit pengendali mutu dan penanganan pengaduan Peserta serta tatakelolanya; pendelegasian dari pasal 48 ayat (3). Mengingat mekanisme pengendalian mutu dan penanganan pengaduan peserta merupakan hal yang berbeda, maka keduanya diatur dalam dua Peraturan BPJS yang terpisah.

Page 44: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

27

Dua pasal mendelegasikan ke Peraturan Direksi untuk mengatur:1). tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Direksi;

pendelegasian dari pasal 24 ayat (4).2). gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi

karyawan BPJS; pendelegasian dari pasal 44 ayat (7).

Satu pasal mendelegasikan ke Peraturan Dewan Pengawas untuk mengatur tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Dewan Pengawas.

UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan mengatur bahwa penetapan Peraturan Pemerintah dimaksudkan untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya, yaitu untuk melaksanakan perintah Undang-Undang atau untuk menjalankan Undang-Undang sepanjang diperlukan dengan tidak menyimpang dari materi yang diatur dalam Undang-Undang yang bersangkutan. Hamid S. Attamimi mengingatkan Peraturan Pemerintah tidak boleh mengubah materi yang ada dalam Undang-Undang yang dijalankannya, tidak menambah, tidak mengurangi, dan tidak menyisipi sesuatu ketentuan, serta tidak memodifikasi materi dan pengertian yang telah ada dalam Undang-Undang yang menjadi induknya.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 45: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero28

Tabel 1: Daftar Pasal UU BPJS Tahun 2011 dan Pendelegasiannya

Catatan :• Pendelegasian Pasal 57 huruf c dan Pasal 60 ayat (2) huruf b diatur dalam satu Peraturan

Presiden.• Pendelegasian Pasal 48 ayat (3) diatur dalam dua Peraturan BPJS.• Dengan demikian keseluruhan Peraturan Pelaksanaan UU SJSN terdiri dari 8 PP, 7 PerPres,

1 KepPres, 2 Peraturan BPJS, 2 Peraturan Direksi, 1 Peraturan Dewan Pengawas.

Page 46: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

29

KEDUA

MATERI MUATAN UU BPJS MELUAS

UU BPJS memperluas pendelegasian Pasal 5 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN (UU SJSN) pasca putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara Nomor 07/PUU/III/2005. Perluasan norma dalam UU BPJS mencakup pengulangan pengaturan UU SJSN dan penambahan norma yang tidak dimuat dalam UU SJSN.

PENGULANGAN MATERI UU SJSN

UU BPJS mengulang kembali tiga ketentuan norma yang telah diatur dalam UU SJSN. Ketiga ketentuan tersebut adalah: 1). pendaftaran peserta (UU BPJS Pasal 14 dan 15);2). pembayaran iuran jaminan kesehatan (UU BPJS Pasal 19 ayat (5)

huruf a);3). pembayaran iuran jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,

jaminan pensiun dan jaminan kematian (UU BPJS Pasal 19 ayat (5) huruf b).

UU BPJS mengatur pendaftaran peserta dan pembayaran iuran dalam bab tersendiri, yaitu Bab V, Pasal 14 sampai dengan Pasal 19. Pengaturan dalam Bab V UU BPJS mempertegas dan memperkuat ketentuan dalam Bab V UU SJSN yang mengatur mengenai kepesertaan dan iuran.

UU BPJS mengatur ketentuan sanksi bagi kelalaian pendaftaran peserta dan pembayaran iuran. Ketentuan sanksi seharusnya tidak diatur dalam UU BPJS karena UU SJSN tidak mengaturnya dan tidak mendelegasikan pengaturan lanjut ke UU BPJS.

mEnyatuKan dalam PErPEl uu sjsnKetentuan mengenai pendaftaran peserta dan pembayaran iuran

dalam kedua UU tersebut tidak saling bertentangan, bahkan yang

29

Page 47: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero30

terakhir memperkuat yang sebelumnya. Oleh karena itu, Pemerintah tidak perlu mengajukan usul penghapusan Bab V UU BPJS kepada DPR. Yang perlu dilakukan sekarang ialah menyusun peraturan pelaksanaan kedua UU tersebut secara rinci, jelas dan harmonis, sehingga SJSN dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

Penyatuan pengaturan materi muatan pendelegasian UU SJSN dan UU BPJS yang serumpun adalah sebagai berikut:1). Pelaksanaan pendelegasian Pasal 15 ayat (3) UU BPJS disatukan

dengan pelaksanaan pendelegasian Pasal 13 ayat (2) UU SJSN dalam Peraturan Presiden tentang tata cara penahapan kepesertaan.

2). Pelaksanaan pendelegasian Pasal 19 ayat (5) huruf a UU BPJS disatukan dengan pelaksanaan pendelegasian Pasal 27 ayat (5), Pasal 28 ayat (2) UU SJSN dalam Peraturan Presiden tentang jaminan kesehatan.

3). Pelaksanaan pendelegasian Pasal 19 ayat (5) huruf b UU BPJS disatukan dengan pelaksanaan pendelegasian Pasal 34 ayat (4) UU SJSN dalam Peraturan Pemerintah tentang jaminan kecelaka-an kerja.

4). Pelaksanaan pendelegasian Pasal 19 ayat (5) huruf b UU BPJS disatukan dengan pelaksanaan pendelegasian Pasal 38 ayat (3) UU SJSN dalam Peraturan Pemerintah tentang jaminan hari tua.

5). Pelaksanaan pendelegasian Pasal 19 ayat (5) huruf b UU BPJS disatukan dengan pelaksanaan pendelegasian Pasal 42 ayat (2) UU SJSN dalam Peraturan Pemerintah tentang jaminan pensiun.

6). Pelaksanaan pendelegasian Pasal 19 ayat (5) huruf b UU BPJS disatukan dengan pelaksanaan Pasal 46 ayat (4) UU SJSN dalam Peraturan Pemerintah tentang jaminan kematian.

Page 48: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

31

Tabel 2 : Duplikasi Peraturan UU BPJS dan UU SJSN

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 49: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero32

KETIGA

Delapan peraTuran pemerinTah

1. PP tEntang tata Cara PEngEnaan sanKsi administratiF

UU BPJS mendelegasikan pengaturan rinci mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif ke Peraturan Pemerintah oleh Pasal 17 ayat (5). Peraturan Pemerintah dibentuk untuk merinci lebih lanjut ketentuan-ketentuan pokok pengenaan sanksi administratif oleh BPJS, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Ketentuan-ketentuan pokok pengenaan sanksi administratif diatur dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 ayat (1), pasal 17 ayat (2), Pasal 17 ayat (3), dan pasal 17 ayat (4) UU BPJS.

POKOK-POKOK KEtEntuan PEngEnaan sanKsi administratiF

(1). subyek yang dikenakan sanksiTerdapat dua subyek yang dikenakan sanksi. Pertama, adalah

pemberi kerja selain penyelenggara Negara yang tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti, dan/atau tidak memberikan data dirinya dan pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

Kedua, adalah setiap orang, selain pemberi kerja dan pekerja, serta penerima bantuan iuran, yang memenuhi persyaratan kepesertaan jaminan sosial yang tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta kepada BPJS, dan/atau memberikan data mengenai dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

32

Page 50: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

33

(2). jenis sanksi administratifTerdapat tiga jenis sanksi administratif yang dapat dikenakan

kepada peserta, yaitu teguran tertulis, denda atau tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu. Penjelasan Pasal 17 ayat (2) huruf c menjelaskan bahwa pelayanan publik antara lain pemrosesan izin usaha, izin mendirikan bangunan, bukti kepemilikan hak tanah dan bangunan.

(3). Pihak berwenang mengenakan sanksi administratifBPJS, Pemerintah dan Pemerintah Daerah berwewenang me-

ngenakan sanksi administratif kepada peserta. BPJS berwewenang mengenakan sanksi teguran tertulis dan/atau denda. Pemerintah atau Pemerintah Daerah berwewenang mengenakan sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu.

Peraturan Pemerintah mengatur tata cara pengenaan sanksi administratif oleh BPJS, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Nama Peraturan Pemerintah disarankan adalah “Tata Cara Pengenaan Sanksi

Administratif bagi Pelanggar Kewajiban Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),

serta Pasal 16 UU BPJS.”

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

Penulis mengusulkan Peraturan Pemerintah ini memuat tujuh tahap dalam satu kesatuan tata cara pengenaan sanksi administratif, sebagai berikut:

(1). Kriteria untuk menilai terjadinya kelalaianPP memuat kriteria sebagai tolok ukur untuk mengukur kelalaian

dalam mendaftarkan diri dan kelalaian dalam penyampaian data diri. Pertama adalah kriteria yang berfungsi menilai kelalaian pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya untuk secara bertahap mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS. Kedua adalah kriteria untuk menilai pemberi kerja telah memberikan data dirinya dan pekerjanya secara tidak benar dan tidak lengkap.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 51: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero34

(2). Cara memperoleh dugaan pelanggaranDugaan adanya pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 15 ayat

(1) dan ayat (2) atau Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) diperoleh dengan dua cara. Pertama, diperoleh dari laporan tertulis disertai bukti yang cukup dari pihak yang kepentingannya dirugikan kepada BPJS. Kedua, dari hasil pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPJS atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya.

(3). tindak lanjut pelaporan oleh bPjs BPJS wajib menindaklanjuti laporan tertulis dari pihak yang

kepentingannya dirugikan atau hasil pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja, dalam waktu paling lama 3 hari setelah laporan atau hasil pengawasan dan pemeriksaan diterima, dengan memanggil pihak yang bersangkutan untuk diminta keterangannya.

(4). Kesempatan untuk memenuhi kewajibanSebelum BPJS memutuskan untuk mengenakan sanksi, kepada

yang bersangkutan terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk memenuhi kewajibannya secara sukarela. Apabila yang bersangkutan tidak mau memenuhi kewajibannya secara sukarela, barulah sanksi dikenakan kepada yang bersangkutan.

(5). syarat penjatuhan sanksiSanksi administratif hanya dapat dijatuhkan kepada pemberi kerja

atau kepada setiap orang selain pemberi kerja, pekerja dan Penerima Bantuan Iuran jika:

1). BPJS dapat membuktikan bahwa yang bersangkutan berdasarkan alat bukti yang sah ternyata tidak memenuhi kewajiban yang ditentukan dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) atau Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) UU BPJS;

2). kepada yang bersangkutan telah diberi kesempatan yang cukup untuk membela diri;

3). yang bersangkutan tidak mau memenuhi kewajibannya.

Page 52: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

35

(6). Cara pengenaan teguran tertulis atau dendaSanksi admistratif diberikan secara bertingkat, mulai dari teguran

tertulis, kemudian dikenakan sanksi denda yang jumlahnya ditetapkan sesuai dengan berat ringan kesalahan yang bersangkutan.

(7). Cara pengenaan sanksi “tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu”

Dalam hal sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada peserta adalah “tidak mendapat pelayanan publik tertentu”. BPJS menyampaikan permintaan pengenaan sanksi tersebut kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang berwenang memberikan pelayanan publik tertentu.

Permintaan dari BPJS tersebut disampaikan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang berwenang dalam waktu yang ditetapkan setelah BPJS memutuskan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 15 ayat (1) atau Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) UU BPJS, yang dilakukan oleh pemberi kerja atau oleh setiap orang yang bukan pemberi kerja, pekerja atau Penerima Bantuan Iuran.

Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam waktu yang ditetapkan menindaklanjuti permintaan BPJS, dengan memanggil pihak yang bersangkutan untuk diminta keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri, sebelum mengenakan sanksi kepada yang bersangkutan. BPJS diberikan tembusan hasil tindak lanjut permintaan BPJS.

2. PP tEntang bEsaran dan tata Cara PEm-bayaran iuran sElain PrOgram jaminan KEsEHatan

Pasal 19 ayat (5) huruf b menentukan, ”Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran dan tata cara pembayaran iuran selain program jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah.” UU BPJS memuat pokok-pokok ketentuan mengenai besaran dan tatacara pembayaran iuran dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UU BPJS.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 53: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero36

Pokok-pokok ketentuan mengenai besaran dan tatacara pembayaran iuran adalah sebagai berikut:1). Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban

peserta dari pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.3 2). Pemberi kerja wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi

tanggung jawabnya kepada BPJS.4 3). Peserta yang bukan Pekerja dan bukan Penerima Bantuan Iuran

wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.5

4). Pemerintah membayar dan menyetor iuran untuk Penerima Bantuan Iuran kepada BPJS.6

Merujuk pada ketentuan tersebut, maka ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi besaran dan tata cara pembayaran iuran program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian, yang dibayarkan oleh pemberi kerja, oleh peserta yang bukan pekerja dan bukan Penerima Bantuan Iuran dan oleh Pemerintah untuk Penerima Bantuan Iuran.

Selain UU BPJS, UU SJSN juga mengatur dan mendelegasikan pengaturan lanjut mengenai besaran dan tata cara pembayaran iuran ke Peraturan Pemerintah. Duplikasi muatan materi UU SJSN dan UU BPJS, serta kesetaraan pendelegasian pengaturan lanjut, memberi peluang untuk tidak mengundangkan dua PP tentang iuran dan tatacara pembayaran iuran. Materi muatan tersebut cukup diatur dalam PP Jaminan Kecelakaan Kerja, PP Jaminan Pensiun, PP Jaminan Hari Tua dan PP Jaminan Kematian.

Jika besaran iuran dan tatacara pembayarannya ingin diatur tersendiri, Penulis mengusulkan nama rancangan Peraturan Pemerintah ini adalah “RPP tentang Besaran dan Tata Cara Pembayaran Iuran Selain Program Jaminan Kesehatan”.

3 UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 19 ayat (1)4 Ibid, Pasal 19 ayat (2)5 Ibid, Pasal 19 ayat (3)6 Ibid, Pasal 19 ayat (4)

Page 54: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

37

POKOK-POKOK matEri muatan

UU No. 24 Tahun 2011 mengelompokkan ketentuan mengenai besaran iuran dan tata cara pembayaran iuran berdasarkan jenis pekerjaan dan pembayar iuran. Kelompok pertama adalah pekerja, yaitu setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. Kelompok kedua adalah individu yang bukan Pekerja dan bukan Penerima Bantuan Iuran7. Oleh karenanya, PP ini mengatur ketentuan iuran untuk dua kelompok peserta berdasarkan jenis pekerjaannya.

(1) iuran bagi PekerjaBesaran iuran program jaminan kesehatan proporsional terhadap

upah.8 PP menetapkan nilai persentase untuk penghitungan masing-masing program, batas bawah upah serta batas atas upah sebagai dasar penghitungan besaran iuran.

Besaran iuran program jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian tidak dipengaruhi oleh risiko lingkungan kerja9.

Besaran iuran program jaminan kecelakaan kerja dipengaruhi oleh risiko lingkungan kerja, semakin tinggi risiko kerja maka semakin tinggi besaran iurannya.10 Oleh karena itu, proporsi upah bagi penghitungan iuran program jaminan kecelakaan kerja dibedakan berdasarkan kelompok risiko kerja. PP menetapkan tingkatan kelompok risiko. Rincian masing-masing kelompok risiko lingkungan kerja dicantumkan dalam lampiran.

Pembayar iuran sesuai dengan ketentuan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN, sebagai berikut:1). Ditanggung oleh pemberi kerja untuk jaminan kecelakaan

kerja,11

7 Ibid, Pasal 1 angka 8 menetapkan bahwa, “Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.”

8 UU No. 40 Tahun 2004, Pasal 34 ayat (3), Pasal 38 ayat (1), Pasal 42 ayat (1), Pasal 46 ayat (2)

9 Ibid, Pasal 38 ayat (1), Pasal 42 ayat (1), Pasal 46 ayat (2)10 Ibid, Pasal 34 ayat (3) 11 Ibid, Pasal 34 ayat (1)

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 55: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero38

2). Ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja untuk jaminan hari tua, dengan menetapkan pembagian tanggung jawab antara pemberi kerja dan pekerja,12

3). Ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja untuk jaminan pensiun, dengan menetapkan pembagian tanggung jawab antara pemberi kerja dan pekerja13

4). Ditanggung oleh pemberi kerja untuk jaminan kematian.14

(2) iuran bagi bukan Pekerja dan bukan Penerima bantuan iuranMerujuk UU SJSN, peserta bukan Pekerja dan bukan Penerima

Bantuan Iuran disebut sebagai “Peserta yang tidak menerima upah”. Besaran iuran bagi peserta kelompok ini adalah dalam jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh Pemerintah.15

Untuk menghindari disparitas yang lebar antar jenis pekerjaan, PP ini hendaknya mengatur formula perhitungan besaran iuran dan menghindari penetapan nilai nominal. Jika terpaksa menetapkan nilai nominal, hendaknya nilai nominal tidak hanya satu bagi seluruh kelompok peserta ini, melainkan dibedakan sesuai kelompok pekerjaan.

Besaran iuran untuk masing-masing kelompok pekerja ditampilkan dalam tabel iuran. Pengelompokan didasarkan kepada kesamaan jenis pekerjaan (misalnya kelompok pedagang, petani, nelayan, pengrajin, usaha mikro kecil, profesional praktek mandiri, dan lainnya). Tabel iuran dan kelompok pekerjaan dicantumkan dalam lampiran.

Peserta yang tidak menerima upah tidak dapat mengikuti program jaminan pensiun. Batasan ini bersumber pada Pasal 40 dan Pasal 1 angka 11 UU No. 40 Tahun 2004. Pasal 40 membatasi kepesertaan program jaminan pensiun bagi pekerja yang telah membayar iuran. Pasal 1 angka 11, definisi pekerja secara tegas dinyatakan sebagai

12 Ibid, Pasal 38 ayat (1)13 Ibid, Pasal 42 ayat (1)14 Ibid, Pasal 46 ayat (1)15 Ibid, Pasal 34 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 46 ayat (3).

Page 56: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

39

“setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.”

Peserta yang tidak menerima upah masih mungkin mengikuti program jaminan pensiun sepanjang ketentuan tersebut di atas dimaknai bahwa yang bersangkutan menerima upah dari dirinya sendiri sebagai pemberi kerja (pekerja mandiri). Hal ini perlu ditelaah lebih lanjut dari aspek yuridis maupun aspek ekonomi dan sosial.

(3) tata cara pembayaran iuran bagi PekerjaTata cara pembayaran iuran oleh Pekerja mengikutsertakan peran

aktif Pemberi Kerja. Usulan pengaturan adalah sebagai berikut:1). Setiap Pemberi Kerja wajib memotong upah/gaji pekerjanya

untuk iuran jaminan sosial yang menjadi kewajiban Pekerja, menambahkan iuran yang menjadi kewajiban Pemberi Kerja dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti.

2). Pembayaran iuran oleh Pemberi Kerja sebagaimana dimaksud angka 1) dilakukan setiap bulan dan dibayar lunas, paling lambat pada tanggal yang ditetapkan bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan.

3). BPJS menghitung kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran dari Pemberi Kerja.

4). Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja yang bersangkutan dalam waktu yang ditetapkan setelah diterimanya iuran.

5). Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran tersebut di-perhitungkan dengan pembayaran iuran bulan berikutnya.

6). Dalam hal Pemberi Kerja menunggak, macet membayar atau kekurangan membayar iuran, BPJS melakukan penagihan dengan mengeluarkan surat penagihan kepada pemberi kerja.

7). Dalam surat penagihan tersebut dicantumkan secara jelas jumlah iuran yang tertunggak, macet atau kurang dibayar, denda yang harus dibayar, dan waktu pembayarannya kepada BPJS.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 57: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero40

8). Pembayaran denda dilakukan bersama-sama dengan pem-bayaran iuran bulan berikutnya.

9). Iuran dan denda yang belum dibayar oleh Pemberi Kerja kepada BPJS merupakan piutang BPJS terhadap Pemberi Kerja yang bersangkutan.

10). Pembayaran dapat dilakukan melalui pembayaran langsung di Kantor BPJS Ketenagakerjaan, transfer via bank, transfer menggunakan ATM atau transfer elektronik lainnya.

(4) tata cara pembayaran iuran bagi Peserta bukan Pekerja dan bukan Penerima bantuan iuran

Peserta yang tergolong bukan Pekerja dan bukan Penerima Bantuan Iuran, wajib membayarkan sendiri iuran kepada BPJS. Selebihnya, tata cara pembayaran iuran bagi Peserta tergolong Pekerja secara mutatis mutandis berlaku bagi Peserta dari kelompok bukan pekerja dan bukan penerima bantuan iuran.

Tata cara pengumpulan iuran yang murah, mudah dan aman bagi peserta kelompok ini perlu dikembangkan. BPJS didorong untuk mengembangkan teknik pembayaran jarak jauh termasuk pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk pembayaran elektronik. Pembayaran dengan kartu prabayar (re-loaded prepaid card) yang dapat diisi di kantor pos, bank, bahkan otlet-otlet terpilih dapat menjadi pilihan bagi Peserta individu untuk membayar iuran secara teratur, murah dan mudah.

BPJS diberi peluang untuk bekerjasama dengan organisasi kemasyarakatan atau perkumpulan profesi dalam pemungutan dan pembayaran iuran. Peserta individu didorong untuk berkelompok, misalnya paguyuban pengemudi angkutan perkotaan/perdesaan, perkumpulan pedagang pasar, perkumpulan dokter, persatuan artis, dan lainnya. BPJS diperkenankan untuk memberi insentif bagi pemungut iuran di perkumpulannya.

Pemungutan dan pengumpulan iuran dapat melalui pembayaran rekening, misalnya rekening listrik, rekening air bersih. BPJS diberi

Page 58: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

41

kewenangan untuk bekerja sama dengan jejaring Perusahaan Listrik Negara, jejaring Pengelola air minum, dan lainnya.

3. PP tEntang sumbEr dan PEnggunaan asEt bPjs

Pasal 41 ayat (3) menentukan, ”Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber dan penggunaan aset BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.” Pokok-pokok ketentuan mengenai kedua hal tersebut telah diatur dalam pengaturan Pasal 41 ayat (1) dan ayat (2) UU BPJS.Pasal 41 ayat (1) mengatur sumber-sumber aset BPJS, yaitu dari:1). modal awal dari Pemerintah yang merupakan kekayaan Negara

yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham;2). hasil pengalihan aset BUMN yang menyelenggarakan program

jaminan sosial;3). hasil pengembangan aset BPJS;4). dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial; dan/

atau5). sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Pasal 41 ayat (2) mengatur penggunaan aset BPJS untuk:1). biaya operasional penyelenggaraan program jaminan sosial;2). biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk

mendukung operasional penyelenggaraan jaminan sosial;3). biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan; dan4). investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Mencermati ulasan di atas, Peraturan Pemerintah mengatur lebih rinci sumber aset dan kriteria, serta tata cara penggunaan aset BPJS. Sesuai dengan pendelegasian Pasal 41 ayat (3), nama rancangan Peraturan Pemerintah disarankan adalah “RPP tentang Sumber dan Penggunaan Aset BPJS.”

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 59: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero42

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN RPP

Pokok-pokok pikiran materi muatan RPP tentang Sumber dan Penggunaan Aset BPJS adalah sebagai berikut:

(1) sumber aset bPjsPP mengatur tata cara pengalokasian dan penatausahaan sumber-

sumber aset BPJS, sebagai berikut:

Modal Awal dari PemerintahPasal 42 UU BPJS menetapkan bahwa Pemerintah mengalokasi-

kan modal awal yang merupakan kekayaan yang dipisahkan dan tidak terbagi dalam saham untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan masing-masing paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 yang bersumber dari APBN.

PP mengatur dengan rinci tatacara pengalokasian dan penata-usahaan modal awal tersebut dengan memerhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Perlu diatur untuk mengalokasikan modal awal sekaligus dalam APBN tahun 2013, agar modal awal dapat dicantumkan dalam posisi laporan keuangan pembukaan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang disahkan oleh Menteri Keuangan, tanggal 1 Januari 2014.

Pengalihan Aset BUMNPengalihan aset BUMN untuk menjadi aset BPJS, pengaturannya

sebagai berikut:1). Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham PT. Askes

(Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik, pada 31 Desember 2013.

2). Semua aset PT. Askes (Persero) dialihkan menjadi aset BPJS Kesehatan dan dengan mencantumkannya dalam laporan keuangan pembukaan BPJS Kesehatan.

3). Aset PT. Jamsostek (Persero) kecuali aset program jaminan pemeliharaan kesehatan dialihkan menjadi aset BPJS Ketenaga-

Page 60: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

43

kerjaan dan dengan mencantumkannya dalam laporan keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan.

4). Aset program jaminan pemeliharaan kesehatan PT. Jamsostek (Persero) dialihkan menjadi aset BPJS Kesehatan.

5). Tatacara pengalihan aset berikut pelaporan dan pengawasannya ditetapkan dengan rinci untuk dipergunakan sebagai pedoman pengalihan aset.

6). Penanggungjawab pengalihan aset ditetapkan dalam PP ini.7). Biaya-biaya yang timbul dalam pengalihan aset dibebankan

kepada Persero yang dialihkan dan besar biaya diusulkan oleh Direksi dan disetujui oleh Menteri BUMN. PT. Askes (Persero) menanggung biaya pengalihan PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan. PT. Jamsostek (Persero) menanggung biaya peng-alihan PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan dan pengalihan Program JPK-Jamsostek kepada BPJS Kesehatan.

Hasil Pengembangan Aset BPJSAset BPJS yang bersumber dari pengembangan aset BPJS

diperoleh dari hasil investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan,16 atau dari nilai lebih hasil pemindahtanganan aset BPJS.17

Dana OperasionalAset BPJS yang bersumber dari dana operasional yang diambil

dari Dana Jaminan Sosial ditetapkan secara proporsional dari iuran yang diterima BPJS dan/atau secara proporsional dari dana hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial 18.

Sumber lainAset BPJS yang bersumber dari sumber lain yang sah dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PP ini merinci sumber-sumber yang sah bagi aset BPJS.

16 Opcit Pasal 41 ayat (2) huruf d 17 Opcit Pasal 24 ayat (3) huruf f, g, dan h 18 Opcit Pasal 45 ayat (1)

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 61: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero44

(2) Penggunaan aset bPjs

Biaya operasional penyelenggaraan program jaminan sosialPenggunaan aset BPJS untuk biaya operasional penyelenggaraan

program jaminan sosial terdiri atas:1). biaya personel yang mencakup gaji atau upah dan manfaat

tambahan lainnya bagi Dewan Pengawas, Direksi dan karyawan termasuk insentif bagi karyawan19

2). biaya non personel, dirinci dengan lengkap dalam PP ini.

Pengadaan barang dan jasa Penggunaan aset BPJS untuk biaya pengadaan barang dan jasa

yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan jaminan sosial, terdiri atas:1). pengadaan gedung/kantor;2). pembangunan jejaring informasi berbasis teknologi;3). pendampingan ahli untuk meningkatkan kapasitas BPJS dalam

pengelolaan program jaminan sosial;4). dan selanjutnya.

Pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa yang ditetapkan oleh Direksi BPJS. 20

Peningkatan kapasitas pelayananPenggunaan aset BPJS untuk peningkatan kapasitas pelayanan

meliputi:1). pendidikan dan pelatihan keahlian;2). penelitian dan pengkajian;3). pengembanan sistem pelayanan;4). pengembangan sistem kendali mutu;5). dan selanjutnya.

19 Opcit Pasal 44 20 Opcit Pasal 24 ayat (3) huruf e dan ayat (4)

Page 62: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

45

Investasi dalam instrumen investasiPenggunaan aset BPJS untuk investasi dalam instrumen investasi

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan ketentuan:1). pengelolaan dan pengembangan aset BPJS dilakukan secara

optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.

2). mematuhi Peraturan Perundang-undangan di bidang investasi. 3). memperhatikan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial Nasional

yang diusulkan oleh DJSN. 4). Sumber dan penggunaan aset BPJS dicantumkan dalam rencana

kerja anggaran tahunan BPJS yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. 21

4. PP tEntang sumbEr dan PEnggunaan asEt dana jaminan sOsial

Pasal 43 ayat (3) menentukan, “Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber dan penggunaan aset Dana Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.” Pokok-pokok ketentuan mengenai hal tersebut diatur dalam Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2) UU BPJS.Pasal 43 ayat (1) mengatur sumber aset Dana Jaminan Sosial, yaitu:1). iuran jaminan sosial termasuk bantuan iuran;2). hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial;3). hasil pengalihan aset program jaminan sosial yang menjadi hak

peserta dari BUMN yang menyelenggarakan program jaminan sosial; dan

4). sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

21 Periksa Pasal 22 ayat (3) huruf a UU BPJS.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 63: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero46

Pasal 43 ayat (2) mengatur penggunaan aset Dana Jaminan Sosial untuk:1). pembayaran manfaat atau pembiayaan layanan jaminan sosial;2). dana operasional penyelenggaraan program jaminan sosial; dan3). investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Ruang lingkup materi muatan yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah ini meliputi penjabaran sumber aset Dana Jaminan Sosial dan tata cara penggunaan aset Dana Jaminan Sosial.

POKOK-POKOK MATERI MUATAN

(1). sumber aset dana jaminan sosialAset Dana Jaminan Sosial yang bersumber dari iuran jaminan

sosial termasuk bantuan iuran diperoleh dari:1). Iuran yang dibayar oleh peserta dan/atau oleh pemberi kerja;2). Bantuan iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi Penerima

Bantuan Iuran, yaitu fakir miskin dan orang yang tidak mampu, termasuk bagi perintis kemerdekaan dan veteran.22

Aset Dana Jaminan Sosial yang bersumber dari hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial, diperoleh dari investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (lihat Pasal 43 ayat (2) huruf c UU BPJS).

Aset Dana Jaminan Sosial yang bersumber dari pengalihan program jaminan sosial yang menjadi hak peserta dari BUMN yang menyelenggarakan program jaminan sosial, diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut:1). untuk Dana Jaminan Sosial bagi program jaminan kesehatan

diperoleh dari:a. pengalihan program jaminan kesehatan yang diselenggarakan

oleh PT. Askes (Persero) kepada BPJS Kesehatan, mulai 1 Januari 2014.

22 Periksa Pasal 8 PP No. 69 Tahun 1991

Page 64: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

47

b. pengalihan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero) kepada BPJS Kesehatan, pada 1 Januari 2014.

2). untuk Dana Jaminan Sosial bagi program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian diperoleh dari:a. pengalihan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari

tua, dan jaminan kematian yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero) kepada BPJS Ketenagakerjaan, pada 1 Januari 2014.23

b. pengalihan program jaminan pensiun yang diselenggarakan oleh PT. ASABRI (Persero) kepada BPJS Ketenagakerjaan, paling lambat pada tahun 2029.24

c. pengalihan program tabungan hari tua dan pembayaran pensiun dari PT. TASPEN (Persero) kepada BPJS Ketenaga-kerjaan, paling lambat tahun 2029.25

Aset Dana Jaminan Sosial yang bersumber dari sumber lain yang sah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diidentifikasi dan ditetapkan dalam PP ini.

(2). Penggunaan aset dana jaminan sosial

Pembayaran manfaat dan pembiayaan layanan Penggunaan aset Dana jaminan Sosial untuk pembayaran manfaat

atau pembiayaan layanan jaminan sosial dilaksanakan sesuai dengan UU SJSN dan peraturan pelaksanaannya, sebagai berikut:1). untuk manfaat dan tata laksana program jaminan kesehatan

merujuk kepada Pasal 19 – 28 UU SJSN dan Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan. 26

23 Periksa Pasal 62 ayat (2) huruf d UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. 24 Periksa Pasal 65 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. 25 Periksa Pasal 65 ayat (2) UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. 26 Periksa Pasal 22 ayat (3). Pasal 23 ayat (5) dan Pasal 26 UU No. 40 Tahun 2004

Tentang SJSN.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 65: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero48

2). untuk manfaat dan tata laksana program jaminan kecelakaan kerja, merujuk kepada Peraturan Pemerintah tentang Kecelakaan Kerja.27

3). untuk manfaat dan tata laksana program Jaminan Pensiun merujuk kepada Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Pensiun. 28

4). untuk manfaat dan tata laksana program Jaminan Pensiun merujuk kepada Peraturan Presiden tentang Manfaat Jaminan Pensiun.29

5). untuk manfaat dan tata laksana program Jaminan Kematian ditentukan merujuk kepada Pasal 45 ayat (1), Pasal 43 ayat (2) UU SJSN dan Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Kematian30.

6). Tata cara mengajukan permohonan memperoleh manfaat jaminan kematian mencakup pihak yang sah untuk mengajukan permohonan, dokumen pendukung, persetujuan pembayaran dan pembayaran manfaat.

Dana OperasionalPenggunaan aset Dana Jaminan Sosial untuk dana operasional

penyelenggaraan jaminan sosial, ditentukan sebagai berikut:1). Proporsional terhadap jumlah iuran yang diterima beserta dana

hasil pengembangannya setiap tahun, proporsi yang ditetapkan dalam RPP ini bermakna sebagai batas tertinggi.

2). rincian penggunaan aset Dana Jaminan Sosial untuk dana operasional penyelenggaraan jaminan sosial dicantumkan dalam rencana kerja anggaran tahunan BPJS yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.

3). Penggunaan dana memperhatikan kebijakan umum penyeleng-garaan SJSN yang dirumuskan oleh DJSN.

27 Periksa Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 32 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pasal 33 UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN.

28 Periksa Pasal 37 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN29 Periksa Pasal 41 ayat (8) UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN. 30 Periksa Pasal 45 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Page 66: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

49

InvestasiPenggunaan aset Dana Jaminan Sosial untuk investasi dalam

instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dilaksanakan dengan ketentuan:1). memenuhi kewajiban BPJS untuk mengelola dan mengembangkan

Dana Jaminan Sosial secara optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.

2). mematuhi Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pengembangan Dana Jaminan Sosial, sebagai pelaksanaan pasal 47 ayat (2) UU SJSN dan peraturan perundang-undangan di bidang investasi.

3). memperhatikan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial Nasional yang diusulkan oleh DJSN. 31

5. PP tEntang PErsEntasE dana OPErasiOnal bPjs

Pasal 45 ayat (2) menentukan, ”Ketentuan lebih lanjut mengenai persentase dana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.” Pokok-pokok ketentuan mengenai hal tersebut diatur dalam Pasal 41 ayat (1) huruf d dan Pasal 45 ayat (1) UU BPJS.

Pasal 41 ayat (1) huruf d dan Pasal 45 ayat (1) UU BPJS mengatur bahwa dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial ditentukan berdasarkan persentase iuran yang diterima dan/atau dari dana hasil pengembangan.

Ruang lingkup materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi tata cara penentuan persentase dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial.

31 Periksa Pasal 7 ayat (3) huruf b UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 67: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero50

POKOK-POKOK MATERI MUATAN

PP mengatur besarnya proporsi dana operasional dari iuran yang diterima BPJS beserta dana hasil pengembangan. Disarankan materi muatan mengenai hal ini dijadikan salah satu bagian atau Pasal RPP tentang Sumber dan Penggunaan Aset BPJS, karena materinya sangat erat hubungannya.

6. PP tEntang tata Cara Hubungan antara bPjs dEngan PEmErintaH dan Organisasi atau lEmbaga lain

Pasal 51 ayat (4) menentukan, ”Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara hubungan antar lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Pokok-pokok hubungan BPJS dengan lembaga lain diatur dalam Pasal 51 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU BPJS.1). Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan program

jaminan sosial, BPJS bekerja sama dengan lembaga Pemerintah;2). Dalam menjalankan tugasnya, BPJS dapat bekerja sama dengan

organisasi atau lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri;3). BPJS dapat bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota

organisasi atau anggota lembaga internasional apabila terdapat ketentuan bahwa anggota dari organisasi atau lembaga internasional tersebut mengharuskan atas nama Negara.

Ruang lingkup materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi tata cara hubungan antar lembaga, tata cara hubungan kerjasama antara BPJS dengan Pemerintah, dan antara BPJS dengan organisasi atau lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri.

Nama Rancangan Peraturan Pemerintah diusulkan “Tata Cara Hubungan BPJS dengan Lembaga Lain atau Tata Cara Hubungan antara BPJS dengan Pemerintah dan Organisasi atau Lembaga Lain.”

Page 68: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

51

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

BPJS bekerjasama dengan lembaga Pemerintah dengan maksud untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial. Sasaran peningkatan kualitas penyelenggaraan program mencakup: 1). lembaga penyelenggara jaminan sosial2). sumber daya manusia3). pelayanan kepada peserta/pemenuhan manfaat yang menjadi

hak Peserta4). pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial5). pengelolaan sistem informasi Jaminan Sosial Nasional 6). dukungan dan peran aktif masyarakat untuk memenuhi ke-

wajibannya dan membangun SJSN.

Lembaga Pemerintah yang bekerjasama dengan BPJS meliputi:1). Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang kesehatan, kesejahteraan sosial, pendidikan, pemerintahan dalam negeri, ketenagakerjaan, luar negeri, hukum dan HAM, pendayagunaan aparatur Negara dan reformasi birokrasi, keuangan, pertahanan, informasi dan komunikasi.

2). Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang kepegawaian, statistik, perbankan, penanaman modal, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, administrasi Negara.

Kerjasama dengan Pemerintah dilaksanakan melalui:1). fasilitasi di bidang pendidikan dan pelatihan keahlian, penelitian

dan pengembangan sistem, penyusunan dan penetapan standar pelayanan, pengelolaan data dan informasi jaminan sosial, serta penyediaan informasi kepada masyarakat

2). sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan umum penyelenggaraan SJSN

3). proses seleksi organ BPJS4). penyusunan perencanaan pembangunan dan anggaran.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 69: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero52

Dalam menjalankan tugasnya, BPJS dapat bekerjasama dengan organisasi atau lembaga lain di dalam negeri, di bidang:1). pendaftaran peserta;2). pemungutan dan pengumpulan iuran dari peserta dan pemberi

kerja;3). penerimaan bantuan iuran dari pemerintah;4). pengelolaan Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;5). pengumpulan dan pengelolaan data peserta program jaminan

sosial;6). pembayaran manfaat dan/atau pembiayaan pelayanan kesehatan

sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial;7). pemberian informasi mengenai penyelenggaraan program

jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat; 8). edukasi dan pembangunan dukungan serta peran aktif

masyarakat.

Organisasi atau lembaga lain yang dapat bekerjasama dengan BPJS, meliputi:1). organisasi profesi;2). organisasi masyarakat;3). organisasi sosial;4). lembaga pendidikan dan pelatihan;5). lembaga swadaya masyarakat;6). lembaga tradisional/adat;7). lembaga non pemerintah lainnya.

Dalam PP ini ditetapkan kriteria dan persyaratan bagi organisasi atau lembaga untuk dapat bekerjasama dengan BPJS. Proses seleksi organisasi dan lembaga lain yang akan diajak bekerjasama oleh BPJS dilakukan secara objektif, transparan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kerjasama BPJS dengan organisasi dan lembaga lain di dalam negeri dilaksanakan berdasarkan perjanjian tertulis yang memuat paling sedikit 5 (lima) hal ini:

Page 70: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

53

1). para pihak yang bekerja sama;2). ruang lingkup kerjasama;3). hak dan kewajiban para pihak;4). mekanisme penyelesaian perselisihan;5). jangka waktu berlakunya perjanjian.

Kerjasama BPJS dengan organisasi atau lembaga lain di luar negeri, dapat dilakukan dengan ketentuan:1). harus memenuhi prinsip mengutamakan kepentingan nasional,

dan tidak disertai ikatan politik atau ekonomi.2). jejaring dan kompetensi organisasi atau lembaga lain di luar

negeri tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas BPJS dalam menjalankan tugas BPJS.

3). organisasi atau lembaga yang bersangkutan mempunyai reputasi internasional dalam pengembangan sistem jaminan sosial.

4). dilaksanakan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien, serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kerjasama luar negeri.

BPJS dapat menjadi anggota organisasi atau lembaga inter-nasional di bidang jaminan sosial, dengan ketentuan keanggotaan dalam organisasi atau lembaga internasional tersebut bermafaat untuk menjalankan tugas BPJS dan tidak memberatkan biaya operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

Apabila terdapat ketentuan dalam statuta organisasi atau lembaga internasional tersebut bahwa keanggotaan dalam organisasi atau lembaga internasional tersebut harus atas nama Negara, BPJS dapat bertindak mewakili Negara, dengan ketentuan antara lain:1). BPJS menyampaikan rencananya untuk menjadi anggota

organisasi atau lembaga internasional di bidang Jaminan Sosial kepada Presiden melalui DJSN dengan menguraikan secara jelas alasan dan kemanfaatan yang diperoleh untuk kemajuan dalam menjalankan tugasnya.

2). DJSN mengkoordinasikan rencana dimaksud dengan Kemen-terian Luar Negeri dan kementerian teknis yang terkait.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 71: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero54

3). Berdasarkan hasil koordinasi tersebut DJSN melaporkan kepada Presiden mengenai rencana BPJS untuk menjadi anggota organisasi atau lembaga internasional mewakili Negara RI, untuk mendapat keputusan.

4). Keputusan Presiden tersebut disampaikan kepada BPJS untuk ditindaklanjuti.

7. PP tEntang tata Cara PEngEnaan sanKsi administratiF KEPada anggOta dEWan PEngaWas atau anggOta dirEKsi

Pasal 53 ayat (5) menentukan, ”Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Pokok-pokok ketentuan mengenai sanksi administratif diatur dalam Pasal 53 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UU BPJS sebagai berikut:1). anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar

ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf f UU BPJS dikenakan sanksi administratif.

2). pengenaan sanksi administratif dilakukan oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk.

3). sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara, dan/atau pemberhentian tetap.

Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e atau huruf f UU BPJS yang apabila dilanggar oleh anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi, mengakibatkan mereka dapat dikenakan sanksi administratif adalah:1). memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga antar anggota

Dewan Pengawas, antar anggota Direksi, dan antara anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi;

2). memiliki bisnis yang mempunyai keterkaitan dengan penyelenggaraan jaminan sosial;

Page 72: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

55

3). melakukan perbuatan tercela;4). merangkap jabatan sebagai anggota partai politik, pengurus

organisasi masyarakat atau organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan program jaminan sosial, pejabat struktural dan fungsional pada lembaga Pemerintah, pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya;

5). membuat atau mengambil keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan;

6). mendirikan atau memiliki seluruh atau sebagian badan usaha yang terkait dengan program jaminan sosial.

POKOK-POKOK MATERI MUATAN

Presiden menunjuk DJSN untuk mengenakan sanksi administratif kepada anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi yang melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud di atas. DJSN sebagai lembaga yang berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN dan bertanggungjawab kepada Presiden32, dengan keanggotaan yang merupakan cerminan dari pemangku kepentingan, sangat wajar ditunjuk untuk menjatuhkan sanksi administratif. Lebih-lebih lagi DJSN melakukan pengawasan eksternal kepada BPJS33.

Ruang lingkup materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi tata cara pengenaan sanksi administratif oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk.

Usulan tata cara pengenaan sanksi administratif adalah sebagai berikut:1). Setiap orang yang mengetahui bahwa anggota Dewan Pengawas

dan/atau anggota Direksi melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud di atas, melaporkan secara tertulis pelanggaran tersebut kepada DJSN, dengan ketentuan sebagai berikut:

32 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) 33 UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS Pasal 39 ayat (3) huruf a

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 73: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero56

a. pelapor menyebutkan identitasnya secara jelasb. dalam laporan disebutkan secara jelas identitas anggota

Dewan Pengawas atau anggota Direksi BPJS yang diduga melakukan pelanggaran

c. diuraikan secara jelas pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi BPJS

d. dilampiri alat bukti yang sah dan dokumen pendukung lainnya yang diperlukan untuk memperkuat dugaan terjadinya pelanggaran.

2). Dalam waktu yang ditetapkan setelah laporan diterima, DJSN memanggil pelapor untuk konfirmasi laporannya. Kepada pelapor diberikan kesempatan untuk melengkapi laporannya dan menambah bukti yang relevan dengan pelanggaran.

3). Dalam waktu yang ditetapkan setelah dilakukan konfirmasi laporan kepada pelapor, DJSN memanggil anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi BPJS sebagai terlapor untuk diminta keterangannya dan diberi kesempatan yang cukup untuk melakukan pembelaan diri.

4). DJSN dapat memanggil pelapor dan saksi yang diperlukan untuk diminta keterangannya.

5). DJSN mengambil keputusan atas laporan pelanggaran ketentuan larangan yang dilakukan oleh anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi dalam waktu yang ditetapkan setelah laporan diterima.

6). Dalam hal dugaan terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan larangan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, DJSN menyataan anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang bersangkutan tidak terbukti melakukan pelanggaran dan nama baiknya dipulihkan.

7). Dalam hal dugaan terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan larangan terbukti secara sah dan meyakinkan, DJSN menjatuhkan saksi administratif kepada anggota Dewan Pengawas atau ang-gota Direksi yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 74: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

57

a. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 52 huruf a, huruf c dan huruf e UU BPJS dikenakan sanksi administratif pemberhen-tian tetap.

b. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 52 huruf b, huruf d, dan huruf f dikenakan sanksi peringatan tertulis dan pemberhentian sementara.

c. apabila dalam waktu yang ditentukan peringatan tertulis tidak diindahkan, DJSN segera mengeluarkan peringatan tertulis kedua.

d. apabila dalam waktu yang ditentukan setelah peringatan tertulis kedua diberikan, anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang bersangkutan tetap tidak mengindahkan peringatan tertulis tersebut, DJSN mengenakan sanksi pemberhentian tetap kepada anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang bersangkutan.

e. DJSN menyampaikan laporan tertulis kepada Presiden tentang pengenaan sanksi administratif berupa pemberhentian sementara dan/atau pemberhentian tetap sebagaimana dimaksud di atas.

8. PP tEntang tata Cara PEngaliHan PrOgram asabri dan PEngaliHan PrOgram tasPEn KE bPjs KEtEnagaKErjaan

Pasal 66 menentukan, ”Ketentuan mengenai tata cara pengalihan program ASABRI dan program pembayaran pensiun PT. ASABRI (Persero) dan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Usulan nama PP ini adalah “PP tentang Tata Cara Pengalihan Program ASABRI dan Pembayaran Program Pensiun dari PT ASABRI (Persero) dan Pengalihan Program Tabungan Hari Tua dan Program Pembayaran Pensiun dari PT TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan”.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 75: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero58

Penjelasan pasal ini antara lain mengemukakan, ”Program ASABRI dan program pembayaran pensiun yang dialihkan dari PT. ASABRI (Persero) dan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun yang dialihkan dari PT. TASPEN (Persero) adalan bagian program yang sesuai dengan UU SJSN.”

Pasal terkait yang perlu diperhatikan ialah Pasal 65 UU BPJS yang menentukan sebagai berikut:1). PT. ASABRI (Persero) menyelesaikan pengalihan program ASABRI

dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029. Penjelasan ayat ini mengemukakan, ”PT. ASABRI (Persero) meyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014 yang antara lain memuat pengalihan program ASABRI dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.”

2). PT. TASPEN (Persero) menyelesaikan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT. TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029. Penjelasan ayat ini mengemukakan, ”PT. TASPEN (Persero) menyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014 yang antara lain memuat pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

Ruang lingkup materi muatan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah ini meliputi:1). Tatacara pengalihan program ASABRI dan program pembayaran

pensiun dari PT. ASABRI (Persero) 2). Tatacara pengalihan program tabungan hari tua dan program

pembayaran pensiun dari PT. TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.

Page 76: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

59

PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) menyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014.34 Roadmap PT. ASABRI (Persero) antara lain memuat pengalihan program ASABRI dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.35 Roadmap PT. TASPEN (Persero) antara lain memuat pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.36

Program ASABRI dan program pembayaran pensiun yang dialihkan dari PT. ASABRI (Persero) dan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun yang dialihkan dari PT. TASPEN (Persero) adalah bagian program yang sesuai dengan UU tentang SJSN.37 Program SJSN yang sesuai dengan program yang dilaksanakan oleh PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) adalah program jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

Program PT. ASABRI (Persero) terdiri atas santunan asuransi, santunan nilai tunai asuransi, santunan risiko kematian, santunan biaya pemakaman, santunan risiko kematian khusus, santunan cacat karena dinas, santunan cacat bukan karena dinas, santunan biaya pemakaman istri/suami, dan santunan biaya pemakaman anak.38

Program yang diselenggarakan PT. TASPEN (Persero) adalah program tabungan hari tua terdiri atas asuransi dwiguna dan asuransi kematian. 39 Asuransi Sosial yang diselenggarakan oleh PT. TASPEN (Persero) adalah Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk dana pensiun dan tabungan hati tua. Tabungan hari tua adalah suatu program asuransi, terdiri dari asuransi dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi kematian40.

34 Periksa Penjelasan Pasal 65 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS.

35 Periksa Penjelasan Pasal 65 ayat (1) dan Penjelasan Pasal 66 UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS.

36 Periksa Penjelasan Pasal 65 ayat (2) dan Penjelasan Pasal 66 UU BPJS. 37 Periksa Penjelasan Pasal 66 UU BPJS. 38 Periksa Penjelasan Pasal 57 huruf e UU BPJS. 39 Periksa Penjelasan Pasal 57 huruf f UU BPJS. 40 Pasal 1 angka 2 dan angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981

sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1981.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 77: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero60

Usulan tata cara pengalihan, adalah sebagai berikut:1). Direksi dengan persetujuan Komisaris PT. ASABRI (Persero) dan PT.

TASPEN (Persero) menyusun rencana pengalihan program jaminan sosial yang diselenggarakannya untuk dilaporkan kepada Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham, untuk mendapat persetujuan.

2). Setelah rencana pengalihan dimaksud mendapat persetujuan, Direksi PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) menunjuk akuntan publik untuk melakukan audit atas laporan posisi keuangan penutup penyelenggaraan program jaminan sosial yang akan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan.

Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutupan program jaminan sosial yang akan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan, setelah dilakukan audit oleh akuntan publik yang ditunjuk.

Paling lambat tahun 2029, PT. ASABRI (Persero) mengalihkan program ASABRI dan pembayaran pensiun dan PT. TASPEN (Persero) mengalihkan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun, termasuk mengalihkan aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban program yang dialihkan kepada BPJS Ketenagakerjaan.

Page 78: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

61

KEEMPAT

TuJuh peraTuran presiDen

1. PErPrEs tEntang PEnaHaPan KEWajiban PEmbEri KErja untuK mEndaFtarKan dirinya dan PEKErjanya mEnjadi PEsErta PrOgram jaminan sOsial

Pasal 15 ayat (3) menentukan, ”Penahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden”. Pasal 15 ayat (1) menentukan, ”Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti.”

Ruang lingkup materi muatan Peraturan Presiden ini meliputi penahapan kewajiban pendaftaran pemberi kerja untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya kepada BPJS sebagai peserta jaminan sosial. Penjelasan Pasal 15 ayat (3) mengemukakan, ”Yang diatur dalam Peraturan Presiden adalah penahapan yang didasarkan antara lain pada jumlah pekerja, jenis usaha, dan/atau skala usaha.

Penahapan yang akan diatur tersebut tidak boleh mengurangi manfaat yang sudah menjadi hak peserta dan kewajiban pemberi kerja untuk mengikuti program jaminan sosial.

Disarankan pelaksanaan Pasal 19 ayat (5) UU BPJS disatukan dengan pelaksanaan Pasal 13 ayat (2) UU SJSN.

POKOK-POKOK MATERI MUATAN

Penahapan pendaftaran memuat antara lain, jenis program jaminan sosial yang wajib diikuti, penahapan pendaftaran oleh pemberi kerja, persyaraatan pendaftaran, tatacara pendaftaran, identitas tunggal dan pelaporan, sanksi administratif, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

61

Page 79: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero62

(1) jenis Program dan Penahapan Pendaftaran

Secara bertahap pemberi kerja wajib mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS. Usulan pengaturan adalah sebagai berikut:

Pemberi Kerja untuk Pekerja di Wilayah IndonesiaTahap I, Pekerja bukan pegawai negeri melanjutkan kepesertaan

yang telah dilaksanakan selama ini, meliputi program jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian. Pekerja bukan pegawai negeri menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU BPJS, yaitu jaminan kesehatan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan tiga program lainnya (program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua) melanjutkan penyelenggaraan oleh PT. Jamsostek (Persero) sampai dengan BPJS Ketenagakerjaan berfungsi.

Tahap II, program jaminan pensiun bagi Pekerja bukan pegawai negeri dimulai saat pengoperasian BPJS Ketenagakerjaan. Penahapan kepesertaan sesuai dengan batasan waktu yang ditetapkan dalam PerPres ini.

Pemberi Kerja untuk Pekerja Indonesia di Luar NegeriPerlindungan kepada pekerja Warga Negara Indonesia di luar

negeri diatur dalam UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Bagi keluargannya yang tinggal di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan UU SJSN dan peraturan pelaksananya.

Penyelenggara NegaraSemua ketentuan pendaftaran peserta untuk seluruh pegawai negeri menyesuaikan dengan UU BPJS sejak PerPres ditetapkan. Pegawai Negeri Sipil, Prajurit TNI dan Anggota POLRI mendaftarkan diri untuk program jaminan kesehatan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Sedangkan program lainnya tetap diselenggarakan oleh PT. TASPEN (Persero) atau PT. ASABRI (Persero).

Page 80: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

63

(2) Persyaratan Pendaftaran Peserta

Persyaratan bagi pemberi kerja yang wajib mendaftarkan diri dan pekerjanya sebagai peserta, diusulkan dengan ketentuan sebagai berikut:1). Persyaratannya disamakan untuk pemberi kerja orang

perseorangan, pengusaha, badan hukum dan badan badan lainnya.

2). Ditentukan batas minimal jumlah pekerja misalnya, pemberi kerja yang mempekerjakan pekerja sekurang-kurangnya 1 (satu) orang.

Disarankan persyaratan kepesertaan lebih maju dari pada yang berlaku sekarang. Di Filipina, sebagai contoh, the Philippines Social Security Act of 1997 mempersyaratkan pemberi kerja yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang.

(3) tata Cara Pendaftaran

Pemberi kerja yang memenuhi persyaratan untuk mendaftar wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta program jaminan sosial kepada BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikutinya. Pendaftaran dilakukan secara kolektif untuk seluruh pekerja dilengkapi dengan daftar nama pekerja dan anggota keluarganya, serta besarnya upah masing-masing.

Pemberi kerja dan Pekerja mengisi formulir pendaftaran yang disediakan oleh BPJS yang bersangkutan. Bentuk dan isi formulir ditetapkan oleh BPJS.

Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja wajib menyampaikan informasi tentang identitas dirinya, anggota keluarga yang menjadi tanggungannya, serta perpindahan pekerjaan kepada BPJS.

Pemberi kerja dan pekerja wajib mengisi formulir dengan benar baik mengenai data pribadi pekerja dan anggota keluarganya, upah/gaji yang diterimanya maupun mengenai jumlah pekerja yang bekerja pada pemberi kerja.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 81: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero64

Formulir pendaftaran yang telah diisi dan dilengkapi dengan data-data yang diperlukan disampaikan kepada BPJS paling lambat sesuai batas waktu yang ditentukan sejak formulir diterima oleh pemberi kerja dan pekerja, disertai dengan pembayaran iuran pertama.

Dalam waktu yang ditentukan sejak formulir pendaftaran diterima oleh BPJS, BPJS wajib menerbitkan:1). Sertifikat kepesertaan kepada masing-masing pemberi kerja,

sebagai tanda kepesertaan pemberi kerja. 2). Identitas tunggal kepada pekerja, atau (pekerja beserta anggota

keluarganya untuk program jaminan kesehatan), sebagai tanda kepesertaan dalam program jaminan sosial yang diikutinya.

Administrasi pendaftaran harus memperhitungkan kemampuan mengelola mutasi peserta yang dinamis, terutama untuk mengelola pekerja dengan kontrak kerja jangka pendek.

(4) identitas tunggal & PelaporanBPJS wajib menyampaikan nomor identitas tunggal kepada

pemberi kerja yang akan menyampaikan kepada masing-masing pekerja dalam waktu yang ditentukan. BPJS memberikan sertifikat tanda kepesertaan kepada pemberi kerja. BPJS menetapkan bentuk sertifikat dan identitas tunggal.

Identitas tunggal memberikan hak kepada seseorang penduduk Indonesia untuk mengakses SJSN. Identitas tunggal jaminan sosial merupakan nomor pendaftaran kepesertaan untuk pertama kali dan seterusnya sepanjang terdaftar sebagai penduduk Indonesia. Identitas tunggal bersifat unik/spesifik untuk masing-masing peserta dan anggota keluarganya.

Manfaat jaminan sosial dapat diperoleh oleh pemegang identitas tunggal selama yang bersangkutan memenuhi kewajibannya membayar iuran dan/atau iurannya dibayar oleh pemberi kerja atau Pemerintah bagi Penerima Bantuan Iuran.

Pemberi kerja wajib melaporkan kepada BPJS apabila terjadi perubahan mengenai, antara lain:1). domisili pemberi kerja;

Page 82: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

65

2). kepemilikan perusahaan, atau kepengurusan badan hukum atau badan usaha lainnya;

3). jenis atau bidang usaha atau kegiatan yang dilakukan;4). mutasi pekerja dan anggota keluarganya; dan/atau5). besarnya upah pekerja.

Perlu ditentukan batas waktu pelaporan mutasi pekerja dari Pemberi Kerja kepada BPJS. Pekerja yang pindah tempat kerja dan masih menjadi peserta program jaminan sosial yang sama wajib memberitahukan kepesertaannya kepada pemberi kerja yang baru dengan menunjukkan/menyampaikan salinan sah nomor identitas tunggal kepesertaannya, untuk dilaporkan kepada BPJS.

Pekerja wajib menyampaikan daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungannya kepada pemberi kerja termasuk setiap perubahannya. Laporan dari pekerja dijadikan dasar bagi pemberi kerja untuk membuat laporan kepada BPJS.

Pekerja harian lepas, borongan, dan/atau pekerja kontrak yang bekerja pada pemberi kerja didaftarkan sebagai peserta program jaminan sosial kepada BPJS dalam satu formulir tersendiri. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal ini perlu diatur dalam Peraturan Menteri.

Kepatuhan Pemberi Kerja akan kewajibannya untuk mendaftarkan pekerjanya perlu dibina dan ditegakkan. Dalam Peraturan Presiden ini dapat diatur mengenai sanksi kepada Pemberi kerja yang tidak mendaftarkan dirinya dan pekerjaannya, antara lain:1). pemberi kerja wajib menanggung seluruh biaya perawatan

kesehatan dan/atau biaya pengobatan bagi pekerjanya yang sakit atau mengalami kecelakaan kerja

2). Pemberi kerja membayar santunan berupa uang tunai bagi pekerjanya yang mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia atau mengalami cacat sesuai dengan tingkat kecacatannya

3). Pemberi kerja diwajibkan untuk membayar seluruh tunggakan iuran jaminan hari tua beserta nilai tunai yang terbentuk.

(5) sanksi administratifUU SJSN tidak mengatur mengenai sanksi administratif dan

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 83: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero66

tidak memberikan delegasi kepada PerPres untuk mengatur sanksi administratif. Sanksi administratif tidak perlu diatur dalam PerPres, karena berdasarkan Pasal 17 ayat (5) UU BPJS tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan PP.

(6) Ketentuan PeralihanPemberi kerja dan pekerja yang telah menjadi peserta program

jaminan sosial sebelum berlakunya PerPres ini, melanjutkan kepesertaannya. Pemberi kerja dan pekerja wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam PerPres ini dalam batas waktu yang ditentukan.

(7) Ketentuan PenutupKetentuan penutup memuat pernyataan mulai berlakunya PerPres

ini dan perintah pengundangan PerPres ini dan penempatannya dalam Lembaran Negara RI.

Dalam menyusun PerPres ini perlu pula diperhatikan ketentuan sebagai berikut:1). BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014

(Pasal 60 ayat (1) UU BPJS).2). BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi menyelenggarakan

program JKK, JHT, JP dan JKM, paling lambat 1 Juli 2015.3). Pada saat UU BPJS mulai berlaku sampai dengan beroperasinya

BPJS Kesehatan, PT. Askes (Persero) tetap diakui keberadaannya dan tetap melaksanakan program jaminan kesehatan, termasuk menerima pendaftaran peserta baru. Demikian pula PT. Jamsostek (Persero) dan Kementerian Kesehatan tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program JPK dan program Jamkesmas. Sedangkan Kementerian Pertahanan, TNI dan Polri tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program layanan kesehatan sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditetapkan dengan PerPres (Pasal 57 huruf a, b, c, dan d UU BPJS).

Page 84: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

67

4). Pada saat UU BPJS mulai berlaku sampai dengan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan, PT. ASABRI (Persero) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program ASABRI dan pembayaran pensiun bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru. PT. TASPEN (Persero) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program JHT dan pembayaran pensiun, termasuk penambahan peserta baru sampai dengan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan (Pasal 57 huruf e dan f UU BPJS).

5). Pada saat berubahnya PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 januari 2014 sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan paling lambat pada tanggal 1 Juli 2015, ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek dinyatakan tetap berlaku.

6). Ketentuan ini bermakna bahwa sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan program jaminan sosial bagi tenaga kerja yang meliputi JKK, JHT, dan JKM mengikuti UU No. 3 Tahun 1992. Sedangkan program jaminan kesehatan mengikuti UU SJSN sejak beroperasinya BPJS Kesehatan.

2. PErPrEs tEntang bEsaran dan tata Cara PEmbayaran iuran PrOgram jaminan KEsEHatan

Pasal 19 ayat (5) huruf a menentukan, ”Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran dan tata cara pembayaran iuran program jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden.”

Ruang lingkup materi muatan Peraturan Presiden ini meliputi besaran dan tata cara pembayaran iuran jaminan kesehatan. Pokok-pokok pengaturannya telah ditentukan dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UU BPJS sebagai berikut:1). Pemberi kerja wajib memungut iuran yang menjadi beban peserta

dari pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS;

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 85: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero68

2). Pemberi kerja wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS;

3). Peserta yang bukan pekerja dan bukan Penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi kewajibannya kepada BPJS;

4). Pemerintah membayar dan menyetor iuran untuk Penerima Bantuan Iuran kepada BPJS.

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

Sebagaimana telah diuraikan pada bab keempat, materi muatan PerPres ini juga diatur dalam PerPres tentang Jaminan Kesehatan. Oleh karena itu, Pembentuk Peraturan perlu mempertimbangkan penggabungan materi muatan pendelegasian pasal 19 ayat (5) huruf a UU BPJS ke dalam materi muatan pendelegasian pasal 27 ayat (5), pasal 28 ayat (2) UU SJSN untuk diatur dalam satu peraturan, yaitu Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan.

Pokok-pokok materi muatan PerPres TENTANG Besaran dan Tata Cara Pembayaran Iuran Program Jaminan Kesehatan adalah sebagai berikut.

(1) dasar penghitungan besarnya iuran jK bagi Peserta Penerima upah

Merujuk pada UU SJSN Pasal 27 ayat (1), iuran jaminan kesehatan bagi peserta penerima upah adalah proporsional terhadap pendapatan hingga batas tertentu dan ditanggung bersama antara pekerja dan pemberi kerja41. Dengan demikian, PerPres ini mengatur dasar penghitungan iuran untuk peserta penerima upah, yang mencakup empat penetapan yaitu:1). persentase upah, batas bawah upah, dan batas atas upah sebagai

acuan penghitungan besaran iuran;

41 Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk peserta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase dari upah sampai batas tertentu, yang secara bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja.

Page 86: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

69

2). subsidi silang antara peserta yang lajang dan peserta yang berkeluarga;

3). pembagian kewajiban membayar iuran antara pekerja dan pemberi kerja;

4). kewajiban membayar iuran bagi istri dan suami bila keduanya berstatus pekerja.

Persentase upah sebagai acuan penghitungan besaran iuran misalnya ditetapkan 5% dari upah sebulan. Batasan upah perlu merujuk pada UU BPJS Pasal 1 angka 10 dan UU SJSN Pasal 1 angka 1342.

Batas upah terendah dan batas upah tertinggi dapat ditetapkan dalam bentuk nominal atau formula. Formula lebih baik karena dinamis mengikuti kenaikan upah. Formula penghitungan batas atas upah sebaiknya mengacu pada ketentuan dalam perpajakan. Sebagai contoh, batas upah terendah adalah upah minimum regional, sedangkan batas upah tertinggi adalah lima kali pendapatan tidak kena pajak (PTKP) bagi pekerja berkeluarga dengan tiga orang anak.

Perumus peraturan perlu mempertimbangkan implementasi prinsip kegotong-royongan dalam menentukan batas atas upah. Batas atas upah hendaknya memberi kesempatan kepada pekerja yang berpendapatan tinggi untuk berkontribusi lebih banyak daripada mereka yang berpendapatan rendah. Dengan kata lain, iuran yang dibayarkan tidak bersifat regresif terhadap pendapatan.

Dalam PerPres ini ditetapkan apakah subsidi silang antara peserta lajang dan peserta berkeluarga diadakan atau ditiadakan. Jika pekerja lajang diwajibkan untuk mensubsidi pekerja berkeluarga, maka persentase upah disamakan untuk kedua pekerja tersebut. Sebaliknya, jika peserta lajang tidak diwajibkan untuk membantu peserta berkeluarga, maka persentase upah peserta yang telah

42 Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 87: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero70

berkeluarga lebih tinggi daripada persentase upah peserta lajang. Sebagai contoh, peserta JPK Jamsostek yang lajang membayar iuran sebesar 3% upah, sementara peserta yang berkeluarga dibebankan 6% upah.

Selanjutnya, PerPres mengatur pembagian tanggung jawab atas pembayaran iuran antara pekerja dan pemberi kerja. UU SJSN menetapkan bahwa iuran program jaminan kesehatan dibayar bersama oleh pekerja dan pemberi kerja.

Kepatuhan terhadap pelaksanaan UU SJSN adalah kunci untuk mendapatkan kesepakatan antara pekerja dan pemberi kerja, mengingat iuran jaminan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemberi kerja di era UU Jamsostek.

Merujuk pada UU SJSN Pasal 20 ayat (2), manfaat jaminan kesehatan tidak saja dinikmati oleh peserta, namun anggota keluarga berhak menerima manfaat jaminan kesehatan. Apabila istri dan suami masing-masing berstatus pekerja baik penerima upah atau pekerja mandiri, maka timbul pertanyaan apakah keduanya berkewajiban membayar iuran dan anggota keluarga berhak menerima manfaat dari kepesertaan suami dan juga kepesertaan istri? Pembentuk peraturan perlu melakukan kajian dampak peraturan sebagai dasar dalam penetapan peserta dan penerima manfaat bagi istri dan suami berstatus pekerja.

(2) dasar penghitungan besarnya iuran jK bagi Peserta bukan Penerima upah

UU SJSN Pasal 27 ayat (3) menetapkan bahwa iuran jaminan kesehatan bagi peserta yang bukan penerima upah ditentukan berdasarkan nominal yang ditinjau secara berkala. Tidak ada penjelasan mengenai cara memperoleh besaran nominal tersebut. Oleh karena itu, terbuka peluang bagi perumus peraturan untuk menetapkan besaran iuran sebagai berikut:1). PerPres menetapkan angka nominal iuran yang harus dibayar,

atau

Page 88: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

71

2). PerPres memuat rumus atau formula perhitungan iuran untuk mendaptkan angka nominal iuran.

Dalam PerPres ini ditetapkan jangka waktu bagi peninjauan berkala iuran jaminan kesehatan.

Untuk menjaga keadilan antar peserta jaminan kesehatan yang berstatus pekerja dengan bukan pekerja serta bukan penerima bantuan iuran, perlu diatur besaran iuran terendah sebagai batas bawah dan besaran iuran tertinggi sebagai batas atas.

Untuk mendapatkan besaran iuran yang mampu memenuhi prinsip kegotongroyongan43, pembentuk peraturan perundangan perlu mencermati karakteristik pekerja bukan penerima upah atau pekerja mandiri. Jenis pekerjaan pekerja bukan penerima upah/pekerja mandiri sangat beragam dan perbedaan besar penghasilan sangat luas. Oleh karenanya, prinsip kegotong-royongan tidak dapat dipenuhi bila PerPres hanya menetapkan satu nominal besaran iuran bagi seluruh pekerja yang tergolong dalam kelompok ini.

(3) dasar penghitungan besarnya iuran jK bagi Penerima bantuan iuran

Seperti halnya iuran untuk peserta bukan penerima upah/pekerja mandiri, besarnya iuran jaminan kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran ditentukan berdasarkan nominal yang ditetapkan secara berkala.44 Untuk menjaga keadilan terhadap peserta yang membayar iuran, besarnya iuran yang dibayarkan Pemerintah untuk Penerima Bantuan Iuran sekurang-kurannya sama dengan iuran terkecil yang dibayarkan oleh peserta yang tidak disubsidi iurannya oleh pemerintah. Peninjauan iuran secara berkala hendaknya dapat dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, misalnya setiap 2-3 tahun sekali.

43 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN Penjelasan Pasal 4 huruf a mengatur bahwa prinsip kegotongroyongan diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilannya.

44 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN Pasal 27 ayat (3)

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 89: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero72

Kotak 2 : Penghitungan Iuran

Contoh 1 : Besaran iuran program jaminan kesehatan adalah 5% penghasilan sebulan, dengan batas upah minimum adalah upah minimum regional (UMR) dan batas atas upah adalah dua kali penghasilan tidak kena pajak untuk pekerja berkeluarga dengan anak 3 orang (2 PTKP-K3). Saat ini UMR per bulan sejumlah Rp 1.200.000,00 dan 2 PTKP-K3 per bulan sejumlah Rp.3.520.000,00.Pekerja A , penghasilan sebesar Rp 1.200.000,00 (UMR), maka besar iuran per bulan yang dibayarkan bersama oleh Pekerja A dan majikannya adalah 5% x Rp 1.200.000,00 = Rp 60.000,00Pekerja B, penghasilan sebesar Rp 3.500.000,00, maka besar iuran per bulan yang dibayarkan bersama oleh Pekerja B dan majikannya adalah 5% x Rp.3.500.000,00 = Rp 175.000,00Pekerja C, penghasilan sebesar Rp 20.000.000,00, maka besar iuran per bulan yang dibayarkan bersama oleh Pekerja C dan majikannya adalah 5% x Rp.3.520.000,00 = Rp 176.000,00Karena penghasilan Pekerja C telah melampaui batas atas upah untuk penghitungan iuran, maka iuran dihitung terhadap batas atas upah. Dengan demikian, iuran yang dibayarkan oleh Pekerja C tidak lagi senilai 5% pendapatan, melainkan Rp 176.000,00/Rp20.000.000 = 0,88% dari pendapatannya.Bila batas atas upah dinaikkan hingga lima kali PTKP-K3, maka iuran Pekerja C menjadi 5% x Rp 8.800.000,00 = Rp 440.000,00 setara dengan Rp 440.000,00/Rp 20.000.000,00 = 2,2%.Kesimpulannya, semakin rendah batas atas upah, maka semakin kecil proporsi iuran yang dibayarkan Pekerja yang berpenghasilan di atas batas atas upah untuk penghitungan iuran terhadap penghasilannya, dengan kata lain iuran bersifat regresif terhadap pendapatan.

(4) Penambahan iuran bagi Penambahan anggota Keluarga

UU SJSN Pasal 20 ayat (2) dan penjelasannya menetapkan bahwa iuran yang dibayarkan adalah untuk mencakup manfaat pelayanan kesehatan bagi peserta dan anggota keluarganya. Anggota keluarga yang menjadi tanggungan peserta adalah istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah sebanyak-banyaknya 5 orang.

UU SJSN Pasal 20 ayat (3) memberi peluang bagi peserta yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang untuk mengikutsertakan anggota keluarganya dengan penambahan iuran. Anggota keluarga lain adalah anak keempat dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.

Page 90: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

73

PerPres ini mengatur besar tambahan iuran sebesar yang harus dibayarnya untuk setiap tambahan satu orang anggota keluarga yang lain. Tambahan iuran bagi anggota keluarga yang lain adalah menjadi kewajiban pekerja sepenuhnya. Sesuai dengan UU SJSN Penjelasan Pasal 20 ayat (3), keterlibatan Pemberi Kerja sebatas melaksanakan amanat dalam surat kuasa dari pekerja kepada pemberi kerja untuk menambahkan iurannya kepada BPJS. 45

(5) tata Cara Pembayaran iuran

Pekerja penerima upah membayar iuran bersama dengan Pemberi Kerja. Penulis mengusulkan pengaturan tata cara pembayaran iuran bagi Pekerja dan Pemberi Kerja, sebagai berikut:1). Pemberi kerja wajib memungut iuran jaminan kesehatan dari

peserta yang menjadi pekerjanya, dan menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan menyetorkan iuran tersebut kepada Kantor Cabang BPJS Kesehatan terdekat.

2). Pembayaran iuran dilakukan setiap bulan dan dibayar lunas, dalam tenggat waktu yang ditentukan.

3). BPJS menghitung kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran dari pemberi kerja.

4). Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja yang bersangkutan dalam tenggat waktu yang ditentukan.

5). Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran tersebut diperhitungkan dalam pembayaran iuran bulan berikutnya.

6). Dalam hal pemberi kerja menunggak, macet membayar atau kekurangan membayar iuran BPJS melakukan penagihan dengan mengeluarkan surat penagihan kepada pemberi kerja.

7). Dalam surat penagihan dicantumkan secara jelas iuran yang tertunggak, macet atau kurang dibayar berikut denda yang harus dibayar, dan waktu pembayarannya kepada BPJS.

45 “ ...untuk mengikutsertakan anggota keluarga yang lain, pekerja memberi surat kuasa kepada pemberi kerja untuk menambahkan iurannya kepada BPJS sebagaimana ditetapkan dalam UU ini.”

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 91: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero74

8). Pembayaran denda dilakukan bersama-sama dengan pembayaran iuran bulan berikutnya.

9). Iuran dan denda yang belum dibayar oleh pemberi kerja kepada BPJS merupakan piutang BPJS kepada pemberi kerja.

Peserta yang bukan pekerja/bukan penerima upah dan bukan Penerima Bantuan Iuran wajib membayar sendiri iuran jaminan kesehatan kepada BPJS Kesehatan. Penulis mengusulkan pengaturan tata cara pembayaran iuran oleh Peserta yang bukan pekerja/bukan penerima upah dengan ketentuan sebagai berikut:1). Iuran wajib dibayarkan kepada Kantor Cabang BPJS Kesehatan

terdekat, atau melalui aparat Pemerintah, atau Pemerintah Daerah, yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di wilayah tempat tinggal peserta yang bersangkutan;

2). Batas waktu pembayaran iuran jaminan kesehatan diatur;3). Ketentuan tata cara pembayaran iuran lainya yang berlaku bagi

pekerja penerima upah secara mutatis mutandis berlaku bagi pekerja bukan penerima upah.

4). Perlu dipertimbangkan tata cara pembayaran iuran melalui pembayaran rekening listrik, air, telepon, dan lainnya, bekerja sama dengan jejaring pengelolanya, atau bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat.

5). Pembayaran iuran dapat dilakukan melalui transfer elektronik, dengan menyebutkan identitas kepesertaan.

3. PErPrEs tEntang tata Cara PEmiliHan dan PEnEtaPan dEWan PEngaWas dan dirEKsi

Pasal 31 UU BPJS mendelegasikan tata cara pemilihan dan penetapan Dewan Pengawas dan Direksi untuk diatur dengan Peraturan Presiden.

Pokok-pokok pengaturan mengenai pemilihan dan penetapan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi diatur dalam Pasal

Page 92: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

75

28, Pasal 29 dan Pasal 30, UU BPJS sebagai berikut:1). Untuk memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas

dan anggota Direksi, Presiden membentuk Panitia Seleksi yang bertugas melaksanakan ketentuan yang diatur dalam UU BPJS;

2). Keanggotaan Panitia Seleksi terdiri atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah dan 5 (lima) orang unsur masyarakat, yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

3). Panitia Seleksi mengumumkan penerimaan pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi dalam tempo yang ditetapkan;

4). Pendaftaran dan seleksi calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi dilakukan dalam tempo yang ditetapkan.

5). Panitia Seleksi mengumumkan nama calon anggota Dewan Pengawas dan nama calon anggota Direksi kepada masyarakat untuk mendapatkan tanggapan dalam tempo yang ditetapkan.

6). Tanggapan masyarakat disampaikan kepada Panitia Seleksi dalam tempo yang ditetapkan;

7). Panitia Seleksi menentukan nama calon anggota Dewan Pengawas dan nama calon anggota Direksi yang akan disampaikan kepada Presiden sebanyak 2 (dua) kali jumlah jabatan yang diperlukan dalam tempo yang ditetapkan sejak tanggal ditutupnya masa penyampaian tanggapan dari masyarakat;

8). Presiden memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur Pemerintah dan anggota Direksi berdasarkan usul dari Panitia Seleksi;

9). Presiden mengajukan nama calon anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur pekerja, unsur pemberi kerja dan unsur tokoh masyarakat kepada DPR RI sebanyak 2 (dua) kali jumlah jabatan yang diperlukan, dalam tempo yang ditetapkan terhitung sejak tanggal penerimaan usulan dari Presiden;

10). DPR RI memilih anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur pekerja, unsur pemberi kerja, dan unsur tokoh masyarakat, dalam tempo yang ditetapkan terhitung sejak tanggal penerimaan usulan dari Presiden;

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 93: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero76

11). Pimpinan DPR RI menyampaikan nama calon terpilih kepada Presiden dalam tempo yang ditetapkan terhitung sejak tanggal berakhirnya pemilihan;

12). Presiden menetapkan calon terpilih dalam tempo yang ditetap-kan terhitung sejak tanggal penerimaan surat dari Pimpinan DPR RI.

13). Penetapan anggota Dewan Pengawas dari unsur Pemerintah dan anggota Direksi dilakukan bersama-sama dengan penetapan anggota Dewan Pengawas hasil pemilihan DPR RI.

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

Pokok-pokok materi muatan PerPres tentang “Tata Cara Pemilihan dan Penetapan Dewan Pengawas dan Direksi adalah sebagai berikut:

(1) Pengumuman Pendaftaran Calon

Panitia Seleksi mengumumkan penerimaan pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi. PerPres menetapkan waktu penerimaan berkas pendaftaran, misalnya paling lama 5 hari kerja setelah Panitia Seleksi ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Tata cara pengumuman ditentukan dengan rinci, antara lain lama pengumuman, media yang digunakan, serta informasi yang dimuat dalam pengumuman. Sebagai contoh, pengumuman dilakukan 3 hari kerja berturut-turut melalui media massa elektronik dan paling sedikit 2 media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional.

Dalam pengumuman penerimaan pendaftaran paling sedikit dimuat informasi mengenai waktu dan tempat pendaftaran, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pendaftar, formulir atau dokumen pendukung yang harus disertakan oleh pendaftar, batas waktu pendaftaran, pemberitahuan kepada pendaftar untuk menyebutkan secara jelas posisi yang dikehendaki, dan kontak yang dapat dihubungi oleh pendaftar.

Page 94: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

77

(2) Proses seleksi Calon

PerPres memuat ketentuan-ketentuan selama proses seleksi calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi, antara lain:1). Panitia Seleksi melakukan pemeriksaan pemenuhan persyaratan

administratif yang ditentukan bagi setiap pendaftar yang telah mendaftarkan diri dalam batas waktu yang telah ditentukan oleh Panitia Seleksi, dalam waktu paling lama yang ditentukan sejak pendaftaran ditutup.

2). Panitia Seleksi mengumumkan nama calon anggota Dewan Pengawas dan nama calon anggota Direksi yang dinyatakan memenuhi persyaratan administratif, dalam waktu yang ditentukan melalui sejumlah media dan memberitahukan secara tertulis kepada pendaftar yang dinyatakan memenuhi persyaratan administratif.

3). Kepada masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan terhadap nama calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi yang telah diumumkan oleh Panitia Seleksi, dalam waktu yang ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:a. tanggapan disampaikan secara tertulis kepada Panitia

Seleksi;b. identitas anggota masyarakat yang memberi tanggapan

harus dicantumkan secara jelas;c. menyebutkan secara jelas terhadap calon mana tanggapan

ditujukan;d. anggota masyarakat yang menyampaikan tanggapan

menguraikan secara jelas isi tanggapannya disertai dengan dokumen dan bukti pendukung.

4). Dalam waktu yang ditentukan, Panitia Seleksi melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan administratif dan melakukan klarifikasi terhadap tanggapan masyarakat.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 95: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero78

5). Panitia Seleksi menentukan nama calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi untuk disampaikan sebagai laporan hasil kerja Panitia Seleksi kepada Presiden.

6). Laporan Panitia Seleksi kepada Presiden paling sedikit memuat:a. proses pemilihan dan penetapan calon anggota Dewan

Pengawas dan calon anggota Direksi;b. daftar nama calon anggota Dewan Pengawas dan calon

anggota Direksi yang diusulkan kepada Presiden, sebanyak 2 kali jumlah jabatan yang diperlukan.

c. daftar nama calon anggota Dewan Pengawas dilengkapi dengan keterangan unsur yang diwakili oleh calon yang bersangkutan.

d. tanggal dibuatnya laporan dan tanda tangan Panitia Seleksi. e. Laporan tersebut dilampiri dokumen proses pemilihan

dan penetapan calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi.

(3) Penetapan oleh Presiden

Presiden menetapkan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi setelah Panitia Seleksi menyampaikan daftar calon anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi. Proses penetapan ini diusulkan diatur sebagai berikut:1). Presiden mengajukan usulan nama calon anggota Dewan

Pengawas yang berasal dari unsur pekerja, unsur pemberi kerja, dan unsur tokoh masyarakat kepada DPR RI. Ditentukan jumlah-nya, misalnya sebanyak 2 kali jumlah jabatan yang diperlukan dan waktu pengajuan, misalnya paling lama 10 hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya daftar nama calon dari Panitia Seleksi.

2). DPR RI memilih anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur pekerja, pemberi kerja, dan tokoh masyarakat, sesuai dengan ketentuan Peraturan Tata Tertib DPR RI, dalam waktu yang ditentukan terhitung sejak tanggal penerimaan usulan dari Presiden.

Page 96: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

79

3). Pimpinan DPR RI menyampaikan nama calon terpilih anggota Dewan Pengawas dari unsur pekerja, pemberi kerja, dan tokoh masyarakat, kepada Presiden dalam waktu yang ditentukan sejak tanggal berakhirnya pemilihan.

4). Presiden menetapkan calon terpilih dalam waktu yang ditentukan terhitung sejak tanggal penerimaan surat dari pimpinan DPR RI.

5). Penetapan anggota Dewan Pengawas dari unsur Pemerintah dan anggota Direksi dilakukan bersama-sama dengan penetapan anggota Dewan Pengawas hasil pemilihan DPR RI.

6). Penetapan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi dilakukan dengan Keputusan Presiden tentang Pengangkatan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS.

7). Keputusan Presiden disampaikan kepada anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi yang bersangkutan, dan tembusannya disampaikan kepada DJSN.

4. PErPrEs tEntang tata Cara PEmiliHan dan PEnEtaPan CalOn anggOta PEngganti dEWan PEngaWas dan/atau anggOta dirEKsi

Pasal 36 ayat (5) UU BPJS mendelegasikan pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan penetapan calon anggota pengganti antar waktu ke Peraturan Presiden.

Pokok-pokok pengaturan mengenai pemilihan dan penetapan pengganti antar waktu anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi diatur dalam Pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UU BPJS sebagai berikut:1). Dalam hal terjadi kekosongan jabatan anggota Dewan Pengawas

dan/atau anggota Direksi, Presiden membentuk Panitia Seleksi untuk memilih calon anggota pengganti antar waktu.

2). Prosedur pemilihan dan penetapan calon anggota pengganti antar waktu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30 dan Pasal 31.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 97: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero80

3). Dalam hal sisa masa jabatan yang kosong kurang dari 18 (delapan belas) bulan, Presiden menetapkan anggota pengganti antar waktu berdasarkan usulan DJSN.

4). DJSN mengajukan usulan berdasarkan peringkat hasil seleksi.

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

Pokok-pokok materi muatan PerPres tentang Tata Cara Pemilihan dan Penetapan Calon Anggota Pengganti Dewan Pengawas dan/atau Anggota Direksi, diusulkan sebagai berikut:1). Dewan Pengawas atau Direksi melaporkan secara tertulis kepada

Presiden kekosongan jabatan anggota Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi, dalam waktu yang ditentukan dengan tembusan kepada DJSN.

2). Selanjutnya, dalam batas waktu yang ditentukan, Presiden membentuk Panitia Seleksi untuk memilih calon anggota pengganti antar waktu anggota Dewan Pengawas dan/atau angota Direksi.

3). Prosedur pemilihan dan penetapan calon pengganti antar waktu anggota Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi, mutatis mutandis berlaku ketentuan Peraturan Presiden sebagai pelaksanaan Pasal 31 UU BPJS.

4). Dalam hal sisa masa jabatan anggota Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi yang kosong kurang dari 18 bulan, DJSN mengusulkan secara tertulis kepada Presiden nama anggota pengganti antar waktu Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi berdasarkan peringkat hasil seleksi. (lihat Pasal 36 ayat (4) UU BPJS).

5). Presiden menetapkan anggota pengganti antar waktu anggota Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi berdasarkan usul DJSN, dalam waktu yang ditetapkan (lihat Pasal 36 ayat (3) UU BPJS).

Page 98: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

81

5. PErPrEs tEntang bEntuK dan isi laPOran PEngElOlaan PrOgram bPjs

Pasal 37 ayat (7) mendelegasikan pengaturan mengenai bentuk dan isi laporan pengelolaan program ke Peraturan Presiden.Pokok-pokok pengaturan tentang laporan pengelolaan program diatur dalam Pasal 37 ayat (1) sampai dengan ayat (6), sebagai berikut:1). BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

tugasnya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya.

2). Periode laporan dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

3). Bentuk dan isi laporan pengelolaan program diusulkan oleh BPJS setelah berkonsultasi dengan DJSN.

4). Laporan keuangan BPJS disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

5). Laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.

6). Bentuk dan isi publikasi ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas.

POKOK-POKOK MATERI MUATAN

Ruang lingkup materi muatan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini meliputi bentuk dan isi laporan pengelolaan program BPJS.

Laporan BPJS mencakup ulasan operasi, pengelolaan risiko, statistik, serta finansial. Informasi statistik hendaknya dibuat detil menggambarkan situasi penyelenggaraan program jaminan sosial di wilayah administratif Indonesia hingga kabupaten dan kota.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 99: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero82

6. PErPrEs tEntang gaji atau uPaH dan manFaat tambaHan lainnya, sErta insEntiF bagi anggOta dEWan PEngaWas dan anggOta dirEKsi bPjs

Pasal 48 ayat (8) menentukan, ”Ketentuan mengenai gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya, serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi diatur dengan Peraturan Presiden.”Ayat yang terkait dalam pasal ini yang perlu diperhatikan ialah:1). Ayat (1) menentukan, ”Biaya operasional BPJS terdiri atas biaya

personel dan biaya non personel.”2). Ayat (2) menentukan, ”Personel sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas Dewan Pengawas, Direksi, dan karyawan.”3). Ayat (3) menentukan, ”Biaya personel mencakup gaji atau upah

dan manfaat tambahan lainnya.”4). Ayat (4) menentukan, ”Dewan Pengawas, Direksi, dan karyawan

memperoleh gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya yang sesuai dengan wewenang dan/atau tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas di dalam BPJS.”

5). Ayat (5) menentukan, ”Gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan tingkat kewajaran yang berlaku.”

6). Ayat (6) menentukan, ”Dewan Pengawas, Direksi, dan karyawan dapat memperoleh insentif sesuai dengan kinerja BPJS yang dibayarkan dari hasil pengembangan.”

POKOK-POKOK MATERI MUATAN

Ruang lingkup materi muatan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini meliputi gaji atau upah, manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi dan pembayarannya.

Peraturan Presiden menetapkan dengan jelas bentuk dan besaran gaji atau upah, dan manfaat tambahan lainnya serta waktu pembayarannya. Sebagai contoh, gaji atau upah mencakup gaji atau

Page 100: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

83

upah pokok, tunjangan jabatan, tunjangan istri/suami, dan tunjangan anak sampai dengan anak berusia 21 tahun atau telah kawin. Manfaat tambahan lainnya misalnya tunjangan perumahan dan tunjangan biaya perjalanan. Pembayaran gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya, misalnya pada setiap bulan pada akhir bulan berjalan.

Dewan Pengawas dan Direksi sesuai dengan kinerja BPJS, dapat memperoleh insentif, misalnya berupa bonus dan penghargaan atas prestasi kerja. Besarnya insentif ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Pengawas setelah berkonsultasi dengan DJSN. Insentif dibayarkan dari hasil pengembangan aset BPJS pada akhir tahun buku.

Besaran gaji atau upah, manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi perlu memerhatikan kesetaraan gender.

7. PErPrEs tEntang PElayanan KEsEHatan tErtEntu yang dilaKsanaKan OlEH KE-mEntErian PErtaHanan, tni dan KEPOlisian rEPubliK indOnEsia

PerPres ini memuat perintah Pasal 57 huruf c dan Pasal 60 ayat (2) huruf b.

Pasal 57 huruf c menentukan, ”Kementerian Pertahanan, TNI, dan POLRI tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program layanan kesehatan bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.”

Pasal 60 ayat (2) huruf b menentukan, ”Kementerian Pertahanan, TNI, dan POLRI tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan tugas operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.”

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 101: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero84

POKOK-POKOK MATERI MUATAN

Ruang lingkup materi muatan Peraturan Presiden ini meliputi:1). pelayanan kesehatan tertentu yang berkaitan dengan tugas

operasional Kementerian Pertahanan, TNI, dan POLRI2). pelayanan kesehatan tertentu yang berkaitan dengan tugas

operasional Kementerian Pertahanan, TNI, dan POLRI

Pelayanan kesehatan tertentu yang dilaksanakan oleh Kemen-terian Pertahanan dan TNI meliputi pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan tugas operasional TNI baik berkenaan dengan operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang.46

Operasi militer selain perang sebagaimana dimaksud di atas, yaitu untuk47:1). mengatasi gerakan separatis bersenjata2). mengatasi pemberontakan bersenjata3). mengatasi aksi terorisme4). mengamankan wilayah perbatasan5). mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis6). melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan

politik luar negeri7). mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta

keluarganya8). memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya

secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta9). membantu tugas pemerintahan di daerah10). membantu Kepolisian Negara RI dalam rangka tugas keamanan

dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang11). membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala

Negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia

46 Periksa Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. 47 Ibid.

Page 102: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

85

12). membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan

13). membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan 14). membantu Pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan

penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.

Pelayanan kesehatan tertentu yang dilaksanakan oleh Kepolisian Negara RI berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, meliputi:48

1). memelihara ketertiban dan keamanan umum; dan2). melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pelayanan kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud di atas tidak diserahkan penyelenggaraannya kepada BPJS Kesehatan, tetapi tetap diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan, TNI dan Kepolisian Negara RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

48 Periksa UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, Pasal 14 ayat (1) huruf e dan i.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 103: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero86

KELIMA

saTu kepuTusan presiDen

KEPutusan PrEsidEn tEntang KEanggOtaan Panitia sElEKsi untuK mEmiliH anggOta dEWan PEngaWas dan anggOta dirEKsi bPjs

Pasal 28 ayat (3) menentukan, bahwa keanggotaan Panitia Seleksi memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 28 ayat (3) terkait dengan Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) yang menentukan sebagai berikut:1). Untuk memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas

dan anggota Direksi, Presiden membentuk Panitia Seleksi yang bertugas melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

2). Keanggotaan Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah dan 5 (lima) orang unsur masyarakat.”

Nama Rancangan Keputusan Presiden disarankan “Keanggotaan Panitia Seleksi untuk Memilih Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS.”

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

Ruang lingkup materi muatan Keputusan Presiden ini meliputi keanggotaan Panitia Seleksi untuk memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS.

Keanggotaan Panitia Seleksi terdiri atas dua orang unsur Pemerintah dan 5 orang unsur masyarakat. Anggota berasal dari Pemerintah misalnya ditetapkan satu orang unsur Kementerian Kesehatan dan satu orang unsur Kementerian Tenaga Kerja dan

86

Page 104: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

87

Transmigrasi. Sedangkan lima orang lainnya dapat berasal dari unsur pekerja, unsur pemberi kerja, unsur fasilitas kesehatan, unsur perguruan tinggi, dan unsur pakar di bidang jaminan sosial.

PerPres menetapkan susunan, tugas pokok Panitia Seleksi dan tatacara pelaporan kerja kepada Presiden.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas Panitia Seleksi ditetapkan Sekretariat Panitia Seleksi dari Kantor Kementerian Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Panitia Seleksi dibebankan kepada APBN, yang dialokasikan pada anggaran Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 105: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero88

KEENAM

lima peraTuran orGanisasi

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS men-delegasikan pengaturan lebih lanjut beberapa hal yang bersifat teknis operasional untuk diatur dengan/dalam Peraturan BPJS, Peraturan Direksi dan Peraturan Dewan Pengawas BPJS.

1. PEraturan bPjs tEntang unit PEngEndali mutu Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang BPJS menentukan, ”Ketentuan

mengenai unit pengendali mutu dan penanganan pengaduan Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan BPJS.”

Peraturan BPJS ini, dimaksudkan untuk dijadikan pedoman praktis oleh BPJS dalam melaksanakan kewajibannya membentuk unit pengendali mutu pelayanan dan penanganan pengaduan Peserta, sebagaimana ditentukan dalam pasal 48 ayat (1) Undang-Undang BPJS.

Mengingat mekanisme pengendalian mutu dan penanganan pengaduan peserta merupakan hal yang berbeda, maka keduanya diatur dalam peraturan pemerintah yang terpisah.

POKOK-POKOK PIKIRAN MATERI MUATAN

Pokok-pokok pikiran pembentukan unit pengendali mutu sebagai berikut:1). Unit Pengendali Mutu Pelayanan dibentuk sebagai salah satu unit

organisasi di lingkungan BPJS yang bertanggung jawab kepada Direksi.

2). Fungsi Unit Pengendali Mutu Pelayanan adalah untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan yang dibeli oleh BPJS Kesehatan dan diberikan oleh fasilitas kesehatan kepada peserta sesuai dengan standar pelayanan dan berbiaya wajar.

88

Page 106: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

89

3). Dalam mengendalikan mutu pelayanan Unit Pengendali Mutu Pelayanan berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan, menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan untuk dipublikasikan secara luas dan jelas.

4). Komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi49:a. dasar hukum;b. persyaratan;c. sistem, mekanisme, dan prosedur;d. jangka waktu penyelesaian;e. biaya/tarif;f. produk pelayanan;g. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas;h. kompetensi pelaksana;i. pengawasan internal;j. penanganan pengaduan, saran, dan masukan;k. jumlah pelaksana;l. jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan, termasuk pelayanan khusus kepada anggota masyarakat tertentu sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan;

m. jaminan kamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan

n. evaluasi kinerja pelaksana.5). Maklumat pelayanan merupakan pernyataan kesanggupan

penyelenggara dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.50

49 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 2150 Ibid,Pasal 22 ayat(1).

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 107: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero90

2. PEraturan bPjs tEntang PEnanganan PEngaduan PEsErta

Sebagaimana dijelaskan pada butir nomor satu di atas, Peraturan BPJS tentang Penanganan Pengaduan Peserta adalah pendelegasian dari Pasal 48 ayat(3)Undang-Undang BPJS.

POKOK-POKOK PiKiran matEri muatan

Pokok-pokok pikiran penanganan pengaduan peserta sebagai berikut:1). Unit Penanganan Pengaduan Peserta dibentuk sebagai salah

satu unit organisasi di lingkungan BPJS yang bertanggung jawab kepada Direksi.

2). Fungsi Penanganan Pengaduan Peserta untuk mengendalikan mutu pelayanan agar berkualitas sesuai dengan standar pelayanan dan mengelola pengaduan Peserta.

3). Dalam mengendalikan mutu pelayanan Unit Pengendali Mutu Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Peserta berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan,menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan untuk dipublikasikan secara luas dan jelas.

4). BPJS wajib menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan pelaksana yang berkompeten dalam pengelolaan pengaduan51

5). BPJS wajib mengelola pengaduan yang berasal dari:52

a. Pesertab. rekomendasi Ombudsmanc. DPR dan DPRD

6). BPJS berkewajiban menyususn mekanisme pengelolaan peng-aduan Peserta dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.53

7). Materi pengelolaan pengaduan tersebut sekurang-kurangnya

51 Ibid,Pasal 36 ayat(1).52 Ibid,Pasal 36 ayat(2).53 Ibid,Pasal 37 ayat(1).

Page 108: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

91

meliputi54:a. identitas pengadub. prosedur pengelolaan pengaduanc. penentuan pelaksana yang mengelola pengaduand. prioritas penyelesaian pengaduane. pelaporan proses dan hasil pengelolaan pengaduan kepada

atasan pelaksanaf. rekomendasi pengelolaan pengaduang. penyampaian hasil pengelolaan pengaduan kepada pihak

terkaith. pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduani. dokumentasi dan statistik pengelolaan pengaduan, danj. pencantuman nama dan alamat penanggung jawab serta

sarana pengaduan yang mudah diakses.8). BPJS wajib menangani pengaduan paling lama 5 (lima) hari kerja

sejak diterimanya pengaduan.9). Pemeriksaan pengaduan dilakukan dengan berpegang kepada

prinsip independen, nondiskriminasi, tidak memihak, dan tidak memungut biaya serta menjaga kerahasiaan.55

3. PEraturan dEWan PEngaWas tEntang tata Cara PElaKsanaan Fungsi, tugas, dan WEWEnang dEWan PEngaWas

Pasal 22 ayat (4) menentukan ”Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Dewan Pengawas.”Peraturan Dewan Pengawas ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman praktis bagi Dewan Pengawas dalam melaksanakan fungsinya melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS secara objektif, efektif dan efisien.

54 Ibid,Pasal 37 ayat(2).55 Ibid,Pasal 48 ayat(1) dan Pasal 49 ayat(1).

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 109: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero92

POKOK-POKOK PiKiran matEri muatan

Pokok-pokok pikiran tata cara pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pengawas sebagai berikut:1). Tujuan pengawasan oleh Dewan Pengawas ialah untuk men-

jamin bahwa fungsi, tugas dan wewenang BPJS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan rencana yang telah ditetapkan, mencegah terjadinya pemborosan, kebocoran dan penyimpangan serta melakukan tindakan korektif.

2). Ruang lingkup pengawasan mencakup berbagai aspek meliputi kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja Direksi, pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial.

3). Pengawasan dilaksanakan dengan prinsip: objektif, meng-utamakan pencegahan, sebagai sarana untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta bersifat membimbing dan mendidik.

4). Pengawasan dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung.

5). Pembagian tugas diantara anggota Dewan Pengawas ditentu-kan secara jelas dalam Peraturan Dewan Pengawas.

6). Untuk kepentingan pelaksanaan pengawasan perlu dilakukan penetapan standar pengawasan, pengukuran kinerja BPJS, dan tata cara melakukan tindakan perbaikan atau penyesuaian yang diperlukan.

7). Tata cara melakukan pengawasan diatur secara jelas dan transparan mencakup:a. siapa melakukan apa, kapan dan prosedur teknis/adminis-

tratif. b. mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi.c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan

BPJS.d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi

mengenai penyelenggaraan BPJS.e. menyampaikan laporan.

Page 110: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

93

f. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS. g. memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada

Direksi.h. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden

mengenai kinerja Direksi.

4. PEraturan dirEKsi tEntang tata Cara PElaKsanaan Fungsi, tugas, dan WEWE-nang dirEKsi

Pasal 24 ayat (4) Undang–Undang BPJS mendelegasikan pengaturan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Direksi untuk diatur dengan Peraturan Direksi. Peraturan Direksi ini bertujuan untuk memberikan pedoman operasional kepada Direksi dalam melakukan fungsinya menyelenggarakan kegiatan operasional BPJS. Masing-masing BPJS akan merumuskan dan menetapkan Peraturan Direksi sesuai dengan ruang lingkup program yang dikelolanya.

tata Cara PElaKsanaan Fungsi dan tugas dirEKsi bPjs

Tata cara pelaksanaan fungsi dan tugas Direksi BPJS yang akan dirumuskan adalah:1). Tatacara pengelolaan program jaminan sosial oleh BPJS

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dengan memerhatikan prinsip good public governance dan mengikutsertakan beberapa aspek corporate governance yang sesuai dengan prinsip SJSN.

2). Tatacara mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan. Dalam mewakili BPJS di luar dan di dalam pengadilan perlu diatur agar dapat dilaksanakan secara fungsional dan proporsional serta tidak menimbulkan konflik kepentingan.

3). Tatacara menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk melaksanakan fungsinya.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 111: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero94

tataCara PElaKsanaan WEWEnang dirEKsi bPjsTatacara pelaksanaan wewenang Direksi BPJS yang akan dirumus-kan adalah:1). Wewenang BPJS dilaksanakan oleh Direksi secara taat asas, tegas

dan konsisten sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan dan best practice di bidang Jaminan Sosial.

2). Tatacara melaksanakan wewenang BPJS yaitu wewenang untuk menagih pembayaran iuran, menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi, melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam melaksanakan kewajibannya, mengenakan sanksi administratif, melaporkan ketidakpatuhan pemberi kerja.

3). Bagi BPJS Kesehatan, wewenang Direksi ditambah dengan wewenang membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai pembayaran fasilitas kesehatan, berkontrak dengan fasilitas kesehatan, dan bekerja sama dengan pihak lain dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional.

4). Tatacara menetapkan struktur organisasi yang ramping tetapi kaya fungsi, efektif dan efisien, beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja organisasi, dan sistem kepegawaian.

5). Tatacara menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS, mencakuppenetapan norma, standar, prosedur, perencanaan, formasi, rekrutmen, pengangkatan, penempatan, pengembang-an kualitas SDM, mutasi, penghasilan, kesejahteraan, pember-hentian, hak dan kewajiban, dan perlindungan hukum.

6). Tatacara mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi. Pengusulan penghasilan Dewan Pengawas dan Direksi dilaksanakan sebelum rencana kerja anggaran tahunan BPJS ditetapkan oleh Dewan Pengawas sebagai realisasi Peraturan Presiden mengenai penghasilan Dewan Pengawas dan Direksi.

7). Tatacara menetapkan ketentuan dan tatacara pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa dilaksanakan secara transparan, akuntabel, objektif, efektif dan efisien berdasarkan

Page 112: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

95

analisis kebutuhan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang berkualitas untuk mendukung pelaksanaan tugas BPJS.

8). Tatacara melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS untuk tiga nominal berbeda, yaitu paling banyak Rp 100 miliar rupiah, di atas Rp 100 miliar rupiah hingga Rp 500 miliar rupiah, dan lebih dari Rp 500 miliar rupiah.

9). Direksi menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk melaksanakan fungsinya.

10). Tata cara pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang Direksi harus secara jelas menentukan siapa melakukan apa, kapan, persyaratan teknis/administratif apa yang diperlukan dan bagaimana caranya.

5. PEraturan dirEKsi tEntang gaji atau uPaH dan manFaat tambaHan lainnya sErta insEntiF bagi KaryaWan

Pasal 44 ayat (7) Undang-Undang BPJS menentukan, ”Ketentuan mengenai gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi karyawan ditetapkan dengan Peraturan Direksi.”

Peraturan Direksi ini, dimaksudkan untuk dijadikan pedoman praktis oleh Direksi dalam melaksanakan sistem penggajian atau pengupahan dan pemberian manfaat tambahan lainnya serta pemberian insentif bagi karyawan BPJS.

POKOK-POKOK PiKiran matEri muatan

Pokok-pokok pikiran tata cara pelaksanaan sistem penggajian atau pengupahan dan pemberian manfaat tambahan lainnya sebagai berikut:1). Gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya merupakan

pengahasilan yang diperoleh karyawan setiap bulan sesuai dengan wewenang dan/atau tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas di BPJS.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 113: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero96

2). Penghasilan merupakan bagian dari biaya operasional BPJS yaitu biaya personel yang diperhitungkan dengan memperhatikan tingkat kewajaran yang berlaku untuk menjamin kesejahteraan karyawan BPJS dan keluarganya.

3). Sistem penggajian atau pengupahan yang ditetapkan harus memberi motivasi kepada setiap karyawan BPJS untuk berpres-tasi meningkatkan kinerja BPJS meyelenggarakan Jaminan Sosial.

4). Perlu ditentukan kenaikan gaji berkala bagi karyawan untuk menyesuaikan dengan kondisi perekonomian secara umum dan daya beli karyawan.

5). Insentif dapat diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja BPJS, yang dibayar dari hasil pengembangan aset BPJS.

Untuk itu perlu diatur secara jelas jenis insentif, kriteria kinerja BPJS, besaran insentif yang dapat diberikan kepada karyawan dan tata cara pembayarannya.

Insentif merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diharapkan menjadi motivasi bagi segenap karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.

Page 114: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

97

KETUJUH

uu bpJs menCabuT uu JamsosTek

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasiona (UU SJSN), antara lain dimaksudkan untuk menyinkronkan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara, agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta.

UU SJSN tidak secara tegas atau eksplisit mencabut Undang-Undang yang telah terlebih dahulu mengatur penyelenggaraan program jaminan sosial. Kementerian BUMN tetap bersikukuh untuk berpedoman kepada Undang-Undang yang menjadi dasar hukum eksistensi program jaminan sosial yang dikelolanya. Asas hukum ‘lex posterior derogate lex priori’, peraturan yang baru mengenyampingkan peraturan yang terdahulu, seolah tak berlaku. Pro kontra UU SJSN dan UU Jamsostek beserta UU BUMN dan UU PT tak kunjung selesai.

Dengan disahkan dan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) pada 25 November 2011, politik hukum di bidang jaminan sosial mengalami kemajuan. Terlebih pada aspek harmonisasi peraturan perundang-undangan.

UU BPJS secara tegas menyudahi penyelenggaraan Program JAMSOSTEK. UU BPJS mencabut UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek dalam dua tahap.

PENCABUTAN TAHAP PERTAMA

Pasal 68 UU BPJS menetapkan bahwa pada saat PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2015, terjadi perubahan UU Jamsostek sebagai berikut:

97

Page 115: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero98

1). Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor 59) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

2). Ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3468) dinyatakan tetap berlaku sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015.

Artinya, sejak tanggal 25 November 2011 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 dicabut dan tidak berlaku lagi dan hanya Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yang masih berlaku, sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan paling lambat 1 Juli 2015.

Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja mengatur mengenai jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua. Pasal-pasal tersebut diperlukan sebagai dasar hukum dalam masa transisi, bagi penyelenggaraan ketiga program tersebut oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai dengan BPJS Ketenagakerjaan beroperasi.

PENCABUTAN TAHAP KEDUA

Selanjutnya Pasal 69 UU BPJS menentukan, ”Pada saat mulai beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3468) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Artinya, seluruh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi sejak BPJS Ketenagakerjaan beroperasi paling lambat 1 Juli 2015.

Page 116: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

99

Bisa saja mulai beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan lebih cepat dari tanggal 1 Juli 2015. Jadi patokan yang dipergunakan untuk menentukan kapan persisnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dicabut seluruhnya dan dinyatakan tidak berlaku lagi adalah tanggal mulai beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan, paling lambat pada 1 Juli 2015.

Bagian Pertama : UU BPJS

Page 117: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero100

Page 118: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

101

baGian keDuaPEmbEntuKan bPjs

Page 119: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero102

Page 120: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

103

KEDELAPAN

Dua bpJs

UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS membentuk 2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.56 BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk pekerja asing yang bekerja di Indonesia sekurang-kurangnya enam bulan.57 BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian bagi seluruh tenaga kerja di Indonesia58.

BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan berkedudukan dan berkantor di ibu kota Negara RI. BPJS dapat mempunyai kantor perwakilan di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota.

Modal awal BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, ditetapkan masing-masing paling banyak Rp. 2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah), yang bersumber dari APBN. Modal awal dari Pemerintah merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.

BPJS KESEHATAN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.59

56 UU No. 24 Tahun 2011, Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)57 Ibid, Pasal 6 ayat (1) 58 Ibid, Pasal 6 ayat (2) 59 Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (1)

103

Page 121: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero104

Gambar 1. Pendirian BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan sesuai dengan ketentuan UU SJSN pada tanggal 1 Januari 2014. Pada saat tersebut, PT. Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi, semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT. Askes (Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan.

Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan, program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero), serta program pelayanan kesehatan Tentara Republik Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia dialihkan kepada BPJS Kesehatan.60

bPjs KEtEnagaKErjaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggung-jawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program

60 Ibid, Pasal 60 ayat (1), ayat (2), ayat (3)

Page 122: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

105

jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.61

BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN paling lambat pada 1 Juli 2015 bagi Peserta selain peserta program yang dikelola oleh PT. TASPEN (Persero) dan PT. ASABRI (Persero). Pegawai Negeri Sipil, Prajurit TNI dan Anggota POLRI tetap melanjutkan kepesertaannya pada PT. TASPEN (Persero) atau PT. ASABRI (Persero) hingga paling lambat tahun 2029, dan selanjutnya dialihkan kepesertaannya kepada BPJS Ketenagakerjaan.62

Bersamaan dengan pembubaran PT. Askes (Persero), PT. Jamsostek (Persero) bubar tanpa likuidasi dan berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. Semua aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban hukum PT. Jamsostek (Persero) menjadi aset, liabilitas, serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan.

Berbeda dari BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan beroperasi selambat-lambatnya 18 bulan setelah pendiriannya. Selama masa transisi dari 1 Januari 2014 sampai dengan 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan tetap melaksanaan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua dan program jaminan kematian sesuai ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek (UU Jamsostek). Selama masa transisi, BPJS Ketenagakerjaan tetap menerima peserta baru bagi ketiga program Jamsostek tersebut.63

61 Ibid, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (2) 62 Ibid, Pasal 64, Pasal 65 ayat (1) dan ayat (2) 63 Ibid, Pasal 44 ayat (2) huruf d, Pasal 68 huruf b.

Bagian Kedua : Pembentukan BPJS

Page 123: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero106

Gambar 2. Pendirian BPJS Ketenagakerjaan

Page 124: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

107

baGian keTiGatata KElOla bPjs

Page 125: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero108

Page 126: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

109

KESEMBILAN

bpJs, baDan hukum publik menuruT uu bpJs

BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik menurut UU BPJS.

Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahwa BPJS merupakan badan hukum publik, yaitu:1). cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan

dengan konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (Negara) dengan Undang-undang

2). lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan hukum tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan yang sama dengan publik

3). wewenangnya, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara dan diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan, atau peraturan yang mengikat umum.

BPJS merupakan badan hukum publik karena memenuhi ketiga persyaratan tersebut di atas, yaitu:1). dibentuk dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.64 2). berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia65

3). diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum66

64 Ibid, Pasal 5 65 Ibid, Pasal 266 Ibid, Pasal 48 ayat (3)

109

Page 127: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero110

4). bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta67

5). berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional68

6). bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga internasional (Pasal 51 ayat (3) UU BPJS).

7). berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya (Pasal 11 huruf f UU BPJS).

8). pengangkatan angggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi oleh Presiden, setelah melalui proses seleksi publik (Pasal 28 s.d. Pasal 30 UU BPJS).

Sebagai badan hukum publik, BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden, dengan tembusan kepada DJSN, paling lambat 30 Juni tahun berikutnya.

Selain itu, laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan, dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.

67 Ibid, Pasal 10 huruf d68 Ibid, Pasal 11 huruf c

Page 128: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

111

KESEPULUH

funGsi, TuGas Dan WeWenanG bpJs

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik.

Kedua BPJS tersebut mengemban misi Negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan.

FUNGSI

UU BPJS menentukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Menurut UU SJSN, program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi

111

Page 129: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero112

sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.

Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

TUJUH TUGAS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:1). melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;2). memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi

kerja;3). menerima bantuan iuran dari Pemerintah;4). mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;5). mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan

sosial;6). membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan

sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial; dan

Page 130: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

113

7). memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana Jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi.

Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.

DELAPAN WEWENANG

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas BPJS berwenang:1). Menagih pembayaran iuran;2). Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka

pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

3). Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

4). Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;

5). Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

6). Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;

7). Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 131: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero114

mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

8). Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.

Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

Page 132: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

115

KESEBELAS

hak Dan keWaJiban bpJs

Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang menjadi misi Negara untuk melaksanakannnya. Pengembangan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat merupakan amanat konstitusi dalam rangka memenuhi hak rakyat atas jaminan sosial yang dijamin dalam Pasal 28 H ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945.

Penyelenggaraaan jaminan sosial nasional yang adekuat merupakan salah satu pilar untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945. UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN menentukan 5 jenis program jaminan sosial, yaitu program jaminan kesehatan (JK), jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan hari tua (JHT), jaminan pensiun (JP) dan jaminan kematian (JKM), yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan transformasi dari BUMN penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan.

DUA HAK BPJS

UU BPJS menentukan bahwa dalam melaksanakan kewenangan-nya, BPJS berhak:1). memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program

yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2). memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari DJSN.

Dalam Penjelasan Pasal 12 huruf a UU BPJS dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “dana operasional” adalah bagian dari akumulasi iuran jaminan sosial dan hasil pengembangannya

115

Page 133: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero116

yang dapat digunakan BPJS untuk membiayai kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

UU BPJS tidak memberikan pengaturan mengenai berapa besaran “dana operasional” yang dapat diambil dari akumulasi iuran jaminan sosial dan hasil pengembangannnya. UU BPJS tidak juga mendelegasikan pengaturan lebih lanjut mengenai hal tersebut kepada peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang.

“Dana Operasional” yang digunakan oleh BPJS untuk membiayai kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial tentunya harus cukup pantas jumlahnya agar BPJS dapat bekerja secara optimal, tetapi tidak boleh berlebihan apalagi menjadi seperti kata pepatah “lebih besar pasak daripada tiang”.

Besaran “dana operasional” harus dihitung dengan cermat, mengunakan ratio yang wajar sesuai dengan best practice penyelenggaraan program jaminan sosial.

Mengenai hak memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari DJSN setiap 6 bulan, dimaksudkan agar BPJS memperoleh umpan balik sebagai bahan untuk melakukan tindakan korektif memperbaiki penyelenggaraan program jaminan sosial. Perbaikan penyelenggaraan program akan memberikan dampak pada pelayanan yang semakin baik kepada peserta.

Tentunya DJSN sendiri dituntut untuk melakukan monitoring dan evaluasi secara objektif dan profesional untuk menjamin terselenggaranya program jaminan sosial yang optimal dan berkelanjutan, termasuk tingkat kesehatan keuangan BPJS.

SEBELAS KEWAJIBAN BPJS

UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BPJS berkewajiban untuk:1). Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta; Yang dimaksud dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor

yang diberikan secara khusus oleh BPJS kepada setiap peserta

Page 134: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

117

untuk menjamin tertib administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta. Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua program jaminan sosial.

2). Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta;

3). Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya; Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan BPJS mencakup informasi mengenai jumlah aset dan liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran BPJS.

4). Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN;

5). Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;

6). Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban;

7). Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo JHT dan pengembangannya 1 kali dalam 1 tahun;

8). Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1 kali dalam 1 tahun;

9). Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;

10). Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan jaminan sosial; dan

11). Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

Jika dicermati kewajiban-kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan tatakelola BPJS sebagai badan hukum publik. BPJS harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, tanggap, kemandirian dan keadilan.

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 135: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero118

Dari 11 kewajiban yang diatur dalam UU BPJS, 5 di antaranya menyangkut kewajiban BPJS memberikan informasi. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik memang mewajibkan badan publik untuk mengumumkan informasi publik yang meliputi informasi yang berkaitan dengan badan publik, informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik, informasi mengenai laporan keuangan, dan informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dengan keterbukaan informasi tersebut diharapkan ke depan BPJS dikelola lebih transparan dan adil, sehingga publik dapat turut mengawasi kinerja BPJS sebagai badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada pemangku kepentingan.

Page 136: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

119

KEDUA BELAS

orGan bpJs

Pasal 20 UU BPJS menentukan organ BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Kedua organ tersebut mempunyai fungsi, tugas dan wewenang yang berbeda. Meskipun demikian, keduanya sangat berperan dalam menegakkan corporate governance BPJS. Ditangan Dewan Pengawas dan Direksi baik buruknya kinerja BPJS ditentukan.

Daya inovatif, kreatifitas dan dedikasi personil kedua organ tersebut baik secara individual maupun sebagai suatu entitas dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing berpotensi menjadikan BPJS berkembang secara dinamis.

Disamping itu, kerjasama antar individu dalam organ BPJS secara terstruktur dan dilandasi oleh budaya kerja yang partisipatif dengan integritas yang tinggi menciptakan sinergi yang positif untuk meraih tujuan BPJS, yaitu untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

Meskipun demikian patut diperhatikan bahwa personil organ BPJS secara individual memiliki kelemahan dan keterbatasan masing-masing. Namun hal ini dapat di atasi dengan menerapkan corporate governance berdasarkan prinsip transparency, accountability dan responsibility, responsiveness, independency dan fairness.

DEWAN PENGAWAS

Dewan Pengawas terdiri atas 7 orang profesional yang mencerminkan unsur-unsur pemangku kepentingan dalam jaminan sosial. Yaitu terdiri atas: 1). 2 orang unsur Pemerintah;2). 2 orang unsur Pekerja;3). 2 orang unsur Pemberi Kerja; dan 4). 1 orang unsur Tokoh Masyarakat.

119

Page 137: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero120

Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Salah seorang dari anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas oleh Presiden.

Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dewan Pengawas bertugas untuk:1). Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan

kinerja Direksi;2). Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan

pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;3). Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi

mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan4). Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan jaminan

sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Dewan Pengawas berwenang untuk:1). Menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;2). Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;3). Mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS;

dan4). Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai

kinerja Direksi.

DIREKSI

Direksi terdiri atas paling sedikit 5 orang anggota yang berasal dari unsur profesional. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Presiden menetapkan salah seorang dari anggota Direksi sebagai Direktur Utama.

Page 138: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

121

Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin peserta untuk mendapat manfaat sesuai dengan haknya.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut Direksi bertugas untuk:1). Melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi;2). Mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; dan3). Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas

untuk melaksanakan fungsinya. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas Direksi berwenang

untuk:1). melaksanakan wewenang BPJS;2). menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi,

tata kerja organisasi, dan sistem kepegawaian;3). menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS, termasuk

mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS, serta menetapkan penghasilan pegawai BPJS;

4). mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi;

5). menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas;

6). melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) dengan persetujuan Dewan Pengawas;

7). melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah) dengan persetujuan Presiden; dan

8). melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp. 500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah) dengan persetujuan DPR RI.

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 139: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero122

KETIGA BELAS

TaTa Cara pemilihan dan peneTapan anGGoTa DeWan penGaWas

Dan anGGoTa Direksi

UU BPJS menentukan bahwa anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi, seorang calon harus memenuhi persyaratan umum dan khu-sus yang ditentukan dalam UU BPJS.

UU BPJS juga mengatur secara rinci tata cara pemilihan dan penetapan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi. Proses rekrutmen calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi dilakukan melalui proses seleksi oleh panitia seleksi yang dibentuk oleh Presiden. Panitia seleksi bentukan Presiden inilah yang menjaring dan menyaring calon-calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi yang memenuhi persyaratan, untuk diajukan kepada Presiden.

Proses pemilihan dan penetapan anggota Dewan Pengawas oleh Presiden sedikit berbeda dengan pemilihan dan penetapan anggota Direksi. Presiden memilih dan menetapkan anggota Direksi berdasarkan usul dari panitia seleksi.

Untuk pemilihan dan penetapan anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur Pemerintah dipilih dan ditetapkan oleh Presiden berdasarkan usulan panitia seleksi. Sedangkan calon anggota Dewan Pengawas dari unsur pekerja, unsur pemberi kerja, dan unsur tokoh masyarakat, diajukan oleh Presiden kepada DPR untuk dipilih. Hasil pemilihan DPR disampaikan oleh Pimpinan DPR untuk ditetapkan.

Melalui proses rekrutmen seperti tersebut diharapkan dapat dipilih dan ditetapkan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi yang memenuhi persyaratan, aspiratif dan mendapat dukungan pe-mangku kepentingan, profesional dan kapabel dalam mengemban tugasnya.

122

Page 140: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

123

PERAN PANITIA SELEKSI

Peran panitia seleksi bentukan Presiden sangat strategis dalam menyeleksi calon anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi. Panitia seleksi, menurut Pasal 28 ayat (2) UU BPJS terdiri atas 2 orang unsur Pemerintah dan 5 orang unsur masyarakat. Kemudian pada ayat (3) ditentukan bahwa keanggotaan panitia seleksi ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

UU BPJS tidak menjelaskan lebih lanjut kualifikasi unsur Peme-rintah dan unsur masyarakat. Paling tidak unsur Pemerintah dimaksud terkait dengan urusan kementerian yang menyelenggrakan urusan yang berhubungan dengan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga-kerjaan atau dengan pembayaran bantuan iuran jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang dibayar oleh Pemerintah.

Sedangkan unsur masyarakat tentunya mencerminkan pemang-ku kepentingan yang terkait dengan program jamianan sosial dan ahli jaminan sosial yang mampu menangkap aspirasi masyarakat dalam memilih orang yang tepat pada posisi yang tapat untuk mengawali organ BPJS.

Mengingat pentingnya peran panitia seleksi dalam pemilihan calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi, maka penentuan orang-orang yang akan duduk dalam panitia seleksi merupakan awal yang menentukan sukses tidaknya pelaksanaan tugas panitia seleksi.

Proses pemilihan orang-orang yang akan ditetapkan sebagai anggota panitia seleksi haruslah transparan, dan objektif sehingga masyarakat menaruh kepercayaan terhadap mereka. Hal ini akan berdampak pada kredibilitas calon anggota Dewan pengawas dan anggota Direksi yang direkrut.

Selain itu tata cara atau metodologi rekrutmen yang akan dilakukan oleh panitia seleksi juga berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.

Diharapkan Peraturan Presiden sebagai pelaksanaan Pasal 31 UU BPJS dapat memberikan jawaban yang lebih jelas, operasional dan pasti mengenai tata cara pemilihan dan penetapan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi.

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 141: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero124

KEEMPAT BELAS

pemberhenTiananGGoTa DeWan penGaWas

aTau anGGoTa Direksi

UU BPJS menentukan bahwa anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Presiden memberhentikan anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi berdasarkan alasan yang ditentukan dalam UU BPJS.

UU BPJS mengenal dua kualifikasi pemberhentian anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi, yaitu diberhentikan sementara atau diberhentikan dari jabatannya masing-masing dengan alasan yang ditentukan dalam UU BPJS.

Pasal 32 UU BPJS menentukan anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi berhenti dari jabatannya karena:1). meninggal dunia;2). masa jabatannya berakhir; atau 3). diberhentikan.

Jika salah satu dari alasan tersebut dipenuhi, maka anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi diberhentikan dari jabatannya.

DIBERHENTIKAN SEMENTARA

Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi, menurut Pasal 33 ayat (1) UU BPJS dapat diberhentikan sementara karena:1). sakit terus-menerus lebih dari 3 bulan. sehingga tidak dapat

menjalankan tugasnya;2). ditetapkan menjadi tersangka; atau3). dikenai sanksi administratif pemberhentian sementara.

Meskipun salah satu persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat (1) di atas telah dipenuhi, tidak berarti bahwa anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang bersangkutan dengan sendiri-

124

Page 142: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

125

nya diberhentikan sementara. Tergantung kepada Presiden, apakah akan diberhentikan sementara atau tidak. Sebab dalam Pasal 33 ayat (1) digunakan frasa ”dapat diberhentikan sementara”. Jadi sifatnya opsional.

Kemudian pada Pasal 33 ayat (2) ditentukan bahwa dalam hal anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi diberhentikan sementara, Presiden menunjuk pejabat sementara dengan mempertimbangkan usulan dari DJSN.

Dalam penjelasan Pasal 33 ayat (2) UU BPJS dikemukakan bahwa untuk menjalankan tugas anggota Dewan Pengawas yang diberhentikan sementara, pejabat sementara yang diusulkan DJSN dipilih di antara anggota Dewan Pengawas yang lain. Untuk menjalankan tugas anggota Direksi yang diberhentikan sementara, pejabat sementara yang diusulkan oleh DJSN dipilih di antara anggota Direksi yang lain.

Dari penjelasan Pasal 33 ayat (2) tersebut dapat disimpulkan bahwa DJSN tidak mengusulkan orang baru untuk menjalankan tugas anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang diberhentikan sementara, tetapi dipilih salah satu di antara anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang ada.

Selanjutnya pada ayat (3) ditentukan bahwa anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang diberhentikan sementara, dikembalikan pada jabatannya apabila telah dinyatakan sehat kembali untuk melaksanakan tugas atau apabila statusnya sebagai tersangka dicabut, atau sanksi administratif pemberhentian sementaranya dicabut.

Dalam Penjelasan pasal 33 ayat (3) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan ”dinyatakan sehat kembali” adalah apabila dinyatakan sehat oleh dokter yang bekerja pada rumah sakit milik Pemerintah.

Yang dimaksud dengan ”statusnya sebagai tersangka dicabut” adalah apabila proses penyidikan perkaranya dihentikan oleh penyidik.

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 143: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero126

Pengembalian jabatan sebagaimana dimaksud di atas menurut ayat (4) dilakukan paling lama 30 hari terhitung sejak dinyatakan sehat atau statusnya sebagai tersangka dicabut atau sanksi administratif pemberhentian sementaranya dicabut.

UU BPJS tidak mengatur konsekuensi hukum dan administratif, jika tenggat waktu yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat (4) dilampaui. Pemberhentian sementara anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi dan pengembalian jabatan dilakukan oleh Presiden.

DIBERHENTIKAN DARI JABATAN

Pasal 34 ayat (1) UU BPJS menentukan anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi diberhentikan dari jabatannya karena:1). Sakit terus-menerus selama 6 bulan sehingga tidak dapat

menjalankan tugasnya;2). Tidak menjalankan tugasnya sebagai anggota Dewan Pengawas

atau anggota Direksi secara terus menerus lebih dari 3 bulan karena alasan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a;

3). Merugikan BPJS dan kepentingan peserta jaminan sosial karena kesalahan kebijakan yang diambil;

4). Menjadi terdakwa karena melakukan tindak pidana;5). Melakukan perbuatan tercela;6). Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Dewan

Pengawas atau anggota Direksi; dan/atau7). Mengundurkan diri secara tertulis atas permintaan sendiri.

Apabila salah satu atau lebih persyaratan tersebut di atas dipenuhi, maka anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya.

CALON PENGGANTI ANTAR WAKTU

Dalam hal anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi ber-henti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a atau diberhenti-kan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, maka menurut Pasal 35

Page 144: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

127

Presiden mengangkat anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi pengganti untuk meneruskan sisa masa jabatan yang digantikan.

Kemudian dalam Pasal 36 ditentukan bahwa dalam hal terjadi kekosongan jabatan anggota Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi, Presiden membentuk panitia seleksi untuk memilih calon anggota pengganti antar waktu. Prosedur pemilihan dan penetapan calon anggota pengganti antara waktu, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30 dan Pasal 31 UU BPJS.

Dalam hal sisa masa jabatan yang kosong kurang dari 18 bulan, Presiden menetapkan anggota pengganti antar waktu berdasarkan usulan DJSN. DJSN mengajukan usulan berdasarkan peringkat hasil seleksi. UU BPJS tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan peringkat hasil seleksi tersebut.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan penetapan calon anggota pengganti antar waktu diatur dengan Peraturan Presiden.

Dalam Peraturan Presiden ini diharapkan diatur secara rinci dan jelas mengenai tata cara pemilihan calon anggota pengganti antara waktu anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi yang diberhentikan dari jabatannya.

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 145: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero128

KELIMA BELAS

penGaWasan TerhaDap bpJs

BPJS sebagai badan hukum publik mendapat amanah dan kepercayaan dari pembentuk Undang-Undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial dengan tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan guna terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Oleh karena itu, BPJS dituntut untuk melaksanakan amanah dan kepercayaan tersebut secara akuntabel dan transparan.

Untuk itulah perlu dilakukan pengawasan terhadap BPJS agar pelaksanaan tugas BPJS sesuai dengan asas-asas, prinsip-prinsip, ketentuan peraturan perundang-undangan dan memberi manfaat yang optimal kepada peserta dan/atau anggota keluarganya.

Pengawasan pada umumnya bertujuan untuk menjamin ketepatan pelaksanaan rencana, menertibkan koordinasi kegiatan, menjamin efisiensi dan mencegah pemborosan, kebocoran atau penyelewengan, serta menjamin kepuasan pelanggan dan membina kepercayaan publik terhadap BPJS.

Hasil pengawasan dapat dipergunakan oleh BPJS untuk melaksanakan perbaikan internal dan juga diperlukan oleh pemang-ku kepentingan untuk mengevaluasi apakah:1). BPJS telah melaksanakan tugas dan wewenangnya secara benar,

tepat, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;2). program jaminan sosial yang diselenggarakan telah mencapai

tujuan yang ditetapkan;3). pelayanan publik telah dilaksanakan secara berdaya guna, berhasil

guna, memenuhi standar dan berkeadilan. UU BPJS menentukan pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.

128

Page 146: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

129

PENGAWASAN INTERNAL

Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ BPJS atau oleh satuan pengawasan internal yang dibentuk oleh organ BPJS yang diberi wewenang untuk menetapkan struktur organisasi. Atau dengan kata lain pengawasan internal dilakukan oleh organ atau satuan tugas pengawasan dalam organ BPJS sendiri.

Pengawasan internal BPJS menurut Pasal 39 ayat (2) UU BPJS dilakukan oleh pengawas BPJS yang terdiri atas:1). Dewan Pengawas; dan2). Satuan Pengawas Internal.

Dewan Pengawas BPJS merupakan organ BPJS yang berfungsi melakukan tugas pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS. Sedang-kan satuan pengawas internal dibentuk sebagai unit khusus untuk membantu dan atas nama pucuk pimpinan melakukan pengawasan terhadap keseluruhan unit organisasi dalam BPJS.

Pengawasan internal melakukan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya dalam rangka membantu pimpinan mengelola organisasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

PENGAWASAN EKSTERNAL

Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh institusi dari luar BPJS.

Pengawasan eksternal BPJS menurut Pasal 39 ayat (3) dilakukan oleh :1). DJSN; dan2). lembaga pengawas independen.

Dalam Penjelasan Pasal 39 ayat (3) huruf a dikemukakan bahwa DJSN melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial. Penjelasan ini harus dihubungkan dengan Pasal 7 ayat (4) UU SJSN yang menentukan bahwa DJSN berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial.

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 147: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero130

Kewenangan melakukan monitoring dan evaluasi dalam keten-tuan ini dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya program jaminan sosial, termasuk tingkat kesehatan keuangan BPJS.

Sedangkan yang dimaksud dengan “lembaga pengawas independen” menurut Penjelasan Pasal 39 ayat (3) huruf b adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam hal tertentu sesuai dengan kewenangannya, BPK dapat melakukan pemeriksaan.

Menurut Pasal 5 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK, OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Ruang lingkup tugasnya mencakup kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, di sektor pasar modal, di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Lembaga jasa keuangan lainnya antara lain meliputi penyelenggaraan jaminan sosial. BPK dapat melakukan pemeriksaan sepanjang menyangkut pengelolaan keuangan Negara yang dilakukan oleh BPJS.

Page 148: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

131

KEENAM BELAS

penGelolaan aseT

BPJS sebagai badan hukum publik selain mengelola aset BPJS, juga dipercaya untuk mengelola Dana Jaminan Sosial.

Pasal 40 ayat (2) UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. UU BPJS tidak memberi penjelasan mengapa wajib dipisahkan.

Pasal 40 ayat (3) UU BPJS malah menegaskan bahwa aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan dana amanat milik seluruh peserta yang tidak merupakan aset BPJS.

Pemisahan aset tersebut memang seharusnya dilakukan. Karena Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh BPJS untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

Dana Jaminan Sosial tidak boleh digunakan selain untuk penggunaan yang ditentukan dalam UU BPJS. UU BPJS mewajibkan BPJS untuk menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan Sosial pada bank kusdodian yang merupakan Badan Usaha Milik Negara.

ASET BPJS

Menurut Pasal 41 ayat (1) UU BPJS aset BPJS bersumber dari:1). Modal awal dari Pemerintah, yang merupakan kekayaan Negara

yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham;2). Hasil pengalihan aset BUMN yang menyelenggarakan program

jaminan sosial;3). Hasil pengembangan aset BPJS;4). Dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial; 5). Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

131

Page 149: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero132

Modal awal dari Pemerintah sebagaimana dimaksud di atas, untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menurut Pasal 42 UU BPJS ditetapkan masing-masing paling banyak Rp. 2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) yang bersumber dari APBN.

Aset BPJS menurut Pasal 41 ayat (2) UU BPJS, dapat digunakan untuk:1). Biaya operasional penyelenggaraan program jaminan sosial;2). Biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk

mendukung operasional penyelenggaraan jaminan sosial;3). Biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan; dan4). Investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

ASET DANA JAMINAN SOSIAL

Aset Dana Jaminan Sosial, menurut Pasal 43 ayat (1) UU BPJS, bersumber dari:1). Iuran jaminan sosial, termasuk bantuan iuran;2). Hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial;3). Hasil pengalihan aset program jaminan sosial yang menjadi hak

peserta dari BUMN yang menyelenggarakan program jaminan sosial; dan

4). Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Aset Dana Jamina Sosial, menurut Pasal 43 ayat (2) UU BPJS,

digunakan untuk:1). Pembayaran manfaat atau pembiayaan layanan jaminan sosial;2). Dana operasional penyelenggaraan program jaminan sosial; dan3). Investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber dan penggunaan

aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah inilah diharapkan diatur secara transparan, jelas dan rinci mengenai sumber dan penggunaan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial.

Page 150: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

133

KETUJUH BELAS

Dana Dan biaYa operasional bpJs

Salah satu hak BPJS yang ditentukan dalam UU BPJS ialah memperoleh dana operasional. Menurut Pasal 12 UU BPJS, dana operasional BPJS bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DANA OPERASIONAL

Sementara itu Pasal 45 ayat (1) UU BPJS menentukan bahwa dana operasional BPJS ditentukan berdasarkan persentase dari iuran yang diterima dan/atau dari dana hasil pengembangan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, dana operasional BPJS dapat dihitung berdasarkan persentase dari iuran yang diterima, atau berdasarkan persentase hasil pengembangan, atau berdasarkan persentase keduanya. Ketentuan lebih lanjut mengenai persentase dana diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang akan dibuat sebagai pelaksanaan Pasal 45 ayat (2) UU BPJS paling tidak harus bisa menjawab dalam hal apa persentase dana operasional dihitung. Berdasarkan iuran yang diterima, atau berdasarkan persentase hasil pengembangan, atau berdasarkan keduanya, serta berapa persentasenya yang wajar untuk membiayai operasional BPJS, serta institusi mana yang berwenang menentukan dan bagaimana tata caranya.

BIAYA OPERASIONAL

Pasal 44 ayat (1) UU BPJS menentukan biaya operasional BPJS terdiri atas biaya personel dan biaya non personel. Selanjutnya ditentukan personel yang terdiri atas Dewan Pengawas, Direksi dan karyawan. Biaya personel mencakup gaji atau upah dan manfaat

133

Page 151: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero134

tambahan lainnya. Ditentukan pula bahwa Dewan Pengawas, Direksi, dan karyawan

memperoleh gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya yang sesuai dengan wewenang dan/atau tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas di dalam BPJS. Gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya memperhatikan tingkat kewajaran yang berlaku.

Dewan Pengawas, Direksi dan karyawan dapat memperoleh insentif sesuai dengan kinerja BPJS yang dibayarkan dari hasil pengembangan. UU BPJS tidak memberi penjelasan apa yang dimaksud dengan hasil pengembangan.

Dengan menggunakan penafsiran sistematis, maka yang dimaksud dengan hasil pengembangan adalah hasil pengembangan aset BPJS. Menurut Pasal 41 ayat (2) UU BPJS, aset BPJS dapat digunakan untuk biaya operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

Ketentuan mengenai gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya, serta insentif bagi karyawan ditetapkan dengan Peraturan Direksi. Sedangkan ketentuan mengenai gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya, serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi diatur dengan Peraturan Presiden.

Page 152: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

135

KEDELAPAN BELAS

TiGa belas laranGan baGi anGGoTa DeWan penGaWas Dan

anGGoTa Direksi

Dewan Pengawas merupakan organ BPJS yang berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS, sedangkan Direksi merupakan organ BPJS yang berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin peserta untuk mendapatkan manfaat sesuai dengan haknya.

Sinergi antara kedua organ tersebut menentukan keberhasilan BPJS sebagai badan hukum publik dalam mengemban tugas penyediaan jasa publik yang ketersediaannya menjadi misi Negara yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya. Misi Negara tersebut ialah mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat untuk memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Mengingat peranan Dewan Pengawas dan Direksi yang demikian penting, UU BPJS mengatur secara rinci tugas dan wewenang masing-masing organ, mekanisme rekrutmen untuk memperoleh the right man on the right place, dan larangan bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi.

TIGA BELAS LARANGAN

Pasal 52 UU BPJS menentukan tiga belas larangan yang bila dilanggar dapat mengakibatkan pelakunya dikenakan sanksi administratif atau sanksi pidana. Dari tiga belas larangan tersebut lima (38,46%) larangan berkenaan dengan integritas, lima (38,46%) larangan berkenaan dengan pencegahan konflik kepentingan, dan tiga (23,07%) larangan berkenaan dengan pengelolaan dana.

135

Page 153: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero136

Selengkapnya tiga belas larangan tersebut adalah:1). Memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat ketiga antar

anggota Dewan Pengawas, antar anggota Direksi, dan antar anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi;

2). Memiliki bisnis yang mempunyai keterkaitan dengan penye-lenggaraan jaminan sosial;

3). Melakukan perbuatan tercela;4). Merangkap jabatan sebagai anggota partai politik, pengurus

organisasi masyarakat atau organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan program jaminan sosial, pejabat struktural dan fungsional pada lembaga pemerintahan, pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya;

5). Membuat atau mengambil keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan;

6). Mendirikan atau memiliki seluruh atau sebagian badan usaha yang terkait dengan program jaminan sosial;

7). Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan dihapuskannya suatu laporan dalam buku catatan atau dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial;

8). Menyalahgunakan dan/atau menggelapkan aset BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial;

9). Melakukan subsidi silang antar program;10). Menempatkan investasi aset BPJS dan/atau Dana Jaminan

Sosial pada jenis investasi yang tidak terdaftar pada Peraturan Pemerintah;

11). Menanamkan investasi kecuali surat berharga tertentu dan/atau investasi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan sosial;

12). Membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku catatan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial; dan/atau

Page 154: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

137

13). Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau merusak catatan pembukuan BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial.

SANKSI ADMINISTRATIF DAN SANKSI PIDANA

Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, atau huruf f, menurut Pasal 53 ayat (1) dan ayat (3) UU BPJS, dikenai sanksi administratif, berupa:1). peringatan tertulis;2). pemberhentian sementara; dan/atau3). pemberhentian tetap.

Pengenaan sanksi administratif tersebut dilakukan oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf g, huruf h, huruf I, huruf j, huruf k, huruf l, atau huruf m, dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 155: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero138

KESEMBILAN BELAS

kerJasama bpJs

Program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan untuk mem-beri kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana dikemukakan dalam Penjelasan Umum UU SJSN.

Negara memang diamanatkan oleh konstitusi untuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Yudi Latif (Negara Paripurna, 2011, hal 598) mengemukakan, ”Orientasi perekonomian yang mengarah kepada keadilan sosial melalui pemerataan kesempatan dan jaminan sosial inilah menjadi misi dari Negara kesejahteraan Indonesia.”

Jaminan sosial merupakan salah satu pilar untuk membangun solidaritas sosial atau kegotongroyongan, guna menjamin setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak, apabila menghadapi risiko hilang atau berkurangnya pendapatan karena menderita sakit, kecelakaan kerja, kehilangan pekerjaan, menderita cacat dan memasuki usia lanjut atau pensiun.

KERJASAMA DENGAN LEMBAGA PEMERINTAH DAN ORGANISASI/LEMBAGA LAIN

Pengembangan Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan tanggung jawab etis politis Negara atas kesejahteraan umum dalam masyarakat. Dalam Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila tidak boleh ada rakyat yang kelaparan, atau sekarat dan menemui ajal karena tidak terjangkau oleh sistem jaminan sosial.

138

Page 156: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

139

BPJS yang dibentuk dengan Undang-Undang dengan tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya, perlu bersinergi dengan lembaga Pemerintah, dan/atau organisasi atau lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri.

Pasal 51 ayat (1) UU BPJS menentukan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial, BPJS bekerjasama dengan lembaga Pemerintah.

Seperti diketahui jaminan sosial merupakan perikatan yang timbul karena undang-undang, karena itu kerjasama BPJS dengan lembaga Pemerintah yang memiliki kewenangan regulasi dan kewenangan untuk menentukan norma, standar, prosedur dan kriteria yang secara teknis berkaitan dengan tugas BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial perlu dijalin dengan tetap menghormati kewenangan masing-masing.

Perlu ditegaskan bahwa kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial.

Pada ayat (2) ditentukan bahwa dalam menjalankan tugasnya, BPJS dapat bekerjasama dengan organisasi atau lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri.

Dalam Penjelasan ayat ini dikemukakan bahwa kerjasama dengan organisasi atau lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas BPJS ataupun kualitas pelayanan kepada peserta. Kerjasama BPJS dengan organisasi atau lembaga lain bersifat opsional, artinya tidak wajib untuk dilakukan, tetapi dapat dilakukan. Tolok ukurnya ialah untuk peningkatan kualitas BPJS sendiri ataupun kualitas pelayanan kepada peserta.

Kemudian pada ayat (3) ditentukan bahwa BPJS dapat bertindak mewakili Negara Republik Indonesia sebagai anggota organisasi atau anggota lembaga internasional apabila terdapat ketentuan bahwa anggota dari organisasi atau lembaga internasional tersebut mengharuskan atas nama Negara.

Bagian Ketiga : Tata Kelola BPJS

Page 157: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero140

Dalam Penjelasan ayat ini dikemukakan bahwa keanggotaan BPJS dalam organisasi atau lembaga internasional dilakukan dengan tetap mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dari ketentuan ayat (3) dapat dikemukakan bahwa BPJS dapat bertindak mewakili Negara Republik Indonesia dalam organi-sasi atau lembaga internasional, dengan 2 syarat, yaitu:1. Terdapat ketentuan yang mengharuskan bahwa keanggotaan

organisasi atau lembaga internasional tersebut atas nama Negara; dan

2. Mengikuti peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara hubungan antar lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 158: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

141

baGian keempaTtransformasi setengah Hati

Persero menjadi bPjs

Page 159: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero142

Page 160: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

143

KEDUAPULUH

memahami Transformasi penYelenGGara Jaminan sosial

Transformasi menjadi kosa kata penting sejak tujuh tahun ter-akhir di Indonesia, tepatnya sejak diundangkannya UU SJSN pada 19 Oktober 2004. Transformasi akan menghadirkan identitas baru dalam penyelenggaraan program jaminan sosial di Indonesia.

Empat BUMN Persero penyelenggara program jaminan sosial – PT. Askes (Persero), PT. ASABRI (Persero), PT. Jamsostek (Persero), dan PT. TASPEN (Persero) akan bertransformasi menjadi BPJS. UU BPJS telah menetapkan PT. Askes (Persero) untuk bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan PT. Jamsostek akan bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. UU BPJS belum mengatur mekanisme transformasi PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) dan mendelegasikan pengaturannya ke Peraturan Pemerintah.

PERINTAH TRANSFORMASI

Perintah transformasi kelembagaan badan penyelenggara jami-nan sosial diatur dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Penjelasan Umum alinea kesepuluh UU SJSN menjelaskan bahwa, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang dibentuk oleh UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang tengah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru.

Transformasi badan penyelenggara diatur lebih rinci dalam UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). UU BPJS adalah pelaksanaan UU SJSN pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005.

Penjelasan Umum UU BPJS alinea keempat mengemukakan bahwa UU BPJS merupakan pelaksanaan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Kedua pasal ini

143

Page 161: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero144

mengamanatkan pembentukan BPJS dan transformasi kelembagaan PT ASKES (Persero), PT ASABRI (Persero), PT JAMSOSTEK (Persero) dan PT TASPEN (Persero) menjadi BPJS. Transformasi kelembagaan diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban.

maKna transFOrmasi

UU SJSN dan UU BPJS memberi arti kata ‘transformasi’ sebagai perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi.

(1) Perubahan Filosofi Penyelenggaraan jaminan sosial

BUMN Persero penyelenggara jaminan sosial terdiri dari PT. Askes, PT. ASABRI, PT. Jamsostek, PT. TASPEN. Keempatnya adalah badan hukum privat yang dirikan sesuai ketentuan UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan tatakelolanya tunduk pada ketentuan yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Misi yang dilaksanakan oleh keempat Persero tersebut merujuk pada peraturan perundangan yang mengatur program-program jaminan sosial bagi berbagai kelompok pekerja. Walaupun program-program jaminan sosial yang tengah berlangsung saat ini diatur dalam peraturan perundangan yang berlainan, keempat Persero mengemban misi yang sama, yaitu menyelenggarakan program jaminan sosial untuk menggairahkan semangat kerja para pekerja.

Program Jamsostek diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk memberikan ketenangan kerja juga karena dianggap mempunyai dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin

Page 162: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

145

dan produktifitas tenaga kerja.69 Program Jamsostek diselenggarakan untuk memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, serta merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.70

Begitu pula dengan Program Askes dan Program TASPEN, penye-lenggaraan kedua program jaminan sosial bagi pegawai negeri sipil adalah insentif yang bertujuan untuk meningkatkan kegairahan bekerja.71 Program ASABRI adalah bagian dari hak prajurit dan anggota POLRI atas penghasilan yang layak.72

Sebaliknya di era SJSN, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merepresentasikan Negara dalam mewujudkan hak konstitusional warga Negara atas jaminan sosial dan hak atas penghidupan yang layak. Penyelenggaraan jaminan sosial berbasis kepada hak konstitusional setiap orang dan sebagai wujud tanggung jawab Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (3)73 dan Pasal 34 ayat (2)74. Penyelenggaraan sistem jaminan sosial berdasarkan asas antara lain asas kemanusiaan yang berkaitan dengan martabat manusia.75 BPJS mengemban misi perlindungan finansial untuk terpenuhinya kehidupan dasar warga Negara dengan layak. Yang dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.76

69 Penjelasan Umum alinea ke-2 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

70 Penjelasan Umum alinea ke-7 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

71 Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

72 Pasal 49 dan Pasal 50 UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dan Pasal 5 huruf a dan huruf i PP No. 42 Tahun 2010 tentang Hak-Hak Anggota POLRI

73 Pasal 28 H ayat (3) UUD NRI Tahun 1945: ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.

74 Pasal 34 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945: ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”

75 Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2004.76 Penjelasan Pasal 3 UU No. 40 Tahun 2004.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 163: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero146

Transformasi BUMN Persero menjadi BPJS bertujuan untuk memenuhi prinsip dana amanat dan prinsip nirlaba SJSN, di mana dana yang dikumpulkan oleh BPJS adalah dana amanat peserta yang dikelola oleh BPJS untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peserta.77

Penyelenggaraan program jaminan sosial oleh BUMN Perseroan tidak sesuai dengan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial pasca amandemen UUD NRI 1945. Pendirian BUMN Persero antara lain bertujuan untuk memberikan sumbangan pada perekonomian nasional dan pendapatan negara serta untuk mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.78 Tujuan pendirian BUMN jelas bertentangan dengan tujuan penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional sebagaiman diuraikan di atas.

(2) Perubahan badan Hukum

Keempat BUMN Persero penyelenggara program jaminan sosial– PT. Askes, PT. ASABRI, PT. Jamsostek, PT. TASPEN, adalah empat badan usaha milik negara berbentuk PT (Persero) yang terdiri dari persekutuan modal dan bertanggung jawab kepada pemegang saham. Keempatnya bertindak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh dan sesuai dengan keputusan pemilik saham yang tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)79.

Sebagai badan usaha (BUMN Persero) tidak didirikan oleh penguasa Negara dengan Undang-Undang, melainkan ia didirikan selayaknya perusahaan perseroan terbatas lainnya, dengan akta notaris dan disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Menteri mendirikan persero setelah berkonsultasi dengan Presiden dan setelah dikaji oleh Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. 80

77 Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN78 Pasal 2 ayat (1) huruf a dan b dan Pasal 12 huruf b UU No. 19 Tahun 2003 tentang

BUMN79 Pasal 13 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN80 Pasal 10 ayat (2) UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan Pasal 7 UU No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 164: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

147

Sebaliknya, pendirian BPJS oleh penguasa Negara dengan Undang-undang, yaitu UU SJSN dan UU BPJS. Pendirian BPJS tidak didaftarkan pada notaris dan tidak perlu pengabsahan dari lembaga pemerintah.81

(3) Perubahan Organ

Organ BPJS menurut UU BPJS sangat berbeda jika dibandingkan dengan PT (Persero) yang tunduk kepada UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan peraturan pelaksanaannya, serta tunduk juga pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Transformasi kelembagaan jaminan sosial mengeluarkan badan penyelenggara jaminan sosial dari tatanan Persero yang berdasar pada kepemilikan saham dan kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),82 menuju tatanan badan hukum publik sebagai pelaksana amanat konstitusi dan peraturan perundangan. Didasari pada kondisi bahwa kekayaan Negara dan saham tidak dikenal dalam SJSN, maka RUPS tidak dikenal dalam organ BPJS.

Organ BPJS ditentukan dalam UU BPJS, terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Jumlah anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi, serta mekanisme seleksinya ditentukan dalam UU BPJS.

Sedangkan organ PT (Persero) terdiri atas RUPS Direksi, dan Komisaris Direksi dan Komisaris di angkat dan diberhentikan oleh RUPS dengan mengacu pada mekanisme seleksi yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah/Anggaran Dasar PT (Persero).

Tugas dan wewenang Dewan Pengawas dan Direksi BPJS diatur dalam UU BPJS, sedangkan tugas dan wewenang Direksi dan Komisaris Persero diatur dalam Peraturan Pemerintah/Anggaran Dasar.

Dewan Pengawas BPJS berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS, sedangkan Direksi berfungsi melaksanakan

81 Pasal 5 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 5 dan Pasal 7 UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS

82 RUPS adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 165: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero148

penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS.83 Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden84.

Berbeda dengan Dewan Komisaris BUMN Persero, Dewan Pengawas BPJS ditetapkan oleh Presiden. Pemilihan Dewan Pengawas BPJS dilakukan oleh Presiden dan DPR. Presiden memilih anggota Dewan Pengawas dari unsur Pemerintah, sedangkan DPR memilih anggota Dewan Pengawas dari unsur Pekerja, unsur Pemberi Kerja dan unsur tokoh masyarakat.

Sebagai badan hukum publik, BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada pejabat publik yang diwakili oleh Presiden. BPJS menyampaikan kinerjanya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden, dengan tembusan kepada DJSN, paling lambat 30 Juni tahun berikutnya.

(4) Perubahan tatakelola

Prinsip pengelolaan BPJS dilaksanakan berdasarkan 9 prinsip penyelenggaraan jaminan sosial, yaitu kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. Sedangkan pengelolaan PT (Persero) mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas yang pada intinya memaksimalkan kembalian (return) bagi pemegang saham.

Sebagai badan usaha, keempat BUMN Persero tersebut tidak memiliki kewenangan publik yang seharusnya dimiliki oleh badan penyelenggara jaminan sosial. Hambatan utama yang dialami oleh keempat BUMN Persero adalah ketidakefektifan penegakan hukum jaminan sosial karena ketiadaan kewenangan untuk meng-

83 UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS Pasal 20, Pasal 22 ayat (1), Pasal 24 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS

84 Ibid, Pasal 23 ayat (2)

Page 166: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

149

atur, mengawasi maupun menjatuhkan sanksi kepada peserta. Sebaliknya, BPJS selaku badan hukum publik memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur publik melalui kewenangan membuat peraturan-peraturan yang mengikat publik.

Perubahan tatakelola mencakup 3 hal utama, yaitu:(1) Pemisahan Program

Penyelenggaraan program jaminan sosial dipisahkan menjadi dua kelompok program. Kelompok pertama adalah program jaminan kesehatan yang akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan bagi seluruh tenaga kerja Indonesia termasuk pekerja asing yang bekerja sekurang-kurangnya 6 bulan di Indonesia. Penerima manfaat program jaminan kesehatan mencakup pula anggota keluarganya

Kelompok kedua mencakup empat program jaminan sosial yaitu program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun dan program jaminan kematian. Keempat program ini akan diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Pemisahan ini belum sepenuhnya berdasarkan spesialisasi penyelenggaraan program. BPJS Ketenagakerjaan mengelola program jaminan sosial manfaat jangka pendek, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, dan tiga program jaminan sosial manfaat jangka panjang. Idealnya, program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan oleh BPJS tersendiri.

(2) Pemisahan Aset Jaminan SosialPengelolaan dana jaminan sosial oleh BPJS berbeda dari BUMN.

Sistem keuangan dan akuntansi BPJS berbeda dari yang selama ini diberlakukan oleh keempat BUMN tersebut.

BPJS mengelola aset BPJS dan aset dana jaminan sosial. Pasal 40 ayat (2) UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Pasal 40 ayat (3) UU BPJS menegaskan bahwa aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. BPJS wajib menyimpan dan mengadministrasikan dana jaminan sosial pada bank kustodian yang merupakan badan usaha milik negara.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 167: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero150

(3) Penyertaan dana PemerintahBerbeda dengan penyertaan dana Pemerintah sebagai modal

yang terbagi atas saham BUMN, penempatan dana Pemerintah pada BPJS berupa modal awal atau dana penyehatan.

UU BPJS menetapkan modal awal BPJS disediakan oleh Pemerintah. Pemerintah menempatkan dana bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara paling banyak sebesar dua triliun rupiah untuk masing-masing BPJS.85

Pemerintah dapat melakukan intervensi melalui kebijakan khusus untuk menjamin kelangsungan program jaminan sosial. Selanjutnya, bila terjadi krisis keuangan dan kondisi tertentu yang memberatkan perekonomian, Pemerintah dapat melakukan tindakan khusus untuk menjaga kesehatan keuangan dan kesinambungan penyelenggaraan program jaminan sosial.86

PErubaHan budaya OrganisasiPerubahan terakhir dari serangkaian proses transformasi

badan penyelenggara jaminan sosial adalah perubahan budaya organisasi. Reposisi kedudukan peserta dan kepemilikan dana dalam tatanan penyelenggaraan jaminan sosial, serta prinsip-prinsip penyelenggaraan jaminan sosial, akan mengubah perilaku dan kinerja badan penyelenggara.

Pemisahan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan dana amanat milik seluruh peserta yang tidak merupakan aset BPJS.

Transformasi dari PT (Persero) menjadi badan hukum publik sangat mendasar, karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang saham menuju nirlaba melayani kepentingan publik yang lebih luas untuk melaksanakan misi yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya. Dengan kata lain, BPJS pada dasarnya menyelenggarakan program yang merupakan program Negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan

85 Ibid, Pasal 42 86 Ibid, Pasal 56 ayat (1) dan (2)

Page 168: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

151

dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Pasal 5 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

menyatakan bahwa jaminan sosial termasuk salah satu pelayanan yang termasuk dalam pelayanan publik. Sehubungan dengan itu, BPJS berpedoman pada asas-asas kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Pasal 2 UU BPJS mengatur bahwa BPJS menyelenggarakan program jaminan sosial dengan berlandaskan pada asas kemanusiaan yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Asas ini bermakna asas yang bersifat operasional yang menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif, sedangkan asas yang bersifat idiil yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

PROSES TRANSFORMASI

UU BPJS mengatur pembubaran dan pengalihan PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) tanpa likuidasi. Ketentuan pembubaran BUMN Persero sepanjang menyangkut likuidasi tidak berlaku bagi pembubaran PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero)87. UU BPJS dengan tegas menentukan pembubaran kedua Persero tersebut tidak perlu diikuti dengan likuidasi88. Prosedur pembubaran lainnya seperti mencabut Peraturan Pemerintah89, pemberitahuan dan pencatatan berakhirnya status badan hukum Perseroan dan penghapusan nama Perseroan dari daftar Perseroan serta pengumumannya dalam Berita Negara R.I, sebagaimana diatur dalam Pasal 152 ayat (6) dan (8) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perlu diikuti. UU BPJS tidak jelas mengatur apakah ketentuan ini juga berlaku bagi pembubaran dan transformasi PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero).

87 Ibid, Pasal 67 88 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 142 ayat (2) huruf a 89 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 64 ayat (1)

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 169: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero152

tiga dErajat transFOrmasi bumn

Proses transformasi keempat BUMN Persero tersebut tidaklah sederajat. Ada tiga derajat transformasi badan penyelenggara jaminan sosial dalam UU BPJS.

Tingkat tertinggi adalah transformasi tegas. UU BPJS dengan te-gas mengubah PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan, membubarkan PT. Jamsostek (Persero) dan mencabut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.

Tingkat kedua adalah transformasi tidak tegas. UU BPJS tidak secara eksplisit mengubah PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan, maupun mencabut peraturan perundangan terkait pembentukan PT. Askes (Persero). UU BPJS hanya menyatakan, bahwa pembubaran PT. Askes (Persero) terjadi pada saat mulai beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014. Perubahan PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan tersirat dalam kata “pembubaran PT. Askes (Persero) dan beroperasinya BPJS Kesehatan serta pengalihan aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT. Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.”

Tingkat ketiga adalah tidak bertransformasi. UU BPJS tidak mengubah maupun membubarkan PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan. UU BPJS hanya mengalihkan program dan fungsi kedua Persero sebagai pembayar pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan selambatnya pada tahun 2029. Bagaimana nasib kedua Persero tersebut masih menunggu rumusan Peraturan Pemerintah yang didelegasikan oleh Pasal 66 UU BPJS.

dua mOdEl transFOrmasi

Di samping terdapat tingkatan transformasi, UU BPJS menetap-kan dua model proses transformasi BPJS. UU BPJS memberi tenggat 2 tahun sejak pengundangan UU BPJS pada 25 November 2011 kepada PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) untuk beralih dari Perseroan menjadi badan hukum publik BPJS. Namun, saat mulai beroperasi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan terpaut 1,5 tahun.

Page 170: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

153

Model pertama adalah transformasi simultan. PT. Askes (Persero) pada waktu yang sama bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan beroperasi. Mulai 1 Januari 2014 PT. Askes (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan dan pada saat yang sama BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan sesuai ketentuan UU SJSN .

Model kedua adalah transformasi bertahap. PT. Jamsostek (Persero) bertransformasi dan beroperasi secara bertahap. Pada 1 Januari 2014, PT. Jamsostek (Persero) bubar dan berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, namun tetap melanjutkan penyelenggaraan tiga program PT. Jamsostek (Persero) – jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua bagi pekerja bukan pegawai negeri sipil atau prajurit TNI atau anggota POLRI.

BPJS Ketenagakerjaan diberi waktu 1,5 tahun untuk menyesuai-kan penyelenggaraan ketiga program tersebut dengan ketentuan UU SJSN dan menyelenggarakan program jaminan pensiun. Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan telah menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun sesuai UU SJSN, bagi pekerja bukan pegawai negeri sipil atau prajurit TNI atau anggota POLRI.

Program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun prajurit TNI dan anggota POLRI dialihkan dari PT ASABRI (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan selambat-lambatnya pada tahun 2029. Demikian pula dengan program jaminan hari tua dan jaminan pensiun pegawai negeri sipil dialihkan dari PT TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan selambat-lambatnya pada tahun 2029. UU BPJS membatasi bahwa program-program ASABRI dan TASPEN yang dialihkan kepada BPJS Ketenagakerjaan hanya sebatas bagian pro-gram yang sesuai dengan UU SJSN.90

90 Penjelasan Pasal 66 UU No. 24 Tahun 2011

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 171: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero154

Tatacara pengalihan program-program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata RI dan program pembayaran pensiun dari PT. ASABRI (Persero) dan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT. TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenaga-kerjaan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan sebelum tenggat peralihan berakhir pada tahun 2029. PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) wajib menyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014.

Page 172: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

155

KEDUAPULUH SATU

Transformasi pT. askes (persero)

Persiapan transformasi PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan berlangsung selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS Kesehatan, serta menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.

Pengundangan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) pada 25 November 2011 membubarkan PT. Askes (Persero) dan mendirikan BPJS Kesehatan. PT. Askes (Persero) dibubarkan tanpa melalui proses likuidasi pada 1 Januari 2014 dan bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan yang berentitas badan hukum publik otonom nirlaba91. Pada saat yang sama, BPJS Kesehatan mulai beroperasi untuk penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional, yang diperkirakan akan mencakup separuh penduduk Indonesia92. UU BPJS memberi 25 bulan masa peralihan bagi PT. Askes (Persero) untuk mempersiapkan transformasi kelembagaan dan membangun sistem operasional program jaminan kesehatan nasional.

TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Mewujudkan badan hukum publik otonom penyelenggara jaminan kesehatan nasional menjadi tanggung jawab Dewan Komi-saris dan Anggota Direksi PT. Askes (Persero). UU BPJS memerintahkan keduanya untuk membuat peraturan-peraturan terkait beroperasinya BPJS Kesehatan, mengusulkan renumerasi Anggota Dewan Pengawas

91 UU No. 24 Tahun 2011Pasal 60 ayat (3) huruf a 92 Ibid, Pasal 60 ayat (1) dan ayat (2)

155

Page 173: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero156

dan Anggota Direksi, menyusun sistem renumerasi karyawan BPJS Kesehatan, merancang organisasi, termasuk menyiapkan sumber daya manusia, serta sistem operasi untuk mengoperasikan BPJS Kesehatan. Seluruh mandat ini harus dikerjakan selama periode tahun 2011-2013.

Pada masa peralihan, Dewan Komisaris dan Anggota Direksi PT. Askes (Persero) diperintahkan pula untuk mempersiapkan penyelenggaraan program jaminan kesehatan sosial nasional. Dewan Komisaris dan Anggota Direksi bertanggungjawab atas penyesuaian sistem operasi PT. Askes (Persero) untuk penyelenggaraan program ini. Pada 1 Januari 2014, beban kerja BPJS Kesehatan setara dengan delapan kali lipat beban PT. Askes (Persero) sekarang dengan beralih-nya peserta Program Jamkesmas, Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek, dan Anggota Tentara Republik Indonesi, Anggota Kepolisian RI beserta anggota keluarganya, serta peserta program Askes ke BPJS Kesehatan.

Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) ber-tanggungjawab atas pengalihan penyelenggaraan program tersebut kepada BPJS Kesehatan. Pengalihan progam berlangsung mulai 25 November 2011 hingga 1 Januari 2014. Pengalihan mencakup aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban program JPK PT. Jamsostek (Persero). Pegawai pengelola program JPK, tidak dialihkan kepada BPJS Kesehatan, melainkan dialihkan kepda BPJS Ketenagakerjaan bersama-sama dengan pegawai PT. Jamsostek (Persero) lainnya.93

TIGA PROSES TRANSFORMASI Pt asKEs

Transformasi PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan akan berlangsung melalui proses pembubaran PT. Askes (Persero), pembentukan organisasi dan tatakelola badan hukum publik otonom BPJS Kesehatan, dan pengoperasian BPJS Kesehatan.

93 Ibid, Pasal 61 huruf a,c,d

Page 174: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

157

(1) Pembubaran Pt asKEs (Persero)

PT. Askes (Persero) dinyatakan bubar menjadi BPJS Kesehatan ke-tika BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014. Pembu-baran PT. Askes (Persero) dikecualikan dari ketentuan pembubaran BUMN dan Perseroan Terbatas. Pembubaran PT. Askes (Persero) tidak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah,94 melainkan atas perintah Undang-Undang, yaitu UU BPJS.

Ketentuan Pembubaran PT. Askes (Persero) dan kemudian berubah menjadi BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut95:1). Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014,

PT. Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi.2). Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT. Askes

(Persero) menjadi aset dan dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan.

3). Semua pegawai PT. Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan.

4). Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Peme-gang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT. Askes (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik.

5). Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS Kesehatan dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.

(2) Pembentukan Organisasi dan tatakelola bPjs Kesehatan

Merujuk pada tatanan hukum, de jure, BPJS Kesehatan dibentuk saat pengundangan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS pada 25 November 2011. Namun pada kenyataannya, de facto, pembentukan BPJS Kesehatan oleh UU BPJS masih harus dilengkapi dengan pembentukan peraturan internal organisasi, pembentukan struktur organisasi, pembentukan sistem kepegawaian termasuk renumerasi,

94 Periksa Pasal 63 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Hukum Miliki Negara95 Periksa Pasal 60 UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 175: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero158

bahkan sistem operasi dan penataan hubungan kelembagaan de-ngan pemangku kepentingan.

UU BPJS memberi masa peralihan 1 (satu) tahun sejak di-undangkannya UU BPJS pada 25 November 2011 untuk penyelesaian peraturan pelaksanaan UU BPJS terkait penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional. UU BPJS memberi masa peralihan 2 (dua) tahun untuk penyiapan organisasi dan sistem operasi BPJS Kesehatan, dan penyiapan pengalihan program-program pelayanan kesehatan.96

Terdapat tiga program yang akan dialihkan kepada BPJS Kese-hatan, yaitu:1). Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) yang

diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan; 2). Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan

oleh PT. Jamsostek (Persero), dan 3). Program Pelayanan Kesehatan Tentara Nasional Indonesia

dan Kepolisian Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan, TNI dan POLRI.Memang tidak ada satu pasal pun dalam UU BPJS yang me-

merintahkan Dewan Komisaris atau Direksi PT. Askes (Persero) untuk mewujudkan pendirian badan hukum publik otonom penyelenggara jaminan kesehatan nasional atau BPJS Kesehatan. Berbeda dengan perintah penyiapan operasional BPJS Kesehatan dan pengalihan aset dan liabilitas pegawai, serta hak dan kewajiban yang diatur tegas oleh Pasal 58, pendekatan tafsir perlu dilakukan untuk memahami mandat mewujudkan organisasi BPJS Kesehatan oleh Dewan Komi-saris dan Direksi PT. Askes (Persero).

UU BPJS Pasal 70 huruf a97 dan Pasal 5998 adalah dasar hukum bagi Dewan Komisaris atau Direksi PT. Askes (Persero) untuk bekerja dalam

96 Ibid, Pasal 60 ayat (1) dan ayat (3) huruf a.97 Pasal 70 huruf a mengatur bahwa, “Peraturan Pelaksanaan UU BPJS yang

mendukung beroperasinya BPJS Kesehatan harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak UU BPJS diundangkan.”

98 Pasal 59 mengatur bahwa, “Untuk pertama kali Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.”

Page 176: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

159

masa peralihan guna merumuskan organisasi dan tatakelola BPJS Kesehatan untuk diatur dalam berbagai tingkatan peraturan. Teng-gat waktu yang tersedia paling lama satu tahun pasca pengundangan UU BPJS.

(1) Peraturan Pemerintah dan Peraturan PresidenDewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) berkepentingan

menyiapkan konsep dan usulan bagi 3 peraturan pelaksanaan UU BPJS di tingkat Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden yang terkait dengan organisasi dan tata kelola BPJS Kesehatan untuk dibahas bersama Pemerintah, yaitu:1). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang sumber aset BPJS dan

penggunaannya (pendelegasian Pasal 41 ayat (3)). 2). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang sumber aset dana

jaminan sosial dan penggunaannya (pendelegasian Pasal 41 ayat (3)).

3). Rancangan Peraturan Presiden tentang gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi (pendelegasian Pasal 44 ayat (8)).

(2) Peraturan Organisasi Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) menyiapkan

empat peraturan pelaksanaan UU BPJS di tingkat organisasi untuk mendukung beroperasinya BPJS Kesehatan, dijelaskan di bawah ini.

(a) Peraturan BPJS tentang unit pengendali mutu pelayanan dan penanganan pengaduan Peserta

Pasal 48 ayat (3) UU BPJS mendelegasikan pengaturan tentang pembentukan unit pengendali mutu dan penanganan pengaduan Peserta ke Peraturan BPJS. Direksi PT. Askes (Persero) di masa peralihan merumuskan pembentukan unit pengendali mutu pelayanan dan tatacara penanganan pengaduan Peserta di dalam organisasi BPJS Kesehatan untuk mampu menangani pengaduan Peserta.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 177: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero160

(b) Peraturan Dewan Pengawas tentang tatacara pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang Dewan PengawasPasal 22 ayat 4 UU BPJS mendelegasian pengaturan tentang

tatacara pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pengawas ke Peraturan Dewan Pengawas. Dewan Komisaris PT. Askes (Persero) di masa peralihan merumuskan tata cara pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS Kesehatan. Peraturan Dewan Pengawas yang dibentuk oleh Dewan Komisaris PT. Askes (Persero) di masa peralihan, akan diberlakukan sejak BPJS Kesehatan beroperasi.

(c) Peraturan Direksi tentang tatacara pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang Direksi Pasal 24 ayat 4 UU BPJS mendelegasikan pengaturan tentang

tatacara pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang Direksi BPJS Kesehatan ke Peraturan Direksi. Direksi PT. Askes (Persero) di masa peralihan merumuskan tatacara pelaksanaan tugas dan wewenang Direksi BPJS Kesehatan sebagai pelaksana penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan manfaat sesuai haknya. Peraturan Direksi ini akan diberlakukan sejak BPJS Kesehatan beroperasi pada 1 Januari 2014.

(d) Peraturan Direksi tetang gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi karyawan Pasal 44 ayat (7) UU BPJS mendelegasikan pengaturan tentang

gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi karyawan ke Peraturan Direksi. Direksi PT. Askes (Persero) di masa peralihan merumuskan ketentuan mengenai gaji atau upah dan insentif bagi karyawan yang akan diberlakukan pada saat BPJS Kesehatan beroperasi.

(3) Pengoperasian bPjs Kesehatan

UU BPJS dengan tegas memerintahkan penyiapan operasional BPJS Kesehatan kepada Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) mulai saat berlakunya UU BPJS pada 25 November 2011

Page 178: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

161

hingga beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014. Pasal 58 huruf a UU BPJS mengatur mandat ini:

“Pada saat berlakunya Undang-Undang ini Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS Kesehatan untuk program jaminan kesehatan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).”

Penjelasan Pasal 58 huruf a UU BPJS merinci lebih lanjut penyiapan operasional BPJS Kesehatan, antara lain mencakup:1). Menyusun sistem dan prosedur operasional yang diperlukan

untuk beroperasinya BPJS Kesehatan.2). Melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan

jaminan kesehatan.3). Menentukan program jaminan kesehatan yang sesuai dengan

ketentuan UU SJSN untuk Peserta PT. Askes (Persero).4). Berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengalihkan

penyelenggaraan program jaminan kesehatan masyarakat ke BPJS Kesehatan.

5). Berkoordinasi dengan KemHan, TNI, dan POLRI untuk mengalihkan penyelenggaraan program yankes bagi anggota TNI, POLRI dan keluarganya ke BPJS Kesehatan.

6). Berkoordinasi dengan PT. Jamsostek (Persero) untuk mengalihkan penyelenggaraan program JPK ke BPJS Kesehatan.

Perlu ditelaah lebih lanjut kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan operasional BPJS Kesehatan.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 179: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero162

(1) Penyampaian Saran Teknis Untuk Implementasi Pasal 22-28 UU SJSN Ketentuan penyelenggaraan program jaminan kesehatan

nasional diatur secara rinci dalam Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan Nasional. Sayangnya, PerPres Jaminan Kesehatan Nasional belum diundangkan hingga UU BPJS diundangkan, bahkan hingga PT. Askes (Persero) memasuki masa peralihan. Oleh karenanya, penyia-pan operasional BPJS Kesehatan dilaksanakan bersamaan dengan proses pembentukan PerPres Jaminan Kesehatan. Untuk kesuksesan penyelenggaraan program, PT. Askes (Persero) diharapkan mampu memberikan saran teknis berdasarkan perhitungan yang cermat dan kajian-kajian yang teliti dan terpadu untuk perumusan lanjut ketentuan-ketentuan penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional, mencakup:Pasal 22 : manfaat dan urun biayaPasal 23 : kerjasama dengan fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau

swastaPasal 24 : harga pelayanan dan mekanisme pembayaran fasilitas

kesehatan, sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan

Pasal 25 : daftar dan harga tertinggi obat-obatanPasal 26 : jenis pelayanan yang tidak dijaminPasal 27 : iuran jaminan kesehatanPasal 28 : tambahan iuran bagi tambahan anggota keluarga

(2) Pembentukan Peraturan Pelaksanaan UU SJSNSebenarnya tenggat penyelesaian peraturan pelaksanaan UU

SJSN telah terlampaui yaitu pada 19 Oktober 2009, namun Pemerintah memperpanjang waktu penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 huruf a UU BPJS.

Di samping PerPres Jaminan Kesehatan Nasional, PT. Askes (Persero) berkepentingan untuk terlibat aktif dalam pembentukan peraturan pelaksanaan UU SJSN yang mengatur lebih lanjut tatacara

Page 180: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

163

penyelenggaraan program jaminan kesehatan dan beroperasinya BPJS Kesehatan. Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) berkepentingan menyiapkan konsep dan usulan bagi empat peraturan pelaksanaan UU SJSN dan empat peraturan pelaksanaan UU BPJS yang terkait dengan beroperasinya BPJS Kesehatan untuk dibahas bersama Pemerintah, yaitu:1). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang tata cara pengelolaan

dan pengembangan dana jaminan sosial (pendelegasian UU SJSN Pasal 47 ayat (2)).

2). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Cadangan Teknis (pendelegasian Pasal 50 ayat (2)).

3). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial (pendelegasian UU SJSN Pasal 17 ayat (6)).

4). Rancangan Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan Nasional (pendelegasian UU SJSN Pasal 21 ayat (4), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (5), Pasal 26, Pasal 27 ayat (5), Pasal 28 ayat (2)).

5). Rancangan Peraturan Presiden tentang tata cara penahapan kepesertaan wajib bagi Pemberi Kerja untuk mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti (pendelegasian UU BPJS Pasal 15 ayat (3)).

6). Rancangan Peraturan Presiden tentang besaran dan tata cara pembayaran Iuran program jaminan kesehatan (pendelegasian UU BPJS Pasal 19 ayat (5) huruf a).

7). Rancangan Peraturan Presiden tentang Persentase dana operasional BPJS dari iuran yang diterima dan/atau dari dana hasil pengembangan (pendelegasian UU BPJS Pasal 45 ayat (2)).

8). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang tata cara pengenaan sanksi administratif kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara dan setiap orang yang tidak mendaftarkan diri kepada BPJS (Pendelegasian UU BPJS Pasal 17 ayat (5)).

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 181: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero164

(3) Pembangunan Sistem dan Prosedur Operasional BPJS KesehatanSelama hampir dua dekade, sistem dan prosedur operasional

PT. Askes (Persero) dipersiapkan untuk mengelola 16-17 juta orang. Tidaklah berlebihan bila menyimpulkan bahwa sistem tersebut tidak memadai untuk menampung pengalihan peserta Jamkesmas, JPK Jamsostek dan Anggota TNI-POLRI yang berjumlah hampir 90 juta orang.

Kenaikan penerima manfaat jaminan kesehatan lebih dari delapan kali lipat dalam satu waktu “memaksa” Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) untuk memimpin pembenahan sistem dan prosedur operasi PT. Askes (Persero) yang akan mulai aktif pada 1 Januari 2014. Selanjutnya, sistem dan prosedur operasi BPJS Kese-hatan diharapkan tumbuh berkelanjutan agar mampu mengelola program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia, yakni sekitar 250 juta orang atau setara dengan 14 kali peserta PT. Askes (Persero). Pemerintah mengumumkan cakupan semesta akan tercapai dalam kurun waktu lima tahun beroperasinya BPJS Kesehatan (2019).

Pembenahan sistem dan prosedur operasional yang dipersiap-kan oleh PT. Askes (Persero) bersifat adaptif terhadap perubahan tata peraturan, pemangku kepentingan BPJS Kesehatan, dan risiko finansial. Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) memimpin peralihan tatakelola PT. Askes (Persero) yang tunduk pada ketentuan UU BUMN dan UU Perseroan Terbatas, ke tatakelola BPJS yang tunduk pada ketentuan UU SJSN, UU BPJS dan peraturan perundangan terkait lainnya. Begitu pula dengan pemangku kepentingan, sistem dan prosedur dibangun untuk mampu menampung pemangku kepentingan yang heterogen, baik jenis pekerjaan, tingkat peng-hasilan, maupun risiko kesakitan dan risiko finansial lainnya.

Sistem dan prosedur operasional yang akan dibangun bertujuan untuk mendukung operasional BPJS Kesehatan yang cost effective, berkelanjutan, berorientasi hasil layanan. Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) mempersiapkan beroperasinya BPJS Kesehatan

Page 182: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

165

sesuai dengan tujuan penyelenggaraan jaminan kesehatan99, yaitu “untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan”, serta sesuai dengan prinsip-prinsip100,101:1). Ekuitas, adalah prinsip kesamaan dalam memperoleh pelayanan

sesuai dengan kebutuhan medisnya yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya.

2). Kegotongroyongan, adalah prinsip kebersamaan antar Peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujud-kan dengan kewajiban setiap Peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilannya.

3). Nirlaba, adalah prinsip pengelolaan yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh Peserta.

4). Keterbukaan, adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap Peserta.

5). Kehati-hatian, adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib

6). Akuntabilitas, adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat diper-tanggungjawabkan.

7). Portabilitas, adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelan-jutan meskipun Peserta berpindah pekerjaan atau tempat ting-gal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8). Kepersertaan bersifat wajib, adalah prinsip yang mengharus-kan seluruh penduduk menjadi Peserta Jaminan Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.

9). Dana amanat, adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari Peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan Peserta Jaminan Sosial.

99 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 19 ayat (2) 100 Ibid, Pasal 19 ayat (1) Penjelasannya101 UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Pasal 4 dan Penjelasannya

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 183: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero166

10). Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruh-nya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta.

(4) Sosialisasi Kepada Seluruh Pemangku KepentinganProgram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-SJSN perlu proses

pembudayaan gagasan yang mencakup nilai, norma dan ideologi agar JKN-SJSN menjadi tindakan masyarakat, penyelenggara dan pembuat kebijakan. Program JKN–SJSN secara de jure adalah amanat konstitusi, UUD NRI 1945 yang dilaksanakan dengan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN, tetapi secara de facto JKN-SJSN masih berstatus sebagai budaya asing. Selama delapan tahun terjadi pengabaian pelaksanaan amanat UU SJSN oleh Pemerintah dan DPR, perdebatan konsep penyelenggaraan, gugatan warga Negara dan pengujian materi UU SJSN. 1). Gugatan di Mahkamah Konstitusi. Perbedaan pendapat tentang

definisi JKN-SJSN, regulasi dan tata cara penyelenggaraannya melibatkan Mahkamah Konstitusi untuk mencari kesepahamannya. UU SJSN telah diuji tiga kali di Mahkamah Konstitusi.

2). Gugatan Warga Negara. Komite Aski Jaminan Sosial menggugat Pemeritah Pusat, yaitu Presiden, Ketua DPR, Wakil Presiden, dan 8 Menteri (salah satunya Menteri Kesehatan) atas pengabaian pelaksanaan UU SJSN dan pengabaian penyelenggaraan jaminan kesehatan seumur hidup untuk seluruh penduduk. Majelis Hakim menyatakan Pemerintah bersalah dan menghukum Pemerintah untuk segera melaksanakan UU SJSN.

3). Perdebatan Publik. Publik belum sepenuhnya sepakat atas prinsip asuransi sosial dan ekuitas dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional. Pada bulan Juli 2012, pekerja yang tergabung dalam KAJS mengeluarkan pernyataan resmi menolak kewajiban membayar iuran jaminan kesehatan.

Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) bertanggung-jawab atas pelaksanaan sosialisasi SJSN-JKN.

Page 184: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

167

Sosialisasi dan edukasi di internal PT. Askes (Persero) bertujuan untuk menumbuhkan motivasi, kesamaan visi, misi dan solidaritas untuk bertransformasi, mencakup upaya untuk:1). Mendapatkan dukungan dari internal organisasi atas perubahan

organisasi dan pengembangan budaya baru organisasi.2). Menanamkan nilai untuk pencapaian visi baru sebagai pelaksana-

an konstitusi. 3). Merumuskan ide & strategi yang tepat untuk membangun

kebersamaan untuk bertransformasi.4). Mengembangkan model komunikasi untuk internalisasi tujuan

transformasi. 5). Membangun etika kinerja dengan sistem remunerisasi dan

penghargaan yang tepat untuk memenuhi hak konstitusional warga negara.

Sosialisasi dan edukasi eksternal bertujuan untuk membangun dukungan publik atas transformasi PT. Askes (Persero) dan penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan cepat, kegiatan sosialisasi dan edukasi eksternal hendaknya mengikutsertakan pemangku kepentingan dengan memerhatikan aspek-aspek sosial dan budaya.

(5) Menentukan Program Jaminan Kesehatan yang sesuai dengan ketentuan UU SJSN untuk Peserta PT. Askes (Persero)Ketentuan Peralihan UU BPJS memberi keleluasaan kepada PT.

Askes (Persero) untuk tetap melaksanakan program jaminan kese-hatan yang tengah berlangsung, termasuk menerima pendaftaran peserta baru sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan.102 Perintah UU BPJS kepada Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) untuk menentukan program jaminan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan UU SJSN untuk Peserta PT. Askes (Persero) perlu disikapi sebagai peluang untuk menguji prinsip ekuitas dan prinsip lainnya dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional, serta

102 Ibid, Pasal 57 huruf a

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 185: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero168

menguji sistem operasi yang tengah dibenahi. Di masa transisi, perlu dilakukan proyek-proyek percontohan untuk menguji pelaksanaan prinsip-prinsip jaminan sosial dan sistem operasi dengan objek percontohan adalah program Askes.

(6) Berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengalihkan penyelenggaraan program jaminan kesehatan masyarakat ke BPJS KesehatanKetentuan Peralihan UU BPJS mengatur bahwa Kementerian

Kesehatan tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan.103 Di masa peralihan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk pelaksanaan pengalihan program Jamkesmas. UU BPJS tidak dengan tegas menetapkan pihak yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengalihan program Jamkesmas.

(7) Berkoordinasi dengan KemHan, TNI, dan POLRI untuk mengalihkan penyelenggaraan Program Yankes bagi Ang-gota TNI, POLRI dan Keluarganya ke BPJS KesehatanKetentuan Peralihan UU BPJS mengatur bahwa Kementerian

Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisisan RI tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program laya-nan kesehatan bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan.104 Di masa peralihan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisisan RI untuk pelaksanaan pengalihan program pelayanan kesehatan bagi anggota TNI dan POLRI beserta keluarganya. UU BPJS tidak dengan tegas menetapkan pihak yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengalihan program tersebut.

103 Ibid, Pasal 57 huruf b 104 Ibid, Pasal 57 huruf c

Page 186: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

169

(8) Berkoordinasi dengan PT. Jamsostek (Persero) untuk meng-alihkan penyelenggaraan Program JPK ke BPJS KesehatanKetentuan Peralihan UU BPJS mengatur bahwa PT. Jamsostek

(Persero) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggara-an program jaminan pemeliharaan kesehatan termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan.105 Di masa peralihan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) bertanggungjawab atas pelaksanaan pengalihan program jaminan pemeliharaan kesehatan kepada BPJS Kesehatan.106 Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) berkoordinasi dengan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) dalam pengalihan program tersebut kepada BPJS Kesehatan.

105 Ibid, Pasal 57 huruf d angka 1 106 Ibid, Pasal 61 huruf a

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 187: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero170

KEDUAPULUH DUA

Transformasi pT. JamsosTek (persero)

Persiapan transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan berlangsung selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS Ketenagakerjaan, serta menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.

Pengundangan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyeleng-gara Jaminan Sosial (UU BPJS) pada 25 November 2011 membubarkan PT. Jamsostek (Persero) dan mendirikan BPJS Ketenagakerjaan. PT. Jamsostek (Persero) dibubarkan tanpa melalui proses likuidasi pada 1 Januari 2014 dan bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan yang berentitas badan hukum publik otonom nirlaba107. BPJS Ketenagakerjaan akan mulai beroperasi untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja nasional, jaminan hari tua nasional, jaminan pensiun nasional dan jaminan kematian nasional selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015108.

UU BPJS memberi masa peralihan lebih lama bagi BPJS Ketenagakerjaan untuk pembangunan organisasi dan tatakelola dibandingkan dengan tenggat yang diberikan kepada BPJS Kesehatan. UU BPJS memberi 24 bulan masa peralihan bagi PT. Jamsostek (Persero) untuk mempersiapkan transformasi kelembagaan dan perpanjangan waktu hingga 18 bulan untuk membangun sistem operasional empat program jaminan sosial. Masa peralihan juga bertujuan untuk penyelesaian peraturan pelaksanaan UU BPJS dan UU SJSN.

107 Ibid, Pasal 62 ayat (1) 108 Ibid, Pasal 60 ayat (1) dan ayat (2)

170

Page 188: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

171

Pada periode penyiapan operasional BPJS Ketenagakerjaan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) melanjutkan penyiapan sistem operasi dan prosedur penyelenggaraan keempat program jaminan sosial bagi seluruh pekerja di Indonesia.109

TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Sebagaimana halnya dengan pendirian dan pengoperasian BPJS Kesehatan, persiapan organisasi dan tatakelola BPJS Ketenagakerjaan menjadi tanggung jawab Dewan Komisaris dan Anggota Direksi PT. Jamsostek (Persero). Mandat ini akan diselesaikan dalam dua tahap selama 42 bulan yaitu tahap pembubaran PT. Jamsostek (Persero) dan pendirian BPJS Ketenagakerjaan (26 November 2011-31 Desember 2013), dan tahap persiapan operasional BPJS Ketenagakerjaan (1 Januari 2014 - 30 Juni 2015).

Pada periode pembubaran PT. Jamsostek (Persero) dan pendirian BPJS Ketenagakerjaan, Dewan Komisaris dan Anggota Direksi ditugasi oleh UU BPJS untuk menyiapkan tiga hal sebagai berikut110:1). Pengalihan program jaminan pemeliharaan kesehatan kepada

BPJS Kesehatan2). Pengalihan aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban program

jaminan pemeliharaan kesehatan PT. Jamsostek (Persero) terkait penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan ke BPJS Kesehatan

3). Pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan. Pada tahap persiapan operasional BPJS Ketenagakerjaan Dewan

Komisaris dan Anggota Direksi memimpin penyiapan sistem operasi program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.111

109 Ibid, Penjelasan Pasal 62 ayat (2) huruf d110 Ibid, Pasal 61: “Pada saat berlakunya UU ini, Dewan Komisaris dan Direksi PT.

Jamsostek (Persero) sampai dengan berubahnya PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan ditugasi untuk...”

111 Ibid

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 189: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero172

TIGA PROSES TRANSFORMASI PT. JAMSOSTEK (PERSERO)

Transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenaga-kerjaan akan berlangsung melalui proses pembubaran PT. Jamsostek (Persero), pembentukan organisasi dan tatakelola badan hukum publik otonom BPJS Ketenagakerjaan, dan pengoperasian BPJS Ketenagakerjaan.

PEmbubaran Pt. jamsOstEK (PErsErO)PT. Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar ketika berubah men-

jadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014.112 Pembubaran PT. Jamsostek (Persero) dikecualikan dari ketentuan pembubaran BUMN dan Perseroan Terbatas. Pembubaran PT. Jamsostek (Persero) tidak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah,113 melainkan atas perintah Undang-Undang, yaitu UU BPJS.

Ketentuan Pembubaran PT. Jamsostek (Persero) dan perubahan badan hukum menjadi BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut114:1). Pada saat BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi pada 1 Januari

2014, PT. Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi.2). Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT.

Jamsostek (Persero) menjadi aset dan dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan.

3). Semua pegawai PT. Jamsostek (Persero) menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan.

4). Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT. Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik.

5). Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan ketenagakerjaan.

112 Ibid, Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2) huruf a.113 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Hukum Miliki Negara, Pasal 63114 Opcit, Pasal 62

Page 190: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

173

6). BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, dan program jaminan kematian yang selama ini diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero), termasuk menerima peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan.

Berbeda dengan pembubaran PT. Askes (Persero), Pembubaran PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan tidak mengakhiri penyelenggaraan keseluruhan program-program Jamsostek. Hanya program jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek yang dihentikan, sedangkan tiga program Jamsostek lainnya tetap dilaksanakan sesuai ketentuan UU No. 3 Tahun 1992 oleh BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, dan program jaminan kematian sesuai ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (UU Jamsostek). Penyelenggaraan ketiga program Jamsostek oleh BPJS Ketenagakerjaan berlanjut hingga BPJS Ketenagakerjaan beroperasi sesuai dengan ketentuan UU SJSN, yaitu selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015.

Kotak 3. Ketentuan penyelenggaraan program Jamsostek di masa transisi BPJS Ketenagakerjaan

Pasal 8(1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima

Jaminan Kecelakaan Kerja. (2) Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah:

a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak;

b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;

c. narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

Pasal 9 Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi: a. biaya pengangkutan;

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 191: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero174

b. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan; c. biaya rehabilitasi; d. santunan berupa uang yang meliputi:

1. santunan sementara tidak mampu bekerja2. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya3. santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun

mental4. santunan kematian.

Pasal 10 (1) Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa

tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.

(2) Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacad atau meninggal dunia.

(3) Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.

(4) Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 11 Daftar jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 12 (1) Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja,

keluarganya berhak atas Jaminan Kematian. (2) Jaminan Kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. biaya pemakaman; b. santunan berupa uang. Pasal 13 Urutan penerima yang diutamakan dalam pembayaran santunan kematian dan Jaminan Kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d butir 4 dan Pasal 12 ialah: a. janda atau duda; b. anakc. orang tua;d. cucu; e. kakek atau nenek; f. saudara kandung; g. mertua.

Page 192: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

175

Pasal 14 (1) Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau

sebagian dan berkala, kepada tenaga kerja karena: a. telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, atau b. cacad total tetap setelah ditetapkan oleh dokter. (2) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua

dibayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim piatu.

Pasal 15 Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat dibayarkan sebelum tenaga kerja mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, setelah mencapai masa kepesertaan tertentu, yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

PEmbEntuKan Organisasi dan tataKElOla bPjs KEtEnagaKErjaan

Sebagaimana halnya pembentukan BPJS Kesehatan, pemben-tukan BPJS Ketenagakerjaan oleh UU BPJS masih harus dilengkapi dengan pembentukan organisasi dan tatakelolanya. Kelengkapan organisasi BPJS Ketenagakerjaan yang harus segera dipersiapkan oleh Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) adalah peraturan internal organisasi, pembentukan struktur organisasi, pembentukan sistem kepegawaian termasuk renumerasi, sistem operasi dan penataan hubungan kelembagaan dengan pemangku kepentingan.

Memang tidak ada satu pasal pun dalam UU BPJS yang memerintahkan Dewan Komisaris atau Direksi PT. Jamsostek (Persero) untuk mempersiapkan organisasi dan tatakelola BPJS Ketenagakerjaan. Berbeda dengan perintah penyiapan pembubaran PT. Jamsostek (Persero) yang diatur tegas oleh UU BPJS Pasal 61, mandat mewujud-kan organisasi BPJS Ketenagakerjaan oleh Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) memerlukan penafsiran atas Pasal-pasal UU BPJS.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 193: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero176

UU BPJS Pasal 70 huruf a115 dan Pasal 63116 adalah dasar hukum bagi Dewan Komisaris atau Direksi PT. Jamsostek (Persero) untuk bekerja dalam masa peralihan guna merumuskan organisasi dan tatakelola BPJS Ketenagakerjaan. Ketentuan tentang organisasi dan tatakelola BPJS Ketenagakerjaan akan diatur dalam peraturan pelaksanaan UU BPJS. Tenggat waktu yang tersedia paling lama dua tahun pasca pengundangan UU BPJS, yaitu jatuh pada 25 November 2013.

(1) Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden

Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) ber-kepentingan menyiapkan konsep dan usulan tentang empat peraturan pelaksanaan UU BPJS yang terkait dengan organisasi dan tata kelola BPJS Ketenagakerjaan untuk dibahas bersama Pemerintah, yaitu:1). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang sumber aset BPJS dan

penggunaannya (pendelegasian Pasal 41 ayat (3)). 2). Rancangan Peraturan Pemerintah tentang sumber aset dana

jaminan sosial dan penggunaannya (pendelegasian Pasal 41 ayat (3)).

3). Rancangan Peraturan Presiden tentang Persentase dana operasional BPJS dari iuran yang diterima dan/atau dari dana hasil pengembangan (pendelegasian UU BPJS Pasal 45 ayat (2)).

4). Rancangan Peraturan Presiden tentang gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi (pendelegasian Pasal 44 ayat (8)).

115 Opcit, Pasal 70 huruf b mengatur bahwa, “Peraturan Pelaksanaan UU BPJS yang mendukung beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak UU BPJS diundangkan.”

116 Opcit, Pasal 63 mengatur bahwa, “Untuk pertama kali Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS Ketenagakerjaan beroperasi.”

Page 194: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

177

(2) Peraturan Organisasi

Seperti halnya pengoperasian BPJS Kesehatan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) menyiapkan empat peraturan pelaksanaan UU BPJS untuk mendukung beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan, sebagai berikut: 1. Peraturan BPJS tentang unit pengendali mutu pelayanan dan

penanganan pengaduan Peserta 2. Peraturan Dewan Pengawas tentang tatacara pelaksanaan fungsi,

tugas dan wewenang Dewan Pengawas3. Peraturan Direksi tentang tatacara pelaksanaan fungsi, tugas dan

wewenang Direksi 4. Peraturan Direksi tetang gaji atau upah dan manfaat tambahan

lainnya serta insentif bagi karyawan Uraian mengenai muatan keempat peraturan tersebut di atas

merujuk pada uraian terdahulu yaitu Transformasi PT. Askes (Persero) dan Peraturan Pelaksanaan UU BPJS.

PEngOPErasian bPjs KEtEnagaKErjaan

UU BPJS dengan tegas memerintahkan penyiapan operasional BPJS Ketenagakerjaan kepada Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) mulai saat berlakunya UU BPJS pada 25 November 2011 hingga berubahnya PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. Pasal 61 huruf b UU BPJS mengatur mandat ini:

“Pada saat berlakunya Undang-Undang ini Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) sampai dengan berubahnya PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan, ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS Ketenagakerjaan untuk program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.”

Penyiapan operasional BPJS Ketenagakerjaan untuk program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 195: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero178

jaminan kematian mencakup antara lain117:1. menyusun sistem dan prosedur operasional yang diperlukan

untuk beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan2. melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan

program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian

Di samping mandat UU BPJS, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek (Persero) berkepentingan menyiapkan konsep dan usulan bagi 5 peraturan pelaksanaan UU SJSN dan 2 peraturan pelaksanaan UU BPJS yang terkait dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk dibahas bersama Pemerintah.

Sebenarnya tenggat penyelesaian peraturan pelaksanaan UU SJSN telah terlampaui yaitu pada 19 Oktober 2009. Namun, Pemerintah memperpanjang waktu penyelesaiannya hingga akhir tahun 2014118, mencakup:1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Program Jaminan

Kecelakaan Kerja (pendelegasian UU SJSN Pasal 33 dan pasal 34).

2. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Program Jaminan Hari Tua, Program Jaminan Pensiun, Program Jaminan Kematian (pendelegasian UU SJSN Pasal 37 ayat (5), Pasal 38 ayat (3), Pasal 42 ayat (2), Pasal 45 ayat (3), Pasal 46 ayat (4)).

3. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang tata cara pengelolaan dan pengembangan dana jaminan sosial (pendelegasian UU SJSN Pasal 47 ayat (2)).

4. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Cadangan Teknis (pendelegasian UU SJSN Pasal 41 ayat (8)).

5. Rancangan Peraturan Presiden tentang Manfaat Pensiun (pendelegasian UU SJSN Pasal 50 ayat (2)).

117 Opcit, Penjelasan Pasal 61 huruf b118 Opcit, Pasal 70 huruf b: “Peraturan Pelaksanaan UU BPJS harus ditetapkan paling

lama 2 (dua) tahun untuk peraturan yang mendukung beroperasinya BPJS Ketenaga-kerjaan terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan (pada 25 November 2011).”

Page 196: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

179

6. Rancangan Peraturan Presiden tentang tata cara penahapan kepesertaan wajib bagi Pemberi Kerja untuk mendaftarkan diri-nya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti (pendelegasian UU BPJS Pasal 15 ayat (3)).

7. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang tata cara pengenaan sanksi administratif kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara dan setiap orang yang tidak mendaftarkan diri kepada BPJS (Pendelegasian UU BPJS Pasal 17 ayat (5)).

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 197: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero180

KEDUAPULUH TIGA

Transformasi pT. asabri (persero) dan pT. Taspen (persero)

UU BPJS tidak menetapkan atau mengatur transformasi PT ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero). Bahkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa UU BPJS tidak membubarkan kedua BUMN ini, maupun mengubahnya menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

UU BPJS ‘hanya’ memerintahkan pengalihan program jaminan sosial yang dikelola oleh kedua BUMN tersebut ke BPJS Ketenagakerjaan. PT. ASABRI (Persero) menyelesaikan pengalihan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun kepada BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029.119 Demikian pula dengan PT. TASPEN (Persero), BUMN ini harus menyelesaikan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT. TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029.120

UU BPJS tidak mengatur mengenai tatacara pengalihan aset, dana jaminan sosial, liabilitas, hak, maupun kewajiban kedua BUMN ini. Ketentuan mengenai tata caara pengalihan program-program yang dikelola kedua BUMN tersebut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. PT. TASPEN (Persero) dan PT. ASABRI (Persero) menyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014.121

Program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata R.I. dan Program Pembayaran Pensiun yang dialihkan dari PT. ASABRI (Persero) dan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun yang dialihkan dari PT. TASPEN (Persero) adalah bagian dari program yang sesuai dengan UU SJSN.

119 Opcit, Pasal 65 ayat (1)120 Opcit, Pasal 65 ayat (2)121 Opcit, Penjelasan Pasal 65 ayat (1), ayat (2) dan Pasal 66

180

Page 198: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

181

Penyusunan roadmap tersebut antara lain memuat pengalihan program ASABRI dan program pembayaran pensiun dari PT. ASABRI (Persero) dan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 199: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero182

KEDUAPULUH EMPAT

TRANSFORMASI JAMSOS, KUPU-KUPU, HEIMLICH

Sudahkah kita memahami kosa kata transformasi dengan tepat? Transformasi sosial sebagaimana yang tengah berlangsung dalam penyelenggaraan program jaminan sosial Indonesia sejalan dengan transformasi biologis yang terjadi pada kupu-kupu. Keduanya bermakna perubahan yang cermat dan dramatis bentuk, penampilan, fungsi dan karakter. Perubahan dilakukan dari dalam tubuh atau dalam organisasi oleh dirinya sendiri.

Simaklah transformasi ulat menjadi kupu-kupu, yang biasa kita kenal dengan proses metamorfosa. Bentuk dan penampilan ulat se-perti larva pada umumnya, gemuk dan melata. Setelah bertransformasi menjadi kupu-kupu, bentuk ulat tidak ditemukan lagi. Yang tampak hanyalah seekor serangga bersayap cantik warna-warni dan terbang. Fungsi pun berubah, dari ulat yang tak lain hanyalah hama tanaman, setelah bertransformasi berubah menjadi serangga yang berguna bagi penyerbukan tanaman. Sumber makanannya pun berubah, dari pemakan daun menjadi penghisap sari madu tanaman.

Transformasi Persero menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan membawa perubahan mendasar pada struktur, kultur dan prosedur PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero). Perubahan ketiga aspek tersebut diharapkan dapat menghilangkan bentuk, penampilan, fungsi dan karakter Persero setelah keduanya berganti menjadi badan hukum publik.

Struktur organisasi kedua Persero tersebut akan berubah untuk disesuaikan dengan kewenangan, tugas dan fungsi badan publik. Penampilan tentu akan berubah seiring dengan perubahan filosofi penyelenggaraan jaminan sosial. Begitu pula dengan kultur dan karakter organisasi akan berubah mengikuti tugas dan tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan program jaminan sosial bagi

182

Page 200: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

183

seluruh penduduk Indonesia.Bagaimana jika proses transformasi tidak sempurna dilalui? Tentu

hasil yang akan dicapai tidak akan sesuai dengan rencana.Anda masih ingat Heimlich, si ulat hijau gemuk dan periang dalam

film “A bug’s life” produksi Pixar milik almarhum Steve Jobs? Heimlich enggan berpuasa dan bekerja keras saat melalui proses transformasi dalam kepompong. Alhasil, Heimlich gagal bertransformasi menjadi kupu-kupu cantik yang mampu terbang. Heimlich tetap ulat gemuk dengan sayap mungil penanda telah menjalani proses transformasi. Sayap mungil Heimlich tak mampu menerbangkannya hingga tubuh gemuknya harus diterbangkan beramai-ramai oleh teman-temannya.

Semoga transformasi kedua Persero penyelenggara program jaminan sosial - PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero), berhasil dan tidak mengikuti jejak Heimlich. Sangat banyak agenda selama fase ‘kepompong’ yang yang harus diselesaikan dalam tempo kurang dari 2 tahun menjelang 1 Januari 2014. Kunci sukses tidak terletak hanya pada kedua Persero ini, namun berada pada seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah mutlak hadir dan memimpin jalannya transformasi.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 201: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero184

KEDUAPULUH LIMA

KIAT SUKSES TRANSFORMASI

UU BPJS memastikan bahwa BPJS Kesehatan sebagai transformasi dari PT. Askes (Persero), operasional mulai 1 Januari 2014, dan BPJS Ketenagakerjaan sebagai transformasi dari PT. Jamsostek (Persero), operasional paling lambat mulai 1 Juli 2015. Transformasi kelembagaan tersebut diikuti dengan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban hukum PT. Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan, dan PT. Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.

UU BPJS menugaskan kepada Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) untuk menyiapkan operasional BPJS Kesehatan dan PT. Jamsostek (Persero) untuk menyiapkan operasional BPJS Ketenagakerjaan sebelum tenggat di atas. Artinya, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) bertang-gung jawab terhadap sukses atau gagalnya transformasi dengan segala konsekuensinya.

Tahap awal transformasi sering menentukan kelanjutannya dengan berbagai persoalan yang kadang-kadang tak terduga. Jika perubahan awal diterima, dipastikan arahnya dan dimantapkan dengan langkah berikutnya, maka transformasi akan berjalan lancar.

TIDAK RINGAN

Tugas dan tanggung jawab yang dipikul oleh Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) memang tidak ringan. Sebab karakteristik program jaminan sosial adalah kompleksitas permasalahannya dan keberagaman perspektif dari masing-masing aktor di dalamnya.

Karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) dihadapkan pada 2 permasalahan sekaligus. Pertama, menghadapi resistensi dari mereka yang mendapat manfaat

184

Page 202: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

185

dari status quo. Kedua, meyakinkan pemangku kepentingan bahwa transformasi akan menghasilkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

EMPAT STRATEGIUntuk mengatasi permasalahan pokok dalam transformasi PT.

Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero), ada empat strategi yang dapat dilakukan.

Pertama, menyepakati tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan program-program jaminan sosial. Jaminan kese-hatan harus disepakati sebagai sarana untuk mencapai tujuan pemenuhan hak setiap orang atas pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Jaminan kecelakaan kerja harus disepakati sebagai sarana untuk menjamin setiap peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Lebih jauh lagi, program jaminan kecelakaan kerja mampu membantu peserta yang terkena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kembali bekerja dan produktif berpenghasilan. Jaminan hari tua harus disepakati sebagai sarana untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Jaminan pensiun harus disepakati sebagai sarana untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total. Jaminan kematian harus disepakati sebagai sarana untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

Kedua, gunakan pendekatan multi dimensi dalam pelaksanaan transformasi, mengingat konsep dan metode yang relevan sangat luas. Analisa yang sempit dengan mengabaikan isu pokok dapat mengundang kesalahan yang berdampak signifikan terhadap kelanjutan transformasi.

Bagian Keempat : Transformasi Setengah Hati Persero Menjadi BPJS

Page 203: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero186

Arus uang dan insentif sangat penting dalam memahami penyelenggaraan program jaminan sosial oleh BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Karena itu analisa ekonomi perlu dikombinasi-kan dengan pendekatan teori organisasi, teori sosial dan psikologi untuk memperkuat dukungan dari fasilitas kesehatan, peserta, pemberi kerja, asosiasi dan aktor-aktor lainnya.

Ketiga, menggalang dukungan yang luas dari penguasa dan elit politik untuk menghasilkan kebijakan politik strategis yang membuat transformasi bergerak maju. Dengan demikian resistensi terhadap transformasi dapat dipersempit ruang geraknya, dan diyakinkan tentang manfaat transformasi untuk perbaikan sistem.

Keempat, buktikan secara rasional bahwa transformasi akan meningkatkan manfaat dan kualitas pelayanan kesehatan yang nyata dapat dinikmati oleh peserta.

Perhatian pada isu teknis saja tidak cukup memadai untuk memahami kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Transformasi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan bukan sekedar soal teknis penyelenggaraan program jaminan sosial, tetapi masalah struktur kelembagaan, prosedur kerja dan perubahan kultur yang harus dilakukan secara simultan.

Berdasarkan strategi tersebut Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) menyusun roadmap transformasi yang memuat secara rinci siapa melakukan apa, kapan, bagaimana caranya dan apa yang dihasilkan. Sudah tentu secara berkala perlu dilakukan evaluasi untuk menilai hasil yang dicapai dan melakukan penyesuaian agenda yang diperlukan untuk memastikan bahwa transformasi berjalan pada jalurnya yang benar.

Transformasi harus dilakukan secara transparan dan akuntabel. Pemangku kepentingan dijamin mudah memperoleh akses informasi mengenai perkembangan transformasi, sehingga dapat melakukan fungsi sosial kontrol dengan efektif.

Page 204: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

187

penuTupOrganisasi jaminan sOsial

Page 205: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero188

Page 206: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

189

ORGANISASI JAMINAN SOSIAL

UU SJSN dan UU BPJS menetapkan struktur organisasi penyelenggara jaminan sosial berikut organ-organ yang terlibat dan hubungan kelembagaannya. Dalam bab ini dibahas dualisme organisasi jaminan sosial di era SJSN, hubungan kelembagaan BPJS dengan Presiden dan DJSN, beserta mekanisme komunikasi BPJS dengan Presiden dan DJSN.

DUALISME ORGANISASI PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL

Dari UU SJSN dan UU BPJS diperoleh ilustrasi organisasi penyelenggaraan program jaminan sosial di era SJSN. Ilustrasi ini memberikan informasi terpenting, yaitu UU BPJS menciptakan dua-lisme penyelenggaraan program jaminan sosial di era implementasi UU SJSN. Perbedaan proses transformasi empat BUMN penyelenggara program jaminan sosial dalam UU BPJS membagi dua tatanan penyelengaraan program jaminan sosial.

Tatanan pertama adalah BUMN Persero, dan tatanan kedua adalah BPJS. Struktur lengkap ditampilkan dalam gambar 3.

Transformasi kelembagaan jaminan sosial mengeluarkan PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) dari tatanan BUMN Persero ke tatanan badan hukum publik otonom nirlaba, BPJS. Sedangkan dua BUMN Persero lainnya, yaitu PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) tetap sebagai badan privat prolaba tunduk pada ketentuan UU BUMN dan UU Perseroan Terbatas. Dualisme ini akan terus berlangsung hingga pengalihan program ASABRI dan program TASPEN ke BPJS Ketenagakerjaan selesai dilakukan dan seluruh penduduk Indonesia bernaung dalam ketentuan UU SJSN paling lambat pada tahun 2029.

189

Page 207: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero190

bumn PErsErOTatanan pertama adalah model penyelenggara program jami-

nan sosial yang bernaung dalam ketentuan dan tatalaksana BUMN Perseroan. Tatanan ini berlangsung bagi PT. TASPEN (Persero) dan PT. ASABRI (Persero) selama pengalihan program yang diselengarakan oleh kedua BUMN tersebut ke BPJS Ketenagakerjaan belum selesai dilakukan.

Kedua BUMN ini tetap tunduk pada UU BUMN dan UU PT. Dengan demikian, keduanya tetap berbadan hukum privat prolaba yang terdiri dari persekutuan modal dan bertanggung jawab kepada pemegang saham. Sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan122.

Hubungan PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) dengan Presiden terjalin secara tidak langsung melalui Menteri Negara BUMN dan Menteri Keuangan.

Menteri Negara BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pemilik saham tertinggi atau seluruhnya PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero). RUPS adalah organ tertinggi dalam struktur organisasi PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero). Kedua BUMN Persero tersebut bertindak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemilik saham dan keputusan pemilik saham yang tergabung dalam RUPS. Dewan Komisaris dan Anggota Direksi mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada RUPS.123.

Menteri Keuangan berfungsi dalam pembiayaan program jaminan sosial bagi Pegawai Negeri, pengawasan penyelenggaraan program jaminan sosial, dan perwakilan Pemerintah dalam BUMN, serta penatausahaan modal Negara di BUMN.

Menteri Keuangan menguasakan wewenangnya kepada Direktur Jendral Perbendaharaan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). KPA membayarkan iuran jaminan sosial dan yang bersumber dari APBN kepada PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero).

122 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Penjelasan Umum II123 Ibid, Pasal 13

Page 208: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

191

Menteri Keuangan menerima kuasa dari Presiden selaku Kepala Pemerintahan untuk mengelola keuangan Negara dan mewakili Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang dipisahkan.124 Di samping itu, Menteri Keuangan melakukan penatausahaan penyertaan modal Negara di kedua BUMN tersebut. Sebagai badan usaha yang modal dan kekayaannya dimiliki oleh Negara, PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya kepada Menteri Keuangan. 125

badan PEnyElEnggara jaminan sOsial (bPjs)Tatanan kedua adalah penyelenggara jaminan sosial yang

diselenggarakan oleh BPJS dengan tatalaksana sesuai ketentuan UU SJSN dan UU BPJS. Tatanan ini berlaku bagi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Struktur organisasi BPJS sebagai badan publik sangat berbeda dari struktur organisasi BUMN. Secara struktural BPJS adalah subordinasi penguasa publik yaitu Presiden. BPJS bertanggungjawab langsung kepada Presiden.126

BPJS menjadi subyek pengawasan eksternal oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional, Otorita Jasa Keuangan, dan Badan Pemeriksa Keuangan.127

Hubungan kelembagaan antara BPJS dengan Kementerian dan Pemerintah Daerah bersifat fungsional dan bersinergi untuk keberlangsungan penyelenggaraan program jaminan sosial nasional. Sebagai contoh, sinergi BPJS Kesehatan dengan Kementerian Kesehatan berlangsung dalam penyediaan fasilitas kesehatan, standar pelayanan kesehatan dan standar terapi, serta daftar harga tertinggi pelayanan medis, obat dan alat medis. Sinergi dengan Pemerintah Daerah terjalin dalam upaya pengumpulan iuran, penjatuhan sanksi berupa tidak memberikan pelayanan publik tertentu, serta penyediaan

124 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Kekayaan Negara, Pasal 6 ayat (2) huruf a125 PP No. 44 Tahun 2005 tentang Tatacara Penyertaan dan Penatausahaan Modal

Negara Pada BUMN dan PT, Pasal 26126 UU No. 24 Tahun 2011, Pasal 7 ayat (2) 127 Ibid, Pasal 39 ayat (3) dan penjelasannya

Penutup : Organisasi Jaminan Sosial

Page 209: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero192

fasilitas kesehatan.128 Ketentuan lanjut mengenai tata cara hubungan antara BPJS dengan Pemerintah dan Organisasi atau Lembaga Lain akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Di tatanan operasional, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan berhubungan dengan Penegak Hukum, Akuntan Publik dan Mediator. Khusus bagi BPJS Kesehatan, terdapat satu pemangku kepentingan lainnya yaitu Asosiasi Fasilitas Kesehatan.

BPJS bermitra dengan institusi-institusi penegakan hukum, yaitu Kantor Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan Negeri. Kemitraan ini bertujuan untuk penegakan kepatuhan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajiban membayarkan iuran jaminan sosial dan untuk penyelesaian sengketa melalui Pengadilan.129,130

Lembaga Mediasi berperan dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi untuk penyelesaian pengaduan Peserta yang pengaduannya tidak dapat diselesaikan oleh BPJS, tepatnya oleh unit pengendali mutu pelayanan dan penanganan pengaduan. Bila sengketa masih belum dapat terselesaikan di tingkat mediasi, maka penyelesaian selanjutnya dapat diajukan ke pengadilan negeri di wilayah tempat tinggal pemohon.131

BPJS Kesehatan bersepakat dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan dalam penentuan besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan di suatu wilayah.

128 Ibid, Penjelasan Pasal 11 huruf h dan Pasal 17 ayat (4)129 Ibid, Pasal 11 huruf g130 Ibid, Pasal 50131 Ibid, Pasal 50

Page 210: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

193G

amba

r 3: P

eta

Peny

elen

ggar

aan

Prog

ram

Jam

inan

Sos

ial P

asca

Pen

gund

anga

n U

U B

PJS,

201

4

Page 211: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero194

HUBUNGAN KELEMBAGAAN BPJS DENGAN DJSN

Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) adalah organ SJSN yang dibentuk oleh UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Hubungan kelembagaan antara BPJS dengan DJSN adalah fungsional melalui pelaksanaan tugas dan wewenang DJSN dalam penyelenggaraan program jaminan sosial nasional. Sedangkan komunikasi di atara kedua lembaga ini terlaksana melalui empat media yaitu keputusan DJSN, usulan DJSN, hasil monitoring dan evaluasi DJSN, serta tembusan laporan BPJS kepada Presiden menge-nai pengelolaan program dan keuangan.

DJSN berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN.132 BPJS melaksanakan keputusan DJSN yang memuat rumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggara-an program-program jaminan sosial nasional.

DJSN mengusulkan kebijakan investasi dana jaminan sosial dan usulan anggaran bagi Penerima Bantuan Iuran. DJSN menyampaikan usulan tersebut kepada Pemerintah.133

DJSN bertugas sebagai pengawas eksternal BPJS dengan melaku-kan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dan tingkat kesehatan keuangan BPJS.134 DJSN berkomunikasi dengan BPJS sepanjang tahun fiskal dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi karena monitoring dan evaluasi adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

DJSN menerima tembusan laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik dari BPJS. Laporan tersebut berisi pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas-tugas BPJS selama satu tahun mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Laporan disampaikan kepada Presiden satu tahun sekali, paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya.135

132 UU. No. 40 Tahun 2004, Pasal 6 dan Pasal 7 ayat (2)133 Ibid, Pasal 7 ayat (3) huruf c134 Ibid, Pasal 7 ayat (4) dan UU No. 24 Tahun 2011 Penjelasan Pasal 39 ayat (3)

huruf a.135 UU No. 24 Tahun 2011, Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2)

Page 212: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

195

Gambar 4. Media dan Mekanisme Komunikasi DJSN dengan BPJS

KOMUNIKASI BPJS DENGAN PENGUASA PUBLIK

Komunikasi antara BPJS dengan Presiden terbagi atas dua jalur komunikasi, yaitu komunikasi dengan Kepala Pemerintahan dan komunikasi dengan Kepala Administrasi Negara.

Presiden sebagai Kepala Pemerintahan berkomunikasi melalui legislasi dan regulasi, serta laporan teknis. Komunikasi melalui legislasi, berupa peraturan perundangan yang dibentuk oleh Presiden bersama DPR, yaitu Undang-Undang. UU mencakup UU SJSN dan UU BPJS serta UU lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan program jaminan sosial, antara lain UU Pemerintah Daerah, UU APBN, UU Kesehatan.

Komunikasi BPJS dengan Presiden melalui regulasi-regulasi jaminan sosial yang diundangkan oleh Pemerintah tanpa keikutsertaan DPR. Regulasi-regulasi tersebut adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS, berupa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.

Bentuk komunikasi ketiga antara BPJS dengan Presiden sebagai kepala pemerintahan adalah melalui laporan pertanggungjawaban BPJS kepada Presiden.

Presiden sebagai kepala administrasi Negara berkomunikasi dengan BPJS melalui Keputusan Presiden. Terdapat empat keputusan

Penutup : Organisasi Jaminan Sosial

Page 213: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero196

Presiden yang akan ditetapkan sebagai pelaksanaan UU BPJS sesuai dengan peristiwa yang dihadapi oleh BPJS, yaitu:1). Keputusan Presiden tentang Penetapan Anggota Dewan

Pengawas dan Direksi BPJS.136

2). Keputusan Presiden tentang Pengangkatan Panitia Seleksi Dewan Pengawas dan Direksi.137

3). Keputusan Presiden tentang Pengenaan sanksi Administratif Anggota Dewan Pengawas dan Direksi BPJS138

4). Keputusan Presiden tentang Pemindahtanganan Aset BPJS senilai 100 milliar-500 milliar rupiah139.

Gambar 5. Media dan Mekanisme Komunikasi Presiden dengan BPJS

136 Ibid, Pasal 30 ayat (1) dan ayat (5)137 Ibid, Pasal 28 ayat (3)138 Ibid, Pasal 53 ayat (2)139 Ibid, Pasal 24 ayat (2) huruf g

Page 214: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

197

197

INDEX

a Amanah, 128 Anggota Dewan Pengawas, 54-57,

74-80, 82-83, 86-87, 119-121, 122-127, 135-137

Anggota Direksi, 54-57, 74-80, 82-83, 86-87, 119-121, 122-127, 135-137

Anggota Keluarga, 72-73Anomali, 8, 10 Asas, 97, 204 Asas dan Prinsip, 21 Aset BPJS, 41-45, 131, 132, 222,

233 Aset Dana Jaminan Sosial, 45-

49, 132, 222, 224Atribusi Kewenangan, 2

b Badan Hukum Publik, 109 Badan Publik, 9-11 Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

143-147 Bank Kustodian, 149 Biaya, 41-45 Biaya Non Personel, 44 Biaya Personel, 44 Biaya Operasional, 44, 133-134BPJS, 103-106 Status BPJS, 22 BPJS Kesehatan, 103-104 BPJS Ketenagakerjaan, Kelembagaan BPJS, 104-106 Organ BPJS, 119-121 Pertanggungjawaban BPJS, 22 Peraturan BPJS, 88-91 d Dana, 131-134 Dana Jaminan Sosial, 45-49 Dana Operasional, 43, 48 Dana Operasional BPJS, 49-50 Delegasi Kewenangan, 109

Dewan, 119-120 Dewan Jaminan Sosial Na-

sional (DJSN), 194 Dewan Komisaris, 155, 171 Dewan Pengawas, 119Direksi, 120-121 DPR, 12-13, 196 DPR RI, 12-13 Dualisme, 189 Duplikasi, 31 F Fakir miskin dan orang yang tidak

mampu, 203Fungsi, Tugas, Wewenang, Hak, dan

Kewajiban, 206-209 Fungsi, 206 Wewenang, 207 Tugas, 91-95, 111-113, 207 g Gaji, 82-83 Gugatan, 15

H Hak dan Kewajiban BPJS, 115-118 Hak Konstitusional, 8-9 i Identitas Tunggal, 64-65 Implementasi, 9 Iuran, 35-41 Iuran Wajib, 74 Bantuan Iuran, 35-36 Pembayaran Iuran, 39-41 j Jaminan, 5-7 Jaminan Hari Tua, 103, 115 Jaminan Kecelakaan Kerja, 103 Jaminan Kematian, 103 Jaminan Pensiun, 103 Jaminan Sosial, 2-3

Page 215: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero198

K Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS), 12Kebijakan Khusus, 24, 150 Kelalaian, 12 Kelembagaan BPJS, 189 Kesehatan keuangan,130 l Laba, 8 Nirlaba, 9-11 Laporan, 34, 221 Laporan BPJS, 34 Laporan Keuangan, 42, 230 Laporan Kinerja, 230 Laporan Pengelolaan Program,

221Larangan, 135-137, 227-229Lembaga Pengawas Independen, 129

m Mahkamah Konstitusi, 143 Majelis Hakim, 166 Manfaat, 47-48 Manfaat Tambahan, 82Mediasi, 192 Menteri, 12-13 Menko Kesra, 12-13 Menko Perekonomian, 12-13 Menteri Hukum dan HAM,

12-13 Menteri Kesehatan, 12-13 Menteri Keuangan , 12-13 Menteri Pertahanan, 12-13 Menteri Sosial, 12-13 Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, 12-13Modal, 41 Modal Awal, 41 Monitoring dan Evaluasi, 115 n Negara, 2-3

O Otoriter, 8

P Panitia Seleksi, 26 Pekerja, 32 Pelayanan Publik, 32 Pemangku Kepentingan, 55Pemberhentian, 57, 124 Pemberi Kerja, 61 Pembubaran, 23 Pembubaran BPJS, 225 Pembubaran PT JAMSOSTEK

(Persero), 172Pemegang saham, 172 Pemerintah, 1 Pemerintah Pusat, 204Pemisahan Aset, 131, 222-223 Pendaftaran peserta, 61, 209Pendirian, 104-106 Pengadilan, 192 Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat, 3Pengalihan, 16-17 Pengalihan aset dan liabilitas

serta hak dan kewajiban, 155

Pengalihan program, 16-17Pengawasan, 128 Pengawasan eksternal, 129-

130 Pengawasan internal, 129 pengawasan terhadap BPJS,

128-130Pengumpulan iuran, 40-41Penutupan, 57-60 Penyelesaian Pengaduan, 91Penyelesaian Sengketa, 226-227Peralihan, 155-156 Peraturan Dewan Pengawas BPJS, 122

Peraturan Direksi BPJS, 122Peraturan Pemerintah, 32 Pertanggungjawaban, 22 Perubahan Budaya Organisasi, 150-

151 Peserta, 63

Page 216: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

199

Pidana, 126, 137 Pidana Denda, 137 Pidana Penjara, 137Point of no return, 12-13 Presiden, 2-3 Presiden Suharto, 8 Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, 12 Keputusan Presiden, 86 Peraturan Presiden, 61Prinsip, 204-205 Prinsip Penyelenggaraan Jami-

nan Sosial, 148Program, 148 Program Jaminan Kesehatan,

148-149Persero, 141 PT. ASABRI (Persero), 180 PT. Askes (Persero), 155 PT. Jamsostek (Persero), 170 PT. TASPEN (Persero), 180 r Rancangan peraturan pelaksanaan, 12

Reformasi Jaminan Sosial Indonesia,

12Risiko, 37

s Sanksi, 32, 54, 137 Sanksi administratif, 32-35, 54-

57, 137 Sanksi pidana, 137 Satuan Pengawasan, 129-130Sengketa, 226-227 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),

5-15SJSN, 5-15

t Tempat Kedudukan, 206 Tempat kedudukan BPJS,

21-22 Tim Pembela Rakyat untuk Jaminan

Sosial, 12-13Tim Penyiapan Pelaksanaan BPJS,

16-17 Tonggak sejarah, 8-11 Transformasi, 143-154 Transformasi Biologis, 182-183 Transformasi Kelembagaan,

182-183 Transformasi Sosial, 182-183 Transformasi Persero, 155-181 Transformasi PT. Askes

(Persero), 155-169 Transformasi PT. Jam-

sostek (Persero), 170-179 Transformasi PT. ASABRI

(Persero), 180-181 Transformasi PT. TASPEN

(Persero), 180-181 Proses Transformasi, 151 Dualisme Transformasi, 152-

153 Derajat Transformasi, 152 Model Proses Transformasi,

152-154Tugas, 91-95, 111-113, 207 u Upah, 68-74, 82-83, 95-96 UU (Undang-Undang), 201 UU BPJS, 201-260 UU SJSN, 29-31 UUD Negara RI 1945, 115 W Wanprestasi, 1-3

Index

Page 217: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero200

lampiranuu no. 24 tahun 2011

tentang badan Penyelenggara jaminan sosial

Page 218: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

201

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 116, 2011 EKONOMI. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Pengelolaan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256)

undang-undang rEPubliK indOnEsia nOmOr 24 taHun 2011

tEntang badan PEnyElEnggara jaminan sOsial dEngan raHmat tuHan yang maHa Esa

PrEsidEn rEPubliK indOnEsia,

Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat;

b. bahwa untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepeser-taan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta;

c. bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

201

Page 219: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero202

Sistem Jaminan Sosial Nasional, harus dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dengan Undang-Undang yang merupakan transformasi keempat Badan Usaha Milik Negara untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

Mengingat : 1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23A, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan PRESIDEN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENG-GARA JAMINAN SOSIAL.

bab i KEtEntuan umum

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Page 220: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

203

1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyeleng-garakan program jaminan sosial.1. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan

sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

2. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh BPJS untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau anggota keluarganya.

5. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh Peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.

6. Bantuan Iuran adalah Iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai Peserta program Jaminan Sosial.

7. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

8. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

2. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang- undangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 221: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero204

3. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah dewan yang berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional.

4. Dewan Pengawas adalah organ BPJS yang bertugas melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengurusan BPJS oleh direksi dan memberikan nasihat kepada direksi dalam penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

5. Direksi adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan BPJS untuk kepentingan BPJS, sesuai dengan asas, tujuan, dan prinsip BPJS, serta mewakili BPJS, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

6. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 2BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas:a. kemanusiaan;b. manfaat; danc. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasal 3BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.

Pasal 4BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip:a. kegotongroyongan;b. nirlaba;

Page 222: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

205

c. keterbukaan;d. kehati-hatian;e. akuntabilitas;f. portabilitas;g. kepesertaan bersifat wajib;h. dana amanat; dani. hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya

untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta.

bab ii PEmbEntuKan dan ruang lingKuP

Bagian Kesatu Pembentukan

Pasal 5(1) Berdasarkan Undang-Undang ini dibentuk BPJS.(2) BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. BPJS Kesehatan; dan b. BPJS Ketenagakerjaan.

Bagian Kedua Ruang Lingkup

Pasal 6

(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b menyelenggarakan program:a. jaminan kecelakaan kerja; b. jaminan hari tua; c. jaminan pensiun; dan d. jaminan kematian.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 223: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero206

bab iii status dan tEmPat KEduduKan

Bagian Kesatu Status

Pasal 7

(1) BPJS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 adalah badan hukum publik berdasarkan Undang-Undang ini.

(2) BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden.

Bagian Kedua Tempat Kedudukan

Pasal 8

(1) BPJS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 berkedudukan dan berkantor pusat di ibu kota Negara Republik Indonesia.

(2) BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mempunyai kantor perwakilan di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota.

bab iv Fungsi, tugas, WEWEnang, HaK, dan KEWajiban

Bagian Kesatu

Fungsi Pasal 9

(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua.

Page 224: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

207

Bagian Kedua Tugas

Pasal 10

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, BPJS bertugas untuk:a. melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;b. memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi

Kerja;c. menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;d. mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;e. mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan

Sosial;f. membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan

sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dang. memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program

Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat.

Bagian Ketiga Wewenang

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berwenang untuk:a. menagih pembayaran Iuran;b. menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka

pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

c. melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 225: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero208

d. membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;

e. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

f. mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;

g. melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

Bagian Keempat Hak

Pasal 12

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, BPJS berhak untuk:a. memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program

yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.

Bagian Kelima Kewajiban

Pasal 13Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berkewajiban untuk:a. memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;b. mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk

Page 226: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

209

sebesar-besarnya kepentingan Peserta;c. memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik

mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya;

d. memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

e. memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;

f. memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;

g. memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

h. memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

i. membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;

j. melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan

k. melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

bab v PEndaFtaran PEsErta dan PEmbayaran iuran

Bagian Kesatu

Pendaftaran Peserta

Pasal 14Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi Peserta program Jaminan Sosial.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 227: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero210

Pasal 15(1) Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan

Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.

(2) Pemberi Kerja, dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

(3) Penahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 16(1) Setiap orang, selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan penerima

Bantuan Iuran, yang memenuhi persyaratan kepesertaan dalam program Jaminan Sosial wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS, sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.

(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan data mengenai dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

Pasal 17(1) Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang tidak melak-

sanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dan setiap orang yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:a. teguran tertulis; b. denda; dan/atau c. tidak mendapat pelayanan publik tertentu.

(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dilakukan oleh BPJS.

(4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

Page 228: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

211

c dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas permintaan BPJS.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 18(1) Pemerintah mendaftarkan penerima Bantuan Iuran dan anggota

keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS.(2) Penerima Bantuan Iuran wajib memberikan data mengenai diri

sendiri dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada Pemerintah untuk disampaikan kepada BPJS.

Bagian Kedua Pembayaran Iuran

Pasal 19

(1) Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.

(2) Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

(3) Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

(4) Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan Iuran kepada BPJS.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai:a. besaran dan tata cara pembayaran Iuran program jaminan

kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden; danb. besaran dan tata cara pembayaran Iuran selain program

jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 229: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero212

bab vi Organ bPjs

Bagian Kesatu

Struktur

Pasal 20Organ BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.

Bagian Kedua Dewan Pengawas

Pasal 21

(1) Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang profesional.(2) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2 (dua) orang unsur Pekerja, dan 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, serta 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat.

(3) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(4) Salah seorang dari anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai ketua Dewan Pengawas oleh Presiden.

(5) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Pasal 22(1) Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas

pelaksanaan tugas BPJS.(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Dewan Pengawas bertugas untuk:a. melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan

kinerja Direksi;

Page 230: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

213

b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;

c. memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan

d. menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

(3) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Pengawas berwenang untuk:a. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;b. mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan

BPJS;d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi

mengenai penyelenggaraan BPJS; dane. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden

mengenai kinerja Direksi.(4) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan

wewenang Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Dewan Pengawas.

Bagian Ketiga Direksi

Pasal 23

(1) Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur profesional.

(2) Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(3) Presiden menetapkan salah seorang dari anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai direktur utama.

(4) Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 231: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero214

dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Pasal 24(1) Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan

operasional BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan Manfaat sesuai dengan haknya.

(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi bertugas untuk:a. melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi;b. mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; danc. menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan

Pengawas untuk melaksanakan fungsinya.(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Direksi berwenang untuk:a. melaksanakan wewenang BPJS;b. menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan

fungsi, tata kerja organisasi, dan sistem kepegawaian;c. menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk

mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS serta menetapkan penghasilan pegawai BPJS;

d. mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi;

e. menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas;

f. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan Pengawas;

g. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) sampai dengan Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Presiden; dan

Page 232: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

215

h. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Direksi.

bab vii PErsyaratan, tata Cara PEmiliHan dan PEnEtaPan,

dan PEmbErHEntian anggOta dEWan PEngaWas dan anggOta dirEKsi

Bagian Kesatu

Persyaratan Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi

Paragraf 1

Persyaratan Umum

Pasal 25(1) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas atau

anggota Direksi, calon yang bersangkutan harus memenuhi syarat sebagai berikut:a. warga negara Indonesia;b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;c. sehat jasmani dan rohani;d. memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;e. memiliki kualifikasi dan kompetensi yang sesuai untuk

pengelolaan program Jaminan Sosial;f. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling

tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat dicalonkan menjadi anggota;

g. tidak menjadi anggota atau menjabat sebagai pengurus partai politik;

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 233: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero216

h. tidak sedang menjadi tersangka atau terdakwa dalam proses peradilan;

i. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan/atau

j. tidak pernah menjadi anggota direksi, komisaris, atau dewan pengawas pada suatu badan hukum yang dinyatakan pailit karena kesalahan yang bersangkutan.

(2) Selama menjabat, anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi tidak boleh merangkap jabatan di pemerintahan atau badan hukum lainnya.

Paragraf 2 Persyaratan Khusus

Pasal 26

Selain harus memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, calon anggota Dewan Pengawas harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang manajemen, khususnya di bidang pengawasan paling sedikit 5 (lima) tahun.

Pasal 27Selain harus memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, calon anggota Direksi harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu memiliki kompetensi yang terkait untuk jabatan direksi yang bersangkutan dan memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 5 (lima) tahun.

Bagian Kedua Tata Cara Pemilihan dan Penetapan

Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi

Pasal 28(1) Untuk memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas

Page 234: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

217

dan anggota Direksi, Presiden membentuk panitia seleksi yang bertugas melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

(2) Keanggotaan panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah dan 5 (lima) orang unsur masyarakat.

(3) Keanggotaan panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 29(1) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

mengumumkan penerimaan pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi paling lama 5 (lima) hari kerja setelah ditetapkan.

(2) Pendaftaran dan seleksi calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi dilakukan dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja secara terus-menerus.

(3) Panitia seleksi mengumumkan nama calon anggota Dewan Pengawas dan nama calon anggota Direksi kepada masyarakat untuk mendapatkan tanggapan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah pendaftaran ditutup.

(4) Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada panitia seleksi paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diumumkan.

(5) Panitia seleksi menentukan nama calon anggota Dewan Pengawas dan nama calon anggota Direksi yang akan disampaikan kepada Presiden sebanyak 2 (dua) kali jumlah jabatan yang diperlukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditutupnya masa penyampaian tanggapan dari masyarakat.

Pasal 30(1) Presiden memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas

yang berasal dari unsur Pemerintah dan anggota Direksi berdasarkan usul dari panitia seleksi.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 235: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero218

(2) Presiden mengajukan nama calon anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur Pekerja, unsur Pemberi Kerja, dan unsur tokoh masyarakat kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebanyak 2 (dua) kali jumlah jabatan yang diperlukan, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya daftar nama calon dari panitia seleksi.

(3) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memilih anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur Pekerja, unsur Pemberi Kerja, dan unsur tokoh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan usulan dari Presiden.

(4) Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyampaikan nama calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Presiden paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya pemilihan.

(5) Presiden menetapkan calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan surat dari pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

(6) Penetapan anggota Dewan Pengawas dari unsur pemerintah dan anggota Direksi dilakukan bersama-sama dengan penetapan anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

Pasal 31Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan penetapan Dewan Pengawas dan Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dengan Peraturan Presiden.

Bagian Ketiga Pemberhentian

Pasal 32

Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi berhenti dari

Page 236: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

219

jabatannya karena:a. meninggal dunia; b. masa jabatan berakhir; atau c. diberhentikan.

Pasal 33(1) Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi dapat

diberhentikan sementara karena: a. sakit terus-menerus lebih dari 3 (tiga) bulan sehingga tidak

dapat menjalankan tugasnya; b. ditetapkan menjadi tersangka; atau c. dikenai sanksi administratif pemberhentian sementara.(2) Dalam hal anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi

diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden menunjuk pejabat sementara dengan mempertimbangkan usulan dari DJSN.

(3) Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan pada jabatannya apabila telah dinyatakan sehat kembali untuk melaksanakan tugas atau apabila statusnya sebagai tersangka dicabut, atau sanksi administratif pemberhentian sementaranya dicabut.

(4) Pengembalian jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak dinyatakan sehat atau statusnya sebagai tersangka dicabut atau sanksi administratif pemberhentian sementaranya dicabut.

(5) Pemberhentian sementara anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengembalian jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Presiden.

Pasal 34Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi diberhentikan dari jabatannya karena: a. sakit terus-menerus selama 6 (enam) bulan sehingga tidak dapat

menjalankan tugasnya;

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 237: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero220

b. tidak menjalankan tugasnya sebagai anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) bulan karena alasan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. merugikan BPJS dan kepentingan Peserta Jaminan Sosial karena kesalahan kebijakan yang diambil;

d. menjadi terdakwa karena melakukan tindak pidana; e. melakukan perbuatan tercela;

e. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi; dan/atau

f. mengundurkan diri secara tertulis atas permintaan sendiri.

Pasal 35Dalam hal anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi berhenti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a atau diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Presiden mengangkat anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi pengganti untuk meneruskan sisa masa jabatan yang digantikan.

Pasal 36(1) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan anggota Dewan Pengawas

dan/atau anggota Direksi, Presiden membentuk panitia seleksi untuk memilih calon anggota pengganti antarwaktu.

(2) Prosedur pemilihan dan penetapan calon anggota pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31.

(3) Dalam hal sisa masa jabatan yang kosong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kurang dari 18 (delapan belas) bulan, Presiden menetapkan anggota pengganti antarwaktu berdasarkan usulan DJSN.

(4) DJSN mengajukan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan peringkat hasil seleksi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan

Page 238: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

221

penetapan calon anggota pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Presiden.

bab viii PErtanggungjaWaban

Pasal 37

(1) BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya.

(2) Periode laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

(3) Bentuk dan isi laporan pengelolaan program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh BPJS setelah berkonsultasi dengan DJSN.

(4) Laporan keuangan BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

(5) Laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.

(6) Bentuk dan isi publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas.

(7) Ketentuan mengenai bentuk dan isi laporan pengelolaan program sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Presiden.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 239: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero222

Pasal 38Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian finansial yang ditimbulkan atas kesalahan pengelolaan Dana Jaminan Sosial. Pada akhir masa jabatan, Dewan Pengawas dan Direksi wajib menyam-paikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

bab iX PEngaWasan

Pasal 39

(1) Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.

(2) Pengawasan internal BPJS dilakukan oleh organ pengawas BPJS, yang terdiri atas:a. Dewan Pengawas; danb. satuan pengawas internal.

(3) Pengawasan eksternal BPJS dilakukan oleh:a. DJSN; dan b. lembaga pengawas independen.

bab X asEt

Bagian Kesatu

Pemisahan Aset

Pasal 40(1) BPJS mengelola:

a. aset BPJS; dan b. aset Dana Jaminan Sosial.

(2) BPJS wajib memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial.

(3) Aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS.

Page 240: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

223

(4) BPJS wajib menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan Sosial pada bank kustodian yang merupakan badan usaha milik negara.

Bagian Kedua Aset BPJS

Pasal 41

(1) Aset BPJS bersumber dari:a. modal awal dari Pemerintah, yang merupakan kekayaan

negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham;b. hasil pengalihan aset Badan Usaha Milik Negara yang

menyelenggarakan program jaminan sosial;c. hasil pengembangan aset BPJS;d. dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial;

dan/ataue. sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.(2) Aset BPJS dapat digunakan untuk:

a. biaya operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial;

b. biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan Jaminan Sosial;

c. biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan; dand. investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber dan penggunaan aset

BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 42Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf a untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan masing-masing paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 241: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero224

Bagian Ketiga Aset Dana Jaminan Sosial

Pasal 43

(1) Aset Dana Jaminan Sosial bersumber dari:a. Iuran Jaminan Sosial termasuk Bantuan Iuran;b. hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial;c. hasil pengalihan aset program jaminan sosial yang

menjadi hak Peserta dari Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan program jaminan sosial; dan

d. sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Aset Dana Jaminan Sosial digunakan untuk:a. pembayaran Manfaat atau pembiayaan layanan Jaminan

Sosial;b. dana operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial;

danc. investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber dan penggunaan aset

Dana Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat Biaya Operasional

Pasal 44

(1) Biaya operasional BPJS terdiri atas biaya personel dan biaya non personel.

(2) Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Dewan Pengawas, Direksi, dan karyawan.

(3) Biaya personel mencakup Gaji atau Upah dan manfaat tambahan lainnya.

(4) Dewan Pengawas, Direksi, dan karyawan memperoleh Gaji

Page 242: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

225

atau Upah dan manfaat tambahan lainnya yang sesuai dengan wewenang dan/atau tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas di dalam BPJS.

(5) Gaji atau Upah dan manfaat tambahan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan tingkat kewajaran yang berlaku.

(6) Dewan Pengawas, Direksi, dan karyawan dapat memperoleh insentif sesuai dengan kinerja BPJS yang dibayarkan dari hasil pengembangan.

(7) Ketentuan mengenai Gaji atau Upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi karyawan ditetapkan dengan peraturan Direksi.

(8) Ketentuan mengenai Gaji atau Upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 45(1) Dana operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat

(1) huruf d ditentukan berdasarkan persentase dari Iuran yang diterima dan/atau dari dana hasil pengembangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persentase dana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

bab Xi PEmbubaran bPjs

Pasal 46

BPJS hanya dapat dibubarkan dengan Undang-Undang.

Pasal 47BPJS tidak dapat dipailitkan berdasarkan ketentuan perundangan-undangan mengenai kepailitan.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 243: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero226

bab Xii PEnyElEsaian sEngKEta

Bagian Kesatu

Penyelesaian Pengaduan

Pasal 48(1) BPJS wajib membentuk unit pengendali mutu pelayanan dan

penanganan pengaduan Peserta.(2) BPJS wajib menangani pengaduan paling lama 5 (lima) hari

kerja sejak diterimanya pengaduan.(3) Ketentuan mengenai unit pengendali mutu dan penanganan

pengaduan Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan BPJS.

Bagian Kedua Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi

Pasal 49

(1) Pihak yang merasa dirugikan yang pengaduannya belum dapat diselesaikan oleh unit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1), penyelesaian sengketanya dapat dilakukan melalui mekanisme mediasi.

(2) Mekanisme mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui bantuan mediator yang disepakati oleh kedua belah pihak secara tertulis.

(3) Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penandatangan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh kedua belah pihak.

(4) Penyelesaian sengketa melalui mekanisme mediasi, setelah ada kesepakatan kedua belah pihak secara tertulis, bersifat final dan mengikat.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 244: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

227

Bagian Ketiga Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Pasal 50

Dalam hal pengaduan tidak dapat diselesaikan oleh unit pengendali mutu pelayanan dan penanganan pengaduan Peserta melalui mekanisme mediasi tidak dapat terlaksana, penyelesaiannya dapat diajukan ke pengadilan negeri di wilayah tempat tinggal pemohon.

bab Xiii Hubungan dEngan lEmbaga lain

Pasal 51(1) Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan

program Jaminan Sosial, BPJS bekerja sama dengan lembaga Pemerintah.

(2) Dalam menjalankan tugasnya, BPJS dapat bekerja sama dengan organisasi atau lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri.

(3) BPJS dapat bertindak mewakili Negara Republik Indonesia sebagai anggota organisasi atau anggota lembaga internasional apabila terdapat ketentuan bahwa anggota dari organisasi atau lembaga internasional tersebut mengharuskan atas nama negara.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara hubungan antarlembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

bab Xiv larangan

Pasal 52

Anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi dilarang:a. memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga antaranggota

Dewan Pengawas, antaranggota Direksi, dan antara anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi;

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 245: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero228

b. memiliki bisnis yang mempunyai keterkaitan dengan penye-lenggaraan Jaminan Sosial;

c. melakukan perbuatan tercela;d. merangkap jabatan sebagai anggota partai politik, pengurus

organisasi masyarakat atau organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan program Jaminan Sosial, pejabat struktural dan fungsional pada lembaga pemerintahan, pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya;

e. membuat atau mengambil keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan;

f. mendirikan atau memiliki seluruh atau sebagian badan usaha yang terkait dengan program Jaminan Sosial;

g. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan dihapuskannya suatu laporan dalam buku catatan atau dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial;

h. menyalahgunakan dan/atau menggelapkan aset BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial;

i. melakukan subsidi silang antarprogram;j. menempatkan investasi aset BPJS dan/atau Dana Jaminan

Sosial pada jenis investasi yang tidak terdaftar pada Peraturan Pemerintah;

k. menanamkan investasi kecuali surat berharga tertentu dan/atau investasi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan sosial;

l. membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku catatan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial; dan/atau

m. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau merusak catatan pembukuan BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial.

Page 246: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

229

Pasal 53(1) Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar

ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, atau huruf f dikenai sanksi administratif.

(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:a. peringatan tertulis; b. pemberhentian sementara; dan/atau c. pemberhentian tetap.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah.

bab Xv KEtEntuan Pidana

Pasal 54

Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar larangan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, atau huruf m dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 55Pemberi Kerja yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 247: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero230

bab Xvi KEtEntuan lain-lain

Pasal 56

(1) Presiden sewaktu-waktu dapat meminta laporan keuangan dan laporan kinerja BPJS sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan penyelenggaraan Jaminan Sosial nasional.

(2) Dalam hal terdapat kebijakan fiskal dan moneter yang mempengaruhi tingkat solvabilitas BPJS, Pemerintah dapat mengambil kebijakan khusus untuk menjamin kelangsungan program Jaminan Sosial.

(3) Dalam hal terjadi krisis keuangan dan kondisi tertentu yang memberatkan perekonomian, Pemerintah dapat melakukan tindakan khusus untuk menjaga kesehatan keuangan dan kesinambungan penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

bab Xvii KEtEntuan PEraliHan

Pasal 57

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:a. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Asuransi Kesehatan Indonesia

atau disingkat PT Askes (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Husada Bhakti menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 16) diakui keberadaannya dan tetap melaksanakan program jaminan kesehatan, termasuk menerima pendaftaran peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan;

b. Kementerian Kesehatan tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan kesehatan masyarakat, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan;

Page 248: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

231

c. Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program layanan kesehatan bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden;

d. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau disingkat PT Jamsostek (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59), berdasarkan Undang-Undang Tahun 1992 Nomor 3 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan:(1) program jaminan pemeliharaan kesehatan termasuk

penambahan peserta baru sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan; dan

(2) program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru sampai dengan berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

e. Perusahaan Perseroan (Persero) PT ASABRI atau disingkat PT ASABRI (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 88), berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1966 tentang Pemberian Pensiun, Tunjangan bersifat Pensiun, dan Tunjangan Kepada Militer Sukarela (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 249: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero232

Nomor 2812), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3369), Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1968 tentang Pemberian Pensiun Kepada Warakawuri, Tunjangan Kepada Anak Yatim/Piatu, dan Anak Yatim-Piatu Militer Sukarela (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2863), dan Peraturan Pemerintah Tahun 1991 Nomor 67 tentang Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan.

f. Perusahaan Perseroan (Persero) PT DANA TABUNGAN DAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI atau disingkat PT TASPEN (Persero) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 38), berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Page 250: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

233

1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890), dan Peraturan Pemerintah Tahun 1981 Nomor 25 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1981 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3200) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru sampai dengan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan.

bab Xviii KEtEntuan PEnutuP

Pasal 58

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan ditugasi untuk:a. menyiapkan operasional BPJS Kesehatan untuk program jaminan

kesehatan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

b. menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 251: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero234

Pasal 59Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.

Pasal 60(1) BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program

jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014.(2) Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1):a. Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan

program jaminan kesehatan masyarakat;b. Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan

Kepolisian Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden; dan

c. PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.

(3) Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1):a. PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan

semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan;

b. semua pegawai PT Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan; dan

c. Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik dan Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS Kesehatan dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.

Page 252: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

235

Pasal 61Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek (Persero) sampai dengan berubahnya PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan ditugasi untuk:a. menyiapkan pengalihan program jaminan pemeliharaan

kesehatan kepada BPJS Kesehatan;b. menyiapkan operasional BPJS Ketenagakerjaan untuk program

jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian;

c. menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban program jaminan pemeliharaan kesehatan PT Jamsostek (Persero) terkait penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan ke BPJS Kesehatan; dan

d. menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 62(1) PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan

pada tanggal 1 Januari 2014.(2) Pada saat PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS

Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):a. PT Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan

semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek (Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan;

b. semua pegawai PT Jamsostek (Persero) beralih menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan;

c. Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik dan Menteri Keuangan mengesahkan posisi laporan keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan ketenagakerjaan; dan

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 253: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero236

d. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, dan program jaminan kematian yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero), termasuk menerima peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 38 dan Pasal 43 sampai dengan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456), paling lambat 1 Juli 2015.

Pasal 63Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek (Persero) diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi.

Pasal 64BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan program jaminan kematian bagi Peserta, selain peserta program yang dikelola PT TASPEN (Persero) dan PT ASABRI (Persero), sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456), paling lambat tanggal 1 Juli 2015.

Pasal 65(1) PT ASABRI (Persero) menyelesaikan pengalihan program Asuransi

Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029.

Page 254: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

237

(2) PT TASPEN (Persero) menyelesaikan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029.

Pasal 66Ketentuan mengenai tata cara pengalihan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun dari PT ASABRI (Persero) dan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 67Ketentuan Pasal 142 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756) dan Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Tahun 2003 Nomor 19 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297) tidak berlaku untuk pembubaran PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (3) huruf a dan Pasal 62 ayat (2) huruf a.

Pasal 68Pada saat berubahnya PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1), berdasarkan Undang-Undang ini:a. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan

Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi; dan

b. Ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 255: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero238

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468) dinyatakan tetap berlaku sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64.

Pasal 69Pada saat mulai beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 70Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama:a. 1 (satu) tahun untuk peraturan yang mendukung beroperasinya

BPJS Kesehatan; danb. 2 (dua) tahun untuk peraturan yang mendukung beroperasinya

BPJS Ketenagakerjaanterhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 71Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 256: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

239

Disahkan di Jakarta pada tanggal 25 November 2011 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

dr. H. susilO bambang yudHOyOnO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 November 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

amir syamsudin

Lampiran : UU No. 24 Tahun 2011

Page 257: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero240

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

No. 5256 EKONOMI. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Pengelolaan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116)

PEnjElasan atas

undang-undang rEPubliK indOnEsia nOmOr 24 taHun 2011

tEntang badan PEnyElEnggara jaminan sOsial

i. umum

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan tersebut semakin dipertegas yaitu dengan mengembangkan sistem jaminan sosial bagi kesejahteraan seluruh rakyat.

Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu.

240

Page 258: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

241

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan Peserta.

Pembentukan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, setelah Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara Nomor 007/PUU-III/2005, guna memberikan kepastian hukum bagi pembentukan BPJS untuk melaksanakan program Jaminan Sosial di seluruh Indonesia. Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban.

Dengan Undang-Undang ini dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan diperluas secara bertahap.

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 259: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero242

ii. Pasal dEmi Pasal Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Huruf aYang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah asas yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia.

Huruf bYang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif.

Huruf cYang dimaksud dengan “asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” adalah asas yang bersifat idiil.

Pasal 3Yang dimaksud dengan “kebutuhan dasar hidup” adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasal 4Huruf a

Yang dimaksud dengan “prinsip kegotongroyongan” adalah prinsip kebersamaan antar Peserta dalam menanggung beban biaya Jaminan Sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap Peserta membayar Iuran sesuai dengan tingkat Gaji, Upah, atau penghasilannya.

Huruf bYang dimaksud dengan “prinsip nirlaba” adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan

Page 260: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

243

penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan Manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh Peserta.

Huruf cYang dimaksud dengan “prinsip keterbukaan” adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap Peserta.

Huruf dYang dimaksud dengan “prinsip kehati-hatian” adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.

Huruf eYang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Huruf fYang dimaksud dengan “prinsip portabilitas” adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun Peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf gYang dimaksud dengan “prinsip kepesertaan bersifat wajib” adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi Peserta Jaminan Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.

Huruf hYang dimaksud dengan “prinsip dana amanat” adalah bahwa Iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari Peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan Peserta Jaminan Sosial.

Huruf iCukup jelas.

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 261: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero244

Pasal 5Cukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.Pasal 9

Cukup jelas.Pasal 10

Cukup jelas.Pasal 11

Huruf aYang dimaksud dengan “menagih” adalah meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran Iuran.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dPemerintah menetapkan standar tarif setelah mendapatkan masukan dari BPJS bersama dengan asosiasi fasilitas kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah. Besaran tarif di suatu wilayah (regional) tertentu dapat berbeda dengan tarif di wilayah (regional) lainnya sesuai dengan tingkat kemahalan harga setempat, sehingga diperoleh pembayaran fasilitas kesehatan yang efektif dan efisien.

Huruf e

Page 262: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

245

Cukup jelas.Huruf f

Cukup jelas.Huruf g

Yang dimaksud dengan “kewajiban lain” antara lain adalah kewajiban mendaftarkan diri dan Pekerjanya sebagai Peserta, melaporkan data kepesertaan termasuk perubahan Gaji atau Upah, jumlah Pekerja dan keluarganya, alamat Pekerja, serta status Pekerja. Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” adalah Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan peraturan pelaksanaannya.

Huruf hKerja sama dengan pihak lain terkait pemungutan dan pengumpulan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja serta penerimaan Bantuan Iuran dilakukan dengan instansi Pemerintah dan pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah.

Pasal 12Huruf a

Yang dimaksud dengan “dana operasional” adalah bagian dari akumulasi Iuran Jaminan Sosial dan hasil pengembangannya yang dapat digunakan BPJS untuk membiayai kegiatan operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

Huruf bCukup jelas.

Pasal 13Huruf a

Yang dimaksud dengan “nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara khusus oleh BPJS kepada setiap Peserta untuk menjamin tertib

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 263: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero246

administrasi atas hak dan kewajiban setiap Peserta. Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua program Jaminan Sosial.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cInformasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan BPJS mencakup informasi mengenai jumlah aset dan liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran BPJS.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Huruf kCukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “program Jaminan Sosial

Page 264: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

247

yang diikuti” adalah 5 (lima) program Jaminan Sosial dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “data” adalah data diri Pemberi Kerja dan Pekerja beserta anggota keluarganya termasuk perubahannya.

Ayat (3)Yang diatur dalam Peraturan Presiden adalah penahapan yang didasarkan antara lain pada jumlah Pekerja, jenis usaha, dan/atau skala usaha. Penahapan yang akan diatur tersebut tidak boleh mengurangi manfaat yang sudah menjadi hak Peserta dan kewajiban Pemberi Kerja untuk mengikuti program Jaminan Sosial.

Pasal 16

Cukup jelas.Pasal 17

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Cukup jelas.Huruf c

Yang dimaksud dengan “pelayanan publik tertentu” antara lain pemrosesan izin usaha, izin mendirikan bangunan, bukti kepemilikan hak tanah dan bangunan.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 265: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero248

Yang dimaksud dengan “Pemerintah atau pemerintah daerah” adalah unit pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 18Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Cukup jelas.

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Calon anggota Dewan Pengawas dari unsur Pekerja diusulkan oleh organisasi Pekerja di tingkat nasional.Calon anggota Dewan Pengawas dari unsur Pemberi Kerja diusulkan oleh organisasi pengusaha di tingkat nasional.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Yang dimaksud dengan “diusulkan untuk diangkat kembali” adalah dicalonkan kembali melalui proses seleksi.

Pasal 22Cukup jelas.

Pasal 23Ayat (1)

Page 266: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

249

Anggota yang berasal dari unsur profesional adalah orang yang mempunyai keahlian dan/atau pengetahuan khusus di bidang Jaminan Sosial.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Yang dimaksud dengan “diusulkan untuk diangkat kembali” adalah dicalonkan kembali melalui proses seleksi.

Pasal 24Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Huruf aYang dimaksud dengan “perencanaan” adalah termasuk penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan BPJS.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Cukup jelas.Huruf c

Yang dimaksud dengan “penghasilan” adalah gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya.

Huruf dCukup jelas.

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 267: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero250

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 25Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eKriteria kualifikasi calon anggota Dewan Pengawas atau calon anggota Direksi diukur dari jenjang pendidikan formal. Kriteria kompetensi calon anggota Dewan Pengawas atau calon anggota Direksi diukur berdasarkan pengalaman, keahlian, dan pengetahuan sesuai dengan bidang tugasnya.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf h

Page 268: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

251

Cukup jelas.Huruf i

Cukup jelas.Huruf j

Cukup jelas.Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “tidak boleh merangkap jabatan” adalah setelah diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi, yang bersangkutan melepaskan jabatan lain di pemerintahan, termasuk lembaga negara atau badan hukum lain.

Pasal 26

Cukup jelas. Pasal 27

Kriteria kompetensi calon anggota Direksi diukur berdasarkan pengalaman, keahlian, dan pengetahuan sesuai dengan bidang tugasnya, antara lain, bidang ekonomi, keuangan, perbankan, aktuaria, perasuransian, dana pensiun, teknologi informasi, manajemen risiko, manajemen kesehatan, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, dan/atau hukum yang dapat dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.

Pasal 28

Cukup jelas.Pasal 29

Cukup jelas.Pasal 30

Cukup jelas.Pasal 31

Cukup jelas.Pasal 32

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 269: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero252

Cukup jelas.Pasal 33

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Untuk menjalankan tugas anggota Dewan Pengawas yang diberhentikan sementara, pejabat sementara yang diusulkan oleh DJSN dipilih dari antara anggota Dewan Pengawas yang lain. Untuk menjalankan tugas anggota Direksi yang diberhentikan sementara, pejabat sementara yang diusulkan oleh DJSN dipilih dari antara anggota Direksi yang lain.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “dinyatakan sehat kembali” adalah apabila dinyatakan sehat oleh dokter yang bekerja pada rumah sakit milik Pemerintah. Yang dimaksud dengan “statusnya sebagai tersangka dicabut” adalah apabila proses penyidikan perkaranya dihentikan oleh penyidik.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

Page 270: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

253

Pasal 39Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

Huruf aDJSN melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

Huruf bYang dimaksud dengan “lembaga pengawas independen” adalah Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal tertentu sesuai dengan kewenangannya Badan Pemeriksa Keuangan dapat melakukan pemeriksaan.

Pasal 40Cukup jelas.

Pasal 41Cukup jelas.

Pasal 42Cukup jelas.

Pasal 43Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cAset program jaminan sosial dapat berupa uang, surat berharga, serta tanah dan bangunan.

Huruf dCukup jelas.

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 271: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero254

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 44Cukup jelas.

Pasal 45Cukup jelas.

Pasal 46Cukup jelas.

Pasal 47Cukup jelas.

Pasal 48Cukup jelas.

Pasal 49Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

Cukup jelas.Ayat (4)

Cukup jelas.Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” adalah Undang-Undang tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Pasal 50Cukup jelas.

Pasal 51Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Kerja sama dengan organisasi atau lembaga lain di

Page 272: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

255

dalam negeri atau di luar negeri dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas BPJS ataupun kualitas pelayanannya kepada Peserta.

Ayat (3)Keanggotaan BPJS dalam organisasi atau lembaga internasional dilakukan dengan tetap mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 52

Huruf aYang dimaksud dengan “hubungan keluarga” adalah hubungan keluarga karena pertalian darah atau perkawinan.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cYang dimaksud dengan “melakukan perbuatan tercela” adalah melakukan perbuatan yang merendahkan martabat Dewan Pengawas dan Direksi.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 273: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero256

Huruf jCukup jelas.

Huruf kCukup jelas.

Huruf lCukup jelas.

Huruf mCukup jelas.

Pasal 53Cukup jelas.

Pasal 54Cukup jelas.

Pasal 55Cukup jelas.

Pasal 56Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

Kondisi tertentu yang memberatkan perekonomian dapat berupa tingkat inflasi yang tinggi, keadaan pascabencana yang mengakibatkan penggunaan sebagian besar sumber daya ekonomi negara, dan lain sebagainya.Tindakan khusus untuk menjaga kesehatan keuangan dan kesinambungan penyelenggaraan program Jaminan Sosial antara lain berupa penyesuaian Manfaat, Iuran, dan/atau usia pensiun, sebagai upaya terakhir.

Pasal 57Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Page 274: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

257

Cukup jelas.Huruf c

Cukup jelas.Huruf d

Cukup jelas.Huruf e

Program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia terdiri atas santunan asuransi, santunan nilai tunai asuransi, santunan risiko kematian, santunan biaya pemakaman, santunan risiko kematian khusus, santunan cacat karena dinas, santunan cacat bukan karena dinas, santunan biaya pemakaman istri/suami, dan santunan biaya pemakaman anak.

Huruf fProgram tabungan hari tua terdiri atas asuransi dwiguna dan asuransi kematian.

Pasal 58Huruf a

Penyiapan operasional BPJS Kesehatan mencakup antara lain:a. menyusun sistem dan prosedur operasional yang

diperlukan untuk beroperasinya BPJS Kesehatan;b. melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku

kepentingan jaminan kesehatan;c. menentukan program jaminan kesehatan yang

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk Peserta PT Askes (Persero);

d. berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengalihkan penyelenggaraan program jaminan kesehatan masyarakat ke BPJS Kesehatan;

e. berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 275: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero258

Republik Indonesia untuk mengalihkan penye-lenggaraan program pelayanan kesehatan bagi anggota TNI/Polri dan PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia beserta anggota keluarganya ke BPJS Kesehatan; dan

f. berkoordinasi dengan PT Jamsostek (Persero) untuk mengalihkan penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan ke BPJS Kesehatan.

Huruf bKegiatan penyiapan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan, mencakup antara lain:a. menunjuk kantor akuntan publik untuk melakukan

audit atas laporan keuangan penutup PT Askes (Persero), laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kesehatan, dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan; dan

b. menyusun laporan keuangan penutup PT Askes (Persero), laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kesehatan, dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.

Pasal 59Cukup jelas.

Pasal 60Cukup jelas. Pasal 61Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Penyiapan operasional BPJS Ketenagakerjaan untuk program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,

Page 276: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

259

jaminan pensiun, dan jaminan kematian mencakup antara lain:a. menyusun sistem dan prosedur operasional

yang diperlukan untuk beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan; dan

b. melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dKegiatan penyiapan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan, mencakup antara lain:a. menunjuk kantor akuntan publik untuk melakukan

audit atas laporan posisi keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) dan laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan; dan

b. menyusun laporan posisi keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) dan laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 62Cukup jelas.

Pasal 63Cukup jelas.

Pasal 64Cukup jelas.

Pasal 65Ayat (1)

PT ASABRI (Persero) menyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014 yang antara lain memuat pengalihan program

Lampiran : Penjelasan UU No. 24 Tahun 2011

Page 277: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero260

Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.

Ayat (2)PT TASPEN (Persero) menyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014 yang antara lain memuat pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 66Program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun yang dialihkan dari PT ASABRI (Persero) dan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun yang dialihkan dari PT TASPEN (Persero) adalah bagian program yang sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.PT ASABRI (Persero) dan PT TASPEN (Persero) menyelesaikan penyusunan roadmap transformasi paling lambat tahun 2014, yang antara lain memuat pengalihan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun dari PT ASABRI (Persero) dan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 67Cukup jelas.

Pasal 68Cukup jelas.

Pasal 69Cukup jelas.

Pasal 70Cukup jelas.

Pasal 71Cukup jelas.

Page 278: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

261

DAFTAR PUSTAKA

Attamimi, H. Peranan Keputusan Presiden RI dalam Penyelenggaraan Negara, 1998,.

Yudi, L. Negara Paripurna Historisitas: Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011

______ Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

______ Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

______ Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

______ Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Jaminan Sosial Nasional

______ Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

261

Page 279: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero262

Page 280: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

263

Kami berdua menulis buku ini, Asih Eka Putri (lahir 1967) dan A.A Oka Mahendra (lahir 1946) setelah tujuh tahun bersama-

sama memperjuangkan penyusunan peraturan pelaksanaan UU SJSN dan pembentukan UU BPJS.

“UU BPJS harus dibentuk sebagai pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi

(MK) atas Perkara No. 007/PUU-III/2005 pada 31 Agustus 2005. Putusan MK menghapus penetapan PT. Askes, PT. Jamsostek, PT. TASPEN, PT. ASABRI sebagai BPJS dan mengalihkan keempat BUMN tersebut ke dalam posisi transisi hingga masa peralihan UU SJSN berakhir pada tahun 2009. Untuk menjadi BPJS, masing-masing Persero tersebut harus ditetapkan kembali dalam suatu undang-undang,” demikian kami bersuara.

Kami bahu-membahu meyakinkan Pe-merintah bahwa putusan MK adalah final dan mengikat sehingga Pemerintah harus melaksanakannya dengan membuat dan mengundangkan UU BPJS.

“Undang-undang tentang BPJS harus sudah ditetapkan paling lambat pada tanggal 19 Oktober 2009, sesuai dengan ketentuan Pasal 52 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2004. Waktu yang tersedia untuk proses penyusunan UU BPJS ± 2,5 tahun lagi”, demikian kami suarakan dalam Naskah Akademis RUU BPJS versi pertama halaman dua.

Perbedaan usia terentang dua dekade tidak menjadi peng-halang bagi kami untuk menuangkan isi pikiran ke dalam konsep naskah akademik RUU BPJS. Pembahasan pertama di bawah kepemimpinan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) berlangsung pada 1 Juni tahun 2007. Perumusan naskah akademik berlanjut dengan perancangan RUU

TENTANG PENULIS

263

Page 281: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero264

BPJS. Bersama Tim Perumus Lintas Kementerian, kami menyiapkan sistematika dan kisi-kisi RUU BPJS.

Skenario pengalihan dirumuskan. Tiga skenario kami tawar-kan.

Pilihan pertama adalah PENGALIHAN CEPAT. Transformasi hanya mengubah badan hukum dantidak mengubah segmentasi peserta. Dengan kata lain keempat ex-BUMN akan tetap eksis dengan bentuk badan hukum baru. Mereka “hanya” berganti bentuk badan hukumnya, dari badan hukum privat prolaba (persero) menjadi badan hukum publik otonom nirlaba (BPJS).

Kami usulkan BPJS dirumpunkan menjadi dua, rumpun pengelola dana APBN dan rumpun pengelola dana pekerja dan pengusaha. Idenya sangat mendasar, “jangan sampai politik anggaran Pemerintah mengganggu keberlangsungan program jaminan sosial yang dibiayai oleh iuran pekerja dan pengusaha.”

Kami khawatir politisasi pelayanan kesehatan akan berimbas pada penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional dan lebih luas lagi berdampak pada keempat program jaminan sosial lainnya (jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian), setidaknya hingga lima tahun mendatang.

“Jangan terulang lagi Peristiwa Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) yang mengantarkan UU SJSN ke Mahkamah Konstitusi pada tahun 2005. Pemerintah Daerah berseteru dengan Pemerintah Pusat. SJSN menjadi taruhannya dan hak jaminan sosial para pekerja menjadi korbannya,” itu faktanya.

Kami berpendapat, “Biarlah ketiga BUMN pengelola jaminan sosial bersumber dana APBN tetap eksis dan mereka masing-masing bertransformasi menjadi BPJS ex-Askes, BPJS ex-Taspen dan BPJS ex-Asabri. BPJS ex-Askes mengelola program jaminan kesehatan (JK) bagi penikmat dana APBN, yaitu pegawai negeri sipil, tentara, dan polisi, termasuk para fakir miskin”. BPJS ex-Taspen menyeleng-garakan program jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan hari tua (JHT), jaminan pensiun (JP) dan jaminan kematian (JKM) bagi pegawai negeri sipil. BPJS ex-ASABRI mengelola program yang sama dengan program BPJS ex-Taspen, bagi tentara dan polisi. BPJS

Page 282: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

265

ex-Jamsostek mengelola iuran dari pekerja dan pemberi kerja untuk semua program SJSN – JK, JKK, JHT, JP, JKM.

Yang penting adalah transformasi berjalan cepat, bermakna dan aman. Indonesia segera mengakhiri sejarah penyelenggaraan program jaminan sosial oleh badan privat pencari untung.

Pilihan kedua adalah PENGALIHAN MODERAT. Transformasi pada pilihan kedua lebih baik daripada pilihan pertama. Lebih baik karena telah merumpunkan program sesuai dengan karakteristik manfaat walaupun masih terbatas.

BPJS ex-Askes mengelola program manfaat jangka pendek, yaitu program JK dan JKK. BPJS ex-Asabri dan BPJS ex-Taspen mengelola program manfaat jangka panjang, yaitu JP, JHT, JKM. Tidak ada perubahan pada BPJS ex- Jamsostek, tetap seperti pilihan pertama. Sebagaimana pilihan pertama, BPJS dirumpunkan pula berdasarkan sumber pendapatan – APBN dan iuran pekerja swasta dan pengusaha.

Pilihan ketiga adalah PENGALIHAN OPTIMAL. Pengalihan pada skenario ketiga ini benar-benar memerhatikan prinsip asuransi sosial dan karakter peserta. BPJS dirumpunkan ke dalam dua program besar, yaitu program bermanfaat jangka pendek (JK, JKK) dan program bermanfaat jangka panjang (JP, JHT, JKM).

Optimal karena program jangka pendek mengutamakan hukum bilangan besar dan prinsip kesamaan manfaat (ekuitas). BPJS ex-Askes mengelola program JK untuk seluruh warga negara NRI, baik warga negara penikmat APBN maupun pekerja yang tidak menerima gaji atau subsidi bersumber anggaran negara (pegawai swasta dan pekerja mandiri). BPJS baru didirikan untuk mengelola program JKK bagi seluruh pekerja, baik pekerja pemerintah mau-pun pekerja swasta dan pekerja mandiri.

Optimal karena program jangka panjang memperhitungkan risiko finansial yang ditimbulkan oleh sejarah penyelenggaraan program dan pembentukan dana jangaka panjang. “Apakah pekerja dan pengusaha mau dibebankan hutang pemerintah untuk dana pensiun para pegawainya dan tentara serta polisi?” Pada pertanyaan ini kami berpijak.

Tentang Penulis

Page 283: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero266

Program jangka panjang untuk seluruh pekerja berisiko bila dikelola oleh sebuah BPJS karena program JP bagi pegawai negeri sipil, tentara, dan polisi telah 30 tahun lebih diselenggarakan dan sangat bergantung kepada subsidi pemerintah. Sedangkan program JP wajib bagi pegawai swasta baru akan dimulai. Masalah pendanaan program jaminan pensiun pegawai negeri sipil, tentara dan polisi harus dibereskan dahulu sebelum melebur dengan program jaminan pensiun pekerja swasta. Oleh karenanya, biarkanlah penyelenggaraan program jaminan sosial manfaat jang-ka panjang dikelola terpisah. PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) digabung menjadi BPJS-merjer ASABRI dan TASPEN untuk pengelolaan JHT, JP, JKM. Penggabungan ini untuk efisiensi pengelolaan. PT. Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS ex-Jamsostek untuk mengelola program JHT, JP, JKM pekerja swasta dan pekerja mandiri

Konsep mendasar lainya yang kami perkenalkan adalah pembubaran tanpa likuidasi pada keempat persero penyelenggara jaminan sosial, agar tidak terjadi pemutusan pemberian manfaat kepada peserta.

Persero yang akan ditransformasikan menjadi BPJS perlu dibubarkan agar ada kepastian hukum mengenai statusnya.Selanjutnya pembubaran persero wajib diikuti dengan likuidasi, sebagaimana diatur dalam UU BUMN dan UU Perseroan Terbatas.

Likuidasi perseroan adalah proses yang panjang dan rumit. Terlebih, likuidasi perseroan penyelenggara program jaminan sosial akan mengakibatkan penghentian penyelenggaraan program dan hak peserta terputus.

“Apakah pembubaran Persero Askes, ASABRI, Jamsostek, dan TASPEN boleh dilakukan tanpa likuidasi?”, tanya para anggota Tim Perumus RUU BPJS kepada kami.

“Bisa dan harus,” jawab kami dengan lantang. Dengan satu syarat, “Pengecualian kewajiban likuidasi Persero harus diatur dengan Undang-Undang.”

Berikut argumen kami berdua: “Karena kewajiban likuidasi di-atur dalam Undang-Undang, maka pengecualian terhadap keten-tuan tersebut, hanya dapat dilakukan dengan ketentuan Undang-

Page 284: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

267

Undang. UU tentang BPJS yang akan dibentuk harus memuat ketentuan yang secara khusus menyatakan pembubaran Persero yang bersangkutan tidak wajib diikuti dengan proses likuidasi. Dengan kata lain, pengecualian proses pembubaran Persero harus diatur dalam UU BPJS, sebagai lex specialis.”

“Apakah ada contohnya?” tanya para hadirin, seakan-akan ide ini adalah ide berbahaya.

“Ada!”

Saat dialog ini berlangsung, kami informasikan kepada Para Hadirin, bahwa Pemerintah tengah merancang RUU tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang merupakan salah satu contoh pembentukan badan hukum yang diatur dengan Undang-Undang. Pada tahun 2009, UU LPEI diundangkan. UU LPEI mengatur pembubaran Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Bank Ekspor Indonesia tanpa likuidasi dengan bunyi rumusan:

“dinyatakan bubar dan semua aktiva dan pasiva serta hak dan kewajiban hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Bank Ekspor Indonesia menjadi aktiva dan pasiva serta hak dan kewajiban hukum LPEI; dan semua pegawai Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Bank Ekspor Indonesia menjadi pega-wai LPEI”.

Perancangan UU BPJS tidak semulus perancangan UU LPEI, walaupun keduanya mengatur pembentukan badan publik yang berasal dari pembubaran badan privat dan pemberesan harta kekayaan persero tanpa proses likuidasi.

UU BPJS gagal diundangkan hingga berakhir masa peralihan UU SJSN pada 19 Oktober 2009. Pemerintah gagal bersepakat menetapkan badan hukum publik otonom keempat Persero tersebut. Kementerian Negara BUMN bersikukuh mempertahankan badan hukum privat, sementara di seberangnya berdiri Kemenko Kesra dengan ide badan hukum publik sebagai wujud pengelola dana amanah dari peserta jaminan sosial. Di samping masalah bentuk badan hukum, Pemerintah belum mampu menyepakati proses pemberesan kekayaan keempat Perseroan saat pembubaran terjadi.

Tentang Penulis

Page 285: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero268

Dialog terhenti hampir dua tahun.

DPR memprakarsai penyelesaian RUU BPJS bersama Pemerin-tah. Melalui Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2010, perancangan RUU BPJS dilanjutkan. Lokasi pembahasan bukan lagi di Kantor Menkokesra, namun berpindah ke Komisi IX DPR RI.

Naskah Akademik yang kami tulis tahun 2007 telah dimodifikasi di sana sini. Muatan RUU versi Komisi IX sudah banyak berbeda dengan versi yang dibahas di Kelompok Kerja RUU BPJS Kemenko Kesra 2007-2009.

Yang paling mengagetkan kami adalah ide transformasi kelembagaan diterjemahkan dengan melebur keempat BUMN menjadi satu. BPJS Tunggal!

“Menjadi sebuah monster yang sangat kuat saat berjaya atau menjadi abu saat diterpa krisis! BPJS Tunggal sangat rentan sekaligus berbahaya. Penumpukan dana publik dari 240 juta warga negara dalam satu badan otonom adalah kebijakan yang sangat gegabah! Belanja jangka pendek untuk JK dan JKK akan menggerogoti akumulasi tabungan jangka panjang untuk JHT, JP, JKM, bila pengelolaannya dalam satu badan”. Begitu kami paparkan dengan lantang kepada Komisi IX di dalam Rapat Dengar Pendapat Umum pada 18 Mei 2010.

Empat rekomendasi kami sampaikan kepada Yang Terhormat Wakil Rakyat di Komisi IX agar transformasi berhasil.

Pertama, UU BPJS & Peraturan Pelaksana SJSN HARUS OPERASIONAL. Saran ini tidak diindahkan... Silakan dilihat dalam buku ini, ada dua puluh dua pasal memerintahkan pembuatan peraturan pelaksanaan.

Kedua, kepercayaan & dukungan publik TIDAK TERANCAM. Saran ini juga tidak diindahkan... Contohnya, hingga hari ini publik masih berseteru soal besaran iuran dan siapa yang membayar.

Ketiga, perluasan kepesertaan SEGERA TERCAPAI. Kali ini lumayan, saran kami diperhatikan, walaupun Pemerintah mengulur target cakupan semesta jaminan kesehatan ke tahun 2019. Tidak jelas kapan Pemerintah akan menjamin kebijakan JKK, JHT, JP dan JKM menjangkau seluruh pekerja.

Page 286: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

269

Keempat, sinkronisasi dan harmonisasi penyelenggaraan program SEGERA TERLAKSANA. Saran ini ternyata paling sulit untuk dilaksanakan. Sudah 18 bulan berlalu, belum satupun peraturan pelaksanaan UU BPJS selesai ditandatangani Presiden. Apakah sulit merumuskannya atau enggan membuat peraturan pelaksanaan? Wallahualam.

“Batasi integrasi struktural, tidak perlu susah payah melebur keempat BUMN menjadi satu BPJS. Sebaliknya, pusatkan pikiran dan tenaga untuk mengintegrasikan penyelenggaraan program jaminan sosial secara fungsional. Kami menutup paparan dengan menampilkan tiga skenario transformasi kelembagaan, mengulang paparan kami di Kantor Menkokesra 2 (dua) tahun sebelumnya.”

Seluruh informasi di atas dirangkum dalam buku berjudul “Transisi Badan Hukum 4 BUMN Persero Menjadi BPJS.” Buku ini tersedia online dan dapat dibaca di Portal Jamsosindonesia, portal terlengkap dan terdepan menginformasikan transformasi dan reformasi jaminan sosial Indonesia. Klik www.jamsosindonesia.com

Kini, kami berdua melanjutkan ikhtiar di era pasca pengundangan UU BPJS. Memberikan masukan bagi Tim Perancang peraturan pelaksanaan UU BPJS dan mendampingi transformasi kelembagaan.

Sebagai penutup, kami sampaikan bahwa duet ini disinerjikan oleh pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan. AA Oka Mahendra, Sarjana Hukum lulusan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (1969), 26 tahun berkarya di Senayan mewakili rakyat di DPR RI dan 8 tahun bertugas sebagai perancang peraturan perundang-undangan nasional dan berperan aktif mereformasi sistem hukum nasional. Asih Eka Putri, Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (1992) dan Magister Kebijakan Publik dari Unversity of Southern California USA (2001), 20 tahun berkarya di area kebijakan dan manajemen pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan serta jaminan sosial. Kami bertemu setahun pasca pengumuman putusan uji materi UU SJSN tahun 2005 dan bekerja sama merumuskan agenda penyelesaian reformasi jaminan sosial dan transformasi kelembagaan jaminan sosial hingga kini.

Tentang Penulis

Page 287: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero270

Page 288: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

271

Page 289: Pengantar Hukum - Jaminan Sosialarchives.jamsosindonesia.com/kjs/files/TRANSFORMASI setengah hati... · Sebagaimana kita pahami dan rasakan bersama bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

transformasi setengah Hati Persero272