penerapan sistempertanian terpadu dalam rangka pelestarian

11
Cakrawala Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 1997 129 PENERAPAN SISTEM PERTANIAN TERPADU DALAM RANGKA PELESTARIAN PRODUKSI MENUJU SWASEMBADA PANGAN BERKELANJUTAN Oleb: H. Yulipriyanto Abstrak Di penghujung abad xx ini masalah pencemaran bahan kimia pertanian (agrochcnica/s) baik berupa pupuk kimia maupun pestisida mendapatkan perhatian khusus dan masyarakat seluruh dunia. Kira-kira selama 40 tahun semenjak bahan-bahan kimia digunakan unluk meningkatkan produksi pertanian. selain telah dapal mewujudkan swasembada pangan berupa beras, juga telah menimbulkan kerusakan Iingkungan yang parah, baik lerhadap lanah. lanaman maupun fauna. Tanah-tanah pertanian banyak yang mengalami kemunduran. struktur lanah rusak oleh pengaruh residu kimia. Beberapa spesies tanaman telah banyak yang hilang alau musnah. demikian pula berbagai fauna penting yang menghuni tanah-tanah pertanian. Produk-produk pertanian seperti sayuran, hortikultura disinyalir juga lelah lercemar alau terkonlaminasi logam beral. Dalam rangka lelap melestankan produksi per1anian, usaha lani tidak lagi mengandalkan penggunaan bahan kimia untuk mencapai produksi setinggi-tingginya, tela pi juga harus memperhalikan kclestarian sumberdaya alam sebagai infrastruklur Ulama yang menunjang kehidupan tanaman penanian. Oleh "'"Irena itu, dewasa ini ada kecenderungan dilerapkannya sislem penanian tanpa mcrusak lingkungan yang menekankan pada penggunaan bahan organik dan teknologi biologis baik sebagai pupuk alau peslisida unluk mengganlikan bahan kimia. Unluk mengantisipasi kecenderungan lersebul. petani kila pun perlu dibekali pengetahuan yang berkailan dengan leknologi pertanian ramah Iingkungan, yang membenkan kemungkinan berlangsungnya usaha pertanian secara berkelanjutan. Pendahuluan Sektor pertanian masih memainkan peranan penting dalam pemba- ngunan ekonomi di Indonesia walaupun sumbangannya secara sektoral pada ekonomi negara masih kalah dibanding sektor minyak dan gas. Namun demikian, selama kurun waktu 20 tahun terakhir ini sudah sangat nyata sumbangannya terutama dalam menyediakan pangan dan menyerap tenaga kerja bagi sebagian besar penduduk (I. Tubagus Ferry, 1989: 115). Oleh karena itu, sungguh relevan bila sektor pertanian selalu memperolah perhatian pemerintah maupun masyarakat yang makanan pokoknya beras. Keberhasilan terbesar dalam swasembada beras di negeri kita yang pernah diraih tahun 1984, adalah berkat suksesnya program peningkatan produksi pangan.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Cakrawala Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 1997 129

PENERAPAN SISTEM PERTANIAN TERPADU DALAMRANGKA PELESTARIAN PRODUKSI MENUJU

SWASEMBADA PANGAN BERKELANJUTAN

Oleb:H. Yulipriyanto

Abstrak

Di penghujung abad xx ini masalah pencemaran bahan kimia pertanian(agrochcnica/s) baik berupa pupuk kimia maupun pestisida mendapatkan perhatiankhusus dan masyarakat seluruh dunia. Kira-kira selama 40 tahun semenjak bahan-bahankimia digunakan unluk meningkatkan produksi pertanian. selain telah dapalmewujudkan swasembada pangan berupa beras, juga telah menimbulkan kerusakanIingkungan yang parah, baik lerhadap lanah. lanaman maupun fauna.

Tanah-tanah pertanian banyak yang mengalami kemunduran. struktur lanahrusak oleh pengaruh residu kimia. Beberapa spesies tanaman telah banyak yang hilangalau musnah. demikian pula berbagai fauna penting yang menghuni tanah-tanahpertanian. Produk-produk pertanian seperti sayuran, hortikultura disinyalir juga lelahlercemar alau terkonlaminasi logam beral.

Dalam rangka lelap melestankan produksi per1anian, usaha lani tidak lagimengandalkan penggunaan bahan kimia untuk mencapai produksi setinggi-tingginya,telapi juga harus memperhalikan kclestarian sumberdaya alam sebagai infrastruklurUlama yang menunjang kehidupan tanaman penanian. Oleh "'"Irena itu, dewasa ini adakecenderungan dilerapkannya sislem penanian tanpa mcrusak lingkungan yangmenekankan pada penggunaan bahan organik dan teknologi biologis baik sebagai pupukalau peslisida unluk mengganlikan bahan kimia. Unluk mengantisipasi kecenderunganlersebul. petani kila pun perlu dibekali pengetahuan yang berkailan dengan leknologipertanian ramah Iingkungan, yang membenkan kemungkinan berlangsungnya usahapertanian secara berkelanjutan.

Pendahuluan

Sektor pertanian masih memainkan peranan penting dalam pemba­ngunan ekonomi di Indonesia walaupun sumbangannya secara sektoral padaekonomi negara masih kalah dibanding sektor minyak dan gas. Namundemikian, selama kurun waktu 20 tahun terakhir ini sudah sangat nyatasumbangannya terutama dalam menyediakan pangan dan menyerap tenagakerja bagi sebagian besar penduduk (I. Tubagus Ferry, 1989: 115). Olehkarena itu, sungguh relevan bila sektor pertanian selalu memperolahperhatian pemerintah maupun masyarakat yang makanan pokoknya beras.Keberhasilan terbesar dalam swasembada beras di negeri kita yang pernahdiraih tahun 1984, adalah berkat suksesnya program peningkatan produksipangan.

130 Cakrswala Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 1997

Keberhasilan swasembada pangan itu tentu sangat berarti sehu­bungan dengan pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat sejak PerangDunia II yang membawa pada peningkatan kebutuhan pangan dan mendesakperlunya· peningkatan produksi pangan waktu itu. Babkan kalau dibandingpenyediaan pangan di negara-negara berkembang lainnya, Indonesiatermasuk paling berhasil. Sistem usaha tani yang menentlikan keberhasilanini tidak lepas dari model bercocok tanam yang muncul secara ajaib padatahun 1967 yang populer dengan teknologi revolusi hijau (green revolution)(Barbara Ward dan Rene Dubos) (1974: 225).

Teknologi revolusi hijau bermula dari keprihatinan atas terjadinyabencana kelaparan yang melanda masyarakat di negara-negara berkembangdi benua Afrika, Asia dan sebagian Amerika (Amerika Latin) yang lajupertumbuhan penduduknya cepat kira-kira 11,5% setiap tahunnya,sementara kecepatan peningkatan produksi pangan hanya sebesar 6,5%,sehingga terjadilah krisis pangan yang eukup hebaL Berbagai upaya untukmengatasi kekurangan pangan di negara-negara berkembang pun terusditempuh, lebih-Iebih oleh para ahli pangan dan pertanian. Dan jerih payahpara pakar, telah membuahkan hasil dengan diketemukannya varietas padidan gandum unggul berumur pendek dengan produksi tinggi tahun 1967,yang peristiwanya kemudian populer dengan nama revolusi hijau.

Kelangsungan hidup varietas padi dan gandum unggul lemyata lidaksederhana, harus dibarengai dengan sarana dan prasarana memadai sepertikelersediaan pupuk kimia, irigasi, dan peslisida. Unluk memasyarakalkanleknologi revolusi hijau pemerintahan di negara-negara berkembang harusmembangun berbagai fasilitas berupa bendungan, saluran irigasi, pabrikpupuk, maupun pabrik obat-obatan pemberantas hama dan penyakit.Memang hasil yang diperoleh dengan menggunakan masukan bibil ungguldan bahan kimia sangal menakjubkan. Hadimya teknologi revolusi hijaulelah mampu mengalasi kerawanan pangan, yang tidak dapat dicukupi hanyadengan leknologi pertanian tradisional yang produksinya relalif lebihrendah.

Namun demikian maraknya penggunaan bahan kimia disinyalir telahmenimbulkan kerusakan lingkungan, baik terhadap tanah, satwa, maupunfauna. Kelergantungan pada pupuk kimia yang muneul belakangan inimenunjukkan bahwa, tanaman yang diusahakan petani seakan-akan tidakmampu tumbuh dan berproduksi bila tidak diberi pupuk buatan (kimia).Apakah 'Y;1ng sebenamya telah lerjadi dengan lanah-tanah pertanian kitasekarang1'-fui? Mengapa sistem pertanian lerpadu menjadi allernatif dalampelestarian produksi pertanian. kini dan mendatang? Sebetulnya upayamempertahankan produksi pertanian dan efisiensinya dapal dilakukanrnelalui pengelolaan pasca panennya pula, akan tetapi pada tulisan kali inipembahasan dililikberatkan pada sistern pertanian terpadu (integrated

Penerapan Sistem Pertanian Terpadu Dalam Rangka Pelestarian

Produktivitas Menuju Swasembada Pangan SecarB Berlcelanjutan131

farming) dalam rangka menunjang pelestarian produksi menuju swasembadapangan berkelanjutan.

Dampak Bahan Kimia pada Lingkungan

Di Indonesia gaung teknologi revolusi hijau sangat kuat. Hal iniditandai oleh munculnya program Panca Usaha Tani yang terdiri atas limakomponen penting yaitu : a) penggunaan bibit unggul, b) pemiJpukan, c)pemberantasan hama dan penyakit (pestisida), d) irigasi, dan e) perbaikandan pemeliharaan bercocok tanam. Pengembangan selanjutnya dalam usahatani kita dikenal adanya berbagai program seperti BIMAS, INMAS, danterakhir SUPRA INSUS. Puncak kejayaan usaha tani padi dengan basisteknologi revolusi hijau ini adalah dengan dicapainya swasembada beraspada tahun 1984, sehingga negara kita pun dapat berpartisipasi aktifmembantu negara-negara yang kekurangan pangan baik di wilayah Asiamaupun Afrika.

Teknologi revolusi hijau temyata tidak selalu menjadi simbolkeberhasilan usaha tani, sebab dampaknya terhadap kerusakan Iingkungantidak boleh dianggap ringan. Setelah kurang lebih 40 tahun gerakan inimenjadi bagian hidup bagi petani di seluruh dunia. Bahaya kimia daripenggunaan pupuk kimia dan pestisida terus menerus telah menimbulkanancaman lingkungan serius, baik terhadap tanaman, tanah, air, hewan,maupun manusia (Vandana Shiva, 1987: 17).

Pemakaian bahan-bahan kimia berupa herbisida pada tanaman, telahmenghilangkan keanekaragaman hewan-hewan tanah yang sangat pentjngbagi kelangsungan hidup tanaman (Eijsackers, 1980: 427). Sumber-sumberkehidupan masyarakat berupa spesies tanaman, khususnya tanaman liaruntuk bahan kerajinan musnah. Akhimya, ribuan pekerja wanita yangmenggantungkan hidupnya dari sektor kerajinan menganyamharusmenganggur karena bahan anyaman dari tanaman liar sudah lenyap.Penggunaan DDT untuk membasmi serangga di kawasan pertanian Amerikatelah diyakini membunuh banyak burung-burung, sebab serangga mati yangmenjadi makanan burung mengandung logam berat, dan peristiwa inidiabadikan oleh Rachael Carson dalam bukunya "Silent Spring" (Miller danDonahue, 1990: 547). Demikian pula pemaksaan penggunaan bibit unggultertentll telah menciptakan monokulturasi biologis pada sistem pertaniankita, sehingga bila terjadi serangan hama atau penyakit resisten, makakemungkinan besar seluruh tanaman pasti' akan dilahap habis bleh 'hainamaupun penyakit tersebut. '

" ,Terh';ldap tana~:t~nah .pertanian, penggun~an pupul}.~an pe~tisi,~ajuga telah mengakumulasikan resid~. l?ahan ..~~~i~. y;3ng" n}enyel?apk~npemiskinan tanah yang dewasa ini sedang menuju proses penggurunan

132 Cakrawala PendidikBn No.1, Tahun XVI, Februari 1997

(desertijikasi). Produktivitas tanah menjadi rendah, karena struktur tanahrusak, dan hal ini dapat dilihat dari keharusan petani menggunakan pupukurea, khususnya urea tablet untuk tanaman padi. Biota sawah seperti cacing,belut, siput pun sebagai agen penyuburan tanah banyak berkurang ataubahkan sudah hilang. Kondisi kesuburan tanah semakin memprihatinkanketika pola tanam yang sudah mengakar dalam usaha tani masyarakattradisional terpaksa ditinggalkan. Selain pemiskinan tanah juga pemiskinanpetani, sebab untuk memperoleh bahan kimia juga harus membeli, dan tidaksemua petani memiliki uang.

Pemakaian bahan-bahan kimia dalam pertanian di negara-negaraberkembang juga telah menimbulkan korban manusia tidak sedikit. Ribuanmanusia telah rneninggal akibat terkena racun bahan kimia dari pestisidamaupun herbisida. Demikian pula ketidakmampuan petani membeli bahankimia mendorong perbuatan bunuh diri. Belum lagi menghadapi tekananpenduduk yang makin padat, dan masuknya peradaban ekonomi uang padamasyarakat tani tradisional pedesaan membuka kemungkinan pemanfaatanatau peningkatan eksploitasi sumberdaya alam untuk usaha pertanian,sehingga tanah-tanah menjadi terbuka terhadap erosi (Tri Pranadji, 1995:334).

Menghadapi ancaman kerusakan ekologis, dan juga korban manusiakarena pencemaran bahan kimia dewasa ini mendorong munculnya budayapertanian alternatif yang aman lingkungan. Sistem pertanian ini sebetulnyasudah pernah ada kira-kira 100 tahun lalu, yaitu tidak menggunakan bahankimia, menerapkan pendekatan biologis (teknologi bio), memanfaatkanvarietas unggul lokal, serta memanfaatkan kembali bahan organiksepenuhnya, yang dikenal dengan usaha pertanian terpadu (integratedfanning).

Sistem Pertanian Terpadu

Menurut laporan badan pangan sedunia (FAO) wilayah Asia danPasifik yang berkantor di Thailand, yang dimaksud dengan sistem pertanianterpadu adalah suatu usaha tani yang memadukan berbagai praktekpertanian dengan tanaman maupun hewan dalam suatu sistem sedemikianrupa, sehingga ada kesinambungan antara produksi dan pemanfaatansumberdaya alam (Anonim, 1983: 61). Perpaduan antara berbagaikomponen tersebut sangat diwarnai oleh unsur daur ulang limbah organik,dan sedikit atau sarna sekali tidak menggunakan bahan kimia. Jadi adakelanjutan yang tidak pernah putus dalam hal pemanfaatan rnateri organikyang dihasilkan dalam sistem usaha taninya. Dengan demikian,diterapkan~ya keseluruhan sislem biologis tersebut, akan ada penghematanbiaya usaha tani dan sumber daya alam.

Penerapan Sistem Pertanian Terpadu Da/am Rangka Pe/estarian

Produktivitas Menuju Swasembada Pangan Secara Berke/anjutan133

Bagi masyarakat tradisional kita, usaha tani terpadu sebetulnya bukanhal yang baru. sejak jaman dahulu nenek moyang kita telah menerapkanusaha tani berwawasan lingkungan. Praktek bercocok tanam menggunakanpranata-pranata adat yang dimiliki oleh tiap-tiap suku di Indonesia adalahbagian dari sistem pertanian yang menonjolkan kearifan lingkungan. Sepertidigambarkan oleh Abdon Nababan (1995: 422), bahwaorang Dani di lembahBaliem yang sangat tradisional, sudah menerapkan cara· bercocok t~namyang mempertimbangkan aspek konservasi sumber alam, misalnya dalammenggunakan tongkat untuk mengolah tanah di lereng bukil, membakarseresah, menggunakan pupuk dari dasar parit, membuat guludan sebagaimedia tanam merupakan usaha mempertahankan kesuburan danproduktivitasnya. Suku-suku yang lain seperti Jawa, Sumalera, Kalimantan,atau Bali juga mempunyai budaya kearifan lingkungan dalam sislem usahataninya.

Sampai sekarang, konservasi tradisional melalui kegiatan pertanianyang didasari oleh nilai-nilai kearifan lingkungan telah lerbukli mampumempertahankan kehidupan masyarakat tani tradisional selamaberabad-abad di lingkungan mereka hidup. Sebagai conloh, usaha lani padisawah di Jawa ini walaupun dilaksanakan pada lahan sawah yang lerbatasdapal menghidupi keluarga sampai beberapa generasi tanpa adanyakerusak~n lingkungan sawah yang berarli.

Berkaitan dengan pertanian terpadu ini dikenal adanya berbagaisislem pertanian yaitu: Pertanian organik (Organic famling), Praktekpertanian secara alami (Nature agriculture), Penggunaan bahan organik hasildaur ulang lerpadu (Integrated organic recycling), dan Sistern gizi lanarnanlerpadu (Integrated plant nutrient systems). Bermacam-macarn sisternpertanian tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda, hanya ada sedikitpenekanan untuk menonjolkan ciri khasnya.

Dalarn usaha pertanian yang mengandalkan sistem daur ulanglerpadu, maka praktis tidak akan menyisakan bahan-bahan hasil pertaniansebagai limbah, sebab semua digunakan sebagai pupuk untuk menjagakesuburan dan konservasi tanah. Dalam pertanian sistern gizi tanah lerpadu,yang dipenlingkan adalah dalarn hal pemeliharaan kesuburan tanah,peningkalan produklivitas pertanian dan keuntungan pet<tni secaraberkesinambungan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuannya ~igunakan

berbagai pupuk baik pupuk mineral yang sudah terukur, orga~ik maup~n

pupuk biologis.

Pertanian Organik

Pertanian organik pada rnulanya adalah pertanian supsislem sepertihalnya pertanian -tradisional, yang menanam berbagai jenis lanarnan pangan­hanya unluk keperluan keluarga sehari-hari. Berbagai jenis lanaman

134 Csk,swsls Pendit6bn No.1, Tshun XVI, FebnMri 1997

biji-bijian, padi, gandum dan jagung, berbagai jenis sayuran, sepertikacang-kacangan, sayur-sayuran, sampai tanaman obat-obatan.

Pertanian organik adalah usaha tani yang hanya menggunakan pupukorganik seperti kotoran hewan, kompos sisa-sisa tanaman. Sebagai contohdalam pertanian organik, dihindarkan penggunakan pupuk buatan danpestisida (nonchemk:al), juga hormon pertumbuhan maupun bahan-bahantambahan lainnya. Untuk mendapatkan produksi maksimum, dalampertanian organik diterapkan pola rotasi tanaman, penggunaan sisa-sisatanaman, pupuk kandang, maupun pupuk hijau (leguminosae). Dilakukanpula pengolahan tanah secara mekanik, pemberian pupuk alam, penerapanberbagai aspek pengendalian secara biologis guna memelihara produktivitastanah, persediaan gizi tanaman, dan pengendalian hama serta gulma.

Sebagai suatu usaha tani, pertanian organik berbasis pelestarianlingkungan yang dipentingkan adalah adanya harmoni antara manusiadengan alamo Sudah barang tentu baik secara kualitas maupun kuantitasproduk yang dihasilkan tidak bisa disejajarkan dengan produk pertanianmenggunakan bahan-bahan kimia. Namun demikian, walaupun panenannyalebih sedikit, pendapatan petani mungkin bisa lebih baik, karena modalusaha taninya lebih kecil. Petani tidak perlu membeli pestisida, pupukbuatan maupun benih khusus. Demikian pula dalam hal efisiensi, pertanianberwawasan lingkungan memang kurang efisien seperti dalam industri ataupertanian modern yang menggunakan banyak pupuk buatan maupunpestisida.

Pertanian Alami

Dari perspektif historis gagasan, pertanian alami dan pnnslp­prinsipnya dikemukakan oleh Mokiehi Ochada (1882-1951) pada tahun1935, di Jepang (Anonim, 1986: 37). Tujuan sistem pertanian ini adalahuntuk menghasilkan pangan maupun produk-produk pertanian lainnyatanpa merusak ekosistem alamo Oleh karena itu dalam usaha taninya tidakboleh menggunakan mesin-mesin berat, dan bahan kimia serta pestisida.

Pertanian alami sebenarnya pemah muneul pula pada akhir abad-19,drinya sarna sekali tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida, tetapisangat tergantung pada bahan organik, atau menggunakan mikroorganisme.Dipilihnya sistem pertanian yang demikian ini dimaksudkan agar dicapaipertanian secara berkelanjutan, yang sistem kerjanya mengutamakan jalinanyang sangat harmonis antara berba.gai ekosistem alam dan selaras denganhukum-hukumnya.

Penerapan Sistem Pertanian TfHJJlIdu Dalam Ranglca Pe/estarian

Produktivhas Menuju Swasembach Pangan SecarB Berlcelanjutlln135

Agar pada sistem produksi yang menggunakan ekosistem aIamdihasilkan produk pertanian yang bebas pencemaran, hemat energi,mengurangi ongkos produksi, dan menggunakan sumber daya alam yangtersedia berupa matahari, bumi dan air dengan cara yang sebaik-baiknya,maka dalam pertanian alami diintroduksikan teknologi EffectiveMicroorganisms (EM), yang merupakan campuran berbagai mikroorganismeyang terdiri dari biJkteri fotosintetik, ray-fungi, dan yeast. Alasandigunakannya EM, dan bukan mikroorganisme tunggal karena untukmenciptakan kondisi lingkungan yang optimum sangat sulit, dan lebih seringgagalnya.

EM, yang berisikan bakteri fotosintetik, ray-fungi dan yeast untukhidupnya saling berinteraksi satu sarna lain dan membangun semacam"komplek industri" yang membantu tanaman untuk tumbuh. Walaupun adatiga komponen mikroorganisme, namun pada kenyataannya yang bertindaksebagai pemeran kunci adalah bakteri fotosintetik. Bakteri fotosintetikadalah bakteri yang mengandung klorofil, sering pula disebut denganBacteriochlorophyll, mampu menggunakan unsur anorganik untuk diubahmenjadi makromolekul organik. Mereka juga menggunakan cahaya danpanas yang tidak digunakan oleh tumbuhan sebagai cadangan energi, danmensintesakan glukosa, asam amino yang dikeluarkan oleh akar-akartanaman atau bahan organik yang terdekomposisi. Produk-produk tersebutselain menguntungkan tanaman, juga bagi mikroorganisme lain misalnyadalam merangsang pertumbuhan dan perbanyakan ray-fungi, azolObacter, danmikorisa.

Ray-fungi adalah mikroorganisme berupa fungi (jamur) yangmembantu ketahanan tanaman dalam menghadapi penyakit, menghasilkanantibiotik atau menghancurkan bakteri dan fungi berbahaya. Azotobacteradalah mikroorganisme berupa bakteri yang memerlukan glukosa untukmenambat nitrogen, yang selanjutnya digunakan oleh bakteri fOlOsintetik dantanaman. Mikorisa, yang merupakan asosiasi antara akar tanaman dan fungisebetulnya bukan merupakan bagian dari EM, tetapi pertumbuhannyadirangsang oleh aktivitas EM, dan mikorisa ini sangat membantu dalampenyerapan unsur hara oleh tanaman.

Yeast, adalah mikroorganisme sejenis fungi yang bersel tunggaJ, seringdisebut dengan ragi atau khamir. Organisme ini membantu bakterifotosintetik dalam memperbanyak diri serta menghasilkan bahan-bahanaktivator fisiologis yang membantu pembelahan sel, dan fotosintesistanaman. Ada pula bakteri asam laktat (lactic acid bacteria), sepertilactobacillus menghasilkan asam laktat, suatu senyawa yang. menekanaktivitas molds berbahaya dan bakteri anaerob, serta mempercepatperombakan bahan organik. Dengan cara ini masalah yang disebabkan olehmateri organik dapat dihilangkan. Asam laktat juga membuat beberapa

136 Cakrawala Pendidikan No.7, Tahun XVI, Februari 7997

bahan-bahan organik seperti lignin lebih mudah didekomposisi, danmerangsang fungsi yeast.

Perkembangan teknologi EM sekarang begitu pesat, bahkan sudahdiciptakan bermacam-macam kultur dari EM-2, EM-3, dan EM-4 denganperanan yang spesifik (Kedaulatan Rakyat, 26 Februari 1996: 9). TeknologiEM juga dapat digunakan untuk membuat mulsa maupun membuat komposdari limbah pertanian. Hasil fermentasi bahan organik berupa jerami, danpupuk kandang yang disebut bokashi dapat digunakan sebagai mulsa yangmelindungi tanah dari benturan air hujan maupun panas terik matahari.Demikian pula Iimbah pertanian berupa jerami akan cepat berubah menjadikompos apabila diberi kultur EM-4.

Teknologi Biologis

Teknologi biologis dapat didefinisikan secara luas sebagai suatu caramenggunakan organisme untuk membuat atau menyempurnakan produk,memperbaiki mutu tanaman dan hewan atau mengembangkanmikroorganisme bagi keperluan khusus (Haryo Aswicahyono, 1989: 135).Berbicara tentang sistem pertanian terpadu tidak dapat dipisahkan daripemakaian teknologi biologis ini, khususnya yang berupa pupuk biologis,atau biofeniLizer yaitu pupuk yang diproduksi oleh organisme hidup, baikmelalui aktivitasnya maupun jasadnya sendiri setelah mengalamidekomposisi (Anonim, 1986: 3). Beberapa macam pupuk biologis yang lazimdigunakan dalam dunia pertanian di antaranya mikToorganisme, dan aLgahijau biro (bLue green aLgae) AzolIa, maupun kompos (Anonim, 1996: 4).

Beberapa mikroorganisme yang sudah populer digunakan sebagaipupuk biologis adalah Rhizobium, Cyanobacteria, AzospiriLLum danAzotobacter. Semua mikroorganisme tersebut adalah penambat nitrogen(nitrogen-biofertilizers). Kelompok mikroorgnisme yang lain adalah yangdapat melarutkan phosphat (Phosphorus mobilizing microorganisms).Mikroorganisme ini di antaranya adalah spesies BaciLLus, Pseudomonas, danAspergiLLus. Di samping itu ada mikroorganisme simbiotik antara fungi danakar tanaman (mikorisa) yang memang sangat potensial dalam menyediakanunsur hara phosphat bagi tanaman. Kemudian Bacillus thuringiensis yangberperan sebagai insektisida maupun pestisida biologis.

Azolla adalah tumbuhan air, mudah dijumpai di tanah sawah, kolam.Bagi usaha pertanian azolla banyak berkaitan dengan alga hijau biru, yaitumampu menambat nitrogen dari udara sehingga dapat menambahkandungan nitrogen tanah pertanian yang sekaligus dapat menghematpenggunaan pupuk nitrogen kimia. Azolla dapat digunakan sebagai tanamanpenutup tanah dan menekan pertumbuhan gulma-gulma sebab dapatberkembang dalam waktu relatif singkat, meningkatkan bobot kering padi

Penerapan Sistem Psrtanian Terpadu Da/am RlIngka Pe/estarian

Produktivitas Menuju Swasemblldll Pangan Secara Berlcelanjutlln137

(Suhbudi dan Sing, 1980: 22). Arolla juga dapat digunakan sebagai pupukhijau. Sebagai bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, aerasitanah, pengaturan suhu tanah dan mengurangi fiksasi phosphat serta sumberunsur hara yang cukup handal dibanding pupul kimia (Buckman dan Brady,1961: 432). Demikian pula simbiosis antara Arolla dengan ganggangAnabaena azollae· sangat berpotensi dalam memfiksasi nitrogen udara,sehingga Azolla di persawahan dapat meningkatkan produksi padi (SubhaRao, 1982: 139).

Kompos adalah bahan organik stabil yang peranannya sangat besardalam memperbaiki sifat-sifat tanah pertanian. Meningkatnya produksipertanian akan dihasilkan pula sejumlah Iimbah organik yang merupakanbahan baku kompos. Selain dapat meningkatkan kandungan hara tanah,kompos juga dapat mengawetkan tanah. Kompos yang diberikan padatanah-tanah berpasir tidak akan mudah terbawa erosi. Tanah-tanahpertanian yang sudah lama diusahakan biasanya sudah mengalami.kemunduran. Strukturnya tidak lagi remah tapi padat. Oi samping itu, tanahakan cepat kehilangan air. Namun dengan diberikannya kompos pada tanabpertanian yang fungsinya sebagai perekat air akan tertahan dan kelembabantanah selalu terjaga.

Secara biologis kompos juga menciptakan Iingkungan yang cocok bagimikroorganisme.Karena hal yang demikian, aktivitas mikroorganisme dalammenyediakan unsur hara bagi tanaman semakin meningkat, danpertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Kompos yang baik kira-kiramengandung 1,0-1.5% nitrogen, 0,4-0,5% phosphor dan 1,2-1,3% kalium(Anonim, 1983: 13).

Penutup

Setelah kita menyimak seluk-beluk sistem pertanian terpadu yangsedikit memasukkan unsur bahan kimia, dapat dipahami bahwa bila caratersebut diterapkan memang kecil kemungkinannya merusak Iingkungan,sehingga lahan penanian dapat digunakan secara terus menerus (sustainableagriculture). Dengan dipertahankannya kelestarian sumberdaya alam berupatanah, air, satwa dan fauna, kelangsungan praktek usaha tani akan lebihlama, yang berarti pula suatu kesinambungan dalam produksi pangan.

Beberapa waktu yang lalu belum terpikir tentang dampak yang timbuldari usaha tani yang berorientasi pada peningkatan produksi setinggi­tingginya. Setelah berbagai bencana kerusakan ekologis terjadi, ternyatabiaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan Iingkungan tidaksebanding dengan keuntungan yang pernah diperoleh dari penjualankomoditi penanian. Oleh karena itu, masalah pelestarian produksi sekarangini justru menjadi perhatian, sebab masyarakat seluruh dunia pun sekarang

138 Cakral/l(ala Pendidikan No.1, Tahun XVI, ~ebruari 1997

mul~i meninggalkan .lcebiasaan menggunakan bahiln-b~~an kimia,. tetapimemprqduksi bahan pangan yang bers~h bahan pencemar. Bila gerakan inidapat memasyarakat maka bukan tidak mungkin kesadaran menjagakelestarian lingkungan pertanian ini akan menghasilkan produksi panganyang. berkualitas, .sehat, yang secara nasional akan memenuhi kebutuhanpangan;)ita: Dengan demikian swasembada pangan pun akan terwujudkemba.l~~~perti tahun 1984. . .

DAFfAR PUSTAKA

Abdon Nababan, 1995, Kearifan Tradisional.dan Pel~tarian LingkunganHidup di Indonesia, Analisis. CSIS, .tahun., XXIV, No. ,6,Noyember-Desember 1995., hal. 421-43.5~ ..

Anonim; 1986, Organic Recycling in Asia and The Pacific, RAPA BulletinVol; 2, 1986. '

Anonim, 1983, A Practical"Manual of Organic Recycling, FAO.

Barbara Ward dan Rene Dubos, 1974, Hanya Satu Bumi, Yayasan Ooor. . Indonesia, Jakarta. " ..

Buckman dan ~rady, 1961, The Nature and Properties of Soils, Edisi ke-6,The Mac Millan Co., New York.

Eijsackers, a, 1980, Assement of toxic effects ofthe herbicide 2,4,5-T oil thesoil fauna by laboratory tests, Soil Biology as Related to Land UsePractices, Proceedings of the VII International Qolloqium of SoilZoology.

Haryo Aswicahyono, H., 1989, Swasembada Pangan di Indonesia, AnalisisCSIS, tahun XVIII, No.2, Maret-April 1989, hal. 133- 146.

, - -I. Tubagus Ferry, 1989, Swasembada Pangan di Indonesia, Analisis CSIS,. tahun XVIII, No. 2, Maret~April1989, hal. 115-13i

Kedaulatan Rakyat, Bertani dengan Mengandalkan Bakteri, EM. 26Februari 1996.

Miller, kw and Donahue, R.L., 1990, Soil, An Introduction and PlantG'tbwth, Prentice Hall, Englewood Clifts, New Jersey:

Subba Rae, N.S:, 1982, Advances in Agricultural Microbiology, Oxford and, IBH Publishing Co., New Delhi, Bombay,·Calcuta.'-

Subhudi B.P.R., P.K. Singh, 1980, Residual Effect of Awlla Application onRice Yield, International Rice Research News 1.

Penerapan Sistem Pertanian Terpadu Da/am Rangka Pe/estarianProduktivitas Menuju Swasembada Pangan Secara Berke/anjutan

139

Tri Pranadji, 1995, Wirausaha, Kemitraan dan Pengembangan AgribisnisSecara Berkelanjutan, Analisis CSIS, tahun XXIV, No.5,September-Oktober 1995, hal. 332-342.

Vandana Shiva, 1987, Bioteknologi dan Lingkungan dalam PerspektifHubungan Utara-Selatan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.