pengelolaan banjir terpadu dalam rangka upaya adaptasi dampak perubahan iklim

13
  Seminar Nasional Bendungan Besar 2015 1 PENGELOLAAN BANJIR TERPADU DALAM RANGKA UPAYA ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH SUNGAI KALI BRANTAS Raymond Valiant Ruritan, Hermien Indraswari, Agung Wicaksono Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I  Agungwi caks84@gmail. com Abstrak Dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir, perubahan iklim global telah mempengaruhi kondisi cuaca di dunia dan Indonesia pada khususnya. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim (UNFCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai suatu perubahan kondisi iklim yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan aktifitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer global. Perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan antara lain perubahan jumlah dan pola presipitasi yang akan berakibat meningkatnya besaran dan frekuensi banjir dan kekeringan. Perubahan jumlah dan pola presipitasi telah tampak terjadi di Wilayah Sungai (WS) Kali Brantas. Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global terhadap sumber daya air di WS Kali Brantas khususnya meningkatnya frekuensi kejadian banjir, perlu dilakukan pengendalian banjir secara terpadu dengan melibatkan peran aktif seluruh pihak terkait termasuk masyarakat. Dalam upaya pengendalian banjir, selain melalui upaya struktur dengan membangun bangunan prasarana pengairan pengendali banjir seperti waduk, embung dan sebagainya. Namun mengingat kemungkinan bahaya banjir yang terjadi melebihi kapasitas rencana, perlu juga dikembangkan upaya non struktur termasuk didalamnya sistim kelembagaan yang jelas. Sebagai wujud dari tugas dan fungsi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu dan menyelaraskan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Undang- Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka Perum Jasa Tirta I dalam hal ini merupakan salah satu anggota BPBD Provinsi (Badan Penanggulangan Bencana Provinsi) Kelompok Kesiagaan Bencana dan Bidang Mitigasi / Penjinakan untuk melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan di Jawa Timur. Kata Kunci: Kali Brantas, Banjir, Terpadu, Kelembagaan

Upload: ariefrizki

Post on 05-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Langkah-langkah penanganan banjir secara terpadu dan menyeluruh yang telah diterapkan di DAS Kali Brantas Jawa Timur. Sukses mengantar DAS Kali Brantas menjadi penyumbang PDRB terbesar di Jawa Timur.

TRANSCRIPT

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    1

    PENGELOLAAN BANJIR TERPADU DALAM RANGKA UPAYA

    ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH

    SUNGAI KALI BRANTAS

    Raymond Valiant Ruritan, Hermien Indraswari, Agung Wicaksono

    Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I [email protected]

    Abstrak

    Dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir, perubahan iklim global telah mempengaruhi kondisi cuaca di dunia dan Indonesia pada khususnya. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim (UNFCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai suatu perubahan kondisi iklim yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan aktifitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer global. Perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan antara lain perubahan jumlah dan pola presipitasi yang akan berakibat meningkatnya besaran dan frekuensi banjir dan kekeringan. Perubahan jumlah dan pola presipitasi telah tampak terjadi di Wilayah Sungai (WS) Kali Brantas. Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global terhadap sumber daya air di WS Kali Brantas khususnya meningkatnya frekuensi kejadian banjir, perlu dilakukan pengendalian banjir secara terpadu dengan melibatkan peran aktif seluruh pihak terkait termasuk masyarakat. Dalam upaya pengendalian banjir, selain melalui upaya struktur dengan membangun bangunan prasarana pengairan pengendali banjir seperti waduk, embung dan sebagainya. Namun mengingat kemungkinan bahaya banjir yang terjadi melebihi kapasitas rencana, perlu juga dikembangkan upaya non struktur termasuk didalamnya sistim kelembagaan yang jelas. Sebagai wujud dari tugas dan fungsi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu dan menyelaraskan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka Perum Jasa Tirta I dalam hal ini merupakan salah satu anggota BPBD Provinsi (Badan Penanggulangan Bencana Provinsi) Kelompok Kesiagaan Bencana dan Bidang Mitigasi / Penjinakan untuk melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan di Jawa Timur. Kata Kunci: Kali Brantas, Banjir, Terpadu, Kelembagaan

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    2

    LATAR BELAKANG

    Kali Brantas di Jawa Timur mempunyai panjang 320 km dan memiliki daerah

    tangkapan hujan seluas hampir 12.000 km2 yang mencakup kurang lebih 25% luas

    Propinsi Jawa Timur. Curah hujan rerata di WS Kali Brantas sebesar 2.000 mm/tahun

    yang menghasilkan potensi air permukaan sebesar 12 miliar m2 per-tahun. Penduduk

    di WS Kali Brantas saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 15,3 juta orang atau

    sebesar 43% dari penduduk Propinsi Jawa Timur. Kepadatan rata-rata di WS Kali

    Brantas 1.290 jiwa per-km2 yang kurang lebih 1,2 kali dibandingkan rata-rata

    Propinsi Jawa Timur.

    Gambar 1. Peta Daerah Aliran Sungai Brantas (Perum Jasa Tirta 1,2014)

    Pengembangan sumber daya air di WS Kali Brantas dilakukan dengan pendekatan

    yang terencana, terpadu, menyeluruh, berkesinambungan dan berwawasan

    lingkungan serta dengan sistem pengelolaan yang terpadu berlandaskan pengertian

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    3

    bahwa wilayah sungai merupakan satu kesatuan hidrologis (one river, one plan, one

    integrated management). Pengembangan tersebut dilaksanakan berdasar pada suatu

    Rencana Induk (Master Plan) Pengembangan Wilayah Sungai yang ditinjau kembali

    pada setiap jangka waktu kurang lebih 10 tahun sekali yakni:

    a) Rencana Induk I (tahun 1961), dititikberatkan pada pengendalian banjir di

    samping untuk penyediaan air irigasi dan pembangkit tenaga listrik dengan

    membuat waduk-waduk besar sebagai penampung hujan di daerah hulu dan

    meningkatkan kapasitas pengaliran sungai di hilir.

    b) Rencana Induk II (tahun 1973), dititikberatkan pada penyediaan air irigasi guna

    menunjang swasembada pangan di samping untuk pengendalian banjir maupun

    pemanfaatan potensi air untuk tenaga listrik dan pariwisata.

    c) Rencana Induk III (tahun 1985), dititikberatkan pada penyediaan air baku untuk

    air minum dan industri sampai tahun 2000, terutama bagi kota Surabaya dan

    sekitarnya.

    d) Rencana Induk IV (tahun 1998), dititikberatkan pada manajemen dan konservasi

    sumber daya air guna meningkatkan kelestarian dan optimalisasi penggunaannya.

    Hasil pembangunan, berupa sejumlah prasarana pengairan antara lain

    waduk/bendungan (Sengguruh, Sutami, Lahor, Wlingi, Selorejo, Bening dan

    Wonorejo), bendung gerak dan bendung karet (Lodoyo, Mrican, Lengkong Baru,

    Gunungsari, Gubeng, Segawe, Tiudan, Menturus dan Jatimlerek), terowongan (2

    km), tanggul (540 km), dan lain sebagainya. Total investasi yang tertanam untuk

    pengembangan wilayah sungai Kali Brantas sejak tahun 1960 2001, telah mencapai

    Rp 10,95 triliun (nilai pada tahun 2010).

    Manfaat yang diperoleh dari pengelolaan SDA di WS Brantas antara lain dapat

    mengendalikan banjir 50 tahunan di sungai utama seluas 60.000 ha, mengairi sawah

    seluas 121.000 ha langsung dari Sungai Kali Brantas (dari total sawah seluas 304.000

    ha), menghasilkan energi listrik 1 miliar kWh per-tahun, menyediakan air baku untuk

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    4

    industri 191 juta m3 dan PDAM 300 juta m3 per-tahun, pariwisata dan lain

    sebagainya. Dalam hal penyediaan pangan, WS Kali Brantas sangat berperan dalam

    menunjang Propinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional, dimana Propinsi

    Jawa Timur telah memberi kontribusi sekitar 9 juta ton beras atau sebesar hampir

    18% dari stok pangan Nasional; 5,8% diantaranya berasal dari WS Kali Brantas.

    Dengan adanya manfaat dari pengembangan dan pengelolaan SDA SDA di WS Kali

    Brantas, maka WS Kali Brantas telah menjadi salah satu pusat andalan pertumbuhan

    ekonomi Jawa Timur dengan PDRB mencapai Rp 150,6 triliun atau 59% dari PDRB

    Jawa Timur.

    METODOLOGI

    1. Upaya Pengendalian Teknis

    A. Bangunan Pengendali Banjir Di WS. Kali Brantas

    Dalam pengembangan Wilayah Sungai Kali Brantas telah dibangun beberapa

    prasarana pengairan yang ditujukan untuk pengendalian banjir. Beberapa

    bangunan tersebut antara lain :

    1. Waduk/Bendungan

    Waduk tersebut berfungsi untuk menampung, menahan, mengendalikan sebagian

    debit banjir yang datang dari sebelah hulunya, agar sedapat mungkin debit sungai

    di sebelah hilirnya tidak melebihi kapasitas aliran yang ada, sehingga tidak

    terjadi pelimpasan.

    Tabel 1. Waduk yang berfungsi sebagai penampung air di WS Kali Brantas

    Waduk

    Luas

    Daerah

    Tangkapan

    (km2)

    Fungsi

    Tampungan Efektif (juta m3)

    Tahun Tampungan Tahun Tampungan (%)

    Selorejo 90 Irigasi, PLTA,

    Pengendali Banjir 1970 50.1 2014 33.32 66.5%

    Sutami 2,050

    PDAM & Industri,

    PLTA, Irigasi,

    Pengendali Banjir

    1972 253.0 2014 135.43 53.5%

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    5

    Lahor 160

    PDAM & Industri,

    PLTA, Irigasi,

    Pengendali Banjir

    1977 29.4 2014 24.52 83.4%

    Bening 238 Irigasi, PLTA,

    Pengendali Banjir 1981 28.4 2012 25.44 89.6%

    Wonorejo 126

    PDAM & Industri,

    PLTA, Irigasi,

    Pengendali Banjir

    2001 105.8 2011 97.09 91.6%

    2. Bendung/Pintu Air/Terowongan

    Beberapa bendung, pintu air dan terowongan telah dibangun di WS Kali Brantas

    yang berfungsi dalam pengendalian banjir.

    Tabel 2. Bendung/Pintu air/Terowongan yang berfungsi sebagai pengendali banjir di WS Kali Brantas

    No Nama Fungsi

    1 Pintu Air Tulungagung Membebaskan Tulungagung dan Trenggalek dari banjir dengan

    membuang langsung ke laut melalui Terowong Tulungagung

    Selatan.

    2

    Pintu Air Mlirip

    Untuk mengatur aliran air ke Kali Surabaya, apabila debit Kali

    Surabaya yang terpantau di stasiun Perning cukup besar.

    3 Bendung Lengkong Baru Sebagai pintu pengatur untuk mengalirkan aliran banjir ke Kali

    Porong dan melindungi daerah Surabaya dari debit besar yang

    berasal dari Kali Brantas.

    4 Pintu Air Wonokromo Untuk menahan banjir Kali Surabaya ke Kali Mas serta untuk

    mengalirkan air dari Kali Surabaya ke Kali Mas pada waktu

    musim kemarau.

    5 Bendung Jagir

    Untuk mengatur elevasi muka air sungai agar dapat melayani

    kebutuhan air di IPAM Ngagel, mengendalikan banjir Kali

    Surabaya dan Kali Wonokromo, mengalirkan air Kali Surabaya ke

    Kali Mas dan menahan intrusi air laut.

    3. Saluran Pengelak Banjir (Floodway)

    Selain prasarana di atas, juga ada saluran pengelak banjir atau floodway yang

    berfungsi mengurangi beban volume banjir sehingga suatu daerah tidak perlu

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    6

    menerima resiko terkena luapan air. Debit banjir yang dialihkan itu kemudian

    mengalir ke laut.

    Tabel 3 Saluran pengelak banjir (Floodway) di WS Kali Brantas

    No Floodway Lokasi/Kapasitas

    Rencana Fungsi Perlindungan

    1 Kali Porong Kabupaten

    Sidoarjo

    (1.600 m/detik)

    Mengalirkan aliran banjir ke Kali Porong

    untuk melindungi daerah Surabaya dari

    debit besar Kali Brantas dengan

    membuang/ mengalirkan langsung ke laut

    lewat Bendung Lengkong Baru

    2

    Kali Wonokromo Kota Surabaya

    (370 m/detik)

    Mengelakkan Kota Surabaya dari debit

    besar Kali Surabaya dengan membuang

    langsung ke laut lewat Bendung Jagir

    3 Kali Ulo Kabupaten

    Nganjuk

    (230 m/detik)

    Mengelakkan Kota Nganjuk dari banjir

    Kali Kuncir dengan membuang langsung

    ke Sungai Widas

    4 Terowong

    Tulungagung Selatan

    Kabupaten

    Tulungagung

    (1.080 m/detik)

    Berfungsi membebaskan Tulungagung

    dan Trenggalek dari banjir dengan

    membuang langsung ke laut melalui

    Terowong Tulungagung Selatan

    4. Retarding Basin (daerah tampungan banjir sementara)

    Pada beberapa lokasi di sepanjang sungai Kali Brantas terdapat areal yang

    berfungsi sebagai tampungan banjir sementara, yang akan tergenang apabila

    kapasitas sungai tidak dapat menampung aliran banjir yang terjadi.

    Tabel 4. Daerah tampungan banjir sementara (Retarding basin) di WS Kali Brantas

    No. Lokasi Fungsi

    1 Widas (Kab.

    Nganjuk)

    Menerima luapan sementara air dari sungai Brantas dan

    terletak di pertemuan sungai Brantas dan Widas

    2 Kedungsoko (Kab.

    Nganjuk)

    Menerima luapan sementara air dari sungai Ulo dan sungai

    Kedungsoko.

    3 Ngrowo (Kab.

    Tulungagung)

    Menerima luapan sementara air dari sungai Ngrowo dan

    terletak di pertemuan sungai Ngrowo dan Brantas.

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    7

    2. Upaya Pengendalian Non Teknis

    A. Jaringan/Stasiun Pemantauan

    Untuk melaksanakan tugas pengendalian banjir, di wilayah kerja Perum Jasa

    Tirta I di WS Kali Brantas telah terpasang jaringan pemantauan hidrologi yang

    tersebar di seluruh wilayah kerja dan terdiri dari :

    a. Jaringan pemantauan dengan sistim telemetri yang tergabung dalam Flood

    Forecasting and Warning System (FFWS), yang terdiri dari 26 (dua puluh

    enam) stasiun pemantau curah hujan, 21 (dua puluh satu) stasiun pemantau

    tinggi muka air di sungai dan di waduk, 11 (sepuluh) stasiun informasi

    outflow di waduk dan 5 (lima) stasiun repeater yang dapat menginformasikan

    data secara real-time.

    b. Jaringan pemantauan dengan sistem telemetri dengan memanfaatkan sistim

    komunikasi GSM (penyampaian informasi dengan sms yang terdiri dari 44

    stasiun pemantau curah hujan (ARR) dan 28 stasiun pemantau tinggi muka air

    (AWLR) yang dapat menginformasikan data secara real-time.

    c. Jaringan pemantauan dengan sistim konvensional yang masih melibatkan

    operator dalam pembacaan dan pengiriman datanya yang terdiri dari +75

    (Tujuh puluh lima) stasiun pemantau curah hujan dan +21 (dua puluh satu)

    stasiun pemantau tinggi muka air di sungai. Peralatan ini digunakan sebagai

    data penunjang apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.

    d. Sistim peringatan dini banjir (Flood Early Warning System) yang

    dioperasikan dengan melibatkan peran aktif dari masyarakat (pemantauan oleh

    dan untuk masyarakat), yang terdiri dari 24 (Dua puluh empat) stasiun

    pemantau tinggi muka air di sungai serta 16 (Enam belas) stasiun pemantau

    curah hujan, dimana peralatan pemantau curah hujan tersebut dipasang di

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    8

    salah satu rumah penduduk (atau perangkat desa) di lokasi yang diperkirakan

    sebagai rawan banjir yang sekaligus ditugasi sebagai penanggungjawabnya.

    B. Aspek Kelembagaan

    Sebagai wujud dari tugas dan fungsi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam

    mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana

    dan kedaruratan secara terpadu dan menyelaraskan dengan berbagai peraturan

    perundang-undangan yang ada khususnya Undang-Undang No. 24 tahun 2007

    tentang Penanggulangan Bencana, maka dibentuklah Badan Nasional

    Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dikepalai langsung oleh Presiden RI.

    Untuk melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan di Jawa Timur, maka

    dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi (BPBD Provinsi) di

    tingkat provinsi yang diketuai oleh Gubernur dan Badan Penanggulangan

    Bencana Daerah Kota/Kabupaten (BPBD Kota /Kabupaten) di tingkat

    Kota/Kabupaten yang diketuai oleh Walikota/Bupati. Perum Jasa Tirta I dalam

    hal ini merupakan salah satu anggota BPBD Provinsi Kelompok Kesiagaan

    Bencana dan Bidang Mitigasi dan mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

    - Melakukan koordinasi dengan instansi dan institusi terkait khususnya yang

    menyangkut masalah penegakan peraturan yang telah ditetapkan, serta

    pemasangan tanda rambu-rambu bahaya/ larangan.

    - Menetapkan lokasi pos-pos pengintaian/pengawasan (pemantauan).

    - Menginventarisasi kebutuhan pembangunan sarana pengamanan bahaya dan

    perbaikan sarana-prasarana yang kritis (tanggul, bendungan, sudetan, jalan

    dan jembatan).

    - Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap cara-cara mitigasi yang dapat

    diterapkan dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam program kesiapan

    menghadapi bencana.

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    9

    Beberapa instansi lain yang terlibat secara operasional dalam pengendalian banjir

    DAS Brantas meliputi Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, Dinas PU

    Pengairan Provinsi Jawa Timur, Kabupaten dan Kota, Balai Pengelola Sumber

    Daya Air Wilayah Sungai (PSAWS di DAS Brantas), Balai Besar Wilayah

    Sungai (BBWS) Brantas dan Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur

    Sidoarjo (BAPEL-BPLS). Sebagai upaya untuk melaksanakan penanggulangan

    banjir di WS Kali Brantas secara terencana dan sistematis, maka masing-masing

    instansi teknis yang terlibat secara operasional dalam pengendalian banjir

    membentuk Posko Siaga Banjir, yang secara terus menerus siaga memantau dan

    menyampaikan serta menerima informasi perkembangan banjir yang terjadi di

    masing-masing wilayah pelayanannya. Khusus untuk posko-posko di lingkungan

    Perum Jasa Tirta I, pemantauan dilakukan oleh Petugas Piket Banjir di masing-

    masing posko tersebut.

    HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Pelaksanaan Siaga Pengendalian Banjir Secara Terpadu

    A. Penyusunan Pedoman Siaga Banjir

    Sebagai petunjuk teknis operasional pengendalian banjir setiap menjelang

    musim hujan dibuatkan Buku Pedoman Siaga Banjir, yang diantaranya

    memuat :

    a. Pendahuluan : Berisi tentang gambaran kondisi DAS Kali Brantas, Maksud

    dan Tujuan, Dasar Hukum, Kebijakan dan Strategi.

    b. Perencanaan Siaga Banjir : Berisi tentang Kelembagaan, Pos Komando

    Siaga Banjir, Sistem Komunikasi, Peralatan dan Bahan Banjiran, Prinsip

    Pengendalian Banjir, Teknik Pengendalian Banjir, Tahapan Siaga Banjir

    dan Persiapan Menghadapi Banjir.

    c. Pelaksanaan Siaga Banjir di DAS Kali Brantas : Berisi tentang Prosedur

    Pengendalian Banjir, Prosedur Penanganan Banjir dan Perbaikan Darurat.

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    10

    d. Evaluasi dan Pelaporan : Berisi tentang evaluasi kegiatan pengendalian

    banjir serta pelaporan kejadian banjir.

    B. Tingkat Siaga

    Bahaya banjir dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan siaga yaitu siaga hijau, kuning

    dan merah, yang secara berurutan menggambarkan tingkat bahaya yang lebih

    tinggi. Tingkat siaga tersebut diatas ditentukan antara lain berdasarkan :

    1. Buku Manual Operasi dan Pemeliharaan bangunan yang bersangkutan.

    2. Kondisi aktual bangunan/lokasi di sungai sebagai hasil inspeksi yang

    dilakukan menjelang disusunnya buku Pedoman Siaga Banjir.

    3. Distribusi debit banjir di DAS Kali Brantas yang disusun berdasar

    perencanaan dan debit yang pernah terjadi.

    4. Beberapa kegiatan konstruksi yang sedang dalam pelaksanaan di sepanjang

    sungai.

    B. Pemantauan dan Pelaporan

    Pemantauan dan pelaporan banjir di lingkungan Perum Jasa Tirta I dilakukan

    oleh Petugas Piket Banjir di masing-masing posko. Sistim komunikasi banjir

    di WS Kali Brantas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana,

    misalnya radio, telepon, telepon seluler, faksimil maupun internet sesuai

    dengan prosedur yang telah ditetapkan.

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    11

    Gambar 2. Sistem Komunikasi Pengendalian Banjir di DAS Brantas

    C. Pelaksanaan Pengendalian Banjir

    Pelaksanaan pengendalian banjir di lingkungan Perum Jasa Tirta I dilakukan

    secara terpadu oleh semua unit terkait dengan ketentuan dalam Prosedur

    QP/PJT/31 tentang Prosedur Umum Pengendalian Banjir serta metode

    perbaikan darurat tanggul sungai.

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    Kesimpulan

    1. Pengendalian banjir pada sistem sungai di DAS Brantas telah dilakukan melalui

    upaya struktur dengan membangun bangunan pengendali banjir dan bangunan

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    12

    infrastruktur lainnya yang didukung oleh upaya non struktur seperti

    pengoperasian Sistem Peramalan Banjir dan Peringatan Dini (Flood Forecasting

    and Warning System) serta aspek kelembagaan dan peran serta masyarakat di

    DAS Kali Brantas.

    2. Komunikasi dan pertukaran informasi antar institusi terkait, termasuk informasi

    kepada masyarakat sangat diperlukan agar banjir dapat dikendalikan dan

    kerugian banjir dapat ditekan.

    3. Aspek kelembagaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam upaya

    pengendalian banjir. Di DAS Brantas aspek kelembagaan dalam upaya

    pengendalian banjir telah menunjukkan kondisi yang memadai, namun

    kedepannya masih perlu ditingkatkan baik pada bidang koordinasi maupun

    penyampaian informasi.

    Rekomendasi

    Mengingat bencana banjir masih mungkin terjadi karena bangunan pengendali banjir

    yang ada hanya mampu menampung debit sesuai rencana, kedepannya perlu terus

    dikembangkan upaya pengendalian banjir dengan menerapkan upaya

    menyeluruh berupa gabungan upaya struktur dan nonstruktur yang didukung oleh

    berbagai disiplin di bidang sosial, lingkungan, teknis, ekonomis dan hokum. Selain

    itu dalam menangani masalah banjir sangat perlu menerapkan prinsip -prinsip good

    governance yang melibatkan masyarakat, swasta dan pemerintah.

    REFERENSI

    JICA, 1998: Development of the Brantas River Basin, Second Development Study

    Div.

    JICA, 1998: The Study on Comprehensive Management Plan for the Water Resources

    of the Brantas River Basin in the Republic of Indonesia. DGWRD, Ministry of Public

    Works, Indonesia

    Machbub, B. 2000. Pengelolaan Sumber daya Air Berwawasan Lingkungan pada

    Pengembangan Wilayah. Puslitbang Teknologi Sumber daya Air, Badan Penelitian

  • Seminar Nasional Bendungan Besar 2015

    13

    dan Pengembangan Wilayah. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah

    Republik Indonesia. Jakarta, hlm. 4-5.

    Nippon Koei, 1961: Comprehensive Report on the Kali Brantas Overall Project,

    Ministry of Public Works and Power, GOI

    Nippon Koei, 1972: Report on Brantas River Basin Development (Technical Studies),

    Ministry of Public Works and Power, GOI

    Perum Jasa Tirta I. 2013. Pedoman Siaga Banjir

    Siswoko, 2002. Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya

    Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1989. Bendungan Type Urugan. PT Pradnya

    Paramita, Jakarta.

    Trie MS, Tjoek WS dan Aris Harnanto. 2005. Pengeloaan Sumber Daya Air,

    Bayumedia Malang.